Anda di halaman 1dari 113

ANALISIS PENGARUH PURIFIKASI (FILTERING) TERHADAP

KUALITAS TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR

SKRIPSI

HOPPE KHOIRU MUBAROK


NPM 18660011

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2023
ANALISIS PENGARUH PURIFIKASI (FILTERING) TERHADAP
KUALITAS TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Dan Informatika


Universitas PGRI Semarang
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program S1 Teknik Elektro

HOPPE KHOIRU MUBAROK


NPM 18660011

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PURIFIKASI (FILTERING) TERHADAP


KUALITAS TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR

Disusun dan diajukan oleh


HOPPE KHOIRU MUBAROK
NPM 18660011

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk dilanjutkan


Dihadapan Dewan Penguji

Semarang, Februari 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Margono, S.T., M.Eng. Soewardiyono, S.T.


NPP. 136101383 NIS . 065.57003102053

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto
1. Setiap proses pasti ada hasilnya, tetapi konsisten adalah kuncinya. (Hoppe
Khoiru Mubarok)
2. Munggah tanpo ngidak sirah, unggul tanpo ngasorake wong liyo. (Hoppe
Khoiru Mubarok)
3. Apapun yang menjadi takdirmu, tidak akan pernah melewatkanmu. (Umat Bin
Khattab)
4. Kamu tidak harus hebat untuk memulai, tetapi kamu harus mulai untuk menjadi
hebat. (Zig Ziglar)

Persembahan
Skripsi ini saya persembahankan untuk :
1. Ibu, bapak dan keluarga yang selalu
memberi dukungan dan doa dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Almamater Universitas PGRI Semarang
3. Dosen Pembimbing I dan II yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dosen-dosen Teknik Elektro Universitas
PGRI Semarang.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Hoppe Khoiru Mubarok
NPM : 18660011
Prodi : Teknik Elektro
Fakultas : Teknik dan Informatika Universitas PGRI Semarang.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh


Purifikasi (Filtering) Terhadap Kualitas Tegangan Tembus Minyak Transformator”
yang saya buat ini sebenar-benarnya merupakan hasil karya saya sendiri, bukan
plagiarisme.
Apabila pada kemudian hari skripsi ini skripsi ini terbukti plagiarisme, saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebur.

Semarang, Februari
2023
Yang membuat
pernyataan,

Hoppe Khoiru Mubarok


NPM. 18660011

iv
ABSTRAK
Fungsi utama sistem tenaga listrik adalah untuk memenuhi kebutuhan
energi listrik setiap konsumen secara terus-menerus. Transformator salah satu
bagian dari sistem tenaga listrik yang dapat menjaga agar kebutuhan listrik
masyarakat dapat terpenuhi secara terus-menerus, oleh karena itu transformator
harus dipelihara agar dapat beroperasi secara maksimal dan jauh dari gangguan-
gangguan yang yang dapat membuat kegagalan tansformator. Dalam penyaluran
sistem tenaga listrik, salah satu hal penting dalam peralatan adalah sistem isolasi.
Sistem isolasi merupakan gabungan dari beberapa bahan isolasi pada suatu
peralatan listrik. Ketika sistem isolasi pada suatu peralatan berada pada kondisi
yang sudah tidak layak, maka akan berdampak buruk pada operasi peralatan
tersebut juga. Masalah yang sering dihadapi dalam penyaluran sistem tenaga listrik
adalah kegagalan isolasi. Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas
tegangan tembus minyak transformator sesudah difilter dengan perubahan suhu.

Kata Kunci : Transformator, Minyak Isolasi, kegagalan isolasi.

v
PRAKATA

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat,
hidayah, serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
skripsi ini dengan lancar. Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Purifikasi
(Filtering) Terhadap Kualitas Tegangan Tembus Minyak Transformator” ini
disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Program S1
Teknik Elektro.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis, pengetahuan, waktu, serta banyak
keterbatasan lainnya baik itu dari segi isi, susunan, maupun kelengkapan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan serta
kesulitan-kesulitan. Namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat, doa dan dorongan
serta saran-saran dari berbagai pihak, khususnya Pembimbing. Sehingga hambatan
dan rintangan serta kesulitan dapat teratasi dengan baik. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini dengan setulus hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya serta selalu
melindungi penulis dalam proses penyusunan skripsi, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak, ibu dan keluarga yang tiada henti selalu memberikan doa, motivasi,
dukungan, dan dorongan baik secara moral maupun material kepada
penulis. Semoga ini menjadi awal langkah sukses untuk penulis.
3. Dr. Sri Suciati, M.Hum. Rektor Universitas PGRI Semarang yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di
Universitas PGRI Semarang.
4. Drs. Slamet Supriyadi, M.Env.St. Dekan Fakultas Teknik dan Informatika
Universitas PGRI Semarang yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian.

vi
5. Bapak Margono, S.T., M.Eng. selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro
Universitas PGRI Semarang sekaligus Pembimbing I yang telah menyetujui
dan mengarahkan topik penulis.
6. Bapak Soewardiyono, S.T. selaku Pembimbing II yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis dengan penuh dedikasi yang tinggi.
7. Bapak Imadudin Harjanto, S.T., M.Eng. selaku dosen wali yang selalu
memberi nasihat dan motivasi.
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Teknik Elektro atas dedikasinya yang
telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
9. Bapak Arie dan Ibu Yuli selaku Manager PT.IPSI KARYA ABADI yang
telah memberi izin pengambilan data dan memberi arahan kepada penulis
dilapangan.
10. Pegawai dan teman-teman PT.IPSI KARYA ABADI yang telah membantu
penulis mendapatkan data yang diperlukan.
11. Teman-teman Program Studi Teknik Elekto Baik teman seperjuangan satu
angkatan, kakak tingkat maupun adek tingkat yang telah menjadi keluarga
penulis selama menempuh masa perkuliahan.
12. Nur Milatul Ulfa selaku sodara yang telah membantu dan memberi
dukungan kepada penulis selama menyusun skripsi.
13. Dan yang terakhir namun tidak kalah penting, teman-teman tongkrongan
dan para barisan mantan atau gebetan yang telah memberi suatu pelajaran
berharga kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna
serta mungkin terdapat beberapa ketidaksesuaian terhadap harapan pembaca. Untuk
itu penulis terbuka untuk kritik dan saran yang membangun pada masa yang akan
datang sehingga dapat menjadikan skripsi ini menjadi bahanliteratur yang baik dan
bermanfaat bagi dunia pendidikan.

vii
Semarang, Februari
2023
Penulis,

Hoppe Khoiru Mubarok

NPM. 18660011

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii


ABSTRAK ........................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................... 3
1.4 Tujuan Tugas Akhir ..................................................................................... 3
1.5 Manfaat Tugas Akhir .................................................................................... 3
1.6 Metodologi Penelitian ................................................................................... 4
1.7 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ............................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7
2.1 Pengertian Transformator .............................................................................. 7
2.2 Prinsip Kerja Transformator ........................................................................... 8
2.3 Jenis-Jenis Transformator............................................................................... 9
2.3.1 Transformator Daya .................................................................................... 9
2.3.2 Transformator 1 Fasa ................................................................................ 10
2.3.3 Transformator 3 Fasa ................................................................................ 11
2.3.4 Transformator Distribusi ........................................................................... 16
2.3.5 Transformator Khusus ............................................................................... 17
2.3.6 Transformator Isolasi ................................................................................ 20
2.3.7 Transformator Pulsa .................................................................................. 20
2.4 Bagian-Bagian Transformator ...................................................................... 21
2.5 Minyak Transformator ................................................................................. 30

ix
2.5.1 Bahan Dasar Pembuatan Minyak Transformator ........................................ 32
2.5.2 Jenis Minyak Transformator ...................................................................... 34
2.5.3 Syarat Minyak Transformator .................................................................... 35
2.5.4 Penyebab Kegagalan Minyak Transformator ............................................. 38
2.5.5 Pemurnian dan Perawatan Minyak Transformator ..................................... 40
2.5.6 Tegangan Tembus Minyak Transformator ................................................. 42
2.6 Acuan Standar Pnegujian Minyak Transformator ......................................... 43
2.7 Kekuatan Dielektrik ..................................................................................... 44
2.8 Prosedur Pengujian Tegangan Tembus Minyak Transformator ..................... 45
2.9 Proses Filtering ............................................................................................ 46
2.9.1 Metode Filtering ........................................................................................ 46
BAB III PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR .............................................. 49
3.1 Prinsip Kerja Transformator ......................................................................... 49
3.1.1 Cara Kerja Transformator Step Up ............................................................ 50
3.1.2 Cara Kerja Transformator Step Down ....................................................... 51
3.1.3 Keadaan Transformator Tanpa Beban ........................................................ 52
3.1.4 Keadaan Transformator Berbeban ............................................................. 54
3.2 Polaritas Transformator ................................................................................ 55
3.3 Rangkaian Pengganti .................................................................................... 57
3.5 Penentuan Parameter .................................................................................... 59
3.5.1 Pengukuran Beban Nol .............................................................................. 59
3.5.2 Pengukuran Hubung Singkat ..................................................................... 59
3.6 Pengatur Tegangan ....................................................................................... 60
3.7 Rugi,Efisiensi, dan Pembebanan Transformator ........................................... 60
3.7.1 Rugi Tembaga (Pcu).................................................................................. 60
3.7.2 Rugi Besi (Pi)............................................................................................ 60
3.7.3 Efisiensi .................................................................................................... 61
3.7.4 Pembebanan Transformator ....................................................................... 62
3.8 Kerja Paralel Transformator ......................................................................... 63

x
3.8.1 Transformator 3 Fasa disusun dari Transformatoe 1 fasa ........................... 64
3.9 Transformator 3 Fasa ................................................................................... 65
3.9.1 Hubungan Transformator 3 Fasa ............................................................... 65
3.9.2 Jenis-Jenis Hubungan Transformator 3 Fasa .............................................. 67
3.10 Tegangan Tembus Minyak Transformator .................................................. 69
BAB IV METODE DAN ANALISA PEMBAHASAN ...................................... 70
4.1 Tempat Pengambilan Data ........................................................................... 70
4.2 Langkah Penelitian ....................................................................................... 70
4.3 Fokus Penelitian ........................................................................................... 71
4.4 Tahapan Pelaksanaan ................................................................................... 71
4.5 Instrumen Penelitian..................................................................................... 72
4.5.1 Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................... 72
4.5.2 Standar Minyak Transformator .................................................................. 73
4.5.3 Proses Purifikasi (Filtering) ....................................................................... 73
4.5.4 Gambar Rangkaian Pengujian ................................................................... 74
4.5.5 Prosedur Pengujian.................................................................................... 75
4.6 Jadwal Rencana Penelitian ........................................................................... 76
4.7 Hasil Pembahasan ........................................................................................ 76
4.7.1 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Sebelum di Purifikasi ......................... 77
4.7.1.1 Data Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Transformator
PT.BOGOWONTO PRIMALARAS .................................................................. 77
4.7.1.2 Data Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Transformator
PT.HANICA PUSPA MEGAPCK ..................................................................... 80
4.7.2 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Sesudah di Purifikasi .......................... 81
4.7.2.1 Data Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Transformator
PT.BOGOWONTO PRIMALARAS .................................................................. 81
4.7.2.2 Data Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Transformator
PT.HANICA PUSPA MEGAPACK .................................................................. 83
4.7.3 Analisa Pembahasan .................................................................................. 84

xi
4.7.3.1 Perbandingan Kualitas Tegangan Tembus Minyak Tranfo Trafindo Serial
8930469 (800 kVa) ............................................................................................ 84
4.7.3.2 Perbandingan Kualitas Tegangan Tembus Minyak Tranfo Trafindo Serial
173304309 (630 kVa) ........................................................................................ 85
4.7.3.3 Perbandingan Kualitas Tegangan Tembus Minyak Tranfo Trafindo Serial
193312747 (800 kVa) ........................................................................................ 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 87
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 87
5.2 Saran............................................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 88

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Susunan Tranformator ...................................................................... 7


Gambar 2.2 Tipe Kumparan Transformator .......................................................... 8
Gambar 2.3 Iluastrasi Prinsip Kerja Transformator .............................................. 9
Gambar 2.4 Transformator Step Up ..................................................................... 9
Gambar 2.5 Transformator Step Down ............................................................... 10
Gambar 2.6 Prinsip Kerja Transformator 1 fasa.................................................. 10
Gambar 2.7 Transformator 1 fasa ....................................................................... 11
Gambar 2.8 Hubungan Segitiga.......................................................................... 12
Gambar 2.9 Hubung Segitiga-Segitiga ............................................................... 13
Gambar 2.10 Hubungan Bintang Segitiga .......................................................... 14
Gambar 2.11 Hubugan Segitiga-Bintang ............................................................ 14
Gambar 2.12 Hubungan Zig-Zag ........................................................................ 15
Gambar 2.13 Rangkaian Ototransformator ......................................................... 18
Gambar 2.14 Transformator Rangkaian Tegangan ............................................. 19
Gambar 2.15 Transformator Rangkaian Arus ..................................................... 19
Gambar 2.16 Inti Besi Transformator ................................................................. 21
Gambar 2.17 Consentric Winding ...................................................................... 22
Gambar 2.18 Sandwich Winding ........................................................................ 22
Gambar 2.19 Bushing Transformator ................................................................. 23
Gambar 2.20 Tangki Transformator ................................................................... 24
Gambar 2.21 Relai Bucholz ............................................................................... 28
Gambar 2.22 Relai Tekanan Lebih ..................................................................... 28
Gambar 2.23 Minyak Transformator .................................................................. 31
Gambar 2.24 Struktur Senyawa Parafin Hidrokarbon ......................................... 33
Gambar 2.25 Struktur Senyawa Napthena Hidrokarbon ..................................... 33
Gambar 2.26 Struktur Senyawa Aromatik Hidrokarbon ..................................... 34
Gambar 2.27 Rangkaian Pengujian Tegangan Tembus ....................................... 45

xiii
Gambar 2.28 Alur Purifikasi Minyak Transformator .......................................... 47
Gambar 3.1 Transformator Tanpa Beban............................................................ 52
Gambar 3.2 Transformator Berbeban ................................................................. 54
Gambar 3.3 Tes Polaritas ................................................................................... 56
Gambar 3.4 Additive Polarity dan Subtractive Polarity ...................................... 56
Gambar 3.5 Rangkaian Pengganti Transformator ............................................... 57
Gambar 3.6 Vektor Diagram Rangkaian Pengganti Kondisi Tanpa Beban .......... 57
Gambar 3.7 Rangkaian Pengganti Dilihat dari Sisi Sekunder.............................. 58
Gambar 3.8 Rangkaian Pengganti Sekunder ....................................................... 59
Gambar 3.9 Rangkaian Dua Transformator Paralel ............................................ 63
Gambar 3.10 Rangkaian Trafo 3 Fasa Disusun Dari 3 Trafo 1 Fasa .................... 65
Gambar 3.11 Diagram Vektor Hubung Delta ..................................................... 65
Gambar 3.12 Diagram Vektor Hubung Bintang .................................................. 66
Gambar 4.1 Oil Test ........................................................................................... 72
Gambar 4.2 Minyak Transformator .................................................................... 72
Gambar 4.3 Alur Purifikaasi Minyak Transformator .......................................... 73
Gambar 4.4 Rangkaian Pengujian ...................................................................... 74
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo
Serial 8930469 (800kVa) ................................................................................... 84
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo
Serial 173304309 (630kVa) ............................................................................... 85
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo
Serial 193312747 (800kVa) ............................................................................... 86

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sistem Pendingin Transformator......................................................... 25


Tabel 2.2 Syarat Minyak Trafo Sebagai Isolasi Cair ........................................... 37
Tabel 2.3 Standar Pengujian Minyak Transformator........................................... 44
Tabel 4.1 Standar Minyak Transformator Sudah Pakai IEC 60422 ..................... 73
Tabel 4.2 Jadwal Rencana Tugas Akhir .............................................................. 76
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo Serial
8930469 (800kVa) Sebelum Dilakukan Purifikasi .............................................. 78
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo Serial
173304309 (630kVa) Sebelum Dilakukan Purifikasi .......................................... 79
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo Serial
193312747 (800kVa) Sebelum Dilakukan Purifikasi .......................................... 80
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo Serial
8930469 (800kVa) Sesudah Dilakukan Purifikasi .............................................. 81
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo Serial
173304309 (630kVa) Sesudah Dilakukan Purifikasi........................................... 82
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo Serial
193312747 (800kVa) Sesudah Dilakukan Purifikasi.......................................... 83

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transformator salah satu bagian dari sistem tenaga listrik yang dapat
menjaga agar kebutuhan listrik masyarakat dapat terpenuhi secara terus-menerus,
oleh karena itu transformator harus dipelihara agar dapat beroperasi secara
maksimal dan jauh dari gangguan-gangguan yang yang dapat membuat kegagalan
tansformator. Dalam penyaluran sistem tenaga listrik, salah satu hal penting dalam
peralatan adalah sistem isolasi. Sistem isolasi merupakan gabungan dari beberapa
bahan isolasi pada suatu peralatan listrik. Ketika sistem isolasi pada suatu peralatan
berada pada kondisi yang sudah tidak layak, maka akan berdampak buruk pada
operasi peralatan tersebut juga. Masalah yang sering dihadapi dalam penyaluran
sistem tenaga listrik adalah kegagalan isolasi.

Untuk menjaga kontinuitas operasi transformator, maka pada transformator


dilengkapi minyak. Minyak transformator merupakan salah satu bahan isolasi cair
yang dipergunakan sebagai isolasi dan pendingin pada transformator. Sebagai
bahan isolasi minyak harus memiliki kemampuan untuk menahan tegangan tembus,
sedangkan sebagai pendingin minyak transformator harus mampu meredam panas
yang ditimbulkan, sehingga dengan kedua kemampuan ini maka minyak
diharapkan akan mampu melindungi transformator dari gangguan. Oleh karena itu
agar sistem tenaga listrik dapat berjalan dengan baik dan handal maka keberadaan
transformator harus dijaga dari gangguan khususnya yang diakibatkan oleh minyak
isolasi. Karena minyak transformator mempunyai sifat sebagai media pemisah
panas (disikulasi) dan juga berfungsi sebagai isolasi (memiliki daya tegangan
tembus tinggi) sehingga sebagai media pendingin dan isolasi. Salah satu faktor yang
menyebabkan menurunnya mutu dan ketersediaan pelayanan daya listrik adalah
gangguan terhadap minyak transformator, yaitu penyebabnya bisa dari beban
transformator yang tinggi, lama pemakaian dari transformator dan adanya kadar air
yang tinggi pada transformator. Semakin kecilnya tegangan tembus pada minyak

1
transformator membuktikan bahwa minyak transformator mengalami gangguan
dan harus di treatment atau diganti dengan minyak transformator baru.

Terdapat beberapa fenomena kegagalan pada transformator yang salah satu


penyebabnya adalah adanya panas berlebih yang sering terjadi pada sistem isolasi
transformator. Terdapat beberapa faktor yang menimbulkan panas pada
transformator seperti pembebanan berlebih pada transformator, pelepasan beban
muatan, pemanasan dielektrik, Arus Eddy, rugi histerisis, adanya proses oksidasi
yang menghasilkan karat, lingkungan sekitar dengan suhu yang tinggi, dan lain
sebagainya. Kegagalan isolasi minyak pada transformator akan menyebabkan
penurunan terhadap kehandalan dan umur transformator. Selain berdampak pada
kerugian finansial yang besar, hal ini juga akan berpengaruh terhadap kualitas
tenaga listrik. Dalam studi ini, akan dilakukan analisa minyak transformator dengan
melakukan pengujian tegangan tembus minyak transformator dengan
menggunakan metode Breakdown Voltage. Melalui studi ini, hasil yang diperoleh
diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia tenaga listrik, khususnya pada
pengkajian kegagalan minyak transformator sehingga dapat mengambil langkah-
langkah efektif dan preventif dalam menangani permasalahan yang berkaitan
dengan isolasi minyak transformator, baik dalam penggantian maupun purifikasi
minyak transformator. Berdasarkan uraian di atas penelitian ini berjudul “Analisa
Pengaruh Purifikasi (Filtering) Terhadap Kualitas Tegangan Tembus Minyak
Transformator”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperoleh identifikasi masalah


yang akan dibahas dan dikaji dalam penelitian antara lain :

1. Bagaimanakah kualitas tegangan tembus minyak transformator sebelum


dan sesudah dilakukan filterisasi?
2. Apakah ada pengaruh suhu terhadap tegangan tembus minyak isolasi
transformator?

2
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini memiliki batasan – batasan masalah agar peneliti
mendapatkan hasil yang diharapkan. Permasalahan dibatasi dalam beberapa hal
saja, antara lain :

1. Hanya membahas tentang minyak transformator tidak membahas


keseluruhan transformator.
2. Membahas meliputi proses pengujian tegangan tembus minyak
transformator.
3. Tidak membahas reaksi kimia terhadap minyak transformator.

1.4 Tujuan Tugas Akhir

Dari permasalahan yang ada dan pembatasan masalah, maka dapat


diuraikan peneliti bahwa tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana keadaan dan kualitas tegangan tembus pada


minyak transformator sebelum dan sesudah dilakukan filterisasi.
2. Menganalisis karakteristik tegangan tembus akibat perubahan suhu pada
minyak transformator.

1.5 Manfaat Tugas Akhir

Pada penulisan tugas akhir ini penulis mengharapkan penelitian ini dapat
memberikan manfaat antara lain :

1. Dapat mendalami ilmu pengetahuan tentang transformator dan minyak


transformator, penulis dan pembaca dapat mengetahui proses menentukan
teganggan tembus pada minyak transformator.
2. Dapat menjadi informasi,referensi maupun evaluasi untuk penelitian yang
akan dilakukan kedepannya serta dapat memberikan perbandingan dalam
melakukan penelitian terkait dengan tegangan tembus minyak trafo.

3
3. Mengetahui perbandingan minyak transformator sebelum dan sesudah di
filter.

1.6 Metodologi Penelitian

Metode atau pendekatan yang digunakan penulis dalam penulisan tugas


akhir ini untuk menjawab permasalahan dan mencapai tujuan penelitian
menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Studi Pustaka
Metode ini digunakan untuk mencari dan mempelajari teori-teori dan
rumusan-rumusan sebagai landasan penulisan tugas akhir ini, dalam hal ini
penulis mempelajari kajian teori tentang minyak isolasi transformator dan
tegangan tembus minyak transformator.
2. Wawancara
Untuk memperoleh kelengkapan data dan pemahaman yang kurang,
dilakukan wawancara dengan pihak PT.ipsi karya abadi terkait dengan
minyak transformator dan tegangan tembus minyak transformator agar
mendapat data dan informasi yang valid.
3. Pengambilan Data
Pengumpulan data dilakukan penulis untuk memperoleh informasi dalam
rangkai mencapai tugas akhir ini. Penulis mengumpulkan data untuk
menyelesaikan tugas akhir ini dari instansi terkait.
4. Metode pengujian
Pada penulisan tugas akhir ini untuk menentukan kualitas tegangan tembus
minyak transformator mengunakan metode BDV (breakdown voltage) dan
dilakukan perhitungan dengan menggunakan ms excel sehingga dapat
terlihat perbandingannya.
5. Metode Analisa Data
Dari hasil pengujian akan dilakukan analisis untuk menjawab rumusan
masalah yang sudah ada, dari analisis tersebut akan diperoleh pemahaman
dan akan dibuat kesimpulan untuk menjawab tujuan dari tugas akhir ini.

4
1.7 Sistematikan Penulisan

Sistematika penulisan skripsi diperlukan untuk memberikan gambaran


umum struktur penulisan dari awal sampai akhir sebagai bentuk dari laporan
penelitian. Untuk memahami lebih jelas laporan ini, maka peneliti telah menyusun
secara sistematis yang dikelompokkan menjadi sub-bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang yang mendasari pengambilan
judul dalam tugas akhir ini, masalah-masalah yang diangkat, tujuan
penulisan tugas akhir, batasan masalah yang dibahas, manfaat
penulisan tugas akhir dan sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi kajian teori seperti uraian Transformator, bagian-
bagian transformator, minyak transformator, jenis-jenis minyak
transformator, bahan minyak transformator, standarisasi minyak
transformator sebagai isolasi cair, kegagalan minyak transformator
sebagai isolasi, metode filterisasi, pengujian tegangan tembus
minyak tansformator, dan persamaan-persamaan yang mendasari
perhitungan kekuatan dielektrik minyak transformator yang ada
dalam tugas akhir ini.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang cara peneliti melakukan sebuah penelitian,
pendekatan penelitian, prosedur penelitian, waktu dan tempat
penelitian, fokus penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik analisa data, serta cara pengujian dan langkah kerja yang
dilakukan dalam penelitian ini.

5
BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang semua pembahasan dan pengolahan data pada
penelitian ini untuk mendapatkan hasil dari penelitian mengenai
pengaruh purifikasi (filtering) terhadap kualitas tegangan tembus
minyak transformator.

BAB V : PENUTUP

Bab ini memuat tentang kesimpulan dan analisis kualitas tegangan


tembus minyak transformator setelah dilakukan purifikasi
(filtering) serta saran-saran untuk penelitan lanjutan dari tugas
akhir ini.

DAFTAR PUSRAKA

Bagian ini berisi tentang pustaka-pustaka yang dijadikan acuan


dalam penulisan untuk menyusun laporan skripsi.

LAMPIRAN

Bagian ini berisi tentang lapiran-lampiran yang dilengkapi laporan


skripsi. Memuat kelengkapan administrasi penelitian dan hal-hal
lain yang perlu dilampirkan untuk memperjelas uraian dalam
laporan skripsi dan jika dicantumkan dalam tubuh laporan akan
mengganggu sistematika pembahasan.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Transformator

Transformator adalah pelaratan listrik statis untuk mentransformasikan


energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian lainnya dengan cara mengubah
nilai tegangan tanpa merubah nilai frekuensi. Transformator disebut sebagai
peralatan yang statis karena tak terdapat bagian yang bergerak atau berputar, tidak
seperti generator atau motor. Cara pengubahan tegangan ini dilakukan dengan
memanfaatkan prinsip induktansi elektromagnetik pada lilitan. Fenomena induksi
elektromagnetik ini terjadi dalam satu waktu pada transformator adalah induktansi
sendiri pada masing-masing lilitan yang diikuti oleh induktansi bersamaan antar
lilitan.

Untuk lebih sederhananya transformator terbagi menjadi tiga bagian, yaitu


lilitan primer, lilitan sekunder dan inti besi. Lilitan primer adalah bagian
transformator yang terhubung dengan rangkaian sumber energi (catu daya). Lilitan
sekunder adalah bagian transformator yang terhubung dengan rangkaian bebannya.
Inti besi adalah bagian transformator yang bertujuan untuk mengarahkan
keseluruhan flux magnet yang dari lilitan primer agar masuk ke lilitan sekunder.
Berikut ini adalah Gambar dari susunan sebuah transformator.

Gambar 2.1 Susunan Transformator.

7
Kerja transformator yang berdasarkan induksi-elektromagnet, menghendaki adanya
gandengan magnet antara rangkaian primer dan sekunder. Gandengan magnet ini
berupa inti besi tempat melakukan fluks bersama.Berdasarkan cara melilitkan
kumparan pada inti, dikenal dua macam transformator, yaitu tipe inti dan tipe
cangkang.

Gambar 2.2 Tipe Kumparan Transformator

2.2 Prinsip Kerja Transformator

Prinsip kerja dari trafo melibatkan bagian-bagian utama pada trafo, yaitu:
kumparan primer, kumparan sekunder dan inti trafo. Kumparan tersebut
mengelilingi inti besi dalam bentuk lilitan. Apabila kumparan pada sisi primer trafo
dihubungkan dengan suatu sumber tegangan bolak-balik sinusoidal, maka akan
mengalir arus bolak-balik yang juga sinusoidal pada kumparan tersebut. Arus
bolak-balik ini akan menimbulkan fluks magnetik yang sefasa dan juga sinusoidal
di sekeliling kumparan. Akibat adanya inti trafo yang menghubungkan kumparan
pada sisi primer dan kumparan pada sisi sekunder, maka fluks magnetik akan
mengalir bersama pada inti trafo dari kumparan primer menuju kumparan sekunder
sehingga akan membangkitkan tegangan induksi pada sisi sekunder trafo.

8
Gambar 2.3 Ilustrasi Prinsip Kerja Transformator

2.3 Jenis-Jenis Transformator

2.3.1 Transformator Daya

Transformator daya adalah transformator yang digunakan untuk pemasok


daya dihasilkan dari generator listrik di gardu induk. Transformator daya
mempunyai dua fungsi yaitu menaikkan tegangan listrik (step-up) pada sistem
dimana tegangan keluarannya lebih tinggi dari pada tegangan masukannya
misalnya pada saat pengiriman atau penyaluran daya. Menurut fungsinya
transformator daya dibedakan menjadi 2 bagian antara lain :

1. Transformator Step Up
Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan
sekunder lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai
penaik tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga
listrik sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan
tinggi yang digunakan dalam transmisi jarak jauh.

Gambar 2.4 Transformator Step Up

9
2. Transformator Step Down
Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan
sekunder lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai
penaik tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga
listrik sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan
tinggi yang digunakan dalam transmisi jarak jauh.

Gambar 2.5 Transformator Step Down

2.3.2 Transformator 1 fasa

Prinsip kerja dari sebuah transformator 1 fasa ketika kumparan primer


dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada
kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang
berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan
sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi.
Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik (mutual inductance).

Gambar 2.6 Prinsip Kerja Transformator 1 fasa.

10
Pada skema transformator di atas, ketika arus listrik dari sumber tegangan
yang mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan
magnet yang dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan
pada kumparan sekunder akan berubah polaritasnya.

Gambar 2.7 Transformator 1 fasa.

Prinsip kerja trafo 1 fasa adalah apabila kumparan primer dihubungkan


dengan tegangan (sumber), maka akan mengalir arus bolak balik I 1 pada kumparan
tersebut. Oleh karena kumparan menpunyai inti, arus I 1, menimbulkan fluks magnet
yang juga berubah – ubah, pada intinya.Akibat adanya fluks magnet yang berubah
–ubah, pada kumparan primer akan timbul GGL induksi ep.

2.3.3 Transformator 3 Fasa

Transformator 3 fasa pada umumnya digunakan untuk menyalurkan tenaga


listrik pada sistem tegangan 3 fasa (arus bolak-balik). Pada sisi primer dan
skunder masing-masing mempunyai lilitan identik dengan 3 buah transformator
satu fasa, yang ujung kumparan primer dan skunder dapat disambung
(dihubungkan) secara bintang (Y) atau segi-tiga (∆).

Identik dengan 3 buah transformator satu fasa, yang ujung kumparan primer
clan sekunder dapat disambung (dihubungkan) secara bintang (I) atau segi tiga.
Kadang-kadang untuk suatu maksud tertentu sisi sekunder dihubungkan secara
zig-zag (Z) yang mempunyai 6 belitan. Bila tegangan nominal kumparan primer
sama dengan tegangan antara fasa dari sistem sumber, maka kumparan tersebut
tersambung secara segi tiga. Hubungan pada transformator 3 fasa antara lain :

11
a. Hubung Segitiga-Segitiga (∆-∆)
Pada jenis ini ujung fasa dihubungakan dengan ujung netral
kumparan lain yang secara keseluruhan akan terbentuk hubungan
delta/segitiga. Hubungan ini umumnya digunakan pada sistem yang
menyalurkan arus besar pada tegangan rendah dan yang paling utama
saat keberlangsungandari pelayanan harus dipelihara meskipun salah
satu fasa mengalami kegagalan.

Gambar 2.8 Hubungan Segitiga (∆-∆)

b. Hubungan Bintang-Bintang (Y-Y)


Pada jenis ini ujung-ujung pada masing-masing terminal
dihubungkan secara bintang. Titik netral dijadikan menjadi satu .
Hubungan tipe ini lebih ekonomis untuk arus nominal yang kecil pada
transformator tegangan tinggi.

12
Gambar 2.9 Hubungan Bintang ke Bintang (Y-Y)
c. Hubungan Bintang-Segitiga (Y-∆)
Pada hubung ini kumpara pada sisi primer dirangkaisecara bintang
(wye) dan sisi sekundernya dirangkai delta. Umumnya digunakan pada
trafo untuk jaringan transmisi dimana nantinya tegangan akan
1
diturunkan (step down). Perbandingan tegangan jala-jala kali
√3

perbandingan lilitan transformator. Tegangan sekunder tertinggal 30⁰


dari tegangan primer.

13
Gambar 2.10 Hubungan Bintang Segitiga (Y-∆)
d. Hubung Segitiga-Bintang (∆-Y)
Pada hubung ini sisi primer dirangkai secara delta sedangkan pada
sisi sekunder dirangkai bintang sehingga pada sisi skundernya terdapat
titik netral. Biasanya digunakan untuk menaikkan tegangangan (step up)
pada awal sistem transmisi tegangan tinggi. Dalam hubung ini
perbandingan tegangan 3 kali perbandingan lilitan transformator dan
tegangan sekunder mendahului sebesar 30⁰ dari tegangan primernya.

Gambar 2.11 Hubugan Segitiga-Bintang (∆-Y)

14
e. Hubungan Zig-Zag
Kebanyakan transformator distribusi selalu dihubungkan bintang,
salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh transformator tersebut adalah
ketiga fasanya harus diusahakan seimbang. Apabila beban tidak
seimbang akan menyebabkan timbulnya tegangan titik bintang yang
tidak diinginkan, karena tegangan pada peralatan yang digunakan
pemakai akan berdebda-beda.
Untuk menghindari terjadinya tegangan titik bintang, diantaranya
adalah dengan menghubungkan sisi sekunder dalam hubungan zig-zag
sisi sekunder terdiri atas enam kumparan yang dihubungkan secara
khusus.

Gambar 2.12 Hubung Zig-Zag


Ujung-ujung dari kumparan sekunder disambungkan sedemikian rupa, spaya
aliran arus didalam tiap-tiap kumparan menjadi bertentangan.

15
2.3.4 Transformator Distribusi

Transformator distribusi pada dasarnya sama dengan transformator daya,


bedanya adalah tegangan rendah pada tafo daya bila dibandingkan dengan tegangan
tinggi transformator distribusi masih lebih tinggi. Kedua tegangan pada
transformator distribusi merupakan tegangan distribusi. Transformator distribusi
digunakan mendistribusikan energi listrik sehinbgga bisa langsung digunakan oleh
konsumen. Transformator distribusi yang digunakan adalah transformator step-
down dari 20kV/400V.

Jenis transformator yang digunakan pada jaringan distribusi ada dua macam
yaitu :

a. Transformator Konvensional
Transformator jenis ini terdapat tangki konservator terletak di atas badan
transformator. Pada saat beban transformator meningkat, temperatur belitan
transformator akan naik sehingga volume minyak akan membesar. Semakin
tinggi temperature belitan, minyak akan semakin panas dan volume minyak
juga semakin besar. Kenaikan volume ini ditampung oleh konservator, dan
didalam konservator minyak akan mendorong udara keluar melalui lubang
pernapasan, dan sebaliknya. Udara lembab akan masuk ke dalam tangki
pada saat terjadi proses pernapasan yang akan menyebabkan menurunnya
kualitas dielektrik transformator. maka dipasang silica gel untuk menyaring
udara lembab yang masuk ke dalam tangki.
b. Transformator Hermetik
Transformator hermetik atau transformator tertutup adalah jenis
transformator yang paling banyak digunakan pada transformator distribusi
karena konservator dan sistem pipa untuk hubungan dengan atmosfir tidak
digunakan sehingga tidak ada pertukaran antara isi dengan transformator
luar. Sirip-sirip akan mengembang karena menampung minyak pada saat
pemuaian dan penyusutan. Jenis Transformator ini digunakan pada kondisi
iklim yang keras (asap, polusi, lingkungan yang berdebu, dll), dengan
menghindari kontak langsung dengan atmosfir luar maka pemeliharaan

16
pada transformator ini cukup rendah. Terdapat 2 jenis sistem hermetical
diantaranya :
1. Tertutup rapat dengan gas inert (Hermetically-Sealled Inert Gas
Cushion sistem ini minyak mengisi ruang di dalam tangki
transformator sampai ketinggian tertentu sampai merendam inti,
belitan dan perubahan sadapan pada transformator sedangkan
sisanya diisi oleh gas tertentu biasanya adalah gas nitrogen.
2. Tertutup Rapat Penuh (Hermetically-Sealled Fully Filled) pada
sistem ini transformator kedap udara dengan minyak mengisi
seluruh ruangan yang ada pada transformator sehingga tidak ada
ruang kosong dalam tangki yang tidak diisi oleh minyak. sistem
ini diterapkan pada tangki yang di desain dengan sirip pendingin
dari pelat yang bergelombang yang dapat membuat volume
tangki bisa berubah ubah tergantung dari besar pemuaian yang
diakibatkan oleh kenaikan beban.

2.3.5 Transformator Khusus


1. Ototransformator
Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara
listrik, dengan sadapan tengah. Dalam transformator ini, sebagian lilitan primer
juga merupakan lilitan sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder selalu
berlawanan dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang sama lilitan
sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih tipis dibandingkan transformator
biasa. Keuntungan dari autotransformator adalah ukuran fisiknya yang kecil
dan kerugian yang lebih rendah daripada jenis dua lilitan. Tetapi transformator
jenis ini tidak dapat memberikan isolasi secara listrik antara lilitan primer
dengan lilitan sekunder. Selain itu, autotransformator tidak dapat digunakan
sebagai penaik tegangan lebih dari beberapa kali lipat (biasanya tidak lebih dari
1,5 kali).

17
Gambar 2.13 Rangkaian Ototransformator
2. Transformator Penyearah
Untuk mendapatkan arus searah berbagai keperluan, dipergunakan
penyearah. Dan untuk menghubungkan penyearah ini pada jaringan,
diperlukan sebuah transformator yang khusus. Salah satu transformator
khusus ini mempunyai yang dinamakan kumparan dengan hubungan titik
tengah.
3. Transformator Ukur
Besaran-besaran seperti tegangan dan arus listrikperlu diukur, alat-alat
ukurnya akan menjadi sangat mahal jika besaran-besaran itu diukur secara
langsung, karena tiap ukur memerlukan desain dan pembuatan sendiri,
untuk membuat transformator khusus utuk menurunkan tegangan yang
tinggi atau arus yang besar pada suatu rasio tertentu. Transformator khusus
itu dinamakan transformator ukur. Terdapat dua jenis transformator ukur
yaitu :
a) Transformator Tegangan
Transformator tegangan mempunyai rasio transformasi yang sangat
teliti. Rasio tegangan itu berupa mengubah tegangan tinggi menjadi
tegangan rendah yang standar. Yang berfungsi untuk
mentransformasikan nilai tegangan yang tinggi pada sisi primer ke
nilai tegangan yang rendah di sisi skunder yang digunakan untuk
pengukuran dan proteksi.

18
Gambar 2.14 Transformator RangkaianTegangan.
b) Transformator Arus
Peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran
arus pada instalasi tenaga listrik disisi primer (TET, TT dan TM)
yang berskala besar dengan melakukan transformasi dari besaran
arus yang besar menjadi besaran arus yang kecil secara akurat dan
teliti.

Gambar 2.15 Transformator Rangkaian Arus.


4. Transformator Uji Tegangan Tinggi
Transformator uji adalah transformator penaik tegangan yang
digunakan untuk menghasilkan tegangan tinggi. Bentuk tegangan yang
dapat dihasilkan oleh transformator uji adalah tegangan arus bolak-balik,
tegangan arus searah dan tegangan tinggi impuls.

19
5. Transformator Khusus Lain
a) Transformator Mini
Transformstor mini banyak dipakai sebagai bagian dari balast bagi
lampu-lampu tabung TL. Transformator mini dipakai pada mainan
listrik anak-anak.
b) Transformator Tambang
Transformator untuk penggunaan ditambang harus memenuhi syarat
dan kondisi yang berat. Diantaranya tidak boleh menimbulkan
percikan api, harus tahan terhadap rendaman air.
c) Transformator Las
Alat las listrik sangat sederhana, persyaratan dasarnya hanya
tersedia tegangan rendah sebesar antara 75 dan 100 volt pada sisi
sekunder.

2.3.6 Transformator Isolasi

Transformator isolasi memiliki lilitan sekunder yang berjumlah sama


dengan lilitan primer, sehingga tegangan sekunder sama dengan tegangan primer.
Tetapi pada beberapa desain, gulungan sekunder dibuat sedikit lebih banyak untuk
mengkompensasi kerugian. Transformator seperti ini berfungsi sebagai isolasi
antara dua kalang. Untuk penerapan audio, transformator jenis ini telah banyak
digantikan oleh kopling kapasitor.

2.3.7 Transformator Pulsa

Transformator pulsa adalah transformator yang didesain khusus untuk


memberikan keluaran gelombang pulsa. Transformator jenis ini menggunakan
material inti yang cepat jenuh sehingga setelah arus primer mencapai titik tertentu,
fluks magnet berhenti berubah. Karena GGL induksi pada lilitan sekunder hanya
terbentuk jika terjadi perubahan fluks magnet, transformator hanya memberikan
keluaran saat inti tidak jenuh, yaitu saat arus pada lilitan primer berbalik arah.

20
2.4 Bagian-bagian Transformator

Transformator terdiri dari komponen-komponen utama dan alat penunjang


yang terpasang pada bagian transformator antara lain sebagai berikut:

1. Inti Besi (Electromagnetic Circuit / Core)


Inti trafo adalah sebagai arus penghantar magnetic (fluks) untuk dapat
membentuk rangkaian arus magnit, sehingga belitan/kumparan (coil) dapat
diinduksikan suatu tegangan. Inti terbentuk dari lapisan-lapisan plat dinamo
yang bahanya dibuat dari baja alloy atau baja silicon yang mempunyai sifat
resistansi yang tinggi dan histerisis yang kecil.

Gambar 2.16 Inti Besi Transformator


Tebal plat ini berkisar antara 0,35 - 0,5 mm, tergantung besar kecilnya
fasilitas trafo. untuk menghindari /mengurangi adanya arus pusar (Eddy,
current), maka antara plat satu dengan yang lainnya diberi semacam lapisan
isolasi (vernish) yang tahan terhadap suhu tinggi . Lapisan ini harus ditekan
(press) untuk menghilangkan adanya celah udara antara plat yang satu dengan
yang lainnya yang dapat menimbulkan suara keras pada waktu trafo kerja
(operasi).
2. Kumparan (Winding)
Kumparan atau winding terdiri dari tembaga ataupun aⅼⅼumunium berisoⅼasi
yang mengeⅼiⅼingi inti besi, dimana saat arus boⅼak-baⅼik mengaⅼir pada beⅼitan
tersebut, inti besi akan terinduksi dan menimbuⅼkan fⅼuks magnetik. Pada
transformator dengan daya besar seperti transformator tenaga, ⅼiⅼitan direndam

21
dalam minyak transformator yang berfungsi sebagai media isoⅼasi dan
pendingin. Kumparan memiliki 2 macam kontruksi antara lain :
a. Consentric Winding
Kumparan berbentuk silinder , kumparan tegangan rendah
diletakkan berdekatan dengan inti, sedang kumparan tegangan tinggi
disebelah luarnya. Antara keduanya terdapat semacam isolasi kertas
bakalit yang tahan terhadap tegangan yang tinggi (kv/cm) dan suhu yang
tinggi. Kumparan tegangan tinggi penampang (q) kecil jumlah lilitan
(N) banyak,isolasi lebih baik. Kumparan tegangan rendah : q besar, N
lebih sedikit, isolasi sesuai dengan tegangan.

Gambar 2.17 Consentric Winding


b. Sandwich Winding
Kumparan tegangan rendah dan kumparan tegangan tinggi dibuat
saling menumpuk dan diantaranya terdapat satu isolasi kertas bakelit.

Gambar 2.18 Sandwich Winding


3. Bushing
Bushing adalah isolator yang digunakan untuk mengisolir badan suatu
peralatan dengan konduktor bertegangan tinggi yang menerobos badan
peralatan tersebut (Tobing, 2012:143). Bushing merupakan media penghubung

22
antara kumparan dengan jaringan luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor
yang diselubungi oleh isolator yang berfungsi sebagai penyekat
antarakonduktor dari bushing dengan tangki transformator .

Gambar 2.19 Bushing Transformator


4. Tangki Trafo
Tangki Trafo digunakan untuk meletakan belitan, minyak trafo, dan
pengatur sirkulasi pendingin. Tangki trafo dilengkapi sirip-sirip pendingin
(cooling fi) berfungi unruk memperlus permukaan dinding tangki sehingga
penyaluran panas menjadi semakin baik dan efektif.

23
Gambar 2.20 Tangki Transformator
5. Tap Changer
Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk
mendapatkan tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari
tegangan jaringan/primer yang berubah-rubah. Tap changer yang hanya bisa
beroperasi untuk memindahkan tap transformator dalam keadaan transformator
tidak berbeban disebut “Off Load Tap Changer” dan hanya dapat dioperasikan
manual. Tap changer yang dapat beroperasi untuk memindahkan tap
transformator, dalam keadaan transformator berbeban disebut “On Load Tap
Changer” dan dapat dioperasikan secara manual atau otomatis.
6. Media Pendingin Transformator
Pada Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-
rugi besi dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan
suhu yang berlebihan, akan merusak isolasi transformator, maka untuk
mengurangi adanya kenaikan suhu yang berlebihan tersebut pada transformator
perlu juga dilengkapi dengan sistem pendingin yang berfungsi untuk
menyalurkan panas keluar transformator. Media yang digunakan pada sistem
pendingin dapat berupa udara, gas, minyak dan air. Sistem pengalirannya
(sirkulasi) dapat dengan cara Alamiah (natural). Tekanan/paksaan
(forced). Data sistem pendingin transformator dapat dilhat pada tabel berikut.

24
Tabel 2.1 Sistem Pendingin Transformator.

Macam MEDIA
No. Sistem Didalam Diluar
Pendingin Transformator Transformator
Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi
Alami Paksa Alami Paksa
1. AN - - Udara -
2. AF - - - Udara
3. ONAN Minyak - Udara -
4. ONAF Minyak - - Udara
5. OFAN Minyak Udara -
6. OFAF Minyak - Udara
7. OFWF Minyak - Air
8. ONAN/ONAF Kombinasi 3 dan 5
9. ONAN/OFAN Kombinasi 3 dan 5
10. ONAN/OFAF Kombinasi 3 dan 6
11. ONAN/OFWF Kombinasi 3 dan 7

Keterangan : A = air (udara), O = Oil (minyak), N = Natural (alamiah),

F = Forced (Paksaan / tekanan), W= Water (Air)

1. AN : Air Natural
Pendingin alam (natural cooling) oleh sirkulasi udara sekitarnya tanpa alat-
alat khusus. Inti dan kumparan trafo terbuka, tanpa minyak. Sistim ini
digunakanuntuk trafo-trafo kecil dan bertegangan rendah, misalnya set-up
trafo dirumah-rumah.
2. AB : Air Blast
Pendinginan oleh air (air blast) langsung yang dihasilkan oleh fan (kipas
angin). Sistim ini juga tidak mengunakan minyak.

25
3. ONAN : Oil Natural Air Natural
Pada tipe ini udara dan air akan bersikulasi dengan alami. Perputaran oil
akan dipengaruhi oleh suhu dari oil tersebut. Metode ini banyak digunakan
oleh transformator dengan kapasitas adaya sampai dengan 30 MVA.
Transformator dipasabgi radiator tipe sirip untuk sirkulasi minyak secara
alami/natural
4. ONAF : Oil Natural Air Forced
Pada tipe ini oil akan bersikulasi dengan alami namun saatoil melalui
radiator oil akan didinginkan dibantu oleh kipas. Metode ini banyak
digunakan oleh Transformator dengan kapasitas daya antara 30 MVA dan
60 MVA. Menggunakan radiator tipe sirip yang dilengkapi dengan kipas
pendingin. Kipas-kipas dinyalakan saat pembebanan berat saja.
5. OFAF : Oil Forced Air Forced
Pada tipe ini oil akan didinginkan dengan bantuan pompa agar sirkulasi
semakin cepat dan juga dibantu kipas pada radiatornya. Khusus jenis trafo
tenagan tipe basah, kumparan-kumparan dan intinya direndam dalam
minyak trafo, terutama trafo-trafo tenagan yang berkapasitas besar, karena
minyak trafo mempunyai sifat sebagai media pemindah panas dan bersifat
pula sebagai isolasi (tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai
media pendingi isolasi.
6. OFWF : Oil Forced Water Forced
Merupakan transformator dengan minyak sebagai pendingin belitan yang
bersikulasi secara paksa atau buatan dengan air sebagai pendingin luar.
Transformator daya dengan rating daya yang besar dan memiliki rentang
pengunaan daya yang lebar pada umumnya mengunakan gabungan dari tiga
jenis sistem pendingin, yaitu ONAN, ONAF, dan OFAF. Biasanya
transformator tersebut dilengkapi oleh sensor temperatur analog. Sensor ini
biasanya sudah diatur agar sistem pendingin dapat diubah konfigurasinya
ketika temperatur transformator mencapai batasan tertentu.

26
7. Indikator-Indikator
a. Thermometer / Temperature Gauge
Alat ini berfungsi untuk mengukur tingkat panas dari trafo, baik
panasnya kumparan primer dan sekunder juga minyak trafonya.
Thermometer ini bekerja atas dasar air raksa (mercuri/Hg) yang tersambung
dengan tabung pemuaian dan tersambung dengan jarum indikator derajat
panas. Beberapa thermometer dikombinasikan dengan panas dari resistor
(khusus yang tersambung dengan transformator arus, yang terpasang pada
salah satu fasa fasa tengah) dengan demikian penunjukan yang diperoleh
adalah relatif terhadap panas sebenarnya yang terjadi.
b. Permukaan minyak / Level Gauge
Alat ini berfungsi untuk penunjukan tinggi permukaan minyak yang
ada pada konservator. Ada beberapa jenis penunjukan, seperti penunjukan
lansung yaitu dengan cara memasang gelas penduga pada salah satu sisi
konservator sehingga akan mudah mengetahui level minyak. Sedangkan
jenis lain jika konservator dirancang sedemikian rupa dengan melengkapi
semacam balon dari bahan elastis dan diisi dengan udara biasa dan
dilengkapi dengan alat pelindung seperti pada sistem pernapasan sehingga
pemuaian dan penyusutan minyak-udara yang masuk kedalam balon dalam
kondisi kering dan aman.
8. Peralatan Proteksi
Peralatan yang mengamankan trafo terhadap bahaya fisis, elektris maupun
kimiawi. Yang termasuk peralatan proteksi transformator antara lain sebagai
berikut:
a. Relai Bucholzt
Penggunaan relai deteksi gas (Bucholtz) pada Transformator
terendam minyak yaitu untuk mengamankan transformator yang didasarkan
pada gangguan transformator seperti : arcing, partial discharge dan over
heating yang umumnya. peralatan rele yang dapat mendeteksi dan
mengamankan terhadap gangguan di dalam trafo yang menimbulkan gas. Di
dalam transformator, gas mungkin dapat timbul akibat hubung singkat antar

27
lilitan (dalam phasa/ antar phasa), hubung singkat antar phasa ke tanah,
busur listrik antar laminasi, atau busur listrik yang ditimbulkan karena
terjadinya kontak yang kurang baik.

Gambar 2.21 Relai Bucholz


b. Relai Tekanan Lebih
Suatu flash over atau hubung singkat yang timbul pada suatu
transformator terendam minyak, umumnya akan berkaitan dengan suatu
tekanan lebih didalam tangki, karena gas yang dibentuk oleh dekomposisi
dan evaporasi minyak. Dengan melengkapi sebuah relai pelepasan tekanan
lebih pada trafo, maka tekanan lebih yang membahayakan tangki trafo dapat
dibatasi besarnya. Apabila tekanan lebih ini tidak dapat dieliminasi dalam
waktu beberapa millidetik, maka terjadi panas lebih pada cairan tangki dan
trafo akan meledak. Peralatan pengaman harus cepat bekerja mengevakuasi
tekanan tersebut.

Gambar 2.22 Relai Tekanan Lebih

28
c. Relai Diferensial
Relai yang dapat mendeteksi terhadap gangguan transformator
apabila terjadi flash over antara kumparan dengan kumparan, kumparan
dengan tangki atau belitan dengan belitan di dalam kumparan ataupun antar
kumparan.
d. Relai Pengaman Tangki
Relai bekerja sebagai pengaman jika terjadi arus mengalir pada
tangki, akibat gangguan fasa ke tangki atau dari instalasi bantu seperti motor
kipas, sirkulasi dan motor-motor bantu yang lain.
Arus ini sebagai pengganti relai diferensial sebab sistim relai
pengaman tangki biasanya dipasang pada trafo yang tidak dilengkapi trafo
arus disisi primer dan biasanya pada trafo dengan kapasitas kecil. Trafo
dipasang diatas isolator sehingga tidak terhubung ke tanah kemudian
dengan menggunakan kabel pentanahan yang dilewatkan melali trafo arus
dengan tingkat isolasi dan ratio yang kecil kemudian tersambung pada relai.
e. Relai Beban Lebih
Relai ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap beban yang
berlebihan dengan menggunakan sirkit simulator yang dapat mendeteksi
lilitan trafo yang kemudian apabia terjadi gangguan akan membunyikan
alarm pada tahap pertama dan kemudian akan menjatuhkan PMT.
f. Relai Arus Lebih
Relai ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap
gangguan hubunga singkat antar fasa didalam maupun diluar daerah
pengaman trafo, juga diharapkan rele ini mempunyai sifat komplementer
dengan rele beban lebih. Rele ini juga berfungsi sebagai cadangan bagi
pengaman instalasi lainnya. Arus berlebih dapat terjadi karena beban lebih
atau gangguan hubung singkat .
g. Relai Fluks Lebih
Relai ini berfungsi untuk mengamankan transformator dengan
mendeteksi besaran fluksi atau perbandingan tegangan dan frekuensi.

29
h. Relai Tangki Tanah
Relai ini berfungsi untuk mengamankan transformator bila terjadi
hubung singkat antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak
bertegangan pada transformator.
i. Relai Gangguan Tanah Terbatas
Relai ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap
gangguan tanah didalam daerah pengaman transformator khususnya untuk
gangguan di dekat titik netral yang tidak dapat dirasakan oleh rele
diferential.
j. Rele Termis
Relai ini berfungsi untuk mengamankan transformator dari
kerusakan isolasi kumparan, akibat adanya panas lebih yang ditimbulkan
oleh arus lebih. Besaran yang diukur di dalam rele ini adalah kenaikan
temperatur.

2.5 Minyak Transformator

Minyak transformator adalah minyak mineral yang diperoleh dengan


pemurnian minyak mentah. Dalam pemakaiannya, minyak ini karena pengaruh
panas dari rugi-rugi di dalam transformator akan timbul hidrokarbon. Selain berasal
dari minyak mineral, minyak transformator dapat pula dibuat dari bahan organik,
misalnya minyak trafo piranol, silicon. Sebagai bahan isolasi ,minyak transformator
harus mempunyai tegangan tembus yang tinggi.

Sebagian besar transformator menggunakan minyak sebagai media


pendingin. Hal ini dikarenakan minyak trafo mempunyai sifat sebagai media
pemindah panas (disirkulasi) dan bersifat pula sebagai isolasi (daya tembus
tegangan tinggi). Sehingga selain berfungsi sebagai media pendingin, minyak
transformator juga berfungsi sebagai isolasi.

30
Gambar 2.23 Minyak Transformator
Untuk mendinginkan transformator saat beroperasi maka kumparan dan inti
transformator direndam di dalam minyak transformator. Oleh karena itu minyak
transformator harus mempunyai persyaratan, sebagai berikut :

a. Mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi.


b. Mempunyai daya hantar panas yang baik.
c. Mempunyai berat jenis yang rendah. Jika berat jenis minyak rendah, maka
partikel-partikel yang melayang di dalam minyak akan segera mengendap
pada dasar tangki, hal ini sangat membantu dalam mempertahankan
homogenitas minyak.
d. Memiliki kekentalan yang rendah. Minyak yang encer lebih mudah
dialirkan atau bersirkulasi, sehingga mendinginkan trafo lebih baik.
e. Memiliki titik tuang rendah. Minyak dengan titik tuang yang rendah akan
berhenti mengalir pada temperature yang rendah.
f. Mempunyai titik nyala yang tinggi. Karakteristik titik nyala mempengaruhi
penguapan minyak. Jika titik nyala minyak rendah, maka minyak mudah
menguap. Ketika minyak menguap, volumenya berkurang, minyak semakin
kental dan reaksi dengan udara di atas permukaan minyak membentuk
bahan yang dapat meledak.
g. Tidak merusak material isolasi dan material lain trafo.
h. Unsur kimianya harus stabil agar usia pemakaiannya panjang.

Sebagai bahan isolasi, minyak transfomator harus mempunyai tegangan


tembus yang tinggi. Jarak elektoda dibuat 2,5 mm, sedangkan tegangannya dapat

31
diatur dengan menggunakan autotransformator sehingga dapat diketahui tegangan
sebelum saat terjadinya kegagalan isolasi yaitu terjadinya loncatan bunga api.
Loncatan bungaapi dapat dilihat lewat lubang yang diberi kaca. Selain itu dapat
dilihat dari voltmeter tegangan tertinggi sebelum terjadinya kegagalan isolasi
(karena setelah terjadinya kegagalan isolasi voltmeter akan menunjukan harga nol).
Tegangan tembus nominal minyak transformator untuk tegangan kerja tertentu
dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh
ASTM yakni dalam standar D-877 disebutkan bahwa suatu bahan isolasi harus
memiliki tegangan tembus sebesar kurang lebih 30 kV untuk lebar sela elektroda 1
mm, dengan kata lain kekuatan dielektrik bahan isolasikurang lebih 30 kV/mm.
Sedangkan menurut standar ASTM D-1816 suatu bahan isolasi harus mampu
menahan tegangan sebesar 28 V untuk suatu lebar sela elektroda sebesar 1,2 mm.
Standar ini merupakan standar yang diterima secara internasional dan harus
dipenuhi oleh suatu bahan yang dikategorikan sebagai suatu bahan isolasi.
Kegunaan minyak trafo adalah selain untuk bahan isolasi juga sebagai media
pendingin antara kumparan kawat atau inti besi dengan sirip pendingin. Untuk
minyak isolasi pakai berlaku untuk transformator berkapasitas > 1 MVA atau
bertegangan >30 kV.

2.5.1 Bahan Dasar Pembuatan Minyak Transformator

Menurut Marsudi (2011: 251) minyak transformator terbuat dari bahan


kimia organik, merupakan senyawa atom-atom C dan H. Bahan dasar pembuatan
minyak transformator berasal dari minyak mentah (crude oil). Untuk mendapatkan
kualitas dielektrik yang baik maka pabrik-pabrik pembuat minyak transformator
menambahkan zat-zat tertentu pada bahan tersebut.

Secara umum pembuatan transformator dimulai dari minyak mentah sampai


didapat unsur yang mempunyai sifat sebagai bahan isolasi. Minyak mentah yang
ditambang masih bercampur dengan air, gas dan unsur-unsur lainnya. Kandungan
gas tersebut akan dibuang melalui pipa tertentu dengan jarak yang cukup aman pada
pabrik pengolahannya. Sedangkan lumpur dan air tadi masih mengandung bahan

32
padat yaitu tanah liat, pasir dan unsur-unsur lain, yang mana pemisahannya
dilakukan di sekitar pemboran. Selanjutnya cairan ini disalurkan ke kilang-kilang
untuk disuling dengan bahan yang dibutuhkan. Selanjutnya proses penyulingan
juga akan berbeda sebagai produksi utama yang akan dihasilkan (Panggabean,
2008).

Klasifikasi hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mentah ini dapat dibagi
dalam tiga tingkatan yaitu :

1. Parafin, dengan rumus kimia CₙH₂ₙ₊₂


Parafin adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang mempunyai rantai
karbon lurus atau bercabang, yang dalam kimia organik dikenal sebagai
senyawa dengan rantai terbuka atau senyawa alifatis.

Gambar 2.24 Struktur Senyawa Parafin Hidrokarbon


2. Naptehena, dengan rumus CₙH₂ₙ
Senyawa napthena digolongkan sebagai senyawa hidrokarbon yang
mempuyai rantai tertutup atau struktur berbentuk cincin. Senyawa ini
dikenal pula sebagai senyawa alisiklis. Masing-masing cincin dapat berisi
lima atau enam atom karbon. Senyawa napthena dapat berupa monosiklik,
disiklik, atau seterusnya tergantung pada jumlah cincin yang dimilikinya.
Pada masing-masing cincin dapat pula terhubung.

Gambar 2.25 Struktur Senyawa Napthena Hidrokarbon

33
3. Aromatik, dengan rumus CₙHₙ
Senyawa ini memiliki satu atau lebih cincin aromatik yang dapat
bergabung dengan cincin alisiklik. Beberapa senyawa aromatik berfungsi
sebagai penghambat oksidasi (inhibitor) dan penjaga kestabilan, tetapi jika
jumlahnya terlalu banyak akan bersifat merugikan yaitu berkurangnya
kekuatan dielektrik, serta berkurangnya sifat pelarutan minyak terhadap
isolasi padat di dalamnya.
Ketiga hidrokarbon diatas memiliki fungsi yang berbeda pada
minyak mentah. Minyak isolasi transformator merupakan minyak mineral
yang antara ketiga jenis minyak dasar tersebut tidak boleh dilakukan
pencampuran karena memiliki sifat fisik maupun kimia yang berbeda.

Gambar 2.36 Struktur Senyawa Aromatik Hidrokarbon

2.5.2 Jenis Minyak Transformator

Sejak lama minyak telah digunakan untuk bahan isolasi atau penyekat pada
kabel, transformator, dan circuit breakers. Minyak isolasi terbagi atas tiga jenis
yaitu organik, mineral dan sintetis. Minyak isolasi organik mulai digunakan pada
akhir abad ke-19, sedangkan minyak isolasi mineral diperkenalkan sekitar tahun
1910 dan mulai digunakan dengan pengembangan kilang minyak bumi, Minyak
isolasi sintetis mulai dikembangkan pada industri petrokimia sekitar tahun 1960
(Salam. Mazen A., dkk, 2000: 207).

a. Minyak Isolasi Organik


Organik yang termasuk dalam kelompok minyak isolasi organik
adalah minyak sayur, minyak rosin dan ester. Ester alami dihasilkan oleh
reaksi kimia antara asam nabati dan alkohol. Reaksi ini dibantu dengan
katalis seperti asam sulfur. Dengan semakin menipisnya kandungan minyak

34
bumi hal ini membuat para peneliti khawatir, sehingga minyak organik
mulai dicoba digunakan pada transformator dan peralatan listrik lainnya.
b. Minyak trafo mineral
Minyak mineral adalah minyak isolasi yang diproses dengan caara
destilasi. Minyak hasil destilasi ini harus melewati beberapa proses lagi agar
diperoleh tahanan isolasi yang tinggi, stabilitas panas yang baik,
mempunyai karakteristik yang stabil, dan memenuhi syarat teknis. Minyak
mineral banyak digunakan pada transformator daya.
c. Minyak trafo sintetis (askarel)
Penggunaan minyak isolasi mineral masih mengalami keterbatasan,
karena sifatnya yang mudah beroksidasi dengan udara, mengalami
penurunan efektifitas yang cepat dan sifat kimia dapat berubah akibat
kenaikan temperatur yang terjadi akibat pemadaman busur api atau saat
peralatan beroperasi.
Minyak sintetis adalah minyak isolasi yang diolah dengan proses
kimia untuk mendapatkan karakteristik yang lebih baik dibandingkan
dengan minyak mineral. Minyak jenis ini mempunyai sifat lebih
menguntungkan antara lain tidak mudah terbakar dan tidak mudah
teroksidasi. Namun beracun dan dapat melukai kulit.

2.5.3 Syarat Minyak Transformator

Berdasarkan SPLN 49 – 1 (1982), minyak transformator harus memenuhi


persyaratan sebagai berikut :

1. Kejernihan (appearance)
Kejernihan minyak isolasi tidak boleh mengandung suspensi atau
endapan (sedimen).
2. Massa Jenis (Density)
Massa jenis dibatasi agar air dapat terpisah dari minyak isolasi dan
tidak melayang.Pengukuran dilakukan di laboratorium dengan suhu media
20℃. Masa jenis minyak yang harus dipenuhi adalah d 0.895 gr/cm³ .

35
3. Viskositas kinematika (Kinematic Viscosity)
Viskositas memiliki peranan penting dalam pendinginan, yaitu
untuk menentukan kelas minyak transformtor.Viscositas pada suhu 20℃
antara 25 d x d 40 cSt.
4. Titik nyala (Flash point)
Titik nyala yang rendah menunjukkan adanya kontaminasi zat gabar
yang mudah terbakar.Titik nyala yang disyaratkan dalam minyak isolasi
adalah 140℃.
5. Titik tuang (Pour point)
Titik tuang dipakai untuk mengidentifikasi dan menentukan jenis
perlatan yang akan menggunakan minyak isolasi. Nilai yang di per -
syaratkan d-30℃
6. Angka kenetralan (Neutralization Number)
Angka kenetralan merupakan angka yang menunjukkan penyusutan
asam minyak dan dapat mendeteksi kontaminasi minyak, menunjukkan
kecenderungan perubahan kimia atau indikasi perubahan kimia dalam
bahan tambahan.Pada kondisi operasi trafo dalam keadaan bertegangan
yang dialiri dengan arus listrik, maka panas yang timbul berkisar 60℃ s/d
80℃. Panas ini akan disalurkan oleh minyak dengan cara konveksi dan
radiasi ke udara melalui sirip-sirip pendingin. Keluar masuknya udara luar
yang mengandung zat asam akan ber campur dengan minyak yang selanjut
nya akan terjadi per-senyawaan asam dan air yang lambat laun akan
menaikkan kadar asam. Bila hal ini dibiarkan terus menerus, maka akan
berakibat merusak isolasi minyak dan lilitan/kumparan trafo. Viscositas
minyak menjadi kental, daya pendingin minyak menjadi kental, daya
pendinginan minyak akan berkurang dan tegangan tembus akan turun.
Angka kenetralan ini dapat dipakai sebagai petunjuk umum. Bila kadar
minyak lebih besar dari angka 0,03 mgKOH/gr, maka minyak sudah harus
diganti atau di filter (saring). Untuk itu disarankan bagi regu pemeliharaan
agar selalu melakukan pemeriksaan rutin trafo tersebut terutama minyak
isolasi.Periksaan dapat dilakukan dalam periode waktu tertentu setiap 6

36
bulan sekali atau setahun sekali tergantung kondisi trafo dan lingkungan
sekitar.
7. Korosi belerangka (Corrosiven Sulphur)
Korosi belerangka kemungkinan dihasilkan dari adanya belerang
bebas atau senyawa belerang yang tidak stabil dalm minyak isolasi.Bila
dalam minyak terkandung kadar belerang, maka akan terjadi ikatan ion S
membentuk senyawa H2SO3 (akan terjadi korosif) atau gas H2S.
8. Tegangan tembus (Breakdown Voltage)
Tegangan tembus yang terlalu rendah menunjukkan adanya
kontaminasi seperti air, kotoran atau partikel konduktif dalam
minyak.Untuk minyak baru, angka tegangan tembus adalah :
a. Sebelum difilter = e30kV/2.5mm atau e 80 kV/mm
b. Setelah difilter = e50kV/2.5mm atau e 120 kV/mm
9. Kandungan Air (Water Content)
Adanya air dalam minyak isolasi akan menurunkan tegangan tembus
dan tahanan jenis minyak isolasi dan juga adanya air akan mempercepat
kerusakan kertas pengisolasi (insulating paper).

Syarat minyak trafo sebagai isolasi cair transformator dapat dilihat pada
tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Syarat minyak trafo sebagai isolasi cair transformator

No Sifat Minyak Satuan Klas Metode Tempat Uji


Isolasi I/Klas II Uji
1. Kejernihan - Jernih IEC 296 Di tempat
2. Masa Jenis(20℃) g/cm³ <0,895 IEC 296 Lab
3. Vikositas (20℃) CSt <40 <25 IEC 296 Lab
Kinematik - (15℃) CSt <800
Kinematik – CSt <1800
(30℃)

37
4. Titik Nyala ℃ >140 IEC 296A Lab
>100
5. Titik Tuang ℃ <30 <40 IEC 296A Lab
6. Angka Kenetralan mgKOH/g <0,03 IEC 296 Lab
7 Korosi Belerang - Tidak IEC 296 Ditempat/Lab
Korosif
8. Tegangan Tembus kV/2,5mm >30 IEC 156 Ditempat/Lab
>50 &
IEC 296
9. Faktor Kebocoran - >0,05 IEC 250 Lab
Dielektrik IEC 474
&
IEC 74
10. Ketahanan mgKOH/g <0,40 IEC 74 Lab
Oksidasi <0,10
a. Angka
Kenetralan
b. Kotoran

2.5.4 Penyebab Kegagalan Minyak Transformator

Ada beberapa alasan mengapa isolasi cair digunakan, antara lain yang
pertama adalah isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan
dengan isolasi gas, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi
menurut hukum Paschen. Kedua isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang
akan diisolasi dan secara serentak melalui proses konversi menghilangkan panas
yang timbul akibat rugi energi. Ketiga isolasi cair cenderung dapat memperbaiki
diri sendiri (self healing) jika terjadi pelepasan muatan (discharge). Namun
kekurangan utama isolasi cair adalah mudah terkontaminasi.

38
Beberapa macam faktor yang diperkirakan mempengaruhi kegagalan
minyak transformator seperti berikut :

1. Teori kegagalan elektronik


Teori ini merupakan perluasan dari teori kegagaⅼan pada gas, artinya
proses kegagaⅼan yang terjadi dalam dieⅼektrik cair karena adanya banjiran
eⅼektron (electron avalanche) pada gas. Pancaran medan eⅼektron dari
kat0da di asumsikan bertabrakan dengan atom dieⅼektrik cair. Jika energi
medan yang dihasiⅼkan dari tabrakan sudah cukup besar, sebagian eⅼektron
akan terⅼepas dari atom dan akan bergerak menuju anoda bersama dengan
eⅼektron bebas. Banjiran eⅼektron ini serupa dengan peⅼuahan yang terjadi
pada gas dan peristiwa ini akan mengawaⅼi proses terjadinya kegagaⅼan.
2. Teori kegagalan karena adanya gelembung
Ketakmurnian (misalnya gelembung udara) mempunyai tegangan
gagal yang ⅼebih rendah dari zat cair, disini adanya geⅼembung udara daⅼam
cairan merupakan awaⅼ dari pencetus kegagaⅼan total dari pada zat cair.
Kegagaⅼan geⅼembung merupakan bentuk kegagaⅼan isoⅼasi cair yang
disebabkan oleh geⅼembung-geⅼembung gas didaⅼamnya.
3. Teori kegagalan partikel padat
Partikel debu atau serat seⅼuⅼosa yang ada disekeⅼiⅼing isoⅼasi padat
(kertas) seringkaⅼi ikut tercampur dengan minyak. Seⅼain itu partikeⅼ padat
ini pun dapat terbentuk ketika terjadi pemanasan dan tegangan ⅼebih. Pada
saat terjadi medan ⅼistrik, partikeⅼ – partikeⅼ ini akan terpoⅼarisasi dan
membentuk jembatan. Arus akan mengaⅼir meⅼaⅼui jembatan dan
menghasiⅼkan pemanasan ⅼokal serta menyebabkan terjadinya kegagaⅼan.
4. Teori kegagalan bola cair
Air dan uap air terdapat pada minyak, terutama pada minyak yang
telah ⅼama digunakan. Jika terdapat medan ⅼistrik, maka moⅼekul uap air
yang terⅼarut memisah dari minyak dan terpoⅼarisasi membentuk suatu
dipole. Jika jumⅼah moⅼekul-moⅼekul uap air ini banyak, maka akan tersusun
semacam jembatan yang menghubungkan kedua eⅼektroda, sehingga

39
terbentuk suatu kanaⅼ peⅼuahan. Kanaⅼ ini akan merambat dan memanjang
sampai terjadi tembus ⅼistrik.

2.5.5 Pemurnian dan Perawatan Minyak Transformator

Minyak transformator dapat terkontaminasi oleh berbagai macam pengotor


seperti kelembaban, serat, resin, dan sebagainya. Ketidakmurnian dapat tinggal
didalam minyak karena pemurnian yang tidak sempurna. Pengotoran dapat terjadi
saat pengangkutan dan penyimpanan, ketika pemakaian, dan minyak itu sendiri pun
dapat membuat pengotoran pada dirinya sendiri. Ada beberapa metode pemurnian
minyak transformator antara lain :

1. Mendidihkan (Boiling)
Minyak dipanaskan hingga titik didih air dalam alat yang disebut
Boiler. Air yang ada dalam minyak akan menguap karena titikdidih minyak
lebih tinggi dari pada titik didih air. Metode ini merupakan metode yang
paling sederhana namun memiliki kekurangan. Pertama hanya air yang
dipindahkan dari minyak, sedangkan serat, arang dan pengotor lainnya tetap
tinggal. Kedua minyak dapat menua dengan cepat karena suhu tinggi dan
adanya udara.
Kekurangan kedua dapat diatasi dengan alat Boiler minyak hampa
udara (vacum oil boiler). Alat ini dipakai dengan minyak yang dipanaskan
dalam bejana udara sempit (air tight vessel) dimana udara dipindahkan
bersama dengan air yang menguap dari minyak. Alat ini tidak
menghilangkan kotoran pada kendala pertama, sehingga kotoran tetap
tinggal.
2. Alat Sentrifugal (Centrifuge reclaiming)
Air serat, karbon dan lumpur yang lebih berat dari minyak dapat
dipindahkan minyak setelah mengandap. Untuk masalah ini memerlukan
waktu lama, sehingga untuk mempercepatnya minyak dipanaskan hingga
suhu 45℃ - 55℃ dan diputar dengan cepat dalam alat sentrifugal. Kotoran
akan tertekan ke sisi bejana oleh gaya sentrigugal, sedangkan minyak yang

40
bersih akan tetap berada ditengah bejana. Alat ini mempunyai efesiensi yang
tinggi.

3. Penyaringan (Filtering)
Dengan metode ini minyak disaring melalui kertas penyaring
sehingga kotoran tidak dapat melalui pori-pori penyaring yang kecil,
sementara embun atau uap telah diserap oleh kertas yang mempunyai
hygroscopiciy yang tinggi. Jadi filter press ini sangat efisien memindahkan
kotoran padat dan uap dari minyak yang merupakan kelebihan dari
sentrifugal. Walaupun cara ini sederhana dan lebih mudah untuk dilakukan,
keluaran yang dihasilkan lebih sedikit jika dibandingkan dengan alat
sentrifugal yang menggunakan kapasitas motor. Filter press ini cocok
digunakan untuk memisahkan minyak dalam circuit breaker (CB), yang
biasanya tercemari oleh partikel jelaga (arang) yang kecil dan sulit
dipisahkan dengan menggunakan alat sentrifugal.
4. Regenerasi (Regeneration)
Produk-produk penuaan tidak dapat dipindahkan dari minyak
dengan cara sebelumnya. Penyaringan hanya baik untuk memindahkan
bagian endapan yang masih tersisa dalam minyak. Semua sifat sifat minyak
yang tercemar dapat dipindahkan dengan pemurnian menyeluruh yang
khusus yang disebut regenerasi.
Dengan menggunakan absorben untuk regenerasi minyak
transformator sering dipakai di gardu induk dan pembangkit. Adsorben
adalah substansi yang partikel partikelnya dapat menyerap produk produk
penuaan dan kelembaban pada permukaannya. Hal yang sama dilakukan
adsorben dalam ruang penyaring tabung gas yang menyerap gas beracun
dan membiarkan udara bersih mengalir. Regenerasi dengan adsorben dapat
dilakukan lebih menyeluruh bila minyak dicampur dengan asam sulfur.Ada
dua cara merawat minyak dengan adsorben yaitu :
a) Pertama, minyak yang dipanasi dapat dicampur secara menyeluruh
dengan adsorben yang dihancurkan dan kemudian disaring.

41
b) Kedua, minyak yang dipanaskan dapat dilewatkan melalui lapisan
tebal adsorben yang disebut perkolasi.
Adsorben untuk regenerasi minyak transformator terdiri dari
selinder yang dilas dengan lubang pada dasarnya dimana adsorben
ditempatkan dengan minyak yang dipanaskan (80-100℃) hingga mengalir
ke atas melalui adsorber. Ketika minyak mengalir ke atas, filter tersumbat
oleh partikel halus adsorber dan udara dibersihkan dari adsorber lebih cepat
dan lebih menyeluruh pada awalnya. Adsorber yang digunakan untuk
regenerasi minyak transformator kebanyakan yang terbuat silica gel dan
alumina atau sejenis tanah liat khusus yang dikenal sebagai pemutih
(bleaching earth), lempung cetakan (moulding clay).

2.5.6 Tegangan Tembus Minyak Transformator

Tegangan tembus adalah besarnya tegangan ketika tembus listrik di antara


elektroda yang terpisah 2,5 mm pada laju standar. Tegangan tembus normal yang
diperlukan peralatan adalah 30-50 kV. Tegangan tembus ini sangat tergantung pada
kandungan kontaminan dalam minyak, terutama air. Sedikit kenaikan kadar air di
dalam minyak akan menyebabkan pengurangan yang tajam pada nilai tegangan
tembus.

Pengujian tegangan tembus dilakukan untuk mengetahui kemampuan


minyak isolasi dalam menahan stress tegangan. Minyak yang jernih dan kering akan
menunjukan nilai tegangan tembus yang tinggi. Air bebas dan partikel solid, apalagi
gabungan antara keduanya dapat menurunkan tegangan tembus secara drastis.
Dengan kata lain pengujian ini dapat menjadi indikasi keberadaan kontaminan
seperti kadar air dan partikel-partikel lainnya. Rendahnya nilai tegangan tembus
dapat mengindikasikan keberadaan salah satu kontaminan tersebut, namun
tingginya tegangan tembus belum tentu juga mengindikasikan bebasnya minyak
dari semua jenis kontaminan.

42
Untuk minyak yang baru, memiliki warna kuning pucat.Hal ini berarti
minyak masih berada dalam kondisi yang baik dan siap untuk dipakai di
transformator tersebut.Sedangkan untuk minyak yang berumur 1 tahun, memiliki
warna kuning.Sementara untuk minyak yang berumur 2 tahun dan 5 tahun,
keduanya memiliki warna kuning kecoklatan.Warna ini menunjukkan kalau
minyak tersebut sudah dalam keadaan yang tidak baik dan menunjukkan kalau
dalam minyak tersebut sudah terpakai dalam suhu yang cukup tinggi selama
beberapa saat dan di dalam minyak itu sendiri terkandung berbagai macam endapan
dan kotoran yang juga mengendap pada isolasi kertas di dalam transformator
tersebut yang dapat merusak fungsi isolasi dari minyak transformator
tersebut.Setelah perubahan warna minyak dari kuning ke kuning kecoklatan,
minyak telah terdegradasi ke titik di mana sistem isolasi telah dipengaruhi.
Perubahan warna minyak ini dapat disebabkan oleh: masalah listrik, kepala pot atau
senyawa bushing, pernis atau polimer yang diawetkan, minyak baru di unit kotor
yang telah terpakai( Iwa Garniwa1, Jonathan Fritz S2).

Untuk itu pemantauan dan pemeliharaan kualitas minyak adalah sangat


penting guna menjamin keandalan operasi peralatan listrik khususnya
transformator, dan para ahli yang berwenang telah menetapkan petunjuk dalam
bentuk standar uji dan spesifikasi teknik seperti IEC, ASTM, BS dll.

a. Minyak trafo baru (Unused mineral insulating oil) IEC 60296-2003


b. Minyak trafo pakai (Mineral oil in service) SPLN 49-1:1982 IEC
60422:1982 diperbahurui menjadi IEC 60422:1989.

2.6 Acuan Standar Pengujian Minyak Transformator

Dalam penelitian ini untuk mengetahui sampel minyak dalam keadaan baik
maka dibutuhkan perbandikan hasil uji dengan suatu standarisasi, standar yang
digunakan sebagai acuan pengujian tegangan tembus minyak transformator adalah
Standar IEC 156. Dimana di dalam standar tersebut diatur mengenai persyaratan
tegangan tembus sebagaimana dijelaskan dalam Tabel berikut ini:

43
Tabel 2.3 Standar Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo

Tegangan Tembus Minyak Transformator


Tegangan Operasi Minyak Baru Minyak Sudah dipakai
(kV) kV / 2,5mm kV / 2,5mm
> 170 ≥ 50 ≥ 50
70-170 ≥ 50 ≥ 40
< 70 ≥ 50 ≥ 50

Persamaan tegangan tembus minyak adalah sebagai berikut :

Vb = A.dⁿ

Dimana :
Vb = Tegangan tembus/breakdown (kV)
A = Konstanta
d = Panjang ruang celah (mm)
n = Konstanta yang nilainya kurang dari 1

2.7 Kekuatan Dielektrik

Kekuatan dielektrik merupakan ukuran kemampuan suatu material untuk


bisa tahan terhadap tegangan tinggi tanpa berakibat terjadinya kegagalan. Kekuatan
dielektrik ini dapat dihitung melalui persamaan berikut :

𝑉𝑏(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
E(rata-rata)= 𝑑

Dimana:
E : kekuatan dielektrik (kV/mm)
Vb : tegangan tembus (kV)
d : jarak sela bola (mm)

44
2.8 Prosedur Pengujian Tegangan Tembus Minyak Transformator
Prosedur pengujian yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengujian
tegangan tembus isolasi cair menurut IEC 156 antara lain :

1. Pemasangan Temporary Grounding pada alat Uji Untuk pengantisipasi


kerusakan alat maka termporary grounding harus di pasang terlebihh dahulu
2. Persiapan Sampling Sesegera mungkin sebelum mengisi kotak uji, sampling
harus dikocok berulang kali secara lembut untuk memastikan adanya
homogenisasi kontaminan cairan tanpa menimbulkan gelembung udara
pada cairan.
3. Pengisian Kotak Uji Sebelum melaksanakan pengujian, bersihkan kotak uji,
dinding-dindingnya, elektroda dan komponen lainnya. Kemudian tuang
kedalam kotak uji secara perlahan dan hindari terjadinya gelembung-
gelembung udara.
a. Pemberian Tegangan Berikan tegangan pada elektroda dengan kenaikan
yang seragam (konstan) dimulai dari 0 V sampai sekitar 2,0 kV/dt
sampai timbul tegangan tembus
b. Pencatatan data Dilakukan 6 kali percobaan pengujian tegangan tembus
pada alat uji dengan jeda sekurang-kurangnya 2 menit dari setiap
pengujian. Pastikan tidak muncul gelembung udara diantara jarak sela.
Kecuali jika menggunakan pengaduk maka percobaan dapat dilakukan
secara terus-menerus.

Gambar 2.27 Rangkaian Pengujian Tegangan Tembus

45
2.9 Proses Filtering
Oil Treatment Plant adalah alat yang dirancang khusus untuk treatment oil
transformer. Purifying atau Filtering minyak trafo merupakan proses pemurnian
kembali minyak trafo dengan menggunakan alat yang disebut High Vacum Oil
Purifier dengan jalan sirkulasi.
Ada 2 proses penting dalam proses purifikasi minyak trafo, antara lain :
a. Heating
Minyak dipanaskan hingga titik didih air. Air yang ada dalam
minyak akan menguap karena titik didih minyak lebih tinggi dari pada titik
didih air. Pemanasan dilakuan dalam ruang vacum. Penggunaan ruang
vacum ini bertujuan agar air mendidih pada suhu rendah sehingga air
menguap lebih cepat. Dengan suhu rendah diharapkan minyak tidak menua
dengan cepat.
b. Penyaringan ( filter press )
Setelah minyak terpisah dari uap air dan asam, minyak trafo tersebut
disaring oleh filter yang berbahan higroscopicity sehingga pengotor dapat
tersaring.
2.9.1 Metode Filtering
Purifikasi minyak transformator dilakukan dalam kondisi transformator
tersebut sedang bekerja (on line). Secara sederhana, prinsip kerja purifikasi ini yaitu
mensirkulasikan minyak transformator yang akan dipurifikasi. Minyak disedot
masuk ke dalam alat purifikasi untukdimurnikan, kemudian dipompa kembali
dimasukkan ke dalam transformator Secara detail, proses purifikasi minyak
transformator dapat dilihat pada diagram alir di bawah ini.

46
Gambar 2.32 Alur Purifikasi Minyak Transformator
Adapun Tahapan proses purifikasi:
A. Minyak yang ada di dalam trafo dialirkan keluar menuju filter pertama
dengan bantuan daya hisap motor 3 fasa yang dipasang setelah filter
pertama, sehingga minyak masuk ke dalam filter pertama. Di dalam filter
ini butiran-butiran pengotor seperti sisa korosi peralatan maupun arang
yang besarnya lebih dari 10 mikron akan tersaring.
B. Setelah itu minyak dialirkan menuju ke rung boiler vacum. Ruang ini
terdapat dua heater yang disusun secara vertikal. Heater ini berfungsi
memanasi minyak. Selain itu juga dipasang indikator ketinggian
permukaan minyak dalam tabung vacum. Indikator ini berupa sensor infra
merah. Ketika sinar infra merah terhalang oleh minyak maka motor yang
befungsi menghisap minyak dari filter akan berhenti. Di dalam ruang ini
minyak dipanaskan hingga ± 70ºC. Dalam ruang vacum, air akan menguap
dibawah titik didih air (titik didih air = 100ºC). Uap air yang berasal dari
pemanasan disedot keluar melalui mesin vacum. Dengan metode vacum,
minyak tidak tercampur oleh udara luar.
C. Setelah minyak terpisah dari kandungan air, selanjutnya dialirkan menuju
filter kedua. Pori-pori filter ini berukuran 5 mikron. Butiran pengotor yang
tidak tersaring pada filter pertama akan tersaring pada filetr ini. Tahap
proses di atas tersebut akan diulang – ulang atau minyak disirkulasikan
secara berulang – ulang. Menurut standar PLN (Manual Book Produk
Trafo) untuk minyak lama dibutuhkan 4-6 sirkulasi sedangkan minyak baru
membutuhkan 2-3 sirkulasi. Akan tetapi pada dasarnya yang menjadi

47
patokan untuk menentukan jumlah sirkulasi adalah kualitas dari minyak
trafo ketika sebelum dipurifikasi.. Mesin yang digunakan mampu
mensirkulasikan 1000 liter minyak dalam waktu 1 jam dengan kecapatan
putar motor untuk mensirkulasikan adalah ± 19 rpm. Berarti dapat diambil
kesimpulan bahwa 1 liter minyak mampu disirkulasikan dalam waktu ± 7
detik. Dengan lama waktu tersebut diharapkan proses penyaringan dan
pemanasan minyak dapat optimal.

48
BAB III

PRINSIP KERJA TRANSFORAMATOR

3.1 Prinsip Kerja Transformator

Sebuah transformator sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 kumparan yaitu


kumparan primer dan kumparan sekunder. Pada kebanyakan transformator,
kumparan ini dililitkan pada sebuah inti. Apabila kumparan primer dihubungan
dengan sumber tegangan AC maka arus AC akan mengalir pada kumparan tersebut
dan mengakibatkan timbulnya fluks magnetik di sekeliling kumparan. Akibat yang
ditimbulkan dengan adanya fluks di kumparan primer maka akan terjadi induksi
sendiri dan induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan
primer atau disebut sebagai induksi bersama yang menyebabkan timbulnya fluks
magnet di kumparan sekunder, maka jika rangkaian sekunder dibebani maka arus
akan mengalir di sekunder.

𝑑𝜑
e = -N 𝑑𝑡

Dimana : e = Gaya Gerak Listrik (ggl) [V]

N = Jumlah Lilitan [lilit]

𝑑𝜑
= Perubahan Fluks Magnet
𝑑𝑡

Pada transformator ideal energi listrik pada kumparan primer dan sekunder sama
karena tidak ada energi yang diubah menjadi bentuk energi lain. Dapat dituliskan
dalam persamaan sebagai berikut:

𝑁𝑝 𝑉𝑝 𝐼𝑠 𝐸𝑝
= 𝑉𝑠 = 𝐼𝑝 =
𝑁𝑠 𝐸𝑠

Sp= Ss

Vp.Ip = Vp.Is

49
Persamaan transformator jika diketahui tegangan (primer/sekunder) dan kuat arus
listrik (primer/sekunder).

𝑉𝑝 𝐼𝑠
= 𝐼𝑝
𝑉𝑠

Persamaan transformator jika diketahui jumlah lilitan (primer/sekunder) dan kuat


arus listrik (primer/sekunder).

𝐼𝑠 𝑁𝑝
=
𝐼𝑝 𝑁𝑠

Persamaan transformator jika diketahui tegangan listrik (primer/sekunder) dan


jumlah lilitan (primer /sekunder).

𝑉𝑝 𝑁𝑝
=
𝑉𝑠 𝑁𝑠

Dimana :

Sp = Daya Primer (VA) Ns = Jumlah Lilitan Sekunder(lilit)

Ss = Daya Sekunder (VA) Vp = Tegangan Primer (V)

Ip = Kuat Arus Primer (A) Vs = Tegangan Sekunder (V)

Is = Kuat Arus Sekunder (A) Es = GGL induksi sekunder (V)

Np= Jumlah Lilitan Primer (lilit) Ep = GGLinduksi Primer (V)

3.1.1 Cara Kerja Transformator Step Up

Cara kerja transformator step up mengikuti cara kerja transformator pada


umumnya. Yaitu berdasarkan prinsip induksi elektomagnetik dalam hukum
faraday. Induksi elektromagnetik menghasilkan tegangan atau beda potensial yang
disebut gaya gerak listrik induksi. Ketika lilitan primer dihubungkan dengan
teganganinput berupa arus bolak-balik, arus yang mengalir pada lilitan primer akan
menginduksi inti besi transformator. Selanjutnya didalam inti besi akan mengalir
flux magnet dan flux magnet ini akan menginduksi lilitan sekunder sehingga ujung

50
lilitan sekunder akan terdapat teganggan (GGL induksi) sesuai hukum faraday.
Oleh karena itu ggl induksi berbanding lurus dengan jumlah lilitan, maka ggl
induksi pada bagian sekunder lebih besar dari pada ggl induksi pada bagian primer.
Sehingga transformator step up dapat menghasilkan tegangan sekunder yang lebih
besar daripada tegangan primer.

Persamaan efisiensi transformator penaik tegangan (step up) dapat ditulis


sebagai berikut :

𝑉𝑠 . 𝐼𝑠
= 𝑥 100%
𝑉𝑝 . 𝐼𝑝

Atau

𝑁𝑠 . 𝐼𝑠
 = 𝑁𝑝 . 𝑥 100%
𝐼𝑝

Keterangan :

 = Efesiensi transformator (%)

3.1.2 Cara Kerja Transformator Step Down

Cara kerja transformator step down mengikuti cara kerja transformator pada
umumnya. Yaitu berdasarkan prinsip induksi elektomagnetik dalam hukum
faraday. Induksi elektromagnetik menghasilkan tegangan atau beda potensial yang
disebut gaya gerak listrik induksi. Ketika lilitan primer dihubungkan dengan
teganganinput berupa arus bolak-balik, arus yang mengalir pada lilitan primer akan
menginduksi inti besi transformator. Selanjutnya didalam inti besi akan mengalir
flux magnet dan flux magnet ini akan menginduksi lilitan sekunder sehingga ujung
lilitan sekunder akan terdapat teganggan (GGL induksi) sesuai hukum faraday.
Oleh karena itu ggl induksi berbanding lurus dengan jumlah lilitan, maka ggl
induksi pada bagian sekunder lebih kecil dari pada ggl induksi pada bagian primer.
Sehingga transformator step down dapat menghasilkan tegangan sekunder yang
lebih kecil daripada tegangan primer.

51
Persamaan efisiensi transformator penurun tegangan (step down) dapat ditulis
sebagai berikut :

𝑉𝑠 . 𝐼𝑠
 = 𝑉𝑝 . 𝑥 100%
𝐼𝑝

Atau

𝑁𝑠 . 𝐼𝑠
 = 𝑁𝑝 . 𝑥 100%
𝐼𝑝

Keterangan :

 = Efesiensi transformator (%)

3.1.3 Keadaan Transformator Tanpa Beban

Gambar 3.1 Transformator Tanpa Beban

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber


tegangan V1 yang sinusoid, akan mengalirkan arus primer I o yang juga sinusoide
dan dengan menganggap belitan N1 rewaktif murni, Io akan tertingagal 900 dari V1
(gambar 2). Arus primer Io menimbulkan fluks (Φ) yang sefasa juga berbentuk
sinusoid.

Φ = Φmaks sin ωt

Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 ( Hukum Faraday)

e1 = - N 1 . d Φ / dt

52
e1 = - N1. d(Φmaks sin ωt)/dt = -N1.ω.Фmaks.cosωt (tertinggal 90º dari Ф)

harga efektifnya adalah E1 = N1.2  ƒФmaks / 2 = 4.44 n1. ƒФmaks

Pada rangkaian skunder, fluks (Ф) bersama tadi menimbulkan

e1 = - N2. d Φ / dt

e1 = - N2. ω.Фmaks.cosωt

E2 = 4.44 N2. ƒФmaks

E1/E2 = N1/N2

Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor,

E1 / E2 = V1 / V2 = N1 / N2 = a.

a = perbandingan transformasi.

Dalam hal ini tegangan induksi E1 mempunyai kebesaran yang sama tetapi
berlawanan arah dengan tegangan sumber V1.

Dimana :

E₁ = GGL induksi disisi primer

E₂ = GGL induksi disisi sekunder

V₁ = Tegangan terminal disisi primer

N₁ = Jumlah belitan disisi primer

V₂ = Tegangan terminal disisi sekunder

N₂ = Jumlah belitan disisi sekunder

a = Faktor Transformasi

53
3.1.4 Keadaan Transformator Berbeban

Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Z1, I2 mengalir


V2
pada kumparan sekunder dimana I2 = dengan 2 = faktor kerja beban.
ZL

i0 i2

V1 N2 N2
E1 E2 Z1 V2

Gambar 3.2 Transformator dalam keadaan berbeban.

Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2I2 yang cenderung
menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan I M. Agar fluks
bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I’2,
yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I 2, hingga keseluruhan
arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi :

I1 = I + I’2

Bila rugi besi diabaikan ( Ic diabaikan ) maka I = IM

I1 = IM + I’2

Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh
arus pemagnetan IM saja, berlaku hubungan :

N1 IM = N1 I1 – N2 I2

N1 IM = N1 ( I1 – I’2) - N2 I2

54
Hingga N1 I’2 = N2 I2

Karena nilai IM dianggap kecil maka :

I1 = I’2

N1 N 2 I N
Jadi   atau 1  2
I1 I2 I2 I1

Dimana :

E₁ = GGL induksi disisi primer E₂ = GGL induksi disisi sekunder

V₁ = Tegangan terminal disisi primer N₁ = Jumlah belitan disisi primer

V₂ = Tegangan terminal disisi sekunder N₂ = Jumlah belitan disisi sekunder


I₁ = Arus pada sisi primer Iₒ = Arus penguat

Iₘ = Arus pemagnetan

3.2 Polaritas Transformator

Masing-masing ujung primer dari suatu transformator satu fasa polaritasnya


selalu bergantian waktu bekerja. Hal yang sama juga terjadi pada kumparan
sekunder. Polaritas perlu kita ketahui untuk membuat sambungan-sambungan pada
transformator (yang dimaksudkan polaritas di sini adalah polaritas sesaat). Polaritas
dari suatu transformator ditentukan oleh arah-arah lilitannya. Untuk menentukan
polaritas (arah lilitan) dilakukan dengan tes polaritas.

55
Gambar 3.3 Tes Polaritas

Ujung kumparan TT (kumparan tegangan tinggi) disambung dengan ujung TR


(kumparan tegangan rendah) yang terdekat, ujung-ujung yang lain dipasang
voltmeter (V’), ujung-ujung kumparan TT dihubungkan dengan sumber dan
dipasang voltmeter (V). Pada pengukuran di atas apabila V’ > V, kedua GGL
induksi saling menjumlahkan dan dikatakan ADDITIVE POLARITY. Sedagkan
apabila V’ > V, GGL induksi pada kedua lilitan ada hubungan pengurangan dan
dikatakan SUBRACTIVE POLARITY.

Menurut ASA (the American Standards Association) pada tegangan tinggi (TT)
ujung-ujungnya diberi tanda H1, H2, H3, dan seterusnya, dimana H1 terletak
disebelah kiri pembaca, H2 disebelah kanan pembaca (apabila menghadap dari sisi
tegangan rendah TR), sedangkan pada kumparan tegangan rendah (TR) ujung-
ujungnya diberi nama X1, X2, X3, dan seterusnya. Letak X1 berdekatan dengan H1
: untuk SUBRACTIVE POLARITY, atau arah menyudut dari H1 : untuk ADDITIVE
POLARITY lihat (gambar 3.).

Gambar 3.4 Additive Polarity dan Subtractive Polarity

56
3.3 Rangkaian Pengganti

Dalam pembahasan terdahulu kita mengabaikan adanya tahanan dan fluks


bocor, Analisa selanjutnya akan memperhitungkan kedua hal tersebut. Tidak
seluruh fluks (Ф) yang dihasilkan

Oleh arus permagnetan IM merupakan Fluks bersama (Ф M), sebagian


darinya hanya mencakup kumparan primer (Φ) atau kumparan sekunder saja (Φ).
Dalam model rangkaian (rankaian ekivalen) yang dipakai untuk menganalisis kerja
suatu transformator, adanya fluks bocor . Ф1 dan Ф2 ditunjukkan sebagai reaktansi
X1 dan X2. Sedang rugi tahanan ditunjukan dengan R1 dan R2. Dengan demikian
‘model’ rangkaian dapat dituliskan seperti pada gambar dibawah.

Gambar 3.5 Rangakaian pengganti transformator.


Dalam rangkaian diatas dapat dibuat vektor diagramnya sebagai terlukis pada
gambar.

Gambar 3.6 Vektor Diagram Rangkaian Pengganti Kondisi Tanpa beban

Dari model rankaian diatas dapat pula diketahui hubungan penjumlahan vektor :

57
V1 = E1 + I1R1 + I1X1

E2 = V2 = I2R2 + I2X2

E1 / E2 = N1 / N2 = a atau E1 = a E2

E1 = a ( I2ZL + I2R2 + I2X2)

Karena I’2 / I2 = N2 / N1 = a atau I2 = aI’2

Maka E1 = a2 ( I’2ZL + I’2R2 + I’2X2)

Dan V1 = E1 = a ( I2ZL + I2R2 + I2X2) + I1(R1 + X1 )

Persamaan terakir mengandung pengertian bahwa apabila parameter rangkaian


sekunder dinyatakan dalam harga primer, harganya perlu dikalikan dengan faktor
a2 .

R1 X1 i1 a 2 R2 a2X2 i’2

i0

RC IM XM a2ZL aV2
V1 IC

Gambar 3.7 Rangkaian pengganti dilihat dari isi primer.


Jika kumparan sekunder dihubungkan dengan beban, dengan Z = (R + jX), maka
pada kumparan sekunder mengalir arus I2 yang sumbernya adalah ES.

ES = I2 [ ( R2 + R ) + j ( X2 + X ) ]

58
Gambar 3.8 Rangkaian Pengganti Sekunder

3.4 Penentuan Parameter

Parameter traformator yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian


ekivalen) Rc,XM,r,Rek dan Xek , dapat ditentukan besarnya dengan dua macam
pengukuran (test) yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubungan singkat.

3.4.1 Pengkuran Beban Nol

Dalam keadaan tanpa beban bila kumparan primer dihubungkandengan


sumber V1, seperti telah diterangkan terdahulu maka hanya I yang mengalir. Dari
pengukuran daya yang masuk (P1),arus I dan tegangan V1 akan diperoleh harga

Rc = V2 / P

Z = V1 / I = j (XM Rc ) / (Rc + jXM)

Dengan demikian, dari pengukuran beban nol dapat diketahui Harga Rc dan X M

3.4.2 Pengukuran Hubung Singkat

Hubung singkat berarti impedansi ZL deiperkecil menjadi nol, sehingga


impedansi Zek = Rek + jXek. Yang membatasi arus. Karena harga Rek dan Xek ini
relatif kecil, harus dijaga tegangan yang masuk (Vhs) cukup kecil sehingga arus
yang dihasilkan tidak melebihi arus normal. Harga I  akan relatif kecil jika
dibandingkan dengan arus nominal,sehingga pada pengukuran ini dapat diabaikan.

59
Dengan mengukur tegangan Vhs, arus Ihs dan daya Phs akan dapat dihitung
parameter:

Rek = Phs / ( Ihs )2

Zek = Vhs / Ihs = Rek + jXek

Xek = Z 2ek  R2ek

3.5 Pengatur Tegangan

Pengaturan tegangan suatu transformator ialah perubahan tegangan


sekunder antara beban nol dengan beban penuh pada suatu faktor kerja tertentu,
dengan tegangan primer konstan.

V2. tan pa.beban  V2.beban. penuh


Pengaturan =
V2.beban. penuh

3.6 Rugi, Efisiensi, dan Pembebanan Transformator

3.6.1 Rugi Tembaga ( Pcu )

Rugi yang disebabkan arus beban mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis sbb :

Pcu = I2 R

Karena arus beban berubah ubah , rugi tembaga juga tidak konstan bergantung
pada beban.

3.6.2 Rugi Besi ( Pi )

Rugi besi terdiri dari :

1. Rugi histerisis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak balik pada inti besi, yang
dinyatkan sebagai :

60
Ph = Kh ƒBmaks watt

Kh = konstanta

Bmaks = fluks maksimum ( weber )

2. Rugi ‘eddy current’ yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
Dirumuskan sebagai :

Pe = Ke ƒBmaks watt

Jadi rugi besi (rugi inti) adalah:

Pi = Ph + Pe

3.6.3 Efisiensi

Efisiensi dinyatakan sebagai :

daya.keluar Daya.keluar  rugi


 =   1
Daya.masuk Daya.keluar   rugi Daya.masuk

dimana  rugi = Pcu + Pi

Perubahan Efisiensi terhadap beban

Perubahan efisiensi terhadap beban dinyatkan sebagai :

V2 . cos 
=
Pi
V2 cos   I 2 R2.ek 
I2

Agar  maksimum maka :

Pi
d ( I 2 Rek  )
I2
0
dI 2

Pi
R2ek = 2
I 2 Rek

Pi = I22 Rek = Pcu

61
3.6.4 Pembebanan Transformator

Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi (primer) dapat
dirumuskan sebagai berikut :

S = √3.V.I

Dimana :

S = Daya transformator (kVA)

V = Tegangan sisi primer transformator (kV)

I = Arus jala-jala (A)

Sehingga untuk menghitung arus beban penuh (full load) atau arus nominal
dapat menggunakan rumus.

𝑆
Inominal =
√3.𝑉

Dimana :

Inominal = Arus beban penuh (A)

S = Daya transformator (kVA)

V = Tegangan sisi sekunder transformator (kV)

Untuk mencari arus rata-rata transformator yang terdiri dari 3 phasa, dapat
menggunakan rumus :

𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇
Irata-rata = 3

Dimana :

IR = Arus pada phasa R (Ampere)

IS = Arus pada phasa S (Ampere)

IT = Arus pada phasa T (Ampere)

62
Setelah mengetahui hasil perhitungan dari arus beban penuh (A) dan arus rata-
rata, maka dilakukan untuk menghitung pembebanan transformator menggunakan
rumus :

𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
% Pembebanan = 𝑥 100%
𝐼𝑓𝑙

3.7 Kerja Paralel Transformator

Dua buah transformator dikatakan bekerja secara pararel apabila kedua sisinya
(primer dan sekunder) dihubungkan untuk melayani beban. Tujuan utama kerja
paralel adalah agar beban yang dipikul sebanding dengan kemampuan KVA
masing–masing transformator, hingga tidak terjadi pembebanan lebih dan
pemanasan lebih.

Gambar 3.9 Rangkaian dua Transformator Paralel

Untuk maksud diatas diperlukan beberapa syarat yaitu :

1. Perbandingan tegangan harus sama Jika perbandingan tidak sama, maka


tegangan induksi pada kumparan sekunder masing–masing transformator
tidak sama. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya arus pusar pada
kumparan sekunder ketika transformator dibebani. Arus ini menimbulkan
panas pada kumparan sekunder tersebut.
2. Polaritas tansformator harus sama.
3. Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama.
4. Perbandingan transformasi (a) harus sama.

63
5. Frekuensi kerja harus sama.
6. Perbandingan antara tahanan dan reaktansi bocor harus sama.
7. Pada transformator tiga fasa urutan fasa harus sama.

Dari rangkaian ekivalen, bisa diketahui:

𝑉1 = 𝐼1𝑍𝑒𝑘 + 𝑉2 ′

Dua transformator yang diparalelkan dapat digambarkan sebagai berikut:

𝐼1𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼1𝐴 + 𝐼1𝐵 Karena 𝑉1 = 𝐼1𝑍𝑒𝑘 + 𝑉2 ′

maka untuk keadaan beban penuh

𝑉1 − 𝑉2 ′ = 𝐼1𝐴𝑍1𝐴 = 𝐼1𝐵𝑍1𝐵

Persamaan di atas mengandung arti, agar kedua transformator membagi beban


sesuatu dengan kemampuan KVA–nya, sehingga tegangan impedansi pada keadaan
beban penuh kedua transformator tersebut harus sama.

𝐼1𝐴𝑍1𝐴 = 𝐼1𝐵𝑍1𝐵

Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa kedua transformator tersebut


mempunyai impedansi per unit ( pu ) yang sama.

3.7.1 Transformator 3 Fasa disusun dari Transformator 1 Fasa

Transformator tiga phasa dapat disusun dari tiga buah transformator satu phasa.
Akan tetapi biasanya transformator tiga phasa terdiri dari tiga buah transformator
satu phasa yang dipasang pada satu inti. Pada transformator tiga phasa terdapat 3
buah kumparan primer dan 3 buah kumparan sekunder. Dari ketiga kumparan
(primer/sekunder) dapat dibuat hubungan bintang maupun segitiga.

64
Gambar 3.10 Rangkaian transformator 3 fasa yang disusun dari 3 buah
transformstor 1 fasa yang dihbungkan bintang

3.8 Transformator Tiga Fasa

3.8.1 Hubungan Transformator Tiga Fasa

A. Hubungan Delta

Tegangan transformator tiga fasa dengan tiga kumparan yang dihubungkan


secara delta, yaitu 𝑉𝐴𝐵 , 𝑉𝐵𝐶 , 𝑑𝑎𝑛 𝑉𝐶𝐴 , masing-masing berbeda fasa 1200,

𝑉𝐴𝐵 + 𝑉𝐵𝐶 + 𝑉𝐶𝐴 = 0

Untuk beban yang seimbang:

𝐼𝐴 = 𝐼𝐴𝐵 − 𝐼𝐶𝐴

𝐼𝐵 = 𝐼𝐵𝐶 − 𝐼𝐴𝐵

𝐼𝐶 = 𝐼𝐶𝐴 − 𝑉𝐵𝐶

Gambar 3.11 Diagram Vektor Hubung Delta

65
Dari vektor diagram (gambar) diketahui bahwa arus 𝐼𝐴 (arus jala-jala) adalah
[√3 × 𝐼𝐴𝐵 (arus fasa). Tegangan jala-jala dalam hubungan delta sama dengan
tegangan fasanya.

𝑉𝐴 hubungan delta = 𝑉𝑝 𝐼𝑝

𝐿
= 3𝑉𝐿 √3𝐿

= √3𝑉𝐿 𝐿𝐿

B. Hubungan Bintang

Arus transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan secara


bintang, yaitu yaitu 𝐼𝐴 , 𝐼𝐵 , 𝑑𝑎𝑛 𝐼𝐶 , masing-masing berbeda fasa 1200,

Untuk beban yang seimbang:

𝐼𝑁 = 𝐼𝐴 + 𝐼𝐵 + 𝐼𝐶

𝑉𝐴𝐵 = 𝑉𝐴𝑁 + 𝑉𝐵𝑁 = 𝑉𝐴𝑁 − 𝑉𝐵𝑁

𝑉𝐵𝐶 = 𝑉𝐵𝑁 − 𝑉𝐶𝑁

𝑉𝐶𝐴 = 𝑉𝐶𝑁 − 𝑉𝐴𝑁

Gambar 3.12 Diagram Vektor Hubung Bintang

66
Dari gambar diketahui bahwa untuk hubungan bintang berlaku hubungan:

𝑉𝐴𝐵 = √3𝑉𝐴𝑁

Atau

𝑉𝑝 = √3𝑉𝐿

Lalu

𝐼𝑝 = 𝐼𝐿

Jadi,

𝑉𝐴 hubungan bintang = 3𝑉𝑝 𝐼𝐴

𝑉𝐿
= 3( ) 𝐼𝐿 = √3𝑉𝐿 𝐼𝐿
√3

3.8.2 Jenis-Jenis Hubungan Transformator Tiga Fasa

A. Hubungan Wye-Wye (Y-Y)

Pada hubungan bintang-bintang, rasio tegangan fasa-fasa (L-L) pada primer dan
sekunder adalah sama dengan rasio setiap trafo. Sehingga, tejadi pergeseran fasa
sebesar 30° antara tegangan fasa-netral (L-N) dan tegangan fasa-fasa (L-L) pada
sisi primer dan sekundernya.

𝑉𝐿𝑃
VphP = √3

Tegangan fasa primer sebanding dengan fasa sekunder dan perbandingan belitan
transformator maka, perbandingan antara tengangan pri,er dengan tegangan
sekunder pada transformator Y-Y adalah:
𝑉𝐿𝑃 √3𝑉𝑝ℎ𝑃
= =𝑎
𝑉𝐿𝑆 √3𝑉𝑝ℎ𝑆

67
B. Hubungan Wye-delta (Y-∆)
Transformator hubungan Wye-delta (Y-∆), digunakan pada saluran tranmisi
sebagai pengait tegangan. Rasio antara sekumder dan primer tegangan fasa-fasa
adalah 1/√3 kali rasio setiap trafo. Terjadi sudut 30 derajat antara tegangan fasa-fasa
antara primer dan sekunder yang berarti bahwa trafo (Y-∆) tidak bisa diparalelkan
dengan trafo Y-Y atau trafo ∆ − ∆. Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat
primer sebanding dengan tegangan fasa primer (VLP= √3VPhP), dan tegangan kawat
ke kawat sekunder sama dengan tegangan fasa (VLS=VphS), sehingga diperoleh
perbandingan tegangan pada hubungan Y-∆ adalah:

𝑉𝐿𝑃 √3𝑉𝑝ℎ𝑃
= = √3𝑎
𝑉𝐿𝑆 𝑉𝑝ℎ𝑆

C. Hubungan Delta-wye (∆ −Y)


Transformator hubungan Delta-wye (∆ −Y), digunakan untuk menurunkan
tegangan tranmisi ketegangan rendah. Transformator hubungan Delta-wye (∆ −Y)
tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan fasa primer (VLP=VphP),
dan tegangan sisi sekundernya (VLS=√3𝑉𝑝ℎ𝑆), maka perbandingan tegangan pada
hubungan delta-wye adalah:
𝑉𝐿𝑃 𝑉𝑝ℎ𝑃 𝑎
= = √3
𝑉𝐿𝑆 √3𝑉𝑝ℎ𝑆

D. Hubungan Delta-delta (∆ − ∆)
Pada transdormator hubungan Delta-delta (∆ − ∆), tegangan kawat ke
kawat dan tegangan fasa sama untuk sisi primer dan sekunder transformator
(VRS=VST=VTR=VLN), maka perbandingan tegangannya adalah:

𝑉𝐿𝑃 𝑉𝑝ℎ𝑃
= =𝑎
𝑉𝐿𝑆 𝑉𝑝ℎ𝑆

68
Sedangan arus pada transformtor hubungan delta-delta adalah:
IL=√3𝐼𝑝

Dimana:
IL : arus line to line
Ip : arus fasa

3.9 Tegangan Tembus Minyak Transformator

Persamaan tegangan tembus minyak adalah sebagai berikut :

Vb = A.dⁿ

Dimana :
Vb = Tegangan tembus/breakdown (kV)
A = Konstanta
d = Panjang ruang celah (mm)
n = Konstanta yang nilainya kurang dari 1
Kekuatan dielektrik minyak transformator dapat dihitung melalui persamaan
berikut :

𝑉𝑏(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
E(rata-rata)= 𝑑

Dimana:
E : kekuatan dielektrik (kV/mm)
Vb : tegangan tembus (kV)
d : jarak sela bola (mm)

69
BAB IV

METODE DAN ANALISA PEMBAHASAN

4.1 Tempat Pengambilan Data

Pengambilan data untuk tugas akhir ini dilaksanakan di PT. IPSI KARYA
ABADI, yang bergerak dibidang kelistrikan khususnya pada perawatan
transformator seperti purifikasi oli, ganti oli transformator, rewinding, sevrice
berkala. PT.IPSI KARYA ABADI terletak di Kawasan Industri Candi Jl. Gatoto
Subroto blok 11B no. 8, Semarang, Jawa Tengah.

4.2 Langkah Penelitian

Pada tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kualitas


tegangan tembus minyak transformator sebelum difilter dan sesudah difilter.
Pendekatan pada tugas akhir ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif, melakukan pengumpulan data berdasarkan pengukuran yang dilakukan
dalam penelitian ini dan diolah dengan penjelasan deskriptif untuk mengambil
suatu kesimpulan yang sesuai dengan data dan hasil analisis. Adapun prosedur
langkah-langkah dalam melakukan pendekatan, yaitu sebagai berikut :

1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan penulis untuk mencari referensi atau tinjauan
pustaka terutama mengenai tegangan tembus minyak transformator.
2. Perizinan Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan guna mendukung penyusunan tugas akhir ini,
dimana data-data yang diambil akan diolah untuk mengetahui kualitas
tegangan tembus minyak transformator.
3. Analisa Data
Dalam analisa data penulis menentukan parameter yang akan dibutuhkan
untuk menentukan tegangan tembus minyak transformator. Teknik analisa
data yang digunakan penulis adalah statistik deskriptif, statistik deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan data yang telah terkumpul. Penulis akan menarik

70
kesimpulan secara deskriptif mengenai apakah adanya pengaruh purifikasi
(filtering) terhadap tegangan tembus minyak transformator kemudian
dibandingkan dengan standar IEC 60422 untuk mengetahui apakah
tegangan minyak transformator sesuai standarisasi atau tidak.

4.3 Fokus Penelitian

Fokus pada tugas akhir ini adalah mengetahui kualitas tegangan tembus
minyak transformator sebelum dan sesudah di filter.

4.4 Tahapan Pelaksanaan

Pada desian penelitian ini menggunakan desain penelitian survey dan


eksperimen, yaitu dengan cara mengambil data, dan menganalisis hasil eksperimen.
Desain penelitian ini dilakukan berdasarkan analisa untuk mengetahui pengaruh
purifikasi (filterisasi) terhadap kualitas minyak isolasi transformator sebelum dan
sesudah difilter adalah sebagai berikut :

Mulai

Pengumpulan Data

Persiapan Alat dan


Bahan

Melakukan pengujian pada


minyak transformator pada
suhu yang sudah ditentukan

Pengujian Tegangan Data Hasil Pengujian Pengujian Tegangan


Tembus Minyak Tegangan Tembus Tembus Minyak
Transformator (Kv) Transformator
sebelum difilter sebelum difilter

Analisis

Kesimpulan Membuat Laporan Selesai

71
4.5 Instrumen Penelitian

4.5.1 Alat dan Bahan Penelitian

1. Breakdown Voltage Test merk Megger


Oil test set merupakan perangkat yang digunakan untuk mengukur tegangan
tembus bahan dielektrik cair. Bejana uji presisi ini menetapkan standar akurasi
untuk pengujian bahan dielektrik cair.

Gambar 4.1 Oil Test


2. Laboratory Bottle
Laboratory Bottle merupakan alat yang digunakan untuk menyimpan
sampel minyak yang diambil dari trafo
3. Thermometer
Thermometer digunakan untuk mengukur apakah suhu pada minyak yang
dipanaskan sudah sesuai dengan suhu yang diinginkan.
4. Minyak Transformator.
Minyak transformator yang diuji dan dianalisis merupakan minyak
transformator jenis mineral oils dalam kedaan baru diambil dari drum
penyimpanan dan minyak bekas pakai dari transformator.

Gambar 4.2 Minyak Transformator.

72
4.5.2 Standar Minyak Transformator Sudah Pakai
Tabel 4.1 Standar Minyak Transformator Sudah Pakai IEC 60422
Kategori
Tegangan Tegangan Tembus (kV/2,5 mm)
(kV) Baik Cukup Buruk
70 >40 30-40 <30
150 >50 40-50 <40
500 >60 50-60 <50

4.5.3 Proses Purifikasi (Filtering)

Gambar 4.3 Alur Purifikasi Minyak Transformator


Adapun Tahapan proses purifikasi:
D. Minyak yang ada di dalam trafo dialirkan keluar menuju filter pertama
dengan bantuan daya hisap motor 3 fasa yang dipasang setelah filter
pertama, sehingga minyak masuk ke dalam filter pertama. Di dalam filter
ini butiran-butiran pengotor seperti sisa korosi peralatan maupun arang
yang besarnya lebih dari 10 mikron akan tersaring.
E. Setelah itu minyak dialirkan menuju ke rung boiler vacum. Ruang ini
terdapat dua heater yang disusun secara vertikal. Heater ini berfungsi
memanasi minyak. Selain itu juga dipasang indikator ketinggian
permukaan minyak dalam tabung vacum. Indikator ini berupa sensor infra
merah. Ketika sinar infra merah terhalang oleh minyak maka motor yang

73
befungsi menghisap minyak dari filter akan berhenti. Di dalam ruang ini
minyak dipanaskan hingga ± 70ºC. Dalam ruang vacum, air akan menguap
dibawah titik didih air (titik didih air = 100ºC). Uap air yang berasal dari
pemanasan disedot keluar melalui mesin vacum. Dengan metode vacum,
minyak tidak tercampur oleh udara luar.
F. Setelah minyak terpisah dari kandungan air, selanjutnya dialirkan menuju
filter kedua. Pori-pori filter ini berukuran 5 mikron. Butiran pengotor yang
tidak tersaring pada filter pertama akan tersaring pada filetr ini. Tahap
proses di atas tersebut akan diulang – ulang atau minyak disirkulasikan
secara berulang – ulang. Menurut standar PLN (Manual Book Produk
Trafo) untuk minyak lama dibutuhkan 4-6 sirkulasi sedangkan minyak baru
membutuhkan 2-3 sirkulasi. Akan tetapi pada dasarnya yang menjadi
patokan untuk menentukan jumlah sirkulasi adalah kualitas dari minyak
trafo ketika sebelum dipurifikasi.. Mesin yang digunakan mampu
mensirkulasikan 1000 liter minyak dalam waktu 1 jam dengan kecapatan
putar motor untuk mensirkulasikan adalah ± 19 rpm. Berarti dapat diambil
kesimpulan bahwa 1 liter minyak mampu disirkulasikan dalam waktu ± 7
detik. Dengan lama waktu tersebut diharapkan proses penyaringan dan
pemanasan minyak dapat optimal.

4.5.4 Gambar Rangkaian Pengujian

Gambar 4.4 Rangkaian Pengujian

Keterangan Simbol :

A = Amperemeter V = Voltmeter

74
4.5.5 Prosedur Pengujian

Urutan pengujian isolasi cair berdasarkan IEC 156 adalah sebagai berikut:

1. Sampel minyak trafo bekas diuji terlebih dahulu untuk mengetahui tegangan
tembusnya.
2. Kemudian minyak trafo bekas di filter dengan menggunakan mesin filter
minyak.
3. Sebelum minyak dituang, kotak uji harus dalam keadaan bersih dan kering.
4. Pada saat menuang minyak ke dalam kotak uji harus hati-hati agar tidak
menimbulkan gelembung gas dalam minyak.
5. Banyaknya minyak harus sedemikian rupa sehingga tingginya di atas
puncak elektroda lebih dari 20 mm.
6. Kemudian minyak dibiarkan sesaat untuk menghilangkan gelembung gas
yang masih mungkin terjadi saat pengisian minyak ke dalam kotak uji.
7. Selanjutnya tegangan naik otomatis secara bertahap 2 kV/detik sampai
terjadi tembus listrik
8. Setelah terjadi tembus listrik minyak diaduk dengan suatu tangkai tipis dan
bersih untuk menghilangkan gelembung gas yang timbul saat terjadi tembus
listrik.
9. Setelah terjadi tembus listrik elektroda juga harus di periksa untuk
meyakinkan bahwa elektroda tidak mengalami kerusakan pada
permukaannya yang diakibatkan saat terjadi tembus listrik.
10. Selang dua menit pengujian di ulang kembali sampai dengan enam kali
pengujian.
11. Tegangan tembus dari keenam pengujian dijumlahkan untuk mendapatkan
tegangan rata-rata.

75
4.6 Jadwal Rencana Penelitian

Tabel 4.2 Jadwal Rencana Tugas Akhir


No Kegiatan Bulan
1. Tahap Persiapan Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar
Penelutian
a. Penyusunan dan V
Pengajuan Judul
b. Pengajuan Proposal V
c. Perizinan Penelitian V
2. Tahap Pelaksanaan V
a. Pengumpulan Data V
b. Analisis Data V
3. Penyusunan Laporan V V V V

4.7 Hasil dan Pembahasan

Dalam pengoperasian transformator masalah tegangan merupakan faktor


utama, sedangkan arus yang dihasilkan mengikuti desain dari trafo itu sendiri.
Untuk mengatasi masalah tegangan tersebut, yang harus dilihat adalah ketahanan
atau kekuatan dari isolatornya, yakni sistem pendingin yang menggunakan minyak
isolasi sebagai medianya, dimana indikatornya ditentukan oleh tegangan tembus
dari minyak tersebut. Jika tegangan tembus turun dapat menyebabkan flash over
antar live part atau antara live part dengan ground atau tangki, naiknya temperatur
kerja dari transformator (over heating) dan turunnya tegangan isolasi. Apabila hal
ini dibiarkan maka akan berakibat sort circuit yang dapat menyebabkan trafo
meledak. Ketika transformator digunakan secara terus-menerus performa atau
kualitas minyak trafo akan mengalami penurunan, maka diperlukan proses untuk
memperbaiki kualitas minyak trafo yang disebut dengan purifikasi.

Purifikasi minyak trafo merupakan suatu proses pemurnian minyak trafo


untuk mengurangi atau menghilangkan kontaminasi berupa perikel-pertikel,

76
kandungan air, kandungan gas, dan kontaminasi fisik lainnya, yang bertujuan
meningkatkan tegangan tembus transformator agar setelah di treatment sesuai
standar IEC 60422. Adapun beberapa tahap proses purifikasi terhadap minyak
transformator sebagai berikut:

1. Pemanasan, minyak trafo dipanaskan secara terus-menerus dengan


temperatur yang konstan. Proses ini dilakukan untuk memisahkan air dan
minyak. Ketika diipanaskan, air akan berubah menjadi uap sedangkan
minyak trafo tetap pada komposisi semula. Pemanasan ini juga dapat
menguraikan asam yang terkandung dalam minyak trafo.
2. Pengkabutan, setelah melalui pemanasan minyak trafo dikabutkan untuk
memisahkan antara minyak dan uap air kemudian dilakukan pemvakuman
dengan tekanan 0,8 bar untuk memisaahkan kandungan asam.
3. Penyaringan, pada proses ini minyak trafo yang telah mengalami proses
pengkabutkan disaring dan dipadatkan. Proses pemadatan untuk mencegah
gelembung udara. Kemudian minyak trafo yang sudah bersih disalurkan lagi
kedalam transformator.

Proses purifikasi terhadap minyak trafo dilakukan secara berulang-ulang,


proses purifikasi minyak trafo sudah pakai dilakukan 4-6 sirkulasi. Lamanya proses
purifikasi tergantung pada kapasistas minyak pada transformator. Satu liter minyak
trafo membutuhkan waktu kurang lebih 17 menit untuk satu sirkulasi.

4.7.1 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Sebelum di Purifikasi

4.7.1.1 Data Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Tranformator


PT.BOGOWONTO PRIMALARAS.

Hasil pengujian tegangan tembus minyak trafo sebelum dipurifikasi


transformator merk Trafindo serial 8930469 (800 kVa) dan Trafindo serial
173304309 (630 kVa) PT BOGOWONTO PRIMALARAS.

77
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo serial
8930469 (800 kva) Sebelum Dilakukan Purifikasi.

Tes Tegangan Tembus Hasil


Pengujian 1 26,2
Pengujian 2 28,5
Pengujian 3 30,1
Pengujian 4 22,7
Pengujian 5 29,1
Pengujian 6 25,8
Jumlah (KV) 162,4
Tegangan Tembus Rata2/2,5mm 27

Berdasarkan tabel diatas terlihat tegangan tembus minyak trafo mengalami


penurunan pada 6 kali percobaan, cara menghitung rata-rata tegangan tembus
minyak trafo dari 6 kali pengujian sebagai berikut :

26,2+28,5+30,1+22,7+29.1+25,8
Vb(rata-rata) = = 162,4 kV/2,5mm
6

Berdasarkan hasil rata-rata pada perhitungan diatas dapat diketahui


ketahanan dielektrik minyak trafo sebelum dilakukan purifikasi, perhitungan
kekuatan dielektrik minyak trafo sebelum dipurifikasi memakai rumus sebagai
berikut :

𝑉𝑏(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
E(rata-rata)= 𝑑

Keterangan :
E : kekuatan dielektrik (kV/mm)
Vb : tegangan tembus (kV)
d : jarak sela bola (mm)

27
E(rata-rata)= 2,5 = 10,8 𝑘𝑉/𝑚𝑚

78
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo serial
173304309 (630 kva) Sebelum Dilakukan Purifikasi.

Tes Tegangan Tembus Hasil


Pengujian 1 32,5
Pengujian 2 29,3
Pengujian 3 35,6
Pengujian 4 30,9
Pengujian 5 25,8
Pengujian 6 40,5
Jumlah (KV) 203,6
Tegangan Tembus Rata2/2,5mm 33,9

Berdasarkan tabel diatas terlihat tegangan tembus minyak trafo mengalami


penurunan pada 6 kali percobaan, cara menghitung rata-rata tegangan tembus
minyak trafo dari 6 kali pengujian sebagai berikut :

32,5+29,3+35,6+30,9+25,8+40,5+
Vb(rata-rata) = = 33,9 kV/2,5mm
6

Berdasarkan hasil rata-rata pada perhitungan diatas dapat diketahui


ketahanan dielektrik minyak trafo sebelum dilakukan purifikasi, perhitungan
kekuatan dielektrik minyak trafo sebelum dipurifikasi memakai rumus sebagai
berikut :

𝑉𝑏(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
E(rata-rata)= 𝑑

33,9
E(rata-rata)= = 13,5 𝑘𝑉/𝑚𝑚
2,5

79
4.7.1.2 Data Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Tranformator
PT.HANICA PUSPA MEGAPACK.

Hasil Pengujian tegangan tembus minyak trafo sebelum purifikasi,


transformator Trafindo serial 193312747 (800 kVa) sebelum dipurifikasi
transformator PT HANICA PUSPA MEGAPACK.

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo serial
193312747 Sebelum Dilakukan Purifikasi.

Tes Tegangan Tembus Hasil


Pengujian 1 35,1
Pengujian 2 29,8
Pengujian 3 30,4
Pengujian 4 28,6
Pengujian 5 30,1
Pengujian 6 32,4
Jumlah (KV) 186,4
Tegangan Tembus Rata2/2,5mm 31

Berdasarkan tabel diatas terlihat tegangan tembus minyak trafo mengalami


penurunan pada 6 kali percobaan, cara menghitung rata-rata tegangan tembus
minyak trafo dari 6 kali pengujian sebagai berikut :

35,1+29,8+30,4+28,6+30,1+32,4
Vb(rata-rata) = = 31 kV/2,5mm
6

Berdasarkan hasil rata-rata pada perhitungan diatas dapat diketahui


ketahanan dielektrik minyak trafo sebelum dilakukan purifikasi, perhitungan
kekuatan dielektrik minyak trafo sebelum dipurifikasi memakai rumus sebagai
berikut :

𝑉𝑏(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
E(rata-rata)= 𝑑

80
31
E(rata-rata)= 2,5 = 12,4 𝑘𝑉/𝑚𝑚

4.7.2 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Sesudah di Purifikasi

4.7.2.1 Data Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Tranformator


PT.BOGOWONTO PRIMALARAS.

Hasil pengujian tegangan tembus minyak trafo sesudah dipurifikasi


transformator merk Trafindo serial 8930469 (800 kVa) dan Trafindo serial
173304309 (630 kVa) PT BOGOWONTO PRIMALARAS.

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo serial
8930469 (800 kva) Sesudah Dilakukan Purifikasi.

Tes Tegangan Tembus Hasil


Pengujian 1 69,5
Pengujian 2 63,8
Pengujian 3 69,1
Pengujian 4 81,2
Pengujian 5 81,7
Pengujian 6 83
Jumlah (KV) 448,3
Tegangan Tembus Rata2 /2,5mm 74,71

Berdasarkan tabel diatas terlihat tegangan tembus minyak trafo mengalami


kenaikan setelah dilakukan purifikasi pada 6 kali pengujian, cara menghitung rata-
rata tegangan tembus minyak trafo dari 6 kali pengujian sebagai berikut :

69,5+63,8+69,1+81,2+81,7+83
Vb(rata-rata) = = 74,71 kV/2,5mm
6

Berdasarkan hasil rata-rata pada perhitungan diatas dapat diketahui


ketahanan dielektrik minyak trafo sebelum dilakukan purifikasi, perhitungan

81
kekuatan dielektrik minyak trafo sebelum dipurifikasi memakai rumus sebagai
berikut :

𝑉𝑏(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
E(rata-rata)= 𝑑

74,71
E(rata-rata)= = 29,88 𝑘𝑉/𝑚𝑚
2,5

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo serial
173304309 (630 kva) Sesudah Dilakukan Purifikasi.

Tes Tegangan Tembus Hasil


Pengujian 1 81,5
Pengujian 2 83,5
Pengujian 3 81,4
Pengujian 4 71
Pengujian 5 73,8
Pengujian 6 69,1
Jumlah (KV) 460,3
Tegangan Tembus Rata2/2,5mm 76,71

Berdasarkan tabel diatas terlihat tegangan tembus minyak trafo mengalami


kenaikan setelah dilakukan purifikasi pada 6 kali pengujian, cara menghitung rata-
rata tegangan tembus minyak trafo dari 6 kali pengujian sebagai berikut :

81,5+83,5+81,4+71+73,8+69,1
Vb(rata-rata) = = 76,71 kV/2,5mm
6

Berdasarkan hasil rata-rata pada perhitungan diatas dapat diketahui


ketahanan dielektrik minyak trafo sebelum dilakukan purifikasi, perhitungan
kekuatan dielektrik minyak trafo sebelum dipurifikasi memakai rumus sebagai
berikut :

𝑉𝑏(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
E(rata-rata)= 𝑑

82
76,71
E(rata-rata)= = 30,68 𝑘𝑉/𝑚𝑚
2,5

4.7.2.2 Data Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Tranformator


PT.HANICA PUSPA MEGAPACK.

Hasil Pengujian tegangan tembus minyak trafo sesudah purifikasi,


transformator Trafindo serial 193312747 (800 kVa) transformator PT HANICA
PUSPA MEGAPACK.

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafindo serial
193312747 Sesudah Dilakukan Purifikasi.

Tes Tegangan Tembus Hasil


Pengujian 1 73,9
Pengujian 2 82,2
Pengujian 3 75,3
Pengujian 4 73,3
Pengujian 5 73,9
Pengujian 6 68,7
Jumlah (KV) 446,3
Tegangan Tembus Rata2/2,5mm 74,3

Berdasarkan tabel diatas terlihat tegangan tembus minyak trafo mengalami


kenaikan setelah dilakukan purifikasi pada 6 kali pengujian, cara menghitung rata-
rata tegangan tembus minyak trafo dari 6 kali pengujian sebagai berikut :

73,9+82,2+75,3+73,3+73,9+68.7
Vb(rata-rata) = = 74,3 kV/2,5mm
6

Berdasarkan hasil rata-rata pada perhitungan diatas dapat diketahui


ketahanan dielektrik minyak trafo sebelum dilakukan purifikasi, perhitungan
kekuatan dielektrik minyak trafo sebelum dipurifikasi memakai rumus sebagai
berikut :

83
𝑉𝑏(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
E(rata-rata)= 𝑑

74,3
E(rata-rata)= =29,72 𝑘𝑉/𝑚𝑚
2,5

4.7.3 Analisa Pembahasan

4.7.3.1 Perbandingan Kualitas Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafimdo


Serial 8930469 (800 kVa)

Transformator Trafindo Serial 8930469 (800 kVa)


90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3 Pengujian 4 Pengujian 5 Pengujian 6

Sebelum dipurifikasi Sesudah dipurifikasi

Gambar 4.5 Grafik perbandingan tegangan tembus Minyak Trafo Trafindo Serial
8930469 (800 kVa)

Berdasarkan grafik diatas nilai rata-rata tegangan tembus dari minyak trafo
yang diuji sebelum dilakukan proses purifikasi didapat hasil rata-rata 27 kVa/2,5
mm dengan menggunakan elektroda setengah bola. Kemudian setelah dilakukan
proses purifikasi didapat tegangan tembus rata-rata menjadi 74,71 kVa/2,5 mm.
Dan ketahanan dielektrik mengalami kenaikan sebesar 29,88 kV/mm dari yang
sebelumnya 10,8 kV/mm. Maka terlihat bahwa adanya perubahan kualitas tegangan
tembus minyak transformator pada tarfo trafindo serial 8930469 (800 kVa) setelah
dilakukan proses purifikasi, pada 6 kali pengujian nilai tegangan tembus mengalami
peningkatan. Dari 6 kali pengujian, nilai tegangan tembusnya sudah memenuhi
standar tegangan tembus minyak trafo sesuai standar IEC 60422 (60 kV/2,5 mm).

84
4.7.3.2 Perbandingan Kualitas Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafimdo
Serial 173304309 (630 kVa)

Transformator Trafindo Serial 173304309 (630 kVa)


90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3 Pengujian 4 Pengujian 5 Pengujian 6

Sebelum dipurifikasi Sesudahdipurifikasi

Gambar 4.6 Grafik perbandingan tegangan tembus Minyak Trafo Trafimdo Serial
173304309 (630 kVa)

Berdasarkan grafik diatas nilai kekuatan dielektrik dari minyak trafo yang
diuji sebelum dilakukan proses purifikasi didapat hasil rata-rata 33,9 kVa/2,5 mm
dengan menggunakan elektroda setengah bola. Kemudian setelah dilakukan proses
purifikasi didapat tegangan tembus rata-rata menjadi 76,71 kVa/2,5 mm. Dan
ketahanan dielektrik mengalami kenaikan sebesar 30,68 kV/mm dari yang
sebelumnya 13,56 kV/mm. Maka terlihat bahwa adanya perubahan kualitas
tegangan tembus minyak transformator pada tarfo trafindo serial 173304309 (630
kVa) setelah dilakukan proses purifikasi, pada 6 kali pengujian nilai tegangan
tembus mengalami peningkatan. Dari 6 kali pengujian, nilai tegangan tembusnya
sudah memenuhi standar tegangan tembus minyak trafo sesuai standar IEC 60422
(60 kV/2,5 mm).

85
4.7.3.3 Perbandingan Kualitas Tegangan Tembus Minyak Trafo Trafimdo
Serial 193312747 (800 kVa)

Transformator Trafindo Serial 193312747 (800 kVa)


90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3 Pengujian 4 Pengujian 5 Pengujian 6

Sebelum dipurifikasi Sesudah dipurifikasi

Gambar 4.7 Grafik perbandingan tegangan tembus Minyak Trafo Trafimdo Serial
193312747 (800 kVa)

Berdasarkan grafik diatas nilai kekuatan dielektrik dari minyak trafo yang
diuji sebelum dilakukan proses purifikasi didapat hasil rata-rata 31 kVa/2,5 mm
dengan menggunakan elektroda setengah bola. Kemudian setelah dilakukan proses
purifikasi didapat tegangan tembus rata-rata menjadi 74,4 kVa/2,5 mm. Dan
ketahanan dielektrik mengalami kenaikan sebesar 29,72 kV/mm dari yang
sebelumnya 12,4 kV/mm. Maka terlihat bahwa adanya perubahan kualitas tegangan
tembus minyak transformator pada tarfo trafindo serial 193312747 (800 kVa)
setelah dilakukan proses purifikasi, pada 6 kali pengujian nilai tegangan tembus
mengalami peningkatan. Dari 6 kali pengujian, nilai tegangan tembusnya sudah
memenuhi standar tegangan tembus minyak trafo sesuai standar IEC 60422 (60
kV/2,5 mm).

86
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil uji tegangan tembus minyak tarfo PT Bogowonto Primalaras


merk tarfindo serial 8930469 (800 kVa), serial 173304309 (630 kVa), dan dari PT
Hanica Puspa Megapack serial 193312747 (800 kVa). Sebelum dan sesudah
dilakukan proses purifikasi muncul beberapa kesimpulan:

1. Hasil pengujian tegangan tembus minyak trafo pada trafo PT Bogowonto


Primalaras serial 8930469 (800 kVa) dan serial 173303309 (630 kVa) setelah
dilakukan 6 kali pengujian sebelum dilakukan proses purifikasi nilai rata-rata
tegangan tembusnya 27 kV/2,5 mm dan 33,9 kV/2,5 mm yang mana masih
dibawah minimum standar IEC 60422. Sedangkan pengujian tegangan tembus
minyak trafo setelah dilakukan proses purifikasi nilai rata-rata tegangan
tembusnya 74,71 kV/2,5 mm dan 76,71 kV/2,5 mm. kemudian pada PT Hanica
Puspa Megapack dengan merk trafo trafindo serial 193312747 (800 kVa)
setelah dilakukan 6 kali pengujian sebelum dilakukan proses purifikasi nilai
rata-rata tegangan tembusnya 31 kV/2,5 mm. Dari hasil rata-rata tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai tegnagan tembus pada minyak trafo sebelum
dilakukan proses purifikasi adalah dibawah minimum standar IEC 60422.
Sedangkan pengujian tegangan tembus minyak trafo setelah dilakukan proses
purifikasi niali rata-rata tegangan tembusnya 74,3 kV/2,5 mm.
2. Setelah dilakukan proses purifikasi tegangan tembus minyak trafo dari ketiga
trafo mengalami kenaikan kualitas tegangan tembus dan memenuhi syarat
minimum standar IEC 60422 (60 kV/2,5 mm).
3. Berdasarkan hasil pengujian pada ketiga minyak transformator, minyak
transformator dari ketiga trafo tahan terhadap perubahan suhu akan tetapi untuk
minyak sudah pakai nilai tegangan tembusnya lebih cenderung konstan atau

87
tidak mengalami peningkatan yang terlalu besar dengan semakin tinggi suhu
minyak saat proses purifikasi.
4. Terjadinya peningkatan nilai tegangan tembus minyak transformator juga
karena adanya penurunan jumlah kadar air dan partikel-partikel lain yang ada
didalam minyak transformator seiring dengan meningkatnya suhu saat proses
purifikasi. Ketika minyak transformator mengalami kenaikan suhu, maka
jumlah kadar air dalam minyak transformator mengalami penurunan,
dikarenakan titik didih air lebih kecil dibandingkan titik didih minyak
transformator.

5.2 Saran

Dari hasil pengujian yang dilakukan pada ketiga transformator disarankan


untuk :

1. Untuk minyak transformator sudah pakai perlu dilakukan pengecekan secara


rutin dikarenakan minyak transformator sudah pakai kualitas tegangan
tembusnya akan mengalami penurunan karena faktor umur dan faktor lainya,
seperti kadar air dan partikel-partikel, untuk mencegah terjadinya kegagalan
isolasi yang akan mengakibatkan kerusakan pada transformator.
2. Proses purifikasi (filtering) untuk minyak transformator sudah pakai sebaiknya
dilakukan tidak lebih dari 1 tahun, untuk mencegah terjadinya penurunan
kualitas isolasi minyak transformator yang bisa menyebabkan kegagalan
isolasi.
3. Untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih dalam tentang
minyak transformator lainnya selain tegangan tembus (BDV), misalnya seperti
melakukan penelitian DGA, viskositas,angka kenetralan dan sebagainya.

88
DAFTAR PUSTAKA

SPLN’50-1982 dan IEC No.56.Thn.1991, Pengujian Transformator,


Standar Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta.

PT. PLN (Persero) P3B, 2003, Panduan Pemeliharaan Transformator


Tenaga, Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta.

Ir. Soewardiyono, TRANSFORMATOR, Universitas Semarang,


Semarang.

Alinda Aisteti Yani,(2020),Analisa Tahanan Isolasi Transformator 3


PT.PLN (PERSERO) Gardu Induk 150 kV Pati.

Urip Mudjiono, & Edy Prasetyo Hidayat.(2012). Pengujian Tegangan


Tembus Isolasi Minyak Transformator Fasilitas Gedung Rektorat Universitas
Airlangga Surabaya. Jurnal Teknik Mesin, Tahun 20, NO. 2, Oktober 2012.

Muhammad Fachry Akbar.(2018). Analisa Karakteristik Minyak Isolasi


Transformator Daya 11kVA Menggunakan Metode DGA DAN Breakdown
Voltage Pada Gardu Kilang Pertamina RU-II Dumai.

Nizar Rosyid, & Dika P.(2021). Pengujian Tegangan Tembus Pada Minyak
Trafo. Sinusoida Vol. XXIII No. 2.

Saiful Karim.(2017). Pengaeuh Kondisi Minyak Terhadap Keandalan


Sistem Kerja Transformator (Studi Kasus Di PT. Indocement Tunggal Prakarsa,
tbk. Plant 12 Tarjun – Kalimantan Selatan). Jurnal EEICT.

Tajudin.(1998). Analisis Kegagalan Minyak Transformator, Elektro


Indonesia, Edisi 12 Maret.

IEC 156. (1995). Insulating Liquids - Determination of The Breakdown


Voltage at Power Frequency - Test Methods. Switzerland : IEC.
Kadir, Abdul.(2010). Transformator. Penerbit Universitas Indonesia :
Jakarta

[PLN] Perusahaan Listrik Negara. (1991). SPLN 8-2 : Transformator


Tenaga – Kenaikan Suhu. Jakarta: PT PLN (Persero).

[PLN] Perusahaan Listrik Negara. (2014). Buku Pedoman Pemeliharaan


Transformator Tenaga. Jakarta: PT PLN (Persero).

Tobing, Bonggas L. 2003. Dasar-Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi.


PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
LAMPIRAN

Lampiran 1
Data Hasil Pengujian Tegangan Tembus Sebelum Purifikasi (Filtering)
PT.BOGOWONTO PRIMALARAS
Lampiran 2
Data Hasil Pengujian Tegangan Tembus Sebelum Purifikasi (Filtering)
PT.HANICA PUSPA MEGAPACK
Lampiran 3
Data Hasil Pengujian Tegangan Tembus Sesudah Purifikasi (Filtering)
PT.BOGOWONTO PRIMALARAS
Lampiran 4
Data Hasil Pengujian Tegangan Tembus Sesudah Purifikasi (Filtering)
PT.HANICA PUSPA MEGAPACK
Lampiran 5
Foto Pengujian Tegangan Tembus
Lampiran 6
Foto Mesin Purifikasi (Filtering) Minyak Transformator
Lampiran 7
Foto Proses Purifikasi (Filtering) Minyak Transformator

Anda mungkin juga menyukai