Oleh:
SITI MULIA LEDYSANI
NIM : 1615371010
SKRIPSI
Oleh:
SITI MULIA LEDYSANI
NIM : 1615371010
SKRIPSI
ii
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEBIDANAN PRODI KEBIDANAN METRO
SKRIPSI, MEI 2020
ABSTRAK
BIODATA PENULIS
iii
Identitas Penulis
1. Nama : Siti Mulia Ledysani
2. NIM : 1615371010
3. Tempat/Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 10 April 1998
4. Agama : Islam
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Status Mahasiswa : Sarjana Terapan
7. Alamat : Jl. Bawang B.5 No.18 Beringin Raya,
Kemiling, Bandar Lampung
8. No. Telp : 0822 8218 8217
Riwayat Pendidikan
1. TK : TK Beringin Raya
2. SD : SDN Way Napal
3. SMP : SMPN 14 Bandar Lampung
4. SMA : SMAN 14 Bandar Lampung
5. DIV (2016-2020) : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Kebidanan, Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Metro
LEMBAR PERSETUJUAN
iv
SKRIPSI
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Metro
v
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi
Penulis
Siti Mulia Ledysani / NIM 1615371010
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Sarjana Terapan
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Kebidanan Metro sebagai
Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan
Tim Penguji
Penguji Utama
Penguji Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Metro
vi
LEMBAR PENYATAAN
KEABSAHAN SKRIPSI
NIM : 1615371010
adalah benar karya saya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain, dan saya
ajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program studi
sarjana terapan kebidanan. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi bukan
karya sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai ketentuanm perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat penyataan ini saya buat unutk dipergunakan sebagimana mestinya.
Metro, ........................2020
Yang membuat pernyataan
MOTTO
vii
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”
(Q.S. Al-Baqoroh: 286)
(Q.S. As-Syarh: 6)
KATA PENGANTAR
viii
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala karena berkat dan rahmat
terhadap Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo” sebagai salah satu
Tanjungkarang.
Kesehatan Tanjungkarang.
3. Martini Fairus, S.Kep., Ns., M.Sc selaku Ketua Program Studi Sarjana
skripsi ini.
ix
7. Seluruh staf dosen Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Program Studi
penyusnan skripsi.
kekurangan baik isi maupun penggunaan kalimat yang kurang tepat dalam
pemaparan proposal skripsi ini, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
dilaksanakan penelitian.
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR......................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM..................................................................... ii
ABSTAK.......................................................................................................... iii
BIODATA PENULIS....................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. v
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................. vii
MOTO............................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR...................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 4
C. Tujuan Penenlitian................................................................... 5
D. Tujuan Umum.......................................................................... 5
1. Tujuan Khusus..................................................................... 5
2. Manfaat Penelitian ............................................................. 5
E. Ruang Lingkup.............................................................................. 6
xi
B. Pijat......................................................................................... 29
1. Pijat Woolwich.................................................................... 29
C. Pengaruh Pijat Woolwich terhadap Pengeluaran ASI
..............................................................................................................
..............................................................................................................
31
D. Kerangka Teori....................................................................... 33
E. Kerangka Konsep.................................................................... 34
F. Variabel................................................................................... 34
H. Definisi operasional................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7 Dokumentasi
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
ibu karena tidak lancarnya pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI yang kurang pada
hari pertama melahirkan menjadi kendala dalam pemberian ASI yang dapat
disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan ibu akan kurangnya produksi ASI
sehingga ibu akan berhenti memberikan ASI secara dini dan akhirnya akan
prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi ASI
(Rahayu, 2015).
ASI eksklusif 6 bulan dan MP-ASI setelahnya dengan tetap memberikan ASI
hingga 2 tahun telah diadopsi oleh pemerintah Indonesia. Hal tersebut diatur
pemberian ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80%. Salah satu target Sustainabel
(AKB) menjadi 12/1000 kelahiran hidup di tahun 2030. Upaya yang dapat
1
dilakukan untuk menurunkan tingkat kematian bayi tersebut antara lain adalah
eksklusif. Di Indonesia bayi yang telah mendapatkan ASI eksklusif sampai usia
enam bulan sebesar 37,3%. Hal ini belum sesuai dengan target Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yaitu persentase bayi usia kurang dari 6
bulan yang mendapat ASI eksklusif sebesar 80% (Kemenkes, 2018). Pemberian
ASI eksklusif di Provinsi Lampung dalam tiga tahun terakhir mengalami naik
turun. Pada 2014 pencapaian ASI eksklusif sebesar 45,5%, tahun 2015 menjadi
33,5 dan tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 48%, tahun 2017
mengalami penurunan menjadi 32,21%, cakupan ini masih jauh dari target yaitu
bahwa masih banyak wilayah kerja Puskesmas Kota Metro yang capaian
pemberian ASI eksklusif berada dibawah cakupan target yaitu 70% (Dinas
puskesmas yang belum ada pelayanan terapi komplementer. Dengan adanya terapi
2
komplementer diharapkan dapat memperlancar pengeluaran ASI dan mencegah
faktor yang tidak langsung misalnya sosial kultural dan faktor bayi (Bidan dan
Dosen Kebidanan Indonesia, 2018: 479). Produksi ASI dan pengeluaran ASI
hormon prolaktin dan okitosin yang sangat berperan dalam kelancaram produksi
ASI (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018: 479). Untuk merangsang
hormon prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah melahirkan adalah memberikan
sensasi rileks pada ibu, yaitu dengan melakukan pijat Woolwich yang akan
merangsang sel saraf pada payudara, diteruskan kehipotalamus dan direspon oleh
hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin, yang akan dialirkan oleh
memiliki berat badan bayi cukup sedangkan pada kelompok tanpa intervensi
sebesar 70,8%. Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p=0,048 yang berarti
3
ada pengaruh pemberian intervensi terhadap penambahan berat badan bayi. 87,5%
sedangkan pada kelompok tanpa intervensi sebesar 45,8%. Berdasarkan uji chi
square diperoleh nilai p=0,006 yang berarti ada pengaruh pemberian intervensi
tahun 2019 hanya 65,55% dan cakupan ASI di Puskesmas Yosomulyo 54,35%.
dibawah cakupan target yaitu 70%. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di
observasi kelancaran ASI dan diperoleh hasil 7 ibu nifas (58,3%) dengan ASI
mengatasi masalah ASI yang tidak lancar. Dalam mengatasi masalah tersebut
dan setelah pijat woolwich terhadap ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas
Yosomulyo”
B Rumusan Masalah
ASI dan diperoleh hasil 7 ibu nifas (58,3%) dengan ASI tidak lancar. Hal tersebut
tidak lancar. ASI tidak lancar dapat mengakibatkan malnutrisi dan kematian
4
perinatal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat
kematian bayi antara lain adalah dengan pemberian ASI secara eksklusif.
2020?”
C Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
kelancaran pengeluaran ASI sebelum dan setelah pijat woolwich terhadap ibu
2. Tujuan Khusus
Yosomulyo.
5
D Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktik
informasi bagi tenaga kesehatan dalam penggunaan terapi non farmakologi dalam
penelitian ini dapat bermanfaat bagi ibu nifas sebagai masukan informasi untuk
memperlancar ASI.
E Ruang Lingkup
ini terdiri dari variabel independen adalah pijat woolwich, sedangkan variabel
dependen adalah kelancaran pengeluaran ASI. Subyek penelitian ini adalah ibu
nifas. Obyek penelitian ini adalah kelancaran pengeluaran ASI. Lokasi penelitian
tahun 2020.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian ASI
Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat
dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh
kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya (Bidan dan Dosen Kebidanan
2. Fisiologi Payudara
pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui pubertas, masa fertilitas, sampai
dengan daur menstruasi. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui.
Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari
hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus,
mengisi asinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Bidan dan
Payudara terletak pada bagian dada sebalah atas. Pembentukan kelenjar payudara
7
pada wanita tidak sama dengan pembentukan kelenjar payudara pada laki-laki.
waktu.
a. Sebelum pubertas
Duktus primer dan duktus sekunder sudah terbentuk pada masa fetus. Pada
masa pubertas, duktus tumbuh sangat cepat karena pengaruh dari hormon
estrogen. Dimasa seseorang sedang mengalami pubertas, ada dua hormon yang
sedang aktif berkembang dan memengaruhi tubuh yaitu hormon estrogen dan
b. Masa pubertas
membentuk percabangan pada sistem duktus, poliferasi dan kanalisasi dari unit-
unit lobulo-alveolar yang terletak pada ujung-ujung distal duktus. Pada masa
dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan beberapa hormon. Pada masa menstruasi
hormon estrogen dan hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum
8
juga akan memengaruhi siklus menstruasi. Payudara akan selalu bertambah besar
pada saat siklus menstruasi sedang berjalan, dimulai dari pertama kali mengalami
d. Masa kehamilan
duktus yang baru, percabangan, dan lobulus. Perkembangan ketiga kelenjar ini
akan merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan ASI yang disebut
kolostrum. Pada masa ini ASI yang dihasilkan oleh kelenjar ASI belum dapat
tersebut, tetapi kadar prolaktin dalam payudara akan meningkat hanya untuk
membuat kolostrum.
Warna puting dan area disekitar puting berubah menjadi gelap dan melebar.
kuningan keluar dari puting. Cairan penuh nutrisi itu dihasilkan oleh payudara
sebagai tanda tubuh sedang bersiap-siap untuk memberikan ASI atau biasa disebut
cairan kolostrum.
9
g. Trimester ketiga kehamilan
masing. Sebagai contoh, ada wanita yang mengeluarkan cairan kolostrum dari
putingnya tetapi ada pula yang tidak (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia,
2018: 469-470).
4. Pengaruh Hormonal
Tingkat progeteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini
estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain itu,
10
pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar alveoli
untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron
menurun drastis sehingga prolaktin lebih dominan dan pada saat ini lah mulai
terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting
Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu
prolaktin dan reflek aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan
bayi.
a. Reflek Prolaktin
dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan lepasnya plasenta dan
berkurang. Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting
11
hipotalamus didasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan
hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar
(alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah
susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus hisapan yaitu frekuensi, intensitas
kedalam darah mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus
berkonsentrasi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju
puting susu.
Sedangkan faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, keadaan
Reflek ini timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan
menoleh ke arah sentuhan. Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah
untuk mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting
12
susu yang menempel diikuti dengan membuka mulut, kemudian puting susu
Reflek ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting.
Puting susu yang sudah masuk kedalam mulut dengan bantuan lidah akan ditarik
lebih jauh menekan kalang payudara di langit. Dengan tekanan bibir dan gerakan
rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dengan sinus
laktiferus, sehingga air susu akan mengalir keputing susu. Selanjutnya bagian
belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang mengakibatkan air
Reflek ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan
menelannya. Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan
gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air
Pada saat bayi disusui, maka ada gerakan menghisap yang berirama akan
sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel disekitar
alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.
Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh hisapan bayi, juga oleh reseptor
13
yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin
a. ASI stadium I
kali disekresi oleh kelenjar mammae yang mengandung tissue debris dan residual
material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mammae, sebelum
dan segera sesudah melahirkan. Kolostrum ini disekresi oleh kelenjar payudara
pada hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan. Kolostrum berwarna
vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibody yang tinggi dari pada ASI
matur.
tidak terpakai dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan
makanan bagi bayi untuk siap menerima ASI. Hal ini dapat membantu
kehijauan. Kandungan energi lebih rendah dibandingkan ASI yaitu 56 Kal /100 ml
14
b. ASI stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI peralihan adalah ASI yang
keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang atau matur.
Ciri dari air susu pada masa peralihan adalah sebagai berikut:
2) Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari maa laktasi. Jumlah volume
lemak dan karbohidrat semakin tinggi. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan
bayi karena aktifitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi
ASI stadium III adalah ASI matur. Berikut ciri-ciri dari ASI matur:
didalamnya.
3) Pada ibu yang sehat, produksi ASI untuk bayi akan tercukupi .Hal
15
bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan pendaping selain
8. Kandungan ASI
berdasarkan zat gizi yang utama terdiri dari karbohidrat, oligosakarida, protein,
a. Karbohidrat
penting sebagai sumber energi, dan merupakan 40% dari total energi ASI. Laktosa
ini dapat diserap secara efisien oleh bayi yaitu lebih dari 90%. Selain itu laktosa
juga akan diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang berperan dalam
magnesium di masa pertumbuhan bayi. Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi
yang penting untuk pertumbuhan sel saraf otak dan pemberi energi untuk kerja
sel-sel saraf.
b. Lemak
Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua dalam ASI dan menjadi sumber
energi utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak dalam
ASI mengadung komponen asam lemak esensial yaitu asam linoleat dan asam
alda linolenat yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA.
asam lemak esensial dan asam lemak tidak jenuh akan membantu perkembangan
16
saraf dan penglihatan. Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai
panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena
c. Oligosakarida
sebagai prebiotik karena terbukti meningkatkan jumlah bakteri sehat yang secara
d. Protein
utama).
amino bebas. Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi
1) Vitamin A
17
Vitamin A berfungsi untuk pertumbuhan, perkembangan, diferensiasi
2) Vitamin D
menyusui.
3) Zat besi
Kandungan zat besi pada ASI tidak bergantung jenis makanan yang
zat Fe.
4) Zink
Kandungan dalam ASI lebih sedikit dibanding susu sapi, tetapi dapat
diabsorpsi lebih baik (60%) dibanding susu sapi (45%) dan susu formula
(30%).
5) Vitamin
bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu
membentuk vitamin K.
6) Mineral
tetapi dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi
18
dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah
a. Bagi bayi
2) Mengandung antibody
terjadinya infeksi.
Berbagai bahan makan yang baik untuk bayi yaitu terdiri porsi
yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengadung omega 3
19
5) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan
b. Bagi ibu
1) Aspek kontrasepsi
Ibu yang menyusui ekslusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat
20
Penundaan haid dan berkurang nya perdarahan pasca perdarahan
besi.
4) Aspek psikologis
hal ini merupakan salah satu bentuk curahan kasih sayang pada
bayinya. Selain itu akan menimbulkan rasa bangga pada ibu karna
c. Bagi Keluarga
1) Aspek ekonomi
berobat.
2) Aspek psikologi
3) Aspek kemudahan
kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol
21
dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain
d. Bagi Negara
menjamin status gizi bayi baik, angka kesakitan dan kematian anak
bawah.
2015: 19-20).
22
10. Hambatan Menyusui Pada Ibu
Masalah sindrom ASI kurang diakibatkan oleh kecukupan bayi akan ASI
sering menangis atau rewel, tinja bayi keras dan payudara tidak terasa membesar.
masalah bahwa ibu merasa AS Inya tidak mencukupi dan ada keinginan untuk
menambah dengan susu formula. Kecukupan ASI dapat dinilai dari penambahan
berat badan bayi secara teratur, frekuensi BAK paling sedikit 6 kali sehari.
penyebabnya. Hal yang dapat menyebabkan sindrom kekurangan ASI antara lain:
2) Faktor psikologis, antara lain ibu kurang percaya diri dan stress.
3) Faktor fisik, antara lain penggunaan kontrasepsi, hamil, merokok, kurang gizi
b. Ibu bekerja
Ibu yang bekerja bukan menjadi alasan tidak dapat menyusui bayinya.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut, antara lain:
23
5) Minum dan makan-makanan yang bergizi serta cukup istirahat selama bekerja
Feedback inhibitor yaitu suatu faktor lokal, yakni bila saluran ASI penuh,
feedback inhibitor ini adalah dengan mengosongkan saluran secara teratur yaitu
Adanya stres atau rasa sakit maka akan menghambat atau inhibisi
pengeluaran oksitosin. Misalnya pada saat sinus laktiferus penuh atau payudara
sudah bengkak.
e. Penyapihan
penyapihan diantaranya disebabkan karena faktor ibu bekerja sehingga tidak mau
Indikator kecukupan ASI dapat dibagi menjadi dua yaitu dari segi bayi dan
dari segi ibu. Indikator yang diteliti dari segi bayi meliputi frekuensi dan
karakteristik BAK dan BAB, frekuensi, warna, jumlah jam tidur, serta berat badan
bayi. Produksi ASI dikatakan lancar jika minimal 4-5 dari indikator yang
diobservasi terdapat pada bayi (≥ 4-5). Sedangkan jika kurang dari 4 (< 4)
dikatakan tidak lancar. Sedangkan indikator dari segi ibu, produksi ASI dikatakan
24
dari 10 indikator yang ada. Indikator itu meliputi payudara tegang karena ASI, ibu
rileks, let down reflek baik, frekuensi menyusui > 8 kali sehari, ibu menggunakan
kedua payudara bergantian, posisi perlekatan benar, puting tidak lecet, ibu
menyusui bayi tanpa jadwal, payudara kosong setelah bayi menyusu sampai
kenyang dan tertidur, serta bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
a. Makanan
produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran
harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih, dan tegang akan
tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang dapat digunakan
adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.
d. Perawatan payudara
25
e. Anatomis payudara
itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papilla atau puting susu ibu.
f. Faktor fisiologis
g. Pola istirahat
kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang.
prematur dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI
bayi prematur akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari
prematur belum dapat menyusu. Adapun pada bayi cukup bulan frekuensi
karena produksi ASI yang cukup. Oleh sebab itu, direkomendasikan penyusuan
paling sedikit 8 kali per hari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi
payudara.
26
i. Berat lahir bayi
yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (>2500 g). Kemampuan
mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang
lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu)
sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI
lebih rendah dari pada bayi yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan
mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan
alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih relaks sehingga
membantu proses pengeluaran ASI, tetapi disisi lain etanol dapat menghambat
27
13. Penatalaksanaan Pengeluaran ASI
a. Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi tepat untuk mempercepat dan
tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima atau keenam. Pijat ini
akan memberikan rasa nyaman dan rileks pada ibu setelah mengalami proses
(Roesli, 2009).
b. Pijat Woolwich
23).
c. Pijat Endorphin
pelepasan hormon endorphin (memberikan rasa nyaman dan tenang) dan hormon
oksitosin. Sehingga bila mana pijat endorphin diberikan pada ibu postpartum
dapat memberikan rasa tenang dan nyaman selama masa laktasi sehingga
28
d. Pijat Akupresur
B. Pijat
1. Pijat Woolwich
a. Pengertian
Metode pijat woolwich adalah metode pijat yang akan memengaruhi saraf
vegetative dan jaringan bawah kulit yang dapat melemaskan jaringan sehingga
memperlancar aliran darah pada sistem duktus, sisa-sisa sel sistem duktus akan
dibuang agar tidak menghambat aliran ASI melalui ductus lactiferus sehingga
aliran ASI akan menjadi lancar. Pijat woolwich memicu rangsangan sel-sel
b. Tujuan
Pijat woolwich bertujuan untuk mengeluarkan ASI yang ada pada sinus
29
anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin yang akan dialirkan oleh darah ke
c. Manfaat
ASI, meningkatkan sekresi ASI, dan mencegah peradangan payudara atau mastitis
berikut:
5) Melakukan pemijatan melingkar menggunakan kedua ibu jari pada area sinus
30
C. Pengaruh Pijat Woolwich Terhadap Pengeluaran ASI
ibu, faktor sosial budaya, kurangnya informasi tentang ASI eksklusif dan
konseling laktasi dari tenaga kesehatan serta kuatnya promosi susu formula.
Kegagalan Ibu dalam memberikan ASI Eksklusif, akan berdampak pada angka
kesakitan bayi yang semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan pemberian
makan pada bayi yang terlalu dini, oleh karena itu diperlukan tindakan untuk
ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif adalah ibu kurang percaya diri bahwa
ASInya dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayinya. ASI yang tidak keluar atau
hanya keluar sedikit membuat ibu merasa ASInya tidak cukup. Kurangnya
produksi ASI menjadi salah satu penyebab ibu memutuskan memberikan susu
formula pada bayinya. Adanya rasa tidak percaya diri dan kekhawatiran,
Salah satu upaya untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin adalah
memberikan sensasi rileks pada ibu, yaitu dengan melakukan pijat woolwich.
31
menggunakan Quasi Experimental Design dengan rancangan penelitian Static
Puskesmas Mapane, data primer dilakukan dari frekuensi BAB dan BAK dari dua
ibu postpartum yang dipijat Woolwich dan Massage Rolling dan kelompok
observasi adalah ibu postpartum yang tidak diberikan intervensi apapun kemudian
dilakukan observasi pengeluaran ASI. Analisis data menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian 95,8% responden kelompok intervensi memiliki berat badan bayi
cukup sedangkan pada kelompok tanpa intervensi sebesar 70,8%. Berdasarkan uji
chi square diperoleh nilai p=0,048 yang berarti ada pengaruh pemberian
tanpa intervensi sebesar 45,8%. Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai
p=0,006 yang berarti ada pengaruh pemberian intervensi terhadap frekuensi BAK
32
D. Kerangka Teori
Penatalaksanaan :
1. Pijat woolwich
2. Pijat oksitosin
3. Pijat endorphin
4. Pijat akupresur
Gambar 2
Kerangka Teori
33
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2018:
83). Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3
Kerangka Konsep
F. Variabel
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
penelitian ini:
1. Variabel Dependen
2. Variabel Independen
34
G. Definisi operasional
sebagai berikut:
35
Tabel 1
Definisi Operasional
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Kondisi yang ada digambarkan tanpa adanya keadaan yang dikondisikan atau
yang terdiri atas subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
(Sugiyono, 2017: 61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di
2. Sampel
populasi penelitian, dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau
a. Besar Sampel
Keterangan:
n : Besar sampel
sampel :
n = 23,0
menjadi 23. Mengantisipasi kemungkinan sampel penelitian yang drop out, loss to
Keterangan:
39
n’ = 25,5
ini didapat 25,5 dibulatkan menjadi 26. Jumlah responden tersebut akan
b. Teknik sampling
teknik non random sampling. Teknik yang termasuk dalam non random sampling
dengan cara semua subyek yang datang berurutan dan telah memenuhi kriteria
keriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria eksklusi
adalah kriteria anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel
40
2) Sedangkan kriteria ekslusinya adalah :
b) Ibu yang memiliki puting susu lecet dan puting susu pecah
ibunya.
1. Lokasi
dengan alasan dari hasil studi pendahuluan terdapat 58,3% ibu mengalami
pengeluaran ASI tidak lancar dan cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
masih rendah yaitu 54,35% dimana data tersebut masih berada dibawah cakupan
2. Waktu
(Arikunto, 2002: 197). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
primer yang diperoleh secara langsung terhadap subjek yang diteliti yaitu ibu
41
1. Instrumen Penelitian
berdasarkan teori yang berisikan hasil dari observasi setelah dilakukan pijat
woolwich. Checklist adalah suatu daftar untuk mengecek yang berisi nama subyek
2) Apakah ASI terlihat merembes dari puting susu ibu atau saat dipencet
dengan tangan?
4) Apakah let down reflek atau reflek pelepasan ASI baik ( ASI keluar
Hasil ukur yang didapat berupa skor, setelah itu diberi kode sebagai berikut:
42
1) Kode 0 bila ASI keluar lancar atau dari 5 point indikator minimal 3
2) Kode 1 bila ASI keluar tidak lancar atau ≤ 3 point indikator terdapat
pada ibu
hari pertama dan dilihat kembali pada hari ketiga. Pijat woolwich dilakukan 2
kali sehari diwaktu pagi dan sore hari ±15 menit selama 3 hari.
dan observasi. Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
2) Peneliti memilih sampel yaitu ibu nifas hari pertama dan tidak disebut
43
3) Peneliti bertemu langsung dengan calon responden.
1. Pengolahan Data
penelitian. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian
masih mentah, belum memberikan informasi apa-apa dan belum siap untuk
hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data.
44
b. Pengkodean (Coding)
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
melakukan analisa data, semua variabel diberikan kode dengan kata lain coding
adalah kegiatan merubah bentuk data yang lebih ringkas dengan menggunakan
kode-kode tertentu.
c. Tabulasi Data
Pengolahan data kedalam satu tabel menurut sifat-sifat yang di miliki yang
2. Analisa Data
Keterangan:
n : Jumlah sampel
45
BAB IV
wilayah 3,37 km2, seluruh nya merupakan dataran rendah dengan batas wilayah:
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Disease (COVID -19) penelitian ini harus dihentikan. Sesuai dengan Keputusan
Kepala Badan Nasional Penanggulan Bencana Nomor 13A Tahun 2020 tanggal
Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia dan Surat Edaran Kepala Pusat
46
tanggal 14 Maret 2020 tentang Upaya Pencegahan Penyebaran Corona Virus
RI. Data yang sudah didapatkan yaitu sebanyak 12 responden. Hasil penelitian ini
Tabel 2.
Karakteristik Responden
Karakteristik Responden N %
Usia
a. ≤ 30 tahun 10 83.33
b. ≥ 30 tahun 2 16.67
Paritas
a. Primipara 4 33.33
b. Multipara 8 66.67
Pendidikan
a. SD - -
b. SMP 2 16.66
c. SMA 8 66.67
d. DIII - -
e. SI 2 16.66
Jumlah 12 100
yang terbanyak adalah usia ≤ 30 tahun yaitu sebanyak 83.33% (10 ibu).
Dalam penelitian ini, karakteristik ibu nifas yaitu usia, paritas dan
ibu ≤ 30 tahun. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi
produksi ASI, ibu-ibu yang usianya lebih muda atau kurang dari 35 tahun akan
lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang usianya lebih
47
tua Biancuzo (2003). Hal lain yang juga dapat mempengaruhi produksi ASI
adalah paritas, meskipun dalam penelitian ini antara ibu yang primipara juga
menunjukkan kelancaran produksi ASI. Penelitian yang mendukung hal ini adalah
pada hari keempat postpartum, tetapi setelah pola menyusui dapat dibangun
dengan baik maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara ibu primipara
responden dalam penelitian ini, tidak menjadi faktor yang mempengaruhi ibu
nifas.
namun dikarenakan jumlah sampel yang kurang penelitian ini dialihkan menjadi
penelitian ini harus dihentikan sebelum waktu yang sudah ditetapkan karena
adanya Pandemi Corona Virus Disease (COVID -19). Sesuai dengan Keputusan
Kepala Badan Nasional Penanggulan Bencana Nomor 13A Tahun 2020 tanggal
Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia dan Surat Edaran Kepala Pusat
48
Disease (COVID-19) di lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Kelancaran Pengeluaran ASI Sebelum
dilakukan Pijat Woolwich
tegang sebelum dilakukan pijat woolwich. Sebagian lainnya yaitu 25% ASI
terlihat merembes dari puting susu. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
49
payudara tegang, ASI merembas, let down refleks baik, frekuensi menyusui >8
kali sehari, serta bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kelancaran Pengeluaran ASI Setelah
dilakukan Pijat Woolwich
tegang setelah dilakukan pijat woolwich, 91.66% frekuensi menyusu bayi lebih
dari 8 kali, 91.66% bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan, 83.33%
mengalami ASI merembas dan 75% reflek pelepasan ASI baik. Hal ini
pengeluaran ASI meliputi payudara tegang, ASI merembas, let down refleks baik,
50
frekuensi menyusui >8 kali sehari, serta bayi nampak menghisap kuat dengan
irama perlahan.
Pijat Woolwich
Tabel 5
Perbandingan Kelancaran Pengeluaran ASI Sebelum dan Setelah Pijat Woolwich
hasil, yaitu sejumlah 1 responden (8.33%) mengalami pengeluaran ASI yang tidak
pengeluaran ASI dalam penelitian ini dapat dikatakan lancar jika hasil observasi
Jika hasil responden dibawah minimal maka dapat dikatakan bahwa pengeluaran
ASI responden tidak lancar. Indikator dari kelancaran pengeluaran ASI meliputi
payudara tegang, ASI merembas, let down refleks baik, frekuensi menyusui >8
kali sehari, serta bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
C. Pembahasan
51
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kelancaran
pengeluaran ASI sebelum dan setelah pijat woolwich terhadap ibu nifas di
payudara tegang sebelum dilakukan pijat woolwich. Sebagian lainnya yaitu 25%
ASI terlihat merembes dari puting susu. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
indikator dari 5 indikator yang ada. Jika hasil responden dibawah minimal maka
dapat dikatakan bahwa pengeluaran ASI responden tidak lancar. Indikator dari
kelancaran pengeluaran ASI meliputi payudara tegang, ASI merembas, let down
refleks baik, frekuensi menyusui >8 kali sehari, serta bayi nampak menghisap
kuat dengan irama perlahan. Kelancaran pengeluaran ASI sebelum dilakukan pijat
tegang, 3 responden yang ASI nya terlihat merembas saat dipencet dengan
tangan, dan 0 responden yang tidak mengalami let down refleks baik, frekuensi
menyusui >8 kali sehari, serta bayi nampak menghisap kuat dengan irama
52
merupakan masalah yang dialami sebagian ibu karena tidak lancarnya
pengeluaran ASI. Untuk mencegah dan menangani masalah laktasi tersebut, maka
meningkatkan refleks prolaktin dan refleks oksitosin (let down reflex). Pemijatan
dilakukan pada area sinus laktiferus tepatnya 1-1,5 cm diatas areola mamae
dengan tujuan untuk mengeluarkan ASI yang ada pada sinus laktiferus. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pamuji (2014) bahwa
pijat woolwich akan merangsang sel saraf pada payudara, rangsangan tersebut
mengeluarkan hormon prolaktin yang akan dialirkan oleh darah ke sel mioepitel
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Barokah
ASI dengan metode pijat woolwich merupakan salah satu alternatif untuk
menimbulkan rasa percaya diri pada ibu sehingga tidak muncul persepsi tentang
ketidakcukupan suplai ASI, selain itu efek dari pemijatan menyusui juga
meningkatkan produksi ASI di hari-hari awal kelahiran saat bayi belum aktif
menyusui, selain itu pemijatan ini juga dapat mempertahankan produksi ASI,
53
mengatasi kesulitan menyusui dan mencegah terjadinya kelainan pada payudara
dilakukan pijat woolwich dari 12 responden didapatkan hasil, yaitu terdapat 100 %
frekuensi menyusu bayi lebih dari 8 kali, 91.66% bayi nampak menghisap kuat
dengan irama perlahan, 83.33% mengalami ASI merembas dan 75% reflek
pelepasan ASI baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kelancaran
Kelancaran pengeluaran ASI dalam penelitian ini dapat dikatakan lancar jika hasil
yang ada. Jika hasil responden dibawah minimal maka dapat dikatakan bahwa
ASI meliputi payudara tegang, ASI merembas, let down refleks baik, frekuensi
menyusui >8 kali sehari, serta bayi nampak menghisap kuat dengan irama
tegang, 10 responden yang ASI nya terlihat merembas saat dipencet dengan
tangan, 9 responden yang let down refleks nya baik, 11 responden yang frekuensi
menyusui >8 kali sehari, 11 responden yang bayi nya nampak menghisap kuat
dengan irama perlahan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pamuji (2014) bahwa teknik pemijatan pada titik tertentu dapat
54
menghilangkan sumbatan dalam darah sehingga aliran darah dan energi didalam
tubuh akan kembali lancar. Pijat merupakan salah satu terapi pendukung yang
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Barokah (2017) pijat woolwich terhadap produksi ASI pada ibu postpartum
di BPM APPI Amelia Bibis Kasihan Bantul bahwa setelah dilakukan intervensi
pijat woolwich pada ibu nifas mengalami produksi ASI lebih banyak. Hal ini
intervensi pada ibu nifas untuk mempercepat produksi ASI atau melancarkan ASI.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pijat
mengeluarkan hormon prolaktin yang akan dialirkan oleh darah ke sel mioepitel
hasil dari intervensi tersebut. Oleh karena itu, diharapkan bidan dapat
mensosialisasikan pijat woolwich pada ibu nifas secara dini untuk mencegah ASI
55
Berdasarkan analisa, diketahui bahwa distribusi frekuensi kelancaraan
hasil, yaitu terdapat 12 responden (100%) mengalami pengeluaran ASI yang tidak
responden (91.67) mengalami pengeluaran ASI lancar. Perbedaan ini terlihat pada
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Barokah
(2017) pengaruh pijat woolwich terhadap produksi ASI di BPM Appi Amelia
Bibis Kasihan Bantul bahwa dari hasil penelitian ada perbedaan bermakna
(p=0,026< α) produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan pijat woolwich. Pijat
Kasihan Bantul.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Pamuji
(2014) pengaruh kombinasi metode pijat woolwich dan endorphine terhadap kadar
hormon prolaktin dan volume ASI di Griya Hamil Sehat Mejasem Kabupaten
Tegal bahwa setelah dilakukan kombinasi metode pijat woolwich dan endorphine
didapatkan hasil p value kadar hormon prolaktin 0.034 sedangkan p value volume
ASI 0.000 yang berarti p value < α 0.05, artinya metode pijat woolwich dan
56
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa dengan
pijat woolwich, akan mempengaruhi saraf vegetative dan jaringan bawah kulit
yang dapat melemaskan jaringan sehingga memperlancar aliran darah pada sistem
duktus, sisa-sisa sistem duktus akan dibuang agar tidak menghambat aliran ASI
melalui ductus lactiferus sehingga aliran ASI akan menjadi lancar. Selain itu, pijat
oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Wulandari,
sistem saraf dan beberapa bagian tubuh yang berguna untuk bekerja sama dengan
yang menenangkan dan hormon ini memproduksi kunci bagi tubuh dan pikiran,
diantaranya mengurangi rasa sakit dan menghilangkan stres. Jika ibu merasa
tenang dan tidak stres maka hormon oksitosin akan lebih mudah diproduksi.
Penelitian ini membuktikan bahwa salah satu yang menyebabkan kerja hormon
oksitosin baik adalah karena adanya rangsangan dari bayi serta ibu yang rileks.
Hal ini sejalan dengan (UNICEF, 2011) faktor yang menyebabkan hormon
oksitosin dikeluarkan adalah rasa tenang, nyaman, ibu tidak stres, ibu senang
dengan bayi dan keadaannya. Untuk itu hormon oksitosin juga disebut sebagai
hormon cinta.
moyang kita telah mengenal pijat, dimana saat dipijat ibu akan merasakan tenang
57
dan tidak stres. Penatalaksanaan non-farmakologi untuk meningkatkan kelancaran
ASI dengan pijat woolwich merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan
kenyamanan dan relaksasi ibu nifas selama masa menyusui, sehingga dapat
selain itu juga dengan dilakukan pemijatan akan menimbulkan rasa percaya diri
tercapai. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh (Iffrig
dalam Bowles, 2011) menyatakan bahwa salah satu stimulan yang kuat untuk
BAB V
A. Kesimpulan
kelancaran pengeluaran ASI sebelum dan setelah pijat woolwich pada 12 ibu nifas
berikut:
58
lainnya yaitu 25% ASI terlihat merembes dari puting susu. Hal ini
frekuensi menyusu bayi lebih dari 8 kali, 91.66% bayi nampak menghisap
kuat dengan irama perlahan, 83.33% mengalami ASI merembas dan 75%
reflek pelepasan ASI baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
didapatkan hasil, yaitu 8.33% mengalami pengeluaran ASI yang tidak lancar
B. Saran
59
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sehingga dapat
dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan diharapkan ruangan
membaca dapat menyediakan referensi yang lebih update mengenai asuhan terapi
pijat woolwich dan diharapkan penelitian ini dapat dijadikan cara alternatif atau
non farmakologi dalam penatalaksanaan ASI tidak lancar pada ibu nifas dan juga
penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan pada ibu nifas
serta mengajarkan keluarga dan menganjurkan ibu serta keluarga untuk tetap
60
DAFTAR PUSTAKA
Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. 2018. Kebidanan: Teori dan Asuhan
Volume 2. Jakarta: EGC
Budiati; Setyowati; Helena. 2010. Peningkatan Produksi ASI Ibu Nifas Seksio
Sesarea Melalui Pemberian Paket Sukses ASI. Jurnal Keperawatan
Indonesia Volume 13 (2)
Dinas Kesehatan Kota Metro. 2019. Profil Kesehatan Kota Metro 2019. Kota
Metro
Irfannudin. 2019. Cara Sistematis Berlatih Meneliti Merangkai Sistematika
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta Timur: Rayyana
Komunikasindo
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan
Dasar 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Maryunani, A. 2015. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Esklusif dan Manajemen Laktasi.
Jakarta: CV Trans Info Media
Metro, ............................2020
Peneliti, Responden,
INSTRUMEN PENELITIAN
PENGARUH PIJAT WOOLWICH TERHADAP KELANCARAN
PENGELUARAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS YOSOMULYO
Petunjuk Pengisian:
Pada point ke 7 beri tanda check (√) pada kolom “Ya” jika ibu melakukan IMD,
namun beri tanda check (√) pada kolom “Tidak” jika ibu tidak melakukan IMD
Nama Ibu : _______________________________________
Usia : ____________ tahun
Pendidikan : _______________________________________
Pekerjaan : _______________________________________
Alamat : _______________________________________
Nifas hari ke : _______________________________________
IMD : Ya
Tidak
CHECKLIST
Keterangan :
1. Pada pertanyaan 1 dilakukan palpasi pada payudara
2. Pertanyaan 2, 3, 5 dilakukan observasi
3. Pada pertanyaan 4 dilakukan wawancara kepada ibu
C. Observasi Pengukuran Kelancaran ASI Setelah Dilakukan Intervensi
No. Pertanyaan Ya Tidak Kode
1. Sebelum menyusui bayi, apakah payudara
ibu terasa tegang?
2. Apakah ASI terlihat merembes dari puting
susu ibu atau saat dipencet dengan tangan?
3. Apakah let down reflek atau reflek pelepasan
ASI baik ( ASI keluar deras atau seperti
diperas saat mulai menyusu)
4. Apakah bayi menyusu 8 kali atau lebih dalam
sehari?
5. Apakah saat menyusui bayi menghisap kuat
dengan irama perlahan?
JUMLAH
Keterangan :
1. Pada pertanyaan 1 dilakukan palpasi pada payudara
2. Pertanyaan 2, 3, 5 dilakukan observasi
3. Pada pertanyaan 4 dilakukan wawancara kepada ibu
LANGKAH-LANGKAH PIJAT WOOLWICH
5. Gerakan ke 2
Menggunakan ke dua ibu jari tangan kanan dan kiri secara
lurus berada disisi puting, kemudian gerakan kearah atas
dan kebawah secara belawanan. Gerakan ini dilakukan
kurang lebih sebanyak 30 kali.
6. Gerakan ke 3
Menggunakan kedua atau tiga jari tangan kanan dan kiri
yang masing-masing berada disisi puting, kemudian
gerakan kearah atas dan kebawah secara berlawanan.
Gerakan ini dilakukan kurang lebih sebanyak 30 kali.
7. Gerakan ke 4
Menggunakan kedua ibu jari tangan kanan dan kiri yang
berada disamping atas kanan dan kiri puting susu,
kemudian gerakan secara bergantian dan berulang.
Gerakan ini dilakukan kurang lebih sebanyak 30 kali.
KETERANGAN:
1) Pada kolom Kode jika jawaban “Ya” diberi nilai 1
2) Pada kolom Kode jika jawaban “Tidak” diberi nilai 0
3) Jika jumlah “Ya” dari 5 point minimal 3 point yang diobservasi maka dikategorikan lancar ASI
4) 5 point pertanyaan dilambangakan dengan angka 1-5
DATA
DATAREKAPITULASI
REKAPITULASISETELAH
SETELAHPIJAT
PIJATWOOLWICH
WOOLWICH
1. Ny. Y 1 1 1 1 1 5 Lancar
3. Ny. D 1 1 1 1 1 5 Lancar
4. Ny. V 1 1 1 1 1 5 Lancar
5. Ny. D 1 1 1 1 1 5 Lancar
6. Ny. R 1 0 0 1 1 3 Lancar
7. Ny. P 1 1 1 1 1 5 Lancar
8. Ny. E 1 1 1 1 1 5 Lancar
9. Ny. D 1 1 1 1 1 5 Lancar
KETERANGAN:
1. Pada kolom Kode jika jawaban “Ya” diberi nilai 1
2. Pada kolom Kode jika jawaban “Tidak” diberi nilai 0
3. Jika jumlah “Ya” dari 5 point minimal 3 point yang diobservasi maka dikategorikan lancar ASI
4. 5 point pertanyaan dilambangakan dengan angka 1-5
DATA
DATAREKAPITULASI
REKAPITULASIHASIL
HASILKELANCARAN
KELANCARANASI
ASI
No. Nama Responden Usia Paritas Pendidikan Kelompok Kode Sebelum Kode Sesudah Hasil Akhir Kode