Anda di halaman 1dari 98

PENGARUH TEMPER DENGAN QUENCH MEDIA OLI

MESRAN SAE 20W 50 TERHADAP KARAKTERISTIK


MEDIUM CARBON STEEL

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan
Universitas Negeri Semarang

Disusun oleh :

NUR MIFTAKHUDDIN
5201401004
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
ABSTRAK

Nur Miftakhuddin, 5201401004 Pend. Teknik Mesin FT UNNES, 2006,


Pengaruh Temper Dengan Quench Media Oli Mesran SAE 20W 50 Terhadap
Karakteristik Medium Carbon Steel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temper dengan


quench media oli Mesran SAE 20W 50 terhadap karakteristik mekanis dan fisis
0
pada medium carbon steel. Proses temper dilakukan dengan suhu 600 C dengan
0
quench pada suhu 820 C.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-Eksperimental
Design bertipe Static Group Comparations, bahan baku material untuk spesimen
adalah baja EMS 45 produksi PT. BHINEKA BAJANAS. Spesimen uji tarik
menggunakan standart ASTM E8 A48, spesimen impact mengacu pada ASTM
E23, dan spesimen muai panjang berdasarkan ASTM E8. Hasil uji komposisi
menunjukkan material dasar termasuk dalam golongan medium carbon steel
dengan kandungan karbon 0,452 %.
Pengujian struktur mikro menunjukkan struktur mikro raw materials
terdiri dari ferit dan perlit, setelah dilakukan quench dan temper terjadi perubahan
dimana butiran ferit pada quench menjadi lebih kecil dibandingkan raw materials
dan kembali mengalami pembesaran butir saat dilakukan proses temper.
Kekerasan vickers rata-rata pada raw materials ditunjukkan mulai titik pengujian
0,3 mm dari tepi sebesar 165,82 dan mengalami gradasi kenaikan pada quench
dan temper yang mulai menunjukkan kestabilan kekerasan pada titik pengujian
0,7 mm dengan kekerasan vickers sebesar 237,7. Kekuatan tarik EMS 45 sebesar
2
67,74 kg/mm dan mengalami kenaikan sebesar 18,27 % saat dilakukan proses
2
temper dengan tegangan maksimum sebesar 80,12 kg/mm . Kekuatan impact
2
terbesar terjadi pada spesimen temper sebesar 1,625 J/mm atau mengalami
kenaikan sebesar 4,17 % terhadap raw materials dan 2,68 % terhadap quench.
Keliatan pengujian impact memperlihatkan keliatan spesimen sebesar 5,69 %
pada raw materials dan meningkat 45,13 % pada quench dan 73,64 % pada
spesimen temper. Hasil pengujian muai panjang menunjukkan muai panjang EMS
-6 -6
45 sebesar 1721 x 10 mm dan mengalami kenaikan menjadi 2959 x 10 mm
-6
pada spesimen quench dan 2014 x 10 mm pada spesimen temper.
Beberapa hal yang perlu disarankan dari penelitian lanjutan adalah
penggunaan jenis medium carbon steel yang berbeda dengan variasi suhu pada
proses temper dan media pendingin saat quench. Pengambilan foto mikro
spesimen dilakukan dengan memperhatikan daerah terjadinya perbedaan tingkat
kekerasan dalam spesimen.

Kata kunci: temper, quench, medium carbon steel, kekerasan, kekuatan tarik,
impact, muai panjang
ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi

Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian
Ketua Sekretaris

Drs Pramono Drs Supraptono, MPd


NIP. 131474226 NIP. 131125645

Pembimbing Anggota Penguji


Pembimbing I Penguji I

Drs. Budiarso Eko, MPd Drs. Budiarso Eko, MPd


NIP. 131285577 NIP. 131285577

Pembimbing II Penguji II

Heri Yudiono, MT Heri Yudiono, MT


NIP. 132058804 NIP. 132058804

Penguji III

P
Mengetahui,
r
Dekan Fakultas Teknik o
f
,
D
HALAMAN PENGESAHAN
r. Soesanto NIP. Drs Murdani, MPd
130875753
NIP.

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Moto

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf serta

berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.

Janganlah hanya belajar melalui kesalahan yang kita lakukan, tapi ambilah

hikmah dari kebenaran yang kita kerjakan.

Persembahan

Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dorongan dan doa.

Mbah Mad, eyang kakung yang aku sayangi

Kakakku yang selalu memberikan bantuan selama kuliahku.


MOTTO DAN PERSEMBAHAN

iv
PRAKATA

Segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan segala rahmat dan hidayahnya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam peneliti curahkan

kepada Nabi Agung Muhammad SAW Nabi yang terakhir.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan

banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Soesanto, dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

2. Drs.Pramono, ketua jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Budiarso Eko, MPd, dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Heri Yudiono, MT, dosen pembimbing II skripsi ini yang dengan penuh

kesabaran telah memberikan petunjuk, bimbingan, arahan dan motivasi

5. Drs. Hadromi, MT yang telah memberikan kesempatan dan ide kepada penulis

untuk penulisan skripsi ini.

6. Teman-teman seperjuanganku Bambang, Nur, Wisnu, teman-teman PTM01,

senior-senior, Laboran dan Teknisi serta semua pihak yang turut membantu

penelitian ini yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa-jasa beliau yang telah

membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Penyusun

menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, maka kritik dan

v
saran yang konstruktif dan membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata

penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat dan tambahan ilmu bagi

para pembaca.

Semarang, April 2006

Penyusun
vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

ABSTRAK.........................................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.....................................................................iv

PRAKATA......................................................................................................... v

DAFTAR ISI......................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL..............................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................1

B. Permasalahan.............................................................................2

C. Penegasan Istilah........................................................................3

D. Tujuan........................................................................................4

E. Manfaat......................................................................................4

F. Sistematika Skripsi.....................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Baja Karbon...............................................................................6

B. Quenching..................................................................................8

C. Tempering...................................................................................10

D. Pelumas......................................................................................11

E. Pengujian Tarik..........................................................................13

F. Pengujian Kekerasan..................................................................17

vii
G. Pengujian impact ..................................................................... 19

H. Pengujian Muai Panjang ......................................................... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian...................................................................... 24

B. Material Spesimen ................................................................... 24

C. Peralatan Penelitian ................................................................. 27

D. Alur Penelitian ........................................................................ 27

E. Cara Penelitian ........................................................................ 29

F. Tempat Penelitian ................................................................... 30

G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 30

H. Analisis Data ........................................................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil uji komposisi ............................................................ 33

2. Hasil foto mikro spesimen ................................................ 34

3. Hasil pengujian kekerasan.................................................. 35

4. Hasil pengujian tarik ......................................................... 39

5. Hasil pengujian impact ...................................................... 43

6. Hasil pengujian muai panjang ........................................... 46

B. Pembahasan................................................................................48

BAB V PENUTUP

A. Simpulan....................................................................................51

B. Saran..........................................................................................52

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................53

LAMPIRAN LAMPIRAN..............................................................................54

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagram fasa Fe Fe3C...................................................................9

Gambar 2. Contoh hasil pengujian tarik............................................................14

Gambar 3. Diagram tegangan regangan.............................................................15

Gambar 4. Bentuk penampang patah pada pengujian tarik...............................17

Gambar 5. Prinsip pengujian kekerasan vickers................................................19

Gambar 6. Prinsip pengukuran pengujian ketangguhan....................................21

Gambar 7. Dimensi spesimen tarik....................................................................25

Gambar 8. Spesimen uji tarik............................................................................25

Gambar 9. Dimensi spesimen impact...............................................................25

Gambar 10. Spesimen impact............................................................................25

Gambar 11. Dimensi spesimen kekerasan.........................................................26

Gambar 12. Spesimen kekerasan.......................................................................26

Gambar 13. Dimensi spesimen muai panjang....................................................26

Gambar 14. Spesimen muai panjang.................................................................26

Gambar 15. Diagram alur penelitian..................................................................28

Gambar 16. Foto mikro raw materials..............................................................34

Gambar 17. Foto mikro spesimen quench.........................................................34

Gambar 18. Foto mikro spesimen temper..........................................................35

Gambar 19. Grafik kekerasan raw materials.....................................................36


Gambar 20. Grafik kekerasan quench................................................................37

ix
Gambar 21. Grafik kekerasan temper................................................................38

Gambar 22. Grafik tegangan..............................................................................40

Gambar 23. Grafik perpanjangan dan reduksi penampang................................41

Gambar 24. Penampang patah uji tarik raw materials......................................42

Gambar 25. Penampang patah uji tarik quench.................................................42

Gambar 26. Penampang patah uji tarik temper..................................................42

Gambar 27. Grafik impact EMS 45...................................................................43

Gambar 28. Penampang patah impact raw materials........................................44

Gambar 29. Penampang patah impact quench...................................................44

Gambar 30. Penampang patah impact temper....................................................45

Gambar 31. Grafik keliatan spesimen................................................................46

Gambar 32. Grafik muai panjang spesimen.......................................................47


x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi kimia EMS 45...................................................................33

Tabel 2. Hasil pengujian kekerasan...................................................................35

Tabel 3. Hasil pengujian tarik...........................................................................39

Tabel 4. Hasil pengujian impact........................................................................43

Tabel 5. Hasil perhitungan keliatan spesimen impact.......................................45

Tabel 6. Hasil pengujian muai panjang.............................................................47


DAFTAR TABEL

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Hasil uji komposisi EMS 45.........................................................................54

Lampiran 2. Hasil uji kekerasan Vickers...........................................................................55

Lampiran 3. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen raw materials 1........56

Lampiran 4. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen raw materials 2........57

Lampiran 5. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen raw materials 3........58

Lampiran 6. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 1...................59

Lampiran 7. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 2...................60

Lampiran 8. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 3...................61

Lampiran 9. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 1...................62

Lampiran 10. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 2.................63

Lampiran 11. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 3.................64

Lampiran 12. Rekapitulasi hasil pengujian tarik..............................................................65

Lampiran 13. Hasil pengujian impact...............................................................................66

Lampiran 14. Hasil penghitungan keliatan spesimen.......................................................67

Lampiran 14. Hasil pengujian muai panjang....................................................................68

Lampiran 15. Surat Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi Mahasiswa..........................69

Lampiran 16. Surat Tugas Panitia Ujian...........................................................................70


DAFTAR LAMPIRAN

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemakaian baja dalam kehidupan sehari-hari mensyaratkan faktor

keuletan, kekerasan, tahan aus dan sebagainya. Peningkatan kualitas baja ini dapat

dilakukan dengan cara penambahan unsur atau dengan melakukan perlakuan

panas (heat treatment) pada baja.

Poros engkol sebagai salah satu komponen dalam sebuah mesin yang

berfungsi untuk menyalurkan tenaga dari satu bagian ke bagian yang lain dengan

penerimaan beban yang beragam dalam siklus kerjanya. Pembebanan yang

dialami poros engkol ini dapat berupa gaya tekan dari piston, gaya gesek pada

bantalan connecting road, gaya puntir dari fly wheel dan kombinasi saat dilakukan

pemindahan tranmisi sehingga poros harus dibuat dengan memperhatikan beban-

beban tersebut.

Perlakuan panas pada baja memegang peranan penting dalam upaya

meningkatkan kekerasan baja sesuai kebutuhan. Proses ini meliputi pemanasan

baja pada suhu tertentu, dipertahankan pada waktu tertentu dan didinginkan pada

media tertentu puIa. Perlakuan panas mempunyai tujuan untuk meningkatkan

keuletan, menghilangkan tegangan internal, menghaluskan butir kristal,

meningkatkan kekerasan, meningkatkan tegangan tarik logam dan sebagainya.

Tujuan ini akan tercapai seperti apa yang diinginkan jika memperhatikan faktor

1
2

yang mempengaruhinya, seperti suhu pemanasan dan media pendingin yang

digunakan.

Pengerjaan logam untuk mendapatkan komponen pada umumnya diawali

dengan pengerjaan mesin yang kemudian diberikan perlakuan panas sebagai salah

satu upaya untuk memperbaiki sifat dan kualitas komponen seperi annealing,

normalizing, hardening atau tempering.

Hardening merupakan proses pemanasan baja sampai suhu di daerah atau

di atas daerah kritis disusul dengan pendinginan yang cepat yang dinamakan

quench (Djafrie, 1995). Akibat proses hardening pada baja, maka timbul tegangan

dalam (internal stresses), dan rapuh (brittles) yang menyebabkan baja tersebut

belum cocok untuk segera digunakan sehingga baja tersebut perlu dilakukan

proses lanjut yaitu temper. Atas dasar tujuan untuk memperbaiki sifat baja

tersebut, maka peneliti memilih perlakuan panas temper dengan quenching media

oli Mesran SAE 20W 50. Perubahan sifat baja dapat diketahui dengan cara

melakukan pengujian tarik, kekerasan, impact dan muai panas. Penelitian ini

memfokuskan pada baja EMS 45 sebagai bahan penelitian.

B. Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahannya adalah :

1. Bagaimanakah karakteristik sifat mekanis medium carbon steel (kekuatan tarik,

impact, kekerasan dan muai panjang) akibat proses temper dengan quench

media oli Mesran SAE 20W 50?


2. Bagaimanakah karakteristik sifat fisis (foto mikro) medium carbon steel akibat

proses temper dengan quench media oli Mesran SAE 20W 50?

C. Penegasan Istilah

1. Baja EMS 45

Baja EMS 45 merupakan jenis baja yang diproduksi oleh PT. BHINEKA

BAJANAS dengan kandungan kimia sesuai dengan katalog 0,48 % C;

0,3% Si; 0,7% Mn.

2. Quenching

Quenching merupakan proses pemanasan baja sampai suhu didaerah atau

diatas daerah kritis disusul dengan pendinginan yang cepat (Djafrie, 1995).

3. Tempering

Tempering adalah pemanasan kembali dari baja yang telah dikeraskan

pada suhu dibawah suhu kritis yang disusul dengan pendinginan (Djaprie,

1989:148) untuk menghilangkan tegangan dalam (sisa) dari baja akibat

proses quenching.

4. Karakteristik bahan

Karakteristik bahan merupakan parameter yang diukur setelah dilakukan

serangkaian pengujian bahan, meliputi karakteristik mekanis yang terdiri

dari kekerasan, kekuatan tarik, impact, muai panjang dan karakteristik fisis

yang berupa foto mikro spesimen.


D. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui karakteristik sifat mekanis (kekuatan tarik, impact,

kekerasan dan muai panjang) akibat proses temper dengan quench media oli

Mesran SAE 20W 50?

2. Untuk mengetahui karakteristik sifat fisis (foto mikro) medium carbon steel

akibat proses temper dengan quench media oli Mesran SAE 20W 50?

E. Manfaat

Adanya penelitian mengenai pengaruh temper dengan quench media oli

Mesran SAE 20W - 50 terhadap karakteristik medium carbon steel dapat diambil

manfaat sebagai berikut :

1. Kontribusi terhadap pengetahuan tentang properties sifat fisis yaitu struktur

mikro dan mekanis yaitu kekuatan tarik, ketangguhan, kekerasan dan muai

panas pada bahan medium carbon steel yang dihasilkan dari proses temper

dengan quench media oli Mesran SAE 20W 50.

2. Dapat membantu mengatasi masalah-masalah yang ada pada industri otomotif,

khususnya yang berhubungan dengan elemen-elemen mesin dan poros.

3. Memberikan wawasan baru bagi perancangan poros engkol yang

membutuhkan kekuatan bahan yang tinggi.


F. Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Bagian pendahuluan berisi halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, motto

dan persembahan, prakata, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar

lampiran.

2. Bagian isi skripsi terdiri dari Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang,

permasalahan, tujuan, manfaat dan sistematika skripsi. Bab II Landasan Teori,

meliputi baja karbon, quenching, tempering, pelumas, pengujian tarik,

pengujian kekerasan, pengujian impact dan pengujian muai panjang. Bab III

Metodologi Penelitian, meliputi desain penelitian, material spesimen, peralatan

penelitian, alur penelitian, cara penelitian, tempat penelitian, teknik

pengumpulan data dan analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan,

meliputi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup,

meliputi simpulan dan saran dari hasil penelitian.

3. Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Baja Karbon

Baja merupakan salah satu jenis logam yang banyak digunakan dengan

unsur karbon sebagai salah satu dasar campurannya. Di samping itu baja juga

mengandung unsur-unsur lain seperti sulfur (S), fosfor (P), silikon (Si),

mangan (Mn), dan sebagainya yang jumlahnya dibatasi. Sifat baja pada

umumnya sangat dipengaruhi oleh prosentase karbon dan struktur mikro. Struktur

mikro pada baja karbon dipengaruhi oleh perlakuan panas dan komposisi baja.

Karbon dengan unsur campuran lain dalam baja membentuk karbid yang

dapat menambah kekerasan, tahan gores dan tahan suhu baja. Perbedaan

prosentase karbon dalam campuran logam baja karbon menjadi salah satu cara

mengklasifikasikan baja. Berdasarkan kandungan karbon, baja dibagi menjadi tiga

macam, yaitu :

1. Baja karbon rendah

Baja kabon rendah (low carbon steel) mengandung karbon dalam

campuran baja karbon kurang dari 0,3%. Baja ini bukan baja yang keras karena

kandungan karbonnya yang rendah kurang dari 0,3%C. Baja karbon rendah tidak

dapat dikeraskan karena kandungan karbonnya tidak cukup untuk membentuk

struktur martensit (Amanto, 1999).

6
7

2. Baja karbon menengah

Baja karbon sedang mengandung karbon 0,3%C 0,6%C (medium

carbon steel) dan dengan kandungan karbonnya memungkinkan baja untuk

dikeraskan sebagian dengan perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai. Baja

karbon sedang lebih keras serta lebih lebih kuat dibandingkan dengan baja karbon

rendah (Amanto, 1999).

3. Baja karbon tinggi

Baja karbon tinggi mengandung 0,6%C 1,5%C dan memiliki kekerasan

tinggi namun keuletannya lebih rendah, hampir tidak dapat diketahui jarak

tegangan lumernya terhadap tegangan proporsional pada grafik tegangan

regangan. Berkebalikan dengan baja karbon rendah, pengerasan dengan

perlakuan panas pada baja karbon tinggi tidak memberikan hasil yang optimal

dikarenakan terlalu banyaknya martensit sehingga membuat baja menjadi getas.

Sifat mekanis baja juga dipengaruhi oleh cara mengadakan ikatan karbon

dengan besi. Menurut Schonmetz (1985) terdapat 3 bentuk utama kristal saat

karbon mengadakan ikatan dengan besi, yaitu :

1. Ferit, yaitu besi murni (Fe) terletak rapat saling berdekatan tidak teratur, baik

bentuk maupun besarnya. Ferit merupakan bagian baja yang paling lunak,

ferrit murni tidak akan cocok digunakan sebagai bahan untuk benda kerja yang

menahan beban karena kekuatannya kecil.

2. Karbid besi (Fe3C), suatu senyawa kimia antara besi dengan karbon sebagai

struktur tersendiri yang dinamakan sementit. Peningkatan kandungan karbon


akan menambah kadar sementit. Sementit dalam baja merupakan unsur yang

paling keras.

3. Perlit, merupakan campuran antara ferrit dan sementit dengan kandungan

karbon sebesar 0,8%. Struktur perlitis mempunyai kristal ferrit tersendiri dari

serpihan sementit halus yang saling berdampingan dalam lapisan tipis mirip

lamel.

Proses pengerasan pada baja karbon menengah akan memberikan hasil

yang lebih optimal dibandingkan dengan baja karbon yang lain karena dengan

kandungan karbon yang cukup banyak dapat membentuk martensit untuk

menambah kekerasan baja.

B. Quenching

Proses pengerasan baja merupakan salah satu dari proses perlakuan panas

yang bertujuan untuk meningkatkan kekerasan baja, hal ini dilakukan dengan

memanaskan suatu baja karbon ke dalam daerah temperatur yang dianjurkan

untuk pengerasan baja.

Proses pengerasan baja dilakukan dalam 2 tahap pengerjaan:

1. Pengerjaan pertama dalam pengerasan baja adalah memanaskan baja sampai

pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kritis (gambar 1). Suhu ini

dipengaruhi oleh kandungan karbon. Berdasarkan kandungan karbon EMS 45

0
yang sebesar 0,452%, quenching dilakukan pada suhu 820 C.
Gambar 1. Diagram fasa Fe Fe3C

Tujuan pemanasan adalah untuk mengubah baja dari keadaan normal dan tipe

struktur perlit lunak ke struktur larutan padat yang disebut austenit.

Pemanasan harus dilakukan secara bertahap (preheating) dan perlahan-lahan

untuk memperkecil deformasi ataupun resiko retak. Setelah temperatur

pengerasan (austenitizing) tercapai, ditahan dalam selang waktu tertentu

(holding time).

2. Pengerjaan kedua adalah baja yang dipanaskan tersebut kemudian didinginkan

secara cepat (quenching). Pada dasarnya pengerjaan kedua dalam pengerasan

baja adalah mendinginkan atau melindungi suatu perubahan austenit dari

0
pendinginan lain sampai temperatur mendekati 790 C. Jika berhasil

0
mendinginkan austenit sampai 790 C akan mengubah dengan cepat ke suatu

struktur yang keras dan relatif rapuh yang dikenal martensit. Martensit adalah
fasa metastabil terbentuk dengan laju pendinginan cepat. Martensit yang keras

mempunyai susunan kristal BCT (Body Centred Tetragonal). Kekerasan yang

dapat dicapai dalam proses pengerasan akan tergantung dari kandungan

karbon, temperatur pemanasan, sistem pendinginan serta bentuk dan ketebalan

bahan (Amanto, 1999:77).

C. Tempering

Tempering adalah pemanasan kembali dari baja yang telah dikeraskan

pada suhu dibawah suhu kritis yang disusul dengan pendinginan (Djaprie,

1989:148) untuk menghilangkan tegangan dalam (sisa) dari baja akibat proses

quenching. Melalui temper, kekerasan, dan kerapuhan dapat diturunkan sampai

memenuhi persyaratan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun, sedang

keuletan dan ketangguhan akan meningkat (Djafrie, 1985). Proses temper

dimungkinkan karena struktur martensit yang tidak stabil. Proses ini akan

menyebabkan martensit berubah menjadi troosit atau sorbit sesuai dengan suhu

penemperannya. Troosit dan sorbit tersebar halus dalam bentuk karbid pada

lapisan ferrit.

Temperatur pemanasan pada proses tempering memiliki beberapa

tingkatan :

1. Tempering suhu rendah

0 0
Tempering ini mempunyai suhu pemanasan 150 300 C. Proses ini tidak

akan menghasilkan penurunan kekerasan yang berarti. Tempering ini hanya

untuk mengurangi tegangan-tegangan kerut dan kerapuhan dari baja.


2. Tempering suhu menengah

0 0
Tempering ini mempunyai suhu pemanasan 300 - 550 C. Tempering pada

suhu sedang bertujuan untuk menambah keuletan dan sedikit menurunkan

kekerasannya. Peningkatan suhu temper akan mempercepat penguraian

0
martensit dan kira-kira pada suhu 315 C perubahan fase menjadi martensit

temper berlangsung dengan cepat.

3. Tempering pada suhu tinggi

0 0
Tempering ini mempunyai suhu pemanasan 550 - 650 C. Tempering suhu

tinggi bertujuan memberikan daya keuletan yang besar dan sekaligus

kekerasannya menjadi agak rendah.

Tingginya suhu penemperan dan holding time pada benda kerja

tergantung pada jenis dan kekerasan baja yang dikehendaki. Semakin tinggi dan

semakin lama holding time yang diberikan, semakin banyak terbentuk trosit dan

sorbit sehingga kekerasan menjadi lebih rendah, keuletannya bertambah. Proses

pendinginan temper dalam tempering umumnya bersifat alami yaitu pendinginan

benda kerja pada udara terbuka. Tempering pada penelitian ini dilakukan pada
0
suhu 600 C untuk mendapatkan keuletan spesimen yang maksimal.

D. Pelumas

Kemampuan suatu jenis media pendingin dalam mendinginkan spesimen

bisa berbeda-beda. Perbedaan kemampuan mendinginkan media pendingin

disebabkan oleh temperatur, kekentalan, kadar larutan dan bahan dasar media

pendingin. Pelumas adalah minyak yang mempunyai sifat untuk selalu melekat
dan menyebar pada permukaan-permukaan yang bergesekan, sehingga membuat

pengausan dan kenaikan suhu kecil sekali (Soedjono, 1978). Viskositas oli, dan

bahan dasar oli membawa pengaruh dalam mendinginkan spesimen.

Bahan dasar minyak dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu minyak

yang berasal dari hewan diperoleh dengan cara merebus atau memasak tulang-

belulang atau lemak babi, minyak pelumas dari tumbuhan dan minyak pelumas

mineral diperoleh dengan cara penyulingan (destilasi) minyak bumi secara

bertahap. Minyak pelumas sintetik merupakan campuran beberapa organik,

terutama hidro karbon. Dalam minyak bumi mengandung parafin (CnH2n2), siklik

parafin naftena (CnH2n) dan aromatik (CnHn), jumlah susunan tergantung jumlah

minyaknya.

Dalam perdagangan ada dua macam viskositas, misalnya SAE 20 dan

SAE 20 W. SAE 20W tidak begitu peka terhadap temperatur, sedangkan oli SAE

20 peka terhadap temperatur (Suyanto, 1989 : 412). Indek kekentalan diikuti huruf

0
W yang menunjukkan kekentalan pada suhu 20 C, sedangkan kekentalan yang

0
tidak diikuti huruf W menyatakan kekentalan pada suhu 100 C, dengan adanya

perkembangan teknologi lebih dari satu tingkat klasifikasi viskositasnya yang

dikenal dengan minyak pelumas multigrande. Penulisan angka viskositas

0
misalnya SAE 20W 50 dengan maksud standar olinya SAE 20 pada suhu 20 C

0
dan standar sampai SAE 50 pada suhu 100 C, sehingga minyak pelumas ini bila

digunakan di lingkungan suhu dingin akan bersikap sebagai pelumas SAE 20W
sedangkan bila digunakan dilingkungan suhu panas akan bersikap sebagai minyak

pelumas SAE 50W.

Penggunaan pelumas sebagai media pendingin dalam proses perlakuan

akan menyebabkan timbulnya lapisan karbon pada bagian permukaan spesimen

yang akan mempengaruhi sifat mekanis spesimen. Tingkat lapisan ini tergantung

pada laju shear, yaitu kecepatan tiap tebal film pelumas. Kerusakan pada zat aditif

pelumas karena peningkatan temperatur dapat menyebabkan terjadinya penurunan

ketebalan lapisan karbon saat pelumas digunakan sebagai media pendingin.

Penggunaan pelumas Mesran SAE 20W 50 pada sebagian besar kendaraan

bermotor mendorong peneliti untuk menggunakannya sebagai media

pendingin pada quenching.

E. Pengujian Tarik

Pembebanan tarik merupakan suatu pembebanan pada benda dengan

memberikan gaya yang berlawanan pada benda dengan arah menjauh dari titik

tengah, atau dengan memberikan gaya pada salah satu ujung benda dan ujung

lainnya diikat. Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis

suatu logam dan paduannya. Pengujian ini paling sering dilakukan karena

merupakan dasar pengujian-pengujian dan studi mengenai kekuatan bahan. Akibat

dari penarikan gaya terhadap bahan adalah perubahan bentuk (deformasi) bahan,

yaitu pergeseran butiran kristal logam hingga terlepasnya ikatan kristal tersebut

karena gaya maksimum.


Proses terjadinya deformasi pada bahan hingga putus, dapat dievaluasi

melalui tahapan pembebanan tarik. Hasil pengukuran dari pengujian tarik adalah

suatu kurva yang memberikan hubungan antara gaya yang dipergunakan dan

perpanjangan yang dialami oleh spesimen.

u
f
y

Gambar 2. Contoh hasil pengujian tarik

Sifat mekanik pertama yang dapat diketahui berdasarkan kurva pengujian

tarik yang dihasilkan adalah kekuatan tarik maksimum yang diberi simbol u.

simbol u didapat dari kata ultimate yang berarti puncak. Jadi besarnya kekuatan

tarik ditentukan oleh tegangan maksimum yang diperoleh dari kurva tarik.

Tegangan maksimum ini diperoleh dari :

u Pu
......................................................................................... (1)
Ao
dimana Pu = beban maksimum (kg)

2
Ao = luas penampang awal (mm )

Pada awal pemberian pembebanan, kurva tegangan regangan

memberikan grafik dengan garis yang menunjukkan kesepadanan antara tegangan

dan regangan bahan. Artinya bahan ini tetap berada pada keadaan proporsional.

Penghentian pembebanan pada kondisi ini akan mengembalikan bahan ke bentuk

yang semula karena masih dalam batas deformasi elastis.

Pada kurva tarik baja karbon rendah batas ini mudah terlihat, tetapi pada

bahan lain batas ini sukar sekali untuk diamati oleh karena daerah linier dan tidak

linier bersambung secara kontinyu. Oleh karena itu untuk menentukan titik luluh

diambil dengan metoda off set yaitu suatu metoda yang menyatakan bahwa titik

luluh adalah suatu titik pada kurva yang menyatakan dicapainya regangan plastis

sebesar 0,2 %.

a b c d

Gambar 3. Diagram Tegangan Regangan


a. Bahan tidak ulet, tidak ada deformasi plastis misalnya besi cor
b. Bahan ulet dengan titik luluh misalnya pada baja karbon rendah
c. Bahan ulet tanpa titik luluh yang jelas misalnya alumunium. Diperlukan
metode off set untuk mengetahui titik luluhnya
d. Kurva tegangan regangan sesungguhnya.
Batas kesepadanan tegangan regangan ditandai dengan berubahnya

bentuk kurva yang tidak lagi menunjukkan adanya kesepadanan antara tegangan

dengan regangan. Jarak antara titik awal pemberian beban sampai pada batas ini

disebut dengan regangan yang dirumuskan dengan :


L
e= , .......................................................................................... (2)
Lo

dimana e = regangan bahan

Batas elastis mengenal dengan adanya modulus elastsisitas atau modulus

Young, suatu sifat yang menyatakan kekakuan dari suatu bahan yang didalam

kurva tarik. Sifat ini menyatakan hubungan yang linier dari tegangan dan

regangan dimana berlaku persamaan :



E= , ............................................................................................ (3)
e

dimana E = modulus Young

= tegangan.

Pemberian beban tarik pada pengujian tarik mengakibatkan terjadinya

perpatahan pada bahan. Sifat mekanis lain yang dapat diketahui dari pengujian

tarik adalah reduksi penampang atau reduction of area pada saat patah. Sifat ini

dinyatakan dengan persamaan :

(Ao - Af )
q= , ............................................................................... (4)
Ao

2
dimana Ao = luas penampang awal (mm )

2
Af = luas penampang patah (mm )

q = reduksi penampang
Saat spesimen uji tarik mengalami perpatahan akan terbentuk suatu

penampang patah. Menurut bentuknya jenis perpatahan dapat berbentuk simetri,

kerucut mangkok (cup cone), rata dan tak teratur. Sedangkan berdasarkan

teksturnya dapat berupa silky (seperti sutera), butir halus, butir kasar atau

granular, berserat (fibrous), kristalin, glassy (seperti kaca) dan pudar.

(a) (b) (c) (d) (c)


Flat Cup- Partial Star Irregular
granular cone cup-cone fracture fibrous
Silky

Gambar 4. Bentuk patahan pada pengujian tarik

F. Pengujian Kekerasan

Proses pengujian kekerasan logam dapat diartikan sebagai kemampuan

suatu bahan terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap, ketika gaya

tertentu diberikan pada suatu benda uji. Harga kekerasan bahan tersebut dapat

dianalisis dari besarnya beban yang diberikan terhadap luasan bidang yang

menerima pembebanan.

Secara garis besar terdapat tiga metode pengujian kekerasan logam yaitu

penekanan, goresan, dan dinamik. Proses pengujian yang mudah dan cepat dalam

memperoleh angka kekerasan yaitu dengan metode penekanan. Dikenal ada tiga

jenis metode penekanan, yaitu : Rockwell, Brinnel, Vickers yang masing-masing

memiliki perbedaan dalam cara menentukan angka kekerasannya. Metode Brinell


dan Vickers menentukan angka kekerasannya dengan menitikberatkan pada

penghitungan kekuatan bahan terhadap daya luas penampang yang menerima

pembebanan, sedangkan pada metode Rockwell ditentukan dengan

menitikberatkan pada kedalaman indentor pada benda uji.

Prinsip pengujian Brinell sama dengan pengujian Vickers, hanya pada

pengujian Vickers digunakan indentor yang berbentuk piramid dengan alas bujur

0
sangkar yang bersudut puncak antara dua sisi yang berhadapan sebesar 136 .

Sudut ini dipilih karena nilai tersebut mendekati sebagian besar nilai

perbandingan yang diinginkan antara diameter lekukan dan diameter bola penekan

pada pengujian Brinell.

Pengujian kekerasan Vickers banyak dilakukan pada penelitian karena

hasil dari pengukuran kekerasan Vickers tidak tergantung pada besarnya gaya

tekan seperti pada pengujian Brinell, jadi dengan gaya yang berbeda-beda akan

tetap akan diperoleh nilai kekerasan yang sama (Suherman : 1987). Pengujian

kekerasan Vickers dapat digunakan untuk mengukur nilai kekerasan pada benda

yang sangat lunak sampai pada benda yang sangat keras, juga akan menghasilkan

nilai kekerasan yang relatif kontinyu untuk suatu beban tertentu.

Angka kekerasan Vickers (VHN) didefinisikan sebagai beban dibagi luas

permukaan lekukan (Djaprie : 1987). Pada praktiknya luas ini dihitung dari

pengukuran mikroskopik panjang diagonal jejak. VHN dapat dirumuskan dengan

persamaan sebagai berikut:


2 1,854P .......................................................... (5)
2Psin
VHN

d2 d2

dimana P = Beban yang diberikan (kg)

d = Panjang diagonal bekas injakan (mm)

o
= Sudut puncak indentor (136 )

Gambar 5. Prinsip pengujian kekerasan Vickers

G. Pengujian Impact

Baja karbon yang biasanya bersifat ulet dapat diubah menjadi getas bila

berada kondisi tertentu. Menurut G. E. Diater (1988), terdapat tiga faktor dasar

yang mendukung terjadinya patah getas, keadaan tegangan tiga sumbu, suhu

rendah dan laju regangan tinggi atau laju pembebanan yang cepat. Ketiga faktor

tersebut tidak harus ada secara bersamaan pada waktu terjadi patah getas sehingga

untuk menentukan kepekaan bahan terhadap patah getas, sering kali digunakan

pengujian impact.
Tujuan utama pengujian impact ialah untuk mengukur kegetasan bahan

atau juga keliatan bahan terhadap beban tiba-tiba dengan cara mengukur

perubahan energi potensial sebuah palu godam yang dijatuhkan pada ketinggian

tertentu. Perbedaan tinggi ayunan palu godam merupakan ukuran energi yang

diserap oleh benda uji. Besar energi yang diserap tergantung pada keuletan bahan

uji. Bahan yang ulet menunjukkan nilai impact yang besar. Benda uji disiapkan

secara khusus, ukuran dan bentuknya ditentukan sesuai standart. Jenis pengujian

impact yang dikenal ada dua macam, yaitu dengan metode Izod dan Charpy.

Pengujian impact berdasarkan prinsif hukum kekekalan energi yang

menyatakan jumlah energi mekanik konstan. Gambar 6 menunjukkan palu godam

dilepas dengan ketinggian H1 dari pusat benda uji yang bersudut dan setelah

menabrak benda uji palu mengayun sampai ketinggian H2 dari pusat benda uji

yang bersudut . Pada kondisi ini besar tenaga kinetik Ek 1 dan Ek2 sama dengan

nol karena kecepatan V1dan V2 sama dengan nol yaitu berada pada kondisi

berhenti. Besarnya tenaga potensial Ep1=mgH1 dan tenaga potensial Ep2=mgH2.

Jadi tenaga yang diserap benda uji atau tenaga untuk mematahkan benda uji yaitu,

W = Ep1 Ep2

W = GR (cos - cos ) J .............................................................. (6)


Gambar 6. Prinsip pengukuran pengujian ketangguhan.

Nilai impact bahan (K) merupakan hasil bagi tenaga untuk mematahkan
2
benda uji (Joule) dengan luas penampang patah benda uji (mm ), dirumuskan

dengan : K W
A 0 ........................................................................................... (7)

dimana W = energi terserap (J)

G = massa berat palu godam (kg)

R = jarak titik pusat ke titik berat palu godam (m)

= sudut jatuh dalam

= sudut ayun dalam

2
K = nilai pukulan takik (J/mm )
2
A0 = luas penampang batang semula dibawah takikan (mm )

Luas penampang patah pada hasil pengujian impact menjadi salah satu

metode dalam menentukan keliatan bahan, dirumuskan dengan :

Keliatan = Ad 100% .................................................................... (8)


Ab
2
dimana Ad = luas penampang liat (mm )
2
Ab = luas penampang getas (mm )
Perbedaan pada struktur bahan dapat menyebabkan perbedaan pada

bentuk patahan hasil impact. Sifat peretakan dapat terjadi dalam tiga bentuk :

1. Keretakan getas atau keretakan bersuara, adalah rata dan mempunyai

permukaan yang kilap. Kalau potongan potongannya kita sambungkan lagi

ternyata keretakan atau kepatahan itu tidak diikuti dengan deformasi bahan,

tipe ini mempunyai pukulan takik yang rendah.

2. Patahan liat atau patahan perubahan bentuk, patah ini mempunyai permukaan

yang tidak rata dan tampak seperti bludru, buram dan berserat, tipe ini

mempunyai pukulan yang tinggi.

3. Patahan campuran, patahan yang sebagian getas sebagian liat, patahan ini

terjadi paling banyak.

H. Pengujian Muai Panjang


0
Pada suhu 0 K atom-atom suatu bahan tidak bergerak dan jarak antar

atom tetap. Apabila suhu dinaikkan, peningkatan energi memungkinkan atom-

atom bergetar pada jarak antar atom rata-rata yang lebih besar, hal ini

menghasilkan pemuaian pada bahan tersebut. Valensi ion juga berpengaruh pada

jarak antar atom. Pelepasan elektron pada sebuah atom menyebabkan

berkurangnya jarak antar atom. Banyaknya jumlah atom yang berdekatan mampu

meningkatkan gaya tolak menolak elektron sehingga jarak antar atom juga

meningkat.

Energi ikatan antar atom suatu bahan seperti logam dipengaruhi oleh

bentuk struktur kristalnya. Struktur kristal tertentu mempunyai ikatan yang kuat

daripada struktur kristal yang lain atau sebaliknya. Perubahan keadaan padat pada
struktur logam dapat terjadi dengan adanya perlakuan panas sehingga

memungkinkan untuk mengubah sifat muai logam dengan adanya perlakuan panas

tersebut.

Prinsip pengukuran dilatometer adalah perubahan panjang benda uji

karena kenaikan suhu benda uji diteruskan secara mekanik ke inductive

displacement tranducer. Perubahan yang ditampilkan pada display bukanlah harga

perubahan panjang yang sebenarnya, hal ini disebabkan oleh batang penekan dan

penumpu benda uji yang juga ikut memuai. Selain itu juga dipengaruhi oleh

kecepatan pemanasan dan atmosfer di sekitar. Untuk mendapatkan perubahan

benda uji yang sebenarnya (absolut) diperlukan kalibrasi pengukuran. Kalibrasi

dilakukan pada kondisi pengukuran yang sama dengan keadaan pengukuran benda

uji dan dilakukan dengan menggunakan benda uji standar yang sudah diketahui

koefisien muai panasnya, dirumuskan dengan :

L koreksi = Lf pengukuran material standar (L T) material standar

L spesimen = Lf pengukuran L koreksi ............................................... (9)


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental yang

dilakukan di laboratorium teknik dengan penekanan pada karakteristik mekanik

(kekuatan tarik, kekerasan, muai panjang, impact) dan fisis (struktur mikro)

bahan. Kategori rancangan percobaan yang dipilih adalah Pre-Eksperimental

Designs bertipe Static Group Comparations, jadi ada kelompok

percobaan/eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen terdiri dari

spesimen yang telah mengalami perlakuan panas yaitu spesimen temper dan

spesimen quench, masing-masing kelompok berjumlah 3 spesimen. Eksperimen

untuk kelompok kontrol (raw materials) dilakukan sebagai pembanding,

bagaimanakah perbedaan yang terjadi antara material yang telah mengalami

temper dan quench dengan material yang tidak mengalami perlakuan panas (raw

materials).

B. Material Spesimen

Penelitian ini menggunakan medium carbon steel EMS 45 produksi

PT BHINEKA BAJANAS sebagai bahan penelitian. Bahan ini dibentuk menjadi

spesimen kekuatan tarik, ketangguhan, muai panjang dan kekerasan.

1. Dimensi spesimen pengujian tarik

Dimensi spesimen pengujian tarik berdasarkan standard ASTM E8, A 48.

24
25

Gambar 7. Dimensi spesimen uji tarik

Gambar 8. Spesimen uji tarik

2. Dimensi spesimen pengujian impact

Dimensi spesimen pengujian impact berdasarkan standard ASTM E23

Gambar 9. Dimensi spesimen impact

Gambar 10. Spesimen impact

3. Dimensi spesimen pengujian kekerasan


26
Dimensi spesimen pengujian kekerasan menggunakan tabung silindris dengan

tebal 10 mm.
Gambar 11. Dimensi spesimen kekerasan

Gambar 12. Spesimen kekerasan

4. Spesimen muai panjang

Dimensi spesimen pengujian impact berdasarkan standard ASTM E8

Gambar 13. Dimensi spesimen muai panjang

Gambar 14. Spesimen muai panjang


C. Peralatan Penelitian

Peralatan penelitian berupa sarana peralatan yang digunakan dalam

pembuatan spesimen maupun pengambilan data. Alat-alat yang digunakan antara

lain :

1. Mesin bubut

2. Mesin frais

3. Mesin uji komposisi

4. Dapur pemanas

5. Mesin uji tarik

6. Mesin uji kekerasan

7. Mesin uji impact

8. Mesin uji muai panjang

9. Jangka sorong

D. Alur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dapat digambarkan seperti bagan

dibawah ini:
Medium
Medium Carbon Steel
Carbon Steel

Uji komposisi
Uji komposisi

Pembuatan spesimen
Pembuatan spesimen

Raw Materials
Uji tarik Quenching Tempering
Uji kekerasan Uji muai panjang Uji impact

Simpulan
Pembahasan dan analisis data

Gambar 15. Diagram alur penelitian


E. Cara Penelitian

1. Pembuatan spesimen

Pembuatan spesimen tarik dan kekerasan dengan menggunakan mesin

bubut konvensional, sedangkan pada pembuatan spesimen impact dan muai

panjang menggunakan menggunakan mesin skrap konvensional. Pada tahapan

akhir pengerjaan spesimen dilakukan penghalusan.

2. Proses Pemanasan

Pemanasan diawali dengan persiapan bahan dan dapur pemanas.

Pemanasan dilakukan dengan menggunakan dapur listrik. Spesimen quenching

0 0
dipanaskan pada 820 C sedangkan pada proses tempering diatur pada suhu 600 C.

3. Proses Quenching

Proses quenching dilakukan dengan cara mendinginkan semua spesimen

0
yang telah dipanaskan pada suhu 820 C kedalam oli Mesran SAE 20W 50

secara kejut.

4. Proses Tempering

Proses tempering dilakukan dengan cara memanaskan kembali spesimen

0
temper pada suhu 600 C kedalam oven kemudian didinginkan secara alami pada

udara terbuka.

5. Pengujian spesimen

Pengujian spesimen ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik material

0
hasil quenching dan tempering suhu 600 C serta raw materials. Setiap pengujian

kelompok spesimen yang digunakan adalah 3 buah.


F. Tempat Penelitian

Pembuatan spesimen dilakukan di laboratorium produksi jurusan Teknik

Mesin Universitas Negeri Semarang. Uji komposisi dilakukan di PT. ITOKOH

CEPERINDO Klaten. Pemanasan spesimen dilakukan di laboratorium pengecoran

SMK Negeri 7 semarang. Pengujian spesimen tarik, spesimen impact, kekerasan,

foto mikro dan makro dilakukan di Laboratorium Bahan Diploma Teknik Mesin

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, sedangkan pengujian muai panjang

dilaksanakan di laboratorium bahan jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri

Semarang.

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian akan menghasilkan data-data yang dalam pencatatannya

dimasukkan dalam lembar penelitian. Lembar penelitian ini dikelompokkan

berdasarkan jenis pengujian spesimen, dengan menggunakan lembar pengamatan

tersebut diharapkan penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan tertib dan

data yang didapat tercatat dengan baik. Lembar penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Lembar Pengamatan Uji Tarik

Spesimen Pu A0 u y Lo Lf e do df q
Tabel 2. Lembar Pengamatan Pengujian Kekerasan

Spesimen P d VHN

Tabel 3. Lembar Pengamatan Uji Ketangguhan

Spesimen R G W A0 K

Tabel 4. Lembar Pengamatan Keliatan

Spesimen Ad Ab Keliatan

Tabel 5. Lembar Pengamatan Uji Muai Panjang

Spesimen L Cu T L2 Cu L koreksi L2 spesimen L spesimen


H. Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan data

deskriptif yang dilakukan dengan cara melukiskan dan merangkum pengamatan

dari penelitian yang dilakukan. Data yang dihasilkan digambarkan secara grafis

dalam histogram atau poligon.

Pengujian struktur mikro dilakukan dengan cara pengamatan, yaitu

membandingkan hasil foto struktur mikro sehingga dapat dianalisis mengenai

struktur, ukuran dan bentuk butiran dari masing-masing kelompok perlakuan.

Foto makro bentuk penampang patahan juga dapat dianalisis bentuk dan

perambatan retak masing-masing perlakuan.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil dalam penelitian ini berupa data angka, gambar, grafik dan foto-foto

penelitian. Pengujian komposisi dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur

dalam material dan memastikan bahwa material penelitian yang digunakan dalam

golongan medium carbon steel.

1. Hasil uji komposisi

Unsur-unsur yang terkandung dalam baja akan mempengaruhi sifat-sifat

mekanis dan fisis dari baja yang bersangkutan. Jenis-jenis baja umumnya

ditentukan berdasarkan kandungan unsur karbon yang terkandung dalam material

baja tersebut. Tabel berikut ini menunjukkan data komposisi kimia unsur-unsur

yang ada dalam material spesimen. Berdasarkan kandungan karbon dalam

material dapat disimpulkan bahwa material yang digunakan tergolong medium

carbon steel dengan kadar karbon 0,452 %. Berikut tabel kandungan unsur kimia

dalam material secara lengkap.

Tabel 1. Komposisi kimia EMS 45

Kandungan Kandungan
No Unsur Kimia No Unsur Kimia
(% berat) (% berat)
1 Fe 98,4100 9 Mo 0,0040

2 C 0,4523 10 Cu 0,0040

3 Si 0,2203 11 Al 0,0000

33
34

4 Mn 0,6923 12 Nb 0,1000

5 P 0,0107 13 V 0,0000

6 S 0,0093 14 W 0,0400

7 Ni 0,0473 15 Ti 0,0000

8 Cr 0,1130

2. Hasil foto mikro spesimen

Pengujian foto mikro bertujuan untuk mengetahui struktur yang

terkandung dalam spesimen penelitian. Struktur mikro yang berbeda akan

memberikan pengaruh yang berbeda pada sifat mekanis bahan. Bentuk

penampang mikro untuk tiap jenis spesimen dengan perbesaran 200 kali adalah

sebagai berikut :

Ferrit

Perlit

Gambar 16. Foto mikro raw materials

Ferrit
Perlit

Gambar 17. Foto mikro spesimen quench


Ferrit

Perlit

Gambar 18. Foto mikro spesimen temper

3. Hasil pengujian kekerasan

Proses pengujian kekerasan logam dapat diartikan sebagai kemampuan

suatu bahan terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap, ketika gaya

tertentu diberikan pada suatu benda uji. Pengujian kekerasan dalam penelitian ini

dilakukan berurutan pada jarak awal 0,1 mm dari tepi menuju ke tengah dengan

jarak antar titik 0,2 mm sejauh 1.1 mm. Data hasil pengujian ini dikelompokkan

menjadi 2 kelompok, yaitu data untuk spesimen raw materials dan data pengujian

spesimen quench dan temper. Secara umum, hasil pengujian kekerasan yang

didapat dari pengujian terlihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2. Hasil pengujian kekerasan

Jarak titik
(mm) 0,1 0,3 0,5 0,7 0,9 1,1
VHN
Raw materials 171,5 166,1 165,8 166,7 166,1 164,4

Quench 263,7 260,3 253,5 240,7 237,7 237,7

Temper 260,8 253,8 243,8 237,7 237,7 237,7


Tabel di atas jika disajikan dalam bentuk diagram garis seperti pada

gambar berikut ini:

GRAFIK KEKERASAN RAW MATERIALS

174

172
171.5

170
VHN

168

166.1 166.7
165.8 166.1
166

164.4
164

162

160
0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1
Jarak Titik (mm)

Gambar 19. Grafik kekerasan raw materials

Berdasarkan pada hasil pengujian kekerasan yang digambarkan dalam grafik

distribusi kekerasan raw materials di atas menunjukkan besarnya kekerasan

vickers pada raw materials jarak 0,1 mm sebesar 171,5; jarak 0,3 mm sebesar

166,4; jarak 0,5 mm sebesar 165,8; jarak 0,7 mm sebesar 166,7; jarak 0,9 mm

sebesar 166,1 dan pada jarak 1,1 sebesar 164,4.


GRAFIK KEKERASAN QUENCH

270
VHN

263.7
260.3
260
253.5

250

240.7
240 237.7 237.7

230

220
0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1
Jarak titik (mm)

Gambar 20. Grafik kekerasan quench

Berdasarkan pada hasil pengujian kekerasan yang digambarkan dalam grafik

distribusi kekerasan quench di atas menunjukkan besarnya kekerasan vickers pada

spesimen quench jarak 0,1 mm sebesar 263,7; jarak 0,3 mm sebesar 260,3; jarak

0,5 mm sebesar 253,5; jarak 0,7 mm sebesar 240,7; jarak 0,9 mm sebesar 237,7

dan pada jarak 1,1 sebesar 237,7. Terhadap raw materials kenaikan kekerasan

pada tiap titik pada spesimen quench berturut-turut sebesar 53,76%; 56,71%;

52,90%; 44,39%; 43,11%; 4,59%


GRAFIK KEKERASAN TEMPER

265
VHN

260 258.7

255 253.8

250

245 243.8

240 237.7 237.7 237.7

235

230

225
0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1
Jarak Titik (mm)

Gambar 21. Grafik kekerasan temper

Berdasarkan pada hasil pengujian kekerasan yang digambarkan dalam grafik

distribusi kekerasan temper di atas menunjukkan besarnya kekerasan vickers pada

spesimen temper jarak 0,1 mm sebesar 260,8; jarak 0,3 mm sebesar 253,8; jarak

0,5 mm sebesar 243,8; jarak 0,7 mm sebesar 237,7; jarak 0,9 mm sebesar 237,7

dan pada jarak 1,1 sebesar 237,7. Kenaikan terhadap raw materials masing-

masing titik berturut-turut sebesar 50,85 %; 52,80%; 47,04%; 42,59%; 43,11%;

44,59%. Kekerasan spesimen temper ini mengalami penurunan jika dibandingkan

dengan spesimen quench masing-masing titik berturut-turut sebesar 1,90%;

2,50%; 3,83%; 1,25%; 0%; 0%.


4. Hasil pengujian tarik

Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dari

spesimen dalam penelitian ini. Hasil pengujian tarik terdiri dari tiga parameter

yaitu parameter kekuatan tarik (ultimate strength), parameter kekuatan luluh

(yield strength) dan parameter keuletan yang ditunjukkan oleh besarnya regangan

serta bentuk penampang patah yang terjadi.

Hasil pengujian tarik terlihat dalam grafik uji tarik pada setiap spesimen.

Data hasil pengujian ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu data untuk

spesimen raw materials dan data pengujian spesimen quench dan temper, masing-

masing data pada kelompok spesimen diambil rata-rata hasil pengujian. Secara

umum hasil pengujian diatas jika disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3. Hasil pengujian tarik

Teg. Max Teg. Luluh Perpanjangan Reduksi Penampang


Spesimen 2 2
(kg/mm ) (kg/mm ) (%) (%)
Raw materials
67,74 43,44 12.38% 46,74%
Quench
86,44 63,41 10.87% 38,67%
Temper
80,12 59,03 14.50% 42,27%

Tabel di atas jika disajikan dalam bentuk diagram garis seperti pada

gambar berikut ini:


GRAFIK TEGANGAN SPESIMEN

95.00
86.44
85.00 80.12 Teg. Max
Teg. Luluh
Tegangan (kg/mm )
2

75.00
67.74
65.00 63.41
59.03
55.00

45.00 43.44

35.00
Raw Materials Quench Temper
Temper

Gambar 22. Grafik tegangan

Berdasarkan pada hasil pengujian kekuatan tarik yang digambarkan dalam grafik

tegangan di atas menunjukkan kekuatan tarik material baja EMS 45 sebesar

2
67,74 kg/mm . Spesimen quench mempunyai tegangan maksimum sebesar

2
86,44 kg/mm atau mengalami kenaikan sebesar 27,61 % terhadap raw materials.

2
Spesimen temper mempunyai tegangan maksimum sebesar 80,12 kg/mm atau

mengalami kenaikan sebesar 18,27 % terhadap raw materials tetapi mengalami

penurunan sebesar 7,32 % dibandingkan spesimen quench. Berdasarkan grafik

tegangan luluh di atas menunjukkan bahwa tegangan luluh terbesar terjadi pada

2
spesimen quench yaitu sebesar 63,41 kg/mm atau mengalami kenaikan sebesar

2
45,99 % terhadap raw materials. Tegangan luluh sebesar 59,03 kg/mm pada

spesimen temper menggambarkan adanya penurunan sebesar 6,92 % terhadap

spseimen quench tetapi mengalami kenaikan 24,59 % terhadap raw materials

2
yang hanya sebesar 43,44 kg/mm .
Grafik Perpanjangan dan Reduksi Penampang

50.00%
46.74%
45.00%
42.27%
40.00% 38.67%

35.00%

30.00%
Perpanjangan Reduksi penampang

25.00%

20.00%
14.50%
12.38%
15.00% 10.87%
10.00%

5.00%

0.00%
Raw Materials Quench Temper
Temper

Gambar 23. Grafik perpanjangan dan reduksi penampang

Berdasarkan pada hasil pengujian kekuatan tarik yang digambarkan dalam grafik

perpanjangan dan reduksi penampang di atas menunjukkan perpanjangan

minimum hasil pengujian spesimen EMS 45 terjadi pada spesimen quench sebesar

10,87 %. Peningkatan sebesar 33,34 % terhadap spesimen quench terjadi pada

spesimen temper dengan perpanjangan yang sebesar 14,5 %, raw materials baja

EMS 45 mempunyai perpanjangan sebesar 12,38 %. Berdasarkan grafik reduksi

penampang di atas menunjukkan reduksi penampang raw materials baja EMS 45

sebesar 46,74 %. Spesimen quench mempunyai reduksi penampang sebesar 38,67

% atau mengalami penurunan sebesar 17,27 % sedangkan spesimen temper

mengalami penurunan reduksi penampang sebesar 9,55 % dibandingkan raw

materials dengan reduksi penampang sebesar 42,27 %.


Pengujian tarik berakhir dengan terjadinya perpatahan pada spesimen.

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terdapat perbedaan pada bentuk

penampang patah pada raw materials, quench dan temper. Spesimen raw

materials dan quench dengan pembesaran 20 kali memberikan gambaran bentuk

patahan jenis partial cup cone. Perbedaan diantara keduanya terletak pada tekstur

spesimen quench yang cenderung lebih halus. Spesimen temper mempunyai

bentuk patahan cup cone dengan butir yang halus. Bentuk penampang patah untuk

tiap jenis spesimen seperti gambar dibawah ini.

Final Fracture

Initial Crack

Gambar 24. Penampang patah uji tarik raw materials

Final Fracture

Initial Crack

Gambar 25. Penampang patah uji tarik quench

Initial Crack

Final Fracture

Gambar 26. Penampang patah uji tarik temper


5. Hasil pengujian impact

Pengujian impact bertujuan untuk mengukur kegetasan bahan atau

keuletan bahan terhadap beban tiba-tiba dengan cara mengukur perubahan energi

potensial sebuah palu godam yang dijatuhkan pada ketinggian tertentu. Data hasil

pengujian ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu data untuk spesimen raw

materials dan data pengujian spesimen quench dan temper. Secara umum, hasil

pengujian impact yang didapat dari pengujian terlihat dalam data berikut ini.

Tabel 4. Hasil pengujian impact

2
Spesimen Impact (J/mm )

Raw materials 1,560

Quench 1,583

Temper 1,625

Data di atas jika disajikan dalam bentuk diagram garis seperti pada

gambar berikut.

GRAFIK IMPACT EMS 45

1.640

1.625
1.620

1.600

1.580 1.583
Harga Impcat (J/mm )
2

1.560 1.560

1.540

1.520
Raw Materials Quench Temper

Temper

Gambar 27. Grafik impact EMS 45


Berdasarkan pada hasil pengujian impact yang digambarkan dalam grafik di atas

2
menunjukkan kekuatan impact raw materials sebesar 1,560 J/mm . Spesimen

2
quench mempunyai harga impact 1,583 J/mm atau mengalami kenaikan sebesar

2
1,45 %, spesimen temper mempunyai harga impact sebesar 1,625 J/mm atau

mengalami kenaikan sebesar 4,17%. Kekuatan impact spesimen temper

mengalami kenaikan sebesar 2,68 % dibandingkan dengan spesimen quench.

Pengujian impact berakhir dengan terjadinya perpatahan spesimen. Dari

hasil pengujian yang telah dilakukan terdapat perbedaan pada bentuk penampang

patah raw materials, quench dan temper. Bentuk penampang patah untuk tiap

jenis spesimen adalah seperti gambar dibawah ini.

Gambar 28. Penampang patah impact raw materials

Gambar 29. Penampang patah impact quench


Gambar 30. Penampang patah temper

Dari gambar penampang patah pada pengujian impact dapat diketahui keliatan

bahan dengan membandingkan luasan penampang patah pada masing-masing

spesimen antara luasan getas dan luasan liat pada spesimen, yang terlihat seperti

dalam tabel dibawah ini.

Tabel 5. Hasil perhitungan keliatan spesimen impact

Spesimen Keliatan

Raw materials
5,69 %
Quench
8,25 %
Temper
9,87 %

Data di atas jika disajikan dalam bentuk diagram garis seperti pada

gambar berikut.
GRAFIK KELIATAN SPESIMEN IM PACT

10.00% 9.87%

9.00%

8.25%
8.00%
Keliatan

7.00%

6.00%
5.69%
5.00%
Raw materials Quench Temper
temper

Gambar 31. Grafik keliatan spesimen

Berdasarkan hasil pengujian impact yang digambarkan dalam grafik keliatan

spesimen diatas menunjukkan bahwa spesimen temper mempunyai keliatan yang

tinggi sebesar 9,87 % mengalami kenaikan sebesar 19,64 % terhadap quench atau

73,64 % terhadap raw materials. Spesimen quench mempunyai keliatan sebesar

8,25 % mengalami kenaikan sebesar 45,13 % terhadap raw materials yang hanya

mempunyai keliatan sebesar 5,69 %.

6. Hasil pengujian muai panjang

0
Pada suhu 0 K atom-atom suatu bahan tidak bergerak dan jarak antar

atom tetap. Apabila suhu dinaikkan, peningkatan energi memungkinkan atom-

atom bergetar pada jarak antar atom rata-rata yang lebih besar, hal ini

menghasilkan pemuaian pada bahan tersebut. Pengujian muai panjang bertujuan

untuk mengukur perpanjangan muai spesimen akibat kenaikan suhu yang


diberikan. Secara umum, hasil pengujian muai panjang yang didapat dari

pengujian terlihat dalam data berikut ini:

Tabel 6. Hasil pengujian muai panjang

Spesimen Muai panjang (mm)


-6
Raw materials 172110
-6
Quench 295910
-6
Temper 201410

Data di atas jika disajikan dalam bentuk diagram garis seperti pada

gambar berikut ini:

GRAFIK MUAI PANJANG

3500

3000 2959
Muai Panjang (10-6)

2500

2014
2000
1721
1500

1000

500

0 Raw Materials Quench Temper

Temper

Gambar 32. Grafik muai panjang spesimen

Berdasarkan pada hasil pengujian muai panjang yang digambarkan dalam grafik

-6
di atas menunjukkan muai panjang raw materials sebesar 172110 mm,

-6
spesimen quench mempunyai muai panjang sebesar 295910 mm atau

mengalami kenaikan sebesar 71,95 %, spesimen temper mempunyai harga muai


-6
panjang sebesar 201410 mm atau mengalami kenaikan sebesar 17,03%.

Terhadap spesimen quench harga muai panjang spesimen temper mengalami

penurunan sebesar 31,94 %.

B. Pembahasan

Hasil pengujian mekanis yang telah disajikan dalam bentuk diagram garis

dan penampang patahan diketahui ada perbedaan antara raw materials, quench

dan spesimen temper. Hasil pengujian kekerasan raw materials menunjukkan

kestabilan kekerasan mulai titik 0,3 mm dari tepi dengan kekerasan vickers rata-

rata sebesar 165,82. Peningkatan kekerasan pada jarak 0,1 mm dimungkinkan

terjadi akibat proses pembubutan pada saat pembuatan spesimen. Distribusi

kekerasan masing-masing titik pada spesimen quench dan temper disebabkan

karena proses pendinginan yang berawal dari tepi spesimen.

Hasil kekuatan tarik rata-rata untuk spesimen raw materials sebesar

2
67,74 kg/mm . Bentuk penampang patah adalah partial cup cone dengan tekstur

berbutir kasar. Dari hal ini diketahui bahwa bahan mempunyai sifat ulet sehingga

perpanjangan yang reduksi penampangnya besar dibuktikan dengan hasil foto

mikro yang memperlihatkan butiran ferrit yang cukup besar. Spesimen yang telah

mengalami perlakuan yaitu quench dan temper mempunyai kekuatan tarik yang

2
lebih tinggi. Kekuatan tarik spesimen quench 86,44 kg/mm dengan perpanjangan

10,87 % dan reduksi penampang sebesar 38,67 %, kekuatan tarik spesimen temper

2
80,12 kg/mm dengan perpanjangan 14,5 % dan reduksi penampang sebesar

42,27 %. Kekuatan tarik spesimen temper mengalami penurunan dibandingkan


dengan spesimen quench, hal ini disebabkan karena laju pendinginan pada temper

yang lebih lambat dibandingkan dengan quench sehingga matriks ferit yang lunak

dan ulet pada spesimen temper mempunyai waktu untuk membentuk partikel yang

besar sehingga menyebabkan penurunan kekuatan tarik tapi mampu meningkatkan

keuletan spesimen, dibuktikan dengan hasil foto mikro yang memperlihatkan

besarnya butiran yang lebih besar dibandingkan quench.

Hasil pengujian impact yang disajikan dalam bentuk diagram garis dan

penampang patahan menunjukkan kekuatan impact spesimen quench

2 2
1,583 J/mm , spesimen temper 1,625 J/mm dengan kekuatan impact raw

2
materials sebesar 1,563 J/mm . Foto mikro pada spesimen quench dan raw

materials menunjukkan adanya ferit dan perlit dengan kuantitas yang hampir

berimbang, namun dengan adanya lapisan karbon pada spesimen quench

menyebabkan peningkatan pada kekuatan impact. Pada spesimen temper

peningkatan kekerasan baja akibat proses quench diikuti dengan peningkatan

keliatan bahan karena tempering sehingga meningkatkan ketangguhan bahan,

didukung dengan hasil perhitungan keliatan spesimen. Kenaikan keliatan pada

spesimen temper disebabkan karena lamanya proses pendinginan material

sehingga jarak kegetasan spesimen meningkat yang menyebabkan penurunan luas

2 2
penampang liat menjadi 79,18 mm dari sebelumnya yang sebesar 80,37 mm

pada spesimen quench.

Ketebalan daerah keras menyebabkan perbedaaan pada kecenderungan

muai panjang bahan seperti yang diperlihatkan pada perbedaan muai panjang pada
-6
raw materials, quench dan temper yang masing-masing sebesar 1721 x 10 mm,

-6 -6
2959 x 10 mm dan 2014 x 10 mm. Spesimen quench yang hanya
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat diambil

simpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik mekanis yang spesimen EMS 45 menunjukkan kekerasan

spesimen temper yang stabil mulai pada jarak 0,7 mm dengan besar

kekerasan vickers sebesar 237,7 dan kekerasan vickers sampai jarak

pengujian 0,5 mm berturut-turut sebesar 258,7; 253,8; 243,8. Kekuatan tarik

hasil temper dengan quench media oli Mesran SAE 20W 50 sebesar

2
80,12 kg/mm atau mengalami penurunan sebesar 7,32 % terhadap quench

dan mengalami kenaikan sebesar 18,27 % terhadap raw materials. Kekuatan

2
impact terbesar terdapat pada spesimen temper yang sebesar 1,625 J/mm

atau mengalami kenaikan sebesar 4,17 % dari raw materials yang sebesar

2 -6
1,560 J/mm . Harga muai panas temper sebesar 2014 x 10 mm atau

mengalami penurunan sebesar 31,94 % terhadap spesimen quench dan

mengalami kenaikan 17,03 % terhadap raw materials.

2. Hasil foto mikro spesimen temper memperlihatkan butiran ferit yang lebih

besar dibandingkan dengan quench sesuai dengan perbedaan karakteristik

mekanis masing-masing spesimen.


51
52

B. Saran

1. Proses quench menyebabkan terjadinya penurunan angka kekerasan pada

material yang dimulai dari tepi spesimen, untuk mendukung data tersebut

pada penelitian selanjutnya saat pengambilan foto mikro hendaknya

dilakukan dengan memperhatikan daerah terjadinya penurunan kekerasan.

2. Penelitian ini hanya menggunakan variasi tempering pada suhu tinggi

0
sebesar 600 C, untuk mengetahui lebih jelas perbedaan karakteristik

medim carbon steel pengujian selanjutnya hendaknya menggunakan

variasi tempering pada suhu rendah, suhu menengah dan suhu tinggi

dengan variasi media pendingin serta menggunakan jenis medium

carbon

steel yang lain sehingga dapat diketahui pengaruh unsur campuran dalam

bahan.

3. Pada pemanfaatan secara praktis temper dengan quench media oli Mesran

SAE 20W 50 ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mendapatkan

bahan dengan kekuatan dan ketangguhan sejauh kebutuhan pengguna.


DAFTAR PUSTAKA

Beumer, B.J.M. 1978. Ilmu Pengetahuan Logam. Semarang: PT. Bhratara


Karya Aksara.

Beumer, B.J.M. 1980, Pengetahuan Bahan. Semarang: PT. Bhratara Karya


Aksara.

Doan, G.E. 1952. The Principles of Physical Metallurgy. New York:


Mc Graw Boo Company.

Djafri, Sriati. 1983. Teknologi Mekanik Jilid I.


Terjemahan dari Manufacturing Processes, Jakarta: Erlangga.

Djafri, Sriati. 1987. Metalurgi Mekanik. Terjemahan dari Mechanical


Metallurgy. Jakarta: Erlangga.

Djafri, Sriati. 1990. Dasar Metalurgi untuk Rekayasa. Terjemahan dari


Essential Metallurgy for Engineers. Jakarta: Erlangga.

Hari, A. dan Daryanto. I999. Ilmu Bahan. Jakarta: Bumi Aksara.

James F. Shackford. 1992. Introduction to Material Science for Engineers.


New York: Macmilan Publishing Company.

Schonmentz, Gruber. 1985. Pengetahuan Bahan dalam Pengerjaan Logam.


Bandung Aksara.

Vlack, Van. 1992. Ilmu dan Teknologi Bahan. Jakarta: Erlangga


53
54

Lampiran 1. Hasil uji komposisi EMS 45


Lampiran 2. Hasil uji kekerasan Vickers
Lampiran 3. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen raw materials 1

gaya max = 79,91 kN A A


0 f
mm max = 148 mm q =
A0
mm luluh = 90 mm 2 2
d0 = 12,0 / 4(d - d )
0 f
=
mm )
2
df = 9,0 mm / 4(d0
L0 = 81 mm
Lf = 89,9 113,04 63,58
= 113,04
mm
Teg max = Pu
= 43,75 %
A0 L L0
79910 kg m/s
2 perpanjangan = f
= L0
2 2
113,04 mm x 10 m/s
2 89,9 81
= 70,69 kg/mm = 81
90
Teg luluh = 70,69 = 10,99 %
2
kg/mm
140
2
= 42,99 kg/mm
lvii

Lampiran 4. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen raw materials 2

gaya max = 79,16 kN A A


0 f
mm max = 141 mm q =
A0
mm luluh = 94 mm 2
/ 4(d - d )
2
d0 = 12,2 0 f
=
mm )
2
df = 8,9 mm / 4(d0
L0 = 79,6
mm 116,84 60,80
= 116,84
Lf = 89,5
mm
Teg max Pu
= 47,96 %
A0 L L0
= 79160 kg perpanjangan = f
m/s
2 L
= 2 2
0
146,85 mm x 10 m/s
2 89,5 79,6
= 67,75 kg/mm = 79,6
94 2
Teg luluh = 67,75 kg/mm = 12,44 %
141
lviii
2
= 45,65 kg/mm
Lampiran 5. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen raw materials 3

gaya max = 78,19 kN A A


0 f
mm max = 143 mm q =
A0
mm luluh = 92 mm 2
d0 = 12,4 / 4(d - d 2)
0 f
=
mm )
2
df = 8,9 mm / 4(d0
L0 = 78 mm
Lf = 88,7 120,70 62,17
= 120,70
mm
Teg max Pu
= 48,49 %
A0 L L
= 78190
2 kg perpanjangan = f L 0
m/s
= 2 2
0
120,70 mm x 10 m/s
2 88,7 78
= 64,78 kg/mm = 78
94
Teg luluh = 64,78 kg/mm
2
= 13,72 %
141
2
= 41,68 kg/mm
lix

Lampiran 6. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 1

gaya max = 106,83 kN


A0 Af
mm max = 194 mm q =
A0
mm luluh = 141 mm 2
d0 = 12,3 / 4(d - d )2
0 f
=
mm )
2
df = 9,6 mm / 4(d0
L0 = 80,8
mm 118,76 72,18
= 118,76
Lf = 89,6
mm
Teg max Pu
= 39,22 %
A0 L L
= 106830
2 kg perpanjangan = f L 0
m/s
= 2 2 = 66,31
118,76 mm x 10 m/s 2
2 kg/mm
= 89,95 kg/mm
141 2
Teg luluh = 89,95 kg/mm
194
lix
0 80,8
89,6 80,8 = 10,89 %
=
lx

Lampiran 7. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 2

f
y

gaya max = 105,14 kN


mm max = 189 mm A0 Af
mm luluh = 140 mm q =
A0 2
d0 = 12,5 mm / 4(d - d f )
2
2
0 )
0
df = 9,7 mm =
L0 = 79,8 mm
/ 4(d

Lf = 88,6 122,66 73,33


mm
Teg max Pu =
122,66
A0 = 40,22 %
= 105140 kg
2 L L
m/s
= 2 2
perpanjangan = f 0

122,66 mm x 10 m/s L0
2
= 85,72 kg/mm
140 2
88,6 79,8
Teg luluh = 85,72 kg/mm = 79,8
189 = 11,03 %
2
= 63,50 kg/mm
Lampiran 8. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 3

f
y

gaya max = 102,61 kN A A


0 f
mm max = 191 mm q =
A0
2
mm luluh = 138 mm / 4(d 2
d0 = 12,5 mm = 0 - df )
/ 4(d 2
df = 9,9 mm 0 )
L0 = 81,3 mm

Lf = 90 122,66 77,81
mm
Teg max Pu =
122,66
A0 = 36,56 %
= 102610 kg
2 L L
m/s
= 2 2
perpanjangan = f 0

122,66 mm x 10 m/s L0
2
= 83,66 kg/mm
138 2
90 81,3
Teg luluh = 83,66 kg/mm = 81,3
191 2
= 60,44 kg/mm
= 10,70 %
Lampiran 9. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 1

y
f

gaya max = 102,79 kN A A


0 f
mm max = 186 mm q =
A0
2
mm luluh = 138 mm / 4(d 2
d0 = 12,9 mm = 0 - df )
/ 4(d 2
df = 9,8 mm 0 )
L0 = 80,5 mm

Lf = 91,8 130,63 76,64


mm
Teg max Pu =
130,63
A0 = 41,33 %
= 102790 kg
2 L L
m/s
= 2
perpanjangan = f 0

130,63
2
mm x 10 L0
m/s
2
= 78,69 kg/mm
138 2
91,8 80,5
Teg luluh = 78,69 kg/mm = 80,5
186 = 14,04 %
2
= 58,38 kg/mm
Lampiran 10. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 2

f
y

gaya max = 101,29 kN A A


0 f
mm max = 185 mm q =
A0
2
mm luluh = 139 mm / 4(d 2
d0 = 12,7 mm = 0 - df )
/ 4(d 2
df = 9,6 mm 0 )
L0 = 80,5 mm

Lf = 92,8 126,61 72,87


mm
Teg max Pu =
126,61
A0 = 42,45 %
= 101290 kg
2 L L
m/s
= 2
perpanjangan = f 0

126,61
2
mm x 10 L0
m/s
2
= 80,00 kg/mm
139 2
92,8 80,5
Teg luluh = 80,00 kg/mm = 80,5
185 = 15,14 %
2
= 60,11 kg/mm
liii

Lampiran 11. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 3

y
f

gaya max = 96,99 kN A A


0 f
mm max = 177 mm q =
A0
2
mm luluh = 127 mm / 4(d 2
d0 = 12,3 mm = 0 - df )
/ 4(d 2
df = 9,3 mm 0 )
L0 = 78,9 mm

Lf = 90,2 118,76 67,64


mm
Teg max Pu =
118,76
A0 = 43,05 %
= 96990 kg
2 L L
m/s
= 2 2
perpanjangan = f 0

118,76 mm x 10 m/s L0
2
= 81,67 kg/mm
127 2
90,2 78,9
Teg luluh = 81,67 kg/mm = 78,9
177 = 14,32 %
2
= 58,60 kg/mm
liv

Lampiran 12. Rekapitulasi hasil pengujian tarik

HASIL PENGUJIAN TARIK EMS 45

Pu A0 u y Lo Lf e do df q
SPESIMEN
2 2 2
(kg/mm ) (mm ) (kg/mm ) (kg/mm ) (mm) (mm) (mm) (mm)
2
(%) (%)

Raw Materials 1 70.69 113,04 70,69 42,99 81 89,9 34,83 12,0 9,0 43,75

Raw Materials 2 67.75 116,84 67,75 45,65 79,6 89,5 38,12 12,2 8,9 47,96

Raw Materials 3 64.78 120,70 64,78 41,68 78 88,7 33,63 12,4 8,9 48,49

Rata-rata 67,74 43,44 12,38 46,74

Quench 1 89.95 118,76 89,95 66,31 80,8 89,6 30,17 12,3 9,6 39,22

Quench 2 85.72 122,66 85,72 63,50 79,8 88,6 34,93 12,5 9,7 40,22

Quench 3 83.66 122,66 83,66 60,44 81,3 90 31,33 12,5 9,9 36,56

Rata-rata 86,44 63,41 10,87 38,67

Temper 1 78.69 130,63 78,69 58,38 80,5 90,8 32,20 12,9 9,8 41,33

Temper 2 80.00 126,61 80,00 60,11 80,5 90,8 33,07 12,7 9,8 42,45

Temper 3 81.67 118,76 81,67 58,60 78,9 90,2 39,48 12,3 9,3 43,05

Rata-rata 80,12 59,03 14,50 42,27


Lampiran 13. Hasil pengujian impact
Lampiran 14. Hasil penghitungan keliatan spesimen

HASIL PENGHITUNGAN KELIATAN SPESIMEN

Spesimen Ad Ab Keliatan

Raw Materials
82,32 4,68 5,69%
Quench
80,37 6,63 8,25%
Temper
79,18 7,82 9,87%
Lampiran 15. Hasil pengujian muai panjang

HASIL PENGUJIAN MUAI PANJANG

L Cu T L2 Cu L L2 spesimen L
Spesimen -6
0 0 koreksi -6 spesimen
(1/ C) ( C) (10 mm) (10 mm)
-6 -6
Raw Materials 1 17 241 4685 (10588
mm) 2313 (101725
mm)
Raw Materials 2 17 241 4685 588 2300 1712
Raw Materials 3 17 241 4685 588 2313 1725
Quench 1 17 241 4685 588 3565 2977
Quench 2 17 241 4685 588 3680 3092
Quench 3 17 241 4685 588 3395 2807
Temper 1 17 241 4685 588 2580 1992
Temper 2 17 241 4685 588 2470 1882
Temper 3 17 241 4685 588 2755 2167

Anda mungkin juga menyukai