Anda di halaman 1dari 110

PENGARUH VARIASI SUDUT KAMPUH DAN KUAT ARUS

TERHADAP KEKUATAN DAN KEKERASAN


BAJA ST 60 PADA PENGELASAN SMAW

SKRIPSI

RIZKI BAGAS KARMANIANTO


NPM 15650047

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2021
PENGARUH VARIASI SUDUT KAMPUH DAN KUAT ARUS
TERHADAP KEKUATAN DAN KEKERASAN
BAJA ST 60 PADA PENGELASAN SMAW

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Teknik dan Informatika


Universitas PGRI Semarang untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

RIZKI BAGAS KARMANIANTO


NPM 15650047

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2021

i
SKRIPSI

PENGARUH VARIASI SUDUT KAMPUH DAN KUAT ARUS


TERHADAP KEKUATAN DAN KEKERASAN
BAJA ST 60 PADA PENGELASAN SMAW

Disusun dan diajukan oleh

RIZKI BAGAS KARMANIANTO


NPM 15650047

Telah disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkan


di hadapan Dewan Penguji

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Carsoni, S.T., M.T Hisyam Ma’mun, S.T., M.T


NIP.195712061983031002 NIP.198310152015041002

ii
SKRIPSI

PENGARUH VARIASI SUDUT KAMPUH DAN KUAT ARUS


TERHADAP KEKUATAN DAN KEKERASAN
BAJA ST 60 PADA PENGELASAN SMAW

Disusun dan diajukan oleh


RIZKI BAGAS KARMANIANTO
NPM 15650047

Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji


pada tanggal, 31 Mei 2021
dan telah dinyatakan memenuhi syarat

Ketua Sekertaris

Drs. Slamet Supriyadi, M.Env.St. Aan Burhanuddin, S.T., M.T


NIP. 195912281986031003 NPP. 148301458

Penguji I Penguji II

M. Budi Haryono S.T., M.T Penguji III Althesa Androva, S.T., M.Eng
NIP. 199301549 NIP.198505082015041002

Drs. Carsoni, S.T., M.T


NIP.195712061983031002

iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

✓ Belajar dari kemarin, hidup untuk hari ini, berharap untuk hari besok.
Dan yang terpenting adalah jangan sampai berhenti bertanya (Albert
Einstein).
✓ Ilmu itu diperoleh dari lidah yang gemar bertanya serta akal yang suka
berpikir (Abdullah bin Abbas).
✓ Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba,
karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan membangun
kesempatan untuk berhasil (Mario Teguh).

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

❖ Untuk Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan, doa
dan semangat serta kekuatan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
❖ Teman-teman seperjuangan Teknik Mesin Angkatan 2015.
❖ Teman-teman Robotika Universitas PGRI Semarang.
❖ Untuk almamaterku Universitas PGRI Semarang.

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Rizki Bagas Karmanianto
NPM : 15650047
Progdi : Teknik Mesin
Fakultas : Teknik dan Informatika

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya buat ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan plagiarisme.
Apabila pada kemudian hari skripsi ini terbukti hasil plagiarisme, saya
akan bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Semarang, 27 Mei 2021


Yang membuat pernyataan

Rizki Bagas Karmanianto


NPM 15650047

v
ABSTRAK

Proses pengelasan merupakan proses penyambungan logam yang paling


banyak digunakan pada saat ini. Pengelasan mempunyai banyak keuntungan
antara lain: praktis, hasilnya dapat diandalkan, efisien, dan ekonomis. Shielded
Metal Arc Welding (SMAW) atau las elektroda terbungkus merupakan proses
pengelasan yang paling banyak digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui variasi sudut kampuh dan kuat arus pada SMAW terhadap kekuatan
tarik dan kekerasan ST 60 dengan variasi sudut kampuh sebesar 60˚, 70˚, 80˚
dan 90˚ pada kuat arus las 115 A, 130 A dan 150 A. Dari hasil pengujian tarik
tertinggi terjadi pada variasi sudut kampuh 90˚ dan kuat arus 150 A dengan
nilai 629.09 MPa. Untuk pengujian kekerasan tertinggi terjadi pada variasi
sudut kampuh 90˚ dan kuat arus 150 A dengan nilai 58.2 HRC. Dari hasil yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa, semakin besar sudut kampuh maka
semakin besar nilai kekuatan tarik dan kekerasan. Semakin besar kuat arus
maka semakin besar nilai kekuatan tarik dan kekerasan material hasil
pengelasan.
Kata Kunci : Pengelasan SMAW, Kekuatan tarik dan kekerasan

vi
PRAKATA

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyusun serta menyelesaikan proposal
skripsi ini dengan lancar. Proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh Sudut
Kampuh dan Kuat Arus Terhadap Kekuatan dan Kekerasan Baja ST 60 Pada
Pengelasan SMAW” ini disusun untuk memenuhi persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih atas segala


bimbingan dan dukungannya yang telah diberikan sehingga dapat memotivasi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik, oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya serta yang
selalu melindungi saya dalam proses penyusunan proposal, sehingga
saya dapat menyelesaikan proposal ini.
2. Bapak dan Ibu yang telah mendidik dan membesarkan saya, yang selalu
mendo’akan dan memberi semangat.
3. Bapak Dr. Muhdi, S.H., M.Hum., Rektor Universitas PGRI Semarang;
4. Bapak Drs. Slamet Supriyadi, M.Env.St., Dekan Fakultas Teknik dan
Informatika Universitas PGRI Semarang;
5. Bapak Aan Burhanuddin, S.T., M.T., Ketua Program Studi Teknik Mesin
Universitas PGRI Semarang;
6. Bapak Drs. Carsoni, S.T., M.T., Dosen Pembimbing I yang telah
mengajarkan saya tentang kecermatan dan berdedikasi tinggi;
7. Bapak Hisyam Ma’mun, S.T., M.T., Dosen Pembimbing II yang telah
mengajarkan saya tentang kecermatan dan berdedikasi tinggi;
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Teknik Mesin yang telah senantiasa
memberi pengetahuan dan pengalaman bagi penulis;

vii
9. Teman-teman seperjuangan Teknik Mesin Angkatan 2015 yang selalu
memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan proposal
skripsi ini.

Besar harapan penulis bahwa pnyusunan skripsi ini dapat bermanfaat


bagi adek kelas Teknik Mesin, dan bagi para pembaca umumnya. Penulis
menyadari sepenuhnya atas segala kekurangan yang mungkin terjadi dalam
penulisan laporan ini, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.

Semarang, 3 April 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ........................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................... ii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
G. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 7
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 7
B. Landasan Teori ..................................................................................... 9
C. Kerangka Berpikir............................................................................... 23
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 24
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 25
A. Lokasi dan Fokus Penelitian ............................................................... 25
B. Populasi dan Sampel ........................................................................... 25
C. Variabel Penelitian .............................................................................. 26
D. Desain Penelitian ................................................................................ 27
E. Proses Eksperimen .............................................................................. 28
F. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 32
G. Teknik Analisa Data ........................................................................... 33

ix
H. Jadwal Penelitian ................................................................................ 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 34
A. Dekripsi Data ....................................................................................... 34
B. Pembahasan ......................................................................................... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 75
A. Kesimpulan .......................................................................................... 75
B. Saran ..................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Alur Sambungan Las Tumpul ............................................................... 15


Tabel 2.2 Spesifikasi Arus Menurut Tipe Elektroda Dan Diameter Elektroda..... 17
Tabel 2.3 Komposisi Kimia Baja ST 60 ............................................................... 19
Tabel 2.4 Standar Kekerasan Rockwell ................................................................ 22
Tabel 3.1 Sampel Penelitian .................................................................................. 26
Tabel 4.1 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut Kampuh
60˚ dan Kuat Arus 115 A...................................................................... 34
Tabel 4.2 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut Kampuh
60˚ dan Kuat Arus 130 A...................................................................... 35
Tabel 4.3 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut Kampuh 60˚
dan Kuat Arus 150 A. ........................................................................... 36
Tabel 4.4 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut Kampuh
70˚ dan Kuat Arus 115 A...................................................................... 38
Tabel 4.5 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut Kampuh
70˚ dan Kuat Arus 130 A...................................................................... 39
Tabel 4.6 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut Kampuh
70˚ dan Kuat Arus 150 A...................................................................... 40
Tabel 4.7 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut Kampuh
80˚ dan Kuat Arus 115 A...................................................................... 42
Tabel 4.8 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut Kampuh
80˚ dan Kuat Arus 130 A...................................................................... 43
Tabel 4.9 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut Kampuh
80˚ dan Kuat Arus 150 A...................................................................... 44
Tabel 4.10 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut Kampuh
90˚ dan Kuat Arus 115 A...................................................................... 46
Tabel 4.11 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut Kampuh
90˚ dan Kuat Arus 130 A...................................................................... 47
Tabel 4.12 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut Kampuh
90˚ dan Kuat Arus 150 A...................................................................... 48
Tabel 4.13 Max Stress Hasil Pengujian Tarik ....................................................... 50
Tabel 4.14 Yield Stress Hasil Pengujian Tarik ..................................................... 51
Tabel 4.15 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut
Kampuh 60ᵒ dan kuat arus 115 A. ........................................................ 52
Tabel 4.16 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut
Kampuh 60ᵒ dan kuat arus 130 A. ........................................................ 53
Tabel 4.17 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut
Kampuh 60ᵒ dan kuat arus 150 A. ........................................................ 54

xi
Tabel 4.18 RAta-rata Pengujian Kekerasan Hasil Pengelasan Sudut Kampuh 60˚
.............................................................................................................. 55
Tabel 4.19 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut
Kampuh 70ᵒ dan kuat arus 115 A. ........................................................ 56
Tabel 4.20 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut
Kampuh 70ᵒ dan kuat arus 130 A. ........................................................ 57
Tabel 4.21 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut
Kampuh 70ᵒ dan kuat arus 150 A. ........................................................ 58
Tabel 4.22 Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil Pengelasan Sudut Kampuh 70˚ 59
Tabel 4.23 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut
Kampuh 80ᵒ dan kuat arus 115 A. ........................................................ 60
Tabel 4.24 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut
Kampuh 80ᵒ dan kuat arus 130 A. ........................................................ 61
Tabel 4.25 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut
Kampuh 80ᵒ dan kuat arus 150 A. ........................................................ 62
Tabel 4.26 Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil Pengelasan Sudut Kampuh 80˚ 63
Tabel 4.27 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut
Kampuh 90ᵒ dan kuat arus 115 A. ........................................................ 64
Tabel 4.28 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut
Kampuh 90ᵒ dan kuat arus 130 A. ........................................................ 65
Tabel 4.29 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Lasan Dengan Sudut
Kampuh 90ᵒ dan kuat arus 150 A. ........................................................ 66
Tabel 4.30 Hasil Uji Kekerasan Rata-rata............................................................. 68

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Merupakan Proses SMAW ( Wiryosumarto dan Okumura, 1991 ) .. 11


Gambar 2.2 Mesin Las .......................................................................................... 12
Gambar 2.3 Elektroda SMAW .............................................................................. 13
Gambar 2.4 Holder SMAW .................................................................................. 13
Gambar 2.5 Klem Massa ....................................................................................... 14
Gambar 2.6 Jenis-jenis Sambungan Dasar (Wiryosumarto,2008) ........................ 15
Gambar 2.7 Bentuk Kampuh V (Syaripuddin, 2014) ........................................... 16
Gambar 2.8 Las Elektroda Terbungkus (Wiryosumarto, 2000: 9)........................ 18
Gambar 2.9 Spesimen Uji Tarik (ASTM E8/E8M-09,2010) ................................ 20
Gambar 2.10 Kurva Tegangan Renggang (Wiryosumarto, 2000) ........................ 20
Gambar 2.11 Skema Pengujian Rockwell (Purnomo,2017) ................................. 23
Gambar 3.1 Diagram Aliran Penelitian ................................................................. 27
Gambar 3.2 Pembuatan Sudut Kampuh V ............................................................ 29
Gambar 3.3 Spesimen Uji Tarik............................................................................ 30
Gambar 3.4 Alat Uji Tarik .................................................................................... 31
Gambar 3.5 Alat Uji Kekerasan ............................................................................ 32
Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh 60˚ dan Kuat
Arus 115 A ......................................................................................... 34
Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh 60˚ dan Kuat
Arus 130 A ......................................................................................... 35
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh 60˚ dan Kuat
Arus 150 A ......................................................................................... 36
Gambar 4.4 Grafik Pengujian Tarik Hasil Pengelasan Sudut Kampuh 60˚ ........ 37
Gambar 4.5 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh 70˚ dan Kuat
Arus 115 A ......................................................................................... 38
Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh 70˚ dan Kuat
Arus 130 A ......................................................................................... 39
Gambar 4.7 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh 70˚ dan Kuat
Arus 150 A ......................................................................................... 40
Gambar 4.8 Grafik Pengujian Tarik Hasil Pengelasan Sudut Kampuh 70˚ .......... 41
Gambar 4.9 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh 80˚ dan Kuat
Arus 115 A ......................................................................................... 42
Gambar 4.10 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh 80˚ dan Kuat
Arus 130 A ......................................................................................... 43
Gambar 4.11 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh 80˚ dan Kuat
Arus 150 A ......................................................................................... 44
Gambar 4.12 Grafik Pengujian Tarik Hasil Pengelasan Sudut Kampuh 80˚ ........ 45
Gambar 4.13 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh 90˚ dan Kuat
Arus 115 A ......................................................................................... 46

xiii
Gambar 4.14 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh 90˚ dan Kuat
Arus 130 A ....................................................................................... 47
Gambar 4.15 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh 90˚ dan Kuat
Arus 150 A ....................................................................................... 48
Gambar 4.16 Grafik Pengujian Tarik Hasil Pengelasan Sudut Kampuh 90˚ ........ 49
Gambar 4.17 Grafik Max Stress Hasil Pengujian Tarik ....................................... 50
Gambar 4.18 Grafik Yield Stress Hasil Pengujian Tarik ...................................... 51
Gambar 4.19 Grafik Nilai Kekerasan Arus 115 A dan Sudut Kampuh 60ᵒ ......... 52
Gambar 4.20 Grafik Nilai kekerasan Arus 130 A dan Sudut Kampuh 60ᵒ ........... 53
Gambar 4.21 Grafik Nilai kekerasan Arus 150 A dan Sudut Kampuh 60ᵒ ........... 54
Gambar 4.22 Grafik Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil Pengelasan Sudut
Kampuh 60˚ ..................................................................................... 55
Gambar 4.23 Grafik Nilai kekerasan Arus 115 A dan Sudut Kampuh 70ᵒ ........... 56
Gambar 4.24 Grafik Nilai kekerasan Arus 130 A dan Sudut Kampuh 70ᵒ ........... 57
Gambar 4.25 Grafik Nilai kekerasan Arus 150 A dan Sudut Kampuh 70ᵒ ........... 58
Gambar 4.26 Grafik Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil Pengelasan Sudut
Kampuh 70˚ ..................................................................................... 59
Gambar 4.27 Grafik Nilai kekerasan Arus 115 A dan Sudut Kampuh 80ᵒ .......... 60
Gambar 4.28 Grafik Nilai kekerasan Arus 130 A dan Sudut Kampuh 80ᵒ ........... 61
Gambar 4.29 Grafik Nilai kekerasan Arus 150 A dan Sudut Kampuh 80ᵒ ........... 62
Gambar 4.30 Grafik Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil Pengelasan Sudut
Kampuh 80˚ ..................................................................................... 63
Gambar 4.31 Grafik Nilai kekerasan Arus 115 A dan Sudut Kampuh 90ᵒ ........... 64
Gambar 4.32 Grafik Nilai kekerasan Arus 130 A dan Sudut Kampuh 90ᵒ ........... 65
Gambar 4.33 Grafik Nilai kekerasan Arus 150 A dan Sudut Kampuh 90ᵒ ........... 66
Gambar 4.34 Grafik Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil Pengelasan Sudut
Kampuh 90˚ ..................................................................................... 67
Gambar 4.35 Grafik Hasil Uji Kekerasan Rata-rata ............................................. 68
Gambar 4.36 Struktur Mikro Spesimen Kuat Arus 115 A .................................... 69
Gambar 4.37 Struktur Mikro Spesimen Kuat Arus 130 A .................................... 70
Gambar 4.38 Struktur Mikro Spesimen Kuat Arus 150 A .................................... 71

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Sertifikat Pengujian............................................................................79


Lampiran 2 Data Hasil Pengujian Tarik.................................................................80
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian.............................................................................92
Lampiran 4 Proses Pengujian Spesimen.................................................................93
Lampiran 5 Spesimen Pengujian............................................................................94

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang kontruksi,


pengelasan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pertumbuhan dan
peningkatan industri, karena mempunyai peranan yang sangat penting
dalam rekayasa dan perbaikan produk logam. Hampir pada setiap
pembangunan suatu pekerjaan menggunakan logam melibatkan pengelasan.
Pengelasan merupakan sarana untuk mencapai tujuan perencanaan
kontruksi yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, rancangan las dan cara
pengelasan harus memperhatikan kesesuaian antara sifat fisis dan mekanis
dari logam las dengan kegunaan kontuksi serta keadaan sekitarnya.
Faktor yang mempengaruhi hasil pengelasan adalah prosedurnya yaitu
cara pembuatan pekerjaan las yang sesuai rencana dan spesifikasi dengan
menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Proses
produksi pengelasan yang dimaksud adalah proses pembuatan, alat dan
bahan yang diperlukan, urutan pelaksanaan, persiapan pelaksanaan meliputi
pemilihan mesin las, penunjukan juru las, pemilihan elektroda, penggunaan
jenis kampuh (Wiryosumarto; 2000).
Proses pengelasan merupakan proses penyambungan logam yang
paling banyak digunakan pada saat ini. Pengelasan mempunyai banyak
keuntungan antara lain : praktis, hasilnya dapat diandalkan, efisien, dan
ekonomis. Shielded Metal Arc Welding (SMAW) atau las elektroda
terbungkus merupakan proses pengelasan yang paling banyak digunakan
(Wiryosumarto dan Okumura; 2004).
Dalam proses pengelasan, bagian logam yang dilas menerima panas
pengelasan setempat. Hal yang perlu diperhatikan pada hasil pengelasan
adalah tegangan sisa, karena pada pengelasan terjadi tegangan termal akibat
perbedaan suhu antara logam induk dan daerah las. Tegangan sisa pada hasil

1
2

pengelasan terjadi dapat dikarenakan selama siklus termal las berlangsung


di sekitar sambungan las dengan logam induk yang suhunya relatif berubah
sehingga distribusi suhu tidak merata (Wiryosumarto dan Okumura; 2004).
Prosedur pengelasan kelihatanya sangat sederhana tetapi sebenarnya
terdapat masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahanya
memerlukan berbagai macam pengetahuan, karena itu dalam pengelasan,
pengetahuan harus turut serta mendampingi praktek. Secara lebih terperinci
dapat diketahui bahwa dalam pengelasan harus direncanakan pula tentang
cara pengelasan, cara pemeriksaan, bahan las dan jenis las yang digunakan,
berdasarkan fungsi dan bagian-bagian yang dirancang (Widharto; 2013).
Baja ST 60 merupakan salah satu baja yang mudah terkena korosi, baja
yang salah satunya digunakan sebagai bahan baku pembuatan pipa ini
tergolong baja karbon sedang. Baja ST 60 juga dapat digunakan atau
diaplikasikan dengan mudah untuk kegiatan manufaktur, contohnya adalah
pengelasan (Yudi; 2019).
Penggunaan material baja karbon sedang dipilih karena baja karbon
sedang memiliki kepekaan terhadap keretakan las yang tinggi. Baja karbon
sedang adalah baja dengan kepekaan retak las yang tinggi (Wiryosumarto,
2000: 91). Baja jenis ST 60 yang dalam standar jerman dinyatakan jenis baja
karbon sedang dengan kekuatan tarik paling tidak 600 N/mm (Miftakhul
Huda, 2018). Baja ST 60 termasuk baja karbon sedang karena kandungan
karbon lebih dari 0.3%. ST 60 ini menunjukkan bahwa baja ini dengan
kekuatan tarik ≥ 60 Kg/mm2 (diawali dengan ST dan diikuti bilangan yang
menunjukan kekuatan tarik minimumnya dalam Kg/mm2). Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini sudah memenuhi spesifikasi bahan yang
dijelaskan di kalimat sebelumnya dengan kandungan karbon 0.492% dan
kekuatan tarik 65 Kg/mm2 (PT. Bhineka Bajanas; 2018)
Kekuatan tarik hasil pengelasan juga dipengaruhi jenis kampuh yang
digunakan dalam proses pengelasan. Tingkat penurunan kekuatan hasil las
dibandingkan dengan kekuatan raw material diperoleh hasil terbaik adalah
kampuh U dengan kekuatan hasil las 62% dari kekuatan raw material,
3

kampuh V dengan 59% dari kekuatan raw material sementara terendah


adalah kampuh X dengan kekuatan tarik 55% dari kekuatan raw material
(Huda et al., 2013). Pada penggunaan jenis kampuh V pemilihan sudut
kampuh juga akan berpengaruh terhadap kekuatan tarik hasil lasan
(Machmoed; 2012).
Kekuatan tarik pada logam hasil lasan sangat dipengaruhi oleh masukan
panas yang terjadi pada proses pengelasan, masukan panas akan
mengakibatkan logam las berdifusi dengan baik atau tidak sehingga akan
berpengaruh pada kekuatan tarik hasil lasan (Suyono et al., 2011). Masukan
panas yang terjadi adalah efek dari penggunaan arus pada saat proses
pengelasan.
Penyetelan kuat arus pengelasan akan mempengaruhi hasil las. Bila
arus yang digunakan terlalu rendah akan menyebabkan sukarnya penyalaan
busur listrik. Busur listrik yang terjadi menjadi tidak stabil. Panas yang
terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga
hasilnya merupakan Universitas Sumatera Utara rigi-rigi las yang kecil dan
tidak rata serta penembusan kurang dalam. Sebaliknya bila arus terlalu
tinggi maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan akan menghasilkan
permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam sehingga
menghasilkan kekuatan tarik yang rendah dan menambah kerapuhan dari
hasil pengelasan (Arifin, 1997).
Dengan latar belakang masalah diatas maka kami melakukan penelitian
peengaruh variasi sudut kampuh dan kuat arus pengelasan SMAW terhadap
perubahan sifat fisis dan mekanis pada baja ST 60. Sudut kampuh yang
digunakan antara lain 60˚, 70˚, 80˚ dan 90˚ untuk variasi kuat arus penulis
menggunakan 115 A, 130 A dan 150 A. berdasarkan uraian diatas, maka
peneliataian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi sudut kampuh
dan kuat arus pada proses SMAW terhadap kekuatan dan kekerasan material
ST 60.
4

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan penelitian dalam kasus ini adalah pengaruh sudut


kampuh dan kuat arus terhadap kekuatan dan kekerasan ST 60 pada
pengelasan SMAW.

C. Pembatasan Masalah

Batasan masalah yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah ST 60.
2. Tebal plat yang digunakan adalah 5-10 mm.
3. Proses pengelasan yang digunakan adalah SMAW (Shielded Metal Arc
Welding).
4. Variasi sudut kampuh yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60˚,
70˚, 80˚ dan 90 ˚ sedangkan kuat arus yang digunakan sebesar 115 A,
130 A dan 150 A.
5. Elektroda yang digunakan adalah E 6013.
6. Pengujian yang dilakukan adalah penguji tarik dan pengujian kekerasan.

D. Rumusan Masalah

Permasalahan yang tentunya akan menjadi fokus utama dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh variasi sudut kampuh V dan kuat arus terhadap
kekuatan tarik pada sambungan ST 60 menggunakan SMAW.
2. Bagaimana pengaruh variasi sudut kampuh V dan kuat arus terhadap
pengujian kekerasan pada sambungan ST 60 menggunakan SMAW.
3. Bagaimana pengaruh variasi sudut kampuh V dan kuat arus terhadap
struktur mikro pada sambungan ST 60 menggunakan SMAW.
5

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui pengaruh sudut kampuh dan kuat arus pada SMAW terhadap
kekuatan tarik ST 60.
2. Mengetahui pengaruh sudut kampuh dan kuat arus pada SMAW terhadap
kekerasan ST 60.
3. Mengetahui pengaruh sudut kampuh dan kuat arus pada SMAW terhadap
struktur mikro.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat


memberikan manfaat sebagai peran nyata dalam perkembangan teknologi
diantaranya memberikan informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan
bagi penulis maupun pembaca tentang pengelasan dan pengujian bahan.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka berisikan tentang penunjang teori untuk
melakukan analisis dari hasil penelitian (analisis data).
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisikan tentang hal–hal yang berhubungan
dengan pelaksanaan penelitian, yang terdiri dari uraian dan proses
pengerjaan dari awal hingga akhir penelitian, serta peralatan dan
bahan yang digunakan ketika penelitian.
6

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN


Berisikan mengenai data-data hasil penelitian dan pembahasan
untuk menganalisis data yang telah diperoleh seusai penelitian.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian
yang dilakukan dan juga berisikan saran bagi penelitian
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka terdiri dari dasar pemikiran atau referensi yang
digunakan peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
LAMPIRAN
Lampiran berisikan mengenai perlengkapan data penelitian.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Pertama yang penulis jadikan refrensi adalah penelitian yang dilakukan


Ferry Setiawan (2016) Melakukan penelitian pada “Pengaruh Variasi Sudut
Kampuh V dan Kuat Arus Dengan Las SMAW Pada Baja A36 Terhadap
Sifat Mekanik” diamana dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat
kekuatan tarik pada baja A36 dengan ketebalan 10mm. jenis kampuh yang
digunakan adalah kampuh V dengan variasi sudut yaitu 50˚,70˚ dan 90˚.
Dari hasil penelitian ini diperoleh kuat arus tengah 90 A dengan sudut
kampuh 70˚ yang memiliki kekuatan tarik maksimum yaitu 495.84 MPa dan
nilai kekerasan tertinggi pada kuat arus 110A dipadukan sudut 90˚ nilainya
234.5HV.
Awal Syahrani (2018) melakukan penelitian “menganalisa kekuatan
tarik, kekerasan dan struktur mikro pada pengelasan SMAW stainless steel
312 dengan variasi arus listrik” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variasi arus dengan metode pengelasan SMAW. Jenis kampuh
yang digunakan adalah kampuh V dengan sudut 60˚, pengujian yang
dilakukan adalah kekuatan tarik, kekerasan dan struktur mikro. Hasil
pengujian tarik didapatkan nilai kekuatan tarik pada arus 110A dengan nilai
tertinggi yaitu 665.084 MPa dan terendah 639.680 MPa, untuk renggangan
tarik dengan nilai tertingi pada arus 110A yaitu 32.72% dan terendah
30.88%. Nilai rata-rata kekerasan tertinggi terdapat pada arus 110A sebesar
221.92 kg/mm2 yang terletak pada daerah logam las. Hasil struktur mikro
daerah HAZ mengalami pertumbuhan butir. St meningkat seiring dengan
kenaikan Heat Input dan terdapat endapan karbida krom.
Naufal, dkk (2016) Melakukan penelitian “Pengaruh Kuat Arus Listrik
dan Sudut Kampuh V terhadap Kekuatan Tarik dan Tekuk Aluminium 5083
Pengelasan GTAW”. Penelitian ini membahas tentang TIG welding pada

7
8

bahan Alumunium 5083 dengan variasi arus 130 A, 150 A, 170 A dan 200
A dengan sudut kampuh 60º dan 80º. Pada arus 130 A dengan sudut kampuh
80º diperoleh keadaan yang optimal sehingga menghasilkan kekuatan tarik
tertinggi yaitu sebesar 150,4 N/mm2 sama halnya dengan nilai regangan
yaitu sebesar 0.70 % dan kekuatan tekuk sebesar 591,38 N/mm².
Muhammad Farid Anshori (2018) melakukan penelitian “Pengaruh
Variasi Besar Sudut Kampuh V Tunggal Terhadap Struktur Mikro,
Kekerasan dan Kekuatan Tarik Material Baja SS 400 Metode Pengelasan
SMAW” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh besar sudut
kampuh terhadap struktur mikro, nilai kekerasan dan kekuatan tarik pada
paduan baja SS 400. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
hasil uji struktur mikro menunjukkan hasil peningkatan perlit setelah
pengelasan. Pada raw material, struktur perlit terlihat merata akan tetapi
pada hasil pengelasan menggunakan metode pengelasan dengan sudut
kampuh 50˚, 60˚ dan 70˚ menunjukkan bahwa ferit berkurang pada masing-
masing spesimen, sehingga struktur perlit sangat mendominasi. Hasil dari
nilai kekerasan sudut kampuh 70˚ mempunyai nilai kekerasan lebih tinggi
yaitu 276 VHN dan sudut kampuh 70˚ mempunyai kekuatan yang lebih
tinggi yaitu 432.51 MPa.
Muhammad Ridwan Lubis (2016) melakukan penelitian “Pengaruh
Kuat Arus Terhadap Hasil Pengelasan Smaw Dengan Menggunakan
Elektroda E6013 Pada Plat Baja ST60” penelitian tersebut dilakukan untuk
mengetahui kekuatan tarik pada plat baja ST 60 tebal 13 mm dengan
pengelasan busur listrik menggunakan arus 70, 80 dan 100 Ampere. Hasil
penelitian diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai arus yang
diberikan kepada elektroda tersebut meningkatkan daya peleburan logam
ST 60 dan memudahkan terpadunya elektroda E6013 dengan logam ST 60.
Huda dkk (2018) melakukan penelitian “Pengelasan Plat Kapal Dengan
Variasi Jenis Elektroda Dan Media Pendingin” penelitian tersebut dilakukan
untuk mengetahui kekuatan tarik dan struktur mikro dari plat baja ST 60
dengan variasi yang digunakan adalah elektroda dan media pendingin.
9

Elektroda yang digunakan adalah tipe E6013 nk dan E7018 lb dengan media
pendingin berupa oli, udara dan air laut, untuk jenis elektroda E6013 nk
dibanding dengan media pendingin oli dan air laut nilai kekuatan tarik
tertinggi terjadi pada pendingin udara.
Fitrianto (2019) melakukan pengujian “Analisis Pengaruh Variasi Arus
dan Sudut Kampuh terhadap Struktur Mikro, Kekerasan, dan Ketangguhan
Impact pada Material SS410 dengan Menggunakan Metode Las SMAW”.
Penelitian ini membahas tentang pengelasan SMAW dengan variasi arus
sebesar 85 A, 90 A dan 110 A serta variasi sudut kampuh V sebesar 60o dan
80o pada material SS410. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian
kekerasan, struktur mikro dan impak. Hasil pengelasan dengan arus 110 A
dan sudut kampuh 80o memperoleh nilai kekerasan tertinggi sebesar 165
VHN yang memiliki struktur ferrit dan karbida sehingga membuat daerah
tersebut menjadi keras. Nilai impak tertinggi diperoleh pada arus 85 A dan
sudut kampuh 80o dengan nilai sebesar 1,831 Joule/mm2 .
Dari hasil penelitian-penelitian yang sudah ada, penulis merumuskan ide
untuk mengambil penelitian yang berjudul “Pengaruh Sudut Kampuh dan
kuat arus Terhadap Kekuatan dan Kekerasan ST 60 Pada Pengelasan
SMAW”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan ST 60 pada
proses SMAW dengan variasi sudut kampuh 60˚, 70˚, 80˚ dan 90 ˚.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Las
Definisi pengelasan menurut DIN (Duetsche Industrie Normen)
adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las
merupakan suatu sambungan dari beberapa batang logam baik itu ferro
atau non-ferro dengan menggunakan energi panas untuk melelehkan
logam itu menjadi satu.
Mengelas bukan hanya memanaskan dua bagian benda sampai
mencair dan membiarkan membeku kembali, tetapi membuat lasan yang
utuh dengan cara memberikan bahan tambah atau elektroda pada waktu
10

dipanaskan sehingga mempunyai kekuatan seperti yang dikehendaki.


Kekuatan sambungan las dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
prosedur pengelasan, bahan, elektroda dan jenis kampuh yang
digunakan. Proses pengerjaan pengelasan harus mengikuti standar
tertentu yang telah ada seperti: ASME (American Society of Mechanical
Engineers), API (American Petroleum Institute). Dalam hal ini
pemilihan proses las, pemeliharaan filler metal, perencanaan prosedur
pengelasan, kualifikasi prosedur pengelasan. Perancangan dan prosedur
pabrikasi, serta pengendalian mutu harus dilakukan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
2. Shielded Metal Arc Welding (SMAW)
Menurut Suharto (1991: 77) las busur nyala listrik atau lebih dikenal
dengan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) adalah proses pengelasan
dengan busur nyala listrik dimana panas diperoleh dari busur nyala yang
memancar antara elektroda (dengan selubung fluks) dan benda kerja.
Logam induk dalam pengelasan ini mengalami pencairan akibat
pemanasan dari busur listrik yang timbul antara ujung elektroda dan
permukaan benda kerja. Busur listrik dibangkitkan dari suatu mesin las.
Elektroda yang dipakai berupa kawat yang dibungkus pelindung
berupa fluks dan karena itu elektroda las kadang-kadang disebut kawat
las. Elektroda ini selama pengelasan akan mengalami pencairan
bersama-sama dengan logam induk yang menjadi bagian kampuh las,
dengan adanya pencairan ini maka kampuh las akan terisi oleh logam
cair yang berasal dari elektroda dan logam induk.
Selain mencairkan kawat las yang nantinya membeku menjadi
logam las, busur listrik juga ikut mencairkan fluks, karena massa
jenisnya yang lebih kecil dari logam las maka fluks ini berada diatas
logam las pada saat cair. Kemudian setelah membeku, fluks cair ini
menjadi terak yang menutupi logam las dengan demikian fluks cair akan
melindungi kubangan las selama mencair dan terak melindungi logam
las selama pembekuan, terak ini nantinya harus dihilangkan dari
11

permukaan logam las dengan menggunakan palu atau gerinda


(Sonawan, 2006: 4).

Gambar 2.1 Merupakan proses SMAW ( Wiryosumarto dan Okumura,


1991 )
SMAW terdiri dari beberapa bagian peralatan yang disusun atau
dirangkai sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai suatu unit
alat untuk pengelasan. Satu unit SMAW terdiri dari (Bintoro,1999):
a. Mesin las
Mesin las terdiri dari dua macam yaitu: mesin las arus bolak
balik (Alternating Current/AC) dan mesin las arus searah (Direct
Current/DC). Pada mesin las AC terdapat transformator atau trafo
yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tegangan,
kebanyakan trafo yang digunakan pada peralatan las adalah jenis
trafo step-down, yaitu trafo yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan. Sedangkan pada mesin las DC terdapat receifer atau
penyearah arus yang berfungsi untuk mengubah arus bolak balik
(AC) menjadi arus searah (DC).
12

Gambar 2.2 Mesin las


b. Kabel las
Kabel las digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari sumber
listrik ke elektroda dan massa. Arus yang besar harus dapat dialirkan
melalui kabel tanpa banyak mengalami hambatan, sehingga perlu
dipilih kabel yang sesuai dengan arus yang dialirkan.
c. Elektroda
Berdasarkan selaput pelindung, elektroda dibedakan menjadi
dua macam, yaitu elektroda polos dan elektroda berselaput.
Elektroda berselaput terdiri dari bagian inti yang berfungsi sebagai
filler metal dan zat pelindung atau fluks yang berfungsi untuk:
1) Melindungi cairan las, busur listrik, dan benda kerja yang dilas
dari udara diluar, udara di luar mengandung oksigen yang dapat
mengakibatkan terjadinya oksidasi, sehingga dapat
mempengaruhi sifat mekanis dari logam yang dilas.
2) Memungkinkan dilakukanya pengelasan yang berbeda-beda.
3) Memberikan sifat-sifat khusus pada hasil pengelasan dengan
cara menambah zat-zat tertentu pada selaput elektroda dan lain
sebagainya.
13

Gambar 2.3 Elektroda SMAW


d. Holder
Holder berfungsi sebagai pemegang kawat las saat digunakan
untuk mengelas sebuah produk. Holder harus terbuat dari bahan
yang mempunyai ketahanan panas yang tinggi, karena posisinya
berdekatan dengan kawat las yang mencair. Selain itu didalam
holder ini terdapat pegas yang berfungsi untuk mengunci atau
menjepit elektroda agar tidak lepas atau bergerak saat digunakan
mengelas.

Gambar 2.4 Holder SMAW


14

e. Klem massa
Klem massa digunakan untuk penghubung kabel massa ke
logam induk, alat ini biasanya terbuat dari tembaga atau logam lain
yang mempunyai sifat penghantar listrik yang baik.

Gambar 2.5 Klem massa


f. Alat bantu
Alat bantu sifatnya tidak mutlak harus ada. Fungsinya adalah
sebagai pembantu untuk mempermudah dalam pengelasan. Alat
bantu yang umum digunakan contohnya: palu terak, tang, sikat
kawat, topeng las, dan sebagainya.
3. Sambungan Las dan Kampuh V
Ada beberapa jenis sambungan dan kampuh yang digunakan dalam
pengelasan baik pengelasan plat maupun pipa. Pada dasarnya
sambungan las dibagi menjadi sambungan tumpul, sambungan T,
sambungan sudut, dan sambungan tumpang. Sebagai perkembangan
dari sambungan dasar tersebut ada sambungan silang, sambungan
dengan penguat dan sambungan sisi (Wiryosumarto:2008).
15

Gambar 2.6 Jenis-jenis sambungan dasar (Wiryosumarto,2008)


Sambungan tumpul (butt weld joint) ialah bentuk sambungan dimana
kedua bidang yang akan disambung berhadap satu sama lain, tetapi
sebelumnya dilakukan pengerjaan terhadap bidang sambungan tersebut
untuk membentuk kampuh las, agar didapatkan hasil sambungan
pengelasan yang kuat (suryana, 1998). Jenis kampuh sambungan
tumpul (butt joint) dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Alur sambungan las tumpul
(Sumber: Wiryosumarto, 2003)
16

Sambungan kampuh V terbuka dipergunakan untuk menyambung


plat dengan ketebalan 6-15 mm dengan sudut kampuh antara 60˚-90˚,
jarak akar 2 mm, tinggi akar 1-2 mm (Soetardjo, 1997: 57). Alur
pengelasan dinyatakan oleh sepasang sisi ujung dari dua logam yang
akan disambung dengan pengelasan.
Sebuah kampuh las harus dirancang untuk pengelasan yang efisien
secara ekonomis dan mudah pelaksanaanya serta untuk meminimalkan
jumlah endapan tanpa menyebabkan cacat las.

Gambar 2.7 Bentuk kampuh V (Syaripuddin, 2014)


4. Elektroda Terbungkus
Pengelasan menggunakan las busur listrik memerlukan elektroda
yang terdiri dari satu inti terbuat dari logam yang dilapisi lapisan dari
campuran kimia. Fungsi elektroda sebagai pembangkit dan sebagai
bahan tambahan. Elektroda terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang
berselaput (fluks) dan bagian yang tidak berselaput merupakan pangkal
untuk menjepitkan tang las . fungsi dari fluks adalah untuk melindungi
logam cair dari lingkungan udara, menghasilkan gas pelindung,
menstabilkan busur.
Las elektroda terbungkus dalam pengelasan menggunakan kawat
elektroda logam yang dibungkus dengan fluks. Busur listrik terbentuk
diantara logam induk dan ujung elektroda, karena panas dari busur maka
logam induk dan ujung elektroda tersebut mencair kemudian membeku.
Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda
17

mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur listrik yang
terjadi. Pola pemindahan cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya arus
dan komposisi dari bahan fluks yang digunakan. Bahan fluks yang
digunakan membungkus elektroda selama pengelasan mencair dan
membentuk terak yang menutupi logam cair yang terkumpul ditempat
sambungan dan bekerja sebagai penghalang oksidasi (Wiryosumarto,
2000: 9).
Berdasarkan jenis elektroda dan diameter kawat inti elektroda dapat
ditentukan arus dalam amper dari mesin las seperti pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Spesifikasi arus menurut tipe elektroda dan diameter elektroda
(Sumber: Soetardjo, 1997)
Diameter Tipe elektroda dan amper yang digunakan
Mm Inch E 6010 E 6014 E 7018 E 7024 E 7027 E 7028
2.5 3/32 - 80-125 70-100 70-145 - -
3.2 1/8 80-120 110-160 115-165 140-190 125-185 140-190
4 3/32 120-160 150-210 150-220 180-250 160-240 180-250
5 3/16 150-200 200-275 200-275 230-305 210-300 230-250
5.5 7/32 - 260-340 360-430 275-375 250-350 275-365
6.3 1/4 - 330-415 315-400 335-430 300-420 335-430
8 5/16 - 90-500 375-470 - - -
Dari table diatas menunjukan spesifikasi elektroda dan kisaran arus
yang nantinya akan digunakan dalam pengelasan. Penelitian ini
menggunakan elektroda E 6013 dengan diameter 3,2 mm. kuat arus
yang digunakan antara 110 A sampai 160 A. nomer seri pada elektroda
E 6013 padaa peneltiam ini menurut (Soetardjo, 1997: 33) adalah:
E : Elektroda las listrik ( E 6013 diameter 3,2mm).
60 : Tegangan Tarik minimum dari hasil pengelasan (60.000 psi) atau
sama dengan 492 MPa.
1 : Posisi pengelasan (angka 1 berarti dapat dipakai dalam semua posisi
pengelasan).
18

3 : Menunjukkan jenis selaput serbuk besi hidrogen rendah dan interval


arus las yang cocok untuk pengelasan.

Gambar 2.8 Las elektroda terbungkus (Wiryosumarto, 2000: 9).


5. Baja ST 60
Baja ST 60 adalah baja karbon sedang yang banyak digunakan
untuk peralatan mesin, roda gigi dan kontruksi umum karena
mempunyai sifat mampu las dan kepekaan terhadap retak las. Disebut
juga baja keras, banyak sekali digunakan untuk perkapalan, jembatan
dan dalam permesinan.
Baja karbon sedang merupakan baja yang memiliki kandungan
karbon 0.30% - 0.60%. Baja karbon sedang mempunyai kekuatan yang
lebih dari baja karbon rendah dan mempunyai kualitas perlakuan panas
yang tinggi. Baja karbon sedang bisa dilas dengan las busur listrik
elektroda terlindung dan proses pengelasan yang lain. Untuk hasil yang
terbaik maka dilakukan pemanasan mula sebelum pengelasan dan
normalizing setelah pengelasan (Sack, 1997)
DIN mengatur jenis baja karbon untuk keperluan pembuatan
komponen mesin yang distandarkan menurut kekuatan tarik. Salah
satunya adalah jenis ST 60, dimana baja ini mempunyai kekuatan tarik
antara 25 sampai 60 Kg/mm2. Sedangkan karbon yang dimilikinya
sebesar 0.47%. Jenis material baja juga ditetuntukan oleh kandungan
19

karbon yang terdapat di dalamnya. Baja karbon dengan kandungan


0.47% termasuk dalam kelompok baja karbon sedang. Adapun
komposisi kimia yang ada pada baja karbon sedang ST 60 adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. 3 Komposisi kimia baja ST 60
(Sumber: Imbarko, 2010)
Kandungan Komposisi kimia
C 0,4-0,45 %
SI 0,29 %
Mn 0,63 %
P 0,04 %
S 0,02%
Cr 0,04%

6. Pengujian Tarik
Uji tarik adalah suatu proses pengujian kekuatan tarik mekanik
untuk mengetahui kekuatan bahan terhadap gaya tarik. Dalam
pengujianya, bahan uji ditarik sampai putus. Dengan menarik suatu
bahan uji kita akan mengetahui bagaimana benda uji tersebut bereaksi
terhadap tegangan tarik dan mengetahui sejauh mana material itu
bertambah panjang (Purnomo, 2017).
Pengujian untuk mengetahui kekuatan dan cacat yang terjadi pada
sambungan logam pengelasan dapat dilakukan dengan pengujian
merusak dan pengujian tidak merusak. Pengujian merusak dapat
dilakukan dengan uji mekanik untuk mengetahui kekuatan sambungan
logam hasil pengelasan, yang salah satuya dapat dilakukan suatu uji
tarik yang telah distandarisasi. Kekuatan tarik sambungan las sangat
dipengeruhi oleh sifat logam induk, HAZ, sifat logam las, dan geometri
serta distribusi tegangan dalam sambungan (Wiryosumarto, 2004).
20

Gambar 2.9 Spesimen uji tarik (ASTM E8/E8M-09, 2010)


Pengujian tarik mungkin adalah cara pengujian paling mendasar
untuk mengetahui kekuatan tarik pada bahan uji. Bahan ujiadalah bahan
yang akan digunakan untuk kontruksi, agar siap menerima pembebanan
dalam bentuk tarikan. Pengujian tarik dilakukan dengan memberikan
pembebanan pada material. Hasil yang diperoleh dari pengujian tarik
sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk.

Gambar 2.10 Kurva tegangan renggang (Wiryosumarto, 2000)


Hubungan antara tegangan dan regangan untuk batang uji dapat
dilihat pada gambar 2.10. didalam gambar , titik P menunjukkan batas
dimana hukum Hooke masih berlaku dan disebut batas proporsi. Batas
proporsional merupakan batas maksimal titik elastisitas suatu bahan
atau material. Titik E menunjukkan batas dimana bila beban diturunkan
21

ke nol lagi tidak terjadi perpanjangan tetap pada batang uji dan disebut
batas elastik. Titik S1 disebut titik luluh atas dan titik S2 disebut titik
luluh bawah. Tegangan yang tertinggi adalah kekuatan tarik dari logam
(σt) dan tegangan yang terjadi pada waktu patah disebut tegangan patah
(σp).
Sifat-sifat atau besarnya tarikan dapat dihitung dengan persamaan-
persamaan sebagai berikut:
Tegangan (σ):

𝐹
σ= (MPa) ....................................................................(1)
𝐴0

(Sumber: Wiryosumarto,1996)

Dimana: F = beban (N)

A0 = luas mula dari penampang batang uji (mm2)

Regangan (ε):

𝐿−𝐿0
ε= x 100% ..............................................................(2)
𝐿0

(Sumber: Wiryosumarto, 1996)

Dimana: L0 = panjang mula dari batang uji

L = panjang batang uji yang dibebani


7. Pengujian Rockwell
Pengujian yang sekarang mulai sering digunakan adalah pengujian
kekerasan metode Rockwell karena mempunyai beberapa keunggulan
dibandingkan metode yang lain yaitu lebih cepat dan tidak merusak sifat
mekanik pada logam karena mempunyai titik relatif kecil dan tidak
memerlukan bantuan mikroskop untuk angka menentukan kekerasan
pada logam. Selain itu, hasil dari pengujian Rockwell langsung muncul
pada layar sehingga lebih mempermudah dan mempercepat dalam
pengujian kekerasan suatu material dengan metode ini. Namun, hasil
22

yang didapatkan dalam pengujian rockwell ini kurang efektif


dibandingkan dengan metode yang lainnya. Pengujian kekerasan
metode rockwell menggunakan 2 macam indentor yaitu indentor baja
dan kerucut intan. Penggunaan indentor dalam pengujian tergantung
pada material yang akan diuji. Pada penelitian ini penulis menggunakan
indentor baja 1/16”. Tabel 2.4 adalah standar skala kekerasan pengujian
Rockwell.
Tabel 2. 4 Standar Kekerasan Rockwell
( Sumber : Purnomo,2017)
F1 F2 Skala Warna
Skala Penekanan F0
(Kg) (Kg) Kekerasan Angka
Kerucut Intan
A 10 50 60 100 Hitam
120˚
Bola Baja 1.558
B 10 90 100 130 Hitam
mm (1/16")
Kerucut Intan
C 10 140 150 100 Hitam
120˚
Kerucut Intan
D 10 90 100 100 Hitam
120˚
Bola Baja 1.175
E 10 90 100 130 Merah
mm (1/8")
Bola Baja 1.558
F 10 50 60 130 Merah
mm
Bola Baja 1.558
G 10 140 150 130 Merah
mm
Bola Baja 1.175
H 10 50 60 130 Merah
mm
Bola Baja 1.175
K 10 140 150 130 Merah
mm
Bola Baja 6.35
L 10 50 60 130 Merah
mm (1/4")
Bola Baja 6.35
M 10 90 100 130 Merah
mm
Bola Baja 6.35
P 10 140 150 130 Merah
mm
Bola Baja 12.7
R 10 50 60 130 Merah
mm
Bola Baja 12.7
S 10 90 100 130 Merah
mm
Bola Baja 12.7
V 10 140 150 130 Merah
mm
23

Dalam pengujian rockwell terdapat dua tahapan pembebanan yaitu


pembebanan mayor (beban pendahuluan) dan pembebanan minor (beban
utama). Pembebanan minor memiliki maksimal pembebanan sebesar 10
Kgf. Sedangkan nilai pembebanan mayor tergantung pada skala yang
digunakan.

Gambar 2. 11 Skema Pengujian Rockwell (Purnomo,2017)


C. Kerangka Berpikir
Pengelasan merupakan proses penyambungan suatu logam, terdapat
beberapa variable yang berkaitan dengan proses SMAW antara lain adalah
macam-macam variasi kampuh dan kuat arus selama proses pengelasan
sebagai variabel pada perubahan sifat fisis dan mekanis. Perubahan sifat
fisis dan mekanis pada proses pengelasan SMAW dengan material baja
karbon rendah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
mesin las yang digunakan, bahan yang digunakan, prosedur pengelasan,
cara pengelasan, arus pengelasan, jenis sambungan, dan kekuatan las.
Dalam parameter utama penelitian ini adalah pengaruh variasi sudut
kampuh dan kuat arus, karena dalam penelitian ini yang dilihat adalah
perubahan tingkat kekuatan dan kekerasan pada material yang disebabkan
proses pengelasan. Dengan menggunakan beberapa jenis variasi sudut
kampuh dan kuat arus. Dengan menggunakan beberapa variasi tersebut
nantinya material yang telah diuji dapat diketahui tingkat kekuatan dan
kekerasan yang tinggi.
24

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hasil dari tinjauan pustaka, landasan teori dan kerangka
berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah sebagai
berikut:
H0: Tidak adanya pengaruh antara variasi sudut kampuh dan kuat arus
terhadap tingkat kekuatan dan kekerasan ST 60 pada proses SMAW.
H1: Variasi sudut kampuh dan kuat arus berpengaruh terhadap tingkat
kekuatan dan kekerasan ST 60 pada proses SMAW.
BAB III

METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk merancang
sebuah proses penelitian agar dalam pelaksanaanya dapat tersusun dengan baik
dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pada penelitian ini menggunakan
metode eksperimen yang digunakan untuk mencari sebab akibat atau faktor-
faktor yang dihasilkan peneliti dengan melakukan variasi menambah atau
mengurangi faktor yang mempengaruhi hasil dari pengujian.

A. Lokasi dan Fokus Penelitian

1. Lokasi
Lokasi pembuatan material pengujian dilakukan di Laboratorium
Teknik Mesin Universitas PGRI Semarang, yang beralamatkan di Jl.
Pawiyatan Luhur III No. 1 Bendan Duwur, Gajah Mungkur, Kota
Semarang. Pengujian tarik dilakukan di Laboratorium Material Teknik
Mesin Universitas Wahid Hasyim Semarang.
2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah menganalisa dan mengamati hasil dari
proses SMAW terhadap tingkat kekuatan dan kekerasan ST 60 dengan
memberikan variabel variasi sudut kampuh dan kuat arus yang telah di
tetapkan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi, 2002).


Populasi dalam penelitian ini adalah semua spesimen ST 60 yang
mengalami proses SMAW.
Sampel adalah sebagian data atau wakil dari populasi yang akan diteliti
(Suharsimi, 2002). Sampel dalam penelitian ini adalah hasil dari proses
SMAW dan variasi sudut kampuh. Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.

25
26

Tabel 3.1 Sampel penelitian


Sampel
Pengujian Sudut kampuh
115 A 130 A 150 A
60o 1 1 1
70o 1 1 1
Uji Tarik
80o 1 1 1
o
90 1 1 1
o
60 1 1 1
70o 1 1 1
Uji Rockwell
80o 1 1 1
90 o 1 1 1
Total sampel 24 Buah

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu hal yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dengan apa yang akan diteliti, sehingga didapatkan informasi atau
data yang kemudian dapat dijadikan untuk menarik kesimpulan. Dalam
penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat,
yang mencakup sebagai berikut:
1. Variabel Bebas
Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi faktor penyebab
berubahnya atau dimana akan timbulnya variabel terikat pada penelitian
ini yaitu variasi sudut kampuh dan kuat arus yang terjadi pada proses
SMAW terhadap ST 60.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi faktor penyebab karena adanya variabel bebas. Pada penelitian
yang dilakukan, yang menjadi variabel terikat adalah tingkat kekuatan,
kekerasan dan foto mikro pada ST 60 yang terjadi pada proses SMAW.
27

D. Desain Penelitian

Mulai

Pembuatan Sudut Kampuh V


( 60˚, 70˚, 80˚ dan 90˚)

Proses SMAW

Pembuatan Spesimen Uji

Uji tarik Uji kekerasan Struktur mikro

Data

Analisa Data

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3. 1 Diagram Aliran Penelitian


28

E. Proses Eksperimen

Adapun beberapa tahapan-tahapan yang dilakukan dalam


melaksanakan proses penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada proses persiapan ini penulis mencari beberapa referensi
dengan permasalahan yang ditemukan, dengan tujuan untuk memahami
teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini khususnya dalam proses
SMAW. Penulis juga melakukan persiapan semua hal yang berkaitan
pada proses penelitian, diantaranya beberapa alat dan bahan yang
dibutuhkan dalam proses eksperimen:
Bahan yang digunakan adalah ST 60
Alat
a. Mesin gergaji
b. Mesin frais
c. Penggaris
d. Pengukur sudut
e. Mesin las
f. Mesin amplas
g. Kikir
h. Mesin uji struktur mikro
i. Mesin uji tarik
2. Pelaksanaan
Pada penelitian yang dilakukan ini material yang digunakan adalah
baja karbon sedang ST 60 yang memiliki kandungan karbon berkisar
antara 0.43%-0.55%. Pada penelitian ini material terlebih dahulu dibuat
menjadi beberapa spesimen untuk dibuat kampuh dengan sudut 60˚, 70˚,
80˚ dan 90˚ yang akan melalui proses SMAW, selanjutnya spesimen
dipotong sesuai standar yang berlaku.
29

a. Pembuatan sudut kampuh


Pembuatan kampuh V dengan sudut 60˚, 70˚, 80˚ dan 90˚
menggunakan mesin frais. Material yang telah dipersiapkan
dipotong dengan mesin gergaji dengan ukuran 105 x 70 x 10 mm
sebanyak 12 buah untuk pengujian tarik. Setelah material di potong
kemudian permukaan dimal dengan spidol, tepi permukaan diukur
sedalam 2 mm dan sudut masing-masing material sebesar 60˚, 70˚,
80˚ dan 90˚. Setelah dimal material dicekam dan dilakukan
pengefraisan dengan sudut 60˚, 70˚, 80˚ dan 90˚.

Gambar 3.2 Pembuatan Sudut Kampuh V


b. Proses Pengelasan
Pengelasan dilakukan untuk menyambung material yang sudah
dibuat kampuh. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses
pengelasan adalah:
1) Mempersiapkan mesin las.
2) Mempersiapkan benda kerja yang akan dilas pada meja las.
3) Pengelasan dilakukan dengan posisi pengelasan bawah tangan.
4) Sudut kampuh yang digunakan adalah 60˚, 70˚, 80˚ dan 90˚.
5) Melakukan uji coba pengelasan pada benda lain.
6) Mengelas benda kerja sesuai prosedur.
7) Membersihkan benda kerja.
30

c. Pembuatan Spesimen
Setelah proses pengelasan selesai maka dilanjutkan pembuatan
spesimen yang nantinya akan diuji tarik dengan ukuran 100 x 10 x 6
mm sesuai standar ASTM E8M-09, seperti pada gambar 3.3. Untuk
pengujian tarik spesimen dibuat 12 buah dengan rincian spesimen
dengan sudut kampuh 60o, 70o, 80o dan 90o dengan variasi kuat arus
110 A, 130 A dan 150 A pada proses SMAW.

Gambar 3.3 Spesimen Uji Tarik


d. Pengujian Tarik

Pengujian tarik merupakan proses pembebanan mulai dari awal


penarikan hingga mengalami putus dengan kenaikan beban sedikit
demi sedikit (continue). Pada pengujian kekuatan ini spesimen
sesuai standar ASTM E8M-09. Langkah pengujiannya sebagai
berikut:
1) Menjepit spesimen pada pencekam mesin uji tarik.
2) Mengatur ukuran spesimen dan satuan pada mesin uji tarik.
3) Spesimen mulai mendapat beban tarik dengan menggunakan
tenaga hidrolik diawali 0 kg hingga benda putus pada beban
maksimum yang dapat ditahan spesimen tersebut.
4) Spesimen yang sudah putus lalu diukur berapa besar
penampang dan panjang benda uji setelah putus
31

5) Gaya atau beban yang maksimum ditandai dengan putusnya


benda uji terdapat pada layer digital dan dicatat sebagai data.
6) Hasil diagram dicetak dari computer mesin uji tarik melalui
printer yang tersambung pada komputer.
7) Yang terakhir yaitu menghitung kekuatan tarik, kekuatan
luluh, perpanjangan, reduksi penampang dari data yang telah
dicatat dengan menggunakan persamaan yang ada.

Gambar 3.4 Alat Uji Tarik


e. Kekerasan
Pengujian kekerasan menggunakan metode Rockwell.
Pengujian dilakukan di 3 titik pada permukaan spesimen. Angka
kekerasan akan terlihat pada layer. Selanjutnya adalah Langkah-
langkah dalam mengunakan alat uji Rockwell:
1) Menghidupkan alat uji Rockwell.
2) Mengatur beban sesuai yang ditentukan.
3) Memasang indentor bola baja 1/16” pada alat uji, indentor bola
baja 1/16”.
4) Meletakkan spesimen ST 60 pada meja uji.
5) Kemudian mengatur handle alat uji hingga indentor menyentuh
permukaan spesimen.
32

6) Mengkalibrasi alat uji ke titik nol.


7) Putar handle hingga jarum dari skala minor menujukkan angka
3.
8) Kemudian Tarik tuas beban, tunggu hingga 10 detik.
9) Tarik Kembali tuas beban.
10) Kemudian baca nilai kekerasan yang dhasilkan dan catat.
11) Turunkan handle landasan hingga indentor tidak lagi menyentuh
spesimen.
12) Ulangi Langkah dengan titik yang berbeda.

Gambar 3.5 Alat Uji Kekerasan


F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan secara langsung yaitu Teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap hasil
dari proses SMAW dan pengujian, agar memudahkan mengumpulkan
data yang dibutuhkan.
2. Dengan menggunakan teknik kepustakaan, yaitu dengan cara
mengumpulkan data dari buku, jurnal ataupun skripsi yang ada kaitanya
dengan penelitian yang dilakukan.
33

G. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium


pada penelitian eksperimen ini penulis menggunakan metode analisis data
kualitatif. Teknik analisis data dilakukan dengan cara menulis data yang
diperoleh dari eksperimen dimana hasilnya berupa data kuantitatif yang
akan diolah dalam bentuk tabel dan grafik. Langkah selanjutnya
mendeskripsikan data tersebut sebagaimana adanya dalam bentuk kalimat
yang mudah dipahami dan dipresentasikan sehingga pada intinya adalah
sebagai upaya memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti (Sugiyono,
2014).

H. Jadwal Penelitian

Kegiatan 2020
Ags Sep Okt Nov Des
Studi Pustaka
Proposal
Penelitian
Laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Dekripsi Data
1. Hasil Pengujian Tarik
a. Hasil Pengujian Tarik Spesimen Pengelasan Dengan Sudut
Kampuh 60˚ dan Kuat Arus Pengelasan 115 A
Pengujian tarik pertama dilakukan pada spesimen dengan
variasi sudut kampuh 60˚ dan kuat arus 115 A. Tabel 4.1 adalah
hasil pengujian tarik spesimen dengan sudut kampuh 60˚ dan kuat
arus 115 A.
Tabel 4.1 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 60˚ dan Kuat Arus 115 A.
Yield Stress Max. Stress
363.37 MPa 398.75 MPa

Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh


60˚ dan Kuat Arus 115 A
Hasil pengujian tarik pada spesimen dengan variasi sudut
kampuh 60˚ dan kuat arus 115 A diperoleh tegangan maksimal
yaitu 398.75 MPa, sedangkan tegangan luluh yaitu 363.37 MPa.
Dapat dilihat pada gambar 4.1 tegangan luluh atau Yield Stress

34
35

terjadi antara titik 360 MPa dengan titik 400 MPa yang ditandai
dengan bergesernya garis grafik pada titik tersebut.
b. Hasil Pengujian Tarik Spesimen Pengelasan Dengan Sudut
Kampuh 60˚ dan Kuat Arus Pengelasan 130 A
Pengujian tarik kedua dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 60˚ dan kuat arus 130 A. Tabel 4.2 adalah hasil
pengujian tarik spesimen dengan sudut kampuh 60˚ dan kuat arus
130 A.
Tabel 4.2 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 60˚ dan Kuat Arus 130 A.
Yield Stress Max. Stress
515.12 MPa 569.36 MPa

Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh


60˚ dan Kuat Arus 130 A
Hasil pengujian tarik pada spesimen dengan variasi sudut
kampuh 60˚ dan kuat arus 130 A diperoleh tegangan maksimal yaitu
569.36 MPa, sedangkan tegangan luluh yaitu 515.12 MPa. Dapat
dilihat pada gambar 4.2 tegangan luluh atau Yield Stress terjadi
36

diantara titik 480 MPa dengan titik 540 MPa yang ditandai dengan
bergesernya garis grafik pada titik tersebut.
c. Hasil Pengujian Tarik Spesimen Pengelasan Dengan Sudut
Kampuh 60˚ dan Kuat Arus Pengelasan 150 A
Pengujian tarik ketiga dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 60˚ dan kuat arus 150 A. Tabel 4.3 adalah hasil
pengujian tarik spesimen dengan sudut kampuh 60˚ dan kuat arus
150 A.
Tabel 4.3 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 60˚ dan Kuat Arus 150 A.
Yield Stress Max. Stress
561.58 MPa 619.38 MPa

Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh


60˚ dan Kuat Arus 150 A
Hasil pengujian tarik pada spesimen dengan variasi sudut
kampuh 60˚ dan kuat arus 150 A diperoleh tegangan maksimal yaitu
619.38 MPa, sedangkan tegangan luluh yaitu 561.58 MPa. Dapat
dilihat pada gambar 4.3 tegangan luluh atau Yield Stress terjadi
diantara titik 528 MPa dengan titik 594 MPa yang ditandai dengan
37

bergesernya garis grafik pada titik tersebut. Dari pengujian tarik


ketiga sampel untuk sudut 60˚ dan variasi kuat arus yang telah
melalui proses pengelasan diperoleh hasil sebagai berikut:

Pengujian Tarik Hasil Pengelasan Sudut


Kampuh 60˚
700
619.3
600 569.3 561.5
515.1
500
398.7
363.3
(MPa)

400
300
200
100
0
115 A 130 A 150 A

Yield Stress Max Stress

Gambar 4.4 Grafik Pengujian Tarik Hasil Pengelasan Sudut


Kampuh 60˚
Dari gambar 4.4 Memperlihatkan hubungan antara arus
pengelasan dengan kekuatan tarik logam hasil lasan. Hasil uji tarik
menunjukan perbedaan dari masing-masing besar arus yang
digunakan terlihat nilai kekuatan tarik tertinggi untuk sudut 60˚,
dengan kuat arus 150 A adalah 619.38 MPa dan nilai Yield Stress
sebesar 561.5 MPa. Kemudian nilai kekuatan tarik terendah pada
kuat arus 115 A adalah 398.75 MPa dan Yield Stress kuat arus 115
A adalah 363.3 MPa.
d. Hasil Pengujian Tarik Spesimen Pengelasan Dengan Sudut
Kampuh 70˚ dan Kuat Arus 115 A
Pengujian tarik keempat dilakukan pada spesimen dengan
variasi sudut kampuh 70˚ dan kuat arus 115 A. Tabel 4.4 adalah hasil
pengujian tarik spesimen dengan sudut kampuh 70˚ dan kuat arus
115 A.
38

Tabel 4.4 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Pengelasan


Dengan Sudut Kampuh 70˚ dan Kuat Arus 115 A.
Yield stress Max. Stress
519.57 MPa 573.81 MPa

Gambar 4.5 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh


70˚ dan Kuat Arus 115 A
Hasil pengujian tarik pada spesimen dengan variasi sudut
kampuh 60˚ dan kuat arus 115 A diperoleh tegangan maksimal yaitu
573.81 MPa, sedangkan tegangan luluh sebesar 519.57 MPa. Dapat
dilihat pada gambar 4.5 tegangan luluh atau yield stress terjadi antara
titik 480 MPa dengan titik 540 MPa yang ditandai dengan
bergesernya garis grafik pada titik tersebut.
e. Hasil Pengujian Tarik Spesimen Pengelasan Dengan Sudut
Kampuh 70˚ dan Kuat Arus 130 A
Pengujian tarik kelima dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 70˚ dan kuat arus 130 A. Tabel 4.5 adalah hasil
pengujian tarik spesimen dengan sudut kampuh 70˚ dan kuat arus
130 A.
39

Tabel 4.5 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Pengelasan


Dengan Sudut Kampuh 70˚ dan Kuat Arus 130 A.
Yield Stress Max. Stress
528.18 MPa 587.88 MPa

Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh


70˚ dan Kuat Arus 130 A
Hasil pengujian tarik pada spesimen dengan variasi sudut
kampuh 70˚ dan kuat arus 130 A diperoleh tegangan maksimal yaitu
587.88 MPa, sedangkan tegangan luluh sebesar 528.18 MPa. Dapat
dilihat pada gambar 4.6 tegangan luluh atau Yield Stress terjadi
antara titik 480 MPa dengan titik 540 MPa yang ditandai dengan
bergesernya garis grafik pada titik tersebut.
f. Hasil Pengujian Tarik Spesimen Pengelasan Dengan Sudut
Kampuh 70˚ dan Kuat Arus 150 A
Pengujian tarik keenam dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 70˚ dan kuat arus 150 A. Tabel 4.6 adalah hasil
pengujian tarik spesimen dengan sudut kampuh 70˚ dan kuat arus
150 A.
40

Tabel 4.6 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Pengelasan


Dengan Sudut Kampuh 70˚ dan Kuat Arus 150 A.
Yield Stress Max. Stress
551.99 MPa 620.18 MPa

Gambar 4.7 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh


70˚ dan Kuat Arus 150 A
Hasil pengujian tarik pada spesimen dengan variasi sudut
kampuh 70˚ dan kuat arus 150 A diperoleh tegangan maksimal yaitu
620.18 MPa, sedangkan tegangan luluh sebesar 551.99 MPa. Dapat
dilihat pada gambar 4.7 tegangan luluh atau Yield Stress terjadi
antara titik 520 MPa dengan titik 585 MPa yang ditandai dengan
bergesernya garis grafik pada titik tersebut. Dari pengujian tarik
ketiga sampel untuk sudut 70˚ dan variasi kuat arus yang telah
melalui proses pengelasan diperoleh hasil sebagai berikut:
41

Pengujian Tarik Hasil Pengelasan Sudut


Kampuh 70˚
640
620.1
620
600 587.1
580 573.8
551.9
(MPa)
560
540 528.1
519.5
520
500
480
460
115 A 130 A 150 A

Yield Stress Max Stress

Gambar 4.8 Grafik Pengujian Tarik Hasil Pengelasan Sudut


Kampuh 70˚
Dari gambar 4.8 Memperlihatkan hubungan antara arus
pengelasan dengan kekuatan tarik logam hasil lasan. Hasil uji tarik
menunjukan perbedaan dari masing-masing besar arus yang
digunakan terlihat nilai kekuatan tarik tertinggi untuk sudut 70˚,
dengan kuat arus 150 A adalah 620.18 MPa dan nilai Yield Stress
sebesar 551.9 MPa. Kemudian nilai kekuatan tarik terendah pada
kuat arus 115 A adalah 573.81 MPa dan Yield Stress kuat arus 115
A adalah 519 MPa.
g. Hasil Pengujian Tarik Spesimen Pengelasan Dengan Sudut
Kampuh 80˚ dan Kuat Arus 115 A
Pengujian tarik ketujuh dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 80˚ dan kuat arus 115 A. Tabel 4.7 adalah hasil
pengujian tarik spesimen dengan sudut kampuh 80˚ dan kuat arus
115 A.
42

Tabel 4.7 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Pengelasan


Dengan Sudut Kampuh 80˚ dan Kuat Arus 115 A.
Yield Stress Max. Stress
515.98 MPa 574.27 MPa

Gambar 4.9 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh


80˚ dan Kuat Arus 115 A
Hasil pengujian tarik pada spesimen dengan variasi sudut
kampuh 80˚ dan kuat arus 115 A diperoleh tegangan maksimal yaitu
574.27 MPa, sedangkan tegangan luluh sebesar 515.98 MPa. Dapat
dilihat pada gambar 4.9 tegangan luluh atau Yield Stress terjadi
antara titik 480 MPa dengan titik 540 MPa yang ditandai dengan
bergesernya garis grafik pada titik tersebut.
h. Hasil Pengujian Tarik Spesimen Pengelasan Dengan Sudut
Kampuh 80˚ dan Kuat Arus 130 A
Pengujian tarik kedelapan dilakukan pada spesimen dengan
variasi sudut kampuh 80˚ dan kuat arus 130 A. Tabel 4.8 adalah hasil
pengujian tarik spesimen dengan sudut kampuh 80˚ dan kuat arus
130 A.
43

Tabel 4.8 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Pengelasan


Dengan Sudut Kampuh 80˚ dan Kuat Arus 130 A.
Yield Stress Max. Stress
529.01 MPa 590.52 MPa

Gambar 4.10 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh


80˚ dan Kuat Arus 130 A
Hasil pengujian tarik pada spesimen dengan variasi sudut
kampuh 80˚ dan kuat arus 130 A diperoleh tegangan maksimal yaitu
590.52 MPa, sedangkan tegangan luluh sebesar 529.01 MPa. Dapat
dilihat pada gambar 4.10 tegangan luluh atau Yield Stress terjadi
antara titik 480 MPa dengan titik 540 MPa yang ditandai dengan
bergesernya garis grafik pada titik tersebut.
i. Hasil Pengujian Tarik Spesimen Pengelasan Dengan Sudut
Kampuh 80˚ dan Kuat Arus 150 A
Pengujian tarik kesembilan dilakukan pada spesimen dengan
variasi sudut kampuh 80˚ dan kuat arus 150 A. Tabel 4.9 adalah hasil
pengujian tarik spesimen dengan sudut kampuh 80˚ dan kuat arus
150 A.
44

Tabel 4.9 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Pengelasan


Dengan Sudut Kampuh 80˚ dan Kuat Arus 150 A.
Yield Stress Max. Stress
557.87 MPa 621.95 MPa

Gambar 4.11 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh


80˚ dan Kuat Arus 150 A
Hasil pengujian tarik pada spesimen dengan variasi sudut
kampuh 80˚ dan kuat arus 150 A diperoleh tegangan maksimal yaitu
621.95 MPa, sedangkan tegangan luluh sebesar 557.87 MPa. Dapat
dilihat pada gambar 4.11 tegangan luluh atau Yield Stress terjadi
antara titik 520 MPa dengan titik 585 MPa yang ditandai dengan
bergesernya garis grafik pada titik tersebut. Dari pengujian tarik
ketiga sampel untuk sudut 80˚ dan variasi kuat arus yang telah
melalui proses pengelasan diperoleh hasil sebagai berikut:
45

Pengujian Tarik Hasil Pengelasan Sudut Kampuh


80˚
700
621.9
574.2 590.5
600 557.8
515.9 529
500
(MPa)
400
300
200
100
0
115 A 130 A 150 A

Yield Stress Max Stress

Gambar 4.12 Grafik Pengujian Tarik Hasil Pengelasan Sudut


Kampuh 80˚
Dari gambar 4.12 Memperlihatkan hubungan antara arus
pengelasan dengan kekuatan tarik logam hasil lasan. Hasil uji tarik
menunjukan perbedaan dari masing-masing besar arus yang
digunakan terlihat nilai kekuatan tarik tertinggi untuk sudut 80˚,
dengan kuat arus 150 A adalah 621.95 MPa dan nilai Yield Stress
sebesar 557.8 MPa. Kemudian nilai kekuatan tarik terendah pada
kuat arus 115 A adalah 574.27 MPa dan Yield Stress kuat arus 115
A adalah 515.9 MPa.
j. Hasil Pengujian Tarik Spesimen Pengelasan Dengan Sudut
Kampuh 90˚ dan Kuat Arus 115 A
Pengujian tarik kesepuluh dilakukan pada spesimen dengan
variasi sudut kampuh 90˚ dan kuat arus 115 A. Tabel 4.10 adalah
hasil pengujian tarik spesimen dengan sudut kampuh 90˚ dan kuat
arus 115 A.
46

Tabel 4.10 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Lasan Dengan


Sudut Kampuh 90˚ dan Kuat Arus 115 A.
Yield Stress Max. Stress
527.11 MPa 587.22 MPa

Gambar 4.13 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh


90˚ dan Kuat Arus 115 A
Hasil pengujian tarik pada spesimen dengan variasi sudut
kampuh 90˚ dan kuat arus 115 A diperoleh tegangan maksimal yaitu
587.22 MPa, sedangkan tegangan luluh sebesar 527.11 MPa. Dapat
dilihat pada gambar 4.13 tegangan luluh atau Yield Stress terjadi
antara titik 480 MPa dengan titik 540 MPa yang ditandai dengan
bergesernya garis grafik pada titik tersebut.
k. Hasil Pengujian Tarik Spesimen Pengelasan Dengan Sudut
Kampuh 90˚ dan Kuat Arus 130 A
Pengujian tarik kesebelas dilakukan pada spesimen dengan
variasi sudut kampuh 90˚ dan kuat arus 130 A. Tabel 4.11 adalah
hasil pengujian tarik spesimen dengan sudut kampuh 90˚ dan kuat
arus 130 A.
47

Tabel 4.11 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Pengelasan


Dengan Sudut Kampuh 90˚ dan Kuat Arus 130 A.
Yield Stress Max. Stress
537.65 MPa 599.19 MPa

Gambar 4.14 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh


90˚ dan Kuat Arus 130 A
Hasil pengujian tarik pada spesimen dengan variasi sudut
kampuh 90˚ dan kuat arus 130 A diperoleh tegangan maksimal yaitu
599.19 MPa, sedangkan tegangan luluh sebesar 537.65 MPa. Dapat
dilihat pada gambar 4.14 tegangan luluh atau Yield Stress terjadi
antara titik 480 MPa dengan titik 540 MPa yang ditandai dengan
bergesernya garis grafik pada titik tersebut.
l. Hasil Pengujian Tarik Spesimen Pengelasan Dengan Sudut
Kampuh 90˚ dan Kuat Arus 150 A
Pengujian tarik kedua belas dilakukan pada spesimen dengan
variasi sudut kampuh 90˚ dan kuat arus 150 A. Tabel 4.12 adalah
hasil pengujian tarik spesimen dengan sudut kampuh 90˚ dan kuat
arus 150 A.
48

Tabel 4.12 Data Pengujian Tarik Spesimen Hasil Pengelasan


Dengan Sudut Kampuh 90˚ dan Kuat Arus 150 A.
Yield Stress Max. Stress
556.59 MPa 629.09 MPa

Gambar 4.15 Grafik Hasil Pengujian Tarik Variasi Sudut Kampuh


90˚ dan Kuat Arus 150 A
Hasil pengujian tarik pada spesimen dengan variasi sudut
kampuh 90˚ dan kuat arus 150 A diperoleh tegangan maksimal yaitu
629.09 MPa, sedangkan tegangan luluh sebesar 556.59 MPa. Dapat
dilihat pada gambar 4.15 tegangan luluh atau Yield Stress terjadi
antara titik 520 MPa dengan titik 585 MPa yang ditandai dengan
bergesernya garis grafik pada titik tersebut. Dari pengujian tarik
ketiga sampel untuk sudut 90˚ dan variasi kuat arus yang telah
melalui proses pengelasan diperoleh hasil sebagai berikut:
49

Pengujian Tarik Hasil Pengelasan Sudut


Kampuh 90˚
650 629.1
599.1
600 587.2

(MPa) 556.5
550 537.6
527.1

500

450
115 A 130 A 150 A

Yield Stress Max Stress

Gambar 4.16 Grafik Pengujian Tarik Hasil Pengelasan Sudut


Kampuh 90˚
Dari gambar 4.16 Memperlihatkan hubungan antara arus
pengelasan dengan kekuatan tarik logam hasil lasan. Hasil uji tarik
menunjukan perbedaan dari masing-masing besar arus yang
digunakan terlihat nilai kekuatan tarik tertinggi untuk sudut 90˚,
dengan kuat arus 150 A adalah 629.09 MPa dan nilai Yield Stress
sebesar 556.5 MPa. Kemudian nilai kekuatan tarik terendah pada
kuat arus 115 A adalah 587.22 MPa dan Yield Stress kuat arus 115
A adalah 527.1 MPa. Gambar 4.17 adalah grafik hasil pengujian
tarik dan Gambar 4.18 adalah grafik Yield Stress hasil pengujian
tarik.
50

Tabel 4.13 Max Stress Hasil Pengujian Tarik

Sudut Kampuh
Arus
60˚ 70˚ 80˚ 90˚
115 A 398.7 MPa 573.8 MPa 574.2 MPa 587.2 MPa
130 A 569.3 MPa 587.8 MPa 590.5 Mpa 599.1 MPa
150 A 619.3 Mpa 620.1 MPa 621.9 MPa 629.1 Mpa

Max Stress

629.1
621.9
620.1
619.3

599.1
590.5
587.8

587.2
574.2
573.8
700
569.3

600
398.7

500
(MPa)

400
300
200
100
0
60˚ 70˚ 80˚ 90˚

115 A 130 A 150 A

Gambar 4.17 Grafik Max Stress Hasil Pengujian Tarik


Dari gambar 4.17 memperlihatkan hubungan antara sudut kampuh
dan kuat arus pengelasan dengan kekuatan tarik meterial hasil lasan.
Pada variasi sudut kampuh 60˚, 70˚, 80˚ dan 90˚ kekuatan tarik
mengalami peningkatan seiring bertambah besarnya sudut kampuh
dan kuat arus. Terlihat pada grafik, kekuatan tarik terbesar terjadi
pada variasi sudut kampuh 90˚ dan kuat arus 150 A dengan nilai
629.09 MPa dan kekuatan tarik terendah terjadi pada variasi sudut
kampuh 60˚ dan kuat arus 115 A dengan nilai 398.75 MPa.
51

Tabel 4.14 Yield Stress Hasil Pengujian Tarik

Sudut Kampuh
Arus
60˚ 70˚ 80˚ 90˚
115 A 363.3 MPa 519.5 MPa 515.9 MPa 527.1 MPa
130 A 515.5 MPa 528.1 MPa 529 MPa 537.6 MPa
150 A 561.5 MPa 551.9 MPa 557.8 MPa 556.5 MPa

Yield Stress
561.5

557.8

556.5
551.9

537.6
528.1

527.1
519.5

515.9
515.5

600

529
500
363.3

400
(MPa)

300

200

100

0
60˚ 70˚ 80˚ 90˚

115 A 130 A 150 A

Gambar 4.18 Grafik Yield Stress Hasil Pengujian Tarik


Dari gambar 4.18 memperlihatkan hubungan antara kuat arus
dan sudut kampuh pengelasan dengan kekuatan tarik meterial hasil
lasan. Pada variasi sudut kampuh 60˚, 70˚, 80˚ dan 90˚ Yield Stress
mengalami peningkatan seiring bertambah besarnya kuat arus.
Terlihat pada grafik, kekuatan tarik terbesar terjadi pada variasi
sudut kampuh 60˚ dan kuat arus 150 A dengan nilai 561.5 MPa dan
kekuatan tarik terendah terjadi pada variasi sudut kampuh 60˚ dan
kuat arus 115 A dengan nilai 363.3 MPa.
52

2. Hasil Pengujian Kekerasan


a. Hasil Pengujian Rockwell Spesimen Pengelasan Dengan Sudut
Kampuh 60˚ dan Kuat Arus 115 A
Pengujian pertama dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 60ᵒ dan kuat arus 115 A. Tabel 4.15 adalah hasil
pengujian Rockwell spesimen hasil pengelasan dengan sudut
kampuh 60ᵒ dan kuat arus 115 A.
Tabel 4.15 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 60ᵒ dan kuat arus 115 A.
Titik 1 (HRC) Titik 2 (HRC) Titik 3 (HRC) Rata-rata (HRC)
42.4 41.3 45.1 42.9

Pengelasan Arus 115 A dan Sudut 60ᵒ


50
45.1
45 42.4
41.3
40
Nilai Kekerasan (HRC)

35

30

25

20

15

10
Titik 1 Titik 2 Titik3

Gambar 4.19 Grafik Nilai Kekerasan Arus 115 A dan Sudut


Kampuh 60ᵒ
Nilai kekerasan spesimen pengelasan dengan variasi sudut
kampuh 60ᵒ dan kuat arus 115 A dari 3 titik indentasi memiliki nilai
kekerasan rata-rata sebesar 42.8 HRC, dengan nilai titik 1 sebesar
42.4 HRC, titik 2 sebesar 41.3 HRC, dan titik 3 sebesar 45.1 HRC.
53

b. Hasil Pengujian Rockwell Spesimen Pengelasan Dengan Sudut


Kampuh 60˚ dan Kuat Arus 130 A
Pengujian pertama dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 60ᵒ dan kuat arus 130 A. Tabel 4.16 adalah hasil
pengujian Rockwell spesimen hasil pengelasan dengan sudut
kampuh 60ᵒ dan kuat arus 130 A.
Tabel 4.16 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 60ᵒ dan kuat arus 130 A.
Titik 1 (HRC) Titik 2 (HRC) Titik 3 (HRC) Rata-rata (HRC)
55.7 40.1 45.1 46.9

Pengelasan Arus 130 A dan Sudut 60ᵒ


60 55.7

50 45.1
Nilai Kekerasan (HRC)

40.1
40

30

20

10

0
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 4.20 Grafik Nilai kekerasan Arus 130 A dan Sudut


Kampuh 60ᵒ
Nilai kekerasan spesimen pengelasan dengan variasi sudut
kampuh 60ᵒ dan kuat arus 130 A dari 3 titik indentasi memiliki nilai
kekerasan rata-rata sebesar 46.9 HRC, dengan nilai titik 1 sebesar
55.7 HRC, titik 2 sebesar 40.1 HRC, dan titik 3 sebesar 45.1 HRC.
54

c. Hasil Pengujian Rockwell Spesimen Pengelasan Dengan Sudut


Kampuh 60˚ dan Kuat Arus 150 A
Pengujian pertama dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 60ᵒ dan kuat arus 150 A. Tabel 4.17 adalah hasil
pengujian Rockwell spesimen hasil pengelasan dengan sudut
kampuh 60ᵒ dan kuat arus 150 A.
Tabel 4.17 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 60ᵒ dan kuat arus 150 A.
Titik 1 (HRC) Titik 2 (HRC) Titik 3 (HRC) Rata-rata (HRC)
44.6 50.3 59.8 51.6

Pengelasan Arus 150 A dan Sudut 60ᵒ


80

59.8
Nilai Kekerasan (HRC)

60
50.3
44.6

40

20

0
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 4.21 Grafik Nilai kekerasan Arus 150 A dan Sudut


Kampuh 60ᵒ
Nilai kekerasan spesimen pengelasan dengan variasi sudut
kampuh 60ᵒ dan kuat arus 150 A dari 3 titik indentasi memiliki nilai
kekerasan rata-rata sebesar 51.6 HRC, dengan nilai titik 1 sebesar
44.6 HRC, titik 2 sebesar 50.3 HRC, dan titik 3 sebesar 59.8 HRC.
55

d. Hasil Rata-rata Pengujian Kekerasan Pengelasan Sudut


Kampuh 60˚
Tabel 4. 18 RAta-rata Pengujian Kekerasan Hasil Pengelasan Sudut
Kampuh 60˚
Kuat Arus
Sudut Kampuh
115 A 130 A 150 A
60˚ 42.9 HRC 46.9 HRC 51.6 HRC

Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil Pegelasan


Sudut Kampuh 60˚
60
51.6
50 46.9
Nilai Kekerasan (HRC)

42.9
40

30

20

10

0
115 A 130 A 150 A

Gambar 4.22 Grafik Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil


Pengelasan Sudut Kampuh 60˚
Dari gambar 4.22 memperlihatkan hubungan antara arus
pengelasan dengan kekerasan logam hasil pengelasan. Hasil
pengujian kekerasan menunjukkan perbedaan dari masing-masing
besar arus yang digunakan, terlihat nilai kekerasan tertinggi untuk
sudut kampuh 60˚, dengan kuat arus 150 A adalah 51.6 HRC.
Kemudian nilai kekerasan terendah pada kuat arus 115 A adalah 42.9
HRC.
56

e. Hasil Pengujian Rockwell Spesimen Pengelasan Dengan Sudut


Kampuh 70˚ dan Kuat Arus 115 A
Pengujian pertama dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 70ᵒ dan kuat arus 115 A. Tabel 4.19 adalah hasil
pengujian Rockwell spesimen hasil pengelasan dengan sudut
kampuh 70ᵒ dan kuat arus 115 A.
Tabel 4.19 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 70ᵒ dan kuat arus 115 A.
Titik 1 (HRC) Titik 2 (HRC) Titik 3 (HRC) Rata-rata (HRC)
43.7 42.9 50.5 45.7

Pengelasan Arus 115 A dan Sudut 70ᵒ


55
50.5
50
43.7 42.9
45
Nilai Kekerasan (HRC)

40
35
30
25
20
15
10
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 4.23 Grafik Nilai kekerasan Arus 115 A dan Sudut


Kampuh 70ᵒ
Nilai kekerasan spesimen pengelasan dengan variasi sudut
kampuh 70ᵒ dan kuat arus 115 A dari 3 titik indentasi memiliki nilai
kekerasan rata-rata sebesar 45.7 HRC, dengan nilai titik 1 sebesar
43.7 HRC, titik 2 sebesar 42.9 HRC, dan titik 3 sebesar 50.5 HRC.
57

f. Hasil Pengujian Rockwell Spesimen Pengelasan Dengan Sudut


Kampuh 70˚ dan Kuat Arus 130 A
Pengujian pertama dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 70ᵒ dan kuat arus 130 A. Tabel 4.20 adalah hasil
pengujian Rockwell spesimen hasil pengelasan dengan sudut
kampuh 70ᵒ dan kuat arus 130 A.
Tabel 4.20 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 70ᵒ dan kuat arus 130 A.
Titik 1 (HRC) Titik 2 (HRC) Titik 3 (HRC) Rata-rata (HRC)
49.4 48.7 50.5 49.5

Pengelasan Arus 130 A dan Sudut 70ᵒ


55
49.4 50.5
48.7
50
45
Nilai Kekerasan (HRC)

40
35
30
25
20
15
10
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 4.24 Grafik Nilai kekerasan Arus 130 A dan Sudut


Kampuh 70ᵒ
Nilai kekerasan spesimen pengelasan dengan variasi sudut
kampuh70ᵒ dan kuat arus 130 A dari 3 titik indentasi memiliki nilai
kekerasan rata-rata sebesar 49.5 HRC, dengan nilai titik 1 sebesar
49.7 HRC, titik 2 sebesar 48.7 HRC, dan titik 3 sebesar 50.5 HRC.
58

g. Hasil Pengujian Rockwell Spesimen Pengelasan Dengan Sudut


Kampuh 70˚ dan Kuat Arus 150 A
Pengujian pertama dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 70ᵒ dan kuat arus 150 A. Tabel 4.21 adalah hasil
pengujian Rockwell spesimen hasil pengelasan dengan sudut
kampuh 70ᵒ dan kuat arus 150 A.
Tabel 4.21 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 70ᵒ dan kuat arus 150 A.
Titik 1 (HRC) Titik 2 (HRC) Titik 3 (HRC) Rata-rata (HRC)
47.9 55.7 56.4 53.3

Pengelasan Arus 150 A dan Sudut 70ᵒ


60 56.4
55.7
55
50 47.9
Nilai Kekerasan (HRC)

45
40
35
30
25
20
15
10
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 4.25 Grafik Nilai kekerasan Arus 150 A dan Sudut


Kampuh 70ᵒ
Nilai kekerasan spesimen pengelasan dengan variasi sudut
kampuh 70ᵒ dan kuat arus 150 A dari 3 titik indentasi memiliki nilai
kekerasan rata-rata sebesar 53.3 HRC, dengan nilai titik 1 sebesar
47.9 HRC, titik 2 sebesar 55.7 HRC, dan titik 3 sebesar 56.4 HRC.
59

h. Hasil Rata-rata Pengujian Kekerasan Pengelasan Sudut


Kampuh 70˚
Tabel 4.22 Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil Pengelasan Sudut
Kampuh 70˚
Kuat Arus
Sudut Kampuh
115 A 130 A 150 A
70˚ 45.7 HRC 49.5 HRC 53.3 HRC

Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil Pengelasan


Sudut Kampuh 70˚
60
55 53.3
49.5
50
Nilai Kekerasan (HRC)

45.7
45
40
35
30
25
20
15
10
115 A 130 A 150 A

Gambar 4.26 Grafik Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil


Pengelasan Sudut Kampuh 70˚
Dari gambar 4.26 memperlihatkan hubungan antara arus
pengelasan dengan kekerasan logam hasil pengelasan. Hasil
pengujian kekerasan menunjukkan perbedaan dari masing-masing
besar arus yang digunakan, terlihat nilai kekerasan tertinggi untuk
sudut kampuh 70˚, dengan kuat arus 150 A adalah 53.3 HRC.
Kemudian nilai kekerasan terendah pada kuat arus 115 A adalah 45.7
HRC.
60

i. Hasil Pengujian Rockwell Spesimen Pengelasan Dengan Sudut


Kampuh 80˚ dan Kuat Arus 115 A
Pengujian pertama dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 80ᵒ dan kuat arus 115 A. Tabel 4.23 adalah hasil
pengujian Rockwell spesimen hasil pengelasan dengan sudut
kampuh 80ᵒ dan kuat arus 115 A.
Tabel 4.23 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 80ᵒ dan kuat arus 115 A.
Titik 1 (HRC) Titik 2 (HRC) Titik 3 (HRC) Rata-rata (HRC)
49.7 44.8 46.4 46.9

Pengelasan Arus 115 A dan Sudut 80ᵒ


55
49.7
50 46.4
44.8
45
Nilai Kekerasan (HRC)

40
35
30
25
20
15
10
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 4.27 Grafik Nilai kekerasan Arus 115 A dan Sudut


Kampuh 80ᵒ
Nilai kekerasan spesimen pengelasan dengan variasi sudut
kampuh 80ᵒ dan kuat arus 115 A dari 3 titik indentasi memiliki nilai
kekerasan rata-rata sebesar 46.9 HRC, dengan nilai titik 1 sebesar
49.7 HRC, titik 2 sebesar 44.8 HRC, dan titik 3 sebesar 46.4 HRC.
61

j. Hasil Pengujian Rockwell Spesimen Pengelasan Dengan Sudut


Kampuh 80˚ dan Kuat Arus 130 A
Pengujian pertama dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 80ᵒ dan kuat arus 130 A. Tabel 4.24 adalah hasil
pengujian Rockwell spesimen hasil pengelasan dengan sudut
kampuh 80ᵒ dan kuat arus 130 A.
Tabel 4.24 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 80ᵒ dan kuat arus 130 A.
Titik 1 (HRC) Titik 2 (HRC) Titik 3 (HRC) Rata-rata (HRC)
45.7 45.1 60.7 50.5

Pengelasan Arus 130 A dan Sudut 80ᵒ


70
60.7
60
Nilai Kekerasan (HRC)

50 45.7 45.1

40

30

20

10

0
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 4.28 Grafik Nilai kekerasan Arus 130 A dan Sudut


Kampuh 80ᵒ
Nilai kekerasan spesimen pengelasan dengan variasi sudut
kampuh 80ᵒ dan kuat arus 130 A dari 3 titik indentasi memiliki nilai
kekerasan rata-rata sebesar 50.5 HRC, dengan nilai titik 1 sebesar
45.7 HRC, titik 2 sebesar 45.1 HRC, dan titik 3 sebesar 60.7 HRC.
62

k. Hasil Pengujian Rockwell Spesimen Pengelasan Dengan Sudut


Kampuh 80˚ dan Kuat Arus 150 A
Pengujian pertama dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 80ᵒ dan kuat arus 150 A. Tabel 4.25 adalah hasil
pengujian Rockwell spesimen hasil pengelasan dengan sudut
kampuh 80ᵒ dan kuat arus 150 A.
Tabel 4.25 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 80ᵒ dan kuat arus 150 A.
Titik 1 (HRC) Titik 2 (HRC) Titik 3 (HRC) Rata-rata (HRC)
59.1 59.1 54.3 57.5

Pengelasan Arus 150 A dan Sudut 80ᵒ


70

59.1 59.1
60
54.3
Nilai Kekerasan (HRC)

50

40

30

20

10
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 4.29 Grafik Nilai kekerasan Arus 150 A dan Sudut


Kampuh 80ᵒ
Nilai kekerasan spesimen pengelasan dengan variasi sudut
kampuh 80ᵒ dan kuat arus 150 A dari 3 titik indentasi memiliki nilai
kekerasan rata-rata sebesar 57.5 HRC, dengan nilai titik 1 sebesar
59.1 HRC, titik 2 sebesar 59.1 HRC, dan titik 3 sebesar 54.3 HRC.
63

l. Hasil Rata-rata Pengujian Kekerasan Pengelasan Sudut


Kampuh 80˚
Tabel 4.26 Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil Pengelasan Sudut
Kampuh 80˚
Kuat Arus
Sudut Kampuh
115 A 130 A 150 A
80˚ 46.9 HRC 50.5 HRC 57.5 HRC

Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil Pengelasan


Sudut Kampuh 80˚
70

60 57.5
Nilai Kekerasan (HRC)

50.5
50 46.9

40

30

20

10

0
115 A 130 A 150 A

Gambar 4.30 Grafik Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil


Pengelasan Sudut Kampuh 80˚
Dari gambar 4.30 memperlihatkan hubungan antara arus
pengelasan dengan kekerasan logam hasil pengelasan. Hasil
pengujian kekerasan menunjukkan perbedaan dari masing-masing
besar arus yang digunakan, terlihat nilai kekerasan tertinggi untuk
sudut kampuh 80˚, dengan kuat arus 150 A adalah 57.5 HRC.
Kemudian nilai kekerasan terendah pada kuat arus 115 A adalah 46.9
HRC.
64

m. Hasil Pengujian Rockwell Spesimen Pengelasan Dengan Sudut


Kampuh 90˚ dan Kuat Arus 115 A
Pengujian pertama dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 90ᵒ dan kuat arus 115 A. Tabel 4.27 adalah hasil
pengujian Rockwell spesimen hasil pengelasan dengan sudut
kampuh 90ᵒ dan kuat arus 115 A.
Tabel 4.27 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 90ᵒ dan kuat arus 115 A.
Titik 1 (HRC) Titik 2 (HRC) Titik 3 (HRC) Rata-rata (HRC)
43.9 49.0 49.7 47.5

Pengelasan Arus 115 A dan Sudut 90ᵒ


55
49 49.7
50
43.9
45
Nilai Kekerasan (HRC)

40
35
30
25
20
15
10
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 4.31 Grafik Nilai kekerasan Arus 115 A dan Sudut


Kampuh 90ᵒ
Nilai kekerasan spesimen pengelasan dengan variasi sudut
kampuh 90ᵒ dan kuat arus 115 A dari 3 titik indentasi memiliki nilai
kekerasan rata-rata sebesar 47.5 HRC, dengan nilai titik 1 sebesar
43.9 HRC, titik 2 sebesar 49.0 HRC, dan titik 3 sebesar 49.7 HRC.
65

n. Hasil Pengujian Rockwell Spesimen Pengelasan Dengan Sudut


Kampuh 90˚ dan Kuat Arus 130 A
Pengujian pertama dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 90ᵒ dan kuat arus 130 A. Tabel 4.28 adalah hasil
pengujian Rockwell spesimen hasil pengelasan dengan sudut
kampuh 90ᵒ dan kuat arus 130 A.
Tabel 4.28 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 90ᵒ dan kuat arus 130 A.
Titik 1 (HRC) Titik 2 (HRC) Titik 3 (HRC) Rata-rata (HRC)
55.3 48.7 49.7 51.2

Pengelasan Arus 130 A dan Sudut 90ᵒ


60
55.3
55
48.7 49.7
50
Nilai Kekerasan (HRC)

45

40

35

30

25

20

15

10
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 4.32 Grafik Nilai kekerasan Arus 130 A dan Sudut


Kampuh 90ᵒ
Nilai kekerasan spesimen pengelasan dengan variasi sudut
kampuh 90ᵒ dan kuat arus 130 A dari 3 titik indentasi memiliki nilai
kekerasan rata-rata sebesar 51.2 HRC, dengan nilai titik 1 sebesar
55.3 HRC, titik 2 sebesar 48.7 HRC, dan titik 3 sebesar 49.7 HRC.
66

o. Hasil Pengujian Rockwell Spesimen Pengelasan Dengan Sudut


Kampuh 90˚ dan Kuat Arus 150 A
Pengujian pertama dilakukan pada spesimen dengan variasi
sudut kampuh 90ᵒ dan kuat arus 150 A. Tabel 4.29 adalah hasil
pengujian Rockwell spesimen hasil pengelasan dengan sudut
kampuh 90ᵒ dan kuat arus 150 A.
Tabel 4.29 Data Pengujian Rockwell Spesimen Hasil Pengelasan
Dengan Sudut Kampuh 90ᵒ dan kuat arus 150 A.
Titik 1 (HRC) Titik 2 (HRC) Titik 3 (HRC) Rata-rata (HRC)
54.5 60.2 59.8 58.2

Pengelasan Arus 150 A dan Sudut 90ᵒ


70
60.2 59.8
60 54.5
Nilai Kekerasan (HRC)

50

40

30

20

10
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 4.33 Grafik Nilai kekerasan Arus 150 A dan Sudut


Kampuh 90ᵒ
Nilai kekerasan spesimen pengelasan dengan variasi sudut
kampuh 90ᵒ dan kuat arus 150 A dari 3 titik indentasi memiliki nilai
kekerasan rata-rata sebesar 58.2 HRC, dengan nilai titik 1 sebesar
54.5 HRC, titik 2 sebesar 60.2 HRC, dan titik 3 sebesar 59.8 HRC.
67

p. Hasil Rata-rata Pengujian Kekerasan Pengelasan Sudut


Kampuh 90˚
Kuat Arus
Sudut Kampuh
115 A 130 A 150 A
90˚ 47.5 HRC 51.2 HRC 58.2 HRC

Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil Pengelasan


Sudut Kampuh 90˚
70
58.2
60
Nilai Kekerasan (HRC)

51.2
50 47.5

40

30

20

10

0
115 A 130 A 150 A

Gambar 4.34 Grafik Rata-rata Pengujian Kekerasan Hasil


Pengelasan Sudut Kampuh 90˚
Dari gambar 4.34 memperlihatkan hubungan antara arus pengelasan
dengan kekerasan logam hasil pengelasan. Hasil pengujian
kekerasan menunjukkan perbedaan dari masing-masing besar arus
yang digunakan, terlihat nilai kekerasan tertinggi untuk sudut
kampuh 90˚, dengan kuat arus 150 A adalah 58.2 HRC. Kemudian
nilai kekerasan terendah pada kuat arus 115 A adalah 47.5 HRC.
Dari pengujian kekerasan yang telah dilakukan terjadi kenaikan
nilai kekerasan pada sampel yang telah mengalami proses
pengelasan. Rata-rata kenaikan nilai kekerasan yang dihasilkan
dapat dilihat pada tabel 4.25.
68

Tabel 4.30 Hasil Uji Kekerasan Rata-rata

Sudut
Arus
60ᵒ 70ᵒ 80ᵒ 90ᵒ
115 A 42.9 HRC 45.7 HRC 46.9 HRC 47.5 HRC
130 A 46.9 HRC 49.5 HRC 50.5 HRC 51.2 HRC
150 A 51.6 HRC 53.3 HRC 57.5 HRC 58.2 HRC

Hasil Uji Kekerasan Rata-rata


70
57.5 58.2
60 53.3
51.6 49.5 50.5 51.2
50 46.9 45.7 46.9 47.5
42.9
40
(HRC)

30

20

10

0
60˚ 70˚ 80˚ 90˚

Arus 115 A Arus 130 A Arus 150 A

Gambar 4.35 Grafik Hasil Uji Kekerasan Rata-rata


Hasil rata-rata dari pengujian kekerasan pada spesimen
pengelasan untuk kuat arus 150 amper dengan sudut kampuh 90ᵒ
memiliki nilai rata-rata kekerasan tertinggi sebesar 58.2 HRC.
Sementara itu untuk kuat arus 115 amper dengan sudut kampuh 60ᵒ
memiliki nilai rata-rata kekerasan terendah sebesar 42.9 HRC.
Berdasarkan data hasil pengujian kekerasan pada spesimen hasil
lasan dengan variasi sudut kampuh dan variasi arus memberikan
hasil yang bervariasi. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar
sudut kampuh dan arus pengelasan yang digunakan akan
berpengaruh pada tingkat kekerasan material hasil lasan.
69

3. Hasil Struktur Mikro


a. Hasil Pengujian Struktur Mikro Spesimen Pengelasan Dengan
Kuat Arus 115 A
Pengujian foto mikro diambil pada daerah logam induk dan
daerah HAZ dengan pembesaran 200X.

Logam Induk

HAZ
Gambar 4.36 Struktur Mikro Spesimen Kuat Arus 115 A
Pada gambar diatas memperlihatkan hasil pengujian struktur
mikro pada logam induk dan HAZ dengan menggunakan variasi kuat
arus 115 A. Pada daerah logam induk menunjukkan struktur mikro
yang terbentuk adalah acicular ferrite (AF) dan ferit batas butir atau
grain boundary ferrite (GF) pada gambar tersebut struktur mikro
untuk ferit batas butir terlihat besar dan struktur untuk acicular ferrite
berbutir lembut dan mendominasi area.
70

Untuk daerah HAZ, menunjukkan hasil struktur mikro ferit dan


perlit. Dari gambar tersebut foto struktur mikro untuk perlit cukup
mendominasi area dan struktur untuk ferit terlihat kecil.
b. Hasil Pengujian Struktur Mikro Spesimen Pengelasan Dengan
Kuat Arus 130 A
Pengujian foto mikro diambil pada daerah logam induk dan
daerah HAZ dengan pembesaran 200X.

Logam Induk

HAZ
Gambar 4.37 Struktur Mikro Spesimen Kuat Arus 130 A
Pada gambar diatas memperlihatkan hasil pengujian struktur
mikro pada logam induk dan HAZ dengan menggunakan variasi kuat
arus 115 A. Pada daerah logam induk menunjukkan struktur mikro
yang terbentuk adalah acicular ferite (AF), ferit batas butir atau grain
boundary ferrite (GF) dan widmanstatten ferrite (WF). Pada gambar
71

diatas foto struktur mikro pada ferit batas butir terlihat lebih kecil jika
dibandingkan dengan besar kuat arus 115 A dan struktur untuk
acicular ferrite berbutir halus masih mendominasi area. Jumlah
widmanstatten ferrite pada gambar tersebut cukup banyak dan
terdapat sepanjang garis butir.
Untuk daerah HAZ, pada gambar diatas menunjukkan hasil foto
struktur mikro farit dan perlit. Pada gambar tersebut hasil foto struktur
mikro untuk ferlit lebih sedikit dibandingkan dengan kuat arus 115 A
dan struktur untuk perlit mendominasi area.
c. Hasil Pengujian Struktur Mikro Spesimen Pengelasan Dengan
Kuat Arus 150 A
Pengujian foto mikro diambil pada daerah logam induk dan
daerah HAZ dengan pembesaran 200X.

Logam Induk

HAZ
Gambar 4. 38 Struktur Mikro Spesimen Kuat Arus 150 A
72

Pada gambar diatas memperlihatkan hasil pengujian struktur


mikro pada logam induk dan HAZ dengan menggunakan variasi kuat
arus 115 A. Pada daerah logam induk menunjukkan struktur mikro
yang terbentuk adalah acicular ferrite (AF) dan ferite batas butir atau
grain boundary ferrite (GF). Untuk gambar tersebut hasil pengujian
foto struktur mikro untuk ferit batas butir terlihat kecil dan untuk
acicular ferrite berbutir halus lebih mendominasi area dibandingkan
dengan arus 115 A dan arus 130 A.
Untuk daerah HAZ, pada gambar diatas menunjukkan hasil foto
struktur mikro farit dan perlit. Pada gambar tersebut hasil foto struktur
untuk ferit terlihat lebih kecil dan struktur mikro perlit lebih
mendominasi area dibandingkan besar kuat arus 115 A dan 130 A.
B. Pembahasan
1. Pengujian Tarik
Berdasarkan data hasil pengujian tarik pada material hasil
pengelasan, nilai kekuatan tarik meningkat seiring bertambah besarnya
arus pengelasan dan sudut kampuh. Pada sudut 60ᵒ mendapat nilai
terendah dan meningkat pada sudut kampuh 70ᵒ, sudut kampuh 80ᵒ dan
sudut kampuh 90ᵒ. Sudut kampuh 90ᵒ mendapatkan nilai kekuatan tarik
tertinggi. Pada kuat arus 115 A mendapatkan nilai kekuatan tarik terkecil
diantara kuat arus yang lain dan meningkat pada kuat arus 130 A dan kuat
arus 150 A.
Nilai kekuatan tarik tertinggi diperoleh dari hasil pengelasan pada
variasi sudut kampuh 90ᵒ dan kuat arus 150 A sebesar 629.09 MPa. Hasil
pengujian tarik meningkat seiring bertambah besarnya sudut kampuh dan
kuat arus. Hasil tersebut memiliki kesamaan dengan hasil penelitian yang
dilakukan Ferry setiawan (2016) mengenai pengaruh variasi sudut
kampuh V dan kuat arus dengan las Shielded Metal Arc Welding (SMAW)
pada baja a36 terhadap sifat mekanik menyatakan bahwa dari variasi kuat
arus yang diberikan ke masing-masing spesimen diperoleh semakin
tinggi kuat arus maka semakin besar juga tegangan tariknya. Kemudian
73

penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Farid Anshori (2018)


mengenai pengaruh variasi besar sudut kampuh V tunggal terhadap
struktur mikro, kekerasan dan kekuatan tarik material baja SS 400
metode pengelasan SMAW menyatakan bahwa dimana semakin besar
sudut kampuh maka semakin meningkat kekuatan tariknya.
Dapat dilihat pada gambar 4.17 dan 4.18 pengujian pada spesimen
lasan, hasil yang diperoleh cenderung meningkat pada hasil uji tariknya.
Keduanya cenderung memiliki hasil yang berbanding lurus setiap
bertambahnya kuat arus yang dihasilkan maka kekuatan tariknya
semakin tinggi.
2. Pengujian Kekerasan
Berdasarkan data hasil pengujian kekerasan pada material hasil
pengelasan, nilai kekerasan cenderung meningkat seiring bertambahnya
kuat arus dan sudut kampuh. Hal tersebut ditunjukkan pada kuat arus 150
amper dengan sudut kampuh 90ᵒ memiliki nilai rata-rata kekerasan
tertinggi sebesar 58.2 HRC. Sementara itu untuk kuat arus 115 amper
dengan sudut kampuh 60ᵒ memiliki nilai rata-rata kekerasan terendah
sebesar 42.9 HRC. Hasil tersebut memiliki kesamaan dengan hasil
penelitian yang yang dilakukan Awal Syahrani (2018) mengenai analisis
kekuatan tarik, kekerasan, dan struktur mikro pada pengelasan SMAW
stainless steel 312 dengan variasi arus listrik juga menyatakan semakin
tinggi penggunaan arus pengelasan, maka hasil nilai kekerasan akan
semakin tinggi pula. Kemudian pada penelitian yang dilakukan Angga
Kurniawan (2016) mengenai analisa dari hasil pengelasan SMAW pada
plat ST 60 juga menyatakan bahwa arus yang tertinggi menghasilkan
nilai kekerasan rata-rata tertinggi.
3. Pengujian Struktur Mikro
Berdasarkan data hasil pengujian struktur mikro pada material hasil
pengelasan, terjadi pengaruh besar antara kekuatan tarik dan kekerasan
terhadap struktur mikro hasil pengelasan Baja ST 60 dengan besar kuat
arus 115 A, 130 A dan 150 A. Hasil tersebut memiliki kesamaan dengan
74

hasil penelitian yang dilakukan Muhammad Farid Anshori (2018)


mengenai pengaruh variasi besar sudut kampuh V tunggal terhadap
struktur mikro, kekerasan dan kekuatan tarik material baja SS 400
metode pengelasan SMAW menyatakan bahwa terdapat pengaruh besar
sudut kampuh terhadap struktur mikro hasil pengelasan paduan Baja
SS400 dengan besar sudut kampuh 50ᵒ, 60ᵒ dan 70ᵒ
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan mengenai pengaruh


variasi sudut kampuh dan kuat arus terhadap kekuatan dan kekerasan hasil
lasan ST 60, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian tarik yang dilakukan menunjukkan bahwa, semakin
besar sudut kampuh maka semakin besar nilai kekuatan tariknya
sedangkan semakin besar kuat arus maka nilai kekuatan tarik mengalami
kenaikan pada arus 150 A dengan sudut kampuh 90ᵒ memiliki nilai
kekuatan tarik tertinggi sebesar 629.09 MPa. Sementara itu untuk kuat
arus 115 A dengan sudut kampuh 60ᵒ memiliki nilai kekuatan tarik
terendah sebesar 398.75 MPa.
2. Hasil pengujian kekerasan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa,
semakin besar sudut kampuh semakin besar nilai kekerasan sedangkan
semakin besar kuat arus maka nilai kekerasan mengalami kenaikan pada
arus 150 A dengan sudut kampuh 90ᵒ memiliki nilai rata-rata kekerasan
tertinggi sebesar 58.2 HRC. Sementara itu untuk kuat arus 115 A dengan
sudut kampuh 60ᵒ memiliki nilai rata-rata kekerasan terendah sebesar
42.9 HRC.
3. Hasil pengujian struktur mikro yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa, terjadi pengaruh besar antara kekuatan tarik dan kekerasan
terhadap struktur mikro hasil pengelasan Baja ST 60 dengan besar kuat
arus 115 A, 130 A dan 150 A.
B. Saran
Pada saat proses pengelasan harap diperhatikan pada saat pembersihan
kerak setelah pengelasan lapis pertama, karena menggunakan pengelasan
dua lapis. Diusahakan dibersihkan sampai benar-benar bersih agar tidak
terjadi cacat pada lasan yang disebabkan oleh adanya kerak yang tertinggal
pada area pengelasan.

75
DAFTAR PUSTAKA

Afan, Y. F. (2018). Pengaruh Teknik Pengelasan Alur Spiral, Alur Zig-zag


Dan Alur Lurus Pada Arus 85 A Terhadap Hasil Struktur Micro Dan
Kekuatan Tarik Baja ST 42. JPTM. Volume 07 Nomer 03 .
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
edisi revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
ASTM Internasional (E8/E8M-04). 2010. Standard Test Methods for Tension
Testing of Metalic Materials. United States of America.
Hamid, Abdul. 2016. Analisa Pengaruh Arus Pengelasan SMAW pada
Material Baja Karbon Rendah terhadap Kekuatan Material Hasil
Sambungan. Jurnal Teknologi Elektro. 7(1): 26-36.
Haris, Budiman. 2016. Analisis Pengujian Tarik (Tensile Test) pada Baja
ST37 dengan Alat Bantu Ukur Load Cell. Jurnal J-Ensitec. 3/1 : 9-13.
Ismail, Andi Idhil dan Fitrianto, Ahmad. 2019. Analisis Pengaruh Variasi
Arus dan Sudut Kampuh terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan
Ketangguhan Impact pada Material SS410 dengan Menggunakan
Metode Las SMAW. Jurnal Sains Terapan. 5(2): 113-120.
Purnomo. 2017. Material Teknik. Malang: CV. Seribu Bintang Team.
Setyowati, Vuri Ayu dan Suheni. 2016. Variasi Arus dan Sudut Pengelasan
pada Material Austenitic Stainless Steel 304 terhadap Kekuatan Tarik
dan Struktur Makro. Jurnal IPTEK. 20(2): 29-36..
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Bina Aksara, Jakarta.
Suharto. 1991. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: Rineka Cipta.
Sunaryo, H. 2008. Teknik Pengelasan Kapal Jilid 1. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Soetardjo, 1997. Petunjuk praktek las asitelin dan las listrik. Surabaya: SIC.
Sonawan, H. & Suratman, R. 2004. Pengantar Untuk Memahami Pengelasan
Logam. Bandung: Alfabeta.
Sonawan, H. & Suratman, R. 2006. Pengantar Untuk Memahami Pengelasan
Logam (Cetakan ke-2). Bandung: Alfabeta.

76
77

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Alfabeta: Bandung.
Widharto, S. 2007. Menuju Juru Las Tingkat Dunia. Cetakan Pertama.
Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Wiryosumarto, H., dan Okumura, T. 1996. Teknologi Pengelasan Logam.
Jakarta: PT Pradnya Paramita.
LAMPIRAN

78
79

Lampiran 1
Sertifikat Material
80

Lampiran 2
Data Hasil Pengujian Tarik
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92

Lampiran 3
Surat Ijin Penelitian
93

Lampiran 4
Proses Pengujian Spesimen
94

Lampiran 5
Spesimen Pengujian

Anda mungkin juga menyukai