Anda di halaman 1dari 140

TUGAS AKHIR

ANALISIS KESTABILAN TEROWONGAN BERDASARKAN


KLASIFIKASI GEOMEKANIKA ROCK MASS RATING TUNNEL
THC-03 CV TAHITI COAL

Diajukan kepada sekolah tinggi teknologi industri padang untuk memenuhi


persyaratan memperoleh gelar sarjana (S1)

ANDRI ASROFI
1710024427003

TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG
2020
TUGAS AKHIR

ANALISIS KESTABILAN TEROWONGAN BERDASARKAN


KLASIFIKASI GEOMEKANIKA ROCK MASS RATING TUNNEL
THC-03 CV TAHITI COAL

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Disusun Oleh:
ANDRI ASROFI
1710024427003
Disetujui,
Dosen Pembimbing:
Pembimbing I Pembimbing II

Refky Adi Nata, ST.MT. Afni Nelvi, S.Si, M.Si


NIDN: 1028099002 NIDN: 1002029201
Mengetahui

Ketua Program Studi Ketua STTIND Padang

Riam Marlina A, ST, MT. Riko Evril, MT


NIDN: 1027098501 NIDN: 1014057501
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Andri Asrofi
NPM : 1710024427003
Program Studi : Teknik Pertambangan
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya susun dengan judul:

“ANALISIS KESTABILAN TEROWONGAN BERDASARKAN

KLASIFIKASI GEOMEKANIKA ROCK MASS RATING


TUNNEL THC-03 CV TAHITI COAL”

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat skripsi
orang lain. Apabila kemudian dari perntaan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan gelar
keserjanaannya).
Demikian surat ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

Padang, 10 Mei 2020


Pembuat Pernyataan

(Andri Asrofi)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan tugas akhir
ini sesuai waktu yang ditentukan. Shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan
sampai ke zaman modern ini.

Tugas akhir ini berjudul “Analisis Kestabilan Lubang Bukaan Berdasarkan


Klasifikasi Geomekanika Rock Mass Rating Tunnel THC-03 CV Tahiti Coal”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Jazakallahu khairan penulis ucapkan kepada orang tua penulis yang telah
mengorbankan segalanya demi kelulusan penulis.
2. Bapak Riko Ervil, M.T. selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
3. Ibu Riam Marlina A, ST,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
4. Bapak Refky Adi Nata, S.T, MT. selaku Dosen Pembimbing 1 Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang.
5. Ibuk Afni Nelvi, S.Si,M.Si. selaku Dosen Pembimbing 2 Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang.
6. Bapak Afriyon, A.Md sebagai Kepala Teknik Tambang CV.Tahiti Coal.
7. Bapak Anton Sebagai Pengawas Lubang THC-03 CV.Tahiti Coal.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermamfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Penulis mengharapkan krtitik dan saran yang membangun dari
seluruh pihak demi kesempurnaan laporan kerja praktek ini.

Padang, 10 Mei 2020

Penulis

i
Abstrack
Penelitian dilakukan pada tambang bawah tanah CV.Tahiti Coal,
Kecamatan Talawi Kota Sawahluto Provinsi Sumatera Barat. Penelitian berfokus
pada analisis kestabilan terowongan penambangan Batubara bawah tanah.
Kandungan Endapan Batubara yang akan ditambang berada pada kedalaman 93-
127,24 meter , kegiatan Penambangan dilakukan dengan metode room and pillar
dengan jenis penyangga kayu three piece set. Potensi ketidakstabilan yang terjadi
pada batuan di sekitar terowongan di sebabkan adanya tegangan abutment, beban
dinamis dan beban mekanis yang bekerja di sekitar terowongan. Pengamatan
dilakukan pada lubang THC-03 dengan membagi menjadi 3 stasiun pemantauan
convergence, THC-03 memiliki nilai rock mass rating 49 yang masuk dalam
kategori kelas III dengan kualitas batuan Fair dengan rekomendasi penyangga
dengan penggalian Top heading and bench, kemajuan 1.5- 3 meter di top heading,
penyangga dipasang setiap setelah peledakan, penyangga lengkap 10 m dari muka.
Tipe support rockbolt dengan Sistematik bolt panjang 4 m, spasi 1.5 - 2 m di atap
dan dinding dengan wire mesh di atap dan shotcrete ketebalan antara 50-100 mm
di atap 100 mm di dinding. Nilai faktor keamanan didapatkan 0,9 dinyatakan ‘’tidak
stabil’’ berdasarkan Kepmen ESDM No.1827 tahun 2018 sebelum dilakukannya
support. dengan simulasi support berdasarkan rekomendasi RMR didapatkan nilai
FK 1,4 dinyatakan stabil. hasil pemantauan konvergen komulatif menunjukan besar
perpindahan 16,2 mm pada crown subsidence stasiun 2 dan besar perpindahan
23,58 mm pada horizontalconvergence,dengan kecepatan perpindahan terbesar
2,32 mm/hari.
Kata kunci : Kestabilan terowongan ,Rock Mass Rating, FK, convergence
Abstrack
The study was conducted at the underground mine CV. Tahiti Coal, Talawi
District, Sawahluto City, West Sumatra Province. Research focuses on analyzing
the stability of underground coal mining tunnels. The content of the Coal Deposits
to be mined is at a depth of 93-127.24 meters. Mining activities are carried out using
the room and pillar method with a three piece set wood buffer type. Potential
instability that occurs in rocks around the tunnel is caused by abutment stress,
dynamic loads and mechanical loads acting around the tunnel. Observations were
made at THC-03 hole by dividing into 3 convergence monitoring stations, THC-03
has a rock mass rating value of 49 which is included in the class III category with
Fair rock quality with recommendation of buffering by excavation of Top heading
and bench, progress of 1.5-3 meters at the top heading, a support is installed after
each blasting, a complete support 10 m from the face. Rockbolt support type with
Systematic bolt length 4 m, spacing 1.5 - 2 m on the roof and walls with wire mesh
on the roof and shotcrete thickness between 50-100 mm on the roof 100 mm on the
wall. The value of the safety factor obtained was stated to be '' unstable '' based on
Ministry of Energy and Mineral Resources No.1827 of 2018 prior to support. with
a simulation of support based on the recommendation of the RMR, the FK value of
1.4 is declared stable. cumulative convergent monitoring results showed a
displacement of 16.2 mm at crown subsidence station 2 and a displacement of 23.58
mm at horizontal convergence, with the largest displacement rate of 2.32 mm / day.
Keywords: Tunnel stability, Rock Mass Rating, FK, convergence
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN

SURAT PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ....................................................................... ............i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar belakang .............................................................................. 1


1.2 Identifikasi masalah ...................................................................... 3
1.3 Batasan masalah ........................................................................... 3
1.4 Rumusan masalah ......................................................................... 3
1.5 Tujuan penelitian .......................................................................... 4
1.6 Manfaat penelitian ........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6

2.1 Landasan teori ............................................................................. 6


2.1.1 Rock Mass Rating ............................................................ 6
2.1.1.1 unconfined comprehensive strength .................... 6
2.1.1.2 rock quality designation ...................................... 7
2.1.1.3 spacing of discontinuity ...................................... 9
2.1.1.4 condition of discontinuity .................................... 9
2.1.1.5 ground water condition ..................................... 11
2.1.1.6 orientation of discontinuity ............................... 12
2.1.2 Sistem penyanggaan berdasarkan klasifikasi RMR ...... 13

ii
2.1.2.1 Menentukan roof span dan stand up time ......... 14
2.1.2.2 Rekomendasi sistem penyanggaan .................... 15
2.1.3 Faktor Keamanan (safety Factor) ................................. 16
2.1.4 Pemantauan (Monitoring) ............................................. 37
2.1.4.1 Besar perpindahan ............................................. 38
2.1.4.2 Kecepatan perpindahan ..................................... 38
2.1.4.3 Kecepatan convergence ..................................... 39
2.2 Deskripsi perusahaan ................................................................ 40
2.3 Kerangka konseptual ................................................................. 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................. 48

3.1 Jenis penelitian ....................................................................... 48


3.2 Lokasi penelitian ................................................................... 48
3.3 Waktu penelitian ................................................................... 48
3.4 Jenis dan sumber data............................................................ 48
a) Jenis Data........................................................................ 48
b) Sumber data .................................................................... 49
3.5 Teknik pengumpulan data ..................................................... 49
3.5.1 Data primer.............................................................. 49
3.5.2 Data sekunder .......................................................... 49
3.6 Teknik pengolahan data ....................................................... 49
3.7 Analsis data ........................................................................... 51
3.8 Kerangka metodologi ............................................................ 53

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. ................... 54

4.1 Pengumpulan data .................................................................. 54


4.1.1 Data Primer ................................................................... 54
4.1.1.1 Sampel batuan .................................................... 54
4.1.1.2 Jumlah kekar ...................................................... 55
4.1.1.3 Data strike dan dip ............................................. 55

iii
4.1.1.4 Data dimensi terowongan .................................. 59
4.1.2 Data Sekunder ................................................................ 60
4.1.2.1 Peta IUP CV Tahiti Coal ................................... 60
4.1.2.2 Peta Topografi CV Tahiti Coal .......................... 60
4.1.2.3 Peta Geologi CV Tahiti Coal ............................. 60
4.1.2.4 Peta Hidrologi CV Tahiti Coal .......................... 60
4.1.2.5 Peta Layout CV Tahiti Coal .............................. 60
4.2 Pengolahan Data..................................................................... 60
4.2.1. Perhitungan Metode Rock Mass Rating ....................... 60
4.2.1.1 Unconfined Compressive Strength .................. 60
4.2.1.2 Rock Quality Designation ............................... 62
4.2.1.3 Spacing Of Discontinuity ................................ 62
4.2.1.4 Condition Of Discontinuity ............................. 63
4.2.1.5 Ground Water Condition ................................. 63
4.2.1.6 Orientation Of Discontinuity ........................... 63
4.2.2. Pemodelan Rekomendasi Sistem Penyangga ................ 63
4.2.2.1 Tensile Strength ............................................... 63
4.2.2.2 Friction Angel ................................................. 64
4.2.2.3 Cohesi .............................................................. 64
4.2.2.4 Young Modulus ................................................ 64
4.2.2.5 Poisson Ratio................................................... 64
4.2.2.6 Sigma 1 dan Sigma 3 ....................................... 64
4.2.3. Arah Kelurusan Umum ................................................. 66
4.2.4. Pemantauan (Monitoring) ............................................. 68

BAB V ANALISA DATA........................................................................... 77

5.1 Kelas Massa Batuan ......................................................... 77


5.1.1. Roof Span dan Stand-up Time ................................ 77
5.1.2 Rekomendasi Sistem Penyangga ............................ 80
5.2. Faktor Keamanan dan Tegangan Rata-rata ...................... 80

iv
5.2.1 Faktor Keamanan .................................................... 80
5.2.2 Tegangan Rata-rata ................................................. 80
5.3 Pemantauan (monitoring) .................................................. 85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA

BIODATA

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengukuran RQD dengan Metode Langsung ............................. 8


Gambar 2.2 Keadaan Bidang Lemah Terhadap Bidang Terowongan ......... 12
Gambar 2.3 Langkah Klik Limits Program Phase 2........ ............................ 17
Gambar 2.4 Langkah Add Excavation Program Phase 2 ............................ 18
Gambar 2.5 Langkah Arc Options Program Phase 2 ...... ............................ 18
Gambar 2.6 Langkah Arc Options Program Phase 2 ...... ............................ 19
Gambar 2.7 Langkah Add External Program Phase 2..... ............................ 19
Gambar 2.8 Langkah Create External Program Phase 2 ............................ 20
Gambar 2.9 Langkah Boundaries Program Phase 2 ....... ............................ 20
Gambar 2.10 Langkah Mesh Setup Program Phase 2 ..... ............................ 21
Gambar 2.11 Langkah Mesh Setup Program Phase 2 ..... ............................ 21
Gambar 2.12 Langkah Discretize Program Phase 2........ ............................ 22
Gambar 2.13 Langkah Mesh Program Phase 2 ............... ............................ 22
Gambar 2.14 Langkah Mesh Program Phase 2 ............... ............................ 23
Gambar 2.15 Langkah Field Stress Program Phase 2 ..... ............................ 23
Gambar 2.16 Langkah Field Stress Program Phase 2 ..... ............................ 24
Gambar 2.17 Langkah Field Stress Program Phase 2 ..... ............................ 24
Gambar 2.18 Langkah Define Material Program Phase 2 ........................... 25
Gambar 2.19 Langkah Define Material Program Phase 2 ........................... 25
Gambar 2.20 Langkah Assign Properties Program Phase 2 ........................ 26
Gambar 2.21 Langkah Assign Program Phase 2 ............. ............................ 26

vi
Gambar 2.22 Langkah Excavate Program Phase 2 ......... ............................ 27
Gambar 2.23 Langkah Compute Program Phase 2 ......... ............................ 27
Gambar 2.24 Langkah Analysis Program Phase 2 .......... ............................ 28
Gambar 2.25 Langkah Interpert Program Phase 2.......... ............................ 28
Gambar 2.26 Langkah Horizontal Displacement Program Phase 2 ............ 29
Gambar 2.27 Langkah Analisis Program Phase 2 .......... ............................ 29
Gambar 2.28 Langkah Analisis Program Phase 2 .......... ............................ 30
Gambar 2.29 Langkah Total Displacement Program Phase 2 ..................... 30
Gambar 2.30 Langkah Analisis Program Phase 2 .......... ............................ 31
Gambar 2.31 Langkah Strength Factor Program Phase 2 ........................... 31
Gambar 2.32 Langkah Add Text Program Phase 2 ......... ............................ 32
Gambar 2.33 Langkah Analisis Program Phase 2 .......... ............................ 32
Gambar 2.34 Langkah Text Box Program Phase 2 ......... ............................ 33
Gambar 2.35 Langkah Analisis Program Phase 2 .......... ............................ 33
Gambar 2.36 Langkah Hasil Analisis Program Phase 2 ............................ 34
Gambar 2.37 Langkah Klik New Program DIPS ........... ............................ 34
Gambar 2.38 Langkah Strike And Dip Program DIPS ... ............................ 35
Gambar 2.39 Langkah Job Control Program DIPS ....... ............................ 35
Gambar 2.40 Langkah Input Data Program DIPS ......... ............................ 36
Gambar 2.41 Langkah Rossete Plot Program DIPS ....... ............................ 36
Gambar 2.42 Langkah Interpert Program DIPS ............ ............................ 37
Gambar 3.41 Total Perpindahan Pada Dinding Kiri ....... ............................ 51
Gambar 3.42 Bagan Alir Penelitian ................................ ............................ 53
Gambar 4.1 Pengambilan Titik koordinat sampel........... ............................ 54
Gambar 4.2 Pengukuran kekar di sepanjang scanline .... ............................ 55
Gambar 4.3 Pengukuran srike dan dip di sepanjang scanline ...................... 58

vii
Gambar 4.4 Pengukuran Dimensi lubang ....................... ............................ 59
Gambar 4.5 Pengujian point load index .......................... ............................ 60
Gambar 4.6 Gambar Kekar Scanline 0-10 m Batubara... ............................ 62
Gambar 4.7 Arah Kelurusan Umum Kekar ST.1 Batubara ......................... 66
Gambar 4.8 Arah Kelurusan Umum Kekar ST.2 Batubara ......................... 67
Gambar 4.9 Arah Kelurusan Umum Kekar ST.3 Batubara ......................... 67
Gambar 4.10 Arah Kelurusan Umum Kekar ST.1 Batulanau ...................... 68
Gambar 4.11 Pengukuran Horizontal Convergence pada ST 1 ................... 75
Gambar 5.1 Grafik hubungan antara Stand-up Time dengan Span berdasarkan
nilai RMR di Batubara .................................................... ............................ 81
Gambar 5.2 Grafik hubungan antara Stand-up Time dengan Span berdasarkan
nilai RMR di Batulanau .................................................. ............................ 81
Gambar 5.3 Dimensi Lubang bukaan (terowongan) ....... ............................ 83
Gambar 5.4 Nilai Strength Factor sebelum diberikan Support ................... 83
Gambar 5.5 Nilai Strength Factor setelah diberikan Support ..................... 84
Gambar 5.6 Nilai Mean Stress sebelum diberikan Support ......................... 86
Gambar 5.7 Grafik Displacement komulatif Crown subsidence .................. 96
Gambar 5.8 Grafik Displacement komulatif Horizontal Convergence ........ 97

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Strength Factor Of Intact Rock Material ....................................... 6
Tabel 2.2 Rock Quality Designation .............................................................. 8
Tabel 2.3 Spacing Of Discontinuity ............................................................... 9
Tabel 2.4 Presistance ..................................................................................... 9
Tabel 2.5 Aperture ....................................................................................... 10
Tabel 2.6 Roughness .................................................................................... 10
Tabel 2.7 Infilling ......................................................................................... 10
Tabel 2.8 Weathering ................................................................................... 11
Tabel 2.9 Ground Water Condition ............................................................. 12
Tabel 2.10 Discontinuity Orientation .......................................................... 13
Tabel 2.11 Kondisi Massa Batuan Berdasarkan Klasifikasi RMR .............. 13
Tabel 2.12 Rekomendasi Penyangga Berdasarkan Klasifikasi RMR .......... 15
Tabel 2.13 Kriteria Kestabilan Lubang Bukaan menurut Cording .............. 19
Tabel 2.14 Kriteria Kestabilan Lubang Bukaan menurut Zhenxiang .......... 19
Tabel 4.1 Data titik koordinat sampel .......................................................... 53
Tabel 4.2. hasil pengamatan scanline di batubara ........................................ 54
Tabel 4.3. hasil pengamatan scanline di batubara ........................................ 55
Tabel 4.4. hasil pengamatan scanline di batubara ........................................ 55
Tabel 4.5. hasil pengamatan scanline di batulanau ...................................... 56
Tabel 4.6. Data Dimensi Terowongan ......................................................... 58
Tabel 4.7. Data pengujian Point load index ................................................. 59
Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Is dan Tensile Strength .................................. 61
Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Nilai RQD ..................................................... 62
Tabel 4.10. Data faktor keamanan dan tegangan Rata-rata THC-03 ........... 65
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Kecepatan Perpindahan Crown Subsidence
Stasiun 1 ....................................................................................................... 70
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Kecepatan Perpindahan Crown Subsidence
Stasiun 2 ....................................................................................................... 71

ix
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Kecepatan Perpindahan Crown Subsidence
Stasiun 3 ....................................................................................................... 72
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Kecepatan Perpindahan Horizontal
Convergence Stasiun 1 ................................................................................. 73
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Kecepatan Perpindahan Horizontal
Convergence Stasiun 2 ................................................................................. 74
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Kecepatan Perpindahan Horizontal
Convergence Stasiun 3 ................................................................................. 75
Tabel 4.17.Perhitungan Kecepatan Konvergensi dan Konvergensi Maximum
pada Stasiun 1 Berdasarkan Lebar Lubang Bukaan Setelah Deformasi ...... 76
Tabel 4.18.Perhitungan Kecepatan Konvergensi dan Konvergensi Maximum
pada Stasiun 2 Berdasarkan Lebar Lubang Bukaan Setelah Deformasi ..... 77
Tabel 4.19.Perhitungan Kecepatan Konvergensi dan Konvergensi Maximum
pada Stasiun 3 Berdasarkan Lebar Lubang Bukaan Setelah Deformasi ...... 78
Tabel 5.1 Nilai Rating RMR pada Batubara ................................................ 79
Tabel 5.2 Nilai Rating RMR pada Batulanau .............................................. 80
Tabel 5.3 Span Maximum dan Stand-up Time ............................................. 82
Tabel 5.4. Rekomendasi Penyangga berdasarkan Klasifikasi Rock
Mass Rating.................................................................................................. 82
Tabel 5.5 Hasil Analisa Strength Factor...................................................... 84
Tabel 5.6 Hasil Analisa Mean Stress ........................................................... 86
Tabel 5.7 Hasil Pengukuran Convergence pada lubang bukaan THC-03 .... 87
Tabel 5.8 Analisis kestabilan lubang bukaan berdasarkan kecepatan
perpindahan .................................................................................................. 88
Tabel 5.9 Analisis perhitungan Displacement dan Displacement Komulatif
Crown Subsidence ST 1 .............................................................................. 90
Tabel 5.10 Analisis perhitungan Displacement dan Displacement Komulatif
Crown Subsidence ST 2 .............................................................................. 91
Tabel 5.11 Analisis perhitungan Displacement dan Displacement Komulatif
Crown Subsidence ST 3 ............................................................................... 92
Tabel 5.12 Analisis perhitungan Displacement dan Displacement Komulatif
Horizontal Convergence ST 1...................................................................... 93
Tabel 5.13 Analisis perhitungan Displacement dan Displacement Komulatif
Horizontal Convergence ST 2...................................................................... 94

x
Tabel 5.14 Analisis perhitungan Displacement dan Displacement Komulatif
Horizontal Convergence ST 3...................................................................... 95

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengukuran RQD dengan Metode Langsung ............................. 8


Gambar 2.2 Keadaan Bidang Lemah Terhadap Bidang Terowongan ......... 12
Gambar 3.1 Langkah Klik Limits Program Phase 2........ ............................ 31
Gambar 3.2 Langkah Add Excavation Program Phase 2 ............................ 31
Gambar 3.3 Langkah Arc Options Program Phase 2 ...... ............................ 32
Gambar 3.4 Langkah Arc Options Program Phase 2 ...... ............................ 32
Gambar 3.5 Langkah Add External Program Phase 2..... ............................ 33
Gambar 3.6 Langkah Create External Program Phase 2 ............................ 33
Gambar 3.7 Langkah Boundaries Program Phase 2 ....... ............................ 34
Gambar 3.8 Langkah Mesh Setup Program Phase 2 ....... ............................ 34
Gambar 3.9 Langkah Mesh Setup Program Phase 2 ....... ............................ 35
Gambar 3.10 Langkah Discretize Program Phase 2........ ............................ 35
Gambar 3.11 Langkah Mesh Program Phase 2 ............... ............................ 36
Gambar 3.12 Langkah Mesh Program Phase 2 ............... ............................ 36
Gambar 3.13 Langkah Field Stress Program Phase 2 ..... ............................ 37
Gambar 3.14 Langkah Field Stress Program Phase 2 ..... ............................ 37
Gambar 3.15 Langkah Field Stress Program Phase 2 ..... ............................ 38
Gambar 3.16 Langkah Define Material Program Phase 2 ........................... 38
Gambar 3.17 Langkah Define Material Program Phase 2 ........................... 39
Gambar 3.18 Langkah Assign Properties Program Phase 2 ........................ 39
Gambar 3.19 Langkah Assign Program Phase 2 ............. ............................ 40
Gambar 3.20 Langkah Excavate Program Phase 2 ......... ............................ 40
Gambar 3.21 Langkah Compute Program Phase 2 ......... ............................ 41
Gambar 3.22 Langkah Analysis Program Phase 2 .......... ............................ 41
Gambar 3.23 Langkah Interpert Program Phase 2.......... ............................ 42
Gambar 3.24 Langkah Horizontal Displacement Program Phase 2 ............ 42
Gambar 3.25 Langkah Analisis Program Phase 2 .......... ............................ 43

vi
Gambar 3.26 Langkah Analisis Program Phase 2 .......... ............................ 43
Gambar 3.27 Langkah Total Displacement Program Phase 2 ..................... 44
Gambar 3.28 Langkah Analisis Program Phase 2 .......... ............................ 44
Gambar 3.29 Langkah Strength Factor Program Phase 2 ........................... 45
Gambar 3.30 Langkah Add Text Program Phase 2 ......... ............................ 45
Gambar 3.31 Langkah Analisis Program Phase 2 .......... ............................ 46
Gambar 3.32 Langkah Text Box Program Phase 2 ......... ............................ 46
Gambar 3.33 Langkah Analisis Program Phase 2 .......... ............................ 47
Gambar 3.34 Langkah Hasil Analisis Program Phase 2 ............................ 47
Gambar 3.35 Langkah Klik New Program DIPS ........... ............................ 48
Gambar 3.36 Langkah Strike And Dip Program DIPS ... ............................ 48
Gambar 3.37 Langkah Job Control Program DIPS ....... ............................ 49
Gambar 3.38 Langkah Input Data Program DIPS ......... ............................ 49
Gambar 3.39 Langkah Rossete Plot Program DIPS ....... ............................ 50
Gambar 3.40 Langkah Interpert Program DIPS ............ ............................ 50
Gambar 3.41 Total Perpindahan Pada Dinding Kiri ....... ............................ 51
Gambar 3.42 Bagan Alir Penelitian ................................ ............................ 52
Gambar 4.1 Pengambilan Titik koordinat sampel........... ............................ 53
Gambar 4.2 Pengukuran kekar di sepanjang scanline .... ............................ 54
Gambar 4.3 Pengukuran srike dan dip di sepanjang scanline ...................... 57
Gambar 4.4 Pengukuran Dimensi lubang ....................... ............................ 57
Gambar 4.5 Pengujian point load index .......................... ............................ 59
Gambar 4.6 Gambar Kekar Scanline 0-10 m Batubara... ............................ 66
Gambar 4.7 Arah Kelurusan Umum Kekar ST.1 Batubara ......................... 74
Gambar 4.8 Arah Kelurusan Umum Kekar ST.2 Batubara ......................... 75
Gambar 4.9 Arah Kelurusan Umum Kekar ST.3 Batubara ......................... 75
Gambar 4.10 Arah Kelurusan Umum Kekar ST.1 Batulanau ...................... 76
Gambar 4.11 Pengukuran Horizontal Convergence pada ST 1 ................... 83

vii
Gambar 5.1 Grafik hubungan antara Stand-up Time dengan Span
berdasarkan nilai RMR di Batubara ................................ ............................ 88
Gambar 5.2 Grafik hubungan antara Stand-up Time dengan Span
berdasarkan nilai RMR di Batulanau .............................. ............................ 88
Gambar 5.3 Dimensi Lubang bukaan (terowongan) ....... ............................ 90
Gambar 5.4 Nilai Strength Factor sebelum diberikan Support ................... 90
Gambar 5.5 Nilai Strength Factor setelah diberikan Support ..................... 91
Gambar 5.6 Nilai Mean Stress sebelum diberikan Support ......................... 92
Gambar 5.7 Grafik Displacement komulatif Crown subsidence ................ 103
Gambar 5.8 Grafik Displacement komulatif Horizontal Convergence ...... 103

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Penyangga Patah pada bagian atap
Lampiran 1. Gambar Ambukan Batuan pada bagian atap
Lampiran 1. Gambar Air Limpasan di Dinding Terowongan
Lampiran 1. Gambar Ambrukan pada Cross Cut
Lampiran 1. Gambar Kekar Vertikal
Lampiran 2. Peta Geologi CV.Tahiti Coal
Lampiran 2. Peta Topografi CV.Tahiti Coal
Lampiran 2. Peta Hidrologi CV.Tahiti Coal
Lampiran 2. Peta Lay Out Lubang THC-03 CV.Tahiti Coal
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Nilai Is dan Tensile strength
Lampiran 2 .Hasil perhitungan Nilai RQD

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan,
serta kegiatan pasca tambang (UU No. 4 Tahun 2009). Pada umumnya
penambangan dibagi dua macam yaitu tambang terbuka dan tambang bawah
tanah, pada tambang bawah tanah bekerja pada ruang yang terbatas dan
tidak berhubungan langsung dengan udara luar.
Karena letak cadangan batubara yang umumnya berada jauh di bawah
tanah, jalan masuk (terowongan) perlu dibuat untuk mencapai lokasi
cadangan, metode penyanggaan (ground support) telah dikembangkan,
penyangga yang optimal akan mendukung kelangsungan kinerja dan juga
keselamatan kerja. Seiring dengan perkembangan ilmu geologi metode
dalam pengklasifikasian batuan pun terus berkembang agar dapat ditentukan
metode yang tepat dalam menetukan suatu pekerjaan dalam hal ini
pembuatan terowongan. Rock Mass Rating atau dikenal dengan
geomechanics classification yang dikembangkan oleh Bieniawski pada
tahun 1973, 1976, dan 1989 sebagai salah satu dari klasifikasi massa batuan
dibuat berdasarkan studi kasus tunneling dan memiliki 6 parameter yang
didapatkan dalam studi geologi. Hal inilah yang mendasari perlunya
pengklasifiasian massa batuan. Setelah mengetahui klasifikasi massa batuan,
perhitungan Roof Span dan Stand Up Time barulah dapat diketahui
bagaimana penanganan yang tepat dalam penggalian terowongan tersebut.
kegiatan selanjutnya adalah melakukan kegiatan pemantauan terhadap
penyanggaan yang telah dipasang sebelumnya. Dalam kegiatan pemantauan,
selain dilakukan pengamatan langsung, kegiatan pemantauan konvergen
dilakukan dengan pengukuran kecepatan konvergen batuan.

1
2

CV.Tahiti Coal merupakan perusahaan bergerak dibidang


pertambangan, lahan yang di kelola CV.Tahiti Coal dulunya merupakan
tanah ulayat kolok dan sijantang. Dimana pada awal tahun 2005 CV.Tahiti
Coal memperoleh surat izin kuasa pertambangan berdasarkan keputusan
walikota Sawahlunto Nomor 05.29 PERINDAKOP Tahun 2005, sedangkan
untuk operasi produksi Nomor 05.77.PERINDAKOPTahun 2010 dengan
luas lahan 53,80 Ha yang berlaku selama 8 (delapan) tahun.
Potensi ketidakstabilan yang terjadi pada batuan di sekitar lubang
bukaan tambang bawah tanah yang di sebabkan adanya tengangan vertikal,
tengan horizontal, beban dinamis dan beban mekanis yang bekerja di sekitar
lubang bukaan. Maka dari itu lubang bukaan membutuhkan penanganan
khusus, terutama perancangan penyanggaan untuk menjamin keselamatan
pekerja, kemajuan penambangan dan peralatan tambang.
Untuk mengambil batubara CV. Tahiti coal melakukan metode
tambang bawah tanah dengan metode room and pillar yang mana
memerlukan lubang bukaan untuk mengambil batubara tersebut. Di THC-03
terdapat dua jalur masuk tambang yaitu jalur transportasi lori dan jalur
masuk pekerja.
Pada lubang THC-03 menggunakan sistem penyangga permanen
yaitu penyangga kayu dengan tipe three piece set, kayu yang digunakan
merupakan kayu kelas II, lubang THC-03 ini memiliki panjang lubang 300
m dari permukaan , jalur tersebut berguna untuk jalan masuk pekerja dan
alat transportasi (Lori). Di jalur tersebut di temukan penyangga yang patah
pada bagian atap (poran) dan pada bagian sisinya (ram), patahnya
penyangga bisa disebabkan karena kurangnya perawatan dan
ketidakmampuan penyangga untuk menahan tekanan dari batuan.
Pada lubang THC-03 di temukan adanya kekar berpola vertikal di
bagian atap dan pada dinding lubang THC-03 terdapat 20 kekar pada
scanline 10 meter, hal ini di sebabkan adanya struktur geologi (sesar),
tegangan dan regangan yang bekerja di sekitar terowongan dan pada bagian
atap banyak batuan yang lepas dari batuan induknya yang terlihat
3

menyangkut di bagian stapling yang dapat membahayakan pekerja yang


melewati jalur tersebut.
Ambrukan di cross cut yang menghubungkan antara main gate dan
tail gate hal tersebut di sebabkan karena banyaknya kekar di sekitar
terowongan, kekar merupakan bidang lemah berbentuk rekahan yang di
sebabkan karena ketidakmampuan batuan untuk menahan tekanan batuan.
Ambrukan terjadi di cross cut THC-03 pada tanggal 13 bulan Januari 2019.
Dalam hal ini penentuan rekomendasi penyangga yang tepat,
perhitungan faktor keamanan dan tegangan rata-tata serta nilai convergence
sangat diperlukan untuk mencegah terjadi kembali ambrukan pada
terowongan tambang THC-03. Dari uraian di atas penulis bermaksud
melakukan penelitian mengenai analisis kestabilan terowongan berdasarkan
klasifikasi geomekanika system Rock Mass Rating menggunakan pemodelan
2D dengan software phase 2 dan DIPS untuk mendapatkan rekomendasi
penyangga yang paling tepat agar terowongan stabil. Maka dari itu penulis
tertarik mengambil judul “Analisis Kestabilan Terowongan Berdasarkan
Klasifikasi Geomekanika Rock Mass Rating Tunnel THC-03 CV.Tahiti
Coal”.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah pada Penelitian ini antara lain adalah:
1. Adanya penyangga yang patah di lubang maju THC-03
2. Ditemukannya kekar berpola vertikal pada lubang maju THC-03
3. Terjadinya ambrukan di cross cut THC-03
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Lapisan batuan yang akan di teliti berjumlah 2 lapisan yaitu 1 lapisan
batuan dari atap penyangga yaitu batulanau dan 1 lapisan di bawah
penyangga yaitu batubara.
2. Penelitian ini dilakukan pada kondisi kering sehingga untuk
penetuan ground water condition mengacu pada peta hidrologi.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini antara lain adalah:
4

1. Bagaimana kelas massa batuan pada tambang bawah tanah


CV.Tahiti Coal ?
2. Bagaimana faktor keamanan dan tegangan rata-rata pada tambang
bawah tanah CV Tahiti Coal ?
3. Bagaimana nilai convergence pada tambang bawah tanah CV Tahiti
Coal?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kelas massa batuan pada tambang bawah tanah CV
Tahiti Coal.
2. Menganalisis faktor keamanan dan tegangan rata-rata pada tambang
bawah tanah CV Tahiti Coal.
3. Menganalisis nilai convergence pada tambang bawah tanah CV
Tahiti Coal.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Perusahan:
Menjadi informasi yang bermanfaat bagi perusahaan dalam
mengetahui faktor keamanan lubang, menentukan arah runtuh dan
jenis penyangga yang cocok di gunakan di CV.Tahiti Coal.
2. Bagi pihak STTIND
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi atau sumber
pengetahuan untuk mahasiswa STTIND Padang yang lain.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini dilakukan agar penulis (secara pribadi) dapat
mengetahui faktor keamanan lubang tambang, mengetahui arah
runtuh lubang tambang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Landasan teori merupakan landasan dasar atau teori dasar yang di
gunakan oleh penulis untuk menyusun laporan skripsi ini, adapun landasan
teori antara lain sebagai berikut :
2.1.1 Rock Mass Rating (RMR)
Rock Mass Rating atau dikenal dengan Geomechanich Classification
dikembangkan oleh Bieniawski pada tahun 1989. Metode klasifikasi ini
dengan menggunakan rating yang besarannya didasarkan pada pengalaman
Bieniawski dalam mengerjakan proyek-proyek terowongan dangkal. Metode
ini telah dikenal luas dan banyak diaplikasikan pada keadaan dan lokasi yang
berbeda-beda seperti tambang pada batuan kuat, terowongan, tambang
batubara, kestabilan lereng, dan kestabilan pondasi. Metode ini
dikembangkan selama bertahun-tahun seiring dengan berkembangnya studi
kasus yang tersedia dan disesuaikan dengan standar dan prosedur yang
berlaku secara internasional. RMR terdiri dari 5 parameter utama dan 1
parameter pengontrol untuk membagi massa batuan. Parameter RMR terdiri
dari :
2.1.1.1 Unconfined Compressive Strength (UCS)
Kuat tekan batuan utuh dapat diperoleh dari uji Uncofined
Compressive Strength (UCS) dan Point Load Test (PLI). Pengujian ini
menggunakan mesin kompresi dan mengikuti Standard International Society
of Rock Mechanics (ISRM,1981), tujuan uji kuat tekan adalah untuk
mengukur nilai kuat tekan sebuah sampel batuan dalam geometri yang
beraturan, baik dalam bentuk silinder (tabung), balok atau tidak beraturan,
sesuai dengan standar yang ada.
Berdasarkan Broch dan Franklin (1972) point load index (Is) dapat
dihitung menggunakan persamaan:
d 0.45
F [ ]
50 ……………………………………………. (2.1)

5
6

P
Is (50 )  F 
D 2 ………………………………………… (2.2)
Jadi, jika nilai point load index telah diperoleh maka nilai UCS
(Unconfined Compressive Strength) dapat ditentukan dari Persamaan:
 c  24 Is(50 )
………………………………………….....(2.3)

Keterangan:
P = Beban maksimum (N)  c = Kuat tekan (MPa)
d = Diameter sampel (mm) D = Jarak antar konus (mm)
Is50 = Index strength (MPa) F = Failure load

Bobot kekuatan bahan batuan utuh dapat dilihat pada tabel 1


Tabel 2.1. Strength of intact rock material
Qualitative Comprassive Point Load Strength Rating
description Strength (MPa)
(MPa)
Extremely strong >250 8 15
Very strong 100-250 4-8 12
Strong 50-100 2-4 7
Medium strong 25-50 1-2 4
Weak 5-25 Use of UCS is preferred 2
Very weak 1-5 -do- 1
Extremely weak <1 -do- Q
sumber : Bieniawski,1989

2.1.1.2 Rock Quality Design (RQD)


Rock Quality Design (RQD) diperkenalkan oleh Deere pada 1967.
RQD berguna untuk mengetahui kualitas massa batuan dari hasil core drill,
Perhitungan nilai RQD bisa didapat dari perhitungan langsung dari singkapan
batuan yang mengalami retakan-retakan (baik perlapisan batuan maupun
kekar atau sesar) .
a. Metode tidak langsung
Metode tidak langsung terdapat dua cara, yakni dengan
mengukur struktur setiap meter persegi yang dikemukakan oleh
Priest dan Hudson (1983), dan mengukur struktur setiap meter
kubik yang dikemukakan oleh Palstrom (1982). Berikut adalah
7

persamaan rumus yang dikemukakan oleh Priest dan Hudson


(1983).
RQD  100e 0.1 (0.1  1) ………………………. (2.4 )
𝜆 adalah rasio antara jumlah kekar dengan panjang scanline
(kekar/meter). Menurut Brady dan Brown (2004), pembuatan scan
Line dilakukan sekitar 3 meter untuk mengamati rasio antara jumlah
kekar yang ditemukan di batuan. sedangkan rumus yang dikemukakan
Palstrom (1982) adalah sebagai berikut :
RQD = 115 – 3,3 Jv …………………………… (2.5)
Jv adalah jumlah total (banyaknya) kekar dalam satu meter kubik,
Hubungan antara RQD dan Jv dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Sumber : Palstorm,1982
Grafik 2.1 Hubungan RQD dan Jv

b. Metoda Langsung
Metoda Langsung RQD dapat dihitung dengan menggunakan
core logs. Menurut Deere, cara untuk menghitungnya
diilustrasikan pada Grafik 2.1. Berdasarkan pengalamannya,
semua ukuran inti bor dan tekniknya dapat digunakan dalam
perhitungan RQD selama tidak menyebabkan inti bor tersebut
8

pecah (deere D. U. And Deere D. W., 1988). Menurut Deere


(1966), rekomendasi lebih kecil dari 1,5 m.
 panjang core 10
RQD  100% ………………….(2.6)
total panjang core
Persamaan di atas merupakan rumus untuk menghitung RQD
dengan panjang total pemboran mencapai 1 meter (100 cm), sehingga
RQD diambil dari panjang inti yang lebih dari 10 persennya (> 10 cm).

sumber : Deere,1966

Gambar 2.1 Pengukuran RQD dengan Metoda Langsung

Pemboboan kualitas batuan dapat dilihat pada tabel 2.2:


Tabel 2.2 Rock Quality Designation
Qualitative Description RQD (%) Rating
Excellent 90-100 20
Good 75-95 17
Fair 50-75 13
Poor 25-50 8
Very Poor <25 3
Sumber: Bieniawski,1989

2.1.1.3 Spacing of Discontinuity


9

Rekahan (kekar) merupakan zona lemah yang terjadi akibat batuan


telah mencapai batas elastistasnya, kekar cenderung akan memperburuk
kekuatannya, karena sebagai salah satu bidang diskontinyu
(ketidakmenerusan). Karakteristik mekanik massa batuan bergantung pada
jarak serta orentasinya. Spasi bidang diskontinyu adalah jarak tegak lurus
antara bidang-bidang diskontinyuitas yang berarah sama dan berurutan
sepanjang garis pengukuran.
Bobot Spasi bidang diskontinuitas dapat dilihat pada Tabel 2.3 :
Tabel 2.3. Spacing of Discontinuity
Qualitative Description Spacing (m) Rating
Very Wide >2 20
Wide 0.6-2 15
Moderate 0.2-0.6 10
Close 0.06-0.2 8
Very Close <0.06 5
Sumber: Bieniawski,1989
2.1.1.4 Condition of Discontinuity
Kondisi ketidakmenerusan merupakan parameter yang sangat
kompleks dan terdiri dari sub-sub parameter seperti kemenerusan bidang
(persistence), kekasaran permukaan (roughness), material pengisi (filling),
pelapukan (weathered), dan jarak antar kekar.
1. Panjang Ketidakmenerusan (Persistance)
Panjang ketidakmenerusan atau persistance adalah
kemenerusan bidang diskontinuitas yang memanjang. Penentuan
kemenerusan bidang diskontinuitas di lapangan masih bersifat kasar.
Hal tersebut dikarenakan pengamatan panjang ketidakmenerusan
terbatas dari luas bidang yang terlihat. Semakin besar panjang
ketidakmenerusan, maka bidang diskontinyuitas semakin besar dan
bobot nya akan semakin kecil.
Tabel 2.4. Presistance
Parameter Rating
Presistance <1m 1-3 m 3-10 m 10-20 m >20m
6 4 2 1 0
Sumber: Bieniawski,1989
2. Bukaan Ketidakmenerusan (Aperature)
10

Pengambilan data untuk parameter ini dilakukan berdasarkan


pengamatan secara kasat mata, yaitu dengan melihat lebar bukaan
(rekahan) di setiap dinding terowongan.
Tabel 2.5. Aperture
Parameter Rating
Aperture None <0.1mm 0.1-1.0mm 1-5 mm >5mm
6 5 4 1 0
Sumber: Bieniawski,1989
3. Kekasaran Permukaan Ketidakmenerusan (Roughness)
Kekasaran permukaan merupakan suatu parameter yang dapat
menilai penguncian pada suatu permukaan ketidakmenerusan. Jika
permukaan bersih dan rapat maka dapat mencegah terjadinya geseran
di sepanjang permukaan ketidakmenerusan. Klasifikasi kekasaran
yaitu sangat kasar, kasar, agak kasar, halus, dan licin.
Tabel 2.6. Roughness
Parameter Rating
Roughness Very rough Slightly smooth slicksided
rough rough
6 5 3 1 0
Sumber: Bieniawski,1989
4. Kondisi Isian (Infilling)
Parameter ini mempengaruhi stabilitas bidang
ketidakmenerusan karena faktor ketebalannya.Konsisten atau
tidaknya, dan sifat pegembangan bila terkena air akan dapat
menyebabkan bidang diskontinyu (isian) menjadi lemah.
Tabel 2.7. Infilling
Parameter Rating
Infilling Hard filling Soft filling
None <5mm >5mm <5mm >5mm
6 4 2 2 0
Sumber: Bieniawski,1989
5. Pelapukan (Weathering)
Pelapukan dinding batuan ialah ketidakmenerusan permukaan
yang terbentuk pada batuan. Berikut merupakan parameternya :
a. Tidak lapuk (unweathered), jenis batuan ini terlihat segar, artinya
tidak ada terlihat tanda-tandanya pelapukan.
11

b. Pelapukan ringan (slightly weathered rock), batuan terlihat luntur.


Lunturan masih ditemukan dengan kedalaman dari permukaan
sebesar 20% dari spasi ketidakmenerusan.
c. Pelapukan sedang (moderately weathered rock) yaitu pada kondisi
batuan dengan kedalaman lunturan dari permukaan lebih besar dari
20% spasi ketidakmenerusan.
d. Pelapukan kuat (highly weathered rock) yaitu batuan dengan
lunturan meliputi seluruh batuan dan terdapat bagian material yang
gembur. Tekstur asli batuan tetap terjaga, tetapi ditemukan
pemisahan butiran.
e. Sangat lapuk (completely weathered rock) yaitu untuk batuan
luntur, terdekomposisi seluruhnya, batuan dalam kondisi gembur.
Tabel 2.8. Weathering
Parameter Rating
weathering unweathered Slightly Moderately Highly decom
weathered weathered weathe pose
red
6 5 4 1 0
Sumber: Bieniawski,1989
2.1.1.5 Ground Water Condition
Kondisi air tanah atau debit aliran air tanah akan sangat
mempengaruhi kekuatan massa batuan. Oleh sebab itu, perlu diperhitungkan
dalam klasifikasi massa batuan. Kondisi air tanah ditentukan dengan
mengamati atap dan dinding terowongan secara visual, kemudian dinyatakan
dengan parameter umum seperti kering, lembab, air menetes atau mengalir.
Tabel 2.9 Groundwater Condition
inflow per 10 m tunnel None <10 10-25 25-125 >125
length (L/min)
Ratio of joint wate pressure 0 0-0.1 0.1-0.2 0.2-0.5 >0.5
to major principal stress
General description Completely Damp wet Dripping Flowing
dry
Rating 15 10 7 4 0
Sumber : Bieniawski, 1989

2.1.1.6 Orientation of Discontinuities


12

Kekar (joint) adalah rekahan-rekahan pada batuan yang berbentuk


lurus, planar, dan tidak terjadi pergeseran. Pasangan kekar (joint set) adalah
kumpulan kekar pada suatu batuan yang memiliki ciri khas yang dapat
dibedakan dengan pasangan kekar lainnya, (Bieniawski, 1984). Terkadang
beberapa kekar saling berpotongan, membagi sebuah batuan besar menjadi
balok-balok yang saling terpisah.
Jika terowongan menembus bidang lemah seperti kekar dengan arah
sejajar terowongannya dan kemiringan curam, serta kemiringan bidang yang
berlawanan dengan arah kemajuan dan kemiringan yang curam maka hal
tersebut akan sangat merugikan kestabilan terowongan dan menyebabkan
ambrukan. Jika arah terowongan searah dengan arah kemiringan struktur
maka disebut drive with dip, dan jika arah terowongan berlawanan dengan
arah kemiringan struktur maka disebut drive against dip. Gambar 3.3
merupakan gambaran kedudukan arah kemiringan struktur terhadap arah
terowongannya.

Drive with dip Drive against dip

Sumber : Bieniawski, 1989


Gambar 2.2 keadaan bidang lemah terhadap bidang terowongan

Tabel 2.10. Discontinuity Orientation


Joint Very Favorable Fair Unfavorable Very
orientation favorable unfavorable
asessment
for
Tunnel 0 -2 -5 -10 -12
Raft 0 -2 -7 -15 -25
foundation
Slope 0 -5 -25 -50 -60
Sumber : Bieniawski, 1989
Tabel di atas merupakan ringkasan dari 6 parameter penentuan
klasifikasi massa batuan dengan metoda RMR. Tentunya tabel tersebut
berfungsi untuk mendapatkan nilai kondisi massa batuan dan penentuan kelas
13

massa batuan dalam menurut Z.T Bieniawski (1979).Menurut Beniawski


(1989), setelah mendapatkan nilai kondisi massa batuan dengan
menggunakan perhitungan pada tabel di atas, selanjutnya menentukan kondisi
massa batuan berdasarkan kelas.
Tabel 2.11. Kondisi Massa Batuan berdasarkan Klasifikasi Rock
Mass Rating
Properties
Class No. Average Stand-up Time
c (kPa) Φ (ᵒ)

I 10 years for 15 m span > 400 < 45


II 6 months for 8 m span 300 – 400 35 – 45
III 1 week for 5 m span 200 – 300 25 – 35
IV 10 hour for 2.5 m span 100 – 200 15 – 25
V 30 minute for 1 m span < 100 < 15
Sumber : Bieniawski, 1989

2.1.2 Sistem Penyanggaan berdasarkan Klasifikasi Rock Mass Rating


RMR dapat digunakan sebagai panduan memilih sistem penguatan
atau penyangga terowongan. Panduan ini tergantung pada beberapa faktor
seperti kedalaman terowongan dari permukaan, ukuran dan bentuk
terowongan, serta metode penggal ian yang dipakai (Bieniawski, 1989).
Namun, kedalaman terowongan tidak akan begitu mempengaruhi, karena
pada dasarnya semakin dalam terowongan maka tingkat kestabilannya
akansemakin tinggi. Hal tersebut berlaku jika tidak dipengaruhi oleh
keberadaan struktur geologi.
2.1.2.1 Menentukan Roof Span dan Stand Up Time
Dalam penentuan kestabilan terowongan dapat ditentukan menggunakan
stand up time dari nilai RMR menggunakan grafik span terhadap stand up time
pada Gambar 2.2 (Bieniawski, 1989). Keakuratan dari stand up time ini menjadi
diragukan karena nilai stand up time sangat dipengaruhi oleh metoda penggalian,
ketahanan terhadap pelapukan, kondisi tegangan insitu yang merupakan
parameter-parameter penting yang tidak tercakup dalam metoda RMR. Oleh
karena itu, sebaiknya grafik ini hanya digunakan untuk tujuan perbandingan
semata.
14

Menurut Laufer (1958), lebar terowongan tanpa penyanggaan (roof


span) didefinisikan sebagai lebar bukaan atau jarak antara muka dan posisi
terdekat dengan penyangga, jika jarak tersebut lebih panjang dari lebar
terowongan. Selain roof span, terdapat waktu runtuh batuan (stand-up time)
yang merupakan rentang waktu lamanya massa batuan di atap tidak runtuh
(terowongan tetap stabil), baik tanpa pemasangan penyangga, setelah
penyanggaan, maupun waktu pemasangan. Penentuan stand-up time suatu
massa batuan dapat dilakukan dengan memplot nilai RMR dan span pada
grafik interpolasi stand-up time geomekanik. Berikut adalah grafik penentuan
nilai roof span dan stand up time.
Grafik 2.2 Hubungan Span dengan Stand Up Time berdasarkan Nilai RMR

Sumber : Bieniawski, 1989

2.1.2.2 Rekomendasi Sistem Penyanggaan


Menurut Bieniawski (1989), rekomendasi sistem penyanggaan massa
batuan (ground support recomendation/GSR) dapat menentukan seberapa
panjang terowongan yang aman tanpa disangga dengan waktu swasangganya.
Selain itu, Bieniewski juga menentukan jenis, diameter, dan panjang dari baut
batuan (rockbolt), jejaring besi (steel set), beton tembak (shotcrete), dan
beton cor (concrete).
15

Tabel 2.12. Rekomendasi Penyangga berdasarkan Klasifikasi Rock Mass


Rating
Rock mass Excavation Support
class Rockbolt Shotcrete Stell set
(20 mm ,fully
bonded)
Very Good Full face: 3m Generally no support required except for
Rock advance occasional spot bolting
RMR:
81-100
Good Rock Full face: Locally bolt in 50mm in none
RMR:61-80 1.0-1.5m advance; crown,3m crown where
complete support long,spaced 1.5- required
20m from face 2m in crown and
walls with wire
mesh in crown
Fair Rock: Top heading and Systematic bolts 50-100mm in None
RMR: bench: 4m long,spaced crown, and
41-60 1.5-3m advance in 1.5-2min crown 30mm in
top and walls with sides
heading;commence wire mesh in
support after each crown
blast;commence
support 10m from
face
Poor Rock: Top heading and Systematic bolt 4- 100-150mm Light
RMR: bench: 5m long, spaced in crown and ribes
21-40 1.0-1.5m advance 1-1.5m in crown 100mm in spaced
in top and walls with sides 1.5
heading;install wire mesh. where
support required
concurrently with
excavation – 10m
from face
Very Poor Multiple drifts: Systematic bolts 150-200mm Medium
rock: 0.5-1.5m advance 5-6m long, spaced in to heavy
RMR: <21 in top 1-1.5m in crown crown,150m ribs
heading;install and walls with m in sides, spaced
support wire mesh.bolt and 50mm on 0.75m
concurrently with invert face with
excavation;shotcret steel
e as soon as lagging
possible after and
blasting forepolin
g if
required.
close
invert
Sumber : Bieniawski, 1989

2.1.3 Faktor Keamanan (Safety Factor)


Nilai faktor keamanan sendiri didapat dari perhitungan metode Mohr-
Coulomb dengan pemodelan 2D menggunakan software Phase 2. Dimana
16

parameter yang digunakan untuk perhitungan faktor keamanan dan tegangan


rata-rata sebagai berikut:
a. Tensile Strength (MPa)
Nilai tesnsile strength didapatkan dari pengujian point load
index yang dimana hubungan antara nilai index strength dan tesnsile
strength sendiri dapat di rumuskan sebagai berikut :
 t  Is(50 ) 0.826 ……………………………………………………(2.7)

b. Friction Angel (°)

c. Cohesi (MPa)

d. Young Modulus (MPa)

Nilai young modulus di dapatkan dari nilai hasil pembobotan


massa batuan (RMR ), nilai Young Modulus di dapatkan berdasarkan
persamaan berikut :
E me  2 RMR  100 jika RMR  50
[ RMR10 ] ……………………………(2.8)
E me  10 40
jika RMR  50

e. Poisson Ratio
Nilai poisson ratio di dapatkan dengan pendekatan dengan
nilai UCS (unconfined comprehensive strength), Persamannya
sebagai berikut:
v  3.325 103 UCS  0.2928 ……………………..……….(2.9)
f. Sigma 1 dan Sigma 3
Dari parameter di atas akan di dapatkan nilai faktor keamanan
dan tengangan rata-rata pada lubang bukaan. Nilai Faktor keamanan
mangacu pada Kepmen ESDM No.1827 tahun 2018 dimana jika nilai
FK > 1.25 dinyatakan Stabil, FK 1.0 - 1.25 dinyatakan relative stabil
dan FK < 1.25 dinyatakan tidak stabil.
Permodelan 2D di deskripsikan dengan menggunakan software
phase2 v.8.0.
A. Langkah-langkah Phase 2
Tentukan Kriteria yang akan di pakai terlebih dahulu :
17

Parameter kriteria Mohr-Coulomb:


1. Tensile Strength (MPa)
2. Friction Angel (°)
3. Cohesi (MPa)
4. Young Modulus (MPa)
5. Poisson Ratio
1. Open program phase 2
Klik ikon view – kemudian pilih limits – tentukan koordinat X,Y
(maksimum dan minimum)

Gambar 2.3. Langkah Klik Limits Program Phase 2


2. Klik ikon boundaries – kemudian pilih Add excavation – dan
selajutnya isi kotak yang ditunjuk panah untuk menetukan dimensi
terowongan.
18

Gambar 2.4. Langkah Add excavation Program Phase 2


2. Selanjutnya klik Enter
3. Misalkan dimensi terowongan -5 0 klik enter
4. Klik A enter
5. Kemudian untuk bagian cap akan muncul ikon ARC options isi kotak
dialog tersebut misalkan (0, 15) kemudian klik enter

Gambar 2.5. Langkah ARC options Program Phase 2


6. Klik C enter
7. Kemudian akan muncul seperti gambar 3.4
19

Gambar 2.6. Langkah ARC options Program Phase 2

8. Klik ikon Boundaris – pilih add external (akan muncul seperti pada
gambar 3.5)

Gambar 2.7. Langkah add external Program Phase 2


9. Isilah kotak dialog create external boundaries
20

Gambar 2.8. Langkah create external boundaries Program Phase 2


10. Klik Ok
11. Maka akan terbentuk boundaries seperti gambar 3.7

Gambar 2.9. Langkah boundaries Program Phase 2

12. Klik ikon mesh – kemudian pilih mesh setup


21

Gambar 2.10. Langkah mesh setup Program Phase 2


13. Kemudian Isilah kotak dialog mesh setup

Gambar 2.11. Langkah mesh setup Program Phase 2


14. Klik ikon mesh – kemudian pilih discretize
22

Gambar 2.12. Langkah discretize Program Phase 2


15. Klik ikon mesh – kemudian pilih mesh

Gambar 2.13. Langkah mesh Program Phase 2


16. Akan muncul discritize di sekitar boundaries seperti gambar 3.12
23

Gambar 2.14. Langkah mesh Program Phase 2


17. Klik ikon loading – kemudian pilih field stress – masukkan nilai sigma
1,3 dan Z.

Gambar 2.15. Langkah field stress Program Phase 2


18. Kemudian isilah kotak dialog field stress
24

Gambar 2.16. Langkah field stress Program Phase 2


19. Klik Ok

Gambar 2.17. Langkah field stress Program Phase 2


20. Klik properties – kemudian pilih define material – masukkan data yang
telah diapatkan ( C,phi,E dan v)
25

Gambar 2.18. Langkah define material Program Phase 2

21. Akan muncul kotak dialog define material properties

Gambar 2.19. Langkah define material Program Phase 2


22. Ok
23. Kemudian klik X pada bagian pojok kanan atas
24. Klik ikon properties – pilih assign properties
26

Gambar 2.20. Langkah assign properties Program Phase 2


25. Akan muncul kotak dialog kemudian pilih warna dari material yang anda
inginkan.

Gambar 2.21. Langkah assign Program Phase 2


26. Klik excavate. Klik tengah terowongan
27

Gambar 2.22. Langkah Klik excavate Program Phase 2


27. Klik ikon analysis – kemudian pilih compute

Gambar 2.23. Langkah compute Program Phase 2


28. Klik analysis – kemudian pilih interpret
28

Gambar 2.24. Langkah analysis Program Phase 2


29. Akan muncul hasil dari interpret seperti gambar 3.23

Gambar 2.25. Langkah interpret Program Phase 2


29

30.

Gambar 2.26. Langkah horizontal displacement Program Phase 2


31. Dalam laporan buat angka max horizontal dan min horizontal pada bawah
gambar.
32.

Gambar 2.27. Langkah Analisis Program Phase 2


30

33.

Gambar 2.28. Langkah Analisis Program Phase 2

34. Catat lagi nilai max vertikalnya


35.

Gambar 2.29. Langkah total displacement Program Phase 2


31

36.

Gambar 2.30. Langkah Analisis Program Phase 2


37. Catat nilai max total displacement
38.

Gambar 2.31. Langkah strength factor Program Phase 2


32

39.

Gambar 2.32. Langkah add text Program Phase 2

40.

Gambar 2.33. Langkah Analisis Program Phase 2

41. Maka faktor keamanannya yaitu aman dengan data 1.30. didapatkan dari
data (bila 1.25 < tidak aman/ambruk, 1.25 = hati2 dan 1.25 > aman)
33

Gambar 2.34. Langkah text box Program Phase 2

Gambar 2.35. Langkah Analisis Program Phase 2

Ok
34

Gambar 2.36. Langkah Hasil Analisis Program Phase 2

6. Arah kemelurusan umum program DIPS


a. Ukur strike dan dip kekar di sepanjang scanline.

b. Masukkan datastrike dan dip kedalam program DIPS

c. Lalu ikuti prosedur programnya

langkah-langkah program dips

1) Buka program dips, kemudian klik ‘new’

Gambar 2.37. Langkah Klik New Program DIPS


35

2) Maka layar akan seperti gambar dibawah

Gambar 2.38. Langkah strike and dips Program DIPS

3) Sebelum input data strke dan dip,atur dip klikikon palu kemudian pilih DIPR
klik ‘ok’

Gambar 2.39. Langkah job control Program DIPS


4) Masukkan data strike dan dip yang didapat dari pengukuran lapangan
36

Gambar 2.40. Langkah Input Data Program DIPS


5) Klik ikon Rossete untuk merubah data dalam bentuk diagram

Gambar 2.41. Langkah rossete plot Program DIPS

Maka akan muncul diagram rossete


37

Gambar 2.42. Langkah interpert Progam DIPS

2.1.4 Pemantauan (Monitoring)


Beberapa ahli mekanika batuan mengemukakan beberapa faktor dasar
yang mempengaruhi kestabilan pada lubang bukaan tambang adalah keadaan
tegangan di sekitar lubang bukaan, interaksi tegangan dan regangan antara
lubang bukaan yang berdekatan, sifat mekanik dari massa batuan dan sifat
lain dari perlapisan batuan dimana penggalian dilakukan, keadaan air tanah,
bila air tanah dalam jumlah yang besar sebaiknya perlu dilakukan sistem
penyaliran yang baik untuk kestabilan lubang bukaan, macam-macam metode
penggalian lubang bukaan .
Data perpindahan yang didapat akan menjadi parameter dasar dalam
analisis selanjutnya baik untuk kemantapan lubang bukaan, evaluasi
penyanggaan maupun analisis balik. Pemantauan harus rutin dilaksanakan
dan menjadi bagian dari sistem penambangan agar potensi kegagalan struktur
dapat diketahui sejak dini dan dapat segera dilakukan langkah antisipasinya.
Tujuan utama pemantauan adalah untuk menentukan kondisi stabilitas
bukaan bawah tanah dengan cara memberikan data kuantitatif mengenai
kondisi perilaku massa batuan dan penyanggaan. kegiatan monitoring yang
akan di lakukan akan berfokus pada pemantauan penurunan atap (crown
38

subsidence) dan pergeseran secara horizontal pada dinding lubang bukaan


(horizontal convergence).
Pengukuran dengan menggunakan alat stick convergnce berguna
untuk mengukur jarak antara dua titik yang ada di dinding lubang bukaan dan
jarak antara dua titik pada atap dan dasar lubang bukaan. Jika jarak antara dua
titik mula mula besarnya Lo dan setelah waktu ke-t, ke dua titik tersebut
diukur kembali, didapat jarak L, maka perpindahan relatif atau konvergen dari
titik 1 dan 2 pada waktu ke-t adalah:
AL = Lo - Lt ………………………………………….(2.7)
Keterangan :
AL = konvergen dari dua titik pantau, pada waktu ke-t, (mm)
L0 = jarak dua titik pantau mula mula, (mm)
L = jarak dua titik pantau setelah waktu ke-t, (mm)
Dari perhitungan konvergen akan menghasilkan dua kemungkinan
yaitu: Nilai AL bertanda positif, artinya dinding dan atap terowongan yang
diukur makin mengecil, karena jarak akhir (L) semakin pendek. Kemudian
nilai AL bertanda negatif, artinya dinding dan atap lubang bukaan yang
diukur makin membesar, karena jarak akhir (Lt) semakin panjang.
Tiga parameter perpindahan yang dapat digunakan sebagai kriteria
kemantapan lubang bukaan adalah:
2.1.4.1 Besar Perpindahan
Kondisi batuan mengalami ketidakstabilan apabila perpindahan yang
teramati lebih besar dibandingkan perpindahan yang diperkirakan dari teori
elastik. Cording mengemukakan bahwa perpindahan dan loosening sepanjang
bidang lemah mulai terjadi ketika perpindahan yang teramati tiga kali lebih
besar dari perpindahan elastiknya. Jika perpindahan tersebut melebihi
perhitungan perpindahan elastik sebesar lima sampai sepuluh kali, maka
prosedur penggalian dan penyanggaan harus dimodifikasi untuk menghindari
pergerakan yang lebih besar.
2.1.4.2 Kecepatan Perpindahan
Dalam menentukan kriteria kestabilan berdasarkan kecepatan
perpindahan, Cording tidak menyertakan data tentang kondisi massa batuan.
39

Jenis penyangga yang dipakai dan tempat pemantauan yang dilakukan.


Berdasarkan hasil pengamatan disebutkan bahwa dinding lubang bukaan
bawah tanah dikategorikan stabil jika kecepatan perpindahannya 0,001
mm/hari. Kecepatan perpindahan 0,05 mm/hari sudah tergolong besar dan
membahayakan untuk ruang penggalian yang besar (misal ruang pembangkit
tenaga listrik bawah tanah). Jika dinding lubang bukaan mengalami kecepatan
perpindahan melebihi 1 mm/hari maka penyangga harus ditambah karena
sudah sangat membahayakan.
Tabel 2.13. Kriteria kestabilan lubang bukaan bawah tanah menurut cording
(1974):
Kecepatan perpindahan (mm/hari) Kriteria Kestabilan
0.001 Stabil
>0.5 Relative Stabil
≥1 Tidak Stabil
Sumber: Cording (1974)
Zhenxiang (1984) melakukan pemantuan kecepatan perpindahan pada
terowongan Xiaken dan Lingqian (China).Dari hasil pemantuan tersebut
Zhenxiang mengkategorikan kestabilan lubang bukaan sebagai berikut:
Tabel 2.14. Kriteria kestabilan lubang bukaan bawah tanah menurut
Zhenxiang (1984) :
Kecepatan perpindahan (mm/hari) Kriteria Kestabilan
≤0.2 Stabil
0.2-3 Relative Stabil
≥3 Tidak Stabil
Sumber: Zhenxiang (1984)
Perhitungan kecepatan perpindahan ditulis dengan persamaan:
ln  ln 1
v  24 ..............................................................(2.8)
t n  t n 1

Keterangan:
v = laju konvergensi (mm/hari)
ln = angka pengukuran perpindahan (mm)
ln 1 = angka pengukuran perpindahan sebelumnya (mm)
40

t n = waktu pengukuran perpindahan (jam)


tn 1 = waktu pengukuran perpindahan sebelumnya (jam)
24 = faktor pengali (24 jam/hari)
2.1.4.3 Kecepatan Convergence
Ghosh dan Ghose menggunakan kecepatan konvergensi (convergency
velocity) sebagai indikator stabilitas lubang bukaan di tambang bawah tanah,
dengan menyatakan hubungan antara kecepatan kritis dan kecepatan
konvergensi maksimum dengan Rock Mass Rating sebagai berikut :
 0.66 100  R 6
vr  2.25 B ( ) ( )
1000 100 …………………..(2.9)
 0.36 100  R 3.3
vr max  3.3 B (
0.55
) ( )
1000 100
Keterangan:
vr = kecepatan kritis, (mm/hari) R = Rock Mass Rating
vr max = kecepatan konvergence maksimum (mm/hari)
B = lebar lubang bukaan ( m)
 = bobot isi kering (kg/m³)
Kecepatan kritis merupakan sebagai peringatan pertama
ketidakstabilan lubang bukaan, apabila kecepatan konvergensi
mencapai nilai di atas nilai kritis maka atap perlu disangga untuk
mencegah atap runtuh. Jika kecepatan konvergensi lebih kecil dari
pada nilai kecepatan kritis maka atap dapat dianggap dalam kondisi
aman.
2.2 Deskripsi Perusahaan
CV. Tahiti Coal merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
pertambangan, lahan yang dikelola CV. Tahii Coal dulunya merupakan tanah
ulayat Kolok, sijantang. Dimana pada awal tahun 2005 PT. Bukit Asam
sebagai perusahaan yang terlebih dahulu melaksanakan kegiatan pelepasan
lahan kepada pemerintah Kota Sawahlunto. CV. Tahiti Coal telah
melakuakan kegiatan pertambangan batu bara sejak tahun 2005 setelah
memperoleh surat izin kuasa Pertambangan Eksploitasi berdasarkan
keputusan Walikota Sawahlunto Nomor 05.29PERINDAGKOP Tahun 2005,
tentang pemberian izin kuasa pertambangan (KP) Ekploitasi kepada CV.
TAHITI COAL. Selain itu CV. Tahiti Coal juga telah memiliki Izin Usaha
41

Pertambangan (IUP). Operasi produksi batubara berdasarkan keputusan


Walikota Sawahlunto dengan Nomor 05.77. PERINDAGKOP Tahun 2010.
Dilanjutkan dengan perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
produksi dengan No 05.90. PERINDAGKOP Tahun 2010, Tertanggal 21
Oktober 2010 dengan lahan seluas 53,80 Ha berlaku selama 8 (Delapan)
tahun. Secara administrasi lokasi Izin Usaha Pertambang (IUP) berada di
Sangkar Puyuh, Desa Sijantang, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto,
Provinsi Sumatera Barat.Bahan galian yang ditambang CV. Tahiti Coal coal
terbagi dalam tiga golongan diantaranya, Arang A dan Arang B yang
memiliki berat jenis 1300 Kg/m3 dengan kaLory 7600 kkal/kg, Arang C
memiliki berat jenis 1250 Kg/m3 dengan kaLory 7900 kkal/Kg.

2.2.1 Letak Geografis dan Kesampaian Daerah CV. Tahiti Coal


a. Letak Geografis CV. Tahiti Coal
Secara umum letak geografis wilayah penambangan CV. Tahiti Coal
terletak pada koordinat 100°45’10” BT – 100°45’40” BT dan 00°37’20” LS
- 00°37’50” LS. Sedangkan secara rinci IUP CV. Tahiti Coal mempunyai
titik-titik koordinat seperti tercantum pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.15 Koordinat Wilayah Izin Usaha Pertambangan CV. Tahiti Coal

No Bujur Timur Lintang (LU/LS)


.
1. 100º 45’ 19,00’ 0º 37’ 35,00’’
2. 100º 45’ 19,00’’ 0º 37’ 20,00’’
3. 100º 45’ 37,00’’ 0º 37’ 20,00’’
4. 100º 45’ 37,00’’ 0º 37’ 38,00’’
5. 100º 45’ 34,00’’ 0º 37’ 38,00’’
6. 100º 45’ 34,00’’ 0º 37’ 39,00’’
7. 100º 45’ 32,00’’ 0º 37’ 39,00’’
8. 100º 45’ 32,00’’ 0º 37’ 49,00’’
9. 100º 45’ 23,00’’ 0º 37’ 49,00’’
10. 100º 45’ 23,00’’ 0º 37’ 40,00’’
42

11. 100º 45’ 11,00’’ 0º 37’ 40,00’’


12. 100º 45’ 11,00’’ 0º 37’ 35,00’’
13. 100º 45’ 08,7’’ 0º 37’ 35,00’’
14. 100º 45’ 08,7’’ 0º 37’ 28,00’’
15. 100º 45’ 11,0’’ 0º 37’ 28,00’’
16. 100º 45’ 11,0’’ 0º 37’ 25,00’’
Sumber : CV. Tahiti Coal

b. Kesampaian Daerah CV. Tahiti Coal


Secara administratif konsensi penambangan CV. Tahiti
Coal termasuk dalam wilayah penambangan Kecamatan Talawi,
Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Lokasi tambang CV. Tahiti
Coal terletak kurang lebih 100 km arah timur laut dari kota Padang
dan dapat dicapai melalui jalan raya Padang - Solok - Sawahlunto
(100 km). Dari kota Sawahlunto lokasi tambang dapat dicapai
melalui jalan kota Sawahlunto - Talawi. Lokasi dapat dicapai
dengan perjalanan darat selama 2 s.d 3 jam.

Sumber : CV. Tahiti Coal

Gambar 2.3 Peta Kesampaian Daerah Lokasi CV. Tahiti Coal

2.2.2 Kondisi Geologi Regional dan Statigrafi CV. Tahiti Coal


Endapan batubara terjadi pada kala oligosen diendapkan dalam
cekungan antara gunung (Inter Mountain Basin) yang dikenal dengan
43

cekungan ombilin dan mempunyai luas ± 800 km² yang berkembang sejak
awal zaman tersier memanjang pada arah barat – tenggara, searah dengan
struktur geologi yang banyak terdapat patahan ( fault ) dan lipatan
(fold).Lokasi penambangan batubara CV. THC sekarang ini terletak dibagian
barat cekungan ombilin dan terdapat pada formasi batuan yang dikenal
dengan nama formasi sawah lunto. Secara umum lapisan tanah penutup
batubara terdiri dari batulempung (claystone), batupasir (sandstone),
batulanau (siltstone).Formasi Sawahlunto ini terletak pada dua jalur yang
terpisah yaitu jalur yang menjurus dari sawahlunto sampai sawah rasau dan
dari tanah hitam terus ketimur dan kemudian kearah utara yang disebut
perambahan.

2.2.3 Kondisi Statigrafi CV. Tahiti Coal


Secara Regional statigrafi daerah Sawahlunto dapat dibagi menjadi
bagian utama, yaitu komplek batuan Pra-Tertier dan kompak batuan Tertier.
(Sumber: Peta Geologi Lembar Solok. P3G. 2005)

1) Komplek batuan Pra-Tertier terdiri dari:


a) Formasi Silungkang
Nama formasi ini mula-mula diusulkan oleh Klompe, Katil
dan Sekunder pada tahun 1958. Secara fotografi formasi ini masih
dapat dibedakan menjadi empat batuan yaitu: batuan Lava Andesit,
batuan Lava Basalt, batuan Tufa Andesit dan batuan Tufa Basalt.
Umur dan formasi ini diperkirakan Perm sampai Trias.
b) Formasi Tuhur
Formasi ini dicirikan oleh lempung abu-abu kehitaman,
berlapis baik, dengan sisipan-sisipan batu Pasir dan batu Gamping
diperkirakan formasi ini berumur Trias.
2) Komplek batuan Tertier terdiri dari:
a) Formasi Sangkarewang
Nama formasi ini pertama kali di usulkan oleh Kastoyo dan
Silitonga pada 1975. Formasi ini terutama terdiri dari serpih
gampingan sampai napal berwarna coklat kehitaman, berlapis halus
44

dan mengandung fosil ikan serta tumbuhan. Formasi ini diperkirakan


berumur Eosen-Oligosen
b) Formasi Sawahlunto
Nama formasi ini diusulkan oleh R.P Koesumadinata dan Th
Matasak 1979.Formasi ini merupakan formasi yang paling penting
karna mengandung lapisan batubara. Formasi ini dicirikan oleh batu
lanau, batu lemmpung dan batubara yang berselingan satu sama lain.
Diperkirakan formasi ini berumur Oligosen.
c) Formasi Sawah Tambang
Bagian bawah dari formasi ini dicirikan dari beberapa siklus
endapan yang terdiri dari beberapa siklus endapan yang terdiri dari
batu pasir konglomerat, batu lanau, batu lempung. Bagian atas pada
umumnya di dominasi oleh batu pasir konglomerat tanpa adanya
sisipan lempung atau batu lanau. Umur dari formasi ini diperkirakan
lebih tua dari Miosen bawah.
d) Formasi Ombilin
Formasi ini terdiri dari lempung gamping yang berwarna abu-
abu kehitaman, berlapis tipis dan mengandung fosil. Umur dari
formasi ini diperkirakan Miosen bawah
e) Formasi Ranau
Satuan ini terdiri dari Tufa batu apung berwarna abu-abu
kehitaman. Umur dari formasi ini diperkirakan Pleitosen

2.2.4 Iklim dan Curah Hujan


Pada dasarnya, iklim bukan komponen lingkungan yang terkena
dampak, tetapi faktor yang memperbesar intensitas dampak seperti erosi
lahan dan kestabilan lahan atau kekeruhan badan air. Diantara faktor iklim
yang perlu dikemukakan adalah curah hujan. Sebagaimana wilayah kota
sawahlunto pada umumnya, curah hujan tahunan wilayah mencapai 2017.5
mm dan dengan jumlah hari hujan 157 hari. Kompilasi dari hasil penakaran
curah hujan yang di maksud, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
45

Tabel 2.16 Data Curah Hujan Tahun 2017


No Bulan Curah Hujan Hari Hujan Temperatur
(mm) rata-rata

1. Januari 48.50 12 27.23ºC


2. Februari 89.00 10 28.88 ºC
3. Maret 129.00 13 29.71 ºC
4. April 247.00 15 29.46 ºC
5. Mei 68.50 6 30.57 ºC
6. Juni 129.50 9 30.17 ºC
7. Juli 51.00 7 28.52 ºC
8. Agustus 147.50 15 28.20 ºC
9. September 170.50 12 30.12ºC
10. Oktober 308.50 18 30.07ºC
11. November 266.00 16 29.42ºC
12. Desember 363.50 24 28.04ºC
Total 2017.5 157
Sumber: CV. Tahiti Coal

Sesuai dengan posisi geografis pada bagian timur pantai barat propinsi
Sumatera Barat, maka wilayah kegiatan tambang batubara memiliki iklim
tropis sangat basa dengan curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun.

2.2.5 Kualitas Batubara


Kualitas batubara di wilayah konsensi pada umumnya mempunyai
kadar abu sedang, berkalor tinggi dan mempunyai sulfur rendah.
Tabel 2.17 Hasil Analisis Laporan Pengujian
Parameter Uji Hasil (ar) Standar Acuan
Total Moisture 6.71 % ASTM D3302
Inherent 3.01 % ASTM D3173-03
Moisture
Kadar Zat 39.32 % ASTM D3175-02
Terbang
Kadar Abu 4.53 % ASTM D3174-02
Nilai Sulfur 0.23 % ASTM D4239
Sumber: CV. Tahiti Coal
46

2.2. Kerangka konseptual


Input
2. Data Primer 1. Data Sekunder
a. Sampel batuan a. Peta Geologi
b. Data strike dan dip b. Peta Topografi
c. Dimensi terowongan c. Peta Lay out THC-03
d. Data convergence

Proses

1. Perhitungan Metode RMR


a. Nilai UCS didapat dari persamaan 2.3
b. Nilai RQD di ukur secara langsung pada singkapan, Dapat
dilihat pada persamaan 2.4.
c. Nilai spacing of discontinuity di dapat dari tabel 2.3
d. Nilai condition of discontinuity (presistance, aperture,
roughness, infilling, weathering) didapat dari tabel 2.4-2.8.
e. Nilai ground water condition di dapat dari tabel 2.9.
f. Orientation of discontinuity di dapat dari tabel 2.10.

2.Perhitungan nilai FK dan tegangan rata-rata didapat dari pemodelan


2D menggunakan Phase 2.
Parameter criteria Mohr-Coulomb Phase 2 :
a. Tensile strength (MPa)
b. Friction angel (º)
c. Cohesi (MPa)
d. Young modulus (MPa)
e. Poisson ratio
3. Arah kelurusan umum Program DIPS
a. Strike dan dip
4. Nilai convergence di dapat dari pengukuran secara langsung pada
lubang THC-03 yang akan di ukur di 3 stasiun,pemantaun dilakukan
selama 10 hari dimana dalam 1 hari dilakukan 3 kali pengkuran (pagi
, siang dan sore hari).

Out put
1. Kelas massa batuan
2. Nilai FK dan tegangan rata-rata
3. Nilai convergence

Gambar 2.3. Kerangka Konseptual


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu, dalam penelitian ini,penulis menggunakan pendekatan
penelitian deskirptif dan verifikatif. Karena adanya variable-variabel yang akan
di telaah hubungannya serta tujuaanya untuk menyajikan gambaran secara
terstruktur dan factual, mengenai fakta-fakta hubungannya antara variable yang
diteliti. Adapun jenis penelitian ini menurut tujuannya adalah berbentuk
peneltitian terapan (Applied research). Penelitian terapan adalah penelitian yang
bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis ).
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada CV.Tahiti Coal, secara administratif lokasi
penelitian terletak di di Tanah Kuning Desa Batu Tanjung kec. Talawi kota
Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan sebab serta akibat yang terjadi serta
melatarbelakangi dilakukannya sebuah penelitian. Pada dasarnya variabel
penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulan (sugiyono,2012 dalam yudha 2020).
Variabel penelitian ini adalah keterdapatan struktur geologi baik berupa
kekar (zona lemah), patahan maupun lipatan , abutment stress. Hasil yang
didapat dihubungkan kedalam parameter RMR (rock mass rating) sehingga
menghasilkan kelas massa batuan ,nilai FK serta Nilai Convergence THC-03
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
1. Data Primer
Data primer terdiri dari pengambilan sampel batuan,data strike
dan dip, dimensi terowongan serta data convergence.

47
48

2. Data Sekunder
Data sekunder berupa data peta geologi,peta topografi dan peta lay
out lubang CV. Tahiti Coal.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain berasal
dari: penggabungan antara teori dengan data-data lapangan dari CV.Tahiti
Coal, sehingga dari keduanya didapat pendekatan penyelesaian masalah.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Adapun data yang dikumpulkan untuk menunjang penelitian ini
adalah sebagai berikut:
3.5.1 Data Primer
1. Data sampling batuan didapat dengan teknik pengambilan random
sampling yaitu, pengambilan sampling secara acak yang diambil 2
lapisan batuan berupa 5 sampel batubara dan 5 sampel batulanau.
2. Data uniaxial compressive strength didapat dengan melakukan pengujian
sifat mekanik batuan menggunakan alat point load index.
3. Data strike dan dip diukur di 3 stasiun dengan masing-masing panjang
scanline 10 m menggunakan kompas geologi. Penggunaan scanline 10m
berdasarkan ISRM (international society for rock mechanics) 1981.
4. Data dimensi lubang diperoleh dari pengukuran di lubang bukaan
menggunakan meteran.
5. Data convergence di ukur pada 3 stasiun selama 10 hari yang di bagi
menjadi crown subsidence dan horizontal convergence menggunakan
stick convergence.
3.5.2 Data Sekunder
1. Data peta geologi didapat dari arsip perusahaan.
2. Peta topografi diperoleh dari arsip perusahaan.
3. Peta lay out CV. Tahiti Coal dari arsip perusahan
3.6 Teknik Pengolahan Data
Penentuan rekomendasi penyangga pada tunnel THC-03 CV. Tahiti
Coal menggunakan metode Rock Mass Rating (RMR) untuk mencapai
tujuan penelitian maka dilakukan pengolahan data yang menggunakan
49

rumus – rumus dan pendekatan sebagai berikut:


1. Perhitungan Metode Rock Mass Rating (RMR)
a. Unconfined Compressive Strength (UCS), nilai UCS (  c ) didapat dari
pengujian point load index.dapat dilihat dari persamaan 2.3.
b. Rock Quality Design (RQD) pengukuran dilakukan secara langsung
pada singkapan batuan (Priest & Hundson, 1976). Dapat dilihat dari
persamaan 2.4.
c. Spacing of Discontinuity, diamati sepanjang scanline 10 m,bobot
spacing of discontinuity dapat dilihat pada tabel 2.3.
d. Condition of Discontinuity, diamati sepanjang scanline 10 m,
Condition of Discontinuity antara lain:
d.1.Presistance, dapat dilihat pada tabel 2.4.
d.2.Aperture, dapat dilihat pada tabel 2.5.
d.3.Roughness, dapat dilihat pada tabel 2.6.
d.4.Infilling, dapat dilihat pada tabel 2.7.
d.5.Weathering, dapat dilihat pada tabel 2.8.
e. Ground Water Condition, diamati berdarsarkan tabel 2.9.
f. Orientation of Discontinuities, diamati berdasarkan tabel 2.10.
2. Pemodelan 2D Software phase 2
Pemodelan 2D software phase 2 ini digunakan sebagai
interpretasi keadaan terowongan di lapangan dimana untuk mengetahui
nilai faktor keamanan dan tegangan rata-rata maka perameter yang
diperlukan yaitu : tensile strength (MPa), friction angel (°), cohesi
(MPa), young modulus (MPa), poisson Ratio
Permodelan rekomendasi sistem penyanggaan bertujuan untuk
memberikan informasi faktor keamanan dan tegangan rata-rata
terowongan sebelum dan setelah di lakukan pemasangan sistem
penyanggaan berdasarkan rekomendasi RMR (Rock Mass Rating).
3. Pemantauan (Monitoring)
Monitoring pada lubang bukaan bertujuan mendapatkan nilai
convergence, dimana dalam kegiatan monitoring yang akan di ukur di
bagi atas 2 yaitu crown subsidence dan horizontal
50

convergence.pengukuran crown subsidence berfokus pada pergerakan


floor dan ground sedangkan horizontal convergence berfokus pada
bagian sisi dinding lubang bukaan.nilai perpindahan relative di dapatkan
dari persamaan 2.7.Kecepatan perpindahan lubang bukaan akan di dapat
dari persamaan 2.8 dimana nilai kecepatan perpindahan akan mengacu
pada tabel 2.13 menurut Cording (1974) dan tabel 2.14 menurut
Zhenxiang (1984).kecepatan konvergensi akan didapat dari persamaan
2.9.
Hasil dari data pemantauan yang di lakukan di 3 stasiun akan di
olah menggunakan Microsoft excel dan akan di gambarkan berdasarkan
grafik .

Sumber: Annisa Hanim. D, 2019

Gambar 3.41. Total Perpindahan Pada Dinding Kiri

3.7 Teknik Analisis data


1. Kelas massa batuan
Analisa kelas massa batuan dengan menggunakan metode geomekanika
(RMR) Bieniawski 1989.Metode ini memiliki 5 parameter utama dan 1
parameter pengontrol untuk membagi massa batuan.Dimana dari 6 paramter
tersebut akan di dapatkan kelas massa batuan sehingga dari kelas masssa batuan
tersebut di dapatkan rekomendasi penyanggaan yang tepat.
2. Nilai Faktor Keamanan dan Tegangan Rata-rata
Nilai faktor keamanan akan di dapatkan dari pemodelan 2D menggunakan
software Phase 2 dengan criteria Mohr-Coulomb yang memiliki 6 parameter
51

sebagai penentu nilai FK pada lubang bukaan THC-03. Hasil dari analisa akan
mengacu pada KEPMEN ESDM No.1827 Tahun 2018.
3. Nilai Convergence
Nilai convergence akan di dapat dari pengukuran perpindahan pada crown
subsidence dan horizontal convergence, perpindahan relative di dapatkan dari
persamaan 2.7. Kecepatan perpindahan lubang bukaan akan di dapat dari
persamaan 2.8 dimana nilai kecepatan perpindahan akan mengacu pada tabel
2.13 dimana nilai kecepatan perpindahan mengacu pada tabel 2.13 menurut
Cording dan tabel 2.14 menurut Zhenxiang .kecepatan konvergensi akan didapat
dari persamaan 2.9.

3.8 Kerangka Metodologi

Studi Literatur

Analisis Terowongan Berdasarkan Klasifikasi Geomekanika


(Rock Mass Rating) Tunnel THC-03 CV.Tahiti Coal

Identifikasi masalah
1.Adanya penyangga yang patah pada terowongan THC-
03
2.Di jumpainya air limpasan yang menetes di bagian atap
terowongan.
3.Banyaknya kekar di jumpai disekitar terowongan THC-
03
4.Adanya ambrukan di crosscut THC-03

Tujuan
1.Menganlisis kelas massa batuan di THC-03.
2.Menganalisis FK dan Tegangan rata-rata di THC-03.
3.Menganalisis nilai convergence di THC-03.

Pengumpulan data

Data Primer Data Sekunder


1) Sampel Batuan 1) Peta Geologi
2) Data strike dan dip 2) Peta Topografi
3) Dimensi Terowongan 3) Peta Lay Out THC-
4) Data Convergence
03
52

Pengolahan Data
1. Perhitungan Metode RMR
2. Perhitungan nilai FK dan tegangan rata-rata didapat dari
pemodelan 2D menggunakan Phase 2.
3. Arah kelurusan umum menggunakan Program DIPS
4. Data convergence akan di olah menggunakan Microsoft excel dan
akan di gambarkan berdasarkan grafik .

Analisis Data
1. Kelas massa batuan di analisis berdasarkan
pembobotan RMR.
2. Nilai FK di analisis mengacu pada kepmen
ESDM No.1827 tahun 2018.
3. Nilai convergence di analisis mengacu pada
tabel cording (1974) dan Zhenxiang (1984)

Hasil
1. Kelas massa batuan
2. Nilai FK dan tegangan rata-rata
3. Nilai convergence

Gambar 3.42 Bagan Alir Penelitian


BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data


Data-data yang penulis dapatkan pada saat penelitian yang dilakukan di CV.
Tahiti Coal adalah sebagai berikut:
4.1.1. Data Primer
4.1.1.1 Data Sampel Batuan
Sampel batuan diambil secara Random Sampling yaitu pengambilan
secara acak pada lapisan batulanau dan batubara jumlah sampel batuan yang
diambil sejumlah 5 sampel perlapisan batuan. Titik koordinat sampel batuan
diambil menggunakan GPS Garmin dan plot lokasi Google earth.

Gambar 4.1. Pengambilan titik koordinat sampel

Pengambilan letak dan titik sampel batuan menggunakan alat GPS Garmin dan
software Google Earth, dari pengukuran positioning sampel batuan di dapatkan
data koordinat sampel batuan sebagai berikut :
Tabel 4.1. Data koordinat sampel batuan
KOORDINAT
SAMPEL BATUAN
E (timur) S (selatan)
Sampel 1 100°45’34.0’’ 0°37’31.5’’
Sampel 2 100°45’28.3’’ 0°37’27.7’’
Sampel 3 100°45’30.7’’ 0°37’31.4’’

53
54

Sampel 4 100°45’25.9’’ 0°37’31.6’’


Sampel 5 100°45’21.3’’ 0°37’31.2’’

4.1.1.2 Jumlah kekar


Pengamatan jumlah kekar diamati pada lapisan Siltstone (batulanau) dan
batubara sepanjang scanline 10 meter, dari pengamatan tersebut didapat 10 buah
kekar pada lapisan batulanau, 6 buah kekar lapisan batubara pada stasiun 1 , 23
kekar pada stasiun 2 dan 10 kekar pada stasiun 3.

A B
A

Gambar 4.2. Pengukuran kekar disepanjang scanline, (a) lapisan batubara, (b)
lapisan batulanau

4.1.1.3 Data Strike dan Dip kekar


Pengukuran Strike dan Dip dilakukan pada setiap kekar yang ditemukan
pada disepanjang Scanline lapisan batuan. Data ini diukur dengan alat kompas
geologi Brunton. Berikut data Strike dan Dip kekar yang diperoleh :
a. Scanline di Batubara
Pengukuran kekar pada stasiun 1 berada pada elevasi 93.7 meter, panjang
scanline yang digunakan sepanjang 10 meter dari pengukuran kekar pada stasiun
1 didapatkan kekar sebanyak 6 kekar, berikut data jumlah kekar yang di dapatkan
pada stasiun 1 :
55

Tabel 4.2. hasil pengamatan scanline di batubara


Strike
No Scanline (meter) Jumlah Kekar Dip (°)
(°E)
1 0-1 1 169 62
2 1-2 - - -
3 2-3 - - -
4 3-4 1 176 76
5 4-5 - - -
6 5-6 - - -
7 6-7 - - -
8 7-8 1 144 81
186 88
9 8-9 2
190 86
10 9-10 1 184 37

Pengukuran kekar pada stasiun 2 berada pada elevasi 119.5 meter, panjang
scanline yang digunakan sepanjang 10 meter dari pengukuran kekar pada stasiun
2 didapatkan kekar sebanyak 20 kekar, berikut data jumlah kekar yang di
dapatkan pada stasiun 2 :

Tabel 4.3. hasil pengamatan scanline di batubara


No Scanline (meter) Jumlah Kekar Strike (°E) Dip (°)
143 81
95 65
108 85
1 0-1 6
150 82
146 78
153 31
120 85
2 1-2 3 90 87
136 54
125 49
112 89
3 2-3 4
250 66
248 70
4 3-4 - - -
5 4-5 2 115 89
56

235 70
132 87
6 5-6 115 77
142 31
7 6-7 - - -
155 31
8 7-8 2
120 87
143 80
9 8-9 2
112 85
10 9-10 1 118 77

Pengukuran kekar pada stasiun 3 berada pada elevasi 127.24 meter, panjang
scanline yang digunakan sepanjang 10 meter dari pengukuran kekar pada stasiun
3 didapatkan kekar sebanyak 13 kekar, berikut data jumlah kekar yang di
dapatkan pada stasiun 3 :

Tabel 4.4. hasil pengamatan scanline di batubara


No Scanline (meter) Jumlah Kekar Strike (°E) Dip (°)
1 0-1 -- - -
170 36
154 31
2 1-2 4
234 42
141 31
172 51
139 78
3 2-3 4
165 45
224 38
4 3-4 0 - -
258 58
5 4-5 3 250 66
248 71
150 82
6 5-6 2
146 56
7 6-7 - - -
8 7-8 - - -
9 8-9 - - -
10 9-10 - - -
57

b. Scanline di Batulanau
Pengukuran kekar pada batulanau dilakukan pengukuran diatas terowongan
panjang scanline yang digunakan sepanjang 10 meter dari pengukuran kekar pada
batulanau didapatkan kekar sebanyak 10 kekar, berikut data jumlah kekar yang di
dapatkan pada batulanau:

Tabel 4.5. hasil pengamatan scanline di batulanau


No Scanline (meter) Jumlah Kekar Strike (°E) Dip (°)
1 0-1 1 116 81
2 1-2 1 128 80
3 2-3 1 139 52
4 3-4 1 136 50
5 4-5 1 140 81
6 5-6 1 136 77
7 6-7 1 236 73
8 7-8 1 135 80
9 8-9 1 137 41
10 9-10 1 140 26

A B

Gambar 4.3. Pengukuran Strike dan Dip kekar disepanjang scanline, (a) lapisan
batubara, (b) lapisan batulanau
58

4.1.1.4 Data Dimensi Terowongan


Pengukuran dilakukan dengan mengukur lebar atas, lebar tengah,lebar
bawah, tinggi lubang bukaan. Pengukuran dimensi lubang bukaan di ukur di tiga
stasiun yang memiliki beda elevasi.

Gambar 4.4. Pengukuran dimensi lubang bukaan


Pengukuran dimensi terowongan dilakukan pada 3 stasiun demi
mendapatkan dimensi rata-rata, pengukuran diemensi terowongan mencakupi
tinggi dari dasar ground sampai ke floor terowongan dan lebar terowongan
berdasarkan jarak antar sisi samping kiri dan kanan, Berikut data dimensi yang
didapatkan dari hasil pengukuran:
Tabel 4.6. Data Dimensi Terowongan
Luas
Penampang
Ukuran (mm)
Stasiun (m²)
Pengukuran
Lebar Lebar
Tinggi
Atas Bawah
1 3180.33 2840.07 3280.55 9.174
2 2750.55 2460.10 2875.77 6.920
3 2520.36 2200.20 2620.33 5.655
59

4.1.2. Data Sekunder


Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini berguna untuk
penunjang data yang dibutuhkan dalam pengolahan data. Data sekunder didapat
dari arsip perusahaan berupa:

4.1.2.1 Peta IUP CV. Tahiti Coal


Peta IUP nantinya akan dipergunakan dalam menentukan koordinat
dalam pengamilan sampel batuan, peta IUP dapat dilihat pada lampiran 2.
4.1.2.2 Peta Geologi
Peta Geologi sebagai acuan dalam menentukan formasi batuan pada
daerah CV. Tahiti Coal, peta geologi dapat dilihat pada lampiran 2.
4.1.2.3 Peta Topografi CV. Tahiti Coal dapat dilihat pada lampiran 2.
4.1.2.4 Peta Hidrologi CV Tahiti Coal dapat dilihat pada lampiran 2.
4.1.2.5 Peta Layout CV Tahiti Coal dapat dilihat pada lampiran 2.

4.2. Pengolahan Data


4.2.1. Perhitungan metode Rock mass Rating
4.2.1.1 Unconfined Compressive Strength (UCS), nilai UCS (  c ) didapat dari
pengujian point load index.dapat dilihat dari persamaan 2.3.
Uji Point load index Merupakan uji kuat tekan batuan dengan mengikuti
standar ASTM D5731-16, sedangkan untuk pengolahannya menggunakan
persamaan pers 2.1 , 2.2 dan 2.3.

A B

Gambar 4.5. Pengujian Point load index


60

Pengujian PLI (point load index ) menggunakan alat point load index
dengan meletakkan sampel batuan pada konus dan diberi tekanan sehingga di
dapatkan nilai index strenght dari sampel batuan, sampel batuan terlebih dahulu di
sayat dengan ukuran yang mengacu kepada standart ASTM sehingga layak untuk
dilakukan testing material. Hasil pengujian point load index dapat dilihat tabel
dibawah ini:
Tabel 4.7. Data pengujian Point load index
Nama sampel Diameter Diameter konus Tekanan (P)
sampel (cm) (cm) (Kg/cm²)
Sampel Batubara 1 3.130 2.960 30
Sampel Batubara 2 3.850 3.840 10
Sampel Batubara 3 3.960 3.830 15
Sampel Batubara 4 3.870 3.850 20
Sampel Batubara 5 3.740 3.720 20
Sampel Batulanau 1 3.140 3.130 10
Sampel Batulanau 2 2.880 2.860 20
Sampel Batulanau 3 3.160 3.150 20
Sampel Batulanau 4 3.180 3.140 25
Sampel Batulanau 5 3.570 3.530 20

Hasil dari pengujian point load index tersebut kemudian di masukkan ke


persamaan 2.1,2.2 dan 2.3, untuk mendapatkan nilai Unconfined compressive
strength. Sehingga didapatkan nilai sebagai berikut :

Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Is dan  c


Nama Sampel batuan Is ((Kg/cm²)  c (Mpa)
Sampel Batubara 1 0.987 2.226
Sampel Batubara 2 0.213 0.408
Sampel Batubara 3 0.326 0.735
Sampel Batubara 4 0.426 0.960
Sampel Batubara 5 0.449 1.125
Sampel Batulanau 1 0.292 0.658
Sampel Batulanau 2 0.674 1.520
Sampel Batulanau 3 0.580 1.308
Sampel Batulanau 4 0.732 1.654
Sampel Batulanau 5 0.487 1.098
61

4.2.1.2 Rock Quality Designation (RQD) pengukuran dilakukan secara langsung


pada singkapan batuan (Priest & Hundson, 1983). Dapat dilihat dari
persamaan 2.4.

Gambar 4.6 Gambar kekar scanline 0-1meter di Batubara

Berdasarkan gambar 4.6 pada lapisan batubara kekar, ditunjukkan oleh


panah warna merah, Nilai RQD di dapatkan dengan menggunakan persamaan 2.4,
maka nilai RQD adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9. hasil perhitungan Nilai RQD pada Batubara
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
scanline kekar RQD Scanline kekar RQD Scanline Kekar RQD
0-1 1 99.531 0-1 6 87.809 0-1 0 100
1-2 0 100 1-2 3 96.2 1-2 4 93.8
2-3 0 100 2-3 4 93.8 2-3 4 93..8
3-4 1 99.531 3-4 0 100 3-4 0 100
4-5 0 100 4-5 2 98.247 4-5 3 96.2
5-6 0 100 5-6 3 96.2 5-6 2 98.247
6-7 0 100 6-7 0 100 6-7 0 100
7-8 0 100 7-8 2 98.247 7-8 0 100
8-9 2 98.247 8-9 2 98.247 8-9 0 100
9-10 1 99.531 9-10 1 99.531 9-10 1 99.531

4.2.1.3 Spacing of discontinuity


Rekahan (kekar) cenderung akan mempeburuk kekuatan batuan tersebut.
Nilai dari spasi bidang diskontinuitas didapatkan berdasarkan pada Tabel 2.3 di
tiga stasiun di dapatkan very close yaitu jarak antar bidang diskontinuity < 0.06 m.
62

4.2.1.4 Condition of discontinuity


1. persistence
Nilai dari presistance didapatkan berdasarkan pengamatan langsung
dilapangan dan mengacu pada tabel 2.4. nilai presistance sangat pendek
dengan panjang < 1m.
2. Aperture
Nilai dari aperture didapatkan berdasarkan pengamatan langsung di
lapangan dan mengacu pada tabel 2.5. Nilai dari aperture lebar dengan lebar
1-5 mm.
3. Roughness
Nilai dari Roughness didapatkan berdasarkan pengamatan langsung di
lapangan dan mengacu pada tabel 2.6. Nilai dari roughness (Smooth) .
4. Infilling
Nilai dari infilling didapatkan berdasarkan pengamatan langsung di
lapangan dan mengacu pada tabel 2.7. Nilai dari infilling (none) .
5. Weathered
Nilai dari weathered didapatkan berdasarkan pengamatan langsung di
lapangan, Nilai dari weathered (highly weathered) .
4.2.1.5 Ground Water Condition
Nilai dari ground water condition didapatkan berdasarkan pengamatan
langsung di lapangan, Nilai dari ground water condition (Completely dry) .
4.2.1.6 Orientation of Discontinuities
Nilai dari orientation of discontinuities for tunneling.
4.2.2 Permodelan Rekomendasi Sistem Penyanggaan
Permodelan dilakukan dengan menggunakan software phase2 v.8.0.
Parameter kriteria Mohr-Coulomb:

4.2.2.1 Tensile Strength (MPa)


Nilai tensile strength didapat dari hubungan dengan nilai index
strength (Is) berdasarkan persamaan 2.7.
63

 t  Is(50 ) 0.826
 t  3,424 0,826
 t  0,270 MPa
4.2.2.2 Friction Angel (°)
Nilai dari Friction Angel didapat dari nilai Pembobotan massa
batuan dengan metode rock mass rating dimana kelas massa batuan pada
batubara yaitu kelas III dengan nilai Friction Angel (30°).

4.2.2.3 Cohesi (MPa)


Nilai dari Cohesi didapat dari nilai Pembobotan massa batuan
dengan metode rock mass rating dimana kelas massa batuan pada batubara
yaitu kelas III dengan nilai Cohesi (0,25 MPa).

4.2.2.4 Young Modulus (MPa)


Nilai young mdulus didapatkan dengan persamaan 2.8.

[ RMR 10 ]
Eme   10 40

[ 49 10 ]
Eme   10 40
 100,975  9,440 GPa  9440 MPa

4.2.2.5 Poisson Ratio


Nilai poisson ratio di dapatkan dengan pendekatan dengan nilai
UCS (unconfined comprehensive strength),berdasarkan Persamanan 2.9.
1  sin (0,64  )
v
2
1  sin (0,64 30)
v
2
1  sin 19,2
v  0,335
2
4.2.2.6 Sigma 1 dan sigma 3
Nilai sigma 1 didapat dari persamaan berikut:
2 C cos 
1 
1  sin 
2  0,25  cos 30
1   0,866 MPa
1  sin 30
64

2 C cos 
3 
1  sin 
2  0,866  0,25  cos 30
3   0,224 MPa
1  sin 30
a. Faktor Keamanan dan Tegangan Rata-rata
Nilai faktor keamanan di dapat dari permodelan 2D menggunakan software
phase 2 dimana dalam perhitungan faktor keamanan menggunakan kriteria Mohr-
Coulomb dengan parameter dan persamaan seperti di atas. Nilai Faktor keamanan
mangacu pada Kepmen ESDM No.1827 tahun 2018 dimana jika nilai FK > 1.25
dinyatakan Stabil , FK 1.0 - 1.25 dinyatakan relative stabil dan FK < 1.25
dinyatakan tidak stabil.

Tabel 4.10. Data faktor keamanan dan tegangan Rata-rata THC-03


No Faktor Keamanan Tegangan Rata-rata
1 0,78 0,42
2 0,78 0,91
3 1,04 1,12
4 1,04 1,05
5 0,78 0,77
6 0,78 0,42
7 0,78 0,21
8 0,78 0,28
9 1,04 0,21
10 1,04 0,14
11 0,78 0,14
12 0,78 0,14
13 0,78 0,07
14 0,78 0,21
15 1,04 0,14
16 1,04 0,28
17 1,04 1,05
18 1,04 0,91
19 1,04 0,84
20 1,04 0,84
21 1,04 0,91
65

22 1,04 1,19
23 0,78 0,14
24 0,78 0,14
25 0,78 0,14
26 0,78 0,07
27 0,78 0,21
28 1,04 0,14
29 1,04 0,28
30 1,04 1,05

4.2.3 Arah Kelurusan Umum Kekar


setelah mendapatkan nilai dari strike dan dip kekar, nilai tersebut
dimasukkan kedalam software DIPS 5.1, berikut adalah hasil dari arah kelurusan
umun kekar:

Gambar 4.7 kelurusan umum kekar di batubara ST.1 berdasarkan software DIPS

Dominant straigness atau kelurusan umum setelah diolah dengan program


DIPS 5.1 berada pada arah 0-10°,nilai ini menunjukkan arah gaya terbesar
seandainya terjadi ambrukan mengarah pada nilai 0-10°.
66

Gambar 4.8 kelurusan umum kekar di batubara ST.2 berdasarkan software DIPS

Dominant straigness atau kelurusan umum setelah diolah dengan program


DIPS 5.1 berada pada arah 110-120°,nilai ini menunjukkan arah gaya terbesar
seandainya terjadi ambrukan mengarah pada nilai 110-120°.

Gambar 4.9 kelurusan umum kekar di batubara ST.3 berdasarkan software DIPS

Dominant straigness atau kelurusan umum setelah diolah dengan program


DIPS 5.1 berada pada arah 75-80°,nilai ini menunjukkan arah gaya terbesar
seandainya terjadi ambrukan mengarah pada nilai 75-80°.
67

Gambar 4.10. kelurusan umum kekar di batulanau berdasarkan software DIPS

Dominant straigness atau kelurusan umum setelah diolah dengan program


DIPS 5.1 berada pada arah 130-140°,nilai ini menunjukkan arah gaya terbesar
seandainya terjadi ambrukan mengarah pada nilai 130-140°.

4.2.4 Pemantauan (Monitoring)


Monitoring pada lubang bukaan bertujuan mendapatkan nilai convergence,
dimana dalam kegiatan monitoring yang akan di ukur di bagi atas 2 yaitu crown
subsidence dan horizontal convergence, pematauan di lakukan pada jam 9:00
,12:15 dan 16:20 dikarenakan membutuhkan waktu perjalanan menuju tempat
pengamatan (stasiun 1,2 dan 3). Nilai perpindahan relative di dapatkan dari
persamaan 2.7. Kecepatan perpindahan lubang bukaan akan di dapat dari
persamaan 2.8 sebagai berikut :
a. Kecepatan Perpindahan
l n  l n 1
v  24
t n  t n 1
68

Kecepatan perpindahan Crown Subsidence pada stasiun 1 di hitung dengan


persamaan 2.8, maka di dapatkan nilai displacement dan kecepatan perpindahan pada
Crown Subsidence sebagai berikut :
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Kecepatan Perpindahan Crown Subsidence Stasiun
1
Lama Lama Displaceme Kecepatan
penga pengama nt (mm) perpindahan
No Monitoring
matan tan (hari) (mm/hari)
(jam)
6/03/20 9:00 0 0 0 0
1 6/03/20 12:15 0 0 0 0
6/03/20 16:20 0 0 0 0
7/03/20 9:00 24 1 0 0
2 7/03/20 12:15 24 1 0 0
7/03/20 16:20 24 1 0 0
8/03/20 9:00 24 1 0 0
3 8/03/20 12:15 24 1 0 0
8/03/20 16:20 24 1 0 0
9/03/20 9:00 24 1 0 0
4 9/03/20 12:15 24 1 0 0
9/03/20 16:20 24 1 0 0
11/03/20 9:00 48 2 0.9 0,0375
5 11/03/20 12:15 48 2 0.9 0,0375
11/03/20 16:20 48 2 0.9 0,0375
12/03/20 9:00 24 1 0 0
6 12/03/20 12:15 24 1 0 0
12/03/20 16:20 24 1 0 0
13/03/20 9:00 24 1 0 0
7 13/03/20 12:15 24 1 0 0
13/03/20 16:20 24 1 0 0
14/03/20 9:00 24 1 0 0
8 14/03/20 12:15 24 1 0 0
14/03/20 16:20 24 1 0 0
15/03/20 9:00 24 1 0,07 0,07
9 15/03/20 12:15 24 1 0,07 0,07
15/03/20 16:20 24 1 0,07 0,07
16/03/20 9:00 24 1 0,07 0,07
10 16/03/20 12:15 24 1 0,07 0,07
16/03/20 16:20 24 1 0,07 0,07
Jumlah 720 30 0,4387 0,5325

Rata-rata 24 1 0,0146 0,01775


69

Kecepatan perpindahan Crown Subsidence pada stasiun 2 di hitung dengan


persamaan 2.8, maka di dapatkan nilai displacement dan kecepatan perpindahan pada
Crown Subsidence sebagai berikut :

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Kecepatan Perpindahan Crown Subsidence Stasiun


2
Lama Lama Displaceme Kecepatan
penga penga nt (mm) perpindahan
No Monitoring
matan matan (mm/hari)
(jam) (hari)
6/03/20 9:00 0 0 0 0
1 6/03/20 12:15 0 0 0 0
6/03/20 16:20 0 0 0 0
7/03/20 9:00 24 1 0 0
2 7/03/20 12:15 24 1 0 0
7/03/20 16:20 24 1 0 0
8/03/20 9:00 24 1 0,86 0,86
3 8/03/20 12:15 24 1 0,86 0,86
8/03/20 16:20 24 1 0,86 0,86
9/03/20 9:00 24 1 0,86 0,86
4 9/03/20 12:15 24 1 0,86 0,86
9/03/20 16:20 24 1 0,17 0,085
11/03/20 9:00 48 2 0,17 0,085
5 11/03/20 12:15 48 2 0,17 0,085
11/03/20 16:20 48 2 0,17 0,085
12/03/20 9:00 24 1 0,24 0,24
6 12/03/20 12:15 24 1 0,24 0,24
12/03/20 16:20 24 1 0,24 0,24
13/03/20 9:00 24 1 1,41 1,41
7 13/03/20 12:15 24 1 1,41 1,41
13/03/20 16:20 24 1 1,41 1,41
14/03/20 9:00 24 1 1,41 1,41
8 14/03/20 12:15 24 1 1,41 1,41
14/03/20 16:20 24 1 1,41 1,41
15/03/20 9:00 24 1 0,29 0,29
9 15/03/20 12:15 24 1 0,29 0,29
15/03/20 16:20 24 1 0,29 0,29
16/03/20 9:00 24 1 0,29 0,29
10 16/03/20 12:15 24 1 0,29 0,29
16/03/20 16:20 24 1 0,29 0,29
Jumlah 720 30 15,9 15,56

Rata-rata 24 1 0,53 0,51866


70

Kecepatan perpindahan Crown Subsidence pada stasiun 3 di hitung dengan


persamaan 2.8, maka di dapatkan nilai displacement dan kecepatan perpindahan pada
Crown Subsidence sebagai berikut :
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Kecepatan Perpindahan Crown Subsidence Stasiun
3

Lama Lama Displacemen Kecepatan


penga pengamat t (mm) perpindahan
No Monitoring matan an (hari) (mm/hari)
(jam)
6/03/20 9:00 0 0 0 0
1 6/03/20 12:15 0 0 0 0
6/03/20 16:20 0 0 0 0
7/03/20 9:00 24 1 0 0
2 7/03/20 12:15 24 1 0 0
7/03/20 16:20 24 1 0 0
8/03/20 9:00 24 1 0 0
3 8/03/20 12:15 24 1 0 0
8/03/20 16:20 24 1 0 0
9/03/20 9:00 24 1 0 0
4 9/03/20 12:15 24 1 0 0
9/03/20 16:20 24 1 0 0
11/03/20 9:00 48 2 0 0
5 11/03/20 12:15 48 2 0 0
11/03/20 16:20 48 2 0 0
12/03/20 9:00 24 1 0 0
6 12/03/20 12:15 24 1 0 0
12/03/20 16:20 24 1 0 0
13/03/20 9:00 24 1 0,38 0,38
7 13/03/20 12:15 24 1 0,38 0,38
13/03/20 16:20 24 1 0,38 0,38
14/03/20 9:00 24 1 0,38 0,38
8 14/03/20 12:15 24 1 0,38 0,38
14/03/20 16:20 24 1 0,38 0,38
15/03/20 9:00 24 1 0,12 0,12
9 15/03/20 12:15 24 1 0,12 0,12
15/03/20 16:20 24 1 0,12 0,12
16/03/20 9:00 24 1 0,12 0,12
10 16/03/20 12:15 24 1 0,12 0,12
16/03/20 16:20 24 1 0,12 0,12
Jumlah 720 30 3 3
Rata-rata 24 1 0,1 0,1
71

Kecepatan perpindahan Horizontal Convergence pada stasiun 1 di hitung dengan


persamaan 2.8, maka di dapatkan nilai displacement dan kecepatan perpindahan pada
Horizontal Convergence sebagai berikut :

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Kecepatan Perpindahan Horizontal Convergence


Stasiun 1
Lama Lama Displaceme Kecepatan
penga pengama nt (mm) perpindahan
No Monitoring matan tan (hari) (mm/hari)
(jam)
6/03/20 9:00 0 0 0 0
1 6/03/20 12:15 0 0 0 0
6/03/20 16:20 0 0 0 0
7/03/20 9:00 24 1 0 0
2 7/03/20 12:15 24 1 0 0
7/03/20 16:20 24 1 0 0
8/03/20 9:00 24 1 0 0
3 8/03/20 12:15 24 1 0 0
8/03/20 16:20 24 1 0 0
9/03/20 9:00 24 1 0 0
4 9/03/20 12:15 24 1 0 0
9/03/20 16:20 24 1 0 0
11/03/20 9:00 48 2 0 0
5 11/03/20 12:15 48 2 0 0
11/03/20 16:20 48 2 0 0
12/03/20 9:00 24 1 0 0
6 12/03/20 12:15 24 1 0 0
12/03/20 16:20 24 1 0 0
13/03/20 9:00 24 1 0 0
7 13/03/20 12:15 24 1 0 0
13/03/20 16:20 24 1 0 0
14/03/20 9:00 24 1 0 0
8 14/03/20 12:15 24 1 0 0
14/03/20 16:20 24 1 0 0
15/03/20 9:00 24 1 0 0
9 15/03/20 12:15 24 1 0 0
15/03/20 16:20 24 1 0 0
16/03/20 9:00 24 1 0,53 0,53
10 16/03/20 12:15 24 1 0,53 0,53
16/03/20 16:20 24 1 0,53 0,53
Jumlah 720 30 1,59 1,59
Rata-rata 24 1 0,053 0,053
72

Kecepatan perpindahan Horizontal Convergence pada stasiun 1 di hitung dengan


persamaan 2.8, maka di dapatkan nilai displacement dan kecepatan perpindahan pada
Horizontal Convergence sebagai berikut :

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Kecepatan Perpindahan Horizontal Convergence


Stasiun 2

Lama Lama Displacement Kecepatan


penga pengamat (mm) perpindaha
No Monitoring matan an (hari) n
(jam) (mm/hari)
6/03/20 9:00 0 0 0 0
1 6/03/20 12:15 0 0 0 0
6/03/20 16:20 0 0 0 0
7/03/20 9:00 24 1 0 0
2 7/03/20 12:15 24 1 0 0
7/03/20 16:20 24 1 0 0
8/03/20 9:00 24 1 0 0
3 8/03/20 12:15 24 1 0 0
8/03/20 16:20 24 1 0 0
9/03/20 9:00 24 1 0 0
4 9/03/20 12:15 24 1 0 0
9/03/20 16:20 24 1 0 0
11/03/20 9:00 48 2 0 0
5 11/03/20 12:15 48 2 0 0
11/03/20 16:20 48 2 0 0
12/03/20 9:00 24 1 2,32 2,32
6 12/03/20 12:15 24 1 2,32 2,32
12/03/20 16:20 24 1 2,32 2,32
13/03/20 9:00 24 1 2,32 2,32
7 13/03/20 12:15 24 1 2,32 2,32
13/03/20 16:20 24 1 2,32 2,32
14/03/20 9:00 24 1 2,32 2,32
8 14/03/20 12:15 24 1 2,32 2,32
14/03/20 16:20 24 1 2,32 2,32
15/03/20 9:00 24 1 0,45 0,45
9 15/03/20 12:15 24 1 0,45 0,45
15/03/20 16:20 24 1 0,45 0,45
16/03/20 9:00 24 1 0,45 0,45
10 16/03/20 12:15 24 1 0,45 0,45
16/03/20 16:20 24 1 0,45 0,45
Jumlah 720 30 23,58 23,58
Rata-rata 24 1 0,786 0,786
73

Kecepatan perpindahan Horizontal Convergence pada stasiun 1 di hitung dengan


persamaan 2.8, maka di dapatkan nilai displacement dan kecepatan perpindahan pada
Horizontal Convergence sebagai berikut :

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Kecepatan Perpindahan Horizontal Convergence


Stasiun 3

Lama Lama Displacemen Kecepatan


penga pengamat t (mm) perpindahan
No Monitoring matan an (hari) (mm/hari)
(jam)
6/03/20 9:00 0 0 0 0
1 6/03/20 12:15 0 0 0 0
6/03/20 16:20 0 0 0 0
7/03/20 9:00 24 1 0 0
2 7/03/20 12:15 24 1 0 0
7/03/20 16:20 24 1 0 0
8/03/20 9:00 24 1 0 0
3 8/03/20 12:15 24 1 0 0
8/03/20 16:20 24 1 0 0
9/03/20 9:00 24 1 0 0
4 9/03/20 12:15 24 1 0 0
9/03/20 16:20 24 1 0 0
11/03/20 9:00 48 2 0 0
5 11/03/20 12:15 48 2 0 0
11/03/20 16:20 48 2 0 0
12/03/20 9:00 24 1 0 0
6 12/03/20 12:15 24 1 0 0
12/03/20 16:20 24 1 0 0
13/03/20 9:00 24 1 1,07 1,07
7 13/03/20 12:15 24 1 1,07 1,07
13/03/20 16:20 24 1 1,07 1,07
14/03/20 9:00 24 1 1,07 1,07
8 14/03/20 12:15 24 1 1,07 1,07
14/03/20 16:20 24 1 1,07 1,07
15/03/20 9:00 24 1 0 0
9 15/03/20 12:15 24 1 0 0
15/03/20 16:20 24 1 0 0
16/03/20 9:00 24 1 0,78 0,78
10 16/03/20 12:15 24 1 0,78 0,78
16/03/20 16:20 24 1 0,78 0,78
Jumlah 720 30 8,76 8,76
Rata-rata 24 1 0,292 0,292
74

b. Kecepatan Convergence

Gambar 4.11. pengukuran horizontal convergence (B) pada stasiun 1


Ghosh dan Ghose menggunakan kecepatan konvergensi (convergency
velocity) sebagai indikator stabilitas lubang bukaan di tambang bawah tanah,
dengan menyatakan hubungan antara kecepatan kritis dan kecepatan konvergensi
maksimum dengan Rock Mass Rating sebagai berikut :
 0.66 100  R 6
vr  2.25 B ( ) ( )
1000 100
 0.36 100  R 3.3
vr max  3.3 B 0.55 ( ) ( )
1000 100
Dari parameter kecepatan konvergensi didapatkan nilai RMR batuan adalah

49, dan nilai bobot isi kering batubara 0,00113 kg m3 , nilai lebar terowongan
berdasarkan dari nilai horizontal convergence setelah terjadinya deformasi pada
bagian dinding lubang bukaan (terowongan).
75

Perhitungan nilai kecepatan konvergensi ( vr ) dan kecepatan konvergensi


maksimum ( vr max ) pada stasiun 1 di dapatkan dari persamaan 2.9 . dapat di lihat

dari tabel di berikut ini.

Tabel 4.17.Perhitungan Kecepatan Konvergensi dan Konvergensi Maximum pada


Stasiun 1 Berdasarkan Lebar Lubang Bukaan Setelah Deformasi
Kecepatan
Nilai B/ horizontal konvergensi
No Monitoring
convergence (mm) Vr Vr max
(mm/hari) (mm/hari)
1. 6/03/20 9:00 3180.33 0,014 0,211
6/03/20 12:15 3180.33 0,014 0,211
6/03/20 16:20 3180.33 0,014 0,211
2. 7/03/20 9:00 3180.33 0,014 0,211
7/03/20 12:15 3180.33 0,014 0,211
7/03/20 16:20 3180.33 0,014 0,211
3. 8/03/20 9:00 3180.33 0,014 0,211
8/03/20 12:15 3180.33 0,014 0,211
8/03/20 16:20 3180.33 0,014 0,211
4. 9/03/20 9:00 3180.33 0,014 0,211
9/03/20 12:15 3180.33 0,014 0,211
9/03/20 16:20 3180.33 0,014 0,211
5. 11/03/20 9:00 3180.33 0,014 0,211
11/03/20 12:15 3180.33 0,014 0,211
11/03/20 16:20 3180.33 0,014 0,211
6. 12/03/20 9:00 3178.01 0,014 0,210
12/03/20 12:15 3178.01 0,014 0,210
12/03/20 16:20 3178.01 0,014 0,210
7. 13/03/20 9:00 3178.01 0,014 0,210
13/03/20 12:15 3178.01 0,014 0,210
13/03/20 16:20 3178.01 0,014 0,210
8. 14/03/20 9:00 3178.01 0,014 0,210
14/03/20 12:15 3178.01 0,014 0,210
14/03/20 16:20 3178.01 0,014 0,210
9. 15/03/20 9:00 3177.56 0,014 0,210
15/03/20 12:15 3177.56 0,014 0,210
15/03/20 16:20 3177.56 0,014 0,210
10. 16/03/20 9:00 3177.56 0,014 0,210
16/03/20 12:15 3177.56 0,014 0,210
16/03/20 16:20 3177.56 0,014 0,210
76

Perhitungan nilai kecepatan konvergensi ( vr ) dan kecepatan konvergensi


maksimum ( vr max ) pada stasiun 2 di dapatkan dari persamaan 2.9 . dapat di lihat
dari tabel di berikut ini.

Tabel 4.18.Perhitungan Kecepatan Konvergensi dan Konvergensi Maximum pada


Stasiun 2 Berdasarkan Lebar Lubang Bukaan Setelah Deformasi
Kecepatan
Nilai B/ horizontal konvergensi
No Monitoring
convergence (mm) Vr Vr max
(mm/hari) (mm/hari)
1. 6/03/20 9:00 2750.55 0,012 0,194
6/03/20 12:15 2750.55 0,012 0,194
6/03/20 16:20 2750.55 0,012 0,194
2. 7/03/20 9:00 2750.55 0,012 0,194
7/03/20 12:15 2750.55 0,012 0,194
7/03/20 16:20 2750.55 0,012 0,194
3. 8/03/20 9:00 2750.55 0,012 0,194
8/03/20 12:15 2750.55 0,012 0,194
8/03/20 16:20 2750.55 0,012 0,194
4. 9/03/20 9:00 2750.55 0,012 0,194
9/03/20 12:15 2750.55 0,012 0,194
9/03/20 16:20 2750.55 0,012 0,194
5. 11/03/20 9:00 2750.55 0,012 0,194
11/03/20 12:15 2750.55 0,012 0,194
11/03/20 16:20 2750.55 0,012 0,194
6. 12/03/20 9:00 2750.55 0,012 0,194
12/03/20 12:15 2750.55 0,012 0,194
12/03/20 16:20 2750.55 0,012 0,194
7. 13/03/20 9:00 2750.55 0,012 0,194
13/03/20 12:15 2750.55 0,012 0,194
13/03/20 16:20 2750.55 0,012 0,194
8. 14/03/20 9:00 2750.55 0,012 0,194
14/03/20 12:15 2750.55 0,012 0,194
14/03/20 16:20 2750.55 0,012 0,194
9. 15/03/20 9:00 2750.55 0,012 0,194
15/03/20 12:15 2750.55 0,012 0,194
15/03/20 16:20 2750.55 0,012 0,194
10. 16/03/20 9:00 2750.02 0,012 0,194
16/03/20 12:15 2750.02 0,012 0,194
16/03/20 16:20 2750.02 0,012 0,194
77

Perhitungan nilai kecepatan konvergensi ( vr ) dan kecepatan konvergensi


maksimum ( vr max ) pada stasiun 3 di dapatkan dari persamaan 2.9 . dapat di lihat
dari tabel di berikut ini.

Tabel 4.19. Perhitungan Kecepatan Konvergensi dan Konvergensi Maximum


pada Stasiun 3 Berdasarkan Lebar Lubang Bukaan Setelah Deformasi
Kecepatan
Nilai B/ horizontal konvergensi
No Monitoring
convergence (mm) Vr Vr max
(mm/hari) (mm/hari)
1. 6/03/20 9:00 2520.36 0,011 0,185
6/03/20 12:15 2520.36 0,011 0,185
6/03/20 16:20 2520.36 0,011 0,185
2. 7/03/20 9:00 2520.36 0,011 0,185
7/03/20 12:15 2520.36 0,011 0,185
7/03/20 16:20 2520.36 0,011 0,185
3. 8/03/20 9:00 2520.36 0,011 0,185
8/03/20 12:15 2520.36 0,011 0,185
8/03/20 16:20 2520.36 0,011 0,185
4. 9/03/20 9:00 2520.36 0,011 0,185
9/03/20 12:15 2520.36 0,011 0,185
9/03/20 16:20 2520.36 0,011 0,185
5. 11/03/20 9:00 2520.36 0,011 0,185
11/03/20 12:15 2520.36 0,011 0,185
11/03/20 16:20 2520.36 0,011 0,185
6. 12/03/20 9:00 2520.36 0,011 0,185
12/03/20 12:15 2520.36 0,011 0,185
12/03/20 16:20 2520.36 0,011 0,185
7. 13/03/20 9:00 2519.29 0,011 0,185
13/03/20 12:15 2519.29 0,011 0,185
13/03/20 16:20 2519.29 0,011 0,185
8. 14/03/20 9:00 2519.29 0,011 0,185
14/03/20 12:15 2519.29 0,011 0,185
14/03/20 16:20 2519.29 0,011 0,185
9. 15/03/20 9:00 2518.51 0,011 0,185
15/03/20 12:15 2518.51 0,011 0,185
15/03/20 16:20 2518.51 0,011 0,185
10. 16/03/20 9:00 2518.51 0,011 0,185
16/03/20 12:15 2518.51 0,011 0,185
16/03/20 16:20 2518.51 0,011 0,185
BAB V
ANALISA DATA
5.1 Kelas Massa Batuan
Penentuan kelas massa batuan berdasarkan identifikasi 6 parameter , maka
dengan penjumlahan bobot setiap parameter digabungkan dalam penilaian
sistem RMR . Hasil dari penjumlahan bobot masing-masing parameter RMR
kemudian digunakan untuk menentukan kelas batuan dan penentuan rekomendasi
penyanggaan yang benar berdasarkan klasifikasi rock mass rating. Pembobotan
massa batuan berdasarkan metode RMR dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1 Nilai Rating RMR pada Batubara
No Parameter Rating Explanation
1. Unconfined Compressive 1 2,226 MPa (1-5)
Strength (UCS)
2. RQD (%) 20 96,828 %
(90-100)
3. Spacing of Discontinuity 5 5 cm (<0.06 m)
4. Condition of Discontinuity
a. Presistance 6 34.50 cm (<1 m)

b. Aperture 4 0,60 mm (0,1-1,0 mm)

c. Roughness 1 Smooth

d. Infilling 6 None

e. Weathering 1 Highly Weathered

5. Condition of Groundwater 15 Completely Dry


6. Orientation of Discontinuity -10 Tunneling,
Unfavorable
Total Rating 49 (Batuan Kelas III)
RMR = Total Parameter + Penyesuaian Rating
Total Parameter Utama = 59
Penyesuaian Rating = -10
Rock Mass Rating = 49

78
79

Tabel 5.2 Nilai Rating RMR pada Batulanau


No Parameter Rating Explanation
1. Unconfined Compressive 1 1,520 MPa (1-5)
Strength (UCS)
2. RQD (%) 20 99,531 %
(90-100)
3. Spacing of Discontinuity 15 100 cm (60-200 cm)
4. Condition of Discontinuity
a. Presistance 6 100 cm (<1 m)

b. Aperture 4 0,60 mm (0,1-1,0 mm)

c. Roughness 5 Rough

d. Infilling 6 None

e. Weathering 1 Highly Weathered

5. Condition of Groundwater 15 Completely Dry


6. Orientation of Discontinuity -10 Tunneling,
Unfavorable
Total Rating 63 (Batuan Kelas III)
RMR = Total Parameter + Penyesuaian Rating
Total Parameter Utama = 73
Penyesuaian Rating = -10
Rock Mass Rating = 63
Berdasarkan Dari tabel di atas maka batubara termasuk pada batuan kelas III
dengan kualitas batuan sedang, sedangkan batulanau termasuk pada batuan kelas
II dengan kulaitas batuan baik.

5.1.1 Roof Span dan Stand Up Time


Kriteria analisis kestabilan terowongan dapat dinyatakan dalam bentuk
grafik hubungan antara RMR terhadap roof span untuk mengetahui nilai stand-
up time dan mengetahui kondisi kestabilan terowongan. Parameter stand-up
time dalam mekanika batuan dan desain terowongan mempengaruhi keputusan
80

dalam pemilihan metode perkuatan batuan, dan waktu untuk memasang


penyangga batuan. Stand up time dan span dapat ditentukan dengan memplot
nilai RMR berdasarkan interpolasi grafik yang dapat dilihat pada Gambar 5.1.

RMR 49

Gambar 5.1. Grafik hubungan antara Stand-Up Time dengan Span berdasarkan
nilai RMR pada Batubara

RMR 63

Gambar 5.2. Grafik hubungan antara Stand-Up Time dengan Span berdasarkan
nilai RMR pada Batulanau
81

Nilai span dan stand-up time didapatkan dari hasil pembobotan kelas massa
batuan dengan metode RMR, dengan rating pada batubara 49 dengan batuan kelas
III dan rating batulanau 63 batuan kelas II, maka didapatkan nilai span dan stand-
up time sebagai berikut :
Tabel 5.3 Span Maximum dan Stand-up Time
RMR Rating Span Maximum (m) Stand-up Time (Jam)
49 4,8 200
63 7 2000

5.1.2 Rekomendasi Sistem Penyanggaan


Menurut Bieniawski (1989), rekomendasi sistem penyanggaan/penguatan
massa batuan (ground support recomendation/GSR) dapat menentukan seberapa
panjang terowongan yang aman tanpa disangga dengan waktu swasangganya.
Berdasarkan nilai RMR batubara 49 di golongkan batuan kelas III dengan kualitas
sedang ,dengan nilai ini maka di dapati metode penggalian dan rekomendasi
penyanggaan yang sesuai dengan klasifikasi geomekanik rock mass rating yang
dapat di lihat pada tabel 5.4 sebagai berikut :
Tabel 5.4. Rekomendasi Penyangga berdasarkan Klasifikasi Rock
Mass Rating
Rock mass Excavation Support
class Rockbolt Shotcrete Stell set
(20 mm ,fully
bonded)
Fair Rock: Top heading and Systematic bolts 4 m 50-100mm None
RMR: bench: long,spaced 1.5-2min in crown,
41-60 1.5-3m advance in crown and walls with and 30mm
top wire mesh in crown in sides
heading;commence
support after each
blast;commence
support 10m from
face
Sumber : Bieniawski, 1989

5.2 Faktor Keamanan dan Tegangan Rata-rata


5.2.1 Faktor Keamanan
Nilai dari faktor keamanan di dapatkan dari simulasi Pemodelan 2D
phase 2 menggunaka kriteria Mohr-Coulomb seperti pada tabel 4.7. dari tabel
tersebut kestabilan lubang bukaan (terowongan) dinyatakan kritis. Maka dari
82

itu diperlukannya perlakuan khusus berdasarkan rekomendasi yang telah


didapatkan dari nilai RMR ,dimana harus di pasang perkuatan batuan dengan
rockbolt sepanjang 4 m dengan spasi 1,5 – 2 m dan ketebalan shotcrete 0,3 m.
Simulasi pemodelan 2D dengan software phase 2 dapat dilihat pada gambar 5.3
sebagai berikut :

Gambar 5.3 Dimensi Lubang bukaan (Terowongan)


Berdasarkan pemodelan 2D dengan software phase 2 dilakukan perhitungan
faktor keamanan dengan kriteria Mohr Coulomb didapatkan nilai faktor keamanan
seperti pada gambar dimana nilai FK dinyatakan tidak stabil sebelum diberikannya
support berdasarkan rekomendasi RMR (Rock Mass Rating):

Gambar 5.4. Nilai Strength factor sebelum di berikan Support


83

Dari gambar 5.4 dinyatakan bahwa keadaan terowongan tidak stabil maka
dari itu diperlukan pemberian support berdasarkan rekomendasi Rock Mass Rating
yaitu dengan pemberian beton tembak (shotcrete) pada atap dengan ketebalan 50-
100 mm dan 30mm pada dinding terowongan, pemberian rockbolt dengan panjang
bolt 4 meter dengan jarak antar bolt 1.5-2 meter dan pada atap dan dinding dipasang
wiremesh, maka didapatkan nilai faktor keamanan dari simulasi di bawah ini :

Gambar 5.5. Nilai Strength factor setelah di berikan Support


Dari gambar 5.5 dapat di simpulkan bahwa nilai faktor keamanan di sekitar
terowongan menjadi 1,49 yang dinyatakan ‘’stabil’’ setelah di beri support yaitu
rockbolt dengan tipe splitset dan shotcrete pada atap dan dinding kanan
terowongan.
Nilai Faktor keamanan mangacu pada Kepmen ESDM No.1827 tahun 2018
dimana jika nilai FK > 1.25 dinyatakan Stabil , FK 1.0 - 1.25 dinyatakan relative
stabil dan FK < 1.25 dinyatakan tidak stabil.
Tabel 5.5 Hasil Analisa Strength Factor
No Uraian Standart FK Nilai FK sebelum di Nilai FK setelah di
berikan support berikan support
1. Atap 1.25 1,04 1,57
1.25 1,04 1,30
1.25 1,04 1,30
84

1.25 1,04 1,30


1.25 1,04 1,30
1.25 0,78 1,57
1.25 0,78 1,57
2. Dinding Kanan 1.25 0,78 1,57
1.25 0,78 1,83
1.25 0,78 1,57
1.25 0,78 1,57
1.25 1,04 2,09
1.25 1,04 1,30
3. Lantai 1.25 0,78 1,04
1.25 0,78 1,30
1.25 0,78 1,30
1.25 0,78 1,04
4. Dinding Kiri 1.25 1,04 1,30
1.25 1,04 1,83
1.25 1,04 1,83
1.25 1,04 1,83
1.25 1,04 1,57

5.2.2 Tegangan Rata-rata


Nilai Tegangan Rata-rata yang bekerja pada lubang bukaan
(Terowongan) di dapatkan dari parameter berdasarkan kriteria Mohr-
Coulomb. Simulasi pemodelan 2D dengan software phase 2 dapat dilihat
pada gambar 5.6 sebagai berikut :
85

Gambar 5.6. Nilai Mean Stress sebelum di berikan Support


Besarnya Nilai mean stress pada atap ,dinding kiri, dinding kanan dan lantai
terowongan didapatkan Dari pemodelan 2D phase 2 dengan kriteria mohr coulomb
nilai mean stress sebagai berikut :
Tabel 5.6 Hasil Analisa Mean Stress
No Uraian Mean Stress
1. Atap 0,26
0,46
0,72
0,98
1.11
0,98
0,52
2. Dinding Kanan 0,26
0,07
0,07
0,07
0,07
0,20
3. Lantai 0,65
0,98
0,78
86

0,72
4. Dinding Kiri 0,20
0,13
0,13
0,26
0,13

5.3 Monitoring Convergence


Data yang digunakan merupakan data crown subsidence dan horizontal
convergence pada THC-03 pada 6 maret – 16 maret 2020 , data dapat dilihat pada
Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Hasil Pengukuran Convergence pada lubang bukaan THC-03

Har Crown subsidence (mm) Horizontal convergence (mm)


i Monitoring
Ke- Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
6/03/20 12:15 2840.07 2460.10 2200.20 3180.33 2750.55 2520.36
1
6/03/20 16:20 2840.07 2460.10 2200.20 3180.33 2750.55 2520.36
7/03/20 9:00 2840.07 2460.10 2200.20 3180.33 2750.55 2520.36
`2
7/03/20 12:15 2840.07 2460.10 2200.20 3180.33 2750.55 2520.36
7/03/20 16:20 2840.07 2460.10 2200.20 3180.33 2750.55 2520.36
8/03/20 9:00 2840.07 2459.24 2200.20 3180.33 2750.55 2520.36
3 8/03/20 12:15 2840.07 2459.24 2200.20 3180.33 2750.55 2520.36
8/03/20 16:20 2840.07 2459.24 2200.20 3180.33 2750.55 2520.36
9/03/20 9:00 2840.07 2459.24 2200.20 3180.33 2750.55 2520.36
4 9/03/20 12:15 2840.07 2459.24 2200.20 3180.33 2750.55 2520.36
9/03/20 16:20 2840.07 2459.07 2200.20 3180.33 2750.55 2520.36
11/03/20 9:00 2839.17 2459.07 2200.20 3180.33 2750.55 2520.36
5 11/03/20 12:15 2839.17 2459.07 2200.20 3180.33 2750.55 2520.36
11/03/20 16:20 2839.17 2459.07 2200.20 3180.33 2750.55 2520.36
12/03/20 9:00 2839.17 2458.83 2200.20 3178.01 2750.55 2520.36
6 12/03/20 12:15 2839.17 2458.83 2200.20 3178.01 2750.55 2520.36
12/03/20 16:20 2839.17 2458.83 2200.20 3178.01 2750.55 2520.36
13/03/20 9:00 2839.17 2457.42 2199.82 3178.01 2750.55 2519.29
7 13/03/20 12:15 2839.17 2457.42 2199.82 3178.01 2750.55 2519.29
13/03/20 16:20 2839.17 2457.42 2199.82 3178.01 2750.55 2519.29
14/03/20 9:00 2839.17 2457.42 2199.22 3178.01 2750.55 2519.29
8 14/03/20 12:15 2839.17 2457.42 2199.22 3178.01 2750.55 2519.29
14/03/20 16:20 2839.17 2457.42 2199.22 3178.01 2750.55 2519.29
9 15/03/20 9:00 2839.10 2457.13 2199.10 3177.56 2750.55 2518.51
87

15/03/20 12:15 2839.10 2457.13 2199.10 3177.56 2750.55 2518.51


15/03/20 16:20 2839.10 2457.13 2199.10 3177.56 2750.55 2518.51
16/03/20 9:00 2839.10 2457.13 2199.10 3177.56 2750.02 2518.51
10 16/03/20 12:15 2839.10 2457.13 2199.10 3177.56 2750.02 2518.51
16/03/20 16:20 2839.10 2457.13 2199.10 3177.56 2750.02 2518.51

Dari data diatas maka akan di lakukan analisis kestabilan terowongan


kecepatan perpindahan menurut cording 1974, Zhenxiang 1984 dan berdasarkan
kecepatan konvergesi batuan, dengan hasil seperti pada tabel 5.7.
Tabel 5.8 Analisis kestabilan lubang bukaan berdasarkan kecepatan perpindahan
Kecepatan Cording 1974 Zhenxiang Ghose and
konvergensi (mm/hari) 1984 Ghoes 1995
(mm/hari) (mm/hari)
Vr Vr max 0,001 Stabil ≤0,2 Stabil <Vr Stabi
(mm/hari (mm/hari) l
Kecepatan ) >0,05 Relati 0,2-3 Relati ≥Vr Tida
No. Perpindahan f f k
(mm/hari) stabil stabil stabi
l
≥1 Tidak ≥3 Tidak ≥Vr Amb
stabil stabil max ruk

1. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil


2. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil
3. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil
4. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil
5. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil
6. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil
7. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil
8. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil
9. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil
10. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil
11. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil
12. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil
13. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil
14. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil
15. 0 0,014 0,211 Stabil Stabil Stabil
16. 2,32 0,014 0,210 Tidak Stabil Kritis Stabil
17. 2,32 0,014 0,210 Tidak Stabil Kritis Stabil
18. 2,32 0,014 0,210 Tidak Stabil Kritis Stabil
19. 2,32 0,014 0,210 Tidak Stabil Kritis Stabil
20. 2,32 0,014 0,210 Tidak Stabil Kritis Stabil
21. 2,32 0,014 0,210 Tidak Stabil Kritis Stabil
22. 2,32 0,014 0,210 Tidak Stabil Kritis Stabil
23. 2,32 0,014 0,210 Tidak Stabil Kritis Stabil
88

24. 2,32 0,014 0,210 Tidak Stabil Kritis Stabil


25. 0,45 0,014 0,210 Kritis Kritis Stabil
26. 0,45 0,014 0,210 Kritis Kritis Stabil
27. 0,45 0,014 0,210 Kritis Kritis Stabil
28. 0,45 0,014 0,210 Kritis Kritis Stabil
29. 0,45 0,014 0,210 Kritis Kritis Stabil
30. 0,45 0,014 0,210 Kritis Kritis Stabil

5.3.1 Besar Perpindahan


Perhitungan besar perpindahan di lakukan menggunakan Stick konvergence
dengan cara mengukur jarak antara dua titik pada atap ( crown subsidence) dan pada
dinding (horizontal convergence). Jika jarak antara dua titik mula mula besarnya
Lo dan setelah waktu ke-t, ke dua titik tersebut diukur kembali, didapat jarak L,
maka perpindahan relatif atau konvergen dari titik 1 dan 2 pada waktu ke-t,
merujuk pada persamaan:
ΔL = Lo - Lt
Berikut ini adalah hasil perhitungan perpindahan (displacement) batuan dan
perpindahan komulatif Komulatif Crown Subsidence Stasiun 1.
89

Tabel 5.9 Analisis perhitungan Displacement dan Displacement Komulatif Crown


Subsidence Stasiun 1
Lama Lama Displaceme Displacement
penga pengama nt (mm) Komulatif
No Monitoring
matan tan (hari) (mm)
(jam)
6/03/20 9:00 0 0 0 0
1 6/03/20 12:15 0 0 0 0
6/03/20 16:20 0 0 0 0
7/03/20 9:00 24 1 0 0
2 7/03/20 12:15 24 1 0 0
7/03/20 16:20 24 1 0 0
8/03/20 9:00 24 1 0 0
3 8/03/20 12:15 24 1 0 0
8/03/20 16:20 24 1 0 0
9/03/20 9:00 24 1 0 0
4 9/03/20 12:15 24 1 0 0
9/03/20 16:20 24 1 0 0
11/03/20 9:00 48 2 0.9 0,9
5 11/03/20 12:15 48 2 0.9 1,8
11/03/20 16:20 48 2 0.9 2,7
12/03/20 9:00 24 1 0 2,7
6 12/03/20 12:15 24 1 0 2,7
12/03/20 16:20 24 1 0 2,7
13/03/20 9:00 24 1 0 2,7
7 13/03/20 12:15 24 1 0 2,7
13/03/20 16:20 24 1 0 2,7
14/03/20 9:00 24 1 0 2,7
8 14/03/20 12:15 24 1 0 2,7
14/03/20 16:20 24 1 0 2,7
15/03/20 9:00 24 1 0,07 2,77
9 15/03/20 12:15 24 1 0,07 2,84
15/03/20 16:20 24 1 0,07 2,91
16/03/20 9:00 24 1 0,07 2,98
10 16/03/20 12:15 24 1 0,07 3,05
16/03/20 16:20 24 1 0,07 3,1
90

Berikut ini adalah hasil perhitungan perpindahan (displacement) batuan dan


perpindahan komulatif Komulatif Crown Subsidence Stasiun 2.

Tabel 5.10 Analisis perhitungan Displacement dan Displacement Komulatif


Crown Subsidence Stasiun 2

Lama Lama Displaceme Displacement


pengam pengam nt (mm) komulaitf
No Monitoring
atan atan (mm)
(jam) (hari)
6/03/20 9:00 0 0 0 0
1 6/03/20 12:15 0 0 0 0
6/03/20 16:20 0 0 0 0
7/03/20 9:00 24 1 0 0
2 7/03/20 12:15 24 1 0 0
7/03/20 16:20 24 1 0 0
8/03/20 9:00 24 1 0,86 0,86
3 8/03/20 12:15 24 1 0,86 1,72
8/03/20 16:20 24 1 0,86 2,58
9/03/20 9:00 24 1 0,86 3,44
4 9/03/20 12:15 24 1 0,86 4,3
9/03/20 16:20 24 1 0,17 4,47
11/03/20 9:00 48 2 0,17 4,64
5 11/03/20 12:15 48 2 0,17 4,81
11/03/20 16:20 48 2 0,17 4,98
12/03/20 9:00 24 1 0,24 5,22
6 12/03/20 12:15 24 1 0,24 5,46
12/03/20 16:20 24 1 0,24 5,7
13/03/20 9:00 24 1 1,41 7,41
7 13/03/20 12:15 24 1 1,41 8,82
13/03/20 16:20 24 1 1,41 10,23
14/03/20 9:00 24 1 1,41 11,64
8 14/03/20 12:15 24 1 1,41 13,05
14/03/20 16:20 24 1 1,41 14,46
15/03/20 9:00 24 1 0,29 14,75
9 15/03/20 12:15 24 1 0,29 15,04
15/03/20 16:20 24 1 0,29 15,33
16/03/20 9:00 24 1 0,29 15,62
10 16/03/20 12:15 24 1 0,29 15,91
16/03/20 16:20 24 1 0,29 16,2
91

Berikut ini adalah hasil perhitungan perpindahan (displacement) batuan dan


perpindahan komulatif Komulatif Crown Subsidence Stasiun 3.

Tabel 5.11 Analisis perhitungan Displacement dan Displacement Komulatif


Crown Subsidence Stasiun 3

Lama Lama Displaceme Kecepatan


penga pengamat nt (mm) perpindahan
No Monitoring
matan an (hari) (mm/hari)
(jam)
6/03/20 9:00 0 0 0 0
1 6/03/20 12:15 0 0 0 0
6/03/20 16:20 0 0 0 0
7/03/20 9:00 24 1 0 0
2 7/03/20 12:15 24 1 0 0
7/03/20 16:20 24 1 0 0
8/03/20 9:00 24 1 0 0
3 8/03/20 12:15 24 1 0 0
8/03/20 16:20 24 1 0 0
9/03/20 9:00 24 1 0 0
4 9/03/20 12:15 24 1 0 0
9/03/20 16:20 24 1 0 0
11/03/20 9:00 48 2 0 0
5 11/03/20 12:15 48 2 0 0
11/03/20 16:20 48 2 0 0
12/03/20 9:00 24 1 0 0
6 12/03/20 12:15 24 1 0 0
12/03/20 16:20 24 1 0 0
13/03/20 9:00 24 1 0,38 0,38
7 13/03/20 12:15 24 1 0,38 0,76
13/03/20 16:20 24 1 0,38 1,14
14/03/20 9:00 24 1 0,38 1,52
8 14/03/20 12:15 24 1 0,38 1,9
14/03/20 16:20 24 1 0,38 2,28
15/03/20 9:00 24 1 0,12 2,4
9 15/03/20 12:15 24 1 0,12 2,52
15/03/20 16:20 24 1 0,12 2,64
16/03/20 9:00 24 1 0,12 2,76
10 16/03/20 12:15 24 1 0,12 2,88
16/03/20 16:20 24 1 0,12 3
92

Berikut ini adalah hasil perhitungan perpindahan (displacement) batuan dan


perpindahan komulatif Komulatif Horizontal Convergence Stasiun 1.

Tabel 5.12 Analisis perhitungan Displacement dan Displacement Komulatif


Horizontal Convergence Stasiun 1

Lama Lama Displaceme Displacement


penga pengamat nt (mm) Komulatif
No Monitoring matan an (hari) (mm)
(jam)
6/03/20 9:00 0 0 0 0
1 6/03/20 12:15 0 0 0 0
6/03/20 16:20 0 0 0 0
7/03/20 9:00 24 1 0 0
2 7/03/20 12:15 24 1 0 0
7/03/20 16:20 24 1 0 0
8/03/20 9:00 24 1 0 0
3 8/03/20 12:15 24 1 0 0
8/03/20 16:20 24 1 0 0
9/03/20 9:00 24 1 0 0
4 9/03/20 12:15 24 1 0 0
9/03/20 16:20 24 1 0 0
11/03/20 9:00 48 2 0 0
5 11/03/20 12:15 48 2 0 0
11/03/20 16:20 48 2 0 0
12/03/20 9:00 24 1 0 0
6 12/03/20 12:15 24 1 0 0
12/03/20 16:20 24 1 0 0
13/03/20 9:00 24 1 0 0
7 13/03/20 12:15 24 1 0 0
13/03/20 16:20 24 1 0 0
14/03/20 9:00 24 1 0 0
8 14/03/20 12:15 24 1 0 0
14/03/20 16:20 24 1 0 0
15/03/20 9:00 24 1 0 0
9 15/03/20 12:15 24 1 0 0
15/03/20 16:20 24 1 0 0
16/03/20 9:00 24 1 0,53 0,53
10 16/03/20 12:15 24 1 0,53 1,06
16/03/20 16:20 24 1 0,53 1,59
93

Berikut ini adalah hasil perhitungan perpindahan (displacement) batuan dan


perpindahan komulatif Komulatif Horizontal Convergence Stasiun 2.

Tabel 5.13 Analisis perhitungan Displacement dan Displacement Komulatif


Horizontal Convergence Stasiun 2

Lama Lama Displacement Displacem


penga pengamat (mm) ent
No Monitoring
matan an (hari) Komulatif
(jam) (mm)
6/03/20 9:00 0 0 0 0
1 6/03/20 12:15 0 0 0 0
6/03/20 16:20 0 0 0 0
7/03/20 9:00 24 1 0 0
2 7/03/20 12:15 24 1 0 0
7/03/20 16:20 24 1 0 0
8/03/20 9:00 24 1 0 0
3 8/03/20 12:15 24 1 0 0
8/03/20 16:20 24 1 0 0
9/03/20 9:00 24 1 0 0
4 9/03/20 12:15 24 1 0 0
9/03/20 16:20 24 1 0 0
11/03/20 9:00 48 2 0 0
5 11/03/20 12:15 48 2 0 0
11/03/20 16:20 48 2 0 0
12/03/20 9:00 24 1 2,32 2,32
6 12/03/20 12:15 24 1 2,32 4,64
12/03/20 16:20 24 1 2,32 6,96
13/03/20 9:00 24 1 2,32 9,28
7 13/03/20 12:15 24 1 2,32 11,6
13/03/20 16:20 24 1 2,32 13,92
14/03/20 9:00 24 1 2,32 16,24
8 14/03/20 12:15 24 1 2,32 18,56
14/03/20 16:20 24 1 2,32 20,88
15/03/20 9:00 24 1 0,45 21,33
9 15/03/20 12:15 24 1 0,45 21,78
15/03/20 16:20 24 1 0,45 22,23
16/03/20 9:00 24 1 0,45 22,68
10 16/03/20 12:15 24 1 0,45 23,13
16/03/20 16:20 24 1 0,45 23,58
94

Berikut ini adalah hasil perhitungan perpindahan (displacement) batuan dan


perpindahan komulatif Komulatif Horizontal Convergence Stasiun 3.

Tabel 5.14 Analisis perhitungan Displacement dan Displacement Komulatif


Horizontal Convergence Stasiun 3

Lama Lama Displaceme Displacement


penga pengamat nt (mm) Komulatif
No Monitoring
matan an (hari) (mm)
(jam)
6/03/20 9:00 0 0 0 0
1 6/03/20 12:15 0 0 0 0
6/03/20 16:20 0 0 0 0
7/03/20 9:00 24 1 0 0
2 7/03/20 12:15 24 1 0 0
7/03/20 16:20 24 1 0 0
8/03/20 9:00 24 1 0 0
3 8/03/20 12:15 24 1 0 0
8/03/20 16:20 24 1 0 0
9/03/20 9:00 24 1 0 0
4 9/03/20 12:15 24 1 0 0
9/03/20 16:20 24 1 0 0
11/03/20 9:00 48 2 0 0
5 11/03/20 12:15 48 2 0 0
11/03/20 16:20 48 2 0 0
12/03/20 9:00 24 1 0 0
6 12/03/20 12:15 24 1 0 0
12/03/20 16:20 24 1 0 0
13/03/20 9:00 24 1 1,07 1,07
7 13/03/20 12:15 24 1 1,07 2,14
13/03/20 16:20 24 1 1,07 3,21
14/03/20 9:00 24 1 1,07 4,28
8 14/03/20 12:15 24 1 1,07 5,53
14/03/20 16:20 24 1 1,07 6,42
15/03/20 9:00 24 1 0 6,42
9 15/03/20 12:15 24 1 0 6,42
15/03/20 16:20 24 1 0 6,42
16/03/20 9:00 24 1 0,78 7,2
10 16/03/20 12:15 24 1 0,78 7,98
16/03/20 16:20 24 1 0,78 8,76
95

Dari data analisa perhitungan displacement dan displacement komulatif maka


akan di peroleh grafik sebagai berikut :

Crown Subsidence
18
Displacement Komulatif (mm)

16
14
12
10
8
6
4 Stasiun 1
2 Stasiun 2
0 Stasiun 3
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Hari

Gambar 5.7 Grafik Displacement komulatif pada atap (Crown subsidence)

Dari gambar diatas dimana pergerakan terjadi pada THC-03 yaitu pada hari
ke 3 pengamatan di stasiun 2 yang membuat pergerakan cukup signifikan di
karenakan terjadinya jatuhan batuan dari atap sekitar 10 meter dari stasiun 2. Pada
hari ke 5 terjadi pergerakan pada atap, hal ini disebabkan oleh abutmen stress pada
sekitar terowongan pada stasiun 1, dan dan hari ke 7 pergerakan terjadi pada stasiun
3.
Pergerakan yang terjadi pada stasiun 1 dan 3 cukup pasif jika dibandingkan
dengan stasiun 2 hal ini dipengaruhi oleh struktu geologi (kekar) dan abutmen stress
yang bekerja di sekitar terowongan, sedangkan pada stasiun 1 dan 3 zona lemah
(kekar) lebih sedikit di karenakan oleh rapatnya penyangga dan tegangan yang
bekerja relatif kecil . Nilai displacement kumulatif ini didapat dari pergerakan yang
terjadi pada terowongan THC-03 yang dipantau selama 10 hari.
96

Horizontal Convergence
25
Displacement komulatif (mm)

20

15
Stasiun 1
10 Stasiun 2
Stasiun 3
5

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Hari

Gambar 5.8 Grafik Displacement komulatif pada dinding (Horizontal Convergence)

Dari gambar 5.8 dimana pergerakan terjadi pada THC-03 yaitu pada hari
ke 6 pengamatan di stasiun 2, dan pada hari ke 10 pergerakan terjadi di stasiun 1
dan dan hari ke 7 pergerakan terjadi pada stasiun 3. Nilai pada grafik diatas di
dapatkan dari data yang diukur secara langsung pada bagian dinding terowongan,
pergerakan atau perpindahan di stasiun 2 sangat aktif jika dibandingkan dengan
stasiun 1 dan 3 hal ini dikarenakan aktivitas dari alat mekanik dari proses
pengeboran batubara.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang dilakukan maka didapatkan
beberapa kesimpulan diantaranya:
1. Berdasarkan pembobotan massa batuan dengan metode Rock Mass
Rating didapatkan rating 49 untuk batubara yaitu masuk kedalam batuan
kelas III dengan kualitas fair, sedangkan untuk batulanau didapatkan
rating 63 dengan kualitas good. Batuan kelas III nilai properties untuk
Cohesi 250 (kPa) dan Phi (30°), maka didapatkan rekomendasi
penyangga dengan penggalian Top heading and bench, kemajuan 1.5- 3
meter di top heading, penyangga dipasang setiap setelah peledakan,
penyangga lengkap 10 m dari muka. Tipe support rockbolt dengan
Sistematik bolt panjang 4 m, spasi 1.5 - 2 m di atap dan dinding dengan
wire mesh di atap dan shotcrete ketebalan antara 50-100 mm di atap 100
mm di dinding.
2. Besar nilai faktor keamanan dan tegangan rata-rata berdasarkan
parameter kriteria Mohr-Coulomb didapatkan nilai FK 0,9 dinyatakan
‘’tidak stabil’’ berdasarkan Kepmen ESDM No.1827 tahun 2018
sebelum dilakukannya perkuatan (support). Setalah dilakukanya simulasi
perkuatan berdasarkan rekomendasi Geomekanika Rock mass Rating
dengan Software Phase 2, panjang Rockbolt 3 m dengan spasi 1-1,5m
dan ketebalan shotcrete 0,1 m maka didapatkan nilai FK sebesar 1,4
dinyatakan ‘’Stabil’’.
3. Berdasarkan analisis displacement crown subsidence peregerakan sangat
signifikan terjadi pada stasiun 2 yang disebabkan adanya jatuhan batuan
atap pada hari kelima.
4. Sedangkan pada horizontal convergence pergerakan yang cukup
siqnifikan terjadi pada hari keenam pengamatan pada stasiun 2.

97
98

5. Lubang bukaan dinyatakan ‘’tidak stabil ’’ berdasarkan nilai kecepatan


perpindahan menurut Cording 1974 dan Rata-rata kategori ‘’kritis’’
berdasarkan kecepatan perpindahan menurut Zhenxiang 1984.

B. Saran
1. Rekomendasi sistem penyanggaan dapat menjadi referensi bagi
perusahaan dalam menganalisis kestabilan terowongan .
2. Kegiatan pemantauan konvergen pada lubang bukaan sebaiknya selalu
dilakukan agar dapat mengendalikan stabilitas struktur bukaan dengan
mengetahui deformasi yang terjadi berdasarkan karakteristik perpindahan.
LAMPIRAN 1
Gambar 1 : Penyangga Patah pada bagian atap

Gambar 2 : Ambrukan Batuan pada bagian atap


Gambar 3 : Air Limpasan Pada Bagian
dinding Terowongan

Gambar 4 : Ambrukan pada Cross cut


Gambar 5: Kekar Vertikal
A. Perhitungan nilai Is dan Tensile Strength
Hasil dari pengujian point load index tersebut kemudian di masukkan ke
persamaan 2.1,2.2 dan 2.3, untuk mendapatkan nilai Unconfined compressive
strength. Sehingga didapatkan nilai sebagai berikut :
1. untuk sampel batubara 1
Diameter sampel (d) : 3,130cm
Beban maksimum : 30 kg/cm²
Jarak antar konus : 2,960 cm

Maka untuk faktor koreksi adalah:


0.45
 d 
F  
 50 
0.45
 3,130 
F    0,287
 50 
Untuk kuat tekan (Is) adalah:
P
Is(50 )  F 
D2
30 kg/cm²
Is (50 )  0,287   0,987 kg/cm²
(2,960 cm ) 2
Untuk kuat tekan UCS adalah:
 c  23 Is (50 )
 c  23  0,987 kg/cm²
 c  22,701 kg/cm²
 c  2,226 MPa
2. sampel batubara 2
Diameter Sampel (d) : 3,850 cm
Beban maksimum : 10 kg/cm²
Jarak antar konus : 3,840 cm

Maka untuk faktor koreksi adalah:


0.45
 d 
F  
 50 
0.45
 3,850 
F    0,315
 50 
Untuk kuat tekan (Is) adalah:
P
Is(50 )  F 
D2
10 kg/cm²
Is(50 )  0,315   0,213 kg/cm²
(3,840 cm) 2
Untuk kuat tekan UCS adalah:
 c  23 Is (50 )
 c  23  0,213 kg/cm²
 c  4,899 kg/cm²
 c  0,480 MPa
3. sampel batubara 3
Diameter Sampel (d) : 3,960 cm
Beban maksimum : 15 kg/cm²
Jarak antar konus : 3,830 cm

Maka untuk faktor koreksi adalah:


0.45
 d 
F  
 50 
0.45
 3,960 
F    0,319
 50 
Untuk kuat tekan (Is) adalah:
P
Is(50 )  F 
D2
15 kg/cm²
Is (50 )  0,319   0,326 kg/cm²
(3,830 cm ) 2
Untuk kuat tekan UCS adalah
 c  23 Is (50 )
 c  23  0,326 kg/cm²
 c  7,498 kg/cm²
 c  0,735 MPa
4. untuk sampel batubara 4
Diameter Sampel (d) : 3,870 cm
Beban maksimum : 20 kg/cm²
Jarak antar konus : 3,850 cm

Maka untuk faktor koreksi adalah:


0.45
 d 
F  
 50 
0.45
 3,870 
F    0,316
 50 
Untuk kuat tekan (Is) adalah:
P
Is(50 )  F 
D2
20 kg/cm²
Is(50 )  0,319   0,426 kg/cm²
(3,850 cm) 2
Untuk kuat tekan UCS adalah
 c  23 Is (50 )
 c  23  0,426 kg/cm²
 c  9,798 kg/cm²
 c  0,960 MPa
5. untuk sampel batubara 5
Diameter Sampel (d) : 3,740 cm
Beban maksimum : 20 kg/cm²
Jarak antar konus : 3,720 cm

Maka untuk faktor koreksi adalah:


0.45
 d 
F  
 50 
0.45
 3,740 
F    0,311
 50 
Untuk kuat tekan (Is) adalah:
P
Is(50 )  F 
D2
20 kg/cm²
Is(50 )  0,319   0,449 kg/cm²
(3,720 cm) 2
Untuk kuat tekan UCS adalah
 c  23 Is (50 )
 c  23  0,449 kg/cm²
 c  11,477 kg/cm²
 c  1,125 MPa
6. untuk sampel batulanau 1
Diameter Sampel (d) : 3,140 cm
Beban maksimum : 10 kg/cm²
Jarak antar konus : 3,130 cm

Maka untuk faktor koreksi adalah:


0.45
 d 
F  
 50 
0.45
 3,140 
F    0,287
 50 
Untuk kuat tekan (Is) adalah:
P
Is(50 )  F 
D2
10 kg/cm²
Is (50 )  0,287   0,292 kg/cm²
(3,130 cm ) 2
Untuk kuat tekan UCS adalah
 c  23 Is (50 )
 c  23  0,292 kg/cm²
 c  6,716 kg/cm²
 c  0,658 MPa
7. untuk sampel batulanau 2
Diameter Sampel (d) : 2,880 cm
Beban maksimum : 20 kg/cm²
Jarak antar konus : 2,860 cm

Maka untuk faktor koreksi adalah:


0.45
 d 
F  
 50 
0.45
 2,880 
F    0,276
 50 
Untuk kuat tekan (Is) adalah:
P
Is(50 )  F 
D2
20 kg/cm²
Is(50 )  0,276   0,674 kg/cm²
(2,860 cm) 2
Untuk kuat tekan UCS adalah
 c  23 Is (50 )
 c  23  0,674 kg/cm²
 c  15,508 kg/cm²
 c  1,520 MPa
8. untuk sampel batulanau 3
Diameter Sampel (d) : 3,160 cm
Beban maksimum : 20 kg/cm²
Jarak antar konus : 3,150 cm

Maka untuk faktor koreksi adalah:


0.45
 d 
F  
 50 
0.45
 3,160 
F    0,288
 50 
Untuk kuat tekan (Is) adalah:
P
Is(50 )  F 
D2
20 kg/cm²
Is(50 )  0,288   0,580 kg/cm²
(3,150 cm) 2
Untuk kuat tekan UCS adalah
 c  23 Is (50 )
 c  23  0,580 kg/cm²
 c  13,34 kg/cm²
 c  1,308 MPa
9. untuk sampel batulanau 4
Diameter Sampel (d) : 3,180 cm
Beban maksimum : 25 kg/cm²
Jarak antar konus : 3,140 cm

Maka untuk faktor koreksi adalah:


0.45
 d 
F  
 50 
0.45
 3,180 
F    0,289
 50 
Untuk kuat tekan (Is) adalah:
P
Is(50 )  F 
D2
25 kg/cm²
Is(50 )  0,289   0,732 kg/cm²
(3,140 cm) 2
Untuk kuat tekan UCS adalah
 c  23 Is (50 )
 c  23  0,732 kg/cm²
 c  16,836 kg/cm²
 c  1,651 MPa
10. untuk sampel batulanau 5
Diameter Sampel (d) : 3,570 cm
Beban maksimum : 20 kg/cm²
Jarak antar konus : 3,530 cm

Maka untuk faktor koreksi adalah:


0.45
 d 
F  
 50 
0.45
 3,570 
F    0,304
 50 
Untuk kuat tekan (Is) adalah:
P
Is(50 )  F 
D2
20 kg/cm²
Is(50 )  0,304   0,487 kg/cm²
(3,530 cm) 2
Untuk kuat tekan UCS adalah
 c  23 Is (50 )
 c  23  0,487 kg/cm²
 c  11,201 kg/cm²
 c  1,098 MPa
B. Rock Quality Designation (RQD)
pengukuran dilakukan secara langsung pada singkapan batuan (Priest &
Hundson, 1983). Dapat dilihat dari persamaan 2.4. Berdasarkan gambar 4.6
pada lapisan batubara kekar, ditunjukkan oleh panah warna merah, Nilai RQD
di dapatkan dengan menggunakan persamaan 2.4, maka nilai RQD adalah
sebagai berikut:
1. Nilai RQD di batubara Stasiun 1
a. scanline 0-1 terdapat 1 kekar
RQD  100e0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1.1 (0.1 .1  1)
RQD  100 . 0,9048 (1.1)
RQD  99,531
b. scanline 1-2 nilai RQD 100 karena tidak terdapat kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 0 (0.1 .0  1)
RQD  100 . (1)
RQD  100
c. scanline 2-3 nilai RQD 100 karena tidak terdapat kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 0 (0.1 .0  1)
RQD  100 . (1)
RQD  100
d. scanline 3-4 terdapat 1 kekar maka nilai RQD = 99,531
e. scanline 4-5 nilai RQD 100 karena tidak terdapat kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 0 (0.1 .0  1)
RQD  100 . (1)
RQD  100
f. scanline 5-6 nilai RQD 100 karena tidak terdapat kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 0 (0.1 .0  1)
RQD  100 . (1)
RQD  100
g. scanline 6-7 nilai RQD 100 karena tidak terdapat kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 0 (0.1 .0  1)
RQD  100 . (1)
RQD  100
h. scanline 7-8 nilai RQD 100 karena tidak terdapat kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 0 (0.1 .0  1)
RQD  100 . (1)
RQD  100
i. scanline 8-9 terdapat 2 kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 2 (0.1 .2  1)
RQD  100 . 0,8173 (1.2)
RQD  98,247
j. scanline 9-10 terdapat 1 kekar maka nilai RQD = 99,531
Maka rata-rata nilai RQD pada batubara Stasiun 1 sebagai berikut :
 99,531  100  100  99,531  100  100  100  100  98,247  99,531 
RQD   
 10 
RQD  99,684
2. Nilai RQD di batubara Stasiun 2
a. scanline 0-1 terdapat 6 kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 6 (0.1 .6  1)
RQD  100 . 0,5488 (1.6)
RQD  87,809

b. scanline 1-2 terdapat 3 kekar


RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 3 (0.1 .3  1)
RQD  100 . 0,7408 (1.3)
RQD  96,20
c. scanline 2-3 terdapat 4 kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 4 (0.1 .4  1)
RQD  100 . 0,670 (1.4)
RQD  93,8
d. scanline 3-4 nilai RQD 100 karena tidak terdapat kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 0 (0.1 .0  1)
RQD  100 . (1)
RQD  100
e. scanline 4-5 terdapat 2 kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 2 (0.1 .2  1)
RQD  100 . 0,8173 (1.2)
RQD  98,247
f. scanline 5-6 terdapat 3 kekar maka nilai RQD = 96,20
g. scanline 6-7 nilai RQD 100 karena tidak terdapat kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 0 (0.1 .0  1)
RQD  100 . (1)
RQD  100
h. scanline 7-8 terdapat 2 kekar maka nilai RQD = 98,247
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 2 (0.1 .2  1)
RQD  100 . 0,8173 (1.2)
RQD  98,247
i. scanline 8-9 terdapat 2 kekar maka nilai RQD = 98,247
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 2 (0.1 .2  1)
RQD  100 . 0,8173 (1.2)
RQD  98,247
j. scanline 9-10 terdapat 1 kekar maka nilai RQD = 99,531
Maka rata-rata nilai RQD pada batubara Stasiun 2 sebagai berikut :
 87,80  96,2  93,8  100  98,24  96,2  100  98,24  98,24  99,53 
RQD   
 10 
RQD  96,828
3. Nilai RQD Batubara Stasiun 3
a. scanline 0-1nilai RQD 100 karena tidak terdapat kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 0 (0.1 .0  1)
RQD  100 . (1)
RQD  100
b. scanline 1-2 terdapat 4 kekar maka nilai RQD = 93,8
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 4 (0.1 .4  1)
RQD  100 . 0,670 (1.4)
RQD  93,8
c. scanline 2-3 terdapat 4 kekar maka nilai RQD = 93,8
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 4 (0.1 .4  1)
RQD  100 . 0,670 (1.4)
RQD  93,8
d. scanline 3-4 nilai RQD 100 karena tidak terdapat kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 0 (0.1 .0  1)
RQD  100 . (1)
RQD  100
e. scanline 4-5 terdapat 3 kekar maka nilai RQD = 96,20
f. scanline 5-6 terdapat 2 kekar maka nilai RQD = 98,247
g. scanline 6-7 nilai RQD 100 karena tidak terdapat kekar
RQD  100e 0.1 (0.1  1)
RQD  100 e 0.1. 0 (0.1 .0  1)
RQD  100 . (1)
RQD  100
h. scanline 7-10 nilai RQD 100 karena tidak terdapat kekar
Maka rata-rata nilai RQD pada batubara Stasiun 3 sebagai berikut :
 100  93,8  93,8  100  96,2  98,24  100  100  100  100 
RQD   
 10 
RQD  98,204
4. Nilai RQD Batulanau
a. scanline 0-1 terdapat 1 kekar maka nilai RQD = 99,531
RQD  100e0.1 (0.1  1)
RQD  100 e  0.1.1 (0.1 .1  1)
RQD  100 . 0,9048 (1.1)
RQD  99,531
b. scanline 1-2 terdapat 1 kekar maka nilai RQD = 99,531
c. scanline 2-3 terdapat 1 kekar maka nilai RQD = 99,531
d. scanline 3-4 terdapat 1 kekar maka nilai RQD = 99,531
e. scanline 4-5 terdapat 1 kekar maka nilai RQD = 99,531
f. scanline 5-6 terdapat 1 kekar maka nilai RQD = 99,531
g. scanline 6-7 terdapat 1 kekar maka nilai RQD = 99,531
h. scanline 7-8 terdapat 1 kekar maka nilai RQD = 99,531
i. scanline 8-9 terdapat 1 kekar maka nilai RQD = 99,531
j. scanline 9-10 terdapat 1 kekar maka nilai RQD = 99,531
Maka rata-rata nilai RQD pada batulanau sebagai berikut :
 99,53  99,53  99,5  99,5  99,5  99,53  99,53  99,5  99,5  99,5 
RQD   
 10 
RQD  99,531
LAMPIRAN 2
CV.Tahiti
Coal
BIODATA

Nama : Andri Asrofi,S.T

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tgl Lahir : Pulau/ 20/05/1996

NPM : 1710024427003

Program Studi : Teknik Pertambangan

Tanggal Lulus : 23 June 2020

IPK : 3,63

Pedikat Lulus : Sangat Memuaskan

Judul Skripsi : Analisis Kestabilan Terowongan


Berdasarkan Klasifikasi
Geomekanika Rock Mass Rating
Tunnel THC-03 CV Tahiti Coal

Dosen Pembimbing : 1. Refky Adi Nata, ST,MT


2. Afni Nelvi,S.Si, M.Si

Asal SLTA : SMA Negeri 1 Padang Gelugur

Nama Orang Tua : Ayah: MUHAMMAD YUSUF


Ibu : NUR LELA

Alamat : Pulau Jl.Medan-Padang Tarung-


tarung utara ,kecamatan Rao,
kabupaten Pasaman , Sumatera
Barat

No HP / WA : 0852-6360-8721

Email : andriasrofi99@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai