L DENGAN
POST HEMOROIDEKTOMI DI RUANGAN FLAMBOYAN
RUMAH SAKIT TK. II R. W. MONGISIDI MANADO
OLEH :
SRI MERSELINA MUSTAPA
NIM. 16150086
Diajukan
untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III Keperawatan
OLEH :
SRI MERSELINA MUSTAPA
NIM. 16150086
Pembimbing I Pembimbing II
Dwi Y. B. Prabowo, S.Kep., Ns., M.Kes Felix H. Muaya, S.Kep., Ns., C.Ht,CWCCA
NIDN. NIDN.091712880
Mengetahui;
Direktur Akper Rumkit Tk.III Manado
Anggota Sidang
2................................................................
Mengetahui;
Direktur Akper Rumkit Tk. III Manado
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Ruang Lingkup..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................3
E. Metode Penulisan..........................................................................................4
F. Sistematika Penulisan...................................................................................4
A. Konsep Hemoroid.........................................................................................5
1. Pengertian Hemoroid....................................................................................5
2. Klasifikasi Hemoroid....................................................................................5
4. Etiologi..........................................................................................................8
5. Patofisiologi..................................................................................................9
6. Manifestasi Klinis.........................................................................................9
7. Komplikasi..................................................................................................10
8. Penatalaksanaan..........................................................................................10
9. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................12
B. Konsep Hemoroidektomi............................................................................14
1. Pengertian Hemoroidektomi.......................................................................14
2. Indikasi Operasi..........................................................................................14
4. Penatalaksanaan..........................................................................................15
5. Teknik Operasi............................................................................................16
6. Komplikasi Operasi.....................................................................................16
8. Pathway keperawatan..................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
Sistem pencernaan adalah sekolompok organ yang bekerja sama
untuk mengubah makanan menjadi energi dan nutrisi dasar untuk memberi
makan seluruh tubuh. Saluran pencernaan membentuk satu tabung panjang
dan menerus melalui tubuh, berawal dari mulut dan berakhir di anus,
mengkomsumsi makanan rendah serat terlalu banyak dapat menyebabkan
susah buang air besar atau konstipasi. Dampak yang terjadi akibat
konstipasi bisa menyababkan masalah hemoroid (Mardalena, 2019).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal.
Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami
berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena. Kurang lebih
70% manusia dewasa mempunyai wasir (hemoroid), baik wasir dalam,
wasir luar, maupun keduanya. Pada usia ini terjadi degenerasi dari seluruh
jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi tipis dan atonis (Brunner &
Suddarth, 2012).
Hemoroid merupakan pelebaran bantalan pembuluh darah di kanalis
analis dapat terjadi secara internal maupun ekternal. Hemoroid internal
terletak diatas linea dentate dan terdiri dari cabang vena pleksus
hemoroidalis superior interna diatas garis mukokutan yang dikelilingi
mukosa rektum. Sedangkan hemoroid eksterna yaitu terjadi pelebaran dan
benjolan pleksus hemoroidalis inferior disebelah distal yang diselubungi
oleh kulit anus (Emmanuel & Inns, 2014).
Hemoroid bukanlah suatu penyaki yang berbahaya, akan tetapi hem
oroid dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Hal ini terjadi karena
gejala-gejala klinis pada penderita hemoroid yang sangat khas yaitu
perdarahan pada waktu defekasi yang merupakan gejala utama prolaps
suatu masa pada suatu defekasi mengeluarkan lendir, hygiene yang sulit
dijaga dan rasa sakit. Pasien yang mengalami hemoroid yang menahun dan
mengalami prolapsus besar (derajad III dan IV) pengobatanya dapat
dilakukan dengan cara hemoroidektomi, Hemoroidektomi adalah operasi
pengangkatan hemoroid dengan cara eksisis yakni menganggakat jaringan
yang mengalami varises (pelebaran) yang terjadi di daerah kanalis analis
(Jacobs, 2010).
World Health Organization (2014) menyatakan jumlah penderita
hemoroid didunia diperkirakan 230 juta orang. Di Amerika Serikat,
diperkirakan 10 juta jiwa mengalami hemoroid . pravalensi tersebut sekitar
4,4 % dilakukan pengobatan sedangkan yang dilakukan tindakan operasi
(Hemoroidektomi) berjumlah 1,5 %. Menurut data Kemkes RI (2013),
menyatakan jumlah penderita di Indonesia prevalensi tersebut berkisar
5,7 dari total 10 juta orang mengalami hemoroid. (Romani. Dkk, 2018)
Data yang diperoleh di Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi Tk II
Manado selama 3 bulan terakhir dari bulan Desember 2018 sampai Bulan
Februari 2019 pasien hemoroid yang dirawat inap sebanyak 28 pasien dan
yang di lakukan tindakan post hemoroidektomi dari bulan februari sampai
bulan april 2019 sebanyak 7 pasien laki-laki berjumlah 2 sedangkan
perempuan berjumlah 5. Dengan adanya data tersebut maka penulis
tertarik untuk menyusun Pre Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan Post Hemoroidektomi.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan diagnosis post Hemoroidektomi,
berdasarakan aspek pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk melakukan penerapan tentang proses keperawatan pada pasien
post Hemoroidektomi, mulai pengkajian data, penetapan diagnosis
keperawatan intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh pengalaman yang nyata dan penerapan Asuhan
Keperawatan pada pasien post Hemoroidektomi, mulai pengkajain
data, penetapan diagnosis keperawatan, intervensi keperawata,
implementasi dan evaluasi.
b. Untuk mengetahui dan membandingkan adanya kesenjangan
antara teori dan praktek dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien dengan post Hemoroidektomi.
c. Untuk mengetahui adanya factor penunjang dan penghambat
dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan post
Hemoroidektomi.
D. Manfaat Penulisan
1. Pasien
Untuk dapat memahami masalah kesehatan yang dialami dan dapat
bekerja sama dalam penyelesaian masalah tersebut.
2. Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan masukanbagi perawat dalam
melakukan proses keperawatan pada pasien dengan post
Hemoroidektomi.
3. Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang asuhan
keperawatan pada pasien post Hemoroidektomi
4. Institusi
Sebagai dokumentasi kepustakaan dan referensi dalam proses
perkuliahan khususnya dalam mata kuliah KMB tentang asuhan
keperawatan post Hemoroidektomi.
E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang akan digunakan adalah metode dekskriptif
dalam bentuk studi kasus, dengan teknis pengumpulan data menggunakan:
1. Wawancara
Wawancara akan dilakukan dengan cara pengumpulan data lewat
komunikasi yang baik dengan pasien maupun dengan orang lain
dalam hal ini keluarga pasien dan perawat-perawat yang bertugas.
2. Observasi
Dengan mengamat langsung keadaan pasien untuk mendapatkan
kesimpulan tentang perkembangannya.
3. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan kepada pasien secara head to toe, dengan menggunakan
teknik inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.
4. Dokumentasi
Melihat serta mempelajari catatan medis dan perawat yang ada
dirumah sakit.
5. Kepustakaan
Menggunakan literatur-literatur yang ada hubungannya dengan asuhan
keperawatan pada pasien dengan post Hemoroidektomi.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan, sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang, ruang lingkup
tujuan, penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan
dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis meliputi tinjauan penyakit, klasifikasi,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi penyimpangan
konsep dasar manusia (KDM) post Hemoroidektomi,
tanda dan gejala, pemeriksaan diagnosis, pemeriksaan
fisik, komplikasi penatalaksanaan, asuhan keperawatan
teoritis meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,
implementasi, dan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Hemoroid
1. Pengertian Hemoroid
Beberapa pengertian Hemoroid menurut para ahli, antara lain :
1. Hemoroid adalah pembengkakan urat di anus dan rectum bawah,
mirip dengan varises. Peningkatan tekanan di pembuluh darah di
daerah anorektal menyebabkan wasir (Kardiyudian & Susanti
2019).
2. Hemoroid adalah pelebaran dari pembuluh-pembuluh vena di
dalam pleksus hemoroidalis. Pelebaran pembuluh darah vena
hemoroidalis mengakibatkan penonjolan membran mukosa yang
melapisi daerah rectum (Muttaqin, 2011 dalam Mardalena 2019).
3. Hemoroid adalah pelebaran vena didalam plexus hemoroidalis
yang tidak merupakan keadaan patologik, hanya apabila hemoroid
ini menyebabkan keluhan atau penyulit, diperlukan tindakan
(Sjamsuhidayat & De jong, 2012).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa
hemoroid bukanlah suatu penyakit yang berbahaya, akan tetapi
hemoroid dapat menggangu aktivitas sehari-hari. Hal ini terjadi
dikarenakan gejala-gejala klinis pada penderita hemoroid yang
sangat khas yaitu perdarahan pada waktu defekasi yang merupakan
gejala utama prolaps.
2. Klasifikasi Hemoroid
a. Hemoroid Internal
Hemoroid internal adalah pembengkakkan yang terjadi dalam
rectum. Pembengkakkan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit
karena hanya ada sedikit saraf di daerah rektum. Tanda yang dapat
diketahui adalah perdarahan saat buang air besar. Masalahnya jadi
tidak sederhana lagi apabila hemoroid internal ini membesar dan
keluar ke bibir anus yang menyebabkan rasa sakit. Hemoroid yang
terlihat berwarna merah muda ini dapat masuk sendiri setelah
sembuh, tetapi bisa juga di dorong masuk. Hemoroid internal
dibagi menjadi empat derajat yaitu:
(Sumber:https://www.google.com/search?
q=anatomi+hemoroid+pdf&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&s
a=X&ved=0ahUKEwiu0df5_8LhAhWDxrwKHXokC3IQ_AUIDig
B&biw=1366&bih=657#imgrc=RIDp3vNgDeNS3M:)
1) Derajat I
b. Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca
defekasi.
c. Tanpa disertai nyeri.
d. Tidak terdapat ploraps.
e. Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan
hemoroid menonjol ke dalam lumen
2) Derajat II
a. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
b. Terjadi ploraps hemoroid yang dapat masuk sendiri
(reposisi spontan)
3) Derajat III
a. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
b. Terjadi ploraps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri
jadi harus didorong dengan jari (reposisi manual)
4) Derajat IV
a. Terdapat perdarahan sesudah defekasi
b. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk
(meskipun sudah direposisi akan keluar lagi)
b. Hemoroid eksternal
Hemoroid eksternal di klsifikasikan sebagai akut dan kronik.
Bentuk akut berupa pembengkakkan bulat kebiruan pada pinggir
anus, dan sebernarnya merupakan hematoma. Bentuk ini sangat
nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor nyeri (Mardalena, 2019).
Rectum
4. Etiologi
Pembuluh darah di sekitar anus cenderung meregang di bawah
tekanan dan bisa membengkak. Pembengkakkan vena (wasir) dapat
berkembang dari peningkatan tekanan di rektum bawah karena:
a. Sering buang air besar
b. Duduk untuk waktu yang lama di toilet
c. Diare kronis atau konstipasi
d. Kegemukan
e. Kehamilan
f. Hubungan seks anal
g. Diet rendah serat (Kardiyudiana, 2019)
5. Patofisiologi
Prolaps dapat disebabkan oleh spasme pada sfingter internal
sebagian akibat dari peningkatan tekanan yang mendorong benjolan
melalui sfingter internal dan dalam waktu saat benjolan terdorong
keluar.
Komplikasi yang berhubungan dengan hemoroid internal
meliputi perdarahan, prolapsus, dan thrombus. Hemoroid yang
tersusun dari jaringan vascular spor, menimbulkan perdarahan. Darah
tersebut tampak pada WC duduk dan tisu toilet atau permukaan tempat
duduk. Kekurangan zat besi sebagai akibat dari anemia daapat
berkembang jika darah berkurang dalam periode waktu lama.
Trombosit dalam hemoroid eksternal sebagai akibat pembekuat
darah dalam vena hemoroid. Trombosit ini berhubungan dengan
pengangkatan beban berat, mengejan. Klien yang nyeri hebat secara
tiba-tiba pada anusnya, tingkat nyeri akan meningkat apabila klien
duduk saat defekasi. Itu biasanya tidak tampak dalam waktu seminngu.
Trombosit pada hemoroid eksternal selalu diikuti oleh prolaps
trombosit hemoroit internal. Jika pembekuan darah pada permukaan
kulit maka dapat menimbulkan ulserasi (Sylvia Anderson, 1995 dalam
Diyono & Mulyani, 2013).
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala umum wasir meliputi:
a. Perdarahan tanpa rasa sakit saat buang air besar
b. Gatal atau iritasi di daerah anus
c. Nyeri atau ketidaknyamana
d. Pembengkakkan di sekitar anus
e. Benjolan dekat anus, yang mungkin sensitif atau menyakitkan
wasir trombosit (Kardiyudiani & Susanti, 2019).
7. Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi, yaitu :
a. Perdarahan, dapat sampai anemia. Perdarahan juga dapat terjadi
pada carcinoma kolerektal, diverticulitis, kolitisulserosa dan polip
adenomotosa.
b. Trombosit (pembekuat darah dalam hemoroid)
c. Hemoroid strangulasi, yakni hemoroid plolaps di mana suplai
darah dihalangi oleh sfingter ani.
d. Luka dan infeksi
e. Benjolan pada anorektal dan prolaps rekti (procidentia)
(Mardalena, 2019).
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
1) Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu supplement serat (fiber
supplement) dan pelican tinja (stool softener). Supplement serat
komersial yang banyak dipakai antara lain psylium atau
isphaluga Husk (Mulax, Metamulic, Mucofalk) yang brasal dari
kulit biji platago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi
bubuk. Obat ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja
dan meningkatkan peristaltic usus. Obat kedua adalah laxant
atau pencahar (laxadine, dulcolax).
2) Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa
gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan
misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang
mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi
radang daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya
Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
3) Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau
pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium,
citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika
berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
4) Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500mg 3×2 tablet selama 4 hari, lalu
2×2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan
perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan
prolaps.
b. Pembedahan
Terapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan
penyulit prolaps, trombosit, atau hemoroid yang besar dengan
perdarahan berulang. Pilihan pembedahan adalah hemoroidektomi
secara terbuka, secara tertutup, atau secara submukosa. Bila
terjadi komplikasi perdarahan, dapat diberikan obat hemostatik
seperti asam traneksamat yang terbukti secara bermakna efektif
menghentikan perdarahan dan pencegahan perdarahan ulang.
1) Tindakan minimal invasif
a) Skleroskopi hemoroid, dilakukan dengan cara
menyuntikan obat langsung kepada benjolan/prolaps
hemoroidnya.
b) Ligasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat
hemoroid.
c) Prolaps akan menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
d) Penyinaran laser
e) Penyinaran infra ret
f) Dialirin arus listrik (elekrokoagulasi)
g) Hemoroideolysis
2) Tindakan mandiri pasien
a) Perbaiki pola hidup (makan dan minuman): perbanyak
konsumsi makanan yang mengandung serat (buah dan
sayuran) kurang lebih 30gram/hari, serat selulosa yang
tidak dapat diserap selama proses pencernaan makan dapat
merangsang gerak usus agar lebih lancar, selain itu serat
selulosa dapat menyimpang air sehingga dapat
melunakakkan feses. Mengurangi makanan yang terlalu
pedas atau terlalu asam. Menghindari makanan yang sulit
dicerna oleh usus. Tidak mengkomsumsi alcohol, kopi,
dan minuman bersoda.
Perbanyak minum air putih 30-40 cc/kg BB/hari.
b) Penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan
local daerah anus dengan cara merendam anus dalam airs
selama 10-15 menit tiga kali sehari. Selain itu penderita
disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk atau tidur,
lebih baik banyak berjalan.
c) Menghindari mengejan yang berlebihan selama defekasi.
d) Menjaga personal hygiene yang baik terutama di daerah
anus (Haryono, 2013).
9. Pemeriksaan Penunjang
Tes dan prosedur diagnosis hanya diperlukan untuk
mengdiagnosis wasir internal, sedangkan untuk wasir eksternal dokter
hanya perlu memeriksa bagian anus pasien secara seksama.
Pemeriksaan saluran dubur dan rektum untuk mengdiagnosis wasir
internal, meliputi:
a. Pemeriksaan colok dubur atau digital rectal examination.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa apakah ada
pertumbuhan masa pertumbuhan masa atau kelainan lain usus besar
bagian bawah (rektum). Pada pemeriksaan ini, dokter akan
memakai sarung tangan dan pelumas sebelum memasukkan jari
telunjuknya ke dalam dubur pasien.
b. Inspeksi visual. Karena wasir internal sering terlalu lunak untuk
dirasakan saat pemeriksaan dubur, dokter mungkinjuga memeriksa
bagian bawah kolon rektum dengan anoscope, proctoscope atau
sigmoidoscope. Dokter juga dapat memeriksa seluruh kolon
menggunakan kolonoskopi jika pasien menunjukkan tanda dan
gejala penyakit sitem pencernaan lainnya atau memiliki factor
risiko untuk kanker kolorektal (Kardiyudiana & Susanti, 2019).
B. Konsep Hemoroidektomi
1. Pengertian Hemoroidektomi
Beberapa pengertian Hemoroid menurut para ahli, antara lain :
a. Hemoroidektomi adalah tindakan pembedahan hemoroid pada
penderita yang mengalami keluhan menahun dengan hemoroid
derajat III dan IV. Penderita Hemoroid dengan IV yang
mengalami trombosit dan kesakitan berat segera ditolong
dengan Hemoroidektomi (Sjamsuhidayat & De Jong, 2012).
b. Hemoroidektomi adalah operasi pengangkatan hemoroid
dengan cara eksisi yakni mengangkat jaringan yang mengalami
varises (pelebaran) yang terjadi di daerah kanalis analis
(Jacobs, 2010).
c. Hemoroidektomi adalah suatu tindakan pembedahan dan cara
pengangkatan plekus hemoroidalis dan mukosa atau tanpa
mukosa yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebihan (Abdullah abdurahman, 2018).
Dari pengertian diatas maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa Hemoroidektomi adalah suatu tindakan pembedahan
pada vena yang berdilatasi pada kanalanal atau hemoroid
dengan derajat III dan IV dimana klien mengalami keluhan
menahun.
2. Indikasi Operasi
a. Penderita dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III
dan IV.
b. Perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan
terapi lain yang lebih sederhana.
c. Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat
(Abdullah abdurahman, 2018).
3. Tahap Operasi Hemoroidektomi
1. Pre operasi
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan penunjang
4) Informed consent
2. Melakukan operasi (Bimbingan, Mandir)
1) Penanggulangan komplikasi
2) Follow up dan Rehabilitas (Abdullah abdulrahman 2018).
4. Penatalaksanaan
a. Operasi
Ada dua prinsip dalam melakukan operasi hemoroid :
1) Penganggkatan pleksus dan mukosa
2) Penggangkatan pleksus tanpa mukosa
Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 3 metode :
a) Metode Langen-beck (eksisi atau jahitan primer radier)
di mana semua sayatan ditempat keluar varises harus
sejajar dengan sumbu memanjang dari rectum.
b) Metode White Head (eksisi atau jahitan primer
longitudinal) sayatan di lakukan sirkuler, sedikit jauh
dari varises yang menonjol.
c) Metode Morgan-Milligan semua primary piles diangkat
b. Non operasi
Dilakukan pada hemoroid derajat I dan II
a) Diet tinggi serat untuk melancarkan buang air besar
b) Mempergunakan obat-obat flebodinamik dan sklerotika
c) Rubber band ligation yaitu mengikat hemoroid dengan karet
elastic kira-kira 1 minggu (Abdullah abdurahman, 2018).
5. Teknik Operasi
a. Posisi pasien litotomi atau knee-chest (menungging)
b. Anesthesia dapat dilakukan dengan general, regional ataau
lokal anesthesia
c. Dilakukan praktoskopi identofikasi hemoroid
d. Dibuat insisi triangular mulai dari kulit anal kea rah prosimal
hingga pedikel hemoroid
e. Jaringan hemoroid di eksisi dengan gunting atau pisau,
pedikel hemoroid diligasi dengan chromic catgut 3-0
f. Defek kulit dan mukosa dapat dirawat secara terbuka atau
dijahit sebagian
g. Tindakan diulang pada bagian yang lain
h. Lubang anus dibiarkan terbuka atau ditampon dengan
spongostan (Abdullah abdulrahman, 2018).
6. Komplikasi Operasi
a. Inkontinensia
b. Retensio urine
c. Nyeri luka operasi
d. Stenosisani
Perdarahan fistula dan abses
1) Operasi
Infeksi dan edema pada luka bekas sayatan yang dapat
menyebabkan fibrosis
2) Non Operasi
Bila mempergunakan obat-obatan flebodinamik dan
sklerotika dapat menyebabkan strikturani (Abdullah
abdurahman, 2018).
7. Perawatan Pasca Bedah
a. Bila terjadi rasa nyeri yang hebat, bisa diberikan analgetik yang
berat seperti petidin
b. Obat pencahar ringan diberikan selama 2-3 hari pertama pasca
operasi, untuk melunakkan feses (Abdullah abdurahman, 2018).
8. Pathway keperawatan
Hemoroid
Hemoroidektomi
Bedrest
Kerusakan integritas kulit
Mobilisasi menurun
Konstipasiasi
(Muttaqin, 2011)
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan data,
verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah pengumpulan data sumber primer dan pengumpulan
data sumber sekunder dan dianalisis sebagai diagnosis keperawatan (Potter &
Perry, 2012).
a. Pengumpulan Data
Merupakan bagian awal dari pengkajian, adapun yang perlu dikaji pada
pasien Post Hemoroidektomi :
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur,jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal/jam pengkajian dan diagnosis medis.
2) Idenditas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, pekerjaan, hubungan keluarga.
3) Genogram
Dibuat dalam tiga generasi dan pasien berada di generasi ketiga.
4) Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, dan riwayat penyakit dahulu.
a) Keluhan Utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk
meminta pertolongan pada tenaga kerja kesehatan adalah :
(1) Keluhan dengan perdarahan terus menerus saat BAB,
dan juga ada benjolan pada anus atau nyeri saat defekasi.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dilakukan
dengan memberikan serangkaian pernyataan tentang
kronologis keluhan utama. Pengkajian yang didapatkan
bahwa pasien mulai merasakan dengan adanya benjolan
yang keluar dari anus. Pada awalnya hanya ada benjolan
yang keluar, dan beberapa hari kemudian ada perdarahan
setelah BAB.
c) Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakn apakah pasien pernah menderita penyakit
hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali, dan
pasien yang tidak mendapat tindakan pembedahan sehingga
hemoroid kembali kambuh.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Pada penderita Hemoroid tidak ada hubungan dengan faktor
keturunan. Maka penderita masih bisa familier dengan
semua orang.
5) Pola Fungsi Kesehatan menurut Gordon
a) Pola Persepsi terhadap Kesehatan
Menggambarkan persepsi pasien dan penanganan
kesehatan dan kesejahteraan. Pada pasien dengan Post
Hemoroidektomi ditemukan adanya keluhan perdarahan
terus menerus saat BAB, dan juga ada benjolan pada anus
atau nyeri pada saat defikasi.
b) Pola Nutrisi Metabolic : Menggambarkan masukan nutrisi,
keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada pasien dengan
Post Hemoroidektomi anoreksia, mual muntah, prnurunan
berat badan, tidak toleransi terhadap diet, buah segar,
sayur, produk susu, makanan berlemak.
c) Pola Aktivitas
Menggambarkan pola latihan aktivitas fisik. Pada pasien
dengan Post Hemoroidektomi ditemukan keterbatasan dan
latihan kelemahan, kelelahan, malaise, insomnia, gelisah,
ansietas, dan pembatasan aktivitas sehubungan dengan
post operasi.
d) Pola Istirahat Tidur
Menggambarkan pola tidur dan istirahat. Pada pasien
dengan Post Hemoroidektomi ditemukan adanya
perubahan pola tidur dan istirahat karena adanya nyeri
post operasi yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
e) Pola eliminasi
Menggambarkan pola eliminasi, kandung kemih,
integument dan pola fungsi eksresi usus dan kandung
kemih, pada pasien Post Hemoroidektomi akan mengalami
gangguan seperti tekstru feses bervariasi dari bentuk cair
dan bau, frekuensi tak terkontrol (sebanyak 2-3 kali
defekasi/hari sesuai dengan bahan yang masuk) bising
usus menurun, peristaltik terganggu, eliminasi urin,
oliguria.
f) Pola Perseptual-Kognitif
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan,
pengecapan, perabaan, penciuman, persepsi nyeri dan
bahasa.
g) Pola Konsep Diri
Menggambarkan konsep tentang diri sendiri dan persepsi
terhadap kemampuan. Pada pasien Post Hemoroidektomi
pasien biasanya merasa malu dengan keadaanya, rendah
diri, peningkatan ketegangan, takut, cemas, trauma
jaringan,
h) Pola Koping Stres
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan
pengguanaan sistem pendukung. Pada pasien dengan Post
Hemoroidektomi dengan adanya proses pengobatan yang
lama dirumah sakit akan mengakibatakan stress pada psien
tersebut.
i) Pola Seksual Reproduksi
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau
dirasakan dengan seksual. Pada pasien Post
Hemoroidektomi didapatkan penurunan libino karena
adanya nyeri pada post operasi.
j) Pola Peran Hubungan
Menggambarkan keefektifan peran karena tidak dapat
melaksanaakan aktivitas sehari-hari dan perubahan pola
hubungan karena keterbatasan dalam berkomunikasi.
k) Pola Nilai Kepercayaaan
Menggambarkan spiritual, nilai dan kepercayaan. Pada
pasien Post Hemoroidektomi ditemukan pasien lebih
mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan mengganggap
bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran pasien perlu dikaji dari sadar/tidak sadar
(composmentis/coma) untuk mengetahui berat ringanya prognosis
pasien.
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan temperature
merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien. Disamping itu
juga penimbangan berat badan dilakukan untuk mengetahui
adanya penurunan BB akibat gannguan nutrisi. Pada pasien Post
Hemoroidektomi akan mengalami kelemahan dan terjadi
penurunan BB karena kekurangan nutrisi.
3) Kepala
Tidak ada benjolan dikepala, rambut kotor, hidung kotor terdapat
kotoran dihidung,telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
napas bau, bibir kering, lidah ktor dan bagian tepid an tengah
kemerahan.
4) Leher
Leher simetris tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
5) Dada
Dada normal, bentuk simetris, pola napas teratur.
6) Abdomen
Didaerah abdomen terjadi nyeri tekan, penurunan peristaltik,
turgor kulit jelek, perut buncit.
7) Genital
Penurunan libino, genetalia kotor.
8) Ekstremitas
Tidak ada gangguan ekstermitas atas dan bawah hanya saja akan
mengalami kelemahan fisik dan aktivitas pasien dibantu (Potter &
Perry, 2012).
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan
respon aktual dan potensial pasien terhadap masalah kesehatan yang
perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya.
Diagnosis keperawatan pada pasien Post Hemoroidektomi dapat
muncul yang rumuskan berdasarkan analis data hasil pengkajian
(Brunner & Suddart, 2012).
a. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasive pembedahan
hemoroidektomi
b. Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan interupsi
mekanis pada kulit/jaringan anal
c. Konstipasi berhubungan dengan pengabaian dorongan untuk
defekasi akibat nyeri selama defekasi
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran
invasive (Dongoes, 2012).
3. Perencanaan
Perencanaan dari tiap-tiap diagnose keperawatan yang telah
ditetapkan(Brunner & Suddart, 2012).
a. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasive pembedahan
hemoroidektomi
1) Tujuan: Nyeri berkurang dan tidak terlihat respon nyeri
secara verbal pada pasien
2) Kriteria hasil:
a) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
c) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
d) Tanda-tanda vital normal
Intervensi Rasional
1. 1. Kaji dan catat kondisi 1. Mengindikasikan
keluhan nyeri pasien (dengan kebutuhan untuk
memperhatikan PQRST) yaitu intervensi dan juga tanda-
dengan memperhatikan lokasi, tanda perkembangan
intensitas, frekuensi dan waktu komplikasi
2.
3. 2. Kaji pengetahuan pasien 2. Memudahkan dalam
tentang nyeri dan kepercayaan melakukan intervensi,
tentang nyeri karena kultur atau budaya
klien dapat mempengaruhi
persepsi tentang nyeri
6. Dorong dan
pertahankan masukan 6. Kurangi kerentanan
individu terhadap infeksi
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien post operasi hemoroid adalah
pelaksanaan dari intervensi keperawatan yang dibuat berdasarkan
diagnosis keperawatan yang dirumuskan perawat (Mardalena, 2019)
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek
dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus
pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau
formatif yang dilakukan tiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan
evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon
klien dengan tujuan yang telah ditentukan (Mardalena, 2019).
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tinjauan kasus pada bab ini menyajikan laporan penerapan Asuhan
Keperawatan pada Pasien Tn. W. L dengan diagnosis Hemoroidektomi di
Ruangan Flamboyan Rumah Sakit Tk. II R. W. Mongisidi Manado, yang
dilaksanakan pada tanggal 1-3 Juli 2019 dengan keperawatan meliputi:
pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. W. L
b. Umur : 20 Th
c. Jenis kelamin : Laki - Laki
d. Agama : Kristen Protestan
e. Pendidikan : SMA
f. Alamat : Lemoh, Tombariri, Minahasa
g. Suku / Bangsa : Minahasa / Indonesia
h. Tgl / Jam MRS : 28 Juni 2019 / 11.00 wita
i. Ruangan / Kelas : Flamboyan
j. No. Rekam Medik : 17 54 10
k. Tanggal operasi / jam : 30 Juni 2019 / 13:35 wita
l. Tanggal / jam pengkajian : 01 Juli 2019 / 08:00
m. Diagnosis medik : Post Hemoroidektomi
n. Tanggal pengkajian : 01 Juli 2019
o. Penanggung Jawab
1) Nama / Umur : Tn. J. L / 52 Th
2) Jenis Kelamin : Laki - Laki
3) Agama : Kristen Protestan
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan : Swasta
6) Alamat : Lemoh, Tombariri, Minahasa
7) Hubungan dengan klien : Ayah
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan MRS
Terdapat benjolan/ Hemoroid dan terasa nyeri
b. Keluhan utama
Nyeri pada anus akibat tindakan pembedahan hemoroid
c. Riwayat keluhan utama
Pasien datang dari IGD, kemudian diperiksa oleh dokter dengan
diagnosis hemoroid. Dokter menganjurkan untuk operasi
hemoroidektomi, pasien di rawat di ruangan flamboyant Rs. R. W
Mongisi Tk. II Manado.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian 01 juli 2019 jam 08.00 wita, keadaan
umum pasien sedang, kesadaran Composmentis klien dengan post
Hemoroidektomi hari ke-1 (pertama) sudah flatus dan sudah bisa
makan dan minum. Makan yang konsumsi hanya susu entresol
dibantu oleh perawat dan keluarga (skala aktivitas:2) klien mengeluh
nyeri pada daerah anus saat ada pergerakan (P), Nyeri seperti
ditusuk-tusuk, berhenti dan berulang (Q), pada daerah anus (R),
Skla: 5/ Nyeri sedang (S), 5-7 detik/ berulang (T). Ekspresi wajah
tampak meringis, terdapat luka operasi yang masih basah pada anus,
terpasang tampon dan ditutup kasa steril. Klien mengatakan merasa
takut jahitan terputus dan sering bertanya-tanya tentang keadaan
lukanya, klien merasa pusing, ekspresi wajah klien tampak cemas
(Skla: Ringan). Terpasang IVFD Nacl 20 tetes/mnt pada vena
radialis kanan dan terpasang kateter no 16. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg N : 84 x/menit
R : 24 x/ menit SB : 36,0˚C
e. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan bahwa gejala hemoroid sudah dirasakannya sejak
sejak 2 bulan lalu.
Keterangan :
: Laki-laki/Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
h. Riwayat Psikosial
Hubungan pasien dengan keluarga pasien, begitu juga dengan orang
yang ada disekitarnya. Secara psikologis, pasien mengatakan merasa
khawatir dengan keadaan dan penyakit yang dialaminya.
i. Riwayat Spritual
Pasien sering ke gereja pada hari minggu untuk beribadah, saat sakit
pasien belum dapat mengikuti ibadah. Namun klien selalu berdoa
kepada tuhan agar selalu diberikan kekuatan dan kesembuhan.
2) Saat dikaji
Saat dikaji klien tidak mengeluh dengan keadaan dirinya. Ia
merasa percaya bahwa dirinya pasti sembuh salama perawatan
dirumah sakit
h. Pola Peran Hubungan
1) Sebelum sakit
Hubungan klien dengan keluarga, saudara, dan teman-temannya
disekitar tempat tinggal terbina dengan baik.
2) Saat dikaji
Data subyektif :
Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik dengan
dokter, perawat, keluarga, dan orang disekitarnya. Tampat dari
cara berkomunikasinya dan suara bicaranya tidak ada nada
marah.
i. Pola Reproduksi dan Seksual
Pasien belum menikah
j. Pola Intoleransi Stress
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan jika ada masalah pasien selalu
mendiskusikan dengan orangtuanya
b) Saat dikaji
Data subyektif
Pasien mengatakan dapat menyesuaikan dengan keadaan rumah
sakit tempat ia dirawat, klien mengatakan bahwa ia pasrah
dengan penyakitnya dan berharap akan sembuh dengan
perawtan rumah sakit.
k. Pola Keyakinan
a) Sebelum sakit
Pasien beragama Kristen protestan dan aktif dalam keagamaan,
serta sering mengikuti kegiatan ibadah ditempat dia tinggal
b) Saat dikaji
Data subyektif
Pasien belum dapat mengikuti ibadah atau kegiatan keagamaan
sesuai dengan agama yang dianut yaitu Kristen protestan. Tapi
klien beroptimis dan tetap berdoa terus kepada Tuhan. Pasien
juga diberikan dorongan atau support oleh keluarga dan perawat
agar cepat sembuh.
4. Pemeriksaan Fisik
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 01 juli 2019 jam 08.00 wita
a. Keadaan Umum : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 80x/m
R : 20x/m
SB : 36,0˚c
d. BB : Sebelum sakit : 55 kg, Selama sakit : 53 kg
e. TB : 165 Cm
f. Kepala
Inspeksi
1) Warna rambut : Hitam
2) Bentuk kepala : Bulat
3) Penyebaran : Merata
4) Tekstur kulit kepala : Baik
5) Benjolan / Lesi : Tidak ada lesi
6) Tulang tengkorak : Tidak ada oedema
7) Ukuran dan Kontur : Baik
Palpasi
1) Nyeri tekan : Tidak ada
g. Wajah
Inspeksi
1) Pergerakan wajah : Tidak ada
2) Ekspresi wajah : Tampak meringis
3) Pigmentasi : Tidak ada
4) Acne : Tidak ada
5) Tremor : Tidak ada
h. Mata
Inspeksi
1) Bentuk mata : Normal
2) Konjungtiva : Anemis
3) Pupil : Normal
4) Gerakan bola mata : Normal
5) Visus/ketajaman penglihatan : Normal
6) Buta warna : Tidak buta warna
Palpasi
Tekan intra okuler : Tidak dikaji
i. Hidung dan Sinus
Inspeksi
1) Septum Hidung : Tegak lurus
2) Secret hidung : Tidak ada
3) Polip : Tidak ada
4) gangguan penciuman : Tidak ada
Palpasi
1) Sinus frontalis : Tidak ada nyeri tekan
2) Sinus maksilaris : Tidak ada nyeri tekan
j. Telinga
Inspeksi
1) Lubang Telinga : Bersih
2) Membran tympani : Normal
3) Gangguan pendengaran : Tidak ada
k. Mulut
Inspeks
1) Mukosa bibir : Lembab
2) Warna bibir : Merah muda
3) Karang gigi : Tidak ada
4) Caries : Tidak ada
5) Gigi tanggal : Tidak ada
6) Gigi palsu : Tidak ada
7) Perdarahan gusi : Tidak ada
8) Lidah : Bersih
9) Warna lidah : Merah muda
10) Fungsi Pengecapan : Baik
Palpasi
1) Nyeri tekan pada pipi : Tidak ada
2) Pembengkakan pada pipih : Tidak ada
l. Leher
Inspeksi
1) Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
2) Tonsil : T1-T1
3) Peningkatan vena jugularis : Tidak ada
Palpasi
1) Letak trakea : Ditengah-tengah
2) Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
m. Thorax dan Paru
Inspeksi
1) Bentuk tulang belakang : Normal
2) Bentuk dada : Normal
3) Kesimetrisan dada saat respirasi : Normal
4) Irama pernafasan : Teratur
5) Jenis pernafasan : Thoracoabdominal
Palpasi
1) Massa : Tidak ada
2) Nyeri tekan : Tidak ada
3) Penggolongan thorax : Normal
n. Cardiovaskuler
Palpasi
1) Iktus : Teraba ICS 5
2) Frekuensi heart rate : 100x/menit
3) Keterangan :-
Perkusi
1) Pembesaran jantung : Tidak ada
2) Nyeri dada : Tidak ada
Auskultasi
1) Suara normal : Lub-dub
2) Suara tambahan : Tidak ada
3) Jenis :-
o. Abdomen
Inspeksi
1) Warna kulit : Sawo matang
2) Umbilikus : Memusat
3) Kontur : Lembek
4) Simetris : Simetris
Auskultasi
1) Bising usus :Meningkat 30x/menit
Perkusi
1) Asites : Tidak ada
2) Pola tympani : Hipersonor
3) Pekak : Tidak ada
Palpasi umum
1) Adanya nyeri tekan : Tidak ada
2) Nyeri umum lokasi :Abdomen bagibawah
3) Turgor kulit :Kembali lambat
Palpasi khusus
1) Pembesaran hepar :Tidakada pembesaran
2) Pembesaran lien :Tidak ada
3) Titik Mc. Burney :-
p. Genetalia
Inspeksi
1) Merah/radang : Tidak ada
2) Hernia : Tidak ada
3) Terpasang daur kateter : Terpasang kateter no
q. Anus
Inspeksi
Ada luka pembedahan pada anus terpasang tampon ditutupi kassa steril,
tampak bengkak.
Palpasi
1) Terdapat hemoroid yang sudah dilakukan Hemoroidektomi
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Hematologi :
Hb 12,8 11,7 – 15,5 g/dl
Ht 37,0 35 – 47 %
Eritrosit 4,16 3,8 – 5,2 10/ul
MCV 88,9 80 – 100 g/dl
MCH 30,8 26 – 34 g/dl
MCHC 34,7 32 – 36 g/dl
Leukosit 7,6 3,6 – 11,0 10/ul
Trombosit 249 130 – 440 10/ul
Hitung Jenis :
Eosinofil 7,7 2- 9 %
Basofil 0,4 0-1 %
Neutrofil 61,7 50 – 70 %
Limfosit 25,3 25 – 40 %
Monosit 4,9 2–8 %
LED / BBS 25 0 – 20 mm/jam
Kimia Klinik
Protein Total 6,5 6–8 g/dl
Albumin 4,5 3,4 – 4,8 g/dl
Globulin 2,0 2,2 – 3,8 g/dl
Bilirubin total 0,76 0,1 – 1,0 mg/dl
Bilirubin direk 0,15 0 – 0,2 mg/dl
Bilirubin indirek 0,61 0 – 0,7 mg/dl
SGOT 18 0 – 32 u/l
SGPT 12 0 -33 u/l
G Glukosa puasa 86 70 – 105 mg/dl
Kolestrol total 254 < 200 mg/dl
Kolestrol HDL 57 34 – 87 mg/dl
Kolestrol LDL 179 < 100 mg/dl
Trigliserida 79 < 150 mg/dl
Ureum 25 0 – 50 mg/dl
Creatinin 0,90 0,30 – 0,90 mg/dl
Asam urat 5,40 2,4 – 5,7 mg/dl
7. Therapi pengobatan
Nama
No Frekuensi Pemberian Indikasi
Obat
1 Nacl 20 gtt/m IV Untuk memenuhi
kebutuhan cairan
tubuh sehari-hari
2 Injeksi 2x1 IV Infeksi-infeksi yang
Ceftriaxone disebabkan oleh
pathogen yang
sensitive terhadap
Ceftriaxone
3 Injeksi 2x1 IV Penyembuhan tukak
Ranitidine usus 12 jari, tukak
lambung
4 Injeksi Keterolac 3x1 IV Untuk innflamasi
akut dalam
jangka waktu
penggunaan
maksimal 5 hari
8. Analisa data
N DATA ETIOLOGI MASALAH
o
1. DS : Klien mengatakan sakit Tindakan pembedahan
pada luka yaitu Nyeri akut
daerah anus
Adanya luka operasi
dirasakan nyeri
seperti ditusuk
bersifat hilang
Terputusnya kontinuitas
timbulselangwaktu
jaringan kulit
5-7 detik
DO : -Ekspresi wajah
tampak meringis Implus nyeri dikirim ke
-Adanya luka operasi pada SSP melalui
anus terpasang neurosensorik
tampon
-Keadaan luka masih basah Dialirkan ke hypothalamus
-Klien hemoroidektomi hari lalu ke korteks serebi
ke-I
-Vital sign Nyeri dipersepsikan
TD : 120/80 mmHg
N : 82x/menit
R : 20x/menit Nyeri
SB : 36,0˚c
-Skala nyeri : 5 (Nyeri
sedang)
2. Adanya insisi post operasi Resiko
DS : - hemoroidektomi dan infeksi
DO : - Adanya insisi pada anus tindakan invasif
terpasang tampon
ditutupi dengan khas
steril Merupakan tempat
- TTV : masuknya kuman
TD : 120/80 mmHg mikroorganisme
N : 82x/m
R : 20x/m
SB : 36,0˚C Kuman/mikroorganisme
- Terpasang IVFD Nacl dapat berkembang
20 gtt/menit
Hemoroidektomi
5. Kolaborasi Dengan
pemberian
dengan
obat analgetik
dokter dalam dapat
mengurangi Jam 13.00 Wita
pemberian
rasa nyeri 5. Melayani injeksi
obat
caterolac 1 amp
analgetik
6. Melayani
ranitidine 1 amp
8. Mengkaji nyeri
P: Luka akibat
pembedahan
Q: Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R: Dianus
S: Skla nyeri 5 (0-
10)
T: Hilang timbul
Jam 18.00 Wita
9. Mengreview
teknik relaksasi
nafas dalam.
Hasil: Pasien
masih bisa
melakukan
10. Mengreview
posisi semi fowler.
Hasil pasien masih
melakukann
14. Mengreview
posisi semi fowler.
Hasil pasien masih
melakukannya
2 Resiko infeksi Tidak terjadi infeksi 1. Pantau 1. Untuk Tgl 1 Juli 2019 Tgl 1 Juli 2019
berhubungan dengan setelah dilakukan adanya mengetahui Jam 08.55 Wita Jam 07.00 Wita
adanya luka operasi. tindakan tanda-tanda secara dini 1. Memantau tanda S:-
DS: - keperawatan selama terjadinya terjadinya adanya infeksi O : Luka tampak
DO: 3x24 jam dengan infeksi infeksi yaitu luka tampak masih basah
1. Adanya insisi kriteria hasil: sehingga masih basah A : Masalah belum
pada anus, 1. Pasien sesegera tertutup hass steril teratasi
terpasang mengatakan luka mungkin tidak kemerahan P : Lanjutkan
tampon sudah tidak basah dapat diatasi dan pus. intervensi
ditutupi hass 2. Keadaan luka Hasil : 1,2,3,4, dan 5
steril sudah mulai
2. TTV : mongering
TD : 120/80 3. Tidak ada tanda- 2. Rawat luka 2. Dengan Jam 09.00 Wita
mmHg tanda infeksi operasi menjaga 2. Merawat luka
N : 80x/m seperti tumor, dengan kebersihan pasien secara
R : 20x/m rubor, dolor, menjaga tindakan aseptik dan
SB : 36 ˚C kalor dan kebersihan dan antiseptic
fungsiolaesa. perawatan
luka yang Tgl 1 Juli 2019
baik dapat Jam 07.00 Wita
menghindar S:-
kan invasi O : Luka tampak
kuman Jam 09.10 Wita masih basah
3. Menjelaskan A : Masalah belum
manfaat kebersihan teratasi
3. Jelaskan 3. Kebersihan dir P : Lanjutkan
pentingnya diri dan intervensi
merawat lingkungan Jam 12.00 Wita 1,2,3,4, dan 5
kebersihan yang terjaga 4. Melayani injeksi
diri dan menghindar ceftriaxon 1 gr.
lingkungan kan
sekitar masuknya
mikroorgani Jam 15.00 Wita
sme melalui 5. Merawat luka
luka pasien secara
aseptik dan
antiseptic
4. Anjurkan 4. Untuk
pasien untuk mencegah Jam 18.00 Wita
tidak terjadinya 6. Mengukur TTV
memegang infeksi atau TD :120/80mmHg
luka secara kontaminasi N :80x/menit
langsung secara R :20x/menit
dengan langsung SB :36˚C
tangan dari pasiern
akibat Jam 19.00 Wita
tangan yang 7. Mengreview
tidak steril apakah pasien
masih sering
memegang luka
dengan tangan
5. kolaborasi 5. Antibiotik kotor atau tidak
dengan untuk steril.
dokter dalam mencegah
pemberian infeksi atau Jam 21.00 Wita
antibotik membunuh 8. Melayani injeksi
kuman ceftriaxon 1 gr.
infeksi
secara Jam 05.00 Wita
sistemik 9. Merawat luka
pasien secara
aseptic dan
antiseptic
Hari/Tanggal
Ndx Implementasi Evaluasi
Jam
Selasa, Tgl. 2 Juli 2019
2 Juli 2019 Tuliskan? 1. Mengkaji nyeri Jam 13.30
08.40 Wita ? P: Luka akibat S: Pasien
pembedahan mengatakan nyeri
Q: Nyeri seperti berkurang
ditusuk-tusuk
R: Dianus O:
S: Skla nyeri 5 (0-10) P: Luka akibat
T: Hilang timbul pembedahan
08.50 Wita Q: Nyeri seperti
2. Mengobservasi TTV ditusuk-tusuk
TD: 120/80 mmHg R: Dianus
N : 82x/menit S: Skla nyeri 5
R : 20x/menit (0-10)
SB: 36,0˚C T: Hilang timbul
09.00 Wita
3. Mengajarkan teknik TTV
relaksasi: teknik nafas TD: 120/80
dalam. Hasil: Pasien mmHg
bisa melakukan N : 82x/menit
09.30 Wita R : 20x/menit
4. Memberikan posisi SB: 36,0˚C
semi fowler. Hasil
pasien merasa nyaman
13.00 Wita A: Masalah nyeri
5. Melayani injeksi akut belum
caterolac 1 amp teratasi
14.05 Wita
6. Melayani ranitidine 1 P: -
amp
15.00 Wita
7. Mengobservasi
TTV pasien. Hasil:
TD:120/80 mmHg
N :80x/menit
R :20x/menit
15.15 Wita SB :36,0˚C
8. Mengkaji nyeri
P: Luka akibat
pembedahan
Q: Nyeri seperti
Hari/Tanggal
Ndx Implementasi Evaluasi
Jam
ditusuk-tusuk
R: Dianus mengatakan sudah
18.00 Wita S: Skla nyeri 5 (0-10) tidak ada nyeri
T: Hilang timbul
O:
9. Mengreview teknik - Pasien tampak
relaksasi nafas dalam. tenang
18.30 Wita Hasil: Pasien masih - Skala nyeri 1 (0-
bisa melakukan 10)
- TTV dengan hasil:
10. Mengreview posisi TD :120/80mmHg
21.00 Wita semi fowler. Hasil N :82 x/menit
pasien masih R :20 x/menit
melakukannya SB :36.00C
21.10 Wita
11. Melayani injeksi A: Masalah nyeri akut
caterolac 1 amp teratasi
4. Menganjurkan pasien
untuk tidak memegang
luka operasi dengan
13.00 Wita tangan kotor (dalam hal
ini tidak steril). Hasil
pasien mau
melakukannya
15.00 Wita
5. Memberikan obat
antibiotik ceftriaxon 1
18.00 Wita gr.
8. Mengreview apakah
05.00 Wita pasien masih sering
memegang luka dengan
tangan kotor atau tidak
06.00 Wita steril.
9. Melayani injeksi
ceftriaxon 1 gr.
7. Melayani injeksi
ranitidine 1 amp
8. Melayani injeksi
Hari/Tanggal
Ndx Implementasi Evaluasi
Jam
ceftriaxone 1 gr
A. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan pada Tn. W. L dengan post hemoroidektomi
menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi, dan pemeriksaan
fisik. Wawancara dilakukan pada pasien, keluarga pasien, dan perawat yang
ada di ruangan. Pada data pengkajian secara teoritis didapat dengan keluhan
yang menonjol pada pasien dengan post hemoroidektomi yaitu terdapat
benjolan pada anus, serta kesadaran compos mentis.
Secara teoritis pasien dengan post hemoroidektomi ditemukan data
subjektif : nyeri daerah anus, data objektif penampilan umum, tanda –tanda
vital, peningkatan tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, gangguan berpindah
tempat, konstipasi.
Berdasarkan tinjauan kasus pada pasien Tn. W. L dengan diagnosa post
hemoroidektomi terdapat nyeri namun berbeda faktor yang berhubungan,
pada kasus berhubungan dengan adanya luka operasi sedangkan pada teori
berhubungan dengan iritasi. Hal ini disebabkan oleh kondisi dan respon
indivudu berbeda-beda.
Demikian data yang diperoleh dari pengkajian bahwa ada kesenjangan
antara teori dan praktek. Dimana tidak semua data tanda dan gejala yang ada
pada teori ditemukan pada kasus.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan teoritis pada pasien dengan gastroenteritis akut terdiri
dari:
1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasive pembedahan
hemoroidektomi
2. Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada
kulit/jaringan anal
3. Konstipasi berhubungan dengan pengabaian dorongan untuk defekasi
akibat nyeri selama defekasi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran
invasive
Ditinjau dari kasus ditemukan 3 diagnosis keperawatan yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasive pembedahan
hemoroidektomi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran invasive
3. Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada
kulit/jaringan anal
Tidak semua diagnosis keperawatan yang ada diteori ditemukan pada
kasus karena disesuaikan dengan keluhan pasien dan keluarga pada saat
pengkajan sehingga diangkat sebagai masalah. Berdasarkan hal tersebut
disimpulkan bahwa ada kesenjangan antara diagnosis keperawatan teori dan
diagnosis keperawatan pada kasus. Diagnosis konstipasi berhubungan
dengan pengabaian dorongan untuk defeksi akibat nyeri selama defekasi
tidak diangkat karena pada saat pengkajian pasien tidak mengalami
konstipasi.
C. INTERVENSI
intervensi yang dibuat berdasarkan diagnosi keperawatan penulis merumuskan
rencana keperawatan yang meliputi tujan, waktu, kriteria hasil dan
menetapkan intervensi keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi
diagnosis keperawatan yang diangkat. Intervensi yang ada pada teori tidak
semuanya sama dengan intervensi yang ada pada kasus, karena disesuaikan
dengan keadaan pasien. Intervensi yang direncanakan antara lain kaji tingkat
nyeri, mengajarkan teknik relaksasi, merawat luka, health education yaitu
mengajurkan pada pasien untuk tidak melakukan aktivitas yang berat dan luka
jangan sampai basah dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
obat-obatan sesuai program terapi.
D. PELAKSANAAN
Tahap pelaksanaan merupakan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah ditetapkan. Pada pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn.
W. L. dengan post hemoroidektomi dapat dilaksanakan sesuai dengan proses
keperawatan secara observasi, tindakan mandiri, education dan kolaborasi
dengan tim medis.
Pada dasarnya intervensi yang yang disusun diaplikasikan dalam tahap
pelaksanaan dimana tindakan keperawatan yang diberikan merupakan
rangkaian dari seluruh rencana keperawatan yang dibuat sebelumnya.
E. EVALUASI
Evaluasi menggambarkan perkembangan dari masalah-masalah yang
ditemukan dari hasil tindakan keperawatan yang diberikan dalam mengatasi
masalah tersebut. Pada tahaab ini penulis melakukan evaluasi sesuai dengan
tujuan dan kriteria yang diinginkan, dicapai sesuai dengan rencana Asuhan
Keperawatan yang telah disusun sebelumnya, dengan memperhatikan respond
an perubahan-perubahan yang terjadi pada pasien. Adapun hasil/evaluasi dari
asuhan keperawatan pada pasien Tn. W. L dengan Post Hemoroidektomi dari
diagnosis
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Penerapan asuhan keperawatan pada pasien Tn. W. L. dengan Post
Hemoroidektomi dapat dilaksanakan dengan baik yang meliputi
pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, evaluasi. Dari 3
diagnosis keperawatan yang diangkat belum sepenuhnya teratasi.
2. Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, dimana secara kasus hanya
terdapat 3 diagnosis keperawatan yang ditemukan sesuai dengan masalah
yang dialami pasien, sedangkan secara teori terdapat 4 diagnosis
keperawatan.
3. Faktor penunjang yang membantu penulis dalam penerapan Asuhan
keperawatan yaitu adanya kerjasama yang baik antara penulis, keluarga,
perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya serta tidak kala pentingnya
kesiapan penulis dalam melaksanakan praktek. Adapun faktor
penghambat yang penulis temukan adalah keterbatasan waktu yang
diberikan kepada penulis selama tiga hari untuk menerapkan Asuuhan
Keperawatan.
B. SARAN
2. Bagi Pasien diharapkan dapat menjaga kebersihan diri serta lingkungan
serta lingkungan sekitar dan tidak berhenti dari pengobatan yang
sementara dijalani agar dapat mencapai kesembuhan yang maksimal.
3. Bagi Rumah Sakit
Agar dalam pelaksanaan sebaiknya tindakan keperawatan yang diberikan
harus berpedoman pada teori-teori dengan memperhatikan respon dari
masing-masing pasien.
4. Bagi institusi pendidikan
Penulis mengharapkan agar dapat menambah literature-literatur atau
refrensi yang berhubungan dengan keperawatan bedah agar
mempermudah mahasiswa dalam mendapatkan literature-literatur dalam
menyelesaikan kurikulum pendidikan.
RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Riwayat Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Endah & Monica E (Ed) 2012, Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sjamsuhidayat & De Jong, 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
https://www.google.com/search?
q=anatomi+hemoroid+pdf&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&s
a=X&ved=0ahUKEwiu0df5_8LhAhWDxrwKHXokC3IQ_AUIDig
B&biw=1366&bih=657#imgrc=RIDp3vNgDeNS3M:)
https://www.google.com/search?
q=anatomi+fisiologi+hemoroid+pdf&safe=strict&source=lnms&tbm=isc
h&sa=X&ved=0ahUKEwjg85Gm-
PHhAhV08HMBHcepAXUQ_AUIDigB&biw=1366&bih=608#imgdii=v
WZJmoqNr1PQIM:&imgrc=H7unR7Zl6HHn6M:
http://bedah.usu.ac.id/images/Modul/Modul_Digestif/Modul-4-
HEMOROIDEKTOMI.pdf
http://jurnalpoltekesjayapura.com/index.php/jktp