Anda di halaman 1dari 78

PROPOSAL PENELITIAN

KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA DIABETES MELITUS


TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN
SYIAH KUALA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk


melaksanakan tugas akhir

Oleh :

LUZVIA MAGFIRAH
1912101010100

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2022
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal penelitian dengan judul:

KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI


WILAYAH KERJA PUKESMAS KECAMATAN SYIAH KUALA

Oleh:

LUZVIA MAGFIRAH
1912101010100

Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan tim penguji proposal


Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh, Agustus 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Maulina, M.Kep., Sp. Kep. Kom Ns. Ns. Budi Satria, S. Kep., MNS
NIP. 19820202 201504 2 000 NIP. 19811110 201404 1 000

Mengetahui,
Koordinator,
Pogram Studi Ilmu Keperawatan

Ns. Nurhasanah, M. Kep


NIP. 19830717 201504 2 003

i
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal penelitian dengan judul:


KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
WILAYAH KERJA PUKESMAS KECAMATAN SYIAH KUALA

Oleh:

LUZVIA MAGFIRAH
1912101010100

Telah diseminarkan dihadapan tim penguji proposal


Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh, Agustus 2022


Mengesahkan,

Penguji I : 1. …………...
NIP.
Penguji II : 2……………..
NIP.
Pembimbing I :Ns. Maulina, M.Kep., Sp. Kep. Kom 3……………..
NIP. 19820202 201504 2 000
Pembimbing II : Ns. Budi Satria, S. Kep., MNS 4…………….
NIP. 19811110 201404 1 000

Mengetahui,
Koordinator,
Pogram Studi Ilmu Keperawatan

Ns. Nurhasanah, M. Kep


NIP. 19830717 201504 2 0

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Kualitas Hidup Pada

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Syiah Kuala” dapat terselesaikan. Shalawat beserta salam juga tak lupa

disampaikan keharibaan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat

manusia ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada ibu Ns. Maulina, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku dosen

pembimbing I dan Bapak Ns. Budi Satria, S.Kep., MNS selaku dosen

pembimbing II yang telah mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Selanjutnya ucapan terimakasih penulis kepada semua pihak yang telah

memberikan kontribusi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

1. Dr. Teuku Tahlil, S.Kp., MS, sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Univesitas

Syiah Kuala.

2. Dr. Ns. Darmawati, M. Kep. Mat sebagai Penjabat Wakil Dekan I Fakultas

Keperawatan Univesitas Syiah Kuala.

3. Dr. Ns. Marlina M. Kep., Sp. MB sebagai Penjabat Wakil Dekan II Fakultas

Keperawatan Univesitas Syiah Kuala.

4. Dr. Ns. Hilman Syarif, M.Kep., Sp. MB sebagai Penjabat Wakil Dekan III

Fakultas Keperawatan Univesitas Syiah Kuala

iii
5. Ns. Nurhasanah, M. Kep selaku Koordinator Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

6. Ns. Syarifah Rauzatul Jannah, S.Kep., MNS., Ph.D., selaku Ketua Jurusan dan

Penjabat Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala

7. Seluruh dosen dan staf administrasi Fakultas Keperawatan Universitas Syiah

Kuala yang membantu penulis dalam kelancaran penyusunan skripsi penelitian

ini

8. Teristimewa kepada ibunda Yusniar, S.Pd dan Almarhum Ayahanda Nurdin,

serta seluruh keluarga besar penulis, yang telah memberikan dukungan,

semangat dan doa dengan tulus ikhlas demi keberhasilan serta kelancaran

penulis selama menempuh pendidikan perguruan tinggi

9. Saudara kandung penulis yaitu kepada Mustafa Kamal, S.T. dan Reza Afrizal,

S.T. yang telah memberikan semangat dan bantuan untuk kelancaran penelitian

ini

10. Sahabat-sahabat penulis yang telah memberi semangat serta senantiasa selalu

mendengarkan keluh kesah penulis selama pelaksanaan penelitian ini

11. Teman-teman angkatan 2019 Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

yang telah berjuang bersama dan semua pihak yang terlibat membantu, saling

memberi semangat dan mendoakan dalam suka maupun duka dalam

menyelesaikan skripsi penelitian ini sehingga tidak mungkin penulis sebutkan

semuanya

iv
Akhir kata penulis berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua

pihak yang telah membantu dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis juga menyadari masih banyak

kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Banda Aceh, 30 Mei 2022

Luzvia Magfirah

v
DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN PERSETUJUAN...........................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................1
DAFTAR TABEL....................................................................................................3
DAFTAR SKEMA...................................................................................................4
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................6
A. Latar Belakang..............................................................................................6
B. Rumusan Masalah.......................................................................................10
C. Tujuan Penelitian........................................................................................11
D. Manfaat Penelitian......................................................................................11
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN.................................................................13
A. Konsep Diabetes Melitus............................................................................13
B. Konsep Kualitas Hidup...............................................................................30
BAB III KERANGKA KONSEP...........................................................................39
A. Kerangka Konsep Penelitian.......................................................................39
B. Pertanyaan Penelitian..................................................................................40
C. Definisi Operasional...................................................................................40
BAB IV METODELOGI PENELITIAN...............................................................41
A. Jenis dan Desain Penelitian.........................................................................41
B. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................42
C. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................43
D. Alat Pengumpulan Data..............................................................................44
E. Uji Instrunent..............................................................................................46
F. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................46
G. Etika Penelitian...........................................................................................48
H. Pengolahan Data.........................................................................................51
I. Analisa Data................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................56

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional…………………..………………………………35

Tabel 4.1 Perhitungan Skor WHOQOLBREF…..…………..…………………...48

viii
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian…………………………………………34

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 2. Rincian Anggaran Biaya Penelitian

Lampiran 3. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4. Lembar Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 6. Surat Pengambilan Data Awal Skripsi

Lampiran 7. Kuisioner Penelitian

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metaboIik yang

ditandai dengan kenaikan kadar gIukosa dalam darah atau hipergIikimia

diakibatkan gangguan akivitas insulin maupun kekurangan sekresi insulin

(American Diabetes Association, 2020). Diabetes Mellitus merupakan suatu

kelompok penyakit kronis serius yang terjadi ketika pankreas gagal untuk

menghasilkan insuIin (hormon yang berfungsi unuk mengatur guIa darah) atau

ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya

(World Health Organization, 2016).

Menurut American Diabetes Association (ADA, 2020) Diabetes Melitus

diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan etiologinya yaitu diabetes

tipe 1, tipe 2, tipe gestasional, dan DM tipe lain. DM tipe 2 merupakan jenis

Diabetes Mellitus yang paling banyak di masyarakat mencakup sekitar 85%

penderita DM. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang tidak dapat diubah di

masyarakat misalnya umur, jenis kelamin, faktor genetik serta faktor kehidupan

sehari-hari seperti kebiasaan merokok, aktivitas fisik yang kurang, pendidikan,

pekerjaan, indeks masa tubuh, konsumsi alkohol serta konsumsi makanan tidak

sehat (Fatimah, 2015).

Prevalensi DM diperkirakan terus meningkat setiap tahunnya terutama di

negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menempati

urutan kelima dengan jumlah pasien DM terbanyak (International Diabetes

1
2

Federation, 2021). International Diabetes Federation memperkirakan jumlah

penderita diabetes di Indonesia mencapai 28,57 juta jiwa pada tahun 2045. Jumlah

ini lebih besar 47% dibandingkan dengan jumlah 19,47 juta jiwa pada tahun 2021.

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di

Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur 15 tahun sebesar 2%. Angka

ini menunjukkan peningkatan dibandingkan prevalensi diabetes melitus pada

penduduk 15 tahun pada hasil Riskesdas 2013 sebesar 1,5%. Namun prevalensi

diabetes melitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada

2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Angka ini menunjukkan bahwa hanya

sekitar 25% penderita diabetes yang mengetahui bahwa dirinya menderita

diabetes. Berdasarkan data dinas kesehatan Aceh tahun 2019 prevelensi diabetes

mellitus di Aceh pada tahun 2020 adalah 121.1660 jiwa.

Penderita Diabetes Melitus harus terus dikelola dan dipantau agar kadar gula

darahnya tetap stabil sehingga tidak menimbulkan komplikasi lanjutan. Individu

ini membutuhkan pengelolaan yang tepat melalui 4 pilar pengelolaan diabetes

mellitus tipe 2 mencakup pengaturan pola makan, olahraga, intervensi

farmakologi serta penyuluhan (PERKENI, 2019).

Berbagai dampak yang dapat terjadi akibat dari penyakit diabetes melitus

diantaranya adalah dampak psikologis dan sosial, seperti stigma di masyarakat

pada pasien DM tipe 2 yang menggunakan terapi insulin. Berbagai stigma yang

ada di masyarakat dapat menurunkan kondisi fisik maupun kualitas hidup

penderita DM. Penyakit yang diderita dan pengobatan yang harus dijalani oleh

seorang penderita DM juga dapat mempengaruhi kapasitas fungsional, psikologis,


3

kesehatan sosial dan kesejahteraan pasien DM. Komplikasi DM dapat

mempengaruhi segala aspek kehidupan penderitanya, efek dari pengobatan yang

harus dijalani seumur hidup dan pengaturan makanan yang harus dilakukan secara

terus menerus. Hal tersebut berkontribusi besar dalam memberikan pengaruh

negatif pada kualitas hidup penderita DM (Wahyuni, 2014).

Permasalahan pada kualitas hidup penderita DM merupakan masalah yang

cukup komplek. Dikarenakan berpengaruh pada beberapa aspek dalam kehidupan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Faswita (2019) didapatkan hasil bahwa

penyakit DM memberikan efek yang kurang baik terhadap kualitas hidup.

Kualitas hidup yang rendah tersebut juga berhubungan dengan Kesehatan fisik,

kesehatan psikologis, dan hubungan sosial.

Menurut penelitian Hunger (2014) membuktikan bahwa kualitas hidup

penderita diabetes melitus mengalami gangguan pada domain fisik dimana

pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Umam (2020)

dimana menunjukan adanya penurunan kualitas hidup pada sebagian pasien

diabetes melitus yang memiliki kualitas hidup dengan katagori sedang pada

domain fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan (Umam, 2020).

Beberapa penelitian lainnya menyatakan bahwa tingkat stress yang tinggi

dapat membuat penyakit diabetes semakin meningkat. Individu dengan penyakit

diabetes cenderung merasa bahwa penyakit yang diderita mereka akan

mempengaruhi hidup mereka. Penderita diabetes harus terus menjaga pola makan

dan melakukan beberapa pola hidup yang dapat menyembuhkan penyakit mereka.

Hal ini membuat mereka merasa tertekan secara emosional dan sosial akibat
4

aturan-aturan yang harus mereka lakukan secara terus menerus tersebut. Perasaan

tertekan ini salah satunya akibat dari adanya hiperglikimia yang mempengaruhi

keadaan emosional penderita diabetes sehingga dapat menimbulkan stress. Stress

ini yang akhirnya mempengaruhi kualitas hidup penderita diabetes (Falco et al,

2015).

Seseorang yang memiliki kualitas hidup yang kurang baik  dapat

memperburuk kondisi suatu penyakit, dan begitu pula sebaliknya. Kualitas hidup

yang kurang baik dan  berbagai masalah psikologis dapat mengakibatkan

terjadinya gangguan metabolik, baik secara langsung melalui stress hormonal

ataupun secara tidak langsung yaitu melalui komplikasi. Pentingnya

meningkatkan kualitas hidup pasien DM karena kualitas hidup sangat

berpengaruh dengan respon tubuh individu terhadap terapi, perkembangan

penyakit dan bahkan kematian akibat DM (Teli, 2017). Kualitas hidup semestinya

menjadi acuan penting bagi tenaga kesehatan dalam tercapainya keberhasilan

tindakan atau terapi karena individu dengan kualitas hidup yang rendah seringkali

memperburuk komplikasi DM atau berakhir dengan kecacatan bahkan kematian

(Kemenkes, 2018).

Menurut World Health Organization Quality of Life Group (WHOQOL)

dalam Yuliati 2014 kuaIitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu

terhadap fungsi dirinya dalam kehidupan yang sedang dijaIani termasuk dalam

konteks nilai dan budaya dimana mereka tinggal, berhubungan dengan orang lain

serta menjalankan tujuan hidupnya, harapan, aturan-aturan yang berlaku dan

kepedulian menyatu dalam hal yang kompleks kesehatan fisik seseorang, keadaan
5

psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, kepercayaan dan hubungannya

dengan hal-hal yang penting pada lingkungan disekitarnya. Kualitas hidup

merujuk pada evaluasi yang subjektif di dalam lingkup suatu kebudayaan, sosial

dan konteks lingkungan.  Selain itu, WHOQOL juga menyatakan bahwa kualitas

hidup individu meliputi dari 4 domain yaitu, domain kesehatan fisik, psikologis,

hubungan sosial, dan lingkungan. Persepsi individu terhadap kehidupannya yang

berkaitan dengan 4 domain tersebut yang akan menggambarkan kualitas hidup

penderita diabetes.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fithria et al, 2022 disebutkan bahwa

Kualitas hidup penderita Diabetes cenderung lebih rendah dibandingkan dengan

non-diabetes. Banyak hal yang mempengaruhi kualitas hidup penderita salah

satunya komplikasi ulkus diabetikum yang memperikan dampak negatif karena

menyebabkan terhambatnya aktivitas penderita dan menambah biaya pengobatan

serta menyebabkan ketergantungan penderita pada anggota keluarga. Kemudian

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di salah satu kabupaten di Aceh

menunjukan bahwa 64,3% mempunyai kualitas hidup baik dan 35,7% mempunyai

kualitas hidup kurang baik (Jais, Teuku Tahlil, & Suryane, 2021).

Hal ini juga didukung dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan Wahyuni,

Arsin & Abdullah 2014 disebutkan bahwa penderita diabetes melitus akan terus

merasakan beban setiap hari sepanjang masa hidupnya, beban baik secara fisik

ataupun psikologis. Beban psikologis  yaitu berkaitan dengan perasaan

ketidakberdayaan, kurang nyaman, kecemasan, perasaan putus asa sampai kepada

depresi. Pendapat yang lain juga mengungkapkan bahwa kualitas hidup yang
6

dimiliki oleh penderita diabetes melitus sangat penting untuk melihat bagaimana

cara mereka mengelola penyakit serta memelihara kesehatannya dalam jangka

waktu yang panjang untuk melihat tingkat kecemasan yang dimilikinya (Wahyuni

et al, 2014).

Dari latar belakang dan fenomena diatas menjadikan peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Kualitas Hidup pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Syiah Kuala.

B. Rumusan Masalah

Kasus Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit kronis yang paling umum

terjadi di masyarakat dan bisa menimbulkan dampak psikologis dan sosial yang

bisa memberikan pengaruh negatif dan menurunkan kualitas hidup penderita.

Kualitas hidup adalah salah satu aspek utama pada penderita diabetes mellitus

yang menjadi tolak ukur untuk keberhasilan penatalaksanaan diabetes melitus.

Kualitas hidup yang dimiliki penderita diabetes penting untuk melihat bagaimana

individu mengelola penyakit dan memelihara kesehatannya dalam waktu jangka

panjang agar tidak meningkatkan resiko komplikasi serius yang seharusnya dapat

dicegah atau diperlambat. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Syiah Kuala.

C. Tujuan Penelitian
7

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas

hidup penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Syiah Kuala

D. Manfaat Penelitian

1. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi,

referensi, evaluasi, dan tinjauan praktis kepada instansi maupun mahasiswa

keperawatan dalam mengembangkan penelitian terkait kualitas hidup

penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di masa mendatang.

2. Pemecahan Masalah Praktik Keperawatan di Lapangan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bacaan bagi

mahasiswa dan instansi terkait terutama dalam pengembangan ilmu

keperawatan komunitas tentang kualitas hidup penderita Diabetes Mellitus

Tipe 2.

3. Pengembangan Metodologi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang berarti

mengenai gambaran kualitas hidup penderitta Diabetes Mellitus Tipe 2.

Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam

penelitian-penelitian selanjutnya sehingga dapat memberi masukan dalam

peningkatan pada kualitas aspek pelayanan keperawatan.


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Diabetes Melitus

1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan jenis kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikimia yang terjadi diakibatkan saat pangkreas tidak bias

memproduksi insulin yang cukup (Hormon yang mengatur gula darah atau

glukosa darah) disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, atau tubuh tidak dapat

menggunakan insulin yang dihasilkan tubuh secara efektif (PERKENI, 2019).

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis gangguan sistem

metabolisme yang ditandai peningkatan glukosa darah (Hiperglikemi),

disebabkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan dari

glukosa untuk digunakan dalam metabolisme dan pertumbuhan sel.

Kekurangan atau tidak adanya insulin membuat glukosa tertahan didalam darah

dan mengakibatkan terjadinya peningkatan gula darah, sehingga sel

kekurangan glukosa yang dibutuhkan dalam kelangsungan fungsi sel (Izzati &

Nirmala, 2015).

Diabetes mellitus merupakan suatu kondisi ketika kadar gula di dalam

darah lebih tinggi dari keadaan normal (Normal: 60 mg/dl - 145 mg/dI), yang

disebabkan saat tubuh tidak mampu melepaskan atau menggunakan hormon

insulin secara cukup. Diabetes mellitus juga dikenal sebagai penyakit

metabolisme yang termasuk dalam kelompok gula darah yang melebihi dari

8
9

batas normal atau hiperglikemi (≥120 mg/dI), karena itulah diabetes mellitus

sering juga disebut dengan penyakit gula (Maulana, 2016).

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi diabetes mellitus menurut American Diabetes Association

(ADA) 2020 dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:

a. Diabetes Melitus Tipe 1 (Diabetes Melitus Tergantung Insulin/Insulin

Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes Melllitus tipe 1 terjadi ketika adanya destruksi sel beta

pankreas karena disebabkan autoimun dan dapat menyerang semua umur

namun lebih sering terjadi pada usia muda. Faktor penyebab terjadinya

Diabetes Mellitus Tipe I adalah infeksi virus atau rusaknya sistem

kekebalan tubuh yang terjadi karena reaksi autoimun secara tidak sengaja

merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel beta pada pankreas. Oleh sebab

itu, penderita DM tipe 1 pankreas tidak dapat memproduksi insulin

sehingga membutuhkan suntikan insulin untuk mengontrol kadar glukosa

darah. Apabila tidak dilakukan sunttik insulin maka penderita akan koma

ketoasidosis atau tidak sadarkan diri.

b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Diabetes Melitus Tidak Bergantung Pada

Insulin/Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes Mellitus tipe 2 adalah jenis DM yang paling sering terjadi,

mencakup sekitar 85% penderita DM. DM tipe 2 lebih sering menyerang

usia diatas 40 tahun tetapi dapat pula terjadi pada usia muda atau anak-

anak. Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin


10

tidak bisa membawa glukosa masuk kedalam jaringan disebabkan

resistensi insulin atau turunnya kemampuan insulin untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

produksi glukosa dari hati. DM tipe 2 adalah akibat dari kegagalan relative

sel beta pancreas dan resistensi insulin, sel beta pancreas tidak bias untuk

mengimbangu resistensi insulin hingga akhirnya menyebabkan defisiensi

relatif insulin.

c. Diabetes Mellitus Gestational

DM Gestational merupakan gangguan intoleransi glukosa yang terjadi

selama masa kehamilan , biasana terjadi pada trimester kedua dan ketiga

dan kembali normal setelah persalinan. DM tipe ini berhubungan dengan

meningkatnya produksi hormon antagonis insulin yaitu: progesterone,

estrogen, laktogen, plasenta manusia dan kortisol yang ikut

mengakibatkan terjai peningkatan kadar gula darah.

d. Diabetes Mellitus Tipe Lain

DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang ditandai

oleh naiknya kadar glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel beta,

defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit

metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan

sindrom genetik lain yang berkaitan dengan penyakit Diabetes Mellitus.

Selain itu DM tipe ini juga dapat disebabkan oleh bahan kimia atau obat-

obat tertentu yang dapat menurunkan toleransi glukosa. Contoh dari DM

tipe lain yaitu: Sindrom diabetes monogenik (diabetes neonatal), Penyakit


11

pada pankreas, Diabetes yang diinduksi bahan kimia (penggunaan

glukortikoid pada HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ)

3. Faktor Resiko Diabetes Mellitus

Sama seperti penyakit tidak menular pada umumnya, Diabetes Melitus

memiliki faktor risiko atau faktor pencetus yang berpengaruh terhadap

kejadian penyakit. Upaya pengendalian faktor risiko digunakan untuk

mencegah diabetes melitus dan menurunkan tingkat fatalitas penderita.

Diabetes mellitus tipe 2 secara umum disebabkan oleh faktor genetik yang

berhubungan dengan gangguan sekresi insulin, resistensi insulin, dan faktor

lingkungan (seperti obesitas, kurang olahraga, stres, dan penuaan) selain itu

juga disebabkan oleh beberapa faktor risiko yaitu, faktor yang dapat

dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi (Kemenkes RI, 2020).

Berikut ini adalah faktor-faktor risiko diabetes, yaitu:

a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

1) Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

seseorang bisa terkena diabetes melitus, usia ≥45 tahun fungsi organ

tubuh akan semakin menurun kinerjanya diakibatkan aktivitas sel

beta pankreas untuk menghasilkan insulin menjadi semakin

berkurang dan sensifitas sel-sel jaringan ikut menurun sehingga tidak

menerima insulin dan menurunnya fungi metabolisme glukosa pada

tubuh (Watta et al, 2020).


12

2) Jenis Kelamin

Perempuan lebih berisiko untuk terkena diabetes mellitus karena

perempuan memiliki kemungkinan terjadinya peningkatan indeks

masa tubuh (IMT) lebih besar dari pada lelaki (Liuw, 2014).

3) Riwayat Keluarga

Seseorang yang memiliki riwayat keluarga DM akan lebih besar

beriko mengalami DM dibandingkan yang tidak memiliki riwayat

keluarga DM. DM merupakan salah satu tipe penyakit yang

berhubungan dengan garis keturunan. Faktor genetik atau riwayat

keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar pada prevalensi

penyakit diabetes mellitus tipe 2. Risiko seorang anak, jika salah satu

orang tuanya DM sebesar 15% dan resikonya sebesar 75% jika

kedua orang tuanya memiliki DM (Nasution, 2021).

4) Riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

Bayi lahir dengan berat badan <2500 gram. Bayi yang

mengalami BBLR memiliki kemungkinan terjadinya kerusakan

pankreas yang dapat mengakibatkan terganggunya produksi insulin

oleh pankreas. Kejadian pada masa kritis saat terjadi perkembangan

janin di dalam kandungan akan menimbulkan kerusakan struktural

dan fungsional permanen yang dapat mengakibatkan penyakit kronis

pada masa dewasa. BBLR yang disebabkan karena janin mengalami

kekurangan gizi selama dalam kandungan menyebabkan janin

melakukan penyesuaian terhadap lingkungan dengan cara


13

memperlambat pertumbuhan secara umum karena asupan gizi yang

ada lebih diutamakan untuk pertumbuhan otak janin dan

menyebabkan perkembangan yang buruk pada sel beta pankreas

sehingga akhirnya dapat mengganggu metabolisme glukosa

(Kusnadi, 2017).

b. Faktor yang dapat dimodifikasi

1) Berat Badan Berlebih

Berat badan berlebih atau Obesitas merupakan penumpukan

lemak yang sangat tinggi dalam tubuh. Kalori yang masuk ke tubuh

lebih tinggi dibandingkan aktivitas fisik yang dilakukan untuk

membakarnya sehingga lemak menumpuk dan meningkatkan risiko

DM tipe 2. Kriteria Obesitas yakni IMT ≥25 kg/m2 atau ukuran

lingkar perut ≥80cm bagi wanita serta ≥90 cm bagi pria (Utomo,

2020).

2) Kurang Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang kurang tidak dapat membakar kalori yang

cukup sehingga menaikkan risiko DM Tipe 2. Golongan masyarakat

berpenghasilan tinggi umumnya jarang melakukan aktivitas fisik.

Strategi terbaik untuk mencegah DM tipe 2 ialah dengan menjaga

berat badan serta menjalankan aktivitas fisik < 3 kali /minggu selama

30 menit. Aktivitas fisik sangat bermanfaat untuk meningkatkan

sirkulasi darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki

sensitivitas tubuh terhadap insulin, sehingga dapat memperbaiki


14

kadar glukosa darah. aktivitas fisik secara teratur menambah

(Kurniawaty, 2016).

3) Hipertensi

Penyakit hipertensi merupakan salah satu faktor resiko yang

berkontribusi menhebabkan diabetes melitus. Apabila hipertensi

dibiarkan dan tidak dilakukan perawatandengan baik, maka dapat

mengakibatkan terjadinya penebalan pada pembuluh darah arteri dan

pembuluh darah akan menyempit. Sehingga proses pengangkutan

glukosa dari dalam darah menjadi teganggu. Risiko terjadinya DM

tipe 2 pada penderita hipertensi 2,43 kali lebih besar dibandingkan

dengan yang tanpa hipertensi (Kurniawaty, 2016).

4) Kebiasaan Merokok

Hal ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan

merokok memiliki risiko 3 kali terjadinya DM tipe 2 dibandingkan

dengan orang yang tidak memiliki kebiasaan merokok (Kurniawaty,

2016) Merokok adalah faktor risiko yang paling sering ditemui

dalam berbagai penyakit termasuk salah satunya pada DM Tipe 2.

Penelitian mengemukakan bahwa sensitivitas insulin akan menurun

disebabkan oleh nikotin dan bahan kimia berbahaya lain yang ada di

dalam rokok (Utomo, 2020).

5) Pengelolaan Stres

Ketika penderita DM tipe 2 terindentifikasi mengalami stres,

glukosa dalam penderita akan meningkat. Hormon berfungsi


15

meningkatkan gula darah untuk meningkatkan energi dalam tubuh

yaitu Adrenalin dan kortisol akan muncul ketika stress (Utomo,

2020).

6) Dislipidemia

Dislipidemia merupakan keadaan dimana kadar lemak darah

meningkat. Ketika kadar lemak darah meningkat maka akan berisiko

menyebabkan DM tipe 2. Dislipidemia sering beriringan dengan

penyakit DM, baik dislipidemia primer (akibat kelainan genetik)

maupun dislipidemia sekunder (akibat DM, karena resistensi

maupun defisiensi insulin). Dislipidemia tidak menimbulkan gejala

sehingga untuk mengetahuinya harus melaksanakan pemeriksaan

darah atau check- up terlebih dahulu sehingga dapat dilakukan

deteksi dini dislipidemia (Utomo, 2020).

7) Konsumsi makanan

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa seringnya

mengonsumsi makanan atau minuman manis akan meningkatkan

resiko penyakit DM tipe 2 karena meningkatkan kadar glukosa

dalam darah. Riwayat pola makan yang tidak sehat juga menjadi

faktor resiko penyebab terjadinya DM. Perubahan diet, seperti

mengkonsumsi makanan tinggi lemak menjadi penyebab Diabetes

Semua penderita diabetes dianjurkan untuk melakukan diet dengan

pembatasan kalori, terlebih untuk penderita yang obesitas. Pemilihan

makanan harus dilakukan secara benar dan melakukan pembatasan


16

kalori, terutama pembatasan lemak total dan lemak jenuh untuk

mencapai kadar glukosa dan lipid darah yang normal (Watta, 2020).

8) Obesitas Abdominal

Obesitas abdominal dapat diukur dengan menggunakan meteran

yaitu dengan cara melakukan pengukuran pada lingkar perut. Wanita

yang memiliki lingkar perut laki-laki ≥ 90 cm dan lingkar perut

perempuan ≥ 80 cm beresiko lebih tinggi untuk mengalami diabetes

mellitus. Hal ini dikarenakan gangguan toleransi glukosa dan

diabetes lebih tinggi terjadi pada orang yang mengalami obesitas

abdomnila dari pada yang tidak obesitas. Hal ini menyebabkan

resistensi insulin yaitu insulin tubuh tidak dapat bekerja dengan baik

sehingga menyebabkan gangguan toleransi glukosa dan DM tipe 2.

(Septyaningrum, 2014).

4. Patofisiologis Diabetes Melitus tipe 2

Diabetes Mellitus tipe 2 adalah kondisi yang disebabkan oleh resistensi

insulin dan disfungsi sel Beta pankreas. Diabetes mellitus tipe 2 tidak

disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin tapi adanya perubahan-perubahan

yang mencegah insulin mencapai reseptor, perubahan dalam pengikatan

insulin, transduksi sinyal oleh reseptor, atau perubahan salah satu tahap kerja

insulin sehingga menyebabkan resistensi insulin. Jika fungsi insulin

mengalami resistensi maka akan terjadi hiperglikemia atau diabetes.

Kekurangan insulin dikatakan relatif ketika pankreas menghasilkan insulin

dalam jumlah normal, tetapi insulinnya tidak efektif. Resistensi insulin


17

banyak terjadi akibat dari berat badan berlebihan dan kurang nya aktivitas

fisik serta penuaan. Selain itu resistensi insulin ini menyebabkan

hiperglikemia atau kelebihan produksi glukosa oleh hati dan mengurangi

ambilan glukosa dalam jaringan perifer.

Kelainan sel Beta pankreas Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat

juga menyebabkan produksi glukosa hepatik yang sangat berlebihan, pada

tahap awal sel beta menunjukan adanya gangguan pada sekresi insulin,

artinya sekresi insulin gagal merespon akibat resistensi insulin. Apabila tidak

ditangani dengan baik, akan terjadi kerusakan sel-sel beta pankreas secara

berlanjut. Kerusakan sel-sel beta pankreas secara berlanjut akan

menyebabkan defisiensi insulin, sehingga penderita memerlukan injeksi

insulin (Fatimah, 2015).

5. Manifestasi klinis Diabetes Mellitus

Diabetes melitus secara umum dimulai dengan gejala yang dikenal

dengan 3P serba banyak yaitu banyak makan (polifagia), banyak minum

(polidipsia), dan banyak kencing (poliuria). Poliuria dan polidipsia adalah

akibat dari kehilangan cairan secara berlebihan. Penderita diabetes melitus

sering kali tidak menyadari gejala-gejala yang timbul pada fase awal. Ini

karena kurangnya tingkat pengetahuan. Beberapa gejala diabetes seringkali

diartikan sebagai respon tubuh yang normal (Tandra, 2017).

Adapun manifestas klinis Diabetes mellitus tipe 2 biasanya muncul

secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang jelas. Berikut adalah

tanda dan gejala diabetes mellitus tipe 2:


18

a. Poliuri (peningkatan pengeluaran urin)

Poliuri merupakan gejala tahap awal diabetes yang terjadi ketika kadar

gula darah sampai di atas 160-180 mg/dl. Ginjal akan menghasilkan air

kemih dalam jumlah yang banyak ketika kadar glukosa tinggi dalam

darah. Akibatnya penderita diabetes sering berkemih dalam jumlah

banyak.

b. Polidipsi (peningkatan rasa haus)

Polidipsi terjadi ketika urin yang dikeluarkan terlalu banyak, maka

penderita akan terus merasa haus sehingga banyak minum.

c. Polifagi (cepat merasa lapar)

Nafsu makan meningkat (polifagi) dan tubuh merasa kekurangan tenaga.

Insulin yang bermasalah menyebabkan pemasukan gula ke dalam sel-sel

tubuh kurang dan energi yang dihasilkan pun menjadi kurang. Sehingga

penderita merasa kurang tenaga. Selain itu, sel juga menjadi kekurangan

kadar gula sehingga otak juga menangkap sinyal bahwa tubuh

kekurangan energi karena kurang makan, tubuh kemudian bereaksi

dengan meningkatkan nafsu makan dengan mengirimkan sinyal alarm

rasa lapar (Lestari, et al, 2021).

d. Penurunan Berat Badan

Penurunan berat badan pada lenderita DM terjadi karena tubuh memecah

cadangan energi lain dalam tubuh seperti lemak. Karena tubuh tidak

mampu mendapatkan energi yang cukup dari gula yang dihasilkan karena
19

kekurangan insulin, tubuh akan segera mengolah lemak dan protein yang

ada di dalam tubuh untuk diubah menjadi energi (Simatupan, 2017).

e. Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal

pada kulit.

f. Sakit kepala, mengantuk, dan terjadi gangguan pada aktivitas sehari-hari

disebabkan oleh kadar glukosa intrasel yang rendah.

g. Kram pada otot, iritabilitas, serta emosi yang tidak stabil karena

ketidakseimbangan elektrolit.

h. Gangguan penglihatan, pemandangan menjadi kabur karena

pembengkakan akibat glukosa.

i. Tangan dan kaki kesemutan atau kebas di dikarenakan kerusakan

jaringan saraf.

j. Nyeri pada abdomen yang disebabkan karena neuropati otonom yang

mengakibatkan konstipasi.

k. Mual, diare, dan konstipasi yang disebabkan karena dehidrasi dan

ketidakseimbangan elektrolit serta neuropati otonom. (Kulit kering, lesi

kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal (Smeltzer & Bare

2013).

6. Diagnosis Diabetes Mellitus

Menurut PERKENI 2019, Tes kimiawi terhadap darah dan urin dapat

digunakan untuk mendiagnosis penyakit Diabetes Melitus. Penegakkan dasar

diagnosis diabetes mellitus dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar

glukosa dalam darah menggunakan glukometer (alat yang digunakan untuk


20

pemeriksaan kadar glukosa darah kapiler). Pemeriksaan glukosa darah adalah

salah satu cara untuk mendiagnosis penyakit Diabetes Melitus dan

pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara

enzimatik menggunakan bahan darah plasma vena. Penggunaan darah

lengkap (wholeblood), vena, ataupun angka kriteria diagnostic yang berbeda

sesuai standart dari WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan dari hasil

pengobatan dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah

kapiler dengan glukometer (Perkeni, 2019).

Di dalam PERKENI tahun 2019, diagnosis DM dapat dilakukan melalui

empat cara.

a. Jika keluhan awal ditemukan yaitu keluhan seperti poliuria, polifagia,

polidipsia, penuruna berat badan secara mendadak, badan lemah, gatal-

gatal dan mata mengalami kabur, badan kesemutan maka pemeriksaan

glukosa plasma B sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk diagnosis

DM.

b. Pemeriksaan glukosa plasma puasa (kondisi dimana tidak ada asupan

makanan minimal 8 jam) dengan hasil ≥126 mg/dl yang dilakukan

sebelum sarapan pada pagi hari.

c. Pemeriksaan glukosa plasma dengan hasil ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes

Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75g. TTGO lebih

spesifik dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa.

d. Pemeriksaan HbAlc dengan hasil ≥6,5% menggunakan metode

terstandarisasi
21

7. Pencegahan Diabetes Mellitus

Pencegahan Diabetes Mellitus menurut Smeltzer & Bare, (2013)

a. Secara rutin melakukan pemeriksaan glukosa darah untuk mengontrol

kadar gula darah agar tetap dalam batas normal.

b. Menjaga pola makan dengan mencukupi kebutuhan makan dan tidak

melewatkan waktu makan.

c. Membatasi jumlah karbohidrat yang dimakan.

d. Mengkonsumsi obat sesuai dosis, anjuran dan waktu.

e. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai tanda gejala hipoglikemia.

f. Memberikan bantuan berupa dukungan psikologis kepada pasien untuk

meningkatkan rasa percaya diri.

g. Memberikan informasi kepada pasien diabetes melitus tipe 2 yang

mengonsumsi obat sulfonilurea oral

h. Memberikan informasi kepada pasien tentang pengaruh istirahat dan

aktivitas fisik.

8. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Penatalaksanaan diabetes mellitus secara umum adalah untuk

meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes mellitus. Tujuan

penatalaksanaan diabetes mellitus jangka pendek adalah untuk

menghilangkan dan mengurangi keluhan diabetes mellitus, serta mencegah

resiko komplikasi akut. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah untuk

memperlambag progresivitas penyulit mikroangiopati dan makroangiopati

sehingga tujuan akhir dari penatalaksanaan diabetes mellitus adalah untuk


22

menurunkan angka morbiditas dan mortalitas diabetes mellitus. Tujuan umum

dari penatalaksanaan tersebut dapat dilakukan dengan mengendalikan glukosa

darah, berat badan, tekanan darah, dan lipid melalui pengelolaan secara

komprehensif (PERKENI, 2019).

Penatalaksanaan pasien diabetes mellitus menurut PERKENI tahun 2019,

terdiri dari 4 pilar, yaitu:

a. Edukasi

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, edukasi harus selalu

dilakukan dalam upaya pencegahan dan sangat penting dalam membantu

pengelolaan Diabetes Mellitus secara holistik. Pengelolaan diabetes

secara maksimal membutuhkan partisipasi pasien dalam upaya penerapan

perilaku hidup sehat. Materi edukasi terdiri dari materi tentang penyakit

DM, pentingnya pengendalian dan pemantauan DM secara berkala.

Intervensi non-farmakologi dan farmakologis serta target pengobatan,

Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat

antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain. Cara

pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin

secara mandiri, melakukan pola hidup sehat, menjaga pola makan,

melakukan aktivitas fisik yang teratur, pentingnya perawatan kaki, serta

cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan yang ada.

b. Terapi Nutrisi Medis (TNM)

Terapi nutrisi medis merupakan salah satu bagian penting dari

penatalaksanaan DM secara komprehensif. Keberhasilannya dari terapi


23

nutrisi media adalah keterlibatan secara menyeluruh dari tim medis,

pasien dan keluarga pasien. Prinsip pengaturan pola makan pada pasien

DM adalah makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori

dan zat gizi masing-masing individu. Pasien DM perlu diberikan

pengetahuan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan

jumlah kandungan kalori, terutama pada penderita yang menggunakan

obat untuk meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin. Komposisi

makanan yang dianjurkan adalah karbohidrat sebesar 45 - 65% total

asupan energi. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20 - 25% kebutuhan

kalori, dan tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.

Jumlah konsumsi serat yang disarankan adalah 20 - 35 gram per hari.

Sumber protein yang disarankan adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa

lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe, produk susu rendah lemak,

kacang-kacangan, tahu dan tempe.

c. Latihan fisik.

Program latihan fisik secara teratur dilakukan 3- 5 hari seminggu

selama sekitar 30 - 45 menit, dengan total 150 menit per minggu. Kegiatan

sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan termasuk dalam latihan fisik.

Latihan fisik berfungsi untuk menjaga kebugaran, menurunkan berat

badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki

kadar glukosa darah. Latihan fisik yang dianjurkan berupa latihan fisik

yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang seperti jalan cepat, sepeda

santai, jogging, dan berenang. Latihan fisik dianjurkan sesuai dengan umur
24

dan status kesegaran fisik. Intensitas latihan fisik pada pasien DM yang

sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada pasien DM yang disertai

komplikasi intesitas latihan perlu dikurangi dan disesuaikan dengan

kebutuhan masing-masing individu.

d. Terapi Farmakologis.

Terapi farmakologis digunakan apabila kadar glukosa optimal belum

tercapai dan diberikan bersama dengan pengaturan pola makan serta

latihan aktivitas fisik. Terapi Farmakologis terdiri dari:

1) Obat antihipoglikemik oral

Obat antihiperglikemik oral terdiri dari pemacu sekresi insulin

(insulin secretagogue) seperti sulfonilurea dan glinid, peningkat

sensitivitas terhadap insulin (insulin sensitizer) seperti metformin dan

tiazolidindion (TZD), penghambat alfa glukosidase yaitu penghambat

absorbsi glukosa di saluran pencernaan, pengahambat enzim

dipeptidyl peptidase 4 (DPP-4 inhibitor) dan penghambat enzim

sodium glucose co-transporter 2 (SGLT-2 inhibitor)

2) Obat antihiperglikemik suntik

Obat antihiperglikemik suntik terdiri dari insulin, Insulin GLP- 1

RA serta kombinasi insulin dan kombinasi GLP-1 RA. Penggunaan

obat antihiperglikemik suntik digunakan dengan menyesuaikan

kondisi dan respons individu penderita diabetes mellitus.


25

B. Konsep Kualitas Hidup

1. Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup adalah konsep analisa kemampuan untuk memiliki hidup

yang normal dan berkaitan dengan persepsi individu mengenai tujuan, standart,

harapan dan perhatian secara mendetail mengenai kehidupan mereka alami.

Dalam bidang pelayanan kesehatan kualitas hidup di gunakan untuk

menganalisa hasil dari emosional, kemampuan, dan faktor sosial individu yang

digunakan untuk memenuhi tuntutan kegiatan di dalam kehidupan secara

normal dan bagaimana dampak sakit berpotensi untuk menurunkan kualitas

hidup terkait kesehatan seseorang (Nursalam, 2017).

Menurut Rachmawati, 2013 Kualitas hidup merupakan persepsi individu

atau seseorang tentang bagaimana posisinya dalam kehidupan, hubungannya

dengan sistem budaya dan nilai setempat dan berhubungan dengan cita-cita,

penghargaan, dan pandangan- pandangannya, yang merupakan pengukuran

multidimensi, tidak terbatas pada fisik, tetapi psikologis, sosial dan lingkungan

di kehidupan sehari-hari. WHO dalam Endarti 2015 mendefinisikan kualitas

hidup sebagai persepsi seseorang terhadap kehidupan yang dijalaninya sesuai

dengan budaya dan nilai-nilai tempat seseorang tersebut tinggal serta

membandingkan kehidupan mereka dengan tujuan, harapan, standar dan tujuan

yang telah ditetapkan oleh seseorang (Endarti, 2015). Menurut Cohan &

Lazarus (dalam Mabsusah, 2016) kualitas hidup adalah keadaan yang

menggambarkan kelebihan seseorang individu yang dapat dinilai dari tingkatan

kehidupan mereka. Keunggulan individu tersebut biasanya dilihat dari tujuan


26

hidupnya, kontrol pribadinya, hubungan interpersonal, perkembangan pribadi,

intelektual dan kondisi materi.

2. Domain-Domain Kualitas Hidup

Menurut World Health Organization Quality Of Life-BREF WHOQOL-

BREF dalam Jacob & Sandjaya, 2018 kualitas hidup memiliki empat aspek

yaitu:

a. Domain Kesehatan Fisik.

Domain kesehatan fisik, merujuk pada gejala-gejala yang terkait

penyakit dan pengobatan yang dijalani meliputi hal-hal sebagai berikut:

aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada bahan-bahan medis atau

pertolongan medis, tenaga dan kelelahan, mobilitas, rasa sakit dan

ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, serta kapasitas bekerja.

b. Domain Psikologis.

Domain psikologis ini terkait dengan keadaan mental individu.

Psikologis atau mental mengarah pada kemampuan individu untuk bisa

atau tidak menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan perkembangan

sesuai dengan kemampuannya, baik tuntutan dari dalam diri individu

maupun dari luar dirinya. Aspek psikologis juga memiliko keterkaitan

dengan aspek fisik, dimana individu dapat melakukan suatu aktivitas

dengan baik bila individu tersebut juga sehat secara mental. Domain

psikologis mencakup terkait dengan hal-hal seperti body image dan

penampilan; perasaan negatif dan positif, self-esteem, spiritualitas atau


27

kepercayaan/ keyakinan personal, berpiki, belajar, ingatan dan

konsentrasi.

c. Domain Hubungan Sosial.

Hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu atau lebih dan

tingkah laku antar individu tersebut saling berpengaruh, berubah, atau

saling memperbaiki tingkah laku individu lainnya. Domain sosial meliputi

hubungan personal, hubungan pribadi dan sosial serta dukungan sosial

dan aktivitas seksual. Dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan,

kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan

menyayangi kita. Dukungan sosial diperoleh individu dari lingkungannya,

seperti dalam bentuk dorongan semangat, perhatian, penghargaan,

bantuan maupun kasih sayang yang membuat individu dapat memperoleh

pandangan positif teradap diri dan lingkungannya.

d. Domain lingkungan.

Lingkungan adalah bagian dari tempat tinggal individu, mencakup

ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan segala aktivitas kehidupan,

seperti sarana dan prasarana yang dapat membantu kehidupan. Domain

lingkungan mencakup penilaian aspek kontak dan interaksi sosial secara

kualitatif maupun kuantitatif. Hubungan dengan lingkungan meliputi

kebebasan, keamanan dan keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan

sosial (aksesibilitas dan kualitas), lingkungan tempat tinggal, kesempatan

memperoleh informasi, belajar keterampilan baru, berpartisipasi, memiliki


28

waktu luang untuk hiburan, lingkungan fisik (polusi, kebisingan, lalu

lintas, iklim), serta tranportasi.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Menurut WHO (2017) komplikasi yang timbul akibat DM yaitu ketika

DM tidak dikelola dengan baik, komplikasi berkembang yang mengancam

kesehatan dan membahayakan kehidupan. Komplikasi akut adalah

penyumbang signifikan terhadap kematian, biaya dan kualitas hidup yang

buruk. Penelitian Degroote et al (2014) mengemukakan bahwa ada empat

faktor-faktor yang berhubungan dan dapat mempengaruhi kualitas hidup

seseorang, yaitu:

a. Faktor Sosial dan Demografis

1) Jenis Kelamin.

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa perempuan

kebanyakan memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan

dengan laki-laki, salah satunya karena perempuan lebih sering

melaporkan keadaan tidak enak yang dialaminya dibandingkan laki-

laki. Jenis kelamin tidak menjadi satu-satunya faktor penentu kualitas

hidup, semuanya kembali lagi kepada individunya.

2) Usia.

Semakin bertambah usia membuat kondisi fisik dan psikis

seseorang semakin menurun, sementara usia seseorang yang masih

muda memiliki hubungan yang positif dengan kesehatan dan kualitas


29

mental. Semakin bertambahnya usia, akan mulai timbul rasa putus asa

akan terjadinya hal-hal yang lebih baik dimasa yang akan datang.

3) Kondisi keluarga.

Keadaan keluarga yang stabil dan harmonis memberikan sangat

banyak kontribusi positif bagi kualitas hidup individu, sementara

keadaan keluarga yang dipenuhi dengan konflik dapat berdampak

pada kualitas hidup individu

4) Pendidikan.

Pendidikan juga berkontribusi salam faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup, hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Kumar & Majumdar, 2014 menemukan bahwa kualitas hidup

akan meningkat diikuti dengan lebih tingginya tingkat pendidikan

yang didapatkan oleh individu. Hal tersebut terjadi karena individu

yang memiliki pendidikan yang rendah akan cenderung merasa kurang

percaya diri dan merasa bahwa dirinya tidak berguna.

5) Status Pernikahan.

Individu yang telah menikah memiliki kualitas hidup yang lebih

tinggi daripada individu yang tidak menikah. Karena pasangan yang

menikah rata-rata akan merasa lebih bahagia dengan adanya pasangan

yang selalu menemaninya.

6) Status sosial dan ekonomi.

Pekerjaan, pendidikan, dan status finansial individu akan

berpengaruh pada tingkat kualitas hidupnya.


30

b. Komplikasi yang diderita penderita diabetes mellitus berhubungan dengan

komplikasi memiliki kualitas hidup yang rendah

1) Penyakit jantung.

Penyakit jantung koroner (PJK) biasanya diderita oleh penderita

diabetes, hal in disebabkan oleh proses aterosklerosis atau spasme

yang dapat menyebabkan penyempitan arteri koronaria. Penyakit

jantung koroner sering dikaitkan dengan kejadian aterosklerosis yang

sangat kompleks dan dipengaruhi oleh faktor hipertensi,

hiperglikemia, dislipidemia, merokok, riwayat keluarga dengan PJK

dan obesitas (Musyafirah, 2016).

2) Nefropati atau gagal Ginjal.

Nefropati merupakan komplikasi mikrovaskular atau komplikasi

yang terjadi pada pembuluh darah kecil yang disebabkan oleh

kerusakan pembuluh darah kecil ginjal. Kerusakan pembuluh darah

tersebut akan mengakibatkan kerusakan dari glomerulus yang

berfungsi sebagai penyaring darah. Kadar gula yang tinggi dalam

darah akan menyebabkan struktur ginjal berubah sehingga fungsinya

juga akan terganggu. Pada keadaan normal protein tidak akan

melewati glomerulus dikarenakan ukuran protein yang besar tidak bisa

melewati lubang-lubang glomerulus yang sangat kecil, akan tetapi

dikarenakan kerusakan golomerulus, protein (albumin) dapat

menembus glomerulus sehingga dapat protein (albumin) ditemukan

dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Musyafirah, 2016).


31

3) Retinopati.

Retinopati diabetes adalah komplikasi dari diabetes mellitus yang

menyerang bagian retina mata sehingga menyebabkan kemampuan

maga untuk melihat secara perlahan menurun yang akhirnya bisa

menyebabkan kebutaan. Retinopati diabetes diawali dengan

hancurnya kapiler di retina mata, darah bocor sehingga menyebabkan

penebalan jaringan, pembengkakan dan pendarahan. Hal ini akan

menyebabkan penglihatan kabur berkurang atau distorsi (Musyafirah,

2016).

4) Neuropati diabetik.

Neuropati diabetik merupakan kerusakan saraf yang disebabkan

oleh meningkatnya glukosa darah yang mengakibatkan sirkulasi darah

ke sel menurun dan fungsi sel saraf juga akan ikutmenurun. Neuropati

pada diabetes terdiri dari neuropati sensorik, motorik dan autonom.

Neuropati sensorik umumnya mengenai bagian distal serabut saraf,

khususnya saraf ekstremitas bagian bawah. Gejala awalnya ditandai

dengan rasa seperti tertusuk, kesemutan atau peningkatan kepekaan

dan rasa terbakar biasanya dirasakan penderita pada malam hari

(Musyafirah, 2016).

5) Hipertensi.

Hipertensi berhubungan dengan diabetes mellitus dimana

penderita diabetes mellitus cenderung memiliki riwayat tekanan darah

yang lebih tinggi. Dengan demikian, diperlukan intervensi non-


32

farmakologis dan farmakologis pada penderita DM untuk mencegah

timbulnya komplikasi hipertensi di masa yang akan datang (Salim,

2019).

6) Obesitas.

Diabetes mellitus berkorelasi sangat erat dengan obesitas.

Kegemukan dan obesitas merupakan akumulasi lemak abnormal atau

berlebihan dan mengakibatkan kesehatan menjadi terganggu (Salim,

2019).

7) Stroke.

Stroke secara luas diklasifikasikan sebagai iskemik atau

hemoragik. Sekitar 85% dari stroke adalah iskemik, dimana arteri otak

yang tersumbat dan mengakibatkan kerusakan permanen dan

kehilangan fungsi. Stroke hemoragik (15% dari stroke) dimana darah

keluar dari arteri otak dan ke jaringan otak yang berdekatan,

menghasilkan kerusakan yang permanen. Diabetes adalah faktor

resiko stroke yang dapat dimodifikasi (Salim, 2019).

4. Alat Ukur Kualitas Hidup

Alat ukur atau Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan instrument dari World Health Organization Quality Of Life

(WHOQOL)–BREF. WHOQOL-BREIF merupakan kuesioner yang biasa

dipakai untuk mengukur bagaimana kualitas hidup pada berbagai macam

penyakit kronis termasuk penuakit diabetes. Kuesioner ini telah diuji validitas

reliabilitasnya oleh WHO dan telah di pakai oleh banyak negara di dunia.
33

Kuesioner WHOQOL-BREIF merupakan pengembangan dari instrumen

WHOQOL-100. Pada pertanyaan awal dari instrumen penelitian ini terdapat

data demografi yang meliputi umur, pendidikan terakhir, pekerjaan

sebelumnya, status perkawinan dan pendapatan. Dilanjutkan dengan

kuesioner kualitas hidup dari WHOQOL–BREF yaitu pengukuran yang

menggunakan 26 item pertanyaan. Dimana alat ukur ini mengunakan empat

aspek yaitu fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Semua

pertanyaan berdasarkan pada skala likert lima poin (1-5) dan lima macam

pilihan jawaban. Untuk pertanyaan nomor 1 dan 2 tentang kualitas hidup dan

kesehatan secara umum, sedangkan untuk pertanyaan selanjutnya merupakan

pertanyaan dari masing-masing domain fisik, psikologis, hubungan sosial dan

lingkungan. WHOQOL-BREF merupakan suatu instrumen yang valid dan

reliabel untuk digunakan baik dan telah diterjemahkan kedalam berbagai

bahasa termasuk bahasa Indonesia (Laoh, 2015).


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan atau kaitan antara

konsep-konsep yang akan diamati maupun diukur melalui penelitian. Kerangka

konsep menjelaskan hubungan atau kaitan antara satu variabel dengan variabel

lainnya. Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerangka

konsep dengan teori sebab-akibat (Notoatmodjo, 2018).

Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan konsep kualitas hidup

menggunakan konsep dari WHO, 1996 dengan menggunakan instrument

WHOQOL-BREF, dimana terdiri dari empat domain yaitu domain kesehatan

fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial dan domain lingkungan

(WHOQOL-BREF, 1996).

Baik

Kualitas hidup penderita

Diabetes Mellitus tipe 2

Buruk

34
35

Skema 3.1 Kerangka Konsep

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka yang menjadi pertanyaan dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah kualitas hidup penderita DM tipe 2 di wilayah

kerja Puskesmas Syiah Kuala?

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Alat Ukur Cara Skala Hasil


Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Kualitas Persepsi atau Kuisioner Angket Ordinal Kualitas
Hidup perasaan dari WHOQOL- hidup
Penderita penderita DM Tipe BREF yang baik
DM tipe 2 2 terhadap terdiri dari apabila
kepuasan 26 item nilai x >
kehidupannya dan pernyataan 50
dampak yang dalam
dirasakan oleh bentuk Kualitas
individu terhadap skala likert hidup
kesejahteraan buruk
hidupnya meliputi apabila
fisik (kesehatan nilai x ≤
tubuh individu 50
dalam melakukan
akivitas sehari-
36

hari), psikologis
(gambaran diri,
harga diri, dan
perasaan),
hubungan sosial
(Hubungan
individu dengan
orang lain), serta
keadaan
lingkungan
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu suatu

metode penelitian yang berlandaskan data konkrit, dimana berbentuk angka-

angka yang diukur dengan alat uji perhitungan menggunakan statistik untuk

menghasilkan suatu kesimpulan berkaitan dengan masalah yang diteliti

(Sugiyono, 2018).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan menggunakan

cross sectional study. Deskriptif merupakan yaitu suatu metode penelitian

yang dirancang dengan tujuan utama untuk memperoleh gambaran tentang

suatu keadaan secara objektif. Dalam penelitian ini dilakukan untuk

mendeskripsikan bagaimana gambaran kualitas hidup pada penderita Diabetes

Melitus tipe 2 (Nursalam, 2017).

Penelitian cross sectional study adalah suatu penelitian yang dilkakukan

peneliti untuk melihat suatu fenomena pada berbagai populasi yang ada dalam

waktu yang bersamaan tanpa adanya tindak lanjut atau follow up. Penelitian

cross sectional study hanya melakukan observasi sekali saja dan pengukuran

variabel dilakukan pada saat penelitian (Notoatmodjo, 2018).


38

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti

serta memenuhi kriteria yang telah ditentukan (Nursalam, 2017). Populasi

yang ditargetkan dalam penelitian ini adalah semua penderita diabetes

mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Syiah Kuala yang berjumlah 214

jiwa

2. Sampel Penelitian

a. Besar Sampel

Sampel terdiri atas sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dapat mewakili dari keseluruhan populasi dalam sebuah penelitian. (Setiadi,

2013). Jumlah sampel dalam penelitian in dihitung menggunakan rumus

slovin sebagai berikut:

N
n
1+ N (e 2)

Keterangan:

n = Besar sampel

N = Besar Populasi

e = Margin of error 5% (0,05) dengan derajat ketepatan 95%

Perhitungan:

214
n
1+ 214 ¿ ¿

n=¿ 139,41 dibulatkan menjadi 139 sampel


39

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, sampel yang didapat berjumlah

139 responden.

b. Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini, sampel akan diambil dengan menggunakan teknik

nonprobability sampling, yang merupakan suatu metode sampling dimana

pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang

sama bagi setiap anggota populasi untuk dapat dipilih menjadi sampel.

Teknik Nonprobability sampling yang dipilih adalah teknik Purposive

sampling dimana pengambilan sampel berdasarkan pada pertimbangan

tertentu seperti sifat-sifat ataupun ciri-ciri populasi yang secara subjektif

ditentukan oleh peneliti mengenai siapa yang menerut peneliti mewakili

populasi (Sugiyono, 2018). Adapun kriteria inklusi sampel yang akan diteliti

adalah:

a) Usia > 18 tahun dan < 65 tahun.

b) Tidak mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran.

c) Tidak ada gangguan kejiwaan

d) Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan baik dan kooperatif

e) Bersedia menjadi responden penelitian

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jeulingke

Kecamatan Syiah Kuala.


40

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 27-30 September 2022 di

wilayah kerja Puskesmas Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala.

D. Alat Pengumpulan Data

Instrumen atau alat pengumpulan data adalah alat ukur yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam mengukur fenomena alam atau sosial (variabel)

yang diamati (Kurniawan & Puspitaningtyas, 2016). Alat pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah berupa daftar pertanyaan yang terdiri dari

dua bagian yaitu bagian A, dan B. bagian A berupa data demografi untuk

mengetahui identitas responden. Bagian B merupakan kuesioner WHOQOL

BREF untuk mengukur kualitas hidup.

1. Bagian A merupakan data demografi berupa kuisioner pembuka. Data

demografi atau indentitas responden berguna dalam mengetahui latar

belakang responden, meliputi; kode responden, tanggal pengisian, nama,

umur, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan terakhir,

pekerjaan, lama menderita Diabetes, dan penyakit lain yang dialami.

2. Bagian B

Bagian B, merupakan kuesioner untuk mengukur kualitas hidup kuesioner

kualitas hidup yang digunakan adalah WHOQOL-BREF. WHOQOL-BREF

adalah alat ukur yang dikembangkan oleh WHO (1998). Alat ukur in awalnya

berasal dari WHOOOL-100. Namun dikarenakan item yang terlalu banyak

membuat alat ukur ini tidak efektif untuk mengukur quality of life. Oleh

karena itu, WHO mengembangkan alat ukur ini menjadi WHOOOL-BREF.


41

Alat ukur ini terdapat 26 pertanyaan, 26 item pertanyaan, 2 pertanyaan umum

tentang kualitas hidup dan kepuasan hidup dan 24 pertanyaan lainnya tentang

empat domain kualitas hidup yaitu domain fisik, psikologis, hubungan sosial

dan lingkungan sosial. Domain kesehatan umum terdapat dalam nomor 1 dan

2, domain fisik terdapat dalam nomor 3,4,10,15,16,17 dan 18, domain

psikologis terdapat dalam nomor 5,6,7,11,19 dan 26, domain hubungan sosial

terdapat dalam nomor 20, 21 dan 22, serta domain lingkungan sosial terdapar

dalam nommkr 8,9,12,13,14,23,24 dan 25. Pilihan jawaban kuisioner ini

menggunakan penskalaan likert. Skala ini akan menyediakan 5 (lima)

alternatif jawaban yang bervariasi responden diminta untuk memilih angka

dari 1 sampai dengan 5 untuk menjawab masing-masing setiap item

pertanyaan, peserta diminta untuk memilih.

Perhitungan skor pada kuesioner WHOQOL-BREF dilakukan dengan

cara menghitung total seluruh skor mentah yang didapat dari setiap domain.

Skor tiap dimensi yang dihasilkan dari alat ukur WHOQOL-BREF (raw

score) harus ditransformasikan sehingga nilai skor dari alat ukur ini dapat

dibandingkan dengan nilai skor yang digunakan dalam alat ukur WHOQOL-

100. Alat ukur WHOQOL-BREF merupakan transformasi dari alat ukur

WHOQOL-100, maka setiap skor domain yang dihasilkan dari alat ukur

WHOQOL-BREF, ditransformasi dalam skala 0-100 dengan menggunakan

rumus baku yang sudah ditentukan WHO, yaitu dibagi 4 sehingga kemudian

diperoleh total skor dan kemudian dikategorikan baik apabila >50 dan buruk

≤50.
42

E. Uji Instrunent

1. Uji validitas

Uji validitas merupakan pengukuran keakuratan/ ketepatan dimana suatu

instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang diinginkan (Sudaryono,

2018). Dalam penelitian ini kuisioner yang digunakan adalah WHOQOL-

BREF, kuesioner ini merupakan kuesioner baku yang dinyatakan alat ukur

valid oleh WHO serta sudah diterjemahkan dalam versi bahasa Indonesia.

Hasil uji validitas untuk kuisioner WHOQOL-BREF yaitu 0,89-0,95 (Salim,

2007).

2. Uji reabilitas

Uji reliabilitas merupakan kesesuaian hasil pengukuran sejauh mana hasil

pengukuran dapat menghasilkan data yang sama/ konsisten bila pengukuran

dilakukan beberapa kali pada subjek yang sama dengan waktu yang berbeda

(Sudaryono, 2018). WHOQOL-BREF, kuesioner ini merupakan kuesioner

baku dan sudah diterjemahkan dalam versi bahasa Indonesia, sehingga

reliabilitas terhadap kuesioner WHOQOL-BREF didapatkan nilai Cronbach's

Alpha masuk dalam rentang 0,66- 0.87 sehingga dapat dikatakan bahwa alat

ukur WHOQOL – BREF adalah alat ukur yang reliabel untuk mengukur

quality of life (Salim, 2007).

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara pembagian

angket kepada responden, adapun tahapan pengumpulan data dilakukan sebagai

berikut:
43

1. Tahap persiapan pengumpulan data

Pada tahap persiapan pengumpulan data dilakukan melalui tahapan awal

yaitu melalui administrasi untuk permohonan izin dari dosen pembimbing

setelah lulus uji etik oleh tim etik Fakultas Keperawatan Universitas Syiah

Kuala. Kemudian mendapat surat rekomendasi izin melakukan penelitian dari

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banda Aceh yang ditujukan untuk

wilayah kerja Puskesmas Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala.

2. Tahap pengumpulan data

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

a. Peneliti mendapatkan data awal terkait jumlah penderita DM tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala.

b. Peneliti meminta bantuan kepada 5 orang enumerator dengan tujuan agar

pengumpulan data dilakukan dengan lebih mudah.

c. Peneliti menjelaskan kepada enumerator tentang tujuan, cara mengisi

kuisioner serta cara pengumpulan data terlebih dahulu untuk

menyamakan persepsi enumerator dengan persepsi peneliti.

d. Peneliti menjumpai responden dan menampaikan tujuan dari penelitian

yang akan dilakukan. Peneliti dan enumerator juga menjelaskan bahwa

data-data dalam penelitian bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian serta tidak menimbulkan resiko dan kerugian

apapun bagi responden.

e. Setelah memberikan penjelasan kepada responden, responden juga diberi

hak untuk bersedia dilibatkan dalam penelitian atau tidak.


44

f. Apabila responden bersedia peneliti memberikan surat pernyataan

kesediaan menjadi responden (informed consent). Setelah responden

mengisi persetujuan, peneliti menjelaskan tata cara pengisian kuisioner

dan mempersilahkan responden bertanya jika ada yang kurang jelas.

g. Responden mengisi kuisioner yang disediakan peneliti. Peneliti

menunggu responden selesai mengisi kuesioner sembari mendampingi

responden agar responden dapat bertanya langsung jika ada pertanyaan

yang kurang jelas

h. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti memeriksa kembali

kelengkapan jawaban yang telah disi oleh responden.

i. Kemudian peneliti dan enumerator menyampaikan terima kasih secara

lisan karena telah bersedia menjadi responden untuk penelitian.

j. Setelah selesai melakukan pengumpulan data, peneliti akan melaporkan

kembali kepada Kepala Puskesmas Jeulingke Kecamattan Syiah Kuala

untuk mendapatkan surat keterangan sudah selesai melakukan penelitian.

G. Etika Penelitian

Seorang peneliti harus berpedoman pada etika penelitian. Etika penelitian

adalah suatu acuan etika yang berlaku untuk setiap penelitian yang melibatkan

antara pihak peneliti, subjek penelitian dan masyarakat yang akan mendapatkan

dampak hasil penelitian tersebut. Prinsip etik digunakan dalam penelitian dimulai

dari awal penyusunan proposal hingga penelitian ini di publikasikan. Menurut

Masturoh & Anggita (2018) prinsip etik penelitian di bidang kesehatan adalah

sebagai berikut:
45

1. Autonomy (kemandirian)

Prinsip autonomy merupakan hak kemandirian responden untuk

mengambil keputusan dimana setiap responden berhak memutuskan secara

mandiri untuk ikut berkontribusi dalam peenelitian atau tidak tanpa ada

paksaan dari pihak manapun.

2. Beneficence (manfaat)

Prinsip beneficience ini berarti bahwa peneliti wajib melakukan

penelitian yang memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi subjek penelitian

dan tidak merugikan atau membahayakan subjek penelitian. Dalam penelitian

ini manfaat tidak didapatkan secara langsung, tetapi manfaat diperoleh secara

tidak langsung. Hasil publikasi dari penelitian ini diharapkan menjadi

referensi mengenai kualitas hidup penderita DM tipe 2.

3. Non-maleficence (tidak merugikan)

Prinsip ini harus menjamin bahwa subjek peneliian atau responden tidak

dirugikan dari segala aspek baik dari fisik, mental maupun finansial. Dalam

penelitian ini seluruh responden tidak dipungut biaya apapun dan peneliti

harus memperkirakan kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin

terjadi selama penelitian berlangsung untuk mencegah resiko yang dapat

membahayakan responden.

4. Justice (keadilan)

Prinsip Justice atau keadilan merupakan prinsip dimana peneliti harus

memperlakukan setiap responden yang mengikuti penelitian secara adil dan

merata tanpa membedakan responden secara status, fisik, dan membedakan


46

informasi yang disampaikan oleh peneliti kepada responden. Prinsip ini juga

menerapkan bahwa peneliti ketika melakukan penelitian harus memberi

penjelasan kepada responden sebelum mengisi kuisioner secara adil tanpa

dikurangi dan ditambah sehingga informasi yang didapatkan oleh responden

sama dan merata.

5. Veracity (kejujuran)

Prinsip veracity merupakan salah satu hak responden. peneliti wajib

menjelaskan dengan sejujur-jujurnya tentang penelitian yang melibatkan

responden mengenai tujuan, maksud, manfaat, serta dampak yang

ditimbulkan dari penelitian sebelum responden mengisi kuisioner.

6. Fidelity (menepati janji)

Pada prinsip fidelity peneliti wajib menepati janji yang telah disepakati

bersama responden dan peneliti wajib bertanggung jawab bahwa data yang

diperoleh dari responden hanya untuk digunakan peneliti untuk keperluan

penelitian.

7. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti akan menjaga sepenuhnya kerahasiaan data pribadi responden

tidak akan mencantumkan nama dari responden di dalam penelitian maupun

didalam publikasinya nanti . setiap responden atau subjek penelitian hanya

akan dicantumkan kode responden, sehingga tetap menjaga kerahasiaan nama

responden. semua data pribadi responden juga akan disimpan secara aman

oleh peneliti.

8. Accountability (akuntabilitas)
47

Peneliti harus bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang

dilakukan dalam penelitian dan peneliti harus bersikap professional dalam

penelitian. Sebelum penelitian dilakukan penelitian ini akan diuji terlebih

dahulu oleh tim penilai etik Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

H. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu tahapan yang penting, hal ini

dikarenakan

data yang didapatkan dari hasil penelitian masih mentah, belum menjabarkan

informasi secara jelas, dan belum siap untuk disajikan. Setelah semua kuisioner

terisi dan peneliti memperoleh data untuk penelitian selanjutnya masuk ke proses

pengolahan data. Tahap-tahap pengolahan data hasil penelitian adalah sebagai

berikut, (Notoatmodjo, 2018).

1. Editing (penyuntingan data)

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan dan perbaikan

isian kuisoner setelah pengumpulan data dilakukan apakah jawaban yang ada

di kuesioner sudah lengkap, seperti identitas responden dan memastikan

semua item pertanyaan di kuisioner sudah diisi dengan sesuai dan lengkap.

2. Coding

Setelah proses editing selesai, selanjutnya adalah coding atau

pengkodean yaitu mengubah data berbentuk huruf atau kalimat menjadi

bentuk data angka atau bilangan. Pemberian kode dilakukan menggunakan

microsoft excel, responden yang pertama kali mengisi kuisioner diberikan

kode 001 dan seterusnya untuk responden berikutnya.


48

3. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing Data

Data entry adalah memasukkan jawaban dari setiap responden yang telah

diubah dalam bentuk kode (angka atau huruf) ke dalam program komputer.

Kode data disusun sesuai urutan mulai dari responden pertama hingga

responden terakhir. Kemudian data dimasukan ke master tabel yang

selanjutnya data dianalisis menggunakan variabel yang diteliti menggunakan

program komputer yaitu SPSS Statistik.

4. Pembersihan Data (Cleanning)

Pembersihan Data adalah kegiatan pengecekan kembali data yang telah

dimasukkan, untuk melihat apakah ada kesalahan atau tidak ketika peneliti

memasukan data ke komputer

5. Tabulating

Tabulasi adalah membuat tabel data sesuai dengan tujuan penelitian.

Pada tahap ini jawaban responden dilakukan pengelompokkan berdasarkan

kategori yang telah dibuat untuk masing-masing variabel yang diukur

kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan

dalam pembacaan.

I. Analisa Data

Analisa data merupakan proses mencari/ menyusun data secara sistematis dan

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam sebuah pola, memilih

data mana yang lebih penting untuk dipelajari, serta memperoleh kesimpulan
49

sehingga dapat dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2018).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu analisa, yaitu analisa univariat .

Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah univariat untuk

mengetahui presentase kualitas hidup pada penderita DM tipe 2. Analisa univariat

bertujuan untuk menielaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing

variabel bebas dan terikat. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel. Variabel yang akan diteliti

adalah kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 (Notoatmodjo, 2018).

Untuk mengetahui kualitas hidup pada penderita diabetes tipe 2 peneliti

menggunakan perhitungan skor pada kuesioner WHOQOL-BREF dengan cara

menghitung total seluruh skor mentah yang didapat dari setiap domain.

Perhitungan dilakukan dengan cara menghitung skor mentah dari setiap domain

yaitu dengan rumus dibawah ini

Tabel 4.1 Perhitungan skor WHOQOF-BREF

Rumus menghitung skor Nilai Transformasi


domain Mentah 4-20 0-100
Domain 1 (6-Q3) + (6-Q4) + Q10 +
Q15 + Q16 + Q17 + Q18
Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19
+ (6-Q26)
Domain 3 Q20 + Q21 + Q22

Domain 4 Q8 + Q9 + Q12 + Q13 +


Q14 + Q23 + Q24 + Q25
50

Skor tiap dimensi yang dihasilkan dari alat ukur WHOQOL-BREF (raw

score) harus ditransformasikan dalam skala 0-100 dengan menggunakan rumus

baku yang sudah ditentukan WHO, yaitu dibagi 4 sehingga kemudian diperoleh

total skor dan kemudian dikategorikan baik apabila >50 dan buruk ≤50.

100
Transformed score= ( score−4 ) ×( )
16

Untuk gambaran kualitas hidup pada penderita DM tipe 2 dikatagorikan

sebagai berikut:

1. Baik, jika responden memperoleh skor x >50

2. Buruk, jika responden memperoleh skor x ≤50

Kemudian skor data tersebut dimasukkan ke dalam tabel disttribusi frekuensi

untuk menentukan presentase dari variabel kualitas hidup menggunakan rumus:

fi
P × 100 %
n

Keterangan:

P : Presentase

fi : Frekuensi

n : Jumlah reponden yang menjadi sampel

Rumus yang digunakan untuk mengukur presentase yang diperoleh dari jumlah

jawaban dari kuisioner adalah sebagai berikut:

jumlah nilai yang benar


Presentase= =100 %
jumlah soal
DAFTAR PUSTAKA
ADA. (2020). Introduction : Standards of medical care in diabetes-2021. Diabetes
Care, 44, 1–2.
Degroote, S., et al. (2014). What determines health-related quality of life among
people living with HIV: an updated review of the literature. National
Library of Medicine.
Endarti, A., T. (2015). Kualitas Hidup Kesehatan: Konsep, Model Dan
Penggunaan. Jurnal Ilmiah Kesehatan 7(2)
Falco, Gemma et al. (2015). The Relationship between Stress and Diabetes
Melitus. Journal Neurology and Psychology. Vol 3 (1) , (1-7)
Faswita, W. (2019). Gambaran Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Di Rsud.Dr. Rm Djoelham Kota Binjai Tahun 2019. Jurnal Online
Keperawatan Indonesia. 2(1)
Fatimah, R., N.( 2015). Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Majority. 4(5)
Fitria, F. et al. (2022) Self- Management Effectiveness on The Quality of Life of
Type 2 Diabetes Mellitus Patients During The Covid-19 Pandemic in
Aceh, Indonesia.
Hunger, M. et al. (2014). Longitudinal Changes in Health-Related Quality of Life
in Normal Glucose tolerance, Prediabetes and type 2 Diabetes: Results
from The KORA S4/F4 Kohort Study. Quality of Life Research, 23(9),
2515-2520. doi:10.1007/s11136-014-0689-5.
International Diabetes Federation (IDF). (2021). Global Diabetes Data Report
2010- 2045. Izzati, W. & Nirmala. Hubungan Tingkat stress dengan
Peningkatan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad, Bukit Tinggi. Jurnal
Program Studi D III Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar Bukit tinggi.
Jacob, D., E. & Sandjaya. (2018). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Hidup Masyarakat Karubaga District Sub District Tolikara Propinsi Papua.
Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan.
Jais, M. Teuku., T.& Suryane, S., S. (2021) Dukungan Keluarga Dan Kualitas
Hidup Pasien Diabetes Melitus Yang Berobat di Puskesmas. Jurnal
Keperawatan Silampri. 5 (1)
Kemenkes RI. (2018) Laporan Akhir Penelitian Risbinkes Determinan Kualitas
Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Kota Bogor.
Kemenkes RI. (2020). Infodatin 2020 Diabetes Melitus Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
Kumar, G., Majumdar, A., & Pavithra, G. (2014). Quality of life (QOL) and its
associated factors using WHOQOL-BREF among elderly in Urban
Puducherry, India. Original Articel, 8(1), 54-57.
Kurniawan, A., W., dan Zarah, P. (2016). Metode Penelitian
Kuantitatif.Yogyakarta: Pandiva Buku
Kurniawaty, E., & Yanita, B. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Diabetes Melitus Tipe II. Majority. 5(2)
Kusnadi, G., et al. (2017) Faktor Risiko Diabetes Melitus Pada Petani Dan Buruh.
Journal of Nutrition College, 6(2)
Laoh, J., M., & Tampongangoyl, D. (2015). Gambaran Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus Di Poliklinik Endokrin Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Manado. 4(1)

Lestari, et al. (2021) Diabetes Melitus: Review Etiologi, Patofisiologi, Gejala,


Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan Cara Pencegahan.
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar

Luiw, F., Grace D. Kandou, Nancy S. H Malonda. (2014). Hubungan Antara Jenis
Kelamin Dan Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Kualitas Hidup Pada
Penduduk Di Kelurahan Kolongan Kecamatan Tomohon Tengan Kota
Tomohon
Mabsusah, M. (2016). Kualitas Hidup (Quality of Life) Pasien Diabates Mellitus
Di Rsud. Dr. H. Slamet Martodirdjo Kabupaten Pamekasan Madura. 29.
Maulana, M. (2016). Mengenal Diabetes: Panduan Praktis Mengenai
Penyakit Kencing Manis. Jogjakarta: Katahati
Musyafirah, D., Rismayanti, & Ansar. J. (2016). Faktor yang berhubungan dengan
Kejadian Komplikasi Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Ibnu Sina.
Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatas Masyarakat Universitas
Hasanuddin. doi: 10.1017/CB09781107415324.004.
Nasution, F., Andilala, Siregar, A. (2021). Faktor Risiko Kejadian Diabetes
Mellitus. Jurnal Ilmu Kesehatan. 9(2)Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Rineka Cipta
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Cet. 2. Jakarta: Salemba Medika.
PERKENI. (2019). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 Dewasa di Indonesia. 2019;1–117.
Purwansyah, D. (2019). Hubungan Self-Stigma Dengan Kualitas Hidup Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poli Penyakit Dalam Rs Tingkat Iii
Baladhika Husada Kabupaten Jember.

Rachmawati, S. (2013) Kualitas Hidup Orang dengan HIV/AIDS yang Mengikuti


Terapi Antiretrovial. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, 1 (1), 48-62

Salim, et al. (2019). Perbedaan Length of Stay (LOS) Pasien Diabetes Mellitus
Berdasarkan Komplikasi Di SUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia. 7 (1)

Salim, Oktavianus. 2007. Validitas dan Reliabilitas World Health Organization


Quality of Life-BREF untuk Mengukur Kualitas Hidup Lanjut Usia.
Jurnal Ilmu Kedokteran Komunitas, 26(1)
Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan (Ed.2)
Yogyakarta: Graha Ilmu Septyaningrum, N., & Martini, S. (2014). Lingkar
Perut Mempunyai Hubungan Paling Kuat Dengan Kadar Gula Darah.
Jurnal Berkala Epidemiologi, 2 (1), 48-58
Shahab, A. (2017). Dasar-Dasar Endokrinologi. Jakarta Timur: Rayyana
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Simatupang, R. (2017). Pengaruh pendidikan kesehatan melalui media leaflet
tentang diet DM terhadap pengetahuan pasien DM dI RSUD Pandan
Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kohesi. 1(2): 163-
174.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sudaryono. (2018). Metodologi penelitian. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Syahid, M., Z. (2021). Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pengobatan
Diabetes Mellitus. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. 10(1)
Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama (21-6).
Teli, M. (2017). Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Se
Kota Kupang. Jurnal Info Kesehatan. 15 (1)
Umam, M. H., solehati, T., & Purnama, D. (2020). Gambaran Kualitas Hidup
Pasien dengan Diabetes Melitus di Puskesma Wanaraja. Jurnal Kesehatan
Kusuma Husada.
Utomo, A., A., Et al. (2020). Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2: A
Systematic Review. Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan
Masyarakat. 1(1), 44-52
Yuliana, V., (2019). Penentuan Validitas Kuesioner Whoqol-Bref Untuk Menilai
Kualitas Hidup Penderita Skizofrenia Rawat Jalan. Universitas Surabaya.
Yuliati, A. (2014). Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Komunitas
dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Jurnal Pustaka Kesehatan, 2(1).
Wahyuni, Y. Nursiswati, Anna A. (2015) Kualitas Hidup berdasarkan
Karekteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran.
Watta, R., et al. (2020). Screening Faktor Resiko Diabetes Melitus Pada Individu
Dengan Riwayat Keluarga Diabetes Melitus Di Rsud Jailolo. Jurnal
Keperawatan. 8(1)
WHO. (2016). Global Report On Diabetes. France: World Health Organization;
2016.
WHOQOL-BREF. (1996). Introduction, Administration, Scoring and Generic
Version Of The Assesment. Programme on Mental Health World
Organization CH-1211 Geneva Switzerland.
RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No Kegiatan Jadwal Kegiatan Penelitian


April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul Penelitian
2. Studi Kepustakaan
3. Penyusunan Proposal Penelitian
4. Pengambilan data awal
5. Seminar Proposal
6. Perbaikan Proposal
7. Uji Etik
8. Pelaksanaan Penelitian
9. Penyusunan Laporan
10 Ujian Skripsi
.
11 Perbaikan Skripsi
.
12 Penyerahan Skripsi
.

Mengetahui Banda Aceh, 2022


Pembimbing I Pembimbing II Peneliti

Ns. Maulina, M.Kep., Sp. Kep. Kom Ns. Budi Satria, S. Kep., MNS Luzvia Magfirah
NIP. 19820202 201504 2 000 NIP. 19811110 201404 1 000 NIM. 1912101010100
RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
Kualitas Hidup Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja
Pukesmas Kecamatan Syiah Kuala

No Uraian Jumlah
1 Biaya Study Kepustakaan
a. Fotocopy Rp. 150.000
b. Internet Rp. 100.000
2 Biaya Pengusulan Proposal
a. Biaya Print Proposal Rp. 250.000
b. Biaya Fotocopy Proposal Rp. 150.000
3 Biaya Pelaksanaan dan Pengumpulan Data
a. Pengumpulan Data Awal Rp.50.000
b. Kuisioner Rp.180.000
c. Transportasi Rp.100.000
4 Biaya Acara Seminar Proposal Rp. 200.000
5 Biaya Acara Skripsi Rp. 250.000
6 Biaya Cetak Skripsi Rp. 350.000
Total Rp. 1.780.000

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Maulina, M.Kep., Sp. Kep. Kom Ns. Budi Satria, S. Kep., MNS
NIP. 19820202 201504 2 000 NIP. 19811110 201404 1 000

Banda Aceh, 2022


Peneliti

Luzvia Magfirah
NIM, 1912101010100
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Bapak/Ibu calon responden penelitian
Di,-
Tempat
Dengan Hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Luzvia Magfirah
Nim : 1912101010100
Alamat : JL. Cendana Utama, Desa Jeulingke, Kecamatan Syiah
Kuala, Banda Aceh
Mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala yang akan
melaksanakan penelitian sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana keperawatan. Adapun Penelitian ini berjudul “Kualitas Hidup Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Pukesmas Kecamatan
Syiah Kuala” yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pada
penderita diabetes mellitus tipe 2.
Untuk tujuan tersebut saya memerlukan data/informasi yang nyata dan
akurat dari bapak/ibu melalui pengisian kuisioner yang akan saya lampirkan pada
surat ini. Bapak/ibu berhak untuk memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam
penelitian ini atau tidak. Apabila bapak/ibu setuju untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini, mohon menandatangani lembar persetujuan menjadi responden
yang sudah disediakan. Informasi yang didaoatkan dari penelitian ini akan dijaga
kerahasiannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini.
Atas kesediaan dan partisipasinya bapak/ibu dalam penelitian ini saya
ucapkan terimakasih.
Banda Aceh, 2022
Peneliti

Luzvia Magfirah
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya bersedia

untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas

Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang bernama Luzvia

Magfirah, NIM. 1912101010100, yang berjudul “Kualitas Hidup Pada

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Pukesmas Kecamatan

Syiah Kuala” saya mengetahui informasi yang saya berikan ini sangat besar

manfaatnya bagi peningkatan dan pengembangan bidang ilmu kesehatan dimasa

yang akan datang. Saya mengerti dan menyadari bahwa penelitian ini tidak

membawa dampak buruk/negatif bagi saya sendiri dan keluarga sehingga dengan

sukarela dan tidak adanya paksaan saya bersedia untuk mengikuti penelitian ini.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada

paksaan dari pihak manapun dan agar dapat dipergunakan seperlunya

Banda Aceh, 2022

Responden

( )
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi:
1. Nama : Luzvia Magfirah
2. Nim : 1912101010100
3. Tempat/Tanggal Lahir : Paya Baroh, 01 Juli 2000
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Status : Anak ke-3 dari 3 bersaudara
6. Agama : Islam
7. Pekerjaan : Mahasiswi
8. Alamat : Jeulingke, Syiah Kuala, Banda Aceh
9. Email : luzviamagfirahn@gmail.com
10. No Hp : 082325864312
B. Identitas Orang Tua:
1. Ayah:
a. Nama : Nurdin, S.Pd
b. Pekerjaan : Alm.
2. Ibu:
a. Nama : Yusniar, S.Pd
b. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
3. Alamat : Ulee Gle, Bandar Dua, Pidie Jaya
C. Riwayat Pendidikan:
1. SD : SDN 1 Bandar Dua Tahun 2012
2. SMP : MTsN 1 Bandar Dua Tahun 2015
3. SMA : SMAN Unggul Pidie Jaya Tahun 2018
4. Perguruan Tinggi : Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh 2019 - sekarang.
KUISIONER PENELITIAN
KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
WILAYAH KERJA PUKESMAS KECAMATAN SYIAH KUALA

Kode Responden : ………… *Diisi oleh peneliti


Tanggal Pengisian : …………
A. Data Demografi
Petunjuk 1:
Berikut ini disajikan beberapa pertanyaan tentang data demografi,
jawablah setiap pertanyaan dan berikan tanda checklist (√) pada jawaban
yang anda pilih.

1. Nama (Inisial) :
2. Usia : Tahun
3. Alamat :
4. Jenis Kelamin : Laki Laki
Perempuan
5. Status Pernikahan : Sudah Menikah
Belum Menikah
Janda/Duda
6. Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah
SD/MI
SMP/MTsN
SMA/SMK/SMU/MA
7. Pekerjaan : Tidak bekerja
Petani atau Buruh
Wiraswasta
PNS
Karyawan
Ibu Rumah Tangga
8. Lama Menderita DM : ˂ 1 tahun 1- 5 tahun ˃ 5 tahun
9. Penyakit Lainnya : Ada Tidak ada
B. Penilaian Kualitas Hidup Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Petunjuk II:

1. Kuisioner ini terdiri dari 26 pernyataan


2. Berikan tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut anda paling
sesuai

Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan dan
perhatian anda. Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan
anda dalam dua minggu terakhir.

Sangat Buruk Biasa- Baik Sangat


Buruk Biasa Baik
saja
1 Bagaimana menurut
anda kualitas hidup
anda?

Sangat Tidak Biasa- Memu Sangat


tidak Memua Biasa askan Memu
memua skan saja askan
skan
2 Seberapa puas anda
terhadap kesehatan
anda?

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal –
hal berikut ini dalam dua minggu terakhir

Tidak Sedikit Dalam Sangat Dalam


sama Jumlah Sering Jumlah
sekali Sedang Berlebi
han
3 Seberapa jauh rasa sakit
fisik yang anda alami
mencegah anda dalam
beraktivitas sesuai yang
kebutuhan anda?
4 Seberapa seing anda
membutuhkan terapi
medis untuk dapat
berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari
anda?
5 Seberapa jauh anda
menikmati hidup anda
6 Seberapa jauh anda
merasa hidup anda
berarti?
7 Seberapa jauh anda
mampu berkonsentrasi?
8 Secara umum, seberapa
aman anda rasakan
dalam kehidupan anda
sehari-hari?
9 Seberapa sehat
lingkungan dimana anda
tinggal (berkaitan
dengan sarana dan
prasarana)?

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini
dalam dua minggu terakhir?

Tidak Sedikit Sedang Seringk Sepenu


sama ali hnya
sekali Dialami
10 Apakah anda memiliki
energi yang cukup
untuk beraktivitas
sehari-hari?
11 Apakah anda dapat
menerima penampilan
tubuh anda?
12 Apakah anda memiliki
cukup uang untuk
memenuhi kebutuhan
anda?
13 Seberapa jauh
ketersediaan informasi
bagi kehidupan anda
dari hari ke hari?
14 Seberapa sering anda
memiliki kesempatan
untuk bersenang-
senang/rekreasi?
Sangat Biasa- Sangat
Buruk Buruk Biasa Baik Baik
saja
15 Seberapa baik
kemampuam anda
dalam bergaul?

Sangat Tidak Biasa- Memua Sangar


Tidak Memua Biasa skan Memua
Memua skan Saja skan
skan
16 Seberapa puaskah anda
dengan tidur anda?
17 Seberapa puaskah anda
dengan kemampuan
anda untuk
menampilkan aktivitas
kehidupan anda sehari-
hari?
18 Seberapa puaskah anda
dengan kemampuan
anda untuk bekerja?
19 Seberapa puaskah anda
terhadap diri anda?
20 Seberapa puasah anda
dengan hubungan
personal/social anda?
21 Seberapa puaskah anda
dengan kehidupan
seksual anda?
22 Seberapa puaskah anda
dengan dukungan yang
anda peroleh dari teman
anda?
23 Seberapa puaskah anda
dengan kondisi tempat
anda tinggal saat ini?
24 Seberapa puaskah anda
dengan akses anda pada
layanan kesehatan?
25 Seberapa puaskah anda
dengan alat transportasi
yang ada naiki atau
kendarai?
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau
mengalami hal-hal berikut dalam dua minggu terakhir

Tidak Jarang Cukup Sangat selalu


pernah sering sering
26 Seberapa sering anda
memiliki perasaan
negatif seperti ‘feeling
blue’ (kesepian), putus
asa, cemas dan depresi.

Anda mungkin juga menyukai