2020
Disusun oleh:
Kelompok 1
Nama NPM
FAKULTAS KEBIDANAN
i
2020
LEMBAR PENGESAHAN
TAHUN 2020
Disusun oleh:
Kelompok I
Pembimbing
ii
LEMBAR PENGESAHAN
TAHUN 2020
Disusun oleh:
Kelompok I
Nama NPM
Mengetahui
iii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya pada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesikan laporan Asuhan Kebidan Pada Tn. P Usia 39 Tahun Dengan
Hernia Ingunalis Lateralis Dekstra Di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Tahun 2020.
iv
9. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswi DIII Kebidanan tingkat II Institut
Kesehatan Rajawali Bandung yang senantiasa selalu memberikan doa,
dukungan, dan semangatnya.
Terlepas dari semua itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun dari tata bahasanya. Penulis
menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari ibu dosen dan
teman-teman sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah di masa yang
akan datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI….………..……………………………………………………………………………………….…………ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan Umum dan Khusus....................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................4
2.1 Pengertian Hernia......................................................................................................4
2.2 Anatomi.......................................................................................................................6
2.4 Etiologi........................................................................................................................7
2.5 Patofisiologi.................................................................................................................8
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................................10
3.1 Data Subjektif...........................................................................................................10
3.2 Data Objektif........................................................................................................13
3.3 Data Penunjang.....................................................................................................16
3.4 Analisa...................................................................................................................16
3.5 Penatalaksanaan...................................................................................................16
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................23
BAB V PENUTUP..........................................................................................................26
5.1 Kesimpulan...............................................................................................................26
5.2 Saran.........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................28
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
tahun (Ruhl, 2007). Salah satu rumah sakit di Indonesia yaitu Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung terdapat 315 pasien hernia inguinalis dari
keseluruhan pasien bedah rawat jalan 4900 kasus pada tahun 2014 (Rekam
Medik, 2014).
Hernia inguinalis dapat diderita oleh semua umur, tetapi angka
kejadian hernia inguinalis meningkat dengan bertambahnya umur yaitu
pada usia rata-rata 40 tahun. Salah satu faktor risiko yang dapat
mempengaruhi atau meningkatkan terjadinya hernia inguinalis adalah
overweight dan obesitas. Menurut Chan Yong Park et al. Berdasarkan
penjelasan di atas maka penulis memilih judul kasus dengan “Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Pasca Operasi Hernia Inguinalis Lateralis
Dekstra di RS Muhammadiyah Bandung.”
2
4) Mampu menyusun rencana keperawatan pada klien dengan
pasca operasi hernia inguinalis lateralis dekstra.
5) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan pasca operasi hernia ingunalis lateralis dekstra.
6) Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan
pasca operasi hernia inguinalis lateralis dekstra.
7) Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan pasca opersi hernia inguinalis lateralis dekstra.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritik
a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
b. Dapat meningkatkan ilmu pngetahuan dan teknologi sejalan dengan
perkembangan yang sangat pesat.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
1. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi menjadi :
a. hernia bawaan (kongenital)
b. hernia yang didapat (akuisita)
5
walaupun demikian tidak ada jaminan bahwa Hernia tidak muncul kembali
terutama bila Faktor Penyebabnya tidak dihilangkan.
2.2 Anatomi
Hernia inguinalis indirek atau lateralis keluar dari peritonium
melalui celah anulus inguinalis internal yang terletak di lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke kanalis
inguinalis yang dapat menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternal
(Haryono, 2012).
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis
internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan
aponeurosis muskulo-tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas
tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus,bagian
terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus eksternus.
Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di
dasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada
lelaki, dan ligamentum rotundum pada perempuan. Hernia inguinalis
indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari
peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
6
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum,
ini disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).
2.3 Fisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan
ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan
testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut
namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan (Mansjoer, 2002).
2.4 Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau
karena sebab yang didapat. Pada bayi dan anak, hernia inguinalis lateralis
disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus
vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum.
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin
karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen
dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, kelemahan otot
dinding perut karena usia (Sjamsuhidayat, 2004).
Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan intra abdominal
adalah kehamilan, obesitas, peningkatan berat badan, dan tumor. Selain
itu, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat
defekasi, dan mengejan pada saat miksi, misalnya hipertrofi prostat dapat
pula meningkatkan tekanan intra abdomen yang bisa menyebabkan hernia
(Mansjoer, 2002).
7
Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012) adalah :
a. Kelainan kongenital atau kelainan bawaan
b. Kelainan didapat, meliputi :
1) Jaringan kelemahan
3) Trauma
4) Kegemukan
2.5 Patofisiologi
8
peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cedera traumatik karena
tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada disertai dengan kelemahan
otot, maka individu akan mengalami hernia. Bila isi kantung hernia dapat
dipindahkan ke rongga abdomen dengan manipulasi, hernia disebut
redusibel ( Doenges, 2000).
9
c. Sabuk hernia Diberikan pada pasien yang hernia masih
kecil dan menolak dilakukan operasi.
2. Operasi
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada
hernia reponibilis, hernia irreponibilis, hernia strangulasi, hernia
inkarserata. Operasi hernia ada 3 macam:
a. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta
mengembalikan isi hernia ke kavum abominalis.
b. Hernioraphy
Mulai dari mengangkat leher hernia dan
menggantungkannya pada conjoint tendon (penebalan
antara tepi bebas musculus obliquus intra abominalis dan
musculus tranversus abdominalis yang berinsersio di
tuberculum pubicum).
c. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligementum inguinale
agar LMR hilang/ tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat
karena tertutup otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis
lateralis ada bermacam-macam menurut kebutuhannya
(Ferguson, Bassini, halst, hernioplasty, pada hernia
inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan
cara Mc.Vay)
2.7 Penatalaksanaan Pasca Operasi
Penatalaksanaan setelah operasi diantaranya adalah hindari
hal-hal yang memicu tekanan di rongga perut, tindakan operasi dan
pemberian analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri, berikan
obat sesuai resep dokter, hindari mengejan, mendorong atau
mengangkat benda berat. Jaga balutan luka operasi tetap kering dan
bersih, mengganti balutan seteril setiap hari pada hari ketiga
setelah operasi kalau perlu. Hindari faktor pendukung seperti
10
konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan masukan
cairan yang adekuat (Amin & Kusuma, 2015 hal. 76).
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ruang : Multazam 2
No. RM : 827810
Nama : Tn. P
Umur : 39 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Alamat : Bandung
2. Keluhan
Klien mengatakan ada benjolan pada selangkangan bagian kanan dan nyeri
dibagian bawah pusar di sertai rasa nyeri yang hilang timbul.
11
3. Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga klien mengatakan bahwa ibu dari Tn. P pernah mengalami stoke
pada tahun 2010.
5. Konsumsi obat-obatan
Minum
Jenis minum Air putih dan teh Air putih dan teh
manis manis
Frekuensi 3-6 gelas dalam 4 gelas dalam sehari
sehari
2. Pola eliminasi
BAK
Frekuensi 2 – 3 kali dalam 4 kali dalam sehari
sehari
Warna Jernih Jernih
12
Bau Khas Khas
Masalah Tidak ada Tidak ada
BAB
Frekuensi 1 kali dalam sehari Tidak ada
Konsistensi Lunak Tidak ada
Masalah Tidak ada Ada, klien merasa
nyeri pada
selangkangan bagian
kanan
3. Pola istirahat dan
tidur
Siang
Jam Tidak tidur siang 1 jam perhari
karena klien
beraktivitas bekerja
Masalah Tidak ada Tidak ada
Malam
Jam 7 jam dalam sehari ± 4 jam dalam sehari
Masalah Tidak ada Ada, klien merasa
nyeri pada
selangkangan bagian
kanan
Nyeri yang dirasakan hilang timbul. Data objektif tekanan darah: 120/ 70
mmHg, nadi 64, SPo2 99, suhu 36,2 C, respiratori rate 20.
1. Pemeriksaan Umum
13
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Antropometri
BB : 77 kg
TB : 173 cm
d. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 64x/mnt
Suhu : 36,2 °C
Respirasi : 20 x/mnt
e. Pemeriksaan Fisik
1) Bentuk Kepala
Inspeksi : rambut tidak tebal, tidak kotor
Palpasi : tidak berminyak, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan dan tidak ada nyeri tekan
2) Bentuk Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak kotor, tidak
ada lesi, tidak ada cairan telinga
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
dan bentuk telinga elastis
3) Bentuk Alis Mata
Inspeksi : simetris, sejajar dengan daun telinga,
memiliki halis tebal, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
tidak ada kerontokan
4) Bentuk Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris, memiliki kelopak
mata yang belok, bulu mata tebal, konjungtiva tidak
anemis, pupil isokor, sklera berwarna putih, tidak
menggunakan alat bantu
14
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5) Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada
sinus, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6) Mulut
Inspeksi : bentuk bibir simetris, bersih, tidak kering,
tidak ada lesi, gigi rapih, bersih, tidak ada lubang, tidak
berbau dan bibir berwarna merah muda
Palpasi : pada bibir tidak ada nyeri tekan dan tidak
ada benjolan
7) Leher
Inspeksi : simetris, leher pendek, bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kelenjar tiroid tidak
ada pembesaran, respon menelan bagus
8) Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris, warna sawo matang,
tidak ada lesi atau pun bekas luka operasi, tidak ada bulu
lebat, respon pernafasan baik
Palpasi : respon saat pengucapan 77 baik, tidak ada
nyeri tekan
Perkusi : pada saat mengetuk jari di sejumlah area
permukaan dada maupun punggung atas tidak ada ketukan
yang menunjukan adanya bunyi endapan air
Auskultasi : pada paru – paru tidak adanya rohing dan
bengik, bunyi jantung normal tidak ada bunyi tambahan
9) Abdomen
Inspeksi : abdomen sedikit besar, tidak ada lesi atau
bekas riwayat operasi, bersih, tali pusar tidak menonjol dan
tidak kotor.
15
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada suara ketukan yang menunjukan
abdomen klien kembung
Auskultasi : tidak ada masalah BU normal < 5
10) Genitalia
Tidak mengkaji
11) Ekstermitas Atas
Inspeksi : tangan simetris, sejajar, jari-jari tangan
lengkap, normal 5:5, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
atau jaringan
12) Ekstermitas Bawah
Inspeksi : kaki simetris, sejajar, adanya benjolan pada
selangkangan bagian kanan, jari-jari kaki lengkap,
normal 5:5
Palpasi : terdapat benjolan di selangkangan bagian
kanan, adanya nyeri tekan
Perkusi : adanya reflek tendon pada saat
menggunakan reflek hemer
13) Kulit
Inspeksi : kulit warna sawo matang, turgor kulit
normal, tidak ada lesi, bersih
Palpasi : kulit halus, terdapat benjolan di
selangkangan bagian kanan, ada nyeri tekan.
16
1. Hemoglobin 16,0 14 – 18 gr/dl
2. Hematocrit 46 40 – 54 %
3. Leukosit 7.100 4.000 – 10.000 Sel/mm3
4. Trombosit 380.000 150.000- Sel/mm3
5. Waktu 1 menit 45 400.000 Menit
6. Pendarahan/BT detik 1–3 Menit
7. Waktu 5 menit 30 1–7 mg/dl
8. Pembekuan/CT detik Sampai 160 mg/dl
9. Gula Darah Sewaktu 106 15,0 – 43,2 mg/dl
Ureum 23,9 0,73 – 1,36
Kreatinin 0,90
b. CT scan yang dilakukan pada tanggal 09 Desember 2020 dan
konsultasi dari dokter umum dan dokter spesialis andrologi.
3.4 Analisa
Diagnosa : Hernia Inguinalis
1. Pre Operasi
a. Tonjolan yang terdapat di lipatan paha kanan disertai rasa
nyeri
2. Pasca Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
ketidaknyamanan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3.5 Penatalaksanaan
1. Pre Operasi
Sebelum operasi pada jam 12.30 WIB tanggal 9 Desember 2020.
Pasien akan melaksanakan operasi pada jam 16.30 WIB tanggal 9
Desember 2020 yaitu operasi hernioraphy. Di bawah ini yaitu
persiapan sebelum dilaksanaknnya operasi.
a. Memberitahu keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu mengetahui keadaannya
b. Melakukan observasi tanda-tanda vital
17
Evaluasi : sudah dilakukan, TD: 120/70 mmHg, S: 36,2° C,
N: 64 x/menit, R: 20 x/menit.
c. Menganjurkan pasien untuk istirahat, tujuannya untuk
persiapan operasi
Evaluasi : pasien istirahat dengan baik
d. Menganjurkan klien untuk puasa selama 6 jam sebelum
melakukan operasi, tujuannya untuk mencegah aspirasi paru-
paru yang terjadi ketika isi lambung memasuki paru-paru.
Evaluasi : pasien kooperatif mengikuti anjuran dari perawat
2. Pasca Operasi
Setelah operasi jam 21.00 WIB tanggal 9 Desember 2020
a. Melakukan observasi tanda-tanda vital
Evaluasi : sudah dilakukan, TD: 120/80 mmHg, S: 36℃, N:
80x/menit, RR: 20 x/menit.
a. Menganjurkan makan sedikit tapi sering, tujuannya untuk
menjaga pola makan setelah operasi
Evaluasi : setelah puasa, pasien masih sulit untuk makan
b. Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan anjuran dokter
Evaluasi : telah dipersiapkan yaitu obat Ceftriaxone 1 gr/12
jam per IV ( mengatasi infeksi bakteri yang terjadi ), spuit 5 cc,
aquabides 5 cc untuk meracik Cefriaxone.
c. Memberikan cairan infus sesuai kebutuhan pasien
Evaluasi : sudah diberikan cairan infus RL drift analgetik 20
tpm
18
BEDAH KASUS PADA TN.P USIA 39 TAHUN DENGAN
DIAGNOSA POST OPERASI HERNIA INGUINALIS DEKSTRA DI
RUANG MULTAZAM 2 RS MUHAMMADIYAH BANDUNG 2020
Ruang : Multazam 2
No. RM : 827810
A. Data subjektif
1. Pasien mengatakan sedang berpuasa untuk menjalani operasi
2. Pasien mengatakan adanya nyeri dibagian selangkangan kanan dan di
bawah pusar terkadang disertai nyeri timbul
3. Pasien mengatakan tidak ada muntah
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 64x/mnt
Suhu : 36,2 °C
Respirasi : 20 x/mnt
2. pemeriksaan fisik terfokus:
a. abdomen
Inspeksi : abdomen sedikit besar, tidak ada lesi atau bekas riwayat
operasi, bersih, tali pusar tidak menonjol dan tidak kotor.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada suara ketukan yang menunjukan abdomen klien
kembung
19
Auskultasi : tidak ada masalah BU normal < 5
b. Ekstermitas Atas
Inspeksi : tangan simetris, sejajar, jari-jari tangan
lengkap, normal 5:5, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
atau jaringan
c. Ekstermitas Bawah
Inspeksi : kaki simetris, sejajar, adanya benjolan pada
selangkangan bagian kanan, jari-jari kaki lengkap,
normal 5:5
Palpasi : terdapat benjolan di selangkangan bagian
kanan, adanya nyeri tekan
Perkusi : adanya reflek tendon pada saat
menggunakan reflek hemer
C. Analisa
Tn.P 39 tahun dengan diagnose post op hernia inguinalis
D. Penatalaksanaan
1. Monitoring TTV
Evaluasi : TD: 120/70 mmHg, nadi: 64x/m, SPo2: 99, suhu:
36,2 C, respiratori rate: 20
2. Monitoring nyeri luka
Evaluasi : masih terasa sedikit nyeri
3. Monitoring obat
Evaluasi : pemberian antibiotic ceftriaxone 2x1 gram/ 12 jam
Keterolac 3x1 gram/ 8 jam
4. Monitoring pemberian cairan infus
Evaluasi : Infus RL 25-30 stt/mnt
5. Monitoring mobilitas yang berhubungan dengan ketidaknyamanan
Evaluasi : klien mengatakan masih sedikit sulit gerak bebas
6. Mendokumentasikan hasil pengkajian
Evaluasi : sudah melakukan pemeriksaan tanda vital dan
pemberian terapi pengobatan pada Tn.P jam 10.00
20
BEDAH KASUS PADA TN.P USIA 39 TAHUN DENGAN
DIAGNOSA POST OPERASI HERNIA INGUINALIS DEKSTRA DI
RUANG MULTAZAM 2 RS MUHAMMADIYAH BANDUNG 2020
Ruang : Multazam 2
No. RM : 827810
A. Data Subjektif
1. Pasien mengatakan sudah mulai makan seperti biasa
2. Pasien mengatakan telah banyak minum
3. Pasien mengatakan nyeri luka post op
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 100/70 mmhg
Nadi : 68x/menit
Suhu : 35,9° C
Respirasi : 22x/menit
2. Pemeriksaan Fisik Terfokus
a. abdomen
Inspeksi : abdomen sedikit besar, tidak ada lesi atau bekas riwayat
operasi, bersih, tali pusar tidak menonjol dan tidak kotor.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada suara ketukan yang menunjukan abdomen klien
kembung
21
Auskultasi : tidak ada masalah BU normal < 5
b. Ekstermitas Atas
Inspeksi : tangan simetris, sejajar, jari-jari tangan
lengkap, normal 5:5, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
atau jaringan
c. Ekstermitas Bawah
Inspeksi : kaki simetris, sejajar, adanya benjolan pada
selangkangan bagian kanan, jari-jari kaki lengkap,
normal 5:5
Palpasi : terdapat benjolan di selangkangan bagian
kanan, adanya nyeri tekan
Perkusi : adanya reflek tendon pada saat
menggunakan reflek hemer
3. Analisa
Tn.P 39 tahun dengan diagnose post op hernia inguinalis
4. Penatalaksanaan
1. Monitoring TTV
Evaluasi : TD: 120/70 mmHg, nadi: 68x/m, SPo2: 90, suhu:
35,9° C, respiratori rate: 22
2. Monitoring cairan infus
Evaluasi : Mengganti cairan infus RL 25-30 stt/mnt
3. Monitoring obat
Evaluasi : pemberian antibiotic ceftriaxone 2x1 gram/ 12 jam
Keterolac 3x1 gram/ 8 jam, Ranitidine 2 ml
4. Monitoring mobilitas yang berhubungan dengan ketidaknyamanan
Evaluasi : Klien mengatakan masih sedikit sulit gerak bebas
dan rasa nyeri berkurang dengan skala 2
5. Monitoring mengenai kepulangan pasien
Evaluasi : Pasien sudah membaik dan dianjurkan oleh dokter
untuk bisa pulang
6. Mendokumentasikan hasil pengkajian
22
Evaluasi : Sudah melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemberian obat dan memberitahu kepada keluarga bahwa pasien sudah di
izinkan pulang pada tanggal 11 Desember 2020
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Aktivitas mengangkat benda berat, batuk kronis, dan mengejan pada saat
defekasi dapat memacu meningkatnya tekanan intra abdominal yang
menyebabkan defek pada dinding otot ligament inguinal akan melemah sehingga
akan terjadi penonjolan isi perut pada daerah lateral pembuluh epigastrika inferior
fenikulus spermatikus. Hal ini yang menyebabkan terjadinya hernia. Mengangkat
berat juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cedera
traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada disertai dengan
kelemahan otot, maka individu akan mengalami hernia. Bila isi kantung hernia
dapat dipindahkan ke rongga abdomen dengan manipulasi, hernia disebut
redusibel ( Doenges, 2000).
24
a. Pngobatan kooperatif
Merupakan satu – satunya pengobatan hernia ingunalis yang rasional.
Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia terdiri dari herniatomy dan herniaraphy.
b. Herniotomy
Dilakukan pembedahan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong
dibuka da nisi hernia dibebaskan kalau ada pelengketan, kemudian
reposisi, kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu potong.
c. Hernioraphy
Dilakukan tindakan kecil annulus ingunalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis ingunalis.
a. Manifestasi Benjolan
25
b. Pengobatan
Terapi yang diberikan adalah cairan Ringer Laktat 25-30 stt/mnt yaitu terapi
pemberian cairan yang termasuk kedalam obat rehidrasi yang bertujuan
mempertahankan atau mengembalikan volume dan komposisi normal cairan.
Terapi pengobatan antibiotic yang diberikan pada Tn.P yaitu Ceftriaxon 2x1
gram/ 12 jam bertujuan untuk mengatasi infeksi bakteri, Keterolac 3x1 gram/ 8
jam untuk mengurangi rasa nyeri diberikan secara injeksi IV.
a. Pengobatan
Terapi yang diberikan adalah cairan Ringer Laktat 25-30 stt/mnt yaitu terapi
pemberian cairan yang termasuk kedalam obat rehidrasi yang bertujuan
mempertahankan atau mengembalikan volume dan komposisi normal cairan.
Terapi pengobatan antibiotic yang diberikan pada Tn.P yaitu Ceftriaxon 2x1
gram/ 12 jam bertujuan untuk mengatasi infeksi bakteri, Keterolac 3x1 gram/ 8
jam untuk mengurangi rasa nyeri, Ranitidine 2x1 ampul untuk mengatasi mual
muntah, diberikan secara injeksi IV.
Sudah tidak ada keluhan pada Tn.P keadaan tersebut menandakan bahwa
pasien sudah masuk pada fase penyembuhan yang ditandai dengan keadaan yang
membaik, rasa nyeri sudah berkurang. Keadaan tersebut dijadikan sebagia rencana
kepulangan pasien.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
27
1. Membina hubungan dengan perusahan atau intansi agar dapat menetapkan
kerja setiap mahasiswa/i yang berprestasi.
2. Memberikan pengenalan lebih dalam lagi dengan dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, De Jong, Wim. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta.
EGC.
Fakih, Mansoer. 2000. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Liu, T., dan Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma
Publishing Group.
Doengas, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa,
Ni Made Sumarwati, Jakarta: EGC.
28