Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PASCA OPERASI HERNIA INGUINALIS

DEKSTRA PADA Tn. P DI RUANG MULTAZAM 2

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG

2020

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Kebidanan

Disusun oleh:

Kelompok 1

Nama NPM

1. Dina Yuliana 2119064


2. Nur Azizah Pasaribu 2119067
3. Elsa Andrian 2119068
4. Risma Khoerunnisa 2119070
5. Mira Sapitri 2119071
6. Salma Sri Azahra 2119072
7. Nurhasna Septiana 2119073

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

FAKULTAS KEBIDANAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

i
2020

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBDANAN PADA TN.P

DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG

TAHUN 2020

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui

Tanggal 23 Desember 2020

Disusun oleh:

Kelompok I

Menyetujui dan Mengesahkan

Pembimbing

Iga Retia, S.S.T., M.Kes

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBDANAN PADA TN.P

DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG

TAHUN 2020

Laporan Kasus Praktik KDK III

Disusun oleh:

Kelompok I

Nama NPM

1. Dina Yuliana 2119064


2. NurAzizahPasaribu 2119067
3. Elsa Andrian 2119068
4. RismaKhoerunnisa 2119070
5. Mira Sapitri 2119071
6. Salma Sri Azahra 2119072
7. NurhasnaSeptiana 2119073

Telah diseminarkan didepan penguji

Pada tanggal 23Desember 2020

Mengetahui

Penguji Dekan Fakultas Kebidanan

Institut Kesehatan Rajawali

Fathia Rizki, S.S.T., M.Tr.Keb Erni Hernawati, S.S.T, M.M., M.Keb

iii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya pada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesikan laporan Asuhan Kebidan Pada Tn. P Usia 39 Tahun Dengan
Hernia Ingunalis Lateralis Dekstra Di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Tahun 2020.

Dalam penulisan ini, penulis banyak mendapat motivasi, bimbingan dan


saran dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis dengan ketulusan hati
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. Selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali


Bandung,
2. Erni Hernawati, S.S.T. M.Keb selaku Dekan Fakultas Kebidanan Institut
Kesehatan Rajawali Bandung,
3. Lia Kamila S.S.T. M.Keb selaku Penanggung Jawab Diploma III Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali,
4. Dr.M.Kautsar Boesoirie,Sp.M (K),MM Selaku Direktur Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung,
5. Silva Dwi Rahmizani, S.S.T., M.K.M Selaku Koordinator Mata Kuliah
Ketrampilan Dasar Kebidanan III
6. Iga Retia, S.S.T., M.Kes Selaku pembimbing laporan kasus yang telah
memberikan saran dan dorongan selama perkuliahan dan pada saat proses
studi kasus Asuhan Kebidanan,
7. Repi Era Selaku kepala ruangan Multazam 2 Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung,
8. Widayanti S.Kep., Ners Selaku CI ruangan Multazam 2 Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung, dan

iv
9. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswi DIII Kebidanan tingkat II Institut
Kesehatan Rajawali Bandung yang senantiasa selalu memberikan doa,
dukungan, dan semangatnya.

Terlepas dari semua itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun dari tata bahasanya. Penulis
menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari ibu dosen dan
teman-teman sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah di masa yang
akan datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Desember 2020

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI….………..……………………………………………………………………………………….…………ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan Umum dan Khusus....................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................4
2.1 Pengertian Hernia......................................................................................................4
2.2 Anatomi.......................................................................................................................6
2.4 Etiologi........................................................................................................................7
2.5 Patofisiologi.................................................................................................................8
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................................10
3.1 Data Subjektif...........................................................................................................10
3.2 Data Objektif........................................................................................................13
3.3 Data Penunjang.....................................................................................................16
3.4 Analisa...................................................................................................................16
3.5 Penatalaksanaan...................................................................................................16
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................23
BAB V PENUTUP..........................................................................................................26
5.1 Kesimpulan...............................................................................................................26
5.2 Saran.........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................28

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat moderen saat ini sering mengabaikan kesehatan
terutama kesehatan pada pencernaan. Pencernaan bukan hanya
memperhatikan bagaimana kebutuhan makanan dapat terpenuhi melainkan
juga memperhatikan bagaimana proses metabolik dapat berlangsung
dengan baik. Sehingga pencernaan dapat diasumsikan sebagai sebuah
proses metabolisme di mana suatu mahkluk hidup memproses secara
kimiawi maupun mekanik sebuah zat menjadi nutrisi yang dibutuhkan
oleh tubuh. Akan tetapi, apabila terjadi perubahan pada proses ini, maka
akan terjadi gangguan pencernaan yang salah satunya adalah hernia
(Reksoprodjo, 2006). Hernia adalah penonjolan isi organ yang biasanya
melewati rongga di dekat organ tersebut. Hernia inguinalis adalah hernia
yang keluar melewati celah anulus inguinalis sampai ke anulus inguinalis
eksternus (Brooker, 2008).
Angka kejadian hernia inguinalis 10 kali lebih banyak dari pada
hernia femoralis dan keduanya mempunyai persentase sekitar 75-80 %
dari seluruh jenis hernia, hernia insisional 10 %, hernia ventralis 10 %,
hernia umbilikalis 3 %, dan hernia lainnya sekitar 3 % (Sjamsuhidajat,
2010 dan Lavelle et al, 2002).
Secara umum, kejadian hernia inguinalis lebih banyak diderita
oleh laki-laki dari pada perempuan. Angka perbandingan kejadian hernia
inguinalis 13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada perempuan (Ruhl, 2007).
Tindakan yang paling memungkinkan untuk terapi hernia inguinalis adalah
tindakan pembedahan. Setiap tahun diperkirakan terdapat 20 juta kasus
prosedur bedah mengenai hernia inguinalis. Tingkat prosedur operasi
dalam berbagai negara memiliki tingkat yang bervariasi, berkisar antara
100 hingga 300 prosedur per 100.000 orang dalam satu tahun (Burney,
2012). Kasus hernia inguinalis di USA (United States America) sekitar
800.000 kasus setiap tahun dan negara Belanda sekitar 33.000 kasus setiap

1
tahun (Ruhl, 2007). Salah satu rumah sakit di Indonesia yaitu Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung terdapat 315 pasien hernia inguinalis dari
keseluruhan pasien bedah rawat jalan 4900 kasus pada tahun 2014 (Rekam
Medik, 2014).
Hernia inguinalis dapat diderita oleh semua umur, tetapi angka
kejadian hernia inguinalis meningkat dengan bertambahnya umur yaitu
pada usia rata-rata 40 tahun. Salah satu faktor risiko yang dapat
mempengaruhi atau meningkatkan terjadinya hernia inguinalis adalah
overweight dan obesitas. Menurut Chan Yong Park et al. Berdasarkan
penjelasan di atas maka penulis memilih judul kasus dengan “Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Pasca Operasi Hernia Inguinalis Lateralis
Dekstra di RS Muhammadiyah Bandung.”

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus
pasca operasi hernia inguinalis lateralis dekstra?

1.3 Tujuan Umum dan Khusus


1.3.1 Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan kepada klien dengan kasus
pasca operasi hernia inguinalis lateralis dekstra dengan menggunakan
proses keperawatan

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1) Mampu melaksanakan pengkajian klien dengan kasus pasca


operasi hernia ingunalis lateralis dekstra.
2) Mampu menganalisa masalah-masalah yang muncul pada
klien pasca operasi hernia inguinalis lateralis dekstra.
3) Mampu memprioritaskan masalah dan merumuskan diagnosa
keperawatan pada klien dengan pasca operasi hernia ingunalis
lateralis dekstra.

2
4) Mampu menyusun rencana keperawatan pada klien dengan
pasca operasi hernia inguinalis lateralis dekstra.
5) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan pasca operasi hernia ingunalis lateralis dekstra.
6) Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan
pasca operasi hernia inguinalis lateralis dekstra.
7) Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan pasca opersi hernia inguinalis lateralis dekstra.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritik
a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
b. Dapat meningkatkan ilmu pngetahuan dan teknologi sejalan dengan
perkembangan yang sangat pesat.

1.4.2 Manfaat praktik


a. Mengerti dan mampu menerapkan asuhan pada pasien pasca operasi hernia
inguinalis lateralis dekstra.
b. Memperluas pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan
keperawatan khususnya pada pasien pasca operasi hernia inguinalis
lateralis dekstra.
c. Menigkatkan keterampilan dalam memberi asuhan keperawatan khususnya
pada pasien pasca operasi hernia ingunalis lateralis dekstra.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Hernia


Hernia inguinalis adalah hernia berisi abdomen yang menonjol di
daerah sela paha (regio inguinalis). (Haryono, 2012) Hernia inguinalis
lateralis dekstra adalah tonjolan dari abdomen di lateral pembuluh
epigastrika inferior melalui dua pintu yaitu anulus dan kanalis inguinalis.
(Sjamsuhidajat & Jong, 2010) Berdasarkan pengertian di atas dapat di
simpulkan bahwa hernia inguinalis lateralis dekstra adalah penonjolan isi
abdomen yang abnormal melalui celah dinding abdomen atau anulus
inguinalis yang dikarenakan tekanan atau otot abdomen yang lemah.
Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah
penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot
dinding perut. Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama
anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri, jika terjadi
infeksi di dalamnya, misalnya, jika anak-anak penderitanya terlalu aktif.
Berasal dari bahasa Latin, herniae, yaitu menonjolnya isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga.
Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu
berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang
keluar berupa bagian dari usus.
Hernia yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena
kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan
turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena
adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia
yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut.
Penyakit hernia banyak diderita oleh orang yang tinggal didaerah
perkotaan yang notabene terbiasa dengan aktivitas rutin, sehingga otot-otot
di bagian badan tertentu kurang terlatih dan menjadi lemah dan tidak kuat.
Dan jika yang melemah adalah otot-otot pada bagian perut maka, penyakit
hernia akan segera menghinggapinya.

4
1. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi menjadi :
a. hernia bawaan (kongenital)
b. hernia yang didapat (akuisita)

2. Berdasarkan letaknya hernia dibagi menjadi :


a. hernia diafragma yaitu menonjolnya organ perut kedalam rongga dada
melalui lubang pada diafragma (sekat yang membatasi rongga dada
dan rongga perut).
b. inguinal
c. umbilical yaitu benjolan yang masuk melalui cincin umbilikus (pusar)
d. femoral yaitu benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis.

3. Berdasarkan sifatnya hernia dibagi menjadi :


a. hernia reponibel : bila isi hernia dapat keluar masuk dalam waktu yang
singkat.
b. hernia irreponibel : bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga
c. hernia strangulate : bila terdapat keluhan nyeri, biasanya karena
terjepitnya pembuluh darah
d. hernia incarserata : terdapat tanda obstruktif, sperti tidak bisa buang air
besar, tidak bisa buang angin dan terdapat nyeri
e. hernia akreta : jika tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda
sumbatan usus akibat perlekatan tersebut.

Semua Hernia perlu operasi, Hernia Reponible yang tergolong ringan


juga harus dioperasi, tetapi dapat dijadwalkan, sedangkan Hernia jenis
lainnya harus segera dioperasi, karena dikhawatirkan akan/sudah menekan
pembuluh darah, saraf atau jaringan lainnya, sehingga dapat
mengakibatkan matinya/terganggunya organ tertentu. Sekarang ini operasi
banyak disertai pemasangan Mesh/Jaring untuk memperkuat otot,

5
walaupun demikian tidak ada jaminan bahwa Hernia tidak muncul kembali
terutama bila Faktor Penyebabnya tidak dihilangkan.

Hernia ditinjau dari letaknya dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :


1. Hernia eksterna
Hernia yang menonjol namun tonjolan tersebut tampak dari luar
yaitu hernia inguinalis lateralis (indirek), hernia inguinalis medialis
(direk), hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia supra
umbilikalis, hernia sikatrikalis, dan lain – lain.
2. Hernia interna
Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia
obturatorika, hernia diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan
hernia ligamen treitz (Oswari, 2005).

2.2 Anatomi
Hernia inguinalis indirek atau lateralis keluar dari peritonium
melalui celah anulus inguinalis internal yang terletak di lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke kanalis
inguinalis yang dapat menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternal
(Haryono, 2012).
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis
internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan
aponeurosis muskulo-tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas
tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus,bagian
terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus eksternus.
Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di
dasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada
lelaki, dan ligamentum rotundum pada perempuan. Hernia inguinalis
indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari
peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis

6
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum,
ini disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).

2.3 Fisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan
ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan
testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut
namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan (Mansjoer, 2002).

2.4 Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau
karena sebab yang didapat. Pada bayi dan anak, hernia inguinalis lateralis
disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus
vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum.
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin
karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen
dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, kelemahan otot
dinding perut karena usia (Sjamsuhidayat, 2004).
Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan intra abdominal
adalah kehamilan, obesitas, peningkatan berat badan, dan tumor. Selain
itu, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat
defekasi, dan mengejan pada saat miksi, misalnya hipertrofi prostat dapat
pula meningkatkan tekanan intra abdomen yang bisa menyebabkan hernia
(Mansjoer, 2002).

7
Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012) adalah :
a. Kelainan kongenital atau kelainan bawaan
b. Kelainan didapat, meliputi :

1) Jaringan kelemahan

2) Luasnya daerah di dalam ligamen inguinal

3) Trauma

4) Kegemukan

5) Melakukan pekerjaan berat

6) Terlalu mengejan saat buang air kecil atau besar

2.5 Patofisiologi

Tonjolan yang semakin besar, lama kelamaan tidak bisa masuk


kembali secara spontan maupun dengan berbaring tetapi membutuhkan
dorongan dengan jari yang disebut hernia reponable. Jika kondisi seperti
ini dibiarkan saja maka dapat terjadi perlengketan dan lama kelamaan
perlengketan tersebut menyebabkan tonjolan yang tidak dapat dimasukan
kembali dan disebut hernia irreponable. Untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada hernia maka dilakukan pembedahan. Dari pembedahan
tersebut terdapat luka insisi yang biasanya dapat menimbulkan nyeri yang
dapat membuat tidak nyaman sehingga mengurangi pergerakan dan resiko
infeksi. ( Liu & Campbell, 2011 ).

Aktivitas mengangkat benda berat, batuk kronis, dan mengejan


pada saat defekasi dapat memacu meningkatnya tekanan intra abdominal
yang menyebabkan defek pada dinding otot ligament inguinal akan
melemah sehingga akan terjadi penonjolan isi perut pada daerah lateral
pembuluh epigastrika inferior fenikulus spermatikus. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya hernia. Mengangkat berat juga menyebabkan

8
peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cedera traumatik karena
tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada disertai dengan kelemahan
otot, maka individu akan mengalami hernia. Bila isi kantung hernia dapat
dipindahkan ke rongga abdomen dengan manipulasi, hernia disebut
redusibel ( Doenges, 2000).

Kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang


akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi
hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan
penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada
keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah
dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih dan berat.

2.6 Penatalaksaan Keperawatan


Menurut Amin & Kusuma (2015, hal. 76) penanganan hernia ada dua
macam:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan
isi hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan
definitif sehingga dapat kambuh kembali. Adapun tindakannya
terdiri atas
a. Reposisi Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan
isi hernia ke dalam kavum peritoneum atau abdomen.
Reposisi dilakukan secara manual. Reposisi dilakukan pada
pasien dengan hernia reponibilis dengan cara memakai dua
tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata kecuali pada anak-anak.
b. Suntikan Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa
alkohol atau kinin di daerah sekitar hernia, yang
menyebabkan pintu hernia mengalami sklerosis atau
penyempitan sehingga isi hernia keluar dari kavum
peritoneum.

9
c. Sabuk hernia Diberikan pada pasien yang hernia masih
kecil dan menolak dilakukan operasi.

2. Operasi
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada
hernia reponibilis, hernia irreponibilis, hernia strangulasi, hernia
inkarserata. Operasi hernia ada 3 macam:
a. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta
mengembalikan isi hernia ke kavum abominalis.
b. Hernioraphy
Mulai dari mengangkat leher hernia dan
menggantungkannya pada conjoint tendon (penebalan
antara tepi bebas musculus obliquus intra abominalis dan
musculus tranversus abdominalis yang berinsersio di
tuberculum pubicum).
c. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligementum inguinale
agar LMR hilang/ tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat
karena tertutup otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis
lateralis ada bermacam-macam menurut kebutuhannya
(Ferguson, Bassini, halst, hernioplasty, pada hernia
inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan
cara Mc.Vay)
2.7 Penatalaksanaan Pasca Operasi
Penatalaksanaan setelah operasi diantaranya adalah hindari
hal-hal yang memicu tekanan di rongga perut, tindakan operasi dan
pemberian analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri, berikan
obat sesuai resep dokter, hindari mengejan, mendorong atau
mengangkat benda berat. Jaga balutan luka operasi tetap kering dan
bersih, mengganti balutan seteril setiap hari pada hari ketiga
setelah operasi kalau perlu. Hindari faktor pendukung seperti

10
konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan masukan
cairan yang adekuat (Amin & Kusuma, 2015 hal. 76).

BAB III

TINJAUAN KASUS

Ruang : Multazam 2

Tanggal Masuk : 9 desember 2020

Jam Masuk : 07:00 WIB

Tanggal Pengkajian : 9 desember 2020

Jam Pengkajian : 10.00 WIB

Nama pengkaji : Risma Khoerunnisa

No. RM : 827810

3.1 Data Subjektif


1. Identitas pasien

Nama : Tn. P

Umur : 39 tahun

Agama : Islam

Suku bangsa : WNI

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : PNS

Alamat : Bandung

Tanggal Masuk : 9 desember 2020

2. Keluhan

Klien mengatakan ada benjolan pada selangkangan bagian kanan dan nyeri
dibagian bawah pusar di sertai rasa nyeri yang hilang timbul.

11
3. Riwayat kesehatan dahulu

Klien sebelumnya tidak pernah mempunyai riwayat penyakit yang


mengharuskan hingga dirawat dirumah sakit.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien mengatakan bahwa ibu dari Tn. P pernah mengalami stoke
pada tahun 2010.

5. Konsumsi obat-obatan

Klien mengatakan bahwa tidak ada pengobatan yang di konsumsi sebelumnya,


keluarga klien juga mengatakan bahwa klien tidak mempunyai riwayat alergi
baik makanan, minuman maupun obat.

6. Pola fungsi kesehatan

No Pola sehari-hari Sebelum sakit Saat sakit


1. Pola nutrisi
Makan
Frekuensi 1-3 kali perhari ½ piring dalam sehari
Jenis makanan Nasi, sayur dan lauk Nasi, sayur kuah dan
lauk
Makanan pantrangan Tidak ada Tidak ada

Minum
Jenis minum Air putih dan teh Air putih dan teh
manis manis
Frekuensi 3-6 gelas dalam 4 gelas dalam sehari
sehari
2. Pola eliminasi

BAK
Frekuensi 2 – 3 kali dalam 4 kali dalam sehari
sehari
Warna Jernih Jernih

12
Bau Khas Khas
Masalah Tidak ada Tidak ada

BAB
Frekuensi 1 kali dalam sehari Tidak ada
Konsistensi Lunak Tidak ada
Masalah Tidak ada Ada, klien merasa
nyeri pada
selangkangan bagian
kanan
3. Pola istirahat dan
tidur

Siang
Jam Tidak tidur siang 1 jam perhari
karena klien
beraktivitas bekerja
Masalah Tidak ada Tidak ada

Malam
Jam 7 jam dalam sehari ± 4 jam dalam sehari
Masalah Tidak ada Ada, klien merasa
nyeri pada
selangkangan bagian
kanan

3.2 Data Objektif

Nyeri yang dirasakan hilang timbul. Data objektif tekanan darah: 120/ 70
mmHg, nadi 64, SPo2 99, suhu 36,2 C, respiratori rate 20.

1. Pemeriksaan Umum

13
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Antropometri
BB : 77 kg
TB : 173 cm
d. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 64x/mnt
Suhu : 36,2 °C
Respirasi : 20 x/mnt
e. Pemeriksaan Fisik
1) Bentuk Kepala
 Inspeksi : rambut tidak tebal, tidak kotor
 Palpasi : tidak berminyak, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan dan tidak ada nyeri tekan
2) Bentuk Telinga
 Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak kotor, tidak
ada lesi, tidak ada cairan telinga
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
dan bentuk telinga elastis
3) Bentuk Alis Mata
 Inspeksi : simetris, sejajar dengan daun telinga,
memiliki halis tebal, tidak ada lesi
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
tidak ada kerontokan

4) Bentuk Mata
 Inspeksi : bentuk mata simetris, memiliki kelopak
mata yang belok, bulu mata tebal, konjungtiva tidak
anemis, pupil isokor, sklera berwarna putih, tidak
menggunakan alat bantu

14
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5) Hidung
 Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada
sinus, tidak ada secret
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6) Mulut
 Inspeksi : bentuk bibir simetris, bersih, tidak kering,
tidak ada lesi, gigi rapih, bersih, tidak ada lubang, tidak
berbau dan bibir berwarna merah muda
 Palpasi : pada bibir tidak ada nyeri tekan dan tidak
ada benjolan
7) Leher
 Inspeksi : simetris, leher pendek, bersih
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kelenjar tiroid tidak
ada pembesaran, respon menelan bagus
8) Dada
 Inspeksi : bentuk dada simetris, warna sawo matang,
tidak ada lesi atau pun bekas luka operasi, tidak ada bulu
lebat, respon pernafasan baik
 Palpasi : respon saat pengucapan 77 baik, tidak ada
nyeri tekan
 Perkusi : pada saat mengetuk jari di sejumlah area
permukaan dada maupun punggung atas tidak ada ketukan
yang menunjukan adanya bunyi endapan air
 Auskultasi : pada paru – paru tidak adanya rohing dan
bengik, bunyi jantung normal tidak ada bunyi tambahan

9) Abdomen
 Inspeksi : abdomen sedikit besar, tidak ada lesi atau
bekas riwayat operasi, bersih, tali pusar tidak menonjol dan
tidak kotor.

15
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : tidak ada suara ketukan yang menunjukan
abdomen klien kembung
 Auskultasi : tidak ada masalah BU normal < 5
10) Genitalia
Tidak mengkaji
11) Ekstermitas Atas
 Inspeksi : tangan simetris, sejajar, jari-jari tangan
lengkap, normal 5:5, tidak ada lesi
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
atau jaringan
12) Ekstermitas Bawah
 Inspeksi : kaki simetris, sejajar, adanya benjolan pada
selangkangan bagian kanan, jari-jari kaki lengkap,
normal 5:5
 Palpasi : terdapat benjolan di selangkangan bagian
kanan, adanya nyeri tekan
 Perkusi : adanya reflek tendon pada saat
menggunakan reflek hemer
13) Kulit
 Inspeksi : kulit warna sawo matang, turgor kulit
normal, tidak ada lesi, bersih
 Palpasi : kulit halus, terdapat benjolan di
selangkangan bagian kanan, ada nyeri tekan.

3.3 Data Penunjang


a. Gambar Hasil Laboratorium 09 Desember 2020

No Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

16
1. Hemoglobin 16,0 14 – 18 gr/dl
2. Hematocrit 46 40 – 54 %
3. Leukosit 7.100 4.000 – 10.000 Sel/mm3
4. Trombosit 380.000 150.000- Sel/mm3
5. Waktu 1 menit 45 400.000 Menit
6. Pendarahan/BT detik 1–3 Menit
7. Waktu 5 menit 30 1–7 mg/dl
8. Pembekuan/CT detik Sampai 160 mg/dl
9. Gula Darah Sewaktu 106 15,0 – 43,2 mg/dl
Ureum 23,9 0,73 – 1,36
Kreatinin 0,90
b. CT scan yang dilakukan pada tanggal 09 Desember 2020 dan
konsultasi dari dokter umum dan dokter spesialis andrologi.
3.4 Analisa
Diagnosa : Hernia Inguinalis
1. Pre Operasi
a. Tonjolan yang terdapat di lipatan paha kanan disertai rasa
nyeri
2. Pasca Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
ketidaknyamanan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3.5 Penatalaksanaan
1. Pre Operasi
Sebelum operasi pada jam 12.30 WIB tanggal 9 Desember 2020.
Pasien akan melaksanakan operasi pada jam 16.30 WIB tanggal 9
Desember 2020 yaitu operasi hernioraphy. Di bawah ini yaitu
persiapan sebelum dilaksanaknnya operasi.
a. Memberitahu keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu mengetahui keadaannya
b. Melakukan observasi tanda-tanda vital

17
Evaluasi : sudah dilakukan, TD: 120/70 mmHg, S: 36,2° C,
N: 64 x/menit, R: 20 x/menit.
c. Menganjurkan pasien untuk istirahat, tujuannya untuk
persiapan operasi
Evaluasi : pasien istirahat dengan baik
d. Menganjurkan klien untuk puasa selama 6 jam sebelum
melakukan operasi, tujuannya untuk mencegah aspirasi paru-
paru yang terjadi ketika isi lambung memasuki paru-paru.
Evaluasi : pasien kooperatif mengikuti anjuran dari perawat
2. Pasca Operasi
Setelah operasi jam 21.00 WIB tanggal 9 Desember 2020
a. Melakukan observasi tanda-tanda vital
Evaluasi : sudah dilakukan, TD: 120/80 mmHg, S: 36℃, N:
80x/menit, RR: 20 x/menit.
a. Menganjurkan makan sedikit tapi sering, tujuannya untuk
menjaga pola makan setelah operasi
Evaluasi : setelah puasa, pasien masih sulit untuk makan
b. Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan anjuran dokter
Evaluasi : telah dipersiapkan yaitu obat Ceftriaxone 1 gr/12
jam per IV ( mengatasi infeksi bakteri yang terjadi ), spuit 5 cc,
aquabides 5 cc untuk meracik Cefriaxone.
c. Memberikan cairan infus sesuai kebutuhan pasien
Evaluasi : sudah diberikan cairan infus RL drift analgetik 20
tpm

18
BEDAH KASUS PADA TN.P USIA 39 TAHUN DENGAN
DIAGNOSA POST OPERASI HERNIA INGUINALIS DEKSTRA DI
RUANG MULTAZAM 2 RS MUHAMMADIYAH BANDUNG 2020

Ruang : Multazam 2

Tanggal Masuk : 9 desember 2020

Jam Masuk : 07.00 WIB

Tanggal Pengkajian : 9 desember 2020

Jam Pengkajian : 10.00 WIB

Nama pengkaji : Risma Khoerunnisa

No. RM : 827810

A. Data subjektif
1. Pasien mengatakan sedang berpuasa untuk menjalani operasi
2. Pasien mengatakan adanya nyeri dibagian selangkangan kanan dan di
bawah pusar terkadang disertai nyeri timbul
3. Pasien mengatakan tidak ada muntah

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 64x/mnt
Suhu : 36,2 °C
Respirasi : 20 x/mnt
2. pemeriksaan fisik terfokus:
a. abdomen
Inspeksi : abdomen sedikit besar, tidak ada lesi atau bekas riwayat
operasi, bersih, tali pusar tidak menonjol dan tidak kotor.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada suara ketukan yang menunjukan abdomen klien
kembung

19
Auskultasi : tidak ada masalah BU normal < 5
b. Ekstermitas Atas
 Inspeksi : tangan simetris, sejajar, jari-jari tangan
lengkap, normal 5:5, tidak ada lesi
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
atau jaringan
c. Ekstermitas Bawah
 Inspeksi : kaki simetris, sejajar, adanya benjolan pada
selangkangan bagian kanan, jari-jari kaki lengkap,
normal 5:5
 Palpasi : terdapat benjolan di selangkangan bagian
kanan, adanya nyeri tekan
 Perkusi : adanya reflek tendon pada saat
menggunakan reflek hemer
C. Analisa
Tn.P 39 tahun dengan diagnose post op hernia inguinalis
D. Penatalaksanaan
1. Monitoring TTV
Evaluasi : TD: 120/70 mmHg, nadi: 64x/m, SPo2: 99, suhu:
36,2 C, respiratori rate: 20
2. Monitoring nyeri luka
Evaluasi : masih terasa sedikit nyeri
3. Monitoring obat
Evaluasi : pemberian antibiotic ceftriaxone 2x1 gram/ 12 jam
Keterolac 3x1 gram/ 8 jam
4. Monitoring pemberian cairan infus
Evaluasi : Infus RL 25-30 stt/mnt
5. Monitoring mobilitas yang berhubungan dengan ketidaknyamanan
Evaluasi : klien mengatakan masih sedikit sulit gerak bebas
6. Mendokumentasikan hasil pengkajian
Evaluasi : sudah melakukan pemeriksaan tanda vital dan
pemberian terapi pengobatan pada Tn.P jam 10.00

20
BEDAH KASUS PADA TN.P USIA 39 TAHUN DENGAN
DIAGNOSA POST OPERASI HERNIA INGUINALIS DEKSTRA DI
RUANG MULTAZAM 2 RS MUHAMMADIYAH BANDUNG 2020

Ruang : Multazam 2

Tanggal Masuk : 9 desember 2020

Tanggal Pengkajian : 10 desember 2020

Jam Pengkajian : 12.00 WIB

Nama pengkaji : Salma Sri Azahra

No. RM : 827810

A. Data Subjektif
1. Pasien mengatakan sudah mulai makan seperti biasa
2. Pasien mengatakan telah banyak minum
3. Pasien mengatakan nyeri luka post op

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 100/70 mmhg
Nadi : 68x/menit
Suhu : 35,9° C
Respirasi : 22x/menit
2. Pemeriksaan Fisik Terfokus
a. abdomen
Inspeksi : abdomen sedikit besar, tidak ada lesi atau bekas riwayat
operasi, bersih, tali pusar tidak menonjol dan tidak kotor.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada suara ketukan yang menunjukan abdomen klien
kembung

21
Auskultasi : tidak ada masalah BU normal < 5
b. Ekstermitas Atas
 Inspeksi : tangan simetris, sejajar, jari-jari tangan
lengkap, normal 5:5, tidak ada lesi
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
atau jaringan
c. Ekstermitas Bawah
 Inspeksi : kaki simetris, sejajar, adanya benjolan pada
selangkangan bagian kanan, jari-jari kaki lengkap,
normal 5:5
 Palpasi : terdapat benjolan di selangkangan bagian
kanan, adanya nyeri tekan
 Perkusi : adanya reflek tendon pada saat
menggunakan reflek hemer
3. Analisa
Tn.P 39 tahun dengan diagnose post op hernia inguinalis
4. Penatalaksanaan
1. Monitoring TTV
Evaluasi : TD: 120/70 mmHg, nadi: 68x/m, SPo2: 90, suhu:
35,9° C, respiratori rate: 22
2. Monitoring cairan infus
Evaluasi : Mengganti cairan infus RL 25-30 stt/mnt
3. Monitoring obat
Evaluasi : pemberian antibiotic ceftriaxone 2x1 gram/ 12 jam
Keterolac 3x1 gram/ 8 jam, Ranitidine 2 ml
4. Monitoring mobilitas yang berhubungan dengan ketidaknyamanan
Evaluasi : Klien mengatakan masih sedikit sulit gerak bebas
dan rasa nyeri berkurang dengan skala 2
5. Monitoring mengenai kepulangan pasien
Evaluasi : Pasien sudah membaik dan dianjurkan oleh dokter
untuk bisa pulang
6. Mendokumentasikan hasil pengkajian

22
Evaluasi : Sudah melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemberian obat dan memberitahu kepada keluarga bahwa pasien sudah di
izinkan pulang pada tanggal 11 Desember 2020

23
BAB IV

PEMBAHASAN

Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui saraf anulus


inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior,
menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis
(Mansyoer, 2000: 314). Definisi lain dari hernia inguinalis lateralis adalah
penonjolan dari daerah perut pada daerah lateral pembuluh epigastrikal inferior
yang langsung melalui dua pintu yaitu anulus dan kanalis inguinalis,
(Syamsuhidayat, 1997- 707).
Tonjolan yang semakin besar, lama kelamaan tidak bisa masuk kembali
secara spontan maupun dengan berbaring tetapi membutuhkan dorongan dengan
jari yang disebut hernia reponable. Jika kondisi seperti ini dibiarkan saja maka
dapat terjadi perlengketan dan lama kelamaan perlengketan tersebut menyebabkan
tonjolan yang tidak dapat dimasukan kembali dan disebut hernia irreponable.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada hernia maka dilakukan pembedahan.
Dari pembedahan tersebut terdapat luka insisi yang biasanya dapat menimbulkan
nyeri yang dapat membuat tidak nyaman sehingga mengurangi pergerakan dan
resiko infeksi. ( Liu & Campbell, 2011 ).

Aktivitas mengangkat benda berat, batuk kronis, dan mengejan pada saat
defekasi dapat memacu meningkatnya tekanan intra abdominal yang
menyebabkan defek pada dinding otot ligament inguinal akan melemah sehingga
akan terjadi penonjolan isi perut pada daerah lateral pembuluh epigastrika inferior
fenikulus spermatikus. Hal ini yang menyebabkan terjadinya hernia. Mengangkat
berat juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cedera
traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada disertai dengan
kelemahan otot, maka individu akan mengalami hernia. Bila isi kantung hernia
dapat dipindahkan ke rongga abdomen dengan manipulasi, hernia disebut
redusibel ( Doenges, 2000).

Penatalaksanaan medis menurut ( Sjamsulhidayat R,2011) Untuk


pengobatan pada hernia ingunalis, antara lain :

24
a. Pngobatan kooperatif
Merupakan satu – satunya pengobatan hernia ingunalis yang rasional.
Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia terdiri dari herniatomy dan herniaraphy.
b. Herniotomy
Dilakukan pembedahan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong
dibuka da nisi hernia dibebaskan kalau ada pelengketan, kemudian
reposisi, kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu potong.
c. Hernioraphy
Dilakukan tindakan kecil annulus ingunalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis ingunalis.

Cara pemberian antibiotic

Pada penelitian ini cara pemberian antibiotic secara parenteral pada


penyakit hernia ingunalis yaitu obat Ceftriaxon 2x1 gram/ 12 jam
bertujuan untuk mengatasi 1infeksi bakteri, Keterolac 3x1 gram/ 8 jam
untuk mengurangi rasa nyeri, Ranitidine 2x1 ampul untuk mengatasi mual
muntah diberikan secara injeksi iv.

Hari Pertama, Rabu 09 Desember 2020

a. Manifestasi Benjolan

Pasien mengatakan adanya benjolan diselangkangan paha bagian kaki


sebelah kanan disertai rasa nyeri. Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada
hernia maka dilakukan pembedahan. Dari pembedahan tersebut terdapat luka
insisi yang biasanya dapat menimbulkan nyeri yang dapat membuat tidak nyaman
sehingga mengurangi pergerakan dan resiko infeksi ( Liu & Campbell, 2011 ).
Teori tersebut sesuai dengan salah satu gejala yang dikeluhkan oleh pasien Tn.P
yaitu adanya benjolan dan rasa nyeri pada daerah selangkangan yang
mengaharuskan pasien untuk melakukan pembedahan.

25
b. Pengobatan

Terapi yang diberikan adalah cairan Ringer Laktat 25-30 stt/mnt yaitu terapi
pemberian cairan yang termasuk kedalam obat rehidrasi yang bertujuan
mempertahankan atau mengembalikan volume dan komposisi normal cairan.
Terapi pengobatan antibiotic yang diberikan pada Tn.P yaitu Ceftriaxon 2x1
gram/ 12 jam bertujuan untuk mengatasi infeksi bakteri, Keterolac 3x1 gram/ 8
jam untuk mengurangi rasa nyeri diberikan secara injeksi IV.

Hari kedua, Kamis 10 Desember 2020

a. Pengobatan

Terapi yang diberikan adalah cairan Ringer Laktat 25-30 stt/mnt yaitu terapi
pemberian cairan yang termasuk kedalam obat rehidrasi yang bertujuan
mempertahankan atau mengembalikan volume dan komposisi normal cairan.
Terapi pengobatan antibiotic yang diberikan pada Tn.P yaitu Ceftriaxon 2x1
gram/ 12 jam bertujuan untuk mengatasi infeksi bakteri, Keterolac 3x1 gram/ 8
jam untuk mengurangi rasa nyeri, Ranitidine 2x1 ampul untuk mengatasi mual
muntah, diberikan secara injeksi IV.

Hari ketiga, Jumat 11 Desember 2020

Sudah tidak ada keluhan pada Tn.P keadaan tersebut menandakan bahwa
pasien sudah masuk pada fase penyembuhan yang ditandai dengan keadaan yang
membaik, rasa nyeri sudah berkurang. Keadaan tersebut dijadikan sebagia rencana
kepulangan pasien.

26
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pasien yang diperiksa adalah Tn. PhandinAgung Dharmanto 39 tahun

1. Diagnosa medis Tn. P adalah Hernia Inguinalis lateralis Dekstra yang


diberikan terapi pengobatan seperti injeksi keterolac 3x1 gram / 8 jam,
ceftriaksone 2x1 gram / 12 jam, pemberian cairan infuse Ringer Laktat 25-30
tetes/menit. Diberikan obat antibiotik ceftriakson 2x1 gram / 12jam
2. Keluhan pasien teratasi setelah 3hari di rawat
3. Setelah terapi pengobatan di lakukan keadaan pasien mulai membaik
4. Pasien pulang pada hari jumat 11 Desember 2020 jam 12.00 WIB dengan
jadwal control kepoli bedah pada hari Senin 14 Desember 2020.
5. Terdapat kesesuaian antara teori dengan hasil observasi mengenai diagnosa
keperawatan pada kasus Tn. Phindi ada yang sesui dengan teori nanda (2013).
5.2 Saran
1. Lahan Praktik
Diharapkan bagi lahan praktik untuk terus meningkatkan mutupe layanan
dalam menangani penyakit yang terjadi terutama pada pasien dan umumnya
untuk masyarakat sekitar guna meningkatkan kesejahteraan kesehatan
masyarakat.
2. Masyarakat
Agar lebih meningkatkan tingkat kebersihan dan pengetahuan mengenai
pencegahan terjadinya suatu penyakit
3. Mahasiswa
Di harapkan bagi mahasiswa lebih meningkatkan ilmu pengetahuan, lebih
banyak membaca buku tentang kesehatan, serta dapat memahami dan
menerapkan tindakan sesuai dengan teori
4. Institusi pendidikan

27
1. Membina hubungan dengan perusahan atau intansi agar dapat menetapkan
kerja setiap mahasiswa/i yang berprestasi.
2. Memberikan pengenalan lebih dalam lagi dengan dunia kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, De Jong, Wim. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta.
EGC.
Fakih, Mansoer. 2000. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Liu, T., dan Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma
Publishing Group.
Doengas, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa,
Ni Made Sumarwati, Jakarta: EGC.

28

Anda mungkin juga menyukai