SKRIPSI
Disusun oleh :
NUR MIFTAKHUDDIN
5201401004
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
ABSTRAK
Kata kunci: temper, quench, medium carbon steel, kekerasan, kekuatan tarik,
impact, muai panjang
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Pembimbing II Penguji II
Penguji III
P
Mengetahui,
r
Dekan Fakultas Teknik o
f
,
D
HALAMAN PENGESAHAN
r. Soesanto NIP. Drs Murdani, MPd
130875753
NIP.
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf serta
Janganlah hanya belajar melalui kesalahan yang kita lakukan, tapi ambilah
Persembahan
Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dorongan dan doa.
iv
PRAKATA
Segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam peneliti curahkan
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
4. Heri Yudiono, MT, dosen pembimbing II skripsi ini yang dengan penuh
5. Drs. Hadromi, MT yang telah memberikan kesempatan dan ide kepada penulis
senior-senior, Laboran dan Teknisi serta semua pihak yang turut membantu
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa-jasa beliau yang telah
menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, maka kritik dan
v
saran yang konstruktif dan membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata
penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat dan tambahan ilmu bagi
para pembaca.
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
ABSTRAK.........................................................................................................ii
PRAKATA......................................................................................................... v
DAFTAR ISI......................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL..............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Permasalahan.............................................................................2
C. Penegasan Istilah........................................................................3
D. Tujuan........................................................................................4
E. Manfaat......................................................................................4
F. Sistematika Skripsi.....................................................................5
A. Baja Karbon...............................................................................6
B. Quenching..................................................................................8
C. Tempering...................................................................................10
D. Pelumas......................................................................................11
E. Pengujian Tarik..........................................................................13
F. Pengujian Kekerasan..................................................................17
vii
G. Pengujian impact ..................................................................... 19
A. Desain Penelitian...................................................................... 24
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan................................................................................48
BAB V PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................51
B. Saran..........................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................53
LAMPIRAN LAMPIRAN..............................................................................54
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
Gambar 21. Grafik kekerasan temper................................................................38
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil uji komposisi EMS 45.........................................................................54
Lampiran 3. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen raw materials 1........56
Lampiran 4. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen raw materials 2........57
Lampiran 5. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen raw materials 3........58
Lampiran 6. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 1...................59
Lampiran 7. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 2...................60
Lampiran 8. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 3...................61
Lampiran 9. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 1...................62
Lampiran 10. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 2.................63
Lampiran 11. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 3.................64
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keuletan, kekerasan, tahan aus dan sebagainya. Peningkatan kualitas baja ini dapat
Poros engkol sebagai salah satu komponen dalam sebuah mesin yang
berfungsi untuk menyalurkan tenaga dari satu bagian ke bagian yang lain dengan
dialami poros engkol ini dapat berupa gaya tekan dari piston, gaya gesek pada
bantalan connecting road, gaya puntir dari fly wheel dan kombinasi saat dilakukan
beban tersebut.
baja pada suhu tertentu, dipertahankan pada waktu tertentu dan didinginkan pada
Tujuan ini akan tercapai seperti apa yang diinginkan jika memperhatikan faktor
1
2
digunakan.
dengan pengerjaan mesin yang kemudian diberikan perlakuan panas sebagai salah
satu upaya untuk memperbaiki sifat dan kualitas komponen seperi annealing,
di atas daerah kritis disusul dengan pendinginan yang cepat yang dinamakan
quench (Djafrie, 1995). Akibat proses hardening pada baja, maka timbul tegangan
dalam (internal stresses), dan rapuh (brittles) yang menyebabkan baja tersebut
belum cocok untuk segera digunakan sehingga baja tersebut perlu dilakukan
proses lanjut yaitu temper. Atas dasar tujuan untuk memperbaiki sifat baja
tersebut, maka peneliti memilih perlakuan panas temper dengan quenching media
oli Mesran SAE 20W 50. Perubahan sifat baja dapat diketahui dengan cara
melakukan pengujian tarik, kekerasan, impact dan muai panas. Penelitian ini
B. Permasalahan
impact, kekerasan dan muai panjang) akibat proses temper dengan quench
proses temper dengan quench media oli Mesran SAE 20W 50?
C. Penegasan Istilah
1. Baja EMS 45
Baja EMS 45 merupakan jenis baja yang diproduksi oleh PT. BHINEKA
2. Quenching
diatas daerah kritis disusul dengan pendinginan yang cepat (Djafrie, 1995).
3. Tempering
pada suhu dibawah suhu kritis yang disusul dengan pendinginan (Djaprie,
proses quenching.
4. Karakteristik bahan
dari kekerasan, kekuatan tarik, impact, muai panjang dan karakteristik fisis
kekerasan dan muai panjang) akibat proses temper dengan quench media oli
2. Untuk mengetahui karakteristik sifat fisis (foto mikro) medium carbon steel
akibat proses temper dengan quench media oli Mesran SAE 20W 50?
E. Manfaat
Mesran SAE 20W - 50 terhadap karakteristik medium carbon steel dapat diambil
mikro dan mekanis yaitu kekuatan tarik, ketangguhan, kekerasan dan muai
panas pada bahan medium carbon steel yang dihasilkan dari proses temper
dan persembahan, prakata, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar
lampiran.
2. Bagian isi skripsi terdiri dari Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang,
pengujian kekerasan, pengujian impact dan pengujian muai panjang. Bab III
pengumpulan data dan analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan,
A. Baja Karbon
Baja merupakan salah satu jenis logam yang banyak digunakan dengan
unsur karbon sebagai salah satu dasar campurannya. Di samping itu baja juga
mengandung unsur-unsur lain seperti sulfur (S), fosfor (P), silikon (Si),
mangan (Mn), dan sebagainya yang jumlahnya dibatasi. Sifat baja pada
umumnya sangat dipengaruhi oleh prosentase karbon dan struktur mikro. Struktur
mikro pada baja karbon dipengaruhi oleh perlakuan panas dan komposisi baja.
Karbon dengan unsur campuran lain dalam baja membentuk karbid yang
dapat menambah kekerasan, tahan gores dan tahan suhu baja. Perbedaan
prosentase karbon dalam campuran logam baja karbon menjadi salah satu cara
macam, yaitu :
campuran baja karbon kurang dari 0,3%. Baja ini bukan baja yang keras karena
kandungan karbonnya yang rendah kurang dari 0,3%C. Baja karbon rendah tidak
6
7
dikeraskan sebagian dengan perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai. Baja
karbon sedang lebih keras serta lebih lebih kuat dibandingkan dengan baja karbon
tinggi namun keuletannya lebih rendah, hampir tidak dapat diketahui jarak
perlakuan panas pada baja karbon tinggi tidak memberikan hasil yang optimal
Sifat mekanis baja juga dipengaruhi oleh cara mengadakan ikatan karbon
dengan besi. Menurut Schonmetz (1985) terdapat 3 bentuk utama kristal saat
1. Ferit, yaitu besi murni (Fe) terletak rapat saling berdekatan tidak teratur, baik
bentuk maupun besarnya. Ferit merupakan bagian baja yang paling lunak,
ferrit murni tidak akan cocok digunakan sebagai bahan untuk benda kerja yang
2. Karbid besi (Fe3C), suatu senyawa kimia antara besi dengan karbon sebagai
paling keras.
karbon sebesar 0,8%. Struktur perlitis mempunyai kristal ferrit tersendiri dari
serpihan sementit halus yang saling berdampingan dalam lapisan tipis mirip
lamel.
yang lebih optimal dibandingkan dengan baja karbon yang lain karena dengan
B. Quenching
Proses pengerasan baja merupakan salah satu dari proses perlakuan panas
yang bertujuan untuk meningkatkan kekerasan baja, hal ini dilakukan dengan
pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kritis (gambar 1). Suhu ini
0
yang sebesar 0,452%, quenching dilakukan pada suhu 820 C.
Gambar 1. Diagram fasa Fe Fe3C
Tujuan pemanasan adalah untuk mengubah baja dari keadaan normal dan tipe
(holding time).
0
pendinginan lain sampai temperatur mendekati 790 C. Jika berhasil
0
mendinginkan austenit sampai 790 C akan mengubah dengan cepat ke suatu
struktur yang keras dan relatif rapuh yang dikenal martensit. Martensit adalah
fasa metastabil terbentuk dengan laju pendinginan cepat. Martensit yang keras
C. Tempering
pada suhu dibawah suhu kritis yang disusul dengan pendinginan (Djaprie,
1989:148) untuk menghilangkan tegangan dalam (sisa) dari baja akibat proses
dimungkinkan karena struktur martensit yang tidak stabil. Proses ini akan
menyebabkan martensit berubah menjadi troosit atau sorbit sesuai dengan suhu
penemperannya. Troosit dan sorbit tersebar halus dalam bentuk karbid pada
lapisan ferrit.
tingkatan :
0 0
Tempering ini mempunyai suhu pemanasan 150 300 C. Proses ini tidak
0 0
Tempering ini mempunyai suhu pemanasan 300 - 550 C. Tempering pada
0
martensit dan kira-kira pada suhu 315 C perubahan fase menjadi martensit
0 0
Tempering ini mempunyai suhu pemanasan 550 - 650 C. Tempering suhu
tergantung pada jenis dan kekerasan baja yang dikehendaki. Semakin tinggi dan
semakin lama holding time yang diberikan, semakin banyak terbentuk trosit dan
benda kerja pada udara terbuka. Tempering pada penelitian ini dilakukan pada
0
suhu 600 C untuk mendapatkan keuletan spesimen yang maksimal.
D. Pelumas
disebabkan oleh temperatur, kekentalan, kadar larutan dan bahan dasar media
pendingin. Pelumas adalah minyak yang mempunyai sifat untuk selalu melekat
dan menyebar pada permukaan-permukaan yang bergesekan, sehingga membuat
pengausan dan kenaikan suhu kecil sekali (Soedjono, 1978). Viskositas oli, dan
Bahan dasar minyak dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu minyak
yang berasal dari hewan diperoleh dengan cara merebus atau memasak tulang-
belulang atau lemak babi, minyak pelumas dari tumbuhan dan minyak pelumas
terutama hidro karbon. Dalam minyak bumi mengandung parafin (CnH2n2), siklik
parafin naftena (CnH2n) dan aromatik (CnHn), jumlah susunan tergantung jumlah
minyaknya.
SAE 20 W. SAE 20W tidak begitu peka terhadap temperatur, sedangkan oli SAE
20 peka terhadap temperatur (Suyanto, 1989 : 412). Indek kekentalan diikuti huruf
0
W yang menunjukkan kekentalan pada suhu 20 C, sedangkan kekentalan yang
0
tidak diikuti huruf W menyatakan kekentalan pada suhu 100 C, dengan adanya
0
misalnya SAE 20W 50 dengan maksud standar olinya SAE 20 pada suhu 20 C
0
dan standar sampai SAE 50 pada suhu 100 C, sehingga minyak pelumas ini bila
digunakan di lingkungan suhu dingin akan bersikap sebagai pelumas SAE 20W
sedangkan bila digunakan dilingkungan suhu panas akan bersikap sebagai minyak
yang akan mempengaruhi sifat mekanis spesimen. Tingkat lapisan ini tergantung
pada laju shear, yaitu kecepatan tiap tebal film pelumas. Kerusakan pada zat aditif
E. Pengujian Tarik
memberikan gaya yang berlawanan pada benda dengan arah menjauh dari titik
tengah, atau dengan memberikan gaya pada salah satu ujung benda dan ujung
suatu logam dan paduannya. Pengujian ini paling sering dilakukan karena
dari penarikan gaya terhadap bahan adalah perubahan bentuk (deformasi) bahan,
yaitu pergeseran butiran kristal logam hingga terlepasnya ikatan kristal tersebut
melalui tahapan pembebanan tarik. Hasil pengukuran dari pengujian tarik adalah
suatu kurva yang memberikan hubungan antara gaya yang dipergunakan dan
u
f
y
tarik yang dihasilkan adalah kekuatan tarik maksimum yang diberi simbol u.
simbol u didapat dari kata ultimate yang berarti puncak. Jadi besarnya kekuatan
tarik ditentukan oleh tegangan maksimum yang diperoleh dari kurva tarik.
u Pu
......................................................................................... (1)
Ao
dimana Pu = beban maksimum (kg)
2
Ao = luas penampang awal (mm )
dan regangan bahan. Artinya bahan ini tetap berada pada keadaan proporsional.
Pada kurva tarik baja karbon rendah batas ini mudah terlihat, tetapi pada
bahan lain batas ini sukar sekali untuk diamati oleh karena daerah linier dan tidak
linier bersambung secara kontinyu. Oleh karena itu untuk menentukan titik luluh
diambil dengan metoda off set yaitu suatu metoda yang menyatakan bahwa titik
luluh adalah suatu titik pada kurva yang menyatakan dicapainya regangan plastis
sebesar 0,2 %.
a b c d
bentuk kurva yang tidak lagi menunjukkan adanya kesepadanan antara tegangan
dengan regangan. Jarak antara titik awal pemberian beban sampai pada batas ini
Young, suatu sifat yang menyatakan kekakuan dari suatu bahan yang didalam
kurva tarik. Sifat ini menyatakan hubungan yang linier dari tegangan dan
= tegangan.
perpatahan pada bahan. Sifat mekanis lain yang dapat diketahui dari pengujian
tarik adalah reduksi penampang atau reduction of area pada saat patah. Sifat ini
(Ao - Af )
q= , ............................................................................... (4)
Ao
2
dimana Ao = luas penampang awal (mm )
2
Af = luas penampang patah (mm )
q = reduksi penampang
Saat spesimen uji tarik mengalami perpatahan akan terbentuk suatu
kerucut mangkok (cup cone), rata dan tak teratur. Sedangkan berdasarkan
teksturnya dapat berupa silky (seperti sutera), butir halus, butir kasar atau
F. Pengujian Kekerasan
suatu bahan terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap, ketika gaya
tertentu diberikan pada suatu benda uji. Harga kekerasan bahan tersebut dapat
dianalisis dari besarnya beban yang diberikan terhadap luasan bidang yang
menerima pembebanan.
Secara garis besar terdapat tiga metode pengujian kekerasan logam yaitu
penekanan, goresan, dan dinamik. Proses pengujian yang mudah dan cepat dalam
memperoleh angka kekerasan yaitu dengan metode penekanan. Dikenal ada tiga
pengujian Vickers digunakan indentor yang berbentuk piramid dengan alas bujur
0
sangkar yang bersudut puncak antara dua sisi yang berhadapan sebesar 136 .
Sudut ini dipilih karena nilai tersebut mendekati sebagian besar nilai
perbandingan yang diinginkan antara diameter lekukan dan diameter bola penekan
hasil dari pengukuran kekerasan Vickers tidak tergantung pada besarnya gaya
tekan seperti pada pengujian Brinell, jadi dengan gaya yang berbeda-beda akan
tetap akan diperoleh nilai kekerasan yang sama (Suherman : 1987). Pengujian
kekerasan Vickers dapat digunakan untuk mengukur nilai kekerasan pada benda
yang sangat lunak sampai pada benda yang sangat keras, juga akan menghasilkan
permukaan lekukan (Djaprie : 1987). Pada praktiknya luas ini dihitung dari
d2 d2
o
= Sudut puncak indentor (136 )
G. Pengujian Impact
Baja karbon yang biasanya bersifat ulet dapat diubah menjadi getas bila
berada kondisi tertentu. Menurut G. E. Diater (1988), terdapat tiga faktor dasar
yang mendukung terjadinya patah getas, keadaan tegangan tiga sumbu, suhu
rendah dan laju regangan tinggi atau laju pembebanan yang cepat. Ketiga faktor
tersebut tidak harus ada secara bersamaan pada waktu terjadi patah getas sehingga
untuk menentukan kepekaan bahan terhadap patah getas, sering kali digunakan
pengujian impact.
Tujuan utama pengujian impact ialah untuk mengukur kegetasan bahan
atau juga keliatan bahan terhadap beban tiba-tiba dengan cara mengukur
perubahan energi potensial sebuah palu godam yang dijatuhkan pada ketinggian
tertentu. Perbedaan tinggi ayunan palu godam merupakan ukuran energi yang
diserap oleh benda uji. Besar energi yang diserap tergantung pada keuletan bahan
uji. Bahan yang ulet menunjukkan nilai impact yang besar. Benda uji disiapkan
secara khusus, ukuran dan bentuknya ditentukan sesuai standart. Jenis pengujian
impact yang dikenal ada dua macam, yaitu dengan metode Izod dan Charpy.
dilepas dengan ketinggian H1 dari pusat benda uji yang bersudut dan setelah
menabrak benda uji palu mengayun sampai ketinggian H2 dari pusat benda uji
yang bersudut . Pada kondisi ini besar tenaga kinetik Ek 1 dan Ek2 sama dengan
nol karena kecepatan V1dan V2 sama dengan nol yaitu berada pada kondisi
Jadi tenaga yang diserap benda uji atau tenaga untuk mematahkan benda uji yaitu,
W = Ep1 Ep2
Nilai impact bahan (K) merupakan hasil bagi tenaga untuk mematahkan
2
benda uji (Joule) dengan luas penampang patah benda uji (mm ), dirumuskan
dengan : K W
A 0 ........................................................................................... (7)
2
K = nilai pukulan takik (J/mm )
2
A0 = luas penampang batang semula dibawah takikan (mm )
Luas penampang patah pada hasil pengujian impact menjadi salah satu
bentuk patahan hasil impact. Sifat peretakan dapat terjadi dalam tiga bentuk :
ternyata keretakan atau kepatahan itu tidak diikuti dengan deformasi bahan,
2. Patahan liat atau patahan perubahan bentuk, patah ini mempunyai permukaan
yang tidak rata dan tampak seperti bludru, buram dan berserat, tipe ini
3. Patahan campuran, patahan yang sebagian getas sebagian liat, patahan ini
atom bergetar pada jarak antar atom rata-rata yang lebih besar, hal ini
menghasilkan pemuaian pada bahan tersebut. Valensi ion juga berpengaruh pada
berkurangnya jarak antar atom. Banyaknya jumlah atom yang berdekatan mampu
meningkatkan gaya tolak menolak elektron sehingga jarak antar atom juga
meningkat.
Energi ikatan antar atom suatu bahan seperti logam dipengaruhi oleh
bentuk struktur kristalnya. Struktur kristal tertentu mempunyai ikatan yang kuat
daripada struktur kristal yang lain atau sebaliknya. Perubahan keadaan padat pada
struktur logam dapat terjadi dengan adanya perlakuan panas sehingga
memungkinkan untuk mengubah sifat muai logam dengan adanya perlakuan panas
tersebut.
perubahan panjang yang sebenarnya, hal ini disebabkan oleh batang penekan dan
penumpu benda uji yang juga ikut memuai. Selain itu juga dipengaruhi oleh
dilakukan pada kondisi pengukuran yang sama dengan keadaan pengukuran benda
uji dan dilakukan dengan menggunakan benda uji standar yang sudah diketahui
A. Desain Penelitian
(kekuatan tarik, kekerasan, muai panjang, impact) dan fisis (struktur mikro)
spesimen yang telah mengalami perlakuan panas yaitu spesimen temper dan
temper dan quench dengan material yang tidak mengalami perlakuan panas (raw
materials).
B. Material Spesimen
24
25
tebal 10 mm.
Gambar 11. Dimensi spesimen kekerasan
lain :
1. Mesin bubut
2. Mesin frais
4. Dapur pemanas
9. Jangka sorong
D. Alur Penelitian
dibawah ini:
Medium
Medium Carbon Steel
Carbon Steel
Uji komposisi
Uji komposisi
Pembuatan spesimen
Pembuatan spesimen
Raw Materials
Uji tarik Quenching Tempering
Uji kekerasan Uji muai panjang Uji impact
Simpulan
Pembahasan dan analisis data
1. Pembuatan spesimen
2. Proses Pemanasan
0 0
dipanaskan pada 820 C sedangkan pada proses tempering diatur pada suhu 600 C.
3. Proses Quenching
0
yang telah dipanaskan pada suhu 820 C kedalam oli Mesran SAE 20W 50
secara kejut.
4. Proses Tempering
0
temper pada suhu 600 C kedalam oven kemudian didinginkan secara alami pada
udara terbuka.
5. Pengujian spesimen
0
hasil quenching dan tempering suhu 600 C serta raw materials. Setiap pengujian
foto mikro dan makro dilakukan di Laboratorium Bahan Diploma Teknik Mesin
Semarang.
tersebut diharapkan penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan tertib dan
data yang didapat tercatat dengan baik. Lembar penelitian yang digunakan dalam
Spesimen Pu A0 u y Lo Lf e do df q
Tabel 2. Lembar Pengamatan Pengujian Kekerasan
Spesimen P d VHN
Spesimen R G W A0 K
Spesimen Ad Ab Keliatan
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan data
dari penelitian yang dilakukan. Data yang dihasilkan digambarkan secara grafis
Foto makro bentuk penampang patahan juga dapat dianalisis bentuk dan
A. Hasil Penelitian
Hasil dalam penelitian ini berupa data angka, gambar, grafik dan foto-foto
dalam material dan memastikan bahwa material penelitian yang digunakan dalam
mekanis dan fisis dari baja yang bersangkutan. Jenis-jenis baja umumnya
baja tersebut. Tabel berikut ini menunjukkan data komposisi kimia unsur-unsur
carbon steel dengan kadar karbon 0,452 %. Berikut tabel kandungan unsur kimia
Kandungan Kandungan
No Unsur Kimia No Unsur Kimia
(% berat) (% berat)
1 Fe 98,4100 9 Mo 0,0040
2 C 0,4523 10 Cu 0,0040
3 Si 0,2203 11 Al 0,0000
33
34
4 Mn 0,6923 12 Nb 0,1000
5 P 0,0107 13 V 0,0000
6 S 0,0093 14 W 0,0400
7 Ni 0,0473 15 Ti 0,0000
8 Cr 0,1130
penampang mikro untuk tiap jenis spesimen dengan perbesaran 200 kali adalah
sebagai berikut :
Ferrit
Perlit
Ferrit
Perlit
Perlit
suatu bahan terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap, ketika gaya
tertentu diberikan pada suatu benda uji. Pengujian kekerasan dalam penelitian ini
dilakukan berurutan pada jarak awal 0,1 mm dari tepi menuju ke tengah dengan
jarak antar titik 0,2 mm sejauh 1.1 mm. Data hasil pengujian ini dikelompokkan
menjadi 2 kelompok, yaitu data untuk spesimen raw materials dan data pengujian
spesimen quench dan temper. Secara umum, hasil pengujian kekerasan yang
Jarak titik
(mm) 0,1 0,3 0,5 0,7 0,9 1,1
VHN
Raw materials 171,5 166,1 165,8 166,7 166,1 164,4
174
172
171.5
170
VHN
168
166.1 166.7
165.8 166.1
166
164.4
164
162
160
0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1
Jarak Titik (mm)
vickers pada raw materials jarak 0,1 mm sebesar 171,5; jarak 0,3 mm sebesar
166,4; jarak 0,5 mm sebesar 165,8; jarak 0,7 mm sebesar 166,7; jarak 0,9 mm
270
VHN
263.7
260.3
260
253.5
250
240.7
240 237.7 237.7
230
220
0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1
Jarak titik (mm)
spesimen quench jarak 0,1 mm sebesar 263,7; jarak 0,3 mm sebesar 260,3; jarak
0,5 mm sebesar 253,5; jarak 0,7 mm sebesar 240,7; jarak 0,9 mm sebesar 237,7
dan pada jarak 1,1 sebesar 237,7. Terhadap raw materials kenaikan kekerasan
pada tiap titik pada spesimen quench berturut-turut sebesar 53,76%; 56,71%;
265
VHN
260 258.7
255 253.8
250
245 243.8
235
230
225
0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1
Jarak Titik (mm)
spesimen temper jarak 0,1 mm sebesar 260,8; jarak 0,3 mm sebesar 253,8; jarak
0,5 mm sebesar 243,8; jarak 0,7 mm sebesar 237,7; jarak 0,9 mm sebesar 237,7
dan pada jarak 1,1 sebesar 237,7. Kenaikan terhadap raw materials masing-
spesimen dalam penelitian ini. Hasil pengujian tarik terdiri dari tiga parameter
(yield strength) dan parameter keuletan yang ditunjukkan oleh besarnya regangan
Hasil pengujian tarik terlihat dalam grafik uji tarik pada setiap spesimen.
Data hasil pengujian ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu data untuk
spesimen raw materials dan data pengujian spesimen quench dan temper, masing-
masing data pada kelompok spesimen diambil rata-rata hasil pengujian. Secara
umum hasil pengujian diatas jika disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel di atas jika disajikan dalam bentuk diagram garis seperti pada
95.00
86.44
85.00 80.12 Teg. Max
Teg. Luluh
Tegangan (kg/mm )
2
75.00
67.74
65.00 63.41
59.03
55.00
45.00 43.44
35.00
Raw Materials Quench Temper
Temper
Berdasarkan pada hasil pengujian kekuatan tarik yang digambarkan dalam grafik
2
67,74 kg/mm . Spesimen quench mempunyai tegangan maksimum sebesar
2
86,44 kg/mm atau mengalami kenaikan sebesar 27,61 % terhadap raw materials.
2
Spesimen temper mempunyai tegangan maksimum sebesar 80,12 kg/mm atau
tegangan luluh di atas menunjukkan bahwa tegangan luluh terbesar terjadi pada
2
spesimen quench yaitu sebesar 63,41 kg/mm atau mengalami kenaikan sebesar
2
45,99 % terhadap raw materials. Tegangan luluh sebesar 59,03 kg/mm pada
2
yang hanya sebesar 43,44 kg/mm .
Grafik Perpanjangan dan Reduksi Penampang
50.00%
46.74%
45.00%
42.27%
40.00% 38.67%
35.00%
30.00%
Perpanjangan Reduksi penampang
25.00%
20.00%
14.50%
12.38%
15.00% 10.87%
10.00%
5.00%
0.00%
Raw Materials Quench Temper
Temper
Berdasarkan pada hasil pengujian kekuatan tarik yang digambarkan dalam grafik
minimum hasil pengujian spesimen EMS 45 terjadi pada spesimen quench sebesar
spesimen temper dengan perpanjangan yang sebesar 14,5 %, raw materials baja
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terdapat perbedaan pada bentuk
penampang patah pada raw materials, quench dan temper. Spesimen raw
patahan jenis partial cup cone. Perbedaan diantara keduanya terletak pada tekstur
bentuk patahan cup cone dengan butir yang halus. Bentuk penampang patah untuk
Final Fracture
Initial Crack
Final Fracture
Initial Crack
Initial Crack
Final Fracture
keuletan bahan terhadap beban tiba-tiba dengan cara mengukur perubahan energi
potensial sebuah palu godam yang dijatuhkan pada ketinggian tertentu. Data hasil
pengujian ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu data untuk spesimen raw
materials dan data pengujian spesimen quench dan temper. Secara umum, hasil
pengujian impact yang didapat dari pengujian terlihat dalam data berikut ini.
2
Spesimen Impact (J/mm )
Quench 1,583
Temper 1,625
Data di atas jika disajikan dalam bentuk diagram garis seperti pada
gambar berikut.
1.640
1.625
1.620
1.600
1.580 1.583
Harga Impcat (J/mm )
2
1.560 1.560
1.540
1.520
Raw Materials Quench Temper
Temper
2
menunjukkan kekuatan impact raw materials sebesar 1,560 J/mm . Spesimen
2
quench mempunyai harga impact 1,583 J/mm atau mengalami kenaikan sebesar
2
1,45 %, spesimen temper mempunyai harga impact sebesar 1,625 J/mm atau
hasil pengujian yang telah dilakukan terdapat perbedaan pada bentuk penampang
patah raw materials, quench dan temper. Bentuk penampang patah untuk tiap
Dari gambar penampang patah pada pengujian impact dapat diketahui keliatan
spesimen antara luasan getas dan luasan liat pada spesimen, yang terlihat seperti
Spesimen Keliatan
Raw materials
5,69 %
Quench
8,25 %
Temper
9,87 %
Data di atas jika disajikan dalam bentuk diagram garis seperti pada
gambar berikut.
GRAFIK KELIATAN SPESIMEN IM PACT
10.00% 9.87%
9.00%
8.25%
8.00%
Keliatan
7.00%
6.00%
5.69%
5.00%
Raw materials Quench Temper
temper
tinggi sebesar 9,87 % mengalami kenaikan sebesar 19,64 % terhadap quench atau
8,25 % mengalami kenaikan sebesar 45,13 % terhadap raw materials yang hanya
0
Pada suhu 0 K atom-atom suatu bahan tidak bergerak dan jarak antar
atom bergetar pada jarak antar atom rata-rata yang lebih besar, hal ini
Data di atas jika disajikan dalam bentuk diagram garis seperti pada
3500
3000 2959
Muai Panjang (10-6)
2500
2014
2000
1721
1500
1000
500
Temper
Berdasarkan pada hasil pengujian muai panjang yang digambarkan dalam grafik
-6
di atas menunjukkan muai panjang raw materials sebesar 172110 mm,
-6
spesimen quench mempunyai muai panjang sebesar 295910 mm atau
B. Pembahasan
Hasil pengujian mekanis yang telah disajikan dalam bentuk diagram garis
dan penampang patahan diketahui ada perbedaan antara raw materials, quench
kestabilan kekerasan mulai titik 0,3 mm dari tepi dengan kekerasan vickers rata-
2
67,74 kg/mm . Bentuk penampang patah adalah partial cup cone dengan tekstur
berbutir kasar. Dari hal ini diketahui bahwa bahan mempunyai sifat ulet sehingga
mikro yang memperlihatkan butiran ferrit yang cukup besar. Spesimen yang telah
mengalami perlakuan yaitu quench dan temper mempunyai kekuatan tarik yang
2
lebih tinggi. Kekuatan tarik spesimen quench 86,44 kg/mm dengan perpanjangan
10,87 % dan reduksi penampang sebesar 38,67 %, kekuatan tarik spesimen temper
2
80,12 kg/mm dengan perpanjangan 14,5 % dan reduksi penampang sebesar
yang lebih lambat dibandingkan dengan quench sehingga matriks ferit yang lunak
dan ulet pada spesimen temper mempunyai waktu untuk membentuk partikel yang
Hasil pengujian impact yang disajikan dalam bentuk diagram garis dan
2 2
1,583 J/mm , spesimen temper 1,625 J/mm dengan kekuatan impact raw
2
materials sebesar 1,563 J/mm . Foto mikro pada spesimen quench dan raw
materials menunjukkan adanya ferit dan perlit dengan kuantitas yang hampir
2 2
penampang liat menjadi 79,18 mm dari sebelumnya yang sebesar 80,37 mm
muai panjang bahan seperti yang diperlihatkan pada perbedaan muai panjang pada
-6
raw materials, quench dan temper yang masing-masing sebesar 1721 x 10 mm,
-6 -6
2959 x 10 mm dan 2014 x 10 mm. Spesimen quench yang hanya
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
spesimen temper yang stabil mulai pada jarak 0,7 mm dengan besar
hasil temper dengan quench media oli Mesran SAE 20W 50 sebesar
2
80,12 kg/mm atau mengalami penurunan sebesar 7,32 % terhadap quench
2
impact terbesar terdapat pada spesimen temper yang sebesar 1,625 J/mm
atau mengalami kenaikan sebesar 4,17 % dari raw materials yang sebesar
2 -6
1,560 J/mm . Harga muai panas temper sebesar 2014 x 10 mm atau
2. Hasil foto mikro spesimen temper memperlihatkan butiran ferit yang lebih
B. Saran
material yang dimulai dari tepi spesimen, untuk mendukung data tersebut
0
sebesar 600 C, untuk mengetahui lebih jelas perbedaan karakteristik
variasi tempering pada suhu rendah, suhu menengah dan suhu tinggi
carbon
steel yang lain sehingga dapat diketahui pengaruh unsur campuran dalam
bahan.
3. Pada pemanfaatan secara praktis temper dengan quench media oli Mesran
Lampiran 4. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen raw materials 2
Lampiran 6. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 1
Lampiran 7. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 2
f
y
122,66 mm x 10 m/s L0
2
= 85,72 kg/mm
140 2
88,6 79,8
Teg luluh = 85,72 kg/mm = 79,8
189 = 11,03 %
2
= 63,50 kg/mm
Lampiran 8. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 3
f
y
Lf = 90 122,66 77,81
mm
Teg max Pu =
122,66
A0 = 36,56 %
= 102610 kg
2 L L
m/s
= 2 2
perpanjangan = f 0
122,66 mm x 10 m/s L0
2
= 83,66 kg/mm
138 2
90 81,3
Teg luluh = 83,66 kg/mm = 81,3
191 2
= 60,44 kg/mm
= 10,70 %
Lampiran 9. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 1
y
f
130,63
2
mm x 10 L0
m/s
2
= 78,69 kg/mm
138 2
91,8 80,5
Teg luluh = 78,69 kg/mm = 80,5
186 = 14,04 %
2
= 58,38 kg/mm
Lampiran 10. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 2
f
y
126,61
2
mm x 10 L0
m/s
2
= 80,00 kg/mm
139 2
92,8 80,5
Teg luluh = 80,00 kg/mm = 80,5
185 = 15,14 %
2
= 60,11 kg/mm
liii
Lampiran 11. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 3
y
f
118,76 mm x 10 m/s L0
2
= 81,67 kg/mm
127 2
90,2 78,9
Teg luluh = 81,67 kg/mm = 78,9
177 = 14,32 %
2
= 58,60 kg/mm
liv
Pu A0 u y Lo Lf e do df q
SPESIMEN
2 2 2
(kg/mm ) (mm ) (kg/mm ) (kg/mm ) (mm) (mm) (mm) (mm)
2
(%) (%)
Raw Materials 1 70.69 113,04 70,69 42,99 81 89,9 34,83 12,0 9,0 43,75
Raw Materials 2 67.75 116,84 67,75 45,65 79,6 89,5 38,12 12,2 8,9 47,96
Raw Materials 3 64.78 120,70 64,78 41,68 78 88,7 33,63 12,4 8,9 48,49
Quench 1 89.95 118,76 89,95 66,31 80,8 89,6 30,17 12,3 9,6 39,22
Quench 2 85.72 122,66 85,72 63,50 79,8 88,6 34,93 12,5 9,7 40,22
Quench 3 83.66 122,66 83,66 60,44 81,3 90 31,33 12,5 9,9 36,56
Temper 1 78.69 130,63 78,69 58,38 80,5 90,8 32,20 12,9 9,8 41,33
Temper 2 80.00 126,61 80,00 60,11 80,5 90,8 33,07 12,7 9,8 42,45
Temper 3 81.67 118,76 81,67 58,60 78,9 90,2 39,48 12,3 9,3 43,05
Spesimen Ad Ab Keliatan
Raw Materials
82,32 4,68 5,69%
Quench
80,37 6,63 8,25%
Temper
79,18 7,82 9,87%
Lampiran 15. Hasil pengujian muai panjang
L Cu T L2 Cu L L2 spesimen L
Spesimen -6
0 0 koreksi -6 spesimen
(1/ C) ( C) (10 mm) (10 mm)
-6 -6
Raw Materials 1 17 241 4685 (10588
mm) 2313 (101725
mm)
Raw Materials 2 17 241 4685 588 2300 1712
Raw Materials 3 17 241 4685 588 2313 1725
Quench 1 17 241 4685 588 3565 2977
Quench 2 17 241 4685 588 3680 3092
Quench 3 17 241 4685 588 3395 2807
Temper 1 17 241 4685 588 2580 1992
Temper 2 17 241 4685 588 2470 1882
Temper 3 17 241 4685 588 2755 2167