Anda di halaman 1dari 185

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. P.

M
DI PUSKESMAS KAUDITAN KECAMATAN KAUDITAN
KABUPATEN MINAHASA UTARA

Laporan Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Kesehatan
Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

Oleh
Trivena Milenia Pantow
711540118092

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2021
ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya Yang Bertanda Tangan Dibawah ini


Nama : Trivena Milenia Pantow
NIM : 711540118092
Program Studi : D-III Kebidanan
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah saya berjudul “ ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF PADA NY. P.M DI PUSKESMAS KAUDITAN KECAMATAN
KAUDITAN KABUPATEN MINAHASA UTARA “ Yang merupakan syarat
memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Pada Pendidikan Diploma III ini benar-
benar merupakan hasil karya sendiri. Selain itu, Sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Manado, 15 Juli 2021


Yang Membuat Pernyataan,

Trivena Milenia Pantow


711540118092
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

ii
LEMBAR PENGESAHAN

iii
iv

CURRICULLUM VITAE

A. IDENTITAS

Nama : Trivena Milenia Pantow

Tempat/Tangal lahir : Tonsewer, 14 November 2000

Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Menikah

Alamat : Kiawa 1 Utara Kecamatan Kawangkoan

Utara, Kabupaten Minahasa, Provinsi

Sulawesi Utara

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2006 – 2012 :SD GMIM 1 Kiawa

Tahun 2012 - 2015 :SMP N 3 Kawangkoan

Tahun 2015 – 2018 :SMA N 1 Kawangkoan

Tahun 2018 – Sekarang :Mahasiswa Diploma III Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

tugas akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. P.M di

Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara ” sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Diploma III di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Jurusan Kebidanan.

Dengan terselenggaranya Laporan Tugas Akhir ini, penulis mendapat banyak

bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui

pengantar ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya

kepada :

1. Dra. Elisabeth N. Barung, M.Kes, Apt selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Manado yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes

Manado.

2. Atik Purwandari, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Manado yang telah banyak membimbing dan

memberikan arahan selama penulis mengikuti pendidikan di Jurusan

Kebidanan.

3. Fredrika Nancy Losu, S.SiT, M.Kes, selaku Sekertaris Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado dan dosen penguji I yang telah

v
vi

memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan

Laporan Tugas Akhir ini.

4. Freike S.N. Lumy, S.SiT, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Diploma III

Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado yang telah banyak

membimbing dan memberikan arahan selama penulis mengikuti pendidikan di

Jurusan Kebidanan dan telah memberikan masukan dan saran yang membagun

selama penyusunan Laporan Tugas.

5. Sjenny Olga Tuju, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik

sekaligus dosen pembimbing I dan dosen penguji III yang telah membimbing,

membantu dan memberikan arahan dan saran yang membangun kepada

penulis selama penyusunan Laporan Tugas Akhir.

6. Gusti Ayu Tirtawati, S.SiT, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah

membantu dan memberikan arahan dan saran yang membangun kepada

penulis selama penyusan Laporan Tugas Akhir.

7. Robin Dompas, S.SiT, S.Pd. MPH selaku dosen Penguji II yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyusunan Laporan

Tugas Akhir ini.

8. Seluruh Dosen dan staf Tata Usaha Program Studi Kebidanan yang telah

memberikan bekal ilmu, keterampilan serta bimbingan selama penulis

menempuh pendidikan di Program Studi Kebidanan.

9. dr. Ferny Sundah, selaku kepala Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan

Kabupaten Minahasa Utara, Staf Tata Usaha, pembimbing lahan praktek serta

para bidan dan perawat yang telah memberikan kesempatan dan telah

vi
membantu penulis melaksanakan penelitian di Puskesmas Kauditan

Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara.

10. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih, sayang dan hormat sebesar-

besarnya kepada Alm. Mami, Mama, Kakak tercinta dan seluruh keluarga

besar yang penuh dengan kasih sayang memberikan semangat, motivasi dan

doa demi keberhasilan dan kelancaran selama menempuh pendidikan.

11. Terimakasih kepada ibu P.M yang telah bersedia menjadi pasien

pendampingan saya, doa semagat dan dukungannya..

12. Terimakasih kepada Marino Kandou yang terus memotivasi dan menghibur

penulis.

13. Terimakasih kepada Cilu, Jeje, Uyun, Aca, Yaya, Tata, Lingmey, Safia yang

terus memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian

Laporan Tugas Akhir.

14. Terimakasih tak terhingga untuk seluruh teman seperjuangan seangkatan yang

telah sama-sama berjuang baik suka maupun duka saling menguatkan dan

menyemangati sampai selesai.

vii
viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................


HALAMAN KEASLIAN.........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
CURRICULLUM VITAE......................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
ABSTRAK.............................................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................7
1. Tujuan Umum............................................................................................7
2. Tujuan Khusus...........................................................................................7
D. Manfaat Penelitian........................................................................................8
1. Manfaat Teoritis........................................................................................8
2. Manfaat Praktis..........................................................................................8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................10
A. Konsep Dasar..............................................................................................10
1. Kehamilan...............................................................................................10
2. Persalinan................................................................................................29
3. Bayi Baru Lahir.......................................................................................45
4. Nifas........................................................................................................58

viii
B. Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney Dan
Pendokumentasian SOAP...................................................................................73
1. Manajemen Askeb pada Kehamilan........................................................73
2. Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan.............................................76
3. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir...........................85
4. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Nifas............................................88
5. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana....................92
BAB III. METODE PENELITIAN.......................................................................96
A. Jenis Penelitian............................................................................................96
B. Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................................96
C. Definisi Operasional...................................................................................96
D. Subjek Penelitian.........................................................................................97
E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................97
F. Analisis Data...............................................................................................97
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................98
A. Hasil Penelitian...........................................................................................98
B. Pembahasan...............................................................................................146
BAB V. PENUTUP..............................................................................................156
A. Kesimpulan...............................................................................................156
B. Saran..........................................................................................................157
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................159
LAMPIRAN...........................................................Error! Bookmark not defined.

ix
x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tinggi Fundus Uteri Sesuai dengan usia kehamilan...............................25

Tabel 2 : Pemberian Imunisasi TT.........................................................................26

Tabel 3 : Apgar Score............................................................................................46

Tabel 4 : Tinggi Fundus Uteri Sesuai Masa Nifas.................................................65

Tabel 5 : Apgar Score By. Ny. P.M.....................................................................126

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Survey dan Pengambilan Data Provinsi.................................161

Lampiran 2 : Surat Survey Penelitian dan Pengambilan Data di Puskesmas......163

Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden.....................................164

Lampiran 4 : Lembar Penjelasan Sebelum Persetujuan.......................................165

Lampiran 5: Informed Consent............................................................................166

Lampiran 6 : Partograf Berdasarkan Data Sekunder...........................................167

Lampiran 7 : Amanat Persalinan..........................................................................168

Lampiran 8: Lembar Konsultasi Pembimbing I...................................................170

Lampiran 9 : Lembar Konsultasi Pembimbing II...............................................171

Lampiran 10: Dokumentasi..................................................................................172

xi
xii

Pantow Trivena. 2021. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. P.M di


Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara.
(Pembimbing I Sjenny Tuju SKM, M.Kes, dan Pembimbing II Gusti Ayu
Tirtawati S.SiT, M.Kes).

ABSTRAK

Kehamilan, persalinan, dan masa nifas adalah suatu keadaan yang dialami
yang merupakan kodrat dari seorang perempuan. Masalah kematian dan kesakitan
merupakan masalah yang besar. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) merupakan indikator penting yang menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir yang berkualitas. Data Puskesmas tahun 2020 cakupan kunjungan lengkap
ibu hamil (K4) 99,3% belum mencapai target nasional 100% dan cakupan
peserta KB aktif 43,3% belum mencapai target nasional 75%. Tujuan Penelitian
ini adalah untuk menerapkan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. P.M di
Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara pada bulan
Desember 2020 sampai Juni 2021.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan studi kasus
menggunakan manajemen asuhan kebidanan metode 7 langkah Varney dan
pendokumentasian metode SOAP.
Hasil Penelitian diperoleh Ny. P.M usia 20 tahun G1P0A0 kehamilannya
berlangsung normal sampai umur kehamilan 39 minggu janin intra uterine tunggal
hidup dilakukan kunjungan puskesmas dan dirumah selama masa kehamilan
sebanyak 4 kali, proses persalinan aman sampai bayi lahir JK : perempuan, A/S 8-
9 kali berjalan normal, kontraksi baik, TFU dan pengeluaran lochea sesuai masa
nifas, menggunakan akseptor KB suntik 3 bulan. Kesimpulan peneliti dapat
menerapkan asuhan kebidanan komprehensif dengan Manajemen Asuhan
Kebidanan metode 7 langkah Varney dan Pendokumentasian Asuhan kebidanan
pada Ny. P.M keadaan ibu dan bayi sehat. Saran kepada tenaga kesehatan agar
dapat meningkatkan mutu pelayanan dengan menerapkan asuhan selama
hamil,persalinan, BBL, nifas dan KB sesuai standar pelayanan kebidanan.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. P.M

xii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan

layanan suatu negara. Setiap hari, sekitar 830 wanita meninggal karena sebab

yang dapat dicegah terkait dengan kehamilan dan persalinan. Komplikasi utama

yang menyebabkan hampir 75% dari semua kematian ibu adalah perdarahan hebat

setelah melahirkan, infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-

eklampsia dan eklampsia), komplikasi dari persalinan dan aborsi yang tidak aman

(WHO,2018).

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012, jumlah AKI sebesar 359/100.000 KH mengalami penurunan pada

tahun 2015 sebesar 305/100.000 KH. Jumlah AKB tahun 2012 sebesar 32/1000

KH mengalami penurunan pada tahun 2017 sebesar 24/1000 KH (SDKI, 2019).

Data diatas menunjukan adanya penurunan AKI di tahun 2012 ke tahun 2015,

angka ini masih tinggi dari target Sustainable Development Goals (SDG’s) tahun

2024 AKI sebesar 183/100.000 KH dan tahun 2030 AKI sebesar 70/100.000 KH,

AKB mengalami penurunan tahun 2012 ke tahun 2017 namun angka ini masih

tinggi dari target SDG’s tahun 2024 AKB sebesar 16/1000 KH. Tahun 2030 AKB

sebesar 10/1000 KH (Kemenkes, 2019).Tahun 2015 jumlah AKI sebesar

305/100.000 KH mengalami penurunan dari tahun 2012 (Profil Kesehatan

Indonesia, 2019).

1
2

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2019 jumlah kasus

kematian ibu sebanyak 51 kasus dengan penyebab kematian yaitu perdarahan 16

(31,37%), hipertensi dalam kehamilan 8 (15,69%), lain-lain 27 (52,94%),

kematian bayi pada tahun 2019 dengan jumlah 250 kasus dengan penyebab

kematian yaitu BBLR 72 (28,8%), asfiksia 44 (17,6%), sepsis 13 (5,2%), kelainan

bawaan 36 (14,4%), pneumonia 8 (3,2%), diare 4 (1,6%), malaria 1 (0,4%) dan

lain-lain 72 (28,8%). Jumlah kasus kematian ibu dan kematian bayi meningkat

dibandingkan dengan tahun 2018 yang berjumlah 215 kasus dengan penyebab

kematian yaitu BBLR 48 (22,32%), asfiksia 48 (22,32%), sepsis 12 (5,59%),

kelainan bawaan 22 (10,23%), pneumonia 8 (3,72%), diare 6 (2,80%).

Tahun 2020, jumlah kasus kematian ibu sebanyak 53 kasus dengan

penyebab kematian yaitu pendarahan 24 (45,29%), hipertensi 10 (18,86%), infeksi

2 (3,8%) dan lain-lain 17 (32,07). Jumlah kasus kematian bayi sebanyak 194

kasus dengan penyebab kematian yaitu BBLR 44 (22,69%), asfiksia 47 (27,22%),

sepsis 7 (3,60%), kelainan bawaan 16 (8,24%), pneumonia 6 (3,10%), diare 2

(1,03%), kelainan saluran cerna 2 (1,03%) dan lain-lain 70 (36,09%). Berdasarkan

data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara kasus kematian ibu mengalami

peningkatan dari tahun 2019 ke tahun 2020 sedangkan kasus kematian bayi

mengalami penurunan dari tahun 2019 ke 2020 (Dinkes Provinsi Sulut, 2020).

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2018, jumlah

kematian ibu 3 dengan penyebab yaitu perdarahan 3 (100%). Jumlah kasus

kematian bayi 8 kasus dengan penyebab kematian yaitu asfiksia 3 (37,5%),


3

kelainan bawaan 1 (12,5%), dan lain-lain 4 (50%) (Profil Kesehatan Kabupaten

Minahasa Utara, 2018.)

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara tahun 2019, jumlah

kasus kematian ibu (AKI) sebanyak 5 kasus dengan penyebab kematian yaitu

perdarahan 5 (100%). Jumlah kasus kematian bayi (AKB) sebanyak 9 dengan

penyebab kematian yaitu asfiksia 2 (22,2%), sepsis 1 (11,1%), kelainan bawaan 1

(11,1%), pneumonia 1 (11,1%), dan lain-lain 3 (33,3%) jumlah kasus ibu dan bayi

mengalami kenaikan pada tahun 2019 (Profil Kesehatan Kabupaten Minahasa

Utara, 2019).

Data Dinas Kesehatan Minahasa Utara tahun 2020, jumlah kasus kematian

ibu (AKI) sebanyak 6 kasus dengan penyebab kematian yaitu perdarahan 2

(33,3%), infeksi 1 (16,6%), dan lain-lain 3 (50%). Jumlah kasus kematian bayi

(AKB) sebanyak 13 dengan penyebab kematian yaitu BBLR 2 (15,3%), asfiksia 5

(38,4%), kelainan bawaan 4 (30,%), dan lain-lain 2 (15,3%) jumlah kasus ibu dan

bayi mengalami kenaikan pada tahun 2020 (Profil Kesehatan Minahasa Utara,

2020).

Hasil survey awal penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kauditan

Kecamatan pada tanggal 10 April 2021 diperoleh data dari laporan Pemantauan

Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS/KIA) yaitu tahun 2019 jumlah

sasaran ibu hamil 465 dengan cakupan kunjungan awal ibu hamil (KI) 478

(102,7%), cakupan kunjungan lengkap ibu hamil (K4) 477 (102,6%) sudah

memenuhi target nasional 100%. Jumlah sasaran ibu bersalin 457, dengan

cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan (Pn) yaitu 428 (93,6%) diatas
4

target nasional (90%). Jumlah sasaran bayi baru lahir (BBL) 437, dengan cakupan

kunjungan pertama neonatus (KN1) yaitu 437 (100%), cakupan kunjungan

lengkap neonatus (KN3) yaitu 437 (100%) memenuhi target nasional. Jumlah

sasaran ibu nifas 455 dengan jumlah ibu nifas yang mendapatkan pelayanan

kesehatan (KF), KF1 dan KF3 yaitu 428 (93,6%) telah memenuhi target nasional

yaitu 90%. Jumlah pasangan usia subur (PUS) yaitu 8551. Cakupan peserta KB

aktif yaitu 3862 (45,2%) di bawah target nasional 75% data tersebut menunjukan

bahwa tahun 2019 cakupan peserta KB aktif belum mencapai target nasional

(Puskesmas Kauditan, 2019).

Data tahun 2020 didapatkan jumlah sasaran ibu hamil 457, cakupan

kunjungan pertama ibu hamil (K1) 460 (100,7%), cakupan pelayanan lengkap ibu

hamil (K4) 454 (99,3%) belum memenuhi target nasional 100%. Jumlah sasaran

ibu bersalin 440, dengan cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan (Pn)

yaitu 411 (93,4%) diatas target nasional (90%). Jumlah sasaran bayi baru lahir

(BBL) 399, dengan cakupan kunjungan pertama neonatus (KN1) yaitu 411

(103%) dan kunjungan lengkap neonatus (KN3) yaitu 411 (103%) telah

memenuhi target nasional. Jumlah sasaran ibu nifas 457 dengan jumlah ibu nifas

yang mendapatkan pelayanan kesehatan (KF), KF1 dan KF3 yaitu 411 (93,4%)

telah memenuhi target nasional yaitu 90%. Jumlah pasangan usia subur (PUS)

yaitu 8551 dengan jumlah peserta KB aktif 3703 (43,3%), di bawah target

nasional 75% data tersebut menunjukan bahwa tahun 2020 cakupan peserta KB

aktif belum mencapai target nasional (Puskesmas Kauditan, 2020).


5

Berdasarkan uraian di atas, terdapat masalah cakupan pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas kauditan tahun 2020 yaitu cakupan peserta

KB aktif masih di bawah target nasional.

Penelitian Mulyanti (2021) di Meteseh Kecamatan Tembalang Kota

Semarang, banyak pasangan usia subur (PUS) tidak mengetahui bahwa pelayanan

dan informasi keluarga berencana khususnya metode kontrasepsi yang paling

sederhana yaitu Senggama terputus atau coitus interuptus merupakan suatu upaya

pemerintah untuk menurunkan angka kelahiran yang masih tinggi dan

meningkatkan kesehatan perempuan dan anak yang dapat membarikan dampak

terhadap penurunan angka kematian ibu dan anak, penanggulangan masalah

kesehatan reproduksi dan peningkatan kesehjateraan keluarga. Hal ini di sebabkan

karena kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi senggama terputus, rendahnya

keikutsertaan pria dalam penggunaan KB disebabkan karena sasaran KB sebagian

besar perempuan dan laki-laki kadang dipandang sebelah mata sehingga

penyampaian informasi tidak banyak terkait kontrasepsi.

Penelitian Mujianti (2018) dalam pelaksanaan program perencanaan

persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) pada masa kehamilan bahwa peran

bidan sebagai fasilitator sangat penting dalam persiapan persalinan juga

dibutuhkan kerjasama yang baik dari ibu hamil, suami, keluarga dan tenaga

kesehatan akan meningkatkan kepercayaan dan keaktifan ibu hamil dan tenaga

kesehatan dalam berinteraksi dan memantau proses dan kelahiran tersebut agar

pencegahan komplikasi kehamilan dan persalinan ibu dapat terlaksana dengan

baik sesuai dengan P4K.


6

Upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi melalui 4

pilar upaya Safe Motherhood yaitu : Keluarga Berencana, Asuhan Antenatal,

Persalinan Bersih dan Aman, serta Pelayanan Obstetri Esensia (Ardayani T. dkk,

2020 . Upaya lain dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses

pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil,

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan

kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan

rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana termasuk KB

pasca persalinan (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).

Upaya Puskesmas Kauditan yaitu memenuhi kebutuhan bidan akan

supervise yang memfasilitasi, memotivasi bidan di desa ditambah dengan

pembinaan dari bidan koordinator dalam memenuhi target yang telah ditetapkan

serta melakukan pendampingan ibu hamil dengan pemeriksaan ANC terpadu

untuk mengetahui secara dini bila ada faktor-faktor yang bisa menyebabkan

kematian,dengan menerapkan protokol kesehatan Corona Virus Disease-19

(COVID-19) seperti mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai APD.

Berdasarkan uraian data tersebut penulis tertarik untuk melaksanakan

penelitian dengan judul” Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. P.M di

Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara”.


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana Penerapan Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. P.M di

Kauditan Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara? “

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum:

Menerapkan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. P.M di Puskesmas

Kauditan Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara.

2. Tujuan Khusus Meliputi:

a. Melakukan asuhan kebidanan dan pendokumentasian selama kehamilan

Ny. P.M di Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan Kabupaten

Minahasa Utara.

b. Melakukan asuhan kebidanan dan pendokumentasian selama persalinan

pada Ny. P.M di Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan Kabupaten

Minahasa Utara.

c. Melakukan asuhan kebidanan dan pendokumentasian bayi baru lahir Ny.

P.M di Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa

Utara.

d. Melakukan asuhan kebidanan dan pendokumentasian selama nifas pada

Ny. P.M di Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan Kabupaten

Minahasa Utara.
8

e. Melakukan asuhan kebidanan dan pendokumentasian keluarga berencana

pada Ny. P.M di Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan Kabupaten

Minahasa Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari pembelajaran untuk

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam pemberian asuhan

kebidanan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukkan untuk dijadikan bahan bacaan di perpustakaan dan

dapat mengembangkan Laporan Tugas Akhir ini lebih lanjut.

b. Bagi Tempat Penelitian.

Sebagai masukkan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan pada

umumnya dan khususnya dalam penerapan asuhan kebidanan.

c. Bagi Responden

Sebagai informasi dan pengetahuan kepada ibu mengenai kehamilan,

tanda-tanda menjelang persalinan, bayi baru lahir, nifas serta keluarga

berencana (KB).
9

d. Bagi Peneliti

Hasil ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang mendalam

mengenai kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga

berencana sehingga peneliti mampu memberikan pelayanan yang lebih

baik di masa mendatang.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah suatu proses fisiologis yang terjadi pada perempuan

akibat adanya pembuahan antara sel kelamin laki-laki dan sel kelamin

perempuan ( Fatimah & Arantika 2019). Lamanya kehamilan normal adalah

280 hari (40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir

(Widatiningsih & Dewi, 2017).

b. Tanda dan gejala kehamilan

1) Tanda Dugaan Hamil

a) Amenorea (Berhentinya menstruasi)

Lamanya amenorea dapat diinformasikan dengan memastikan haid

pertama haid terakhir (HPHT) dan digunakan untuk memperkirakan

usia kehamilan dan tafsiran persalinan.

b) Mual (nausea) dan muntah (emesis)

Pengaruh ekstrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang

terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness.

c) Ngidam (menginginkan makan tertentu)

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan

yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-

10
11

bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan tuanya

kehamilan.

d) Syncope (pingsan)

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan

syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada

pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu.

e) Kelelahan

Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan

kecepatan basal metabolisme rate (BMR) pada kehamilan yang

akan meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas

metabolisme hasil konsepsi.

f) Payudara tegang

Estrogen meningkatkan perkembangan system duktus pada

payudara sedangkan progesterone menstimulasi perkembangan

system alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormon-

hormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan

perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan,

pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum.

g) Sering miksi

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa

penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering, terjadi pada

triwulan pertama akibat desakan uterus ke kandung kemih. triwulan


12

kedua keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar

keluar rongga panggul, akhir triwulan gejala bisa timbul karena

janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali

kandung kemih.

h) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltik usus (tonus

otot menurun) sehingga kesulitan untuk buang air besar.

i) Pigmentasi kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu.

Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang

merangsang melanofor dan kulit.

j) Varises

Varises sering dijumpai pada kehamilan lanjut, yang dapat dilihat

pada daerah genetalia eksterna,kaki, dan betis. Pada multigravida,

kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan yang lalu,timbul

kembali pada trimester pertama.(Dartiwen & Nurhayati 2019 )

2) Tanda kemungkinan (Probability sign)

a) Pembesaran perut

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan

keempat kehamilan.

b) Tanda hegar

Tanda Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak

terutama daerah ismus.


13

c) Tanda piscaseck

Uterus mengalami pembesaran hanya ke salah satu bagian

abdomen. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat

dengan korpus sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.

d) Tanda goodel

Adalah pelunakan serviks, wanita yang tidak hamil serviks seperti

ujung hidung sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir.

e) Tanda Chadwick

Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina

termasuk juga portio dan serviks.

f) Kontraksi Braxton hicks

Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya

actomysin didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak bermitrik,

sporadic, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan

minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada

trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya,

lamanya dan kekuatannya sampai mendekati persalinan.

g) Teraba ballottement

Ketukan mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam

cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini

harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian

seperti bentuk janin saja tidak cukup, karena dapat saja merupakan

mioma uteri.
14

h) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif

Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human

chorionicgonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh

sinsiotropoblastik sel selama kehamilan

3) Tanda pasti hamil (positif Sign)

a) Gerakan janin dalam Rahim

Gerakan janin harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.

Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20

minggu.

b) Denyut jantung janin

DJJ dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan

dopler dan DJJ didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu dengan

laenec.

c) Bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong)

serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas

pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini

dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG.


15

c. Kebutuhan dasar ibu hamil

Kebutuhan dasar menurut Dartiwen & Nurhayati (2020) sebagai berikut :

1) Kebutuhan fisik ibu hamil

a) Oksigen

Hal-hal yang perlu dilakukan ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan

oksigen yaitu:

(1) Tidur dengan posisi miring kearah kiri untuk meningkatkn

perfusi uterus dan oksigenisasi plasenta dengan mengurangi

tekanan pada vena asendem

(2) Melakukan senam hamil untuk melakukan latihan pernapasan

(3) Posisi tidur dengan kepala lebih tinggi

(4) Usahakan untuk berhenti makan sebelum merasa kenyang

(5) Apabila ibu merokok,segera hentikan

(6) Apabila ada keluhan yang sangat menganggu pada system

respirasi, segara konsultasi ke tenaga kesehatan

b) Nutrisi dalam kehamilan

Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari,

ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung

protein, zat besi vitamin, cukup cairan (menu seimbang).

c) Personal Hygine

Mengurangi kemungkinan infeksi, ibu hamil perlu menjaga

kebersihan dirinya karena badan yang kotor banyak mengandung

kuman-kuman. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan :


16

(1) Kebersihan diri (personal hygiene) pada ibu hamil itu sendiri,

sehingga dapat mengurangi hal-hal yang dapat memberikan efek

negatif pada ibu hamil, misalnya pencegahan terhadap infeksi.

(2) Kebersihan dengan mandi sedikitnya 2 kali sehari

(3) Kebersihan gigi dan mulut perlu mendapat perhatian karena

seringkali mudah terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang

kurang kalsium

a) Pakaian Selama Kehamilan

Seorang ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan pakaian dan

disesuaikan dengan kebutuhannya, karena dapat mempengaruhi

kenyamanan ibu dan infeksi pada bagian intimnya. Hal yang perlu

diperhatikan ibu hamil :

(1) Celana dalam ibu hamil dengan bahan yang tipis dan elastis

dapat memberikan rasa nyaman untuk bergerak dan tidak

menekan perut ibu dengan keras.

(2) Celana ibu hamil harus sedikit agak longgar dan tipis yang

terbuat dari katun sangat memberikan rasa nyaman dan aman

(3) BH yang dapat digunakan diupayakan yang tipis dan besar

sehingga dapat menopang payudara ibu semakin membesar

(4) Korset yang dapat menopang perut ibu dari bahan yang halus

sehingga tidak menimbulkan bercak-bercak pada perut ibu


17

a) Eliminasi (BAB/BAK)

Eliminasi pada ibu hamil terjadi :

(1) Trimester I (0-3 bulan/ 1-13 minggu)

Frekuensi BAK meningkat karena kandung kencing tertekan

oleh pembesaran uterus, BAB normal konstitensi lunak

(2) Trimester II (4-6 bulan/ 14-26 minggu)

Frekuensi BAK normal kembali karena uterus telah keluar dari

rongga panggul

(3) Trimester III (7-9 bulan/ 27-40 minggu)

Frekuensi BAK meningkat karena penurunan kepala janin ke

PAP (Pintu Atas Panggul), BAB sering obstipasi (sembelit)

karna hormone progesterone meningkat

b) Seksual

Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada

riwayat penyakit seperti berikut ini :

(1) Sering abortus dan kelahiran prematur

(2) Perdarahan pervaginam

(3) Coitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu

terakhir kehamilan

(4) Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang karena dapat

menyebabkan infeksi janin intra uteri

(5) Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang

sekarang, sebaiknya coitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu


18

Pada umumnya coitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika

dilakukan dengan hati-hati karena :

(1) Dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan

(2) Sebagian perempuan takut melakukan hubungan seksual saat

hamil

(3) Merasa gairah seksualnya menurun karena tubuh merekan

melakukan banyak penyesuaian terhadap bentuk kehidupan baru

yang berkembang didalam rahim

c) Mobilisasi/Body Mekanik

Wanita pada masa kehamilan boleh melakukan pekerjaan seperti

yang biasa dilakukan sebelum hamil. sebagai contoh bekerja di

kantor, melakukan pekerjaan rumah, atau bekerja di pabrik dengan

syarat pekerjaan tersebut masih bersifat ringan dan tidak

mengganggu kesehatan ibu dan janin seperti radiasi dan mengangkat

beban yang berat.

Sikap tubuh yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah :

(1) Berdiri

Tumpuan berat tubuh seorang wanita berubah pada saat

kehamilan karena ada pembesaran uterus, sehingga dianjurkan

untuk ibu hamil tidak berdiri terlalu lama. Dan pada saat berdiri,

ibu hamil berdiri dengan menegakan badan serta mengangkat

pantat dengan posisi tegak lurus dari telinga sampai ke tumit

kaki.
19

(2) Duduk

Pada saat duduk, tempatkan tangan dilutut dan tarik tubuh ke

posisi tegak, atur dagu ibu dan tarik bagian atas kepala seperti

ketika ibu berdiri.

(3) Berjalan

Pada saat berdiri dan berjalan hindari sepatu bertumit tinggi.

(4) Tidur

Ibu hamil dianjurkan untuk tidur dengan posisi miring untuk

menghindari adanya tekanan rahim pada pembuluh darah. Bila

tidur dengan posisi kedua tungkai kaki lebih tinggi dari badan,ini

akan mengurangi rasa lelah.

(5) Mengambil atau mengangkat barang dari bawah

Hindari posisi membungkuk pada saat mengambil barang.

Anjurkan ibu mengambil barang dari bawah dengan posisi badan

ibu tegak lurus. Hanya kaki yang menekuk untuk menurunkan

posisi badan atau bisa dengan menggunakan pegangan untuk

tumpuan.

d) Istirahat/Tidur

Jadwal istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan

jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan

pertumbuhan janin. Tidur pada malam hari selama kurang lebih 8

jam dan istirahat dalam keadaan rileks pada siang hari selama

kurang lebih 1 jam.


20

e) Imunisasi

Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) minimum dilakukan 2 kali suntikan

dengan selang waktu 4 minggu dengan dosis 0,5 ml yang disuntikan

dibawah lengan atas. Imunisasi TT yang diberikan melindungi bayi

dari kemungkinan terkena infeksi pada tali pusatnya.

f) Pekerjaan

Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat.Sebut saja

pekerjaan yang berhubungan dengan radiasi atau bahan kimia,

terutama pada usia kehamilan muda.

g) Bepergian/Traveling

Bila bepergian jauh, ibu hamil harus beristirahat, ambil duduk ibu

hamil dapat melakukan latihan nafas dalam, memutar-mutar kaki

dan secara bergantian mengencangkan dan melemaskan otot di

bagian tubuh yang berlainan, hindari keletihan.Ibu hamil perlu

berjalan teratur untuk melancarkan sirkulasi darah dan vena. Jika

waktu terbatas, pilih alternative lain dalam berjalan. (Mandang dkk

2016)

d. Perubahan-Perubahan Pada Ibu Hamil

1) Trimester pertama

Segera setelah terjadi peningkatan hormone estrogen dan progesterone

dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam ketidaknyamanan

secara fisiologis pada ibu misalnya mual muntah, keletihan dan

pembesaran payudara.
21

2) Trimester kedua

Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa dengan

kadar hormone yang tinggi. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan

kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri.

3) Trimester ketiga

a) Sakit punggung disebabkan karena meningkatnya beban berat yang

ibu bawa yaitu, bayi dalam kandungan

b) Pernapasan, pada kehamilan 33-36 minggu banyak ibu hamil yang

susah bernafas, ini karena tekanan bayi yang berada dibawah

diafragma menekan paru-paru ibu.

c) Sering buang air kecil, pembesaran Rahim dan penurunan bayi ke

PAP membuat tekanan pada kandung kemih ibu.

d) Kontraksi perut, Braxton-hicks kontraksi palsu berupa rasa sakit

yang ringan, tidak teratur dan kadang hilang bila duduk atau

istirahat.

. e. Kebutuhan psikologis ibu hamil

1) Trimester 1

Bagi seorang ibu, memasuki usia kehamilan trimester 1 merupakan

satu saat yang dapat dikatakan menjadi saat yang membahagiakan

namun bisa juga disebut menjadi hal yang menakutkan karena akan

memasuki masa dimana dirinya akan dipersiapkan untuk menjadi

seorang ibu ataupun dirinya akan merasa bahwa saat memasuki masa

kehamilan maka akan terjadi perubahan fisik sehingga menyebabkan


22

terjadinya perubahan emosi. Untuk itu diperlukan komunikasi antara

suami dan istri untuk bersama-sama memiliki komitmen untuk

mempersiapkan diri menjadi orang tua.

2) Trimester 2

Pada usia kehamilan trimester 2, ibu akan merasa berada pada zona

aman dimana perasaan tertekan dan ketidaknyamanan yang

dirasakan pada trimester 1 sudah dapat teratasi. Ibu hamil pada

trimester 2 pada umumnya mulai bisa menerima bahwa keadaannya

saat ini adalah sebagai seorang ibu hamil dan semakin tidak sabar

untuk menunggu kehadiran calon bayinya. Karena rasa

ketidaknyamanan pada trimester 1 sudah mulai menghilang sehingga

ibu akan mengalami peningkatan libido pada kehamilan trimester 2

dibandingkan pada trimester 1.

Untuk itu yang dibutuhkan ibu pada trimester ini yakni memberi

dukungan kepada ibu untuk terus memberikan asupan gizi seimbang

untuk dirinya dan janin agar pembentukan organ-organ janin dapat

berjalan dengan lancar

3) Trimester 3

Pada kehamilan trimester ini, ibu berada pada masa dimana dirinya

harus menunggu kelahiran bayi hingga berusia aterm (36-40

minggu). Dimasa ini pula, ibu akan menunggu adanya tanda-tanda

persalinan sehingga ibu terus berfokus pada bayinya. Namun, pada

masa ini juga dibarengi dengan adanya rasa ketakutan untuk


23

memasuki masa perslinan dimana ia akan merasa takut akan

kehidupannya dengan bayi, merasa takut adanya kelainan pada janin

dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi.

f. Tanda bahaya dalam kehamilan

Menurut (Pratiwi dan Fatimah, 2019) tanda bahaya dalam kehamilan,

yaitu :

1) Perdarahan pervaginam

2) Sakit kepala yang hebat

3) Masalah penglihatan

4) Bengkak pada muka dan tangan

5) Nyeri abdomen yang hebat

6) Bayi kurang bergerak seperti biasa.

g. Asuhan Kehamilan menurut rufaidah (2019) :

1) Asuhan Antenatal Care

Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa

observasi, edukasi, dan penenganan medik pada ibu hamil, untuk

memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang

aman dan memuaskan.

2) Tujuan asuhan antenatal care

a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan

sosial ibu juga bayi.


24

c) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

d) Mempersiapkan kehamilan yang cukup bulan, melahirkan dengan

selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin.

e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI ekslusif.

f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

3) Kebijakan program antenatal

Frekuensi pelayanan antenatal menurut WHO ditetapkan 4 kali

kunjungan ibu hamil dalam pelayanan antenatal, selama kehamilan

dengan ketentuan sebagai berikut : 1 Kali pada trimester pertama (K1), 1

kali pada trimester dua dan 2 kali pada trimester ketiga (K4).

4) Pelayanan Asuhan Standar Antenatal

Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T, dan sekarang

menjadi 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik malaria

menjadi 14T ( Walyani S.E 2017) , yakni:

a) Timbang berat badan tinggi badan

Tinggi badan ibu dikategorkan adanya resiko apabila hasil

pengukuran ≤ 145 cm. Berat badan ditimbang setiap ibu datang


25

atau berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB dan penurunan

BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5 kg -16 kg.

b) Tekanan Darah

Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung. Tekanan darah

normal berkisar systole/diastole: 110/80-120/80 mmHg

c) Pengukuran tinggi fundus uteri

Mengunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atas

sympsis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh

ditekan)

Tabel 1 : Tinggi Fundus Uteri Sesuai dengan usia kehamilan

NO Tinggi Fundus Uteri (cm) Umur Kehamilan dalam Minggu

1 12 cm 12

2 16 cm 16

3 20 cm 20

4 24 cm 24

5 28 cm 28

6 32 cm 32

7 36 cm 36

8 40 cm 40

(Walyani S.E 2017)

d) Pemberian Tablet Tambah Darah

Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan

nifas, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring

dengan pertumbuhan janin.


26

e) Pemberian imunisasi TT

Untuk melindungi dari tetanus neonatorum. Efek samping TT

yaitu nyeri, kemerah-kemerahan dan bengkak untuk 1-2 hari

pada tempat penyuntikan.

Tabel 2 : Pemberian Imunisasi TT

Imunisasi Interval Lama Perlindungan


Perlindungan %
TT1 Pada kunjungan - -
pertama ANC
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80%

TT3 6 minggu setelah TT2 5 tahun 95%

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99%

TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/ seumur 99%


hidup

f) Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb di lakukan pada kunjungan ibu hamil yang

pertama kali lalu diperiksa lagi menjelang persalinan pemeriksan

Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu

hamil.

Klasifikasi anemia menurut Muchlisin Riadi (2017) yaitu

sebagai berikut :

1) Ringan sekali : Hb 11 g/dL sd Batas Normal

2) Ringan : Hb 8 g/dL sd < 11 g/dL

3) Sedang : Hb 5 g/dL sd < 8 g/dL

4) Berat : Hb < 5 g/dL(13)


27

g) Pemeriksaan Protein Urine

Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil.Protein

urine ini untuk mendeteksi ibu hamil ke arah preeklamsi.

h)Pengambilan darah untuk pemeriksaan veneral disease research

laboratory

Pemeriksan VDRL untuk mengetahui adanya treponema

pallidum / penyakit menular seksual, antara lain syphilish.

i) Pemeriksaan urine reduksi

Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan

indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada

keluarga dan suami.

j) Perawatan payudara

Manfaat perawatan payudara adalah untuk :

(1) Menjaga kebersihan payudara, terutama puting susu

(2) Mengencangkan serta memperbaiki bentuk puting susu (puting

susu terendam)

(3) Merangsang kelenjar-kelenjar susu sehingga produksi ASI

lancar

(4) Perawatan payudara dilakukan dalam 2 kali sehari sebelum

mandi dan mulai pada kehamilan 6 bulan.

k) Senam ibu hamil

Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan mempercepat

pemulihan setelah melahirkan serta mencegah sembelit.


28

l) Pemberian obat malaria

Pemberian obat malaria diberikan khusus pada wanita hamil

didaerah endemik malaria atau kepada ibu dengan gejala khas

malaria yaitu panas tinggi disertai mengigil.

m) Memberikan kapsul minyak beryodium

Kekurangan yodium di pengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan

dimana tanah dan air tidak mengandung unsur yodium. Akibat

kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kretin

yang di tandai dengan:

(1) Gangguan fungsi mental

(2) Gangguan fungsi pendengaran

(3) Gangguan pertumbuhan

(4) Gangguan kadar hormon yang rendah

n) Temu wicara

(1) Defenisi Konseling

Adalah suatu wawancara (tatap muka) untuk menolong

orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai

dirinya dalam usaha untuk memahami dan mengatasi

permasalahan yang dihadapi.

(2) Prinsip-prinsip konseling

Ada 5 prinsip pendekatan kemanusiaan, yaitu :

(a) Keterbukaan

(b) Empati
29

(c) Dukungan

(d) Sikap dan respon positif

(e) Setingkat atau sama derajat

(1) Tujuan konseling pada antenatal care

(a) Membantu ibu hamil memahami kehamilannya

(b)Membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan

asuhan kehamilan, penolong persalinan yang bersih dan

aman. (Walyani S.E, 2017).

2. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan

cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala yang berlangsung selama 18 jam. produk konsepsi dikeluarkan

sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat tanpa komplikasi

baik ibu maupun janin. (Walyani & Purwoastuti, 2019)

Menurut Asrinah (2019) dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan

yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya

pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia,

dan asfiksia bayi baru lahir. Tujuan asuhan persalinan normal adalah

mengupayakan kelang langsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan

yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegritas

dan lengkap serta terinversi minimal sehingga prinsip keamanan dan

kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal.


30

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi proses persalinan menurut

(Fitriana dan Nurwiandani, 2018) adalah :

1) Penumpang (Passenger)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta.

Bergeraknya janin disepanjang jalan lahir merupakan akibat dari

beberapa faktor yaitu :

a) Ukuran kepala janin

b) Plasenta si janin

c) Detak janin

d) Sikap janin

e) Posisi janin

2) Jalan Lahir (Passage)

Jalan lahir terbagi atas dua yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak.

Jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang panggul. Sedangkan

jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang,

serviks, otot dasar panggul, vagina dan introitus vagina.

3) Kekuatan (Power)

Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu :

a) Kekuatan Primer : kekuatan primer ini mengakibatkan serviks

menipis (effacement) dan berdilatasi sehingga janin turun.


31

b) Kekuatan Sekunder : kekuatan sekunder tidak mempengaruhi

dilatasi serviks tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini

cukup penting dalam usaha mendorong keluar dari uterus dan

vagina.

4) Posisi Ibu (Positioning) Perubahan posisi yang diberikan pada ibu

bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan

memperbaiki sirkulasi.

5) Respon Psikologi (Psychology Response)

a) Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan.

b) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan.

c) Saudara kandung bayi selama persalinan.

c. Mekanisme Persalinan

Menurut (Asrinah,2019) Pada proses persalinan dibagi 4 kala yaitu :

1) Kala I : Kala Pembukaan. Proses untuk pembukaan serviks sampai

menjadi pembukaan lengkap (10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi

menjadi 2 fase :

a) Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan kurang dari 4 cm,

biasanya berlangsung kurang dari 8 jam.

b) Fase aktif

Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat (kontraksi adekuat)

seperti 3 kali atau lebih dalam 10 menit selama 40 detik atau lebih.
32

Serviks membuka dari 4 hingga pembukaan lengkap, terjadi

penurunan bagian terbawah janin, berlangsung selama 6 jam dan di

bagi 3 fase, yaitu:

(1) Periode akselerasi berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi

4cm

(2) Periode dilatasi maksimal berlangsung selama 2 jam, pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm

(3) Periode deselerasi berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan

jadi 10 cm atau lengkap. Menurut (Pesak dkk, 2019) Salah satu

upaya untuk manajemen nyeri adalah dengan terapi massage

punggung dengan Virgin Coconut Oil (VCO). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi Massage Punggung

dengan Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap intensitas nyeri

persalinan.

Disarankan kepada petugas kesehatan terapi massage

punggung dengan Virgin Coconut Oil (VCO) dapat meningkatkan

pelayanan intranatal care, khususnya dalam penerapan asuhan

sayang ibu dengan membantu mengurangi rasa nyeri akibat

persalinan.

2) Kala II : Kala Pengeluaran Janin

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara

berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.


33

3) Kala III : (Pengeluaran Plasenta)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

4) Kala IV : Kala Pengawasan Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta

dan berakhir dua jam setelah proses tersebut.

d. Partograf

Partograf merupakan alat bantu dalam pemantauan kemajuan persalinan,

sehingga penolong persalinan dapat membuat keputusan klinis agar dapat

memberikan tindakan yang tepat.

1) Kegunaan partograf :

a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

memeriksa pembukaan serviks berdasarkan pemeriksaan dalam.

b) Mendeteksi apakah proses persalinan bekerja secara normal,

dengan demikian dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partus lama. Hal ini merupakan bagian terpenting dalam

proses pengambilan keputusan klinik persalinan kala I.

2) Bagian-bagian partograf :

(a) Informasi tentang ibu

Nama, umur, Gravida para abortus (keguguran), Nomor catatan

medik/nomor puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat.


34

(b) Kondisi janin.

DJJ, warna dan adanya air ketuban, penyusupan (molase) kepala

janin.

(c) Kemajuan persalinan.

Pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah atau presentasi

janin, garis waspada dan garis bertindak.

(d) Jam dan waktu

Waktu mulainya fase aktif persalinan, waktu aktual saat

pemeriksaan atau penilaian.

(e) Kontraksi uterus

Frekuensi dan lamanya.

(f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

Oksitosin, obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

(g) Kondisi ibu

Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, urin (volume, aseton

atau protein)
35
36
37

3) Asuhan pada tahap persalinan

Persalinan merupakan proses yang ditunggu oleh ibu yang hamil aterm

untuk segera melihat buah hatinya yang dikandung selama 9 bulan.

Namun, karena adanya faktor psikologis terkadang ibu juga merasa

takut dan gelisah untuk menungguu kelahiran bayinya. Untuk itu

asuhan pada tahap persalinan sangat diperlukan untuk membantu ibu

dalam melewati persalinan.

Adapun asuhan yang diberikan pada ibu yakni asuhan sayang ibu.

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan sang ibu. Asuhan sayang ibu juga dengan

memberikan asuhan yang aman berdasarkan temua dan turut

meningkatkan angka kelangsungan hidup (Walyani, 2020).

10 langkah Asuhan Sayang Ibu Menurut Walyani, 2020 adalah

sebagai berikut :

a) Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk

mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara

berkesinambungan.

b) Memberi informasi mengenai praktek kebidanan,

termasuk intervensi dan hasil asuhan.

c) Memberi asuhan yang peka dan responsive dengan

kepercayaan, nilai dan adat istiadat.

d) Memberikan kebebasan ibu yang bersalin untuk memilih posisi

nyaman untuk bersalin.


38

e) Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk

pemberian asuhan yang berkesinambungan.

f) Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak

didukung oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti :

pencukuran, pemberian cairan intravena, menunda kebutuhan

gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin secara

elektronik.

g) Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan

rasa nyeri dengan/tanpa obat-obatan.

h) Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh

bayinya secara mandiri.

i) Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena

kewajiban agama.

j) Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik

4) Penatalaksanaan dalam proses persalinan

Asuhan Persalinan Normal adalah:

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinaan kala dua.

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik

sekali pakai 3 cc ke dalam wadah partus set.

3) Memakai celemek plastik.

4) Memastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, mencuci

tangan dengan sabun di air mengalir.


39

5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang di gunakan

untuk periksa dalam.

6) Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan kanan, isi dengan

oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set. Bila

ketuban belum pecah, pinggirkan ½ kocher pada partus set.

7) Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas DTT

(basah) dengan gerakan dari vulva ke perineum (bila daerah

perineum dan sekitarnya kotor karena kotoran ibu yang keluar,

bersihkan daerah tersebut dari kotoran).

8) Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah

lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan

klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai

pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his, bila ia sudah merasa

ingin meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran, (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setelah duduk

dan pastikan ia merasa nyaman).


40

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atatu mengambil

posisi nyaman.

15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu,

jika bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16) Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya

dibawah bokong ibu.

17) Membuka tutup partus set.

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,

memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin diperut ibu.

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi

luar secara spontan.

22) Setelah janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan

biparietal kepala janin, tarik secara hati-hati ke arah bawah sampai

bahu anterior / depan lahir, kemudian tarik secara hati-hati ke atas

sampai bahu posterior/belakang lahir. Bila terdapat lipatan tali pusat

yang terlalu erat hingga menghambat putaran paksi luar atau

lahirnya bahu, minta ibu berhenti meneran, dengan perlindungan

tangan kiri, pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan potong

tali pusat di antara dua klem tersebut.


41

23) Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu

janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian

bawah kepala) dan ke empat jari pada bahu dan dada / punggung

janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin

bagian anterior saat badan dan lengan lahir.

24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang ke

arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai

bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut

janin).

25) Melakukan penilaian selintas:

a. apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?

b. apakah bayi bergerak aktif?

26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi

kecuali bagian tali pusat.

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus.

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

29) Menyutikan Oksitosin 10 unit secara intra muskuler pada bagian

luar paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu

untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh

darah.
42

30) Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi.

Mendorong tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2cm distal dari klem pertama.

31) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindung

perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem

tersebut.

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi

dikepala bayi.

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10cm dari

vulva.

35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36) Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah

dorsokranial. Bila uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau

keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.

37) Jika dengan peregangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat

bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta , minta ibu

untuk meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke

arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurva jalan lahir

hingga plasenta tampak pada vulva.


43

38) Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta

dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta

dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu

pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri

dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian

palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba

keras).

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan

kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput

ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantong plastik

yang tersedia.

41) Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perenium

yang menimbulkan perdarahan aktif. Bila ada robekan yang

menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.

42) Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan

pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik.

43) Membiarkan bayi untuk tetap melakukan kontak kulit ke kulit di

dada ibu paling sedikit 1 jam.

44) Setelah 1 jam lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes

mata antibiotic profilaksis, dan vitamin K1 mg intramuskuler di

paha kiri anterolateral.


44

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

hepatitis B di paha kanan anterolateral.

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam.

47) Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki

kontraksi baik dan mengajarkan masase uterus apabila kontraksi

uterus tidak baik.

48) Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi.

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit

selama jam kedua pasca persalinan.

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas

dengan baik.

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas semua

peralatan setelah didekontaminasi.

52) Membuang barang-barang yang terkontaminasike tempat sampah

yang di sediakan.

53) Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan

menggantikan pakaiannya dengan pakaian bersih/kering.

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum.

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.


45

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5 %

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5 %.

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

58) Melengkapi Partograf

3. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian BBL

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan

genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram,

nilai Apgar score > 7 dan tanpa cacat bawaan (Sondakh, J 2017).

b. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

1) Pengkajian fisik pada bayi baru lahir

a) Pengkajian pertama pada bayi baru lahir

Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian dari

prosedur perawatan bayi segera setelah lahir. Berikut ini

prosedur perawatan bayi segera setelah lahir (immediate care of

the newborn) :

(1) Mempelajari hasil anamnesis, meliputi riwayat hamil,

riwayat persalinan, riwayat keluarga.


46

(2) Menilai skor APGAR

Tabel 3 : Apgar Score


Tanda 0 1 2
Appearance Blue Body pink , All Pink ( seluruh tubuh
(warna (seluruh Limbs (Tubuh kemerahan )
kulit) tubuh biru kemerahan,
atau pucat) ekstremitas biru)
Pulse Absent
(denyut (tidak ada) <100 >100
jantung)
Grimace None Grimance Cry (reaksi melawan,
( Refleks) (Tidak (Sedikit menangis)
Bereaksi) Gerakan)
Activity Limp Some Felxion of Active Movement, limbs
(Tonus otot) (Lumpuh) Limbs well flexed (Gerakan
(Ektresmitas aktif, ekstremitas fleksi
sedikit fleksi) dengan baik)
Repiratory None Slow, irregular Good, Strong Cry
Effart (Tidak ada) (Lambat, tidak (Menangis Kuat
(Usaha teratur)
bernafas)
(Walyani S.E & Purwoastuti E, 2019).

Klasifikasi asfiksia menurut (Jannah, 2015) terbagi tiga, yaitu :

(a) Bayi normal atau tidak asfiksia : skor APGAR 7-10.

(b) Asfiksia ringan : skor APGAR 4-6.

(c) Asfiksia berat : skor APGAR 0-3.

(1) Melakukan resusitasi neonatus

(2) Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jangan terlalu

pendek dan harus diawasi setiap hari.


47

(3) Memberikan identifikasi bayi dengan memberi kartu bertuliskan

nama ibu, diikatkan di pergelangan tangan atau kaki.

(4) Melakukan pemeriksaan fisik dan observasi tanda vital.

(5) Meletakkan bayi dalam kamar transisi (jika keadaan umum

baik) atau dalam incubator jika ada indikasi.

(6) Menentukan tempat perawatan. Rawat gabung, rawat khusus

atau rawat intensif.

(7) Melakukan prosedur rujukan bila perlu. Jika ada penyakit yang

diturunkan dari ibu, misalnya penyakit hepatitis B aktif,

langsung diberikan vaksinasi (globulin) pada bayi.

b) Langkah-langkah dalam melakukan pengkajian fisik pada bayi baru

lahir:

(1) Pertama, seorang petugas mengkaji keadaan umum bayi,

melihat cacat bawaan yang jelas seperti hidrosefal, mikrosefali,

anensefali, keadaan gizi dan maturnitas,aktivitas tangis, warna

kulit, kulit kering atau mengelupas, vernik caseosa, kelainan

kulit karena fravina lahir, toksikum, tanda-tanda meconium, dan

sikap bayi tidur.

(2) Langkah kedua, petugas melakukan pemeriksaan pada kulit,

ketidakstabilan vasomotor dan kelambatan sirkulasi perifer

ditampakan oleh warna merah tua atau biru keunguan pada bayi

yang menangis. Yang warnanya sangat gelap bila penutupan


48

glories mendahului tangisan yang kuat dan oleh sianosis yang

tidak berbahaya.

(3) Pada pemeriksaan kepala bisa dilihat besar, bentuk, molding,

sutura tertutup atau melebar, kaput suksedanium, hematoma

sefal dan karnio tabes.

(4) Pada pemeriksaan telinga dapat menngetahui kelaian daun atau

bentuk telinga.

(5) Pada pemeriksaan mata yang bisa dinilai perdarahan

sukonjungtiva, mata yang menonjol, katarak.

(6) Mulut dapat menilai apakah bayi; labioskisis,

labioynatopalatoskisis, tooth-buds.

(7) Leher; hematoma, duktis tirolusus, higromakoli

(8) Dada; bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan retraksi

intercostal, sifoi, merintih, pernafasan cuping hidung, bunyi

paru.

(9) Jantung; pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi

jantung.

(10) Abdomen; membuncit, (pembesaran hati, limpa, tumor, asites),

skafoid (kemungkinan bayi mengalami hernia diagfragmatika

atau atresia esophagus tanpa fistula), tali pusat berdarah, jumlah

pembuluh darah tali pusat, warna besar tali pusat, hernia di

pusat atau selangkangan.


49

(11) Alat kelamin; tanda-tanda hematoma karena letak sunsang,

testis belum turun, fisnosis, adanyaa perdarahan atau lendir dari

vagina, besar dan bentuk klitoris dan labia minora, atresia ani.

(12) Tulang punggung; spina bifida, pilonidal sinus dan dumple.

(13) Anggota gerak; fokomeria, sindaktili, polidaktili, fraktor,

paralisis talipes dan lain-lain.

(14) Keadaan neuromuskula; refleks moro, refleks genggam, refleks

rooting dan sebagainya: tonus otot, tremor.

(15) Pemeriksaan lain-lain; meconium harus keluar dalam 24 jam

sesudah lahir, bila tidak harus waspada terhadap atresia ani atau

obstruksi usus. Urine harus ada juga pada 24 jam. Bila tidak ada

harus diperhatikan kemungkinan obstruksi saluran kencing

a. Pemantauan bayi baru lahir

Pemantauan pada bayi baru lahir dibarengi dengan standar asuhan pada ibu

nifas atau ibu pasca bersalin. Berikut ini standar minimal asuhan pada bayi

baru lahir.

1) Perawatan Bayi Baru lahir (Standar 13)

Bertujuan untuk melakukan penilaian kondisi bayi baru lahir,

memberikan bantuan dimulainya pernafasan bayi baru lahir dan

melakukan pencegahan potensi terjadinya hipotermi, hipoglikemi dan

infeksi.

2) Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan (Standar 14)

bertujuan untuk mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih


50

dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan

ibu dan bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi,

memulai pemberian asi dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan

dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya

3) Pelayanan bayi ibu dan bayi pada masa nifas (Standar 15)

Bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42

hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan tentang ASI

eksklusif.

d. Penanganan bayi baru lahir

1) Pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus

dilakukan pada bayi baru lahir karena BBL sangat rentang terhadap

infeksi. Pada saat penanganan BBL, pastikan penolong untuk melakukan

tindakan pencegahan infeksi pada BBL agar tidak menambah resiko

infeksi, dengan cara sebagai berikut :

a) Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan

kontak dengan bayi.

b) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang

belum dimandikan.

c) Memastikan semua peralatan, termasuk klem, gunting dan penjepit

tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika

menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.


51

Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari

satu bayi.

d) Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang

digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.

e) Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop

dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam

keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah

digunakan).

f) Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya

dengan mandi setiap hari.

g) Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air

bersih, hangat dan sabun setiap hari.

h) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan

memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan

sebelumnya.

2) Mencegah kehilangan panas

Bayi baru lahir (BBL) tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara

memadai dan BBL dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan

panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas

(hipotermi) berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi

dalam keadaan basah dan tidak diselimuti, mungkin akan mengalami

hipotermia, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Upaya

untuk mencegah kehilangan panas adalah sebagai berikut :


52

a) Keringkan bayi secara seksama

Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya

untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban

pada permukaan tubuh bayi.

b) Bungkus bayi dengan kain bersih, kering dan hangat. Segera setelah

tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk dan

kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan selimut dan

kain hangat, kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan dekat

tubuh bayi akan menyebabkan bayi tersebut mengalami kehilangan

panas tubuh. Jika selimut bayi harus dibuka untuk melakukan suatu

prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk atau selimut

kering, segera setelah prosedur tersebut selesai.

c) Tutupi kepala bayi. Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau

diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan

yang relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika

bagian tersebut tidak ditutup.

d) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya, pelukan ibu pada tubuh bayi

dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas.

Selain itu, ketika dipeluk, bayi akan berusaha melakukan inisiasi

menyusu dini (IMD) segera setelah lahir.

e) Jangan segera menimbang atau memandikan BBL. Karena BBL

cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak

berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu


53

selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat

badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat bayi

berpakaian atau dikurangi dengan berat pakaian atau selimut.

f) Bayi sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir.

Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat

menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan bayi baru

lahir.

g) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah

untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera

menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.

h) Rangsangan taktil

Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai reflex

protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga

merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi yang sehat hal ini

biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernafasan spontan.

Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan

rangsangan taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda kegawatan,

segera lakukan tindakan untuk membantu pernapasan.

1) Membebaskan jalan napas


54

Bayi normal akan menangis secara spontan setelah lahir, apabila bayi

tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napas

dengan cara sebagai berikut :

a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.

b) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher

bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala di atur lurus

sedikit tengah ke belakang.

c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari

tangan yang dibungkus kassa steril.

d) Menggosok-gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar.

e) Alas penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya

yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat.

f) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung

g) Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama

h) Perhatikan warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung

atau mulut

4) Pengikatan dan pemotong tali pusat

Pengikatan dan pemotongan tali pusat segera setelah persalinan

dilakukan secara luas di seluruh dunia. Penangan tali pusat di kamar

bersalin harus dilakukan secara asepsis untuk mencegah infeksi tali

pusat dan tetanus nneonaturum. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

sebelum mengikat dan memotong tali pusat.


55

Tali pusat diikat pada jarak 2-3 cm dari kulit bayi, dengan menggunakan

klem yang terbuat dari plastic, atau menggunakan tali yang bersih (lebih

baik bila steril) yang panjangnya cukup untuk membuat ikatan yang

cukup kuat (± 15 cm).

Kemudian tali pusat dipotong pada ± 1 cm di distal tempat tali pusat

diikat, menggunakan instrumen yang steril dan tajam. Penggunaan

instrument yang tumpul dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi

karena terjadi trauma yang lebih banyak pada jaringan (Walyani,2020).

5) Cara perawatan tali pusat

Agar bagian tali pusat yang menempel pada perut bayi tidak terinfeksi

maka harus selalu dibersihkan juga agar tetap kering dan bersih. Sisa-

sisa tali pusat ini akan terlepas dalam waktu 7-10 hari, kadang-kadang

sampai 3 minggu baru lepas. Setelah terlepas tali pusat ini kan

meninggalkan bercak yang kasar, yang memerlukan waktu beberapa hari

lagi untuk mengering dan sembuh.

Penyembuhan yang berlangsung lambat akan menyebabkan bercak kasar

ini bertambah tebal dengan jaringan yang disebut jaringan granula yaitu

jaringan baru yang tumbuh, jika ada luka, maksudnya untuk

menggantikan jaringan lama yang rusak jaringan granula yang berlebih

akan lebih menonjol dari kulit sekitarnya.

6) Memberikan vitamin K

Bayi yang baru lahir sangat membutuhkan vitamin K karena bayi yang

baru lahir sangat rentan mengalami defisiensi vitamin K. Ketika bayi


56

baru lahir, proses pembekuan darah (koagulan) menurun dengan cepat,

dan mencapai titik terendah pada usia 48-72 jam. Salah satu sebabnya

adalah karena selama dalam rahim, plasenta tidak siap megantarkan

lemak dengan baik ( padahal vitamin K larut dalam lemak).

Selain itu, saluran cerna bayi baru lahir masih steril, sehingga tidak

dapat menghasilkan vitamin K yang berasal dari flora di usus. Asupan

vitamin K dari ASI pun biasanya rendah.

Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut semua bayi baru lahir

harus diberikan vitamin K injeksi 1 mg intramuskuler setelah satu jam

kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusui. Manfaatnya adalah

untuk mencegah perdarahan bayi baru lahit akibat defisiensi vitamin K

yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.

7) Profilaksis mata

Pemberian antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah

terjadinya konjungtivitis. Pofilaksis mata yang sering digunakan yaitu

tetes mata siver nitrat 1 %, salep mata eritromisin dan salep mata

tertrasiklin. Ketiga preparat ini efektif untuk mencegah konjungtivitis

gonore. Saat ini siver nitrat tetes mata tidak dianjurkan lagi karena

sering terjadi efek samping berupa iritasi dan kerusakan mata (Walyuni,

2020)

8) Identifikasi bayi

Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang

segera pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan


57

kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai

waktu bayi dipulangkan.

9) Pemberian imunisasi dasar

Menurut Lontaan A, dkk tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Yang

Memiliki anak umur 12 -23 bulan dengan pemberian imuniasi dasar

bahwa imunisasi adalah salah satu intervesi kesehatan yang efekti dalam

mrnurunkan angka kematian bayi dan balita, dengan imunisasi penyakit

tuberkolosis, difteri pertusi, tetanus, hepatitis B, polieielitis dan capak

dapat di cegah.

Setiap tahun diperkirakan jutaan anak di Indonesia tertular penyakit

menular seperti : tuberculosis, difteri, pertussis, tetanus dan campak,

dengan akibat 120.000 kematian setiap tahun. Hal ini sebenarnya tidak

perlu terjadi oleh karena penyakit tersebut dapat di cegah dengan

Imunisasi (PD31) pada bayi dan balita dengan lengkap serta diberikan

sesuai dengan jadwal. Angka kematian akibat tetanus adalah 19,3%,

difteri, polio, campak sebesa 9,4%.

Program imunisasi mempunyai kedudukan yang penting oleh karena

imunisasi dapat mencegah Angka Kematian Bayi/Kesakitan bayi dan

balita. Program imunisasi dapat berhasil pada anak antara lainoleh

karena pengetahuan ibu yang memadai. Sejak dimulainya program

imunisasidi Indonesia pada tahun 1956, saat ini telah dikembangkan 5

jenis vaksinasi wajip Progam Pengembangan Imunisasi (PPI)

diwajibkan yaitu Basillus Calmette Guerin (BCG), Hepatitis B, Polio,


58

DPT dan Campak. Reaksi samping setelah dilakuka pada bayi/balita

mulai dari local dan sistemik yang tidak diinginkan seperti: demam yang

dapat membuat ibu khawatir, apabila disertai peningkatan suhu badan

dan menimbulkan kejang. Hal tersebut dapat menyebabkan ibu tidak

mau meberikan imunisasi pada bayi. Fator kurangnya pengetahuan

mengenai imunisasi, terbatasnya akses ke pelayanan imunisasi, status

social, keterbatasan ekonomi dan perilaku petugas mempengaruhi

pelasanaan imunisasi dasar.

4. Nifas

a. Pengertian nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta

dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang

berlangsung selama 6 minggu atau ±40 hari (Fitri,2017).

b. Asuhan Komplementer pada ibu nifas

1) Pengertian asuhan komplementer

Asuhan kebidanan komplementer merupakan bagian dari penerapan

pengobatan komplementer dan alternatif dalam tatanan pelayanan kebidanan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri kesehatan, definisi pengobatan

komplementer dan alternatif adalah pengobatan non konvensional yang

ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan kualitas, keamanan dan

efektifitas yang tinggi. (Ayuningtyas I.F, 2019)


59

2) Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai

dari nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf

parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga

oksitosin keluar. Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks

oksitosin Atau let down reflex. Selain untuk merangsang let down reflex

manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu,

mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI, Merangsang pelepasan

hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI. Menurut Depkes RI

(2007 dalam Setiowatii, 2017), pijat okitosin dilakukan dengan cara memijat

pada daerah punggung sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga

diharapkan ibu akan merasakan rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan

hilang.

Manfaat pijat oksitosin bagi ibu nifas dan ibu menyusui, diantaranya:

a) Mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta

b) Mencegah terjadinya perdarahan post partum

c) Dapat mempercepat terjadinya proses involusi uterus

d) Meningkatkan produksi ASI

e) Meningkatkan rasa nyaman pada ibu menyusui

f) Meningkatkan hubungan psikologis antar ibu dan keluarga

Efek fisiologis dari pijat oksitosin ini adalah merangsang kontraksi otot

polos uterus baik pada proses saat persalinan maupun setelah persalinan.
60

3) Pelaksanaan Tindakan Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat ini

dilakukan selama 15 sampai 20 menit (Sari, 2015). Pijat ini tidak harus

selalu dilakukan oleh petugas kesehatan. Pijat oksitosin dapat dilakukan

oleh suami atau keluarga yang sudah dilatih. Keberadaan suami atau

keluarga selain membantu memijat pada ibu, juga memberikan suport

atau dukungan secara psikologis, membangkitkan rasa percaya diri ibu

serta mengurangi cemas. Sehingga membantu merangsang pengeluaran

hormon oksitosin Langkah-langkah yang dilakukan yaitu yang pertama

ibu melepas pakian bagian atas dan bra, pasang handuk di pangkuan

ibu, 20 kemudian posisi ibu duduk dikursi (gunakan kursi tanpa

sandaran untuk mem udahakan penolong atau pemijat), kemudian

lengan dilipat diatas meja didepannya dan kepala diletakkan diatas

lengannya, payudara tergantung lepas tanpa baju. Melumuri kedua

telapak tangan menggunakan minyak atau baby oil Selanjutnya

penolong atau pemijat memijat sepanjang tulang belakang ibu dengan

menggunakan dua kepal tangan, dengan ibujari menunjuk ke depan dan

menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-

gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibujari. Pada saat

bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari

leher kearah tulang belikat. Evaluasi pada pemijatan oksitosin

dilakukan (Depkes RI, 2007 dalam Trijayati, 2017).


61

Gambar 2. Pijat oksitosin (Sumber : Vaikoh, 2017)

c. Tujuan masa nifas

Menurut (Nugroho,2018) tujuan dari Masa Nifas adalah sebagai berikut :

1) Mendeteks Adanya Perdarahan Masa Nifas

2) Menjaga kesehatan Ibu dan Bayi

3) Menjaga kebersihan diri

4) Melaksanakan skrining secara komprehensif

5) Memberikan pendidikan laktasi dan perawatan payudara

6) Pendidikan tentang peningkatan pengembangan hubungan yang baik

antara ibu dan anak

7) Konseling Keluarga Berencana (KB)

d. Kebutuhan dasar ibu nifas

Menurut Sutanto V.A (2019) kebutuhan dasar masa nifas adalah sebagai

berikut:

1) Kebutuhan nutrisi

Kebutuhan nutrsi dan cairan yang diperlukan bagi ibu nifas tidak lepas dari

pedoman nutrisi yang berfokus pada penyembuhan fisik dan stabilitas

setelah kelahiran serta persiapan laktasi. Menurut

(Marasabessy,Hawa and Losu,Fredrika.N and Donsu,Amelia (2019) Air


62

Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar

payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Kenyataan cakupan ASI

Ekslusif di Indonesia hanya 35% dan di Puskesmas Kombos bulan Januari

2019 terdapat 30% (15) ibu dengan produksi ASI yang kurang lancar.

Salah satu cara untuk memperlancar produksi air susu ibu yaitu dengan

mengkonsumsi sari kacang hijau (vigna radiata).

Kacang hijau (vigna radiata) merupakan tanaman yang dapat tumbuh

hampir di semua tempat di Indonesia. Sari kacang hijau mengandung

vitamin B1 (thiamin) yang berfungsi untuk mengubah karbohidrat menjadi

energi, memperkuat sistem saraf dan bertanggung jawab untuk produksi

Air Susu Ibu.

2) Kebutuhan Cairan

Ibu menyusui dapat mengonsumsi cairan 2-3 liter/hari dalam bentuk air

putih, susu dan jus buah

3) Kebutuhan ambulasi

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing

ibu bersalin keluar dari tempat tidur dan membimbing secepat mungkin

untuk berjalan. Ambulasi dini dilakukan secara berangsur-angsur. Pada

persalinan normal, sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam ( ibu

boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosit).


63

4) Kebutuhan eliminasi BAK dan BAB

a) BAK

Ibu berrsalin akan sulit nyeri dan panas saat buang air kecil kurang

lebih selama 1-2 hari, terutama dialami oleh ibu yang baru

pertama kali melahirkan melalui persalinan normal padahal BAK

secara spotan normalnya terjadi setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan

dapat BAK sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindakan :

(1) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien

(2) Mengompres air hangat di atas symphisis

(3) site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK

b) BAB

Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar.

Jika klien pada hari ketiga belum juga bisa buang air besar

maka diberi laksan supositoria dan minum air hangat.Agar

dapat buang air besar secara teratur.Dapat dilakukan dengan

diet teratur, pemberian cairan yang banyak atau ambulasi

yang baik.

5) Kebersihan diri (personal hygiene)

Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.Oleh

karena itu, keberishan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya

infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat, tidur dan lingkungan sangat

penting untuk tetap dijaga.


64

6) Kebutuhan istirahat dan tidur

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang dibutuhkan ibu

nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Kurang

istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, yaitu :

a) Mengurangi jumlah asi yang diproduksi

b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.

7) Kebutuhan sexual

Hubungan seksual aman dilakukan ketika darah telah berhenti.Hubungan

seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomy telah

sembuh dan lochea telah berhenti.Sebaiknya hubungan seksual ditunda

sampai 40 hari karena pada saat itu diharapkan seksual ditunda sampai 40

hari karena pada saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih

kembali.

8) Rencana KB

Setelah selesai masa nifas ibu dapat merencanakan atau memilih KB yang

sesuai dengan kebutuhannya untuk mengatur jarak kehamilan. Keluraga

Berencana (KB) dapat didukung dengan istilah kontrasepsi yang berarti

mencegah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma

yang akan mengakibatkan kehamilan.


65

d. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

1) Perubahan Sistem Reproduksi

a) Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi

fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan

simpisis, atau sedikit lebih tinggi. Kontraksi adalah sama dengan

kontraksi sewaktu persalinan, hanya saja sekarang tujuannya berbeda.

Sebagimana diketahui, ketika uterus berkontraksi, seorang wanita akan

merasakan mules. Inilah yang disebut nyeri setelah melahirkan. Hal ini

akan berlangsung 2 hingga 3 hari setelah melahirkan.

Proses involusi uterus adalah proses pengembalian uterus kekeadaan

sebelum hamil

Tabel 4 : Tinggi Fundus Uteri Sesuai Masa Nifas


Involusi TFU Berat Keadaan
Uterus (gr) Seviks

Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000


Uri Lahir 2 jari di bawah 750 Lembek
pusat
Satu minggu Pertengahan pusat- 500 Beberapa hari
sympisis setelah
postpartum
Dua minggu Tak teraba diatas 350
dapat dilalui 2
sympisis
jari, akhir
Enam Minggu Bertambah 50-60 minggu
kecil/Tidak teraba pertama dapat
dimasuki 1 jari

b) Lochea
66

Berikut ini adalah beberapa jenis lochea yang terdapat pada wanita pada

masa nifas :

(1) Lochea rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar

dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa,

lanugo, meconium selama 2 hari pasca persalinan.

(2) Lochea sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lender yang keluar pada

hari ke-3 sampai hari ke-7 pasca persalinan

(3) Lochea serosa

Warna lebih pucat dari lochea rubra.Cairan tidak berdarah lagi pada

hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.

(4) Lochea alba

Dimulai pada hari ke-14 keadaan makin lama makin sedikit hingga

sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya.

c) Serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks adalah bentuk serviks agak

menganga seperti corong segera setelah bayi lahir. Bentuk ini

disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,

sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada

perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.

Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan

pembuluh darah, konsistensinya lunak kadang terdapat laserasi atau

perlukaan 38 kecil. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat


67

dimasukkan 2-3 jari tangan, setelah 6 minggu post partum serviks

menutup kembali (Sulistyawati, 2017).

d) Perineum

Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya setelah

melahirkan, perinium menjadi agak bengkak/edema dan mungkin ada

luka jahitan bekas robekkan atau episitomi, yaitu sayatan untuk

memperluas pengeluaran bayi.

e) Vulva dan vagina

Dalam beberapa hari pertama sesudah proses melahirkan vulva dan

vagina dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu melahirkan vulva dan

vagina kembali pada keadaan semula dan rugae dalam vagina berangsur

angsur muncul kembali.

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Beberapa hal yang berhubungan dengan perubahan pada system

pencernaan, antara lain :

a) Nafsu makan

Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus

kembali normal. Meskipun kadar estrogen dan progesterone menurun

setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama

1-2 hari.

b) Mortalitas
68

Secara khas, penurunan tonus dan mortalitas otot traktus cerna dan

anastesi bisa memperlambat pengembalian tonus ke keadaan normal.

c) Pengosongan usus

Ibu sering mengalami konstipasi hal ini disebabkan tonus otot usus

menurun selama proses persalian dan awal masa postpartum, diare

sebelum persalinan, kurang makn, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi

jalan lahir.

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Fungsi ginjal kembali normal pada waktu 1 bulan setelah malahirkan. Urin

dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah

melahirkan.

4) Perubahan Sistem Muskuloskletal

Adaptasi system muskulokeletal pada masa nifas, meliputi :

a) Dinding perut dan peritonium

Dinding perut akan longgar pascapersalinan akan pulih dalam waktu 6

minggu.

b) Kulit abdomen

Selama hamil kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur

hingga berbulan-bulan. Otot-otot dinding abdomen akan kembali normal

dalam beberapa minggu pasca persalinan dengan latihan post natal.

c) Striae
69

Striae pada dinding abdomen tidak akan menghilang sempurna

melainkan akan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat dilastasi

muskulus rectum abdominis pada ibu postpartum dapat dikaji melalui

keadaan umum, aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat

membantu menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.

e. Asuhan Masa Nifas

Pemantauan kesehatan ibu dan bayi, tidak hanya dilakukan di fasilitas

kesehatan, maka bidan harus melakukan kunjungan ke rumah pasien. Hal ini

dilakukan untuk membantu ibu dalam proses pemulihannya dan

memperhatikan kondisi bayi terutama penanganan tali pusat bayi atau rujukan

komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas serta memberikan

penjelasan mengenai masalah kesehatan secara umum, kebersihan

perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,

imunisasi dan KB. Dengan demikian pemantauan melekat sehingga asuhan

ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ibu.

Menurut Sutanto V.A (2019) Jadwal kunjungan rumah antara lain :

1) Kunjungan ke 1 pada waktu ibu bersalin masih di pelayanan kesehatan

dilakukan 6-8 jam setelah melahirkan yang bertujuan untuk mencegah dan

mendeteksi terjadinya perdarahan, konseling untuk mencegah perdarahan

dan lakukan hubungan antara ibu dan bayi serta memotivasi ibu untuk

melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

2) Kunjungan ke 2 pada waktu ibu bersalin sudah di rumah dilakukan 6 hari

setelah persalinan yang bertujuan unutk memastikan involusi berjalan


70

dengan normal, utrisi dan istirahat yang adekuat, pemberian ASI secara

optimal, mengkaji apakah ada tanda perdarahan berlebihan, jelaskan

mengenai involusi uterus, menanyakan perasaan ibu, memperkuat ikatan

ibu dan bayi dan menjelaskan pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan

rangsangan. Bidan memberikan pengetahuan mengenai tanda bahaya baik

bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadapi keadaan darurat.

3) Kunjungan ke 3 dilakukan pada waktu ibu bersalin sudah di rumah

dilakukan 2 minggu setelah persalinan dan bertujuan untuk mengevaluasi

perjalanan post partum, mengevaluasi kesejahteraan ibu dan bayi,

mengevaluasi kemajuan psikologis dan eratkan hubungan saling percaya

dan konseling sesuasi dengan kebutuhan ibu.

4) Kunjungan ke 4 di lakukan waktu ibu bersalin sudah dirumah pada

minggu ke 6 setelah persalinan yang bertujuan untuk melakukan evaluasi

normalitas puerperium, identifikasi kebutuhan ibu terutama mengenai

kontrasepsi, keterampilan membesarkan dan membian anak, rencana

untuk asuhan selanjutnya bagi ibu, pengetahuan tentang gizi terutama

untuk anak dan rencana untk pemeriksaan ulang bayi serta imunisasi.

5. Keluarga Berencana

a. Pengertian keluarga berencana

Keluarga berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan

peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan


71

keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Menurut

Jitowiyono. S dan Rouf. A.M (2019).

Keluarga berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan

usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan

dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

berkualitas. Hal ini dapat dicapai melalui penggunaan metode kontrasepsi

dan tindakan infertilitas ( WHO, 2016)

b. Tujuan Program KB

Menurut (Handayani,2018) adapun tujuan program KB, yaitu :

1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga

kecil yang bahagia dan sejahtera.

2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang

bermutu dan meningkatkan kesejahteraan.

c. Menurut Maryunani ( 2016), kontrasepsi suntik 3 bulan, yaitu :

1. KB suntik 3 bulan adalah kontrasepsi yang berisi depomedroksi

progesterone asetat 150 gram disuntik secara intramuskular di

daerah bokong yang diberikan setiap 3 bulan sekali.

2. Cara kerja:

a) Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita

b) Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga sel mani tidak dapat

masuk dalam rahim

c) Menipiskan endometrium

3. Keuntungan :
72

a) Sangat efektif dengan kegagalan kurang dari 1%

b) Tidak mempengaruhi ASI

c) Sedikit efek samping

d) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai

perimenopause

e) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

4. Kerugian :

a) Gangguan haid.

b) Pusing, mual kenaikan berat badan

c) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian

b. Pelayanan keluarga berencana di era pandemi Covid-19

Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat

perjanjian dengan petugas. Diutamakan menggunakan MKJP (Kemenkes

RI,2020).

B. Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney Dan

Pendokumentasian SOAP

1. Manajemen Askeb pada Kehamilan

a. Pengertian
73

Antenatal care (ANC) merupakan layanan kesehatan yang diberikan

oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih untuk ibu hamil selama masa

kehamilan sesuai standar pelayanan antenatal yang sudah ditetapkan

dalam standard pelayanan kebidanan. (Lasut C.F dkk, 2018).

Kehamilan merujukkan saat yang menyenangkan dan dinati-nantikan

oleh ibu dan keluarganya. Semua ibu menginginkan kehamilan maupun

persalinannya berjalan aman, lancer dan normal. Tetapi kehamilan dapat

juga menjadi saat kegelisahan dan keprihatinan. Hubungan yang serasi

dan saling percaya harus dimilii baik penolong maupun pasien.

b. Tujuan

Agar bidan mampu memberikan asuhan kebidanan yang adekuat,

komprehensif dan berstandar pada ibu antenatal dengan memperhatikan

riwayat ibu selama hamil ini, kebutuhan dan respon ibu serta

mengindentifikasi penyakit-penyakit yang ada dan mengantisipasinya.

c. Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal terdiri dari :

1) Langkah I : Pengumpulan data Dasar

Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk nilai keadaan

pasien secara keseluruhan :

a) Anamnesa : Biodata (nama, usia, agama, pekerjaan, suku/bangsa,

alamat tinggal istri dan suami), serta data demografi, riwayat

kesehatan, riwayat menstruasi, riwayat obstetric, dan ginekologi,

dan nifas, biopsikospritual, pengetahuan pasien.

b) Pemeriksaan fisik : sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital


74

c) Pemeriksaan khusus : Inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi

Pemeriksaan penunjang : Laboratorium, Diagnostik lain : USG

dsb, catatan terbaru atau sebelumnya

2) Langkah II : Interpretasi Data Dasar

a) Diagnosa Kebidanan adalah diangnosa yang ditegakkan oleh profesi

(bidan) dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur (tata nama) diagnosa kebidanan yang didukung dengan

data dasar yang terbagi dari data subjektif dan objektif pada langkah

pertama.

b) Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien yang

meliputi : data subjektif dan data objektif.

c) Kebutuhan

3) Langkah III : Mengindenfikasi diangnosa atau masalah pontensial

Langkah ini bidan mengindetifikasi masalah atau diangnosa pontensial

berdasarkan diangnosa masalah yang sudah terindentifikasi.

4) Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau

masalah potensial

Langkah ini untuk melakukan konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga

kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien. langkah ini sebagai cerminan

keseimbangan dari proses manajemen kebidanan.

5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh


75

Langkah ini ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya.

6) Langkah VI : Melaksanakan perencanaan

Melaksanakan rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan

pada langkah ke V dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini

bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan

dan sebagian oleh pihak klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika

bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

menyerahkan pelaksanaannya .

7) Langkah VII : Evaluasi

Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif

jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya.

8) Pendokumentasian SOAP

S : Data Subjketif (data dari pasien didapat dari anamnesa)

O : Objektif (hasil pemeriksaan fisik berserta pemeriksaan diagnostic dan

pendukung lain,juga catatan medic lain)

A : Analisis dan intrepretasi berdasarkan data yang terkumpul dibua

kesimpulan (diangnosa, antisipasi dignosa/masalah potensial dan

perlunya tindakan segera)

P : Planning atau perencanaan (merupakan gambar pendokumentasian dari

tindakan) evaluasi rencana di dalamnya termasuk asuhan mandiri,

kolaborasi, tes dignostik/lab, konseling follow up.

5. Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan

a. Pengertian
76

Manajemen kebidanan pada ibu intranatal adalah proses pemecahan

masalah pada masa intra natal yang di gunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis

untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Hardiani T

dkk, 2019).

b. Tujuan

Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan

yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang

terintegritas dan lengkap serta terinvensi minimal sehingga prinsip

keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal

(Prawirohardjo, 2017).

c. Langkah – langkah (7 langkah Varney dan SOAP)

1) Langkah I : Pengumpulan Data

Langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien

secara lengkap. Data diperoleh melalui :

a) Anamnese :

(1) Biodata, data demografi

(2) Riwayat kesehatan, termaksud faktor heriditer dan

kecelakaan.
77

(3) Riwayat menstruasi

(4) Riwayat obstetric dan ginekologi, termaksud nifas dan

laktasi

(5) Biosiko spiritual

(6) Pengetahuan klien

b) Pemeriksaan fisik, sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital

c) Pemeriksaan khusus

(1) Inspeksi

(2) Palpasi

(3) Auskultasi

(4) Perkusi

d) Pemeriksaan penunjang

e) Laboratorium

f) Diagnose lain USG, radiologi

g) Catatan terbaru dan sebelumnya

Data yang terkumpul ini sebagai data dasar untuk interpetasi kondisi klien untuk

menentukan langka berikutnya.

2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnose

berdasarkan interpretasi yang benar atas data dasar yang telah dikumpulkan.

Dirumuskan diagnose yang spesifik, masalah spikososial berkaitan dengan

hal-hal yang sedang dialami oleh wanita tersebut. Contoh

a) Diagnose G2P1A0 hamil 39 minggu Inpartu kala I fase aktif


78

b) Masalah : wanita tersebut tidak mengiginkan kehamilan ini atau wanita

tersebut takut menghadai proses persalinan

c) Kebutuhan : konseling, atau rujukan konseling

3) Langkah III : Mengedintifikasi Diagnose atau Masalah Potensial Langkah

ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial berdasarkan

diagnose masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini membutuhan

antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan

membutuhkan antisipasi diharapkan waspada dan bersiapsiap

mengahdapinya bila diagnose/masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Contoh :

Seorang wanita masuk kamar bersalin dengan pemuaian uterus yang

berlebihan bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab

pemuaian uterus yang berlebihan ini, misalnya hidramion, makrosomi,

kehamilan ganda, ibu diabetes dan lain-lain.

4) Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Baik Oleh

Bidan maupun Dokter atau untuk melakukan Konsultasi, kalaborasi dengan

Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien Langkah ini

mencerminkan kesinambunggan dari proses manajemen kebidanan.

Manajemen ini berlaku baik asuhan primer periodik dan pada antenatal,

juga selama wanita tersebut bersama bidan, misalnya pada masa intranatal.

Data baru harus terus menerus dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data

mengindikasikan bidan harus segera bertindak untuk selamatan ibu dan


79

baik. Beberapa kasus mengindikasikan situasi yang membutukan segera

sambil menunggu tindakan dokter.

5) Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Yang Komprehensif Langkah ini

direncanakan asuhan meyeluruh yang ditentukan oleh hasil kajian pada

langka sebelumnya. Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi yang

sudah teridentifikasi atau setiap masalah tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap wanita tersebut apa yang terjadi berikutnya, apakah dia

membutuhkan penyuluhan, konseling atau rujukan bila ada masalah yang

berkaitan dengan aspek sosial-kultural, ekonimi atau psikologi. Setiap

rencana asuhan harus di setujui oleh kedua bela pihak sehingga asuhan yang

diberikan dapat efektif, karena sebagian dari asuhan akan dilaksanakan oleh

pasien.

a. Rencana Asuhan Pada Kala I

1) Bantulah ibu dalam masa persalinan jika tampak gelisah, ketakutan

dan kesakitan

2) Berilah dukungan dan yakinkan ibu

3) Berikan informasi mengenai proses dari kemajuan persalinannya

4) Dengarkan keluhan dan cobalah lebih sensitif terhadap perasaannya

5) Jika ibu tersebut tampak kesakitan dukungan/ asuhan yang dapat

diberikan :
80

a) Lakukan perubahan posisi

b) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin ditempat

tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring

c) Sarankan ibu untuk berjalan

d) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk

memijat atau menggosok punggungnya atau membasuh muka

diantara kontraksi

e) Ibu diperbolehkan untuk melakukan aktivitas sesuai

kesanggupannya

f) Ajarkan kepadanya teknik bernafas : ibu diminta untuk menarik

nafas panjang, menahan nafas sebentar kemudian dilepaskan

dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi

g) Penolong menjaga hak privasi ibu dalam persalinan

1) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta

prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil pemeriksaan

2) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya

setelah buang air kecil/ besar.

3) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan

cukup minum

4) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

5) Lakukan pemantauan : Tekanan Darah, Suhu Badan, Nadi, Denyut

Jantung Janin, Kontraksi, Pembukaan Serviks, Penurunan sesuai

dengan frekuensi yang telah ditetapkan (fase aktif/ laten).


81

b. Rencana asuhan pada kala II :

1) Memberikan dukungan terus-menerus pada ibu

2) Menjaga kebersihan diri

3) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau

ketakutan ibu

4) Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan

5) Menjaga kandung kemih agar tetap kosong

6) Memberikan cukup minum

a. Rencana asuhan pada kala III :

1) Melakukan manajemen aktif kala III, meliputi :

a) Pemberian oksitosin dengan segera

b) Pengendalian tarikan pada tali pusat

c) Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir

2) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir dalam

waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit (IM)

3) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir dalam

waktu 30 menit

a) Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika pada

kandung kemih

b) Periksa adanya tanda pelepasan plasenta

c) Berikan oksitosin 10 unit (IM) dosis ketiga

4) Periksa wanita tersebut seara seksama dan jahit semua robekan pada

serviks atau vagina atau perbaiki episiotomi


82

d. Rencana asuhan pada kala IV :

1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan 20-30 menit

selama jam kedua jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai

menjadi keras.

2) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan pendarahan setiap 15

menit pada jam pertama dan setiap 30 menit setelah jam kedua

3) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi, tawarkan ibu

untuk makan dan minum yang disukai

4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan

kering

5) Biarkan ibu beristirahat, bantu ibu pada posisi yang nyaman

6) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan

bayinya

7) Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan Yang Efisien dan Aman

Melaksanakan asuhan yang menyeluruh yang telah direncanakan.

Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh

klien sendiri atau oleh petugas kesehatan lainnya. Walau bidan tidak

melaksanankan seluruh asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Manajemen

perlu berkaloborasi dengan dokter misalnya karena adanya

komplikasi. Manjemen yang efisien berhubungan dengan waktu biaya

serta peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah semua rencana

telah dilaksanakan.
83

1. Langkah VII : Evaluasi

Langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang diberikan, apakah telah

memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnose

maupun masalah, pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap

efektif bila mana benar-benar efektif. Ada kemungkinan bahwa sebagian

rencana tersebut terlaksa dengan efektif dan mungkin sebagian belum.

Karena proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang

berkesinambungan maka perlu evaluasi, kenapa asuhan diberikan belum

efektif. Dalam hal ini perlu menguloang kembali dari awal setiap asuhan

yang belum efektif, melalui proses manajemen, identifikasi mengapa proses

tersebut tidak efektif serta melakukan penyesuaian dan modifikasi apabila

memang diperlukan.

2. Pendokumentasian SOAP

S : Subjektif data, menurut perspektif klien. Data ini diperoleh melalui

anamnesa.

O : Objektif data yaitu hasil pemeriksaan fisik klien serta pemeriksaan

diagnostik dan pendukung lain. Data ini termasuk catatan medik

pasien yang lalu.

A : Analisis/interpretasi berdasarkan data yang terkumpul, dibuat

kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat diidentifikasi.

3. Diagnose Antisipasi diagnose / masalah potensial


84

4. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi /

kaloborasi dan rujukan (sebagai langkah 2,3,4 dalam manajemen

Varney).

P : Planning/Perencanaan

Merupakan gambaran pendokumentasiaan dan tindakan

(implementasi) dan evaluasi rencana (E) berdasarkan pada langkah 5,

6, 7 pada manajemen Varney. Ini termaksud hasil observasi dan

evaluasi dari flowsheet.

Planning termasuk :

a) Asuhan mandiri oleh bidan

b) Kolaborasi/konsuktasi oleh dokter/nakes lain

c) Tes diagnostic/laboratorium

d) Konseling/penyuluhan

e) Follow up

Ini semua termasuk kebutuhan klinis dalam prosedur tindakan, aktivitas, dan

kebutuhan hidrasi, pendampingan dan lain-lain.

6. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi

pada jam pertama setelah kelahiran dilanjutkan sampai 24 jam setelah

kelahiran.

b. Tujuan
85

Memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada bayi baru lahir

dengan memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan dalam persalinan

dan keadaan bayi segera setelah melahirkan.

c. Hasil Yang Diharapkan

Terlaksananya asuhan segera/rutin pada bayi baru lahir termasuk melakukan

pengkajian, membuat diagnose, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan

bayi, mengidetifikasi diagnose dan masalah potensial, tindakan segera serta

merencanakan asuhan.

d. Langkah-langkah (7 Langkah Varney dan SOAP)

1) Langkah I : Pengumpulan Data

Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan seluruh data yang

diperlukan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir. Pengkajian

pada bayi baru lahir dibagi dalam 2 bagian:

a) Pengkajian setelah bayi lahir

Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir

dan kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus yaitu dengan

penilaian apgar. Pengkajian sudah dimulai sejak kepala tampak

besar di vulva.

b) Pengkajian keadaan fisik

Setelah pengkajian segera setelah bayi lahir untuk memastikan bayi

dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan.

Pemeriksaan fisik : riwayat yang penting dikaji pada bayi baru lahir

sebelum pemeriksaan fisik


86

1) Langkah II : Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan Bayi Baru Lahir

Melakukan identiikasi yang benar terhadap masalah diagnosa

berdasarkan interpretasi yang benar atas data yang telah di kumpulkan.

Diagnosa masalah dan kebutuhan bayi baru lahir tergantung dari hasil

pengkajian terhadap bayi.

2) Langkah III : Identifikasi Diagnose Dan Masalah Potensial

Mengidentiikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan

terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah di identifikasi

3) Langkah IV : Identifikasi tindakan segera

Mengidentifikasi perluya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk

dikonsultasikan atau ditanagani bersama dengan anggota tim kesehatan

yang lain sesuai dengan kondisi bayi.

4) Langkah V : Merencanakan Asuhan Bayi Baru Lahir

Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan

dan langka sebelumnya.

5) Langkah VI : Mengarahkan atau Melaksanakan Rencana Asuhan Secara

Efisien dan Aman

(a) Mempertahan suhu tubuh bayi tetap hangat

(b) Perawatan mata

(c) Memberikan identitas pada bayi

(d) Tunjukkan bayi pada orang tua dan keluarga yang lain

(e) Kontak dini dengan ibu

(f) Berikan Vit K1


87

3) Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi

kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan

yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif.

4) Pendokumentasian SOAP

S : Data subjektif (data dari pasien di dapat dari anamnesa)

O : Objektif (hasil pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan diagnostic

dan pendukung lain, juga catatan medik lain).

A :Analisa dan Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat

kesimpulan (diagnose, antisipasi diagnose/masalah potensial dan

perlunya tindakan segera.

P :Planning atau perencanaan merupakan gambaran pendokumentasian

tindakan evaluasi

7. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Nifas

a. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula (sebelum

hamil). Masa nifas berlangsung selama 6 minggu.

b. Tujuan

Agar bidan mampu memberikan asuhan kebidanan yang adekuat,

komprehensif dan berstandar pada ibu masa nifas serta meningkatkan


88

kesejateraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi, serta pencegahan,

diagnose dini dan pengobatan komplikasi pada ibu.

c. Langkah-langkah (7 langkah Varney)

1) Langkah I : Pengumpulan Data

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk

memperoleh data dilakukan dengan cara :

a) Anamnese yang terdiri dari :

(1) Biodata klien dan keluarga terdiri dari : nama istri, nama suami,

umur, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

(2) Riwayat Pasien

(3) Riwayat Penyakit yang pernah diderita

(4) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas

(5) Riwayat kesehatan

(6) Status perkawinan

(7) Pola makan

(8) Pola minum

(9) Pola istirahat

(10)Aktivitas sehari-hari

(11)Keadaan lingkungan

(12)Respon keluarga terhadap kelahiran bayi

(13)Respon ibu tentang kelahiran bayinya

(14)Respon ayah terhadap bayinya


89

(15)Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi

(16)Perencanaan KB

(17)Pengetahuan ibu tentang keadaan dan perawatannya

b) Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

(1) Keadaan Umum, Status emosional, Kesadaran

(2) TTV (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu badan)

(3) Tinggi badan ( TB ), Berat badan sekarang ( BB ), Berat badan

waktu hamil, Lingkar lengan atas ( LILA )

(4) Pemeriksaan Head to Toe : Rambut, Telinga, Mata, Muka,

Hidung, Mulut, leher, dada, ekstremitas atas, ekstremitas bawah,

genital, anus, data penunjang/ pemeriksaan laboratorium.

c) Pemeriksaan Khusus

(1) Inspeksi

(2) Palpasi

(3) Perkusi

(4) Auskultasi

d) Pemeriksaan penunjang.

1) Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Langkah ini, bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah

berdasarkan interpretasi yang akurat terhadap data-data yang telah

dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasi

sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

2) Langkah III : Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial


90

Langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis

potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah di identifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan. Bidan diharapkan waspada dan bersiap mencegah

diagnosis/masalah potensial bila terjadi. Masalah potensial yang dapat

terjadi yaitu : gangguan perkemihan, gangguan buang air besar, ganguan

proses menyusui, hubungan seksual, dan Infeksi.

3) Langkah IV : Menetapkan Konsultasi dan Kolaborasi

Langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter segera

melakukan konsultasi atau melakukan penanganan bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Beberapa

data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dan bidan harus

bertindak segera untuk keselamatan jiwa ibu dan anak. Misalnya,

kolborasi dengan dokter ahli kandungan (penangan perdarahan dan

infeksi).

4) Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh

Langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan

penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosis yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini, informasi data yang

tidak lengkap dapat dilengkapi.

a. Observasi KU dan TTV

b. Observasi TFU dan kontraksi uterus


91

c. Beritahu ibu tentang cara merawat luka perineum

d. Perawatan Payudara

e. Lochia

f. Jelaskan tentang pemenuhan nutrisi

3) Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.

Langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan

pada langkah 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau

anggota tim kesehatan lain. Walaupun bidan tidak melakukannya

sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya (misalnya,memastikan langkah pelaksanaan tepat).

4) Langkah VII : Evaluasi

angkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah

diberikan, meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi sesuai

diagnosis dan masalah. Rencana dianggap efektif jika memang benar

efektif pelaksanaannya serta mengatasi diagnosis dan masalah yang

telah diidentifikasi. Ada kemungkinan sebagian rencana tersebut efektif

sedangkan sebagian belum efektif. Proses penatalaksanaan asuhan ini

merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan sehingga perlu

mengulang kembali setiap asuhan yang tidak efektif serta melakukan

penyesuaian rencana.

5) Pendokumentasian SOAP

S : Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.


92

O : Keadaan umum (KU), Tanda-tanda Vital (TTV), Tekanan Darah

(TD), Respirasi (R), Nadi (N), Suhu Badan (SB), Tinggi Fundus

Uteri (TFU). Kontraksi uterus, Konsistensi uterus, lochea, personal

hygiene.

A : Partus (P) berapa, abortus (A) berapa, post partum hari keberapa

P : Observasi Keadaan Umum (KU) dan Tanda-tanda Vital ( TTV)

Observasi tinggi fundus uteri (TFU) dan kontraksi uterus. Beritahu

ibu tentang cara menyusui dan merawat payudara. Jelaskan tentang

vulva hygiene.

8. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana

a. Pengertian

Asuhan kebidanan pada ibu / akseptor keluarga berencana (KB) merupakan

bentuk catatan asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu yang akan

melaksanakan pemakaian KB atau akseptor KB, seperti pil, suntik, implan,

IUD, metode operasi pria (MOP),metode operasi wanita (MOW) dan lain

sebagainya.

b. Tujuan

Memberikan asuhan kebidanan yang adekuat, komprehensif dan terstandar

pada ibu akseptor KB dengan memperhatikan riwayat kesehatan ibu,

kebutuhan dan respon ibu serta mengantisipasi resiko-resiko yang terjadi

selama penggunaan alat kontrasespsi.

c. Langkah-langkah
93

Teknik penulisan dalam dekomentasi asuhan kebidanan pada ibu yang

menggunakan alat kontrasepsi sebagai berikut:

1) Langkah I : Pengumpulan Data

a) Ananmnesis

(1) Keluhan

(2) Riwayat menstruasi

(3) Riwayat penyakit

(4) Riwayat sosial budaya

(5) Riwayat psikologi

(6) Riwayat pemakaian alat dan obat kontrasepsi

b) Pemeriksaan Fisik

(1) Keadaan umum

(2) Tanda-tanda vital

(3) Pemeriksaan head to toe dengan inspeksif, perkusi, palpasi dan

auskiltasi

(4) Pemeriksaan penunjang

1) Langkah II : Melakukan interpretasi data dasar (menentukan diagnosis,

masalah, dan kebutuhan). Data yang telah dikumpulkan kemudian di

interprestasikan untuk menegakkan diagnosis keluarga berencana (KB)

serta mengidentifikasi masalah/kebutuhan.

2) Langkah III : Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial

Beberapa hasil dari intepretasi data dasar dapat digunakan dalam

mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial kemungkinan sehingga


94

ditemukan beberapa diagnosis atau masalah potensial ibu/akseptor KB

seperti ibu ingin menjadi akseptor KB pil dengan antisipasi masalah

potensial terjadinya peningkatan berat badan, potensial fluoralbus

meningkat, obesitas, mual dan pusing.

3) Langkah IV : Menetapkan tindakan segera

Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan konsultasi

dan kolaborasi dengan kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien seperti

kebutuhan KIE (Komunikasi, informasi, dan edukasi).

4) Langkah V : Melakukan perencanaan asuhan yang menyeluruh. Rencana

asuhan menyeluruh pada ibu/akseptor KB yang dilakukan sebagaimana

contoh berikut : apabila ibu adalah akseptor KB pil, maka jelaskan

tentang pengertian dan keuntungan KB pil, anjurkan menggunakan pil

secara teratur dan anjurkan untuk periksa secara dini bila ada keluhan.

5) Langkah VI : Melakukan pelaksanaan terhadap perencanaan.

Menyeluruh yang dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada

ibu/akseptor KB.

6) Langkah VII : Evaluasi

Langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah

diberikan, meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi sesuai

diagnosis dan masalah.


BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi

kasus menggunakan manajemen asuhan kebidanan dengan metode 7 langkah

Varney.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Desember 2020 sampai dengan Juni

2021.

2. Tempat penelitian

Tempat penelitian di Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan Kabupaten

Minahasa Utara.

C. Definisi Operasional

Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah pendekatan yang digunakan oleh

Peneliti dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai

dari pengkajian, interpertasi data, diagnosa kebidanan, tindakan segera,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pendokumentasian- asuhan pada Ny. P.M

masa hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana di Puskesmas

Kauditan Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara.

95
96

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang ibu yaitu Ny. P.M dengan

kehamilan normal yang datang berkunjung di Puskesmas Kauditan Kecamatan

Kauditan Kabupaten Minahasa Utara.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan

menggunakan format pengkajian data asuhan kebidanan pada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir, nifas dan KB.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari buku KIA, kohort ibu, kohort bayi, buku register,

laporan PWS KIA dan profil Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan

Kabupaten Minahasa Utara.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan menggunakan format

pengkajian data kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga

berencana selanjutnya dianalisis berdasarkan Manajemen Asuhan Kebidanan

metode 7 langkah Varney, pendokumentasian Asuhan Kebidanan metode 4

langkah SOAP.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum Puskesmas Kauditan

a. Pengenalan wilayah

Puskesmas Kauditan (gedung lama) terletak di desa Kawiley, Kauditan,

Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Saat ini sudah di renovasi

atau di bangun kembali dan sudah di gunakan sebagai Puskesmas rawat

inap khusus pasien bersalin. Puskesmas Kauditan (gedung baru) terletak di

desa Kauditan I.

Puskesmas Kauditan mempunyai wilayah kerja sebagai berikut:

1) Desa Tumaluntung

2) Desa Paslaten

3) Desa Lembean

4) Desa Kaasar

5) Desa Kaima

6) Desa Karegesan

7) Desa Treman

8) Desa Kawiley

9) Desa Kauditan I

10) Desa Kauditan II

11) Desa Watudambo

12) Desa Watudambo II

97
98

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kauditan terdiri dari:

1) Sebelah Utara : berbatasan dengan Kota Bitung

2) Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Kema

3) Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Airmadidi

4) Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Minahasa

Transportasi antar kelurahan dapat digunakan melalui jalan darat

b. Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kauditan 38 dengan

klasifikasi sebagai berikut:

1) Dokter Umum : 5 orang

2) Dokter gigi : 2 orang

3) Petugas SKM : 1 orang

4) Perawat : 11 orang

5) Perawat gigi : 2 orang

6) Bidan : 10 orang

7) Farmasi : 1 orang

8) Petugas Sanitasi : 4 orang

9) Nutrisionis : 1 orang

10) Analis Laboratorium : 1 orang

c. Fasilitas pelayanan kesehatan

Fasilitas Puskesmas Kauditan yang terdiri dari 1 ruang dokter, 1 ruang

administrasi, 1 ruang poli umum, 1 ruang poli KIA-KB, 1 ruang poli gigi,

1 ruang bersalin, 1 ruang laboratorium, 1 ruang apotek, 1 ruang tata usaha,

1 ruang TB & Kusta, 1 ruang sanitasi, 1 ruang imunisasi, 1 ruang gizi, 1


99

ruang promkes, 1 ruang UKS, 1 ruangan gudang obat , 2 puskesmas

pembantu, 2 pos kesehatan desa, 4 polindes, 13 Posyandu, 1 buah mobil

Pusling dan 7 buah Motor.

2. Asuhan Kebidanan Kehamilan

a. Identitas

Nama Ibu : Ny. P.M Nama Suami :Tn. F.G

Umur : 20 tahun Umur : 21 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Kebangsaan: Indonesia Kebangsaan : Indonesia

Alamat :Kauditan Alamat :Kauditan

No. HP :- No. HP : -

b. Kunjungan I : Rabu, 2 Desember 2020

Pukul : 16.00 WITA

Tempat : Rumah Pasien

Subjektif :

Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertama dan belum pernah

keguguran, ibu merasa senang dengan kehamilanya sekarang.

Pengumpulan data yang didapatkan saat kunjungan di rumah ibu. Ibu

mengatakan menarche pertama kali pada umur 12 tahun, siklus haid 30


100

hari, lama haid 5 hari banyaknya 3-4 kali ganti pembalut, selama haid ibu

jarang merasakan dismenorhe. ibu mengatakan merasakan mual pada

awal kehamilan dan nafsu makan berkurang. Sebelum hamil ibu makan 2-

3x sehari dengan porsi sedang, (lauk ikan, nasi, sayur ) dan saat hamil ibu

makan 4x sehari dengan porsi lebih banyak (lauk ikan, sayur, nasi) dan

ibu juga mengonsumsi susu ibu hamil yang diminum setiap pagi dan

malam. Pola eliminasi sebelum hamil BAK 4-5 x dalam sehari, BAB 1x

dalam sehari, saat hamil BAK 6-8x dalam sehari, BAB 1x dalam sehari.

Ibu mengatakan telah mendapat tablet tambah darah sebanyak 30 tablet

dan sudah minum 40 tablet. Aktifitas yang ibu lakukan sehari-hari tidur 8

jam pada malam hari, pada siang hari 2 jam. Ibu mengerjakan pekerjaan

rumah seperti memasak, mencuci pakaian, dan membersihkan rumah.

Sebelumnya belum pernah menggunakan alat kontrasepsi KB. Ibu

mengatakan tidak pernah mengonsumsi alkohol, jamu/obat-obatan, serta

tidak merokok sebelum hamil maupun setelah hamil. Ibu mengatakan

status perkawinan sah, dan satu kali menikah, hubungan dengan anggota

keluarga yang tinggal dirumah baik dan saling memberi dukungan. Ibu

mengatakan akan bersalin di puskesmas terdekat dengan penolong

persalinan adalah bidan, calon pendonor darah adalah ibu pasien, biaya

bersalin ibu menggunakan jaminan kesehatan (KIS) dan transportasi yang

digunakan saat bersalin atau keadaan gawat darurat adalah mobil

(kendaraan pribadi).
101

Objektif :

Hasil pemeriksaan HPHT tanggal 05 Juli 2020, tafsiran persalinan 12

April 2021 keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, keadaan

emosional stabil, tanda-tanda vital: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi

80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu badan 36,5°C. Berat badan

sebelum hamil 56kg, berat badan sekarang 61 Kg, tinggi badan 156 cm,

lingkar lengan atas (LILA) 24 cm. Rambut panjang dan hitam, mata

simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, tidak ada cloasma

gravidarum dan tidak ada odema pada wajah maupun ektremitas ibu,

puting susu menonjol, areola kehitaman. Pemeriksaan Leopold I : TFU 1

jari bawah pusat. Leopold II : teraba ballotement. Leopold III : teraba

ballotement. Leopold IV : tidak dilakukan. DJJ (+) refleks patella (+)

pada pemeriksaan penunjang kehamilan golongan darah ibu O, ibu tidak

menderita penyakit menular maupun HIV/Aids.

Asessment :

Ny. P umur 20 tahun G1P0A0 hamil 21-22 minggu.

Keadaan ibu dan janin saat ini : Baik

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan :Pendidikan Kesehatan Tentang

kebutuhan oksigen, nutrisi,

personal hygiene, eliminasi,

seksual, pola istirahat, imunisasi,


102

persiapan laktasi, penilaian janin,

perawatan payudara, dan

kebutuhan memahami tanda-tanda

bahaya kehamilan.

Penatalaksanaan :

1) Menerapkan pencegahan Covid-19 dengan memakai masker,

mencuci tangan menggunakan sabun pada air yang mengalir,

menjaga jarak setiap bertemu dengan pasien.

2) Melakukan informed consent kepada ibu dan keluarga untuk pasien

komprehensif yaitu pendamping selama masa kehamilan sampai KB.

Ibu dan keluarga menyetujui dan bersedia diambil datanya untuk

penelitian.

3) Melakukan pemeriksaan keadaan umum ibu , tanda-tanda vital

seperti tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu badan, pemeriksaan

palpasi kemudian memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil

pemeriksaan bahwa saat ini keadaan ibu dan janinnya dalam keadaan

sehat. Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan

dan merespon dengan baik.

4) Memberitahukan ibu tentang nutrisi selama hamil yaitu makan sayur

dan buah serta mengonsumsi makanan yang mengandung protein

(ikan laut, susu, telur, tempe, daging sapi, kacang-kacangan, roti) zat

besi (daging ayam, kuning telur, sayur bayam) dan kebutuhan cairan

yang cukup yaitu minum 8 gelas air putih sehari. Ibu mengerti
103

dengan penjelasan yang diberikan dan melakukan saran-saran yang

diberikan.

5) Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup, tidur siang 1-2 jam dan

tidur malam 8 jam dan menganjurkan ibu untuk tidak melakukan

pekerjaan yang terlalu berat. Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan dan bersedia melakukannya.

6) Memberitahukan ibu untuk rutin mengonsumsi tablet zat besi yang

diberikan petugas kesehatan untuk mencegah timbulnya anemia

selama kehamilan yang dapat membahayakan jiwa ibu dan

menghambat pertumbuhan janin. Sekaligus menjelaskan cara minum

yaitu ibu untuk meminumnya 1 tablet sehari baiknya diminum

sebelum tidur guna mengurangi efek mual yang ditimbulkan dan

diminum bersama dengan air putih jangan kopi, susu ataupun teh.Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk

meminum tablet zat besi dengan rutin sesuai aturan minum.

7) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan mandi

sedikitnya 2 kali sehari dan menyikat gigi setelah makan. Ibu

mengerti dan akan menjaga kebersihan dirinya.

8) Menganjurkan ibu untuk rutin kontrol kehamilan di puskesmas

sesuai tanggal kunjungan ulang sehingga pertumbuhan dan

perkembangan janin dapat terpantau dengan baik.Ibu bersedia untuk

kontrol kehamilan di puskesmas sesuai tanggal yang ditetapkan.


104

c. Kunjungan II : Kamis, 18 Februari 2021

Pukul : 15.30 WITA

Tempat : Rumah Pasien

Subjektif :

Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun dan kondisi baik. Ibu

sudah melakukan pemeriksaan kehamilan pada tanggal 4 Februari 2021.

Ibu mengatakan mendapatkan vitamin ibu hamil dan telah mengonsumsi

tablet tambah darah sebanyak 60 tablet. Ibu juga mengatakan telah

mendapat imunisasi TT1.

Objektif :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional

stabil, tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg, N : 82 x/menit, R : 22

x/menit, S : 36°C, BB 66 kg. Pemeriksaan fisik : konjungtiva tidak anemis,

sclera tidak ikterik, bibir tidak pucat, ekstremitas atas dan bawah tidak ada

oedema. Palpasi Leopold I : TFU pertengahan pusat-px (30 cm), teraba

bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong). Leopold II : teraba tahanan

terbesar disebelah kanan perut ibu dan teraba bagian-bagian kecil

disebelah kiri perut ibu. Leopold III : Teraba keras keras, bulat, dan

melenting (kepala) belum masuk pintu atas panggul (PAP) sehingga masih

dapat di goyangkan. Leopold IV : tidak dilakukan. DJJ 148x/m.

Asessment :

Ny. P umur 20 tahun G1P0A0 hamil 32-33 minggu janin intrauterin

tunggal hidup presentasi kepala.


105

Keadaan ibu dan janin saat ini : Baik.

Masalah : Tidak Ada

Kebutuhan : Pendidikan Kesehatan

tentang Tablet Fe

Penatalaksanaan :

1) Menerapkan Pencegahan Covid-19 dengan memakai masker, mencuci

tangan menggunakan sabun pada air yang mengalir, menjaga jarak

setiap bertemu dengan pasien.

2) Melakukan pemeriksaan keadaan umum ibu , tanda-tanda vital seperti

tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu badan, pemeriksaan palpasi

kemudian memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan

bahwa saat ini keadaan ibu dan janinnya dalam keadaan sehat. Ibu dan

keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan merespon

dengan baik.

3) Memberitahukan kepada ibu untuk tetap makan teraturdengan

makanan yang bergizi dan beristirahat yang cukup tidur malam 8 jam

dan tidur siang 1-2 jam.Ibu bersedia melakukan apa yang dijelaskan

dan melakukan saran-saran yang diberikan.

4) Memberitahukan kepada ibu untuk tetap rutin minum tablet zat besi

dengan dosis 1 x 1 tablet sehari pada malam hari untuk mencegah efek

mual yang ditimbulkan dan obat ini paling baik disimpan pada suhu

ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap. Ibu
106

bersedia untuk tetap rutin mengonsumsi tablet zat besi sesuai aturan

minum.

5) Memberitahukan kepada ibu untuk memeriksakan kehamilannya

sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dapat terus terpantau

dengan baik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan

memeriksakan kehamilannya di petugas kesehatan.

d. Kunjungan III : Selasa, 16 Maret 2021

Pukul : 16.00 WITA

Tempat : Rumah Pasien

Subjektif :

Ibu mengeluh merasa sesak nafas dan sering buang air kecil. Ibu

mengatakan melakukan pemeriksaan kehamilan dan mendapatkan

imunisasi TT2 ibu juga mendapatkan vitamin ibu hamil dan telah

mengonsumsi tablet tambah darah 75 tablet.

Objektif :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional

stabil, tanda-tanda vital dalam batas normal TD: 120/80 mmHg, N:

80x/menit, R: 20x/menit, S: 36°C, BB 68 kg, pemeriksaan fisik:

konjungtiva tidak anemis, sclera tidak berwarna kuning, bibir tidak pucat,

ekstremitas atas dan bawah tidak ada odema. Palpasi Leopold I : TFU 3

jari bawah PX (32,5 cm), teraba lunak, bulat dan tidak melenting

(bokong). Leopold II : tahanan terbesar disebelah kiri perut ibu dan teraba
107

bagian-bagian kecil disebelah kanan perut ibu. Leopold III : teraba keras,

bulat dan melenting (kepala) belum masuk PAP. Leopold IV : Tidak

dilakukan. BJA 149 x/m. Kadar Hemoglobin 12,7 gr/dl

Asessment :

Ny. P umur 20 tahun G1P0A0 hamil 36-37 minggu janin intra

uterin tunggal hidup presentasi kepala.

Keadaan ibu dan janin saat in i : Baik.

Masalah : Tidak Ada

Kebutuhan : Pendidikan Kesehatan tentang

Perubahan fisiologi kehamilan,

Tanda Bahaya Trimester 3 dan

Tablet Fe

Penatalaksanaan :

1) Menerapkan pencegahan Covid-19 dengan memakai masker, mencuci

tangan menggunakan sabun pada air yang mengalir, menjaga jarak

setiap bertemu dengan pasien.

2) Melakukan pemeriksaan keadaan umum ibu , tanda-tanda vital seperti

tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu badan, pemeriksaan palpasi

kemudian memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan

bahwa saat ini keadaan ibu dan janinnya dalam keadaan sehat. Ibu dan

keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan merespon

dengan baik.
108

3) Memberitahukan kepada ibu untuk makan teratur dan cukup istirahat,

tidur malam 8 jam dan tidur siang 1-2 jam. Ibu menggerti dengan

penjelasan yang diberikan dan melakukan saran-saran yang diberikan.

4) Memberitahukan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan

trimester III yaitu gejala pre-eklamsia gejalanya seperti sakit kepala

yang berat dan menetap, nyeri ulu hati, bengkak pada muka dan tangan

dan bahayanya terhadap klien kejang dan kematian maupun janin

yaitu gawat janin dan kematian. Gerakan janin yang berkurang yaitu

kurang dari 10 kali dalam 12 jam dan bahayanya bagi janin yaitu

gawat janin dan kematian dalam rahim. Perdarahan pervaginam yaitu

adanya perdarahan yang berupa bercak maupun mengalir yang bisa

disebabkan solutio plasenta atau perdarahan disertai nyeri perut dan

plasenta previa atau perdarahan tidak disertai nyeri perut dan

bahayanya terhadap klien syok hemorargi/hipolemik dan kematian

maupun janinnya gawat janin dan kematian. Ketuban pecah dini yaitu

cairan yang keluar tanpa disadari ibu melalui jalan lahir dan berbau

khas dan bahayanya terhadap ibu (infeksi maupun bagi janin yaitu

gawat janin dan kematian. Jika terjadi atau ada keluhan seperti itu

maka harus segera ke tenaga kesehatan terdekat. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan dan bersedia menghubungi tenaga kesehatan

jika mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan.

5) Memberitahukan kepada ibu bahwa sesak nafas dan sering kencing

adalah hal yang normal karena usia kehamilan ibu yang sudah
109

memasuki trimester III karena janin yang membesar menekan

diafragma dan kandung kencing sehingga ibu merasa sesak nafas dan

sering BAK. Jika ibu merasa sesak nafas ibu dapat memposisikan

tubuh setengah duduk agar mengurangi sesak nafas yang ibu rasakan

dan ibu perlu mengurangi minum air putih di malam hari agar tidak

mengganggu waktu tidur ibu karena sering BAK. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan dan melakukan saran-saran yang diberikan.

6) Memberitahu ibu untuk tetap rutin minum tablet zat besi 1 tablet setiap

malam dengan air putih sebelum tidur untuk mencegah efek mual yang

ditimbulkan. Ibu bersedia untuk rutin mengonsumsi tablet zat besi

sesuai dengan aturan minum.

7) Memberitahukan kepada ibu dan keluarga untuk memeriksakan

kehamilannya di petugas kesehatan sesuai waktu kunjungan ulang

sehingga pertumbuhan dan perkembangan ibu dan janin dapat terus

terpantau dengan baik. Ibu bersedia memeriksakan kehamilannya

sesuai waktu yang ditetapkan.

e. Kunjungan IV : Kamis, 1 April 2021

Pukul : 17:30 WITA

Tempat : Rumah Pasien

Subjektif :

Ibu mengatakan saat ini kadang-kadang merasakan nyeri pada

pinggang. Ibu mengatakan sudah mendapatkan tablet tambah darah dan

mengonsumsi 85 tablet penambah darah.


110

Objektif :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional

stabil, tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22

x/menit, S : 36°C, BB 70 kg. Pemeriksaan fisik : konjungtiva tidak anemis,

sclera tidak ikterik, bibir tidak pucat, ekstremitas atas dan bawah tidak ada

oedema. Palpasi Leopold I : TFU pertengahan pusat-PX (34 cm), teraba

lunak, bulat dan tidak melenting (bokong). Leopold II : teraba tahanan

terbesar disebelah kanan perut ibu dan teraba bagian-bagian kecil

disebelah kiri perut ibu. Leopold III : teraba keras, bulat, dan melenting

(kepala) sudah masuk pintu atas panggul (PAP) sehingga tidak dapat di

goyangkan. Leopold IV : kepala Sudah Masuk Pintu Atas Panggul

(Divergen) 4/5 Bagian. BJA (+) 145 x/m.

Asessment :

Ny. P umur 20 tahun G1P0A0 hamil 38-39 minggu janin intra uterin

tunggal hidup presentasi kepala.

Keadaan ibu dan janin saat ini : Baik

Masalah : Tidak Ada

Kebutuhan :Pendidikan Kesehatan

tentang Fisiologis ibu hamil,

nutrisi ibu hamil dan pola

istirahat yang cukup serta

Tanda Bahaya Trimester 3.


111

Penatalaksanaan :

1) Menerapkan pencegahan Covid-19 dengan memakai masker, mencuci

tangan menggunakan sabun pada air yang mengalir, menjaga jarak

setiap bertemu dengan pasien.

2) Melakukan pemeriksaan keadaan umum ibu , tanda-tanda vital seperti

tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu badan, pemeriksaan palpasi

kemudian memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan

bahwa saat ini keadaan ibu dan janinnya dalam keadaan sehat. Ibu dan

keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan merespon

dengan baik.

3) Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri pinggang yang dialaminya

sekarang merupakan hal yang fisiologis atau normal. Nyeri pinggang

bawah biasanya akan meningkat intensitasnya seiring pertambahan

usia kehamilan karena nyeri ini disebabkan oleh berat uterus yang

membesar sehingga terjadi pergeseran postur tubuh ibu. Ibu mengerti

dengan penjelasan yang diberikan dan merespon dengan baik.

4) Memberitahukan kepada ibu untuk menghindari membungkuk terlalu

lama, menghindari mengangkat beban yang berat, dan tidak berjalan

terlalu lama agar nyeri pinggang tidak semakin parah. Ibu mengerti

dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukan apa yang

disampaikan.
112

5) Memberitahu ibu untuk berjalan-jalan di pagi hari agar dapat

membantu memperlancar proses persalinan. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukannya.

6) Memberitahukan kepada ibu untuk menggunakan bantal di bawah

punggung untuk meluruskan punggung pada saat akan istirahat atau

tidur untuk mengurangi nyeri pinggang yang dirasakan. Ibu mengerti

dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukannya.

7) Memberitahukan kepada Ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan

trimester III yaitu gejala pre-eklamsia gejalanya seperti sakit kepala

yang berat dan menetap, nyeri ulu hati, bengkak pada muka dan tangan

dan bahayanya terhadap klien kejang dan kematian maupun janin

yaitu gawat janin dan kematian. Gerakan janin yang berkurang pada

trimester III yaitu kurang dari 10 kali dalam 12 jam dan bahayanya

bagi janin yaitu gawat janin dan kematian dalam rahim. Perdarahan

pervaginam yaitu adanya perdarahan yang berupa bercak maupun

mengalir yang bisa disebabkan solutio plasenta atau perdarahan

disertai nyeri perut dan plasenta previa atau perdarahan tidak disertai

nyeri perut dan bahayanya terhadap klien syok hemorargi/hipolemik

dan kematian maupun janinnya gawat janin dan kematian. Ketuban

pecah dini yaitu cairan yang keluar tanpa disadari ibu melalui jalan

lahir dan berbau khas dan bahayanya terhadap ibu infeksi maupun bagi

janin yaitu gawat janin dan kematian. Jika terjadi atau ada keluhan

seperti itu maka harus segera ke tenaga kesehatan terdekat. Ibu


113

mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan menghubungi

tenaga kesehatan bila ada tanda-tanda atau keluhan yang mengganggu

kehamilannya

8) Memberikan KIE tentang tanda-tanda persalinan yaitu keluarnya lendir

dari jalan lahir, sering buang air kecil, sakit perut bagian bawah

menjalar ketulang belakang atau kontraksi semakin sering. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan merespon dengan

baik.

9) Memberikan KIE tentang persiapan persalinan seperti, pakaian ibu,

pakaian bayi. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan

bersedia melakukan saran-saran yang diberikan.

10) Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk mempersiapkan

perlengkapan ibu dan bayi (baju), Pendampingan persalinan (suami)

Calon Pendonor (Ayah) Rencana tempat persalinan (Puskesmas)

keuangan (uang tabungan). Alat trasnportasi (mobil pribadi), dan Alat

kontrasepsi yang direncanakan untuk digunakan (susuk/implan). Ibu

dan keluarga mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan.

3. Asuhan Kebidanan Persalinan

a. Catatan Perkembangan Kala I

Hari tanggal : Rabu, 7 April 2021

Pukul : 05.30 WITA


114

Metode Pemantauan : Data hasil wawancara pada Ibu melalui

whattsapp dan mengambil laporan partus di Puskesmas Kauditan .

Subjektif :

Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah melingkar hingga ke

belakang disertai pengeluaran lender bercampur darah sejak 22.00

wita dan masih merasakan pergerakan janin sampai saat ini. makan

terakhir pukul 18.30 WITA dan BAB pada pukul 20.00 WITA.

Objektif :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil, tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg, N : 80

x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,4°C, BB 70 kg. Pemeriksaan fisik :

konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, bibir tidak pucat,

ekstremitas atas dan bawah tidak ada oedema. Pemeriksaan Leopold

I TFU 3 jari bawah PX (34 cm), teraba lunak, kurang bulat dan tidak

melenting (bokong), leopold II teraba tahanan terbesar disebelah

kanan (punggung kanan), bagian sebelah kiri teraba tonjolan-

tonjolan kecil (ekstremitas), lepold III teraba keras, bulat dan

melenting (kepala) sudah masuk PAP, leopold IV (divergent) 3/5

bagian. Tafsiran berat janin (TBJ) yaitu (34– 11 ) X 155 = 3565

gram, His 4 kali dalam 10 menit lamanya 35-40 detik, DJJ (+)

teratur, frekuensi 145 kali/menit. Pemeriksaan dalam : portio

konsistensi lunak, pembukaan 4 cm, ketuban (+), presentasi

belakang kepala Hodge II


115

Assesment :

Ny. P umur 20 tahun G1P0A0 hamil 39-40 minggu janin intra

uterin hidup tunggal inpartu kala I fase aktif.

Penatalaksaan :

1) Menerapkan pencegahan Covid-19 dengan mendekatkan alat dan

menggunakan Alat Perlindungan Diri dan APD lengkap sesuai

protokol kesehatan yaitu menggunakan masker medis dan face shield

bagi nakes.

2) Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga

menyetujui informed consent.

3) Melakukan pemeriksaan keadaan umum ibu , tanda-tanda vital seperti

tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu badan, pemeriksaan palpasi,

auskultasi dan pemeriksaan dalam kemudian memberikan penjelasan

pada ibu tentang keadaan ibu dan janinnya dalam keadaan baik dan

memberitahu ibu bahwa bagian terbawah janin sudah semakin turun.

Ibu mengerti tentang keadaannya dan janinnya saat ini dan merespon

dengan baik.

4) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum teh manis yang cukup,

asupan makanan dan minum akan menambahkan tenaga ibu untuk

mengejan pada saat persalinan dan mencegah dehidrasi bila asupan

cairan yang telah dikeluarkan baik melalui keringat atau urine segera

diganti, dan ibu sudah makan dan minum air putih 1 gelas dan teh
116

manis 1 gelas. Ibu bersedia untuk memenuhi asupan makanan dan

minuman sesuai dengan anjuran yang diberikan.

5) Memberitahu ibu dan keluarga bahwa kemajuan persalinan untuk

sekarang ini dalam keadaan baik-baik saja dan akan terus baik jika ibu

mendengar apa yang dianjurkan oleh bidan maka persalinan akan

berjalan dengan lancar.

6) Memberikan dukungan emosional pada ibu agar dapat menghadapi dan

mejalani proses persalinan dengan baik dan lancar.

7) Mengajarkan ibu cara mengejan yang baik yaitu mata dibuka, kepala

diangkat, mata melihat kearah perut. Pada puncak kontraksi, tarik

napas panjang dan bernapas pendek-pendek setelah mengejan dan

ulangi tiap kontraksi muncul. Ibu mengerti tentang cara mengejan dan

merespon dengan baik.

8) Melakukan observasi HIS, denyut jantung janin (DJJ) dan nadi serta

melakukan pemeriksaan untuk menilai kemajuan persalinan setiap 4

jam selama kala I.

9) Mempersiapkan pertolongan persalinan.

b. Catatan Perkembangan Kala II

Hari/ Tanggal : Rabu, 7 April 2021

Pukul : 10.15 WITA

Tempat : Puskesmas Kauditan


117

Metode Pemantauan : Data hasil wawancara pada Ibu

melalui whattsapp dan mengambil laporan partus di Puskesmas

Kauditan.

Subjektif :

Ibu mengatakan perutnya semakin sakit dan menjalar sampai bagian

belakang dan rasa ingin mengejan.

Objektif :

Keadaan umum ibu cukup, kesadaran compos mentis, keadaan

emosional stabil, tanda-tanda vital: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi

80x/menit, respirasi 24x/menit, suhu 36,5oC, Palpasi leopold I TFU 3 jari

di bawah PX (34 cm) teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong).

Leopold II lateral kanan teraba keras, panjang seperti papan (punggung

kanan), lateral kiri teraba bagian kecil janin (ektremitas). Leopold III

teraba bulatkeras, tidak melenting (kepala). Leopold IV divergent (sudah

masuk PAP) 0/5. frekuensi his 5x dalam 10 “ lamanya 50 “, DJJ

149x/menit, vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol ,

periksa dalam portio tidak teraba, pembukaan lengkap 10 cm, ketuban

pecah spontan berwarna jernih, presentasi kepala ubun-ubun kecil kanan

depan hodge IV, serta meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Assesment :

Ny. P umur 20 tahun G1P0A0 hamil 39-40 minggu janin intra uteri

tunggal hidup presentasi belakang kepala inpartu kala II.

Masalah : Ibu merasa tidak nyaman dengan sakit yang dialami.


118

Kebutuhan : mengajarkan ibu teknik mengejan saat ada HIS

Penatalaksanaan :

1) Menerapkan pencegahan Covid-19 dengan mendekatkan alat dan

menggunakan Alat Perlindungan Diri dan APD lengkap sesuai

protokol kesehatan yaitu menggunakan masker medis dan face shield

bagi nakes

2) Mengatur posisi ibu dengan nyaman yaitu berbaring dengan posisi

setengah duduk. Ibu mengerti dan telah melakukannya.

3) Mengajarkan ibu cara mengejan yaitu pada saat his muncul tarik

nafas dalam, panjang, kemudian tarik kedua paha kearah samping kiri

dan kanan perut ibu, kemudian pandangan kearah perut, dan berhenti

meneran bila tidak ada his. Ibu mengerti dan sudah melakukannya.

4) Memberikan ibu minum teh gula segelas pada saat tidak ada his

5) Menolong persalinan oleh bidan senior. Pukul 10.00 WITA his

kencang ibu ingin mengejan vulva dan anus mengembang perineum

menonjol tampak kepala didepan vulva dengan diameter 5-6 cm

kemudian penolong menyangga perineum dengan tangan kanan yang

dilapisi kain yang bersih dan kering dan tangan kiri berada di

shympisis untuk mencegah defleksi maksimal, dengan adanya his dan

kekuatan ibu mengejan maka lahirlah berturut-turut dahi, mata,

hidung, mulut dan dagu bayi menunggu kepala bayi melakukan

putaran paksi luar secara spontan, setelah kepala melakukan putaran

paksi luar memeriksa adanya lilitan tali pusat, kemudian pegang


119

kepala secara biparental, melahirkan bahu depan dengan lembut

gerakan kepala kearah bawah hingga bahu depan lahir, melahirkan

bahu belakang gerakan kepala kearah atas hingga bahu belakang

lahir, setelah itu tangan kanan menyangga kepala, dada, dan bahu

belakang, dan tangan kiri menyusuri lengan, bokong, hingga kaki,

setelah seluruh badan bayi lahir lakukan pengisapan lendir atau

bersikan jalan nafas. Setelah itu ibu dilarang mengejan. Pada pukul

10.43 wita lahirlah bayi spontan letak belakang kepala, jenis kelamin

perempuan , APGAR score 8-9, BB 3500 gram, PB 50 cm, lingkar

dada 34 cm, lingkar kepala 33 cm, denyut nadi 140x/menit, RR

60x/menit, suhu 36,50C. Bayi sudah disuntik HB0 di paha kanan IM

dan vit K 0,1 ml dipaha kiri IM dan diberikan salep mata

Oxytetracycline 1%.

6) Dilakukan IMD pada bayi dengan meletakkan bayi diatas perut ibu

secara skin to skin . Pada IMD ibu segera mendekap dan membiarkan

bayi menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya. Menyusu pada bayi

baru lahir merupakan keterpaduan antara tiga refleks yaitu reflex

mencari (reflex rooting), refleks menghisap (reflex sucking) , refleks

menelan (reflex swallowing). Telah dilakukan

c. Catatan Perkembangan Kala III

Hari/Tanggal : Rabu, 7 April 2021

Pukul : 10.49 WITA


120

Tempat : Puskesmas Kauditan

Metode Pemantauan : Data hasil wawancara pada Ibu

melalui whattsapp dan mengambil laporan partus di Puskesmas

Kauditan.

Subjektif :

Ibu mengatakan perutnya semakin sakit melingkar ke belakang dan

mules seperti ingin BAB

Objektif :

Keadaan Umum baik, Kesadaran compos mentis Tanda-Tanda Vital :

Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi 80 kali/menit, Respirasi 24

kali/menit, Suhu Badan 36ºC, Kandung Kemih kosong, TFU setinggi

pusat, ada semburan darah keluar dari jalan lahir, perdarahan ± 200 cc.

His : 5x dalam 10 menit lamanya >40 detik. Perineum terlihat menonjol,

vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran

lendir disertai darah, pembukaan serviks telah lengkap.

Assesment :

Ny. P umur 20 tahun P1A0 inpartu kala III

Kebutuhan : Asuhan kala III

Tindakan Segera : Manajemen Aktif Kala III

Penatalaksanaan :

1) Menerapkan pencegahan Covid-19 dengan mendekatkan alat dan

menggunakan Alat Perlindungan Diri dan APD lengkap sesuai


121

protokol kesehatan yaitu menggunakan masker medis dan face shield

bagi nakes.

2) Melakukan palpasi abdomen sehingga dapat memastikan tidak ada

kemungkinan bayi kedua. Serta untuk mengetahui apakah kandung

kemih ibu penuh karena bisa menghambat kontraksi. Tidak adanya

bayi kedua pada perut ibu dan TFU sepusat, kandung kemih ibu

kosong.

3) Memberikan oksitosin 10 unit secara IM pada 1/3 paha kanan atas

bagian luar sehingga baik karena oksitosin merupakan uterotonika

yang dapat mempercepat pelepasan plasenta. Setelah oksitosin telah

diberikan, ibu merasakan mulesnya bertambah.

4) Melakukan Penegangan tali pusat terkendali, memindahkan klem tali

pusat sekitar 5-10 cm didepan vulva, Melakukan penegangan tali

pusat terkendali saat ada his dengan tangan kanan dan tangan kiri

berada di atas simfisis melakukan dorongan dorsokranial sehingga

dapat mengetahui apakah plasenta sudah lepas atau belum dengan

melakukan penegangan tali pusat terkendali. Penegangan tali pusat

terkendali sudah dilakukan tali pusat bertambah panjang dan tampak

plasenta di depan introitus vagina.

5) Melahirkan plasenta dan selaputnya, Pukul 10.49 WITA plasenta

lahir lengkap selaput dan kotiledonnya panjang tali pusat ± 50 cm,

berat plasenta ± 500 gram, diameter 20 cm dan pendarahan ± 200 cc.


122

6) Melakukan masase uterus untuk mencegah terjadinya atonia uteri,

kontraksi uterus keras. Periksa robekan jalan lahir, dan tidak terdapat

robekan.

d. Catatan Perkembangan Kala IV

Hari/ Tanggal : Rabu, 7 April 2021

Pukul : 13.00 WITA

Tempat : Puskesmas Kauditan

Metode Pemantauan : Data hasil wawancara pada Ibu

melalui whattsapp dan mengambil laporan partus di Puskesmas

Kauditan.

Subjektif :

Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya. Ibu mengatakan lelah

dan masih mules.

Objektif :

Keadaan umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran compos

mentis, tekanan darah 100/70 mmHg, suhu 36,5ºC, nadi 84 x/menit,

respirasi 24 x/menit, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,

kandung kemih kosong, perdarahan ±200 cc,

Assesment :

Ny. P umur 20 tahun P1A0 Inpartu kala IV

Kebutuhan : Asuhan Kala IV

Tindakan Segera : Tidak ada


123

Penatalaksanaan :

1) Menerapkan pencegahan Covid-19 dengan mendekatkan alat dan

menggunakan Alat Perlindungan Diri dan APD lengkap sesuai

protokol kesehatan yaitu menggunakan masker medis dan face shield

bagi nakes.

2) Melakukan pemeriksaan keadaan umum ibu , tanda-tanda vital seperti

tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu badan, pemeriksaan palpasi dan

memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaannya pada

saat ini baik dan ada robekan perineum. Ibu telah mengetahui hasil

pemeriksaan.

3) Membersihkan badan ibu dan merapikannya. Badan ibu telah bersih

dan rapi.

4) Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri. Ibu mengerti

dan akan melakukan anjuran yang diberikan.

5) Menganjurkan ibu untuk istirahat. Ibu mau melakukannya.

6) Menganjurkan ibu untuk BAB dan BAK bila terasa. Ibu mau

melakukannya.

7) Melakukan observasi selama 2 jam dimana 1 jam pertama dilakukan

setiap 15 menit 1 jam kedua setiap 30 menit untuk mengetahui

tekanan darah, nadi, suhu, kontraksi, TFU, kandung kemih dan

perdarahan. Ibu bersedia dilakukan observasi tersebut.


124

8) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam. Ibu mau

melakukannya.

9) Menganjurkan ibu untuk selalu menggunakan masker saat keluar

rumah, rajin cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih

yang mengalir atau cairan antiseptik, menjaga jarak dengan orang

lain setidaknya 1 meter terutama dengan orang yang batuk atau

bersin, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut, memberitahu ibu

segera mencari pertolongan medis jika demam, batuk atau kesulitan

bernapas.

4. Asuhan Bayi Baru Lahir

a. Catatan Perkembangan Neonatus Kunjungan I

Hari/tanggal :Rabu, 7 April 2021

Pukul :18.00 WITA

Tempat :Puskesmas Kauditan

Metode Pemantauan :Data hasil wawancara pada Ibu melalui

whattsapp dan mengambil dari buku

laporan partus.

Pukul 10.43 WITA lahir bayi perempuan spontan dengan letak

belakang kepala. Tali pusat segera dipotong, tidak diikat dan tidak

dibubuhi apapun. Penilaian awal bayi bernafas spontan dan

menangis, warna kulit tubuh dan ekstremitas kemerahan, tonus

otot aktif, apgar score 8-9.


125

Tabel 5 : Apgar Score By. Ny. P.M


Tanda 0 1 2 Menit Menit
I 5

Appearanc Blue (seluruh Body pink , Limbs All Pink (seluruh 2 2


e (warna tubuh biru (Tubuh tubuh kemerahan)
kulit) atau pucat) kemerahan,
ekstremitas biru)

Pulse Absent (tidak 2 2


(denyut ada) <100 >100
jantung)

Grimace None (Tidak Grimance (Sedikit Cry (reaksi melawan, 1 2


( Refleks) Bereaksi) Gerakan) menangis)

Activity Limp Some Felxion of Active Movement, 1 1


(Tonus otot) (Lumpuh) Limbs limbs well flexed
(Ektresmitas (Gerakan aktif,
sedikit fleksi) ekstremitas fleksi
dengan baik)

Repiratory None (Tidak Slow, irregular Good, Strong Cry 2 2


Effart ada) (Lambat, tidak (Menangis Kuat
(Usaha teratur)
bernafas)

Skor 8 9

Subjektif :

Ibu mengatakan melahirkan bayi jenis kelamin perempuan,

BBL 3500 gram, PBL 50 cm, pada pukul 10.43 wita dan sudah

BAK dan BAB.

Objektif :

Keadaan umum : Baik

Warna kulit : Seluruh tubuh kemerahan

Reflex Moro :Terkejut, bayi melebarkan jari-


jarinya.
126

Reflex Rooting :Mencari, menyentuh sudut mulut dan bayi


spontan melihat kearah sentuhan

Reflex Sucking :Menghisap ASI

Reflex Swallowing :Menelan ASI

Reflex Graps :Menggenggam, ibu jari diletakkan


pada telapak tangan bayi dan bayi menutup
tangannya

Reflex Babinsky :Rangsangan pada telapak kaki, Ibu jari bayi


bergerak keatas dan jari-jari membuka

Tanda-tanda Vital N : 140x/menit

R : 60x/menit

S : 36,2˚C

Berat badan : 3500 gram

Panjang badan : 50 cm

Lingkar kepala : 33 cm

Lingkar Dada : 34 cm

APGAR Score : 8-9

Tali pusat : basah terawat, tidak ada perdarahan

dan tidak dibungkus apapun

Assesment :

By.Ny. P.M usia 6 Jam Neonatus cukup bulan sesuai masa

kehamilan

Penatalaksaan :
127

1) Menerapkan pencegahan Covid-19 dengan mendekatkan alat dan

menggunakan Alat Perlindungan Diri dan APD lengkap sesuai protokol

kesehatan yaitu menggunakan masker medis dan face shield bagi nakes.

2) Melakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik kemudian

memberitahu keluarga hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan

sehat. Ibu sudah mengerti dan merasa bahagia atas kondisi bayinya.

3) Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi dengan

mengganti baju basah dengan kain yang bersih dan kering. Ibu mengerti

dengan penjelasan yang diberikan.

4) Menganjurkan ibu untuk selalu membungkus bayinya dengan kain

bersih, kering dan hangat agar tidak terjadi infeksi dan hipotermi. Ibu

mengerti dan akan membungus dan menyelimuti tubuh bayinya.

5) Memberitahu kepada ibu bahwa bayinya telah di berikan Imunisasi HB0,

injeksi Vitamin K 0,1cc dan salep mata oxytetracycline 1%. Ibu mengerti

dengan penjelasan yang diberikan.

6) Memberitahu ibu untuk melakukan perawatan tali pusat dengan tetap

membiarkan tali pusat tanpa dibungkus atau dibubuhi apapun. Ibu

mengerti dan akan melakukan perawatan tali pusat sesuai dengan anjuran

yang diberikan.

7) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya minimal 2 jam sekali dan

memberikan pengetahuan tentang pentingnya ASI Ekslusif. Ibu mengerti

dan mulai menyusui bayinya.


128

8) Menganjurkan ibu untuk selalu menggunakan masker saat keluar rumah

serta menyusui bayi, rajin cuci tangan dengan menggunakan sabun dan

air bersih yang mengalir atau cairan antiseptik, menjaga jarak dengan

orang lain setidaknya 1 meter terutama dengan orang yang batuk atau

bersin, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut, memberitahu ibu

segera mencari pertolongan medis jika demam, batuk atau kesulitan

bernapas.

b. Catatan Perkembangan Neonatus Kunjungan II

Hari/Tanggal : Minggu, 11 April 2021

Pukul : 15.00 WITA

Tempat :Rumah Pasien

Subjektif :

Ibu mengatakan bayinya diberikan Asi dan sudah mendapat

imunisasi Hb-0 pada tanggal 7 April 2021. Ibu mengatakan tali

pusat masih ada dalam keadaan kering dan tidak ada gangguan

pada saat BAK/BAB.

Objektif :

Keadaan umum bayi : Baik

Reflex Moro :Terkejut, bayi melebarkan jari-jarinya.

Reflex Rooting :Mencari, menyentuh sudut mulut dan bayi


spontan melihat kearah sentuhan

Reflex Sucking :Menghisap ASI

Reflex Swallowing :Menelan ASI


129

Reflex Graps :Menggenggam, ibu jari diletakkan


pada telapak tangan bayi dan bayi menutup
tangannya

Reflex Babinsky :Rangsangan pada telapak kaki, Ibu jari bayi


bergerak keatas dan jari-jari membuka

Tanda-tanda Vital :R :48x/menit

N: 140x/menit

S: 36,60C

Tali pusat sudah tampak kering dan terawat dengan baik.

Asessment :

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 4 hari

Penatalaksanaan :

1) Menerapkan pencegahan Covid-19 dengan memakai masker,

mencuci tangan menggunakan sabun pada air yang mengalir,

menjaga jarak setiap bertemu dengan pasien.

2) Melakukan pemeriksaan KU bayi, tanda-tanda vital dan

memberitahu hasil pemeriksaan ada ibu, bahwa bayinya dalam

keadaan sehat dan tidak terdapat kelainan apapun.

3) Menganjurkan ibu dan keluarga untuk tetap menjaga tali pusat

dengan bersih sampai tali pusat puput.

4) Memberitahu ibu dan keluarga untuk tetap menjaga kehangatan bayi

dengan membungkus bayi dengan kain hangat. Ibu mengerti dan

akan melakukan anjuran yang diberikan.


130

5) Menganjurkan ibu untuk menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi

(Pukul 06.30 – 07.00 wita) ± 30 menit / hari saat pagi hari. Jemur

bayi dengan posisi terlentang dan tengkurap, ganti posisi bayi setiap

15 menit, saat melakukan penjemuran, hindari daerah mata dari sinar

matahari langsung. Ibu mengatakan bersedia untuk menjemur

bayinya sesuai dengan anjuran yang diberikan.

6) Anjurkan ibu untuk tetap mempertahankan ASI selama 6 bulan dan

tidak memberikan MPASI sebelum bayi berumur 6 bulan. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia

memberikan ASI selama 6 bulan tanpa memberikan MPASI.

7) Berikan informasi tentang tanda bahaya pada bayi yaitu bayi tidak

mau menyusu, kejang, lemah, sesak nafas, merintih, tali pusat

kemerahan, demam atau tubuh teraba dingin, mata bernanah

banyak, diare, kulit terlihat kuning dan mengarjurkan ibu untuk

segera ketenaga kesehatan apabila mengalami hal tersebut. Ibu

mengarti dan bersedia untuk ketenaga kesehatan bila hal tersebut

terjadi.

8) Menganjurkan ibu untuk selalu menggunakan masker saat keluar

rumah serta menyusui bayi, rajin cuci tangan dengan menggunakan

sabun dan air bersih yang mengalir atau cairan antiseptik, menjaga

jarak dengan orang lain setidaknya 1 meter terutama dengan orang

yang batuk atau bersin, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut,
131

memberitahu ibu segera mencari pertolongan medis jika demam,

batuk atau kesulitan bernapas.

c. Catatan Perkembangan Neonatus Kunjungan III

Hari Tanggal : Kamis, 22 April 2021

Pukul : 16.00 WITA

Tempat : Rumah Pasien

Subjektif :

Ibu mengatakan bayi dalam keadaan sehat dan menyusui

dengan baik. Ibu mengatakan tali pusat sudah puput pada bayi usia

7 hari

Objektif :

Keadaan umum bayi : Baik

Reflex Moro :Terkejut, bayi melebarkan jari-jarinya.

Reflex Rooting :Mencari, menyentuh sudut mulut dan bayi


spontan melihat kearah sentuhan

Reflex Sucking :Menghisap ASI

Reflex Swallowing :Menelan ASI

Reflex Graps :Menggenggam, ibu jari diletakkan


pada telapak tangan bayi dan bayi menutup
tangannya

Reflex Babinsky :Rangsangan pada telapak kaki, Ibu jari bayi


bergerak keatas dan jari-jari membuka

Tanda-tanda Vital : R: 47x/menit


132

N: 142x/menit

S: 36,30C

Assesment :

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 2 minggu

Penatalaksanaan :

1) Menerapkan pencegahan Covid-19 dengan memakai masker,

mencuci tangan menggunakan sabun pada air yang mengalir,

menjaga jarak setiap bertemu dengan pasien.

2) Melakukan pemeriksaan KU bayi, tanda-tanda vital dan

memberitahu hasil pemeriksaan ada ibu, bahwa bayinya dalam

keadaan sehat dan tidak terdapat kelainan apapun.

3) Memberitahukan kepada ibu bahwa sebelumya bayi sudah

diimunisasi HB 0. Kemudian selanjutnya ibu harus membawa

bayinya ke puskesmas untuk diimunisasi pada saat bayi berusia 1

bulan untuk diberikan imunisasi BCG dan Polio 1, umur 2-4 bulan

bayi akan diberikan imunisasi DPT (1-3) dan polio (2-4) , umur 9

bulan bayi akan diberikan imunisasi campak. Ibu mengerti dan

bersedia untuk membawah anaknya ke puskesmas untuk dilakukan

imunisasi sesuai dengan umur bayinya. Ibu mengerti dan bersedia

melakukan saran-saran yang diberikan.

4) Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan bayi dengan cara

menyelimuti bayi agar bayi tidak mengalami kedinginan. Ibu


133

mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukan

saran-saran yang diberikan.

5) Menganjurkan ibu untuk selalu menggunakan masker saat keluar

rumah serta menyusui bayi, rajin cuci tangan dengan menggunakan

sabun dan air bersih yang mengalir atau cairan antiseptik, menjaga

jarak dengan orang lain setidaknya 1 meter terutama dengan orang

yang batuk atau bersin, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut,

memberitahu ibu segera mencari pertolongan medis jika demam,

batuk atau kesulitan bernapas.

5. Asuhan Kebidanan Nifas

a. Asuhan Pemantauan Nifas I

Hari/tanggal : Rabu 7 April 2021

Pukul : 18.00 WITA

Tempat : Puskesmas Kauditan

Metode Pemantauan : Data hasil wawancara pada Ibu

melalui whattsapp dan mengambil dari buku laporan partus.

Subjektif :

Ibu mengatakan masih merasa mules pada perutnya dan ingin

beristirahat

Objektif :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil, Tanda tanda vital TD : 100/70 mmHg, N : 84x/m,


134

R : 24x/m, SB : 37˚C.dalam batas normal kontraksi uterus baik,

TFU 2 jari bawah pusat, lochea rubra dan pengeluaran Asi sedikit.

Asessment :

Ny. P umur 20 tahun P1A0 dengan 7 jam post partum

Penatalaksanaan :

1) Menerapkan pencegahan Covid-19 dengan memakai masker,

mencuci tangan menggunakan sabun pada air yang mengalir,

menjaga jarak setiap bertemu dengan pasien.

2) Mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, keadaan emosional stabil, Mengobservasi kontraksi

dan involusi uterus.

3) Menganjurkan ibu untuk tidak menahan buang air kecil (BAK)

karena dapat menggangu kontraksi uterus sehingga dapat

menyebabkan perdarahan. Ibu mengerti dan tidak akan menahan

buang air kecil.

4) Memberikan konseling tentang ASI eksklusif, manfaat ASI dan

menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin pada

bayi. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia

melakukan anjuran yang diberikan.

5) Memberi contoh pada ibu dan keluarga tentang perawatan tali pusat

yaitu tali pusat tidak dibungkus atau di bubuhi apapun jaga tali pusat
135

agar tetap kering dan bersih. Ibu dan keluarga mengerti tentang

penjelasan yang diberikan.

6) Memberikan penyuluhan tentang tanda bahaya masa nifas seperti

perdaraan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin sakit

kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur, pembekakan diwajah,

demam, muntah, rasa sakit saat berkemih, payudara berubah menjadi

merah, panas dan terasa sakit, kehilangan nafsu makan yang lama,

rasa sakit, merah dan pembengkakan di kaki, ibu bersedia dan mau

melakukan apa yang sudah dianjurkan.

7) Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi, seperti nasi

yang megandung karbohidrat, protein seperti daging, ikan, tahu,

tempe, terlebih kacang-kacangan untuk memperbanyak produksi

Asi, sayuran hujau untuk zat besi, buah-buahan untuk vitamin serta

susu dan air putih.

8) Menganjurkan ibu untuk selalu menggunakan masker saat keluar

rumah serta menyusui bayi, rajin cuci tangan dengan menggunakan

sabun dan air bersih yang mengalir atau cairan antiseptik, menjaga

jarak dengan orang lain setidaknya 1 meter terutama dengan orang

yang batuk atau bersin, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut,

memberitahu ibu segera mencari pertolongan medis jika demam,

batuk atau kesulitan bernapas.

b. Asuhan Pemantauan Nifas II

Hari/tanggal : Minggu, 11 April 2021


136

Pukul : 13.00 WITA

Tempat : Rumah Pasien

Subjektif :

Ibu mengatakan dalam keadaan sehat, dan ibu masih memberikan

ASI kepada bayinya sampai sekarang, ASI ibu sudah mulai keluar agak

banyak, ibu tidak merasa kesulitan dalam merawat bayinya karena

dibantu oleh suami dan keluarga, ibu mengatakan masih terdapat

pengeluaran darah dari vagina berwarna merah kekuningan (Lochea

Sanguinolenta), ibu merasa sedikit kelelahan karena sering terbangun

dimalam hari untuk melihat keadaan bayinya.

Objektif :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil, tanda-tanda vital Keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, keadaan emosional stabil, Tanda tanda vital TD :

110/70 mmHg, N : 82x/m, R : 22x/m, SB : 36,5˚C, kontraksi uterus

baik, TFU 2 jari bawah pusat, pengeluaran ASI baik, lochea

sanguinolenta.

Assesment :

Ny. P umur 20 tahun P1A0 post partum 4 hari, keadaan baik.

Penatalaksanaan :

1) Menerapkan pencegahan Covid-19 dengan memakai masker,

mencuci tangan menggunakan sabun pada air yang mengalir,

menjaga jarak setiap bertemu dengan pasien.


137

2) Mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, keadaan emosional stabil, Mengobservasi kontraksi

dan involusi uterus dan memberitahu kepada ibu bahwa keadaan

umum baik dan tanda-tanda vital dalam batas normal dan keluarga

merasa senang dengan kondisi yang ibu alami.

3) Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI Ekslusif pada

bayinya sampai 6 bulan tanpa diberikan makanan tambahan lainnya.

4) Menjelaskan pada ibu dan keluarga tanda-tanda bahaya nifas seperti

perdarahan, infeksi, payudara tegang, demam, lochea berbau,

bengkak pada wajah dan bagian ekstremitas dan jika terjadi

demikian segera pergi ke fasilitas kesehatan. Ibu mengerti dan akan

segera pergi ke fasilitas kesehatan bila ditemukkan tanda-tanda

seperti yang dijelaskan.

5) Memberikan KIE tentang nutrisi :

Memberikan penyuluhan pada ibu tentang pola nutrisi yaitu harus

mengkonsumsi makan sehat dan seimbang seperti nasi, ikan, sayuran

dan buah serta memilih menu yang bervariasi. Dianjurkan pula agar

ibu dapat mengkonsumsi makanan yang dapat memperbanyak ASI

seperti daun katuk. Ibu mengerti dan bersedia untuk mengkonsumsi

makanan seimbang sesuai dengan penjelasan yang diberikan.

6) Memberikan Asuhan Komplementer

Menjelaskan pada ibu tentang manfaat pijat oksitosin dapat

membantu dalam peningkatan produksi ASI selama masa nifas


138

khususnya dalam mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi

usia 0-6 bulan pertama kelahiran. Sebelum melakukan pemijatan

posisikan tubuh senyaman mungkin dengan cara bersandar ke depan

sambil memeluk bantal kemudian berikan pijatan kuat pada kedua

sisi tulang belakang dengan menggunakan kepalan tangan posisikan

ibu jari menunjuk ke depan dan gerakan melingkar, kemudian pijat

kembali sisi tulang belakang ke arah bawah sampai batas dada, mulai

leher sampai pada tulang belikat. Lakukan pijatan secara berulang-

ulang selama sekitar 3 menit

7) Menganjurkan ibu untuk selalu menggunakan masker saat keluar

rumah serta menyusui bayi, rajin cuci tangan dengan menggunakan

sabun dan air bersih yang mengalir atau cairan antiseptik, menjaga

jarak dengan orang lain setidaknya 1 meter terutama dengan orang

yang batuk atau bersin, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut,

memberitahu ibu segera mencari pertolongan medis jika demam,

batuk atau kesulitan bernapas.

c. Asuhan Pemantauan Nifas III

Hari Tanggal : Kamis, 22 April 2021

Pukul : 16.00 WITA

Tempat : Rumah Pasien

Subjektif :
139

Ibu mengatakan keadaannya baik, bayinya sehat dan masih

memberikan ASI pada bayinya, ibu mengatakan masih terdapat

pengeluaran cairan dari vagian berwarna kuning kecoklatan, ibu

mengatakan pengeluaran ASI banyak dan dapat memberikan ASI

eksklusif pada bayinya dengan baik.

Objektif :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional

stabil, tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg, N : 78x/m, R : 24x/m, SB :

36,6˚C, pengeluaran ASI baik, lochea serosa, kontraksi uterus baik dan

TFU tidak teraba di atas simfisis.

Assesment :

Ny. P umur 20 tahun P1A0 Post partum 2 minggu, keadaan ibu

baik.

Penatalaksanaan :

1) Menerapkan pencegahan Covid-19 dengan memakai masker,

mencuci tangan menggunakan sabun pada air yang mengalir,

menjaga jarak setiap bertemu dengan pasien

2) Memeriksa tanda-tanda vital dan keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, keadaan emosional stabil, mengobservasi kontraksi

dan involusi uterus dan memberitahu kepada ibu bahwa keadaan

umum baik dan tanda-tanda vital dalam batas normal dan keluarga

merasa senang dengan kondisi yang ibu alami.


140

3) Memberikan KIE tentang nutrisi Memberikan penyuluhan pada ibu

tentang pola nutrisi yaitu harus mengkonsumsi makan sehat dan

seimbang seperti nasi, ikan, sayuran, buah-buahan dan susu ibu

menyusui serta memilih menu yang bervariasi. Dianjurkan pula agar

ibu dapat mengkonsumsi makanan yang dapat memperbanyak ASI

seperti kacang-kacangan.

4) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif selama 6 bulan.

Ibu bersedia memberikan ASI esklusif kepada bayinya selama 6

bulan.

5) Memberikan KIE tentang personal hygine. Menganjurkan ibu untuk

menjaga kebersihan alat genetalianya dengan cara membasuh alat

kelamin setelah BAK/BAB dari depan kebelakang setelah itu

keringkan menggunakan tissue/kain bersih dan kering, mengganti

celana dalam apabila lembab atau basah. Ibu mengerti dan bersedia

untuk mengikuti anjuran yang diberikan.

6) Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan

pervaginam, infeksi masa nifas, kelainan payudara, kehilangan nafsu

makan dalam waktu yang lama, rasa sakit, merah dan pembengkakan

pada kaki, merasa sedih atau tidak mampu mengasuh diri dan

bayinya. Ibu memahami dengan penjelasan yang diberikan dan

merespon dengan baik

7) Memberikan penyuluhan tentang KB yaitu menganjurkan ibu untuk

menggunakan alat kontrasepsi yang tidak mengganggu


141

pengeluaran/kualitas ASI yaitu alat kontrasepsi seperti KB suntik 3

bulan atau KB yang tidak mengandung hormon seperti AKDR,

kondom, ataupun metode kalender. Ibu mengerti dengan penjelasan

yang diberikan dan merespon dengan baik.

8) Menganjurkan ibu untuk selalu menggunakan masker saat keluar

rumah serta menyusui bayi, rajin cuci tangan dengan menggunakan

sabun dan air bersih yang mengalir atau cairan antiseptik, menjaga

jarak dengan orang lain setidaknya 1 meter terutama dengan orang

yang batuk atau bersin, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut,

memberitahu ibu segera mencari pertolongan medis jika demam,

batuk atau kesulitan bernapas.

d. Asuhan Pemantauan Nifas IV

Hari Tanggal : Rabu, 19 Mei 2021

Pukul : 08.00 WITA

Tempat : Rumah Pasien

Subjektif :

Ibu mengatakan dalam keadaan sehat dan tidak ada penyulit yang

ibu rasakan selama masa ini dan masih memberikan ASI pada bayinya

sampai sekarang, ibu mengatakan masih terdapat pengeluaran cairan

dari vagina berwarna kekuningan.

Objektif :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional

stabil, tanda-tanda vital TD: 120/70 mmHg, R: 24x/m, N: 80x/m,


142

pengeluaran ASI baik, lochea Alba dan tidak berbau , TFU sudah tidak

teraba

Assesment :

Ny. P umur 20 tahun P1A0 dengan post partum 6 minggu,

keadaan ibu baik.

Penatalaksanaan :

1) Menerapkan pencegahan Covid-19 dengan memakai masker,

mencuci tangan menggunakan sabun pada air yang mengalir,

menjaga jarak setiap bertemu dengan pasien.

2) Memeriksa tanda-tanda vital dan keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, keadaan emosional stabil, mengobservasi kontraksi

dan involusi uterus dan memberitahu kepada ibu bahwa keadaan

umum baik dan tanda-tanda vital dalam batas normal dan keluarga

merasa senang dengan kondisi yang ibu alami.

3) Memberikan KIE tentang nutrisi

Memberikan penyuluhan pada ibu tentang pola nutrisi yaitu harus

mengkonsumsi makan sehat dan seimbang seperti nasi, ikan,

sayuran, buah-buahan dan susu ibu menyusui serta memilih menu

yang bervariasi. Dianjurkan pula agar ibu dapat mengkonsumsi

makanan yang dapat memperbanyak ASI seperti daun katuk.


143

4) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif selama 6 bulan.

Ibu bersedia memberikan ASI esklusif kepada bayinya selama 6

bulan.

5) Memberikan KIE tentang personal hygiene. Menganjurkan ibu untuk

menjaga kebersihan alat genetalianya dengan cara membasuh alat

kelamin setelah BAK/BAB dari depan kebelakang setelah itu

keringkan menggunakan tissue/kain bersih dan kering, mengganti

celana dalam apabila basah. Ibu mengerti dan bersedia untuk

mengikuti anjuran yang diberikan.

6) Memberikan penyuluhan tentang KB yaitu menganjurkan ibu untuk

menggunakan alat kontrasepsi yang tidak mengganggu

pengeluaran/kualitas ASI yaitu alat kontrasepsi seperti KB suntik 3

bulan atau KB yang tidak mengandung hormon seperti AKDR,

kondom, ataupun metode kalender. Ibu mengerti dengan penjelasan

yang diberikan dan merespon dengan baik.

7) Menganjurkan ibu untuk selalu menggunakan masker saat keluar

rumah serta menyusui bayi, rajin cuci tangan dengan menggunakan

sabun dan air bersih yang mengalir atau cairan antiseptik, menjaga

jarak dengan orang lain setidaknya 1 meter terutama dengan orang

yang batuk atau bersin, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut,

memberitahu ibu segera mencari pertolongan medis jika demam,

batuk atau kesulitan bernapas.


144

5. Asuhan Keluarga Berencana

Hari Tanggal :Selasa, 01 Juni 2021

Pukul :09.00 WITA

Metode Pemantauan :Data hasil wawancara pada Ibu melalui

whatsapp

Subjektif:

Ibu mengatakan ingin menggunakan Kb suntik 3 bulan

Objektif:

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis keadaan emosional

stabil, tanda-tanda vital dalam batas normal BB: 65 Kg, TB: 155 cm.

Asessment:

Ny. P umur 20 tahun P1A0 dengan akseptor Kb suntik 3 bulan.

Penatalaksanaan :

1) Memberikan penyuluhan tentang KB suntik 3 bulan

Keuntungannya: Tidak berpengaruh terhadap hubungan seksual,

tidak dilakukan pemeriksaan dalam, jangka panjang dan efek

samping kecil, mengurangi jumlah perdarahan dan nyeri, mencegah

anemia, mengurangi penyakit payudara jinak, kista ovarium dan

mencegah kehamilan ektopik.

Kerugiannya : Terjadi penambahan berat badan, terlambat kembali

kesuburan, tidak menjamin perlindungan terhadap PMS, klien

bergantung pada tempat sarana pelayanan (harus kembali suntikan),


145

terjadi gangguan haid seperti siklus haid tidak teratur, dan tidak

haid sama sekali. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

2) Mengingatkan kembali pada ibu untuk kembali suntik KB 3 bulan

(Depoprovera) sesuai waktu yang sudah ditetapkan yaitu tanggal 24

Agustus 2021. Ibu bersedia untuk balik ke Puskesmas sesuai

dengan tanggal yang telah ditetapkan.

3) Menganjurkan ibu untuk selalu menggunakan masker saat keluar

rumah, rajin cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih

yang mengalir atau cairan antiseptik, menjaga jarak dengan orang

lain setidaknya 1 meter terutama dengan orang yang batuk atau

bersin, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut, memberitahu

ibu segera mencari pertolongan medis jika demam, batuk atau

kesulitan bernapas.

B. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny. P.M di Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan

Kabupaten Minahasa Utara pada bulan desember 2020 sampai Juni 2021. Dalam

memberikan asuhan kebidanan penulis melakukan kunjungan rumah, mengisi

amanat persalinan dan pemasangan stiker P4K didepan rumah ibu dan terlebih

dahulu menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan serta memberikan inform

consent pada ibu dan suami agar bersedia untuk didampingi. Setelah itu penulis
146

melakukan pengumpulan data dasar yang diperoleh melalui wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi.

Adapun pembahasan yang dilakukan sebagai berikut:

1. Asuhan Kebidanan Kehamilan

Pada saat kunjungan pertama pada tanggal 2 Desember 2020 pukul 16.00

wita, tahap awal penulis melakukan pengumpulan data dan anamnesa, penulis

melakukan kunjungan rumah pada usia kehamilan 21-22 minggu, ibu mengatakan

ini kehamilan yang pertama dan belum pernah keguguran, Hari Pertama Haid

Terakhir 05 Juli 2020 kemudian peneliti menentukan tafsiran persalinan

menggunakan rumus Neagle yaitu HPHT pada hari +7, bulan -3, dan pada tahun

+ 1 maka taksiran persalinan tanggal 12 April 2021 sehingga dapat ditentukan

usia kehamilan pada setiap kunjungan antenatal.

Hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan keadaan umum ibu baik,

kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil, tanda-tanda vital tekanan

darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu badan 36,5°C.

Berat badan sebelum hamil 56 Kg, berat badan sekarang 61 Kg, tinggi badan 156

cm, lingkar lengan atas (LILA) 24 cm. Rambut panjang dan hitam, mata simetris,

konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, tidak ada cloasma gravidarum dan

tidak ada odema pada wajah maupun ektremitas ibu, puting susu menonjol, areola

kehitaman. Pemeriksaan Leopold I TFU 1 jari dibawah pusat. Leopold II : teraba

ballotement. Leopold III : teraba ballotement. Leopold IV: tidak dilakukan.

Pemeriksaan ini untuk mendeteksi secara dini kesehatan Ny.P.M sesuai dengan
147

tujuan asuhan antenatal adalah mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi

selama kehamilan menurut Kuswanti Ina, 2014.

Tanggal 18 Februari 2021 dilakukan kunjungan ulang rumah kedua ibu

mengatakan tidak ada keluhan apapun dan keadaannya baik baik saja ibu

mengatakan ia sudah memeriksakan kehamilan pada tanggal 04 Februari 2021 dan

sudah mendapatkan vitamin ibu hamil dan tablet tambah darah sebanyak 60 tablet

serta imunisasi TT1. Dari hasil pemeriksaan di dapatkan keadaan umum baik,

kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil, tanda-tanda vital : TD :

110/70 mmHg, N : 82 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36°C, BB 66 kg. Pemeriksaan

fisik : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, bibir tidak pucat, ekstremitas

atas dan bawah tidak ada oedema. Palpasi Leopold I : TFU pertengahan pusat-px

(30 cm), teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong). Leopold II : teraba

tahanan terbesar disebelah kanan perut ibu dan teraba bagian-bagian kecil

disebelah kiri perut ibu. Leopold III : Teraba keras keras, bulat, dan melenting

(kepala) belum masuk pintu atas panggul (PAP) sehingga masih dapat di

goyangkan. Leopold IV : tidak dilakukan.

Kunjungan rumah ke tiga dilakukan pada tanggal 16 Maret 2021, ibu

mengeluh merasa sesak nafas dan sering buang air kecil. Dari hasil pemeriksaan

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil, tanda-

tanda vital dalam batas normal TD: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, R: 20x/menit,

S: 36°C, BB 68 kg, pemeriksaan fisik: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak

berwarna kuning, bibir tidak pucat, ekstremitas atas dan bawah tidak ada odema.

Palpasi Leopold I : TFU 3 jari bawah PX (32,5 cm), teraba lunak, bulat dan tidak
148

melenting (bokong). Leopold II : tahanan terbesar disebelah kiri perut ibu dan

teraba bagian-bagian kecil disebelah kanan perut ibu. Leopold III : teraba keras,

bulat dan melenting (kepala) belum masuk PAP. Leopold IV : Tidak dilakukan.

BJA (+) 149 x/m. Kemudian menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan serta

perubahan fisiologi kehamilan.

Kunjungan rumah ke empat dilakukan pada umur kehamilan 38-39 minggu,

ibu mengatakan kadang-kadang merasakan nyeri pada pinggang.Hasil

pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional

stabil, tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S :

36°C, BB 70 kg. Pemeriksaan fisik : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak

ikterik, bibir tidak pucat, ekstremitas atas dan bawah tidak ada oedema. Palpasi

Leopold I : TFU pertengahan pusat-PX (34 cm), teraba lunak, bulat dan tidak

melenting (bokong). Leopold II : teraba tahanan terbesar disebelah kanan perut

ibu dan teraba bagian-bagian kecil disebelah kiri perut ibu. Leopold III : teraba

keras, bulat, dan melenting (kepala) sudah masuk pintu atas panggul (PAP)

sehingga tidak dapat di goyangkan. Leopold IV : kepala sudah masuk pintu atas

panggul (divergent) 4/5 bagian. BJA (+) 145 x/m. Kemudian menjelaskan kepada

ibu hasil pemeriksaan serta memberikan pendidikan kesehatan tentang fisiologi

ibu hamil, nutrisiuntuk ibu hamil, pola istirahat yang cukup dan tanda bahaya

Trimester 3.

Dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan kehamilan pada kasus Ny. P.M

selama kehamilan telah melakukan pemeriksaan kehamilan di sebanyak 8 kali,

pada trimester I sebanyak 1 kali, pada trimester II sebanyak 3 kali,serta pada


149

trimester III sebanyak 4 kali. Selama kehamilan Ny.P.M mengkonsumsi tablet

penambah darah (Fe) sebanyak 90 tablet. Hal ini sesuai dengan standar dalam

buku Darwinte & Nurhayati (2019) yaitu pemberian tablet penambah darah (Fe)

selama kehamilan minimal 90 tablet.

2. Asuhan Kebidanan Persalinan

Asuhan persalinan pada Ny. P.M umur 20 tahun G1P0A0 hamil 39-40

minggu diberikan secara tidak langsung atau melalui media sosial karena penulis

tidak dapat melakukan kontak langsung dengan pasien akibat adanya pandemi

covid-19.

Ny. P.M bersalin secara normal dan spontan. Ibu bersalin dalam usia

kehamilan 39-40 minggu, dimana bayi lahir secara spontan pervaginam dengan

presentasi belakang kepala, proses persalinan dari kala I yang berlangsung 13 jam

sampai kala IV berlangsung tanpa komplikasi baik ibu maupun bayinya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Marlina Walyani S.E & Purwoastuti (2019), bahwa

persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi yang terjadi pada kehamilan

cukup bulan (37-42 minggu).

Kala I, 07 April 2021 Pukul 05.30 Wita Ny. P.M datang ke Puskesmas

Kauditan di dampingi suami mengeluh mules dan pengeluaran lender bercampur

darah sejak jam 22.00 Wita, saat tiba di Puskesmas ibu langsung di periksa oleh

bidan dengan TTV dalam batas normal, pembukaan 4 cm ketuban (+), presentasi

letak belakang kepala dan kala I berlangsung selama ± 10 jam.

Kala II Ny. P.M Berjalan dengan normal, pada pemeriksaan pembukaan

lengkap (10 cm). Lahirlah bayi perempuan pukul 10.43 dengan presentasi letak
150

belakang kepala, langsung menagis, APGAR Score 8-9 dengan BBL : 3500

gram , PBL : 50 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34, ada robekan jalan

lahir cm dan lamanya kala 2 berlangsung 43 menit dan tidak terjadi penyulit

maupun komplikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Walyani & Purwoastuti

(2019), bahwa kala II Dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir.

Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida

Kala III Ny. P.M Plasenta lahir spontan dan lengkap, perdarahan normal,

kala III berlangsung selama 6 menit, dan sudah di ajarkan masasse uterus yang

baik dan benar.. Hal ini sesuai dengan pendapat Walyani & Purwoastuti (2019),

bahwa kala III dimulai setelah lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

Pada kala IV, Setelah plasenta lahir ibu di bersihkan dan membantu ibu

mengganti pakaian, menganjurkan ibu untuk makan dan minum, dan tidak banyak

bergerak selama 2 jam postpartum, dan dilakukan observasi oleh bidan setelah 2

jam postpartum dengan TTV dalam batas normal, kontraksi uterus baik,

perdarahan normal dan kala IV berlangsung selama 2 jam..

3. Asuhan Bayi Baru Lahir

Asuhan bayi baru lahir pada By.Ny.P.M lahir cukup bulan sesuai usia

kehamilan dengan umur 7 jam dilakukan melalui media sosial, dikarenakan

adanya pandemic covid-19.

Pukul 10.43. Wita bayi lahir spontan letak belakang kepala dan tindakan

yang di lakukan adalah Memotong tali pusat, membersihkan jalan nafas, menilai
151

bayi dengan score APGAR memberikan imunisasi HB0 IM dipaha kanan, dan

Vitamin K 0,1cc dipaha kiri secara IM, berikan salep mata oxytetracycline 1%,

dan lakukan pengukuran Antopometri. Lalu lakukan IMD dan jaga kehangatan

bayi dengan membungkus bayi dan menggunakan topi. Hasil dari pemeriksaan

berat badan bayi 3500 gram, panjang badan 50 cm, apgar score 8-9, nadi

140x/menit, pernapasan 60 x/menit, suhu 36,20C, lingkar dada 34 cm, lingkar

kepala 33 cm bayi menangis spontan, kuat, tonus otot positif, warna kulit

kemerahan, jenis kelamin perempuan, anus ada dan tidak ada cacat bawaan hal

ini tidak sependapat dengan Walyani & Purwoastati (2019), lingkar dada normal

BBL adalah 30,5-33 cm sehingga terjadi kesenjangan antara teori dan kasus.

Pada kunjungan pertama bayi baru lahir di lakukan perawatan tali pusat

hanya dalam keadaan terbuka. Hal ini sependapat dengan teori Asuhan Persalinan

normal menurut Prawirohardjo (2014) bahwa tali pusat di biarkan terbuka.

Kunjungan II, 4 hari hasil pemantauan keadaan bayi dalam batas normal

tidak ditemukan masalah atau komplikasi keadaan bayi baik, tali pusat sudah

mulai mengering. Mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif pada

bayinya. Imunisasi HB0 sudah didapatkan. Tidak ditemukan tanda-tanda bahaya

pada bayinya.

Kunjungan III, 2 minggu hasil pemantauan keadaan bayi dalam keadaan

normal, tali pusat telah puput, tidak ada terjadi ikterus, bayi menyusu ASI sesuai

dengan kebutuhan.

4. Asuhan Kebidanan Nifas


152

Asuhan nifas dilakukan pada Ny.P.M dengan 7 jam post partum melalui

media sosial,penulis tidak melakukan asuhan secara kontak langsung karena

adanya pandemi covid-19.

Berdasarkan anamnesa didapatkan hasil bahwa ibu masih merasakan mules.

Hal ini bersifat fisiologis karena pada saat itu uterus secara berangsur-angsur

menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelumnya.

Responden diberikan vitamin A sebanyak 1 kapsul yang diminum segera setelah

melahirkan dan kapsul kedua diberikan selang waktu minimal 24 jam, telah

diberikan dan telah diminum. Tidak ada efek samping dari pemberian vitamin A

tersebut. Tidak terjadi kesenjangan antara kasus dan teori karena menurut Martalia

(2015) Vitamin A (200.000 IU) dianjurkan untuk mempercepat proses

penyembuhan pasca salin dan mentransfernya ke bayi.

Kunjungan I, 7 jam post partum pada responden didapatkan hasil tinggi

fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong,

pengeluaran lochea rubra, semua hasil pemantauan tidak ada kelainan tidak

terjadi pendarahan. Asuhan nifas dilakukan kunjungan 7 jam, 4 hari dan 2 minggu

dan kunjungan 6 minggu. Menurut teori Sutanto V.A (2019) mengatakan

kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir,

pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu

nifas dan bayinya, mendeteksi adanya kejadian-kejadian pada masa nifas,

menangani berbagai masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu maupun

bayinya pada masa nifas. Pada kasus yang didapat asuhan nifas pertama yaitu 2

jam.
153

Kunjungan II, 4 hari postpartum dengan hasil pemeriksaan pada responden

adalah hasil tinggi fundus uteri 4 cm dibawah pusat, konsistensi uterus baik,

pengeluaran lochea sanguinolenta yang berwarna merah kuning, bau khas,

konsistensi cair, ibu memakan makanan bergizi, tidak ada pantangan, dan ibu

istirahat yang cukup, pengeluaran ASI lancar, ibu menyusui bayinya dengan baik

dan sesuai dengan kebutuhan bayi sesuai teori Sutanto V.A (2019) Kunjungan 4

hari yaitu menilai adanya tanda-tanda bahaya nifas memastikan ibu mendapat

cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tidak ada penyulit, melakukan pemeriksaan involusi uteri, pengeluaran lochea dan

perdarahan. Evaluasi asuhan komplementer yang diberikan pada 4 hari post

partum yaitu Pijat Oksitosin dengan cara memijat dengan menggunakan kepalan

tangan pada kedua sisi tulang belakang untuk memperlancar produksi ASI dan

sekaligus membuat tubuh rileks.

Kunjungan III, 2 Minggu postpartum dengan hasil pemeriksaan pada

responden adalah pengeluaran lochea serosa, berwarna kekuningan atau

kecoklatan,TFU tidak teraba di atas simfisis, ibu memakan makanan bergizi, tidak

ada pantangan selama masa nifas, dan ibu istirahat yang cukup, pengeluaran ASI

lancar, ibu menyusui bayinya dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan bayi

sesuai dengan teori Sutanto V.A (2019) yaitu menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat cukup makanan,

cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada penyulit.

Kunjungan IV, 6 Minggu postpartum dengan hasil pemeriksaan pada Ny.

P.M adalah pengeluaran lochea alba yang berwarna keputihan, TFU Normal.
154

Menganjurkan ibu ber-KB dan ibu ingin KB Suntik 3 Bulan. Hasil pemantauan

tidak ada kesenjangan dengan teori Sutanto V.A (2019) yaitu menanyakan pada

ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami dan memberikan konseling

untuk KB secara dini.

5. Asuhan Keluarga Berencana

Asuhan keluarga berencana diberikan melalui media sosial, penulis tidak

bisa memberikan konseling atau asuhan secara langsung dikarenakan adanya

pandemi covid-19.

Asuhan kebidanan dalam melayani KB harus sesuai dengan kehendak ibu.

Setelah diberikan konseling yang nantinya ibu dapat mengambil keputusan sendiri

untuk memilih alat kontrasepsi sesuai dengan teori. Dalam pengkajian yang telah

dilakukan, responden memilih menggunakan KB Suntik 3 Bulan. Dengan

keuntungan : Tidak berpengaruh terhadap hubungan seksual, tidak dilakukan

pemeriksaan dalam, jangka panjang dan efek samping kecil, mengurangi jumlah

perdarahan dan nyeri, mencegah anemia, mengurangi penyakit payudara jinak,

kista ovarium dan mencegah kehamilan ektopik. Dan kerugian : Terjadi

penambahan berat badan, terlambat kembalikesuburan, tidak menjamin

perlindungan terhadap PMS, klien bergantung pada tempat sarana pelayanan

(harus kembali suntikan), terjadi gangguan haid seperti siklus haid tidak teratur,

dan tidak haid sama sekali. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. P.M G1P0A0 peneliti melakukan

asuhan kebidanan pada Ny.P.M yaitu dengan melakukan kunjungan rumah

sebanyak 4 kali dengan pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan

leopold, konseling tentang perubahan fisiologi pada ibu hamil dan nutrisi

yang baik serta pemantauan jumlah tablet Fe. Kehamilan Ny. P.M

berlangsung normal dan tidak ada komplikasi yang terjadi baik pada ibu

maupun janin.

2. Asuhan kebidanan persalinan pada Ny.P.M dimulai pada kala I pukul

05.30 WITA, kala II pukul 10:43, kala III pukul 10:49 , pada kala IV

dilakukan pengawasan post partum pukul 13:00 .

3. Asuhan Kebidanan BBL pada pukul 10:43 By. Ny P.M lahir dengan BB

3500 gram dan PB 50 cm, lingkar kepala 33 cm dan lingkar dada 34 cm

yang dikategorikan sebagai bayi baru lahir normal dan sudah mendapatkan

imunisasi HB 0.

4. Asuhan kebidanan Nifas pada Ny.P.M penulis melakukan pemantauan

sebanyak 4 kali berlangsung normal tanpa komplikasi, peneliti melakukan

155
156

pemantauan tanda-tanda Vital dalam batas normal, kontraksi ibu baik,

lochea normal,TFU normal dan ibu diberi Vitamin A.

5. Asuhan kebidanan keluarga berencana Ny. P.M menggunakan alat

kontrasepsi yaitu KB suntik 3 bulan pada yanggal 1 Juni 2021 di

Puskesmas Kauditan dengan memberikan konseling tentang KB suntik 3

bulan dan informed consent, peneliti memberitahu tanggal kembali

penyuntikan yaitu tanggal 24 Agustus 2021

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan :

1. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk lebih

meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan

pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan keluarga berencana

secara optimal.

2. Bagi Insitusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi

diperpustakaan untuk pengembangan pengetahuan belajar dilapangan

dengan protap Covid-19 khususnya pada bidang penelitian.

3. Bagi responden
157

Diharapkan pengetahuan dan pengalaman yang di dapat selama

kegiatan penelitian, dapat diterapkan pada kehidupan pribadi maupun

keluarga terhadap upaya pemeliharaan kesehatan dan selalu

memanfaatkan fasilitas kesehatan sebagai tempat memeriksakan

kesehatan.

4. Bagi Peneliti

Dapat mengembangkan pengetahuan yang berhubungan dengan

asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan

KB sehingga dapat mendeteksi secara dini komplikasi yang mungkin

terjadi pada ibu dan bayi.


DAFTAR PUSTAKA

Arantika Meidya, dan Fatimah. 2019. Patologi Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka


Baru Press

Asrinah, Shinta, dkk.2019. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan.Yogyakarta:


Graha Ilmu

Ayuningtyas, I. F. (2019). Kebidanan Komplementer. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press.
Dartiwen, Nurhayanti. 2019. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.Yogyakarta:
Andi.

Dinkes Kabupaten Minahasa Utara, (2018) Profil Kesehatan Kabupaten


Minahasa Utara

Dinkes Kabupaten Minahasa Utara, (2019) Profil Kesehatan Kabupaten


Minahasa Utara

Dinkes Kabupaten Minahasa Utara, (2020) Profil Kesehatan Kabupaten


Minahasa Utara

Dinkes Provinsi Sulawesi Utara, (2018). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi


Utara
,(2019). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Utara
,(2020). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Utara

Fitriana, Y. 2018. Asuhan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Handayani, S. 2018. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka


Rihama

Hangewa, Umo Nada Mardiani and Pesak, Ellen and Lalita, Elisabeth.(2019).
Terapi Massage Punggung dengan Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap
Intensitas Nyeri Persalinan.

Jitowiyono, S., & Rouf, M. A. (2019). Keluarga Berencana (KB) Dalam


Perspektif Bidan. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Lumy Freike, Purwandari Atik, Losu N.Fredrika, Tombokan G.J, Sandra.(2018).


Pedoman Penulisan Laporan Tugas Akhir (LTA). Manado: Kementerian
Kesehatan RI Polikeknik Kesehatan Kemenkes Manado
158
159

Mandang, J. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Bogor : Penerbit IN MEDIA

Mandriwati, G. 2019. Asuhan Kebidanan Kehamilan berbasis Kompetensi.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Marasabessy, Hawa and Losu, Fredrika N and Donsu, Amelia (2019) Asupan sari
kacang hijau (Vigna Radiata) Pada ibu nifas mempengaruhi Berat Badan
Bayi.
Mujianti. 2018. Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikassi (P4K) Terhadap Persiapan Ibu Hamil trimester
III di Puskesma Bulili dan Kamonju. Palu: Excellent Midwifery Journal.
Vol. 1, No.2 .

Mulyanti, Lestari. 2021. Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur


Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Senggama Terputus.
Semarang: Jurnal Kebidanan. Vol.7.

Nugroho, Nurrezki, dkk.2018. Buku Ajar Askeb 1 Kehamilan.Yogyakarta: Nuha


Medika

PKM Kauditan, (2018). Profil Kesehatan Puskesmas Kauditan. , (2019). Profil


Kesehatan Puskesmas Kauditan.
Pratiwi, M. 2019, Patologi Kehamilan, Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Prawirohardjo, S. 2017. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka

Sondakh, J. 2017. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Erlangga

Sulistyawati, A. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika

Susanto, V. A. (2019). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.
Walyani, E. S. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Walyani, Purwoastuti. 2020. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Windarti, Zuwariah. 2016, Pengaruh Mobilisasi Dini dan Pijat Oksitosin


Terhadap Involusi Uteri pada Ibu Post Partum. Surabaya: Jurnal Ners dan
Kebidanan. Vol.3 No.1
LAMPIRAN

160
161

Lampiran 1: Surat Survey dan Pengambilan Data Provinsi


162

Lampiran 2 : Surat Survey Penelitian dan Pengambilan Data di Puskesmas


163

Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden


164

Lampiran 4 : Lembar Penjelasan Sebelum Persetujuan


165

Lampiran 5: Informed Consent


166

Lampiran 6 : Partograf Berdasarkan Data Sekunder


167
168

Lampiran 7 : Amanat Persalinan


169

Lampiran 8: Lembar Konsultasi Pembimbing I


170

Lampiran 9 : Lembar Konsultasi Pembimbing II


171

Lampiran 10: Dokumentasi


Kunjungan Selama Ibu Hamil
172

Kunjungan Selama Nifas, Neonatus dan Pemantauan lewat Whatsapp

Anda mungkin juga menyukai