Anda di halaman 1dari 104

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN ROVING

STRIPPER DI PT. INDO-RAMA SYNTHETICS TBK.,


INDORAMA TEKNOLOGIES COMPLEX

LAPORAN KERJA PRAKTEK INDUSTRI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Kerja
Praktek dan Seminar di Program Studi D4 Teknik Otomasi Industri
Jurusan Teknik Elektro

Oleh:
Ogi Fathu Rizki
NIM 141364025

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2017
HALAMAN PENGESAHAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN ROVING STRIPPER DI


PT. INDO-RAMA SYNTHETICS TBK., INDORAMA TEKNOLOGIES
COMPLEX

Diajukan Oleh
Ogi Fathu Rizki
141364025

Pelaksanaan di perusahaan/industri :
Tanggal : 03 Juli 2017 s/d 05 Agustus 2017
Tempat : PT. Indo-Rama Synthetics Tbk,. Indo-Rama
Teknologies Complex
Diseminarkan :
Tanggal :
Tim Penguji : 1.

Disetujui oleh :

Pembimbing
Perusahaan Dosen Pembimbing

Yusep Yudiana ,ST Siswoyo, Drs., ST., MSIE.


NIK. 590064 NIP. 195909091986031003

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Otomasi Industri
Politeknik Negeri Bandung

Sarjono Wahyu Jadmiko., ST. M.Eng


NIP.196012191993031002
HALAMAN PERNYATAAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN ROVING STRIPPER DI


PT. INDO-RAMA SYNTHETICS TBK., INDORAMA TEKNOLOGIES
COMPLEX

”Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan


Praktek Kerja Lapangan ini adalah hasil murni hasil pekerjaan saya sendiri.
Tidak ada perkerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan
sumbernya.

Materi dalam laporan Praktek Kerja Lapangan ini tidak/belum pernah


disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/Tugas Akhir/ Laporan
Kerja Lapangan lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya
menggunakannya.

Saya memahami bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan yang saya


kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan
mendeteksi adanya plagiarisme.”

Bandung, 18 November
2017

Yang menyatakan,

Ogi Fathu Rizki


NIM 141364025

Mengetahui

Pembimbing Dosen Pembimbing


Perusahaan

Yusep Yudiana ,ST Siswoyo, Drs., ST., MSIE.


NIK. 590064 NIP.195909091986031003
ABSTRAKSI

Perkembangan zaman yang demikian memaksa dunia industri untuk


terus berupaya meningkatkan efisiensi produksi dengan cara menggantikan
mesin konvensional dengan mesin yang lebih modern, lebih mudah dalam
perawataannya, pengoperasiannya maupun dalam kemudahan untuk
melakukan modifikasi sistem bila diperlukan dikemudian hari. PT. Indo-Rama
Synthetics., Indorama Teknologies Complex yang merupakan salah satu
perusahaan tekstil yang berskala internasional, menggunakan mesin Roving
Stripper untuk meningkatkan efisiensi produksi. Mesin ini digunakan untuk
melepas sisa benang roving yang masih menempel pada bobbin. Mesin Roving
Stripper terdiri dari empat sensor, satu controller yaitu PLC (Programmable
Logic Control) Omron Type CP1E dan satu inverter untuk mengatur putaran
motor, selain itu memiliki dua output yaitu selenoid valve dan motor induksi 3
fasa. Hasil dari penelitian ini adalah dalam manajemen meliharaan mesin
Roving Stripper ini terdapat 2 kegiatan yaitu pemeliharaan terprogram seperti
Pemeliharaan Pencegahan (Perawatan), dan Pemeliharaan Perbaikan. Pada
pemeliharaan terprogram ini menggunakan jenis preventif maintenance yaitu
pemeliharaan terjadwal yang dilakukan setiap 3 bulan sekali. Sedangkan
pemeliharaan tak terprogram seperti Pemeliharaan Perbaikan (Darurat). Pada
pemeliharaan tak terprogram ini menyesuaikan apabila terjadi gangguan.

Kata Kunci: Roving Stripper, manajemen pemeliharaan, komponen

iv
ABSTRACT

In this modern era, industrial world are consistantly forced to keep


improving the efficiency of the production process by replacing the
convetional machine with the modern machine. This modern machine has
better qulity, easy to operate and the system is easy to modify if it‟s needed.
PT. Indo-Rama Synthetics., Indorama Teknologies Complex is one of
international textile companies. This company is using Roving Stripper
Machine to improve their production efficiency. The machine is used to
release the yarn which is still sticked on the bobbin. Roving Stripper machine
is consisted of four sensors. One controller which is actually PLC (Program
Logic Control) Omron type CP1E, one inverter to control the rotation and two
outputs, which are Selenoid Valve and Induction Motor 3 Fasa. The finding of
this study is specifically on Maintenance program of Roving Striper Machine.
There are two important activities in maintenance program which are
Preventive Maintenace and Recovery/replacing Maintenance. In Preventive
maintence, the company using schedule of once in three months. While in
Replacing or Emergency Maintenace, it will be based on the needs of it
whether there is a problem or not.

Keywords: Roving Stripper, Maintenance Management, Component

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan yang selalu dijaga-Nya
kepada kita semua, tidak lupa juga kita panjatkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. sehingga penulis diberikan
kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan kegiatan kerja praktek di PT
KMK Plastics Indonesia, dan berhasil menyusun laporan selama praktek kerja
lapangan. Laporan ini disusun sebagai pertanggung jawaban penulis selama
masa kerja praktek di PT KMK Plastics Indonesia dan sebagai salah satu
syarat memenuhi mata kuliah kerja praktek dalam kurikulum program studi D-
IV Teknik Otomasi Industri Politeknik Negeri Bandung.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini, baik secara
langsung ataupun tidak langsung dalam hal Ilmu yang berupa materi maupun
motivasi , pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT karna berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyusun
laporan kerja praktek ini.
2. Bapak Yusup dan Ibu Lilis Rohamah selaku orang tua penulis yang
senantiasa mendoakan penulis dan mendukung penulis baik moril maupun
materil.
3. Bapak Malayusfi, BSEE., M.Eng selaku ketua Jurusan Teknik Elektro.
4. Bapak Sarjono Wahyu Jadmiko, ST., M.Eng., selaku ketua Program Studi
D4-Teknik Otomasi Industri.
5. Bapak Siswoyo, Drs., ST., MSIE. selaku dosen pembimbing di Politeknik
Negeri Bandung yang telah memberikan ilmu, pengarahan, dan dorongan
dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.
6. Bapak Wahyono sebagai Manager Instrument di PT. Indo-Rama
Synthetics Tbk,. Indo-Rama Teknologies Complex.

vi
7. Bapak Yusep Yudiana, selaku HOS (kepala seksi) instrument sekaligus
pembimbing Kerja Praktek di PT. Indo-Rama Synthetics Tbk,. Indo-Rama
Teknologies Complex.
8. Seluruh staf pengajar khususnya Program Studi Teknik Otomasi Industri
Politeknik Negeri Bandung.
9. Seluruh jajaran direksi PT. Indo-Rama Synthetics Tbk,. Indo-Rama
Teknologies Complex.
10. Teman-teman Program Studi Teknik Otomasi Indutri dan teman-teman
ankatan listrik 2014, khusunya Moch Benny, Ridwan dan Sony Faizal
sebagai partner kerja praktek yang telah memberikan dukungan dan
semangatnya.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini banyak
sekali kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi tercapainya penulisan laporan yang lebih baik dan juga
mendekati kesempurnaan. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan, akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandung, 05 Oktober 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iii
ABSTRAKSI......................................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
I.2 Latar Belakang ............................................................................................ 1
I.3 Maksud dan Tujuan ..................................................................................... 2
I.4 Manfaat........................................................................................................ 3
I.4.1 Bagi Mahasiswa ............................................................................ 3
I.4.2 Bagi Lembaga Pendidikan ............................................................ 4
I.4.3 Bagi Perusahaan ............................................................................ 4
I.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktek Industri .................................................. 4
I.6 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
I.7 Batasan Masalah .......................................................................................... 5
I.8 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 5
I.9 Sistematika Penulisan.................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ............................................... 7
II.1 Sejarah Perusahaan ...................................................................................... 7
II.2 Visi, Nilai-nilai dan Motto Perusahaan ....................................................... 8
II.3 Pernyataan Kebijakan Indorama ................................................................. 9
II.4 Struktur Organisasi PT. Indo-Rama Synthetics Tbk - Indorama .............. 11
II.5 Ruang Lingkup .......................................................................................... 11

viii
II.5.1 Lingkungan Produksi .................................................................. 12
II.5.2 Lingkungan Engineering ............................................................. 13
II.5.3 Lingkungan Service/Pelayanan ................................................... 14
II.6 Kegiatan Perusahaan ................................................................................. 15
II.7 Tujuan Perusahaan .................................................................................... 17
II.8 Sistem Kerja .............................................................................................. 17
II.9 Kesehatan dan Keselamatan Kerja ............................................................ 18
II.9.1 OHSAS 18001:2007 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) ......... 18
II.9.2 Prosedur ...................................................................................... 19
II.10 Landasan Teori ....................................................................................... 20
II.10.1 Motor Induksi .............................................................................. 20
II.10.2 Sensor .......................................................................................... 22
II.10.3 Programmable Logic Controller ................................................ 31
II.10.4 Inverter / Motor Drive AC 3 Fasa ............................................... 33
II.10.5 Sistem Aktuator Pneumatik ........................................................ 34
II.10.6 Jenis-Jenis Perawatan .................................................................. 37
II.10.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Pemeliharaan ......... 39
BAB III HASIL KERJA PRAKTEK ............................................................. 41
III.1 Proses Produksi Polyester ...................................................................... 41
III.1.1 Diagram Alur Produksi Polyester Spinning 8 ............................. 41
III.1.2 Proses Produksi Polyester Spinning 8 ......................................... 42
III.2 Proses Pemintalan Benang ..................................................................... 43
III.2.1 Raw Material ............................................................................... 43
III.2.2 Lay Down .................................................................................... 43
III.2.3 Blowing Room ............................................................................. 43
III.2.4 Mesin Carding ............................................................................ 45
III.2.5 Mesin Drawing ........................................................................... 46
III.2.6 Mesin Simplex (Roving) ............................................................. 48
III.2.7 Mesin Ring Frame ...................................................................... 49
III.2.8 Mesin Winding ............................................................................ 50
III.2.9 Packing ........................................................................................ 51

ix
III.2.10 Finish Product Godown .............................................................. 51
III.3 Mesin Roving Stripper ........................................................................... 52
III.3.1 Prinsip Kerja Mesin Roving Stripper .......................................... 53
III.4 Komponen Mesin Roving Stripper ......................................................... 54
III.4.1 Morot Induksi 3 Fasa .................................................................. 55
III.4.2 PLC (Programmable Logic Controller ) ..................................... 55
III.4.3 Inverter ........................................................................................ 56
III.4.4 Sensor .......................................................................................... 57
III.4.5 Sistem Pneumatik ........................................................................ 62
III.5 Perawatan Pada Mesin ............................................................................ 64
III.5.1 Tujuan Di Lakukannya Perawatan .............................................. 64
III.5.2 Sistematika Kegiatan Pemeliharaan ............................................ 65
III.5.3 Penyebab Terjadinya Kerusakan ................................................. 67
III.6 Pemeliharaan Pada Mesin Roving Stripper ............................................ 68
III.7 Analisis Masalah .................................................................................... 70
III.7.1 Masalah Yang Sering Terjadi Pada Mesin Roving Stripper ....... 70
III.7.2 Penyebab Terjadinya Masalah Pada Mesin Roving Stripper ...... 70
III.7.3 Solusi Pemecahan Masalah ........................................................ 71
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................. 73
IV.1 Kesimpulan ............................................................................................. 73
IV.2 Saran ....................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75
LAMPIRAN ......................................................................................................... 77

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Visi, Nilai-nilai dan Motto Perusahaan .................................. 8


Gambar II.2 Struktur Organisasi PT. Indo-Rama Synthetics Tbk ............ 11
Gambar II.3 Konstuksi sederhana motor induksi [1] ................................ 20
Gambar II.4 Rangkaian ekivalen motor induksi 3-fasa perfasa [1] .......... 21
Gambar II.5 Saklar Magnet [2] ................................................................. 23
Gambar II.6 Proximity Induktif [3]........................................................... 25
Gambar II.7 Proximity Kapasitif [3] ......................................................... 26
Gambar II.8 Photoelectric Tipe Retroreflektif [3] .................................... 28
Gambar II.9 Sensor foto jenis Difuse [3] .................................................. 29
Gambar II.10 Arsitektur Sensor Serat Optic [4] ....................................... 30
Gambar II.11 Sistem layout dan skema PLC [5] ...................................... 31
Gambar II.12 Terminal Input/ Output PLC [5] ......................................... 32
Gambar II.13 Rangkaian Pengendali Kecepatan Motor AC ..................... 33
Gambar II.14 Silinder Pneumatik Keluar [6] ............................................ 35
Gambar II.15 Silinder Pneumatik Masuk [6] ........................................... 35
Gambar II.16 Simbol Katup Selenoid 5/2 [6] ........................................... 35
Gambar II.17 Silinder kerja tunggal dan simbol [6] ................................. 36
Gambar II.18 Silinder Kerja Ganda dan Symbol [6] ................................ 36
Gambar III.1 Layout Mesin Roving Stripper ........................................... 52
Gambar III.2 Layout Komponen Mesin Roving Stripper ......................... 54
Gambar III.3 Nameplate Motor AC 3 Fasa ............................................... 55
Gambar III.4 Komponen yang ada dalam PLC CP1E N30DR-A [4] ........ 56
Gambar III.5 Letak Posisi Sensor Proximity ............................................ 57
Gambar III.6 Letak Posisi Sensor Photoelectric jenis Retroreflektif ........ 59
Gambar III.7 Letak Posisi Sensor Photoelectric Jenis Difuse................... 60
Gambar III.8 Posisi Letak Sensor Reed Switch ........................................ 61
Gambar III.9 Letak Posisi Sensor Optic ................................................... 62
Gambar III.10 Letak Posisi Katup Double Selenoid ................................. 63
Gambar III.11 Letak Posisi Katup Selenoid & Spring.............................. 63

xi
Gambar III.12 Sistematika Kegiatan Pemeliharaan. ................................. 65

xii
DAFTAR TABEL

Tabel III.1. Spesifikasi Sensor Photoelectric Sick VL180-2N41131 ............. 59


Tabel III.2. Spesifikasi Sensor Photoelectric Omron E3Z-L61 ...................... 60
Tabel III.3. Spesifikasi Sensor Reed Switch Sick MZT1 ............................... 61
Tabel III.4. Spesifikasi Sensor Optic Omron E3X-HD................................... 62

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Curiculum Vitae ......................................................................... 77


Lampiran 2. Surat Pernyataan ......................................................................... 79
Lampiran 3. Lembar Kegiatan Lapangan........................................................ 81
Lampiran 4. Lembar Penilaian Pelaksanaan................………………………83
Lampiran 5. Lembar Penilaian Seminar.......................................................... 85
Lampiran 6. Lembar Penilaian Laporan dan Bimbingan ................................ 87
Lampiran 7. Lembar Rekapitulasi Nilai .......................................................... 89

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

I.2 Latar Belakang

Kemajuan elektronika ini menjadi suatu tantangan bagi dunia industri atau

pabrik. Karena persaingan industri semakin meningkat maka efisiensi produksi

umumnya dianggap sebagai kunci suskses perusahaan. Oleh karena itu untuk

mengendalikan proses produksi yang berkesinambungan dengan kualitas produk

yang terjamin serta memiliki daya saing yang tinggi dengan industry lainnya

diperlukan mesin-mesin berteknologi tinggi dengan sistem pengendalian otomatis

berbasis elektronika (Pandu, 2007).

Perkembangan zaman yang demikian memaksa dunia industri untuk terus

berupaya meningkatkan efisiensi produksi dengan cara menggantikan mesin

konvensional dengan mesin yang lebih modern, lebih mudah dalam

perawataannya, pengoperasiannya maupun dalam kemudahan untuk melakukan

modifikasi sistem bila diperlukan dikemudian hari (Pandu, 2007).

PT. Indo-Rama Synthetics., Indorama Teknologies Complex yang

merupakan salah satu perusahaan tekstil yang berskala internasional,

menggunakan mesin Roving Stripper untuk meningkatkan efisiensi produksi.

Mesin ini digunakan untuk melepas sisa benang roving yang masih menempel

pada bobbin.

Dari latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis

tertarik untuk mengambil topik untuk pembuatan Laporan Kerja Praktik dengan

1
2

judul “MANAJEMENT PEMELIHARAAN MESIN ROVING STRIPPER DI PT.

INDO-RAMA SYNTHETICS TBK., INDORAMA TEKNOLOGIES

COMPLEX” agar memahami manajement pemeliharaan pada mesin roving

stripper serta mengetahui prinsip kerjanya.

I.3 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari dilakukannya PKL (Praktik Kerja Lapangan) yaitu,

sebagai mahasiswa/i D4-Teknik Otomasi Industri, agar memiliki kemampuan

secara profesional untuk mengenal suasana serta lingkungan dunia kerja dan

mampu menyelesaikan masalah-masalah dalam dunia kerja terkait bidang otomasi

industri denganbekal ilmu yang diperoleh selama masa kuliah.

Sedangkan tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan ini terbagi

menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dilaksanakannya PKL ini menghubungkan kebutuhan

antara intansi pendidikan, tuntutan pekerjaan dan dunia kerja industri melalui :

a. Mengetahui gambaran umum mengenai lingkungan kerja di

dpartement Instrument di PT. Indo-Rama Synthetics Tbk,. IndoRama

Teknologies Complex.

b. Mengetahui dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan

selama waktu berlangsung sebagai mahasiswa/i PKL di dpartement

Instrument di PT. Indo-Rama Synthetics Tbk,. IndoRama Teknologies

Complex.
3

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari PKL yang dilaksanakan di dpartement

Instrument di PT. Indo-Rama Synthetics Tbk,. IndoRama Teknologies

Complex ialah sebagai berikut :

a. Mengetahui prinsip kerja dari mesin Roving Stripper.

b. Mengetahui komponen utama yang digunakan pada mesin Roving

Stripper.

c. Menganalisis pemeliharaan pada mesin Roving Stripper.

I.4 Manfaat

I.4.1 Bagi Mahasiswa

Adapun manfaat dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan adalah

sebagai berikut:

1. Memahami atau mengetahui kebutuhan pekerjaan ditempat kerja praktik.

2. Menyesuaikan (menyiapkan) diri dalam menghadapi lingkungan kerja

setelah menyelesaikan studynya.

3. Mengetahui atau melihat secara langsung penggunaan atau peranan

teknologi terapan ditempat kerja praktek.

4. Menyajikan hasil-hasil yang diperoleh selama kerja praktek dalam bentuk

laporan praktek kerja lapangan.

5. Diharapkan dapat menggunakan hasil atau data-data yang diperoleh pada

praktek kerja lapangan untuk dapat dikembangkan menjadi tugas akhir


4

I.4.2 Bagi Lembaga Pendidikan

1. Menjalin hubungan dan kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan

dan perusahaan dalam mengembangkan SDM dan teknologi.

2. Mendapat informasi terkait kurikulum pembelajaran yang sesuai dengan

perkembangan manajemen dan teknologi industri.

I.4.3 Bagi Perusahaan

1. Wujud pengabdian kepada masyarakat.

2. Menjadi sarana pendidikan di luar lembaga pendidikan.

3. Dapat membangun kerjasama dengan lembaga pendidikan.

4. Dapat menyaring tenaga kerja yang profesional dan berkualitas.

I.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktek Industri

Kegiatan kerja praktek Industri ini dilaksanakan selama 1 bulan dengan

rincian sebagai berikut:

1. Waktu Pelaksanaan : 03 Juli 2017 s/d 05 Agustus 2017

2. Nama Industri : PT. Indo-Rama Synthetics Tbk,. Indo

Rama Teknologies Complex

3. Alamat : Jl. Raya Subang Ds. Cijaya km. 6, kec.

Cempaka Purwakarta 41181, Jawa Barat, Indonesia

I.6 Rumusan Masalah

1. Bagaimana prinsip kerja mesin Roving Stripper

2. Komponen apa saja yang digunakan pada mesin Roving Stripper

3. Bagaimana perawatan pada mesin Roving Stripper


5

I.7 Batasan Masalah

Penulisan laporan ini, penulis membatasi masalah dari pembahasan yaitu

hanya membahas fungsi dan prinsip kerja mesin Roving Stripper di PT. Indorama.

I.8 Metode Pengumpulan Data

Metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data untuk membuat

laporan kerja praktik dilakukan dengan cara:

1. Studi Literatur; Pengumpulan data diperoleh dari melihat literatur dan

tinjauan pustaka yang ada sehingga mendapatkan data yang faktual.

2. Studi Lapangan; Data diperoleh dengan cara wawancara atau tanya jawab

secara langsung dengan karyawan yang berwenang mengenai masalah

yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan kerja praktek selain itu data

juga dapat diperoleh secara observasi langsung dari lapangan.

I.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini disusun menjadi 4 bab, yaitu yang terdiri

dari sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan; Bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan,

rumusan masalah, batasan masalah, metode pengumpulan data, serta

sistematika penulisan.

2. Bab II Tinjauan Perusahaan; Bab ini berisi tentang sejarah, visi dan misi

perusahaan, struktur organisasi, divisi lingkungan, ruang lingkup,

deskripsi jabatan, landasan teori yang digunakan sebagai pendukung dalam

membahas tentang prinsip kerja mesin Roving Stripper , serta prosedur


6

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dari perusahaan PT. INDO-

RAMA SYNTHETICS Tbk. IRT COMPLEX Purwakarta, Jawa Barat.

3. Bab III Pembahasan; Di dalam bab ini dijelaskan pokok permasalahan

yang disusun oleh penulis yang berisi pembahasan tentang proses produksi

polyester di spinning 8, serta prinsip kerja dan perawatan mesin Roving

Stripper .

4. Bab IV Kesimpulan dan saran; Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang

telah diperoleh setelah melaksanakan dan penyusunan laporan kerja

praktik.
BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

II.1 Sejarah Perusahaan

Perusahaan ini mulai didirikan pada tahun 1974 atas prakarsa Mr.

Mohanlal Lohia, seorang pengusaha yang berasal dari India, yang telah

mempunyai pengalaman luas di Mancanegara (Jepang, Italy, Myanmar,

Singapura, Hongkong dan Thailand) dalam bidang perdagangan tekstil sejak

tahun 1947.

Pada tahun 1975, pabrik pemintalan benang (Spinning 1) mulai dibangun,

yang berlokasi di Desa Ubrug Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta diatas

tanah seluas 10,8 Ha dengan luas bangunan 9,918 M2 . Kemudian pada tahun

1976, pabrik pemintalan benang (Spinning 1) telah selesai dibangun, dan mulai

berproduksi komersial pada bulan September 1976, dengan jumlah karyawan

+600 orang.

Pada tanggal 01 Mei 1997, Mr. Prakash Lohia sebagai wakil Presiden

Direktur PT. Indo-Rama Synthetics Tbk. Menghadap Notaris Dr. H. E Gewang

dengan maksud untuk membangun sebuah pabrik industry pemintalan, polyester

staple fiber dan polyester filament yang berlokasi di Desa Cijaya Kecamatan

Campaka Kabupaten Purwakarta dengan nomor notaris 1.

Kemudian berdasarkan akta pendiriran dari notaris tersebut, PT. Indo-

Rama Synthetics Tbk,. Indo-Rama Teknologies Complex mendapat persetujuan

dari Menteri Negara Penggerak Dana Investasi / Ketua Badan Koordinasi

Penanaman Modal dengan nomor : 368/1/PMDN/1997 dan nomor proyek dengan

7
8

nomor : 3211/3513-02-013.629 pada tanggal 18 Juni 1998. Sehingga dapat

dimulai pembangunan pabrik industry pemintalan, polyester staple fiber dan

polyester filament yang luasnya +48Ha. Pabrik pertama yang dibangun adalah

Sewing Thread, Unit yang memproses benang jahit dan mulai beroperasi pada

bulan Desember 1998.

Sejalan dengan keberadaannya,PT. INDO-RAMA SYNTHETICS Tbk.

Sekarang menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang memproduksi

bahan baku tekstil. Kantor Pusat PT. Indo-Rama Synthetics Tbk. Di Jakarta

adalah di gedung Graha Irama lantai 16-17, Jl. H.R. Rasuna Said Blok X, Kav.1-2

Jakarta 12950 Telp. 021-5261555.

II.2 Visi, Nilai-nilai dan Motto Perusahaan

PT. Indo-Rama Synthetics Tbk,. Indo-Rama Teknologies Complex

memiliki visi, nilai-nilai dan motto perusahaan yaitu :

Gambar II.1 Visi, Nilai-nilai dan Motto Perusahaan

Visi Indo-Rama. Kepemimpinan bisnis:

1. Industry Excellence (Keunggulan Industri)

2. Customer Delight (Kepuasan Pelanggan)


9

3. People First (Utamakan SDM)

4. Sustainability (Keberlanjutan)

Nilai-nilai Indo-Rama:

1. Execution (Pelaksanaan)

2. Knowledge (Ilmu)

3. Leadership (Kepemimpinan)

4. Courage (Keberanian)

5. Respect (Rasa Hormat)

6. Openness (Keterbukaan)

7. Teamwork (Kerjasama)

8. Motivation (Motivasi)

9. Commitment (Komitmen)

10. Govenance (Tata Kelola)

11. Environment (Lingkungan)

12. Innovation (Inovasi)

Motto Indo-Rama:
1. People (SDM)

2. Technology (Teknologi)

3. Exellence (Keunggulan)

II.3 Pernyataan Kebijakan Indorama

1. Untuk mengikuti dan melaksanakan Visi, Nilai-nilai dan Motto Indorama

di semua level di dalam organisasi.


10

2. Berkomitmen untuk mencegah kecelakaan, sakit akibat kerja dan

pencemaran lingkungan dan secara terus menerus meningkatkan

pemenuhan Mutu, Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Sistem

Pengelolaan Lingkungan Hidup melalui penerapan Standard ISO, OHSAS

dan pemenuhan terhadap peraturan dan persyaratan lainnya.

3. Untuk terus menerus mengkaji Sasaran Mutu, KPI, Prosedur Kesehatan

dan Keselamatan Kerja, Pengendalian Pengelolaan Limbah, Emisi dan

Penerapan 4-R untuk meningkatkan Kinerja Perusahaan, Kesehatan &

Keselamatan Kerja serta Lingkungan. Secara aktif mengedepankan nilai-

nilai dengan meningkatkan training, pengetahuan dan kemampuan seluruh

sumber daya manusia.

4. Menciptakan hubungan yang abadi dengan pelanggan melalui mutu

produk, pelayanan yang efektif, aman dan ramah lingkungan dalam

pengoperasian seluruh fasilitas kami.


11

II.4 Struktur Organisasi PT. Indo-Rama Synthetics Tbk - Indorama

Gambar II.2 Struktur Organisasi PT. Indo-Rama Synthetics Tbk - Indorama

II.5 Ruang Lingkup

Ditinjau dari ruang lingkup saat ini yang dalam mencapai fungsi dan

tujuannya secara garis besar dibagi atas 3 lingkungan kerja, dan setiap lngkungan

kerja tersebut terdiri beberapa department.

Adapun 3 lingkungan kerja yang dimaksud adalah:

1. Lingkungan Produksi

2. Lingkungan Engineering

3. Lingkungan Service/Pelayanan
12

II.5.1 Lingkungan Produksi

Department-departement yang terdapat dalam LINGKUNGAN

PRODUKSI serta fungsinya masing-masing adalah sbb:

1. Department : BLOWROOM

Fungsinya : Pembuat ball fibred an pengurai fibre

2. Department : CARDING

Fungsinya : Sebagai pengurai serat polyester /kapas (pembentukan

serat kapas menjadi sliver )

3. Department : DRAWING

Fungsinya : pelurusan serat polyester dan perangkapan sliver

4. Department : COMBER

Fungsinya : Pelurusan serat, memisahkan serat pendek dan panjang

5. Department : SIMPLEX

Fungsinya : Membuat sliver menjadi roving

6. Department : ELECTRONIC DATA PROCESSING (EDP)

Fungsinya : Menerima data dari semua department untuk diolah

kedalam computer.

7. Department : STORAGE (STG)

Fungsinya : Menerima, menyimpan dan menyalurkan barang atau

spare part

8. Department : GENERAL AFFAIRS OFFICER (GAO)

Fungsinya : Menangani masalah yang bersifat umum (rumah tangga/

perusahaan)
13

9. Department : FIRE AND SAFETY (FST)

Fungsinya : Mengendalikan pekerjaan-pekerjaan yang mengandung

dan berakibat terjadinya kecelakaan kerja dengan tingkat

resiko tertentu serta mencegah terjadinya kebakaran dan

ledakan

10. Department : WASTE (WST)

Fungsinya : Mengambil, menjaga, mengolah dan menjual waste yang

berasal dari department produksi

11. Department : SECURITY (GSC)

Fungsinya :Mengendalikan segala sesuatu yang berkaitan dengan

keamanan dan ketertiban dilingkungan perusahaan.

12. Department : PURCHASE (PUR)

Fungsinya : Merencanakan dan melaksanakan pengadaan / pembelian

barang sesuai dengan indent dan inventory Management

13. Department : RAW MATERIAL (RML)

Fungsinya : Mengendalikan material/ bahan baku yang datang.

II.5.2 Lingkungan Engineering

Department-departement yang terdapat dalam LINGKUNGAN

ENGINEERING serta fungsinya masing-masing adalah dsb:

1. Department : SPINNING MAINTENANCE


Fungsinya : Untuk memelihara, membongkar dan atau memasang seta
memonitor kelancaran jalanya mesin produksi.
2. Department : INSTRUMENT
14

Fungsinya : Memelihara, memasang atau membongkar peralatan dan


instalasi mesin yang berhubungan dengan elektrik (arus
lemah) termasuk Telpun.
3. Department : ELECTRICIAN
Fungsinya : Mengendalikan penyediaan listrik arus kuat melalui
generator set (genset) ta memasang dan memelihara
instalasi penerangan dan tenaga.
4. Department : UTILITY
Fungsinya : Mengendalikan kelancaran Air Conditioning (AC) Chiller ,
Boiler, Compressor dan Water Treatment H2 Nitrogen.
5. Department : CIVIL
Fungsinya : Mengawasi proyek dan pengawasan bangunan

II.5.3 Lingkungan Service/Pelayanan

Department-departement yang terdapat dalam LINGKUNGAN

SERVICE/PELAYANAN serta fungsinya masing-masing adalah dsb:

1. Department : PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA &

PERSONALIA

Fungsinya :Merekrut, menyeleksi, menerima dan mengarahkan serta

memberhentikan karyawan

2. Department : TRAINING (TRG)

Fungsinya :Sebagai wadah untuk membina/membimbing dalam

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dana sikap

mental karyawan secara terarah, terencana, serta

terprogram.

3. Department : RESEARCH & DEVELOPMENT (QUALITY CONTROL)

Fungsinya :Meneliti hasil produksi agar dapat digolongkan ke dalam


15

kualitas tertentu.

4. Department : PACKING (PCK)

Fungsinya : Melaksanakan pengepakan hasil produksi

5. Department : FINANCE ACCOUNTING (FAC)

Fungsinya :Mengkalkulasikan pemasukan dan pengeluaran perusahaan

II.6 Kegiatan Perusahaan

Perusahaan ini merupakan salah satu industry tekstil terbesar di Indonesia,

PT. Indo-Rama Synthetic Teknologies Complex dengan kegiatan industry

pemintalan benang yang berasal dari serat alam dan serat buatan.

Serat alam yaitu serat yang sudah terbentuk langsung dari alam. Serat alam

terbagi menjadi 3. Pertama, serat binatang yaitu wol, sutera, mohair. Kedua, serat

tumbuhan yaitu kapas / cotton, rami, henep,goni, jute. Ketiga, serat mineral yaitu

asbes. sedangkan serat buatan yaitu serat yang dibuat oleh manusia atau yang

dikenal dengan nama proses polymerisasi. Serat buatan terbagi menjadi 3.

Pertama, serat yang diolah kembali seperti rayon. Kedua,serat setengah synthetics

seperti asetat. Ketiga, serat synthetics yaitu nylon, acrylic, dan polyester.

Pemintalan di PT.Indo-Rama Synthetics Teknologies Complex

menggunakan material serat alam berupa cotton dan serat buatan seperti polyester.

Serat yang akan dipintal harus memenuhi syarat seperti serat harus cukup panjang,

cukup halus, punya gesekan permukaan, cukup kenyal / elastis, memiliki

kekuatan dan memiliki daya serap air.

Proses pemintalan benang dengan material serat alam berupa cotton 100%

tahap-tahapnya yaitu:
16

Raw Pre Lap


material Blowing Carding Drawing Fromer
(Cotton)

Ring Speed
Winding Spinning Frame Drawing Combing
(Simplex)

Steam Packing FPG

Proses pemintalan benang dengan material serat buatan berupa Polyester

100% tahap-tahapnya yaitu

Raw Drawing Drawing


material Blowing Carding Breaker Finisher
(Polyester)

TFO(Twi
st For Cheese Ring Speed
Winding
One) Winding Spinning Frame
(Simplex)

Packing FPG

Selain proses pemintalan benang, terdapat proses yang menentukan

kualitas benang yaitu Quality Control Proses agar kualitas benang tetap terjaga

dan hasil yang optimal. Tahap- tahap quality control yaitu:

Uster Twist Quantum


Wrapping Tensorapid
tester tester tester

Density
17

Sehingga dengan proses pemintalan benang dan proses quality control

produk benang yang di hasilkan dapat optimal dan memenuhi kriteria standart

produksi yang telah ditentukan. Serta terdapat kegiatan lain sebagai pendukung

seperti penangan system HVAC, penganan waste, keamanan dan keselamatan

pabrik serta kegiatan lainnya.

II.7 Tujuan Perusahaan

Tujuan perusahaan yaitu sebagai perusahaan di bidang tekstil terbesar di

dunia dengan bisnis pemintalan kapas dan pembuatan benang polyester filament,

serat polyester staple, PET resin, polyester chips untuk memenuhi pasar global.

II.8 Sistem Kerja

Sistem kerja di PT. Indo-Rama Teknologies Complex terdapat beberapa

waktu kerja, terdiiri dari :

a. GS (General Shift) : waktu kerja 08.00-16.00

b. Shift 1 : waktu kerja 06.00-14.00

c. Shift 2 : waktu kerja 14.00-22.00

d. Shift 3 : waktu kerja 22.00-06.00

Apabila ada kendala atau masalah pada mesin maka dilakukan

troubleshooting dengan tahap-tahap oleh Teknisi dengan durasi waktu 45 Menit

apabila belum terselesaikan maka di atasi oleh posisi diatasnya dengan durasi

waktu yang sama.

Dilakukan preventive maintenance dengan waktu yang telah ditentukan

sebagai berikut:
18

Senin : Scouring bagian Backprocess

Selasa-Kamis : Scouring bagian Simplex, Ringframe dan Winding

Jum‟at : Cleaning Panel

II.9 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Ditinjau dari keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai

suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan,

kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit, dan sebagainya.

1. Keselamatan (safety)

Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang ditujukan untuk

melindungi pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi peralatan,

tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan

melancarkan proses produksi.

2. Kesehatan (health)

Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi

individu (the degree of physiological and psychological well being of the

individual). Secara umum, pengertian dari kesehatan adalah upaya-upaya yang

ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara

mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah

kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

II.9.1 OHSAS 18001:2007 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Kebijakan IRT-Complex dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah

“Utamakan Keselamatan”. IRT-Complex berkomitmen untuk:


19

1. Menyediakan dan memelihara seluruh area kerja dalam kondisi aman dan

memberlakukan praktek kerja yang aman untuk mencegah kecelakaan dan

sakit akibat kerja.

2. Melaksanakan audit secara berkala untuk memastikan peningkatan

berkelanjutan pada kinerja sesuai persyaratan OH dan S.

3. Melaksanakan pelatihan untuk seluruh karyawan dan pendukung lainnya

untuk kinerja yang aman sesuai tugas dan area kerja mereka.

4. Memenuhi seluruh persyaratan-persyaratan resmi (legal requirements).

II.9.2 Prosedur

1. Setiap karyawan yang melakukan aktifitas kerja harus memakai APD yang

sesuai dengan potensi bahaya yang ada untuk melindungi diri dari

kemungkinan terjadinya kecelakaan gangguan kesehatan dan penyakit

akibat kerja.

2. Karyawan yang bekerja di area yang mempunyai tingkat kebisingan di atas

85 dB harus memakai ear plug.

3. Karyawan yang bekerja di area yang mempunyai debu di atas Nilai

Ambang Batas harus memakai cloth masker.

4. Untuk pemakaian APD yang lainnya disesuaikan dengan jenis pekerjaan

dan resiko yang ada pada pekerjaan tersebut (lihat pada list APD).

5. APD harus dipakai secara tepat dan benar agar alat tersebut benar-benar

dapat berfungsi dengan baik dan melindungi diri dari kecelakaan kerja

secara maksimal.
20

6. Prosedur ini juga berlaku untuk tamu dan kontraktor yang bekerja di

IRTC.

II.10 Landasan Teori

Landasan teori digunakan sebagai teori dasar atau acuan dalam

penyusunan analisis permasalahan dari judul laporan kerja praktek. Landasan teori

ini terdiri atas landasan teori mengenai Mesin Roving Stripper, Komponen Mesin

Ropping Stripper, Perawatan pada Mesin Roving Stripper.

II.10.1 Motor Induksi

Motor induksi 3-fasa merupakan motor induksi yang banyak digunakan

untuk berbagai keperluan terutama di pabrik-pabrik yang menggunakan motor

sebagai pengeraknya. Diantara semua jenis motor induksi, motor induksi 3-fasa

merupakan motor yang paling stabil dalam kondisi normal bila disuplai dengan

sistem 3-fasa yang seimbang.

Gambaran sederhana konstruksi motor induksi 3-fasa ini diperlihatka pada


gambar 2.1.

Gambar II.3 Konstuksi sederhana motor induksi [1]

Kecepatan putaran medan magnet motor induksi akan dipengaruhi oleh

frekuensi sumber yang masuk ke motor (yang juga mempengaruhi kecepatan

perputaran rotor pada motor) dengan mengacu ke persamaan (2.1) berikut.


21

Ns = 120. f / p ……..(2.1)

yang mana :

f = frekuensi sumber AC (Hz)

p = jumlah kutup yang terbentuk pada motor

Ns = kecepatan putaran medan magnet stator (putaran/menit, rpm)

Putaran medan magnet stator ini akan diikuti oleh putaran rotor motor

induksi. Makin berat beban motor, maka kecepatan rotor juga akan turun sehingga

terjadi slip (s), seperti yang diperlihatkan pada persamaan (2.2).

…….. (2.2)

yang mana :

s = slip

Nr = kecepatan putaran rotor pada motor

Perubahan frekuensi sumber pada motor induksi 3-fasa akan

mempengaruhi besarnya impedansi kumparan motor karena kumparan motor

induksi mengandung reaktansi induktif

(XL) seperti yang diperlihatkan pada gambar II.4 di bawah ini.

Gambar II.4 Rangkaian ekivalen motor induksi 3-fasa perfasa [1]


22

Yang mana keterangan pada gambar II.4 sebagai berikut:

V1= Tegangan sumber perfasa pada kumparan stator

R1= Resistansi kumparan stator

X1= Reaktansi Induktif kumparan stator

R2‟= Resistansi kumparan rotor dilihat dari sisi stator

X2‟= Reaktansi Induktir rotor dilihat dari sisi stator

Xm= Reaktansi magnet pada Motor

= Resistansi yang mewakili beban motor

I1= Arus kumparan stator

I2‟= Arus pada kumparan rotor dilihat dari sisi stator

Im= Arus Magnet

II.10.2 Sensor

Sensor adalah salahsatu peralatan dimana informasi atau data tentang

situasi terakhir disekitar alat dikumpulkan untuk digunakan oleh program

pengendali.

Terdapat berbagai jenis sensor yang tersedia dan bentuk juga ukurannya

bermacam-macam tergantung pada perinsip kerjanya. Pada mesin Roving Stripper

ada beberapa sensor yang digunakan yaitu saklar magnet (reed switch), sensor

proximity, sensor photocell dan sensor fiberoptic.

1. Saklar Magnet (Reed Switch)

Kontak saklar magnet (juga disebut sebagai relai buluh). Disusun dari

dua plat kontak yang tertutup hermetis (kedap udara) pada tabung gelas yang

diisi dengan gas pelingung. Pada saat magnet permanen mencapai saklar
23

magnet, ujung-ujung tab kontak yang saling bertemu, menarik satu sama lain

dan menjadi kontak.

Gambar II.5 Saklar Magnet [6]

Saklar magnet digunakan untuk mengetahui posisi silinder pneumatik,

bila magnet yang terdapat di ujung dalam silnder menginduksi saklar magnet,

maka saklar akan kontak dan sinyal akan diteruskan menuju PLC untuk

diolah.

Karakteristik dari sensor reed switch yaitu mempunyai dua buah kabel

untuk keluarannya, dan di hubungkan hanya ke beban yang kecil seperti relay,

input module dan lain-lain. Sensor ini digunakan untuk mendeteksi posisi

silinder yang dimana apabila bagian permukaan dari sensor terkena medan

magnet maka dua buah kontak plate tipis yang terdapat bagian dalam sensor

akan tertarik oleh medan magnet, sehingga kontak akan terhubung. Medan

magnet untuk menggerakan reed switch, berasal dari piston yang terdapat

dibagian dalam penggerak cylinder yang bergerak naik dan turun, gerakan

itulah yang dideteksi oleh reed switch.


24

2. Sensor Proximity

Sensor proximity adalah suatu jenis sensor yang akan aktif bila benda

obyek tertentu didekatkan padanya, yang memiliki sifat kerja secara tidak

langsung membutuhkan kontak langsung dengan obyeknya.

Terdapat dua macam sensor proximity yang dibedakan berdasarkan

jenis obyeknya yaitu :

a. Sensor Proximity Induktive

Untuk mendeteksi benda obyek yang dapat menghasilkan „eddy

current‟ bila dikenai medan magnet. Obyek yang seperti ini adalah benda

logam pada umummya.

Prinsip kerja dari sensor proximity yaitu seperti transformator, kondisi

pada kumparan sekunder akan mempengaruhi kondisi kumparan primer.

Kumparan primernya pada proximity yaitu „detecting coil‟ yang diletakan

pada permukaan dteksi, sedangkan obyek seperti kumparan sekunder yang

terminalnya terhubung singkat. Sehingga bila detecting coil diosilasikan, bila

obyek didekatkan maka seolah seperti beban yang di tambah pada kumparan

sekunder dan akan mengecilkan amplitudo osilasi pada sisi primer.


25

Gambar II.6 Proximity Induktif [3]

Karakteristik dari sensor ini adalah mendeteksi obyek benda dengan

jarak yang cukup dekat. Proximity sensor ini mempunyai tegangan kerja

antara 10-30 Vdc dan ada juga yang menggunakan tegangan 100-200VAC.

Obyek yang dideteksi oleh sensor proximity induktif yaitu benda yang

memiliki bahan logam.

b. Sensor Proximity Kapasitif

Untuk mendeteksi benda obyek yang mudah terpolarisasi muatan

elektrostatis di dalamnya bila dikenai medan magnet statis. Obyek seperti ini

adalah isolator dengan konstanta dielektrikum tinggi dan konduktor.

Prinsip kerjanya yaitu memanfaatkan efek polarisasi muatan. Bila dua

muatan yang saling berhadapan dan tak saling bersentuhan dihubungkan pada

kutub yang berlawanan dari sebuah sumber tegangan, maka pada permukaan

penghantar yang berhadapan tersebut akan terkonsentrasi muatan listrik statis

yang berlawanan jenis dan sama besar. Bila kemudian jaraknya diubah (misal

didekatkan) maka kerapatan muatannya akan berubah (misal membesar).


26

Energi untuk menambah kerapatan muatan diambil dari sumber tegangan

tersebut, sehingga perubahan kerapatan muatan menyebakan perubahan arus

dari sumber.

Gambar II.7 Proximity Kapasitif [3]

Karakteristik dari sensor ini adalah mendeteksi obyek benda dengan

jarak yang cukup dekat. Proximity sensor ini mempunyai tegangan kerja

antara 10-30 Vdc dan ada juga yang menggunakan tegangan 100-200VAC.

Obyek yang dideteksi oleh sensor proximity kapasitif yaitu benda yang

memiliki bahan logam ataupun nonlogam.

3. Sensor Photoelektrik

Sensor digunakan untuk mendeteksi dan merespon kondisi yang

berubah pada lingkungan kerja dengan merubah besaran fisik menjadi sinyal

elektrik yang di butuhkan controller. Sistem otomatis merupakan kontrol

closed loop yang membutuhkan sensor untuk mendeteksi keluaran sehingga

dapat dibandingkan dengan set point oleh controller. Penggunaan sensor

dilakukan untuk dapat menentukan variabel kehadiran obyek, kecepatan gerak


27

obyek, temperatur obyek dan masih banyak variabel lainnya yang masih dapat

diukur.

Photoelectric sensor merupakan sensor yang tergolong dalam jenis

sensor optikal. Sensor ini mengeluarkan LED (Light Emitting Diode) sebagai

sumber cahaya yang memerlukan dan memancarkan sinar (emitter ) yang

terpantul ke penerima (receiver ).

Sensor foto yang digunakan terdiri dari transmitter dan receiver, yang

mana transmitternya mengandung LED yang memancarkan sinar infra merah.

Jika ada obyek yang lewat, maka sinar infra merah akan terhalang sehingga

akan menentukan keadaan output dari sensor foto.

Karakteristik dari sensor photoelectric yaitu memiliki power supply

12-24 VDC dengan konsumsi arus maksimal 45mA, respon time sebesar

maksimal 1ms, dengan mode oprasi light on atau dark on dan juga memiliki

kontrol output NPN atau PNP dengan tegangan beban maksimal sebesar

30VDC dan arus beban maksimal 200mA.

Berdasarkan cara mendeteksi obyeknya, Photoelectric sensor dapat

digolongkan sebagai berikut, yaitu :

a. Sensor Photoelectric Jenis Retroreflektif.

Pada sensor Photoelectric jenis retroreflektif sumber cahaya dan

penerima menjadi satu tetapi penerima hanya dapat menerima cahaya yang

dipantulkan pada sudut tertentu oleh cermin khusus. Cermin khusus tersebut

diberikan bersama photoelectric yang bersangkutan. Apabila cahaya tidak


28

diterima oleh penerima maka sensor ini akan aktif. Jarak lensa terhadap sensor

tergantung jenis dan besar lensa serta spesifikasi sensor.

Gambar II.8 Photoelectric Tipe Retroreflektif [3]

b. Sensor Photoelectric tipe Reflective

Sumber cahaya dan penerima menjadi satu, terletak pada satu sumbu

dimana sudut kemiringan keduanya dapat diatur. Sudut kemiringan tersebut

menentukan jarak obyek yang akan dideteksi dan titik fokus cahaya. Bila

berada pada titik fokus tersebut, pantulan cahaya akan mengena pada

penerima. Bila cahaya yang dipantukan cukup kuat (dapat diatur dengan

sensitivitas) maka sensor akan aktif. Bila cahaya dipantulkan tidak dari titik

fokus maka tidak akan tertangkap penerima dan sensor tidak aktif.

c. Sensor Photoelectric Jenis Difuse

Sensor jenis ini pemancar dan penerima dikomposisikan pada suatu

tempat. Obyek digunakan sebagai alat refleksi. Jarak sensor maksimum sekitar

20 cm, dan untuk membedakan terang / gelapnya sangat kritis. Biasanya

dikemas dalam bentuk yang kompak sehingga mudah dipasang. Sensor-sensor

ini bekerja berdasarkan dua keadaan, yaitu Dark-On (sensor akan bekerja jika
29

cahaya masuk ke penerima terhalang) dan Light-On (sensor akan aktif jika ada

cahaya masuk ke penerima).

Gambar II.9 Sensor foto jenis Difuse [3]

d. Sensor Photoelectric Jenis Separate

Sumber cahaya dan penerima terpisah, diletakan berhadapan. Bila

obyek lewat dan memotong jalur cahaya, maka sensor akan aktif. Jarak antara

pemancar dan penerima tergantung karakteristik photoelectric tersebut serta

pengaturan sensitivitas yang diatur oleh oprator.

4. Sensor Optic

Sebuah sistem sensor serat optic terdiri dari kabel serat optic yang

terhubung ke remote sensor atau penguat.


30

Gambar II.10 Arsitektur Sensor Serat Optic [4]

Pada gambar diatas dalam penginderaan serat optic,Transmitter

(Pengirim) dan Receiver (penerima) terletak dalam satu tempat. Kabel serat

optic yang terhubung ke amplifier memungkinkan sensor untuk mencapai

wilayah yang tidak terjangkau.

Karakteristik sensor serat optik yaitu memiliki output NPN atau PNP

dengan rating voltase daya sebesar 12 hingga 24 VDC dan konsumsi arus

maksimal 39mA pada tegangan 24V. Sesor ini memiliki waktu tanggap 50 µs

pada kecepatan tinggi,untuk pemilihan output bisa di pilih antara light-on atau

dark-on, selain itu sensor ini memiliki resistansi lingkungan dengan suhu

sekitar antara -20 hingga +55ºC (tanpa pembekuan), kelembapan sejitar 35

hingga 85% RH (tanpa kondensasi) dan resistansi getaran sebesar 10 hingga

55 Hz.
31

II.10.3 Programmable Logic Controller

Dalam sistem yang terotomasi, PLC berperan sebagai jantung dari sistem

kontrol. Dengan program aplikasi kontrol, yang di simpan dalam memori, PLC

secara terus-menerus akan selalu memonitor keadaan sistem memaluli sinyal arus

balik dari peralatan input. Logika pemograman merupakan dasar untuk

menentukan jalannya kegiatan untuk dibawa ke peralatan output.

PLC (Programmable Logic Controller ) terdiri dari tiga bagian utama,

yaitu Central Processing Unit (CPU) yang berisi program aplikasi, input dan

output interface modul yang secara langsung dihubungkan ke bagian peralatan I/O

dimana ketika sinyal input dari peralatan input ON, maka tanggapan ini secara

normal menyalakan sinyal output ke beberapa jenis peralatan output. Bagian lain

yang tidak kalah pentingnya adalah programmer yang mengontrol atau mengatur

jalannya program PLC. Hubungan antara bagian-bagian PLC di tunjukan oleh

gambar di bawah ini.

Gambar II.11 Sistem layout dan skema PLC [5]


32

PLC merupakan suatu CPU sama seperti komputer, sehingga unutuk

mengoprasikannya diperlukan suatu bahasa pemogramman. Pada pemograman

PLC terdapat dua bahasa pemogramman, yaitu ladder diagram dan kode

mnemonic.

Gambar II.12 Terminal Input/ Output PLC [5]

Keterangan :

1. Blok power suplai, ground dan input terminal.

2. Blok eksternal power suplai dan output terminal.

3. Peripheral USB Port untuk menghubungkan dengan komputer dan

komputer dapat digunakan untuk memprogram dan memonitoring.

4. Operation indicator, mengindikasikan status operasi dari PLC termasuk

power status, mode operasi, errors, dan komunikasi USB.

5. Baterai untuk mempertahankan internal clock dan isi RAM ketika suplai

OFF.

6. Input Indicator, menyala jika kontak terminal input kondisi menyala.


33

7. Output Indicator, menyala jika kontak terminal output kondisi menyala.

8. Expansion I/O unit connector, digunakan untuk menambah input/output

PLC.

9. Option board slot, digunakan untuk menginstal RS-232C

II.10.4 Inverter / Motor Drive AC 3 Fasa

Inverter adalah sebuah perangkat peubah listrik yang dikenal memiliki

kemampuan untuk merubah listrik bertegangan DC menjadi listrik bertegangan

AC dengan nilai frekuensi yang dapat diatur. Inverter pada umumnya digunakan

untuk mengendalikan kecepatan motor AC. Selain untuk mengendalikan

kecepatan motor AC, inverter juga digunakan sebagai catu daya AC, dan berbagai

macam kebutuhan lainnya.

Gambar II.13 Rangkaian Pengendali Kecepatan Motor AC

Struktur inverter memperlihatkan bahwa inverter dengan transistor yang

menghasilkan daya dengan arus bolak-balik (AC) dengan frekuensi dari sumber

komersial yaitu (50Hz atau 60Hz). Sirkuit inverter terdiri dari tiga bagian, yaitu

bagian pertama sebuah sirkuit yang terbentuk dari sirkuit converter (yang

mengubah sumber AC komersial menjadi arus searah (DC) dan menghilangkan

riak (ripple) pada out-put DC. Bagian kedua adalah sirkuit inverter yang
34

mengubah arus searah menjadi arus AC tga phase dengan frekuensi beragam

(dapat distel) kedua sirkuit ini disebut sirkuit utama. Bagian ketiga adalah sebuah

sirkuit kontrol berfungsi sebagai pengontrol sirkuit utama. Gabungan keseluruhan

sirkuit ini disebut unit inverter.

Cara kerja inverter adalah, pertama input inverter adalah AC 50 Hz, lalu

dirubah ke DC, kemudian difilter, setelah itu diubah lagi ke AC tetapi

frekuensinya tidak lagi 50 Hz. Tetapi besarnya dapat diatur sesuai keinginan.

Dengan demikian frekuensi keluaran ini akan berpengaruh terhadap putaran

motor, seperti yang diperlihatkan pada persamaan (2.3).

n = 120 × f ÷ p ……..(2.3)

dimana:

n = jumlah putaran, dalam satuan rpm

f = frekuensi, dalam satuan Hz

p = jumlah kutub

II.10.5 Sistem Aktuator Pneumatik

Perkataan pneumatik berasal bahasa Yunani “pneuma ” yang berarti

“napas” atau “udara”. Jadi pneumatik berarti terisi udara atau digerakkan oleh

udara mampat. Pneumatik merupakan cabang teori aliran atau mekanika fluida

dan tidak hanya meliputi penelitian aliran-aliran udara melalui suatu sistem

saluran, yang terdiri atas pipa-pipa, selang-selang, gawai dan sebagainya, tetapi

juga aksi dan penggunaan udara mampat.

Sistem pneumatik terdiri dari komponen sebagai berikut :

1. Katup Solenoid (Solenoid Valve)


35

Katup Solenoid adalah kombinasi dari dua unit fungsional: solenoid

(elektromagnet) dengan inti atau plungernya dan badan katup (valve) yang

berisi lubang mulut pada tempat piringan atau stop kontak ditempatkan untuk

menghalangi atau mengizinkan aliran.

Gambar II.14 Torak Silinder Pneumatik Keluar saat Solenoid diberi Daya [6]

Gambar II.15 Silinder Pneumatik Masuk saat Solenoid tidak diberi Daya [6]

Gambar II.16 Simbol Katup Selenoid 5/2 [6]


36

2. Silinder Pneumatik

Komponen kerja sistem pneumatik berfungsi untuk mengubah

tekanan udara menjadi kerja.

a. Silinder Kerja Tunggal (Single Acting Cylinder) Silinder kerja tunggal

(single acting cylinders) hanya bisa diberikan gaya pada satu arah, dan

hanya mempunyai satu saluran masuk.

Gambar II.17 Silinder kerja tunggal dan simbol [6]

b. Silinder Kerja Ganda (Double Acting Cylinders) Silinder kerja

ganda (double acting cylinders) digunakan apabila torak diperlukan untuk

melakukan kerja bukan hanya gerakan maju, tetapi juga untuk gerakan

mundur.

Gambar II.18 Silinder Kerja Ganda dan Symbol [6]


37

Jenis silinder dengan aksi ganda (Double Acting Cylinder). Keuntungan

yang dapat diperoleh dari silinder kerja ganda yaitu bisa diatur kecepatan pada

kedua arah gerakan batang pistonnya.

II.10.6 Jenis-Jenis Perawatan

Maintenance atau perawatan dapat dibagi menjadi beberapa jenis,

diantaranya adalah :

1. Sistim pemeliharaan sesudah rusak (breakdown maintenance)

Tujuan pemakaian metode ini adalah untuk mendapatkan penghematan

waktu dan biaya dan perbaikan dilakukan pada keadaan yang benar-benar

perlu. Pada pemeliharaan sistim ini pekerja-pekerja pemeliharaan hanya akan

bekerja setelah terjadi kerusakan pada mesin atau peralatan. Jika kita memakai

sistim ini kerusakan mesin atau equipment akan terjadi berkali kali dan

frekuensi kerusakannya hampir sama saja setiap tahunnya. Artinya beberapa

mesin atau equipment pada pabrik tersebut ada yang sering diperbaiki. Pada

pabrik yang beroperasi secara terus menerus, dianjurkan untuk menyediakan

cadangan mesin (stand by machine) bagi mesin-mesin yang vital. Sebagai

tambahan, sistim ini untuk pembongkaran mesin-mesin pabrik tahunan tidak

dipakai karena pada saat dilakukannya penyetelan dan perbaikan mesin, unit-

unit mesin cadanganlah yang dipakai.

2. Sistim Pemeliharaan Rutin ( preventive maintenance)

Tipe pemeriksaan dan perbaikan preventive ini dibuat dengan

mempertimbangkan ketersediaan tenaga kerja, suku cadang, bahan untuk


38

perbaikan dan faktor-faktor lainnya. Biaya perbaikan dan lamanya

mesin/peralatan tidak beroperasi dapat diminimalkan dibandingkan dengan

perbaikan mesin yang sama tetapi dilakukan setelah mesin itu rusak total.

Sistim pemeliharaan mesin meliputi rencana inspeksi dan perbaikan secara

periodik. Biaya pembuatan atau modal awal dapat dikurangi bila bagian

pemeliharaan dapat memberikan informasi-informasi yang baik tentang

masalah-masalah servis mesin/peralatan, pemasangan unit-unit cadangan

dapat dibuat optimal. Selanjutnya dilakukan standarisasi jenis mesin dan

supplier dan juga meningkatkan mutu barang tanpa menambah biaya hingga

modal dapat dihemat dan juga biaya-biaya pemeliharaan selanjutnya.

3. Sistim Pemeliharaan Ulang (corrective maintenance).

Hal yang dilakukan dalam kegiatan pemeliharaan ulang umumnya

terjadi pada peralatan atau mesin yang telah lama beroperasi, misalnya setelah

beberapa tahun pemeliharaan rutin dilaksanakan di pabrik, dari data inspeksi

yang telah dilakukan akan diketahui umur serta biaya dari masing-masing

peralatan, kemudian dapat ditentukan prioritas unit yang harus segera

diperbaiki. Ini akan menjadikan prosedur perbaikan yang baik untuk dapat

meminimalkan waktu yang dipakai untuk pekerjaan pemeliharaan rutin.

Umumnya jika proses pemeliharaan ulang telah berjalan baik, maka tidak

diperlukan mesin atau peralatan cadangan karena kondisi masing-masing

mesin/peralatan sudah lebih terjamin.


39

4. Sistim Pemeliharaan Produktif

Dari beberapa sistem pemeliharaan yang telah diuraikan di atas, dapat

disimpulkan bahwa makin tinggi efisiensi makin tinggi pula keuntungan yang

akan diperoleh, maka bila efisiensi yang tinggi tersebut belum memberi

keuntungan yang diinginkan, maka perlu dipikirkan konsep baru yang lain.

Dewasa ini pola pemeliharaan prediktif dianggap lebih efektif dan efisien jika

jam operasi pada peralatan tersebut masih dalam petunjuk pabrikan, jika jam

operasi sudah terpenuhi maka peralatan harus diganti. Jika pergantian

peralatan yang jam operasinya telah terpenuhi tidak dilakukan, dikhawatirkan

kerusakan yang lebih parah akan terjadi dan menimbulkan kerugian yang lebih

besar.

II.10.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Pemeliharaan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pemeliharaan,

diantaranya yaitu :

1. Ruang lingkup pekerjaan

Untuk tindakan yang tepat, pekerjaan yang dilakukan perlu diberi

petunjuk atau pengarahan yang lengkap dan jelas. Pengadaan gambar-gambar

atau skema dapat membantu dalam melakukan pekerjaan.

2. Lokasi pekerjaan

Lokasi pekerjaan yang tepat dimana tugas dilakukan, merupakan

informasi yang mempercepat pelaksanaan pekerjaan. Penunjukan lokasi akan

mudah dengan memberi kode tertentu, misalnya nomor gedung, nomor

departemen dan lain sebagainya.


40

3. Prioritas pekerjaan

Prioritas pekerjaan harus dikontrol sehingga pekerjaan dilakukan

sesuai dengan urutan yang benar. Jika suatu mesin mempunyai peranan

penting, maka perlu memberi mesin tersebut prioritas utama.

4. Metode yang digunakan

“Membeli kemudian memasang” sangat berbeda artinya dengan

“membuat kemudian memasang”. Meskipun banyak pekerjaan bisa dilakukan

dengan berbagai cara, namun akan lebih baik jika penyelesaian pekerjaan

tersebut dilakukan dengan metode yang sesuai dengan keahlian yang dipunyai.

5. Kebutuhan material

Apabila ruang lingkup dan metode kerja yang digunakan telah

ditentukan, maka biasa diikuti dengan adanya kebutuhan material. Material

yang dibutuhkan ini harus selalu tersedia.

6. Kebutuhan keahlian

Keahlian yang dimiliki seorang pekerja akan memudahkan dia bekerja.

7. Kebutuhan tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan

harus ditentukan untuk setiap jenis keahlian. Hal ini berguna dalam ketetapan

pengawasannya.
BAB III
HASIL KERJA PRAKTEK

III.1 Proses Produksi Polyester

III.1.1 Diagram Alur Produksi Polyester Spinning 8

Plastic
1.M/C BLOW
Band dan ROOM

Filter Udara,
Waste Waste:
Collecting
2. M/C CARDING Sliver
Plat Strip
System

3. M/C DRAW
FRAME Sliver

Roving Waste
:Open 4. M/C SIMPLEX
Opener
Roving

Filter Udara,
Waste Waste:Bonda
, Pneumafil 5. M/C RING
Collecting
System

Filter Udara,
Waste Hard 6.M/C WINDING
Collecting Waste
System

Waste:Karton/
Kardus
7. PACKING

8. FINISHED YARN
GODOWN

41
42

III.1.2 Proses Produksi Polyester Spinning 8

1. Mesin Blow Room : Mesin ini melakukan proses membuka serat

polyester menjadi bagian yang terurai. Pada proses di mesin blow room

ini tidak ada limbah yang dihasilkan.

2. Mesin Carding : Mesin ini melakukan proses pembuatan sliver dan

pensejajaran serat. Pada proses ini dihasilkan limbah yaitu plat strip

sebanyak 7.185,97 kg / bulan. Penanganan limbah plat strip dengan cara

dijual.

3. Mesin Draw Frame : Mesin ini melakukan proses perangkapan 6 ( enam )

sliver menjadi satu dan proses penarikan ( Drafting ). Pada proses di

mesin Draw Frame tidak ada limbah yang dihasilkan.

4. Mesin Simplex : Mesin ini melakukan proses penarikan dan pembuatan

roving. Limbah yang dihasilkan adalah Open roving sebanyak 1.235,29

kg / bulan. Penanganan limbah open roving dengan cara dijual.

5. Mesin Ring Frame : Mesin ini melakukan proses penarikan dan

pemberian Twist (pilinan) pada benang. Proses ini disebut juga

pembuatan benang. Limbah yang di hasilkan adalah Pneumafil sebanyak

747,08 kg / bulan. Penanganan limbah pneumafil dengan cara dijual.

6. Mesin Winding : Mesin ini melakukan proses pembersihan dan

penggulungan menjadi bentuk cones. Limbah yang dihasilkan adalah

Hard Waste sebanyak 2.823,09 kg / bulan. Penanganan limbah hard waste

dengan cara dijual.

7. Packing : Proses pengemasan atau pengepakan benang. Limbah yang


43

dihasilkan adalah karton / kardus sebanyak 200 kg / bulan. Penanganan

limbah karton / kardus dengan cara dijual.

8. Finished Yarn Godown : Proses penyimpanan benang yang telah dikemas

untuk proses distribusi.

III.2 Proses Pemintalan Benang

III.2.1 Raw Material

Material yang dipakai di Indorama Teknologies adalah :

1. Polyester Stapie Fibre Teijin, yang berasal dari Thailand. Spesifikasinya

yaitu : denier panjang 1.2 x 38 mm New (HL-3) OM3

2. Polyester Stapie Fibre dari IRS, spesifikasi fibre IRS yaitu : 1.1D x 38 mm

III.2.2 Lay Down

Lay Down adalah susunan beberapa bahan polyester atau kapas yang telah

dibuka dipembungkusnya dan dibariskan rapat dilantai dengan presentase sesuai

dengan grading yang telah ditentukan. Pada dasarnya sebelum material diproses

terlebih dahulu harus dibuka minimal 24 jam, ini dimaksud agar kondisi dan

karakteristik dari fibre bias normal kembali seperti sebelum pada proses balling.

Pada pada sewing thread jumlah Bale polyester dalam satu lay down adalah 62

bales polyester.

III.2.3 Blowing Room

Blowing Room adalah mesin yang pertama yang dilalui oleh material. Pada

mesin ini gumpalan-gumpalan kapas polyester mengalami pembukaan dan

pembersihan.
44

Untuk proses pemintalan dengan memakai synthetic fibre (polyester)

pembersihan tidak menjadi proses utama sebab material yang disiapkan itu sendiri

sudah bersih sehingga proses utama pada Sewin Thread adalah pembukaan serat.

Berikut adalah uraian-uraian yang dilalui oleh fibre di sewing thread:

1. Automatic bale Plucker

Dalam sistem pemintalan modern biasanya proses pemintalan selalu

didahului oleh mesin pembukaan bale yang lazim di sebut dengan automatic

bale plucker. Di Indorama Teknologies mesin ini bernama BLENDOMAT

BDT 019 buatan TRUTZSCHLER. Dengan type mesin :

Type : BDT 019/2300


No : 014-61-03
Kom no : 156452
Mesin ini mempunyai kapasistas produksi yang cukup besar yaitu 900

kg/jam dan mempunyai dua area dalam penyimpanan bahan. Yaitu area AB1,

dan AB2. Dengan panjang 10-30m tergantung dari space yang tersedia.

Apabila mesin ini beroperasi pada area AB1, maka kita bisa siapkan material

atau lay down pada area AB2. Dilihat dari fungsinya maka mesin ini

mempunyai fungsi:

a. Mesin Pembuka (opening)

b. Mesin Pencampur (mixing)

Prinsip kerja mesin Blendomat:

Prinsip kerja mesin tersebut adalah mesin berjalan disamping lay

down dan membuka atau menghisap kapas yang ada dilay down 1.2mm atau
45

sesuai program yang diset pada mesin tersebut, mesin ini akan berjalan

sepanjang Lay Down yang telah terpasang (62 Bales Polyester ) sehingga

terjadi pencampuran yang merata. Material yang dibuka dan diisap dikirimkan

ke mesin berikutnya melalui sebuah kanal dan pipa.

III.2.4 Mesin Carding

Carding adalah salah satu mesin yang memegang peran penting sekali

dalam menentukan quality hasil produksi dalam suatu pabrik pemintalan. Pada

mesin ini massa fibre diuraikan menjadi serat-serat tunggal dengan cara

penggarukan antara wire yang berbentuk gerigi kecil dan jarum-jarum yang

banyak disebut dengan Top Flat.serat-serat yang telah melalui proses

penggarukan tersebut akan mengakibatkan serat menjadi sejajar satu dengan yang

lain. Mesin yang diunakan din IRT adalah :

Merk : Trutzsehler
Type : DK-740
No : 740-22-09
Kom No : 156500-A
Fungsi Mesin Carding:
1. Carding Action: Proses penggarukan serat diantara dua bagian permukaan

yang tajam yang mempunyai kecepatan yang berbeda.

2. Pembersihan ; Pada prses ini kotoran-kotoran akan dbuang melalui

saringan akibat adanya pemukulan serat oleh sebuah alat yang di sebut

dengan Takenn dan dengan adanya gaya centrifugal kotoran-kotoran akan

terlepas dari serat-serat.


46

3. Pemisahan serat pendek : Pada proses ini serat-serat pendek (serat yang

patah) pada peroses sebelumnya sebagian akan terbuang dan di pisahkan

sewaktu adanya pembentukan Top Flat.

4. Pembentukan Sliver : Serat individu yang telah melalui proses-proses

pembentukan akan membentuk seperti lapisan tipis dn lembut slebar mesin

carding tersebut dan ini dikumpulkan dan disaukan menjadi ali yang besar

dan getas yang di sebut dengan sliver dan akan di tumpuk pada sebuah

drum yang besar yang berdiameter 40 yang di sebut dengan Can Carding.

5. Drafting adalah proses penarikan. Penarikan yang terjadi disini adalah

sekitar 0 sampai 100 kali dengan mengabaikan jumlah waste yang

dibuang.

III.2.5 Mesin Drawing

Drawing adalah mesin yang memperoses sliver hasil dari mesin carding

dengan cara merangkap dan menarik (Drawing) sesuai dengan no yang di

kehendaki.

Adapun tujuan dan prinsip kerja mesin tersebut adalah:

1. Untuk memproses merangkap sliver carding dan mendraftnya dengan

tujuan mendapatkn sliver yang rata.

2. Quality sliver yang dihasilkan dari setiap mesin carding tidak akan sama

antara satu mesin dengan mesin yang lain baik itu berupa ketebalan

ataupun jumlah Nep setiap gramnya. Untuk mendapatkan hasil yang rata

maka sliver hasil mesin carding tersebut diproses lagi di mesin drawing,

dimana beberapa sliver hasil dari carding disatukan dan di Draft menjadi
47

nomer tertentu sehingga kekurangan/ kelemahan dari satu sliver akan

tertutupi oleh sliver lainnya.

3. Ada dua tahap proses pada mesin Drawing yaitu Drawing Breaker dan

Drawing Finisher . Proses kedua mesin tersebut adalah sama bedanya

hanya pada nomer sliver yang dihasilkan. Drawing Finisher akan

memproduksi sliver yang lebih halus disbanding dengan Drawing Breaker.

Type mesin drawing yang digunakan di IRT yaitu :

a. Drawing Breaker

Type : DX-7H

No : 980025

Delivery : 2 Delivery

b. Drawing Finisher

Type : 730/I

No : 10106

Delivery : 1 Delivery

Fungsi mesin Drawing adalah:

1. Perangkapan, dimaksudkan untuk menutupi kelemahan-kelemahan sliver

yang dihasilkan oleh satu mesin carding terhadap sliver hasil mesin

carding yang lain. Biasanya perangkapan dilakukan antara 6-8 sliver.

2. Sliver carding yang jumlahnya 6-8 disatukan ditarik (draft) oleh 3 pasang

roll penarik yang kecepatan permulaannya berbeda. Makin kedepan

kecepatan pasangan roll tersebut makin tinggi. Akibatnya adanya


48

perbedaan kecepatan tersebut akan terjadi penarikan dan sekaligus

persejajaran yang sempurna terhadap sliver.

III.2.6 Mesin Simplex (Roving)

Simplex adalah suatu mesin yang memperoses sliver hasil mesin drawing

menjadi roving dengan ukuran tertentu.

Fungsi dan Prinsip Kerja Mesin Simplex:

Fungsi utama adalah menarik (Drafting) Sliver dan memberi gintiran

(pilihan) dan menggulung dalam bobbin sehingga memudahkan proses

selanjutnya.

Type mesin Simplex yang digunakan di IRT :


Type : 660-16 x 6
No : 02573-02581
Kom No : 90/15/9139
Bagian-bagian terpenting dari mesin Simplex:
1. Drafting Sistem

Mesin ini terdiri dari tiga button roller , dua buah Top Roller dan satu

set Creadle. Kedua Top Rolles dan Creadle tersebut adalah merupakan bagian

dari pendulu Arm yang dipasang sebagai alat Drafting pada mesin tersebut.

Sebagai pengantar Sliver pada saat Drafting terjadi, mesin tersebut di lengkapi

dengan dua Condensor dan satu Floating Condensor sehingga proses Drafting

berjalan dengan baik.

2. Penggintiran (Pemberian Twist)

Twist yang di berikan oleh mesin tersebut tidak etrlalu besar hanya

sekedar agar Roving yang dihasilkan cukup kuat waktu ada proses di Ring
49

Frame. Alat yang dipakai saat pemberian Twist tersebut adalah Flyeer dimana

pada ujung atas Flyeer tersebut dipasang Twist Cap yang berfungsi sebagai

penambah Twist palsu terhadap Rovig yang di proses, sehingga proses roving

bias berjalan dengan baik.

3. Penggulungan

Penggulungan yang terjadi pada mesin Simplex adalah adanya

perbedaan antara kecepatan bobbin dan kecepatan Flyeer .

III.2.7 Mesin Ring Frame

Ring Frame adalah suatu mesin yang memproses material roving yang

dihasilkan mesin simplex menjadi benang single sesuai dengan nomor tertentu.

Tujuan dan prinsip kerja mesin Ring Frame:

Mesin Ring Frame dibuat untuk memproses material berupa roving

menjadi benang tunggal. Pada mesin inilah terjadi proses pemintalan yang

sesungguhnya dimana roving yang disiapkan ditarik menjadi massa serat yang

halus sesuai dengan nomor yng dikehendaki dan memberi twist (pilihan) sesuai

dengan kegunaan atau untuk apa benang itu dibuat. Benang yang telah diberi twist

lalu digulung pada bobbin (cop) dan untuk selanjutnya dikirim ke mesin

berikutnya. Dalam menentukan besarnya suatu pabrik biasanya dinyatakan

dengan berapa banyaknya jumlah spindle Ring Frame (mata pintal) dari pabrik

tersebut, dan untuk menentukan effectivitas suatu pabrik selalu diukur dengan

berapa gram produksi spindle Ring Frame tersebut dalam 8 jam berproduksi dan

efficiency yang didapat. Demikian juga dalam pembuatan laporan produksi. Maka
50

produksi Ring Frame ini adalah menjadi patokan utama. Adapun type yang

digunakan di IRT yaitu :

Type : Zinser RM-330


No Mc : 80-99
Nn of Spdl Mc : 1152
Dilihat dari proses yang terjadi dan pengelompokan part yang dilalui

maka proses spinning (Pemintalan) bisa dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :

1. Penyuapan

2. Drafting

3. Twist

4. Penggulungan

III.2.8 Mesin Winding

Winding adalah suatu mesin yang memproses atau merubah

(memindahkan) gulungan benang dari bobbin Ring Frame menjadi gulungan

besar yang berbentuk Cones.

Tujuan dan prinsip kerja Mesin Winding:

Benang yang diproses di Ring Frame adalah benang dalam bentuk cap

pada gulungan kecil dengan berat antara 54-76grm/bobbin. Gulungan kecil ini

oleh mesin winding dipindahkan menjadi gulungan besar yang beratnya berkisar

antara 1.9 sampai dengan 30kg/cones. Pada saat proses pemindahan gulungan

benang itu juga dibersihkan dari benang-benang abnormal dengan cara

melewatkan benang tersebut melalui alat sensor yang disebut Yam Clearer . Yam

Clearer ini bisa disetting sesuai dengan tujuan benang yang diproses. Tinggi

rendahnya effisiensi mesin ini tergantung dari kualitas benang yang dibuat oleh
51

mesin sebelumnya dan setting clearer yang dipakai pada mesin itu. Di IRT (S/T)

Yam Fault (Cacat Benang) menjadi sangat penting sebab itu Clearer harus betul-

betul dibuat ketat agar benang yang dihasilkan nantinya bisa lolos dan lobang

jarum saat penjahitan.

Type mesin Winding yang digunakan di IRT, yaitu :


Merk : Schlafhorst
Mc Type : 238 UWP-X 1460990.2653
Mc No : 155.1090.2699
Kom No : K.17843

III.2.9 Packing

Fungsi Packing:

1. Membungkus/mengemas benang hasil dari Winding sesuai dengan nomor

benangnya

2. Mendata/entry benang yang sudah dipack untuk dikirim ke gudang

benang.

III.2.10 Finish Product Godown

Fungsi Finish Product Godown:

1. Menyimpan benang hasil dari packing sesuai nomor benang

2. Menyiapkan pengiriman ke konsumen.


52

III.3 Mesin Roving Stripper

Gambar III.1 Layout Mesin Roving Stripper

Mesin yang digunakan pada industri tekstil khususnya bagian spinning

salah satunya adalah mesin Roving Stripper , mesin ini sebenarnya bukan mesin

utama dari proses produksi tetapi hanya mesin pendukung saja, yang berguna

untuk mempercepat pemerosesan produksi. Mesin Roving Stripper ini biasa juga

disebut dengan Roving Cleaner yang berfungsi untuk melepas atau membersihkan

benang (sliver ) yang masih menempel pada bobbin dan mengubahnya menjadi

serat kapas kembali.

Untuk itu mesin Roving Stripper beroprasi pada saat mesin ring frame

selesai bekerja atau pada saat proses penggantian bobbin yang baru, untuk itu

bobbin yang masih menyisakan roving akan di transfer oleh material transport ke

mesin roving stripper untuk dilakukan pembersihan dari roving yang masih tersisa

dan apabila bobbin telah selsai di bersihkan maka bobbin yang sudah bersih akan
53

di transfer kembali oleh material transport ke mesin simplex dan begitu

siklusnya.

III.3.1 Prinsip Kerja Mesin Roving Stripper

Pertama rel elektro-jet yang diatas mengantarkan benda kerja atau yang

disebut dengan bobbin yang masih terdapat sisa roving pada bobbin tersebut,

setelah itu sensor photocell membaca bahwa terdapat bobbin pada rel tersebut,

apabila photocell tidak membaca bahwa tidak ada benda kerja pada rel tersebut

maka cylinder tidak akan aktif untuk mengambil ke atas dan apabila sensor

photocell telah membaca adanya benda kerja pada rel tersebut maka cylinder akan

aktif dan mengambil bobbin yang ada pada rel tersebut dan setelah benda kerja

terambil maka spindle akan aktif pula dan posisi cylinder akan kembali ke tengah,

namun hanya berhenti ditengah yang dimana pada posisi tersebut terdapat

magnetic sensor pada bagian luar cylinder sehingga piston cylinder berhenti

ditengah yang dimana pada posisi tersebut terjadi proses pembersihan bobbin dari

sisa roving, pada posisi tersebut telah di pasang selang vacum yang berfungsi

untuk menyedot sisa roving pada bobbin.

Mulanya putaran motor berputas pelan kekiri lalu kekanan dan setelah

ujung benang atau roving telah tersedot maka speed putar berubah menjadi cepat

dan arah putaran berbalik menjadi ke kanan, mengapa putaran di percepat dengan

tujuan pembersihan sisa roving dengan cara disedot bisa lebih cepat

penyelesaiannya. Gerakan putaran motor dan speed motor diatur oleh inverter 3

fasa. Setelah sisa roving bersih dari bobbin maka putaran motor kembali pelan

dana arah putaran berubah kekiri dan vacum berubah menjadi meniup yang
54

fungsinya untuk membuang sisa roving pada selang vacum agar tidak terjadi

macet atau ada sisa roving pada selang vacum tersebut, dan setelah proses tersebut

selesai maka bobbin di kembalikan keatas atau ke rel elektro-jet, dan posisi

cylinder kembali ke bawah ke posisi awal.

Saat pembersih vacum mencari ujung benang pada bobbin, bobbin tersebut

bekerja naik turun yang digerakan oleh cylinder pneumatic yang disetting naik

turun. Tujuannya agar vacum pembersih dapat menemukan ujung benang agar

dapat disedot dan dibersihkan.

III.4 Komponen Mesin Roving Stripper

Mesin Roving Stripper terdiri dari empat sensor, satu controller yaitu PLC

(Programmable Logic Control) Omron Type CP1E dan satu inverter untuk

mengatur putaran motor, selain itu memiliki dua output yaitu selenoid valve dan

motor induksi 3 fasa.

Gambar III.2 Layout Komponen Mesin Roving Stripper


55

III.4.1 Morot Induksi 3 Fasa

Pada mesin ini di gunakan motor induksi 3 fasa sebagai penggerak dari

spindle, yang fungsinya yaitu untuk memutar spindel pada saat pembersihan

roving sesuai dengan poros dan kecepatannya yang di atur oleh inverter. Motor ini

bertujuan agar pada saat pembersihan sisa roving pengerjaannya atau peroses

pembersihannya menjadi lebih cepat yang di sebabkan oleh putaran dari bobbin

akibat motor dan selain itu pada saat pencarian ujung benang sisa atau roving

lebih mudah ditemukan dan dapat di hisap oleh selang hisap (nozzle). Adapun

name palte dari motor ini yaitu :

Gambar III.3 Nameplate Motor AC 3 Fasa

III.4.2 PLC (Programmable Logic Controller)

PLC Omron CP1E memiliki jumlah I/O sebanyak 30 buah dengan jumlah

input sebanyak 18 buah dan jumlah output sebanyak 12 buah dengan jumlah input

dan otput maksimum sebanyak 150 buah. Jenis komunikasi yang digunakan yaitu

USB 2.0, bahasa pemogramman yang digunakan yaitu ladder logic dengan

menggunakan software CX-Programmer. Sistem input outputnya berupa bit. Atau

lebih dikenal dengan PLC tipe relay karena hanya membaca masukan (input) dan

menghasilkan keluaran (output) dengan logika 1 atau 0. Selain itu PLC ini
56

digunakan untuk mengatur bukaan selenoid valve dan kerja motor dengan melalui

masukan (input) dari sensor dan tombol dengan kata lain selenoid valve dan motor

sebagai keluaran (output).

Gambar III.4 Komponen yang ada dalam PLC CP1E N30DR-A [4]

III.4.3 Inverter

Apabila dilihat berdasarkan prinsip kerja dari motor yang digunakan pada

mesin roving stripper, motor tersebut membutuhkan kecepatan yang dapat ditur

berdasarkan waktu yang telah diatur yaitu selama 60 detik pertama putaran pelan

yang memiliki fungsi untuk mencari ujung sliver atau roving, setelah 60 detik

pada saat kondisi ujung sliver terhisap oleh nozzle ataupun tidak terhisap maka

putaran motor menjadi kencang, dengan demikian di butuhkan peralatan yang

dapat mengatur kecepatan karena apabila langsung dihubungkan dengan sumber

AC 3 fasa maka kecepatan motor tidak dapat diatur, maka di butuhkanlah inverter

yang dimana inverter merupakan sebuah alat pengatur kecepatan motor dengan

mengubah nilai frekuensi dan tegangan yang masuk ke motor, pengaturan nilai
57

frekuensi dan tegangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kecepatan putaran

dan torsi motor yang diinginkan atau sesuai dengan kebutuhan.

III.4.4 Sensor

Ada beberapa sensor yang digunakan pada mesin roving stripper yaitu

sensor proximity, sensor photoelektrik, sensor saklar magnet (reed switch) dan

sensor optik. Adapun kegunaan setiap sensor tersebut, yaitu :

1. Sensor Proximity

Terdapat di ujung atas mesin roving stripper yang dimana berfungsi

sebagai pengaman pada saat mesin beroprasi, ketika pada saat spindle gagal

mengambil bobbin dan spindel lurus mengenai rel atas bobbin dan terdeteksi

oleh sensor proximity maka mesin akan mati atau tripped.

Gambar III.5 Letak Posisi Sensor Proximity


58

Tabel III.1. Spesifikasi Sensor Proximity

Tegangan 24 VDC

Arus 10 mA sampai 30 mA

Keadaan suhu lingkungan -25% sampai 70%

Kelembapan udara 15 % sampai 65%

Jangkauan deteksi 20 mm

Bahan yang terdeteksi Logam

1. Sensor Photoelektrik

Sensor photoelektrik pada mesin ini menggunakan dua jenis

photoelektrik yang berbeda dengan penempatan dan fungsi yang berbeda,

yaitu sensor Photoelectric jenis Retroreflektif dan sensor Photoelectric jenis

Difuse.

a. Sensor Photoelectric Jenis Retroreflektif

Sensor ini terdapat dibagian dekat dengan rel yang dimana

berfungsi sebagai pendeteksi ada atau tidaknya bobbin pada rel yang dapat

mengaktifkan selenoid valve sehingga silinder naik untuk mengambil

bobbin dan mengaktifkan spindel pada saat bobbin telah berhasil diambil

untuk diperoses pembersihan dari sisa roving.


59

Gambar III.6 Letak Posisi Sensor Photoelectric jenis Retroreflektif

Tabel III.2. Spesifikasi Sensor Photoelectric Sick VL180-2N41131

Tegangan 10 sampai 30 VDC

Arus 35 mA

Suhu sekitar -25 hingga +55 °C

Kelembapan Udara 5% sampai 50%

Jangkauan Deteksi 20 cm

Bahan yang Terdeteksi Manusia, kertas, logam, dll

Sensitivitas Dapat Diatur

Metode Penginderaan Photoelectric retro-reflective

b. Sensor Photoelectric Jenis Difuse

Sensor ini terletak dekat dengan nojle (selang penyedot) yang

dimana berfungsi untuk mendeteksi apakah masih ada bobbin atau tidak

pada spindel yang dimana apabila masih terdapat bobbin pada spindel

maka rel tidak akan bekerja atau aktif untuk melakukan proses selanjutnya
60

dan apabila sensor tidak mendeteksi adanya bobbin pada spindel maka rel

akan aktif dan melanjutkan proses selanjutnya.

Gambar III.7 Letak Posisi Sensor Photoelectric Jenis Difuse

Tabel III.3. Spesifikasi Sensor Photoelectric Omron E3Z-L61

Tegangan 12 sampai 24 VDC

Konsumsi Arus maksimal 30 mA

Mode Operasi Light-ON/Dark-ON dapat dipilih

Respon Waktu 1 ms maksimal

Metode Penginderaan Diffuse-reflective

Sensing jarak 60 mm sampai 120 mm (kertas


putih 100 x 100 mm)

c. Sensor Saklar Magnet (Reed Switch)

Sensor ini terletak pada bagian silinder atau menempel pada bagian

bodi silinder yang berfungsi sebagai pendeteksi posisi silinder dan untuk

membaca pergerakan silinder sesuai dengan yang telah di tempatkan oleh


61

oprator selain itu sensor ini dapat membatasi kerja silinder dapat berhenti

di titik-titik tertentu sesuai dengan pemasanagn sensor tersebut.

Gambar III.8 Posisi Letak Sensor Reed Switch

Tabel III.4. Spesifikasi Sensor Reed Switch Sick MZT1

Tegangan 10-30 V

Arus 100 mA

Keadaan suhu lingkungan -25% sampai 75%

Tipe Output PNP-NO

Frekuensi 5 kHz

Rating IP IP67

d. Sensor Optik

Sensor ini terletak pada bagian selang hisap (nozzle) yang dimana

berfungsi sebagai sensor pendeteksi ada atau tidak sliver yang menyangkut

pada selang hisap tersebut. Apabila sensor mendeteksi adanya sliver yang

menyangkut pada selang hisap,maka selang hisap akan terus menghisap

dan spindel berada pada posisi tersebut terus menerus hingga sensor optic
62

tersebut tidak mendeteksi adanya sliver pada nozzle tersebut,biasanya

apabila terjadi terjadi tersebut maka oleh oprator nozzle di tiup oleh angin

agar tidak terjadi penyumbatan.

Gambar III.9 Letak Posisi Sensor Optic

Tabel III.5. Spesifikasi Sensor Optic Omron E3X-HD

Tegangan 12 sampai 24 VDC

Konsumsi Arus maks. 39 mA pada 24 V, maks.


52 mA pada 12 V
Suhu sekitar -20 hingga +55 °C (Tanpa
pembekuan)
Respon Waktu 50 μs (KECEPATAN TINGGI)

Kelembapan sekitar 35 hingga 85 % RH (Tanpa


kondensasi)
Pemilihan output LIGHT-ON/DARK-ON (dapat
dipilih dengan tombol)

III.4.5 Sistem Pneumatik

Pada mesin roving stripper ini melibatkan sistem pneumatik dalam

pengoprasiannya, yang diataranya komponen dari sistem pneumatik ini yaitu :

1. Katup Selenoid (Selenoid Valve)


63

Pada mesin ini digunakan katu selenoid sebanyak dua buah dengan

jenis yang berbeda yaitu katup double selenoid yang berfungsi untuk

menaikan dan menurutnkan silinder pada spindle dan katup selenoid spring

untuk menggerakan silinder pada nozzle.

Gambar III.10 Letak Posisi Katup Double Selenoid

Gambar III.11 Letak Posisi Katup Selenoid & Spring

2. Silinder Pneumatik

Pada mesin ini digunakan dua silinder dengan jenis dan fungsi yang

berbeda, yang dimana dengan silinder kerja ganda (Double Acting Cylinders)

dengan fungsi sebagai penggerak spindle untuk naik dan turun dan juga

silinder kerja tunggal (Single Acting Cylinders) yang dimana dengan fungsi
64

sebagai penggerak maju dan mundur yang memanfaatkan spring sebagai

penggerak mundur pada selang hisap (nozzle).

III.5 Perawatan Pada Mesin

Suatu mesin pada perusahaan mempunyai peran penting dalam proses

produksi, yaitu untuk mempermudah serta membantu kegiatan manusia dalam

melakukan suatu proses produksi suatu barang, sehingga proses produksi dari

barang-barang yang dihasilkan memiliki jumlah lebih banyak dan memiliki

kualitas yang lebih baik. Hal ini pada gilirannya telah memperbesar kebutuhan

akan fungsi pemeliharaan pabrik, khususnya pemeliharaan mesin. Perlu diketahui

pula bahwa suatu mesin jika digunakan secara terus menerus akan mengalami

penurunan tingkat kesiapan (availability) dan kualitas performansinya, tetapi usia

kegunaan pemeliharaan dapat diperpanjang dengan melakukan pemeliharaan

peralatan secara berkala.

Menurut (Sofyan Assauri, 2008 : 134) Pengertian pemeliharaan,

pemeliharaan adalah suatu kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau

peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penggantian yang diperlukan

agar terdapat suatu pengadaan oprasi produksi yang memuaskan sesuai dengan

apa yang direncanakan.

III.5.1 Tujuan Di Lakukannya Perawatan

Tujuan dilaksanakannya perawatan adalah agar produksi dapat memnuhi

kebutuhan perusahaan, menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi

apa yang dibutuhkan oleh produksi itu sendiri. Kemudian perawatan juga
65

bertujuan untuk membantu menambah masa usia pakai dari mesin tersebut dan

mengurangi investasi modal yang telah di anggarkan untuk perbaikan, sesuai

dengan kebijakan perushaan. Perwatan mempunyai tujuan supaya mencapai

tingkat biaya yang serendah mungkin serta menghindari kegiatan perawatan yang

membahayakan keselamatan tenaga kerja atau karyawan.

III.5.2 Sistematika Kegiatan Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan peralatan, dapat dilihat pada Gambar

PEMELIHARAAN

Pemeliharaan Pemeliharaan
Terprogram Tak Terprogram

1. Pemeliharaan Pencegahan
(Perawatan) 1. Pemeliharaan Perbaikan
2. Pemeliharaan Perbaikan (Darurat)

Gambar III.12 Sistematika Kegiatan Pemeliharaan.

1. Pemeliharaan Terprogram

Suatu kegiatan pemeliharaan yang diprogramkan dan merupakan salah

satu kegiatan institusi/perusahaan yang dilakukan dengan pemikiran

berorientasi kemasa depan, pengendalian dan pendataan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah:


66

a. Pemeliharaan pencegahan (perawatan)

Suatu kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan secara terencana dan

periodik dalam bentuk penjadwalan (time schedule), tujuannya untuk

mengurangi kemungkinan kerusakan, gangguan dan menjaga fasilitas dalam

kondisi standar. Kegiatan pencegahan ini ada yang harus dilakukan harian

seperti mencatat suhu mesin-mesin yang berputar, kegiatan mingguan seperti

pemantauan tereminasi sambungan kabel pada peralatan listrik, kegiatan

bulanan seperti mengganti mengganti minyak trafo atau mesin-mesin yang

berputar serta kegiatan pencegahan tahunan seperti diantaranya melakukan

pengecatan pada peralatan yang ada.

b. Pemeliharaan Perbaikan

Suatu kegiatan pemeliharaan membawa fasilitas ke kondisi standar

semula melalui perbaikan dari keadaan rusak sebelumnya. Kegiatan ini dapat

dilakukan dalam pemeliharaan terprogram maupun pemeliharaan tak

terprogram. Contoh kegiatan pemeliharaan perbaikan terprogram adalah

kegiatan minor/mayor maintenance, yaitu kegiatan perbaikan yang bersifat

kecil/besar namun hal ini sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat yang

tercantum dalam manual instruction (petunjuk pabrik) untuk operasional

mesin tersebut.

2. Pemeliharaan tak terprogram

Suatu kegiatan pemeliharaan akibat terjadinya kerusakan diluar

perencanaan atau di luar dugaan, dan tidak termasuk dalam anggaran biaya.

Yang termasuk dalam pemeliharaan tak terprogram umumnya adalah


67

pemeliharaan darurat, seperti kerusakan mesin yang tiba-tiba pada saat

kegiatan produksi berlangsung, maka mesin yang rusak tersebut harus segera

diperbaiki untuk menghindari kerugiaan yang lebih besar karena berhentinya

produksi.

III.5.3 Penyebab Terjadinya Kerusakan

Banyak kemungkinan penyebab terjadinya kerusakan, namun pada

umumnya disebabkan oleh :

1. Proses pemakaian yang terus-menerus menimbulkan getaran-getaran,

gesekan-gesekan ataupun kotoran-kotoran yang dapat, mengakibatkan

kerusakan pada bagian mesin tersebut.

2. Kelalaian ataupun kesalahan yang dilakukan oleh pemilik dalam

penggunaan maupun pemasangan dan memperbaiki mesin serta bagian

lain.

3. Pengaruh kerusakan kecil pada salah satu bagian mesin yang dapat

menjadi penyebab kerusakan yang lebih besar pada bagian mesin yang

lainnya.

4. Pengaruh dari debu walaupun sangat halus, sering menyebabkan aus pada

bagian-bagian didalam mesin.

5. Terlalu berlebihan dalam penggunaan atau kelebihan beban yang dapat

menyebabkan over houl.


68

III.6 Pemeliharaan Pada Mesin Roving Stripper

Agar usia pakai mesin bisa lebih lama dan tidak terjadi kerusakan pada

mesin roving stripper maka dilakukan pemeliharaan dengan berkala, untuk itu

dilakukan pemeliharaan dengan jenis pemeliharaan rutin ( preventive

maintenance) yang dimana pemeliharaan ini yaitu pemeliharaan yang terjadwal

sebelumnya, pada mesin roving stripper dilakukan setiap 3 bulan sekali untuk

dilakukan perwatan menyeluruh, adapun hal yang dilakukan pada saat

dilaksanakanya perawatan yaitu :

1. Pembersihan sensor

Bersihkan secara menyeluruh pada bagian sensor dari debu yang

menempel yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan atau tidak

optimalnya kinerja sensor atau lebih parahnya sensor bisa terjadi kerusakan

akibat dari debu atau partikel kecil.

2. Mengecek koneksi kabel

Mengecek keseluruhan koneksi kabel pada seluruh komponen mesin

roving stripper dan pastikan semunya terhubung secara baik agar tidak terjadi

lost connection dari setiap komponen mesin.

3. Pembersihan inverter

Pada bagian inverter dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Bersihkan inverter dari debu atau partikel kecil yang dapat

menyebabkan kerusakan.

b. Mengecek pendingin atau cooling fan pada inverter dari kotoran atau

debu.
69

c. Cek kekencangan baut terminal.

4. Pemeliharaan pada PLC

Agar performa PLC tidak terganggu atau rusak maka dilakukan

perawatan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan atau pengecekan PLC baik posisinya, kondisinya maupun

infrastrukturnya

b. Penyetelan-penyetelan baut-baut konektor yang kendor, kabel-kabel

dan sebagainya

c. Menjaga kebersihan pada bagian PLC dari debu ataupun partikel kecil

yang bisa menyebabkan kerusakan.

5. Pengecekan motor

Pada bagian motor dapat dilakukan pengecekan sebagai beriku :

a. Bersihkan bagian motor dari debu yang menmpel.

b. Pengecekan bearing dapat dilakukan karna masa usia pakai bearing

meimiliki usia pakai yang terbatas.

c. Periksa koneksi kabel pada bagian motor.

6. Mengecek silinder.

Pada bagian silinder dapat dilakukan pengecekan sebagai berikut :

a. Periksa sil pada silinder pastikan dalam kondisi baik.

b. Bersihkan bagian silinder dari debu yang menempel.

c. Periksa koneksi kabel dan selang pada bagian silinder yang

menghubungkan silinder dan selenoid valve.


70

III.7 Analisis Masalah

Terjadinya suatu masalah atau gangguan pada sebuah mesin adalah hal

yang biasa namun kesalahan tersebut dapat diminimalisir agar tidak merugikan

perusahaan, yang dimana apabila sering terjadinya masalah atau gangguan, maka

produksi pada perusahaan tersebut dalam pencapaian target tidak berjalan secara

optimal, untuk itu di butuhkanlah suatu program manajemen pemeliharaan yang

baik agar dapat meminimalisir terjadinya gangguan pada pengoprasian mesin

III.7.1 Masalah Yang Sering Terjadi Pada Mesin Roving Stripper

Dari hasil Praktik Kerja Lapangan yang saya lakukan ada beberapa

masalah yang sering terjadi pada mesin Roving Stripper yang dimana masalah

yang sering terjadi itu diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Suction mode macet atau west terjebak

2. Ujung sliver atau roving tidak di temukan

Berdasarkan hasil analisa dan wawancara saya dengan pekerja di

PT.Indorama ada beberapa penyebab terjadinya masalah tersebut dan

penanggulangan apabila terjadi masalah seperti itu.

III.7.2 Penyebab Terjadinya Masalah Pada Mesin Roving Stripper

Dari ketiga masalah diatas disebabkan oleh berbagai hal yang diantaranya

adalah sebagai berikut :

1. Pada saat west atau sliver di sedot oleh suction mode ada beberapa west

yang menyangkut pada bagian dalam suction mode tersebut yang dimana

semakin lama west tersebut semakin banyak dan menggulung pada bagian
71

dalam suction mode tersebut sehingga terjadilah macet yang

mengakibatkan sensor fiber optic membaca bahwa masih terdapat west

yang masih di hisap,sehingga spindle terus berputar dan nozzle terus

menghisap, selama suction mode tersebut tidak di bersihkan maka nozzle

akan terus mengisap dan spindel akan terus berputar sehingga peroses

kerja mesin tidak akan berjalan sesuai dengan yang di inginkan.

2. Pada saat pencarian ujung sliver atau roving sering terjadi pada saat

pencarian tidak di temukan ujung sliver hal ini di sebabkan oleh beberapa

hal yang diantaranya adalah gulungan sliver terlalu rapat dan menempel

pada bobbin sehingga pada saat pencarian nozzle tidak dapat menyedot

ujung sliver dan waktu pencarian ujung sliver yang terbatas karna dalam

sistem tersebut diset waktu selama 60 detik, apabila dalam waktu tersebut

ujung sliver tidak di temukan maka otomatis bobbin dikembalikan ke rel

atas sehingga proses pembersihan tidak dilakukan.

III.7.3 Solusi Pemecahan Masalah

Dari hasil Kerja Praktik Lapangan ada beberapa solusi pemecahan masalah

apabila terjadi gangguan seperti hal diatas, dalam pemecahan masalah tersebut

dibutuhkan seorang oprator dalam mengawasi oprasi kerja dari mesin roving

stripper tersebut, untuk itu solusi pemecahan masalah yang dapat dilakukan

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pada masalah pertama dapat dilakukan apabila west terjebak pada suction

mode (nozzle) dapat meniupkan selang tekanan udara kebagian selang

nozzle agar west yang menyangkut pada bagian nozzle bisa terhisap
72

sempurna sehingga tidak ada west yang menyangkut pada nozzle tersebut.

Masalah ini sering terjadi untuk itu oprator harus jeli dalam mengawasi

pada bagian proses tersebut agar kerja mesin berjalan dengan baik.

2. Pada permasalahan kedua apabila terjadi seperti itu bisa dilakukan dengan

manual dengan mencari ujung sliver ataupun apabila ujung sliver

menempel dengan gulungan lain yang menyulitkan nozzle mencari ujung

sliver , maka oprator mencari dan membukakan agar ujung sliver dapat

mudah dicari, karena pada proses ini apabila ujung sliver tidak di temukan

dalam waktu 60 detik,maka bobbin akan di kembalikan ke rel dan proses

pebersihkan tidak dapat di lakukan.


BAB IV

KESIMPULAN

IV.1 Kesimpulan

1 Mengetahui proses produksi polyester dari mulai bahan baku serat

polyester hingga menjadi benang yang dimana urutan prosesnya yaitu

dimulai dari blow room, carding, drawing frame, simplex, ring frame ,

winding, packing, dan Finished Yarn Godown.

2 Komponen utama dari mesin Roving Stripper yaitu terdiri dari 1 buah

controller yaitu PLC (Programmable Logic Controller ), 1 buah motor

induksi 3 fasa, 1 buah Inverter dan beberapa sensor yaitu sensor proximity,

sensor photoelectric, sensor magnet (reed switch ), dan sensor optik. Dan

terdapat sistem pneumatic yaitu seleonid valve dan silinder pneumatic.

3 Dalam manajemen meliharaan dalam mesin Roving Stripper ini terdapat 2

kegiatan yaitu pemeliharaan terprogram seperti Pemeliharaan Pencegahan

(Perawatan), dan Pemeliharaan Perbaikan. Pada pemeliharaan terprogram

ini menggunakan jenis preventif maintenance yaitu pemeliharaan terjadwal

yang dilakukan setiap 3 bulan sekali. Sedangkan pemeliharaan tak

terprogram seperti Pemeliharaan Perbaikan (Darurat). Pada pemeliharaan

tak terprogram ini menyesuaikan apabila terjadi gangguan.

IV.2 Saran

Sebaiknya ditambahkan tampilan HMI ( Human Mechine Interface)

pada mesin Roving Stripper yang dimana bertujuan agar mudah dalam

73
74

monitoring mesin Roving Stripper apabila terjadi gangguan ataupun kerusakan

yang akan memudahkan operator dalam proses pemantauan atau monitoring

pada mesin tersebut.


75

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anthony, Zuriman. 2013. Srudi Pengaruh Perubahan Frekuensi Sumber


Terhadap Faktor Daya Motor Induksi 3-Fasa . Fakultas Teknologi Industri –
Institut Teknologi Padang (ITP). Vol.2 No.2, 2013.

[2] Muhtadi Zaim Zaky Muhammad. Manajemen Pemeliharaan Untuk


Optimalisasi Laba Perusahaan. Vol. VIII No. 1 – Tahun 2009

[3] Hutapea Sudianto, Nego. 2008. Aplikasi Sensor Pada Robot Penampung
Sampah. Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana.

[4] Akbar Tandu Fasila, dan Heru Winarno. Sensor Fiber Optik BF4R Sebagai
Pendeteksi Warna Pada Alat Pensortir Bobbin Benang Berbasis PLC
Omron CP1E-N 30 DRA Dan SCADA. Program Studi Diploma III Teknik
Elektro. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Vol. 18 No. 2 Periode
Oktober 2014 - April 2015

[5] Mahardika Tegar, dan Bambang Winardi. Perancangan Aplikasi PLC Omron
Sysmac CP1L Untuk Otomasi Proses Pengisian dan Penyegelan Air Minum
Dalam Kemasan PT. Pura Barutama Kudus. Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang,
Semarang, Indonesia.

[6] Setiawan Ari, et.all. 2004. Perancangan lengan robot pneumatik pemindah
plat Menggunakan programmable logic controller . Teknik Elektro, Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.

[7] Endang Pudji,W, dan Fahma Ilma. Perencanaan Pemeliharaan Mesin Dengan
Menggunakan Meetode Markov Chain Untuk Mengurangi Biaya
Pemeliharaan Di PT. Philips Indonesia . Jurusan Teknik Industri,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur . Jl. Raya
76

Rungkut Madya Surabaya 60294, ISSN: 1979-911X. Yogyakarta, 3


November 2012

[8] Sunanda Wahri, dan Yuli Asmi Rahman. 2011. Watak Harmonik Pada
Inverter Tiga Fasa Tak Berbeban . Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Bangka Belitung

[9] Tiar Kusuma Dewi, dan Priyo Sasmoko. Aplikasi Programmable Logic
Controller (PLC) Omron CP1E NA20 DRA Dalam Proses Pengaturan
Sistem Kerja Mesin Pembuat Pelet Ikan . Program Studi Diploma III Teknik
Elektro. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Vol. 17 No. 4 Periode
Oktober 2013 - April 2014.

[10] Wicaksono, Pandhu. 2007. Aplikasi PLC Mitsubishi Melsec FX 0N 30MR


Pada Mesin Roving Stripper Unit Spinning 7 PT. APAC CORPORA.
Teknik Elektro, Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro
77

LAMPIRAN I
Curiculum Vitae
CURRICULUM VITAE

NAMA : OGI FATHU RIZKI

NIM : 141364025

TEMPAT / TANGGAL LAHIR : SUBANG, 27 NOVEMBER 1995

JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI : TEKNIK OTOMASI INDUSTRI

PENGALAMAN ORGANISASI : HIMPUNAN MAHASISWA LISTRIK,

UNIFEST SUBANG, FOKUS SUBANG

(FORUM KOMUNIKASI MAHASISWA

SUBANG)

PELATIHAN/SEMINAR/TRAINING : TRAINING ESQ, SEMINAR ANTI

NARKOBA, PELATIHAN BELA NEGARA

ALAMAT : KP.KERESEK TUA RT.32/08


DESA.SUMURGINTUNG KEC. PAGADEN
BARAT KAB.SUBANG

TELEPON : 082216147697

EMAIL : ogifathu27@gmail.com

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat di pertanggungjawabkan secara hukum. Apabila
dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan,
saya sanggup menerima sanksi.

Bandung, 18 November 2017

Ogi Fathu Rizki


NIM 141364025

78
79

LAMPIRAN II
Surat Pernyataan
80
81

LAMPIRAN III
Lembar Kegiatan Lapangan
82
83

LAMPIRAN IV
Lembar Penilaian Pelaksanaan
84
85

LAMPIRAN V
Lembar Penilaian Seminar
86
87

LAMPIRAN VI
Lembar Pnilaian Laporan & Bimbingan
88
89

LAMPIRAN VII
Lembar Rekapitulasi Nilai
90

Anda mungkin juga menyukai