Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A.

L DENGAN GASTRITIS
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALAUD

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH
HERMANUS J GAGOLA
NIM.19020022

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK III MANADO


JULI 2020

i
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A.L DENGAN GASTRITIS
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALAUD

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan
Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III Keperawatan

OLEH
HERMANUS J GAGOLA
NIM.19020022

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK III MANADO


AGUSTUS 2020

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diajukan oleh :


Nama : Hermanus J Gagola
Nim : 19020022
Judul : Asuhan keperawatan Pada Pasien Tn.A.L Dengan Gastritis di Rumah
Sakit Umum Daerah Talaud
Telah diterima dan disetujui oleh tim pembimbing Karya Tulis Ilmiah Akademi
Keperawatan Rumkit TK III Manado sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
pendidikan Diploma III

Telah di setujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

dr.Bambang Setiawan Deivi Karandehi,S.Kep


Penata Tk. I III/d NIP197801302009121001

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK III MANADO


AGUSTUS 2020

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Akhir ini telah diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Ujian
Akhir Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III Manado sebagai salah satu persyaratan
menyelesaikan pendidikan Diploma III

Ketua Penguji

Ns.Noifke Kaghoo,S.Kep.,M.Kes

Anggota Penguji

Pembimbing I Pembimbing II

dr.Bambang Setiawan Deivi Karandehi,S.Kep


Penata Tk. I III/d NIP197801302009121001

Mengetahui:
Direktur Akper Rumkit Tk. III Manado

dr. Bambang Setiawan


Penata Tk. I III/d NIP 197801302009121001

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK III MANADO


AGUSTUS 2020

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul Asuhan keperawatan Pada Pasien Tn.A.L Dengan Gastritis di Rumah
Sakit Umum Daerah Talaud. Adapun maksud dan tujuan pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program
Diploma III Keperawatan di Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III Manado.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak menemui kesulitan dan
hambatan, akan tetapi berkat doa bimbingan dan arahan serta bantuan dari berbagai
pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang telah membantu dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini:
1. Ketua Yayasan Wahana Bakti Husada Sulut Ibu Tinneke tandipajung S.Kp.,M.M
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
di Akper Rumkit Tk. III Manado.
2. dr. Bambang Setiawan selaku Direktur Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III
Manado dan sekaligus Pembimbing I yang telah bersedia memberi bimbingan
dan dukungan dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Keperawatan
Rumkit Tk. III Manado
3. Pembimbing II, Deivi Karandehi,S.Kep yang telah meluangkan waktu dan
memberikan bimbingan serta petunjuk dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah..
4. Ketua Penguji, Ns.Noifke Kaghoo, S.Kep.,M.Kes yang telah memberikan arahan
dan masukan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
5. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Talaud yang telah memberikan izin untuk
menempuh Pendidikan Diploma III Keperawatan.
6. Seluruh staf pendidikan dan Dosen Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III
Manado yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi
penulis selama mengikuti pendidikan.

vi
7. Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan keberhasilan dan
kesuksesan serta keselamatan selama menempuh pendidikan.
8. Teman-temaan RPL angkatan II yang telah memberikan motivasi, mau berbagi
baik suka maupun duka selama 1tahun dan menciptakan kebersamaan kita

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dalam menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhirnya penulis
mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
terutama dalam pendidikan keperawatan. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu
memberikan hikmat dan berkat-Nya kepada kita semua
\

Manado, Juli 2019


Penulis

Hermanus J Gagola

vii
DAFTAR ISI

halaman
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................. vi
DAFTAR ISI........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. ix
DAFTAR TABEL................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar belakang........................................................................ 1
B. Ruang Lingkup....................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................... 2
D. Manfaat................................................................................... 3
E. Metode Penulisan.................................................................... 4
F. Sistematika Penulisan............................................................. 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................. 6


A. Pengertian............................................................................... 6
B. Anatomi Fisiologi................................................................... 6
C. Klasifikasi............................................................................... 19
D. Etiologi................................................................................... 19
E. Manifestasi Klinis................................................................... 20
F. Patofisiologis.......................................................................... 20
G. Pathway Gastritis.................................................................... 22
H. Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 23
I. Komplikasi.............................................................................. 24
J. Penatalaksanaan...................................................................... 24
K. Asuhan Keperawatan pada pasien gastritis............................. 26
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................. 33
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................... 54
A. Pengkajian................................................................................. 54
B. Diagnosis Keperawatan............................................................. 56
C. Intervensi Keperawatan............................................................. 56
D. Implementasi Keperawatan....................................................... 56
E. Evaluasi Keperawatan............................................................... 57
BAB V PENUTUP................................................................................. 59
A. Kesimpulan............................................................................... 59
B. Saran.......................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 61

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi Fisiologi................................................................... 6


Gambar 2 Pathway DM........................................................................... 22

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rencana Keperawatan ............................................................... 29


Tabel 2 Pola Nutrisi Metabolik............................................................... 35
Tabel 3 Pola Istirahat Tidur..................................................................... 35
Tabel 4 Kemampuan Perawatan Diri...................................................... 36
Tabel 5 Pola Eliminasi Urin.................................................................... 36
Tabel 6 Pola Eliminasi Alvi.................................................................... 37
Tabel 7 Pola Nilai dan Kepercayaan....................................................... 37
Tabel 8 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................ 43
Tabel 9 Pemberian Terapi....................................................................... 43
Tabel 10 Analisa Data............................................................................. 44
Tabel 11 Perencanaan Keperawatan........................................................ 46
Tabel 12 Implementasi dan Evaluasi..................................................... 50

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastrtitis pada umumnya sering disebut masyarakat sebagai penyakit
maag yaitu penyakit yang menurut mereka bukan suatu masalah yang besar,
gastritis terjadi pada semua usia mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai tua.
Penyakit ini disebabkan salah satunya karena sikap penderita gastritis yang tidak
memperhatikan kesehatannya, terutama makanan yang dikonsumsi setiap harinya
(Putra, 2012).
Gastritis merupakan suatu masalah pada saluran pencernaan yang paling
sering ditemukan. Gastritis merupakan gangguan yang paling sering ditemui
pelayanan kesehatan karena diagnosisnya hanya berdasarkan gejala klinis.
Penyakit ini sering dijumpai timbul secara mendadak biasanya ditandai dengan
rasa mual dan muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun dan
sakit kepala (Megawati A & Nosi Hj H., 2014).
Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap
beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian
gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada
35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari
jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (Kurnia, 2015).
Menurut data dari World Health Organization (WHO), Indonesia
menempati urutan ke empat dengan penderita gastritis terbanyak setelah 2 Negara
Amerika, Inggris dan Bangladesh yaitu 430 juta penderita gastritis. Insiden
gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunny
(Rahmah, M, 2017). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis
di Rumah Sakit Umum Daerah Talaud jumlah kasus dengan gastritis dalam 3
bulan terakhir yaitu 56 kasus pada bulan Maret, 61 kasus pada bulan april dan 35
kasus pada bulan mei.

1
Penyakit gastritis terjadi karena salah satu akibat masalah yang sering
muncul akibat dari perubahan gaya hidup. Seperti konsumsi makanan yang tinggi
asam, pedas, stress, merokok, mengkonsumsi alkohol yang berlebihan akan
memicu timbulnya gastritis. Gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang
tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan,
hingga lambung menjadi sensitive bila asam lambung meningkat penggunaan
aspirin atau obat antiflamasi non steroid (AINS) lainya, obat-obatan
kortikosteroid, penyalahgunaan alkohol, menelan substansi erosi, merokok, atau
kombinasi dari factor-faktor tersebut juga dapat mengancam ketahanan mukosa
lambung (Diyono & Mulyanti, 2013).
Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan, edukator,
advokat, konselor, manajer, koordinator, penelitian. Sebagai edukator perawat
membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan mengenai
penyakit gastritis, sehingga klien dapat melakukan pencegahan gastritis tidak
kambuh berulang dan melakukan pencegahan komplikasi– komplikasi yang dapat
tejadi akibat dari gastritis. Perawat juga berperan sebagai pemberi asuhan
keperawatan secara komprehensif yang sesuai dengan standar operasional
prosedur (Nage E dkk., 2014).

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Karya Tulis Ilmiah ini adalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Gastritis di Rumah Sakit Umum Daerah Talaud dengan menggunakan
proses keperawatan melalui pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dalam PKarya Tulis Ilmiah ini adalah diterapkanya asuhan
keperawatan pada pasien dengan gastritis meliputi pengkajian, diagnosis

2
keperawatan, intervensi, implementasi sampai pada evaluasi sesuai standar
asuhan keperawatan
2. Tujuan Khusus
Terdiri dari tiga yaitu:
a. Diterapkan proses keperawatan secara sistematis yang meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi, melalui asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan
gastritis
b. Diketahui adanya kesenjangan antara teori dan praktik dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis
c. Diketahui adanya faktor penunjang dan faktor penghambat dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien
Pasien dapat memperoleh asuhan keperawatan yang tepat sehingga mampu
membantu kesembuhan pasien dan sebagai tambahan informasi buat pasien
tentang penanganan pasien gastritis secara tepat
2. Bagi Institusi Akademik
Dapat menambah referensi bagi institusi akademik agar dapat dijadikan
sebagai bahan kajian dalam perkuliahan sehingga dapat menjadi pustaka
ilmiah dalam pengembangan ilmu keperawatan khususnya asuhan
keperawatan pada pasien dengan gastritis
3. Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien gastritis sehingga dapat menjadi pustaka untuk meningkatkan
pelayananan keperawatan khususnya pada pasien gastritis
4. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah informasi dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis

3
E. Metode
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
adalah:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan pada Pasien dan keluarga.
2. Observasi
Observasi dilakukan selama 3 hari
3. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pada pasien secara head to toe dan komprehensif meliputi bio,
psiko, sosio dan spiritual.
4. Kepustakaan
Mengumpulkan data atau informasi dari literatur-literatur yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan pada pasien gastritis
5. Dokumentasi.
Dengan mempelajari data dari pasien dan menggunakan catatan medis
keperawatan.

F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah yang digunakan adalah :
BAB I : Pendahuluan meliputi Latar Belakang, Ruang Lingkup, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, Manfaat Penulisan, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis meliputi : Konsep Dasar Gastritis , Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gastritis
BAB III : Tinjauan kasusu yang meliputi pengkajian, klasifikasi data,
rumus diagnosis keperawatan, care plan dan catatan
perkembangan
BAB IV : Pembahasan yang meliputi pengkajian, kesenjangan antara
diagnosis keperawatan teoritis dengan diagnosis
keperawatan aktual, perencanaan, pelaksanaan /

4
implementasi dan evaluasi
BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini
dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
suferpisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran
pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang timbulnya inflamasi pada
lambung.(Sukarmin, 2011)
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan oleh
ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan
makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab lain seperti
alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.(Smeltzer, S.C. & Bare, 2013)
Dapat disimpulkan bahwa gastritis adlah inflamasi atau peradangan yang terjadi
pada gaster yang disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti makanan,
alcohol ataupun karena faktor obat.

B. Anatomi Fisiologi

Gambar 1 Anatomi Fisiologi Lambung


Sumber : (Sudoyo Aru W, Setiohadi Bambang, 2012)

6
1. Anatomi Lambung
Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling
banyak terutama didaerah epigaster, dan sebagian di sebelah kiri daerah
hipokondriak dan umbilikal. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan osofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah
diapragma di depan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus
uteri. Secara anatomis lambung terdiri dari :
a. Fundus Fentrikuli
Bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteum kardium dan
biasanya penuh berisi gas.
b. Korpus Ventrikuli,
Setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurvantura
minor.
c. Antrum Pilorus
Bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal membentuk
spinter pilorus.
d. Kurvatura Minor
terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari osteum lkardiak sampai
ke pilorus.
e. Kurvatura Mayor
lebih panjang dari pada kurvantura minor terbentang dari sisi kiri osteum
kardiakum melalui fundus fentrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus
inferior. Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas kurvatura
mayor sampai ke limpa.
f. Osteum Kardiakum
merupakan tempat dimana osofagus bagian abdomen masuk ke lambung.
Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik (Setiadi, 2015)

7
Lambung terletak dibawah diafragma didepan pankreas dan limfa
menempel pada sebelah kiri fundus. Kedua ujung lambung dilindungi oleh
sfingter yang mengatur pemasukan dan pengeluaran. Sfingter kardia atau
sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk kedalam lambung
dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah
lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah
kardia. Di saat sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk ke dalam
duodenum dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya
aliran balik isi usus halus ke dalam lambung.
Sfingter pilorus memiliki arti klinis yang penting karena dapat mengalami
stenosis ( penyempitan pilorus yang menyumbat ) sebagai komplikasi dari
penyakit tukak lambung. Stenosis pilorus atau pilorospasme terjadi bila
serat-serat otot disekelilingnya mengalami hipertropi atau spasme
sehingga sfingter gagal berelaksasi untuk mengalirkan makanan dari
lambung ke dalam duodenum.
Lambung terdiri atas empat bagian yaitu :
a. Tunika serosa atau lapisan luar
Merupakan bagian dari peritonium viseralis. Dua lapisan peritonium
viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum dan
terus memanjang kearah hati, membentuk omentum minus. Lipatan
peritonium yang keluar dari satu organ menuju ke organ lain disebut
sebagai ligamentum. Omentum minor terdiri atas ligamentum
hepatogastrikum dan hepatoduodenalis , menyokong lambung
sepanjang kurvatura minor sampai ke hati. Pada kurvatura mayor,
peritonium terus ke bawah membentuk omentum mayus, yang
menutupi usus halus dari depan seperti apron besar. Sakus omentum
minus adalah tempat yang sering terjadi penimbunan cairan
( (pseudokista pankreatikum ) akibat komplikasi pankreatitis akut.

8
b. Lapisan berotot ( Muskularis )
Tersusun dari tiga lapis otot polos yaitu :
1) Lapisan longitudinal, yang paling luar terbentang dari esofagus ke
bawah dan terutama melewati kurvatura minor dan mayor.
2) Lapisan otot sirkuler, yang ditengah merupakan lapisan yang
paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk otot sfingter
dan berada dibawah lapisan pertama.
3) Lapisan oblik, lapisan yang paling dalam merupakan lanjutan
lapisan otot sirkuler esofagus dan paling tebal pada daerah fundus
dan terbentang sampai pylorus
c. Lapisan submukosa
Terdiri dari jaringan areolar jarang yang menghubungkan lapisan
mukosa dan lapisan muskularis. Jaringan ini memungkinkan mukosa
bergerak bersama gerakan peristaltik. Lapisan ini mengandung pleksus
saraf dan saluran limfe.
d. Lapisan mukosa Lapisan dalam lambung tersusun dari lipatan-lipatan
longitudinal yang disebut rugae. Ada beberapa tipe kelenjar pada
lapisan ini yaitu :
1) Kelenjar kardia, berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini
mensekresikan mukus.
2) Kelenjar fundus atau gastrik, terletak di fundus dan pada hampir
seluruh korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki tiga tipe utama
sel yaitu :
a) Sel-sel zimogenik atau chief cell, mensekresikan pepsinogen
diubah menjadi pepsin dalam suasana asam.
b) Sel-sel parietal, mensekresikan asam hidroklorida dan faktor
instrinsik. Faktor instrinsik diperlukan untuk absorbsi vitamin
B12 di dalam usus halus. Kekurangan faktor instrinsik akan
mengakibatkan anemia pernisiosa.

9
c) Sel-sel mukus ( leher ), di temukan di leher fundus atau
kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini mensekresikan mukus.
Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada
daerah pilorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik
untuk menghasilkan asam hidroklorida dan pepsinogen.
Substansi lain yang di sekresikan oleh lambung enzim dan
berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium, kalium, dan
klorida. (Price, Sylvia A.Wilson, 2014)
2. Fisiologi
Saluran gastrointestinal (GI) merupakan serangkaian organ muskular
berongga yang dilapisi oleh membran mukosa (selaput lendir). Tujuan kerja
organ ini adalah mengabsorbsi cairan dan nutrisi, menyiapkan makanan untuk
diabsorbsi dan digunakan oleh sel-sel tubuh, serta menyediakan tempat
penyimpanan feses sementara. Saluran GI mengabsorbsi dalam jumlah besar
sehingga fungsi utama sistem GI adalah membuat keseimbangan cairan, selain
menelan cairan dan makanan, saluran GI juga menerima banyak sekresi dari
organ-organ, seperti kandung empedu dan pankreas. Setiap kondisi yang
serius mengganggu absorbsi atau sekresi normal cairan GI, dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan. Sistem pencernaan ( mulai dari
mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut :
a. Mulut
Saluran GI secara mekanisme dan kimiawi memecah nutrisi ke ukuran dan
bentuk yang sesuai. Semua organ pencernaan bekerja sama untuk
memastikan bahwa masa atau bolus makanan mencapai daerah absobrsi
nutrisi dengan aman dan efektif. Pencernaan kimiawi dan mekanisme
dimulai dari mulut. Gigi mengunyah makanan, memecahnya menjadi
berukuran yang dapat ditelan. Sekresi saliva mengandung enzim, seperti
ptialin, yang mengawali pencernaan unsur-unsur makanan tertentu. Saliva
mencairkan dan melunakkan bolus makanan di dalam mulut sehingga
lebih mudah di telan (Potter, P.A. & Perry, 2014) .

10
b. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan organ mulut dengan
kerongkongan. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil yaitu kumpulan
kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi. Disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, yang letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung, di depan ruas tulang belakang. Jalan udara dan jalan
makanan pada faring terjadi penyilangan. Jalan udara masuk ke bagian
depan terus ke leher bagian depan sedangkan jalan makanan masuk ke
belakang dari jalan nafas dan didepan dari ruas tulang belakang.Makanan
melewati epiglotis lateral melalui ressus preformis masuk ke esofagus
tanpa membahayakan jalan udara. Gerakan menelan mencegah masuknya
makanan ke jalan udara, pada waktu yang sama jalan udara di tutup
sementara. Permulaan menelan, otot mulut dan lidah kontraksi secara
bersamaan (Setiadi, 2015).
c. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya sekitar 9 sampai dengan 25 cm dengan diameter sekitar 2,54
cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung.
Esofagus berawal pada area laringofaring, melewati diafragma dan hiatus
esofagus. Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang
punggung setelah melalui torak menembus diafragma masuk ke dalam
abdomen menyambung dengan lambung.Lapisan terdiri dari empat lapis
yaitu mucosa, submucosa, otot (longitudinal dan sirkuler), dan jaringan
ikat renggang. Makanan atau bolus berjalan dalam esofagus karena
gerakan peristaltik, yang berlangsung hanya beberapa detik saja (Setiadi,
2015).
Begitu makanan memasukibagian atas esofagus, makananmakanan
berjalan melalui sfingter esofagus bagian atas, yang merupakan otot
sirkular, yang mencegah udara memasuki esofagus dan makanan

11
mengalami refluks (bergerak ke belakang) kembali ke tenggorok. Bolus
makanan menelusuri esofagus yang panjangnya kira-kira 25 cm. Makanan
didorong oleh gerakan peristaltik lambat yang di hasilkan oleh kontraksi
involunter dan relaksasi otot halus secara bergantian. Pada saat bagian
esofagus berkontraksi diatas bolus makanan, otot sirkular di bawah (atau
di depan) bolus berelaksasi. Kontraksi-relaksasi otot halus yang saling
bergantian ini mendorong makanan menuju gelombang berikutnya.Dalam
15 detik, bolus makanan bergerak menuruni esofagus dan mencapai
sfingter esofagus bagian bawah. Sfingter esofagus bagian bawah terletak
diantara esofagus dan lambung. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tekanan sfingter esofagus bagian bawah meliputi antasid, yang
meminimalkan refluks, dan nikotin serta makanan berlemak, yang
meningkatkan refluk (Potter, P.A. & Perry, 2014).
d. Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah
diafragmadi depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus
uteri. Getah cerna lambung yang dihasilkan antara lain:
1) Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin
dan pepton)
2) Asam garam (HCI), fungsinya mengasamkan makanan, sebagai
antiseptik dan desinfektan dan membuat suasana asam pada
pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
3) Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk
kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu)
4) Lapisan lambung, jumlahnya sedikit yang memecah lemak menjadi
asam lemak yang merangsang getah lambung.

12
Digesti dalam lambung diantaranya :
1) Digesti protein, pepsinogen yang dieksresi oleh sel chief diubah
menjadi pepsin oleh asam klorida yang disekresi oleh sel parietal.
Pepsin menghidrolisis protein menjadi polipeptida. Dan pepsin adalah
enzim yang hanya bekerja dengan PH dibawah 5
2) Lemak, enzim lipase yang disekresi oleh sel chief menghidrolisis
lemak susu menjadi asam lemak dan gliserol, tetapi aktivitasnya
terbatas dalam kadar PH yang rendah.
3) Karbohidrat, enzim amilase dalam saliva yang menghidrolisis zat
tepung bekerja pada PH netral. Enzim ini terbawa bersama bolus dan
tetap bekerja dalam lambung sampai asiditas lambung menembus
bolus. Lambung tidak mensekresi enzim untuk mencerna karbohidrat.
Didalam lambung, makanan disimpan untuk sementara dan secara
mekanis dan kimiawi dipecah untuk dicerna dan di absorbsi.
Lambung menyekresi asam hidroklorida (HCI), leher, enzim pepsin, dan
faktor intrinsik. Konsentrasi HCI mempengaruhi keasaman lambung dan
keseimbanga asam-basa tubuh. HCI membantu mencampur dan memecah
makanan di lambung. Lendir melindungi mukosa lambung dari keasaman
dan aktifitas enzim. Pepsin mencerna protein, walaupun tidak banyak
pencernaan yang berlangsung dilambung. Faktor intrinsik adalah
komponen penting yang di butuhkan untuk absorbsi vitamin B12 didalam
usus dan selanjutnya untuk pembentukan sel darah merah normal.
Kekurangan faktor intrinsik ini mengakibatkan anemia pernisiosa.Sebelum
makanan meninggalkan lambung, makanan diubah menjadi makanan
semicair yang disebut kimus. Kimus lebih mudah dicerna dan diabsorbsi
dari pada makanan padat. Klien yang sebagian lambungnya diangkat atau
yang memiliki pengosongan lambung yang cepat (seperti pada gastritis)
dapat mengalami masalahpencernaan yang serius karena makanan tidak
dipecah menjadi kimus (Potter, P.A. & Perry, 2014).
e. Usus halus

13
Saluran pencernaan diantara lambung dan usus besar, yang merupakan
tuba terlilit yang merentang dari sfingter pylorus sampai katupileosekal,
tempatnya menyatu dengan usus besar fungsi usus halus terdiri dari :
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui
kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe dengan proses sebagai
berikut :
a) Menyerap protein dalam membentuk asam amino
b) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida
2) Secara selektif mengabsorbsi produk digesti dan juga air, garam dan
vitamin. Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan
getah usus yang menyempurnakan makanan :
a) Enterokinase, mengaktifkan enzim tripsinogen pankreas menjadi
tripsin yang kemudian mengurai protein dan peptida yang lebih
kecil.
b) Aminopeptidase, Tetrapeptidase, dan Dipeptidase yang mengurai
peptida menjadi asam amino bebas.
c) Amilase usus, yang menghidrolisis zat tepung menjadi Disakarida
(maltosa, sukrosa, dan laktosa)
d) Maltase, isomaltase, lactase dan sukrase yang memecah disakarida
maltosa, laktosa, dan sukrosa menjadi monosakarida.
e) Lipase usus yang memecah monogliserida menjadi asam lemak
dan gliserol
f) Erepsin, menyempurnakan pencernaan prtein menjadi asam amino.
g) Laktase, mengubah laktase menjadi monodakarida
h) Maltosa, mengubah maltosa menjadi monosakrida
i) Sukrosa, mengubah sukrosa menjadi monosakarida (Setiadi,
2015).
Selama proses pencernaan normal, kimus meninggalkan lambung dan
memasuki usus halus. Usus halus merupakan sebuah saluran dengan
diameter sekitar 2,5 cm dan panjang 6 m. Usus halus di bagi menjadi

14
tiga bagian : duodenum, jejunum, ileum. Kimus bercampur dengan
enzim-enzim pencernaan ( misal empedu dan amilase ) saat berjalan
melalui usus halus. Segmentasi mengaduk kimus, memecah makanan
lebih lanjut untuk dicerna. Pada saat kimus bercampur, gerakan
peristaltik berikutnya sementara berhenti sehingga memungkinkan
absorbsi. Kimus berjalan perlahan melalui usus halus untuk
memungkinkan absorbsi. Kebanyakan nutrisi dan elektrolit diabsorbsi
dadalam usus halus. Enzim dari pankreas (misal amilase) dan empedu
dari kandung empedu dilepaskan kedalam duodenum. Enzim di dalam
usus halus memecah lemak, protein, dan karbohidrat menjadi unsur-
unsur dasar. Nutrisi hampir seluruhnya diabsorbsi oleh duodenum dan
jejunum. Ileum mengabsorbsi vitamin-vitamin tertentu, zat besi, dan
garam empedu. Apabila fungsi ileum terganggu, proses pencernaan
akan mengalami perubahan besar. Inflamasi, reseksi bedah, atau
obstruksi dapat mengganggu peristaltik, mengurangi area absorbsi,
atau menghambat aliran kimus (Potter, P.A. & Perry, 2014).
f. Usus besar
Usus besar merupakan bagian akhir dari proses pencernaan, karena
sebagai tempat pembuangan, maka diusus besarsebagian nutrien telah
dicerna dan diabsorbsi dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercerna.
Biasanya memerlukan waktu dua sampai lima hari untuk menempuh ujung
saluran pencernaan. Dua sampai enam jam di lambung, enam sampai
delapan jam diusus halus, dan sisa waktunya diusus besar. Usus besar
mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses ahir
isi usus, fungsi usus besar adalah :
1) Menyerap air dan elektrolit 80% sampai 90% dari makanan dan
mengubah dari cairan menjadi massa.
2) Tempat tinggal sejumlah bakteri E. colli, yang mampu mencerna kecil
selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh setiap hari.

15
3) Memproduksi vitamin antara lain vitamin K, ribovlafin, dan tiamin
serta berbagai gas.
4) Penyiapan selulosa yang berupa hidrat arang dalam tumbuhtumbuhan,
buah-buahan, dan sayuran hijau (Setiadi, 2015).
5) Usus besar dibagi menjadi tiga, antara lain :
1) Sekum
Kimus yang tidak diabsorbsi memasuki sekum melalui katup
ileosekal. Katup ini merupakan lapisan otot sirkular yang
mencegah regurgitasi dan kembalinya isi kolon ke usus halus
2) Kolon
Walupun kimus yang berair memasuki kolon, volume air menurun
saat kimus bergerak di sepanjang kolon. Kolon dibagi menjadi
kolon asenden, kolon tranversal, kolon desenden, dan kolon
sigmoid. Kolon di bangun oleh jaringan otot, yang
memungkinkanya menampung dan mengeliminasi produk buangan
dalam jumlah besar. Kolon mempunyai empat fungsi yang saling
berkaitan : absorbsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi. Sejumlah
besar volume air., natrium dan klorida diabsorbsi oleh kolon setiap
hari. Pada waktu makanan bergerak melalui kolon, terjadi
kontraksi haustral. Kontraksi ini sama dengan kontraksi segmental
usus halus, tetapi berlangsung lebih lama sampai 5 menit.
Kontraksi membentuk kantung berukuran besar didinding kolon,
menyediakan daerah permukaan yang luas untuk
absorbsi.Sebanyak 2,5 liter air dapat diabsorbsi oleh kolon dalam
24 jam. Rata-rata 55 mEq natrium dan 23 mEq klorida diabsorbsi
setiap hari. Jumlah air yang diabsorbsi dari kimus bergantung pada
kecepatan pergerakan isi kolon. Kimus dalam kondisi normal
bersifat lunak, berbentuk masa. Apabila kecepatan kontraksi
peristaltik berlangsung dengan cepat secara abnormal, waktu untuk
absorbsi air berkurang sehingga feses akan menjadi encer. Apabila

16
kontraksi peristaltik melambat, air akan terus diabsorbsi sehingga
terbentuk masa feses yang keras, mengakibatkan konstipasi. Kolon
melindungi dirinya dengan melepaskan suplai lendir. Lendir dalam
kondisinormal berwarna jernih sampai buram dengan konsistensi
berserabut. Lendir melumasi kolon, mencegah trauma pada
dinding bagian dalamnya. Lubrikasi terutama penting pada ujung
distal kolon, tempat isi kolon menjadi lebih kering dan lebih
keras.Fungsi sekresi kolon membantu keseimbangan asam-basa.
Bikarbonat disekresi untuk mengganti klorida. Sekitar 4 sampai 9
mEq kalium dilepaskan setiap hari oleh usus besar. Perubahan 13
serius pada fungsi kolon, seperti diare, dapat mengakibatkan
ketidak seimbangan elektrolit. Ahirnya, kolon mengeliminasikan
produk buangan dan gas (flatus). Flatus timbul akibat menelan gas,
difusi gas dari aliran darah ke dalam usus, dan kerja bakteri pada
karbohidrat yang tidak dapat diabsorbsi. Fermentasi karbohidrat
(seperti yang terjadi pada kubis dan bawang) menghasilkan gas
didalam usus, yang dapat menstimulasiperistaltik. Orang dewasa
dalam kondisi normal menghasilkan 400 sampai 700 ml flatus
setiap hari.Kontraksi peristaltik yang lambat menggerakan isi usus
ke kolon. Isi usus adalah stimulus utama untuk terjadinya
kontraksi. Produk buangan dan gas memberikan tekanan pada
dinding kolon. Lapisan otot meregang,menstimulasi reflek yang
menimbulkan kontraksi. Gerakan peristaltik masamendorong
makanan yang tidak tercerna menuju rektum. Gerakan ini hanya
terjadi tiga sampai empat kali sehari, tidak seperti gelombang
peristaltis yang seering timbul didalam usus halus.
3) Rektum
Produk buangan yang mencapai bagian kolon sigmoid, disebut
feses. Sigmoid menyimpan feses sampai beberapa saat sebelum
defekasi.dalam kondisi normal, rektum tidak berisi feses sampai

17
defekasi. Rektum dibangun oleh lipatan-lipatan jaringan vertikal
dan tranversal. Setiap lipatan vertikal berisi sebuah arteri dan lebih
dari satu vena. Apabila masa feses atau gas bergerak ke dalam
rektum untuk membuat dindingnya berdistensi, maka proses
defekasi dimulai. Proses ini melibatkan kontrol volunter dan
kontrol involunter. Sfingter interna adalah sebuah otot polos yang
dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Saat rektum mengalami
distensi, saraf sensorik dstimulasi dan membawa impuls-impuls
yang menyebabkan relaksasi sfingter interna, memungkinkan lebih
14 banyak feses yang memasuki rektum. Pada saat yang sama,
impuls bergerak ke otak untuk menciptakan suatu kesadaran
bahwa individu perlu melakukan defekasi (Potter, P.A. & Perry,
2014)
Defekasi Menurut Setiadi ( 2015), defekasi sebagian merupakan
refleks, sebagian lagi merupakan aktivitas volunter ( yaitu dengan
mengejan terjadi kontraksi diafragma dan otot abdominal untuk
meningkatkan tekanan intra abdominal ) Komposisi feses
mengandung :
a) Air mencapai 75% sampai 80%
b) Sepertiga materi padatnya adalah bakteri
c) Dan sisanya yang 2% sampai 3% adalah nitrogen, zat sisa
organik dan anorganik dari sekresi pencernaan, serta mucus
dan lemak.
d) Feses juga mengandung sejumlah bakteri kasar, atau serat dan
selulosa yang tidak tercerna.
e) Warna coklat berasal dari pigmen empedu
f) Dan bau berasal dari kerja bakteri

18
C. Klasifikasi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar
merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk
gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah:
a. Gastritis akut erosif Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak
lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
b. Gastritis akut hemoragic Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan
dijumpai perdarahan mukosa lambung dalan berbagai derajat dan terjadi
erosi yang berarti hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada beberapa
tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut (Hirlan, 2012)
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaan
sebagai berikut :
a. Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , serta
perdarahan dan erosi mukosa
b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan mukosa
pada perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung,
serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan
jumlah sel parietal dan sel chief.
c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada
mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, dan hemoragik (Muttaqin,
2011)

D. Etiologi
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau parasit
lainnya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis akut adalah
meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang
dimakan, dan penggunaan kokain. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan

19
gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen (Dewit, Susan C, Stromberg, Holly,
Dallred, 2016)
Menurut (Gomez 2012) penyebab gastritis adalah sebagagi berikut :
1. Infeksi bakteri
2. Sering menggunakan pereda nyeri
3. Konsumsi minuman alcohol yang berlebihan
4. Stres
5. Autoimun Selain penyebab gastritis di atas, ada penderita yang merasakan
gejalanya dan ada juga yang tidak.

E. Manifestasi Klinis
Gejala gastritis akut adalah anoreksia, mual dan muntah, perasaan perut penuh.
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
1. Gastritis akut
Gambaran klinis meliputi:
a. Dapat terjadi ulserasi diagnostik dan dapat menimbulkan hemoragik.
b. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
dan anoreksia. Disertai muntah dan cegukan.
c. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan. .
2. Gastritis kronis
Pada gastritis kronis terjadi anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati
setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah.(Lewis,
S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Camera, 2011)

F. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan
alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang
mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus

20
Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam
lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.Zat kimia
maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner,
yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya.
Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar
tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus
bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster
terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah
fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl
meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa
lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan.
Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya
pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita,
namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan (Price, Sylvia
A.Wilson, 2014).
2. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory )
Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering
disebut sebagai gastritis autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel parietal,
yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan
penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau
korpus dari lambung. Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis )
mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung bawah lambung dekat duodenum )
ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau
pedas, penggunaan atau obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi
usus kedalam lambung (Smeltzer, S.C. & Bare, 2013).

21
G. Pathway

Stress Zat Kimia Makanan yg pedas,panas dan asam Helicobacter pylori

Pengelupasan sel mukosa Gastritis kronis


Gastritis Akut lambung

Merangsang nervus vagus Erosi Penurunan elastisitas mukosa lambung

Peningkatan HCL Nyeri akut Krisis situasi


ancaman

Anoreksia, Mual dan muntah cemas

Resiko defisit nutrisi

Gambar 2 Pathway Gastritis


(Price, Sylvia A.Wilson, 2014)

22
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dignostik gastritis sebagai berikut :
1. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas
2. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik
3. Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida
4. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk perdarahan
gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan
atau cidera
5. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis.
6. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan
pembentukan asam noktura
7. Feses: tes feses akan positifH. PyloryKreatinin : biasanya tidak meningkat bila
perfusi ginjal di pertahankan.
8. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu
metabolisme dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah besar
diberikan.
9. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan
cairan tubuh.
10. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau
muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah
trasfusi darah.
11. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis (Dermawan, D., & Rahayuningsih, 2010)
I. Komplikasi
1. Gastritis akut
Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gastritis akut adalah perdahan
saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa haematomesis dan melena, dapat
berakhir dengan shok hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu di
bedakan dengan tukak peptic. Gambaran klinis yang di perlihatkan hampir
sama. Namun pada tukak peptic penyebab utamanya adalah Helicobacter
Pylory, sebesar 100 % pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak
lambung. Diagnosis pasti dapat di tegakkan dengan endoskopi (Hardi, K., &
Huda Amin, 2015)
2. Gastritis kronis
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, ferporasi dan anemia karena
ganggguan absorpi vitamin B12 (Hardi, K., & Huda Amin, 2015)

J. Penatalaksanaan
Pengobatan pada gastritis meliputi:
1. Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
2. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda,
untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
3. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
4. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
5. Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pylorus (Dermawan,
D., & Rahayuningsih, 2010)

24
Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
1. Gastritis akut
Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut,
diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan
secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah
serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran
gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang
sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan
penetralisasian agen penyebab.
2. Gastritis kronis
Diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat,
mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan
antibiotic ( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto
bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin
B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor instrinsik
(Smeltzer, S.C. & Bare, 2013)
Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
1. Tirah baring
2. Mengurangi stress
3. Diet Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada
interval yang sering.
Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-agar dan sup, biasanya
dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan kemudian makanan-makanan
berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial
yang kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari
makanan yang berbumbu banyak atau berminyak (Dermawan, D., &
Rahayuningsih, 2010)

25
K. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gastritis
1. Pengkajian
Menurut NANDA (2015), fase pengkajian merupakan sebuah komponen
utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data,
mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data
antara lain meliputi :(Nanda, 2015)
a. Biodata
1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnose medis
2) Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat, hubungan
dengan pasien)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada pasien biasanya datang dengan nyeri perut, mual, muntah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Menggambarkan bagaimana riwayat kesehatan pasien sebelum pasien
mengalami keluhan gastritis sampai pasien maruk rumah sakit
3) Riwayat kesehatan dahulu alami
Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh pasien
tersebut, seperti pernah menjalani operasi berapa kali, dan dirawat di
RS berapa kali.
4) Riwayat penyakit keluarga.
Perlu dikaji apakah ada anggotaa keluarga yang juga menderita
penyakit yang sama..
c. Pengkajian Keperawatan Pengkajian fokus terkait dengan penyakit
gastritis meliputi
1) Pola Pemeliharaan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan.
Persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan,

26
kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek
kesehatan.
2) Pola Nurtisi –Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, makanan
kesukaan.
3) Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit.
Kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi
(oliguri, disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi,
Karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih
dll.
4) Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi. Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit,
gerak tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain, Range Of
Motion (ROM), riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama dan
kedalaman nafas, bunyi nafas riwayat penyakit paru.
5) Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif.Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan,
pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif
didalamnya mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap
persitiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi dan
kemampuan orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan nama (orang,
atau benda yang lain).Tingkat pendidikan, persepsi nyeri dan
penanganan nyeri, kemampuan untuk mengikuti, menilai nyeri skala
0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh
atau fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan
penglihatan, pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman dan

27
lain-lain
6) Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energi.
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur,
insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.
7) Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri,
harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai
system terbuka dimana keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi
dengan lingkungannya. Disamping sebagai system terbuka, manuasia
juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam
pandangan secara holistik.Adanya kecemasan, ketakutan atau
penilaian terhadap diri., dampak sakit terhadap diri, kontak mata,
isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup atau
relaks.
8) Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal 23 klien.Pekerjaan,
tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif
terhadap orang lain, masalah keuangan dll.
9) Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan
dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid,
pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hubungan seksual,
pemeriksaan genital.
10) Pola mekanisme koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan
penggunaan systempendukung. Penggunaan obat untuk menangani
stress, interaksi dengan orang terdekat, menangis, kontak mata,

28
metode koping yang biasa digunakan, efek penyakit terhadap tingkat
stress.
11) Pola Keyakinan Dan Spiritual
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk
spiritual.Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam
melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya.Agama,
kegiatan keagamaan dan budaya,berbagi denga orang lain,bukti
melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan
pantangan dalam agama selama sakit. (Potter, P.A. & Perry, 2014)
d. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem pernafasan
Pada pasien gastritis biasanya pernafana normal , tidak mengalami
gangguan pada system pernafasan
2) Sistem sirkulasi
perubahan tekanan darah dan nadi akbiat nyeri perut
3) Sistem neurosensory
Pusing, sakit kepala akan ditemukan pada pasien gastritis
4) Sistem perkemihan
Perubahan pola berkemih pada pasien gastritis
5) Sistem pencernaan
Terjadi perut kembung, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, tidak
mengikuti diet, bising usus berkurang atau hiperaktif.
6) Sistem musculoskeletal
Tidak terjadi masalah pada system muskuloskeletal
7) Sistem integument
Sistem integument dalam keadaan normal

29
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gastritis :
a. Nyeri akut berhungan dengan agen cedera biologis
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
c. Resiko defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan (Tim Pokja SDKI DPP PNI, 2017)
3. Rencana Keperawatan
Tabel 1 Rencana Keperawatan

No Diagnosis Luaran Intervensi


Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Managemen Nyeri
berhubungan dengan tindakan 1. Identifikasi lokasi,
agen cedera biologis keperawatan perfusi karakteristik,
tingkat nyeri durasi, frekuensi,
menurun dengan kulaitas dan
kriteria hasil intensitas nyeri
1. Nyeri berkurang 2. Identifikasi skala
2. Pasien tampak nyeri
relaks 3. Berikan teknik
3. Pasien dapat nonfarmakaologis
mengontrol nyeri seperti terapi
relaksasi,terapi
music,dll
4. Anjurkan monitor
nyeri secara
mandiri
5. Ajarkan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
nyeri
6. Kolaborasi
pemberian
analgetik

2 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas


berhubungan dengan tindakan 1. Identifikasi saat
krisis situasional keperawatan ansietas tingkat ansietas
menurun dengan berubah
kriteria hasil 2. Identifikasi
1. Pasien tampak kemampuan

30
relaks mengambil
2. Tidak keputusan
menunjukan 3. Pahami situasi
tanda kecemasan yang membuat
ansietas
4. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
5. Latih reknik
relaksasi
6. Kolaborasi
pembrian obat
antsietas jika
dibutuhkan.
3 Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen memicu
dibuktikan dengan tindakan Gangguan Makan
ketidakmampuan keperawatan status 1. Monitor asupan
mencerna makanan nutrisi meningkat dan keluarnya
dengan kriteria hasil makanan dan
1. Intake meningkat cairan
2. Berat badan 2. Timbang berat
meingkat badan secara rutin
3. Diskusikan
perilaku makan
dan jumlah
aktifitas fisik yang
sesuai
4. Anurkan
pengaturan diet
yang tepat
5. Ajarkan
ketrampilan
koping untuk
penyelesaian
masalah perilaku
makan
6. Kolaborasi dengan
ahligizi tentang
target kalori dan
target berat badan.
(Tim Pokja SIKI DPP PNI, 2018)

31
4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi.Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara
umum maupun secara khusus pada klien post appendictomy pada pelaksanaan
ini perawat melakukan fungsinya secara independen, Interdependen dan
dependen (Tarwoto dan Watonah, 2011).

5. Evaluasi keperawatan
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan) (Tarwoto dan Watonah, 2011)
Tehnik Pelaksanaan SOAP
a. S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan.
b. O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
c. A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
d. P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.

32
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Diri
a. Nama : Tn.A.L
b. Umur : 56 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Kristen
e. Suku/Bangsa : Indonesia
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Pedagang
h. Alamat : Talau
i. Tanggal Masuk Rs : 3 Juli 2020
j. No Rekam Medik : 169849
k. Diagnosa masuk : Gastitis
l. Tanggal Pengkajian : 4 Juli 2020 Pukul 10.00 WITA
m. Penanggung jawab :
1) Nama : Ny.N.L
2) Umur : 37 tahun
3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan : Pedagang
5) Hubungan dengan pasien : Istri

2. Riwayat Sakit dan Kesehatan


a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri di ulu hati P : peradangan Q : senut senut seperti
ditusuk-tusuk, R : ulu hati S: skala 4 , T : hilang timbul
b. Riwayat penyakit sekarang :

33
Pasien mengatakan nyeri tiba-tiba perutnya nyeri, kemudian pasien
dibawa ke igd RSUD Talaud pada tanggal 3 Juli 2020 Pukul 19.00
dengan keluhan nyeri disertai mual dan muntah. Kemudian pasien
dilakukan rawat inap. Pada saat pengkajian tanggal 4 juli 2020,
didapatkan data bahwa pasien mengatakan nyeri di ulu hati P :
peradangan Q : senut senut seperti ditusuk-tusuk, R : ulu hati S: skala 4 ,
T : hilang timbul, pasien mengatakan mual dan muntah 3x dalam sehari,
pasien mengatakan demam, tidak nafsu makan. TTV didapatkan TD :
140/90 mmHg, N :89x/menit, Rr : 20 x/menit, S : 38°C,wajah tampak
meringis menahan nyeri.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat gastritis dan pernah dirawat di
rumah sakit dengan penyakit yang sama.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyatakan bahwa tdak ada keluarganya yang menderita penyakit
yang sama dengan pasien dan tidak ada keluarga yang menderita penyakit
keturuan seperti hipertensi serta penyakit menular seperti TBC.

3. Pola Fungsi Kesehatan (menurut pola Gordon)


a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan
berharga. Pasien mengatakan jika pasien merasakan sakit, pasien berobat
ke tempat pelayanan kesehatan terdekat ataupun membeli obat di apotek.
Pasien beranggapan bahwa sakit yang dialami sekarang diakibatkan
karena pasien kebiasaaan pola makan yang tidak sehat.

34
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Tabel 2 Pola Nutrisi Dan Metabolisme

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit


Frekuensi 3 kali sehari 3 kali sehari
Jenis Nasi, ikan, Sayur, Diit dari rumah
kacang-kacangan sakit
dan daging
Porsi 1 piring dihabiskan ½ porsi
Total 3 piring 1 piring
Konsumsi
Makanan Tidak ada Makanan pedas
pantangan
Keluhan Tidak ada Tidak nafsu makan

c. Pola istirahat tidur


Tabel 3 Pola Istirahat Tidur

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit


Jumlah jam ± 2-3 jam/hari ± 3 jam/hari
tidur siang (13.00-15.00) (13.00-15.00)

Jumlah jam ± 7-8 jam/hari ± 6 jam/hari


tidur malam (20.00-06.00) (24.00-05.00)

Pengantar tidur Berdoa Berdoa


Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu Segar Segar
bangun

d. Pola aktivitas dan latihan


1) Alat bantu :
2) Kebersihan diri
a) Mandi : 2x/hari dengan cara dilap
b) Gosok gigi : 2x sehari ditempat tidur
c) Kebersihan rambut : Bersih
d) Kebersihan kuku : Bersih
3) Aktivitas sehari-hari : Berbaring ditempat tidur

35
4) Rekreasi : Bercerita dan nonton tv
5) Kemampuan perawatan diri

Tabel 4 Kemampuan Perawatan Diri


Aktivitas 0 1 2 3 4
Mobilitas rutin √
Waktu senggang √
Eliminasi/Toileting √
Mobilitas di tempat √
tidur
Mandi √
Berjalan √
Makan dan minum √
Berpakaian √
Berhias √
Tingkat ketergantugan √

Keterangan :
Skor :
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
Kemampuan perawatan diri, tingkat ketergantungan nilai skor 1 ( perlu
bantuan orang lain)
e. Pola eliminasi
1) Eliminasi urin
Tabel 5 Pola Eliminasi Urin

Keterangan Sebelum Saat sakit


sakit
Frekuensi 5-6x/hari 4-5x/hari
Pancaran Lurus Lurus
Jumlah 800cc 800cc
Bau Khas amoniak Khas amoniak
Warnah Kuning jernih Keruh
Perasaan setelah Legah Legah
BAK
Keluhan Tidak ada Tidak ada

36
2) Eliminasi alvi
Tabel 6 Pola Eliminasi Alvi

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit


Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Konsistensi Lembek Lembek
Bau Khas feses Khas feses
Warnah Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Keluhan Tidak ada Tidak ada

f. Pola nilai dan kepercayaan


Tabel 7 Pola Nilai Dan Kepercayaan

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit


Nilai khusus Pasien selalu Pasien selalu
percaya kepada percaya kepada
Tuhan Tuhan
Praktik ibadah Pasien selalu pergi Pasien hanya
ibadah ke gereja melakukan ibadah
pada hari minggu di tempat tidur
Pengetahuan Pasien yakin Tuhan Pasien sangat yakin
tentang praktik akan membantu bahwa tuhan akan
ibadah selama maslah yang menyembuhkan
sakit dihadapi penyakitnya

g. Pola seksual reproduksi


1) Riwayat perkawinan
a) Menikah / belum : Pasien sudah menikah
b) Umur waktu menikah : 26 tahun
c) Lama perkawinan/lebih : 30 tahun
2) Riwayat reproduksi
a) Haid/ manerche : pasien laki-laki
b) Lama haid : pasien laki-laki

37
c) Siklus haid : pasien laki-laki

3) Riwawayat kehamilan
a) Hamil / tidak : pasien laki-laki
b) Riwayat persalinan : pasien laki-laki
c) Riwayat aborsi : pasien laki-laki
4) Pola seksual
a) Gangguan seksual : tidak ada masalah gangguan
seksual
b) Aktivitas seksual :
Sebelum sakit : 2 x/minggu,tidak ada masalah
Sesudah sakit : selama di rumah sakit tidak
melakukan hubungan seksual
h. Pola kognitif perceptual
1) Bicara : Baik
2) Bahasa : Indonesia/Manado
3) Kemampuan membaca : Pasien dapat membaca dengan baik
4) Tingkat ansietas : Pasien tidak cemas
i. Pola mekanisme koping
1) Kaji faktor yang menimbulkan stress
Pasien mengatakan bahwa penyakitnya saat ini menjadi factor utama
yang menyebabkan pasien kadang stress.
2) Respon untuk mengatasi stress dengan koping efektif
Pasien mengatakan apabila ada permasalahan akan dipecahkan secara
bersama-sama dengan keluarga
j. Pola peran hubungan
1) Status perkawinan : Pasien sudah menikah
2) Pekerjaan : Buruh
3) Kualitas bekerja : Selama sakit terganggu

38
4) Hubungan dengan orang lain : Hubungan baik dengan orang
lain
5) System dukungan : dukungan utama adalah
keluarga
k. Pola persepsi diri dan konsep diri
1) Gambaran diri : Pasien tidak merasa penyakitnya sekarang ini
mengganggu gambaran dirinya dan menerima keadaan fisiknya
2) Identitas diri : Pasien menyadari bahwa tugasnya sebagai
pencari nafkah untuk keluarga
3) Peran diri : Pasien merasa tidak bisa berperan normal
selama sakit sebagai kepala rumah tangga yang bekerja
4) Ideal diri : Pasien saat ini hanya ingin kesembuhan dari
penyakit yang dialami
5) Harga diri : Pasien tidak mengalami gangguan harga diri.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran :Compos mentis
GCS : E 4, M 6 dan V 5
c. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah :140/90 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu badan : 36,5ºC
d. Tinggi badan :162 cm
e. Berat badan
Sebelum sakit :60 kg
Saat dikaji :58 kg
f. Kepala

39
inspeksi
1) Bentuk kepala : Normal
2) Warna rambut : Hitam beruban
3) Penyebaran : Merata
palpasi
1) Nyeri tekan :Tidak ada nyeri tekan
2) Benjolan/lesi :Tidak ada benjolan/lesi atau hematoma
g. Wajah
Inspeksi
1) Pergerakan wajah :Tidak kaku
2) Ekspresi wajah :Tampak meringis menahan nyeri
3) Warna kulit :Putih
h. Mata
Inspeksi
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera :Tidak ikterik
i. Hidung
Inspeksi
Septum hidung :simetris
sekret :Tidak ada sekret
gangguan penciuman :Tidak ada
j. Telinga
Inspeksi
1) Bentuk :Simetris kiri dan kanan
2) Lesi :Tidak ada
3) Peradangan :Tidak ada
k. Mulut
Inspeksi
1) Mukosa :Lembab
2) Warna : Merah muda

40
3) Gusi : Merah muda
4) Peradangan :Tidak ada
5) Gigi :Jumlah sudah tidak lengkap
6) Lidah : Tidak ada kelainan
l. Leher
Inspeksi
Warna : Putih
Tonsil : Normal, tidak ada pembesaran tonsil
m. Thoraks dan paru
Inspeksi
1) Bentuk dada :Simetris
2) Irama :Teratur
Palpasi : fokal fremitus teraba kuat dan sama kanan dan
kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi
Rochi : tidak terdengar suara ronchi
Wheezing : Tidak ada
n. Abdomen
Inspeksi
Distensi : tidak ada distensi pada abdomen atau asites
Auskultasi
Bising Usus :12 x/menit
Perkusi : thympani kuadran 1,2 ,3 dan 4
Palpasi
Nyeri tekan : ada nyeri
o. Genetalia dan Anus
Inspeksi
1) Genetalia : bersih,tidak ada kelainan
2) Anus : Tidak ada hemoroid dan lesi

41
3) Kebersihan : Bersih dan tidak berbau
Palpasi : tidak ada pembesaran di prostat

p. Ekstremitas :Kekuatan otot


5 5

5 5

Ket:
0 : Otot tidak mampu bergerak
1 : Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan
2 : Mampu menahan tegak yang berarti dapat melawan gaya
gravitasi tapi dengan sentuhan akan jatuh.
3 : Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi
tidak melawan tekanan / dorongan dari pemeriksa.
4 : Kekuatan kurang dari sisi lain.
5 : Kekuatan utuh
Ekstremitas atas
Inspeksi
Tofus : tidak ada
Lesi :Tidak ada
Terpasang IVFD RL 20 tts/menit di tangan kanan
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
Ekstremitas bawah
Inspeksi
Tofus : tidak ada
Lesi : tidak ada lesi
Edema : tidak tampak edema
Palpasi
Nyeri tekan : tidak ada

42
5. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 3 juli 2020
Tabel 8 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal
Lab
Leukosit 9800 4500-10000 sel/mm
HB 14,1 12-16 gram/dl
Eritrosit 4,42 4,6 – 6,2 juta sel/mm
Hematokrit 42 % 40,0 -48,0
Trombosit 4,42 4,6-,2 jut sel/mm

b. Terapi yang diberikan


Tanggal : 3 Juli 2020
Tabel 9 Pemberian Terapi
No Terapi Dosis Cara
pemberian
1. IVFD RL 20 tpm Intravena
2 Omeprazol 2 x 1amp Intravena
3 Ondansentron 3 x 1amp Intravena
4 Sukralfat 3 x 1 cth Oral
5 Paracetamol 3 x 500 mg Oral

43
B. Klasifikasi Data
1. Data subjektif
a. pasien mengatakan nyeri di ulu hati P : peradangan Q : senut senut seperti
ditusuk-tusuk, R : ulu hati S: skala 4 , T : hilang timbul
b. pasien mengatakan mual dan muntah 3x dalam sehari
c. pasien mengatakan demam
d. Pasien mengatakan tidak nafsu makan.
2. Data Objektif
a. Wajah tampak meringis menahan nyeri
b. Tekanan darah :140/90 mmHg
c. Nadi : 89 x/menit
d. Respirasi : 20x/menit
e. Suhu badan : 38ºC
f. Makan habis ½ porsi

C. Analisa Data
Tabel 11 Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1 Data Subjektif : Agen cedera Nyeri Akut
pasien mengatakan nyeri di ulu fisiologis
hati P : peradangan Q : senut (inflamasi gaster)
senut seperti ditusuk-tusuk, R :
ulu hati S: skala 4 , T : hilang
timbul
Data Objektif
Wajah tampak meringis
2 Data Subjektif Proses penyakit Hipertermi
Pasien mengatakan demam
Data Objektif
a. TD : 140/90 mmHg
b. N : 89 x/menit

44
c. Rr : 20 x/menit
d. Suhu : 38ºC
3 Data Subjektif Ketidakmampuan Resiko Defisit
pasien mengatakan mual dan mencerna nutrisi
muntah 3x dalam sehari makanan
Data Objektif
Makan habis ½ porsi

D. Prioritas Masalah Keperawatan


1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (inflamasi gaster)
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Resiko defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan mencerna makanan

45
E. Perencanaan
Nama : Tn.A.L No. Med.Rec : 169849
Umur : 56 tahun Diagnosa : Gastritis
Tabel 12 Perencanaan Keperawatan

No Diagnosis Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi
1 Nyeri Akut berhubungan Tujuan:Setelah Managemen Nyeri Tanggal 4 Juli 2020 S:Pasien
dengan agen cedera dilakukan tindakan pukul 10.30 mengatakan nyeri di
fisiologis keperawatan selama 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengidentifikasi ulu hati P :
3 x 24 Jam tingkat karakteristik, lokasi, peradangan Q :
ditandai dengan nyeri menurun durasi, frekuensi, karakteristik, senut senut seperti
Data Subjektif : dengan kriteria hasil kualitas, intensitas durasi, frekuensi, ditusuk-tusuk, R :
pasien mengatakan nyeri a. Pasien nyeri kulitas, ulu hati S: skala 3,
di ulu hati P : peradangan mengatakan intensitas, skala T : hilang timbul
Q : senut senut seperti nyeri menurun nyeri O: tampak meringis
ditusuk-tusuk, R : ulu hati b. Wajah tampak Hasil : nyeri di menahan nyeri
S: skala 4 , T : hilang tidak menahan ulu hati P : A: masalah belum
timbul nyeri peradangan Q : teratasi
Data Objektif c. skala nyeri 0-1 senut senut P: Lanjutkan
Wajah tampak meringis seperti ditusuk- intervensi
tusuk, R : ulu
hati S: skala 4 ,
T : hilang timbul

46
2. Mengidentifiksi
2. Identifikasi respo respon nyeri non
nyeri non verbal verbal
Hasil : pasien
tampak meringis
menahan nyeri
3. Memberikan
3. Berikan teknik terapi distraksi
non farmakologi dan nafas dalam
dengan terapi Hasil : pasien
nafas dalam dan mengatakan
distraksi nyeri sedikit
menurun
4. Kolaborasi :
4. Kolaborasi memberikan
pemberian omeprazole 1
analgetik ampul
Hasil : skala
nyeri 3
2 Hipertermi berhubungan Tujuan:Setelah Manajemen Tanggal 4 Juli 2020 S: pasien
dengan proses penyakit dilakukan tindakan Hipertermia pukul 11.00 mengatakan demam
Data Subjektif keperawatan selama 1. Mengidentifikasi O: S : 37,5 ºC
Pasien mengatakan 3 x 24 jam 1. Identifikasi penyebab A: masalah belum
demam termoregulasi penyebab Hasil : pasien teratasi
Data Objektif membaik hipertermia mengatakan P:Lanjutkan
e. TD : 140/90 mmHg dengan kriteria hasil demam, pasien intervensi
f. N : 89 x/menit a. Demam mengalami
g. Rr : 20 x/menit menurun inflmasi gaster

47
Suhu : 38ºC b. Suhu tubuh
36,5-37°C 2. Monitor suhu
tubuh
2. Memonitor suhu
3. Berikan kompres tubuh
hangat pada Hasil : S : 38ºC
pasien 3. Memberikan
kompres hangat
pada pasien
4. Kolaborasi Hasil : S : 37,5ºC
pemberian cairan
intravena 4. Memonitor
cairan infus RL
yang sudah
terpasang

48
3 Resiko defisit nutrisi Tujuan: Setelah Manajemen Nutrisi Tanggal 4 Juli 2020 S : Pasien muntah
ditandai dengan dilakukan tindakan pukul 11.30 dan mual berkurang
ketidakmampuan keperawatan selama 1 Identifikasi status 1 Mengidentifikasi O : pasien tampak
mencerna makanan 3 x 24 status nutrisi nutrisi status nutrisi mau makan
membaik dengan Hasil : pasien A : Masalah belum
kriteria hasil mengatakan teratasi
a. Porsi makan nafsu makan P : Lanjutkan
dihabiskan menurun, untah Intervensi
b. Nafsu makan 3 x sehari
meningkat 2 Monitor berat 2 Memonitor berat
c. Muntah badan badan
menurun Hasil : BB
menurun, 58 Kg

3 Berikan makanan 3 Membrikan


sesuai diet yang makanan lunak
dianjurkan tinggi kalori
Hasil :pasien
tampak mau
makan
4 Kolaborasi 4 Kolaborasi
pemberian memberikan
antiemetik ondansentron
Hasil : muntah
dan mual
berkurang

49
F. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 13 Implementasi dan Evaluasi

Tgl/Waktu No Dx Implementasi Evaluasi

5 Juli 2020 1 S:Pasien mengatakan nyeri di ulu


1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, hati P : peradangan Q : senut senut
Pukul : 09.00
durasi, frekuensi, kulitas, intensitas, skala seperti ditusuk-tusuk, R : ulu hati S:
nyeri skala 2, T : hilang timbul
Hasil : nyeri di ulu hati P : peradangan Q : O: tampak meringis menahan nyeri
senut senut seperti ditusuk-tusuk, R : ulu A: masalah belum teratasi
hati S: skala 3 , T : hilang timbul P: Lanjutkan intervensi
2. Mengidentifiksi respon nyeri non verbal
09.15
Hasil : pasien tampak meringis menahan
nyeri
3. Memberikan terapi distraksi dan nafas
09.30
dalam
Hasil : pasien mengatakan nyeri sedikit
menurun
10.00
4. Kolaborasi : memberikan omeprazole 1
ampul
Hasil : skala nyeri 2
5 Juli 2020 2 S: pasien mengatakan demam
O: S : 37,5 ºC
Pukul :
A: masalah belum teratasi
10.00 1. Mengidentifikasi penyebab P:Lanjutkan intervensi
Hasil : pasien mengatakan demam, pasien

50
10.15 mengalami inflmasi gaster
2. Memonitor suhu tubuh
Hasil : S : 37,5ºC
11.00 3. Memberikan kompres hangat pada pasien
Hasil : S : 37,5ºC

4. Memonitor cairan infus RL yang sudah


terpasang

5 Juli 2020 3 1 Mengidentifikasi status nutrisi S : Pasien muntah dan mual


Hasil : pasien mengatakan nafsu makan berkurang
11.15
menurun, untah 2 x sehari O : pasien tampak mau makan
2 Memonitor berat badan A : Masalah belum teratasi
Hasil : BB menurun, 58 Kg P : Lanjutkan Intervensi

11.20 3 Membrikan makanan lunak tinggi kalori


Hasil :pasien tampak mau makan
4 Kolaborasi memberikan ondansentron
11.40 Hasil : muntah dan mual berkurang
11.50
6 Juli 2020 1 S:Pasien mengatakan nyeri di ulu
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, hati P : peradangan Q : senut senut
Pukul : 09.00
durasi, frekuensi, kulitas, intensitas, skala seperti ditusuk-tusuk, R : ulu hati S:
nyeri skala 1, T : hilang timbul
Hasil : nyeri di ulu hati P : peradangan Q : O: tampak meringis menahan nyeri
senut senut seperti ditusuk-tusuk, R : ulu A: masalah belum teratasi
hati S: skala 2 , T : hilang timbul P: Lanjutkan intervensi
2. Mengidentifiksi respon nyeri non verbal
09.15
Hasil : pasien tampak meringis menahan

51
nyeri
3. Memberikan terapi distraksi dan nafas
09.30
dalam
Hasil : pasien mengatakan nyeri sedikit
menurun
4. Kolaborasi : memberikan omeprazole 1
10.00 ampul
Hasil : skala nyeri 1
6 Juli 2020 2 S: pasien mengatakan demam
O: S : 37,5 ºC
Pukul :
A: masalah belum teratasi
10.00 1. Mengidentifikasi penyebab P:Lanjutkan intervensi
Hasil : pasien mengatakan demam, pasien
mengalami inflmasi gaster
10.15 2. Memonitor suhu tubuh
Hasil : S : 37,5ºC
3. Memberikan kompres hangat pada pasien
11.00 Hasil : S : 37,5ºC

4. Memonitor cairan infus RL yang sudah


terpasang

6 Juli 2020 3 1 Mengidentifikasi status nutrisi S : Pasien muntah dan mual


Hasil : pasien mengatakan nafsu makan berkurang
11.15
menurun, muntah 1 x sehari O : pasien tampak mau makan
2 Memonitor berat badan A : Masalah belum teratasi
Hasil : BB menurun, 58 Kg P : Lanjutkan Intervensi

11.20 3 Membrikan makanan lunak tinggi kalori

52
Hasil :pasien tampak mau makan
4 Kolaborasi memberikan ondansentron
11.40
Hasil : muntah dan mual berkurang
11.50

53
BAB IV
PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Pada Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Tn.A.L dengan Gastritis di Rumah Sakit Umum Daerah Talaud. Pemberian
asuhan keperawatan di lakukan penulis secara komprehensif selama 3 hari dari
tanggal 4 Juli – 6 Juli 2020 dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
meliputi beberapa tahap yaitu : Pengkajian, Diagnosis, Perencanaan, Pelaksanaan,
Evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Pengkajian yang
dilakukan pada Pasien Tn.A.L dengan Gastritis di Rumah Sakit Umum Daerah
Talaud didapatkan bahwa Pasien mengatakan nyeri tiba-tiba perutnya nyeri,
kemudian pasien dibawa ke igd RSUD Talaud pada tanggal 3 Juli 2020 Pukul
19.00 dengan keluhan nyeri disertai mual dan muntah. Kemudian pasien
dilakukan rawat inap. Pada saat pengkajian tanggal 4 juli 2020, didapatkan data
bahwa pasien mengatakan nyeri di ulu hati P : peradangan Q : senut senut seperti
ditusuk-tusuk, R : ulu hati S: skala 4 , T : hilang timbul, pasien mengatakan mual
dan muntah 3x dalam sehari, pasien mengatakan demam, tidak nafsu makan.
TTV didapatkan TD : 140/90 mmHg, N :89x/menit, Rr : 20 x/menit, S :
38°C,wajah tampak meringis menahan nyeri.
Hal in sesuai dengan teori bahwa manifestasi klinis pada pasien gastritis kronis
terjadi anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan,
kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah. Manifestasi klinis yang
muncul tersebut disebabkan karena adanya inflamasi yang terjadi pada gaster
(Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Camera, 2011)

54
B. Diagnosis keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan Asuhan Keperawatan Pasien
Tn.A.L dengan Gastritis di Rumah Sakit Umum Daerah Talaud didapatkan 3
diagnosis keperawatan yaitu
1 Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (inflamasi gast)
Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018). Nyeri pasien diakibatkan karena pasien mengalami inflamasi
gaster
2 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Hipertermi merupakan suhu tubuh meningkat diatas rentang normal. Pasien
mengalami peningkatan suhu tubuh mencapai 38°C disebabkan karena
dampak sistemik dari inflamai lambung yang merespon hipotalamus untuk
meningkatkan suhu tubuh
3 Resiko Defisit Nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan mencerna makanan
Resiko defisit nutrisi pada pasien ditandai dengan pasien mengalami mual dan
muntah serta penurunan nafsu makan
Pada diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus berbeda dengan diagnosis
keperawatan pada teori. Adapun diagnosis keperawatan pada teori yaitu
1. Nyeri akut berhungan dengan agen cedera biologis
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Resiko defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
(Tim Pokja SDKI DPP PNI, 2017)

C. Intervensi Keperawatan
Intevensi keperawatan yang direncanakan dalam Tn.A.L dengan Gastritis di
Rumah Sakit Umum Daerah Talaud pada diagnosis keperawatan pertama yaitu
nyeri akut. Tujuan dalam perencanaan yang dilakukan yaitu setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 Jam tingkat nyeri menurun dengan kriteria
hasil pasien mengatakan nyeri menurun, wajah tampak tidak menahan nyeri, skala

55
nyeri 0-1. Adapun rencana tindakan yang dilakukan yaitu managemen nyeri yang
meliputi identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, berikan teknik non farmakologi
dengan terapi nafas dalam dan distraksi dan kolaborasi pemberian analgetik.
Pada diagnosis keperawatan kedua yaitu hipertermi berhubungan dengan proses
penyakit dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam termoregulasi membaik dengan kriteria hasil demam menurun dan suhu
tubuh 36,5-37°C. Adapu intervensin yang direncakan yait manajemen hipertermia
seperti identifikasi penyebab hipertermia, onitor suhu tubuh, berikan kompres
hangat pada pasien dan kolaborasi pemberian cairan intravena
Pada diagnosis keperawatan ketiga yaitu resiko defisit nutrisi ditandai dengan
ketidakmampuan mencerna makanan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 status nutrisi membaik dengan kriteria hasil porsi
makan dihabiskan, nafsu makan meningkat dan mual muntah menurun. Adapun
intervensi yang direncakan yaitu manajemen nutrisi meliputi identifikasi status
nutrisi, monitor berat badan ,berikan makanan sesuai diet yang dianjurkan dan
olaborasi pemberian antiemetic.

D. Implementasi keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.A.L
dengan Gastritis di Rumah Sakit Umum Daerah Talaud dilakukan selama 3 hari
Pada diagnosis keperawatan pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisiologis. implementasi dilakukan selama 3 hari. Adapun implementasi
yang dilakukan yaitu mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kulitas, intensitas, skala nyeri dengan hasil : nyeri di ulu hati P : peradangan Q :
senut senut seperti ditusuk-tusuk, R : ulu hati S: skala 2 , T : hilang timbul,
mengidentifiksi respon nyeri non verbal dengan hasil : pasien tampak meringis
menahan nyeri, memberikan terapi distraksi dan nafas dalam dengan hasil : pasien
mengatakan nyeri sedikit menurun, kolaborasi : memberikan omeprazole 1 ampul
dengan hasil : skala nyeri 1

56
Pada diagnosis keperawatan kedua yaitu hipertermi berhubungan dengan proses
penyakit implementasi dilakukan selama 3 hari. Adapun implementasi
keperawatan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi penyebab dengan hasil :
pasien mengatakan demam, pasien mengalami inflmasi gaster, memonitor suhu
tubuh dengan hasil : S : 37,5ºC, memberikan kompres hangat pada pasien dengan
hasil : S : 37,5ºC dan memonitor cairan infus RL yang sudah terpasang
Pada diagnosis keperawatan ketiga yaitu resiko defisit nutrisi ditandai dengan
ketidakmampuan mencerna makanan implementasi dilakukan selama 3 hari yaitu
mengidentifikasi status nutrisi dengan hasil : pasien mengatakan nafsu makan
menurun, muntah 1 x sehari, memonitor berat badan dengan asil : BB menurun,
58 Kg, membrikan makanan lunak tinggi kalori dengan asil :pasien tampak mau
makan dan kolaborasi memberikan ondansentron dengan hasil : muntah dan mual
berkurang.

E. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.A.L dengan
Gastritis di Rumah Sakit Umum Daerah Talaud. Pada tiga masalah keperawatan
yang ditegakkan dalam kasus belum ada masalah yang teratasi. Adapun hasil
evaluasi sebagai berikut
1 Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis
S:Pasien mengatakan nyeri di ulu hati P : peradangan Q : senut senut seperti
ditusuk-tusuk, R : ulu hati S: skala 1, T : hilang timbul
O: tampak meringis menahan nyeri
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
S: pasien mengatakan demam
O: S : 37,5 ºC
A: masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi P:Lanjutkan intervensi
3 Resiko defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan mencerna makanan

57
S : Pasien muntah dan mual berkurang
O : pasien tampak mau makan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

BAB V

58
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.A.L dengan Gastritis di Rumah Sakit
Umum Daerah Talaud. Pemberian asuhan keperawatan di lakukan penulis
secara komprehensif selama 3 hari dari tanggal 4 Juli – 6 Juli 2020
2. Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan temuan kasus dimana dalam laporan kasus ini ditemukan tiga
diagnosis keperawatan yang. Adapun diagnosis keperawatan tersebut adalah
nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis, hipertermi
berhubungann dengan proses penyakit dan resiko defisit nutrisi ditandai
dengan ketidakmampuan mencerna makanan
3. Faktor penunjang yang membantu penulis dalam penerapan asuhan
keperawatan yaitu adanya kerja sama dari keluarga, pasien dan penulis yang
kooperatif dengan tindakan keperawatan yang diberikan. Adapun faktor
penghambat karena adanya keterbatasan waktu dalam penyusunan laporan
kasus ini.

B. Saran
Adapun saran yang bisa diberikan penulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini yaitu
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga diharapkan mampu menambah pengetahuan tentang
bagaimana cara melakukan perawatan pada dengan gastritis
2. Bagi Rumah Sakit
Untuk bahan masukan yang dapat dimanfaatkan oleh perawat terutama dalam
melaksanakan asuhan keperawatan khususnya pada pasien gastritis dalam
rangka meningkatkan kualitas asuhan keperawatan untuk menambah wawasan
dan pengetahuan dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan.

3. Bagi Institusi Akademik

59
Karya tulis ilmiah ini dapat digunakan dalam institusi akademik untuk
menambah referensi bagi institusi akademik agar dapat dijadikan sebagai
bahan kajian dalam perkuliahan sehingga dapat menjadi pustaka ilmiah dalam
pengembangan ilmu keperawatan khususnya asuhan keperawatan pasien
dengan gastritis
4. Bagi Penulis
Penulis diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah
informasi dalam menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan gastritis

60
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D., & Rahayuningsih, T. (2010). Keperawatan Medikal Bedah (Sistem


Pencernaan). Gosyen Publishing.
Dewit, Susan C, Stromberg, Holly, Dallred, C. (2016). .Medical Surgical Nursing :
Concept and Practice. Elsevier.
Diyono & Mulyanti, S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernan.
KENCANA Prenada Media Group.
Hardi, K., & Huda Amin, N. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc (2nd ed.). Mediaction Jogja.
Hirlan. (2012). Gastritis. Dalam Ilmu penyakit Dalam (3rd ed.). FKUI.
Kurnia, R. G. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis
pada Pasien yang Berobat Jalan di Bukit tinggi Tahun 2011. Artikel Penelitian.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Camera, I. (2011).
Medical-Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems
(8th ed.). Elsevier Mosb.
Megawati A & Nosi Hj H. (2014). Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Gastritis Pada Pasien Yang Di Rawat Di RSUD Labuang Baji
Makassar. Diakses pada 1 Juni 2020. http://repository.unhas.ac.id
Muttaqin, A. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Sakemba Medika.
Nage E dkk. (2014). Hubungan Antara Pola Makan Dengan Terjadinya Gastritis
Pada Pasien Yang Dirawat Di RSUD Kota Makassar Diakses pada 2 Juni 2020.
http://repository.unhas.ac.id.
Nanda. (2015). Panduan Asuhan Keperawatan Profesional. EGC.
Potter, P.A. & Perry, A. G. (2014). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. (Edisi 4 Vo). EGC.
Price, Sylvia A.Wilson, L. M. (2014). Buku Ajar Patofisiologi: Konsep Klinis
ProsesProses Penyakit (Edisi 6). EGC.
Putra, M. (2012). Asuhan Keperawatan Gastritis. Diakses pada tanggal 2 Juni 2020,
dari http://made-m-p-fkp11.web.unair.ac.id.
Rahmah, M, D. (2017). Faktor Resiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa. Diakses pada 2 Juni 2020.

61
Setiadi. (2015). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu.
Smeltzer, S.C. & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 8). EGC.
Sudoyo Aru W, Setiohadi Bambang, A. I. (2012). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam
(3rd ed.). FKUI.
Sukarmin. (2011). Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Pustaka Pelajar.
Tarwoto dan Watonah. (2011). Keperawatan Medikal Bedah. EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st
ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st
ed.). DPP PPNI.

62

Anda mungkin juga menyukai