Anda di halaman 1dari 38

UNIVERSITAS DIPONEGORO

PENGUJIAN MATERIAL BAJA S45C, ALUMUNIUM DAN

TEMBAGA DENGAN METODE KEKERASAN ROCKWELL

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

DIMAS PRASETIO
40040217060019

SEKOLAH VOKASI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI MESIN
SEMARANG
AGUSTUS 2020
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

NAMA : Dimas Prasetio


NIM : 40040217060019
Tanda Tangan :
Tanggal :
HALAMAN SURAT TUGAS PROYEK AKHIR
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh :


NAMA : Dimas Prasetio
NIM : 40040217060019
Program Studi : PSD III Teknik Mesin
Judul Tugas Akhir : “Pengujian Material Baja S45C, Alumunium dan

Tembaga Dengan Metode Kekerasan Rockwell”

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai


sabagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
pada Program Studi Diploma III Teknik Mesin Sekolah Vokasi Universitas
Diponegoro.

TIM PENGUJI ttd

Pembimbing : Bambang Setyoko ST. M,Eng (............................)

Penguji : Drs. Juli Mrihardjono, MT (............................)

Penguji : Drs. Sutrisno, MT (............................)

Semarang, 18 Agustus 2020


Ketua PSD III Teknik Mesin

Drs. Ireng Sigit Atmanto, M.Kes


NIP. 196204211986031002
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Diponegoro, saya yang bertanda tangan


dibawah ini :

Nama : Dimas Prasetio


NIM : 40040217060019
Jurusan/Program Studi : D III Teknik Mesin
Fakultas : Sekolah Vokasi
Jenis Karya : Tugas Akhir

demi pembangunan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Diponegoro Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Pengujian Material Baja S45C, Alumunium dan Tembaga Dengan Metode
Kekerasan Rockwell”
bersama perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
royalti/Nonekslusif ini Universitas Diponegoro berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang
Pada Tanggal :

Yang menyatakan,

(Dimas Prasetio)
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Jadilah baik. Karena kapan pun kebaikan menjadi bagian sesuatu, ia akan

membuatnya tampak semakin cantik. Tapi saat kebaikan itu hilang, ia

hanya menyisakan noda. – Nabi Muhammad SAW

Persembahan :

1. Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya

2. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan dan doa yang

tiada hentinya.

3. Segenap keluarga yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

4. Sri Intan Melaniya yang selalu memeberikan dukungan dan semangat.

5. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan berjuta kenangan dan

semangat.

6. Segenap dosen, teknisi, dan karyawan PSD III Teknik Mesin Universitas

Diponegoro.

7. Teman-teman ZUIGER angkatan 2017 PSD III Teknik Mesin SV Undip.


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan Tugas Akhir dengan judul “Pengujian Material Baja S45C, Alumunium

dan Tembaga Dengan Metode Kekerasan Rockwell” dengan baik.

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penulis mendapat banyak saran,

bimbingan, dan bantuan dari pihak pembimbing, pemateri, maupun teknisi, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Budiyono, M.Si, selaku Dekan Sekolah Vokasi Universitas

Diponegoro Semarang.

2. Bapak Drs. Ireng Sigit Atmanto, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Diploma

III Teknik Mesin Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi Universitas

Diponegoro.

3. Bapak Bambang Setyoko, ST, M.Eng , selaku dosen pembimbing Tugas

Akhir.

4. Bapak Ir. H. Murni, MT, selaku dosen wali penulis.

5. Seluruh Dosen dan Teknisi yang telah memberikan ilmu selama masa

perkuliahan.

6. Teman-teman angkatan 2017 Program Studi Diploma III Teknik Mesin

Universitas Diponegoro Semarang yang telah membantu dalam penyusunan

laporan ini.

7. Serta semua pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan penulis satu per satu

yang telah membantu selama pelaksanaan tugas akhir.


Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini penulis menyadari masih jauh dari kata

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Semarang, Agustus 2020

Penulis
ABSTRAKSI

Dalam industri, penentuan kekerasan logam sangat bermanfaaat untuk


menentukan jenis-jenis logam untuk berbagai macam keperluan. Pengujian
kekerasan Material S45C, Alumunium dan Tembaga dengan Metode Rockwell
merupakan salah satu dari beberapa metode yang dapat dilakukan untuk
mengetahui tingkat kekerasan yang dimiliki oleh material tersebut.
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell mengacu pada standar
ASTM E18-15 bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dengan
menggunakan indentor berupa steel ball dan diamond cone 1200 berdasarkan
dengan jenis atau kategori dari bahan yang dipakai kemudian ditekankan pada
permukaan material uji, besar nilai kekerasan dapat dihitung dari beban minor
dan beban mayor.
Dalam pengujian ini menggunkan metode Rockwell B (HRB) dengan load
100 kgf, dimana didapatkan nilai kekerasan pada metode Rockwell B untuk baja
S45C sebesar 82,14 HRB dengan kedalaman rata-rata 0,09572 mm, sedangkan
Alumunium sebesar 57,6 HRB dengan kedalaman rata-rata 0,14468 mm. Dan
untuk Tembaga sebesar 53,86 HRB dengan kedalaman rata-rata 0,15228 mm.

Kata kunci: Rockwell Hardness, ASTM E18-15, Baja S45C, Alumunium,


Tembaga.
ABSTRACT

In the industrial, the determination of metal hardness is very useful to


determine the types of metals for various purposes. The hardness testing of S45C,
Aluminum and Copper Materials using the Rockwell Method is one of several
methods that can be carried out to determine the level of hardness possessed by
the material.
Hardness testing using the Rockwell method refers to ASTM E18-15
standard aims to determine the hardness of a material using steel ball and
diamond cone 1200 indentor based on the type or category of material used, then
emphasized on the surface of the test material, the value of the hardness can be
calculated from minor and major load.
In this test using the Rockwell B (HRB) method with a load of 100 kgf,
where the hardness value of the Rockwell B method for S45C steel is 82.14 HRB
with an average depth of 0.09572 mm, while the Aluminum is 57.6 HRB with a
depth an average of 0.14468 mm. And for Copper amounted to 53.86 HRB with
an average depth of 0.15228 mm.

Keyword : Rockwell Hardness, ASTM E18-15, S45C steel, Alumunium, Copper.


DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................ii

HALAMAN SURAT TUGAS PROYEK AKHIR.................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...............................v

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS....................................v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................vi

KATA PENGANTAR...........................................................................................vii

ABSTRAKSI..........................................................................................................ix

ABSTRACT.............................................................................................................x

DAFTAR ISI...........................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR/GRAFIK............................................................................xiii

DAFTAR TABEL..................................................................................................xv

DAFTAR NOTASI & SIMBOL...........................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

1.2 Rumusan Maslah.....................................................................................................3

1.3 Batasan Masalah......................................................................................................3

1.4 Tujuan.....................................................................................................................3

1.5 Manfaat...................................................................................................................4

1.6 Sistematika Penulisan Laporan................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6

2.1 Dasar Teori..............................................................................................................6

2.2 Uji Kekerasan Material..........................................................................................10

2.3 Hubungan Kekerasan Material dengan Tegangan Tarik........................................17

2.4 Karakteristik Bahan Uji.........................................................................................18


BAB III PENGUJIAN KEKERASAN MATERIAL METODE ROCKWELL....21

3.1 Flowchart Pelaksanaan Pengujian Rockwell Hardness..........................................21

3.2 Proses Pelaksanaan Pengujian...............................................................................22

3.3 Metode Pengujian..................................................................................................23

3.4 Alat dan Bahan......................................................................................................29

3.5 Pengujian Material................................................................................................32

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN............................................................37

4.1 Hasil Pengujian......................................................................................................37

4.2 Data perhitungan kedalaman.................................................................................47

4.3 Analisa perbandingan kekerasan dengan kekuatan tarik........................................51

BAB V PENUTUP.................................................................................................53

5.1 Kesimpulan..................................................................................................53

5.2 Saran.............................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................55
DAFTAR GAMBAR/GRAFIK

Gambar 2. 1 Proses Pengujian Rockwell...............................................................12

Gambar 2. 2 Grafik hubungan antara kekerasan dengan kekuatan tarik...............17

YGambar 3. 1 Flowchart Pengujian Rockwell Hardness......................................21

Gambar 3. 2 Rockwell Hardness Tester HD-588..................................................23

Gambar 3. 3 Gambar Sketsa dan Dimensi Rockwell Hardness Tester HD-588....25

Gambar 3. 4 Bagian-bagian dari mesin Rockwell Hardness Tester HD-588........26

Gambar 3. 5 Kalibrasi Alat....................................................................................27

Gambar 3. 6 Baut Pelonggar Tuas Unloading.......................................................27

Gambar 3. 7 Anvil..................................................................................................28

Gambar 3. 8 Indentor Steel Ball.............................................................................28

Gambar 3. 9 Rockwell Hardness Tester HD-588..................................................29

Gambar 3. 10 Jangka Sorong.................................................................................30

Gambar 3. 11 Indentor Steel Ball...........................................................................30

Gambar 3. 12 Tang dan Oberng.............................................................................30

Gambar 3. 13 Bahan Uji Baja S45C......................................................................31

Gambar 3. 14 Bahan Uji Alumunium....................................................................31

Gambar 3. 15 Bahan Uji Tembaga.........................................................................31

Gambar 3. 16 Flow chart pengujian material.........................................................33

Gambar 3. 17 Pemasangan Indentor......................................................................34

Gambar 3. 18 Pengatur Beban...............................................................................34

Gambar 3. 19 Tuas Loading...................................................................................35

Gambar 3. 20 Tuas Unloading...............................................................................35


Gambar 3. 21 Pembacaan Skala.............................................................................36

YGambar 4. 1 Hasil pengujian Baja S45C titik ke-1.............................................38

Gambar 4. 2 Hasil pengujian Baja S45C titik ke-2................................................38

Gambar 4. 3 Hasil pengujian Baja S45C titik ke-3................................................39

Gambar 4. 4 Hasil pengujian Baja S45C titik ke-4................................................39

Gambar 4. 5 Hasil pengujian Baja S45C titik ke-5................................................40

Gambar 4. 6 Hasil pengujian Alumunium titik ke-1..............................................41

Gambar 4. 7 Hasil pengujian Alumunium titik ke-2..............................................41

Gambar 4. 8 Hasil pengujian Alumunium titik ke-3..............................................42

Gambar 4. 9 Hasil pengujian Alumunium titik ke-4..............................................42

Gambar 4. 10 Hasil pengujian Alumunium ke-5...................................................43

Gambar 4. 11 Hasil uji Tembaga ke-1...................................................................44

Gambar 4. 12 Hasil uji Tembaga ke-2...................................................................44

Gambar 4. 13 Hasil uji Tembaga ke-3...................................................................45

Gambar 4. 14 Hasil uji Tembaga ke-4...................................................................45

Gambar 4. 15 Hasil uji Tembaga ke-5...................................................................46

Gambar 4. 16 Grafik perbandingan kekerasan material uji...................................46

Gambar 4. 17 Grafik kedalaman material S45C....................................................48

Gambar 4. 18 Grafik kedalaman Alumunium........................................................49

Gambar 4. 19 Kedalaman material Tembaga.........................................................51

Gambar 4. 20 Grafik perbandingan tegangan tarik material uji............................52


DAFTAR TABEL

YTabel 2. 1 Parameter Siklus UJi..........................................................................13

Tabel 2. 2 Konversi HRB ke HB...........................................................................17

Tabel 2. 3 Spesifikasi komposisi kimia Baja S45C...............................................18

Tabel 2. 4 Mechanical Properties Baja S45C........................................................18

Tabel 2. 5 Chemical Properties of Alumunium.....................................................19

Tabel 2. 6 Mechanical Properties of Alumunium..................................................19

Tabel 2. 7 Jenis jenis tembaga...............................................................................20

Tabel 2. 8 Mechanical Properties of Copper..........................................................20

Tabel 2. 9 Physical Properties of Copper...............................................................20

YTabel 3. 1 Akurasi Nilai Kekerasan....................................................................23

Tabel 3. 2 The Permitted Tolerances Of The Standard..........................................24

Tabel 3. 3 Skala kekerasan Rockwell dan penggunaan indentor...........................24

Tabel 3. 4 Dimensi Alat Uji Kekerasan Rockwell Hardness Tester HD-588........25

YTabel 4. 1 Nilai kekerasan bahan S45C..............................................................37

Tabel 4. 2 Nilai kekerasan Alumunium.................................................................40

Tabel 4. 3 Nilai kekerasan Tembaga......................................................................43

Tabel 4. 4 Perhitungan kedalaman material S45C.................................................48

Tabel 4. 5 Perhitungan kedalaman Alumunium.....................................................49

Tabel 4. 6 Perhitungan kedalaman Tembaga.........................................................50

Tabel 4. 7 Nilai kekerasan HB material uji............................................................52

Tabel 4. 8 Nilai tegangan tarik material uji...........................................................52


DAFTAR NOTASI & SIMBOL

Simbol Keterangan Penggunaan


pertama halaman
F0 Beban Minor (Minor Load) 11
F1 Beban Mayor (Major Load) 11
HRB Hardness Rockwell B 12
HRC Hardness Rockwell C 12
h Kedalaman (mm) 12
VA Contact Velocity 13
tPF Preliminary Force Dwell Time 13
tTA Additional Force Application 13
Time
tTF Total Force Dwell Time 14
tR Dwell Time for Elastic Recovery 14
HB Nilai kekerasan Brinell 17
TS Tensile Strenght (Mpa) 17
3,45 Nilai ketetapan perhitungan TS 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekerasan suatu material adalah kemampuan sebuah material dalam

menerima beban tanpa mengalami deformasi plastis yaitu terhadap identitas, tahan

terhadap penggoresan, tahan terhadap aus, tahan terhadap pengikisan (abrasi).

Kekerasan suatu material merupakan sifat mekanik yang paling penting, karena

dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik yang lain, seperti strenght

(kekuatan). Bahkan nilai kekuatan tarik yang dimilik suatu material dapat

dikonversikan dari kekerasannya.

Dalam dunia industri logam, penentuan kekerasan logam sangat

bermanfaaat untuk menentukan jenis-jenis logam untuk berbagai macam

keperluan. Pada umumnya yang dimaksud dengan logam adalah unsur- unsur

yang memiliki sifat yang kuat, ulet, keras, mengkilap, penghantar listrik dan

panas. Karena sifat- sifat tersebut maka logam banyak digunakan orang untuk

berbagai keperluan. Sebagai akibat dari penggunaan logam, maka timbullah

pengetahuan yang semakin luas dan mendalam.

Secara garis besar logam dikelompokan menjadi 2 yaitu logam ferro dan

logam non ferro. Logam ferro merupakan logam yang terbentuk dari campuran

besi dan karbon contohnya Baja S45C sedangkan logam non ferro merupakan

logam tanpa campuran besi didalamnya contohnya Tembaga dan Alumunium.

Baja S45C digolongkan menjadi baja karbon sedang dengan kadar karbon

0,45%, sangat banyak digunakan sebagai bahan dalam pembuatan part atau

komponen dari suatu mesin seperti gear, shaft, couling, pulley dan komponen lain.
Baja ini dipilih karena memiliki sifat material yang keras, tahan aus, tahan

beban puntir dan cukup ulet.

Alumunium termasuk kedalam jenis logam ringan non ferro yang sering

digunakan dalam kehidupan sehari maupun kegiatan dalam indutri. Aluminium

merupakan konduktor listrik yang baik, ringan, kuat, dan merupakan konduktor

panas yang baik. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan

diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang dan

tahan korosi. Aluminium digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan digunakan

dalam kabel bertegangan tinggi. Juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela

dan badan pesawat terbang.

Sedangkan tembaga termasuk kedalam logam berat non ferro yang

pemanfaataannya juga sangat banyak baik dalam sektor kelistrikan, konstruksi,

transportasi dan lainnya. Akan tetapi kebanyakan tembaga digunakan dalam

sektor kelistrikan dengan presentase 67 % karena tembaga merupakan bahan

konduktor listrik dan panas yang sangat baik.

Dengan demikian kekerasan dari suatu bahan logam sangat menentukan

apakah logam itu sudah dapat digunakan karena kadang- kadang logam bersifat

sangat keras tapi rapuh dan getas, oleh sebab itu pengujian kekerasan material

merupakan hal yang harus dilakukan dan pengujian kekerasan material

merupakan pengujian yang paling efektif karena dapat dengan mudah

mengetahui gambaran sifat mekanis suatu material. Pengujian ini diharapkan

bisa menjadi pertimbangan suatu perancangan dalam dunia engineering dalam

memilih material S45C, Alumunium dan Tembaga untuk diaplikasikan untuk

kebermanfaatan di masyarakat maupun di dunia industri


1.2 Rumusan Maslah
Dalam penulisan laporan tugas akhir yang berjudul “Pengujian material

Baja S45C, Alumunium, dan Tembaga Dengan Metode Kekerasan Rockwell”

terdapat beberapa rumusan masalah, antara lain:

1. Bagaimana prinsip kerja dari uji kekerasn material ?

2. Bagaimana pengoperasian alat uji kekerasan material Rockwell ?

3. Bagaimana cara mengetahui nilai kekerasan material Baja S45C,

Alumunium dan Tembaga ?

1.3 Batasan Masalah


Dalam penulisan laporan tugas akhir yang berjudul ― Pengujian material

Baja S45C, Alumunium, dan Tembaga Dengan Metode Kekerasan Rockwell.

Penulis menentukan batasan-batasan masalah, antara lain:

1. Prinsip kerja mesin uji kekerasan Rockwell Hardness Tester HD-588

2. Pengoperasian mesin Rockwell Hardness Tester HD-588

3. Pengujian kekerasan material pada S45C, Alumunium, dan Tembaga

dengan Metode Rockwell

1.4 Tujuan
Tujuan pembuatan Tugas Akhir dengan judul “Pengujian Kekerasan

material Baja S45C, Alumunium, dan Tembaga Dengan Metode Kekerasan

rockwell” adalah :

1. Memahami prinsip kerja dari uji kekerasan material.

2. Memahami dan dapat melakukan prosedur pengoperasian alat uji

Rockwell Hardnest Tester HD-588


3. Mengetahui nilai kekerasan dari material Baja S45C, Alumunium, dan

Tembaga.

1.5 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari “Pengujian Material Baja S45C,

Alumunium, dan Tembaga Dengan Metode Kekerasan Rockwell” adalah, antara

lain:

1. Mendapatkan lebih banyak ilmu tentang dunia pengujian kekerasan.

2. Mengetahui bagaimana cara mengoperasikan alat Rockwell Hardness dan

menguji material.

3. Mengetahui cara membaca skala kekerasan malat uji kekerasan rockwell

4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain mengenaik kekerasan material

Baja S45C, Alumunium dan Tembaga.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan


Dalam pembuatan laporan tugas akhir ini, sistematika penulisan yang

digunakan adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan dan manfaat Tugas Akhir,

rumusan dan batasan masalah dalam penulisan laporan.

BAB II : DASAR TEORI


Bab ini menguraikan dasar teori pengujian kekerasan pada

material dan sistem pengujian.

BAB III :PENGUJIAN KEKERASAN MATERIAL DENGAN


METODE ROCKWELL
Bab ini berisi uraian tentang proses pengujian pada mesin

Rockwell Hardness Tester pada material baja S45C, Alumunium,

dan Tembaga dengan menggunakan indentor steel ball.

BAB IV : ANALISA HASIL PENGUJIAN


Bab ini berisi tentang analisa hasil pengujian pada Rockwell

Hardness Tester pada material.

BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Sifat-sifat Material


1. Sifat Mekanis

Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang

mendasari pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat

diartikan sebagai respon atau perilaku material terhadap pembebanan yang

diberikan, dapat berupa gaya, torsi atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya

pembebanan pada material terbagi dua yaitu beban statik dan beban dinamik.

Perbedaan antara keduanya hanya pada fungsi waktu dimana beban statik tidak

dipengaruhi oleh fungsi waktu sedangkan beban dinamik dipengaruhi oleh fungsi

waktu. Terdpat beberapa sifat mekanis pada suatu bahan salah satunya adalah

kekerasan dari suatu bahan itu sendiri, kekuatan material merupakan suatu hal

yang sangat penting untuk menentukan apakah bahan tersebut dapat digunakan

sesuai dengan kebutuhan karena kadang ada bahan yang memiliki sifat yang

sangat keras tapi rapuh dan getas.

2. Sifat Fisik

Sifat penting yang kedua dalam pemilihan material adalah sifat fisik. Sifat

fisik adalah sifat-sifat material yang bukan disebabkan oleh pembebanan seperti

pengaruh pemanasan, pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih mengarah

pada struktur material. Sifat fisik material antara lain : temperatur cair,

konduktivitas panas dan panas spesifik.


2.1.2 Pengertian Kekerasan
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical

properties) dari suatu material. Kekerasan suatu bahan adalah kemampuan sebuah

material yang menerima beban tanpa mengalami deformasi plastis yaitu terhadap

identitas, tahan terhadap penggoresan, tahan terhadap aus, tahan terhadap

pengikisan (abrasi). Kekerasan suatu bahan merupakan sifat mekanik yang paling

penting, karena kekerasan dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik

yang lain, seperti strenght (kekuatan). Bahkan nilai kekuatan tarik yang dimilik

suatu material dapat dikonversikan dari kekerasannya.

2.1.3 Faktor yang memepengaruhi kekerasan material


1. Pengaruh Kadar karbon terhadap kekerasan material

Pengaruh kadar karbon terhadap kekerasan suatu bahan merupakan sifat

mekanik yang dimiliki baja. Penambahan kadar karbon sangat mempengaruhi

kekerasan, dimana dengan meningkatnya kadar karbon maka kekerasannya

semakin meningkat pula.

2. Unsur paduan

Unsur paduan logam juga berpengaruh dalam sifat kekerasan logam,

beberapa jenis unsur dalam paduan logam adalah sebagai berikut:

a. Karbon (C)

Pada baja karbon biasanya kekerasan dan kekuatannya meningkat sebanding

dengan kekuatan karbonnya, tetapi keuletannya menurun dengan naiknya

kadar karbon. Persentase kandungan karbon akan memberikan sifat lain

pada baja karbon.


b. Mangan (Mn)

Mangan berfungsi untuk memperbaiki kekuatan tariknya dan ketahanan

ausnya. Unsur ini memberikan pengerjaan yang lebih mengkilap atau bersih

dan menambah kekuatan dan ketahanan panas

c. Silikon (Si)

Silikon untuk memperbaiki homogenitas pada baja. Selain itu, dapat

menaikkan tegangan tarik dan menurunkan kecepatan pendinginan kritis

sehingga baja karbon lebih elastis dan cocok dijadikan sebagai bahan

pembuat pegas.

d. Posfor (P)

Posfor dalam baja dibutuhkan dalam persentase kecil yaitu maksimum 0,04

% yang berfungsi untuk mempertinggi kualitas serta daya tahan material

terhadap korosi. Penambahan posfor dimaksudkan pula untuk memperoleh

serpihan kecil-kecil pada saat permesinan.

e. Belerang (S)

Sulfur dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat mampu mesin.

Keuntungan sulfur pada temperatur biasa dapat memberikan ketahanan pada

gesekan tinggi.

f. Khrom (Cr)

Khrom dengan karbon membentuk karbida dapat menmbah keliatan,

menaikkan daya tahan korosi dan daya tahan terhadap keausan yang tinggi,

keuletan berkurang.

g. Nikel (Ni)

Sebagai unsur paduan dalam baja konstruksi dan baja mesin, nikel

memperbaiki kekuatan tarik, sifat tahan panas dan sifat magnitnya.


h. Molibden (Mo)

Molibden mengurangi kerapuhan pada baja karbon tinggi, menstabilkan

karbida, serta memperbaiki kekuatan baja.

i. Titanium (Ti)

Titanium adalah logam yang lunak tetapi biola dipadukan dengan nikel dan

karbon akan lebih kuat, tahan aus dan tahan korosi.

j. Wolfram/Tungsten (W/T)

Paduan ini dapat membentuk karbida yang stabil yang sangat keras,

menahan suhu pelumasan dan mengembalikan perubahan bentuk/struktur

secara perlahan-lahan

3. Perlakuan Panas

1. Hardening

Hardening bertujuan untuk memperoleh kekerasan maksimum pada baja.

Untuk baja hypoeutectoid dipanaskan sampai (20-30)ºC. Untuk baja eutectoid dan

hypoeutectoid (20-30)ºC di atas Ac1. Selanjutnya ditahan pada temperatur

tersebut selama waktu tertentu dan didinginkan cepat didalam air atau oli,

tergantung pada komposisi kimia, bentuk dan dimensinya. Kecepatan pendinginan

harus sesuai supaya transformasi yang sempurna dari austenit menjadi martensit.

Kekerasan maksimum yang dapat dicapai setelah proses hardening sangat

tergantung pada karbon. Semakin tinggi kadar karbon, semakin tinggi pula

kekerasan maksimum yang dicapai.

2. Annealimg

Annealing adalah untuk meningkatkan keuletan menghilangkan tegangan

dengan lama, menghaluskan ukuran butiran dan meningkatkan sifat mampu


mesin. Prosesnya adalah dengan memanaskan baja pada temperatur tertentu,

kemudian holding beberapa saat, kemudian didinginkan secara perlahan dalam

dapur pemanas atau media terisolasi.

3. Normalizimg

Proses ini bertujuan untuk menghaluskan struktur butiran yang mengalami

pemanasan berlebihan, menghilangkan tegangan dalam dan memperbaiki sifat

meknik. Prosesnya dengan pemanasan sampai (30-50)ºC di atas AC3 dan

didingingkan pada udara sampai temperatur ruang. Pendinginan di sini lebih cepat

dari pada annealing, sehingga pearlite yang terjadi menjadi lebih halus sehingga

menjadikan lebih keras dan lebih  kuat dibanding yang diperolah dengan

annealing.

2.2 Uji Kekerasan Material

2.2.1 Definisi
Uji kekerasan merupakan pengujian yang paling efektif karena dengan

pengujian ini, kita dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanis

suatu material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada suatu titik, atau

daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu

material. Dengan melakukan uji keras, material dapat dengan mudah di golongkan

sebagai material ulet atau getas. Uji keras juga dapat digunakan sebaagai salah

satu metode untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas atau dingin terhadap

material. Metode yang digunakan dalam uji kekerasan material dalam penelitian

ini digunakan metode Rockwell.


2.2.2 Prinsip Uji Kekerasan Material
Bentuk uji material sering digunakan untuk menentukan mutu material dan

pengujian ini relatif mudah dilakukan dan sepenuhnya tidak merusak. Prinsip

dasar uji kekerasan material sangat sederhana yaitu dengan memeberikan idenstasi

atau penekanan pada bagian permukaan material logam dengan besar gaya yang

sudah ditetapkan.

2.2.3 Metode Pengujian Kekerasan Material


Pengujian kekerasan yang dilakukan pada tugas akhir ini menggunakan

metode Rockwell. Rockwell merupakan salah satu pengujian kekerasan bahan

yang banyak digunakan, hal ini dikarenakan pengujian kekerasan Rockwell yang

sederhana, cepat, tidak memerlukan mikroskop untuk mengukur jejak, dan relatif

tidak merusak. Pengujian kekerasan Rockwell dilaksanakan dengan cara menekan

permukaan spesimen (benda uji) dengan suatu indentor. Penekanan indentor ke

dalam benda uji dilakukan dengan menerapkan beban pendahuluan atau beban

minor (F0), kemudian ditambah dengan beban utama atau beban mayor (F1), lalu

beban utama dilepaskan sedangkan beban minor masih dipertahankan.

Besarnya beban minor ini adalah 10 kgf sedangkan besarnya beban utama

biasanya adalah 50 kgf, 90 kgf, atau 140 kgf. Penerapan beban minor pada

hakekatnya dimaksudkan untuk membantu mendudukan indentor di dalam benda

uji (spesimen) dan menghilangkan pengaruh dari penyimpangan permukaan

sehingga menciptakan permukaan spesimen yang siap untuk menerima beban

utama. Dengan demikian permukaan benda uji tidak perlu dibuat dengan sehalus

dan selicin mungkin.


Gambar 2. Proses Pengujian Rockwell
Di bawah ini merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besarnya

nilai kekerasan dengan metode Rockwell yaitu sebagai berikut 1:

HRB = 130 – (h/0,002) (1)


HRC = 100 – (h/0,002) (2)
Keterangan:
HRB = Nilai kekerasan Rockwell B
HRC = Nilai kekerasan Rockwell C
h = Kedalaman (mm)

2.2.4 Standar Pengujian Kekerasan Rockwell


Dalam melakukan pengujian kekerasan material saya mengacu pada

standar ASTM E18-152 sebagai berikut :

1. Sebelum melakukan pengujian kekerasan harus dilakukan verifikasi harian

dari mesin uji sesuai dengan ketentuan. Pada Pengukuran kekerasan harus

dilakukan hanya pada permukaan yang dikalibrasi dari blok uji.

2. Uji kekerasan Rockwell harus dilakukan pada suhu sekitar dalam batas 10

hingga 35 °C (50 hingga 95 °F). Pengguna uji kekerasan Rockwell

diingatkan bahwa suhu bahan uji dan suhu alat uji kekerasan dapat

1
PT Aldo, “Panduan Pengoperasian Mesin tes kekerasan type HD-588,” 2020.
2
ASTM, “Standard Test Methods for Rockwell Hardness of Metallic Materials 1 , 2,” 2015
<https://doi.org/10.1520/E0018-15.2>.
memengaruhi hasil tes. Akibatnya, pengguna harus memastikan bahwa

suhu pengujian tidak mempengaruhi pengukuran kekerasan.

3. Benda uji harus ditopang dengan kaku sehingga pemindahan permukaan

uji diminimalkan.

4. Siklus Uji — Standar ini menentukan siklus uji Rockwell dengan

menyatakan rekomendasi atau persyaratan untuk lima bagian siklus yang

terpisah. Bagian-bagian ini diilustrasikan untuk uji skala Rockwell C pada

Gambar dibawah ini

Tabel 2. Parameter Siklus UJi

Sumber : Standard Test Methode Rocwell Hardnest ASTM E18-15

didefinisikan sebagai berikut:


a. Contact Velocity, , VA — Kecepatan indentor pada titik kontak dengan

bahan uji.

b. Preliminary Force Dwell Time, tPF — Waktu dwell dimulai ketika

gaya pendahuluan diterapkan sepenuhnya dan berakhir ketika

kedalaman awal indentasi diukur.

c. Additional Force Application Time, tTA — Waktu untuk menerapkan

kekuatan tambahan untuk mendapatkan kekuatan total penuh.

d. Total Force Dwell Time, tTF — Dwell time ketika total force

sepenuhnya diterapkan.
e. Dwell Time for Elastic Recovery, tR — Waktu dwell pada tingkat

gaya pendahuluan, dimulai ketika gaya tambahan dihilangkan

sepenuhnya, dan berakhir ketika kedalaman indentasi kedua dan

terakhir diukur.

5. Prosedur Pengujian — > Ada banyak desain mesin kekerasan Rockwell,

yang membutuhkan berbagai tingkat kendali operator. Beberapa mesin

kekerasan dapat melakukan prosedur uji kekerasan Rockwell secara

otomatis dengan hampir tidak ada pengaruh operator, sementara mesin lain

mengharuskan operator untuk mengendalikan sebagian besar prosedur

pengujian

a. Letakan indentor bersentuhan dengan permukaan uji dalam arah tegak

lurus ke permukaan dan, jika mungkin, pada kecepatan kontak

maksimum yang direkomendasikan vA.

b. Terapkan uji kekuatan pendahuluan F0 dari 10 kgf (98 N) untuk uji

kekerasan Rockwell atau 3 kgf (29 N) untuk uji kekerasan dangkal

Rockwell.

c. Pertahankan gaya pendahuluan untuk waktu tinggal gaya pre-liminary

yang ditentukan tPF.

d. Pada akhir gaya hidup sementara waktu tF,, segera tentukan posisi

referensi dari kedalaman dasar indentasi (lihat Instruksi Manual

pabrikan).

e. Meningkatkan gaya dengan nilai gaya uji tambahan F1 yang

dibutuhkan untuk mendapatkan gaya uji total F yang diperlukan untuk


skala kekerasan yang diberikan. Gaya tambahan F1 harus diterapkan

secara terkendali dalam rentang waktu aplikasi yang ditentukan tTA

f. Pertahankan gaya total F untuk twell time gaya total yang ditentukan.

g. Lepaskan gaya uji tambahan F1 sambil mempertahankan gaya uji

awal F0.

h. Pertahankan gaya uji pendahuluan F0 untuk waktu yang tepat untuk

memungkinkan pemulihan elastis dalam bahan uji dan rentangan

bingkai yang akan difaktorkan.

i. Pada akhir waktu diam untuk pemulihan elastis, segera tetapkan

kedalaman indentasi terakhir.

6. Selama pengujian, peralatan harus dilindungi dari goncangan atau getaran

yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran kekerasan.

7. Setelah setiap perubahan, atau pemindahan dan penggantian, dari indentor

atau landasan, setidaknya dua lekukan pendahuluan harus dibuat untuk

memastikan bahwa indentor dan landasan ditempatkan dengan benar.

Hasil dari indentasi awal harus diabaikan.

8. Setelah setiap perubahan gaya uji atau pelepasan dan penggantian indentor

atau landasan, sangat disarankan agar operasi mesin diperiksa.

9. Jarak Indentasi — Kekerasan material yang mengelilingi lekukan yang

dibuat sebelumnya biasanya akan meningkat karena tegangan sisa yang

diinduksi dan pengerasan kerja yang disebabkan oleh proses indentasi.

Jika indikasi baru dibuat dalam material yang terpengaruh ini, nilai

kekerasan yang diukur kemungkinan akan lebih tinggi dari kekerasan

material yang sebenarnya secara keseluruhan. Juga, jika lekukan dibuat


terlalu dekat dengan tepi material atau sangat dekat dengan lekukan yang

dibuat sebelumnya, mungkin ada bahan yang tidak cukup untuk

membatasi zona deformasi di sekitar lekukan. Ini dapat menghasilkan

penurunan nilai kekerasan yang nyata. Kedua keadaan ini dapat dihindari

dengan memungkinkan jarak yang tepat antara lekukan dan dari tepi

material.

a. Jarak antara pusat dari dua lekukan yang berdekatan harus setidaknya

tiga kali diameter d dari lekukan

b. Jarak dari pusat lekukan ke tepi benda uji harus sekurang-kurangnya

dua setengah kali diameter lekukan

2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Metode Rockwell


1. Kelebihan

 Nilai kekerasan benda uji dapat dibaca langsung pada jam ukur (dial gage).

 Proses pengujian dilaksanakan dengan cepat

 Tidak memerlukan mikroskop untuk mengukur jejak (lekukan)

 Pengujian yang relatif tidak merusak.

 Sangat cocok untuk menguji produk-produk dalam jumlah banyak.

2. Kekurangan

 Lokasi pengujian pada spesimen harus bebas dari pencemaran (minyak,

kerak, zat asing dan lain-lain).

 Tidak stabil bila mesin menerima goncangan.


2.3 Hubungan Kekerasan Material dengan Tegangan Tarik

Gambar 2. Grafik hubungan antara kekerasan dengan kekuatan tarik


Dapat kita lihat dari grafik diatas jika nilai kekerasan dari suatu material

tinggi maka nilai kekuatan tariknya juga tinggi dengan demikian jika digambarkan

dengan grafik maka akan berbanding lurus. Untuk perhitungan kekuatan tarik

akan dijabarkan dibawah ini:

TS ( Mpa )=3,45 x HB Dimana: TS : Tensile Strenght (Tegangan Tarik)

HB : Hardness Brinell

Tabel 2. Konversi HRB ke HB

HRB HB
55 – 69 HB = 1,646 * HRB + 8,7
70 – 79 HB = 2,394 * HRB – 42,7
80 – 89 HB = 3,297 * HRB – 114
90 – 100 HB = 5,582 * HRB – 319
Sumber : ASTM A 370
2.4 Karakteristik Bahan Uji

2.4.1 Baja S45C (Standar JIS)


Baja karbon adalah material logam yang terbentuk dari unsur utama Fe

dan unsur kedua yang berpengaruh berpengaruh pada sifat‐sifatnya adalah karbon,

sedangkan unsur yang lain berpengaruh menurut prosesntasenya. Baja karbon

diklasifikasikan menjadi bebeberap antara lain :

a. Baja karbon rendah (Low Carbon Steel)

Merupakan baja dengan kandungan utama besi dan karbon dengan komposisi

karbon < 0,30%. Karbon dibawah 0,15% dinamakan dead mild steel yang

banyak digunakan pada sheet, strip, wire, ship plate, dan lain-lain. Baja

karbon rendah dapat digunakan sebagai body mobil, bentuk struktur (profil

I, L, C, H), pipa saluran.

b. Baja karbon sedang (Medium Carbon Steel)

Memiliki kandungan karbon antara 0,3 – 0,8%. Baja ini dapat dinaikan sifat

mekaniknya melalui perlakuan panas austenitizing, quenching, dan

tempering. Baja ini sering dipakai dalam komponen mesin atau biasa

disebut Machinery Steel.

c. Baja karbon tinggi (High Carbon Steel)

Memiliki kandungan karbon 0,8 – 2%. Sifat mekaniknya melalui perlakuan

panas austenitizing, quenching, dan tempering. Baja ini sering dipakai

dalam pegas, pisau cukur, kawat kekuatan tinggi, dan lain – lain.

Baja S45C termasuk kedalam golongan baja karbon sedang dengan

komposisi karbon 0,42% – 0,48%. Baja S45C diklasifikasikan sebagai Machinery

Steel atau bisa dibilang baja yang sering dipakai dalam komponen atau spare part
mesin karena karakteristiknya yang sangat cocok sebagai komponen mesin karena

memenilik sifat material yang keras, tahan aus, tahan beban puntir dan cukup ulet.

Tabel 2. Spesifikasi komposisi kimia Baja S45C

Chemical Composition (%)


C Si Mn P S Cu Ni Cr Ni+Cr
0,42 – 0,15 – 0,60 – ≤0.030 ≤0.035 ≤0.03 ≤0.020 ≤0.020 ≤0.035
0,48 0,35 0,90 0
Sumber : [CITATION Bey \l 1057 ]

Tabel 2. Mechanical Properties Baja S45C

Properties Baja S45C


Tensile Strenght (MPa) 569
Yield Strenght (MPa) 343
Hardness (HB) 160 – 220
Elongation ratio % 20
Reduction of area (Psi) 30
Young’s modulus (MPa) 190 – 210
Density (kg/m3) 7700 – 8030
Sumber : [CITATION Bey \l 1057 ]

2.4.2 Alumunium
Aluminium merupakan logam yang ringan dan tahan terhadap korosi.

Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik, ringan, kuat, dan merupakan

konduktor panas yang baik. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi

kawat dan diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang dan

tahan korosi. Aluminium digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan digunakan

dalam kabel bertegangan tinggi. Juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela

dan badan pesawat terbang.

Tabel 2. Chemical Properties of Alumunium

Chemical Composition (%)


Al Cr Cu Fe
95.8 - 98.6 0.04 - 0.35 0.15 - 0.4 Max 0.7
Sumber :[CITATION ASM \l 1057 ]

Tabel 2. Mechanical Properties of Alumunium

Properties Matric English


Hardness, Brinell 95 95
Hardness, Knoop 120 120
Hardness, Rockwell A 40 40
Hardness, Rockwell B 60 60
Hardness, Vickers 107 107
Ultimate Tensile Strength 310 MPa 45000 psi
Tensile Yield Strength 276 MPa 40000 psi
Elongation at Break 12 % 12 %
Elongation at Break 17 % 17 %
Modulus of Elasticity 68.9 GPa 10000 ksi
Notched Tensile Strenght 324 MPa 47000 psi
Ultimate Bearing Strength 607 MPa 88000 psi
Bearing Yield Strength 386 MPa 56000 psi
Poisson's Ratio 0.33 0.33
Fatigue Strength 96.5 MPa 14000 psi
Machinability 50 % 50 %
Shear Modulus 26 GPa 3770 ksi
Shear Strength 207 MPa 30000 psi
Sumber :[CITATION ASM \l 1057 ]

2.4.3 Tembaga
Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik. Selain itu

unsur ini memiliki kororsi yang sangat cepat sekali. Tembaga murni sifatnya halus

dan lunak, dengan permukaan berwarna jingga kemerahan. Penggunaan tembaga

terbesar adalah untuk kabel listrik (60%), atap dan perpipaan (20%) dan mesin

industri (15%). Tembaga biasanya digunakan dalam bentuk logam murni, tetapi

ketika dibutuhkan tingkat kekerasan lebih tinggi maka biasanya dicampur dengan

elemen lain untuk membentuk alloy.

Tabel 2. Jenis jenis tembaga


Paduan Istilah Komposisi Warna Warna lapuk
tembaga umum alami
C11000 / Tembaga Tembaga 99,90% Salmon Patina kemerahan-
C12500 merah coklat hingga abu-abu
C12200 Tembaga Tembaga Salmon Patina kemerahan-
99,90%; 0,02% fosfor merah coklat hingga abu-abu
Sumber : wikipedia.orge

Tabel 2. Mechanical Properties of Copper

Mechanical Properties
Proof Stress Tensile Strenght Hardness Brinell Elongation A
180 – 270 MPa 440 – 500 MPa 100 – 140 HB 20 – 12 %
Sumber : aalco.co.uk

Tabel 2. Physical Properties of Copper

Physical Properties
Melting Modulus of Thermal
Density Electrical Resistivity
Point Elasticity Conductivity

8,63 g/cm3 865 oC 96,5 Gpa 88,3 W/m.K 0.090 x10-6 Ω .m


Sumber : aalco.co.uk
BAB III
PENGUJIAN KEKERASAN MATERIAL METODE
ROCKWELL

3.1 Flowchart Pelaksanaan Pengujian Rockwell Hardness

Anda mungkin juga menyukai