Anda di halaman 1dari 119

PENCEGAHAN PUTING SUSU LECET DENGAN EDUKASI

LAKTASI PADA NY. I DI PMB REDINSE SITORUS, S.ST


LAMPUNG SELATAN

Oleh:
LARAS CAHYANING TYAS
NIM. 1715401096

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIII KEBIDANAN
TANJUNGKARANG
TAHUN 2020
PENCEGAHAN PUTTING SUSU LECET DENGAN EDUKASI
LAKTASI PADA NY. I DI PMB REDINSE SITORUS, S.ST
LAMPUNG SELATAN

laporan tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat tugas akhir dalam
menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Kebidanan Tanjungkarang
Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

Oleh
LARAS CAHYANING TYAS
NIM. 1715401096

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIII KEBIDANAN
TANJUNGKARANG
TAHUN 2020
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Laporan Tugas Akhir, MEI 2020

Laras Cahyaning Tyas


NIM : 1715401096

Pencegahan Putting Susu Lecet Dengan Edukasi Laktasi Pada Ny. I Di PMB
Resdinse Sitorus, S.ST Lampung Selatan

xv + 94 halaman + 13 gambar + 5 lampiran

RINGKASAN

Teknik menyusui yang tidak benar sehingga mengakibatkan puting susu lecet,
dimana bayi tidak menghisap puting sampai ke areola payudara. Menurut
UNICEF menyebutkan bukti ilmiah yang dikeluarkan oleh Jurnal Pediatrics
terungkap data dunia, ibu yang mengalami masalah menyusui sekitar 17.230.142
juta jiwa yang terdiri dari putting susu lecet 56,4%. Data masalah menyusui di
Indonesia menunjukkan 22,5% mengalamin putting susu lecet yang disebabkan
oleh kesalahan ibu dalam menyusui bayinya. Penulis tertarik untuk melakukan
pencegahan putting susu lecet dengan edukasi laktasi
Lokasi pemberian asuhan kepada Ny. I yang dilakukan di PMB Redinse
Sitorus, S.ST yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Maret. Metode
yang di gunakan dalam menyusun laporan ini yaitu melakukan pengumpulan data
yaitu subjektif dan objektif melalui wawancara kepada pasien sesuai dengan
format asuhan kebidanan, kemudian dilakukan observasi dengan melakukan
pemeriksaan fisik pada pasien dan melalui studi pendokumentasian yang didapat
dari buku KIA pasien.
Keberhasilan edukasi laktasi untuk mencegah terjadinya putting susu lecet
yang di lakukan oleh penulis terbukti berhasil pada saat nifas hari ke 39 Ny. I
mengatakan putingnya tidak terasa perih dan putting tidak lecet.

Kata Kunci : Puting Susu Lecet, Edukasi Laktasi

iii
POLYTECHNIC HEALTH TANJUNGKARANG
STUDY PROGRAM D III MIDWIFERY TANJUNG KARANG
FINAL REPORT, MEI 2020

LARAS CAHYANING TYAS


NIM : 1715401096

Prevention of nipple blisters by lactation education in Mrs. I at PMB


Resdinse Sitorus, S.ST South Lampung

xv + 94 pages + 8 pictures + 4 attachment

ABSTRACT

Incorrect breastfeeding techniques that cause blisters on the nipple, where the
baby does not suck the nipple to the breast areola. According to UNICEF, the
scientific evidence released by the Journal of Pediatrics revealed world data, about
17,230,142 million of women experiencing breastfeeding problems consisting of
56.4% of nipples. Data on the problem of breastfeeding in Indonesia shows that
22.5% experience nipple milk nipple caused by a mother's mistake in
breastfeeding her baby. The author is interested in prevention of nipple blisters by
lactation education.
The location of providing care to Mrs. I conducted at PMB Redinse Sitorus,
S.ST which was held from February to March. The method used in compiling this
report is collecting data that is subjective and objective through interviews with
patients in accordance with the format of midwifery care, then observing with
conduct physical examination of patients and through documentation studies
obtained from the patient's maternal and child health books.
    The success of lactation education to prevent blisters from being done by the
author proved successful at the postpartum 39th day Mrs. I said the nipples did
not feel sore.

Keywords : Nipple Blisters, Lactation Education

iv
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Laras Cahyaning Tyas


NIM : 1715401096
Program/Jurusan : DIII Kebidanan TanjungKarang
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan
laporan tugas akhir yang berjudul :
“Pencegahan Putting Susu Lecet Dengan Edukasi Laktasi Pada Ny. I Di PMB
Redinse Sitorus, S.ST Merbau Mataram Lampung Selatan.”
Apabila suatu saat nanti, terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandar Lampung, Mei 2020

Laras Cahyaning Tyas

v
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir

PENCEGAHAN PUTING SUSU LECET DENGAN EDUKASI LAKTASI


PADA NY. I DI PMB REDINSE SITORUS, S.ST LAMPUNG SELATAN

Penulis

Laras Cahyaning Tyas / NIM: 1715401096

Telah diperiksa dan disetujui tim pembimbing laporan tugas akhir Program
Diploma III Politeknik Kemenkes Tanjungkarang Jurusan Kebidanan.

Bandar Lampung, 05 Mei 2020

Tim Pembimbing Laporan Tugas Akhir

Pembimbing I

Mugiati, SKM., M.Kes


NIP. 196802181992122002

Pembimbing II

Riyanti Imron, SST., M.Kes


NIP. 197402072002122002

vi
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir

Pencegahan Puting Susu Lecet Dengan Edukasi Laktasi Pada Ny. I


Di PMB Redinse Sitorus, S.ST Lampung Selatan

Penulis
Laras Cahyaning Tyas / NIM: 1715401096

Diterima dan disyahkan oleh tim penguji Ujian Akhir Program Diploma III
Politeknik Kesehatan Kemesnkes Tnjungkarang Jurusan Kebidanan, sebagai
persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma III

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk, serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu penulis dapat
menyelesaikan Laporan Yang berjudul “Pencegahan Putting Susu Lecet dengan
Edukasi Laktasi di PMB Redinse, S.ST”
Laporan Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh derajat Ahli Madya Kebidanan di Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini penulis telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Warjidin Aliyanto, SKM.,M.Kes , selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang.
2. DR. Sudarmi, S.Pd, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang.
3. Nelly Indrasari, SST, M.Kes ,selaku Ketua Program Studi Dlll Kebidanan
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
4. Mugiati, SKM.,M.Kes ,selaku pembimbing I, yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga Laporan Tugas
Akhir ini dapat terwujud.
5. Riyanti Imron, SST., M.kes, selaku pembimbing II dan penguji, yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta
motivasi kepada penulis, sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
6. Yusari Asih, S.ST,M.Kes, selaku ketua penguji yang juga telah memberikan
masukan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir ini.
7. Kepada PMB RADINSE SITORUS, S.ST yang telah memberi ijin dan
membantu penelitian ini.
8. Orang tuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materiil, serta kasih sayang yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki
penulis.Penulis sadar sepenuhnya .

viii
9. Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak membantu dalam
penyusunan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga Proposal Laporan Tugas Akhir ini
berguna bagi semua pihak yaang memanfaatkan.

Bandar Lampung, Mei 2020

Penulis

ix
BIODATA PENULIS

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Laras Cahyaning Tyas
2. NIM : 1715401096
3. Program Studi : D III Kebidanan Tanjungkarang
4. Tempat/Tanggal Lahir : Kotabumi, 16 Juli 1999
5. E-mail : larascahyaningtys@gmail.com
6. Agama : Islam
7. HP : 082279011471
8. Alamat : Gunung Labuhan No.51, Kel.Tanjung Iman
Kec. Blambangan Pagar, Kab.Lampung Utara

B. Riwayat Pendidikan
1. TK : PG. Bunga Mayang Lulusan Tahun 2005
2. SD : SD Negeri 3 Tanjung Iman Lulusan Tahun 2011
3. SMP : SMP Negeri 7 Kotabumi Lulusan Tahun 2014
4. SMA : SMA Negeri 3 Kotabumi Lulusan Tahun 2017

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ii
RINGKASAN...................................................................................................iii
ABSTRACT......................................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................v
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................vi
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................vii
KATA PENGANTAR......................................................................................viii
BIODATA PENULIS.......................................................................................x
DAFTAR ISI ....................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Penyusunan................................................................................2
D. Manfaat...................................................................................................3
E. Ruang Lingkup.......................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kasus...............................................................................5
B. Kewenangan Bidan Terhadap Kasus Tersebut.......................................42
C. Hasil Penelitian Terkait..........................................................................43
D. Kerangka Teori.......................................................................................45
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan..............................................................46
B. Subjek Laporan Kasus............................................................................46
C. Instrumen Kumpulan Data.....................................................................46
D. Teknik Cara Pengumpulan Data.............................................................47

xi
E. Bahan dan Alat ......................................................................................48
F. Jadwal Kegiatan ....................................................................................49
BAB IV HASIL TINJAUAN KASUS
Hasil Tinjauan Kasus..............................................................................51
BAB V PEMBAHASAN
Sesuaikan dengan kasusu yang dipilih...................................................86
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan...............................................................................................93
B. Saran.....................................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Informasi penting dalam kunjungan Antenatal.......................................14

Tabel 2 Peran bidan dalam mempersiapkan IMD ...............................................28

Tabel 3 Kerangka teori........................................................................................45

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi Payudara.............................................................................16

Gambar 2 Bentuk-Bentuk Puting Payudara.......................................................17

Gambar 3 Posisi menyusui dengan berbaring....................................................33

Gambar 4 Posisi menyusui sambal duduk yang benar.......................................34

Gambar 5 Posisi menyusui bayi sambil berdiri.................................................34

Gambar 6 Posisi menyusui bayi kembar............................................................35

Gambar 7 Menyentuh mulut bayi dengan puting..............................................36

Gambar 8 Perletakan yang benar.......................................................................37

Gambar 9 Proses bayi menghisap ASI...............................................................37

Gambar 10 Tahapan saat melepas isapan bayi....................................................39

Gambar 11 Cara menyendawakan dengan bayi digendong tegak.......................39

Gambar 12 Cara menyendawakan dengan bayi tidur tengkurap.........................40

Gambar 13 Cara menggendong bayi untuk mengurangi kolik............................40

xiv
DAFTAR SINGKATAN

1. ASI = Air Susu Ibu


2. BAB = Buang Air Besar
3. BAK = Buang Air Kecil
4. BB = Berat Badan
5. Cm = Centimeter
6. DJJ = Denyut Jantung Janin
7. DTT = Desinfeksi Tingkat Tinggi
8. Dkk = Dan kawan-kawan
9. Dll = Dan lain-lain
10. Gr = Gram
11. G P A = Gravida Para Abortus
12. Hb = Hemoglobin
13. HPHT = Hari Pertama Haid Terakhir
14. JK = Jenis Kelamin
15. KB = Keluarga Berencana
16. Kg = Kilogram
17. KIA = Kesehatan Ibu dan Anak
18. Mgg = Minggu
19. Mnt = Menit
20. N = Nadi
21. Ny = Nyonya
22. PAP = Pintu Atas Panggul
23. ANC = Ante Natal Care
24. PNC = Post Natal Care
25. PB = Panjang Badan
26. PMB = Praktik Mandiri Bidan
27. PX = Proceus Xipoideus
28. R = Respirasi
29. S = Suhu

xv
30. TFU = Tinggi Fundus Uteri
31. TD = Tekanan Darah
32. TP = Taksiran Persalinan
33. TT = Tetanus Toxoid
34. TTV = Tanda Tanda Vital
35. WHO = World Health Organization
36. UNICEF = United Nations Children’s Fund

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terdapat masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui merupakan teknik
menyusui yang tidak benar sehingga mengakibatkan puting susu lecet,
dimana bayi tidak menghisap puting sampai ke areola payudara. (Risneni,
2015).
Puting susu lecet dapat disebabkan karena posisi menyusui yang salah,
tapi dapat pula disebabkan oleh (candidates) atau dermatitis. Puting susu
terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. (Ambarwati
dan Diah, 2010).
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat menyebabkan puting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal, sehingga mempengaruhi produksi
ASI selanjutnya, atau bayi enggan menyusu. (Sri Astuti: dkk, 2015).

Menurut UNICEF menyebutkan bukti ilmiah yang dikeluarkan oleh Jurnal


Pediatrics terungkap data dunia, ibu yang mengalami masalah menyusui
sekitar 17.230.142 juta jiwa yang terdiri dari putting susu lecet 56,4%.
Data masalah menyusui di Indonesia menunjukkan 22,5% mengalamin
putting susu lecet yang disebabkan oleh kesalahan ibu dalam menyusui
bayinya.
Hasil pre survey di wilayah Kabupaten Lampung Selatan, semua bidan
melakukan asuhan kebidanan terhadap ibu hamil. Salah satunya ialah bidan
Redinse, di PMB Redinse dalam satu bulan ada 46 pasien ibu hamil dan
didapatkan 3 ibu nifas mengalami putting susu lecet yang disebabkan oleh
kesalahan ibu dalam menyusui bayinya, sehingga penulis tertarik dengan
memberikan edukasi laktasi untuk pencegahan puting susu lecet.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah pada kasus
ini adalah sebagai berikut :
“Apakah dengan edukasi laktasi dapat mencegah terjadinya puting susu lecet
terhadap Ny.I di PMB Redinse , S.ST?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan edukasi laktasi untuk mencegah putting susu lecet terhadap
Ny.I di PMB Redinse, S.ST, Merbau Mataram, Lampung Selatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai:
a) Melakukan pengkajian Asuhan Kebidanan pada ibu hamil trimester III
terhadap Ny. I untuk mencegah puting susu lecet dengan edukasi
laktasi di PMB Redinse S.ST, Lampung Selatan.
b) Menginterprestasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah
dan kebutuhan terhadap Ny. I di PMB Redinse S.ST, Lampung
Selatan.
c) Merumuskan diagnosa potensial yang terjadi berdasarkan
diagnosa/masalah yang sudah di identifikasi yaitu puting susu lecet.
d) Melakukan antisipasi atau tindakan segera pada ibu hamil trimester III
terhadap Ny.I untuk mencegah puting susu lecet dengan edukasi
laktasi di PMB Resinse S.ST, Lampung Selatan.
e) Merencanakan tindakan yang menyeluruh sesuai dengan pengkajian
pada ibu hamil trimester III terhadap Ny.I untuk mencegah putting
susu lecet dengan edukasi laktasi di PMB Redinse S.ST , Lampung
Selatan.
f) Melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil trimester
III terhadap Ny.I untuk mencegah putting susu lecet dengan edukasi
laktasi di PMB Redinse S.ST, Lampung Selatan.
3

g) Melakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan terhadap Ny.I


dalam bentuk SOAP yang telah diberikan dan dilaksanakan di PMB
Redinse S.ST, Lampung Selatan.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Bagi Pendidikan sebagian paham pengembangan ilmu, bahan bacaan
terhadap materi asuhan pelayanan kebidanan serta referensi bagi
mahasiswa dalam memahami pencegahan putting susu lecet dengan
edukasi laktasi..
2. Manfaat Aplikatif
a) Bagi Institusi Pendidikan DIII Kebidanan Poltekkes TJK
Sebagai sarana bagi mahasiswa dan dosen untuk ikut dalam
mempromosikan dan melakukan intervensi kepada masyarakat di
bidang maternitas khususnya dalam manajemen laktasi sesuai dengan
ilmu yang telah didapatkan.
b) Bagi Lahan Praktik
Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan Mutu Pelayanan
Kebidanan melalui Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan
memberikan edukasi laktasi untuk mencegah putting susu lecet.
c) Bagi klien
Manfaat bagi klien adalah menambah wawasan tentang Pencegahan
putting susu lecet dengan edukasi laktasi di PMB Redinse Sitorus,
S.ST Lampung Selatan 2020.
d) Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian
langsung kepada klien serta sebagai sarana dalam mengaplikasikan
ilmu yang telah didapatkan saat dibangku kuliah.
4

E. Ruang Lingkup
Sasaran Asuhan Kebidanan ini dituju untuk pencegahan puting susu lecet
dengan edukasi laktasi yang dilakukan di PMB Redinse S.ST, Merbau
Mataram, Lampung Selatan sejak bulan Febuari-Maret 2020.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kasus


1. Kehamilan
Menurut Federasi Obstertri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester [ertama
berlangsung dalm 12 minggu, trimester kedua 15 ( minggu ke-13 hingga
minggu ke- 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga
minggu ke-40.
( Prawirahardjo, 2016)
Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan adalah sekitar 280-
300 hari dengan perhitungan sebagai berikut:
a. Usia kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin kurang dari
1.000 gram apabila berakhir disebut keguguran (abortus).
b. Usia kehamilan 29-36 minggu bila terjadi persalinan disebut
prematuritas, berat janin kurang dari 2.499 gr.
c. Usia kehamilan 37 sam[ai 42 minggu disebut aterm, berat janin di atas
2.500 gr.
d. Usia kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu
atau postmaturnitas ( kehamilan serotinus).
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan yaitu, triwulan pertama (0—
12 minggu), triwulan kedua( 13—28 minggu), dan triwulan ketiga (29
—42 minggu). ( Manuaba, 2010).

5
6

2. Perubahan Fisiologis Payudara pada Kehamilan


a. Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lebih lunak, setelah bulan kedua payudaranya akan bertambah
ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting
payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan
pertama suatu cairan berwarna kekuningan akan keluar yang disebut
dengan klostrum. Kolostrum ini berasal darikelenjar-kelenjar asinus
yang mulai bersekresi. Meskipun sudah dikeluarkan air susu belum
bisa diproduksi. Karena hormon prolaktin ditekan oleh hormon
prolactin inhibiting hormone. (Prawiroharjo, 2014)
Adapun beberapa fungsi hormon untuk memepersiapkan
payudara untuk pemberian ASI dijelaskan, sebagai berikut
1) Estrogen, berfungsi
a) Menimbulkan hipertrofi sisitem salurab payudara.
b) Menimbulkan penimbuna lemak dan air serta garam sehingga
payudara tampak makin membesar.
c) Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air, dan garam
menyebabkan rasa sakit pada payudara.
2) Progesteron, berfungsi
a) Memepersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi
menghasilkan ASI.
b) Meningkatkan jumlah sel asinus
3) Prolaktin, berfungsi
a) Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin,
dan laktoglobulin.
b) Penimbunan lemak di sekitar payudara
c) Merangsang pengeluaran kolostrum
( Manuaba, 2010).
7

3. Perubahan Psikologis pada Kehamilan


Seiring dengan bertambahnya usia kehamila, ibu akan mengalami
perubahan psikologis dan padasaat ini pula wanita akan mencoba untuk
beradaptasi terhadap peran barunya melalui tahapan sebagai berikut
a. Tahap Antisipasi
Dalam tahap ini wanita akan mengawali adaptasi perannya dengan
merubah peran sosialnya melalui latihan formal( misalnya kelas-kelas
ibu hamil) dan informasi melalui peran.
b. Tahap Honeymoon ( maenerima peran, mecoba menyesuaikan diri)
Pada tahap ini wanita sudah mulai menerima peran barunya dengan
mencoba menyesuaikan diri.
c. Tahap Stabil ( dapat melihat penampilan dalam peran)
Dari tahap sebelumnya mengalami peningkatan sampai ia mengalami
suatu titik stabil dalam penerimaan peran barunya. Ia akan melakukan
aktivitas-aktivitas yang bersifat positif dan berfokus untuk
kehamilannya seperti mencari tahu tentang informasi persiapan
kelahiran.
d. Tahap Akhir
Meskipun ia sudah cukup stabil dalam menerima perannya, namun ia
tetap mengadakan “perjanjian” pada dirinya sendiri untuk dapat
menepati janji mengenai apa yang ia perankan sejak saat ini sampai
bayi lahir kelak.
(Sulistyawati, 2013).

Berikut ini perubahan psikologis pada ibu hamil dari sampai trimester
III:
a. Perubahan Psikologis Trimester III
1) Rasa tidak nyaman kembali timbul, merasa dirinya jelek, aneh
dan tidak menarik.
2) Merasa cemas dan takut akan persalinannya kelak.
3) Takut tidak dapat memberikan kebutuhan untuk bayinya kelak.
8

4) Khawatir dan cemas akan kelahiran bayinya apakah dalam


keadaan normal atau tidak.
5) Merasa lebih sensitif dan cemburu yang berlebihan.
6) Merasa kehilangan perhatian
7) Libido menurun. ( Rukiyah yeyeh, 2013)

4. Kebutuhan Psikologis
Kehamilan dianggap sebagai waktu krisis yang diakhiri dengan
kelahiran bayi. Selama kehamilan ibu mengalami perubahan psikologis
dan emosional. Perubahan psikologis dan emosional ini tampaknya
berhubungan dengan perubahan biologis yang dialami ibu selam
kehamilan. Emosi ibu hamil cenderung labil. Reaksi yang ditunjukkan
terhadap kehamilannya dapat saja berlebihan dan berubah-ubah.
Ibu hamil sangat sensitif dan rapuh. Banyak ketakutan yang timbul
akan bahaya yang mungkin saja terjadi pada ibu mapun pada janinnya.
Ketakutan yang tidak mendasar mungkin disebabkan oleh perubahan yang
terjadi pad atubuhnya tampaknya tidak bisa ia kendalikan dan proses
hidupnya berubah tidak dapat dikembalikan lagi. Inilah mengapa ibu hamil
memerlukan saran, dorongang, dukungan, pengarahan, dan bantuan dari
orang-orang sekitarnya.
( Rukiyah Yeyeh, 2013).
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
menjaga mental atau psikologis ibu hamil selama masa kehamilannya
a. Dukungan keluarga
Ibu sangat membutuhkan dukungan dan ungkapan kasih syang
dari orang-orang terdekatnya terutama suami. Kadang ibu hamil
dihadapkan pad situasi yang membuat ia sendiri mengalami ketakutan,
dan kersendirian terutama pada trimester terakhir.
Dukungan keluarga juga merupakan pengaruh yang besar dalam
menentukan status kesehatan ibu.jika seluruh keluarga mengharapkan
kehamilan, mendukung bahkan memberikan dukungannya dalam
berbagai hal maka ibu hamil akan merasa percaya diri, lebih bahagia
9

dan siap dalam menjalani kehamilannya, persalinan, dan masa nifas


yang akan datang.
( Asuhan Kebidanan terkini, 2017)
b. Perasaan nyaman dan aman selama kehamilan
Selama masa kehamilan ibu banyak mengalami
ketidaknyamanan baik fisik maupun psikologis. Kondidi psikologis
yang dialami oleh ibu akan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan janin yang ia kandung. Tingkat kepercayaan diri ibu
dan keluarga juga sangat penting untuk menghadapi proses persalinan
kelak.
Untuk menciptakan rasa nyaman tersebut dapat dilakukan dengan
senam untuk memperkuat otot-otot, mengatur posisi duduk untuk
mengatasi nyeripuggung yang dialami, melatih sikap santai untuk
menenangkan pikiran dan tubuhnya, melakukan relaksasi sentuhan
dengan teknik pijatan. ( Rukiyah Yeyeh, 2013).
c. Persiapan menjadi orangtua
Hal ini sangat penting dipersiapkan oleh pasangan suami istri
karena setelah bayi lahir akan banyak perubahan peran yang terjadi,
mulai dari ibu, ayah, dan keluarga. Selain persiapan mental, persiapan
seperti ekonomi juga tidak kalah penting karena akan bertambah
keluarga maka akan bertambah pula kebutuhannya.
Peristiwa ini membuat pasangan suami isrti berubah status
menjadi orangtua dan mengalami berbagai kejadian yang baru dalam
hidupnya.
( Rukiyah Yeyeh, 2013)
d. Dukungan dari tenaga kesehatan
Bagi seorang ibu hamil, tenaga kesehatan khususnya bidan
sangat membantu dan memiliki ruang tersendiri di hidupnya. Ibu hamil
mengharapkan bahwa bidan bisa dijadikan sebagai teman terdekat di
mana ia dapat menceritakan isi hatinya dan kesulitannya dalam
mengahdapi kehamilan dan persalinanya.
10

Adanya hubungan saling percaya akan memudahkan bidan dalam


memberikan asuhan kesehatan. Menganjurkan kegiatan fisik untuk
memperkuat oto-otot dasar panggul, teknik pernafasan, teknik
mengedan yang baik dan latiah -latihan relaksasi agar ibu merasa lebih
nyaman. Dengan dukungan mental dan penjelasan tentang kebahagiaan
akan memiliki buah hati yang diinginkan akan memperkuat pengaruh
yang positif bagi ibu hamil. ( Rukiyah Yeyeh, 2013).

5. Edukasi Kesehatan Bagi Ibu Hamil


Tidak semua ibu hamil dan keluarganya memiliki dan medapatkan
pendidikan dan konseling kesehatan yang memadai tentang kesehatan
reproduksi, terutama kehamilan dan upaya untuk menjaga agar
kehamilannya tetap sehat. Bebrapa informasi yang penting dan harus
diketahui oleh ibu hamil dan keluarga adalah
a. Kebutuhan nutrisi
1) Karbohidrat
Ibu hamil membutuhkan karbohidrat 45-65 % total energi
dari karbohidrat. Bila sebelum hamil kebutuhan karbohidrat ibu
sebesar 225 gram/hari, maka saat hamil kebutuhan meningkat
menjadi 265 gram/hari. Karbohidrat sebaiknya berasal dari
makanan pokok dan ringan, khususnya bersumber dari karbohidrat
jenis pati, roti, mi, bihun, jagung, dan lain-lain.
2) Protein
Jumlah protein yang diperlukan bagi ibu hamil tergantung
kecepatan tumbuhnya janin. Kebutuhan protein pada trimesteri I
dan II adalah 6 gram per hari. Sedangkan, pada trimester III sekitar
10 gram per harinya. Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan ( kacang-kacangan), atau hewani ( ikan, ayam,
telur, daging, susu). Defisiensi protein dapat menyebabkan
kelahiran prematur, anemia, dan edema.
3) Kalsium
11

Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari.


Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, teriutama untuk
perkembangan otot dan dan rangka. Sumber kalsium yang mudah
diperoleh adalah susu, keju, yoghurt, dan kalsium karbonat.
Defisiensi kalsium dapat menyebabkan rickets pada bayi dan
osteomalasia pada ibu.
4) Lemak
Dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
selama dalam kandingan sebagai kalori utama. Lemak ,erupakan
sumber tenaga pertama dan untuk pertumbuhan plasenta. Selain
itu, lemak dipersiapkan untuk proses menyusui. Kadar lemak akan
meningkat pada Trimester III. Lemak dapat diperoleh dari minyak
goreng, margarin, dan pada bahan makanan nabati atau hewani.
5) Vitamin
Wanita hamil membutuhkan vitamin lebih banyak dari wanita
tidak hamil karen fungsi vitamin untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangan janin dan deferensiasi sel. Vitamin A berfungsi
untuk penglihatan, imunitas, dan perkembangan embrio. Dapat di
dapatkan di buah-buahan, sayuran hiaju, mentega dan kuning telur.
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kelahiran prematur.
Vitamin B, terdiri dari vitamin B1, B2 yang dibutuhkan
membantu proses metabolisme. Vitamin B6 dan B12 membantu
pembentukan DNA dan sel darah merah. Dapat ditemukan pada
roti, nasi, susu, daging, tempe, dan tahu.
Vitamin C dibutuhkan sebagai antioksidan yang melindungi
jaringan dari kerusakan, dibutuhkan untuk membentuk kolagen,
serta membantu penyerapan sinyal ke otak dan penyerapan zat
besi. Ibu hamildisarankan mengonsumsi vitamin C sebanyak 85
miligram pre hari. Dapat diteroleh dari, jeruk, tomat, brokoli,
jambu biji, dll.
Vitamin D membantu mencegah hipokalsemia, membantu
penyerapan kalsium dan fosfor, mineralisasi tulang dan gigi, serta
12

mencegah osteomalasia pada ibu.dapat diperoleh dari susu, dan


kuning telur.
Vitamin E berfungsi untuk pertumbuhan sel dan jaringan
serta integrasi sel darah merah. Selama kehamilan dianjurkan
mengkonsumsi 2 miligram vitamin E per hari.
Vitamin K kekurangan vitamin K dapat menyebabkan
gangguan perdarahan pada bayi. Vitamin K terdapat pada makanan
dan juga disintesis oleh bakteri usus. ( Winarsih, 2018)
6) Asam Folat
Merupakan vitamin B yang memgang peranan penting dalam
perkembangan embrio. Asam folat membantu mencegah neural
tube defect yaitu cacat pada otak dan tulang belakang. Kebutuhan
asam folat sekitar 600—800 miligram per hari. Asam foalt dapat
diperoleh dari suplemen asam folat, sayuran hiaju, kacang-
kacangan, dll. Deferensiasi asam folat dapat menyebabkan
kehamilan prematur, anemi, cacat bawaan, BBLR, dan
pertumbuhan janin terganggu. ( Winarsih, 2018)
7) Zat Besi
Kebutuhan zat besi meningkat 200—300 miligram dan
selama kehamilan dibutuhkan 1040 miligram. Zat besi dibutuhkan
untuk memproduksi hemoglobin, yaitu protein di sel darah merah
yang berperan membawa oksigen ke jaringan tubuh.
Defisensi zat besi dapat mengakibatkna ibu hamil yang
mudah lelah dan rentan terhadap infeksi, persalinan prematur,
BBLR. Utnuk mencukupi kebutuhan zat besi ibu hamil dianjurkan
minum 30 miligram Fe tiap hari. Sumber alami zat besi dapat
ditemukan pada daging merah,ikan, sereal, kerang, kacang-
kacangan, dll.

b. Perawatan Payudara
Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi dilahirkan
sehingga dapat segera berfungsi dengan baik saat diperlukan.
13

Pengurutan payudara untuk mengeluarkan sekresi dan membuka


duktus dan sinus laktiferus, sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan
benar karena pengurutan yang salah akan menimbulkan kontraksi pada
rahim sehingga terjadi persalinan yang belum waktunya. Basuhan
lembut puting susu setiap hari akan mengurangi retak dan lecet pada
puting. ( Prawirohardjo: 2014).

c. Perawatan gigi
Dibutuhkan paling sedikit dua kali pemeriksaan gigi pada saat
kehamilan, yaitu trimester 1 dan trimester . pemeriksaan pada trimester
pertama terkait dengan emesis dan produksi liur yang telalu banyak
sehingga kebersihan rongga multu harus tetap terjaga. Pada trimester
ketiga terkait dengan adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan
janin sehingga perlu diketahui apakah terdapat pengaruh yang
merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk membersihkan gigi
setelah makan setidaknya dua kali sehari karena ibu hamil rentan
terjadi karies dan gingvitis. ( Prawirohardjo: 2014)

d. Kebersihan tubuh dan pakaian


Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Prubahan
anatomi pada perut, area genetalia, dan payudara menyebabkan
lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembabh dan rentan terinfeksi oleh
bakteri atau mikroba. Gunakan pakaian yang longgar, bersih , dan
nyaman. Hindarkan pemakaina sepatu tinggi dan alas kaki yang keras
serta korset untuk menahan perut.
( Prawirohardjo: 2014).
14

6. Asuhan Kehamilan Normal


Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya.oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan
sedikitnya 4 kali kunjungan selama kehamilan.
a. Satu kali kunjungan selama trimester I ( sebelum 14 minggu)
b. Satu kali kunjungan selama trimester II ( antara 14-28 minggu)
c. Dua kali kunjungan selama trimester III ( anatara 29 minggu—36 dan
sesudah minggu ke-36).
Pada setiap kali kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi
yang sangat penting. Tabel di bawah ini memberikan informasi yang harus
didapatkan secara garis besar.

Kunjungan Waktu Informasi Penting

Trimester I Sebelum Membangun hubungan saling percaya antara


minggu petugas kesehata dan ibu hamil
ke-14 Mendeteksi masalah dan menanganinya
Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus
neonatorum, anemia, peggunaan praktek
tradisional yang merugikan.
Mendorong perilaku yang sehat( gizi,
kebersihan diri, latihan senam, dll)

Trimester 2 Sebelum Sama pada trimester pertama ditambahkan


minggu kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia
ke -28 (tanya ibu tentang gejala preeklamsia, pantau
tekanan darah, evaluasi edema, periksa lab)

Trimester 3 Antara Sama seperti di atas ditambahkan palpasi


minggu abdominal untuk mengetahui apakah ada
29-36 kehamilan ganda

Trimester 3 Setelah Sama seperti dia atas ditambhakan deteksi letak


minggu bayi yang tidak normal, atau kondisi yang
15

ke-36 memerlukan kelahiran di rumah sakit.

TaTabel 1 Informasi Penting dalam Kunjungan Antenatal

Ibu hamil tersebut harus lebih sering dikunjungi jika terdapat


masala, dan hendaknya ia disarankan untuk menemui petugas kesehatan
jika ia merasakan tanda-tanda bahaya kehamilan atau jika merasa
khawatir. ( Saifudin, 2010).

7. Laktasi Dan Menyusui


a. Anatomi Payudara
Payudara (mamae,susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas
otot dada. Fungsi payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara , yang beratnya
kurang lebih 200 gram, saat wanita hamil 600 gram, dan saat menyusui
800 gram.
(Ramandey Susana, 2018:467).
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1) Korpus ( bagian yang membesar)
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian
dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos dan pembuluh darah. Lobulus yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus
pada tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran
kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

2) Areola ( bagian yang kehitaman ditengah )


Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan
yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan
adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat
akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka
16

warnanya lebih gelap. Selama kehamilan warna akan menjadi lebih


gelap dan warna ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak
kembali lagi seperti warna asli semula.
Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar
lemak dari montogomery yang membentuk tuberkel dan akan
membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan
suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama
menyusui. Di kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang
merupakan tempat penampungan air susu.

Gambar 1 Anatomi Payudara

3) Puting Susu ( bagian yang menonjol di puncak payudara)


Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang
merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf,
pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos
17

yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka


duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu
ereksi, sedangkan serat-serat otot longitudinal akan menarik
kembali puting susu tersebut.
Puting susu dapat pula menjadi tegak bukan sebagai hasil
dari beberapa bentuk perangsangan seksual yang alami dan puting
seorang wanita mungkin tidak menjadi tegak ketika ia terangsang
secara seksual. Pada daerah areola terdapat beberapa minyak yang
dihasilkan oleh kelenjar montgomery. Kelenjar ini bekerja untuk
melindungi dan meminyaki puting susu selama menyusui.
Beberapa puting susu menonjol ke dalam atau rata dengan
permukaan payudara.
(Asih dan Risneni, 2016).

Gambar 2 Bentuk-Bentuk Puting Payudara

b. Fisiologi Payudara

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormone.


Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause.
Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesterone yang diproduksi
18

ovarium dan juga hormone hipofise, telah menyebabkan duktus


berkembang dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur


menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih
besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan
tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara
menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama
palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto
mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar.
Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.

Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada


kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan
duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi
hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu. (Asih dan Risneni, 2016).

c. 7 Kontak Laktasi (Plus) Menuju Keberhasilan Menyusui Menurut


WHO
Sebagai upaya mendukung kelancaran pemberian ASI dan
mempertahankan menyusui, seorang ibu dan keluarga harus
mempunyai motivasi dan informasi yang cukup tentang proses
menyusui.
World Health Organization (WHO) telah menetapkan adanya 7
kontak dengan konselor laktasi atau klinik laktasi sejak ibu hamil
sampai bayi lahir dan menyusui. Tujuh kontak tersebut dilakukan pada
saat:
1) Ke-1 --> Umur Kehamulan 28 minggu
2) Ke-2 --> Umur Kehamilan 36 minggu
19

3) Ke-3 --> Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


4) Ke-4 --> Setelah melahirkan (hari pertama, kedua, ketiga dan
selama masih dirawat).
5) Ke-5 --> Nifas hari ke-7
6) Ke-6 --> Nifas hari ke-14
7) Ke-7 --> Nifas hari ke-39
8) Plus --> Bila ibu memerlukan informasi lain
Dengan adanya info yang cukup mengenai ASI dan menyusui
diharapkan ibu dan keluarga sudah siap dalam menjalani proses
menyusui nantinya. Dukungan dari suami dan keluarga juga saat
penting, karena kelancaran proses menyusui saat tergantung pada
psikologis ibu.

d. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha
ini dilakukan dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal),
sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal),
dan masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun
(postnatal).
Majemen laktasi adalah tatalaksana yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan menyusui. Menejemen laktasi dimulai pada
masa kehamilan, segera setelah persalinan, dan pada masa menyusui
selanjutnya.
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi
merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk
manusi.
Ruang lingkup menejemen laktasi adalah periode post-natal,
antara lain ASI ekslusif, teknik menyusui, memeras ASI, Memberikan
ASI peras, menyimpan ASI peras, pemenuhan gizi selama periode
menyusui. Semua tahap pada menejemen laktasi penting dan berperan
20

untuk keberhasilan ASI ekslusif sehingga semua tahap harus


dipersiapkan dengan baik supa ASI ekslusif berjalan dengan sukses
dengan motifasi dari bidan, konseling dan perawatan payudara.

Pada tahapan manajemen laktasi pada ibu hamil, petugas kesehatan:


1) Memberikan penyuluhan tentang manfaat menyusui baik bagi ibu
maupun bayinya, di samping bahaya pemberian susu botol.
2) Pemeriksaan kesehatan, kehamilan, dan payudara/leadaan putting
susu, apakah ada kelainan/tidak. Disamping itu, perlu dipantau
kenaikan berat badan ibu hamil.
3) Perawatan payudara dimulai pada kehamilan memasuki usia 6
bulan agar ibu mampu memproduksi dan berikan ASI cukup.
4) Memerhatikan gizi atau makanan ditambah mulai dari kehamilan
trimester kedua sebanyak 3 kali dari porsi makanan sebelum hamil.
5) Menciptakan suasanan keluarga yang menyenangkan. Dalam hal
ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang
sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan
hatinya.

Pada tahapan manajemen laktasi pada ibu hamil, ibu:


1) Meyakinkan diri sendiri akan keberhasilan menyusui dan bahwa
ASI adalah amanah Ilahi.
2) Makan dengan teratur, penuh gizi dan seimbang.

Manajemen laktasi untuk penggunaan ASI:


1) Pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatn kepada pasien dan
keluarga tentang manfaat menyusui dan manfaat rawat gabung.
2) Adanya dukungan keluarga.
3) Adanya dukungan dan kemampuan petugas kesehatan.
4) Pemeriksaan payudara.
5) Persiapan payudara dan putting susu.
21

6) Penggunaan air untuk membersihkan puting susu, jangan sabun.


7) Pemakaian BH atau bra yang memadai (jangan memakai lapisan
plastik).
8) Gizi yang bermutu dengan ekstra 3000 kalori per hari terutama
protein.
9) Pemberian preparat zat besi dan asam folik (sesuai protocol
institusi masing-masing).
10) Tidak melakukan diet untuk mengurangi berat badan (kecuali
instruksi dokter karena alasan penyakit lainnya yang
membahayakan ibu dan bayinya).
11) Penambahan berat badan yang memadai adalah 11-13 kg.
12) Cara hidup sehat (hindari merokok, alcohol, dan lain-lain).
(Maryunani, 2018)

Langkah-langkah kegiatan manajemen laktasi pada masa kehamilan:


1) Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat
dan keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan
keluarga serta penatalaksanaan menajemen laktasi.
2) Meyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui
bayinya.
3) Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara.
Disamping itu, perlu pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil
selama kehamilan.
4) Memerhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari
termasuk mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-
hari perlu ditambah mulai kehamilan trimester ke-2 (minggu ke 13-
26) menjadi
1-2 kali porsi dari jumlah makanan pada saat sebelum hamil untuk
kebutuhan gizi ibu hamil.
5) Menciptakan keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian
keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk
memberikan dukungan dan membesarkan dan membesarkan
22

hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah dan tugas yang


mulia. (Depkes,2005).
e. Proses Laktasi
Laktasi merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang
memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan
dasar biologik dan psikologik yang dibutuh kan untuk pertumbuhan.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makan yang ideal bagi pertumbuhan
neonatus. Sejumlah komponen yang terkandung didalamnya, ASI
sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan dan perlindungan pertama
terhadap infeksi. Proses pembentukan air susu merupakan suatu
proses yang kompleks melibatkan hipotalamus, pituitari dan
payudara, yang sudah dimulai saat fetus sampai pada masa pasca
persalinan.
ASI yang dihasilkan memiliki komponen yang tidak konstan dan
tidak sama dari waktu ke waktu tergantung stadium laktasi. Dengan
terjadinya kehamilan pada wanita akan berdampak pada pertumbuhan
payudara dan proses pembentukan air susu (Laktasi).
Proses ini timbul setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta
mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang
menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon
plasenta tersebut tak ada lagi, sehingga susu pun keluar. (Asih dan
Risneni, 2016).

1) Pengaruh hormonal
Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi
hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam system
payudara. Proses bekerjanya hormon dalam menghasilkan ASI
adalah senagai berikut :
a) Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu
mengirimkan pesan ke hipotalamus.
b) Ketika menerima pesan itu, hipotalamus melepas “rem”
penahan prolactin.
23

c) Untuk mulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan


kelenjar pituitary merangsang kelenjar-kelenjar susu di
payudara ibu.

Hormon- hormon yang terlibat dalam proses pembentukan ASI


adalah sebagai berikut:

a) Progesterone : Memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.


Kadar progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah
melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi ASI secara besar-
besaran.
b) Estrogen : Menstimulasi system saluran ASI untuk membesar.
c) Prolaktin : Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa
kehamilan.
d) Oksitosin : Mengencangkan otot halus dalam Rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam
orgasme.
e) Human placental lactogen (HPL) : sejak bulan kedua
kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan
dalam pertumbuhan payudara, putting dan areola sebelum
melahirkan.

2) Proses pembentukan laktogen


a) Laktogenesis I
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase
laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum,
yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu,
tingkat progesterone yang tinggi mencegah produksi ASI yang
sebenarnya. Namun, hal ini bukan merupakan masalah medis.
Apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum sebelum
bayinya lahir, hal ini bukan merupakan indikasi sedikit atau
banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.
24

b) Laktogenesis II
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya
tingkat hormone progesterone, esterogen, dan HPL secara
tiba-tiba, namun hormon prolactin tetap tinggi. Hal ini
menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal
dengan fase Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang,
level prolactin dalam darah meningkat, memuncak dalam
periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum
rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormone prolaktin
menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI,
dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian
mengindikasikan bahwa jumlah prolaktin dalam susu lebih
tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul
02.00 dini hari hingga 06.00 pagi, sedangkan jumlah prolaktin
rendah saat payudara terasa penuh.
c) Laktogenesis III
Sistem control hormone endokrin mengatur produksi ASI
selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah
melahirkan, ketiga produksi ASI mulai stabil, system control
autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara
akan memproduksi ASI dengan banyak pula.Dengan
demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seberapa
sering dan seberapa baik bayi menghisap, juga seberapa sering
payudara di kosongkan.
(Asih dan Risneni, 2016).

f. Permasalahan Laktasi
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebebkan karena
timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada
bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham permasalahan pada anak
saja.
25

Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai


sejak sebelum persalinan (periode antenatal), masa persalinan dini dan
masa persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan
karena keadaan khusu. Selain itu, ibu sering benar mengeluh bayinya
sering menangis bahwa ASInya tidak cukup atau ASInya tidak enak,
tidak baik atau apapun pendapatnya sehingga sering menyebabkan
diambilnya keputusan untuk menggentikan menyusui. Masalah pada
bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi sebagai berikut:
1) Kurang atau kesalahan informasi.
2) Putting susu datar atau terbenam.
3) Putting susu lecet.
4) Payudara bengkak.
5) Mastitis. (Asih dan Risneni, 2016).

g. Puting Susu Lecet


Puting susu lecet dapat disebabkan karena posisi menyusui yang salah,
tapi dapat pula disebabkan oleh (candidates) atau dermatitis.
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan
menjadi lecet. (Ambarwati dan Diah, 2010:46)

1) Penyebab Puting Lecet


a) Teknik menyusui yang tidak benar
b) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, saat ibu
membersihkan putingnya susu.
c) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.
d) Areola tidak masuk kedalam mulut bayi, tetapi hanya bagian
puting saja. (susanto, 2018)
2) Cara menangani
a) Cari penyebab puting lecet .
b) Bayi disusukan lebih dulu pada putting susu yang normal atai
lecetnya sedikit.
26

c) Tidak menggunakan sabun dan alcohol pada saat


membersihkan putting.
d) Menyusui lebih sering.
e) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang
payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua
payudara.
f) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang lecet dan
biarkan kering.
g) Pergunakan BH yang menyangga.
h) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurangan rasa
sakit.
i) Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet
Nystatin. (susanto, 2018)

h. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) mempunyai arti permulaan
kegiatan menyusui dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Bayi
menyusu pada ibunya, bukan disusui ibunya ketika bayi baru saja lahir,
yang dapat diartikan juga sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama
setelah lahir dengan usaha sendiri bukan disusui. Cara bayi melakukan
inisiasi menyusui dini ini dinamakan “the breast crawl” atau
merangkak mencari payudara (kemampuan alami yang ajaib). (Astuti
Sri; dkk, 2015).

i. Peran Bidan Dalam Mempersiapkan IMD


Bidan sebagai penolong persalinan sangat diharapkan dapat
berperan dengan baik dalam mempersiapkan ibu untuk melakukan
inisiasi menyusu dini pada bayinya sehingga keberhasilan dapat
dicapai. Persiapan ini dimulai dari memberikan penyuluhan saat hamil
sampai dengan masa persalinan. Bidan seharusnya memiliki inisiatif
untuk memfasilitasi IMD ini. Selama ini, kesalahan yang dilakukan
adalah bayi yang baru lahir langsung dibersihkan, dibungkus dengan
27

pakaian, baru disusukan ke ibunya. Peran bidan dalam mempersiapkan


IMD mulai dari saat hamil, sebelum persalian, hingga saat proses
persalinan.
Menyusu pertama berlangsung selama kurang lebih 15 menit.
Jam pertama bayi menemukan payudara ibunya adalah awal waktu
“life-sustaining breastfeeding relationship between mother and child”.
Dan setelah selesai, selama 2-2,5 jam berikutnya tidak ada keinginan
untuk menghisap. Selama menyusu, bayi akan mengoordinasi isapan,
menelan, dan bernafas. Pada saat itu, kadang sudah terdapat kolostrum,
jadi proses menyusu jangan diinterupsi. Tunda memandikan bayi
paling tidak 6 jam setelah lahir atau pada hari berikutnya.
Dalam proses melahirkan, disarankan untuk mengurangi/tidak
menggunakan obat kimiawi untuk ibu. Ibu dan bayi tetap bersama dan
dirawat gabung. Dianjurkan untuk meletakkan bayi sesering dan
selama mungkin di dada ibunya. Rawat gabung memungkinkan ibu
menyusui bayinya kapan saja bayi menginginkannya, karena kegiatan
menyusu tidak boleh dijadwal. Rawat gabung juga akan meningkatkan
ikatan batin antara ibu dengan bayinya, bayi menjadi jarang menangis
karena selalu merasa dekat dengan ibu, dan selain itu dapat
memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui. (Astuti Sri; dkk,
2015).
28

Tabel 2 Peran bidan dalam mempersiapkan IMD

Ibu telah diberikan informasi yang lengkap tentang IMD


sehingga ibu siap baik secara fisik maupun psikologis,
Saat Hamil
informasi juga penting diberikan kepada para suami agar
dapat memberikan dukungan pada istrinya untuk melakukan
1. Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga
IMD.
tentang penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
2. Mengkaji kebersihan diri ibu. Bila perlu, menganjurkan
ibu untuk membersihkan diri atau mandi terlebih
dahulu.
3. Mempersiapkan alat tambahan untuk pelaksanakan
Sebelum Inisiasi Menyusui Dini (IMD), yaitu tiga buah kain
panel yang lembut dan kering serta sebuah topi bayi.
Persalinan
Menganjurkan agar ibu mendapat dukungan dan
(Tahap pendamping selama proses persalinan dari suami atau
Persiapan dan keluarga.
Informasi) 4. Membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu.
5. Memberikan suasanan yang layak dan nyaman untuk
persalinan .
6. Memfasilitasi ibu mengurangi rasa nyeri persalinan
dengan mobilisasi dan relaksasi.
7. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman untuk
melahirkan.

1. Membantu membuka baju ibu dibagian perut dan dada.


2. Menyiapkan kain parnel yang lembut dan kering diatas
perut ibu.
3. Setelah bayi lahir, menempatkan bayi tersebut diatas
perut ibu.
4. Mengeringkan bayi dari kepala hingga kaki dengan kain
lembut dan kering (kecuali kedua lengannya, karena bau
ketuban yang menempel pada lengan bayi akan
Saat Proses memandu bayi untuk menemukan payudara ibu) sambil
Persalinan melakuakan penilaian awal bayi baru lahir (BBL).
5. Melakukan penjepitan, pemotongan dan pengikatan tali
(Tahap
pusat.
Pelaksanaan) 6. Melakukan kontak kulit dengan menengkurapkan bayi di
dada bayi tanpa dibatasi alas.
7. Menyelimuti ibu dan bayi, jika perlu memakai topi
dikepala bayi.
8. Menganjurkan ibu untuk memberikan sentuhan lembut
pada punggung bayi.
9. menganjurkan pada suami atau keluarga untuk
29

j. Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini Secara Umum


1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
2) Disarankan untuk mengurangi penggunaan obat kimiawi saat
persalinan. Dapat diganti dengan cara nonkimia, misalkan pijat,
aromaterapi, gerakan, atau hypnobirthing.
3) Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan,
misalnya melahirkan normal atau dengan jongkok.
4) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali
kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit
bayi sebaiknya dibiarkan.
5) Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi
melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini
dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal
selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu topi bayi dapat digunakan.
6) Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang
bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke
puting susu.
7) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda
atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung
selama beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan
ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam
posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama
satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum
satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam
waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit
ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
30

8) Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan


kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalkan section
caesarea.

9) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang , diukur, dicap, setelah


satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasive,
misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.
10) Ibu dan bayi di rawat dalam satu kamar (rawat gabung). Selama
24 jam, ibu bayi tetap dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan
ibu. Pemberian minuman pralaktal (cairan yang diberikan sebelum
ASI keluar) dihindarkan. (Astuti Sri; dkk, 2015).

k. Manfaat IMD

Manfaat inisiasi menyusu dini (IMD) telah banyak dikemukakan


dan hasil penelitian bukti keberhasilan IMD telah dijelaskan
sebelumnya. IMD harus menjadi rutinitas untuk mendukung
keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Tindakan yang dapat
mengganggu penerapan IMD harus sudah diakhiri, sehingga ibu dan
bayi mempunyai kesempatan kontsk kulit-ke-kulit dengan tidak
tergesa-gesa. Informasi yang akurat tentang IMD diberikan kepada
orang tua selama asuhan kehamilan untuk memastikan pilihan yang
tepat dalam pemberian ASI eksklusif dan peran tenaga kesehatan yang
bekerja di kamar bersalin dalam mendukung pelaksanaan IMD.

Beberapa penelitian membuktikan manfaat inisiasi menyusu dini :

1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan


menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangantan saat
menyusu menurunkan risiko kematian karena hipotermia
(kedinginan).
31

2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernapasan


dan detak jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan
lebih jarang rewel sehingga mengurangi pemakaian energy,
3) Bayi memperoleh bakteri yang tidak berbahaya (bakteri baik) dari
ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit
bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4) Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama, yaitu cairan berharga
yang kaya antibody (zat kekebalan tubuh) dan factor pertumbuhan
sel usus. Usus bayi bayi ketika dilahirkan masih mudah dilalui oleh
kuman dan antigen lainnnya. ASI merupakan makanan separuh
cerna sehingga mudah dicerna dan diserap oleh usus.
5) Antibody dalam ASI penting untuk ketahanan terhadap infeksi,
sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi. Bayi
memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak menyebabkan alergi.
Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein
manusia (misalnya susu hewan) , yang tidak dapat dicerna dan
diserap oleh usus.
6) Bayi yang menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif
dan mempertahankan menyusu stelah 6 bulan.
7) Sentuhan ,kuluman, dan jilatan bayi pada puting ibu akan
merangsang keluarnya hormone oksitosin. Hormone ini penting
karena perannya dalam:
a) Mengurangi perdarahan pascapersalinan dan mempercepat
pengecilan uterus.
b) Merupakan hormone yang membuat ibu menjadi tenang, relax,
dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena
hormon meningkatkan ambang nyeri), dan menimbulkan rasa
sukacita/bahagia.
c) Mengontraksikan otot-otot di sekeliling kelanjar ASI sehingga
ASI dapat terpencar keluar.
8) Pada menit-menit ketika bayi merayap di perut dan dada ibunya,
bayi mulai mengecap-ngecapkan bibir dan menjilati permukaan
32

kulit ibunya, sebelum akhirnya berhasil menghisap area putting dan


areola. Mengecap dan menjilati permukaan kulit ibu sebelum mulai
mengisap puting adalah cara alami bayi mengumpulkan bakteri-
bakteri baik yang ia perlukan untuk membangun system kekebalan
tubuhnya layaknya suatu imunisasi alami.
9) Memelihara kemampuan mempertahankan diri (Suvival). Manfaat
lain inisiasi menyusu dini membantu spesies manusia menjaga
kemampuan survival ( bertahan hidup) alaminya. Jika kita tidak
memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk melakukan inisiasi
menyusu dini, maka kita sebenarnya sedang menghilangkan
kemampuan survival untuk menemukan sendiri sumber kehidupan
mereka, yaitu air susu ibu.
(Astuti Sri; dkk, 2015).

l. Langkah-Langkah IMD
Penolong persalinan sebaiknya melakukan langkah-langkah berikut
dalam memfasilitasi agar bayi dapat melakukan IMD.
1) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, serta bagian tubuh
lainnya kecuali kedua tangannya, karena bau cairan amnion pada
tangan bayi akan membantunya mencari putting ibu yang berbau
sama. Selain itu, dada ibu tidak boleh dibersihkan dahulu agar
baunya tetap ada.
2) Setelah dua menit, tali pusat dipotong dan diikat, kemudian bayi
ditengkurapkan di perut ibunya dengan kepala bayi menghadap ke
kepala ibu. Kalau ruang bersalin dingin, kepala bayi diberi topi dan
punggung bayi ditutupi dengan selimut yang telah dihangatkan.
(Astuti Sri; dkk, 2015).

m. Cara Menyusui Yang Benar


Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI
kepada bayi dengan perletakan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
(Asih dan Risneni, 2016).
33

1) Posisi dan Perletakan Menyusui


Beberapa posisi menyusui sebagai berikut:
a) Posisi berbaring
Ibu dipastikan merasa nyaman dan relaks. Agar santai,
maka ibu berbaring pada posisi yang iya bisa tidur. Rasa
nyaman bisa dibantu dengan menempatkan satu bantal dibawah
kepalan dan bantal yang dibawah dada. Tubuh bayi diletakkan
dekat dengan ibu dan kepalanya berada setinggi payudara
sehingga bayi tidak perlu menarik puting. Ibu dapat menyangga
bayi dengan lengan bawah, sedangkan lengan diatas
menyangga payudara, dan apabila tidak menyangga payudara,
maka dapat memegang bayi dengan lengan atas.
Empat kunci penting perletakan yang benar adalah sebagai
berikut :
Kepala dan badan bayi dalam satu garis lurus, Wajah bayi
menghadap payudara dan hidung menghadap putting, Ibu
memegang bayi dekat pada ibu, Pada bayi baru lahir, ibu
memegang tubuh bayi tidak hanya kepala dan tubuhnya, tetapi
sampai ke bokong.
34

Gambar 3 Posisi menyusui dengan berbaring

b) Posisi menyusui sambil duduk


Ibu persalinan merasa nyaman dan santai pada kursi yang
rendah, biasanya kursi yang disertai sandaran lebih baik.
Apabila kursinya agak tinggi, maka diperlukan kursi untuk
meletakkasn kaki ibu.

Gambar 4 Posisi menyusui sambil duduk yang benar

c) Posisi menyusui sambil berdiri


Ibu dipastikan merasa nyaman dan relaks,untuk bayi
perlekatannya benar sehingga bayi menyusu dengan efektif.
35

Gambar 5 Posisi menyusui bayi sambil berdiri

d) Posisi menyusui bayi kembar


Ibu dapat menyusui sekaligus dua bayi, yaitu dengan
posisi seperti memegang bola (football position). Jika ibu
menyusui dengan bersama-sama, maka bayi sebiknya menyusu
pada payudara secara bergantian, jangan menetap pada satu
payudara. Walaupun football position merupakan cara yang
baik, namun ibu sebaiknya mencoba posisi lainnya secara
berganti-ganti dan yang penting adalah menyusui bayi lebih
sering. (Astuti Sri; dkk, 2015)

Gambar 6 Posisi menyusui bayi kembar


36

2) Langkah-langkah menysusui yang benar


Untuk menyusui yang benar, terdapat langkah-langkah yang
perlu dilakukan, yaitu apa yang perlu diperhatikan ibu sebelum
menyusui, bagaimana cara memegang bayi, bagaimana cara
menyangga payudara dan bayai mana perlekatan yang benar.
Langkah-langkah tersebut meliputi:
a) Cuci tangan. Tangan dicuci dengan air bersih dan sabun,
kemudian dikeringkan.
b) Langkah sebelum menyusui. Sebelum meyusui, ASI
dikeluarkan sedikit kemudian dioleskanpada puting susu dan
areola. Cara ini mempunyai manfaat sebagian disinfektan dan
menjaga kelembapan puting susu.
c) Memegang bayi
1. Bayi diletakkan menghadap perut ibu dan payudara.
2. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak
pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada
lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong
bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
3. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan satu
lagi didepan.
4. Perut bayi menempel badan ibu dan kepala bayi
menghadap payudara.
5. Telingan dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
6. Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang.

d) Menyangga payudara
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang
dibawah, jangan menekan puting susu atau areolanya saja.

e) Perlekatan yang benar


37

1. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting


refleks) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu,
menyentuh sisi mulut .

Gambar 7 Menyentuh mulut bayi dengan puting


sampai bayi membuka mulut

2. Setelah mulut bayi terbuka lebar, dengan cepat kepala bayi


didekatkan kepayudara itu dengan puting serta areola
dimasukkan kemulut bayi.

3. Sebagian besar areola diusahakan dapat masuk kedalam


mulut bayi, sehingga puting susu berada dibawah langit-
langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat
penampungan dibawah areola.

Gambar 8 Perletakan yang benar


38

4. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu


dipegang atau disanggah lagi. (Astuti Sri; dkk, 2015:182)

Gambar 9 Proses bayi menghisap ASI

3) Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar


Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat
menyebabkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal,
sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya, atau bayi
enggan menyusu. Oleh karena itu, hal yang perlu diperhatikan
meliputi:
a) Bayi tampak tenang.
b) Badan bayi menempel pada perut.
c) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
d) Mulut bayi terbuka lebar.
e) Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
f) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, dan areola bawah
lebih banyak yang masuk.
39

g) Mulut bayi mencangkup sebanyak mungkin areola (tidak hanya


puting saja).
h) Lidah bayi menopang puting dan bagian areola bagian bawah.
i) Bibir bawah melengkung keluar.
j) Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan dan
kadang disertai dengan berhenti sesaat.
k) Puting susu tidak terasa sakit.
l) Kepala bayi agak menengadah.
(Astuti Sri; dkk, 2015:183)

4) Melepas Isapan Bayi


Ibu perlu mendapatkan pengetahuan bagaimana cara melepas
isapan bati setelah selesai menyusui, atau akan menyusui pada
payudara yang satunya lagi, sehingga dapat mengurangi lecet pada
puting yang bisa menimbulkan radang payudara (mastitis). (Astuti
Sri; dkk, 2015:185)
40

Gambar 10 Tahapan saat melepas isapan bayi

5) Menyendawakan Bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusu.
Cara menyendawakan bayi yaitu:
a) Bayi digendong tegak denag bersandar pada bahu ibu,
kemudian punggungnya diteput perlahan.
41

Gambar 11 Cara menyendawakan dengan bayi digendong


tegak.

b) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya


diteput perlahan.

Gambar 12 Cara menyendawakan dengan bayi tidur tengkurap.


42

Gerakan dilakukan secara lembut dan tekanan juga diberikan secara


lembut pada bagian perut bayi. Dua cara menangani bayi yang
kolik dijelaskan sebagai berikut:
a) Ibu duduk dan bayi dipangku, punggung bayi menghadap perut
ibu, seputar perut bayi dipegang dan secara perlahan perutnya
ditekan.
b) Bayi digendong secara tegak dan menempel dihadapan dada
ibu dengan kepala bayi berada pada leher ibu, kemudian usap
punggung bayi secara perlahan. (Astuti Sri; dkk, 2015)

Gambar 13 Cara menggendong bayi untuk mengurangi kolik

6) Lama dan Frekuensi Menyusui


Sebaiknya bayi disusui tanpa jadwal (on demand). Bayi yang
sehat dapat menosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI
dalam lambung bayiakan kosong dalam waku 2 jam. Untuk
menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara. (Asih dan Risneni, 2016).

n. Konsling Pada Ibu Menyusui


1) Manfaat Menyusui Untuk Ibu
a) Mengurangi resiko kanker payudara. Wanita yang menyusui
mengurangi resiko terkena kanker payudara sebanyak 25
persen. Pengurangan risiko kanker terjadi proporsional dengan
43

durasi menyusui kumulatif seumur hidup. Artinya, semakin


banyak bulan atau tahun ibu menyusui, semakin rendah
resikonya terkena payudara.
b) Mengurangi risiko kanker rahim dan ovarium. Tingkat estrogen
yang lebih rendah selama menyusui menyebabkan risiko kedua
kanker itu menurun. Diduga penurunan estrogen menyebabkan
berkurangnya rangsangan terhadap dinding rahim dan juga
jaringan payudara, sehingga memperkecil risiko jaringan
tersebut menjadi kanker.
c) Mengurangi osteoporosis. Wanita tidak menyusui memiliki
risiko empat kali lebih besar mengembangkan osteoporosis
daripada wanita menyusui dan lebih mungkin menderita patah
tulang pinggul di tahun-tahun setelah menopause.
d) Manfaat KB alami. Menyusui dapat mengakibatkan penundaan
ovulasi sehingga ibu menyusui tidak subur untuk sementara
waktu. Berapa lama seorang wanita kembali subur tergantung
pada pola menyusui bayinya dan kecenderungan tubuhnya
sendiri.
e) Meningkatkan kesehatan emosional. Menyusui tidak hanya
baik untuk tubuh, tetapi juga untuk pikiran. Studi menunjukkan
bahwa ibu menyusui kurang menunjukkan kecemasan dan
depresi postpartum daripada ibu memberikan susu formula.
f) Meningkatkan penurunan berat badan. Ibu menyusui
menunjukkan lebih banyak penurunan lingkar pinggang dan
massa lemak dalam satu bulan setelah melahirkan
dibandingkan ibu yang memberikan susu formula. Ibu
menyusui cenderung kembali ke berat badan sebelum
kehamilan.
g) Menyusui tidak perlu biaya. Pemberian susu formula bagi bayi
dapat memerlukan biaya lebih dari Rp. 5 juta setahun. Para ibu
tidak perlu mengeluarkan uang seperser pun untuk
mendapatkan ASI.
44

h) ASI selalu tersedia untuk diberikan. Menyusui bisa menghemat


waktu untuk menyiapkan botol, menuangkan air, mencampur
susu dan mensterilkan botol yang sudah dipakai.

B. KEWENANGAN BIDAN DALAM KASUS TERSEBUT


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017:
a. Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan,bidan memiliki wewenang
untuk:
1) Memberikan pelayanan kesehatan ibu.
2) Memberikan pelayanan kesehatan anak.
3) Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB.
b. Pasal 19
1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana di maksud dalam Pasal 18 huruf
a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan,
masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a) konseling pada masa sebelum hamil
b) antenatal pada kehamilan normal
c) persalinan normal
d) ibu nifas normal
e) ibu menyusui
f) konseling pada masa antara dua kehamilan.

3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) bahwa bidan berwenang melakukan:
a) Episiotomy.
b) pertolongan persalinan normal.
c) penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
d) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
e) pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil.
45

f) pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.


g) fasilitasi bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu
ekslusif.
h) pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum

i) penyuluhan dan konseling.


j) bimbingan pada kelompok ibu hamil.
k) pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

C. HASIL PENELITIAN TERKAIT


Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis sedikit banyak
terispirasi dan mereferensi dari penelitian-penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan latar belakang masalah pada laporan tugas akhir ini. Berikut
ini penelitian terdahulu yang berhubungan dengan laporan tugas akhir ini
antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh dosen Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Sri
Juliani di Kabupaten Langkat tahun 2017 menemukan tentang teknik
menyusui dengan kejadian puting susu lecet. Teknik pengambilan sampel
dengan menggunakan total sampling diperoleh 36 responden. Analisis data
menggunakan uji chi square. Hasil analisis data diperoleh p value 0.001 (p
value < 0.05) sehingga Ho ditolak, yang berarti ada hubungan antara
pengetahuan ibu nifas tentang teknik menyusui dengan kejadian putting
susu lecet.

2. Penelitian yang dilakukan oleh dosen Poltekkes Tanjungkarang Hj.


Risneni, S.SiT, M.Kes di PMB Wirahayu, Panjang, Lampung Selatan pada
tahun 2015 menemukan adanya hubungan teknik menyusui dengan
terjadinya lecet puting susu terdapat 35 kasus atau sebesar (58,3%) dari 60
ibu menyusui. Hasil uji statistic dapat disimpulkan ada hubungan yang
signifikan antara teknik menyusui dengan terjadinya lecet puting susu
dengan p-value 0,025 dan OR 3,879
46

D. KERANGKA TEORI

Ibu Hamil Trimester III

Edukasi Laktasi

Puting Susu Lecet

Penyebab puting lecet: Cara Menangani

a. Teknik menyusui yang tidak a) Cari penyebab puting lecet .


benar b) Bayi disusukan lebih dulu pada
47

Tabel 3 Kerangka Teori


Sumber: (Susanto, 2018)
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Lokasi dan Waktu Pemberian Asuhan

Lokasi pemberian asuhan kebidanan kepada Ny.I yang bertempat di PMB


Redinse Sitorus, S.ST yang berada di Merbau Mataram, Lampung Selatan.
Dimana Ny.I tinggal bersama suaminya di Hargo Sari I, kec.Merbau Mataram,
kab.Lampung Selatan. Pemberian asuhan kebidanan masa hamil trimester III
terhadap Ny.I dilakukan di PMB Redinse Sitorus, S.ST pada hari Kamis,
tanggal 06 Febuari 2020, dengan melakukan kunjungan kerumah ibu.

B. Subjek Laporan Kasus

Subjek dalam studi kasus ini adalah Ny. I yang beralamat di Hargo Sari I,
kec.Merbau Mataram, kab.Lampung Selatan I. Asuhan ini diberikan mulai
dari ibu hamil trimester III dengan fokus tujuan yaitu pencegahan putting susu
lecet dengan edukasi laktasi.

C. Instrumen Kumpulan Data


Instrumen yang digunakan selama melakukan laporan kasus ini adalah dengan
menggunakan format asuhan kebidanan kehamilan dengan menggunakan
SOAP.
1. Observasi
Penulis mencari data dan mengobservasi langsung terhadap Ny.I sesuai
dengan manajemen kebidanan
2. Wawancara
Penulis melakukan wawancara langsung kepada Ny.I untuk mengetahui
masalah-masalah atau keluhan yang di rasakan oleh Ny.I.
3. Studi dokumentasi
Dilakukan asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP yaitu:

48
49

a. S (Subjektif)
Berisikan pendokumentasian hasil pengumpulan data dasar terhadap
Ny.I melalui anamnesa yang terdiri dari identitas diri Ny.I dan suami,
serta keluhan yang dialami saat kunjungan
b. O (Objektif)
Berisikan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik Ny.I, yaitu hasil
TTV ,hasil laboratorium, dan tes diagnosis lain yang di rumuskan
dalam data fokus untuk mendukung assasment sebagai langkah ke 1
Varney.
c. A (Analisa Data)
Berisikan analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam
identifikasi diagnosa dan masalah potensial dan perlu nya tindakan
segera oleh bidan atau dokter sebagai langkah ke 2, 3 dan 4 Varney.
d. P (Penatalaksanaan)
Berisikan tindakan perencanaan dan evaluasi berdasarkan analisa data
assasment sebagai langkah 5, 6 dan 7 Varney.

D. Teknik Cara Pengumpulan Data


Data berdasarkan cara memperoleh dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan
data sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subyektif
atau obyektif oleh perorangan maupun organisasi. Data primer ini
diperoleh dari :
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien
secara sistematis dengan cara :
1) Inspeksi
Pada Ny.I dengan terlihat tidak ada masalah pada payudara dan
putting menonjol.
2) Palpasi
50

Pada Ny.I tidak teraba adanya benjolan pada payudara dan putting tidak
lecet.
b. Wawancara
Pada kasus ini wawancara atau tanya jawab dilakukan terhadap
Ny.I untuk pencegahan terjadinya putting susu lecet dengan edukasi
laktasi.
c. Observasi
Pelaksanaan observasi ini dilakukan dengan cara mengkaji
Keadaan Umum (KU), TTV, lochea, kontraksi, Tinggi Fundus Uterus
dan teknik menyusui.

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
kasus. Data sekunder dapat diperoleh dari :
a. Studi Dokumentasi
Pada pengambilan kasus ini penulis mengambil catatan dari buku KIA
pada Ny. I.
b. Studi kepustakaan
Pada studi kasus ini menggunakan studi kepustakaan dari tahun 2010-
2018

E. Bahan dan alat


Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain :

1. Wawancara
Menggunakan alat :
a. Format asuhan kebidanan pada ibu nifas
b. Buku tulis
c. Lembar observasi
2. Observasi
Menggunakan alat :
a. Timbangan berat badan
b. Alat pengukur tinggi badan
c. Tensimeter
51

d. Stetoskop
e. Termometer
f. Jam tangan
g. Baby oil
h. kapas
i. 2 bantal
j. Kursi kecil/ dingklik
k. Kursi
l. 2 handuk

F. Jadwal Kegiatan

KUNJUNGAN ASUHAN KEBIDANAN

penulis bertemu dengan ibu untuk menjadi objek


04 Februari 2020 pengambilan studi kasus ANC laporan tugas akhir di
Kunjungan hamil PMB Redinse Sitorus.

1. Melakukan pemeriksaan fisik ibu.


06 Februari 2020 2. Memberikan edukasi laktasi
Kunjungan hamil 3. Mengajarkan ibu cara perawatan payudara untuk
35 mgg mempersiap kan menyususi.
4. Menganjurkan ibu untuk merapkan perawatan
payudara dirumah
1. Memeriksa keadaan umum dan TTV
2. Memberikan motivasi dan dukungan karna akan
melalui proses persalinan.
21 Februari 2020 3. Menolong persalinan dengan starndar APN
Persalinan 4. Melakukan asuhan pada ibu bersalin disaat bayi
lahir melakukan IMD di satu jam pertama.
5. Memonitor kembali apakah bayi sudah berhasil
mencari payudara.
52

1. Memeriksa keadaan umum ibu dan TTV


2. Memantau kontraksi uterus,TFU,perdarahan
21 Februari 2020 3. Mengajar kan mobilisasi dini.
Kunjungan nifas 6 4. Mengajarkan perawatan tali pusat dan
jam postpartum personal hygine.
5. Menganjurkan konsumsi makanan sehat yang
bernutrisi dan tinggi serat.
6. Memberitahu bahwa masa nifas tidak ada
pantangan makanan apapun.
1.Memeriksa keadaan umum ibu dan TTV
2.Memantau kontraksi uterus,TFU,perdarahan,lochea
28 Februari 2020 3.Mengajarkan perawatan payudara dan teknik
Kunjungan nifas 7 menyusui
hari postpartum 4.Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya
sesering mungkin (on demand)
5.Mengajarkan ibu untuk menyendawakan bayi
6.Memberikan dukungan ibu untuk terus menyusui
bayinya.
1.Memeriksa keadaan umum ibu dan TTV
06 Maret 2020 2.Memantau kontraksi uterus,TFU,perdarahan,lochea
Kunjungan nifas 14 3.Observasi rencana asuhan yang diajarkan apakah
hari postpartum diterapkan oleh ibu.

1. Memberitahu ibu untuk persiapan dalam memilih


alat konstrasepsi .
31 Maret 2020 2. Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga
Kunjungan nifas 39 tentang imunisasi dasar pada bayi dan
hari post partum menganjurkan pada ibu untuk membawa bayinya
ke posyandu setiap bulan untuk mendapatkan
imunisasi dasar dan pemantauan tumbuh
kembang .
BAB IV
HASIL TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TERHADAP NY.I


DI PMB REDINSE SITORUS MERBAU MATARAM
LAMPUNG SELATAN

KUNJUNGAN KE-1

Oleh : Laras Cahyaning Tyas


Tanggal : 13 Februari 2020
Waktu : 15.00 WIB

I. SUBJEKTIF (S)
A. IDENTITAS
Istri Suami
Nama : Ny.I Tn. A

Umur : 21 Tahun 35 Tahun

Agama : Islam Islam

Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Jawa/Indonesia

Pendidikan: : SMA SMA

Pekerjaan : Guru TK Wiraswasta

Alamat Lengkap : Hargo Sari I, kec.Merbau Mataran, kab.Lampung Selatan.

B. ANAMNESA
1. Alasankunjungan saat ini :
Ibu datang ingin memeriksakan kehamilannya
2. Riwayat kehamila saat ini
2.1 Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : 28 hari

53
54

c. Lama : 7 hari
d. Desminore : ya, kadang- kadang
e. Sifat Darah : encer
f. Banyaknya : normal, 3 kali ganti pembalut
g. HPHT : 06 -06- 2019
h. TP :13 -03- 2020
i. Usia Kehamilan : 36 minggu
2.2 Tanda –tanda kehamilan (TM I)
a. amenore : ya
b. mual dan muntah : ya
c. tes kehamilan : ya
d. tanggal :06-06-2019
gerakan fetus dirasakan pertama kali pada umur kehamilan 20
minggu
pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : 12 kali
2.3 pemeriksaaan kehamilan
a. ya, dimana : di PMB
oleh siapa : Bidan
berapa kali : 1 kali

2.4 pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan


No Pengetahuan Pengetahuan Mengalami
klien
Tahu Tidak Ya Tidak
tahu

1 Sakit kepala  
2 Pandangan kabur  
3 Mual dan muntah berlebih  
4 gerakan janin berkurang  
5 Demam tinggi  
6 Keluar cairan pervaginam  
(KPD)
7 Perdarahan terus menerus  
8 Bengkak pada ekstremitas  
55

2.5 Perencanaan KB Setelah Melahirkan


Jenis : suntik 3 bulan
Alasan :-
2.6 Persiapan Persalinan (P4K) Terdiri dari
a. Kepemilikan stiker P4K
Ada : ada
Tidak ada :-
b. Persiapan tempat persalinan
Rencana penolong
Tenaga kesehatan,oleh siapa : 1. Bidan R
c. Pendamping persalinan : Keluarga
d. Perencanaan biaya persalina : Ada
Sudah direncanakan : ya, BPJS dari pemerintah
dan tabungan persalinan
Belum direncanakan :-
e. Tranportasi yang digunakan
Ada : ada ,motor
Tidak ada :-
f. Golongan darah
Tidak tahu, alasan :-
Tahu, jenis : ya, B
Calon pendonor darah : kakak perempuan
2.7 keluhan yang dirasakan : ibu merasa lelah dan malas
beraktifitas
2.8 Penapisan kehamilan
a. Riwayat SC : tidak
b. Perdahan pervaginam : tidak
c. Persalinan kurang bulan : tidak
d. Ketuban pecah desitasi mekonium yang kental : tidak
e. Ketuban pecah lama : tidak
f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan< 37 minggu : tidak
56

g. Ikterus : tidak
h. Anemia berat : tidak
i. Infeksi : tidak
j. Pre eklamsi : tidak
k. TFU > 40 cm : tidak
l. Gawat janin : tidak
m. Primipara dalam fase aktif kala I persalinan kepala janin 5/5:
tidak
n. Presentasi buan belakang kepala : tidak
o. Presentasi ganda (majemuk) : tidak
p. Kehamilian ganda (gamelli ) : tidak
q. Tali pusat menumbung : tidak
r. Syok : tidak
2.9 diet atau makanan
sebelum hamil
a. pola makan dalam sehari : 2-3 kali sehari
b. jenis makanan sehari- hari : nasi, sayur, lauk-pauk, susu
setelah hamil
c. pola makan dalam sehari : 2-3 kali sehari
d. jenis makanan sehari- hari : nasi, sayur, lauk-pauk, susu

2.10 pola eliminasi


sebelum hamil
a. BAK :2-3 kali sehari
Warna : kuning jernih
b. BAB :1 kali sehari
Konsistensi :lembek
Warna :kuning kecoklatan
Setelah hamil
c. BAK :> 4 kali sehari
Warna :kuning jernih
d. BAB :1 kali sehari
57

Konsistensi : lembek
Warna : kuning kecoklatan
2.11 aktivitas sehari- hari
sebelum hamil
a. pola istirahat dan tidur : siang 1 jam, malam 5 jam
b. seksualitas : sesuai kebutuhan
c. pekerjaan :ibu rumah tangga
setelah hamil
a. pola istirahat dan tidur : siang 2 jam, malam 6 jam
b. seksualitas : sesuai kebutuhan
c. pekerjaan :ibu rumah tangga
2.12 personal hygyne
a. Frekuensi mengganti pakaian dalam :2 kali mengganti pakaian
dalam
2.13 status imunisasi
Imunusasi TT Ya Tidak Keterangan
TT 1 Ya
TT 2 Ya
TT 3 Ya
TT 4 Ya
TT 5 -
58

3. Riwayat kesehatan
4.1 Riwayat penyakit yang pernah diderita atau sedang diderita:
a. Jantung : Tidak Ada
b. Hipertensi : Tidak Ada
c. Diabetes militus : Tidak Ada
d. Asma : Tidak Ada
e. Hepatitis : Tidak Ada
f. Anemia berat : Tidak Ada
g. PMS dan HIV/AIDS : Tidak Ada
4.2 perilaku kesehatan
a. penggunaan alkohol/obat-obat sejenisnya : Tidak
b. pengonsumsian jamu : Tidak
c. merokok : Tidak
d. vulva hygiene : ya, membasuh
kemaluan dengan bersih dan mengelap dengan kain bersih atau tisu
4. riwayat sosial
5.1 kehamilan ini derencanakan : ya
5.2 ststus pernikahan : menikah 1 kali
5.3 susunan keluarga yang tinggal dirumah :
N Jenis Umu Hubungan pendidikan Pekerjaan Keterangan
o kelamin r
1 L 35 th Suami SMA Wiraswasta Sehat

5.4 kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan,persalinan, dan nifas :


tidak ada
5. riwayat kesahatan keluarga ( penyakit jantung, pembekuan darah, darah tinggi,
diabetes, dll) : tidak ada

II. OBJEKTIF
59

A. PEMERIKSAAN UMUM
1. Keadaan umum : Baik
2. Tingkat kesadaran : Composmentis
3. Keadaan Emosional : Stabil
4. Tanda - tanda vital
a. TD : 120/80 mmHg
b.Nadi : 82 x/menit
c. Suhu : 36,7oC
d.Pernafasan : 20 x/menit
5. BB sekarang : 55 kg
6. BB sebelum : 43 kg
7. TB : 150 cm
8. LILA : 24 cm
B. PEMERIKSAN FISIK
1. Kepala
a. Rambut : bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok
Kebersihan : bersih tidak ada ketombe
Warna : hitam
Kekuatan akar : tidak rontok
b. Muka : bersih, tidak ada oedem
c. Mata
Kelopak mata : tidak oedema
Konjungtiva : an anemis
Sklera : an ikterik
d. Hidung : bersih tidak ada secret,dan pembekakan
e. Telinga : bersih tidak ada secret,dan pembekakan
f. Mulut dan gigi : bersih tidak ada stomatis
Bibir : merah muda tidak pycat
Lidah : bersih
Gigi : tidak ada caries
Gusi : merah muda
2. Leher
60

a. Kelenjar tyroid : tidak ada pembesaran


b. Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
3. Dada
a. Jantung : suara jantung normal bunyi lup dup
b. Paru-paru : tidak ada whezing dan ronchi
c. Payudara
Pembesaran : ya
Puting susu : menonjol
Pengeluaran ASI : tidak ada
Simetris : ya
Benjolan : tidak ada
Rasa nyeri : tidak ada
Hiperpigmentasi : ya, aerola
4. Abdomen
a. Bekas luka operasi : tidak ada
Pembesaran : sesuai usia kehamilan
Benjolan : tidak ada
Pembesaran lien dan liver : tidak ada
Linea : ada
Acites : tidak ada
Tumor : tidak ada
b. Posisi uterus

Leopold I :TFU berada di 3 jari di bawah prosessus xifodeus,


padabagian fundus terabasatu bagian besar, agaklunak, dantidak
melenting (bokong).
Leopold II :Pada bagian kanan perut ibu teraba satu tahanan
yang datar,memanjang(puka). Pada bagian kiri perut ibu bagian-
bagian kecil(ekstremitasjanin).
Leopold III :Pada bagian bawah perut ibu terabasatu bagian
bulat,keras (kepala)tidak dapat digerakkan lagi. Kepala sudah
masuk PAP
Leopold IV :Convergen
61

Mc. Donald : 29 cm
TBJ (Rumus Jhonson-Tausack)

: ( TFU – N ) x 155

: ( 29– 11 ) x 155

: 17 x 155
: 2,790 gram

DJJ : (+), frekuensi 138 x/menit


Punctum Maximum : ± 3 jari di bawah pusat sebelah kanan perut
ibu
5. Punggung dan pinggang
Posisi punggung : normal
Nyeri pinggang : tidak ada
6. Ekstremitas
Ekstremitas atas : simetris
Oedema : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Varises : tidak ada
Ekstremitas bawah
Varises : tidak ada
Reflek patela : (+) kanan dan kiri
7. Anogenital : tidak dilakukan
Perinium : Utuh
Vulva dan vagina : Tidak ada varises
Pengeluaran pervaginam : Tidak ada
Kelenjar bartholini : Tidak ada pembengkakan
Anus : Tidak ada haemoroid

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
62

1. Laboratorium
Golongan Darah :O
Hepatitis : Negatif
Malaria : Negatif
HIV : Negatif
Hb :12,5 gr/dL
Protein : Negatif
Glukosa : Negatif
2.Radiologi / Usg : tidak dilakukan

III. ANALISA (A)


a. Diagnosa ibu : ibu G1P0A0 hamil 36 minggu
b. Diagnosa janin : janin tunggal hidup intrauterin,
presentae kepala
c. Masalah : tidak ada

IV. PENATALAKSANAAN ( P )
1. Menjelaskan dan melakukan inform consent kepada ibu untuk menjadi
pasien laporan tugas akhir, bila ibu setuju maka tandatangan pada surat
persetujuan
2. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yang telah
dilakukan.
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,7oC
P : 20 x/menit

3. Menganjurkan ibu ntuk olah raga ringan supaya diperlancar dalam


proses persalinan seperti senam hamil yang diajarkan pada kelas ibu
hamil yang diadakan satu bulan sekali di pmb Redinse sitorus SST

4. Memberikan edukasi pada ibu tentang tanda bahaya trimester III yaitu
sakit kepala hebat, penglihatan kabur, bengkak di wajah dan ditangan,
keluar cairan maupun perdaraha pervaginam, gerakan janin berkurang,
63

nyeri perut hebat, apabila merasakan salah satu dari itu beritahu ibu
untuk segera membanyake fasilitas kesehatan.

5. Menjelaskan ketidaknyamanan kehamilan trimester III yaitu sakit


punggung, sesak nafas, panas dibagian dada, varises dan muncul streak
mark, sembelit, sering BAK, Insomnia, Mulas, dll.

6. Memberi therapi pada ibu yaitu tablet Fe 60 mg 1x1 perhari, kalsium 50


mg 1x1 perhari.

7. Menganjurkan ibu untuk membersihkan putting nya pada saat ada waktu
luang untuk mempersiapkan menyusui.

8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang , yaitu 1 minggu yang akan


datang atau jika terdapat keluhan.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN TERHADAP NY.I


HAMIL37 MINGGU 1 HARI DI PMB REDINSE SITORUS
64

MERBAU MATARAM LAMPUNG SELATAN

Anamnesa oleh : Laras Cahyaning Tyas


Hari/Tanggal : Rabu, 21Februari 2020
Waktu : 19.00WIB

1. Nyeri kepala hebat : tidak


2. Penglihatan kabur : tidak
3. Bengkak pada ekstremitas dan wajah : tidak
4. Gerakan janin berkurang : tidak
5. Nyeri epigastrium : tidak
6. Keluar darah pervaginam : tidak
7. Keluar air-air : tidak

KALA I (Pukul 19.00 – 21.30 WIB)


Subjektif (S)

Identitas Istri Suami


Nama : Ny.I Tn.A
Umur : 21 tahun 35 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Jawa/Indonesia
Pekeraan : Guru TK Wiraswasta
Alamat : Hargo Sari I, kec.Merbau Mataran, kab.Lampung Selatan.

Alasan kunjungan : Ibu ingin bersalin.


Riwayat keluhan : Ibu datang ke PMBRedinse Sitorus, SST pada tanggal
21 Februari 2020 pukul 19.00 WIB, mengeluh perutnya
mulas dan sakit menjalar ke pinggangsejak pukul 16.00
WIB, dan disertai lendir bercampur darah, belum
mengeluarkan air-air.
65

Objektif (O)
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
TTV : TD : 120/80 mmHg R : 23 x/m
N : 80 x/m S : 36.20C
TB : 156 cm
BB sebelum hamil : 43 kg
BB sekarang : 56 kg
Kenaikan BB : 13 kg

B. Pemeriksaan Fisik
1. Wajah : tidak oedema
2. Konjungtiva : merah muda
3. Ekstremitas : tidak ada oedema pada bagian tungkai, tidak
ada varises,reflek patella kanan kiri (+)
4. Anogenital
a. Perineum : tidak ada luka parut
b. Vulva dan vagina : merah
c. Pengeluaran pervaginam : lendir bercampur darah
d. Kelenjar bartholini : tidak ada pembengkakan
e. Anus : tidak ada haemorroid

C. Pemeriksaan Khusus Kebidanan


Palpasi
66

Leopold I : TFU pertengahan Px-pusat, pada bagian fundus


teraba satu bagian besar, agak lunak, dan tidak
melenting (bokong janin).
Leopold II : Pada bagian kanan perut ibu teraba satu tahanan
yang keras, memanjang seperti papan (punggung
janin). Pada bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian
kecil (ekstremitas janin).
Leopold III : Pada bagian terbawah janin teraba satu bagian keras,
bulat, dan melenting (kepala janin). Kepala sudah
masuk PAP.
Leopold IV : Divergen.
Penurunan : 4/5
Mc. Donald : 30 cm

TBJ (Johnson-Thausack): (TFU-n) x 155 gram


: (30-11) x 155 gram
: 2.945 gram
TBJ (Niswander) : 1,2 x (TFU-7,7) x 100 ± 150 gram
: 1,2 x (30-7,7) x 100 ± 150 gram
: 2.526-2826gram
1. Auskultasi
DJJ : (+), frekuensi 132 x/m
Punctum Maximum : ± 2 jari di bawah pusat sebelah kanan

2. Periksa dalam : Pukul 19.00 WIB


Indikasi : Untuk mengetahui apakah ibu sudah memasuki
masa inpartu atau belum
a. Dinding vagina : tidak ada sistokel dan rektokel
b. Portio : - Arah : searah jalan lahir
- Konsistensi : lunak
- Pembukaan : 6 cm
67

c. Ketuban : positif (+), ketuban pecah spontan pukul 21.00


WIB,
d. Presentasi : belakang kepala
e. Penurunan : Hodge III

Analisa Data (A)


Diagnosa : - Ibu : Ny.I 21 tahun G1P0A0 Gravida 37 Minggu 1 Hari
inpartu Kala I fase aktif
- Janin : tunggal, hidup intra uterin, presentasi kepala

Penatalaksanaan (P)
1. Memberikan penjelasan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.
TTV : TD :120/80 mmHg R : 23 x/m
N : 80 x/m S : 36.70C
DJJ : 132 x/m
2. Memberikan motivasi/semangat pada ibu agar dapat mengurangi kecemasan
ibu dan memunculkan rasa percaya diri ibu.
3. Memberitahu ibu bahwa proses persalinan adalah proses alamiah yang akan
terjadi pada setiap wanita hamil.
4. Menghadirkan orang terdekat untuk mendampingi ibu selama proses
persalinan dan suami berperan aktif dalam mendukung ibu.
5. Memberikan asuhan sayang ibu seperti membantu ibu melakukan perubahan
posisi sesuai keinginan ibu dengan tetap menganjurkan ibu untuk miring ke
kiri, memberikan sentuhan seperti memijat atau menggosok punggungnya
untuk mengurangi rasa nyeri, selalu menjaga hak privasi ibu dalam persalinan.
6. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan minuman seperti roti
dan teh hangat kepada ibu di sela-sela kontraksi untuk asupan tenaga ibu.
7. Mengajarkan kepada ibu teknik pernafasan yaitu menarik nafas dalam melalui
hidung dan membuang nafas melalui mulut jika terdapat kontraksi untuk
relaksasi. Ibu mengerti dan melakukannya
8. Menyiapkan partus set, heacting set, serta alat pertolongan bayi segera lahir
pakaian ibu, dan perlengkapan bayi. Semua perlengkapan telah disiapkan.
68

9. Melakukan observasi : memantau kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan


janin dan mencatatnya di partograf
10. Melakukan informed consent pada pihak keluarga agar terdapat bukti
persetujuan tindakan medis dari pihak keluarga.

CATATAN PERKEMBANGAN 1

Subjektif (S)
Pada pukul 20.00 WIB, ibu mengatakan perutnya terasa mulas dan rasa
sakitnya semakin terasa.

Objektif (O)
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
His (+), frekuensi 3 x/10 menit, lamanya 25-35 detik.
DJJ (+), 140 x/m.

Analisa Data (A)


Diagnosa : - Ibu : Ny.I 21 tahun G1P0A0 Hamil 37 Minggu 1 Hari inpartu
Kala I fase aktif
- Janin : tunggal, hidup intra uterin, presentasi kepala

Penatalaksanaan (P)
1. Memberikan penjelasan pada ibu tentang hasil pemeriksaan dalam
keadaan normal.
2. Memantau DJJ
DJJ : 140 x/m
3. Menganjurkan ibu untuk berjalan- jalan disekitar tempat tidur dan
perbanyak jongkok jika ibu mampu, untuk mempercepat proses penurunan
kepala dan menganjurkan ibu untuk beristirahat jika ibu merasa lelah
4. Membuat partograf sesuai dengan hasil pemeriksaan
69

KALA II (Pukul 21.30 – 22.00 WIB)

Subjektif (S)
1. Ibu mengatakan rasa mulas dan nyeri pada pinggang yang menjalar ke
perut terasa semakin sering dan kuat.
2. Ibu merasakan ada dorongan ingin meneran.

Objektif (O)
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
TTV : TD : 120/80 mmHg R : 23 x/m
N : 82 x/m S : 36.40C
His (+), frekuensi 5x/10 menit, lamanya >40 detik.
DJJ (+), 135 x/m.
Inspeksi : vulva membuka, perineum menonjol, anus mengembang,
dan ibu ingin mengedan
Periksa dalam : Pukul 21.30 WIB
Indikasi : Untuk memastikan bahwa pembukaan telah lengkap
- Portio : Tidak teraba
Pembukaan : 10 cm (lengkap)
- Ketuban : negatif (+), ketuban pecah spontan pukul 21.00 WIB,
warna jernih
- Presentasi : Kepala
- Penunjuk : UUK

Analisa Data (A)


Diagnosa : - Ibu : Ny.I 27 tahun G1P0A0 Hamil 37 Minggu 1 Hari inpartu
Kala II
- Janin : tunggal, hidup intra uterin, presentasi kepala
70

Penatalaksanaan (P)
1. Memberi motivasi/semangat pada ibu agar dapat mengurangi kecemasan
ibu dan memunculkan rasa percaya diri ibu.
2. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah
lengkap (10cm) dan ibu sudah diperbolehkan untuk meneran saat ada his
dengan dipimpin oleh penolong.
3. Membantu ibu untuk mengatur posisi senyaman mungkin
4. Memantau DJJ saat tidak ada his untuk mengetahui keadaan janin.
DJJ : 135 x/m
5. Melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standar APN.

KALA III (Pukul 22.00 – 22.10 WIB)


Subjektif (S)
Ibu mengatakan merasa lemas dan masih sedikit mulas.

Objektif (O)
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
TTV : TD : 120/80 mmHg R : 23 x/m
N : 81 x/m S : 36.70C
TFU : sepusat
Kontraksi : baik

Analisa Data (A)


Diagnosa : Ny.I 21 tahun P1A0 Kala III
Masalah : Tidak ada
71

Penatalaksanaan (P)
1. Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada janin kedua
atau tidak.
2. Melakukan manajemen aktif kala III
3. Memantau perdarahan kala III.Plasenta lahir lengkap pukul 22.10 WIB,
perdarahan ±100 cc.
4. Memeriksa jalan lahir untuk memastikan ada laserasi atau tidak, terdapat
laserasi perineum derajat II.
5. Melakukan pendokumentasian dengan partograf

KALA IV (Pukul 22.10 – 00.10 WIB)

Subjektif (S)
Ibu mengatakan perut terasa mulas, dan ibu merasa lemas.

Objektif (O)
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
TTV : TD : 110/80 mmHg R : 23 x/m
N : 81 x/m S : 36.70C
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi : baik
Perineum : laserasi derajat II
Plasenta lahir lengkap pukul 22.10 WIB
Berat plasenta : 500 gram
Diameter plasenta : 18 cm
Tebal plasenta : 2,5 cm
Insersi tali pusat : sentralis
Panjang tali pusat :50 cm
72

Analisa Data (A)


Diagnosa : Ny.I usia 21 tahun P1A0 Kala IV
Masalah : Tidak ada

Penatalaksanaan (P)
1. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
TTV : TD : 110/80 mmHg R : 23 x/m
N : 82 x/m S : 36.70C
- Perineum : ada laserasi derajat II
- Perdarahan kala III : ±100 cc
2. Melakukan heacting perineum dengan terlebih dahulu melakukan
informed consent verbal, dan menganastesi bagian perineum.
3. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisinya bahwa rasa mulas
yangdirasakannya adalah hal yang wajar, rasa mulas yang timbul karena
pergerakan otot-otot uterus atau kontraksi yang mencegah terjadinya
perdarahan.
4. Mengajarkan kepada ibu dan keluarga cara memeriksa uterus dan massase
uterus yaitu dengan cara tangan ibu melakukan gerakan memutar searah
jarum jam diatas fundus uterus sampai rahim teraba keras kembali untuk
mencegah perdarahan pasca persalinan. Ibu dan keluarganya telah
mengerti dan bisa melakukan massase uterus
5. Memberikan rasa nyaman dengan membersihkan tubuh ibu termasuk
vulva dan vagina dari darah dengan air DTT, memakaikan pembalut, kain,
serta menggantikan pakaian bersih.
6. Memberikan ibu untuk makan dan minum sebagai pengganti tenaga ibu
yang berkurang selama proses persalinan dan ibu telah makan dan minum.
7. Memberikan therapy obat vitamin A 1 kapsul 200.000 IU, Fe dengan dosis
60 mg 3x1, paracetamol 500 mg 3x1, amoxcilin 500 mg 3x1.
8. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin tanpa
terjadwal (on demand) dan tetap memberikan ASI tanpa makanan
tambahan lainnya sampai bayi usia 6 bulan.
73

9. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini dan ibu sedah dapat miring ke
kanan dan ke kiri.
10. Melakukan pemantauan 2 jam kala IV untuk mengetahui keadaan ibu.
11. Melakukan pendokumentasian dengan partograf

Pemantauan Persalinan Kala IV

Jam Tekanan Tinggi Kontraksi Kandung Perdarah


Waktu Nadi Suhu
Ke- darah Fundus Uteri uterus kemih -an

22.25 WIB 100/80 82x/mnt 2 jari ↓ pusat Bulat,keras


36,8°C Tidak penuh ±15cc
mmHg
22.40 WIB 82x/mnt 2 jari ↓ pusat Bulat,keras Tidak
±10 cc
penuh
1
22.55 WIB 82x/mnt 2 jari ↓ pusat Bulat,keras
Tidak penuh ±10 cc
23.10WIB 81x/mnt 2 jari ↓ pusat Bulat,keras
±100 ±5 cc
2340 WIB 110/80 80x/mnt 2 jari ↓ pusat Bulat,keras Tidak
2. 36,7°C ±5 cc
mmHg penuh
2
00.10WIB 80x/mnt 2 jari ↓ pusat Bulat,keras Tidak
. ±5 cc
penuh

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.I


74

DI PMB REDINSE SITORUS MERBAU MATARAM


LAMPUNG SELATAN

A. 6-8 Jam Postpartum


Anamnesa oleh : Laras Cahyaning Tyas
Hari/Tanggal : Jumat, 21Februari 2020
Waktu : 04.05 WIB

1. Nyeri kepala hebat : tidak


2. Penglihatan kabur : tidak
3. Bengkak pada ekstremitas dan wajah : tidak
4. Gerakan janin berkurang : tidak
5. Nyeri epigastrium : tidak
6. Keluar darah pervaginam : ya
7. Keluar air-air : tidak

Subjektif (S)
A. Identitas : Istri Suami
Nama : Ny. I Tn. A
Umur : 21 tahun 35 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Guru TK Wiraswasta
Alamat : Hargo Sari I, kec.Merbau Mataran, kab.Lampung Selatan.

B. Anamnesa
1. Keluhan utama : - Ibu mengeluh perutnya masih terasa mulas, merasa
lemas dan nyeri pada kemaluannya
-Ibu mengatakan sudah BAK
-Ibu mengatakan ASI telah keluar berwarna bening
75

-Ibu mengatakan bayinya kuat menyusu


2. Riwayat keluhan : Ibu mengatakan setelah persalinan hingga
sekarang perutnya masih terasa mulas, lemas, dan nyeri pada kemaluannya

Riwayat Kehamilan ini


P1A0
 ANC : Teratur di PMB setiap bulan
 Imunisasi TT : lengkap
 Penyakit Kehamilan : Tidak ada
Riwayat Persalinan ini
 Tempat melahirkan: PMB
 Penolong : Bidan
 Jenis persalinan : Spontan
 Komplikasi : Tidak ada
Lama Persalinan
Kala I :3 Jam 30 Menit
Kala II :0 Jam 30 Menit
Kala III :0 Jam 05 Menit
Kala IV :2 Jam 0 Menit
Jumlah :6 Jam 05 Menit

 Jumlah Perdarahan : normal ±100 cc


Obat- obat yang diberikan
Amoxilin 500 gr : 3 x 1 tablet
Paracetamol 500 gr : 3 x 1 tablet
Tablet Fe 250 gr : 1 x 1 tablet
 Bayi
Jenis kelamin : perempuan
Berat badan : 2800 gr
Panjang badan : 49 cm

Plasenta
76

Diameter : ± 18 cm
Berat : ± 500 gr
Tebal : ± 2,5 cm
Tali pusat
Panjang : 50 cm
Insersi : sentralis
Perineum : utuh

Objektif (O)
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
TTV : TD : 110/80 mmhg R : 20 x/m
N : 82 x/m S : 36.30C
B. Pemeriksaan Fisik
5. Wajah : tidak oedema dan tidak pucat
6. Konjungtiva : merah muda
7. Payudara
Pembesaran : ya, simetris kanan dan kiri
Puting susu : menonjol
Benjolan : tidak ada
Pengeluaran : colostrum
8. Palpasi : kontraksi baik, TFU 2 jari bawah pusat
9. Kandung kemih : Tidak penuh
10. Anogenital
Vulva dan vagina : tidak ada tanda-tanda infeksi
Pengeluaran pervaginam : lochearubra
11. Ekstremitas : Tidak ada oedema

Analisa Data (A)


77

Diagnosa : Ibu P1A0 usia 21 tahun 6 jam postpartum


Masalah : Tidak ada

Penatalaksanaan (P)
1. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan.
TTV : TD : 110/80 mmhg R : 20 x/m
N : 82 x/m S : 36.30C
Pengeluaran pervaginam lochea rubra
2. Menjelaskan pada ibu tentang rasa mulas yang dirasakannya adalah hal yang
normal dikarenakan proses pengembalian rahim ke bentuk semula.
3. Memotivasi ibu dan keluarga masase fundus uterus
4. Menganjurkan ibu untuk cukup beristirahat dengan posisi kaki lebih tinggi
dari kepala.
5. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI pada bayinya secara eksklusif selama
6 bulan dengan perlekatan ( bounding attachment)
6. Menganjurkan ibu dan keluarga menjaga kehangatan bayinya
7. Mengajarkan ibu cara melakukan vulva hygin yakni membasuh bagian
kemaluan menggunakan air hangat dan selalu menjaga agar tetap bersih dan
kering serta sering mengganti pakaian dalam nya
8. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas kepada ibu seperti demam, perdarahan
setelah melahirkan, depresi, sakit kepala, penglihatan kabur dll.
9. Meminta ibu untuk segera mendatangi tenaga kesehatan terdekat bila terjadi
tanda bahaya masa nifas
10. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap seperti miring kanan dan
kiri, meluruskan kaki, duduk, serta berjalan untuk ke kamar mandi
78

7 HARI POSTPARTUM

Hari/Tanggal : Jumat, 28 Februari 2020


Waktu : 10.30 WIB
Tempat : Di Rumah Ny. I

1. Nyeri kepala hebat : tidak


2. Penglihatan kabur : tidak
3. Bengkak pada ekstremitas dan wajah : tidak
4. Gerakan janin berkurang : tidak
5. Nyeri epigastrium : tidak
6. Keluar darah pervaginam : tidak
7. Keluar air-air : tidak

Subjektif (S)
A. Identitas : Istri Suami
Nama : Ny. I Tn. A
Umur : 21 tahun 35 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Guru TK Wiraswasta
Alamat : Hargo Sari I, kec.Merbau Mataran, kab.Lampung Selatan.

B. Anamnesa
1. Keluhan utama : - Ibu mengatakan kondisi ibu dan bayinya
-Ibu mengatakan sudah BAK dan BAB
-Ibu mengatakan ASI lancar dan bayinya kuat
menyusu
-Ibu mengatakan tali pusat bayinya telah lepas

2. Riwayat keluhan : Ibu mengatakan 2 hari persalinan sudah mulai


BAB rutin hingga sekarang. Ibu mengatakan bayinya kuat menyusu,
79

bayinya rewel pada malam hari sehingga ibu kurang tidur dan ibu jarang
mengonsumsi buah.

Objektif (O)
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
TTV : TD : 100/80 mmHg R : 23 x/m
N : 80 x/m S : 36,1oC
B. Pemeriksaan Fisik
1. Wajah : tidak oedema dan tidak pucat
2. Konjungtiva : pucat
3. Payudara
Pembesaran : ya, simetris kanan dan kiri
Puting susu : menonjol,
Benjolan : tidak ada
Pengeluaran : ASI
4. Palpasi : kontraksi baik, TFU pertengahan pusat sympisis
5. Kandung kemih : Tidak penuh
6. Anogenital
Vulva dan vagina : tidak ada tanda - tanda infeksi
Pengeluaran pervaginam : lochea sanguinolenta
7. Ekstremitas : tidak ada oedema
8. Pola Eliminasi BAK dan BAB sudah lancar seperti sebelum
melahirkan

Analisa Data (A)


Diagnosa : Ibu P1A0 21 tahun postpartum hari ke 7
Masalah :-
80

Penatalaksanaan (P)
1. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan.
TTV : TD : 100/80 mmHg R : 23 x/m
N : 80 x/m S : 36,1oC
2. Memastikan involusi uterus berjalan normal
3. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan sesuai dengan
diet bermutu, bergizi tinggi, tinggi kalori, tinggi protein, (tktp), dan banyak
mengandung cairan karena kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh,
kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI seperti sayur-sayuran hijau,
buah-buahan dan ikan yang segar
5. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu nifas tidak mempunyai pantangan
apapun untuk makanan dan minumannya namun ibu disarankan untuk
menghindari jamu-jamuan karena dapat menghambat proses involusi
uterus dan produksi ASI
6. Menganjurkan ibu untuk minum sedikitnya 2 liter air setiap hari
atau 8-10 gelas, hal ini berguna untuk melancarkan sirkulasi tubuh dan
menambah produksi ASI ibu
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan sentuhan fisik, komunikasi
dan rangsangan kepada bayinya untuk memperkuat ikatan batin antaraibu
dan bayinya ( keluarga)
8. Menganjurkan ibu untuk menjaga pola istirahat
9. Memberikan apresiasi kepada ibu karena ibu telah melakukan
perawatan payudara
10. Mengajarkan kepada ibu tentang cara teknik menyusui yang benar
11. Mengajarkan ibu untuk menyendawakan bayinya
12. Mengajarkan ibu untuk melakukan perawatan payudara.
13. Menjelaskan pada ibu untuk sering menyusui bayinya minimal 2-3
jam sekali agar bayi tidak mengalami dehidrasi.
81

14. Memberikan apresiasi kepada ibu karna ibu sudah mengerti untuk
melakukan asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
perawatan bayi sehari-hari
15. Meminta ibu untuk segera mendatangi tenaga kesehatan terdekat
bila terjadi tanda bahaya masa nifas
16. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi seperti jalan pagi
82

14 HARI POSTPARTUM

Hari/Tanggal : Jumat, 06 Maret 2020


Waktu : 15.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. I

1. Nyeri kepala hebat : tidak


2. Penglihatan kabur : tidak
3. Bengkak pada ekstremitas dan wajah : tidak
4. Gerakan janin berkurang : tidak
5. Nyeri epigastrium : tidak
6. Keluar darah pervaginam : tidak
7. Keluar air-air : tidak

Subjektif (S)
A. Identitas : Istri Suami
Nama : Ny. I Tn. A
Umur : 21 tahun 35 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Sunda/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Guru TK Wiraswasta
Alamat : Hargo Sari I, kec.Merbau Mataran, kab.Lampung Selatan.

B. Anamnesa
1. Keluhan utama : - Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat
- Ibu mengatakan bayinya sering muntah susu

2. Riwayat keluhan : Ibu mengatakan setelah kunjungan kedua ibu


mulai melakukan perawatan payudara dan menerapkan teknik menyusui
yang benar, namun setelah minum ASI bayi sering mengalami muntah.
83

Obejktif (O)
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
TTV : TD : 110/70 mmHg R : 23 x/m
N : 78 x/m S : 36,20C
B. Pemeriksaan Fisik
1.Wajah : tidak oedema dan tidak pucat
2.Konjungtiva : merah muda
3.Payudara
Pembesaran : ya, simetris kanan dan kiri
Puting susu : menonjol
Benjolan : tidak ada
Pengeluaran : ASI
4. Palpasi : kontraksi baik, TFU tidak teraba
5. Kandung kemih : tidak penuh

6. Anogenital
Vulva dan vagina : tidak ada tanda-tanda infeksi
Pengeluaran pervaginam : lochea serosa

Analisa Data (A)


Diagnosa : Ibu P1A0 usia 21 tahun hari ke 14postpartum
Masalah : bayi suka gumoh

Penatalaksanaan (P)
1. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan.
TTV : TD : 110/70 mmHg R : 23 x/m
N : 78 x/m S : 36,20C
84

2. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak pantang terhadap makanan, makan


makanan bergizi seimbang, memperbanyak minum air putih, serta istirahat
yang cukup agar kesehatan ibu terjaga dan produksi ASI lancar.
3. Menganjurkan ibu untuk selalu melakukan perawatan payudara dan teknik
menyusui yang sudah diajarkan berguna untuk mencegah masalah menyusui
dan anjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya sesering mungkin (on
demand) .
4. Menjelaskan pada ibu untuk sering menyusui bayinya minimal 2-3 jam
sekali agar bayi tidak mengalami dehidrasi.
5. Menganjurkan pada ibu untuk membawa bayinya ke posyandu atau
puskesmas setiap bulan untuk mendapatkan imunisasi dasar dan pemantauan
pertumbuhan bayi.
6. Memberikan apresiasi ibu karena sudah melakukan personal hygiene
dirinya dan bayinya dirumah.
85

39 HARI POSTPARTUM

Hari/Tanggal : Selasa, 31 Maret 2020


Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. I

1. Nyeri kepala hebat : tidak


2. Penglihatan kabur : tidak
3. Bengkak pada ekstremitas dan wajah : tidak
4. Gerakan janin berkurang : tidak
5. Nyeri epigastrium : tidak
6. Keluar darah pervaginam : tidak
7. Keluar air-air : tidak

Subjektif (S)
A. Identitas : Istri Suami
Nama : Ny. I Tn. A
Umur : 21 tahun 35 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Guru TK Buruh
Alamat : Hargo Sari I, kec.Merbau Mataran, kab.Lampung Selatan.

B. Anamnesa
1. Keluhan utama : - Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
-Ibu mengatakan bayi tidak pernah muntah susu
lagi
-Ibu mengatakan ASI lancar dan menyusui
bayinya tiap 2-3 jam sekali
86

2. Riwayat keluhan : Ibu mengatakan setelah kunjungan ketiga, ibu


menyusui bayinya tiap 2-3 jam sekali dan setelah selesai menyusui ibu
tidak lupa untuk menyendawakan bayinya.

Obejktif (O)
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
TTV : TD : 110/80 mmhg R : 23 x/m
N : 81 x/m S : 36, 70C

B. Pemeriksaan Fisik
1. Wajah : tidak oedema dan tidak pucat
2. Konjungtiva : merah muda
3. Payudara
Pembesaran : ya, simetris kanan dan kiri
Puting susu : menonjol
Benjolan : tidak ada
Pengeluaran : ASI
4. Palpasi : kontraksi baik, TFU di simpisis
5. Kandung kemih : tidak penuh
6. Anogenital
Vulva dan vagina : tidak ada tanda-tanda infeksi
Pengeluaran pervaginam : lochea alba

Analisa Data (A)


Diagnosa : Ibu P1A0 usia 21 tahun hari ke 39minggu postpartum
Masalah : Tidak ada
87

Penatalaksanaan (P)
1. Memberi penjelasan tentang hasil pemeriksaan
TTV : TD : 110/80 mmhg R : 23 x/m
N : 81 x/m S : 36, 70C
2. Menganjurkan pada ibu untuk membawa bayinya ke posyandu atau
puskesmas setiap bulan untuk mendapatkan imunisasi dasar dan pemantauan
berat badan.
3. Memberi apresiasi kepada ibu sudah menerapkan perawatan payudara dan
tenik menyusui dengan baik dan benar.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygiene dirinya dan
bayinya
5. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
6. Memberikan ibu informed choice sebagai pilihan ibu terhadap kontrasepsi
yang akan digunakan oleh ibu, dan ibu memilih menggunakan kontrasepsi
KB suntik 3 bulan.
7. Mengamati dan menanyakan kondisi ibu dan bayi
8. Menanyakan mengenai kemajuan menyusui dan amati kegiatan menyusui

9. Mengingatkan ibu setelah menyusui harus menyendawakan bayi.


BAB V

PEMBAHASAN

A. KEHAMILAN
Pada tanggal 04 Februari 2020, penulis bertemu dengan Ny.I untuk
menjadi objek pengambilan studi kasus ANC laporan tugas akhir di PMB
Redinse Sitorus.
Pada tanggal 06 Februari 2020, penulis bertemu dengan Ny.I untuk
melakukan pemeriksaan ANC pada kehamilan trimester III pada usia
kehamilan 36 minggu. Pemeriksaan yang dilakukan penulis kepada Ny.I
terdiri dari timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri,
memeriksa DJJ, memberikan penjelasan tentang perawatan payudara pada saat
hamil untuk mempersiapkan menyusui.
Selama kehamilan ini ibu mengalami kenaikan berat badan sebanyak 13
kg, yaitu berat badan sebelum hamil 43 kg, dan berat badan saat usia
kehamilan 35 minggu menjadi 56 kg.
Pada pemeriksaan tekanan darah Ny.I yaitu 120/70 mmHg, tekanan darah
yang normal 110/80-140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu
diwaspadai adanya preeklamsia. (Jannah 2012). Pada kunjungan ANC
didapatkan tinggi fundus uteri Ny.I adalah 29 cm .
Normal DJJ pada teori asuhan persalinan normal (APN) berkisaran antara
120-160x/menit.Pada pemeriksaan DJJ yang dilakukan terhadap Ny.I
didapatkan DJJ 147x/menit. Hal ini sesuai dengan teori yang ada.
Menjelaskan kepada ibu beberapa ketidaknyamanan fisiologis yang
dialaminya pada Trismester III. Adapun ketidaknyamanan-ketidaknyamanan
fisiologis yang bisa terjadi pada ibu hamil trismester III diantaranya yaitu
sembelit/konstipasi, pembengkakan pada wajah dan kaki, insomnia, nyeri
punggung bawah/nyeri pinggang, sering buang air kecil, heart burn/panans
dalam perut, perut kembung, sakit kepala atau pusing apalagi ketika bangun
dari tidur, keputihan/keluar cairan vagina, gatal-gatal pada daerah kewanitaan,
89

air susu (ASI) yang belum keluar, susah bernafas, sulit tidur, dll (Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2010).
Memberikan asuhan kepada ibu untuk mengikuti kelas ibu hamil yaitu
senam hamil. Dalam senam hamil ibu diajarkan tekhnik relaksasi , mengatur
pernafasan, mengurangi nyeri atau kram. Selain itu, melakukan gerakan pelvic
rocking dengan menggunakan gymball dan mengajarkan ibu untuk
perawatan payudara pada saat hamil trimester III untuk mempersiapkan
menyusui.
Selanjut nya penulis memberikan edukasi kepada Ny.I tentang
pengetahuan mengenai putting susu lecet. Mengapa putting susu lecet dapat
terjadi dan cara mengatasi putting susu lecet agar tidak menyebabkan dampak
yang lebih buruk bagi ibu dan bayi. Penyebab puting cecet yaitu teknik
menyusui yang tidak benar, puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol,
saat ibu membersihkan putingnya susu, cara menghentikan menyusui yang
kurang tepat, areola tidak masuk kedalam mulut bayi, tetapi hanya bagian
puting saja. Cara mengatasi putting susu lecet yaitu cari penyebab puting lecet,
bayi disusukan lebih dulu pada putting susu yang normal atai lecetnya sedikit,
tidak menggunakan sabun dan alcohol pada saat membersihkan putting,
menyusui lebih sering, posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke
kalang payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara,
keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang lecet dan biarkan kering,
pergunakan BH yang menyangga, bila terasa sangat sakit boleh minum obat
pengurangan rasa sakit, jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan
tablet Nystatin. (susanto, 2018)

B. PERSALINAN
Pengkajian di mulai saat ibu datang ke PMB Redinse Sitorus, S.ST Pada
tanggal 21 Februari 2020 pukul 19.00 WIB Ny.I datang ke PMB dengan
keluhan mules-mules pada perut bagian bawah yang menjalar dari pinggang
bagian belakang semakin sering dan kuat, keluar lendir bercampur darah dari
jalan lahir sejak pukul 16.00 WIB dan belum keluar air-air dari kemaluannya.
Setelah dilakukan pemeriksaan dalam ibu memasuki masa inpartu kala 1 fase
90

aktif dengan pembukaan serviks 6 cm. Menurut teori ( Sarwono Prawirohardjo


: 2010) tanda dan gejala persalinan dengan adanya his yang semakin lama
semakin kuat dan teratur, keluarnya lendir bercampur darah pervaginam, dan
terjadinya pembukaan serviks. Berdasarkan teori yang ada penulis
menyimpulkan ibu berada pada tanda dan gejala persalinan, berarti tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus.
Berdasarkan HPHT Ny.I datang pada usia kehamilan 37 minggu 1 hari
dengan TFU 30 cm, sehingga taksiran berat janin menurut TBJ Jhonson-
Tausack 2.945 gram. Menurut teori (Saifuddin, 2009) persalinan normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-
42 minggu) dan menurut (Prawirohardjo, 2009) berat janin yang lahir normal
antara 2500-4000 gram. Pada kasus ini usia kehamilan Ny.I yaitu 37 Minggu
1 hari (Aterm) dan berat bayi Ny.I 2.800 gram, jadi tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus.
Pada Kala I pada persalinan Ny.I dimulai sejak pukul 19.00 WIB dengan
pembukaan 6 cm sampai pembukaan lengkap pukul 21.30 WIB. kemudian
dilakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
dan kemajuan persalinan baik tidak melewati garis waspada, pada pukul 21.30
WIB pembukaan 10 cm dan ketuban pecah spontan dengan warna jernih pukul
21.00 WIB.
Pada Kala I ibu diberikan asuhan seperti pelvic rocking yang sudah
dilaksanakan rutin pada saat ia hamil di trimester III. Gerakan Pelvic Rocking
ini sangat membantu untuk mempercepat proses pembukaan dalam persalinan.
Pada Kala II persalinan Ny.I berlangsung 30 menit sejak pembukaan
lengkap pada pukul 21.30 WIB sampai lahirnya bayi pukul 22.00 WIB. Bayi
lahir segera menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan, jenis
kelamin perempuan. Setelah bayi dikeringkan dan di potong tali pusatnya bayi
segara dilakukan Inisiasi Menyusi Dini (IMD) selama 1-2 jam .
Pada Kala III Ny.I berlangsung selama 10 menit dan dengan hasil
pengkajian sebagi berikut : keadaan ibu baik, TFU sepusat, kontraksi baik.
Setelah terdapat tanda – tanda pelepasan plasenta (Prawirohardjo, 2006) yaitu
berupa semburan darah secara tiba- tiba, tali pusat bertambah panjang dan
91

uterus membulat kemudian plasenta lahir lengkap pukul 22.10 WIB. Pada
pemeriksaan luka laserasi terdapat luka laserasi jalan lahir yaitu laserasi
derajat II. Menurut teori (Varney, 2007) kala III persalinan dimulai saat proses
melahirkan bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban, biasanya plasenta lepas dalam 5-15 menit setelah bayi lahir
(Prawirohardjo, 2006).
Pada Kala IV pada persalinan Ny.I berlangsung selama 2 jam setelah
plasenta lahir yaitu dari pukul 22.10 WIB – 00.10 WIB setiap 15 menit pada 1
jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua. Setelah plasenta lahir,
didapatkan hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik, kesadaran
composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital dalam keadaan normal, jumlah
perdarahan ± 100 cc, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, dan kandung
kemih kosong. Menurut teori (Vivian NannyLia Dewi,2011) Tinggi fundus
uteri setelah plasenta lahir yaitu 2 jari dibawah pusat. Menurut teori
(Prawirohardjo,2010)
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
proses tersebut. Pengawasan kala IV setiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan
setiap 30 menit pada 1 jam kedua. Jadi tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan kasus. Pada pelaksanaan Kala I sampai dengan Kala IV pencegahan
infeksi sangat dijaga dan sesuai dengan standar APN
Analisa Data terdiri dari penentuan diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan. Dari data yang diperoleh diatas, terdapat diagnosa , Ny.I G 1P0A0
hamil 37 minggu 1 hari inpartu kala I, Janin tunggal, hidup intrauterin,
presentasi kepala. Pada kala II diperoleh diagnosa yaitu Ny.I G 1P0A0 hamil 37
minggu 1 hari inpartu kala II dan tidak ditemukan penyulit saat persalinan.
Pada kala III diperoleh diagnosa yaitu Ny.I P1A0 inpartu kala III. Plasenta
lahir lengkap, dan terjadi laserasi derajat II pada perineum ibu maka dilakukan
penjahitan . Pada kala IV diperoleh diagnosa yaitu Ny.I P1A0 inpartu kala IV.
Dan tidak terjadi masalah dalam periode ini.
92

C. NIFAS
Pengkajian dimulai pada 6-8 jam setelah persalinan, dilakukan
pemeriksaan, ibu dalam keadaan baik, TTV dalam batas normal, yaitu TD:
110/80 mmHg, suhu: 36,70C, RR: 20 x/menit, dan nadi: 86 x/menit. Tinggi
fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, pengeluaran
payudara berupa kolostrum dan tidak terasa nyeri, perdarahan normal,
pengeluaran lochea berwarna merah (rubra) dan tidak ada komplikasi pada
ibu. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa mulas yang dirasakan disebabkan
kontraksi rahim yang kembali seperti sebelum hamil, Menganjurkan ibu
untuk mengkonsumsi makanan nasi, sayuran, lauk pauk, buah-buahan dengan
porsi 2 x lebih banyak dari biasa. Nasi (500 gr), sayuran 1 mangkuk (400 gr),
lauk (250 gr/potong) , buah-buahan (200 gr) Menganjurkan ibu untuk
mobilisai dini dengan gerakan ringan seperti miring ke kanan atau ke kiri,
menggerakkan kaki, duduk di tepi ranjang disekitar tempat tidur ,
Mengingatkan ibu untuk meminum obat yang telah diberikan.Menganjurkan
ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa PASI.
Pada 7 hari setelah persalinan, dilakukan pemeriksaan, ibu dalam
keadaan baik, TTV dalam batas normal, yaitu TD: 100/80 mmHg, suhu:
36,7 0C, RR: 23 x/menit, dan nadi: 80 x/menit. Tinggi fundus uteri
pertengahan pusat sympisis. TFU pertengahan pusat sympisis. Proses
involusi yang berjalan dengan baik karena Ny. I yang selalu melakukan
mobilisasi dan Ny.I melakukan personal hygiene yang baik. Pengeluaran
lochea berwarna merah kekuningan(sangunolenta), dan tidak ada komplikasi
pada ibu. kunjungan ke 2 masa nifas yaitu pada waktu 7 hari setelah
persalinan menganjurkan pada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang, istirahat yang cukup, tetap menjaga kebersihan
genetalia.
Maka penulis akan memberikan asuhan dengan mengajarkan teknik
menyusui yang baik dan benar, konsling pada Ny.I untuk cuci tangan
sebelum menyusui, mengolesi putting dan sebagian areola dengan dengan
ASI dan pastikan perletakan pada saat menyusui benar, teknik menyusui
93

sangat penting diajarkan kepada ibu untuk mencegah kesulitan dalam


pemberian ASI dan pencegahan putting susu lecet. (Astuti Sri, dkk, 2015).
Ingat kan ibu untuk sendawakan bayi setelah menyusui kegunaannya agar
mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh)
setelah menyusu.
Pada 14 hari setelah persalinan, dilakukan pemeriksaan, ibu dalam
keadaan baik, TTV dalam batas normal, yaitu TD: 110/70 mmHg, suhu:
36,2 0C, R: 24 x/menit, dan nadi: 78x/menit. Tinggi fundus uteri tidak
teraba. Menurut teori pada 14 hari setelah persalinan TFU tidak teraba diatas
simphisis. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
Pengeluaran lokhea berwarna kekuningan/kecoklatan (serosa), dan tidak ada
komplikasi pada ibu. Menurut buku Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal (Saifuddin, 2009) kunjungan ke 3 masa nifas yaitu pada waktu 14
hari (2 minggu) setelah persalinan. Maka dalam hal ini tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus. Berdasarkan observasi yang dilakukan
penulis kepada Ny.I, Ny.I sudah menerapkan apa yang sudah diajarkan
dengan baik dan benar.
Pada 39 hari setelah persalinan, dilakukan pemeriksaan, ibu dalam
keadaan baik, TTV dalam batas normal, yaitu TD: 110/80 mmHg, suhu:
36,70C, RR: 23 x/menit, dan nadi: 81 x/menit. Tinggi fundus uteri tidak
teraba. Menurut teori pada 39 hari setelah persalinan TFU tidak teraba diatas
sympisis . Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
Pengeluaran lokhea berwarna putih (alba), dan tidak ada komplikasi pada
ibu. kunjungan ke 4 masa nifas yaitu pada waktu 6 minggu setelah
persalinan menganjurkan pada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang , istirahat yang cukup , tetap menjaga kebersihan
genetalia.
Keberhasilan edukasi laktasi untuk mencegah terjadinya putting susu lecet
yang di lakukan oleh penulis terbukti berhasil pada saat nifas hari ke 39, Ny.
I mengatakan putingnya tidak terasa perih dan putting nya tidak lecet.
Penulis menyarankan kepada Ny.I untuk terus menerapkan teknik menyusui
94

yang benar dan melakukan perawatan payudara agar mencegah terjadinya


putting susu lecet dapat teratasi.
Pada masa nifas ini tindakan segera yang perlu dilakukan adalah yaitu
melakukan pemantauan 4 kali kunjungan masa nifas untuk memantau
perkembangan masa nifas serta memantau posisi menyusui dan pelekatan
apakah sudah benar. Dalam tahap pelaksanaan ini semua perencanaan yang
diatur sebelumnya telah dilaksanakan dengan baik.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan pemantauan TTV dan
memberikan edukasi laktasi pada saat kunjungan nifas dapat memberikan
pengetahuan dan rasa nyaman pada Ny.I.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pengkajian telah dilakukan secara keseluruhan terhadap Ny.I untuk
pencegahan putting susu lecet dengan edukasi laktasi melalui pendekatan
manajemen kebidanan pola pikir Varney dan dituangkan dalam bentuk
SOAP.
2. Identifikasi masalah pencegahan putting susu lecet dapat di simpulkan
bahwa Ny.I belum mempunyai pengalaman dalam menyusui sehingga
perlu diberikan edukasi laktasi .
3. Rencana asuhan pasien dengan pencegahan putting susu lecet yaitu dengan
melakukan edukasi laktasi dan mengajarkan ibu teknik menyusui yang
benar agar tidak terjadi putting susu lecet.
4. Tindakan asuhan kebidanan untuk pencegahan putting susu lecet terhadap
Ny.I yaitu menganjurkan ibu membersihkan putting pada masa kehamilan
trimester III untuk mempersiapkan menyusui selanjutnya ibu diajarkan
teknik menyusui agar tidak terjadi putting susu lecet.
5. Hasil tindakan kebidanan yang telah di lakukan pada ibu nifas pada hari ke
tujuh postpartum yaitu ibu sudah melakukan teknik menyusui dengan
benar dan bayi sudah mengisap dengan kuat.
6. Pendokumentasian asuhan kebidanan dilakukan dengan SOAP pada
postpartum hari pertama tanggal 21 februari 2020 hingga tanggal 31 maret
2020 tiga puluh sembilan hari postpartum ibu.

B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan dalam laporan kasus ini, adapun saran
yang hendak penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Lahan Praktik
Peningkatan manajemen asuhan kebidanan yang diterapkan terhadap pasien
dengan standar pelayanan terbaru diharapkan untuk terus dilakukan.
Pemberian KIE tentang pencegahan putting susu lecet dengan edukasi
96

laktasi secara teratur perlu diterapkan sehingga kasus putting susu lecet
dapat teratasi dengan baik untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi.
2. Bagi Penulis Lainnya
Diharapkan studi kasus ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan
digunakan sebagai informasi bagi penulis lainnya dalam memahami
pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III untuk
pencegahan putting susu lecet dengan edukasi laktasi sehingga
mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Westriningsih. 2012. Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Andi Offset

Sulistyawati Ari. 2013. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.

Rukiyah Yeyen, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan I Kehamilan. DKI Jakarta: Trans
Info Media.

Asih Yusari dan Risneni, 2016, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui, Trans Info Media, Jakarta.

Astuti Sri, dkk, 2015, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui,
Erlangga, Jakarta.

Sutanto Vita Andina, 2018, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui,
Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018, Kebidanan : Teori dan Asuhan, vol
2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Ambarwati Retna Eny dan Diah, 2010, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas, Mitra
Cendikia, Yogyakarta.

Risneni, 2015, Hubungan Teknik Menyusui Dengan Terjadinya Lecet Putting


Susu Pada Ibu Nifas, Jurnal Keperawatan, Vol. XI, No. 2, Bandar
Lampung.

Juliani Sri, 2017, Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Teknik Menyusui
Dengan Kejadian Puting Susu Lecet Di Desa Emplacement Pasar Iv
Kabupaten Langkat, Jurnal Maternal dan Neonatal.
LAMPIRAN
Lampiran 1

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D-III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung

IZIN LOKASI PENGAMBILAN STUDI KASUS

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Redinse Sitorus, S.ST
Alamat : Merbau Mataram, Lampung Selatan
Dengan ini menyatakan bahwa:
Nama : Laras Cahyaning Tyas
NIM : 1715401096
Tingkat/Semester : III (Tiga)/ VI (Enam)
Telah mengambil studi kasus di PMB Redinse Sitorus, S.ST sebagai salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan ahli madya kebidanan pada program studi D-III
Kebidanan Tanjungkarang Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

Lampung Selatan, Februari 2020


PMB Redinse Sitorus, S.ST

Redinse Sitorus, S.ST


Lampiran 2

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D-III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI SUBYEK

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Ny. Iim Nurjamilah
Umur : 21 Tahun
Alamat : Hargo Sari I, Kec. Merbau Mataram, Kab. Lampung
Selatan

Menyatakan bahwa saya bersedia untuk menjadi pasien dalam Laporan Tugas
Akhir (LTA) dimulai dari asuhan kehamilan, persalinan, nifas, dan KB. Asuhan
akan diberikan oleh mahasiswa yang bersangkutan yaitu:
Nama : Laras Cahyaning Tyas
NIM : 1715401096
Tingkat/Semester : III (Tiga)/ VI (Enam)
Lampung Selatan, Februari 2020
Mahasiswa, Klien,

Laras Cahyaning Tyas Iim Nurjamilah


Mengetahui
Pembimbing Lahan

Redinse Sitorus, S.ST


Lampiran 3

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D-III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)


Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Tn. Arsyad
Umur : 35 Tahun
Alamat : Hargo Sari I, Kec. Merbau Mataram, Kab. Lampung
Selatan

Selaku (SUAMI/KELUARGA/KLIEN)* telah mendapat penjelasan, memahami


dan ikut menyetujui terhadap tindakan dan atau pertolongan persalinan yang akan
diberikan. Meliputi:
 Asuhan Persalinan Normal
 Pemeriksaan Dalam
 Amniotomi
 Episiotomi
 Penjahitan Perineum
 Lain-lain…………..

Terhadap (ISTRI/KELUARGA/YANG BERSANGKUTAN)*:


Nama : Ny. Iim Nurjamilah
Umur : 21 Tahun
Alamat : Hargo Sari I, Kec. Merbau Mataram, Kab. Lampung
Selatan
Lampung Selatan, Februari 2020
Mahasiswa, Klien, Suami/Keluarga

Laras Cahyaning Tyas Iim Nurjamilah Arsyad

Menyetujui
Pembimbing Lahan

Redinse Sitorus, S.ST


Lampiran 4

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D-III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung

INFORMED CHOICE

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Ny. Iim Nurjamilah
Umur : 21 Tahun
Alamat : Hargo Sari I, Kec. Merbau Mataram, Kab. Lampung
Selatan

Menyatakan bahwa saya telah diberikan penjelasan mengenai macam-macam alat


kontrasepsi beserta kekurangan dan kelebihannya. Saya menyatakan memilih
metode kontrasepsi:
 IUD
 Suntik 3 bulan)*
 Suntik 1 bulan)*
 Pil progestin/kombinasi)*
 Implant
 Kondom/Diafragma)*
 Tubektomi/Vasektomi)*
 Metode Alamiah

Lampung Selatan, Maret 2020


Mahasiswa, Suami/Keluarga Klien,

Laras Cahyaning Tyas Arsyad Iim Nurjamilah

Menyetujui
Pembimbing Lahan

Redinse Sitorus, S.ST


Lampiran 5

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D-III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno-Hatta No.1, Hajimena, Bandar Lampung

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Ny. Iim Nurjamilah
Umur : 21 tahun
Alamat : Hargo Sari I, Kec. Merbau Mataram, Kab. Lampung
Selatan

Menyatakan bahwa saya telah diberikan penjelasan mengenai macam-macam alat


kontrasepsi beserta kekurangan dan kelebihannya. Saya menyatakan memilih
metode kontrasepsi KB suntik 3 bulan.
Asuhan akan diberikan oleh:
Nama : Laras Cahyaning Tyas
NIM : 1715401096
Tingkat/Semester : III (Tiga)/ VI (Enam)

Lampung Selatan, Maret 2020


Mahasiswa, Suami/Keluarga Klien,

Laras Cahyaning Tyas Arsyad Iim Nurjamilah

Menyetujui
Pembimbing Lahan

Redinse Sitorus, S.ST

Anda mungkin juga menyukai