Anda di halaman 1dari 199

LAPORAN MAGANG INDUSTRI DAN STUDI KASUS DI PT.

MEKAR LANGGENG PERKASA

STUDI KASUS : ANALISIS KOMPONEN SPEARHEAD POINT DAN


LIFTING DOCK PADA CORE BARREL SET

Pelaksanaan: 23 Juni 2022 s/d 30 Oktober 2022

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan
Diploma Empat Program Studi Teknik Perancangan dan Konstruksi Mesin di
Jurusan Teknik Mesin

Oleh:

FADLI RAMDANI

NIM: 191234017

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2022
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa laporan Praktik Kerja Lapangan dengan


judul Magang Industri dan Studi Kasus di PT. MEKAR LANGGENG PERKASA
adalah laporan yang bebas dari unsur tindakan plagiarisme, dan sesuai dengan
ketentuan yang tata tulis yang berlaku.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya unsur plagiarisme, maka hasil
penilaian dari Praktik Kerja Lapangan ini dicabut dan bersedia menerima sanksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dalam keadaan sadar
sepenuhnya.
Bogor, 23 Juni 2022

Fadli Ramdani
NIM: 191234017

ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Magang Industri dan Studi Kasus ini dengan baik.

Laporan Magang Industri dan Studi Kasus ini ditunjukkan untuk memenuhi
mata kuliah Magang Industri dan Studi Kasus pada Program Diploma IV, Jurusan
Teknik Mesin, Program Studi Teknik Perancangan dan Konstruksi Mesin,
Politeknik Negeri Bandung, sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan.

Penulis diberikan kesempatan untuk melaksanakan Magang Industri di PT.


MEKAR LANGGENG PERKASA dan Studi Kasus selama empat bulan dari mulai
tanggal 22 Juni 2022 sampai dengan 30 Oktober 2022. Dalam melaksanakan
kegiatan Studi Kasus dan Magang Industri ini penulis menyadari bahwa tanpa doa
dan bantuan dari berbagai pihak laporan ini tidak akan terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Heri Widiantoro S.T., M. Eng, selaku ketua Program Studi Teknik


Perancangan Konstruksi Mesin Politeknik Negeri Bandung.
2. Dr. Budi Triyono, S.ST., M.T., dan Ibu Devi Eka Septiyani Arifin selaku
panitia Magang Industri dan Studi Kasus yang selalu membimbing kami.
3. Rudi Dharmansyah S.T., selaku pembimbing II di PT. MEKAR
LANGGENG PERKASA
4. Kedua Orangtua, dan adik yang senantiasa memberikan doa dan
semangat.
5. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri
Bandung.

6. Seluruh Staff dan Karyawan di PT. MEKAR LANGGENG PERKASA


yang senantiasa memberikan ilmu dan pengalamannya selama kegiatan ini
berlangsung.
7. Kepada semua pihak yang telah membatu dalam kegiatan Magang Industri
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

iii
Semoga amal baiknya mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Dalam penulisan laporan Magang Industri dan Studi Kasus ini, pada kenyataannya
masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun diperlukan
guna perbaikan penulisan laporan selanjutnya. Penulis berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat.

Bandung, 31 Oktober 2022

Fadli Ramdani
NIM: 191234017

iv
ABSTRAK

Program Studi D4 Teknik Perancangan dan Konstruksi Mesin (PS TPKM)


mempunyai harapan untuk menjadi program studi unggulan dalam bidang
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan fokus di
bidang perancangan, prototyping, dan reverse engineering, PS TPKM
menyelenggarakan pendidikan terapan bidang yang unggul dengan berorientasi
pada dunia usaha dan dunia industri global. PT. MEKAR LANGGENG PERKASA
menjadi tujuan penulis untuk merealisasikan hal tersebut dalam bentuk kegiatan
magang. Sebagai perusahaan yang bergerak di berbagai bidang salah satunya
manufacturing, PT. MEKAR LANGGENG PERKASA mendapatkan proyek
pembuatan beberapa part untuk alat pengeboran batubara. Kegiatan eksplorasi
batubara di dunia tambang secara umum erat kaitannya dengan proses pengeboran.
Aktivitas pengeboran ini bertujuan untuk mengetahui data geologi permukaan dan
bawah permukaan meliputi urutan stratigrafi batuan, posisi kedalaman batubara,
ketebalan batubara, dan mendapatkan sampel batubara. Untuk mengetahui
penyebab kegagalan dan memastikan komponen aman digunakan saat proses
pengeboran, maka dilakukanlah analisis dalam rancangan studi kasus penulis yaitu
analisis komponen Spearhead Point dan Lifting Dock pada Core Barrel Set.

Proses magang dilakukan secara offline dengan hari kerja senin-jumat.


Proses alur kegiatan di PT. MEKAR LANGGENG PERKASA lebih condong
kedalam manufaktur. Sehingga, diperlukan diskusi yang intens antar berbagai
divisi untuk mempermudah alur pengerjaan. Diskusi selama proses pengerjaan
dilakukan setiap hari untuk membagi jobdesk yang akan dikerjakan setiap harinya.

Kegiatan magang industri dan studi kasus ini terhitung dimulai dari tanggal
23 Juni 2022 – 30 Oktober 2022 diperoleh realisasi capaian jam kerja sebanyak 845
jam. Serta hasil analisis statik dan analisis fatigue dari komponen Spearhead Point
dan Lifting Dock.

Keyword : Magang Industri, Studi Kasus, Spearhead Point dan Lifting Dock

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................... Error! Bookmark not defined.


LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvii
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN ............................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................21
1.1 Latar Belakang .........................................................................21
1.2 Tujuan Magang Industri...........................................................22
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah .....................................22
1.4 Sistematika Penulisan ..............................................................23
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ........................................25
2.1 Sejarah Singkat Perusahaan .....................................................25
2.2 Visi dan Misi ............................................................................27
2.3 Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan ......................................28
2.3.1 Produk Hasil Manufaktur .................................................28
2.4 Struktur Organisasi ..................................................................36
2.5 Alur Produksi ...........................................................................40
2.6 Fasilitas Perusahaan .................................................................41
2.6.1 Ruang Lobi .......................................................................42
2.6.2 Kantor Utama....................................................................42
2.6.3 Workshop..........................................................................44
2.6.4 Fasilitas Penunjang Lain-Lain ..........................................48
BAB III KEGIATAN MAGANG INDUSTRI ........................................49
3.1 Pengenalan Perusahaan ............................................................50

vi
3.2 Pembuatan Model 3D dengan Solidworks...............................50
3.2.1 Membuat Model 3D Lat ....................................................51
3.2.2 Membuat Model 3D Overshot ..........................................52
3.2.3 Membuat Model 3D Cover Cap ........................................53
3.2.4 Membuat Model 3D Spearhead Point ...............................53
3.2.5 Membuat Model 3D Spearhead Base................................54
3.2.6 Membuat Model 3D Body Backhand ...............................55
3.2.8 Membuat Model 3D Inner cap ..........................................56
3.2.9 Membuat Model 3D Washer .............................................57
3.2.10 Membuat Model 3D Rubber ...........................................57
3.2.11 Membuat Model Lifting Dock ........................................58
3.2.12 Membuat Model 3D Core Case.......................................58
3.2.13 Membuat Model 3D Core Lifter .....................................59
3.2.14 Membuat Model 3D Core Ring.......................................60
3.2.15 Membuat Model 3D Dudukan Lat ..................................60
3.2.16 Membuat Model 3D Coupling ........................................61
3.2.17 Membuat Model 3D Locking Coupling ..........................62
3.2.18 Membuat Model 3D Releaser .........................................62
3.2.19 Membuat Model 3D Cap .................................................63
3.2.20 Membuat Model 3D Tutup Cap ......................................63
3.2.21 Membuat Model 3D Backhand Shaft ..............................64
3.2.22 Membuat Model 3D Landing Shoulder ..........................64
3.2.23 Membuat Model 3D Hanger ...........................................65
3.2.24 Membuat Model 3D Hanger Bearing ..............................66
3.2.25 Membuat Model 3D Releaser Shaft ................................66
3.2.26 Membuat Model 3D Releaser Shaft Connector ..............67
3.2.27 Membuat Model 3D Overshot Shaft ...............................67
3.2.28 Membuat Model 3D Assembly A ...................................68
3.2.29 Membuat Model 3D Assembly B ...................................69
3.3 Membuat Drafting....................................................................69
3.4 Pembuatan Benda Kerja...........................................................70

vii
3.5 Membuat Animasi Assembly...................................................88
3.6 Revisi Drafting .........................................................................89
3.7 Beberapa kunjugan ..................................................................89
3.8 Quality Checking .....................................................................90
3.9 Pembuatan Profil Perusahaan ..................................................90
3.10 Observasi Studi Kasus ...........................................................92
3.11 Target dan Realisasi Kegiatan Magang Industri ....................92
BAB IV STUDI KASUS ANALISIS KOMPONEN SPEARHEAD
POINT DAN LIFTING DOCK PADA CORE BARREL SET .............94
4.1 Pendahuluan .............................................................................94
4.1.1 Latar belakang Masalah ....................................................94
4.1.2 Rumusan Masalah Studi Kasus .........................................97
4.1.3 Tujuan Studi Kasus Analisis .............................................97
4.1.4 Batasan Masalah ...............................................................97
4.1.5 Manfaat Studi Kasus .........................................................97
4.1.6 Metode Penyelesaian Studi Kasus ....................................98
4.2 Landasan Teori ........................................................................99
4.2.1 Stratigrafi ..........................................................................99
4.2.2 Statika .............................................................................100
4.2.3 Dinamika .........................................................................101
4.2.4 Tegangan .........................................................................101
4.2.5 Regangan.........................................................................101
4.2.6 Modulus Elastisitas .........................................................102
4.2.7 Tegangan Geser ..............................................................102
4.2.8 Kurva S-N .......................................................................103
4.2.9 Persamaan Goodman ......................................................104
4.2.10 Tegangan Izin................................................................105
4.2.11 Tekanan .........................................................................106
4.2.12 Tekanan Hidrostatis ......................................................106
4.2.13 Safety Factor .................................................................107
4.3 Hasil dan Pembahasan ...........................................................107

viii
4.3.1 Preprocessing ..................................................................107
4.3.2 Solution Solver................................................................120
4.3.3 Post Processing ...............................................................121
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................148
5.1 Kesimpulan ............................................................................148
5.2 Saran ......................................................................................149
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................150
LAMPIRAN .............................................................................................151

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1 Kantor dan Workshop Bandung PT. MEKAR LANGGENG
PERKASA ........................................................................................25
Gambar II. 2 Struktur Organisasi PT. MEKAR LANGGENG PERKASA ..........36
Gambar II. 3 Alur Produksi....................................................................................40
Gambar II. 4 Ruang Lobi .......................................................................................42
Gambar II. 5 Kantor Utama ...................................................................................43
Gambar II. 6 Workshop..........................................................................................44
Gambar III. 1 Drafting komponen .........................................................................70
Gambar III. 2 Drafting Assembly ..........................................................................70
Gambar III. 3 Pembuatan Animasi Assembly B ....................................................88
Gambar III. 4 Pembuatan Animasi Assembly A ....................................................88
Gambar III. 5 Kunjungan ke Workshop 2 ..............................................................89
Gambar III. 6 Packing Sebelum Pengiriman..........................................................89
Gambar III. 7 Quality Checking Sebelum Perbaikan.............................................90
Gambar III. 8 Data Alat Produksi Perusahaan .......................................................91
Gambar III. 9 Data Alat Ukur Perusahaan .............................................................91
Gambar III. 10 Revisi Organigram Perusahaan .....................................................92
Gambar IV. 1 Inner Barrel dan Releaser ................................................................94
Gambar IV. 2 Komponen Core Barrel ...................................................................95
Gambar IV. 3 Spearhead Point dan Lifting Dock ..................................................95
Gambar IV. 4 Interaksi Spearhead Point dan Lifting Dock ...................................96
Gambar IV. 5 Interaksi Spearhead Point dan Lifting Dock Di Dalam Outer
Barrel ...............................................................................................96
Gambar IV. 6 Metode Penyelesaian Studi Kasus ..................................................98
Gambar IV. 7 Stratigrafi ......................................................................................100
Gambar IV. 8 Sistem Komponen Statika (Sumber: fismath.com) .......................100
Gambar IV. 9 Simulasi Sistem Dinamika (Sumber: fismath.com) ......................101
Gambar IV. 10 Kurva S-N ...................................................................................103
Gambar IV. 11 Amplitudo Rasio Tegangan, R=-1 ..............................................104
Gambar IV. 12 Amplitudo Rasio Tegangan, R=0 ...............................................104

x
Gambar IV. 13 Diagram Goodman ......................................................................105
Gambar IV. 14 Penggunaan Fitur Component Contacts Pada Objek
Simulasi .......................................................................................111
Gambar IV. 15 Penggunaan Fitur Contact Sets Pada Objek Simulasi .................111
Gambar IV. 16 Penggunaan Fitur Connectors Pada Objek Simulasi...................112
Gambar IV. 17 Penempatan Fixture Pada Objek Simulasi ..................................112
Gambar IV. 18 Penggunaan Fitur Advance Fixture Pada Objek Simulasi ..........113
Gambar IV. 19 Peletakan Beban Pada Objek Simulasi .......................................116
Gambar IV. 20 Peletakan Tekanan Pada Objek Simulasi ....................................117
Gambar IV. 21 Data Kurva SN Material AISI 1045 ............................................118
Gambar IV. 22 Data Kurva SN Material AISI 4340 ............................................118
Gambar IV. 23 Kurva S-N Material AISI 1045 ...................................................119
Gambar IV. 24 Kurva S-N Material AISI 4340 ...................................................119
Gambar IV. 25 Menambahkan Event...................................................................120
Gambar IV. 26 Meshing.......................................................................................121
Gambar IV. 27 Iterasi ...........................................................................................121
Gambar IV. 28 Distribusi Tegangan Pada Objek Simulasi Dengan Beban
Batubara ......................................................................................122
Gambar IV. 29 Distribusi Tegangan Objek Simulasi Dengan Beban Batu
Lempung .....................................................................................122
Gambar IV. 30 Distribusi Tegangan Objek Simulasi Dengan Beban Batu
Pasir .............................................................................................123
Gambar IV. 31 Mulur Dan Lipatan Pada Ujung Lifting Dock ............................123
Gambar IV. 32 Distribusi Tegangan Pada Ujung Lifting Dock Dengan Beban
Batubara ......................................................................................124
Gambar IV. 33 Distribusi Tegangan Pada Ujung Lifting Dock Dengan Beban
Batu Lempung .............................................................................124
Gambar IV. 34 Distribusi Tegangan Pada Ujung Lifting Dock Dengan Beban
Batu Pasir ....................................................................................125
Gambar IV. 35 Deformasi Pada Kepala Spearhead Point....................................126
Gambar IV. 36 Deformasi Pada Bagian Bawah Kepala Spearhead Point ...........126

xi
Gambar IV. 37 Necking Pada Leher Spearhead Point .........................................127
Gambar IV. 38 Distribusi Tegangan Pada Bagian Bawah Kepala Spearhead Point
Dengan Beban Batubara ..............................................................127
Gambar IV. 39 Distribusi Tegangan Pada Bagian Bawah Kepala Spearhead Point
Dengan Beban Batu Lempung ....................................................128
Gambar IV. 40 Distribusi Tegangan Pada Bagian Bawah Kepala Spearhead Point
Dengan Beban Batu Pasir............................................................128
Gambar IV. 41 Mulur Pada Bagian Dekat Lubang Spearhead Point ...................129
Gambar IV. 42 Distribusi Tegangan Pada Bagian Bawah Dekat Lubang Spearhead
Point Dengan Beban Batubara ....................................................129
Gambar IV. 43 Distribusi Tegangan Pada Bagian Bawah Dekat Lubang Spearhead
Point Dengan Beban Batu Lempung ...........................................130
Gambar IV. 44 Distribusi Tegangan Pada Bagian Bawah Dekat Lubang Spearhead
Point Dengan Beban Batu Pasir ..................................................130
Gambar IV. 45 Distribusi Tegangan Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan
Hidrostatis Pada Kedalaman 30 Meter ........................................131
Gambar IV. 46 Distribusi Tegangan Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan
Hidrostatis Pada Kedalaman 60 Meter ........................................132
Gambar IV. 47 Distribusi Tegangan Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan
Hidrostatis Pada Kedalaman 90 Meter ........................................133
Gambar IV. 48 Grafik Tegangan Pada Bagian Ujung Lifting Dock Dan Bawah
Kepala Spearhead Point ..............................................................134
Gambar IV. 49 Grafik Tegangan Pada Bagian Leher Spearhead Point ...............134
Gambar IV. 50 Grafik Tegangan Pada Bagian Bawah Spearhead Point .............135
Gambar IV. 51 Gaya Hidrostatis Yang Terjadi Saat Pengeboran ........................135
Gambar IV. 52 Distribusi Regangan Pada Objek Simulasi Dengan Beban
Batubara, Batu Lempung dan Batu Pasir .............................................................136
Gambar IV. 55 Distribusi Regangan Pada Bagian Bawah Kepala
Spearhead Point...........................................................................137
Gambar IV. 56 Distribusi Regangan Pada Bagian Ujung Lifting Dock ..............137
Gambar IV. 57 Distribusi Regangan Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan

xii
Hidrostatis Pada Kedalaman 30 Meter ........................................138
Gambar IV. 58 Distribusi Regangan Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan
Hidrostatis Pada Kedalaman 60 Meter ........................................138
Gambar IV. 59 Distribusi Regangan Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan
Hidrostatis Pada Kedalaman 90 Meter ........................................139
Gambar IV. 60 Grafik Regangan Pada Bagian Ujung Lifting Dock Dan Bawah
Kepala Spearhead Point ..............................................................139
Gambar IV. 61 Grafik Tegangan Pada Leher Dan Bawah Spearhead Point .......140
Gambar IV. 62 Distribusi Displacement Pada Objek Simulasi Dengan Beban
Batubara, Batu Lempung dan Batu Pasir ....................................140
Gambar IV. 65 Distribusi Displacement Pada Bagian Bawah Kepala Spearhead
Point ............................................................................................141
Gambar IV. 66 Distribusi Displacement Objek Simulasi Dengan Penerapan
Tekanan Hidrostatis Pada Kedalaman 30 Meter .........................141
Gambar IV. 67 Distribusi Displacement Objek Simulasi Dengan Penerapan
Tekanan Hidrostatis Pada Kedalaman 60 Meter .........................142
Gambar IV. 68 Distribusi Displacement Objek Simulasi Dengan Penerapan
Tekanan Hidrostatis Pada Kedalaman 90 Meter .........................142
Gambar IV. 69 Grafik Displacement Pada Bagian Ujung Lifting Dock Dan Bawah
Kepala Spearhead Point ..............................................................143
Gambar IV. 70 Grafik Displacement Pada Bagian Leher Spearhead Point .........143
Gambar IV. 71 Grafik Displacement Pada Bagian Bawah Spearhead Point .......144
Gambar IV. 72 Notifikasi Fatigue Analysis .........................................................145
Gambar IV. 73 Distribusi Total Life Dan Damage Percentage Objek Simulasi .145

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel II. 1 Informasi Tambahan PT.MEKAR LANGGENG PERKASA ............. 26


Tabel II. 2 Produk Hasil Manufaktur ..................................................................... 28
Tabel II. 3 Fasilitas Ruangan Lobi ......................................................................... 42
Tabel II. 4 Fasilitas Kantor Utama ......................................................................... 43
Tabel II. 5 Fasilitas Workshop ............................................................................... 44
Tabel III. 1 Rekap Kegiatan Magang Industri .......................................................49
Tabel III. 2 Rekap Kegiatan Membuat Model 3D dengan Solidworks..................50
Tabel III. 3 Rekap Kendala Membuat Model 3D Lat ............................................52
Tabel III. 4 Rekap Kendala Membuat Model 3D Overshot ...................................52
Tabel III. 5 Rekap Kendala Membuat Model 3D Cover Cap ................................53
Tabel III. 6 Rekap Kendala Membuat Model 3D Spearhead Point .......................54
Tabel III. 7 Rekap Kendala Membuat Model 3D Spearhead Base ........................54
Tabel III. 8 Rekap Kendala Membuat Model 3D Body Backhand ........................55
Tabel III. 9 Rekap Kendala Membuat Model 3D Backhand .................................56
Tabel III. 10 Rekap Kendala Membuat Model 3D Inner Cap................................56
Tabel III. 11 Rekap Kendala Membuat Model 3D Washer ...................................57
Tabel III. 12 Rekap Kendala Membuat Model 3D Rubber....................................57
Tabel III. 13 Rekap Kendala Membuat Model 3D Lifting Dock ...........................58
Tabel III. 14 Rekap Kendala Membuat Model Core Case .....................................59
Tabel III. 15 Rekap Kendala Membuat Model Core Lifter ...................................59
Tabel III. 16 Rekap Kendala Membuat Model Core Ring .....................................60
Tabel III. 17 Rekap Kendala Membuat Model Dudukan Lat ................................61
Tabel III. 18 Rekap Kendala Membuat Model Coupling ......................................61
Tabel III. 19 Rekap Kendala Membuat Model Locking Coupling ........................62
Tabel III. 20 Rekap Kendala Membuat Model Releaser........................................62
Tabel III. 21 Rekap Kendala Membuat Model Cap ...............................................63
Tabel III. 22 Rekap Kendala Membuat Model Tutup Cap ....................................63
Tabel III. 23 Rekap Kendala Membuat Model Backhand Shaft ............................64
Tabel III. 24 Rekap Kendala Membuat Model Landing Shoulder.........................65

xiv
Tabel III. 25 Rekap Kendala Membuat Model Hanger .........................................65
Tabel III. 26 Rekap Kendala Membuat Model Hanger Bearing ............................66
Tabel III. 27 Rekap Kendala Membuat Model Releaser Shaft ..............................66
Tabel III. 28 Rekap Kendala Membuat Model Shaft Connector ...........................67
Tabel III. 29 Rekap Kendala Membuat Model Overshot Shaft .............................68
Tabel III. 30 Rekap Kendala Membuat Model Assembly A .................................68
Tabel III. 31 Rekap Kendala Membuat Model Assembly B..................................69
Tabel III. 32 Rekap Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 1 .................70
Tabel III. 33 Rekap Detail Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 1 ......71
Tabel III. 34 Rekap Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke - 2 .................77
Tabel III. 35 Rekap Detail Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 2 ......77
Tabel III. 36 Rekap Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 3 .................79
Tabel III. 37 Rekap Detail Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 3 ......80
Tabel III. 38 Rekap Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 4 .................82
Tabel III. 39 Rekap Detail Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 4 ......82
Tabel III. 40 Rekap Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke -5 ..................85
Tabel III. 41 Rekap Detail Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 5 ......85
Tabel III. 42 Rekap Target dan Realisasi Kegiatan Magang Industri ....................93
Tabel IV. 1 Safety Factor ..................................................................................... 107
Tabel IV. 2 Dimensi Spearhead Point .................................................................. 108
Tabel IV. 3 Dimensi Lifting Dock ....................................................................... 108
Tabel IV. 4 Dimensi Spearhead Base .................................................................. 108
Tabel IV. 5 Model Spearhead Point ..................................................................... 109
Tabel IV. 6 Model Lifting Dock .......................................................................... 109
Tabel IV. 7 Model Spearhead Base...................................................................... 109
Tabel IV. 8 Data Material AISI 1045................................................................... 110
Tabel IV. 9 Data Material AISI 4340................................................................... 110
Tabel IV. 10 Massa Komponen Inner Barrel ....................................................... 113
Tabel IV. 11 Massa Jenis Batuan ......................................................................... 114
Tabel IV. 12 Dimensi Tabung Inner Barrel ......................................................... 115
Tabel IV. 13 Massa Jenis Batuan ......................................................................... 115

xv
Tabel IV. 14 Massa Total ..................................................................................... 115
Tabel IV. 15 Data Tekanan Hidrostatis................................................................ 116
Tabel IV. 16 Properti Mesh.................................................................................. 118
Tabel IV. 17 Safety Factor Hasil Pengujian......................................................... 144

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Data Pendukung Kegiatan Magang ......................................... 151


A1. Rekam jejak ....................................................................................... 151
A2. Lembar Usulan Kegiatan Magang .................................................... 152
A3. Lembar surat Permohonan Magang PT Mekar Langgeng Perkasa ... 153
A4. Lembar Resmi Penerimaan Magang ................................................. 154
A5. Lembar Sertifikat Magang ................................................................ 155
A6. Lembar Bimbingan............................................................................ 156
Lampiran B Log Book dan Dokumentasi Magang ....................................... 157
B1. Target dan Realisasi Kegiatan ........................................................... 157
B2. Log Book Minggu ke-1 ..................................................................... 158
B3. Log Book Minggu ke-2 ..................................................................... 160
B4. Log Book Minggu ke-3 ..................................................................... 162
B5. Log Book Minggu ke-4 ..................................................................... 164
B6. Log Book Minggu ke-5 ..................................................................... 166
B7. Log Book Minggu ke-6 ..................................................................... 168
B8. Log Book Minggu ke-7 ..................................................................... 170
B9. Log Book Minggu ke-8 ..................................................................... 172
B10.Log Book Minggu ke-9 ..................................................................... 175
B11.Log Book Minggu ke-10 ................................................................... 179
B12.Log Book Minggu ke-11 ................................................................... 181
B13.Log Book Minggu ke-12 ................................................................... 183
B14.Log Book Minggu ke-13 ................................................................... 184
B15.Log Book Minggu ke-14 ................................................................... 185
B16.Log Book Minggu ke-15 ................................................................... 186
B17.Log Book Minggu ke-16 ................................................................... 188
B18.Log Book Minggu ke-17 ................................................................... 190
B19.Log Book Minggu ke-18 ................................................................... 193
Lampiran C Dokumentasi Studi Kasus ......................................................... 194
C1. Target dan Realisasi Kegiatan ........................................................... 194

xvii
C2. Target dan Realisasi Kegiatan ........................................................... 196
C3. Target dan Realisasi Kegiatan ........................................................... 198

xviii
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
Simbol

- A : Luas penampang (mm2)


- E : Modulus Elastisitas
- F : Beban (N)

- Ft : Beban Total

- Fh : Gaya Hidorstatis
- M : Momen

- Sf : Safety Factor

- Se : Batas lelah (N/mm2)


- ΔL : Pertambahan panjang
- L0 : Panjang awal specimen
- σ : Tegangan (N/mm2)

- σa : Tegangan Izin (N/mm2)

- σu : Tegangan Tarik Material (N/mm2)

- σm : Tegangan rata-rata (N/mm2)


- τ : Tegangan Geser (N/mm2 )
- ε : Regangan

Singkatan
- 3D : Tiga Dimensi
- 2D : Dua Dimensi
- AISI : American Iron and Steel Institute
- CNC : Computer Numeric Control
- FEA : Finite Element Analysis
- PS : Program Studi
- PT : Perseroan Terbatas
- PO : Pre Order

xix
- QHSE : Quality, Health, Safety and Environment
- QTY : Quantity
- RT : Rukun Tetangga
- RW : Rukun Warga
- SKS : Satuan Kredit Semester
- SDM : Sumber Daya Manusia
- TBK : Terbuka
- Jl : Jalan
- Kg : Kilogram
- Mpa : Megapascal
- Pa : Pascal
- Tlp : Telepon
- cm : Sentimeter
- gr : Gram
- mm : Milimeter

xx
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Studi D4 Teknik Perancangan dan Konstruksi Mesin (PS TPKM)
mempunyai harapan untuk menjadi program studi unggulan dalam bidang
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana yang
tertera dalam visi misi, dan tujuan program studi. Salah satu indikator unggul adalah
menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang inovatif,
kreatif, adaptif, dan komunikatif di bidang perancangan dan konstruksi mesin yang
mampu berkarya di industri dan masyarakat dengan baik serta bermanfaat. Untuk
mencapai indikator tersebut, maka perlu pembelajaran dan pengetahuan yang
aplikatif, inovatif, kreatif, komunikatif dalam ranah pengetahuan, keterampilan dan
kepribadian.

Sebagai lulusan program Diploma IV di mana adalah seorang sarjana


terapan. Kegiatan magang di industri menjadi suatu kebutuhan wajib sebelum resmi
menjadi seorang sarjana terapan. Ciri dari seorang sarjana terapan adalah mampu
mengenal lingkungan kerjanya, mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan
yang telah dimiliki dan siap bekerja dalam tim di skala industri. Oleh sebab itu,
Program Studi D4 Teknik Perancangan dan Konstruksi Mesin menyelenggarakan
sebuah mata kuliah magang industri dan studi kasus sebagai salah satu kurikulum
yang wajib dilewati mahasiswa sebelum resmi menjadi seorang sarjana terapan.
Kegiatan yang dilaksanakan pada semester tujuh ini merupakan sebuah upaya
mengenalkan kehidupan industri pada mahasiswa agar kelak saat lulus dan memulai
kehidupan dalam dunia pekerjaan yang sesungguhnya tidak terlalu asing karena
sudah mendapatkan bekal dari mata kuliah ini.

21
Magang industri dan studi kasus merupakan mata kuliah pada semester
tujuh yang disusun di program studi Teknik Perancangan dan Konstruksi Mesin
dengan jumlah 12 SKS. Terdiri dari 9 SKS untuk magang industri dan 3 SKS untuk
studi kasus. Kegiatan magang industri dan studi kasus ini berlangsung dari tanggal
23 Juni 2022 sampai dengan 30 Oktober 2022 secara offline. Untuk memenuhi
mata kuliah ini PT. MEKAR LANGGENG PERKASA dipilih untuk menjadi
tempat magang industri. Dikarenakan PT. MEKAR LANGGENG PERKASA
adalah perusahaan yang bergerak dibidang part precision, manufacture, dan mining
exploration.

1.2 Tujuan Magang Industri


Tujuan pelaksanaan magang industri serta studi kasus di PT. MEKAR
LANGGENG PERKASA adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi mata kuliah program studi Teknik Perancangan dan


Konstruksi Mesin pada semester tujuh.
2. Mendapatkan pengalaman bekerja dan memperluas wawasan di dunia
industri khususnya di PT. MEKAR LANGGENG PERKASA.
3. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dipelajari di dunia
perkuliahan.
4. Dapat memiliki keahlian khusus seperti komunikasi dan kerjasama tim
pada dunia kerja.
5. Mengetahui keadaan serta sistem produksi dalam sebuah perusahaan

1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


Adapun ruang lingkup dalam pelaksanaan Magang Industri dan Studi
Kasus di PT. MEKAR LANGGENG PERKASA adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari bagaimana suasana dan cara kerja di perusahaan tempat


Magang Industri
2. Mengerjakan pekerjaan rutin yang disetujui dan diinstruksikan oleh
Pembimbing Lapangan dan Institusi.
3. Melakukan perancangan sesuai permintaan customer.

22
4. Menyelesaikan topik perancangan studi kasus dari tahapan identifikasi
permasalahan, perencanaan sampai dengan dokumentasi.

Batasan masalah dalam pelaksanaan Magang Industri dan Studi Kasus di


PT. MEKAR LANGGENG PERKASA adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari suasana dan cara kerja di Divisi Engineering bagian


Engineering Design dan Produksi PT. MEKAR LANGGENG
PERKASA.
2. Pekerjaan rutin yang dilakukan berhubungan dengan kegiatan
perancangan, kegiatan manufaktur serta menganalisa sebuah kegagalan yang
terjadi pada sebuah komponen yang di produksi oleh perusahaan, yakni
Spearhead Point dan Lifting Dock.

1.4 Sistematika Penulisan


Penulisan dilakukan dengan susunan yang secara umum dapat menejelaskan
permasalahan secara tererinci dengan urutan sebagai berkut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi informasi tentang latar belakang, tujuan Magang Industri dan


Studi Kasus. Manfaat Magang Industri dan Studi Kasus. Ruang lingkup
dan batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Berisi informasi tentang PT. MEKAR LANGGENG PERKASA berupa


profil perusahaan, ruang lingkup perusahaan, produk dan customer
perusahaan.

BAB III KEGIATAN MAGANG INDUSTRI

Berisi informasi tentang kegiatan yang dilakukan selama Magang


Industri di PT. MEKAR LANGGENG PERKASA seperti menggambar
3D model, membuat drawing, membuat detail part, membuat
perencanaan desain produksi, melakukan survey dan bertemu costumer
serta mempelajari aspek manufaktur di lapangan.

23
BAB IV STUDI KASUS

Bagian ini berisi tahapan perancangan penyelesaian topik studi Analisis


Komponen Spearhead Point dan Lifting Dock pada Core Barrel Set
dimulai dari pendahuluan, landasan teori, proses penyelesaian, serta
kesimpulan dan saran.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini berisi semua kesimpulan yang dihasilkan dari serangkaian


proses penulisan dan juga saran-saran sebagai tuntunan perbaikan.

24
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan


PT. MEKAR LANGGENG PERKASA adalah perusahaan manufaktur
yang bergerak dibidang kontraktor teknologi tinggi terutama di bidang
pertambangan, stamping part, fabrikasi maupun dalam bidang industri lainnya
khususnya logam. Berdiri sejak tahun 2018 di Bogor, Jawa Barat. Mengawali
perusahaan dari industri kecil membuat semakin tahun PT. MEKAR
LANGGENG PERKASA semakin berkembang dan berhasil melebarkan sayap
bisnisnya membuka cabang workshop di Citereup, Jawa Barat. Perusahaan ini
sampai dengan sekarang memiliki dua Plant atau Pabrik, yakni dengan tambahan
Plant Manufaktur di Sentul, Bogor.

Gambar II. 1 Kantor dan Workshop Bandung PT. MEKAR LANGGENG PERKASA

25
Berikut beberapa informasi tambahan terkait PT. MEKAR LANGGENG
PERKASA:

Tabel II. 1 Informasi Tambahan PT.MEKAR LANGGENG PERKASA

Informasi Keterangan

Alamat  Office : Jl. Kadumanggu RT 003 RW 002 Kadumanggu,


Babakan Madang - Bogor, Jawa Barat, Indonesia
 Office : Jl. Tengsaw No.18A RT 003 RW 005, Tarikolot
Citeureup - Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Email mekarlanggengperkasa@gmail.com
Website https://www.mekarlanggengperkasa.com/

Bidang Keahlian Part Precision, Manufacturing, dan Mining Exploration

Jumlah Karyawan 13 Orang

Costumer  PT. CAHAYA BINTANG INTI NUSA


 PT. DUTA BORNEO MINING
 PT. HYDROCORE
 PT. DUNGGIO DRILLING
 PT. SAMGEO BOR
 PT. EKSPLORINDO SUKSES UNGGUL
 PT. CEMINDO GEMILANG TBK
 PT. OMEGA DRILLING SERVICE
 PT. ALFA EKSPLORINDO

Kontak Reservasi Tlp. : 021-87953344

26
2.2 Visi dan Misi
Sebuah perusahaan tentunya punya sebuah visi untuk dicapai bersama.
Sebagai arah tujuan perusahaan visi ini yang selalu dipegang dalam setiap kegiatan
yang ada. Untuk mewujudkan visi tersebut, dibuatlah misi yang menunjang sebagai
bentuk implementasi untuk mencapai visi perusahaan.

Visi PT. MEKAR LANGGENG PERKASA:

1. Menjadi perusahaan terdepan dalam bidang usaha konstruksi dan


manufaktur.
2. Mewujudkan suatu organisasi berisikan para profesional terbaik yang
memiliki keahlian dalam bidang pembangunan tur dan mining exploration.
3. Mendukunng tumbuhnya budaya dan atmosfer mental berwirausaha
mandiri bagi generasi muda Indonesia yang siap bersaing di panggung
global.
4. Benefit bagi Customer, Perusahaan dan Karyawan.

Misi PT. MEKAR LANGGENG PERKASA:

1. Berperan aktif dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan


sarana dan prasarana melalui jasa konstruksi.
2. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman serta memberikan
kesempatan untuk berkembang secara profesional.
3. Meningkatkan kemampuan dan daya saing SDM dengan mengutamakan
pengembangan keahlian teknik dan manajemen proyek.
4. Memberikan pelayanan, mutu dan kepuasan yang terbaik kepada
pelanggan.
5. Membangun serta menciptakan citra terbaik perusahaan.
6. Menciptakan persaingan sehat.

27
2.3 Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan
Adapun ruang lingkup kegiatan yang dilakukan PT. MEKAR LANGGENG
PERKASA adalah:
1. Penyedia jasa industri khusus logam, seperti Fabrikasi, Stamping Part,
Precission Part, Jasa machining, Welding, Komponen Karoseri dan
Kontruksi Besi.
2. Penyedia peralatan dan aksesoris pengeboran dengan berbagai tipe dan
ukuran (PQ, HQ, NQ), di antaranyanya : Core Barrel Assy, Stop Ring,
Core Lifter, Core Lifter Case, Locking Coupling, Adaptor Coupling,
Landing Ring, Drill Rods, Reamer, Bit, dll.

2.3.1 Produk Hasil Manufaktur


Berikut ini adalah Produk Hasil Manufaktur yang dikerjakan oleh PT.
MEKAR LANGGENG PERKASA:

Tabel II. 2 Produk Hasil Manufaktur

Nama
No Gambar
Produk

1 Latch

28
Nama
No Gambar
Produk

2 Cover Cap

3 Backhand

4 Spearhead
Point

29
Nama
No Gambar
Produk

5 Overshot

Body
6
Backhand

7 Tutup Cap

30
Nama
No Gambar
Produk

8 Core Lifter

9 Lifting Dock

10 Spearhead
Base

31
Nama
No Gambar
Produk

11 Dudukan Lat

12 Core Case

13 Core Lifter

32
Nama
No Gambar
Produk

14 Ring Core

15 Rubber

16 Washer

33
Nama
No Gambar
Produk

17 Landing
Shoulder

18 Cap

34
Nama
No Gambar
Produk

19 Inner Cap

20 Spindle
Bearing

35
2.4 Struktur Organisasi
Berikut merupakan Struktur Organisasi dari PT. MEKAR LANGGENG
PERKASA:

Gambar II. 2 Struktur Organisasi PT. MEKAR LANGGENG PERKASA

36
1. Komisaris
 Memastikan secara efektif mengenai kebijakan terhadap Quality,
Health, Safety and Environment (QHSE) bagi seluruh aktivitas PT.
MEKAR LANGGENG PERKASA.
 Memberikan dukungan penuh sesuai dengan kebijakan dan bagi setiap
orang yang mengimplementasikannya.
 Memastikan bahwa sumber yang diperlukan tersedia.
 Melakukan kajian/tinjauan terhadap keefektifan implementasi dengan
melalui masukan dari laporan tahunan.
2. Direktur
 Memastikan bahwa seluruh fungsi QHSE di dalam bentuk organisasi
yang integral dan efektif merupakan bagian dari manajemen operasi.
 Harus mendelegasikan tanggung jawab kepada karyawan yang tepat.
 Harus ikut serta dalam pengembangan dan implementasi Kebijakan
QHSE, dan harus dapat memberikan saran QHSE (termasuk saran
penilaian resiko) kepada seluruh organisasi/department, mengenai
perubahan dalam undang-undang yang sesuai, perundang-undangan
serta petunjuk dari lembaga yang berwenang.
3. Admin Staff
 Melakukan aktivitas pembukuan dasar.
 Menjaga dokumen perusahaan baik yang berbentuk fisik maupun
digital.
 Melakukan penyortiran dan pendistribusian surat.
 Memelihara dan menata perlengkapan kantor.
 Memastikan ketersediaan alat tulis kantor di perusahaan.
 Mengatur menyediakan berbagai dokumen yang diperlukan.
 Korespondensi bisnis.
4. Accounting
 Membuat catatan keuangan.
 Melakukan evaluasi anggaran.

37
 Mengatur pembayaran pajak.
 Mengontrol dan mengatasi masalah keuangan.
 Meningkatkan keuntungan.
5. Marketing Engineering
 Mempersiapkan dan menyampaikan presentasi untuk menjelaskan
produk atau layanan kepada pelanggan atau calon pelanggan.
 Berunding dengan pelanggan dan teknisi untuk menilai kebutuhan
peralatan dan untuk menentukan persyaratan yang dibutuhkan.
 Mengamankan dan memperbarui pesanan serta mengatur pengiriman
barang.
 Membantu klien mengatasi segala permasalahan dalam pemasangan
alat.
 Memberikan rekomendasi kepada klien terkait upgrade atau bagaimana
sebuah perubahan dapat menurukan biaya atau meningkatkan produksi
dengan alat tersebut.
 Meneliti dan mengembangkan produk baru.
6. Operator Milling
 Harus terbiasa dengan kebijakan QHSE PT. MEKAR LANGGENG
PERKASA dan pernyataan department nya mengenai QHSE, peraturan
pelaksanaan dan prosedur, dan Menjamin bahwa seluruh level dalam
area yang menjadi tangung jawabnya telah mengerti dan dapat
mengaplikasikannya.
 Mempersiapkan mesin dan memposisikan benda kerja.
 Memilih dan menjalankan program CNC (untuk CNC).
 Memantau proses pemesinan (untuk CNC).
 Pemesinan benda kerja secara manual (manual mill).
 Memeriksa bahwa benda kerja yang telah selesai memnuhi semua
dimensi dan toleransi yang ditentukan.
 Melakukan perawatan rutin pada mesin dan peralatan milling.

38
7. Operator Bubut
 Harus terbiasa dengan Kebijakan QHSE PT. MEKAR LANGGENG
PERKASA dan pernyataan department nya mengenai QHSE, peraturan
pelaksanaan dan prosedur, dan Menjamin bahwa seluruh level dalam
area yang menjadi tangung jawabnya telah mengerti dan dapat
mengaplikasikannya.
 Mempersiapkan mesin dan memposisikan benda kerja.
 Memilih dan menjalankan program CNC (untuk pabrik CNC).
 Memantau proses pemesinan (untuk pabrik CNC).
 Pemesinan benda kerja secara manual (bubut manual).
 Memeriksa bahwa benda kerja yang telah selesai memenuhi semua
dimensi dan toleransi yang ditentukan.
 Melakukan perawatan rutin pada mesin dan peralatan mesin bubut.
8. Helper
 Harus terbiasa dengan Kebijakan QHSE PT. MEKAR LANGGENG
PERKASA dan pernyataan department nya mengenai QHSE, peraturan
pelaksanaan dan prosedur, dan Menjamin bahwa seluruh level dalam
area yang menjadi tangung jawabnya telah mengerti dan dapat
mengaplikasikannya.
 Mengelola sirkulasi barang di gudang.
 Menerima dan memproses stok.
 Kontrol inventaris gudang.
 Membuat laporan pemindahan atau mutasi barang.

39
2.5 Alur Produksi

Gambar II. 3 Alur Produksi

40
Dari Gambar Diagram alur produksi diatas, dapat dijelaskan bahwa alur
produksi di PT. MEKAR LANGGENG PERKASA adalah sebagai berikut:

1. Customer melakukan komunikasi dengan PT. MEKAR LANGGENG


PERKASA untuk melakukan meeting terkait kerja sama yang akan
dilakukan.
2. Customer dapat meminta konsep sesuai keinginan serta dibantu dalam
proses desainnya atau dapat langsung memberikan konsep, dan atau gambar
yang ingin diproduksi.
3. Setelah Customer memutuskan konsep atau langsung memberikan gambar,
maka dilakukan penawaran harga atau quotation.
4. Setelah quotation dikirim dan disetujui maka akan turun Pre-Order atau
PO.
5. Setelah PO turun maka divisi engineering dan bagian purchasing akan
langsung mempersiapkan gambar dan material yang harus disiapkan untuk
divisi produksi.
6. Proses produksi dilaksanakan sesuai dengan timeline yang sudah
direncanakan.
7. Setelah produksi selesai, produk akan dilakukan pemeriksaan oleh divisi
quality control (QC), setelah pemeriksaan jika produk Not Good (NG) maka
akan dilakukan repair ke bagian produksi, sedangkan jika produk
dinyatakan Good maka produk akan dikirim ke Customer.
8. Setelah produk diterima Customer, maka produk akan diperiksa oleh QC
Customer. Jika produk dinyatakan Good maka produk dinyatakan selesai
produksi dan closed atau finish. Sedangkan jika produk dinyatakan Not
Good (NG) oleh QC Customer, maka akan dilakukan pengembalian ke
bagian produksi kembali untuk dilakukan repair.

2.6 Fasilitas Perusahaan


PT. MEKAR LANGGENG PERKASA memiliki beberapa fasilitas umum
untuk digunakan karyawannya dalam menunjang segala kegiatan yang
berlangsung, di antaranyanya adalah:

41
2.6.1 Ruang Lobi

Gambar II. 4 Ruang Lobi

Ruang Lobi berfungsi sebagai tempat untuk menjamu Customer/Client yang


datang secara langsung ke PT. MEKAR LANGGENG PERKASA untuk
melakukan meeting. Selain itu ruang ini juga berfungsi sebagai ruang tunggu ketika
ada tamu yang datang.

Berikut adalah beberapa fasilitas ruang lobi:

Tabel II. 3 Fasilitas Ruangan Lobi

No Fasilitas QTY Keterangan


1 Sofa 1 set Kondisi Baik

2 Meja 1 Kondisi Baik

3 AC 1 Kondisi Baik

2.6.2 Kantor Utama


Ruang Kantor Utama berfungsi sebagai pusat kegiatan non-Teknik di PT.
MEKAR LANGGENG PERKASA. Ruangan ini berisi setiap orang yang bertugas
merencanakan baik itu keuangan, administrasi perusahaan dll.

42
Gambar II. 5 Kantor Utama
Berikut adalah beberapa fasilitas di kantor utama:

Tabel II. 4 Fasilitas Kantor Utama

No Fasilitas QTY Keterangan

1 Meja dan Kursi 3 Kondisi Baik

2 Printer 2 Kondisi Baik

3 Komputer Set 2 Kondisi Baik

4 Lemari Berkas 3 Kondisi Baik

5 Wifi 1 Kondisi Baik

6 Telepon 1 Kondisi Baik

7 Dispenser 1 Kondisi Baik

43
2.6.3 Workshop
Workshop merupakan tempat yang digunakan proses produksi, perakitan
dan pengemasan dari komponen yang sudah dibuat.

Gambar II. 6 Workshop


Berikut adalah beberapa fasilitas di Workshop PT. MEKAR LANGGENG
PERKASA:

Tabel II. 5 Fasilitas Workshop

No Fasilitas Fungsi QTY Keterangan Gambar


1 Mesin CNC Berfungsi 2 Kondisi
Milling untuk Baik
melakukan
proses milling
produk dengan
menggunakan

44
No Fasilitas Fungsi QTY Keterangan Gambar
2 Mesin Berfungsi 1 Kondisi
Sawing untuk Baik
melakukan
pemotongan
benda kerja
yang di mana
proses
pemotongannya
dilakukan
dengan cara
menempatkan
tepi bergerigi
pada benda kerja.

3 Mesin Berfungsi 3 Kondisi


Bubut untuk Baik
melakukan
pemotongan
benda kerja
dengan cara
memutar benda
kerja yang
kemudian
dikenakan pada
pahat yang
digerakkan
secara translasi
sejajar dengan
sumbu putar
dari benda
kerja.

4 Mesin Digunakan 1 Kondisi


Milling untuk proses baik
milling serta
pengeboran
produk.

45
No Fasilitas Fungsi QTY Keterangan Gambar
5 Mesin Stik Digunakan 1 Kondisi
untuk baik
pembuatan
lubang pada
benda kerja

6 Mesin Digunakan 1 Kondisi


gerinda untuk baik
pedestal mengasah mata
bor dan pahat
bubut

7 Crane lifting Digunakan 1 Kondisi


untuk proses baik
pengangkatan
dan
pemindahan
material

8 Mesin bubut Berfungsi 4 Kondisi


CNC untuk baik
melakukan
pemotongan
benda kerja
yang di mana
proses
pemotongannya
dilakukan
dengan cara
memutar
benda kerja

46
No Fasilitas Fungsi QTY Keterangan Gambar
yang kemudian
dikenakan pada
pahatyang
digerakkan
secara translasi
sejajar dengan
sumbu putar
dari benda
kerja

9 Mesin Memberikan 1 Kondisi


Kompressor suplai udara baik
bertekanan.

47
2.6.4 Fasilitas Penunjang Lain-Lain
Selain Fasilitas di atas terdapat beberapa fasilitas ruangan penunjang di PT.
MEKAR LANGGENG PERKASA seperti:

1. Mushola
2. Mess
3. Toilet
4. Tempat Parkir
5. Mobil Operasional

48
BAB III
KEGIATAN MAGANG INDUSTRI

Kegiatan magang industri dilaksanakan dari mulai tanggal 23 Juni 2022


sampai dengan 30 Oktober 2022. Perusahaan yang dipilih adalah PT. MEKAR
LANGGENG PERKASA yang bertempat di Jl. Kadumanggu RT 003 RW 002
Kadumanggu, Babakan Madang - Bogor, Jawa Barat. Dengan total 18 Minggu
kerja dan 9 Jam sehari. Dimulai dengan pengenalan perusahaan ssampai dengan
observasi studi kasus dengan rincian durasi kerja sebagai berikut:

Tabel III. 1 Rekap Kegiatan Magang Industri

Minggu ke-
NO Kegiatan Durasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Pengenalan
1 1
Perusahaan
Pembuatan
2 288
Model 3D
Membuat
3 98
Drafting
Pembuatan Benda
4 72
Kerja
Membuat
5 Animasi 90
Assembly
6 Revisi Drafting 9
Beberapa
7 135
Kunjungan
Quality
8 45
Checking
Pembuatan
9 Profil 45
Perusahaan
Observasi
10 45
Studi Kasus
Pengerjaan
11 18
Laporan
Total Durasi (Jam) 845

Selama Proses kegiatan magang adapun ruang lingkup realisasi kegiatan


yang dilakukan adalah sebagai berikut:

49
1. Membuat model 3D dengan software baik dari gambar kerja atau
pengukuran langsung.
2. Memproduksi benda kerja.
3. Kegiatan lain dalam membantu pekerjaan di PT. MEKAR LANGGENG
PERKASA seperti: membantu melakukan proses manufaktur (Grinding,
Packing DLL), pengukuran di lapangan, monitoring proses manufaktur di
vendor, pembelian komponen dan kegiatan lain.

3.1 Pengenalan Perusahaan


Dalam proses kegiatan pengenalan perusahaan, perusahan mengumpulkan
semua karyawan dengan tujuan untuk memperkenalkan perusahaan kepada peserta
magang industri serta menjelaskan sedikit sejarah singkat perusahaan, bidang
keahlian dan ruang lingkup kerja perusahaan, serta menjelaskan Layout dari kantor
serta workshop dari PT. MEKAR LANGGENG PERKASA.

3.2 Pembuatan Model 3D dengan Solidworks


Kegiatan membuat model 3D dengan Solidworks ini meliputi pembuatan
model dari gambar kerja yang sudah ada, hasil dari pengukuran langsung (sketch),
atau gambar model dari produk yang disediakan. Kegiatan ini dilakukan pada
minggu ke-6 sampai minggu ke-9 dengan rincian durasi kerja sebagai berikut:

Tabel III. 2 Rekap Kegiatan Membuat Model 3D dengan Solidworks

Minggu ke-
NO Benda Kerja Durasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Lat 3

2 Overshot 3

3 Cover Cap 3

4 Spearhead Point 3

5 Spearhead base 3

6 Body Backhand 3

7 Backhand 3

8 Inner Cap 3

50
Minggu ke-
NO Benda Kerja Durasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

9 Washer 3

10 Rubber 3

11 Lifting Dob 3

12 Core Case 3

13 Core Lifter 3

14 Ring Core 3

15 Dudukan Lat 3

16 Coupling 3
Locking
17 3
Coupling
18 Releaser 3

19 Cap 3

20 Tutup Cap 3
Backhand
21 3
Shaft
22 Landing Solder 3

23 Hanger 3
Hanger
24 3
Bearing
25 Releaser Shaft 3
Releaser Shaft
26 3
Connector
27 Overshot Shaft 3
8.5
28 Assembly A
8.5
29 Assembly B

Total Durasi (Jam) 98

3.2.1 Membuat Model 3D Lat


Membuat Model 3D Lat merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberi
kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen Lat yang
akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam melakukan pembuatan
model:

51
Tabel III. 3 Rekap Kendala Membuat Model 3D Lat

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari Lat
yang diperoleh dari data produk
existing. (Dilakukan pengukuran
secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.2 Membuat Model 3D Overshot


Membuat Model 3D Overshot merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen
Overshot yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam
melakukan pembuatan model:

Tabel III. 4 Rekap Kendala Membuat Model 3D Overshot

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari Lat
yang diperoleh dari data produk
existing. (Dilakukan pengukuran
secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

52
3.2.3 Membuat Model 3D Cover Cap
Membuat Model 3D Cover Cap merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen
Cover Cap yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam
melakukan pembuatan model:

Tabel III. 5 Rekap Kendala Membuat Model 3D Cover Cap

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Cover Cap yang diperoleh dari
data produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.4 Membuat Model 3D Spearhead Point


Membuat Model 3D Spearhead Point merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai
komponen Spearhead Point yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan
kendala dalam melakukan pembuatan model:

53
Tabel III. 6 Rekap Kendala Membuat Model 3D Spearhead Point

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Spearhead Point yang diperoleh dari
data produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.5 Membuat Model 3D Spearhead Base


Membuat Model 3D Spearhead Base merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai
komponen Spearhead Base yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan
kendala dalam melakukan pembuatan model:

Tabel III. 7 Rekap Kendala Membuat Model 3D Spearhead Base

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Spearhead Base yang diperoleh dari
data produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

54
3.2.6 Membuat Model 3D Body Backhand
Membuat Model 3D Body Backhand merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai
komponen Body Backhand yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan
kendala dalam melakukan pembuatan model:

Tabel III. 8 Rekap Kendala Membuat Model 3D Body Backhand

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari Body
Backhand yang diperoleh dari data
produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.7 Membuat Model 3D Backhand


Membuat Model 3D Backhand merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen
Backhand yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam
melakukan pembuatan model:

55
Tabel III. 9 Rekap Kendala Membuat Model 3D Backhand

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Backhand yang diperoleh dari data
produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.8 Membuat Model 3D Inner cap


Membuat Model 3D Inner Cap merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen
Inner Cap yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam
melakukan pembuatan model:

Tabel III. 10 Rekap Kendala Membuat Model 3D Inner Cap

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari Inner
Cap yang diperoleh dari data
produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

56
3.2.9 Membuat Model 3D Washer
Membuat Model 3D Washer merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen
Washer yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam melakukan
pembuatan model:

Tabel III. 11 Rekap Kendala Membuat Model 3D Washer

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Washer yang diperoleh dari data
produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.10 Membuat Model 3D Rubber


Membuat Model 3D Rubber merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen
Rubber yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam melakukan
pembuatan model:

Tabel III. 12 Rekap Kendala Membuat Model 3D Rubber

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Rubber yang diperoleh dari data
produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

57
3.2.11 Membuat Model Lifting Dock
Membuat Model 3D Lifting Dock merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai
komponen Lifting Dock yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala
dalam melakukan pembuatan model:

Tabel III. 13 Rekap Kendala Membuat Model 3D Lifting Dock

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Lifting Dob yang diperoleh dari
data produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.12 Membuat Model 3D Core Case


Membuat Model 3D Core Case merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen
Core Case yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam
melakukan pembuatan model:

58
Tabel III. 14 Rekap Kendala Membuat Model Core Case

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari Core
Case yang diperoleh dari data
produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.13 Membuat Model 3D Core Lifter


Membuat Model 3D Core Lifter merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen
Core Lifter yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam
melakukan pembuatan model:

Tabel III. 15 Rekap Kendala Membuat Model Core Lifter

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari Core
Lifter yang diperoleh dari data
produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

59
3.2.14 Membuat Model 3D Core Ring
Membuat Model 3D Core Ring merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen
Core Ring yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam
melakukan pembuatan model:

Tabel III. 16 Rekap Kendala Membuat Model Core Ring

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari Core
Ring yang diperoleh dari data
produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.15 Membuat Model 3D Dudukan Lat


Membuat Model 3D Dudukan Lat merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai
komponen Dudukan Lat yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala
dalam melakukan pembuatan model:

60
Tabel III. 17 Rekap Kendala Membuat Model Dudukan Lat

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Dudukan Lat yang diperoleh dari
data produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.16 Membuat Model 3D Coupling


Membuat Model 3D Coupling merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen
Coupling yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam
melakukan pembuatan model:

Tabel III. 18 Rekap Kendala Membuat Model Coupling

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Coupling yang diperoleh dari data
produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

61
3.2.17 Membuat Model 3D Locking Coupling
Membuat Model 3D Locking Coupling merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai
komponen Locking Coupling yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan
kendala dalam melakukan pembuatan model:

Tabel III. 19 Rekap Kendala Membuat Model Locking Coupling

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Locking Coupling yang diperoleh
dari data produk existing.
(Dilakukan pengukuran secara
langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.18 Membuat Model 3D Releaser


Membuat Model 3D Releaser merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen
Releaser yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam
melakukan pembuatan model:

Tabel III. 20 Rekap Kendala Membuat Model Releaser

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Releaser yang diperoleh dari data
produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

62
3.2.19 Membuat Model 3D Cap
Membuat Model 3D Cap merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen
Cap yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam melakukan
pembuatan model:

Tabel III. 21 Rekap Kendala Membuat Model Cap

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari Cap
yang diperoleh dari data produk
existing. (Dilakukan pengukuran
secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.20 Membuat Model 3D Tutup Cap


Membuat Model 3D Tutup Cap merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen
Tutup Cap yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam
melakukan pembuatan model:

Tabel III. 22 Rekap Kendala Membuat Model Tutup Cap


Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Tutup Cap yang diperoleh dari data
produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

63
3.2.21 Membuat Model 3D Backhand Shaft
Membuat Model 3D Backhand Shaft merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai
komponen Backhand Shaft yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan
kendala dalam melakukan pembuatan model:

Tabel III. 23 Rekap Kendala Membuat Model Backhand Shaft

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Backhand Shaft yang diperoleh dari
data produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.22 Membuat Model 3D Landing Shoulder


Membuat Model 3D Landing Shoulder merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai
komponen Landing Shoulder yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan
kendala dalam melakukan pembuatan model:

64
Tabel III. 24 Rekap Kendala Membuat Model Landing Shoulder

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Landing Solder yang diperoleh dari
data produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.23 Membuat Model 3D Hanger


Membuat Model 3D Hanger merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen
Hanger yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam melakukan
pembuatan model:

Tabel III. 25 Rekap Kendala Membuat Model Hanger

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Hanger yang diperoleh dari data
produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

65
3.2.24 Membuat Model 3D Hanger Bearing
Membuat Model 3D Hanger Bearing merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai
komponen Hanger Bearing yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan
kendala dalam melakukan pembuatan model:

Tabel III. 26 Rekap Kendala Membuat Model Hanger Bearing

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Hanger Bearing yang diperoleh dari
data produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.25 Membuat Model 3D Releaser Shaft


Membuat Model 3D Releaser Shaft merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai
komponen Releaser Shaft yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala
dalam melakukan pembuatan model:

Tabel III. 27 Rekap Kendala Membuat Model Releaser Shaft

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Releaser Shaft yang diperoleh dari
data produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

66
3.2.26 Membuat Model 3D Releaser Shaft Connector
Membuat Model 3D Releaser Shaft Connector merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi
mengenai komponen Releaser Shaft Connector yang akan dibuat. Tabel di bawah
ini merupakan kendala dalam melakukan pembuatan model:

Tabel III. 28 Rekap Kendala Membuat Model Shaft Connector

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari Shaft
Connector yang diperoleh dari data
produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.27 Membuat Model 3D Overshot Shaft


Membuat Model 3D Overshot Shaft merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai
komponen Overshot Shaft yang akan dibuat. Tabel di bawah ini merupakan kendala
dalam melakukan pembuatan model:

67
Tabel III. 29 Rekap Kendala Membuat Model Overshot Shaft
Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Overshot Shaft yang diperoleh dari
data produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.2.28 Membuat Model 3D Assembly A


Membuat Model 3D Assembly A merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai Assembly A
semua komponen yang akan dirakit. Tabel di bawah ini merupakan kendala dalam
melakukan pembuatan model:

Tabel III. 30 Rekap Kendala Membuat Model Assembly A

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D Assembly
yang diperoleh dari data produk
existing. (Dilakukan pengukuran
secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

68
3.2.29 Membuat Model 3D Assembly B
Membuat Model 3D Spearhead Point merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai
Assembly B semua komponen yang akan dirakit. Tabel di bawah ini merupakan
kendala dalam melakukan pembuatan model:

Tabel III. 31 Rekap Kendala Membuat Model Assembly B

Kendala / Permasalahan
Deskripsi Keterangan
Pembuatan Modelling 3D dari
Assembly yang diperoleh dari data
produk existing. (Dilakukan
pengukuran secara langsung)

Penyebab Permasalahan : Hanya menggunakan alat ukur yang


tersedia.
Akibat dari Permasalahan : Hasil pengukuran tidak presisi.

3.3 Membuat Drafting


Setelah membuat model 3D dari keseluruhan komponen, dibuatlah gambar
teknik 2D atau drafting. Selain berfungsi sebagai konsep suatu gagasan dan media
penyampaian informasi, gambar teknik juga berfungsi sebagai arsip dokumen
perusahaan. Hal tersebut dikarenakan drafting dapat berguna sebagai informasi
untuk rencana-rencana yang akan datang. Kegiatan ini dilakukan pada minggu ke-
8 sampai minggu ke-9 dengan hasil beberapa draft sebagai berikut:

69
Gambar III. 1 Drafting komponen

Gambar III. 2 Drafting Assembly

3.4 Pembuatan Benda Kerja


PT Mekar Langgeng Perkasa memiliki fokus utama di bidang produksi
dengan segala alat produksi yang dimilikinya. Dalam hal ini, saya sebagai peserta
magang, diikutsertakan dalam pekerjaan membuat berbagai benda kerja. Hal ini
dilakukan untuk menambah wawasan tentang hal teknis dalam bidang produksi
khususnya pengoperasian mesin milling CNC. Kegiatan ini dilakukan pada minggu
ke-1 sampai minggu ke-5 dan minggu ke-16 dengan pemaparan kegiatan
pembuatan benda kerja sebagai berikut:

Tabel III. 32 Rekap Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 1

Hari ke -
NO Kegiatan Durasi
1 2 3 4 5 6 7
Pembuatan
1 9
Hex Nut
Pembuatan
2 18
Lat
Pembuatan
3 9
Coupling

70
Hari ke -
NO Kegiatan Durasi
1 2 3 4 5 6 7
Pembuatan
4 9
Main Valve
Pembuatan
5 9
Cover Cap
Pembuatan
6 Spearhead 9
Point
Total Durasi (Jam) 46

Tabel III. 33 Rekap Detail Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 1

No Masalah Gambar Keterangan


1 Pembuatan Hex Hanya mengerjakan
Nut proses pembuatan
gerigi.

2 Pembuatan Lat Melakukan proses


pelubangan dan
pemakanan untuk
mendapatkan bentuk
utamanya.

71
No Masalah Gambar Keterangan

3 Pembuatan Hanya melakukan


Coupling proses pemakanan
sisi.

4 Pembuatan Cover Hanya melakukan


Cap proses pelubangan.

72
No Masalah Gambar Keterangan

5 Pembuatan Main
Valve

73
No Masalah Gambar Keterangan

6 Membuat Lat Melanjutkan kegiatan


hari ke-2

74
No Masalah Gambar Keterangan

7 Pembuatan Hanya melakukan


Backhand proses pemakanan
dibeberapa sisi.

75
No Masalah Gambar Keterangan
8 Pembuatan Hanya melakukan
Spearhead Point proses pelubangan
dibeberapa sisi.

76
No Masalah Gambar Keterangan

Tabel III. 34 Rekap Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke - 2

Hari ke -
NO Kegiatan Durasi
1 2 3 4 5 6 7

Pembuatan
1 18
Overshot
Pembuatan
2 Body 27
Backhand
Total Durasi (Jam) 45

Tabel III. 35 Rekap Detail Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 2

No Masalah Gambar Keterangan


1 Pembuatan Hanya melakukan
Overshot proses pemakanan
di beberapa sisi
setelah bahan
dilakukan proses
oleh mesin bubut.

77
No Masalah Gambar Keterangan

2 Pembuatan Hanya melakukan


Body pemakanan di satu
Backhand sisi.

78
No Masalah Gambar Keterangan

Tabel III. 36 Rekap Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 3

Hari ke -
NO Kegiatan Durasi
1 2 3 4 5 6 7
Melanjutkan
pembuatan
1 18
Body
Backhand
Membuat L
2 Shape 9
Profile
Membuat U
3 Shape 9
Profile
Melakukan
finishing
4 9
pada Cover
Cap
Total Durasi (Jam) 45

79
Tabel III. 37 Rekap Detail Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 3

No Masalah Gambar Keterangan


1 Melanjutkan
pembuatan
Body
Backhand

2 Membuat L
Shape Profile

80
No Masalah Gambar Keterangan

3 Membuat U
Shape Profile

4 Melakukan
finishing pada
Cover Cap

81
No Masalah Gambar Keterangan

Tabel III. 38 Rekap Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 4

Hari ke -
NO Kegiatan Durasi
1 2 3 4 5 6 7
Membuat
1 lubang pada 18
bahan
2 Facing
27
bahan

Total Durasi (Jam) 45

Tabel III. 39 Rekap Detail Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 4

No Masalah Gambar Keterangan


1 Membuat lubang
pada bahan

82
No Masalah Gambar Keterangan

83
No Masalah Gambar Keterangan
2 Facing
bahan

84
No Masalah Gambar Keterangan

Tabel III. 40 Rekap Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke -5

Hari ke -
NO Kegiatan Durasi
1 2 3 4 5 6 7

Membuat
1
tutup Cap
18
Membuat
2 Body 9
Backhand
Membuat
3
Core Lifter 18
Total Durasi (Jam) 45

Tabel III. 41 Rekap Detail Kegiatan Pembuatan Benda Kerja Minggu ke – 5

No Masalah Gambar Keterangan


1 Membuat
tutup cap

85
No Masalah Gambar Keterangan

2 Membuat
Body
Backhand

86
No Masalah Gambar Keterangan

3 Membuat Core
Lifter

87
3.5 Membuat Animasi Assembly
Untuk dapat memahami lebih lanjut bagaimana cara dan urutan untuk
melakukan assembly atau perakitan pada setiap komponen Core Barrel, perlu
dijabarkan secara visual selain menggunakan gambar dua dimensi. Untuk itu
dibuatlah animasi assembly dari Core Barrel. Hal ini dilakukan sebagai bentuk
pengumpulan dokumen perusahaan yang belum tersedia. Kegiatan ini dilakukan
pada minggu ke-9 dengan pemaparan kegiatan sebagai berikut:

Gambar III. 3 Pembuatan Animasi Assembly B

Gambar III. 4 Pembuatan Animasi Assembly A

88
3.6 Revisi Drafting
Revisi Drafting bertujuan untuk memperbaiki gambar yang sudah dibuat agar
memberi kemudahan penggambaran kepada orang produksi mengenai komponen yang
akan dibuat. Kegiatan ini dilakukan pada minggu ke-10 sampai ke-11 karena gambar
produksi yang dibuat pertama kali agak sulit untuk dipahami oleh orang produksi.
Mengingat beberapa karyawan tidak semua memiliki kompetensi yang sama.

3.7 Beberapa kunjugan


Untuk memahami lebih lanjut bagaimana beberapa sektor perusahaan bekerja,
saya sebagai peserta magang diberi kesempatan mengikuti pembimbing untuk berkunjung
ke beberapa perusahaan untuk beberapa kegiatan, seperti: bertemu dengan konsumen,
mengantarkan benda kerja hasil produksi untuk dilakukan proses pengerasan, membeli
bahan dan lain-lain. Kegiatan ini dilakukan pada minggu ke-12 sampai minggu ke-14
dengan pemaparan kegiatan sebagai berikut:

Gambar III. 5 Kunjungan ke Workshop 2

Gambar III. 6 Packing Sebelum Pengiriman

89
3.8 Quality Checking
Ada saat di mana customer merasa kurang puas dengan hasil manufaktur
yang telah perushaaan kerjakan. Sebelum melakukan perbaikan pada benda kerja,
dilakukan Quality Checking ulang untuk memilah sampel yang harus dilakukan
perbaikan. Kegiatan ini dilakukan pada minggu ke-15 dengan pemaparan kegiatan
sebagai berikut:

Gambar III. 7 Quality Checking Sebelum Perbaikan

3.9 Pembuatan Profil Perusahaan


Ketika perusahaan menawarkan jasanya kepada customer untuk
mengerjakan sebuah proyek atau pekerjaan, tentu diperlukan profil sebagai
informasi untuk menunjukkan kepada perusahaan lain kapasitas serta performa dari
sebuah perusahaan melakukan pekerjaannya. Untuk itu saya sebagai peserta
magang diminta untuk membuat profil perusahaan untuk nantinya akan diserahkan
kepada konsumen, guna meningkatkan rasa percaya terhadap perusahaan.
Kegiatan ini dilakukan pada minggu ke-17 dengan pemaparan kegiatan sebagai
berikut:

90
Gambar III. 8 Data Alat Produksi Perusahaan

Gambar III. 9 Data Alat Ukur Perusahaan

91
Gambar III. 10 Revisi Organigram Perusahaan

3.10 Observasi Studi Kasus


Sebelum menyelesaikan kegiatan magang, mengumpulkan data untuk
pengerjaan studi kasus perlu dilakukan. Kegiatan observasi studi kasus dilakukan
di dalam perusahaan. PT. Mekar Langgeng Perkasa sendiri perusahaan yang
berfokus pada manufaktur sehingga ada kendala untuk mencari data untuk
kelengkapan studi kasus studi kasus. Kegiatan observasi dilakukan berupa tanya
jawab dengan pihak pemilik perusahaan yang sudah memiliki pengalaman sebagai
kontraktor mengenai proses pengeboran dan kendala yang mungkin terjadi.

3.11 Target dan Realisasi Kegiatan Magang Industri


Target realisasi kegiatan Magang Industri dan Studi Kasus merupakan
rangkuman kegiatan Magang Industri dan Studi Kasus yang berisikan target jam
beserta realisasi yang terjadi. Dibawah ini menunjukkan rincian target beserta
realisasi kegiatan Magang Industri dan Studi Kasus:

92
Tabel III. 42 Rekap Target dan Realisasi Kegiatan Magang Industri

Jam Kerja
No Nama Kegiatan Selisih Keterangan
Target Realisasi

1 Pengenalan perusahaan 1 1 0 Sesuai target

2 Membuat benda kerja 288 288 0 Sesuai target

Membuat 3D Selesai lebih


3 98 31 67
modelling cepat
Selesai lebih
4 Membuat drafting 72 32 40
cepat
Selesai lebih
5 Revisi drafting 90 40 50
cepat
Membuat animasi
6 9 9 0 Sesuai target
assembly

7 Beberapa kunjungan 135 135 0 Sesuai target

8 Quality Checking 45 45 0 Sesuai target

Membuat profil
9 45 45 0 Sesuai target
perusahaan

10 Observasi studi kasus 45 45 0 Sesuai target

11 Pengerjaan Laporan 17 17 0 Sesuai target

Total 845 688 157

93
BAB IV
STUDI KASUS ANALISIS KOMPONEN SPEARHEAD POINT
DAN LIFTING DOCK PADA CORE BARREL SET

4.1 Pendahuluan
Pendahuluan studi kasus berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, batasan masalah, manfaat, dan metodologi penyelesaian.

4.1.1 Latar belakang Masalah


Kegiatan eksplorasi batubara, khususnya pada tahapan eksplorasi umum
dan eksplorasi rinci erat kaitannya dengan aktivitas pengeboran. Kegiatan
pengeboran dalam eksplorasi batubara ini secara umum bertujuan untuk
mengetahui data geologi bawah permukaan (subsurface), di antaranya urutan
stratigrafi batuan, posisi kedalaman batubara, kedalaman batubara, untuk
mendapatkan sampel batubara untuk kemudian dianalisis kualitasnya, termasuk
untuk kajian tertentu seperti geologi teknik ataupun geohidrologi yang bertujuan
untuk mendapatkan data geologi teknik dan muka air tanah.

Gambar IV. 1 Inner Barrel dan Releaser

94
Gambar IV. 2 Komponen Core Barrel

Alat yang digunakan untuk melakukan proses pengeboran adalah Core


Barrel. Core Barrel merupakan tabung inti yang dimasukkan ke dalam bor untuk
menangkap dan menyimpan sampel tanah selama pengeboran. Tabung ini
dilengkapi dengan alat penahan dan penjepit mencegah jatuhnya sampel tanah.
Dengan menggunakan alat ini, dimungkinkan di mana orientasi kedudukan asli dari
sampel di dalam tanah dapat ditentukan. Hal ini sering dilakukan untuk
mempelajari kedudukan struktur geologi dari lapisan maupun dari rekahan atau
jalur-jalur mineralisasi.
Banyak sekali part yang terdapat pada Core Barrel. PT. MEKAR
LANGGENG JAYA PERKASA memproduksi hampir dari keseluruhan part, salah
satunya Spearhead Point dan Lifting Dock.

Gambar IV. 3 Spearhead Point dan Lifting Dock

95
Gambar IV. 4 Interaksi Spearhead Point dan Lifting Dock

Gambar IV. 5 Interaksi Spearhead Point dan Lifting Dock Di Dalam Outer Barrel

Ketika proses pengangkatan sampel tanah, kedua komponen ini berfungsi


untuk menghubungkan dua alat (Inner Barrel dan Releaser) agar sampel dapat
diambil dari kedalaman tanah. Secara spesifik, Spearhead Point berfungsi sebagai
alat bantu dari Inner Barrel agar dapat diangkat dari kedalaman lubang pengeboran.
Sedangkan Lifting Dock berfungsi sebagai pengait Spearhead Point agar inner barrel
serta sampel yang ada didalamnya dapat terangkat dari kedalaman lubang
pengeboran. Tentu beban yang di tahan pada kedua komponen tersebut tidak sedikit.
Sehingga kedua komponen tersebut seringkali mengalami kegagalan. Alhasil, Inner
Barrel serta sampel di dalamnya tidak terangkat dan tertinggal di kedalaman tanah.
Hal ini merupakan suatu kendala yang harus diselesaikan agar proses

96
eksplorasi bisa dilaksanakan secara efektif. Untuk itu, maka dirumuskan topik studi
kasus dengan judul, “Analisis kegagalan komponen Spearhead Point dan Lifting
Dock pada Core Barrel Set.”

4.1.2 Rumusan Masalah Studi Kasus


Faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan pada kedua komponen di atas
adalah seberapa besar tegangan yang diterima pada kedua tersebut. Untuk itu, perlu
dilakukan pengujian untuk mendapatkan informasi tentang komponen yang
dijadikan obyek agar kegagalan komponen dapat dihindari. Inilah yang menjadi
permasalahan dari studi kasus kali ini yaitu bagaimana menganalisis kegagalan
komponen Spearhead Point dan Lifting Dock menggunakan perangkat lunak
Solidworks guna mengetahui penyebab kegagalan pada kedua komponen tersebut
lebih lanjut.

4.1.3 Tujuan Studi Kasus Analisis


Adapun tujuan pelaksanaan studi kasus pengujian ini adalah untuk
mengetahui penyebab kegagalan komponen Spearhead Point dan Lifting Dock
ketika berfungsi mendapatkan pembebanan.

4.1.4 Batasan Masalah


Untuk memfokuskan lingkup dan juga mempermudah dalam analisa
permasalahan maka ditentukan batasan masalah dalam studi kasus ini. Adapun
batasan masalah untuk studi kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Pengujian dilakukan dengan simulasi perangkat lunak tanpa pengujian
langsung di lapangan.
2. Metode yang digunakan adalah FEA (Finite Element Analisys)
3. Pengujian dilakukan dalam keadaan dengan dan tanpa tekanan hidrostatis.
4. Perangkat lunak yang digunakan untuk pengujian adalah Solidworks.

4.1.5 Manfaat Studi Kasus


Adapun manfaat dilakukannya studi kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui karakteristik komponen melalui simulasi perangkat lunak saat
diberi pembebanan.

97
2. Memperdalam kemampuan menggunakan salah satu perangkat lunak
rekayasa yaitu Solidworks.
3. Menjadi gambaran bagi perusahaan dalam melakukan perancangan
produksi yang semakin optimal ke depannya.

4.1.6 Metode Penyelesaian Studi Kasus


Berikut ini merupakan metodologi penyelesaian pada analisis Spearhead
Point dan Lifting Dock :

Gambar IV. 6 Metode Penyelesaian Studi Kasus

98
Ada tiga tahapan utama dalam pengujian ini antara lain preprocessing,
solution solver, dan post-processing.

1. Preprocessing adalah proses yang dilakukan sebelum simulasi yaitu


pembuatan model, pembuatan domain, dan meshing.

2. Solution solver atau proses simulasi yang dilakukan menggunakan software


Solidworks dengan tahapan meshing,dan iterasi.

3. Post-pocessing atau tahapan pasca simulasi yaitu penampilan serta analisis


terhadap hasil yang didapatkan dari simulasi.

4.2 Landasan Teori


Landasan teori yang menjadi dasar dari studi kasus ini adalah sebagai
berikut:

4.2.1 Stratigrafi
Stratigrafi adalah salah satu ilmu penunjang dalam geologi, terutama untuk
menerangkan mengenai siklus pembentukan batuan dan hubungan antar satu
segmen/perlapisan batuan dengan perlapisan lainnya. Stratigrafi memudahkan
peneliti untuk mengetahui kondisi geologi suatu daerah dengan cepat, ringkas dan
sederhana, serta mendorong untuk mengungkap lebih banyak informasi geologi
lainnya, seperti keberadaan struktur, umur geologi, lingkungan pengendapan dan
kronologi serta evolusi daerah tersebut.

99
Gambar IV. 7 Stratigrafi

4.2.2 Statika
Statika merupakan bagian ilmu yang dapat menyelesaikan masalah terkait
kesetimbangan gaya yang terjadi pada sebuah benda atau komponen yang
diakibatkan oleh gaya luar pada sebuah komponen. Statika ini didefiniskan jika
seluruh gaya dan momen-nya adalah nol atau kondisi diam. Persamaan statika dua
dimensi ditunjukkan pada persamaan berikut ini:

∑𝐹𝑥 = 0; ∑𝐹𝑦 = 0; ∑𝑀 = 0 (4.1)

Gambar IV. 8 Sistem Komponen Statika (Sumber: fismath.com)

Gambar tersebut menggambarkan sebuah sistem komponen yang menerima


gaya dari beberapa arah beserta momen secara dua dimensi. Sistem tersebut
dinyatakan statis atau setimbang jika jumlah gaya pada sumbu x dan sumbu y
adalah 0 serta momen dalam sistem berjumlah 0.

100
4.2.3 Dinamika
Dinamika merupakan salah satu bagian dari ilmu mekanika yang secara
khusus membahas respon struktur terhadap beban dinamika. Berbeda dengan
statika, dinamika didefinisikan jika seluruh gaya dan momen-nya berbanding lurus
dengan massa benda dan percepatan. Dinamika yang terjadi ditunjukkan pada
persamaan berikuti ini:

∑𝐹 = 𝑚𝑎 ∑𝑀 = 𝐼𝑎 (4.2)

Gambar IV. 9 Simulasi Sistem Dinamika (Sumber: fismath.com)

4.2.4 Tegangan
Tegangan adalah intensitas beban yang didistribusikan di dalam material,
yang menghambat perubahan bentuk, di mana sesuai dengan persamaan berikut:

𝐹 (4.3)
𝜎=
𝐴

Keterangan: σ = Tegangan (N/mm2)


F = Beban (N)
A = Luas penampang (mm2)

4.2.5 Regangan
Deformasi digunakan sebagai istilah umum untuk perubahan bentuk dari
sebuah benda atau material, dan dinyatakan dalam regangan. Regangan
merepresentasikan perubahan panjang dari sebuah benda. Besar regangan
ditentukan dengan persamaan berikut ini:

101
∆𝐿 (4.4)
𝜀=
𝐿0

Keterangan: ε = Regangan
ΔL = Pertambahan panjang
L0 = Panjang awal spesimen

Regangan tidak memiliki unit, dan sering dinyatakan dalam m/m, in/in, atau
dalam presentase, setelah dikalikan dengan 100%.

4.2.6 Modulus Elastisitas


Modulus elastisitas adalah angka yang digunakan untuk mengukur objek
atau ketahanan bahan untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya diterapkan
pada objek. Besar angka tersebut ditunjukkan dengan persamaan pada berikut ini:

𝜎 (4.5)
𝐸=
𝜀

𝐹/𝐴 (4.6)
𝐸=
∆𝐿/𝐿

Keterangan: ε = Regangan
σ = Tegangan (N/mm2)
ΔL = Pertambahan panjang
L0 = Panjang awal spesimen
F = Beban (N)
A = Luas penampang (mm2)

4.2.7 Tegangan Geser


Tegangan geser atau shear stress merupakan tegangan yang terjadi karena
gaya geser pada suatu komponen atau benda. Tegangan geser didefinisikan sebagai
gaya geser dibagi dengan luas permukaan penampang. Gaya geser adalah gaya
yang arahnya sejajar dengan penampang komponen. Persamaan tegangan geser

102
ditunjukkan pada persamaan berikut:

𝐹 (4.7)
𝜏=
𝐴

Keterangan: τ = Tegangan Geser (N/mm2 )


F = Gaya yang bekerja (N)
A = Luas Penampang (mm2 )

4.2.8 Kurva S-N


Kurva S-N menunjukkan jumlah perubahan beban yang dapat ditahan
sampai suatu material retak. Hal itu direpresentasikan oleh amplitude atau tegangan
bolak-balik (S-sumbu vertikal) dan jumlah siklus (N-sumbu horizontal).

Gambar IV. 10 Kurva S-N

Spesimen diuji dalam serangkaian penurunan tingkat stres sampai tidak ada
kegagalan yang terjadi dalam jumlah siklus maksimum yang dipilih (biasanya 10
juta siklus). Bagian kurva yang hampir horizontal menentukan batas kelelahan atau
daya tahan untuk bahan uji. Jika amplitudo tegangan yang diterapkan di bawah
batas daya tahan material, spesimen dikatakan memiliki umur tak terhingga. Untuk
banyak logam dan paduan non-ferrous seperti aluminium, magnesium, dan paduan
tembaga, bagaimanapun, tidak akan ada batas ketahanan yang pasti dan bagian
tegangan rendah dari kurva tidak akan menyatu ke garis horizontal. Bahan-bahan

103
ini malah menampilkan kurva SN yang terus menurun.
Kurva SN untuk material mendefinisikan amplitudo tegangan siklik (atau
tegangan bolak-balik) versus jumlah siklus yang diperlukan untuk menyebabkan
kegagalan pada rasio tegangan tertentu R. Rasio tegangan R didefinisikan sebagai
rasio tegangan siklik minimum terhadap tegangan siklik maksimum. Untuk
pembebanan terbalik penuh, R = -1. Saat pembebanan diterapkan dan dihapus
(tidak dibalik), R = 0.

Gambar IV. 11 Amplitudo Rasio Tegangan, R=-1

Gambar IV. 12 Amplitudo Rasio Tegangan, R=0

4.2.9 Persamaan Goodman


Persamaan Goodman adalah presentasi uji umur lelah yang digunakan unutk
memprediksi umur kelelahan pada rasio tegangan tertentu berdasarkan sifat
material. Perhitungan Goodman ditunjukkan pada persamaan berikut:

104
𝜎𝑎 𝜎𝑚 1 (4.8)
+ =
𝑆𝑒 𝑆𝑢 𝑛

Keterangan: Se = Batas lelah (N/mm2)


Su = Kekuatan Tarik (N/mm2)
σa = Tegangan amplitudo (N/mm2)
σm = Tegangan rata-rata (N/mm2)

Gambar IV. 13 Diagram Goodman

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa sebuah komponen akan


mengalami kegagalan pada saat menerima pembebanan yang berulang pada periode
tertentu dengan nilai tegangan amplitudo dan tegangan rata-rata yang melebihi
batas daya tahan.

4.2.10 Tegangan Izin


Tegangan izin merupakan tegangan maksimal dari material suatu komponen
yang diizinkan. Tegangan izin didefinisikan sebagai tegangan maksimum dibagi
dengan Safety Factor. Tegangan izin ditunjukkan pada persamaan berikut:

105
𝜎𝑢 (4.9)
𝜎𝑎 =
𝑆𝑓

Keterangan: σa = Tegangan Izin (N/mm2)

σu = Tegangan Tarik Material (N/mm2)

Sf = Safety Factor

4.2.11 Tekanan
Tekanan adalah gaya yang bekerja tegak lurus pada permukaan benda. Besar
tekanan ditunjukkan pada persamaan di bawah ini:

𝐹 (4.10)
𝑃=
𝐴

Keterangan: P = Tekanan (N/m2)


F = Gaya yang bekerja (N)
A = Luas penampang (m2)

4.2.12 Tekanan Hidrostatis


Tekanan hidrostatis adalah tekanan zat cair yang hanya disebabkan oleh
beratnya sendiri. Makin tinggi zat cair dalam wadah, makin berat zat cair ituz
sehingga semakin besar juga tekanan zat cari pada zat itu. Besar tekanan hidrostatis
ditunjukkan pada persamaan di bawah ini:

𝑃 = 𝜌𝑔ℎ (4.11)

Keterangan: P = Tekanan hidrostatis (N/m2)

𝜌 = Massa jenis (kg/m3)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

106
4.2.13 Safety Factor
Faktor Keamanan (Safety factor) adalah faktor yang digunakan untuk
mengevaluasi agar perencanaan elemen mesin terjamin keamanannya dengan
dimensi yang minimum. Dalam perencanaan komponen elemen mesin, Safety
Factor sangat dibutuhkan untuk meminimalisir kemungkinan kegagalan kerja
akibat pembebanan. Safety Factor biasa disimbolkan dengan fc pada metode
perhitungan.
Berikut beberapa ketentuan penggunaan Safety Factor yang sering
digunakan di klasifikasikan berdasarkan penerimaan beban elemen tersebut.

Tabel IV. 1 Safety Factor

SAFETY FACTOR KETERANGAN

Kondisi terkontrol dan tegangan yang


1.25-1.5 bekerja dapat ditentukan dengan pasti.
Bahan yang sudah diketahui,kondisi
1.5-2.0 lingkungan beban dan tegangan yang
tetap dapat diketahui
Bahan yang beroperasi secara rata-rata
2.0-2.5 dengan batasan beban yang diketahui.
Bahan yang diketahui tanpa mengalami
2.5-3.0 tes. Pada kondisi beban dan tegangan
rata-rata.
Bahan yang sudah diketahui. Kondisi
3.0-4.5 beban, tegangan dan lingkungan yang
tidak pasti.

4.3 Hasil dan Pembahasan

4.3.1 Preprocessing
Preprocessing merupakan tahapan yang dilakukan sebelum dilakukannya
pengujian, tahapan ini memiliki beberapa sub-tahapan yaitu: pembuatan geometri
dari Spearhead Point dan Lifting Dock, menentukan parameter Mesh dan
pembuatan Mesh.

107
4.3.1.1 Pembuatan model
Pembuatan Model Spearhead Point dan Lifting Dock ini menggunakan
perangkat lunak Solidworks 2018 dan dimensi yang mengacu pada ukuran yang
sebenarnya dengan beberapa penyederhanaan. Berikut merupakan tabel dimensi
dari Spearhead Point dan Lifting Dock :

Tabel IV. 2 Dimensi Spearhead Point

NO Parameter Dimensi (mm)

1 Panjang 107

2 Diameter 24

Tabel IV. 3 Dimensi Lifting Dock

NO Parameter Dimensi (mm)

1 Panjang 190

2 Lebar 13

3 Tinggi 36

Tabel IV. 4 Dimensi Spearhead Base

NO Parameter Dimensi (mm)

1 Panjang 115

2 Diameter 1 57

3 Diameter 2 29

Berikut merupakan tabel dari model bus yang sebenarnya dan hasil akhir
dari modeling geometri Spearhead Point dan Lifting Dock dengan menggunakan
perangkat lunak Solidworks 2018 yang akan digunakan sebagai model pengujian.

108
Tabel IV. 5 Model Spearhead Point

Tampilan Modeling untuk pengujian

Pandangan Depan

Pandangan Isometri

Tabel IV. 6 Model Lifting Dock

Tampilan Modeling untuk pengujian

Pandangan Depan

Pandangan Atas

Tabel IV. 7 Model Spearhead Base

Tampilan Modeling untuk pengujian

Pandangan Depan

Pandangan Isometri

109
4.3.1.2 Menentukan parameter Analisis Statik
Tahap selanjutnya adalah penentuan parameter analisis static, pada tahap ini
akan dilakukan penentuan material, connection, fixture, external loads, dan mesh.
1. Material
Berikut adalah sifat fisik material yang digunakan dalam simulasi ini yaitu
S45C untuk Lifting Dock dan Spearhead Base (ekuivalen dengan AISI 1045) dan
VCN untuk Spearhead Point (ekuivalen dengan AISI 4340).

Tabel IV. 8 Data Material AISI 1045

Besaran Nilai Satuan


Elastic Modulus 205000 N/mm^2
Poisson’s Ratio 0.29 N/A
Shear Modulus 80000 N/mm^2
Mass Density 7850 Kg/m^3
Tensile Strength 625 N/mm^2
Yield Strength 530 N/mm^2

Tabel IV. 9 Data Material AISI 4340

Besaran Nilai Satuan


Elastic Modulus 205000 N/mm^2
Poisson’s Ratio 0.285 N/A
Shear Modulus 80000 N/mm^2
Mass Density 7850 Kg/m^3
Tensile Strength 745 N/mm^2
Yield Strength 470 N/mm^2

2. Connection
Sebelum melakukan simuasi, perlu ditentukan koneksi atau kontak antar
geometri dari masing-masing komponen agar dapat menghasilkan nilai
yang lebih optimal. Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan saat

110
menentukan koneksi antar komponen yang dijadikan objek analisis, seperti:
Componen Contacts, Contact Sets dan Connectors.

Gambar IV. 14 Penggunaan Fitur Component Contacts Pada Objek Simulasi

Pada fitur Component Contacts, tipe no penetration atau tanpa penetrasi


digunakan untuk simulasi pengujian. Hal ini bertujuan agar setiap
komponen tidak terikat secara keseluruhan. Sehingga saat diberi
pembebanan yang menyebabkan salah satu komponen bergerak, komponen
lain tidak ikut bergerak.

Gambar IV. 15 Penggunaan Fitur Contact Sets Pada Objek Simulasi

Begitu pun dengan fitur contact sets, tipe no penetration juga digunakan
pada fitur ini. Tampak secara spesifik, bidang geometri yang akan saling

111
bersentuhan dapat ditentukan sebelum dilakukan simulasi agar
mendapatkan hasil dari analisis yang lebih optimal.

Gambar IV. 16 Penggunaan Fitur Connectors Pada Objek Simulasi

Untuk fitur connectors, tipe Pin digunakan pada fitur ini. Tampak bidang
geometri yang dipilih untuk pemasangan sambungan pin. Dalam hal ini, pin
memiliki massa 0.012 kg dengan tipe sambungan pin tanpa gerakan
translasi (no translation).
3. Fixture
Berikut adalah titik bagian pada setiap komponen yang digunakan sebagai
tumpuan sebelum dilakukan simulasi pengujian.

Gambar IV. 17 Penempatan Fixture Pada Objek Simulasi

112
Selain itu, agar beban dapat terkonsentrasi ke satu arah sumbu, pada
pengujian ini menggunakan fitur advance fixtures. Dengan tipe on flat
faces, permukaan datar yang dipilih dijadikan sebagai acuan untuk
mengunci gerakan translasi di beberapa sumbu. Tampak pada gambar
beberapa permukaan datar yang dipilih sebagai acuan. Dalam hal ini,
pembebanan dikonstrasikan pada sumbu Y.

Gambar IV. 18 Penggunaan Fitur Advance Fixture Pada Objek Simulasi

4. External loads
Besar beban luar yang akan digunakan sebagai data pengujian, terdiri dari
beban komponen Inner Barrel secara keseluruhan ditambah dengan dengan
beban dari beberapa jenis batuan yang ditemukan saat proses pengeboran.
Berikut tabel besar massa dari setiap komponen Inner Barrel:

Tabel IV. 10 Massa Komponen Inner Barrel

Komponen Jumlah Massa (gr)


Dudukan Latch 1 163.3
Latch 2 552.6
Landing Shoulder 1 455.3
Spearhead Point 1 131
Spindle Bearing 1 1640.7
Backhand 1 2789

113
Komponen Jumlah Massa (gr)
Body Backhand 1 3125
Backhand Shaft 1 2910.4
Washer 2 320
Inner Cap 1 1598
Cap 1 2516
Steel Ball 1 66
Tutup Cap 1 185.4
Inner Barrel 1 10000
Core Case 1 495.1
Core Lifter 1 74.18
Core Ring 1 17
Spring 1 247
Hex Nut 1 87.4
Ball Bearing 3 1308
Total 24 28681.4

Diketahui bahwa secara geologi sebuah daerah memiliki lapisan batuan


dengan jenis batuan yang berbeda-beda. Adapun massa dari beberapa jenis
batuan yang terdapat dalam Inner Barrel, dapat ditentukan dari massa jenis
batuan dan volume tabung Inner Barrel.

Tabel IV. 11 Massa Jenis Batuan

Jenis batuan Massa jenis(g/cm3)


Batu bara 1.48
Batu lempung 2.6
Batu pasir 2.76

114
Tabel IV. 12 Dimensi Tabung Inner Barrel

Parameter Dimensi
Diameter 66.5 mm = 6.65 cm
Panjang 1546 mm = 154.6 cm
Volume 5369.6 cm3

Setelah mengetahui volume dari tabung Inner Barrel, dapat diketahui massa
dari jenis batuan yang memenuhi Inner Barrel saat proses pengeboran.

Tabel IV. 13 Massa Jenis Batuan

Jenis batuan Massa (g)


Batubara 7947
Batu Lempung 13961
Batu Pasir 14820,1

Selanjutnya, massa total dapat diketahui dengan menjumlahkan massa dari


jenis batuan yang diangkut oleh tabung dengan massa dari seluruh
komponen Inner barrel.

Tabel IV. 14 Massa Total

Massa total (g)


Inner Barrel + Batu bara 36628,4
Inner Barrel + Batu
42642,4
Lempung
Inner Barrel + Batu Pasir 43501,5

Berikut letak dan arah pembebanan pada bidang geometri dari komponen
sebelum dilakukan simulasi pengujian:

115
Gambar IV. 19 Peletakan Beban Pada Objek Simulasi

Selain itu, untuk penerapan tekanan hidrostatis pada pengujian, digunakan


air sebagai fluida penghasil tekanan dengan massa jenis 1000 N/m2. Besar
tekanan pada ketinggian tertentu tercantum pada tabel berikut:

Tabel IV. 15 Data Tekanan Hidrostatis


Ketinggian (m) Tekanan
30 300000 Pa = 0.3 MPa
60 600000 Pa = 0.6 MPa
90 900000 Pa = 0.9 MPa

Berikut letak dan arah tekanan pada bidang geometri dari komponen
sebelum dilakukan simulasi pengujian:

116
Gambar IV. 20 Peletakan Tekanan Pada Objek Simulasi

5. Mesh
Untuk tipe mesh yang digunakan adalah tipe Curvature Based Mesh karena
elemen yang dihasilkan dapat lebih efisien 30% dibanding tipe standard
mesh. Hal tersebut dikarenakan tipe mesh ini memiliki kemampuan untuk
menentukan elemen minimum dan maksimum yang memungkinkan mesh
beradaptasi dengan geometri dari sebuah elemen yang lebih kecil dengan
kelengkungan tertinggi. Berikut tabel dari properti mesh dari hasil meshing
yang dilakukan:

117
Tabel IV. 16 Properti Mesh

No Nama Nilai

1 Minimum Mesh 0.86019003mm

2 Maximum Mesh 4.30095016mm

3 Min number of elements in a circle 8

4 Element Size Growth Rasio 1.5

4.3.1.3 Menentukan parameter Analisis Fatigue


Tahap selanjutnya adalah penentuan parameter analisis fatigue atau analisis
kelelahan. Pada tahap ini akan dilakukan penentuan material, connection, fixture,
external loads, dan mesh.
1. Mengaitkan kurva S-N pada material
Sebelum melakukan analisis kelelahan, perlu ditentukan kurva S-N untuk
setiap bahan yang diterapkan pada model. Berikut data dan kurva S-N
material dari setiap komponen terkait:

Gambar IV. 21 Data Kurva SN Material AISI 1045

Gambar IV. 22 Data Kurva SN Material AISI 4340

118
Gambar IV. 23 Kurva S-N Material AISI 1045

Gambar IV. 24 Kurva S-N Material AISI 4340

2. Menambahkan event
Setelah menentukan kurva S-N untuk setiap material dari komponen terkait,
perlu ditentukan sebuah peristiwa kelelahan atau Fatigue event yang
merujuk pada parameter dari analisis statik sebelumnya secara keseluruhan.
Dalam hal ini, Fully reversed (LR =1) digunakan sebagai jenis pembebanan
kelelahan untuk menentukan puncak tegangan (stress peak) dan tegangan
bolak balik (alternating stress) dengan 1000 sampai dengan 108 siklus
dengan event terkait.

119
Gambar IV. 25 Menambahkan Event

4.3.2 Solution Solver


Solution solver berisi tentang tahapan-tahapan dalam menyelesaikan
pegujian yang dilakukan, adapun tahapan pada solution solver ini antara lain:
meshing dan iterasi.

4.3.2.1 Pembuatan Mesh (Meshing)


Meshing merupakan tahap membagi komponen yang akan dianalisis menjadi
suatu elemen-elemen kecil, ukuran mesh akan berpengaruh pada ketelitian dari
hasil yang akan didapatkan, semakin kecil mesh yang diterapkan maka akan
mendapatkan hasil yang lebih teliti namun akan membutuhkan daya dan waktu
yang lebih lama sehingga perlu dilakukan pengaturan yang sesuai untuk
mendapatkan hasil yang teliti namun dengan daya komputasi dan waktu yang se-
efektif mungkin. Berikut gambar hasil meshing dari domain pemodelan yang telah
dibuat sebelumnya:

120
Gambar IV. 26 Meshing

4.3.2.2 Iterasi
Iterasi merupakan pengulangan yang dilakukan pada perhitungan yang
terjadi berdasarkan pada error, iterasi ini dilakukan secara terus menerus sampai
error yang ada semakin mengecil dan nilai variabel mulai menuju pada satu titik
atau biasa disebut konvergen.

Gambar IV. 27 Iterasi

4.3.3 Post Processing


Pada post-processing dilakukan analisa terhadap hasil dari simulasi yang
telah dilakukan antara lain analisis statik, serta analisis tegangan.

121
4.3.3.1 Analisis Statik
Setelah semua parameter diatur, objek simulasi akan bereaksi terhadap nilai-
nilai pada parameter yang sudah ditentukan. Tampak letak titik tumpuan dan beban
mempengaruhi komponen dalam simulasi analisis. Hal ini menyebabkan objek
analisis mengalami deformasi dengan distribusi tegangan yang berbeda. Berikut
gambar distribusi tegangan pada gambar di bawah ini:

Gambar IV. 28 Distribusi Tegangan Pada Objek Simulasi Dengan Beban Batubara

Gambar IV. 29 Distribusi Tegangan Objek Simulasi Dengan Beban Batu Lempung

122
Gambar IV. 30 Distribusi Tegangan Objek Simulasi Dengan Beban Batu Pasir

Bagian dari ujung Lifting Dock merupakan daerah yang memiliki tegangan
paling tinggi, dapat dilihat pada gambar di atas yang ditandai dengan probe.
Dengan pemberian pembebanan total dari jenis batu yang berbeda, kedua
komponen mengalami deformasi meskipun tidak terjadi kenaikan tegangan yang
signifikan.

Gambar IV. 31 Mulur Dan Lipatan Pada Ujung Lifting Dock

123
Gambar IV. 32 Distribusi Tegangan Pada Ujung Lifting Dock Dengan
Beban Batubara

Gambar IV. 33 Distribusi Tegangan Pada Ujung Lifting Dock Dengan Beban Batu Lempung

124
Gambar IV. 34 Distribusi Tegangan Pada Ujung Lifting Dock Dengan Beban Batu Pasir

Jika dilihat lebih lanjut pada komponen Lifting Dock, bagian ujung yang
bersentuhan dengan Spearhead Point merupakan bagian yang memiliki tegangan
von Mises terbesar dari keseluruhan bagian komponen. Hal ini mengindikasikan
bahwa bagian tersebut memiliki intensitas beban terbesar ketika komponen bekerja
dan bersinergis dengan komponen lain saat diberi pembebanan dalam upayanya
menghambat deformasi. Tampak pada gambar di atas daerah warna hijau yang
ditandai dengan anak panah, bagian ujung Lifting Dock merupakan bagian yang
mengalami deformasi ketika diberi pembebanan. Ditunjukkan bahwa deformasinya
berbentuk lipatan bagian samping dan mulur pada bagian tengah ujung Lifting
Dock. Hal ini disebabkan karena konstruksi komponen Lifting Dock dengan
komponen lainnya membuat Lifting Dock hanya mengalami gerak tranlasi di
sumbu Y dan turut menahan beban yang juga ditahan oleh Spearhead Point. Dari
ketiga pembebanan total dengan jenis batuan yang berbeda, tegangan terbesar
terjadi ketika diberi pembebanan total dengan batu pasir di dalamnya. Meskipun
begitu, tegangan tertinggi yang dihasilkan tidak memiliki jarak yang cukup jauh
dengan pembeban total jenis batuan lainnya. Selain itu, besar tegangan tertinggi
yang dihasilkan pun memiliki jarak yang cukup jauh dengan tegangan luluh dari
material komponen terkait sebesar 530 MPa. Sehingga Lifting Dock hanya
mengalami deformasi elastis.

125
Gambar IV. 35 Deformasi Pada Kepala Spearhead Point

Gambar IV. 36 Deformasi Pada Bagian Bawah Kepala Spearhead Point

126
Gambar IV. 37 Necking Pada Leher Spearhead Point

Gambar IV. 38 Distribusi Tegangan Pada Bagian Bawah Kepala Spearhead Point Dengan Beban
Batubara

127
Gambar IV. 39 Distribusi Tegangan Pada Bagian Bawah Kepala Spearhead Point Dengan Beban
Batu Lempung

Gambar IV. 40 Distribusi Tegangan Pada Bagian Bawah Kepala Spearhead Point Dengan Beban
Batu Pasir

Berbeda dengan Lifting Dock, pada komponen Spearhead Point terdapat


beberapa titik bagian yang mengalami deformasi. Tampak pada gambar di atas
daerah warna hijau dan hijau muda yang ditandai dengan anak panah, bagian
permukaan bawah kepala dan pangkal leher Spearhead Point merupakan bagian
yang mengalami deformasi ketika diberi pembebanan. Bagian permukaan bawah
kepala Spearhead Point mengalami tegangan tertinggi dari kesuluruhan bagian
komponen. Terdapat empat titik pada permukaan bagian bawah kepala yang
mengalami tegangan hingga merambat sampai ujung leher Spearhead Point.
Ditunjukkan bahwa deformasinya berbentuk pengangkatan permukaan bawah
Spearhead Point, sehingga membentuk payung atau jamur di bagian kepala. Hal ini

128
disebabkan karena bagian permukaan bawah kepala Spearhead Point bersentuhan
dengan ujung Lifting Dock saat diberi pembebanan. Tegangan pada bagian pangkal
leher pun sedemikian timbul akibat pembebanan, membuat Spearhead Point
mengalami necking di sekitaran bagian leher.

Gambar IV. 41 Mulur Pada Bagian Dekat Lubang Spearhead Point

Gambar IV. 42 Distribusi Tegangan Pada Bagian Bawah Dekat Lubang Spearhead Point Dengan
Beban Batubara

129
Gambar IV. 43 Distribusi Tegangan Pada Bagian Bawah Dekat Lubang Spearhead Point Dengan
Beban Batu Lempung

Gambar IV. 44 Distribusi Tegangan Pada Bagian Bawah Dekat Lubang Spearhead Point Dengan
Beban Batu Pasir

Tidak hanya itu, pada bagian dekat lubang pin juga terjadi deformasi.
Tampak pada gambar di atas, bagian yang ditandai dengan anak panah, terjadi
deformasi berbentuk mulur ke bawah. Hal ini disebabkan karena lubang pin pada
Spearhead Point menahan Spearhead Base yang mengalami gerakan translasi ke

130
bawah saat diberi pembebanan. Namun secara keseluruhan, besar tegangan
tertinggi di semua titik bagian yang dihasilkan, tidak memiliki jarak yang cukup
jauh dengan besar pembebanan total jenis batuan yang satu dengan yang lainnya.
Hal yang sama terjadi pada Lifting Dock, besar tegangan tertinggi yang dihasilkan
pada Spearhead Point pun memiliki jarak yang cukup jauh dengan tegangan luluh
dari material komponen terkait sebesar 470 Mpa. Sehingga Spearhead Point hanya
mengalami deformasi elastis.

Gambar IV. 45 Distribusi Tegangan Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan Hidrostatis
Pada Kedalaman 30 Meter

131
Gambar IV. 46 Distribusi Tegangan Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan Hidrostatis
Pada Kedalaman 60 Meter

132
Gambar IV. 47 Distribusi Tegangan Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan Hidrostatis
Pada Kedalaman 90 Meter

133
Tegangan Pada Bagian Ujung Lifting Dock Dan Bawah Kepala
Spearhead Point
Batubara Batu Lempung Batu Pasir

100
85.3
62.5
Tegangan (N/mm^2)

80 62.1
39.7 85
60 39.3
16.8 82.6
40 16.5 59.8

20 37
14.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Tekanan (MPa)

Gambar IV. 48 Grafik Tegangan Pada Bagian Ujung Lifting Dock Dan Bawah Kepala Spearhead
Point

Tegangan Pada Bagian Leher Spearhead Point


Batubara Batu Lempung Batu Pasir

30
24.4 24.3
25 17.9
Tegangan (N/mm^2)

17.8
20 11.3 23.6
15 4.81 11.2
17.1
10 4.72
10.6
5
4.05
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Tekanan (MPa)

Gambar IV. 49 Grafik Tegangan Pada Bagian Leher Spearhead Point

134
Tegangan Pada Bagian Bawah Spearhead Point
Batubara Batu Lempung Batu Pasir

40 36.6
35 26.8
Tegangan (N/mm^2)

26.6
30 36.4
17
25 16.9 35.4
25.6
20
7.22
15 7.08
15.9
10
5 6.08
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Tekanan (MPa)

Gambar IV. 50 Grafik Tegangan Pada Bagian Bawah Spearhead Point

Pada penerapan tekanan hidrostatis terhadap objek simulasi, terjadi


peningkatan tegangan yang cukup signifikan seiring bertambahnya kedalaman
lubang pengeboran.

Gambar IV. 51 Gaya Hidrostatis Yang Terjadi Saat Pengeboran

135
Ditunjukan pada tabel di atas bahwa dengan bertambahnya kedalaman
lubang pengeboran, besar tekanan hidrostatis pun semakin meningkat. Sehingga
ketika Inner barrel diangkat dari dasar lubang pengeboran, besar tekanan hidrostatis
menghasilkan gaya hidrostatis yang turut menambah besar beban yang diangkut
oleh Spearhead Point dan Lifting Dock. Hal ini menyebabkan kedua komponen
tersebut mengalami peningkatan tegangan sebagai upaya dari material komponen
terkait menghambat deformasi atau perubahan bentuk.
Selain tegangan, regangan pun muncul sebagai reaksi dari pemberian beban
terhadap objek simulasi analisis. Dapat dilihat letak dan besar regangan setiap
komponen pada gambar di bawah ini:

Gambar IV. 52 Distribusi Regangan Pada Objek Simulasi Dengan Beban Batubara, Batu
Lempung dan Batu Pasir

136
Gambar IV. 53 Distribusi Regangan Pada Bagian Bawah Kepala Spearhead Point

Gambar IV. 54 Distribusi Regangan Pada Bagian Ujung Lifting Dock

Ditunjukkan pada gambar, Spearhead Point mengalami regangan yang


cukup besar di antara semua komponen. Hampir di segala titik bagian dari
Spearhead Point mengalami regangan akibat beban yang diterapkan pada objek
simulasi. Tampak bagian bawah kepala dari Spearhead Point, terdapat empat titik
bagian dari komponen tersebut yang mengalami regangan terbesar.
Berbeda dengan Spearhead Point, hampir dari seluruh bagian dari Lifting
Dock tidak mengalami regangan yang cukup signifikan. Namun terdapat
pengecualian dengan bagian ujungnya, dikarenakan bagian tersebut juga secara
langsung ikut menahan beban yang ditampung oleh Spearhead Point.

137
Gambar IV. 55 Distribusi Regangan Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan Hidrostatis
Pada Kedalaman 30 Meter

Gambar IV. 56 Distribusi Regangan Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan Hidrostatis
Pada Kedalaman 60 Meter

138
Gambar IV. 57 Distribusi Regangan Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan Hidrostatis
Pada Kedalaman 90 Meter

Regangan Pada Bagian Ujung Lifting Dock Dan Bawah


Kepala Spearhead Point
Batu Pasir Batu Lempung Batubara

0.00025
0.000195
0.000152
0.0002
0.0000385 0.0000906 0.000143 0.000194
Regangan

0.00015 0.0000898
0.0001 0.0000377 0.000142 0.000189
0.00005 0.0000845
0.0000324
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Tekanan (MPa)

Gambar IV. 58 Grafik Regangan Pada Bagian Ujung Lifting Dock Dan Bawah Kepala Spearhead
Point

139
Regangan Pada Bagian Leher dan Bawah Kepala
Spearhead Point
Batubara Batu Lempung Batu Pasir

0.0001
0.0000634 0.0000864
0.00008
0.0000403 0.0000863
Regangan

0.00006 0.0000171 0.0000399 0.0000631


0.0000839
0.00004 0.0000168 0.0000607

0.00002 0.0000376
0.0000144
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Tekanan (Pa)

Gambar IV. 59 Grafik Tegangan Pada Leher Dan Bawah Spearhead Point

Dalam hal ini, regangan pun turut mengalami peningkatan yang cukup
signifikan sebagai bentuk reaksi dari penerapan tekanan hidrostatis pada objek
simulasi. Seiring bertambahnya peningkatan tegangan akibat penambahan beban
dari gaya hidrostatis hidrostatis, di waktu yang bersamaan regangan yang terjadi
pada setiap komponen pun ikut meningkat.

Gambar IV. 60 Distribusi Displacement Pada Objek Simulasi Dengan Beban Batubara, Batu
Lempung dan Batu Pasir

140
Gambar IV. 61 Distribusi Displacement Pada Bagian Bawah Kepala Spearhead Point

Untuk displacement atau pertambahan panjang yang terjadi pada objek


simulasi, Spearhead Point juga mengalami pertambahan panjang yang cukup besar
di antara semua komponen objek. Hampir di segala titik bagian dari Spearhead
Point mengalami displacement akibat beban yang diterapkan pada objek simulasi.
Tampak bagian bawah dekat dengan lubang pin dari Spearhead Point merupakan
titik bagian dari komponen tersebut yang mengalami displacement terbesar.
Berbeda dengan Spearhead Point, hampir dari seluruh bagian dari Lifting
Dock tidak mengalami displacement yang cukup signifikan. Namun terdapat
pengecualian dengan bagian ujungnya, dikarenakan bagian tersebut juga secara
langsung ikut menahan beban yang ditampung oleh Spearhead Point.

Gambar IV. 62 Distribusi Displacement Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan Hidrostatis
Pada Kedalaman 30 Meter

141
Gambar IV. 63 Distribusi Displacement Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan Hidrostatis
Pada Kedalaman 60 Meter

Gambar IV. 64 Distribusi Displacement Objek Simulasi Dengan Penerapan Tekanan Hidrostatis
Pada Kedalaman 90 Meter

142
Displacement Pada Bagian Ujung Lifting Dock dan Bawah Kepala
Spearhead Point

Batubara Batu Lempung Batu Pasir

0.0025
0.00141 0.00195
Displacement (mm)

0.002 0.0014
0.000872
0.0015 0.00194
0.000865
0.000333 0.0019
0.001 0.00136
0.000326
0.0005 0.000819
0.00028
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Tekanan (MPa)

Gambar IV. 65 Grafik Displacement Pada Bagian Ujung Lifting Dock Dan Bawah Kepala
Spearhead Point

Displacement Pada Bagian Leher Spearhead Point


Batubara Batu Lempung Batu Pasir

0.005
0.00455
0.00329 0.00327
Displacement (mm)

0.004 0.00453
0.00208
0.003 0.00202 0.00442
0.000777 0.00317
0.002 0.000762
0.00191
0.001
0.000654
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Tekanan (MPa)

Gambar IV. 66 Grafik Displacement Pada Bagian Leher Spearhead Point

143
Displacement Pada Bagian Bawah Spearhead Point
Batubara Batu Lempung Batu Pasir

0.009
0.008 0.00779
0.00564
Displacement (mm)

0.007 0.00561 0.00777


0.00349
0.006
0.00346 0.00758
0.005 0.00133
0.004 0.00543
0.00131
0.003
0.002 0.00328
0.001 0.00112
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Tekanan (MPa)

Gambar IV. 67 Grafik Displacement Pada Bagian Bawah Spearhead Point

Seperti yang terjadi pada tegangan Von mises dan regangan, displacement
pun turut mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebagai bentuk reaksi dari
penerapan tekanan hidrostatis pada objek simulasi. Seiring bertambahnya
peningkatan tegangan akibat penambahan beban dari gaya hidrostatis, pertambahan
panjang yang dihasilkan dari komponen terkait pun ikut meningkat.
Setelah semua informasi mengenai analisis statik dikemukakan, berikut
adalah tabel Safety Factor dari hasil pengujian di berbagai kondisi:

Tabel IV. 17 Safety Factor Hasil Pengujian

Beban Tekanan Hidrostatis Safety Factor


(MPa)
- 21.798
0.3 8.356
366.284
0.6 5.169
0.9 3.741
- 18.723
0.3 7.861
426.424
0.6 4.975
0.9 3.693

144
Beban Tekanan Hidrostatis Safety Factor
(MPa)
- 18.354
0.3 7.795
435.015
0.6 4.948
0.9 3.624

4.3.3.2 Analisis Kelelahan (Fatigue)


Untuk mengetahui umur dan presentase dari setiap komponen objek
simulasi, dilakukan analisis kelelahan. Berikut gambar dari hasil simulasi
pengujian analisis kelelahan:

Gambar IV. 68 Notifikasi Fatigue Analysis

Gambar IV. 69 Distribusi Total Life Dan Damage Percentage Objek Simulasi

145
Dari keseluruhan hasil pengujian di berbagai kondisi, hasil menunjukan
bahwa tegangan tertinggi yang terjadi pada objek simulasi masih berada di bawah
tegangan minimum kurva SN. Hal tersebut mengindikasikan bahwa saat objek
simulasi diberi pembebanan secara berulang dengan siklus tak terhingga, objek
simulasi tidak mengalami kerusakan dan memiliki umur pakai yang panjang.

4.3.3.3 Perhitungan Persamaan Goodman


Setelah mengetahui hasil dari simulasi analisis kelelahan, perlu dilakukan
perhitungan guna memastikan kebenaran sekaligus sebagai perbandingan hasil dari
simulasi menggunakan software atau perangkat lunak. Diketahui bahwa tegangan
tertinggi terjadi pada saat Inner Barrel mengangkut beban batu pasir. Merujuk pada
hasil analisa statik sebelumnya, komponen Spearhead point menerima tegangan
maksimum sebesar 85.3 Mpa dan tegangan minimum sebesar 4.05 Mpa. Begitupun
dengan Lifting yang menerima tegangan maksimum yang sama namun memiliki
tegangan minimum yang berbeda sebesar 14.2 Mpa. Berikut adalah pemaparan dari
hasil perhitungan:

𝜎 𝑚𝑎𝑥 − 𝜎 𝑚𝑖𝑛 (4.12)


𝜎𝑎 =
2

𝜎 𝑚𝑎𝑥 + 𝜎 𝑚𝑖𝑛 (4.13)


𝜎𝑚 =
2

𝑆𝑒 = 0.45 𝑆𝑢 (4.14)

Sebelum melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan


Goodman, perlu ditentukan besar dari tegangan rata-rata, tegangan amplitude dan
batas lelah terlebih dahulu. Dikarenakan beban yang diterapkan merupakan beban
aksial dan materialnya adalah baja, maka batas lelah dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan 4.14. Berikut hasil dari perhitungan menggunakan
persamaan di atas:

146
Tabel IV. 18 Hasil Perhitungan Tegangan Rata-rata, Amplitudo, dan Batas lelah

Tegangan
Komponen Kekuatan Batas Lelah
Rata-rata Amplitudo Tarik (Su) Material (Se)
Spearhead Point 44.7 40.6 745 335.25
Lifting Dock 49.75 35.6 625 281.25

Setelah semuanya ditentukan, dapat dilanjutkan dengan perhitungan


menggunakan persamaan 4.8 untuk setiap komponen. Berikut pemaparan dari
perhitungan persamaan Goodman:

Perhitungan untuk komponen Spearhead Point:


𝜎𝑎 𝜎𝑚 1
+ =
𝑆𝑒 𝑆𝑢 𝑛

40.6 44.7 1
+ =
335.25 745 𝑛

1 1
0.181 = →𝑛= = 5.524
𝑛 0.181

𝑛 > 1; 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 ∞

Perhitungan untuk komponen Lifting Dock:


𝜎𝑎 𝜎𝑚 1
+ =
𝑆𝑒 𝑆𝑢 𝑛

35.6 49.74 1
+ =
281.25 625 𝑛

1 1
0.206 = →𝑛= = 4.854
𝑛 0.206

𝑛 > 1; 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 ∞

147
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan Kegiatan Magang Industri:
1. Mendapatkan pengalaman secara langsung bagaimana alur kerja sebuah
perusahaan
2. Mendapat banyak sekali ilmu di luar bidang perancangan terutama di
bidang manufaktur
3. Melampaui jam kerja minimal yaitu 845 jam (8 SKS) dengan realiasi jam
688 kerja.

Kesimpulan Studi Kasus Analisa:


1. Tegangan, regangan dan displacement tertinggi pada Lifting Dock dan
Spearhead Point terjadi pada saat menampung beban dari batu pasir di
kedalaman 90 meter. Berikut tabel pemaparan data di bawah ini:

Tabel V. 1 Tegangan, Regangan, dan Displacement Tertinggi

Tegangan Displacement
Komponen Regangan Posisi
(N/mm2) (mm)
Lifting
85.3 0.000195 0.00195 Ujung
Dock
Bawah
85.3 0.000195 0.00145
Spearhead Kepala
Point 24.4 0.0000864 0.00455 Leher
36.6 0.0000864 0.00779 Bawah

2. Merujuk pada tabel IV.17, besar Safety Factor dari hasil analisis komponen
di berbagai keadaan menunjukkan nilai lebih dari 1. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa komponen Lifting Dock dan Spearhead Point
masih aman saat digunakan pada kondisi yang tertera.
3. Merujuk pada gambar IV. 71 dan gambar IV. 72, besar tegangan tertinggi

148
yang terjadi pada saat diberi pembebanan berbagai keadaan dan jenis batuan
masih berada di bawah nilai minimum kurva S-N. Sehingga dapat dikatakan
bahwa komponen Lifting Dock dalam 1000 samapai dengan 108 kali siklus
pemakaian tidak terjadi kerusakan.
4. Pada hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan Goodman,
menunjukkan hasil yang sama seperti pada hasil dari analisis kelelahan
menggunakan software. Besar nilai n dari kedua komponen lebih dari 1 yang
mengindikasikan bahwa kedua komponen tersebut memiliki umur yang
tidak terbatas.

5.2 Saran
Saran terhadap pelaksanaan magang industri dan studi kasus bertujuan agar
pelaksanaan magang industri dan studi kasus dapat dilaksanakan dengan lebih baik
lagi. Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan sebelum pelaksanaan magang industri sudah ditentukan jadwal
dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama magang berlangsung
serta lebih ditingkatkan lagi pelaksanaan evaluasi antara peserta magang
dengan pembimbing lapangan.
2. Saran untuk analisis yang telah dilakukan ke depannya diharapkan mampu
menggunakan spesifikasi komputer yang lebih tinggi lagi sehingga
pengujian komponen dapat dilakukan menyeluruh tanpa adanya
penyederhanaan. Selain itu, perlu diperhatikan pula segala aspek teknis dan
parameter yang digunakan sehingga akan mendapatkan hasil analisis yang
lebih baik lagi.
3. Saran untuk PT. MEKAR LANGGENG PERKASA ke depannya
diharapkan untuk meningkatkan kesadaran terhadap dokumentasi
perusahaan agar dapat menunjang kegiatan produksi dalam hal ini perihal
gambar kerja.
4. Masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut perihal hasil dari analisis
sebelum dilakukan pengerjaan pada bahan dari komponen terkait.

149
DAFTAR PUSTAKA

Beer, F. (1983). Mekanika Untuk Insinyur STATIKA. Jakarta: Erlangga.


GPG. (2017). Density of Sedimentary Rocks. From GPG Geoscience:
https://gpg.geosci.xyz/content/physical_properties/tables/density_sedimentary_r
ocks.html
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2013). Hambatan
Pengeboran Dan Pemancingan. Jakarta.
Kusnama. (2009). Karakteristik Batubara dan Batuan Sedimen Pembawanya, Formasi
Talangakar, di daerah Lampung Tengah. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No.2,
133-144.
Munson, B. (2004). Mekanika Fluida . Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sofyan, B. (2010). Pengantar Material Teknik. Jakarta: Penerbit Salemba Teknika.

150
LAMPIRAN
Lampiran A Data Pendukung Kegiatan Magang

A1. Rekam jejak

151
A2. Lembar Usulan Kegiatan Magang

152
A3. Surat Permohonan Magang PT Mekar Langgeng Perkasa

153
A4. Lembar Resmi Penerimaan Magang

154
A5. Lembar Sertifikat Magang

155
A6. Lembar Bimbingan

156
Lampiran B Log Book dan Dokumentasi Magang

B1. Target dan Realisasi Kegiatan

157
B2. Log Book Minggu ke-1

158
159
B3. Log Book Minggu ke-2

160
161
B4. Log Book Minggu ke-3

162
163
B5. Log Book Minggu ke-4

164
165
B6. Log Book Minggu ke-5

166
167
B7. Log Book Minggu ke-6

168
169
B8. Log Book Minggu ke-7

170
171
B9. Log Book Minggu ke-8

172
173
174
B10. Log Book Minggu ke-9

175
176
177
178
B11. Log Book Minggu ke-10

179
180
B12. Log Book Minggu ke-11

181
182
B13. Log Book Minggu ke-12

183
B14. Log Book Minggu ke-13

184
B15. Log Book Minggu ke-14

185
B16. Log Book Minggu ke-15

186
187
B17. Log Book Minggu ke-16

188
189
B18. Log Book Minggu ke-17

190
191
192
B19. Log Book Minggu ke-18

193
Lampiran C Dokumentasi Studi Kasus

C1. Drafting Komponen

194
195
C2.Trial And Error

196
C3. Simulasi Analisis

197
198

Anda mungkin juga menyukai