Anda di halaman 1dari 139

LAPORAN TUGAS AKHIR

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA Ny. A G3 P2 A0 Di PKM KUTAWALUYA

KABUPATEN KARAWANG

Tanggal 22 Maret s/d 06 Mei 2021

DISUSUN OLEH :

NAMA : FEBRI PERMATA PUTRI

NIM : 0433131540118004

PROGRAM STUDI KEBIDANAN D III

STIKes HORIZON KARAWANG

Jl. Pangkal Perjuangan KM 1 By Pass Karawang 41316


i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Studi Kasus Ini Telah Disetujui Oleh Pembimbing

Untuk Mengikuti Ujian Studi Kasus

Pembimbing

Nita Farida, SST, M. Kes

NIDN : 0431058501

i
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh :

Nama : Febri Permata Putri

NIM : 0433131540118004

Program Studi : Kebidanan D III STIKes Horizon Karawang

Judul TA : Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. A G3 P2

A0 di Puskesmas Kutawaluya, Kabupaten. Karawang

Telah berhasil mempertahankan dihadapan tim penguji dan diterima sebagai

pernyataan yang diperlukan untuk memahami persyaratan Tugas Akhir Program

Studi Diploma III STIKes Horizon Karawang.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Nita Farida, M.Kes (..........................)

Penguji I : Ari Kurniasih, M.Kes (..........................)

Penguji II : Yeni Renjani, SST (..........................)

Ditetapkan di : STIKes Horizon Karawang

Tanggal : 19 Juni 2021

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kebidanan DIII :

Siti Sopiatun, M. Keb

NIDN. 0416108502

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. BIODATA DIRI

Nama Lengkap : Febri Permata Putri

Tempat/tanggal lahir : Karawang, 10 Februari 2000

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dusun Warudoyong Selatan RT/RW 040/009

Desa. Rengasdengklok Selatan, Kecamatan.

Rengasdengklok, Kabupaten. Karawang

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SDN SELATAN 2 RENGASDENGKLOK : 2007-2012

2. SMPN 1 RENGASDENGKLOK : 2012-2015

3. SMAN 1 RENGASDENGKLOK : 2015-2018

4. D III KEBIDANAN STIKes HORIZON KARAWANG : 2018-

2021

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan studi

kasus dengan judul “MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

KOMPREHENSIF PADA NY. A G3 P2 A0 Di PKM KUTAWALUYA

KABUPATEN KARAWANG 22 MARET-06 MEI 2021” Penyusunan laporan

studi kasus ini dibuat sebagai salah satu tugas untuk mengikuti ujian akhir

semester VI di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Horizon Karawang yang telah

membantu penulisan sehingga laporan studi kasus ini dapat terselesaikan tepat

pada waktunya. Ucapan terimakasih penyusun sampaikan kepada :

1. PKM dan RUMAH PASIEN KUTAWALUYA Karawang, tempat lahan

praktik yang telah membimbing mahasiswa hingga menyelesaikan studi

kasus ini.

2. Selaku Ketua yayasan TRI PUTRA PERSADA HORIZON EDUCATION

3. Ibu Uun Nurjanah, S.Kep, M.Kes, Ketua STIkes Kharisma Karawang.

4. Ibu Siti Sopiatun, M.Keb, selaku Ketua prodi D III Kebidanan Stikes

Kharisma Karawang

5. Ibu Nita Farida, M.Kes selaku pembimbing studi kasus yang telah

meluangkan waktunya, memberikan motivasi, perhatian dan dukungan

dalam menyelesaikan studi kasus ini, sehingga studi kasus ini dapat

terselesaikan.

iv
6. Yayuk Sri Rahayu, SST, M.Kes selaku wali kelas semester 1-6 yang selalu

sabar membimbing, yang tak pernah lelah memberi motivasi kepada anak-

anaknya.

7. Segenap Dosen dan staf Program Studi Diploma III Kebidanan Stikes

Horizon Karawang yang telah banyak membantu dan bimbingan.

8. Ny. A dan keluarga, selaku klien yang telah memberikan bekal materi,

pengetahuan dan keterangan yang diperlukan oleh penulis didalam

pembuatan studi kasus ini, serta telah menerima penulis dengan terbuka.

9. Terkhusus untuk kedua orang tua, Papah dan Mamih yang paling aku

sayangi dan aku cintai yang selalu berjuang untuk anak-anaknya, atas do’a

serta dorongan baik materi maupun moral yang membuat saya sanggup

untuk berdiri, kasih sayangnya yang tiada tara sanagt kuat terasa, yang

telah memberikan perhatian yang luar biasa sehingga membangkitkan

motivasi penulis.

10. Keluarga yang selalu membantu dan memberikan dukungan baik materi

maupun moral untuk penulis.

11. Teman-teman Prodi D III Kebidanan Stikes Horizon Karawang yang telah

bekerjasama dengan baik dalam suka maupun duka.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut

serta memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran selama penulis

mengikuti perkuliahan. Akhirnya segala kebaikan yang telah diberikan

v
kepada penulis dapat menjadi karunia yang tidak terhingga dalam

hidupnya.

Semoga atas kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada

penulis selalu mendapatkan kesehatan rohani maupun jasmani dari Allah

SWT, Amin.

Penulis menyadari laporan studi kasus ini jauh dari kesempurnaan

untuk itu penyusun mohon kritikan dan saran yang sifatnya membangun,

agar penyusun laporan selanjutnya bisa lebih baik lagi. Semoga laporan

studi kasus ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya di bidang kebidanan.

Karawang, 19 Juni 2021

Febri Permata Putri

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................I

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. II

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................III

KATA PENGANTAR......................................................................................... IV

DAFTAR ISI.......................................................................................................VII

DAFTAR TABEL................................................................................................IX

BAB I.......................................................................................................................1

PEMBAHASAN.....................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.........................................................................................1

B. TUJUAN..........................................................................................................4

C. MANFAAT LAPORAN KASUS..........................................................................5

D. RUANG LINGKUP............................................................................................5

BAB II..................................................................................................................... 7

TINJAUAN TEORI...............................................................................................7

A. KEHAMILAN...............................................................................................7

B. PERSALINAN.................................................................................................15

C. NIFAS...........................................................................................................43

D. BAYI BARU LAHIR ( BBL)...........................................................................70

BAB III..................................................................................................................85

vii
PERKEMBANGAN KASUS.............................................................................. 85

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL......................................................85

B. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN.................................................89

C. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS.......................................................97

D. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR........................................106

BAB IV................................................................................................................114

PEMBAHASAN.................................................................................................114

A. KEHAMILAN............................................................................................... 114

B. PERSALINAN...............................................................................................117

C. NIFAS.........................................................................................................119

D. BAYI BARU LAHIR (BBL)..........................................................................120

BAB V................................................................................................................. 122

PENUTUP...........................................................................................................122

A. KESIMPULAN..............................................................................................122

B. SARAN........................................................................................................123

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kunjungan ANC.............................................................................................. 13


Tabel 2.2 Evidence Based ANC....................................................................................... 14
Tabel 2.3 Kunjungan Waktu Setelah Persalinan.............................................................. 66
Tabel 2.4 Tanda APGAR................................................................................................. 82

ix
BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu proses alamiah. Setiap wanita yang mempunyai organ

reproduksi sehat, bila mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual

dengan seorang pria yang juga organ reproduksinya sehat, kemungkinannya besar

terjadi kehamilan. Dalam perkembangannya kehamilan, persalinan dan nifas dapat

menjadi keadaan yang patologis, sehingga dapat menimbulkan komplikasi apabila

tidak terdeteksi secara dini dan berujung kematian. (Fatimah, 2017)

Kematian ibu dan bayi sering terjadi karena komplikasi yang terjadi pada masa

sekitar persalinan, maka intervensi ditekankan pada kegiatan pertolongan

persalinan yang baik dan benar, diharapkan komplikasi akibat salah penanganan

bisa dicegah, mengetahui dengan cepat komplikasi yang timbul dan dengan segera

memberikan pertolongan termasuk merujuk ibu bila diperlukan (Depkes, 2017).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, kematian ibu

pada tahun 2019 sebanyak 100 dari 44.850 persalinan. Penyebab utama kematian

ibu adalah perdarahan, preeklampsi berat, dan komplikasi lain. 2 Sedangkan

kematian bayi sebanyak 81 kasus dari 44.850. penyebabnya adalah asfiksia,

infeksi, aspirasi, diare, dan penyebab lain yang tidak diketahui (Dinas Kesehatan

Kabupaten Karawang, 2019).

1
2

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di kecamatan

kutawaluya 2020 mengalami penurunan yang cukup signifikan, dimana hingga

menjelang akhir tahun ini angka kematian ibu tidak ada sedangkan angka

kematian bayi mencapai 5 orang penyebabnya adalah 2 kasus Asfiksia, 2 kasus

BBLR, dan 1 kasus Kelainan Kongenital. Koordinator Bidan puskesmas

Kutawaluya memberikan data 5 orang yang meninggal. Hal ini bagi kita masih

menjadi pukulan keras, untuk menyelamatkan AKB di wilayah Kutawaluya

( Yeni Renjani, 2020).


3

Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi, peran

bidan sangat penting dalam memberikan asuhan kebidanan untuk melakukan

deteksi dini dengan menerapkan asuhan kebidanan sesuai standar pelayanan

kebidanan yang diharapkan (Mandriwati, dkk, 2017). Upaya yang dilakukan untuk

menekan AKI dan AKB dengan memberikan pelayanan kesehatan yang

berkualitas dan berkesinambungan (Continuity of care). Pelayanan kesehatan yang

diberikan pada ibu hamil melalui pelayanan antenatal minimum 4 kali selama

masa kehamilan, yaitu minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada

trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester ketiga. Pelayanan tersebut

diberikan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan janin berupa

deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.

Pelayanan yang diberikan ibu bersalin yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan terlatih. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada

ibu nifas sesuai standar yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai

jadwal yang dianjurkan (Kemenkes RI, 2015). Asuhan keperawatan pada bayi

baru lahir dilakukan segera setelah lahir yang diberikan pada bayi selama 1 jam

pertama kehidupan bayi setelah lahir (Wagiyo, 2016).

Untuk memperoleh gambaran yang sesuai dan jelas tentang pelayanan yang

dirasakan, penulis perlu untuk melaksanakan asuhan kebidanan secara

komprehensif pada seorang ibu dimulai segera setelah ada kemungkinan

kehamilan, bersalin, hingga masa nifas serta pemberian asuhan bayi baru lahir,

sehingga pelayanan nyata dilapangan tentang praktek pelayanan kebidanan

komprehensif.
4

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengangkat kasus yang berjudul

Asuhan Kebidanan Komprehensif Ny. A di PKM Kutawaluya Kab. Karawang 22

Maret – 06 Mei 2021.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melalui laporan studi kasus ini di harapkan penulis mampu memberikan

asuhan kebidanan secara komperhensif dimulai saat kehamilan, persalinan, nifas,

dan bayi baru lahir pada Ny. A di PKM Kutawaluya, dengan menggunakan

pendekatan manajemen varney dan pendokumentasian SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada Ny. A di

PKM Kutawaluya Kabupaten Karawang tahun 2021.

b. Penulis mampu menginterprestasikan data dasar Ny. A di PKM Kutawaluya

Kabupaten Karawang tahun 2021.

c. Penulis mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada Ny. A di

PKM Kutawaluya Kabupaten Karawang tahun 2021.

d. Penulis mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada Ny. A di PKM

Kutawaluya Kabupaten Karawang tahun 2021.

e. Penulis mampu merencanakan asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan pada

Ny. A di PKM Kutawaluya Kabupaten Karawang tahun 2021.

f. Penulis mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif

pada Ny. A di PKM Kutawaluya Kabupaten Karawang tahun 2021.


5

g. Penulis mampu mengevaluasi rencana asuhan kebidanan secara komprehensif

pada Ny. A di PKM Kutawaluya Kabupaten Karawang tahun 2021.

h. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan yang diberikan pada Ny. A di PKM

Kutawaluya Kabupaten Karawang tahun 2021.

C. Manfaat Laporan Kasus

1. Bagi Penulis

Studi kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang

asuhan kebidanan komprehensif dimulai dari ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi

baru lahir yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang baru dihadapi pasien

sehingga setelah di aplikasikan langsung kepada Ny. A. Serta meningkatkan

keterampilan dan sebagai pembelajaran membuat studi kasus.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah bahan referensi serta menambah masukan untuk

mengevaluasi kemampuan mahasiswa dalam menerapkan asuhan kebidanan

secara komprehensif dan dalam pembuatan studi kasus.

3. Bagi Pasien

Dapat menerapkan asuhan kebidanan komprehensif sehingga klien

mendapatkan asuhan yang lebih efektif sesuai standar pelayanan kebidanan.

D. Ruang Lingkup

Studi kasus ini tentang manajemen asuhan kebidanan komprehensif pada

persalinan Ny. A G3 P2 A0 di PKM Kutawaluya dilaksanakan pada tanggal 27


6

Maret 2021. Data yang diambil oleh penulis adalah hasil anamnesa dari responden

Ny. A pada kehamilan 40 minggu, persalinan normal, nifas, serta perawatan bayi

baru lahir selain itu. Asuhan berkelanjutan masa nifas dan bayi baru lahir di

lakukan dengan kunjungan ke rumah pasien agar melibatkan keluarga dalam masa

nifas dan adaptasi bayi baru lahir. Asuhan yang diberikan menggunakan asuhan

pendekatan manajemen varney dan pendokumentasian SOAP dengan metode

studi kasus.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin Intra uteri

mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan

merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa

pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi.

Definisi lain menyebutkan bahwa masa kehamilan dimulai dari konsepsi

sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu

atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pelayanan

kesehatan masa hamil dilakukan sekurang-kurangnya 4 (empat) kali selama

masa kehamilan yang dilakukan, yakni: 1 (satu) kali pada trimester pertama:

1 (satu) kali pada trimester kedua: dan 2 (dua) kali pada trimester ketiga.

Pelayanan kesehatan pada masa hamil ini dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang memiliki kompetensi dan kewenangan, serta sesuai dengan standar

pelayanan ibu hamil. (Ketut Suarayasa. 2020)

Kehamilan merupakan pengalaman yang sangat bermakna bagi

perempuan, keluarga, dan masyarakat. Perilaku ibu selama masa

kehamilannya akan mempengaruhi kehamilannya. Demikian halnya dengan

perilaku Ibu dalam mencari penolong persalinan, akan mempengaruhi

kesehatan ibu dan janin yang dilahirkan. a. Perubahan Tubuh Pada Ibu Hamil

7
8

Suatu kehamilan normal biasanya berlangsung 280 hari, selama ini terjadi

perubahan yang menakjubkan baik pada ibu maupun janin. Tubuh ibu

melakukan adaptasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim. Adaptasi ini secara umum berfungsi untuk meminimalkan gaya yang

menekan dan menyediakan lingkungan yang tepat untuk perkembangan

janin. Beberapa sistem organ dalam tubuh ibu hamil yang melakukan

adaptasi, antara lain:

1) Sistem kardiovaskuler: peningkatan beban jantung dalam kehamilan

disebabkan oleh kebutuhan oksigen yang lebih besar dalam jaringan.

2) Sistem pernafasan: pada awal kehamilan, progesteron mempengaruhi ibu

untuk bernafas lebih dalam, namun tidak bertambah sering. Pertumbuhan

uterus meningkatkan tekanan intra-abdomen sehingga diafragma

terdorong ke atas yang berdampak pada menurunnya volume cadangan

ekspirasi diikuti oleh peningkatan volume tidal yang menyebabkan

sensasi sesak napas sementara.

3) Sistem perkemihan: selama awal kehamilan, aliran darah ginjal

meningkat 40X yang disertai dengan peningkatan laju filtrasi glomerulus

sehingga produksi urine meningkat dan berdampak pada frekuensi

mikturisi yang meningkat.

4) Sistem endokrin: semua organ endokrin matemal berubah dalam

kehamilan, sebagian besar perubahan disebabkan peningkatan sekresi

hormon trofik dari kelenjar hipofisis dan plasenta.


9

5) Sistem Reproduksi: uterus berubah dalam kehamilan: perkembangan

massa uterus sebagian besar terjadi karena hipertrofi sel miometrium.

Perubahan lain terjadi pada organ genitalia extena dan interna dan pada

payudara (mammae). Dalam hal ini hormon somatomammotropin,

estrogen, dan progesteron mempunyai peranan penting.

2. Tanda- tanda Bahaya Kehamilan

Menurut saryono 2010 ada tujuh tanda kehamilan, yaitu:

a. Pendarahan pervaginam

b. Sakit kepala yang hebat

c. Penglihatan kabur

d. Bengkak diwajah dan jari-jari tangan

e. Keluar cairan pervaginam

f. Gerakan janin tidak terasa

g. Nyeri abdomen yang hebat

3. Tujuan Asuhan Antenatal Care

a. Pemantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social

ibu dan bayi.


10

c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan,

dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi

eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi

agar dapat tumbuh kembang secara normal.

4. Perubahan Psikologi Pada Ibu Hamil

Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu hamil adalah:

1) Trimester Pertama

Segera setelah konsepsi, kadar hormon progesteron dan estrogen dalam

tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual muntah pada

pagi hari, lemah, lelah dan besarnya payudara, ibu merasa tidak sehat dan

sering kali membenci kehamilannya, pada trimester pertama seorang ibu akan

selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang

hamil.

2) Trimester Kedua

Pada trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat Ibu sudah

terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tdak nyaman karena

hamil sudah berkurang, perut ibu belum terlalu besar sehingga belum
11

dirasakan sebagai beban, ibu sudah | menerima kehamilannya dan mulai

dapat merasakan gerakan bayinya, dan ibu mulai merasakan kehadiran

bayinya, banyak ibu terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman

seperti yang dirasakannya pada trimester pertama.

3) Trimester Ketiga

Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu atau waspada

sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang mengingatkan

ibu akan bayinya. Kadangkadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan

lahir sewaktuwaktu, Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaan akan

trmbulnya tanda dan gejala akan terjadi persalinan, ibu sering kak merasa

khawatir atau kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal.

5. Tujuan Perawatan Antenatal

Tujuan perawatan antenatal adalah untuk menjamin bayi yang sehat dan

ibu yang sehat, tidak ada yang menderita akibat kehamilan dan persalinan

dan puerperium. Untuk membantu tercapainya tujuan ini, mengenal tujuan

khusus tertentu dapat membantu:

1. Pencegahan, penentuan dan pengobatan setiap kelainan yang timbul dari

atau selama kehamilan yang mengancam kesehatan fetus dan/atau ibu.

Tujuan ini dapa dengan perawatan antenatal yang tepat dan pengobatan

selanjutnya sesuai indikasi.


12

2. Persiapan, baik mental maupun fisik, dan ibu untuk kehamilan,

persalinan dan membesarkan anak. Tujuan ini dicapai terutama dengan

memberikan nasihat dan pendidikan melalui kelas antenatal dan kelas

ibu, nasihat diet dan pemberian mineral besi dan asam folat.

Kehamilan membawa wanita sehat datang ke dokter walaupun mereka

mungkin tidak ingin melakukannya. Oleh karena itu perawatan antenatal

mungkin pula dapat dilihat sebagai kesempatan untuk mengusahakan

skrining kesehatan umum untuk wanita, misalnya tes "smear" serviks dan

pemeriksaan payudara.

Mortalitas perinatal di antara bayi-bayi yang lahir dari wanita yang tidak

mendapatkan perawatan antenatal adalah lima kali dibandingkan dengan bayi

yang lahir dari wanita yang telah mendapatkan perawatan antenatal.

Walaupun statistik ini jelas bertentangan dengan fakta bahwa sebagian besar

ibu mempunyai risiko adalah juga mereka yang paling sedikit

“menggunakan” pelayanan antenatal, jelas perawatan antenatal sendiri

berperan untuk sejumlah penurunan dalam angka kematian perinatal.

6. Asuhan Antenatal

Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan,

anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal

komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali

kunjungan di antar suami/pasangan atau anggota keluarga, sebagai berikut:


13

Tabel 2.1

Kunjungan ANC

Jumlah kunjungan Waktu kunjungan yang


Trismester
minimal dianjurkan

I 1x Sebelum minggu ke 16

II 1x Antara minggu ke 24-28

Antara minggu 30-32


III 2x
Antara minggu 36-38

Selain itu, anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke dokter setidaknya 1

kali untuk deteksi kelainan secara umum. Untuk memantau kehamilan ibu,

digunakan buku KIA. Buku diisi setiap kali ibu melakukan kunjungan

antenatal, lalu berikan kepada ibu untuk disimpan dan dibawa kembali pada

kunjungan berikutnya. Berikan informasi mengenai perencanaan persalinan

dan pencegahan komplikasi (P4K) kepada ibu. Anjurkan ibu mengkuti kelas

ibu.
14

7. Evidence based ANC

Tabel 2.2

Evidence based ANC

1 Kontak ibu hamil ke tenaga kesehatan dilakukan sebanyak 8 kali

atau lebih yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester ke II,

6 kali pada trimester ke III. Hal ini dapat mengurangi kematian

perinatal hingga 8 per 1000 kelahiran bila dibandingkan dengan 4

kunjungan. (WHO, 2016)

Pelayanan yang dilakukan antenatal diupayakan memenuhi

standar kualitas yaitu standar 14 T meliputi : Penimbangan berat

badan, pengukuran tinggi badan, Pengukuran tekanan darah,

Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri), Tablet FE,

Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi

2 tetanus toksoid sesuai status imunisasi, Pemeriksaan Haemoglobin,

VDRL (Veneral Disease Research Laboratory), Pemeriksaan

Protein Urine, Pemeriksaan Urine reduksi, Perawatan payudara,

Senam Hamil, Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah

endemis malaria, Temu Wicara/konseling. (Rosmiarti, 2017)


15

B. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang dimulai

secara spontan, berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian

selama proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam persentasi belakang

kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu

maupun bayi berada dalam kondisi sehat. Persalinan adalah suatu proses

yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya

dilatasi progresif dari servik,kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan

proses tersebut merupakan proses alamiah. (Rohani, 2011).

2. Jenis Persalinan

a. Persalinan Spontan, jika persalinan berlangsung dengan kekuatan ibunya

sendiri dan melalui jalan lahur.

b. Persalinan Buatan, persalinan yang berlangsung dengan bantuan tenaga

dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps/ dilakukan operasi sectio

caesarea.

c. Persalinan Anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya pemberian

pitocin dan prostaglandin (Prawirohardjo, 2010).


16

3. Teori - Teori Penyebab Persalinan

a. Teori penurunan kadar hormon progesteron pada akhir kehamilan terjadi

penurunan kadar progesteron yang mengakibatkan peningkatan kontraksi

uterus. karena sintesa prostaglandin di choricamnion.

b. Teori rangsangan estrogen, estrogen menyebabkan iritability miometrium,

estrogen memungkinkan sintesa prostaglandin pada decidua dan selaput

ketuban schingga menyebabkan kontraksi uterus (miometrium).

c. Teori Reseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton Hiks

Kontaksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi berlangsung

lama dengan persiapan semakin meningkatnya reseptor oksitosin.

Oksitosin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst

posterior. Distribusi reseptor oksitosin, dominan pada fundus dan korpus

uteri, ia makin berkurang jumlahnya di x gmen bawah rahim dan praktis

tidak banyak dijumpai pada serviks uteri.

d. Teori Keregangan

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot

rahim, sehingga menggangu sirkulasi utero plasenter.

e. Teori Fetalmembran

Meningkatnya hormon estrogen menyebabkan terjadinya esterified yang

menghasilan arachnoid acid, arachnoid acid bekerja untuk pembentukan

prostaglandin yang mengakibatkan kontraksi miometrium.

f. Teori Placenta Sudah Tua


17

Pada umur kehamilan 40 minggu mengakibatkan sirkulasi pada placenta

menurun segera terjadi degenerasi trofoblast maka akan terjadi penurunan

produksi hormone.

g. Teori Tekanan Cerviks

Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran syaraf sehingga

serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang mengakibatkan

SAR (Segmen Atas Rahim) dan SBR (Scgmcn Bawah Rahim) bekerja

berlawanan sehingga terjadi kontraksi dan retraksi. (Mika Oktarina.

2016)

4. Lima Benang Merah dalam asuhan persalinan

Lima benang merah dirasa sangat penting dalam memberikan asuhan

persalinan dan kelahiran bayi yang bersih dan arnan. Kelima benang merah

yang dijadikan dasar asuhan persalinan yang bersih dan aman, adalah

1) Membuat keputusan Klinik

Empat langkah proses pengambilan keputusan klinik:

1. Pengumpulan Data

a. Data subjektif

b. Data objektif

2. Diagnosis

3. Penatalaksanaan asuhan dan perawatan

a. Membuat rencana

b. Melaksanakan rencana

4. Evaluasi
18

2) Asuhan Sayang Ibu dan Sayang bayi

Asuhan Sayang Ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan

dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah

dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinana dan

kelahiran bayi, Evidence based midwifery menunjukan bahwa jika ibu

diperhatikan dan di beri dukungan selama persalinan mereka mendapatkan

rasa aman dan hasil yang lebih baik,asuhan sayang ibu yang dapat diberikan

a) Meninggalkan Intervensi Yang Membahayakan, seperti Pemberian

oksitosin sebelum persalinan dengan cara apapun efeknya tidak dapat di

kontrol, mendorong fundus selama persalinan.

b) Memberikan ibu kebebasan untuk menentukan posisi dan perakan yang

diinginkan selama persalinan dan kelahiran.

c) Kebiasaan Rutin Yang Membahayakan yany harus dihindarkan, seperti

klisma, pencukuran rambut pubis dan eksplorasi uterus. (Mia Oktarina,

2016).

a. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan:

1. Panggil ibu sesuai namanya, hargai, dan perlakukan ibu sesuai

martabatnya.

2. Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum

memulai asuhan tersebut.

3. Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya.

4. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.
19

5. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.

6. Berikan dukungan, besarkan hatinya, dan tenteramkan perasaan ibu

beserta anggota keluarga lainnya.

7. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan anggota keluarga yang lain.

8. Ajarkan kepada suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara

bagaimana memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan

kelahiran bayinya.

9. Lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan konsisten.

10. Hargai privasi ibu.

11. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan

kelahiran bayi.

12. Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia

menginginkannya.

13. Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak memberi

pengaruh merugikan.

14. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti

episiotomi, pencukuran dan klisma.

15. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.

16. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah

kelahiran bayi.

17. Siapkan rencana rujukan.


20

18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik serta bahan-

bahan, perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan. Siap untuk

melakukan resusitasi. (Sarwono Prawirrohardjo, 2014)

b. Asuhan sayang ibu pada masa pascapersalinan:

1. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).

2. Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan pemberian

ASI sesuai permintaan.

3. Ajarkan kepada ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan istirahat yang

cukup setelah melahirkan.

4. Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk memeluk bayi dan

mensyukuri kelahiran bayi.

5. Ajarkan kepada ibu dan anggota keluarganya tentang bahaya dan tanda-

tanda bahaya yang dapat diamati dan anjurkan mereka untuk mencari

pertolongan jika terdapat masalah atau kekhawatiran. (Sarwono

Prawirrohardjo, 2014)

c. Prinsip asuhan sayang ibu, menurut Mia Oktarina. 2016 yaitu:

1. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.

2. Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi

tanda ada indikasi.

3. Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada

keselamatan jiwa ibu.


21

4. Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.

5. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.

6. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosinal.

7. Memastikan ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan konseling yang

cukup.

8. Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengembalian

keputusan.

9. Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama.

10. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan social

ibu/keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas.

11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan

penyakit.

3) Pencegahan Infeks dalam proses Persalinan

Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap

yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara

rutin. Mengingat bahwa infeksi dapat ditularkan melalui drah, skret vagina,

air mani, cairan amnion dan cairan tubuh lainnya maka setiap petugas yang di

bekerja di lingkungan yang mungkin terpapar hal-hal tersebut mempunyai

risiko untuk tertular bila tidak mengindahkan prosedur pencegahan infeksi.

(Saifuddin, 2010).

Penatalaksanaan pencegahan infeksi untuk meminimalkan risiko

terjadinya infeksi pada ibu bersalin meliputi: proses cuci tangan, pemakaian

sarung tangan, pengelolaan cairan antiseptic, pemprosesan alat bekas pakai,


22

dan pengelolaan sampah medis belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan

pedoman pencegahan infeksi.

a) Prosedur cuci tangan

Mencuci tangan dengan air dan sabun akan banyak mengurangi jumlah

mikroorganisme dari kulit dan tangan.

Berikut adalah 7 langkah cuci tangan yang efektif:

1. Basahi kedua telapak tangan anda dengan air mengalir, lalu crootkan

sabun ke telapak usap dan gosok dengan lembut pada keuda telapak

tangan.

2. Gosok masing-masing punggung tangan secara bergantian.

3. Jari jemari saling masuk untuk membersihkan sela-sela jari.

4. Gosokan ujung jari (buku-buku) dengan mengutapkan jari tangan kanan

terus gosokan ke telapak tangan kiri bergantian.

5. Gosok dan putar ibu jari secara bergantian.

6. Gosokkan ujung kuku pada telapak tangan secara bergantian.

7. Terakhir, menggosokkan kedua pergelangan tangan dengan cara diputar

dengan telapak tangan bergantian, setelah itu bilas dengan menggunakkan

air bersih dan mengalir, lalu di keringkan.

b) Pengelolaan cairan antiseptic

Klorin berfungsi sebagai desinfektan. Mikroorganisme pathogen utama yang

terdapat di dalam air umumnya berasal dari kotoran manusia, misalnya

Salmonella paratyphi, Bacillus shigella, dan Vibro cholerac. Desinfeksi air

dapat dilakukan mendekati sempurna, yaitu 99,9% populasi bakteri. Istilah


23

klorinasi dalam desinfeksi air mengacu pada penggunaan klorin sebagai

desinfeksi, meskipun sebenernya desinfeksi dapar pula dilakukan dengan

menggunakan ozon atau sinar ultraviolet.

c) Pemprosesan alat partus bekas pakai

Pengelolaan alat kesehatan dapat mencegah penyebaran infeksi melalui alat

kesehatan, atau menjamin alat tersebut selalu dalam kondisi steril dan siap

pakai. Pemilihan pengelolaan alat tergantung pada kegunaan alat dan

berhubungan dengan tingkat risiko.

d) Rujukan Medik

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu fasilitas rujukan atau fasilitas

yang memiliki sarana lebih lengkap. Rujukan adalah suatu pelimpahan

tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul

baik secara vertical (dari satu unti ke unit yang lebih lengkap/rumah sakit)

maupun horizontal ( dari satu bagian ke bagian lain dalam satu unit). Sangat

sulit untuk menduga kapan penyulit terjadi sehingga kesiapan merujuk

ibu/bayi ke fasilitas rujukan secara optimal dan tepat waktu menjadi syarat

bagi keberhasilan upaya penyelamatan.

e) Kegiatan rujukan dan pelayanan kebidanan.

1) Pengeriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unti yang

lebih lengkap.

2) Rujukan kasus-kasus patologis pada kehamilan, persalinan, dan nifas.

3) Pengeriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya.

4) Pengeriman bahan laboratorium


24

Kaji ulang rencana rujukan dengan ibu dan keluargannya. Jika ibu belum

membuat rencana rujukan selama kehamilannya, penting untuk dapat

mendiskusikan rencara tersebut dengan ibu dan keluargannya diawal

persalinan. Jika timbul masalah pada saar persalinan dan rencana rujukan

belum dibicarakan maka sering kali sulit untuk melakukan semua persiapan-

persiapan secara cepat. Singkatan BAKSOKUDA dapad digunakan untuk

mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.

B (Bidan) pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir di


damping oleh penolong persalinan yang
kompeten untuk dibawah kefasilitas
rujukan.

A (Alat) bawah perlengkapan dan bahan-bahan untuk

asuhan persalinan dan BBL bersama ibu

ketempat rujukan yang mungkin

diperlukan dalam perjalanan menuju

fasilitas rujukan.

K (Keluarga) beri tahu ibu dan keluarga mengenai

kondisi terakhir ibu dan bayi mengapa ibu

dan bayi perlu di rujuk. Suami/ anggota

keluarga yang lain harus menemani ibu

dan BBL hingga kefasilitas rujukan.

S (Surat) berikan surat ketempat rujukan. Surat ini


harus memberikan identifikasi mengenai
25

ibu dan BBL, cantumkan alasan rujukan

dan uraikan hasil penyakit, asuhan/obat-

obatan yang diterima ibu dan BBL.

Setakan juga patrograf yang dipakai untuk

membuat keputusan klinik.

O (Obat) bawa obat-obatan esensial pada saat

mengantarkan ibu kefasilitas rujukan.

K (Kendraan) siapkan kendaraan yang paling

memungkinkan untuk merujuk ibu dalam

kondisi cukup nyaman.

U (Uang) ingatkan keluarga agar membawah uang

dalam jumlah yang cukup untuk membeli

obat-obatan yang diperlukan dan bahan-

bahan kesehatan lain yang diperlukan

selama ibu dan bayi baru lahir tinggal

difasilitas rujukan.

Da (Darah&Doa) persiapan darah baik dari anggota

keluarga maupun kerabat sebagai

persiapan jika terjadi perdarahan. Doa

sebagai kekuatan spiritual dan harapan

yang dapat membantu prosen persalinan.

(Mia Oktarina, 2016)


26

5. Tahapan Persalinan

Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 fase atau kala, yaitu:

1. Kala I

Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala

pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient masih dapat

berjalan-jalan. Proses pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi menjadi 2

fase, yaitu:

a. Fase laten

Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai

mencapai ukuran diameter 3 cm.

b. Fase aktif, dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu:

1) Fase akselerasi dalam waktu 2 jam permbukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.

2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9cm.

3) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam waktu 2 jam

pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun

terjadi demikian, tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih

pendek. Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primi dan

multigrvida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih

dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium

uteri intrenum sudah sedikit terbuka. Pada prigmigravida ostium uteri


27

internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum sudah sedikit terbuka.

Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks

terjadi dalam saat yang sama. Pada prigmigravida kala I berlangsung kira-

kira 12 jam. Sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam (Sarwono, 2010).

2. Kala II

Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, gejala utama dari kala II

adalah:

a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50

sampai 100 detik.

b. Menjelang akhir 1 ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran

cairan secara mendadak.

c. Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti keinginan

mengejan, Karen tertekan fleksus frankenhauser.

d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi hingga

terjadi: kepala membuka pintu, subocciput bertindak sebagai

hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka

serta kepada seluruhnya.

e. Kepala lahir seluruhnya dan diikut oleh putar paksa luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung.

f. Setelah putar paksa luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong

dengan jalan:

1) Kepala dipegang pada osocciput dan dibawah dagu, ditarik cuman

kebawah untuk melahirkan bahu kebelakang.


28

2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.

3) Bayi lahir diikuti oleh air ketuban.

g. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada

multipara rata-rata 0,5 jam (Manuaba, 2010).

3. Kala III

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekita 5 sampai 10 menit.

Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan placentanya pada lapisan

nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya placenta sudah dapat

diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda:

a. Uterus menjadi budar.

b. Uterus terdorong keatas karena placenta di lepas ke segmen bawah rahim.

c. Tali pusat bertambah panjang.

d. Terjadi perdarahan.

Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara erede pada

fundus uteri, biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi

lahir (Manuaba, 2010).

4. Kala IV

Kala IV dimaksud untuk melakukan observasi karena perdarahan

postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang

dilakukan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan

perdarahan (Manuaba, 2010).

6. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal


29

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

1. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

2. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum

dan/atau vaginannya

3. Perenium menonjol.

4. Vula-vagina dan sfinger anal membuka.

2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk 1 kali sekali pakai/pribadi

yang bersih

5) Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan

meletakan kembali dipartus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi

atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik).

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,


30

perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung

tangan jika terkontaminasi (meletekkan kedua sarung tangan

tersebut dengan benar di dalam larutan dokumentasi)

8) Dengan menggunakkan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bawha pembukaan sudah lengkap,

lakukan amniotomi.

9) Mendokumentasi sarung tangan dengan cra mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin

0,5% dan kemudian melepaskan dalam keadaan terbalik serta

merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

Mencuci kedua tangan (seperti diatas).

10) Memeriksa Denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(100-180x/menit).

1. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

2. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DDJ, dan

semua hasil-hasil penilaian setra asuhan lainnya pada

patrograf.
31

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

dengan keinginannya.

1. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta

janin janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasi temuan-tamun.

2. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka

dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu

mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setnagh

duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kiat untuk meneran:

1. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

2. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

3. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

4. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.


32

5. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat ibu.

6. Menganjurkan asupan cairan per-oral.

7. Menilai DJJ setiap lima menit.

8. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi akan terjadi segera

dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara

atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.

Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

9. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran

dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran, pada

puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara

konrtraksi.

10. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum lahir akan

terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan

segera.

14) Jika kepala bayi telah membuka vula dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan

bayi.

15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong

ibu.

16) Membuka partu set.

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
33

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perenium dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak

menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar

perlahan-lahan. Menanjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan

atau bernapas saat kepala lahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan).

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses

kelahiran bayi :

1. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

2. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya

didua tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan dimasing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya

kearah bawah dan keatas luar hingga bahu anterior muncul dibawah
34

arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan

keluar untuk melahirkan bahu posterior.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, meneluruskan tangan melalui kepala

bayi yang berada dibagian bawah kearah perineum, membiarkan

bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan

kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan

lengan bagian bawah untuk menyanggah tubuh bayi saat dilahirkan.

Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan

siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, meneluruskan tangan yang ada

diatas (anterior) dan punggung kearah bayi untuk menyanggahnya

saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan

hati-hati membantu kelahiran kaki.

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan

bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah

dari tubuhnya ( bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di

tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan

resusitasi.

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk biarkn

kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.im.

27) Menjepit tali pusat menggunakkan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu dan

memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).


35

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti

bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi

bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami

kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

31) Meleyakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik

33) Dalam waktu 2 menit setlah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 unit I.M di gluteus atu 1/3 atas paha kanan ibu bagian

luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

34) Memindahkan klem pada tali pusat

35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada pada perut ibu, tepat

diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan

palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan

klem dengan tali yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan

tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan


36

cara menekan uterus kearah kearah atas dan belakang (dorso kranial)

dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion

uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontaksi berikut mulai.

1. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota

keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu.

37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menanrik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan

arah pada uterus.

1. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

2. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penengangan tali

pusat selama 15 menit:

a. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.

b. Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi

kandungan kemih dengan menggunakan teknik aseptic jika

perlu.

c. Meminta keluarga menyiapkan rujukan.

d. Mengulangi penenganan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

e. Menunjuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit

sejak kelahiran bayi.


37

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta denga menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta

dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta dengan

kedua tangan dan dengan berhati-hati memutar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput

ketuban tersebut.

1. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi

tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu

dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau

forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan

bagian selaput yang tertinggal.

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masasse

uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masasse

dengan gerakkan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus menjadi keras).

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun

janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta di

dalam kantung plastic atau tempat khusus:

1. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masasse selama

15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera

menjahit laserasi yang mengalami perdarahan kulit.

42) Menilai ulang uterus dan memastikan berkontrasi dengan baik.


38

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung

tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan

mengerikannya dengan kain yang bersih dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau meningkatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mau

sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan

dengan simpul mati yang pertama.

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkan ke dalam larutan klorin

0,5%.

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49) Melanjutkan pemantauan kontrasi uterus dan perdarahan

pervaginam:

1. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

2. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

3. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

4. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.


39

5. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan

pernjahitan dengan anesthesia local dan menggunakan teknik

sesuai.

50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap

15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30

menit selama jam kedua pascapersalinan.

1. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua

jam pertama pascapersalinan.

2. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah

dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu

ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.


40

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkan.

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% ,

membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Mencuci tangan kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

60) Melengkapi patograf. (Sarwono Prawirrohardjo, 2014)

7. Tanda-Tanda Persalinan

1. Terjadi Lightening Menjelang minggu ke-36, tanda primigravida terjadi

penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas

panggul yang disebabkan: kontraksi Brakton His, ketegangan dinding

perut, ketengan ligamenturm Rotundum, gaya berat janin dimana kepala

ke arah bawah. Masuknya bayi ke pintu atas panggul menyehahkan ibu

merasakan: Ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang, Sesak

dibagian bawah, Terjadinya kesulitan saat berjalan dan Sering kencing

(follaksuria)

2. Terjadinya His Permulaan

Makin tua kehamilan pengeluaran estropen dan progesteron makin berkurang

sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering, sebagai


41

his palsu. Sifat his palsu, antara lain: Rasa nyeri ringan dibagian bawah,

Datangnya tidak teratur, Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa

tanda, Durasinya pendek. Tanda-Tanda Timbulnya Persalinan (Inpartu) :

a. Terjadinya His Persalinan

b. Keluarnya gender bercampur darah pervaginam (show)

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

d. Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-angsur

akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau pemendekan kanalis

servikalis yang semua panjang 1 - 2 cm menjadi hilang sama sekah, sehingga

tinggal hanya ostium yang tipis seperti kertas. (Mika Oktarina, 2016)

3. Konsep penting

a. Pengertian persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya

kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari

servik,kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut

merupakan proses alamiah. (Rohani, 2011).

b. Jenis persalinan, spontan, dan anjuran.

c. Lima benang merah dalam asuhan persalinan, pengembalian keputusan

klinik, pencegahan infeksi, asuhan sayang ibu, dokumentasi dan rujukan.

d. Tahap persalianan, kala I disebut dengan kala pembukaan terdiri dari dua

fase yaitu fase laten (pembukaan 0-3) dan fase aktif ( pembukaan 4 sampe

lengkap). Kala II persalinan merupakan fase pengeluaran. Kala III


42

persalinan di sebut kala pengeluaran uri. Kala IV persalinan disebut

dengan kala observasi.

e. Tanda persalinan, terjadi lightening dan adanya his permulaan.

8. Evidence Based

Persalinan Teknik Relaksasi

Rasa sakit akibat nyeri persalinan ini terjadi pada fase kala I persalinan.

Pada fase ini terjadi konttraksi otot rahim akan semakin sering ddan semakin

kuat. Kotraksi terjadi sekitar 45 detik sampai 90 detik. Intensitas kontraksi

semakin meningkat ketika persalinan mengalami kemajuan sehingga hal ini

mengakibatkan intensitas nyeri yang semakin besar. (Hizra Ainin, 2019).

Tujuan penerapan teknik relaksasi nafas dalam yaitu untuk

meningkatkan vertilasi alveoli, memelihara pertukaraan gas, mencegah

altelektasi paru, merilekskan tegangan otot, mengurangi stress fisik

emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri (mengontrol atau mengurangi

nyeri) dan menurunkan kecemasan. (Hizra Ainin, 2019).

Dalam penelitian Hizra ainin (2019) menyatakan bahwa teknik relaksasi

nafas dalam efektif menurunkan tingkat nyeri kontraksi uterus pada

persalinan normal.

Penundaan Pemotongan Tali Pusat

Penjepitan dan pemotongan tali pusat merupakan prosedur standar yang

selalu dilakukan saat bayi dilahirkan. Penundaan penjepitan memungkinkan

waktu untuk menstransfer darah janin di plasenta ke bayi pada saat kelahiran.
43

Transfusi plasenta inidapat memberi bayi tambahan volume darah 40% lebih

banyak. (Rosmadewi, 2018).

Manfaat penundaan pengkleman tali pusat adalah memberi kesempatan

untuk sel darah merah, sel-sel batang dan sel-sel kekebalan untuk transisi ke

tub uh bayi, dan untuk ibu penundaan tali pusat ternyata bisa mengurangi

komplikasi seperti perdarahan. Penundaan pengekleman tali pusat akan

meningkatkan status hematologi bayi hingga umur 2 tahun. Solusi sederhana

untuk memastikan bayi mendapat awal kehidupan yang baik dengan

memaksimalkan darah dan zat besi yang berasal dari plasenta

(Rosmadewi,2016).

Menurut penelitian Rosmadewi (2016) pengkleman tali pusat setelah

bayi baru lahir ditunda setelah 2 menit agar kejadian anemia pada bayi dapat

diantisipasi yang berdampak terhadap proses tumbuh kembang anak dimasa

yang akan datang.

C. Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas

berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010). Masa nifas

atau peurperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya kembali

alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu

kira-kira 6-8 minggu (Abidin, 2011).


44

2. Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi dalam tiga periode menurut Elisabeth (2021), yaitu:

a. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan.

b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital.

c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu,

bulan, atau tahun.

1) Perubahan fisik masa nifas

a. Rasa kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim

(involusi)

b. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea)

c. Kelelahan karena proses melahirkan

d. Pembentukan ASI sehinga payudara membesar

e. Kesulitan buang air besar (BAB) dan (BAK)

f. Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul, dan bokong)

g. Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)

2) Perubahan psikis masa nifas

a. Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan

sampai hari ke 2 (fase taking in)

b. Ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan merawat bayi, muncul

perasaan sedih (baby blues) disebut fase taking hold (hari ke 3-10)
45

c. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut fase

letting go (hari ke 10-akhir masa nifas).

3) Pengeluaran lochea terdiri dari

a. Lochea rubra : hari ke 1-2, terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa

ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan meconium

b. Lochea sanguinolenta : hari ke 3-7, terdiri dari darah bercampur lendir,

warna kecoklatan

c. Lochea serosa : hari ke 7-14, berwarna kekuningan

d. Lochea alba : hari ke 14-selesai nifas, hanya merupakan cairan putih

lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea purulent.

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa

kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat

kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi

dalam 24 jam pertama. (Elisabeth, 2021) Tujuan asuhan masa nifas terbagi

menjadi 2, yaitu:

1) Tujuan umum :

a. Membantu ibu dan pasannganya selama masa transisi awal mengasuh

anak

2) Tujuan khusus :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif


46

c. Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu dan bayinya

d. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, menyusui, pemeberian imunisasi dan perawatan bayi sehat

e. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

4. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Masa

Nifas Perubahan fisiologis menurut Elisabeth, 2021:

Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis. Setelah

keluarnya plasenta, kadar sirkulasi hormone HCG (Human Chorionic

Gonadotropin), human plasenta lactogen, estrogen dan progesteron menurun.

Human plasenta lactogen akan menghilang dari perdaran darah ibu dalam 2

hari dan HCG dalam 2 minggu setelah melahirkan. Kadar estrogen dan

progesterone hampir sama dengan kadar yang ditemukan pada fase folikuler

dari siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7 hari.

a. Sistem Kardiovaskuler

Denyut jantung, volume darah curah jantung meningkat segera setelah

melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan

beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi

sampai volume darah normal, dan pembuluh darah kembali ke ukuran

semula.

1. Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa variabel.

Contohnya kehilangan darah selama persalinan, mobilisasi dan


47

pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah dapat

mengakibatkan perubahan volume darah tetapi hanya terbatas pada

volume darah total.

2. Cardiac output

Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II persalinan.

Puncaknya selama masa nifas dengan tidak memperhatikan tipe

persalinan dan penggunaan anastesi. Cardiac output tetap tinggi dalam

beberapa waktu sampai 48 jam postpartum, cardiac output akan kembali

pada keadaan semula seperti sebelum hamil dalam 2-3 minggu.

b. Sistem Haematologi

1. Hari pertama pada masa nifas kadar fibrinogen daan plasma sedikit

menurun, tetapi darah lebih kental dengan peningkatan viskositas

sehingga meningkatkan pembekuan darah.

2. Leukositis meningkat, dan mencapai 15000/mm³ selama persalinan dan

tetap tinggi dalam beberapa hari postpartum. Jumlah sel darah putih

normal rata-rata pada wanita hamil kira-kira 12000/mm³.

3. Faktor pembekuan, yakni suatu aktivasi faktor pembekuan darah terjadi

setelah persalinan.

4. Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda

trombosis (nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak kemerahan yang

dirasakan keras atau padat ketika disentuh).


48

5. Varises pada kaki dan sekitar anus (haemaroid) adalah umum pada

kehamilan. Varises pada vulva umumnya kurang dan akan segera

kembali setelah persalinan.

c. Sistem Reproduksi

1. Uterus

Secara berangsu-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali

seperti sebelum hamil.

a. Bayi lahir fundus uteri setinngi pusat dengan berat uterus 1000 gr

b. Akhrir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat

dengan berat uterus 750 gr

c. 1 minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat

simpisis dengan berat uterus 500 gr

d. minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis

dengan berat uterus 350 gr

e. 6 minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50

gr

Adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa

nifas. Macam-macam lochea :

a) Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,

sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari

postpartum
49

b) Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah lendir, hari ke 3-7

postpartum

c) Lochea serosa : berwarna kuning caairan tidak berdarah lagi, pada hari ke

7-14 postpartum

d) Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu

3. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium

eksternadapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu

persalinan serviks menutup.

4. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar

selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah

proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah

3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae

dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia

menjadi lebih menonjol.

5. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari

ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya

sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.

6. Payudara
50

Kadar proklatin yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior meningkat

secara stabil selama kehamilan, tetapi hormon plasenta menghambat produksi

ASI. Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesterone

menurun, proklatin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai.

Pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior distimulsi oleh

isapan bayi. Hal ini menyebab kan kontraksi sel-sel mioepitel di dalam

payudara dan pengeluara ASI. Oksitosin juga menstimulasi kontraksi

miometrium pada uterus, yang biasa nya dilaporkan wanita sebagai afterpain

(nyeri kontraksi uterus setelah melahirkan).

ASI yang yang dapat di hasilkan oleh ibu pada setiap harinya ±150-300

ml, sehingga kebutuhan bayi bayi setiap harinya. ASI dapat di hasilkan oleh

kelenjar susu yang di pengaruhi oleh kerja hormon-hormon, di antaranya

hormon laktogen.

ASI yang akan pertama muncul pada awal nifas adalah ASI yang

berwarna kekuningan yang biasa di kenal dengan sebutan kolostrum.

Kolostrum sebenarnya telah terbentuk di dalam tubuh ibu pada usia

kehamilan ± 12 minggu. Dan kolostrum merupakan ASI pertama yang sangat

baik di berikan karena banyak sekali manfaatnya, ksolostrum ini menjadi

imun bagi bayi karena mengandung sel darah putih.

d. Sistem perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam peratam. Kemungkinan

terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini

mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
51

Urine dalam jumlah yang besar akan di hasilkan dalam waktu 12-39 jam

sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang

bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini

menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam

tempo 6 minggu.

e. Sistem gastrointestinal

Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.

Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan

makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh

berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan

diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan

ke belakang.

f. Sistem endokrin

Kadar estrogen menurun 100% dalam waktu 3 jam postpartum.

Progesteron turun pada hari ke 3 postpartum. Kadar proklatin dalam darah

berangsur-angsur hilang.

g. Sistem muskulosklebal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini

sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses

involusi.
52

h. Sistem integumen

1. Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan

berkurangnya hyperpigmentasi kulit.

2. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan

akan menghilang pada saat estrogen menurun.

Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyata sehingga

memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering menangis, lekas marah,

dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan manifestasi

dan emosi yang labil. Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas

yaitu :

a. Fase taking in

Yaitu periode ketergantungan, berlangsung pada hari pertama sampai hari

kedua melahirkan. Pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada dirinya

sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang

dialaminya dari awal sampai akhir. Gangguan psikologis yang mungkin

dirasakan adalah kekecewaan karena tidak mendapatkan yang diinginkan

tentang bayinya misal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan

lainnya, ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami

ibu misal rasa muleskarena rahim berkontarksi untuk kembali seperti semula,

payudara bengkak, nyeri luka jahitan. Rasa bersalah karena belum bisa

menyusui bayinya, suami dan keluarga yang mengkritik ibu tentang cara

merawat bayi dan cenderung melihat saja tanpa membantu. b. Fase taking

hold
53

Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan

rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan

sangat sensitif, sehingga mudah tersinggung dan marah. Dukungan moril

sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.

c. Fase letting go

Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran

barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Terjadi

peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu sudah muali menyesuaikan

diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh

disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhui kebutuhan bayinya.

Keinginan merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan

lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan

yang di berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu

lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.

5. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

1.) Kebutuhan Nutrisi

Nutrisi adalah zat yang perlu di perlukan oleh tubuh untuk keperluan

metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui

akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena

sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk

menyehatkan bayi semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.

Nutrisi yang di konsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori.
54

Kalori bagus untuk proses metabolise tubuh, kerja organ tubuh, proses

pembentukan asi. Wanita dewasa memerlukan 2200 k kalori. Ibu menyusui

memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa +700 k. kalori pada 6

bulan pertama kemudian 500 k. kalori bulan selanjutnya. Menu makanan

seimbang yang harus di konsumsi adalah porsi cukup da teratur, tidak terlalu

asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin, serta bahan

pengawet atau pewarna di samping itu harus mengandung sumber tenaga

pembangun dan pengatur/pelindung.

Sumber tenaga/energy untuk pembakaran tubuh pembentukan jaringan

baru, penghematan protein (jika sumber tenaga kurang, protein dapat

digunakan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuha energy). Zat gizi

sebagai sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan

ubi. Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari hewani (lemak, mentega, keju)

dan nabati (kepala sawit, minyak sayur, minyak kepala dan margarin).

Sumber pembangun (protein) diperlukan untuk pertumbuhan dan

penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh

dari protein hewani (ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur,

susu dan keju) dan protein nabati (kacang tanah, kacang merah, kacang hijau,

kedelai, tahu dan tempe).

Sumber pengatur dan pelindung (miniral, vitamin dan air) digunakan

untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan pengatur pelancaran

metabolisme dalam tubuh. Anjurkan ibu untuk minum setiap menyusui


55

sumber zat pengatur dan pelindung biasa diperoleh dari semua jenis sayuran

dan buah-buahan segar.

Makanan yang dikonsumsi 50 sampai 60 persen karbohidrat. Laktosa

(gula susu) adalah bentuk utama dari karbohidrat yang dalam jumlah lebih

besar disbandingkan dalam susu sapi laktosa membantu bayi menyerap

kalsium dan mudah di metabolisme menjadi dua gula sederhana (laktosa dan

glukosa) yang di butuhkan untuk pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi

semala masa bayi.

Lemak 25 sampai 35 persen dari total makanan. Lemak menghasilkan

kira-kira setengah kalori yang di produksi oleh air susu ibu jumlah kelebihan

protein yang diperlukan ibu pada masa nifas adalah sekitar 10 sampai 15%.

Protein pertama dari air susu ibu adalah whey. Whey menjadi kepala susu

yang lembut yang memudahkan penyerapan nutrien kedalam aliran darah

bayi.

Kegunaan vitamin dan mineral untuk melancarkan metabolisme tubuh.

Beberapa vitamin dan mineral yang ada pada air susu ibu perlu mendapat

perhatian khusus karena jumlahnya kurang mencukupi, tidak mampu

memenuhi kebutuhan bayi sewaktu bayi bertumbuh dan berkembang.

Vitamin dan mineral yang paling mudah menurun kandungannya dalam

makanan adalah vit B6, tiamin, asam volat, kalsium, seng dan magnesium.

Kadar vit B6, tiamin dan asam volat dan air susu berkaitan dengan diet atau

asupan sumplemen yang di konsumsi ibu. Asupan vitamin yang tidak


56

memadai akan mengurangi cadangan dalam tubuh ibu dan mempengaruhi

kesehatan ibu maupun bayi (Elisabeth, Endang. 2021)

2.) Kebutuhan Cairan

Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme dalam

tubuh minumlah carian cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi

asupan tablet tambah darah dan zat besi diberikan selama 40 hari postpartum

(Elisabeth, Endang. 2021)

3.) Kebutuhan ambulasi

Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah

persalinan usai. Aktifitas tersebut amat berguna bagi semua system tubuh,

terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut

juga membantu mencegah thrombosis pada oembuluh tungkai dan membantu

kemajuan ibu dari ketergantung sakit jadi sehat.

Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara

aktifitas dan istirahat. Dalam 2 jam setelah bersalin ibu sudah bisa melakukan

mobilisasi. Dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap.dapat dilakukan

dengan miring kanan-miring kiri terlebih dahulu, kemudian duduk dan

berangsur-angsur untuk berdiri dan jalan. (Elisabeth, Endang 2021)

Mobilisasi dini (earlyn mobilization) bermanfaat untuk:

a. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.

b. Ibu merasa lebih sehat dan kuat.

c. Mempercepat involusi alat kandungan.

d. Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik.


57

e. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi

ASI dan pengeluaran sisa metabolism

f. Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.

g. Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai.

4) Kebutuhan Eliminasi BAK/BAB

a. Miksi

1. Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak

mengalami hambatan apapun. Kebbanyakan pasiendapat melakukan

BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan.

2. Miksi hendaknya dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita

mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin

dan spasme oleh iritasi musculus spinchter selama persalinan, juga karena

adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.

3. Bila dalam 3 hari tidak dapat berkemih, dapat dilakukan rangsangan

untuk berkemih dengan mengkompres vesica urinaria dengan air hangat,

jika ibu belum bisa melakukan maka ajarkan ibu untuk berkemih sambil

membuka kran air, jika tetap belum bisa melakukan juga maka dapat

dilakukan kateterisasi.

b. Defekasi

1. Buang air besar akan biasa setelah sehari, kecuali bila ibu takut dengan

luka episiotomy.

2. Bila sampai 3-4 hari belum buang air besar, sebaiknya dilakukan obat

rangsangan per oral atau per rektal, jika masih belum bisa dilakukan
58

klisma untuk merangsang buang air besar sehingga tidak mengalami

sembelit dan menyebabkan jahitan terbuka.

5) Kebersihan Diri (Personal Hygiene)

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga

kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari,

mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal

harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan

menggunakan antiseptic dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum

dari arah depan kebelakang. Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk

menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit (Elisabeth, Endang

2021).

6) Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang

dibutuhkan ibu nifas sekira 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.

Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga

secara perlahan. Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam berbagai hal,

diantaranya mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses

involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, serta menyebabkan depresi

dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya. (Elisabeth, Endang

2021)

7) Kebutuhan Seksual
59

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah

berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina

tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri,

aman untuk memulai, melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali

setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas

pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka

episiotomy dan luka bekas section cesarean (SC) biasanya telah sembuh

dengan baik. Bila suatu persalinan dipastikan tidak ada luka atau perobekan

jaringan, hubungan seks bahkan telah boleh dilakukan 3-4 minggu setelah

proses melahirkan itu. Meskipun hubungan telah dilakukan setelah ke-6

adakalanya ibu-ibu tertentu mengeluh hubungan masih terasa sakit atau nyeri

meskipun telah beberapa bulan proses persalinan. (Elisabeth, Endang 2021)

8) Kebutuhan Perawatan Payudara

a) Sebaiknya perawatan mammae telah dimulai sejak wnita hamil supya

putting lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui

bayinya

b) Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara : pembalutan

mammae sampi tertekan, pemberian obat estrogen untuk supresi LH

seperti tablet Lynoral dan Pardodel

c) Ibu menyusui harus menjaga payudaranya untuk tetap bersih dan kering

d) Menggunakan bra yang menyokong payudara


60

e) Apabila putting susu lecet kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar

putting susu setiap kali selesai menyusui, kemudian apabila lecetnya

sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan

diminumkan dengan menggunakan sendok. Selain itu, untuk

menghilangkan rasa nyeri dapat minum paracetamol 1 tablet setiap 4-6

jam. (Elisabeth, Endang 2021)

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik

seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot

dasar panggul. Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga

kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu

setelah melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena

dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam

melahirkan) dapat membantu rahim untuk kembali ke bentuk semula.

(Elisabeth, Endang 2021)

Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan

setiap hari sampa hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh

yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Hal hal yang

perlu diperhatikan dalam melakukan senam nifas adalah :

a) Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut dan panggul karena

dapat mengurangi sakit punggung


61

b) Anjurkan Ibu untuk melakukan ambulasi sedini mungkin secara bertahap

misal latihan duduk, jika tidak pusing baru boleh berjalan.

c) Melakukan latihan beberapa menit sangat membantu.

Tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah :

a) Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu

b) Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat kandungan

c) Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul,

perut dan pirenium terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan dan

persalinan

d) Memperlancar pengeluaran lochea

e) Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan

f) Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan

persalinan

g) Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya

emboli, trombosia dan lain-lain.

3. Manfaat

Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah dan punggung

setelah melahirkan memperbaiki otot tonus, pelvis, dan peregangan otot

abdomen, memperbaiki juga memperkuat otot panggul dan membantu Ibu

untuk lebih relaks dan segar pascamelahirkan.

4. Persiapan
62

Senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar-benar pulih dan tidak ada

komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas. Ibu yang keadaan umumnya

tidak baik merupakan kontraindikasi dilakukannya senam nifas misalnya

hipertensi, pasca kejang, demam. Untuk itu, bila senam nifas didampingi oleh

bidan/tenaga kesehatan sebelumnya dilakukan senam nifas sebaiknya periksa

dulu tanda-tanda vitalnya dan memastikan bahwa kondisi ibu baik dan bisa

melakukan gerakan-gerakan senam nifas. Akan tetapi tidak menutup

kemungkinan ibu melakukan sendiri gerakan senam nifas di rumah setelah

kondisi ibu pulih.

Senam nifas sebaiknya dilakukan di antara waktu makan. Melakukan

senam nifas setelah makan membuat ibu merasa tidak nyaman karena perut

masih penuh. Sebaliknya jika dilakukan disaat lapar, ibu tidak mempunyai

tenaga dan lemas. Senam nifas bisa dilakukan pagi atau sore hari.

Ada berbagai versi gerakan senam nifas. Meskipun demikian, tujuan dan

manfaatnya sama. Perkembangan dunia oleh tubuh sudah menciptakan

berbagai pilihan bagi ibu untuk berolahraga seperti pilates, yoga, body

language.

Sebelum melakukan senam nifas ada hal-hal yang perlu dipersiapkan

yaitu sebagai berikut :

a) Sebaiknya mengenakan baju yang nyaman untuk berolahraga.

b) Persiapkan minum, sebaiknya air putih.

c) Bisa dilakukan di matras atau tempat tidur.


63

d) Ibu yang melakukan senam nifas dirumah sebaiknya mengecek denyut

nadinya dengan memegang pergelangan tangan dan merasakan adanya

denvut nadi kemudian hitung selama menit penuh Frekuensi nadi yang

normal adalah 60-90 kali per menit

e) Boleh diiringi dengan musik yang menyenangkan jika menginginkan.

f) Petunjuk untuk bidan/tenaga kesehatan yang mendampingi ibu untuk

melakukan senam nifas : perhatikan keadaan umum ibu dan keluhan-

keluhan yang dirasakan, pastikan tidak ada kontraindiksi dan periksa

tanda vital secara lengkap untuk memastikan pulihnva kondisi ibu yaitu

tekanan darah, suhu, pernapasan, dan nadi. Hal tersebut dilakukan

sebelum dan sesudah senam nifas. Perhatikan pula kondisi ibu selama

senam. Tidak perlu memaksakan ibu jika tampak berat dan kelelahan.

Anjurkan untuk minum air putih jika diperlukan.

5. Latihan Senam Nifas

a) Hari Pertama

Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernapasan perut

diawali dengan mengambil napas melalui hidung, kembungkan perut dan

tahan hingga hitungan ke-5 kemudian keluarkan napas pelan-pelan melalui

mulut sambil mengkontrasikan otot perut ulangi sebanyak 8 kali. b) Hari

Kedua

Sikap tubuh terlentang kedua kaki lurus kedepan. Angkat kedua tangan lurus

keatas sampai kedua telapak tangan bertemu kemudian turunkan perlahan

sampai kedua tangan terbuka lebar hingga sejajar dengan bahu. Lakukan
64

gerakan dengan mantap hingga terasa otot sekitar tangan dan bahu terasa

kencang. Ulangi sebanyak 8 kali.

c) Hari Ketiga

Berbaring relaks dengan posisi tangan di samping badan dan lutut ditekuk.

Angkat pantat perlahan kemudian turunkan kembali. Ingat jangan

mengehntak ketika menurunkan pantat. Gerakan dilakukan 8 kali. d) Hari

Keempat

Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri di samping badan, tangan

kanan diatas perut dan lutut di tekuk. Angkat kepala sampai dagu menyentuh

dada sambil mengerut otot sekitar anus dan mengontrasikan otot perut.

Kepala turun pelan-pelan keposisi semula sambil mengendurkan otot sekitar

anus dan merelaksasikan otot perut. Jangan lupa untuk mengatur

pernapasan.Ulangi gerakan sebanyak 8 kali. e) Hari kelima

Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama mengangkat kepala sampai

dagu menyentuh dada, tangan kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk,

diulang sebaliknya. Kerutkan otot sekitar anus dan kontraksikan perut ketika

mengangkat kepala. Lakukan perlahan dan atur pernapasan saat melakukan

gerakan. Lakukan gerakansebanyak 8 kali. f) Hari ketujuh

Tidur terlentang kaki lurus kedua tangan di samping badan. Angkat kedua

kaki secara bersama dalam keadaan lurus sambil mengkontrasikan perut


65

kemudian turunkan perlahan. Atur pernapasan, lakukan sesuai kemampuan,

tidak usah memaksakan diri. Gerakan dapat diulang 8 kali. g) Hari kedelapan

Posisi nungging, napas melalui pernapasan perut. Kerutkan anus dan tahan 5-

10detik. Saat anus dikerutkan ambil napas kemudian keluarkan napas pelan-

pelan sambil mengendurkan anus. Lakukan sebanyak 8 kali. h) Hari

kesembilan

Posisi berbaring kaki lurus kedua tangan di samping badan, angkat kedua

kaki dalam keadaan lurus sampai 90 derajat kemudian turunkan kembali

pelan-pelan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki. Atur napas saat

mengangkat dan menurunkan kaki. Gerakan dapat diulang sebanyak 8 kali. i)

Hari kesepuluh

Tidur terlentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakan di belakang

kepala kemudian bangun sampai posisi duduk kemudian perlahan-lahan

posisi tidur kembali (sit up). Lakukan gerakan sebanyak 8 kali. Ingat,

kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan kedua tangan yang

ditekuk di belakang kepala untuk mendorong tubuh untuk duduk karena akan

berpotensi menimbulkan nyeri leher. Lakukan perlahan, tidak menghentak

dan memaksakan.

10) Rencana KB

Rencana KB setelah ibu melahirkan itu sangatlah penting, dikerenakan

secara tidak langsung KB dapat membantu ibu untuk dapat merawat anaknya

dengan baik serta mengistirahatkan alat kandungannya (pemulihan alat


66

kandungan). Ibu dan suami dapat memiih alat kontrasepsi KB apa saja yang

ingin digunakan. Mengapa ibu perlu ikut KB? Agar ibu tidak cepat hamil lagi

(minimal 2 tahun) dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri,

anak, dan keluarga. (Elisabeth, Endang 2021)

6. Program dan Kebijakan Teknik Masa Nifas

Tabel 2.3

Jadwal Waktu Setelah Persalinan

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam setelah a. Mencegah terjadinya perdarahan

Persalinan pada masa nifas.

b. Mendeteksi dan merawat

penyebab lain perdarahan dan

memberikan rujukan bila

perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling kepada

ibu atau salah satu anggota

keluarga mengenai bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri.


67

d. Pemberian ASI pada masa awal

menjadi ibu.

e. Melakukan hubungan antara ibu

dan bayi baru lahir.

f. Mencegah bayi tetap dengan cara

mencegah hipotermia

g. Jika petugas kesehatan menolong

persalian,ia harus tinggal dengan

ibu dan bayi baru lahir untuk 2

jam pertama setelah kelahiran

atau sampai ibu dan bayi dalam

keadaan stabil.

2 6 hari setelah a. Memastikan involusi uteri

persalinan berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus di bawah

umbilicus tidak ada perdarahan

abnormal, dan tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup

makanan, cairan, dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui


68

dengan baik dan tidak ada

tandatanda penyulit.

e. Memberikan konseling kepada

ibu mengenai asuhan pada bayi,

cara merawat tali pusat, dan

menjaga bayi agar tetap hangat.

3 2 minggu a. Memastikan involusi uteri

setelah berjalan normal, uterus

persalinan berkontraksi, fundus di bawah

umbilikus tidak ada perdarahan

abnormal, dan tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi atau kelainan

pasca melahirkan.

c. Memastikan ibu mendapat cukup

makanan dan cairan.

d. Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak ada

tandatanda penyulit.

e. Memberikan konseling kepada

ibu mengenai asuhan pada bayi,

cara merawat tali pusat dan

menjaga bayi agar tetap hangat.


69

4 6minggu a. Menanyakan pada ibu tentang

setelah penyulit yang dialami

persalinan b. Memberikan konseling untuk

KB secara dini.

Sumber : Roito, 2013 asuhan kebidanan ibu nifas, Jakarta

7. Evidance Base Pada Ibu Nifas

a. Pijat oksitosin

Pijat oksitosin adalah pemijatan daerah tulang belakang leher, punggung

atau sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima

sampai keenam. Pijat oksitosin adalah tindakan yang dilakukan oleh suami

pada ibu menyusui yang berupa back massage pada punggung ibu untuk

meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan

oleh suami akan memberikan kenyamanan pada ibu, sehingga akan

memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui. (Susilo Rini, 2016).

Manfaat pijat oksitosin membantu ibu secara psikologis, menenangkan,

tidak stress, membangkitkan rasa percaya diri, membantu ibu agar

mempunya pikiran dan perasaan baik tentang bayinya, meningkatkan ASI,

melepas lelah, ekonomis, praktis. (Susilo Rini, 2016).

Menurut Mera delima, dkk. 2016, pijat oksitosin akan memberikan

ketenangan dan kenyamanan sehingga akan meningkatkan hormon oksitosin

dan akan meningkatkan pengeluaran ASI.


70

b. Pemberian Vit A

Menurut Kemekses RI (2015) bahwa pemberian kapsul vitamin A dosis

tinggi (200.000 IU) kepada ibu nifas sebanyak dua buah, yaitu 1 kapsul

diminum segera setelah persalinan dan 1 kapsul diminum 24 jam sesudah

pemberian kapsul pertama.

D. Bayi Baru Lahir ( BBL)

1. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan

lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500 – 4000 gram.

Adaptasi bbl terhadap kehidupan di luar uterus. Pada waktu kelahiran,

sejumlah adaptasi fisik dan psikologis mulai terjadi pada tubuh bayi baru

lahir, karena perubahan dramatis ini bayi memelurkan pemantauan ketat

untuk menentukan bagaimana ia membuat sesuatu transisi yang baik terhadap

kehidupannya di luar uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan

yang dapat meningkatkan kesempatan menjadi masa transisi dengan berhasil.

Tujuan asuhan kebidanan yang lebih luas selama ini adalah memberikan

perawatan komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat ia dalam ruang

rawa, untuk mengajarkan orang tua bagaimana merawat bayi mereka, dan

untuk memberikan motivasi terhadap upaya pasangan menjadi orang tua (Ni

Wayan Armini, S.S.T.,M.Keb. dkk, 2017).


71

Perode trasisi mencakup 3 periode, meliputi periode pertama,

reaktivitas, fase tidur dan periode reaktivitas. Karakteristik masing-masing

periode memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir. Beberapa saat dan

beberapa jam dari awal kehidupan ekstrauterin bayi baru lahir merupakan

keadaan yang paling dinamis. Pada saat kelahiran, bayi berubah dari keadaan

ketergantungan sepenuhnya kepada ibu menjadi tidak tergantung secara

fisiologis. Perbuahan ini merupakan proses kompleks yang di kenal sebagai

transisi.

2. Periode Transisi

Karakteristik perilaku terlihat nyata selama jam transisi segera setelah

lahir. Masa transisi mencerminkan suatu kombinasi respon simpatik terhadap

tekanan persalinan (tachypnea, tachycardia) dan respon para simpatik

(sebagai respon yang diberikan oleh kehadiran mucus, muntah, dan gerakan

peristaltic). Periode transisi dibagi menjadi 3, yaitu : a. Reaktivitas 1 (The

First Periode Of Reactivity)

Dimulai pada masa persalinan dan berakhir setelah 30 menit. Selama periode

ini detak jantung cepat dan pulsasi tali pusar jelas. Warna kulit terlihat

sementara sianosis dan akrasianosis. Selama periode ini mata bayi membuka

dan memperlihatkan perilaku siaga. Bayi mungkin menangis, terkejut atau

terpukau. Selama periode ini setiap usaha harus dibuat untuk memudahkan

kontak bayi dan ibu. Membiarkan ibu memegang bayi untuk mendukung

proses pengenalan. Beberapa bayi akan disusui dalam periode ini. Bayi sering

mengeluarkan kotoran dengan seketika setelah persalinan dan suara usus


72

pada umumnya terdengar selama 30 menit. Bunyi usus menandakan system

percernaan berfungsi dengan baik. Keluarnya kotoran sendiri, tidak

menunjukan kehadiran gerak peristaltic untuk menunjukan bahwa anus

dalam keadaan baik. (Ni Wayan Armini, S.S.T.,M.Keb. dkk, 2017). b. Fase

Tidur (Period Of Unresponsive Sleep)

Berlangsung selama 30 menit sampai 2 jam persalinan. Tingkat pernafasan

menjadi lebih lambat. Dalam keadaan tidur, suara usus muncul tapi

berkurang. Jika mungkin, bayi tidak diganggu untuk pengujian utama dan

jangan memandikannya. Selama masa tidur memberikan kesempatan pada

bayi untuk memulihkan diri dari proses persalinannya dan periode transisi

kehidupan diluar uterin. (Ni Wayan Armini, S.S.T.,M.Keb. dkk, 2017). c.

Periode Reaktivitas II (The Second Period Of Reactivity)

Berlangsung selama 2 sampai 6 jam setelah persalian. Jantung bayi labil dan

terjadi berubahan warna kulit yang berhubungan dengan stimulus

lingkungan. Tingkat pernafasan berfariasi tergantung pada aktivitas.

Neonatus mungkin membutuhkan makan dan harus menyusu. Pemberian

makan awal penting dalam pejegahan hipoglikemia dan stimulasi pengeluran

kotoran dan pencegahan penyakit kuning pemberian awal juga menyediakan

kolonisasi bakteri isi perut yang mengarahkan pembentukan vitamin K oleh

traktus insetinal. Neonatus mungkin bereaksi terhadap makanan pertama

dengan cara memuntahkan susu bersama mucus. Ibu harus diajari cara

menyendawakan bayinya. Setiap mucus yang terdapat selama pemberian

makan awal dapat berpengaruh terhadap kecukupan pemberian makanan,


73

terutama jika mucus berlebihan. (Ni Wayan Armini, S.S.T.,M.Keb. dkk,

2017).

3. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir

a. Berat badan bayi 2500 – 4000 gram

b. Panjang badan 48-52 cm

c. Lingkar kepala 33-35 cm

d. Lingkar dada 30-38 cm

e. Detak jantung 120 – 140 x/m

f. Frekuensi pernafasan 40 – 60 x/m

g. Warna kulit kemerahan dan licin karena jaringan subcutan cukup

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

i. Kuku agak panjang dan lemas

j. Gentalia:

1. Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora

2. Laki-laki testis sudah turun, skortum sudah ada

k. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

l. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

m. Refleks graps atau menggenggam sudah baik.

n. Refleks rooting mencari putting susu dengan rangsang taktil pada pipi

dan daerah mulut terbentuk dengan baik

o. Eliminasi baik, meconium akan keluar dalam 24 jam pertama, meconium

berwarna hitam kecoklatan.


74

4. Tahapan Bayi Baru Lahir

a. Tahapan I terjadi segera lahir, selama menit-menit pertama kelahiran.

Pada tahap ini digunakan system scoring apgar dan scoring gray untuk

interaksi bayi dan ibu

b. Tahap II disebut tahap transisional rektivitas. Pada tahap II dilakukan

pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan prilaku

c. Tahap III disebut tahap periodic, pengkajian dilakukan setelah 24 jam

pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

5. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir terhadap Kehidupan di Luar

Uterus

1) Adaptasi Ekstra Uteri yang Terjadi Cepat

a. Perubahan Pernafasan

Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan

yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba

setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang ada di dalam

paru-paru hilang karena terdorong ke bagian perifer paru untuk kemudian

diabsorpsi, Karena terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis

akhirnya bayi memulai aktivasi nafas untuk pertama kali.

Tekanan intratoraks yang negatif disertai dengan aktivasi napas yang

pertama memungkinkan adanya udara masuk ke dalam paru-paru. Setelah

beberapa kali napas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan napas pada
75

trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus mengembang karena terisi

udara.

Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat

surfaktan yang adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus

sehingga alveolus tidak kolaps saat akhir napas.

1. Perubahan Sirkulasi

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem.

Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi tidak ada

dan menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya.

Sirkulasi janin memiliki karakteristik sirkualsi bertekanan rendah.

Karena paru-paru adalah organ tertutup yang berisi cairan, maka paru-paru

memerlukan aliran darah yang minimal. Sebagian besar darah janin yang

teroksigenasi melalui paru-paru mengalir melalui lubang antara atrium

kanan dan kiri yang disebut foramen ovale. Darah yang kaya akan oksigen

ini kemudian secara istimewa mengalir ke otak melalui duktus arteriosus.

Karena tali pusat di klem, sistem bertekanan rendah yang berada

pada unit janin plasenta terputus sehingga berubah menjadi sistem

sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi, dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi

segera setelah tali pusat di klem adalah peningkatan tahanan pembuluh

darah sistemik. Hal yang paling penting adalah peningkatan tahanan

pembuluh darah dan tarikan nafas pertama terjadi secara bersamaan.


76

Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan sistem pembuluh

darah paru berelaksasi dan terbuka sehingga paru-paru menjadi sistem

bertekanan rendah.

Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sistemik dan

menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekana aliran darah

dalam jantung. Tekana akibat peningkatan aliran darah di sisi kiri jantung

menyebabkan foramen oale menutup, duktus arteriosus yang mengalirkan

darah teroksigenasi ke otak janin kiri tak lagi diperlukan. Dalam 48 jam,

duktus ini akan mengecil dan secara fungsional menutup akibat penurunan

kadar prostaglandin E, yang sebelumnya disuplai oleh plasenta. Darah

teroksigenasi yang secara rutin mengalir melalui duktus arteriosus serta

foramen ovale melengkapi perubahan radikal pada anatomi dan fisiologi

jantung. Darah yang tidak kaya akan oksigen masuk ke jantung bayi

menjadi teroksigenasi sepenuhnya di dalam paru, kemudian dipompakan

ke seluruh bagian tubuh.

Dalam beberapa saat, perubahan tekanan yang luar biasa terjadi di

dalam jantung dan sirkulasi bayi baru lahir. Sangar penting bagi bidan

untuk memahami perubahan sirkulasi janin ke sirkulasi bayi yang secara

keseluruhan saling berhubungan dengan fungsi pernapasan dan oksigenasi

yang adekuat.

2. Termoregulasi
77

Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada ditempat yang suhunya

lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila

dibiarkan saja dalam suhu kamar 250C maka bayi akan kehilangan panas

melalui evaporasi, konduksi, konversi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg

BB/menit, berikut adalah penjelasan mengenai konveksi, konduksi,

radiasi, dan evaporasi:

a) Konveksi

Hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara di sekeliling bayi, misal

BBL diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka. b) Konduksi

Pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan

permukaan yang lebih dingin, misalnya popok atau celana basah tidak

langsung diganti.

c) Radiasi

Panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin,

misal BBL diletakkan di tempat dingin. d) Evaporasi

Cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi dan menguap, misalnya bayi

baru lahir tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.

6. Pemotongan Tali Pusat


78

Pemotongan dan perkiraan tali-pusat menyebabkan pemisahan fisik

terakhir antara ibu dan bayi. Waktu pemotongan tali-pusat tergantung dari

pengalaman seorang ahli kebidanan. Pemotongan sampai denyut nadi tali-

pusat terhenti dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat

(high risk baby) perlu dilakukan pemotongan tali-pusat secepat mungkin,

agar dapat dilakukan resusitasi sebaik-baiknya. Bahaya lain yang ditakutkan

ialah bahaya infeksi. Unruk menghindari infeksi tali-pusar yang dapat

menyebabkan sepsis, meningitis, dan lain-lain, maka di tempat pemotongan,

di pangkal talipusat, serta 2,5 cm di sekitar pusat diberi obat antiseptik.

Selanjutnya tali-pusat dirawat dalam keadaan steril/bersih dan kering.

Pembahasan mengenai pemotongan tali pusat berkaitan dengan kapan waktu

yang tepat untuk mengklem atau menjepit tali pusat, diketahui ada dua

perbedaan mengenai hal ini dengan rasionalisasi dari masing-masing

pendapat tersebut.

a. Penjepitan Tali Pusat Segera Setelah Bayi Lahir

Praktik ini umumnya didukung oleh komunitas obstetrik, namun tidak

digunakan di beberapa Negara. Para pendukung praktik ini

mengkhawatirkan adanya efek samping pada bayi jika penjempitan tali

pusat ditunda seperti adanya gawat pernapasan, polisitemia, sindrom

hiperviskositas, dan hiperbilirubinemia. Penjepitan dan pemotongan tali

pusat dilakukan dengan segera jika keadaan bayi gawat dan

membutuhkan tindakan resusitasi.

b. Penundaan Penjepitan Tali Pusat


79

1) Para pendukung penundaan penjepitan tali pusat yakin bahwa peningkatan

volume darah menguntungkan dan mendukung proses fisiologis alami

pada transisi kehidupan ekstrauterus. Beberapa keuntungan penundaan

penjepitan tali pusat antara lain : Berlanjutnya bolus/aliran darah

teroksigenasi selama nifas pertama yang tidak teratur.

2) Volume yang besar meningkatkan perfusi kapiler-kapiler paru-paru.

3) Pencapaian oksigenasi adekuat yang lebih cepat membuat penutupan

struktur janin seperti duktus arteriosus.

Untuk mendukung transfusi fisiologis, maka pada 1-3 menit pertama

kehidupan letaknya bayi di atas perut pasien dalam keadaan tali pusat

masih utuh. Posisi ini dapat meningkatkan aliran darah dalam jumlah

sedang ke bayi baru lahir tanpa kemungkinan bahaya dari dorongan dan

bolus darah yang banyak. Setelah 3 menit, sebagian besar aliran darah dari

tali pusat telah masuk kedalam tubuh bayi baru lahir. Walaupun aliran

darah mungkin berbalik yaitu dari bayi ke plasenta, situasi ini

kemungkinan besar tidak akan terjadi karena tali pusat akan mengalami

spasme dengan cepat pada suhu di lingkaran luar uterus.

Setelah 3 menit bayi berada di atas perut pasien, lanjutkan prosedur

pemotongan tali pusat sebagai berikut :

1. Klem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kirakira 2 atau 3 cm

dari pangkal pusat bayi(ringgalkanlah kira-kira 1 cm di antara kedua

klem tersebut).
80

2. Potonglah tali pusat di antara kedua klem sambil melindungi perut bayi

dengan tangan kiri penolong.

3. Pertahankan kebersihan pada saat pemotongan tali pusat, ganti sarung

tangan jika ternyata sudah kotor. Potonglah tali pusat dengan

menggunakan gunting steril atau DTT.

4. Ikatlah tali pusat dengan kuat atau gunakan penjepit khusus tali pusat.

5. Periksa tali pusat setiap 15 menit, apabila masih terjadi perdarahan

lakukan pengikatan sekali lagi dengan ikatan lebih kuat.

6. Pastikan dengan benar bahwa tidak ada perdarahan tali pusat. Perdarahan

30 ml dari bayi baru lahir setara dengan 600 ml pada orang dewasa.

7. Jangan mengoleskan salep atau zat apapun ke tempat tali pusat, hindari

juga pembungkusan tali pusat. Tali pusat yang tidak tertutup akan

mongering dan pupur lebih cepat dengan komplikasi yang lebih sedikit.

c. Mengikat Tali Pusat

Setelah dipotong, tali pusat diikat menggunakan benang dengan kuat.

Namun dengan perkembangan teknologi, pengikatan tali pusat saat ini

dilakukan dengan menggunakan penjepitan untuk satu kali pakai sampai

dengan tali pusat lepas. Penjepit ini biasanya terbuat dari plastik dan

sudah dalam kemasan steril dari pabrik. Pengikatan dilakukan di jarak 2,5

cm dari umbilicus.
81

7. Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat merupakan salah satu upaya untuk mencegah

terjadinya infeksi neonatal. Tali pusat dapat merupakan pintu masuk bagi

infeksi ke tubuh bayi, maka diperlukan tindakan perawatan tali pusat yang

tepat agar bayi terhindar dari infeksi salah satunya infeksi tetanus

neonatorum. Penyakit ini disebabkan spora clostridium tetani karena

masuknya spora kuman tetanus ke dalam tubuh melalui tali pusat akibat

perawatan atau tindakan yang tidak memenuhi syarat kebersihan. Perawatan

tali pusat yang tidak baik mengakibatkan tali pusat menjadi lama lepas.

Risiko bila tali pusat lama lepas adalah terjadinya infeksi tali pusat dan

tetanus neonatorum (Supriyani. F dan Handayani. S, 2011).

Perawatan tali pusat menurut JNPK-KR Depkes dan Kemenkes RI

sebagai berikut:

1. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan

cairan/bahan apapun ke puntung tali pusat.

2. Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih

diperkenankan, tetapi tidak dikompreskan karena

menyebabkan tali pusat basah/lembab.

3. Lipat popok di bawah puntung tali pusat.

4. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air

DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan

menggunakan kain bersih


82

8. Evaluasi Awal Bayi Baru Lahir

Evaluasi awal bayi baru lahir dilaksanakan segera setelah bayi baru

lahir (menit pertama) dengan menilai dua indikator kesejahteraan bayi

yaitu pernapasan dan frekuensi denyut jantung bayi, karena menit

pertama bidan berpacu dengan waktu dalam melakukan pertolongan bayi

dan ibunya, sehingga dua aspek ini sudah sangat mewakili kondisi

umum bayi baru lahir. Penilaian ini mengacu pada SIGTUNA skor.

a) Evaluasi Nilai APGAR

Kata apgar diambil dari nama belakang penemunya yaitu Dr.

Virginia Apgar, seorang ahli anak sekaligus ahli anastesi. Skor ini

dipublikasikannya pada tahun 1952. Pada tahun 1962, seorang ahli anak

bernama Dr. Josep Butterfield membuat akronomi dari kata APGAR

yaitu Appearance (warna kulit), Pulse (denyut jantung), Grimace

(respons refleks), Activity (tonus otot), dan Respiration (pernapasan).

Evaluasi ini digunakan mulai 5 menit pertama sampai 10 menit. Hasil

pengamatan masing-masing aspek dituliskan dalam skala skor 0-2.

Tabel 2.4

Tanda APGAR

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2

Appearance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh

(warna kulit) seluruh tubuh ekstremitas biru kemerahan

Pulse (denyut
Tidak ada <100 >100
jantung)
83

Grimace Ekstremitas
Tidak ada Gerakan aktif
(tonus otot) sedikit fleksi

Activity Langsung
Tidak ada Sedikit gerak
(aktivitas) menangis

Respiration Lemah/tidak
Tidak ada Menangis
(pernafasan) teratur

Interprestasi :

1. Nilai 1-3 : Asfiksia berat

2. Nilai 4-6 : Asfiksia sedang

3. Nilai 7-10 : Asfiksia ringan (normal)

9. Evidence Based Bayi Baru Lahir

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI adalah

pemberian ASI segera setelah lahir atau inisiasi menyusu dini. Idealnya

proses menyusui dapat dilakukan segera setelah bayi lahir, bayi yang lahir

cukup bulan akan memiliki naluri untuk menyusu pada ibunya 20-30 menit

setelah melahirkan. Ada 2 alasan mengapa menyusui perlu dilakukan

sesegera mungkin dalam waktu setengah jam setelah persalinan. Yang

pertama penghisapan oleh bayi paling kuat dilakukan dalam waktu setengah

jam setelah lahir. Isapan bayi pada putting ibu akan merangsang hormon

prolaktin yang merangsang produksi ASI dan hormon oksitosin yang

merangsang pengeluaran ASI. Hormon oksitosin dapat membantu rahim

berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi


84

perdarahan ibu. Hormon oksitosin juga dapat merangsang hormon lain yang

membuat ibu menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan

ambang nyeri dan perasaan sangat bahagia. (Roesli, 2013)

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Roesli (2013) yang mengatakan

bahwa bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui

eksklusif dan akan lebih lama disusui. Isapan bayi yang penting dalam

meningkatkan kadar hormone prolaktin, yaitu hormone yang merangsang

kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan tersebut akan meningkatkan

produksi susu 2 kali lipat. Bayi yang dibiarkan menyusu sendiri, setelah

berhenti menyusu baru dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan diukur.

Pada usia 10 jam saat bayi diletakkan kembali di bawah payudara ibunya, ia

tampak dapat menyusu dengan baik.


BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. A usia kehamilan 40

minggu Dan penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A

dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan BBL.

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

1. Kunjungan pertama pada tanggal 27-03-2021 pukul 09:20

WIB di Puskesmas

Biodata Ny. A umur 36 tahun, agama Islam, pendidikan SD

(tamat), pekerjaan IRT. Biodata Suami Tn. R umur 35 tahun, agama

Islam, Pendidikan SD (tamat), pekerjaan Petani, alamat Ciampel

01/01 Sindang Mulya, Kecamatan Kutawaluya Kabupaten Karawang.

Ibu mengatakan saat ini tidak mempunyai keluhan apapun, Hari

Pertama Haid Terakhir (HPHT) 20-06-2020 Tafsiran Persalinan (TP)

27-03-2021 Periksa ANC sebanyak 9 kali, yaitu pada trimester II

sebanyak 4 kali, trimester III sebanyak 5 kali. Pada kunjungan

pertama pergerakan janin aktif dirasakan ibu dalam 12 jam terakhir >

10 kali. Pola nutrisi makan 3-4 kali sehari dengan porsi kecil dengan

menu bervariasi seperti nasi, ikan, sayuran tempe, telur, dan tidak ada

makanan yang dipantrang, ibu mengkonsumsi air putih ± 10 gelas, ibu

tidak mempunyai alergi terhadap makanan. Eliminasi BAB 1-2 kali

sehari dan konstipasi, BAK 7-8 kali sehari. Aktifitas sehari-hari

melakukan pekerjaan rumah seperti mengurus anak, memasak,

85
86

membereskan rumah. Pola istirahat tidur siang ± 2 jam dan tidur

malam ± 7 jam. Riwayat Imunisasi Toxoid (TT) ibu mengaku sudah

suntik 3 kali, Ibu sebelumnya menggunakan Kontrasepsi KB suntik 3

bulan. Berat badan ibu sebelum hamil 60 kg. Ibu mengatakan ini

merupakan kehamilan anaknya yang ketiga, anak pertama lahir pada

tahun 2004, lahir spontan dirumah, ditolong oleh Bidan dan paraji,

berat badan saat lahir 3000 gram, jenis kelamin laki-laki, tidak ada

penyulit dan masalah saat kehamilan dan persalinan. Dan anak kedua

lahir pada tahun 2014, lahir spontan dirumah, ditolong oleh Bidan dan

paraji, berat badan saat lahir 3200 gram, jenis kelamin laki-laki, tidak

ada penyulit dan masalah saat kehamilan dan persalinan Ibu tidak

mempunyai riwayat penyakit apapun, ibu tidak mempunyai riwayat

penyakit keturunan sepeti DM, Asma dll, ibu tidak mempunyai

keturunan kembar. Ibu rajin mengkonsumsi tablet Fe setiap hari

diminum pada malam hari menggunakan air putih, ibu tidak

mengkonsumsi alkohol/obat-obatan sejenisnya, ibu tidak

mengkonsumsi obat-obatan warung dan jamu-jamuan, ibu tidak

merokok. Personal hygine, ibu mandi 2-3 kali, mengganti pakaian

sehari 2-3 kali, ganti celana dalam 3-4 kali sehari, gosok gigi 2-3 kali

sehari. Rencana tempat bersalin di Puskesmas, pengambil keputusan

dan penyandang oleh suami, ibu tinggal serumah dengan suami dan ke

dua anaknya.
87

Keadaan umum ibu baik, tinggat kesadaran composmentis,

emosional stabil, tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 80x/mnt, suhu

36,5◦C, pernapasan 20x/mnt, berat badan sekarang 70 kg, kenaikan

berat badan 10 kg, tinggi badan 147 cm, Indek Masa Tubuh (IMT)

berat badan 10 kg, tinggi badan 147 cm, setelah dihitung melalui

rumus maka Indek Masa Tubuh (IMT) ibu yaitu 27,8. LILA 29,2 cm,

Pemeriksaan fisik muka tidak oedema dan tidak pucat. Mata tidak ada

kelainan, konjungtiva tidak anemis, sklera putih. Hidung tidak ada

radang. Mulut tidak sianosis, tidak kering, gusi tidak berdarah, tidak

ada caries pada gigi. Telinga bentuknya simetris, tidak ada kotoran,

tidak ada pengeluaran cairan seperti pus, bening, darah, pendengaran

baik, Leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada

pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran vena

jugularis. Payudara simetris puting susu menonjol, tidak kemerahan,

tidak ada benjolan, belum ada pengeluaran colostrum, tidak ada rasa

nyeri saat ditekan. Abdomen tidak ada bekas luka operasi, ada linea

nigra, pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada benjolan, Tinggi

Fundus Uteri (MCD) 30 cm, palpasi leopold I TFU pertengahan

prosesus xipoideus dan pusat, teraba bagian janin bulat, lunak, tidak

melenting yaitu bokong, leopold II kiri teraba bagian teraba bagian

janin kecil-kecil janin yaitu ekstremitas janin, bagian kanan, janin

panjang, keras, ada tahanan yaitu punggung janin, leopold III teraba

bagian janin bulat, keras, melenting, kepala. Leopold IV kepala belum


88

masuk PAP (konvergen), Taksiran Berat Janin (30-13) x 155 = 2.635

gram, puntum maximum sebelah kanan disamping bawah pusat, DJJ

140 x/mnt, irama regular, Ekstremitas bawah : tidak oedema, tidak ada

kelainan sendi, tidak kemerahan, tidak ada varises, refleks fatela

kanan/kiri (+/+), Anogenital tidak dilakukan pemeriksaan,

Pemeriksaan lab pada tanggal 27-03-2021 bahwa penunjang HB 10,1

gr %, HIV negatif, HbsAg negatif, sifilis negatif.

Menurut hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa maka didapatkan

Diagnosa Ibu G3P2A0 usia kehamilan 40 minggu. Janin tunggal

hidup intrauterine presentasi kepala. Masalah : tidak ada. Kebutuhan :

nutrisi, personal hygiene, istirahat.

Tindakan selanjutnya penulis melakukan penatalaksanaan

tindakan berdasarkan diagnose yaitu Memberitahukan tentang hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu bahwa ibu dan janin

saat ini dalam keadaan baik, ibu mengerti dan mengetahui hasil

pemeriksaan. Menganjurkan ibu untuk makan yang bergizi seperti

sayur hijau yang mengandung zat besi seperti bayam, buah-buahan

yang mengandung banyak vitamin, dan telur, tempe, tahu, ikan, hati

ayam yang mengandung banyak protein, ibu mengerti dan

mengkonsumsinya. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada

kehamilan seperti tekanan darah tinggi, bengkak pada muka dan kaki,

nyeri perut yang hebat, sakit kepala terus-menerus, pandangan kabur,

perdarahan, dll, ibu mengerti dan sering membacanya di buku KIA.


89

Memberitahu kepada ibu untuk selalu mengkonsumsi tablet Fe 2x1

pagi hari atau malam hari sebelum tidur dengan air putih jangan

menggunakan air teh karena akan menurunkan penyerapan zat besi,

ibu harus mengkonsumsinya agar kebutuhan ibu terpenuhi, ibu

mengerti dan selalu meminumnya. Menganjurkan ibu untuk sering

jalan-jalan pagi hari disekitar rumah untuk merilekskan otot-otot, ibu

mengerti dan bersedia melakukannya. Menganjurkan ibu untuk segera

mempersiapkan persalinan yaitu memilih tempat bersalin, tenaga

kesehatan, tranfortasi, tabungan dana, dan donor darah, ibu mengerti.

Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara dengan

menggunakan kapas dan baby oil/ bisa dibersihkan pada saat mandi,

ibu mengerti dan akan melakukannya. Menganjurkan ibu untuk

melakukan senam hamil yaitu bisa dengan melihat di youtube, ibu

mengerti dan akan melakukannya dirumah.

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

1. Tanggal 27-03-2021 Pukul 21:40 WIB

Ibu datang ke puskesmas pada tanggal 27 maret 2021 pukul 21:40

WIB, ibu mengatakan sudah merasakan mulas sejak pukul 08:00 WIB

setiap 3x dalam 10 menit lamanya 20 detik dan ibu mengatakan sudah

keluar lendir bercampur darah yang sejak pukul 18:00 WIB. Ibu

mengatakan ini merupakan kehamilan yang ketiga, belum pernah

keguguran. Riwayat kesehatan ibu mengatakan dirinya tidak


90

mempunyai riwayat penyakit apapun. Ibu dan keluarga tidak

mempunyai riwayat penyakit berat seperti jantung, asama, DM, dan

lain-lain. Ibu dan keluarga tidak mempunyai keturunan bayi kembar.

Ibu mengatakan makan terakhir pada pukul 17:00 WIB dengan nasi,

dan sayur porsi sedang habis minum terakhir pada pukul 21:35 WIB

dan baru saja minum teh manis dan air putih. Ibu mengatakan terakhir

BAB tadi sore pukul 16:00 WIB dan BAK terakhir pada pukul 21:30

WIB.

Keadaan umum baik, emosional stabil, tekanan darah 110/80

mmHg, nadi 80 x/mnt, suhu 36,5 ◦C, pernafasan 20 x/mnt, BB 70 kg,

kenaikan BB 10 kg, TB 147 cm, Pemeriksaan fisik muka tidak

oedema, tidak pucat. Mata tidak ada kelainan, sklera putih,

konjungtiva tidak anemis. Hidung bersih. Bibir tidak kering, tidak

sianosis, gusi tidak berdarah, tidak ada caries pada gigi. Leher tidak

ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis,

tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Payudara bersih, puting

susu menonjol, tidak ada benjolan, tidak ada rasa nyeri saat ditekan,

sudah ada pengeluaran kolostrum. Abdomen tidak ada bekas luka

operasi, kandung kemih kosong, Tinggi Fundus Uteri (MCD) 30 cm,

palpasi leopold I TFU pertengahan prosesus xipoideus dan pusat,

teraba bagian janin bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong,

leopold II kiri teraba bagian teraba bagian janin kecil-kecil janin yaitu

ekstremitas janin, bagian kanan, janin panjang, keras, ada tahanan


91

yaitu punggung janin, leopold III teraba bagian janin bulat, keras,

melenting, leopold IV perlimaan 2/5 (divergen), puntum maximum

sebelah kanan disamping bawah pusat, DJJ 135 x/mnt, irama regular,

His 4x dalam 10 menit selama 45 detik. Ekstremitas bawah tidak

oedema, tidak ada kelainan sendi, tidak kemerahan, tidak ada varises,

refleks fatela kanan/kiri (+/+). Genitalia tidak ada varises, tidak

oedema, tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini. Pemeriksaan

dalam vulva vagina tidak ada kelainan, portio lunak, tipis, pembukaan

5 cm, ketuban (+) , presentasi kepala, penurunan hodge II, UUK

kanan depan, tidak ada molase.

Ibu G3P2A0 usia kehamilan 40 minggu inpartu kala 1 fase aktiv

normal. Janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala. Masalah :

tidak ada. Kebutuhan : observasi 30 menit sekali.

Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan

bahwa ibu akan segera bersalin, untuk saat ini sudah pembukaan 5

cm, ibu dan keluarga sudah mengetahuinya. Keadaan ibu dan janin

baik untuk saat ini, ibu dan keluarga sudah mengertahui hasil

pemeriksaan. Menganjurkan ibu untuk miring kiri dan kanan untuk

mempercepat penurunan kepala, ibu mengerti dan bersedia

melakukannya. Menganjurkan ibu untuk makan untuk menambah

energi saat bersalin, ibu lebih memilih minum teh manis. Menyiapkan

alat partuset (umbilical, 2 klem, gunting tali pusat, gunting episiotomi,

½ koher) hacting set (jarum otot, jarum kulit, cutget, nahpuder, pinset)
92

resusitasi set dan perlengkapan ibu dan bayi, alat-alat sudah siap.

Memantau ibu TTV (tekanan darah, nadi, suhu) setiap 4 jam sekali,

(DJJ dan his setiap 30 menit sekali, dan pemeriksaan dalam setiap 4

jam sekali atau jika ada indikasi, observasi dilakukan. Memberitahu

ibu tentang persalinan dan ibu harus menunggu 5 cm lagi pembukaan,

ibu mengerti. Mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu dengan menarik

nafas dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut, ibu bisa

melakukannya.

2. Tanggal 27-03-2021 Pukul 23:30 WIB

Ibu mengatakan mulas semakin kuat dan ada dorongan ingin BAB

yang tak tertahan.

Keadaan umum ibu nampak gelisah karena nahan mulas. TD

120/80 mmHg, nadi 80 x/mnt, suhu 37 ◦C, pernafasan 20 x/mnt.

Abdomen, DJJ 150 x/mnt reguler, His 5x dalam 10 menit lamanya 50

detik, kandung kemih kosong. Ada tanda dan gejala kala II yaitu

adanya dorongan ibu untuk meneran, vulva membuka, perineum

menonjol, ada tekanan anus. Pada pemeriksaan dalam vulva vagina

pembukaaan serviks lengkap (10 cm), portio sudah tidak teraba,

ketuban pecah pukul 23:35 WIB dengan spontan warna kehijauan,

baunya khas, jumlah ± 150 cc. Presentasi kepala, UUK kanan depan,

penurunan kepala hodge IV, tidak ada molase.


93

Ibu G3P2A0 usia kehamilan 40 minggu inpartu kala II normal.

Janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala. Masalah : tidak ada.

Kebutuhan : observasi, mensuport ibu.

Memberitahu ibu dan keluarga bahwa saat ini pembukaan sudah

lengkap dan ibu akan segera melahirkan dan diperbolehkan untuk

meneran apabila ada mulas dan dorongan ibu meneran yang kuat, ibu

mengetahui bahwa ibu akan melahirkan. Menjaga privasi ibu dengan

menutup tirai dan pintu, ruangan bersalin sudah tertutup. Mengatur

sesuai posisi dengan keinginan ibu dan menganjurkan keluarga untuk

membantu posisi ibu senyaman mungkin, ibu ingin posisi setengah

duduk. Memberi suport kepada ibu dan menganjurkan keluarga untuk

terus mendukung ibu agar dapat melalui proses persalinan dengan

tenang, keluarga mensuport ibu. Meminta ibu untuk mengedan ketika

ada mulas dengan cara panjangan kearah perut, gigi ketemu gigi dan

kedua tangan menarik kedua kaki lalu membukanya, menarik nafas

dari hidung dan mengedan tanpa ada suara seperti sedang BAB keras,

ibu mengerti dan siap mengedan ketika ada mulas. Mengecek kembali

kelengkapan alat partuset dan obat, APD dll, semua perlengkapan

sudah siap, dan siap untuk digunakan. Mencuci tangan memakai APD.

Memeriksa DJJ disela-sela his DJJ 147 x/mnt. Saat ada his ibu

dipimpin meneran jika tidak ada his ibu istirahat, memberikan

dukungan kepada ibu. Memimpin meneran sampai kepala bayi

nampak 5-6 xm di depan vulva dan kain sudah terpasang dibawah


94

bokong ibu. Tangan kanan melindungi perineum dan tangan kiri

menekan verteks kepala bayi. Mengecek lilitan tali pusat pada leher

bayi, tidak ada lilitan tali pusat. Menunggu hingga kepala bayi

memutar faksi luar dengan sendirinya. Kepala bayi sudah memutar

dengan sendirinya. Melakukan biparietal. Membawa kepala bayi

kebawah untuk mengeluarkan bahu depan dan keatas untuk

mengeluarkan bahu belakang. Bahu depan dan bahu belakang sudah

lahir. Melakukan sangga susur untuk melahirkan bayi seluruhnya.

Bayi lahir spontan pukul 23:40 WIB, jenis kelamin laki-laki tidak

langsung menangis, rangsang taktil (+), isap lendir, tonus otot kuat,

pucat, 15 detik kemudian bayi menangis kuat dibantu dengan Bd.

Nuroh. IMD (+) menempelkan badan bayi ke badan ibu untuk segera

dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) lalu menyelimuti ibu dan

bayinya. Bayi sudah ditempelkan ke dada ibu. Melakukan palpasi,

tidak ada janin kedua.

3. Tanggal 27-03-2021 Pukul 23:45

Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran bayinya dan ibu

masih merasa terasa mulas.

Keadaan umum baik dan tampak lelah, kesadaran composmentis,

emosional stabil, tinggi fundus 2 jari diatas pusat, kontreaksi uterus


95

baik, uterus teraba keras, kandung kemih kosong. Tali pusat tampak

di vulva dan belum ada tanda-tanda pelepasan plasenta seperti

semburan darah, tali pusat yang memanjang, dan uterus globuler.

Ibu P3A0 Partus kala III normal. Masalah : tidak ada. Kebutuhan :

observasi

Menyuntikan oxytosin 10 IU secara IM di paha kanan ibu segera 1

menit setelah bayi lahir untuk merangsang fundus uteri berkontraksi,

ibu sudah diberikan injeksi Oxytosin. Menjepit tali pusat dengan

umbilical dan klem kemudian memotong tali pusat diantara kedua

klem dengan jarak 2-3 cm, tali pusat sudah terpotong. Memberitahu

kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik,

dan akan segera mengeluarkan plasenta, ibu mengetahuinya. Kandung

kemih kosong. Memberitahu ibu jika merasakan mulas untuk tarik

nafas dan jangan mengedan, ibu mengerti. Melakukan PTT

(peregangan tali pusat terkendali) pada saat ada his tangan kanan

meregangkan tali pusat, dan tangan kiri menahan uterus dorso cranial

secara bersamaan sampai ada tanda-tanda pelepasan plasenta seperti

semburan darah, tali pusat memanjang dan uterus globuler, tangan

kanan melakukan putaran searah tangan kiri menyangga plasenta,

Plasenta lahir pukul 23:50 WIB. Melakukan masase pada uterus

selama 15 detik, menganjurkan ibu masase fundus (perut) dan

hasilnya perut ibu keras karna ada kontraksi kemudian ibu diberitahu

apabila perut teraba bundar keras seperti batu berarti baik jika terasa
96

lembek seperti kulit jeruk berarti kontaksi jelek, ibu sudah mengerti.

Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban (plasenta lahir

spontan, lengkap, panjang tali pusat 45 cm, tebal 3 cm, diameter 20

cm, insersi tali pusat sentralis, jumlah kotiledon lengkap). Perdarahan

±100 cc.

4. Tanggal 27-03-2021 Pukul 23:55 WIB

Ibu mengatakan merasa lelah tetapi senang karena persalinan

berjalan dengan lancar dan bayinya sehat.

Keadaan umum ibu baik tampak lelah, keadaan emosional stabil,

kesadaran composmentis, TTV : TD 120/80 mmHg , suhu 36,5◦C,

nadi 80 x/mnt, Respirasi 20 x/mnt. Tinggi fundus uteri 1 jari dibawah

pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan ±100

cc. Tidak ada robekan jalan lahir.

Ibu P3A0 Partus kala IV normal. Masalah : tidak ada. Kebutuhan :

observasi.

Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam

keadaan baik, ibu mengetahui hasil pemeriksaan. Mengejari ibu untuk

melakukan masase uterus apabila kontraksi uterus tidak baik atau

lembek, ibu mengerti dan bisa melakukannya. Membersihkan dan

merapikan ibu setelah tindakan selesai dengan air DTT, Ibu sudah

rapih dan bersih. Melakukan penimbangan berat badan dan mengukur

panjang badan bayi, Sudah dilakukan BB 3000 gram dan PB 50 cm.


97

Membereskan alat dan mendekontaminasikan alat partuset yang

direndam air klorin 0,5% selama 10 menit, lalu di cuci menggunakan

air sabun dan dibilas mnggunakan air mengalir dan keringkan. Setelah

kering lalu sterilkan, alat sudah dirapihkan. Menganjurkan suami dan

keluarga untuk memberikan ibu minum dan makan, ibu mengerti.

Memberikan terapi obat (antibiotic amoxilin 3x1, paracetamol 3x1, vit

A 1x) pada ibu, ibu akan meminumnya. Memberitahu ibu tanda

bahaya kala IV yaitu uterus lembek, perdarahan terus menerus,

panjangan kabur, nyeri uluhati, demam tinggi, sakit kepala hebat, ibu

mengerti. Melakukan pemantauan 2 jam yaitu setiap 15 menit pada 1

jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua. Terlampir dalam

partograf. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan.

C. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

1. Kunjungan I tanggal 28 – 03 – 2021 Pukul 06:00 WIB di

Puskesmas Kutawaluya

Ibu mengatakan tidak ada keluhan. 2 jam post partum ibu bisa

miring kiri dan kanan, 3 jam post partum ibu sudah bisa duduk. 6 jam

post partum ibu sudah bisa turun dari tempat tidur dan berjalan ke

kamar mandi di bantu oleh keluarga. Ibu tidak merasakan pusing saat

berjalan ke kamar mandi. Ibu mengatakan sudah makan 2 kali pada

pukul 02:00 dengan nasi dan goreng tempe porsi sedang, serta minum

air putih dan teh manis. Dan makan ke 2 pada pukul 05:30 WIB
98

dengan bubur ayam porsi sedang, serta minum air putih habis 1 botol.

Ibu mengatakan telah meminum obat (antibiotic amoxilin 3x1, pasidol

3x1, vit A, Fe 1x1). Istirahat ibu mengatakan semalam susah tidur dan

hanya ½ jam. Aktivitas ibu saat ini hanya tiduran dan menyusui

bayinya. Ibu sudak BAK dan belum BAB. Ibu mengatakan sudah

mengganti pembalut 2 kali pada saat ke kamar mandi. Pengeluaran

lochea berwana merah segar. Ibu sudah pernah menyusui dan ini

merupakan pengalaman yang ketiganya.

Dari hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik, tingkat kesadaran

composmentis, keadaan emmosional stabil, TTV : TD 110/70 mmHg,

suhu 36,5 ◦C, respirasi 21 x/mnt, nadi 80 x/mnt. Muka tidak oedema,

dan tidak pucat. Mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikhterik. Hidung bersih. Mulut dan bibir tidak sianosis, lembab. Leher

tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena

jugularis. Payudara simetris, bersih, tidak ada benjolan, puting susu

menonjol, ASI keluar sedikit (asi colostrum). Kontraksi baik, kandung

kemih kosong, TFU 2 jari dibawah pusat, DRA (diastasi recti

abdominalis) teraba rongga 3 jari. Ekstremitas bawah tidak oedema

tidak kemerahan, tidak ada varises, refleks fatela kiri dan kanan +/+.

Anogenital tidak ada kelainan, pengeluaran lochea rubra merah darah

segar. Anus tidak ada hemoroid.

Ibu P3A0 Postpartum 6 jam normal. Masalah : tidak ada.

Kebutuhan : observasi, nutrisi, personal hygiene.


99

Memberitahukan kepada ibu bahwa ibu dalam keadaan baik, ibu

dan keluarga merasa senang dan mengerti. Menganjurkan ibu untuk

mobilisasi duduk dan berjalan kaki untuk ke kamar mandi untuk

BAK, ibu mengerti dan menyutujuinya. Menganjurkan ibu untuk tidak

menahan BAK dan BAB, ibu mau melakukannya. Menganjurkan ibu

untuk ganti pembalut sesering mungkin dan setelah BAK ibu harus

membersihkan alat genitalnya dengan menggunakan air biasa tidak

boleh pakai air hangat, ibu mengerti dan mau melakukannya.

Menganjurkan ibu untuk istirahat saat bayinya tidur, ibu mengerti dan

menyetujuinya. Menganjurkan ibu sebelum menyusui untuk

membersihkan payudara dengan mengoleskan baby oil biarkan 1-5

menit lalu dibersihkan, ibu mengerti dan mau melakukannya.

Mengajarkan ibu teknik cara menyusui bayinya dengan benar yaitu

mencuci tangan dan memastikan payudara dan puttingnya bersih

terlebih dahulu posisikan tubuh ibu dan bayi senyaman mungkin dan

pastikan perut atau dada bayi menempel pada perut atau dada ibu

posisikan wajah bayi menghadap ke payudara dan usahakan leher bayi

jangan terputar atau menghadap depan posisikan kepala bayi dengan

benar yakni terletak di lengan ibu dan bukan di siku pastikan dagu

bayi menempel dengan benar ke daerah payudara ibu hadapkan

seluruh badan bayi menghadap ibu dan usahakan telinga bayi

membentuk garis lurus dengan lengan dan lehernya sangga tubuh bayi

dengan baik, termasuk seluruh punggungnya untuk meningkatkan


100

kenyamanan saat menyusui lakukan kontak mata dengan bayi karena

dapat meningkatkan ikatan batin yang kuat, ibu mengerti dan akan

melakukannya. Memberitahu ibu tentang bahaya nifas, apabila

perdarahan banyak, demam tinggi, sakit kepala hebat, penglihatan

kabur, uterus atau rahim lembek, mudah lelah, bengkak, sakit pada

payudara, putting susu lecet, kesulitan menyusui, keluar cairan vagina

yang berbau busuk, nyeri atau panas saat BAK, dan memberitahu

bidan bila ada tanda-tanda tersebut ibu mengerti dan bersedia

menghubungi bidan bila ada tanda tersebut, ibu sudah mengetahui

yang disampaikaikan bidan. Memberi ibu therapi vitamin A 1x1,

Amoxillin 3x1, Paracetamol 3x1, diminum dengan air putih, ibu

mengerti dan akan meminumnya. Memberitahu ibu kunjungan ulang

pada tanggal 02 April 2021 atau jika ibu ada keluhan.

2. Kunjungan II tanggal 02 – 04 – 2021 Pukul 16.00 WIB di

Rumah Klien

Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat ini, ibu mengakatakan

makan 3x sehari dengan sayur, telur dan tempe, tidak ada makanan

pantrangan apapun. Ibu masih mengkonsumsi zat besi. Pola istirahat

tidur siang ibu ±1 jam karena mengikuti waktu tidur bayi, dan ibu

tidur malam 5 jam. Bayi menyusu sangat kuat. Aktivitas sehari-hari

ibu sudah melakukan pekerjaan rumah dibantu oleh keluarga.


101

Pengeluaran lochea sangunolenta, ibu sudah BAB 1 kali dan tidak

keras., BAK 5 kali jernih.

Keadaan umum ibu baik, tingkat kesadaran composmentis,

keadaan emosional stabil. TTV : TD 120/70 mmHg, suhu 36,7◦C, nadi

80x/mnt, respirasi 20x/mnt. Muka tidak oedema. Mata konjungtiva

tidak anemis, sklera tidak ikhterik. Mulut dan bibir tidak sianosis,

lembab. Leher tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada

pembesaran vena jugularis. Payudara simetris tidak ada benjolan,

puting susu menonjol. Abdomen tidak ada bekas luka operasi, palpasi

TFU pertengahan pusat dan simpisis, kandung kemih kosong, DRA

(diastasi recti abdominalis) teraba rongga 2 jari. Ekstremitas bawah

tidak oedema, tidak ada varises, tidak kemerahan. Vagina tidak ada

pengeluaran lochea, tidak ada luka jahitan, tidak oedema, tidak

kemerahan, tidak ada pengeluara pus.

Ibu P3A0 post partum 6 hari. Masalah : tidak ada. Kebutuhan :

nutrisi, personal hygiene, eliminasi dan istirahat.

Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu

dalam keadaan baik, ibu mengerti. Mengedukasi kepada ibu tentang

cara menyusui yang benar yaitu badan bayi menempel pada badan

ibu, posisikan ibu dengan nyaman, keluarkan asi sedikit dan oleskan

pada daerah puting, masukan puting sampai daerah areola ke mulut

bayi, setelah selesai oleskan kembali asi ke daerah puting,

sendawakan bayi dengan cara menepuk punggung bayi untuk


102

mengeluarkan udara dari lambung, ibu sudah mengerti dan akan

melakukannya. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola makan,

makan 3x sehari dengan nasi, sayuran seperti bayam, kangkung,

brokoli, buncis dll, buah-buahan yang mengandung banyak vitamin

seperti jeruk, apel, pisang dll, dan tidak ada makanan yang dipantang,

ibu mengerti dan akan mengatur pola makannya. Menganjurkan ibu

untuk lebih banyak minum air putih yaitu >10 gelas karena untuk

kebutuhan menyusuinya, ibu akan melakukannya. Menganjurkan ibu

untuk menjaga kebersihan daerah kemaluan dengan cara

membersikannya menggunakan air bersih, dari depan kebelakang

hingga bersih dan mengeringkannya agar tidak lembab, ibu sudah

melakukannya. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif

selama 6 bulan tanpa di campuri makanan tambahan apapun karena

ASI banyak keuntunganya yaitu mengandung banyak gizi yang

dibutuhkan oleh bayi, dan pemberian ASI bisa menghemat ekonomi,

ibu mengerti dan akan memberikan ASI saja selama 6 bulan.

Mengingatkan tanda bahaya masa nifas yaitu mudah lelah, demam,

sakit kepala terus menerus, bengkak, sakit pada payudara, putting

susu lecet, kesulitan menyusui, cairan vagina yang berbau busuk,

nyeri atau panas saat BAK, perdarahan dan menganjurkan ibu untuk

memberitahu bidan bila ada tanda bahaya tersebut, ibu mengerti dan

bersedia menghubungi bidan bila ada tanda bahaya tersebut.

Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang yaitu pada tanggal 10 April

2021.
3. Kunjungan III Tanggal 10 – 04 – 2021 pukul 15.00 WIB

dirumah Klien

Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat ini, ibu mengatakan makan

4x sehari porsi sedang dengan menu bervariasi seperti nasi, ikan,

sayuran dan tidak ada makanan yang di pantang. Pola istirahat tidur

malam 4-5 jam. Aktivitas sehari-sehari ibu melakukan pekerjaan

rumah. Pengeluaran lochea serosa. Ibu mengatakan proses menyusui

lancar, bayinya lahap menyusu dan tidak ada masalah. Aktivitas ibu

mulai mandiri mengurus bayinya.

Dari hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik, tingkat kesadaran

composmentis, keadaan emosional stabil. TTV : TD 120/80 mmHg, suhu

36,5◦C, nadi 80 x/mnt, respirasi 20 x/mnt. Muka tidak oedema. Mata

konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikhterik. Mulut dan bibir tidak sianosis,

lembab, besih. Leher tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada

pembesaran vena jugularis. Payudara pembesaran simetris, puting susu

menonjol, tidak ada benjolan, ASI lancar. Abdomen palpasi TFU 2 jari diatas

simfisis, kandung kemih kosong, DRA (diastasi recti abdominalis) teraba

rongga 1 jari. Ekstremitas bawah tidak oedema, tidak ada varises, tidak

kemerahan, tidak ada homen sign. Anogenital tidak ada kelainan, tidak

kemerahan, tidak ada varises, tidak ada pengeluaran lochea, tidak ada luka

jahitan, tidak oedema, tidak kemerahan, tidak ada pengeluaran pus.

Ibu P3A0 postpartum 14 hari normal. Masalah : tidak ada.

Kebutuhan : istirahat, nutrisi, pemberian ASI.


104

Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa saat

ini Ibu dalam keadaan baik, ibu terlihat lega dan tersenyum

mendengar bahwa keadaan dirinya baik. Mengevaluasi pemenuhan

nutrisi ibu, kembali mengingatkan kepada ibu untuk makan makanan

yang beranekaragam yang mengandung karbohidrat, protein, sayur,

dan buah-buahan untuk stamina/energi ibu dan kandungan dalam ASI

tetap bergizi, ibu mengerti dan akan melakukannya. Menganjurkan

ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin agar kebutuhan bayi

terpenuhi, ibu mengerti dan akan melakukannya. Mengedukasi

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, karena ASI mengandung

banyak gizi yang dibutuhkan oleh bayi, ibu mengerti dan akan

memberikan ASI ekslusif saja. Mengingatkan tanda bahaya masa nifas

yaitu mudah lelah, demam, sakit kepala terus menerus, bengkak, sakit

pada payudara, putting susu lecet, kesulitan menyusui, cairan vagina

yang berbau busuk, nyeri atau panas saat BAK, perdarahan dan

menganjurkan ibu untuk memberitahu bidan bila ada tanda bahaya

tersebut, ibu mengerti dan bersedia menghubungi bidan bila ada tanda

bahaya tersebut. Mengingatkan kepada ibu untuk persiapan ber-KB,

menjelaskan kepada ibu jika sudah 40 hari langsung segera

menggunakan alat kontrasepsi, atau ibu bisa menggunakan metode

kontrasepsi alamiah terlebih dahulu sampai bayi berusia 6 bulan,

dengan syarat hanya memberikan ASI saja, menyusui sesering

mungkin dan belum mendapatkan haid, ibu mengerti dan akan

menanyakan terlebih dahulu kepada suaminya.


4. Kunjungan IV Tanggal 06 – 05 – 2021 pukul 16.00 WIB

dirumah Klien

Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat ini, ibu mengatakan makan

4-5x sehari porsi sedang dengan menu bervariasi seperti nasi, ikan,

sayuran dan tidak ada makanan yang di pantang. Pola istirahat tidur

malam 4-5 jam. Aktivitas sehari-sehari ibu melakukan pekerjaan

rumah. Pengeluaran lochea alba. Ibu mengatakan proses menyusui

lancar, bayinya lahap menyusu dan tidak ada masalah. Aktivitas ibu

mulai mandiri mengurus bayinya.

Dari hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik, tingkat kesadaran

composmentis, keadaan emosional stabil. TTV : TD 110/70 mmHg,

suhu 36,7◦C, nadi 80 x/mnt, respirasi 20 x/mnt. Muka tidak oedema

dan tidak pucat. Mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikhterik.
105

Mulut dan bibir tidak sianosis, lembab, besih. Leher tidak ada

pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.

Payudara pembesaran simetris, puting susu menonjol, tidak ada

benjolan, ASI lancar. Abdomen palpasi TFU sudah tidak teraba.

Kandung kemih kosong. DRA (diastasi recti abdominalis) teraba

rongga 1 jari. Ekstremitas bawah tidak oedema, tidak ada varises,

tidak kemerahan, tidak ada homen sign. Anogenital tidak ada

kelainan, tidak kemerahan, tidak ada varises, tidak ada pengeluaran

lochea, tidak ada luka jahitan, tidak oedema, tidak kemerahan, tidak

ada pengeluaran pus.

Ibu P3A0 postpartum 40 hari normal. Masalah : tidak ada.

Kebutuhan : istirahat, nutrisi, pemberian ASI.

Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa

saat ini Ibu dalam keadaan baik, ibu mengerti dan sudah

mengetahuinya. Mengevaluasi pemenuhan nutrisi ibu kembali

mengingatkan kepada ibu untuk makan-makanan yang beranekaragam

yang mengandung karbohidrat, protein, sayur, dan buah-buahan untuk

stamina/energi ibu dan kandungan dalam ASI tetap bergizi, ibu

mengerti dan akan melakukannya. Menganjurkan ibu untuk menyusui

bayinya sesering mungkin agar kebutuhan bayi terpenuhi, ibu

mengerti dan akan melakukannya. Mengedukasi pemberian ASI

eksklusif selama 6 bulan, karena ASI mengandung banyak gizi yang


106

dibutuhkan oleh bayi, ibu mengerti dan akan memberikan ASI

ekslusif saja. Mengingatkan kepada ibu untuk persiapan ber-KB, menjelaskan

kepada ibu jika sudah 40 hari langsung segera menggunakan alat kontrasepsi,

atau ibu bisa menggunakan metode kontrasepsi alamiah terlebih dahulu sampai

bayi berusia 6 bulan, dengan syarat hanya memberikan ASI saja, menyusui

sesering mungkin dan belum mendapatkan haid, ibu mengerti dan akan

menanyakan terlebih dahulu kepada suaminya.

D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

1. Kunjungan I tanggal 28 – 03 – 2020 Pukul 06.00 WIB di

Puskesmas

Ibu mengatakan tidak ada tanda-tanda hipotermi seperti tangan

dan kaki teraba dingin, gerakan bayi aktif, menangis kuat, mau

menyusu, tidak ada perubahan pada tali pusat.

Keadaan umum baik, suhu 36,5ºC , pernafasan 41 x/mnt, denyut

jantung 141 x/mnt, berat 3000 gram, panjang badan 50 cm, jenis

kelamin laki-laki. Warna kulit kemerahan. Pemeriksaan kepala tidak

ada caput sucadeneum, tidak ada chepal hematoma, tidak makrocepal

tidak mikrocepal, lingkar kepala CFO 32 cm, CMO 32 cm, CSOB 31

cm, tidak ada pelebaran sutura. Mata simetris, kelopak mata tidak ada

oedema, bersih, sklera putih, tidak ada kolobama, tidak ada glukoma

kongenital, tidak ada katarak kongenital, tidak ada pelebaran

epikantus. Telinga ada, daun telinga lentur, telinga sejajar dengan

mata, terdapat lubang telinga, tidak ada pengeluaran cairan. Hidung


ada, lubang ada ,tidak ada kotoran, tidak ada pernafasan cupping

hidung. Mulut tidak labioshzis, genatoshizis, palatoshizis, labio genato

palato shizis, ada reflek rooting, ada reflek sucking dan reflek

swallowing. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan


107

thyroid, pergerakan normal, tidak ada lipatan kulit berlebih, ada reflek

tonic neck. Bahu tidak fraktur, tidak ada paralisi fleksus bracialis,

tidak ada pembekakan, tidak ada kelainan.ekstremitas atas simetris,

tidak polidaktili, sindaktili, adaktili, terdapat reflek grapsing, dan ada

reflek moro. Dada lingkar dada 34 cm, tidak terlihat tulang rusuk dan

strenum, tidak ada retraksi dinding dada, nodul payudara jelas.

Abdomen membulat, bising usus ada, tidak ada pendarahan pada tali

pusat, tidak ada hernia umbilicalis, tidak ada hernia inguinalis.

Anogenetalia jenis kelamin laki-laki, tidak ada pengeluaran cairan.

Ekstremitas bawah tidak ada kelainan, tidak adaktili, sindaktili,

polidaktili, rajah kaki lebih dari ⅓, ada reflek babinski, ada reflek

steping. Punggung tidak ada medula spinalis, tidak ada spinabifida.

Kulit terdapat verniks dan lanugo, tidak ikterik. Terdapat lubang anus

dan ada meconium.

Neonatus Cukup Bulan sesuai usia Kehamilan Usia 6 Jam normal.

Masalah : tidak ada. Kebutuhan : ASI, menjaga kehangatan, HB-0.

Menjelaskan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yaitu

keadaan umum bayi baik, ibu dan keluarga mengetahuinya.

Membersihkan tubuh bayi dan menjaga kehangatan bayi dengan

meletakkan bayi ditempat yang hangat, dan memakaikan pakaian

bersih dan kering, sarung tangan, sarung kaki dan topi. Memberikan

suntik HB-0 pada paha kanan 1/3 bagian Memberikan salep mata
108

pada bayi dari mata bagian luar sampai mata bagian dalam untuk

mencegah terjadinya infeksi. Sudah diberikan. Melakukan konseling

perawatan bayi terutama mencegah bayi kedinginan yaitu dengan

tetap menjaga kehangatan bayi diantaranya dengan menempatkan bayi

ditempat hangat atau ditutup menggunakan selimut, serta selalu

memakaikan topi/penutup kepala, ibu mengerti dan akan

melakukannya. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan tali pusat,

yaitu tidak membubuhi tali pusat dengan bumbu-bumbu apapun,

Mengganti kassa tali pusat setiap kali mandi dengan kassa steril,

dibersihkan setiap kali dimandikan.

2. Kunjungan II tanggal 02 – 04 – 2021 Pukul 16.00 WIB di

Rumah Klien

Ibu mengatakan bayinya mau menyusu, bayi menyusu kuat, bayi

aktif, tidak ada tanda-tanda kedinginan pada tangan dan kaki. Tali

pusat belum puput , BAK lebih dari 6 kali sehari, BAB 1-2 kali sehari

berwarna kuning terang. Bayi terlihat memakai gurita menutupi dada

dan perutnya.

Keadaan umum baik, kulit kemerahan, gerakan aktif, denyut

janjung 142 x/mnt, suhu 36,5˚C, pernafasan 44 x/mnt, tidak ada

kelainan fisik pada bayi, reflek bayi normal, lingkar kepala 32 cm,

lingkar dada 34 cm.


109

Neonatus Cukup Bulan sesuai usia Kehamilan Usia 6 hari normal.

Masalah : tidak ada. Kebutuhan : ASI, menjaga kehangatan.

Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa saat

ini bayi ibu dalam keadaan baik. ibu terlihat senang mendengarnya.

Memastikan pada ibu apakah bayinya mendapatkan ASI cukup tanpa

diberikan makanan pendamping ASI, ibu mengerti dan mengatakan

bayinya diberikan ASI saja. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga

kehangatan bayi dengan cara jangan membiarkan bayi bersentuh

langsung dengan benda dingin, misalnya lantai, atau tangan yang

dingin. Jangan letakkan bayi dekat jendela atau kipas angin. Segera

keringkan bayi setelah mandi untuk mengurangi penguapan dan

menjaga lingkungan sekitar bayi tetap hangat, ibu mengerti dan akan

melakukannya. Memberitahukan kembali kepada ibu dan keluarga

mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu Pernafasan cepat ≥ 60

x/menit, bayi tidak mau menyusu, suhu bayi ≤ 36,5 ˚C atau ≥ 37,5 ˚C,

bayi tidak BAB selama 3 hari dan tidak BAK selama 24 jam, warna

kulit kuning dan kebiruan, menangis lemah dan merintih, bayi kejang.

Jika ibu menemukan tanda-tanda bahaya tersebut pada bayi maka ibu

dan keluarga segera menghubungi tenaga kesehatan untuk

mendapatkan penanganan segera. Memberi tahukan kepada ibu untuk

tidak memakaikan gurita kembali pada banyikan karena pemakaian

gurita pada bayi membuat lambung bayi tertekan sehingga pada saat

bayi menyusu akan menyebabkan gumoh atau keluarnya kembali air


110

susu yang sudah ditelan, ibu mengerti dan akan melakukannya.

Memberitahu kepada ibu untuk tidak memakaikan gurita pada bayi

karena bisa menyebabkan bayi tidak nyaman karena tekanan pada

dinding perut dan bisa menyebabkan bayi sesak juga mengganggu

pertumbuhan organ tubuh bayi, mengganggu proses pernafasan dan

akan menyebabkan bayi gumoh, ibu mengerti dan melonggarkan

gurita. Menjadwalkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian

untuk dilihat perkembangan bayinya, ibu mengerti dan akan

melakukan kunjungan ulang.

3. Kunjungan III Tanggal 10 – 04 – 2021 pukul 15.00 WIB

dirumah Klien

Ibu mengatakan bayinya mau menyusu banyak dan sering, bayi

aktif dan tidak lemah, tidak ada demam dan badan tidak dingin, bayi

diberi ASI lebih dari >8 kali sehari. BAB 1-2 kali sehari berwarna

kuning, BAK 6-7 kali dalam sehari.

Keadaan umum baik, denyut jantung 140 x/mnt, pernafasan 40

x/mnt, suhu 37,0˚C, warna kulit kemerahan, panjang badan 51 cm,

lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 34 cm bayi tidak kuning dan pucat,

pergerakan normal, reflek bayi normal.

Neonatus Cukup Bulan sesuai masa kehamilan usia 14 hari

normal. Masalah : tidak ada. Kebutuhan : menjaga kehangatan, ASI,

perawatan tali pusat.


111

Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa

saat ini bayi ibu dalam keadaan baik, ibu terlihat senang

mendengarnya. Memberitahukan kepada ibu mengenai imunisasi

dasar lengkap bahwa bayinya harus melakukan imunisasi dasar

lengkap karena imunisasi merupakan upaya untuk memberikan

kekebalan aktif kepada bayi dengan imunisasi bayi akan memiliki

kekebalan tubuh terhadap penyakit, ibu mengerti dan akan

melakukannya. Memberitahukan kepada ibu untuk memberikan

imunisasi BCG dan polio 1 pada usia bayi 1 bulan. Fungsi dari

imunisasi BCG adalah untuk mencegah dari penyakit lumpuh layu.,

ibu mengerti dan akan melakukannya. Memberitahukan kembali pada

ibu dan keluarga mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu

Memberitahukan kembali kepada ibu dan keluarga mengenai tanda-

tanda bahaya pada bayi yaitu Pernafasan cepat ≥ 60 x/menit, bayi

tidak mau menyusui, suhu bayi ≤ 36,5 ˚C atau ≥ 37,5 ˚C, bayi tidak

BAB selama 3 hari dan tidak BAK selama 24 jam, warna kulit kuning

dan kebiruan, menangis lemah dan merintih, bayi kejang. Apabila ibu

menemukan tanda-tanda bahaya tersebut pada bayi maka ibu dan

keluarga segera menghubungi tenaga kesehatan untuk mendapatkan

penanganan segera, ibu paham dan mengerti atas penjelasannya.

Mengingatkan kembali kepada ibu dan memotivasi ibu untuk

memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, ibu masih mengingatnya

dan akan memberikan ASI secara eksklusif. Mengkaji ulang dan


112

mengingatkan tentang cara menyusui yang benar dan menyendawakan

bayi setelah menyusu, ibu mengerti dan dapat melakukannya dengan

baik. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk tetap menjaga

kehangatan bayinya, ibu akan melakukannya.

4. Kunjungan IV Tanggal 06 – 05 – 2021 pukul 16.00 WIB

dirumah Klien

Ibu mengatakan bayinya mau menyusu banyak dan sering, bayi

aktif dan tidak lemah, tidak ada demam dan badan tidak dingin, bayi

diberi ASI lebih dari >8 kali sehari. BAB 1-2 kali sehari berwarna

kuning, BAK 6-7 kali dalam sehari.

Keadaan umum baik, denyut jantung 142 x/mnt, pernafasan 42

x/mnt, suhu 36,8˚C, warna kulit kemerahan, panjang badan 51 cm,

lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 34 cm bayi tidak kuning dan pucat,

pergerakan normal, reflek bayi normal.

Neonatus Cukup Bulan sesuai masa kehamilan usia 40 hari

normal. Masalah : tidak ada. Kebutuhan : menjaga kehangatan, ASI

ekslusif.

Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa saat

ini bayi ibu dalam keadaan baik, ibu terlihat senang mendengarnya.

Mengingatkan kembali kepada ibu mengenai imunisasi dasar lengkap

bahwa bayinya harus melakukan imunisasi dasar lengkap karena

imunisasi merupakan upaya untuk memberikan kekebalan aktif


113

kepada bayi dengan imunisasi bayi akan memiliki kekebalan tubuh

terhadap penyakit, ibu mengerti dan akan melakukannya.

Mengingatkan kembali kepada ibu dan keluarga mengenai tanda-

tanda bahaya pada bayi yaitu Pernafasan cepat ≥ 60 x/menit, bayi

tidak mau menyusui, suhu bayi ≤ 36,5 ˚C atau ≥ 37,5 ˚C, bayi tidak

BAB selama 3 hari dan tidak BAK selama 24 jam, warna kulit kuning

dan kebiruan, menangis lemah dan merintih, bayi kejang. Apabila ibu

menemukan tanda-tanda bahaya tersebut pada bayi maka ibu dan

keluarga segera menghubungi tenaga kesehatan untuk mendapatkan

penanganan segera, ibu mengerti atas penjelasan bidan. Mengingatkan

kembali kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan,

ibu masih mengingatnya dan akan memberikan ASI secara eksklusif.

Mengkaji ulang dan mengingatkan tentang cara menyusui yang benar

dan menyendawakan bayi setelah menyusu, ibu mengerti dan dapat

melakukannya dengan baik. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk

tetap menjaga kehangatan bayinya, ibu akan melakukannya.


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis membahas tentang manajemen asuhan kebidanan

secara komprehensif (kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir) pada

Ny. A umur 36 tahun G3P2A0 yang dilakukan pada tanggal 22 Maret 2021

sampai tanggal 06 Mei 2021 di Poned Kutawaluya, Kec. Kutawaluya, Kab.

Karawang. Dalam hal ini penulis membandingkan antara teori dan praktek

di lapangan.

A. Kehamilan

Klien bernama Ny. A usia 36 tahun G3P2A0 hamil 40 minggu janin

tunggal, hidup, intrauteri, presentasi kepala. Yang bertempat tinggal

Ciampel 01/01 Sindang Mulya Kec. Kutawaluya Kab. Karawang. Saat

ini sedang mengandung anak ketiga, selama kehamila Ny. A memeriksa

kehamilannya secara tidak teratur sebab Ny. A mengatakan bahwa sibuk

dengan mengurus pekerjaan rumah dan anaknya sehingga tidak sempat

melakukan kunjungan kehamilan pada trisemester I sedangkan pada

trisemester II dan III Ny. A melakukan kunjungan sebanyak 9 kali.

Frekuensi pemeriksaan ini tidak memenuhi standar pada trimester I

karena tidak sesuai dengan teori Ketut Suarayasa bahwa Pelayanan

kesehatan masa hamil dilakukan sekurang-kurangnya 4 (empat) kali

selama masa kehamilan yang dilakukan, yakni: 1 (satu) kali pada

trimester pertama: 1 (satu) kali pada trimester kedua: dan 2 (dua) kali

pada trimester ketiga. Pelayanan kesehatan pada masa hamil ini

114
115

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan

kewenangan, serta sesuai dengan standar pelayanan ibu hamil.

Menurut Penulis bahwa adanya kesenjangan antara teori dan praktek

dikarenakan Ny. A tidak memenuhi standar kunjungan ANC. Dalam

standar minimal asuhan antenatal terdapat 14 T meliputi : Penimbangan

berat badan, pengukuran tinggi badan, Pengukuran tekanan darah,

Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri), Tablet FE, Penentuan

status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai

status imunisasi, Pemeriksaan Haemoglobin, VDRL (Veneral Disease

Research Laboratory), Pemeriksaan Protein Urine, Pemeriksaan Urine

reduksi, Perawatan payudara, Senam Hamil, Pemberian terapi kapsul

yodium untuk daerah endemis malaria, Temu Wicara/konseling. Pada

kasus Ny. A penulis tidak melakukan 2 tindakan yang sesuai dengan teori

yang pertama adalah senam hamil tetapi penulis hanya menyarankan

kepada Ny. A untuk melakukan senam hamil secara mandiri dengan

melihat video diyoutube. Yang kedua yaitu pemberian obat anti malaria

dan pemberian kapsul yodium kepada Ny. A tidak di lakukan karena di

daerah terebut tidak ada indikasi untuk melakukan test tersebut, karena

fasilitas tidak tersedia disebabkan kabupaten karawang bukan merupakan

daerah endermis malaria dan gondok, sehingga pemberian terapi malaria

dan yodium untuk daerah endemis tidak dilakukan.


116

Menurut Sudirtayasa (2014) obesitas dalam kehamilan mengakibatkan

berbagai komplikasi pada ibu dan janin yang dapat meningkatkan angka

morbiditas, komplikasi yang dapat terjadi saat kehamilan adalah diabetes.

Melalui penghitungan IMT Ny. A masuk kedalam kategori obesitas

ringan dimana ibu hamil dengan indeks massa tubuh obesitas ini

disarankan menaikan berat badan sebanyak 5-9 kg saja. Konseling yang

seharusnya diberikan pada kasus Ny. A yaitu sebaiknya memerhatikan

asupan makanan agar tidak mengalami kenaikan berat badan yang terlalu

banyak, ibu dianjurkan menghindari makanan dan minuman tinggi gula

dan lemak, serta garam. Selain itu, lakukan olahraga ringan, seperti

berjalan santai, berenang, atau yoga, agar berat badan tetap stabil. Tetapi

konseling tersebut tidak sepenuhnya tersalurkan kepada Ny. A sehingga

Ny. A hanya sebagian konseling yang di sampaikan bidan hanya

dilakukan oleh Ny. A seperti makan yang tidak berlebihan dan berjalan

santai, dan ada beberapa yang tidak dilakukan oleh Ny. A seperti

berenang atau yoga karena tidak sempat untuk melakukan hal tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan telah terjadi kesenjangan antara teori dan

praktik.
117

B. Persalinan

Menurut teori Mia Oktarina, 2016 Asuhan Sayang Ibu adalah asuhan

yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.

Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan

mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan

kelahiran bayi. Evidence based midwifery menunjukan bahwa jika ibu

diperhatikan dan di beri dukungan selama persalinan mereka

mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik. Tetapi pada kasus ny.

A terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dimana kehadiran

pendamping tidak terpenuhi pada kala I, tetapi suami bisa mendampingi

ibu pada saat persalinan kala II.

Menurut Sarwono Prawirrohardjo, 2014 60 Langkah Asuhan

Persalinan Normal salah satunya Menilai bayi dengan cepat (dalam 30

detik), kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala

bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya ( bila tali pusat terlalu pendek,

meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami

asfiksia, lakukan resusitasi. Tetapi pada proses persalinan ny. A bayinya

tidak langsung menangis, tonus otot kuat, pucat sehingga langsung

diambil tindakan oleh bidan untuk dilakukan rangsang taktil, isap lendir,

dan Alhamdulillah 15 detik kemudian bayi menangis kuat setelah dirasa

bayi kuat kemudian bidan menempelkan badan bayi ke badan ibu untuk

segera dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).


118

Rasa sakit akibat nyeri persalinan terjadi pada fase kala I persalinan.

Pada fase ini terjadi kontraksi otot rahim akan semakin sering ddan

semakin kuat. Kotraksi terjadi sekitar 45 detik sampai 90 detik.

Intensitas kontraksi semakin meningkat ketika persalinan mengalami

kemajuan sehingga hal ini mengakibatkan intensitas nyeri yang semakin

besar. Tujuan penerapan teknik relaksasi nafas dalam yaitu untuk

meningkatkan vertilasi alveoli, memelihara pertukaraan gas, mencegah

altelektasi paru, merilekskan tegangan otot, mengurangi stress fisik

emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri (mengontrol atau

mengurangi nyeri) dan menurunkan kecemasan. (Hizra Ainin, 2019).

Dalam kasus Ny. A penulis sudah memberikan asuhan teknik relaksasi

untuk mengurangi rasa nyeri dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan

antara teori dan praktik.

Penjepitan dan pemotongan tali pusat merupakan prosedur standar

yang selalu dilakukan saat bayi dilahirkan. Penundaan penjepitan

memungkinkan waktu untuk menstransfer darah janin di plasenta ke

bayi pada saat kelahiran. Transfusi plasenta inidapat memberi bayi

tambahan volume darah 40% lebih banyak. (Rosmadewi, 2018). Dalam

kasus Ny. A penulis sudah melakukan penundaan pemotongan tali pusat

sampai tidak berdenyut sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori

dan praktik.
119

C. Nifas

Masa nifas atau peurperium adalah masa setelah partus selesai

sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil.

Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (Abidin, 2011).

Dalam kasus Ny. A berdasarkan teori dan praktik terdapat

kesenjanga karena penulis hanya melakukan kunjungan nifas yang

pertama (6 jam setelah persalinan), kunjungan kedua (6 hari setelah

persalinan), kunjungan ketiga (14 hari setelah persalinan) sampai (40

hari setelah persalinan) karena penulis mengikuti kunjungan yang

dilakukan di tempat praktik.

Pijat oksitosin adalah pemijatan daerah tulang belakang leher,

punggung atau sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang

costae kelima sampai keenam. Pijat oksitosin adalah tindakan yang

dilakukan oleh suami pada ibu menyusui yang berupa back massage

pada punggung ibu untuk meningkatkan pengeluaran hormon

oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan oleh suami akan

memberikan kenyamanan pada ibu, sehingga akan memberikan

kenyamanan pada bayi yang disusui. Manfaat pijat oksitosin

membantu ibu secara psikologis, menenangkan, tidak stress,

membangkitkan rasa percaya diri, membantu ibu agar mempunyai

pikiran dan perasaan baik tentang bayinya, meningkatkan ASI,

melepas lelah, ekonomis, praktis. Dalam kasus Ny. A mengeluh

keluar ASI sedikit dan penulis sudah melakukan pemijatan kepada


120

Ny. A dan mengajarkan kepada suami dan keluarga agar bisa

dikerjakan dirumah, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori

dan praktik.

Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) kepada

ibu nifas sebanyak dua buah, yaitu 1 kapsul diminum segera setelah

persalinan dan 1 kapsul diminum 24 jam sesudah pemberian kapsul

pertama. Dalam kasus Ny. A penulis sudah memberikan Vit A 2

kapsul, kapsul yang pertama untuk diminum 1 kali dalam sehari, dan

kapsul kedua diminum setelah 24 jam pemberian kapsul atau pada

saat keesokan harinya.

D. Bayi Baru Lahir (BBL)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir

2500 – 4000 gram. Adaptasi bbl terhadap kehidupan di luar uterus.

Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi fisik dan psikologis mulai

terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena perubahan dramatis ini

bayi memelurkan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia

membuat sesuatu transisi yang baik terhadap kehidupannya di luar

uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat

meningkatkan kesempatan menjadi masa transisi dengan berhasil.

Tujuan asuhan kebidanan yang lebih luas selama ini adalah

memberikan perawatan komprehensif kepada bayi baru lahir pada


121

saat ia dalam ruang rawat, untuk mengajarkan orang tua bagaimana

merawat bayi mereka, dan untuk memberikan motivasi terhadap

upaya pasangan menjadi orang tua. Dalam kasus Bayi Ny. A sudah

diberikan perawatan gabung bersama ibunya agar tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.

Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil

menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui. Isapan bayi yang

penting dalam meningkatkan kadar hormone prolaktin, yaitu

hormone yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI.

Isapan tersebut akan meningkatkan produksi susu 2 kali lipat. Bayi

yang dibiarkan menyusu sendiri, setelah berhenti menyusu baru

dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan diukur. Pada 1 jam

setelah bayi lahir bayi diletakkan kembali di bawah payudara ibunya,

ia tampak dapat menyusu dengan baik. Pada kasus Ny. A bayi

setelah dibersihkan dan dipakaikan baju dan dibedong bayi diberikan

kepada ibunya untuk melakukan IMD kembali agar tidak ada

kesenjangan social pada teori dan praktek.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil seluruh kegiatan dalam melakukan asuhan

kebidanan yang penulis mengamati, mulai dari kehamilan, persalinan,

nifas, dan bayi baru lahir. Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan

pada Ny. A di puskesmas Kutawaluya yang dilakukan dimulai dari

kehamilan 40 minggu sampai 40 hari postpartum, maka masa ini dapat

disimpulkan penulis dapat memberikan asuhan kebidanan secara

komprehensif pada kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir pada

Ny. A dengan pendekatan manajemen varney dilanjutkan dengan

pendokumentasian SOAP.

1. Penulis memperoleh data subjektif yang didapat dari anamnesa dan

memperoleh data objektif yang seluruh pengkajiannya dilakukan

secara komprehensif pada Ny. A dimulai saat usia kehamilan 40

minggu, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

2. Penulis dapat menegakkan diagnosa secara komprehensif pada Ny. A

yang di peroleh baik dari data subjektif dan objektif.

3. Penulis tidak menemukan diagnosa potensial dan masalah potensial

pada Ny. A saat kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

4. Penulis tidak melakukan tindakan segera karena tidak ada diagnosa

potensial dan masalah potensial pada Ny. A saat kehamilan,

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

122
123

5. Penulis sudah merencanakan asuhan yang diberikan pada pasien

sesuai diagnosa secara komprehensif pada Ny. A dimulai saat usia

kehamilan ibu 40 minggu, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

6. Penulis telah melakukan asuhan sesuai yang sudah direncanakan

secara komprehensif pada Ny. A dimulai saat kehamilan 40 minggu,

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

7. Penulis dapat mengevaluasi semua saat usia kehamilan 40 minggu,

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

8. Penulis telah melakukan pendokumentasian SOAP sesuai asuhan yang

telah diberikan secara komprehensif pada Ny. A dimulai saat

kehamilan 40 minggu, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

B. Saran

1. Bagi mahasiswa

Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan praktik dalam

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif. Lebih kreatif

dalam mempersiapkan diri dan alat-alat ketika akan melakukan asuhan

kebidanan pada pasien. Lebih cermat dalam mendokumentasikan

asuhan kebidanan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat mengevaluasi kemampuan mahasiswa agar menjadi

bidan yang mandiri dan profesional dalam memberikan pelayanan

asuhan kebidanan komprehensif dan dapat merangkul para mahasiswa


124

untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir serta meningkatkan mutu

pendidikan sehingga menghasilkan tenaga kesehatan yang lebih

professional, berkualitas dan dapat bersaing dalam dunia kesehatan.

3. Bagi lahan praktek

Diharapkan tetap menjadi partner yang luar biasa dalam memberikan

bimbingan kepada mahasiswa sehingga mahasiswa mampu

melakukan asuhan kebidanan kepada klien yang mencakup upaya

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sehingga tindakan yang

dilakukan sesuai dengan perkembangan ilmu berdasarkan standar

pelayanan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun. Jakarta: Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

Suarayasa, Ketut. (2020). Strategi Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) Di

Indonesia. Sleman : CV Budi Utama.

Oktarina, Mika. (2016). Buku ajar asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru

lahir. Yogyakarta : CV Budi Utama.

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta : CV Bina Pustaka.

Rohani, dkk. (2011). Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta :

Salemba Medika

Abdul Bari Saifuddin. (2010). Ilmu Kebidanan, edisi4. Jakarta: Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit

Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC.

Ambarawati, Wulandari. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :

Nuha Medika

Siwi Walyan Elisabeth. (2021). Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.

Yogyakarta : Pustaka Baru


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak.

Jakarta: Kementrian Kesehatan dan JICA.

Dinkes Provinsi Jawa Barat. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Karawang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

DinKes Kabupaten Karawang. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten Karawang.

Karawang : Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang.

Roesli, Utami, 2013, Mengenal ASI Eksklusif , PT Pustaka Pembangunan

Swadaya Nusantara, Jakarta.

Yusrah Taqiyah,Sunarti, Nur Fadilah Rais (2019). Pengaruh Masase

Payudara Terhadap Bendungan Asi Pada Ibu Post Partum Di Rsia Khadijah I

Makassar. Jurnal Of Islamic Nursing Vol 4 No 1.

Fita Supriyani dan Sri Handayani. (2011). Perbedaan Perawatan Tali Pusat

Dengan Menggunakan ASI Dan Kassa Kering Terhadap Lama Pelepasan Tali

Pusat Bayi Baru Lahir di BPS Endang Purwanti. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu.

Wagiyo. 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal & Bayi Bru Lahir

Fisiologis dan Patologis. Yogyakarta : CV Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai