Anda di halaman 1dari 110

HASIL PENELITIAN

SAMPUL
GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) VAKSIN SINOVAC
PADA SISWA DI SMA NEGERI 7 LUWU UTARA KECAMATAN BAEBUNTA
SELATAN KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2022

Oleh:

S. Nur Fauziyah Masse

14120180088

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022

i
PERSETUJUAN

GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) VAKSIN


SINOVAC PADA SISWA DI SMA NEGERI 7 LUWU UTARA KECAMATAN
BAEBUNTA SELATAN KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2022

OLEH :

S. NUR FAUZIYAH MASSE

14120180088

Disetujui untuk diseminarkan

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Fatmah A. Gobel, SKM., M.Epid Hasriwiani Habo Abbas, SKM, M.Kes., Ph. D

Makassar, 2022

Diketahui,

Wakil Dekan I

Dr. Arman. SKM., M.Kes

vii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini

dengan judul Gambaran Kejadian Ikutan (KIPI) Vaksin Sinovac pada

Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara Kecamatan Baebunta Selatan

Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022 dapat diselesaikan sebagai salah satu

syarat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

(FKM) Universitas Muslim Indonesia.

Tidak lupa pula shalawat dan salam atas junjungan nabi

Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi sekalian Ummat dalam

segala aspek dalam kehidupan, sehingga menjadi motivasi penulis dalam

menuntut ilmu dalam bangku perkuliahan.

Sebuah karya sebenarnya sangat sulit di katakan sebagai usaha

satu orang tanpa bantuan orang lain, begitu pula dengan skripsi ini.

Peneliti menyadari tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik karna

tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak yang tidak dapat peneliti

lupakan. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada keluarga saya yang saya cintai orang tua peneliti yaitu Ibunda Hj.

Indo Masse, S.Pd.I dan ayahanda H. Sudirman, S.Pd.I,M.M.Pd serta

saudara-saudara peneliti yaitu, dr. S. Fakhruddin Masse, MBBS dan S.

viii
Ahmad Fadhil Masse yang selalu mendukung, memberikan semangat,

motivasi, kasih sayang, perhatian dan mendoakan setiap langkah saya.

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapakan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak H.Mokhtar Noer jaya, SE.,M.Si selaku ketua Yayasan Wakaf

Universitas Muslim Indonesia.

2. Bapak Prof. Dr. H. Basri Modding, SE. M.Si selaku Rektor

Universitas Muslim Indonesia.

3. Ibu Dr. Suharni A. Fachrin, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.

4. Bapak Dr. Andi Surahman Batara, S.KM., M.Kes selaku ketua Prodi

Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia dan

Bapak Mansur Sididi, SKM., M.Kes selaku sekretaris Prodi Fakultas

kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.

5. Ibu Dr. Nurmiati Muchlis, S.K.M.,M.Kes selaku pembimbing

akademik penulis.

6. Ibu Dr. Fatmah Afrianty Gobel, SKM., M.Epid dan Ibu Hasriwiani

Habo, SKM, M.Kes, Ph.D selaku pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan, kritikan, saran, motivasi dan waktu kepada

peneliti dalam penyusunan skripsi.

7. Bapak Dr. dr. H. Muhammad Khidri Alwi, M.Kes dan Bapak Mansur

Sididi, SKM., M.Kes selaku penguji yang telah meluangkan

ix
waktunya guna memberikan masukan dan petunjuk menuju

kesempurnaan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak/Ibu Dosen Pengajar dan Staf Fakultas Kesehatan

Masyarakat yang telah memberikan banyak bekal ilmu dan

pelajaran kepada peneliti selama mengikuti pendidikan.

9. Bapak kepala sekolah SMA Negeri 7 Luwu Utara beserta staf guru

yang bersedia menerima, membantu serta membimbing peneliti

saat melaksakan penelitiannya, serta siswa-siswi yang bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Teman-teman Seperjuangan Angkatan 2018, Epidemiologi

angkatan 2018, teman-teman PBL Kabupaten Gowa Kec. Bajeng

Desa Tangkebajeng, teman-teman magang Nur Fadilah dan Nur

Farahdiba, teman-teman kelas B3 sampai kelas C5 yang telah

membantu penulis dan terima kasih untuk kebersamaannya.

11. Terima kasih banyak kepada Ahmad Fahrul, Yunita Lestari, Nurul

Hijrah, Nur Syach Dewi Latampung, dan Zulkifli yang selalu

memberikan support kepada peneliti dalam mengerjakan skripsi

dan penelitian.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan

Skripsi ini. Untuk itu peneliti sangat menanti saran dan kritik yang

membangun agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhirnya kepada

Allah jugalah kiranya peneliti memohon dan berdoa semoga kebaikan

bantuan yang di berikan semua pihak kepada peneliti mendapat imbalan

x
yang berlipat ganda dan juga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

siapa saja dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

dalam bidang kesehatan. Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 2022

Peneliti

xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii

KATA PENGANTAR..................................................................................iii

DAFTAR ISI................................................................................................vi

DAFTAR TABEL..........................................................................................1

DAFTAR SINGKATAN................................................................................3

DAFTAR ISTILAH.......................................................................................5

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................6

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................7

A. Latar Belakang...................................................................................7
B. Rumusan Masalah...........................................................................14
C. Tujuan Penelitian.............................................................................14
D. Manfaat Penelitian...........................................................................15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................10

A. Tinjauan Umum Tentang COVID-19................................................10


B. Tinjauan Umum Tentang KIPI..........................................................19
C. Tinjauan Umum Tentang Vaksin......................................................25
D. Kajian Keislaman.............................................................................29
E. Kerangka Teori.................................................................................31

BAB III KERANGKA KONSEP.................................................................46

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti............................................46


B. Bagan Kerangka Konsep.................................................................47
C. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif.......................................47

xii
BAB IV METODE PENELITIAN................................................................54

A. Jenis Penelitian................................................................................54
B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................54
C. Populasi............................................................................................54
D. Sampel.............................................................................................55
E. Sumber Data....................................................................................57
F. Pengolahan dan Analisis Data.........................................................57
G. Langkah-Langkah Penelitian...........................................................59
H. Organisasi Penelitian.......................................................................60
E. Jadwal Penelitian.............................................................................54

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................61

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................61


B. Visi dan Misi SMA Negeri 7 Luwu Utara..........................................61
C. Hasil Penelitian.................................................................................61

BAB VI PENUTUP....................................................................................87

A. Kesimpulan.......................................................................................87
B. Saran................................................................................................87

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................89

xiii
DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Beberapa Perusahaan Bioteknologi 27


Terkain Vaksin COVID-19

Tabel 4.1 Jumlah Populasi 54

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis 62


Kelamin pada Siswa di SMA Negeri 7
Luwu Utara Tahun 2022

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur 63


pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara
Tahun 2022

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kelas 63


pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara
Tahun 2022

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Dosis 64


Vaksin pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu
Utara Tahun 2022

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan 64


Riwayat Penyakit pada Siswa di SMA
Negeri 7 Luwu Utara Tahun 2022

Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Responden 65


berdasarkan Pengetahuan pada Siswa di
SMA Negeri 7 Luwu Utara Tahun 2022

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan 67


Pengetahuan pada Siswa di SMA Negeri 7
Luwu Utara Tahun 2022

Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Responden 68


berdasarkan Sikap pada Siswa di SMA
Negeri 7 Luwu Utara Tahun 2022

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap 70


pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara
Tahun 2022

xiv
Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Responden 71
berdasarkan Tindakan pada Siswa di
SMA Negeri 7 Luwu Utara Tahun 2022

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan 73


Tindakan pada Siswa di SMA Negeri 7
Luwu Utara Tahun 2022

Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Responden 73


berdasarkan Gejala KIPI Vaksin COVID-19
(Sinovac) pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu
Utara Tahun 2022

Tabel 5.13 Distribusi Jawaban Responden 74


Berdasarkan pada Dosis keberapa Gejala
KIPI Vaksin COVID-19 (Sinovac) muncul
pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara
Tahun 2022

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan 74


Gejala KIPI Vaksin COVID-19 (Sinovac
pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara
Tahun 2022

xv
DAFTAR SINGKATAN

ACE2 : Angiotensin-converting enzyme 2

AESI : Adverse Event Special Interest

APD : Alat Pelindung Diri

CFR : Case Fatality Rate

CI : Cumulative Incidence

COVID-19 : Coronavirus Disease 2019

DNA : Deoxyribonucleic Acid

DTP : Diphteria

EMR : Eastern Medieterranean Region

EUA : Emergency Use Authority

HHE : Hypotonic Hyporensponsive Episode

IPV : Vaksin polio inaktivasi

Kemkes : kementrian Kesehatan

KIPI : Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

KPCPEN : Komite Penangan COVID-19 dan Pemuliha

MERS : Middle East Respiratory Syndrome

SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome

xvi
SARS-COV2 : Severe Acute Respiratory Syndrome

SOP : Standard Operating Procedure

TEC : The Emergency Commite Ekonomi Nasional

Coronavirus 2

UNICEF : United Nations Childrens Fund

VOC : Variant of concern 

VOI : Variant of interest 

WHO : World Health Organization

xvii
DAFTAR ISTILAH

Arthralgia : Nyeri sendi

Droplet : Penularan melalui percikan batuk/bersin

Myalgia : Nyeri otot

Triangle epidemiology : Konsep dasar timbulnya suatu penyaki

Zoonosis : Ditularkan antara hewan dan manusia

DAFTAR LAMPIRAN

xviii
Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : SK Pembimbing

Lampiran 3 : Surat Keterangan pengambilan Data Awal

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 : Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 6 : Surat Pernyataan Keaslian Data

Lampiran 7 : Master Tabel

Lampiran 8 : Hasil Analisis Data

Lampiran 9 : Dokumentasi

Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup

xix
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit

jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada

manusia yang merupakan infeksi saluran pernapasan yang

disebabkan oleh Virus yang dinamakan SARS-CoV-2. Virus corona

adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).

Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke

manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), Orang yang paling

berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan

pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19 (Putri,

2020).

Wabah virus corona pada tahun 2019 yang telah menyebar

hampir ke seluruh dunia ini bermula dari sebuah pasar yang ada di

Provinsi Wuhan China. Pada 30 Januari 2020, Direktur Jenderal WHO

menetapkan bahwa wabah penyakit coronavirus (COVID-19)

merupakan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian

Internasional (WHO, 2020a). Sejak awal pandemi 2019 hingga 14

maret 2022 terhitung jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia

mencapai 485,243,022 dengan jumlah kasus kematian sebanyak

6,137,553, kasus tertinggi berada di negara USA sebanyak 79,292,582

kasus dengan kasus kematian sejumlah 971,569 jiwa, disusul negara


India dengan 43,024,440 kasus dengan kasus kematian sebanyak

521,129 jiwa, kemudian negara Brazil sebanyak 29,882,397 kasus

dengan kasus kematian 659,241 jiwa. Pada Februari 2022, sebanyak

2.127.831 kasus COVID-19 dilaporkan dari 22 negara Eastern

Mediterranean Region (EMR). Ada 12% peningkatan dalam kasus

yang dilaporkan secara keseluruhan dibandingkan dengan bulan

sebelumnya yaitu 1.875.777. Jumlah kasus tertinggi dilaporkan dari

Republik Islam Iran diikuti oleh Yordania dan Lebanon. (WHO, 2022a)

Pada 3 januari 2020 hingga 14 maret 2022, di Indonesia telah

terjadi 5.900.124 kasus COVID-19 dengan 152.437 kematian, yang

dilaporkan kepada Worl Health Organization (WHO) (WHO, 2022c).

Kasus positif COVID-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada

tanggal 2 Maret 2020, ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari

seorang warga negara Jepang. Pada tanggal 9 April, pandemi sudah

menyebar ke 34 provinsi diantaranya DKI Jakarta, Jawa

Barat dan Jawa Tengah sebagai provinsi paling terpapar virus corona

di Indonesia.(Kemkes, 2021)

Kasus COVID-19 yang telah menginfeksi dihampir seluruh

wilayah di Indonesia khususnya wilayah provinsi Sulawesi Selatan ada

24 kabupaten yang terkonfirmasi terinfeksi COVID-19. Jumlah kasus

positif COVID-19 di seluruh wilayah di kota Makassar hingga 15 Maret

2022 mengalami lonjakan. Jumlah kasus COVID-19 di Kota Makassar

telah mencapai 62.174 orang, serta 1.073 orang meninggal, 8.309

2
kasus positif infeksi, dan 52.792 orang yang dinyatakan sembuh.

Sedangkan jumlah kasus terkonfirmasi di salah satu wilayah di

Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Luwu Utara sebanyak 3.633 kasus

di antaranya 221 orang yang dirawat, 3.321 orang dinyatakan sembuh

dan 91 orang dinyatakan meninggal akibat COVID-19

(covid19.sulselprov, 2022)

Dengan jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 yang semakin

meningkat, pemerintah Indonesia membuat peraturan baru yaitu

pengadaan vaksinasi yang wajib diberikan kepada masyarakat,

khususnya tenaga kesehatan, tenaga pengajar, maupun tenaga di

instansi lainnya, dan juga pada peserta didik baik tingkat sekolah dasar

hingga perguruan tinggi. Oleh karen itu, The Emergency Committe

telah menyatakan bahwa penyebaran COVID-19 dapat dihentikan

jika dilakukan proteksi, deteksi dini, isolasi, dan perawatan yang

cepat agar tercipta implementasi sistem yang kuat untuk

menghentikan penyebaran COVID-19. (Makmun & Hazhiyah, 2020).

Untuk mengurangi angkat morbiditas dan mortalitas

penduduk, beberapa autoritas kesehatan kemudian mencoba untuk

menciptakan vaksin. Terbilang pada tahun 2020 telah muncul berbagai

vaksin yang telah lolos uji klinis fase 2 dan mendapat Emergency Use

Authority untuk penggunaannya sehingga siap untuk disebarluaskan

dan digunakan untuk masyarakat (Budiyanti et al., 2021)

3
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang

sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau

bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang

telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila

diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik

secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu (Exda Hanung Lidiana et

al., 2021).

Berdasarkan data Our World in Data 12 Maret 2022, ada 10

miliar total dosis yang telah diberikan secara global. 63,6% populasi di

dunia telah menerima vaksinasi lengkap dan hanya 14% populasi di

negara-negara yang berpenghasilan rendah yang menerima vaksin.

Secara keseluruhan, China dan India telah menempati urutan teratas

negara dengan pemberian jumlah dosis tertinggi, masing-masing lebih

dari tiga miliar dan 1,8 miliar. AS berada di urutan ketiga, dengan

sekitar 557 juta dosis. (Our World In Data, 2022).

Adapun situasi vaksin di Indonesia hingga 14 maret 2022 yaitu

untuk jumlah populasi yang mendapatkan vaksinasi dosis 1 sebanyak

53,80%, dosis 2 sebanyak 42,12%, dan dosis 3 sebanyak 4,06%

(Covid19hotline, 2022). Sedangkan berdasarkan data dari

humas.sulseprov.go.id hingga 8 maret 2022 program vaksinasi di

Sulawesi Selatan telah mencapai 85% dari total target 7 juta lebih jiwa.

Berdasarkan data Komite Penangan COVID-19 dan Pemuliha

Ekonomi Nasional (KPCPEN) total capaian vaksinasi di Sulawesi

4
Selatan mulai dosis 1 sebanyak 85,08%. Sedangkan dosis 2 sebanyak

58,09% dan vaksinasi booster atau dosis 3 sebanyak 2,73%

(humas.sulselprov, 2022).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara,

jumlah vaksinasi terendah di Provinsi Sulawesi Selatan berada di

Kabupaten Luwu Utara dimana pencapaian vaksinasi sebanyak

69,51%. Angka tersebut menjadi yang terendah diantara 24

kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Selatan. Pada januari 2022 di

Kabupaten Luwu Utara tercatat 3.307 orang yang akan menerima

vaksinasi termasuk siswa disekolah sekolah yang ada di Kabupaten

Luwu Utara, sedangkan untuk stok vaksin yang tersedia ada 41.348

dosis (Dinas Kesehatan Kab Luwu Utara, 2022).

Tidak dapat dipungkiri, pemeberian vaksin dapat menimbulkan

reaksi yang berbeda pada masing-masing individu. Sebagian besar

dari orang yang telah divaksinasi mengalami keluhan pasca

vaksinasi (Covid19.go.id). Salah satu reaksi yang muncul setelah

melakukan vaksinasi adalah KIPI atau kejadian ikutan pasca imunisasi.

Adapun beberapa orang yang mengalami KIPI setelah mendapatkan

dosis kedua, tetapi ada juga yang tidak. (WHO, 2020b)

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada vaksinasi

COVID-19 adalah kejadian medik yang diduga berhubungan dengan

vaksinasi COVID-19. Tidak semua orang yang divaksinasi akan

mengalami reaksi atau gejala KIPI. Munculnya reaksi atau KIPI adalah

5
sesuatu yang wajar. KIPI yang muncul setelah vaksinasi jauh lebih

ringan dibandingkan jika terinfeksi COVID-19. Munculnya KIPI setelah

vaksinasi menandakan bahwa vaksin sedang bekerja di dalam tubuh

dimana sistem daya tahan tubuh sedang belajar bagaimana cara

melindungi diri dari virus penyebab penyakit. KIPI umumnya bersifat

sementara dan akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari

(Litbangkes Baturaja, 2021).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Exa Hanung

Lidiana (2021) tentang karakteristik kejadian ikutan pasca vaksinasi

COVID-19 yang sampelnya merupakan tenaga kesehatan, dihasilkan

bahwa karakteristik munculnya KIPI pada responden yang telah

mendapatkan vaksinasi COVID-19 berdasarkan usia, jenis kelamin,

profesi, riwayat penyakit dahulu, jumlah insiden KIPI, jenis gejala KIPI,

dan lama gejala KIPI yang muncul sangatlah minimal, yang artinya

hanya sebagian orang yang merasakan gejala KIPI atau efek samping

setelah melakukan vaksinasi.

Selain itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Alissa Rahma (2021) mengenai gejala KIPI sinovac dapat sembuh

dengan sendirinya dengan rentan waktu gejalanya kurang lebih 1-2

hari dan reaksi serius pasca vaksinasi sinovac memiliki persentase

yang sangat kecil. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan

Adriyanto Rochmad Basuki (2022) data yang didapatkan sebanyak

54,5% responden yang mengalami gejala KIPI Sinovac, sedangkan

6
sebanyak 45,5% melaporkan tidak mengalami KIPI. Gejala KIPI yang

paling banyak muncul dalam penelitian tersebut adalah nyeri di tempat

suntik yaitu sebanyak 243 orang (42,5%).

Dari hasil pengambilan data awal Februari 2022 di SMA

Negeri 7 Luwu Utara, siswa yang melakukan vaksinasi COVID-19

sebanyak 94,65% dan sekitar 15,35% yang tidak di vaksin dengan

alasan sakit dan sementara pemulihan pasca operasi. Sedangkan

menurut salah seorang guru beberapa siswa yang telah melakukan

vaksinasi pertama atau sekitar 30,35% mengeluhkan gejala-gejala

KIPI, seperti nyeri hingga bengkak pada area bekas suntikan, lemas,

sakit kepala, bahkan

sampai demam serta flu dan batuk. Untuk itu penting

dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran Kejadian Ikutan

Pasca Imunisasi (KIPI) atau reaksi yang muncul setelah melakukan

vaksinasi sinovac, khususnya pada remaja atau siswa SMA Negeri 7

Luwu Utara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat

dirumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana

Gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Vaksin Sinovac

Pada Siswa SMA Negeri 7 Luwu Utara?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

7
Secara umum tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran

kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) vaksin sinovac pada siswa di

SMA Negeri 7 Luwu Utara.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa tentang

kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) vaksin sinovac.

b. Untuk mengetahui gambaran sikap siswa terhadap kejadian

ikutan pasca imunisasi (KIPI) vaksin sinovac.

c. Untuk mengetahui gambaran tindakan siswa terhadap kejadian

ikutan pasca imunisasi (KIPI) vaksin sinovac.

d. Untuk mengetahui gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

(KIPI) berdasarkan vaksinasi dosis 1 dan vaksin dosis 2.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman belajar yang

sangat berharga bagi peneliti tentang manfaat penelitian dalam

menyusun dan melaksanakan penelitian serta dapat

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari bangku perkuliahan,

khususnya ilmu Epidemiologi.

2. Manfaat Teoritis

a. Memperkaya referensi dan literature kepustakaan mengenai

KIPI Vaksin Sinovac.

8
b. Memberikan sudut pandang yang berbeda mengenai KIPI

vaksin Sinovac.

c. Penelitian ini juga dapat berguna bagi peneliti selanjutnya

tentang KIPI COVID-19.

3. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

b. Untuk menerapkan secara dinamis ilmu yang sudah di

peroleh.

c. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang di

perlukan kepada peneliti selanjutnya yang memiliki

penelitian sejenis dikesempatan lain.

4. Manfaat Subjek

Memberikan pengetahuan kepada siswa di SMA Negeri

7 Luwu Utara mengenai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Vaksinasi Sinovac.

9
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang COVID-19

1. Devinisi COVID-19

Corona Virus Disease 2019 atau COVID-19 merupakan

keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia

dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi

saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius

seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom

Pernafasan Akut Berat atau Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia

sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember

2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit

Coronavirus Disease-2019 (COVID-19) (kemenkes, 2022).

Namun, beberapa jenis virus corona juga bisa

menimbulkan penyakit yang lebih serius, seperti Middle East

Respiratory Syndrome (MERS-CoV), Middle East Respiratory

Syndrome (MERS-CoV), dan Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS-CoV) (dr. Rizal Fadli, 2021).

Virus corona atau COVID-19 adalah keluarga besar virus

yang dapat menginfeksi burung dan mamalia, termasuk

manusia. Menurut World Health Organization (WHO), virus ini


mengakibatkan penyakit mulai dari flu ringan hingga infeksi

pernapasan yang lebih parah seperti MERS-CoV dan SARS-CoV.

(Ayu Kurniawati et al., 2020)

2. Epidemiologi COVID-19

Secara global, lebih dari 200 juta kasus terkonfirmasi

COVID-19 telah dilaporkan. Sejak laporan pertama kasus dari

Wuhan, sebuah kota di Provinsi Hubei China, di akhir 2019, kasus

telah dilaporkan di semua benua. Kasus yang dilaporkan

menganggap remeh keseluruhan kasus COVID-19, karena hanya

sebagian kecil dari infeksi akut yang didiagnosis dan dilaporkan.

Survei seroprevalence amerika serikat dan eropa berpendapat

bahwa setelah memperhitungkan potensi positif atau hal-hal negatif

yang keliru, tingkat paparan SARS-CoV-2 sebelumnya,

sebagaimana dipaparkan dari seropositivitas, melebihi kasus yang

dilaporkan dengan angka 10 kali lipat atau lebih (Mcintosh et al.,

2021).

Berdasarkan prinsip epidemiologi, dalam menurunkan

kasus positif dan angka kematian yang aktif harus berfokus pada

hilir dan hulu seperti berorientasi pada aspek promotif dan

preventif (Tanjung & Sitepu, 2021). Epidemiologi penyakit Covid-

19 yang ada di Indonesia dari bulan Juli hingga bulan Desember

Tahun 2020 meliputi distribusi penyebaran pasien positif, pasien

11
sembuh, pasien meninggal, Case Fatality Rate (CFR) dan

Cumulative Incidence (CI) (Tanjung & Sitepu, 2021).

Case Fatality Rate (CFR) adalah alat ukur yang umum

digunakan untuk mengukur keparahan dari penyakit akut yang

berguna untuk menilai manfaat dari terapi baru atau keefektifan

dari sebuah intervensi. CFR merupakan proporsi kasus penyakit

tertentu yang menyebabkan kematian dalam suatu waktu.

Umumnya CFR disajikan dalam bentuk persentase. Cumulative

Incidence adalah probabilitas dari seorang yang tidak sakit untuk

menjadi sakit selama periode waktu tertentu. Case Fatality Rate

COVID-19 yang terjadi di Indonesia dari bulan Juli hingga bulan

Desember semakin lama semakin menurun. Mulai bulan Juli ke

Agustus, bulan Agustus ke September sampai Oktober, bulan

November hingga Desember CFR Covid-19 di Indonesia tahun

2020 semakin menurun (Tanjung & Sitepu, 2021).

Cumulative Incidence adalah probabilitas dari seorang

yang tidak sakit untuk menjadi sakit selama periode waktu tertentu.

Cumulative Incidence atau angka kejadian penyakit pada Covid-

19 di Indonesia mengalami peningkatan dari bulan Juli hingga

bulan September.Namun, mengalami penurunan pada bulan

Oktober yang kemudian mengalami peningkatan kembali dari

bulan November hingga bulan Desember tahun 2020 di

Indonesia. Peningkatan tersebut menunjukkan semakin

12
bertambahnya kasus positif Covid- 19 di Indonesia dikarenakan

lalai nya masyarakat Indonesia sendiri. Masyarakat tidak

menerapkan dan melakukan saran maupun nasihat dari tenaga

kesehatan dan pemerintahan dalam pencegahan penularan seperti

jaga jarak (Tanjung & Sitepu, 2021).

Konsep dasar timbulnya suatu penyakit yaitu “triangle

epidemiology”, yaitu terdiri dari tiga unsur yang pertama adalah

host atau manusia, agent atau penyebab penyakit dan environment

yaitu lingkungan. Segitiga epidemiology ini harus seimbang dan

sama panjang agar suatu penyakit tidak muncul sebagai gangguan

pada individu maupun populasi.(Nurida, 2020)

Gambar 2.1
Segitiga Epidemiologi COVID-19

3. Etiologi Covid-19

Analisis genom virus lengkap mengungkapkan bahwa virus

tersebut memiliki identitas urutan 88% dengan dua virus korona

13
mirip sindrom pernapasan akut (SARS) yang diturunkan dari

kelelawar, tetapi lebih jauh dari virus corona sindrom pernapasan

akut parah (SARS-CoV). Oleh karena itu, untuk sementara disebut

2019-novel coronavirus (SARS-CoV-2). (Rauf et al., 2020)

Coronavirus adalah asam ribonukleat berselubung dan

beruntai tunggal yang dinamai seperti korona matahari karena

permukaannya yang berduri sepanjang 9-12 nm. Ada empat protein

struktural utama yang dikodekan oleh genom coronaviral pada

envelope, salah satunya adalah protein spike (S) yang mengikat

reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) dan memediasi

fusi selanjutnya antara envelope dan membran sel inang untuk

membantu masuknya virus ke dalam sel inang.(Rauf et al., 2020)

Pada 11 Februari 2020, Kelompok Studi Coronavirus

(CSG) dari Komite Internasional untuk Taksonomi Virus akhirnya

menetapkannya sebagai sindrom pernafasan akut yang parah

coronavirus 2 (SARS-CoV-2) berdasarkan filogeni, taksonomi, dan

praktik yang mapan. Kemudian setelah itu, WHO menamai penyakit

yang disebabkan oleh coronavirus ini sebagai Coronavirus Disease

2019 (COVID-19). Berdasarkan data saat ini, tampaknya kelelawar

pada awalnya mungkin menjadi inang COVID-19, yang mungkin

telah ditularkan ke manusia melalui trenggiling atau hewan liar

lainnya yang dijual di pasar makanan laut Huanan, dengan

14
penyebaran selanjutnya melalui penularan dari manusia ke

manusia.(Rauf et al., 2020)

4. Faktor Risiko Penyebab Infeksi COVID-19

Berdasarkan salah satu jurnal penelitian, penyakit

komorbid hipertensi, diabetes melitus, jenis kelamin laki laki dan

perokok adalah faktor risiko COVID-19. Pasien dengan jenis

kelamin laki laki diduga karena prevalensi perokok yang tinggi pada

laki laki (Aditia, 2021). Kerentanan lain juga terjadi pada pasien

kanker dan penyakit hati kronik. Kanker diasosiasikan dengan

reaksi imunosupresif sedangkan penyakit hati kronik mengalami

penurunan respon imun sehingga meningkatkan resiko

terjangkit COVID-19 (Aditia, 2021).

Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari

hewan ke manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus

Corona juga menular dari manusia ke manusia. Seseorang dapat

tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:

a. Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar

saat penderita COVID-19 batuk atau bersin

b. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih

dahulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah

penderita COVID-19

c. Melakukan kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19 (dr.

Pittara, 2022)

15
Virus Corona juga bisa menular melalui benda-benda yang

sering disentuh, misalnya uang, gagang pintu, atau permukaan

meja. Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja,

tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi

pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang memiliki penyakit

tertentu, perokok, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah,

misalnya pada penderita kanker (dr. Pittara, 2022).

Karena mudah menular, virus Corona juga berisiko tinggi

menginfeksi para tenaga medis yang merawat pasien COVID-19.

Oleh sebab itu, para tenaga medis dan orang-orang yang sering

kontak dengan pasien COVID-19 perlu menggunakan alat

pelindung diri (APD) (dr. Pittara, 2022).

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh WHO, terdapat

beberapa varian SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Varian yang

dimaksud dibagi menjadi dua jenis, yaitu variant of concern (VOC)

dan variant of interest (VOI) (dr. Pittara, 2022).

VOC adalah varian virus SARS-CoV-2 yang dapat

meningkatkan risiko penularan COVID-19 dengan cepat,

memperparah gejala, dan mengurangi efektivitas terapi. Berikut ini

adalah jenis variant of concern tersebut:

a. Varian Alfa (B.1.1.7) yang pertama kali ditemukan di Inggris

pada September 2020.

16
b. Varian Beta (B.1.351/B.1.351.2/B.1.351.3) yang pertama kali

ditemukan di Afrika Selatan pada Mei 2020.

c. Varian Gamma (P.1/P.1.1/P.1.2) yang pertama kali ditemukan

di Brazil pada November 2020.

d. Varian Delta (B.1.617.2/AY.1/AY.2/AY.3) yang pertama kali

ditemukan di India pada Oktober 2020.

e. Varian Omicron (B.1.1.529) yang pertama kali ditemukan di

beberapa negara pada November 2021 (dr. Pittara, 2022).

Sementara itu, VOI adalah varian yang saat ini sedang

diteliti karena dicurigai berpotensi menjadi VOC. Jenis varian

tersebut adalah:

a. Varian Lamda (c.37) yang pertama kali ditemukan di Peru pada

Desember 2020.

b. Varian Mu (B.1621) yang pertama kali ditemukan di Kolombia

pada Januari 2021 (dr. Pittara, 2022).

5. Gejala Infeksi Virus Corona

Virus corona bisa menimbulkan beragam gejala pada

pengidapnya. Gejala yang muncul ini bergantung pada jenis virus

yang menyerang dan seberapa serius infeksi yang terjadi. Berikut

ini beberapa ciri-ciri awal corona:

a. Hidung beringus.

b. Sakit kepala.

c. Batuk.

17
d. Sakit tenggorokan.

e. Demam.

f. Merasa tidak enak badan.

g. Hilangnya kemampuan indera perasa dan penciuman (dr. Rizal

Fadli, 2021).

Hal yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat

menyebabkan gejala yang parah. Infeksinya dapat berubah

menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan oleh COVID-19),

yang mengakibatkan gejala seperti, demam yang mungkin cukup

tinggi bila pengidap mengidap pneumonia, batuk dengan lendir,

sesak napas serta nyeri dada atau sesak saat bernapas dan batuk

(dr. Rizal Fadli, 2021).

Infeksi bisa semakin parah bila menyerang kelompok

individu tertentu. Contohnya, orang dengan penyakit jantung atau

paru-paru, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, bayi, dan

lansia. Beberapa pengidap COVID-19 juga mengalami gejala yang

sebenarnya bersifat ringan (dr. Rizal Fadli, 2021).

6. Pencegahan COVID-19

WHO mengeluarkan rekomendasi pencegahan COVID-19 yaitu

sebagai berikut (WHO, 2019):

a. Rajin mencuci tangan dengan cairan alkohol maupun sabun

dan air untuk membunuh virus

b. Menjaga jarak sejauh 1 meter dengan orang lain

18
c. Menghindari tempat yang ramai dan memungkinkan terjadi

kontak dengan orang lain

d. Jangan menyentuh mata, hidung dan mulut secara langsung

sebelum membersihkan tangan

e. Tetap di rumah untuk menghindari kontak dengan orang lain

f. Jika mengalami gejala gejala umum COVID-19 segera mencari

bantuan medis

g. Selalu mengakses informasi yang dapat dibuktikan dan

dipercaya terkait COVID-19.

B. Tinjauan Umum Tentang KIPI

1. Definisi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

KIPI merupakan respon tubuh terhadap vaksin yang

disuntikkan ke dalam tubuh. Gejalanya bervariasi di setiap orang.

KIPI dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu KIPI serius dan KIPI non

serius(Sari, 2021).

Meskipun vaksin semua yang digunakan dalam program

imunisasi nasional aman dan efektif jika digunakan dengan benar,

namun dalam praktiknya, tidak ada vaksin yang benar-benar

bebas risiko dan kadang- kadang efek samping dapat terjadi

setelah imunisasi. Coincidental event: KIPI yang disebabkan oleh

hal lain selain produk vaksin, kesalahan imunisasi atau

kecemasan imunisasi (Hafizzanovian et al., 2021).

19
KIPI non serius dan bersifat sementara, antara lain:

(UNICEF, 2021)

a. Demam yang ditandai dengan suhu di atas 37,8˚C

b. Mual atau muntah

c. Menggigil

d. Rasa lelah

e. Sakit kepala atau nyeri otot

f. Nyeri sendi

g. Nyeri pada lengan, di tempat suntikan

2. Faktor Penyebab KIPI

Penyebab KIPI terbagi menjadi empat macam yaitu

kesalahan teknis pelaksana, imunisasi, induksi vaksin, faktor

kebetulan dan penyebab tidak diketahui (Kristiningtyas &

Purwandari, 2020).

Berdasarkan penyebabnya,KIPI dibagi menjadi 5 yaitu:

a. Reaksi KIPI terkait komponen vaksin. Komponen vaksin antara

lain adjuvant, antiobiotik, antigen, pelarut, pengawet, stabilizer

dan bahan lainnya.

b. Reaksi KIPI terkait cacat mutu vaksin. KIPI jenis ini terkait cacat

mutu pada vaksin, maupun alat pemberian yang disediakan

produsen.

20
c. Reaksi KIPI terkait kesalahan prosedur. Penyebab KIPI jenis ini

yaitu kesalahan saat pelarutan vaksin maupun pemberian

vaksin.

d. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik.

e. Reaksi KIPI akibat kejadian koinsiden. Reaksi KIPI jenis ini

diakibatkan oleh hal-hal yang tidak terkait empat hal di atas,

contohnya demam yang muncul sebelum atau saat vaksinasi

(Sari, 2021)

3. Kategori KIPI

Menurut WHO, KIPI dikelompokkan ke dalam lima

kategori. Kategori KIPI di antaranya adalah:

a. KIPI yang terkait produk vaksin

KIPI kelompok ini diakibatkan atau dicetuskan oleh satu

atau lebih komponen yang terkandung di dalam produk vaksin.

Contohnya pembengkakan luas di tungkai setelah imunisasi

DTP.

b. KIPI terkait dengan cacat mutu vaksin

KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin disebabkan

atau dicetuskan oleh satu atau lebih cacat mutu produk vaksin,

termasuk alat pemberian vaksin yang disediakan oleh

produsen. Contohnya kegagalan yang dilakukan oleh produsen

vaksin pada waktu melakukan inaktivasi lengkap virus polio

21
saat proses pembuatan vaksin IPV Vaksin polio inaktivasi

(IPV).

c. KIPI terkait kekeliruan prosedur imunisasi

kekeliruan prosedur imunisasi disebabkan oleh cara

penanganan vaksin yang tidak memadai, penulisan resep atau

pemberian vaksin yang sebetulnya dapat dihindari. Contoh dari

KIPI ini adalah penularan infeksi karena vial multidosis yang

terkontaminasi.

d. KIPI terkait kecemasan terkait imunisasi

KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu pemberian

imunisasi. Contohnya terjadinya vasovagal syncope (Sinkope

vasovagal). Ini merupakan reaksi neurovaskuler yang

menyebabkan pingsan pada remaja saat atau sesudah

imunisasi.

e. KIPI terkait kejadian koinsiden

KIPI ini disebabkan oleh hal-hal di luar produk vaksin,

kekeliruan imunisasi atau kecemasan akibat imunisasi.

Kejadian koinsiden mencerminkan peristiwa sehari-hari dari

masalah kesehatan di masyarakat yang sering dilaporkan (Dwi

Zain Musofa, 2021).

4. Jenis KIPI

a. KIPI Serius

22
KIPI serius adalah setiap kejadian medik setelah

imunisasi yang menyebabkan rawat inap, kecacatan, dan

kematian, serta yang menimbulkan keresahan di masyarakat.

KIPI serius cenderung langka terjadi, tapi bisa menimbulkan

dampak yang serius. KIPI serius pada umumnya disebabkan

oleh respon sistem imun terhadap vaksin dan menyebabkan

reaksi alergi berat terhadap bahan vaksin, menurunkan

trombosit, menyebabkan kejang, dan hipotonia. Semua gejala

KIPI serius dapat diatasi dan sembuh secara total tanpa adanya

dampak jangka panjang (Noviana et al., 2019). Komnas kejadian

ikutan pasca imunisasi (KIPI) Prof. Dr. Hinky Hindra Irawan

Satari mengatakan proporsi yang mengalami KIPI serius di

Indonesia 42/1 juta.

b. KIPI Non Serius

KIPI non serius adalah kejadian medik yang terjadi

setelah imunisasi dan tidak menimbulkan risiko potensial pada

kesehatan si penerima. Dilaporkan rutin setiap bulan bersamaan

dengan hasil cakupan imunisasi. Gejala KIPI non serius dapat

bersifat lokal atau sistemik. KIPI non serius bersifat lokal dapat

berupa rasa nyeri, kemerahan dan pembengkakan di area

tubuh yang mengalami infeksi setelah diberikan imunisasi

(Noviana et al., 2019). Komnas kejadian ikutan pasca imunisasi

23
(KIPI) Prof. Dr. Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan proporsi

yang mengalami KIPI serius di Indonesia 5/10 ribu.

5. Gejala KIPI

Gejala KIPI bisa berupa gejala ringan yang dirasakan, rasa

tidak nyaman atau berupa kelainan hasil pemeriksaan laboratorium

(Dwi Zain Musofa, 2021).

Beberapa KIPI ringan ini contohnya adalah pusing, mual,

nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), nyeri di tempat

suntikan, kelelahan, malaise (perasaan lelah, tidak nyaman, dan

kurang enak badan), dan demam (Dwi Zain Musofa, 2021).

Sementara KIPI berat adalah istilah yang termasuk KIPI

serius dan reaksi berat lainnya. Yang termasuk KIPI berat seperti

kejang, trombositopenia, Hypotonic Hyporensponsive Episode

(HHE), hingga menangis terus menerus (pada anak) (Dwi Zain

Musofa, 2021).

6. KIPI Covid-19

Menurut Prof. DR.Dr.Hindra Irawan Satari,SpA(K),MtropPa

ed selaku Ketua Komnas KIPI dalam paparan tertulisnya, KIPI COV

ID-19 adalah KIPI dengan perhatian khusus (Adverse Event

Special

Interest/AESI). Deteksi dan pelaporan kejadian ikutan pasca imunis

asi COVID-19 yang tepat waktu adalah langkah pertama dalam

memastikan keamanan vaksin (Dwi Zain Musofa, 2021).

24
Deteksi KIPI Covid dilakukan melalui surveilans pasif. Hal

ini melibatkan penerima vaksin, penyedia layanan kesehatan dan

staf di fasilitas perawatan kesehatan atau imunisasi yang

mendeteksi KIPI dan melaporkannya secara berjenjang sesuai

SOP di PMK 12/2017 (Dwi Zain Musofa, 2021).

Pasien yang mengalami gangguan kesehatan KIPI

diberikan pengobatan dan perawatan selama proses investigasi

dan pengkajian kausalitas (Dwi Zain Musofa, 2021).

7. Surveilans KIPI

Menurut komnas kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)

Prof. Dr. Hinky Hindra Irawan Satari, tujuan surveilans KIPI yaitu:

 Untuk mengetahui hubungan antara imunisasi dengan KIPI

diperlukan pencatatan dan pelaporan semua reaksi yang timbul

setelah pemberian imunisasi.

 Surveilans KIPI tersebut sangat membantu imunisasi, untuk

mengetahui apakah kejadian tersebut berhubungan dengan

vaksin yang diberikan ataukah terjadi secara kebetulan.

 Ia juga mengatakan bahwa tujuan utama surveilans KIPI adalah

untuk menfeteksi dini, merespon KIPI dengan cepat dan tepat,

mengurangi dampak negatif imunisasi terhadap kesehatan

individu dan terhadap imunisasi.

C. Tinjauan Umum Tentang Vaksin

1. Definisi Vaksin

25
Vaksin adalah setian bahan yang diproses dengan fungsi

tertentu yang ketika diberikan, dapat mencegah serta mengurangi

penyakit atau gangguan dalam tubuh sasaran dengan menginduksi

atau memodifikasi kekebalan adaptasi respon yang spesifik untuk

antigen didalam vaksin (Lin & He, 2012).

Vaksinasi adalah proses di dalam tubuh, dimana

seseorang menjadi kebal atau terlindungi dari suatu penyakit

sehingga apabila suatu saat terpajang dengan penyakit tersebut

maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan, biasanya

dengna pemberian vaksin. Vaksinasi bertujuan untuk memberikan

kekebalan spesifik terhadap suatu penyakit tertentu sehingga

apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut maka tidak

akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Pandemi Covid-19

sejak tahun 2 Maret 2020 diumumkan kasus pertama di Indonesia

telah menyebar dengan cepat. Salah satu strategi penanggulangan

bertujuan untuk memperlambat dan menghentikan laju

transmisi/penularan, dan menunda penyebaran penularan.

Vaksinasi Covid-19 merupakan bagian dari strategi

penanggulangan Covid-19. Pelaksanaan vaksinasi COVID-19

bertujuan untuk melindungi masyarakat dari infeksi SARS-CoV-2

yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian akibat COVID-

19.(Ritunga et al., 2021)

2. Jenis Vaksin

26
Ada berbagai jenis vaksin yang beredar. Jenis vaksin yang

berbeda mempunyai formulasi yang berbeda. Formulasi yang

berbeda ini mempengaruhi cara penggunaannya dan

penyimpanannya. Kalau ternyata berbagai vaksin yang berbeda

jenisnya tersebut efektif dan aman untuk diberikan maka sikap

petugas harus mengenal berbagai jenis vaksin yang berbeda ini

dan tahu cara pengelolaan dan penanganannya (WHO, 2022b).

Tabel 2.1
Beberapa Perusahaan Bioteknologi Terkait
Vaksin Covid-19

a. Vaksin mRNA

Vaksin mRNA adalah teknologi yang berkembang

pesat untuk mengobati penyakit menular dan kanker. Vaksin

berbasis mRNA mengandung mRNA yang mengkode antigen,

yang diterjemahkan di mesin seluler inang dengan vaksinasi.

Vaksin mRNA memiliki keunggulan dibandingkan vaksin

27
konvensional, dengan tidak adanya integrasi genom, respon

imun yang meningkat, perkembangan yang cepat, dan

produksi antigen multimeric (Makmun & Hazhiyah, 2020).

b. Vaksin DNA

Vaksin DNA biasanya terdiri dari molekul DNA plasmid

yang mengkodekan satu atau lebih antigen. Mereka lebih

unggul dari vaksin mRNA dalam formulasi yang diperlukan

untuk stabilitas dan efisiensi pengiriman, namun mereka

harus memasukkan nukleus yang dapat membawa risiko

integrasi vctor dan mutasi pada genom inang (Makmun &

Hazhiyah, 2020).

c. Vaksin mati dan Vaksin yang dilemahkan

Vaksin mati biasanya menginduksi respon imun

bawaan. Salah satu pendekatan untuk meningkatkan kinerja

vaksin mati adalah dengan menggunakan adjuvant vaksin yang

efektif. Untuk menghindari efek samping yang kuat dan tetap

menginduksi respon imun yang kuat, seringkali layak untuk

menggunakan patogen iradiasi gamma yang tidak dapat

bereplikasi tetapi tetap aktif secara metabolik untuk jangka

waktu tertentu untuk menginduksi respon imun spesifik antigen

sebagai vaksin hidup yang dilemahkan. (Lin & He, 2012)

d. Vaksin Subunit

28
Vaksin subunit mencakup satu atau lebih antigen

dengan imunogenisitas kuat yang mampu menstimulasi

sistem imun inang secara efisien. Secara umum, jenis vaksin

ini lebih aman dan lebih mudah untuk diproduksi, tetapi

seringkali membutuhkan penambahan bahan pembantu untuk

memperoleh respon imun protektif yang kuat.9 Sejauh ini,

beberapa lembaga telah memprakarsai program vaksin subunit

SARS-CoV-2, dan hampir semuanya menggunakan protein S

sebagai antigen (Makmun & Hazhiyah, 2020).

3. Tujuan Vaksinasi

a. Membentuk kekebalan tubuh

b. Menurunkan kesakitan dan kematian akibat COVID-19

c. Melindungi dan memperkuat sistem kesehatan secara

menyeluruh

d. Menjaga produktifitas dan meminimalkan dampak sosial dan

ekonomi (Timur, n.d.)

D. Kajian Keislaman

Islam adalah agama yang didalamnya telah mengatur dan

membahas segala hal secara kompleks. Jika para ilmuwan dan peneliti

menemukan hal terbaru, maka sesungguhnya semua itu telah dibahas

dengan lengkap melalui firman-Nya serta Rasul-Nya memberi

pengetahuan kepada umat-Nya.

29
Sesungguhnya penyebaran penyakit sudah terjadi sejak

lama berabad-abad silam sejak zaman Nabi Muhammad SAW, bukan

hanya pada era modern saja. Nabi Muhammad SAW pernah

berpesan dalam sebuah hadist tentang bagaimana sebaiknya

menyikapi datangnya suatu wabah penyakit diwilayah tertentu.

Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim

َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


‫الطاعُونُ آ َي ُة الرِّ جْ ِز ا ْب َتلَى هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل ِب ِه َناسًا مِنْ عِ َبا ِد ِه َفِإ َذا َفاَل‬ َ ِ ‫َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬

‫ض َوَأ ْن ُت ْم ِب َها َفاَل َتفِرُّ وا ِم ْن ُه َسمِعْ ُت ْم ِب ِه‬


ٍ ْ‫َت ْد ُخلُوا َعلَ ْي ِه َوِإ َذا َو َق َع ِبَأر‬

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tha’un


(wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah
Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari
kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu
berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan
apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan
pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin
Zaid).
Adapun terkait upaya dalam mencegah terjangkit virus COVID-

19 dengan cara isolasi Mandiri, juga dijelaskan dalam Riwayat hadist

Buhari dan Muslim.

ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَل ي‬


‫ُوردَنَّ مُمْ ِرضٌ َعلَى مُصِ ٍّح‬ َ ُّ‫َقا َل ال َّن ِبي‬

Rasuli shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah yang sakit


dicampurbaurkan dengan yang sehat.” (HR Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah).

30
E. Kerangka Teori

COVID-19

Pengetahuan COVID-19

Vaksinasi

Jenis Vaksin Pengetahuan Reaksi Vaksin


vaksin COVID-19

Sinovac Reaksi Lokal

AstraZeneca Reaksi Sistemik

Moderna Reaksi Lain

KIPI

31
KIPI Serius KIPI NonSerius

Pengetahuan KIPI
vaksin COVID-19

Bagan 2.1
Kerangka Teori Pemikiran

Modifikasi: Direktorat Yankes Kemenkes RI, 2021

32
Tabel 2.2

Tabel Sintesa

No. Judul/Nama Tujuan Metode Sampel Hasil Kesimpulan


1. Pemantauan Tujuan dari Jenis penelitian ini adalah Sampel Data hasil penelitian Kesimpulan yang bisa ditarik
Kejadian Ikutan penelitian ini untuk penelitian deskriptif yang diambil menunjukan bahwa ialah KIPI yang dirasakan
Pasca Imunisasi mengetahui kuantitatif dengan adalah vaksinasi pertama 23% paling banyak adalah myalgia,
(KIPI) Vaksin kejadian ikutan menggunakan kuisioner tenaga mengalami reaksi sistemik atralgia, dan adapun yang
Corona Virus pasca imunisasi online yang berisi kesehatan di (Myalgia dan Atralgia), 20% tidak merasakan KIPI.
Disease 2019 (KIPI) dari pertanyaan-pertanyaan ruang mengalami reaksi lain
(Covid-19) Pada vaksinasi covid-19 yang terkait dengan KIPI edelweis (Meningkatnya nafsu
Tenaga Kesehatan berupa reaksi yang dirasakan pasca dengan makan), dan 17% tidak
Di Ruang Edelweis, sistemik, reaksi vaksinasi covid-19. jumlah 25 merasakan KIPI, sedangkan
RSUD W.Z. lokal dan reaksi responden. vaksinasi kedua 40% tidak
Johannes Kupang vaksin berat; lama merasakan KIPI, 17%
Tahun 2021. waktu mengalami reaksi lain
MARLINA dirasakannya KIPI; (Meningkatnya napsu
SEPRIANI TONMO dan cara makan), dan 13% mengalami
penanganan untuk reaksi sitemik (Myalgia dan
mengatasi KIPI Atralgia). Rentang waktu
pada tenaga yang dirasakannya KIPI ialah
kesehatan di 1-6 jam. Tindakan yang
Ruang Edelweis dilakukan untuk mengatasi
Rumah Sakit KIPI ialah dengan cara
Umum W.Z Istirahat yang cukup.
Johannes Kupang.
2. Pemberdayaan Tujuan dari Kegiatan pengabdian ini 30 orang Hasil pre-test dan post-test Kegiatan pengabd
Kader Dalam penelitian ini dilakukan secara luring kader di menunjukkan bahwa ian masyarakat ini
Manajemen KIPI adalah untuk kepada 30 orang kader di wilayah terdapat peningkatan dilakukan untuk membantu
Pada mengetahui wilayah kerja Puskesmas kerja pengetahuan kader antara kader mendapatkan informasi
Vaksinasi Covid-19 tingkat Bandarharjo. Kegiatan Puskesmas sebelum diberikan edukasi yang tepat mengenai KIPI
Di Wilayah Kerja pengetahuan diawali dengan pre-test, Bandarharjo. dan setelah diberikan vaksinasi COVID-19. Informasi

32
Puskesmas kader tentang KIPI dilanjutkan dengan edukasi. Pada pengabdian ini diharapkan dapat
Bandarharjo terkait vaksinasi pemberian materi dan ini, kader kesehatan juga disebarluaskan ke
Rani Tiyas COVID-19 diskusi tanya jawab, mendapatkan booklet yang masyarakat umum sehingga
Budiyanti, diwilayah kerja serta diakhiri dengan berisi informasi umum dapat membantu
Nurhasmadiar Puskesmas post-test. Pre-test dan seputar vaksinasi COVID-19 meningkatkan keyakinan
Nandini, Sutopo Bandarharjo post-test yang diberikan dan juga informasi mengenai masyarakat untuk
Patria Jati, Septo terdiri dari 10 pertanyaan KIPI. Booklet yang diberikan mendapatkan vaksinasi
Pawelas Arso, Eka sederhana terkait kepada kader selain dapat COVID-19 serta meningkatkan
Yunila Fatmasari informasi dasar mengenai membantu kader menambah cakupan vaksinasi COVID-19
vaksinasi COVID-19 dan pengetahuan juga dapat khususnya di wilayah
KIPI vaksinasi COVID- digunakan sebagai media Puskesmas Bandarharjo,
19. Selain itu kader edukasi atau penyuluhan Kota Semarang. Hasil Pre-test
kesehatan juga kepada masyarakat umum. dan Post-test menunjukkan
mendapatkan buku modul terdapat peningkatan
yang dapat digunakan pengetahuan pada kader
ketika melakukan edukasi kesehatan peserta kegiatan
kepada masyarakat sejak sebelum mendapatkan
edukasi dan setelah
mendapatkan edukasi. Seluruh
kader yang menjadi peserta
kegiatan mendapatkan booklet
yang dapat digunakan
sebagai sumber informasi dan
juga media edukasi kepada
masyarakat.
3. Upaya Pelaksanaan Tujuan Kegiatan Program vaksinasi Covid- 156 orang Pelaksanaan vaksinasi Universitas Tarumanagara
dan Pemantauan PKM ini adalah 19 sudah dilaksanakan terdiri dari dalam upaya pencegahan khususnya fakultas kedokteran
Kejadian KIPI pada memberikan dengan prioritas lansia. 153 lansia Covid-19 dilakukan pada melakukan berbagai macam
Pelaksanaan pelayanan KIPI dapat terjadi setelah dan 2 tanggal 24 – 27 Maret 2021. kegiatan untuk membantu
Vaksinasi COVID- promosi vaksinasi. Dalam upaya tenaga Jumlah peserta yang dapat preventif terhadap COVID-19
19. kesehatan melalui mengantisipasi terjadinya kesehatan divaksinasi sebanyak156 dan membantu program
pemantauan dan Kejadian Ikutan Pasca dan 1 ASN. orang terdiri dari 153 lansia ―Jakarta Tanggap Corona".
Rebekah Malik, edukasi terkait Imunisasi dalam dan 2 tenaga kesehatan UNTAR menjadi Sentra
Dewi Indah, Djung antisipasi KIPI pelaksanaan vaksinasi dan 1 ASN. Dari 156 Vaksinasi dan monitoring KIPI

33
Lilya Wati, Sari yang dapat timbul maka masyarakat diminta peserta yang divaksin, paska dilakukan vaksinasi.
Mariyati Dewi dan paska vaksin menunggu 30 menit tidak ada yang mengalami Dari pelaksanaaan vaksinasi
Linda Budiarso Covid 19. setelah disuntik vaksin. Kejadian ikutan paska tanggal 24-27 Maret 2021
Penerima vaksin harus imunisasi (KIPI). Tujuan terhadaap 156 peserta, tidak
menunggu selama 30 Kegiatan PKM ini adalah ditemukan adanya KIPI.
menit setelah divaksinasi. memberikan pelayanan Kegiatan ini diharapkan dapat
Waktu menunggu 30 promosi kesehatan melalui berjalan berkesinambungan
menit dilakukan untuk pemantauan dan edukasi serta mensosialisasi
mengobservasi Kejadian terkait antisipasi KIPI vaksin pencegahan COVID-19 di
Ikutan Pasca Imunisasi Covid 19. Manfaat dari lingkungan Universitas
(KIPI). Langkah yang kegiatan PKM adalah Tarumanagara.
dilakukan sesuai dengan peserta vaksinasi terhindar
Alur Pelayanan Vaksinasi dari KIPI serta TIM PKM
COVID-19 yaitu pada berkontribusi dalam
meja pelayanan vaksin kegiatan kepedulian bagi
nomor 4, penerima sesama di bidang
vaksinasi menunggu kesehatan terutama
selama 30 menit di ruang penerapan pelaksanaan
observasi dan diberikan upaya promotif dan preventif.
penyuluhan dan media Target jangka pendek
KIE tentang pencegahan kegaiatn PKM adalah
COVID-19 melalui 3M peserta vaksinasi Covid-19
dan vaksinasi COVID-19. yaitu lansia terhindar adri
Tim medis juga KIPI dan target jangka
menerangkan terkait panjang adalah
reaksi KIPI yang mungkin meningkatkan derajat
terjadi yaitu untuk reaksi kesehatan peserta
ringan lokal seperti nyeri, vaksinasi Covid-19 dan
bengkak dan kemerahan membantu program
pada tempat suntikan, ―Jakarta Tanggap Corona".
petugas kesehatan dapat
menganjurkan penerima
vaksin untuk melakukan
kompres dingin pada

34
lokasi tersebut dan
meminum obat
paracetamol sesuai dosis.
Untuk reaksi ringan
sistemik seperti demam
dan malaise, petugas
kesehatan dapat
menganjurkan penerima
vaksin untuk minum lebih
banyak, menggunakan
pakaian yang nyaman,
kompres atau mandi air
hangat, dan meminum
obat paracetamol sesuai
dosis.
4. Edukasi Kejadian Tujuan edukasi Edukasi kesehatan terkait 30 remaja di KIPI merupakan fenomena Kegiatan edukasi kepada para
Ikutan Pasca kesehatan ini KIPI (Kejadian Ikutan wilayah yang potensial terjadi pada remaja ini bertujuan agar para
Imunisasi Terhadap yaitu agar remaja Pasca Imunisasi) terhadap Pare, orang yang menerima generasi muda ini lebih
Tingkat Kecemasan mendapatkan Tingkat Kecemasan Kabupaten vaksinasi, termasuk memahami tentang KIPI dan
Remaja Menghadapi pengetahuan Remaja Menghadapi Kediri vaksinasi covid-19. Oleh langkah-langkah
Vaksinasi Covid-19. terkait KIPI pasca Vaksinasi Covid-19 karena itu, diperlukan penatalaksanaan jika
vaksinasi Covid-19 menggunakan pengetahuan yang cukup mengalami KIPI. Edukasi
Melani KartikaSari agar tidak cemas media Zoom (Video agar para remaja sebagai terkait KIPI dapat mengurangi
dalam conference) dan e-leaflet. salah satu bagian kecemasan pada remaja
menghadapi Edukasi kesehatan masyarakat yang menerima karena remaja menjadi
vaksinasi Covid-19 dilakukan secara daring vaksinasi Covid-19 paham bagaimana cara
karena kondisi pandemi memahami langkah-langkah menghadapi potensi KIPI pada
belum memungkinkan yang harus dilakukan jika vaksinasi Covid-19.
sosialisasi kepada remaja mengalami KIPI serta tidak
secara tatap muka.Jumlah cemas dalam menghadapi
responden yang mengikuti vaksinasi Covid-19. Edukasi
kegiatan edukasi ini tentang KIPI juga dapat
sebanyak 30 remaja di mengurangi kecemasan
wilayah Pare, Kabupaten pada remaja yang akan

35
Kediri. melakukan vaksinasi Covid-
19. Kesuksesan vaksinasi
pada masyarakat termasuk
remaja merupakan salah
satu upaya untuk
membantu pemerintah
mengendalikan Covid-19 di
Indonesia
5. Gambaran Tujuan dari Desain penelitian adalah 95 orang Karakteristik usia responden Berdasarkan hasil penelitian
Karakteristik penelitian ini penelitian Deskriptif alumni mayoritas responden yang dilakukan dapat
Kejadian Ikutan adalah untuk dengan metode cross- Universitas berdasarkan usia adalah disimpulkan sebagai berikut
Pasca Vaksinasi mengetahui Sectional. ‘Aisyiyah usia 20-30 tahun sebanyak karakteristik usia responden
COVID-19 Pada Gambaran Surakarta 75 responden (78,9%), mayoritas responden
Tenaga Kesehatan karakteristik Subjek penelitian adalah lulusan Karakteristik jenis kelamin berdasarkan usia adalah
Alumni Universitas Kejadian Ikutan 95 orang alumni tahun responden mayoritas usia 20-30 tahun sebanyak
‘Aisyiyah Surakarta Pasca Vaksinasi Universitas ‘Aisyiyah 2010-2020 responden berdasarkan 75 responden (78,9%),
pada tenaga Surakarta lulusan tahun yang jenis kelamin adalah Karakteristik jenis kelamin
kesehatan alumni 2010-2020 yang telah telah perempuan sebanyak 85 responden mayoritas
Exda Hanung Universitas mendapatkan vaksin mendapatka responden (89,5%), responden berdasarkan jenis
Lidiana, Hanif ‘Aisyiyah covid-19. n vaksin Karakteristik profesi kelamin adalah perempuan
Mustikasari, Surakarta yang covid-19 responden mayoritas sebanyak 85 responden
Krisnanda Aditya mendapatkan Penelitian ini responden berdasarkan (89,5%), Karakteristik profesi
Pradana, Andria vaksinasi Covid-19 dilaksanakan secara profesi adalah perawat responden mayoritas
Permatasari . virtual melalui aplikasi sebanyak 63 responden responden berdasarkan
google-form oleh (66,3%), Karakteristik profesi adalah perawat
responden diwilayah kerja riwayat penyakit dahulu sebanyak 63 responden (66,3
masing-masing. responden mayoritas %), Karakteristik riwayat
Penelitian ini responden berdasarkan penyakit dahulu responden
dilakukan pada riwayat penyakit dahulu mayoritas responden
bulan Maret 2021. adalah tidak ada riwayat berdasarkan riwayat penyakit
penyakit dahulu sebanyak dahulu adalah tidak ada
Teknik pengumpulan data 86 responden (90,5%), riwayat penyakit dahulu
yang digunakan pada Karakteristik kejadian KIPI sebanyak 86 responden
penelitian ini ialah mayoritas responden (90,5%),

36
purposive berdasarkan kejadian KIPI Karakteristik kejadian
Sampling. setelah vaksin Covid-19 KIPI mayoritas
adalah tidak ada sebanyak responden berdasarkan
85 responden (89,5%), kejadian KIPI setelah vaksin
Karakteristik jenis gejala Covid-19 adalah tidak ada
KIPI mayoritas responden sebanyak 85 responden
berdasarkan kejadian KIPI (89,5%), Karakteristik jenis
setelah vaksin Covid-19 gejala KIPI mayoritas
muncul demam adalah tidak responden berdasarkan
muncul demam sebanyak kejadian KIPI setelah vaksin
85 responden (89,5%), Covid-19 muncul demam
mayoritas responden adalah tidak muncul demam
berdasarkan kejadian KIPI sebanyak 85 responden
setelah vaksin Covid-19 (89,5%), mayoritas resp
muncul diare adalah tidak onden berdasarkan kejadian
muncul diare sebanyak 93 KIPI setelah vaksin Covid-19
responden (97,9%), muncul diare adalah tidak
mayoritas responden muncul diare sebanyak 93
berdasarkan kejadian KIPI responden (97,9%), mayoritas
setelah vaksin Covid-19 responden berdasarkan
muncul batuk adalah tidak kejadian KIPI setelah vaksin
muncul batuk Covid-19 muncul batuk adalah
sebanyak 93 responden tidak muncul batuk sebanyak
(97,9%), mayoritas 93 responden (97,9%),
responden berdasarkan mayoritas responden
kejadian KIPI setelah vaksin berdasarkan kejadian KIPI
Covid-19 muncul sesak setelah vaksin Covid-19
nafas adalah tidak muncul muncul sesak nafas adalah
sesak nafas sebanyak 93 tidak muncul sesak nafas
responden (97,9%), sebanyak 93 responden
Karakteristik lama gejala (97,9%), Karakteristik lama
KIPI mayoritas responden gejala KIPI mayoritas
mayoritas responden be responden mayoritas
rdasarkan lama kejadian responden berdasarkan

37
muncul adalah tidak ada lama kejadian muncul adalah
(bagi yang tidak muncul tidak ada (bagi yang tidak
gejala) sebanyak 84 muncul gejala) sebanyak
responden (88,4%). 84 responden (88,4%).
6. Evaluasi Monitoring Penelitian ini Metode penelitian ini 124 orang Hasil penelitian didapat KIPI Dapat disimpulkan bahwa
Kejadian Ikutan bertujuan untuk merupakan penelitian yang telah pada tenaga kesehatan analisis data pada efek
Pasca Imunisasi mengetahui Observasional Analitik memenuhi pada tahap I didapatkan samping KIPI pada vaksin
(KIPI) Vaksin Covid- tingkat derajat dan kriteria gejala ringan = 17,74 %, tahap I dan vaksin tahap II
19 (Coronavac) tingkat persentase Populasi dalam penelitian inklusi gejala sedang = 39,51%, pada responden tidak
pada Tenaga gejala pada ini adalah semua tenaga gejala berat = 0,80%. Pada signifikan secara statistik
Kesehatan di kejadian ikutan medis kesehatan RS tahap II didapatkan gejala karena p value > 0,01.
Rumah Sakit pasca imunisasi Imanuel Bandar Lampung ringan = 16,12 %, gejala
Imanuel Bandar (KIPI) vaksin yang mendapatkan vaksin sedang = 43,54%, dan
Lampung COVID-19 Sinovac minimal tahap 2 gejala berat = 2,41%.
(Coronavac) pada sebelum mengisi Berdasarkan analisis data
Monica Safira dan tenaga kesehatan kuisioner. Pengambilan menggunakan uji Chi Square
Gusti Ayu Rai di rumah sakit sampel dilakukan dengan dengan p Value <0,01.
Saputri Imanuel Bandar cara Simpel Random Didapatkan p value KIPI
Lampung. Sampling dan dilakukan pemberian vaksin tahap I
pengisian kuisioner sebesar (p=0,43) dan pada
terhadap 124 orang. pemberian vaksin tahap II
sebesar (p=0,43). KIPI pada
responden dibagi menjadi 2
kelompok yaitu lokal dan
sistemik. Berdasarkan
analisis statistik didapatkan
p value KIPI pada pemberian
vaksin tahap I sebesar (p =
0,76) dan tahap II sebesar
(p = 0,44).
7. Peningkatan Tujuan dari Metode yang dipilih adalah 40 sampel Setelah kegiatan pemberian Pemberian edukasi sangat
Pengetahuan kegiatan ini adalah pemberian materi edukasi, terdapat perubahan penting untuk dilakukan
Masyarakat tentang meningkatkan menggunakan media tingkat pengetahuan dari meningkatkan persepsi positif
Vaksinasi Covid-19 pengetahuan leaflet dan video edukasi. partisipan. Sebelum dan motivasi masyarakat

38
melalui Edukasi masyarakat Media ini dianggap tepat diberikan pendidikan dalam melakukan vaksinasi
tentang Kejadian tentang KIPI untuk mengurangi kesehatan, 25 orang (62.5%) COVID-19.
Ikutan Pasca vaksinasi COVID- interaksi antar manusia memiliki pengetahuan baik,
IMUNISASI (KIPI) 19 di Puskesmas tetapi memiliki ruang 13 orang (32.5%) memiliki
Abiansemal 1 lingkup luas. pengetahuan cukup dan 2
Theresia Anita Badung. orang (5%) memiliki
Pramesti, Ni Wayan pengetahuan kurang.
Trisnadewi, Ketut Setelah diberikan informasi
Lisnawati, Sri kesehatan, 32 orang (80%)
Idayani, I Gusti Putu memiliki pengetahuan baik, 8
Agus Ferry Sutrisna orang (20%) memiliki
pengetahuan cukup dan
tidak ada partisipan yang
memiliki pengetahuan
kurang. 
8. Gambaran Kipi Tujuan penelitian Jenis penelitian ini Sampel Hasil penelitian didapat Gambaran KIPI vaksin Sinovac
(Kejadian Ikutan ini adalah untuk deskriptif dengan dalam kan sebanyak 54,5% dari diharapkan dapat membantu
Pasca Imunisasi) mengetahui pengambilan data secara penelitian ini responden mengalami program imunisasi dan dapat
Pada Karyawan gambaran KIPI prospektif. ada 85 gejala KIPI Sinovac, memperkuat keyakinan
Rumah Sakit Yang pada karyawan orang sedangkan sebanyak 45,5% masyarakat akan pentingnya
Mendapatkan rumah sakit yang Populasi adalah semua melaporkan tidak mengalami imunisasi sebagai upaya
Imunisasi Dengan mendapatkan karyawan yang gejala KIPI. pencegahan penyakit Covid-19
Vaksin Sinovac Di imunisasi dengan mendapatkan imunisasi yang efektif.
RSUD Kota vaksin Sinovac di dengan vaksin Sinovac
Yogyakarta RSUD Kota pada bulan Januari -Maret
Yogyakarta 2021 sebanyak 572 orang
Adriyanto Rochmad yang memenuhi syarat
Basuki, inklusi dan eksklusi
Gita Mayasari, dengan metode purposive
Esti Handayani sampling.

Pengambilan data
dilakukan dengan
menggunakan kuisioner

39
google form yang
disampaikan ke masing-
masing responden.
Pengolahan data
dilakukan dengan
Analisa univariate.
9. Kejadian Ikutan Mengetahui faktor- Jenis penelitian dengan Puskesmas Didapatkan berdasarkan Tidak ada hubungan antara
Pasca Imunisasi faktor yang rancangan kohort Tapos usia, mayoritas adalah orang jenis kelamin, riwayat infeksi
(KIPI) Vaksinasi menyebabkan prospektif. Penelitian Depok dewasa yaitu 26-45 tahun. covid-19, status vaksinasi
COVID-19 Kejadian Ikutan dilakukan dengan sejumlah Kebanyakan dari mereka yang didapat dengan KIPI baik
Pasca Imunisasi melakukan pemantauan 329 adalah perempuan, tidak hari pertama dan hari keenam
(KIPI) Vaksin terhadap responden yang responden memiliki riwayat terinfeksi setelah vaksin di Puskesmas
COVID-19 diberikan suntik vaksin dan Covid-19. Jenis KIPI seperti Tapos Depok Jawa Barat.
COVID-19 jenis Puskesmas pembengkakan di tempat Namun yang ada hubungan
CoronaVac diikuti KIPI Pamulang suntikan, gatal-gatal, dan pada variabel usia dan
pada hari pertama pasca sejumlah diare. Hasil analisis bivariat kecemasan dengan KIPI pada
vaksin. Penelitian 491 menunjukkan bahwa tidak hari keenam setelah
dilakukan di dua tempat responden. ada hubungan antara jenis pemberian vaksin.
yaitu Puskesmas Tapos kelamin, riwayat Covid-19,
Depok sejumlah 329 status vaksinasi yang
responden dan didapat, dan kecemasan
puskesmas pamulang dengan KIPI hari pertama
sejumlah 491 responden. setelah vaksin dan KIPI hari
Variabel dalam penelitian keenam setelah vaksin.
ini yaitu usia, jenis
kelamin, riwayat terinfeksi
COVID-19, status vaksin,
tingkat kecemasan, dan
Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) hari
pertama pasca vaksinasi
dan hari ke-6 pasca
10. Karakteristik Penelitian ini Metode: penelitian ini 690 Hasil: 690 responden telah Kesimpulan: gejala AEFI
kejadian Ikutan bertujuan untuk adalah observasional responden divaksinovac dengan dosis Sinovac dan pendorong

40
Pasca Imunisasi menentukan deskriptif menggunakan telah 1, 678 telah divaksin Moderna dapat sembuh
(KIPI) sinovac dan karakteristik AEFI kuesioner yang diberikan divaksinovac terhadap dosis Sinovac 2, dengan sendirinya dengan
Moderna Booster di Sinovac dan langsung dan melalui dengan dan 352 telah divaksinasi sebagian besar gejala yang
Fakultas Kedokteran Moderna booster bentuk google. Penelitian dosis 1, 678 dengan pendorong Moderna. berlangsung selama 1-2 hari
Universitas di fakultas ini dilakukan pada bulan telah Pada dosis Sinovac 1, gejala untuk Sinovac dan 2-3 hari
Sriwijaya. kedokteran, November 2021 desember divaksin AEFI yang paling umum untuk dukungan Moderna.
universitas 2021. Penelitian ini dibagi terhadap adalah kelembutan, nyeri di Reaksi serius terhadap vaksin
Rahma Sriwijaya. menjadi dua populasi, dosis lengan yang disuntik, dan Sinovac dan Moderna memiliki
Allisa and Salim, yaitu yang divaksinovac Sinovac 2, kelelahan. Pada dosis persentase yang sangat kecil.
Eddy dan pendorong Moderna, dan 352 Sinovac 2, gejala AEFI yang
Mart and Oktariana, dengan menggunakan telah paling umum adalah
Desi teknik sampling total. divaksinasi kelembutan, nyeri di lengan
dengan yang disuntik, dan kelelahan.
pendorong Di Moderna booster, gejala
Moderna. AEFI yang paling umum
adalah kelembutan, rasa
sakit di lengan disuntikkan,
dan malaise.
11. Program vaksin Penelitian ini Kami melakukan studi mahasiswa identifikasi 144 mahasiswa Singkatnya, vaksin CoronaVac
COVID-19: bertujuan untuk lintas-sectional kedokteran juru tulis medis. Pusat SARS-COV-2 memiliki
berbahaya Peristiwa menggambarkan menggunakan kuesioner di Program vaksinasi SARS-CoV-2 yang beberapa gejala ringan AEFI
setelah imunisasi dan menganalisis untuk menilai AEFI setelah clerkship di paling umum adalah Nyeri dan tidak berkordasi Jenis
(AEFI) Di antara kejadian-kejadian divaksinasi CoronaVac Di Soebandi lokal di tempat suntikan kelamin. Namun demikian,
mahasiswa staf yang merugikan antara mahasiswa juru General selama dosis pertama tindak lanjut setelah vaksinasi
medis Jember, setelah imunisasi tulis medis. Sebuah tes Hospital dengan 25 (45 %) laporan Diperlukan untuk mencegah
Indonesia (AEFI) vaksinasi chi-persegi dengan 95% Jember, dan dosis penguat dengan respon imun yang mungkin
COVID-19 pada CI digunakan untuk Indonesia 34 (67%) Laporan. Terjadi pada beberapa pasien.
Supangat, dkk. mahasiswa menentukan apakah yang Kemudian diikuti oleh
kedokteran dalam gender Berhubungan menjalani malaise, dosis pertama
program clerkship. dengan gejala AEFI. vaksinasi dengan laporan 20 (36 %)
COVID-19. dan dosis pendorong dengan
21 (41%) laporan. Gejala lain
seperti sakit kepala, demam,
menggigil, mengantuk, mual,

41
dissphagia, dan demam juga
dilaporkan.
12. Sebuah studi Tujuan dalam Sebuah studi lintas alam Total sampel Total 626 tanggapan Efek samping yang dilaporkan
retrospektif lintas penelitian ini untuk dilakukan pada platform 626 dikumpulkan. Dari antaranya, setelah menerima vaksin
alam menilai menilai kejadian- media sosial dan responden 623 dipilih berdasarkan Oxford-AstraZeneca
kejadian-kejadian kejadian yang elektronik dengan jawaban lengkap dan (Covishield) mirip dengan yang
merugikan diri merugikan jangka memberikan kuesioner digunakan untuk analisis. dilaporkan dalam uji klinis,
sendiri berdasarkan pendek setelah online di antara orang- Sebagian besar responden menunjukkan bahwa vaksin
imunisasi (AEFI) imunisasi (AEFIs) orang yang telah berusia antara 30-60 tahun, tersebut memiliki jendela terapi
dari vaksin COVID- di Bangladesh. mengambil setidaknya dan 40.4% adalah wanita. yang aman. Selain itu,
19 di Bangladesh. satu dosis vaksin COVID- Kami mendapati bahwa total penelitian lebih lanjut
19. Data yang terkumpul 8,5% dari total responden diperlukan untuk menentukan
Alifa Sultana, dkk kemudian dianalisis untuk telah terinfeksi virus SARS- khasiat vaksin yang ada dalam
mengevaluasi berbagai CoV-2. Survei kami mencegah infeksi SARS-CoV-
parameter yang berkaitan mengungkapkan bahwa dari 2 atau rawat inap sesudah
dengan AEFIs responden. 623 relawan, 317 infeksi.
melaporkan berbagai efek
samping setelah mengambil
vaksin, yang sekitar 50,88%
dari total peserta. Mayoritas
partisipan (37,07%, 231/623)
melaporkan pembengkakan
dan rasa sakit di tempat
injeksi dan demam (25.84%,
162/623); Ini adalah
beberapa gejala umum dan
umum setelah administrasi
vaksin COVID-19.
13. Efek samping vaksin Tujuan dari Penelitian itu 522 sampel Jumlah total 522 peserta Sebagian besar pekerja
berbasis mrna, penelitian ini menggunakan kuesioner disertakan dalam studi ini, perawatan kesehatan slovakia
COVID-19: studi adalah untuk yang divalidasi sendiri yang 77% adalah (91,6%) yang menerima vaksin
berskala nasional IV mencari tahu efek yang menanyakan perempuan, 55,7% berusia COVID-19 berbasis di mri,
di Slovakia. samping dari informasi demografis antara 31 dan 54 tahun, dan BNT162b2, melaporkan
vaksin berbasis peserta, tenaga medis, 41,6% adalah dari Banska setidaknya satu efek samping.

42
Abanoud Riad, dkk mrna COVID-19 anamitis terkait Covid-19, Bystrica. Sebagian besar Sesuai dengan studi tahap
dan efek samping lokal, peserta (91,6%) melaporkan sebelumnya III dan IV, rasa
terkait sistem, lisan, dan setidaknya satu efek sakit pada situs injeksi adalah
kulit setelah menerima samping. Rasa sakit pada yang paling umum efek
vaksin BNT162b2. Jumlah situs injeksi (85,2%) samping lokal, dan kelelahan,
total 522 peserta merupakan efek samping sakit kepala, nyeri otot, dan
disertakan dalam studi ini yang paling umum, menggigil adalah efek samping
sedangkan kelelahan yang paling umum secara
(54,2%), sakit kepala sistemik. Efek samping yang
(34,3%), nyeri otot (28,4%), dilaporkan bersifat ringan
dan menggigil (26,4%) (99,6%) tidak memerlukan
adalah efek samping yang perawatan medis dan durasi
paling umum secara yang singkat, karena sebagian
sistemik. Efek samping yang besar dari mereka (90,4%)
dilaporkan bersifat ringan diselesaikan dalam waktu tiga
(99,6%) tidak memerlukan hari.Para betina dan orang
perawatan medis dan durasi dewasa muda (berusia 18-30
yang singkat, karena tahun) lebih cenderung
sebagian besar dari mereka melaporkan efek samping
(90,4%) diselesaikan dalam pasca-vaksinasi; Temuan
waktu tiga hari. seperti itu juga konsisten
dengan apa yang baru-baru ini
dilaporkan di berbagai bagian
dunia. Peran penyakit kronis
dan perawatan medis dalam
insiden efek samping pasca
vaksinasi membutuhkan
penyelidikan yang lebih kuat di
kalangan kelompok penduduk
yang besar. Penelitian
mendatang pada keamanan
vaksin COVID-19 harus
mendapat manfaat dari
metodologi standar untuk

43
eksekusi dan pelaporan untuk
memfasilitasi perbandingan
antar vaksin.
14. Hubungan Penelitian ini penelitian ini Jumlah partisipasi dari vaksinasi MR campak adalah penyakit
Pengetahuan Ibu bertujuan untuk menggunakan riset sampel adalah 48 responden (80%) menular yang sangat mudah
Tentang Kejadian menganalisis observasional dengan adalah 60 dukungan keluarga adalah menular dan disebabkan oleh
Ikutan Pasca hubungan antara desain Sectional Cross. responden 48 responden (80%). virus. Pengetahuan tentang
Imunisasi (Kipi) Dan pengetahuan ibu Penelitian ini berlangsung Dudukan dari KIPI adalah 59 imunisasi dan pasca-imunisasi
Dukungan Keluarga tentang pasca- di area kerja pusat responden (98,3%). Tidak akan membentuk keyakinan
Terhadap Minat imunisasi (KIPI) kesehatan Kartasura, ada korelasi antara sang ibu dan mengurangi
Keikutsertaan dan dukungan pada bulan November pengetahuan ibu tentang tingkat kecemasan ibu pada
Vaksinasi Mr keluarga terhadap 2017. Sampel ini KIPI terhadap partisipasi dari bayinya selama vaksinasi.
(Measles Rubella) partisipasi bapak menggunakan contoh vaksinasi MR di puskesmas Pendidikan tentang KIPI
Di Puskesmas vaksinasi di Cluster. Jumlah sampel Kartasura pnilai > 0,05. Ada kepada orang tua sangat
Kartasura puskesmas(pusat adalah 60 responden. korelasi antara dukungan penting untuk meningkatkan
kesehatan) Penelitian ini keluarga terhadap partisipasi pengetahuan, hal itu dapat
Bellina Kartasura. menggunakan teknik dari vaksinasi MR di memotivasi para ibu dalam
Claudianawati, dkk analisis bivariat yaitu Kartasura (0.004) <0,05. merawat bayinya jika
Fisher. mengandung KIPI. Bayi-bayi
ini memiliki kekebalan yang
rendah, sehingga untuk
memperoleh imunisasi atau
vaksinasi pada balita
diperlukan peranan sebagai
ibu dan keluarga.
15. Hubungan Faktor Tujuan penelitian Desain penelitian yang Sampel Pada variabel kehalalan, p Terdapatnya hubungan
Kehalalan, Ekonomi, ini adalah untuk digunakan adalah analitik dalam value dari variabel kehalalan pengetahuan ibu, anggapan
Pendidikan, KIPI meneliti hubungan observasional dengan penelitian sebesar 0,050, yang berarti ibu akan kehalalan vaksinasi,
dan Pengetahuan antara beberapa pendekatan cross berjumlah signifikan. Pada variabel dan riwayat pernah atau
Ibu Terhadap faktor yang sectional. Populasi dalam 50 orang pengetahuan,p value dari tidaknya mengalami Kejadian
Cakupan Vaksinasi disebutkan diatas penelitian ini adalah diambil variabel pengetahuan Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
di Puskesmas terhadap cakupan seluruh ibu dengan anak secara sebesar 0,015 (< 0,05) yang terhadap cakupan vaksinasi di
Medan Johor. vaksinasi di yang sudah atau belum di cluster berarti signifikan . Pada Puskesmas Medan
Pane, Aulia dan wilayah kerja vaksinasi. Sampel dalam sampling variabel KIPI, p value yang Johor..Dalam penelitian ini,

44
Nanda Haritsyah Puskesmas penelitian berjumlah 50 didapatkan adalah sebesar pengetahuan ibu tentang
Medan Johor, orang diambil secara 0,031(> 0,05) yang berarti vaksinasi menjadi variabel
Medan. cluster sampling. KIPI berpengaruh secara yang paling signifikan
Instrumen penelitian signifikan. Pada variabel mempengaruhi cakupan
berupa kuesioner.Analisis pendidikan memiliki p value vaksinasi di Puskesmas
data dengan analisis 0,221 ( > 0,05) pada uji Medan Johor.
univariat, bivariat, dan seleksi kedua, hal ini berarti
multivariate dengan uji secara statistik tidak
regresi logistic. mempunyai hubungan
signifikan. Variable status
ekonomi dengan p value
0,962 pada uji seleksi
pertama yang berarti tidak
berhubungan signifikan (sig
>0,25). Kesimpulan.

45
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Menurut Widayat dan Amirullah (2002), kerangka pemikiran

merupakan model konseptual tentang hubungan antara teori dengan

berbagai faktor yang diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

COVID-19 merupakan varian virus terbaru yang baru saja

terjadi pada tahun 2019 dan baru ditemukannya vaksin pada tahun

2021. Fungsi Vaksin sendiri ialah untuk menghasilkan kekebalan aktif

terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah serta mengurangi

pengaruh infeksi oleh virus atau organisme alami.

Namun seiring berjalannya waktu proses vaksinasi mengalami

problematika yaitu mengalami efek samping. Efek samping yang

sering muncul adalah demam (suhu diatas 37,8˚C), flu, nyeri pada

bagian lengan di area suntikan, sakit kepala, rasa lelah, menggigil.

Dengan kata lain efek samping tersebut biasa disebut KIPI (Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi) yang merupakan respon tubuh terhadap

vaksin yang disuntikkan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada tinjauan

pustaka, maka telah diidentifikasikan variabel dalam kerangka konsep

penelitian ini, baik variabel dependen (variabel terikat) yaitu kejadian

KIPI pasca vaksinasi dosis 1 dan vaksinasi dosis 2, serta variabel

independent (variabel bebas) yaitu pengetahuan, Sikap, dan tindakan.


B. Bagan Kerangka Konsep

Berdasarkan pemikiran variabel yang dirumuskan maka

disusunlah konsep penelitan sebagai berikut:

Pengetahuan

Kejadian Ikutan Pasca


Sikap Imunisasi (KIPI)
Vaksinasi Dosis 1 & Dosis 2

Tindakan

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah

segala sesuatu yang diketahu responden tentang KIPI vaksin

sinovac.

Kriteria Objektif:

a. Pengetahuan baik = Apabila skor responden ≥ 50%

dari jumlah skor tertinggi

b. Pengetahuan kurang = Apabila skor responden ≤ 50%

47
dari jumlah skor tertinggi

pengetahuan dapat di ukur dengan memberikan jawaban dari

koesioner yang telah diberi bobot.

Skala pengukuran dihitung menggunakan skala Guttman.

Jumlah pertanyaan = 10 pertanyaan

Range nilai jawaban responden = 1,0

Skor tertinggi =1

Skor terendah =0

Jumlah skor tertinggi = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

= 10 x 1

= 10

Presentase skor tertinggi = 10/10 x 100% = 100%

Jumlah skor terendah = jumlah pertanyaan x skor terendah

= 10 x 0

= 0%

Rumus umum = I = R/K

Range (R) = skor tertinggi–skor terendah

= 100% – 0%

= 100%

Kategori (K) = 1 (Baik) & 0 (Kurang)

Interval (I) = 100/2

= 50%

Skor standar = 100% -50%

48
= 50%

2. Sikap

Sikap dalam penelitian ini adalah bentuk tanggapan atau

reaksi siswa berdasarkan pendapat atau keyakinannya tentang

segala sesuatu mengenai KIPI vaksin sinovac.

Kriteria Objektif:

a. Sikap baik = Apabila skor responden ≥ 50% dari

jumlah skor tertinggi

b. Sikap kurang = Apabila skor responden ≤ 50% dari

jumlah skor tertinggi

Sikap dapat di ukur dengan memberikan jawaban dari koesioner

yang telah diberi bobot.

Skala pengukuran dihitung menggunakan skala Guttman.

Jumlah pertanyaan = 10 pertanyaan

Range nilai jawaban responden = 1,0

Skor tertinggi =1

Skor terendah =0

Jumlah skor tertinggi = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

= 10 x 1

Presentase skor tertinggi = 10/10 x 100% = 100%

Jumlah skor terendah = jumlah pertanyaan x skor terendah

= 10 x 0

49
= 0%

Rumus umum = I = R/K

Range (R) = skor tertinggi–skor terendah

= 100% – 0%

= 100%

Kategori (K) = 1 (Baik) & 0 (Kurang)

Interval (I) = 100/2

= 50%

Skor standar = 100% -50%

= 50%

3. Tindakan

Tindakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

bagaiman tindakan penanganan responden terhadap penanganan

gejala KIPI yang muncul pasca menerima vaksin.

Kriteria Objektif:

a. Tindakan baik = Apabila skor responden ≥ 50% dari

jumlah skor tertinggi

b. Tindakan kurang = Apabila skor responden ≤ 50% dari

jumlah skor tertinggi

Tindakan dapat di ukur dengan memberikan jawaban dari

kuesioner yang telah diberi bobot.

Skala pengukuran dihitung menggunakan skala Guttman.

Jumlah pertanyaan = 7 pertanyaan

50
Range nilai jawaban responden = 1,0

Skor tertinggi =1

Skor terendah =0

Jumlah skor tertinggi = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

=7x1

=7

Presentase skor tertinggi = 7/7 x 100% = 100%

Jumlah skor terendah = jumlah pertanyaan x skor terendah

=7x0

= 0%

Rumus umum = I = R/K

Range (R) = skor tertinggi–skor terendah

= 100% – 0%

= 100%

Kategori (K) = 1 (Baik) & 0 (Kurang)

Interval (I) = 100/2

= 50%

Skor standar = 100% -50%

= 50%

4. Gejala KIPI vaksin sinovac dosis 1 & 2

Gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pasca

vaksinasi dimaksud dalam penelitian ini adalah apakah siswa atau

responden mengalami gejala KIPI atau efek samping pasca

51
vaksinasi jenis sinovac dosis 1 maupun dosis 2. Adapun gejalanya

sebagai berikut:

1. Demam (suhu diatas 37,8°)

2. Mual dan muntah

3. Rasa lelah

4. Sakit kepala bengkak pada area bekas suntikan yang disertai

nyeri otot dan sendi

5. pingsan

Kriteria Objektif:

a. Terkena KIPI = Apabila jawaban ≥ 2 gejala

b. Tidak KIPI = Apabila jawaban ≤ 1 gejala

52
53

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

pengetahuan, sikap dan tindakan siswa terhadap kejadian KIPI

pasca vaksinasi sinovac pada siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara

Kecamatan Baebunta Selatan Kabupaten Luwu Utara.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2022

dan untuk pengumpulan data dilanjutkan pengolahan data.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 7 Luwu

Utara Kecaman Baebunta Selatan Kabupaten Luwu Utara.

C. Populasi

Dalam suatu penelitian populasi merupakan hal yang

penting untuk memberikan batasan yang sangat jelas tentang objek

yang akan diteliti. Menurut Sugiyono, “Populasi adalah merupakan

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.


Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa di

SMA Negeri 7 Luwu Utara tahun pelajaran 2022/2023 dengan

rincinan sebagai berikut:

Tabel 4.1
Jumlah Populasi

No
Kelas Jumlah Lk Pr Jumlah Kes
.
1. X IPA 167 101 66
270 siswa
2. X IPS 103 61 23
3. XI IPA 143 71 72
236 siswa
4. XI IPS 93 50 43
5. XII IPA 157 88 69
199 siswa
6. XII IPS 42 22 20

Lokasi penelitian yang dipilih ini dikarenakan lokasinya

yang strategis berada di sebuah pedesaan yang tak jauh dari kota

masamba yang merupakan kecamatan dari kabupaten Luwu Utara,

di lokasi tersebut juga belum ada penelitian mengenai KIPI vaksin

COVID-19 serta pengetahuan mengenai KIPI vaksin COVID-19 di

daerah tersebut masih sangat asing ditelinga masyarakat terkhusus

pada pelajar sekolah menengah, untuk itu peneliti mengambil lokasi

peneleitian di SMA Negeri 7 Luwu Utara dengan populasi 705

siswa di SMA Negeri 7 Luwu utara.

D. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang

akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa

dari jumlah populasi.

54
Menurut Izzac dan Michael jumlah sampel pada tiap

kelompok dapat diketahui dengan menggunakan rumus

(Sugiono, 2013). Adapun rumus pengambilan sampel dalam

penelitian ini yaitu menggunakan rumus Lameshow:


2
N . Z p .q
n=
d ( N−1 ) + Z 2 . p . q
2

Ket: n = besar sampel

N = besar populasi

Z = standar deviasi = 1,96

p = 30% = 0,3

q = 1 – p = 1 – 0,3 = 0,7

d = derajat ketepatan yang diinginkan = 0,05

Berdasarkan rumus tersebut maka sampel dalam

penelitian ini adalah:

2
705 . 1,96 0,3 . 0,7
n=
0,05 ( 705−1 )+1,96 2 . 0,3. 0,7
2

705 . 3,84 . 0,3 .0,7


n=
0,0025. 704+3,84 .0,3 . 0,7

568,512
n=
1,76+ 0,806

568,512
n=
2,564

n=221

55
Dari hasil perhitungan sampel di atas, sampel berjumlah

221 siswa. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah Stratified Random Sampling. Menurut Sugiyono (2010:118)

stratified random sampling adalah teknik pengambilan sampel

dengan menentukan sampel berdasarkan stratanya, karena dalam

penelitian ini peneliti menggunakan populasi yang memiliki anggota

yang tidak homogen dan berstrata.

E. Sumber Data

1) Data Primer

Data Primer adalah data yang berasal dari sampel

penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan

juga dengan wawancara dengan salah satu pengajar di SMA

Negeri 7 Luwu Utara yang dilakukan oleh peneliti.

2) Data Sekunder

Data yang diperoleh dari instansi terkait yaitu data yang

dikirimkan dari sekolah terkait serta literature lainnya seperti

internet, jurnal, dan skripsi penunjang yang terkait dengan

penelitian ini.

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data yang telah dikumpulkan akan

diolah menggunakan program SPSS versi 21 dengan prosedur

pengolahan sebagai berikut:

56
a. Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan

dilakukan dengan memeriksa ulang jumlah, kelengkapan

data, kesesuaian, dan ketepatan dalam pengisian lembar

kuesioner.

c. Coding

Kegiatan coding kuesioner ini dilakukan untuk

memudahkan pengolahan data dan mempercepat entry

data. Semua hasil yang diperoleh dan disederhanakan

dengan memberikan simbol tertentu pada setiap kriteria.

d. Entry Data

Selanjutnya, memasukkan data yang diperoleh

dari kuesioner dalam lembar kerja program SPSS.

e. Cleaning Data

Cleaning data dilakukan untuk mengecek kembali

apakah pada data yang telah di masukkan terdapat

kesalahan atau tidak. Serta mengetahui data yang hilang

variasi data dan konsistensi data. Kemudian data missing

dibersihkan dengan menginput data yang benar.

f. Tabulasi Data

Dengan bantuan program SPSS, proses

pengolahan data dapat dengan mudah dilakukan sesuai

dengan variabel.

57
2. Penyajian Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah, dan dianalisis

menggunakan program SPSS dan Microsoft Excel, selanjutnya

akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi disertai

interpretasinya untuk dibahas pada hasil penelitian.

3. Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan cara

mendeksripsikan tiap variabel penelitian untuk mendapatkan

gambaran umum dengan melihat distribusi frekunsi dari

variabel penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dan narasi.

G. Langkah-Langkah Penelitian

1. Pembuatan dan penyetoran surat untuk perizinan pengambilan

data awal di SMA Negeri 7 Luwu Utara Kecamatan Baebunta

Selatan Kabupaten Luwu Utara.

2. Pengambilan data awal.

3. Perumusan masalah dan tujuan penelitian.

4. Penentuan populasi dan sampel.

5. Penentuan metode dan analisis data penelitian.

58
6. Pembuatan dan penyetoran surat izin penelitian di SMA Negeri

7 Luwu Utara Kecamatan Baebunta Selatan Kabupaten Luwu

Utara.

7. Proses pembuatan data penelitian dengan kuesioner di SMA

Negeri 7 Luwu Utara Desa Lara Kecamatan Baebunta Selatan

Kabupaten Luwu Utara.

8. Proses pengolahan data dengan aplikasi SPSS.

9. Proses analisis data.

10. Penyajian hasil penelitian.

H. Organisasi Penelitian

1. Nama : S. Nur Fauziyah Masse

2. NIM : 14120180088

3. Pembimbing I : Dr. Fatmah Afrianty Gobel, SKM., M.Epid

4. Pembimbing II : Hasriwiani Habo Abbas, SKM., M.Kes., Ph.D

59
60
60

E. Jadwal Penelitian

Tahun 2021-2022
No Kegitan
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Konsultasi Proposal
4. Seminar Proposal
5. Revisi Proposal

6. Penelitian / pengambilan
data
7. Pengolahan Data
8. Analisis Data
9. Seminar Hasil
10. Revisi
11. Skripsi
61

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 7 Luwu Utara adalah salah satu sarana

pendidikan menengah atas yang terletak di desa lara, Kecamatan

baebunta selatan, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan

dan didukung dengan tenaga pengajar dan fasilitas belajar yang

baik.

B. Visi dan Misi SMA Negeri 7 Luwu Utara

a. Visi

“Membentuk peserta didik unggul kompetitif dalam prestasi dan

proses yang dilandasi iman dan taqwa”

c. Misi

1. Mengembangkan keunggulan kompetitif dalam prestasi

akademik maupun non akademik

2. Mengembangkan keunggulan dalam proses pembelajaran

3. Menumbuhkembangkan pengetahuan dan karakter peserta

didik menuju profil pelajar pancasila.

C. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Luwu Utara Desa

Lara Kecamatan Baebunta Selatan Kabupaten Luwu Utara. Proses

pengumpulan data dimulai pada tanggal 13 juni – 15 juni 2022


terhadap 221 responden yang merupakan siswa-siswi di SMA Negeri

7 Luwu

62
62

Utara sebagai sampel yang di ambil dengan teknik Stratified Random

Sampling. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang

dibagikan kepada siswa-siswi yang berisi mengenai pertanyaan serta

pernyataan yang terkait dengan judul penelitian, seperti pengetahuan

siswa mengenai KIPI pasca vaksinas sinovac, bagaimana sikap siswa

dalam menyikapi gejala KIPI yang muncul pasca vaksinasi sinovac, apa

tindakan siswa pada saat mengalami gejala KIPI vaksinasi sinovac, serta

gejala apa saja yang dialami siswa setelah menerima vaksinasi sinovac.

Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan

diolah menggunakan program aplikasi SPSS komputer dan kemudian

disajikan kedalam bentuk tabel frekuensi sesuai denga tujuan

penelitian yang telah diperoleh responden sesuai dengan yang telah

ditentukan yaitu 221 responden. Adapun hasil penelitian disajikan

dalam bentuk tabel dan narasi sebagai berikut.

1. Karakterisiti Responden

Karakteristik responden di SMA Negeri 7 Luwu Utara dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

a. Jenis Kelamin

Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara
Tahun 2022

Jenis Kelamin n %
Laki-laki 100 45,2
Perempuan 121 54,8
Total 221 100
Sumber : Data Primer

62
Berdasarkan tabel frekuensi 5.1 tentang jenis kelamin

responden menunjukkan bahwa dari 221 siswa, jumlah responden

didominasi oleh perempuan sebanyak 121 orang sebesar 54,8%.

b. Umur

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada
Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara
Tahun 2022

Umur n %
14 1 5
15 13 5,9
16 99 44,8
17 81 36,7
18 25 11,3
19 2 9
Total 221 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel frekuensi 5.2 tentang umur responden

menunjukkan bahwa dari 221 siswa, jumlah responden paling

banyak berumur 16 tahun sebanyak 99 orang sebesar 44,8% dan

jumlah responden paling sedikit berumur 14 tahun hanya 1 orang

sebesar 0,5%.

c. Kelas

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Kelas pada
Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara
Tahun 2022

Kelas n %
X IPS 1 5 2,3
X IPS 2 2 9
X IPS 3 1 5
X MIPA 1 31 14
X MIPA 2 32 14,5
X MIPA 3 30 13,6

63
X MIPA 4 30 13,6
XI MIPA 1 33 14,9
XI MIPA 2 28 12,6
XI MIPA 3 29 13,1
Total 221 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel frekuensi 5.3 tentang kriteria kelas

responden menunjukkan bahwa dari 221 siswa, jumlah responden

paling banyak mendominasi dari kelas XI MIPA 1 sebanyak 33

orang sebesar 14,9% dan jumlah responden paling sedikit berada

di kelas X IPS 3 hanya 1 orang sebesar 5%.

d. Dosis Vaksin

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Dosis
Vaksin pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara
Tahun 2022

Vaksin N %
Ke-2 221 100
Total 221 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel frekuensi 5.4 tentang riwayat vaksin

responden menunjukkan bahwa jumlah responden yaitu 221 siswa

telah menerima vaksin ke-2 sebesar 100%.

e. Riwayat penyakit

Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit pada
Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara Tahun 2022

Riwayat Penyakit n %
Anemia 1 5
Asma 5 2,3
Bronkitis 1 5
Maag 13 5,9
Tipes 4 1,8

64
Tidak ada 197 89,1
Total 221 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel frekuensi 5.5 menunjukkan bahwa dari

221 responden, jumlah responden yang memiliki riwayat penyakit

Anemia ada 1 orang sebesar 5%, responden yang memiliki

riwayat penyakit Asma sebanyak 5 orang sebesar 2,3%,

responden yang memiliki riwayat penyakit Bronkitis ada 1 orang

sebesar 5%, responden yang memiliki riwayat penyakit Maag

sebanyak 13 orang sebesar 5,9%, responden yang memiliki

riwayat penyakit Tipes sebanyak 4 orang sebesar 1,8% dan

jumlah responden yang tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak

197 orang sebesar 89,1%.

2. Karakteristik Variabel yang diteliti tentang KIPI Pasca


Vaksinasi
a. Variabel Pengetahuan tentang KIPI
Tabel 5.6
Distribusi Jawaban Responden berdasarkan
Pengetahuan pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu
Utara Tahun 2022

Benar Salah Total


No Pernyataan
n % n % n %
1. Kejadian Ikutan Pasca 184 16,7 37 16,7 221 100
Imunisasi (KIPI)

65
merupakan semua
kejadian medik yang
terjadi setelah
imunisasi.
Yang diberikan saat
2. vaksin adalah virus 169 76,5 52 23,5 221 100
yang dilemahkan.
Vaksin COVID-19 yang
akan diadakan
pemerintah, tidak akan
12
3. menimbulkan Kejadian 100 45,2 54,8 221 100
1
Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI) seperti demam,
flu dan batuk, dll
Efek simpang dari
vaksinasi bersifat
segera dan sementara,
dan pada umumnya
4. 184 83,3 37 16,7 221 100
ringan, dapat hilang
dengan sendirinya atau
diatasi dengan
parasetamol.
Setelah melakukan
vaksinasi bukan berarti
5. 166 75,1 55 24,9 221 100
kita tidak akan terkena
virus corona.
Imunisasi dan Vaksinasi
mempunyai tujuan yang
sama yaitu
menghasilkan antibodi
6. 190 86 31 14 221 100
yang meningkatkan
imunitas tubuh
sehingga dapat
mencegah infeksi virus.
Gejala yang muncul
setelah vaksinasi
7. merupakan satu hal 188 85,1 33 14,9 221 100
yang wajar dan bersifat
sementara.
8. Kejadian ikutan pasca 138 62,4 83 37,6 221 100
imunisasi (KIPI),
keluhan atau efek
samping yang muncul
pasca vaksinasi
COVID-19 tidak ada
kaitannya dengan

66
infeksi virus corona.
Demam, batuk, dan
sesak napas bukan
merupakan gejala yang
13
9. timbul setelah 91 41,2 58,8 221 100
0
melakukan vaksinasi
baik vaksin dosis 1
maupun dosis 2.
KIPI bisa berakibat 10
10. 116 52,5 47,5 221 100
kematian. 5
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.6 pernyataan Imunisasi dan Vaksinasi

mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan antibodi yang

meningkatkan imunitas tubuh sehingga dapat mencegah infeksi

virus paling banyak responden menjawab “benar” sebesar 86% dan

pernyataan Demam, batuk, dan sesak napas bukan merupakan

gejala yang timbul setelah melakukan vaksinasi baik vaksin dosis 1

maupun dosis 2 paling sedikit responden yang menjawab “benar”

sebesar 41,2%. Sedangkan pernyataan Demam, batuk, dan sesak

napas bukan merupakan gejala yang timbul setelah melakukan

vaksinasi baik vaksin dosis 1 maupun dosis 2 paling banyak

responden menjawab “salah” sebesar 58,8% dan pernyataan

Imunisasi dan Vaksinasi mempunyai tujuan yang sama yaitu

menghasilkan antibodi yang meningkatkan imunitas tubuh sehingga

dapat mencegah infeksi virus paling sedikit menjawab “salah”

sebesar 14%.

Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan
Pengetahuan pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu
Utara Tahun 2022

67
Pengetahuan n %
Baik 195 88,2
Kurang 26 11,8
Total 221 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 221 siswa

pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 195 orang sebesar

88,2% dan pengetahuan siswa dengan kategori kurang sebanyak

26 orang sebesar 11,8%.

b. Variabel Sikap tentang KIPI

Tabel 5.8
Distribusi Jawaban Responden berdasarkan
Sikap pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara
Tahun 2022

Tidak
Setuju Total
No Pernyataan setuju
n % n % n %
Saya merasa vaksinasi
1. sangat penting di era 42 19 179 81 221 100
pandemi ini.
Saya merasa KIPI
dapat terjadi akibat
2. ketakutan dan 139 62,9 82 37,1 221 100
kecemasan karena
takut suntik.
Gejala atau efek
samping pasca
vaksinasi seperti nyeri,
3. 42 19 179 81 221 100
lelah, letih, lesu,
demam, sakit kepala,
sifatnya sementara
Jika merasa tidak
nyaman, Anda
sebaiknya beristirahat.
Jika dibutuhkan, Anda
4. dapat menggunakan 52 23,5 169 76,5 221 100
obat penurun panas
sesuai dosis yang
dianjurkan dan minum
air putih dengan cukup

68
Saya merasa efek
samping atau gejala
5. KIPI muncul setelah 81 36,7 140 63,3 221 100
melakukan vaksinasi
dosis 1
Saya merasa efek
samping atau gejala
6. KIPI muncul setelah 90 40,7 131 59,3 221 100
melakukan vaksinasi
dosis 2
Jika terdapat rasa nyeri
di tempat suntikan,
tetap gerakkan dan
gunakan lengan seperti
7. biasa. Apabila perlu, 55 24,9 166 75,1 221 100
kompres bagian yang
nyeri dengan kain
bersih yang dibasahi
dengan air dingin.
Meskipun telah
menerima vaksinasi
harus tetap
8. mengenakan masker, 42 19 179 81 221 100
menjaga jarak aman,
dan rajin mencuci
tangan dengan sabun.
KIPI atau reaksi yang
terjadi setelah vaksinasi
biasanya menandakan
vaksin sedang bekerja
9. di dalam tubuh kita. 38 17,2 183 82,8 221 100
Sistem daya tahan
tubuh sedang belajar
cara melindungi diri dari
penyakit.
10. Apabila mengalami 34 15,4 187 84,6 221 100
reaksi/gejala/keluhan
setelah vaksinasi
diharapkan untuk tetap
tenang. Segera lapor
kepada petugas
kesehatan yang ada di
fasilitas pelayanan
kesehatan yang
memberikan layanan
vaksinasi atau ke

69
puskesmas terdekat.
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.8 pernyataan Saya merasa KIPI dapat

terjadi akibat ketakutan dan kecemasan karena takut suntik paling

banyak responden yang menjawab “tidak setuju” sebesar 62,9% dan

pernyataan Apabila mengalami reaksi/gejala/keluhan setelah

vaksinasi diharapkan untuk tetap tenang. Segera lapor kepada

petugas kesehatan yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan yang

memberikan layanan vaksinasi atau ke puskesmas terdekat paling

sedikit menjawab “tidak setuju” sebesar 15,4%. Sedangkan

pernyataan Apabila mengalami reaksi/gejala/keluhan setelah

vaksinasi diharapkan untuk tetap tenang. Segera lapor kepada

petugas kesehatan yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan yang

memberikan layanan vaksinasi atau ke puskesmas terdekat paling

banyak responden menjawab “setuju” sebesar 84,6% dan pernyataan

Saya merasa KIPI dapat terjadi akibat ketakutan dan kecemasan

karena takut suntik paling sedikit menjawab “setuju” sebesar 37,1%.

Tabel 5.9
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap pada
Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara Tahun 2022

Sikap n %
Baik 198 89,6
Kurang 23 10,4
Total 221 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 221 siswa

sikap responden dengan kategori baik sebanyak 198 orang sebesar

70
89,6% dan sikap responden dengan kategori kurang sebanyak 23

orang sebesar 10,4%.

c. Variabel Tindakan tentang KIPI

Tabel 5.10
Distribusi Jawaban Responden berdasarkan
Tindakan pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu
Utara Tahun 2022

Tidak Ya Total
No Pernyataan
n % n % n %
Saat mengalami gejala
(sakit kepala, nyeri pada
lengan bekas suntikan,
mual, muntah, lemas,
demam, serta flu dan
1. batuk) setelah 80 36,2 141 63,8 221 100
melakukan vaksin, saya
segera melaporkan ke
pelayanan kesehetan
terdekat yang
menyediakan vaksinasi.
Saya mengonsumsi
obatpada saat
mengalami gejala KIPI
(sakit kepala, nyeri pada
lengan bekas suntikan,
mual, muntah, lemas,
2. demam, serta flu dan 87 39,4 134 60,6 221 100
batuk) seperti
paracetamol yang di
rekomendasikan oleh
dokter dipelayanan
kesehetan yang
menyediakan vaksinasi.
Saat mengalami gejala
KIPI atau efek samping
dari vaksinasi saya
3. hanya melakukan 61 27,6 160 72,4 221 100
istirahat yang cukup
tanpa mengonsumsi obat
dan melakukan olahraga.
4. Melakukan 84 38 137 62 221 100
pengompresan saat

71
merasa nyeri dan
bengkak pada bekas
suntikan.
Melakukan isoman saat
mengalami gejala KIPI
5. 87 39,4 134 60,6 221 100
seperti demam, flu dan
batuk.
Meskipun telah
menerima vaksin, saya
tetap menjalankan
6. protokol kesehatan 39 17,6 182 82,4 221 100
seperti memakai masker,
mencuci tangan,
menjaga jarak.
Setelah melakukan
vaksinasi saya rutin
melakukan aktfitas fisik
seperti senam/olahraga
7. 65 29,4 156 70,6 221 100
untuk mencegah
terjadinya gela KIPI atau
efek samping dari
vaksinasi
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.10 pernyataan Saya mengonsumsi

obatpada saat mengalami gejala KIPI (sakit kepala, nyeri pada lengan

bekas suntikan, mual, muntah, lemas, demam, serta flu dan batuk)

seperti paracetamol yang di rekomendasikan oleh dokter dipelayanan

kesehetan yang menyediakan vaksinasi dan pernyataan Melakukan

isoman saat mengalami gejala KIPI seperti demam, flu dan batuk

paling banyak menjawab “tidak” sebesar 39,4%, dan pernyataan

Meskipun telah menerima vaksin, saya tetap menjalankan protokol

kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak

paling sedikit menjawab “tidak” sebesar 17,6%. Sedangkan pernyataan

Meskipun telah menerima vaksin, saya tetap menjalankan protokol

72
kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak

banyak menjawab “ya” sebesar 82,4% dan pernyataan Saya

mengonsumsi obatpada saat mengalami gejala KIPI (sakit kepala, nyeri

pada lengan bekas suntikan, mual, muntah, lemas, demam, serta flu

dan batuk) seperti paracetamol yang di rekomendasikan oleh dokter

dipelayanan kesehetan yang menyediakan vaksinasi dan pernyataan

Melakukan isoman saat mengalami gejala KIPI seperti demam, flu dan

batuk paling sedikit menjawab “ya” sebesar 60,6%.

Tabel 5.11
Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan
pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara Tahun
2022

Tindakan n %
Baik 169 76,5
Kurang 52 23,5
Total 221 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 221 siswa

tindakan siswa dengan kategori baik sebanyak 169 orang sebesar

76,5% dan tindakan siswa dengan kategori kurang sebanyak 52 orang

sebesar 23,5%.

d. Variabel Gejala KIPI Vaksin COVID-19 (Sinovac)

Tabel 5.12
Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Gejala KIPI Vaksin
COVID-19 (Sinovac) pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara
Tahun 2022

Tidak Ya Total
No Gejala KIPI
n % n % n %
1. Demam (diatas 37,8˚C) 87 39,4 134 60,6 221 100
2. Mual Muntah 153 69,2 68 30,8 221 100
3. Rasa Lelah dan Sakit 67 30,3 154 69,7 221 100

73
Kepala
4. Bengkak 108 48,9 113 51,1 221 100
5. Pingsan 196 88,7 25 11,3 221 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.12 Gejala pingsan paling banyak

menjawab “tidak” sebesar 88,7% dan gejala rasa lelah dan sakit kepala

paling sedikit yang menjawab “tidak” sebesar 30,3%. Sedangkan gejala

rasa lelah dan sakit kepala paling banyak yang menjawab “ya”

sebanyak 69,7% dan gejala pingsan paling sedikit menjawab “ya”

sebanyak 11,3%.

Tabel 5.13
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan pada Dosis
keberapa Gejala KIPI Vaksin COVID-19 (Sinovac) muncul pada
Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara Tahun 2022

Dosis
Total
No Gejala KIPI Dosis 1 Dosis 2
n % n % n %
1. Demam (diatas 37,8˚C) 108 48,9 26 11,8 134 80,5
2. Mual Muntah 39 17,6 29 13,1 68 57,3
Rasa Lelah dan Sakit
3. 108 48,9 46 20,8 154 70,1
Kepala
4. Bengkak 78 35,3 35 15,8 113 69
5. Pingsan 18 8,1 7 3,2 25 72
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.13 gejala KIPI paling banyak dialami pasca

vaksinasi ke-1 dengan gejala “demam (diatas 37,8˚C)” dan gejala “rasa

lelah dan sakit kepala” sebesar 48,9%. Sedangkan gejala KIPI yang

paling sedikit dialami pasca vaksinasi ke-2 yaitu gejala “pingsan”

sebesar 3,2%.

Tabel 5.14
Distribusi Responden Berdasarkan Gejala KIPI Vaksin COVID-19
(Sinovac pada Siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara Tahun 2022

74
Gejala KIPI n %
KIPI 158 71,5
Tidak KIPI 63 28,5
Total 221 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari 221 siswa

yang mengalami KIPI sebanyak 158 orang sebesar 71,5% dan

responden yang tidak mengalami KIPI sebanyak 63 orang sebesar

28,5%.

D. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data primer

melalui kuesioner pada responden yang berjumlah 221 orang di SMA

Negeri 7 Luwu Utara yang berada di Kecamatan Masamba Kabupaten

Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah dilakukan pengolahan

data dan analisis data, maka akan dibahas sebagai berikut:

1. Karakteristik Umum Responden

a. Jenis Kelamin

Hasil analisis data berdasarkan jenis kelamin siswa, dalam

penelitian ini yang paling banyak adalah berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 121 orang (54,8%).

Penelitian lain juga dilakukan oleh Exda Hanung Lidiana et

al., (2021), mengenai gambaran karakteristik kejadian ikutan

pasca vaksinasi COVID-19 pada tenaga kesehatan alumni

universitas Aisyiyah Surakarta, menyatakan bahwa mayoritas

75
jenis kelamin responden adalah perempuan yaitu sebanyak

89,5%.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Udus, (2022), Jenis

kelamin merupakan pengelompokan dua jenis manusia

berdasarkan alat kelamin yang sudah ditentukan. Secara

biologis, hormon esterogen perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki. Hormon estrogen diindikasikan

mempunyai peran penting dalam mengendalikan kekebalan dalam

kaitannya dengan sel-sel tubuh. Sel T, sel B, sel pembunuh alami

(sel NK), makrofag, dan sel dendritik diketahui mengekspresikan

reseptor alfa estrogen dan reseptor beta estrogen. Perempuan

juga memiliki respons antibodi yang lebih tinggi dibandingkan laki-

laki, hal ini perempuan lebih mungkin mengalami efek samping

saat divaksinasi.

b. Usia

Berdasarkan hasil penelitian, dilihat dari usia responden

paling banyak adalah berusia 16 tahun yaitu sebanyak 99 orang

atau 44,8%.

Jumlah responden dengan umur 14 tahun hanya 1 orang

(5%). Jumlah responden yang berumur 15 tahun sebanyak 13

orang (5,9%). Jumlah responden yang berumur 16 tahun

sebanyak 99 orang (44,8%). Jumlah responden yang berumur 17

tahun sebanyak 81 orang (36,7%). Jumlah responden yang

76
berumur 18 tahun sebanyak 25 orang (11,3%). Dan siswa yang

berumur 19 tahun ada 2 orang (9%).

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Wardhani & Satria,

(2022), berdasarkan usianya paling banyak didominasi oleh

remaja awal yaitu usia 12-16 tahun sebanyak 169 siswa sebesar

73,5%.

c. Kelas

Dari hasil penelitian ditinjau dari kelasnya, responden

terbanyak yaitu 33 orang sebesar 14,9% dari kelas XI MIPA 1.

Jumlah responden dari kelas X IPS 1 sebanyak 5 orang

(2,3%). Jumlah responden dari kelas X IPS 2 sebanyak 2 orang

(9%). Jumlah responden dari kelas X IPS 3 hanya ada 1 orang

(5%). Jumlah responden dari kelas X MIPA 1 sebanyak 31 orang

(14%). Jumlah responden dari kelas X MIPA 2 sebanyak 32 orang

(14,5%). Jumlah responden dari kelas X MIPA 3 sebanyak 30

orang (13,6%). Jumlah responden dari kelas X MIPA 4 sebanyak

30 orang (13,6%). Jumlah responden dari kelas XI MIPA 1

sebanyak 33 orang (14,9%). Jumlah responden dari kelas XI

MIPA 2 sebanyak 28 (12,6%). Dan jumlah responden dari kelas XI

MIPA 3 sebanyak 29 orang (13,1%).

d. Vaksin

Berdasarkan hasil penelitian 100% responden telah

menerima vaksinasi dosis ke-2.

77
Satuan Gugus Tugas Covid-19 mengatakan anak

memang selalu menjadi pemberian vaksinasi Covid-19 pada

anak sekolah dinilai penting dikarenakan berpotensi menjadi

sumber penularan bagi masyarakat sekitar. Langkah ini

ditempuh oleh pemerintah sebagai bentuk kebijakan mencegah

penularan virus serta mempersiapkan anak sekolah Kembali

melakukan kegiatan tatap muka. Jumlah yang melakukan

sasaran vaksinasi sebanyak 1900 siswa dan ditunda sebanyak

100 siswa namun ditundah tidak dimasukkan kedalam aplikasi

PCare. Pemberian vaksinasi diharapkan dapat bekerjasama

dengan fasillitas kesehatan, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan

dan kebudayaan, serta instansi Pendidikan kesehatan dalam

meningkatkan sasaran vaksinasi pada anak atau remaja

dengan usia 12-15 tahun yang belum terlaksana

(Cahyaningtyas et al., 2021).

e. Riwayat Penyakit

Berdasarkan riwayat penyakit yang paling banyak adalah

yang memiliki riwayat penyakit maag sebanyak 13 orang (5,9%).

Maag atau dalam dunia medis disebut dispepsia

merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri

atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau ulu hati

(Rinda Fithriyana, 2018).

78
Penelitian yang dilakukan oleh desi ria, (2017), Dispepsia

atau maag merupakan gejala rasa penuh setelah makan yang

mengganggu , mudah kenyang, nyeri epigastrium, atau rasa

panas pada ulu hati selama >3 bulan dengan awitan gejala paling

tidak 6 bulan sebelum diagnosis tanpa ada penyebab organik.

Dimana remaja merupakan golongan usia yang rentan terhadap

timbulnya dispepsia.

2. Variabel yang diteliti

a. Pengetahuan Siswa Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

(KIPI) Vaksin COVID-19

Pengetahuan mengenai KIPI vaksin COVID-19 adalah

segala sesuatu yang diketahui responden tentang KIPI pasca

vaksinasi COVID-19 khususnya jenis vaksin sinovac, meliputi

pengertian, penyebab KIPI, dan gejala KIPI.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan responden adalah baik dengan total skor sebanyak

195 orang (88,2%). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

tingginya tingkat pengetahuan pengetahuan responden, yaitu

responden dalam penelitian ini adalah siswa SMA, dimana siswa

SMA telah mampu menyerap informasi atau edukasi dengan baik

seperti penyuluhan dari tenaga kesehatan sebelum menerima

vaksinasi sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik, di

era digital pada saat pandemi ini memudahkan responden untuk

79
mengetahui lebih banyak informasi mengenai COVID-19 hingga

efek samping dari vaksinasi maupun KIPI melalui televisi, media

sosial dan internet.

Adapun jumlah responden yang mengetahui KIPI

merupakan semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi

sebanyak 184 orang (83,3%). Jumlah responden yang

mengetahui tentang vaksin adalah virus yang dilemahkan

sebanyak 169 orang (76,5%). Jumlah responden yang

mengetahui efek simpang dari vaksinasi bersifat segera dan

sementara, dan pada umumnya ringan, dapat hilang dengan

sendirinya atau diatasi dengan parasetamol sebanyak 184 orang

(83,3%). Jumlah responden yang mengetahui setelah melakukan

vaksinasi bukan berarti kita tidak akan terkena virus corona

sebanyak 166 orang (75,1%). Jumlah responden yang

mengetahui imunisasi dan Vaksinasi mempunyai tujuan yang

sama yaitu menghasilkan antibodi yang meningkatkan imunitas

tubuh sehingga dapat mencegah infeksi virus sebanyak 190 orang

(86%). Jumlah responden yang mengetahui gejala yang muncul

setelah vaksinasi merupakan satu hal yang wajar dan bersifat

sementara sebanyak 188 orang (85,1%). Jumlah responden yang

mengetahui KIPI, keluhan atau efek samping yang muncul pasca

vaksinasi COVID-19 tidak ada kaitannya dengan infeksi virus

corona sebanyak 138 orang (62,4%). Jumlah responden yang

80
mengetahui KIPI tidak berakibat kematian sebanyak116 orang

(52,5%).

Pengetahuan siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara tentang

KIPI pasca vaksinasi sinovac yang diberikan dengan mayoritas

jawaban benar pada kolom pertanyaan yang diberikan, diperoleh

pengetahuan siswa bahwa siswa-siswi SMA Negeri 7 Luwu Utara

memiliki pengetahuan baik. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) pengetahuan merupakan segala sesuatu yang

diketahu, kepandaian, segala sesuatu yang diketahui berkenaan

dengan hal (mata pelajaran). Saat ini pengetahuan sangat penting

dalam mencegah dan menanggulangi penularan COVID-19 serta

mencegah kecemasan yang ada saat menerima vaksinasi dimana

vaksinasi tidak lepas dari adanya efek samping atau bisa disebut

juga dengan KIPI. Dengan demikian memiliki pengetahuan yang

baik terhadap sesuatu, seseorang akan mempunyai kemampuan

untuk menentukan serta mengambil keputusan dalam

menghadapi sesuatu. Dapat dilihat bahwa pengetahuan menjadi

salah satu aspek yang sangat penting dalam menghadapi

permasalahan KIPI yang terjadi di masyarakat setelah menerima

vaksinasi COVID-19 dalam rangka mencegah dan menanggulangi

penularan virus corona. Tingkat pengetahuan juga berhubungan

erat dengan sikap dan tindakan seseorang dalam menghadapi

dan mengatasi suatu permasalahan yang ada. Menurut

81
Notoamodjo, (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa

sikap dan tindakan yang didasari dari pengetahuan akan leboh

bertahan lama daripada sikap dan tindakan yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Total keseluruhan pengetahuan siswa di SMA

Negeri 7 Luwu Utara adalah berkategori Baik.

b. Sikap Siswa tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Vaksin COVID-19 (Sinovac)

Sikap siswa tentang kejadian KIPI pasca vaksinasi sinovac

adalah bagaimana siswa dalam menyikapi gejala KIPI yang

muncul setelah melakukan vaksinasi, baik vaksinasi dosis

pertama maupun vaksinasi dosis kedua. Sikap yang baik saat

mengalami gejala KIPI mampu memberikan dampak yang baik

sehingga gejala tersebut bisa dengan segera membaik. Sikap juga

dapat mempengaruhi tindakan yang dilakukan siswa dalam

menangani gejala KIPI pasca vaksinasi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap

siswa tentang KIPI vaksin COVID-19 (sinovac) kategori baik

sebanyak 198 orang (89,6%). Sikap merupakan posisi emosional

seseorang dalam merespons secara konsisten terhadap sesuatu.

Dengan adanya sikap yang baik menandakan bahwa responden

atau siswa telah memahami apa yang harus dilakukan saat

mengalami KIPI atau efek samping dari vaksinasi COVID-19 jenis

sinovac yang diadakan de SMA Negeri 7 Luwu Utara. Untuk

82
tingkat SMA responden sudah memiliki sikap yang baik dalam

menyikapi suatu permasalahan, termasuk dalam menyikapi

permasalahan KIPI yang timbul pasca melakukan vaksinasi baik

vaksinasi dosis 1 maupun vaksinasi dosis 2.

Jumlah responden yang merasa bahwa vaksinasi sangat

penting di era pandemi ini sebanyak 179 orang (81%). Jumlah

responden yang merasa bahwa KIPI tidak terjadi akibat ketakutan

dan kecemasan karena takut suntik sebanyak 139 orang (62,9%).

Jumlah responden yang memberikan sikap positif pada gejala

atau efek samping pasca vaksinasi seperti nyeri, lelah, letih, lesu,

demam, sakit kepala, sifatnya sementara sebanyak 179 orang

(81%). Jumlah responden yang memberika sikap positif pada saat

merasa tidak nyaman, sebaiknya beristirahat jika dibutuhkan,

dapat menggunakan obat penurun panas sesuai dosis yang

dianjurkan dan minum air putih dengan cukup sebanyak 169

orang (76,5%). Jumlah responden yang bersikap bahwa efek

samping atau gejala KIPI muncul setelah melakukan vaksinasi

dosis 1 sebanyak 140 orang (63,3%). Jumlah responden yang

bersikap bahwa efek samping atau gejala KIPI muncul setelah

melakukan vaksinasi dosis 2 sebanyak 131 orang (59,3%).

Jumlah responden yang bersikap positif pada saat merasa nyeri di

tempat suntikan, tetap gerakkan dan gunakan lengan seperti biasa

apabila perlu, kompres bagian yang nyeri dengan kain bersih yang

83
dibasahi dengan air dingin sebanyak 166 orang (75,1%). Jumlah

responden yang bersikap positif meskipun telah menerima

vaksinasi harus tetap mengenakan masker, menjaga jarak aman,

dan rajin mencuci tangan dengan sabun sebanyak 179 orang

(81%). Jumlah responden yang bersikap positif bahwa KIPI atau

reaksi yang terjadi setelah vaksinasi biasanya menandakan vaksin

sedang bekerja di dalam tubuh kita menandakan bahwa istem

daya tahan tubuh sedang belajar cara melindungi diri dari penyakit

sebanyak 183 orang (82,8%). Jumlah responden dengan sikap

positif apabila mengalami reaksi/gejala/keluhan setelah vaksinasi

diharapkan untuk tetap tenang, segera lapor kepada petugas

kesehatan yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan yang

memberikan layanan vaksinasi atau ke puskesmas terdekat

sebanyak 187 orang (84,6%).

c. Tindakan Siswa tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Vak Covid-19 (sinovac)

Tindakan mengenai KIPI pasca vaksinasi COVID-19 yang

meliputi saat mengalami gejala KIPI segera untuk melapor ke

pelayanan kesehatan terdekat, mengonsumsi obat yang

direkomendasikan oleh dokter saat mengalami gejala KIPI,

beristirahat saat mengalami gejala KIPI, mengompres area

suntikan yang bengkak,melakukan isoman saat mengalami gejala

84
KIPI, tetap menjalankan protokol kesehatan, dan rutin

berolahraga.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan

responden yang baik sebanyak 169 orang (76,5%). Tingginya

persentase jawaban “ya” pada pernyataan meskipun telah

menerima vaksinasi tetap harus menjalankan protokol kesehatan

dengan jawaban terbanyak yaitu 182 orang (82,4%). Dan

pernyataan mengonsumsi obat yang di rekomendasikan oleh

dokter saat mengalami gejala KIPI dan melakukan isoman saat

mengalami gejala KIPI seperti demam, flu dan batuk dengan

persentasi jawaban “tidak” sebanyak 87 orang (39,4%). Hal

tersebut menunjukkan bahwa tindakan responden baik.

d. Gejala KIPI Vaksin COVID-19 (sinovac) pada siswa

Gejala KIPI pasca vaksinasi sinovac dimaksudkan untuk

mengetahui jenis gejala apa saja yang muncul setelah melakukan

vaksinasi, baik KIPI ringan maupun KIPI berat.

Dari hasil penelitian diatas gejala KIPI pasca vaksinasi

COVID-19 jenis sinovac paling banyak dialami adalah mual atau

muntah sebanyak 153 orang (69,2%) dan pingsan menjadi gejala

paling sedikit yang dialami oleh responden sebanyak 25 orang

(11,3%). Berdasarkan gejala yang dialami oleh responden

mayoritas dialami pasca menerima vaksinasi dosis pertama (V1)

85
yaitu pada gejala demam dan lelah serta sakit kepala sebanyak

108 orang (48,9%).

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah responden yang

mengalami gejala KIPI yaitu demam diatas 37,8˚C sebanyak 134

orang (60,6%) yang dialami setelah menerima vaksinasi dosis 1

sebanyak 108 orang (48,9%). Jumlah responden yang mengalami

gejala KIPI yaitu mual muntah sebanyak 68 orang (30,8%) yang

dialami setelah menirima vaksinasi dosis 1 sebanyak 39 orang

(17,6%). Jumlah responden yang mengalami gejala KIPI yaitu

lelah dan sakit kepala sebanyak 154 orang (69,7%) yang dialami

setelah menerima vaksinasi dosis 1 sebanyak 108 orang (48,9%).

Jumlah responden yang mengalami gejala KIPI yaitu bengkak

sebanyak 113 orang (51,1%) yang dialami setelah menerima

vaksinasi dosis 1 sebanyak 78 orang (35,3%). Jumlah responden

yang mengalami gejala KIPI yaitu 25 orang (11,3%) yang dialami

setelah menerima vaksinasi dosis 1 sebanyak 18 orang (8,1%).

Dari hasil penelitian diatas gejala KIPI pasca vaksinasi

COVID-19 jenis sinovac paling banyak dialami adalah mual atau

muntah sebanyak 153 orang (69,2%) dan pingsan menjadi gejala

paling sedikit yang dialami oleh responden sebanyak 25 orang

(11,3%). Berdasarkan gejala yang dialami oleh responden

mayoritas dialami pasca menerima vaksinasi dosis pertama (V1)

86
yaitu pada gejala demam dan lelah serta sakit kepala sebanyak

108 orang (48,9%).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Simanjorang,

(2022) mengenai gambaran awal efek sampin vaksin sinovac-

coronavac pada petugas kesehatan di kabupaten kepulauan

sangihe, yang menyatakan bahwa proporsi efek samping lebih

tinggi pada dosis 1 daripada dosis 2, yaitu sakit di lokasi suntikan

sebesar 39,6% dan sakit kepala 24,2% setelah dosis 1.

87
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Gambaran

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Vaksin COVID jenis Sinovac di

SMA Negeri 7 Luwu Utara tahun 2022, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 7 Luwu Utara

dengan kategori Baik sebanyak 195 orang (88,2%).

2. Sikap siswa-siswi SMA Negeri 7 Luwu Utara dengan kategori Baik

sebanyak 198 orang (89,6%).

3. Tindakan siswa-siswi SMA Negeri 7 Luwu Utara dengan kategori

Baik sebanyak 169 orang (76,5%).

4. Tingkat gejala KIPI pasca vaksinasi COVID-19 jenis Sinovac yang

dialami oleh siswa-siswi SMA Negeri 7 Luwu Utara dari 221 siswa

mencapai 158 (71,5).

B. Saran

1. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menambah

wawasan mengenai gambaran KIPI pasca vaksinasi COVID-19

sehingga pembaca dapat mengetahui dan menyikapi apa yang

harus dilakukan ketika mengalami gejala KIPI pasca vaksinasi.


2. Bagi responden, diharapkan untuk lebih memperhatikan gejala

yang setelah melakukan vaksinasi, seperti segera melaporkan ke

pelayanan kesehatan terdekat jika merasa atau mengalami gejala

KIPI baik itu pingsan, demam diatas 37,8˚C, mual/muntah, lelah

disertai sakit kepala, maupun bengkak pada area bekas suntikan.

3. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat melakukan penelitian lebih

lanjut dengan topik yang sama dengan variabel yang berbeda

sehingga dapat menambah wawasa serta pengetahuan dan

menjadi sumber informasi.


DAFTAR PUSTAKA

Aditia, A. (2021). Covid-19 : Epidemiologi, Virologi, Penularan, Gejala


Klinis, Diagnosa, Tatalaksana, Faktor Risiko Dan Pencegahan. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, 3(November), 653–660.
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP
%0ACOVID-19
Ayu Kurniawati, K. R., Santosa, F. H., & Bahri, S. (2020). Sosialisasi Hidup
Sehat di Tengah Wabah Virus Corona. JPMB : Jurnal Pemberdayaan
Masyarakat Berkarakter, 3(1), 58–65.
https://doi.org/10.36765/jpmb.v3i1.225
Budiyanti, R. T., Nandini, N., Jati, S. P., Arso, S. P., & Fatmasari, E. Y.
(2021). Pemberdayaan kader dalam manajemen KIPI pada vaksinasi
Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo. Journal of
Community Development, 2(2), 76–81.
Cahyaningtyas, D. K., Rospia, E. D., Rofita, D., Makmun, I., Amilia, R.,
Harahap, A. P., & Shafila, S. (2021). Program Vaksinasi Masal Pada
Siswa Sma, Smk, Dan Slb Di Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan
Provinsi Nusa Tenggara Barat 2021. SELAPARANG Jurnal
Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 5(1), 682.
https://doi.org/10.31764/jpmb.v5i1.6023
covid19.sulselprov. (2022). Data Pantauan COVID-19 Di Sulawesi
Selatan. Sulsel Tanggap COVID-19.
https://covid19.sulselprov.go.id/data. Diakses pada 15 Januari 2022
Covid19hotline. (2022). Situasi COVID-19 di Indonesia (Update per 14
Maret 2022). Covid19.Go.Id.
https://covid19.go.id/artikel/2022/03/14/situasi-covid-19-di-indonesia-
update-14-maret-2022. Diakses pada 14 Maret 2022
Dinas Kesehatan Kab Luwu Utara. (2022). Vaksinasi Luwu Utara.
https://dinkes.luwuutarakab.go.id/. Diakses pada 14 Januari 2022
dr. Pittara. (2022). Virus Corona. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/virus-corona. Diakses pada 14 Januari
2022
dr. Rizal Fadli. (2021). Coronavirus. Halodoc.Com.
https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus. Diakses pada 14
Januari 2022
Dwi Zain Musofa. (2021). KIPI adalah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi,
Ketahui Jenis dan Reaksinya. Merdeka.Com.
https://www.merdeka.com/sehat/kipi-adalah-kejadian-ikutan-pasca-
imunisasi-ketahui-jenis-dan-reaksinya-kln.html. Diakses pada 14
Januari 2022
Exda Hanung Lidiana, Hanif Mustikasari, Krisnanda Aditya Pradana, &
Andria Permatasari. (2021). Gambaran Karakteristik Kejadian Ikutan
Pasca Vaksinasi Covid-19 Pada Tenaga Kesehatan Alumni
Universitas ’Aisyiyah Surakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 19(Mei),
11–17.
Hafizzanovian, H., Oktariana, D., Apriansyah, M. A., & Yuniza, Y. (2021).
Peluang Terjadinya Immunization Stress-Related Response (Isrr)
Selama Program Vaksinasi Covid-19. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya, 8(3), 211–222. https://doi.org/10.32539/jkk.v8i3.13807
humas.sulselprov. (2022). Vaksinasi Covid-19 Capai 85%, 6 Juta Lebih
Warga Sulsel Telah Divaksin. Humas.Sulselprov.Go.Id.
https://humas.sulselprov.go.id/index.php/tag/vaksinasi-covid-19/.
Diakses pada 15 Maret 2022
kemenkes. (2022). Apakah Coronavirus dan COVID-19 itu?
Kemenkes.Go.Id.
https://www.kemkes.go.id/folder/view/full-content/structure-faq.html.
Diakses pada 14 Januari 2022
Kemkes. (2021). Penguatan Sistem Kesehatan dalam Pengendalian
COVID-19. P2p.Kemkes.Go.Id. http://p2p.kemkes.go.id/penguatan-
sistem-kesehatan-dalam-pengendalian-covid-19/
Kristiningtyas, W., & Purwandari, K. P. (2020). Jurnal Kebidanan http : //
www . ejurnal . stikeseub . ac . id Faktor - Faktor Yang Berhubungan
Dengan Ketepatan Dasar Puskesmas Factors Related To The
Timeliness Of Basic Immunization At Wonogiri 1 Public Health Center
Pendahuluan Untuk secara upaya opti. XII(02), 129–145.
Lin, Y., & He, Y. (2012). Ontology representation and analysis of vaccine
formulation and administration and their effects on vaccine immune
responses. Journal of Biomedical Semantics, 3(1).
https://doi.org/10.1186/2041-1480-3-17
Litbangkes Baturaja. (2021). Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) Pada
Vaksinasi COVID-19. Litbangkes Baturaja.
https://www.balaibaturaja.litbang.kemkes.go.id/read-kejadian-ikutan-
paska-imunisasi-kipi-pada-vaksinasi-covid19. Diakses pada 15
Januari 2022
Makmun, A., & Hazhiyah, S. F. (2020). Tinjauan Terkait Pengembangan
Vaksin Covid 19. Molucca Medica, 13, 52–59.
https://doi.org/10.30598/molmed.2020.v13.i2.52
Mcintosh, A. K., Editor, M., Hirsch, M. S., Editor, M., & Bloom, A. (2021).
B001-COVID19-Epidemiology-virology-and-prevention. 2(figure 1).
Noviana, U., Hasinuddin, M., Ngudia, S., & Madura, H. (2019). Review
Penanganan Kipi (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) Di Sdn Petemon.
1, 26–33.
Nurida, A. (2020). Upaya Kesehatan Masyarakat dalam Konteks COVID
19. Seminar Online Updates on COVID-19 Prosiding Multidiciplinary
Perspective, 156–164.
Our World In Data. (2022). Coronavirus (COVID-19) Vaccinations. Our
World in Data.Org. https://ourworldindata.org/covid-vaccinations?
country=~OWID_WRL. Diakses pada 15 Maret 2022
Putri, R. N. (2020). Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(2), 705.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.1010
Rauf, A., Abu-izneid, T., Olatunde, A., Khalil, A. A., Alhumaydhi, F. A.,
Tufail, T., Shariati, M. A., & Rebezov, M. (2020). COVID-19
Pandemic : Epidemiology , Etiology , Conventional and Non-
Conventional Therapies.
Rinda Fithriyana. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Dispepsia Pada Pasien Di Willayah Kerja Puskesmas
Bangkinang Kota. PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(2),
43–54.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/prepotif/article/
view/79
Ritunga, I., Lestari, S. H., Santoso, J. L., Effendy, L. V., Charles, S., Tua,
P., Lindarto, W. W., & Nurhadi, S. (2021). Penguatan Program
Vaksinasi Covid-19 Di Wilayah Puskesmas Made Surabaya Barat.
5(1), 45–52.
Sari, M. K. (2021). Edukasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Terhadap
Tingkat Kecemasan Remaja Menghadapi Vaksinasi Covid-19. 5,
542–546.
Simanjorang, C., Surudani, C. J., & Makahaghi, Y. B. (2022). Gambaran
Awal Efek Samping Vaksin Sinovac-Coronavac Pada Petugas
Kesehatan Di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Ilmiah
Sesebanua, 5(2), 43–47. https://doi.org/10.54484/jis.v5i2.465
Tanjung, M. S., & Sitepu, R. (2021). Epidemiologi Deskriptif Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia Pada Tahun 2020. Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran, 20(2), 179–191.
Timur, P. K. (n.d.). Pelaksanaan vaksinasi covid-19 prov. kalimantan
timur.
Udus, K. A. K. (2022). F AKTOR -F AKTOR Y ANG B ERHUBUNGAN D
ENGAN R EAKSI KIPI P ASCA P EMBERIAN V AKSIN C OVID -19 P
ADA S ISWA SMP X. 7(1), 14–22.
UNICEF. (2021). Vaksin COVID-19 & KIPI. Unicef.
https://www.unicef.org/indonesia/id/media/9896/file/Booklet_Vaksin_C
OVID-19_%26_KIPI.pdf. Diakses pada 15 maret 2022
Wardhani, N., & Satria, B. (2022). JIM FKep Volume V Nomor 4 Tahun
2022 PENGETAHUAN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
TERHADAP PROGRAM VAKSINASI COVID - 19 JIM FKep Volume
Nomor Tahun 2022. V(2020), 93–97.
WHO. (2020a). Pertimbangan untuk karantina individu dalam konteks
penahanan untuk penyakit coronavirus (COVID-19).
WHO. (2020b). Preparing countries for COVID-19 Vaccine Introduction.
September, 3–4.
WHO. (2022a). COVID-19 Monthly Update | February 2022. World Health
Organization.
WHO. (2022b). Modul 2: Jenis-Jenis Vaksin Dan Reaksi Simpang. WHO.
https://in.vaccine-safety-training.org/overview-and-outcomes-2.html.
Diakses pada Januari 2022
WHO. (2022c). Sebaran Kasus COVID-19 Di Inndonesia. World Health
Organization. https://covid19.who.int/region/searo/country/id. Diakses
pada 15 Januari 2022

Anda mungkin juga menyukai