Anda di halaman 1dari 108

RANCANG BANGUN RIGID BORESCOPE

UNTUK INSPEKSI VISUAL SPEY MK555 ENGINE

Rigid Borescope Design and Manufacture


For Spey MK555 Engine Visual Inspection

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
DIPLOMA III TEKNIK AERONAUTIKA

Di Jurusan Teknik Mesin

Oleh
Muhamad Adriansyah Ramdanis
NIM: 161229015

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2019
RANCANG BANGUN RIGID BORESCOPE
UNTUK INSPEKSI VISUAL SPEY MK555 ENGINE

Rigid Borescope Design and Manufacture


For Spey MK555 Engine Visual Inspection

Penulis:

M. Adriansyah Ramdanis NIM: 161229015

Penguji:

1. Ketua : Nur Rachmat, Dipl. Ing., M.Sc.

2. Anggota : Vicky Wuwung, S.T., M.T.

Tugas Akhir ini telah disidangkan pada tanggal 02 Agustus 2019 dan disahkan
sesuai ketentuan.

Pembimbing,

Y. Sinung Nugroho, Dipl.Ing., M.T.


NIP. 196505141991021001

Ketua Jurusan Teknik Mesin,

Dr. Syarif Hidayat, Dipl.Ing., M.T.


NIP. 196309031991021001
PERNYATAAN PENULIS

“Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir
ini adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang
saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi dalam laporan Tugas Akhir ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan
sebagai bahan untuk makalah/Tugas Akhir lain kecuali saya menyatakan dengan
jelas bahwa saya menggunakannya.
Saya memahami bahwa laporan Tugas Akhir yang saya kumpulkan ini dapat
diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiatisme.”

Judul Tugas Akhir:


Rancang Bangun Rigid Borescope Untuk Inspeksi Visual Spey MK555
Engine

Bandung, 30 Juli 2019

Yang menyatakan,

(M. Adriansyah Ramdanis)


NIM: 161229015
“ No Guts no Story, No pain no Gain, Nothing is for free,
Everything need process,Keep on The Track, Man jadda wa
jadda”
ABSTRAK

Tugas Akhir ini berisi tentang rancang bangun alat inspeksi visual berupa Rigid
Borescope. Rigid Borescope merupakan alat bantu inspeksi visual yang digunakan
untuk menginspeksi komponen yang sulit dijangkau atau terletak pada ruang yang
sempit, seperti turbine blade, compressor blade, atau internal gearbox. Tujuan dari
pembuatan Tugas Akhir ini adalah sebagai alat bantu praktik mahasiswa pada Spey
MK555 Engine Visual Inspection. Hal ini dikarenakan belum tersedianya Rigid
borescope sebagai alat bantu praktik visual inspection sebagaimana dimaksud di
Engine shop Politeknik Negeri Bandung.
Metode yang digunakan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini adalah metode
analisis dan eksperimental. Tahapan studi literatur, observasi dan studi banding,
serta desain dan analisis merupakan implementasi dari metode analisis. Tahapan
manufaktur serta evaluasi dan pemecahan masalah merupakan implementasi dari
metode ekperimental. Rigid Borescope yang dibuat pada Tugas Akhir ini mengacu
pada borescope patent dengan nomor paten US3178994A dan Borescope Training
Manual Spey MK555 Engine. Hasil yang didapat dari Rigid Borescope yang dibuat
dengan menggunakan lampu LED sebagai penerangan dan dapat terhubung ke
smartphone melalui kabel micro USB. Kamera pada Rigid Borescope ini dapat
digerakkan pivoting (rotasi) 900 dengan menggunakan servo. Berdasarkan hasil
pengujian, diketahui bahwa rigid borescope ini telah berfungsi dengan baik dan
telah dapat digunakan untuk melakukan inspeksi visual pada Spey Mk555 Engine.
Dengan demikian, hasil dari Tugas Akhir ini selanjutnya diharapkan dapat
digunakan mahasiswa Teknik Aeronautika dalam melakukan praktek inspeksi
visual pada perkuliahan Praktik Gas turbine engine.

Kata kunci: Borescope, media pembelajaran, inspeksi

i
ABSTRACT

This final task contains the design of a Rigid Borescope for visual inspection tools.
Rigid Borescope is a visual inspection tool that used for inspecting components that
are difficult to reach or located in a narrow space, such as a turbine blade, a
compressor blade, or internal gearbox. The purpose of this final project is as a
visual inspection tool for student practice on Spey MK555 Engine. This is due to
the unavailability of Rigid Borescope as a visual inspection practice tools in Engine
Shop Bandung State Polytechnic.
The methods used in completing this final project are analytical and experimental
methods. The stages of study literature, observation and benchmarking, as well as
design and analysis are implementations of analytical methods. Manufacturing
stages as well as evaluation and problem solving are the implementation of
ecperimental methods. The Rigid Borescope that made on this final project refers to
the Borescope patent with patent number US3178994A and the Borescope Training
Manual Spey MK555 Engine. The results obtained from the Rigid Borescope are
made using the LED light as a lighting and can be connected to a smartphone via a
micro USB cable. The camera at this Rigid Borescope can be actuated pivoting 90⁰
by using servo. Based on the results of the test, it is known that this rigid borescope
has been functioning properly and can be used to perform visual inspection of the
Spey Mk555 Engine. Thus, the outcome of the final task is expected to be used by
the aeronautical engineering students in conducting visual inspection practices in
the Gas turbine engine practice course.

Keywords: Borescope, media practice, inspection

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji serta syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

Dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan tugas
akhir ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga


laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya.
2. Kedua orang tua, kakak serta keluarga penulis yang selalu memberikan
dukungan moral maupun material.
3. Bapak Dr. Syarif Hidayat, Dipl.Ing., MT., selaku Ketua Jurusan Teknik
Mesin Politeknik Negeri Bandung.
4. Bapak Mochammad Luthfi, Dipl.Ing., MT., M.Sc. selaku Ketua
Porgram Studi D3 Teknik Aeronautika.
5. Bapak Budi Hartono, S.T., M.T., sebagai Koordinator Tugas Akhir.
6. Bapak Y. Sinung Nugroho, Dipl.Ing., M.T., selaku pembimbing
penulis yang telah membimbing selama melaksanaakan Tugas Akhir
ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Teknik Aeronautika yang sangat membantu
penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.
8. Bapak-bapak Teknisi Hanggar Teknik Aeronautika yang telah
membantu dan memberikan motivasi bagi penulis untuk mengerjakan
tugas akhir ini.
9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Teknik Aeronautika angkatan 2016
yang telah membantu penulis.
10. Seluruh rekan-rekan alumni SMK Penerbangan Angkasa Bogor yang
telah membantu penulis

iii
11. Seluruh rekan-rekan Ikatan Mahasiswa Teknik Aeronautika yang telah
membantu penulis.
12. Seluruh rekan-rekan kelas 3C Teknik aeronautika yang telah
memberikan motivasi dan membantu dalam pembuatan Tugas Akhir
ini.
13. Teman-teman ANTHF yang selalu memberi semangat kepada penulis
selama pembuatan Tugas Akhir ini.
14. Dhea Kartika dan Annisa yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan moral bagi penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.
15. Eko Hari sebagai Certifying Staff PT. Nusantara Turbin dan Propulsi
yang telah membantu penulis dalam melakukan observasi borescope.

Bandung, 30 Juli 2019

Muhamad Adriansyah Ramdanis

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK .....................................................................................................................i

ABSTRACT ................................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

DAFTAR ISI.................................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................xi

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1


1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan Tugas Akhir ..................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ......................................................2
1.5 Sistematika Penulisan................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ...................................5


2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................................5
2.2 Inspeksi ......................................................................................................7
2.2.1 Destructive Testing .......................................................................7
2.2.2 Non-Destructive Testing (NDT) ................................................10
2.3 Inspeksi Visual (Visual Inspection) ........................................................15
2.3.1 Borescope ....................................................................................16
2.3.2 Cermin .........................................................................................23
2.3.3 Magnifying Glass (Lensa Pembesar) .........................................24
2.4 Rigid Borescope ......................................................................................24
2.4.1 Kamera ........................................................................................24

v
2.4.2 Smartphone .................................................................................25
2.4.3 CameraFi .....................................................................................25
2.4.4 Arduino Nano .............................................................................26
2.4.5 Servo Motor ................................................................................27
2.4.6 Proteus Professional 8 ................................................................28
2.5 Regulasi dan Standar Inspeksi Visual dan Borescope ...........................30
2.5.1 CASR (Civil Aviation Safety Regulation) .................................31
2.5.2 FAA AC 25-29 Development of a Nondestructive Inspection
Program/Organization ................................................................32
2.5.3 Standar ISO .................................................................................33

BAB III METODE DAN PROSES PENYELESAIAN............................................35


3.1 Metode Penyelesaian...............................................................................35
3.2 Diagram Alir............................................................................................35
3.3 Tahapan Penyelesaian Masalah ..............................................................36
3.3.1 Studi Literatur .............................................................................37
3.3.2 Observasi dan Studi Banding .....................................................37
3.3.3 Desain dan Analisis ....................................................................38
3.3.4 Manufaktur..................................................................................38
3.3.5 Pengujian .....................................................................................41
3.3.6 Evaluasi dan Pemecahan Masalah .............................................42
3.4 Alat dan Bahan ........................................................................................42
3.4.1 Alat yang digunakan ...................................................................42
3.4.2 Bahan yang digunakan ...............................................................43
3.5 Permasalahan dan Solusi.........................................................................45
3.6 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).................................................46
3.6.1 Job Safety Analysis .....................................................................46
3.6.2 Permit To Work...........................................................................46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................47


4.1 Studi Literatur..........................................................................................47
4.2 Observasi dan Studi Banding ..................................................................48
4.3 Desain dan Analisis .................................................................................54

vi
4.4 Manufaktur ..............................................................................................56
4.4.1 Pemrograman ..............................................................................56
4.4.2 Perakitan Rangkaian Elektronik .................................................57
4.4.3 Assembly......................................................................................58
4.5 Pengujian .................................................................................................58
4.6 Evaluasi dan Pemecahan Masalah ..........................................................61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................62


5.1 Kesimpulan ..............................................................................................62
5.2 Saran ........................................................................................................62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................63

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Borescope .................................................................................................6

Gambar II.2 Borescope .................................................................................................6

Gambar II.3 Cara Tidak Mudah Lupa Pelajaran..........................................................7

Gambar II.4 Uji Tarik ...................................................................................................8

Gambar II.5 Uji Kekerasan ...........................................................................................9

Gambar II.6 Uji Impak .............................................................................................. 10

Gambar II.7 Visual Inspection .................................................................................. 11

Gambar II.8 Metode Magnetic particle testing ...................................................... 12

Gambar II.9 Metode penetrant testing....................................................................... 13

Gambar II.10 Metode Eddy current testing .............................................................. 14

Gambar II.11 Metode Radiografi .............................................................................. 14

Gambar II.12 Metode Ultrasonic............................................................................... 15

Gambar II.13 Rigid Borescope .................................................................................. 17

Gambar II.14 Flexible Borescope ............................................................................. 17

Gambar II.15 Kerusakan Deposit .............................................................................. 20

Gambar II.16 Kerusakan Dented ............................................................................... 20

Gambar II.17 Kerusakan Curled ............................................................................... 21

Gambar II.18 Kerusakan Cracked ............................................................................. 21

Gambar II.19 Kerusakan Burned............................................................................... 22

Gambar II.20 Kerusakan Broken............................................................................... 22

Gambar II.21 Kerusakan Bent ................................................................................... 23

Gambar II.22 Kerusakan Battered ............................................................................. 23

viii
Gambar III.1 Diagram Alir ........................................................................................ 36

Gambar III.2 Arduino IDE ........................................................................................ 39

Gambar III.3 Proses Upload Berhasil ....................................................................... 40

Gambar IV.1 Borescope Screen ................................................................................ 49

Gambar IV.2 Borescope PT.NTP .............................................................................. 49

Gambar IV.3 Borescope Probe .................................................................................. 50

Gambar IV.4 Borescope Kit ...................................................................................... 50

Gambar IV.5 Borescope Lense ................................................................................. 51

Gambar IV.6 Borescope Port Intermediate Case ..................................................... 52

Gambar IV.7 Borescope Intermediate CaseLeftt-Side ........................................... 52

Gambar IV.8 Borescope Intermediate Case Right-Side .......................................... 53

Gambar IV.9 Rancangan Borescope Assembly......................................................... 54

Gambar IV.10 Rancangan Rangkaian Elektronik..................................................... 55

Gambar IV.11 Hasil Pemrograman ........................................................................... 57

Gambar IV.12 Perakitan Rangkaian Elektronik ....................................................... 57

Gambar IV.13 Hasil Assembly .................................................................................. 58

Gambar IV.14 Hasil Assembly .................................................................................. 58

Gambar IV.15 Gambar pengujian menggunakan protaktor .................................... 59

Gambar IV.16 Hasil Pengujian ................................................................................. 60

ix
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Spesifikasi CameraFi ................................................................................ 25

Tabel II.2 Spesifikasi Arduino Nano......................................................................... 27

Tabel III.1 Daftar Alat Yang Digunakan. ................................................................. 42

Tabel III.2 Daftar Bahan Yang Digunakan. .............................................................. 43

Tabel III.3 Permasalahan dan Solusi ......................................................................... 45

Tabel IV.1 Dimensi Rigid Borescope ....................................................................... 48

Tabel IV.2 Komparasi Dimensi Rancangan ............................................................. 56

x
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................... 64

LAMPIRAN B FOTO KEGIATAN ........................................................................ 65

LAMPIRAN C DOKUMENTASI GAMBAR ......................................................... 67

C.1 Gambar Sketsa Rancangan ..................................................................... 67

C.2 Gambar Hasil Presentasi TA .................................................................. 67

C.3 Gambar Perancangan/kerja ..................................................................... 68

LAMPIRAN D JOB SAFETY ANALYSIS & PERMIT TO WORK .................... 76

D.1 Job Safety Analysis ................................................................................ 76

D.2 Permit To Work ...................................................................................... 77

LAMPIRAN E MODUL PRAKTIK INSPEKSI VISUAL ..................................... 78

xi
DAFTAR SINGKATAN

Daftar Singkatan

NDT : Nondestructive Testing


NDI : Nondestructive Inspection
RAB : Rencana Anggaran Biaya
LED : Light Emitting Diode
SSID : Supplemental Structural Inspection Document
SB : Service Bulletin
AD : Airworthiness Directive
RH : Right Hand
LH : Left Hand
USB : Universal Serial Bus
TA : Tugas Akhir
Polban : Politeknik Negeri Bandung
FAA : Federal Aviation Administration
CASR : Civil Aviation Safety Regulation
AC : Advisory Circular
UVC : USB Video Class
UAC : USB Audio Class

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pesawat udara merupakan moda transportasi yang sangat


dibutuhkan oleh masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi. Hal ini dikarenakan
pesawat udara dapat menempuh jarak yang jauh dengan waktu yang relatif cepat.
Perawatan pesawat udara merupakan elemen yang sangat vital dalam pengoperasian
pesawat udara (1). Perawatan pesawat udara perlu dilakukan agar terciptanya
airwothiness.
Dalam hal perawatan pesawat udara, inspeksi visual merupakan salah satu
bagian penting dalam nondestructive testing (NDT). Hampir 80% inspeksi yang
dilakukan pada large aircraft category dilakukan secara visual, bahkan untuk small
aircraft category hampir seluruhnya menggunakan inspkesi visual. Untuk
mengurangi biaya, inspeksi visual biasanya adalah cara tercepat dan paling
ekonomis mendapatkan sebuah evaluasi awal kondisi pesawat (2).
Berkembangnya teknologi di dunia perawatan pesawatan udara, membuat
mahasiwa teknik aeronautika harus bisa mengikuti perkembangan tersebut. Oleh
karena itu, dalam rangka mengikuti perkembangan dunia perawatan pesawat udara
mahasiswa teknik aeronautika perlu untuk belajar dapat melakukan inspeksi visual.
Tetapi, terkadang terbatasnya alat pembelajaran dapat menjadi masalah dalam
proses pembelajaran.
Salah satu permasalahan dalam melakukan inspeksi visual adalah sulitnya
melakukan inspeksi di tempat yang sempit. Borescope merupakan alat bantu
inspeksi visual yang dapat digunakan untuk dapat melakukan inspeksi di daerah
yang sulit dijangkau. Di Mata Kuliah Gas Turbine Engine terdapat beberapa materi
praktik yang sulit di lakukan karena tempat yang sempit dan alat yang kurang
memadai. Penulis melihat pentingnya penggunaan borescope untuk media

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 1


Program Studi Teknik Aeronautika 2

pembelajaran bagi mahasiswa teknik aeronautika Politeknik Negeri Bandung,


dalam rangka meningkatkan keahlian sebelum terjun ke dunia kerja.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah


yang akan dibahas dalam TA ini, yaitu:

1. Bagaimana merancang bangun Rigid Borescope yang dapat terhubung


ke smartphone?
2. Bagaimana membuat Rigid Borescope yang kameranya dapat bergerak
pivoting 90⁰ dengan error ≤ 5%?
3. Apa saja bahan dan komponen yang digunakan untuk merancang Rigid
Borescope tersebut?
4. Bagaimana cara penggunaan Rigid Borescope untuk inspeksi visual
Spey Mk555 Engine?

1.3 Tujuan Tugas Akhir

Tujuan dari TA ini adalah membuat Rigid Borescope dengan kamera yang
mampu bergerak pivoting 90⁰ dengan error ≤ 5% dan dapat terhubung ke
Smartphone. Tujuan selanjutnya adalah borescope rigid tersebutthg dapat
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran inspeksi visual oleh mahasiswa Program
Studi Teknik Aeronautika pada Spey MK555 Engine yang ada di Hanggar Polban.

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Dalam mencapai tujuan dari TA ini, ruang lingkup yang akan dilakukan
diantaranya:

1. Melakukan survey mengenai prinsip kerja, metode penggunaan, dan data


terkait.

2. Menentukan komponen dan material yang akan digunakan berdasarkan


desain dan ketersediaan komponen di pasaran.

3. Melakukan perancangan Rigid Borescope.


Program Studi Teknik Aeronautika 3

4. Melakukan manufaktur Rigid Borescope.

5. Melakukan pengujian Rigid Borescope pada Spey MK555 Engine.

6. Melakukan evaluasi dari hasil pembuatan Rigid Borescope.

Ruang lingkup diatas dibatasi agar pembahasan bisa lebih fokus pada
permasalahan yang akan di selesaikan. Berikut adalah batasan masalah tersebut
yaitu:

1. Dalam TA ini yang dibahas hanya mengenai inspeksi visual.

2. Borescope yang dibuat pada TA ini hanya menampilkan gambar dari


bagian yang di inspeksi.

3. Kamera pada borescope hanya dapat bergerak pivoting 90⁰ dengan error
≤ 5%.

4. Waktu bergerak pivoting 15ms

5. Sistem penggerak borescope mengunakan servo

6. Analisis hasil rancangan digunakan untuk memastikan rancangan


memenuhi syarat tuntutan.

7. Engine yang digunakan sebagai studi kasus penggunaan borescope


adalah Engine Rolls-Roys Spey 555.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan dilakukan dengan susunan yang secara umum dapat menjelaskan


permasalahan secara terperinci dengan urutan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab membahas tentang dasar-dasar pembuatan Rigid Borescope yang


terdiri terdiri dari latar belakang masalah, ruang lingkup dan batasan masalah,
tujuan TA, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI


Program Studi Teknik Aeronautika 4

Pada bab ini berisi mengenai tinjauan pustaka berdasarkan patent borescope
dengan nomor patent US3178994A dan Borescope Training Manual Spey MK555
Engine, kemudian mengenai landasan teori berdasarkan teori-teori yang
mendukung, serta regulasi yang terkait dengan borescope.

BAB III METODE DAN PENYELESAIAN MASALAH

Pada bab ini berisi tentang metode yang tersusun yang menjelaskan tahap-
tahap dalam mengerjakan TA ini, kemudian digambarkan dengan diagram alir.
Tahapan penyelesaian yang dilakukan pada TA ini mencakup studi literatur,
observasi dan studi banding, desain dan analisis, manufaktur, pengujian, hasil dan
pembahasan. Bab ini juga berisi daftar alat dan bahan yang digunakan,
permasalahan yang dihadapi beserta solusinya, dan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi pembahasan tentang hasil yang telah diperoleh dari
pelaksanaa TA ini. Pembahasan yang dilakukan sesuai dengan tahapan
penyelesaian yang mencakup studi literatur, observasi dan studi banding, desain dan
analisis, manufaktur, pengujian, serta evaluasi dan pemecahan masalah dari hasil-
hasil pembuatan TA ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini berisi semua kesimpulan yang dihasilkan dari serangkaian proses
penulisan dan juga saran-saran sebagai tuntunan perbaikan untuk menyempurnakan
TA ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang diambil adalah dari paten borescope untuk inspeksi
visual dengan nomor paten US3178994A. Dibawah ini menunjukkan ringkasan
penjelasan tentang paten tersebut.
Penemuan ini berhubungan dengan borescope yang digunakan untuk
memeriksa ruang sempit, seperti silinder pembakaran internal mesin, ruang
pembakaran dalam pesawat jet, turbine housing dan blades, tube, reaction vessel,
dan lain-lain. Tujuan dari penemuan ini adalah untuk melakukan pemindaian
sebuah sambungan atau sebuang ruang dengan menyesuaikan sudut cermin
borescope dengan posisi si pengamat. Tujuan selanjutnya adalah untuk
memungkinkan pengamat menentukan lokasi yang jauh dan menggunakan
borescope untuk mendapatkan pandangan lebih jelas. Penggunaan borescope
housing dan tube untuk mendukung lensa objective dan agar mendapat arus listrik
untuk mengoperasikan lampu illuminator (3). Gambar II.1 dan Gambar II.2
mengillustrasikan desain borescope sederhana. Referensi yang berguna dari paten
ini adalah desain dari borescope, prinsip kerja, dan fungsi dari borescope itu sendiri.

Metode pembelajaran merupakan sebuah cara yang dilakukan dengan tujuan


untuk memberikan pembelajaran kepada mahasiswa agar ilmu yang diberikan dapat
diterima dengan baik. Menurut National Training Laboratory terdapat dua metode
pembelajaran yang membuat mahasiswa tidak lupa dengan pelajaran, yaitu metode
pembelajaran pasif dan metode pembelajaran aktif. Pembelajaran pasif merupakan
metode awal yang dilakukan dengan cara mendengarkan dan melihat, persentase
tertinggi yang memberikan dampak paling baik di dalam kelas ada pada tahapan
demonstrasi sebesar 30%. Pembelajaran aktif dilakukan dengan metode kinestetik,
tahapan tertinggi yang berada pada tahap ini ada pada tahap mengajarkan, yaitu

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 5


Program Studi Teknik Aeronautika 6

sebesar 90%, sedangkan dibawahnya ditempati oleh tahapan praktik sebesar 75%.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan praktik dalam metode pembelajaran
sangat penting, sehingga borescope sebagai alat bantu praktik inpeksi visual perlu
dibuat. Gambar II.7 menunjukkan persentase dari tahapan meode belajar agar tidak
mudah lupa.

Gambar II.1 Borescope

(Sumber: https://patents.google.com/patent/US3178994)

Gambar II.2 Borescope

(Sumber: https://patents.google.com/patent/US3178994)
Program Studi Teknik Aeronautika 7

Gambar II.3 Cara Tidak Mudah Lupa Pelajaran.

(Sumber: National Training Laboratory)

2.2 Inspeksi

Inspeksi merupakan critical visual examining, pengujian, pengukuran, dan


pemeriksaan yang diperlukan untuk menentukan kelaikan dari materi yang sedang
diperiksa (4). Terdapat dua metode dalam melakukan inspeksi, yaitu destructive dan
nondestructive. Metode NDT (nondestructive testing) digunakan untuk berbagai
part dan komponen di pesawat yang umumnya ditetapkan dalam component
manufacturer’s maintenance atau maintenance manual, SSID , SB, atau dalam AD.

2.2.1 Destructive Testing

Metode destuctive testing atau pengujian dengan cara merusak merupakan


pengujian pada material yang dilakukan dengan cara merusaknya. Tujuan dari
destructive testing adalah untuk memahami ketahanan suatu material dengan cara
merusak agar dapat mengetahui apakah material kuat dengan metode uji tarik, uji
Program Studi Teknik Aeronautika 8

keras, dan uji bending. Berikut dijelaskan metode yang digunakan pada destructive
testing:

A. Uji Tarik

Pada uji tarik benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang
bertambah secara kontinu, bersamaan dengan itu dilakukan
pengamatan mengenai perpanjang yang dialami benda uji dengan
extensometer. Parameter-parameter yang digunakan untuk
menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan
tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan, dan
pengurangan luas. Parameter pertama adalah parameter kekuatan,
sedangkan yang kedua menyatakan keuletan bahan. Gambar II.4
mengilustrasikan metode uji tarik.

Gambar II.4 Uji Tarik

(Sumber: http://adiputrasimanjuntak.blogspot.com/2015/06/sifat-sifat-
material-teknik.html)

B. Uji Keras

Uji kekerasan adalah pengujian yang paling efektif untuk


menguji kekerasan dari suatu material, karena dengan pengujian ini
kita dapat dengan mudah mengetahui gambaaran sifat mekanis suatu
material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada suatu titik,
Program Studi Teknik Aeronautika 9

atau daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk


menyatakan kekuatan suatu material. Dengan melakukan uji keras,
material dapat dengan mudah di golongkan sebagai material ulet atau
getas. Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan menggunakan
3 macam metode pengujian kekerasan, yaitu Brinnel (HB /
BHN), Rockwell (HR / RHN), dan Vikers (HV / VHN). Gambar II.5
mengilustrasikan metode uji kekerasan.

Gambar II.5 Uji Kekerasan

(Sumber: https://www.testingindonesia.com/metode-hardness-test-atau-
uji-kekerasan-69)

C. Uji Impak

Uji impak adalah metode untuk mengevaluasi ketangguhan,


kekuatan impak dan sensitivitas takik material. Insinyur menguji
kemampuan material untuk menahan impak agar dapat memprediksi
perilakunya di bawah kondisi aktual. Banyak material patah pada
bagian Cacat/retak atau takik. Tes impak yang paling umum
menggunakan pendulum berayun untuk memberikan impak pada
sebuah spesimen bertakik, kemudian tinggi pendulum berayun
sebelum dan sesudah impak digunakan untuk menghitung energi
yang diperlukan untuk mematahkan spesimen. Dalam tes Charpy,
spesimen tes diletakan secara horizontal antara dua bar vertikal.
Dalam tes Izod, spesimen berdiri tegak, seperti tiang pagar.
Program Studi Teknik Aeronautika 10

Spesimen uji impak rusak akibat benturan pendulum berat atau palu
yang jatuh pada kecepatan yang telah ditentukan melalui jarak yang
tetap. Kuantitas yang biasanya diukur adalah energi yang diserap
dalam memecahkan spesimen dalam satu pukulan, seperti dalam uji
dampak Charpy dan uji dampak Izod. Gambar II.6 mengilustrasikan
metode uji impak.

Gambar II.6 Uji Impak

(Sumber:http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/119/5/11.81
3.0011_file5.pdf)

2.2.2 Non-Destructive Testing (NDT)

NDT merupakan metode inspeksi yang digunakan baik dalam produksi


maupun dalam lingkungan perawatan pesawat tanpa merusak item yang di inspeksi
(5). Dibawah ini merupakan macam-macam metode dalam Nondestructive testing:

A. Visual inspection

Metode pemeriksaan ini terdiri dari beberapa cara, yaitu


menggunakan kaca pembesar, borescope, senter, pemindai video,
dan perangkat lain. Inspeksi visual menyediakan sarana untuk
mendeteksi dan memeriksa berbagai macam komponen dan material
Program Studi Teknik Aeronautika 11

dengan diskontinuitas pada permukaan, seperti retak, korosi,


kontaminasi, dikontinuitas, sambungan las, koneksi solder, dan
adhesive dibond. Inspeksi visual secara luas digunakan untuk
mendeteksi dan memeriksa retak permukaan pesawat yang sangat
penting karena berhubungan dengan kegagalan struktural. Inspeksi
visual sering digunakan untuk memberikan verifikasi ketika cacat
ditemukan. Penggunaan alat bantu optik untuk inspeksi visual sangat
bermanfaat dan direkomendasikan. Alat bantu optik memperbesar
tampilan kerusakan yang tidak dapat dilihat oleh mata tanpa bantuan
dan juga mampu menginspeksi pada komponen yang sulit diakses.
Gambar II.7 mengilustrasikan metode inspeksi visual.

Gambar II.7 Visual Inspection

(Sumber:http://google.com )

B. Magnetic particle

Magnetic particle inspection adalah metode untuk


mendeteksi retak, lubang, lubang bawah permukaan, dan
permukaan lainnya, atau sedikit bawah permukaan, diskontinuitas
material Ferro-magnetik. Magnetic particle inspection dapat
digunakan hanya pada bahan Ferro-magnetik (besi dan baja).
Inspeksi ini dapat dilakukan pada bagian sambungan sepert las-
lasan. Partikel magnetik diterapkan pada permukaan baik kering
dengan bentuk bubuk atau permukaan basah dengan bentuk
Program Studi Teknik Aeronautika 12

partikel cair seperti minyak atau air. Gambar II.8 mengilustrasikan


metode magnetic particle.

Gambar II.8 Metode Magnetic particle


testing

(Sumber:http://google.com )

C. Penetrants

Penetrant inspection digunakan pada komponen metal


nonporous dan nonlogam untuk menemukan dikontinuitas material
yang terbuka pada permukaan dan mungkin tidak dapat dilihat
melalui inspeksi visual normal. Komponen harus bersih sebelum
melakukan inspeksi penetran. Tujuan dasar dari pemeriksaan
penetran adalah untuk meningkatkan kontras antara
ketidakkontinuasan dan latar belakangnya. Hal ini dilakukan dengan
mengaplikasikan cairan dengan daya tembus tinggi yang memasuki
diskontinuitas. Penetran dihilangkan dan bahan developer kemudian
diterapkan untuk membuat cairan dari cacat yang dicurigai untuk
menampilkan kerusakan. Bukti visual dari cacat yang dicurigai
kemudian dapat dilihat baik oleh kontras warna dalam cahaya putih
terlihat normal atau dengan fluoresensi di bawah cahaya ultraviolet
hitam. Gambar II.9 mengilustrasikan metode penetrant testing.
Program Studi Teknik Aeronautika 13

Gambar II.9 Metode penetrant testing

(Sumber:http://google.com )
D. Eddy current

Metode Eddy current digunakan untuk mendeteksi retak


permukaan, lubang, retak bawah permukaan, korosi pada permukaan
bagian dalam, dan untuk menentukan kondisi alloy dan heat-
treatment. Alat uji Eddy Current melakukan tiga fungsi dasar:
generating, receiving, dan displaying. Generating unit menyediakan
arus bolak-balik untuk kumparan uji. Receiving unit memproses
sinyal dari kumparan uji ke bentuk dan amplitudo yang diperlukan
untuk tampilan. Instrumen output atau display terdiri dari berbagai
visual, suara, penyimpanan, kemudian teknik transfer memanfaatkan
meter, video display, grafik recorder, alarm, magnetic tape,
komputer, dan relay listrik atau elektronik. Gambar II.10
mengilustrasikan metode eddy current testing.

E. Radiography

Radiography (x-ray) adalah metode NDI yang digunakan


untuk memeriksa bahan dan komponen, dengan menggunakan
konsep adsorpsi diferensial dari penetrating radiation. Setiap
spesimen dalam evaluasi akan memiliki perbedaan dalam kepadatan,
ketebalan, bentuk, ukuran, atau karakteristik penyerapan, sehingga
menyerap jumlah yang berbeda dari radiasi. Radiasi yang tidak
terserap yang melewati bagian direkam pada film, layar fluorescent,
Program Studi Teknik Aeronautika 14

atau monitor radiasi lainnya. Indikasi kondisi internal dan eksternal


akan muncul sebagai varian dari kontras hitam/putih/kelabu pada
film yang terkena, atau varian warna pada layar neon. Gambar II.11
mengilustrasikan metode radiografi testing.

Gambar II.10 Metode Eddy current


testing

(Sumber:http://google.com )

Gambar II.11 Metode Radiografi

(Sumber:http://google.com )

F. Ultrasonic

Pemeriksaan ultrasonik adalah teknik NDT yang


menggunakan gelombang ultrasonic yang bergerak melalui spesimen
Program Studi Teknik Aeronautika 15

tes untuk mendeteksi kerusakan. Gelombang ultrasonic yang


melewati spesimen akan ditampilkan pada Catode Ray Tube (CRT),
sebuah Liquid Crystal Display (LCD) program data komputer, atau
media video/kamera. Indikasi permukaan depan dan belakang dan
internal/kondisi eksternal akan muncul sebagai sinyal vertikal di
layar CRT dalam program uji komputer. Ada tiga jenis pola
tampilan; "Scan", "B" scan, dan "C" scan. Setiap scan memberikan
gambar yang berbeda atau melihat spesimen yang sedang diuji.
Gambar II.12 mengilustrasikan metode ultrasonic testing.

Gambar II.12 Metode Ultrasonic

(Sumber:http://google.com )

2.3 Inspeksi Visual (Visual Inspection)

Inspeksi visual di definisikan sebagai proses inspeksi yang menggunakan


indra penglihatan (mata) sebagai alat utama atau menggunakan alat bantu untuk
menentukan kondisi dari komponen yang di inspeksi (6). Inspeksi visual digunakan
untuk:

1. Memberikan penilaian keseluruhan dari kondisi struktur, komponen,


atau sistem.

2. Menyediakan deteksi dini cacat sebelum mencapai ukuran kritis.

3. Mendeteksi kesalahan dalam proses manufaktur.

4. Mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kondisi komponen


menunjukkan bukti cacat.
Program Studi Teknik Aeronautika 16

Alat bantu yang sering digunakan dalam kegiatan inspeksi visual adalah
kaca pembesar, cermin,atau borescope.

2.3.1 Borescope

Borescope adalah instrumen optik presisi yang dirancang untuk


menginspeksi bagian dalam turbine engine melalui lubang akses berdiameter kecil.
Borescope merupakan hasil pengembangan yang dilakukan oleh General Electric
Company, perusahaan penerbangan dan produsen peralatan optik untuk
memberikan inspeksi yang ekonomis dan andal dengan bukti hasil record berupa
foto maupun rekaman (7).
General inspection dan special inspection dilakukan sesuai dengan keperluan
berdasarkan kejadian dan jadwal inspeksi untuk area umum dan titik tertentu.
Terdapat 2 jenis borescope, yaitu:

1. Rigid Borescope

Rigid Borescope adalah borescope yang digunakan untuk


menginspeksi bagian yang memiliki akses lurus menuju area yang akan
di inspeksi , seperti pada aktuator landing gear, wing spar, atau turbine
blades. Rigid Borescope menetapkan bidang pandang dengan lensa tetap
atau tidak bergerak. Rigid borescope memiliki range panjang mulai dari
2 inchi hingga 100 feet dan dengan diameter mulai dari 0.035 hingga
2.75 inchi. Contoh untuk Rigid Borescope dapat dilihat pada Gambar
II.13.

2. Flexible Borescope

Flexible Borescope merupakan jenis borescope yang dapat


berbelok sesuai dengan lintasan yang dilalui. Flexible borescope
menetapkan bidang pandang yang diarahkan melalui kendali jarak jauh.
Borescope flexible digunakan untuk melihat komponen internal yang
tidak jelas terlihat karena obstruksi inheren ketika melihat melalui Rigit
probe, seperti wing stringer,wing attachment, dan combustion chamber .
Probe flexible digunakan bersama dengan panduan tabung-aptly untuk
Program Studi Teknik Aeronautika 17

dimasukkan ke titik akses mesin untuk memandu probe fleksibel ke


dalam posisi melihat.
Jarak menuju area yang diinspeksi harus ditentukan sebelum
memasukkan probe untuk memastikan posisi yang benar untuk melihat
pandangan positif dan mencegah probe melewati lintasan putar blades.
Borescope flexible memiliki range diameter mulai dari 0.055 hingga 0.5
inch dan dengan pajang hingga lebi dari 300 feet. Contoh untuk
borescope flexible dapat dilihat pada Gambar II.14.

Gambar II.13 Rigid Borescope

(Sumber: https://www.teximtaiwan.com/rigid-borescope-tx1-r6--
4712915.html)

Gambar II.14 Flexible Borescope

(Sumber: https://www.kmstools.com/mtp-36-flexible-borescope-19366)
Program Studi Teknik Aeronautika 18

Engine removal dilakukan untuk mencari kerusakan internal


engine atau karena perawatan terjadwal berdasarkan filosofi "Hard Time
Life", yang menimbulkan biaya yang besar bagi operator. Inspeksi
borescope merupakan keuntungan yang jelas untuk memungkinkan
engine untuk tetap dalam kondisi in-service sampai cacat ditemukan
melalui salah satu atau beberapa hal berikut:

 Performance Analysis

 Oil Analysis (SOAP)

 Inspeksi Borescope

 Repetitive Monitoring dari kerusakan yang diizinkan

Persyaratan inspeksi Borescope pada dasarnya terdiri dari 3 (tiga)


Kategori:

1. Inspeksi terjadwal (Scheduled Inspection)

Inspeksi terjadwal merupakan inspeksi rutin yang dilakukan


sebagai bagian dari jadwal pemeliharaan yang disetujui, frekuensi
dilakukan berdasarkan engine cycle atau Flight times. Combustion &
bagian turbin adalah perhatian utama karena tekanan dan tinggi suhu
dalam area ini. Semua cacat harus direkam, idealnya pada grafik
tertentu, untuk merekam kerusakan apapun dan penilaian dapat
dilakukan untuk menentukan apakah engine:

 Continues in service to the next schedules inspection.

 Continues in service with reduced periodicity checks.

 is removed, either immediately or within a specified


time.
Program Studi Teknik Aeronautika 19

2. Inspeksi Khusus (Special Inspection)

Inspeksi khusus merupakan inspeksi yang dilakukan pada


engine, tetapi tetap dalam kondisi in-service dan dilakukan oleh
expert inspector atau inspector berpengalaman yang telah distujui
utnuk dapat melakukan inspeksi sesuai SID (special inspection
document). Contoh dari inspeksi khusus adalah annual inspection
(inspeksi tahunan) dan 100 jam.

3. Inspeksi Tidak Terjadwal (NonScheduled Maintenance)

Inspeksi tidak terjadwal merupakan jenis inspeksi yang


dilakukan karena terjadinya sebuah insiden yang terjadi. Insiden-
insiden yang menyebabkan perlunya dilakukan inspeksi tidak
terjadwal diantaranya:

 FOD yang terhisap ke dalam Engine

 Engine surge/stall

 TGT atau RPM yang tinggi.

Ada banyak jenis kerusakan yang dapat terjadi di Turbine


Engine, mekanik yang akan melakukan inspeksi menggunakan
borescope harus memiliki pengetahuan tentang jenis-jenis kerusakan
tersebut. Kerusakan yang sering terjadi pada engine Spey Mk555
diantaranya adalah:

 Deposits

Deposit merupakan kerusakan yang terjadi akibat tumpukan bahan


yang terbentuk dari bahan asing atau dari bagian lain tidak dalam
kontak langsung. Contoh dari kerusakan deposit dapat dilihat pada
Gambar IV.1.
Program Studi Teknik Aeronautika 20

Gambar II.15 Kerusakan Deposit

 Dented

Dented merupakan kerusakan identasi permukaan dengan dasar bulat


biasanya disebabkan oleh impact dari FOD ke bagian permukaan
komponen. Gambar IV.2 menggambarkan kondisi dari kerusakan
dented.

Gambar II.16 Kerusakan Dented

 Curled

Curled merupakan jenis kerusakan yang terjadi pada compressor


blade atau turbine blade. Kerusakan ini terjadi pada bagian tip blade
Program Studi Teknik Aeronautika 21

akibat gesekan tip blade dengan engine casing. Dapat dilihat pada
Gambar IV.3 bentuk dari kerusakan curled.

Gambar II.17 Kerusakan Curled

 Cracked

Cracked merupakan kerusakan yang terjadi dengan bentuk


pemisahan parsial yang terlihat, kemudian dapat berkembang
menjadi patahan material secara keseluruhan. Gambar IV.4
mengilustrasikan kerusakan jenis cracked.

Gambar II.18 Kerusakan Cracked


Program Studi Teknik Aeronautika 22

 Burned

Material memiliki batas ketahanan tertentu terhadap suatu


temperatur, kerusakan jenis burned akan terjadi jika temperatur
melebihi batas dari yang telah ditentukan. Contoh dari kerusakan
burned dapat dilihat pada GambarIV.5.

Gambar II.19 Kerusakan Burned

 Broken

Kerusakan dengan jenis ini terjadi akibat sebuah gaya yang cukup
besar dan membuat membuat blade terbagi menjadi dua atau
beberapa bagian. Gambar IV.6 mengillustrasikan kondisi dari
kerusakan jenis broken.

Gambar II.20 Kerusakan Broken

 Bent
Program Studi Teknik Aeronautika 23

Keruksakan ini merupakan perubahan bentuk blade dari sumbu atau


bidang yang seharusnya yang disebabkan oleh gaya lateral. Gambar
IV.7 mengillustrasikan kerusakan bent.

Gambar II.21 Kerusakan Bent

 Battered

Battered merupakan jenis kerusakan yang terjadi akibat impact yang


terjadi akibat tiupan udara yang menyebabkan beban impact besar
secara berulang. Kerusakan battered dapat dilihat pada Gambar IV.8

Gambar II.22 Kerusakan Battered

2.3.2 Cermin

Penggunaan cermin kadangkala diperlukan apabila semua atau sebagian


daerah pemeriksaan tidak dapat ditempatkan dengan mudah di dalam rentang
Program Studi Teknik Aeronautika 24

pengamatan yang disarankan (610 mm pada 30⁰). Berbagai jenis cermin


pemeriksaan dijual dengan sambungan yang dapat ditekuk, pegangan yang dapat
dipanjangkan, dan ada yang memiliki sumber cahaya sendiri yang memungkinkan
penempatan cermin dan sumber cahaya tersebut pada lokasi pemeriksaan.

2.3.3 Magnifying Glass (Lensa Pembesar)

Alat bantu penglihatan seperti lensa pembesar dipakai untuk meningkatkan


penglihatan natural. Lensa pembesar tersedia dalam berbagai variasi rentang
perbesaran, dari 1.5x hingga 2000x dengan bidang pengamatan dari 89 mm hingga
0.15 mm. Rentang ketelitian dari 0.05 mm hingga 2 μm. Mikroskop, kaca
pembesar, dan optical comparator adalah varian dari lensa pembesar. Pada saat
memilih lensa pembesar, perlu dipertimbangkan daya perbesaran, jarak kerja, dan
bidang pengamatan. Hal tersebut saling berhubungan dimana perbesaran yang
tinggi memiliki jarak kerja yang pendek dan bidangpengamatan yang sempit.
Sebaliknya, daya perbesaran yang rendah memiliki jarak kerja yang panjang dan
bidang pengamatan yang luas.

2.4 Rigid Borescope

Penjelasan mengenai rigid borescope telah dijelaskan pada subbab 2.3.1.


Berdasarkan penjelasan pada subbab tersebut, terdapat beberapa komponen yang
digunakan untuk menunjang fungsi dari rigid borescope. Pada subbab dibawah ini
dijelaskan tentang komponen yang digunakan pada rigid borescope.

2.4.1 Kamera

Kamera adalah alat untuk merekam cahaya pemandangan di sepanjang


rangkaian dua dimensi (berorientasi) garis lurus (atau, setara, untuk merekam subset
dua dimensi dari bidang cahaya): misalnya, kamera lubang jarum memetakan
semua sinar yang melewati lubang ke persimpangan mereka dengan beberapa
bidang gambar.
Program Studi Teknik Aeronautika 25

2.4.2 Smartphone

Smartphone atau ponsel pintar merupakan telepon genggam yang memiliki


fungsi dan kemampuan menyerupai komputer. Smartphone hadir untuk memenuhi
permintaan masyarakat akan alat canggih yang mudah dibawa ke mana-mana
membuat kemajuan besar dalam pemroses, memori, layar, dan sistem operasi yang
di luar dari jalur telepon genggam sejak beberapa tahun ini. Fitur yang dimiliki
smartphone sangat banyak, daiantaranya adalah:

1. Miniatur papan ketik

2. Layar sentuh

3. Kamera

4. Fasilitas surel

5. Navigasi perangkat lunak

6. Membaca dokumen elektronik (Ms.Word, Ms.Excel, dll.)

7. Pemutar musik dan video

8. Penjelajah Internet

2.4.3 CameraFi

CameraFi merupakan aplikasi Android untuk menampilkan dan merekam


video, mengambil gambar dari kamera melalui micro USB UVC yang terhubung ke
smartphone atau tablet. Aplikasi ini menghubungkan kamera ke smartphone atau
tablet melalui sinyal yang dihantarkan melalui kabel micro USB UVC. Berikut
merupakan spesifikasi dari CameraFi yang di tunjukkan pada Tabel II.2.

Tabel II.1 Spesifikasi CameraFi

No Spesifikasi

1. Ukuran video SD (640 × 480), HD (1280 × 720), Full HD (1920 × 1080), dll

2. Dapat mengatur resolusi layar yang didukung oleh kamera USB.


Program Studi Teknik Aeronautika 26

3. Perekaman video (dengan audio – in-mic, UAC)

4. Pengambilan gambar capture

5. Tampilan status koneksi kamera USB

6. Melihat rekaman video dan file gambar yang ditangkap

7. Memeriksa pembaruan aplikasi

8. Menyetel prefix file gambar dan video

9. Mengatur pengambilan dan perekaman menggunakan tombol volume

2.4.4 Arduino Nano

Salah satu pengembangan mikrokontroller yang dibuat Arduino adalah


Arduino Nano. Arduinp Nano dibuat dengan ukuran yang kecil dan mendukung
penggunaan breadboard. ATmega328 (Arduino Nano versi 3.x) atau ATmega 168
(untuk Arduino versi 2.x) merupakan basis mikrokontroller yang disematkan dalam
Arduino Nano. Arduino Nano tidak menyertakan connector DC berjenis Barrel
Jack, connector yang dihubungkan ke komputer menggunakan port USB Mini-B
(8). Arduino Nano dirancang dan diproduksi oleh perusahaan Gravitech. Contoh
dari bentuk Arduino Nano dapat dilihat pada Gambar II.6.

Gambar II.6 Mikrokontroller

(Sumber: https://store.arduino.cc/usa/arduino-nano)
Program Studi Teknik Aeronautika 27

Mikrokontroller Arduino Nano memiliki spesifikasi yang menjelaskan


tentang tegangan input yang diperlukan, tegangan output, dll. Spesifikasi Arduino
Nano dapat dilihat pada Tabel II.2.

Tabel II.2 Spesifikasi Arduino Nano

Microcontroller ATmega328
Tegangan Operasi 5V
Arus DC per pin I/O 40 mA
Flash Memory 32 KB of which 2 KB used by bootloader
SRAM 2 KB
Clock Speed 16 MHz
Analog IN Pins 8
Digital I/O Pins 22 (6 digunakan sebagai output PWM)
EEPROM 1 KB
Tegangan Input 7-12 V
PWM Output 6
Power Consumption 19 mA
Ukuran PCB 18 x 45 mm
Berat 7g

2.4.5 Servo Motor

Dalam bidang robotika servo motor banyak digunakan sebagai alat untuk
memberikan aktuasi. Motor servo ada 2 model, yaitu servo linear dan servo rotary.
Motor Servo merupakan perangkat atau actuator putar (motor) yang
mampu bekerja dua arah (Clockwise dan Counter Clockwise) dan dilengkapi
rangkaian kendali dengan sistem closed feedback yang terintegrasi pada motor
tersebut. Pada motor servo posisi putaran sumbu (axis) dari motor akan
diinformasikan kembali ke rangkaian kontrol yang ada di dalam motor servo. Motor
ini sangat kompleks karena disusun dari gearbox, motor dc, variable resistor dan
system kendali, sehingga nilai ekonomis dari motor ini juga sangat tinggi
dibandingkan motor dc yang lain yg ukurannya sama. Potensiometer sebagai
penentu batas maksimal dari putaran sumbu motor servo sedangkan arah putaran
Program Studi Teknik Aeronautika 28

dan sudut dari sumbu motor servo dapat diatur berdasarkan pengaturan duty cycle
sinyal PWM(Pulse Width Modulation) pada pin kendali motor servo (9). Contoh
gambar servi motor dapat dilihat pada Gambar II.6.

Gambar II.5 Hitec Standart Servo HS-322HD

(Sumber: https://hitecrcd.com/products/servos)

2.4.6 Proteus Professional 8

Proteus merupakan sebuah software yang dibuat untuk merancang dan


mensimulasikan suatu rangkaian elektronik. Komponen elektronik pada software ini
cukup lengkap, mulai dari dari komponen-komponen pasif, seperti transistor, saklar
relay Integrated Circuit, tombol(button), FET, SCR, Mikrokontroller, dll. Selain
didukung dengan kelengkapan komponen, juga didukung dengan kelengkapan alat
ukur seperti Voltmeter, Ampere meter, Oscilloscope, Signal Analyzers, serta
pembangkit Frekuensi. Kelengkapan fitur yang disediakan ini menjadikan Proteus
Prof. 8 ISIS menjadi salah satu software simulasi elektronik terbaik (10).
Berdasarkan hal tersebut maka penulis menggunakan Proteus 8 untuk menggambar
rangkaian sistem elektronik untuk penggerak pada TA ini. Terdapat beberapa fitur
pada Proteus Profesional ISIS 8 yang digunakan dalam pembuatan gambar
rangkaian elektronik dari TA ini. Tampilan window Proteus Profesional ISIS 8
seperti dibawah ini, dan memiliki fungsi difitur- fiturnya yang sering digunakan
sebagai berikut :
Program Studi Teknik Aeronautika 29

Menu Bar : merupakan list menu yang dapat digunakan dalam


perancangan/pengolahan gambar rangkaian.

New File: membuat file baru dengan area gambar baru

Open File: membuka file yang pernah disimpan

Save : menyimpan file yang telah dibuat.

Togle Grid : menampilkan bantuan titik-titik panduan pada area gambar

Centre at Cursor: Menentukan area tengah tampilan gambar dengan


bertumpu pada cursor

Zoom in : memperbesar gambar

Zoom out: memperkecil gambar

Zoom to view sheet: menampilkan keseluruhan gambar dalam layar


monitor
Zoom to area: memperbesar gambar dengan memilih area yang
dikehendaki
Pick From Library: mengambil komponen pada library yang akan
diletakkan
pada component list.
Selection mode: memilih dan melakukan aksi pada komponen yang
dipilih
Component Mode: mengambil komponen pada library
Program Studi Teknik Aeronautika 30

Terminal Mode: mengambil dan menggunakan terminal yang


dibutuhkan
dalam rangkaian (VCC,Gnd,Input,Output)
Generator Mode: Memilih pembangkit pulsa yang akan digunakan

Terminal dengan tampilan nilai dari jalur koneksi komponen dengan


menampilkan besaran tegangan/arus
Virtual Instrument Mode: Mengambil alat ukur yang akan digunakan
(CRO, Voltmeter, Ampere meter, AFG, Signal Analyzer).
Rotate Clockwise: Merotasi obyek searah jarum jam

Rotate Anticlockwise: Merotasi obyek berlawanan dengan arah jarum


jam
X mirror: Mencerminkan obyek kearah X

Y mirror: Mencerminkan obyek kearah Y

Play: Menjalankan simulasi rangkaian yang telah dibuat

Step: Menjalankan simulasi secara tahap pertahap

Pause: Memberhentikan simulasi rangkaian

Stop: Menghentikan simulasi rangkaian.

2.5 Regulasi dan Standar Inspeksi Visual dan Borescope

Regulasi merupakan suatu aturan yang ditetapkan oleh otoritas berwenang


untuk memenuhi suatu standar. Setelah melakukan pencarian standar yang
dikeluarkan oleh DGCA Indonesia, penulis tidak menemukan standar yang
Program Studi Teknik Aeronautika 31

mengatur tentang prosedur dan sertifikat bagi inspeksi visual inspector, tetapi
penulis menemukan standar terebut dalam FAA AC25-29. Berikut merupakan
regulasi dan standar yang terkait dengan inspeksi visual dan borescope:

2.5.1 CASR (Civil Aviation Safety Regulation)

CASR merupakan peraturan keselamatan penerbangan sipil yang dibuat


oleh DGCA (Directorate General Civil Aviation) untuk mengatur segala macam hal
teknis mulai rancang bangun serta pengoperasian pesawat udara, bandar udara,
navigasi penerbangan hingga lisensi personnel yang berkaitan langsung dengan
keselamatan penerbangan serta tempat-tempat pendidikanya.
Ada lebih dari 30 Bagian CASR yang telah diberlakukan termasuk petunjuk
teknisnya (guidance). Regulasi dalam CASR yang berhubungan dengan pembuatan
TA ini dijelaskan dibawah ini:

1. CASR Part 43.13 (a) Performance Rules

CASR Part 43 mengatur tentang maintenance, preventive


maintenance, and alteration. Pada Subpart 43.13(a) menjelaskan
bahwa setiap orang yang melakukan pemeliharaan, pengubahan, atau
preventif maintenance pada pesawat, airframe, engine, propeller, atau
menggunakan metode, teknik, dan praktik yang ditentukan dalam
manufacturer’s maintenance manual atau petunjuk Continued
Airworthiness, atau metode, teknik, dan praktik lain yang dapat diterima
oleh DGCA, kecuali sebagaimana tercantum dalam Part 43.16
(Airworthiness Limitation) . Peralatan dan alat uji yang diperlukan
untuk memastikan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan praktik
industri yang diperbolehkan harus digunakan. Apabila peralatan khusus
atau alat uji dianjurkan oleh produsen yang terlibat, peralatan atau
aparatus tersebut, atau yang setara jika dapat diterima oleh DGCA,
harus digunakan (11).
Program Studi Teknik Aeronautika 32

2. CASR Part 145.109 Persyaratan Peralatan, Material, Data dan


Produk Aeronautika

Regulasi ini berisi tentang persyaratan yang diperlukan dalam


penggunaan alat, material, data, dan produk aeronautika yang berada
dibawah kendali AMO (approved maintenance Organization). Pada
paragraph (b) dan (c) dijelaskan bahwa Organisasi perusahaan
perawatan pesawat udara (AMO) bersertifikat harus menjamin
peralatan serta perlengkapan pengujian dan inspeksi yang digunakan
untuk penetuan kelaikan udara pada article telah dikalibrasi sesuai
standar yang diterima oleh DGCA, kemudian Perlengkapan, peralatan
dan material harus yang direkomendasikan oleh pabrik dari article
tersebut atau minimal setara dengan yang direkomendasikan oleh
pabrik dan dapat diterima oleh DGCA (12).

2.5.2 FAA AC 25-29 Development of a Nondestructive Inspection


Program/Organization

FAA AC 25-29 berisi mengenai panduan untuk pengembangan


organisasi dan fasilitas dalam melakukan inspeksi nondestruktif (NDI). Di dalam
Part no.5 yang berisi rekomendasi yang berkaitan dengan enam metode NDI paling
umum, disebutkan bahwa inspeksi visual adalah metode inspeksi yang paling
umum, standar industri saat ini tidak mengandung persyaratan sertifikasi untuk
visual Inspektor. Mekanik harus mempertimbangkan rekomendasi berikut ketika
mengembangkan dan menerapkan program inspeksi visual:

a. Human factor membuktikan bahwa keberhasilan


penyelesaian proses inspeksi visual bergantung pada
prosedur pemeriksaan yang terdefinisi dengan baik,
termasuk target tertentu.

b. Mengambil langkah kehati-hatian untuk memastikan


bahwa prosedur yang dapat mempengaruhi inspeksi
Program Studi Teknik Aeronautika 33

visual (misalnya pembersihan, pengecatan, dan


pembongkaran) tidak dilakukan sebelum proses inspeksi.

c. Pencahayaan yang memadai harus tersedia untuk


melakukan inspeksi rinci.

d. Organisasi NDI harus mendefinisikan dan menggunakan


program pelatihan untuk inspeksi visual.

e. Organisasi NDI harus memerlukan pengujian visi untuk


memastikan bahwa Inspektur NDI memiliki visi di
setidaknya satu mata dengan ketajaman visual yang baik.

f. Job Procedure task card harus lebih spesifik menentukan


penggunaan alat visual (misalnya, senter,
videoskop/borescope, kaliper, mikrometer, penggaris,
dan kaca pembesar) bila diperlukan.

2.5.3 Standar ISO

Standar merupakan suatu persyaratan yang digunakan untuk menciptakan


metode, proses, kriteria, dan praktik teknik yang seragam berupa dokumen formal.
Dalam pembuatan standar terdapat badan-badan atau otoritas yang dibentuk untuk
membuat standar yang mencakup suatu bidang tertentu. Berkaitan dengan TA ini,
terdapat beberapa standar yang dibuat oleh badan terkait. ISO (International
Organization for Standardization) merupakan organisasi independen non-pemerintah
yang anggotanya terdiri dari organisasi standar dari 164 negara anggota. Badan ini
merupakan developer terbesar di dunia standar internasional sukarela dan
memfasilitasi perdagangan dunia dengan menyediakan standar umum antar negara.
Lebih dari 20000 standar telah ditetapkan meliputi segala sesuatu mulai dari produk
manufaktur dan teknologi hingga pertanian dan kesehatan. Standar ISO berkaitan
dengan TA ini dapat dijelasan sebagai berikut:

1. ISO 9712 Non-destructive testing – Qualification and Certification


of NDT personnel
Program Studi Teknik Aeronautika 34

ISO 9712 berisi tentang standar mengenai kualifikasi dan


sertifikasi dari NDT personnel. Didalam ISO 9712 terdapat persyaratan
yang dibutuhkan untuk personel untuk dapat melakukan inspeksi visual
yang termasuk kedalam metode NDT, tertuang pada Part 3.5
(certification). Pada ISO 9712 juga berisi standar prosedur penggunaan
alat untuk melakukan NDT yang tertuang pada Part 3.18 (NDT
Procedure) (13).

2. ISO 3058 Aids For Visual Inspection

Pada ISO 9012 berisi standar mengenai peralatan yang


digunakan dalam melakukan inspeksi visual. Didalam Standar tersebut
dijelaskan mengenai standar material yang digunakan pada alat,
pembesaran, pencahayaan, dan pembesaran (14).
BAB III
METODE DAN PROSES PENYELESAIAN

3.1 Metode Penyelesaian


Metode penyelesaian merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk
membuat TA ini lebih terstruktur untuk memudahkan dalam proses pembuatan.
Metode penyelesaian pada TA ini dibagi menjadi 2 metode, yaitu metode analisis
dan metode eksperimental. Dibawah ini adalah penjelasan dari kedua metode diatas.

1. Metode Analisis
Metode analisis berisi dasar-dasar dari sumber terkait dan desain
yang kemudian digunakan sebagai acuan dalam membuat alat pada
TA ini. Metode analisis mencakup langkah-langkah berikut ini: Studi
literatur, observasi dan studi banding, dan desain dan analisis.

2. Metode Eksperimental
Metode eksperimental merupakan metode yang berupa percobaan
dan pembuatan dalam TA ini. Metode eksperimental mencakup
langkah-langkah sebagai berikut: Manufaktur rangkaian elektronik
dan manufaktur borescope secara keseluruhan, pengujian, dan
pembahasan.

3.2 Diagram Alir


Pada tahapan penyelesaian yang dilakukan dalam pengerjaan TA, langkah-
langkah yang dilakukan secara umum digambarkan dalam diagram alir yang dapat
dilihat pada Gambar III.1. Tahapan pertama yang dilakukan pada TA ini adalah
Studi literatur kemudian dilanjutkan dengan observasi dan studi banding, lalu
dilanjutkan dengan desain dan analisis, setelah itu dilanjutkan dengan tahapan
manufaktur, disusul dengan pengujian. Tahapan terakhir adalah evaluasi hasil dan
pemecahan masalah. Pada diagram alir terdapat simbol panah yang mengarah
kebawah yang berarti menuju ke proses selanjutnya. Pada diagram alir juga terdapat

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 35


Program Studi Teknik Aeronautika 36

simbol panah yang mengarah keatas, simbol ini menunjukan untuk kembali ke
proses sebelumnya karena ada masalah atau hambatan. Lebih lengkapnya untuk
pengerjaan TA dipaparkan pada sub bab 3.3.

Gambar III.1 Diagram Alir

3.3 Tahapan Penyelesaian Masalah


Tahapan penyelesaian masalah berisi tentang proses yang dilakukan selama
mengerjakan TA ini. Tahapan penyelesaian TA pembuatan Rigid Borescope
dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan penyelesaian ini dibuat untuk
memudahkan pengerjaan sehingga lebih terstruktur. Tahapan ini terdiri dari studi
literature, observasi dan studi banding, analisis dan desain, pemrograman,
manufaktur, pengujian, hasil dan pembahasan yang dijelaskan pada subbab dibawah
ini.
Program Studi Teknik Aeronautika 37

3.3.1 Studi Literatur


Studi literatur merupakan tahap yang pertama dari tahap penyelesaian TA
ini. Pada tahap ini dilakukan pencarian rujukan tentang prinsip kerja dan fungsi
borescope, dll. Mencari prinsip kerja dan fungsi untuk dipahami perlu dilakukan
agar memudahkan dalam pembuatan TA ini. Studi literatur dilakukan dengan cara
mempelajari paten dari borescope dan Spey MK555 Engine Borescope Traning
Manual. Borescope patent didapatkan dari google patent, sedangkan Spey Mk555
Engine Borescope Training Manual didapatkan dari Manul Engine Spey yang ada
di Hanggar Teknik Aeronautika Polban.

3.3.2 Observasi dan Studi Banding


Tahap observasi dan studi banding merupakan tahapan untuk melakukan
observasi mengenai alat yang akan dibuat pada TA ini. Tahapan ini dilakukan untuk
menentukan desain awal yang akan dibuat dan komponen yang akan digunakan.
Observasi dan studi banding dilakukan setelah tahapan studi literatur. Pada tahap
observasi dan studi banding dilakukan dengan 2 tahap, yaitu:

1. Observasi Prinsip Kerja dan Penggunaan


Pada tahap ini dilakukan observasi mengenai prisip kerja dan
penggunaan dari borescope. Pada tahapan ini juga dilakukan
observasi port yang digunakan sebagai akses masuknya borescope
rigid pada Spey MK555 Engine. Observasi borescope dilakukan di
PT. Nusantara Turbin dan Propulsi (PT.NTP), sedangkan untuk
observasi port yang digunakan untuk inspeksi visual interal engine
dilakukan di Hanggar Teknik Aeronautika. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk memberikan pemahaman mengenai prinsip kerja alat,
penggunaan, serta guna mengetahui bagian/area mana yang akan di
akses untuk dilakukan inspeksi pada Spey Mk555 Engine.

2. Penentuan Komponen Elektronik dan Bahan


Tahap ini merupakan tahapan yang kedua pada observasi dan studi
banding. Pada tahap ini dilakukan observasi komponen, kemudian
mencari komponen di pasaran guna menentukan komponen dan
bahan yang digunakan dalam pembuatan TA ini.
Program Studi Teknik Aeronautika 38

3.3.3 Desain dan Analisis


Pada tahapan ini dilakukan perancangan alat dan analisis TA ini. Pada proses
ini terdapat beberapa tahapan, yaitu:

1. Perancangan Rigid Borescope


Tahapan pertama adalah proses desain dari Rigid Borescope yang
dilakukan untuk dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan TA ini.
Perancangan pada proses ini berupa perancangan Rigid Borescope secara
keseluruhan dan rangkaian elektronik. Perancangan menggunakan
software Inventor untuk gambar teknik dan Proteus untuk gambar
rangkaian elektronik.

2. Penentuan Komponen Elektronika dan Bahan


Tahapan ini dilakukan setelah perancangan untuk memastikan
komponen yang telah ditentukan pada observasi dan studi banding
digunakan secara tepat dengan desain yang telah dibuat.

3. Analisis Hasil Rancangan


Analisis merupakan tahap terakhir, pada tahap ini dilakukan
analisis hasil rancangan untuk memastikan hasil rancangan sesuai dengan
standar yang digunakan pada borecope rigid yang digunakan di engine
Spey Mk555 berdasarkan borescope training manual Engine Spey
MK555.

3.3.4 Manufaktur
Tahapan manufaktur merupakan tahap yang berisi tentang kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam pembuatan Rigid Borescope. Tahapan manufaktur mengacu
pada desain yang telah di buat pada tahap sebelumnya. Terdapat beberapa kegiatan
yang dilakukan dalam tahapan ini, diantaranya dapat dilihat pada Subbab dibawah
ini.

3.3.4.1 Proses Pemrograman


Pada tahapan awal sebelum merakit komponen, hal pertama yang harus
dilakukan adalah memasukkan program yang berisi perintah ke arduino nano.
Program tersebut dibuat menggunakan Arduino IDE (Integrated Developtment
Program Studi Teknik Aeronautika 39

Environment) yang menggunakan bahasa pemrograman sendiri yang menyerupai


bahasa pemrograman C. Sebelum dijual ke pasaran, IC mikrokontroler Arduino
telah ditanamkan suatu program bernama Bootlader yang berfungsi sebagai
penengah antara compiler Arduino dengan mikrokontroler.
Penggunaan arduino nano pada pembuatan TA ini berguna untuk mengatur
sinyal perintah ke servo dengan bantuan potensiometer. Hasil sinyal yang
dikeluarkan oleh arduino tersebut berbentuk PWM (pulse width modulation)
selanjutnya dikonversikan oleh servo menjadi gerakan. . Untuk memasukkan
program, arduino nano dihubungkan ke computer dengan menggunakan
kabel USB Mini-B. Setelah itu, buka software arduino IDE untuk melakukan
pemrograman. Dapat dilihat pada Gambar III.2 tampilan dari arduino IDE.

Gambar III.2 Arduino IDE

Pemrograman dilakukan pada sketch tampilan utama yang berwarna putih


dengan memasukkan perintah coding. Setelah pemrograman dilakukan, selajutnya
pilih menu verify di bagian pojok kiri atas untuk memeriksa program yang dibuat
dapat berfungsi. Pilih menu upload setelah verify berhasil dilakukan, untuk
memasukkan program ke arduino nano. Proses upload berhasil jika arduino IDE
menampilkan informasi seperti pada Gambar III.3.
Program Studi Teknik Aeronautika 40

Gambar III.3 Proses Upload Berhasil

3.3.4.2 Perakitan rangkaian elektronik


Pada tahap ini dilakukan perakitan rangkaian komponen elektronik pada
PCB berdasarkan desain yang telah dibuat. Proses perakitan menggunakan PCB
sebagai tempat memasang komponen elektronik. Untuk menghubungkan komponen
dengan PCB dibutuhkan timah sebagai konduktor listrik. Timah tersebut disolder
pada tiap kaki komponen yang terpasang pada PCB. Output dari rangkaian
elektronik dihubungkan dengan input servo sebagai pengontrol gerakan.

3.3.4.3 Assembly
Pada tahap ini dilakukan proses penggabungan antara komponen dengan
sistem mekanik dan juga elektronik yang telah dirancang dan dirakit. Proses
assembly ini dilakukan sebagai berikut:

1. Mempersiapkan semua komponen yang akan digunakan untuk


proses assembly.

2. Pemasangan kabel kamera kedalam rigid tube.

3. Pemasangan mounting control kabel pada kamera dengan


menggunakan lem.

4. Pemasangan kabel control dari mounting kamera kedalam rigid tube.

5. Pemasangan kabel control ke servo.

6. Pemasangan mounting servo pada bagian belakang rigid tube dengan


menggunakan lem.
Program Studi Teknik Aeronautika 41

7. Pemasangan rangkaian kontrol elektronik ke holder smartphone


dengan menggunakan lem.

8. Hubungkan konektor control elektronik dengan servo.

9. Langkah terakhir adalah pemasangan heat sink tube untuk


melindungi kabel.

3.3.5 Pengujian
Tahapan ini merupakan tahapan yang berisi proses kegiatan pengujian
tentang apa yang dilakukan untuk pengujian dan bagaimana prosedur yang
dilakukan. Tahapan ini dilakukan untuk menguji fungsi dari alat yang telah dibuat
untuk di evaluasi pada tahapan selanjutnya. Pengujian pertama yang dilakukan
adalah pengujian gerakan dari kamera menggunakan protaktor. Selanjutnya,
pengujian yang dilakukan penulis adalah dengan cara melakukan proses inspeksi
visual sesuai prosedur inspeksi Rigid Borescope pada manual engine Spey MK555.
Pengujian dilakukan oleh penulis sendiri dan dilakukan di Hanggar Teknik
Aeronautika Polban. Berikut merupakan prosedur inspeksi menggunakan borescope
pada bagian L.P Compressor rear stage dan H.P Front stage:

1. Remove cover plate pada port borescope intermediate case


menggunakan socket 1/4”
2. Pasang baterai pada borescope
3. Masukkan borescope melalui intermediate case inspection port dan
posisikan kamera ke bagian L.P Compressor rear stage
4. Periksa outlet guide vanes sebanyak mungkin, kemudian ubah
sudut kamera untuk menambah cakupan gambar
5. Putar L.P compressor menggunakan tangan dan periksa final stage
dari rotor blades
6. Keluarkan borescope dari inspection port
7. Install coverplate pada inspection port
Program Studi Teknik Aeronautika 42

3.3.6 Evaluasi dan Pemecahan Masalah


Evaluasi dan pemecahan merupakan tahapan terakhir yang dilakukan dalam
rangkaian tahap penyelesaian masalah pada TA ini. Tahapan ini berisi tentang
evaluasi dari pengujian yang telah dilakukan dan bagaiman pemecahan masalahnya.
Evaluasi dan pemecahan dilakukan karena alat yang dibuat perlu untuk dievaluasi
dan dicari pemecahan masalahnya agar tujuan pembuatan TA ini dapat terpenuhi.

3.4 Alat dan Bahan


Alat dan bahan sangat diperlukan dalam pembuatan TA ini, terdapat
beberapa komponen alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan tersebut. Alat
dan bahan tersebut diantaranya:

3.4.1 Alat yang digunakan

Pada pembuatan TA ini diperlukan beberapa alat yang digunakan. Tabel


III.1 menunjukan alat yang digunakan pada TA ini.

Tabel III.1 Daftar Alat Yang Digunakan.

No. Nama Alat Fungsi Penggunaan


1. Laptop Tahapan Studi
literature, Tahapan
Spesifikasi: Acer Swift Mendesain gambar Desain, Tahapan
3 RAM 4GB, Processor rancangan TA dan Manufaktur dan
Intel® Core™ i5 penulisan laporan TA. Perakitan, dan
8250U, dan VGA
NVIDIA GeForce Penulisan Laporan
MX150 2GB

2. Phillip
Pemasangan Screw
Screwdriver Tahapan Manufaktur
pada cover alat
dan Perakitan
elektronik
Spesifikasi: PH00 2mm

3. Junior Hacksaw
Pemotongan Rigid Tahapan Manufaktur
Spesifikasi: Ukuran 10- Tube dan PCB dan Perakitan
12 inch

4. Drill gun
Melubangi cover Tahapan Manufaktur
arduino dan Perakitan
Spesfikasi: Mata bor
Program Studi Teknik Aeronautika 43

No. Nama Alat Fungsi Penggunaan


10mm

5. Pengikir flat
Menghaluskan
Tahapan Manufaktur
permukan bekas
Spesifikasi : Ukuran dan Perakitan
potongan
300mm x 20mm

6. Wire Stripper &


Cutter
Mengelupaskan dan Tahapan Manufaktur
memotong kabel dan Perakitan
Spesifikasi: Ukuran
0.5mm – 6mm

7. Amplas Besi
Menghaluskan
Tahapan Manufaktur
permukaan bekas
Spesifikasi: Ukuran 100 dan Perakitan
potongan
dan 700

8. Ragum
Tahapan Manufaktur
Menjepit benda kerja
Spesifikasi: Ukuran dan Perakitan
10 Inch

9. Solder
Penyambungan
Tahapan Manufaktur
Komponen Elektronik
Spesifikasi: Batas suhu dan Perakitan
dengan Timah solder
30⁰C - 300⁰C

10. Kamera
Pemdomentasikan
Smartphone Tahapan Survey,
aktivitas selama
Manufaktur, dan
melaksanakan
Spesifikasi: Resolusi Pengujian
pembuatan TA
12megapixels

3.4.2 Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan pada proses merancang dan membangun TA ini


dapat dilihat pada Tabel III.2 :
Tabel III.2 Daftar Bahan Yang Digunakan.

No. Nama Bahan Fungsi Tahapan Penggunaan


1. Arduino Nano Mikrokontroller untuk Manufaktur dan
Program Studi Teknik Aeronautika 44

No. Nama Bahan Fungsi Tahapan Penggunaan


memberikan perintah ke Perakitan
Spesifikasi: IC Atmega servo
328

PCB Papan sirkuit yang


digunakan untuk Manufaktur dan
2.
Spesifikasi: Single menghubungkan Perakitan
Sided Rigid rangkaian elektronik
Rigid Tube
Untuk probe Rigid Manufaktur dan
3.
Spesifikasi: Bahan Borescope Perakitan
Alumunium ukuran
50.8mm x 8mm

Kabel Penghubung antar


Manufaktur dan
4. Spesifikasi: Ukuran komponen pada
Perakitan
0.75mm rangkaian
Kotak Baterai
dengan saklar Tempat menempatkan Manufaktur dan
5.
Spesifikasi: Kotak baterai Perakitan
baterai AA 4 buah

Potensiometer
Pengatur sinyal yang Manufaktur dan
6.
Spesifikasi: Tahanan 5k keluar dari arduino Perakitan
Ohm

Timah Solder
Bahan untuk Manufaktur dan
7.
Spesifikasi: Ukuran penyolderan Perakitan
0.8mm, titik leleh 190⁰

Ring Spacer
Penyekat antara nut dan Manufaktur dan
8.
Spesifikasi: ukuran cover saklar Perakitan
10mm

Nut
Untuk mengencangkan Manufaktur dan
9.
Spesifikasi: Ukuran saklar ke cover Perakitan
10mm

Heat Shrink Tube Manufaktur dan


10. Untuk pelapis kabel
Perakitan
Program Studi Teknik Aeronautika 45

No. Nama Bahan Fungsi Tahapan Penggunaan


Spesifikasi: Batas suhu
-55⁰C - 125⁰C

Baterai AA 6
Buah Sumber listrik untuk Manufaktur dan
11.
rangkaian elektronik Perakitan
Spesifikasi: Daya 1.5v

Servo Linkage
Media untuk Manufaktur dan
12.
Spesifikasi: Diameter digerakkan servo Perakitan
1mm

Servo

Spesifikasi: Torsi 2.5


Digunakan untuk Manufaktur dan
13.
kg.cm penggerak Perakitan

Kamera Mini
Media pengambilan Manufaktur dan
14.
Spesifikasi: Resolusi citra Perakitan
640x480 Pixel

3.5 Permasalahan dan Solusi


Pada pembuatan TA ini terdapat beberapa permasalahan yang timbul dan
dapat diselesaikan oleh penulis, dapat dilihat pada Tabel III.3.

Tabel III.3 Permasalahan dan Solusi


No. Tahapan Permasalahan Solusi
Permasalahan pada Solusi dari
tahap ini adalah permasalahan ini adalah
Desain dan pembuatan gambar penulis belajar untuk
1.
Analisis menggunakan software menggunakan software
yang belum diajarkan. gambar untuk membuat
rancangan.
1.Permasalahan pada 1. Melakukan
tahap ini adalah pengecekan ulang pada
komponen elektronik tiap-tiap komponen
2. Manufaktur pada sistem penggerak elektronik
tidak dapat bergerak 2. Mengecek kabel dari
2. Kamera tidak dapat kamera dengan
menampilkan citra menggunakan
Program Studi Teknik Aeronautika 46

No. Tahapan Permasalahan Solusi


ketika kabel dipotong Multimeter dan
untuk dimasukkan menyolder ulang kabel
kedalam rigid tube ke potensiometer.

3.6 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Pada pembuatan TA ini terdapat beberapa resiko kerja yang dapat
menimbulkan bahaya. Untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja (K3),
maka dibuat analisis keselamatan kerja (Job Safety Analysis) dan surat izin kerja
aman (Permit To Work). Seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penyelesaian TA
ini sesuai dengan yang di gambarkan dalam diagram alir pada Gambar III.1.

3.6.1 Job Safety Analysis

Pada proses peyelesaian TA, kegiatan yang memiliki resiko bahaya terhadap
kesehatan dan keselamatan kejra (K3)terdapat pada tahap studi literature dan Tabel
III.2. Untuk meminimalisir dan menanggulangi potensi bahaya yang ditimbulkan,
maka diusulkan untuk membuat JSA (Job Safety Analysis) yang dapat dilihat pada
Lampiran D.1.

3.6.2 Permit To Work

Dalam penyelesaian TA ini terdapat ketentuan izin kerja yang harus


dicapaiyang terkai dengan kerja menimbulkan api, kerja menggunakan alat berat,
serta kerja menggunakan radiasi . Potensi bahaya yang dapat terjadi dalam
pembuatan TA ini terhadap manusia adalah paparan radiasi, korosi/iritasi,
pernapasan, tertimpa, penglihatan, dan terjepit. Potensi bahaya yang dapat terjadi
bagi bahan/alat adalah terkorosi, tergores dan retak. SIKA yag telah dibuat dapat
dilihat pada Lampiran D.2
Program Studi Teknik Aeronautika 47

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Studi Literatur

Setelah melakukan studi literatur pada borescope patent dan Borescope


Training Manual Spey Mk555 Engine, didapatkan hasil informasi dan data
mengenai borescope yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Borescope Patent

Berdasarkan borescope patent didapatkan bahwa borescope


berfungsi untuk memeriksa ruang sempit, seperti silinder pembakaran
internal mesin, ruang pembakaran dalam pesawat jet, turbine housing dan
blades, tube, reaction vessel, dan lain-lain. Tujuan dari penemuan ini
adalah untuk melakukan pemindaian sebuah sambungan atau sebuang
ruang dengan menyesuaikan sudut cermin/kamera borescope dengan
posisi si pengamat. Tujuan selanjutnya adalah untuk memungkinkan
pengamat menentukan lokasi yang jauh dan menggunakan borescope
untuk mendapatkan pandangan lebih jelas.

2. Borescope Training Manual

Hasil Studi literatur dari borescope training manual didapatkan


bahwa terdapat dua jenis borescope, yaitu flexible borescope dan rigid
borescope. Penulis memilih Rigid borescope untuk dibuat pada TA ini.
Dari training manual tersebut juga didapat standar dimensi yang
dijadikan acuan oleh penulis untuk membuat borescope, dapat dilihat
pada Tabel IV.1
Program Studi Teknik Aeronautika 48

Tabel IV.1 Dimensi Rigid Borescope

Probe Dimensi

Probe Diameter 0.400 inch

Sudut cakupan gambar 60-90 Deg.

Pembesaran 1:1

Panjang Probe 20 inch

Panjang probe tip 0.750 inch

Hal selanjutnya yang di dapat dari manual tersebut adalah lokasi


dari port untuk melaksanakan inspeksi menggunakan borescope pada
engine Spey MK555. Terdapat 3 port inspeksi, yaitu:

1. Port, Intermediate case plug RH&LH side :


 HP Compressor Stage 1
 HP Compressor Variable Inlet Guide Vanes
 LP Compressor Blades Stage 4
th
2. Port, 7 stage HP compressor outlet duct:
 HP Compressor Blade Stage 7th
3. Port, Fuel spray nozzle
 Combustion Liner & Discharge Nozzles
 HP Turbine Nozzle Guide Vanes Stage 1
 HP Turbine Blades Stage 1
 HP Compressor Stage 12

4.2 Observasi dan Studi Banding

1. Observasi Prinsip Kerja dan Penggunaan Rigid Borescope

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di PT.


Nusantara Turbin dan Propulsi (PT.NTP) didapatkan bahwa
Program Studi Teknik Aeronautika 49

borescope sangat penting digunakan pada perusahaan perawatan


pesawat udara, khusus di PT.NTP borescope digunakan sebagai
inspeksi awal keadaan engine. Berikut merupakan gambar dari
borescope yang digunakan oleh PT.NTP diillustrasikan pada
Gambar IV.1 – IV8.

Gambar IV.1 Borescope Screen

Gambar IV.2 Borescope PT.NTP


Program Studi Teknik Aeronautika 50

Gambar IV.3 Borescope Probe

Gambar IV.4 Borescope Kit


Program Studi Teknik Aeronautika 51

Gambar IV.5 Borescope Lense

Borescope yang digunakan oleh PT.NTP dapat


menggunakan probe jenis rigid dan flexible. Lensa yang digunakan
dapat diganti sesuai kebutuhan pembesaran yang dibutuhkan,
kemudian borescope tersebut dapat memberikan ukuran langsung
pada layar dari cacat yang ditemukan. Dapat dilihat pada Gambar
IV.13 pilihan lensa yang digunakan pada borescope tersebut.
Borescope tersebut dapat bergerak 360⁰ dan citra yang terdapat pada
layar borescope dapat dilihat pada komputer lain tanpa
menggunanakn kabel. Borescope yang digunakan bermerk Olympus
dengan tipe Iplex NX. Harga dari borescope tersebut mencapai
Rp. 94,578,741.65. Untuk biaya inspeksi borescope dikenakan biaya
30.000 usd – 40.000 usd.

Observasi yang dilakukan selanjutnya adalah observasi port


borescope pada Spey MK555 engine. Pada observasi ini port yang
akan digunakan adalah port pada intermediate case, karena hanya
bagian ini yang menggunakan Rigid Borescope. Berikut merupakan
hasil observasi letak port pada intermediate case Spey Mk555 engine
pada Gambar IV.6 - IV.8.
Program Studi Teknik Aeronautika 52

Gambar IV.6 Borescope Port Intermediate


Case

Gambar IV.7 Borescope Intermediate


CaseLeftt-Side
Program Studi Teknik Aeronautika 53

Gambar IV.8 Borescope Intermediate


Case Right-Side

2. Pemilihan Komponen Elektronika dan Bahan

Setelah melakukan observasi komponen untuk pembuatan


TA ini, penulis akhirnya memilih beberapa komponen. Pemilihan
komponen didasari oleh kebutuhan dan ketersediaan komponen di
pasaran. Komponen yang telah dipilih diantaranya:

a. Arduino nano

b. Servo

c. Camera Mini 640x480 Pixels

d. Metal Rigid tube

e. Micro USB cable with potentiometer

f. PCB (Printed Circuit Board)

g. Baterai AA 1.5V (4buah)

h. Tripod Gun Mini Foldable

i. Heat sink tube


Program Studi Teknik Aeronautika 54

j. Servo linkage

k. Kabel jumper

4.3 Desain dan Analisis

Terdapat beberapa hasil yang didapatkan dari tahap desain dan analisis yang
telah dilakukan. Berikut merupakan hasil yang didapatkan dari tahap tersebut:

1. Perancangan Rigid Borescope

Dari proses perancangan Rigid Borescope mendapatkan


hasil berupa desain dari Rigid Borescope assembly dan desain
rangkain elektronik sistem penggerak. Hasil desain pertama
merupakan desain dari Rigid Borescope Assembly. Hasil dari
rancangan Rigid Borescope Assembly dapat dilihat pada Gambar
IV.9.

Gambar IV.9 Rancangan Borescope Assembly


Program Studi Teknik Aeronautika 55

Hasil desain selanjutnya adalah hasil dari desain rangkaian


elektronik yang digunakan sebagai sistem penggerak pada Rigid
Borescope. Hasil desain rangkaian elektronik dapat dilihat pada
Gambar IV.10.

Gambar IV.10 Rancangan Rangkaian Elektronik

2. Penentuan Komponen Elektronik dan Bahan

Hasil yang didapatkan tahap ini adalah bahwa komponen dan bahan
yang telah ditentukan pada tahap observasi dan studi banding sudah
tepat dan sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan untuk
pembuatan Rigid Borescope.

3. Analisis Hasil Rancangan

Hasil dari analisis hasil rancangan didapatkan bahwa rancangan yang


dibuat telah memenuhi persayaratan yang ditentukan berdasarkan
Borescope Training Manual Spey Mk555 Engine. Berikut
merupakan komparasi dimensi hasil rancangan dengan Rigid
Borescope yang digunakan pada Spey Mk555 Engine dapat dilihat
pada Tabel IV.2.
Program Studi Teknik Aeronautika 56

Tabel IV.2 Komparasi Dimensi Rancangan

Borescope Requirement Hasil Rancangan

No. Probe Dimensi Probe Dimensi

Probe
1. 0.400 inch Probe Diameter 0.400 inch
Diameter

Field of
2. 60-90 Deg. Field of Vision 70 Deg.
Vision

3. Pembesaran 1:1 Pembesaran 1:1

Panjang
4. 20 inch Panjang Probe 20 Inch
Probe

Panjang
5. 0.750 inch Panjang probe tip 0.750 inch
probe tip

4.4 Manufaktur

Pada tahap ini terdapat hasil dari beberapa proses yang dilakukan, hasil dari
proses tyang dilakukan dapat dilihat pada subbab dibawah ini.

4.4.1 Pemrograman

Hasil dari pemrograman yang telah dilakukan menggunakan Proteus ISIS


adalah berupa program perintah yang di masukkan ke mikrokontroller Arduino
Nano untuk diubah menjadi sinyal untuk menggerakan servo. Hasil dari
pemrograman Arduino dapat dilihat pada Gambar IV.11.
Program Studi Teknik Aeronautika 57

Gambar IV.11 Hasil Pemrograman

4.4.2 Perakitan Rangkaian Elektronik

Hasil dari proses perakitan rangkaian elektronik adalah penggabungan dari


beberapa komponen elektronik. Rangkaian tersebut digunakan sebagai sistem
control penggerak dari borescope rigid, dapat dilihat pada Gambar IV.12.

Gambar IV.12 Perakitan Rangkaian Elektronik


Program Studi Teknik Aeronautika 58

4.4.3 Assembly

Hasil dari Assembly merupakan penyatuan dari beberapa komponen hingga


membentuk Rigid Borescope. Gambar dari hasil Assembly dapat diliat pada gambar
IV.13 dan IV.14.

Gambar IV.13 Hasil Assembly

Gambar IV.14 Hasil Assembly

4.5 Pengujian

Dari hasil pengujian didapatkan bahwa alat yang dibuat dapat melihat
internal engine. Kamera berfungsi dengan baik dan dapat menampilkan citra pada
Program Studi Teknik Aeronautika 59

smartphone, kemudian LED dapat berfungsi dengan baik dan dapat diatur tingkat
intensitas cahaya sesuai dengan yang dibutuhkan. Hasil pengujian borescope dapat
mengambil citra internal engine dapat dilihat pada Gambar IV.15.
Hasil pengujian selanjutnya adalah pengujian sudut kamera menggunakan
protaktor. Hasil dari pengujian sudut gerakan kamera dapat dilihat pada Gambar
IV.16.

Gambar IV.15 Gambar pengujian menggunakan


protaktor
Program Studi Teknik Aeronautika 60

ENGINE/APU BORESCOPE INSPECTION REPORT

ENG/APU Type : Spey Mk555 Engine Serial NO. : 9535 W. Package :


Owner : M.O Number : ATA Reference : ATA 72-00-00

Reason of Borescope : Pengujian Borescope Rigid TSN : TSO : TSI :


CSN : CSO : CSI :
A/C Reg. : Engine pos : Station :
Issued By : Politeknik Negeri Bandung Date : 16/07/2019 Distribution :
BORESCOPE INSPECTION RESULT :

A. NAMEPLATE

B. L.P COMPRESSOR REAR STAGE


DEFECT :

C. H.P COMPRESSOR. FRONT STAGE


DEFECT :

D. INTERNAL GEARBOX
DEFECT :

SUGGESTION/RECOMMENDATION
I certify that all defects and characteristics have been inspected and justified as per maintenance manual requirement.
Performed by : Muhamad Adriansyah Ramdanis Authorized No.
Personal No : 161229015 Signature :

Gambar IV.16 Hasil Pengujian


Program Studi Teknik Aeronautika 61

4.6 Evaluasi dan Pemecahan Masalah

1. Evaluasi

Berdasarkan hasil dari tahap pengujian, alat dapat berfungsi dengan


baik, tetapi untuk bagian yang bergerak pivoting 90⁰ penulis belum
dapat menemukan bahan yang sesuai untuk menutupi bagian
tersebut.

2. Pemecahan Masalah

Berdasarakan evaluasi diatas, terdapat masalah yang perlu


diselesaikan. Pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan
mencari bahan yang dapat digunakan untuk menutupi bagian yang
bergerak pivoting 90⁰ tersebut guna memberikan tampilan yang baik
untuk Tugas Akhir ini.
Program Studi Teknik Aeronautika 62

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tugas Akhir ini telah selesai dibuat dan alat yang dibuat telah berfungsi
sesuai dengan tujuan untuk dapat digunakan sebagai media pembelajaran inspeksi
visual pada Spey Mk555 Engine di Hanggar Teknik Aeronautika Polban. Alat yang
dibuat dapat mengambil citra dari internal engine Spey Mk555 dan dapat
ditampilkan di layar smartphone, kemudian kamera pada borescope dapat bergerak
pivoting 90⁰ untuk mencakup jangkauan pandangan yang lebih luas. Hasil yang
membuktikan bahwa alat yang dibuat telah selesai dapat dilihat pada Gambar IV.
21- IV.24.

5.2 Saran

Dalam pembuatan TA ini penulis tidak dapat membuat rigid borescope yang
kameranya dapat bergerak articulating 360⁰ dikarenakan kesulitan mecari
komponen. Untuk dapat membuat TA ini menjadi lebih baik lagi, maka saran yang
dapat diberikan untuk TA ini selanjutnya adalah pergerakan kamera dapat bergerak
articulation 360⁰ dengan menggunakan sistem TrueFeel scope tip articulation with
electronic power-assist atau untuk yang lebih mudah dan murah menggunakan
sistem cable-bendable articulation, kemudian resolusi kamera yang digunakan
sebaiknya ditingkatkan menjadi HD (1280 × 720), atau Full HD (1920 × 1080).
Saran berikutnya adalah dibuatnya borescope berjenis flexible dengan
menggunakan sistem penggerak yang telah disebutkan diatas untuk memenuhi
keseluruhan inspeksi visual yang tidak dapat dilakukan menggunakan Rigid
Borescope pada Spey Mk555 Engine. Selanjutnya error yang terjadi pada gerakan
pivoting kamera sebaiknya < 5%.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aircraft Maintenance. Norberg, J. W. s.l. : The Aeronautical Journal, 1968.


doi10.1017S0001924000045048.
2. C.Puckett, S.Bobo and. Visual Inspection for Aircraft,Draft Advisory Circular
AC-43-X. s.l. : Federal Aviation Administration, 1995.
3. Lang, John W. Borescope. US3178994 Pennsylvania, March 31, 1961. Tools.
4. FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION. AIRCRAFT INSPECTION
FOR THE GENERAL AVIATION AIRCRAFT OWNER AC 20 - 106. Washington
D.C : U.S. DEPARTMENT OF TRANSPORTATION, 1978. p. 1.
5. —. ACCEPTABLE METHODS, TECHNIQUES, AND
AC 43.13-1B. Washington D.C : U.S. Departement
of Transportation, 1998.
6. —. VISUAL INPECTION FOR AICRAFT. AC 43-204. Washington D.C : U.S.
Department, 1997.
7. Visuohaptic Borescope Inspection Simulation Training: Modeling Multi-Point
Collision Detection/Response and Evaluating Skills Transfer. Andrew
Duchowski, Melissa Paul, Carl Washburn. s.l. : Clemson University, 2010.
8. Universitas Sumatera Utara. Repository USU. [Online] [Cited: July 23, 2019.]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62649/Chapter%20II.pdf
?sequence=4&isAllowed=y.
9. Rancang Bangun Prototype Sistem Actuator Sirip Roket Menggunakan Motor
Servo. Yagusandri, Ariel. Depok : Universitas Indonesia, Desember 2011.
10. Mustofa, Akhmad Zaeni. PROTEUS PROFESIONAL 8: SIMULASI
RANGKAIAN & ELEKTRONIKA DASAR. Yogyakarta : Sekolah Tinggi
Teknologi Adisutjipto, 2015.
11. REPUBLIC OF INDONESIA MINISTRY OF TRANSPORTATION.
CASR Part 43: Maintenance, Preventive Maintenance,Rebuilding, and
Alteration. jakarta : MENTERI PERHUBUNGAN DAN TELEKOMUNIKASI,
2000. KM 78/2000 .
12. —. CASR Part 145: APPROVED MAINTENANCE ORGANIZATIONS.
Jakarta : Menteri Perhubungan, 2017.
13. International Standard (ISO). Non-destructive testing - Qualification and
Certification of NDT Personnel. 2012. Vol. 9712.
14. —. Non-destructive testing — Aids to visual inspection. 1998. Vol. 3058.

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 63


LAMPIRAN A DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Personal Data
Nama Lengkap Muhamad Adriansyah Ramdanis
NIM 161229015
Tempat dan Tanggal Lahir Bekasi, 03 Januari 1999
Jenis kelamin Laki-laki
Kewarganegaraan Indonesia
Agama Islam
Status Pernikahan Belum Menikah
Jl. Kusuma Utara XIIIB Blok.2C
Alamat
RT.01 RW.17 Kel. DurenJaya Kec.
BekasiTimur Kota Bekasi
Telepon +6285314299913

Muhamad.adriansyah.aerogmf16@
E-mail
polban.ac.id

Jurusan/Unit Teknik Mesin / POLBAN


Program Studi D3 Teknik Aeronautika
Kemampuan Berbahasa Indonesia, Inggris
IPK Dalam Proses
Riwayat Pendidikan
Tahun Lembaga Pendidikan Keterangan
Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Bandung
2016 - Sekarang Program Studi D3 teknik
(POLBAN)
Aeronautika
Jurusan Kelistrikan Pesawat
2013 - 2016 SMK Penerbangan Angkasa Bogor
Udara
2010 - 2013 SMP Negeri 11 Bekasi
2004 - 2010 SDN Aren Jaya 11 Bekasi
Keahlian
Computational Fluid Dynamics (Gambit and Fluent)
Software
Microsoft Office
Teknik Fabrikasi (Sheet Metal Forming, Welding (SMAW &
Mechanical
OAW) )
Tools and Hardware Riveting

Program Studi Nama Program Studi 64


LAMPIRAN B FOTO KEGIATAN

Gambar B. 1 Pengujian Borescope Pada Engine

Gambar B. 2 Penyolderan Komponen Elektronik

Program Studi Nama Program Studi 65


Gambar B. 3 Pengikiran Rigid Tube Hasil Potongan

Program Studi Nama Program Studi 66


LAMPIRAN C DOKUMENTASI GAMBAR

C.1 Gambar Sketsa Rancangan

C.2 Gambar Presentasi Hasil TA

Program Studi Nama Program Studi 67


C.3 Gambar Perancangan/Kerja

Daftar Gambar Kerja

No. No. Gambar Judul Gambar Keterangan


1. BRD001 Borescope Rigid Assy 1 Lembar
2. SHP001 Smartphone Holder 1 Lembar
3. SCL001 Servo Control 1 Lembar
4. LCL001 Light Control 1 Lembar
5. SMG001 Servo Mounting 1 Lembar
6. RDT001 Rigid Tube 1 Lembar
7. KMR001 Kamera 1 Lembar
8. BBX001 Battery Box 1 Lembar

Program Studi Nama Program Studi 68


Program Studi Nama Program Studi 69
Program Studi Nama Program Studi 70
Program Studi Nama Program Studi 71
Program Studi Nama Program Studi 72
Program Studi Nama Program Studi 73
Program Studi Nama Program Studi 74
Program Studi Nama Program Studi 75
LAMPIRAN D JOB SAFETY ANALYSIS & PERMIT TO
WORK

D.1 Job Safety Analysis (JSA)

UNIT KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Geger Kalong Hilir, Ds. Ciwaruga Kotak Pos 1234, Bandung 40012, Telepon (022) 2013789, Fax. 022-2013889
Homepage: www.polban.ac.id Email : polban@polban.ac.id

JOB SAFETY ANALYSIS


(Analisis Keselamatan Pekerjaan)
RANCANG BANGUN BORESCOPE RIGID UNTUK ENGINE SPEY MK555

No.: JAS/MP31.01/161229015 Diterbitkan Tgl.: Bandung, 31 Mei 2019 Ref. SIKA No.: SIKA/MP31.01/161229015

Lokasi Pekerjaan: Hangar Aeronautika

Uraian Pekerjaan: Rancang Bangun Borescope Flexible Untuk Engine Spey MK555

No. Langkah Kerja Potensi Bahaya Rekomendasi Pelaksana


M. Adriansyah .R
1 Pekerjaan: Studi Literatur 1. Terpapar radiasi layar laptop. 1. Mengatur intensitas cahaya layar.

Bahan: FAA Handbook, AC 43, Borescope Inspection M. Adriansyah .R


Training Manual Engine Spey MK555 , dan Referensi lain 2. Tersandung kabel charger laptop. 2. Menggulung kabel charger.
yang relevan..
3. Hati hati dalam menggunakan alat M. Adriansyah .R
Alat: Laptop dan Alat Tulis 3. Tangan tersayat oleh alat tulis
tulis
M. Adriansyah .R
2 Pekerjaan: Observasi dan Studi Banding 1. Terpapar radiasi layar laptop. 1. Mengatur intensitas cahaya layar.

Bahan: FAA Handbook, Borescope Training Manual M. Adriansyah .R


Engine Spek MK555, dan Referensi lain yang relevan baik 2. Tersandung kabel charger laptop. 2. Menggulung kabel charger.
buku literatur maupun internet.
3. Hati hati dalam menggunakan alat M. Adriansyah .R
Alat: Laptop dan Alat tulis 3. Tangan tersayat oleh alat tulis
tulis
M. Adriansyah .R

3 Pekerjaan: Desain dan Analisis 1. Terpapar radiasi layar laptop. 1. Mengatur intensitas cahaya layar.

Bahan: FAA Handbook, Borescope Training Manual M. Adriansyah .R


Engine Spey MK555, dan Referensi lain yang relevan baik 2. Tersandung kabel charger laptop. 2. Menggulung kabel charger.
buku literatur maupun internet.
3. Hati hati dalam menggunakan alat M. Adriansyah .R
Alat: Laptop dan Alat Tulis 3. Tangan tersayat oleh alat tulis
tulis
M. Adriansyah .R
4 Pekerjaan: Pemrograman 1. Terpapar radiasi layar laptop. 1. Mengatur intensitas cahaya layar.

Bahan: Arduino IDE 2. Tersandung kabel charger laptop. 2. Menggulung kabel charger. M. Adriansyah .R
3. Hati hati dalam menggunakan alat M. Adriansyah .R
Alat: Laptop dan kabel USB 3. Tangan tersayat oleh alat tulis
tulis
5 Pekerjaan: Manufaktur 1. Tangan Terkena Solder 1. Gunakan Sarung Tangan M. Adriansyah .R

M. Adriansyah .R
Bahan: Pipa, PCB, dan Timah 2. Tangan terkena Mata Gergaji 2. Gunakan Sarung tangan

M. Adriansyah .R
Alat: Gergaji besi, Solder,Bor, dan Phillip Screwdriver 3. Baju ddapat ikut beruptar dengan bor 3. Gunakan overall lengan pendek

Pekerjaan: Pengujian Alat Pada Engine Spey MK555 Crane Engine Spey MK555 dapat Menggunakan Helm M. Adriansyah .R
menimpa pekerja
Bahan: Engine Spey Mk555 Engine dapat menimpa pekerja Menggunakan helm, pakaian coverall M. Adriansyah .R
dan safety shoes
Alat: Borescope Rigid Hasil TA M. Adriansyah .R

Bandung, 1 April 2019


Pekerja,
Menyetujui Pejabat K3L, Pengawas Pekerja,

(……………………………………..) (Y. Sinung Nugroho, Dipl. Ing., M. T.) (M. Adriansyah. R)


NIP. ……………………….…...……………………. NIP: 196206021991021001 NIM. 161229015

Program Studi Nama Program Studi 76


D.2 Permit To Work (PTW)

UNIT KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Geger Kalong Hilir, Ds. Ciwaruga Kotak Pos 1234, Bandung 40012, Telepon (022) 2013789, Fax. 022-2013889
Homepage: www.polban.ac.id Email : polban@polban.ac.id

PERMIT TO WORK
(Surat Ijin Kerja Aman)
No: ………………………….

Nama Rancang Abngun Borescope Rigid Untuk Engine Lokasi Politeknik Negeri Bandung
Pekerjaan : Spey MK555
Waktu Mulai : 22 Maret 2019 sampai dengan: 19 Juli 2019
Pelaksanaan : Diperpanjang : Mulai ……..…………………. sampai dengan: …………………. ………………………
Uraian
Pembuatan Borescope Rigid Untuk Engine Spey MK555
Pekerjaan :
Kategori : 1/2/3/4/5/6/7/8/9/10/11/12/……
Resiko
Terpapar radiasi layar laptop, tertimpa crane, terkena solder, tertimpa engine, dan pakaian ikut berputar dengan bor
Bahaya :
Pelaksana Alamat
Muhamad Adriansyah Ramdanis Jl. Kusuma Utara XIIIB No.7 Kota Bekasi
Pekerjaan : Pekerja :
Pemilik Program Studi Teknik Aeronautika Pekerja /
Muhammad Adriansyah Ramdanis
Pekerjaan : Tenaga Ahli :
Pengawas Kualifikasi /
K3 Ahli Madya
Pekerjaan : Sertifikasi
Ketentuan Ijin Kerja Yang Harus Dipenuhi
q Pemasangan tanda & label bahaya (1) q Kerja menggunakan listrik dan instrumen (6)  Kerja menimbulkan api (11)
q Bekerja di tempat tinggi (2) q Kerja dalam ruang tertutup/terbatas (7) q Kerja menimbulkan debu (12)
q Kerja menggunakan api (3)  Kerja menggunakan radiasi (8) q Kerja menimbulkan asap (13)
q Kerja penggalian (4) q Penutupan gedung/ruang/jalan (9) q Kerja menimulkan bau (14)
 Kerja menggunakan alat berat/pengangkat (5) q Penutupan gedung/ruang/jalan (10)  Dan lain – lain ……………... (15)

Resiko Bahaya Yang Mungkin Terjadi Saat Bekerja:


Bagi Manusia:
 Kepanasan  Kedinginan  Kebakaran  Ledakan  Terjatuh  Tertimpa  Terpeleset  Terjepit
 Keracunan  PaparanRadiasi  Korosi / Iritasi  Pernapasan  Pendengaran  Penglihatan  Lain - lain  ………………….
Bagi Bahan /Alat:
 Terbakar  Terkorosi  Terabrasi  Terbentur  Tergores Terkontaminasi  Berubah sifat  Deformasi
 Mengembang  Menyusut  Pecah  Retak  Terlipat Terpotong  Lain - lain  ………………….
Persyaratan yang harus dipenuhi Oleh Pekerja Dan Pengawas Sebelum Bekerja
A. Personil D. Listrik
 Pekerja & pengawas sudah mendapat pelatihan & memiliki pengetahuan  Ada tindakan anti ledakan pada peralatan listrik
 Membaca MSDS dan memastikan sudah aman dari sifat bahannya  Ada saklar pemutus listrik  Ada penghubung tanah(grounded)
B. Pengamanan Sekitar Area E. APD yang harus digunakan
Area kerja dipagari dengan police line  Sabuk pengaman sekujur tubuh / full body harness  Alat katrol
 Menutup, melepaskan dan mengunci saluran pipa  Sepatu safety  Baju perlindungan
Memutuskan sumber listrik dan dicek ulang  Alat bantu pernapasan  Masker anti gas beracun
 Dikunci dan dipasang plang peringatan diarea berbahaya  Sarung tangan  Tali penolong  Peralatan komunikasi
 Peralatan berhenti beroperasi (mematikan peralatan)  Penutup telinga  Masker anti debu
C. Peralatan dan Tempat Kerja  Tabung oksigen panggul  Kacamata pelindung
 Lubang keluar masuk serta penutupnya dalam keadaan normal  Buku catatan keamanan Pelindung kepala
 Katup pembuangan gas nitrogen terbuka Batasan ruang tempat kerja yang berbahaya (harus diperhatikan).
 Semua lubang benar – benar terbuka Papan pengumuman harus sudah tergantung pada tempatnya
 Fasilitas sudah dibersihkan / dikosongkan
 Ventilasi udara dalam keadaan baik Memahami cara komunikasi & cara menggunakan PPE yang sesuai
Pastikan item di atas sudah sesuai dengan kenyataan di area kerja. Sebelum pekerjaan dimulai pengawas contreng dulu dikolom  ,
dilanjutkan pekerja contreng dikolom  .
Mengajukan, Mengetahui, Menyetujui,
(Pekerja) (Pengawas) (Pejabat K3)

(M. Adriansyah Ramdanis) (Nur Rachmat, Dipl. Ing., M. Sc) (……………………………)


NIM. 161229015 NIP. 19601129 199102 1 001

Program Studi Nama Program Studi 77


LAMPIRAN E MODUL PRAKTIK INSPEKSI VISUAL

Program Studi Nama Program Studi 78


Program Studi Nama Program Studi 79
Program Studi Nama Program Studi 80
Program Studi Nama Program Studi 81
Program Studi Nama Program Studi 82
Program Studi Nama Program Studi 83
Program Studi Nama Program Studi 84
Program Studi Nama Program Studi 85
Program Studi Nama Program Studi 86
Program Studi Nama Program Studi 87
Program Studi Nama Program Studi 88
Program Studi Nama Program Studi 89
Program Studi Nama Program Studi 90
Program Studi Nama Program Studi 91
Program Studi Nama Program Studi 92

Anda mungkin juga menyukai