SKRIPSI
OLEH :
MALANG
2022
i
PENGARUH RAMUAN TEH ROSELLA (Hibicus
sabdariffa) JAHE MERAH (ZIingiber officinale
roxxb.var.rubrum)TERHADAP INTENSITAS NYERI
AKIBAT DISMINORRE PRIMER PADA SISWI SMK
PUTICEUSWARA
SKRIPSI
Pendidikan Pada Program Studi S1 Kebidanan Pada Sekolat Tinggi Ilmu Kesehatan
Kendedes Malang
MALANG
2022
i
“MOTTO”
(Imam Syafi’i)
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
NIM : 202203152010029
PADA TANGGAL,
Mengetahui,
iii
Pengesahan penguji
Malang,
Ketua / Penguji I
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
v
KATA PENGANTAR
vi
10. Direktur RSIA HAJI beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan
pada saya untuk bisa menimbah ilmu di Stikes Kendedes Malang
11. Teman – teman Kamar Bersalin RSIA HAJI dan Teman-teman seangkatan
yang memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan pendidikan
ini
12. Serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu – persatu yang
telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan proposal skripsi ini.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan memberikan
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
MOTTO...................................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI...................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...................................................................iv
PENYATAAN ORISINALITAS.............................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
2.1.2 Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
2.1.3 Fisiologi dan Pertumbuhan Organ Reproduksi Remaja
2.2 Menstruasi......................................................................................14
2.2.1 Pengertian Menstruasi....................................................................14
2.2.2 Fisiologi Menstruasi.......................................................................15
2.2.3 Siklus Menstruasi............................................................................17
2.2.4 Hormon dan Siklus Menstruasi
2.3 Disminorea
2.3.1 Pengertian Disminorea
2.3.2 Jenis Disminorea
2.3.3 Klasifikasi Disminorea...................................................................24
2.3.4 Faktor Resiko Disminorea..............................................................24
2.3.5 Etiologi Disminorea Primer............................................................26
2.3.6 Patofisiologi Disminorea Primer....................................................27
2.3.7 Pengobatan Disminorea Primer
2.3.8 Pengukuran Skala Nyeri pada Disminorea Primer
2.4 Jahe Merah
2.4.1 Klasifikasi Jahe Merah
2.4.2 Morfologi Jahe Merah ...................................................................33
2.4.3 Kandungan Jahe Merah terhadap disminorea
2.5 Rosella
2.5.1 Klasifikasi Rosella
2.5.2 Morfologi Rosella...........................................................................36
2.5.3 Kandungan Rosella terhadap diminorea.........................................37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN...................38
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Hipotesis Penelitian........................................................................40
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................41
4.1 Rancangan Penelitian.....................................................................41
4.2 Populasi Sample dan Teknik Sampling..........................................42
4.3 Variabel Penelitian.........................................................................43
4.4 Lokasi dan waktu Penelitian
viii
4.5 Instrumen Penelitian
4.6 Definisi Operasional
4.7 Prosedur pengumpulan data
4.8 Diagram Alur Penelitian ....................................................................
4.9 Analisa Data ...................................................................................50
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
pubertas, pada perempuan salah satu tanda pubertas ditandai dengan terjadinya
1
perempuan di Indonesia tercatat sebanyak 60-75% remaja. Prevalensi disminore
and Hall,2007). Onset disminore primer terjadi dalam kurun waktu 6 sampai 12
terapi farmakologi, terapi non farmakologi juga dapat diberikan pada penderita
2
herbal yang baik dikonsumsi bagi remaja dengan disminore
dan resin mampu mengurangi intensitas nyeri pada disminore primer karena
3
1.2 Rumusan Masalah
4
1.4.2 Manfaat Praktis
primer.
5
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Remaja
Remaja atau yang dikenal dengan istilah Aldolescent, puberteit dan youth
masa peralihan dari masa anak – anak menuju masa dewasa yang ditandai
usia 10 sampai 19 tahun sedangkan anak muda (youth) diartikan sebagai remaja
dengan pematangan fungsi dari organ – organ reproduksi atau yang disebut
pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan setiap individu karena akan terjadi
6
2.1.2 Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Remaja awal atau early adolescence pada masa ini anak akan
juga fungsi reproduksi pada tahapan remaja awal sudah muali terjadi
seksual pada remaja putri terjadi pada rentang usia 9-15 tahun. Perubahan
seksual yang terjadi ditandai dengan perubahan bentuk tubuh dan juga
fungsi seksual yang menyebabkan rasa ingin tahu dalam diri anak terhadap
berkhayal tentang seks. Pada masa ini, remaja akan mengalami perubahan
7
pertengahan memerlukan asupan gizi yang cukup dan baik sehingga
Remaja akhir atau late adolescence pada masa ini remaja sudah
dikenal sebagai individu yang mulai memahami masa dewasa hal tersebut
dapat dilihat dari beberapa hal seperti, memiliki ego yang lebih mudah
bergaul dengan orang lain dan juga ingin mencari pengalaman baru,
yang pasti, memiliki batasan terhadap diri sendiri serta mampu memilah
Fisiologi organ reproduksi remaja akan lebih terlihat ketika memasuki mas
sampai 16 tahun yang ditandai dengan sekresi hormon – hormon yang berkaitan
menarche diikuti dengan siklus menstruasi yang belum teratur hal tersebut
8
disebabkan karena folikel de Graaf belum melepaskan pvum atau yang dikenal
secara teratur ketika sudah memasuki usia 17 sampai 18 tahun hal tersebut
9
perkembangan folikel dan menyebabkan ovulasi pada pertengahan
korpus luteum(Beme,2000).
pertumbuhan tanda seks sekunder pada wanita dan juga pengeluaran darah
10
c) Menghambat sekresi Lutheinzing Hormone (LH) serta
terhambat(Johnson,1988)
Rangsangan sensori:
Korteks Rangsangan
Serebri - Visual
Hambatan
- Penciuman
Inhibitor - Perabaan
pubertas - Pendengaran
- Perasa
Nukleus
Faktor emosi
amygdale
- Saraf simpatis dan
parasimpatis
Strie terminalis
Hipotalamus
Nuklei Supraoptikal
Nuklei Paraventrikular
Hipofisis anterior
Lobus anterior Lobus
posterior
11
Terdapatnya beberapa hormon selama masa remaja menyebabkan
perubahan pada organ seks perempuan baik interna maupun externa. Pada masa
puber jumlah esterogen yang dihasilkan akan bertambah 20 kali lipat bahkan
lebih, namun pada saat pubertas organ seks perempuan belum berubah menjadi
proliferasi seluler dan pertumbuhan jaringan dari organ sex dan juga pada
1) Uterus
akhir dari siklus bulanan wanita dan juga mempersiapkan uterus sebagai
yang berlebih yang bisa menyebabkan munculnya nyeri pada saat haid
endometrium(Guyton,2006).
2) Tuba Fallopi
12
bertambahnya jumlah epitel bersilia yang melapisi tuba fallopi sebagai
3) Payudara
payudara(Guyton,2006).
4) Vagina
besar karena terdapat penimbunan lemak di bagian atas pubis dan labia
mayora, efek lain dari hormon esterogen ialah merubah epitel vagina dari
5) Rambut
rambut selama masa puber. Tumbuhnya rambut di area pubis dan ketiak
6) Kulit
13
Perubahan kulit selama masa puber terlihat dari tekstur kulit yang
lebih lembut dan lebih halus sebagai efek dari penigkatan hormone
esterogen dan juga pembuluh darah di kulit menjadi lebih banyak yang
2.2 Mentruasi
dengan organ tubuh, yang terdiri dari hipotalamus, hipofisis, ovarium dan uterus.
perdarahan yang terjadi dari dalam rahim dimulai sejak 14 hari setelah
melebihi 35 hari dengan lama menstruasi 3-7 hari dengan volume darah yang
Lestari,2019).
14
menstruasi sangat bergantung pada hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus-
Lutheinzing Hormone (LH) atau yang disebut dengan LH surge terjadi pada
Selama menstruasi akan terjadi perubahan kadar hormon yang disebabkan oleh
rendah(Wagiyo,2016).
15
menyebabkan peningkatan kadar Lutheinzing Hormone (LH) yang membantu
Lutheinzing Hormone (LH) atau LH surge terjadi pada saat pertengahan siklus
Lutheinzing Hormone (LH) hanya terjadi dalam 24 jam ketika kadarnya sudah
berangsur turun maka folikel yang mengalami ovulasi akan berubh menjadi
terjadi pembuahan, maka korpus luteum mati sehigga tidak mampu menahan
Hipotalamus Positif
feedback
GnRH
Pada saat
Hipofisis anterior fase folikel
LH FSH
Negatif
Ovarium feedback
Keterangan
16
2.2.3 Siklus Menstruasi
ovarium, pada dasarnya siklus menstruasi terjadi dalam 28 hari, ada juga siklus
yang terjadi 21-30 hari. Siklus menstruasi yang tidak teratur biasanya ditemukan
dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti nutrisi, olahraga, stress dan juga
1) Siklus Ovarium
bertahan sampai ovulasi. Siklus ovarium terbagi menjadi tiga fase yaitu
a) Fase folikuler
17
puncak tertingginya dan hal tersebut menyebabkan umpan balik
b) Fase ovulasi
Fase ovulasi terjadi pada hari ke 14 sampai 28 hari, fase ini sebagai
apabila tidak dibuahi maka sel telur akan mati. Fase ovulasi akan
tuba fallopi oleh silia untuk bertemu dengan ovum sehingga terjadi
mittelschmerz(Ricci,2017).
c) Fase Luteal
Fase luteal terjadi pada hari ke 15 sampai hari ke 28, fase ini dimulai
18
serta Lutheinzing Hormone (LH) menurun maka korpus luteum akan
FSH dan LH berada dalam level terendah dan pada fase folikular
2) Siklus Endometrium
Siklus endometrium terbagi menjadi empat fase yaitu fase proliferasi, fase
a) Fase proliferasi
Fase ini merupakan fase yang sama dengan fase folikular pada siklus
Jordan et al.,2014). Tanda lain pada fase ini yaitu lendir serviks
b) Fase sekretori
19
Fase ini berlagsung pada saat ovulasi higga 3 hari sebelum
ketika ovulasi, apabila ovum tidak dibuahi maka korpus luteum akan
involusi(Ricci,2017).
c) Fase iskemik
menstruasi(Ricci,2017).
d) Fase menstruasi
hari. Terjadinya menstruasi sebagai tanda akhir dari siklus dan awal
20
Hormone (FSH), Lutheinzing Hormone (LH), esterogen, progesterone dan
prostaglandin
mencapai puncak pada saat fase ovulasi diikuti dengan lonjakan esterogen
munculnya rasa nyeri pada pada pertengahan siklus. Hormone ini juga
banyak ditemukan dalam darah menstruasi, hal tersebut salah satu turunan
21
endometrium sehingga menyebabkan munculnya nyeri/disminore pada
2.3 Disminorre
nyeri,abnormal;meno, yang berarti bulan dan rhea, yang berarti aliran atau aru
sebagai keadaan nyeri perut pada saat menstruasi yang berasal dari kram rahim
tahun – tahun pertama setalah menarche. Disminore paling banyak terjadi pada
remaja dengan rentang usia 15 sampai 17 tahun dan siklus menstruasi yang tidak
sekunder(Setyowati,2018).
dirasakan akan terasa selama 24 jam pertama dana akan berkurang secara
22
terjadi pada usia 15 sampai 17 tahun dengn siklus mentruasi tidak teratur
dan akan mereda ketika perempuan menikah. Selain itu, disminore primer
juga sering ditemukan pada perempuan dengan Indeks Masa Tubuh (IMT)
sebagai berikut:
b) Nyeri pelvis atau perut bawah yang dimulai saat haid dan akan
e) Headcache
f) Diarrea
b) Infertilitas
23
d) Dyspareunia
e) Vaginal discharge
Inflammatory Drugs(NSAIDs)(Setyowati,2018).
aktifitas, tidak ada keluhan sistemik dan tidak memerlukan obat analgetik
minimal(Setyowati,2018).
1) Disminore Primer
Faktor resiko dari disminore primer berkaitan dengan kejadian ovulasi atau
24
ketidakseimbangan hormon. Faktor terjadinya disminore primer dapat
polip endometrium
2) Disminore Sekunder
seperti:
25
a) Adenomyosis
b) Uterine polyps
d) Adhesions(pelekatan)
g) Ovarian cysts
i) Allen-Masters Syndrome
j) Psychogenic pain
l) Endometriosis
n) Tumor ovarium
terfikasasi
p) Faktor psikis(Setyowati,2018)
26
darah. Hal tersebut menyebabkan hipoksia uterus sehingga terasa
nyeri(Corwin,2009).
Hall,2007). Fase luteal akan berjalan bersamaan dengan fase sekretori pada
siklus endometrium, ketika ovum tidak dibuahi maka korpus luteum akan
sel(Hillard,2006).
yang mengirimkan impuls nyeri dari medulla spinalis ke otak yang nantinya
27
menimbulkan vasokinstriksi yang mengakibatkan terjadinya spasme otot
sehingga aliran darah menuju endometrium berkurang atau iskemia sel – sel
menstruasi(Hillard,2006).
Progesterone menurun
Prostaglandin Nausea
Diare
PGE2 PGE2α
PGE2α Vomiting
Nyeri akut
Iskemia sel-sel miometrium
Ansietas
Disminore primer
28
2.3.7 Pengobatan Disminore Primer
1) Pengobatan Farmakologi
sampai 2 hari sebelum menstruasi atau pada saat hari pertama hingga hari
ginjal(Roberts et al.,2012).
29
Agen Dosis Awal Dosis Pemelihraan
mg per 12 jam
mg per 12 jam
per jam
(Ryan,2017)
yaitu:
b) Teknik distraksi
aroma terapi
e) Pemijatan dan
f) Akupresur
30
2.3.8 Pengukuran Skala Nyeri Pada Disminore Primer
Terdapat beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur nyeri
diantaranya:
Alat ukur ini digunakan untuk menilai nyeri pada anak. Dalam alat
ini akan ditampilkan gambar dan angka, skala angka digunakan untuk anak
yang lebih besar dan gambar digunakan untuk anak yang lebih kecil. Skala
(2005) menjelaskan bahwa gambar yang terdapat pada alat oucher valid
31
Gb.2.2 Adoloscent Pediatric Pain Tool(APPT)Fernande et al.,2014)
Dalam alat ini nyeri dinilai dari skor 0-10 atau 0-100(Kahl et al.,2005).
Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan, alat ukur ini valid
digunakan untuk mengukur tingkat nyeri pada kasus nyeri psoriasis, nyeri
diselubungi oleh pelepah daun sehingga bertekstur lebih keras, tingginya 34-62
cm Daun jahe merah berwarna lebih gelap dibandingkan dengan tanaman jahe
yang lain. Jahe merah memiliki rimpang tebal dan rasa yang lebih pedas
dibandingkan dengan jenis jahe yang lain, tanaman ini dapat digunakan sebagai
32
bumbu masak ramuan obat dan bahan dasar jamu(Juliastuti et al.,2021).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiraceae
Genus : Zingiber
temu yang lain seperti kencur, temulawak, kunyit dan temuhitam. Tanaman jahe
33
ungi gelap, daunya berukuran kecil berwarna hijau. Rimpang dari tumbuhan ini
berserat(Afifah Nur,2020).
lebih kasar dan ukuran rimpangnya lebih kecil dibandingkan dengan jahe kecil.
berkulitas baik memiliki umur 9 bulan dimana pada saat itu kadar serat dalam air
sebesar 19,73% serta kadar abu sebesar 7,56%. Memiliki tekstur rimpang kasar
mdpl(Afifah Nur,2020).
volatile dan nonvolatile yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis jahe yang
mudah menguap yaitu minyak atsiri sebesr 2,6-3,9%. Kandungan minyak atsiri
dalam jahe merah berguna pemberi aroma khas yang harum(Herlina dan
34
Kandungan kimia turunan fenol seperti gingerol, shogaol dan resin
3,75% dan efektif menurunkan nyeri akibat disminore primer dalam waktu 72
penelitia yang dilakukan oleh Setyawan dan Sri(2013) menyatakan bahwa jahe
Sri,2013).
Tumbuhan ini mampu tumbuh di negara dengan iklim tropis termasuk Indonesia.
35
dibudidayakan di Eropa karena mempunyai kandungan antioksidan alami.
yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magniliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
mempunyai daun tunggal berbentuk bulat seperti telur, tulang daun menjari,
ujung daun tumpul tepi daun bergerigi dan pangkal daun berlekuk. Lebar daun
36
rosella(Hibiscus sabdariffa) mempunyai tangkai daun berbentuk bulat dan
mempunyai warna cerah, sedangkan kelopaknya berwarna lebih gelap dan lebih
tebal. Bunga hanya ada satu di setiap tangkai dengan jumlah kelopak 8-11
protein sebanyak 6,7-7,9%, asam malat dan asam sitrat keduanya sebesar 13%,
paltimin 35,2%. Kelopak bunga rosella kering menganduk lemak 2,61 gram,
protein 1,145 gram, serat 12 gram, kalsium 1,263 gram, fosfor 273,2 mg dan
vitamin C 244,4 gram dalam 100 gram kelopak bunga rosella kering. Selain itu,
37
menurunkan sintesis prostaglandin. Senyawa flavonoid dapat menghambat
Santy,2017).
38
BAB 3
Regresi corpus
luteum
Progesterone
Fosfolipid
Phospholipase A2
Jahe Merah
dan Kuntum Asam Arakhidonat
Rosella
Enzim Cyclooxygenase(COX)
PGE2 PGE2α
Keterangan
TNFα
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Hypoxia dan Ischemia
: Menghambat myiometrium
Disminore Primer
39
phospholipase A2 meningkat sehingga, asam arakhidonat terbentuk sehingga
disminore primer. Pemberian ramuan Jahe merah dan kuntuk rosella diharapkan
prostaglandin dalam darah dapat menurun dan intensitas nyeri disminore primer
dapat berkurang.
40
BAB 4
METODE PENELITIAN
desain penelitian Quasi Experimental Pre-Post Test one Group Design yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menilai hubungan sebab dan akibat antara
periode menstruasi dan pada saat periode. Peneliti memilih jenis penelitian ini
Rosella terhadap penurunan intensitas nyeri disminore primer pada siswi SMK
Pr1 K1 Po1
P S
Pr2 K2 Po2
Keterangan
P : Populasi penelitian
S : Sampel penelitian
Pr2 : Pretes penilaian intensitas nyeri sebelum diberikan kombinasi jahe merah
dan rosella
41
K1 : Kelompok kontrol
K2 : Kelompok intervensi
4.2.1 Populasi
penelitian adalah siswi SMK Puticeuswara yang mengalami nyeri pada saat
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan sebagaian atau seluruh individu atau objek yang diteliti
Sampel dalam penelitian adalah sebagain dari populasi yang memenuhi kriteria
inkulusi penelitian.
yang ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan juga kriteria
42
1) Kriteria inklusi
2) Kriteria ekslusi
ginekologi(disminore sekunder)
3) Dropout
penelitian dilaksanakan
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ramuan jahe merah dan rosella.
primer.
43
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
bulan.
instrument yang efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
sesudah intervensi.
Kriteria nyeri:
44
peka terhadap respon. Namun, pada skala 10 pasien sudah tidak dapat
berkomunikasi.
mendefinisikan
remaja dalam
beberapa tahapan,
remaja
(aldolescence)
adalah remaja
10 sampai 19 tahun
gangguan
45
ginekologi(Lowderm
ik et al.,2011)
kemudian diberikan
rosella diseduh
mendidih
Sumber data yang diperlukan adalah data primer yang didapat dari
46
dengan cara memberikan lembar pengukuran tingkat nyeri Numerical Ratting
Scale(NRS).
penelitian
bentuk tertulis
47
4.7.4 Tahap Pengolahan Data
1) Editing
Kuisioner yang tidak lengkap, tidak jelas dan tidak relevan langsung
2) Coding
3) Processing
coding.
4) Cleaning
48
4.8 Diagram Alur Penelitian
Purposive sampling
Pengukuran intensitas
Pengukuran intensitas nyeri sebelum
nyeri sebelum intervensi
intervensi
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa bivariat.
adanya pengaruh pemberian kombinasi jahe merah dan rosella saat terjadi
49
menggunakan Kolmogrov Smirnov apabila besar sampel ≥ 50 atau menggunakan
Shapiro Wilk apabila jumlah sampel ≤ 50. Distribusi dikatakan normal apabila
Paired Ttest, apabila tidak terdistribusi normal p<0,05 uji yang digunakan
50
DAFTAR PUSTAKA
51
Koswara, S. 2006. Jahe, Rimpang dengan Sejuta Khasiat. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Kustyawati, M.E., dan S. Ramli, 2008, Pemanfaatan Hasil Tanaman Hias Rosela
Sebagai Minuman. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi II
Universitas Lampung, 17-18 November 2008.
Lowdermilk, Perry, & Cashion (2011). Maternity Nursing. Universitas
Michigan: Mosby.
Maryani, Herti dan Kristiana, Lusi. 2008. Khasiat dan Manfaat Rosela rev.
Jakarta: PT. Agro Media Pustaka Media
Ozgoli G., Marja G. dan Fariborz M. 2009. Comparison of Effects of Ginger,
Mefenamic Acid, and Ibuprofen on Pain in Women with Primary
Dysmenorrhea. The Journal of Alternative and Complement Medicine.
Vol.15, No.2, hlm :129-132.
Perry, S. E., Hockenberry, M. J., Lowdermilk. D. L. & Wilson, D.
(2010).Maternal child nursing care. Mosby: Elseveir Inc.
Price, W. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses proses penyakit. Edisi ke 6
vol 2. Jakarta:EGC
Putri, D. A. 2014. Pengaruh Metode Ekstraksi dan Konsentrasi Terhadap
Aktivitas Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum) sebagai
Antibakteri Escherichia coli. Skripsi. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Ramli N. & Santy P. (2017). Efektifitas Pemberian Ramuan Jahe (Zingibers
officinale) dan Teh Rosella (Hibiscus sabdariffa) terhadap Perubahan
Intensitas Nyeri Haid. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 2(1): 61-66.
Reanmongkol, W dan Arunporn, I. 2007. Antipyretic activity of the extractcs of
Hibiscus sabdariffa calyces L. in experimental animals. Songklanakarin
J. Sci. Technol. Vol.29.
Reeder, Martin & Koniak-Grifin (2013) Keperawatan Maternitas Kesehatan
Wanita, Bayi & Keluarga Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC
Salemba Medika. Welch, C. (2012). Balance your hormones, balance your life.
Jakarta: Penebarerrawaty, SN. (2012). Wanita merawat dan mejaga
kesehatan seksual. Bandung : PT Grafindo Media Pratama
52
Sari, D., Nurdin, A. E., & Defrin, D. (2015).Hubungan Stres dengan Kejadian
Dismenorea Primer pada Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas, 567–570.
Sarwono, w.s. 2011 Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Sinaga, E. et al. (2017) Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta: Universitas
Nasional IWWASH Global One. Available at:
http://ppi.unas.ac.id/wpcontent/uploads/2017/06/
SKAP BKKBN . (2019). Survey Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP)
Keluarga 2019. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol.
53, Issue 9). Tanggal 16 Februari 2015 dari
http://eprints.uns.ac.id/4/2/169941211201010231.pdf.
53