Oleh :
Nama : Zaenudin Amin
NIM : 1602E059
i
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Tugas Akhir
Oleh :
Nama : Zaenudin Amin
NIM : 1602E059
Telah diperiksa dan dikoreksi dengan baik dan cermat karena itu pembimbing
menyetujui mahasiswa tersebut untuk diuji
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin,
Politeknik Harapan Bersama Tegal
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin,
Politeknik Harapan Bersama Tegal
iii
HALAMAN PERNYATAAN
( Zaenudin Amin )
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
3. Jawaban sebauah keberhasilan adalah terus belajar dan tanpa putus asa.
5. Apabila kita rela pada sesuatu yang mengecewakan hati kita, maka
PERSEMBAHAN
1. Ibunda dan Ayahanda atas kasih sayang, dukungan, dan do’a beliau berdua.
2. Bapak dan Ibu Dosen DIII Teknik Mesin yang telah membimbing selama
v
PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO BESI PEJAL BAJA ST 60 DENGAN
MIKROSKOP DIGITAL 16 MP
ABSTRAK
Kata Kunci : Besi pejal baja ST 60, Mikroskop, Nital HNO3, Metanol
vi
TESTING MICRO IRON STRUCTURE ST 60 STEEL WITH 16 MP
DIGITAL MICROSCOPE
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini
dengan judul “PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO BESI PEJAL BAJA ST 60
DENGAN MIKROSKOP DIGITAL 16 MP”
Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan kelulusan pada Program Studi
Teknik Mesin Diploma III Politeknik Harapan Bersama Tegal. Dalam penyusunan
Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
2. Bapak Drs. Agus Suprihadi, M.T selaku Kepala Program Studi DIII Teknik
3. Bapak Amin Nur Akhmadi, M.T selaku pembimbing I laporan Tugas Akhir
Tugas Akhir.
4. Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan doa restu serta dorongan
semangat.
5. Bapak dan Ibu dosen pengampu Program Studi DIII Teknik Mesin.
viii
7. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
terlibat dan banyak membantu sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai
dengan baik.
Penulis menyadari apa yang ada dalam laporan ini baik proses maupun
hasilnya masih jauh dari sempurna, untuk itu mengharapkan kritik dan saran dari
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Zaenudin Amin
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.4. Tujuan........................................................................................3
1.5. Manfaat......................................................................................3
2.1. Baja............................................................................................5
x
2.2. Klasifikasi Baja .........................................................................7
xi
3.2.2. Bahan.......................................................................................47
5.1 Kesimpulan..............................................................................55
xii
Gambar Halaman
2.1. Diagram Kesetimbangan ............................................................................22
2.2. Diagram TTT ...............................................................................................27
2.3. Diagram TTT ................................................................................................28
2.4. Diagram CCT................................................................................................29
2.5. Mikroskope ...................................................................................................30
2.6. Pembentukan bayangan ...............................................................................37
3.1. Diagram Alur Penelitian ..............................................................................41
3.2. Mikroskop ....................................................................................................42
3.3. Meteran .........................................................................................................43
3.4. Spidol ...........................................................................................................43
3.5. Gergaji Bandsaw ..........................................................................................44
3.6. Grinding Polishing .......................................................................................44
3.7. Wadah Plastik ..............................................................................................45
3.8. Pipet ..............................................................................................................45
3.9. Gelas Ukur Plastik ........................................................................................46
3.10. Sarung tangan karet kimia ............................................................................46
3.11. Nital ..............................................................................................................47
3.12. Metanol .........................................................................................................47
3.13. Besi Pejal Segi enam ST 60..........................................................................48
3.14. Mikroskop.....................................................................................................49
4.1. Spesimen Besi Pejal Segi 6 ..........................................................................51
4.2. Struktur Mikro Pembesaran 20x...................................................................52
4.3. Struktur Mikro Pembesaran 40x...................................................................53
4.4. Struktur Mikro Pembesaran 100x.................................................................33
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Jenis jenis Mikroskop digital .......................................................................36
2 Komposisi Kimia.........................................................................................51
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
16
BAB I
PENDAHULUAN
material yang baik harus diketahui segala hal mengenai karakteristik struktural
atau susunan dari logam atau paduan logam yang akan dipakai atau digunakan
karakteristik susunan atau struktur dari suatu logam atau paduan logam maka
dengan mudah kita dapat memilih bahan untuk suatu kontruksi tertentu. Dengan
susunan dari suatu logam atau paduan dalam hubungannya dengan suatu analisis
kimia dan metalografi dari suatu logam. Biasanya logam yang diuji hanya bagian
potongan tertentu saja disebabkan oleh pembawaan heterogen dalam logam. Maka
tidak dapat dihindari bahwa pengujian metalografi sangat berperan bagi dunia
industri. Oleh karena itu kita harus berusaha mencari material yang
memiliki sifat dan karakteristik yang baik Dewasa ini terdapat beberapa jenis
bahan yang digunakan pada industri- industri atau tujuan-tujuan lain. Untuk
mendapatkan material yang baik harus diketahui segala hal mengenai karakteristik
struktural atau susunan dari logam atau paduan logam yang akan dipakai atau
17
mengetahui karakteristik susunan atau struktur dari suatu logam atau paduan
logam maka dengan mudah kita dapat memilih bahan untuk suatu kontruksi
susunan dari suatu logam atau paduan dalam hubungannya dengan suatu analisis
kimia dan metalografi dari suatu logam. Biasanya logam yang diuji hanya
logam. Maka tidak dapat dihindari bahwa pengujian metalografi sangat berperan
bagi dunia industri. Oleh karena itu kita harus berusaha mencari material yang
Agar pembahasan tidak meluas maka batasan masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Bahan yang di uji adalah besi pejal ST 60 ukuran 1, 1⁄4 inchi dipotong
polishing machine setelah halus mengkilap di beri reaktan kimia Nital HNO 3 1-5
ml dan 100 ML etanol (95%) dengan di celup dalam reaktan selama 1-5 detik,
kemudian dibilas air lalu dikeringkan dan di uji di lihat dengan microscope
1.4. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah mengetahui struktur
mikro pada material Baja ST 60 setelah terjadi proses reaktan kimia dan untuk
mempelajari hubungan antara gambaran struktur mikro dari suatu logam dengan
optik.
1.5. Manfaat
Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah mengetahui struktur
mikro pada material setelah terjadi proses reaktan kimia dan untuk mempelajari
hubungan antara gambaran struktur mikro dari suatu logam dengan sifat
optik.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang judul yang dipilih pada
Berisi tentang baja, klasifikasi baja, korosi, pengertian korosi, korosi pada
Bab ini menjelaskan tentang diagram alur penelitian, kebutuhan alat dan
BAB V PENUTUP
konkrit dan saran-saran yang dapat diaplikasikan sebagai solusi atau pijakan
LANDASAN TEORI
2.1. Baja
Baja adalah paduan antara besi (Fe) dan karbon (C) dengan adanya
penambahan paduan lainnya. Baja yang paling banyak digunakan sebagai hasil
akhir adalah komponen otomotif, tranformer listrik dan untuk proses manufaktur
lainnya seperti proses pembuatan lembaran besi, proses ekstrusi dan lain-lain.
mekaniknya jika suatu logam yang sangat keras sulit dalam pembentukannya.
sehingga dapat disesuaikan pada sifat mekanik yang sesuai dengan yang
Pada paduan logam baja karbon rendah yang terdiri dar besi (Fe) dan unsur-
unsur karbon (C), Silikon (Si), Mangan (Mn), Phosfor (P) dan unsur-unsur
yaitu menentukan struktur dan sifat-sifat material optimum, agar daya tahan yang
A. Kekuatan (Power)
mempunyai kuat tarik yang sangat baik. Hal ini membuat baja yang diberikan
20
21
B. Keuletan (Ductility)
bersifat tetap sebelum baja terputus. Adapun besar keuletan ini terhubung pada
sifat yang bisa pekerjaan yang bisa dilakukan terhadap baja. Untuk
C. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan yaitu ketahanan suatu material pada besarnya gaya yang bisa
besar terhadap kekuatan yang dimiliki oleh baja. Uji coba terhadap kekuatan bisa
D. Ketangguhan (Toughness)
diterima baja hingga terputus. Bila semakin kecil ketangguhan yang dimiliki
suatu baja, maka karakteristik baja tersebut akan semakin rapuh. Baja yang
diketahui melalui uji coba dengan memberikan pukulan (impact) secara tiba-
22
tiba.
Baja karbon atau yang di sebut carbon Steel yaitu baja yang tersusun dari
1. 1.65 % Manganese
2. 0.60 % Copper
3. 1.70 % Carbon
4. 0.60 % Silicon
murni. Baja di kategotikan berdasar material, yaitu dari ingot iron (baja
bongkah) tanpa karbon sama sekali, sampai cost iron (baja tuang) yang memiliki
Baja karbon rendah memiliki kandungan karbon 0,10% s/d 0,30%. Baja
karbon rendah ini diaplikasikan dalam pembuatan baja strip, baja batangan atau
C. Baja karbon ini di gunakan sebagai keperluan alat perkakas bagian mesin.
23
Berdasarkan total karbon yang terdapat dalam baja ini maka baja karbon
Baja karbon tinggi mengandung kadar carbon antara lain 0,60 % s/d 1,7 % C
dan setiap satu ton baja karbon tinggi memiliki karbon sebesar 70 – 130 Kg. Baja
ini memiliki tegangan Tarik tinggi dan banyak digunakan untuk material
peralatan. Contoh aplikasi dari baja ini dalam pembuatan kabel baja dan kawat.
Baja paduan rendah diklasifikasi sebagai baja karbon yang memiliki unsur
paduan seperti nikel, chromium dan molybdenum. Jumlah total unsur yang
Baja paduan tinggi adalah baja yang memiliki kandungan elemen paduan
sebanyak lebih dari 8 %. Yang termasuk dalam baja paduan tinggi contohnya
adalah stainless steel, baja tahan aus, baja tahan panas, tool steel, dan baja
berkekuatan tinggi.
2.3 Korosi
Korosi adalah proses perusakan logam oleh reaksi kimia antara logam
adalah proses elektrokimia. Proses ini terjadi abila ada sebuah reaksi setengah sel
dimana jumlah sebuah elektron yang dilepas sama saja dengan banyak elektron
yang diterima.
Baja karbon adalah baja paduan yang terdapat dari unsur besi (Fe) dan
karbon (C). yang dimana besi adalah unsur dasar dan karbon menjadi unsur
kandungan unsur kimia lain seperti sulfur (S), fosfor (P), slikon (Si), mangan
(Mn) dan unsur kimia lainnya sesuai dengan sifat baja yang diinginkan. Baja
karbon mempunyai kandungan unsur karbon yang dalam besi sebesar 0,2%
didalam sebuah struktur baja. Dalam penggunaan baja karbon digunakan sebagai
mesin.
sebagai peralatan proses logam. Baja karbon secara alami memiliki keterbatasan
sedikit tembaga, krom, nikel, dan phosphorus dapat mereduksi laju korosi pada
lingkungan tertentu.
saluran air, khususnya low carbon steel. Dengan peningkatan karbon, kekerasan
dan kekuatan akan meningkat sehingga low carbon steel digunakan karena
memiliki sifat mekanis yang baik, mudah dibentuk atau difabrikasi dan harga
yang relatif murah. Namun baja tersusun oleh beberapa fasa pada permukaan dan
ketahanan proses korosi dari baja akan reduksi katodik sangat mudah terjadi agar
menyebabkan porous untuk proses produk korosi dan tidak tersusun produk
A. Oksigen (O2)
reduksi pada bagian besi yang bertindak sebagai katoda. Berdasarkan hal
tersebut maka semakin banyak oksigen di suatu tempat akan semakin cepat
26
Dalam penelitian ini kadar oksigen tidak akan mngalami perubahan, tanpa
kadar oksigen yang terkandung dalam udara normal yaitu berkisar kurang lebih
20,95% dari kandungan gas-gas yang terkandung dalam udara yaitu 78,09%
nitrogen, 20,95% oksigen, 0,93% argon, 0,04% karbon dioksida dan gas-gas lain
yang terdiri dari neon, helium, metana, kripton, hidrogen, xenon, ozon, radon.
B. Temperatur
naiknya temperatur akan membuat laju korosi ikut meningkat begitu juga
sebaliknya jika temperatur rendah maka laju korosi akan ikut melambat.
kamar yang berkisar antara rentang kurang lebih antara 20 – 25 derajat celcius
(°C), dikarenakan pada rentang suhu tersebut laju korosi akan stabil tanpa
C. PH (Power Of Hydrogen)
Pada kondisi pH < 7 yaitu pada lingkungan asam korosi yang terjadi akan
2H + (aq) + 2e- → H2
bersifat asam maupun basa, dalam penelitian ini larutan yang digunakan adalah
larutan yang tergolong kedalam larutan asam kuat yaitu asam klorida dan natrium
klorida dengan sifat yang sudah pasti bersifat asam. Perhitungan Ph akan sangat
tergolong dalam basa maupun asam sepertipada air laut dan air hujan.
Zat-zat elektrolit terutama asam dan garam merupakan zat yang dapat
mempercepat laju korosi logam. Contohnya pada peristiwa hujan asam dapat
memicu proses korosi pada peralatan yang terbuat dari logam, begitu juga
dengan air laut yang banyak mengandung garam dapat memicu terjadinya korosi
A. Korosi Seragam
permukaan logam. Korosi ini terjadi dipermukaan logam yang telah terdapat
B. Korosi Galvanik
Korosi galvanik akan terjadi apabila dua logam berbeda terhubung dengan
elektrolit hingga salah satu logam akan terkena korosi dan lainnya terlindungi
C. Korosi Celah
Celah atau ketidak teraturan permukaan lainnya seperti celah paku keling
(rivet), baut, washer, gasket, deposit dan sebagainya, yang bersentuhan dengan
D. Korosi Sumuran
logam agar membentuk cekungan atau lubang yang terdapat pada permukaan
daerah logam.
Dewasa ini, besi kasar diproduksi dengan menggunakan dapur bijih besi
(blast furnace) yang berisi kokas pada lapisan paling bawah, kemudian batu kapur
dan bijih besi. Kokas terbakar dan menghasilkan gas CO yang naik ke atas sambil
mereduksi oksida besi. Besi yang telah tereduksi melebur dan terkumpul dibawah
tanur menjadi besi kasar yang biasanya mengandung Carbon (C), Mangan (Mn),
silicon (Si), nikel (Ni), fosfor (P), belerang (S). Kemudian leburan besi
ditambahkan Al, Si, Mn. Proses ini disebut dioksidasi. Setelah dioksidasi, baja
cair dialirkan dalam mesin cetakan kontinu berupa slab atau dicor dalam cetakan
berupa ingot. Slab dan ingot itu diproses dengan penempaan panas, rolling
29
untuk dibentuk menjadi sebuah produk atau kerangka dasar dari sebuah produk.
Baja merupakan paduan besi (Fe) dengan karbon (C), dimana kandungan
karbon tidak lebih dari 2%. Baja banyak digunakan karena baja mempunyai sifat
mekanis lebih baik dari pada besi, sifat baja antara lain :
2) Mudah ditempa
3) Mudah diproses
kelemahan yaitu ketahanan terhadap korosinya rendah. Baja dapat ( dua unsur
atau lebih digabung sehingga dihasilkan sifat lain). Hasil pemaduannya yaitu:
kimia)
mekanik
Baja karbon rendah mengandung karbon antara 0,10 s/d 0,30 %. Baja
karbon ini dalam perdagangan dibuat dalam plat baja, baja strip dan baja
baja, maka baja karbon rendah dapat digunakan atau dijadikan baja-baja
sebagai berikut:
konstruksi.
bagian mesin. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung dalam baja maka
baja karbon ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk
Baja karbon tinggi mengandung kadar karbon antara 0,60% - 1,7% C dan
setiap satu ton baja karbon tinggi mengandung karbon antara 70 – 130 kg. Baja
31
ini mempunyai tegangan tarik paling tinggi dan banyak digunakan untuk
material tools. Salah satu aplikasi dari baja ini adalah dalam pembuatan kawat
baja dan kabel baja. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung didalam baja
maka baja karbon ini banyak digunakan dalam pembuatan pegas, alat-alat
perkakas seperti: palu, gergaji atau pahat potong. Selain itu baja jenis ini banyak
digunakan untuk keperluan industri lain seperti pembuatan kikir, pisau cukur,
Terdiri atas beberapa unsur, yang paling utama adalah karbon ( C ), unsur
yang lainya yaitu Si ( dari batu tahan api), Mn, S dan P ( dari kokas untuk
Sebagian kelompok baja didesain untuk laku panas dalam daerah austenit,
disusul dengan pendinginan dan dekomposisi austenit secara langsung atau tak
langsung membentuk ferrit dan karbida. Bila baja hanya mengandung besi dan
Baja paduan adalah campuran antara baja karbon dengan unsur-unsur lain
32
dapat dilakukan dengan satu unsur atau lebih, tergantung dari karakteristik atau
Unsur-unsur paduan untuk baja ini dibagi dalam dua golongan yaitu :
1) Unsur yang membuat baja menjadi kuat dan ulet, dengan menguraikannya
ke dalam ferrite (misalnya Ni, Mn, sedikit Cr dan Mo). Unsur ini terutama
2) Unsur yang bereaksi dengan karbon dalam baja dan membentuk karbida
yang lebih keras dari sementit (misalnya unsur Cr, W, Mo, dan V) unsur ini
Baja paduan rendah adalah salah satu klasifikasi dari baja paduan (alloy
steel) yaitu : low alloy steel, medium alloy, dan high alloy steel. Klasifikasi ini
dibedakan menurut unsur paduannya. Baja paduan rendah (low alloy steel)
tergolong jenis baja karbon yang memiliki tambahan unsur paduan seperti nikel,
Untuk kebanyakan baja paduan rendah (low alloy steel) fungsi utama dari
pemakaian.
Baja paduan rendah (low alloy steel) dapat diklasifikasikan lagi, yaitu :
2.7. Baja ST 60
dari 0,3%. ST 60 ini menunjukkan bahwa baja ini dengan kekuatan tarik ≤ 60 kg
/ mm². (diawali dengan ST dan diikuti bilangan yang menunjukan kekuatan tarik
Baja ST 60 ini secara teori mempunyai nilai kekerasan yang lebih rendah
dibandingkan dengan besi cor, dengan adanya perlit dan ferit karena perlit yang
2.6.1 Digunakan untuk kawat, paku, wire mesh, peralatan automotif dan
sebagai bahan baku welded fabrication ( kisi – kisi jendela atau pintu dan jeruji)
2.6.2 Aplikasi khusus seperti untuk kawat elektroda berlapis untuk keperluan
pengelasan.
tidak diinginkan pada baja karbon dan memperbaiki atau menambah sifat-sifat
lain yang dikehendaki. Pengaruh dari beberapa unsur paduan terhadap sifat baja
a. Karbon ( C )
(ductility) dan sifat mampu las (weldability) akan menurun dengan naiknya
kandungan karbon.
b. Mangan (Mn)
pembuatan baja. Kandungan mangan kurang lebih 0,6 % masih belum dikatakan
mangan suhu kritis seimbang. Baja dengan 12 % Mn adalah austenit karena itu
suhu kritisnya dibawah suhu kamar akibatnya baja tidak dapat diperkeras. Unsur
ini dapat berfungsi sebagai deoksidasi dari baja dan dapat mengikat sulfur
dengan membentuk senyawa MnS yang titik cairnya lebih tinggi dari titik cair
baja. Dengan demikian akan dapat mencegah pembentukkan Fe, S, yang titik
cairnya lebih rendah dari titik cair baja. Akibatnya kegetasan pada suhu tinggi
c. Silikon (Si)
35
hardenability dalam jumlah sedikit, tetapi dalam jumlah yang banyak akan
dari baja.
d. Chromium (Cr)
dan merupakan elemen penting setelah karbon. Chromium merupakan salah satu
e. Nikel (Ni)
suhu kritis dan kecepatan pendinginan kritis, memperbaiki kekuatan tarik, tahan
(impact)
f. Vanadium (V)
saat proses temper, karbida vanadium berpresipitat di batas butir ferit. Hal ini
akan menaikan harga kekerasan. Biasanya terjadi pada temperatur temper 500 -
pada temperatur tinggi, dimana karbida vanadium larut, unsur ini dapat
meningkatkan hardenability.
g. Molybdenum (Mo)
Unsur ini dapat menguatkan fasa ferit dan menaikkan kekuatan baja tanpa
h. Tungsten (W)
dan kekuatannya
i. Sulfur (S)
Sulfur dapat membuat baja menjadi getas pada temperatur tinggi, oleh
karena itu dapat merugikan baja yang digunakan pada suhu tinggi. Umumnya
j. Phospor (P)
Phospor dalam jumlah besar dalam baja dapat menaikkan kekuatan dan
kekerasan, tetapi juga menurunkan keuletan dan ketangguhan impak. Pada baja-
Diagram fasa Fe-C atau biasa disebut diagram kesetimbangan besi karbon
merupakan diagram yang menjadi parameter untuk mengetahui segala jenis fasa
yang terjadi didalam baja, serta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
Dari diagram fasa yang dituntujukkan pada gambar 2.2 terlihat bahwa suhu
sekitar 723°C merupakan suhu transformasi austenit menjadi fasa perlit (yang
merupakan gabungan fasa ferit dan sementit). Transformasi fasa ini dikenal
sebagai reaksi eutectoid dan merupakan dasar proses perlakuan panas dari baja.
Sedangkan daerah fasa yang prosentase larutan karbon hingga 2 % yang terjadi
di temperatur 1.147°C merupakan daerah besi gamma (γ) atau disebut austenit.
Pada kondisi ini biasanya austenit bersifat stabil, lunak, ulet, mudah dibentuk,
38
tidak ferro magnetis dan memiliki struktur kristal Face Centered Cubic (FCC).
Besi murni pada suhu dibawah 910°C mempunyai struktur kristal Body Centered
Cubic (BCC). Besi BCC dapat melarutkan karbon dalam jumlah sangat rendah,
yaitu sekitar 0,02 % maksimum pada suhu 723°C. Larutan pada intensitas dari
karbon didalam besi ini disebut juga besi alpha (α) atau fasa ferit. Pada suhu
diantara 910°C sampai 1.390°C, atom-atom besi menyusun diri menjadi bentuk
kristal Face Centred Cubic (FCC) yang juga disebut besi gamma (γ) atau fasa
austenit. Besi gamma ini dapat melarutkan karbon dalam jumlah besar yaitu
dalam besi FCC ditransformasikan kedalam struktur BCC dari 910°C menjadi
723°C pada kadar karbon sekitar 0,8 %. Diantara temperatur 1.390°C dan suhu
cair 1.534°C, besi gamma berubah menjadi susunan BCC yang disebut besi delta
(δ).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam diagram Fe – Fe3C yaitu,
perubahan fasa ferit atau besi alpha (α), austenit atau besi gamma (γ), sementit
atau karbida besi, perlit dan sementit akan diuraikan dibawah ini :
Merupakan modifikasi struktur besi murni pada suhu ruang, dimana ferit
menjadi lunak dan ulet karena ferit memiliki struktur BCC, maka ruang antara
atom-atomnya adalah kecil dan padat sehingga atom karbon yang dapat
Merupakan modifikasi dari besi murni dengan struktur FCC yang memiliki
39
jarak atom lebih besar dibandingkan dengan ferit. Meski demikian rongga-
rongga pada struktur FCC hampir tidak dapat menampung atom karbon dan
tidak semua rongga dapat terisi, dengan kata lain daya larutnya jadi terbatas.
Adalah paduan Besi karbon, dimana pada kondisi ini karbon melebihi
batas larutan sehingga membentuk fasa kedua atau karbida besi yang memiliki
komposisi Fe3C. Hal ini tidak berarti bila karbida besi membentuk molekul Fe3C,
akan tetapi kisi kristal yang membentuk atom besi dan karbon mempunyai
4. Perlit
Merupakan campuran khusus yang terjadi atas dua fasa yang terbentuk
karbida. Ini dikarenakan ferit dan karbida terbentuk secara bersamaan dan
perlahan-lahan maka atom karbon dapat berdifusi lebih lama dan dapat
menempuh jarak lebih jauh, sehingga di peroleh bentuk perlit besar. Dan apabila
laju pendinginan lebih di percepat lagi maka difusi akan terbatas pada jarak yang
5. Martensit
Adalah suatu fasa yang terjadi karena pendinginan yang sangat cepat
40
sekali,dan terjadi pada suhu dibawah eutektoid tetapi masih diatas suhu kamar.
Karena struktur austenit FCC tidak stabil maka akan berubah menjadi struktur
BCT secara serentak. Pada reaksi ini tidak terjadi difusi tetapi terjadi pengerasan
(dislokasi). Semua atom bergerak serentak dan perubahan ini langsung dengan
sangat cepat dimana semua atom yang tinggal tetap berada pada larutan padat
karena terperangkap dalam kisi sehingga sukar menjadi slip, maka martensit
akan menjadi kuat dan keras tetapi sifat getas dan rapuh menjadi tinggi.
Martensit dapat terjadi bila austenit didinginkan dengan cepat sekali (dicelup)
karbon seluruhnya terperangkap dalam larutan super jenuh. Keadaan ini yang
Tingkat distorsi yang terjadi sangat tergantung pada kadar karbon. Karena itu
sehingga perlit berubah menjadi austenit yang homogen karena terdapat cukup
karbon. Pada suhu yang lebih tinggi ferrit menjadi austenit karena atom karbon
41
dengan cepat melalui pencelupan kedalam air, minyak atau bahan pendingin
lainnya sehingga atom-atom karbon yang telah larut dalam austenit tidak sempat
membentuk sementit dan ferrit akibatnya austenit menjadi sangat keras yang
disebut martensit.
Pada baja setelah terjadi austenit dan ferrit kadar karbonya akan menjadi
makin tinggi sesuai dengan penurunan suhu dan akan membentuk hipoeutektoid.
waktu yang cukup. Laju difusi pada saat pemanasan ditentukan oleh unsure-
unsur paduanya dan pada saat pendinginan cepat austenit yang berbutir kasar
Fase kristal dan besarnya butir yang terjadi akan membentuk sifat baja.
Apabila ferrit dan sementit didalam perlit berbutir besar, maka baja tersebut
semakin keras apabila memiliki perlit berbutir halus yang diperoleh pada
dan zirkonim akan cenderung memiliki kristal berbutir halus. Untuk memahami
macam-macam fase dan struktur kristal yang terjadi pada saat pendinginan dapat
Fasa austenit stabil berada di atas suhu 7700C. Pada suhu yang lebih rendah
akan terbentuk martensit dan mulai suhu tersebut martensit sudah tidak
terbentuknya ferrit dan sementit. Jadi campuran antara ferrit dan sementit adalah
42
bainit seperti pada perlit. Perbedaan antara bainit dengan perlit adalah bentuknya
Diagram TTT dipengaruhi oleh kadar karbon dalam baja, makin besar kadar
Untuk menentukan laju reaksi perubahan fasa yang terjadi dapat diperoleh
dari diagram TTT (Time Temperature Transformation). Diagram TTT untuk baja
karbon dengan C kurang dari 0,8% (hipoeutectoid) ditunjukan dalam gambar 2.3
, sedangkan diagram TTT untuk baja C sama dengan 0,8% (eutectoid) diberikan
perlit tidak akan terjadi. Posisi hidung dari diagram TTT dapat bergeser menurut
kadar karbon. Posisi hidung bergeser makin kekanan yang berarti baja karbon itu
terbentuk.
pendinginan naik berarti bahwa waktu pendinginan dari suhu austenit turun,
struktur akhir yang terjadi berubah dari campuran ferit–perlit ke campuran ferit–
akhirnya pada kecepatan yang tinggi sekali struktur yang terjadi adalah
martensit.
2.10 Mikroscope
1. Lensa Okuler
Lensa okuler adalah lensa yang dekat dengan mata orang yang menggunakan
2. Tabung
objektif. Pada gambar di atas, jenis mikroskop yang digunakan adalah mikroskop
listrik. Tabung tidak memanjang langsung ke bawah menuju lensa objektif, tetapi
3. Pengunci
Bahwa tabung tidak lurus menuju lensa objektif. Agar letaknya stabil, maka
antara tabung yang menyambungkan lensa okuler dan objektif terdapat pengunci
berupa mur. Dengan demikian posisi lensa okuler tidak dapat bergerak terhadap
lensa objektik jika sedang digunakan. Posisi yang tidak stabil akan membuat
4. Revolver
Revolver letaknya tepat di atas lensa obyektif. Revolver ini dapat diputar sesuai
Statif atau pegangan adalah sebuah batang di samping lensa objektif. Sesuai
dengan namanya, statif berfungsi sebagai pegangan pengamat agar mata lebih
stabil dalam melihat objek. Pegangan juga diperlukan agar mikroskop tidak
6. Lensa Objektif
Lensa objektif adalah lensa yang berdekatan dengan benda atau objek yang
perbesaran yang dihasilkan, seperti perbesaran 100 kali, 500 kali, dan perbesaran
1.000 kali. Perbesaran dapat disesuaikan dengan objek yang diamati. Jika
7. Meja Perapat
Preparat adalah sebuah benda yang umumnya terbuat dari kaca, terdiri dari
preparat dan penutupnya. Preparat ini berisi contoh objek hakikat ilmu biologi
yang akan diamati. Cara memasukkan objek ke dalam dan membuat preparat
memerlukan ketrampilan khusus yang akan dibahas pada artikel lain. Nah, si
bawah lensa objektif terdapat meja preparat. Meja yang berfungsi untuk
8. Pengunci Perapat
Pengunci preparat terletak sedikit di atas meja. Preparat yang sudah diletakkan
di atas meja, dikunci dengan alat ini agar posisinya stabil dan memudahkan
pegamatan.
9. Sumber cahaya
bagian ini yang berfungsi untuk mengumpukan cahaya yang masuk agar
pengamatan masih kurang jelas. Objek dalam preparat mungkin tidak terletak
tepat di tengah. Pengatur preparat diperlukan dalam hal ini. Pengatur preparat
dan ke bawah dan pengatur yang menggerakkan ke samping kanan dan kiri.
mikroskop mendekati agar lensa objektif lebih dekat dengan benda atau lebih
jauh. Pengatur makro disebut juga pengatur kasar karena gerakannya lebih
banyak atau kasar. Sedangkan pengatur mikro disebut pengatur halus karena
gerakannya lebih sedikit. Jika dirasa antara lensa objektif dengan preparat masih
jauh dari tepat, pengatur makro diputar. Sementara jika kurang sedikit maka
bagian dari mikroskop. Semakin lebar dan padat bentuknya, maka mikroskop
14. Saklar
Sebagai salah satu alat yang menggunakan energi listrik, tentu saja mikroskop
listrik mempunyai saklar. Fungsi saklar secara umum sama dengan saklar pada
alat listrik lain. Saklar adalah alat yang menghubungkan atau memutuskan arus
litrik ke arah lampu mikroskop. Jika akan digunakan atau dimatikan, maka kita
tinggal memencet saklar atau tombol on off yang terletak pada bagian bawah
Banyak macam atau jenis dari mikroskop digital. Mikroskop digital dibuat
mikroskop. Kebanyakan mikroskop cahaya memiliki satu lensa mata yang pada
umumnya yang disebut monokuler. Terdapat juga model mikroskop stereo, yang
Teknologi mikroskop saat ini memiliki 3 lensa pandang, dua lensa untuk
pengamatan mata dan satu lensa untuk pengamatan kamera yang dikenal dengan
mikroskop trinokuler.
digital ditambahkan pada lensa kecil dalam mikroskop sehingga dapat digunakan
untuk melihat benda yang sangat dekat. Teknologi kamera digital pada
sekolah-sekolah.
atau mikrobiologi, hasil perpaduan image dari mata kanan dan kiri.
ahli kimia.
51
No Mikroskop Keterangan
Digital
1. Mikroskop Mikroskop monokuler yang terkoneksi kamera digital
Monokuler merupakan versi ekonomis tetapi tidak menampilkan
dengan Kamera kualitas gambar yang bagus.
Digital
2. Mikroskop Kamera digital dan LCD dapat dihubungkan dengan
Binokuler yang mikroskop. Kelebihan alat ini adalah resolusi gambar
Terkoneksi yang dihasilkan mengikuti resolusi kamera digital.
LCD dan
kamera
3. Mikroskop Sistem ini merupakan mikroskop Trinokuler dengan
Trinokuler yang display LCD. Kamera dipasang pada lensa okuler
Terhubung yang ketiga. Kelebihan alat ini adalah pengamatan
Display LCD langsung dengan mata masih dapat dilakukan melalui
kedua okuler di depan, yang memungkinkan
pengamatan lebih praktis. Display LCD terpasang
langsung dengan mikroskop.
4. Mikroskop Sistem ini merupakan mikroskop dengan display
Monokuler LCD, yang memungkinkan pengamatan lebih praktis
yang Terhubung dan alat dapat dibawa ke tempat lain dengan mudah.
Display LCD Display LCD terpasang langsung dengan mikroskop.
Sistem pencitraan mikroskop digital terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
sistem mekanik, sistem elektronik dan kamera sebagai sensor. Sistem mekanik
untuk akuisisi citra sampel yang dapat disimpan dalam bentuk data digital.
Fungsi mikroskop adalah memperoleh citra yang besar dari obyek yang
sangat kecil (orde mikro). Secara umum, komponen utama mikroskop optik
terdiri dari lensa obyektif dan lensa okuler. Lensa obyektif berfungsi membentuk
bayangan riil obyek yang diamati. Bayangan riil tersebut kemudian jatuh di
depan lensa okuler yang jaraknya lebih kecil dari fokus lensa okuler, sehingga
terbentuk bayangan maya (Adi dkk, 2012). Secara umum, proses pembentukan
bayangan oleh kedua lensa mikroskop dapat dijelaskan pada Gambar 2.6.
53
bahwa terdapat dua bidang pada mikroskop digital yang digunakan untuk
ditimbulkan oleh pembiasan cahaya pada objek akan ditangkap oleh kamera untuk
disimpan atau ditampilkan. Mikroskop digital mampu merekam data objek dalam
bentuk digital, baik dalam bentuk foto maupun video. Sehingga data tersebut
diinterpretasi oleh manusia atau mesin (dalam hal ini komputer) (Munir, 2004).
Citra digital merupakan kesatuan dari berbagai elemen yang terdiri dari
54
dalarn bentuk fungsi kontinu dari dua peubah f(x,y). Dengan memperlakukan
intensitas cahaya pada bidang dwimatra disimbolkan dengan f(x,y). Nilai f(x,y)
sebenarnya adalah hasil kali i(x,y) dengan r(x,y). Dimana i(x,y) adalah jumlah
cahaya yang berasal dari sumbernya (illumination) dengan nilai antara 0 sampai
citra harus direpresentasikan secara numerik dengan nilai-nilai yang diskrit atau
direpresentasikan sebagai nilai-nilai kanal pada citra digital. Untuk citra 8 bit
akan memiliki satu kanal yang mengandung sekumpulan nilai berkisar dari 0 –
255, dan citra 24 bit akan memiliki tiga kanal yang dikenal sebagai kanal R
Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua
menerus (continue) dari intensitas cahaya pada bidang dwimatra (Munir, 2004).
digitalisasi. Citra yang dihasilkan dari proses inilah yang disebut citra digital
55
(digital image). Pada umumnya citra digital berbentuk empat persegi, dan
dimensi ukurannya dinyatakan sebagai tinggi dikali lebar atau sebaliknya (Putra,
2010).
dan N kolom. Dengan x dan y adalah sebagai koordinat spasial yang berada di
titik koordinat x,y pada fungsi f (x,y). Titik ini dinamakan tingkat keabuan dari
citra pada titik tersebut. Apabila nilai x,y dan nilai keabuan suatu citra secara
keseluruhan memiliki batas nilai atau berhingga, maka dapat dikatakan bahwa
citra tersebut merupakan citra digital (Putra, 2010). Serum ini mampu
mendeteksi 4,6 kali lebih akurat dibandingkan dengan metode deteksi serum
lainnya.
pengamatan mikroskop dapat disimpan dalam bentuk citra (image). Hal ini
analisis citra dalam mendeteksi cacing penyebab penyakit kaki gajah. Metode
yang diperoleh mampu mendeteksi cacing penyebab penyakit kaki gajah dalam
darah dengan tingkat sensitivitas 91,42% dan specificity 88,57% dari 70 citra uji.
BAB III
METODE PENELITIAN
Studi Pustaka
Grinding Polishing
Reaktan
Selesai
56
57
3.2.1 Alat
1. Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda yang sangat
kecil. Benda sangat kecil yang tidak terlihat dengan mata biasa. Benda ini
2. Meteran digunakan untuk membantu membuat garis supaya bahan yang akan
3. Spidol digunakan untuk membuat tanda pada bahan yang akan dipotong
4. Gergaji band saw digunakan untuk memotong bahan material dengan media
bahan material dengan arah putaran melingkar dengan di bantu air sebagai
2. Wadah plastik digunakan untuk tempat wadah dari Nital HNO3 1-5 ml dan
3. Pipet digunakan untuk mengambil dan mengukur Nital HNO3 1-5 ml dan 100
3. Sarung tangan karet kimia digunakan untuk melindungi tangan pada saat
3.2.2 Bahan
1. Nital HNO3 Nital adalah larutan asam nitrat dan alkohol yang biasa
digunakan untuk etsa logam. Ini sangat cocok untuk mengungkapkan struktur
mikro baja karbon. Alkohol dapat berupa metanol, etanol, atau alkohol.
3. Besi Pejal ST 60
3.3.1.Studi Pustaka
sebagai berikut:
64
2. Eyepiece head
4. Eyepieces: WF10X
6. BGXI-20(0.5A) Fuse
8. Cedarwood oil
9. Dust cover
10. Desiccant
melakukan pengujian alat dan bahan agar mendapatkan hasil yang jelas
dengan proses reaktan kimia Nital HNO3 1-5 ml dan 100 ML etanol (95%)
yang dicelupkan dalam reaktan selama 1,5 detik, kemudian dibilas air lalu di
keringkan.
Untuk melihat mikro struktur pada bahan material besi pejal ST 60, maka
reaktan Nital HNO3 1-5 ml dan 100 ML etanol (95%) selama 1,5 detik,
kemudian dibilas air lalu dikeringkan dan siap untuk di lihat dengan mikroskop
digital
BAB IV
menggunakan mikroskop.
2. Metanol 95 100
Struktur yang dimiliki oleh baja karbon rendah didominasi oleh ferit dan sedikit
perlit. Penambahan unsur paduan biasanya dilakukan pada pengelasan baja karbon
66
67
Pada struktur yang terbentuk pada material logam dan ukuranya sangat kecil dan
tidak beraturan, bentuknya berbeda-beda tergantung pada unsur dan proses yang
dari kumpulan fasa-fasa yang dpat diamati meluli teknik metalografi. Struktur
perbesaran foto diperoleh dari perkalian lenda obyektif dan okuler. Lensa obyektif
yang dipakai 20x, dan lensa okuler 20x sehingga perbesaran 200x. Jarak 200 strip
Adapun hasil pengujian yang telah dilakukan dari hasil reaktan kimia terhadap
1. Hasil Pengujian Struktur mikro pada besi pejal baja ST 60. Struktur mikro
pada logam induk dari hasil pengujian struktur mikro, struktur mikro
2. Hasil Pengujian Struktur mikro pada besi pejal baja ST 60. Struktur mikro
pada logam induk dari hasil pengujian struktur mikro, struktur mikro
3. Hasil Pengujian Struktur mikro pada besi pejal baja ST 60. Struktur mikro
pada logam induk dari hasil pengujian struktur mikro, struktur mikro
Ferrit
Perlit
Nampak pada pengujian struktur mikro pada raw material lebih banyak
kristal perlit dibandingkan kristal ferrit. Kristal ferrit yang mempuyai sifat lunak
lebih banyak mendominasi struktur baja. Sementara kristal perlit berada diantara
dengan jumlah yang lebih sedikit. Ferrit yang mempunyai sifat lebih keras
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
unsur kimia Nital HNO3 dan Metanol 95 %, maka dapat disimpulkan bahwa pada
besi pejal baja ST 60 struktur yang dimiliki oleh baja karbon rendah didominasi
oleh ferit dan perlit. Struktur yang terbentuk pada material logam dan ukuranya
sangat kecil dan tidak beraturan, bentuknya berbeda-beda tergantung pada unsur
dan proses yang dialami pada saat pembentukanya (ASM Handbook Committee,
2002:9) gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dpat diamati meluli teknik
mikroskop
5.2 Saran
1. Jika ingin melihat permukaan pada material benda uji maka permukaan di
2. Gunakan alat pelindung diri sarung tangan, kacamata penutup mulut pada saat
mikroskop.
70
DAFTAR PUSTAKA
John Wiley & Sons, New York, 2003., Material Science and Engineering An
Introduction, 6thEdition,
Surdia, T; Saito, S., 1985, Pengetahuan Bahan Teknik, Edisi ke-4, PT. Pradya
Paramita, Jakarta
Love, G. 1986, Teori dan Praktek kerja Logam, Edisi ke-3, PT. Erlangga Jakarta
Tata Surdia dan Shinroku Saito, Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan Ke 3, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta 1995.
71
72
LAMPIRAN
Proses Polishing 1
( Dokumentasi 2019 )
73
Proses Polishing
( Dokumentasi 2019 )