Disusun oleh :
NAMA : DWI KURNIAWAN
NIM : D 400040052
NIRM : 04 6 106 03061 50052
Disusun oleh :
NAMA : DWI KURNIAWAN
NIM : D 400 040 052
NIRM : 04 6 106 03061 50052
NIM : D400040052
Hari :
Tanggal :
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dewan Penguji Tugas Akhir guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-
Hari :
Tanggal :
Dosen Penguji:
1. Agus Supardi, ST. MT. (….……………………….)
Mengetahui,
limpahan nikmat dan karunia yang tak terhingga juga atas nikmat iman dan islam
sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Sholawat dan salam kepada
Segala jerih payah dan perjuangan yang lama menempuh studi dan belajar
di kampus tercinta ini akhirnya penulis berhasil menyelesaikan penelitian ini. Hal
ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, dengan tulus ikhlas penulis
1. Bapak Ir. Agus Riyanto, MT. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
2. Bapak Ir. Jatmiko, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
3. Bapak Agus Supardi, ST, MT. selaku Dosen Pembimbing I dalam Tugas
Akhir ini.
4. Bapak Dedi Ary Prasetya, ST. selaku Dosen Pembimbing II dalam Tugas
Akhir ini.
5. Bapak / Ibu Dosen yang telah memberi ilmu yang bermanfaat kepada kami
atas dukungan dan bantuan materiil maupun moril sehingga penulis tak akan
1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkan serta memberi panutan
hidup yang mulia bagi anak – anaknya sehingga do’a serta lindungan kasih
2. Kakakku tersayang atas perhatian serta dukungan yang tak pernah luput,
sehingga kata – katamu selalu menjadi cambuk bagiku untuk selalu mejadi
lebih baik.
3. Teman teman Teknik Elektro 2004 yang selalu kompak terima kasih atas
kasih atas atas hangatnya persaudaraan selama ini semoga tali silaturahmi
Semoga Tugas Akhir yang jauh dari kesempurnaan ini berguna bagi pihak
Penulis
MOTTO
Lebih baik mencoba tapi gagal daripada gagal tapi tidak pernah mencoba.
sungguh – sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmu kamu
Arab)
PERSEMBAHAN
anak – anaknya.
memberi dukungan.
silaturahmi.
persatu.
DAFTAR KONTRIBUSI
Dalam Tugas Akhir ini penulis merancang dan membuat sistem KWH
1. Pembuatan layout (skema) PCB (Printed Circuit Board) pada Tugas Akhir
MOTTO ....................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN......................................................................................... vii
2. Driver Relay....................................................................... 33
Lampiran ...................................................................................................... 77
DAFTAR TABEL
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Nilai Arus, Tegangan dan Cos Phi..................... 61
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran dan Perbandingan Daya Selama 1 Jam .............. 62
Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Pengukuran Antara Nilai TDL 100 dengan TDL
500 ............................................................................................................... 67
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran dan Perbandingan Faktor Daya pada Beban....... 70
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.6 Bentuk Fase Gelombang Beban Resistif pada Titik C-D ............ 53
Gambar 4.7 Bentuk Fase Gelombang Beban Induktif pada Titik C-D ............ 54
Gambar 4.8 Bentuk Fase Gelombang Beban Resistif pada Titik E-F ............. 55
Gambar 4.9 Bentuk Fase Gelombang Beban Induktif pada Titik E-F............. 56
Gambar 4.10 Bentuk Fase Gelombang Beban Resistif pada Titik C-D .......... 56
Gambar 4.11 Gelombang Beban Induktif dengan Fase 0.8 pada Alat ............ 57
Gambar 4.12 Gelombang Beban Induktif Fase 0.8 pada Fluksmeter .............. 58
Gambar 4.13 Gelombang Beban Induktif dengan Fase 0.9 pada Alat ............ 58
Gambar 4.14 Gelombang Beban Induktif Fase 0.9 pada Fluksmeter .............. 59
Alat ukur energi listrik yang dikenal secara umum dengan KWH meter
merupakan piranti penting untuk mengetahui besaran nilai yang dikeluarkan oleh
pengguna. KWH meter konvensional bekerja dengan sistem pasca bayar dimana
petugaslah yang mencatat nilai besar tagihan baik besaran rupiah maupun
besaran energi listriknya. Sistem ini memungkinkan konsumen mengalami
tunggakan listrik, kesalahan pembacaan atau pencatatan KWH meter oleh
petugas serta tidak dapat mengetahui besar pemakaian konsumsi energi listrik
setiap waktu.
Penelitian ini dirancang bagaimanakah membuat dan merancang sistem
pengukur energi listrik sekaligus menghitung beda fase (φ) pada beban yang
terpasang. Faktor daya (cosφ) penting di dalam pengukuran energi listrik karena
nilai faktor daya akan mempengaruhi besar energi listrik. Faktor daya pada PLN
ditetapkan dengan nilai 0,8 padahal tidak semua beban bernilai demikian. Selain
itu sistem pasca bayar berupaya diganti dengan menggunakan sistem prabayar
dengan masukan nilai besaran rupiah. Sistem prabayar bertujuan supaya
pengguna dapat mengetahui besaran rupiah serta energi listrik yang ingin
digunakan.
Dari hasil perancangan didapat sistem pengukur energi listrik dengan
tampilan LCD. Sensor arus dan tegangan dibuat dengan memanfaatkan
transformator step down. Nilai beda fase didapat dengan menggunakan
rangkaian zero crossing detector. Sistem ini menggunakan mikrokontroler AVR
Atmega8535 serta IC pendukung AT89S51. Masukan prabayar yang digunakan
adalah keypad 4x4 untuk mengatur masukan. Prinsip kerjanya ketika nilai
masukan besaran rupiah telah tercapai maka buzzer akan berbunyi dan relay
akan memutus jala – jala listrik dengan beban yang terpasang.
Hasil pengamatan didapat bahwa pengukuran pada sensor arus
menggunakan transformator mulai tidak linier pada beban yang besar. Selain itu
faktor software sangat berpengaruh terhadap ketelitian hasil pengukuran alat
dengan HPS phase angle meter dan perhitungan manual sebagai acuannya.
Percobaan menunjukkan alat tersebut mampu melakukan pengukuran dengan
ketelitian 87%.
PENDAHULUAN
Saat ini KWH meter yang dikenal umum oleh masyarakat adalah
menghitung energi listrik yang dipakai berdasarkan nilai yang tertera pada
pembacaan atau pencatatan KWH meter oleh petugas serta tidak dapat
mengetahui besar pemakaian konsumsi energi listrik setiap waktu. Sistem ini
Sistem pengukur energi listrik sistem digital yang sudah dibuat yaitu
listrik yang terpakai dalam bentuk digital. Namun kelemahan sistem ini
mengharuskan alat pengukur hanya terpusat pada KWH meter analog dan
tidak dapat berpindah tempat selain pada piringan tersebut. Selain itu sistem
sistem prabayar ini menghitung energi listrik yang terpakai pada suatu titik
terbebani dengan mengambil data arus dan tegangan untuk kemudian dihitung
nilai energi listrik yang terpakai serta besaran rupiah yang dikeluarkan. Alat
dikeluarkan berdasarkan nilai besaran energi listrik per Watt jam yang
terpakai. Ketika nilai terukur sudah mencapai nilai rupiah yang dimasukkan
membatasi konsumsi. Manfaat lain dari sistem ini yaitu perbaikan sistem
tampilan digital.
memanfaatkan mikrokontroler.
b. Menentukan energi listrik yang terpakai pada beban yang ingin diukur.
d. Mampu membatasi pemakaian energi listrik sesuai dengan batas nilai daya
yang terpasang dari PLN sehingga terhindar dari bahaya hubungan arus
pendek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
digital dengan melubangi piringan KWH meter analog. Lubang yang ada
ATMega 8535.
melepaskan energi yang diubahnya. Untuk mencari daya yang diubah oleh
peralatan listrik dengan mengingat bahwa energi yang diubah bila muatan Q
bergerak melintasi beda potensial sebesar V adalah QV. Maka daya P, yang
........................................ (2.1)
...................................................................................... (2.2)
Satuan SI daya listrik untuk semua jenis daya lainnya yaitu “Watt”
dimana 1 W = 1 J / detik. Dengan kata lain daya listrik adalah usaha W yang
................................................................... (2.3)
Jika sebuah sumber tegangan bolak – balik 100 volt diberi beban
sebuah tahanan dengan nilai hambatan sebesar 4 Ω maka aliran arus yang
I =25 A I =20 A
rangkaian menjadi :
V 100
I= = = 20 A ; maka dayanya sebesar
Z 5
= 100 . 20
= 2000 VA
oleh alat ukur daya (watt meter). Daya ini disebut “Daya Semu” yang
harganya merupakan hasil perkalian antara tegangan dengan kuat arus yang
mengalir pada rangkaian. Berdasar pada alasan inilah maka daya semu tidak
dinyatakan dalam watt, melainkan dalam “Volt Ampere (VA)”. Nilai “Daya
Nyata” selalu lebih kecil dari Daya Semu. Nilai Daya Nyata atau Daya Rata –
rata (P) inilah yang dapat dilihat pada alat ukur (watt meter). Sehingga
pengertian “Daya Nyata” merupakan besarnya daya atau usaha listrik tiap
satuan waktu yang diubah menjadi panas didalam tahanan ohm saja, tidak
= I2 . R
= 202.4
"
#
$%&
! "
'( $'&
............................................................... (2.4)
Maka daya dari rangkaian bolak – balik mempunyai rumus berikut:
· · * +, ..................................................................................... (2.5)
mesin – mesin yang menyebabkan pergeseran fase terlampau besar oleh PLN
beban induktif. Hal itu menyebabkan pada beban reaktansi induktif sinyal
induktif, semakin besar reaktansi induktif-nya maka makin besar pula nilai
beda fase arus dan tegangannya. Pemahaman tentang pergeseran sinyal arus
(lagging power factor). Istilah ini menunjukkan bahwa arus tertinggal dari
tegangan yang terpasang. Pada gambar diatas terdapat pergeseran fase antara
arus dan tegangan sebesar φ, ini berarti bahwa daya yang terukur terdapat
beda fase sebesar φ derajat. Misalkan beda fase antara arus dan tegangan
diatas adalah 25° maka nilai faktor dayanya merupakan cos 25° yaitu 0,9.
Selanjutnya nilai beda fase tersebut akan digunakan untuk menentukan nilai
Terdapat tiga macam daya, yaitu daya semu (S), daya aktif / daya
yang terpakai (P) dan daya reaktif / daya yang terbuang (Q). Hubungan antara
ketiganya dapat ditampilkan dengan segitiga daya pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.2. Segitiga Daya.
1
cos φ 2 .................................................................................. (2.6)
Daya semu belum mencakup seluruh nilai daya yang terukur, maka
perlu dihitung nilai daya aktifnya (P). Perbandingan antara daya aktif dan
Ketika beban adalah resistif, maka tegangan dan arus satu fase.
beban. Daya tersebut merupakan nilai tagihan yang harus dibayar oleh
inilah yang kemudian disebut sebagai daya aktual yang disediakan oleh PLN,
persamaannya:
? P 7 jQ ................................................................................. (2.10)
1
cos φ |2| ...................................................................... (2.11)
2.2.4 Transformator Arus
yang berubah. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi
ujung kumparan sekunder akan timbul Gaya Gerak Listrik (GGL) induksi.
tegangan sekunder (Vs), jumlah lilitan sekunder (Ns), arus primer (Ip) dan
D 4E #D
4D ..................................................................................... (2.12)
E #E
Prinsip kerja transformator arus sama dengan trafo daya satu fasa.
Jika pada kumparan primer mengalir arus Ip, maka pada kumparan primer
timbul gaya gerak magnet (Ep) sebesar Ip.Np. Gaya gerak magnet ini
(GGL) pada kumparan sekunder (Es). Biasanya trafo arus digunakan untuk
pengukuran arus yang besarnya ratusan amper dari arus yang mengalir
arus juga digunakan untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak
jauh dan relay proteksi. Prinsip pengukuran pada trafo arus dengan
2.2.5 Relay.
Relay adalah salah satu cara pensaklaran yang sering sekali dipakai
dalam aplikasi listrik, pada prinsip dasarnya relay adalah sebuah saklar on /
off yang diatur oleh adanya gaya magnet dari kumparan yang dialiri arus. Ada
dua tipe dari relay yaitu normally close (NC) dan normally open (NO). Pada
relay tipe normally close saklar akan dalam keadaan terhubung bila kumparan
magnet belum bekerja, demikian sebaliknya pada tipe normally open saklar
akan dalam keadaan tidak terhubung pada saat kumparan magnetik belum
beban 1 kembali. Relay dapat dioperasikan dalam dua sumber arus, yaitu:
pengolahan data dari input seperti sensor maupun keypad pada aplikasi
mikrokontroler. LCD yang di gunakan dalam rancangan ini adalah jenis LCD
1. DDRAM
Contoh, untuk karakter `L’ atau 4CH yang di tulis pada alamat 00,
karakter tersebut akan tampil pada baris pertama dan kolom pertama dari
LCD. Apabila karakter tersebut di tulis pada alamat 40H, maka karakter
tersebut akan tampil pada baris kedua kolom pertam dari LCD.
2. CGRAM
memori akan hilang saat power supply tidak aktif sehingga pola karakter
akan hilang.
3. CGROM
ROM bersifat permanen, pola karakter tidak akan hilang walaupun power
4. Register
kaki RS. Pada saat RS berlogika 0, register yang di akses adalah register
tempat status dari HD44780 dapat di baca pada saat pembacaan data.
sebagai masukan angka ke sebuah alat atau perangkat digital. Pada dasarnya
keypad adalah push button yang dirangkai secara matriks. Proses pembacaan
dengan cara memberikan logika ke baris dan kemudian melihat kolom mana
digital yang dapat diprogram hingga 10.000 kali. Chip ini mempunyai
arsitektur RISC (Reduced Intruction Set Computing) 8 bit. Chip ini mampu
EEPROM.
7. Komparator analog.
4. PORT B (PORT B0-7), merupakan pin I/O dua arah dan fungsi
5. PORT C (PORT C0-7), merupakan pin I/O dua arah dan fungsi
komunikasi serial.
ADC.
maupun output dengan keluaran high atau low. Logika port I/O dapat
clear bit I/O untuk menghasilkan output high. Pengubahan secara byte
register.
peripheral register.
register .
5. Cbi (clear bit in I/O), untuk membuat logika low satu bit I/O
register.
7. Sbis (skip if bit in I/O is set), untuk mengecek apakah bit I/O
2.2.8.4 ADC.
khusus ADC:
sebagai berikut:
ADC ATMega8535.
keluaran ADC.
ADC.
hanya bit ADTS (2.0) saja. Bit ini berfungsi untuk pengatur
4. Pembacaan ADC.
diantaranya adalah untuk keperluan Port Input / Output. Satu Port IO terdiri
dari 8 kaki, dengan demikian 32 kaki tersebut membentuk 4 buah Port IO,
yang masing-masing jalur (kaki) dari Port IO mulai dari 0 sampai 7, jalur kaki
pertama Port 0 disebut P0.0 dan jalur terakhir untuk Port 3 adalah P3.7.
Perhatikan Gambar 2.12 dibawah ini untuk diagram pin dari mikrokontroler
1. Vcc
Kaki Vcc adalah merupakan kaki untuk suplai tegangan positif dan
2. GND
3. Port 0
arus (sink) delapan masukan TTL (Transistor Transistor Logic). Pada saat
‘1’ dituliskan ke kaki-kaki Port 0 ini, maka kaki Port 0 dapat digunakan
program eksternal. Jika digunakan dalam mode ini Port 0 memiliki pull
up internal.
4. Port 1
masing kaki akan di-pulled high dengan pull up internal sehingga dapat
juga menerima alamat bagian rendah (low byte) selama pemrograman dan
verifikasi flash.
5. Port 2
alamat 16-bit (misalnya, MOVX @DPTR). Dalam aplikasi ini, jika ingin
mengirimkan ‘1’, maka digunakan pul lup internal yang sudah disediakan.
isi dari SFR P2. Port 2 juga menerima alamat bagian tinggi selama
6. Port 3
8. ALE/PROG
memori eksternal. Kaki ini juga berfungsi sebagai masukan pulsa program
(the program pulse input) atau PROG selama pemrograman flash. Pada
operasi normal, ALE akan berpulsa dengan laju 1/6 dari frekuensi kristal
ALE bisa dimatikan dengan cara mengatur bit 0 dari SFR lokasi 8Eh. Jika
isinya ‘1’, ALE hanya akan aktif selama dijumpai interupsi MOVX atau
MOVC. Selain itu, kaki ini akan secara lemah di-pulled high. Mematikan
9. PSEN
memori eksternal, PSEN akan diaktifkan dua kali per siklus mesin, kecuali
eksternal.
10. EA/Vpp
METODE PENELITIAN
ini lolos dari seminar proposal Tugas Akhir pada 04 April 2009. Proses
penelitian pada beberapa bulan pertama yaitu meneliti sensor arus yang
digunakan untuk mendeteksi nilai arus pada beban yang mengalir. Tempat
UMS. Bulan – bulan berikutnya mencari metode yang tepat untuk mendeteksi
nilai beda fase arus dan tegangan pada beban. Untuk perakitan hardware dan
4. LCD 16 x 2.
5. Keypad 4 x 4
1. Peralatan elektronika seperti solder timah, lem tembak (glue gun), alat
Mulai
Pengamatan gelombang
arus, tegangan dan fase
dengan osiloskop
Perancangan hardware
dan software
A
A
Cek hardware
dan software
Software dan
hardware
bekerja baik Tidak
Ya
Lakukan
pengujian alat
Hasil pengukuran
sesuai (mendekati)
nilai standar
Pembuatan
laporan TA
Selesai
Konsep kerja sistem ini berawal ketika sistem mendapat suplai daya.
besaran rupiah melalui keypad telah dimasukkan ataukah belum. Jika nilai
tagihan belum dimasukkan maka buzzer akan berbunyi selanjutnya akan diam
jika ada tagihan. Ketika nilai telah dimasukkan maka mikrokontroler akan
Kemudian nilai data tegangan hasil konversi arus, tegangan dan beda fase
dari sensor akan di masukkan serta memulai menghitung watt jam serta
menampilkan kenaikan harga tiap kilowatt jam - nya hingga nilai tagihan
sumber listrik ketika dia memasukkan nilai tagihan kembali melalui keypad.
Sistem ini akan bekerja ketika ada beban maupun tanpa beban baik
beban resistif maupun beban induktif. Dari sistem jala – jala PLN 220 Vac
yang dipasangkan secara seri dengan beban. Arus yang melewati trafo
nilai arus maksimal maupun minimal akan di konversi menjadi nilai yang
pengkondisi arus akan mengubah nilai arus menjadi tegangan yang nantinya
analog. ADC di dalam mikrokontroler akan mengubah nilai data arus berupa
analog menjadi digital. Nilai digital inilah yang nantinya akan di gunakan
sinyal untuk membentuk beda fase antara arus dan tegangan. Rangkaian
kedua masukan dan membentuk perbedaan fase antara arus dan tegangan.
Pada mikrokontroler nilai – nilai ini akan diproses dan dihitung nilai
daya listrik yang dikeluarkan dalam besaran rupiah tiap satu watt jam – nya
tersendiri yang terpisah dengan trafo sensor arus dan tegangan supaya
LM7805
1 3
IN OUT +5 V
GND
T2
AC 9 + +
220 CT 2200 uF/16 2200 uF/16
2
V
500 mA 9
2. Driver Relay
dan arus yang kecil. Driver atau pengendali yang digunakan adalah
+12V
10K
BUZZER
A
MC C829
4K7 C B
TIP31 Beban
Beban
AC 220 V
akan mampu diatasi oleh transistor ini. Tipe NPN TIP 31 sebagai power
switching (saklar).
sumber jala – jala PLN. Pada saat itu pula buzzer yang terhubung
tegangan +12 Volt akan berbunyi. Ketika Port 3.3 berlogika low maka
3. Sensor Arus
Sensor yang digunakan dalam perancangan ini adalah trafo arus.
Pada dasarnya cara ini digunakan untuk mendeteksi nilai tegangan saat
agar terjadi beda potensial pada kedua kumparan dan kapasitor sebagai
Beban
Beban
220 uF
T2
10k
Arus
1k2
serta Ip berbanding terbalik dengan Vs dan Ns. Dalam Sensor ini nilai
kecil juga. Karena Vp bernilai kecil, maka trafo arus yang dibuat harus
step up. Pada penelitian ini penulis menerapkan kaidah trafo step down
tersebut, trafo ini menggunakan lilitan primer (Np) 1500 lilitan dan
sebagai berikut:
Tegangan akan muncul dari trafo arus dan tegangan ketika ada
kedua pulsa masukan ketika hanya salah satu saja dari masukan berbeda
periode sinyalnya. Atau dengan kata lain ketika terjadi pergeseran fase
yang berbeda antara arus dan tegangannya, maka akan terdeteksi oleh
gerbang XOR. Dengan bentuk sinyal persegi tersebut juga akan dapat
Beban
220 0 6 110
Beda Fasa
T1 T2 1k5
0 3 12 0 1k
10k
220 uF
13 12 11 10
2k
74LS14 4
6
1k 1 2 3 4 5
74LS86
membutuhkan tegangan DC untuk itu pulsa beda fase ini harus diubah
sebagai integrator.
5. Sistem Mikrokontroler
+5V
ATm e ga535
9
1 2 3 A 1 40
2 PB0 PA0 39
B
10k 3 PB1 PA1 38
4 PB2 PA2 37 3
5 PB3 PA3 36 Y
PB4 PA4 Control
4 5 6 B 6 35 4052
7 PB5 PA5 34 1
PB6 PA6 Y0 Arus
8 33 5
9 PB7 PA7 32 Y1 2
RESET AREF Y2 Cos phi
10 31 4
11 VCC GND 30 Y3 6
7 8 9 C 12 GND AVCC 29 INH 10
100nF XTAL2 PC7 A
13 28
14 XTAL1 PC6 27
15 PD0 PC5 26
16 PD1 PC4 25
* 0 # D 17 PD2 PC3 24
18 PD3 PC2 23
19 PD4 PC1 22
20 PD5 PC0 21
PD6 PD7
Data LCD
mengontrol masukan data dari keypad serta masukan data sensor arus
serta beda fase. Port ADC (Port A.3) mikrokontroler AVR ATmega
8535 digunakan sebagai masukan untuk data sensor setelah di atur oleh
data arus maupun cos phi yang akan masuk ke mikrokontroler. Port B.3
oleh IC2 AT89S51. Ketika IC2 ingin meminta data LCD maka IC1
akan mengirimkan data LCD melalui Port C. Port ini juga untuk
LCD pada Port 2.0 – Port 2.7 sedangkan Port 3.5 – 3.7 sebagai control
LCD. Port 0.0 – Port 0.7 sebagai masukan data LCD dari IC1. Untuk
Port 3.3 digunakan sebagai pengontrol relay, ketika logika high maka
relay akan memutus beban dengan sumber jala – jala PLN dan
+5V
10 uF
31
40
9
EA / Vpp
Rst
Vcc
Data LCD
1 39
10 k 2 P1.0 P0.0 38
3 P1.1 P0.1 37
4 P1.2 P0.2 36
5 P1.3 P0.3 35
6 P1.4 P0.4 34
7 P1.5 P0.5 33
8 P1.6 P0.6 32
P1.7 P0.7
AT89S51
10 28 LCD 16x2
11 P3.0/RXD P2.7 27
12 P3.1/TXD P2.6 26
P3.2/INT-0 P2.5
13
14 P3.3/INT-1 P2.4
25
24
0000 Rp.000,00
15 P3.4/T0 P2.3 23
16 P3.5/T1 P2.2 22 0000 cos : 0,7
17 P3.6 P2.1 21
P3.7 P2.0
X-TAL
X-TAL
Gnd
18
19
20
30 pF
30 pF
12 MHz
Relay
Control
Tekan Tombol On
Inisialisasi
Hardware
Port 3.3=1
Relay ON
Tidak
Ya
Masukkan Nilai Simpan Tekan Hitung
Tagihan>Rp 0,- Tagihan Tagihan
Tidak Ya
Baca ADC
Hitung Daya
(Wh) & Cos φ
Tampilkan
Ke LCD
Ya
Reset Wh
Tidak
Capai Nilai
Selesai
Tagihan
keluaran. Selain itu juga memberi nama register yang digunakan untuk
.DEF arus=R17
.DEF arus_o=R18
.DEF cos=R19
.DEF cos_o=R20
.DEF uang=R21
.DEF geser=R22
;-----------------------------
.CSEG
.ORG 0x0000
;-----------------------------
awal: LDI R16,LOW(RAMEND)
OUT SPL,R16
LDI R16,HIGH(RAMEND)
OUT SPH,R16
;-----------------------------
LDI R16,0x00
OUT DDRA,R16 ;PortA sbg inputADC
OUT PORTA,R16 ;internal pull-up
off
LDI R16,0b00011111
OUT DDRB,R16 ;PortB sbg output
LDI R16,0xFF
OUT DDRC,R16 ;PortC output
kendali
LDI R16,0b00001111
OUT DDRD,R16 ;PortD input keypad
LDI R16,0b11111111 ;Aktifkan Pull-
up
OUT PortD,R16
;=============================
CBI PortB,1 ;Aktifkan Prabayar
LDI R16,0x00
OUT PortC,R16
LDI uang,0x00
LDI geser,0x30
berikut.
keypad: NOP
CBI PortD,0 ;clr b-1
NOP
SBIS PinD,4 ;cek k-1
RCALL angka1
SBIS PinD,5 ;cek k-2
RCALL angka2
SBIS PinD,6 ;cek k-3
RCALL angka3
SBIS PinD,7 ;cek k-4
RCALL hurufA
SBI PortD,0
CBI PortD,1 ;clr b-2
NOP
SBIS PinD,4
RCALL angka4
SBIS PinD,5
RCALL angka5
SBIS PinD,6
RCALL angka6
SBIS PinD,7
RCALL hurufB
SBI PortD,1
CBI PortD,2 ;clr b-3
NOP
SBIS PinD,4
RCALL angka7
SBIS PinD,5
RCALL angka8
SBIS PinD,6
RCALL angka9
SBIS PinD,7
RCALL hurufC
SBI PortD,2
CBI PortD,3 ;clr b-4
NOP
SBIS PinD,4
RCALL huruft
SBIS PinD,5
RCALL angka0
SBIS PinD,6
RCALL hurufp
SBIS PinD,7
RCALL hurufD
SBI PortD,3
;+++++++++++++++++++++++++++++++
Program berikutnya adalah mengambil data arus dan cos phi
RCALL tunda
baca_c: CBI PORTB,3
RCALL ADC_on
IN cos,ADCH ;masukan cos phi
;-----------------------------
tegangan dan cos phi agar didapatkan daya yang selanjutnya akan
dapat dilihat pada source code program dibawah ini. Langkah pertama
digunakan.
$MOD51
RS BIT P3.7 ; kaki RS LCD
RW BIT P3.6 ; kaki Read/Write
E BIT P3.5 ; kaki Enable
DSEG
ORG 40h
p_ratus: DS 1 ; prabayar ratusan
p_puluh: DS 1 ; prabayar puluhan
p_satu: DS 1 ; prabayar satuan
p_nilai: DS 1
detak1: DS 1
detak0: DS 1
nilai: DS 1
berikut:
CALL delay
MOV P2, #00110000b
CALL pulsa
CALL delay
MOV P2, #00110000b
CALL pulsa
tetapan nilai 220 volt, nilai arus mengikuti besarnya arus pada beban
dan nilai cos phi juga mengikuti jenis beban yang terpasang.
KiloWatt jam (KWh) sama dengan Rp. 100,- pada TDL (Tarif Dasar
Listrik) Rp. 100,-. Sedangkan untuk nilai TDL Rp. 500,- bernilai Rp.
500,- per 1 Kilowatt jam. Nilai tagihan per KiloWatt jam-nya akan
melakukan percobaan pada saat nilai TDL dan besar beban berbeda -
beda.
BAB IV
catu daya adalah multimeter. Tegangan yang dikeluarkan oleh catu daya
komponen. Data pengujian catu daya dengan keluaran 5 volt sebagai berikut:
Perancangan 5 5 5 5 5
Semiconductor). Berikut tabel nilai level tegangan untuk jenis IC TTL dan
CMOS.
Tabel 4.2 Perbandingan Level Tegangan IC TTL dan IC CMOS
Rangkaian catu daya pada titik tertentu tidak menunjukkan 5 volt karena
dengan tujuan tegangan induksi pada sisi primer dapat dinaikkan oleh sisi
primer (step up). Karena nilai tegangan keluaran trafo masih terlalu besar
Beban
220 uF
Vac 10k
T2 Arus
1k2
V
oleh;
G HI J KL ........................................................................ (4.1)
Berikut adalah hasil pengujian yang diukur pada titik keluaran sensor
Tegangan Tegangan
1. - 0 0
transformator arus 500 mA yaitu nilai arus yang kecil dapat terdeteksi pada
beban – beban yang kecil. Saat beban yang mengalir pada sensor arus 2,5
watt maka transformator (primer) akan timbul tegangan induksi 1,2 Vac.
Karena nilai penguatannya terlalu tinggi terutama saat beban 300 watt, maka
terukur pada trafo yaitu 1,2 V kemudian nilai tersebut diturunkan mejadi 0,13
V oleh rangkaian pembagi tegangan. Nilai beban tertinggi yang diuji dalah
setrika listrik dengan beban 300 W, nilai pada rangkaian adalah 4,28 V.
menurunkan nilai tegangan yang masih terlau tinggi ketika beban yang
2
G HI J 2
1 7 2 G HI J
1 7 2
1,2 1,2
G 1,2 J G 40 J
10 7 1,2 10 7 1,2
G 40 J 0,107
G 1,2 J 0,107 G 4,28 S
G 0,13
Nilai pada keluaran rangkaian pembagi tegangan selanjutnya akan
Beda fase antara sinyal arus dan tegangan pada rangkaian bolak –
balik (AC) terjadi jika terdapat induktor pada beban yang terpasang.
Tegangan muncul dari trafo arus dan tegangan ketika ada beban yang
XOR. Gerbang XOR menghasilkan selisih kedua pulsa masukan ketika hanya
salah satu saja dari masukan berbeda periode sinyalnya. Atau dengan kata
lain ketika terjadi pergeseran fase yang berbeda antara arus dan tegangannya,
Beban
Beban
A B
C D
220 0 6 110
Beda Fasa
0 4.5
T1 12 0
T2 1k5 1k
10k
E 220 uF
13 12 11 10
2k
74LS14 4
6
1k 1 2 3 4 5
G
F 74LS86
D) melewati sensor.
Sinyal Titik A
Sinyal Titik C
bahwa keluaran sensor benar – benar tidak bergeser fasenya. Hal ini sangat
penting untuk diketahui supaya sebelum terjadi pergeseran fase oleh
adanya beban induktif sinyal tidak bergeser terlebih dahulu oleh adanya
Sinyal Titik B
Sinyal Titik D
Pada beban induktif dapat diamati bahwa sinyal pada titik B dan D
tidak bergeser sehingga titik E dan F bisa langsung diproses beda fasenya.
2) Beban resistif, titik C sinyal tegangan dan titik D sebagai sinyal arus.
Sinyal Arus
Sinyal Tegangan
Gambar 4.6 Bentuk Fase Gelombang Beban Resistif pada Titik C-D
ms time/div. Besar amplitudo sinyal arus lebih besar dari sinyal tegangan
besar dari tegangan keluaran sensor pada trafo untuk sensor tegangan.
3) Beban induktif, titik C sinyal tegangan dan titik D sebagai sinyal arus.
Sinyal Arus
Sinyal Tegangan
Gambar 4.7 Bentuk Fase Gelombang Beban Induktif pada Titik C-D
sinyal arus. Terdapat perbedaan fase antara kedua sinyal dimana fase arus
tegangan.
4) Beban resistif, titik E sinyal arus dan titik F sebagai sinyal tegangan.
Sinyal Arus
Sinyal Tegangan
Gambar 4.8 Bentuk Fase Gelombang Beban Resistif pada Titik E-F
volt/div dan periode yang sama 5 ms/div. Sinyal arus lebih besar karena
tegangan. Terlihat bahwa pada beban resistif tidak menghasilkan beda fase
baik lagging power (arus tertinggal dari tegangan) maupun leading power
Sinyal Arus
Sinyal Tegangan
Gambar 4.9 Bentuk Fase Gelombang Beban Induktif pada Titik E-F
Siklus beda
fase
Gambar 4.10 Bentuk Fase Gelombang Beban Resistif pada Titik C-D
Bentuk gelombang diubah dari sinusoidal ke persegi untuk
Pada beban resistif periode sinyalnya kecil ini menandakan tidak terdapat
beda fase. Masukan ADC merupakan perubahan nilai tegangan dari nilai
frekuensi.
134.4 Hz
Siklus beda
fase
Gambar 4.11 Gelombang Beban Induktif dengan Fase 0.8 pada Alat
Terjadi bentuk fase gelombang yang hampir sama antara alat hasil
nilai kalibrasi digunakan pencocokan nilai periode waktu dari sinyal tersebut.
Ketika terjadi perubahan periode sinyal maka terjadi perubahan juga pada
frekuensi 114.4 Hz (87 ms). Hasil pencocokan ini tidak terlalu sempurna
114.4 Hz
Begitu juga dengan nilai beda fase pada nilai 0.9 nilai kalibrasi
digunakan pencocokan nilai periode waktu dari sinyal tersebut. Ketika terjadi
104.1 Hz
Gambar 4.13 Gelombang Beban Induktif dengan Fase 0.9 pada Alat
100.4 Hz
Siklus beda
fase
(99 ms). Pada beban induktif terdapat periode sinyal yang melebar jika
dibandingkan dengan periode sinyal pada beban resistif. Hal ini terjadi
ketika terdapat beda fase pada kedua masukan IC gerbang XOR maka
yang dihasilkan tidak terdapat beda fase. Sedangkan untuk beban induktif
integrator.
a) Daya Listrik
rupiah atau maksimal lima digit dan nilai minimal ratusan rupiah.
5. Mengukur besar daya dan nilai tagihan pada beban yang terpasang.
adalah,
Pada beban induktif induktif 10 watt dengan nilai cos φ 0,8
Hasil pengamatan dengan nilai daya yang sama pada jenis beban
resistif dan beban induktif akan berbeda ketika terdapat faktor daya. Nilai
energi listrik pada beban induktif akan lebih kecil dibandingkan dengan
nilai energi listrik pada beban resistif. Hal ini terjadi karena beban resistif
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Nilai Arus, Tegangan dan Cos Phi
berikut,
Pengukuran
Perhitungan
No Jenis Beban (W) Alat
Manual (Wattjam)
(Wattjam)
1. -
0 0
Lampu Pijar 10 W (Eterna)
2.
10.36 8.91
Lampu TL 10 W (Philips,
3.
10.28 9.30
Trafo Osram)
4. Lampu BE 14 W (Chiyoda)
13.52 12.47
5. Lampu Pijar 60 W (Eterna)
58.56 47.52
6. Lampu Pijar 100 W (Philips)
97.74 89.1
Setrika Listrik 300 W
7.
295.65 270
(Philips)
beban semakin besar tidak menunjukkan nilai beban yang tertera pada
angka lebih kecil dari 10 W hal ini disebabkan baik karena kualitas
berikut ini,
Perhitungan dari rumus diatas untuk sampel nomer 2 seperti
berikut,
masukan nilai TDL Rp. 100 per 1 KWh untuk golongan tarif rumah
tangga. Artinya setiap 1 KWh (1000 Wh) akan setara dengan nilai Rp
100. Nilai TDL ini bisa diubah – ubah melalui masukan keypad. Hal ini
berarti nilai tagihan prabayar Rp. 100 yang dimasukkan pada sistem
melalui keypad akan memutus beban pada nilai 1000 Wh. Berikut
pengukuran.
keluaran sensor.
..................................................... (4.2)
Dimana nilai tegangan (V) adalah nilai tetap sebesar 220 volt. Nilai
arus (I) mengacu pada arus beban yang terpasang sebagai masukan
sensor. Untuk nilai cos φ berdasarkan pergeseran fase antara tegangan
dan arus dari beban yang terukur. Parameter fase arus dan tegangan di
berikut:
kwh: MOV A, P0
CLR Acc.7
CLR Acc.6
CLR Acc.5
CLR Acc.4
Nilai TDL
tagihan minimum yang bisa diberikan mengingat bahwa TDL saat ini
(TDL 2004) tidak ada yang lebih kecil dari Rp. 100. Penjabaran sampel
10 Wh = Rp. 1 10 Wh = Rp. 5
100 Wh = Rp. 20
10 Wh = Rp. 2
berikut:
set_TDL: MOV A, P0
CLR Acc.7
CLR Acc.6
CLR Acc.5
CLR Acc.4
MOV p_nilai, A
MOV A, P0
CLR Acc.3
CLR Acc.2
CLR Acc.1
CLR Acc.0
t_s: CJNE A, #10h, t_p
MOV t_satu, p_nilai
RET
t_p: CJNE A, #20h, t_r
MOV t_puluh, p_nilai
RET
t_r: CJNE A, #30h, ttt
MOV t_ratus, p_nilai
ttt: RET
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran dan Perbandingan Faktor Daya Pada Beban
1. - -,- 1
*NB : Merek Cos phi meter yang digunakan “HPS Phase Angle Meter”
pembeda fase yang berbeda antara buatan analog dengan alat yang
sudah teruji secara paten. Sehingga dalam membaca faktor daya beban
yang terpasang nilai yang terbaca pada alat milik peneliti sedikit
berbeda dengan alat buatan jerman (HPS Phase Angle Meter). Ketika
tidak ada beban maka harga cos ϕ tidak menampilkan angka (-,-). Pada
posisi ini tidak ada arus yang terdeteksi karena tidak ada beban
pijar maka arusnya menunjukkan harga tertentu dan nilai cos ϕ mulai
bergeser lebih banyak. Ini disebabkan karena beban lampu jenis pijar
terbuat dari kawat nikelin yang panjang yang digulung dan membentuk
tertentu dan harga cos ϕ bergeser lebih banyak lagi. Ini disebabkan
karena beban jenis lampu neon adalah merupakan beban induktif karena
banyak. Dari hasil pengujian diatas maka rangkaian ini sudah dapat
digunakan untuk mengukur arus dari beban dan mengukur harga cos ϕ
Nilai cos ϕ dihasilkan dari pembeda sinyal tegangan dan arus pada
ditetapkan yaitu sebesar 220 volt karena berasal dari jala-jala PLN.
Trafo arus untuk mengambil sampel arus, khususnya fase dari arus.
Dari kedua fase ini yaitu fase tegangan dan fase arus kemudian
5.1 Kesimpulan
transformator step down 500 mA sebagai sensor arus dan sensor tegangan.
beda fase arus dan tegangan pada beban yang diukur. Dengan
ketelitian 97% untuk pengukuran faktor daya (dibanding HPS Phase Angle
Meter ).
2. Alat ukur ini menampilkan energi listrik dalam satuan Wattjam dan
3. Ketelitian dari alat pengukur energi listrik ini belum mendekati sempurna,
dikarenakan karakteristik trafo arus yang tidak linier terhadap arus beban.
Sistem cenderung tidak stabil saat lilitan trafo mengeluarkan panas pada
beban dengan daya yang besar maupun oleh sebab penggunaan yang lama.
4. Hasil pengukuran faktor daya juga tidak linier, hal ini disebabkan baik
karena kualitas rangkaian zero crossing detector yang tidak baik maupun
5.2 Saran
pada pihak yang ingin membuat penelitian tentang alat ukur daya:
maupun kestabilannya.
3. Menggunakan metode lain selain zero crossing detektor yang lebih baik
Giancoli, Douglas. 2001. Fisika Edisi Kelima - alih bahasa: Yuhilza Hanum,
Kristie, Marie. 2005. Tugas Akhir: Alat Penghitung Pemakaian Listrik Digital
Krida Wacana.
Taryo. 2008. Tugas Akhir: KWH Meter Digital Satu Fasa Berbasis
Muhammadiyah.
BUZZER
LM7805
1 3
IN OUT +5 V
GND
T2
C829 9
AC + +
4K7
TIP31
Beban
220 CT 2200 uF/16 2200 uF/16
2
Beban
V
500 mA 9
T1 T2 220 uF
10k
1k5 1k
1k2
+5V
10 uF
10 k
31
40
9
13 12 11 10 4 2k
EA / Vpp
Vcc
Rst
6
5
1 39
74LS14 2 P1.0 P0.0 38
220 uF 10k P1.1 P0.1
1k 1 2 3 4 74LS86 10 k 3 37
4 P1.2 P0.2 36
5 P1.3 P0.3 35
6 P1.4 P0.4 34
7 P1.5 P0.5 33
8 P1.6 P0.6 32
P1.7 P0.7
+5V AT89S51
10 28 LCD 16x2
11 P3.0/RXD P2.7 27
ATm e ga8535 12 P3.1/TXD P2.6 26
13 P3.2/INT-0 P2.5 25
9
1 2 3 A 1
PB0 PA0
40 14 P3.3/INT-1
P3.4/T0
P2.4
P2.3
24 0000 wh:000,00
2 39 15 23
B
10k 3 PB1
PB2
PA1
PA2
38 16 P3.5/T1
P3.6
P2.2
P2.1
22 0000 cos : 0,7
4 37 3 17 21
PB3 PA3 Y P3.7 P2.0
X-TAL
X-TAL
5 36
4052
Gnd
6 PB4 PA4 35
4 5 6 B 7 PB5 PA5 34 1
8 PB6 PA6 33 Y0 5
PB7 PA7 Y1
18
19
20
9 32 2
10 RESET AREF 31 Y2 4
11 VCC GND 30 Y3 6 30 pF
7 8 9 C 12 GND AVCC 29 INH 10
100nF XTAL2 PC7 A
13 28 30 pF
14 XTAL1 PC6 27
15 PD0 PC5 26 12 MHz
16 PD1 PC4 25
* 0 # D 17 PD2 PC3 24
18 PD3 PC2 23
19 PD4 PC1 22
20 PD5 PC0 21
PD6 PD7
; ================================
; = Program WHMeter Dwi Kurniawan=
; =Tugas Akhir,T.Elektro-UMS 2010=
; ================================
$MOD51 awal: MOV DPTR,
RS BIT P3.7 #huruf
RW BIT P3.6 MOV IE, #10001010b
E BIT P3.5 MOV TMOD, #11h
DSEG MOV detak1, #40d
ORG 40h MOV detak0, #20d
p_5: DS 1 MOV nilai, #20d
p_4: DS 1 SETB TR1
p_3: DS 1 SETB TR0
p_nilai: DS 1 MOV p_5, #0d
MOV p_4, #0d
u_5: DS 1 MOV p_3, #0d
u_4: DS 1 MOV u_5, #0d
u_3: DS 1 MOV u_4, #0d
u_2: DS 1 MOV u_3, #0d
u_1: DS 1 MOV u_2, #0d
MOV u_1, #0d
w_ratus: DS 1
w_puluh: DS 1 MOV w_ratus, #0d
w_satu: DS 1 MOV w_puluh, #0d
w_komap: DS 1 MOV w_satu, #0d
w_komas: DS 1 MOV w_komap, #0d
t_ratus: DS 1 MOV w_komas, #0d
t_puluh: DS 1
t_satu: DS 1 MOV t_ratus, #1d
ps_rat: DS 1 MOV t_puluh, #2d
ps_pul: DS 1 MOV t_satu, #3d
ps_sat: DS 1 MOV ps_rat, #0d
cos_phi: DS 1 MOV ps_pul, #0d
cos_p: DS 1 MOV ps_sat, #0d
cos_s: DS 1
detak1: DS 1 MOV R4, #00h
detak0: DS 1 ;---------
nilai: DS 1 inisial: CLR RS
CLR RW
CSEG CALL delay
ORG 00h CALL delay
JMP awal CALL delay
ORG 0Bh MOV P2, #00110000b
JMP timer0 CALL pulsa
ORG 1Bh CALL delay
JMP timer1 MOV P2, #00110000b
;--------- CALL pulsa
CALL delay CJNE A, u_5, tdk_sm
MOV P2, #00110000b MOV A, p_4
CALL pulsa CJNE A, u_4, tdk_sm
MOV P2, #00111000b MOV A, p_3
CALL pulsa CJNE A, u_3, tdk_sm
MOV P2, #00001100b SETB P3.3
CALL pulsa JMP cek_kwh
MOV P2, #00000001b tdk_sm: CLR P3.3
CALL pulsa ; -----------
MOV P2, #00000110b cek_kwh:JNB P3.2,
CALL pulsa cek_prby
;--------- CALL kwh
hapus: CLR RS JMP run
CLR RW cek_prby:CLR TR0
MOV P2, #00000001b CALL prabayar
CALL pulsa JMP run
alamat1: CLR RS ;---------
CLR RW kwh: MOV A, P0
MOV P2, #10000000b CLR Acc.7
CALL pulsa CLR Acc.6
MOV R0, #0d CLR Acc.5
MOV A, #0d CLR Acc.4
SETB RS
CLR RW CJNE A, #0Fh, jalan
baris1: MOVC A, @A+DPTR MOV u_5, #0d
MOV P2, A MOV u_4, #0d
CALL pulsa MOV u_3, #0d
INC R0 MOV u_2, #0d
MOV A, R0 MOV u_1, #0d
CJNE R0, #16d, baris1
alamat2: CLR RS MOV w_ratus, #0d
CLR RW MOV w_puluh, #0d
MOV P2, #11000000b MOV w_satu, #0d
CALL pulsa MOV w_komap, #0d
MOV R0, #16d MOV w_komas, #0d
MOV A, #16d JMP diam
SETB RS
CLR RW jalan: MOV B, #20d
baris2: MOVC A, @A+DPTR
MOV P2, A MUL AB
CALL pulsa MOV nilai, A
INC R0
MOV A, R0 CJNE A, #00h, hitung
CJNE R0, #32d, baris2 diam: CLR TR0
;--------- JMP stop
run: NOP hitung: SETB TR0
MOV A, p_5 stop: MOV A, P0
CLR Acc.3 MOV cos_p, #30h
CLR Acc.2 MOV cos_s, #38h
CLR Acc.1 band9: CJNE A, #9d,
CLR Acc.0 bandA
SWAP A MOV cos_p, #30h
MOV cos_phi, A MOV cos_s, #39h
MOV A, nilai bandA: CJNE A, #10d,
CJNE A, #00h, band habis
MOV cos_p, #'-' MOV cos_p, #31h
MOV cos_s, #'-' MOV cos_s, #30h
RET habis: RET
band: MOV A, cos_phi ;---------
prabayar: JNB P1.0,
band0: CJNE A, #0d, set_TDL
band1 MOV ps_rat, #0d
MOV cos_p, #'-' MOV ps_pul, #0d
MOV cos_s, #'-' MOV ps_sat, #0d
band1: CJNE A, #1d, MOV R4, #00h
band2 MOV A, P0
MOV cos_p, #30h CLR Acc.7
MOV cos_s, #31h CLR Acc.6
band2: CJNE A, #2d, CLR Acc.5
band3 CLR Acc.4
MOV cos_p, #30h MOV p_nilai, A
MOV cos_s, #32h MOV A, P0
band3: CJNE A, #3d, CLR Acc.3
band4 CLR Acc.2
MOV cos_p, #30h CLR Acc.1
MOV cos_s, #33h CLR Acc.0
band4: CJNE A, #4d, p_s: CJNE A, #10h, p_p
band5 MOV p_3, p_nilai
MOV cos_p, #30h RET
MOV cos_s, #34h p_p: CJNE A, #20h, p_r
band5: CJNE A, #5d, MOV p_4, p_nilai
band6 RET
MOV cos_p, #30h p_r: CJNE A, #30h, uuu
MOV cos_s, #35h MOV p_5, p_nilai
band6: CJNE A, #6d, uuu: RET
band7
MOV cos_p, #30h set_TDL: MOV A, ps_sat
MOV cos_s, #36h CJNE A, #5d, tutup
band7: CJNE A, #7d, MOV A, ps_pul
band8 CJNE A, #5d, tutup
MOV cos_p, #30h MOV A, ps_rat
MOV cos_s, #37h CJNE A, #5d, tutup
band8: CJNE A, #8d, MOV R4, #01h
band9
CJNE R4, #00h, buka delay: MOV R6, #3d
tutup: MOV A, P0 delay1: MOV R7, #250d
CLR Acc.7
CLR Acc.6 DJNZ R7, $
CLR Acc.5 DJNZ R6, delay1
CLR Acc.4 MOV P2, #0FFh
MOV p_nilai, A RET
MOV A, P0 ;---------
CLR Acc.3 huruf:DB ' '
CLR Acc.2 DB ' '
CLR Acc.1 ;---------
CLR Acc.0 timer0: MOV TH0,
ps_s: CJNE A, #10h, #HIGH(-50000)
ps_p MOV TL0, #LOW(-50000)
MOV ps_sat, p_nilai DJNZ detak0, lanjut
RET MOV detak0, nilai
ps_p: CJNE A, #20h, INC w_komas
ps_r MOV R2, w_komas
MOV ps_pul, p_nilai CJNE R2, #10d, lanjut
RET MOV w_komas, #0d
ps_r: CJNE A, #30h, INC w_komap
ppp MOV R2, w_komap
MOV ps_rat, p_nilai CJNE R2, #10d, lanjut
ppp: RET MOV w_komap, #0d
buka: MOV A, P0 INC w_satu
CLR Acc.7 MOV R2, w_satu
CLR Acc.6 CJNE R2, #10d, lanjut
CLR Acc.5 MOV w_satu, #0d
CLR Acc.4 ; ------------
MOV p_nilai, A INC w_puluh
MOV A, P0 INC u_1
CLR Acc.3 MOV R2, u_1
CLR Acc.2 CJNE R2, #10d, lanjut
CLR Acc.1 MOV w_puluh, #0d
CLR Acc.0 MOV u_1, #0d
t_s: CJNE A, #10h, t_p INC w_ratus
MOV t_satu, p_nilai INC u_2
RET MOV R2, u_2
t_p: CJNE A, #20h, t_r CJNE R2, #10d, lanjut
MOV t_puluh, p_nilai MOV w_ratus, #0d
RET MOV u_2, #0d
t_r: CJNE A, #30h, ttt
MOV t_ratus, p_nilai INC u_4
ttt: RET MOV R2, u_4
;--------- CJNE R2, #10d, lanjut
pulsa: SETB E MOV u_4, #0d
CLR E
INC u_4 CALL pulsa
MOV R2, u_4 MOV A, p_3
CJNE R2, #10d, lanjut ADD A, #30h
MOV u_4, #0d SETB RS
CLR RW
INC u_5 MOV P2, A
MOV R2, u_5 CALL pulsa
CJNE R2, #10d, lanjut ;---------
MOV u_5, #0d CLR RS
lanjut: RETI CLR RW
;--------- MOV P2, #83h
timer1:MOV TH1, #HIGH(- CALL pulsa
50000) MOV A, #30h
MOV TL1, #LOW(-50000) SETB RS
DJNZ detak1, lanjut1 CLR RW
MOV detak1, #40d MOV P2, A
JMP tampil CALL pulsa
lanjut1: JMP lanjut11 ;---------
;--------- CLR RS
tampil:JB P1.0, disp_ukur CLR RW
JMP disp_TDL MOV P2, #84h
;--------- CALL pulsa
disp_ukur: CLR RS MOV A, #30h
CLR RW SETB RS
MOV P2, #80h CLR RW
CALL pulsa MOV P2, A
MOV A, p_5 CALL pulsa
ADD A, #30h ;---------
SETB RS CLR RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, A MOV P2, #87h
CALL pulsa CALL pulsa
;--------- MOV A, #'w'
CLR RS SETB RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, #81h MOV P2, A
CALL pulsa CALL pulsa
MOV A, p_4 ;---------
ADD A, #30h CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #88h
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, #'h'
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #82h CALL pulsa
;--------- CALL pulsa
CLR RS MOV A, #','
CLR RW SETB RS
MOV P2, #89h CLR RW
CALL pulsa MOV P2, A
MOV A, #':' CALL pulsa
SETB RS ;---------
CLR RW CLR RS
MOV P2, A CLR RW
CALL pulsa MOV P2, #8Eh
;--------- CALL pulsa
CLR RS MOV A, w_komap
CLR RW ADD A, #30h
MOV P2, #8Ah SETB RS
CALL pulsa CLR RW
MOV A, w_ratus MOV P2, A
ADD A, #30h CALL pulsa
SETB RS ;---------
CLR RW CLR RS
MOV P2, A CLR RW
CALL pulsa MOV P2, #8Fh
;--------- CALL pulsa
CLR RS MOV A, w_komas
CLR RW ADD A, #30h
MOV P2, #8Bh SETB RS
CALL pulsa CLR RW
MOV A, w_puluh MOV P2, A
ADD A, #30h CALL pulsa
SETB RS ;---------
CLR RW CLR RS
MOV P2, A CLR RW
CALL pulsa MOV P2, #0C0h
;--------- CALL pulsa
CLR RS MOV A, u_5
LR RW ADD A, #30h
MOV P2, #8Ch SETB RS
CALL pulsa CLR RW
MOV A, w_satu MOV P2, A
ADD A, #30h CALL pulsa
SETB RS ;---------
CLR RW CLR RS
MOV P2, A CLR RW
CALL pulsa MOV P2, #0C1h
;--------- CALL pulsa
CLR RS MOV A, u_4
CLR RW ADD A, #30h
MOV P2, #8Dh SETB RS
CLR RW CLR RS
MOV P2, A CLR RW
CALL pulsa MOV P2, #0C7h
;--------- CALL pulsa
CLR RS MOV A, #'o'
CLR RW SETB RS
MOV P2, #0C2h CLR RW
CALL pulsa MOV P2, A
MOV A, u_3 CALL pulsa
ADD A, #30h ;---------
SETB RS CLR RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, A MOV P2, #0C8h
CALL pulsa CALL pulsa
;--------- MOV A, #'s'
CLR RS SETB RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, #0C3h MOV P2, A
CALL pulsa CALL pulsa
MOV A, u_2 ;---------
ADD A, #30h CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #0C9h
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, #':'
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #0C4h CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, u_1 CLR RS
ADD A, #30h CLR RW
SETB RS MOV P2, #0CCh
CLR RW CALL pulsa
MOV P2, A SETB RS
CALL pulsa CLR RW
;--------- MOV P2, cos_p
CLR RS CALL pulsa
CLR RW ;---------
MOV P2, #0C6h CLR RS
CALL pulsa CLR RW
MOV A, #'c' MOV P2, #0CDh
SETB RS CALL pulsa
CLR RW MOV A, #','
MOV P2, A SETB RS
CALL pulsa CLR RW
;--------- MOV P2, A
CALL pulsa MOV P2, #83h
;--------- CALL pulsa
CLR RS MOV A, #' '
CLR RW SETB RS
MOV P2, #0CEh CLR RW
CALL pulsa MOV P2, A
SETB RS CALL pulsa
CLR RW ;---------
MOV P2, cos_s CLR RS
CALL pulsa CLR RW
JMP lanjut11 MOV P2, #84h
;--------- CALL pulsa
disp_TDL: CLR RS MOV A, #7Fh
CLR RW SETB RS
MOV P2, #80h CLR RW
CALL pulsa MOV P2, A
MOV A, ps_rat CALL pulsa
ADD A, #30h ;---------
SETB RS CLR RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, A MOV P2, #87h
CALL pulsa CALL pulsa
;--------- MOV A, #'P'
CLR RS SETB RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, #81h MOV P2, A
CALL pulsa CALL pulsa
MOV A, ps_pul ;---------
ADD A, #30h CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #88h
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, #'a'
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #82h CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, ps_sat CLR RS
ADD A, #30h CLR RW
SETB RS MOV P2, #89h
CLR RW CALL pulsa
MOV P2, A MOV A, #'s'
CALL pulsa SETB RS
;--------- CLR RW
CLR RS MOV P2, A
CLR RW CALL pulsa
;--------- CLR RW
CLR RS MOV P2, A
CLR RW CALL pulsa
MOV P2, #8Ah ;---------
CALL pulsa CLR RS
MOV A, #'s' CLR RW
SETB RS MOV P2, #8Fh
CLR RW CALL pulsa
MOV P2, A MOV A, #' '
CALL pulsa SETB RS
;--------- CLR RW
CLR RS MOV P2, A
CLR RW CALL pulsa
MOV P2, #8Bh ;---------
CALL pulsa CLR RS
MOV A, #'w' CLR RW
SETB RS MOV P2, #0C0h
CLR RW CALL pulsa
MOV P2, A MOV A, t_ratus
CALL pulsa ADD A, #30h
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #8Ch CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, #'o' CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #0C1h
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, t_puluh
;--------- ADD A, #30h
CLR RS SETB RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, #8Dh MOV P2, A
CALL pulsa CALL pulsa
MOV A, #'r' ;---------
SETB RS CLR RS
CLR RW CLR RW
MOV P2, A MOV P2, #0C2h
CALL pulsa CALL pulsa
;--------- MOV A, t_satu
CLR RS ADD A, #30h
CLR RW SETB RS
MOV P2, #8Eh CLR RW
CALL pulsa MOV P2, A
MOV A, #'d' CALL pulsa
SETB RS ;---------
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #0C3h CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, #' ' CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #0C9h
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, #'L'
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #0C4h CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, #7Fh CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #0CCh
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, #' '
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #0C6h CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, #' ' CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #0CDh
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, #' '
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #0C7h CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, #'T' CLR RS
SETB RS CLR RW
CLR RW MOV P2, #0CEh
MOV P2, A CALL pulsa
CALL pulsa MOV A, #' '
;--------- SETB RS
CLR RS CLR RW
CLR RW MOV P2, A
MOV P2, #0C8h CALL pulsa
CALL pulsa ;---------
MOV A, #'D' lanjut11: RETI
SETB RS END
;===========================================
;= Program WHMeter Dwi Kurniawan-D400040052
=
;= TA Dwee04-UMS, Teknik ELektro 2010 =
;===========================================
.list CBI PortD,0
.include "m8535def.inc" NOP
.nolist SBIS PinD,4
;--------- RCALL angka1
.DEF arus=R17 SBIS PinD,5
.DEF arus_o=R18 RCALL angka2
.DEF cos=R19 SBIS PinD,6
.DEF cos_o=R20 RCALL angka3
.DEF uang=R21 SBIS PinD,7
.DEF geser=R22 RCALL hurufA
;--------- SBI PortD,0
.CSEG CBI PortD,1
.ORG 0x0000 NOP
;--------- SBIS PinD,4
awal: LDI RCALL angka4
R16,LOW(RAMEND) SBIS PinD,5
OUT SPL,R16 RCALL angka5
LDI R16,HIGH(RAMEND) SBIS PinD,6
OUT SPH,R16 RCALL angka6
;--------- SBIS PinD,7
LDI R16,0x00 RCALL hurufB
OUT DDRA,R16 SBI PortD,1
OUT PORTA,R16 CBI PortD,2
LDI R16,0b00011111 NOP
OUT DDRB,R16 SBIS PinD,4
LDI R16,0xFF RCALL angka7
OUT DDRC,R16 SBIS PinD,5
LDI R16,0b00001111 RCALL angka8
OUT DDRD,R16 SBIS PinD,6
LDI R16,0b11111111 RCALL angka9
OUT PortD,R16 SBIS PinD,7
;============ RCALL hurufC
CBI PortB,1 SBI PortD,2
LDI R16,0x00 CBI PortD,3
OUT PortC,R16 NOP
LDI uang,0x00 SBIS PinD,4
LDI geser,0x30 RCALL huruft
;--------- SBIS PinD,5
RCALL tunda RCALL angka0
RCALL tunda SBIS PinD,6
RCALL tunda RCALL hurufp
keypad: NOP SBIS PinD,7
RCALL hurufD CPI arus,26
SBI PortD,3 BREQ lampu9
;++++++++++ CPI arus,27
baca: RCALL unda BREQ lampu9
baca_i: SBI PORTB,3 CPI arus,28
RCALL ADC_on BREQ lampu9
IN arus,ADCH CPI arus,29
BREQ lampu9
RCALL unda RJMP ban_11
baca_c: CBI PORTB,3 lampu9: LDI arus_o,6
RCALL ADC_on RJMP keluar
IN cos,ADCH ;---------
;--------- ban_11: CPI arus,30
ban_0: CPI arus,0 BREQ lampu11
BREQ nol CPI arus,31
CPI arus,1 BREQ lampu11
BREQ nol CPI arus,32
CPI arus,2 BREQ lampu11
BREQ nol CPI arus,33
CPI arus,3 BREQ lampu11
BREQ nol CPI arus,34
RJMP ban_5 BREQ lampu11
nol: LDI arus_o,0 CPI arus,35
RJMP keluar BREQ lampu11
;--------- RJMP ban_10
ban_5: CPI arus,17 lampu11: LDI arus_o,4
BREQ lampu5 RJMP keluar
CPI arus,18 ;---------
BREQ lampu5 ban_10: CPI arus,60
CPI arus,19 BREQ lampu10
BREQ lampu5 CPI arus,61
CPI arus,20 BREQ lampu10
BREQ lampu5 CPI arus,62
CPI arus,21 BREQ lampu10
BREQ lampu5 CPI arus,63
RJMP ban_9 BREQ lampu10
lampu5: LDI arus_o,8 CPI arus,64
RJMP keluar BREQ lampu10
;-------------------- CPI arus,65
ban_9: CPI arus,22 BREQ lampu10
BREQ lampu9 CPI arus,66
CPI arus,23 BREQ lampu10
BREQ lampu9 CPI arus,67
CPI arus,24 BREQ lampu10
BREQ lampu9 CPI arus,68
CPI arus,25 BREQ lampu10
BREQ lampu9 CPI arus,69
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,70 CPI cos,116
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,115 CPI cos,117
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,116 CPI cos,118
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,117 CPI cos,119
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,118 CPI cos,120
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,119 CPI cos,121
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,120 CPI cos,122
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,121 CPI cos,123
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,122 CPI cos,124
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,123 CPI cos,125
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,124 CPI cos,126
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,125 CPI cos,126
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,126 CPI cos,127
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,127 CPI cos,128
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,128 CPI cos,129
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,129 CPI cos,130
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,130 CPI cos,131
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,131 CPI cos,132
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,132 CPI cos,133
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,133 CPI cos,134
BREQ lampu10 BREQ cos_9
CPI arus,134 CPI cos,135
BREQ lampu10 BREQ cos_9
lampu10: LDI arus_o,1 RJMP cos5
RJMP cos9 ;---------
;--------- cos_9: LDI cos_o,0x90
cos9: CPI cos,115 RJMP keluar
;----------- OUT PortC,arus_o
cos5: CPI cos,50 ;+++++++++
BREQ cos_5 RJMP keypad
CPI cos,51 ;=========
BREQ cos_5 angka0: LDI uang,0x00
CPI cos,52 ADD uang,geser
BREQ cos_5 OUT PortC,uang
CPI cos,53 RCALL tunda
BREQ cos_5 SUBI geser,0x10
CPI cos,54 CPI geser,0x00
BREQ cos_5 BRNE oke0
CPI cos,55 LDI geser,0x30
BREQ cos_5 oke0: RET
CPI cos,56
RJMP cos10 angka1: LDI uang,0x01
;--------- ADD uang,geser
cos_5: LDI cos_o,0x70 OUT PortC,uang
RJMP keluar RCALL tunda
;--------- SUBI geser,0x10
cos10: CPI cos,55 CPI geser,0x00
BREQ cos_10 BRNE oke1
CPI cos,56 LDI geser,0x30
BREQ cos_10 oke1: RET
CPI cos,57 angka2: LDI uang,0x02
BREQ cos_10 ADD uang,geser
CPI cos,58 OUT PortC,uang
BREQ cos_10 RCALL tunda
CPI cos,59 SUBI geser,0x10
BREQ cos_10 CPI geser,0x00
CPI cos,60 BRNE oke2
BREQ cos_10 LDI geser,0x30
CPI cos,61 oke2: RET
BREQ cos_10 angka3: LDI uang,0x03
CPI cos,62 ADD uang,geser
BREQ cos_10 OUT PortC,uang
CPI cos,63 RCALL tunda
BREQ cos_10 SUBI geser,0x10
CPI cos,64 CPI geser,0x00
BREQ cos_10 BRNE oke3
CPI cos,65 LDI geser,0x30
BREQ cos_10 oke3: RET
RJMP keluar angka4: LDI uang,0x04
cos_10: LDI cos_o,0x40 ADD uang,geser
RJMP keluar OUT PortC,uang
;--------- RCALL tunda
keluar: ADD SUBI geser,0x10
arus_o,cos_o CPI geser,0x00
BRNE oke4 oke9: RET
LDI geser,0x30 hurufA: CBI PortB,1
oke4: RET RET
angka5: LDI uang,0x05 hurufB: SBI PortB,1
ADD uang,geser RET
OUT PortC,uang hurufC: SBI PortB,1
RCALL tunda LDI R16,0x0F
SUBI geser,0x10 OUT PortC,R16
CPI geser,0x00 RET
BRNE oke5 hurufD: NOP
LDI geser,0x30 RET
oke5: RET huruft: NOP
angka6: LDI uang,0x06 RET
ADD uang,geser hurufp: NOP
OUT PortC,uang RET
RCALL tunda ;---------
SUBI geser,0x10 ADC_on: LDI
CPI geser,0x00 R16,0b11100011
BRNE oke6 OUT ADMUX,R16
LDI geser,0x30 LDI R16,0b11100100
oke6: RET OUT ADCSRA,R16
angka7: LDI uang,0x07 tunggu: IN R0,ADCSRA
ADD uang,geser SBRC R0,4
OUT PortC,uang RJMP tampil
RCALL tunda RJMP tunggu
SUBI geser,0x10 tampil: RET
CPI geser,0x00 tunda: LDI R29,0x05
BRNE oke7 tunggu0: LDI R30,0xFF
LDI geser,0x30 tunggu1: LDI R31,0xFF
oke7: RET tunggu2: DEC R31
angka8: LDI uang,0x08 BRNE tunggu2
ADD uang,geser DEC R30
OUT PortC,uang BRNE tunggu1
RCALL tunda DEC R29
SUBI geser,0x10 BRNE tunggu0
CPI geser,0x00 RET
BRNE oke8 unda: LDI R29,0x07
LDI geser,0x30 unggu0: LDI R30,0x0F
oke8: RET unggu1: LDI R31,0xFF
angka9: LDI uang,0x09 unggu2: DEC R31
ADD uang,geser BRNE unggu2
OUT PortC,uang DEC R30
RCALL tunda BRNE unggu1
SUBI geser,0x10 DEC R29
CPI geser,0x00 BRNE unggu0
BRNE oke9 RET
LDI geser,0x30 .EXIT
Lampiran Tabel Hasil Pengukuran dan Perbandingan Energi Listrik Selama 1
Jam.
T P J t J cosφ
T V J I J t J cosφ
Pengukuran Perhitungan
No Jenis Beban (W)
Alat (Wattjam) Manual
1. - 0 0
2. Lampu Pijar 10 W (Eterna) 10,02 8.91
Lampu TL 10 W (Philips,
3. 10,18 9.30
Trafo Osram)
4. Lampu BE 14 W (Chiyoda) 13,03 12.47
5. Lampu Pijar 60 W (Eterna) 58,30 47.52
6. Lampu Pijar 100 W (Philips) 97,33 89.1
7. Setrika Listrik 300 W (Philips) 295,20 270
3. Percobaan pengukuran kedua.
Pengukuran Perhitungan
No Jenis Beban (W)
Alat (Wattjam) Manual
1. - 0 0
2. Lampu Pijar 10 W (Eterna) 10,56 8.91
Lampu TL 10 W (Philips,
3. 10,40 9.30
Trafo Osram)
4. Lampu BE 14 W (Chiyoda) 13,72 12.47
5. Lampu Pijar 60 W (Eterna) 58,68 47.52
6. Lampu Pijar 100 W (Philips) 97,95 89.1
7. Setrika Listrik 300 W (Philips) 295,87 270
4. Percobaan pengukuran ketiga.
Pengukuran Perhitungan
No Jenis Beban (W)
Alat (Wattjam) Manual
1. - 0 0
2. Lampu Pijar 10 W (Eterna) 10,51 8.91
Lampu TL 10 W (Philips,
3. 10,26 9.30
Trafo Osram)
4. Lampu BE 14 W (Chiyoda) 13,82 12.47
5. Lampu Pijar 60 W (Eterna) 58,71 47.52
6. Lampu Pijar 100 W (Philips) 97,95 89.1
7. Setrika Listrik 300 W (Philips) 295,88 270
Dari tiga percobaan pengukuran diambil rata – rata hasil pengukurannya dengan
table dibawah ini:
Pengukuran
Pengukuran Alat
No Jenis Beban (W) Alat
PLN (Wattjam)
(Wattjam)
1. - 0 0
2. Lampu Pijar 10 W (Eterna) 10.36 8.91
Lampu TL 10 W (Philips,
3. 10.28 9.30
Trafo Osram)
4. Lampu BE 14 W (Chiyoda) 13.52 12.47
5. Lampu Pijar 60 W (Eterna) 58.56 47.52
6. Lampu Pijar 100 W (Philips) 97.74 89.1
7. Setrika Listrik 300 W (Philips) 295.65 270
XYYZHHI Z G[H +=3YZ 2
10.36 ] 8.91
100% ] ^ J 100%b
8.91
10.36 ] 8.91
100% ] ^ J 100%b
8.91
100% ] $16%&
84%