Anda di halaman 1dari 79

KARYA TULIS ILMIAH

STUDI KUALITATIF POLA PENCEGAHAN


NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE
DI PERUMNAS MULYASARI KECAMATAN MAJENANG
KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan

AGUNG NUR ROHKMAN


17.06.149.14401.050

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TUJUH BELAS
SURAKARTA
2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis Ilmiah
STUDI KUALITATIF POLA PENCEGAHAN
NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE
DI PERUMNAS MULYASARI KECAMATAN MAJENANG
KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh:
AGUNG NUR ROHKMAN
17.06.149.14401.050

Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal :

10 Juli 2020

Pembimbing

Sukardi Sugeng Rahmad, M.P.H.


NIP : 1701201902054

Mengetahui,

Ketua Prodi DIII Keperawatan

Ns. Amik Muladi, M.Kep


NIDN : 0619017901

iii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
“ STUDI KUALITATIF POLA PENCEGAHAN
NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE
DI PERUMNAS MULYASARI KECAMATAN MAJENANG
KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH “

Disusun Oleh:
AGUNG NUR ROHKMAN
17.06.149.14401.050

Telah dipertahankan dalam seminar di depan Dewan Penguji


Pada Tanggal : 23 April 2020

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua Penguji Saka Suminar, M.Kes

NIDN ( 0631057201 )

Karanganyar, 10 Juli 2020

Ketua Prodi

Ns. Amik Muladi, M.Kep


NIP. 0619017901

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber

yang dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.

Nama : Agung Nur Rokhman

NIM :17.06.149.14401.050

Tanda Tangan :

Tanggal : 10 Juli 2020

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAHUNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Stikes Tujuh Belas, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
Nama : Agung Nur Rokhman
NIM : 17.06.149.14401.050
Program Studi : DIII Keperawatan
Jurusan : Perawat
demi pengembangan ilmu pengetahuan , menyetujui untuk memberikan kepada
Stikes Tujuh Belas Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non - exclusive Royalty -
Free Right) atas Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul :
STUDI KUALITATIF POLA PENCEGAHAN
NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE
DI PERUMNAS MULYASARI KECAMATAN MAJENANG
KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
Beserta perangkat yang ada (jika di perlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Stikes Tujuh Belas berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Karanganyar
Pada tanggal : 10 Juli 2020

Yang menyatakan

Materai 6000

( Agung Nur Rokhman )

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha
Esa,karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah (KTI/TA) ini. Penulisan KTI/TA ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program
Studi Keperawatan Stikes Tujuh Belas. Karya Tulis Ilmiah ini terwujud atas
bimbingan dan pengarahan dari Bapak Sukardi Sugeng Rahmad, M.P.H. selaku
pembimbing serta bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu. Penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Ibu Ns. Betty Sunaryanti, M.Kes selaku Ketua Stikes Tujuh Belas.
2. Bapak Ns. Amik Muladi, M.Kep selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan Stikes
Tujuh Belas.
3. Bapak Tohari selaku Kepala Lahan Penelitian
4. Orangtua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral, serta
5. Sahabat yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas
akhir ini
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu

Karanganyar, 10 Juli 2020


Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................... i
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................................................ vi
HALAMAN KATA PENGANTAR....................................................... vii
HALAMAN DAFTAR ISI...................................................................... viii
HALAMAN DAFTAR TABEL.............................................................. x
HALAMAN DAFTAR GAMBAR/GRAFIK ........................................ xi
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN...................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian................................................................... 3
D. Ruang Lingkup ..................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian................................................................. 4
F. Keaslian Penelitian................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori ..................................................................... 8
1. Studi Kualitatif Pola Pencegahan Nyamuk
Demam Berdarah Dengue di Perumnas Mulyasari ............. 12
1.1 Pola Pencegahan ........................................................... 12
1.2 Nyamuk Demam Berdarah Dengue .............................. 13
1.3 Perumnas Mulyasari ..................................................... 15
B. Kerangka Teori ..................................................................... 16
C. Kerangka Konsep ................................................................. 16
D. Pertanyaan Penelitian ........................................................... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................. 18
B. Subyek Penelitian ................................................................. 18
C. Fokus Studi Kasus ................................................................ 20
D. Definisi Operasional ............................................................. 20
E. Instrumen dan Bahan Penelitian ........................................... 20
F. Metode Pengumpulan Data................................................... 21
G. Tempat dan Waktu Penelitian............................................... 22
H. Teknik Analisis Data............................................................. 23
I. Etika penelitian ..................................................................... 25

viii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................... 26
1. Profil Perumnas Mulyasari ............................................. 26
2. Profil Keluarga di Perumnas Mulyasari ......................... 32
3. Pola Pencegahan Nyamuk DBD di Perumnas Mulyasari 33
B. Pembahasan .......................................................................... 37
1. Studi Kualitatif Pola Pencegahan Nyamuk
Demam Berdarah Dengue di Perumnas Mulyasari ........ 37
a. Pola Pencegahan Primer Nyamuk DBD ................... 37
b. Pola Pencegahan Sekunder Nyamuk DBD .............. 39
c. Pola Pencegahan Tersier Nyamuk DBD .................. 41
C. Keterbatasan Studi Kasus ................................................... 43

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 44
B. Saran .................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 47
LAMPIRAN ........................................................................................... 50

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian .................................................................... 23


Tabel 4.1 Waktu Penghancuran Sampah Anorganik Secara Alamiah ... 29
Tabel 4.2 Pencegahan Primer Nyamuk DBD di Perumnas Mulyasari . . 34
Tabel 4.3 Pencegahan Sekunder Nyamuk DBD di Perumnas Mulyasari 35
Tabel 4.4 Pencegahan Tersier Nyamuk DBD di Perumnas Mulyasari . . 36

x
DAFTAR GAMBAR/DIAGRAM

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sistem ....................................................... 16


Gambar 2.2 Kerangka Konsep Pencegahan
Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) ....................... 17
Gambar 4.1 Tingkat Mata Pencaharian Mulyasari
dalam Angka 2018 – 2019 .................................................. 27
Gambar 4.2 Tingkat Pendidikan Mulyasari dalam Angka 2018 – 2019 28
Gambar 4.3 Pola Pencegahan Nyamuk Demam Berdarah Dengue
di Perumnas Mulyasari ....................................................... 42

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Pedoman Observasi ........................................... 51


Lampiran 2 Pedoman Wawancara .......................................................... 52
Lampiran 3 Instrumen Pedoman Wawancara ........................................ 53
Lampiran 4 Transkip Wawancara .......................................................... 54
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian ...................................................... 58
Lampiran 6 Riwayat Hidup Penulis ....................................................... 61

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal sangat penting bagi setiap individu.

Dengan kondisi kesehatan yang baik, maka pekerjaan yang dilakukan pun

akan menjadi lebih maksimal dan memberi hasil yang lebih baik. Salah satu

program pemerintah dalam mencapai pembangunan nasional di bidang

kesehatan adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam

memberantas jentik nyamuk.

Sebagai penduduk Indonesia yang berada di wilayah tropis, saat

musim penghujan banyak dijumpai nyamuk Aedes aegypti dan Aedes yang

menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue akibat adanya virus

Dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk. Sebagaimana pada awal tahun

2019, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa data

yang masuk sampai tanggal 29 Januari 2019 tercatat jumlah penderita DBD

sebesar 13.683 penderita, dilaporkan dari 34 Provinsi dengan 132 kasus

diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan

dengan bulan Januari tahun 2018 dengan jumlah penderita sebanyak 6.167

penderita dan jumlah kasus meninggal sebanyak 43 kasus. Pada awal tahun

2019 ini tercatat beberapa daerah melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB)

DBD diantaranya Kota Manado (Sulawesi Utara) dan 7 kabupaten/kota di

Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu Sumba Timur, Sumba Barat, Manggarai
2

Barat, Ngada, Timor Tengah Selatan, Ende dan Manggarai Timur.

Sedangkan beberapa wilayah lain mengalami peningkatan kasus namun

belum melaporkan status kejadian luar biasa.

Sedangkan di Pulau Jawa khususnya di wilayah Jawa Tengah,

sebagaimana data yang tercermin di Radar Banyumas pada tanggal 16

Februari 2019 bahwa Kabupaten Cilacap masuk dalam peringkat 10 besar

kasus Demam Berdarah Dengue terbanyak di wilayah Provinsi Jawa Tengah

belum menunjukkan penurunan signifikan, namun penyebaran kasus DBD

sudah sampai ke wilayah Majenang, hal ini terjadi karena berdasarkan hasil

pemantauan di Majenang yaitu kondisi lingkungan di wilayah Majenang

hampir sama seperti wilayah Kroya.

Secara rinci pada tanggal 11 Februari 2020, menurut Hamzah

bahwa Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap yaitu dr Pramesti Griana

Dewi menyatakan terdapat dua kasus yang ditangani Puskesmas Majenang.

Faktor lingkungan yaitu perubahan cuaca sebagai penyebab terjadinya kasus

demam berdarah dengue di Cilacap, karena saat musim penghujan menjadi

waktu paling cocok untuk bereproduksi nyamuk Aedes aegypti karena

sebelumnya masih berbentuk telur non aktif kemudian menjadi menetas,

sehingga merebak menjadi dewasa dan berpotensi menyebarkan virus

Demam Berdarah Dengue. Kemudian menurut Ridhlo, berdasarkan

pernyataan dari Edi Sapto Priyo sebagai Kepala Unit Pelaksana Teknis

(UPT) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Majenang

menyatakan pada tanggal 9-10 Januari 2019 terjadi banjir dan longsor akibat
3

hujan ekstrem menyebabkan tanggul Sungai Cikalong di Desa Mulyasari

Kecamatan Majenang meluap sehingga puluhan rumah dan sawah terendam

banjir.

Berdasarkan kasus Demam Berdarah Dengue akibat banjir dan

longsor di Perumnas Mulyasari Majenang, maka hal ini menarik peneliti

untuk melakukan penelitian tentang memberantas jentik nyamuk dengan

judul “Pola Pecegahan Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Perumnas

Mulyasari Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut: ”Bagaimana Pola Pencegahan

Demam Berdarah Dengue di Perumnas Mulyasari Majenang Kabupaten

Cilacap Provinsi Jawa Tengah?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini secara umum yaitu untuk memahami,

melakukan interpretasi, analisa pendapat secara mendalam terkait

implementasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam memberantas

jentik nyamuk di lingkungan masyarakat.


4

2. Tujuan Khusus

a. Penulis dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi timbulnya

nyamuk Demam Berdarah Dengue di Perumnas Mulyasari Majenang

Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah.

b. Mengetahui lebih dalam tentang pola pencegahan nyamuk Demam

Berdarah Dengue di Perumnas Mulyasari Majenang Kabupaten

Cilacap Provinsi Jawa Tengah.

D. Ruang lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu terkait keperawatan

keluarga, namun penulis membatasi ruang lingkup hanya pada pembahasan

pencegahan nyamuk Demam Berdarah Dengue.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian yaitu:

a. Bagi institusi yaitu dapat menambah pengetahuan, pemahaman dan

pengalaman tentang mencegah nyamuk penyebab Demam Berdarah

Dengue.

b. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

baru yang berhubungan dengan pencegahan nyamuk penyebab Demam

Berdarah Dengue, serta dapat dijadikan sebagai suatu perbandingan

antara teori dalam penelitian dengan penerapan yang sebenarnya.


5

2. Manfaat Praktis

Manfaat Praktis dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat:

a. Bagi institusi khususnya civitas Stikes Tujuh Belas Surakarta dapat

digunakan sebagai referensi atau acuan dalam meningkatkan dan

menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan masyarakat dalam

memberantas jentik nyamuk dengan mengendalikan nyamuk penyebab

Demam Berdarah Dengue.

b. Bagi penulis, dapat menambah wawasan penulis dan dapat dipraktekan

di lingkungan.

c. Bagi peneliti selanjutnya, Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi

sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan peneliti

selanjutnya dalam melakukan penelitian mengenai topik-topik yang

berkaitan dengan peneliti ini, baik yang bersifat melanjutkan atau

melengkapi.

d. Bagi masyarakat, dapat digunakan sebagai evaluasi terhadap perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) terkait pemberantasan jentik nyamuk

yang benar agar tidak terjadi kasus Demam Berdarah Dengue akibat

tidak dapat mencegahnya.

F. Keaslian Penelitian

Beberapa studi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam

memberantas jentik nyamuk telah banyak dikaji. Hasil penelitian sejenis ini

membantu peneliti memperoleh gambaran penelitian yang akan dilakukan


6

agar lebih baik dari penelitian sebelumnya. Berikut hasil temuan penelitian

dari beberapa penelitian terdahulu dijadikan sebagai tinjauan studi sejenis:

1. Tinjauan studi sejenis pertama yaitu oleh Steva Tairas, G. D. Kandou, dan

J. Posangi pada tahun 2015 dengan judul “Analisis Pelaksanaan

Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Minahasa Utara”.

Hasil temuannya bahwa pelaksanaan monitoring dan evaluasi kurang baik

pelaksanaannya hanya 50%. Dinas kesehatan dan puskesmas memberikan

jawaban melakukan monitoring dan evaluasi. Sedangkan dari puskesmas

talawaan tidak melakukan karena jarang mengalami kejadian DBD. Dari

dinas kesehatan melakukan setiap tri wulan. Sedangkan dari puskesmas

Kolongan setiap bulan.

2. Tinjauan studi sejenis kedua yaitu oleh Ishak pada tahun 2018 dengan

judul “Studi Kualitatif Perilaku Pencegahan Deman Berdarah pada Rumah

Tangga”. Hasil temuannya bahwa Kebiasaan menguras, membersihkan

tempat penampungan air, membuang sampah pada tempatnya dilakukan

seminggu sekali. Yang pernah menderita DBD menunjukkan bahwa hanya

satu informan saja yang tidak terbiasa tidur di waktu pagi dan sore hari,

menggantung pakaian di dinding atau belakang pintu karena pakaian

tersebut akan dikenakan kembali bila belum kotor, terbiasamenggunakan

kelambu ketika tidur malam karena kurangnya pengetahuan tentang

perilaku waktu terbang nyamuk Aedes aegypti. Upaya pencegahan DBD

di Kelurahan Pangkajene oleh petugas kesehatan dan pihak lain sudah


7

baik, walaupun belum maksimal karena program penanganan kurang

efektif dan cenderung kuratif.

3. Tinjauan sejenis ketiga yaitu oleh Musdalifah Syamsul pada tahun 2018

dengan judul “Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Demam

Berdarah Dengue di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan”. Hasil

temuannya bahwa Sarana air bersih dan saluran air hujan merupakan

faktor yang sangat berperan terhadap penularan ataupun terjadinya

kejadian luar biasa DBD.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis

dengan penelitian pertama yaitu mengkaji tentang pengendalian Demam

Berdarah Dengue, namun perbedaannya yaitu tidak terfokus pada pelaksanaan

monitoring oleh dinas kesehatan dan puskesmas, tapi setiap keluarga yang

melakukan monitoring/pengecekan ke pihak medis jika terjadi timbulnya

gejala tersebut. Sedangkan persamaannya dengan penelitian kedua adalah

Perilaku pencegahan demam berdarah dengue di pada rumah tangga. Namun

perbedaannya yaitu tidak terfokus pada rumah tangga, tetapi termasuk

lingkungan sekitar. Serta persamaan dengan penelitian ketiga adalah faktor

penyebab demam berdarah dengue, namun perbedaannya yaitu bukan hanya

faktor lingkungan, tetapi juga faktor pola kebiasaan setiap individu / rumah

tangga.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Studi Kualitatif Pola Pencegahan Nyamuk Demam Berdarah Dengue

di Perumnas Mulyasari

1.1 Pola Pencegahan

Pengertian pola pencegahan menurut KBBI, pencegahan

adalah cara penolakan atau menahan agar sesuatu tidak terjadi. Pola

pencegahan juga disebut sebagai tindakan preventif.

Pola pencegahan dalam penelitian ini adalah pola yang

dilakukan untuk menahan nyamuk aedes aegypti agar tidak terjadi

demam berdarah dengue. sehingga apabila nyamuk Aedes aegypti tidak

diberantas perkembangbiakannya maka akan menimbulkan penyakit

Demam Berdarah Dengue.

Maka demi mencegah munculnya penderita penyakit Demam

Berdarah Dengue, sebagaimana teori Betty Neuman (2011: 3 dalam

Pankey, 2020) menggambarkan Sistem Model Neuman yaitu

pandangan terhadap suatu sistem terbuka yang unik ketika sistem ini

menggunakan suatu kesatuan pendekatan terhadap berbagai hal yaitu

pendekatan holistik, sistem yang terbuka (meliputi fungsi, input dan

output, umpang balik, negentropy ang stabilitas), lingkungan

(termasuk lingkungan bentukan (created environment), sistem klien


9

(meliputi lima variabel, struktur dasar, garis pertahanan, garis

pertahanan normal, dan garis pertahanan yang fleksibel), kesehatan

(rentang sehat-sakit, stresor, tingkatan reaksi, pencegahan sebagai

intervensi (tiga tingkatan), dan pemulihan (rekonstruksi), maka pola

pencegahan menurut teori Sistem Model Neuman merupakan tindakan

yang bertujuan membantu klien (masyarakat/keluarga) untuk

mengatasi, atau memelihara stabilitas sistem baik sebelum atau

sesudah garis pertahanan perlindungan dan garis resistensi (kekebalan

tubuh) berhasil ditembus oleh stresor (diartikan sebagai masalah

kesehatan berupa penyakit Demam Berdarah Dengue), Neuman

berpendapat bahwa intervensi awal (pencegahan) terjadi ketika adanya

stresor yang mencurigakan atau stresor tersebut dapat diidentifikasi

dengan jelas dari sejak awal. Intervensi didasarkan pada tingkat

kemungkinan dari suatu reaksi, sumber, tujuan, dan antisipasi

keluaran. Neuman mengidentifikasi tiga tingkatan dari intervensi atau

pola pencegahan yaitu Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier.

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer digunakan ketika suatu stresor diduga

atau diidentifikasi. Suatu reaksi belum terjadi namun tingkat resiko

sudah bisa diketahui. Tujuan dari hal ini adalah untuk mengurangi

kemungkinan untuk mengatasi stresor atau untuk mengurangi

kemungkinan reaksi yang akan terjadi. Artinya sebagai tahap awal

pencegahan sebelum terjadi penyakit Demam Berdarah Dengue


10

yaitu menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

(2019) diantaranya melalui surat edaran Direktur Jenderal

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit nomor

PV.02.01/4/87/2019 tanggal 11 Januari 2019 kepada Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia yaitu menggerakan

pelaksanaan upaya pemberantasan sarang nyamuk, berikut metode

yang bisa dilakukan untuk mengendalikan jumlah nyamuk demam

berdarah dengue:

1) Pengendalian secara lingkungan, tujuannya membatasi ruang

nyamuk untuk berkembangbiak sehingga harapannya nyamuk

DBD ini bisa musnah, yaitu dengan melakukan Program 3M

(Menguras, Menutup, dan Mengubur) yaitu menguras bak

mandi dan tempat air sekurang-kurangnya seminggu sekali, ini

dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur

sampai tumbuh menjadi nyamuk adalah 7-10 hari. Menutup

rapat tempat penampungan air, agar tempat-tempat tersebut

tidak bisa dijadikan tempat bertelur dan berkembang biak.

Serta mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang

dapat menampung air dengan mendaur ulangnya seperti

mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas

kembali, botol plastik menjadi tempat alat tulis, bungkus

plastik detergen atau susu bisa dijadikan tas, dompet, dan

sebagainya. Serta Plus yaitu mengganti air pada vas bunga


11

atau tempat minum di sarang burung, setidaknya seminggu

sekali dan membersihkan saluran air yang tergenang, baik di

atap rumah maupun selokan jika tersumbat oleh sampah atau

dedaunan, karena setiap genangan air bisa dimanfaatkan

nyamuk untuk berkembang biak.

2) Pengendalian secara biologis, dengan memanfaatkan hewan

atau tumbuhan seperti memelihara ikan cupang yang

dimasukan ke dalam kolam agar memakan jentik-jentik

nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air atau kolam

atau dengan menambahkan bakteri Bacillus thurinngiensis

(BtH-14).

3) Pengendalian secara kimiawi, dengan menaburkan bubuk abate

ke tempat penampungan air setidaknya dua bulan sekali,

melakukan fogging/pengasapan dengan malathion/fenthion

yang berguna mengurangi kemungkinan penularan Aedes

aegypti sampai batas tertentu (Kemenkes RI, 2018: 7).

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan

pertahanan dan sumber internal melalui prioritas dan rencana

pengobatan pada gejala-gejala yang tampak. Hal yang dilakukan

yaitu:

1) Diagnosis, melakukannya sedini mungkin dengan memeriksa

kadar trombosit pasien.


12

2) Disability (Pembatasan Kemampuan), yaitu memberikaan

pengobatan cukup untuk menghentikan proses penyakit dan

mencegah komplikasi dan sekuel yang lebih parah. Seperti

perbanyak asupan cairan/banyak minum sekurangnya dua liter

per hari, kompres hangat, jika demam tinggi dapat diberikan

obat pereda demam (antipiretik) seperti parasetamol. Namun

jika 2-3 hari gejala semakin memburuk seperti pasien tampak

makin lemas, muntah-muntah, gelisah, mimisan, perdarahan

gusi, perdarahan saluran cerna dan lainnya diharapkan segera

dibawa ke rumah sakit / fasilitas pelayanan kesehatan setempat

untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut (Kemenkes RI,

2019).

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan Tersier terjadi setelah pencegahan sekunder.

Tujuannya adalah untuk mempertahankan keadaan optimal dengan

mencegah reaksi atau regresi yang berulang. Tindakan tersier

mengarahkan klien untuk kembali pada suatu siklus dari

pencegahan primer. Berikut merupakan bentuk pencegahan tersier:

1) Limitasi Disabilitas, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dari

penyakit Demam Berdarah (CNN Indonesia, 2020) yaitu

mengkonsumsi air mineral, jambu biji, biji fenugreek, daun

pepaya, daun kemangi, daun mimba, dan jeruk.


13

2) Rehabilitasi, melakukan pengobatan dengan cara tirah baring

dan tidak melakukan pelatihan otot dan fungsi tubuh lain

sehingga memungkinkan pasien sulit melakukan aktivitas

sehari-hari.
14

Sehingga pola pencegahan nyamuk demam berdarah dengue

merupakan pola pencegahan dalam memberantas nyamuk aedes

aegypty yang dilakukan sebelum terjadinya penyakit demam berdarah

dengue.

2. Nyamuk Demam Berdarah Dengue

Nyamuk (Hasymini, 2010: 160) merupakan salah satu

serangga kelas insekta yang memiliki ciri-ciri yaitu tubuhnya terdiri

dari tiga bagian yaitu kepala (cephala), dada (thorax), dan perut

(abdomen). Namun nyamuk Aedes aegypti berukuran lebih kecil

dibandingkan nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus).

Dalam proses perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti,

bermula dari telur berukuran kecil dan berwarna hitam serta berbentuk

lonjong, kemudian menjadi larva dalam 4 tahapan yaitu Larva Instar I,

tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2mm, duri-duri

(spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong

pernafasannya (siphon) belum menghitam. Larva Instar II bertambah

besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong

pernafasan sudah berwarna hitam. Larva Instar III lebih besar sedikit

dari larva instar II. Serta Larva Instar IV telah lengkap struktur

anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala/chepal,

dada/thorax, dan perut/abdomen (KemenKes RI, 2016).

Sedangkan berikut ciri-ciri khas larva Aedes aegypti

(Kemenkes RI, 2016) yaitu pada segmen perut (abdomen) tidak adanya
15

rambut berbentuk kipas (palmate hairs) namun setiap segmen perut

(abdomen) ke delapan terdapat comb scale (seperti duri) sebanyak 8-21

atau berjejer 1 sampai 3, pada dada (torax) terdapat duri yang panjang

dengan bentuk kurva, terdapat corong pernafasan (shipon) pada

segmen terakhir dan terdapat pectin serta sepasang rambut serta

jumbai, sedangkan pada kepala terdapat sepasang rambut.

Menurut WHO (2004), Aedes aegypti setelah menjadi larva

maka jentik nyamuk menjadi pupa (kepompong). Namun

perkembangannya tergantung pada suhu, ketersedian makanan, dan

kepadatan larva pada sarang, sehingga jika suhu rendah kemungkinan

membutuhkan beberapa minggu untuk menjadi nyamuk dewasa.

Nyamuk betina akan berkopulasi (kawin) dengan nyamuk betina, maka

nyamuk betina akan mencari/menghisap darah manusia untuk

pematangan telurnya.

Pada tempat berkembangbiak Aedes aegypti yaitu berada di

tempat yang berisi air bersih, jaraknya tidak lebih sekitar 500 meter

dari rumah penduduk. Berikut merupakan tempat

perkembangbiakannya (Sutanto, 2011: 265-266):

a. Tempat penampungan air (TPA) yaitu tempat menampung air

untuk keperluan sehari-hari seperti bak mandi, ember, dan lainnya.

b. Bukan tempat penampungan air (non TPA) yaitu tempat

penampungan air yang bukan untuk keperluan sehari-hari seperti

vas bunga, kaleng/botol bekas dan lainnya.


16

c. Tempat penampungan air alami (TPA alami) seperti lubang batu

dan pohon, pelepah daun, tempurung kelapa dan lainnya.

Sedangkan tempat peristirahatan nyamuk Aedes aegypti

(Sutanto, 2011: 266) adalah semak-semak/rerumputan di

halaman/kebun/pekarangan rumah, serta benda-benda menggantung di

dalam rumah seperti pakaian lainnya.

Sehingga nyamuk Aedes Aegypti merupakan jenis nyamuk

pada umumnya yang berukuran lebih kecil dibandingkan nyamuk

biasa, namun nyamuk tersebut dapat menyebabkan penyakit demam

berdarah dengue jika tidak diberantas tempat perkembangbiakannya

yaitu berada di lingkungan sekitar baik di dalam maupun di luar

rumah.

3. Perumnas Mulyasari

Perumnas Mulyasari merupakan wilayah yang termasuk

dalam Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa

Tengah. Berdasarkan Google Maps, jarak tempuh wilayah tersebut

dengan Pusat Kesehatan Masyarakat Majenang 1 yaitu sekitar 4 km

dalam waktu 8 menit. Hal ini menunjukan bahwa wilayah tersebut

sangat dekat fasilitas kesehatan. Sehingga implementasi Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat dalam memberantas jentik nyamuk dengan

dilakukannya pencegahan nyamuk demam berdarah dengue di

Perumnas Mulyasari, dapat dilakukan secara mandiri atau bekerjasama


17

melalui pihak medis terdekat yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat

Majenang 1 dan atau pihak Kelurahan Mulyasari.


18

B. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori Sistem

Model Neuman dalam intervensi atau pencegahan disebut sebagai pertahanan

kekebalan tubuh yang harus dilakukan oleh Klien (Masyarakat/Keluarga)

sebelum terkena stresor atau nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD)

(Aedes Aegypti). Pencegahan tersebut terdiri dari pencegahan primer,

pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Maka Kerangka teori dapat

dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Pencegahan Stresor sebagai


Primer Penyakit DBD

Pencegahan Masyarakat/ Nyamuk


Sekunder Keluarga Aedes Aegypti

Pencegahan
Tersier Klien sebagai pelaksana

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sistem Model Neuman

Keterangan:

: Variabel diteliti

: Variabel tidak diteliti

: Berhubungan

: Berpengaruh

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai gambaran

peneliti menggunakan teori yang relevan untuk mengkaji fokus permasalahan

penelitian sehingga peneliti dapat menganalisisnya.


19

Faktor Masukan Pemberantasan Jentik Keluaran Pembangunan


Pengaruh Nyamuk DBD Kesehatan

Pencegahan Pencegahan Pencegahan


Primer Sekunder Tersier

Lingkungan
3M Plus: - Diagnosis - Limitasi
- Lingkungan - Disability Disabilitas
- Biologis - Rehabilitasi
- Kimiawi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Pencegahan Nyamuk


Demam Berdarah Dengue (DBD)

Kerangka konsep tersebut menggambarkan bahwa faktor pengaruh

dari lingkungan yang menyebabkan timbulnya nyamuk Demam Berdarah

maka setiap rumah tangga perlu melakukan pemberantasan berupa

pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.

Pencegahan tersebut apabila dilakukan dengan baik dan benar maka akan

mecapai keberhasilan pembangunan kesehatan yang merupakan tujuan dari

program pemerintah terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Kemenkes RI,

2011).

D. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian ini yaitu: Apa faktor penyebab

timbulnya nyamuk Demam Berdarah Dengue dan bagaimana pola pencegahan

nyamuk Demam Berdarah Dengue di Perumnas Mulyasari Majenang

Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah?


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Dalam penelitian Pencegahan Nyamuk Demam Berdarah di

Perumnas Mulyasari Majenang menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku orang diamati (Moleong 2011:

04). Artinya melalui metode kualitatif, peneliti dapat bertanya dan

menganalisis subyek yang diteliti sehingga mendapatkan informasi lebih jelas

yang ada di lapangan.

Sedangkan desain penelitiannya yaitu menggunakan studi kasus

yaitu dengan mengeksplorasi kehidupan nyata mengenai suatu kasus

kontemporer yaitu tentang Demam Berdarah Dengue, sehingga melalui

pengumpulan data yang detail dan mendalam, serta melibatkan beragam

sumber informasi, kemudian peneliti melaporkan kasus Pencegahan Nyamuk

Demam Berdarah di Perumnas Mulyasari Majenang dengan cara

mendeskripsikannya (Creswell, 2014: 135-136).

B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, pemilihan data penelitian didasarkan

pada informan. Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi

baik tentang dirinya, orang lain, suatu kejadian atau hal kepada peneliti

(Afrizal, 2014: 139-40). Penentuan informan, tidak menggunakan istilah

18
19

populasi, namun peneliti menggunakan teknik purposive sample artinya teknik

penentuan informan berdasarkan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini peneliti

memilih keluarga di Perumnas Mulyasari Majenang sebagai salah sasaran

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga.

Subjek penelitian ini terdapat dua kategori informan penelitian yaitu:

a. Informan kunci atau pelaku adalah informan yang memberikan keterangan

tentang dirinya, perbuatannya, pikirannya, maknanya, atau

pengetahuannya. Berdasarkan kasus Kejadian Luar Biasa COVID-19 yaitu

adanya social distancing (Pembatasan Sosial), maka peneliti memilih

informan kunci dalam penelitian ini yaitu hanya dua orang dari keluarga di

Perumnas Mulyasari Majenang yang pernah terkena Penyakit Demam

Berdarah (DBD). Artinya terdapat dua keluarga, namun setiap keluarga

masing-masing dipilih hanya satu orang informan kunci.

b. Informan pangkal atau pengamat adalah informan yang memberikan

informasi tentang orang lain, suatu kejadian atau hal kepada peneliti, atau

dapat disebut sebagai saksi atau pengamat lokal. Seperti Ketua Rukun

Tetangga, Lurah, dan pihak Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)

Majenang.

Penelitian kualitatif memiliki keterbatasan penentuan informan,

diantaranya yaitu sebagai berikut:

a. Penelitian kualitatif tidak dapat mengeneralisir implementasi Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat dalam memberantas jentik nyamuk Demam

Berdarah Dengue antara pihak keluarga yang terkena maupun tidak


20

terkena Demam Berdarah Dengue karena banyak faktor lain yang

mempengaruhi.

b. Metode kualitatif tidak menggambarkan besaran hasil penelitiannya.

Artinya antara faktor pengaruh atau penyebab tidak bisa mendiagnosa

setiap keluarga akan mengalami Demam Berdarah Dengue (Afrizal, 2014:

40).

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus ini adalah menerapkan pola pencegahan primer,

pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier dalam memberantas jentik

nyamuk Demam Berdarah Dengue pada keluarga.

D. Definisi Operasional

Pola pencegahan nyamuk Demam Berdarah Dengue adalah

memberikan upaya beberapa pencegahan yang harus sering dilakukan oleh

setiap keluarga dalam memberantas jentik nyamuk agar tidak terjadi penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD).

E. Instrumen dan Bahan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai human instrumen artinya

peneliti berperan serta dalam menentukan skenario pengumpulan data

(Moleong, 2017: 163). Sedangkan instrumen penelitian ini terdiri dari:

1. Pedoman observasi, berisi hal-hal penting seperti pertumbuhan maupun

perilaku masyarakat/keluarga di Perumnas Mulyasari Majenang mengenai


21

Pencegahan Nyamuk Demam Berdarah Dengue yang didapat oleh peneliti

saat melakukan observasi. Pedoman observasi dapat dilihat di Lampiran 1.

2. Pedoman wawancara, berisi pertanyaan yang tersusun secara terperinci

untuk diajukan kepada subjek penelitian yaitu masyarakat/keluarga

Perumnas Mulyasari Majenang terkait Pencegahan Nyamuk Demam

Berdarah Dengue. Pedoman wawancara dapat dilihat di Lampiran 2 dan 3.

Selain menggunakan data primer (data yang di dapat dari subjek

penelitian), peneliti juga menggunakan bahan penelitian lainnya seperti buku-

buku, jurnal, arsip, internet sebagai pendukung data penelitian atau disebut

sebagai data sekunder.

F. Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan instrumen dan bahan penelitian, maka peneliti

menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik:

a. Observasi, yaitu teknik mengumpulkan data penelitian tekait Pencegahan

Nyamuk Demam Berdarah Dengue dengan cara peneliti melihat langsung

keadaan sebenarnya di Perumnas Mulyasari Majenang (Nazir, 2014: 154)

b. Wawancara terstruktur, yaitu teknik mengumpulkan data dari

masyarakat/keluarga di Perumnas Mulyasari Majenang dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait Pencegahan Nyamuk Demam

Berdarah Dengue yang tercantum pada pedoman wawancara yang telah

dibuat oleh peneliti sebelum melakukan wawancara.

c. Dokumentasi, yaitu teknik mengumpulkan data dengan menggunakan alat-

alat dokumentasi (kamera dan alat perekam) ketika peneliti mengalami


22

kesulitan mencatat hasil wawancara terkait Pencegahan Nyamuk Demam

Berdarah Dengue di Perumnas Mulyasari Majenang (Afrizal, 2014: 134).


23

G. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Perumnas Mulyasari Majenang

Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Berikut merupakan beberapa alasan

peneliti memilih tempat penelitian tersebut:

a. Sebagaimana terkait aturan pemerintah tentang Perilaku Hidup Sehat dan

Bersih (PHBS) tentang pemberantas jentik nyamuk namun ternyata masih

ada keluarga yang terkena penyakit Demam Berdarah Dengue akibat

adanya banjir dan longsor pada musim hujan.

b. Akses peneliti di lokasi penelitian cukup besar karena dekat dengan tempat

tinggal peneliti. Maka hal ini dalam penelitian kualitatif bahwa kedekatan

peneliti dengan subyek penelitian sangat penting untuk membangun relasi

sebelum melakukan wawancara, menghindari adanya kecanggungan, serta

adanya keefektifan waktu penelitian dalam pengambilan data penelitian.

c. Diperkuat dengan adanya Kejadian Luar Biasa COVID-19, maka hal ini

memudahkan peneliti untuk memilih informan hanya yang terdekat

dengan tempat tinggal peneliti untuk memutus mata rantai COVID-19.

Sedangkan waktu penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari

2020 sampai bulan Juni 2020. Peneliti membuat jadwal penelitian ini sesuai

dengan prosedur penelitian, sedangkan terkait rentang waktu dibuat

berdasarkan penyesuaian situasi dan kondisi selama proses penelitian

berlangsung.
24

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tahun 2020

Waktu

No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan
1 Proposal
KTI/TA

Seminar
2 Proposal
KT/TA

Perijinan
3
Penelitian

Persiapan
4
Penelitian

Pelaksanaan
5
Penelitian

Pengolahan
6
Data

Laporan
7
KTI/TA

Sidang
8
KTI/TA

Revisi
Laporan
9
KTI/TA
Akhir

H. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis penelitian kualitatif dengan strategi penelitian

studi kasus, bahwa dilakukan bersamaan dengan pengambilan data yaitu

setelah mengumpulkan seluruh catatan lapangan (observasi) dan jawaban dari

pertanyaan yang telah diajukan pada informan (pedoman wawancara).

Pengambilan data ini berlangsung secara terus menerus sampai data yang
25

ditemukan sudah jenuh. Jika data sudah terkumpul maka peneliti melakukan

teknik analisis data.

a. Reduksi data adalah proses memisahkan data dan mengumpulkan data,

serta menarik makna dari data yang telah didapat peneliti melalui

observasi, wawancara dan dokumentasi sesuai dengan fokus penelitian

yaitu memperoleh data Pencegahan Nyamuk Demam Berdarah Dengue di

Perumnas Mulyasari Majenang. Artinya data yang diambil harus relevan

digunakan untuk memperkuat laporan penelitian. Kemudian data tersebut

bisa dikategorikan sesuai dengan kebutuhan, misalnya data berdasarkan

tanggal, karakteristik informan, atau lokasi penelitian. Sehingga harus bisa

menginterpretasikan data tersebut.

b. Penyajian data adalah menemukan korespondensi/kecocokan data yang

ditemukan peneliti pada setiap keluarga Perumnas Mulyasari Majenang,

kemudian menemukan persamaan dan perbedaan diantara data tersebut.

Artinya data yang sudah direduksi dianalisis dengan cara membuat deretan

dan kolom sebuah metriks untuk data kualitatif dan menentukan jenis serta

bentuk data yang dimasukkan ke dalam kotak-kotak metriks tersebut. Data

yang di tampilkan bisa berbentuk naratif, bagan, flow chart, dan lain-lain.

c. Penarikan kesimpulan terkait pencegahan pada kasus Demam Berdarah

Dengue di Perumnas Mulyasari Majenang (Creswell, 2014: 278).

Penulisan kesimpulan mencakup informasi-informasi penting dalam

penelitian secara garis besar ditulis dengan kosa-kata yang mudah

dimengerti pembaca dan tidak berbelit-belit.


26
27

I. Etika penelitian

Dalam penelitian kualitatif, terutama keperawatan yang berhubungan

langsung dengan manusia, maka perlu memperhatikan etika penelitian berikut:

a. Informend conset, peneliti harus melakukan persetujuan terlebih dahulu

dengan subjek penelitian sebelum melakukan penelitian agar subjek

penelitian dapat memahami maksud, tujuan, dan dampaknya serta bersedia

berpartisipasi memberikan data penelitian.

b. Anomity (tanpa nama), peneliti menjaga kerahasiaan subjek penelitian

dengan tidak mencantumkan nama subjek penelitian, sehingga hanya

memberikan insial subjek penelitian.

c. Confidentiality, peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi yang di

dapat dari subjek penelitian.


BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan hasil penelitian terdiri dari profil Perumnas Mulyasari

Majenang secara umum merupakan faktor pengaruh pelaksanaan pola pencegahan

nyamuk Demam Berdarah Dengue di Perumnas Mulyasari. Serta terdiri dari

kajian hasil penelitian atau jawaban dari pertanyaan penelitian yaitu berkaitan

dengan pola pencegahan nyamuk Demam Berdarah Dengue di Perumnas

Mulyasari.

A. Hasil Penelitian

1. Profil Perumnas Mulyasari Majenang

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap

pada Angka 2019, Perumnas Mulyasari Majenang merupakan salah satu

tempat tinggal masyarakat berdekatan dengan Desa Mulysari yang

memiliki luas tanah sekitar 576.80 Ha, lebih tepatnya berada di wilayah

sekitar Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap Barat Provinsi Jawa

Tengah. Sebagian besar wilayah Majenang merupakan pegunungan dan

sebagainnya dataran rendah perbandingannya sekitar 6:4. Sedangkan

Perumnas Mulyasari berada di dataran rendah yang dikelilingi sawah

sekitar 8,035 Ha karena kondisi tanahnya hampir semuanya subur dan

tingginya curah hujan.

Sebagaimana tingginya curah hujan, hal ini juga sangat

menguntungkan bagi masyarakat Majenang terutama di Perumnas

26
27

Mulyasari yang sebagaian besar profesi masyarakatnya berperofesi sebagai

petani padi, jagung, kacang panjang, kangkung, kelapa dan kopi. Berikut

merupakan tingkat mata pencaharian masyarakat Mulyasari yang

menunjukkan bahwa masyarakatnya di dominasi oleh petani yaitu:

Gambar 4.1 Tingkat Mata Pencaharian Mulyasari


dalam Angka 2018 – 2019

2500

2000
19361,936

1500

1000
519 522 588 593
500
85 91 182 185 159 160 185 192
0

2018 2019
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap tentang Kecamatan
Majenang dalam Angka 2018-2019.

Meski curah hujan yang tinggi menguntungkan bagi masyarakat

petani di Perumnas Mulyasari, namun terdapat dampak negatif adanya

curah hujan yang tinggi yaitu menjadi salah satu tempat perindukan

nyamuk (disebut non tempat penampungan air) khususnya nyamuk aedes

aegypti sebagai penyebab penyakit demam berdarah dengue.

Selain itu, faktor pendukung lainnya adalah faktor banjir yang

terjadi Majenang karena ketinggian tanah di Kabupaten Cilacap cukup

tinggi mengakibatkan tanah longsor, sehingga di Majenang dengan relief


28

dataran rendah mengakibatkan banjir oleh adanya sungai sekitar yang

meluap ke persawahan hingga masuk ke Perumnas Mulyasari Majenang.

Meski demikian, faktor penyebab banjir di sekitar wilayah Perumnas

Mulyasari Majenang bukan hanya faktor geografis, namun juga faktor

pengelolaan sampah.

Pengelolaan sampah yang baik maupun tidak baik untuk

lingkungan sekitar, tergantung pada tingkat pengetahuan masyarakat.

Pengetahuan masyarakat bisa dilihat berdasarkan jenjang pendidikan yang

ditempuh. Sebagian besar masyarakat Mulyasari di dominasi jenjang

pendidikan Sekolah Dasar. Berikut merupakan data terkait tingkat

pendidikan Mulyasari pada angka 2018-2019 yaitu:

Gambar 4.2 Tingkat Pendidikan Mulyasari dalam Angka 2018 – 2019

4000

3000

2000

1000

0
T A
I/P
P SD SD SD H
SM SM LA
EM AT AT KO
D M M
A TA TA SE
AK K M
DA LUM LU
I E
T BE K/
B
DA
TI

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap tentang Kecamatan


Majenang dalam Angka 2018-2019.
29

Masyarakat sekitar masih mengelola sampah bersifat tradisional,

hal ini menimbulkan dampak bukan hanya pada lingkungan namun juga

menimbulkan penyakit. Berikut merupakan pengelolaan sampah bersifat

tradisional yaitu:

a. Mengubur sampah dilahan yang kosong, hal ini dapat merusak

lingkungan khususnya kerusakan tanah sekitarnya jika mengingat

bahwa beberapa sampah tersebut cukup lama terurai. Berikut

merupakan jenis sampah terbanyak di Majenang dengan waktu

penghancurannya yaitu:

Tabel 4.1 Waktu Penghancuran Sampah Anorganik Secara Alamiah

No Jenis Sampah Lama Hancur


1. Kertas 2 - 5 bulan

2. Organik 6 bulan

3. Plastik 50 - 80 tahun

Sumber: Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan DED


Kabupaten Cilacap 2011

b. Membakar sampah di halaman rumah, jika kondisi pada saat

pembakaran sampah tidak diawasi dengan baik maka bisa

menimbulkan dampak kebakaran maupun pencemaran udara.

Pelayanan sampah di wilayah Kecamatan Majenang mencakup

pelayanan pada koridor perkotaan sepanjang jalan raya, perkantoran

kecamatan dan Pasar Majenang. Pelayanan sampah rumah tangga di

dalam permukiman perdesaan cenderung tidak mendapatkan pelayanan


30

sehingga masyarakat membuang sampahnya dengan membakar dan

menimbun di sekitar pekarangan masing-masing.

c. Membuang sampah di sungai, kegiatan dapat menimbulkan beberapa

dampak lingkungan seperti pencemaran air di sungai, matinya biota

dalam air sungai, terjadi pendangkalan dasar sungai, menimbulkan bau

di sekitar bantaran sungai akibat sampah, dan tempat bekembang

biaknya vektor nyamuk terutama Aedes aegypti dapat menimbulkan

penyakit Demam Berdarah Dengue.

Namun dalam pengelolaan sampah di Perumnas Mulyasari

Majenang, karena sudah termasuk dalam kawasan perkotaan maka sudah

terjamah pelayanan sampah. Berikut kondisi pengelolaan sampah

kecamatan Majenang:

a. Sudah tersediannya bangunan Tempat Pemungutan Sampah yang

standard dan sampah sudah diletakkan pada tempatnya.

b. Masyarakat sudah memiliki kesadaran menyediakan wadah sampah

yang terpisah. Serta sudah mengerti dan melaksanakan meski belum

keseluruhan mengenai pengelolaan sampah 3R yaitu Reduce

(mengurangi), Reuse (penggunaan kembali) dan Recycle (daur ulang).

c. Pelayanan pengangkutan sampah sudah rutin namun masyarakat harus

membayar retribusi berdasarkan penetapan Pemerintah sampai tahun

2025 dengan tarif Rp.7.200,- perbulan untuk satu keluarga.

Sehingga berdasarkan profil Perumnas Mulyasari Majenang

menunjukkan bahwa keterkaitan beberapa faktor penyebab terjadinya


31

penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh nyamuk Aedes

Aegypti yaitu faktor geografis yang menyuburkan tanah dapat

menumbuhkan berbagai tanaman sebagai tampat perindukan nyamuk,

faktor hujan cukup deras pada musim penghujan mengakibatkan longsor

di daratan tinggi disertai banjir di daratan rendah khususnya di Perumnas

Mulyasari akibat meluapnya air sungai di sekitarnya hingga masuk pada

wilayah persawahan dan rumah warga, serta adanya faktor pengelolaan

sampah yang kurang efektif seperti bersifat tradisional dengan cara

mengubur sampah di halaman kosong, membakar sampah di halaman

rumah, dan membuang sampah di sungai. Maka peran pelayanan

kesehatan juga sangat penting bagi masyarakat. Berdasarkan data dari

Badan Pusat Statistik tentang Kecamatan Majenang dalam Angka 2019,

sarana kesehatan masyarakat di sekitar Perumnas Mulyasari yaitu terdapat

8 posyandu, namun Pusat Kesehatan Masyarakat terdakat yaitu di

Puskesmas Majenang 1. Sedangkan petugas kesehatan masyarakat terdapat

2 bidan dan 3 para medis lainnya. Maka seharusnya masyarakat lebih

mengetahui tentang berbagai informasi kesehatan demi mencegah penyakit

Demam Berdarah Dengue dengan bantuan pihak medis.

Hasil penelitian sejalan dengan pernyataan Syamsul (2018: 84)

bahwa faktor lingkungan berupa sarana air bersih, dan saluran air hujan

yang berada di luar rumah menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes

sebagai vektor penularan penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten

Maros.
32

2. Profil Keluarga Perumnas Mulyasari

Profil keluarga di Perumnas Mulyasari merupakan gambaran

umum informan penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah keluarga

pedagang, karena meski di Desa Mulyasari didominasi oleh keluarga

berprofesi sebagai petani, namun di Perumnas Mulyasari didominasi oleh

keluarga berprofesi sebagai pedagang.

Untuk lebih jelas mengetahui profil keluarga Perumnas

Mulyasari, berikut perbedaan antara informan penelitian ini:

a. Keluarga pertama adalah keluarga dari Ibu Rm, hanya lulusan SMA,

berprofesi sebagai pedagang bakso.

b. Keluarga pertama adalah keluarga dari Ibu Yt, hanya lulusan SMP,

berprofesi sebagai pedagang sayuran di pasar tradisional.

Berdasarkan informan yang dipilih oleh peneliti,

menggambarkan bahwa sebagian besar masyarakat di Perumnas Mulyasari

merupakan para pedagang. Namun karena perbedaan latar belakang

jenjang pendidikan yang ditempuh, hal ini mempengaruhi tingkat

pengetahuan dan kebiasaan keluarga di sekitar lingkungannya dalam

berbagai bidang terutama pada kesehatan terutama dalam pencegahan

nyamuk demam berdarah dengue.


33

3. Pola Pencegahan Nyamuk DBD di Perumnas Mulyasari

Sehingga berikut merupakan hasil penelitian dari informan

penelitian terkait pola pencegahan nyamuk Demam Berdarah Dengue yang

dilakukan oleh keluarga di Perumnas Mulyasari yaitu dengan melakukan

beberapa pencegahan yaitu pola pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

a. Pola Pencegahan Primer Nyamuk DBD di Perumnas Mulyasari

Pola pencegahan primer nyamuk DBD di Perumnas

Mulyasari berupa pencegahan secara lingkungan, biologis, dan

kimiawi. Berikut merupakan penjelasan ibu Yt dalam pencegahan

secara lingkungan maupun secara bilogis:

“Tidak melakukannya karena tidak sempat atau malas.”


(Hasil wawancara dengan Ibu Yt, pada tanggal 21 Juni 2020
pukul 15.30 WIB).

Sedangkan alasan keluarga di Perumnas Mulyasari

tidak/malas melakukan pola pencegahan primer dijelaskan oleh ibu

Rm berikut:

“Tidak ada, karena tidak ada kolam ikan.” (Hasil wawancara


dengan Ibu Rm, pada tanggal 20 Juni 2020 pukul 13.20
WIB).

Meski tidak melakukan pola pencegahan secara lingkungan

maupun biologis, namun keluarga di Perumnas Mulyasari melakukan

pola pencegahan secara kimiawi. Berikut penjelasan dari ibu Rm:

“Iya menggunakan penyemprotan Baigon. Selain Baigon,


pakai obat nyamuk bakar.” (Hasil wawancara dengan Ibu
Rm, pada tanggal 20 Juni 2020 pukul 13.20 WIB).
34

Diantara beberapa pencegahan yang dilakukan oleh keluarga

di Perumnas Mulyasari, maka pola pencegahan primer nyamuk DBD

di Perumnas Mulyasari dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Pencegahan Primer Nyamuk DBD di Perumnas Mulyasari

Keluarga Pertama Keluarga Kedua


Pencegahan 1. Secara Lingkungan: 1.Secara Lingkungan:
Primer Menguras bak mandi Hanya menguras bak
tapi tidak menutupnya mandi.
karena tidak ada 2.Secara Biologis: Tidak
penutup bak. memanfaatkan ikan
2. Secara Biologis: Tidak cupang karena tidak
memanfaatkan ikan mengetahui Program
cupang karena tidak 3M Plus.
memiliki kolam ikan. 3.Secara Kimiawi:
3. Secara Kimiawi: Menggunakan obat
Menggunakan obat nyamuk semprot.
nyamuk semprot dan
bakar.
Faktor Mengetahui Program 3M Kurang pengetahuan
Pengaruh Plus namun kurangnya keluarga pada Program
fasilitas di rumah 3M Plus

Berdasarkan tabel 4.2 menggambarkan bahwa pencegahan

primer pada nyamuk demam berdarah dengue di Perumnas Mulyasari

sudah dilakukan meski belum sepenuhnya karena perbedaan kondisi

setiap keluarga.

b. Pencegahan Sekunder Nyamuk DBD di Perumnas Mulyasari

Pola pencegahan sekunder nyamuk DBD di Perumnas

Mulyasari berupa pencegahan dengan diagnosis dan disability. Berikut

pernyataan ibu tentang pola pencegahan yang dilakukannya serta

kendala yang dialaminya serta solusi yang dilakukannya agar diagnosis


35

dan disabiliy tetap berjalan semestinya agar tidak terkena nyamuk

demam berdarah dengue.

“Jarang periksa. Jika mengalami gejala sakit demam dan


sebagainya hanya istirahat dan minum obat-obatan warung.
Karena tidak sempat, sibuk dan malas jika pergi ke
Puskesmas atau Rumah Sakit namun karena mengetahui
gejala DBD, maka langsung periksa ke Dokter sampai
sembuh.” (Hasil wawancara dengan Ibu Rm, pada tanggal 20
Juni 2020 pukul 13.23 WIB)

Berdasarkan pernyataan ibu Rm, berikut ibu Yt memperkuat


alasan ibu Yt terkait kendala dalam melakukan melakukan pencegahan
sekunder yaitu:

“Pernah tapi jarang juga. Tidak ada waktu dan malas


mengantri.” (Hasil wawancara dengan Ibu Yt, pada tanggal
21 Juni 2020 pukul 15.40 WIB).

Maka pola pencegahan sekunder nyamuk Demam Berdarah

Dengue di Perumnas Mulyasari dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Pencegahan Sekunder Nyamuk DBD di Perumnas Mulyasari

Keluarga Pertama Keluarga Kedua


Pencegahan 1. Diagnosis: Jarang 1. Diagnosis: Pernah
Sekunder melakukan pemeriksaan tapi jarang
dini melakukan
2. Disability: Mengkonsumi pemeriksaan dini
obat dari warung, jika 2. Disability: Segera ke
sakit berlanjut segera ke pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan
Kendala Kesibukan dan malas Kesibukan dan malas
mengantri

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa keluarga di

Perumnas Mulyasari dalam melakukan pencegahan sekunder

mengalami kendala yang sama.


36

c. Pola Pencegahan Tersier Nyamuk DBD di Perumnas Mulyasari

Pola pencegahan tersier nyamuk DBD di Perumnas

Mulyasari berupa pencegahan dengan limitasi disabilitas dan

rehabilitasi. Berikut pernyataan ibu Rm terkait pencegahan limitasi

disabilitas yaitu:

“Belum tau, namun sering makan sayuran dan buah-buahan


seperti buah pir, semangka, salak. Mengkonsumi vitamin.”
(Hasil wawancara dengan Ibu Rm, pada tanggal 20 Juni 2020
pukul 13.27 WIB)

Sedangkan berikut pernyataan ibu Yt terkait pencegahan

dengan rehabilitasi yaitu:

“Belum mengetahui. Mungkin akan periksa sampai sembuh.


Jika tidak kemungkinan nyawanya tidak tertolong.” (Hasil
wawancara dengan Ibu Yt, pada tanggal 21 Juni 2020 pukul
15.50 WIB).

Maka pola pencegahan tersier nyamuk Demam Berdarah

Dengue di Perumnas Mulyasari dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Pencegahan Sekunder Nyamuk DBD di Perumnas Mulyasari

Keluarga Pertama Keluarga Kedua


Pencegahan 1. Limitasi Disabilitas: 1. Limitasi
Tersier Konsumsi makanan sehat Disabilitas: Tidak
dan vitamin yang tersedia mengetahui
di pasaran setempat 2. Rehabilitasi: Tidak
2. Rehabilitasi: Tidak mengetahui namun
mengetahui namun berusaha periksa
berupaya periksa ke pihak ke pihak pelayanan
pelayanan kesehatan kesehatan
Kendala Ketidaktahuan Ketidaktahuan
37

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa keluarga di

Perumnas Mulyasari dalam melakukan pencegahan tersier mengalami

kendala yang sama namun tetap berupaya mencegah DBD.


38

B. Pembahasan

1. Studi Kualitatif Pola Pencegahan Nyamuk Demam Berdarah Dengue

di Perumnas Mulyasari

Dalam pembahasan penelitian ini, berdasarkan teori yang

menjadi landasan pada bab sebelumnya yaitu bab dua berisi teori Betty

Neuman yang menggambarkan Sistem Model Neuman tentang Intervensi

atau Pencegahan, terdapat tiga pokok pembahasan yaitu Pencegahan

Primer, Pencegahan Sekunder, dan Pencegahan Tersier untuk

menganalisis pola pencegahan nyamuk Demam Berdarah Dengue di

Perumnas Mulyasari Majenang.

a. Pola Pencegahan Primer Nyamuk DBD

Pola pencegahan primer merupakan pencegahan paling

efektif dilakukan oleh setiap keluarga, artinya pencegahan ini mudah

dilakukan di sekitar rumahnya diantaranya yaitu pengendalian

lingkungan, pengendalian biologis, dan pengendalian kimiawi.

Dalam pencegahan primer yang pertama yaitu pengendalian

secara lingkungan, tidak semua Program 3M (Menguras, Menutup, dan

Mengubur) Plus dilakukan oleh setiap keluarga. yang seharusnya

sudah di sosialisasikan oleh pihak medis kepada keluarga di Perumnas

Mulyasari.

Meski setiap keluarga tidak melakukan semua Program 3M

Plus, namun berdasarkan hasil observasi bahwa setiap keluarga hanya

sering menguras bak mandi dan tempat air setiap air di bak mandi telah
39

habis. Namun banyak keluarga tidak menutup rapat tempat

penampungan air, artinya membiarkan bak mandi terbuka karena tidak

memiliki penutup bak mandi. Serta keluarga jarang mengubur barang-

barang bekas, hanya menyingkirkan barang-barang bekas ke tempat

tertentu namun tidak mendaur ulangnya. Serta dalam program Plus,

setiap keluarga di Perumnas Mulyasari melakukan kerja bakti di hari

libur, namun sejak terjadinya pandemi covid-19 maka kerja bakti

tersebut kurang berjalan karena tidak diizinkan berkerumunan atau

adanya peraturan Social Distancing.

Sedangkan pengendalian secara biologis, keluarga di

Perumnas Mulyasari tidak memanfaatkan hewan dalam memberantas

jentik nyamuk seperti memelihara ikan cupang di kolam, karena tidak

semua keluarga memiliki kolam ikan. Meski tidak memiliki kolam

ikan, seharusnya setiap keluarga memanfaatkan kolam/bak mandi

sebagai tempat ikan capung, namun tidak semua keluarga menyukai

kolam/bak mandinya sebagai tempat mememelihara ikan cupang.

Dengan demikian, meski hanya beberapa hal yang dilakukan

setiap keluarga dalam mencegah jentik nyamuk Aedes aegypti, namun

setiap keluarga selalu melakukan pengendalian secara kimiawi, seperti

menggunakan obat nyamuk.

Penggunaan pengendalian nyamuk aedes aegypti secara

kimiawi dapat menggunakan obat nyamuk semprot dan maupun bakar,

namun yang sering digunakan oleh setiap keluarga di Perumnas


40

Mulyasari adalah obat nyamuk semprot seperti Baigon, karena efektif

digunakan juga mudah didapat di minimarket terdekat. Sedangkan obat

nyamuk bakar kadang digunakan oleh keluarga jika obat nyamuk

semprot habis.

Sehingga pencegahan primer nyamuk Demam Berdarah

Dengue di Perumnas Mulyasari bahwa program 3M Plus sudah

dijalankan sebagaimana mestinya namun masih memiliki kekurangan

karena keterbatasan fasilitas di rumah keluarga. Artinya meskipun

fasilitas keluarga terbatas, namun setiap keluarga masih memiliki

upaya dalam melakukan pencegahan nyamuk demam berdarah dengue

di Perumnas Mulyasari.

b. Pola Pencegahan Sekunder Nyamuk DBD

Pola pencegahan sekunder atau pencegahan kelanjutan

setelah pencegahan primer dalam mencegah nyamuk demam berdarah

dengue di Perumnas Mulyasari berfokus pada penguatan kesehatan

keluarga sebelum terjadinya penyakit demam berdarah dengue, yaitu

dengan melakukan beberapa pencegahan diantaranya dengan

Diagnosis (pemeriksaan dini) dan Disability (pembatasan

kemampuan).

Pencegahan melalui Diagnosis yaitu pemeriksaan dini dengan

sedini dengan memeriksa kadar trombosit ke pihak pelayanan

kesehatan setempat, hal ini guna memantau kesehatan setiap keluarga

agar tidak terkena penyakit khususnya penyakit Demam Berdarah


41

Dengue. Serta melakukan pencegahan melalui Disability (Pembatasan

Kemampuan), yaitu memberikan pengobatan cukup setelah timbulnya

gejala-gejala sakit, namun jika tidak mereda maka segera ke pihak

pelayanan kesehatan setempat untuk mendapatkan perawatan lebih

lanjut.

Pengobatan alternatif yang dapat dilakukan sendiri yaitu

dengan istirahat dan mengkonsumi obat-obatan yang tersedia di

warung setempat, namun jika mengalami sakit berkepanjang maka

setiap keluarga segera melakukan pemeriksaan kesehatan ke pihak

pelayanan setempat yaitu Puskesmas, Rumah sakit, dan sebagainya.

Artinya Diagnosis (pemeriksaan dini) ke pihak dianggap kurang

penting kecuali mengalami gejala sakit meski sedang sibuk, sehingga

Disability (pembatasan kemampuan) dianggap sangat penting. Selain

faktor kesibukan, juga terdapat rasa malas melakukan pemeriksaan dini

yaitu karena terkait budaya antri pada pelayanan kesehatan setempat.

Sehingga setiap keluarga lebih memilih memeriksa kesehatannya pada

waktu senggang dan jika mengalami gejala sakit.

Sehingga pencegahan sekunder nyamuk Demam Berdarah

Dengue di Perumnas Mulyasari bahwa pencegahan sekunder berupa

Diagnosis (pemeriksaan dini) kurang berjalan dengan baik karena

faktor waktu yang dimiliki oleh keluarga di Perumnas Mulyasari

sangat terbatas karena kesibukan bekerja, serta timbul rasa malas

karena budaya antri pada pelayanan kesehatan. Sedangkan Disability


42

(pembatasan diri) sudah berjalan dengan baik yaitu setiap keluarga

segera melakukan pengobatan, secara alternatif yaitu menggunakan

obat-obat yang tersedia di warung maupun memeriksakan diri lebih

lanjut ke pihak pelayanan kesehatan setempat.

c. Pola Pencegahan Tersier Nyamuk DBD

Pola pencegahan tersier merupakan pencegahan yang

dilakukan ketika setiap keluarga di Perumnas Mulyasari sudah

melakukan pencegahan sekunder. Bentuk pencegahan tersier dapat

dilakukan yaitu Limitasi Disabilitas dengan mengkonsumsi makanan

sehat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan melakukan

Rehabilitasi dengan tirah baring atau mengurangi aktivitas sehari-hari.

Setiap keluarga di Perumnas Mulyasari tidak mengetahui

lebih dalam mengenai Limitasi Disabilitas tentang makanan sehat yang

wajib dikonsumsi guna mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue.

Setiap keluarga hanya mengkonsumsi makanan sehat seperti buah-

buahan dan vitamin yang tersedia di pasaran setempat.

Sedangkan terkait pencegahan melalui Rehabilitasi, keluarga

tidak sepenuhnya mengetahui bagaimana caranya. Namun dibalik

ketidaktahuan setiap keluarga, ada suatu hal yang ditakutkan jika tidak

melakukan apapun yaitu kematian. Meski setiap keluarga tidak

mengetahui sepenuhnya tentang pencegahan Rehabilitasi, namun

setiap keluarga akan selalu berusaha untuk sembuh agar dapat

menyelamatkan hidupnya.
43

Sehingga pencegahan tersier nyamuk Demam Berdarah

Dengue di Perumnas Mulyasari bahwa setiap keluarga hanya

melakukan Limitasi Disabilitas dengan mengkonsumi makanan sehat

yang tersedia di pasaran setempat. Artinya setiap keluarga hanya

mengkonsumsi jenis makanan sehat yang terjual di pasaran tetapi tidak

mengetahui jenis makanan apa saja yang dapat mencegah penyakit

Demam Berdarah Dengue. Sedangkan dalam pencegahan Rehabilitasi,

setiap keluarga tidak mengetahui arti rehabilitasi namun setiap

keluarga hanya berupaya menyembuhkan dirinya agar nyawanya

tertolong.

Berdasarkan beberapa pencegahan yang dilakukan oleh

keluarga di Perumnas Mulyasari, dapat dibuat pola pencegahan

berikut:

Gambar 4.3 Pola Pencegahan Nyamuk Demam Berdarah Dengue


di Perumnas Mulyasari
eru m
P elu n
K asM
r u
lyg
ad asri
P n
eF tahk
g r u
o an d an P en
B
D cg( Pah er,S
rim an ek
ny
uam d
ek r,
em am p
K a n
u an T
d e rsie )

Berdasarkan gambar 4.3 tentang pola pencegahan nyamuk

Demam Berdarah Dengue di Perumnas Mulyasari menunjukkan bahwa

setiap keluarga melakukan pencegahan berupa pencegahan primer

(melakukan program 3M Plus dengan menguras bak mandi dan


44

menggunakan obat nyamuk), sekunder (mengkonsumsi obat dari

warung dan segera ke pelayanan kesehatan), dan tersier (mengkonsumi

makanan sehat dan vitamin yang tersedia di pasaran setempat serta

berupaya sembuh) dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan

kemampuan keluarga. Artinya setiap keluarga akan melakukan sesuai

pengetahuan dan kemampuannya sebisa mungkin agar tidak terkena

penyakit Demam Berdarah Dengue karena terhalangnya oleh

kesibukan sehingga kurangnya pengetahuan lebih dalam.

Penelitian ini sejalan dengan pernyataan Tairas dkk (2015:

28-29) bahwa Pelaksanaan kegiatan pengendalian DBD pengendalian

vektor di Kabupaten Minahasa Utara dilakukan dengan

menyelenggarakan kegiatan PSN 3 M Plus. Kemudian di perkuat oleh

pernyataan Ishak (2018: 22) bahwa di Kelurahan Pangkajene

Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang, kebiasaan

menguras dan membersihkan tempat penampungan air sudah menjadi

kebiasaan dalam keluarga mereka yang dilakukan satu kali seminggu.

C. Keterbatasan Studi Kasus

Keterbatasan studi kasus dalam penelitian studi kualitatif pola

pencegahan nyamuk Demam Berdarah Dengue di Perumnas Mulyasari yaitu

kurangnya data penelitian yang didapat dari informan penelitian akibat social

distancing pada pandemi covid-19, sehingga memungkinkan peneliti hanya

mendapatkan 2 informan penelitian. Serta tidak bisa mengeneralisir jawaban

dari informan penelitian. Artinya peneliti tidak dapat menyimpulkan jawaban


45

penelitian merupakan gambaran secara keseluruhan pada informan. Namun

penelitian hanya menjelaskan secara mendalam terkait kasus yang sering

terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal penelitian.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang kasus Demam Berdarah Dengue

bahwa faktor penyebab munculnya jentik nyamuk Aedes aegypti adalah faktor

geografis yang menyuburkan tanah dapat menumbuhkan berbagai tanaman

sebagai tampat perindukan nyamuk, faktor hujan cukup deras pada musim

penghujan mengakibatkan longsor di sekitar Majenang sehingga di Perumnas

Mulyasari mengalami banjir, serta faktor kebiasaan pengelolaan sampah yang

kurang baik seperti masih menggunakan cara tradisional (mengubur,

membuang, dab membakar sampah sembarangan) di sekitar Perumnas

Mulyasari, namun dengan adanya kejadian luar biasa Demam Berdarah

Dengue membuat keluarga di Perumnas Mulyasari melakukan beberapa

pencegahan nyamuk demam berdarah dengue.

Pola pencegahan nyamuk demam berdarah dengue di Perumnas

Mulysari yaitu pencegahan primer (melakukan program 3M Plus dengan

menguras bak mandi dan menggunakan obat nyamuk), pencegahan sekunder

(mengkonsumsi obat dari warung dan segera ke pelayanan kesehatan), dan

pencegahan tersier (mengkonsumi makanan sehat dan vitamin yang tersedia di

pasaran setempat serta berupaya sembuh). Beberapa pencegahan tersebut

sudah dilakukan dengan baik meski terdapat kekurangan karena faktor

ketidaktahuan dan fasilitas yang mendukung.

44
45

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran dalam penelitian ini

ditunjukkan kepada berikut.

1. Bagi Penulis, diharapkan agar dapat dijadikan referensi data, sumbangan

pemikiran dan perkembangan pengetahuan serta dapat meneliti faktor-

faktor dan pola pencegahan nyamuk demam berdarah dengue untuk

peneliti selanjutnya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya, diharapkan dapat menggali lebih dalam terkait

faktor penyebab dan pola pencegahan lainnya pada penyakit Demam

Berdarah Dengue di masyarakat, sehingga dapat memberantas nyamuk

Aedes Aegypti.

3. Bagi Pemerintah, sebagai pengambil kebijakan serta penyelenggara

kesehatan, diharapkan sebagai pusat koordinasi semua unsur yang

berperan dalam kesehatan, yaitu antara keluarga, masyarakat dan institusi

kesehatan yang berperan serta dalam menentukan kebijakan kesehatan

untuk kebaikan bersama.

4. Bagi Institusi pendidikan di bidang kesehatan, diharapkan menciptakan

solusi-solusi terkait pola pencegahan Demam Berdarah Dengue lainnya

melalui riset-risetnya.

5. Bagi Puskesmas Mulyasari, diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

Puskesmas Majenang untuk melakukan promosi kesehatan dengan

penyuluhan tentang faktor-faktor resiko dan upaya pencegahan demam

berdarah dengue yang dapat dilakukan masyarakat dan mengatur strategi


46

untuk penanganan demam berdarah dengue dengan mengaktifkan

anggotanya untuk melakukan screening sejak dini.

6. Bagi Masyarakat Perumnas Mulyasari, diharapkan sebagai kontrol sosial

aktif dalam mengawasi jalannya kebersihan lingkungan serta ikut berperan

aktif dalam menjaga kebersihan lingkungannya demi memberantas jentik

nyamuk aedes aegypti agar tidak terjadi demam berdarah dengue, serta

dapat berperilaku hidup sehat, yaitu dengan pola hidup yang sehat maupun

asupan makanan yang sehat.

7. Bagi Keluarga Perumnas Mulyasari, sebagai lembaga sosialisasi pertama

diharapkan dapat menjaga kesehatan keluarga. Sehingga perlu

meningkatkan pola pencegahan Nyamuk Demam Berdarah Dengue di

Perumnas Mulyasari dengan menambah pengetahuannya dan

menggunakan jalan alternatif jika fasilitas keluarga kurang memadai.


DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung


Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Depok:
Raja Grafindo Persama.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap. 2018. Kecamatan Majenang Dalam
Angka 2018. Cilacap: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap. 2019. Kecamatan Majenang Dalam
Angka 2019. Cilacap: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap.
CNN Indonesia. 2020. Waspada DBD di Musim Hujan, Kenali Gejala dan Cara
Mencegah. (Online), (https://m.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20200109165543-255-463917/waspada-dbd-di-musim-hujan-
kenali-gejala-dan-cara-mencegah), diakses 2 April 2020 pukul 12.00
WIB).
Creswell, John W. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Google Maps. 2020. Perumnas Mulyasari Majenang ke Puskemas Mulyasari 1.
https://www.google.com/maps/dir/Perumnas+Mulyasari+Majenang,
+Perumnas+Jl.+Sakura+No.175,+Kenangasari,+Mulyasari,+Kec.
+Majenang,+Kabupaten+Cilacap,
+Jawa+Tengah+53257/Puskesmas+Majenang+1,+Jl.+Majenang+-
+Cimanggu+No.78,+Cilopadang,+Majenang,+Cilacap+Regency,
+Central+Java+53257/@-7.3021925,108.7606839,14z/data=!3m1!4b1!
4m13!4m12!1m5!1m1!1s0x2e6f7f337aba333f:0xfea8c00dccdafd1e!
2m2!1d108.7640356!2d-7.3053726!1m5!1m1!
1s0x2e6f7f45acbb24c7:0xe25e533c56fe39eb!2m2!1d108.7923463!2d-
7.3052129), diakses 10 Maret 2020 pukul 15.00 WIB).
Hamzah, Tania. 2020. Waspada! Penderita DB di Cilacap Capai 52 Orang, Satu
Pasien Meninggal. (Online), (https://serayunews.com/berita/waspada-
penderita-db-di-cilacap-capai-52-orang-satu-pasien-meninggal/), diakses
2 April 2020 pukul 08.00 WIB).
Hasyimi, M. 2010. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
Ishak. 2018. Studi Kualitatif Perilaku Pencegahan Deman Berdarah pada Rumah
Tangga. (Online),
(https://www.researchgate.net/publication/327724294_Studi_Kualitatif_
Perilaku_Pencegahan_Deman_Berdarah_pada_Rumah_Tangga) diakses
2 April 2020 pukul 06.40 WIB).
Kamus Besar Bahasa Indonesia

47
48

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Petunjuk Teknis Implementasi
PSN 3M-Plus dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Situasi Penyakit DBD tahun
2017. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Kesiapsiagaan Menghadapi
Peningkatan Kejadian Demam Berdarah Dengue Tahun 2019. (Online),
(http://p2p.kemkes.go.id/kesiapsiagaan-menghadapi-peningkatan-
kejadian-demam-berdarah-dengue-tahun-2019/), diakses 2 April 2020
pukul 08.05 WIB).
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Pankey, Jelly Anny. 2020. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dengan 3 Level Pencegahan di Komunitas Dengan Model Sistem
Neuman. (Online), https://www.koran-
metro.com/2020/01/11/penerapan-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-phbs-
dengan-3-level-pencegahan-di-komunitas-dengan-model-sistem-
neuman), diakses 30 Maret 2020 pukul 09.00 WIB).
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan DED Kabupaten Cilacap
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018
tentang Situasi Penyakit Demam Berdarah di Indonesia tahun 2017
Radar Banyumas. 2019. Kasus DBD, Cilacap 10 Besar Jawa Tengah. (Online),
(https://radarbanyumas.co.id/kasus-dbd-cilacap-10-besar-jateng/),diakses
2 April 2020 pukul 08.10 WIB).
Ridhlo, Muhammad. 2019. Hujan Ekstrem Berhari-Hari, Banjir Dan Longsor
Menerjang Cilacap. (Online),
(https://m.liputan6.com/regional/read/3891822/hujan-ekstrem-berhari-
hari-banjir-dan-longsor-menerjang-cilacap), diakses pada tanggal 8 Juni
2020 pukul19.00 WIB).
Sutanto, Inge, et. al. 2011. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI.
Syamsul, Musdalifah. 2018. Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian
Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan.
Jurnal Ilmu Keperawatan. (Online),
(https://ojs.unm.ac.id/UEJ/article/view/8073) diakses 2 April 2020 pukul
07.00 WIB).
49

Tairas, Steva dkk. 2015. Analisis Pelaksanaan Pengendalian Demam Berdarah


Dengue di Kabupaten Minahasa Utara. (Online),
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jikmu/article/view/7175) diakses
2 April 2020 pukul 07.05 WIB).
World Health Organization. 2004. Panduan Lengkap Pencegahan &
Pengendalian Dengue & Demam Berdarah. Jakarta: EGC.
World Health Organization. 2009. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment,
Prevention and Control. New edition. Geneva.
LAMPIRAN

50
51

Lampiran 1
Instrumen Pedoman Observasi

Dalam observasi yang dilakukan adalah mengamati pola pencegahan nyamuk


Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan cara menuliskan kesimpulan pada
kolom keterangan sesuai aspek yang diamati. Berikut pedoman observasi yang
telah dibuat peneliti:

A. Tujuan :
Untuk memperoleh informasi dan data baik mengenai kondisi fisik
maupun non fisik Perumnas Mulyasari Majenang.

B. Aspek yang diamati :


No Aspek yang diamati Keterangan

Kebersihan dan
Kesehatan lingkungan
1
Perumnas Mulyasari
Majenang

Kegiatan masyarakat
Perumnas Mulyasari
2 Majenang dalam
Memberantas Jentik
Nyamuk

Data Penduduk dari


3
Puskesmas Majenang
52

Lampiran 2
Pedoman Wawancara

Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara


berdasarkan variabel teori yang digunakan peneliti, tujuannya untuk memudahkan
peneliti dalam menggali informasi lebih dalam tentang Pola Pencegahan Nyamuk
Demam Berdarah Dengue (DBD). Berikut pedoman wawancara yang telah dibuat
peneliti:

Dimensi Indikator Nomor Pertanyaan

1. Pengendalian Lingkungan 1, 2
A. Pencegahan
2. Pengendalian Biologis 3, 4, 5
Primer
3. Pengendalian Kimiawi 6, 7
D. Pencegahan 1. Diagnosis 8, 9
Sekunder 3. Disability 10, 11
E. Pencegahan 2. Limitasi Disabilitas 12, 13
Tersier 3. Rehabilitasi 14, 15
53

Lampiran 3
Instrumen Pedoman Wawancara

Dalam wawancara yang dilakukan adalah mendapatkan informasi lebih dalam


dari informan tentang pola pencegahan nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD),
dengan cara menjawab daftar pertanyaan penelitian yang telah dibuat peneliti
berdasarkan pedoman wawancara, namun peneliti tidak memberikan kunci
jawaban, artinya setiap jawaban pertanyaan penelitian tergantung dari jawaban
informan.

A. Identitas Diri :
B. Tempat dan Waktu Wawancara :
C. Daftar Pertanyaan :
1) Apakah bapak/ibu sudah melakukan 3M Plus?
2) Mengapa bapak/ibu tidak/melakukannya?
3) Apakah bapak ibu mengetahui tamanan/hewan yang dapat memberantas
jentik nyamuk?
4) Tanaman/hewan apa yang bapak ibu gunakan untuk memberantas jentik
nyamuk?
5) Bagaimana cara melakukannya?
6) Apakah bapak/ibu menggunakan bahan kimiawi untuk memberantas jentik
nyamuk?
7) Jenis apa yang digunakan atau adakah pengganti lainnya?
8) Apakah bapak/ibu sering melakukan pemeriksaan dini terkait kesehatan?
9) Apa alasannya jika iya/tidak melakukannya?
10) Jika bapak/ibu mengalami gejala DBD, cara apa yang bapak/ibu lakukan?
11) Bagaimana jika tidak terjadi perubahan/pengurangan gejala DB tersebut?
12) Apakah bapak/ibu mengetahui makanan/buah-buahan apa saja yang dapat
menjaga kekebalan tubuh dari DBD?
13) Bagaimana jika tidak ada, apakah ada penggantinya?
14) Apakah yang bapak/ibu lakukan dalam proses penyembuhan DBD?
15) Bagaimana dampaknya jika bapak/ibu tidak melakukan proses pemulihan
tersebut?
54

Lampiran 4
Transkip Wawancara

1. Informan Pertama
Identitas Diri : Ibu Rm
Tempat dan Waktu Wawancara : Rumah ibu Rm, tanggal 20 Juni 2020 pukul
13.15 WIB - selesai
Daftar Pertanyaan :
a. Pola Pencegahan Primer
1) Apakah bapak/ibu sudah melakukan 3M Plus?
Jawab: Melakukan tapi tidak setiap hari
2) Mengapa bapak/ibu tidak/melakukannya?
Jawab: Jarang melakukannya karena sibuk berdagang
3) Apakah bapak ibu mengetahui tamanan/hewan yang dapat
memberantas jentik nyamuk?
Jawab: Belum mengetahui.
4) Tanaman/hewan apa yang bapak ibu gunakan untuk memberantas
jentik nyamuk?
Jawab: Tidak ada, karena tidak ada kolam ikan.
5) Bagaimana cara melakukannya?
Jawab: Belum tahu.
6) Apakah bapak/ibu menggunakan bahan kimiawi untuk memberantas
jentik nyamuk?
Jawab: Iya menggunakan penyemprotan Baigon.
7) Jenis apa yang digunakan atau adakah pengganti lainnya?
Jawab: Selain Baigon, pakai obat nyamuk bakar.

b. Pola Pencegahan Sekunder


3. Apakah bapak/ibu sering melakukan pemeriksaan dini terkait
kesehatan?
Jawab: Jarang periksa.
4. Apa alasannya jika iya/tidak melakukannya?
Jawab: Jika mengalami gejala sakit demam dan sebagainya hanya
istirahat dan minum obat-obatan warung.
5. Jika bapak/ibu mengalami gejala DBD, cara apa yang bapak/ibu
lakukan?
Jawab: Karena tidak sempat, sibuk dan malas jika pergi ke Puskesmas
atau Rumah Sakit namun karena mengetahui gejala DBD,
maka langsung periksa ke Dokter.
6. Bagaimana jika tidak terjadi perubahan/pengurangan gejala DB
tersebut?
Jawab: Mungkin akan tetap periksa ke Dokter sampai sembuh.
55

a. Pola Pencegahan Tersier


1) Apakah bapak/ibu mengetahui makanan/buah-buahan apa saja yang
dapat menjaga kekebalan tubuh dari DBD?
Jawab: Belum tau, namun sering makan sayuran dan buah-buahan
seperti buah pir, semangka, salak.
2) Bagaimana jika tidak ada, apakah ada penggantinya?
Jawab: Mengkonsumi vitamin.
3) Apakah yang bapak/ibu lakukan dalam proses penyembuhan DBD?
Jawab: berobat ke Dokter dengan konsultasi dan menyatakan apa
yang di rasakan.
4) Bagaimana dampaknya jika bapak/ibu tidak melakukan proses
pemulihan tersebut?
Jawab: Mungkin bisa mengarah pada kematian.
56

2. Informan Kedua
Identitas Diri : Ibu Yt
Tempat dan Waktu Wawancara : Rumah Ibu Yt, tanggal 21 Juni 2020 pukul
15.30 WIB - selesai
Daftar Pertanyaan :
a. Pola Pencegahan Primer
1) Apakah bapak/ibu sudah melakukan 3M Plus?
Jawab: Tidak melakukannya
2) Mengapa bapak/ibu tidak/melakukannya?
Jawab: Tidak sempat atau malas.
3) Apakah bapak ibu mengetahui tamanan/hewan yang dapat
memberantas jentik nyamuk?
Jawab: Tidak mengetahui dan tidak melakukannya.
4) Tanaman/hewan apa yang bapak ibu gunakan untuk memberantas
jentik nyamuk?
Jawab: Tidak ada
5) Bagaimana cara melakukannya?
Jawab: Tidak mengetahui
6) Apakah bapak/ibu menggunakan bahan kimiawi untuk memberantas
jentik nyamuk?
Jawab: Menggunakan semprotan nyamuk atau baigon
7) Jenis apa yang digunakan atau adakah pengganti lainnya?
Jawab: Hanya baigon.

b. Pola Pencegahan Sekunder


1) Apakah bapak/ibu sering melakukan pemeriksaan dini terkait
kesehatan?
Jawab: Pernah tapi jarang juga.
2) Apa alasannya jika iya/tidak melakukannya?
Jawab: Tidak ada waktu dan malas mengantri.
3) Jika bapak/ibu mengalami gejala DBD, cara apa yang bapak/ibu
lakukan?
Jawab: Kemungkinan jika terkena DBD maka akan periksa ke
Puskesmas.
4) Bagaimana jika tidak terjadi perubahan/pengurangan gejala DB
tersebut?
Jawab: Selain Puskesmas, ke Klinik.
57

c. Pola Pencegahan Tersier


1) Apakah bapak/ibu mengetahui makanan/buah-buahan apa saja yang
dapat menjaga kekebalan tubuh dari DBD?
Jawab: Belum mengetahui.
2) Bagaimana jika tidak ada, apakah ada penggantinya?
Jawab: Tidak ada karena tidak mengetahui.
3) Apakah yang bapak/ibu lakukan dalam proses penyembuhan DBD?
Jawab: Mungkin akan periksa sampai sembuh.
4) Bagaimana dampaknya jika bapak/ibu tidak melakukan proses
pemulihan tersebut?
Jawab: Jika tidak kemungkinan nyawanya tidak tertolong.
58

Lampiran 5
Dokumentasi Penelitian
59

Gambar 0.1 Peta Lokasi Perumnas Mulyasari di sekitar Desa Mulyasari


60

Gambar 0.2 Gerbang Perumnas Mulyasari Majenang

Gambar 0.3 Puskesmas terdekat di Perumnas Mulyasari (Puskesmas Majenang 1)

Gambar 0.4 Kebersihan Tempat Penampungan Air (selokan) di Perumnas


Mulyasari

Gambar 0.5 Kebersihan Non Tempat Penampungan Air (lingkungan) Perumnas


Mulyasari
61

Gambar 0.6 Tempat Penampungan Air (bak) tanpa penutup di rumah informan

Gambar 0.7 Wawancara dengan salah satu informan Perumnas Mulyasari


62

Lampiran 6
Riwayat Hidup Penulis

Penulis bernama Agung Nur Rokhman, dilahirkan di


Majenang, pada tanggal 29 Juni 1998. Penulis menyelesaikan
Pendidikan dimulai tahun 2005 di SDN 1 Majenang diselesaikan
pada tahun 2011, MTsN 1 Majenang diselesaikan pada tahun
2014, dan kemudian melanjutkan pendidikan di SMK Almaata
Majenang hingga tahun 2017.
Selanjutnya penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan
DIII Keperawatan di STIKES Tujuh Belas Surakarta pada tahun 2017. Selama
duduk di bangku perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan praktek di beberapa
rumah sakit yaitu RSUD Karanganyar, Rumah sakit ortopedi Surakarta, dan
Rumah Sakit Jiwa Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai