Anda di halaman 1dari 74

PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO BESI PEJAL BAJA ST 41

DENGAN MIKROSKOP DIGITAL 16 MP

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi


Jenjang Program Diploma Tiga

Oleh :
Nama : Riza Zulfi Puradi
NIM : 1602E056

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO BESI PEJAL BAJA ST 41 DENGAN


MIKROSKOP DIGITAL 16 MP

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Tugas Akhir

Oleh :
Nama : Riza Zulfi Puradi
NIM : 1602E056

Telah diperiksa dan dikoreksi dengan baik dan cermat karena itu pembimbing
menyetujui mahasiswa tersebut untuk diuji

Tegal, 14 Agustus 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Amin Nur Akhmadi, M.T M. Taufik Qurohman. M.Pd


NIDN. 0622048302 NIDN. 0621028701

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin,
Politeknik Harapan Bersama Tegal

Drs. Agus Suprihadi, M.T


NIPY. 07. 010. 054

ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR

Judul : PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO BESI PEJAL BAJA


ST 41 DENGAN MIKROSKOP DIGITAL 16 MP
Nama : Riza Zulfi Puradi
NIM : 1602E056
Program Studi : DIII Teknik Mesin
Jenjang : Diploma Tiga ( DIII)

Dinyatakan LULUS setelah dipertahankan di depan Tim Penguji Laporan Tugas


Akhir Program Studi DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal.

1 Penguji I Tanda Tangan

Amin Nur Akhmadi, M.T .....................................


NIDN. 0622048302
2 Penguji II Tanda Tangan

Arifin, M.T .....................................


NIDN/NUPN.
3 Penguji III Tanda Tangan

Drs. Agus Suprihadi, M.T .....................................


NIPY. 07. 010. 054

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin,
Politeknik Harapan Bersama

Drs. Agus Suprihadi, MT


NIPY. 07.010.054

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Riza Zulfi Puradi
NIM : 1602E056

Adalah mahasiswa Program Studi DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan


Bersama, dengan ini saya mengatakan bahwa laporan tugas akhir yang berjudul:
“Pengujian Struktur Mikro Besi Pejal Baja St 41 Dengan Mikroskop Digital
16 Mp”. Merupakan hasil pemikiran sendiri secara orisinel dan saya susun secara
mandiri dengan tidak melanggar kode etik hak karya cipta. Laporan tugas akhir
ini juga bukan merupakan karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar
akademik tertentu suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan di sebutkan
dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata laporan tugas akhir ini terbukti
melanggar kode etik karya cipta atau merupakan karya yang di katagorikan
mengandung unsur plagiatrisme, maka saya bersedia untuk melakukan penelitian
baru dan menyusun laporan sebagai laporan tugas akhir sesuai ketentuan yang
berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan sesungguhnya.

Tegal, 14 Agustus 2019


Yang membuat pernyataan

( Riza Zulfi Puradi )

iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tak berbuah, bagaikan lebah tak bermadu.

2. Genggalah dunia sebelum dunia menggenggammu

3. Kegagalan terjadi karena terlalu banyak berencana tapi sedikit berpikir.

4. Kesuksesan tidak akan bertahan jika dicapai dengan jalan pintas.

5. Apabila kita reda pada sesuatu yang mengecewakan hati kita, maka

percayalah ALLAH SWT menggantikan kekecewaan itu dengan sesuatu

yang tidak terjangka.

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulilah karya ini dipersembahkan kepada :

1. Ibunda dan Ayahanda atas kasih sayang, dukungan, dan do’a beliau berdua.

2. Bapak dan Ibu Dosen DIII Teknik Mesin yang telah membimbing selama

melaksanakan studi kuliah di Politeknik Harapan Bersama Tegal.

3. Dosen pembimbing yang telah membantu dalam pembuatan laporan.

4. Saudara – saudara yang selalu dekat di hati

5. Teman – teman Prodi DIII Teknik Mesin angkatan 2016 dan Almamaterku.

v
PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO BESI PEJAL BAJA ST 41 DENGAN
MIKROSKOP DIGITAL 16 MP

ABSTRAK

Proses pengujian struktur mikro besi pejal baja ST 41 dengan menggunakan


mikroskop digital 16 MP. Mikroskop ini merupakan alat yang digunakan untuk
melihat struktur mikro pada material besi. Pada umumnya mikroskop ini terdiri
dari beberapa bagian fungsi dan komponen diantaranya, lensa okuler,
tabung,pengunci, revolver, statif atau pegangan,lensa objektif, meja perapat,
pengunci perapat, sumber cahaya, pengatur perapat, pengatur mikro dan makro,
dasar mikroskop, lack listrik,saklar. Pada proses pengujian struktur mikro harus
memperhatikan objek yang akan di lihat dengan mikroskop yaitu mengamplas
permukaan material sampai halus dengan posisi melingkar dibantu dengan
air.Pengujian struktur mikro dengan bahan besi baja ST-41 menggunakan media
reaksi unsur kimia nital HN03 dan metanol 95 %, pencampuran nital HN03 1-5 ml
dan metanol 100 ml. Benda kerja di celupkan kedalam unsur kimia yang sudah
tercampur selama 1-5 detik, setelah di celupkan dikeringkan dan setelah kering di
uji dengan menggunakan mikroskop untuk melihat struktur mikro pada
permukaan benda kerja

Kata Kunci : Besi pejal baja ST 41, Mikroskop, Nital HNO3, Metanol

vi
TESTING MICRO IRON STRUCTURE ST 41 STEEL WITH 16 MP
DIGITAL MICROSCOPE

ABSTRACT

The process of testing the ST 41 microstructure of solid steel using a 16 MP


digital microscope. This microscope is a tool used to view the microstructure of
iron material. In general, this microscope consists of several parts of functions and
components including, ocular lens, tube, lock, revolver, statif or grip, objective
lens, sealing table, sealing lock, light source, sealing regulator, micro and macro
regulator, basic microscope, lack electricity, switch. In the microstructure testing
process must pay attention to the object to be seen with a microscope that is
sanding the surface of the material until smooth with a circular position assisted
with water. Testing microstructure with steel material ST-41 using NN3 HN03
and 95% methanol reaction media, mixing nital HN03 1-5 ml and 100 ml
methanol. The workpiece is dipped into a chemical element that has been mixed
for 1-5 seconds, after being dipped it is dried and after drying it is tested using a
microscope to see the microstructure on the surface of the workpiece

Keywords: ST 41 steel solid iron, microscope, Nital HNO3, Methanol

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini
dengan judul “PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO BESI PEJAL BAJA ST 41
DENGAN MIKROSKOP DIGITAL 16 MP”
Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan kelulusan pada Program Studi

Teknik Mesin Diploma III Politeknik Harapan Bersama Tegal. Dalam penyusunan

Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak, Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Mc. Chambali B.Eng. EE M. Kom selaku Direktur Politeknik

Harapan Bersama Tegal.

2. Bapak Drs. Agus Suprihadi, M.T selaku Kepala Program Studi DIII Teknik

Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal.

3. Bapak Amin Nur Akhmadi, M.T selaku pembimbing I laporan Tugas Akhir

dan Bapak M. Taufik Qurohman. M.Pd selaku pembimbing II laporan

Tugas Akhir.

4. Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan doa restu serta dorongan

semangat.

5. Bapak dan Ibu dosen pengampu Program Studi DIII Teknik Mesin.

6. Teman – teman seperjuangan yang telah memberikan semangat sehingga

laporan ini dapat diselesaikan.

viii
7. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

terlibat dan banyak membantu sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai

dengan baik.

Penulis menyadari apa yang ada dalam laporan ini baik proses maupun

hasilnya masih jauh dari sempurna, untuk itu mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca sangat berguna bagi penulis demi kesempurnaan laporan ini.

Demikian yang bisa penulis sampaikan. Terimakasih atas segala dukungan.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tegal, 14 Agustus 2019

Riza Zulfi Puradi

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSMBAHAN .....................................................v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL.................................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

1.1. Latar Belakang ..........................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .....................................................................2

1.3. Batasan masalah ........................................................................2

1.4. Tujuan........................................................................................3

1.5. Manfaat......................................................................................3

1.6. Sistematika Penulisan ................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI ...........................................................................5

2.1. Baja ............................................................................................5

x
2.2. Proses Pembuatan Baja .............................................................5

2.3. Klasifikasi Baja .........................................................................7

2.3.1. Berdasarkan Prosentase Karbon ................................................7

2.3.2. Berdasarkan komposisi..............................................................8

2.4. Baja 41 .....................................................................................10

2.5. Pengaruh unsur paduan pada baja ...........................................11

2.6. Diagram TTT...........................................................................17

2.7. Mikroskop ...............................................................................25

2.7.1 Fungsi Dari Komponen Mikroskop .........................................25

2.7.2 Jenis Mikroskop Digital ..........................................................29

2.7.3 Fungsi Dari Komponen Mikroskop .........................................32

2.8. Pengolahan Citra Digital .........................................................33

2.9. Citra Grayscale ........................................................................35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................36

3.1. Diagram Alur Penelitian ..........................................................36

3.2. Alat dan Bahan ........................................................................37

3.2.1. Alat ..........................................................................................37

3.2.2. Bahan .......................................................................................42

3.3. Metode Pengumpulan Data .....................................................43

3.3.1. Studi Pustaka ...........................................................................43

3.3.2. Metode Eksperime ...................................................................45

3.4. Metode Analisa Data ...............................................................45

xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................46

4.1 Proses Pengujian Spesimen Baja ST 41 ..................................46

4.2. Pembahasan Pengujian Struktur Mikro ...................................49

BAB V PENUTUP ..........................................................................................50

5.1 Kesimpulan ..............................................................................50

5.2 Saran ........................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................52

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Diagram Kesetimbangan ............................................................................14
2.2. Diagram TTT ...............................................................................................19
2.3. Diagram TTT ................................................................................................20
2.4. Diagram CCT ...............................................................................................21
2.5. Struktur mikro pada induk ............................................................................22
2.6. Struktur Mikro pada logam HAZ .................................................................22
2.7. Struktur mikro logam las non perlakuan ......................................................23
2.8. Struktur mikro logam induk di quencing ......................................................23
2.9. Struktur Mikro logam HAZ .........................................................................24
2.10. Struktur Mikro logam las di Quenching ......................................................24
2.11. Mikroskop Binokular ....................................................................................25
2.12. Pembentukan Bayangan Mikroskop .............................................................33

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1 Jenis-jenis Mikroskop ...................................................................................31

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Dokumentasi Pengujian Produk Tugas Akhir .....................................

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini terdapat beberapa jenis bahan yang

digunakan pada industri- industri atau tujuan-tujuan lain. Untuk mendapatkan

material yang baik harus diketahui segala hal mengenai karakteristik struktural

atau susunan dari logam atau paduan logam yang akan dipakai atau digunakan

pada industri-industri atau untuk keperluan lainnya. Dengan mengetahui

karakteristik susunan atau struktur dari suatu logam atau paduan logam maka

dengan mudah kita dapat memilih bahan untuk suatu kontruksi tertentu. Dengan

melakukan pengujian metalografi maka dapat dilakukan berbagai jenis perubahan

pada suatu meterial setelah mengetahui karakteristiknya.

Pengetahuan metalografi pada dasarnya adalah mempelajari karakteristik atau

susunan dari suatu logam atau paduan dalam hubungannya dengan suatu analisis

kimia dan metalografi dari suatu logam. Biasanya logam yang diuji hanya bagian

potongan tertentu saja disebabkan oleh pembawaan heterogen dalam logam. Maka

tidak dapat dihindari bahwa pengujian metalografi sangat berperan bagi dunia

industri. Oleh karena itu kita harus berusaha mencari material yang memiliki sifat

dan karakteristik yang baik Dewasa ini terdapat beberapa jenis bahan yang

digunakan pada industri- industri atau tujuan-tujuan lain. Untuk mendapatkan

material yang baik harus diketahui segala hal mengenai karakteristik struktural

atau susunan dari logam atau paduan logam yang akan dipakai atau digunakan

1
2

pada industri-industri atau untuk keperluan lainnya. Dengan mengetahui

karakteristik susunan atau struktur dari suatu logam atau paduan logam maka

dengan mudah kita dapat memilih bahan untuk suatu kontruksi tertentu. Dengan

melakukan pengujian metalografi maka dapat dilakukan berbagai jenis perubahan

pada suatu meterial setelah mengetahui karakteristiknya. Pengetahuan metalografi

pada dasarnya adalah mempelajari karakteristik atau susunan dari suatu logam

atau paduan dalam hubungannya dengan suatu analisis kimia dan metalografi dari

suatu logam. Biasanya logam yang diuji hanya bagian potongan tertentu saja

disebabkan oleh pembawaan heterogen dalam logam. Maka tidak dapat dihindari

bahwa pengujian metalografi sangat berperan bagi dunia industri. Oleh karena itu

kita harus berusaha mencari material yang memiliki sifat dan karakteristik yang

baik

1.2. Rumusan Masalah

1. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan Bagaimana proses

pengujian struktur mikro besi ST 60 dengan mikroskop digital 16MP?

1.3. Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak meluas maka batasan masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Bahan yang di uji adalah besi pejal ST 60 ukuran 1, 1⁄4 inchi dipotong

dengan menggunakan gergaji besi band saw, di haluskan dengan grinding

polishing machine setelah halus mengkilap di beri reaktan kimia Nital HNO 3 1-5
3

ml dan 100 ML etanol (95%) dengan di celup dalam reaktan selama 1-5 detik,

kemudian dibilas air lalu dikeringkan dan di uji di lihat dengan microscope

1.4. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah mengetahui struktur

mikro pada material Baja ST 60 setelah terjadi proses reaktan kimia dan untuk

mempelajari hubungan antara gambaran struktur mikro dari suatu logam dengan

sifat mekanisnya maupun sifat fisiknya dengan menggunakan bantuan mikroskop

optik.

1.5. Manfaat

Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah mengetahui struktur

mikro pada material setelah terjadi proses reaktan kimia dan untuk mempelajari

hubungan antara gambaran struktur mikro dari suatu logam dengan sifat

mekanisnya maupun sifat fisiknya dengan menggunakan bantuan mikroskop

optik.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap laporan ini maka penulis

menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
4

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang judul yang dipilih pada

penelitian tugas akhir, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan

laporan, manfaat penulisan laporan dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi tentang baja, klasifikasi baja, korosi, pengertian korosi, korosi pada

baja karbon, factor mempengaruhi korosi,jenis-jenis korosi,proses pembuatan

baja,berdasarkan komposisi,baja ST 60, pengaruh unsur paduan baja, diagram

TTT, Mikroskop, Fungsi dari komponen mikroskop,jenis mikroskop digital,

konstruksi mikroskop digital, pengolahan citra digital

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang diagram alur penelitian, kebutuhan alat dan

bahan penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisa data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang Pengujian struktur mikro baja ST 60,

pembahasan pengujian struktur mikro

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan secara

konkrit dan saran-saran yang dapat diaplikasikan sebagai solusi atau pijakan

tindak lanjut dari pembahasan masalah.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Baja

Baja adalah besi karbon campuran logam yang dapat berisi konsentrasi

dari element campuran lainnya, ada ribuan campuran logam lainnya yang

mempunyai perlakuan bahan dan komposisi berbeda. Sifat mekanis adalah

sensitif kepada isi dari pada karbon, yang mana secara normal kurang dari

1,0%C. Sebagian dari baja umum digolongkan menurut konsentrasi karbon,

yakni ke dalam rendah, medium dan jenis karbon tinggi.

Baja merupakan bahan dasar vital untuk industri. Semua segmen

kehidupan, mulai dari peralatan dapur, transportasi, generator pembangkit listrik,

sampai kerangka gedung dan jembatan menggunakan baja. Besi baja menduduki

peringkat pertama di antara barang tambang logam dan produknya melingkupi

hampir 90 % dari barang berbahan logam.

2.2 Proses Pembuatan Baja

Dewasa ini, besi kasar diproduksi dengan menggunakan dapur bijih besi

(blast furnace) yang berisi kokas pada lapisan paling bawah, kemudian batu kapur

dan bijih besi. Kokas terbakar dan menghasilkan gas CO yang naik ke atas sambil

mereduksi oksida besi. Besi yang telah tereduksi melebur dan terkumpul dibawah

tanur menjadi besi kasar yang biasanya mengandung Karbon (C), Mangan (Mn),

silicon (Si), nikel (Ni), fosfor (P), belerang (S). Kemudian leburan besi

5
6

dipindahkan ke tungku lain (converter) dan diembuskan gas oksigen untuk

mengurangi kandungan karbon.

Untuk menghilangkan kembali kandungan oksigen dalam baja cair,

ditambahkan Al, Si, Mn. Proses ini disebut dioksidasi. Setelah dioksidasi, baja

cair dialirkan dalam mesin cetakan kontinu berupa slab atau dicor dalam cetakan

berupa ingot. Slab dan ingot itu diproses dengan penempaan panas, rolling

panas, penempaan dingin, perlakuan panas, pengerasan permukaan dan lain-lain

untuk dibentuk menjadi sebuah produk atau kerangka dasar dari sebuah produk.

Baja merupakan paduan besi (Fe) dengan karbon (C), dimana kandungan

karbon tidak lebih dari 2%. Baja banyak digunakan karena baja mempunyai sifat

mekanis lebih baik dari pada besi, sifat baja antara lain :

1. Tangguh dan ulet

2. Mudah ditempa

3. Mudah diproses

4. Sifatnya dapat diubah dengan mengubah karbon

5. Sifatnya dapat diubah dengan perlakuan panas

6. Kadar karbon lebih rendah dibanding besi

7. Banyak di pakai untuk berbagai bahan peralatan.

Walaupun baja lebih sering digunakan, namun baja mempunyai

kelemahan yaitu ketahanan terhadap korosinya rendah. Baja dapat ( dua unsur

atau lebih digabung sehingga dihasilkan sifat lain). Hasil pemaduannya yaitu:

1. Larutan padat / solid solufion (dapat memperbaiki sifat fisik / kimia)

2. Senyawa ( lebih keras dari larutan padat, dapat memperbaiki sifat mekanik
7

2.3 Klasifikasi Baja

2.3.1 Berdasarkan Prosentase Karbon

Berdasarkan tinggi rendahnya prosentase karbon di dalam baja, baja

karbon diklasifikasikan sebagai berikut:

A. Baja Karbon Rendah (low carbon steel)

Baja karbon rendah mengandung karbon antara 0,10 s/d 0,30 %. Baja

karbon ini dalam perdagangan dibuat dalam plat baja, baja strip dan baja

batangan atau profil. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung dalam

baja, maka baja karbon rendah dapat digunakan atau dijadikan baja-baja

sebagai berikut:

1. Baja karbon rendah yang mengandumg 0,04 % - 0,10% C. untuk dijadikan

baja – baja plat atau strip.

2. Baja karbon rendah yang mengandung 0,05% C digunakan untuk

keperluan badan-badan kendaraan.

3. Baja karbon rendah yang mengandung 0,15% - 0,30% C digunakan untuk

konstruksi jembatan, bangunan, membuat baut atau dijadikan baja

konstruksi.

B. Baja Karbon Menengah (medium carbon steel)

Baja karbon menengah mengandung karbon antara 0,30% - 0,60% C. Baja

karbon menengah ini banyak digunakan untuk keperluan alat-alat perkakas

bagian mesin. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung dalam baja maka

baja karbon ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk

keperluan industri kendaraan, roda gigi, pegas dan sebagainya.


8

C. Baja Karbon Tinggi (high carbon steel)

Baja karbon tinggi mengandung kadar karbon antara 0,60% - 1,7% C dan

setiap satu ton baja karbon tinggi mengandung karbon antara 70 – 130 kg. Baja

ini mempunyai tegangan tarik paling tinggi dan banyak digunakan untuk

material tools. Salah satu aplikasi dari baja ini adalah dalam pembuatan kawat

baja dan kabel baja. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung didalam baja

maka baja karbon ini banyak digunakan dalam pembuatan pegas, alat-alat

perkakas seperti: palu, gergaji atau pahat potong. Selain itu baja jenis ini banyak

digunakan untuk keperluan industri lain seperti pembuatan kikir, pisau cukur,

mata gergaji dan lain sebagainya.

2.3.2 Berdasarkan Komposisi

Dalam prakteknya baja terdiri dari beberapa macam yaitu:

A. Baja Karbon ( Carbon Steel )

Terdiri atas beberapa unsur, yang paling utama adalah karbon ( C ), unsur yang

lainya yaitu Si ( dari batu tahan api), Mn, S dan P ( dari kokas untuk

Carbon Enrichment, S dan P Maksimum 0,05% )

Beberapa macam baja karbon, yaitu:

1. Baja karbon rendah

2. Baja karbon medium

3. Baja karbon tinggi

Sebagian kelompok baja didesain untuk laku panas dalam daerah

austenit, disusul dengan pendinginan dan dekomposisi austenit secara langsung

atau tak langsung membentuk ferrit dan karbida. Bila baja hanya mengandung
9

besi dan karbon, paduannya disebut baja karbon.

B. Baja Paduan ( Alloyed Steel )

Baja paduan adalah campuran antara baja karbon dengan unsur-unsur lain

yang akan mempengaruhi sifat-sifat baja misalnya sifat kekerasan, liat,

kecepatan membeku, titik cair, dan sebagainya yang bertujuan memperbaiki

kualitas dan kemampuannya. Penambahan unsur-unsur lain dalam baja karbon

dapat dilakukan dengan satu unsur atau lebih, tergantung dari karakteristik atau

sifat khusus yang dikehendaki.

Unsur-unsur paduan untuk baja ini dibagi dalam dua golongan yaitu :

1. Unsur yang membuat baja menjadi kuat dan ulet, dengan menguraikannya

ke dalam ferrite (misalnya Ni, Mn, sedikit Cr dan Mo). Unsur ini terutama

digunakan untuk pembuatan baja konstruksi.

2. Unsur yang bereaksi dengan karbon dalam baja dan membentuk karbida

yang lebih keras dari sementit (misalnya unsur Cr, W, Mo, dan V) unsur ini

terutama digunakan untuk pembuatan baja perkakas.

C. Baja Paduan Rendah (Low Alloyed Steel)

Baja paduan rendah adalah salah satu klasifikasi dari baja paduan (alloy

steel) yaitu : low alloy steel, medium alloy, dan high alloy steel. Klasifikasi ini

dibedakan menurut unsur paduannya. Baja paduan rendah (low alloy steel)

tergolong jenis baja karbon yang memiliki tambahan unsur paduan seperti nikel,

chromium dan molybdenum. Total unsur paduannya mencapai 2,07% - 2,5%.

Untuk kebanyakan baja paduan rendah (low alloy steel) fungsi utama dari
10

elemen paduannya adalah untuk menambah kekerasan yang diinginkan untuk

meningkatkan kemampuan mekanik dan keuletannya setelah dilakukan proses

perlakuan panas. Di beberapa kasus, bagaimana juga tambahan unsur aduan

digunakan untuk mengurangi efek degradasi karena lingkungan terhadap kondisi

pemakaian.

Baja paduan rendah (low alloy steel) dapat diklasifikasikan lagi, yaitu :

1. Menurut komposisi kimia, seperti : nikel steel, nikel-chromium steels,

molybdenum steels, chromium-molybdenum steels.

2. Menurut proses perlakuan panas, seperti : quenched and tempered (QT),

normalized and tempered (NT), annealed (A) dan sebagainya.

2.4 Baja ST 41

Baja ST 41 termasuk baja karbon rendah dengan kandungan karbon kurang

dari 0,3%. ST 41 ini menunjukkan bahwa baja ini dengan kekuatan tarik ≤ 41 kg

/ mm². (diawali dengan ST dan diikuti bilangan yang menunjukan kekuatan tarik

minimumnya dalam kg/mm²).

Baja ST 41 ini secara teori mempunyai nilai kekerasan yang lebih rendah

dibandingkan dengan besi cor, dengan adanya perlit dan ferit karena perlit yang

ada lebih banyak dari pada ferit.

Aplikasi baja ST 41 antara lain :

1. Digunakan untuk kawat, paku, wire mesh, peralatan automotif dan sebagai

bahan baku welded fabrication ( kisi – kisi jendela atau pintu dan jeruji)

2. Aplikasi khusus seperti untuk kawat elektroda berlapis untuk keperluan


11

pengelasan.

2.5 Pengaruh Unsur Paduan Pada Baja

Sifat baja sangat tergantung pada unsur-unsur yang terkandung didalamnya.

Unsur-unsur paduan ditambahkan untuk mengurangi sifat yang tidak diinginkan

pada baja karbon dan memperbaiki atau menambah sifat-sifat lain yang

dikehendaki. Pengaruh dari beberapa unsur paduan terhadap sifat baja paduan

dikemukakan dibawah ini:

1. Karbon ( C )

Pada baja-baja perkakas, persentase karbon antara 0,1 - 0,6 %. Karbon

juga merupakan unsur penting yang mempengaruhi harga kekerasan dalam

pembentukan fasa martensit. Selain itu kenaikkan kandungan karbon akan

berpengaruh pada kekuatan tarik (tensile strength), menaikkan keuletan

(ductility) dan sifat mampu las (weldability) akan menurun dengan naiknya

kandungan karbon.

2. Mangan (Mn)

Semua baja mengandung mangan karena sangat diperlukan dalam proses

pembuatan baja. Kandungan mangan kurang lebih 0,6 % masih belum dikatakan

paduan dan tidak mempegaruhi sifat baja. Dengan bertambahnya kandungan

mangan suhu kritis seimbang. Baja dengan 12 % Mn adalah austenit karena itu

suhu kritisnya dibawah suhu kamar akibatnya baja tidak dapat diperkeras. Unsur

ini dapat berfungsi sebagai deoksidasi dari baja dan dapat mengikat sulfur

dengan membentuk senyawa MnS yang titik cairnya lebih tinggi dari titik cair

baja. Dengan demikian akan dapat mencegah pembentukkan Fe, S, yang titik
12

cairnya lebih rendah dari titik cair baja. Akibatnya kegetasan pada suhu tinggi

dapat dihindari, disamping itu menguatkan fasa ferit.

3. Silikon (Si)

Silikon berfungsi sebagai deoksidasi, silikon juga dapat menaikkan hardenability

dalam jumlah sedikit, tetapi dalam jumlah yang banyak akan menurunkan

keuletan. Biasanya unsur-unsur kimia lainnya seperti mangan, molybdenum dan

chromium akan muncul dengan adanya silikon. Kombinasi silikon dengan unsur-

unsur tersebut akan menambah kekuatan dan ketangguhan dari baja.

4. Chromium (Cr)

Chromium ditemukan dalam jumlah yang banyak pada baja-baja perkakas dan

merupakan elemen penting setelah karbon. Chromium merupakan salah satu

unsur-unsur pembentuk karbida dan dapat meningkatkan ketahanan korosi

dengan membentuk lapisan oksida di permukaan logam.

5. Nikel (Ni)

Nikel mempunyai pengaruh yang sama seperti mangan yaitu menurunkan suhu

kritis dan kecepatan pendinginan kritis, memperbaiki kekuatan tarik, tahan

korosi. Menaikkan ketangguhan atau ketahanan terhadap beban benturan

(impact)

6. Vanadium (V)

Vanadium dalam baja-baja perkakas berperan sebagai salah satu unsur

pembentuk karbida. Vanadium juga merupakan unsur penyetabil martensit. Pada

saat proses temper, karbida vanadium berpresipitat di batas butir ferit. Hal ini

akan menaikan harga kekerasan. Biasanya terjadi pada temperatur temper 500 -
13

600°C. Vanadium dapat menurunkan hardenability karena karbida-karbida yang

terbentuk dapat menghambat pengintian dan pertumbuhan butir austenit. Tetapi

pada temperatur tinggi, dimana karbida vanadium larut, unsur ini dapat

meningkatkan hardenability.

7. Molybdenum (Mo)

Unsur ini dapat menguatkan fasa ferit dan menaikkan kekuatan baja tanpa

kehilangan keuletan. Molybdenum juga dapat berfungsi sebagai penyetabil

karbida, sehingga mencegah pembentukkan grafit pada pemanasan yang lama.

Karena itu penambahan Mo kedalam baja dapat menaikkan kekuatan dan

ketahanan terhadap creep pada suhu tinggi.

8. Tungsten (W)

Tungsten juga merupakan salah satu unsur pembentuk karbida kompleks pada

baja-baja perkakas. Karbida kompleks ini terbentuk dengan adanya pendinginan

yang sangat lambat. Karbida ini bersifat meningkatkan kekerasan dan

kekuatannya

9. Sulfur (S)

Sulfur dapat membuat baja menjadi getas pada temperatur tinggi, oleh karena itu

dapat merugikan baja yang digunakan pada suhu tinggi. Umumnya kadar sulfur

harus dikontrol serendah-rendahnnya, yaitu kurang dari 0,05 %.

10. Phospor (P)

Phospor dalam jumlah besar dalam baja dapat menaikkan kekuatan dan

kekerasan, tetapi juga menurunkan keuletan dan ketangguhan impak. Pada baja-

baja konstruksi kandungan phosphor dibatasi dengan kandungan maksimum


14

yang biasanya tidak lebih dari 0,05%.

Diagram fasa Fe-C atau biasa disebut diagram kesetimbangan besi karbon

merupakan diagram yang menjadi parameter untuk mengetahui segala jenis fasa

yang terjadi didalam baja, serta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

terjadi pada paduan baja dengan segala perlakuannya.

Gambar 2.1 Diagram Kesetimbangan Fe-C 10

( Jhon Wiley & Sons, 2003 )

Dari diagram fasa yang dituntujukkan pada gambar 2.2 terlihat bahwa suhu

sekitar 723°C merupakan suhu transformasi austenit menjadi fasa perlit (yang

merupakan gabungan fasa ferit dan sementit). Transformasi fasa ini dikenal

sebagai reaksi eutectoid dan merupakan dasar proses perlakuan panas dari baja.

Sedangkan daerah fasa yang prosentase larutan karbon hingga 2 % yang terjadi

di temperatur 1.147°C merupakan daerah besi gamma (γ) atau disebut austenit.
15

Pada kondisi ini biasanya austenit bersifat stabil, lunak, ulet, mudah dibentuk,

tidak ferro magnetis dan memiliki struktur kristal Face Centered Cubic (FCC).

Besi murni pada suhu dibawah 910°C mempunyai struktur kristal Body Centered

Cubic (BCC). Besi BCC dapat melarutkan karbon dalam jumlah sangat rendah,

yaitu sekitar 0,02 % maksimum pada suhu 723°C. Larutan pada intensitas dari

karbon didalam besi ini disebut juga besi alpha (α) atau fasa ferit. Pada suhu

diantara 910°C sampai 1.390°C, atom-atom besi menyusun diri menjadi bentuk

kristal Face Centred Cubic (FCC) yang juga disebut besi gamma (γ) atau fasa

austenit. Besi gamma ini dapat melarutkan karbon dalam jumlah besar yaitu

sekitar 2,06 % maksimum pada suhu sekitar 1.147°C. Penambahan karbon ke

dalam besi FCC ditransformasikan kedalam struktur BCC dari 910°C menjadi

723°C pada kadar karbon sekitar 0,8 %. Diantara temperatur 1.390°C dan suhu

cair 1.534°C, besi gamma berubah menjadi susunan BCC yang disebut besi delta

(δ).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam diagram Fe – Fe3C yaitu,

perubahan fasa ferit atau besi alpha (α), austenit atau besi gamma (γ), sementit

atau karbida besi, perlit dan sementit akan diuraikan dibawah ini :

1. Ferrite atau besi alpha (α)

Merupakan modifikasi struktur besi murni pada suhu ruang, dimana ferit

menjadi lunak dan ulet karena ferit memiliki struktur BCC, maka ruang antara

atom-atomnya adalah kecil dan padat sehingga atom karbon yang dapat

tertampung hanya sedikit sekali.

2. Austenit atau besi gamma (γ)


16

Merupakan modifikasi dari besi murni dengan struktur FCC yang memiliki

jarak atom lebih besar dibandingkan dengan ferit. Meski demikian rongga-

rongga pada struktur FCC hampir tidak dapat menampung atom karbon dan

penyisipan atom karbon akan mengakibatkan tegangan dalam struktur sehingga

tidak semua rongga dapat terisi, dengan kata lain daya larutnya jadi terbatas.

3. Karbida Besi atau Sementit

Adalah paduan Besi karbon, dimana pada kondisi ini karbon melebihi

batas larutan sehingga membentuk fasa kedua atau karbida besi yang memiliki

komposisi Fe3C. Hal ini tidak berarti bila karbida besi membentuk molekul Fe 3C,

akan tetapi kisi kristal yang membentuk atom besi dan karbon mempunyai

perbandingan 3 : 1. Karbida pada ferit akan meningkatkan kekerasan pada baja

sifat dasar sementit adalah sangat keras.

4. Perlit

Merupakan campuran khusus yang terjadi atas dua fasa yang terbentuk

austenisasi, dengan komposisi eutektoid bertransformasi menjadi ferit dan

karbida. Ini dikarenakan ferit dan karbida terbentuk secara bersamaan dan

keluarnya saling bercampur. Apabila laju pendinginan dilakukan secara

perlahan-lahan maka atom karbon dapat berdifusi lebih lama dan dapat

menempuh jarak lebih jauh, sehingga di peroleh bentuk perlit besar. Dan apabila

laju pendinginan lebih di percepat lagi maka difusi akan terbatas pada jarak yang

dekat sehingga akhirnya menghasilkan lapisan tipis lebih banyak.

5. Martensit

Adalah suatu fasa yang terjadi karena pendinginan yang sangat cepat
17

sekali,dan terjadi pada suhu dibawah eutektoid tetapi masih diatas suhu kamar.

Karena struktur austenit FCC tidak stabil maka akan berubah menjadi struktur

BCT secara serentak. Pada reaksi ini tidak terjadi difusi tetapi terjadi pengerasan

(dislokasi). Semua atom bergerak serentak dan perubahan ini langsung dengan

sangat cepat dimana semua atom yang tinggal tetap berada pada larutan padat

karena terperangkap dalam kisi sehingga sukar menjadi slip, maka martensit

akan menjadi kuat dan keras tetapi sifat getas dan rapuh menjadi tinggi.

Martensit dapat terjadi bila austenit didinginkan dengan cepat sekali (dicelup)

hingga temperatur dibawah pembentukkan bainit.

Martensit terbentuk karena transformasi tanpa difusi sehingga atom- atom

karbon seluruhnya terperangkap dalam larutan super jenuh. Keadaan ini yang

menimbulkan distorsi pada struktur kristal martensit dan membentuk BCT.

Tingkat distorsi yang terjadi sangat tergantung pada kadar karbon. Karena itu

martensit merupakan fasa yang sangat keras namun getas.

2.6 Diagram TTT (Time Temperature Transformation)

Untuk mendapatkan sifat-sifat bahan yang lebih baik sesuai dengan

karakter yang diinginkan dapat dilakukan melalui pemanasan dan pendinginan.

Tujuannya adalah mengubah struktur mikro sehingga bahan dikeraskan,

dimudakan atau dilunakan.

Pemanasan bahan dilakukan diatas garis transformasi kira-kira pada 7700C,

sehingga perlit berubah menjadi austenit yang homogen karena terdapat cukup

karbon. Pada suhu yang lebih tinggi ferrit menjadi austenit karena atom karbon
18

difusi ke dalam ferrit tersebut. Untuk pengerasan baja, pendinginan dilakukan

dengan cepat melalui pencelupan kedalam air, minyak atau bahan pendingin

lainnya sehingga atom-atom karbon yang telah larut dalam austenit tidak sempat

membentuk sementit dan ferrit akibatnya austenit menjadi sangat keras yang

disebut martensit.

Pada baja setelah terjadi austenit dan ferrit kadar karbonya akan menjadi

makin tinggi sesuai dengan penurunan suhu dan akan membentuk hipoeutektoid.

Pada saat pemanasan maupun pendinginan difusi atom karbon memerlukan

waktu yang cukup. Laju difusi pada saat pemanasan ditentukan oleh unsure-

unsur paduanya dan pada saat pendinginan cepat austenit yang berbutir kasar

akan mempunyai banyak martensit.

Fase kristal dan besarnya butir yang terjadi akan membentuk sifat baja.

Apabila ferrit dan sementit didalam perlit berbutir besar, maka baja tersebut

makin lunak sebagai akibat pendinginan lambat. Sebaliknya baja menjadi

semakin keras apabila memiliki perlit berbutir halus yang diperoleh pada

pendinginan cepat. Baja dengan unsur paduan aluminium, vanadium, titanium

dan zirkonim akan cenderung memiliki kristal berbutir halus. Untuk memahami

macam-macam fase dan struktur kristal yang terjadi pada saat pendinginan dapat

diamati dari diagram TTT .

Fasa austenit stabil berada di atas suhu 7700C. Pada suhu yang lebih rendah

akan terbentuk martensit dan mulai suhu tersebut martensit sudah tidak

tergantung pada kecepatan pendinginan. Struktur bainit akan terbentuk setelah

terbentuknya ferrit dan sementit. Jadi campuran antara ferrit dan sementit adalah
19

bainit seperti pada perlit. Perbedaan antara bainit dengan perlit adalah bentuknya

halus sedangkan perlit kasar.

Diagram TTT dipengaruhi oleh kadar karbon dalam baja, makin besar kadar

karbonya maka diagramnya akan semakin bergeser kekanan, demikian pula

dengan unsur paduan lainya. Apabila baja dipanaskan sampai terbentuknya

austenit, pendinginan akan berlangsung terus menerus tidak isotermal biarpun

dilakukan dengan berbagai media pendingin.

Untuk menentukan laju reaksi perubahan fasa yang terjadi dapat diperoleh

dari diagram TTT (Time Temperature Transformation). Diagram TTT untuk baja

karbon dengan C kurang dari 0,8% (hipoeutectoid) ditunjukan dalam gambar 2.3

, sedangkan diagram TTT untuk baja C sama dengan 0,8% (eutectoid) diberikan

dalam gambar 2.4.

Gambar 2.2 Diagram TTT untuk baja Hipoeutectoid (C < 0,8%)


( Jhon Wiley & Sons, 2003 )
20

Gambar 2.3 Diagram TTT untuk baja eutectoid (C = 0,8%)

( Jhon Wiley & Sons, 2003 )

Dari gambar diatas menunjukkan bentuk hidung (nose) sebagai batasan waktu

minimum dimana sebelum waktu tersebut bertransformasi austenit ke perlit

tidak akan terjadi. Posisi hidung dari diagram TTT dapat bergeser menurut kadar

karbon. Posisi hidung bergeser makin kekanan yang berarti baja karbon itu

makin mudah untuk membentuk bainit/martensit atau makin mudah untuk

dikeraskan. Sedangkan Ms merupakan temperatur awal mulai terbentuknya fasa

martensit dan Mf merupakan temperatur akhir dimana martensit masih bisa

terbentuk.

Untuk mendapatkan hubungan antara kecepatan pendinginan dan struktur mikro

yang terbentuk biasanya dilakukan dengan menggabungkan diagram kecepatan

pendinginan kedalam diagram TTT yang dikenal dengan diagram CCT

(Continous Cooling Transformation) seperti yang terlihat dalam gambar 2.5.


21

Gambar 2.4 Diagram CCT (Continous Cooling Transformation) 1

( Jhon Wiley & Sons, 2003 )

Pada contoh gambar diagram diatas menjelaskan bahwa bila kecepatan

pendinginan naik berarti bahwa waktu pendinginan dari suhu austenit turun,

struktur akhir yang terjadi berubah dari campuran ferit–perlit ke campuran ferit–

perlit–bainit–martensit, ferit–bainit–martensit, kemudian bainit– martensit dan

akhirnya pada kecepatan yang tinggi sekali struktur yang terjadi adalah

martensit.
22

Gambar dari Measuring Microscope STM G-LM

ρ Pearlite α Ferrite

Gambar 2.5. Struktur mikro pada logam induk


( Baddarudin, Mohammad, 2003 )

1) Struktur mikro pada logam HAZ Struktur mikro pada logam HAZ non

perlakuan dengan pembesaran 50 x Objektif atau 1000 x.

2) Dapat dilihat disini martensitenya terlihat samar- samar, belum jelas.

ρ Pearlite α Ferrite

Gambar 2.6 Struktur mikro pada logam HAZ


( Baddarudin, Mohammad, 2003 )

3) Struktur mikro logam las non perlakuan.


23

Struktur mikro dengan pembesaran 50 x Objektif atau 1000 x, pada daerah

logam las banyak terlihat Ferrit dan martensitenya terlihat gambar di

bawah ini:

ρ Pearlite α Ferrite Martensite

Gambar 2.7 Struktur mikro logam las non perlakuan


( Baddarudin, Mohammad, 2003 )

Struktur mikro Logam Induk di Quenching Pembesaran 50 x Objektif atau

1000 x, disini terlihat banyak sekali Ferrite dan Martensite.

ρ Pearlite α Ferrite Martensite

Gambar 2.8 Struktur mikro Logam Induk di Quenching


( Baddarudin, Mohammad, 2003 )

4) Struktur mikro logam HAZ yang dilas dan diquenching


24

ρ Pearlite α Ferrite Martensite

Gambar 2.9 Struktur mikro logam HAZ yang dilas dan diquenching
( Baddarudin, Mohammad, 2003 )

5) Struktur mikro logam las di Quenching

Pembesaran 50 x Objektif atau 1000 x, dilihat pada gambar Ferrite dan

Martensitenya yang dominan. Gambar diambil dari Measuring

Microscope STM G-LM

ρ Perlite α Ferrite Martensite


25

Gambar 2.10 Struktur mikro logam las di Quenching


( Baddarudin, Mohammad, 2003 )

2.7 Mikroskop

Mikroskop digital umumnya merupakan mikroskop optik biasa yang

dilengkapi dengan kamera digital. Mikroskop digital merupakan variasi dari

mikroskop optik yang menggunakan kamera ke output berbentuk gambar digital

yang dapat disambungkan ke perangkat multimedia.


26

Gambar 2.11 Mikroskop Binokular Dengan Nama Bagianya


( Baddarudin, Mohammad, 2003 )

2.7.1 Fungsi Dari Komponen Mikroscope

1. Lensa Okuler

Lensa okuler adalah lensa yang dekat dengan mata orang yang menggunakan

mikroskop. Lensa ini berfungsi sebagai lensa pengamat yang memperbesar

bayangan benda yang telah diperbesar oleh lensa objektif.

2. Tabung

Tabung pada mikroskop berfungsi menghubungkan lensa okuler dan lensa

objektif. Pada gambar di atas, jenis mikroskop yang digunakan adalah mikroskop

listrik. Tabung tidak memanjang langsung ke bawah menuju lensa objektif, tetapi

sedikit agak bengkok menyesuaikan posisi pengamat.


27

3. Pengunci

Bahwa tabung tidak lurus menuju lensa objektif. Agar letaknya stabil, maka

antara tabung yang menyambungkan lensa okuler dan objektif terdapat pengunci

berupa mur. Dengan demikian posisi lensa okuler tidak dapat bergerak terhadap

lensa objektik jika sedang digunakan. Posisi yang tidak stabil akan membuat

pengamatan mengalami kesulitan.

4. Revolver

Revolver letaknya tepat di atas lensa obyektif. Revolver ini dapat diputar

sesuai kebutuhan akan lensa obyektif yang digunakan dan perbesarannya.

Umumnya revolver diputar dengan perbesaran kecil terlebih dahulu. Setelah

pengamatan berlangsung pada pengamatan dengan perbesaran kecil, barulah

revolver diganti ke pengamatan selanjutnya dengan perbesaran selanjutnya.

Pengamatan dapat dilakukan sampai beberapa kali sampai perbesaran optimal.

5. Statif atau Pegangan

Statif atau pegangan adalah sebuah batang di samping lensa objektif. Sesuai

dengan namanya, statif berfungsi sebagai pegangan pengamat agar mata lebih

stabil dalam melihat objek. Pegangan juga diperlukan agar mikroskop tidak

bergeser ketika revolver diputar. Pada mikroskop cahaya, pergeseran letak

mikroskop membuat pengamat harus mengumpulkan cahaya baru yang cukup

penerangannya untuk mengamati objek.

6. Lensa Objektif

Lensa objektif adalah lensa yang berdekatan dengan benda atau objek yang

diamati. Mikroskop menggunakan beberapa lensa objektif sesuai dengan


28

perbesaran yang dihasilkan, seperti perbesaran 100 kali, 500 kali, dan perbesaran

1.000 kali. Perbesaran dapat disesuaikan dengan objek yang diamati. Jika

mengamati mikroorganisme maka dibutuhkan lensa objektif dengan perbesaran

maksimum agar dapat terlihat jelas. Namun, pengamatan yang dilakukan

beberapa kali dengan lensa objektif perbesaran terkecil berurutan hingga

perbesaran maksimal lebih baik.

7. Meja Perapat

Preparat adalah sebuah benda yang umumnya terbuat dari kaca, terdiri dari

preparat dan penutupnya. Preparat ini berisi contoh objek hakikat ilmu

biologiyang akan diamati. Cara memasukkan objek ke dalam dan membuat

preparat memerlukan ketrampilan khusus yang akan dibahas pada artikel lain.

Nah, si bawah lensa objektif terdapat meja preparat. Meja yang berfungsi untuk

meletakkan preparat untuk diamati

8. Pengunci Perapat

Pengunci preparat terletak sedikit di atas meja. Preparat yang sudah diletakkan

di atas meja, dikunci dengan alat ini agar posisinya stabil dan memudahkan

pegamatan.

9. Sumber cahaya

Mikroskop listrik menggunakan sumber cahaya berupa lampu. Umumnya letak

lampu sudah disesuaikan sedemikian rupa agar menghasilkan penerangan optimal

pada preparat. Pada mikroskop cahaya, terdapat kondensor dan diafragma di

bagian ini yang berfungsi untuk mengumpukan cahaya yang masuk agar

penerangan cukup untuk pengamatan.


29

10. Pengatur Perapat

Meskipun preparat telah dikunci dan stabil posisinya, terkadang objek

pengamatan masih kurang jelas. Objek dalam preparat mungkin tidak terletak

tepat di tengah. Pengatur preparat diperlukan dalam hal ini. Pengatur preparat

terdapat dua macam di mikroskop, pengatur preparat yang menggerakkan ke atas

dan ke bawah dan pengatur yang menggerakkan ke samping kanan dan kiri.

11. Pengatur Mikro dan Makro

Pengatur mikro dan makro berfungsi menaikkan dan menurunkan tabung

mikroskop mendekati agar lensa objektif lebih dekat dengan benda atau lebih

jauh. Pengatur makro disebut juga pengatur kasar karena gerakannya lebih

banyak atau kasar. Sedangkan pengatur mikro disebut pengatur halus karena

gerakannya lebih sedikit. Jika dirasa antara lensa objektif dengan preparat masih

jauh dari tepat, pengatur makro diputar. Sementara jika kurang sedikit maka

pengatur mikro yang diputar

12. Dasar Mikroskop

Sebagai dasar dari mikroskop, tentu saja berfungsi menopang keseluruhan

bagian dari mikroskop. Semakin lebar dan padat bentuknya, maka mikroskop

akan semakin stabil.

13. Lack Listrik

Lack listrik adalah bagian yang menyambungkan mikroskop dengan sumber

listrik untuk pencahayaan. Sambungan biasanya dihubungkan dengan kabel ke

stop kontak untuk mendapatkan energi listrik yang menyalakan lampu.


30

14. Saklar

Sebagai salah satu alat yang menggunakan energi listrik, tentu saja mikroskop

listrik mempunyai saklar. Fungsi saklar secara umum sama dengan saklar pada

alat listrik lain. Saklar adalah alat yang menghubungkan atau memutuskan arus

litrik ke arah lampu mikroskop. Jika akan digunakan atau dimatikan, maka kita

tinggal memencet saklar atau tombol on off yang terletak pada bagian bawah

dekat lack listrik.

2.7.2 Jenis mikroskop digital

Banyak macam atau jenis dari mikroskop digital. Mikroskop digital dibuat

bervariasi dengan spesifikasi masing-masing dari perusahaan produsen

mikroskop. Kebanyakan mikroskop cahaya memiliki satu lensa mata yang pada

umumnya yang disebut monokuler. Terdapat juga model mikroskop stereo, yang

memiliki dua lensa pandang (eyepieces) yang dikenal dengan binokuler.

Teknologi mikroskop saat ini memiliki 3 lensa pandang, dua lensa untuk

pengamatan mata dan satu lensa untuk pengamatan kamera yang dikenal dengan

mikroskop trinokuler.

Pada dasarnya, mikroskop digital sangat sederhana. Kamera

digital ditambahkan pada lensa kecil dalam mikroskop sehingga dapat digunakan

untuk melihat benda yang sangat dekat. Teknologi kamera digital pada

mikroskop saat ini sudah langsung dapat dihubungkan ke perangkat multimedia

lainnya, seperti layar LCD, TV bahkan komputer. Tabel 2.1 menunjukkan

beberapa jenis mikroskop digital yang dapat dihubungkan dengan beberapa


31

media.

Mikroskop binokuler kemudian terbagi menjadi beberapa macam sesuai jenis

cahaya yang dipakai. Macam-macam mikroskop binokuler, yaitu:

1. Mikroskop Cahaya: Mikroskop ini menghasilkan gambar dua dimensi dan

mengandalkan cahaya matahari sebagai penerangan. Mikroskop cahaya

merupakan mikroskop binokuler paling sederhana yang terdapat pada

sekolah-sekolah.

2. Mikroskop Stereo: Mikroskop stereo masih menggunakan cahaya matahari

sebagai penerangan. Hanya saja lensa okuler disusun sedemikian rupa

sehingga menghasilkan penampakan 3 dimensi mikroorganisme

atau mikrobiologi, hasil perpaduan image dari mata kanan dan kiri.

3. Mikroskop Digital: Sesuai dengan namanya, mikroskop digital memadukan

teknologi komputer dan kamera. Penerangan sudah tidak mengandalkan

cahaya matahari, tetapi menggunakan listrik atau cahaya lampu. Mikroskop

digital umumnya digunakan pada pengajaran perguruan tinggi, penelitian

klinis di rumah sakit, dan di labortaorium. Mikroskop digital menjadi

mikroskop model paling canggih.

4. Mikroskop Lisrik: Mikroskop listrik termasuk sederhana dibandingkan

mikroskop binokuler lain. Pencahayaan sudah mulai memanfaatkan tenaga

listrik, namun gambar masih 2 dimensi.

5. Mikroskop Polarisasi: Pencahayaan mikroskop ini memanfaatkan polarisasi

berbagai cahaya di sekitarnya. Mikroskop inti tidak membutuhkan listrik


32

sehingga banyak digunakan di lapangan pada penelitian geologi, mineral, dan

ahli kimia.

6. Mikroskop Elektron: Mikroskop tidak menggunakan listrik atau

mengandalkan cahaya matahari. Pencahayaan pada mikroskop

menggunakan berkas elektron yang ditangkap oleh cermin.

Table 1. Jenis-Jenis Mikroskop Digital

No Mikroskop Digital Keterang


an
1. Mikroskop Mikroskop monokuler yang terkoneksi kamera
Monokuler dengan digital merupakan versi ekonomis tetapi tidak
Kamera Digital menampilkan kualitas gambar yang bagus.

2. Mikroskop Kamera digital dan LCD dapat dihubungkan


Binokuler yang dengan mikroskop. Kelebihan alat ini adalah
Terkoneksi LCD resolusi gambar yang dihasilkan mengikuti
dan kamera resolusi kamera digital.

3. Mikroskop Sistem ini merupakan mikroskop Trinokuler


Trinokuler yang dengan display LCD. Kamera dipasang pada
Terhubung Display lensa okuler yang ketiga. Kelebihan alat ini
LCD adalah pengamatan langsung dengan mata masih
dapat dilakukan melalui kedua okuler di depan,
yang memungkinkan pengamatan lebih praktis.
Display LCD terpasang langsung dengan
mikroskop.

4. Mikroskop Sistem ini merupakan mikroskop dengan display


Monokuler yang LCD, yang memungkinkan pengamatan lebih
Terhubung Display praktis dan alat dapat dibawa ke tempat lain
LCD dengan mudah. Display LCD terpasang langsung
dengan mikroskop.
33

5. Mikroskop Sistem ini menghubungkan mikroskop ke


berkamer myang Komputer melalui input Card video. Mikroskop
Terhubung TV tersebut mempunyai sistem pencahayaan
elektrik, bukan menggunakan cermin sebagai
sumber cahaya. Kelebihan sistem ini adalah
fasilitas penampilan data lebih real time (karena
menggunakan Video Card), dan penyimpanan
data lebih baik (data dapat disimpan dalam
komputer dalam bentuk ganbar maupun video).
6. Mikroskop yang Sistem ini menghubungkan mikroskop ke Laptop
terhubung melalui port USB. Mikroskop tersebut
PC/Laptop melalui mempunyai sistem pencahayaan elektrik, bukan
USB menggunakan cermin sebagai sumber cahaya.
Kelebihan sistem ini adalah fasilitas
penyimpanan data (data dapat disimpan dalam
Laptop atau PC dalam bentuk
gambar maupun video).

2.7.3 Konstruksi mikroskop digital compound trinocular

Sistem pencitraan mikroskop digital terdiri dari tiga bagian utama, yaitu

sistem mekanik, sistem elektronik dan kamera sebagai sensor. Sistem mekanik

mikroskop berfungsi menggerakan penggerak kasar dan halus pada mikroskop

untuk mendapatkan titik focus. Kamera digital berfungsi menggantikan mata

untuk akuisisi citra sampel yang dapat disimpan dalam bentuk data digital.

Fungsi mikroskop adalah memperoleh citra yang besar dari obyek yang

sangat kecil (orde mikro). Secara umum, komponen utama mikroskop optik terdiri

dari lensa obyektif dan lensa okuler. Lensa obyektif berfungsi membentuk

bayangan riil obyek yang diamati. Bayangan riil tersebut kemudian jatuh di depan

lensa okuler yang jaraknya lebih kecil dari fokus lensa okuler, sehingga terbentuk

bayangan maya (Adi dkk, 2012). Secara umum, proses pembentukan bayangan

oleh kedua lensa mikroskop dapat dijelaskan pada Gambar 7.


34

Gambar 2.12. Pembentukan Bayangan Mikroskop


( Baddarudin, Mohammad, 2003 )

Dengan memperlakukan cahaya sebagai gelombang, maka dapat disederhanakan

bahwa terdapat dua bidang pada mikroskop digital yang digunakan untuk

menghitung amplitudo kompleks dari intensitas cahaya. Bayangan yang

ditimbulkan oleh pembiasan cahaya pada objek akan ditangkap oleh kamera untuk

disimpan atau ditampilkan. Mikroskop digital mampu merekam data objek dalam

bentuk digital, baik dalam bentuk foto maupun video. Sehingga data tersebut

dapat dianalisis menggunakan komputasi digital.

2.8 Pengolahan Citra Digital

Pengolahan citra adalah proses analisis komponen citra dengan

menggunakan komputer guna menggali informasi yang terdapat pada citra

tesebut. Pengolahan citra bertujuan memperbaiki kualitas citra agar mudah

diinterpretasi oleh manusia atau mesin (dalam hal ini komputer) (Munir, 2004).

Citra digital merupakan kesatuan dari berbagai elemen yang terdiri dari
35

kecerahan (brightness), kontras (contrast), kontor (contour), warna (color),

bentuk (shape), dan tekstur (texture).

Citra dapat dikatakan sebagai sinyal dua dirnensi, yang digambarkan

dalarn bentuk fungsi kontinu dari dua peubah f(x,y). Dengan memperlakukan

intensitas cahaya sebagai gelombang rnaka citra hasil pengamatan optik

mikroskop dapat diubah dalam sebuah fungsi kontinu.Secara matematis fungsi

intensitas cahaya pada bidang dwimatra disimbolkan dengan f(x,y). Nilai f(x,y)

sebenarnya adalah hasil kali i(x,y) dengan r(x,y). Dimana i(x,y) adalah jumlah

cahaya yang berasal dari sumbernya (illumination) dengan nilai antara 0 sampai

tidak berhingga dan r(x,y) adalah derajat kemampuan obyek memantulkan

cahaya (reflection) yang nilainya antara 0 dan 1.

Agar citra dapat dianalisis menggunakan komputer secara digital, maka

citra harus direpresentasikan secara numerik dengan nilai-nilai yang diskrit atau

diistilahkan sebagai nilai intensitas cahaya. Nilai-nilai intensitas cahaya tersebut

direpresentasikan sebagai nilai-nilai kanal pada citra digital. Untuk citra 8 bit

akan memiliki satu kanal yang mengandung sekumpulan nilai berkisar dari 0 –

255, dan citra 24 bit akan memiliki tiga kanal yang dikenal sebagai kanal R

(red), G(green), dan B (blue) (Fadlisyah, 2013).

Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua

dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi

menerus (continue) dari intensitas cahaya pada bidang dwimatra (Munir, 2004).

Representasi citra dari fungsi kontinu menjadi nilai-nilai diskrit disebut

digitalisasi. Citra yang dihasilkan dari proses inilah yang disebut citra digital
36

(digital image). Pada umumnya citra digital berbentuk empat persegi, dan

dimensi ukurannya dinyatakan sebagai tinggi dikali lebar atau sebaliknya (Putra,

2010).

2.9. Citra Grayscale

Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi f (x,y) berukuran M baris

dan N kolom. Dengan x dan y adalah sebagai koordinat spasial yang berada di

titik koordinat x,y pada fungsi f (x,y). Titik ini dinamakan tingkat keabuan dari

citra pada titik tersebut. Apabila nilai x,y dan nilai keabuan suatu citra secara

keseluruhan memiliki batas nilai atau berhingga, maka dapat dikatakan bahwa

citra tersebut merupakan citra digital (Putra, 2010). Serum ini mampu mendeteksi

4,6 kali lebih akurat dibandingkan dengan metode deteksi serum lainnya.

Diagnosis cacing penyebab penyakit kaki gajah dapat dilakukan melalui

pengamatan menggunakan mikroskop. Dengan perkembangan teknologi saat ini,

mikroskop telah dilengkapi dengan kamera digital. Sehingga, data hasil

pengamatan mikroskop dapat disimpan dalam bentuk citra (image). Hal ini

memungkinkan pengamatan cacing dapat dilakukan dengan teknik analisis citra.

Sudaraka Mallawaarachchi et al. (2013) menggunakan pendekatan analisis

citra dalam mendeteksi cacing penyebab penyakit kaki gajah. Metode yang

digunakan adalah Connected Component Analysis dan Dynamic Thresholding

untuk mendeteksi adanya cacing (microfilariae) dalam citra darah. Hasil yang

diperoleh mampu mendeteksi cacing penyebab penyakit kaki gajah dalam darah

dengan tingkat sensitivitas 91,42% dan specificity 88,57% dari 70 citra uji.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alur Penelitian


Mulai

Studi Pustaka

Persiapan Alat dan Bahan

Grinding Polishing

Reaktan

Pengujian Struktur Mikro


besi Pejal Baja ST 41
Dengan Mikroskop digital
16MP

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian


(Sumber. Dokumentasi)

37
38

3.2. Alat dan Bahan

Untuk melakukan penelitian ini dibutuhkan sebuah mikroskop digital 16

MP untuk melihat pada struktur mikro pada bahan material

3.2.1 Alat

1. Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda yang sangat

kecil. Benda sangat kecil yang tidak terlihat dengan mata biasa. Benda ini

jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari karena memang lebih banyak

digunakan dalam penelitian, laboratorium, dan dunia pendidikan

Gambar 3.2 Mikroskop


(Dokumentasi 2019)
39

2. Meteran digunakan untuk membantu membuat garis supaya bahan yang akan

dipotong sesuai dengan kebutuhan

Gambar 3.3 Meteran Roll


(Sumber. Dokumentasi)

3. Spidol digunakan untuk membuat tanda pada bahan yang akan dipotong

Gambar 3.4 Spidol


(Sumber. Dokumentasi)
40

4. Gergaji band saw digunakan untuk memotong bahan material dengan media

pendingin dromus dengan alur potong gergaji searah jarum jam

Gambar 3.5 bandsaw machine


(Sumber. Dokumentasi)

5. Grinding Polishing machine digunakan untuk menghaluskan permukaan bahan

material dengan arah putaran melingkar dengan di bantu air sebagai media

pendingin dan menghilangkan sisa kotoran amplas

Gambar 3.6 Grinding Polishing


41

(Sumber. Dokumentasi)

6. Wadah plastik digunakan untuk tempat wadah dari Nital HNO3 1-5 ml dan 100

ML etanol (95%) yang sudah tercampur

Gambar 3.7 Wadah Plastik


(Sumber. Dokumentasi)

7. Pipet digunakan untuk mengambil dan mengukur Nital HNO3 1-5 ml dan 100

ML etanol (95%) sesuai dengan kebutuhan pemakaian

Gambar 3.8 Pipet


(Sumber. Dokumentasi)
42

8. Gelas ukur digunakan untuk menakar campuran reaktan kimia

Gambar 3.9 Gelas Ukur Plastik


(Sumber. Dokumentasi)

9. Sarung tangan karet kimia digunakan untuk melindungi tangan pada saat

mencampur reaktan kimia


43

Gambar 4.0 Sarung tangan karet kimia


(Sumber. Dokumentasi
3.2.2 Bahan

1. Nital HNO3 Nital adalah larutan asam nitrat dan alkohol yang biasa

digunakan untuk etsa logam. Ini sangat cocok untuk mengungkapkan struktur

mikro baja karbon. Alkohol dapat berupa metanol, etanol, atau alkohol.

Gambar 4.1 Nital


(Sumber. Dokumentasi)
44

2. Metanol (95%)

Gambar 4.2 Metanol


(Sumber. Dokumentasi)

Gambar 4.3 Besi Pejal Baja ST 41


(Sumber. Dokumentasi)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan beberapa cara diantaranya adalah :


45

3.3.1. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah suatu cara dalam mengumpulkan data dengan

cara mencari, membaca, dan mempelajari buku – buku, journal, laporan

penelitian atau referensi dari internet agar membantu dalam proses

penelitian atau pembuatan suatu produk.

Dalam penelitian ini mikroscop yang digunakan adalah jenis XSZ-

107BN SERIES OF BIOLOGICAL MICROSCOPE. Dengan spesifikasi

sebagai berikut:

Gambar 4.4 Mikroskop dengan Nama Komponennya


( www.infolaborat.com )

1. Mainframe of bio-microscope of XSZ-107BN

2. Eyepiece head

3. Objectivies : 4X, 10 X, 40X (S),100X(S,Oil)


46

4. Eyepieces: WF10X

5. 6V 20W Spare Halogen Lamp

6. BGXI-20(0.5A) Fuse

7. Filter : green, light blue

8. Cedarwood oil

9. Dust cover

10. Desiccant

11. Operation Manual

12. Inspection Quality Certificate

3.3.2. Metode Eksperimen

Metode Ekperimen adalah Penulis mengumpulkan data dengan cara

melakukan pengujian alat dan bahan agar mendapatkan hasil yang jelas

serta melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang

dipelajari agar dapat menarik kesimpulan yang dialami sendiri.

Pada metode ini dilakukan langkah-langkah pengamplasan sampai

dengan proses reaktan kimia Nital HNO3 1-5 ml dan 100 ML etanol (95%)

yang dicelupkan dalam reaktan selama 1,5 detik, kemudian dibilas air lalu di

keringkan.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk melihat struktur mikro pada bahan material besi pejal ST 41, maka

memotong bahan material tersebut dengan mengamplas permukaan bahan

menggunakan grinding polishing machine setelah diamplas lalu di celupkan ke


47

reaktan Nital HNO3 1-5 ml dan 100 ML etanol (95%) selama 1,5 detik,

kemudian dibilas air lalu dikeringkan dan siap untuk di lihat dengan mikroskop

digital.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Struktur Mikro Baja ST 41

Sturktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang diamati

melalui teknik metalografi. Struktur mikro suatu logam dapat dilihat

menggunakan mikroskop.

Tabel 1. Komposisi Kimia


No. Unsur Ukuran (Ml)

1. Nital HNO3 1-5

2. Metanol 95 100

Struktur yang dimiliki oleh baja karbon rendah didominasi oleh ferit dan sedikit

perlit. Penambahan unsur paduan biasanya dilakukan pada pengelasan baja

karbon rendah, pengujian struktur mikro untuk mengetahui unsur kandungan

yang terdapat didalam benda uji

Gambar 4.1 Spesimen Besi Pejal Baja ST 41


( Dokumen 2019 )

48
49

Pada struktur yang terbentuk pada material logam dan ukuranya sangat kecil dan

tidak beraturan, bentuknya berbeda-beda tergantung pada unsur dan proses yang

dialami pada saat pembentukanya (ASM Handbook Committee, 2002:9)

gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dpat diamati meluli teknik metalografi.

Struktur mikro suatu logam dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop.

Dimana perbesaran foto diperoleh dari perkalian lensa obyektif dan okuler. Lensa

obyektif yang dipakai 20x, dan lensa okuler 20x sehingga perbesaran 200x. Jarak

200 strip pada foto untuk perbesaran 200x adalah 200 πm.

Adapun hasil pengujian yang telah dilakukan dari hasil reaktan kimia terhadap

baja karbon rendah ST 41

1. Hasil Pengujian Struktur mikro pada besi pejal baja ST 41. Struktur mikro

pada logam induk dari hasil pengujian struktur mikro, struktur mikro

logam induk non perlakuan pembesaran 20 x Objektif atau 100x, dapat

dilihat sebagai berikut gambarnya:

Gambar 4.2 Struktur mikro pembesaran 20x


( Dokumen 2019 )
50

2. Hasil Pengujian Struktur mikro pada besi pejal baja ST 41. Struktur mikro

pada logam induk dari hasil pengujian struktur mikro, struktur mikro

logam induk non perlakuan pembesaran 40 x Objektif atau 100x, dapat

dilihat sebagai berikut gambarnya:

Gambar 4.3 Struktur mikro pembesaran 40x


( Dokumen 2019 )

3. Hasil Pengujian Struktur mikro pada besi pejal baja ST 41. Struktur mikro

pada logam induk dari hasil pengujian struktur mikro, struktur mikro

logam induk non perlakuan pembesaran 40 x Objektif atau 100x, dapat

dilihat sebagai berikut gambarnya:


51

Ferrit

Perlit

Gambar 4.4 Struktur mikro pembesaran 100x


( Dokumen 2019 )

4.2 Pembahasan Pengujian Struktur Mikro

Nampak pada pengujian struktur mikro pada raw material lebih banyak kristal

perlit dibandingkan kristal ferrit. Kristal ferrit yang mempuyai sifat lunak lebih

banyak mendominasi struktur baja. Sementara kristal perlit berada diantara

dengan jumlah yang lebih sedikit. Ferrit yang mempunyai sifat lebih keras

dibandingkan perlit menempati posisi yang tidak teratur.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan pengujian struktur mikro baja ST 41 menggunakan

unsur kimia Nital HNO3 dan Metanol 95 %, maka dapat disimpulkan bahwa pada

besi pejal baja ST 41 struktur yang dimiliki oleh baja karbon rendah didominasi

oleh ferit dan perlit. Penambahan unsur paduan biasanya dilakukan pada

pengelasan baja karbon rendah, pengujian struktur mikro untuk mengetahui unsur

kandungan yang terdapat didalam benda uji.

Struktur yang terbentuk pada material logam dan ukuranya sangat kecil dan tidak

beraturan, bentuknya berbeda-beda tergantung pada unsur dan proses yang

dialami pada saat pembentukanya (ASM Handbook Committee, 2002:9)

gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dpat diamati melalui teknik metalografi.

Struktur mikro suatu logam dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop.

5.2 Saran

Berkaitan dengan hasil pengujian struktur mikro baja ST 41, maka ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Jika ingin melihat permukaan pada material benda uji maka permukaan di

amplas dengan sangat halus.

2. Gunakan alat pelindung diri sarung tangan, kacamata penutup mulut pada saat

mencampur unsur kimia Nital HNO3 dan Metanol

52
53

3. Gunakan pencahayaan yang terang pada saat pengambilan data dengan

mikroskop
DAFTAR PUSTAKA

Arda, Pengujian Sifat Mekanik Kekerasan Bahab Logam Baja, rdra.biz/sain-


teknologi/metalurgi/besi-baja-iron-steel/pengujian-sifat-mekanik-bahan-
logam/pengujian-sifat-mekanik-kekerasan-bahan-logam-baja/

Badaruddin, Mohammad.2003. “modul praktikum pengujian logam dan nn


logam”Laboratorium material teknik jurusan teknik mesin fakultas teknik
universitas lampung. Bandar Lampung.
Jhon Wiley & Sons, New York 2003, Material Science and Engineering An
Introduction, 6thEdition, New York.

Love, G. 1986, Teori dan Praktek kerja Logam, Edisi ke-3, PT. Erlangga Jakarta.

Niemann, G.1994, Elemen mesin, Jilid 1 Edisi ke-2, PT.Erlangga, Jakarta.

Surdia, T; Saito, S., 1985, Pengetahuan Bahan Teknik, Edisi ke-4, PT. Pradya
Paramita, Jakarta.
Tata,Surdia.,1989, Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradian Paramita, Jakarta.

Tata Surdia dan Shinroku Saito, 1995, Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan Ke
3, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

54
55

LAMPIRAN

Bahan Besi Pejal Baja ST 41


( Dokumentasi 2019 )

Proses Polishing 1
( Dokumentasi 2019 )
56

Proses Polishing
( Dokumentasi 2019 )

Proses Penakaran Metanol


( Dokumentasi 2019 )
57

Menakar Unsur HN03


( Dokumentasi 2019 )

Mencampur Unsur HN03 dengan Metanol


( Dokumentasi 2019 )
58

Mencelupkan Material Baja ST 41 Ke Reaktan Selama 1-5 Detik


( Dokumentasi 2019 )

Membilas Dengan Air


( Dokumentasi 2019 )
59

Uji Struktur Mikro dengan Mikroskop


( Dokumentasi 2019 )

Anda mungkin juga menyukai