TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis menyajikan laporan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan infark miokar akut di ruangan Asoka Bougenvile RS. Tk. II R. W.
Mongisidi Manado.Asuhan Keperawatan ini dimulai tanggal 19-21 Juli 2019.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn. J.M
b. Umur : 62 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Kristen Protestan
e. Suku/Bangsa : Minahasa/ Indonesia
f. Pendidikan : SLTA
g. Pekerjaan : Pentani
h. Alamat : Kumelembuia, Minahasa Selatan
i. Tanggal Masuk Rs : 18 Juli 2019
j. Ruangan/kelas : Asoka Bougenvile/ III
k. No Rekam Medik : 08.42.98
l. Diagnosa masuk : Infark Miokard Akut
m. Tanggal Pengkajian : 19 Juli 2019
Penanggung jawab
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Garis keturunan
: Pasien
Mobilitas rutin
Waktu senggang
Eliminasi/Toileting
Mandi
Berjalan
Berpakaian
Berhias
Tingkat ketergantugan
Keterangan skor :
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
e. Pola eliminasi
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAK ±5x sehari, bau urine khas amoniak, warna
urine kekuningan, jumlah urine ±120 ml. BAB 3-4x sehari dengan
konsistensi padat, bau khas feses, warna feses kuning kecokelatan.
2) Saat sakit
Pasien mengatakan pada saat BAK ±6-7x sehari, bau urine khas
amoniak, warna urine kekuningan, jumlah urine 150 ml. BAB 2x
sehari dengan konsistensi lembek, bau khas feses, warna feses
kecokelatan.
f. Pola nilai dan kepercayaan
1) Sebelum sakiit
Pasien mengatakan menganut kepercayaan Kristen Protestan dan
selalu mengikuti ibadah di Gereja maupun ibadah kolom.
2) Saat sakit
Pasien mengatakan selama sakit pasien sering berdoa ditempat tidur
didampingi oleh keluarga.
g. Pola seksual reproduksi
Pasien mengatakan telah menikah, umur waktu menikah 22 tahun, dan
lama perkawinan sekitar 40 tahun yang lalu.Pasien mengatakan pola
seksual terpenuhi dan pasien mempunyai 2 orang anak.
h. Pola kognitif perseptual
Pasien dapat berbicara baik menggunakan bahasa manado melayu,
kemampuan membaca dibantu menggunakan kacamata
i. Pola mekanisme koping
1) Kaji faktor yang menimbulkan stres
Pasien khawatir dengan penyakitnya karena sudah ke-3 kalinya
dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama.
2) Respon untuk mengatasi stres dengan koping efektif
Pasien mendiskusikan dengan keluarga mengenai penyakitnya dan
pergi berobat ke puskesmas maupun ke rumah sakit.
j. Pola peran hubungan
1) Status perkawinan : Menikah
2) Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai petani
3) Kualitas bekerja : Baik dan bertanggung jawab
4) Hubungan dengan orang lain : Pasien ramah terhadap orang lain
5) Sistem pendukung : Dari keluarga dan orang terdekat
k. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien berperan sebagai suami dan kepala rumah tangga dan di
keluarganya.
l. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Tampak lemah
2) Kesadaran : CM (Compos Mentis)
3) GCS : 15
4) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : 140/ 90 mmHg
b) Nadi : 82 x/m
c) Respirasi : 21 x/m
d) Suhu badan : 36.2 °C
e) Tinggi badan : 170 cm
f) Berat badan sebelum sakit :±75 kg
g) Berat badan saat sakit : 73 kg
h) Spo2 : 98%
5) Kepala
inspeksi
a) Bentuk kepala lonjong
b) Warna rambut beruban
c) Penyebaran tidak merata
Palpasi
a) Tidak ada nyeri tekan pada kepala
b) Tidak ada benjolan/lesi
6) Wajah
Inspeksi
a) Pergerakan wajah tidak kaku
b) Ekspresi wajah tampak meringis
c) Wajah tampak pucat
7) Mata
Inspeksi
a) Konjungtiva tidak anemis
b) Sklera tidak ikterus
c) Bentuk mata semetris
d) Gerak bola mata normal
8) Hidung
Inspeksi
a) Septum hidung tegak lurus
b) Tidak ada sekret dan polip
c) Tidak ada gangguan penciuman
9) Telinga
Inspeksi
a) Bentuk simetris
b) Tidak ada lesi
c) Tidak ada serumen
d) Tidak mengalami otitis
Palpasi
m. Data Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Anti hipertensi
dan gagal
2. Captopril 6.25 mg Oral 3x1
jantung
Obat
penenang,
4. Alprazolam 0.5 mg Oral 1x1
mengatasi
kecemasan dn
serangan panik
5. Atorvastatin 40 mg Oral 1x1 Menurunkan
kadar kolestrol
6. Candesartan 16 mg Oral 1x1 Anti hipertensi
Untuk
mengganti
7. Ringerlaktat 500 ml 20 tts/m IV
cairan yang
hilang
B. Klasifikasi Data
Data objektif :
a. Wajah tampak meringis
b. TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 82 x/menit
R : 21 x/m
SB : 36.2 °C
SPO2 : 98
c. Hasil EKG ST elevasi pada lead
V1-V3 menunjukkan adanya
infark miokard
d. CKMB 50 µ/l
2. Data subjektif : Perubahan Penurunan curah
jantung
Pasien mengatakan merasa lemah kontraktilitas
Data objektif :
a. Hasil EKG ST elevasi pada lead
V1-V3 menunjukkan adanya
miokard infark
b. Pasien hanya terbaring lemah di
tempat tidur
c. CKMB 50 µ/l
Data objektif :
a. Pasien tidak mampu beraktivitas
sendiri
b. Aktivitas pasien dibantu oleh
keluarga dan perawat
c. Hemoglobin 12.8 g/dl
4. Data subjektif : Kurang terpapar Ansietas
Pasien mengatakan merasa takut informasi
dan sering memikirkan penyakitnya
Data objektif :
a. Pasien tampak cemas
b. Pasien tampak gelisah
c. Pasien sering bertanya tentang
penyakit yang dialaminya
D. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia)
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
E. Rencana Keperawatan
Tabel 13. Rencana Keperawatan
No.
Hari/tanggal Diagnosis Keperawatan Luaran/Outcame Intervensi
Dx
1. Jumat/19 Juli Nyeri akut berhubungan Tujuan : setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
2019 dengan agen pensedera intervensi selama 3 hari, karakteristik, durasi,
fisiologis maka tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
b. Meringis menurun 3. Kontrol lingkungan yang
c. Gelisah menurun memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
4. Kolaborasi pemberian
analgetik
2. Jumat/19 Juli Penurunan curah jantung Tujuan : Setelah dilakukan 1. Monitor saturasi oksigen
2019 berhubunngan dengan intervensi selama 3 hari, 2. Periksa tekanan darah
perubahan kontraktilitas maka curah jantung dan frekuensi nadi
meningkat dengan kriteria 3. Posisikan pasien semi
hasil : fowler
a. Kekuatan perifer 4. Berikan O2 untuk
meningkat mempertahankan
b. Bradikardia meningkat saturasi oksigen
c. Berat badan cukup
menurun
d. Capillary Refill Time
(CRT) membaik
3. Jumat/19 Juli Intoleransi aktivitas Tujuan : Setelah dilakukan 1. Monitor pola dan jam
2019 berhubungan dengan intervensi selama 3 hari, tidur
ketidakseimbangan antara maka intoleransi aktivitas 2. Berikan aktivitas
suplai dan kebutuhan oksigen meningkat dengan kriteria distraksi yang
hasil : menenangkan
a. Kemudahan dalam 3. Anjurkan tirah baring
melakukan aktivitas 4. Kolaborasi dengan ahi
sehari-hari meningkat gizi tentang cara
b. Perasaan lemah menurun meningkatkan asupan
makanan.
4 Jumat/19 Juli Ansietas berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda
2019 kurang terpapar informasi intervensi selama 3 hari, ansietas
maka tingkat ansietas 2. Ciptakan suasana
menurun dengan kriteria terapeutik untuk
hasil : menumbuhkan
a. Perilaku cemas menurun kepercayaan
b. Perilaku gelisah menurun 3. Latih teknik relaksasi
c. Konsentrasi membaik
d. Pola tidur cukup
membaik
F. Implementasi Keperawatan
Tabel 14.Implementasi keperawatan
Hari/tanggal No. Dx Jam Implementasi
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperewaratan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan pengkajian
pada Tn. JM yang dilakukan pada tanggal 19 -21 Juli 2019.
Pengkajian pada pasien dengan diagnose Infark Miokard Akut
merupakan salah satu aspek paling penting dalam merencanakan tindakan
selanjutnya, pada tahap pengkajian kasus innfark miokar akut pada Tn. JM
di ruangan Asoka Bougenvile RS Rumkit Tk. III Manado menggunakan
metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu wawancara, observasi dan
dokumentasi.
Pada pengkajian yang dilakukan pada Tn.JM padatanggal 19 Juli
2019 dengan infark miokard akut ditemukan masalah dengan data
subjektif yaitu pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri menjalar
kepunggung sampai kelengan kiri, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
jarum dengan skala nyeri 6 ( sedang), nyeri hilang timbul lamanya kurang
lebih 20 menit, hasil EKG ST elevasi pada V1-V3 menunjukkan adanya
perubahan irama jantung, pasien mengatakan lemah dan tidak mampu
beraktivitas sendiri. Pasien mengatakan merasa takut dengan penyakit
yang dialaminya saat ini. Data objektif yang ditemukan yaitu tanda-tanda
vital TD : 140/90 mmHg, N:82 x/m, R: 21x/m, SB: 36.2 °C, saturasi
oksigen 98%, nillai hemoglobin 12.8 g/dl, hematocrit 39.3 µl, ekpresi
wajah tampak meringis, pasien sering bertanya-tanyya tentang penyakit
yang dialaminya saat ini, pasien tampak cemas dan tidak mampu
beaktivitas sendiri. Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
B. Diagnosis
Menurut SDKI 2016, diagnosis yang sering muncul pada pasien
dengan infark miokard akut yaitu : Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (iskemia), penurunan curah jantung berhubungan
dengan perubahan kontraktilitas, gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan PO2 menurun ditandai dengan pola napas abnormal, intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, ansietas berhubungan dengan kurang terpapar
informasi.
Dari hasil penerapan asuhan keperawatan dari lima diagnosis yang
terdapat dalam teori infark miokard akut hanya empat yang didapatkan
pada pasien. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada pasien Tn. JM
ditemukan data subjektif pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri seperti
ditusuk-tusuk yang menjalar kepunggung sampai kelengan sebelah kiri,
lamanya nyeri sekitar 20 menit.Data objektif wajah tampak meringis, skala
nyeri 6 (10) dengan kategori nyeri sedang, dari temuan data tersebut maka
ditegakkan diagnosis nyeri akut. Diagnosis dua penurunan curah jantung
ditemukan pada TN. JM dilihat berdasarkan data subjektif pasien
mengatakan lemah dan data objektif yaitu dari hasil EKG, ST elevasi pada
lead V1-V3 menunjukkan adanya perubahan irama jantung dan pasien
hanya terbaring lemah ditempat tidur terpasang O2 3 L dengan SPO2 98%.
Diagnosa ketiga ditemukan intoleransi aktivitas yaitu berdasarkan data
subjektif pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas sendiri. Dari data
objektif aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat, pasien hanya
terbaring lemah ditempat tidur, hemoglobin 12.8 g/dl dan hematocrit 39.3
µl. Dan diagnosis keempat ansitas ditemukan pada pasien Tn. JM
berdasarkan data subjektif pasien mengatakan sering memikirkan penyakit
yang dialaminya saat ini, pasien mengatakan khawatir dengan
penyakitnya saat ini. Data objektif pasien sering bertanya tentang penyakit
yang dideritanya dan pasien tampak cemas.
Setelah dianalisa, adanya kesenjangan teori dan temuan pada
kasus, karena temuan ini berdasarkan penerapan asuhan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yaitu berdasarkan data keluhan dan respon pasien.
C. Perencanaan
Perencanaan dilakukan sesuai dengan prioritas masalah dengan
mempertimbangkan masalah tersebut mengancam kehidupan, kesehatan
dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.Penentuan tujuan dirumuskan
secara jelas, singkat, terfokus, dapat diukur, dapat dicapai sesuai kenyataan
atau realita yang ada dan mempunyai batasan waktu dalam mencapai
tujuan.
Dalam perencanaan penulis tidak mengangkat semua perencanaan
yang terdapat diteori.Pada diagnosis satu pada pasien Tn. JM penulis
menetapkan perencanaan antara lain : identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skla nyeri, kontrol
lingkungan yyang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan), kolaborasi pemberian analgetik.
Pada diagnosis dua penulis menetapkan intervensi keperawatan
yaitu : monitor saturasi oksigen, periksa tekanan darah dan frekuensi nadi,
posisikan pasien semi fowler, berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen.
Pada diagnosis ketiga penulis menetapkan intervensi keperawatan
antara lain: monitor pola dan jam tidur, berikan aktivitas distraksi yang
menenagkan, anjurkan tirah baring, kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan.
Sedangkan pada diagnosis keempat, penulis menetapkan intervensi
keperawatan antara lain: monitor tanda-tanda ansietas, ciptakan suasana
terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan, latih teknik relaksasi.
Pada intervensi keperawatan selain tindakan mandiri perawat,
dilakukan juga tindakan kolaborasi dengann tim kesehatan lainnya
seperti dokter, apoteker dan gizi dalam proses kesembuhan pasien.
D. Implementasi
Secara umum, tindakan yang direncanakan dapat dilaksanakan
dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan cara
observasi, tindakan mandiri, health education, dan kolaborasi. Faktor yang
menunjang dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu, adanya kerja
sama yang baik antara perawat yang diruangan, dokter, keluarga, dan
paling penting yaitu adanya kerja sama dengan pasien dalam proses
penyembuhan. Dalam tahap ini telah dilaksanankan tindakan keperawatan
yang telah direncanakan pada tanggal 19 Juli 2019.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menendakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
intervensi keperawatan, dan implementasi keperawatan. Pada tahap ini,
penulis melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan dan kriteria yang ingin
dicapai yang telah ditetapkan sebelumnya dengan memperhatikan respon
dari perubahan-perubahan yang terjadi pada pasien.
Penerapan asuhan keperawatan pada Tn. JM yang dilakukan dari
hari Jumat19 Juli 2019 sampai hari minggu21 Juli. Penulis dapat
mengevaluasi keempat diagnosis yang di tetapkan dari data subjektif
pasien mengatakan nyeri berkurang, nyeri hilang timbul, pasien
mengatakan merasa lemah, pasien mengatakan tidak biasa beraktifitas
sendiri, serta pasien mengatakan khawatir dengan penyakitnya. Dari data
objektif skala nyeri 3 (10) dengan kategori ringan, pasien tampak cemas,
aktivitas pasien dibantu keluarga dan perawat, pasien terbaring lemah
ditempat tidur. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa masalah belum
teratasi sepenuhnaya. Dan diharapkan perawat dapat melanjutkan
intervensi yang telah dilanjutkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penerapan asuhan keperawatan pada pasien Tn. JMumur 62tahun, yang
awalnya masuk di ruangan ICU pada tanggal 18 Juli 2019 dan
dipindahkan diruangan Interna Asoka Bougenvile dan dilakukan
penerapan asuhan keperawatan selama tiga hari di temukan empat
diagnosis yang diantaranya nyeri akut, penurunan curah jantung,
intoleransi aktivitas dan Ansietas.
2. Berdasarkan teori yang didapatkan oleh penulis menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus didalam penerapan asuhan
keperawatanpada pasien dengan Infark Miokard Akut.
3. Faktor penunjang yang membantu penulis dalam melakukan penerapan
asuhan keperawatan adalah adanya kerja sama antara dokter, perawat,
pasien, dan keluarga. Sehingga penulis tidak menemukan hambatan
dalam melakukan penerapan asuhan keperawatan.
B. Saran
1. Bagi rumah sakit sebagai bahan masukan yang dapat dimanfaatkan untuk
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif
pada pasien dengan infark miokar akut.
2. Bagi institusi dapat dijadikan bahan referensi yang dapat dimanfaatkan
sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran, khususnya Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan infark miokard akut.
3. Bagi penulis dapat menambah pengembangan wawasan dan ilmu
pengetahuan kegiatan dalam pengembangan tentang asuhan Keperawatan
khususnya pada pasien dengan infark miokard akut.
4. Bagi Pasien dapat mendapatkan asuhan keperawatan secara komprehensif
sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatanya.