Anda di halaman 1dari 111

TUGAS AKHIR

KWH METER DIGITAL PRABAYAR


BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA8535

Diajukan Sebagai Tugas dan Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Teknik Pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh :
NAMA : DWI KURNIAWAN
NIM : D 400040052
NIRM : 04 6 106 03061 50052

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
TUGAS AKHIR
KWH METER DIGITAL PRABAYAR
BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA8535

Diajukan Sebagai Tugas dan Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Teknik Pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh :
NAMA : DWI KURNIAWAN
NIM : D 400 040 052
NIRM : 04 6 106 03061 50052

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir dengan judul “KWH Meter Digital Prabayar Berbasis

Mikrokontroler AVR Atmega8535” ini diajukan oleh Mahasiswa berikut:

Nama : Dwi Kurniawan

NIM : D400040052

Guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Jurusan

Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Telah diperiksa dan disetujui pada:

Hari :

Tanggal :

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Agus Supardi, ST. MT.) (Dedi Ary Prasetya, ST)


HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir ini telah dipertahankan dan dipertanggung jawabkan di depan

Dewan Penguji Tugas Akhir guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hari :

Tanggal :

Dosen Penguji:
1. Agus Supardi, ST. MT. (….……………………….)

2. Dedi Ary Prasetya, ST. (….……………………….)

3. Agus Ulinuha, MT. PhD. (….……………………….)

4. Endah Sudarmilah, ST. M.Eng (…….…………………….)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Elektro

Universitas Muhammadiyah Surakarta Universitas Muhammadiyah Surakarta

Ir. Agus Riyanto, M.T. Ir. Jatmiko, M.T.


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’alla atas segala

limpahan nikmat dan karunia yang tak terhingga juga atas nikmat iman dan islam

sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Sholawat dan salam kepada

junjunganku Nabi besar Muhammad Sholallahu Alaihi wa Salam semoga syafa’at

beliau nanti dapat kita peroleh di hari akhir. Amiin.

Segala jerih payah dan perjuangan yang lama menempuh studi dan belajar

di kampus tercinta ini akhirnya penulis berhasil menyelesaikan penelitian ini. Hal

ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, dengan tulus ikhlas penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Agus Riyanto, MT. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

2. Bapak Ir. Jatmiko, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

3. Bapak Agus Supardi, ST, MT. selaku Dosen Pembimbing I dalam Tugas

Akhir ini.

4. Bapak Dedi Ary Prasetya, ST. selaku Dosen Pembimbing II dalam Tugas

Akhir ini.

5. Bapak / Ibu Dosen yang telah memberi ilmu yang bermanfaat kepada kami

semoga menjadi bekal kehidupan yang baik.

6. Ibu Endah Sudarmilah, ST, M.Eng. selaku Dosen Pembimbing Akademik.


Pada kesempatan ini pula penulis ingin menghaturkan banyak terima kasih

atas dukungan dan bantuan materiil maupun moril sehingga penulis tak akan

pernah sampai pada akhir Tugas Akhir ini, kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkan serta memberi panutan

hidup yang mulia bagi anak – anaknya sehingga do’a serta lindungan kasih

sayang engkau membuat kami sekeluarga penuh berkah, amiin.

2. Kakakku tersayang atas perhatian serta dukungan yang tak pernah luput,

sehingga kata – katamu selalu menjadi cambuk bagiku untuk selalu mejadi

lebih baik.

3. Teman teman Teknik Elektro 2004 yang selalu kompak terima kasih atas

kebersamaan sampai hari ini, pembelajaran saling mengisi dan menghargai

perbedaan itulah yang membuatku mensyukuri indahnya persahabatan ini.

4. Teman – teman kos yang seakan menjadi keluarga di perantauan, terima

kasih atas atas hangatnya persaudaraan selama ini semoga tali silaturahmi

ini terjaga sampai kapanpun.

Semoga Tugas Akhir yang jauh dari kesempurnaan ini berguna bagi pihak

yang ingin mengembangkan serta memanfaatkannya. Saran dan kritik

membangun sangat penulis harapkan.

Surakarta, Juni 2010

Penulis
MOTTO

 Lebih baik mencoba tapi gagal daripada gagal tapi tidak pernah mencoba.

 Not everything is as it seems.

 “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. maka apabila

kamu telah selesai dari sesuatu urusan maka kerjakanlah dengan

sungguh – sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmu kamu

berharap.” (QS. Alam Nasyrah: 6-7)

 Berfikirlah kemana kamu akan keluar sebelum kamu masuk. (Pepatah

Arab)
PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah

memberi panutan mulia bagi

anak – anaknya.

2. Kakakku Mas Paryo yang

kusayangi dan tak pernah lelah

memberi dukungan.

3. Temen kos Togel, Najib, Agus,

Mas Oki, Mas Pras, yang telah

hidup bersama kehangatan

silaturahmi.

4. Sahabat seperjuangan galih,

bobo, ponco, farid, hari, tigor dan

temen – temen seangkatan yang

tak bisa penulis sebutkan satu

persatu.
DAFTAR KONTRIBUSI

Dalam Tugas Akhir ini penulis merancang dan membuat sistem KWH

Meter Digital Prabayar Berbasis Mikrokontroler AVR Atmega8535. Berikut

daftar kerja yang berhubungan dengan Tugas Akhir ini.

1. Pembuatan layout (skema) PCB (Printed Circuit Board) pada Tugas Akhir

ini memanfaatkan software Multisim 10 Ultiboard.

2. Pembuatan rangkaian pembentuk beda fase merupakan hasil referensi

pencarian dari internet dengan modifikasi dari penulis.

3. Pemrograman bahasa Assembler serta compile Assembler pada Tugas

Akhir ini memanfaatkan software Franklin Proview 32 dan AVR Studio 4.

4. Proses download program dari komputer ke mikrokontroler menggunakan

parallel ISP dengan sistem Kanda STK 200/300.

Demikian daftar kontribusi yang saya buat dengan sejujurnya. Saya

bertanggung jawab atas isi dan kebenaran daftar kontribusi di atas.

Surakarta, Mei 2010

Diketahui Oleh Dosen Pembimbing Mahasiswa Tugas Akhir

(Dedi Ary Prasetya, ST) ( Dwi Kurniawan)


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

MOTTO ....................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN......................................................................................... vii

DAFTAR KONTRIBUSI.............................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

ABSTRAKSI ................................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 2

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3

1.4 Batasan Masalah .......................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5

2.1 Telaah Penelitian ......................................................................... 5

2.2 Landasan Teori ............................................................................ 6

2.2.1 Daya Listrik ......................................................................... 6


2.2.2 Beda Fase ............................................................................. 8

2.2.3 Faktor Daya ......................................................................... 9

2.2.4 Transformator Arus .............................................................. 11

2.2.5 Relay .................................................................................... 13

2.2.6 LCD ..................................................................................... 14

2.2.7 Keypad ................................................................................. 16

2.2.8 Mikrokontroler Atmega8535 ................................................ 17

2.2.9 Mikrokontroler AT89S51 ..................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 28

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 28

3.2 Peralatan Utama dan Pendukung .................................................. 28

3.3 Alur Penelitian ............................................................................. 29

3.4 Perancangan Alat ......................................................................... 31

3.4.1 Perancangan Hardware ........................................................ 31

1. Power Supply (Catu Tegangan) .......................................... 33

2. Driver Relay....................................................................... 33

3. Sensor Arus ........................................................................ 35

4. Rangkaian Pembeda Arus dan Tegangan ............................ 37

5. Sistem Mikrokontroler ....................................................... 39

3.4.2 Perancangan Software .......................................................... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 47

4.1 Pengujian Rangkaian Catu Daya .................................................. 47

4.2 Pengujian Sensor Arus dan Pembahasan ...................................... 48


4.3 Pengujian Rangkaian Pembeda Fase dan Pembahasan ................. 51

4.4 Pengujian Rangkaian Total dan Pembahasan ............................... 60

4.4.1 Pengujian Nilai Daya Listrik ................................................ 60

a. Daya Listrik ....................................................................... 60

b. Tarif Dasar Listrik (TDL) ................................................... 67

4.4.2 Pengujian Nilai Faktor Daya (Cos φ) ................................... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 74

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 74

5.2 Saran ........................................................................................... 75

Daftar Pustaka .............................................................................................. 76

Lampiran ...................................................................................................... 77
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fungsi Alternatif pada Port 3 ......................................................... 26

Tabel 3.1 Karakteristik Trafo Arus ................................................................ 36

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Catu Daya Tegangan 5 Volt ................................. 47

Tabel 4.2 Perbandingan Level Tegangan IC TTL dan IC CMOS ................... 48

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Rangkaian Sensor Arus ........................................ 49

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Nilai Arus, Tegangan dan Cos Phi..................... 61

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran dan Perbandingan Daya Selama 1 Jam .............. 62

Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Pengukuran Antara Nilai TDL 100 dengan TDL

500 ............................................................................................................... 67

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran dan Perbandingan Faktor Daya pada Beban....... 70
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Beda Fase pada Beban Induktif .................................... 9

Gambar 2.2 Segitiga Daya ............................................................................ 10

Gambar 2.3 Bagian – bagian Transformator .................................................. 12

Gambar 2.4 Gambar Blok Transformator ...................................................... 12

Gambar 2.5 Skema Sederhana Sistem Relay ................................................. 14

Gambar 2.6 Rangkaian Keypad 4x4 .............................................................. 16

Gambar 2.7 Konfigurasi Pin IC Atmega 8535 ............................................... 18

Gambar 2.8 Diagram Pin AT89S51............................................................... 23

Gambar 3.1 Alur Penelitian ........................................................................... 30

Gambar 3.2 Diagram Blok Sistem ................................................................ 31

Gambar 3.3 Rangakaian Catu Daya............................................................... 33

Gambar 3.4 Rangkaian Driver Relay ............................................................. 34

Gambar 3.5 Rangkaian Sensor Arus .............................................................. 35

Gambar 3.6 Rangkaian Pembeda Fase........................................................... 38

Gambar 3.7 Sistem Minimum Atmega8535 .................................................. 39

Gambar 3.8 Sistem Minimum AT89S51 ....................................................... 40

Gambar 3.9 Diagram Alir Program Utama .................................................... 41

Gambar 4.1 Rangkaian Pembagi Tegangan ................................................... 49

Gambar 4.2 Grafik Pengujian Rangkaian Sensor Arus .................................. 50

Gambar 4.3 Gambar Rangkaian Pembeda Fase ............................................. 52

Gambar 4.4 Bentuk Fase Gelombang pada Titik A-C .................................... 52


Gambar 4.5 Bentuk Fase Gelombang pada Titik B-D .................................... 53

Gambar 4.6 Bentuk Fase Gelombang Beban Resistif pada Titik C-D ............ 53

Gambar 4.7 Bentuk Fase Gelombang Beban Induktif pada Titik C-D ............ 54

Gambar 4.8 Bentuk Fase Gelombang Beban Resistif pada Titik E-F ............. 55

Gambar 4.9 Bentuk Fase Gelombang Beban Induktif pada Titik E-F............. 56

Gambar 4.10 Bentuk Fase Gelombang Beban Resistif pada Titik C-D .......... 56

Gambar 4.11 Gelombang Beban Induktif dengan Fase 0.8 pada Alat ............ 57

Gambar 4.12 Gelombang Beban Induktif Fase 0.8 pada Fluksmeter .............. 58

Gambar 4.13 Gelombang Beban Induktif dengan Fase 0.9 pada Alat ............ 58

Gambar 4.14 Gelombang Beban Induktif Fase 0.9 pada Fluksmeter .............. 59

Gambar 4.15 Tampilan Hasil Pengukuran pada LCD .................................... 65

Gambar 4.16 Tampilan TDL pada LCD ........................................................ 68


ABSTRAKSI

Alat ukur energi listrik yang dikenal secara umum dengan KWH meter
merupakan piranti penting untuk mengetahui besaran nilai yang dikeluarkan oleh
pengguna. KWH meter konvensional bekerja dengan sistem pasca bayar dimana
petugaslah yang mencatat nilai besar tagihan baik besaran rupiah maupun
besaran energi listriknya. Sistem ini memungkinkan konsumen mengalami
tunggakan listrik, kesalahan pembacaan atau pencatatan KWH meter oleh
petugas serta tidak dapat mengetahui besar pemakaian konsumsi energi listrik
setiap waktu.
Penelitian ini dirancang bagaimanakah membuat dan merancang sistem
pengukur energi listrik sekaligus menghitung beda fase (φ) pada beban yang
terpasang. Faktor daya (cosφ) penting di dalam pengukuran energi listrik karena
nilai faktor daya akan mempengaruhi besar energi listrik. Faktor daya pada PLN
ditetapkan dengan nilai 0,8 padahal tidak semua beban bernilai demikian. Selain
itu sistem pasca bayar berupaya diganti dengan menggunakan sistem prabayar
dengan masukan nilai besaran rupiah. Sistem prabayar bertujuan supaya
pengguna dapat mengetahui besaran rupiah serta energi listrik yang ingin
digunakan.
Dari hasil perancangan didapat sistem pengukur energi listrik dengan
tampilan LCD. Sensor arus dan tegangan dibuat dengan memanfaatkan
transformator step down. Nilai beda fase didapat dengan menggunakan
rangkaian zero crossing detector. Sistem ini menggunakan mikrokontroler AVR
Atmega8535 serta IC pendukung AT89S51. Masukan prabayar yang digunakan
adalah keypad 4x4 untuk mengatur masukan. Prinsip kerjanya ketika nilai
masukan besaran rupiah telah tercapai maka buzzer akan berbunyi dan relay
akan memutus jala – jala listrik dengan beban yang terpasang.
Hasil pengamatan didapat bahwa pengukuran pada sensor arus
menggunakan transformator mulai tidak linier pada beban yang besar. Selain itu
faktor software sangat berpengaruh terhadap ketelitian hasil pengukuran alat
dengan HPS phase angle meter dan perhitungan manual sebagai acuannya.
Percobaan menunjukkan alat tersebut mampu melakukan pengukuran dengan
ketelitian 87%.

Kata kunci: faktor daya, prabayar, transformator, zero crossing detector,


mikrokontroler
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini KWH meter yang dikenal umum oleh masyarakat adalah

KWH meter analog. Sistem pembayaran listrik umumnya dilakukan dengan

menghitung energi listrik yang dipakai berdasarkan nilai yang tertera pada

KWH meter konvensional, dimana petugaslah yang mencatat secara periodik.

Ketika pengguna listrik ingin mengetahui besaran konsumsi listriknya maka

pengguna harus mengeceknya ke tempat biasa membayar listrik. Sistem ini

memungkinkan konsumen mengalami tunggakan listrik, kesalahan

pembacaan atau pencatatan KWH meter oleh petugas serta tidak dapat

mengetahui besar pemakaian konsumsi energi listrik setiap waktu. Sistem ini

sering disebut sistem pascabayar.

Sistem pengukur energi listrik sistem digital yang sudah dibuat yaitu

dengan menghitung putaran piringan KWH meter analog yang telah

dilubangi. Rentetan pulsa pendeteksi lubang tersebut kemudian digunakan

sebagai input mikrokontroler untuk selanjutnya dihasilkan tampilan energi

listrik yang terpakai dalam bentuk digital. Namun kelemahan sistem ini

mengharuskan alat pengukur hanya terpusat pada KWH meter analog dan

tidak dapat berpindah tempat selain pada piringan tersebut. Selain itu sistem

pembayarannya masih mengacu pada sistem pascabayar.


Pada tugas akhir ini dilakukan pengembangan KWH meter digital

yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan diatas. KWH meter digital

sistem prabayar ini menghitung energi listrik yang terpakai pada suatu titik

terbebani dengan mengambil data arus dan tegangan untuk kemudian dihitung

nilai energi listrik yang terpakai serta besaran rupiah yang dikeluarkan. Alat

ini dirancang supaya konsumen dapat menetapkan besaran rupiah yang

dikeluarkan berdasarkan nilai besaran energi listrik per Watt jam yang

terpakai. Ketika nilai terukur sudah mencapai nilai rupiah yang dimasukkan

maka sistem akan memperingatkan konsumen dengan membunyikan alarm

atau buzzer serta memutus beban yang tersambung ke KWH meter.

Dengan sistem prabayar diharapkan dapat mengontrol jumlah

pemakaian energi listrik serta pengendalian penggunaan listrik dapat lebih

baik, karena pembayaran yang dilakukan diawal dapat digunakan untuk

membatasi konsumsi. Manfaat lain dari sistem ini yaitu perbaikan sistem

pengukuran dan memudahkan konsumen memantau keluaran daya karena

perangkat elektronik yang digunakan adalah elektronis digital dengan

tampilan digital.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana mengambil data arus dan tegangan untuk menghitung daya

listrik yang terhubung pada beban.


b. Bagaimana merancang KWH meter digital sistem prabayar dengan

memanfaatkan mikrokontroler.

c. Bagaimana menghitung dan menampilkan nilai pemakaian energi listrik

dan besarannya dalam rupiah.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu:

a. Mengetahui cara mengambil data arus dan tegangan untuk menghitung

daya listrik yang terhubung pada beban.

b. Merancang dan membuat KWH meter digital dengan sistem prabayar.

c. Menghitung dan menampilkan nilai pemakaian energi listrik dan

besarannya dalam rupiah sehingga para pengguna dapat dengan mudah

mengetahui besar biaya penggunaan listrik mereka.

1.4 Batasan Masalah

Untuk mencapai sasaran dan tujuan yang diinginkan dalam penelitian

ini, maka permasalahan yang akan dibatasi sebagai berikut:

a. Pengambilan sampel arus dan tegangan menggunakan metode trafo arus.

b. Memanfaatkan mikrokontroler Atmega 8535 sebagai pengontrol utama.

c. Menggunakan keypad sebagai instruksi untuk memasukkan nilai batas

energi listrik yang diinginkan.

d. Batas nilai beban yang terukur tidak lebih dari 2 Ampere.

e. Tarif yang digunakan menggunakan Golongan Tarif R1 / TR yaitu

golongan tarif listrik PLN (Perusahaan Listrik Negara) untuk keperluan


Rumah Tangga kecil dengan nilai tarif mengacu pada Tarif Dasar Listrik

(TDL) PLN 2004.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Mempermudah pemantauan tagihan pemakaian energi listrik dengan

penampil KWH meter secara digital.

b. Menentukan energi listrik yang terpakai pada beban yang ingin diukur.

c. Membantu konsumen menentukan nilai pemakaian energi listrik yang

harus di bayar sesuai dengan kebutuhan.

d. Mampu membatasi pemakaian energi listrik sesuai dengan batas nilai daya

yang terpasang dari PLN sehingga terhindar dari bahaya hubungan arus

pendek.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Penelitian

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan topik yang

penyusun bahas dan dijadikan bahan masukan untuk melakukan

pengembangan sistem serta ketepatan langkah dalam perancangannya yaitu:

a. Penelitian yang pernah dilakukan oleh mahasiswa Universitas Kristen

Krida Wacana (Kristie, 2005) dalam perubahan sistem KWH analog ke

digital dengan melubangi piringan KWH meter analog. Lubang yang ada

kemudian dipasang sensor photo transistor yang menghasilkan rentetan

pulsa untuk dihitung putaran piringan KWH sebagai input mikrokontroler

kemudian dikonversi ke sistem digital. Alat ini menampilkan digit angka

besaran energi listrik yang dikeluarkan dalam besaran rupiah.

b. Peneliti lainnya yang pernah dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Teknik

Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta (Taryo, 2008) mengenai

KWH meter digital ini menggunakan metode pengambilan data berupa

sebuah dioda serta beberapa hambatan, dan berbasis mikrokontroler

ATMega 8535.

Beberapa kekurangan yang ditemukan, diantaranya :

• Tidak adanya faktor daya sehingga daya yang terukur belum

merupakan nilai efektif daya dari beban yang dikeluarkan.


• Kemampuan pengukurannya tidak menggunakan Tarif Dasar

Listrik, sehingga nilai tagihannya merupakan nilai kisaran saja.

Dari kekurangan tersebut yang sekiranya dapat dikembangkan lebih

lanjut, untuk itu penyusun ingin memperbaiki dan memperbarui kekurangan

dari KWH meter yang pernah dibuat tersebut.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Daya Listrik

Semua beban dan peralatan listrik mempunyai daya untuk

melepaskan energi yang diubahnya. Untuk mencari daya yang diubah oleh

peralatan listrik dengan mengingat bahwa energi yang diubah bila muatan Q

bergerak melintasi beda potensial sebesar V adalah QV. Maka daya P, yang

merupakan kecepatan perubahan energi, adalah:


 
  
     
 
........................................ (2.1)

Muatan yang mengalir per detik, Q / t merupakan arus listrik I,

dengan demikian didapatkan:

   ...................................................................................... (2.2)

Satuan SI daya listrik untuk semua jenis daya lainnya yaitu “Watt”

dimana 1 W = 1 J / detik. Dengan kata lain daya listrik adalah usaha W yang

dilakukan tiap satuan waktu (P = W / t). Kecepatan perubahan energi pada

hambatan R, dengan menggunakan hukum Ohm (V = IR) dituliskan:


       ................................................................... (2.3)

Jika sebuah sumber tegangan bolak – balik 100 volt diberi beban

sebuah tahanan dengan nilai hambatan sebesar 4 Ω maka aliran arus yang

timbul adalah murni resistif, dimana arusnya sebesar :


100 V 100 V

I =25 A I =20 A

R=4 R=4 XL=3


V 100
I= = = 25 A; maka daya adalah P = V .I = 100.25 = 2500 watt
R 4

Jika pada sumber tersebut ditambahkan sebuah beban induktif

(induktor) dengan nilai XL (reaktansi kapasitif) sebesar 3 Ω maka impedansi

rangkaian menjadi :

Z = R 2 + X L = 4 2 + 3 2 = 25 = 5 Ω ; dan nilai arus sebesar


2

V 100
I= = = 20 A ; maka dayanya sebesar
Z 5

Daya Semu (S) = V . I

= 100 . 20

= 2000 VA

Nilai 2000 VA tersebut ternyata tidak sesuai dengan yang ditunjuk

oleh alat ukur daya (watt meter). Daya ini disebut “Daya Semu” yang

harganya merupakan hasil perkalian antara tegangan dengan kuat arus yang

mengalir pada rangkaian. Berdasar pada alasan inilah maka daya semu tidak

dinyatakan dalam watt, melainkan dalam “Volt Ampere (VA)”. Nilai “Daya

Nyata” selalu lebih kecil dari Daya Semu. Nilai Daya Nyata atau Daya Rata –

rata (P) inilah yang dapat dilihat pada alat ukur (watt meter). Sehingga

pengertian “Daya Nyata” merupakan besarnya daya atau usaha listrik tiap
satuan waktu yang diubah menjadi panas didalam tahanan ohm saja, tidak

termasuk reaktansi induktif, sehingga:

Daya Nyata (P) = V . I

= I2 . R

= 202.4

= 1600 Watt ( harga lebih kecil dari daya semu)

Perbandingan antara daya yang sesungguhnya dengan daya semu

disebut sebagai “faktor daya” (cos φ).

" #  $%&
 !   " '( $'&
............................................................... (2.4)
Maka daya dari rangkaian bolak – balik mempunyai rumus berikut:

   ·  · * +, ..................................................................................... (2.5)

Daya sebenarnya dapat diperkecil oleh faktor daya, inilah sebabnya

mesin – mesin yang menyebabkan pergeseran fase terlampau besar oleh PLN

dilarang. Mesin mesin tersebut harus dilaporkan dengan cara membubuhi

besarnya faktor daya (cos φ) pada plat mesin.

2.2.2 Beda Fase

Beberapa aplikasi industri seperti transformator dan motor memiliki

beban induktif. Hal itu menyebabkan pada beban reaktansi induktif sinyal

arusnya lebih lambat dibandingkan sinyal tegangannya. Nilai pergeseran

sinyalnya dinyatakan dengan φ (phi). Besarnya φ sebanding dengan reaktansi

induktif, semakin besar reaktansi induktif-nya maka makin besar pula nilai

beda fase arus dan tegangannya. Pemahaman tentang pergeseran sinyal arus

dan tegangan pada beban induktif seperti gambar berikut.


Gambar 2.1 Gambar Beda Fase Pada Beban Induktif

Suatu Rangkaian induktif mempunyai faktor daya yang tertinggal

(lagging power factor). Istilah ini menunjukkan bahwa arus tertinggal dari

tegangan yang terpasang. Pada gambar diatas terdapat pergeseran fase antara

arus dan tegangan sebesar φ, ini berarti bahwa daya yang terukur terdapat

beda fase sebesar φ derajat. Misalkan beda fase antara arus dan tegangan

diatas adalah 25° maka nilai faktor dayanya merupakan cos 25° yaitu 0,9.

Selanjutnya nilai beda fase tersebut akan digunakan untuk menentukan nilai

faktor daya dalam perhitungan daya listrik.

2.2.3 Faktor Daya

Terdapat tiga macam daya, yaitu daya semu (S), daya aktif / daya

yang terpakai (P) dan daya reaktif / daya yang terbuang (Q). Hubungan antara

ketiganya dapat ditampilkan dengan segitiga daya pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.2. Segitiga Daya.

Secara matematis, dapat ditulis dengan rumus:

1
cos φ  2 .................................................................................. (2.6)
Daya semu belum mencakup seluruh nilai daya yang terukur, maka

perlu dihitung nilai daya aktifnya (P). Perbandingan antara daya aktif dan

daya semu adalah faktor daya (cos θ).

Ketika beban adalah resistif, maka tegangan dan arus satu fase.

Namun tidak demikian ketika beban adalah induktif maupun kapasitif.

Dengan menggunakan beberapa persamaan trigonometri, rumus daya di tulis

seperti berikut, dimana φ adalah beda fase V dan I:


4 4
3$&  
cos ,51 7 cos$29&: 7 
sin$,& sin$29& ..................... (2.7)

Daya rata - rata P adalah daya sesungguhnya yang mengalir pada

beban. Daya tersebut merupakan nilai tagihan yang harus dibayar oleh

konsumen pengguna listrik. Persamaan ini ditulis seperti berikut:

  !=+!=+ cos$,& ............................................................ (2.8)


Nilai rms adalah nilai yang terukur oleh perangkat pengukur.

Daya reaktif Q adalah energi yang mengalirkan pada beban induktif

maupun kapasitif, dirumuskan:


>  !=+!=+ sin$,& ............................................................. (2.9)
Gabungan nilai daya total keduanya adalah bentuk kompleks. Nilai

inilah yang kemudian disebut sebagai daya aktual yang disediakan oleh PLN,

persamaannya:

?  P 7 jQ ................................................................................. (2.10)

Faktor daya adalah nilai efisiensi daya, dirumuskan:

1
  cos φ  |2| ...................................................................... (2.11)
2.2.4 Transformator Arus

Transformator adalah sebuah alat untuk menaikkan dan

menurunkan tegangan serta arus bolak – balik. Sebuah transformator

memiliki dua kumparan kawat yaitu kumparan primer dan kumparan

sekunder. Kedua kumparan dapat dijalin satu sama lain dengan

menghubungkan inti besi lunak yang sudah dilaminasi untuk mencegah

kerugian akibat arus eddy.

Prinsip kerja transformator adalah sebagai berikut. Ketika

kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik,

perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan medan magnet

yang berubah. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi

dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-

ujung kumparan sekunder akan timbul Gaya Gerak Listrik (GGL) induksi.

Efek ini dinamakan induktansi timbal – balik (mutual inductance).


Gambar 2.3. Bagian – bagian Transformator

Hubungan antara tegangan primer (Vp), jumlah lilitan primer (Np),

tegangan sekunder (Vs), jumlah lilitan sekunder (Ns), arus primer (Ip) dan

arus sekunder (Is) dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

D 4E #D
 4D  ..................................................................................... (2.12)
E #E

Gambar 2.4. Gambar blok transformator

Prinsip kerja transformator arus sama dengan trafo daya satu fasa.

Jika pada kumparan primer mengalir arus Ip, maka pada kumparan primer

timbul gaya gerak magnet (Ep) sebesar Ip.Np. Gaya gerak magnet ini

memproduksi fluks pada inti, kemudian membangkitkan gaya gerak listrik

(GGL) pada kumparan sekunder (Es). Biasanya trafo arus digunakan untuk
pengukuran arus yang besarnya ratusan amper dari arus yang mengalir

dalam jaringan tegangan tinggi. Disamping untuk pengukuran arus, trafo

arus juga digunakan untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak

jauh dan relay proteksi. Prinsip pengukuran pada trafo arus dengan

menghubungkan seri kumparan primer trafo arus dengan jaringan atau

peralatan yang akan diukur arusnya, sedang kumparan sekunder

dihubungkan dengan meter atau relay proteksi. Pada umumnya peralatan

ukur dan relay membutuhkan arus 1 atau 5 A.

2.2.5 Relay.

Relay adalah salah satu cara pensaklaran yang sering sekali dipakai

dalam aplikasi listrik, pada prinsip dasarnya relay adalah sebuah saklar on /

off yang diatur oleh adanya gaya magnet dari kumparan yang dialiri arus. Ada

dua tipe dari relay yaitu normally close (NC) dan normally open (NO). Pada

relay tipe normally close saklar akan dalam keadaan terhubung bila kumparan

magnet belum bekerja, demikian sebaliknya pada tipe normally open saklar

akan dalam keadaan tidak terhubung pada saat kumparan magnetik belum

diaktifkan, skema dari relay dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.5. Skema Sederhana Sistem Relay.


Apabila tegangan diberikan pada tegangan input Vcc, maka

kumparan magnet akan bekerja sehingga menarik plat ke beban 2. Dan

sebaliknya, apabila tegangan dilepas maka sumber tegangan akan mengalir ke

beban 1 kembali. Relay dapat dioperasikan dalam dua sumber arus, yaitu:

Sumber tegangan AC (relay elektrik), tegangan kerjanya ≥ 110 volt dan

sumber tegangan DC (relay elektronik), tegangan kerjanya ≤ 24 volt.

2.2.6 LCD (Liquid Crystal Display)

Banyak sekali kegunaan LCD dalam perancangan suatu sistem yang

menggunakan mikrokontroler. LCD berfungsi menampilkan nilai hasil

pengolahan data dari input seperti sensor maupun keypad pada aplikasi

mikrokontroler. LCD yang di gunakan dalam rancangan ini adalah jenis LCD

LMB162. LCD ini mempunyai tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya

rendah. Modul tersebut di lengkapi mikrokontroler HD44780 yang di desain

khusus untuk mengendalikan LCD. Mikrokontroler buatan Hitachi ini

berfungsi sebagai pengendali LCD. Didalamnya terdapat CGROM

(Character Generator Read Only Memory), CGRAM (Character Generator

Random Access Memory), dan DDRAM (Display Data Random Access

Memory). Berikut bagian-bagian dari LCD M1632 :

1. DDRAM

DDRAM merupakan memori tempat karakter yang ditampilkan berada.

Contoh, untuk karakter `L’ atau 4CH yang di tulis pada alamat 00,

karakter tersebut akan tampil pada baris pertama dan kolom pertama dari
LCD. Apabila karakter tersebut di tulis pada alamat 40H, maka karakter

tersebut akan tampil pada baris kedua kolom pertam dari LCD.

2. CGRAM

CGRAM merupakan memori untuk menggambar pola sebuah karakter di

mana bentuk dari karakter dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Namun,

memori akan hilang saat power supply tidak aktif sehingga pola karakter

akan hilang.

3. CGROM

CGROM merupakan memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter

dimana pola tersebut sudah di tentukan secara permanen dari HD44780

sehingga pengguna tidak dapat mengubahnya lagi. Namun, oleh karena

ROM bersifat permanen, pola karakter tidak akan hilang walaupun power

supply tidak aktif.

4. Register

HD44780 memiliki dua buah register yang aksesnya diatur menggunakan

kaki RS. Pada saat RS berlogika 0, register yang di akses adalah register

perintah, dan pada saat RS berlogika 1, register yang di akses adalah

register data. Register perintah adalah register di mana perintah-perintah

dari mikrokontroler ke HD44780 pada saat proses penulisan data atau

tempat status dari HD44780 dapat di baca pada saat pembacaan data.

Register data adalah register di mana mikrokontroler dapat menuliskan

atau membaca data ke atau dari DDRAM.


2.2.7 Keypad

Keypad merupakan bentuk masukan logika yang digunakan salah satunya

sebagai masukan angka ke sebuah alat atau perangkat digital. Pada dasarnya

keypad adalah push button yang dirangkai secara matriks. Proses pembacaan

keypad pada mikrokontroler menggunakan sistem scanning (bergantian)

dengan cara memberikan logika ke baris dan kemudian melihat kolom mana

yang ditekan oleh pengguna. Susunan keypad sebagai berikut:

Gambar 2.6. Rangkaian keypad 4 x 4

2.2.8 Mikrokontroler AVR Atmega8535

Mikrokontroler AVR ATMega8535 merupakan unit pengontrol

digital yang dapat diprogram hingga 10.000 kali. Chip ini mempunyai

arsitektur RISC (Reduced Intruction Set Computing) 8 bit. Chip ini mampu

melakukan intruksi 1 MIPS (Mega Intruction Persecond) per 1 MHz dan

lebih powerfull jika dibandingkan dengan pendahulunya MCS51.


2.2.8.1 Arsitektur AVR ATMega8535.

Mikrokontroler AVR ATMega 8535 sebagai generasi baru

mikrokontroler mempunyai fitur dan keunggulan sebagai berikut:

1. Delapan (8) bit AVR berbasis RISC dengan performa tinggi

dan konsumsi daya rendah.

2. Kecepatan maksimal 16 MHz.

3. Kapasitas memori 8 KB flash, 512 Byte SRAM dan 512 byte

EEPROM.

4. Timer / counter yang dimiliki: 2 buah 8 bit timer / counter, 1

buah 16 bit timer / counter dan 4 kanal PWM.

5. Delapan (8) kanal 10 / 8 bit ADC.

6. Programmable serial USART.

7. Komparator analog.

8. Enam (6) pilihan sleep mode untuk penghematan daya listrik.

9. Tiga puluh dua (32) jalur I/O yang bisa diprogram.

10. 10.000 kali tulis – hapus memori flash.


2.2.8.2 Konfigurasi dan Fungsi Pin.

Gambar 2.7. Konfigurasi Pin IC Atmega8535

Konfigurasi pin ATMega8535 pada gambar diatas mempunyai

fungsi sebagai berikut:

1. VCC, merupakan pin masukan catu daya +5 V.

2. GND, merupakan pin masukan catu daya 0 atau ground.

3. PORT A (PORT A0-7), merupakan pin I/O masukan dua arah

sebagai masukan ADC.

4. PORT B (PORT B0-7), merupakan pin I/O dua arah dan fungsi

khusus yaitu timer / counter, komparator analog dan SPI.

5. PORT C (PORT C0-7), merupakan pin I/O dua arah dan fungsi

khusus yaitu TEI, komparator analog dan timer oscillator.


6. PORT D (PORT D0-7), merupakan pin I/O dua arah dan fungsi

khusus yaitu komparator analog, interupsi eksternal dan

komunikasi serial.

7. RESET, merupakan pin untuk me-reset mikrokontroler.

8. XTAL1 dan XTAL2 pin untuk eksternal clock.

9. AVCC adalah pin masukan untuk tegangan ADC.

10. AREF adalah pin masukan untuk tegangan referensi eksternal

ADC.

2.2.8.3 Penggunaan I/O Port.

Port I/O pada ATMega 8535 dapat difungsikan sebagai input

maupun output dengan keluaran high atau low. Logika port I/O dapat

diubah – ubah dalam program secara byte maupun bit tertentu.

Mengubah keluaran bit I/O dapat dilakukan menggunakan perintah

clear bit I/O untuk menghasilkan output high. Pengubahan secara byte

dilakukan dengan perintah in atau out yang menggunakan register

tertentu. Instruksi I/O :

1. In, merupakan instruksi untuk membaca data I/O port atau

internal peripheral register (Timer, UART, dsb) ke dalam

register.

2. Out, menulis data sebuah register ke I/O port atau internal

peripheral register.

3. Ldi (load immediate), untuk menulis konstanta ke register

sebelum konstanta itu dituliskan ke I/O port.


4. Sbi (Set bit in I/O), untuk membuat logika high satu bit I/O

register .

5. Cbi (clear bit in I/O), untuk membuat logika low satu bit I/O

register.

6. Sbic (skip if bit in I/O is cleared), untuk mengecek apakah bit

I/O register clear. Jika ya maka skip satu perintah dibawahnya.

7. Sbis (skip if bit in I/O is set), untuk mengecek apakah bit I/O

register set . jika ya maka skip satu perintah dibawahnya.

2.2.8.4 ADC.

ATMega8535 dilengkapi dengan saluran ADC internal dengan

fidelitas 10 bit. ADC terhubung dengan 8 channel analog multiplexer

yang dapat dioperasikan dalam mode single ended maupun differential

input. Referensi tegangan untuk single ended adalah 0 volt (GND).

ADC pada mikrokontroler ini mempunyai konfigurasi pewaktuan,

tegangan referensi, mode operasi dan kemampuan derau yang amat

fleksibel sehingga dapat dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan

ADC pada mikrokontroler itu sendiri. Berikut adalah fungsi – fungsi

khusus ADC:

1. ADMUX (ADC Multiplexer selection register).

ADMUX merupakan register 8 bit untuk menentukan

tegangan referensi ADC, format data output dan saluran


ADC yang digunakan. Deskripsi untuk setiap bitnya adalah

sebagai berikut:

a) REFS, merupakan bit pengatur tegangan referensi

ADC ATMega8535.

b) ADLAR, merupakan bit pemilih mode data

keluaran ADC.

c) MUX, merupakan bit pemilih saluran pembacaan

ADC.

2. ADCSRA (ADC Control and Status Register A).

Merupakan register 8 bit untuk manajemen sinyal

control dan status dari ADC. Bit penyusunnya dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a) ADEN, merupakan bit pengatur aktifitas ADC.

b) ADCS, ialah bit penanda mulainya konversi ADC.

c) ADATE, merupakan bit pengatur aktifitas picu

otomatis operasi ADC.

d) ADIF, ialah bit penanda akhir konversi ADC.

e) ADIE, merupakan bit pengatur aktivitas interupsi

yang berhubungan dengan akhir konversi ADC.

f) ADPS, ialah bit pengatur clock ADC.

3. SFIOR (Special Function IO Register).

Merupakan register 8 bit pengatur sumber picu

konversi ADC, apakah Dari picu eksternal atau dari picu


internal. Untuk pengoperasian ADC bit yang di gunakan

hanya bit ADTS (2.0) saja. Bit ini berfungsi untuk pengatur

picu eksternal operasi ADC.

4. Pembacaan ADC.

Dalam proses hasil konversi ADC, di lakukan

pengecekan terhadap bit ADIF (ADC Interrupt Flag) pada

register ADCSRA. ADIF akan bernilai 1 jika konversi

sebuah saluran ADC telah selesai di lakukan dan data hasil

konversi siap untuk di ambil. Data hasil konversi di simpan

dalam dua buah register, yaitu ADCH dan ADCL.

2.2.9 Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 mempunyai 40 kaki (pin), 32 kaki

diantaranya adalah untuk keperluan Port Input / Output. Satu Port IO terdiri

dari 8 kaki, dengan demikian 32 kaki tersebut membentuk 4 buah Port IO,

yang masing-masing jalur (kaki) dari Port IO mulai dari 0 sampai 7, jalur kaki

pertama Port 0 disebut P0.0 dan jalur terakhir untuk Port 3 adalah P3.7.

Perhatikan Gambar 2.12 dibawah ini untuk diagram pin dari mikrokontroler

AT89S51. Fitur dari mikrokontroler ini sebagai berikut:

1. Kompatibel dengan MCS51.

2. 4 Kbyte memori program yang dapat ditulis hingga 1000 kali.

3. 128 byte memori Ram internal.

4. 32 jalur IO (4 buah port IO) dengan 2 timer / counter 16 bit.

5. 6 interupsi (2 timer, 2 counter, 1 serial, 1 reset).


6. In System Programmable Flash memory.

7. Port serial full duplex.

Gambar 2.8. Diagram pin dari AT89S51

Konfigurasi pin AT89S51 mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Vcc

Kaki Vcc adalah merupakan kaki untuk suplai tegangan positif dan

mikrokontroler AT89S51 membutuhkan catu tegangan positif sebesar 5 V.

2. GND

Kaki GND adalah merupakan kaki untuk ground atau pentanahan.

3. Port 0

Port 0 merupakan port keluaran/masukan (I/O) bertipe open drain

bidirectional. Sebagai port keluaran, masing-masing kaki dapat menyerap

arus (sink) delapan masukan TTL (Transistor Transistor Logic). Pada saat
‘1’ dituliskan ke kaki-kaki Port 0 ini, maka kaki Port 0 dapat digunakan

sebagai masukan-masukan berimpedansi tinggi.

Port 0 juga dapat dikonfigurasikan sebagai bus alamat / data

bagian-rendah (low byte) selama proses pengaksesan memori data dan

program eksternal. Jika digunakan dalam mode ini Port 0 memiliki pull

up internal.

Port 0 juga menerima kode-kode yang dikirimkan kepadanya

selama proses pemrograman dan mengeluarkan kode-kode selama proses

verifikasi program yang telah tersimpan dalam flash.

4. Port 1

Port 1 merupaka Port I/O dua-arah yang dilengkapi dengan pull up

internal. Penyangga keluaran Port 1 mampu memberikan/menyerap empat

masukan TTL. Jika ‘1’ dituliskan ke kaki-kaki Port 1, maka masing-

masing kaki akan di-pulled high dengan pull up internal sehingga dapat

digunakan sebagai masukan. Sebagai masukan, jika kaki-kaki Port 1

dihubungkan ke ground (di-pulled low), maka masing-masing kaki akan

memberikan arus (source) karena di-pulled high secara internal. Port 1

juga menerima alamat bagian rendah (low byte) selama pemrograman dan

verifikasi flash.

5. Port 2

Port 2 merupakan Port I/O dua-arah dengan dilengkapi pull up

internal. Penyangga keluaran Port 2 mampu membarikan / menyerap arus

empat masukan TTL. Jika ‘1’ dituliskan ke kaki-kaki Port 2, maka


masing-masing kaki akan di-pulled high dengan pull up internal sehingga

dapat digunakan sebagai masukan. Sebagai masukan, jika kaki-kaki Port 2

dihubungkan ke ground (di-pulled low), maka masing-masing kaki akan

memberikan arus (source) karena di-pulled high secara internal.

Port 2 akan memberikan byte alamat bagian tinggi (high byte)

selama pengambilan instruksi dari memori program eksternal dan selama

pengaksesan memori data eksternal yang menggunakan perintah dengan

alamat 16-bit (misalnya, MOVX @DPTR). Dalam aplikasi ini, jika ingin

mengirimkan ‘1’, maka digunakan pul lup internal yang sudah disediakan.

Selama pengaksesan memori data eksternal yang menggunakan perintah

dengan alamat 8-bit (misalnya, MOVX @R1), Port 2 akan mengirimkan

isi dari SFR P2. Port 2 juga menerima alamat bagian tinggi selama

pemrograman dan verifikasi flash.

6. Port 3

Port 3 merupakan Port I/O dua-arah dengan dilengkapi pull up

internal. Penyangga keluaran Port 3 mampu memberikan / menyerap arus

empat masukan TTL. Jika “1” dituliskan ke kaki-kaki Port 3, maka

masing-masing kaki akan di-pulled high dengan pull up internal sehingga

dapat digunakan sebagai masukan. Sebagai masukan, jika kaki-kaki Port 3

dihubungkan ke ground (di-pulled low), maka masing-masing kaki akan

memberikan arus (source) karena di-pulled high secara internal. Port 3

juga menerima beberapa sinyal kontrol untuk pemrograman flash dan


verifikasi. Port 3 juga memiliki fungsi-fungsi alternatif sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1 Fungsi alternatif pada Port 3

Port Pin Fungsi Alternatif


P3.0 RxD (port masukan serial)
P3.1 TxD (port keluaran serial)
P3.2 INT-0 (interupsi eksternal 0)
P3.3 INT-1 (interupsi eksternal 1)
P3.4 T0 (masukan eksternal Timer 0)
P3.5 T1 (masukan eksternal Timer 1)
P3.6 WR (pengancing penulisan memory data eksternal)
P3.7 RD (pengancing pembacaan memory data eksternal)
7. RST

Masukan reset. Kondisi “1”, selama 2 siklus mesin selama osilator

bekerja akan mereset mikrokontroler yang bersangkutan.

8. ALE/PROG

Keluaran ALE (Adreess Latch Enable) menghasilkan pulsa-pulsa

untuk mengancing byte rendah (Low Byte) alamat selama mengakses

memori eksternal. Kaki ini juga berfungsi sebagai masukan pulsa program

(the program pulse input) atau PROG selama pemrograman flash. Pada

operasi normal, ALE akan berpulsa dengan laju 1/6 dari frekuensi kristal

dan dapat digunakan sebagai pewaktuan (timing) atau pendetakan

(clocking) rangkaian eksternal. Catatan, ada satu pulsa yang dilompati

selama pengaksesan memori data eksternal. Jika dikehendaki, operasi

ALE bisa dimatikan dengan cara mengatur bit 0 dari SFR lokasi 8Eh. Jika

isinya ‘1’, ALE hanya akan aktif selama dijumpai interupsi MOVX atau
MOVC. Selain itu, kaki ini akan secara lemah di-pulled high. Mematikan

bit ALE tidak akan ada efeknya jika mikrokontroler mengeksekusi

program secara eksternal.

9. PSEN

Program Store Enable merupakan sinyal baca untuk memori

program eksternal. Saat mikrokontroler menjalankan program dari

memori eksternal, PSEN akan diaktifkan dua kali per siklus mesin, kecuali

dua aktivasi PSEN dilompati (diabaikan) saat mengakses memori data

eksternal.

10. EA/Vpp

Eksternal Access Enable. EA harus selalu dihubungkan ke ground,

jika mikrokontroler akan mengeksekusi program dari memori eksternal

lokasi 0000h hingga FFFFh. Selain dari itu, EA harus dihubungkan ke

Vcc agar mikrokontroler mengakses program secara internal.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dengan judul “KWH Meter Prabayar Digital Berbasis

Mikrokontroler AVR ATMega8535” ini dimulai sejak usulan Tugas Akhir

ini lolos dari seminar proposal Tugas Akhir pada 04 April 2009. Proses

penelitian pada beberapa bulan pertama yaitu meneliti sensor arus yang

digunakan untuk mendeteksi nilai arus pada beban yang mengalir. Tempat

yang digunakan untuk penelitian di ruang Laboratorium Teknik Elektro

UMS. Bulan – bulan berikutnya mencari metode yang tepat untuk mendeteksi

nilai beda fase arus dan tegangan pada beban. Untuk perakitan hardware dan

pembuatan software selain dilakukan di Laboratorium juga dilaksanakan di

tempat lain khususnya ditempat kost peneliti.

Tempat pengujian alat dilakukan di Laboratorium Teknik Elektro

UMS dan di Robot Research dimana alat pengukuran tersedia lengkap.

3.2 Peralatan Utama dan Pendukung

Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Sistem minimum AVR ATMega8535 dan AT89S51.

2. Transformator step down 500 mA.

3. Rangkaian Zerro Crossing Detector dan Gerbang XOR sebagai

pendeteksi beda fase tegangan dan arus.

4. LCD 16 x 2.
5. Keypad 4 x 4

6. Seperangkat komputer untuk pembuatan software program (AVR

Studio 4 dan Franklin Proview 32).

7. Kit downloader untuk memasukkan file program ke IC mikrokontroler

(Sistem Kanda STK 200/300).

8. Software untuk membuat dan meng-compile bahasa pemrograman

(AVR Studio 4 dan Franklin Proview 32).

Peralatan pendukung untuk menyelesaikan penelitian ini yaitu:

1. Peralatan elektronika seperti solder timah, lem tembak (glue gun), alat

ukur dan sebagainya.

2. Peralatan mekanik seperti bor, tang, alat pemotong dan sebagainya.

3.2 Alur Penelitian

Alur penelitian dan pembuatan Tugas Akhir ini seperti berikut:

Mulai

Eksperimen sensor arus


dan sensor tegangan

Pengamatan gelombang
arus, tegangan dan fase
dengan osiloskop

Perancangan hardware
dan software

A
A

Cek hardware
dan software
Software dan
hardware
bekerja baik Tidak

Ya

Lakukan
pengujian alat

Ambil sampel data


pengukuran beban

Membandingkan hasil alat


peneliti dengan alat lain Perbaikan software
dan atau hardware

Hasil pengukuran
sesuai (mendekati)
nilai standar

Pembuatan
laporan TA

Selesai

Gambar 3.1 Alur Penelitian


3.4 Perancangan Alat
3.4.1 Perancangan Hardware

Gambar 3.2 Diagram Blok Sistem

Konsep kerja sistem ini berawal ketika sistem mendapat suplai daya.

Mikrokontroler akan mengecek apakah tagihan awal untuk memasukkan

besaran rupiah melalui keypad telah dimasukkan ataukah belum. Jika nilai

tagihan belum dimasukkan maka buzzer akan berbunyi selanjutnya akan diam

jika ada tagihan. Ketika nilai telah dimasukkan maka mikrokontroler akan

menghidupkan relay yang menghubungkan jala – jala listrik dengan beban.

Kemudian nilai data tegangan hasil konversi arus, tegangan dan beda fase

dari sensor akan di masukkan serta memulai menghitung watt jam serta

menampilkan kenaikan harga tiap kilowatt jam - nya hingga nilai tagihan

awal akan habis.

Ketika nilai tagihan telah mencapai batas, maka mikrokontroler akan

memutus sambungan listrik ke beban dan menghidupkan buzzer sebagai

peringatan. Pengguna akan dapat menyambungkan kembali bebannya dengan

sumber listrik ketika dia memasukkan nilai tagihan kembali melalui keypad.
Sistem ini akan bekerja ketika ada beban maupun tanpa beban baik

beban resistif maupun beban induktif. Dari sistem jala – jala PLN 220 Vac

diambil nilai arus melalui sensor arus dengan memanfaatkan transformator

yang dipasangkan secara seri dengan beban. Arus yang melewati trafo

tersebut akan menginduksikan tegangan untuk kemudian nilainya dimasukkan

sebagai data ke Mikrokontroler setelah melewati pengkondisi sinyal. Rentang

nilai arus maksimal maupun minimal akan di konversi menjadi nilai yang

mewakili nilai tersebut melalui rangkaian pengkondisi. Rangkaian

pengkondisi arus akan mengubah nilai arus menjadi tegangan yang nantinya

akan digunakan untuk masukan ke mikrokontroler sebagai sampel data

analog. ADC di dalam mikrokontroler akan mengubah nilai data arus berupa

analog menjadi digital. Nilai digital inilah yang nantinya akan di gunakan

untuk proses menghitung daya listrik.

Untuk menghitung faktor daya digunakan rangkaian pengkondisi

sinyal untuk membentuk beda fase antara arus dan tegangan. Rangkaian

Schmitt Trigger digunakan untuk membentuk sinyal kotak agar

mempermudah membentuk beda fase kemudian dihubungkan dengan

rangkaian logika XOR. Keluaran logika XOR menghasilkan selisih pulsa

kedua masukan dan membentuk perbedaan fase antara arus dan tegangan.

Pada mikrokontroler nilai – nilai ini akan diproses dan dihitung nilai

daya listrik yang dikeluarkan dalam besaran rupiah tiap satu watt jam – nya

Kemudian akan ditampilkan ke LCD display.

Berikut ini adalah perancangan hardware yang akan di buat:


1. Power Supply (Catu Tegangan)

Catu daya diperlukan dalam sistem rangkaian ini terutama

sistem minimum mikrokontroler. Catu daya menggunakan trafo

tersendiri yang terpisah dengan trafo sensor arus dan tegangan supaya

tidak membebani trafo yang berakibat drop (pelemahan) tegangan.

Suplai tegangan yang dibutuhkan oleh sistem adalah 5 volt. Tegangan

AC (bolak – balik) disearahkan dengan dioda penyearah gelombang

penuh setelah melewati transformator step down. Untuk mengurangi

riak gelombang digunakan kapasitor sebagai penapis.

LM7805
1 3
IN OUT +5 V

GND
T2
AC 9 + +
220 CT 2200 uF/16 2200 uF/16
2
V
500 mA 9

Gambar 3.3 Rangkaian Catu Daya

2. Driver Relay

Relay digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan aliran

listrik ke beban dengan sumber jala – jala PLN. Keuntungan

menggunakan relay karena untuk memutus dan menyambung beban

dengan tegangan maupun arus yang besar hanya dibutuhkan tegangan

dan arus yang kecil. Driver atau pengendali yang digunakan adalah

transistor NPN yang bertindak sebagai saklar. Transistor NPN akan

mengalirkan arus dari Colector ke Emitor ketika Base (basis) mendapat


tegangan positif (bias maju). Prinsip transistor inilah yang

dimanfaatkan sebagai saklar.

+12V
10K

BUZZER

A
MC C829
4K7 C B
TIP31 Beban

Beban

AC 220 V

Gambar 3.4 Rangkaian Driver Relay

Transistor yang digunakan bertipe NPN C829 sangat peka

terhadap sinyal sehingga arus yang sangat kecil dari mikrokontroler

akan mampu diatasi oleh transistor ini. Tipe NPN TIP 31 sebagai power

switching (saklar).

Pada rangkaian dibawah, ketika Port 3.3 mikrokontroler

AT89S51 mengirimkan masukan high maka relay akan

menghubungkan kontaktor C ke A dan memutuskan beban dengan

sumber jala – jala PLN. Pada saat itu pula buzzer yang terhubung

tegangan +12 Volt akan berbunyi. Ketika Port 3.3 berlogika low maka

beban kembali terhubung dengan sumber jala – jala karena kontaktor C

kembali terhubung dengan B.

3. Sensor Arus
Sensor yang digunakan dalam perancangan ini adalah trafo arus.

Pada dasarnya cara ini digunakan untuk mendeteksi nilai tegangan saat

arus mengalir pada beban. Kumparan sekunder terhubung dengan beban

dan kumparan primer sebagai keluaran sensor. Resistor dipasang paralel

agar terjadi beda potensial pada kedua kumparan dan kapasitor sebagai

filter tegangan. Pengunaan dioda sebagai pemotong tegangan minus

sebelum sinyal sebelum sinyal diolah oleh Multiplexer.

Beban

Beban

220 uF
T2
10k

Arus

1k2

Gambar 3.5 Gambar Rangkaian Sensor Arus

Dasar pembuatan trafo arus mengacu pada rumus perbandingan

transformasi trafo berikut.


D #D 4E
F   ..................................... 4.1
E #E 4D
Dari persamaan diatas Vp berbanding lurus dengan Np, Vs

berbanding lurus dengan Ns, Is berbanding terbalik dengan Vp dn Np

serta Ip berbanding terbalik dengan Vs dan Ns. Dalam Sensor ini nilai

Ip dan Is diabaikan. Karena Np harus memiliki hambatan sekecil

mungkin atau nol, maka Np bernilai kecil sehingga Vp memiliki nilai

kecil juga. Karena Vp bernilai kecil, maka trafo arus yang dibuat harus

miliki nilai Vs yang besar, agar Vs dapat digunakan sebagai keluaran.


Dengan demikian jenis trafo yang digunakan merupakan jenis trafo

step up. Pada penelitian ini penulis menerapkan kaidah trafo step down

menjadi fungsi step up dengan membalik sisi primer sebagai keluaran

dan sisi sekunder sebagai masukan sehingga nilai tegangan masukan

yang kecil bisa dinaikkan.

Untuk menentukan nilai Ns dan Vs menggunakan persamaan

4.1, didapat persamaan:


#D
3  #E · + .......................................... 4.2
Dari persamaan 4.2, untuk mendapatkan nilai Vp yang besar

maka Np juga harus memiliki nilai yang besar. Berdasarkan hal

tersebut, trafo ini menggunakan lilitan primer (Np) 1500 lilitan dan

lilitan sekunder (Ns) 10 lilitan atau memiliki nilai perbandingan

transformasi trafo (η) 1:150. Trafo arus ini memiliki karakterisitik

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik Trafo Arus

Beban (Watt) Vs (Vac) Vp (Vac)


5 0,05 1,4
10 0,1 2,4
15 0,2 5,3
60 0,3 7,2
100 1,2 13
300 4,8 40

Dari karakteristik di atas, nilai Vp dan Vs yang memiliki

nilai perbandingan yang tidak sama dengan perbandingan

transformasi trafonya, namun telah mewakili dari sebuah trafo

stepup. Selanjutnya trafo arus dapat digunakan sebagai sensor arus, di


mana Vp atau output trafo masih terlalu besar sehingga digunakan

resistor pembagi tegangan.

4. Rangkaian Pembeda Fase Arus dan Tegangan

Tegangan akan muncul dari trafo arus dan tegangan ketika ada

beban yang terpasang. Sinyal tersebut masih berbentuk sinusoidal

sehingga untuk membentuk beda fase, sinyal tersebut diolah menjadi

sinyal persegi menggunakan rangkaian pengkondisi sinyal. Rangkaian

yang dipakai adalah Hex Schmitt Trigger Inverter. Dengan

terbentuknya sinyal persegi maka akan mempermudah membentuk beda

fase pada rangkaian gerbang XOR. Gerbang XOR menghasilkan selisih

kedua pulsa masukan ketika hanya salah satu saja dari masukan berbeda

periode sinyalnya. Atau dengan kata lain ketika terjadi pergeseran fase

yang berbeda antara arus dan tegangannya, maka akan terdeteksi oleh

gerbang XOR. Dengan bentuk sinyal persegi tersebut juga akan dapat

diketahui periode waktu sinyalnya.


Beban

Beban

220 0 6 110
Beda Fasa
T1 T2 1k5
0 3 12 0 1k

10k

220 uF
13 12 11 10

2k
74LS14 4
6
1k 1 2 3 4 5

74LS86

Gambar 3.6 Gambar Rangkaian Pembeda Fase

Hasil keluaran dari gerbang XOR merupakan gelombang

frekuensi karena merupakan hasil keluaran dari transformator. ADC

membutuhkan tegangan DC untuk itu pulsa beda fase ini harus diubah

menjadi tegangan analog. Untuk membentuk gelombang frekuensi

menjadi pulsa analog digunakan rangkaian integrator yaitu rangkaian

RC. Semakin besar RC (R x C) semakin efektif rangkaian tersebut

sebagai integrator.

5. Sistem Mikrokontroler
+5V

ATm e ga535

9
1 2 3 A 1 40
2 PB0 PA0 39

B
10k 3 PB1 PA1 38
4 PB2 PA2 37 3
5 PB3 PA3 36 Y
PB4 PA4 Control
4 5 6 B 6 35 4052
7 PB5 PA5 34 1
PB6 PA6 Y0 Arus
8 33 5
9 PB7 PA7 32 Y1 2
RESET AREF Y2 Cos phi
10 31 4
11 VCC GND 30 Y3 6
7 8 9 C 12 GND AVCC 29 INH 10
100nF XTAL2 PC7 A
13 28
14 XTAL1 PC6 27
15 PD0 PC5 26
16 PD1 PC4 25
* 0 # D 17 PD2 PC3 24
18 PD3 PC2 23
19 PD4 PC1 22
20 PD5 PC0 21
PD6 PD7
Data LCD

Gambar 3.7 Gambar Sistem Minimum ATMega8535

Mikrokontroler ini merupakan rangkaian sistem yang akan

mengontrol masukan data dari keypad serta masukan data sensor arus

serta beda fase. Port ADC (Port A.3) mikrokontroler AVR ATmega

8535 digunakan sebagai masukan untuk data sensor setelah di atur oleh

muxltiplexer demultiplexer 4052. Multiplexer diperlukan untuk memilih

data arus maupun cos phi yang akan masuk ke mikrokontroler. Port B.3

sebagai select input mux/demux untuk seleksi data input dari

multiplexer. Masukan Port B.1 adalah pemilih data yang diinginkan

oleh IC2 AT89S51. Ketika IC2 ingin meminta data LCD maka IC1

akan mengirimkan data LCD melalui Port C. Port ini juga untuk

meminta data keypad yang akan tertampil di LCD.

Penggunaan mikrokontroler AT89S51 sebagai penampil data

LCD pada Port 2.0 – Port 2.7 sedangkan Port 3.5 – 3.7 sebagai control

LCD. Port 0.0 – Port 0.7 sebagai masukan data LCD dari IC1. Untuk

Port 3.3 digunakan sebagai pengontrol relay, ketika logika high maka
relay akan memutus beban dengan sumber jala – jala PLN dan

sebaliknya ketika low maka beban kembali tersambung.

+5V

10 uF

31

40
9

EA / Vpp
Rst

Vcc
Data LCD
1 39
10 k 2 P1.0 P0.0 38
3 P1.1 P0.1 37
4 P1.2 P0.2 36
5 P1.3 P0.3 35
6 P1.4 P0.4 34
7 P1.5 P0.5 33
8 P1.6 P0.6 32
P1.7 P0.7
AT89S51
10 28 LCD 16x2
11 P3.0/RXD P2.7 27
12 P3.1/TXD P2.6 26
P3.2/INT-0 P2.5
13
14 P3.3/INT-1 P2.4
25
24
0000 Rp.000,00
15 P3.4/T0 P2.3 23
16 P3.5/T1 P2.2 22 0000 cos : 0,7
17 P3.6 P2.1 21
P3.7 P2.0
X-TAL

X-TAL

Gnd
18

19

20

30 pF

30 pF

12 MHz

Relay

Control

Gambar 3.8 Gambar SistemMinimum AT89S51


3.4.2 Perancangan Software
Mulai

Tekan Tombol On

Inisialisasi
Hardware

Port 3.3=1
Relay ON

Tidak

Ya
Masukkan Nilai Simpan Tekan Hitung
Tagihan>Rp 0,- Tagihan Tagihan

Tidak Ya

Baca ADC

Hitung Daya
(Wh) & Cos φ

Tampilkan
Ke LCD

Ya
Reset Wh

Tidak

Capai Nilai
Selesai
Tagihan

Gambar 3.9 Diagram Alir Program Utama

Program pada mikrokontroler ATMega8535 diawali dengan

melakukan inisialisasi RAM internal dan pengaturan port masukan dan

keluaran. Selain itu juga memberi nama register yang digunakan untuk

mendefinisikan variabel. Penulisan programnya sebagai berikut.

.DEF arus=R17
.DEF arus_o=R18
.DEF cos=R19
.DEF cos_o=R20
.DEF uang=R21
.DEF geser=R22
;-----------------------------
.CSEG
.ORG 0x0000
;-----------------------------
awal: LDI R16,LOW(RAMEND)
OUT SPL,R16
LDI R16,HIGH(RAMEND)
OUT SPH,R16
;-----------------------------
LDI R16,0x00
OUT DDRA,R16 ;PortA sbg inputADC
OUT PORTA,R16 ;internal pull-up
off

LDI R16,0b00011111
OUT DDRB,R16 ;PortB sbg output

LDI R16,0xFF
OUT DDRC,R16 ;PortC output
kendali

LDI R16,0b00001111
OUT DDRD,R16 ;PortD input keypad
LDI R16,0b11111111 ;Aktifkan Pull-
up
OUT PortD,R16
;=============================
CBI PortB,1 ;Aktifkan Prabayar
LDI R16,0x00
OUT PortC,R16
LDI uang,0x00
LDI geser,0x30

Langkah selanjutnya adalah membaca tombol keypad pada port

D sebagai masukan, penulisan program untuk membaca keypad seperti

berikut.

keypad: NOP
CBI PortD,0 ;clr b-1
NOP
SBIS PinD,4 ;cek k-1
RCALL angka1
SBIS PinD,5 ;cek k-2
RCALL angka2
SBIS PinD,6 ;cek k-3
RCALL angka3
SBIS PinD,7 ;cek k-4
RCALL hurufA
SBI PortD,0
CBI PortD,1 ;clr b-2
NOP
SBIS PinD,4
RCALL angka4
SBIS PinD,5
RCALL angka5
SBIS PinD,6
RCALL angka6
SBIS PinD,7
RCALL hurufB
SBI PortD,1
CBI PortD,2 ;clr b-3
NOP
SBIS PinD,4
RCALL angka7
SBIS PinD,5
RCALL angka8
SBIS PinD,6
RCALL angka9
SBIS PinD,7
RCALL hurufC
SBI PortD,2
CBI PortD,3 ;clr b-4
NOP
SBIS PinD,4
RCALL huruft
SBIS PinD,5
RCALL angka0
SBIS PinD,6
RCALL hurufp
SBIS PinD,7
RCALL hurufD
SBI PortD,3
;+++++++++++++++++++++++++++++++
Program berikutnya adalah mengambil data arus dan cos phi

dari ADC mikrokontroler ATMega8535. Referensi ADC yang

digunakan adalah ADC internal mikrokontroler 8 bit.


;+++++++++++++++++++++++++++++++
baca_i: SBI PORTB,3
RCALL ADC_on
IN arus,ADCH ;masukan arus

RCALL tunda
baca_c: CBI PORTB,3
RCALL ADC_on
IN cos,ADCH ;masukan cos phi
;-----------------------------

Langkah terakhir adalah mengkonversi data arus dan cos phi

untuk selanjutnya dikirim ke mikrokontroler AT89S51 untuk diolah.

Mikrokontroler AT89S51 digunakan untuk mengolah data arus,

tegangan dan cos phi agar didapatkan daya yang selanjutnya akan

ditampilkan ke LCD. Penulisan program dari mikrokontroler AT89S51

dapat dilihat pada source code program dibawah ini. Langkah pertama

adalah pemberian nama kaki mikrokontroler dan register yang

digunakan.

$MOD51
RS BIT P3.7 ; kaki RS LCD
RW BIT P3.6 ; kaki Read/Write
E BIT P3.5 ; kaki Enable
DSEG
ORG 40h
p_ratus: DS 1 ; prabayar ratusan
p_puluh: DS 1 ; prabayar puluhan
p_satu: DS 1 ; prabayar satuan
p_nilai: DS 1

u_ratus: DS 1 ; hasil ukur uang ratusan


u_puluh: DS 1 ; hasil ukur uang puluhan
u_satu: DS 1 ; hasil ukur uang satuan

w_ratus: DS 1 ; hasil ukur watt ratusan


w_puluh: DS 1 ; hasil ukur watt puluhan
w_satu: DS 1 ; hasil ukur watt satuan
w_komap: DS 1 ; hasil watt koma_puluhan
w_komas: DS 1 ; hasil watt koma_satuan
cos_phi: DS 1 ; hasil ukur cos phi
cos_p: DS 1
cos_s: DS 1

detak1: DS 1
detak0: DS 1
nilai: DS 1

Berikutnya adalah mengatur konfigurasi dari mikrokontroler

yang meliputi interupsi dan timer. Penulisan programnya sebagai

berikut:

MOV DPTR, #huruf


MOV IE, #10001010b
MOV TMOD, #11h
MOV detak1, #40d ;Tampilkan ke display tiap 2det
MOV detak0, #20d
MOV nilai, #20d
SETB TR1
SETB TR0
MOV p_ratus, #0d
MOV p_puluh, #0d
MOV p_satu, #0d

MOV u_ratus, #0d


MOV u_puluh, #0d
MOV u_satu, #0d

MOV w_ratus, #0d


MOV w_puluh, #0d
MOV w_satu, #0d
MOV w_komap, #0d
MOV w_komas, #0d

Untuk selanjutnya melakukan inisialisasi penampil LCD dengan

program seperti berikut.

inisial: CLR RS; inisialisasi LCD


CLR RW
CALL delay
CALL delay
CALL delay
MOV P2, #00110000b
CALL pulsa

CALL delay
MOV P2, #00110000b
CALL pulsa

CALL delay
MOV P2, #00110000b
CALL pulsa

MOV P2, #00111000b ; 2 baris, 5x7 dot


CALL pulsa

MOV P2, #00001100b ; display on


CALL pulsa

MOV P2, #00000001b ; display clear


CALL pulsa

MOV P2, #00000110b ; entry mode set, increment,


no display shift
CALL pulsa

Langkah terakhir adalah menampilkan daya listrik dan cos phi

ke LCD. Untuk perhitungan daya yang terpakai pada tegangan adalah

tetapan nilai 220 volt, nilai arus mengikuti besarnya arus pada beban

dan nilai cos phi juga mengikuti jenis beban yang terpasang.

Perhitungan nilai dayanya adalah P = V.I.Cos φ. Nilai untuk tiap 1

KiloWatt jam (KWh) sama dengan Rp. 100,- pada TDL (Tarif Dasar

Listrik) Rp. 100,-. Sedangkan untuk nilai TDL Rp. 500,- bernilai Rp.

500,- per 1 Kilowatt jam. Nilai tagihan per KiloWatt jam-nya akan

berganti seiring pergantian masukan TDL – nya. Kenaikan nilai

tampilan dalam rupiah ditentukan oleh besarnya nilai yang dimasukkan

ke timer. Dalam menentukan nilai waktu timer dilakukan dengan

melakukan percobaan pada saat nilai TDL dan besar beban berbeda -

beda.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian Rangkaian Catu Daya

Pengujian rangkaian catu daya sangat diperlukan karena tegangan

maupun pasokan daya ke rangkaian mikrokontroler berperan sangat vital

terhadap kestabilan sistem rangkaian. Alat utama untuk menguji rangkaian

catu daya adalah multimeter. Tegangan yang dikeluarkan oleh catu daya

dapat dilihat dengan menggunakan multimeter. Dari hasil pengujian di

harapkan nilai tegangan sesuai dengan kebutuhan masing – masing

komponen. Data pengujian catu daya dengan keluaran 5 volt sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Catu Daya Tegangan 5 volt

Tegangan Catu Daya (Volt)


Nilai
ATMega8535 AT89S51 HD74LS14 SN74LS86 HCF4052

Perancangan 5 5 5 5 5

Pengukuran 4,7 4,7 4,7 4,6 4,6

Level tegangan dari IC diatas mempunyai level berbeda – beda

untuk tiap jenisnya. Jenis IC HD74LS14 dan SN74LS86 merupakan jenis

TTL (Transistor Transistor Logic) sedangkan HCF4052, ATMega8535 dan

AT89S51 merupakan jenis CMOS (Complementary Metal Oxide

Semiconductor). Berikut tabel nilai level tegangan untuk jenis IC TTL dan

CMOS.
Tabel 4.2 Perbandingan Level Tegangan IC TTL dan IC CMOS

Jenis IC TTL (Volt) Jenis IC CMOS (Volt)


Logika
Send Receive Send Receive

High (1) 2,4 – 5 2–5 4,7 – 5 3,2 – 5

Low (0) 0 – 0,4 0 – 0,8 0 – 0,2 0 – 1,5

Hasil pengukuran dapat dilihat bahwa pada titik nilai yang

diinginkan hasil tegangannya sesuai dengan level tegangan IC yang dipakai.

Rangkaian catu daya pada titik tertentu tidak menunjukkan 5 volt karena

setelah terbebani tegangan menjadi turun.

4.2 Pengujian Sensor Arus dan Pembahasan

Langkah – langkah untuk menguji bagian sensor arus yaitu dengan

menghubungkan output rangkaian sensor dengan voltmeter. Pengujian sensor

arus dilakukan dengan memberikan beban pada sisi sekunder transformator

dengan tujuan tegangan induksi pada sisi primer dapat dinaikkan oleh sisi

primer (step up). Karena nilai tegangan keluaran trafo masih terlalu besar

maka harus diturunkan menggunakan rangkaian pembagi tegangan. Resistor

digunakan sebagai rangkaian pembagi tegangan, rangkaian ini juga bertujuan

untuk mereduksi level tegangan output yang dihasilkan. Untuk selanjutnya

tegangan tersebut digunakan rangkaian multiplexer. Rangkaian pembagi

tegangan pada sensor arus seperti berikut.

Titik pengukuran pada sensor arus yaitu transformator, berikut

gambar titik yang diukur.


Beban

Beban

220 uF
Vac 10k

T2 Arus

1k2
V

Gambar 4.1 Rangkaian Pembagi Tegangan

Tegangan output yang dihasilkan oleh rangkaian tersebut diberikan

oleh;


 G  HI J KL ........................................................................ (4.1)

Berikut adalah hasil pengujian yang diukur pada titik keluaran sensor

arus setelah melalui rangkaian pembagi tegangan.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Rangkaian Sensor Arus

Tegangan Tegangan

No. Jenis Beban Keluaran Trafo Keluaran

(Vac) Rangkaian (Vdc)

1. - 0 0

2. Lampu Tidur 2,5 W 1,2 0,13

3. Lampu Pijar 5 W 1,4 0,15

4. Lampu TL 10 W 1,9 0,21

5. Lampu Pijar 10 W 2,4 0,25

6. Lampu BE 14 W 5,3 0,56

7. Lampu Pijar 60 W 7,2 0,77


8. Lampu Pijar 100 W 13 1,4

9. Setrika Listrik 300 W 40 4,28

Keuntungan ketika kita menggunakan sensor arus dengan

transformator arus 500 mA yaitu nilai arus yang kecil dapat terdeteksi pada

beban – beban yang kecil. Saat beban yang mengalir pada sensor arus 2,5

watt maka transformator (primer) akan timbul tegangan induksi 1,2 Vac.

Karena nilai penguatannya terlalu tinggi terutama saat beban 300 watt, maka

perlu diturunkan menggunakan rangkaian pembagi tegangan.

Hasil pengamatan menggunakan grafik dapat dilihat seperti berikut:

Gambar 4.2 Grafik Pengujian Rangkaian Sensor Arus

Grafik diatas menunjukkan nilai yang cenderung linier ketika beban

dengan nilai bervariasi di hubungkan ke transformator arus. Saat tidak ada

beban yang terpasang (0 W) maka tidak ada tegangan yang terdeteksi.


Tegangan pada trafo mulai muncul ketika beban 2,5 W terpasang, nilai yang

terukur pada trafo yaitu 1,2 V kemudian nilai tersebut diturunkan mejadi 0,13

V oleh rangkaian pembagi tegangan. Nilai beban tertinggi yang diuji dalah

setrika listrik dengan beban 300 W, nilai pada rangkaian adalah 4,28 V.

Perhitungan rangkaian pembagi tegangan digunakan untuk

menurunkan nilai tegangan yang masih terlau tinggi ketika beban yang

digunakan mempunyai daya besar. Perhitungannya sebagai berikut:

2
 G  HI J 2
1 7 2  G  HI J
1 7 2
1,2 1,2
 G  1,2 J  G  40 J
10 7 1,2 10 7 1,2
 G  40 J 0,107
 G  1,2 J 0,107  G  4,28 S

 G  0,13 
Nilai pada keluaran rangkaian pembagi tegangan selanjutnya akan

digunakan sebagai masukan untuk ADC mikrokontroler.

4.3 Pengujian Rangkaian Pembeda Fase dan Pembahasan

Beda fase antara sinyal arus dan tegangan pada rangkaian bolak –

balik (AC) terjadi jika terdapat induktor pada beban yang terpasang.

Tegangan muncul dari trafo arus dan tegangan ketika ada beban yang

terpasang. Sinyal tersebut masih berbentuk sinusoidal sehingga untuk

membentuk beda fase, sinyal tersebut diolah menjadi sinyal persegi

menggunakan Schmitt Trigger Inverter. Dengan terbentuknya sinyal persegi

maka akan mempermudah membentuk beda fase pada rangkaian gerbang

XOR. Gerbang XOR menghasilkan selisih kedua pulsa masukan ketika hanya

salah satu saja dari masukan berbeda periode sinyalnya. Atau dengan kata
lain ketika terjadi pergeseran fase yang berbeda antara arus dan tegangannya,

maka akan terdeteksi oleh gerbang XOR.

Beban

Beban
A B
C D
220 0 6 110
Beda Fasa
0 4.5
T1 12 0
T2 1k5 1k

10k

E 220 uF
13 12 11 10

2k
74LS14 4
6
1k 1 2 3 4 5
G
F 74LS86

Gambar 4.3 Gambar Rangkaian Pembeda Fase

Berikut hasil pengamatan gelombang pada titik rangkaian.

1) Sinyal tegangan maupun arus sebelum (titik A - B) dan setelah (titik C -

D) melewati sensor.

Sinyal Titik A

Sinyal Titik C

Gambar 4.4 Bentuk Fase Gelombang pada Titik A-C

Pengamatan pada titik A dan C dilakukan agar dapat mengetahui

bahwa keluaran sensor benar – benar tidak bergeser fasenya. Hal ini sangat
penting untuk diketahui supaya sebelum terjadi pergeseran fase oleh

adanya beban induktif sinyal tidak bergeser terlebih dahulu oleh adanya

sifat induktif sensor. Kedua sinyal memakai 20 volt/div dan 10 ms/div.

Sinyal Titik B

Sinyal Titik D

Gambar 4.5 Bentuk Fase Gelombang pada Titik B-D

Pada beban induktif dapat diamati bahwa sinyal pada titik B dan D

tidak bergeser sehingga titik E dan F bisa langsung diproses beda fasenya.

2) Beban resistif, titik C sinyal tegangan dan titik D sebagai sinyal arus.

Sinyal Arus

Sinyal Tegangan

Gambar 4.6 Bentuk Fase Gelombang Beban Resistif pada Titik C-D

Hasil pengamatan dengan osiloskop pada titik keluaran sensor

menunjukkan gelombang sinusoidal bolak – balik baik pada titik C


maupun D. Dimana titik C merupakan sinyal tegangan dan titik D sebagai

sinyal arus. Hasil pengukuran osiloskop dengan beban resistif

menggunakan nilai volts/div yang sama yaitu 5 volts/div serta periode 5

ms time/div. Besar amplitudo sinyal arus lebih besar dari sinyal tegangan

disebabkan karena nilai tegangan keluaran sensor yaitu transformator lebih

besar dari tegangan keluaran sensor pada trafo untuk sensor tegangan.

3) Beban induktif, titik C sinyal tegangan dan titik D sebagai sinyal arus.

Sinyal Arus

Sinyal Tegangan

Gambar 4.7 Bentuk Fase Gelombang Beban Induktif pada Titik C-D

Pengamatan untuk beban induktif pada keluaran sensor

menghasilkan gelombang sinusoidal, titik C sinyal tegangan dan titik D

sinyal arus. Terdapat perbedaan fase antara kedua sinyal dimana fase arus

tertinggal dari sinyal tegangan (lagging power). Pengukuran osiloskop

dengan beban induktif menggunakan nilai volts/div yang sama yaitu 5

volts/div serta periode 5 ms time/div. Amplitudo sinyal arus lebih besar


karena nilai tegangan keluarannya lebih besar dibandingkan dengan sinyal

tegangan.

4) Beban resistif, titik E sinyal arus dan titik F sebagai sinyal tegangan.

Sinyal Arus

Sinyal Tegangan

Gambar 4.8 Bentuk Fase Gelombang Beban Resistif pada Titik E-F

Sinyal yang teramati tampak berada pada tegangan positif

disebabkan karena telah melewati dioda sehingga tegangan dibawah 0 volt

terpotong. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mengamati beda fase.

Pengukuran osiloskop menggunkan nilai volt/div yang sama yaitu 2

volt/div dan periode yang sama 5 ms/div. Sinyal arus lebih besar karena

nilai tegangan keluarannya lebih besar dibandingkan dengan sinyal

tegangan. Terlihat bahwa pada beban resistif tidak menghasilkan beda fase

baik lagging power (arus tertinggal dari tegangan) maupun leading power

(arus mendahului tegangan).


5) Beban induktif, titik E sinyal arus dan titik F sebagai sinyal tegangan.

Sinyal Arus

Sinyal Tegangan

Gambar 4.9 Bentuk Fase Gelombang Beban Induktif pada Titik E-F

Pengukuran menggunakan nilai volts/div yang sama yaitu 2

volts/div serta periode 5 ms time/div. Terlihat bahwa pada beban resistif

menghasilkan beda fase lagging power dimana sinyal arus ketinggalan

dari sinyal tegangan.

6) Beban resistif setelah melewati IC gerbang XOR.

Siklus beda
fase

Gambar 4.10 Bentuk Fase Gelombang Beban Resistif pada Titik C-D
Bentuk gelombang diubah dari sinusoidal ke persegi untuk

memudahkan membentuk beda fase. Hasilnya ketika terdapat beda fase

pada kedua masukan IC gerbang XOR maka periode sinyalnya akan

berubah. Nilai perubahan inilah yang nantinya akan dimasukkan ke ADC.

Pada beban resistif periode sinyalnya kecil ini menandakan tidak terdapat

beda fase. Masukan ADC merupakan perubahan nilai tegangan dari nilai

frekuensi.

7) Beban induktif setelah melewati IC gerbang XOR.

134.4 Hz

Siklus beda
fase

Gambar 4.11 Gelombang Beban Induktif dengan Fase 0.8 pada Alat

Terjadi bentuk fase gelombang yang hampir sama antara alat hasil

rancangan dengan fluksmeter sebagai alat kalibrasi. Maka untuk mendapatkan

nilai kalibrasi digunakan pencocokan nilai periode waktu dari sinyal tersebut.

Ketika terjadi perubahan periode sinyal maka terjadi perubahan juga pada

frekuensi (T = 1/f), maka kalibrasi didapat dengan mencocokkan nilai

frekuensi sinyal dengan membandingkan hasil pengukuran alat dengan

fluksmeter. Dimana alat hasil rancangan mempunyai frekuensi 134.4 Hz (74


ms). Sedangkan hasil sinyal gelombang pada fluksmeter mempunyai

frekuensi 114.4 Hz (87 ms). Hasil pencocokan ini tidak terlalu sempurna

untuk mengkalibrasi namun cukup mendekati dengan faktor error

pengukuran tidak terlalu jauh.

114.4 Hz

Gambar 4.12 Gelombang Beban Induktif Fase 0.8 pada Fluksmeter

Begitu juga dengan nilai beda fase pada nilai 0.9 nilai kalibrasi

digunakan pencocokan nilai periode waktu dari sinyal tersebut. Ketika terjadi

perubahan periode sinyal maka terjadi perubahan juga pada frekuensi (T =

1/f), kalibrasi didapat dengan mencocokkan nilai frekuensi sinyal

104.1 Hz

Gambar 4.13 Gelombang Beban Induktif dengan Fase 0.9 pada Alat
100.4 Hz

Siklus beda
fase

Gambar 4.14 Gelombang Beban Induktif Fase 0.9 pada Fluksmeter

Kalibrasi didapat dengan mencocokkan nilai frekuensi sinyal

dengan membandingkan hasil pengukuran alat dengan fluksmeter. Dimana

alat hasil rancangan mempunyai frekuensi 104.1 Hz (96 ms). Sedangkan

hasil sinyal gelombang pada fluksmeter mempunyai frekuensi 100.4 Hz

(99 ms). Pada beban induktif terdapat periode sinyal yang melebar jika

dibandingkan dengan periode sinyal pada beban resistif. Hal ini terjadi

ketika terdapat beda fase pada kedua masukan IC gerbang XOR maka

periode sinyalnya akan berubah.

Selanjutnya sinyal keluaran gerbang XOR difilter menggunakan

rangkaian integrator (RC) LPF untuk menghasilkan gelombang tegangan

(analog). Hasil pengukuran untuk beban resistif menunjukkan gelombang

yang dihasilkan tidak terdapat beda fase. Sedangkan untuk beban induktif

terdapat beda fase.

Hasil keluaran dari gerbang XOR merupakan gelombang frekuensi

karena merupakan hasil keluaran dari transformator. ADC membutuhkan


tegangan DC untuk itu pulsa beda fase ini harus diubah menjadi tegangan

analog. Untuk membentuk gelombang frekuensi menjadi pulsa analog

digunakan rangkaian integrator yaitu rangkaian RC seperti penjelasan diatas.

Semakin besar RC (R x C) semakin efektif rangkaian tersebut sebagai

integrator.

4.4 Pengujian Rangkaian Total dan Pembahasan

4.4.1 Pengujian Nilai Daya Listrik

a) Daya Listrik

Langkah pengujian untuk mengetahui besarnya daya yang terukur

pada beban yang terpasang sebagai berikut:

1. Memberikan suplai tegangan pada sistem.

2. Memasukkan nilai TDL (Tarif Dasar Listrik) dengan batas ratusan

rupiah atau maksimal tiga digit.

3. Memasukkan nilai tarif tagihan prabayar dengan batas puluhan ribu

rupiah atau maksimal lima digit dan nilai minimal ratusan rupiah.

4. Memasang beban ke rangkaian.

5. Mengukur besar daya dan nilai tagihan pada beban yang terpasang.

6. Membandingkan hasil pengukuran pada alat dengan perhitungan

manual dimana W = P t cos φ

Dalam menghitung nilai energi listrik pada beban resistif maupun

induktif digunakan perhitungan seperti berikut:

Misalkan untuk daya beban resistif 10 watt hasil perhitungannya

adalah,
Pada beban induktif induktif 10 watt dengan nilai cos φ 0,8

perhitungannya seperti berikut,

Hasil pengamatan dengan nilai daya yang sama pada jenis beban

resistif dan beban induktif akan berbeda ketika terdapat faktor daya. Nilai

energi listrik pada beban induktif akan lebih kecil dibandingkan dengan

nilai energi listrik pada beban resistif. Hal ini terjadi karena beban resistif

cenderung tidak mengalami pergeseran fase antara arus dan tegangannya.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Nilai Arus, Tegangan dan Cos Phi

Nilai Nilai Lama Nilai Perhitungan


Jenis Beban
No Tegangan Arus Pengukuran Cos Manual
(W)
(V) (A) (jam) Phi (Wattjam)
1. - 0 0 1 - 0
Lampu Pijar
2. 220 0.045 1 0.9 8.91
10 W (Eterna)
Lampu TL 10
3. W (Philips, 220 0.047 1 0.8 9.30
Trafo Osram)
Lampu BE 14
4. 220 0.063 1 0.9 12.47
W (Chiyoda)
Lampu Pijar
5. 220 0.27 1 0.8 47.52
60 W (Eterna)
Lampu Pijar
6. 220 0.45 1 0.9 89.1
100 W
(Philips)
Setrika Listrik
7. 300 W 220 1.36 1 0.9 270
(Philips)

Tegangan 220 volt didapat dengan menyediakan sumber tegangan

yang stabil menggunakan automatic voltage regulator sedangkan nilai

arus diukur menggunakan multimeter digital bermerek “GW INSTEK”

dengan ketelitian pengukuran hingga milimeter. Nilai tegangan diukur

secara parallel dengan alat ukur sedangkan arus didapat dengan

menghubungkan seri antara alat ukur dan beban.

Untuk menghitung nilai energi listrik yang diketahui arus dan

tegangannya seperti pada analisa perhitungan manual, digunakan rumus

berikut,

Nilai energi listrik (W) disini mengunakan satuan wattjam sebagai

hasil perkalian tegangan, arus, waktu dan beda fase.

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran dan Perbandingan Rata – Rata Energi

Listrik Selama 1 Jam (Percobaan pada lampiran)

Pengukuran
Perhitungan
No Jenis Beban (W) Alat
Manual (Wattjam)
(Wattjam)

1. -
0 0
Lampu Pijar 10 W (Eterna)
2.
10.36 8.91

Lampu TL 10 W (Philips,
3.
10.28 9.30
Trafo Osram)

4. Lampu BE 14 W (Chiyoda)
13.52 12.47
5. Lampu Pijar 60 W (Eterna)
58.56 47.52
6. Lampu Pijar 100 W (Philips)
97.74 89.1
Setrika Listrik 300 W
7.
295.65 270
(Philips)

Terdapat selisih antara hasil pengukuran alat dengan perhitungan

manual hal ini disebabkan karena faktor error sehingga berdampak

pada ketidak akuratan hasil pengukuran. Pada pengujian lampu dengan

beban semakin besar tidak menunjukkan nilai beban yang tertera pada

lampu, misalnya 10 Watt. Nilai pada alat yang diuji menunjukkan

angka lebih kecil dari 10 W hal ini disebabkan baik karena kualitas

sensor arus yang kurang baik maupun karena proses perhitungan

mikrokontroler yang kurang responsif. Berikut adalah selisih atau nilai

ketelitian dari hasil pengukuran antara alat yang diuji dengan

perhitungan manual. Nilai ketelitihan dihitung menggunakan rumus

berikut ini,
Perhitungan dari rumus diatas untuk sampel nomer 2 seperti

berikut,

ketelitian pengukuran energi listrik adalah 87 %.


Hasil sampel pengujian pada tabel 4.5 menggunakan sampel

masukan nilai TDL Rp. 100 per 1 KWh untuk golongan tarif rumah

tangga. Artinya setiap 1 KWh (1000 Wh) akan setara dengan nilai Rp

100. Nilai TDL ini bisa diubah – ubah melalui masukan keypad. Hal ini

berarti nilai tagihan prabayar Rp. 100 yang dimasukkan pada sistem

melalui keypad akan memutus beban pada nilai 1000 Wh. Berikut

adalah tampilan LCD pada alat.

Nilai Prabayar Nilai Energi

Nilai Tarif Nilai Cos Phi

Gambar 4.15 Tampilan Hasil Pengukuran pada LCD


Dari hasil pengujian pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai

pengukuran relatif sama dengan hasil perhitungan manual yang penulis

jadikan pedoman. Terdapat beberapa nilai yang tidak linier antara

besarnya beban yang terukur dengan hasil pengukuran. Penyebab

ketidak akuratan pengukuran disebabkan olek faktor error, beberapa

faktor tersebut diantaranya:

1. Proses perhitungan pada mikrokontroler agak terbebani

disebabkan sistem harus mendeteksi nilai sensor secara real

time. Efek dari pengukuran yaitu terdapat delay (jeda), ketidak

stabilan sistem dan pergeseran nilai perhitungan pada pada hasil

pengukuran.

2. Penggunaan metode sensor arus menggunakan transformator

dalam jangka waktu lama memungkinkan terjadinya efek panas

pada kumparan trafo. Hal tersebut berpengaruh pada nilai

keluaran sensor.

3. Pada pengukuran menggunakan beban terlalu tinggi nilai

ketahanan transformator mulai tampak. Hal ini tampak dari hasil

pengukuran yang menunjukkan rentang yang lebar dengan hasil

alat ukur analog.

Dasar perhitungan untuk menentukan nilai daya listrik

menggunakan rumus berikut:

..................................................... (4.2)
Dimana nilai tegangan (V) adalah nilai tetap sebesar 220 volt. Nilai

arus (I) mengacu pada arus beban yang terpasang sebagai masukan
sensor. Untuk nilai cos φ berdasarkan pergeseran fase antara tegangan

dan arus dari beban yang terukur. Parameter fase arus dan tegangan di

olah oleh rangkaian zero crossing detector. Parameter tersebut

kemudian dimasukkan ke ADC mikrokontroler untuk diolah oleh

system. Penulisan program pada sistem pengukur sebenarnya seperti

berikut:

kwh: MOV A, P0
CLR Acc.7
CLR Acc.6
CLR Acc.5
CLR Acc.4

CJNE A, #0Fh, jalan


MOV u_5, #0d
MOV u_4, #0d
MOV u_3, #0d
MOV u_2, #0d
MOV u_1, #0d

MOV w_ratus, #0d


MOV w_puluh, #0d
MOV w_satu, #0d
MOV w_komap, #0d
MOV w_komas, #0d
JMP diam

jalan: MOV B, #20d


MUL AB
MOV nilai, A

CJNE A, #00h, hitung ; kalau 00, stop hitungan


diam: CLR TR0
JMP stop
hitung: SETB TR0
stop: MOV A, P0
CLR Acc.3
CLR Acc.2
CLR Acc.1
CLR Acc.0
SWAP A
MOV cos_phi, A
MOV A, nilai
CJNE A, #00h, band
MOV cos_p, #'-'
MOV cos_s, #'-'
RET
b) Tarif Dasar Listrik (TDL)

Tabel 4.6 Perbandingan Hasil pengukuran Antara Nilai TDL 100

dengan TDL 500

Daya Besar Tagihan

No. Besar Beban Lama Pengukuran Per – TDL TDL

Jam Rp. 100 Rp. 500

1. 10 Watt 1 Jam 010,00 Rp. 1 Rp. 5

10 Jam 100,00 Rp. 10 Rp. 50

100 Jam 1000,00 Rp. 100 Rp. 500

2. 50 Watt 1 Jam 50,00 Rp. 5 Rp. 25

2 Jam 100,00 Rp. 10 Rp. 50

20 Jam 1000,00 Rp. 100 Rp. 500

3. 100 Watt 1 Jam 100,00 Rp. 10 Rp. 50

10 Jam 1000,00 Rp. 100 Rp. 500

4. 300 Watt 1 Jam 300,00 Rp. 30 Rp. 150

2 Jam 600,00 Rp. 60 Rp. 300

3 Jam 900,00 Rp. 90 Rp. 450

3 Jam 20 Menit 1000,00 Rp. 100 Rp. 500

Nilai TDL

Gambar 4.16 Tampilan TDL pada LCD


Nilai pengujian dengan TDL Rp. 100 pada sistem ini adalah nilai

tagihan minimum yang bisa diberikan mengingat bahwa TDL saat ini

(TDL 2004) tidak ada yang lebih kecil dari Rp. 100. Penjabaran sampel

nilai TDL seperti dibawah.

• Untuk TDL Rp. 100 • Untuk TDL Rp. 500

1 KWh = Rp. 100 1 KWh = Rp. 500

1000 Wh = Rp. 100 1000 Wh = Rp. 500

100 Wh = Rp. 10 100 Wh = Rp. 50

10 Wh = Rp. 1 10 Wh = Rp. 5

• Untuk TDL Rp. 200

1 KWh = Rp. 200

1000 Wh = Rp. 200

100 Wh = Rp. 20

10 Wh = Rp. 2

Besar tarif dasar listrik sangat mempengaruhi besar daya yang

terukur. Pengaruh dari perubahan nilai TDL yaitu berubahnya nilai

tagihan rupiah sesuai dengan besar TDL yang dimasukkan. Semakin

besar TDL maka nilai tagihan akan bertambah rasio kenaikannya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5.

Penulisan program TDL pada sistem mikrokontrolernya sebagai

berikut:

prabayar: JNB P1.0, set_TDL


MOV A, P0
CLR Acc.7
CLR Acc.6
CLR Acc.5
CLR Acc.4
MOV p_nilai, A
MOV A, P0
CLR Acc.3
CLR Acc.2
CLR Acc.1
CLR Acc.0
p_s: CJNE A, #10h, p_p
MOV p_3, p_nilai
RET
p_p: CJNE A, #20h, p_r
MOV p_4, p_nilai
RET
p_r: CJNE A, #30h, uuu
MOV p_5, p_nilai
uuu: RET

set_TDL: MOV A, P0
CLR Acc.7
CLR Acc.6
CLR Acc.5
CLR Acc.4
MOV p_nilai, A
MOV A, P0
CLR Acc.3
CLR Acc.2
CLR Acc.1
CLR Acc.0
t_s: CJNE A, #10h, t_p
MOV t_satu, p_nilai
RET
t_p: CJNE A, #20h, t_r
MOV t_puluh, p_nilai
RET
t_r: CJNE A, #30h, ttt
MOV t_ratus, p_nilai
ttt: RET

4.4.2 Pengujian Nilai Faktor Daya (cos φ)

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran dan Perbandingan Faktor Daya Pada Beban

Faktor Daya Faktor Daya


No Jenis Beban (W)
Alat Cosφ Meter*

1. - -,- 1

2. Lampu Pijar 10 W (Eterna) 0,9 0,9


3. Lampu TL 10 W (Philips, Trafo
0,8 0,8
Osram)

4. Lampu BE 14 W (Chiyoda) 0,9 0,9

5. Lampu Pijar 60 W (Eterna) 0,8 0,9

6. Lampu Pijar 100 W (Philips) 0,9 0,9

7. Setrika Listrik 300 W (Philips) 0,9 0,9

*NB : Merek Cos phi meter yang digunakan “HPS Phase Angle Meter”

buatan Jerman adalah properti milik Laboratorium Teknik Elektro UMS

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.7 diatas dapat

disimpulkan. Selisih nilai pengukuran ini disebabkan karena kualitas

pembeda fase yang berbeda antara buatan analog dengan alat yang

sudah teruji secara paten. Sehingga dalam membaca faktor daya beban

yang terpasang nilai yang terbaca pada alat milik peneliti sedikit

berbeda dengan alat buatan jerman (HPS Phase Angle Meter). Ketika

tidak ada beban maka harga cos ϕ tidak menampilkan angka (-,-). Pada

posisi ini tidak ada arus yang terdeteksi karena tidak ada beban

terpasang, yang ada hanyalah nilai tegangan. Pada saat beban

menggunakan lampu jenis ballans elektronik (Lampu Hemat Energi)

maka nilai cos ϕ bergeser dan mendekati harga 1. Ini disebabkan

karena beban lampu jenis ballast elektronik merupakan beban yang

mendekati tahanan murni sehingga pergeseran fase antara arus dan


tegangan sangatlah sedikit. Pada saat beban menggunakan lampu jenis

pijar maka arusnya menunjukkan harga tertentu dan nilai cos ϕ mulai

bergeser lebih banyak. Ini disebabkan karena beban lampu jenis pijar

merupakan beban yang mempunyai nilai tahanan murni tertentu dan

juga mempunyai nilai sifat induktif.

Berikut adalah selisih atau nilai ketelitian dari hasil pengukuran

antara alat yang diuji dengan alat cosφ meter lain.

, ketelitian dalam mengukur cosφ meter adalah 97%.

Sifat induktif disebabkan karena struktur dari lampu pijar yang

terbuat dari kawat nikelin yang panjang yang digulung dan membentuk

sebuah kumparan sehingga sifat induktor muncul. Pada saat beban

menggunakan lampu jenis neon TL maka arus menunjukkan nilai

tertentu dan harga cos ϕ bergeser lebih banyak lagi. Ini disebabkan
karena beban jenis lampu neon adalah merupakan beban induktif karena

adanya induktor (trafo) didalamnya sehingga harga cos ϕ bergeser lebih

banyak. Dari hasil pengujian diatas maka rangkaian ini sudah dapat

digunakan untuk mengukur arus dari beban dan mengukur harga cos ϕ

dari beban yang digunakan.

Nilai cos ϕ dihasilkan dari pembeda sinyal tegangan dan arus pada

rangkaian zero crossing detector. Besarnya nilai tegangan sudah

ditetapkan yaitu sebesar 220 volt karena berasal dari jala-jala PLN.

Trafo arus untuk mengambil sampel arus, khususnya fase dari arus.

Dari kedua fase ini yaitu fase tegangan dan fase arus kemudian

dibandingkan menggunakan detektor nol (zero crossing) sehingga

diketahui nilai pergeseran fasenya (cos ϕ). Nilai tersebut kemudian

dimasukkan ke ADC mikrokontroler.

Berikut adalah program pengolahan cos ϕ dalam penerapan bahasa

mikrokontroler untuk sistem.

LDI R16,0x00 baca_i: SBI PORTB,3


OUT DDRA,R16 RCALL ADC_on
OUT PORTA,R16 IN arus,ADCH
LDI R16,0b00011111 RCALL unda
OUT DDRB,R16 baca_c: CBI PORTB,3
LDI R16,0xFF RCALL ADC_on
OUT DDRC,R16 IN cos,ADCH
LDI R16,0b00001111 ADC_on: LDI
OUT DDRD,R16 R16,0b11100011
LDI R16,0b11111111 OUT ADMUX,R16
OUT PortD,R16 LDI R16,0b11100100
CBI PortB,1 OUT ADCSRA,R16
LDI R16,0x00 tunggu: IN R0,ADCSRA
OUT PortC,R16 SBRC R0,4
LDI uang,0x00 RJMP tampil
LDI geser,0x30 RJMP tunggu
baca: RCALL unda tampil: RET
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perancangan dan pengujian alat pada Tugas Akhir

ini, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan antara lain:

1. Metode pengambilan sampel arus dan tegangan menggunakan dua

transformator step down 500 mA sebagai sensor arus dan sensor tegangan.

Sedangkan faktor daya didapat menggunakan metode Zerro Crossing

Detector memanfaatkan IC HD74LS14 dan SN74LS86 untuk membentuk

beda fase arus dan tegangan pada beban yang diukur. Dengan

memanfaatkan beberapa sensor tersebut didapat ketelitian pengukuran

87% untuk nilai energi listrik (dibanding perhitungan manual) dan

ketelitian 97% untuk pengukuran faktor daya (dibanding HPS Phase Angle

Meter ).

2. Alat ukur ini menampilkan energi listrik dalam satuan Wattjam dan

menampilkan nilai tagihan dalam satuan rupiah.

3. Ketelitian dari alat pengukur energi listrik ini belum mendekati sempurna,

dikarenakan karakteristik trafo arus yang tidak linier terhadap arus beban.

Sistem cenderung tidak stabil saat lilitan trafo mengeluarkan panas pada

beban dengan daya yang besar maupun oleh sebab penggunaan yang lama.

4. Hasil pengukuran faktor daya juga tidak linier, hal ini disebabkan baik

karena kualitas rangkaian zero crossing detector yang tidak baik maupun

karena faktor software pada perhitungan dalam mikrokontroler. Untuk


mengatasi masalah ini digunakan variabel pengali supaya mendekati nilai

yang mendekati nilai pada alat yang menjadi acuan.

5.2 Saran

Untuk proses pengembangan selanjutnya, penulis memberikan saran

pada pihak yang ingin membuat penelitian tentang alat ukur daya:

1. Demi keselamatan pengguna sebaiknya hati – hati dalam mengoperasikan

alat terutama yang berhubungan dengan aliran beban 220 Vac.

2. Menggunakan metode sensor arus yang lebih baik dalam kepresisiannya

maupun kestabilannya.

3. Menggunakan metode lain selain zero crossing detektor yang lebih baik

dalam mendapatkan nilai beda fase arus dan tegangan.

4. Penggunaan satu mikrokontroler terutama alokasi memory yang besar

sangat diperlukan untuk kepraktisan, efisiensi pembuatan alat serta

menghemat pemakaian daya.


DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas. 2001. Fisika Edisi Kelima - alih bahasa: Yuhilza Hanum,

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kristie, Marie. 2005. Tugas Akhir: Alat Penghitung Pemakaian Listrik Digital

Dalam Rupiah. Jakarta: Teknik Elektro Industri Universitas Kristen

Krida Wacana.

Taryo. 2008. Tugas Akhir: KWH Meter Digital Satu Fasa Berbasis

Mikrokontroler ATMEGA 8535. Surakarta: Teknik Elektro Universitas

Muhammadiyah.

Tim Lab Mikroprosesor BLPT. 2007. Pemrograman Mikrokontroler AT89S51

dengan C/C++ dan Assembler. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Wardhana, Lingga. 2006. Belajar Sendiri Mikrokontroler Seri ATMega8535

Simulasi, Hardware dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.


+12V
10K
Gambar Rangkaian Lengkap Sistem KWH Meter Digital Prabayar

BUZZER
LM7805
1 3
IN OUT +5 V

GND
T2
C829 9
AC + +
4K7
TIP31
Beban
220 CT 2200 uF/16 2200 uF/16

2
Beban
V
500 mA 9

T1 T2 220 uF
10k

1k5 1k
1k2
+5V

10 uF
10 k

31

40
9
13 12 11 10 4 2k

EA / Vpp

Vcc
Rst
6
5
1 39
74LS14 2 P1.0 P0.0 38
220 uF 10k P1.1 P0.1
1k 1 2 3 4 74LS86 10 k 3 37
4 P1.2 P0.2 36
5 P1.3 P0.3 35
6 P1.4 P0.4 34
7 P1.5 P0.5 33
8 P1.6 P0.6 32
P1.7 P0.7
+5V AT89S51
10 28 LCD 16x2
11 P3.0/RXD P2.7 27
ATm e ga8535 12 P3.1/TXD P2.6 26
13 P3.2/INT-0 P2.5 25
9

1 2 3 A 1
PB0 PA0
40 14 P3.3/INT-1
P3.4/T0
P2.4
P2.3
24 0000 wh:000,00
2 39 15 23
B

10k 3 PB1
PB2
PA1
PA2
38 16 P3.5/T1
P3.6
P2.2
P2.1
22 0000 cos : 0,7
4 37 3 17 21
PB3 PA3 Y P3.7 P2.0

X-TAL

X-TAL
5 36
4052

Gnd
6 PB4 PA4 35
4 5 6 B 7 PB5 PA5 34 1
8 PB6 PA6 33 Y0 5
PB7 PA7 Y1

18

19

20
9 32 2
10 RESET AREF 31 Y2 4
11 VCC GND 30 Y3 6 30 pF
7 8 9 C 12 GND AVCC 29 INH 10
100nF XTAL2 PC7 A
13 28 30 pF
14 XTAL1 PC6 27
15 PD0 PC5 26 12 MHz
16 PD1 PC4 25
* 0 # D 17 PD2 PC3 24
18 PD3 PC2 23
19 PD4 PC1 22
20 PD5 PC0 21
PD6 PD7
; ================================
; = Program WHMeter Dwi Kurniawan=
; =Tugas Akhir,T.Elektro-UMS 2010=
; ================================
$MOD51 awal: MOV DPTR,
RS BIT P3.7 #huruf
RW BIT P3.6 MOV IE, #10001010b
E BIT P3.5 MOV TMOD, #11h
DSEG MOV detak1, #40d
ORG 40h MOV detak0, #20d
p_5: DS 1 MOV nilai, #20d
p_4: DS 1 SETB TR1
p_3: DS 1 SETB TR0
p_nilai: DS 1 MOV p_5, #0d
MOV p_4, #0d
u_5: DS 1 MOV p_3, #0d
u_4: DS 1 MOV u_5, #0d
u_3: DS 1 MOV u_4, #0d
u_2: DS 1 MOV u_3, #0d
u_1: DS 1 MOV u_2, #0d
MOV u_1, #0d
w_ratus: DS 1
w_puluh: DS 1 MOV w_ratus, #0d
w_satu: DS 1 MOV w_puluh, #0d
w_komap: DS 1 MOV w_satu, #0d
w_komas: DS 1 MOV w_komap, #0d
t_ratus: DS 1 MOV w_komas, #0d
t_puluh: DS 1
t_satu: DS 1 MOV t_ratus, #1d
ps_rat: DS 1 MOV t_puluh, #2d
ps_pul: DS 1 MOV t_satu, #3d
ps_sat: DS 1 MOV ps_rat, #0d
cos_phi: DS 1 MOV ps_pul, #0d
cos_p: DS 1 MOV ps_sat, #0d
cos_s: DS 1
detak1: DS 1 MOV R4, #00h
detak0: DS 1 ;---------
nilai: DS 1 inisial: CLR RS
CLR RW
CSEG CALL delay
ORG 00h CALL delay
JMP awal CALL delay
ORG 0Bh MOV P2, #00110000b
JMP timer0 CALL pulsa
ORG 1Bh CALL delay
JMP timer1 MOV P2, #00110000b
;--------- CALL pulsa
CALL delay CJNE A, u_5, tdk_sm
MOV P2, #00110000b MOV A, p_4
CALL pulsa CJNE A, u_4, tdk_sm
MOV P2, #00111000b MOV A, p_3
CALL pulsa CJNE A, u_3, tdk_sm
MOV P2, #00001100b SETB P3.3
CALL pulsa JMP cek_kwh
MOV P2, #00000001b tdk_sm: CLR P3.3
CALL pulsa ; -----------
MOV P2, #00000110b cek_kwh:JNB P3.2,
CALL pulsa cek_prby
;--------- CALL kwh
hapus: CLR RS JMP run
CLR RW cek_prby:CLR TR0
MOV P2, #00000001b CALL prabayar
CALL pulsa JMP run
alamat1: CLR RS ;---------
CLR RW kwh: MOV A, P0
MOV P2, #10000000b CLR Acc.7
CALL pulsa CLR Acc.6
MOV R0, #0d CLR Acc.5
MOV A, #0d CLR Acc.4
SETB RS
CLR RW CJNE A, #0Fh, jalan
baris1: MOVC A, @A+DPTR MOV u_5, #0d
MOV P2, A MOV u_4, #0d
CALL pulsa MOV u_3, #0d
INC R0 MOV u_2, #0d
MOV A, R0 MOV u_1, #0d
CJNE R0, #16d, baris1
alamat2: CLR RS MOV w_ratus, #0d
CLR RW MOV w_puluh, #0d
MOV P2, #11000000b MOV w_satu, #0d
CALL pulsa MOV w_komap, #0d
MOV R0, #16d MOV w_komas, #0d
MOV A, #16d JMP diam
SETB RS
CLR RW jalan: MOV B, #20d
baris2: MOVC A, @A+DPTR
MOV P2, A MUL AB
CALL pulsa MOV nilai, A
INC R0
MOV A, R0 CJNE A, #00h, hitung
CJNE R0, #32d, baris2 diam: CLR TR0
;--------- JMP stop
run: NOP hitung: SETB TR0
MOV A, p_5 stop: MOV A, P0
CLR Acc.3 MOV cos_p, #30h
CLR Acc.2 MOV cos_s, #38h
CLR Acc.1 band9: CJNE A, #9d,
CLR Acc.0 bandA
SWAP A MOV cos_p, #30h
MOV cos_phi, A MOV cos_s, #39h
MOV A, nilai bandA: CJNE A, #10d,
CJNE A, #00h, band habis
MOV cos_p, #'-' MOV cos_p, #31h
MOV cos_s, #'-' MOV cos_s, #30h
RET habis: RET
band: MOV A, cos_phi ;---------
prabayar: JNB P1.0,
band0: CJNE A, #0d, set_TDL
band1 MOV ps_rat, #0d
MOV cos_p, #'-' MOV ps_pul, #0d
MOV cos_s, #'-' MOV ps_sat, #0d
band1: CJNE A, #1d, MOV R4, #00h
band2 MOV A, P0
MOV cos_p, #30h CLR Acc.7
MOV cos_s, #31h CLR Acc.6
band2: CJNE A, #2d, CLR Acc.5
band3 CLR Acc.4
MOV cos_p, #30h MOV p_nilai, A
MOV cos_s, #32h MOV A, P0
band3: CJNE A, #3d, CLR Acc.3
band4 CLR Acc.2
MOV cos_p, #30h CLR Acc.1
MOV cos_s, #33h CLR Acc.0
band4: CJNE A, #4d, p_s: CJNE A, #10h, p_p
band5 MOV p_3, p_nilai
MOV cos_p, #30h RET
MOV cos_s, #34h p_p: CJNE A, #20h, p_r
band5: CJNE A, #5d, MOV p_4, p_nilai
band6 RET
MOV cos_p, #30h p_r: CJNE A, #30h, uuu
MOV cos_s, #35h MOV p_5, p_nilai
band6: CJNE A, #6d, uuu: RET
band7
MOV cos_p, #30h set_TDL: MOV A, ps_sat
MOV cos_s, #36h CJNE A, #5d, tutup
band7: CJNE A, #7d, MOV A, ps_pul
band8 CJNE A, #5d, tutup
MOV cos_p, #30h MOV A, ps_rat
MOV cos_s, #37h CJNE A, #5d, tutup
band8: CJNE A, #8d, MOV R4, #01h
band9
CJNE R4, #00h, buka delay: MOV R6, #3d
tutup: MOV A, P0 delay1: MOV R7, #250d
CLR Acc.7
CLR Acc.6 DJNZ R7, $
CLR Acc.5 DJNZ R6, delay1
CLR Acc.4 MOV P2, #0FFh
MOV p_nilai, A RET
MOV A, P0 ;---------
CLR Acc.3 huruf:DB ' '
CLR Acc.2 DB ' '
CLR Acc.1 ;---------
CLR Acc.0 timer0: MOV TH0,
ps_s: CJNE A, #10h, #HIGH(-50000)
ps_p MOV TL0, #LOW(-50000)
MOV ps_sat, p_nilai DJNZ detak0, lanjut
RET MOV detak0, nilai
ps_p: CJNE A, #20h, INC w_komas
ps_r MOV R2, w_komas
MOV ps_pul, p_nilai CJNE R2, #10d, lanjut
RET MOV w_komas, #0d
ps_r: CJNE A, #30h, INC w_komap
ppp MOV R2, w_komap
MOV ps_rat, p_nilai CJNE R2, #10d, lanjut
ppp: RET MOV w_komap, #0d
buka: MOV A, P0 INC w_satu
CLR Acc.7 MOV R2, w_satu
CLR Acc.6 CJNE R2, #10d, lanjut
CLR Acc.5 MOV w_satu, #0d
CLR Acc.4 ; ------------
MOV p_nilai, A INC w_puluh
MOV A, P0 INC u_1
CLR Acc.3 MOV R2, u_1
CLR Acc.2 CJNE R2, #10d, lanjut
CLR Acc.1 MOV w_puluh, #0d
CLR Acc.0 MOV u_1, #0d
t_s: CJNE A, #10h, t_p INC w_ratus
MOV t_satu, p_nilai INC u_2
RET MOV R2, u_2
t_p: CJNE A, #20h, t_r CJNE R2, #10d, lanjut
MOV t_puluh, p_nilai MOV w_ratus, #0d
RET MOV u_2, #0d
t_r: CJNE A, #30h, ttt
MOV t_ratus, p_nilai INC u_4
ttt: RET MOV R2, u_4
;--------- CJNE R2, #10d, lanjut
pulsa: SETB E MOV u_4, #0d
CLR E
INC u_4 CALL pulsa
MOV R2, u_4 MOV A, p_3
CJNE R2, #10d, lanjut ADD A, #30h
MOV u_4, #0d SETB RS
CLR RW
INC u_5 MOV P2, A
MOV R2, u_5 CALL pulsa
CJNE R2, #10d, lanjut ;---------
MOV u_5, #0d CLR RS
lanjut: RETI CLR RW
;--------- MOV P2, #83h
timer1:MOV TH1, #HIGH(- CALL pulsa
50000) MOV A, #30h
MOV TL1, #LOW(-50000) SETB RS
DJNZ detak1, lanjut1 CLR RW
MOV detak1, #40d MOV P2, A
JMP tampil CALL pulsa
lanjut1: JMP lanjut11 ;---------
;--------- CLR RS
tampil:JB P1.0, disp_ukur CLR RW
JMP disp_TDL MOV P2, #84h
;--------- CALL pulsa
disp_ukur: CLR RS MOV A, #30h
CLR RW SETB RS
MOV P2, #80h CLR RW
CALL pulsa MOV P2, A
MOV A, p_5 CALL pulsa
ADD A, #30h ;---------
SETB RS CLR RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, A MOV P2, #87h
CALL pulsa CALL pulsa
;--------- MOV A, #'w'
CLR RS SETB RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, #81h MOV P2, A
CALL pulsa CALL pulsa
MOV A, p_4 ;---------
ADD A, #30h CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #88h
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, #'h'
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #82h CALL pulsa
;--------- CALL pulsa
CLR RS MOV A, #','
CLR RW SETB RS
MOV P2, #89h CLR RW
CALL pulsa MOV P2, A
MOV A, #':' CALL pulsa
SETB RS ;---------
CLR RW CLR RS
MOV P2, A CLR RW
CALL pulsa MOV P2, #8Eh
;--------- CALL pulsa
CLR RS MOV A, w_komap
CLR RW ADD A, #30h
MOV P2, #8Ah SETB RS
CALL pulsa CLR RW
MOV A, w_ratus MOV P2, A
ADD A, #30h CALL pulsa
SETB RS ;---------
CLR RW CLR RS
MOV P2, A CLR RW
CALL pulsa MOV P2, #8Fh
;--------- CALL pulsa
CLR RS MOV A, w_komas
CLR RW ADD A, #30h
MOV P2, #8Bh SETB RS
CALL pulsa CLR RW
MOV A, w_puluh MOV P2, A
ADD A, #30h CALL pulsa
SETB RS ;---------
CLR RW CLR RS
MOV P2, A CLR RW
CALL pulsa MOV P2, #0C0h
;--------- CALL pulsa
CLR RS MOV A, u_5
LR RW ADD A, #30h
MOV P2, #8Ch SETB RS
CALL pulsa CLR RW
MOV A, w_satu MOV P2, A
ADD A, #30h CALL pulsa
SETB RS ;---------
CLR RW CLR RS
MOV P2, A CLR RW
CALL pulsa MOV P2, #0C1h
;--------- CALL pulsa
CLR RS MOV A, u_4
CLR RW ADD A, #30h
MOV P2, #8Dh SETB RS
CLR RW CLR RS
MOV P2, A CLR RW
CALL pulsa MOV P2, #0C7h
;--------- CALL pulsa
CLR RS MOV A, #'o'
CLR RW SETB RS
MOV P2, #0C2h CLR RW
CALL pulsa MOV P2, A
MOV A, u_3 CALL pulsa
ADD A, #30h ;---------
SETB RS CLR RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, A MOV P2, #0C8h
CALL pulsa CALL pulsa
;--------- MOV A, #'s'
CLR RS SETB RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, #0C3h MOV P2, A
CALL pulsa CALL pulsa
MOV A, u_2 ;---------
ADD A, #30h CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #0C9h
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, #':'
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #0C4h CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, u_1 CLR RS
ADD A, #30h CLR RW
SETB RS MOV P2, #0CCh
CLR RW CALL pulsa
MOV P2, A SETB RS
CALL pulsa CLR RW
;--------- MOV P2, cos_p
CLR RS CALL pulsa
CLR RW ;---------
MOV P2, #0C6h CLR RS
CALL pulsa CLR RW
MOV A, #'c' MOV P2, #0CDh
SETB RS CALL pulsa
CLR RW MOV A, #','
MOV P2, A SETB RS
CALL pulsa CLR RW
;--------- MOV P2, A
CALL pulsa MOV P2, #83h
;--------- CALL pulsa
CLR RS MOV A, #' '
CLR RW SETB RS
MOV P2, #0CEh CLR RW
CALL pulsa MOV P2, A
SETB RS CALL pulsa
CLR RW ;---------
MOV P2, cos_s CLR RS
CALL pulsa CLR RW
JMP lanjut11 MOV P2, #84h
;--------- CALL pulsa
disp_TDL: CLR RS MOV A, #7Fh
CLR RW SETB RS
MOV P2, #80h CLR RW
CALL pulsa MOV P2, A
MOV A, ps_rat CALL pulsa
ADD A, #30h ;---------
SETB RS CLR RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, A MOV P2, #87h
CALL pulsa CALL pulsa
;--------- MOV A, #'P'
CLR RS SETB RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, #81h MOV P2, A
CALL pulsa CALL pulsa
MOV A, ps_pul ;---------
ADD A, #30h CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #88h
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, #'a'
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #82h CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, ps_sat CLR RS
ADD A, #30h CLR RW
SETB RS MOV P2, #89h
CLR RW CALL pulsa
MOV P2, A MOV A, #'s'
CALL pulsa SETB RS
;--------- CLR RW
CLR RS MOV P2, A
CLR RW CALL pulsa
;--------- CLR RW
CLR RS MOV P2, A
CLR RW CALL pulsa
MOV P2, #8Ah ;---------
CALL pulsa CLR RS
MOV A, #'s' CLR RW
SETB RS MOV P2, #8Fh
CLR RW CALL pulsa
MOV P2, A MOV A, #' '
CALL pulsa SETB RS
;--------- CLR RW
CLR RS MOV P2, A
CLR RW CALL pulsa
MOV P2, #8Bh ;---------
CALL pulsa CLR RS
MOV A, #'w' CLR RW
SETB RS MOV P2, #0C0h
CLR RW CALL pulsa
MOV P2, A MOV A, t_ratus
CALL pulsa ADD A, #30h
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #8Ch CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, #'o' CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #0C1h
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, t_puluh
;--------- ADD A, #30h
CLR RS SETB RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, #8Dh MOV P2, A
CALL pulsa CALL pulsa
MOV A, #'r' ;---------
SETB RS CLR RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, A MOV P2, #0C2h
CALL pulsa CALL pulsa
;--------- MOV A, t_satu
CLR RS ADD A, #30h
CLR RW SETB RS
MOV P2, #8Eh CLR RW
CALL pulsa MOV P2, A
MOV A, #'d' CALL pulsa
SETB RS ;---------
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #0C3h CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, #' ' CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #0C9h
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, #'L'
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #0C4h CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, #7Fh CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #0CCh
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, #' '
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #0C6h CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, #' ' CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #0CDh
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, #' '
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #0C7h CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, #'T' CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #0CEh
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, #' '
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #0C8h CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, #'D' lanjut11: RETI
SETB RS END
;===========================================
;= Program WHMeter Dwi Kurniawan-D400040052
=
;= TA Dwee04-UMS, Teknik ELektro 2010 =
;===========================================
.list CBI PortD,0
.include "m8535def.inc" NOP
.nolist SBIS PinD,4
;--------- RCALL angka1
.DEF arus=R17 SBIS PinD,5
.DEF arus_o=R18 RCALL angka2
.DEF cos=R19 SBIS PinD,6
.DEF cos_o=R20 RCALL angka3
.DEF uang=R21 SBIS PinD,7
.DEF geser=R22 RCALL hurufA
;--------- SBI PortD,0
.CSEG CBI PortD,1
.ORG 0x0000 NOP
;--------- SBIS PinD,4
awal: LDI RCALL angka4
R16,LOW(RAMEND) SBIS PinD,5
OUT SPL,R16 RCALL angka5
LDI R16,HIGH(RAMEND) SBIS PinD,6
OUT SPH,R16 RCALL angka6
;--------- SBIS PinD,7
LDI R16,0x00 RCALL hurufB
OUT DDRA,R16 SBI PortD,1
OUT PORTA,R16 CBI PortD,2
LDI R16,0b00011111 NOP
OUT DDRB,R16 SBIS PinD,4
LDI R16,0xFF RCALL angka7
OUT DDRC,R16 SBIS PinD,5
LDI R16,0b00001111 RCALL angka8
OUT DDRD,R16 SBIS PinD,6
LDI R16,0b11111111 RCALL angka9
OUT PortD,R16 SBIS PinD,7
;============ RCALL hurufC
CBI PortB,1 SBI PortD,2
LDI R16,0x00 CBI PortD,3
OUT PortC,R16 NOP
LDI uang,0x00 SBIS PinD,4
LDI geser,0x30 RCALL huruft
;--------- SBIS PinD,5
RCALL tunda RCALL angka0
RCALL tunda SBIS PinD,6
RCALL tunda RCALL hurufp
keypad: NOP SBIS PinD,7
RCALL hurufD CPI arus,26
SBI PortD,3 BREQ lampu9
;++++++++++ CPI arus,27
baca: RCALL unda BREQ lampu9
baca_i: SBI PORTB,3 CPI arus,28
RCALL ADC_on BREQ lampu9
IN arus,ADCH CPI arus,29
BREQ lampu9
RCALL unda RJMP ban_11
baca_c: CBI PORTB,3 lampu9: LDI arus_o,6
RCALL ADC_on RJMP keluar
IN cos,ADCH ;---------
;--------- ban_11: CPI arus,30
ban_0: CPI arus,0 BREQ lampu11
BREQ nol CPI arus,31
CPI arus,1 BREQ lampu11
BREQ nol CPI arus,32
CPI arus,2 BREQ lampu11
BREQ nol CPI arus,33
CPI arus,3 BREQ lampu11
BREQ nol CPI arus,34
RJMP ban_5 BREQ lampu11
nol: LDI arus_o,0 CPI arus,35
RJMP keluar BREQ lampu11
;--------- RJMP ban_10
ban_5: CPI arus,17 lampu11: LDI arus_o,4
BREQ lampu5 RJMP keluar
CPI arus,18 ;---------
BREQ lampu5 ban_10: CPI arus,60
CPI arus,19 BREQ lampu10
BREQ lampu5 CPI arus,61
CPI arus,20 BREQ lampu10
BREQ lampu5 CPI arus,62
CPI arus,21 BREQ lampu10
BREQ lampu5 CPI arus,63
RJMP ban_9 BREQ lampu10
lampu5: LDI arus_o,8 CPI arus,64
RJMP keluar BREQ lampu10
;-------------------- CPI arus,65
ban_9: CPI arus,22 BREQ lampu10
BREQ lampu9 CPI arus,66
CPI arus,23 BREQ lampu10
BREQ lampu9 CPI arus,67
CPI arus,24 BREQ lampu10
BREQ lampu9 CPI arus,68
CPI arus,25 BREQ lampu10
BREQ lampu9 CPI arus,69
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,70 CPI cos,116
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,115 CPI cos,117
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,116 CPI cos,118
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,117 CPI cos,119
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,118 CPI cos,120
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,119 CPI cos,121
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,120 CPI cos,122
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,121 CPI cos,123
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,122 CPI cos,124
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,123 CPI cos,125
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,124 CPI cos,126
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,125 CPI cos,126
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,126 CPI cos,127
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,127 CPI cos,128
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,128 CPI cos,129
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,129 CPI cos,130
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,130 CPI cos,131
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,131 CPI cos,132
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,132 CPI cos,133
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,133 CPI cos,134
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,134 CPI cos,135
BREQ lampu10 BREQ cos_9
lampu10: LDI arus_o,1 RJMP cos5
RJMP cos9 ;---------
;--------- cos_9: LDI cos_o,0x90
cos9: CPI cos,115 RJMP keluar
;----------- OUT PortC,arus_o
cos5: CPI cos,50 ;+++++++++
BREQ cos_5 RJMP keypad
CPI cos,51 ;=========
BREQ cos_5 angka0: LDI uang,0x00
CPI cos,52 ADD uang,geser
BREQ cos_5 OUT PortC,uang
CPI cos,53 RCALL tunda
BREQ cos_5 SUBI geser,0x10
CPI cos,54 CPI geser,0x00
BREQ cos_5 BRNE oke0
CPI cos,55 LDI geser,0x30
BREQ cos_5 oke0: RET
CPI cos,56
RJMP cos10 angka1: LDI uang,0x01
;--------- ADD uang,geser
cos_5: LDI cos_o,0x70 OUT PortC,uang
RJMP keluar RCALL tunda
;--------- SUBI geser,0x10
cos10: CPI cos,55 CPI geser,0x00
BREQ cos_10 BRNE oke1
CPI cos,56 LDI geser,0x30
BREQ cos_10 oke1: RET
CPI cos,57 angka2: LDI uang,0x02
BREQ cos_10 ADD uang,geser
CPI cos,58 OUT PortC,uang
BREQ cos_10 RCALL tunda
CPI cos,59 SUBI geser,0x10
BREQ cos_10 CPI geser,0x00
CPI cos,60 BRNE oke2
BREQ cos_10 LDI geser,0x30
CPI cos,61 oke2: RET
BREQ cos_10 angka3: LDI uang,0x03
CPI cos,62 ADD uang,geser
BREQ cos_10 OUT PortC,uang
CPI cos,63 RCALL tunda
BREQ cos_10 SUBI geser,0x10
CPI cos,64 CPI geser,0x00
BREQ cos_10 BRNE oke3
CPI cos,65 LDI geser,0x30
BREQ cos_10 oke3: RET
RJMP keluar angka4: LDI uang,0x04
cos_10: LDI cos_o,0x40 ADD uang,geser
RJMP keluar OUT PortC,uang
;--------- RCALL tunda
keluar: ADD SUBI geser,0x10
arus_o,cos_o CPI geser,0x00
BRNE oke4 oke9: RET
LDI geser,0x30 hurufA: CBI PortB,1
oke4: RET RET
angka5: LDI uang,0x05 hurufB: SBI PortB,1
ADD uang,geser RET
OUT PortC,uang hurufC: SBI PortB,1
RCALL tunda LDI R16,0x0F
SUBI geser,0x10 OUT PortC,R16
CPI geser,0x00 RET
BRNE oke5 hurufD: NOP
LDI geser,0x30 RET
oke5: RET huruft: NOP
angka6: LDI uang,0x06 RET
ADD uang,geser hurufp: NOP
OUT PortC,uang RET
RCALL tunda ;---------
SUBI geser,0x10 ADC_on: LDI
CPI geser,0x00 R16,0b11100011
BRNE oke6 OUT ADMUX,R16
LDI geser,0x30 LDI R16,0b11100100
oke6: RET OUT ADCSRA,R16
angka7: LDI uang,0x07 tunggu: IN R0,ADCSRA
ADD uang,geser SBRC R0,4
OUT PortC,uang RJMP tampil
RCALL tunda RJMP tunggu
SUBI geser,0x10 tampil: RET
CPI geser,0x00 tunda: LDI R29,0x05
BRNE oke7 tunggu0: LDI R30,0xFF
LDI geser,0x30 tunggu1: LDI R31,0xFF
oke7: RET tunggu2: DEC R31
angka8: LDI uang,0x08 BRNE tunggu2
ADD uang,geser DEC R30
OUT PortC,uang BRNE tunggu1
RCALL tunda DEC R29
SUBI geser,0x10 BRNE tunggu0
CPI geser,0x00 RET
BRNE oke8 unda: LDI R29,0x07
LDI geser,0x30 unggu0: LDI R30,0x0F
oke8: RET unggu1: LDI R31,0xFF
angka9: LDI uang,0x09 unggu2: DEC R31
ADD uang,geser BRNE unggu2
OUT PortC,uang DEC R30
RCALL tunda BRNE unggu1
SUBI geser,0x10 DEC R29
CPI geser,0x00 BRNE unggu0
BRNE oke9 RET
LDI geser,0x30 .EXIT
Lampiran Tabel Hasil Pengukuran dan Perbandingan Energi Listrik Selama 1
Jam.

1. Hasil Pengukuran Nilai Arus, Tegangan dan Cos Phi

Nilai Lama Nilai


Nilai Arus
No Jenis Beban (W) Tegangan Pengukuran Cos
(A)
(V) (jam) Phi
1. - 0 0 1 -
Lampu Pijar 10 W
2. 220 0.045 1 0.9
(Eterna)
Lampu TL 10 W
3. (Philips, Trafo 220 0.047 1 0.8
Osram)
Lampu BE 14 W
4. 220 0.063 1 0.9
(Chiyoda)
Lampu Pijar 60 W
5. 220 0.27 1 0.8
(Eterna)
Lampu Pijar 100 W
6. 220 0.45 1 0.9
(Philips)
Setrika Listrik 300
7. 220 1.36 1 0.9
W (Philips)

2. Percobaan pengukuran pertama.


Perhitungan manual dihitung dari data diatas menggunakan rumus,

T  P J t J cosφ

T  V J I J t J cosφ

Pengukuran Perhitungan
No Jenis Beban (W)
Alat (Wattjam) Manual

1. - 0 0
2. Lampu Pijar 10 W (Eterna) 10,02 8.91
Lampu TL 10 W (Philips,
3. 10,18 9.30
Trafo Osram)
4. Lampu BE 14 W (Chiyoda) 13,03 12.47
5. Lampu Pijar 60 W (Eterna) 58,30 47.52
6. Lampu Pijar 100 W (Philips) 97,33 89.1
7. Setrika Listrik 300 W (Philips) 295,20 270
3. Percobaan pengukuran kedua.

Pengukuran Perhitungan
No Jenis Beban (W)
Alat (Wattjam) Manual

1. - 0 0
2. Lampu Pijar 10 W (Eterna) 10,56 8.91
Lampu TL 10 W (Philips,
3. 10,40 9.30
Trafo Osram)
4. Lampu BE 14 W (Chiyoda) 13,72 12.47
5. Lampu Pijar 60 W (Eterna) 58,68 47.52
6. Lampu Pijar 100 W (Philips) 97,95 89.1
7. Setrika Listrik 300 W (Philips) 295,87 270
4. Percobaan pengukuran ketiga.

Pengukuran Perhitungan
No Jenis Beban (W)
Alat (Wattjam) Manual

1. - 0 0
2. Lampu Pijar 10 W (Eterna) 10,51 8.91
Lampu TL 10 W (Philips,
3. 10,26 9.30
Trafo Osram)
4. Lampu BE 14 W (Chiyoda) 13,82 12.47
5. Lampu Pijar 60 W (Eterna) 58,71 47.52
6. Lampu Pijar 100 W (Philips) 97,95 89.1
7. Setrika Listrik 300 W (Philips) 295,88 270

Dari tiga percobaan pengukuran diambil rata – rata hasil pengukurannya dengan
table dibawah ini:

Pengukuran
Pengukuran Alat
No Jenis Beban (W) Alat
PLN (Wattjam)
(Wattjam)

1. - 0 0
2. Lampu Pijar 10 W (Eterna) 10.36 8.91
Lampu TL 10 W (Philips,
3. 10.28 9.30
Trafo Osram)
4. Lampu BE 14 W (Chiyoda) 13.52 12.47
5. Lampu Pijar 60 W (Eterna) 58.56 47.52
6. Lampu Pijar 100 W (Philips) 97.74 89.1
7. Setrika Listrik 300 W (Philips) 295.65 270
XYYZHHI Z G[H +=3YZ 2
10.36 ] 8.91
 100% ] ^ J 100%b
8.91

10.36 ] 8.91
 100% ] ^ J 100%b
8.91

 100% ] $0.16 J 100%&

 100% ] $16%&

 84%

XYYZHHI ! ] ! cd


84% 7 90% 7 92% 7 77% 7 90.3% 7 90.5%

6
523.8%

6
 87%, ketelitian pengukuran energi listrik adalah 87 %.

Lampiran tabel hasil konversi data arus dan cos phi


Nilai Nilai Data
No Jenis Beban (W) Data cos phi
Wh arus (A) arus
1. - 0 0 0 112
2. 2,5 W (Sanly) 3.02 0.011 18 54
3. Pijar 5 W (Eterna) 4.15 0.022 20 53
4. Pijar 10 W (Eterna) 10.36 0.045 24 58
TL 10 W (Philips,
5. 10.28 0.045 29 61
Trafo Osram)
6. BE 14 W (Chiyoda) 13.52 0.063 33 128
7. Pijar 15 W (Philips) 14.39 0.068 65 118
8. Pijar 60 W (Eterna) 58.56 0.27 70 56
Pijar 100 W
9. 97.74 0.45 120 60
(Philips)
Setrika 300 W
10. 295.65 1.36 133 58
(Philips)

Anda mungkin juga menyukai