Anda di halaman 1dari 59

PENGARUH KECEPATAN POTONG TERHADAP HASIL

PEMBUBUTAN BERTINGKAT PADA BAJA ST 41 MESIN


BUBUT KONVENSIONAL

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Jenjang Program Diploma Tiga

Oleh :

Nama : Mohamad Abdul Muhyi

NIM : 16020094

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA

2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGARUH KECEPATAN POTONG TERHADAP HASIL


PEMBUBUTAN BERTINGKAT PADA BAJA ST 41 MESIN
BUBUT KONVENSIONAL

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Sidang Tugas Akhir

Disusun Oleh :

Nama : Mohamad Abdul Muhyi

NIM : 16020094

Telah diperiksa dan dikoreksi dengan baik dan cermat karena itu pembimbing

menyetujui mahasiswa tersebut untuk diuji

Tegal, Agustus 2019


Pembimbing I Pembimbing II

M. Wawan Junaidi U. M.Eng Ahmad Faoji, S.T.


NIDN. 0604067901 NIPY.09.016.298

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin,
Politeknik Harapan Bersama Tegal

Drs. Agus Suprihadi, M.T


NIPY. 07.010.054

ii
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Judul : PENGARUH KECEPATAN POTONG TERHADAP HASIL


PEMBUBUTAN BERTINGKAT PADA BAJA ST 41 MESIN
BUBUT KONVENSIONAL

Nama : Mohamad Abdul Muhyi

NIM : 16020094

Program Studi : DIII Teknik Mesin

Jenjang : Diploma Tiga (DIII)

Dinyatakan LULUS Setelah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Praktek Kerja


Lapangan Program Studi DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal.

1. Penguji I Tanda Tangan


M. Wawan Junaidi U, M.Eng
NIDN. 0604067901 ...............................

2. Penguji II Tanda Tangan


Drs. Agus Suprihadi, M.T
NIPY. 07.010.054 ...............................

3. Penguji III Tanda Tangan

Muh. Nuryasin, M.T ...............................

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin,
Politeknik Harapan Bersama Tegal

Drs. Agus Suprihadi, M.T


NIPY. 07.010.054

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Mohamad Abdul Muhyi
NIM : 16020094

Adalah mahasiswa Progam Studi DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama,
dengan ini saya menyatakan bahawa laporan tugas akhir yang berjudul
:”Pengaruh Kecepatan Potong Terhadap Hasil Pembubutan Bertingkat Pada
Baja ST 41 Mesin Bubut Konvensional”. Merupakan hasil pemikiran sendiri
secara orisinel dan saya susun secara mandiri dengan baik tidak melanggar kode
etik hak cipta. Laporan tugas akhir ini juga bukan merupakan karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar akademik tertentu disuatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di rujuk dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ternyata laporan tugas akhir ini terbukti melanggar kode
etik karya cipta atau merupakan karya yang dikategorikan mengandung unsur
plagiarisme, maka saya bersedia melakukan penelitian baru dan menyusun
laporan tugas akhir sesuai ketentuan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan sesungguhnya.

Tegal, 7 Agustus 2019


Yang membuat pernyataan

Mohamad Abdul Muhyi

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

1. Selalu patuh pada orang tua.


2. Tujuan dari belajar adalah untuk menambah wawasan agar ke depan
kita bisa bersaing di era yang moderen seperti ini.
3. Amalkan ilmu apa yang kita dapat dalam kehidupan sehari-hari.
4. Keberhasilan ditentukan oleh kerja keras serta semangat pantang
menyerah.
5. Percaya diri untuk selalu mempelajari segala macam bentuk ilmu.

Persembahan :

1. Terimakasih untuk Bapak, Ibu, dan Adik saya atas doa, kasih sayang,
dan dukungannya. Doa yang saya panjatkan tak pernah berhenti untuk
Bapak dan Ibu. Semoga saya bisa menjadi anak yang Bapak dan Ibu
banggakan, membuat Bapak dan Ibu senang dan tersenyum dengan
keberhasilan saya ini.
2. Terimakasih untuk rekan-rekan Politeknik Harapan Bersama atas doa
dan dukungannya. Terimakasih sudah banyak membantu sehingga
saya bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
3. Terimakasih kepada pak M. Wawan Junaidi U. selaku dosen
pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk mencurahkan
ilmunya kepada saya.
4. Terimakasih kepada pak Ahmad Faoji ST. selaku dosen pembimbing II
membantu dalam proses penulisan.
5. Tak lupa juga saya berterimakasih kepada dosen Politeknik Harapan
Bersama Tegal.

v
PENGARUH KECEPATAN POTONG TERHADAP HASIL
PEMBUBUTAN BERTINGKAT PADA BAJA ST 41 MESIN BUBUT
KONVENSIONAL

Disusun oleh :

Mohamad Abdul Muhyi

NIM: 16020094

ABSTRAK

Proses membubut adalah salah satu proses permesinan untuk memproduksi


komponen-komponen mesin. Cara kerjanya dengan cara menyayat benda kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: perbedaan tingkat kekasaran
permukaan benda kerja hasil pembubutan pada variasi kecepatan potong mesin
yang berbeda. Variabel yang digunakan adalah : diameter benda kerja yang
berbeda dan putaran mesin yang berbeda. Berdasarkan hasil analisa yang
diperoleh yaitu kecepatan potong berpengaruh terhadap hasil permukaan
speciment. Kecepatan potong terbaik pada material ST 41 adalah 65,94
meter/menit. Perbedaan diameter benda kerja berpengaruh pada hasil kecepatan
potong yg dihasilkan. Semakin besar diameter benda kerja maka kecepatan potong
yang dihasilkan akan semakin tinggi.
Kata Kunci: kecepatan potong, bubut bertingkat, Baja ST 41

vi
THE INFLUENCE SPEED ABOUT THE RESULTS OF MULTILEVEL
TURNING WITH STEEL ST 41 ON CONVENSIONAL LATHE

ABSTRACK

Turning process is one of the machining processes for producing machine


components. How it works by cutting the workpiece. This study aims to
determine: differences in the level of surface roughness of the workpiece as a
result of turning on different variations in the cutting speed of the machine. The
variables used are: different workpiece diameters and different engine speeds.
Based on the analysis results obtained, the cutting speed affects the surface
specimen yield. The best cutting speed on ST 41 material is 65.94 meters /
minute. The difference in diameter of the workpiece affects the results of the
cutting speed produced. The greater the diameter of the workpiece, the higher the
cutting speed will be.

Keywords: cutting speed, multilevel lathe, ST 41 steel

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah yang maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga saya bisa menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Tak lupa saya mengucapkan beribu-ribu terimakasih kepada dosen pembimbing
yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini, dan
juga teman-teman yang selalu mendukung dalam pembuatan laporan tugas akhir
ini. Serta kedua orang tua saya yang selalu mendoakan yang terbaik dan
mendukung penuh dalam pembuatan laporan tugas akhir ini. Saya juga
mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen dan karyawan Politeknik
Harapan Bersama Tegal yang membantu dalam menyelesaikan laporan tugas
akhir ini yang berjudul ’PENGARUH KECEPATAN POTONG TERHADAP
HASIL PEMBUBUTAN BERTINGKAT PADA BAJA ST 41 MESIN BUBUT
KONVENSIONAL’.
Harapan saya semoga laporan tugas akhir ini bisa bermanfaat bagi
pembaca, baik untuk dijadikan rujukan atau referensi dalam pembuatan laporan
kedepannya. Saya menyadari betul dalam laporan tugas akhir ini banyak
kekurangan baik dalam penyusunan kata maupun yang lainnya. Segala saran dan
kritik tentunya akan sangat bermanfaat untuk membuat laporan Tugas akhir ini
berikutnya akan lebih baik.

Tegal, Agustus 2019

Mohamad Abdul Muhyi

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................. iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................... v
ABSTRAK..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR.................................................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah.................................................................. 2
1.4 Tujuan.................................................................................. 2
1.5 Manfaat................................................................................ 3
1.6 Sistematika Penulisan........................................................... 3
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Mesin Bubut......................................................................... 4
2.1.1 Bagian-bagian Mesin Bubut.................................... 5
2.2 Macam-macam Teknik Pembubutan.................................... 5
2.2.1 Pembubutan Silindris............................................... 6
2.2.2 Pembubutan Muka (facing)...................................... 6
2.2.3 Cutting Off................................................................ 7
2.2.4 Recessing.................................................................. 8
2.2.5 Parting...................................................................... 8
2.2.6 Biting........................................................................ 9

ix
2.2.7 Pembubutan Bentuk (Form Turning)...................... 9
2.2.8 Pembubutan Tirus..................................................... 10
2.2.9 Pembubutan Copy..................................................... 10
2.2.10 Pembubutan Ulir....................................................... 10
2.2.11 Chamfering............................................................... 11
2.2.12 Boring...................................................................... 12
2.2.13 Drilling.................................................................... 12
2.2.14 Reaming................................................................... 13
2.2.15 Knurling.................................................................... 13
2.3 Elemen-elemen Dasar pemotongan...................................... 14
2.4 Kecepatan Pemotongan........................................................ 14
2.5 Pembubutan Bertingkat........................................................ 16
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alur Penelitian....................................................... 17
3.2 Alat dan Bahan..................................................................... 18
3.2.1 Alat........................................................................... 18
3.2.2 Bahan........................................................................ 20
3.3 Metode Pengambilan Data................................................... 21
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian..................................................................... 23
4.1.1 Perhitungan Kecepatan potong................................ 23
4.2 Pembahasan.......................................................................... 28
4.2.1 Hasil dan Proses Pembubutan.................................. 28
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.......................................................................... 38
5.2 Saran.................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 39
LAMPIRAN.................................................................................................. 40

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mesin Bubut Konvensional......................................................... 4


Gambar 2.2 Pembubutan Silindris.................................................................. 6
Gambar 2.3 Facing........................................................................................ 7
Gambar 2.4 Cutting Off.................................................................................. 7
Gambar 2.5 Recessing..................................................................................... 8
Gambar 2.6 Biting.......................................................................................... 9
Gambar 2.7 Pembubutan Bentuk.................................................................... 9
Gambar 2.8 Pembubutan Tirus....................................................................... 10
Gambar 2.9 Pembubutan Ulir.......................................................................... 11
Gambar 2.10 Chamfering................................................................................ 11
Gambar 2.11 Boring....................................................................................... 12
Gambar 2.12 Pengeboran................................................................................ 13
Gambar 2.13 Knurling..................................................................................... 14
Gambar 2.14 Pembubutan Bertingkat........................................................... 16
Gambar 3.1 Jangka Sorong........................................................................... 19
Gambar 3.2. Pahat HSS................................................................................. 19
Gambar 3.3 Smartphone............................................................................... 20
Gambar 4.1 Hasil pembubutan diameter 20 mm dengan 300 rpm................. 29
Gambar 4.2 Chip pembubutan diameter 20 dengan 300 rpm........................ 29
Gambar 4.3 Hasil pembubutan diameter 20 mm dengan 550 rpm................. 30
Gambar 4.4 Chip pembubutan diameter 20 dengan 550 rpm....................... 30
Gambar 4.5 Hasil pembubutan diameter 20 mm dengan 840 rpm.................. 31
Gambar 4.6 Chip pembubutan diameter 20 dengan 840 rpm...................... 31
Gambar 4.7 Hasil pembubutan diameter 25 mm dengan 300 rpm................ 32
Gambar 4.8 Chip pembubutan diameter 25 dengan 300 rpm....................... 32
Gambar 4.9 Hasil pembubutan diameter 25 mm dengan 550 rpm.................. 33
Gambar 4.10 Chip pembubutan diameter 25 dengan 550 rpm...................... 33

xi
Gambar 4.11 Hasil pembubutan diameter 25 mm dengan 840 rpm............... 34
Gambar 4.12 Chip pembubutan diameter 25 dengan 840 rpm..................... 34
Gambar 4.13 Hasil pembubutan diameter 28 mm dengan 300 rpm............... 35
Gambar 4.14 Chip pembubutan diameter 28 dengan 300 rpm...................... 35
Gambar 4.15 Hasil pembubutan diameter 28 mm dengan 550 rpm.............. 36
Gambar 4.16 Chip pembubutan diameter 28 dengan 550 rpm...................... 36
Gambar 4.17 Hasil pembubutan diameter 28 mm dengan 840 rpm.............. 37
Gambar 4.18 Chip pembubutan diameter 28 dengan 840 rpm...................... 37

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kecepatan Potong............................................................................ 15


Tabel 3.1 Diagram Alur Penelitian.................................................................. 17
Tabel 3.2 Spesifikasi Mesin Bubut................................................................ 21
Tabel 4.1 Hasil Pembubutan Bertingkat......................................................... 27
Tabel 4.2 Grafik Perbandingan Kecepatan Potong........................................ 28

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A1 Foto Dokumentasi


Lampiran A2 Sertifikat Baja ST 41
Lampiran A3 Lembar Pembimbing Tugas Akhir

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pembubutan adalah salah satu proses permesinan untuk

memproduksi komponen-komponen mesin. Proses pembubutan termasuk

kedalam proses permesinan dengan menggunakan alat potong atau pahat sebagai

pembentuknya. Mesin bubut (turning machine) adalah salah satu jenis mesin

perkakas yang dalam prinsip kerjanya benda kerja dicekam dan benda kerja

bergerak memutar sedangkan mata potong atau pahat tetap. Pada proses

membubut benda kerja terlebih dahulu dipasang pada cekam bubut (chuck) yang

terpasang pada spindel mesin, kemudian spindel dan benda kerja diputar dengan

kecepatan sesuai dengan putaran yang dibutuhkan. (Rochim, 1993).

Pada proses pembubutan, kehalusan dari hasil pekerjaan merupakan hal

yang sangat penting. Kualitas permukaan benda kerja hasil pemakanan tergantung

pada kondisi pemakanan, misalnya kecepatan yang tinggi akan menghasilkan

permukaan yang halus, begitupun sebaliknya kecepatan yang rendah akan

menghasilkan permukaan yang kasar. Kualitas pembubutan sangat dipengaruhi

oleh jenis pahat yang digunakan seperti misalnya pahat bubut HSS (high speed

steel). (Syamsir,1989).

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas maka Tugas Akhir ini

peneliti mengambil judul “Pengaruh Kecepatan Potong Pembubutan Bertingkat

Pada Baja ST 41 Mesin Bubut Konvensional”.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

Pada rumusan masalah kali ini berdasarkan latar belakang maka peneliti

merumuskan masalah tentang “Pengaruh kecepatan potong terhadap hasil

pembubutan bertingkat pada baja ST 41 mesin bubut konvensional”

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak meluas maka batasan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan mesin bubut konvensional.

2. Diameter benda yang dikerjakan 20 mm, 25 mm, 28 mm dan panjang

benda 200 mm.

3. Menggunakan pahat HSS halus.

4. Menggunakan putaran 300 rpm, 550 rpm, 840 rpm.

5. Material ST 41.

6. Pembubutan secara otomatis.

7. Panjang benda yang dibubut masing-masing tingkatan 50 mm.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan yang diperoleh dari laporan Tugas Akhir ini yaitu untuk

mengetahui hasil terbaik dari perbedaan kecepatan potong pada permukaan baja

ST 41 menggunakan mesin bubut konvensional dengan variasi putaran mesin dan

diameter yang berbeda.


3

1.5 Manfaat

Untuk mengetahui dan menentukan parameter permesinan untuk

mendapatkan hasil pengukuran kekasaran permukaan yang diinginkan dari

perbedaan kecepatan putaran mesin dan diameter benda yang digunakan.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,

tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisi tentang teori mesin bubut, macam-macam teknik bubut,

elemen dasar pemotongan dan kecepatan pemotongan yang diambil dari

buku-buku yang dipakai untuk kelancaran penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang diagram alur penelitian, alat dan bahan yang

digunakan, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi hasil dan pembahasan

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

Pada bab ini berisi tentang saran dari penulis dan kesimpulan yang diambil

setelah melakukan penelitian


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Mesin Bubut

Marsyahyo (2003), menyatakan bahwa mesin bubut merupakan mesin

perkakas untuk proses pemotongan logam (metal-cutting process). Operasi dasar

dari mesin bubut adalah melibatkan benda kerja yang berputar dan cutting tool-

nya bergerak linier. Kekhususan operasi mesin bubut adalah digunakan untuk

memproses benda kerja dengan hasil atau bentuk penampang lingkaran atau

benda kerja berbentuk silinder.

Gambar 2.1 mesin bubut konvensional


(Kurniawan, 2008)

4
5

2.1.1 Bagian-bagian Mesin Bubut

Untuk dapat digunakan secara maksimal, mesin bubut standar harus

memilki bagian-bagian utama yang standar. Bagian-bagian mesin bubut standar

diantaranya :

1. Spindel : bagian yang berputar (terpasang pada headstock) untuk memutar

chuck ( pencekam benda kerja).

2. Headstock : bagian dimana transmisi penggerak benda.

3. Tailstock : bagian yang berfungsi untuk mengatur center atau pusat atau

titik tengah yang dapat diatur untuk proses bubut parallel maupun taper.

4. Carriage (sadel) : bagian ini berfungsi menghantarkan cutting tool (yang

terpasang pada tool post) bergerak sepanjang meja bubut saat operasi

pembubutan berlangsung.

5. Bed : meja dimana headstock, tailstock, dan bagian lainnya terpasang kuat

dimeja ini.

2.2 Macam-macam Teknik Pembubutan (Turning)

Pada proses pembubutan ada beberapa macam teknik yang dapat

diterapkan. Masing-masing teknik tersebut memiliki tujuan/maksud tersendiri.

Selain itu, perbedaan teknik pembubutan juga memengaruhi geometri hasil

pengerjaan. Berikut macam-macam teknologi pembubutan.


6

2.2.1 Pembubutan Silindris

Pembubutan silindris merupakan proses penyayatan di mana gerakan pahat

bubut sejajar dengan sumbu benda kerja. Metode pembubutan ini digunakan

untuk membuat bentuk dengan diameter seragam (seperti poros lurus).

Gambar 2.2. Pembubutan Silindris


(Tschatsch, Heinz, 2009)

2.2.2 Pembubutan Muka (Facing)

Pembubutan muka merupakan proses penyayatan di mana gerakan pahat

bubut tegak lurus dengan sumbu putar benda kerja (radial). Metode pembubutan

muka digunakan untuk menyayat permukaan ujung benda kerja serta mengurangi

panjang benda kerja. Ketika melakukan pembubutan kasar (roughing) gerakan

pahat dari luar ke dalam lebih disukai. Sebaliknya ketika melakukan finishing

gerakan pahat dari dalam ke luar lebih cocok diterapkan.


7

Gambar 2.3. Facing


(Tschatsch, Heinz, 2009)

2.2.3 Cutting Off

Cutting off merupakan pemotongan benda kerja dengan pahat bubut. Pada

proses cutting off, pahat bubut yang digunakan memiliki ujung potong yang

miring menuju sumbu benda kerja. Oleh karena itu pahat bubut ini memiliki sudut

kurang dari 90°. Dengan bentuk ujung potong yang miring, akan diperoleh

permukaan pemotongan tanpa sisa (permukaan yang rata) pada ujung benda kerja.

Gambar 2.4. Cutting Off


(Tschatsch, Heinz, 2009)
8

2.2.4 Recessing

Recessing merupakan penyayatan pada benda kerja yang bertujuan untuk

membentuk sebuah alur. Ujung potong pahat yang digunakan biasanya sejajar

dengan sumbu benda kerja (sudut pahat 90°). Recessing mirip dengan cutting off.

Perbedaan keduanya hanya terletak pada bentuk atau sudut pahat saja. Recessing

biasanya digunakan untuk membuat alur pemisah antara bentuk pembubutan

silindris dan ulir.

Gambar 2.5. Recessing


(Tschatsch, Heinz, 2009)

2.2.5 Parting

Parting merupakan pembubutan di mana pahat bubut bergerak sejajar

maupun tegak lurus terhadap sumbu benda kerja. Sesuai dengan namanya, parting

digunakan untuk memotong/memisahkan benda kerja. Beberapa juga mengenal

parting sama dengan cutting off.


9

2.2.6 Biting

Biting merupakan pembubutan ujung atau muka, di mana arah pemakanan

ujung pahat sejajar dengan sumbu benda kerja. Metode biting biasanya digunakan

untuk membuat alur atau lubang besar pada permukaan ujung benda kerja.

Gambar 2.6. Biting


(Tschatsch, Heinz, 2009)

2.2.7 Pembubutan Bentuk (Form Turning)

Pada pembubutan bentuk, ujung potong pahat bubut berukuran besar

membentuk kontur pada benda kerja. Teknologi pembubutan bentuk seperti

recessing namun perbedaannya terdapat pada bentuk pahat yang unik pada

pembubutan bentuk. Bentuk pahat yang unik ini dapat disebut dengan istilah pahat

bubut bentuk.

Gambar 2.7. Pembubutan Bentuk


(Tschatsch, Heinz, 2009)
10

2.2.8 Pembubutan Tirus

Pembubutan tirus merupakan penyayatan silindris yang menghasilkan

perbedaan diameter secara konstan. Metode pembubutan tirus digunakan untuk

membuat poros tirus/konis.

Gambar 2.8. Pembubutan Tirus


(Mikell P. Groover, 2010)

2.2.9 Pembubutan Copy

Pembubutan copy merupakan penyayatan yang menghasilkan bentuk

benda kerja sesuai dengan geometri benda replika yang telah ada. Replika tersebut

ditransmisikan dengan eretan melintang dan eretan memanjang.

2.2.10 Pembubutan Ulir

Pembubutan ulir merupakan penyayatan yang menghasilkan bentuk ulir.

Pembubutan ulir terdiri dari pembubutan ulir luar dan ulir dalam. Pembubutan ulir
11

tergolong dalam pembubutan silindris di mana pemakanannya sama dengan pola

kisar ulir dari ulir yang akan dibuat.

Gambar 2.9. Pembubutan Ulir


(Tschatsch, Heinz, 2009)

2.2.11 Chamfering

Chamfering merupakan pembubutan pada sudut benda kerja menggunakan

ujung pahat. Hasil dari chamfering dikenal dengan istilah chamfer.

Gambar 2.10. Chamfering


(Mikell P. Groover, 2010)
12

2.2.12 Boring

Boring merupakan pembubutan dengan gerakan pemakanan sejajar dengan

sumbu benda kerja. Menurut arah pemakanan boring mirip dengan pembubutan

silindris. Namun perbedaaanya adalah boring dilakukan pada bagian dalam benda

kerja. Boring bertujuan untuk memperbesar diameter lubang pada benda kerja.

Gambar 2.11. Boring


(Mikell P. Groover, 2010)

2.2.13 Pengeboran (Drilling)

Pengeboran dapat juga dilakukan pada mesin bubut. Kebalikan dengan

pengeboran pada mesin bor, pengeboran dengan mesin bubut menggunakan mata

bor yang tidak berputar (yang berputar benda kerjanya).


13

Gambar 2.12. Pengeboran


(Mikell P. Groover, 2010)

2.2.14 Reaming

Reaming mirip dengan drilling. Reaming bertujuan untuk memperbesar

diameter lubang hasil pengeboran. Selain itu reaming juga digunakan untuk

memperhalus permukaan lubang. Proses reaming merupakan proses lanjutan dari

drilling (meskipun tidak wajib dilakukan proses reaming).

2.2.15 Knurling

Knurling sebenarnya bukan termasuk proses penyayatan. Knurling

merupakan proses pembentukan logam yang digunakan untuk membuat pola

arsiran yang bersilangan pada permukaan benda kerja.


14

Gambar 2.13. Knurling


(Mikell P. Groover, 2010)

2.3 Elemen – Elemen Dasar Pemotongan Pada Proses Bubut

Elemen – elemen pada dasar pemotongan pada proses bubut dapat

diketahui dengan rumus yang dapat diturunkan dengan memperhatikan gambar

teknik, di mana di dalam gambar teknik dinyatakan spesifikasi geometrik suatu

produk komponen mesin yang di gambar. Setelah itu harus dipilih suatu proses

atau urutan proses yang digunakan untuk membuatnya. Salah satu cara atau

prosesnya adalah dengan bubut, pengerjaan produk, komponen mesin, dan alat –

alat menggunakan mesin bubut akan ditemui dalam setiap perencanaan proses

permesinan.

2.4 Kecepatan Potong (cutting speed)

Kecepatan potong adalah panjang ukuran lilitan pahat terhadap benda

kerja atau dapat juga disamakan dengan panjang tatal yang terpotong dalam

ukuran meter yang diperkirakan apabila benda kerja berputar selama satu menit.

Sebagai contoh, baja lunak dapat dipotong sepanjang 30 meter tiap menit. Hal ini

berarti spindel mesin perlu berputar supaya ukuran mata lilitan pahat terhadap
15

benda kerja (panjang tatal) sepanjang 30 meter dalam waktu putaran satu menit.

Karena ukuran benda kerja berbeda – beda, maka :

Kecepatan potong ditentukan dengan rumus :

గǤ௡Ǥௗ
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

Di mana : Cs = adalah kecepatan potong ,(m/min)

π = adalah konstata,seharga 3,14

d = diameter (mm)

n = kecepatan putar poros utama,(rpm)

Karena diameter dinyatakan dalam milimeter, dan kecepatan potong

dalam meter, maka x d atau keliling benda kerja dibagi dengan 1000.

Tabel 2.1 Kecepatan Potong Cs (m/menit)


16

2.5 Pembubutan Bertingkat

Pembubutan bertingkat sebenarnya sama dengan pembubutan rata, hanya

saja pada pembubutan bertingkat ada variasi diameter yang berbeda. Berikut ini

adalah contoh gambar pembubutan bertingkat :

Gambar 2.14 Pembubutan Bertingkat


(Dokumen, 2019)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alur Penelitian

Mulai

Studi Pustaka

Persiapan Alat dan Bahan

Pengujian Spesimen Baja ST41

20 mm 25 mm 28 mm

Data Hasil Perbedaan


Kecepatan Potong
Pembubutan Bertingkat

Analisa Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

17
18

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Pada saat melakukan pengujian ini. Kami membutuhkan alat yang

digunakan untuk proses penelitian diantaranya adalah :

1. Jangka sorong

Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai

seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian

bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian

dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah

dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat

ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorong di bawah 30 cm dan 0.01

untuk yang di atas 30 cm.

Kegunaan jangka sorong adalah:

· untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;

· untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang

(pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;

· untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara

"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak

terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.


19

Gambar 3.1 Jangka Sorong


(Ibadurrahman, 2017)

2. Pahat HSS

Pahat HSS (High Speed Steel) adalah pahat yang digunakan dalam proses

pembubutan dengan kecepatan tinggi.

Gambar 3.2 Pahat HSS Toki


(Dokumen 2019)

3. Kamera/smartphone

Kamera smartphone digunakan pada saat pengambilan gambar pada saat

melakukan penelitian.
20

Gambar 3.3 SmartPhone Samsung Galaxi S6


(Samsung.com, 2015)

3.2.2 Bahan

Pada saat akan melakukan pengujian maka kami membutuhkan bahan

yang akan diujicobakan yaitu menggunakan Baja ST 41. Dengan variasi diameter

yaitu d1 20 mm, d2 25 mm dan d3 28 mm. Untuk panjang pembubutan yaitu 50

mm disetiap masing-masing diameter.

Gambar 3.4 Pembubutan Bertingkat


(Dokumen, 2019)
21

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari studi literatur,

buku referensi, artikel, jurnal-jurnal yang sesuai dengan topik penelitian dan juga

data-data dari internet. Data penelitian tersebut dijadikan sebagai bahan analisa

untuk melakukan penelitian ini. Setelah itu melakukan interview kepada dosen

pembimbing agar penelitian ini bisa terarah. Kemudian melakukan observasi.

Setelah semua itu selesai kami melakukan penelitian sesuai judul diatas. Berikut

ini adalah data spesifikasi mesin bubut Konvensional :

Tabel 3.2 Spesifikasi mesin bubut

VOLTASE 220V/50Hz
DAYA LISTRIK 550 WATT
MOTOR 3/4 HP
SPINDEL TRAVEL 85 mm
SWING 410
JENIS PAHAT HSS
SPINDEL TAPER MT#2
UKURAN ALAS 300 MM
TINGGI 960 mm

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data untuk mengetahui uji pengaruh kecepatan laju

pemakanan terhadap benda kerja material ST 41 pada mesin bubut yang pertama

dengan cara melakukan hitungan teoritis pada setiap kecepatan dan diameter

benda, kemudian hasil dari perhitungan teoritis dibuat dalam bentuk tabel.

Selanjutnya pada proses penelitian pengujian penyayatan dengan kecepatan


22

putaran 400 rpm, 550 rpm,dan 840 rpm dengan diameter benda kerja 20 mm, 25

mm, dan 28 mm terhadap maerial ST 41 dilakukan analisa kekasaran hasil

pemakanan. kemudian difoto hasil dari penyayatan benda kerja tersebut pada

setiap diameter benda kerjanya dan dijelaskan secara bertahap setiap gambarnya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan pengambilan data analisis pembubutan rata bertingkat

dengan variasi diameter 20 mm, 25 mm, 28 mm. Dengan panjang pembubutan

masing-masing 50 mm disetiap diameter dengan kecepatan putaran yang berbeda

yaitu 300 rpm, 550 rpm, dan 840 rpm dan kedalaman pemakanan 05 mm dapat

diperoleh hasil sebagai berikut :

4.1.1 Perhitungan Kecepatan Potong (Cs)

1. Cutting Speed (Cs) pada putaran 300 rpm

Diketahui : d1 : 20 mm

d2 : 25 mm

d3 : 28 mm

n : 400 rpm

π : 3,14

Ditanya : Cs...?

23
24

గǤ௡Ǥௗଵ
Jawab : Cs ൌ
ଵ଴଴଴

ଷǡଵସǤଷ଴଴Ǥଶ଴
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

Cs = 18,84 meter/menit

గǤ௡Ǥௗଶ
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

ଷǡଵସǤଷ଴଴Ǥଶହ
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

Cs = 23,55 meter/menit

గǤ௡Ǥௗଷ
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

ଷǡଵସǤଷ଴଴Ǥଶ଼
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

Cs = 26,38 meter/menit

2. Cutting Speed (Cs) pada putaran 550 rpm

Diketahui : d1 : 20 mm
25

d2 : 25 mm

d3 : 28 mm

n : 550 rpm

π : 3,14

Ditanya : CS...?

గǤ௡Ǥௗଵ
Jawab : Cs ൌ
ଵ଴଴଴

ଷǡଵସǤହହ଴Ǥଶ଴
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

Cs = 34,54 meter/menit

గǤ௡Ǥௗଶ
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

ଷǡଵସǤହହ଴Ǥଶହ
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

Cs = 43,17 meter/menit

గǤ௡Ǥௗଷ
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

ଷǡଵସǤହହ଴Ǥଶ଼
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

Cs = 48,36 meter/menit
26

3. Cutting Speed (Cs) pada putaran 840 rpm

Diketahui : d1 : 20 mm

d2 : 25 mm

d3 : 28 mm

n : 840 rpm

π : 3,14

Ditanya : Cs...?

గǤ௡Ǥௗଵ
Jawab : Cs ൌ
ଵ଴଴଴

ଷǡଵସǤ଼ସ଴Ǥଶ଴
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

Cs = 52,75 meter/menit

గǤ௡Ǥௗଶ
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

ଷǡଵସǤ଼ସ଴Ǥଶହ
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

Cs = 65,94 meter/menit
27

గǤ௡Ǥௗଷ
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

ଷǡଵସǤ଼ସ଴Ǥଶ଼
Cs ൌ
ଵ଴଴଴

Cs = 73,85 meter/menit

Tabel 4.1 Hasil Pembubutan Bertingkat Dengan Kecepatan Pemotongan Berbeda

Kecepatan 300 rpm Kecepatan 550 rpm Kecepatan 840 rpm

d 20 D25 D28 D20 D25 D28 D20 D25 D28


Kecepatan
18,84 23,55 26,38 34,54 43,17 48,36 52.75 65,94 73,85
Potong (Cs)
Hasil Sangat
Halus Halus Halus Kasar kasar Kasar Halus Halus
Pembubutan Halus

Dari tabel diatas peneliti sudah menemukan hasil dari proses pembubutan

bertingkat pada material ST 41 dengan menggunakan kecepatan putaran mesin

yang berbeda-beda. Pada pembubutan di putaran 300 rpm gram yang dihasilkan

halus disemua diameter bahan yang diujikan. Kemudian pada kecepatan 550 rpm

gram yang dihasilkan pada disemua diameter hasilnya kasar. Selanjutnya pada

putaran 840 rpm gram yang dihasilkan pada diameter 20 mm hasilnya sangat

halus dan pada diameter 25 mm dan 28 mm hasilnya halus.


28

Grafik Perbandingan Kecepatan Potong Pembubutan Bertingkat

80
70
60
50
Diameter 20mm
40
Diameter 25mm
30
Diameter 28 mm
20
10
0
300 rpm 550 rpm 840 rpm

4.2 Pembahasan

Setelah melakukan proses penelitian pembubutan bertingkat menggunakan

mesin bubut konvensional dan selanjutnya dapat diperoleh hasil penelitian

pengaruh kecepatan putaran mesin dan juga perbedaan diameter benda kerja

terhadap kecepatan pemakanan yang dihasilkan pada material ST 41.


29

4.2.1 Hasil dari proses pembubutan dengan diameter 20 mm 300 rpm

Pada pembubutan dengan diameter 20 mm dengan rpm 300, seperti pada

gambar 4.1 dan 4.2. Chip hasil penyayatan terlihat halus, kemudian setelah selesai

melakukan pembubutan hasil serat dari hasil pembubutan tersebut juga terlihat

sangat halus, dan kecepatan pemakanannya adalah 18, 84 meter/menit.

Gambar 4.1 Hasil pembubutan diameter 20 mm dengan 300 rpm


(Dokumen, 2019)

Gambar 4.2 Chip hasil pembubutan diameter 20 mm dengan 300 rpm


(Dokumen, 2019)
30

4.2.2 Hasil dari proses pembubutan dengan diameter 20 mm 550 rpm

Pada pembubutan dengan diameter 20 mm dengan rpm 550, seperti pada

gambar 4.3 dan 4.4 Chip hasil penyayatan terlihat kasar , kemudian setelah

selesai melakukan pembubutan hasil serat dari hasil pembubutan tersebut juga

terlihat kasar, dan kecepatan pemakanannya adalah 34,54 meter/menit.

Gambar 4.3 Hasil pembubutan diameter 20 mm dengan 550 rpm


(Dokumen, 2019)

Gambar 4.4 Chip pembubutan diameter 20 dengan 550 rpm


(Dokumentasi, 2019)
31

4.2.3 Hasil dari proses pembubutan dengan diameter 20 mm 840 rpm

Pada pembubutan dengan diameter 20 mm dengan rpm 840, seperti pada

gambar 4.5 dan 4.6. Chip hasil penyayatan terlihat sangat halus, kemudian setelah

selesai melakukan pembubutan hasil serat dari hasil pembubutan tersebut juga

terlihat sangat halus, dan kecepatan pemakanannya adalah 52,75 meter/menit.

Gambar 4.5 Hasil Pembubutan diameter 20 mm dengan 840 rpm


(Dokumentasi, 2019)

Gambar 4.6 Chip pembubutan diameter 20 mm dengan 840 rpm


(Dokumen, 2019)
32

4.2.4 Hasil dari proses pembubutan dengan diameter 25 mm 300 rpm

Pada pembubutan dengan diameter 25 mm dengan rpm 300, seperti pada

gambar 4.7 dan 4.8. Chip hasil penyayatan terlihat halus, kemudian setelah

selesai melakukan pembubutan hasil serat dari hasil pembubutan tersebut juga

terlihat lebih kasar, dan kecepatan pemakanannya adalah 23,55 meter/menit.

Gambar 4.7 Hasil pembubutan diameter 25 mm dengan 300 rpm


(Dokumen, 2019)

Gambar 4.8 Chip pembubutan diameter 25 mm dengan 300 rpm


(Dokumen 2019)
33

4.2.5 Hasil dari proses pembubutan dengan diameter 25 mm 550 rpm

Pada pembubutan dengan diameter 25 mm dengan rpm 550, seperti pada

gambar 4.9 dan 4.10. Chip hasil penyayatan terlihat lebih kasar, kemudian setelah

selesai melakukan pembubutan hasil serat dari hasil pembubutan tersebut juga

terlihat kasar, dan kecepatan pemakanannya adalah 43,17 meter/menit.

Gambar 4.9 Hasil pembubutan diameter 25 mm dengan 550 rpm


(Dokumen, 2019)

Gambar 4.10 Chip pembubutan diameter 25 mm dengan 550 rpm


(Dokumen, 2019)
34

4.2.6 Hasil dari proses pembubutan dengan diameter 25 mm 840 rpm

Pada pembubutan dengan diameter 25 mm dengan rpm 840, seperti pada

gambar 4.11 dan 4.12. Chip hasil penyayatan terlihat halus, kemudian setelah

selesai melakukan pembubutan hasil serat dari hasil pembubutan tersebut juga

terlihat sangat halus, dan kecepatan pemakanannya adalah 65,94 meter/ menit.

Gambar 4.11 Hasil pembubutan diameter 25 mm dengan 840 rpm


(Dokumentasi, 2019)

Gambar 4.12 Gram pembubutan diameter 25 mm dengan 840 rpm


(Dokumentasi, 2019)
35

4.2.7 Hasil dari proses pembubutan dengan diameter 28 mm 300 rpm

Pada pembubutan dengan diameter 28 mm dengan rpm 300, seperti pada

gambar 4.13 dan 4.14. Chip hasil penyayatan terlihat halus, kemudian setelah

selesai melakukan pembubutan hasil serat dari hasil pembubutan tersebut juga

terlihat halus, dan kecepatan pemakanannya adalah 26,38 meter/menit.

Gambar 4.13 Hasil pembubutan diameter 28 mm dengan 300 rpm


(Dokumentasi, 2019)

Gambar 4.14 Chip pembubutan diameter 28 mm dengan 300 rpm


(Dokumen, 2019)
36

4.2.8 Hasil dari proses pembubutan dengan diameter 28 mm 550 rpm

Pada pembubutan dengan diameter 28 mm dengan rpm 550, seperti pada

gambar 4.15 dan 4.16. Chip hasil penyayatan terlihat kasar, kemudian setelah

selesai melakukan pembubutan hasil serat dari hasil pembubutan tersebut juga

terlihat kasar, dan kecepatan pemakanannya adalah 48,36 meter/menit.

Gambar 4.15 Hasil pembubutan diameter 28 mm dengan 550 rpm


(Dokumen, 2019)

Gambar 4.16 Chip pembubutan diameter 28 mm dengan 550 rpm


(Dokumentasi, 2019)
37

4.2.9 Hasil dari proses pembubutan dengan diameter 28 mm 840 rpm

Pada pembubutan dengan diameter 28 mm dengan rpm 840, seperti pada

gambar 4.17 dan 4.18. Chip hasil penyayatan terlihat sangat halus, kemudian

setelah selesai melakukan pembubutan hasil serat dari hasil pembubutan tersebut

juga terlihat sangat halus, dan kecepatan pemakanannya adalah 73,85

meter/menit.

Gambar 4.17 Hasil pembubutan diameter 28 mm dengan 840 rpm


(Dokumen, 2019)

Gambar 4.18 Chip pembubutan diameter 28 dengan 840 rpm


(Dokumen, 2019)
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengujian pembubutan bertingkat terhadap baja ST

41 dengan putaran mesin yang berbeda dan diameter yang berbeda-beda diperoleh

hasil pengujian yaitu: kecepatan potong terbaik pada diameter 20 mm diputaran

840 rpm. Selanjutnya pada diameter 25 mm hasil terbaik pada putaran 840 rpm .

kemudian pada diameter 28 hasil terbaik pada kecepatan 840 rpm. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan potong yang

digunakan maka semakin halus pula permukaan yang dihasilkan.

5.2 Saran

Untuk mendapatkan hasil pembubutan bertingkat yang bagus dan

maksimal pada baja ST 41. Untuk lebih lanjut penelitian ini dapat dilanjutkan

dengan menggunakan bahan dan atau jenis pahat yang berbeda. Dengan

memberikan variasi diameter dan kedalaman pemakanan yang berbeda pula

sehingga bisa dibandingkan dengan penelitian ini.

38
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan. W, Loa, 1984, Kontruksi Baja 1, Badan Penerbit Pekerjaan Umum,


Jakarta Selatan.
Kurniawan fajar, 2008, Study tentang cutting force mesin bubut, Tugas akhir
sarjanaTeknik mesin universitas muhammadiyah surakarta, Solo.
Marsyahyo, Eko, 2003, Mesin Perkakas Pemotongan Logam, Toga Mas, Malang.
Maulana Ade, 2018, Pengaruh Kecepatan Potong Terhadap Hasil Pembubutan
Bertingkat Mesin Bubut Konvensional Pada Material ST 37, Tugas Akhir
DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama, Tegal.
Mikell P. Groover, 2010, Foundamentals of Modern Manufacturing Forth
Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Rochim, T 1993, Teknologi penggunaan Permesinan: Jakarta.
Rochim Taufik, 1993, Proses Permesinan dan Mesin Bubut. Lab. Teknik
Produksi dan Metrologi industri FTI-ITB, Bandung.
Tschatsch, Heinz, 2009, Applied Machining Technology, Springer, Germany.
Syamsudin. R, 1997, Teknik Bubut, Puspa Swara, Jakarta.

39
LAMPIRAN

40
41
42
43
44
45

Anda mungkin juga menyukai