Anda di halaman 1dari 103

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEDIAAN

MASYARAKAT MENERIMA VAKSINASI COVID-19


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KULATI
KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana


Kesehatan Masyarakat

Oleh:

DHIYA RAMADHANI
J1A1 18 189

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan hasil penelitian ini dengan judul “Faktor Yang Berhubungan

Dengan Kesediaan Masyarakat Menerima Vaksinasi Covid-19 di Wilayah Kerja

Puskesmas Kulati Kabupaten Wakatobi Tahun 2021” sebagai syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Halu Oleo Kendari.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan hasil

penelitian ini banyak hambatan dan tantangan yang didapatkan. Namun atas

bantuan dan bimbingan serta motivasi yang tiada henti-hentinya disertai harapan

yang optimis dan kuat sehingga penulis dapat mengatasi semua itu.

Pada kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan

terima kasih kepada Bapak Jumakil, S.K.M., M.P.H sebagai Pembimbing I dan

Ibu Dr. Jafriati, S. Si., M.Si sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan waktu

dan pikirannya dalam mengarahkan penulis dalam penyusunan hasil penelitian ini.

Teristimewa ucapan terima kasih saya persembahkan kepada kedua orang

tua saya yang sangat saya cintai dan saya banggakan, yaitu kepada Ayah saya

Zainuddin Paduai yang telah memberikan segala doa dan dukungan sampai saat

ini dan Ibu saya Farida Toasa yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik

serta memberikan dukungan, motivasi, dan kesabarannya sampai saat ini.

Kemudian terima kasih kepada kedua kakak saya, Dina dan Diza dan kedua adik

v
saya, Dinul dan Dika yang selalu mendoakan, mendukung dan membantu sampai

saat ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo.

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari.

3. Para Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo

Kendari.

4. Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Halu Oleo Kendari.

5. Koordinator Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari.

6. Kepala Bagian Tata Usaha Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari.

7. Dosen Penguji Ibu Hariati Lestari, S.K.M., M.Kes, Bapak Irma, S.K.M.,

M.Ked.Trop, Ibu Jusniar Rusli Afa, S.K.M. M.Kes, yang selalu meluangkan

waktu dan memberikan pengetahuan, saran perbaikan serta motivasi kepada

penulis.

8. Dosen pengajar dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah banyak

memberikan dukungan dan bimbingan selama mengikuti pendidikan.

9. Kepala Puskesmas Kulati, Kepala Desa Dete, Kepala Desa Kulati, Kepala Desa

Wawotimu serta para ketua RT dan RW yang telah membantu dalam

pengumpulan data responden.

vi
10. Seluruh masyarakat yang menjadi responden yang bersedia menerima dan

membantu peneliti dalam menyelesaikan proses penelitian.

11. Teman-teman SDN 19 Kendari, SMPN 3 Kendari, SMAN 6 Kendari mulai dari

X MIPA 1, XI MIPA 1 dan XII MIPA 1, terkhusus Ajeng, Mira, Alya, Agnia,

Fiki, Zidni, Asri, Lasri, Meri, dan Agnes yang selalu memberi nasihat dan

motivasi hingga saat ini.

12. Teman seperjuangan: Larra, Aul, Merisa, Marwa, Nisa, Ndah, Pute, Eta, Ana,

Julpa, Ayuning, Cika, Wulan, Widy, Gita, Mbul, Yusep, Kak Andyka, Eja,

Juan, Taufik, Reza, Eka yang selalu mendampingi, membantu, menasehati, dan

memberi dukungan selama penulis kuliah di FKM UHO.

13. Sepupu saya, Mitha dan Anggie yang selalu membantu dan memberi dukungan

hingga saat ini.

14. Kepada segenap warga Kwangya terutama member EXO dan NCT, dan

terkhusus Chanyeol dan Jaemin yang selalu memotivasi, menghibur,

memberikan semangat, dan mewarnai kehidupan penulis hingga saat ini.

15. Keluarga besar PBL Kelurahan Wundumbatu, KKN Reguler Kelurahan

Labibia, EPID.COM FKM UHO, ISMKMI SULTRA yang tidak bisa saya

sebutkan namanya satu persatu.

16. Seluruh teman-teman mahasiswa seperjuangan kelas B Angkatan 2018 dan

Epidemiologi angkatan 2018 yang telah bersama-sama menempuh bangku

perkuliahan dengan semangat, kompak, saling membantu dan penuh keceriaan.

vii
17. Seluruh teman-teman mahasiswa angkatan 2018 mulai dari peminatan Kesling,

Peminatan AKK, Peminatan Promkes, Peminataan Gizi, dan peminatan K3

yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu.

18. Kepada kakak senior angkatan 2016 dan 2017 serta adik-adik angkatan 2019,

2020 dan 2021 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

segala doa dan dukungannya yang diberikan kepada penulis.

19. Kepada semua keluarga besar saya baik dari pihak Ayah maupun Ibu yang telah

banyak memberikan bantuannya, dorongan, motivasi serta doanya selama ini.

Dalam penulisan dan penyusunan hasil penelitian ini, penulis sadari masih

jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan

kekurangan hanya milik manusia sehingga penulis memohon maaf sebesar-

besarnya atas kekurangan dalam penelitian ini.

Demikian penulis harapkan agar hasil penelitian ini membawa manfaat bagi

pembaca dan menambah ilmu pengetahuan terutama dibidang kesehatan

masyarakat.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kendari, 30 Maret 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………...…………………………i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ......................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
ABSTRAK .......................................................................................................... xvi
ABSTRACT ........................................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 6
1.6 Organisasi / Sistematika ........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7


2.1 Tinjauan Umum tentang Covid-19 ........................................................... 7
2.2 Tinjauan Umum tentang Vaksin Covid-19 ............................................ 13
2.3 Tinjauan Teori tentang Variabel yang Diteliti ....................................... 16
2.4 Tinjauan Penelitian Sebelumnya ............................................................ 22
2.5 Kerangka Teori ....................................................................................... 24
2.6 Kerangka Konsep ................................................................................... 26
2.7 Hipotesis ................................................................................................. 26

ix
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 28
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 28
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 28
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 28
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................. 31
3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................... 32
3.6 Definisi Oprasional dan Kriteria Objektif .............................................. 32
3.7 Jenis Data Penelitian .............................................................................. 36
3.8 Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data ............................................. 36
3.9 Protokol Kesehatan saat Penelitian ........................................................ 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 40


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 40
4.2 Hasil Penelitian....................................................................................... 42
4.3 Pembahasan ............................................................................................ 51
4.4 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 62

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 64


5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 64
5.2 Saran ....................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66

LAMPIRAN ......................................................................................................... 70

x
DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Halaman

3.1 Populasi dan Sampel 33


4.1 Luas Wilayah Kerja Puskesmas Kulati Tahun 2021 43
4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Desa Tahun 2021 43
4.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin pada 45
Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kulati
4.4 Distribusi Responden Menurut Umur pada Masyarakat 45
Wilayah Kerja Puskesmas Kulati
4.5 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir pada 46
Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kulati
4.6 Distribusi Responden Menurut Kesediaan Masyarakat 47
Menerima Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat Wilayah
Kerja Puskesmas Kulati
4.7 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan pada 48
Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kulati
4.8 Distribusi Responden Menurut Persepsi Masyarakat pada 48
Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kulati
4.9 Distribusi Responden Menurut Keterjangkauan Lokasi 49
Vaksinasi pada Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas
Kulati
4.10 Hubungan Pengetahuan dengan Kesediaan Masyarakat 50
Menerima Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat Wilayah
Kerja Puskesmas Kulati
4.11 Hubungan Persepsi Masyarakat dengan Kesediaan 51
Masyarakat Menerima Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kulati
4.12 Hubungan Keterjangkauan Lokasi Vaksinasi dengan 52
Kesediaan Masyarakat Menerima Vaksinasi Covid-19 pada
Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kulati

xi
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori 27


2.2 Kerangka Konsep 28

xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

LAMBANG DAN SINGKATAN ARTI DAN KETERANGAN


≤ Kurang dari atau sama dengan
≥ Lebih dari atau sama dengan
> Lebih dari
< Kurang dari
% Persen
∝ Alfa
µm Mikrometer
( Buka kurung
) Tutup kurung
. Titik
, Koma
: Titik dua
- Kurang
+ Tambah
= Sama dengan
/ Garis miring
2
Kuadrat
AS Amerika Serikat
BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan
CoV Corona Virus
Covid-19 Corona Virus Disease 2019
FDA Food and Drug Administration
Inc Incorporated
ITAGI Indonesian Technical Advisory Group
on Immunization
KKMMD Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
yang Meresahkan Dunia
Ltd Limited
MA Madrasah Aliyah
MERS Middle East Respiratory Syndrome
MERS-CoV Middle East Respiratory Syndrome-
Corona Virus
MTS Madrasah Tsanawiyah
No Nomor
Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan
PHBS Pola Hidup Bersih dan Sehat
PHEIC Public Health Emergency of
International Concern
PT Perseroan Terbatas
R0 Reproductive number
SARS Severe Acute Respiratory Syndrome
xiii
SARS-CoV Severe Acute Respiratory Syndrome-
Corona Virus
SARS-CoV-2 Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2
SPSS Statistical Product and Service
Solutions
TOGA Taman Obat Keluarga
UNICEF United Nations International
Children's Emergency Fund
WHO World Health Organization

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Tabel Halaman

1. Informed Consent 69
2. Kuesioner Penelitian 71
3. Jenis Kegiatan 74
4. Output SPSS Hasil Penelitian 75
5. Dokumentasi Saat Penelitian 80
6. Surat Pengantar Izin Penelitian 82
7. Surat Izin Penelitian 83
8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 84

xv
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEDIAAN
MASYARAKAT MENERIMA VAKSINASI COVID-19
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KULATI
KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2021
Dhiya Ramadhani
J1A118189

ABSTRAK

Indonesia dan negara-negara lain masih terus berjuang untuk mengatasi pandemi
Covid-19. Sampai saat ini tercatat sudah lebih dari 4 juta kasus konfirmasi Covid-
19 di Indonesia. Berbagai upaya pengendalian terus dilakukan, salah satunya
melalui pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Akan tetapi, masih banyak masyarakat
yang enggan untuk menerima vaksinasi Covid-19, hal ini disebabkan karena
beberapa faktor seperti kurangnya pengetahuan dan masyarakat masih belum
percaya terhadap vaksin Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
yang berhubungan dengan kesediaan masyarakat menerima vaksinasi Covid-19 di
wilayah kerja Puskesmas Kulati Kabupaten Wakatobi tahun 2021. Metode
penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional dan teknik pengambilan sampel menggunakan
proportionate stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan dari 321
responden yang bersedia menerima vaksinasi Covid-19 sebanyak 130 (40,5%)
responden dan yang tidak bersedia menerima vaksinasi Covid-19 sebanyak 191
(59,5%) responden. Berdasarkan analisis bivariat didapatkan pengetahuan (nilai
p=0,000), persepsi (nilai p=0,000), dan keterjangkauan lokasi (nilai p=0,115). Hasil
penelitian dapat disimpulkan terdapat hubungan antara pengetahuan dan persepsi
dengan kesediaan masyarakat menerima vaksinasi Covid-19, sedangkan tidak
terdapat hubungan antara keterjangkauan lokasi vaksinasi dengan kesediaan
masyarakat menerima vaksinasi Covid-19.

Kata Kunci : Kesediaan, Keterjangkauan Lokasi, Pengetahuan, Persepsi,


Vaksinasi Covid-19

xvi
FACTORS RELATED TO COMMUNITY WILLINGNESS
TO RECEIVE COVID-19 VACCINATION IN THE
WORKING AREA OF THE KULATI HEALTH
CENTER WAKATOBI REGENCY IN 2021
Dhiya Ramadhani

J1A118189

ABSTRACT

Indonesia and other countries are still struggling to overcome the Covid-19
pandemic. To date, there have been more than 4 million confirmed cases of Covid-
19 in Indonesia. Various control efforts continue to be carried out, one of which is
through the implementation of the Covid-19 vaccination. However, there are still
many people who are reluctant to receive the Covid-19 vaccination, this is due to
several factors such as lack of knowledge and people still do not believe in the
Covid-19 vaccine.. This study aims to factors related to community willingness to
receive covid-19 vaccination in the working area of the Kulati health center
Wakatobi regency in 2021. This research method uses an analytic observational
research type with a cross sectional approach and the sampling technique uses
proportionate stratified random sampling. The results showed that of the 321
respondents who were willing to receive the Covid-19 vaccination, 130 (40.5%)
respondents and 191 (59.5%) respondents who were not willing to receive the
Covid-19 vaccination. Based on the bivariate analysis, it was obtained knowledge
(p value = 0.000), perception (p value = 0.000), and location affordability (p value
= 0.115). The results of the study can be concluded that there is a relationship
between knowledge and perception with the willingness of the community to
receive the Covid-19 vaccination, while there is no relationship between the
affordability of the location and the willingness of the community to receive the
Covid-19 vaccination.

Keyword : Willingness, Location Affordability, Knowledge, Perception, Covid-


19 Vaccination

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhir Desember 2019 diawali dengan adanya kasus pneumonia yang tidak

diketahui etiologinya di Wuhan, China. Berdasarkan hasil data epidemiologi, kasus

tersebut diduga berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Selanjutnya, pada

tanggal 7 Januari 2020, pemerintah China mengumumkan bahwa penyebab kasus

tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2 (Severe

Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Virus ini berasal dari famili yang

sama dengan virus penyebab SARS dan MERS. Meskipun berasal dari famili yang

sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular daripada SARS-CoV dan MERS-CoV.

Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public

Health Emergency of International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret

2020, WHO sudah menetapkan Covid-19 sebagai pandemi (Kementerian

Kesehatan RI, 2020a).

Menurut WHO, kasus terkonfirmasi Covid-19 di dunia hingga saat ini

sebanyak 233,503,524 kasus (WHO, 2021). Di Indonesia, kasus terkonfirmasi

Covid-19 hingga saat ini sebanyak 4,216,728 kasus. Untuk kasus terkonfirmasi

Covid-19 di Sulawesi Tenggara hingga saat ini sebanyak 20,033 kasus

(Kementerian Kesehatan RI, 2021c). Di Wakatobi, hingga saat ini kasus

terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 456 kasus (Sultra Tanggap Corona, 2021).

1
2

Indonesia dan negara-negara lain masih terus berjuang untuk mengatasi

pandemi Covid-19. Sampai saat ini tercatat sudah lebih dari 4 juta kasus konfirmasi

Covid-19 di Indonesia. Berbagai upaya pengendalian terus dilakukan, salah satunya

melalui pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Indonesia menjadikan pelaksanaan

vaksinasi Covid-19 sebagai bagian dari strategi penanggulangan pandemi Covid-

19, dimana pelaksanaan vaksinasi Covid-19 ini bertujuan untuk melindungi

masyarakat dari infeksi SARS-CoV-2 yang dapat menyebabkan kesakitan dan

kematian (Kementerian Kesehatan RI, 2021a).

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan sudah memutuskan

untuk menetapkan enam jenis vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia, yaitu

vaksin yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National

Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc. and

BioNtech, dan Sinovac Biotech Ltd. (Keputusan Menteri Kesehatan RI No H.K.

01.07/9860 Tahun 2020 ). Vaksinasi Covid-19 telah dilaksanakan sejak Januari

2021 dan diharapkan dapat menjangkau seluruh target sasaran secara bertahap.

Agar pelaksanaan vaksinasi dapat berjalan lancar dengan cakupan yang tinggi,

maka diperlukan dukungan dan partisipasi aktif masyarakat (Kementerian

Kesehatan RI, 2021a).

Menurut WHO, data vaksin di dunia hingga saat ini sebanyak 5.924.819.985

(WHO, 2021). Jika dilihat dari data Kementerian Kesehatan, data vaksinasi Covid-

19 hingga saat ini masih rendah, di Indonesia vaksinasi dosis 1 sebesar 43,13% atau

89,822,987 dan vaksinasi dosis 2 sebesar 24,21% atau 50,412,993. Di Sulawesi

Tenggara hingga saat ini vaksinasi dosis 1 sebesar 29,65% atau 593,812 dan
3

vaksinasi dosis 2 sebesar 15,80% atau 316,425. Di Wakatobi, vaksinasi dosis 1

sebesar 18,2% atau 15,710 dan vaksinasi dosis 2 sebesar 7,6% atau 6,584

(Kementerian Kesehatan RI, 2021b). Di Wilayah Kerja Puskesmas Kulati sendiri

hingga saat ini vaksinasi dosis 1 sebesar 25,1% atau 486 dan vaksinasi dosis 2

sebesar 11,62% atau 225 (Puskesmas Kulati, 2021a).

Sasaran vaksinasi Covid-19 di Indonesia sebanyak 208,265,720 dosis. Untuk

di Sulawesi Tenggara sasaran vaksinasi Covid-19 sebanyak 2,002,579 dosis. Di

Wakatobi sasaran vaksinasi Covid-19 sebanyak 86,431 dosis. Dan sasaran

vaksinasi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Kulati sebanyak 1,305 dosis.

Ketersediaan vaksin Covid-19 di Puskesmas Kulati hingga saat ini sebanyak 832

dosis vaksin. Dimana untuk jenis vaksin Sinovac-CoronaVac dosis yang tersedia

sebanyak 790 dan jenis vaksin Moderna dosis yang tersedia sebanyak 42

(Puskesmas Kulati, 2021b).

Data yang diperoleh dari survei daring yang dilakukan oleh kerjasama antara

Kemenkes RI, WHO, ITAGI, UNICEF mengenai penerimaan vaksin Covid-19 di

Indonesia, didapatkan bahwa masih banyak masyarakat yang enggan untuk

menerima vaksin Covid-19, alasan penolakan vaksin Covid-19 paling umum adalah

terkait dengan keamanan vaksin (30%), keraguan terhadap efektivitas vaksin

(22%), ketidakpercayaan terhadap vaksin (13%), kekhawatiran adanya efek

samping seperti demam dan nyeri (12%), dan alasan keagamaan (8%) (Kementerian

Kesehatan RI, 2020b).

Penelitian oleh Ichsan et al., (2021) menunjukkan faktor yang mempengaruhi

kesediaan masyarakat Sulawesi Tengah untuk menerima vaksinasi Covid-19 adalah


4

umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, agama, dan suku (Ichsan et

al., 2021). Penelitian lain oleh Liora Shmueli (2021) mengenai niat masyarakat

untuk menerima vaksin Covid-19 menunjukkan terdapat hubungan antara persepsi

kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, dan isyarat untuk bertindak

dengan keinginan masyarakat untuk divaksin Covid-19 (Febriyanti et al., 2021).

Berdasarkan observasi awal dengan melakukan wawancara terhadap salah

satu tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Kulati didapatkan bahwa masih

banyak masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kulati yang

tidak mau atau tidak bersedia di vaksinasi Covid-19. Hal ini dikarenakan

pengetahuan masyarakat tentang vaksin Covid-19 masih rendah sehingga

kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksin Covid-19 masih kurang. Disisi lain,

masyarakat masih percaya terhadap berita hoax atau isu negatif mengenai vaksin

Covid-19 seperti isu salah satu masyarakat yang bertempat tinggal di Wanci setelah

mendapatkan vaksinasi Covid-19 ia jatuh sakit karena terkena Covid-19 dan

akhirnya meninggal dunia. Padahal faktanya, orang tersebut belum mendapatkan

vaksinasi Covid-19 jenis apapun. Selain itu, jarak antara tempat tinggal masyarakat

dengan lokasi vaksinasi yang cukup jauh juga merupakan salah satu alasan masih

banyak masyarakat yang tidak bersedia untuk divaksinasi Covid-19.

Berdasarkan data dan informasi di atas serta dalam konteks wilayah, belum

diketahuinya faktor yang berhubungan dengan kesediaan masyarakat menerima

vaksinasi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Kulati, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor yang Berhubungan dengan


5

Kesediaan Masyarakat Menerima Vaksinasi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas

Kulati Kabupaten Wakatobi Tahun 2021”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini yaitu faktor apa saja yang berhubungan dengan kesediaan masyarakat

menerima vaksinasi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Kulati Kabupaten

Wakatobi tahun 2021?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang

berhubungan dengan kesediaan masyarakat menerima vaksinasi Covid-19 di

wilayah kerja Puskesmas Kulati Kabupaten Wakatobi tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui kesediaan masyarakat menerima vaksinasi Covid-19 di wilayah

kerja Puskesmas Kulati Kabupaten Wakatobi tahun 2021.

b. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kesediaan masyarakat menerima

Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Kulati Kabupaten Wakatobi tahun 2021.

c. Mengetahui hubungan persepsi masyarakat dengan kesediaan masyarakat

menerima Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Kulati Kabupaten Wakatobi

tahun 2021.

d. Mengetahui hubungan keterjangkauan lokasi vaksinasi dengan kesediaan

masyarakat menerima Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Kulati Kabupaten

Wakatobi tahun 2021.


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memperkaya wawasan mengenai vaksin Covid-19 dan menjadi pengalaman

baru bagi peneliti sehingga dapat dijadikan sebagai ilmu dalam bentuk penelitian

ilmiah selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan masukan atau gambaran kepada pemerintah dan pihak-pihak

terkait mengenai kesediaan masyarakat menerima vaksinasi Covid-19. Penelitian

ini juga diharapkan dapat menjadi suatu kajian untuk peneliti selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kulati Kabupaten

Wakatobi yang terdiri dari Desa Wawotimu, Desa Kulati, dan Desa Dete dengan

variabel bebas yang digunakan adalah pengetahuan, persepsi masyarakat, dan

keterjangkauan lokasi vaksinasi. Sedangkan variabel terikat adalah kesediaan

masyarakat menerima vaksinasi Covid-19. Penelitian ini akan dilaksanakan pada

bulan November 2021 sampai selesai.

1.6 Organisasi / Sistematika

Penelitian ini berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan Kesediaan

Masyarakat Menerima Vaksinasi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Kulati

Kabupaten Wakatobi Tahun 2021” yang dibimbing oleh Pembimbing I Jumakil,

S.K.M., M.P.H dan Pembimbing II Dr. Jafriati, S.Si., M.Si.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum tentang Covid-19

2.1.1 Definisi Covid-19

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit

pada manusia dan hewan. Pada manusia, beberapa virus corona diketahui

menyebabkan infeksi saluran pernapasan, mulai dari flu biasa hingga penyakit yang

lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom

Pernafasan Akut Berat/Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus

jenis baru yang ditemukan Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2

(SARS-CoV-2) yang menyebabkan penyakit Coronavirus Disease 2019 (Covid-

19) (WHO, 2020a).

Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom

pernapasan akut coronavirus 2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2

atau SARS-CoV-2). Virus ini merupakan keluarga besar Coronavirus yang dapat

menyerang hewan. Ketika menyerang manusia, Coronavirus biasanya

menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan, seperti flu, MERS (Middle East

Respiratory Syndrome), dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Covid-19

sendiri merupakan coronavirus jenis baru yang ditemukan di Wuhan, Hubei, China

pada tahun, 2019 (Liu et al., 2020)

WHO mendefiniskan Covid-19 sebagai pandemi global karena telah

menyebar di berbagai negara di dunia. Pandemi adalah suatu keadaan dimana suatu

masalah kesehatan (umumnya penyakit) frekuensinya dalam waktu singkat


7
8

memperlihatkan peningkatan yang begitu tinggi serta penyebarannya telah

mencakup suatu wilayah yang luas, WHO telah mengklasifikasikan Covid-19

sebagai β CoV kelompok 2B, Covid-19 milik genus betacoronavirus, yang

termasuk SARS-CoV, yang menginfeksi manusia, kelelawar, dan hewan liar (Li, et

al., 2020).

2.1.2 Cara Penularan

Studi dari Du et al., (2020) melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan penularan

pre-simptomatik. Penting untuk mengetahui periode pre-simptomatik karena

memungkinkan virus menyebar melalui droplet atau kontak dengan benda yang

terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak

bergejala (asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat rendah akan tetapi

masih ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan. Berdasarkan studi

epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa Covid-19 utamanya

ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada jarak

dekat melalui droplet (Kementerian Kesehatan RI, 2020a). Droplet merupakan

partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm. Transmisi droplet terjadi ketika

seseorang melakukan kontak dekat (dalam jarak 1 m) dengan seseorang yang

memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) dan karena itu berisiko

mengalami mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata) terkena tetesan

pernapasan yang berpotensi infektif. Penularan juga dapat terjadi melalui fomites

di lingkungan sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus

COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan

kontak tidak langsung dengan permukaan di lingkungan terdekat atau dengan benda
9

yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer)

(WHO, 2020b).

Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber

transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-

CoV2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau

bersin. Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol

(dihasilkan melalui nebulizer) selama setidaknya 3 jam. WHO memperkirakan

reproductive number (R0) Covid-19 sebesar 1,4 hingga 2,5. Namun, studi lain

memperkirakan R0 sebesar 3,28 (Liu et al., 2020)

2.1.3 Diagnosis

Kasus probable didefinisikan sebagai PDP yang diperiksa untuk Covid-19

tetapi hasil inkonklusif atau seseorang dengan dengan hasil konfirmasi positif

pancoronavirus atau betacoronavirus. Kasus terkonfirmasi adalah bila hasil

pemeriksaan laboratorium positif Covid-19, apapun temuan klinisnya. Selain itu,

dikenal juga istilah orang tanpa gejala (OTG), yaitu orang yang tidak memiliki

gejala tetapi memiliki risiko tertular atau ada kontak erat dengan pasien Covid-19.

Kontak erat didefinisikan sebagai individu dengan kontak langsung secara fisik

tanpa alat proteksi, berada dalam satu lingkungan (misalnya kantor, kelas, atau

rumah), atau bercakap-cakap dalam radius 1 meter dengan pasien dalam

pengawasan (kontak erat risiko rendah), probable atau konfirmasi (kontak erat

risiko tinggi). Kontak yang dimaksud terjadi dalam 2 hari sebelum kasus timbul

gejala hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala (Kementerian Kesehatan RI,

2020a)
10

Diagnosis komplikasi seperti ARDS, sepsis, dan syok sepsis pada pasien

Covid-19 dapat ditegakkan menggunakan kriteria standar masing-masing yang

sudah ditetapkan. Tidak terdapat standar khusus penegakan diagnosis ARDS,

sepsis, dan syok sepsis pada pasien Covid-19 (Feng, et al., 2020).

2.1.4 Pencegahan Covid-19

Pencegahan penularan Covid-19 berdasarkan (Kementerian Kesehatan RI,

2020a) pada individu dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti:

a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan air

mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik berbasis

alkohol (handsanitizer) minimal 20–30 detik. Hindari menyentuh mata, hidung

dan mulut dengan tangan yang tidak bersih.

b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan

mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak

diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan Covid-19).

c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena

droplet dari orang yang batuk atau bersin. Jika tidak memungkin melakukan

jaga jarak maka dapat dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan

teknis lainnya.

d. Membatasi diri terhadap interaksi/kontak dengan orang lain yang tidak

diketahui status kesehatannya.

e. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian

sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.


11

f. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit

sehari, istirahat yang cukup termasuk pemanfaatan kesehatan tradisional.

Pemanfaatan kesehatan tradisional, salah satunya dilakukan dengan

melaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional melalui pemanfaatan

Taman Obat Keluarga (TOGA) dan akupresur, yang meliputi;

1) Cara kesehatan tradisional untuk meningkatkan daya tahan tubuh

2) Cara kesehatan tradisional untuk meningkatkan nafsu makan

3) Cara kesehatan tradisional untuk mengatasi susah tidur

4) Cara kesehatan tradisional untuk mengatasi stres

5) Cara kesehatan tradisional untuk mengurangi keinginan merokok.

g. Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol.

h. Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial Kondisi kesehatan jiwa dan kondisi

optimal dari psikososial dapat tingkatkan melalui:

1) Emosi positif, gembira, senang dengan cara melakukan kegiatan dan hobi

yang disukai, baik sendiri maupun bersama keluarga atau teman dengan

mempertimbangkan aturan pembatasan sosial berskala besar di daerah

masing-masing.

2) Pikiran positif, menjauhkan dari informasi hoax, mengenang semua

pengalaman yang menyenangkan, bicara pada diri sendiri tentang hal yang

positif (positive self-talk), responsif (mencari solusi) terhadap kejadian, dan

selalu yakin bahwa pandemi akan segera teratasi.


12

3) Hubungan sosial yang positif, memberi pujian, memberi harapan antar

sesama, saling mengingatkan cara-cara positif, meningkatkan ikatan emosi

dalam keluarga dan kelompok, menghindari diskusi yang negatif, tetap

melakukan komunikasi secara daring dengan keluarga dan kerabat.

4) Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Etika batuk dan bersin

meliputi:

a) Jika memiliki gejala batuk bersin, pakailah masker medis. Gunakan

masker dengan tepat, tidak membuka tutup masker dan tidak menyentuh

permukaan masker. Bila tanpa sengaja menyentuh segera cuci tangan

dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan pembersih tangan

berbasis alkohol.

b) Jika tidak memiliki masker, saat batuk dan bersin gunakan tisu lalu

langsung buang tisu ke tempat sampah tertutup dan segera cuci tangan

dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan pembersih tangan

berbasis alkohol.

c) Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi dengan lengan atas

bagian dalam. Jika berlanjut segera berkonsultasi dengan dokter/tenaga

kesehatan.

d) Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan protokol

kesehatan dalam setiap aktivitas.


13

2.2 Tinjauan Umum tentang Vaksin Covid-19

2.2.1 Definisi Vaksin Covid-19

Vaksin adalah salah satu cara yang paling efektif dan ekonomis untuk

mencegah penyakit menular. Sehingga diperlukan untuk membuat pengembangan

vaksin agar lebih efektif untuk melemahkan infeksi virus corona. Sejauh ini lebih

dari 40 perusahaan farmasi dan lembaga akademis di seluruh dunia telah

meluncurkan program pengembangan vaksin mereka untuk melawan virus Covid-

19 (Makmun dan Hazhiyah, 2020).

Vaksin berdasarkan Permenkes No. 84 tahun 2020 diartikan sebagai produk

biologi yang mengandung antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati atau

yang telah dilemahkan, utuh atau sebagian, atau toksin mikroorganisme yang telah

diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan zat lain, dan

bila diberikan kepada seseorang akan menyebabkan kekebalan spesifik secara aktif

melawan penyakit tertentu. Proses atau tindakan memasukkan vaksin kedalam

tubuh manusia dinamakan dengan vaksinasi. Tujuan dari vaksinasi Covid-19 adalah

untuk mengurangi risiko penularan dan memutus mata rantai Covid-19 (Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2020).

Vaksinasi Covid-19 merupakan upaya yang dilakukan untuk menimbulkan/

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga

apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut maka tidak akan sakit atau

hanya mengalami sakit ringan (Kementerian Kesehatan RI, 2021a).


14

2.2.2 Jenis-Jenis Vaksin Covid-19

Jenis vaksin Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang diproduksi oleh PT.

Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group

Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc. and BioNTech, dan Sinovac

Biotech Ltd. sebagai jenis vaksin Covid-19 yang dapat digunakan untuk

pelaksanaan vaksinasi di Indonesia (Keputusan Menteri Kesehatan RI No H.K.

01.07/9860 Tahun 2020 ).

a. Vaksin Merah Putih

Vaksin merah putih tersebut merupakan hasil kerjasama BUMN PT Bio

Farma (Persero) dengan Lembaga Eijkman. Pemerintah berharap vaksin merah

putih selesai pada akhir 2021. Bio Farma juga bekerja sama dengan perusahaan

vaksin China Sinovac Biotech (Argista, 2021).

b. AstraZeneca

Pengujian yang dilakukan oleh AstraZeneca dan Oxford University

menunjukkan bahwa efisiensi rata-rata produksi vaksin virus corona adalah

70%. Saat ini, uji coba masih berlanjut pada 20.000 relawan. Vaksin

AstraZeneca dianggap mudah untuk dikeluarkan karena tidak perlu disimpan

pada suhu yang sangat dingin (Argista, 2021).

c. China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm)

Perusahaan Grup Farmasi Nasional China, meskipun tahap pengujian

terakhir belum selesai, di Cina, sekitar 1 juta orang telah divaksinasi

berdasarkan izin penggunaan darurat. Sebelum Sinopharm terbukti benar-benar

sukses, itu hanya digunakan untuk pejabat China, pekerja keliling dan pelajar.
15

Pada September 2020, Uni Emirat Arab adalah negara pertama di luar China

yang menyetujui penggunaan vaksin tersebut (Argista, 2021).

d. Moderna

Moderna mengklaim tingkat efektif produksi vaksinnya adalah 94,5%.

Di penghujung November, Moderna mengaku telah mengajukan permohonan

penggunaan darurat vaksin Covid-19 ke badan regulasi di Amerika Serikat dan

Eropa. Moderna yakin bahwa vaksinnya memenuhi persyaratan penggunaan

darurat yang ditetapkan oleh Food and Drug Administration (FDA) AS

(Argista, 2021).

e. Pfizer Inc and BioNTech

Vaksin Pfizer dan BioNTech telah menyarankan BPOM di Amerika

Serikat dan Eropa untuk segera menggunakan vaksin virus corona mereka.

Dalam uji coba terakhir pada 18 November 2020, mereka mengklaim bahwa

95% vaksin tersebut efektif melawan virus corona dan tidak ada bahaya

keamanan (Argista, 2021).

f. Sinovac Biotech Ltd

Saat ini, CoronaVac sedang memasuki uji coba fase 3. Sinovac sedang

menguji vaksinnya di Brasil, Indonesia dan Bangladesh. Seperti yang

ditunjukkan pada hasil awal pada monyet yang dipublikasikan di jurnal Science,

antibodi yang dihasilkan oleh vaksin tersebut dapat menetralkan 10 strain Sars-

coV-2 (Argista, 2021).


16

2.3 Tinjauan Teori tentang Variabel yang Diteliti

2.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih baik dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

Notoatmodjo (2014), mengemukakan terdapat 6 tingkat pengetahuan,

diantaranya:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya tahu bahwa buah tomat

banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar,

penyakit deman berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepty, dan

sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

Misalnya orang memahami cara pemberantasan penyakit deman berdarah,

bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan menguras),


17

tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan

sebagainya, tempat-tempat penampungan air tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang

proses perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Misalnya dapat

membedakan anatar nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan

kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar

dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan

sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-
18

norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya seorang ibu dapat menilai atau

menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak.

Berdasarkan penelitian Febriyanti et al., (2021), didapatkan hasil signifikansi

sebesar 0,000 (< 0,05) yang berarti bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap

kesediaan vaksinasi warga Dukuh Menanggal Kota Surabaya.

2.3.2 Persepsi

Persepsi adalah proses pemikiran yang dialami seseorang dalam memahami

informasi-informasi di lingkungan sekitar. Proses tersebut dapat melalui indera

penglihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman. Persepsi terbentuk karena

suatu rangsangan yang diorganisasikan kemudian diberi interprestasi menurut

pengalaman, budaya dan tingkat pengalaman individu (Agustin, 2019).

Menurut Sobur (2003) dalam Meliza et al (2020) menyebutkan bahwa

persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a. Harapan

Harapan merupakan kemampuan secara keseluruhan, termasuk

kemampuan menghasilkan cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan

motivasi untuk menggunakan cara-cara tersebut. Harapan didasarkan pada

harapan positif untuk mencapai tujuan. Jika harapan disertai dengan tujuan

berharga yang dapat dicapai daripada tujuan yang mustahil, maka harapan akan

menjadi lebih kuat.


19

b. Pengalaman

Pengalaman merupakan proses belajar dalam mencari ilmu, sehingga

dapat dikembangkan kembali dan diperluas. Orang dengan lebih banyak

pengalaman akan menambah sumber pengetahuan dan pemahaman.

c. Masa Lalu

Masa lalu adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan jumlah total

peristiwa yang terjadi sebelum titik waktu tertentu. Masa lalu sangat kontras

dengan masa kini dan masa depan.

d. Keadaan Psikologis

Keadaan Psikologi merupakan suatu kondisi kesehatan mental, keadaan

emosi, cara berpikir tentang pengelolaan informasi dan perilaku sosial manusia.

Psikologi harus dianggap sebagai bagian penting dari kesehatan manusia secara

keseluruhan.

Selain 4 faktor tersebut masih ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi

persepsi, yaitu :

a. Perhatian adalah proses mental ketika stimulus menjadi menonjol dalam

kesadaran dan stimulus yang lain berkurang.

b. Merangsang benda atau peristiwa tertentu baik berupa orang, benda atau

peristiwa.

c. Situasi, pembentukan persepsi terjadi pada tempat, waktu, atmosfer, dll.

d. Gerakan lebih mudah untuk dilihat daripada objek tetap, statis dan pasif.

e. Sesuatu hal yang baru, karena hal baru akan menarik lebih banyak perhatian.
20

Adapun Menurut Sobur (2003) dalam Meliza et al (2020) mengatakan bahwa

dalam proses persepsi ada tiga komponen utama yang mempengaruhi persepsi

antara lain, yaitu :

a. Seleksi

Seleksi merupakan proses penyaringan melalui rangsangan eksternal,

intensitas, dll.

b. Interpretasi

Interpretasi adalah proses mengatur informasi agar bermakna bagi

seseorang. Interpretasi ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pengalaman

yang akan selalu diingat orang, sistem yang digunakan, motivasi, kepribadian

dan kecerdasan, serta reaksi yang mengubah interpretasi dan persepsi menjadi

bentuk perilaku.

c. Kesimpulan terhadap Informasi

Kesimpulan informasi adalah ringkasan atau keputusan yang dibuat

setelah memilih dan menganalisis informasi.

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2020b), masyarakat sudah banyak tahu

tentang rencana pemerintah untuk melakukan vaksinasi Covid-19. Tetapi,

masyarakat masih ragu mengenai keamanan vaksin (30%), keraguan terhadap

efektifitas vaksin (22%), ketidakpercayaan terhadap vaksin (13%), kekhawatiran

adanya efek samping seperti demam dan nyeri (12%), dan alasan keagamaan (8%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kholidiyah et al (2021),

didapatkan hasil signifikansi α (0,05) nilai p value sebesar 0,000 < signifikasi α

(0,05) maka hipotesis penelitian diterima yang berarti ada hubungan antara persepsi
21

masyarakat tentang vaksin covid-19 dengan kesediaan masyarakat menjalani

vaksinasi Covid-19 di Desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan.

2.3.3 Keterjangkauan Lokasi Vaksinasi

Menurut Lawrence W. Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010),

ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya kesehatan termasuk tenaga kesehatan

yang ada dan mudah dijangkau merupakan salah satu faktor yang memberi

kontribusi terhadap perilaku dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

Tempat pelayanan yang jaraknya jauh bisa jadi membuat orang akan enggan

untuk mendatanginya. Jauhnya tempat pelayanan bisa menyebabkan

membengkaknya akomodasi pelayanan, karena selain biaya pelayanan kesehatan

ada biaya tambahan yaitu biaya transportasi. Bagi orang-orang yang akan berfikir

sederhana mungkin akan memutuskan untuk tidak datang ke sarana pelayanan

kesehatan. Hal ini mungkin terjadi adalah ketidakterjangkauan sarana pelayanan

kesehatan oleh masyarakat (Machfoedz dan Suryani, 2013).

Faktor pendukung lain adalah akses terhadap pelayanan kesehatan yang

berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, keadaan

geografis ini dapat diukur dengan jenis transportasi, jarak, waktu perjalanan dan

hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang mendapat pelayanan

kesehatan. Semakin kecil jarak jangkauan masyarakat terhadap suatu tempat

pelayanan kesehatan, maka akan semakin sedikit pula waktu yang diperlukan

sehingga tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan meningkat (Wijono, 2000).

Keterjangkauan jarak terhadap fasilitas kesehatan dengan situasi dan kondisi

geografis yang sangat beragam merupakan tantangan yang cukup besar di dalam
22

pemberian vaksinasi secara merata di Indonesia. Tanpa akses yang mudah dan

murah untuk dijangkau tentunya akan menyulitkan masyarakat terutama

masyarakat yang berpenghasilan rendah untuk memperoleh layanan vaksinasi.

Tidak tercapainya target cakupan vaksinasi lengkap antara lain dipengaruhi oleh

bagaimana masyarakat dapat mencapai akses ke fasilitas kesehatan. Bagi mereka

yang tinggal di daerah perkotaan yang memiliki fasilitas kesehatan lengkap baik

rumah sakit maupun klinik dapat dengan mudah untuk melakukan vaksinasi, akan

tetapi bagi yang tinggal di perdesaan dengan fasilitas yang terbatas menyebabkan

tidak semua masyarakat memperoleh layanan vaksinasi (Kartina, 2021).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ichsan et al (2021), orang yang

berusia 65 tahun ke atas biasanya mengalami penurunan yang signifikan dalam

akses lokasi vaksinasi, oleh karena terbatasnya mobilitas.

2.4 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

a. Penelitian oleh Al-Mohaithef dan Padhi (2020) dengan judul “Determinants of

Covid-19 Vaccine Acceptance in Saudi Arabia: A Web-Based National Survey”

meneliti mengenai determinan penerimaan vaksin Covid-19 di Arab Saudi.

Penelitian ini menggunakan metode desain studi cross-sectional berbasis web.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berusai 18 tahun ke atas

dengan teknik pengambilan sampel menggunakan snowball sampling. Hasil

penelitian menunjukkan dari 992 responden, 642 (64,7%) mengatakan "Ya"

untuk menerima vaksin Covid-19, 70 (7,0%) mengatakan "tidak" untuk

menerima vaksin Covid-19, dan 280 (28,2%) mengatakan "tidak yakin" untuk

menerima vaksin Covid-19 jika tersedia. Selanjutnya, responden yang berusia


23

45 tahun ke atas (79,2%) dan yang sudah menikah (69,3%) cenderung

menerima vaksin Covid-19. Kepercayaan responden terhadap sistem kesehatan

dan risiko yang dirasakan untuk tertular infeksi juga membuat responden

menerima vaksin Covid-19.

b. Penelitian oleh Handebo et al., (2021) dengan judul “Determinant of intention

to receive Covid-19 vaccine among school teachers in Gondar City, Northwest

Ethiopia” meneliti tentang determinan niat guru sekolah untuk menerima vaksin

Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode desain studi cross-sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar di Sekolah Dasar (SD)

dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan teknik pengambilan sampel

menggunakan stratified simple random sampling. Hasil penelitian

menunjukkan 54,8% responden berniat untuk menerima vaksin Covid-19. Dari

faktor sosial demografi afiliasi agama dan status pendidikan dikaitkan dengan

niat untuk menerima vaksin. Dibandingkan dengan individu yang berafiliasi

dengan agama Ortodoks, mereka yang berafiliasi dengan kategori agama lain

(yaitu, Katolik dan Protestan) telah meningkatkan niat untuk menerima vaksin.

Meskipun individu terdidik menyadari manfaat kesehatan dari vaksin, dalam

penelitian ini peserta yang mencapai gelar sarjana memiliki penurunan niat

untuk menerima vaksin dibandingkan dengan mereka yang menerima ijazah

Pendidikan menengah ke bawah.

c. Penelitian oleh Ichsan et al., (2021) dengan judul “Determinan Kesediaan

Masyarakat Menerima Vaksinasi Covid-19 di Sulawesi Tengah” peneliti ingin

melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat menerima


24

vaksinasi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode desain studi cross

sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Sulawesi Tengah

dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Hasil

penelitian menunjukkan responden yang bersedia menerima vaksinasi Covid-

19 hanya sebesar 35,3% di mana kelompok umur <20 tahun (83,6%), responden

dengan pendidikan menengah (76,2%), pelajar/mahasiswa (79,8%), belum

menikah (76,9%), dan beragama islam (69,3%) merupakan yang paling banyak

menolak atau tidak bersedia menerima vaksinasi Covid-19. Faktor umur dan

faktor agama merupakan faktor yang paling mempengaruhi kesediaan

masyarakat menerima vaksinasi Covid-19 di Sulawesi Tengah.

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan di atas, kerangka teori ini disusun berdasarkan teori

perilaku dari Green (1980) yang membagi faktor-faktor yang berhubungan dengan

kesediaan masyarakat menerima vaksinasi Covid-19 menjadi faktor predisposisi,

faktor pemungkin, dan faktor penguat. Faktor predisposisi merupakan faktor yang

mencakup pengetahuan dana sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan

kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem

nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan

sebagainya. Faktor predisposisi dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, status

ekonomi (pekerjaan dan tingkat pendidikan), agama, jenis kelamin, umur, suku,

status pernikahan, dan persepsi masyarakat. Faktor pemungkin adalah faktor yang

mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi

masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan


25

tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya. Faktor pemungkin dalam

penelitian ini adalah pengguna asuransi, keterjangkauan lokasi vaksinasi, dan peran

tenaga kesehatan. Faktor penguat adalah faktor yang meliputi faktor sikap dan

perilaku tokoh masyarakat (toma), toko agama (toga), sikap dan perilaku para

petugas termasuk petugas kesehatan. Faktor penguat dalam penelitian ini adalah

dukungan anggota keluarga yang bekerja sebagai tenaga kesehatan, keberadaan

anggota keluarga yang sudah di vaksin, dan anggota keluarga atau orang terdekat

telah tertular Covid-19.

Faktor Predisposisi Faktor Pemungkin Faktor Penguat


a. Pengetahuan
a. Pengguna asuransi a. Dukungan anggota
b. Status ekonomi
b. Keterjangkauan keluarga yang bekerja
1) Pekerjaan
lokasi vaksinasi sebagai tenaga kesehatan
2) Tingkat pendidikan
c. Peran tenaga b. Keberadaan anggota
c. Agama
kesehatan keluarga yang sudah di
d. Jenis kelamin
vaksin
e. Umur
c. Anggota keluarga atau
f. Suku
orang terdekat telah
g. Status pernikahan
tertular Covid-19
h. Tempat tinggal
i. Persepsi masyarakat

Kesediaan Masyarakat
Menerima Vaksinasi
Covid-19

Gambar 2. 1 Kerangka Teori


(Sumber : Modifikasi Teori Perilaku Lawrence Green, (1980) dalam
Notoatmodjo, (2014))
26

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, karena adanya keterbatasan waktu dan biaya

penelitian maka peneliti hanya memilih lima variabel dalam penelitian ini yang

tergambar dalam kerangka konsep sebagai berikut:

Pengetahuan

Kesediaan
Persepsi masyarakat
Menerima
Vaksinasi Covid-19
Keterjangkauan
lokasi vaksinasi

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep


Keterangan:

:Hubungan antara variabel independen dan dependen

: Variabel dependen

: Variabel independen

2.7 Hipotesis

a. H0 : Pengetahuan bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan kesediaan

masyarakat menerima vaksinasi di wilayah kerja Puskesmas Kulati.


27

Ha : Pengetahuan merupakan faktor yang berhubungan dengan kesediaan

masyarakat menerima vaksinasi di wilayah kerja Puskesmas Kulati.

b. H0 : Persepsi masyarakat bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan

kesediaan masyarakat menerima vaksinasi di wilayah kerja Puskesmas Kulati.

Ha : Persepsi masyarakat merupakan faktor yang berhubungan dengan

kesediaan masyarakat menerima vaksinasi di wilayah kerja Puskesmas Kulati.

c. H0 : Keterjangkauan lokasi vaksinasi bukan merupakan faktor yang

berhubungan dengan kesediaan masyarakat menerima vaksinasi di wilayah

kerja Puskesmas Kulati.

Ha : Keterjangkauan lokasi vaksinasi merupakan faktor yang berhubungan

dengan kesediaan masyarakat menerima vaksinasi di wilayah kerja Puskesmas

Kulati.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional (potong lintang) dimana penelitian ini mempelajari

korelasi antara paparan atau faktor risiko (independen) dengan akibat atau efek

(dependen), dengan pengumpulan data dilakukan bersamaan secara serentak dalam

satu waktu antara faktor risiko dengan efeknya (point time approach), artinya

semua variabel baik variabel independen maupun variabel dependen diobservasi

pada waktu yang sama (Masturoh dan Anggita, 2018).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kulati, Kabupaten

Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Desember tahun 2021.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Kulati yaitu Desa Dete, Desa Kulati, dan Desa Wawotimu sebanyak

1.936 jiwa.

28
29

3.3.2 Sampel

Untuk menghitung ukuran sampel dalam penelitian ini maka dilakukan

dengan menggunakan rumus sampel agar mendapatkan hasil representative, hasil

penelitian dapat digeneralisasikan dan perhitungannya pun tidak memerlukan tabel

jumlah sampel, namun dapat dilakukan dengan rumus dan perhitungan sederhana.

Dalam penelitian ini koefisien kepercayaan 95% dan sampling eror 5%.

Dikarenakan besarnya populasi diketahui atau terbatas (finite).

a. Besar sampel

Cara penentuan besar sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan

rumus Lemeshow (1997) dalam (Riduwan & Akdon, 2013).


𝑁. 𝑍 2 (1 − 2 ) 𝑝. 𝑞
𝑛= ∝
𝑑 2 (𝑁 − 1) + 𝑍 2 1 − 2 𝑝. 𝑞

Keterangan:

N = Populasi sebesar 1.936

Z2 1-∝/2 = Statistic Z (Z = 1,96 untuk ∝ = 0,05)

p = Proporsi 50% (0,5)

q = 1 – p (1 – 0,5 = 0,5)

𝑛 = Besar sampel

d = Presisi absolut atau margin of eror yang di inginkan dikedua sisi

proporsi (-/+ 5%)

1.936 𝑥 (1,96)2 (0,5)(0,5)


𝑛=
(0,05)2 (1.936 − 1) + (1,96)2 (0,5)(0,5)
30

1.859,3344
𝑛=
4,8375 + 0,9604

1.859,3344
𝑛=
5,7979

𝑛 = 320,691008814

Berdasarkan perhitungan diatas sampel yang menjadi responden dalam

penelitian ini di sesuaikan menjadi sebanyak 321 orang dari seluruh total

penduduk yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kulati. Hal ini dilakukan

untuk mempermudah dalam pengolahan data dan untuk hasil pengujian yang

lebih baik.

b. Teknik pengambilan sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik propotionate

stratified random sampling. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai

anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional

(Sugiyono, 2017). Strata yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu Desa

Dete, Desa Kulati, dan Desa Wawotimu.

Menurut Sugiyono (1999:67) dalam Unaradjan (2019) untuk menentukan

besarnya sampel pada setiap kelas digunakan rumus alokasi proporsional agar

sampel yang diambil lebih proporsional yaitu dengan cara:

𝑁𝑖
𝑛𝑖 = .𝑛
𝑁

Keterangan:

𝑛𝑖 = Jumlah anggota sampel menurut startum

n = Jumlah anggota sampel seluruhnya


31

𝑁𝑖 = Jumlah anggota populasi menurut startum

N = Jumlah anggota populasi seluruhnya

Tabel 3. 1 Populasi dan Sampel

Jumlah
No. Desa Populasi Perhitungan Sampel
Sampel
1. Dete 321 × 642
642 106
1.936
2. Kulati 321 × 660
660 110
1.936
3. Wawotimu 321 × 634
634 105
1.936
Total 1.936 321
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan yaitu probability

sampling dengan teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan

sampel dimana setiap unit populasi, mempunyai kesempatan yang sama untuk

diambil sebagai sampel dan pengambilan sampel secara acak melalui cara yang

sederhana seperti pengundian atau menggunakan pendekatan bilangan acak.

Penarikan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara melihat data

masyarakat tiap RT dan RW yang diperoleh dari kelurahan dan dipilih melalui

sistem pemilihan acak menggunakan lot.

3.4 Variabel Penelitian

a. Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesediaan

masyarakat menerima vaksinasi Covid-19.

b. Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah

pengetahuan, persepsi masyarakat, dan keterjangkauan lokasi vaksinasi.


32

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang

digunakan untuk memperoleh data atau informasi terkait pengetahuan, persepsi

masyarakat, keterjangkauan lokasi vaksinasi dan penerimaan masyarakat terkait

vaksin Covid-19.

3.6 Definisi Oprasional dan Kriteria Objektif

a. Kesediaan masyarakat menerima vaksinasi Covid-19

Bersedia atau tidaknya responden untuk menerima vaksinasi Covid-19

dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, persepsi, keterjangkauan lokasi dan

faktor-faktor lainnya.

Alat ukur : Kuesioner

Kriteria Objektif

1) Bersedia : Jika responden bersedia menerima vaksinasi Covid-19

2) Tidak bersedia : Jika responden tidak bersedia menerima vaksinasi Covid-

19 (Ichsan et al., 2021).

b. Pengetahuan mengenai vaksin Covid-19

Hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap

perihal vaksin Covid-19 yang diukur dengan kemampuan responden menjawab

dengan benar pernyataan seputar vaksin Covid-19.

Untuk menentukan batas nilai minimum perlu diketahui interval (I) yang

dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Riduwan dan Akdon, 2013):

I = R/K
33

Keterangan :

I = Interval

R = Range

K = Jumlah Kategori

Diketahui:

Jumlah Pertanyaan = 10

Nilai jawaban responden = 1 dan 0

Skor tertinggi = 1 x 10 = 10 (100%)

Skor terendah = 1 x 0 = 0 (0%)

Sehingga R = 100% - 0% = 100%

K=2

Dijawab:

I = R/K

= 100/2 = 50

Batas atas = 100%

Batas bawah = Batas atas – I = 100 – 50 = 50%

Alat ukur : Kuesioner

Kriteria objektif

1) Baik : Bila jawaban responden memperoleh nilai > 50% atau memiliki

skor >5 dari total skor maksimal.

2) Kurang : Bila jawaban responden memperoleh nilai ≤ 50% atau memiliki


34

skor ≤ 5 dari total skor maksimal (Budiman & Riyanto, 2013).

c. Persepsi masyarakat mengenai vaksin Covid-19

Dalam penelitian ini persepsi masyarakat yang dimaksud adalah proses

pemikiran yang dialami seseorang dalam memahami informasi-informasi di

lingkungan sekitar. Proses tersebut dapat melalui indera penglihatan dan

pendengaran. Persepsi terbentuk karena suatu rangsangan yang diorganisasikan

kemudian diberi interprestasi menurut pengalaman, budaya dan tingkat

pengalaman individu.

Untuk menentukan batas nilai minimum perlu diketahui interval (I) yang

dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Riduwan dan Akdon, 2013):

I = R/K

Keterangan :

I = Interval

R = Range

K = Jumlah Kategori

Diketahui:

Jumlah Pertanyaan = 10

Nilai jawaban responden = 1 dan 0

Skor tertinggi = 1 x 10 = 10 (100%)

Skor terendah = 1 x 0 = 0 (0%)

Sehingga R = 100% - 0% = 100%

K=2
35

Dijawab:

I = R/K

= 100/2 = 50

Batas atas = 100%

Batas bawah = Batas atas – I = 100 – 50 = 50%

Alat ukur : Kuesioner

Kriteria objektif

1) Persepsi Negatif : Bila jawaban responden memperoleh nilai ≤ 50% atau

memiliki skor ≤ 5 dari total skor maksimal.

2) Persepsi Positif : Bila jawaban responden memperoleh nilai > 50% atau

memiliki skor > 5 dari total skor maksimal (Irwanto, 2012).

d. Keterjangkauan lokasi vaksinasi

Keterjangkauan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jarak yang

mampu dicapai dengan maksimun dari satu wilayah ke wilayah lain. Tempat

pelayanan yang jaraknya jauh bisa jadi membuat orang akan enggan untuk

mendatanginya.

Alat ukur : Kuesioner

Kriteria objektif

1) Terjangkau : Jika jarak yang ditempuh responden ≤ 500 M.

2) Tidak Terjangkau : Jika jarak yang ditempuh responden > 500 M (Kartina,

2021).
36

3.7 Jenis Data Penelitian

3.7.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan

secara langsung dari responden di lokasi penelitian menggunakan instrument

kuesioner yang telah disediakan dan yang telah ditetapkan sebagai sampel.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari web WHO (World Health

Organization), web Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dan Puskesmas

Kulati.

3.8 Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data

3.8.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan cara

entry data, editing, coding, dan tabulasi. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan

komputer menggunakan Program SPSS 16.

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner

apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden,

relevan jawaban dengan pertanyaan, dan konsisten.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan. Pemberian kode bertujuan untuk mempermudah

analisis data dan entry data.


37

c. Entry Data

Memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam perangkat komputer untuk

selanjutnya diolah.

d. Tabulasi

Tabulasi dimaksudkan untuk memasukkan data ke dalam tabel – tabel dan

mengatur angka – angka serta mengelompokkan data sesuai variabel dan

kategori penelitian sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai

kategori.

3.8.2 Analisis Data

Data yang telah diperoleh dapat dianalisis dengan menggunakan dua cara

yaitu:

a. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari variabel

dependen (kesediaan masyarakat menerima vaksinasi Covid-19) dan variabel

independen (pengetahuan, persepsi masyarakat, dan keterjangkauan lokasi

vaksinasi) yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Analisis ini menggunakan rumus statistic korelatif yang dapat digunakan

untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (independent variable)

dengan variabel terikat (dependent variable). Penelitian ini menggunakan uji

Chi Square untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel

terikat.
38

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu cross sectional sehingga uji

statistik yang digunakan pada tingkat kepercayaan 95% ( ∝= 0,05) . Dasar

pengambilan keputusan penelitian hipotesis yaitu (Syahdrajat, 2015):

1) H0 diterima jika nilai signifikansi (p) ≥ 0,05

2) H0 ditolak jika nilai signifikansi (p) < 0,05

Pengambilan keputusan H1 diterima atau ditolak dengan melihat taraf

signifikansi. Pada penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 5% (∝ = 0,05)

dengan kriteria pengujian ditetapkan H0 diterima apabila p ≥ 0,05, H0 ditolak

apabila p < 0,05 (Sugiyono, 2017).

Beberapa syarat dimana uji Chi Square dapat digunakan (Negara dan

Prabowo, 2018):

1) Tidak ada sel dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual

Count (F0) sebesar 0 (Nol);

2) Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1 sel saja

yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count (“Fh”)

kurang dari 5;

3) Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misal 2 x 3, maka jumlah sel dengan

frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.

3.8.3 Penyajian Data

Data yang diolah dan dianalisis, disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi disertai dengan penjelasan untuk melohat presentasi dari setiap variabel

penelitian.
39

3.9 Protokol Kesehatan saat Penelitian

Menurut keputusan MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang panduan pencegahan dan

pengendalian corona virus disease 2019 (Covid-19) di tempat kerja perkantoran dan

industri dalam mendukung keberlangsungan usaha pada situasi pandemi.

Pada saat melakukan penelitian harus mematuhi protokol Covid-19 yang

sudah ditetapkan oleh pemerintah seperti pada saat melakukan penelitian harus

memakai baju lengan panjang, tidak menggunakan aksesoris, selalu gunakan

masker yang menutupi hidung, mulut dan dagu. Mencuci tangan menggunakan

sabun, hindari menyentuh wajah dan selalu menjaga jarak ketika berinteraksi

dengan orang lain.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.2.1 Keadaan Geografis

Pulau Tomia sebagai salah satu Pulau Utama di Kabupaten Wakatobi terletak

di bagian Selatan dari Pulau Wangi-Wangi yang merupakan tempat kedudukan

pusat pemerintahan Kabupaten Wakatobi. Secara geografis Pulau Tomia terletak

pada123.56.341’ BT dan 544.873’ LS. Secara Administrasi Pulau Tomia terdiri dari

2 (dua) kecamatan yakni Kecamatan Tomia dengan pusat pemerintahan di

Kelurahan Waha dan Kecamatan Tomia Timur dengan Pusat pemerintahan di

Usuku. Berdasarkan data statistik luas wilayah daratan Kecamatan Tomia sebesar

47,1 km2 atau sekitar 5,7 persen dari total luas daratan Wakatobi. Sedangkan luas

wilayah daratan Kecamatan Tomia Timur berdasarkan data statistik sebesar 67,90

km2 atau sebesar 8,2% dari total luas daratan Wakatobi.

Puskesmas Kulati merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kecamatan

Tomia Timur Kabupaten Wakatobi. Lokasi Puskesmas Kulati berada di ujung timur

Pulau Tomia. Puskesmas Kulati sebagai puskesmas rawat jalan bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Adapun

Transportasi antar wilayah dihubungkan dengan jalan darat. Jalan utama desa

sebagian besar sudah beraspal dan mudah dijangkau dengan sarana transportasi

darat. Dari keseluruhan wilayah kerja puskesmas kulati yang datang berobat tidak

40
41

mengalami hambatan dikarenakan mudahnya akses jalan yang dilewati dengan alat

transportasi darat yang dimiliki baik motor maupun mobil.

Jika di tinjau dari letak geografis wilayah kerja Puskesmas Kulati secara

administrasi bebatasan langsung dengan:

Sebelah barat : Desa Timu

Sebelah Selatan : Kecamatan Binongko

Sebelah Timur : Desa Runduma

Sebelah Utara : Desa Kahianga

Luas wilayah kerja Puskesmas Kulati tahun 2020 sekitar 22,1 km2 , yang

terdiri dari 3 desa yaitu Desa Kulati, Desa Dete dan Desa Wawotimu.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kerja Puskesmas Kulati Tahun 2021


No. Desa Luas Wilayah (km2) Jumlah Dusun
1. Dete 5,0 2
2. Kulati 7,5 3
3. Wawotimu 9,0 2
Total 21,5
Data Sekunder: Profil Kesehatan Puskesmas Kulati Tahun 2021

4.2.2 Keadaan Demografi

Secara demografis Wilayah Kerja Puskesmas Kulati memiliki jumlah

penduduk sebanyak 1.936 jiwa, 604 kepala keluarga, dan 470 rumah, dengan

rincian sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Desa Tahun 2021


Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Jumlah
No. Desa
L P Total Keluarga Rumah
1. Dete 276 269 642 109 135
2. Kulati 248 251 660 202 169
3. Wawotimu 240 245 634 212 166
Jumlah 764 765 1.936 604n 470
Data Sekunder: Profil Kesehatan Puskesmas Kulati Tahun 2021
42

Penduduk yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kulati sebagian besar

adalah Suku Wakatobi dan semua penganut agama Islam. Sedangkan bahasa

pengantar dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa Wakatobi dan Indonesia.

Untuk memenuhi kebutuhan penduduk sehari-hari, sebagian besar mata

pencaharian penduduk adalah berkebun, wiraswasta, dan nelayan, sebagian

kecilnya yaitu PNS, Guru, Tenaga Kesehatan, dan Perangkat Desa. Tingkat

ekonomi masyarakat sebagian besar memiliki tingkat ekonomi menengah ke

bawah. Hanya sekitar 10% masyarakat dengan tingkat ekonomi ke atas.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang ditampilkan mencakup jenis kelamin, umur dan

pendidikan terakhir. Adapun karakteristik responden tersebut yakni sebagai

berikut:

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah pembeda antara laki – laki dan perempuan melalui

pendekatan genetik, psikologi, sosial dan budaya. Jenis kelamin merupakan

pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin tertentu. Pembedaan jenis kelamin

merupakan ketentuan yang tidak dapat berubah dan sering dikatakan sebagai

kodrat dari Tuhan. Konsep jenis kelamin adalah suatu sifat yang melekat pada

kaum laki – laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun

kultural (Sa’adah et al., 2021). Distribusi responden menurut jenis kelamin pada

masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kulati dapat dilihat pada tabel berikut ini:
43

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin pada Masyarakat


Wilayah Kerja Puskesmas Kulati

No. Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)


1. Laki-Laki 158 49,2
2. Perempuan 163 50,8
Total 321 100
Sumber: Data Primer, Desember 2021
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 321 responden (100%), paling banyak

responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 163 responden (49,2%),

sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki

dengan jumlah 158 responden (50,8%).

b. Umur

Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu

benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur merupakan

rentang kehidupan yang diukur dengan tahun. Umur manusia diukur sejak dia

lahir hingga waktu umur itu dihitung (Hartoko, 2018). Distribusi responden

menurut umur pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kulati dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Umur pada Masyarakat Wilayah Kerja
Puskesmas Kulati

No. Umur Jumlah (n) Persentase (%)


1. 12-25 tahun 82 25,5
2. 26-45 tahun 116 36,1
3. 46-65 tahun 112 35,0
4. > 65 tahun 11 3,4
Total 321 100
Sumber: Data Primer, Desember 2021
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 321 responden (100%), paling banyak

responden berada pada kelompok umur 26-45 tahun dengan jumlah 116
44

responden (36,1%), sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang

berada pada kelompok umur >65 tahun dengan jumlah 11 responden (3,4%).

c. Pendidikan Terakhir

Pendidikan terakhir adalah pendidikan yang telah di tempuh dan

diselesaikan oleh seseorang yang di tandai dengan memperoleh ijazah sebagai

bukti kelulusan (Al-Mohaithef dan Padhi, 2020). Distribusi responden menurut

pendidikan terakhir pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kulati dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir pada Masyarakat


Wilayah Kerja Puskesmas Kulati

No. Pendidikan Terakhir Jumlah (n) Persentase (%)


1. SD 111 34,6
2. SMP 80 24,9
3. SMA 61 19,0
4. Diploma II 1 0,3
5. Diploma III 27 8,4
6. S1 41 12,8
Total 321 100
Sumber: Data Primer, Desember 2021
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 321 responden (100%), paling banyak

responden dengan pendidikan terakhir SD dengan jumlah 111 responden

(34,6%), sedangkan yang paling sedikit adalah responden dengan pendidikan

terakhir Diploma II dengan jumlah 1 responden (0,3%).

4.2.2 Analisis Univariat Variabel Penelitian

a. Kesediaan Masyarakat

Kesediaan untuk divaksin ialah seseorang yang secara sukarela bersedia

untuk mengikuti program vaksinasi yang dilaksanakan oleh pemerintah guna

untuk meminimalisir angka kejadian Covid-19 di masyarakat (Argista, 2021).


45

Bersedia atau tidaknya responden untuk menerima vaksinasi Covid-19 dapat

dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, persepsi, keterjangkauan lokasi dan

faktor-faktor lainnya. Distribusi responden berdasarkan kesediaan masyarakat

menerima vaksinasi Covid-19 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Kesediaan Masyarakat Menerima


Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas
Kulati
No. Kesediaan Masyarakat Jumlah (n) Persentase (%)
1. Bersedia 130 40,5
2. Tidak Bersedia 191 59,5
Total 321 100
Sumber: Data Primer, Desember 2021
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 321 responden (100%), paling banyak

responden yang tidak bersedia untuk divaksinasi Covid-19 dengan jumlah 191

responden (59,5%), sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang

bersedia untuk divaksinasi Covid-19 dengan jumlah 130 responden (40,5%).

b. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih baik dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

Hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap

perihal vaksin Covid-19 yang diukur dengan kemampuan responden menjawab

dengan benar pernyataan seputar vaksin Covid-19. Distribusi responden


46

menurut pengetahuan mengenai vaksin Covid-19 pada masyarakat wilayah

kerja Puskesmas Kulati dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan pada Masyarakat Wilayah


Kerja Puskesmas Kulati
No. Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)
1. Baik 150 46,7
2. Kurang 171 53,3
Total 321 100
Sumber: Data Primer. Desember 2021
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 321 responden (100%), paling banyak

responden memiliki pengetahuan dalam kategori kurang dengan jumlah 171

responden (53,3%), sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang

memiliki pengetahuan dalam kategori baik dengan jumlah 150 responden

(46,7%).

c. Persepsi Masyarakat

Persepsi adalah proses pemikiran yang dialami seseorang dalam

memahami informasi-informasi di lingkungan sekitar. Proses tersebut dapat

melalui indera penglihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman. Persepsi

terbentuk karena suatu rangsangan yang diorganisasikan kemudian diberi

interpretasi menurut pengalaman, budaya dan tingkat pengalaman individu

(Agustin, 2019). Distribusi responden menurut persepsi masyarakat mengenai

vaksin Covid-19 pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kulati adalah

sebagai berikut:
47

Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Persepsi Masyarakat pada Masyarakat


Wilayah Kerja Puskesmas Kulati
No. Persepsi Jumlah (n) Persentase (%)
1. Persepsi Positif 127 39,6
2. Persepsi Negatif 194 60,4
Total 321 100
Sumber: Data Primer, Desember 2021
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 321 responden (100%), paling banyak

responden yang mempunyai persepsi negatif dengan jumlah 194 responden

(60,4%), sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang mempunyai

persepsi positif dengan jumlah 127 responden (39,6%).

d. Keterjangkauan Lokasi Vaksinasi

Keterjangkauan jarak terhadap fasilitas kesehatan dengan situasi dan

kondisi geografis yang sangat beragam merupakan tantangan yang cukup besar

di dalam pemberian vaksinasi secara merata di Indonesia. Tidak tercapainya

target cakupan vaksinasi lengkap antara lain dipengaruhi oleh bagaimana

masyarakat dapat mencapai akses ke fasilitas kesehatan. Bagi mereka yang

tinggal di daerah perkotaan yang memiliki fasilitas kesehatan lengkap baik

rumah sakit maupun klinik dapat dengan mudah untuk melakukan vaksinasi,

akan tetapi bagi yang tinggal di perdesaan dengan fasilitas yang terbatas

menyebabkan tidak semua masyarakat memperoleh layanan vaksinasi (Kartina,

2021). Distribusi responden menurut keterjangkauan lokasi vaksinasi Covid-19

pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kulati adalah sebagai berikut:


48

Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Keterjangkauan Lokasi Vaksinasi pada


Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kulati
No. Keterjangkauan Lokasi Jumlah (n) Persentase (%)
1. Terjangkau (≤500 M) 202 62,9
2. Tidak Terjangkau (>500 M) 119 37,1
Total 321 100
Sumber: Data Primer, Desember 2021

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 321 responden (100%), paling banyak

responden yang memilih lokasi vaksinasi Covid-19 terjangkau (≤500 M)

dengan jumlah 202 responden (62,9%), sedangkan yang paling sedikit adalah

responden yang memilih lokasi vaksinasi Covid-19 tidak terjangkau (>500 M)

dengan jumlah119 responden (37,1%).

4.2.3 Analisis Bivariat Variabel Penelitian

Analisis bivariat dalam penelitian ini mencakup analisis faktor pengetahuan,

persepsi masyarakat, dan keterjangkauan lokasi vaksinasi Covid-19. Adapun

analisis bivariat tersebut yakni sebagai berikut :

a. Hubungan Pengetahuan dengan Kesediaan Masyarakat Menerima Vaksinasi


Covid-19 pada Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kulati
Hasil analisis statistik hubungan faktor pengetahuan dengan kesediaan

masyarakat menerima vaksinasi Covid-19 pada masyarakat wilayah kerja

Puskesmas Kulati dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10 Hubungan Pengetahuan dengan Kesediaan Masyarakat Menerima


Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas
Kulati
Kesediaan Masyarakat
Total p value
Pengetahuan Bersedia Tidak Bersedia
n % n % n %
Baik 106 70,7 44 29,3 150 100
0,000
Kurang 24 14,0 147 86,0 171 100
Total 130 40,5 191 59,5 321 100
Sumber: Data Primer, Desember 2021
49

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa proporsi responden

berdasarkan pengetahuan untuk kategori baik terdapat 106 responden (70,7%)

bersedia menerima vaksinasi Covid-19 dan 44 responden (29,3%) tidak

bersedia menerima vaksinasi Covid-19. Pengetahuan dengan kategori kurang

terdapat 24 responden (14,0%) bersedia menerima vaksinasi Covid-19 dan 147

responden (86,0%) tidak bersedia menerima vaksinasi Covid-19.

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square pada taraf kepercayaan 95%

(0,05) menunjukkan bahwa p value = 0,000 sehingga p value < 0,05, dengan

demikian maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan kesediaan masyarakat menerima

vaksinasi Covid-19 pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kulati.

b. Hubungan Persepsi Masyarakat dengan Kesediaan Masyarakat Menerima


Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kulati
Hasil analisis statistik hubungan faktor persepsi masyarakat dengan

kesediaan masyarakat menerima vaksinasi Covid-19 pada masyarakat wilayah

kerja Puskesmas Kulati dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.11 Hubungan Persepsi Masyarakat dengan Kesediaan Masyarakat


Menerima Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat Wilayah Kerja
Puskesmas Kulati
Kesediaan Masyarakat
Persepsi Total p value
Bersedia Tidak Bersedia
Masyarakat
n % n % n %
Persepsi Positif 77 60,6 50 39,4 127 100
Persepsi Negatif 53 27,3 141 72,7 194 100 0,000
Total 130 40,5 191 59,5 321 100
Sumber: Data Primer, Desember 2021

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa proporsi responden

berdasarkan persepsi masyarakat untuk kategori persepsi positif terdapat 77


50

responden (60,6%) bersedia menerima vaksinasi Covid-19 dan 50 responden

(39,4%) tidak bersedia menerima vaksinasi Covid-19. Persepsi masyarakat

dengan kategori persepsi negatif terdapat 53 responden (27,3%) bersedia

menerima vaksinasi Covid-19 dan 141 responden (72,7%) tidak bersedia

menerima vaksinasi Covid-19.

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square pada taraf kepercayaan 95%

(0,05) menunjukkan bahwa p value = 0,000 sehingga p value < 0,05, dengan

demikian maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukan bahwa ada

hubungan antara persepsi masyarakat dengan kesediaan masyarakat menerima

vaksinasi Covid-19 pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kulati.

c. Hubungan Keterjangkauan Lokasi Vaksinasi dengan Kesediaan Masyarakat


Menerima Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas
Kulati
Hasil analisis statistik hubungan faktor keterjangkauan lokasi vaksinasi

dengan kesediaan masyarakat menerima vaksinasi Covid-19 pada masyarakat

wilayah kerja Puskesmas Kulati dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.12 Hubungan Keterjangkauan Lokasi Vaksinasi dengan Kesediaan


Masyarakat Menerima Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kulati
Kesediaan Masyarakat
Keterjangkauan Total p value
Bersedia Tidak Bersedia
Lokasi Vaksinasi
n % n % n %
Terjangkau
89 44,1 113 55,9 202 100
(≤500 M)
0,115
Tidak Terjangkau
41 34,5 78 65,5 119 100
(>500 M)
Total 130 40,5 191 59,5 321 100
Sumber: Data Primer, Desember 2021
51

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa proporsi responden

berdasarkan keterjangkauan lokasi vaksinasi untuk kategori terjangkau (≤500

M) terdapat 89 responden (44,1%) bersedia menerima vaksinasi Covid-19 dan

113 responden (55,9%) tidak bersedia menerima vaksinasi Covid-19.

Keterjangkauan lokasi vaksinasi dengan kategori tidak terjangkau (>500 M)

terdapat 41 responden (34,5%) bersedia menerima vaksinasi Covid-19 dan 78

responden (65,5%) tidak bersedia menerima vaksinasi Covid-19.

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square pada taraf kepercayaan 95%

(0,05) menunjukkan bahwa p value = 0,115 sehingga p value > 0,05, dengan

demikian maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada

hubungan antara keterjangkauan lokasi dengan kesediaan masyarakat

menerima vaksinasi Covid-19 pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas

Kulati.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kesediaan Masyarakat Menerima


Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kulati

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, pembau, dan

perasa. Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang/overt behavior (Notoatmodjo,

2014). Pada kasus pandemi dan vaksin Covid-19, pengetahuan sangatlah


52

diperlukan sebagai suatu acuan dalam melawan penyebaran penyakit ini (Islami,

2021).

Pengetahuan seseorang mempengaruhi mereka dalam bersikap dan

melakukan perilaku pencegahan, pada umumnya orang yang memiliki pengetahuan

baik lebih bersedia untuk divaksinasi Covid-19. Pengetahuan tentang vaksinasi

Covid-19 merupakan hal yang sangat penting agar tidak menimbulkan peningkatan

jumlah kasus penyakit Covid-19 yang terlalu cepat. Pengetahuan masyarakat

mengenai vaksinasi Covid-19 dapat diartikan sebagai hasil tahu mengenai dosis,

vaksinasi, memahami cara vaksinasi, dan efek samping dari vaksin itu sendiri

(Kartika et al., 2021).

Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan mengenai vaksin Covid-19 dengan kesediaan masyarakat menerima

vaksinasi Covid-19 pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kulati. Sebagian

besar responden memiliki pengetahuan dengan kategori kurang dan tidak bersedia

menerima vaksinasi Covid-19. Dari kuesioner yang telah dijawab oleh responden

didapatkan bahwa masih banyak responden yang tidak tahu mengenai vaksin

Covid-19 mengandung mikroorganisme atau virus yang telah dilemahkan, jenis-

jenis vaksin Covid-19 yang digunakan untuk pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di

Indonesia, kelompok prioritas atau yang diutamakan menerima vaksinasi Covid-

19, keamanan dan efektivitas vaksin Covid-19 yang sudah teruji, dan tidak tahu

bahwa vaksin Covid-19 dapat mencegah Covid-19 itu sendiri. Pengetahuan

responden yang masih kurang dapat disebabkan karena kurangnya kemampuan

responden untuk mengakses atau mendapatkan informasi mengenai vaksin Covid-


53

19 sehingga responden bisa salah mengartikan atau kurang tepat dalam mendapat

informasi mengenai vaksin Covid-19 terutama responden berusia 45 tahun ke atas

yang memiliki keterbatasan untuk mengakses informasi mengenai vaksin Covid-19

karena tidak tahu menggunakan handphone atau laptop yang dapat mengakses

media sosial atau web yang memberikan informasi terkait vaksin Covid-19 dan

responden yang bertempat tinggal di wilayah yang tidak memiliki akses jaringan

internet atau akses jaringan internetnya masih lemah juga merupakan penyebab dari

kurangnya informasi yang didapatkan oleh responden. Selain itu, dari pihak-pihak

terkait masih kurang memberikan sosialisasi dan edukasi mengenai vaksin Covid-

19.

Kurangnya sosialisasi, edukasi dan akses informasi mengenai vaksin Covid-

19 menyebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui informasi yang

benar mengenai vaksin Covid-19, sehingga informasi yang salah atau hoax yang

beredar dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat. Hoaks yang menyangkut

kesehatan memang marak beredar di kalangan masyarakat. Ari Fahrial Syam dalam

Juditha (2019) melakukan survei yang menemukan bahwa lebih dari 90 persen

informasi di bidang kesehatan tidak dapat dipertanggungjawabkan karena memiliki

sumber yang tidak jelas serta menyebar dengan bebas melalui media sosial dan

pesan instan. Begitu pula dengan hasil survei yang dilakukan oleh Surveyor

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menemukan bahwa hoaks kesehatan

terbanyak beredar di masyarakat (Juditha, 2019). Sementara hasil penelitian yang

dilakukan oleh Vosoughi et al, (2018) juga menemukan bahwa organisasi kesehatan

memberikan klarifikasi informasi kesehatan yang benar justru tidak menyebar


54

seluas penyebaran hoaks. Hal ini menunjukan bahwa hoaks kesehatan lebih popular

dikonsumsi masyarakat dan penyebarannya terbilang lebih cepat dibanding berita

yang valid. Menurut Vosoughi informasi yang valid justru jarang menyentuh

kepada seribu lebih orang sementara hoaks paling populer yang jumlahnya hanya

satu persen dari informasi valid justru mampu menyebar ke seribu sampai seratus

ribu orang (Vosoughi et al, 2018).

Adapun hoaks yang beredar di masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah

kerja Puskesmas Kulati seperti hoaks mengenai seseorang yang meninggal dunia

setelah menerima vaksinasi Covid-19 padahal faktanya orang tersebut belum

menerima vaksin Covid-19 jenis apapun, hoaks mengenai vaksin Covid-19 adalah

konspirasi Presiden dan Menteri Kesehatan, dan hoaks yang paling banyak beredar

di masyarakat adalah hoaks mengenai vaksin Covid-19 yang mengandung magnet

dan zat-zat berbahaya bagi tubuh. Jenis hoaks yang beredar di masyarakat berupa

berita atau informasi tertulis, gambar, video, serta audio mengenai informasi

bohong tentang vaksin Covid-19. Selain itu, masih banyak masyarakat yang

disinformasi mengenai vaksin Covid-19 seperti vaksin Covid-19 tidak dapat

meningkatkan kekebalan tubuh sehingga divaksin maupun tidak divaksin tetap akan

terkena Covid-19, vaksin Covid-19 belum teruji keamanan dan efektifitasnya dan

tidak efektif untuk mencegah Covid-19 itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pula bebarapa masyarakat yang

memiliki pengetahuan dalam kategori baik tetapi tidak bersedia menerima vaksinasi

Covid-19, hal ini disebabkan karena persepsi masyarakat yang takut dengan jarum

suntik dan masyarakat terkadang ragu dan berada diposisi yang kadang bisa
55

membedakan hoaks kadang tidak. Sebaliknya, beberapa masyarakat yang memiliki

pengetahuan dalam kategori kurang tetapi bersedia menerima vaksinasi Covid-19,

hal ini disebabkan karena pengaruh pekerjaan yang mewajibkan untuk vaksinasi

Covid-19 dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti memiliki keluarga yang

bekerja sebagai tenaga kesehatan dan kepercayaan terhadap pemerintah setempat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Febriyanti et al., (2021) dengan judul

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kesediaan Vaksinasi Covid-19 pada Warga

Kelurahan Dukuh Menanggal Kota Surabaya, hasil dalam penelitian ini terdapat

hubungan antara pengetahuan dengan kesediaan masyarakat menerima vaksinasi

Covid-19 dengan nilai signifikansi p yaitu 0,000, dimana masih banyak responden

yang tidak bersedia untuk divaksinasi Covid-19 dan memiliki pengetahuan yang

kurang mengenai vaksin Covid-19. Dari kuesioner yang dijawab oleh responden

masih banyak responden yang tidak tahu mengenai syarat yang boleh divaksin,

skrining RAPUH, dan golongan yang tidak boleh divaksin. Dalam penelitian ini,

terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kesediaan masyarakat untuk

divaksinasi Covid-19, tetapi pengetahuan masyarakat termasuk dalam kategori

kurang dan masyarakat tidak bersedia untuk divaksinasi Covid-19. Hal tersebut

sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika et al., (2021) dengan

judul Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapan Masyarakat dalam Menerima

Vaksin Covid 19 di Puskesmas Padang Laweh Kabupaten Sijunjung, hasil dalam

penelitian ini terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kesiapan masyarakat

menerima vaksin Covid-19 dengan nilai signifikansi p yaitu 0,001 dimana untuk
56

pengetahuan masyarakat berada pada kategori baik dan siap menerima vaksin

Covid-19.

4.3.2 Hubungan Persepsi Masyarakat dengan Kesediaan Masyarakat


Menerima Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat Wilayah Kerja
Puskesmas Kulati

Persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin

perceptio, dari percipere yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi

berlangsung pada saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap

oleh organ-organ indera yang kemudian masuk ke dalam otak. Persepsi

mengandung suatu proses dalam diri untuk mengetahui dan mengevaluasi sejauh

mana kita mengetahui orang lain. Pada proses ini kepekaan dalam diri seseorang

terhadap lingkungan sekitar terlihat. Cara pandang akan menentukan kesan yang

dihasilkan dari proses persepsi. Proses interaksi yang tidak dapat dilepaskan dari

cara pandang atau persepsi satu individu terhadap individu yang lain, memunculkan

apa yang dinamakan persepsi masyarakat (Triyaningsih, 2020).

Persepsi juga berkaitan dengan Pengetahuan dalam intuisi ataupun

kemampuan panca indera dalam memahami sesuatu. Disamping itu, persepsi

merupakan pengertian, pengetahuan dan lain-lain yang diterima dengan cara

merasakan, atau ide khusus, konsep, kesan dan lain-lain yang terbentuk. Oleh

karena itu, persepsi dikatakan sebagai bagian dari proses kehidupan yang dimiliki

oleh setiap orang, dari pandangan orang pada titik tertentu. Lalu kemudian orang

tersebut mengkreasikan hal yang dipandangnya untuk dunianya sendiri. Kemudian

orang tersebut mencoba mengambil keuntungan untuk kepuasannya. Dengan kata

lain bahwa persepsi adalah suatu kemampuan menanggapi dan merasakan suatu
57

obyek. Tanda merupakan sesuatu yang digunakan untuk mewakili sesuatu

kenyataan dan apa adanya (Tasnim, 2021).

Informasi yang beredar di masyarakat tentu mempengaruhi persepsi

masyarakat terhadap vaksin Covid-19. Namun masyarakat yang menerima

informasi dengan baik melalui pendengaran dan penglihatannya tentu pasti

memengaruhi persepsinya terhadap vaksin Covid-19. Sehingga persepsi

masyarakat akan mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat terhadap vaksin.

Dapat dikatakan bahwa ketika seseorang mempunyai persepsi yang kurang baik

terhadap vaksin Covid-19 maka akan terjadi penolakan terhadap vaksinasi yang

akan diikuti oleh masyarakat sebagai perlindungan terhadap infeksi penyakit

Covid-19 yang ada di masyarakat. Oleh karena itu pentingnya untuk memberikan

informasi yang tepat di masyarakat tentang kegunaan vaksin Covid-19 (Tasnim,

2021).

Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan bahwa ada hubungan antara

persepsi masyarakat mengenai vaksin Covid-19 dengan kesediaan masyarakat

menerima vaksinasi Covid-19 pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kulati.

Sebagian besar responden memiliki persepsi negatif mengenai vaksin Covid-19 dan

tidak bersedia menerima vaksinasi Covid-19. Dari kuesioner yang telah dijawab

oleh responden didapatkan bahwa masih banyak responden yang memiliki persepsi

negatif mengenai kehalalan vaksin Covid-19, efek samping dari vaksin Covid-19,

dan merasa khawatir jika divaksinasi malah terinfeksi Covid-19. Persepsi negatif

responden mengenai vaksin Covid-19 dapat disebabkan karena kurangnya

informasi dan edukasi yang diberikan kepada responden mengenai vaksin Covid-
58

19 sehingga responden lebih percaya terhadap informasi yang salah atau tidak benar

mengenai vaksin Covid-19 seperti hoax yang beredar di masyarakat mengenai

vaksin Covid-19 dimana salah satu masyarakat yang bertempat tinggal di Wanci

setelah mendapatkan vaksinasi Covid-19 ia jatuh sakit karena terkena Covid-19 dan

akhirnya meninggal dunia. Padahal faktanya, orang tersebut belum mendapatkan

vaksinasi Covid-19 jenis apapun. Penyebaran informasi yang salah melalui

berbagai saluran dapat berdampak besar pada penerimaan vaksin Covid-19 hal ini

membuat seseorang memiliki persepsi negatif.

Hasil penelitian menunjukkan pula beberapa responden yang memiliki

persepsi positif terhadap vaksin Covid-19 tetapi tidak bersedia menerima vaksinasi

Covid-19, hal ini disebabkan karena lokasi vaksinasi Covid-19 yang tidak

terjangkau dan mengidap suatu penyakit tertentu sehingga tidak bersedia untuk

divaksinasi Covid-19. Sebaliknya, beberapa responden yang memiliki persepsi

negatif terhadap vaksin Covid-19 tetapi bersedia menerima vaksinasi Covid-19, hal

ini disebabkan karena pengaruh pekerjaan yang mewajibkan untuk vaksinasi

Covid-19 dan syarat yang harus dipenuhi oleh masyarakat agar mendapatkan

bantuan sosial dari pemerintah serta bagi anak-anak usia sekolah mereka

mendapatkan dukungan langsung dari orang tua untuk menerima vaksinasi Covid-

19.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Widayanti dan Kusumawati (2021)

dengan judul Hubungan Persepsi Tentang Efektivitas Vaksin dengan Sikap

Kesediaan Mengikuti Vaksinasi Covid-19, hasil penelitian menunjukkan nilai p

value 0,000 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara persepsi tentang
59

efektivitas vaksin dengan sikap kesediaan mengikuti vaksinasi, mempunyai

persepsi yang kurang baik terhadap vaksin Covid-19 maka akan terjadi penolakan

terhadap vaksinasi. Dalam penelitian ini, terdapat hubungan antara persepsi

masyarakat dengan kesediaan masyarakat untuk divaksinasi Covid-19, tetapi

persepsi masyarakat termasuk dalam kategori persepsi negatif dan masyarakat tidak

bersedia untuk divaksinasi Covid-19. Hal tersebut sedikit berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Virgiana et al., (2021) dengan judul Faktor yang

Berhubungan dengan Persetujuan Masyarakat Mendapatkan Vaksinasi Covid-19

Di Area Kerja Puskesmas Donggala. Hasil penelitian menunjukkan terdapat

hubungan antara persetujuan masyarakat mendapatkan vaksinasi Covid-19 dengan

persepsi masyarakat tentang vaksin Covid-19, dimana sebagian besar masyarakat

setuju mendapatkan vaksinasi Covid-19 dan memiliki persepsi positif terhadap

vaksin Covid-19. Persepsi masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19 sangat

bervariasi dan berdasarkan persepsi tersebut diketahui bahwa rata-rata responden

setuju untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19.

4.3.3 Hubungan Keterjangkauan Lokasi Vaksinasi dengan Kesediaan


Masyarakat Menerima Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat Wilayah
Kerja Puskesmas Kulati

Keterjangkauan jarak terhadap fasilitas kesehatan dengan situasi dan kondisi

geografis yang sangat beragam merupakan tantangan yang cukup besar di dalam

pemberian vaksinasi secara merata di Indonesia. Tanpa akses yang mudah dan

murah untuk dijangkau tentunya akan menyulitkan masyarakat terutama

masyarakat yang berpenghasilan rendah untuk memperoleh layanan vaksinasi.

Tidak tercapainya target cakupan vaksinasi lengkap antara lain dipengaruhi oleh
60

bagaimana masyarakat dapat mencapai akses ke fasilitas kesehatan. Bagi mereka

yang tinggal di daerah perkotaan yang memiliki fasilitas kesehatan lengkap baik

rumah sakit maupun klinik dapat dengan mudah untuk melakukan vaksinasi, akan

tetapi bagi yang tinggal di perdesaan dengan fasilitas yang terbatas menyebabkan

tidak semua masyarakat memperoleh layanan vaksinasi (Kartina, 2021).

Tempat pelayanan yang jaraknya jauh bisa jadi membuat orang akan enggan

untuk mendatanginya. Jauhnya tempat pelayanan bisa menyebabkan

membengkaknya akomodasi pelayanan, karena selain biaya pelayanan kesehatan

ada biaya tambahan yaitu biaya transportasi. Bagi orang-orang yang akan berfikir

sederhana mungkin akan memutuskan untuk tidak datang ke sarana pelayanan

kesehatan. Hal ini mungkin terjadi adalah ketidakterjangkauan sarana pelayanan

kesehatan oleh masyarakat (Machfoedz dan Suryani, 2013).

Faktor pendukung lain adalah akses terhadap pelayanan kesehatan yang

berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, keadaan

geografis ini dapat diukur dengan jenis transportasi, jarak, waktu perjalanan dan

hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang mendapat pelayanan

kesehatan. Semakin kecil jarak jangkauan masyarakat terhadap suatu tempat

pelayanan kesehatan, maka akan semakin sedikit pula waktu yang diperlukan

sehingga tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan meningkat (Wijono, 2000).

Penelitian yang dilakukan oleh Schoch-Spana et al., (2020) mengatakan bahwa

membuat vaksinasi Covid-19 dapat diakses secara luas adalah upaya yang

kompleks. Jadi, sebelum vaksin Covid-19 diproduksi, sangat penting untuk

mengidentifikasi lokasi vaksinasi yang aman dan dapat diakses dengan mudah oleh
61

masyarakat. Pemerintah juga harus memastikan bahwa distribusi vaksin Covid-19

dapat diberikan secara merata ke setiap daerah.

Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan bahwa tidak ada hubungan

antara keterjangkauan lokasi vaksinasi Covid-19 dengan kesediaan masyarakat

menerima vaksinasi Covid-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden walaupun memiliki lokasi vaksinasi Covid-19 yang terjangkau, tetapi

responden tetap tidak bersedia untuk menerima vaksinasi Covid-19. Hal ini

disebabkan karena responden telah didasari atau dipengaruhi oleh pengetahuan

yang kurang dan persepsi yang negatif mengenai vaksin Covid-19 sehingga

walaupun dari pihak puskesmas sudah melaksanakan vaksinasi Covid-19 selain di

Puskesmas dan Balai Desa Kulati dan program vaksinasi Covid-19 secara door to

door sehingga jarak lokasi vaksinasi sudah terjangkau, tetap saja masih banyak

responden yang tidak bersedia untuk divaksinasi Covid-19. Terjangkaunya lokasi

vaksinasi Covid-19 tidak membuat masyarakat bersedia menerima vaksinasi

Covid-19 dan ada bebarapa masyarakat yang tetap bersedia menerima vaksinasi

Covid-19 walaupun lokasi vaksinasi tidak terjangkau, hal ini disebabkan karena

akses untuk ke lokasi vaksinasi sudah mudah dimana masyarakat sudah memiliki

kendaraan pribadi dan jalan menuju lokasi vaksinasi yang sudah diaspal serta

dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik dan persepsi yang positif mengenai vaksin

Covid-19.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lasmita et al.,

(2021) dengan judul Predisposing Faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan

Program Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan tidak


62

terdapat hubungan antara keterjangkauan tempat pelayanan vaksin Covid-19

dengan penerimaan terhadap vaksinasi Covid-19. Selain itu, penelitian yang

dilakukan oleh Ichsan et al, (2021) dengan judul Determinan Kesediaan Masyarakat

Menerima Vaksinasi Covid-19 di Sulawesi Tengah, didapatkan hasil penelitian

yaitu ada hubungan antara keterjangkauan lokasi vaksin Covid-19 dengan

kesediaan masyarakat menerima vaksinasi Covid-19, dimana orang yang berusia

65 tahun ke atas biasanya mengalami penurunan yang signifikan dalam akses lokasi

vaksinasi, oleh karena terbatasnya mobilitas, sehingga pembuat kebijakan harus

mengeksplorasi bagaimana jaringan lokasi vaksinasi yang diperluas ini dapat

memfasilitasi kelompok usia lanjut.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses penelitian ini,

ada beberapa keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor agar

lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam lebih

menyempurnakan penelitiannya karena penelitian ini sendiri tentu memiliki

kekurangan yang perlu terus diperbaiki dalam penelitian-penelitian kedepannya.

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain :

1. Saat proses pengambilan data, informasi yang diberikan responden melalui

kuesioner terkadang tidak menunjukkan pendapat responden yang sebenarnya,

hal ini terjadi karena terkadang perbedaan pemikiran, anggapan dan

pemahaman yang berbeda tiap responden, juga faktor lain seperti faktor

kejujuran dalam pengisian pendapat responden dalam kuesionernya.


63

2. Peneliti melakukan kunjungan berulang karena responden tidak berada

ditempat saat peneliti membagikan kuesioner sehingga menghambat waktu

penelitian.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat mengenai

faktor yang berhubungan dengan kesediaan masyarakat menerima vaksinasi Covid-

19 di wilayah kerja Puskesmas Kulati dapat disimpulkan bahwa:

1. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kulati sebagian besar tidak bersedia

menerima vaksinasi Covid-19 yaitu sebanyak 191 (59,5%) responden.

2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kesediaan masyarakat menerima

vaksinasi Covid-19 dengan nilai signifikansi p yaitu 0,000.

3. Ada hubungan antara persepsi masyarakat dengan kesediaan masyarakat

menerima vaksinasi Covid-19 dengan nilai signifikansi p yaitu 0,000.

4. Tidak ada hubungan antara keterjangkauan lokasi vaksinasi dengan kesediaan

masyarakat menerima vaksinasi Covid-19 dengan nilai signifikansi p yaitu

0,115.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan, maka dapat

dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih selektif lagi ketika mendapatkan

informasi mengenai vaksin Covid-19 agar tidak mudah terpengaruh dengan

berita hoax dan tidak menutup diri untuk menerima informasi seputar vaksin

Covid-19.

64
65

2. Diharapkan kepada pihak puskesmas atau pihak yang berwenang untuk lebih

gencar mengadakan edukasi atau sosialisasi mengenai vaksin Covid-19.

3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar memperluas wilayah penelitian,

melakukan analisis yang lebih mendalam (analisis multivariat) untuk

mengetahui faktor yang paling mempengaruhi dan melakukan penelitian secara

mendalam mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesediaan

masyarakat menerima vaksinasi Covid-19.


DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. A. (2019). Pengaruh Pemberitaan Kasus Audrey Di Detik.com


Terhadap Persepsi Masyarakat Gunung Anyar Tentang Hukum Peradilan
Anak. Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan
Surabaya.
Al-Mohaithef, M., dan Padhi, B. K. (2020). Determinants of Covid-19 Vaccine
Acceptance in Saudi Arabia: A Web-Based National Survey. Journal of
Multidisciplinary Healthcare, 13 1657–1663.
Argista, Z. L. (2021). Persepsi Masyarakat Terhadap Vaksin Covid-19 Di Sumatera
Selatan. Skripsi, Universitas Sriwijaya. Palembang.
Budiman, & Riyanto, A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan danSikap
dalam Penelitian Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.
Du, Z., Xu, X., Wu, Y., Wang, L., Benjamin J., C., dan Meyers, L. A. (2020). Serial
Interval of Covid-19 among Publicly Reported Confirmed Cases. Emerging
Infectious Diseases, 26(6) 1341–1343.
Febriyanti, N., Choliq, M. I., dan Mukti, A. W. (2021). Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Kesediaan Vaksinasi Covid-19 Pada Warga Kelurahan
Dukuh Menanggal Kota Surabaya. Seminar Nasional Hasil Riset dan
Pengabdian Ke-III. 24 Maret: 36-42.
Feng, S., Shen, C., Xia, N., Song, W., Fan, M., dan Cowling, B. J. (2020). Rational
use of face masks in the COVID-19 pandemic. The Lancet Respiratory
Medicine, 434–436.
Handebo, S., Wolde, M., Shitu, K., dan Kassie, A. (2021). Determinant of intention
to receive Covid-19 vaccine among school teachers in Gondar City,
Northwest Ethiopia. Journal Plos One, 1-6.
Hartoko, Y. (2018). Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, Jenis Kelamin, Umur, Status
Perkawinan, Dan Derah Tempat Tinggal Terhadap Lama Mencari Kerja
Tenaga Kerja Terdidik Di Indonesia. Skripsi, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Ichsan, D. S., Hafid, F., Ramadhan, K., dan Taqwin. (2021). Determinan Kesediaan
Masyarakat Menerima Vaksinasi Covid-19 di Sulawesi Tengah.Jurnal Ilmu
Kesehatan, 15(1) 1-11.
Irwanto. (2012). Psikologi Umum. Prehallindo. Jakarta.
Islami, N. M. (2021). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Uin Alauddin Makassar
Terhadap Penggunaan Vaksin Sebagai Pencegahan Covid-19. Skripsi,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Juditha, C. (2019). Literasi Informasi Melawan Hoaks Bidang Kesehatan di
Komunitas Online. Jurnal Ilmu Komunikasi, 16(1) 77-90.
Kartika, K., Suryati, I., dan Paradisa, L. (2021). Hubungan Pengetahuan Dengan
Kesiapan Masyarakat Dalam Menerima Vaksin Covid 19 Di Puskesmas
Padang Laweh Kabupaten Sijunjung. Jurnal Kesehatan Tambusai, 2(4)
323-328.
Kartina. (2021). Hubungan Peran Orang Tua Dan Keterjangkauan Tempat
Pelayanan Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Dalam Pemberian
Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja Puskesmas Daik Kabupaten
Lingga Tahun 2021. Thesis, STIKes Awal Bros Batam. Batam.
Kementerian Kesehatan RI. (2020a). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Corona Virus Disease (Covid-19). Kemenkes RI. Jakarta.
. (2020b). Survei Penerimaan Vaksin
COVID-19 diIndonesia. Kemenkes RI. Jakarta.
. (2021a). Buku Saku Tanya Jawab Seputar
Vaksinasi Covid-19. Kemenkes RI. Jakarta.
. (2021b). Vaksinasi Covid-19 Nasional.
https:// vaksin.kemkes.go.id/#/ vaccines. 28 Agustus 2021(21:55).
. (2021c). Peta Sebaran Transmisi Lokal Dan
Wilayah Terkonfirmasi. https://infeksiemerging.kemkes.go.id/
dashboard/covid-19.4 Oktober 2021 (14:59)
. (2021d). Buku Saku Tanya Jawab Seputar
Vaksinasi Covid-19. Kemenkes RI. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No H.K. 01.07/9860 Tahun 2020. Penetapan
Jenis Vaksin Untuk Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease 2019
(Covid-19). Jakarta.
Kholidiyah, D., Sutomo, dan Kushayati, N. (2021). Hubungan Persepsi Masyarakat
Tentang Vaksin Covid-19 Dengan Kesediaan Masyarakat Menjalani
Vaksinasi Covid-19. Jurnal Keperawatan, 8-20.
Lasmita, Y., Misnaniarti, dan Idris, H. (2021). Predisposing Faktor yang
Berhubungan dengan Penerimaan Program Vaksinasi Covid-19 pada
Masyarakat. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 16(4) 233-239.
Li, Q., Guan, X., Wu, P., Wang, X., Zhou, L., Tong, Y., . . . Xiang, N. (2020).
Early Transmission Dynamics in Wuhan, China, of Novel Coronavirus-
Infected Pneumonia. New England Journal of Medicine, 382(13) 1199–
1207.
Liu, Y., Gayle, A. A., Wilder-Smith, A., dan Rocklov, J. (2020). The reproductive
number of Covid-19 is higher compared to SARS coronavirus. Journal of
Travel Medicine, 1-4.
Machfoedz, I., dan Suryani, E. (2013). Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi
Kesehatan. Fitramaya. Yogyakarta.
Makmun, A., dan Hazhiyah, S. F. (2020). Tinjauan Terkait Pengembangan Vaksin
Covid – 19 . Molucca Medica, 13(2) 52-59.
Masturoh, I., dan Anggita, N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Meliza, Wanto, D., dan Asha, L. (2020). Persepsi Masyarakat Sukaraja, Rejang
Lebong Terhadap Edaran Menteri Agama Nomor: SE. 6. Tahun 2020
Mengenai Tata Cara beribadah Saat Pandemi. Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, 9(1) 1-17.
Negara, I. C., dan Prabowo, A. (2018). Penggunaan Uji Chi–Square Untuk
Mengetahui Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Umur Terhadap
Pengetahuan Penasun Mengenai HIV–AIDS Di Provinsi DKI Jakarta.
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya. 15 September:
1-8.
Notoatmodjo, S. (2003). Pengetahuan dan Sikap Manusia. Rineka Cipta. Jakarta.
_____________. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Jakarta.
_____________. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
_____________. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta:
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2020.
Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19). Jakarta.
Puskesmas Kulati. (2021a). Data Vaksinasi Covid-19 2021. Wakatobi.
Puskesmas Kulati. (2021b). Penerimaan Vaksin Puskesmas Kulati. Wakatobi.
Riduwan. (2011). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta.
Bandung.
Riduwan, dan Akdon. (2013). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika.
Alfabeta. Bandung.
Sa’adah, L., Martadani, L., dan Taqiyuddin, A. (2021). Analisis Perbedaan Kinerja
Karyawan Pada PT Surya Indah Food Multirasa Jombang. Jurnal Inovasi
Penelitian, 2(2) 515-522.
Schoch-Spana, M., Brunson, E. K., Long, R., Ruth, A., Ravi, S. J., Trotochaud, M.,
. . . B, S. (2020). The public's role in COVID-19 vaccination: Human-
centered recommendations to enhance pandemic vaccine awareness, access,
and acceptance in the United States. PMC National Library of Medicine,
39(40) 6004-6012.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Sultra Tanggap Corona. (2021). Data Persebaran Covid-19 Terbaru.
https://corona.sultraprov.go.id/front/data2. 4 Oktober 2021 (14:54)
Syahdrajat, T. (2015). Panduan Menulis Tugas Akhir Kedokteran dan Kesehatan.
PrenadaMedia. Jakarta.
Tasnim. (2021). Persepsi Masyarakat Tentang Vaksin Covid-19 di Wilayah
Provinsi Sulawesi Tenggara. Yayasan Kita Menulis. Kendari.
Triyaningsih, H. (2020). Efek Pemberitaan Media Massa Terhadap Persepsi
Masyarakat Pamekasan Tentang Virus Corona . Meyarsa, 1(1) 1-21.
Unaradjan, D. D. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif. Unika Atma Jaya Jakarta.
Jakarta.
Virgiana, Munawwir, A., & Demak, I. P. (2021). Faktor yang Berhubungan dengan
Persetujuan Masyarakat Mendapatkan Vaksinasi Covid-19 Di Area Kerja
Puskesmas Donggala. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(2) 366-377.
Vosoughi, S., Roy, D., & Aral, S. (2018). The Spread Of True And False News
Online. Journal Economy Research, 1146-1151.
WHO. (2020a). Q&A on Coronavirus (COVID-19). https://www.who.int/
emergencies/diseases/novelcoronavirus 2019/ question-and-answers-
hub/q-a-detail/coronavirus-disease-covid-19. 21 September 2021 (13:15).
. (2020b). Modes of transmission of virus causing COVID-19: implications
for IPC precaution recommendations. https://www.who.int/news-
room/commentaries/ detail/ modes-of-transmission-of-virus-causing-
covid-19-implications-for-ipc-precaution-recommendations. 21 September
2021 (13:31).
. (2021). WHO Coronavirus (COVID-19) Dashboard.
https://covid19.who.int/. 29 September 2021 (19:45).
Widayanti, L. P., dan Kusumawati, E. (2021). Hubungan Persepsi Tentang
Efektifitas Vaksin Dengan Sikap Kesediaan Mengikuti Vaksinasi Covid-19.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(2) 78-85.
Wijono, D. (2000). Manajemen Mutu Pelayanan Keehatan Teori Strategi dan
Aplikasi. Airlangga University Press. Surabaya.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent

PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEDIAAN


MASYARAKAT MENERIMA VAKSINASI COVID-19 DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KULATI KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2021

PERMOHONAN SEBAGAI PARTISIPASI PENELITIAN

Kepada Yth:

Responden Penelitian

Di Tempat.

Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dhiya Ramadhani

NIM : J1A1 18 189

Status : Mahasiswa Program Sarjana (S1) Jurusan Epidemiologi Fakultas

Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

Bermaksud mengadakan penelitian tentang “Faktor yang Berhubungan


dengan Kesediaan Masyarakat Menerima Vaksinasi Covid-19 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kulati Kabupaten Wakatobi Tahun 2021”. Penelitian ini tidak
menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bapak/Ibu/Saudara/i sebagai responden.
Untuk itu, mengharap kesediaan Bapak/Ibu/Saudari/i secara sukarela untuk
menjadi partisispasi dalam penelitian saya. Atas bantuan dan kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/i menjadi responden saya ucapkan terima kasih.

Kendari, November 2021

Peneliti
PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEDIAAN


MASYARAKAT MENERIMA VAKSINASI COVID-19 DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KULATI KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2021

PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya secara sukarela bersedia

menjadi partisipan dalam penelitian ini. Saya yang berpartipasi dalam penelitian ini

dari awal penelitian ini selesai.

Demikian pertanyaan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh

kesedaran dan tanpa paksaan dari siapapun.

Kendari, November 2021

Responden
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEDIAAN


MASYARAKAT MENERIMA VAKSINASI COVID-19

A. Data Umum Responden

1. NAMA :
2. UMUR : ……….. Tahun
3. PENDIDIKAN :
4. ALAMAT :

B. Kesediaan Masyarakat

1. Apakah Anda bersedia menerima vaksinasi Covid-19?


a. Bersedia
b. Tidak bersedia
C. Pengetahuan Mengenai Vaksin Covid-19

No. Pernyataan Benar Salah


1. Vaksin Covid-19 dapat meningkatkan kekebalan
tubuh sehingga terhindar dari Covid-19
2. Vaksin Covid-19 mengandung virus atau
mikroorganisme yang masih hidup
3. Ada 6 jenis vaksin Covid-19 yang digunakan untuk
pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia
4. Vaksinasi Covid-19 dilakukan 1 kali dosis
penyuntikkan
5. Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 yang utama bisa
didapatkan di Rumah Sakit, Puskesmas, dan fasilitas
Kesehatan lainnya
6. Jenis vaksin Covid-19 yang diberikan pada saat
vaksin pertama dan kedua boleh berbeda jenis
7. Kelompok prioritas atau yang diutamakan menerima
vaksin Covid-19 adalah penduduk yang berusia <18
tahun
8. Vaksin Covid-19 belum teruji keamanan dan
efektifitasnya
9. Vaksin Covid-19 dapat menimbulkan efek samping
seperti panas dan sensasi sakit setelah disuntikkan
10. Vaksin Covid-19 efektif mencegah Covid-19

Sumber : Febriyanti et al., (2021)

D. Persepsi Masyarakat mengenai Vaksin Covid-19

No. Pertanyaan Ya Tidak


1. Apakah anda merasa tidak perlu divaksinasi karena
Covid-19 bukan penyakit yang serius?
2. Anda percaya terhadap vaksin Covid-19?
3. Anda tidak mau divaksinasi Covid-19 karena takut
jarum suntik?
4. Anda yakin bahwa vaksin Covid-19 tidak halal?
5. Anda merasa khawatir akan efek samping dari vaksin
Covid-19?
6. Anda yakin dengan keefektifan vaksin Covid-19?
7. Anda yakin bahwa vaksin Covid-19 aman bagi tubuh?
8. Anda merasa khawatir jika divaksinasi malah
terinfeksi Covid-19?
9. Anda merasa bahwa vaksin Covid-19 tidak memiliki
manfaat yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh
seseorang?
10. Anda percaya bahwa vaksin Covid-19 bertentangan
dengan nilai agama?
Sumber : Argista (2021)
E. Keterjangkauan Lokasi

1. Apakah lokasi vaksinasi Covid-19 dapat dijangkau dengan mudah oleh


Anda?
a. Terjangkau (≤ 500 M)
b. Tidak terjangkau (> 500 M)
Lampiran 3. Jenis Kegiatan

JENIS KEGIATAN

2021 2022
Jenis Kegiatan
9 10 11 12 1 2 3
Konsul Proposal
Seminar Proposal
Perbaikan
Proposal
Penelitian
Konsul Hasil
Seminar Hasil
Perbaikan Hasil
Skripsi
Lampiran 4. Output SPSS Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 158 49.2 49.2 49.2

Perempuan 163 50.8 50.8 100.0

Total 321 100.0 100.0

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 12-25 Tahun 82 25.5 25.5 25.5

26-45 Tahun 116 36.1 36.1 61.7

45-65 Tahun 112 34.9 34.9 96.6

>65 Tahun 11 3.4 3.4 100.0

Total 321 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid D2 1 .3 .3 .3

D3 27 8.4 8.4 8.7

S1 41 12.8 12.8 21.5

SD 111 34.6 34.6 56.1

SMA 61 19.0 19.0 75.1

SMP 80 24.9 24.9 100.0

Total 321 100.0 100.0


2. Analisis Univariat

Kesediaan Masyarakat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Bersedia 130 40.5 40.5 40.5

Tidak Bersedia 191 59.5 59.5 100.0

Total 321 100.0 100.0

Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 150 46.7 46.7 46.7

Kurang 171 53.3 53.3 100.0

Total 321 100.0 100.0

Persepsi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Persepsi Positif 127 39.6 39.6 39.6

Persepsi Negatif 194 60.4 60.4 100.0

Total 321 100.0 100.0

Keterjangkauan Lokasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Terjangkau (< 500 M) 202 62.9 62.9 62.9

Tidak Terjangkau (>500 M) 119 37.1 37.1 100.0

Total 321 100.0 100.0


3. Analisis Bivariat

Crosstab

Kesediaan Masyarakat

Bersedia Tidak Bersedia Total

Pengetahuan Baik Count 106 44 150

% within Pengetahuan 70.7% 29.3% 100.0%

% within Kesediaan
81.5% 23.0% 46.7%
Masyarakat

% of Total 33.0% 13.7% 46.7%

Kurang Count 24 147 171

% within Pengetahuan 14.0% 86.0% 100.0%

% within Kesediaan
18.5% 77.0% 53.3%
Masyarakat

% of Total 7.5% 45.8% 53.3%

Total Count 130 191 321

% within Pengetahuan 40.5% 59.5% 100.0%

% within Kesediaan
100.0% 100.0% 100.0%
Masyarakat

% of Total 40.5% 59.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.063E2a 1 .000

Continuity Correctionb 104.012 1 .000

Likelihood Ratio 113.090 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 106.018 1 .000

N of Valid Casesb 321

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 60.75.

b. Computed only for a 2x2 table


Crosstab

Kesediaan Masyarakat

Bersedia Tidak Bersedia Total

Persepsi Persepsi Positif Count 77 50 127

% within Persepsi 60.6% 39.4% 100.0%

% within Kesediaan
59.2% 26.2% 39.6%
Masyarakat

% of Total 24.0% 15.6% 39.6%

Persepsi Negatif Count 53 141 194

% within Persepsi 27.3% 72.7% 100.0%

% within Kesediaan
40.8% 73.8% 60.4%
Masyarakat

% of Total 16.5% 43.9% 60.4%

Total Count 130 191 321

% within Persepsi 40.5% 59.5% 100.0%

% within Kesediaan
100.0% 100.0% 100.0%
Masyarakat

% of Total 40.5% 59.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 35.342a 1 .000

Continuity Correctionb 33.973 1 .000

Likelihood Ratio 35.535 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 35.232 1 .000

N of Valid Casesb 321

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 51.43.

b. Computed only for a 2x2 table


Crosstab

Kesediaan Masyarakat

Bersedia Tidak Bersedia Total

Keterjangkauan Lokasi Terjangkau (< 500 M) Count 89 113 202

% within Keterjangkauan
44.1% 55.9% 100.0%
Lokasi

% within Kesediaan
68.5% 59.2% 62.9%
Masyarakat

% of Total 27.7% 35.2% 62.9%

Tidak Terjangkau (>500 M) Count 41 78 119

% within Keterjangkauan
34.5% 65.5% 100.0%
Lokasi

% within Kesediaan
31.5% 40.8% 37.1%
Masyarakat

% of Total 12.8% 24.3% 37.1%

Total Count 130 191 321

% within Keterjangkauan
40.5% 59.5% 100.0%
Lokasi

% within Kesediaan
100.0% 100.0% 100.0%
Masyarakat

% of Total 40.5% 59.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.867a 1 .090

Continuity Correctionb 2.483 1 .115

Likelihood Ratio 2.893 1 .089

Fisher's Exact Test .100 .057

Linear-by-Linear Association 2.858 1 .091

N of Valid Casesb 321

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 48.19.

b. Computed only for a 2x2 table


Lampiran 5. Dokumentasi Saat Penelitian
Lampiran 6. Surat Pengantar Izin Penelitian
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai