Anda di halaman 1dari 74

PENERAPAN KOMPRES BAWANG MERAH PADA BALITA

DEMAM DI PMB SUSI ARLINA, S.ST TRIMUKTI JAYA


BANJAR AGUNG TULANG BAWANG

Oleh
NAMA: SETIA RIZKA AZHARI
NIM: 1815401146

LAPORAN TUGAS AKHIR


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN TANJUNG
KARANG
TAHUN 2021
2

PENERAPAN KOMPRES BAWANG MERAH PADA BALITA


DEMAM DI PMB SUSI ARLINA, S.ST TRIMUKTI JAYA
BANJAR AGUNG TULANG BAWANG

Laporan Tugas Akhir Ini diajukan sebagai salah satu syarat tugas
akhir dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII
Kebidanan Tanjung karang Poltekkes Kemenkes Tanjung karang

Oleh:
NAMA: SETIA RIZKA AZHARI
NIM: 1815401146

LAPORAN TUGAS AKHIR


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN TANJUNG
KARANG
TAHUN 2021

2
i

POLITEKNIK KESEHATANTANJUNG KARANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN TANJUNG KARANG

Laporan Tugas Akhir, April 2021

Setia Rizka Azhari

Penerapan Kompres Bawang Merah Pada Balita Demam Di PMB Susi


Arlina,S.ST Trimukti Jaya Banjar Agung Tulang Bawang

Xiv + 59halaman, 1 gambar, 6 lampiran

RINGKASAN

Demam ialah keadaan suhu tubuh diatas normal akibat peningkatan


pengatur suhu dihipotalamus. Demam pada anak dapat disebabkan oleh KIPI
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) yang terjadi dalam satu bulan setelah
imunisasi. DINKES Provinsi Lampung (2018) mencatat 32,6% yang mengalami
KIPI dengan proporsi terbanyak adalah demam tinggi (29,05%). Menurut
Kemenkes (2016) 50% imunisasi DPT dan Campak menimbulkan efek demam
ringan - tinggi. Survey yang dilakukan di PMB Susi Arlina pada 12 April 2021
ada 30 bayi yang imunisasi. Dan 4 diantaranya mengalami demam. Salah satun
ya By. Z usia 4 bulan demam pasca imunisasi DPT3 dan Polio4.
Memberikan asuhan kompres bawang merah pada By. Z selama 10 menit
dan diulang jika suhu tubuh belum kembali normal. Bawang merah mengandung
senyawa sulfur organic Allylcysteine sulfoxide (Alliin), tubuh mengalami
vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan pembuangan panas melalui kulit
secara evaporasi.
Metode dengan tujuh langkah varney dan SOAP. Asuhan yang diberikan
mulai tanggal 13-14 februari 2021 dengan 2 kali kunjungan. Dapat disimpulkan
bahwa asuhan kebidanan terhadap By. Z dilakukan sesuai rencana asuhan,
menunjukkan bahwa pemberian kompres bawang merah efektif dan berpengaruh.
Diharapkan kedepannya penatalaksanaan demam dengan kompres bawang merah
dapat diterapkan sehingga menjadi metode alamiah dalam menurunkan kenaikan
suhu tubuh pada anak.

Kata kunci: demam, imunisasi, kompres bawang merah


Daftar bacaan: (2012-2020)

i
ii

BIODATA PENULIS
Nama : Setia Rizka Azhari
NIM : 1815401146
Tempat/Tanggal Lahir : Suka Bhakti, 22 September 1999
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Mahasiswa : reguler 3
Alamat: Ds. Suka Bhakti, Kec.Gedung Aji Baru, Kab. Tulang Bawang

Riwayat Pendidikan:
SD (2006-2012) : SD Negeri Suka Bhakti
SMP (2012-2015) : SMP Tri Sukses Natar
SMA (2015-2018) : SMA Tri Sukses Natar

ii
iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir


PENERAPAN KOMPRES BAWANG MERAH PADA BALITA DEMAM
DI PMB SUSI ARLINA,S.ST TRIMUKTI JAYA BANJAR AGUNG
TULANG BAWANG

Penulis
Setia Rizka Azhari / NIM: 1815401146

Telah diperiksa dan disetujui tim pembimbing laporan tugas akhir Program
Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang Jurusan Kebidanan.
Bandar lampung, 20 April 2021

Tim Pembimbing Laporan Tugas Akhir

Pembimbing Utama

Mugiati, SKM.,M.Kes
NIP.1968021819922

Pembimbing Pendamping

Nora Isa TN,S.ST.,M.Kes


Nip.1980110332005012003

iii
iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir


PENERAPAN KOMPRES BAWANG MERAH PADA BALITA DEMAM
DI PMB SUSI ARLINA, S.ST TRIMUKTI JAYA BANJAR AGUNG
TULANG BAWANG

Penulis
Setia Rizka Azhari / NIM: 1815401146

Diterima dan disyahkan oleh tim penguji Ujian Akhir Program Diploma III
Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang Jurusan Kebidanan, sebagai
persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma III

Tim Penguji

Mugiati, SKM.,M.Kes
NIP.1968021819922

Ketua

I Gusti Ayu Mirah W.S,S.ST.,M.Keb


NIP.198203292006042001

Anggota

Nora Isa TN,S.ST.,M.Kes


Nip.1980110332005012003

Mengetahui
Prodi DIII Kebidanan Tanjungkarang

Ketua

NellyIndrasari,SST.,M.Kes
NIP.1973090619921221

iv
v

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Nama : Setia Rizka Azhari
NIM/NIP :1815401146
Program Studi/Jurusan : D-III Kebidanan Tanjungkarang
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan
laporan tugas akhir yang berjudul:
“Penerapan Kompres Bawang Merah Pada Balita Demam Di Pmb Susi Arlina,
S.St Trimukti Jaya Banjar Agung Tulang Bawang”

Apabila suatu saat nanti, terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pemyataan saya buat dengan sebenar-benarnya,

Bandar lampung

Materai 6000

Penulis

v
vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai
kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “PENERAPAN KOMPRES
BAWANG MERAH PADA BALITA DEMAM DI PMB SUSI ARLINA, S.ST
TRIMUKTI JAYA BANJAR AGUNG TULANG BAWANG”
Laporan Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh derajat Ahli Madya Kebidanan di Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini penulis telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Warjidin Aliyanto, SKM.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang.
2. DR.Sudarmi, S.Pd.,M.Kes ,selaku Ketua Jurusan Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang.
3. Nelly Indrasari, S.SiT.,M.Kes ,selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
4. Mugiati, SKM.,M.Kes, selaku pembimbing I, yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga Laporan Tugas
Akhir ini dapat terwujud.
5. Novita Rudiyanti,SST.,M.Kes, selaku pembimbing II, yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga Laporan Tugas
Akhir ini dapat terwujud.
6. Nora Isa TN,SST.,M.Kes, selaku Penguji yang juga telah memberikan
masukan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir ini.
7. Kepala PMB ... yang telah memberi ijin dan membantu penelitian ini.
8. Orang tuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materiil, serta kasih sayang yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki
penulis. Penulis sadar sepenuhnya.

vi
vii

9. Serta teman-teman angkatan seperjuanganku yang telah banyak membantu


sehingga penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu.

BandarLampung, 27 Januari 2021

Setia Rizka Azhari

vii
viii

MOTO

“Jadilah Diri Sendiri, dan Berfikirlah Positif”


“Kerjakanlah Apa yang Seharusnya Harus Dikerjakan”
“Bersabarlah, Nanti Ada Saatnya. Semua Akan Indah Pada Waktunya”
“Jatuh Dua Kali, Berdiri Tiga Kali. Jangan Pernah Menyerah Karena Kegagalan.
Sesungguhnya Kegagalan Bukan Akhir Dari Segalanya”
“Bukan Tentang Siapa yang Tercepat dan yang Paling Hebat. Tapi Tentang
Bagaimana Kita Menikmati Dalam Setiap Prosesnya”

viii
ix

DAFTAR ISI

BIODATA PENULIS............................................................................................ii
Riwayat Pendidikan:.............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN...................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
MOTO..................................................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................4
E. Ruang Lingkup................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A. Konsep Dasar Kasus........................................................................................6
1. Tinjauan Umum Tentang Imunisasi.............................................................6
2. Tinjauan Umum Tentang Demam..............................................................10
3. Tinjauan Umum Tentang Bawang Merah..................................................17
B. Kewenangan Bidan........................................................................................23
C. Penelitian terkait............................................................................................24
D. Kerangka Teori..............................................................................................26
BAB III..................................................................................................................27
METODE STUDI KASUS..................................................................................27
A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan....................................................................27
B. Subjek Laporan Kasus...................................................................................27
C. Instrumen Pengumpulan Data.......................................................................27
D. Teknik / Cara Pengumpulan Data Primer dan Sekunder.............................28

ix
x

E. Alat dan Bahan.............................................................................................30


E. Jadwal kegiatan.......................................................................................30
BAB IV TINJAUAN KASUS...............................................................................34
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................40
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................43
A. Simpulan.......................................................................................................43
B. Saran..............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Suhu Normal Tubuh Anak……………………………………………14


Tabel 2 Klasifikasi Tanaman Bawang Merah…………………………………18

xi
xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bawang merah (Allium cepa var. Ascalonicum)…………………….17

xii
xiii

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization


IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
KIPI : Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
AKABA : Angka Kematian Anak Balita
ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Atas
BCG : Bacillus Calmette Guerin
DPT : Difteri,Pertusis,Tetanus
IPV : Inactivated Polio Vaccine
TBC : Tuberculosis
LTA : Laporan Tugas Akhir
PD3I : Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
TNF : Tumor Necrosis Factor
INF : Interferon
HDL : High Density Lipoprotein
LDL : Low Density Lipoprotein
SOAP : Subjective,Objective,Assesment,Plan

xiii
xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Izin Lokasi Pengambilan Studi Kasus


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Subjek
Lampiran 3 Lembar Persetujuan (Inform Consent)
Lampiran 4 Standar Operasional Prosedur (SOP)
Lampiran 5 Karakteristik Responden
Lampiran 6 Gambar Kunjungan Kompres Bawang Merah

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam ialah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal akibat peningkatan
pusat pengatur suhu di hipotalamus. Kebanyakan demam pada anak-anak
disebabkan oleh perubahan panas hipotalamus pada pusat (pengaturan suhu).
Penyakit yang ditandai dengan demam dapat menyerang sistem tubuh (Fadli dan
Hasan, 2018). Berdasarkan World Health Organization (WHO) memperkirakan
jumlah kasus deman di seluruh dunia mencapai 16-33 juta, dan 500–600 ribu
kematian setiap tahunnya (Setyowati, 2013). Data Pediatrik di Brazil terdapat
30% anak yang diperiksa terdiagnosa demam. Hasil survey (SDKI) frekuensi
kejadian demam pada balita di indonesia meningkat, data memperlihatkan
jumlah penderita pada tahun 2019 sebanayak 2.180 kasus. Jumlah tersebut
meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.870 kasus (Kemenkes RI, 2019).
Sementara dinas kesehatan Provinsi Lampung mencatat jumlah Angka
Kematian Anak Balita/AKABA Tahun 2019 yaitu 510 kasus. Dan yang menjadi
penyebab kematian tertinggi yaitu infeksi/demam (60,7%), ISPA (17,5%),
Kecelakaan (7,8%) dan lain-lain (14.0%). Angka Kematian Balita tersebut adalah
jumlah kematian anak umur 1 - <5 tahun per 1000 kelahiran hidup. Periode anak
adalah rentang usia yang rentan terhadap penyakit terutama serangan demam.
Dipertegas oleh hasil Penelitian, Fadli, dan hasan. (2017) bahwa sebagian besar
60,42% anak usia 3-36 bulan mengalami serangan demam rata rata sebanyak
enam kali pertahunnya.
Imunisasi merupakan salah satu strategi yang efektif dan efisien dalam
meningkatkan derajat kesehatan nasional dengan mencegah enam penyakit
mematikan , yaitu tuberculosis, dipteri,pertussis, campak, tetanus dan polio
(Dewi, 2016). Menurut Komite Nasional pengkajian dan penanggulangan KIPI
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) adalah kejadian sakit dan atau kematian yang
terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi. Dalam Riskesdes (2018) bentuk
KPI adalah demam tinggi , bernanah /abses dan kejang.

1
2

Laporan dinas kesehatan provinsi lampung tahun 2018 mencatat ada 32,6% yang
mengalami KIPI dengan proporsi terbanyak adalah penderita demam tinggi yaitu
29,05%, bernanah 8,37%, kejang 0,97%,dan lain-lain 0,57%.

Sedangkan di kota Bandar Lampung tercatat 22,42% yang mengalami KIPI


(Dinkes Lampung,2019). Menurut Kemenkes (2016) 50% imunisasi DPT dan
Campak yang menimbulkan efek demam ringan hingga tinggi. Menurut
Kemenkes (2019) Modul asuhan kebidanan pada neonatus, bayi dan balita,
menyatakan bahwa pemantauan KIPI sangat penting, yang terdiri dari
penemuan,pelacakan, analisis kejadian, tindak lanjut, pelaporan dan evaluasi.
Tujuan utama pemantauan KIPI adalah untuk mendeteksi dini,merespons KIPI
dengan cepat dan tepat, mengurangi dampak negatif imunisasi terhadap
kesehatan individu dan terhadap imunisasi.
Berdasarkan survey yang dilakukan di PMB Susi Arlina pada tanggal 12
April 2021 keseluruhan Bayi dan Balita imunisasi yaitu 30, Vaksin BCG dan
polio1 13 orang, vaksin DPT1 dan Polio2 5 orang, vaksin DPT2 dan Polio3 5
orang, vaksin DPT3 dan Polio4 3 orang , vaksin campak 4 orang dan yang
mengalami demam 4 orang.
Penanganan KIPI dapat di lakukan secara primer dan medis. Apabila KIPI
tidak ditangani maka akan menimbulkan gejala yang lebih parah. Kemudian
didukung oleh hasil penelitian Agustina, Firda. (2015) bahwa Demam pasca
imunisasi DPT/HB Combo harus segera ditangani karena dapat menyebabkan
komplikasi yaitu demam tinggi, kejang, dan syok.
Demam pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri yang
berbeda dibandingkan dengan orang dewasa. Menurunkan demam dengan
pemberian obat Antipiretik (farmakologi) yang tidak benar memiliki efek
samping yang dapat mengakibatkan spasme bronkus, perdarahan saluran cerna
dan penurunan fungsi ginjal (Cahyaningrum, 2017). Sehingga perlu dicari bahan
alternatif yaitu bahan alami. Pada umumnya masyarakat menggunakan
tumbuhan obat tradisional untuk menurunkan suhu tubuh pada anak,
menggunakan obat tradisional saat demam saat ini lebih populer karena dinilai
lebih aman untuk anak dan murah. Salah satu tanaman obat yang dapat
digunakan untuk mengendalikan demam adalah Allium Cepa var. ascalonicum
atau lebih dikenal dengan bawang merah.
3

Bawang merah merupakan sejenis umbi- umbian yang yang dapat


digunakan sebagai obat tradisional tanpa zat kimia dan tidak menimbulkan efek
samping, karena zat yang terkandung dalam tanaman obat tradisional sebagian
besar dapat dimetabolisme oleh tubuh. Obat tradisional memiliki keuntungan
yang dapat dikombinasikan dengan prinsip hidroterapi yaitu digunakan sebagai
kompres atau untuk mandi. Penggunaan kompres bawang merah ini juga mudah
dilakukan serta tidak memerlukan biaya yang cukup banyak (Cahyaningrum,
2017). Menurut hasil penelitian Henriani, H. (2017) pemberian bawang merah
mampu menurunkan demam pada anak usia 1-5 tahun. Dikarenakan bawang
merah mengandung senyawa sulfur organic yaitu Allylcysteine sulfoxide (Alliin).
Potongan atau irisan umbi bawang merah akan melepaskan enzim allinase
yang berfungsi menghancurkan pembentukan pembekuan darah sehingga
membuat peredaran darah menjadi lancar dan panas dari dalam tubuh dapat lebih
mudah disalurkan ke pembuluh darah tepi dan demam yang terjadi akan menurun
(Medhyana dan Putri, 2020). Kandungan lain bawang merah yang dapat
menurunkan suhu tubuh adalah minyak atsiri, florogusin, sikloaliin, metilaliin,
kaemferol, dan kuersetin (Cahyaningrum, 2017).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk memberikan
Asuhan Kebidanan pada balita yang mengalami demam pasca imunisasi dengan
terapi kompres bawang merah.

B. Rumusan Masalah
Tingginya Angka Kematian Anak Balita/AKABA Tahun 2019 di provinsi
lampung dengan penyebab utamanya adalah infeksi demam (60,7%), dengan
demam pasca imunisasi 29,5 % sehingga perlunya penanganan yang lebih serius
pada balita demam, maka dari itu penulis tertarik untuk memberikan asuhan pada
balita demam khususnya demam pasca imuniasi.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan
dengan pemanfaatan kompres bawang merah untuk menurunkan suhu tubuh
anak saat demam, menggunakan pendekatan managemen kebidanan.

2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian dan mengumpulkan data subjektif pada balita
yang demam di PMB Susi Arlina,S.ST.
4

2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa masalah dan


kebutuhan pada balita menggunakan kompres bawang merah di PMB
Susi Arlina,S.ST melalui pendekatan manajemen kebidanan.
3) Merumuskan masalah pada anak demam menggunakan kompres
bawang merah di PMB Susi Arlina,S.ST melalui pendekatan
manajemen kebidanan.
4) Menegakkan diagnosa pada balita yang demam dengan kompres
bawang merah di PMB Susi Arlina,S.ST.
5) Merencanakan asuhan kebidanan pada balita yang demam dengan
kompres bawang merah untuk menurunkan suhu tubuh di PMB Susi
Arlina,S.ST.
6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada balita yang demam
sesuai perencanaan dengan memberikan kompres bawang merah yang
dapat menurunkan suhu tubuh anak demam.
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada balita yang demam dengan
kompres bawang merah dapat menurunkan suhu tubuh anak di PMB
Susi Arlina,S.ST..

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Bagi institusi pendidikan sebagai bahan referensi bacaan terhadap materi
asuhan pelayanan kebidanan serta referensi bagi mahasiswa dalam
memahami pelaksanaan asuhan kebidanan pada anak demam dengan
metode kompres bawang merah .
2. Manfaat Aplikatif
a) Bagi Lahan Praktik
Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan melalui kompres bawang merah terhadap suhu tubuh anak
demam.
b) Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai metode penelitian pada mahasiswa dalam melaksanakan
tugasnya dalam menyusun Laporan Tugas Akhir, mendidik dan
membimbing mahasiswa agar lebih trampil dalam memberikan asuhan
kebidanan pada kompres bawang merah terhadap suhu tubuh anak
demam.
c) Bagi Penulis Lain
5

Sebagai bahan referensi bagi penulis lain yang akan melakukan


penelitian terkait kompres bawang merah terhadap suhu tubuh anak
demam.

E. Ruang Lingkup

1. Sasaran
Sasaran asuhan kebidanan di tujukan kepada balita demam pasca imunisasi
mengenai cara menurunkan demam pasca imunisasi menggunakan kompres
bawang merah.
2. Tempat
Lokasi yang di pilih untuk memberikan asuhan pada balita demam pasca
imunisasi adalah PMB Susi Arlina, S.ST Trimukti Jaya Banjar Agung,
Tulang Bawang.

3. Waktu
Pelaksanaan Praktik : Tahap I : 15 Februari s.d 06 Maret 2021

Tahap II: 29 Maret s.d 01 Mei 2021


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kasus


1. Tinjauan Umum Tentang Imunisasi
a. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak
kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
(Hardianti,dkk 2014). Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit tertentu, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa
penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B,
Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru
(Depkes, 2016).
b. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi yang dilakukan adalah untuk memberikan kekebalan
pada tubuh bayi sehingga bisa mencegah penyakit dan kematian. Secara
umum, tujuan imunisasi antara lain adalah untuk menurunkan angka
kesakitan (mordibitas) dan angka kematian (mortalitas) pada bayi dan
balita melalui Imunisasi, karena imunisasi sangat efektif untuk mencegah
penyakit menular.
c. Sasaran Imunisasi dan Efek Samping
Sasaran dalam pelayanan imunisasi rutin pada bayi dan anak menurut
KemenKes RI (2016) adalah sebagai berikut :
7

1). Bayi (usia 0-12 bulan)


Jenis Usia Jumlah Dosis Efek Samping
Imunisasi Pemberian Pemberia
n
Hepatitis 0-7 hari 1 kali 0,5 ml secara Reaksi lokal
intramuskuler, rasa sakit,
B
pada kemerahan dan
anterolateral pembengkakan
paha. di sekitar tempat
penyuntikan.
BCG 1 bulan 1 kali 0,05 ml secara timbul bisul
IC di lengan kecil (papula)
kanan atas jaringan parut
diameter 2–10
mm
Polio / 1,2,3,4 4 kali 2 tetes secara Sangat jarang
terjadi reaksi
IPV bulan oral
sesudah
imunisasi polio
oral.
DPT-Hb- 2,3,4 bulan 3 kali 0,5 ml secara Bengkak, nyeri
intramuskuler, dan kemerahan
Hib
pada pada lokasi
anterolateral suntikan,
paha. demam ringan
-tinggi,
irritabilitas
(rewel),
Campak 9 bulan 1 kali 0,5 ml secara demam ringan
subcutan (SC) hingga tinggi
dan kemerahan
selama 3 hari

2). Batita (usia 1-3 tahun)


Jenis Usia Jumlah
Imunisasi Pemberian Pemberian
DPT-Hb-Hib 18 bulan 1 kali
Campak 24 bulan 1 kali

3). Anak Sekolah Dasar (SD) sederajat


Jenis Usia
Imunisasi Pemberian Jumlah
Pemberian
Campak Agustus Bulan
DT November Imunisasi
Anak
(BIAS)

Keadaan tubuh ketika disuntikan bakteri atau virus yang sudah


8

dilemahkan akan menimbulkan gejala sebagai respon cepat dalam


pembentukan antibodi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh permata dkk (2018) hampir
semua balita mengalami efek samping pasca imunisasi pada hari pertama
dan akan berlangsung maksimal tergantung pada kondisi dan gejala
masing masing. Efek samping nyeri pada bekas penyuntikan bisa
berlangsung selama 2 hari, kemerahan menetap selama 3 hari, kenaikan
suhu tubuh atau demam selama 4 hari dan pembengkakan dapat bertahan
selama 7 hari pasca imunisasi. Namun, efek samping akan lebih cepat
hilang bila di atasi dengan penanganan yang baik. Hasil penelitian diatas
didukung oleh WHO (2018) yang menyatakan bahwa efek samping pasca
imunisasi biasanya muncul satu sampai dua hari setelah penyuntikan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2015 menjelaskan bahwa reaksi
tubuh yang timbul akibat pembentukan antibodi umumnya sangat ringan
dan dapat di atasi oleh orang tua dan hanya berselang 1-2 hari.
Menurut Hardianti,dkk (2014) pasca penyuntikan imunisasi dapat
menimbulkan berbagai efek samping pada balita, diantaranya adalah :
(b) Pembengkakan dilokasi penyuntikan
Pembengkakan disekitar atau di bekas penyuntikan ini terjadi karena
kurang penyuntikannya kurang dalam. Untuk penanganan atau
penyembuhannya bisa dengan kompres hangat pada bekas penyuntikan
imunisasi, tapi jika tidak ada perubahan bisa ke puskesmas terdekat atau
tenaga kesehatan terdekat.
(c) Kolaps / Keadaan seperti syok
Kolaps adalah episode hipotenik-hiporeponsif, dimana anak tetap sadar
tetapi tidak dapat bereaksi terhadap rangsangan.Pada pemeriksaan
amplitude nadi serta tekanan darah tetap dalam batas normal.Untuk
penanganannya dengan tindakan rangsangan wewangian atau bau
bauan yang merangsang . Apabila tidak dapat diatasi dalam waktu 30
menit , segera rujuk ke puskesmas terdekat .
(d) Nyeri Brakialis ( Neuroplati Pleksus Brakialis )
Nyeri adalah nyeri terus menerus pada daerah bahu dan lengan atas
terjadi 7 jam sampai dengan 3 minggu setelah imunisasi. Untuk
penanganannya dapat diberikan paracetamol apabila gejala tetap
menetap maka rujuk ke rumah sakit untuk dilakukan tindakan
fisioterapi.
(e) Syok Anafilatik
9

Gejala ini terjadi mendadak , untuk gejala klasiknya terjadi kemerahan


merata , edema, urtikaria , sembab pada kelopak mata,sesak , nafas
berbunyi , sesak, janutung berdebar kencang ,tekanan darah menurun ,
anak pinsan , dapat juga dengan tekanan darah menurun dan pinsan
tanpa didahului gejala lain .
Untuk penanganannya berikan suntikan adrenalin 1:1.000 dosis 0,1-0,3
ml, sk/im jika pasien membaik dan stabil dapat dilanjutkan dengan
suntikan deksametason (1 ampul ) secara intravena / intramuskuler.
Segera pasang infus Nacl 0,9% lalu rujuk ke rumah sakit terdekat .
Untuk semua tindakan ini dilakukan oleh tenaga kesehatan .
(f) Abses Dingin
Dapat dilihat jika ada gejala bengkak dan keras , nyeri daerah bekas
suntikan terjadi karena vaksin yang disuntikan masih dingin. Untuk
tindakan penanganan gejala ini dapat dilakukan dengan kompres dan
paracetamol.
(g) Sepsis
Gejala dari sepsis ini yaitu bengkak didaerah bekas suntikkan, demam ,
terjadi karena jarum suntik tidak steril . Gejala ini dapat timbul setelah 1
minggu setelah penyuntikan. Untuk penanganannya dapat berikan
kompres dan paracetamol, apabila tidak ada perubahan rujuk kerumah
sakit terdekat .
(h) Tetanus
Gejala dari tetanus ini kejang disertai dengan demam dan anak masi
dalam keadaan sadar. Untuk penanganan kasus seperti ini bisa langsung
di bawa ke rumah sakit atau tenaga kesehatan terdekat .
(i) Kelumpuhan / kelemahan Otot
Lengan sebelah ( daerah yang disuntikkan ) tidak dapat digerakkan hal
ini terjadi karena daerah penyuntikkan salah .Untuk kasus ini
penangannnya langsung bawa ke rumah sakit untuk dilakukan terapi.
Pada hasil penelitian ini ditemukan suatu hal yang menarik yaitu
bahwa satu orang anak dapat mengalami enam gejala KIPI DPT
sekaligus, namun gejala KIPI DPT yang dialami anak adalah KIPI
ringan dengan gejala lokal dan gejala umum. KIPI ringan merupakan
kejadian atau gejala yang umum dialami oleh bayi pasca imunisasi
sehingga kejadian tersebut lazim karena perawatannya masih dapat
dilakukan oleh orang tua bayi. Gejala KIPI lokal yang paling banyak
dialami adalah pembengkakan di lokasi penyuntikan dan gejala KIPI
10

umum yang paling banyak dialami adalah demam ( Permatasari dkk ,


2018 ).
(j) Demam
Demam merupakan respon normal tubuh terhadap adanya infeksi.
Infeksi adalah keadaan masuknya mikroorganisme kedalam tubuh, dapat
berupa virus, bakteri, parasit, maupun jamur. Demam pada anak
umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Demam juga dapat disebabkan
oleh paparan panas yang berlebihan (overhating), dehidrasi atau
kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan gangguan sistem imun
(Cahyaningrum dkk, 2018). Masalah demam sudah menjadi fokus
perhatian tersendiri pada berbagai profesi kesehatan baik itu dokter,
perawat, dan bidan. Bagi profesi perawat masalah gangguan suhu tubuh
atau perubahan suhu tubuh termasuk demam sudah dirumuskan secara
jelas pada North Nursing Association (Sodikin,2012) dalam Vedja dan
Rizky 2020).

2. Tinjauan Umum Tentang Demam


a. Definisi Demam
Kata demam berasal menurut bahasa Yunani yakni Pyretos yang
memiliki makna menjadi api atau panas. Oleh karena itu, demam juga
sering dikenal dengan pireksia atau febris. Secara definisi, demam dapat
diartikan sebagai gejala penyakit, di mana suhu tubuh naik di atas normal
karena adanya hormon utama yang mengatur suhu di hipotalamus
anterior (Hendrawati dan Elvira, 2019).
Demam didefinisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh di atas
normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Pada anak yang mengalami peningkatan suhu ringan yaitu kisaran
37,5ºC-38°C (Medhyana dan Putri,2020). Suhu tubuh pada kondisi
meningkat dapat dipergunakan sebagai salah satu ukuran penting yang
dapat memberikan petunjuk mengenai memburuk atau membaiknya
keadaan penderita. Demam adalah suatu indikasi adanya gangguan
kesehatan dan hanyalah suatu keluhan dan bukan merupakan suatu
diagnosis. Sebagai suatu keluhan demam adalah keluhan kedua terbanyak
setelah nyeri, sehingga demam merupakan suatu hal yang sangat penting
untuk diketahui. Apabila demam tidak cepat ditangani dapat
membahayakan apabila timbul peningkatan suhu yang tinggi (Mulyani, E
dan Lestari 2020).
11

b. Klasifikasi Demam
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal
(Herdman, T.H.2019) Tipe demam yang mungkin banyak ditemui antara
lain:
1) Demam septik yaitu, suhu badan berangsur naik ketingkat tinggi
sekali ketika malam hari kemudian turun kembali ketingkat
diatas normal ketika pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil
dan berkeringat. Jika demam yang tinggi tadi turun ke taraf yang
normal dinamakan pula demam hektik.
2) Demam remiten yaitu, suhu badan bisa turun setiap hari tidak
pernah mencapai suhu badan normal.
3) Demam intermiten yaitu, suhu badan turun ketingkat yang
normal selama beberapa jam pada satu hari. Jika demam ini
terjadi 2 hari sekali disebut tersiana.
4) Demam kontinyu variasi yaitu, suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Dan jika taraf demam yang terus
menerus meninggi dinamakan hiperpireksia.
5) Demam siklik yaitu, terjadi kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam
untuk bebrapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu contohnya tipe demam intermiten untuk
malaria. Seorang pasien dengan 12 keluhan demam mungkin
dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti:
abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demam


Perubahan-perubahan yang terjadi terhadap nilai suhu tubuh, juga dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu, seperti diantaranya adalah
(Fathrrizky, S.2020).

1) Varasi diurnal, atau juga dikenal dengan irama sirkadian. Faktor


ini juga dapat mempengaruhi suhu tubuh anak, dimana suhu
tubuh normal anak akan berubah sepanjang hari dengan

0
perbedaan sekitar 1 C pada pagi dan sore hari. Nilai suhu tubuh
12

tertinggi biasanya terjadi antara pukul 20.00 dan 24.00 tengah


malam dan nilai suhu terendah akan terjadi pada pukul 04.00
dan 06.00 pagi hari.
2) Olahraga atau aktivitas fisik, pada prinsipnya melakukan
kegiatan fisik atau berolahraga juga akan turut meningkatkan
proses metabolisme tubuh, termasuk meningkatkan temperature
tubuh.
3) Hormon, fluktuasi hormon yang terjadi pada wanita diketahui
lebih sering terjadi daripada individu laki-laki. Hal ini
dikarenakan sekresi progesterone yang terjadi pada wanita akan
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 hingga 0,6 dalam derajat
celcius.
4) Stress, simulasi saraf simpatis dapat meningkatkan produksi
epinefrin dan norepinefrin yang akan meningkatkan aktivitas
metabolisme dan produksi panas. Kedua senyawa tersebut juga
diketahui memiliki peranan terhadap nilai suhu tubuh.
5) Lingkungan, suhu tubuh yang ekstrem juga dapat turut
mempengaruhi sistem pengaturan suhu tubuh seseorang. Jika
suhu tubuh dikaji dalam ruangan yang hangat tidak dapat
dimodifikasi melalui proses pengeluaran panas (konveksi,
radiasi, konduksi, evaporasi), maka suhu tubuhnya juga akan
semakin meningkat.

d. Etiologi
Penyebab demam selaian infeksi pula dapat ditimbulkan oleh
keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga
pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (contohnya perdarahan otak,
koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketetapan penafsiran penyebab
demam diharapkan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit
pasien, Pelaksanaan, inpeksi fisik, observasi perjalanan penyakit,
evaluasi pemeriksaan laboratorium, dan penunjang lain secara tepat dan
holistik. Beberapa hal spesifik yang perlu diperhatikan dalam waktu
demam merupakan cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta
keluhan dan tanda-tanda lain yang menyertai demam. Demam belum
terdeteksi adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami
demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3ºC
tetapi belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu
13

minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan


penunjang medis lainnya (Herdman, T.H.2019).
Kausa demam selain infeksi pula dapat ditimbulkan oleh keadaan
toksemia, lantaran keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat.
Selain itu juga lantaran gangguan pusat regulasi suhu sentral yang
mengakibatkan peningkatan temperatur misalnya heat stroke, perdarahan
otak, koma atau gangguan sentral lainnya. Pada perdarahan internal,
ketika terjadinya reabsorbsi darah bisa juga menyebabkan peningkatan
temperatur. Sering diketahui pada praktek merupakan penyakit-penyakit
endemik di lingkungan tempat tinggal pasien, dan kemungkinan infeksi
didapat dinetralisasi menggunakan suatu pertanyaan apakah pasien baru
pergi dari perjalanan dari daerah dimana dan tempat apa saja yang telah
dikunjunginya (Herdman, T.H.2019).
Pirogen adalah zat yang menyebabkan demam. Terbagi menjadi dua
jenis pirogen yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen dari
luar tubuh dan berkemampuan merangsang interleukin-1. Sedangkan
pirogen endogen berasal dari dalam tubuh dan mempunyai kemampuan
untuk merangsang demam dengan mempengaruhi kerja pusat pengaturan
suhu di hipotalamus. Zat-zat pirogen endogen, misalnya interleukin-1,
tumor necrosis factor (TNF), dan interferon (INF).

e. Patofisiologi
Demam terjadi ketika berbagai proses infeksius dan non-infeksius
berinteraksi dengan program pertahanan tubuh. Ketika mekanisme ini
terjadi, bakteri atau fragmen jaringan akan ditelan oleh leukosit dengan
partikel besar, makrofag, dan limfosit pembunuh. Semua sel ini
kemudian mencerna hasil pembusukan bakteri dan melepaskan
interleukin ke dalam cairan tubuh (leukosit / pirogen pirogen endogen).
Ketika interleukin-1 sampai di hipotalamus akan menyebabkan
demam dengan cara menaikkan suhu tubuh, yaitu 8-10 menit.
Interleukin-1 juga memiliki kemampuan untuk menginduksi
pembentukan prostaglandin atau zat yang memiliki kesamaan dengan zat
tersebut, kemudian bekerja pada hipotalamus untuk menghasilkan respon
demam (Fathrrizky, S. 2020).
Mekanisme demam dimulai dengan respon tubuh terhadap pirogen.
Selama proses ini, bakteri atau fragmen jaringan akan tertelan oleh sel
darah putih darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh partikel
14

besar. Kemudian semua sel bakteri ini mencerna cairan di dalam tubuh
akibat pembusukan, bakteri ini disebut leukosit pirogen.

f. Manifestasi Klinis

Banyak tanda yang menyertai demam termasuk nyeri punggung, tanda


anoreksia, dan kelemahan. Batasan utama adalah suhu tubuh lebih tinggi
dari 37,5 ° C -40 ° C, kulit hangat, takikardia, dan batasan sekunder
adalah kemerahan pada kulit, peningkatan kedalaman pernapasan,
menggigil / kulit ayam, perasaan hangat dan dingin, nyeri dan nyeri
spesifik atau umum (Misal: pusing dan sakit kepala), lelah dan
berkeringat (Evyana, Y. (2018).

g. Komplikasi
Menurut (Mulyani, E dan Lestari 2020) bahaya dari demam itu sendiri
dapat mengakibatkan kerusakan otak, penurunan nafsu makan, dehidrasi,
hiperpireksia, syok, epilepsi, reterdasi mental / ketidakmampuan belajar,
kejang bahkan sampai kematian.

h. Pengaturan Suhu
1) Hipotalamus
Di dalam otak terdapat sebuah sistem pengaturan suhu tubuh, yaitu
bagian otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus ini berperan
sebagai thermostat, thermostat adalah alat untuk menyetel suhu seperti
pada AC. Sistem inilah yang memastikan tubuh senantiasa pada suhu
yang konstan, sekitar 37°C (nilai set point normal). Termostat dalam
hipotalamus diatur pada set point sekitar suhu 37°C dengan rentang
sekitar 1°C (Lusia, 2015).
2) Konsep Set Point
Selanjutnya suhu tubuh anak akan mengalami perubahan dalam kisaran
normal seiring dengan pertambahan usia.

Usia, suhu tubuh anak akan terus bervariasi dibandingkan suhu individu
dewasa hingga menginjak usia pubertas
Tabel 1. Suhu Normal Tubuh Anak
Umur Temperatur (°F) Temperatur (°C)
0-3 bulan 99,4 37,4
3-6 bulan 99,5 37,5
6 bulan-1 tahun 99,7 37,6
1-3 tahun 99,0 37,2
3-5 tahun 98,6 37
15

5-9 tahun 98,3 36,8


9-13 tahun 98,0 36,7
> 13 tahun 97,8 – 99,1 36,6 – 37,3
Hasil standar : 36-
37°C

Nilai-nilai pada tabel bukan merupakan patokan mutlak. Penetapan


nilai normal suhu tubuh ditetapkan berdasarkan penelitian terhadap
sejumlah orang berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh tim
disuatu negara, sehingga terdapat sedikit variasi nilai pengukuran yang
di peroleh (Lusia, 2015).

i. Mekanisme Demam
Paparan zat kimia di pusat-pusat tersebut secara langsung akan
menyebabkan kerusakan mekanisme sehingga menyebabkan demam.
Mekanisme demam dimulai saat tubuh manusia merespon pirogen. Selama
proses ini, bakteri atau fragmen jaringan akan tertelan oleh sel darah putih
darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh partikel besar.
Kemudian semua sel tersebut mencerna hasil dekomposisi bakteri menjadi
cairan tubuh yang disebut juga leukosit pirogen (Evyana, Y. (2018).
Pirogen kemudian membawa informasi melalui reseptor di dalam tubuh,
yang dikirim ke pusat pengaturan panas di hipotalamus. Di hipotalamus,
pirogen ini akan merangsang pelepasan asam arakidonat dan dapat
menyebabkan peningkatan produksi prostaglandin. Hal ini akan
menyebabkan reaksi kenaikan suhu tubuh dengan menyempitkan
pembuluh darah tepi dan mengganggu sekresi kelenjar keringat. Disipasi
panas berkurang, dan pembentukan panas serta emisi tidak seimbang.
Inilah penyebab demam pada anak. Temperatur yang tinggi akan
merangsang "pasukan" tubuh manusia (makrofag dan limfosit T) untuk
melawan zat asing tersebut dengan cara meningkatkan proteolisis,
sehingga menghasilkan asam amino yang berperan penting dalam
pembentukan antibodi atau sistem imun (Evyana, Y., 2018).
Pirogen atau zat yang dapat menyebabkan demam termasuk endotoksin
gram negatif dan sitokin (interleukin-1) yang dilepaskan oleh sel limfoid.
Berbagai aktivator dapat bekerja pada fagosit mononuklear dan sel lain
dan mendorongnya untuk melepaskan interleukin-1. Aktivator adalah
bentuk mikroba dengan berbagai produk, seperti toksin, termasuk
16

endotoksin, kompleks antigen-antibodi, proses inflamasi, dll. (Evyana, Y.


(2018).

j. Penatalaksanaan
Beberapa cara penanganan demam menurut (Medhyana dan Putri,2020).
Yaitu:
1) Pemberian Obat
Ada banyak cara untuk menurunkan dan mengendalikan demam, yaitu
dengan mengonsumsi obat antipiretik (farmakologi). Namun
penggunaan antipiretik ini memiliki efek samping, yaitu dapat
menimbulkan bronkospasme, perdarahan saluran cerna akibat erosi
vaskuler (erosi), dan penurunan fungsi ginjal (Cahyaningrum, 2017).
2) Perbanyak minum air putih
Selain menggunakan obat antipiretik, dapat juga menurunkan demam
badan (efek non farmakologis) dengan cara memakai baju tipis,
minum teratur, istirahat lebih banyak dan mandi air panas (Henriani,
H.2017).
3) Kompres air hangat
Ini dapat dilakukan dengan menggunakan energi panas melalui
metode konduksi dan evaporasi. Metode konduksi adalah mentransfer
panas dari suatu benda melalui kontak langsung. Kulit hangat yang
bersentuhan dengan sesuatu yang hangat akan mentransfer panas
melalui penguapan, sehingga perpindahan energi panas diubah
menjadi gas / uap air dalam bentuk keringat (Cahyaningrum, 2017).
Contoh dari metode konduksi dan evaporasi ini adalah kompres
hangat, yaitu metode menjaga atau menjaga suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang menyebabkan suhu tubuh
(Permatasari, 2013).
Kompres hangat dapat menyebabkan suhu tubuh bagian luar menjadi
panas, sehingga tubuh menganggap suhu luar cukup tinggi, sehingga
tubuh mengurangi kontrol suhu otak, dan dengan demikian tidak
meningkatkan kontrol suhu tubuh. Ketika suhu luar naik, pembuluh
darah di sekitar kulit akan mengembang dan mengalami vasodilatasi
(vasodilatasi), yang membuka pori-pori kulit dan mendorong
pembuangan panas (keringat), sehingga menurunkan suhu tubuh
menjadi normal kembali (Cahyaningrum, 2017).
4) Kompres bawang merah
17

Bawang merah (Allium cepa var. Ascalonicum) dapat digunakan


untuk kompres karena mengandung senyawa organosulfur yang
dikenal dengan Alliin. Bawang merah juga mengandung senyawa
antibakteri dan antivirus. Oleh karena itu bawang merah sangat
membantu dalam melawan infeksi. Bawang merah juga mengandung
senyawa aktif yang memiliki efek anti inflamasi. Saat tubuh sedang
meradang, senyawa ini bisa membantu meredakan peradangan. Oleh
karena itu bawang merah dipercaya dapat membantu meredakan
demam khususnya bagi anak-anak (Kuswardani, 2016).
Kompres bawang merah dilakukan pada kulit dapat direspon oleh
Termoreseptor perifer dan sistem saraf perifer lalu merangsang
hipotalamus atau termoregulator untuk merespon ransangan yang ada,
sehingga dapat mengurangi suhu kulit melalui vasokonstriksi kulit ini
dikoordinasikan oleh hipotalamus melalui keluaran sistem saraf
simpatis. Sehingga dari kandungan zat yang ada dalam bawang merah
bisa menurunkan suhu tubuh pada responden.

1. Tinjauan Umum Tentang Bawang Merah


a. Definisi Bawang Merah
Bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman komoditas nabati yang
termasuk dalam kategori bumbu non pengganti dan dapat digunakan
sebagai penyedap makanan dan obat tradisional (Wiryawan,2014)

Gambar 1. Bawang merah (Allium cepa var. Ascalonicum)

b. Klasifikasi Bawang Merah


Bawang merah (shallot) merupakan tanaman semusim bersiung
memiliki umbi lapis dan sering digunakan sebagai bumbu penyedap
masakan. Menurut ilmu tumbuhan atau dalam (Wiryawan,2014).
Klasifikasi tanaman bawang merah dapat dilihat pada tabel 2 sebagai
berikut:
18

Tabel 2. Klasifikasi Tanaman Bawang Merah

Kindom Plantae

Divisio Spermatophy
Su-divisio Angiosperma
Class Monocotyled

Ordo Liliales/ Liliflorae

Family Liliceae

Genus Allium

Spessies Allium ascalonicum L. atau


Allium cepa var. Ascalonicum

Sumber: Ilmu Tumbuhan/ Botani dalam (Wiryawan,2014)

c. Morfologi Bawang Merah


Menurut Hidayat, IR (2015) dalam bukunya “Buku Tumbuhan
Obat” tanaman bawang merah memiliki morfologi karena tanaman
semusim berbentuk seperti rumput, dengan batang pendek, akar berserat,
tinggi sekitar 25 cm, dan membentuk rumpun. Selain itu (Wiryawan,2014)
menambahkan bahwa akar tanaman umbi ini berjumlah 20-200, tersebar
pada kedalaman 15-20 cm di dalam, dan tanaman tersebut juga memiliki
tangki air yang memanjang dari akarnya umbi.
Pada daun, daun tanaman berbentuk tabung, kecil dan bulat,
memanjang hingga 50-70 cm, berongga dan berbentuk kerucut, hijau muda
sampai hijau tua. Batang tanaman ini merupakan batang buatan di dalam
tanah, yang dapat diubah menjadi umbi-umbian. Tanaman ini juga
memiliki bunga majemuk, masing-masing 50-200 bunga. Buah tanaman
ini berbentuk bulat, tumpul, berbiji, dan agak pipih. Hidayat (2015)
19

d. Kandungan Gizi Pada Bawang Merah

Menurut Aryanta (2019), tanaman herbal bawang merah memiliki


berbagai macam nutrisi yang dapat membawa manfaat bagi tubuh
manusia, seperti mineral kalium yang cukup tinggi (401 mg). Kandungan
mineral kalsium dapat berperan penting dalam proses metabolisme,
menjaga keseimbangan tekanan darah, mencegah pengerasan pembuluh
darah, membersihkan pembuluh darah dengan timbunan kolesterol jahat,
serta berperan penting dalam fungsi saraf dan otak. Selain mineral
kalium, bawang merah juga mengandung zat lain, seperti zat besi (1,7
mg), magnesium (25 mg), fosfor (153 mg), kalsium (181 mg), natrium /
natrium (17 mg), seng (1), 16 mg) dan selenium (14,2 ug). Selain itu
Kuswardhani (2016) dalam Aryanta (2019). juga menjelaskan bahwa
tanaman bawang merah ini juga mengandung beberapa unsur hara sehat
lainnya. Adapun nutrisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Allisin dan Aliin
Senyawa bersifat hipolipedemik, mengonsumsi satu suing bawang
merah segar dapat meningkatkan kadar kolestrol baik (HDL/ high
density lipoprotein) sebesar 30%. Senyawa ini juga berperan
sebagai antiseptik dengan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dalam tubuh.
Kedua senyawa ini diubah oleh enzim allisin liase atau alinase
untuk kemudian menjadi asam piruvat, ammonia, allisin
antimikroba yang bersifat bakterisidal (dapat membunuh bakteri).
2) Flavonoid
Sebagai anti inflamasi atau anti radang, biasa digunakan untuk
menyembuhkan penyakit hepatitis, artritis, tonsillitis, bronchitis,
dan otitis media. Selain itu senyawa ini juga berperan sebagai
bahan antioksidan alamiah sebagai bakterisida dan mampu
menurunkan kolestrol jahat (LDL/low density lipoprotein) dalam
darah secara efektif.

3) Alil profil disulfide


Seperti senyawa flavonoid, senyawa ini juga memiliki sifat sebagai
senyawa hipolipidemik atau mampu menurunkan kadar lemak
darah. Selain itu, kandungan sulfur dalam bawang merah sangat
baik untuk mengatasi rekaksi radang pada penderita bronchitis,
maupun kongesti bronchial.
20

4) Fitosterol
Merupakan golongan lemak yang hanya bisa diperoleh dari minyak
tumbuhan. Senyawa ini juga dikenal sebagai minyak nabati dan
cukup aman jika dikonsumsi termasuk oleh penderita penyakit
kardiovasklar, karena dapat menyehatkan jantung.

5) Flanovol
Merupakan senyawa yang mengambil peranan penting sebagai
antibiotik alami, dikarenakan kemampuannya dalam menghambat
pertumbuhan virus, bakteri, maupun cendawan. Selain itu,
kandungan senyawa ini juga mampu bertindak sebagai
antikoagulan dan antikanker.

6) Kalium
Merupakan unsur penting dalam kandungan bawang merah dan
terdapat dalam jumlah yang relatif besar. Senyawa ini
memilikiperan yang besar dalam mempertahankan keseimbangan
elektrolit tubuh dan menjaga fungsi saraf dan otot.

7) Pektin
Merupakan senyawa golongan polisakarida yang sukar dicerna
dan bersifat menurunkan kadar kolestrol darah serta mampu
mengendalikan pertumbuhan bakteri.

8) Saponin

Merupakan senyawa yang memiliki cukup banyak khasiat seperti


dianta antikoagulan untuk memcegah penggumpalan darah dan
sebagai ekpektoran yaitu mengencerkan dahak.

9) Tripopanol Sulfoksida
Merupakan gas yang dikeluarkan oleh bawang merah ketika dilukai
atau diiris dan mampu menyebabkan keluarnya air mata
(lakromator). Selain itu, bawang merah juga akan mengeluarkan
bau yang khas melalui senyawa propil disulfide dan propil-metil
disulfide. Ketiga senyawa ini dapat berperan sebagai stimulansia
atau perangsang aktifitas fungsi organ- organ tubuh. Sehingga
senyawa- senyawa ini sangat berguna untuk merangsang fungsi
kepekaan saraf maupun kerja enzim pencernaan.
21

d. Pemanfaatan Bawang Merah Sebagai Kompres


Bawang merah dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
kompres dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam,
tidak terlepas dari peranan senyawa yang terkandung didalam umbi
herbal tersebut. Menurut Rachmad dkk, (2012) bawang merah dapat
digunakan sebagai kompres karena mengandung senyawa sulfur organik
yang bernama Allylcysteine sulfoxide (Alliin) yang bereaksi dengan enzim
alliinase (enzim katalisator yang dihasilkan oleh bawang merah sendiri
apabila bawang merah digerus).

Menurut Utami (2013) reaksi yang terjadi diantara senyawa Alliin


dan enzim alliinase ini selanjunya akan bekerja dengan beberapa
senyawa lain untuk menghancurkan pembentukan pembekuan darah,
sehingga memungkinkan peredaran darah menjadi lancar.

Dengan hancurnya pembekuan darah dan lancarnya peredaran


darah tersebut kemudian akan menyebabkan panas dari dalam tubuh lebih
mudah disalurkan ke pembuluh darah tepi/perifer untuk kemudian
diekresikan melalui keringat.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Potter & Perry dalam
Cahyaningrum, dkk (2017) yang menuliskan bahwa gerusan bawang
merah dipermukaan kulit akan merangsang pembuluh darah vena
mengalami perubahan ukuran yang diatur oleh hipotalamus untuk
mengontrol pengeluaran panas.
Untuk memberikan respon vasodilatasi pembuluh darah, sehingga
memungkinkan untuk terjadi pengeluaran panas melalui kulit meningkat,
pori-pori mulai membuka, dan terjadilah pelepasan panas secara
evaporasi (berkeringat) sehingga pada akhirnya suhu tubuh akan kembali
normal.
Menurut Rachmad dkk, (2012) juga menuliskan bahwa senyawa

0
Allin diketahui memiliki sifat mudah menguap dalam suhu 20 C hingga

0
40 C dan bereaksi dalam kurun waktu 10 – 60 detik. Sehingga agar
reaksi ini tidak terlalu cepat terjadi, maka pada gerusan bawang dapat
ditambahkan minyak. Oleh karena itu, Heriani, H. (2017) juga
menambahkan bahwa minyak yang dapat dipadukan dalam gerusan
bawang merah untuk teknik kompres bawang merah adalah minyak
kelapa, jeruk nipis dan minyak kayu putih.
22

Selain itu, Wijayanti dan Rosyid (2018) juga menambahkan


bahwa pemanfaatan bawang merah sebagai alternatif kompres dilakukan
karena bawang merah memiliki kandungan senyawa Flavonoid. Senyawa
ini akan berperan sebagai antioksidan alami serta inhibitor pada siklus
COX. Senyawa flavonoid akan bekerja secara sentral meninhibisi dan
menghambat enzim siklooksigenase-2 seperti yang dilakukan oleh
antipiretik. Enzim siklooksigenase-2 merupakan enzim yang berperan
penting dalam biosintesis PGE2 (Wijayanti dan Rosyid, 2018).
Menurut Heriani, H. (2017) pemanfaatan bawang merah sebagai
kompres dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam
dapat dilakukan dengan cara mengambil dan mencuci bersih bawang
merah sesuai kebutuhan, kemudian diiris atau dicincang kasar dan
dicampurkan dengan air perasan jeruk nipis dan minyak kayu putih
hingga merata. Bahan-bahan yang telah dicampurkan kemudian
dibalurkan atau digosokkan pada area aksila, karena pada bagian tersebut
memiliki banyak pembuluh darah besar dan memiliki banyak kelenjar
apokrin yang mempunyai vaskuler, sehingga akan memperluas daerah
yang mengalami vasodilatasi dan memungkinkan perpindahan panas
tubuh ke lingkungan delapan kali lebih banyak.

Namun, Septiani (2017) menuliskan bahwa pemanfaatan kompres


bawang merah tidak hanya dilakukan pada area aksila (ketiak) saja,
melainkan juga dapat dilakukan pada area tubuh laninnya seperti perut,
punggung, ubun-ubun, lipatan dan paha anak. Menurut Septiani (2017)
kompres bawang merah dapat dilakukan dengan menggerus bawang
merah dan mencampurkannya dengan 2 sdm minyak kayu putih dan
selanjutnya menggosokkan pada area punggung, perut, lipatan paha,
ubun-ubun, maupun lipatan ketiak anak. Namun, penggunan ini harus
disesuaikan dengan kondisi anak.

e. Prosedur Kompres Bawang Merah


Adapun tata cara atau prosedur pengaplikasian kompres bawang merah
dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam dapat
dilakukan dalam dua tahapan, yakni tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan sebagai berikut:
1) Tahap persiapan
a) Jelaskan dan demonstrasikan prosedur kompres bawang
merah kepada keluarga anak.
23

b) Perisiapkan alat dan bahan yang meliputi 5 siung bawang merah,


mangkuk, 1 buah pisau, parutan/penggiling, pakaian tipis,
thermometer digital, stopwatch, balpoin dan lembar observasi.
2) Tahap pelaksanaan
a) Memberikan peluang kepada anak untuk berada pada posisi
yang nyaman
b) Mencuci bersih 5 siung bawang merah hingga bersih
c) Menggerus bawang merah yang telah dicicu dengan
menggunakan pisau pada mangkuk.
d) Melakukan pengukuran dan pencatatan suhu tubuh anak
sebelum tindakan kompres pada anak.
e) Gosokkan gerusan bawang merah pada bagian tubuh anak
seperti ubun-ubun, punggung, perut, lipatan paha dan aksila
anak selama 10 menit.
f) Kenakan anak dengan baju yang tipis dan mudah menyerap
keringat.
g) Tetap perhatikan kenyamanan anak selama tindakan
berlangsung
h) Melakukan pengukuran kembali terhadap suhu tubuh anak
setiap 10 menit setelah tindakan kompres diberikan.
i) Bersihkan kembali alat dan bahan yang telah digunakan.

3) Tahap Evaluasi
a) Perhatikan reaksi atau respon anak, segera hentikan tindakan
apabila anak menunjukan reaksi kejang atau menggigil.
b) Dokumentasikan hasil pengukuran suhu tubuh anak pada lembar
observasi.

B. Kewenangan Bidan
Menurut UU RI Nomor 4 tahun 2019 tentang kebidanan pasal 46 mengatakan
bahwa dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf b, Bidan berwenang:
1. Memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah
2. Memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat
3. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak
prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang,
dan rujukan
24

4. Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir


dilanjutkan dengan rujukan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 tahun 2017
tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, menurut pasal 18 bidan
memiliki kewenangan untuk memberikan:

1. Pelayanan kesehatan ibu


2. Pelayanan kesehatan anak
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan Keluarga Berencana

C. Penelitian terkait
Penelitian yang dilakukan oleh Suryono, dkk. (2012), tentang “Efektifitas
Bawang Merah terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Febris Usia 1-5
Tahun di Posyandu Boegenvile 1 Dusun Tertek Desa Tertek Kecamatan Pare”.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan
desain penelitian pra- eksperimental, dengan rancangan atau pendekatan one
group pre and post test. Populasi penelitian ini adalah seluruh balita yang
mengalami demam pada rentang waktu penelitian. Penelitian menggunakan
pendekatan purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 8 responden.
Sampel diambil berdasarkan kriteria panas baru (belum mencapai 1 hari) dan
responden belum mendapatkan pen gobatan. Analisis data menggunakan uji
komparasi paired t- test dengan α= 0,05. Uji T 2 sampel berpasangan
didapatkan hasil yang signifikan P= 0,000 (α< 0,05) berarti P< α, sedangkan t
hitung sebesar 33,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh pada anak febris usia
1-5 tahun di Posyandu Boegenvile 1 Dusun Tertek Desa Tertek Kecamatan
Pare. Persamaan penelitian ini adalah sama- sama meneliti tentang kompres
bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh. Perbedaan penelitian ini
terletak pada metode yang digunakan, responden yang akan diteliti yaitu
responden dewasa, dan tindakan yang dilakukan yaitu dengan berinovasi antara
potongan bawang merah dicampur dengan air hangat.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rachmad (2012) yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas bawang merah maka semakin
sedikit waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu campuran, sehingga
semakin efektif dalam menurunkan suhu. suhu campuran. suhu. Oleh karena itu
dapat dikatakan ekstrak bawang merah asli lebih efektif dalam menurunkan suhu
dibandingkan ekstrak bawang merah, dengan kata lain ekstrak bawang merah
25

tidak berpengaruh terhadap penurunan suhu.

Penelitian oleh Cahyaningrum, E. D., & Putri, D. (2017), dengan judul


“Perbedaan Suhu Tubuh Anak Demam Sebelum dan Setelah Kompres Bawang
Merah di Puskesmas Kembaran 1 Banyumas”.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian pra-


eksperimental dengan pendekatan one group pra post test design. Populasi
penelitian ini adalah seluruh anak demam di Puskesmas Kembaran 1
Banyumas. Teknik sampel penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel
penelitian adalah semua anak demam di Puskesmas Kembaran 1 Banyumas
periode bulan Juni 2017. Teknik analisis yang digunakan adalah Wilcoxon.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan atau
selisih rata- rata suhu sebelum dan setelah kompres bawang merah yaitu 0,374.
Diketahui nilai signifikan 0,000 (p< 0,005). Dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan suhu tubuh antara sebelum dan setelah kompres bawang merah.
Persamaan penelitian yang dilakukan adalah tentang kompres bawang merah
terhadap penurunan suhu tubuh. Perbedaan penelitian yang dilakukan terletak
pada metode penelitian, responden, dan tempat penelitian.

Akib, H. Riset dilakukan dengan Megawati. (2017), berjudul “Perbedaan


Pengaruh Kompres Hangat dan Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Setelah Diimunisasi dengan DPT di Desa Semboro. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian eksperimen
semu, dengan menggunakan dua kelompok peneliti untuk melakukan pre-test
dan post-test, dengan menggunakan metode cross-sectional. Populasinya adalah
anak demam di Desa Semboro. Sampel penelitian termasuk 14 anak dengan
demam. Teknik pengambilan sampel adalah quota sampling dengan
menggunakan alat pengukur termometer merkuri. Analisis data menggunakan
uji t independen. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kompres hangat dan komres bawang merah, karena
kedua efek tersebut dapat menurunkan suhu tubuh. Namun efek penggunaan
balutan bawang merah lebih cepat mencapai suhu tubuh normal dibandingkan
dengan pembalut hangat. Persamaan untuk penelitian ini adalah mengkaji
kompresi bawang merah. Perbedaan dalam penelitian ini adalah tidak ada
tindakan yang harus dilakukan, membandingkan responden penelitian dan
penyakit yang dideritanya.
26

D. Kerangka Teori

Bayi/Balita

Imunisasi

Efek samping imunisasi :

1. Pembengkakan
2. Kolaps Upaya mengatasi demam pasca
3. Nyeri brakialis imunisasi :
4. Syok anfilatik 1. Pemberian obat
5. Abses dingin 2. Perbanyak minum air putih
6. Sepsis 3. Kompres hangat
7. Tetanus 4.
4. Penggunaan
Penggunaan obat
obat
8. Kelumpuhan tradisional (kompres
tradisional (kompres
bawang
bawang merah)
merah)
9. Demam

Efek yang dilihat

Penurunan suhu
tubuh/demam

Sumber: Rachmad (2012) dalam Vedja dan Rizky 2020)

Keterangan: Tidak Diteliti

Diteliti
27

BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan


Lokasi pemberian asuhan kepada balita demam bertempat di PMB Susi
Arlina,S.ST By.Z tinggal bersama orang tua kediaman Ny.N Waktu pelaksana
dilakukan mulai pada tanggal 15 Febuari 2021.

B. Subjek Laporan Kasus


Subjek dalam studi kasus ini dipertimbangkan dalam kriteria inklusi dan eklusi,
sebagai berikut:
1). Kriteria inklusi
a. Balita (0-1 thn) yang melakukan pemeriksaan diPMB Susi Arlina,S.ST
b. Mengalami demam pasca imunisasi atau kenaikan suhu tubuh lebih dari 37.5•
C
c. Belum minum obat penurun panas
d. Tidak sedang di kompres hangat
e. Bersedia menjadi responden

2). Kriteria eklusi


a. riwayat alergi terhadap bawang merah

Jadi, Subjek dalam studi kasus ini adalah By. Z, Usia 4 bulan, yang tinggal di
Desa.Trimukti Jaya, Rk.03/Rt.01, Banjar Agung, tulang Bawang.

C. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen adalah alat untuk mengukur atau mengumpulkan data dengan cara
merekam dan mengamati (Sugiyono, 2015). Instrument yang digunakan selama
melakukan laporan studi kasus ini adalah dengan menggunakan format asuhan
kebidanan dengan metode 7 langkah Varney dan data perkembangan menggunakan
SOAP dan sesuai lembar observasi yaitu data yang di dapatkan dari:
a. Dokumentasi kebidanan
b. Lembar pengukuran suhu tubuh
c. Lembar panduan kompres bawang merah
d. Format asuhan pada balita sakit
27
28

D. Teknik / Cara Pengumpulan Data Primer dan Sekunder


Dalam penyusunan kasus ini penulis menggunakan jenis data primer dan data
sekunder:
1. Data primer
Data utama adalah data yang diperoleh langsung dari sumber asli atau primer.
Menurut 7 langkah Varney, kumpulkan data melalui wawancara langsung dan
pemeriksaan fisik dengan By.Z.

a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan data dasar

Pada tahap awal evaluasi dilakukan dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi secara utuh situasi pelanggan, yaitu:

1) Riwayat kesehatan

2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya

3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

4) Meninjau catatan laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi

b. Langkah II (kedua) : Interpretasi data dasar


Pada langkah ini, diagnosis atau masalah dan kebutuhan pasien akan
diidentifikasi dengan benar berdasarkan interpretasi yang benar dari data
yang dikumpulkan. Menafsirkan data dasar yang dikumpulkan untuk
menemukan masalah atau diagnosis tertentu. Istilah masalah dan
diagnosis sama-sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan seperti diagnosis, tetapi sebenarnya perlu diselesaikan dalam
rencana perawatan pasien.
c. Langkah III (ketiga) : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini, kami menentukan potensi masalah atau diagnosis
lainnya berdasarkan urutan masalah dan diagnosis yang ditentukan. Jika
memungkinkan, langkah ini perlu diantisipasi, dan jika memungkinkan,
sambil mengamati pelanggan, persiapkan bidan ketika potensi diagnosis /
masalah ini benar-benar terjadi.
d.Langkah IV (keempat) : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
membutuhkan tindakan segera.
29

Ditetapkan bahwa bidan atau dokter perlu segera mengambil tindakan, dan
atau menerima konsultasi atau pengobatan dengan anggota tim medis
lainnya sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan proses manajemen kebidanan. Oleh karena itu, pengobatan
tidak hanya dilakukan pada saat perawatan primer atau pemeriksaan
pranatal, tetapi selama ibu tetap berhubungan dengan bidan.
e. Langkah V (kelima) : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini, perawatan komprehensif yang ditentukan oleh langkah
sebelumnya direncanakan. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
atas diagnosis atau masalah yang dikonfirmasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini, informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat
diselesaikan.
f. Langkah VI (keenam) : Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam, keseluruhan rencana perawatan yang dijelaskan
pada langkah kelima dapat dilaksanakan secara efisien dan aman. Rencana
tersebut dapat diselesaikan sepenuhnya oleh bidan, dan sebagian oleh klien
atau anggota tim medis lainnya.
g. Langkah VII (ketujuh) : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini, evaluasi efektivitas asuhan yang diberikan
meliputi kepuasan akan kebutuhan bantuan, terlepas dari apakah bantuan
tersebut benar-benar terpenuhi sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang
diidentifikasi dalam diagnosis. Jika implementasi dari rencana tersebut
benar-benar efektif, maka rencana tersebut dapat dikatakan efektif

2. Data sekunder
Sumber data sekunder diperoleh dari rekam medis pasien yang dibuat oleh
tenaga kesehatan berupa pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium
terkait pasien.
a) Studi Dokumentasi

Penelitian dokumen dilakukan setelah menyelesaikan langkah varney.


Dalam hal ini penulis menggunakan rekam medis pasien dan berbagai
dokumen berupa kasus demam yang didapat dari rekam medis PMB Susi
Arlina, S.ST.
30

E. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam melaksanakan studi kasus sebagai berikut:

1) Alat dan bahan dalam pengambilan data.

a) Format asuhan kebidanan pada balita dan lembar observasi

b) Buku tulis

c) Ball point
2) Alat yang dibutuhkan dalam observasi adalah

a) Jam tangan
b) Thermometer
c) Handscoon
d) Mangkuk
e) 5 Bawang merah
f) Pisau
g) Penggiling Bawang/ Parutan

E. Jadwal kegiatan

No. Pelaksanaan Tempat Kegiatan

1. 15 Februari 2021 PMB Susi Arlina Survey PMB Susi Arlina, S.ST.

2. 16 februari 2021 PMB Susi Arlina Dinas PMB Susi Arlina, S.ST.
31

3. 13 April 2021 Rumah Pasien Kunjungan pertama


a. Melakukan pendekatan dengan
pasien dan membina hubungan
baikepada pasien dan keluarganya
b. Melakukan pengkajian data pasien
c. Memberitahu dan melakukan
inform consent serta memberi tahu
maksud dan tujuannya
d. Melakukan anamnesa
e. Melakukan pemeriksaan
f. Memberitahu hasil pemeriksaan
g. Menjelaskan kepada ibu mengenai
keluhan-keluhan yang dialami
anaknya yaitu demam, rewel.
h. Menjelaskan kepada ibu bahwa
kandungan bawang merah dapat
menurunkan suhu tubuh anak
demam.
i. Persiapkan alat dan bahan yang
meliputi 5 siung bawang merah, 1
mangkuk, 1 buah pisau, alat
penggiling, pakaiann tipis,
thermometer digital, jam tangan,
balpoin dan lembar observasi
32

j. Tahap pelaksanaan

• Memberikan peluang
kepada anak untuk berada
pada posisi yang nyaman
• Mencuci bersih 5 siung bawang
merah hingga bersih
• Bawang merah di parut.
• Lalu letakan hasil parutan
pada mangkuk.
• Melakukan pengukuran
dan pencatatan suhu tubuh
anak sebelum tindakan
kompres pada anak.
• Gosokkan gerusan bawang
merah pada bagian tubuh anak
seperti ubun-ubun, punggung,
perut, lipatan paha dan aksila
anak selama 10 menit.
• Tetap perhatikan kenyamanan
anak selama tindakan
berlangsung
• Melakukan pengukuran
kembali terhadap suhu tubuh
anak setiap 10 menit setelah
tindakan kompres diberikan.
Bersihkan kembali alat dan bahan
yang telah digunakan.
33

 Perhatikan reaksi atau respon


anak, segera hentikan tindakan
apabila anak menunjukan reaksi
kejang atau menggigil.
 Dokumentasikan hasil
pengukuran suhu tubuh anak
pada lembar observasi.

4. 14 April 2021 Rumah Pasien Kunjungan kedua


a. Melakukan anamnesa
b. Melakukan pemeriksaan
c. Memberitahu hasil pemeriksaan
d. Menanyakan kepada ibu apakah
yang ada keluhan lain pada
anaknya setelah kompres bawang
merah.
Ibu mengatakan : iya suhu
tubuhnya menurun, anak sudah
tidak terlalu rewel.
e. Menyiapkan bahan untuk kompres
lagi , lalu kompres pada anak .
f. Menganjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan ulang
apabila terdapat keluhan.
34

BAB IV
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI/BALITA TERHADAP BAYI Z


UMUR 4 BULAN DI PMB SUSI ARLINA,S.ST TRIMUKTI JAYA
BANJAR AGUNG TULANG BAWANG

Hari/Tanggal : Sabtu, 13 April 2021


Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Rumah Pasien
Anamnesa Oleh : Setia Rizka Azhari

SUBJEKTIF (S)
A. Identitas
Bayi

Nama : By.Z
Umur : 4 Bulan 6 hari
Tanggal/Jam Lahir  : 7 Desember 2020 Pukul: 16.50 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan Lahir : 2700 gram
Panjang Badan : 44 cm
Anak Ke : 1 (satu)
A. Identitas Orang Tua
Ibu Ayah
Nama : Ny. N Nama : Tn. A
Umur : 21 Tahun Umur : 31 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta


Alamat Lengkap : Desa Trimukti Jaya, Rk.03/Rt.01, Kecamatan
Banjar Agung, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung.
35

B. Anamnesa
Ibu mengatakan bahwa bayinya setelah diimunisasi pagi, malamnya demam dan
rewel.
OBJEKTIF (O)
1. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Tangis bayi : kuat
Tonus otot : kuat
b. Tanda-tanda vital
Nadi : 125 x/m
Suhu : 37.60C
Pernafasan : 43 x/m

c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya


Penyakit yang pernah diderita anak: anak tidak pernah menderita suatu
penyakit yang berat.
d. Riwayat kesehatan Sekarang
Anak dalam keadaan demam pasca imunisasi
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Keturunan : Tidak ada
Riwayat Penyakit Menular : Tidak ada
f. Riwayat Imunisasi
Dirapihkan
36

No Jenis Tanggal
. Imunisasi diberikan

Hb 0 7
Desember
2020

1. BCG 12
Januari
2. DPT
2021
1+Polio
3.
2 12
4. Februari
DPT
2021
5. 2+Polio
3 12 Maret
2021
DPT
3+Polio 12 April
4 2021

Campak Belum

2. Pemeriksaan fisik ( inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi)


Dahi : Bersih
Mata : Simetris
Sklera : tidak ikterik
Konjungtiva : merah muda
Mulut : Bibir : lembab, tidak tampak stomatitis
Lidah: bersih
Abdomen : Tidak tampak benjolan abnormal
Ekstermitas atas :Simetris jari-jari lrngkap, ekstremitas tidak
kebiruan, tidak ikterus
Ekstermitas bawah : Simetris, jari-jari tidak kebiruan, tidak ikterus
Pemeriksaan penunjang :-

ASSESMENT (A)
37

Diagnosa : Bayi.Z usia 4 bulan dengan demam paasca imunisasi.


Masalah : - suhu tubuh 37.6 0C
- rewel
PENATALAKSANAAN (P)
1. Melakukan informed concent dan informed choice kepada ibu terkait
tindakan kompres bawang merah pada anaknya.
Ibu sudah menandatangani inform concent
2. Memberi tahu ibu bahwa kenaikan suhu tubuh pasca imunisasi
merupakan hal yang alamiah dan wajar.
3. Memastikan kepada ibu, bayi z mendapat Asi yang cukup. Dan
menambah frekuensi menyusui dalam sehari. Sehingga bayi z tidak
dehidrasi.
4. Mengajarkan ibu dan Melakukan kompres bawang merah selama 10
mnt.
5. Menjelaskan kepada ibu kompres bawang merah dapat di lakukan
berulang jika panas anak belum mencapai suhu tubuh normal (37,0•c).
Dengan tehnik yang sudah dilakukan sebelumnya.
6. Mengukur kembali suhu tubuh anak setelah diberi kompres bawang
merah.
7. Mencatat hasil pengukuran suhu tubuh setelah dikompres bawang
merah.

EVALUASI
Taggal 13 April 2021 Jam 08.00 wib
2. Ibu mengerti dengan penjelasan dan dapat mempraktikkan kembali
kompres bawang merah.
3. Anak tidak rewel saat di kompres bawang merah
38

KUNJUNGAN II

ASSESMENT (A)
Diagnosa : Bayi.Z usia 4 bulan sehat
Hari dan tanggal pengkajian : Minggu, 14 April 2021 Pukul 08.00 Wib
1) Data Subjektif
a) Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat
b) Ibu mengatakan bayinya sudah tidak rewel lagi.
c) Ibu mengatakan kemarin bayinya dikompres 3x sehari.
d) Ibu mengatakan demamnya sudah turun.
2) Data Obyektif

a) Keadaan Umum : Baik


b) Tanda-tanda vital
Nadi :132x/menit
Pernafasan : 38 x/menit
Suhu : 37,0 °C

3) Analisa Data
a) Diagnosa : Bayi pasca demam umur 4 bulan
Dasar : Ibu mengatakan bayinya sudah tidak rewel dan sudah
tidak demam .

PENATALAKSANAAN (P)

1. Menjelaskan kondisi by z saat ini sudah membaik


2. Memberikan edukasi pada ibu tentang penggunaan kompres bawang dan
kontra indikasinya.
3. Memastikan ibu untuk tetap memberikan asi secara ekslusif

3. Memastikan ibu untuk tetap siaga dan terus memantau anaknya sampai
benar-benar membaik. Dan jangan khawatir bila suhu tubuh kembali
meningkat, maka lakukan kompres bawang seperti yang sudah di ajarkan.
39

5. Menjelaskan kepada ibu By.Z tetap harus mendapat imunisasi


selanjutnya (campak) saat usia 9 bulan.

EVALUASI

Tanggal 14 April 2021 Jam 09.00 Wib

1. Ibu mengerti dengan apa yang sudah di sampaikan dan dapat mengulang
kembali penjelasan nya.

BAB V
PEMBAHASAN
40

Asuhan kebidanan pada balita demam pasca imunisasi yang diberikan


terhadap By. Z dilaksanakan berdasarkan data subjektif yang didapat dari hasil
wawancara dengan ibu dari By. Z dan data objektif yang telah dilakukan
pemeriksaan fisik secara langsung terhadap By.Z yang bertempat di rumah
pasien di Trimukti Jaya Banjar Agung Tulang Bawang 2021.
Kunjungan pertama dilakukan pada tanggal 13 April 2021. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh permata dkk (2018) hampir semua balita
mengalami efek samping pasca imunisasi pada hari pertama dan akan
berlangsung maksimal tergantung pada kondisi dan gejala masing masing. Data
subjektif yang didapatkan By. Z umur 4 bulan pasca imunisasi DPT 3 Polio 4
yang mana imunisasi ini memiliki beberapa efek samping salah satunya yang
terjadi pada By. Z yaitu demam.
Berdasarkan hasil anamnesa yang dilakukan pada ibu By. Z bahwa
bayinya rewel dan badannya mulai panas setelah dilakukan imunisasi. Rewel dan
demam yang terjadi pada By. Z disebabkan karena efek dari Paparan zat kimia di
pusat-pusat tersebut secara langsung akan menyebabkan kerusakan mekanisme
sehingga menyebabkan demam. Mekanisme demam dimulai saat tubuh manusia
merespon pirogen. Selama proses ini, bakteri atau fragmen jaringan akan tertelan
oleh sel darah putih darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh partikel
besar. Kemudian semua sel tersebut mencerna hasil dekomposisi bakteri menjadi
cairan tubuh yang disebut juga leukosit pirogen (Evyana, Y. (2018).
Pirogen kemudian membawa informasi melalui reseptor di dalam tubuh,
yang dikirim ke pusat pengaturan panas di hipotalamus. Di hipotalamus, pirogen
ini akan merangsang pelepasan asam arakidonat dan dapat menyebabkan
peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Hal ini akan menyebabkan reaksi
kenaikan suhu tubuh dengan menyempitkan pembuluh darah tepi dan
mengganggu sekresi kelenjar keringat. Disipasi panas berkurang, dan
pembentukan panas serta emisi tidak seimbang.
40

Inilah penyebab demam pada anak. Pada kunjungan awal ini telah
dilakukan pengkajian terhadap kondisi demam pada balita Z usia 4 bulan dengan
kenaikan suhu 37,6 °C pasca imunisasi DPT2 Polio3.
41

Berdasarkan survey awal di PMB Susi Arlina pada tanggal 12 April 2021 jumlah
keseluruhan Bayi dan Balita imunisasi yaitu 30, Vaksin BCG dan polio1 13
orang, vaksin DPT1 dan Polio2 5 orang, vaksin DPT2 dan Polio3 5 orang,
vaksin DPT3 dan Polio4 3 orang , vaksin campak 4 orang dan yang mengalami
demam 4 orang, kemudian penulis tertarik dan telah memberikan asuhan
kebidanan pada By.Z dengan demam 37,6 °C, lalu menjelaskan pengetahuan
kepada ibu By.Z mengenai manfaat dan kandungan Bawang Merah yang dapat
menurunkan demam pada anak. Dengan membuatkan dan mengajarkan kepada
ibu, cara membuat kompresan bawang merah sesuai dosis yang ditentukkan lalu
menganjurkan ibu mengompreskan bawang merah pada anaknya selama 10
menit untuk banyaknya sesuai kebutuhan demam anak.
Penatalaksanaan pada balita demam ini tergantung dari beratnya gejala.
Upaya untuk menurunkan demam pada balita ini dapat diberikan tindakan seperti
obat penurun panas, kompres air hangat, selain itu dapat juga menggunakan terapi
komplementer antara lain dengan tanaman herbal atau tradisional yang bisa
dilakukan dan mudah didapatkan salah satunya yaitu bawang merah. Menurut
hasil penelitian Henriani, H. (2017) pemberian bawang merah mampu
menurunkan demam pada anak usia 1-5 tahun. Dikarenakan bawang merah
mengandung senyawa sulfur organic yaitu Allylcysteine sulfoxide (Alliin).
Potongan atau irisan umbi bawang merah akan melepaskan enzim allinase yang
berfungsi menghancurkan pembentukan pembekuan darah sehingga membuat
peredaran darah menjadi lancar dan panas dari dalam tubuh dapat lebih mudah
disalurkan ke pembuluh darah tepi dan demam yang terjadi akan menurun
(Medhyana dan Putri, 2020).
Kemudian pada kunjungan kedua yang dilakukan pada tanggal 14 April
2021 dengan hasil ibu bayi mengatakan anaknya sudah tidak rewel dan
demamnya sudah berkurang. Didapatkan hasil pemeriksaan keadaan umum By.
Z cukup baik dan pemeriksaan fisik dalam batas normal. Hasil data objektif yaitu
suhu 37,0 °C. Selain data tersebut ibu By. Z juga mengatakan bahwa kemarin
telah dilakukan kompres bawang meraah 3x sehari pagi siang malam sesuai
dengan dosis yang ditentukkan. Dalam interpretasi data diperoleh diagnosa
kebidanan pada kunjungan kedua yaitu By.Z umur 4 bulan demam pasca
imunisasi DPT dilakukan pemberian kompres bawang merah berhasil. Ibu By.Z
merasa senang dengan pemberian kompres bawang merah ini karena bahannya
42

mudah didapat, tidak memiliki efek samping dan harganya terjangkau. Dengan
dilakukannya asuhan ini telah sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Akib, H. Riset dilakukan dengan Megawati. (2017), berjudul “Perbedaan
Pengaruh Kompres Hangat dan Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Setelah Diimunisasi dengan DPT di Desa Semboro. Sampel
penelitian termasuk 14 anak dengan demam. Teknik pengambilan sampel adalah
quota sampling dengan menggunakan alat pengukur termometer merkuri.
Analisis data menggunakan uji t independen. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah efek penggunaan balutan bawang merah lebih cepat mencapai suhu tubuh
normal dibandingkan dengan pembalut hangat.

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
43

A. Simpulan
Berdasarkan hasil asuhan kebidanan dengan pemberian tanaman herbal (Bawang
Merah) terhadap By.Z demam pasca imunisasi dengan usia 4 bulan yaitu
hasilnya dapat menurunkan demam di PMB Susi Arlina,S.ST Trimukti
Jaya Banjar Agung Tulang Bawang tahun 2021, bahwa:
1. Terlaksananya pengumpulan data dasar yang terdiri dari
identitas klien, anamnesa, dan pemeriksaan fisik pada By.Z usia 4
bulan di PMB Susi Arlina,S.ST Trimukti Jaya Banjar Agung
Tulang Bawang tahun 2021
2. Telah dilaksanakan diagnosa/masalah aktual pada bayi
yaitu By.Z umur 4 bulan dengan demam pasca imunisasi DPT di
PMB Susi Arlina,S.ST Trimukti Jaya Banjar Agung Tulang
Bawang tahun 2021
3. Terindentifikasinya diagnosa/masalah potensial pada By.Z
dengan demam pasca imunisasi DPT di PMB Susi Arlina,S.ST
Trimukti Jaya Banjar Agung Tulang Bawang tahun 2021
4. Menjelaskan manfaat dan memberikan Bawang Merah
kepada ibu By.Z dengan dosis yang telah ditentukan untuk
menurunkan demam pada anak.
5. Terlaksananya pemberikan kompres bawang merah pada
bayi demam yaitu 3x sehari sesuai dengan prosedur dan dosis yang
ditentukan.
6. By. Z telah dikompres bawang merah secara rutin 3x sehari
pada saat demam tinggi dengan hasil demam pada anak menurun
sehingga anak sudah tidak rewel lagi.
7. Melakukan evaluasi hasil pemberian kompres bawang
merah terhadap By.Z yang dikompreskan secara rutin saat demam
yaitu 3x sehari dengan dosis yang ditentukan. Sehingga demam
pada By.Z menurun.
43
8. Telah dilakukan pendokumentasian asuhan kebidanan dalam
bentuk
44

9. SOAP yang telah diberikan atau dilaksanakan pada By.Z di PMB


Susi Arlina,S.ST Trimukti Jaya Banjar Agung Tulang Bawang
tahun 2021

B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan dalam laporan kasus ini, adapun
saran yang hendak penulis sampaikan, adalah sebagai berikut:
10. Bagi Mahasiswa
Diharapkan lebih menggali lagi informasi dan berbagai
sumber terpercaya dan mampu mengaplikasikan ilmu dan
pengetahuan yang sudah didapatkan selama berlangsungnya
asuhan kebidanan pada By.Z sesuai dengan teori atau
kewenangan kebidanan.
11. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan lebih memperdalam dalam memberikan materi
asuhan kebidanan pada bayi balita demam pasca, sehingga
dapat diterapkan oleh setiap mahasiswa dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
12. Bagi Lahan Praktik
Setelah dilakukannya studi kasus pada bayi balita demam
pasca imunisasi dengan memberikan kompres bawang
merah diharapkan dapat diterapkan dalam menjalankan
asuhan kebidanan pada bayi balita demam pasca imunisasi.
13. Bagi klien dan masyarakat
Diharapkan klien dan masyarakat setelah dilaksanakan studi
kasus ini mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai manfaat
kompres bawang merah pada bayi balita demam pasca
imunisasi.

DAFTAR PUSTAKA
45

Aryanta, I. W. R. (2019). Bawang Merah Dan Manfaatnya Bagi


Kesehatan. Widya Kesehatan, 1(1), 29-35.

Cahyaningrum, E. D., & Putri, D. (2017). Perbedaan Suhu Tubuh Anak


Demam Sebelum Dan Setelah Kompres Bawang Merah. Medisains, 15(2),
66-74.

Cahyaningrum, E. D., Anies, A., & Julianti, H. P. (2014). Perbedaan


Kompres Hangat Dan Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Anak Dengan Demam. Bhamada: Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Kesehatan (E-Journal), 5(1), 10-10.

Dinkes Lampung. 2016. Profil Kesehatan Lampung Selatan. Lampung:


Dinkes Lampung

Dzulfaijah, N. E., Mardiyono, M., Sarkum, S., & Saha, D. (2017).


Combination Of Cold Pack, Water Spray, And Fan Cooling On Body
Temperature Reduction And Level Of Success To Reach Normal
Temperature In Critically Ill Patients With Hyperthermia. Belitung
Nursing Journal, 3(6), 757-764.

Elvira, M. (2019). Effect Of Tepid Sponge On Changes In Body


Temperature In Children Under Five Who Have Fever In Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi Hospital. Enfermeria Clinica, 29, 91-93.

Evyana, Y. (2018). Asuhan Keperawatan Penerapan Kompres Hangat


Dan Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Dengan Demam Di Puskesmas Kedungmundu Semarang (Doctoral
Dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

Fadli, F., & Hasan, A. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap


Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Febris. Jikp Jurnal Ilmiah Kesehatan
Pencerah, 7(2), 78-83.

Fathirrizky, S. (2020). Efektifitas Kompres Bawang Merah Dan Tepid


Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam
Di Puskesmas Tamalanrea Makassar (Doctoral Dissertation, Universitas
Hasanuddin

Hardianti, dkk.( 2014). Buku Ajar Imunisasi. Edisi Pertama.Jakarta


Selatan. ISBN 978-602-235-809-1

45
Henriani, H. (2017). Pengaruh Kerjasama Environmental Protection
Agency (Epa) Dengan Kementerian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Terhadap Upaya Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3
46

Di Tarakan Pada Tahun 2014 Dalam Rangka Pencapaian Target Mdgs


(Doctoral Dissertation, University Of Muhammadiyah Malang).

Herdman, T. H. (2019, July). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan


Klasifikasi 2015-2017 Ed. 10. Egc.

Hidayat, I. R. S., Napitupulu, R. M., & Sp, M. (2015). Kitab Tumbuhan


Obat. Agriflo.
Kemenkes. Ri.2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Ri.

Kemenkes. RI.2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI.

Kuswardani. (2016). Sehat Tanpa Obat Dengan Bawangmerah,


Bawangputih Seri Apotik Dapur. Yogyakarta: Andi.

Lusia . (2015). Mengenal Demam Dan Perawatannya Pada Anak .


Mulyorejo Surabaya. Isbn : 978-602-7924-86-4.

Medhyna, V., & Putri, R. U. (2020). Pengaruh Kompres Bawang Merah


Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Bayi Saat Demam Pasca Imunisasi Di
Wilayah Kerja Polindes Pagar Ayu Musi Rawas. Maternal Child Health
Care, 2(2), 107-118.

Mulyani, E., & Lestari, N. E. (2020). Efektifitas Tepid Water Sponge


Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Masalah
Keperawatan Hipertermia: Studi Kasus. Jurnal Keperawatan Terpadu
(Integrated Nursing Journal), 2(1), 7-14.

Permatasari, K. I. (2013). Perbedaan Efektivitas Kompres Air Hangat Dan


Kompres Air Biasa Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan
Demam Di Rsud Tugurejo Semarang. Karya Ilmiah.

Rachmad, S. S., & Gareso, P. L. (2012). Penentuan Efektifitas Bawang


Merah Dan Ekstrak Bawang Merah (Allium Cepa Var. Ascalonicum)
Dalam Menurunkan Suhu Badan. Program Studi Fisika, Jurusan Fisika,
Fakultas Mipa, Unhas Makassar.

Septiani, T. (2017). Aplikasi Evidence Based Nursing Penerapan Kompres


Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam Di
Kelurahan Sambiroto Puskesmas Kedungmundu Semarang (Doctoral
Dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

Setyowati, L. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan


Penanganan Demam Pada Anak Balita Di Kampung Bakalan Kadipiro
Banjarsari Surakarta. Skripsi, Stikes Pku Muhamadiah.
Suryono, Sukatmi, & Jayanti, D. (2012). Efektifitas Bawang Merah
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Febris Usia 1-5 Tahun.
Jurnal Akp. No. 6, Hal. 63-68.
47

Wijayanti, R., & Rosyid, A. (2018). Efek Antipiretik Ekstrak Kulit Umbi
Bawang Putih (Allium Sativum, L) Dan Pengaruhnya Terhadap Kadar
Sgot Dan Sgpt Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Yang Diinduksi Vaksin
Dtp-Hb-Hib. Cendekia Journal Of Pharmacy, 2(1), 39-49.

Wiryawan, I. G. A. (2014). Efek Ekstrak Bawang Merah (Allium


ascalonicum L.) Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Tikus Putih
(Rattus Norvegicus) Yang Mengalami Demam. Coping: Community of
Publishing in Nursing, 3(1).

World Health Organization(Who). Dasar-Dasar Keamanan Vaksin


Pelatihan Melalui Elektronik. Who; 2018

Lampiran 1

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG PRODI
DIII KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung
48

IZIN LOKASI PENGAMBILAN STUDI KASUS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Susi Arlina,S.ST


Alamat : Trimukti Jaya , Banjar Agung, Tulang
Bawang
Dengan ini menyatakan bahwa:
Nama : Setia Rizka Azhari
NIM : 1815401146
Tingkat/Semester : III (Tiga)/VI (Enam)
Telah mengambil studi kasus kebidanan di PMB Susi Arlina, S.ST sebagai salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan ahli madya kebidanan pada program studi
D III Kebidanan Tanjung karang Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.

Tulang Bawang, 12 April 2021


Pimpinan PMB Susi Arlina,S.ST

Susi Arlina, S,ST

Lampiran 2
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG PRODI
DIII KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung
49

LEMBAR PERNYATAAN MENJADI SUBYEK

LEMBAR PERNYATAAN MENJADI SUBYEK

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Ny.Nafa
Umur : 21 tahun
Alamat : Trimukti Jaya , Banjar Agung, tulang Bawang.
Sebagai orang tua dari :
Nama : by. Zhifa
Usia : 4 bulan
Menyatakan bahwa saya bersedia untuk menjadi pasien dalam Laporan Tugas
Akhir (LTA), dengan melakukan asuhan kebidanan balita demam pasca
imunisasi dengan menggunakan kompres bawang merah. Asuhan akan diberikan
oleh mahasiswa yang bersangkutan yaitu:
Nama : Setia Rizka Azhari
NIM : 1815401146
Tingkat/Semester : III (Tiga)/IV (Enam)

Tulang Bawang,13 April 2021


Mahasiswa, Orang tua Klien,

Setia Rizka Azhari Nafa Indrayani

Menyetujui,
Pembimbing Lahan

Susi Arlina,S.ST
50

Lampiran 2

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG PRODI
DIII KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ny. Nafa
Umur : 21 tahun
Alamat : Trimukti Jaya, Banjar Agung, Tulang Bawang.
Selaku IBU/KELUARGA/KLIEN)* telah mendapat penjelasan, memahami
dan ikut menyetujui terhadap tindakan yang akan diberikan. Meliputi:
Pemeriksaan Fisik
PemberianKompres
Lain-lain...............
Terhadap ANAK/KELUARGA/YANG BERSANGKUTAN)*:
Nama : By.Zhifa
Umur : 4 Bulan
Alamat : Trimukti Jaya, Banjar Agung, Tulang Bawang.

Tulang Bawang ,13 April 2021


Mahasiswa Klien, Ibu/Keluarga,

Setia Rizka Azhari By.Zhifa Nafa Indrayani

Menyetujui,
Pembimbing Lahan

SusiArlina,S.ST
51

Lampiran 3

SOP PENGUKURAN SUHU TUBUH MELALUI AKSILLA

PENGERTIAN Suatu kegiatan pengukuran suhu tubuh yang dilakukan dibagian


aksilla (ketiak) menggunakan thermometer digital untuk mengetahui
suhu tubuh yang merupakan indikator untuk menilai keseimbangan
antara pembentukan panas dan pengeluaran panas dalam tubuh

TUJUAN 1. Membantu menegakkan diagnosa medis dan diagnosa kebidanan


2. Mengetahui keadaan umum pasien
3. Mengetahui rentang suhu tubuh pasien

PETUGAS Mahasiswa

PERALATAN 1. Thermometer digital


2. Sarung tangan
3. Buku catatan

PROSEDUR a. Tahap Pra Interaksi


PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya apabila ada
2. Mencuci tangan sebelum tindakan
3. Membawa alat didekat pasien
b. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Menjelaskan prosedur tindakan yang dilakukan
4. Menanyakan kesiapan pasien sebelum tindakan
c. Tahap Kerja
1. memposisikan pasien
52

(duduk/ berbaring) senyaman mungkin


2. Perhatikan privacy pasien, tentukan letak
aksilla (kanan/ kiri) dan membersihkan aksilla
menggunakan tissue
3. Letakkan thermometer tepat pada pertengahan
aksilla
4. Lipat lengan pasien menyilang dada,
5. dengan memegang bahu agar thermometer
dapat terjepit
6. Tunggu hingga thermometer digital berbunyi
dan tunggu hingga berhenti, kemudian lihat
hasil yang telah tertera pada thermometer
7. Mencatat hasil pengukuran suhu tubuh
8. Membersihkan thermometer
d. Tahap Terminasi
1. Memberitahu pasien bahwa tindakan sudah
selesai
2. Kaji respon pasien setelah tindakan
3. membereskan alat- alat yang digunakan
4. Cuci tangan kembali setelah melakukan tindakan
5. Catat pada lembar dokumentasi kebidanan
53

Lampiran 4

SOP KOMPRES BAWANG MERAH


PENGERTIAN Adapun tata cara atau prosedur pengaplikasian kompres
bawang merah dalam menurunkan suhu tubuh anak yang
mengalami demam dapat dilakukan dalam tahapan, yakni
tahap prainteraksi, orientasi,cara kerja,dan terminasi.

TUJUAN Menurunkan suhu tubuh


PETUGAS Mahasiswa
PERALATAN 1. Alat tulis (bolpoin, buku catatan)
2. Lembar Observasi
3. Jam tangan
4. Thermometer
5. Handscoon
6. Mangkuk
7. Bawang merah
8. Pisau
9. Penggiling Bawang/Parutan

PROSEDUR a. Tahap Pra Interaksi


PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Membawa alat didekat pasien dengan benar
b. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Memberikan lembar permintaan menjadi
4.
54

responden
4.Memberikan lembar persetujuan menjadi responden
(informed concent)
5.Membacakan SOP kompres bawang merah
c.Tahap Kerja
Tahap persiapan
Jelaskan dan demonstrasikan prosedur kompres bawang
merah kepada keluarga anak.
Perisiapkan alat dan bahan yang meliputi 4 siung bawang
merah, 2 mangkuk/piring, 1 buah pisau, 1 sendok teh,
pakaian tipis, thermometer digital, jam tangan, balpoin dan
lembar observasi.
Tahap pelaksanaan
Memberikan peluang kepada anak untuk berada pada posisi
yang nyaman
Mencuci bersih 5 siung bawang merah hingga bersih
Parut bawang merah yang telah dicicu dengan
menggunakalat penggiling.
Lalu letakan pada mangkuk
Melakukan pengukuran dan pencatatan suhu tubuh anak
sebelum tindakan kompres pada anak.
Gosokkan gerusan bawang merah pada bagian tubuh anak
seperti ubun-ubun, punggung, perut, lipatan paha dan aksila
anak selama 10 menit
Tetap perhatikan kenyamanan anak selama tindakan
berlangsung
Melakukan pengukuran kembali terhadap suhu tubuh anak
setiap 15 menit setelah tindakan kompres diberikan.
Bersihkan kembali alat dan bahan yang telah digunakan.
55

Bersihkan kembali alat dan bahan yang telah digunakan.

Tahap Terminasi

Perhatikan reaksi atau respon anak, segera hentikan


apabila anak menunjukan reaksi kejang atau mengigil.

Dokumentasikan hasil pengukuran suhu tubuh anak pada


lembar observasi.

Memberitahu pasien bahwa tindakan sudah selesai


Mengkaji respon pasien setelah tindakan

Membaca tahmid dan membereskan alat- alat yang


digunakan, serta melepas sarung tangan
Mencuci tangan setelah tindakan
56

Lampiran 5

A. Karakteristik responden

1. Tanggal lahir : 7 Januari 2020

2. Umur : 4 bulan

3. Anak ke : 1 ( Pertama )
4. Prematur Ya

✓ Tidak

5. Asi ekslusif ✓ Ya

Tidak

6. Mp-asi ✓ Ya


Tidak

7. Status imunisasi :

✓ BCG

✓ DPT 1+Polio 2

✓ DPT 2+Polio 3

✓ DPT 3+Polio 4

Campak
57

Lampiran 6
58

Anda mungkin juga menyukai