Oleh :
Nama : Riza Zulfi Puradi
NIM : 1602E056
i
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Tugas Akhir
Oleh :
Nama : Riza Zulfi Puradi
NIM : 1602E056
Telah diperiksa dan dikoreksi dengan baik dan cermat karena itu pembimbing
menyetujui mahasiswa tersebut untuk diuji
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin,
Politeknik Harapan Bersama Tegal
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin,
Politeknik Harapan Bersama
iii
HALAMAN PERNYATAAN
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tak berbuah, bagaikan lebah tak bermadu.
5. Apabila kita reda pada sesuatu yang mengecewakan hati kita, maka
PERSEMBAHAN
1. Ibunda dan Ayahanda atas kasih sayang, dukungan, dan do’a beliau berdua.
2. Bapak dan Ibu Dosen DIII Teknik Mesin yang telah membimbing selama
5. Teman – teman Prodi DIII Teknik Mesin angkatan 2016 dan Almamaterku.
v
PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO BESI PEJAL BAJA ST 41 DENGAN
MIKROSKOP DIGITAL 16 MP
ABSTRAK
Kata Kunci : Besi pejal baja ST 41, Mikroskop, Nital HNO3, Metanol
vi
TESTING MICRO IRON STRUCTURE ST 41 STEEL WITH 16 MP
DIGITAL MICROSCOPE
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini
dengan judul “PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO BESI PEJAL BAJA ST 41
DENGAN MIKROSKOP DIGITAL 16 MP”
Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan kelulusan pada Program Studi
Teknik Mesin Diploma III Politeknik Harapan Bersama Tegal. Dalam penyusunan
Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
2. Bapak Drs. Agus Suprihadi, M.T selaku Kepala Program Studi DIII Teknik
3. Bapak Amin Nur Akhmadi, M.T selaku pembimbing I laporan Tugas Akhir
Tugas Akhir.
4. Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan doa restu serta dorongan
semangat.
5. Bapak dan Ibu dosen pengampu Program Studi DIII Teknik Mesin.
viii
7. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
terlibat dan banyak membantu sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai
dengan baik.
Penulis menyadari apa yang ada dalam laporan ini baik proses maupun
hasilnya masih jauh dari sempurna, untuk itu mengharapkan kritik dan saran dari
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xv
1.4. Tujuan........................................................................................3
1.5. Manfaat......................................................................................3
x
2.2. Proses Pembuatan Baja .............................................................5
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................46
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Diagram Kesetimbangan ............................................................................14
2.2. Diagram TTT ...............................................................................................19
2.3. Diagram TTT ................................................................................................20
2.4. Diagram CCT ...............................................................................................21
2.5. Struktur mikro pada induk ............................................................................22
2.6. Struktur Mikro pada logam HAZ .................................................................22
2.7. Struktur mikro logam las non perlakuan ......................................................23
2.8. Struktur mikro logam induk di quencing ......................................................23
2.9. Struktur Mikro logam HAZ .........................................................................24
2.10. Struktur Mikro logam las di Quenching ......................................................24
2.11. Mikroskop Binokular ....................................................................................25
2.12. Pembentukan Bayangan Mikroskop .............................................................33
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Jenis-jenis Mikroskop ...................................................................................31
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
material yang baik harus diketahui segala hal mengenai karakteristik struktural
atau susunan dari logam atau paduan logam yang akan dipakai atau digunakan
karakteristik susunan atau struktur dari suatu logam atau paduan logam maka
dengan mudah kita dapat memilih bahan untuk suatu kontruksi tertentu. Dengan
susunan dari suatu logam atau paduan dalam hubungannya dengan suatu analisis
kimia dan metalografi dari suatu logam. Biasanya logam yang diuji hanya bagian
potongan tertentu saja disebabkan oleh pembawaan heterogen dalam logam. Maka
tidak dapat dihindari bahwa pengujian metalografi sangat berperan bagi dunia
industri. Oleh karena itu kita harus berusaha mencari material yang memiliki sifat
dan karakteristik yang baik Dewasa ini terdapat beberapa jenis bahan yang
material yang baik harus diketahui segala hal mengenai karakteristik struktural
atau susunan dari logam atau paduan logam yang akan dipakai atau digunakan
1
2
karakteristik susunan atau struktur dari suatu logam atau paduan logam maka
dengan mudah kita dapat memilih bahan untuk suatu kontruksi tertentu. Dengan
pada dasarnya adalah mempelajari karakteristik atau susunan dari suatu logam
atau paduan dalam hubungannya dengan suatu analisis kimia dan metalografi dari
suatu logam. Biasanya logam yang diuji hanya bagian potongan tertentu saja
disebabkan oleh pembawaan heterogen dalam logam. Maka tidak dapat dihindari
bahwa pengujian metalografi sangat berperan bagi dunia industri. Oleh karena itu
kita harus berusaha mencari material yang memiliki sifat dan karakteristik yang
baik
Agar pembahasan tidak meluas maka batasan masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Bahan yang di uji adalah besi pejal ST 60 ukuran 1, 1⁄4 inchi dipotong
polishing machine setelah halus mengkilap di beri reaktan kimia Nital HNO 3 1-5
3
ml dan 100 ML etanol (95%) dengan di celup dalam reaktan selama 1-5 detik,
kemudian dibilas air lalu dikeringkan dan di uji di lihat dengan microscope
1.4. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah mengetahui struktur
mikro pada material Baja ST 60 setelah terjadi proses reaktan kimia dan untuk
mempelajari hubungan antara gambaran struktur mikro dari suatu logam dengan
optik.
1.5. Manfaat
Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah mengetahui struktur
mikro pada material setelah terjadi proses reaktan kimia dan untuk mempelajari
hubungan antara gambaran struktur mikro dari suatu logam dengan sifat
optik.
BAB I PENDAHULUAN
4
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang judul yang dipilih pada
Berisi tentang baja, klasifikasi baja, korosi, pengertian korosi, korosi pada
Bab ini menjelaskan tentang diagram alur penelitian, kebutuhan alat dan
BAB V PENUTUP
konkrit dan saran-saran yang dapat diaplikasikan sebagai solusi atau pijakan
LANDASAN TEORI
2.1. Baja
Baja adalah besi karbon campuran logam yang dapat berisi konsentrasi
dari element campuran lainnya, ada ribuan campuran logam lainnya yang
sensitif kepada isi dari pada karbon, yang mana secara normal kurang dari
sampai kerangka gedung dan jembatan menggunakan baja. Besi baja menduduki
Dewasa ini, besi kasar diproduksi dengan menggunakan dapur bijih besi
(blast furnace) yang berisi kokas pada lapisan paling bawah, kemudian batu kapur
dan bijih besi. Kokas terbakar dan menghasilkan gas CO yang naik ke atas sambil
mereduksi oksida besi. Besi yang telah tereduksi melebur dan terkumpul dibawah
tanur menjadi besi kasar yang biasanya mengandung Karbon (C), Mangan (Mn),
silicon (Si), nikel (Ni), fosfor (P), belerang (S). Kemudian leburan besi
5
6
ditambahkan Al, Si, Mn. Proses ini disebut dioksidasi. Setelah dioksidasi, baja
cair dialirkan dalam mesin cetakan kontinu berupa slab atau dicor dalam cetakan
berupa ingot. Slab dan ingot itu diproses dengan penempaan panas, rolling
untuk dibentuk menjadi sebuah produk atau kerangka dasar dari sebuah produk.
Baja merupakan paduan besi (Fe) dengan karbon (C), dimana kandungan
karbon tidak lebih dari 2%. Baja banyak digunakan karena baja mempunyai sifat
mekanis lebih baik dari pada besi, sifat baja antara lain :
2. Mudah ditempa
3. Mudah diproses
kelemahan yaitu ketahanan terhadap korosinya rendah. Baja dapat ( dua unsur
atau lebih digabung sehingga dihasilkan sifat lain). Hasil pemaduannya yaitu:
2. Senyawa ( lebih keras dari larutan padat, dapat memperbaiki sifat mekanik
7
Baja karbon rendah mengandung karbon antara 0,10 s/d 0,30 %. Baja
karbon ini dalam perdagangan dibuat dalam plat baja, baja strip dan baja
baja, maka baja karbon rendah dapat digunakan atau dijadikan baja-baja
sebagai berikut:
konstruksi.
bagian mesin. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung dalam baja maka
baja karbon ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk
Baja karbon tinggi mengandung kadar karbon antara 0,60% - 1,7% C dan
setiap satu ton baja karbon tinggi mengandung karbon antara 70 – 130 kg. Baja
ini mempunyai tegangan tarik paling tinggi dan banyak digunakan untuk
material tools. Salah satu aplikasi dari baja ini adalah dalam pembuatan kawat
baja dan kabel baja. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung didalam baja
maka baja karbon ini banyak digunakan dalam pembuatan pegas, alat-alat
perkakas seperti: palu, gergaji atau pahat potong. Selain itu baja jenis ini banyak
digunakan untuk keperluan industri lain seperti pembuatan kikir, pisau cukur,
Terdiri atas beberapa unsur, yang paling utama adalah karbon ( C ), unsur yang
lainya yaitu Si ( dari batu tahan api), Mn, S dan P ( dari kokas untuk
atau tak langsung membentuk ferrit dan karbida. Bila baja hanya mengandung
9
Baja paduan adalah campuran antara baja karbon dengan unsur-unsur lain
dapat dilakukan dengan satu unsur atau lebih, tergantung dari karakteristik atau
Unsur-unsur paduan untuk baja ini dibagi dalam dua golongan yaitu :
1. Unsur yang membuat baja menjadi kuat dan ulet, dengan menguraikannya
ke dalam ferrite (misalnya Ni, Mn, sedikit Cr dan Mo). Unsur ini terutama
2. Unsur yang bereaksi dengan karbon dalam baja dan membentuk karbida
yang lebih keras dari sementit (misalnya unsur Cr, W, Mo, dan V) unsur ini
Baja paduan rendah adalah salah satu klasifikasi dari baja paduan (alloy
steel) yaitu : low alloy steel, medium alloy, dan high alloy steel. Klasifikasi ini
dibedakan menurut unsur paduannya. Baja paduan rendah (low alloy steel)
tergolong jenis baja karbon yang memiliki tambahan unsur paduan seperti nikel,
Untuk kebanyakan baja paduan rendah (low alloy steel) fungsi utama dari
10
pemakaian.
Baja paduan rendah (low alloy steel) dapat diklasifikasikan lagi, yaitu :
2.4 Baja ST 41
dari 0,3%. ST 41 ini menunjukkan bahwa baja ini dengan kekuatan tarik ≤ 41 kg
/ mm². (diawali dengan ST dan diikuti bilangan yang menunjukan kekuatan tarik
Baja ST 41 ini secara teori mempunyai nilai kekerasan yang lebih rendah
dibandingkan dengan besi cor, dengan adanya perlit dan ferit karena perlit yang
1. Digunakan untuk kawat, paku, wire mesh, peralatan automotif dan sebagai
bahan baku welded fabrication ( kisi – kisi jendela atau pintu dan jeruji)
pengelasan.
pada baja karbon dan memperbaiki atau menambah sifat-sifat lain yang
dikehendaki. Pengaruh dari beberapa unsur paduan terhadap sifat baja paduan
1. Karbon ( C )
(ductility) dan sifat mampu las (weldability) akan menurun dengan naiknya
kandungan karbon.
2. Mangan (Mn)
pembuatan baja. Kandungan mangan kurang lebih 0,6 % masih belum dikatakan
mangan suhu kritis seimbang. Baja dengan 12 % Mn adalah austenit karena itu
suhu kritisnya dibawah suhu kamar akibatnya baja tidak dapat diperkeras. Unsur
ini dapat berfungsi sebagai deoksidasi dari baja dan dapat mengikat sulfur
dengan membentuk senyawa MnS yang titik cairnya lebih tinggi dari titik cair
baja. Dengan demikian akan dapat mencegah pembentukkan Fe, S, yang titik
12
cairnya lebih rendah dari titik cair baja. Akibatnya kegetasan pada suhu tinggi
3. Silikon (Si)
dalam jumlah sedikit, tetapi dalam jumlah yang banyak akan menurunkan
chromium akan muncul dengan adanya silikon. Kombinasi silikon dengan unsur-
4. Chromium (Cr)
Chromium ditemukan dalam jumlah yang banyak pada baja-baja perkakas dan
5. Nikel (Ni)
Nikel mempunyai pengaruh yang sama seperti mangan yaitu menurunkan suhu
(impact)
6. Vanadium (V)
saat proses temper, karbida vanadium berpresipitat di batas butir ferit. Hal ini
akan menaikan harga kekerasan. Biasanya terjadi pada temperatur temper 500 -
13
pada temperatur tinggi, dimana karbida vanadium larut, unsur ini dapat
meningkatkan hardenability.
7. Molybdenum (Mo)
Unsur ini dapat menguatkan fasa ferit dan menaikkan kekuatan baja tanpa
8. Tungsten (W)
Tungsten juga merupakan salah satu unsur pembentuk karbida kompleks pada
kekuatannya
9. Sulfur (S)
Sulfur dapat membuat baja menjadi getas pada temperatur tinggi, oleh karena itu
dapat merugikan baja yang digunakan pada suhu tinggi. Umumnya kadar sulfur
Phospor dalam jumlah besar dalam baja dapat menaikkan kekuatan dan
kekerasan, tetapi juga menurunkan keuletan dan ketangguhan impak. Pada baja-
Diagram fasa Fe-C atau biasa disebut diagram kesetimbangan besi karbon
merupakan diagram yang menjadi parameter untuk mengetahui segala jenis fasa
yang terjadi didalam baja, serta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
Dari diagram fasa yang dituntujukkan pada gambar 2.2 terlihat bahwa suhu
sekitar 723°C merupakan suhu transformasi austenit menjadi fasa perlit (yang
merupakan gabungan fasa ferit dan sementit). Transformasi fasa ini dikenal
sebagai reaksi eutectoid dan merupakan dasar proses perlakuan panas dari baja.
Sedangkan daerah fasa yang prosentase larutan karbon hingga 2 % yang terjadi
di temperatur 1.147°C merupakan daerah besi gamma (γ) atau disebut austenit.
15
Pada kondisi ini biasanya austenit bersifat stabil, lunak, ulet, mudah dibentuk,
tidak ferro magnetis dan memiliki struktur kristal Face Centered Cubic (FCC).
Besi murni pada suhu dibawah 910°C mempunyai struktur kristal Body Centered
Cubic (BCC). Besi BCC dapat melarutkan karbon dalam jumlah sangat rendah,
yaitu sekitar 0,02 % maksimum pada suhu 723°C. Larutan pada intensitas dari
karbon didalam besi ini disebut juga besi alpha (α) atau fasa ferit. Pada suhu
diantara 910°C sampai 1.390°C, atom-atom besi menyusun diri menjadi bentuk
kristal Face Centred Cubic (FCC) yang juga disebut besi gamma (γ) atau fasa
austenit. Besi gamma ini dapat melarutkan karbon dalam jumlah besar yaitu
dalam besi FCC ditransformasikan kedalam struktur BCC dari 910°C menjadi
723°C pada kadar karbon sekitar 0,8 %. Diantara temperatur 1.390°C dan suhu
cair 1.534°C, besi gamma berubah menjadi susunan BCC yang disebut besi delta
(δ).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam diagram Fe – Fe3C yaitu,
perubahan fasa ferit atau besi alpha (α), austenit atau besi gamma (γ), sementit
atau karbida besi, perlit dan sementit akan diuraikan dibawah ini :
Merupakan modifikasi struktur besi murni pada suhu ruang, dimana ferit
menjadi lunak dan ulet karena ferit memiliki struktur BCC, maka ruang antara
atom-atomnya adalah kecil dan padat sehingga atom karbon yang dapat
Merupakan modifikasi dari besi murni dengan struktur FCC yang memiliki
jarak atom lebih besar dibandingkan dengan ferit. Meski demikian rongga-
rongga pada struktur FCC hampir tidak dapat menampung atom karbon dan
tidak semua rongga dapat terisi, dengan kata lain daya larutnya jadi terbatas.
Adalah paduan Besi karbon, dimana pada kondisi ini karbon melebihi
batas larutan sehingga membentuk fasa kedua atau karbida besi yang memiliki
komposisi Fe3C. Hal ini tidak berarti bila karbida besi membentuk molekul Fe 3C,
akan tetapi kisi kristal yang membentuk atom besi dan karbon mempunyai
4. Perlit
Merupakan campuran khusus yang terjadi atas dua fasa yang terbentuk
karbida. Ini dikarenakan ferit dan karbida terbentuk secara bersamaan dan
perlahan-lahan maka atom karbon dapat berdifusi lebih lama dan dapat
menempuh jarak lebih jauh, sehingga di peroleh bentuk perlit besar. Dan apabila
laju pendinginan lebih di percepat lagi maka difusi akan terbatas pada jarak yang
5. Martensit
Adalah suatu fasa yang terjadi karena pendinginan yang sangat cepat
17
sekali,dan terjadi pada suhu dibawah eutektoid tetapi masih diatas suhu kamar.
Karena struktur austenit FCC tidak stabil maka akan berubah menjadi struktur
BCT secara serentak. Pada reaksi ini tidak terjadi difusi tetapi terjadi pengerasan
(dislokasi). Semua atom bergerak serentak dan perubahan ini langsung dengan
sangat cepat dimana semua atom yang tinggal tetap berada pada larutan padat
karena terperangkap dalam kisi sehingga sukar menjadi slip, maka martensit
akan menjadi kuat dan keras tetapi sifat getas dan rapuh menjadi tinggi.
Martensit dapat terjadi bila austenit didinginkan dengan cepat sekali (dicelup)
karbon seluruhnya terperangkap dalam larutan super jenuh. Keadaan ini yang
Tingkat distorsi yang terjadi sangat tergantung pada kadar karbon. Karena itu
sehingga perlit berubah menjadi austenit yang homogen karena terdapat cukup
karbon. Pada suhu yang lebih tinggi ferrit menjadi austenit karena atom karbon
18
dengan cepat melalui pencelupan kedalam air, minyak atau bahan pendingin
lainnya sehingga atom-atom karbon yang telah larut dalam austenit tidak sempat
membentuk sementit dan ferrit akibatnya austenit menjadi sangat keras yang
disebut martensit.
Pada baja setelah terjadi austenit dan ferrit kadar karbonya akan menjadi
makin tinggi sesuai dengan penurunan suhu dan akan membentuk hipoeutektoid.
waktu yang cukup. Laju difusi pada saat pemanasan ditentukan oleh unsure-
unsur paduanya dan pada saat pendinginan cepat austenit yang berbutir kasar
Fase kristal dan besarnya butir yang terjadi akan membentuk sifat baja.
Apabila ferrit dan sementit didalam perlit berbutir besar, maka baja tersebut
semakin keras apabila memiliki perlit berbutir halus yang diperoleh pada
dan zirkonim akan cenderung memiliki kristal berbutir halus. Untuk memahami
macam-macam fase dan struktur kristal yang terjadi pada saat pendinginan dapat
Fasa austenit stabil berada di atas suhu 7700C. Pada suhu yang lebih rendah
akan terbentuk martensit dan mulai suhu tersebut martensit sudah tidak
terbentuknya ferrit dan sementit. Jadi campuran antara ferrit dan sementit adalah
19
bainit seperti pada perlit. Perbedaan antara bainit dengan perlit adalah bentuknya
Diagram TTT dipengaruhi oleh kadar karbon dalam baja, makin besar kadar
Untuk menentukan laju reaksi perubahan fasa yang terjadi dapat diperoleh
dari diagram TTT (Time Temperature Transformation). Diagram TTT untuk baja
karbon dengan C kurang dari 0,8% (hipoeutectoid) ditunjukan dalam gambar 2.3
, sedangkan diagram TTT untuk baja C sama dengan 0,8% (eutectoid) diberikan
Dari gambar diatas menunjukkan bentuk hidung (nose) sebagai batasan waktu
tidak akan terjadi. Posisi hidung dari diagram TTT dapat bergeser menurut kadar
karbon. Posisi hidung bergeser makin kekanan yang berarti baja karbon itu
terbentuk.
pendinginan naik berarti bahwa waktu pendinginan dari suhu austenit turun,
struktur akhir yang terjadi berubah dari campuran ferit–perlit ke campuran ferit–
akhirnya pada kecepatan yang tinggi sekali struktur yang terjadi adalah
martensit.
22
ρ Pearlite α Ferrite
1) Struktur mikro pada logam HAZ Struktur mikro pada logam HAZ non
ρ Pearlite α Ferrite
bawah ini:
Gambar 2.9 Struktur mikro logam HAZ yang dilas dan diquenching
( Baddarudin, Mohammad, 2003 )
2.7 Mikroskop
1. Lensa Okuler
Lensa okuler adalah lensa yang dekat dengan mata orang yang menggunakan
2. Tabung
objektif. Pada gambar di atas, jenis mikroskop yang digunakan adalah mikroskop
listrik. Tabung tidak memanjang langsung ke bawah menuju lensa objektif, tetapi
3. Pengunci
Bahwa tabung tidak lurus menuju lensa objektif. Agar letaknya stabil, maka
antara tabung yang menyambungkan lensa okuler dan objektif terdapat pengunci
berupa mur. Dengan demikian posisi lensa okuler tidak dapat bergerak terhadap
lensa objektik jika sedang digunakan. Posisi yang tidak stabil akan membuat
4. Revolver
Revolver letaknya tepat di atas lensa obyektif. Revolver ini dapat diputar
Statif atau pegangan adalah sebuah batang di samping lensa objektif. Sesuai
dengan namanya, statif berfungsi sebagai pegangan pengamat agar mata lebih
stabil dalam melihat objek. Pegangan juga diperlukan agar mikroskop tidak
6. Lensa Objektif
Lensa objektif adalah lensa yang berdekatan dengan benda atau objek yang
perbesaran yang dihasilkan, seperti perbesaran 100 kali, 500 kali, dan perbesaran
1.000 kali. Perbesaran dapat disesuaikan dengan objek yang diamati. Jika
7. Meja Perapat
Preparat adalah sebuah benda yang umumnya terbuat dari kaca, terdiri dari
preparat dan penutupnya. Preparat ini berisi contoh objek hakikat ilmu
preparat memerlukan ketrampilan khusus yang akan dibahas pada artikel lain.
Nah, si bawah lensa objektif terdapat meja preparat. Meja yang berfungsi untuk
8. Pengunci Perapat
Pengunci preparat terletak sedikit di atas meja. Preparat yang sudah diletakkan
di atas meja, dikunci dengan alat ini agar posisinya stabil dan memudahkan
pegamatan.
9. Sumber cahaya
bagian ini yang berfungsi untuk mengumpukan cahaya yang masuk agar
pengamatan masih kurang jelas. Objek dalam preparat mungkin tidak terletak
tepat di tengah. Pengatur preparat diperlukan dalam hal ini. Pengatur preparat
dan ke bawah dan pengatur yang menggerakkan ke samping kanan dan kiri.
mikroskop mendekati agar lensa objektif lebih dekat dengan benda atau lebih
jauh. Pengatur makro disebut juga pengatur kasar karena gerakannya lebih
banyak atau kasar. Sedangkan pengatur mikro disebut pengatur halus karena
gerakannya lebih sedikit. Jika dirasa antara lensa objektif dengan preparat masih
jauh dari tepat, pengatur makro diputar. Sementara jika kurang sedikit maka
bagian dari mikroskop. Semakin lebar dan padat bentuknya, maka mikroskop
14. Saklar
Sebagai salah satu alat yang menggunakan energi listrik, tentu saja mikroskop
listrik mempunyai saklar. Fungsi saklar secara umum sama dengan saklar pada
alat listrik lain. Saklar adalah alat yang menghubungkan atau memutuskan arus
litrik ke arah lampu mikroskop. Jika akan digunakan atau dimatikan, maka kita
tinggal memencet saklar atau tombol on off yang terletak pada bagian bawah
Banyak macam atau jenis dari mikroskop digital. Mikroskop digital dibuat
mikroskop. Kebanyakan mikroskop cahaya memiliki satu lensa mata yang pada
umumnya yang disebut monokuler. Terdapat juga model mikroskop stereo, yang
Teknologi mikroskop saat ini memiliki 3 lensa pandang, dua lensa untuk
pengamatan mata dan satu lensa untuk pengamatan kamera yang dikenal dengan
mikroskop trinokuler.
digital ditambahkan pada lensa kecil dalam mikroskop sehingga dapat digunakan
untuk melihat benda yang sangat dekat. Teknologi kamera digital pada
media.
sekolah-sekolah.
atau mikrobiologi, hasil perpaduan image dari mata kanan dan kiri.
ahli kimia.
Sistem pencitraan mikroskop digital terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
sistem mekanik, sistem elektronik dan kamera sebagai sensor. Sistem mekanik
untuk akuisisi citra sampel yang dapat disimpan dalam bentuk data digital.
Fungsi mikroskop adalah memperoleh citra yang besar dari obyek yang
sangat kecil (orde mikro). Secara umum, komponen utama mikroskop optik terdiri
dari lensa obyektif dan lensa okuler. Lensa obyektif berfungsi membentuk
bayangan riil obyek yang diamati. Bayangan riil tersebut kemudian jatuh di depan
lensa okuler yang jaraknya lebih kecil dari fokus lensa okuler, sehingga terbentuk
bayangan maya (Adi dkk, 2012). Secara umum, proses pembentukan bayangan
bahwa terdapat dua bidang pada mikroskop digital yang digunakan untuk
ditimbulkan oleh pembiasan cahaya pada objek akan ditangkap oleh kamera untuk
disimpan atau ditampilkan. Mikroskop digital mampu merekam data objek dalam
bentuk digital, baik dalam bentuk foto maupun video. Sehingga data tersebut
diinterpretasi oleh manusia atau mesin (dalam hal ini komputer) (Munir, 2004).
Citra digital merupakan kesatuan dari berbagai elemen yang terdiri dari
35
dalarn bentuk fungsi kontinu dari dua peubah f(x,y). Dengan memperlakukan
intensitas cahaya pada bidang dwimatra disimbolkan dengan f(x,y). Nilai f(x,y)
sebenarnya adalah hasil kali i(x,y) dengan r(x,y). Dimana i(x,y) adalah jumlah
cahaya yang berasal dari sumbernya (illumination) dengan nilai antara 0 sampai
citra harus direpresentasikan secara numerik dengan nilai-nilai yang diskrit atau
direpresentasikan sebagai nilai-nilai kanal pada citra digital. Untuk citra 8 bit
akan memiliki satu kanal yang mengandung sekumpulan nilai berkisar dari 0 –
255, dan citra 24 bit akan memiliki tiga kanal yang dikenal sebagai kanal R
Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua
menerus (continue) dari intensitas cahaya pada bidang dwimatra (Munir, 2004).
digitalisasi. Citra yang dihasilkan dari proses inilah yang disebut citra digital
36
(digital image). Pada umumnya citra digital berbentuk empat persegi, dan
dimensi ukurannya dinyatakan sebagai tinggi dikali lebar atau sebaliknya (Putra,
2010).
dan N kolom. Dengan x dan y adalah sebagai koordinat spasial yang berada di
titik koordinat x,y pada fungsi f (x,y). Titik ini dinamakan tingkat keabuan dari
citra pada titik tersebut. Apabila nilai x,y dan nilai keabuan suatu citra secara
keseluruhan memiliki batas nilai atau berhingga, maka dapat dikatakan bahwa
citra tersebut merupakan citra digital (Putra, 2010). Serum ini mampu mendeteksi
4,6 kali lebih akurat dibandingkan dengan metode deteksi serum lainnya.
pengamatan mikroskop dapat disimpan dalam bentuk citra (image). Hal ini
citra dalam mendeteksi cacing penyebab penyakit kaki gajah. Metode yang
untuk mendeteksi adanya cacing (microfilariae) dalam citra darah. Hasil yang
diperoleh mampu mendeteksi cacing penyebab penyakit kaki gajah dalam darah
dengan tingkat sensitivitas 91,42% dan specificity 88,57% dari 70 citra uji.
BAB III
METODE PENELITIAN
Studi Pustaka
Grinding Polishing
Reaktan
Selesai
37
38
3.2.1 Alat
1. Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda yang sangat
kecil. Benda sangat kecil yang tidak terlihat dengan mata biasa. Benda ini
2. Meteran digunakan untuk membantu membuat garis supaya bahan yang akan
3. Spidol digunakan untuk membuat tanda pada bahan yang akan dipotong
4. Gergaji band saw digunakan untuk memotong bahan material dengan media
material dengan arah putaran melingkar dengan di bantu air sebagai media
(Sumber. Dokumentasi)
6. Wadah plastik digunakan untuk tempat wadah dari Nital HNO3 1-5 ml dan 100
7. Pipet digunakan untuk mengambil dan mengukur Nital HNO3 1-5 ml dan 100
9. Sarung tangan karet kimia digunakan untuk melindungi tangan pada saat
1. Nital HNO3 Nital adalah larutan asam nitrat dan alkohol yang biasa
digunakan untuk etsa logam. Ini sangat cocok untuk mengungkapkan struktur
mikro baja karbon. Alkohol dapat berupa metanol, etanol, atau alkohol.
2. Metanol (95%)
sebagai berikut:
2. Eyepiece head
4. Eyepieces: WF10X
6. BGXI-20(0.5A) Fuse
8. Cedarwood oil
9. Dust cover
10. Desiccant
melakukan pengujian alat dan bahan agar mendapatkan hasil yang jelas
dengan proses reaktan kimia Nital HNO3 1-5 ml dan 100 ML etanol (95%)
yang dicelupkan dalam reaktan selama 1,5 detik, kemudian dibilas air lalu di
keringkan.
Untuk melihat struktur mikro pada bahan material besi pejal ST 41, maka
reaktan Nital HNO3 1-5 ml dan 100 ML etanol (95%) selama 1,5 detik,
kemudian dibilas air lalu dikeringkan dan siap untuk di lihat dengan mikroskop
digital.
BAB IV
menggunakan mikroskop.
2. Metanol 95 100
Struktur yang dimiliki oleh baja karbon rendah didominasi oleh ferit dan sedikit
48
49
Pada struktur yang terbentuk pada material logam dan ukuranya sangat kecil dan
tidak beraturan, bentuknya berbeda-beda tergantung pada unsur dan proses yang
gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dpat diamati meluli teknik metalografi.
Dimana perbesaran foto diperoleh dari perkalian lensa obyektif dan okuler. Lensa
obyektif yang dipakai 20x, dan lensa okuler 20x sehingga perbesaran 200x. Jarak
200 strip pada foto untuk perbesaran 200x adalah 200 πm.
Adapun hasil pengujian yang telah dilakukan dari hasil reaktan kimia terhadap
1. Hasil Pengujian Struktur mikro pada besi pejal baja ST 41. Struktur mikro
pada logam induk dari hasil pengujian struktur mikro, struktur mikro
2. Hasil Pengujian Struktur mikro pada besi pejal baja ST 41. Struktur mikro
pada logam induk dari hasil pengujian struktur mikro, struktur mikro
3. Hasil Pengujian Struktur mikro pada besi pejal baja ST 41. Struktur mikro
pada logam induk dari hasil pengujian struktur mikro, struktur mikro
Ferrit
Perlit
Nampak pada pengujian struktur mikro pada raw material lebih banyak kristal
perlit dibandingkan kristal ferrit. Kristal ferrit yang mempuyai sifat lunak lebih
dengan jumlah yang lebih sedikit. Ferrit yang mempunyai sifat lebih keras
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
unsur kimia Nital HNO3 dan Metanol 95 %, maka dapat disimpulkan bahwa pada
besi pejal baja ST 41 struktur yang dimiliki oleh baja karbon rendah didominasi
oleh ferit dan perlit. Penambahan unsur paduan biasanya dilakukan pada
pengelasan baja karbon rendah, pengujian struktur mikro untuk mengetahui unsur
Struktur yang terbentuk pada material logam dan ukuranya sangat kecil dan tidak
gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dpat diamati melalui teknik metalografi.
5.2 Saran
Berkaitan dengan hasil pengujian struktur mikro baja ST 41, maka ada
1. Jika ingin melihat permukaan pada material benda uji maka permukaan di
2. Gunakan alat pelindung diri sarung tangan, kacamata penutup mulut pada saat
52
53
mikroskop
DAFTAR PUSTAKA
Love, G. 1986, Teori dan Praktek kerja Logam, Edisi ke-3, PT. Erlangga Jakarta.
Surdia, T; Saito, S., 1985, Pengetahuan Bahan Teknik, Edisi ke-4, PT. Pradya
Paramita, Jakarta.
Tata,Surdia.,1989, Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradian Paramita, Jakarta.
Tata Surdia dan Shinroku Saito, 1995, Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan Ke
3, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
54
55
LAMPIRAN
Proses Polishing 1
( Dokumentasi 2019 )
56
Proses Polishing
( Dokumentasi 2019 )