Anda di halaman 1dari 134

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN HIPERTENSI


DALAM UPAYA MENURUNKAN TEKANAN DARAH
DENGAN TEHNIK RELAKSASI BENSON
DI DESA BATU GANTUNG WARINGIN
RT 003/RW 003 KEL WAINITU
KECAMATAN NUSANIWE
KOTA AMBON

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi


Diploma III Keperawatan

Oleh :

GALIH GALANTAMA
NIM : 124021 2017 062

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN
RUMKIT TK III dr. J. A. LATUMETEN
AMBON
2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Galih Galantama

NIM : 124021 2017 062

Institusi : Akper Rumkit Tk III dr. J.A Latumeten Ambon

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis

ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan hasil

karya sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran saya

sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah

ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atau perbuatan tersebut.

Ambon, Mei 2020

Galih Galantama
NIM : 124021 2017 062

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

F. Wenno, AMK., S.Pd.,M.M Kodir, S.Kep.,M.Si


NUPN : 9912380438 NIDK : 8870250017

i
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL

Karya Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.W

DENGAN HIPERTENSI DALAM UPAYA MENURUNKAN TEKANAN

DARAH DENGAN TEHNIK RELAKSASI BENSON DI DESA BATU

GANTUNG WARINGIN RT 003 / RW 003 KELURAHAN WAINITU,

KECAMATAN NUSANIWE, KOTA AMBON ini telah disetujui oleh dosen

pembimbing Akademi Keperawatan Rumkit Tk III dr. J.A. Latumeten Ambon.

Ambon, Mei 2020

Pembimbing I Pembimbing II

F. Wenno, AMK., S.Pd.,M.M Kodir, S.Kep.,M.Si


NUPN : 9912380438 NIDK : 8870250017

ii
MOTTO

ِ
َ ِ‫ت َق ْلىِب َعلَى ديْن‬
‫ك‬ ِ ‫ٓاللَّه َّم يا م َقلِّب الْ ُقلُو‬
ْ ِّ‫ب ثَب‬ ْ َ ُ َ ُ
“Ya Allah, Wahai Dzat Yang Membolak-Balikkan Hati, Teguhkanlah Hatiku
Diatas Agama-Mu” (HR.Tirmidzi, Ahmad & Hakim).

Lakukanlah Kebaikan Walau Sekecil Apapun Itu, Karena Tidaklah Kamu Ketahui
Amal Kebaikan Apakan Yang Dapat Menghantarkanmu Ke Surga Allah SWT.

Doa Usaha Ikhtiar Tawakal “DUIT” Kunci Dari Semua Keberhasilan

Galih Galantama
Nim : 124021 2017 062

LEMBAR PENGESAHAN

iii
Karya Tulis Ilmiah Oleh Galih Galantama Nim 1240212017062 dengan judul
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.W DENGAN HIPERTENSI DALAM
UPAYA MENURUNKAN TEKANAN DARAH DENGAN TEHNIK
RELAKSASI BENSON DI DESA BATU GANTUNG WARINGIN RT 003/RW
003 KEL WAINITU KECAMATAN NUSANIWE KOTA AMBON telah
disetujui oleh Tim Penguji Sidang Akademi Keperawatan Rumkit TK III dr. J.A.
Latumeten Ambon, pada tanggal Juni 2020 dan telah diperbaiki dengan
masukan dari Tim Penguji.

Tim Penguji

Penguji I : Faisal Kastella, S.Kep.,M.Kes (…………………….)

Penguji II : Tommy Pangandaheng, S.Kep.,Ns.,MSN (……………………)

Penguji III : F. Wenno, AMK., S.Pd.,M.M (…………………….)

Moderator : Kodir, S.Kep.,M.Si (…………………….)

Mengetahui
Direktur

Deden Muhamad Hidayat, S.Si,.Apt

KATA PENGANTAR

iv
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, Tuhan

Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. W

dengan Hipertensi Dalam Upaya Menurunkan Tekanan Darah Dengan Tehnik

Relaksasi Benson di Desa Batu Gantung Waringin RT 003 / RW 003 Kelurahan

Wainitu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon” tepat pada waktu yang telah

ditentukan.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini, untuk

diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma III

Keperawatan di Akademi Keperawatan Rumkit Tk III dr. J.A. Latumeten

Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan terimakasih

kepada :

1. Deden Muhamad Hidayat, S.Si, Apt selaku Direktur Akademi

Keperawatan Rumkit Tk III dr. J.A. Latumeten yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Akademi

Keperawatan Rumkit Tk III dr. J.A. Latumeten.

2. F Wenno, AMK., S.Pd,. M.M sebagai pembimbing I yang telah

memberikan masukan serta mengarahkan peneliti dalam penyelesaian

karya tulis ilmiah ini.

3. Kodir S.Kep,. M.Si selaku pembimbing II yang juga telah

membimbing dan mengarahkan peneliti demi menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini.

v
4. Almarhum ayah (Wakijan) tercinta yang yang selalu menjadi

motivasi bagi penulis.

5. Ibu (Ita Widyawati) dan adik-adik (Refitrin Juanita dan Wicita Netria)

serta keluarga tercinta yang selalu memberikan support dan Do’a

sehingga bisa terselesainya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Kakak-kakak demisioner rekan-rekan dan adik-adik Majelis Ta’Lim

As’Syahr (MTA) yang bila mana selalu meluangkan waktunya untuk

memberikan ilmu serta pelatihan-pelatihan khusus selama penulis

menimbah ilmu dalam organisasi MTA selama masa studi.

7. Teman-teman Angkatan 15 (PEGASUS) yang bila mana selalu

memberikan dukungan bantuan dari awal proses sampai akhir ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan

menuju kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap karya

tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ambon, Juni 2020

Penulis

Galih Galantama

DAFTAR ISI

Halaman

COVER

vi
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN................................................ i
LEMBARAN PERSETUJUAN.................................................................... ii
MOTTO........................................................................................................... iii
LEMBARAN PENGESAHAN...................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
INTISARI........................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan....................................................................... 6
E. Keaslian Penulisan....................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan.................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi....................................................................... 9
B. Konsep Relaksasi Benson.......................................................... 35
C. Hubungan Relaksasi Benson Dengan Hipertensi........................ 43
D. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Hipertensi........................... 47
E. Kerangka Konsep........................................................................ 62
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Studi Kasus...................................................................... 63
B. Subjek Studi Kasus...................................................................... 63
C. Variabel Penulisan....................................................................... 63
D. Defenisi Operasional Studi Kasus.............................................. 64
E. Instrumen Studi Kasus................................................................. 65
F. Metode Pengumpulan Data......................................................... 66
G. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus................................................... 67
H. Etika Penelitian............................................................................ 67
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian............................................................................ 69

vii
B. Pembahasan................................................................................. 96
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 100
B. Saran............................................................................................ 101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

viii
Tabel 2.1 Kategori Tekanan Darah .......................................................... 12
Tabel 4.1 Komposisi Keluarga.................................................................. 69
Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan Masing-masing Keluarga.......................... 72
Tabel 4.3 Pemeriksaan Fisik..................................................................... 77
Tabel 4.4 Analisa Data.............................................................................. 81
Tabel 4.5 Rencana Asuhan Keperawatan/NCP......................................... 83
Tabel 4.6 implementasi dan Evaluasi........................................................ 86

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

ix
Gambar 2.1 Penempatan Manset Pada Tangan........................................ 29
Gambar 2.2 Posisi Lengan Saat Pengukuran Tekanan Darah.................. 29
Gambar 2.3 Posisi Tidur Dan Duduk....................................................... 42
Gambar 2.4 Bernafas Rileks Sambil Mengucap Kalimar Ritual............. 43
Gambar 4.1 Genogram............................................................................. 70
Gambar 4.2 Denah Rumah....................................................................... 73

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran

x
Lampiran 1 Surat Pernyataan Menyetujui Penelitian
Lampiran 2 Penjelasan Tentang Penelitian
Lampiran 3 Formulir Persetujuan Responden
Lampiran 4 Standar Operasional Prosedur (SOP) tehnik Relaksasi Benson
Lampiran 5 Format Pengkajian Keluarga
Lampiran 6 Lembar Observasi
Lampiran 7 Jadwal Penelitian
Lampiran 8 Lembar Bukti Konsultasi Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 9 Dokumentasi

INTISARI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN HIPERTENSI


DALAM UPAYA MENURUNKAN TEKANAN DARAH
DENGAN TEHNIK RELAKSASI BENSON
DI DESA BATU GANTUNG WARINGIN

xi
RT 003/RW 003 KEL WAINITU
KECAMATAN NUSANIWE
KOTA AMBON

Galih Galantama1) F. Wenno, AMK., S.Pd.,M.M2) Kodir, S.Kep.,M.Si3)


xii + 102 Halaman + 7 Tabel + 6 Gambar + 9 Lampiran

Latar belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling
umum disandang masyarakat. Data World Health Organization (WHO) tahun 2015
menunjukan sekitar 1,13 miliar orang di Dunia menyandang Hipertensi, artinya 1 dari 3
orang di Dunia terdiagnosis Hipertensi, jumlah penyandang hipertensi terus meningkat
setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi.
Estimasi jumlah kasus Hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan
angka kematian di Indonesia sebesar 427.218 Kematian. (Riskesdas 2018), dan di Maluku
angka kejadian Hipertensi tergolong banyak, pada tahun 2015, berdasarkan data Sumber
medical Record RSUD Dr. M. Haulussy ambon 2017 jumlah hipertensi untuk kota ambon
yaitu 43.8% untuk pasien laki-laki dan 58.2% untuk pasien perempuan.
(P2PTM.Kemenkes.RI.go.id). Relaksasi Benson merupakan gabungan antara teknik
respon relaksasi dengan sistem keyakinan individu atau faith factor. Fokus dari
relaksasi ini pada ungkapan tertentu yang diucapkan berulang-ulang dengan
menggunakan ritme yang teratur disertai dengan sikap yang pasrah. Ungkapan
yang digunakan dapat berupa nama-nama Tuhan atau kata-kata yang memiliki
makna menenangkan untuk pasien itu sendiri (Solehati & Kosasih, 2015). Maka
peneliti mengangkat masalah ini dalam suatu penelitian karya tulis ilmiah dengan judul
Asuhan Keperawatan pada Ny.W dengan Hipertensi Dalam Upaya Menurunkan
Tekanan Darah Dengan Tehnik Relaksasi Benson di Desa Batu Gantung
Waringin RT 003/RW 003 Kelurahan Wainitu, Kecamatan Nusaniwe, Kota
Ambon Tujuan. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Memberikan
Asuhan Keperawatan pada Ny.W Dalam Upaya Menurunkan Tekanan Darah
Dengan Tehnik Relaksasi Benson. Metode penelitian. Jenis penelitian yang
digunakan adalah studi kasus dengan menggunakan metode Deskriptif. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2020 Hasil. Pelaksanaan tindakan keperawatan
berjalan tanpa adanya kesulitan serta intervensi yang diberikan dapat tercapai.
Kesimpulan. Relaksasi benson dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah.
Saran. Keluarga bisa melakukan Relaksasi Benson untuk menurunkan tekanan darah.

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Hipertensi, Relaksasi Benson


1) Mahasisiwa Akademi Keperawatan Rumkit Tk III. dr. J.A. Latumeten
2) Dosen Pembimbing Akademik Keperawatan Rumkit Tk III. dr. J.A.
Latumeten

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang

paling umum disandang masyarakat. Data World Health Organization

(WHO) tahun 2015 menunjukan sekitar 1,13 miliar orang di Dunia

menyandang Hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di Dunia terdiagnosis

Hipertensi, jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap

tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang

terkena hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang

meninggal akibat hipertensi. Estimasi jumlah kasus Hipertensi di

Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di

Indonesia sebesar 427.218 Kematian. Riskesdas 2018 menyatakan

prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran penduduk usia ≥18

tahun sebesar 34,1%. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun

(31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).

Dari prevalensi Hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar

8,8% terdiagnosa hipertensi minum obat dan 13,3% orang yang

terdiagnosa Hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum

obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi

tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapat

penggobatan. Alasan penderita tidak minum obat antara lain karena : 1.

Penderita Hipertensi merasa sehat (59,8%), 2. Kunjungan tidak rutin ke

1
2

fasilitas layanan kesehatan (31,3%), 3. Minum obat tradisional (14,5%), 4.

Menggunakan trapi lain (12,5%), 5. Lupa minum obat (11,5%), 6. Tidak

mampu beli obat (8,1%), 7. Terdapat efek samping obat (4,5%) dan 8.

Obat tidak tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan (2%). Di Maluku

angka kejadian Hipertensi tergolong banyak, pada tahun 2015,

berdasarkan data Sumber medical Record RSUD Dr. M. Haulussy ambon

2017 jumlah hipertensi untuk kota ambon yaitu 43.8% untuk pasien laki-

laki dan 58.2% untuk pasien perempuan. (P2PTM.Kemenkes.RI.go.id )

Hipertensi sebagai bentuk gangguan pada vaskuler serebral yang

berupa penyempitan pembuluh darah serebral yang mengakibatkan suplai

oksigen dan nutrisi ke jaringan otak mengalami penurunan atau sumbatan.

Menurut The Seven Joint National Committee (JNC-VII) batas tekanan

darah seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik > 140 mmHg

dan tekanan diastolik > 90 mmHg. (Ignativius & Workman, 2015).

Hipertensi dapat terjadi melalui factor genetic, folimorfisme lokus-lokus

gen yang terlibat dalam regulasi reseptor angiotensin I dan aldosterone

synthase beresiko menimbulkan hipertensi. Perubahan sistem

kardiovaskuler, neurohormonal dan ginjal sangat berperan. peningkatan

aktivitas saraf simpatis dapat memicu peningkatan kerja jantung. kelainan

pada pembuluh darah berperan terhadap total resistensi perifer.

Vasokontruksi dapat disebabkana peningkatan aktivitas saraf simpatis,

gangguan regulasi factor local (nitrit oxide, factor natriuretik dan

endothelin) yang berperan dalam pengaturan tonus vaskuler. Kelainan


3

pada ginjal berupa defek kanal ion Na+/K+/ATP, abnormalitas rugulasi

hormone renin-angotensin-aldosteron serta gangguan aliran darah keginjal.

gangguan pada tekanan natriuresis juga dapat mengganggu pengaturan

eksresi sodium hingga mengakibatkan retensi garam dan cairan.

Peningkatan kadar vasokonstriktor seperti aniotensin II atau endotelin

berhubungan dengan peningkatan total resistensi perifer dan tekanan

darah. Drago J Wiliams, GH (2016).

Penanganan Hipertensi dapat dilakukan dengan pengobatan

farmakologi dan pengobatan non farmakologi, pengobatan farmakologi

dapat ditangani melalui obat golongan anti hipertensi seperti diuretik,

betabloker, ACE-inhibitor dan Vasodilator-direct. Beberapa penderita

hipertensi menolak untuk disiplin meminum obat farmakologi karena

memiliki efek samping. Sehingga para penderita hipertensi memilih

pengobatan non farmakologi dalam mengontrol tekanan darah untuk

mengurangi efek samping tersebut (Nurrahmani, 2012). Salah satu terapi

non farmakologi dalam menurunkan tekanan darah yaitu dengan teknik

relaksasi. Dengan metode relaksasi dapat mengontrol sistem saraf yang

bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah (Suiraoka, 2012). Konsep

dasar teknik relaksasi pada hakekatnya cara relaksasi yang diperlukan

untuk menurunkan ketegangan pada otot yang dapat memperbaiki denyut

nadi, tekanan darah, dan pernafasan. Teknik relaksasi saat ini terus

dikembangkan menjadi beberapa teknik, salah satunya yaitu relaksasi

benson (Aspiani, 2014).


4

Relaksasi benson merupakan metode teknik relaksasi yang

diciptakan oleh Herbert Benson, seorang ahli peneliti medis dari Fakultas

Kedokteran Harvard yang mengkaji beberapa manfaat doa dan meditasi

bagi kesehatan. Relaksasi benson yaitu salah satu teknik relaksasi yang

sederhana, mudah dalam pelaksanaannya, dan tidak memerlukan banyak

biaya. Relaksasi Benson merupakan gabungan antara teknik respon

relaksasi dengan sistem keyakinan individu atau faith factor. Fokus dari

relaksasi ini pada ungkapan tertentu yang diucapkan berulang-ulang

dengan menggunakan ritme yang teratur disertai dengan sikap yang

pasrah. Ungkapan yang digunakan dapat berupa nama-nama Tuhan atau

kata-kata yang memiliki makna menenangkan untuk pasien itu sendiri

(Solehati & Kosasih, 2015).

Relaksasi Benson memiliki beberapa keunggulan. Selain

metodenya yang sederhana karena bertumpu pada usaha nafas dalam yang

diselingi dengan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tehnik ini

juga dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa membutuhkan

ruangan yang sangat khusus. Benson relaksasi akan menghasilkan

frekuensi gelombang alpha pada otak yang bisa menimbulkan perasaan

bahagia, senang, gembira, dan percaya diri sehingga dapat menekan

pengeluaran hormon kortisol. Epinefrin dan neoepinefrin yang merupakan

vasokontriksi kuat pada pembuluh darah. Penekanan hormone-hormone

tersebut dapat mengakibatkan dilatasi pembuluh darah. Sehingga


5

mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah. Sehingga hasil

akhirnya adalah penurunan tekanan darah. (Prisca 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka Peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. X

dengan Hipertensi Dalam Upaya Menurunkan Tekanan Darah Dengan

Tehnik Relaksasi Benson di Desa Batu Gantung Waringin RT 003/RW

003 Kelurahan Wainitu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah ditemukan serta diuraikan

diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana “Asuhan Keperawatan pada Ny. X dengan Hipertensi Dalam

Upaya Menurunkan Tekanan Darah Dengan Tehnik Relaksasi Benson di

Desa Batu Gantung Waringin RT 003 / RW 003 Kelurahan Wainitu,

Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk Memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny.X Dalam Upaya

Menurunkan Tekanan Darah Dengan Tehnik Relaksasi Benson.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu Melakukan Pengkajian pada Ny.X Dalam Upaya

Menurunkan Tekana Darah Dengan Tehnik Relaksasi Benson.


6

b. Mampu Menentukan Diagnosa Keperawatan Serta Memprioritas

Masalah yang terjadi pada Ny.X Dalam Upaya Menurunkan

Tekanan Darah Dengan Tehnik Relaksasi Benson.

c. Mampu Menyusun Rencana Tindakan Keperawatan pada Ny.X

Dalam Upaya Menurunkan Tekanan Darah Dengan Tehnik

Relaksasi Benson.

d. Mampu Melaksanakan Tindakan Keperawatan pada Ny.X Dalam

Upaya Menurunkan Tekanan Darah Dengan Tehnik Relaksasi

Benson.

e. Mampu Melakukan Evaluasi terhadap pasien Ny.X Dalam Upaya

Menurunkan Tekanan Dengan Tehnik Relaksasi Benson.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Diharapkakan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

bacaan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian berikutnya

dengan penerapan Asuhan Keperawatan pada Ny.X Dalam Upaya

Menurunkan Tekanan Darah Dengan Tehnik Relaksasi Benson.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penilitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai bahan

informasi guna meningkatkan mutu pendidikan dan dapat

dijadikan sebagai bahan bacaan dan merupakan masukan bagi

mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya tentang


7

Upaya Menurunkan Tekanan Darah Dengan Tehnik Relaksasi

Benson.

b. Bagi penulis

Dapat dijadikan pengalaman yang sangat berharga dalam

wawasan pengetahuan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang

didapatkan dari penerapan Asuhan Keperawatan kepada penderita

hipertensi.

c. Bagi Pasien

Memberikan bantuan kepada pasien dalam mengenal dan

mengatasi masalah keperawatan yang dialaminya dengan

menggunakan terapi benson, karena trapi benson ini tidak

memiliki efek samping yang membahayakan.

E. Keaslian Penulisan

Karya tulis ilmiah ini disusun oleh peneliti sendiri dengan

menggunakan kumpulan refrensi berupa jurnal ilmiah dan bukan

merupakan duplikasi ataupun penjiplakan dari penelitian karya tulis ilmiah

yang lain, walaupun sudah pernah di teliti oleh peneliti sebelummya.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah, dengan

sistematika penulisan yang terdiri dari bagian awal, bagian utama dan

bagian akhir. Bagian awal terdiri dari Halaman Judul, Lembaran

Persetujuan, Lembaran pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar

Tabel, dan Daftar Lampiran. Bagian utama terdiri dari Bab 1-5, yaitu Bab
8

I Pendahuluan berisi: Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan

Penelitiian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan dan sistematika

penulisan. Bab II Kajian Pustaka berisi: Konsep-konsep Dasar

diantaranya: Konsep Hipertensi, Konsep Relaksasi Benson, Hubungan

Relaksasi Benson Dengan Hipertensi, Konsep Asuhan Keperawatan Pada

Hipertensi dan Kerangka Konsep Penelitian. Bab III Metedologi Penelitian

berisi: Desain Studi Kasus, Definisi Operasional Studi Kasus, Instrumen

Studi Kasus, Metode Pengumpulan Data, Lokasi Dan Waktu, Etika

Penelitian. Bab IV berisi Hasil Pengkajian dan Pembahasan. Bab V berisi

Kesimpulan dan Saran. Bagian akhir yang berisi Daftar Pustaka dan

Lampiran-lampiran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP HIPERTENSI

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah

sistolik sedikitnya 140 mmHg dan tekanan diastolik sedikitnya 90

mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit

jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,

ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin

besar resikonya. (Price. A & Wilson.M.L, 2016).

Hipertensi sebagai bentuk gangguan pada vaskuler serebral yang

berupa penyempitan pembuluh darah serebral yang mengakibatkan

suplai oksigen dan nutrisi kejaringan otak mengalami penurunan atau

sumbatan. Menurut The Seven Joint National Committee ( JNC-VII),

batas tekanan darah sesoarang dikatakan hipertensi apabila tekanan

sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg. (Ignativus &

Workman, 2015).

Jadi dapat disimpulkan menurut beberapa pendapat para ahli

diatas. Hipertensi adalah suatu gangguan yang tejadi pada vaskuler

serebral yang merupakan penyempitan pembuluh darah serebral

sehingga dapat mengakibatkan suplai oksigen kejaringan otak dapat

menurun.

9
10

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:

a. Hipertensi primer ( esensial)

Disebut juga hipertensi idioaptik kaarena tidak dketahui

penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik,

lingkungan, hiperaktivitas, saraf simpatis sistem renin.

Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor

yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok dan alcohol.

b. Hipertensi sekunder

Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindron

chusing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah

terjadinya perubahan-perubahan pada:

1) Elastisitas dinding aorta menurun,

2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap

tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung

memompa darah menurun menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volumenya.

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenasi.
11

5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. Adapun

beberapa kondisi yang dapat menjadi penyebab terjadinya

hipertensi sekundar.

3. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebab dikenal 2 jenis hipertensi, yaitu:

a. Hipertensi primer : Hipertensi primer juga disebut hipertensi

“esensial” atau “ idiopatik” dan merupakan 95% dari kasus- kasus

hipertensi. Selama 75 tahun terakhir banyak penelitian telah

mencari etiologinya. Tekanan darah merupakan hasil curah

jantung dan resistensi vascular, sehingga tekanan darah

meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi vasculer

perifer bertambah, atau keduanya. Beberapa faktor yang pernah

dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi

yaitu, genetik lingkungan, jenis kelamin dan natrium. (Gray, dkk,

2015).

b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder : Sekitar 5% kasus

hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat dikelompokkan

seperti, penyakit parengkim ginjal (3%) dimana setiap penyebab

gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab

penyumbatan) yang menyebabkan kerusakan parenkim akan

cenderung menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan

mengakibatkan kerusakan ginjal. Penyakit renovaskular (1%)

dimana terdiri atas penyakit yang menyebabkan gangguan


12

pasokan darah ginjal dan secara umum di bagi atas aterosklerosis

dan fibrodisplasia. Endokrin (1%) jika terdapa hipokalemia

bersama hipertensi, tingginya kadar aldosteron dan rennin yang

rendah akan mengakibatkan kelebihan-kelebihan (overload)

natrium dan air (Gray.dkk,2015).

4. Kriteria Hipertensi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tekanan darah umumnya

diukur dengan manometer air raksa yang dinyatakan sebagai rasio

sistolik dan diastolik, misalnya 120/70 mmHg, yang berarti tekanan

sistolik adalah 120 mmHg dan diastolik adalah 70 mmHg. (Soeharto,

2015). Dari berbagai kepustakaan disebutkan kriteria tekanan darah

orang dewasa sebagai berikut :

Tabel 2.1
Kategori Tekanan Darah

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah


(mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal 120-129 80-89
Normal Tinggi 130-139 89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 >160 >100
Hipertensi derajat 3 >180 >110
Sumber : Depkes, 2016

5. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzim

(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur

tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal)


13

akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACA yang dapat diparu-paru.

Angitensin I diubah menjadi Angiotensin II inilah yang memiliki

peranan penting dalam menaikan tekanan darah melalui dua aksi

utama. (Soeharto 2014)

Aksi pertama adalah peningkatan sekresi hormon anti diuretik

(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi dihipotalamus (kelenjar

pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur asmolalitas dan

volume urine. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urine yang

diekskresikan keluar tubuh (antidiuresis). Sehingga menjadi peka dan

tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan

ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian

intraseluler. Akibatnya volume darah meningkat yang pada akhirnya

meningkatkan tekanan darah (Corwin, 2015).

Aksi kedua adalah menstimulsi sekresi aldosteron dari korteks

adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan

penting pada ginjal. Untuk mangatur volume cairan ekstraseluler,

aldostreron akan mengurangi sekresi NaCl (garam) dengan cara

mereabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan

diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan

ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan

tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan

multifaktorial dan sangat komplek. Faktor- faktor tersebut mengubah

fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi


14

mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah,, kaliber

vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah

dan stimulasi neural (Effendi, 2015).

Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor

meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat

berintreaksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit

hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadang-kadang

muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik

yang lama, hipertensi persistem berkembang menjadi hipertensi

dengan komplikasih, dimana kerusakan organ target diaorta dan arteri

kecil, janutung, ginjal, retina, dan susunan sarf pusat (Astawn, 2015).

Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien

umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian

menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan

perifer meningka) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50

tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia

40-60 tahun (Levinita, 2015).

6. Tanda dan Gejala

Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak

mempunyai tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa

tahun tanpa disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-

tiba, misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau

pada saat mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-


15

kadang tanda-tanda tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah

sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi (Knight, 2015).

Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya

ialah apabila terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas

pada waktu kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah

turut terpengaruh sehingga tenaganya sudah berkurang yang ditandai

dengan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan

apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan

perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),

penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil

(edema pada diskus optikus) dan penglihatan kabur (Knight, 2015).

Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal.

Kebanyakan orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi

hari, pusing, berdebar-debar, dan berdengung ditelinga merupakan

tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnya dapat

terjadi pada tekanan darah normal, bahkan seringkali tekanan darah

yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat

untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah

dengan mengukur tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut,

yang berarti telah berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan

sakit kepala, pusing, napas pendek, pandangan mata kabur, dan

mengganggu tidur (Soeharto, 2016).


16

7. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

a. Genetik

Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih

banyak menderita hipertensi, lebih tinggi hipertensinya, dan lebih

besar tingkat morbiditasnya maupun mortilitasnya, sehingga

diperkirakan ada kaitan hipertensi dengan perbedaan genetik.

Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen

angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik

(Gray.dkk, 2015)

b. Usia

Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami

hipertensi, bagi mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke

dan penyakit kardiovaskular yang lain akan meningkat bila tidak

ditangani secara benar (Soeharto, 2016).

c. Jenis kelamin

Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause

dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon

(Gray.dkk, 2015).

d. Geografi dan lingkungan

Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi

kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti

bangsa Indian Amerika Selatan yang tekanan darahnya rendah dan


17

tidak banyak meningkat sesuai dengan pertambahan usia

disbanding masyarakat barat (Gray.dkk, 2015).

e. Pola hidup

Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap

timbulnya hipertensi. Mereka yang kelebihan berat badan di atas

30% , mengkonsumsi banyak garam dapur, dan tidak melakukan

latihan mudah terkena hipertensi (Soeharto, 2014).

f. Garam dapur

Sodium adalah mineral yang esensial bagi kesehatan. Ini mengatur

keseimbangan air didalam system pembuluh darah. Sebagian

sodium dalam diet datang dari makanan dalam bentuk garam dapur

atau sodium chlorid (NaCl). Pemasukan sodium mempengaruhi

tingkat hipertensi. Mengkonsumsi garam menyebabkan haus dan

mendorong kita minum. Hal ini meningkatkan volume darah

didalam tubuh, yang berarti jantung harus memompa lebih giat

sehingga tekanan darah naik. Kenaikan ini berakibat bagi ginjal

yang harus menyaring lebih banyak garam dapur dan air. Karena

masukan (input) harus sama dengan pengeluaran (output) dalam

system pembuluh darah, jantung harus memompa lebih kuat

dengan tekanan darah tinggi (Soeharto, 2016).

g. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun

hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan


18

menyebabkan peningkatan tekana darah karena nikotin akan

diserap pembulu darah kecil dalam paru- paru dan diedarkan oleh

pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap

nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk

melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan

menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung untuk bekerja

lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon

monoksida dalam asap rokokmenggantikan oksigen dalam darah.

Hal ini akan menagakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa

memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam orga

dan jaringan tubuh (Astawan, 2014 dalam wijaya, 2016).

8. Komplikasi

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak,

atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang

terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik

apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan

menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya

berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat

melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya

aneurisma (Corwin, 2015).

Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba,

seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang

mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan
19

(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara

secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso,2015).

Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui

pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi

ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-

perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan

bekuan (Corwin, 2015).

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan

rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional

ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan

kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar

melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma

berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi

kronik (Corwin, 2015).

Gagal jantung atau ketidak mampuan jantung dalam memompa

darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan

terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan


20

didalam paru – paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan

ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema

(Amir, 2015).

Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi

maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke

dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron

disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2015).

9. Pengobatan Hipertensi

a. Umum

Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan

menurut golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua

strategi penatalaknaan dasar yaitu :

1) Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor

risiko yang telah diketahui akan menyebabkan atau

menimbulkan komplikasi, misalnya menghilangkan obesitas,

menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan mengurangi

asupan garam serta rileks.

2) Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang

telah terbukti kegunaannya dan keamanannya bagi penderita.

Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi adalah :

a) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena,

spironolactone
21

b) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol

c) ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril

d) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin

e) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine,

nifedipine.

f) Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine.

g) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan.

h) False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa,

guanabens.

b. Khusus

Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder

yang jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi.

Tanda- tanda dan penyebab hipertensi perlu dikenali sehingga

penderita dapat di rujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat

dilakukan dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan sarana yang

canggih.

10. Pencegahan

Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga

terhadap hipertensi. Pada umumnya, orang berusaha mengenali

hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit keras atau meninggal

dunia akibat hipertensi.

Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Apabila

hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui


22

sikap hidup sehari-hari. Pengontrolan sikap hidup ini merupakan

langkah pencegahan amat baik agar penderita hipertensi tidak kambuh

gejala penyakitnya.

Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi

agar penyakitnya tidak menjadi parah, tentunya harus disertai

pemakaian obat-obatan yang ditentukan oleh dokter. Agar terhindar

dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan

yang baik (Stop High Blood Pressure), antara lain dengan cara

menghindari faktor risiko hipertensi.

11. Pola makan

Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan

darah. Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan pola

makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, lemak total, serta kaya

akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemak telah terbukti secara

klinis dapat menurunkan tekanan darah.Untuk menanggulangi keadaan

tekanan darah yang tinggi, secara garis besar ada empat macam diet,

yaitu :

a. Diet rendah garam : Ada tiga macam diet rendah garam (sodium)

yaitu :

1) Diet ringan, boleh mengkonsumsi 1,5-3 gram sodium

perhari, senilai dengan 3,75-7,5 gram garam dapur.

2) Diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium

perhari, seniali 1,25-3,75 gram garam dapur.


23

3) Diet berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium

atau kurang dari 1,25 gram garam dapur perhari.

Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan

retensi (penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat

menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang

penting diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah

komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat

gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin yang

seimbang.

b. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas : Diet ini bertujuan

untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan menurunkan

berat badan bagi penderita yang kegemukan. Beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam mengatur diet ini antara lain sebagai

berikut :

1) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin dan mentega

terutama goreng-gorengan atau makanan yang digoreng

dengan minyak.

2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jeni lainnya serta sea

food(udang, kepiting), minyak kelapa dan kelapa (santan).

3) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam

seminggu.

4) Lebih sering mengkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang.


24

5) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis manis,

seperti sirup, dodol, kue, dan lain-lain.

6) Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian

dan nangka. Selain itu, juga harus memperhatikan gabungan

makanan yang dikonsumsi karena perlu disesuaikan dengan

kadar kolesterol darah.

c. Diet tinggi serat : Diet tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari

mengkonsumsi makanan berserat tinggi. Beberapa contoh jenis

bahan makanan yang mengandung serat tinggi yaitu :

1) Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing, papaya,

mangga, apel, semangka dan pisang.

2) Golongan sayuran, seperti bawang putih, daun kacang panjang,

kacang panjang, daun singkong, tomat, wortel, touge.

3) Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau,

kacang kedelai, kacang merah, dan biji-bijian.

4) Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut

d. Diet rendah kalori bagi yang kegemukan

Orang yang berat badannya lebih (kegemukan) akan beresiko

tinggi terkena hipertensi. Demikian juga orang yang berusia diatas

usia 40 tahun. Penanggulangan hipertensi dapat dilakukan dengan

pembatasan asupan kalori, hal yang harus diperhatikan yaitu :

1) Asupan kalori dikurangi sekitar 25%


25

2) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat

gizi

3) Aktivitas olahraga dipilih yang ringan-sedang

12. Pola Istirahat

Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh

untuk menetralisir tekanan darah.

13. Pola Aktivitas

Tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan

darah yaitu : bejalan kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau

pekerjaan sehari-hari yang lebih aktif baik fisik maupun mental

memerlukan energi / kalori yang lebih banyak. Orang dengan gaya

hidup yang tidak aktif akan rentan terhadap tekanan darah tinggi.

Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk dan

berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah.

14. Cara Mengukur Tekanan Darah

a. Alat pengukur tekanan darah

Mengukur tekanan darah secara benar sangatlah penting

untuk mendiagnosis adanya hipertensi dan mengevaluasi respon

pengobatan. Alat pengukur tekanan darah atau

Sphygmomanometer ada 3 jenis: Yang menggunakan air raksa,

jenis aneroid dan jenis digital. Pengukur yang paling ideal adalah

yang menggunakan air raksa, namun penggunaannya harus benar.

Bila tidak terampil menggunakan sebaiknya memakai pengukur


26

tekanan darah jenis digital, dan sebaiknya sering dikalibrasi untuk

lebih yakin alat pengukur tekanan darah digital masih berfungsi

dengan baik (Turana, 2015).

Alat pengukur tekanan darah biasa disebut tensimeter yang

dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang ahli

bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Tensimeter sebagai

alat pengukuran tekanan darah sering juga disebut

sphygmomanometer. Sejak itu, sphygmomanometer air raksa telah

digunakan sebagai standar emas pengukuran tekanan darah oleh

para dokter. Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya

menggunakan air raksa sebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang,

kesadaran akan masalah konservasi lingkungan meningkat dan

penggunaan dari air raksa telah menjadi perhatian seluruh dunia.

Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa masih digunakan

sehari-hari bahkan di banyak negara modern. Para dokter tidak

meragukan untuk menempatkan kepercayaan mereka kepada

tensimeter air raksa ini. Sphygmomanometer terdiri dari sebuah

pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang

terbungkus kain, dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum

mirip jarum stopwatch atau air raksa. Selain alat ukur tekanan

darah secara manual seperti di atas, ada juga sphygmomanometer

digital yang bekerja otomatis.


27

Tekanan darah akan tampil di layar setelah

sphygmomanometer digital selesai mengukur tekanan darah. Agar

sphygmomanometer masih dapat digunakan untuk mengukur

tekanan darah dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi. Cara

melakukan kalibrasi yang sederhana adalah sebagi berikut:

1) sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level

angka nol (0 mmHg).

2) Pompa manset sampai 200 mmHg kemudian tutup katup buang

rapat-rapat. Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak

turun lebih dari 2 mmHg (ke 198 mmHg). Disini kita melihat

apakah ada bagian yang bocor.

3) Laju Penurunan kecepatan dari 200 mmHg ke 0 mmHg harus 1

detik, dengan cara melepas selang dari tabung kontainer air

raksa.

4) Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih

dari 1 detik, berarti harus diperhatikan keandalan dari

sphygmomanometer tersebut. Karena jika kecepatan

penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan

dalam menilai. Biasanya tekanan darah sistolic pasien akan

terlalu tinggi (tampilan) bukan hasil sebenarnya. Begitu juga

dengan diastolik. Penurunan air raksa yang lambat ini dapat

disebabkan oleh keadaan berikut:

a) Saringan yang mampet karena dipakai terlalu lama


28

Ada dua saringan dalam setiap sphygmomanometer air

raksa yaitu di lubang tabung kaca dan tendon. Saringan di

atas tabung kaca dapat menjadi tersumbat dengan mudah.

Ketika air raksa menyentuh saringan, akan terjadi

kelebihan tekanan. Penanganan yang tidak baik setelah

dipakai yaitu membiarkan air raksa di tabung kaca dan

tidak kembali ke tabung air raksa.

b) Tabung kaca kotor (air raksa oksidasi)

Air raksa adalah suatu logam berat dan berisi material

yang tidak murni. Keadaan ini menyebabkan dalam waktu

yang lama akan mengotori tabung gelas/kaca. Akibatnya

gerakan air raksa saat turun terhambat.

c) Udara atau debu di air raksa

Masuknya gelembung udara disebabkan oleh cara

penanganan yang tidak sesuai dari sphygmomanometer air

raksa. Debu dapat masuk lewat udara. Memindahkan

sphygmomanometer air raksa tanpa mengunci air raksa

kembali ke kontainer dan meninggalkan klep membuka

dapat menghasilkan suatu gelembung udara di air raksa.

b. Cara mengukur tekanan darah

Tekanan darah sering diukur dengan alat Sfigmomanometer dengan

memberikan tekanan yang bervariasi pada lengan atas untuk

mengetahui berapa besar tekanan yang dibutuhkan utntuk


29

mengganggu aliran darah. Lengan yang gemuk membutuhkan

tekanan yang lebih tinggi dari pada yang kurus, dan catatan pada

lengan yang yang gemuk dapat lebih tinggi semua. Karenanya

ukuran manset harus memadai bagi pasien, dan lebarnya manset

harus kira-kira 40% dari lingkar lengan. Untuk mengukur tekanan

darah (Lumbantobing, 2008):

1) Tempatkan manset dengan cukup ketat sekeliling lengan atas

Gambar 2.1
Penempatan Manset Pada Tangan

2) Pastikan arteri brakialis berada dengan ketinggian yang sama

dengan jantung.

Gambar 2.2
Posisi Lengan Saat Pengukuran Tekanan Darah

3) Cari melalui arteri brakialis di lekuk siku

4) Pompa tensimeter sampai tidak teraba lagi nadi brakialis

5) Tempatkan stetoskop di atas terabanya nadi brakialis


30

6) Pompalah manset hingga tekanan manset mencapai 30 mmHg

setelah pulsasi arteri radialis menghilang.

7) Kurangi tekanan di manset perlahan-lahan, jangan lebih cepat

dari 2 mm per detik. Tekanan dimana mulai terdengar bunyi

nadi ialah tekanan sistol, yaitu tekanan yang paling tinggi yang

dihasilkan oleh jantung.

8) Lanjutkan mengurangi tekanan dengan lambat, intensitas bunyi

nadi akan meningkat kemudian berubah sifat bunyinya

menjadi lembut. Bila tekanan dimanset terus dikurangi

beberapa mm lagi bunyi nadi tidak terdengar lagi, ini disebut

tekanan diastol. Akhirnya bunyi menghilang bila tekanan

internal pada arteri brakialis lebih besar daripada tekanan

dimanset.

c. Cara mengukur tekanan darah yang dianjurkan:

1) Pasien duduk di kursi dengan punggung bersandar dan

lengannya telanjang dan disokong setinggi bidang yang sama

dengan jantung, pada bidang yang sama tinggi dengan jantung

2) Pasien harus tidak merokok atau minum kopi selama 30 menit

sebelum pengukuran. Dalam keadaan tertentu pengukuran

dapat dilakukan dalam keadaan berbaring atau berdiri.

3) Pengukuran dilakukan setelah pasien paling sedikit telah

istirahat selama 5-10 menit.


31

4) Ukuran manset harus sesuai, yaitu balon di dalam manset harus

melilit sekurangnya 80% dari lengan.

5) Manset lebarnya 12 cm bagi orang dewasa. Manset yang lebih

kecil atau lebih sempit akan memberikan hasil tekanan yang

lebih tinggi. Demikian pula bila pasien mengencangkan otot

lengannya. Pakaian yang ketat pada lengan atas dapat

memberikan nilai tekanan yang lebih rendah.

6) Manset yang lebih besar digunakan untuk tungkai atau orang

yang lengannya sangat gemuk.

7) Pengukuran dilakukan sebaiknya dengan sphygmomanometer

air raksa, namun dapat juga dengan sphygmomanometer

aneroid yang baru ditera atau dengan alat elektronik yang

sudah divalidasi.

8) Dilakukan pengukuran sebanyak dua kali atau lebih yang

diantarai jangka waktu 2 menit, dan diambil nilai rata-ratanya.

Bila pengukuran pertama dan kedua berbeda lebih dari 5

mmHg, dilakukan pengukuran tambahan dan diambil rata-

ratanya.

9) Pada setiap orang tekanan darah tidak konstan, namun

bervariasi dalam interval waktu yang singkat. Biasanya

tekanan darah yang kita ukur ialah tekanan darah kausal, yaitu

pada keadaan sewaktu yang tidak tertentu, nilainya biasanya

lebih tinggi daripada tekanan darah basal. Tekanan darah basal


32

diperoleh setelah 10-12 jam makan malam terakhir

sebelumnya dan kemudian beristirahat ½ jam dalam kamar

dengan keadaan yang menyenangkan (Join National

Commission (NHBPEP,2003) dalam Perry & Potter (2010).

d. Faktor yang berpengaruh pada hasil tekanan darah (Perry & Potter,

2015).

Perlu dipahami bahwa tekanan darah merupakan fenomena yang

bervariasi, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pengaruh

terhadap tekanan darah ini dapat bermakna, bervariasi dengan

kenaikan sampai melebihi 20 mmHg sistolik dan bila hal ini tidak

disadari atau tidak dikenali, pasien dapat disalah diagnosis sebagai

penderita hipertensi dan diobati secara salah. Masalah ini harus

diperhatiakn pada semua keadaan pengukuran tekanan darah,

apakah itu pengukuran sendiri oleh pasien, pengukuran

konvensional, mengukur dengan alat ototmatik atau pengukuran di

Rumah sakit dengan alat yang lebih canggih.

e. Variasi tekanan darah

Perlu disadari bahwa tekanan darah berubah dari waktu ke waktu,

berubah pada waktu respirasi, emosi, gerak badan, makan,

merokok, alkohol, suhu, kandung kencing penuh, keadaan nyeri.

Tekanan darah juga dipengaruhi oleh usia, ras, variasi sirkadian.

Biasanya tekanan darah paling rendah waktu sedang tidur. Bila

mengukur tekanan darah, pasien harus santai, relaks, di kamar yang


33

tenang dengan suhu yang menyenangkan dan sebelumnya telah

istirahat sejenak. Keadaan cemas dapat meningkatkan tekanan

darah sampai 30 mmHg. Hal ini apat dianggap sebagai reaksi

fisiologis, sering disebut sebagai fight and flight phenomenon atau

reaksi pertahanan atau alarm. Keadaan ini dapat terjadi pada orang

dengan tekanan darah normal atau pada orang dengan hipertensi.

f. Variasi harian

Tekanan darah lebih rendah antara tengah malam dan pukul 3 pagi.

Diantara pukul 03.00-06.00 pagi terjadi peningkatan tekanan darah

yang lambat. Saat bangun, terjadi peningkatan tekanan darah pagi.

Tekanan darah tertinggi ditemukan saat siang hari diantara pukul

10.00-18.00. Setiap orang memiliki pola dan variasi tingkat yang

berbeda (Perry & Potter, 2010).

g. Sikap atau posisi pasien

Sikap seseorang dapat mempengaruhi tingginya tekanan darah.

Umumnya tekanan darah cenderung bertambah dari sikap

berbaring ke sikap duduk atau berdiri, namun pada sebagian besar

penderita hal ini tidak signifikan asal lengannya disokong setinggi

permukaan jantung. Bila mengukur tekanan darah, ditunggu kira-

kira 3 menit sesudah ia berbaring atau satu menit setelah ia

mengambil sikap berdiri. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan

hipotensi postural, dalam keadaan ini sebaiknya tekanan darah

diukur dalam posisi berbaring dan berdiri.


34

h. Menopang dan menyangga lengan

Bila lengan tidak ditopang sewaktu mengukur tekanan darah,

misalnya bila pasien diukur dalam keadan berdiri atau duduk,

tekanan darah serta detak jantung dapat meningkat. Tekanan diastol

dapat meningkat sampai 10 mmHg bila lengan diluruskan tanpa

ditopang. Dengan demikian perlu lengan disokong sewaktu

mengukur tekanan darah, misalnya dengan memegang lengannya

pada siku.

i. Posisi lengan

Lengan harus horisontal pada tingkat setinggi jantung, dinyatakan

setinggi mid-sternal (pertengahan tulang dada/sternum). Bila

lengan berada di bawah permukaan jantung maka tekanan sistol

dan diastol akan lebih tinggi, dan bila lengan berada di atas

permukaan jantung maka tekanan darah terukur lebih rendah.

Besarnya kesalahan ukuran ini dapat sampai 10 mmHg, diastol dan

sistol. Pada keadaan berbaring, pada keadan telentang, kesalahan

sampai 5 mmHg diastol dapat terjadi bila lengan tidak disokong

setinggi permukaan jantung.

j. Posisi terbaik saat pengukuran tekanan darah

Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam posisi

duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi

telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya

setinggi jantung (Turana, 2015).


35

k. Kriteria penurunan tekanan darah signifikan

Menurut kriteria yang dibangun oleh Helgeland (2015), penurunan

tekanan darah dianggap bermakna ketika tekanan darah sistolik

menurun lebih kurang 10 mmHg, tekanan diastolik menurun lebih

kurang 5 mmHg dan denyut nadi menurun lebih kurang 5 kali

permenit.

B. KONSEP RELAKSASI BENSON

1. Relaksasi

Relaksasi adalah suatu teknik yang dapat membuat pikiran

dan tubuh menjadi rileks melalui sebuah proses yang secara

progresif akan melepaskan ketegangan otot di setiap tubuh.

Melakukan relaksasi seperti ini dapat menurunkan Tekanan, rasa

lelah yang berlebihan dan menurunkan stres, serta berbagai gejala

yang berhubungan dengan kecemasan, seperti sakit kepala, migren,

insomnia, dan depresi (Potter & Perry, 2015).

Individu dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi-

afektif dengan melakukan relaksasi. Relaksasi merupakan upaya

membebaskan pikiran dan tubuh dari ketegangan melalui latihan dan

upaya sadar. Teknik relaksasi memberikan kontrol diri ketika terjadi

rasa tidak nyaman, stres fisik, dan emosi. Individu yang

menggunakan teknik relaksasi dengan benar akan mengalami

beberapa perubahan fisiologis dan perilaku ( Potter & Perry 2015).


36

Tekhnik relaksasi berguna dalam berbagai situasi, misalnya

mengurangi tekanan, cemas, kurangnya kebutuhan tidur dan stress

serta emosi yang ditunjukkan. Dengan relaksasi memelihara reaksi

tubuh terhadap respon flight or flight, penurunan respirasi, nadi, dan

jumlah metabolik, tekanan darah dan energi yang digunakan.

Adapun efek relaksasi Menurut Potter dan Perry (2015)

relaksasi memiliki beberapa manfaat, yaitu:

a. menurunkan nadi, tekanan darah, dan pernafasan;

b. penurunan konsumsi oksigen;

c. penurunan ketegangan otot;

d. penurunan kecepatan metabolisme;

e. peningkatan kesadaran;

f. kurang perhatian terhadap stimulus lingkungan;

g. tidak ada perubahan posisi yang volunter;

h. perasaan damai dan sejahtera;

i. periode kewaspadaan yang santai, terjaga.

2. Benson

Menurut (Benson, dalam purwanto,2006) Relaksasi benson

atau relaksasi religius merupakan pengembangan dari respon

relaksasi yang dikembangkan oleh Benson, dimana relaksasi ini

merupakan gabungan antara relaksasi dengan keyakinan agama

yang dianut. Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode

respon relaksasi pernafasan dengan melibatkan faktor keyakinan


37

pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga

dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahtraan

yang lebih tinggi.

Kelebihan latihan tehknik relaksasi dari pada latihan yang lain

adalah latihan relaksasi lebih mudah dilakukan bahkan dalam kondisi

apapun serta tidak memiliki efek samping apapun. Disamping itu

kelebihan dari tehnik relaksasi lebih mudah dilaksanakan oleh pasien,

dapat menekan biaya pengobatan, dan dapat digunakan untuk

mencegah terjadinya stres. Sedangkan kita tahu pemberian obat-obatan

kimia dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping

yang dapat membahayakan pemakainya seperti gangguan pada ginjal

(Yosep, 2007).

Dalam metode meditasi terdapat juga meditasi yang melibatkan

factor keyakinan yaitu meditasi transendental (trancendental

meditation). Meditasi ini dikembangkan oleh Mahes Yogi dengan

mengambil objek meditasi frase atau mantra yang diulang-ulang

secara ritmis dimana frase tersebut berkaitan erat dengan keyakinan

agama yang dianut. Respon relaksasi yang melibatkan keyakinan

yang dianut akan mempercepat terjadinya keadaan rileks dengan kata

lain, kombinasi respon relaksasi dengan melibatkan keyakinan akan

melipat gandakan manfaat yang didapat dari respon relaksasi

(Purwanto, 2007).
38

Penggunan frase yang bermakna dapat digunakan sebagai fokus

keyakinan, sehingga dipilih kata yang memiliki kedalaman keyakinan.

Dengan menggunakan kata atau frase dengan makna khusus akan

mendorong efek yang menyehatkan. Semakin kuat keyakinan

seseorang bercampur dengan respon relaksasi, maka semakin besar

pula efek relaksasi yang didapat. Pilihan frase yang dipilih sebaiknya

singkat untuk diucapkan dalam hati saat mengambil dan

menghembuskan nafas secara normal. Pilihlah kata atau frase tersebut

mudah diucapkan dan mudah diingat (Benson, 2006).

Teknik yang dapat dilakukan dapat bersifat respiratori yaitu

dengan mengatur aktivitas bernafas atau bersifat otot. Pelatihan

relaksasi pernafasan, dilakukan dengan mengatur mekanisme

pernafasan yaitu pada irama dan intensitas yang lebih lambat dan

dalam. Keteraturan dalam bernafas khususnya dengan irama yang

tepat akan menyebabkan sikap mental dan badan yang rileks.

Sedangkan pelatihan otot akan menyebabkan otot makin lentur

dan dapat menerima situasi yang merangsang luapan emosi tanpa

membuatnya kaku (Wiramihardja, 2006).

Fokus dari relaksasi ini tidak pada pengendoran otot namun

pada frase tertentu yang diucapkan berulang kali dengan ritme yang

teratur disertai sikap pasrah kepada objek transendensi yaitu

Tuhan. Frase yang digunakan dapat berupa nama-nama Tuhan,

atau kata yang memiliki makna menenangkan (Purwanto, 2007).


39

Dasar pikiran relaksasi ini adalah merupakan pengaktifan

dari saraf parasimpatis yang menstimulasi turunnya semua fungsi

yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatis dan menstimulasi

naiknya semua fungsi yang diturunkan oleh saraf simpatis.

Relaksasi ini dapat menyebabkan penurunan aktifitas sistem saraf

simpatis yang akhirnya dapat sedikit melebarkan arteri dan

melancarkan peredaran darah yang kemudian dapat meningkatkan

transport oksigen ke seluruh jaringan terutama ke perifer. Masing-

masing saraf parasimpatis dan simpatis saling berpengaruh, maka

dengan bertambahnya salah satu aktivitas sistem yang satu akan

menghambat atau menekan fungsi yang lain. Selama sistem-sistem

berfungsi normal dalam keseimbangan, bertambahnya aktivitas

sistem yang satu akan menghambat atau menekan efek sistem yang

lain (Purwanto, 2007).

Relaksasi ini dilakukan dengan melakukan inspirasi panjang

yang nantinya akan menstimulasi secara perlahan-lahan reseptor

regang paru karena inflamasi paru. Keadaan ini mengakibatkan

rangsang atau sinyal dikirimkan ke medulla yang memberikan

informasi tentang peningkatan aliran darah. Informasi ini akan

diteruskan ke batang otak, akibatnya saraf parasimpatis mengalami

peningkatan aktifitas dan saraf simpatis mengalami penurunan

aktifitas pada kemoreseptor, sehingga respon akut peningkatan

tekanan darah dan inflamasi paru ini akan menurunkan frekuensi


40

denyut jantung dan terjadi vasodilatasi pada sejumlah pembuluh

darah (Rice, 2006).

Relaksasi benson ini ada dua hal yang dilakukan untuk

menimbulkan respon relaksasi adalah dengan pengucapan kata atau

frase yang berulang dan sikap pasif. Pikiran lain atau gangguan

keributan dapat saja terjadi, terapi benson menganjurkan untuk tidak

melawan gangguan tersebut namun hanya melanjutkan mengulang-

ulang frase fokus. Relaksasi diperlukan pengendoran fisik secara

sengaja yang dalam relaksasi benson akan digabungkan dengan

sikap pasrah (Purwanto, 2007).

Pengendoran merupakan aktivitas fisik, sedangkan sikap

pasrah merupakan aktivitas psikis yang akan memperkuat kualitas

pengendoran. Sikap pasrah ini lebih dari sikap pasif dalam relaksasi

seperti yang dikemukakan oleh benson perbedaan yang utama terletak

pada sikap transendensi pada saat pasrah. Sikap pasrah ini merupakan

respon relaksasi yang tidak hanya terjadi pada tataran fisik saja tetapi

juga psikis yang lebih mendalam. Sikap pasrah ini merupakan sikap

menyerahkan atau menggantungkan diri secara totalitas, sehingga

ketegangan yang ditimbulkan oleh permasalahan hidup dapat ditolelir

dengan sikap ini. Menyebutkan pengulangan kata atau frase secara

ritmis dapat menimbulkan tubuh menjadi rileks. Pengulangan tersebut

harus disertai dengan sikap pasif terhadap rangsang baik dari luar

maupun dari dalam. Sikap pasif dalam konsep religius dapat di


41

identikkan dengan sikap pasrah kepada Tuhan (Smeltzer dan Bare,

2002).

Keuntungan dari relaksasi religius ini selain mendapatkan

manfaat dari relaksasi juga mendapatkan manfaat dari penggunaan

keyakinan seperti menambah keimanan dan mendapatkan

pengalaman-pengalaman transendensi. Hubungan antara religius atau

keimanan dengan penyembuhan telah dibuktikan dengan penelitian

yang dilakukan oleh David B. Larson dan Mr. Constance P.B.

menemukan bukti bahwa faktor keimanan memiliki pengaruh yang

luas dan kuat terhadap kesehatan. Di dalam sintesisnya, The Faith

Factor: An annotated Bioliography of Chemical Research on

Spiritual Subject, mereka menemukan bahwa faktor religius terlibat

dalam peningkatan kemungkinan bertambahnya usia harapan hidup,

penurunan pemakaian alkohol, rokok, obat, penurunan tekanan darah,

penurunan kecemasan, depresi, kemarahan, perbaikan kualitas hidup

bagi pasien kanker dan penyakit jantung (Purwanto, 2007).

3. Prosedur Teknik Relaksasi Benson

Tahap Persiapan

a. Perawat : pengetahuan dan keterampilan

b. Lingkungan : menyadiakan tempat yang bersih aman dan

tenang/nyaman

c. Pasien : Diberitahu tentang tindakan yang akan dilaksanakan,

Kesediaan pasien, Bukti persetujuan dan Menjaga privasi pasien


42

d. Alat : Tensi meter, Stetoskop dan Arloji

Langkah-langkah relaksasi Benson menurut Datak (2008) dalam jurnal

Nur inayati 2012 adalah sebagai berikut:

a. Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman

b. Anjurkan klien memilih tempat yang disenangi

c. Anjurkan klien mengambil posisi tidur terlentang atau duduk

yang dirasakan paling nyaman

Gambar 2.3
Posisi tidur dan duduk

d. Anjurkan klien untuk memejamkan mata dengan pelan tidak perlu

untuk dipaksakan sehingga tidak ada ketegangan otot sekitar

mata;

e. Anjurkan klien untuk merelaksasikan tubuhnya untuk mengurangi

ketegangan otot, mulai dari kaki sampai ke wajah.

f. Lemaskan kepala, leher, dan pundak dengan memutar kepala dan

mengangkat pundak perlahan-lahan.


43

g. Anjurkan klien mulai bernafas dengan lambat dan wajar lalu

tarik nafas melalui hidung, beri waktu 3 detik untuk tahan nafas

kemudian hembuskan nafas melalui mulut, sambil mengucap

kalimat ritual sesuai keyakinan, tenangkan pikiran kemudian

Nafas dalam hembuskan, mengucapkan kalimat ritual (dalam

lampiran 3) lain sesuai keyakinandan terus ulangi selama 10-15

menit.

Gambar 2.4
Bernafas rileks sambil mengucapkan kalimat ritual

h. Kata yang diucapkan, kalimat yang sesuai dengan keyakinan

pasien dan mudah diingat

i. Bila sudah selesai tetap pada posisi awal dan tetap tenang

beberapa menit, mula-mula mata terpejam dan sesudah itu mata

dibuka perlahan.

C. HUBUNGAN RELAKSASI BENSON DENGAN HIPERTENSI

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka

kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi

merupakan keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan

darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang lama (Saraswati,2009).
44

Salah satu trapy Hipertensi untuk menurunkan tekanan darah

adalah Trapi Relaksasi Benson. Cara kerja teknik relaksasi benson ini

yaitu berfokus pada kata ataupun kalimat tertentu yang diucapkan berulang

kali dengan ritme teratur yang disertai dengan sikap pasrah kepada Tuhan

Yang Maha Esa sambil menarik nafas dalam. Pernafasan yang panjang

akan memberikan energi yang cukup, karena pada waktu menghembuskan

nafas mengeluarkan karbondioksida (CO2) dan pada saat menghirup nafas

panjang mendapatkan oksigen yang sangat membantu tubuh dalam

membersihkan darah dan mencegah kerusakan jaringan otak akibat

kekurangan oksigen (hipoksia). Saat menarik nafas panjang otot pada

dinding perut (rektus abdominalis, transverses abdominalis, internal dan

ekternal obligue) akan menekan iga bagian bawah ke arah belakang serta

mendorong sekat diafragma ke atas dapat menyebabkan tingginya tekanan

intra abdominal, sehingga dapat merangsang aliran darah baik vena cava

inferior ataupun aorta abdominalis, yang menyebabkan aliran darah

(vaskularisasi) meningkat keseluruh tubuh terutama pada organ-organ vital

seperti otak, sehingga O2 tercukupi di dalam otak dan tubuh akan menjadi

rileks (Maulinda, Candrawati, & Adi W, 2017).

Pada saat keadaan relaksasi menyebabkan penurunan rangsangan

emosional dan penurunan rangsangan pada area pengatur fungsi

kardiovaskular seperti hipotalamus posterior yang akan menurunkan

tekanan darah, sedangkan rangsangan pada area pre optik menimbulkan

efek penurunan arteri dan frekuensi denyut jantung yang dijalarkan


45

melalui pusat kardiovaskular dari medulla. Relaksasi memberikan respon

melawan masa discharge (pelepasan impuls secara masal) pada respon

stres dari sistem saraf simpatis (Aspiani, 2014). Dimana pada sistem saraf

simpatis berperan dalam meningkatkan denyut jantung, sedangkan pada

saat relaksasi yang bekerja yaitu sistem saraf parasimpatis. Dengan

demikian, relaksasi dapat menekan rasa stres, tegang dan cemas dengan

cara resiprok (saling berbalasan). Empat elemen dasar agar teknik

relaksasi benson berhasil dalam penerapannya adalah lingkungan yang

tenang, secara sadar pasien dapat mengendurkan otot-ototnya, pasien dapat

memusatkan diri selama 10-15 menit pada ungkapan yang sudah dipilih,

dan pasien bersikap pasif terhadap pikiran yang mengganggu (Solehati &

Kosasih, 2015).

Menurut Benson, H. and Proctor (2000), Tehnik Relaksasi Benson

merupakan teknik relaksasi yang digabung dengan keyakinan yang dianut

oleh pasien, relaksasi benson akan menghambat aktifitas saraf simpatis

yang dapat menurunkan konsumsi oksigen oleh tubuh dan selanjutnya

otot-otot tubuh menjadi rilekssehingga menimbulkan perasaan tenang dan

nyaman. Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respon

relaksasi dengan melibatkan factor keyakinan pasien, yang dapat

menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien

mencapai kondisi kesehatan dan kesejahtraan lebih tinggi (Purwanto,

2016)
46

Menurut peneliti Tiurmaida Simandalahi tahun 2019 dalam jurnal

nya didapatkan rata-rata tekanan darah kelompok kontrol: pretest sistolik

162.13 dan diastolik 112.88, sedangkan posttest sistolik 140.50 dan

diastolik 87.00. Kelompok intervensi: pre test sistolik 163.50 dan diastolik

113.50, sedangkan post test sistolik 131.50 dan diastolik 78.63. Terdapat

pengaruh teknik relaksasi benson terhadap tekanan darah penderita

Hipertensi dengan p-value kelompok kontrol 0.026 dan kelompok

intervensi 0.023.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Dewi Purwati

dalam jurnalnya tentang Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah

Terapi Relaksasi Benson Pada Pasien Hipertensi (studi kasus di wilayah

kerja puskesmas karangayu semarang), dari hasil penelitian menunjukkan

ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah trapi relaksasi benson

pada pasien hipertensi. Dilihat dari hasil analisa uji paired sample T-test

didapatkan p-value sebesar 0,0001 < 0,05

Penelitian lain yang dilakukan oleh Joko Tri Atmojo, DKK tahun

2019 dalam jurnal nya tentang Efektifitas Terapi Relaksasi Benson

Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi, diperoleh

Berdasarkan hasil tekanan darah responden setelah diberikan terapi

relaksasi benson, sebagian besar responden yang tekanan darah sistolnya

120-139 sebanyak 19 responden (63.3%), dan yang paling sedikit adalah

responden yang tekanan darah sistolnya 140-159 sebanyak 11 responden

(16.7%). Dan ratarata (Mean) tekanan darahnya adalah 138.97, dengan


47

Standar Deviation 10.516. Sedangkan sebagian besar responden yang

tekanan darah diastolnya 80-89 sebanyak 27 responden (90.0%), dan yang

paling sedikit adalah responden yang tekanan darah diastolnya <80

sebanyak 3 responden (10.0%). Dan rata-rata (Mean) tekanan darahnya

adalah 84.07. Hasil uji analisa data dengan menggunakan uji Paired t-test,

untuk tekanan darah sistol dan diastol menunjukkan bahwa hasil sig (2-

tailed) atau nilai p=0,000 karena nilai p lebih kecil dari 0,05 (p<α) maka

hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI

1. Pengkajian Keperawatan

a. Aktifitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton

Tanda :

1) Frekuensi jantung meningkat

2) Perubahan irama jantung

3) Takipnea

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

koroner / katup dan penyakit serebrovaskuler.

Tanda:

1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah

diperlukan untuk diagnosis.

2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.


48

3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin

(vasokonstriksi perifer), pengisian kapiler mungkin

lambat/tertunda (vasokonstriksi)

4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),

kemerahan.

c. Integritas ego

Gejala:

1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,

atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)

2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang

berkaitan dengan pekerjaan)

Tanda:

1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian

tangisan yang meledak

2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor

mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan

pola bicara.

d. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti

infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa

yang lalu).

e. Makanan/Cairan

Gejala:
49

1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi

garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang

digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam,

kandungan tinggi kalori.

2) Mual, muntah

3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)

4) Riwayat penggunaan diuretic

Tanda:

1) Berat badan normal atau obesitas

2) Adanya oedema

f. Neurosensori

Gejala:

1) Keluhan pening/pusing

2) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan

menghilang secara spontan setelah beberapa jam)

3) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh

4) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)

5) Episode epistaksis

g. Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala:

1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)

2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi

arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah)


50

3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi

sebelumnya

4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)

h. Pernafasan

Gejala:

1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja

2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal

3) batuk dengan atau tanpa sputum

4) riwayat merokok

Tanda:

1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan

2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)

3) Sianosis

i. Keamanan

Gejala:

1) gangguan koordinasi atau cara berjalan.

2) episode parestesia unilateral transion

3) hipotensi postural

j. Pembelajaran/penyuluhan

Gejala:

1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis,

penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit

serebrovaskuler/ginjal.
51

2) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat atau

alkohol (Doenges, 2000; Ruhyanudin, 2007).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges,

2000 ; Nathea, 2008) adalah sebagai berikut:

a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan

vasokontriksi pembuluh darah.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler

serebral.

d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik.

e. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping

tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.

f. Kurang pengetahuan mengenai konndisi penyakitnya berhubungan

dengan kurangnya informasi.

3. Rencana Tindakan

a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan

vasokontriksi pembuluh darah.

Intervensi:

1) Observasi tekanan darah


52

Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran

yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang

masalah vaskuler.

2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis

mungkin teramati/palpasi. Dunyut pada tungkai

mungkin menurun, mencerminkan efek dari

vasokontriksi.

3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.

Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat

karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3

menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan

fungsi, adanya krakels, mengi dapat

mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap

terjadinya atau gagal jantung kronik).

4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian

kapiler.

Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa

pengisian kapiler lambat mencerminkan

dekompensasi/penurunan curah jantung.

5) Catat adanya demam umum/tertentu.

Rasional : dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan

ginjal atau vaskuler.


53

6) Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi

aktivitas/keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan

lamanya tinggal.

Rasional : membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis,

meningkatkan relaksasi.

7) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.

Rasional : Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan

stress, membuat efek tenang, sehingga akan

menurunkan tekanan darah.

8) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti

hipertensi, diuretik.

Rasional : Menurunkan tekanan darah.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

Intervensi :

1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan

parameter: frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi

istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada,

kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau

pingsan.

Rasional : Parameter menunjukan respon fisiologis pasien

terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat

pengaruh kelebihan kerja/jantung.


54

2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan

kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan

perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.

Rasional : Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk

memajukan tingkat aktivitas individual.

3) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.

(Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat

meningkatkan jumlah oksigen yang ada.

Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah

peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.

4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan

kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan

sebagainya.

Rasional : teknik penghematan energi menurunkan

penggunaan energi dan sehingga membantu

keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

5) Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode

aktivitas.

Rasional : Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap

kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.

c. Nyeri (akut): nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan

tekanan vaskuler serebral.

Intervensi :
55

1) Pertahankan tirah baring selama fase akut.

Rasional : Meminimalkan stimulasi meningkatkan relaksasi.

2) Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit

kepala, misalnya: kompres dingin pada dahi, pijat punggung

dan leher.

Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler

serebral dengan menghambat/memblok respon

simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit kepala

dan komplikasinya.

3) Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat

meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk

panjang, dan membungkuk.

Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi

menyebabkan sakit kepala pada adanya

peningkatkan tekanan vakuler serebral.

4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

Rasional : Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas

yang berlebihan yang memperberat kondisi klien.

5) Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam

setelah makan.

Rasional : menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja

pencernaan.
56

6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti

ansietas, diazepam dll.

Rasional : Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan

rangsangan saraf simpatis.

d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik.

Intervensi:

1) Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara

hipertensi dengan kegemukan.

Rasional : Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah

tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan

peningkatan curah jantung berkaitan dengan massa

tumbuh.

2) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi

masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.

Rasional : Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya

aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan

predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya,

misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung,

kelebihan masukan garam memperbanyak volume

cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang

lebih memperburuk hipertensi.

3) Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.


57

Rasional : motivasi untuk penurunan berat badan adalah

internal. Individu harus berkeinginan untuk

menurunkan berat badan, bila tidak maka program

sama sekali tidak berhasil.

4) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.

Rasional : mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam

program diit terakhir. Membantu dalam menentukan

kebutuhan inividu untuk menyesuaikan/penyuluhan.

5) Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian

termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan

dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.

Rasional : memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi

yang dimakan dan kondisi emosi saat makan,

membantu untuk memfokuskan perhatian pada

faktor mana pasien telah/dapat mengontrol

perubahan.

6) Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari

makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur,

es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning

telur, produk kalengan, jeroan).

Rasional : Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan

kolesterol penting dalam mencegah perkembangan

aterogenesis.
58

7) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.

Rasional : Memberikan konseling dan bantuan dengan

memenuhi kebutuhan diet individual.

e. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping

tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.

Intervensi :

1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi

perilaku, Misalnya: kemampuan menyatakan perasaan dan

perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.

Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup

seorang, mengatasi hipertensi kronik dan

mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam

kehidupan sehari-hari).

2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan

konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala,

ketidak mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.

Rasional : Manifestasi mekanisme koping maladaptife mungkin

merupakan indikator marah yang ditekan dan

diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolik.

3) Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan

kemungkinan strategi untuk mengatasinya.


59

Rasional : pengenalan terhadap stressor adalah langkah

pertama dalam mengubah respon seseorang

terhadap stressor)

4) Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri

dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.

Rasional : keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri

yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan

koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam

regiment terapiutik.

5) Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup.

Tanyakan pertanyaan seperti: apakah yang anda lakukan

merupakan apa yang anda inginkan?

Rasional : Fokus perhatian klien pada realitas situasi yang

relatif terhadap pandangan klien tentang apa yang

diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk

kontrol dan fokus keluar dapat mengarah pada

kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan

personal.

6) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan

perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan

ketimbang membatalkan tujuan diri/keluarga.


60

Rasional : Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara

realistis untuk menghindari rasa tidak menentu

dan tidak berdaya

f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan

dengan kurangnya informasi.

Intervensi:

1) Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko

kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya: obesitas, diet tinggi

lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok,

dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur) pola

hidup penuh stress.

Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan

hubungan dalam menunjang hipertensi dan

penyakit kardiovaskuler serta ginjal.

2) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang

terdekat.

Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena

perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati

mempengaruhi minimal klien/orang terdekat

untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan

prognosis. Bila klien tidak menerima realitas

bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka

perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.


61

3) Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab,

tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.

Rasional : Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses

penyakit hipertensi dan mempermudah dalam

menentukan intervensi.

4) Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi

(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan,

pengobatan, dan akibat lanjut) melalui pendkes.

Rasional : Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien

tentang proses penyakit hipertensi (Doenges,

2000; Ncithea, 2008).


62

E. KERANGKA KONSEP

Asuhan keperawatan

Hipertensi

Pengkajian

Diagnosa
Pasien Ny.X dengan Tekanan Darah
keperawatan Hipertensi Tehnik
Menurun
Perencanaan Relaksasi Benson

Implementasi

Evaluasi

Keterangan :

Variabel Independen/Bebas:

Variabel Dependen/Terikat:

Hasil Yang diharapkan:


BAB III

METODE PENULISAN

A. Desain Studi Kasus

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan

proses keperawatan yang meliputi : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,

Perencanaan, Implementasi, Evaluasi (Nursalam, 2015)

B. Subjek Studi Kasus

Yang menjadi subjek penelitian adalah Ny. X dengan Hipertensi

dalam upaya menurunkan tekanan darah dengan Tehnik Relaksasi Benson.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen adalah variabel bebas atau variabel yang nilainya

menentukan variabel lain. Biasanya merupakan stimulus atau

intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk

mempengaruhi tingkah laku klien (Nursalam, 2015). Adapun yang

termasuk dalam variabel ini adalah : Pengkajian, Diagnosa

keperawatan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi.

2. Variabel Dependen atau variable terikat adalah variabel yang nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Dengan kata lain variabel terikat adalah

faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidak nya

hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2015).

Adapun yang menjadi variabel dependen dalam penenlitian ini adalah

Ny. X dengan Hipertensi dan teknik relaksasi benson.

63
64

D. Defenisi Operasional Studi Kasus

1. Asuhan keperawatan adalah suatu pelayanan yang diberikan dari

peneliti berdasarkan ilmu dan konsep Asuhan Keperawatan pada Ny.

X Dengan Hipertensi dalam upaya menurunkan tekanan darah Dengan

Tehnik Relaksasi Benson yang meliputi : Pengkajian, Diagnose

keperawatan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

a. Pengakajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data dari Ny. X

dengan Hipertensi

b. Diagnose Keperawatan adalah kesimpulan yang dibuat oleh

perawat dan didasari atas status pengkajian dan merupakan

pernyataan tertulis yang tegas dan jelas pada Ny. X dengan

hipertensi.

c. Perencanaan adalah langkah yang dilakukan peneliti untuk

merencanakan tindakan keperawatan Pada Ny. X Dengan

hipertensi.

d. Implementasi adalah pelaksanaan tindakan yang direncanakan

untuk menyelesaikan masalah pada Ny. X dengan Hipertensi

menggunakan teknik relaksasi benson sehingga lebih efektif,

efisien dan terarah.

e. Evaluasi adalah bagian akhir dari proses keperawatan dimana

peneliti menilai keberhasilan atau tidaknya tujuan yang dicapai

dalam penanganan pasien dengan hipertensi


65

2. Hipertensi adalah suatu kondisi kelainan pada tekanan darah yang

diakibatkan oleh berbagai factor resiko yang mengakibatkan

peningkatan tekanan darah melebih normal dengan besar tekanan

systole lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastole lebih dari 90

mmHg.

3. Relaksasi benson adalah teknik yang digunakan untuk merilekskan

otot-otot dengan cara napas dalam dan lebih memusatkan pikiran atau

memasrahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa

4. Pasien adalah individu yang mengalami masalah kesehatan atau sakit

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen yang dipakai dalam penulisan ini adalah :

1. Format pengkajian, digunakan untuk mengkaji dan mendapatkan data

pada Ny.X dengan masalah hipertensi

2. Tensimeter digunakan untuk mengukur tekanan darah

3. Steteskop digunakan untuk mendengar denyut jantung

4. Arloji digunakan untuk menghitung nadi.

5. SOP teknik relaksasi benson yang digunakan dalam proses

pelaksanaan terapi. (Lampiran 3)

6. Lembar Observasi sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

(Lampiran 5)
66

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagaiberikut:

1. Teknik pengumpulan data

a. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan

caramelakukan Tanyajawab secara langsung baik dengan pasien

maupun keluarga pasien

b. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan pengamatan terhadap pasien dan lingkungan tempat

tinggal pasien secara langsung

c. Pemeriksaan fisik yaitu suatu tindakan pemeriksaan mulai dari

kepala sampai ke kaki dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dana

uskultasi

d. Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dimana

data diambil secara langsung dari keluarga dan Ny.X selaku

pasien

2. Sumber Data

a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

pasien (Ny.X)

b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga

pasien.
67

G. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

1. Lokasi :

Rumah Ny.X di Desa Waringin Rt 003 / Rw 003

Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon

2. Waktu :

Penelitian ini dilaksanakan pada Minggu Pertama Bulan

Juni Tahun 2020

H. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan Etika sebagai berikut : ( Loiselle et al., (2004)

dalam palestin ( 2007) :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

memiliki kebebbasan menentukan pilihan dan bebas dai paksaan

untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).

2. Menghormati privasi dan kerahasian subyek peneliti (respect for

privacy and confidentiality) pada dasarnya peneliti akan memberikan

akibat terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat

pribadi, sehingga peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu

tersebut.
68

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

peneliti dilakukan secra jujur, hati-hati profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan intimitas, psikologis serta perasaan religius

subyek peneliti. Menekankan kebijakan penelitian, memebagikan

keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan,

kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Peneliti

mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk

mendapatkan perlakuan yang sam baik sebelum, selama, maupun

sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

4. Mempertimbangkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harms and benefist) peneliti melaksanakan penelitian

sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang

bermanfat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan dapat

digeneralisasikan ditingkat populasi (benificience). Peneliti

meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek (non

malificience).
69
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Pengkajian

a. Data umum

1) Identitas Keluarga

Nama Kepala Keluarga: Ny. W

Usia : 50 Tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Alamat :Desa Batu Gantung Waringin RT 03/RW 03

Tanggal pengkajian : 16 Juni 2020 (Jam 10.15 WIT)

2) Komposisi keluarga Ny.W sebagai berikut :

Tabel. 4.1
Komposisi keluarga

No Nama JK Hub. KK Umur Pendidikan Pekerjaan


30
1 Tn. S L Anak SMA Wiraswata
Tahun
L 18
2 Tn. A Anak SMA Pelajar
Tahun
Sumber : Data primer

70
71

3) Genogram 3 generasi

Gambar 4.1
Genogram

X
? ? ? ?
X X X

? ?
X X
?
X
?
X
?
X ?
X

?
X 50 41
X

30 18
Keterangan :
: Laki-laki
: Prempuan
: Meninggal
: Pasien
: Tidak diketahui penyebab kematian
: Tinggal
X serumah

 Dari genogram diatas Ny.W, seorang single prens karena suaminya telah

meninggal, memiliki dua anak laki-laki yang tinggal bersama Ny.W

 Dari genogram diatas tidak ada anggota keluarga Ny.W yang menderita

penyakit menular ataupun ketutrunan


72

4) Tipe keluarga

Tipe keluarga Ny.W adalah tipe keluarga single prens yang

memiliki 2 anak yang tinggal dalam satu rumah.

5) Suku bangsa

Keluarga Ny.W berasal dari suku Jawa, dan tidak ada pantangan

adat istiadat yang bertentangan dengan kesehatan, serta bahasa

yang digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia

6) Agama dan kepercayaaan

Agama yang dianut keluarga Ny.W adalah agama Islam dan Ny.W

selalu mengerjakan sholat 5 waktu serta mengaji saat waktu luang.

7) Status sosial ekonomi keluarga

Pendapatan keluarga Ny.W yang didapat dari hasil kerja Ny.W

dan dibantu anak pertamanya, hasil yang didapatkan kurang lebih

Rp. 2.000.000,- per bulan dan Jumlah pengeluaran untuk keperluan

sehari-hari keluarga Ny.W kurang lebih Rp. 400.000,- per hari.

Keluarga mempunyai tabungan simpanan di Bank hasil

peninggalan suaminya sebelum meninggal. Menurut Ny.W

Penghasilan dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari bersama anak-anaknya,

8) Aktivitas dan rekreasi

Keluarga Ny.W jarang melakukan rekreasi ke tempat hiburan

seperti, pantai, Mall dan sebagainya, keluarga lebih sering rekreasi

dilakukan di rumah berkumpul bersama dengan keluarga.


73

b. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga sejahtra / saat ini

Tahap perkembangan keluarga Ny.W saat ini yaitu keluarga

dengan usia pertengahan.

2) Riwayat kesehatan keluarga saat ini

Hanya Ny.W yang sedang memiliki gangguan kesehatan saat ini,

sedangkan anak-anak nya sehat dan tidak mengalami gangguan

kesehatan.

3) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Ny.W mengatakan sebelumnya sudah mengalami riwayat penyakit

seperti yang dialami sekarang namun tidak ada penyakit menular.

4) Riwayat penyakit keturunan

Keluarga tidak memiliki penyakit keturunrn.

5) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga

Puskesmas Waihaong merupakan sumber pelayanan kesehatan

yang digunakan keluarga Ny.W

Tabel 4..2
Riwayat kesehatan masing- masing anggota keluarga

Masalah Tindakan
Keadaan
No Nama Umur Imunisasi Kesehatan saat yang
Kesehatan
Pengkajian dilakukan
Diberikan
Pusing, Sakit
Tidak obat
1 Ny.W 50 Thn - kepala, leher
Sehat Amlodipine
tegang
5 mg 1x/hari
2 Tn. S 30 Thn Sehat Lengkap - -
3 Tn. A 18 Thn Sehat Lengkap - -
Sumber : Data primer
74

c. Keadaan Lingkungan

1) Karakteristik Rumah

a) Riwayat rumah yang di tempati

Keluarga Ny.W menempati sebuah rumah yang merupakan

rumah pribadi yang berukuran 8x5 m2 yang terdiri dari ruang

tamu, ruang keluarga, tiga kamar tidur, ruang makan, dapur

dan kamar mandi atau WC. Ventilasi rumah keluarga Ny.W

ada. Cahaya dapat masuk rumah pada siang hari dengan

pencahayaan yang cukup, Penerangan rumah menggunakan

listrik, lantai rumah terbuat dari keramik dan tampak bersih,

Sumber air bersih yang berasal dari sumur bor yang digunakan

untuk air minum dan keperluan lain. Keadaan air tidak terasa,

tidak berbau, tidak berwarna dan dalam keadaan bersih.

b) Denah Rumah
Gambar 4.2
Denah Rumah

8M

Kamar Tidur R.Makan

R.Keluarga

Kamar Tidur
5M

Dapur
Teras Depan

R.Tamu
Kamar Tidur
K.Mandi/WC
75

2) Karakteristik Keluarga

a) Karakteristik tetangga dan komunikasi

Lingkungan sekitar keluarga Ny.W pada umumnya mayoritas

beragama islam dan hubungan social antara keluarga Ny.W dan

tetangganya baik, mayoritas suku di sekitar lingkungan

keluarga Ny.W adalah suku Ambon. Lingkungan fisik tetangga

bersih. Tidak ada budaya tetangga (minum minuman keras, judi

dan sejenisnya) yang mempengaruhi kesehatan.

b) Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Ny.W sejak mulai awal pernikahan tinggal di desa

Batu Gantung Waringin sampai sekarang.

c) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Keluarga Ny.W aktif dalam kegiatan pengajian ibu-ibu majelis

ta’lim dengan masyarakat yang diadakan di RT masing-masing.

d) Sistim pendukung keluarga

Kebutuhan hidup sehari-hari dibiayai oleh Ny. W dan dibantu

oleh anak.

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Komunikasi dalam keluarga yang digunakan adalah pola

komunikasi terbuka dan saling berbagi pendapat. Apabila ada

terjadi masalah dalam keluarga maka didiskusikan bersama untuk

pemecahan masalah.
76

2) Struktur kekuatan keluarga

Ny.W adalah patrilokal dimana yang dominan memegang

kekuasaan namun sebelum mengambil keputusan Ny.W terlebih

dahulu mendiskusikannya dengan anak-anaknya.

3) Struktur peran

Ny.W berperan sebagai kepala keluarga sekaligus menjadi ibu,

sejak diitinggal suaminya meninggal. Ny.W bekerja sebagai

pedagang di pasar, serta Ny.W juga bertanggung jawab dalam

mengurus, mengasuh/mendidik anak-anaknya, sedangkan Anak-

anaknya berperan sebagai anak yang selalu membantu ibunya serta

penyemangat bagi ibu.

4) Nilai dan norma budaya keluarga

Keluarga ini mengajarkan ajaran sesuai dengan agama dan

kepercayaan yang di anut serta saling menghormati satu sama lain.

Dalam keluarga diterapkan hidup bersih seperti mencuci tangan

sebelum makan.

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Bagi Ny.W anak-anaknya adalah dasar kekuatan untuk tetap

semangat walaupun tanpa suami, anak-anaknya pun selalu saling

mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antara

anggota keluarga.

2) Fungsi sosialisasi
77

Ny.W menekankan pada anak-anak perlunya berhubungan dengan

orang lain. Mereka membiasakan diri dengan berkomunikasi yang

baik dengan tetangga-tetangganya.

3) Fungsi perawatan kesehatan keluarga

Keluarga Ny.W mempunyai kebiasaan menggunakan fasilitas

kesehatan misalnya bila Ny.W sakit keluarga langsung membeli

obat ke apotik, dan apabila tidak sembuh mereka langsung

membawanya ke puskesmas untuk berobat. Keluarga Ny.W

mengatakan mereka belum sepenuhnya memahami tentang

penyakit hipertensi yang sering kambuh serta faktor pencetusnya.

4) Fungsi reproduksi

Ny.W saat ini adalah sigle prens dan sudah menopause

5) Fungsi ekonomi

Menurut keluarga Ny.W penghasilan yang ada saat ini dapat

memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari dan keluarga

memanfaatkan penghasilan seefisien mungkin.

f. Stress Dan Koping Keluarga

1) Stresor yang dimiliki

Ny.W mengatakan kadang-kadang merasa pemenuhan kebutuhan

sehari-hari kurang tidak seperti dahulu ketika masih ada suaminya

yang selalu tercukupi.

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah


78

Jika ada masalah Ny.W menghadapinya dengan sabar dan selalu

yakin kepada Allah, pasti diberikan jalan keluarnya.

3) Strategi koping yang digunakan

Keluarga biasanya saling menasehati dan memberi support dalam

memecahkan masalah.

4) Strategi adaptasi fungsional

keluarga tidak mengetahui cara mengatasi hipertensi dengan

menggunakan pengobatan secara non farmakologi jika tiba- tiba

kambuh.

g. Harapan Keluarga

Keluarga sangat berharap agar masalah yang dialami Ny.W dapat

ditangani dan dapat sehat seperti semula serta harapan kedepannya

anaknya cepat mendapatkan pekerjaan yang layak.

h. Keadaan Gizi Keluarga

Ny.W merasa kebutuhan gizi keluargannya sudah terpenuhi dengan

cukup baik, hampit setiap hari Ny.W memasak makanan pokok seperti

Nasi, lauk pauk dan sayur-sayuran dengan bergantu-ganti menu yang

sehat. Lauk pauk seperti tempe, tahu, ikan, daging, telur dll,

sedangkan sayur-sayuran seperti kangkung, bayam, sawi dll.

i. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.3
Pemeriksaan Fisik

Nama Anggota Keluarga


No Jenis Pemeriksaan
Ny.W Tn.S Tn.A
79

Riwayat penyakit Hipertensi Tidak ada Tidak ada


1
saat ini
Keluhan yang Pusing, Tidak ada Tidak ada
dirasakan sakit
2
kepala,
leher tegang
Riwayat penyakit Hipertensi Tidak ada Tidak ada
3
sebelumnya
Keadaan Umum Baik Baik Baik
Tanda-tanda vital
 TD 150/100 120/80 110/80

4 mmHg mmHg mmHg


 Suhu 36,5ºc 36,0ºc 36,3ºc

 Nadi 80x/ menit 72x/menit 74x/menit

 Pernafasan 20x/menit 20x/menit 22x/menit

Kepala Simetris, Simetris, Simetris,


rambut rambut rambut
sedikit berwarna berwarna
5 berwarna hitam, tidak hitam, tidak
putih, tidak ada ada
ada ketombe. ketombe.
ketombe.
Mata Konjungtiv Konjungtiv Konjungtiv
a tidak a tidak a tidak
terlihat terlihat terlihat
anemis, anemis, anemis,
6
tidak ada tidak ada tidak ada
katarak, katarak, katarak,
penglihatan penglihatan penglihatan
jelas. jelas jelas
7 Hidung Simetris, Simetris, Simetris,
80

keadaan keadaan keadaan


bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
ada ada ada
kelainan kelainan kelainan
yang yang yang
ditemukan ditemukan ditemukan
Leher Tidak Tidak Tidak
Nampak Nampak Nampak
adanya adanya adanya
peningkatan peningkatan peningkatan
8 vena vena vena
jugularis jugularis jugularis
dan arteri dan arteri dan arteri
carotis tidak carotis tidak carotis tidak
teraba teraba teraba
Mulut Mukosa Mukosa Mukosa
9 bibir sedikit bibir bibir
kering lembab lembab
Dada Pergerakan Pergerakan Pergerakan
dada dada terlihat dada terlihat
terlihat simetris, simetris,
simetris, suara suara
suara janting S1 jantung S1
10
jantung S1 dan S2 dan S2
dan S2 tunggal, tunggal,
tunggal, tidak ada tidak ada
tidak ada kelainan kelainan
kelainan
11 Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kembung, kembung, kembung,
pristaltik pristaltik pristaltik
81

usus usus usus


12x/menit, 12x/menit, 12x/menit,
tidak tidak tidak
adabekas adabekas adabekas
luka oprasi luka oprasi luka oprasi
Ektermitas
12  Atas Normal Normal Normal

 Bawah Normal Normal Normal

Sumber : Data Primer

2. Klasifikasi Data

a. Data Subjektif

Keluarga mengatakan :

 Ny.W sering menagalami pusing, sakit kepala dan leher tegang

 Keluarga tidak tahu cara mengatasinya secara non farmakologi

 Tidak mengetahui jika pusing sakit kepala merupakan efek dari

peningkatan tekanan darah

 Ny.W sekarang aktif dalam bedagang dipasar sehingga kurang

waktu istirahat

 Ny.W jarang berolah raga

b. Data Objektif

 Tekan darah : 150/100 mmHg

 Ny.W mengkonsumsi obat Amlodipin 5 mg 1x sehari jika merasa

pusing ataupun sakit kepala

3. Analisa Data
82

Tabel 4.4
Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Data Subjektif Tingkat Ketidakmampuan
pengetahuan keluarga
Keluarga mengatakan :
Keluarga dalam merawatat
 Ny.W sering
mengenal anggota keluarga
menagalami pusing, masalah yang sakit
kesehataan yang
sakit kepala dan leher
timbul akibat
tegang
peningkatan
 Keluarga tidak tahu vaskuler cerebral

cara mengatasinya

secara non

farmakologi

 Tidak mengetahui jika

pusing sakit kepala

merupakan efek dari

peningkatan tekanan

darah

 Ny.W sekarang aktif

dalam bedagang

dipasar sehingga

kurang waktu istirahat

 Ny.W jarang berolah


83

raga

Data Objektif

 Tekan darah : 150/100

mmHg

 Ny.W mengkonsumsi

obat Amlodipin 5 mg

1x sehari jika merasa

pusing ataupun sakit

kepala

4. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

berhubungan dengan Tingkat pengetahuan keluarga dalam mengenal

masalah kesehataan yang timbul akibat peningkatan vaskuler cerebral

Keterangan : Berdasarkan judul yang di buat hanya terdapat satu diagnosa

keperawatan yang muncul pada saat penelitian


84

5. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

Tabel 4.5
Rencana Asuhan Keperawatan/NCP

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi


No Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1 Ketidakmampuan Setelah dilakukan Selama 1 x 30 Respon 1. Tehnik Relaksasi 1. Jelasakan dan
keluarga merawat tindakan menit diharapkan Verbal Benson yaitu tanyakan kembali

anggota keluarga keprawatan keluarga mampu: suatu tehnik kepada keluarga

yang sakit b/d selama 1 x 3 hari 1. mengenal pengobatan untuk mengenai


pengertian dan
Tingkat pengetahuan di harapkan: masalah yang menurunkan
manfaat yang ada
keluarga dalam 1. TD dalam dialami intensitas nyeri
dalam tehnik
mengenal masalah kondisi Normal 2. menjelaskan dan kecemasan
relaksasi benson
kesehataan yang 120/80 mmHg pengertian, serta menurunkan
serta cara
timbul akibat 2. pengetahuan manfaat tekanan darah melakukannya
peningkatan vaskuler keluarga dapat tehnik systolic dan 2. Monitor
cerebral meningkat relaksasi diastolic. Cara Tekanan darah
tentang benson pengobatan ini 3. Demontrasikan
terjadinya 3. Keluarga merupakan dengan keluarga
peningkatan mampu bagian
85

vaskuler mendemontras pengobatan dalam


cerebral ikan teknik gabungan antara melakukan
3. Keluarga relaksasi relaksasi dengan tehnik relaksasi
mampu benson keyakinan agama benson
membantu yang dianut. 4. Evaluasi secara
dalam Tehnik ini singkat tentang
melalukan merupakan upaya bagaimana cara
tehnik relaksasi untuk melakukan
benson memusatkan tehnik relaksasi
4. Keluarga perhatian pada benson dan
mampu satu fokus dengan tekanan darah
melakukan menyebut sebelum dan
tehnik relaksasi berulang-ulang setelah
benson secara kalimat ritual dan melakukan trapi
mandiri tanpa menghilangkan
bantuan berbagai pikiran
perawat yang
mengganggu.
Manfaat dari tehnik
86

relaksasi benson
adalah Menambah
keimanan,
mengurangi biaya,
lebih mudah
dilakukan tidak
memiliki efek
samping dan
Respon
melegahkan stres
Verbal
2. Keluarga Tn. S
ingin melakukan
tindakan tehnik
Respon
relaksasi Benson
Psikomotor
3. Keluarga dapat
mendemonstrasik
an tehnik
relaksasi benson
87

6. Impelementasi Dan Evaluasi

Tabel 4.6
Implementasi Dan Evaluasi

Diagnosa Keperawatan Hari/Tanggal waktu Implementasi Evaluasi


Ketidakmampuan keluarga Rabu, 17 Juni 2020 1. Menjelasakan dan menayakan kembali Tanggal : 17 Juni 2020
merawat anggota keluarga Jam 10.00 WIT kepada keluarga mengenai pengertian Jam : 11.00 WIT

yang sakit b/d Tingkat dan manfaat yang ada dalam tehnik Struktur :

pengetahuan keluarga relaksasi benson serta cara Kegiatan kunjungan asuhan


melakukannya
dalam mengenal masalah keperawatan keluarga telah
Hasil : keluarga mengatakan mengerti
kesehataan yang timbul direncanakan satu hari
dan memahami tentang pengertian dan
akibat peningkatan sebelum kunjungan, Setandart
manfaat tehnik relaksasi benson serta
vaskuler cerebral oprasional prosedur telah
keluarga tahu cara melakukannya.
disiapkan

2. Memonitor Tekanan darah Proses :

Hasil : 150/100 mmHg  Dalam pelaksaan kegiatan


dapat berjalan lancar
3. Mendemontrasikan dengan keluarga sesuai dengan waktu yang
dalam melakukan tehnik relaksasi telah di setting.
 Keluarga dapat terlihat
88

benson aktif dalam kegiatan


Hasil : Keluarga dapat melakukan Hasil :
tehnik relasasi benson dua kali dalam S :
30 menit dengan di bantu perawat 1. Keluarga mengatakan
mengerti dan memahami
tentang tehnik relaksasi
benson
2. Keluarga mengatakan
pengertian tehnik relaksasi
benson yaitu suatu tehnik
pengobatan untuk
menurunkan intensitas
nyeri dan kecemasan serta
menurunkan tekanan darah
systolic dan diastolic. Cara
pengobatan ini merupakan
bagian pengobatan
gabungan antara relaksasi
dengan keyakinan agama
89

yang dianut.
3. Kelurga mengatakan
Manfaat dari tehnik relaksasi
benson adalah Menambah
keimanan, mengurangi biaya,
lebih mudah dilakukan tidak
memiliki efek samping dan
melegahkan stres
4. Ny.W sering mengalami
pusing, sakit kepala dan
leher tegang

O:
1. keluarga dapat mengerti
tentang materi yang
dijelaskan
2. TD : 150/100 mmHg
3. Keluarga mampu
melakukan tehnik relasasi
benson dua kali dalam 30
90

menit dengan bantuan


perawat

A:
Masalah pada Ny.W
sebagian teratasi

P:
Intrvensi dilanjutkan
1. Monitor Tekanan darah
2. Demontrasikan dengan
keluarga dalam melakukan
tehnik relaksasi benson
Ketidakmampuan keluarga Kamis, 18 Juni 2020 1. Memonitor Tekanan darah Tanggal : 18 Juni 2020
merawat anggota keluarga Jam 10.15 WIT Hasil : sebelum trapi 150/100 mmHg Jam : 11.15 WIT
yang sakit b/d Tingkat setelah trapi 140/90 mmHg S:
pengetahuan keluarga 1. Ny.W mengatakan sakit
dalam mengenal masalah 2. Mendemontrasikan dengan keluarga kepala dan pusing sudah
kesehataan yang timbul dalam melakukan tehnik relaksasi tidak dirasakan namun
91

akibat peningkatan benson masih merasakan kram


vaskuler cerebral Hasil : keluarga dapat melakukan pada daerah leher
tehnik relasasi benson dua kali 2. Ny.W mengatakan tehnik
dalam 30 menit dengan 15 menit relaksasi benson mudah
pertama di bantu perawat dilakukan

O:
1. Tekanan darah setelah
trapi 140/90 mmHg
2. Ny.W dapat mendemons-
trasikan tehnik relaksasi
benson dua kali dalam 30
menit dengan 15 menit
pertama di bantu perawat

A:
Masalah pada Ny.W teratasi
sebagian
P:
92

Intrvensi dilanjutkan
1. Monitor Tekanan darah
2. Demontrasikan dengan
keluarga dalam melakukan
tehnik relaksasi benson
Ketidakmampuan keluarga Jum’at 19 Juni 2020 1. Memonitor Tekanan darah Tanggal : 19 Juni 2020
merawatat anggota Jam 09.00 WIT Hasil : sebelum trapi 140/90 mmHg Jam : 09.45 WIT
keluarga yang sakit b/d setelah trapi 120/80 mmHg
Tingkat pengetahuan 2. Mendemontrasikan dengan keluarga S :
keluarga dalam mengenal dalam melakukan tehnik relaksasi 1. Ny.W mengatakan sudah
masalah kesehataan yang benson tidak merasakan sakit
timbul akibat peningkatan Hasil : keluarga dapat melakukan kepala dan pusing serta
vaskuler cerebral tehnik relasasi benson dua kali kram pada daerah leher
dalam 30 menit tanpa bantuan hilang
perawat 2. Ny.W mengatakan tehnik
3. Mengevaluasi secara singkat tentang relaksasi benson mudah
bagaimana cara melakukan tehnik dilakukan dan merasa
relaksasi benson dan tekanan darah nyaman ketika selesai
sebelum dan setelah melakukan trapi melakukan trapi tehnik
93

Hasil : keluarga mengerti serta bisa relaksasi benson


melakukan teknik relaksasi benson
dengan mudah dan TD sebelum trapi O :
140/90 mmHg, TD setelah trapi 1. Tekanan darah setelah
120/80 mmHg trapi 120/80 mmHg
2. Ny.W dapat mendemons-
trasikan tehnik relaksasi
benson dua kali dalam 30
menit tanpa bantu perawat
3. Keluarga mengerti serta
bisa mendemostrasikan
trapi tehnik relaksasi
benson sesuai yang
diajarkan perawat.

A:
Masalah pada Ny.W teratasi
P:
Anjurkan pada keluarga
94

untuk selalu melakukan trapi


secara mandiri
95

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan pada

keluarga Ny.W dalam upaya menurunkan tekanan darah dengan tehnik

relaksasi benson di Desa Batu Gantung Waringin Rt 003/Rw 003 Kel Wainitu

Kec Nusaniwe Kota Ambon, selama 3 hari penelitian maka bagian ini peneliti

akan membahas tentang kesenjangan antara teori yang ada dan kenyataan

yang diperoleh. Dalam melakukan asuhan keperawatan Keluarga pada Ny.W

peneliti menggunakan proses keperawatan yang komprehensif meliputi :

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

a. Teori

Teori pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan

yang bertujuan mengumpulkan data atau informasi tentang klien

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara,

observasi, pemeriksaan serta dokumentasi. Data-data yang peneliti

temukan saat penelitian diklasifikan menjadi data subjektif dan data

objektif. Berdasarkan tinjauan pustaka pasien dengan hipertensi

ditemukan adanya peningkatan tekanan darah, sakit kepala pusing dan

tegang pada bagian leher serta susah tidur pada malam hari.

b. Hasil

Hasil penelitian pada saat dilakukan penelitian, peneliti menemukan

tanda dan gejala yang sama pada klien yaitu peningkatan tekanan

darah, pusing, sakit kepala, leher tegang.


96

c. Kesimpulan

Dari teori serta hasil penelitaian yang dapat dilakukan, maka penelliti

dapat menyimpulkan bahwa, berdasarkan teori dan hasil penelitian

tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan hasil yang

didapatkan peneliti saat melakukan pengkajian.

2. Diagnosa keperawatan

a. Teori

Berdasarkan teori, diagnosa keperawatan keluarga yang muncul pada

keluarga Ny.W dengan hipertensi yaitu, Ketidakmampuan keluarga

merawatat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan Tingkat

pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah kesehataan yang

timbul akibat peningkatan vaskuler cerebral

b. Hasil

Hasil penelitian, diagnosa keperawatan keluarga yang peneliti

dapatkan pada pasien dengan hipertensi dengan diagnosa

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

berhubungan dengan Tingkat pengetahuan keluarga dalam mengenal

masalah kesehataan yang timbul akibat peningkatan vaskuler cerebral

c. Kesimpulan

Berdasarkan teori dan hasil penelitian maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan hasil

penelitian, namun dalam implementasinya peneliti lebih focus pada

diagnosa Ketidakmampuan keluarga merawatat anggota keluarga yang


97

sakit berhubungan dengan masalah kesehataan yang timbul akibat

peningkatan vaskuler cerebral

3. Perencanaan

a. Teori

Berdasarkan teori maka perencanaan yang dilakukan harus sesuai dan

harus mendukung sesuai diagnosa yang telah direncanakan agar dapat

mengatasi masalah yang sedang dihadapi keluarga.

b. Hasil

Hasil penelitian pada perencanaan yang dilakukan peneliti kemudian

diterapkan pada keluarga, yaitu :

1) Jelasakan dan tanyakan kembali kepada keluarga mengenai

pengertian dan manfaat yang ada dalam tehnik relaksasi benson

serta cara melakukannya

2) Monitor Tekanan darah

3) Demontrasikan dengan keluarga dalam melakukan tehnik relaksasi

benson

4) Evaluasi secara singkat tentang bagaimana cara melakukan tehnik

relaksasi benson dan tekanan darah sebelum dan setelah melakukan

trapi

c. Kesimpulan

Peneliti dapat menyimpulkan tidak ditemukan adanya kesenjangan

antara teori dengan penelitian karena hasil yang diperoleh sesuai

intervensi yang dilakukan.


98

4. Implementasi

a. Teori

Dalam Teori implementasi merupakan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah peneliti susun. Dalam melakukan rencana

keperawatan peneliti tidak bekerja sendiri tetapi bekerja sama dengan

keluarga, perawat, dan dokter dipuskesmas

b. Hasil

Hasil penelitian pelaksanaan tindakan keperawatan berjalan tanpa

adanya kesulitan atau kendala. Hal ini dikarenakan adanya respon yang

baik dari klien dan keluarga terhadap tindakan yang diberikan perawat.

Klien dan keluarga juga sangat antusias dan ingin mencoba melakukan

intervensi tehnik relaksasi benson walaupun tanpa bantuan perawat

karena menurut mereka bahwa teknik tersebut tidak harus

mengeluarkan biaya, tidak perlu membuang waktu yang lama tetapi

lebih efisien dan hasilnya sangat bermanfaat. Hal ini dibuktikan

dengan penurunan tekanan darah, sakit kepala berkurang dan tidak lagi

ada ketegangan dibagian leher.

c. Kesimpulan

Berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan hasil penelitian yang

didapat.
99

5. Evaluasi

a. Teori

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu

perbandingan yang sistematis dari rencana tentang kesehatan pasien

dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan secara

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan keluarga sehingga

dapat mengetahui pemenuhan kebutuhan secara optimal dan mengukur

hasil dari proses keperawatan dan harapannya tidak terjadi peningkatan

vaskuler cerebral yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan

darah.

b. Hasil

Hasil penelitian dari hasil penerapan proses asuhan keperawatan

keluarga kepada Ny.W yang lebih difokuskan pada tindakan tehnik

relaksasi benson untuk mencegah terjadinya peningkatan vasculer

cerebral yang bermakna yaitu terjadi penurunan tekanan darah, tidak

pusing sakit kepala dan tidak tegang pada bagian leher.

c. Kesimpulan

Berdasarkan teori dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa

tehnik relaksasi benson yang diterapkan kepada klien dengan

hipertensi dapat membantu dan memiliki manfaat yang sangat besar

untuk mencegah peningkatan vasculer cerebral tanpa harus

mengeluarkan biaya yang besar. Hal tersebut juga membuktikan


100

bahwa ada hubungan yang sangat besar tentang pelaksanaan teknik

relaksasi benson dalam mencegah peningkatan cerebral.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan

Hipertensi Dalam Upaya Menurunkan Tekanan Darah Dengan Tehnik

Relaksasi Benson Di Desa Batu Gantung Waringin Rt 003/ Rw 003

Kelurahan Wainitu Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon. Penulis

melakukan pengkajian pada tanggal 16 Juni 2020 maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam mengkaji keluarga Ny.W dengan hipertensi ditemukan tanda

dan gejala yang sama sesuai teori yaitu peningkatan tekanan darah,

pusing, tegan pada leher.

2. Dari hasil pengkajian akhirnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan

sesuai tanda dan gejala yang ada pada klien, hanya ada satu Diagnosa

keperawatan yang muncul pada saat penelitian yaitu Ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan

Tingkat pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah kesehataan

yang timbul akibat peningkatan vaskuler cerebral.

3. Perencanaan keperawatan yang telah peneliti lakukan dan telah

diterapkan pada keluarga hanya berfokus pada 1 masalah sesuai

dengan judul yang diangkat oleh peneliti untuk menurunkan tekanan


102

darah. Walaupun demikian, peneliti juga menambahkan intervensi

teknik relaksasi benson.

4. Dalam melakukan penerapan implementasi, peneliti menyesuaikan

dengan rencana yang telah dibuat untuk mengatasi masalah keluarga

Ny.W dan tindakan yang dilakukan berjalan dengan baik serta

keluarga antusias dalam menjalani trapi.

5. Hasil yang didapat pada saat evaluasi bahwa efektifitas pelaksanaan

teknik relaksasi benson membawa dampak positif dalam mencegah

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

berhubungan dengan tingkat pengetahuan keluarga dalam mengenal

masalah kesehataan yang timbul akibat peningkatan vaskuler cerebral.

B. SARAN

Dalam rangka penyempurnaan dan efektfitas penelitian ini yang

merupakan penerapan asuhan keperawatan keluarga pada masalah

hipertensi. Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengembangan

ilmu keperawatan yang berkaitan dengan hipertensi dalam upaya

menurunkan tekanan darah, serta jangan hanya berfokus pada terapi

kolaboratif tetapi harus lebih menajamkan terapi nonfarmakologis

yang pada prinsipnya merupakan tindakan keperawatan.

2. Bagi Istitusi Pendidikan


103

Saran untuk pihak institusi pendidikan agar hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi sumber ilmu dan sebagai bahan informasi

guna meningkatkan mutu pendidikan serta dapat dijadikan bahan

bacaan dan masukan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian

selanjutnya tentang mencegah terjadinya hipertensi dengan tehnik

relaksasi benson

3. Bagi Keluarga

Saran bagi pihak keluarga agar penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan serta mendapat wawasan lebih baik lagi

dalam membantu mengatasi masalah yang dialami keluarga Ny.W dan

dikemudian hari keluarga Ny.W dapat mengaplikasikannya secara

mandiri tanpa bantuan perawat atau tim kesehatan lainnya.

4. Bagi Peneliti

Saran untuk peneliti bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan dalam

sampel penelitian dan diharapkan dikemudian hari penelitian ini dapat

dikembangkan di komunitas dengan beberapa sampel agar hasilnya

lebih nyata lagi, serta dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi tentang

bagaimana menerapkan konsep asuhan keperawatan yang baik dan

benar dengan berpedoman pada proses pembelajaran yang telah

didapat selama menempuh pendidikan di Akademi Keperawatan

Rumkit Tk.III dr. J. A. Latumeten Ambon baik dari teori maupun

praktik kerja lapangan.


DAFTAR PUSTAKA

Dewi Purwati, M. S. (2017). Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesuda


Terapi Relaksasi Benson Pada Pasien Hipertensi (Studi Kasus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Karangayu Semarang). Program Studi Si Ilmu
Keperawatan Stikes Tologorejo Semarang, 1 - 7.

Joko Tri Atmojo, M. M. (2019). Efektifitas Terapi Relaksasi Benson Terhadap


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan, Volume 8, No 1, 1 - 129.

Nursalam. (2015). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan;pedomaan skripsi, tesis dan instrumen penelitian.edisi 2
salemba Medika: Jakarta.

Perry & Pottter (2015). Buku ajar fundamental keperawatan;


konsep,prosesdanpraktek.volume 2, edisi IV, EGC: Jakarta:

Perry &Pottter (2010).Fundamental of nursing fundamental keperawatan.Buku 2,


edisi VII, SalembaMedika: Jakarta

Price.A & Wilson.M.L (2016). Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses


penyakit,edisi.6. EGC: Jakarta.

P2PTM.Kemenkes.RI.go.id. copyringht©2016-2019 Direktorat


P2PTM.Kementrian Kesehatan RI, All Right Reserved.

Sahar, R. H. (2016). Efektivitas Relaksasi Benson Dan Nafas Dalam Terhadap


Perubahan Tingkat Kecemasan Lansia Di Pstw Gau Mabaji Gowa .
Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar , 1 - 77.

Siti Juwariyah, S. (2017). Effectiveness Of Benson Relaxation On Reduction Of


Blood Pressure Elderly Hypertension In Puskesmas Krobokan Semarang.
Program Studi D-3 Keperawatan Stikes Telogorejo Semarang , 1 - 6.

Tiurmaida Simandalahi, W. S. (2019). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson


Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Endurance :
Kajian Ilmiah Problema Kesehatan Vol 4(3), 641 -650
Lampiran 1

SURAT PERNYATAAN MENYETUJUI PENELITIAN

Saya Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini :

NAMA : F Wenno, AMK., S.Pd.,M,M


NUPN : 9912380438

Menyatakan bahwa mahasiswa dibawah ini :

Nama : Galih Galantama Nim : 1240212017062

Dengan ini, bahwa mahasiswa tersebut diatas telah layak dan disetujui
oleh Dewan Penguji untuk melakukan penelitian .

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Ambon , Senin, 15-06-2020


Yang Menyatakan
Dosen Pembimbing

F. Wenno, AMK., S.Pd.,M.M


NUPN : 9912380438
Lampiran 2

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Galih Galantama
Nim : 1240212017062
Alamat : Waringin
Nomor Hp : 081380108026
Pekerjaan : Mahasiswa
Pembimbing I : F Wenno, AMK,. S.Pd,. M.M
Pembimbing II : Kodir S.Kep,. M.Si

Telah memberikan pejelasan terkait penelitian yang akan diadakan untuk


mengetahui Asuhan keperawatan pada Ny.W dengan hipertensi dalam upaya
menurunkan tekanan darah dengan tehnik relaksasi benson. penelitian ini dapat
memberikan manfaat yang positif kepada responden dengan mampu
mengaplikasikan intervensi tersebut saat responden menjalani perawatan di
rumah.

Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak negative
dan tidak menimbulkan resiko yang berbahaya bagi siapapun terutama klien
(responden). Peneliti berjanji akan menjunjung tinggi hak-hak responden dengan
cara menjaga kerahasiaan data yang di peroleh, baik dalam proses pengumpulan
data, pengolahan data dan penyajian data hasil penelitian. Peneliti aka menghargai
responden bila tidak bersedia dalam partisipasi penelitian ini. Demikian
penjelasan singkat ini, peneliti mengharapkan partisispasi Bapak/Ibu untuk
menjadi responden penelitian. Terima kasih atas kesediaan dan partisipasinya

Ambon, 16 Juni 2020


Yang mendapat penjelasan Yang Memberi Penjelasan
Subjek/mewakili subjek Peneliti

Ny.W Galih Galantama


Lampiran 3

FORMULIR PERSETUJUAN RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang

akan di lakukan oleh Galih Galantama dengan Asuhan keperawatan Ny.W

dengan hipertensi dalam upaya menurunkan tekanan darah dengan tehnik

relaksasi benson.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara

sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian saya menginginkan mengundurkan

diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-sewaktu tanpa sanksi apapun.

Ambon, 16 Juni 2020

Saksi Responden

Tn.S Ny.W

Peneliti

Galih Galantama
Lampiran 4

Standar Operasional Prosedur (SOP)


Teknik Relaksasi Benson
Definisi Relaksasi benson merupakan metode teknik relaksasi yang

diciptakan oleh Herbert Benson, seorang ahli peneliti medis

dari Fakultas Kedokteran Harvard yang mengkaji beberapa

manfaat doa dan meditasi bagi kesehatan. Relaksasi Benson

merupakan pengembangan respon dengan melibatkan

faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu

lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien

mencapai kondisi kesehatan dan kesejahtraan yang lebih

tinggi.

Tujuan Untuk meningkatkan vantilasi alveoli, memelihara

pertukaran gas, stress fisik maupunemosional yaitu,

menurunkan intensitas nyeri dan kecemasan serta

menurunkan tekanan darah systolic dan diastolic.

Indikasi 1. Klien yang mengalami insomnia.

2. Klien sering stres.

3. Klien yang mengalami kecemasan.

4. Klien yang mengalami depresi.

5. Klien dengan hipertensi

Tahap Persiapan 1. Perawat :

Pengetahuan dan keterampilan


Lampiran 4

2. Lingkungan :

Menyadiakan tempat yang bersih aman dan

tenang/nyaman

3. Pasien :

Diberitahu tentang tindakan yang akan dilaksanakan,

Kesediaan pasien, Bukti persetujuan dan Menjaga

privasi pasien

4. Alat :

Tensi meter, Stetoskop dan Arloji

Tahap Orientasi 1. Memberikan salam teraupetik

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

kepada pasien

4. Ukur tekanan darah sebelum melakukan tindakan

Tahap Kerja 1. Pilih kalimat spiritual yang akan dilakukan

 Islam : menyebut nama Allah dalam asmaul husna

atau kalimat-kalimat untuk berzikir, seperti

Alhamdullilah, Subhannallah, Allahuakbar,

astagfirullahhalazdim dsb.

 Protestan : tuhan datanglah ya roh kudus, tuhan

adalah gembalaku, damai sejahtra Allah yang

melampaui aku dsb.

 Khatolik : Tuhan Yesus Kristus kasihilah aku, Bapa


Lampiran 4

kami yang ada di surge, salam maria yang penuh

rahmat, aku percaya akan roh kudus, dsb.

 Hindu : kebahagian ada di dalam hati, Engkau ada

di mana-mana, Engkau adalah tanpa bentuk, dsb.

 Budha : aku pasrakan diriku sepenuhnya, hidup

adalah sebuah perjalanan, dsb.

2. Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman

3. Anjurkan klien memilih tempat yang disenangi

4. Anjurkan klien mengambil posisi tidur terlentang

atau duduk yang dirasakan paling nyaman

5. Anjurkan klien untuk memejamkan mata dengan pelan

tidak perlu untuk dipaksakan sehingga tidak ada

ketegangan otot sekitar mata;

6. Anjurkan klien untuk merelaksasikan tubuhnya untuk

mengurangi ketegangan otot, mulai dari kaki sampai

ke wajah.

7. Lemaskan kepala, leher, dan pundak dengan memutar

kepala dan mengangkat pundak perlahan-lahan.

8. Intruksikan klien mulai bernafas dengan lambat dan

wajar lalu tarik nafas melalui hidung, beri waktu 3

detik untuk tahan nafas kemudian hembuskan nafas

melalui mulut, sambil mengucap (kalimat ritual sesuai

keyakinan atau pada poin 1) tenangkan pikiran


Lampiran 4

kemudian Nafas dalam hembuskan ucapkan (kalimat

ritual selanjutnya). Nafas dalam hembuskan, ucapkan

(kalimat berikutnya).

9. Ulangi prosedur no 8 selama 10-15 menit.

10. Bila sudah selesai tetap pada posisi awal dan tetap

tenang beberapa menit, mula-mula mata terpejam dan

sesudah itu mata dibuka perlahan.

Tahap Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan ukur tekanan darah sesudah

tindakan.

2. Lakukan kontrak pertemuan selanjutnya

3. Akhiri dengan salam

Dokumentasi 1. Catat waktu pelaksanaan tindakan

2. Catat respons dan tekanan darah sebelum dan sesudah

melakukan tindakan

3. Paraf dan nama perawat.


Lampiran 5

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA

1. Pengkajian

a. Data umum

1) Identitas Keluarga

Nama Kepala Keluarga:

Usia :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Agama :

Alamat :

Tanggal pengkajian :

2) Komposisi keluarga Ny.W sebagai berikut :

No Nama JK Hub. KK Umur Pendidikan Pekerjaan

Sumber : Data primer

3) Genogram 3 generasi

4) Tipe keluarga

5) Suku bangsa

6) Agama dan kepercayaaan

7) Status sosial ekonomi keluarga

8) Aktivitas dan rekreasi

b. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga sejahtra / saat ini

2) Riwayat kesehatan keluarga saat ini


Lampiran 5

3) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

4) Riwayat penyakit keturunan

5) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga

Masalah Tindakan
Keadaan
No Nama Umur Imunisasi Kesehatan saat yang
Kesehatan
Pengkajian dilakukan

Sumber : Data primer

c. Keadaan Lingkungan

1) Karakteristik Rumah

a) Riwayat rumah yang di tempati

b) Denah Rumah

2) Karakteristik Keluarga

a) Karakteristik tetangga dan komunikasi

b) Mobilitas geografis keluarga

c) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

d) Sistim pendukung keluarga

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga

3) Struktur peran

4) Nilai dan norma budaya keluarga

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif
Lampiran 5

2) Fungsi sosialisasi

3) Fungsi perawatan kesehatan keluarga

4) Fungsi reproduksi

5) Fungsi ekonomi

f. Stress Dan Koping Keluarga

1) Stresor yang dimiliki

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah

3) Strategi koping yang digunakan

4) Strategi adaptasi fungsional

g. Harapan Keluarga

h. Keadaan Gizi Keluarga

i. Pemeriksaan Fisik

Nama Anggota Keluarga


No Jenis Pemeriksaan
Ny Tn Tn
Riwayat penyakit
1
saat ini
Keluhan yang
2
dirasakan
Riwayat penyakit
3
sebelumnya
Keadaan Umum
Tanda-tanda vital
 TD
4
 Suhu
 Nadi
 Pernafasan
Lampiran 5

5 Kepala
6 Mata
7 Hidung
8 Leher
9 Mulut
10 Dada
11 Abdomen
Ektermitas
12  Atas
 Bawah
Sumber : Data Primer

2. Klasifikasi Data

a. Data Subjektif

b. Data Objektif

3. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah



4. Perumusan Diagnosa Keperawatan

5. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi


No Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1.
6. Impelementasi Dan Evaluasi

Diagnosa Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi
Keperawatan waktu
Lampiran 6

LEMBAR OBSERVASI

Nama/ Inisial Responden : Ny.W

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Pekerjaan : Wiraswasta

Pengukuran tekanan darah Menggunakan trapi relaksasi Benson

NO Hari/Tgl/Thn Tekanan Darah


Sebelum Sesudah
1. Rabu, 17 Juni 2020 Jam : 10.00 WIT Jam : 11.00 WIT

TD : 150/100 mmHg TD : 140/90 mmHg

2. Kamis, 18 Juni 2020 Jam : 10.15 WIT Jam : 11.15 WIT

TD : 140/90 mmHg TD : 130/90 mmHg

3. Jum’at, 19 Juni 2020 Jam : 09.00 WIT Jam : 09.45 WIT

TD : 130/90 mmHg TD : 120/80 mmHg


Lampiran 7

JADWAL PENELITIAN

April Mei Juni Juli


N
Jenis Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Pesiapan
1 Pembuatan Usulan Penelitian
2 Konsul Usulan Penelitian
3 Seminar Usulan Penelitian
4 Perbaikan Usulan Penelitian
Tahap Pelaksaanan
1 Melakukan Penelitian
2 Analisa Hasil Penelitian
Tahap Akhir
1 Penulisan KTI
2 Ujian KTI
3 Perbaikan KTI
Lampiran 8

LEMBAR BUKTI KONSULTASI


PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : Galih Galantama


NIM : 124021 2017 062
Nama Pembimbing I : F. Wenno. AMK,. S.Pd,. M.M

E_mail/Tatap Materi Masukan/Saran Tanda


No Hari/Tanggal
Muka *) Bimbingan Bimbingan Tangan
1. Jum’at, 24 Tatap Muka Konsul Perbaiki tata urut
April 2020 Judul penulisan judul dan
cara meletakkan
kalimat dalam judul
serta penyesuaian
jurnal.

2. Senin, 26 Konsul via Perbaikan Perbaikan latar


April 2020 WhatsApp judul dan belakang, keaslian
Bab I penulisan dan
sistematika
penulisan.
Awali kalimat
pengantar sebelum
masuk paragraph
berikutnya.

3. Senin, 04 Tatap Muka Bab II Penyesuaian


Mei 2020 pendahuluan
dengan Bab II.
Tambah tinjauan
teori.
Tambah
hubungan penyakit
dan terapi.
Rencana
keperawatan.

4. Selasa, 12 Tatap Muka Bab III Penggumpulan


Mei 2020 data dan lokasi
serta waktu
penelitian
disesuaikan kondisi
sekarang.
Lampiran 8

5. Selasa, 19 Via Bab I, II Tambahkan cover


Mei 2020 WhatsApp dan III daftar isi, daftar
tabel, gambar.
Sesuaikan
penulisan sesuai
format yang
diberikan institusi

6. Kamis, 28 Tatap Muka Penyesuaian ACC


Mei 2020 akhir

7. Sabtu, 11 Juli Tatap Muka Bab 4, 5 Perhatikan pada


2020 pengkajian dan
diagnosa

8. Minggu, 19 Tatap Muka Bab 4, 5 Buat intisari, buat


Juli 2020 lembar obsevasi
dan lengkapi
lampiran-lampiran

9. Rabu, 22 Juli Tatap Muka Pengecekan Siapkan PPT,


2020 Akhir pelajari dan tetap
semangat siap
ujian, ACC
*)diisi sesuai dengan kegiatan konsultasi yang telah dilakukan : lewat Email
ataupun tatap muka

LEMBAR BUKTI KONSULTASI


Lampiran 8

PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : Galih Galantama


NIM : 124021 2017 062
Nama Pembimbing II : Kodir. S.Kep,. M.Si

E_mail/Tatap Materi Masukan/Saran Tanda


No Hari/Tanggal
Muka *) Bimbingan Bimbingan Tangan
1. Sabtu, 25 Tatap Muka Konsul Perbaiki tata urut
April 2020 Judul penulisan judul

2. Kamis, 21 Via Whattsap Bab 1, 2, 3 Penyesuaian


Mei 2020 pendahyluan,
Tinjauan teori,
Rencana
keperawatan

3. Senin, 1 Juni Tatap Muka Bab 1, 2, 3 Pelajari dengan


2020 baik, siap ujian
proposal ACC

4. Selasa, 21 Tatap Muka Bab 4, 5 Perhatikan


Juli 2020 Klasifikasi data DS
DO Tambahkan
SOP benson di
lampiran

5. Jum’at, 24 Tatap Muka Bab 4, 5 Pelajari siap ujuan


Juli 2020 ACC

*)diisi sesuai dengan kegiatan konsultasi yang telah dilakukan : lewat Email
ataupun tatap muka
Lampiran 9

DOKUMENTASI

Pengambilan data awal dan mengukur tekanan darah

Mengajarkan melakukan tindakan serta mendemonstrasikan trapi relaksasi benson

Mengukur kembali tekanan darah sekaligus foto bersama keluarga

Anda mungkin juga menyukai