Anda di halaman 1dari 55

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH

PADA LANSIA DIBALAI PELAYANAN SOSIAL LANJUT


USIA TERLANTAR SENJA CERAH PANIKI MANADO

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan
Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan program Diploma III Keperawatan

OLEH :
DEBORA TAKUMANSANG
NIM 1514 0053

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO
SEPTEMBER 2018
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH
PADA LANSIA DIBALAI PELAYANAN SOSIAL LANJUT
USIA TERLANTAR SENJA CERAH PANIKI MANADO

SAMPUL DALAM
Karya Tulis Ilmiah

Diajukan
Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III Keperawatan
Akademi Keperawatan Rumkit Tk.III Manado

OLEH
DEBORA TAKUMANSANG
NIM 15140053

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO
SEPTEMBER 2018

i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Debora Takumansang
NIM : 15140053
Jurusan : Keperawatan
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan
semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk saya nyatakan dengan benar.
Apabila di kemudian hari ternyata Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil karya orang
lain baik sebagian maupun keseluruhan maka saya bersedia menerima sanksi berupa
pencabutan gelar akademi.

Manado, September 2018


Yang membuat pernyataan :

(Debora Takumansang)

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah/ Laporan Tugas Akhir :


Judul : Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di Balai
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah Paniki Manado
Nama : Debora Takumansang
Nim : 15140053
Telah diterima dan disetujui oleh tim pembimbing Ujian Akhir Akademi
Keperawatan Rumkit Tk III Manado sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma III.

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Bambang Setiawan Leni Arini Manafe.S.Kep,Ns,.M.Kes


Penata Tk. I III/d NIP 197801302009120 NIDN 0906089001

Mengetahui,
Direktur Akper Rumkit Tk.III Manado

dr. Bambang Setiawan


Penata Tk. I III/d NIP 197801302009120

iii
AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO
SEPTEMBER 2018

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima dan disetujui oleh tim penguji ujian akhir
Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III Manado sebagai salah satu persyaratan atau
menyelesaikan pendidikan Diploma III.

Ketua Penguji

Yuke Tyneke Darado., S.Kep, Ns


NIP 198122001008122001

Anggota Penguji

1. Sunarti Basso, S.Kep, Ns., M.Kes 2. dr. Bambang Setiawan


NIP 196901181993032002 Penata Tk.I III/d NIP 197801302009121001

Manado, September 2018

Direktur

dr. Bambang Setiawan


Penata Tk.I III/d NIP 197801302009121001

v
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul. Pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia di Balai Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah Paniki Manado.
Adapun tujuan dari penulis Karya Tulis Ilmiah ini untuk memenuhi syarat
mengikuti ujian akhir pendidikan program Diploma III Akademi Keperawatan Rumkit
Tk.III Manado.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak menemui kesulitan dan
hambatan, akan tetapi berkat dukungan dan arahan serta bantuan dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmah ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menyadari bahwa itu tak lepas dari
bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun secara materil. Pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang telah banyak
memberi bantuan dan dukungan dalam penyusunan penelitian ini. Pada kesmpatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Yayasan Wahana Bhakti Karya Husada (YWBKH) Charlis Nesa S.H yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Akper
Rumkit Tk.III Manado.
2. Kepala BPSLUT Senja Cerah Paniki dr. Hendrik Tairas yang telah memberikan
kesempatan kepada peniliti untuk melakukan penelitian di BPLSUT serta
memberikan arahan bimbingan didalam peniliti melakukan penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
3. Direktur Akper Rumkit Tk.III Manado dr. Bambang Setiawan dan sebagai
pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan,
arahan dan petunjuk penulisan dalam peneliiti menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Leni Arini Manafe S.Kep,Ns,M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dalam memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk penulisan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini .

vi
5. Papa dan mama orang tua yang paling hebat dan kakak Esther dan kakak Ruth
yang sangat kucintai yang telah memberikan bantuan moril, meteril, arahan dan
selalu mendoakan keberhasilan dan kesuksesan serta keselamatan selama
menempuh pendidikan di Akper Rumkit TK. III Manado.
6. Seluruh Almamater angkatan XIV, khususnya ‘Second Family’ ka Olviana
Sarapung, Deisy Awuy, Afiska Baguna, Claudia Tumewan, Ayu Puspita, Desak
Okayani, Ni Wayan Asmitha yang selalu menemani dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah.
7. Sahabat saya ka Maya Dandel yang sudah banyak membantu dan memberi
dukungan serta doa selama penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari pembaca yang budiman
untuk penyempurnaan penulisan selanjutnya. Disamping itu penulis berharap semoga
penelitian ini bermnfaat bagi peneliti dan nusa dan bangsa.

Manado, September 2018


Penulis

(Debora Takumansang)

vii
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .............................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xi
ABSTRAK ................................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


A. Latar Belakang ………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 2
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………... 2
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 4


A. Senam lansia …………………………………………………………….. 4
B. Tekanan darah ………………………………………………………….. 14
C. Lansia ………………………...………………………………………... 18
D. Kerangka Konsep …………………………………………………........ 20

BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 21


A. Hipotesis ………………………………………………………………. 21
B. Definisi operasional ……………………………………………………. 21
C. Desain penelitian ………………………………………………………. 22
D. Tempat dan waktu penelitian …………………………………………... 22
E. Jalannya penelitian …………………………………………………….. 22
F. Pengumpulan data alat penelitian dan teknik ………………………….. 23
G. Populasi dan sampel …………………………………………………… 24
H. Etika penelitian ………………………………………………………… 24
I. Jadwal perencanaan penelitian ………………………………………… 25
J. Perencanaan biaya penelitian …………………………………………... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 27


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………………………………… 27
B. PEMBAHASAN ………………………………………………………. 30

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 33


A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 33

viii
B. Saran ………...…………………………………………………………. 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 35
CURICULUM VITAE

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3 2 Perencanaan biaya penelitian ……………………………………………. 26

Tabel 3 1 Jadwal perencanaan penelitian …………………………………………... 25


Tabel 3 2 Perencanaan biaya penelitian ……………………………………………. 26
Tabel 4 1 Hasil Uji statistic paired T-Test ………………………………………….. 28
Tabel 4 2 Hasil Penelitian …………………………………………………………... 29

x
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 …………………………...…………………………………………….. 37
Lampiran 2 ………………………………………………………………………….. 38
Lampiran 3 ………………………………………………………………………….. 39
Lampiran 4 ………………………………………………………………………….. 40
Lampiran 5 ………………………………………………………………………….. 41

xi
ABSTRAK
Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat (public health problem) dan
akan menjadi masalah lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini. Tingginya angka
kejadian hipertensi terutama pada lansia menuntut peran tenaga kesehatan untuk
melakukan pencegahan dan upaya promosi kesehatan. Ada beberapa cara pencegahan
yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit hipertensi, diantaranya adalah aktif
berolahraga seperti (senam lansia) mengatur diet rendah garam, rendah kolestrol dan
lemak jenuh, serta mengupayakan perubahan kondisi.

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada
lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah Paniki Manado.

Penelitian ini menggunakan pre-eksperimental dengan rancangan one-group pretest-


posttest design dengan menggunakan kelompok perlakuan dan diberi perlakuan senam
lansia, diobservasi sebelum dan sesudahnya. Manfaat dari aktivitas olahraga ini akan
membantu tubuh tetap bugar. Populasi semua pasien yang menderita hipertensi di Balai
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah Paniki Manado berjumlah 30
orang 20 diantaranya berjenis kelamin perempuan dan 10 diantaranya berjenis kelamin
laki-laki. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan tekhnik Total sampling
yaitu sebanyak 30 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Uji statistic dengan paried T-test menunjukkan nilai p value 0.00 dan tekanan darah
sistolik sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia didapatkan nilai p value 0.00 dan
tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah melakukan senam lansia didapatkan p
value 0.00 dengan taraf signifikan 0.00 (p<0.00).
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan senam lansia terhadap tekanan darah
pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah Paniki
Manado.

Kata kunci : Senam Lansia, Tekanan Darah, Lansia.

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
ke atas. Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik di negara maju
maupun negara berkembang, hal ini disebabkan oleh penurunan angka fertilitas
(kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan angka harapan hidup (life
expectancy), yang mengubah struktur penduduk secara keseluruhan. Proses
terjadinya penuaan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya:
peningkatan gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, hingga kemajuan tingkat
pendidikan dan sosial ekonomi yang semakin baik. (Susenas, 2017)
Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang
di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada
di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia.
(Satria. A, 2016)
Data lansia di Sulawesi utara menurut data statistik provinsi sulawesi utara
tahun 2016 berjumlah 245,166 jiwa dengan kelompok umur 60 tahun ke atas.
Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun
2013 adalah hipertensi. dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 64-75
tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun. (Infodatin kemenkes
RI, 2016)
Dari data hasil survey awal penyakit Hipertensi di Balai Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah Paniki Manado, dengan rincian sebagai berikut
jumlah lansia 55 orang, laki-laki 18 orang, perempuan 37 orang, lansia yang
menderita Hipertensi 30 orang, 10 di antaranya laki-laki dan 24 di antaranya
perempuan.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, dan hipertensi
menjadi penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yaitu 6,7%
kematian dari semua umur di Indonesia. Di banyak Negara saat ini, prevalensi

1
hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup, seperti merokok,
obesitas, inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hipertensi sudah menjadi
masalah kesehatan masyarakat (public health problem) dan akan menjadi masalah
yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini. (Natalia, 2017)
Tingginya angka kejadian hipertensi terutama pada lansia menuntut peran
tenaga kesehatan untuk melakukan pencegahan dan upaya promosi kesehatan. Ada
beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit
hipertensi, diantaranya adalah aktif berolahraga seperti (senam lansia), mengatur
diet (rendah garam, rendah kolestrol dan lemak jenuh), serta mengupayakan
perubahan kondisi (menghindari stress dan mengobati penyakit lain). Olahraga
senam ini sangat baik dilakukan terutama oleh lansia agar aliran darah menjadi
lancar, salah satu olahraga yang baik dilakukan oleh lansia adalah senam lansia
(Irmawati, 2012).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka akan dilakukan
penelitian “Apakah ada Pengaruh Senam Lansia dengan Tekanan Darah Pada
Lansia?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Pengaruh Senam Lansia dengan Tekanan Darah Lansia
2. Tujuan khusus
a. Diketahui senam lansia.
b. Diketahui tekanan darah pada lansia
c. Diketahui pengaruh senam lansia dengan tekanan darah pada lansia.

2
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan pengetahuan untuk mengetahui
pengaruh senam lansia dengan tekanan darah pada lansia.
2. Bagi pasien
Dapat mengetahui bagaimana cara melakukan senam lansia yang benar agar
dapat membuat badan tetap merasa sehat.
3. Bagi lembaga pendidikan
Dapat menambah referensi tentang hubungan senam lansia denngan tekanan
darah pada lansia.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Senam lansia
1. Pengertian senam lansia
Senam lansia (senam tera) sebagai upaya meningkatkan tingkat kesegaran
jasmani pada lansia sebagai latihan atau olahraga. Senam lansia merupakan
serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti
oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan
kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut (Nandra, M.Kep,
2016).

2. Manfaat senam lansia


Senam lansia sendiri mempunyai banyak manfaat bagi lansia. Menurut
Indonesian (Nandra, M.Kep, 2016) manfaat dari aktivitas olahraga ini akan
membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat,
mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal
bebas yang ada di dalam tubuh.
Manfaat dari senam lanjut usia menurut (Nandra, M.Kep, 2016) dalam buku
karangan Maryam antara lain :
a. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia.
b. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan
(adaptasi)
c. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya
terhadap bertambahnya tuntutan, misalnya sakit.
Senam Tera Indonesia merupakan latihan fisik dan mental, memadukan
gerakan bagian-bagian tubuh dengan teknik dan irama pernapasan melalui
pemusatan pemikiran yang dilaksanakan secara teratur, serasi, benar dan
berkesinambungan.
Senam ini bersumber dari senam pernapasan Tai Chi yaitu senam yang
mempunyai dasar olah pernapasan yang dipadukan seni bela diri, yang di

4
Indonesia dikombinasikan dengan gerak peregangan dan persendian jadilah
sebagai olah raga kesehatan. “Tera” berasal dari kata “terapi” yang
mempunyai arti penyembuhan/pengobatan.

3. Gerakan pada senam lansia


Adapun contoh gerakan-gerakan senam pada lansia yang paling mendasar
adalah sebagai berikut:
a. Gerakan pada leher
1) Tengadahkan kepala ke atas, usahakan leher tidak menekuk ke
belakang kemudian luruskan.
2) Tundukkan kepala pelan-pelan kemudian kembali ke posisi semula.
3) Miringkan leher pelan-pelan ke kiri, tengah kemudian ke kanan.
4) Palingkan leher ke kiri, tengah dan ke kanan secara perlahan-lahan.
5) Memutar kepala dari kiri ke kanan kemudian di balas dari kanan ke
kiri secara perlahan-lahan.
b. Gerakan bahu dan tangan
1) Kedua lengan di julurkan kedepan setinggi bahu.
2) Telapak tangan kearah badan.
3) Putar bahu ke belakang kemudian ke depan.
4) Lengan rileks di depan badan, gerakan ke dalam dan ke samping
tubuh kemudian kembali ke posisi semula.
5) Busungkan dada
6) Posisi lengan ditekuk sejajar dengan bahu, gerakan ke depan dada,
tarik ke belakang, lakukan bergantian dengan tangan kiri di atas dan
tangan kanan di bawah.
7) Retangkan tangan kemudian dorong tangan ke atas lalu putar badan
(Nandra, M.Kep, 2016).

c. Gerak kaki
1) Jalan tegap di tempat dengan kaki diangkat ke belakang.

5
2) Langkah silang kaki ke kanan dan ke kiri diikuti dengan ayunan
tangan.
3) Angkat paha dan kaki ke depan dengan gerakan tangan ke atas.
4) Gerakan kaki menyilang di depan badan, sentuh ujung kaki kanan
yang diangkat dengan tangan kiri, lakukan sebaliknya.
5) Gerakan jinjit dengan jari kaki.
6) Gerakan telapak kaki ke atas dengan tumpuan pada tumit dan
kemudian lakukan lagi dengan ujung jari kaki.Gerakan menekuk
ujung jari pada tumpuan tumit dan metarik ujung jari ke atas.

4. Prinsip program latihan fisik antara lain adalah:


a. Membantu tubuh agar tetap bergerak/berfungsi.
b. Menaikkan kemampuan daya tahan tubuh.
c. Memberi kontak psikologis dengan sesama sehingga tidak merasa
terasing.
d. Mencegah terjadinya cedera.
e. Mengurangi/menghambat proses penuaan

5. Ketentuan-ketentuan latihan fisik dapat meliputi hal-hal sebagai berikut:


a. Latihan fisik harus disenangi/diminati
b. Latihan fisik disesuaikan dengan kondisi kesehatan (kelainan/penyakit)
c. Latihan fisik sebaiknya bervariasi
d. Latihan fisik sebaiknya bersifat aerobic, yaitu berlangsung lama dan
ritmis (berulang-ulang) contoh, berjalan kaki, jogging, bersepeda,
berenang dan senam aerobic.

6. Dosis latihan fisik adalah sebagai berikut:


a. Lama latihan minimal 15-45 menit secara kontinu
b. Frekuensi latihan 3-4 kali/minggu (belum termasuk pemanasan dan
pendinginan) (Nandra, M.Kep, 2016).

6
c. Intensitas latihan 60-80% denyut nadi maksimal (DNM.
d. Pada awal latihan lakukan dahulu pemanasan, peregangan, kemudian
latihan inti. Pada akhir latihan lakukan pendinginan dan peregangan lagi
(memeriksa tekanan darah dan nadi penting dilakukan terlebih dahulu)
e. Sebelum melakukan latihan, minum terlebih dulu untuk menggantikan
keringat yang hilang. Bila memungkinkan, minumlah air sebelum,
selama, dan sesudah berlatih.
f. Latihan dlakukan minimal dua jam setelah makan agar tidak mengganggu
pencernaan. Kalau latihan pagi hari tidak perlu makan sebelumnya.
g. Latihan diawasi seorang pelatih agar tidak terjadi cedera
h. Latihan dilakukan secara lambat, tidak boleh eksplosif, disamping itu
gerakan tidak boleh menyentak atau memutar terutama untuk tulang
belakang.
i. Pakaian yang digunakan terbuat dari bahan yang ringan dan tipis serta
jangan memakai pakaian tebal dan sangat menutup badan (Nandra, M.Kep,
2016).

7. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan latihan fisik antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Komponen-komponen kesegaran jasmani yang dilatih meliputi ketahanan
kardiopulmonal, kelenturan, kekuatan otot, komposisi tubuh,
keseimbangan dan kelincahan gerak.
b. Selalu memerhatikan keselamatan/menghindari cedera.
c. Latihan dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat sesuai dengan
kemampuan.
d. Latihan dalam bentuk permainan ringan sangat dianjurkan.
e. Latihan dilakukan dengan dosis berjenjang atau dosis dinaikkan sedikit
demi sedikit. Hindari kompetisi dalam bentuk apapun.

7
Bagi mereka yang berusia lebih dari 60 tahun, perlu melaksanakan
olahraga secara rutin untuk mempertahankan kebugaran jasmani dan
memelihara serta mempertahankan kesehatan di hari tua.
Salah satu komponen kebugaran jasmani yang dapat dilatih adalah
kelenturan (Flexibility) yang merupakan kemampuan untuk
menggerakkan otot dan sendi pada seluruh daerah pergerakannya.
Kurang gerak dapat menimbulkan kelesuan dan menurunkan kualitas
fisik yang berdampak seseorang akan lebih sering terserang penyakit.
Untuk itu latihan fisik secara teratur perlu dilaksanakan.

8. Teknik dan cara berlatih latihan fisik


Tehnik dan cara berlatih latihan fisik pada lansia yang dilakukan
terbagi dalam tiga segmen yaitu:
a. Pemanasan (warming up)
Gerakan umum (yang melibatkan sebanyak-banyaknya otot dan
sendi) dilakukan secara lambat dan hati-hati. Pemanasan dilakukan
bersama dengan peregangan (stretching). Lamanya kira-kira 8-10
menit. Pada 5 menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat.
Pemanasan dimaksud untuk mengurangi cedera dan mempersiapkan
sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam proses metabolisme yang
meningkat.
b. Latihan inti
Latihan inti bergantung pada komponen/faktor yang dilatih.
Gerakan senam dilakukan berurutan dan dapat diiringi oleh musik
yang disesuaikan dengan gerakannya. Untuk lansia biasanya dilatih:
1) Daya tahan (endurance)
2) Kardiopulmonal dengan latihan-latihan yang bersifat aerobic
3) Fleksibilitas dengan peregangan
4) Kekuatan otot dengan latihan beban (Nandra, M.Kep, 2016).

8
5) Komposisi tubuh dapat diatur dengan pengaturan pola makan
latihan aerobik kombinasi dengan latihan beban kekuatan.
c. Pendinginan (cooling down)
Dilakukan secara aktif. Artinya, sehabis latihan inti perlu
dilakukan gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh kembali
normal yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan terhentinya
keringat. Pendinginan dilakukan seperti pada pemanasan, yaitu
selama 8-10 menit.

9. Olahraga/latihan fisik pada lansia


Beberapa contoh olahraga /latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia
untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran, kesegaran, dan kelenturan
fisiknya adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan rumah dan kebun
Kegiatan ini dapat memberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk
menjaga kesegaran jasmani. Akan tetapi harus dikerjakan secara tepat
agar nafas sedikit lebih cepat, denyut jantung lebih cepat, dan otot
menjadi lelah.
Dengan demikian tubuh kita akan mengeluarkan kringat. Jika
rumah/kebun tidak terlalu luas untuk melaksanakan kegiatan ini atau
sudah ada yang mengerjakan hal ini, maka harus dicari kegiatan olahraga
lain atau kegemaran.
b. Berjalan-jalan
Bejalan-jalan sangat baik untuk meregangkan otot-otot kaki dan bila
jalannya makin lama makin cepat akan bermanfaat untuk daya tahan
tubuh. Jika melangkah dengan panjang dan mengayunkan lengan 10-20
kali, maka dapat melenturkan tubuh. (Nandra, M.Kep, 2016).
Hal ini bergantung pada kebiasaan. Jika berjalan merupakan bentuk
latihan yang diinginkan, maka cobalah untuk dikombinasikan dengan

9
bentuk olahraga lain. Joging atau berlari-lari bagi lansia juga sering
dilakukan walaupun sebenarnya lebih baik berjalan cepat.
c. Jalan cepat
Jalan cepat adalah olahraga lari yang bukan untuk perlombaan dan
dilakukan dengan kecepatan 11 km/jam atau dibawah 5, 5 menit/km. jalan
cepat berguna untuk mempertahankan kesehatan dan kesegaran jasmani,
latihan ini termasuk cara yang aman bagi lansia. Selain itu biayanya
murah dan menyenangkan, mudah, serta berguna bila dilakukan dengan
benar. Jalan cepat berguna untuk memperbaiki kemampuan memperbaiki
zat asam (O2), berarti memperbaiki fungsi jantung, paru-paru, peredaran
drah dan lain-lain.
Akan lebih baik jika dikombinasikan dengan bentuk dan latihan yang
lain seperti senam, renang, serta latihan kekuatan otot agar otot tubuh
bagian atas seimbang.
Jalan dapat dilakukan dimana saja terutama di luar rumah. Akan lebih
baik bila dilakukan dilapangan rumput, hindari jalan di tempat keras
terutama bagi mereka yang berat badannya berlebihan. Jalan cepat dapat
dilakukan sendiri atau bersama sama.
Posisi yang dianjurkan adalah pandangan lurus kedepan, bernafas
normal melalui hidung atau mulut, kepala dan badan lemas serta tegak,
tangan digenggam ringan, kaki mendapat ditumit atau pertengahan
telapak kaki, langkah tidak terlalu besar, serta ujung kaki mengarah
kedepan (Nandra, M.Kep, 2016)
d. Langkah-langkah dalam melakukan senam lansia
1) Pemanasan (warning up)
Pemanasan merupakan gerakan umum, yang melibatkan otot
dan sendi, di lakukan secara lambat dan hati-hati. Pemanasan di
lakukan bersama dengan peregangan lamanya kira-kira 8-10 menit.
Pada 5 menit terakhir pemanasan di lakukan secara cepat, pemanasan
di lakukan dengan tujuan untuk mengurangi cedera dan

10
mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam proses
menurunkan metabolisme yang meningkat.
2) Latihan senam anti hipertensi /gerakan inti senam lansia dilakukan
10 menit dengan hitungan 2x8, gerakannya meliputi :
a) Jalan ditempat.
b) Tepuk tangan ke depan.
c) Tepuk jari.
d) Silang jari tangan.
e) Tepuk jari kelingking.
f) Tepuk jari jempol.
g) Ketok lengan kiri atas , kemudian lengan kanan.
h) Ketok nadi tangan kiri, kemudian kanan.
i) Salam kedepan.
j) Tangan lurus kedepan remas-remas.
k) Tepuk lengan kiri atas, kemudian lengan kanan.
l) Tepuk lengan dan bahu kiri, kemudian kanan.
m) Tepuk perut.
n) Tepuk punggung.
o) Tepuk paha depan.
p) Tepuk betis samping kiri dan kanan.
q) Jongkok dan berdiri tangan lurus kedepan.
r) Jinjit.
s) Pendinginan.

10. Tujuan olahraga


Olahraga bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tubuh, namun tidak
semua olahraga baik dilakukan oleh lansia. Ada beberapa macam gerakan
yang dianggap membahayakan saat berolahraga (Nandra, M.Kep, 2016).
Gerakan-gerakan tersebut adalah sebagai berikut:

11
a. Sit-up dengan kaki lurus
Cara-cara sit-up yang dilakukan dengan kaki lurus dan lutut dipegang
dapat menyebabkan masalah pada punggung. Oleh karena sit-up cara
klasik ini menyebabkan otot liopsoas/fleksor pada punggung (otot yang
melekat pada kolumna vertebralis dan femur) menanggung semua beban.
Otot ini merupakan otot terkuat di daerah perut.
Jika fleksor punggung ini digunakan, maka pinggul terangkat ke
depan dan otot-otot kecil pada punggung akan berkontraksi, sehingga
punggung kita akan melengkung.
Jadi, latihan seperti ini akan menyebabkan pemendekan otot
punggung bagian bawah dan paha. Akhirnya menyebabkan pinggul
terangkat ke atas secara permanen dan lengkung lordosis menjadi lebih
banyak, sehingga menimbulkan masalah pada pinggang.
Tetapi bila kita membengkokkan lutut pada waktu latihan sit-up,
otot-otot fleksor panggul tidak bergerak. Dengan cara demikian, semua
badan bertumpu pada otot perut dan kecil kemungkinan terjadinya trauma
pada pinggang bagian bawah.
b. Meraih ibu jari kaki
Kadang-kadang untuk mengecilkan atau menguatkan perut diadakan
latihan meraih ibu jari kaki. Latihan-latihan ini selain tidak dapat mencaai
ujuan, yaitu mengecilkan perut, juga kurang baik karena dapat
menyebabkan cedera. Sebetulnya latihan-latihan meraih ibu jari kaki
adalah latihan untuk menguatkan otot-otot punggung bagian bawah.
Gerakan ini akan menyebabkan lutut menjadi hiperekstensi. Sebagai
konsekuensinya, tekanan yang cukup berat akan menimpa vertebra
lumbalis yang akhirnya menyebabkan keluhan-keluhan pada punggung
bagian bawah. Kadang-kadang hal ini dapat menyebabkan gangguan pada
diskus invertebralis.

12
c. Mengangkat kaki
Mengangkat kaki pada posisi tidur terlentang sampai kaki terangkat
± 15 cm dari lantai, kemudian ditahan beberapa saat selama mungkin.
Latihan ini tidak baik, karena dapat menyebabkan rasa sakit pada
punggung bagian bawah (low back pain) dan menyebabkan terjadinya
lordosis yang dapat menyebabkan gangguan pada punggung.
Bahaya yang ditimbulkan ialah otot-otot perut tidak cukup kuat untuk
menahan kaki setinggi 15 cm dari lantai dalam waktu yang cukup lama
dan kaki tidak dapat menahan punggung bagian bawah. Akibatnya terjadi
rotasi pelvis ke depan. Rotasi ini menyebabkan gangguan dari punggung
bagian bawah.
d. Melengkungkan punggung
Gerakan hiperekstensi ini banyak dilakukan dengan tujuan
meregangkan otot perut agar otot perut menjadi lebih kuat. Hal ini kurang
benar, karena dengan melengkungkan punggung tidak akan menguatkan
otot perut, melainkan melemahkan persendian tulang punggung.

Tabel 2 1 Intensitas Latihan Kesegaran Jasmani pada Lansia

No Umur Zona latihan (denyut nadi permenit)


1 55 tahun 115-140
2 56 tahun 115-139
3 57 tahun 114-138
4 58 tahun 113-138
5 59 tahun 113-137
6 60 tahum 112-136

Lansia yang berusia 55 tahun harus melakukan latihan sehingga


denyut nadinya mencapai lebih dari 115/menit dan tidak melampaui
140/menit. Apabila waktu melakukan latihan denyut nadi tidak mencapai

13
115 denyut per menit, maka latihan kurang bermanfaat untuk
memperbaiki kesegaran jasmani. Akan tetapi, bila melampaui 140 denyut
per menit, maka latihan dapat membahayakan kesehatan (Nandra, M.Kep,
2016).

11. Lamanya Latihan


Latihan akan bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani jika
dilaksanakan dalam zona latihan paling sedikit 15 menit.

12. Frekuensi Latihan


Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesegaran jasmani, maka
latihan harus dilakukan paling sedikit tiga hari atau sebanyak-banyaknya lima
hari dalam satu minggu.
Misalnya hari senin, rabu, dan jumat. Jadwal bergantung waktu kita. Bila
latihan diluar gedung sebaiknya pagi hari sebelum pukul 10. 00 atau sore hari
setelah pukul 15. 00 (Nandra, M.Kep, 2016).

B. Tekanan darah
1. Definisi tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan darah pada arteri saat itu dipompa ke
seluruh tubuh oleh jantung. Tekanan darah tidak tetap sama sepanjang waktu.
Tekanan darah berubah untuk memenuhi kebutuhan tubuh Anda. Tekanan
darah dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk posisi tubuh, pernapasan,
keadaan emosional, olahraga dan tidur.

2. Mengukur tekanan darah


Tekanan darah biasanya diukur dengan membungkus manset karet
tekanan di sekitar lengan atas Anda. Manset ini merupakan bagian dari mesin
yang disebut sphygmomanometer. Cara terbaik adalah untuk mengukur
tekanan darah ketika Anda santai dan duduk (Sridianti, 2016).

14
Tekanan darah dicatat dengan dua angka, seperti 120/80. Angka yang
lebih besar menunjukkan tekanan pada arteri saat jantung memompa darah
keluar selama setiap denyut. Hal ini disebut tekanan darah sistolik. Angka
yang lebih rendah menunjukkan tekanan saat jantung berelaksasi sebelum
berdenyut berikutnya. Hal ini disebut tekanan darah diastolik.
Cara mengukur tekanan darah yaitu dimulai dengan membalutkan manset
dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan
pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial
menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah
telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi
sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian
manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi
maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik.
Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan
diastolik dengan lebih akurat.
Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk
corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan
siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis
muncul di antara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan
kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan
bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut
dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak
jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam
manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan
menghilang (Sridianti, 2016).
Variasi tekanan darah anda berubah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
Anda. Jika Anda membaca sesuatu yang tinggi, dokter mungkin mengukur
tekanan darah Anda lagi pada beberapa kesempatan terpisah untuk
mengkonfirmasi tingkat. Dokter Anda mungkin juga menyarankan Anda

15
mengukur tekanan darah Anda di rumah atau memiliki rekaman 24 jam
dengan perangkat monitoring.

3. Pembacaan tekanan darah


Tidak ada pembacaan ‘ideal’ atau tekanan darah ‘normal’. Angka-angka
berikut seharusnya hanya digunakan sebagai panduan:
a. Tekanan darah rendah – di bawah 90/60
b. Tekanan darah normal – umumnya antara 90/60 dan 120/80
c. Normal tekanan darah tinggi – antara 120/80 dan 140/90
d. Tekanan darah tinggi – sama dengan atau lebih dari 140/90
e. Tekanan darah yang sangat tinggi – sama dengan atau lebih dari 180/110.
Tekanan darah tinggi biasanya tidak memberikan tanda-tanda peringatan.
Anda dapat memiliki tekanan darah tinggi dan merasa sangat baik. Satu-
satunya cara untuk mengetahui apakah tekanan darah Anda tinggi adalah
dengan itu diperiksa secara teratur oleh dokter anda (Hayens, 2014).

4. Pemeriksaan tekanan darah rutin


Jika tekanan darah Anda adalah ‘normal’ dan Anda tidak memiliki faktor
risiko lain untuk penyakit jantung, dan tidak ada riwayat pribadi atau keluarga
tekanan darah tinggi, Anda harus tetap melaksanakan cek setiap dua tahun dan
selama kunjungan rutin ke dokter anda.
Jika tekanan darah Anda adalah ‘Tinggi-normal’ (atau lebih tinggi), atau
jika Anda memiliki faktor risiko lain untuk penyakit jantung, riwayat pribadi
atau keluarga tekanan darah tinggi, stroke atau serangan jantung, yang terbaik
adalah harus lebih sering diperiksa . Tanyakan kepada dokter Anda untuk
meminta nasihat.

5. Mekanisme pemeliharaan tekanan darah


Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa
kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan

16
darah di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom yang
membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada
otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ
Semua informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui
saraf menuju organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya
ditandai dengan mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf-
saraf ini dapat berfungsi secara otomatis.
Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan dan
gas) di dalam tubuh. Ginjal juga memproduksi hormon yang disebut renin.
Renin dari ginjal merangsang pembentukan angiotensin yang menyebabkan
pembuluh darah kontriksi kuat sehingga tekanan darah meningkat. Sedangkan
hormon dari beberapa organ juga dapat mempengaruhi pembuluh darah
seperti kelenjar adrenal pada ginjal yang mensekresikan beberapa hormon
seperti kortison, adrenalin dan aldosteron juga ovari yang mensekresikan
estrogen yang dapat meningkatkan tekanan dara (Sridianti, 2016)..
Sementara itu jantung juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang
mensekresikan hormon natriuretik yang membantu mempertahankan
pelebaran pembuluh darah sebagaimana mestinya. Arteri juga berfungsi
mengontrol tekanan darah. Arteri terdiri dari pembuluh elastis mengalirkan
darah ke seluruh organ-organ tubuh yang dapat membesar untuk
meningkatkan suplai darah ke suatu organ, ataupun dapat berkontraksi untuk
mengeluarkan darah dan menyebarkan ke tempat lain yang membutuhkan.
Pada akhirnya, tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama yaitu, curah
jantung dan resistensi perifer. Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung
dan isi sekuncup. Frekuensi denyut jantung diatur oleh reseptor beta-1 yang
dirangsang oleh saraf simpatis dan reseptor kolinergik yang diatur oleh saraf
parasimpatis. Sedangkan, besar isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan
kontraksi miokard yang dipengaruhi rangsang otonom dan alir balik vena
ditentukan oleh daya regang vena sera volume cairan intravaskuler (Sridianti,
2016, p. dalam Sobel)

17
Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada pembuluh darah
(arteri dan arteriol) dan viskositas darah. Resistensi pembuluh darah
ditentukan oleh tonus otot polos arteri dan arteriol, dan elastisitas pembuluh
darah (Sridianti, 2016, p. dalam Ganiswara).
Semakin banyak kandunagn protein dan sel darah dalam plasma, semakin
besar tahanan terhadap aliran darah. Peningkatan hematokrit juga
menyebabkan peningkatan viskositas. Begitu juga halnya pada panjangnya
pembuluh darah, semakin panjang pembuluh darah maka semakin besar
tahanan terhadap aliran darah (Sridianti, 2016).

6. Gangguan tekanan darah


Pengaturan tekanan darah secara normal seperti yang dipaparkan
sebelumnya sangatlah kompleks. Ketika jantung berdenyut, jantung
memompa darah ke dalam pembuluh darah dan tekanan darah meningkat. Ini
disebut tekanan darah sistolik, yakni angka tekanan darah tertinggi. Pada saat
jantung rileks (tidak berdenyut) tekanan darah jatuh ke tingkat terendah. Ini
disebut tekanan darah diastolik, yakni angka terbawah.
Hayens menyatakan bahwa pada 10-15% orang-orang dewasa, sistem
regulasinya sering terjadi kelainan walaupun sedikit. Ada dua macam
gangguan tekanan darah yaitu tekanan darah meningkat terus-menerus yang
disebut tekanan darah tinggi atau hipertensi dan tekanan darah dibawah
normal yang dapat memicu kelelahan yang disebut tekanan darah rendah atau
hipotensi. Akan tetapi komplikasi yang terjadi pada penderita tekanan darah
rendah tidak seberat tekanan darah tinggi (Sridianti, 2016).

C. Lansia
1. Pengertian lanjut usia
Lanjut usia adalah sekelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas,
pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

18
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Sumedi, 2016).

2. Batasan umur lanjut usia


Menurut pendapat berbagai ahli dalam (Sumedi, 2016), batasan-batasan umur
yang mencakup batasan umur lansia sebagai berikut :
a. Menurut UUD nomor 13 tahun 1998 Bab 1 pasal 1ayat 2 berbunyi “Lanjut
usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas”.

3. Menurut WHO usia lanjut di bagi menjadi 4 kriteria berikut :


a. Usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.

4. Menurut Dra. Jos masdani (psikolog UI) terdapat 4 fase, yaitu:


a. Fase inventus ialah 25-40 tahun.
b. Fase virilties ialah 40-55 tahun.
c. Fase presenium ialah 55-65 tahun.
d. Fase senium ialah 65 hingga tutup usia.

5. Menurut Prof. Dr.Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age) :


> 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri di bagi
menjadi 3 batasan umur, yaitu yaoung old (70-75 tahun), old (75-80 tahun),
dan very old (>80 tahun) (Sumedi, 2016).

19
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau
kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau diukur
melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,2015).
Variabel Independen Variabel Dependen

Senam lansia
- Manfaat senam lansia
(Nandra, M.Kep)
- Gerakan pada senam
lansia (Nandra, M.Kep, Tekanan darah
2016)
- Teknik dan cara berlatih
latihan fisik (Nandra,
M.Kep, 2016)

Ket : : Variabel yang di teliti


: Penghubung

20
BAB III.
METODE PENELITIAN

A. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu ansumsi pernyataan hubungan 2 variabel atau lebih,
yang disusun berdasarkan kerangka konsep penelitian, Hipotesis diperlukan untuk
penelitian eksperimen dan analitik (Supardi, dkk ,2013). Berdasarkan teori-teori
dan kerangka konsep yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian
adalah :
Ha : Ada pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia di balai
pelayanan sosial lanjut usia terlantar senja cerah paniki manado.
Ho :Tidak ada pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia di balai
pelayanan sosial lanjut usia terlantar senja cerah paniki manado.

B. Definisi operasional
Variabel Senam lansia merupakan serangkaian gerak nada yang teratur dan
terarah serta terencana yang diikuti oleh klien lanjut usia yang terdiagnosa
hipertensi di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar senja cerah paniki yang
dilakukan dengan maksud, selain dapat meningkatkan kemampuan fungsional
raga. Senam lansia juga mampu menurunkan tekanan darah dan untuk mencapai
tujuan tersebut peneliti menggunakan alat ukur tensimeter , hasil ukur ordinal
dengan skala ukur di bagi 2 yaitu:
1. Kurang baik
2. Baik.
Variabel Tekanan darah adalah tekanan darah pada arteri saat dipompa ke
seluruh tubuh saat sebelum dan sesudah lansia melakukan senam anti hipertensi
dan di ukur dengan alat ukur tensi meter, hasil ukur ordinal, skala ukur dibagi 2
yaitu :
1. Kurang baik
2. Baik

21
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas yang
tinggal di panti werdha senja cerah paniki manado dan yang mengalami
tekanan darah tinggi
C. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan menggunakan pre-eksperimental dengan rancangan
one-group pretest-posttest design, yang memungkinkan untuk membandingkan
hasil intervensi yang diberikan (Astari dkk, 2012). Pada kelompok perlakuan
sebelumnya diukur tekanan darah, kemudian diberi perlakuan senam lansia,
kemudia diukur kembali tekanan darah responden.

Pretest Perlakuan Posttest


Kelompok Perlakuan
01 X 02
Keterangan :
X : Perlakuan
01 : Pretest
02 : Posttest

D. Tempat dan waktu penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja
Cerah Paniki Manado
2. Waktu penelitian
Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini dimulai dari persiapan,
pelaksanaan, dan penyusunan dilakukan pada bulan Mei 2018- Juli 2018.

E. Jalannya penelitian
Tahap persiapan
1. Kegiatan yang dilakukan meliputi survey awal, pengajuan judul, pembuatan
proposal, serta konsultasi usulan proposal.
2. Dilakukan seminar proposal serta perbaikan proposal.

22
3. Pengambilan data
4. Melaksanakan praktek klinik
5. Ujian sidang pre kti
6. Pembimbingan perbaikan pre kti
7. Konsul pre kti
8. Ujian sidang kti
9. Pembimbingan kti
10. Konsul kti
11. Hardcover

F. Pengumpulan data alat penelitian dan teknik


1. Alat penelitian
Instrument yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah tensimeter.
Pengukuran tekanan darah di lakukan sebelum dan sesudah diberikan senam
lansia
2. Teknik pengumpulan data
a. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari kampus
Akademi keperawatan rumkit tk III manado yang di tujukan ke kantor
panti werda senja cerah paniki.
b. Peneliti melakukan pendekatan kepada calon respondens.
c. Peneliti memberikan penjelasan terkait dengan penelitian yang akan di
mulai dari maksud dan tujuan, manfaat, langkah-langkah penelitian.
d. Melakukan pengukuran tekanan darah 30 menit sebelum dilakukan
senam sebanyak delapan kali selama penelitian.
e. Melakukan observasi pelaksanaan senam lansia.
f. Melakukan pengukuran tekanan darah 30 menit sesudah dilakukan senam
lansia sebanyak 2 kali selama penelitian.
g. Peneliti memeriksa kelengkapan data yang sudah di dapatkan Peneliti
kemudian mengolah hasil data yang sudah di dapatkan dari respondens
dengan menggunakan program komputer.

23
G. Populasi dan sampel
1. Populasi Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah lansia penderita
hipertensi di panti werda senja cerah paniki, berjumlah 30 orang total
keseluruhan 55 orang laki-laki dan perempuan.
2. Sampel
Jenis sampel penelitian ini adalah Respondens dengan kriteria insklusif :
a. Lansia dengan penderita hipertensi yang melebihi tekanan darah ≥140
b. Lansia yang mampu mengikuti senam
c. Lansia di panti werda senja cerah paniki
3. Kriteria ekslusif sampel dalam penelitian :
a. Lansia penderita hipertensi yang mengalami kelemahan fisik
b. Lansia penderita hipertensi yang dalam terapi pengobatan.

H. Etika penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi penelitian
adalah manusia , maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia
memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan di
laksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
respondens penelitian dengan memberikan lembar persetujuan
2. Anonymity (tanpa nama)
Digunakan untuk memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama respondens pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)

24
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti.

I. Jadwal perencanaan penelitian


Kegiatan penelitian mulai dari pembuatan proposal sampai dengan
penyusunan KTI ini direncanakan 5 bulan (April – Mei – Juni – Juli - Agustus).
Tahapan dan waktu kegiatan penelitian akan diuraikan sebagai berikut :

Tabel 3 1 Jadwal perencanaan penelitian

Bulan 2018
No. Kegiatan
April Mei Juni Juli Agst Sept
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. a. Observasi
b. b. Identifikasi masalah
a. c. Penentuan tindakan
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan Data
b. Analisa data
3. TahapPenyusunan Laporan
a. Penulisan laporan
b. Ujian KTI

25
J. Perencanaan biaya penelitian
Berdasarkan tahapan penelitian yang ada maka perencanaan rincian anggaran
biaya untuk kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 3 2 Perencanaan biaya penelitian

No. Keteranagan Biaya


1. Persiapan Rp.108.000
a. Administrasi Rp. 108.000
b. Pengadaan Alat dan Bahan Rp. 108.000
2. Penelitian Lapangan Rp. 54.000
a. Transportasi RP. 54.000
b. Konsumsi Rp. 108.000
3. Penyusunan dan Pengadaan Laporan Rp. 108.000
4. Biaya Lain-Lain Rp.108.000
5. Total Rp. 1.300.000

26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Balai Penyantunan lanjut usia senja cerah sebagai salah satu Unit Pelaksanaan
Teknis Daerah (UPTD) Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Utara dan juga satu-
satunya Balai Penyantunan/Panti Lanjut Usia milik Pemerintah Provinsi Sulawesi
Utara mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan
terhadap para lanjut usia mulai dari tingkat perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
dan pembinaan mempunyai kewajiban untuk menyusun profil ini sebagai bahan
informasi tentang pelaksanaan program pelayanan dan rehabilitasi sosial yang
dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat di daerah ini.
BPSLUT Senja Cerah Paniki Manado didirikan sejak tahun 1974, dan
pembangunan fisik saran dan prasarana pada tahun 1976 di desa Paniki bawah
yang sekarang ini di wilayah kecamatan Mapanget Kota Manado. Selanjutnya
pada tahun 1977 melalui kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi Sulawesi
Utara diresmikan 2 (dua) lokasi teempat, di desa Paniki Kota Manado dan desa
Talete Kec.Tomohon. pada tahun 1993 barulah digabung pada satu lokasi yaitu di
Desa Paniki Kecamatan Mapanget sampai sekarang ini.
BPSLUT Senja Cerah Paniki Manado di pimpin oleh dr.Hendra Tiras, dengan
jumlah staf 18 orang. BPSLUT Senja Cerah Paniki Manado ini dihuni oleh 55
orang lansia dengan 18 lansia laki-laki dan 37 lansia perempuan serta terdapat 6
wisma yang maasing-masing wisma di huni 6-8 lansia.
Di BPSLUT Senja Cerah Paniki Manado terdapat beberapa jenis pelayanan
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan lanjut usia dalam menyesuaikan
diri terhadap proses perubahaan diri, baik secara fiik, psikologis maupun sosial.
Jenis pelayanan itu mencakup, pelayanan sosial, pelayanan psikologi, pelayanan
kerohanian, pelayanan fisik dan kesehatan, pelayanan tempat yang sehat dan aman,
serta pelayanan rekreasi dan penyaluran hobi. Untuk pelayanan fisik dan kesehatan
di BPSLUT Senja Cerah Paniki Manado melaksanakan Senam Sehat bersama-

27
sama yang dilakukan setiap hari jumat dan menyediakan fasilitas pelayanan
kesehatan seperti klinik kesehatan yang di buka setiap hari rabu dengan berbagai
jenis pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan mata, telinga, pengukuran TTV,
pengecekan kadar gula, kolestrol dan lain sebagainya.

Tabel 4 1 Hasil Uji statistic paired T-Test

Mean SD t P
Variabel N
Value
Tekanan darah sistolik pretest 30 172.67 11.12 5.646 0,000
Tekanan darah sistolik posttest 30 165.83 10.674
Tekanan darah diastolic pretest 30 97.03 8.045 6.077 0,000
Tekanan darah diastolic posttest 30 90.50 5.776

Hasil uji paired T-test tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan. Tekanan
darah sistolik sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) dilakukan senam lansia
didapatkan nilai p value 0,00 dengan taraf signifikasi 0,00. Jika nilai P lebih besar
dari 0,00 maka hipotesis nol diterima dan jika P lebih kecil dari 0,00 maka
hipotesis nol diltolak. Dapat disimpulkan bahwa perlakuan senam lansia
berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik pada penderita hipertensi di BPSLUT Senja Cerah Paniki Manado.

28
Tabel 4 2 Hasil Penelitian

Lansia Tekanan Darah


Tekanan Darah Sistolik
Penderita Diastolik
Hipertensi Pretest Posttest Pretest Posttest
1 180 170 100 90
2 165 160 96 90
3 170 170 95 95
4 195 180 110 90
5 165 155 95 90
6 180 175 100 90
7 150 135 80 80
8 175 170 95 90
9 155 150 85 85
10 180 180 100 95
11 160 165 85 85
12 165 155 90 80
13 190 180 100 90
14 170 180 90 100
15 160 165 100 85
16 175 170 95 90
17 185 180 110 100
18 175 160 100 95
19 180 170 95 90
20 175 165 100 95
21 180 170 100 95
22 175 170 110 100
23 165 160 100 95
24 195 180 110 90
25 160 155 100 90
26 175 170 110 100
27 180 160 95 90
28 160 155 85 80
29 175 160 90 85
30 165 160 90 85
Jumlah Total 5180 4975 2911 2715
Mean 172,67 165,83 97,03 90,50

29
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa rata-rata tekanan darah
sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia adalah 172,67 mmHg dan sesudah
dilakukan senam lansia adalah 165,83 mmHg. Tekanan darah diastolik sebelum
dilakukan senam lansia rata-rata adalah 97,03 mmHg dan sesudah dilakukan
adalah 90,50 mmHg.
Penurunan tekanan darah baik sistol dan diastol setelah senam lansia ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa olahraga (senam lansia) merupakan salah
satu pengobatan non farmakologis pada lansia hipertensi. Efek dari olahraga
seperti senam lansia yang dilakukan secara teratur dapat dilakukan secara teratur
dapat melancarkan peredaran darah sehingga menurunkan tekanan darah (Once,
2012).
Dengan olahraga atau melakukan senam, akan terjadi penurunan tekanan
darah pada lansia . hal ini disebabkan karena terjadi perubahan katup mitra dan
aorta, katup-katup tersebut akan mengalami penipisan dan menjadi kendor.
Apabila otot jantung rileks setelah dilakukan senam lansia maka stress akan
berkurang dan frekwensi jantung akan cepat mengalami pengembalian pada
kondisi dassar serta akan di dapatkan tidak lagi meningkat sehingga penurunan
curah jantung akan mengakibatkan tekanan darah akan turun atau kembali (Once,
2012)
Untuk mengetahui signifikasi pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah
pada lansia maka dilakukan dengan menggunakan uji paired T-test. Hasil paired
T-tes tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan senam
lansia didapatkan nilai p value sebesar 0,00 sedangkan tekanan darah diastolik
sebelum dan sesudah perlakuan didapatkan nilai p value sebesar 0,00 dengan taraf
signifikasi 0,00 artinya bahwa H0 tidak ada pengaruh senam lansia dan Ha ada
pengaruh senam lansia pada tekanan darah sistolik maupun diastolik atau ada
hubungan senam lansia terhadap tekanan darah sistolik maupun diastolik. Hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan senam lansia dapat menurunkan

30
tekanan darah sistolik maupun diastolik pada lansia hipertensi di BPSLUT Senja
Cerah Paniki Manado.
Analisa data menyimpulkan ada pengaruh senam lansia terhadap tekanan
darah pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Senja Cerah Paniki
Manado, hal ini sesuai dengan pernyataan Harber (2014) yaitu senam lansia
merupakan suatu aktivitas fisik yang terutama bermanfaat untuk meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru, peredaran darah,
otot dan sendi. Latihan aktivitas fisik akan memberikan pengaruh yang baik
terhadap berbagai macam system yang bekerja di dalam tubuh, salah satunya
adalah system kardiovaskuler. Saat melakukan aktivitas fisik senam lansia,
tekanan darah akan naik cukup banyak. Tekanan darah sistolik yang misalnya
semula 140 mmHg sewaktu istirahat akan naik menjadi 170 mmHg. Sebaliknya,
segera setelah latihan senam selesai, tekanan darah akan turun sampai dibawah
normal dan berlangsung 10-120 menit. Serupa dengan studi pendahuluan di
Puskemas Denpasar Selatan I pada tanggal 13 januari 2012, dari jumlah 800 orang
lansia yang di lakukan wawancara pada 50 orang lansia di Banjar Kaja yang
mengikuti senam lansia, mengatakan merasa tubuh lebih bugar setelah melakukan
senam,serta tekanan darah dari 50 orang tersebut dapat terjadi penurunan. Kalau
senam dilakukan berulang-ulang, lama-kelamaan penurunan tekanan darah akan
berlangsung lama. Itulah sebabnya latihan fisik senam yang dilakukan secara
teratur bias menurunkan tekanan darah. Jenis olahraga yang efektif menurunkan
tekanan darah adalah olahraga intensitas sedang.
Senam lansia dapat menurunkan tekanan darah karena dilakukan olahraga
seperti senam lansia, mampu mendorong jantung bekerja secara optimal, dimana
olahraga untuk jantung mampu meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan
dan organ tubuh, dimana akibat peningkatan tersebut akan meningkatkan aktivitas
pernapasan dan otot rangka, dari peningkatan aktivitas pernapasan akan
meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan peningkatan volume yang
akan langsung meningkatkan curah jantung sehingga menyebabkan tekanan darah
arteri meningkat sedang, setelah tekanan darah arteri meningkat maka akan terjadi

31
vase istirahat terlebih dahulu, akibat dari vase ini mampu menurunkan aktivitas
pernapasan dan otot rangka dan menyebabkan aktivitas saraf simpatis dan
epinefrim menurun, namun aktivitas saraf simpatis meningka, setelah itu akan
langsung menyebabkan kecepatan denyut menurun, volume sekuncup menurun,
vasodilitasi arteriol vena, karena penurunan ini mengakibatkan penurunan curah
jantung dan penurunan resistensi perifer total, sehingga terjadinya penurunan
tekanan darah (Sherwood, 2011).
Hal ini didukung oleh penelitian istifah 2011 yaitu pengaruh senam lansia
terhadap tekanan darah pada lansia, hasil penelitian menunjukan bahwa tekanan
darah sistolik maupun diastolik kelompok yang mengikuti senam lansia lebih
rendah secara bermakna dari pada kelompok yang tidak mengikuti senam lansia.
Hasil uji statistic menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna tekanan darah
sistolik (p=0,02) dan diastolik (p=0,03) antara kedua kelompok tersebut.

32
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata pengukuran tekanan darah sistolik pada

30 lansia yang hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia di BPSLUT

Senja cerah paniki manado di dapatkan hasil sebelum dilakukan 180 mmHg dan

stelah dilakukan 170 mmHg dan hasil rata-rata pengukuran tekanan darah diastolic

didapatkan hasilnya sebelum dilakukan 100 mmHg dan setelah dilakukan 90

mmHg. Ada perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada lansia

di BPSLUT Senja cerah paniki manado. Ada Hubungan senam lansia terhadap

tekanan darah pada lansia. Hasil paired T-tes tekanan darah sistolik sebelum dan

sesudah dilakukan perlakuan senam lansia didapatkan nilai p value sebesar 0,00

sedangkan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah perlakuan didapatkan

nilai p value sebesar 0,00 dengan taraf signifikasi 0,00 artinya bahwa H0 tidak ada

pengaruh senam lansia dan Ha ada pengaruh senam lansia pada tekanan darah

sistolik maupun diastolik atau ada hubungan senam lansia terhadap tekanan darah

sistolik maupun diastolik. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan

senam lansia dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada

lansia hipertensi di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah

Paniki Manado.

33
B. Saran
1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti terkait pentingnya


senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia dan dapat digunakan bahan
acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi pasien

Dengan penelitian ini pasien dapat menambah pengetahuannya tentang


senam lansia dalam kehidupan sehari-hari dan dapat meningkatkan motivasi
untuk hidup sehat dan terhindar dari hipertensi
3. Bagi lembaga pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat di gunakan


untuk merancang kebijakan pelayanan keperawatan khususnya dalam
perawatan pada pasien lansia hipertensi bagi profesi keperawatan, dan
menambahkan referensi bacaan diperpustakaan Akper Rumkit Tk III Manado,
menyediakan lansia dan hipertensi yang terupdate.

34
DAFTAR PUSTAKA
Astari dkk. (2012). Pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah lansia dengan
hipertensi pada kelompok senam lansia di banjar kaja sesetan denpasar selatan.
Astari dkk, Program studi ilmu keperawatan fakultas kedokteran Universitas
Udayana Denpasar Volume :8.
Infodatin kemenkes RI. (2016). Pusat dan informasi kementrian kesehatan lanjut usia
di infonesia.
Irmawati. (2012). program olahraga tekanan darah tinggi. klaten: PT Intan sejati.
Iswahyuni, S. (2016). Antara aktivitas dan hipertensi. Surakarta.
Nandra, M.Kep. (2016). Konsep Senam Lansia.
https://tintahmerah.wordpress.com/2016/06/03/konsep-senam-lansia/.
Natalia, D. S. (2017). Hubungan indeks massa tubuh dengan hipertensi pada penderita
penyakit ginjal kronik di rsud dr. Moewardi surakarta . Surakarta.
Nugroho, W. (2014). Keperawatan Gerontik & Gerontik edisi 3. Jakarta: EGC.
Once. (2012). Latihan fisik untuk kesegaran jasmani lansia,.
(http://www.dronce.com/archive/1312/latihan-fisik-untuk-menjaga-kebugaran-
jasmani-pada-lansia/diakes tanggal 14 januari 2012.
Riskesdas. (2014). Laporan _Rikesdas. PDF diakes tanggal 23 November 2014.
http://www.depkes.go.id/resources/download/rkd2014.
Satria. A, Y. (2016). Hipertensi sebagai faktor pecentus terjadinya stroke . Yogtakarta,
Majority vol. 5 No. 3.
Sridianti. (2016). Pengertian tekanan darah dan mengukur tekanan darah.
Sumedi, T. (2016). Konsep Lanjut Usia. Yogyakarta: Andi (Asuhan Keperawatan
Gerontik).
Supardi, S., & Rustika. (2013). Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
Trans Info Media.
Susenas. (2017). Analisis lansia di Indonesia. UN, Departement ofeconomic and social
affairs,popilation 2017.
Widianti dan Atikah. (2014). Senam Kesehatan . Yogyakarta: Nuha Medika.

35
CURICULUM VITAE

A. Identitas
Nama : Debora Takumansang
TTL : Palu, 20 juni 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Gol. Darah :A

B. Riwayat Pendidikan
1. Taman Kanak-kanak Kartika 712 Wiratama, Tamat Tahun 2003
2. Sekolah Dasar Katolik XIV St. Paulus Bumi Beringin Manado, Tamat Tahun
2009
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Manado, Tamat Tahun 2012
4. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Airmadidi, Tamat Tahun 2015
5. Tamat dari Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III Manado Pada Tahun 2018

36
Lampiran 1

Hasil Uji Statistik Penelitian


T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Tekanan darah sistolik pretes 172.67 30 11.121 2.030

Tekanan darah sistolik postes 165.83 30 10.674 1.949


Pair 2 Tekanan darah diastolik pretest 97.03 30 8.045 1.469

Tekanan darah post test 90.50 30 5.776 1.055

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.

Pair 1 Tekanan darah sistolik pretes &


30 .816 .000
Tekanan darah sistolik postes
Pair 2 Tekanan darah diastolik pretest &
30 .682 .000
Tekanan darah post test

Paired Samples Test


Paired Differences

95% Confidence Interval of

Std. Std. Error the Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Tekanan darah


sistolik pretes -
6.833 6.628 1.210 4.358 9.308 5.646 29 .000
Tekanan darah
sistolik postes
Pair 2 Tekanan darah
diastolik pretest -
6.533 5.888 1.075 4.335 8.732 6.077 29 .000
Tekanan darah post
test

37
Lampiran 2

Dokumentasi Penelitan Selama 3 Hari


Kunjungan hari pertama

Kunjungan Hari kedua

Kunjungan hari ketiga

38
Lampiran 3

Hasil Tekanan Darah Hari Pertama


Lansia Tekanan Darah
Tekanan Darah Sistolik
Penderita Diastolik
Hipertensi Pretest Posttest Pretest Posttest
1 180 170 100 90
2 165 160 96 90
3 170 170 95 95
4 195 180 110 90
5 165 155 95 90
6 180 175 100 90
7 150 135 80 80
8 175 170 95 90
9 155 150 85 85
10 180 180 100 95
11 160 165 85 85
12 165 155 90 80
13 190 180 100 90
14 170 180 90 100
15 160 165 100 85
16 175 170 95 90
17 185 180 110 100
18 175 160 100 95
19 180 170 95 90
20 175 165 100 95
21 180 170 100 95
22 175 170 110 100
23 165 160 100 95
24 195 180 110 90
25 160 155 100 90
26 175 170 110 100
27 180 160 95 90
28 160 155 85 80
29 175 160 90 85
30 165 160 90 85
Jumlah Total 5180 4975 2911 2715
Mean 172,67 165,83 97,03 90,50

39
Lampiran 4

Hasil Tekanan Darah Hari Kedua


Lansia Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
penderita
hipertensi Pretest Posttest Pretest Posttest
1 170 160 110 90
2 155 150 95 90
3 160 155 100 95
4 175 160 90 80
5 150 140 90 80
6 160 155 110 90
7 140 140 90 80
8 160 150 100 90
9 140 130 90 85
10 160 120 100 95
11 150 140 100 85
12 165 155 90 80
13 150 120 90 80
14 160 155 110 90
15 150 140 100 85
16 165 150 90 80
17 130 130 100 80
18 140 110 100 95
19 160 155 95 80
20 150 145 100 95
21 165 150 100 95
22 140 130 90 80
23 165 155 100 80
24 160 155 100 90
25 165 150 90 90
26 175 150 110 90
27 165 160 100 90
28 160 155 85 80
29 155 150 100 90
30 165 160 90 85
Jumlah Total 4705 4375 2915 2595
Mean 156,83 145,83 97,17 86,50

40
Lampiran 5

Hasil Tekanan Darah Hari Ke Tiga


Lansia Tekanan Darah Sistolik Tekanan darah diastolic
dengan
hipertensi Pretest Posttest Pretest Posttest
1 150 130 95 80
2 155 140 100 90
3 160 150 90 85
4 165 160 100 80
5 140 130 90 80
6 155 140 100 85
7 140 130 100 80
8 150 140 90 90
9 130 130 90 80
10 150 130 80 80
11 165 150 100 90
12 155 140 90 80
13 150 130 100 80
14 140 130 90 80
15 150 140 90 85
16 130 120 80 80
17 140 130 100 80
18 150 110 120 90
19 155 140 100 80
20 130 120 90 80
21 150 130 110 95
22 130 120 80 80
23 155 140 90 80
24 150 140 110 90
25 165 155 90 90
26 150 130 90 80
27 140 120 80 80
28 160 155 85 80
29 155 150 80 80
30 165 160 90 80
Jumlah
Total 4480 4090 2800 2490
Mean 149,33 136,33 93,33 83,00

41

Anda mungkin juga menyukai