Anda di halaman 1dari 71

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

PERAN PERAWAT DALAM MENDETEKSI DAN MENCEGAH


POSTPARTUM BLUES PADA IBU POSTPARTUM DI
PUSKESMAS BANYUANYAR

Disusun oleh:
MOH.ROBAITULLOH
33412101120

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI MADURA
TAHUN 2023
2

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


PERAN PERAWAT DALAM MENDETEKSI DAN MENCEGAH
POSTPARTUM BLUES PADA IBU POSTPARTUM DI
PUSKESMAS BANYUANYAR

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Proposal karya tulis ilmiah ini disusun sebagai ajuan penatalaksanaan penelitian tugas
akhir Program Studi D3 Keperawatan Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Madura

Disusun oleh:
MOH.ROBAITULLOH
33412101120

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI MADURA
TAHUN 2023
3

LEMBAR PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa proposal karya tulis ilmiah ini merupakan hasil
karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh orang lain untuk memperoleh
gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun.

Sampang, 10 Desember 2023


Yang menyatakan,

Moh.Robaitulloh
NRP. 33412101120

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Hilmah Noviandry R, S.Kep., M.Kes Ns. Abdan Syakura S.Kep., M.Kep.
NIK. 4110182015 NIK. 4110181023

Ketua Jurusan

Ns. Abdan Syakura, S.Kep.,M.Kep.


NIK. 4110181023
4

LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal karya tulis ilmiah oleh : Moh.Robaitulloh
Judul: Peran Perawat dalam Mendeteksi dan Mencegah Postpartum Blues pada
ibu Postpartum di Puskesmas Banyuanyar

Proposal karya tulis ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui isi serta
susunannya, sehingga dapat diajukan dalam ujian proposal Jurusan Kesehatan
Program Studi D3 Keperawatan Politeknik Negeri Madura

Sampang, 10 Desember 2023


Yang menyatakan,

Moh.Robaitulloh
NRP. 33412101120

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Hilmah Noviandry R, S.Kep., M.Kes Ns. Abdan Syakura S.Kep., M.Kep.
NIK. 4110182015 NIK. 4110181023

Ketua Jurusan

Ns. Abdan Syakura, S.Kep.,M.Kep.


NIK. 4110181023
5

LEMBAR PENGESAHAN
Proposal karya tulis ilmiah oleh : Moh.Robaitulloh
Judul:Peran Perawat Dalam Mendeteksi dan mencegah postpartum Blues pada
Ibu Postpartum di Puskesmas Banyuanyar.

Proposal karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 21 Desember 2023

Tim Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah

Ketua : Elisa Christiana, M.Keb. ..………….


NIP. 198702092022032001
Anggota : 1. Ns. H. Nindawi, S.Kep., M.M., M.Kes. ..………….
NIP. 197001241997031004
2. Ns. Endang Fauziyah, S.Kep., M.Kep. ..………….
NIP. 19741129200012002
3. Ns. Abdan Syakura, S.Kep., M.Kep. ..………….
NIK. 4110181023
4. Ns. Hilmah Noviandry R, S.Kep., M.Kes. ..………….
NIK. 4110182015

Mengetahui,
Ketua Jurusan

Ns. Abdan Syakura, S.Kep.,M.Kep.


NIK. 4110181023
6

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Jangan sekali-kali memvonis dirimu tidak berguna! karna mustahil tuhan


menciptakan manusia secara sia-sia”

Proposal karya tulis ilmiah ini peneliti persembahkan kepada:

1. Diri sendiri yang sudah berjuang dengan hebat dan sabar untuk

menyelesaikan tugas akhir dan masalah-masalah lainnya secara mandiri.

2. Kedua orang tua dan saudara-saudara saya yang sudah mendukung dan

mendoakan setiap hari yaitu kepada Ibuk Nurul farida yang sangat

cantik dan sabar, Bapak Sodik dan saudara saya Mila dan juga ilzam yg

ikut turut serta mendoakan dan memberikan semangat kepada saya.

3. Pembimbing karya tulis ilmiah ini yaitu Ns. Hilmah Noviandry R,

S.Kep., M.Kes dan Ns. Abdan Syakura, S.Kep.,M.Kep. selalu

membimbing dan memberikan saran masukan agar karya ini bisa

terselesaikan tepat waktu dan menjadi karya yang bermanfaat.

4. Sahabat dan teman yang sama-sama sedang menyelesaikan tugas akhir

ini dan saling mendoakan satu sama lain.


7

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat


rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal
karya tulis ilmiah yang berjudul “Peran perawat dalam mendeteksi dan
mencegah postpartum blues pada ibu postpartum di Puskesmas Banyuanyar
Sampang”. Peneliti menyadari dalam penyelesaian proposal karya tulis
ilmiah penelitian ini dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu peneliti
ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak/ Ibu:
1. Laily Ulfiyah, M.T., sebagai Direktur Politeknik Negeri Madura yang
sudah memberikan kesempatan dan ijin bagi peneliti untuk
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Ns. Abdan Syakura, S.Kep., M.Kep., sebagai Ketua Jurusan Program
Studi D3 Keperawatan Politeknik Negeri Madura dan selaku
pembimbing II yang sudah membimbing dan memberikan saran terbaik
kepada peneliti dalam proses penyelesaian proposal karya tulis ilmiah
ini.
3. Ns. Hilmah Noviandry R, S.Kep., M.Kes. selaku pembimbing I yang
sudah banyak memberikan saran kepada peneliti dalam proses
penyelesaian proposal karya tulis ilmiah ini.
4. Semua responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi
kuesioner penelitian ini.
5. Kepada orang tua,dan saudara tercinta yang telah memberikan dukungan
dan doa.
6. Rekan-rekan mahasiswa dan seluruh pihak yang telah membantu
kelancaran penulisan proposal karya tulis ilmiah ini yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu-persatu
Peneliti menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
peneliti harapkan sebagai masukan dalam perbaikan penulisan ini, semoga
proposal ini dapat bermanfaat khususnya, serta bagi pembaca pada
umumnya.
8

Sampang, 10 Desember 2023


Peneliti

DAFTAR ISI

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH...........................................................................1


PERAN PERAWAT DALAM MENDETEKSI DAN MENCEGAH POSTPARTUM
BLUES PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS BANYUANYAR....................1
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH...........................................................................2
LEMBAR PERNYATAAN...............................................................................................3
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................................4
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................5
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH.............................................7
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................13
1.1 Latar Bealakang.......................................................................................................13
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................17
1.3 Tujuan................................................................................................................17
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................17
1.4.1 Manfaat teoritis.................................................................................................17
1.4.2 Manfaat Praktis.................................................................................................17
BAB 2 TINJAUAN TEORI..............................................................................................7
2.2 Konsep Dasar Keperawatan.............................................................................7
2.2.1 Definisi keperawatan....................................................................................7
2.2.2 Peran dan fungsi perawat........................................................................11
2.2.3 Asuhan keperawatan......................................................................................14
2.2.4 Ruang lingkup keperawatan..........................................................................15
2.2.5 Kode Etik Keperawatan.................................................................................17
2.3 Konsep Dasar Postpartum.....................................................................................19
2.3.1 Definisi postpartum.........................................................................................19
2.3.2 Tahapan masa postpartum............................................................................19
2.3.3 Perubahan fisiologis ibu Postpartum.............................................................20
2.3.4 Perubahan adaptasi psikologis ibu postpartum............................................27
2.4 Konsep Dasar Postpartum Blues..........................................................................28
2.4.1 Definisi postpartum blues.................................................................................28
2.4.2 Jenis gangguan psikologi postpartum...............................................................29
2.4.3 Faktor penyebab postpartum blues...................................................................29
2.4.4 Tanda dan Gejala Postpartum Blues.................................................................32
2.4.5 Dampak Postpartum Blues................................................................................33
9

2.4.6 Penatalaksanaan Postpartum Blues...................................................................33


2.4.7 Pencegahan Postpartum blues...........................................................................36
BAB 3................................................................................................................................38
KERANGKA KONSEP TEORI.....................................................................................38
3.1 Kerangka konsep........................................................................................................38
3.1.1 Deskripsi Kerangka Konsep......................................................................................39
BAB 4 METODE PENELITIAN....................................................................................41
4.1 Desain Penelitian........................................................................................................41
4.2 Kerangka kerja...........................................................................................................42
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling.................................................................................43
4.3.1 Populasi.............................................................................................................43
4.3.2 Sampel...............................................................................................................43
4.3.3 Sampling...........................................................................................................43
4.4 Identifikasi Variabel...................................................................................................43
4.5 Definisi Operasional...................................................................................................44
4.6 Pengumpulan dan Analisa Data..................................................................................44
4.6.1 Pengumpulan data.............................................................................................44
4.6.2 Pengolahan data................................................................................................46
4.6.3 Analisa data.......................................................................................................48
4.7 Etika Penelitian...........................................................................................................48
4.7.1 Lembar Persetujuan menjadi Responden (informed concent)...................48
4.7.2 Kerahasiaan (confidentiality).....................................................................49
4.7.3 Tanpa Nama (anonimity)...........................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................50
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................52
Lampiran 1 lembar persetujuan menjadi responden.....................................................52
Lampiran 2 kuesioner penelitian....................................Error! Bookmark not defined.
Lampiran 3 kisi-kisi kuesioner.......................................Error! Bookmark not defined.
10

DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Definisi operasional peran perawat dalam mendeteksi dan pencegahan
postpartum blues pada ibu postpartum Di Puskesmas Banyuanyar Sampang.44
11

DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1Kerangka konsep peran perawat dalam mendeteksi dan mencegah
postpartum blues pada ibu postpartum Di Puskesmas Banyuanyar Sampang
tahun 2023.....................................................................................................38

Gambar 4. 1 Kerangka kerja peran perawat dalam mendeteksi dan pencegahan


postpartum blues pada ibu postpartum di Puskesmas Banyuanyar Sampang.
.......................................................................................................................42
12

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar persetujuan menjadi responden.......................................................52
Lampiran 2 kuesioner penelitian.......................................................................................53
Lampiran 3 kisi-kisi kuesioner..........................................................................................56
Lampiran 4 Surat permohonan data awal penelitian.......................................................57
13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Bealakang

Postpartum blues merupakan gangguan suasana hati yang bersifat

sementara yang terjadi pada hari pertama sampai hari ke-10 setelah persalinan,

biasanya terjadi pada hari ke tiga atau ke empat postpartum dan memuncak

antara hari ke lima dan ke-14 postpartum yang ditandai dengan gejala tangisan

singkat, perasaan kesepian, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa dan insomnia.

Postpartum blues ini terjadi pada ibu setelah kehamilan dan melahirkan juga

karena perubahan emosional yg berkaitan dengan perubahan hormon seorang

wanita setelah melahirkan, (Ningrum, 2017 dalam: Rizki Julia Wahyuni Dkk,

2022). Periode postpartum atau masa nifas merupakan masa 6 minggu ibu

setelah melahirkan hingga kembalinya organ-organ reproduksi dalam keadaan

normal dan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Fatmawati et al., 2022).

Periode kehamilan dan persalinan merupakan periode kehidupan yang penuh

dengan potensi stres bagi seorang ibu. (Herlina, 2017). Umumnya ibu

postpartum berhasil beradaptasi dengan baik setelah melahirkan dan akan

bersemangat untuk mengasuh bayinya, tetapi sebagian lagi tidak berhasil

menyesuaikan diri dan akan mengalami gangguan psikologis seperti merasa

sedih, jengkel, lelah, marah, putus asa dan perasaan-perasaan itulah yang

membuat seorang ibu enggan menyusui dan mengurus bayinya yang oleh para

peneliti di sebut Postpartum Blues (Evawati et al., 2014). Dari hasil penelitian

(Rahman, 2018) fenomena yang terjadi di Pamekasan Madura adalah masyarakat

awam di Madura menganggap kejadian postpartum blues hal alamiah dari


14

seorang ibu atau kondisi yang wajar dan masih kurang di perhatikan dengan baik

serta tidak sedikit masyarakat madura yang justru dikaitkan dengan hal mistis

seperti santet, hal ini juga dapat di pengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang masih

kental tentang hal mistis dan ghaib, kondisi tersebut akibat rendahnya

pengetahuan masyarakat tentang postpartum blues (Adquisiciones et al., 2019).

Peran perawat tentunya sangat penting dalam mempengaruhi dan meningkatkan

pengetahuan, dan memberikan promosi kesehatan tentang postpartum blues ini.

Peran perawat yaitu sebagai care giver, advokad, pendidik, konselor, tenaga ahli

yang memberikan edukasi, asuhan keperawatan baik individu maupun kelompok

baik yang sehat maupun yang sakit (PPNI, 2009)

Menurut World Health Organization (WHO) 2022 angka kejadian

postpartum blues didunia berkisar 3% hingga 8% dengan 50% kasus terjadi pada

usia produktif yaitu 20-50 tahun (Hutagaol, 2019). Sementara prevelensi

postpartum blues di Asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85% dari wanita

pasca persalinan (Fatmawati et al., 2022). Sementara di Indonesia berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar (RIKESDES) tahun 2022, prevalensi kejadian postpartum

blues sekitar 50-80% setelah melahirkan. Hasil penelitian sebelumnya di DKI

Jakarta menunjukan 120 dari 580 (25%) ibu yang menjadi respondennya

mengalami sindrom postpartum blues. Dan dari beberapa penelitian yang telah

dilakukan di Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya, ditemukan bahwa angka

kejadiannya 11-30%, suatu jumlah yang tidak sedikit dan tidak mungkin

dibiarkan begitu saja (Rahmawati, 2023). Walaupun demikian gejala tersebut

dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi yang baik serta dukungan

keluarga yang cukup. Menurut penelitian (Rahman, 2018) dari data analisis besar
15

sampel didapat 86 responden dari ibu nifas sebanyak 110 orang faktor yang

mempengaruhi peristiwa postpartum blues di daerah pamekasan adalah faktor

pengetahuan dan yang paling dominan adalah dukungan serta peran suami

terhadap postpartum blues pengaruhnya sebesar 4,581. Rendahnya pengetahuan

ibu nifas tentang postpartum blues dan dukungan suami yang cukup

menyebabkan terjadinya postpartum blues di Puskesmas Proppo Kabupaten

Pamekasan. Sedangkan berdasarkan jumlah data yang diperoleh ibu postpartum

dari bulan (Januari sampai dengan Oktober 2023) di Puskesmas Banyuanyar

Kabupaten Sampang sebanyak 624 orang, jumlah perawat keseluruhan di

Puskesmas Banyuanyar Sampang sebanyak 27 orang dan bidan di pelayanan

KIA Puskesmas Banyuanyar Sampang sebanyak 31 orang.

Postpartum blues saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti dan

sering kali hanya dianggap keletihan setelah melahirkan, namun umumnya

postpartum blues diduga disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: faktor

hormonal, faktor demokrasi, faktor psikologis, faktor pengalaman dalam proses

kehamilan dan persalinan dan faktor sosial. Banyak masyarakat awam ataupun

keluarga menganggap gangguan psikologis ini merupakan hal yang wajar dari

naluri seorang ibu, sehingga postpartum blues menjadi suatu fenomena yang

sulit terdeteksi, namun jika tidak ditangani dengan tepat postpartum blues dapat

berkembang menjadi depresi postpartum salah satu tanda gejalanya adalah

keinginan untuk menyakiti bayi dan dirinya sendiri (risiko bunuh diri), sehingga

berpengaruh fatal kepada ibu, bayi,dan keluarga contohnya seperti ibu tidak

mampu untuk merawat bayinya dengan optimal karena si ibu merasa tidak

berdaya atau tidak mampu sehingga akan menghindar dari tanggung jawabnya,
16

akibatnya kondisi kebersihan dan kesehatan si bayi kurang optimal dan juga si

ibu tidak akan bersemangat untuk menyusui bayinya sehingga pertumbuhan dan

perkembangan bayinya kurang sehat. Akibat lainnya adalah hubungan antara

ibu dan bayinya juga kurang dekat secara emosinal. Umumnya komunikasi ibu

dengan bayi dilakukan dengan cara dan dalam bentuk yang berbeda-beda,

misalnya senyuman, tatapan mata, celoteh, tangisan, gerak tubuh yang aktif,

dimana hal ini harus di tanggapi dengan baik oleh si ibu, namun bila hal ini tidak

dipenuhi, anak akan menjadi kecewa, sedih dan bahkan frustasi. Kejadian ini

membuat perkembangan motoric dan sensorik anak tidak optimal, sehingga

membuat kepribadiannya kelak akan kurang matang (Adquisiciones et al., 2019).

Postpartum blues ini dapat disebabkan dari beberapa faktor yaitu (eksternal dan

internal), faktor (eksternal) diantaranya usia, tenaga kesehatan, pekerjaan, sosial

ekonomi, pendidikan, pengetahuan, paritas, sikap, suku, jenis persalinan,

dukungan suami dan keluarga sedangkan faktor (internal) yaitu hormonal berupa

kadar estrogen, progesterone, prolaktin, dan ekstriol yang terlalu rendah.

(Syahputra & Syahputra, 2023). Ibu hamil yang mendapatkan dukungan yang

lebih kuat dari pasangan (suami) dipertengahan keamilan memiliki tekanan

emosional pasca melahirkan (postpartum) yang lebih rendah serta usia yang

terlalu muda untuk hamil memicu risiko bagi ibu dan anak dari segi fisik dan

psikis baik itu selama kehamilan maupun persalinan. (Herlina, 2017).

Oleh karena itu postpartum blues dapat terdeteksi bahkan dicegah dengan

cara peningkatan peran keluarga dan dukungan sosial terutama suami. Petugas

kesehatan khususnya perawat mempunyai peran untuk mengoptimalkan peran

mereka sebagai care giver, advokad, pendidik dan konselor untuk memberikan
17

pendidikan dan informasi kesehatan terkait dengan faktor yang mempengaruhi

kejadian postpartum blues pada ibu postpartum, serta untuk mendeteksi dini

gejala postpartum blues dengan cara pengupayaan untuk meningkatkan program

deteksi dan pencegahan postpartum blues secara dini dan mandiri sejak masa

kehamilan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Peran perawat dalam mendeteksi dan mencegah terjadinya postpartum blues

pada ibu postpartum di Puskesmas Banyuanyar Sampang Tahun 2023”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka muncul

rumusan masalah yaitu “ Bagaimana peran perawat dalam mendeteksi dan

mencegah terjadinya postpartum blues pada ibu postpartum di Puskesmas

Banyuanyar Sampang?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran perawat dalam mendeteksi

dan mencegah terjadinya postpartum blues pada ibu postpartum di Puskesmas

Banyuanyar Sampang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat

dalam mendeteksi dan mencegah postpartum blues pada ibu postpartum

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan salah satu
18

bahan kajian/refrensi dalam penelitian selanjutnya terkait postpartum

blues

2. Bagi perawat

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan perawat

untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya postpartum blues pada ibu

postpartum.

3. Bagi instansi terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

dalam kegiatan proses belajar mengajar terutama mengetahui post

partum blues pada ibu postpartum dan sebagai bahan bacaan dan

menambah wawasan bagi Puskesmas Banyuanyar Sampang

4. Bagi Responden

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan yang

akan menambah wawasan pada masyarakat, keluarga, dan khususnya

peran perawat tentang pentingnya mendeteksi dan mencegah

postpartum blues sedini mungkin dan sebagai masukan bagi ibu dalam

meningkatkan pengetahuan ibu postpartum tentang penyakit

postpartum blues.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.2 Konsep Dasar Keperawatan

2.2.1 Definisi keperawatan

Menurut Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/1/2010, bahwa

perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di

dalam maupun di luar negeri sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku (Istifa’dah, 2019). Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan

profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

biopsiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,

keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat yang

mencakup siklus hidup manusia. Keperawatan adalah layanan sosial

yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kewenangan untuk

memberikan asuhan keperawatan pada orang lain yaitu dalam bentuk

pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan yang ditunjukkan kepada individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit mencakup seluruh proses

kehidupan manusia. (PPNI, 2009). Keperawatan merupakan layanan

khusus yang sifatnya dinamis dan terus berkembang tujuannya untuk

memenuhi kebutuhan dan pengetahuan yang terus diperbaharui.

(Kusumawaty, 2021).

Keperawatan yaitu menempatkan klien pada kondisi terbaik

sesuai dengan kondisi alami pada dirinya yang bertujuan untuk


8

memenuhi kebutuhan, menyembuhkan dan meningkatkan kualitas

kesehatan serta pencegahan terhadap penyakit dan luka (Amelia et al.,

2023)

Menurut Gilles (1989) pelayanan keperawatan sebagai pelayanan

yang professional, maka pelayanan dan praktek keperawatan yang

dilakukan harus dilandasi dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Berdasarkan ilmu kiat keperawatan

Dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan harus dilandasi serta

menggunakan ilmu dan kiat keperawatan yang mempelajari tentang

bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, ilmu

keperawatan klinik, ilmu biomedik, ilmu psikologi dan ilmu sosial. Kiat

keperawatan lebih difokuskan kepada kemampuan perawat untuk

memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif. Kiat keperawatan

dilakukan dalam upaya memberikan kepuasan dan kenyamanan pada

pelanggan. Kiat-kiat keperawatan meliputi :

1) Caring

Merupakan suatu sikap rasa peduli, hormat, menghargai orang lain,

artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan

seseorang dan bagaimana seseorang berpikir dan bertindak.

2) Sharing

Perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi

dengan pasiennya.

3) Laughing

Senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk


9

meningkatkan rasa nyaman pasien.

4) Crying

Perawat dapat menerima respon emosional baik dari pasien maupun

perawat lain sebagai suatu hal yang biasa disaat senang maupun duka.

5) Touching

Sentuhan yang bersifat fisik maupu psikologis merupakan

komunikasi simpatis yang memiliki makna.

6) Helping

Perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya.

7) Believing in orders

Perawat menyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan

kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.

8) Learning

Perawat selalu belajar dan mengembangkan keterampilan dirinya.

9) Respecting

Memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang

lain dengan menjaga kerahasiaan pasien kepada yang tidak berhak

mengetahuinya.

10) Listening

Menjadi pendengar yang baik terutama mendengar keluhan

pasiennya.

11) Feeling

Perawat dapat menerima, merasakan dan memahami perasaan duka,

senang, frustasi dan rasa puas pasien.


10

2. Bersifat komprehensif

Pelayanan keperawatan dinamakan bersifat komprehensif karena asuhan

keperawatan bersifat menyeluruh meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spiritual.

Dalam hal ini didalam memberikan asuhan keperawatan kepada individu,

keluarga dan masyarakat perawat bukan hanya mampu memenuhi aspek biologi

atau fisiknya saja akan tetapi juga mampu memenuhi aspek psikologi, sosial dan

spiritualnya.

3. Ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun

yang sakit.

Sesuai dengan dasar ilmu keperawatan yang melandasi praktek

keperawatan, pelayanan keperawatan bisa diberikan kepada individu pada

instansi pelayanan kesehatan seperti puskesmas, poliklinik serta rumah sakit.

Pelayanan keperawatan yang diberikan kepada keluarga dan masyarakat dapat

dilakukan di puskesmas, rumah sakit serta komunitas yang lebih berorientasi

pada pendidikan atau penyuluhan kesehatan.

4. Sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

Pada dasarnya pelayanan kesehatan meliputi pelayanan medis, pelayanan

keperawatan serta pelayanan penunjang kesehatan. Sebagai bagian integral dari

pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan tidak dapat dipisahkan dan

merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan seperti halnya pelayanan medis

dan penunjang medis.

5. Mencakup siklus hidup manusia

Pelayanan keperawatan bisa diberikan kepada pengguna pelayanan sejak

konsepsi dalam kandungan, setelah lahir, anak, remaja, dewasa, lansia sam[ai
11

menjelang kematian. Dalam hal ini pelayanan keperawatan dibutuhkan aktifitas

untuk menelaah kondisi pengguna pelayanan menyimpulkan respon pasien

terhadap masalah yang dihadapinya serta menentukan pelayanan keperawatan

yang tepat untuk mengatasinya.

2.2.2 Peran dan fungsi perawat

Menurut Hidayat (2014) Peran perawat mempunyai peran dan

fungsi yaitu sebagai pemberi Asuhan keperawatan, pendidik kesehatan,

penemu kasus, konselor, koordinator, kolaborator yang wajib

memberikan promosi kesehatan, baik secara individu maupun kelompok

terhadap yang sehat maupun yang sakit yang mengalami gangguan

fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang

optimal (Tini Jumairah dkk, 2017). Perawat merupakan tenaga yang

bekerja secara profesional yang berinteraksi selama 24 jam bersama

klien yang memiliki kemampuan, kewenangan dan yang bertanggung

jawab dalam melaksanakan seluruh proses keperawatan. (Keperawatan

et al., n.d, 2017.). Dalam ilmu keperawatan tahun 1989 dalam Umi

Kalsum (2016) menjabarkan ada tujuh peran penting perawat, yaitu:

1. Sebagai care giver

Peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung

maupun tidak langsung kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Peran ini

dapat dilakukan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang

dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan yang dilakukan mulai dari

yang sederhana sampai dengan kompleks.


12

2. Sebagai Advocad pasien

Peran ini dilakukan perawat untuk membantu pasien dan keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya

dalam pengambilan persetujuan atas tindakan yang dilakukan kepada pasien.

Perawat juga berperan dalam mempertahankan dan melindungi hak-hak untuk

pasien meliputi:

1) Hak atas pelayanan sebaik-baiknya

2) Hak atas informasi tentang penyakitnya

3) Hak atas privasi

4) Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

5) Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian

3. Sebagai educator

Peran ini dilaksanakan dengan membantu klien dalam meningkatkan

tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan

sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan

kesehatan.

4. Sebagai koordinator

Peran ini dilaksankan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi

pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Sebagai kolaborator

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
13

terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain, dengan berupaya

mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan.

6. Sebagai konsultan

Perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau

tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan kepada klien terhadap

informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan

7. Sebagai pembaharu

Perawat berperan sebagai inovator terhadap individu, keluarga dan

masyarakat dalam merubah perilaku serta pola hidup yang sangat berkaitan

dengan pelaksanaan dan pemeliharaan kesehatan

Fungsi perawat dilakukan sesuai dengan perannya dalam

memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien menyesuaikan

kondisi dengan keadaan yang nyata. Adapun fungsi perawat dijabarkan

kedalam tiga poin, yaitu:

1) Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,

dimana perawat dapat mengambil keputusan dan melakukan tindakan

terbaik secara mandiri berdasarkan ilmu keperawatan dengan tanggung

jawab penuh terhadap akibat yang akan terjadi tanpa meliabatkan pihak

lain.

2) Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas


14

pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas

yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat

umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

3) Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling

ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat

terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam

pemberian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat

saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.

2.2.3 Asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan

interaksi perawat dengan klien pada praktik keperawatan baik langsung

atau tidak langsung yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan

memberikan pelayanan dengan cara pemenuhan kebutuhan dan

kemandirian klien dalam merawat dirinya kepada invididu maupun

kelompok dengan menggunakan ilmiah keperawatan berdasarkan kode

etik dan standart keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi dan evaluasi (Tarigan & Hanny, 2019).

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan yang

sistematis meliputi pengumpulan data tentang prilaku klien sebagai suatu sistem

adaptif yang berhubungan dengan masing-masing model adaptasi fisiologis,

konsep diri, fungsi peran, dan ketergantungan untuk mengevaluasi dan


15

mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan

dasar pemikiran dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

kebutuhan dan fakta atau kondisi yang dikeluhkan oleh klien menggunakan

metode head to toe, hal ini sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa

keperawatan dan sebagai langkah awal untuk memberikan asuhan keperawatan

sesuai dengan respon individu.

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai kondisi

klien terhadap masalah kesehatannya baik yang aktual, risiko maupun potensial

pada individu, keluarga dan komunitas.

3. Perencanaan/intervensi

Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan awal dengan tujuan

merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual.

Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan

koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien.

Keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang

akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan dan siapa yang akan melakukan

tindakan keperawatan.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang kita lakukan

kepada pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan yang lain berdasarkan

perencanaan yang sudah kita rencanakan sebelumnya dengan cara mengawasi

dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
16

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir proses keperawatan

didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan untuk menentukan efektif

tidaknya rencana keperawatan yang sudah dilakukan kepada pasien dengan cara

melanjutkan, merevisi, atau menghentikan rencana keperawatan.

2.2.4 Ruang lingkup keperawatan

Ruang lingkup praktik keperawatan adalah serangkaian peran,

fungsi, tanggung jawab, dan aktivitas yang dididik, kompeten, dan

mempunyai wewenang untuk dilakukan oleh perawat (Samosir, 2020).

Dalam pasal 28H ayat (1) UUD 1945 ditentukan bahwa ”Setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1999) ruang lingkup

pelayaanan keperawatan merupakan asuhan keperawatan yang paripurna

yang ditujukan kepada empat tingkat pengguna layanan kesehatan yaitu

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam berbagai tatanan

layanan keperawatan tanpa memandang latar belakang pendidikan, sosial

ekonomi, jenis kelamin, suku bangsa, agama, dan lain -lain, dan juga

kondisi kesehatanya yang ditujukan untuk promotif atau peningkatan

kesehatan, preventif atau pencegahan penyakit, kuratif atau pengobatan

dan rehabilitative atau pemulihan kesehatan yang bersifat komprehensif,

terpadu dan berkesinambunganerta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan”. (Amalia Yunia Rahmawati, 2020).

Lingkup praktik keperawatan meliputi:


17

1. Memberikan asuhan keperawatan dalam menyelesaikan masalah

kesehatan sederhana dan kompleks termasuk pencegahan dan

mendeteksi secara dini

2. Memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat,

konseling

3. Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan tatanan

lainnya

4. Memberikan pengobatan baik fisik atau psikologis dan tindakan medis

terbatas

5. Pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal, dan menulis

permintaan obat atau resep

6. Melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter.

2.2.5 Kode Etik Keperawatan

Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan standar


profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan sebagai
kerangka kerja untuk membuat keputusan. Kode etik berisi norma, nilai
dan aturan profesional yang menyatakan apa yang benar dan baik, serta
apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional. Kode etik
menyatakan suatu perbuatan apa yang benar dan salah, perbuatan
bagaimana yang harus dilakukan serta yang harus dihindari. Tujuan kode
etik adalah agar semua profesional memberikan jasa sebaik-baiknya
kepada pengguna pelayanan, sehingga kode etik akan melindungi
perbuatan yang tidak profesional (PPNI, n.d, 2017).
Dalam menunaikan kewajibannya perawat harus penuh tanggung
jawab dan berpedoman pada dasar-dasar seperti berikut ini:

1. Perawat dan Pasien


1) Dalam memberikan pelayanan keperawatan perawat menghargai
18

harkat dan martabat manusia, keunikan pasien dan tidak terpengaruh


pada warna kulit, kesukuan, kebangsaan, politik dan agama serta
kedudukan sosial.

2) Dalam memberikan pelayanan keperawatan perawat senantiasa


memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya, adat istiadat dan kelangsungan beragama pasien.

3) Perawat bertanggung jawab kepada mereka yang membutuhkan


asuhan keperawatan.

4) Perawat harus selalu menjaga rahasia tentang segala sesuatu yang


berhubungan dengan tugas yang sudah dipercayakan kepadanya
kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai ketentuan hukum
yang berlaku.
2. Perawat dan Praktek
1) Perawat menjaga dan meningkatkan kompetensinya melalui belajar
terus menerus.

2) Perawat selalu menjaga mutu pelayanan keperawatan yang tinggi


disertai kejujuran prorofesional dengan menerapkan pengetahuan
serta ketrampilan keperawatan.

3) Dalam membuat keputusan perawat didasarkan pada informasi yang


akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi
seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan
memberikan delegasi kepada orang lain.

4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi


keperawatan dengan menunjukkan perilaku professional.
3. Perawat dan Masyarakat
Perawat bersama masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
4. Perawat dan Teman sejawat
1) Perawat harus selalu menjaga hubungan baik dengan perawat
19

maupun tenaga kesehatan lainnya dalam memelihara keserasian


suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan
secara menyeluruh.

2) Perawat melindungi pasien dari tenaga kesehatan yang memberikan


pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
5. Perawat dan profesi
1) Perawat mempunyai peran utama di dalam menentukan standar
pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam
kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.

2) Perawat mempunyai peran aktif dalam kegiatan pengembangan


profesi keperawatan.

3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun


dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya
asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
2.3 Konsep Dasar Postpartum

2.3.1 Definisi postpartum

Postpartum adalah kondisi setelah melahirkan dimulai setelah bayi

lahir sampai kembalinya organ reproduksi secara normal dengan waktu 6

minggu (Rahman, 2018). Postpartum atau (nifas) adalah masa dari

kelahiran plasenta dan selaput janin hingga kembalinya traktus

reproduksi wanita pada kondisi seperti tidak hamil umumnya terjadi

hingga 42 hari pasca persalinan (Sepriani, 2020). Adaptasi psikologis

masa postpartum merupakan suatu proses adaptasi dari seorang ibu

postpartum, dimana pada saat ini ibu akan lebih sensitif dalam segala hal

terutama perubahan secara emosional dan yang berkaitan dengan dirinya

serta banyinya. Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat

penting (Sepriani, 2020)


20

2.3.2 Tahapan masa postpartum

Menurut (Sulistyawati, 2019), masa nifas dibagi menjadi 3 periode, yaitu:

1. Periode Immediate puerperium, yaitu masa segera setelah plasenta lahir

sampai dengan 24 jam. Pada tahap ini perawat harus dengan teratur

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah,

dan suhu.

2. Periode early puerperium (24 jam-1 minggu).

3. Periode Late puerperium (1 minggu-6 minggu). Pada peiode ini perawat tetap

melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

2.3.3 Perubahan fisiologis ibu Postpartum

Ibu setelah melahirkan akan mengalami perubahan fisiologis.

Patologis ibu postpartum dimulai setelah keluarnya plasenta, kadar

sirkulasi hormon HCG (human chorionic gonadotropin), human

plasental lactogen, estrogen dan progesteron menurun. Human plasental

lactogen akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam waktu 2 hari

dan kadar sirkulasi hormon HCG akan menghilang dalam waktu 2

minggu setelah persalinan. Kadar estrogen dan progesteron umumnya

hampir sama dengan kadar yang ditemukan pada folikel dari siklus

menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7 hari. Penarikan polipeptida dan

hormon steroid ini mengubah fungsi seluruh sistem sehingga organ

reproduksi dan dinding uteri kembali secara perlahan seperti keadan

tidak hamil (Wicaksana, 2016). Perubahan-perubahan fisiologis yang

terjadi pada ibu postpartum menurut Walyani (2017) yaitu:


21

1. Uterus

Uterus merupakan organ reproduksi wanita (juga disebut rahim)

yang memiliki rongga dan otot, berbentuk seperti buah alpukat yang

sedikit gepeng dan berukuran sebesar telur ayam yang terletak di

anteversiofleksio atau diantara kandung kemih dan rektum. Panjang

uterus sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5,5 cm dan tebal sekitar 2,5 cm.

Uterus dibagi menjadi 3 bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri, dan

serviks uteri.

Menurut Walyani (2017) uterus berangsur-angsur menjadi kecil

(involusi uteri) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil:

1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr

2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat

dengan berat uterus 750 gr

3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba di pertengahan

pusat dan simpisis pubis, berat uterus 500 gr

4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas

simpisis pubis dengan berat uterus 350 gr

5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat

uterus 50 gr

2. Serviks

Serviks merupakan bagian bagian dasar dari uterus yang bentuknya

menyempit sehingga disebut juga leher rahim. Serviks menghubungkan

uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dan
22

uterus menuju saluran vagina pada saat persalinan. Segera setelah

persalinan, bentuk serviks akan mengaga seperti corong. Hal ini

disebabkan oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tidak

berkontraksi. Warna serviks akan berubah menjadi merah kehitaman

karena mengandung banyak pembulu darah dengan konsistensi yang

lunak. Segera setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh

tangan pemeriksa, setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat dilewati

oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya dapat dilewati oleh 1

jari, setelah 6 minggu persalinan serviks akan menutup.

3. Vagina

Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga uterus

dengan tubuh bagian luar berbentuk seperti tabung berotot yang

menghubungkan leher rahim (serviks) dengan bagian luar tubuh. Lebih

tepatnya, organ ini terletak di belakang kandung kemih dan berada di

bagian bawah rahim dengan ukuran panjang 6,5 cm – 9 cm. Selama

proses persalinan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar terutama pada saat proses melahirkan bayi.

Beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, vagina masih tetap

akan kendur, setelah 3 minggu vagina kembali seperti pada saat keadaan

tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan

muncul kembali. Terdapat cairan selama masa nifas yang bisa disebut

dengan lokhea, lokhea ini berbau amis atau anyir dengan volume yang

berbeda beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap

menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai warna dan volume


23

karena adanya proses involusi.

Lochea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu

keluarnya:

1) Lochea rubra/kruenta

Timbul pada hari 1-4 postpartum, berwarna merah darah segar

bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks

kaseosa, lanugo dan mekoneum.

2) Lochea sanguinolenta

Timbul pada hari ke 4-7 postpartum, lokhea ini berwarna merah

kecoklatan dan berlendir.

3) Lochea serosa

Timbul pada hari ke 7-14 postpartum, lokhea ini berwarna kuning

kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi

plasenta.

4) Lochea alba

Timbul setelah 2-6 minggu postpartum, lokhea alba berwarna putih

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir

serviks, dan serabut jaringan yang mati

4. Vulva

Vulva adalah bagian terluar dari alat kelamin wanita yang

terstruktur yang terletak di sekitar lubang vagina. Struktur ini meliputi

labia mayora, labia minora dan klitoris. Sama seperti vagina, pada saat

proses melahirkan bayi vulva juga mengalami penekanan serta


24

peregangan yang sangat besar. Umumnya di hari pertama setelah

postpartum vulva akan mengalami kondisi yang kendur, dan

membutuhkan waktu 3 minggu agar vulva kembali seperti keadaan

semula dan labia menjadi lebih menonjol.

5. Payudara (mamae)

Setelah plasenta lahir, konsentrasi estrogen dan progesteron akan

menurun sehingga merangsang hormon prolaktin dan ibu menghasilkan

ASI. Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan

pembengkakan vascular sementara. ASI akan disimpan di alveoli dan

harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk

pengadaan dan keberlangsungan laktasi. ASI yang pertama muncul pada

awal nifas berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan sebutan

kolostrum. Kolostrum ini telah terbentuk di dalam tubuh ibu sejak usia

kehamilan 12 minggu. Adapun perubahan-perubahan pada payudara

setelah melahirkan menurut (Walyani 2017) meliputi:

1). Penurunan kadar estrogen dan progesteron secara cepat dan

peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan sehingga payudara

akan bengkak

2). Perubahan ukuran dan bentuk puting akan lebih besar atau bahkan

tenggelam dan warna puting menjadi lebih terang atau gelap. Bentuk

dan ukuran di bagian payudara ini umumnya dapat kembali setelah

bayi berhenti menyusui


25

3). Payudara menjadi besar dan lebih keras sebagai tanda mulainya

proses laktasi.

6. Tanda-tanda vital

Perubaha tanda-tanda vital pada ibu postpartum meliputi:

1) Suhu tubuh

Suhu tubuh dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu akan naik (37,50

– 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan

kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa.

13 Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan

Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi

pada endometrium.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut

nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang

melebihi 100x/ menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau

perdarahan postpartum.

3) Tekanan darah

Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah

dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses

persalinan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum menandakan

terjadinya preeklampsi postpartum.

4) Pernafasan

Pada saat partus frekuensi pernafasan akan meningkat karena

kebutuhan oksigen yang tinggi untuk kekuatan dan tenaga ibu pada saat
26

mengejan dan mempertahankan agar persediaan oksigen ke janin tetap

terpenuhi. Setelah partus frekuensi pernafasan akan kembali normal.

5) Sistem peredaran darah (kardiovaskuler)

Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah persalinan yaitu denyut

jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah melahirkan

karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban

jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai

volume darah kembali normal, dan pembulu darah kembali ke ukuran

semula.

6) Sistem pencernaan

Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi (section caesarea)

biasanya membutuhkan waktu sekitar 1-3 hari agar fungsi saluran cerna

dan nafsu makan dapat kembali normal. Ibu yang melahirkan secara

spontan biasanya lebih cepat lapar karen telah mengeluarkan energi yang

begitu banyak pada saat proses melahirkan. Toileting seperti buang air

besar (BAB) biasanya mengalami perubahan pada 1-3 hari postpartum, hal

ini menyebabkan stres emosional terhadap ibu baru, bahkan menyulitkan

bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Adanya perasaan kehilangan

sesuatu secara fisik sesudah melahirkan akan menjurus pada suatu reaksi

perasaan sedih, kemurungan dan kesedihan dapat semakin bertambah

karena ketidaknyamanan karena merununnya tonus otot selama proses

melahirkan, selain itu enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi

dan dehidrasi serta dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar
27

anus/ perineum setiap kali akan BAB juga mempengaruhi defekasi secara

spontan. Faktor-faktor tersebut sering menyebabkan timbulnya konstipasi/

sembelit pada ibu nifas pada minggu pertama. Kebiasaan defekasi yang

teratur perlu dilatih kembali setelah tonus otot nanti kembali normal.

7) Sistem perkemihan

Pada ibu postpartum buang air kecil (BAK) akan sulit selama 24 jam

pertama. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli

setelah itu ibu akan mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang

pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan

dalam waktu 12-36 jam postpartum. Setelah plasenta dilahirkan, kadar

hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan

yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Uterus yang

berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

8) Sistem integumen

Perubahan kulit selama kehamilan berupa hiperpigmentasi pada

wajah, leher, mamae, dinding perut dan beberapa lipatan sendi, perubahan

ini umumnya akan menghilang selama masa nifas.

9) Sistem muskuloskletal

Ambulasi pada ibu postpartum umumnya dimulai 4-8 jam. Ambulasi

dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat

proses involusi.
28

2.3.4 Perubahan adaptasi psikologis ibu postpartum

Menurut (Bahiyatun, 2019), perubahan adaptasi psikologis pada

periode postpartum secara fisik, rasa letih setelah proses persalinan, stres

kecemasan, adanya ketegangan dalam keluarga, kurang istirahat karena

harus melayani keluarga dan tamu yang berkunjung untuk melihat bayi

atau sikap petugas yang tidak ramah. Faktor-faktor yang mempengaruhi

suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa

postpartum yaitu:

1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman

2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi

3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain

4. Pengaruh budaya

Satu atau dua hari postpartum ibu cenderung pasif dan tergantung.

Ibu nifas hanya menuruti nasehat, ragu-ragu dalam membuat keputusan,

masih berfokus untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, masih menggebu

membicarkan pengalaman persalinan. Periode tersebut diuraikan oleh

Rubin menjadi 3 tahap, yaitu:

1. Taking in

Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif

dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya,

ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami.

Ibu akan mengulang-ulang cerita pengalamannya waktu bersalin.


29

2. Taking hold

Periode ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu

lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung

jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi

sangat sensitif seperti mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu

berhati- hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat

diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.

3. Letting go

Periode yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah

mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu mulai secara

penuh menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau

merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.

2.4 Konsep Dasar Postpartum Blues

2.4.1 Definisi postpartum blues

Postpartum blues atau sering juga disebut maternity blues

dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering

tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada

hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam rentang waktu 14 hari

terhitung setelah persalinan (Adhimah Amanda, 2020).

2.4.2 Jenis gangguan psikologi postpartum

Menurut (Machmudah, 2015), jenis gangguan psikologi

postpartum sebagai berikut:

1. Postpartum blues
30

Terjadi pada hari 1-10 setelah melahirkan dan hanya bersifat sementara

dengan gangguan mood, mudah marah, labil, mudah menangis, sedih, nafsu

makan menurun, sulit tidur. Keadaan ini umumnya akan terjadi beberapa hari

saja dan cenderung masih dianggap hal yang normal karena merupakan suatu

adaptasi faktor psikologis dari ibu postpartum, namun apabila memiliki faktor

predisposisi dan pemicu lainnya maka dapat berlanjut menjadi depresi

postpartum..

2. Postpartum depression

Gejala yang timbul adalah perasaan sedih, tertekan, sensitif, merasa

bersalah, lelah, cemas, insomnia, sakit kepala yang hebat, tidak mampu merawat

diri dan enggan menyusui bayinya serta menolak untuk berhubungan sexsual dan

ada ide untuk bunuh diri.

3. Postpartum psikologis

Depresi berat yaitu dengan gejala proses pikir (delusion hallucinations and

incoherence of association) gangguan ini dapat mengancam dan membahayakan

keselamatan jiwa ibu dan bayinya sehingga ditahap ini memerlukan pertolongan

dari tenaga profesional yaitu psikiater dan terapi pemberian obat.

2.4.3 Faktor penyebab postpartum blues

Faktor penyebab postpartum blues belum diketahui secara pasti,

akan tetapi diduga disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

1. Faktor hormonal

Berupa perubahan kadar kortisol, esterogen, progesteron, prolaktin, dan

estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen ini biasanya akan

turun secara bermakna setelah melahirkan, dan ternyata estrogen memiliki efek
31

supresi terhadap aktivitas enzim monoamine oksidase, yaitu adalah suatu enzim

otak yang bekerja mengaktivasi baik non adrenalin maupun serotonin yang

berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.

2. Faktor demokrasi

Usia yang terlalu muda untuk melahirkan, memicu terjadinya gangguan

psikologis postpartum blues ini karena secara umur dan kematangan organ

reproduksi serta pemikiran dan kesiapan menjadi seorang ibu belum cukup

matang, sehingga si ibu merasa kaget atau syok untuk memikirkan tanggung

jawabnya sebagai seorang ibu untuk mengurus bayinya. Sedangkan postpartum

blues ini paling banyak terjadi pada ibu primipara, mengingat dia baru memasuki

perannya sebagai seorang ibu, tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi

pada ibu yang sudah pernah melahirkan, yaitu jika ibu mempunyai riwayat

postpartum blues sebelumnya.

3. Faktor psikologis

Berkurangnya perhatian keluarga terutama suami karena semua perhatian

biasanya akan tertuju pada anak yang baru lahir, padahal setelah melahirkan ibu

akan merasa lelah dan sakit pasca persalinan yang membuat ibu membutuhkan

perhatian lebih terutama oleh keluarga terdekat yaitu suami. Selain itu ibu

biasanya kecewa terhadap penampilan fisik dirinya yang berubah drastis dan

sudah tidak kencang seperti dulu lagi serta kecewa terhadap penampilan si kecil

karena tidak sesuai dengan apa yang di inginkan, hal ini juga bisa memicu

postpartum blues.

4. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan


32

Kesulitan-kesulitan yang dialami ibu selama kehamilannya akan turut

memperburuk kondisi ibu pasca melahirkan. Misalnya seperti ibu yang

melahirkan dengan cara operasi cesar (Sectio Caesarea) kondisi ini akan dapat

menimbulkan perasaan takut dan tegang terutama terhadap peralatan operasi dan

jarum. Semakin besar trauma fisik yang terjadi selama proses persalinan akan

semakin besar pula trauma psikologis yang akan muncul terhadap ibu

postpartum.

5. Faktor sosial

Latar belakang psikososial ibu yang bersangkutan seperti tingkat

pendidikan, status perkawinan, peran perawat, bidan dan tenaga kesehatan

lainnya, kehamilan yang tidak di inginkan, riwayat gangguan jiwa sebelumnya,

status ekonomi, serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya terutama

(suami, keluarga, teman dan perawat). Apakah suami menginginkan juga

kehamilan ini atau sebaliknya, apakah suami, keluarga, teman, perawat dan

tenaga kesehatan lainnya memberikan dukungan moril atau emosional question

terhadap ibu (misalnya seperti memberikan semangat dan edukasi tentang

prosedur kehamilan dan juga promosi kesehatan seputar kehamilan, serta hanya

sekedar menjadi pendengar yang baik untuk mendengarkan keluh kesah ibu

selama menjalani masa kehamilan hingga proses persalinan)

6. Faktor fisik

Kelelahan fisik karena pasca melahirkan dan aktivitas mengasuh bayi,

menyusui, memandikan, mengganti popok, dan menimang ini akan menguras

tenaga, apalagi jika tidak ada bantuan dari suami atau keluarga lain. Hal ini
33

selain peran suami dan keluarga, dukungan dari tenaga kesehatan seperti

perawat, dokter obstetri, atau bidan juga sangat diperlukan bagi ibu postpartum

misal dengan cara memberikan dukungan berupa informasi yang memadahi

adekuat berupa promosi kesehatan tentang proses kehamilan dan persalinan

termasuk gangguan yang mungkin timbul pada masa tersebut beserta

penangannya.

2.4.4 Tanda dan Gejala Postpartum Blues

Gejala postpartum blues ringan hanya terjadi dalam hitungan jam

atau 1 minggu pertama setelah melahirkan, gejala ini dapat sembuh

dengan sendirinya, akan tetapi hal ini tidak boleh kita sepelekan,

sedangkan pada beberapa kasus postpartum depression dan postpartum

psikosis, bisa mencelakai diri sendiri dan juga anaknya, sehingga pada

pada penderita kedua gangguan mental terakhir perlu perawatan yang

ketat dirumah sakit (Adhimah Amanda, 2020).

Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan

sikap seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke 3 atau

hari ke 7 setelah melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut

diantaranya: sering tiba- tiba menangis karena merasa tidak bahagia,

penakut, tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala, sering berganti

mood, mudah tersinggung (iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas

berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula sangat

diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat

keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang

baru lahirkan, insomnia yang berlebihan. Gejala-gejala ini mulai muncul


34

setelah persalinan dan pada umumya akan menghilang dalam waktu

antara beberapa jam sampai beberapa hari, namun jika masih

berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan hal ini akan berlanjut

menjadi postpartum depression (Adhimah Amanda, 2020).

2.4.5 Dampak Postpartum Blues

Ibu yang mengalami gangguan postpratum blues dapat

berpengaruh negatif terhadap bayinya, contohnya seperti ibu tidak

mampu untuk merawat bayinya dengan optimal karena si ibu merasa

tidak berdaya atau tidak mampu sehingga akan menghindar dari

tanggung jawabnya, akibatnya kondisi kebersihan dan kesehatan si bayi

kurang optimal dan juga si ibu tidak akan bersemangat untuk menyusui

bayinya sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayinya kurang sehat.

Akibat lainnya adalah hubungan antara ibu dan bayinya juga kurang

dekat secara emosinal. Umumnya komunikasi ibu dengan bayi dilakukan

dengan cara dan dalam bentuk yang berbeda-beda, misalnya senyuman,

tatapan mata, celoteh, tangisan, gerak tubuh yang aktif, dimana hal ini

harus di tanggapi dengan baik oleh si ibu, namun bila hal ini tidak

dipenuhi, anak akan menjadi kecewa, sedih dan bahkan frustasi.

Kejadian ini membuat perkembangan motorik dan sensorik anak tidak

optimal, sehingga membuat kepribadiannya kelak akan kurang matang

(Irawati & yuliani, 2015).

2.4.6 Penatalaksanaan Postpartum Blues

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan

ditingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara


35

bersama-sama, dengan cara melibatkan lingkungannya, yaitu: suami,

keluarga dan juga teman terdekatnya. Penatalaksaan gangguan

psikologis pada ibu postpartum dengan postpartum blues ada dua cara

menurut (Hutapea et al., 2018)

yaitu pendekatan komunikasi terapeutik dan peningkatan support

mental.

1. Dengan cara pendekatan terapeutik, tujuan dari komunikasi terapeutik ini

adalah menciptakan hubungan baik anatara perawat dengan pasien dalam

rangka kesembuhannya dengan cara:

1) Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi

2) Ajarkan pasien untuk mengenali dirinya

3) Dapat mendukung tindakan kontruktif seperti mendengarkan pasien

bercerita atau mengungkapkan perasaannya kepada orang

terdekatnya

4) Ajarkan pasien untuk mengenali dirinya

5) Dapat mendukung tindakan kontruktif seperti mendengarkan pasien

bercerita atau mengungkapkan perasaannya

2. Dengan cara peningkatan support mental

1) Dengan cara meminta bantuan peran suami untuk membantu dalam

mengerjakan pekerjaan rumah seperti: membantu mengurus bayinya,

memasak, menyiapkan susu, mengganti popok bayi dan lain-lain.

2) Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam

menghadaoi kesibukan untuk merawat bayinya.


36

3) Suami harus lebih peka terhadap permasalahan yang dihadapi oleh

istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya.

4) Menyiapkan mental dalam menghadapi anak yang pertama. Hal ini

tugas dan peran dari tenaga kesehatan sangat dibutuhkan untuk

memberikan edukasi.

5) Ibu dianjurkan untuk sering sharing dengan suami, keluarga dan

teman- teman terutama pada teman yang baru saja melahirkan atau

pernah melahirkan.

6) Ajarkan ibu untuk mengontrol suasana hatinya yang gampang

berubah dengan cara bersosialisasi dan tidak mengurung diri.

7) Anjurkan suami untuk sering menemani istri dalam mengurus

bayinya.

Selain dengan cara diatas, penanganan pada ibu postpartum

blues dapat dilakukan pada klien sendiri secara mandiri, diantaranya

dengan cara:

1) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi

2) Istirahat dan tidur ketika bayi tidur

3) Berolahraga ringan

4) Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu

5) Mengurus bayi tidak harus perfeksionis dan mengikuti standart artis

6) Bicarakan rasa cemas dan jika ada masalah komunikasikan dengan

baik

7) Bergabung dengan kelompok ibu-ibu menyusui


37

8) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi

9) Istirahat dan tidur ketika bayi tidur

10) Berolahraga ringan

11) Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu

12) Mengurus bayi tidak harus perfeksionis dan mengikuti standart artis

13) Bicarakan rasa cemas dan jika ada masalah komunikasikan dengan

baik

14) Bergabung dengan kelompok ibu-ibu menyusui

2.4.7 Pencegahan Postpartum blues

Menurut (Asih Yusari, 2018) stres dalam keluarga dan kepribadian


si ibu, memengaruhi terjadinya gangguan psikologis ini. Stres di
keluarga bisa akibat faktor ekonomi yang buruk atau kurangnya
dukungan kepada sang ibu. Hampir sema wanita setelah melahirkan akan
mengalami stres yang tak menentu, seperti sedih dan rasa takut. Perasaan
emosional inilah yang mempengaruhi kepekaan seorang ibu postpartum.
Hingga saat ini, memang belm ada jalan keluar yang mujarab untuk
menghindari postpartum blues yang bisa dilakukan hanyalah berusaha
mencegah dan mendeteksi risiko tersebut dari diri sendiri (Hutapea et
al., 2018).
Sikap proaktif untuk mengetahui penyebab dan resikonya, serta
meneliti faktor-faktor apa saja yang bisa memicu, hal ini juga dapat
dijadikan alternatif untuk menghindari postpartum blues. Selain itu juga
dapat di konsulkan pada dokter psikolog agar dapat meminimalisir faktor
resiko lainnya dan membantu melakukan pengawasan. Berikut ini ada
beberapa cara yang mungkin dapat mengurangi risiko postpartum blues
yaitu:

1. Memahami diri sendiri

Pelajari dan mencari informasi mengenai postpartum blues, sehingga


38

anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka ibu akan segera

mendapatkan bantuan secepatnya

2. Tidur dan makan yang cukup

Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang

terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya sangat penting

selama periode postpartum dan kehamilan.

3. Olahraga

Olahraga adalah kunci untuk mengurangi gejala postpartum blues.

Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga

membuat anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam

diri ibu

4. Hindari gaya hidup mewah

Jika memungkinkan hindari membuat keputusan besar seperti

membeli rumah atau pindah kerja sebelum dan sesudah melahirkan. Hal ini

bertujuan untuk melatih hidup sederhana dan menghindari stres, sehingga

dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum blues yang

diderita.

5. Senam hamil

Kelas senam hamil akan sangat membantu ibu dalam mengetahui

berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya ibu tidak akan

terkejut setelah melahirkan. Hal ini dapat mengurangi pengalaman

traumatis saat melahirkan maupun setelah melahirkan.


39

6. Dukungan emosional

Dukungan emosi dari suami, keluarga, dan lingkungan. Dukungan

dari keluarga atau orang yang dicintai selama melahirkan sangat

diperlukan, ceritakan pada pasangan atau orang tua atau siapa saja yang

bersedia menjadi pendengar yang baik. Hal ini akan membantu ibu dalam

mengatasi rasa frustasi yang dialami oleh ibu postpartum


BAB 3
KERANGKA KONSEP TEORI
3.1 Kerangka konsep
Ibu Post Partum

Fase adaptasi Fase adaptasi


fisiologis psikologis
1. Uterus 1. Fase Taking in
2. Serviks 2. Fase Taking Hold
3. Vagina 3. Fase Letting go
4. Vulva
5. Payudara Postpartum Blues
6. Tanda-tanda vital

Faktor yang Gejala Pstpartum Blues


mempengaruhi 1. Tiba-tiba menangis Dampak Pstpartum Blues
Postpartum Blues 2. Tidak nafsu makan 1. Tidak mampu
1. Faktor hormonal 3. Tidak mau bicara merawat bayinya
2. Faktor demokrasi 4. Mudah tersinggung 2. Gangguan psikologis
3. Faktor Psikologis 5. Tidak bergairah bagi si ibu
4. Faktor pengalaman 6. Sering berganti mood 3. Bayi kurang bersih
dalam proses melahirkan 7. Insomnia dan sehat
5. Faktor sosial 4. Risiko bunuh diri (jika
6. Faktor fisik berlanjut menjadi
postpartum depresi)
Peran perawat dalam mendeteksi dan mencegah
postpartum blues
1. Peran sebagai care giver
2. Peran sebagai advocad
3. Peran sebagai edukator
4. Peran sebagai kolaborator
5. Peran sebagai koordinator

Baik Cukup Kurang

Keterangan :
Yang di teliti:
Yang tidak diteliti:
Arah hubungan :
Gambar 3. 1 Kerangka konsep peran perawat dalam mendeteksi dan mencegah postpartum
blues pada ibu postpartum Di Puskesmas Banyuanyar Sampang tahun 2023
39

3.1.1 Deskripsi Kerangka Konsep

Postpartum blues bersifat sementara yang dimana terjadi kepada ibu

postpartum pada hari ke 3-14 setelah persalinan, dimana postpartum

blues ini dipengaruhi oleh faktor hormonal, faktor demokrasi, faktor

psikologis, faktor pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan,

faktor fisik dan juga faktor sosial. Postpartum blues ini merupakan

gangguan ringan atau ketidakmampuan seorang ibu pada fase adaptasi

psikologis yaitu pada fase: fase talking in, talking hold, talking letting go.

Serta mempunyai tanda dan gejala seperti ibu tiba-tiba menangis, tidak

nafsu makan, tidak mau bicara. mudah tersinggung, tidak bergairah,

sering berganti mood dan insomnia. Gangguan postpartum blues ini akan

berdampak kepada ibu dan juga bayinya. Oleh karena itu perawat

memiliki peran penting dalam mendeteksi dan mencegah yaitu sebagai

care giver, advocad, educator kolabolator dan coordinator terhadap

postpartum blues pada ibu postpartum. Peran perawat dapat dipengaruhi

oleh faktor pengalaman, Faktor usia, Faktor pendidikan. Maka dari itu

perawat sangat berperan penting pada ibu postpartum untuk mendeteksi

dan mencegah postpartum blues secara dini dengan cara memberikan

dukungan berupa informasi yang memadahi /adekuat berupa promosi

kesehatan tentang proses kehamilan dan persalinan termasuk gangguan

yang mungkin timbul pada masa tersebut beserta penangannya. Jika

perawat memang benar-benar melakukan hal diatas, maka itu sangat

membantu untuk mendeteksi dan mencegah postpartum blues pada ibu

postpartum secara dini, apabila perawat mengabaikan perannya sebagai


40

care giver, educator, advocad, kolabolator dan koordinator kepada ibu

postpartum terlebih pada ibu primipara tentang anjuran mendeteksi dan

mencegah postpartum blues secara dini, maka kemungkinan besar angka

ibu yang mengalami postpartum blues akan meningkat dan terus

berlanjut. Sehingga peran perawat dapat dibedakan menjadi baik, cukup

dan kurang.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah merupakan salah satu teknik atau cara yang

dilakukan dalam penelitian ilmiah yang bertujuan untuk menghasilkan

data dan dengan maksud tertentu (Prof. Dr. Suryana, 2012). Dalam bab

ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

meliputi desain penelitian, kerangka kerja, desain pengambilan sampel,

identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan data dan analisa

data, serta etika penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, karena penelitian ini

mencari tau tentang peran perawat dalam mendeteksi dan mencegah

postpartum blues pada ibu postpartum di Puskesmas wilayah Sampang.

Dengan menggunakan metode pendekatan Cross Sectional. Pendekatan

Cross Sectonal merupakan penelitian yang pengumpulan datanya

dilakukan dengan mendesain terhadap satu titik waktu (at one point in

time), adapun fenomena yang diteliti ialah berdasarkan satu periode

pengumpulan data. Sedangkan Cross Sectional digunakan menjelaskan

terhadap status fenomena atau hubungan fenomena pada satu titik waktu

(Iv & Penelitian, 2009).


42

4.2 Kerangka kerja

Populasi
Seluruh perawat yang ada di Puskesmas Banyuanyar Sampang,
sebanyak 27

Sampel
Seluruh perawat yang ada di Puskesmas Banyuanyar Sampang
sebanyak 27

Teknik sampling
Total populasi

Desain Penelitian
Penelitian deskriptif

Pengumpulan data
Kuisioner close ended dichotomy question

Pengolahan data
Editing, coding, scoring, tabulating

Analisa data
Perhitungan presentase

Penyajian data
Tabel dan Analisa deskriptif

Hasil
Pembahasan penarikan kesimpulan
Gambar 4. 1 Kerangka kerja peran perawat dalam mendeteksi dan pencegahan postpartum blues
pada ibu postpartum di Puskesmas Banyuanyar Sampang.
43

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah suatu objek yang memenuhi terhadap kriteria yang

sudah ditetapkan (Nursalam, 2016). Populasi tidak hanya berupa orang

akan tetapi juga mencakup alam yang lain, terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan kualitas karakteristik tertentu. Pada

penelitian ini populasinya adalah seluruh Perawat di Puskesmas

Banyuanyar Sampang sebanyak 27 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel ialah sebuah bagian dari populasi yang akan dijadikan objek

dalam penelitian (Nursalam, 2016). Karena jumlah populasinya sebanyak

27 orang, maka populasinya yang diambil sebagai sampel yaitu seluruh

populasi sebanyak 27 orang.

4.3.3 Sampling

Sampling merupakan proses dalam melakukan penyeleksian jumlah

atau porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi. Cara yang lakukan

untuk melakukan pengambilan sampel dengan teknik sampling supaya

data yang diperoleh sesuai dengan penelitian (Nursalam, 2016). Teknik

yang digunakan oleh peneliti adalah total populasi, yaitu menjadikan

seluruh anggota populasi sebagai sampel.

4.4 Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel adalah seseorang atau objek yang memiliki

variasi penciri antara satu orang dengan orang yang lain atau pembeda
44

satu objek dengak objek lainnya. Adapun penentuan variabel harus dapat

tertukar supaya memudahkan analisis data dan proses pengolahan data

berdasarkan sifat, skala dan hubungan antar variabel (Subroto & Susetyo,

2016). Penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu peran perawat

dalam mendeteksi dan mencegah postpartum blues pada ibu postpartum.

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4. 1Definisi operasional peran perawat dalam mendeteksi dan pencegahan


postpartum blues pada ibu postpartum Di Puskesmas Banyuanyar
Sampang.

Variabel Definisi Indikator Alat ukur Skala Skor


Penelitian Operasional
Peran perawat Seperangkat 1. Care giver Kuesioner OrdinalSkor tiap pertanyaan
dalam tingkah laku 2. Advocad dichotomy positif Ya= 1
mendeteksi dan yang 3. Edukator question Tidak = 0
pencegahan diharapkan 4.Kolaborator
postpartum perawat 5.Koordinator Untuk pertanyaan
blues pada ibu terhadap ibu negative
postpartum postpartum Ya= 0
dalam Tidak= 1
meminimalkan
gejala Dengan interpretasi
postpartum skor:
blues pada ibu 76-100%= baik
postpartum 50-75%= cukup
<50 %= kurang

4.6 Pengumpulan dan Analisa Data

4.6.1 Pengumpulan data

1. Proses pengumpulan data

Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data pada penelitian

ini yaitu:

1) Persetujuan penulisan karya tulis ilmiah dari pembimbing.

2) Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Ketua

Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Madura

3) Peneliti menghubungi calon responden setelah mendapatkan izin


45

dari Ketua Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Madura

4) Pengambilan data awal tentang jumlah ibu postpartum dan

jumlah perawat keseluruhan dan petugas di pelayanan KIA di

Puskesmas Banyuanyar Sampang pada tanggal 04 Oktober 2023

5) Peneliti menjelaskan madsud dan tujuan serta meminta calon

responden menandatangani surat persetujuan menjadi responden

dan memberikan informant consent

6) Responden yang setuju akan diberikan lembar soal dalam

bentuk kuesioner yang disebarkan melalui pembagian kuesioner

kepada responden yang kemudian mengisi dengan memilih

salah satu jawaban yang tersedia dengan baik dan benar sesuai

dengan petunjuk yang telah disampaikan.

7) Mengumpulkan dan mengkoreksi jawaban dari setiap responden

serta memberikan kode pada semua data yang terkumpul.

8) Menentukan skor untuk setiap item pertanyaan

9) Membuat tabulasi data yang diperoleh sesuai dengan pernyataan.

10) Membuat penyajian data kemudian dilakukan pembahasan

danpenarikan kesimpulan dari hasil penelitian

2. Instrumen penelitian

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian

ini adalah menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden.

Kuesioner yang dibagikan merupakan jenis kuesioner close ended-

dichotomy question dengan memuat 10 item pertanyaan.

3. Waktu dan tempat penelitian


46

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Banyuanyar

Kabupaten Sampang pada bulan Januari 2024 di Puskesmas

Banyuanyar Sampang.

4.6.2 Pengolahan data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data diperlukan untuk keperluan analisa data,

pengolahan data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.

Kuesioner yang sudah diberikan oleh peneliti kepada responden

akan di proses dengan tiga tahapan:

1) Editing

Kuesioner yang telah dibagikan dan di isi akan diteliti kembali oleh peneliti

serta dipastikan jawaban yang diberikan sesuai dengan intruksi yang di sampaikan

oleh peneliti.

2) Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode pada data-data yang awalnya berupa

kategori merubahnya menjadi nomeric (Astuti, 2015). Pada data umum yaitu: jenis

kelamin laki-laki kode 1 dan perempuan kode 2, usia 22-25 tahun kode 1, 26-30

tahun kode 2, 31-35 tahun kode 3, 36-40 tahun kode 4, 41-44 tahun kode 5 dan

pendidikan terakhir lulusan D3 Keperawatan kode 1, lulusan S1 Keperawatan

kode 2, lulusan S2 Keperawatan kode 3, penghasilan: 1 = <1.500.000, 2 =

1.500.000 - 2.500.000, 3 = 2.500.000- 4.500.000, 4 = > 6.000.000, lama

bekerja 1-5 tahun kode 1, 6-10 tahun kode 2, 11-15 tahun kode 3, 16-20 tahun

kode 4

3) Scoring

Setelah data terkumpul, data kemudia dilihat dan diberikan skor untuk
47

masing-masing item opsi yang dipilih oleh responden sesuai dengan bobot nilai

yang di tentukan yaitu:

Pertanyaan positif Pertanyaan Negatif

a) Ya = 1 a) Ya = 0 Skor = Skor yang dicapai x100%


Skor maksimal
b) Tidak = 0 b) Tidak = 1

4) Tabulating

Nilai maksimal dari kuesioner adalah 10, dengan nilai terendah 0.

Hasil analisa kuesioner dianalisa dan di interpretasi menggunakan total skor.

Hasil perhitungan skor di interpretasikan sebagai berikut:

(1) 76-100% = Baik

(2) 50-75% = Cukup

(3) < 50% = Kurang

5) Enterpretating

Kemudian hasil persentase dari pengolahan dan di interpretasikan

dengan menggunakan skala kualitatif dan kuantitatif. Data yang telah di

interpretasikan kemudian dijelaskan sebarannya menggunakan protentase

sebagai berikut:

Σ𝑓 𝑥 100%
P=
𝑛
Keterangan:

P= Prosentase

F= Jumlah kelompok n= Nilai skor maksimal

Menurut (Theodoridis & Kraemer, n.d, 2017) penyusunan hasil data

disajikan dalam bentuk tabel dapat di interpretasikan sebagai berikut:


48

c) 100% : Seluruhnya

d) 76-96% : Hampir Seluruhnya

e) 51-75% : Sebagian Besar

f) 46-50% : Setengahnya

g) 25-45% : Hampir Setengahnya

h) 1-25% : Sebagian Kecil

i) 0% : Tidak Satupun

4.6.3 Analisa data

Analisa Data Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif adalah

metodologi penyusunan informasi dengan menggambarkan dan

menyimpulkan informasi secara dedukatif dengan memperkenalkan

informasi dalam desain klasifikasi silang yang menyesuaikan dalam

bentuk presentase dan deskripsi (Nursalam, 2013).

Σ𝑓 𝑥 100%
P=
𝑛

Keteragan :

P= prosentase

f= jumlah nilai total (benar)

n= jumlah nilai yang di dapat responden

Hasil perhitungan tersebut dengan skala kualitatif dan kuantitatif

yaitu:

1) Baik jika nilai yang didapat 70-100%

2) Cukup jika nilai yang didapat 50-70%

3) Kurang jika nilai yang didapat < 50%


49

4.7 Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan peraturan yang berlaku di dunia

penelitian sebagai pedoman etis yang berlaku untuk tetap kewajiban

mempertimbangkan aspek moralitas dan kemanusiaan subjek

penelitian (Masturoh & Anggita T, 2018).

4.7.1 Lembar Persetujuan menjadi Responden (informetconcent)


Informet concent adalah sebuah bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden dengan cara memberikan lembar

pernyataan persetujuan menjadi responden. Saat pengambilan

sampel terlebih dahulu meminta ijin kepada setiap responden yang

akan diteliti, baik secara lisan maupun dengan lembar persetujuan

atas ketersediaan dijadikan sebagai subjek penelitian dan supaya

responden dapat memberikan jawaban yang benar.

4.7.2 Kerahasiaan (confidentiality)


Etika dalam penelitian responden tidak perlu mencantumkan

nama dalam kuesioner untuk menjaga privasi, untuk mengetahui keikut

sertaan responden, peneliti menulis nomor kode pada masing-masing

lembar pengumpulan.

4.7.3 Tanpa Nama (anonimity)


Ditunjukkan agar supaya merahasiakan subjek, serta penulis

tidak mencantumkan nama responden dalam lembar pengumpulan

data (kuesioner), namun lembar tersebut harus diberi inisial.


DAFTAR PUSTAKA
Adhimah Amanda, D. (2020). WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE Rasio
Neutrofil- Limfosit pada. 2(February), 55–60.
https://wellness.journalpress.id/wellness
Adquisiciones, L. E. Y. D. E., Vigente, T., Frampton, P., Azar, S., Jacobson, S.,
Perrelli, T. J., Washington, B. L. L. P., No, Ars, P. R. D. a T. a W., Kibbe,
L., Golbère, B.,
Nystrom, J., Tobey, R., Conner, P., King, C., Heller, P. B., Torras, A. I. V., To-, I.
N. O., Frederickson, H. G., … SOUTHEASTERN, H. (2019). No Latar
belakang postpartum blues Title. Duke Law Journal, 1(1), 1–7.
Amalia Yunia Rahmawati. (2020). Pasal 28H ayat (1) UUD 1945. July, 1–23.
Amelia, L., Murwati, & Sofais, D. A. R. (2023). Aplikasi Teori Florance
Nightingale Pasien TB Paru Dengan Pursed Lip Breathing Exercise Dan
Batuk Efektif di UPT Puskesmas Rawat Inap Keban Agung Kabupaten
Kepahiang Tahun 2022. Jurnal Ilmiah Amanah Akademika (JIHAD), 6(1),
1–11. https://ojs.stikesamanah-mks.ac.id/index.php/jihad
Astuti, B. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Perawat dalam
Perawatan Pasien Postpartum Blues di Rumah Sakit DKT Yogyakarta.
Evawati, A., Indriyani, D., & Yulis, Z. E. (2014). Hubungan Dukungan Suami
dengan Kejadian Post Partum Blues pada Ibu Primipara Usia Muda di Desa
Ajung Kabupaten Jember. … Id/Files/Disk1/66/Umj-1X …, 30, 1–12.
http://digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/66/umj-1x-aisahevawa-3277-1-
jurnala-h.pdf
Fatmawati, A., Wahyuni, R. J., & Imansari, B. (2022). Pengaruh Psikoedukasi
Terhadap Penurunan Tingkat Postpartum Blues: Literature Review. Jurnal
Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 13(1), 35.
https://doi.org/10.26751/jikk.v13i1.1180
Herlina, N. T. (2017). Hubungan Kehamilan Usia Dini Dengan Kejadian
Postpartum Blues Di Rsud Wonosari Tahun 2017. Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1557/1/SKRIPSI.pdf
Hutapea, E. A., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Medan, S. E. (2018). l s e b a is h t e
e n a d s e b a is h t e e n.
Istifa’dah. (2019). kepercayaan diri, masa kerja Minat Praktik Mandiri Perawat
RSUD Ulin Banjarmasin. 10–52.
Iv, B. A. B., & Penelitian, M. (2009). Hubungan faktor..., Giani Aldilla, FKM UI,
2009 35.35–63.
Keperawatan, T., Paradigma, F. D. A. N., & Keperawatan, S. (n.d.). Paradigma
pendidikan kesehatan khususnya keperawatan dan ners di masa depan. 1–
97.
Kusumawaty, I. R. A. K. (2021). Konsep Dasar Keperawatan Yunike Ira
Kusumawaty Kusumawaty Ardiansa Dewi Sartika Ms Dewi Kartika
Wulandari Wibowo Hanafi Ari Susanto Rentawati Purba Fitriani
Vincencius Surani Wahyu Rima Agustin Pt Global Eksekutif Teknologi.
Pengertian Dan Konsep Dasar Keperawatan, 1–177.
www.globaleksekutifteknologi.co.id
Machmudah. (2015). Gangguan Psikologis Pada Ibu Postpartum; Postpartum
Blues. Jurnal Keperawatan Maternitas, 3(2), 118–125.
51

PPNI. (2009). Standar Kompetensi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).


Standar Kompetensi Perawat Indonesia, 15, 1–18.
PPNI 2017. (n.d.). 2322.DPPPPNI.SP_.KS_.2017-Pedoman-Perilaku-Sebagai-
Penjabaran- Kode-Etik-Keperawatan.
Prof. Dr. Suryana, Ms. (2012). Metodologi Penelitian : Metodologi Penelitian
Model Prakatis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas
Pendidikan Indonesia, 1–243. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Rahman, H. N. (2018). Factor Analysis of Postpartum Blues on Post Partum
Patients at Puskesmas Proppo Pamekasan. Journal for Quality in Public
Health, 2(1), 38–48. https://doi.org/10.30994/jqph.v2i1.26
Samosir, E. (2020). Studi Ruang Lingkup K3 Rumah Sakit Dalam Proses
Implementasi Keperawatan. Jurnal Kesmas, 1. https://osf.io/preprints/rjtg2/
Sepriani, D. R. (2020). Skripisi fix Dina Rizki S.
Subroto, G., & Susetyo, C. (2016). Identifikasi Variabel-Variabel yang
Mempengaruhi Penentuan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di
Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Jurnal Teknik ITS, 5(2).
https://doi.org/10.12962/j23373539.v5i2.18297
Syahputra, S., & Syahputra, S. (2023). Manuskrip Shava Syahputra.
Tarigan, R., & Hanny, H. (2019). Manfaat_Implementasi_Dokumentasi_Asuhan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 8(2), 110–116.
Theodoridis, T., & Kraemer, J. (n.d.). No Title.
Tini Jumairah dkk. (2017). Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Perawatan
Kesehatan Masyarakat (Perkesmas). Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia,
7(1), 182–188.
Wicaksana, A. (2016). Tinjauan Pustaka Konsep Dasar Masa Nifas.
Https://Medium.Com/. https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-
use-case-a7e576e1b6bf
52

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar persetujuan menjadi responden

LEMBAR PERMOHONAN DAN PERSETUJUAN MENJADI


RESPONDEN
Kepada Yth. Calon responden, saya adalah mahasiswa jurusan
kesehatan Prodi DIII Keperawatan Politeknik Negeri Madura, sedang
melaksanakan pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Peran
perawat dalam mendeteksi dan mencegah postpartum blues pada ibu
postpartum di Puskesmas Banyuanyar Kabupaten Sampang ”
Seluruh data dan informasi yang saya peroleh dijamin
kerahasiaannya dan hanya disampaikan untuk kepentingan ilmiah tanpa
menyebutkan data pribadi teman-teman secara langsung.
Demikian saya sampaikan, besar harapan saya dan teman-teman
berkenan menjadi responden dalam proses Karya Tulis Ilmiah ini. Jika
bapak/ibu tidak berkenan, saya terima keputusan bapak/ibu tanpa
mengurangi rasa hormat. Namun jika bapak/ibu berkenan saya mohon
ketersediaannya untuk mendatangi lembar persetujuan menjadi
responden.
Demikian semoga seluruh niat baik bapak/ibu menpadat balasan
terbaik dari Tuhan, dimudahkan urusannya dan dilancarkan rezekinya.

Hormat saya,
Sampang, Desember 2023

Moh.Robaitulloh
NRP. 33412101120

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Inisial Responden : …………..

Saya telah membaca dan memahami lembar permohonan menjadi


responden, selanjutnya saya menyatakan bahwa saya bersedia menajadi
responden sesuai dengan ketentuan syarat yang berlaku.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya secara sadar dan tanpa
paksaan dari pihak manapun.

Responden,
Sampang , Desember 2023

( )
53

Lampiran 2 kuesioner penelitian

LEMBAR PENGUMPULAN DATA


Peran perawat dalammendeteksi dan mencegah postpartum blues pada ibu
postpartum Di Puskesmas Banyuanyar Sampang
1 DATA UMUM
PETUNJUK
1. Mohon dijawab dengan memberikan tanda contreng ” ” pada salah satu
pilihan jawaban yang sudah tersedia
2. Mohon diteliti ulang agar jangan sampai ada pertanyaan yang terlewatkan
untuk dijawab
1. Usia Responden Kode
22-25 tahun
26-30 tahun
31-35 tahun
36-40 tahun
41-44 tahun
2. Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
3. Pendidikan terakhir
Lulusan D3 Keperawatan
Lulusan S1 Keperawatan
Lulusan S2 Keperawatan
4. Penghasilan
< 1.500.000
1.500.000-2.500.000
2.500.000-3.500.000
> 3.500.000
5. Lama bekerja
1-5 tahun
6-10 tahun
54

11-15 tahun
16-20 tahun

2 DATA KHUSUS
PETUNJUK
1. Bacalah pertanyaan dengan teliti
2. Berikan tanda contreng () pada kotak jawaban yang dipilih
No Pertanyaan Y T Skor
a
1 Apakah anda sebagai perawat sudah memberikan asuhan
keperawatan berupa mendeteksi postpartum blues pada setiap
kali ibu postpartum dan tentang bagaimana cara mencegah
terjadinya gangguan psikologis postpartum blues?
2 Apakah anda sebagai perawat tidak memberikan asuhan
keperawatan berupa mendeteksi postpartum blues pada setiap
kali ibu postpartum dan tentang bagaimana cara mencegah
terjadinya gangguan psikologis postpartum blues?
3 Sebagai perawat apakah anda pernah memberikan asuhan
keperawatan untuk pencegahan dan mendeteksi dini
postpartum blues secara dini dan mandiri kepada ibu
postpartum ?
4 sebagai perawat apakah anda tidak pernah memberikan
asuhan keperawatan untuk pencegahan dan mendeteksi dini
postpartum blues secara dini dan mandiri pada ibu
postpartum?
5 Pada saat pasien pulang apakah anda memberikan informasi
kepada pasien/keluarga tentang apa itu gangguan psikologis
postpartum blues beserta bagaimana cara mendeteksi dan
pencegahannya?
6 Pada saat pasien pulang apakah anda tidak memberikan
informasi kepada pasien/keluarga tentang apa itu gangguan
psikologis postpartum blues beserta bagaimana cara
mendeteksi dan pencegahannya?
7 Apakah anda pernah memberikan informasi kepada
pasien/keluarga tentang dampak dan bahaya postpartum blues
terhadap ibu postpartum dan juga bayinya jika dibiarkan dan
tidak dicegah dan dideteksi?
8 Apakah anda tidak pernah memberikan informasi kepada
pasien/keluarga tentang dampak dan bahaya postpartum blues
terhadap ibu postpartum dan juga bayinya jika dibiarkan dan
tidak dicegah dan dideteksi?
9 Apakah anda sebagai perawat sudah pernah memberikan
pendidikan kesehatan kepada ibu postpartum/keluarga tentang
bagaimana cara mencegah dan mendeteksi postpartum blues?
10 Apakah anda sebagai perawat tidak pernah memberikan
pendidikan kesehatan kepada ibu postpartum/keluarga tentang
bagaimana cara mencegah dan mendeteksi postpartum blues?
11 Apakah anda sudah pernah melakukan penyuluhan kepada
masyarakat tentang bagaimana cara mendeteksi dan
55

mencegah postpartum blues?

12 Apakah anda tidak pernah melakukan penyuluhan kepada


masyarakat tentang bagaimana cara mendeteksi dan
mencegah postpartum blues?

13 Apakah anda sebagai perawat sudah pernah bekerja sama


dengan tim kesehatan lain untuk melakukan pencegahan dan
mendeteksi postpartum blues?
14 Apakah anda sebagai perawat tidak pernah bekerja sama
dengan tim kesehatan lain untuk pencegahan dan mendeteksi
postpartum blues?
15 Apakah anda dan tenaga kesehatan lainnya pernah berdiskusi
tentang faktor-faktor apa saja yang mempengarungi terjadinya
postpartum blues di madura dan bagaimana solusi tim
terhadap cara mendeteksi dan mencegah postpartum blues?
16 Apakah anda dan tenaga kesehatan lainnya tidak pernah
berdiskusi tentang faktor-faktor apa saja yang
mempengarungi terjadinya postpartum blues di madura dan
bagaimana solusi tim terhadap cara mendeteksi dan mencegah
postpartum blues?
17 Apakah anda sebagai perawat sudah pernah merencakanan
dan mengarahkan tenaga kesehatan lain untuk melakukan
pencegahan dan mendeteksi gejala postpartum blues terhadap
ibu postpartum?
18 Apakah anda sebagai perawat tidak pernah merencakanan dan
mengarahkan tenaga kesehatan lain untuk melakukan
pencegahan dan mendeteksi gejala postpartum blues terhadap
ibu postpartum?
19 Selama anda menjadi perawat apakah pernah diberikan
tanggung jawab sebagai ketua atau supervisor untuk
melakukan koordinasi operasional aktivitas pelayanan
keperawatan terhadap pencegahan dan mendeteksi
postpartum blues pada ibu postpartum?
20 Selama anda menjadi perawat apakah tidak pernah diberikan
tanggung jawab sebagai ketua atau supervisor untuk
melakukan koordinasi operasional aktivitas pelayanan
keperawatan terhadap pencegahan dan mendeteksi
postpartum blues pada ibu postpartum?
56

Lampiran 3 kisi-kisi kuesioner

KISI-KISI KUESIONER TENTANG PERAN PERAWAT DALAM


MENCEGAH DAN MENDETEKSI POSTPARTUM BLUES PADA IBU
POSTPARTUM DI PUSKESMAS BANYUANYAR SAMPANG
Variabel Indikator Jumlah soal Nomor soal Jenis
pertanyaan
Peran perawat 1. Care giver 4 1, 2, 3, 4 Positif
dalam Negatif
mendeteksi Positif
dan Negatif
pencegahan
postpartum
blues pada ibu 2. Advocad 4 5, 6, 7, 8 Positif
postpartum Negatif
Positif
Negatif

3. Edukator 4 9, 10, 11, 12 Positif


Negatif
Positif
Negatif

4. 4 13, 14, 15, Positif


16 Negatif
Positif
Kolaborator Negatif

4 Positif
17, 18, 19, Negatif
20 Positif
5. Negatif

Koordinator
57

Lampiran 4 Surat permohonan data awal penelitian

Anda mungkin juga menyukai