Disusun oleh:
MOH.ROBAITULLOH
33412101120
Proposal karya tulis ilmiah ini disusun sebagai ajuan penatalaksanaan penelitian tugas
akhir Program Studi D3 Keperawatan Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Madura
Disusun oleh:
MOH.ROBAITULLOH
33412101120
LEMBAR PERNYATAAN
Saya bersumpah bahwa proposal karya tulis ilmiah ini merupakan hasil
karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh orang lain untuk memperoleh
gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun.
Moh.Robaitulloh
NRP. 33412101120
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Hilmah Noviandry R, S.Kep., M.Kes Ns. Abdan Syakura S.Kep., M.Kep.
NIK. 4110182015 NIK. 4110181023
Ketua Jurusan
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal karya tulis ilmiah oleh : Moh.Robaitulloh
Judul: Peran Perawat dalam Mendeteksi dan Mencegah Postpartum Blues pada
ibu Postpartum di Puskesmas Banyuanyar
Proposal karya tulis ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui isi serta
susunannya, sehingga dapat diajukan dalam ujian proposal Jurusan Kesehatan
Program Studi D3 Keperawatan Politeknik Negeri Madura
Moh.Robaitulloh
NRP. 33412101120
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Hilmah Noviandry R, S.Kep., M.Kes Ns. Abdan Syakura S.Kep., M.Kep.
NIK. 4110182015 NIK. 4110181023
Ketua Jurusan
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal karya tulis ilmiah oleh : Moh.Robaitulloh
Judul:Peran Perawat Dalam Mendeteksi dan mencegah postpartum Blues pada
Ibu Postpartum di Puskesmas Banyuanyar.
Proposal karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 21 Desember 2023
Mengetahui,
Ketua Jurusan
1. Diri sendiri yang sudah berjuang dengan hebat dan sabar untuk
2. Kedua orang tua dan saudara-saudara saya yang sudah mendukung dan
mendoakan setiap hari yaitu kepada Ibuk Nurul farida yang sangat
cantik dan sabar, Bapak Sodik dan saudara saya Mila dan juga ilzam yg
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Definisi operasional peran perawat dalam mendeteksi dan pencegahan
postpartum blues pada ibu postpartum Di Puskesmas Banyuanyar Sampang.44
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1Kerangka konsep peran perawat dalam mendeteksi dan mencegah
postpartum blues pada ibu postpartum Di Puskesmas Banyuanyar Sampang
tahun 2023.....................................................................................................38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar persetujuan menjadi responden.......................................................52
Lampiran 2 kuesioner penelitian.......................................................................................53
Lampiran 3 kisi-kisi kuesioner..........................................................................................56
Lampiran 4 Surat permohonan data awal penelitian.......................................................57
13
BAB 1
PENDAHULUAN
sementara yang terjadi pada hari pertama sampai hari ke-10 setelah persalinan,
biasanya terjadi pada hari ke tiga atau ke empat postpartum dan memuncak
antara hari ke lima dan ke-14 postpartum yang ditandai dengan gejala tangisan
singkat, perasaan kesepian, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa dan insomnia.
Postpartum blues ini terjadi pada ibu setelah kehamilan dan melahirkan juga
wanita setelah melahirkan, (Ningrum, 2017 dalam: Rizki Julia Wahyuni Dkk,
2022). Periode postpartum atau masa nifas merupakan masa 6 minggu ibu
normal dan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Fatmawati et al., 2022).
dengan potensi stres bagi seorang ibu. (Herlina, 2017). Umumnya ibu
sedih, jengkel, lelah, marah, putus asa dan perasaan-perasaan itulah yang
membuat seorang ibu enggan menyusui dan mengurus bayinya yang oleh para
peneliti di sebut Postpartum Blues (Evawati et al., 2014). Dari hasil penelitian
seorang ibu atau kondisi yang wajar dan masih kurang di perhatikan dengan baik
serta tidak sedikit masyarakat madura yang justru dikaitkan dengan hal mistis
seperti santet, hal ini juga dapat di pengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang masih
kental tentang hal mistis dan ghaib, kondisi tersebut akibat rendahnya
Peran perawat yaitu sebagai care giver, advokad, pendidik, konselor, tenaga ahli
postpartum blues didunia berkisar 3% hingga 8% dengan 50% kasus terjadi pada
postpartum blues di Asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85% dari wanita
Jakarta menunjukan 120 dari 580 (25%) ibu yang menjadi respondennya
mengalami sindrom postpartum blues. Dan dari beberapa penelitian yang telah
kejadiannya 11-30%, suatu jumlah yang tidak sedikit dan tidak mungkin
dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi yang baik serta dukungan
keluarga yang cukup. Menurut penelitian (Rahman, 2018) dari data analisis besar
15
sampel didapat 86 responden dari ibu nifas sebanyak 110 orang faktor yang
pengetahuan dan yang paling dominan adalah dukungan serta peran suami
ibu nifas tentang postpartum blues dan dukungan suami yang cukup
Postpartum blues saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti dan
postpartum blues diduga disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: faktor
kehamilan dan persalinan dan faktor sosial. Banyak masyarakat awam ataupun
keluarga menganggap gangguan psikologis ini merupakan hal yang wajar dari
naluri seorang ibu, sehingga postpartum blues menjadi suatu fenomena yang
sulit terdeteksi, namun jika tidak ditangani dengan tepat postpartum blues dapat
keinginan untuk menyakiti bayi dan dirinya sendiri (risiko bunuh diri), sehingga
berpengaruh fatal kepada ibu, bayi,dan keluarga contohnya seperti ibu tidak
mampu untuk merawat bayinya dengan optimal karena si ibu merasa tidak
berdaya atau tidak mampu sehingga akan menghindar dari tanggung jawabnya,
16
akibatnya kondisi kebersihan dan kesehatan si bayi kurang optimal dan juga si
ibu tidak akan bersemangat untuk menyusui bayinya sehingga pertumbuhan dan
ibu dan bayinya juga kurang dekat secara emosinal. Umumnya komunikasi ibu
dengan bayi dilakukan dengan cara dan dalam bentuk yang berbeda-beda,
misalnya senyuman, tatapan mata, celoteh, tangisan, gerak tubuh yang aktif,
dimana hal ini harus di tanggapi dengan baik oleh si ibu, namun bila hal ini tidak
dipenuhi, anak akan menjadi kecewa, sedih dan bahkan frustasi. Kejadian ini
Postpartum blues ini dapat disebabkan dari beberapa faktor yaitu (eksternal dan
dukungan suami dan keluarga sedangkan faktor (internal) yaitu hormonal berupa
(Syahputra & Syahputra, 2023). Ibu hamil yang mendapatkan dukungan yang
emosional pasca melahirkan (postpartum) yang lebih rendah serta usia yang
terlalu muda untuk hamil memicu risiko bagi ibu dan anak dari segi fisik dan
Oleh karena itu postpartum blues dapat terdeteksi bahkan dicegah dengan
cara peningkatan peran keluarga dan dukungan sosial terutama suami. Petugas
mereka sebagai care giver, advokad, pendidik dan konselor untuk memberikan
17
kejadian postpartum blues pada ibu postpartum, serta untuk mendeteksi dini
deteksi dan pencegahan postpartum blues secara dini dan mandiri sejak masa
Banyuanyar Sampang?
1.3 Tujuan
Banyuanyar Sampang
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan salah satu
18
blues
2. Bagi perawat
postpartum.
partum blues pada ibu postpartum dan sebagai bahan bacaan dan
4. Bagi Responden
postpartum blues sedini mungkin dan sebagai masukan bagi ibu dalam
postpartum blues.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat yang
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit mencakup seluruh proses
(Kusumawaty, 2021).
2023)
keperawatan klinik, ilmu biomedik, ilmu psikologi dan ilmu sosial. Kiat
1) Caring
2) Sharing
dengan pasiennya.
3) Laughing
4) Crying
perawat lain sebagai suatu hal yang biasa disaat senang maupun duka.
5) Touching
6) Helping
7) Believing in orders
8) Learning
9) Respecting
mengetahuinya.
10) Listening
pasiennya.
11) Feeling
2. Bersifat komprehensif
keperawatan bersifat menyeluruh meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spiritual.
keluarga dan masyarakat perawat bukan hanya mampu memenuhi aspek biologi
atau fisiknya saja akan tetapi juga mampu memenuhi aspek psikologi, sosial dan
spiritualnya.
yang sakit.
konsepsi dalam kandungan, setelah lahir, anak, remaja, dewasa, lansia sam[ai
11
fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang
et al., n.d, 2017.). Dalam ilmu keperawatan tahun 1989 dalam Umi
maupun tidak langsung kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Peran ini
Peran ini dilakukan perawat untuk membantu pasien dan keluarga dalam
pasien meliputi:
3. Sebagai educator
kesehatan.
4. Sebagai koordinator
5. Sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
13
terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain, dengan berupaya
6. Sebagai konsultan
7. Sebagai pembaharu
masyarakat dalam merubah perilaku serta pola hidup yang sangat berkaitan
1) Fungsi Independen
jawab penuh terhadap akibat yang akan terjadi tanpa meliabatkan pihak
lain.
2) Fungsi Dependen
pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas
3) Fungsi Interdependen
ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat
pemberian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat
1. Pengkajian
sistematis meliputi pengumpulan data tentang prilaku klien sebagai suatu sistem
kebutuhan dan fakta atau kondisi yang dikeluhkan oleh klien menggunakan
metode head to toe, hal ini sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa
2. Diagnosa
klien terhadap masalah kesehatannya baik yang aktual, risiko maupun potensial
3. Perencanaan/intervensi
koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien.
Keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang
akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan dan siapa yang akan melakukan
tindakan keperawatan.
4. Implementasi
kepada pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan yang lain berdasarkan
dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
16
5. Evaluasi
tidaknya rencana keperawatan yang sudah dilakukan kepada pasien dengan cara
Dalam pasal 28H ayat (1) UUD 1945 ditentukan bahwa ”Setiap orang
ekonomi, jenis kelamin, suku bangsa, agama, dan lain -lain, dan juga
konseling
lainnya
terbatas
postpartum, dimana pada saat ini ibu akan lebih sensitif dalam segala hal
sampai dengan 24 jam. Pada tahap ini perawat harus dengan teratur
dan suhu.
3. Periode Late puerperium (1 minggu-6 minggu). Pada peiode ini perawat tetap
lactogen akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam waktu 2 hari
hampir sama dengan kadar yang ditemukan pada folikel dari siklus
1. Uterus
yang memiliki rongga dan otot, berbentuk seperti buah alpukat yang
uterus sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5,5 cm dan tebal sekitar 2,5 cm.
Uterus dibagi menjadi 3 bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri, dan
serviks uteri.
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat
uterus 50 gr
2. Serviks
uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dan
22
lunak. Segera setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh
oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya dapat dilewati oleh 1
3. Vagina
akan kendur, setelah 3 minggu vagina kembali seperti pada saat keadaan
muncul kembali. Terdapat cairan selama masa nifas yang bisa disebut
dengan lokhea, lokhea ini berbau amis atau anyir dengan volume yang
berbeda beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap
keluarnya:
1) Lochea rubra/kruenta
2) Lochea sanguinolenta
3) Lochea serosa
plasenta.
4) Lochea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
4. Vulva
labia mayora, labia minora dan klitoris. Sama seperti vagina, pada saat
5. Payudara (mamae)
harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk
kolostrum. Kolostrum ini telah terbentuk di dalam tubuh ibu sejak usia
akan bengkak
2). Perubahan ukuran dan bentuk puting akan lebih besar atau bahkan
tenggelam dan warna puting menjadi lebih terang atau gelap. Bentuk
3). Payudara menjadi besar dan lebih keras sebagai tanda mulainya
proses laktasi.
6. Tanda-tanda vital
1) Suhu tubuh
Suhu tubuh dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu akan naik (37,50
– 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa.
13 Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan
Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi
pada endometrium.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut
nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang
perdarahan postpartum.
3) Tekanan darah
4) Pernafasan
kebutuhan oksigen yang tinggi untuk kekuatan dan tenaga ibu pada saat
26
semula.
6) Sistem pencernaan
biasanya membutuhkan waktu sekitar 1-3 hari agar fungsi saluran cerna
dan nafsu makan dapat kembali normal. Ibu yang melahirkan secara
spontan biasanya lebih cepat lapar karen telah mengeluarkan energi yang
begitu banyak pada saat proses melahirkan. Toileting seperti buang air
besar (BAB) biasanya mengalami perubahan pada 1-3 hari postpartum, hal
sesuatu secara fisik sesudah melahirkan akan menjurus pada suatu reaksi
dan dehidrasi serta dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar
27
anus/ perineum setiap kali akan BAB juga mempengaruhi defekasi secara
sembelit pada ibu nifas pada minggu pertama. Kebiasaan defekasi yang
teratur perlu dilatih kembali setelah tonus otot nanti kembali normal.
7) Sistem perkemihan
Pada ibu postpartum buang air kecil (BAK) akan sulit selama 24 jam
setelah itu ibu akan mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan
8) Sistem integumen
wajah, leher, mamae, dinding perut dan beberapa lipatan sendi, perubahan
9) Sistem muskuloskletal
proses involusi.
28
periode postpartum secara fisik, rasa letih setelah proses persalinan, stres
harus melayani keluarga dan tamu yang berkunjung untuk melihat bayi
postpartum yaitu:
4. Pengaruh budaya
Satu atau dua hari postpartum ibu cenderung pasif dan tergantung.
1. Taking in
Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif
dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya,
2. Taking hold
jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi
sangat sensitif seperti mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu
3. Letting go
penuh menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau
hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam rentang waktu 14 hari
1. Postpartum blues
30
Terjadi pada hari 1-10 setelah melahirkan dan hanya bersifat sementara
dengan gangguan mood, mudah marah, labil, mudah menangis, sedih, nafsu
makan menurun, sulit tidur. Keadaan ini umumnya akan terjadi beberapa hari
saja dan cenderung masih dianggap hal yang normal karena merupakan suatu
adaptasi faktor psikologis dari ibu postpartum, namun apabila memiliki faktor
postpartum..
2. Postpartum depression
bersalah, lelah, cemas, insomnia, sakit kepala yang hebat, tidak mampu merawat
diri dan enggan menyusui bayinya serta menolak untuk berhubungan sexsual dan
3. Postpartum psikologis
Depresi berat yaitu dengan gejala proses pikir (delusion hallucinations and
keselamatan jiwa ibu dan bayinya sehingga ditahap ini memerlukan pertolongan
1. Faktor hormonal
estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen ini biasanya akan
turun secara bermakna setelah melahirkan, dan ternyata estrogen memiliki efek
31
supresi terhadap aktivitas enzim monoamine oksidase, yaitu adalah suatu enzim
otak yang bekerja mengaktivasi baik non adrenalin maupun serotonin yang
2. Faktor demokrasi
psikologis postpartum blues ini karena secara umur dan kematangan organ
reproduksi serta pemikiran dan kesiapan menjadi seorang ibu belum cukup
matang, sehingga si ibu merasa kaget atau syok untuk memikirkan tanggung
blues ini paling banyak terjadi pada ibu primipara, mengingat dia baru memasuki
perannya sebagai seorang ibu, tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi
pada ibu yang sudah pernah melahirkan, yaitu jika ibu mempunyai riwayat
3. Faktor psikologis
biasanya akan tertuju pada anak yang baru lahir, padahal setelah melahirkan ibu
akan merasa lelah dan sakit pasca persalinan yang membuat ibu membutuhkan
perhatian lebih terutama oleh keluarga terdekat yaitu suami. Selain itu ibu
biasanya kecewa terhadap penampilan fisik dirinya yang berubah drastis dan
sudah tidak kencang seperti dulu lagi serta kecewa terhadap penampilan si kecil
karena tidak sesuai dengan apa yang di inginkan, hal ini juga bisa memicu
postpartum blues.
melahirkan dengan cara operasi cesar (Sectio Caesarea) kondisi ini akan dapat
menimbulkan perasaan takut dan tegang terutama terhadap peralatan operasi dan
jarum. Semakin besar trauma fisik yang terjadi selama proses persalinan akan
semakin besar pula trauma psikologis yang akan muncul terhadap ibu
postpartum.
5. Faktor sosial
kehamilan ini atau sebaliknya, apakah suami, keluarga, teman, perawat dan
prosedur kehamilan dan juga promosi kesehatan seputar kehamilan, serta hanya
sekedar menjadi pendengar yang baik untuk mendengarkan keluh kesah ibu
6. Faktor fisik
tenaga, apalagi jika tidak ada bantuan dari suami atau keluarga lain. Hal ini
33
selain peran suami dan keluarga, dukungan dari tenaga kesehatan seperti
perawat, dokter obstetri, atau bidan juga sangat diperlukan bagi ibu postpartum
penangannya.
dengan sendirinya, akan tetapi hal ini tidak boleh kita sepelekan,
psikosis, bisa mencelakai diri sendiri dan juga anaknya, sehingga pada
sikap seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke 3 atau
penakut, tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala, sering berganti
berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan hal ini akan berlanjut
kurang optimal dan juga si ibu tidak akan bersemangat untuk menyusui
Akibat lainnya adalah hubungan antara ibu dan bayinya juga kurang
tatapan mata, celoteh, tangisan, gerak tubuh yang aktif, dimana hal ini
harus di tanggapi dengan baik oleh si ibu, namun bila hal ini tidak
psikologis pada ibu postpartum dengan postpartum blues ada dua cara
mental.
terdekatnya
2) Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam
memberikan edukasi.
teman- teman terutama pada teman yang baru saja melahirkan atau
pernah melahirkan.
bayinya.
dengan cara:
3) Berolahraga ringan
baik
12) Mengurus bayi tidak harus perfeksionis dan mengikuti standart artis
13) Bicarakan rasa cemas dan jika ada masalah komunikasikan dengan
baik
anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka ibu akan segera
terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya sangat penting
3. Olahraga
membuat anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam
diri ibu
membeli rumah atau pindah kerja sebelum dan sesudah melahirkan. Hal ini
diderita.
5. Senam hamil
6. Dukungan emosional
diperlukan, ceritakan pada pasangan atau orang tua atau siapa saja yang
bersedia menjadi pendengar yang baik. Hal ini akan membantu ibu dalam
Keterangan :
Yang di teliti:
Yang tidak diteliti:
Arah hubungan :
Gambar 3. 1 Kerangka konsep peran perawat dalam mendeteksi dan mencegah postpartum
blues pada ibu postpartum Di Puskesmas Banyuanyar Sampang tahun 2023
39
faktor fisik dan juga faktor sosial. Postpartum blues ini merupakan
psikologis yaitu pada fase: fase talking in, talking hold, talking letting go.
Serta mempunyai tanda dan gejala seperti ibu tiba-tiba menangis, tidak
sering berganti mood dan insomnia. Gangguan postpartum blues ini akan
berdampak kepada ibu dan juga bayinya. Oleh karena itu perawat
oleh faktor pengalaman, Faktor usia, Faktor pendidikan. Maka dari itu
dan kurang.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah merupakan salah satu teknik atau cara yang
data dan dengan maksud tertentu (Prof. Dr. Suryana, 2012). Dalam bab
dilakukan dengan mendesain terhadap satu titik waktu (at one point in
terhadap status fenomena atau hubungan fenomena pada satu titik waktu
Populasi
Seluruh perawat yang ada di Puskesmas Banyuanyar Sampang,
sebanyak 27
Sampel
Seluruh perawat yang ada di Puskesmas Banyuanyar Sampang
sebanyak 27
Teknik sampling
Total populasi
Desain Penelitian
Penelitian deskriptif
Pengumpulan data
Kuisioner close ended dichotomy question
Pengolahan data
Editing, coding, scoring, tabulating
Analisa data
Perhitungan presentase
Penyajian data
Tabel dan Analisa deskriptif
Hasil
Pembahasan penarikan kesimpulan
Gambar 4. 1 Kerangka kerja peran perawat dalam mendeteksi dan pencegahan postpartum blues
pada ibu postpartum di Puskesmas Banyuanyar Sampang.
43
4.3.1 Populasi
akan tetapi juga mencakup alam yang lain, terdiri dari objek atau subjek
4.3.2 Sampel
Sampel ialah sebuah bagian dari populasi yang akan dijadikan objek
4.3.3 Sampling
atau porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi. Cara yang lakukan
variasi penciri antara satu orang dengan orang yang lain atau pembeda
44
satu objek dengak objek lainnya. Adapun penentuan variabel harus dapat
berdasarkan sifat, skala dan hubungan antar variabel (Subroto & Susetyo,
ini yaitu:
salah satu jawaban yang tersedia dengan baik dan benar sesuai
2. Instrumen penelitian
Banyuanyar Sampang.
1. Pengolahan Data
1) Editing
Kuesioner yang telah dibagikan dan di isi akan diteliti kembali oleh peneliti
serta dipastikan jawaban yang diberikan sesuai dengan intruksi yang di sampaikan
oleh peneliti.
2) Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode pada data-data yang awalnya berupa
kategori merubahnya menjadi nomeric (Astuti, 2015). Pada data umum yaitu: jenis
kelamin laki-laki kode 1 dan perempuan kode 2, usia 22-25 tahun kode 1, 26-30
tahun kode 2, 31-35 tahun kode 3, 36-40 tahun kode 4, 41-44 tahun kode 5 dan
bekerja 1-5 tahun kode 1, 6-10 tahun kode 2, 11-15 tahun kode 3, 16-20 tahun
kode 4
3) Scoring
Setelah data terkumpul, data kemudia dilihat dan diberikan skor untuk
47
masing-masing item opsi yang dipilih oleh responden sesuai dengan bobot nilai
4) Tabulating
5) Enterpretating
sebagai berikut:
Σ𝑓 𝑥 100%
P=
𝑛
Keterangan:
P= Prosentase
c) 100% : Seluruhnya
f) 46-50% : Setengahnya
i) 0% : Tidak Satupun
Σ𝑓 𝑥 100%
P=
𝑛
Keteragan :
P= prosentase
yaitu:
lembar pengumpulan.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar persetujuan menjadi responden
Hormat saya,
Sampang, Desember 2023
Moh.Robaitulloh
NRP. 33412101120
Responden,
Sampang , Desember 2023
( )
53
11-15 tahun
16-20 tahun
2 DATA KHUSUS
PETUNJUK
1. Bacalah pertanyaan dengan teliti
2. Berikan tanda contreng () pada kotak jawaban yang dipilih
No Pertanyaan Y T Skor
a
1 Apakah anda sebagai perawat sudah memberikan asuhan
keperawatan berupa mendeteksi postpartum blues pada setiap
kali ibu postpartum dan tentang bagaimana cara mencegah
terjadinya gangguan psikologis postpartum blues?
2 Apakah anda sebagai perawat tidak memberikan asuhan
keperawatan berupa mendeteksi postpartum blues pada setiap
kali ibu postpartum dan tentang bagaimana cara mencegah
terjadinya gangguan psikologis postpartum blues?
3 Sebagai perawat apakah anda pernah memberikan asuhan
keperawatan untuk pencegahan dan mendeteksi dini
postpartum blues secara dini dan mandiri kepada ibu
postpartum ?
4 sebagai perawat apakah anda tidak pernah memberikan
asuhan keperawatan untuk pencegahan dan mendeteksi dini
postpartum blues secara dini dan mandiri pada ibu
postpartum?
5 Pada saat pasien pulang apakah anda memberikan informasi
kepada pasien/keluarga tentang apa itu gangguan psikologis
postpartum blues beserta bagaimana cara mendeteksi dan
pencegahannya?
6 Pada saat pasien pulang apakah anda tidak memberikan
informasi kepada pasien/keluarga tentang apa itu gangguan
psikologis postpartum blues beserta bagaimana cara
mendeteksi dan pencegahannya?
7 Apakah anda pernah memberikan informasi kepada
pasien/keluarga tentang dampak dan bahaya postpartum blues
terhadap ibu postpartum dan juga bayinya jika dibiarkan dan
tidak dicegah dan dideteksi?
8 Apakah anda tidak pernah memberikan informasi kepada
pasien/keluarga tentang dampak dan bahaya postpartum blues
terhadap ibu postpartum dan juga bayinya jika dibiarkan dan
tidak dicegah dan dideteksi?
9 Apakah anda sebagai perawat sudah pernah memberikan
pendidikan kesehatan kepada ibu postpartum/keluarga tentang
bagaimana cara mencegah dan mendeteksi postpartum blues?
10 Apakah anda sebagai perawat tidak pernah memberikan
pendidikan kesehatan kepada ibu postpartum/keluarga tentang
bagaimana cara mencegah dan mendeteksi postpartum blues?
11 Apakah anda sudah pernah melakukan penyuluhan kepada
masyarakat tentang bagaimana cara mendeteksi dan
55
4 Positif
17, 18, 19, Negatif
20 Positif
5. Negatif
Koordinator
57