Anda di halaman 1dari 107

EM.AND.

16222018

KARYA TULIS ILMIAH


RANCANG BANGUN TIMBANGAN BERAT BADAN
DIGITAL BERBASIS ARDUINO UNO
DI UNIT HEMODIALISA

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Menjadi


Ahli Madya Teknologi Elektromedis

Disusun Oleh :

HARMONI SIMAMORA

16222018

AKADEMI TEKNIK ELEKTROMEDIK ANDAKARA

JAKARTA
2019

i
MENGESAHKAN

Direktur

Akademi Teknik Elektromedik Andakara Jakarta

R. Yunan Helmy, SE., MM.

NPP : 120673 0115101

ii
PERYATAAN KEASLIAN BUKU TUGAS AKHIR

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa buku tugas akhir
dengan judul :

“Rancang Bangun Timbangan Berat Badan Digital Berbasis Arduino Uno Di


Unit Hemodialisa”

Yang saya buat untuk melengkapi persyaratan menjadi Ahli Madya Teknologi
Elektromedis pada Program Diploma III Teknonogi Elektromedis di Akademi
Teknik Elektromedik Andakara Jakarta, bukan merupakan tiruan ataupun
duplikasi dari buku tugas akhir yang sudah dipublikasikan dan atau pernah
dipakai untuk mendapatkan gelar diploma di lingkungan Akademi Teknik
Elektromedik Andakara Jakarta maupun Perguruan Tinggi atau Institusi lain,
kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Jakarta,13 Agustus 2019

Harmoni Simamora
16222018

iii
PERSETUJUAN

Buku tugas akhir dengan judul :

“Rancang Bangun Timbangan Berat Badan Digital Berbasis Arduino Uno Di


Unit Hemodialisa”

Dibuat oleh Harmoni Simamora (16222018) untuk melengkapi persyaratan


menjadi Ahli Madya Teknologi Elektromedis pada Program Diploma III
Teknologi Elektromedis di Akademi Teknik Elektromedik Andakara Jakarta, telah
kami setujui untuk diuji dalam Sidang Ujian Akhir Program.

Jakarta, 13 Agustus 2019

Dosen Pembimbing

( Sri Nurhayati, ST., M.Pd.)

iv
LEMBARAN PENGESAHAN

JUDUL : RANCANG BANGUN TIMBANGAN BERAT BADAN


DIGITAL BERBASIS ARDUINO UNO DI UNIT
HEMODIALISA

NAMA : HARMONI SIMAMORA

NIM : 16222018

Modul dan buku tugas akhir ini telah diajukan dan dihadapkan ke dewan penguji
modul dan Karya Tulis Ilmiah Pedidikan Diploma III Teknik Elektromedik
Andakara Jakarta.

Jakarta, 13 Agustus 2019

Penguji I Penguji II

(Drs. Ign. Djoko Widagdo, M.Si., ) (Eddy Astanto, S.Pd.,)

Penguji III

(Iswoko, ST)

v
BIODATA

Nama Lengkap : Harmoni Simamora

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 02 Oktober 19

Alamat : Kihapit Barat, RT. 01/RW. 09,


Leuwigajah Kec.Cimahi Selatan,
Kota Cimahi Jawa Barat 40532
No. Telepon/HP : 0821 2084 0853

Email : Harmoniputramamora@gmail.com

Riwayat Sekolah : SD Negeri Manasuka Subang

SMP Advent II Bandung

SMA Advent II Bandung

Jakarta, 13 Agustus 2019

Harmoni Simamora
16222018

vi
ABSTRAK

Harmoni Simamora “Rancang Bangun Timbangan Berat Badan Digital Berbasis


Arduino Uno Di Unit Hemodialisa ”, dibawah bimbingan Ibu Sri Nurhayati., ST,
MP.d.
Modul Rancang Bangun Timbangan Berat Badan Digital Berbasis Arduino Uno
Di Unit Hemodialisa merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur berat badan
pasien sebelum dan sesudah melakukan cuci darah di unit hemodialisa.
Dalam proses selanjutnya, yaitu melakukan perancangan rangkain menggunakan
arduino uno sebagai pengontrol seluruh rangkaian. Dalam perancangan rangkaian
sensor menggunakan load cell untuk pengukuran berat badan pasien. Sebagai
sumber listrik utamanya adalah baterai 9 VDC. Rangkain HX711 sebagai penguat
sinyal yang dihasilkan dari load cell juga merubah sinyal tersebut menjadi sinyal
digital yang akan di diproses pada arduino dan hasil ditampilkan pada LCD.
Hasil pengukuran dibandingkan dengan alat sebenenarnya, anak timbangan dan
juga terhadap obyek yang dianalisa dengan perhitungan dan rumus dan didapat
nilai akurasi sebesar 99.9 % dan nilai eror yaitu 0.1 %. Perencanaan selanjutnya
diperoleh kesimpulan bahwa hasil hasil pengujian dan pengukuran telah sesuai
dengan proses data pada proses perencanaan dan alat berfungsi dengan baik.

Kata Kunci : Load Cell, Berat Badan

vii
ABSTRACT

Harmoni Simamora "Designing Digital Arduino Uno Based Weight Scales in


Hemodialysis Unit", under the guidance of Mrs. Sri Nurhayati., ST, MP.d.
The Arduino Uno Based Digital Weight Scales Building Design Module in the
Hemodialysis Unit is a tool that functions to measure the patient's body weight
before and after dialysis in the hemodialysis unit.
In the next process, which is designing a series using Arduino Uno as the
controller of the whole series. In the design of a sensor circuit using a load cell
for measurement of a patient's body weight. As the main source of electricity is a
9 VDC battery. The HX711 series as a signal amplifier generated from the load
cell also converts the signal into a digital signal that will be processed in Arduino
and the results displayed on the LCD.
The measurement results are compared with actual tools, scales and also to
objects analyzed by calculations and formulas and obtained an accuracy value of
99.9% and an error value of 0.1%. The next planning is concluded that the results
of testing and measurement are in accordance with the data process in the
planning process and the tool is functioning properly.

Keywords: Load Cell, Weight

viii
KATA PENGANTAR

Segala sykur dan puji hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena anugrah-
Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan dan pembuatan Buku Tugas Akhir ini guna memenuhi
syarat dalam mencapai gelar pendidikan Diploma III Teknologi Elektromedis.
Adapun judul dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :

“RANCANG BANGUN TIMBANGAN BERAT BADAN DIGITAL


BERBASIS ARDUINO UNO DI UNIT HEMODIALISA”

Penulis menyadari spenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu dami
sempurnanya Karya Tulis Ilimiah ini, penulis sangat membutuhkan dukungan dan
sumbangsih pikiran yang berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.

Dengan tersusunya Karya Tulis Ilmiah ini penulis ingin menyampaikan


ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang telah
berjasa dan memberikan do’a serta dukungan selama pembuatan Buku Tugas
Akhir ini dan secara khusus penulis mengucapakan terimakasih kepada Ibu Sri
Nurhayati, ST, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang memberikan arahan dan
bimbingannya dari awal hingga proses penyusnan karya tulis ini. Adapun pihak-
pihak tersebut adalah :

1. Tuhan Yesus Kritus atas segala kemurahn dan kasih-Nya yang telah
melimpakan berkat kesehatan selama menjalni pendidikan di Akademi
Elektromedik Andakra Jakarta.
2. Orang tau serta istri dan anak-anak yang selama ini memberikan motivasi
dan dukuangan yang sangat luar biasa.
3. Pimpinan Rumah Sakit Advent Bandung yang telah memberikan
kesempatan dan juga dukuangan secara moral dan material selam mejalani
pendidikan di Akademi Teknik Elektromedik Andakra
4. Bapak R. Yunan Helmy, SE.MM selaku direktur Akademi Teknik
Elektromedik Andakara Jakarta

ix
5. Ibu S. Nurhayati, ST. M.Pd, Selaku Wadir I Bidang Akademik Akademi
Teknik Elektromedik Andakara Jakarta
6. Bapak Iswoko, ST selaku Wadir II Bidang Non Akademik Akademi
Teknik Elektromedik Andakara Jakarta
7. Dosen Pengajar, Staf dan karyawan Akademi Teknik Elektromedik
Andakara Jakarta
8. Seluruh rekan-rekan seperjuangan angkatan tahun 2016 Akademi Teknik
Elektromedik Andakara Jakarta
9. Untuk ketiga anakku Hezkie, Rafael dan Kenaniel untuk segala
kesabarannya selama ini.
10. Semua pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu
persatu yang telah turut membantu penulisan hingga terselesaikannya
Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Tuhan YME senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya


selalu. Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermamfaat, baik bagi penulis pada khususnya maupun bagi yang memerlukanya
secara umum.

Jakarta, Agustus 2019

Harmoni Simamora

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
MENGESAHKAN .................................................................................................. ii
PERYATAAN KEASLIAN BUKU TUGAS AKHIR .......................................... iii
PERSETUJUAN .................................................................................................... iv
LEMBARAN PENGESAHAN ............................................................................... v
BIODATA .............................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................. 3
1.2.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 3
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................. 3
1.4 Metode Penulisan .................................................................................. 3
1.5 Sistimatika Penulisan ............................................................................ 4
1.6 Definisi Istilah ....................................................................................... 6
BAB II TEORI DASAR ......................................................................................... 7
2.1 Tinjauan Biologi ................................................................................... 7
2.1.1 Berat Badan ................................................................................ 7
2.1.2 Anatomi Ginjal ........................................................................ 10
2.1.3 Fisiologi Ginjal ......................................................................... 11
2.2 Tinjauan Medik ............................................................................... 17
2.2.1 Cuci Darah ................................................................................ 17

xi
2.2.2 Penambahan Berat Badan Antara Dua Waktu Cuci Darah ...... 23
2.2.3 Pengukuran Berat Badan Antara Dua Waktu Cuci Darah ........ 24
2.2.4 Komplikasi ............................................................................. 24
2.2.5 Proses Penimbangan Pasien Sebelum Dan Sesudah Cuci Darah
........................................................................................................... 25
2.3 Tinjauan Elektronik ............................................................................. 26
2.3.1 Komponen Dasar ...................................................................... 26
2.3.2 Rangkaian Dasar ....................................................................... 55
2.4 Tinjauan Umum .................................................................................. 62
BAB III PERENCANAAN ................................................................................... 64
3.1 Perencaan Blok Diagram Alat ............................................................. 64
3.2 Sistem Kerja Alat ................................................................................ 65
3.3 Perencanaan Alat ................................................................................. 66
3.3.1 Perencanaan Rangkaian Sensor Load Cell ............................... 66
3.3.2 Perencanaan Rangkaian Modul Penguat HX 711..................... 67
3.3.3 Perencanaan Rangkaian Arduino Uno ...................................... 68
3.3.4 Perencanaan Rancangan Push Button....................................... 70
3.3.5 Perencanaan Rangakian Buzzer Alarm .................................... 70
3.3.6 Perencanaan Rangkaian LCD Display .................................... 71
3.3.7Perencanaan Rangkaian Power 9 VDC .................................... 72
3.4 Flow Chart ........................................................................................... 73
3.5 Wiring Diagram .................................................................................. 75
3.6 Perencanaan Desain Alat..................................................................... 77
BAB IV PENDATAAN, PENGUKURAN, PENGUJIAN .................................. 78
DAN ANALISA DATA ....................................................................................... 78
4.1 Spesifikasi Alat ................................................................................... 78
4.1.1 Standar Prosedur Operasional Penggunaan Alat Timbangan
Digital ................................................................................................ 79
4.2 Uji Fungsi Alat .................................................................................... 80
4.3 Uji Keamanan Alat .............................................................................. 80
4.4 Pengkuran dan Pengujian .................................................................... 81
4.4.1 Pengukuran Kelistrikan ............................................................ 81
4.4.2 Pengukuran Tegangan Output Sensor Load Cell ..................... 82

xii
4.4.3 Pengujian Modul Dengan Anak Timbangan ............................ 82
4.4.4 Pengujian Modul Dengan Pasien .............................................. 83
4.4.5 Pengujian Modul Dengan Alat Sebenarnya.............................. 84
4.5 Analisis Data ....................................................................................... 85
4.5.1 Analisa Data Pada Sumber Tegangan ...................................... 85
4.5.2 Analisa Data Pengukuran Tegangan Output Sensor Load Cell
85
4.5.3 Analisa Data Pengujian Modul Dengan Anak Timbangan ... 86
4.5.3 Analisa Data Pengujian Modul Pada Pasien............................. 87
4.5.4 Analisa Data Pengujian Modul Dengan Alat Sebenarnya ........ 88
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 89
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 89
5.2 Saran .................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................73

DAFTAR LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Letak Anatomi Ginjal ...................................................................... 11
Gambar 2. 2 Ginjal dan nefron ............................................................................. 13
Gambar 2. 3 Struktur Ginjal ................................................................................. 15
Gambar 2. 4 Ilustrasi Proses Cuci Darah ............................................................. 22
Gambar 2. 5 Simbol Resistor ............................................................................... 26
Gambar 2. 6 Bentuk fisik Resistor ....................................................................... 27
Gambar 2. 7 Bentuk Fisik Kapasitor .................................................................... 28
Gambar 2. 8 Rangkaian Paralel Kapasitor ........................................................... 30
Gambar 2. 9 Rangkaian Seri Kapasitor ................................................................ 31
Gambar 2. 10 Jenis Jenis Transistor ..................................................................... 33
Gambar 2. 11 Load Cell ....................................................................................... 34
Gambar 2. 12 Konfigurasi Kabel Load Cell ........................................................ 34
Gambar 2. 13 Load Cell Tanpa Beban dan Dengan Beban ................................. 35
Gambar 2.14 Rangkaian Load Cell tanpa beban ................................................... 36
Gambar 2.15 Rangkaian Load Cell diberi beban .................................................. 36
Gambar 2. 16 Modul Penguat HX 711 ............................................................... 39
Gambar 2. 17Pin out HX711................................................................................ 39
Gambar 2. 18 Fitur Arduino Uno ........................................................................ 41
Gambar 2. 19 Riset Arduino ................................................................................ 44
Gambar 2. 20 Bentuk Fisik LCD 20 x 4 Inc ........................................................ 47
Gambar 2. 21 Bentuk Fisik I2C ........................................................................... 51
Gambar 2. 22 Struktur Piezoelektrik Buzzer ....................................................... 52
Gambar 2. 23 Bentuk Fisik Push Button.............................................................. 53
Gambar 2. 24 Simbol Push Button...................................................................... 53
Gambar 2. 25 Baterai 9volt .................................................................................. 54
Gambar 2. 26 Rangkaian Load Cell ..................................................................... 55
Gambar 2. 27 Rangkaian HX711 ......................................................................... 56
Gambar 2. 28 Skema Rangkaian Arduino Uno .................................................... 57
Gambar 2. 29 Blok Diagram LCD 20x4 .............................................................. 58
Gambar 2. 30 Skema Rangkaian LCD 20x4 ........................................................ 58
Gambar 2. 31 Data Sheet I2C .............................................................................. 59

xiv
Gambar 2. 32 Skema Rangkaian I2C ................................................................... 59
Gambar 2. 33 Skema Rangkain Buzzer ............................................................... 60
Gambar 2. 34 Cara Kerja Push Button ................................................................. 61
Gambar 2. 35 Skema baterai 9 Vdc ..................................................................... 62
Gambar 3. 1 Blok Diagram Alat ........................................................................... 64
Gambar 3. 2Rangkaian Sensor Load Cell ............................................................. 66
Gambar 3. 3Rangkaian HX 711 ............................................................................ 67
Gambar 3. 4 Rangkaian Arduino Uno .................................................................. 69
Gambar 3. 5Rangkaian Push Button ..................................................................... 70
Gambar 3. 6Rangkaian Buzzer Alarm .................................................................. 71
Gambar 3. 7Rangkain LCD Display ..................................................................... 72
Gambar 3. 8 Rangkaian Power ............................................................................. 73
Gambar 3. 9 Flow Chart ........................................................................................ 74
Gambar 3. 10 Rangkaian Keseluruhan.................................................................. 76
Gambar 3. 11 Desain Alat ..................................................................................... 77
Gambar 4. 1 Modul Timbangan ........................................................................... 78
Gambar 4. 2 Multi Meter Digital ......................................................................... 81

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Rumus IMT ........................................................................................... 8


Tabel 2. 2 Batas Ambang Indeks Massa Tubuh ..................................................... 8
Tabel 2. 3 Rumus Brocha Untuk Wanita ............................................................... 9
Tabel 2. 4 Rumus Brocah Unutk Pria .................................................................... 9
Tabel 2. 5 Krieteria Standar Berat Badan Ideal Brocha ........................................ 9
Tabel 2. 6 Kategori Gagal Ginjal Kronik ............................................................. 18
Tabel 2. 7 Komplikasi Pada Pasien Cuci Darah .................................................. 23
Tabel 2. 8 Kode warna pada resistor .................................................................... 27
Tabel 2. 9 Karekteristik Mekanik Load Cell ....................................................... 38
Tabel 2. 10 Sepsifikasi Arduino Uno ................................................................... 46
Tabel 3. 1 Pesifikasi Modul HX 711 .................................................................... 40
Tabel 4. 1 Uji Fungsi Alat .................................................................................... 80
Tabel 4. 2 Tabel Pengukuran Tegangan ............................................................... 81
Tabel 4. 3 Pengujian Dengan Anak Timbangan .................................................. 82
Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Terhadap Pasien Berat Badan Ringan (40-60Kg) .... 83
Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Terhadap Pasien Berat Badan Sedang (60-70Kg) .... 83
Tabel 4. 6 Hasil Pengujiaan Terhadap Pasien Berat Badan Besar (80Kg-
Overload) ............................................................................................ 84
Tabel 4. 7 Hasil Pengukuran Modul dengan Alat Sebenarnya ............................ 84

xvi
BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif
dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan
uremia.

Gagal ginjal kronik yang bersifat irreversible mengakibatkan perubahan


fisiologi yang tidak dapat diatasi lagi dengan cara konservatif sehingga
membutuhkan terapi pengganti ginjal.

Beberapa alasan dilakukannya cuci darah pada pasien cuci darah adalah
kondisi overload cairan yang tidak berrespon terhadap diuretik, pasien
menunjukan tanda dan gejala terjadinya sindrom uremia dengan nilai ureum
>50 dan kreatinin >1,5. Penambahan berat badan antara dua waktu cuci darah
adalah peningkatan volume cairan yang dimanifestasikan dengan peningkatan
berat badan sebagai dasar untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk selama
periode interdialitik. Kelebihan berat badan antar dua waktu cuci darah
biasanya berkaitan dengan kelebihan beban natrium dan air yang merupakan
faktor penting terjadinya hipertensi ateri saat cuci darah.

Berat badan antara dua waktu dialisis diukur berdasarkan berat badan
kering (dry weight) pasien dan juga dari pengukuran kondisi klinis pasien. Berat
badan kering (dry weight) adalah berat badan tanpa kelebihan cairan yang
terbentuk antara perawatan dialisis atau berat terendah yang aman dicapai pasien
setelah dilakukan dialisis

Bagi pasien gagal ginjal akan mengalami penambahan berat badan yang
berlebihan antara dua waktu cuci darah akan dapat menimbulkan berbagai
masalah baru bagi pasien diantaranya adalah hipertansi, gangguan fisik, sesak
nafas, edema pulmunal, yang dapat megakibatkan pasien tersebut mengalami
mobilitas bahkan susah untuk melakukan penimbangn berat badan. Demikian

1
juga pada saat pasien setelah menjalani proses cuci darah dalam waktu 4
(empat) hingga 5(lima) jam akan banyak menimbulkan berbagai masalah
diantaranya adalah tekanan darah terlalu rendah atau tinggi, anemia, keram
otot, lemas dan juga mual. Tentu masalah-masalah ini akan sangat menggangu
pasien karena harus melakukan pengukuran berat badan sebelum dan sesudah
mejalani cuci darah.

Timbangan badan adalah sebuah alat bantu yang digunakan untuk


mengetahui berat badan seseorang. Timbangan digital merupakan alat ukur
untuk mengukur berat badan masa badan seseorang dengan tampilan digital.

Sebuah timbangan badan akan sangat diharapakan dapat mengatasi


masalah tersebut sehingga pasien-pasien yang harus menjalani terapi cuci
darah tetap dapat mengukur berat badan mereka dalam posisi duduk dan
pasien pun akan tetap merasa nyaman.

Penggunaan timbangan berat badan untuk pasien cuci darah sudah


merupakan kebutuhan utama pada saat mau melakukan cuci dan juga setelah
cuci darah. Sebuah alat atau instrument dapat didefinisikan sebagai alat untuk
menentukan nilai atau besaran suatu kuantitas atau variable. Alat ukur tersebut
harus memiliki ketelitian dan ketetapan, dalam hal ini timbangan berat badan
dapat membantu seorang pasien cuci darah dalam melakukan pengukuran
berat badan mereka.

Dari latar belakang itulah penulis tertarik untuk membahas dan


menyusunnya menjadi sebuah karya tulis ilmiah, adapun judul karya tulis
ilmiah ini adalah :

“ RANCANG BANGUN TIMBANGAN BERAT BADAN DIGITAL


BERBASIS ARDUINO UNO DI UNIT HEMODIALISA”

2
1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada pembuatan modu tugas akhir ini dibagi
menjadi dau yaitu :

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini ialah hasil yang didapat mahasiswa
selama mengikuti perkuliahan dan dituangkan dalam tugas akhir , yaitu
pembuatan modul dan karya tulis ilmiah (KTI).

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Membuat modul rancang bangun timbangan badan digital dengan posisi


duduk
b. Mendeskripsikan hasil studi lapangan berdasarkan percobaan kedalam
bentuk karya tulis ilmiah
c. Proses perencanaan dan perancangan alat yang dibuat sebagai salah satu
syarat untuk mendapat gelar diploma III teknik elektromedik.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya peluasan masalah maka, dalam perencanaan


dan penyusunan karya tulis ilmiah ini perlu adanya pembatasan masalah
sehingga dalam penyajiannya dan pemabahasannya sesuai dengan tujuan.
Masalah yang dibatasi atara lain, sebagai berikut :

1. Perancangan alat ini menggunakan sensor Load Cell sebagai sensor utama
2. Nilai pengukuran berat badan akan ditampilkan pada LCD display
3. Satuan hasil nilai ukur adalah Kg (kilogram)
4. Untuk Pengukuran berat badan maksimal 1-100 Kg

1.4 Metode Penulisan

Pada penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis melakukan beberapa metode
antara lain, yaitu :

3
1) Studi Pustaka
Studi pustaka dilaksanakan dengan mencari dan mempelajari buku
serta sumber-sumber yang berhubungan dengan penulisan karya tulis
ilmiah.

2) Studi Lapangan dan Wawancara


Studi lapangan dan wawancara dan mempelajari system kerja alat
timbangan badan di lapangan serta melakukan penelitiaan dan
pendataan.

3) Perancangan

Menentukan komponen-komponen dan cara membuat modul sesuai


dengan rancangan perangkat keras dan perangkat lunak.

4) Pembuatan
Merealisasikan dari hasil perancangan dengan kata lain membaut
gambar rangkaian serta merangkai suatu komponen menjadi sebuah
alat.
5) Penulisan
Menyusun karya tulis yang merupakan hasil studi kepustakaan, studi
lapangan dan wawancara, perancangan serta pembuatan dan pengujian
alat dan analisa rangkaian.

1.5 Sistimatika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami dan mempelajari Karya Tulis


Ilmiah ini, maka penulis menyajikan Karya Tulis Ilmiah ini menjadi beberapa
BAB yaitu

HALAMAN JUDUL
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

4
BAB I : PENDAHULUAN

Memberi gambaran singkat mengenai latar belakang, pembatasan


masalah, tujuan penelitian, metode penulisan, sistematikan
penulisan dari karya tulis ilmiah.

BAB II : TEORI DASAR

Menjelaskan dan menerangkan teori-teori yang menunjang


pembahasan terhadap masalah yang dibahas berdasarkan tinjauan
biologi, tinjauan medis dan tinjaun elektronika serta tinjauan
umum.

BAB III : PERENCANAAN

Berisi perencanaan pembuatan blok diagram , wiring diagram, flow


chart, perancangan design alat, dan sistem kerja alat.

BAB IV : PENDATAAN, PENGUKURAN/PENGUJIAN DAN ANALISA


DATA
Melakukan pendataan, pengkuran atau pengujian alat secara
langsung baik uji fungsi alat, keamanan alat, serta melakukan
analisa data.
BAB V : PENUTUP
Menyajikan kesimpulan dan saran dari hasil pengujian dan
pembahasan karya tulis ilmiah beserta modul alat yang telah selesai
dibuat.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
1.6 Definisi Istilah

“RANCANG BANGUN TIMBANGAN BERAT BADAN DIGITAL


BERBASIS ARDUINO UNO DI UNIT HEMODIALISA”

Agar judul ini dapat dipahami dengan baik dan benar, berikut penulis
jabarkan istilah-istilah yang ada dalam judul :

1. Rancang bangun adalah pembuatan alat dengan design dan parameternya


harus sesuai dengan alat aslinya.
2. Timbangan badan adalah timbangan yang digunkan untuk mengukur bobot
berat seseorang.
3. Hemodialisa adalah suatu tindakan membersihkan racun dalam tubuh,
karena ginjal tidak mampu lagi membuang sisa-sia metabolism dalam
tubuh.
4. Arduino adalah sistem purnarupa elektronika (electronic prototyping
platform) berbasisopen-sourceyangfleksibeldanmudah digunakanbaikdari
sisi perangkatkeras/hardwaremaupun perangkat lunak/software

6
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Tinjauan Biologi


Pada pembahasan ini dijelaskan mengenai tujuan pembahasan secara
biologi pada alat timbangan duduk digital, adapun hal-hal yang dapat ditinjau
berat badan dari segi indeks antropometri , dan juga anatomi dan fisiologi
ginjal.

2.1.1 Berat Badan

Pada sub bab ini akan dibahas tentang definisi berat badan dan timbangan
badan secara mendasar :

a. Definisi Berat Badan

Berat Badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam


keadaan normal, di mana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti
pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua
kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau
lebih lambat dari keadaan normal. Berat badan harus selalu dipantau agar
memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif
sedini mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan
berat badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam
konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat
badan yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang
dengan menggunakan alat timbang badan1.
Berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang pada
keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apa pun. Berat badan diukur
menggunakan alatukur berat badan dengan satuan kilogram (Kg). Dengan
mengetahui berat badan seseorang maka kita akan dapat memperkirakan
tingkat kesehatan atau gizi seseorang.

1
Adisty Anggraeni, Asuhan Gizi Nutritional Care Proscess (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012) hal.53

7
Sedangkan kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana
perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan.
b. Nilai Standar Berat Badan Ideal2

Berat badan ideal adalah bobot optimal dari tubuh untuk mejaga kesehatan
dan kebugaran. Salah satu parameter untuk mengetahui keseimbangan energi
seseorang adalah melalui penentuan berat badan ideal dan indeks massa tubuh.

Rentang dari berat badan ideal seseorang dapat diperhitungkan


berdasarkan berbagai macam faktor : ras, jenis kelami, usia, serta tinggi badan.
Dikenal berbagai macam metode perhitungan berat badan ideal, diantaranya
yang umum digunakan untuk usia dewasa adalah sebagai berikut : berat badan
ideal berdasarkan indeks masa tubuh (IMT), berdasarkan rumus brocha.
Berikut adalah rumus untuk menentukan berat badan ideal :

1) Berat Badan Ideal Menurut Rumus Indeks Massa Tubuh (IMT)


Tabel 2. 1 Rumus IMT

IMT = BB (Kg) : TB (m) x TB (m)

Keterangan :
1. IMT ( Indeks Massa Tubuh)
2. BB (berat badan)
3. TB (tinggi badan)

Hasil IMT yang didaptkan lalu dibandingkan dengan skala yang


dikemukakan oleh World Healt Organization (WHO), yaitu sebagai
berikut :
Tabel 2. 2 Batas Ambang Indeks Massa Tubuh

NO Hasil (IMT) Kategori


1 <18,5 Berat Badan Kurang
2 18,5-22,9 Berat Badan Ideal
3 23-24,9 Ideal Border Line
4 25-29,9 Obesitas
5 ≥ 30 Obesitas

2
Ronald Victore Gerrits, “Berat Bada Ideal”, Basis online di akses dari Http://www.kerjanya.net/faq/10861-
berat-badan-ideal.html, pada tanggal 19 mei 2019 pukul 00:05

8
2) BeratBerat Badan Ideal Menurut Rumus Brocah

Tabel 2. 3 Rumus Brocha Untuk Wanita

Berat Badan = (TB (cm)-100)-(15%xTB(cm)-100

Tabel 2. 4 Rumus Brocah Unutk Pria

Berat Badan = (TB (cm)-100)-(10%xTB(cm)-100


Tabel 2. 5 Krieteria Standar Berat Badan Ideal Brocha

No Hasil Kategori
1 <80% Kurus
2 80-120% Berat Badan Ideal
3 >120 % Gemuk

a) Indeks Massa Tubuh (IMT) Kategori Kurus

Indeks massa tubuh dikategorikan kurus jika pembagian berat per kuadrat
tingginya kurang dari 18 kg/m2. Penyebabnya rata-rata dikarenakan
konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan
sebagian cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan.
Kerugiannya jika sesorang masuk kategori ini antara lain.
(1) Penampilan cendrung kurang menarik
(2) Mudah letih
(3) Resiko sakit tinggi, beberapa resiko sakit yang dihadapi anatara
lain: penyakit infeksi, depresi, anemia dan diare.
(4) Wanita kurus kalau hamil mempunyairesiko tinggi melahirkan
(5) Kurang mampu bekerja keras

b) Indeks Massa Tubuh (IMT) Kategori Normal

Indeks massa tubuh masuk kategori normal jika pembagian berat badan
per kuadrat tingginya antara 18 sampai 25 kg/m2. Kategori ini bisa
diwujudkan dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan tubuh, sehingga terjadi penimbunan ebergi dalam bentuk

9
lemak, maupun penggunaan lemak sebagai sumber energi. Keuntungan
dari IMT normal antara lain :

(1). Penampilan menarik, Proporsional, dan lincah


(2). Resiko penyakit bisa di minimalisir menjadi lebih rendah
c) Indeks Massa Tubuh (IMT) Kategori Berlebihan

Menurut (sumber : depkes, 1994. Pedoman praktis status gizi orang


dewasa, jakarta, hlm.4) kegemukan satau obesitas digolongkan menjadi
dua kategori, yaitu :

(1). Kelebihan berat badan tingkat ringan


(2). Kelebihan berat badan tingakat berat

2.1.2 Anatomi Ginjal3

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh manusia , karena berfungsi


mempertahankan homeostatik cairan tubuh supaya selalu berfungsi dengan
baik. Ginjal mengatur volume cairan serta menyeimbangkan osmotik, asam
basa, ekskresi sisa metabolisme, dan sistem dirongga abdomen, retroperitonial
primer kiri dan kanan vertebralis, serta dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat
dibelakang peritonium.
Batas ginjal kiri setinggi iga ke-11, ginjal kanan setinggi iga ke-12, batas
bawah ginjal kiri setinggi vertebra lumbalis ke-3. Tiap-tiap ginjal mempunyai
panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,5 cm. Ginjal kiri lebih panjang dari
ginjal kanan, berat ginjal pada laki-laki dewasa 150-170 gram, pada wanita
dewasa 115-155 gram. Bentuk ginjal seperti kacang, sisi dalam menghadap ke
vertebra toraklis, sisi luarnya cembung dan di atap setiap ginjal terdapat
kelenjar suprarenal.

Ginjal terdiri atas lebih sari satu juta unit penyaring individu yang disebut
nefron. Setiap nefron terdiri dari tubuh penyaringan, sel darah ginjal, dan urine
untuk mengumpulkan dan berkonsentrasi pada tabung dan tubulus ginjal. Pada
ginjal, sel darah merupakan kumpulan dari dua struktur, glomeruluys dan
bowman (glomerulus) kapsul.

3
Drs.H.Kirnantor & Ns.Maryana, Anatomi Fisiologi (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2019)hlm.262

10
Gambar 2. 1 Letak Anatomi Ginjal
(Sumber: Fisiologi Ginjal dan Cairan Tubuh, 2009)

2.1.3 Fisiologi Ginjal4

Masing-masing ginjal manusia terdiri dari sekitar satu juta nefron


yang masing- masing dari nefron tersebut memiliki tugas untuk membentuk
urin. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh sebab itu, pada trauma,
penyakit ginjal, atau penuaan ginjal normal akan terjadi penurunan jumlah
nefron secara bertahap. Setelah usia 40 tahun, jumlah nefron biasanya menurun
setiap 10 tahun. Berkurangnya fungsi ini seharusnya tidak mengancam jiwa
karena adanya proses adaptif tubuh terhadap penurunan fungsi faal ginjal .
Setiap nefron memiliki 2 komponen utama yaitu glomerulus dan tubulus.
Glomerulus (kapiler glomerulus) dilalui sejumlah cairan yang difiltrasi dari
darah sedangkan tubulus merupakan saluran panjang yang mengubah cairan
yang telah difiltrasi menjadi urin dan dialirkan menuju keluar ginjal.
Glomerulus tersusun dari jaringan kapiler glomerulus bercabang dan
beranastomosis yang mempunyai tekanan hidrostatik tinggi (kira-kira
60mmHg), dibandingkan dengan jaringan kapiler lain.
Kapiler-kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-sel epitel dan seluruh
glomerulus dilingkupi dengan kapsula Bowman. Cairan yang difiltrasi dari
kapiler glomerulus masuk ke dalam kapsula Bowman dan kemudian masuk ke
tubulus proksimal, yang terletak pada korteks ginjal. Dari tubulus proksimal
kemudian dilanjutkan dengan ansa Henle (Loop of Henle). Pada ansa Henle

4
Drs.H.Kirnantor & Ns.Maryana, Anatomi Fisiologi (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2019)hlm.262

11
terdapat bagian yang desenden dan asenden. Pada ujung cabang asenden tebal
terdapat makula densa. Makula densa juga memiliki kemampuan kosong untuk
mengatur fungsi nefron. Setelah itu dari tubulus distal, urin menuju tubulus
rektus dan tubulus koligentes modular hingga urin mengalir melalui ujung
papilla renalis dan kemudian bergabung membentuk struktur pelvis renalis
Terdapat 3 proses dasar yang berperan dalam pembentukan urin yaitu
filtrasi glomerulus reabsorbsi tubulus, dan sekresi tubulus. Filtrasi dimulai pada
saat darah mengalir melalui glomerulus sehingga terjadi filtrasi plasma bebas-
protein menembus kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Proses ini dikenal
sebagai filtrasi glomerulus yang merupakan langkah pertama dalam
pembentukan urin. Setiap hari terbentuk rata- rata 180 liter filtrat glomerulus.
Dengan menganggap bahwa volume plasma rata-rata pada orang dewasa
adalah 2,75 liter, hal ini berarti seluruh volume plasma tersebut difiltrasi sekitar
enam puluh lima kali oleh ginjal setiap harinya. Apabila semua yang difiltrasi
menjadi urin, volume plasma total akan habis melalui urin dalam waktu
setengah jam. Namun, hal itu tidak terjadi karena adanya tubulus-tubulus ginjal
yang dapat mereabsorpsi kembali zat-zat yang masih dapat dipergunakan oleh
tubuh.
Perpindahan zat-zat dari bagian dalam tubulus ke dalam plasma kapiler
peritubulus ini disebut sebagai reabsorpsi tubulus. Zat-zat yang direabsorpsi
tidak keluar dari tubuh melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubulus ke
sistem vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan. Dari 180 liter
plasma yang difiltrasi setiap hari, 178,5 liter diserap kembali, dengan 1,5 liter
sisanya terus mengalir melalui pelvis renalis dan keluar sebagai urin.
Secara umum, zat-zat yang masih diperlukan tubuh akan direabsorpsi
kembali sedangkan yang sudah tidak diperlukan akan tetap bersama urin untuk
dikeluarkan dari tubuh. Proses ketiga adalah sekresi tubulus yang mengacu
pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus ke lumen
tubulus. Sekresi tubulus merupakan rute kedua bagi zat-zat dalam darah untuk
masuk ke dalam tubulus ginjal. Cara pertama adalah dengan filtrasi glomerulus
dimana hanya 20% dari plasma yang mengalir melewati kapsula Bowman,
sisanya terus mengalir melalui arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulus.

12
Beberapa zat, mungkin secara diskriminatif dipindahkan dari plasma ke lumen
tubulus melalui mekanisme sekresi tubulus. Melalui 3 proses dasar ginjal
tersebut, terkumpullah urin yang siap untuk diekskresi.
Ginjal memainkan peranan penting dalam fungsi tubuh, tidak hanya
dengan menyaring darah dan mengeluarkan produk-produk sisa, namun juga
dengan menyeimbangkan tingkat-tingkat elektrolit dalam tubuh, mengontrol
tekanan darah, dan menstimulasi produksi dari sel-sel darah merah. Ginjal
mempunyai kemampuan untuk memonitor jumlah cairan tubuh, konsentrasi
dari elektrolit-elektrolit seperti sodium dan potassium, dan keseimbangan
asam-basa dari tubuh. Ginjal menyaring produk-produk sisa dari metabolisme
tubuh, seperti urea dari metabolisme protein dan asam urat dari uraian DNA.
Dua produk sisa dalam darah yang dapat diukur adalah Blood Urea
Nitrogen (BUN) dan kreatinin (Cr). Ketika darah mengalir ke ginjal, sensor-
sensor dalam ginjal memutuskan berapa banyak air dikeluarkan sebagai urin,
bersama dengan konsentrasi apa dari elektrolit-elektrolit. Contohnya, jika
seseorang mengalami dehidrasi dari latihan olahraga atau dari suatu penyakit,
ginjal akan menahan sebanyak mungkin air dan urin menjadi sangat
terkonsentrasi. Ketika kecukupan air dalam tubuh, urin adalah jauh lebih
encer, dan urin menjadi bening. Sistem ini dikontrol oleh renin, suatu hormon
yang diproduksi dalam ginjal yang merupakan sebagian daripada sistem
regulasi cairan dan tekanan darah tubuh.

Gambar 2. 2 Ginjal dan nefron


(Sumber : Fisiologi Ginjal dan Cairan Tubuh, 2009)

13
a. Struktur Ginjal5
Secara struktur, ginjal ditutupi oleh kapsul tunika fibrosa yang kuat.
Apabila kapsul dibuka akan terlihat permukaan dari ginjal yang licin dengan
warna merah tua. Dengan membuat potongan vertikal dari ginjal melalui
margo lateralis ke margo medialis, akan terlihat hilus yang meluas ke
ruangan sentral yang disebut sinus renalis bagian atas dari pelvais renalis.
Secara umum, ginjal terdiri dari :
1) Bagian dalam (internal) medula
Substansi medularis dari piramida renalis yang berjumlah antara 8-16
buah dengan basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya menghadap ke
sinus renalis.
2) Bagian luar (eksternal) korteks.
Substansi kortekalis berwarna merah, konsitensi lunak, dan memiliki
granula. Substansi ini berada tepat di bawah tunika fibrosa dan
melengkung sepanjang basis piramid yang bewrdekatan dengan sinus
renalis, dan bagian dalam di antara piramid dinamakan kolumna renalis.
Ginjal dibungkus dengan massa jaringan lemak yang disebut kapsula
adiposa. Bagian paling tebal terdapat pad tepi ginjal yang memanjang
melalui hilus renalis. Ginjal dan kapsula adiposa tertutup oleh sebuah
lamina khusus dari fasia subserosa yang disebut fasia renalis. Fasia
renalis ini terdapt di antara lapisan dalam dari fasia profunda dan stratum
fasia subserosa internus. Fasia subserosa ini terpecah menjadi dua bagian,
yaitu lamella anterior (faisa prerenalis) dan lamella posterior (fasia
retrorenalis).
b. Persarafan Ginjal6
Saraf ginjal kurang lebih terdiri dari 15 ganglion. Ganglion ini
membentuk pleksusrenalis yang berasal dari cabang terbawah dan di luar
ganglion pleksus seliaka, pleksus aukustikus, dan bagian bawah splenikus.
Pleksus renalis bergabung dengan pleksus spermatikus dengan cara
memberikan beberapa serabut yang dapat menimbulkan nyeri pada testis
pada kelainan ginjal.
5
Drs.H.Kirnantor & Ns.Maryana, Anatomi Fisiologi (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2019)hlm.263
6
Drs.H.Kirnantor & Ns.Maryana, Anatomi Fisiologi (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2019)hlm.268

14
c. Peredaran Darah Ginjal7
Ginjal mendapat darah dari arteri renalis yang merupakan cabang dari
aorta abdominalis sebelum masuk kedama ginjal. Arteri renalis mempunyai
dua cabang,yaitu arteri renalis anterior (cabang besar) dan arteri renalis
posterior (cabang kecil).
Cabang anterior bertugas memberikan darah untuk ginjal anterior dan
ventral, sedangkan cabang posterior bertugas memberikan darah untuk
ginjal posterior dan dorsal. Antara kedua cabang ini terdapat suatu garis
(brudels line) yang terletak di sepanjang margo lateral dan ginjal. Garis ini
tidak memiliki pembuluh darah, sehingga kedua cabang ini kan menyebar
sampai kebagian anterior dan posterior.

Gambar 2. 3 Struktur Ginjal

d. Fungsi Ginjal8
Ginjal dapat menjamin bahwa cairan yang hilang tidak mengandung
substrat organik penting dan bermanfaat dalam plasma darah, seperti gula
dan asam amino. Bahan bernilai ini harus diserap kembali untuk digunakan
oleh jaringan lain.
Fungsi ginjal :
1) Mangatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh
akan diekskresi oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam
jumlah besar. Kekurangan air (kelebihan karingat) akan
mengakibatkan urine yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya
lebih pekat, sehingga susunan volume cairan tubuh yang dapat
dipertahankan realtif normal.

7
Drs.H.Kirnantor & Ns.Maryana, Anatomi Fisiologi (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2019)hlm.267
8
Drs.H.Kirnantor & Ns.Maryana, Anatomi Fisiologi (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,
2019)hlm.269

15
2) Mengatur keseimbangan osmotik dan mepertahankan keseimbangan
ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi
pemasukan/pengeluaran yang abnormal, seperti ion-ion akibat
pemasukan garam yang berlebihan/penyakit pendarahan (diare dan
muntah), ginjal akan meningkatkan ekskresi ion-ion penting (misalnya
Na, K, Cl, Ca, dan Fosfat)
3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh. Hal ini tergantung
dari makanan apa yang masuk ke dalam tubuh. Campuran makanan
akan menghasilkan urine yang bersifat agak asam dan jumlah pH
kurang dari 6. Apabila banyak makanan sayur-sayuran, maka urine
akan bersifat basa. Unrine memiliki pH bervariasi anatar 4,8-8,2.
Ginjal akan menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.
4) Ekskresi sisa-sisa metabolisme (ureum, asam urat kreatinin) zat-zat
toksik, obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin, dan bahan kimia
asing pestisida)
Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal meyekresi hormonrenin yang
mempunyai peranan peniting untuk mengatur tekanan darah (sistem renin
angiotensin aldosteron) dan membentuk eritropoiesis. Selain itu juga
mempunyai peran penting untuk memproses pembentukan sel darah
merah (eritropoises). Ginjal juga membentuk hormon
dihidroksikolekalsiferol ( vitamin D aktif) yang diperlukan untuk
absorpsi ion kalsium di usus.

16
2.2 Tinjauan Medik

Pada bagian sub bab ini penulis akan mencoba menjelaskan tentang karya
tulis ilimiah ditinjau dari segi medik, yang berkaitan langsung dengan modul
yang akan dibuat.

2.2.1 Cuci Darah9

Dari bahasa medisnya cuci darah sering disebut dengan kata Hemodialisa.
Kata Hemodialisa berasal dari kata ―hemo‖ artinya darah, dan ―dialisa ‖
artinya pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisa atau Cuci Darah adalah proses
pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses penyaringan di luar
tubuh. Dengan tujuan untuk mengeliminasi sisa produk metabolisme dan
koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Proses cuci darah ginjal buatan yaitu disebut dialyzer yang disebut juga
membrane semipermeabel. Membrane semipermeabel ini adalah membrane
yang dapat dilalui oleh solut dengan berat molekul tertentu. Selain membrane
semipermeabel atau dialyzer untuk menunjang berlangsungnya cuci darah
dibutuhkan sebuah alat yang disebut mesin cuci darah.

a. Penyebab Terjadinya Cuci Darah10

Cuci darah merupakan cara buatan membuang produk sisa dan kelebihan
cairan dari dalam tubuh. Hal ini perlu dilakukan jika fungsi ginjal hanya
tinggal 5-10 persen dari kapasitas normalnya sehingga fungsi-fungsinya harus
digantikan oleh dialisis ginjal atau pencangkokan ginjal. Cuci darah
merupakan bentuk dialisis yang paling umum. Saat ini metode yang paling
sering dan populer adalah dengan menggunakan mesin dialisis , dimana
metode ini bertujuan untuk membuang kelebihan cairan, bahan kimia dan
produk sisa dari darah. Terjadinya cuci darah pada umumnya disebabkan oleh
gagalnya fungsi ginjal sehingga tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.
Gagal ginjal adalah sautu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak mampu bekerja sama sekali

9
Tim Hemodialisis, “Diktat Pelatihan Dialisis RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung, 2019.
10
Neptunus Ners, “Makalah Gagal Ginjal”, Basisi Online, diakses dari
https://www.academia.edu/28437695/ makalah_gagal_ginjal, pada tanggal 23 mei 2019 pukul 11:30

17
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium dalam darah atau
produksi urine.
Gagal ginjal dapat dibagi dalam dua bagian besar, yaitu Gagal Ginjal
Akut dan Gagal Ginjal Kronik11.
1) Gagal Ginjal Akut
Gagal Ginjal Akut adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi
mendadak pada ginjal yang sebelumnya dalam keadaan normal dan
pada beberapa kasusu perlu dilakukan cuci darah. Ditandai dengan
hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinine darah) dan kadar
urea nitrogen dalam darah meningkat.
2) Gagal Ginjal Kronik

Gagal Ginjal Kronik adalah penurunan fungsi ginjal terjadi perlahan-


lahan, proses penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus selama
berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi
sama sekali. Gagal ginjal kronis dibagi menjadi lima stadium
berdasarkan laju penyaringan atau LFG (laju filtrasi glomerulus). Yang
dapat dilhat pada tabel dibawah ini. LFG normal adalah 90-
120mL/min/1.732.

Tabel 2. 6 Kategori Gagal Ginjal Kronik

Stadium Deskirpsi LFG


1 Kerusakan pada ginjal atau normal >89
2 Kerusakan pada ginjal fungsi sedikit menurun 60-89
3 Penurunan fungsi ginjal yang sedang 30-59
4 Peurunan fungsi ginjal yang berat 15-29
5 Gagal ginjal <15

11
Niken D. Cahyaningsih, Panduan praktis perawatan gagal ginjal (Yogyakarta:Mitra Cendikia,
2014) hlm 10

18
b. Indikasi Pelaksanaan Cuci Darah12
Sebelum dilakukan cuci darah pada pasien yang mengalami gagal ginjal,
maka perlu dilihat indikasi seperti berikut :

1) Indikasi Segara

Indikasi segera yaitu koma, perikarditis, efusi pericardium, neuropati


perifer, hiperkalemi, hipertensi maligna, over hidrasi atau edema
paru, dan oliguri berat atau anuria.

2) Indikasi Dini

a) Gejala Uremia

Gejala uremia antara lain yaitu mual, muntah, perubahan mental,


penyakit tulang, gangguan pertumbuhan, perkembangan seks, dan
perubahan kulitas hidup.
b) Laboratorium Abnormal

Laboratorium abnormal antara lain yaitu asidosis, azotemia


(kreatinin 8-12 mg%) dan Blood Urea Nitrogen (BUN) : 100 – 120
mg %, TKK : 5 ml/menit.
c) Frekuensi Cuci Darah
Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa,
tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3
kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika :
a. Penderita kembali menjalani hidup normal.
b. Penderita kembali menjalani diet yang normal.
c. Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.
d. Tekanan darah normal.
e. Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif
(Medicastore.com, 2006)
f. Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang
untuk gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara

12
Unknown, “Makalah Cuci Darah”, Basis Online dikases dari
https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2016/09/makalah-cuci-darah.html, pada
tanggal 23 mei 2019 pukul 13:00

19
sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal
ginjal akut, cuci darah dilakukan hanya selama beberapa hari
atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.

c. Tujuan Cuci Darah


Sebagai terapi pengganti, tujuan dari cuci darah yaitu:
1) Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-
sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain.
2) Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3) Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal.
4) Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang
lain.
5) Mempertahankan atau mengembalikan sysstem buffer tubuh.
6) Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

d. Proses Cuci Darah

Pada proses cuci darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan
diedarkan dalam sebuah mesin di luar tubuh, sehingga cara ini memerlukan
jalan keluar-masuk aliran darah. Untuk itu dibuat jalur buatan di antara
pembuluh arteri dan vena atau disebut fistula arteriovenosa melalui
pembedahan. Lalu dengan selang darah dari fistula, darah dialirkan dan
dipompa ke dalam mesin dialisis. Untuk mencegah pembekuan darah
selama proses pencucian, maka diberikan obat antibeku yaitu Heparin.
Sebenarnya proses pencucian darah dilakukan oleh tabung di luar
mesin yang bernama dialiser. Di dalam dialiser, terjadi proses pencucian,
mirip dengan yang berlangsung di dalam ginjal. Pada dialiser terdapat 2
kompartemen serta sebuah selaput di tengahnya. Mesin digunakan sebagai
pencatat dan pengontrol aliran darah, suhu, dan tekanan.

20
Aliran darah masuk ke salah satu kompartemen dialiser. Pada
kompartemen lainnya dialirkan dialisat, yaitu suatu carian yang memiliki
komposisi kimia menyerupai cairan tubuh normal. Kedua kompartemen
dipisahkan oleh selaput semipermeabel yang mencegah dialisat mengalir
secara berlawanan arah. Zat-zat sampah, zat racun, dan air yang ada dalam
darah dapat berpindah melalui selaput semipermeabel menuju dialisat. Itu
karena, selama penyaringan darah, terjadi peristiwa difusi dan ultrafiltrasi.
Ukuran molekul sel-sel dan protein darah lebih besar dari zat sampah dan
racun, sehingga tidak ikut menembus selaput semipermeabel. Darah yang
telah tersaring menjadi bersih dan dikembalikan ke dalam tubuh penderita.
Dialisat yang menjadi kotor karena mengandung zat racun dan sampah, lalu
dialirkan keluar ke penampungan dialisat. Ada beberapa proses yang
terjadi pada saat cuci darah berlangsung untuk mengeluarkan solute yang
mempengaruhi clearance dialyzer, yaitu :
1) Difusi adalah peristiwa berpindahnya suatu zat dalam campuran, dari
bagian pekat ke bagian yang lebih encer. Difusi dapat terjadi bila ada
perbedaan kadar zat terlarut dalam darah dan dalam dialisat. Dialisat
berisi komponen seperti larutan garam dan glukosa yang dibutuhkan
tubuh. Jika tubuh kekurangan zat tersebut saat proses hemodialisa, maka
difusi zat-zat tersebut akan terjadi dari dialisat ke darah.
2) Ultrafiltrasi merupakan proses berpindahnya air dan zat terlarut karena
perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat. Tekanan darah
yang lebih tinggi dari dialisat memaksa air melewati selaput
semipermeabel. Air mempunyai molekul sangat kecil sehingga
pergerakan air melewati selaput diikuti juga oleh zat sampah dengan
molekul kecil.
3) Konveksi
Saat cairan melewati membrane semipermeabel, beberapa solute akan
tertarik bersamaan. Ini disebutt konveksi atau solvent drag. Konveksi
adalah cara terbaik untuk mengeluakan solute yang lebih besar.
Clearance dengan konveksi tergantung dari batas molukul membrane,
luas permukaan membrane dan kecepatan ultrafiltrasi (UFR)

21
Gambar 2. 4 Ilustrasi Proses Cuci Darah

4) Adsorbsi
Adsorbs terjadi bila material menempel pada membrane dialyzer. Semua
dialyzer megadsorbsi material, biasanya protein kecil. Adsorbsi berguna
karena protein yang diadsorbsi dapat membuat dialyzer lebih
biokompatibel, namaun material yang diadsorbsi dapat mengurangi
proses difusi dan konveksi.
Proses tersebut diatas terjadi secara bersamaan. Setelah proses
penyaringan dalam dialiser selesai, maka akan didapatkan darah yang
bersih. Darah itu kemudian akan dialirkan kembali ke dalam tubuh.
Rata-rata tiap orang memerlukan waktu 9 hingga 12 jam dalam
seminggu untuk menyaring seluruh darah dalam tubuh. Tabi biasanya
akan dibagi menjadi tiga kali pertemuan selama seminggu, jadi 3 - 5 jam
tiap penyaringan. Tapi hal ini tergantung juga pada tingkat kerusakan
ginjalnya.

e. Komplikasi Cuci Darah

Komplikasi dalam pelaksanaan cuci darah yang sering terjadi pada saat
dilakukan terapi adalah, sebagai berikut :

22
Tabel 2. 7 Komplikasi Pada Pasien Cuci Darah

Komplikasi Penyebab
Demam Bakteri atau zat penyebab demam (pirogen)
di dalam darah
Dialisat terlalu panas
Reaksi anafilaksis yg Alergi terhadap zat di dalam mesin
berakibat fatal
(anafilaksis) Tekanan darah rendah
Tekanan darah rendah Terlalu banyak cairan yg dibuang
Gangguan irama Kadar kalium & zat lainnya yg abnormal
jantung dalam darah
Emboli udara Udara memasuki darah di dalam mesin

Perdarahan usus, otak, Penggunaan heparin di dalam mesin untuk


mata atau perut mencegah pembekuan

2.2.2 Penambahan Berat Badan Antara Dua Waktu Cuci Darah13

a. Definisi
Penambahan berat badan antara dua waktu cuci darah adalah peningkatan
volume cairan yang dimanifestasikan dengan peningkatan berat badan,
sebagi dasar untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk selama periode
iterdialitik. Penambahan berat badan antara dua waktu cuci darah biasanya
berkaitan dengan kelebihan beban natrium dan air dan merupakan faktor
penting terjadinya hipertensi arteri saat cuci darah.
b. Klasifikasi
Pertambahan berat badan antara dua waktu cuci darah dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Ringan, dimana penambahan mencapai 2% dari berat badan kering.
b. Sedang, penambahan mencapai 5% dari berat badan kering
c. Berat, penambahan mencapai 8% dari berat badan kering.

13
Yosi Suryarinilsih,”Hubungan penambahan berat badan antara dua waktu dialisis dengan
kualitas hidup pasien”, Tesis Megister Ilmu Keperawatan , Pasca Saraca Universitas
Indonesia,(jakarta; perpustakaan, 2010) hal,27

23
2.2.3 Pengukuran Berat Badan Antara Dua Waktu Cuci Darah14

Berat badan antara dua waktu cuci darah diukur berdasarkan berat badan
kering (dry weight) pasien dan juga dari pengukuran kondisi klinis pasien.
Berat badan kering (dry weight) adalah berat badan tanpa kelebihan cairan
yang terbentuk antara perawatan cuci darah atau berat badan yang aman
dicapai setelaj dilakukan cuci darah.

Berat badan kering adalah berat badan yang dicapai pasien cuci darah
setalah dilakukanya terapi cuci darah tanpa adanya edema dan tekanan darah
normal pada pasien penyakit ginjal tahap akhir, dan tekanan sistolik antara
120-170 mmHg, tekanan diastolik antara 80-100 mmHg.

Berat badan pasien harus diukur secara rutin sebelum dan sesudah cuci
darah, kemudian kelebihan cairan antara dua waktu cuci darah dihitung
berdasarkan berat badan kering setelah cuci darah disertai dengan pengukuran
kondisi klinis pasien.

2.2.4 Komplikasi15

Penambahan berat badan antara dau waktu cuci darah yang ditandai
dengan kelebihan cairan yang berlebihan sangat erat kaitannya dengan
morbiditas dan kematian. Temuan-temuan berikut dapat mengisyaratkan
adanya kelebihan cairan: Tekana darah naik, Peningkatan nadi dan frekuensi
pernafasan, Peningkatan vena sentral, Dispnea, batuk dan edema.

Peningkatan berat badan ini terjadi sejak cuci darah terakhir selesai
dilakukan terhadapa pasien. Penambahan berat badan yang berlebihan diantara
waktu cuci darah dapat menimbulkan komplikasi dan masalah abagi pasien
diantaranya yaitu :

14
Yosi Suryarinilsih,”Hubungan penambahan berat badan antara dua waktu dialisis dengan kualitas hidup
pasien”, Tesis Megister Ilmu Keperawatan , Pasca Saraca Universitas Indonesia,(jakarta; perpustakan,
2010) hal,29
15
Yosi Suryarinilsih,”Hubungan penambahan berat badan antara dua waktu dialisis dengan kualitas hidup
pasien”, Tesis Megister Ilmu Keperawatan , Pasca Saraca Universitas Indonesia,(jakarta; perpustakan,
2010) hal,231

24
a. Hipertansi semakin berat
b. Gangguan fungsi fisik
c. Sesak nafas
d. Edema pulmonal.

2.2.5 Proses Penimbangan Pasien Sebelum Dan Sesudah Cuci Darah

Penimbangan berat badan pada pasien cuci darah adalah hal yang sangat
penting dilakukan sebelum dan sesudah cuci darah berlangsung, untuk
mengetahui kenaikan berat badan pasien sebelum cuci darah dan untuk
mengetahui penuruna berat badan setelah proses cuci darah berlangsung.
Namun melihat banyaknya komplikasi yang dialami oleh pasien-pasien cuci
darah yang mana sangat menggangu aktifitas fisik pasien dan mobilitas pasien
maka diperlukan sebuah timbangan yang dapat memberikan rasa nyaman bagi
pasien saat melakukn pengukuran berat badan.

Timbangan digital dengan posisi duduk akan dapat membatu pasien unutk
tetap dapat melakukan pengukuran berat badan ketika pasien mengalami
gangguan atau komplikasi yang terjadi sebelum dan setelah cuci darah
berlangsung. Ketika pasien mengalami pusing dan efek-efek lainya yang dapat
membuat pasien tidak bisa berdiri dengan baik, maka pasien tersebut akan tetap
dapat melakukan pengukuran berat badan dalam posisi duduk.

25
2.3 Tinjauan Elektronik

Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai pembahasan materi ditinjau
dari segi elektronik pada alat timbangan badan digital. Pada tinjauan elektronik
ini meliputi pembahsanan komponen-komponen yang akan di pakai.

2.3.1 Komponen Dasar

Pada pembahasan ini menerangkan beberapa komponen dasar yang ada


pada modul pengukuran tekanan darah digital. Komponen tersebut terdiri dari
resistor , kapasitor tetap, transistor, load cell, HX711, Arduino, LCD , I2C,
Buzzer, push botton, Baterai. Berikut ini pemaparan mengenai beberapa
komponen tersebut :

a. Resitor16

Resisitor merupakan salah satu komponen elektronika yang bersifat pasif


dimana komponen ini tidak membutuhan arus listrik untuk berkerja. Resisitor
memiliki sifat menghambat arus listrik dan resistor sendiri memiliki nilai
besaran hambatan yaitu ohm dan dituliskan dengan simbol Ω.

Gambar 2. 5 Simbol Resistor

16
Ratnadewi,Agus Prijanto, Yohana Susanti, “Dasar-dasar Rangkaian Listrik”,
(Bandung:Alfabeta,2015) hln.16

26
Resistor terbagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Resistor Tetap
Resistor teteap adalah resistor yang nilai hambatannya realtif tetap,
biasanya terbuat dari karbon, kawat atau padauan logam. Nilai
hambatannya ditentukan oleh tebalnya dan panjangnya lintasan karbon.
2. Resistor Variabel atau Potensiometer
Resistor variabel adalah resistor yang besarnya hambatannya dapat
diubah-ubah. Yang termasuk dalam potensiometer ini antara laian :
Resistor

Gambar 2. 6 Bentuk fisik Resistor

Untuk mengetahui nilai-nilai pada suatu resistor, maka harus diketahui


kode warna ang terdapat pada resistor, dimana warna tersebut menyatakan nilai
toleransi dan resistensi. Semakin kecil nilai toleransi dari sebuah resistor
adalah semakin baik, karena nilai sebenarnya adalah nilai yang tertera plus-
munis harga toleransinya. Berikut ini tabel warna pada resistor:
Tabel 2. 8 Kode warna pada resistor

27
b. Kapasitor17

Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan


listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 lembar plat metal yang
dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum
dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas, dan lain-lain. Jika kedua ujung
plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan
mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama
muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan
positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan
negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan
dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak
ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, fenomena kapasitor ini
terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan.

Gambar 2. 7 Bentuk Fisik Kapasitor

1) Cara Kerja Kapasitor


Kapasitor atau Capacitor merupakan salah satu komponen elektronika pasif
yang paling dasar dan paling sering digunakan dalam rangkaian elektronika.
Komponen yang sering disebut juga dengan Kondensator (Condensator) ini
dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara sehingga sering
digunakan sebagai penggeser fasa dan juga sebagai filter (penyaring) dalam
pencatu daya. Kapasitor juga memiliki sifat melewatkan arus AC (arus

17 Teknik Elektronika, Rangkaian Seri dan Paralel Kapasitor serta Cara Menghitung Nilainya,
basis online diakses dari https://teknikelektronika.com/rangkaian-seri-dan-paralel-kapasitor-
serta-cara-menghitung-nilainya/, pada tanggal 26 mei 2019 pukul 04:00

28
bolak-balik) dan menghambat arus DC (arus searah). Kemampuan
penyimpanan muatan listrik Kapasitor ini disebut dengan Kapasitansi
dengan satuannya adalah Farad (F).

2) Struktur Dasar Kapasitor


Sebuah Kapasitor yang sederhana pada dasarnya terdiri dari dua keping
pelat paralel yang dipisahkan oleh daerah non-konduktif. Daerah non-
konduktor ini biasanya menggunakan bahan yang pada umumnya disebut
dengan bahan dielektrik. Yang dimaksud dengan ―Bahan Dielektrik‖ adalah
sejenis bahan isolator listrik yang dapat dipolarisasikan atau dikutubkan
(polarized) dengan cara ditempatkannya ke dalam medan listrik. Bila bahan
Dielektrik ditempatkan di medan listrik, muatan listrik tidak mengalir
melalui bahan tersebut seperti pada bahan konduktor, namun hanya sedikit
bergeser dari rata-rata posisi setimbangnya (equilibrium positions) sehingga
menyebabkan polarisasi yang disebut dengan ―polarisasi dielektrik‖.

3) Kegunaan Kapasitor

Pada umunya kapasitor pada rangkaian elektronika digunakan sebagai:


1. Penyaring atau filter.
2. Sebagai penggeser fase.
3. Sebagai pembangkit frekuensi pada rangkaina osilator (clock).
4. Mencegah terjadinya percikan bunga api pada saklar.
5. Untuk menyetabilkan arus dan tegangan pada rangkaian penyearah .

4) Jenis-Jenis Kapasitor
Berdasarkan nilai dan polaritasnya kapasitor dapat digolongkan menjadi:

1. Kapasitor dengan nilai tetap dan tidak memiliki polaritas, sebagai contoh
kapasitor kertas, kapasitor mika, kapasitor polyester, dan Kapasitor
Keramik.
2. Kapasitor yang memiliki nilai tetap dan memiliki polarisasi (terdapat
kakpi positif dan negatif), sebagai contoh kapasitor Elektrolit (ELCO),
dan kapasitor Tantalum.
3. dikenal sebgai kapasitor variabel (Variable Capacitor

29
a. Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator)

Rangkaian Paralel Kapasitor adalah Rangkaian yang terdiri dari 2 buah


atau lebih Kapasitor yang disusun secara berderet atau berbentuk Paralel.
Dengan menggunakan Rangkaian Paralel Kapasitor ini, kita dapat
menemukan nilai Kapasitansi pengganti yang diinginkan.

Rumus dari Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator) adalah :

Ctotal = C1 + C2 + C3 + C4 + …. + Cn

Dimana :

Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor


C1 = Kapasitor ke-1
C2 = Kapasitor ke-2
C3 = Kapasitor ke-3
C4 = Kapasitor ke-4
Cn = Kapasitor ke-n

Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Paralel Kapasitor

Gambar 2. 8 Rangkaian Paralel Kapasitor

b. Rangkaian Seri Kapasitor (Kondensator)

Rangkaian Seri Kapasitor adalah Rangkaian yang terdiri dari 2 buah dan
lebih Kapasitor yang disusun sejajar atau berbentuk Seri. Seperti halnya

30
dengan Rangkaian Paralel, Rangkaian Seri Kapasitor ini juga dapat
digunakan untuk mendapat nilai Kapasitansi Kapasitor pengganti yang
diinginkan. Hanya saja, perhitungan Rangkaian Seri untuk Kapasitor ini
lebih rumit dan sulit dibandingkan dengan Rangkaian Paralel Kapasitor.

Rumus dari Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator) adalah :

1/Ctotal = 1/C1 + 1/C2 + 1/C3 + 1/C4 + …. + 1/Cn

Dimana :

Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor


C1 = Kapasitor ke-1
C2 = Kapasitor ke-2
C3 = Kapasitor ke-3
C4 = Kapasitor ke-4
Cn = Kapasitor ke-n

Gambar 2. 9 Rangkaian Seri Kapasitor

c. Transistor

Transistor komponen elektronika semikonduktor yang memiliki 3 kaki


elektroda. Yaitu basis (dasar), kolektor (pengumpul), dan emitor (pemancar).
Komponen ini berfungsi sebagai penguat, pemutus dan penyambung, Stabilitas
tegangan, modulasi sinyal. Selain itu, transistor juga dapat digunakan sebagai
kran listrik sehingga dapat mengalirkan listrik dengan sangat akurat dan sum
ber listriknya.

31
1) Cara Kerja Transistor

hampir sama dengan resistor yang mempunyai tipe dasar modern. Tipe
dasar modern terbagi menjadi 2, yaitu Bipolar Junction Transistor atau
biasa di singkat BJT dan Field Effect Transistor atau FET. BJT dapat
bekerja bedasarkan arus inputnya, sedangkan FET bekerja berdasarkan
tegangan inputnya.
Dalam dunia elektronika modern, transistor merupakan komponen yang
sangat penting terutama dalam rangkaian analog karena fungsinya sebagai
penguat. Rangkaian analog terdiri dari pengeras suara, sumber listrik stabil
dan penguat sinyal radio. Tidak hanya rangkaian analog, di dalam
rangkaian digital juga terdapat transistor yang digunakan sebagai saklar
dengan kecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat di rangkai
sehingga berfungsi sebagai logic gate.
2) Jenis-Jenis Transistor

Secara umum, transistor dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu


transistor Bipolar dan Transistor Efek Medan. Perbedaan yang paling
utama diantara kedua pengelompokkan tersebut adalah terletak pada bias
input (atau output) yang digunakannya. Transistor bipolar memerlukan
arus untuk mengendalikan terminal lainnya sedangkan efek medan hanya
menggunakan tegangan saja. Pada pengoperasiannya transistor bipolar
memerlukan muatan pembawa hole dan electron sedangkan efek medan
hanya memerlukan salah satunya.

Transistor bipolar terdiri dari dua jenis yaitu transistor PNP dan Transistor
NPN. Tiga terminal transistor ini diantaranya adalah terminal basisi,
kolektor dan emitor.

a) Transistor PNP adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik


kecil dan tegangan positif pada terminal basis untuk mengendalikan
aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari kolektor ke emitor.

32
b) Transistor NPN adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik
kecil dan tegangan negatif pada terminal basis untuk mengendalikan
aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari kolektor ke emitor.

Gambar 2. 10 Jenis Jenis Transistor

d. Sensor Beban Load Cell18

Sensor beban adalah sensor yang digunakan untuk menimbang berat


suatu benda. Sensor ini mengubah tekanan yang diterimanya menjadi isyarat
listrik. Untuk mendapatkan nilai beban, suatu penguat sinyal diperlukan. Hal
ini dperlukan mengingat isyarat yang dihasilkan oleh sensor beban realtif
sangat kecil sehingga perubahan tekanan tidak akan membuat arduino mampu
membacanya.

Load Cell adalah komponen utama pada sistem timbangan digital. Load
Cell merupakan sensor berat. Apabila Load Cell diberi beban pada inti besi
maka nilai resistansi distraingauge-nya akan berubah yang dikeluarkan melalui
empat buah kabel. Dua kabel sebagai eksitasi dan dua kabel lainnya
sebagai sinyal keluaran ke kontrolnya. Sebuah Load Cell terdiri dari
konduktor, straingauge, dan jembatan Wheatstone. Tegangan keluaran dari
Load Cell sangat kecil, sehingga untuk mengetahui perubahan tegangan
keluaran secara linier dibutuhkan rangkaian penguat instrumen yang dapat
menguatkan tegangan keluaran yang sangat kecilhingga kurang dari satuan
milivolt.

18
Gunawan Purba, “Rancang Bangun Sistem Timbangan Otomatis Berbasis Atmega328”
(Skripsi: USU 2017)

33
Sensor load cell merupakan sensor yang dirancang untuk mendeteksi
tekanan atau berat sebuah beban, sensor Load Cell umumnya digunakan sebagai
komponen utama pada system timbangan digital dan dapat diaplikasikan pada
jembatan timbangan yang berfungsi untuk menimbang berat dari truk
pengangkut bahan baku, pengukuran yang dilakukan oleh LoadCell
menggunakan prinsip tekanan.

Gambar 2. 11 Load Cell

Keterangan Gambar :
1. abel merah adalah input tegangan sensor
 Kabel hitam adalah inputgroundsensor
 Kabel hijau adalah output positif sensor
 Kabel putih adalah output groundsensor

Konfigurasi kabel dari sensor load cell. yang terdiri dari kabel berwarna
merah, hitam, biru, dan putih. Kabel merah merupakan input tegangan sensor,
kabel hitam merupakan input ground pada sensor, kabel warna biru / hijau
merupakan output positif dari sensor dan kabel putih adalah output ground dari
sensor. Nilai tegangan output dari sensor ini sekitar 1,2 mV.

Gambar 2. 12 Konfigurasi Kabel Load Cell

34
1) Prinsip Kerja Sensor Berat (Load Cell)19

Selama proses penimbangan akan mengakibatkan reaksi terhadap elemen


logam pada load cell yang mengakibatkan gaya secara elastis. Gaya yang
ditimbulkan oleh regangan ini dikonversikan kedalam sinyal elektrik oleh
strain gauge (pengukur regangan) yang terpasang pada load cell. Jika
rangkaian jembatan Wheatstone diberi beban, maka nilai R pada rangkaian
akan berubah, nilai R1 = R4 dan R2 = R3. Sehingga membuat sensor load
cell tidak dalam kondisi yang seimbang dan membuat beda potensial. Beda
potensial inilah yang menjadi outputnya. Untuk menghitung Vout atau A
seperti pada gambar, maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 2. 13 Load Cell Tanpa Beban dan Dengan Beban

Vo=

Vo=

Vo=

Vo = 4,99-5,01
Vo = -0,02 x 10 = 2 mV

19
Cara Kerja Load Cell, di akses dari , http://load-cell. com/2012/06/cara-kerja-load-cell-
timbangan.html 19 mei 2109, pkul 18:00

35
Secara teori, prinsip kerja load cell berdasarkan pada jembatan Wheatstone
dimana saat load cell diberi beban terjadi perubahan pada nilai resistansi,
nilai resistansi R1 dan R3 akan turun sedangkan nilai resistansi R2 dan R4
akan naik. Ketika posisi setimbang, Vout load cell = 0 volt, namun ketika
nilai resistansi R1 dan R3 naik maka akan terjadi perubahan Vout pada load
cell. Pada load cell output data (+) dipengaruhi oleh perubahan resistansi
pada R1, sedangkan output (-) dipengaruhi oleh perubahan resistansi R3.

Gambar 2.14 Rangkaian Load Cell tanpa beban

Gambar 2.15 Rangkaian Load Cell diberi beban

36
2) Spesifikasi Sensor Load Cell
Sensor load cell memiliki spesifikasi kerja sebagai berikut :
1) Dimensi : 4 cm x 4.5 cm x 15,1 cm
2) Rate Load : 200 Kg
3) Rate Output : 2.0mV/V ± 5%
4) Nonlinear : 0,02% RO
5) Hysterisis : 0,02% RO
6) Repeatability : 0,02% RO
7) Creep/back to zero (30 minutes) :0,02% RO
8) Temperatur Effect on Output :0,002% RO/ Derajat C
9) Temperatur Effect on Zero :0,003% RO/ Derajat C
10) Zero balance :± 0.0200 mV/V
11) Input Impedance : 390 ±15 Ohm; 420 ± 15 Ohm
12) Ouput Impedance : 350 ± 5 Ohm
13) Insulation Resistance : ≥ 5000 Ohm/(50VDC)
14) Safety overload rate : 150% RO
15) Ultimate Overload : 200% RO
16) Operating temperatur : -20 – 60 ºC
17) Recommended Operating Voltage : 5-12 VDC
18) Maximum operating voltage : 15 VDC
19) Material Steel Alloy : Aluminium
20) Protection class : IP66/IP67
21) Cable : 5mm 1.5 m
22) Table size : 350 450 mm
23) Bekerjapadategangan rendah 5–12 VDC
24) Out Put 2.0 mV/V± 5%
25) Nonlinear 0,02%
26) Zero Balance ± 0.0200 mV/V
27) Temperatur Range -20 – 60 ºc

37
3) Karekteristik Load Cell

Tabel 2. 9 Karekteristik Mekanik Load Cell

Mekanik
BahanDasar Alumunium Alloy
Load Cell Type Strain Gauge
Kapasitas 200kg
Dimensi 4 cm x 4.5 cm x15.1cm
LubangPemasangan M5 (ukuran baut)
PanjangKabel 450 mm
Ukuran Kabel 5 mm (1.5m)
No. Urutan Kabel 4

e. Modul HX711

Untuk mengakses perubahan nilai yang dihasilkan oleh sensor Load Cell,
maka diperlukan modul penguat karena hasil yang di terima dari sensor
sangatlah lemah. Untuk penguatan sinyal dalam pembuatan modul ini
menggunkan modul penguat HX 711.

1) Pengertian Modul Penguat HX71120

HX711 adalah sebuah komponen terintegrasi dari ―AVIA


SEMICONDUCTOR‖, HX711 presisi 24-bit analog to digital conventer
(ADC) yang didesain untuk sensor timbangan digital dan industrial control
aplikasi yang terkoneksi sensor jembatan.
HX711 adalah modul timbangan, yang memiliki prinsip kerja
mengkonversi perubahan yang terukur dalam perubahan resistansi
dan mengkonversinya ke dalam besaran tegangan melalui rangkaian yang
ada. Modul melakukan komunikasi dengan computer/mikrokontroller
melalui TTL232. Struktur yang sederhana, mudah dalam penggunaan, hasil
yang stabil dan reliable, memiliki sensitivitas tinggi, dan mampu
mengukur perubahan dengan cepat.

20
Gunawan Purba, “Rancang Bangun Sistem Timbangan Otomatis Berbasis Atmega328” (Skripsi:
USU 2017)

38
HX711 biasanya digunakan pada bidang aerospace, mekanik,
elektrik, kimia, konstruksi, farmasi dan lainnya, digunakan untuk mengukur
gaya, gaya tekanan,perpindahan, gaya tarikan, torsi, dan percepatan.

Gambar 2. 16 Modul Penguat HX 711

2) Prinsip Kerja Modul Penguat HX711


Adapun Prinsip kerja sensor regangan ketika mendapat tekanan beban.
(sumber datasheet HX711) Ketika bagian lain yang lebih elastic mendapat
tekanan, maka pada sisi lain akan mengalami perubahan regangan yang
sesuai dengan yang dihasilkan oleh straingauge, hal ini terjadi karena ada
gaya yang seakan melawan pada sisi lainnya. Perubahan nilai resistansi
yang diakibatkan oleh perubahan gaya diubah menjadi nilai tegangan oleh
rangkaian pengukuran yang ada. Dan berat dari objek yang diukur dapat
diketahui dengan mengukur besarnya nilai tegangan yang timbul.
3) Pin Out HX 711
HX 711 memiliki pin 16 buah, adapun pin-pin dan fungsinya adalah seperti
terdapat pada gambar berikut.

Gambar 2. 17Pin out HX711

39
4) Spesifikasi Modul Penguat HX 71
Berikut ini adalah spesifikasi modul penguata yang digunakan penulis
dalam pembuatan alat.

Tabel 3. 1 Pesifikasi Modul HX 711

NO Spesifikasi Nilai
Differential input ±40mV(Full-scale differential
1
voltage: input voltage ±40mV
24 bit (24 bit A / D converter
2 Data accuracy:
chip.)
3 Refresh frequency: 80 Hz
4 Operating Voltage : 5V DC
5 Operating current : 10 mA
6 Size: 38mm*21mm*10mm

f. Arduino21

Arduino adalah pengendali mikro single-boardyang bersifat open-


source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan
penggunaan elektronik dalam berbagai bidang. Hardware memiliki prosesor
Atmel AVR dan software memiliki bahasa pemrograman sendiri. Saat ini
Arduino sangat popular di seluruh dunia. Banyak pemula yang belajar
mengenal robotika dan elektronika lewat Arduino karena mudah dipelajari.
Tapi tidak hanya pemula. Papan Arduino merupakan papan mikrokontroler
yang berukuran kecilatau dapat diartikan juga dengan suatu rangkaian
berukuran kecil yang didalamnya terdapat computer berbentuk suatuchip yang
kecil.
Arduino didefinisikan sebagai sebuah platform elektronik yang
opensource, berbasis pada software dan hardware yang fleksibel dan mudah
digunakan, yang ditujukan untuk seniman, desainer, hobbies dan setiap orang
yang tertarik dalam membuat objek atau lingkungan yang interaktif.
Arduino pada awalnya dikembangkan di Ivrea, Italia.

21
Abdul Kadir, “Arduino dan Sensor “(Yogyakarta : ANDI, 2018) hlm.31

40
1) Arduino Uno
Arduino UNO adalah sebuah board mikrokontroler yang didasarkan pada
ATmega328 (datasheet). Arduino UNO mempunyai 14 pin digital input/output
(6 di antaranya dapat digunakan sebagai output PWM), 6 input analog, sebuah
osilator Kristal 16 MHz, sebuah koneksi USB, sebuah power jack, sebuah
ICSP header, dan sebuat tombol reset. Arduino UNO memuat semua yang
dibutuhkan untuk menunjang mikrokontroler, mudah menghubungkannya ke
sebuah computer dengan sebuah kabel USB atau mensuplainya dengan sebuah
adaptor AC ke DC atau menggunakan baterai untuk memulainya.
Arduino Uno berbeda dari semua board Arduino sebelumnya, Arduino
UNO tidak menggunakan chip driver FTDI USB-to-serial. Sebaliknya, fitur-
fitur Atmega16U2 (Atmega8U2 sampai ke versi R2) diprogram sebagai sebuah
pengubah USB ke serial. Revisi 2 dari board Arduino Uno mempunyai sebuah
resistor yang menarik garis 8U2 HWB ke ground, yang membuatnya lebih
mudah untuk diletakkan ke dalam DFU mode. Revisi 3 dari board Arduino
UNO memiliki fitur-fitur baru sebagai berikut:

Gambar 2. 18 Fitur Arduino Uno


2) Pengenalan Pin Digital, Analog dan Pin Lain pada Arduino Uno

Pin-pin dipapan arduino uno dapat dikelompokkan menjadi dua kategori


utama, yaitu pin digital dan pin analog. Arduino uno mengandung 14 pin
digital dan 6 pin analog. Beberapa pin digital berfungsi sebagai PWM.

1) Pin Gigital
Pin digital adalah pin yang memiliki nilai digital (1 atau 0). Nilai 1 biasa
dinyatakan dengan konstanta Highdan nilai 0 biasa dinyatakan dengan
kontanta Low. Secara internal, nilai High indentik dengan 5V dan nilai

41
Low sama sengan 0V. Pin digital difungsikan sebagai input atau output.
Mode input berarti bahwa pin dimaksudkan untuk dibaca. Adapun mode
output menyatakan pin hanya bisa ditulis. Dengan kata lain, pada mode
output, dapat diatur nilai pin dalam keadaan high dan low. Pin digital
diberi nomor 0 sampai dengan 13. Pin 0 dan 1 dugunakan secara khusus
unutk komunikasi serial. Oleh karena itu, kedua pin tersebut umumnya
tidak digunakan, kecuali untuk operasi tertentu.
2) Pin Analog
Pin analog adalah pin yang nilainya dapat berkisar antara bilangan bulat 0
sampai 1023. Arduino Uno memiliki 6 pin analog. Kode untuk pin analog
adalah sebagi berikut :
a) Pin analog A0 : 0 atau konstanta A0.
b) Pin analog A1 : 1 atau konstanta A1.
c) Pin analog A2 : 2 atau konstanta A2.
d) Pin analog A3 : 3 atau konstanta A3
e) Pin analog A4 : 4 atau konstanta A4
f) Pin analog A5 : 5 atau konstanta A5
3) Pin PWM
Pulse Width Modulationadalah suatu teknik yang digunakan untuk membuat
isyarat digital agar dapat diterapkan untuk mengontrol komponen tertentu
seolah-olah diatur melalui isyarat analog. Prinsip PWM adalah mengatur
lebar keadaan high (nilai 1) pada setiap siklus pulsa.
4) Pin-pin daya
a) VIN. Tegangan input ke Arduino board ketika board sedang
menggunakan sumber suplai eksternal (seperti 5 Volt dari koneksi USB
atau sumber tenaga lainnya yang diatur). Kita dapat menyuplai
tegangan melalui pin ini, atau jika penyuplaian tegangan melalui power
jack, aksesnya melalui pin ini.
b) 5V. Pin output ini merupakan tegangan 5 Volt yang diatur dari regulator
pada board. Board dapat disuplai dengan salah satu suplai dari DC
power jack (7-12V), USB connector (5V), atau pin VIN dari board (7-

42
12). Penyuplaian tegangan melalui pin 5V atau 3,3V membypass
regulator, dan dapat membahayakan board. Hal itu tidak dianjurkan.
c) 3V3. Sebuah suplai 3,3 Volt dihasilkan oleh regulator pada board. Arus
maksimum yang dapat dilalui adalah 50 mA.
d) GND. Pin ground
5) Daya (Power)
Arduino UNO dapat disuplai melalui koneksi USB atau dengan sebuah
power suplai eksternal. Sumber daya dipilih secara otomatis.
Suplai eksternal (non-USB) dapat diperoleh dari sebuah adaptor AC ke DC
atau battery. Adaptor dapat dihubungkan dengan mencolokkan sebuah
center-positive plug yang panjangnya 2,1 mm ke power jack dari board.
Kabel lead dari sebuah battery dapat dimasukkan dalam header/kepala pin
Ground (Gnd) dan pin Vin dari konektor POWER. Board Arduino UNO
dapat beroperasi pada sebuah suplai eksternal 6 sampai 20 Volt. Jika
disuplai dengan yang lebih kecil dari 7 V, kiranya pin 5 Volt mungkin
mensuplai kecil dari 5 Volt dan board Arduino UNO bisa menjadi tidak
stabil. Jika menggunakan suplai yang lebih dari besar 12 Volt, voltage
regulator bisa kelebihan panas dan membahayakan board Arduino UNO.
Range yang direkomendasikan adalah 7 sampai 12 Volt.

6) Pin Dengan Fungsi Spesial


a) Serial: 0 (RX) dan 1 (TX). Digunakan untuk menerima (RX) dan
memancarkan (TX) serial data TTL (Transistor-Transistor Logic).
Kedua pin ini dihubungkan ke pin-pin yang sesuai dari chip Serial
Atmega8U2 USB-ke-TTL.
b) External Interrupts: 2 dan 3. Pin-pin ini dapat dikonfigurasikan
untuk dipicu sebuah interrupt (gangguan) pada sebuah nilai rendah,
suatu kenaikan atau penurunan yang besar, atau suatu perubahan
nilai. Lihat fungsi attachInterrupt() untuk lebih jelasnya.
c) PWM: 3, 5, 6, 9, 10, dan 11. Memberikan 8-bit PWM output dengan
fungsi analogWrite().
d) SPI: 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin-pin ini
mensupport komunikasi SPI menggunakan SPI library.

43
e) LED: 13. Ada sebuah LED yang terpasang, terhubung ke pin digital
13. Ketika pin bernilai HIGH LED menyala, ketika pin bernilai
LOW LED mati.
f) TWI: pin A4 atau SDA dan pin A5 atau SCL. Mensupport
komunikasi TWI dengan menggunakan Wire library
g) AREF. Referensi tegangan untuk input analog. Digunakan dengan
analogReference().
h) Reset. Membawa saluran ini LOW untuk mereset mikrokontroler.
Secara khusus, digunakan untuk menambahkan sebuah tombol reset
untuk melindungi yang memblock sesuatu pada board

Gambar 2. 19 Riset Arduino

3) Memori Dan Komunikasi Pada Arduino Uno22

Selain memiliki pin digital dan analog serta pin dengan fungsi-fungsi
khusus, arduino uno juga memiliki memomri khusus dan sistem
komunikasi tersendiri, berikut ini adalah pembahasannya :

1) Memori
ATmega328 mempunyai 32 KB (dengan 0,5 KB digunakan untuk
bootloader). ATmega 328 juga mempunyai 2 KB SRAM dan 1 KB
EEPROM (yang dapat dibaca dan ditulis (RW/read and written)
dengan EEPROM library).

22
Sunardi & Refi, “Komunikas data , Cara kerja arduino”, Makalah Arduino:,2016 (makasar :
STManajemen Infromatiak dan komputer).

44
2) Komunikasi

Arduino UNO mempunyai sejumlah fasilitas untuk komunikasi


dengan sebuah komputer, Arduino lainnya atau mikrokontroler lainnya.
Atmega 328 menyediakan serial komunikasi UART TTL (5V), yang
tersedia pada pin digital 0 (RX) dan 1 (TX). Sebuah Atmega 16U2 pada
channel board serial komunikasinya melalui USB dan muncul sebagai
sebuah port virtual ke software pada komputer. Firmware 16U2
menggunakan driver USB COM standar, dan tidak ada driver eksternal
yang dibutuhkan. Bagaimanapun, pada Windows, sebuah file inf pasti
dibutuhkan. Software Arduino mencakup sebuah TX pada board akan
menyala ketika data sedang ditransmit melalui chip USB-to-serial dan
koneksi USB pada komputer (tapi tidak untuk komunikasi serial pada pin
0 dan 1).
Sebuah SoftwareSerial library memungkinkan untuk komunikasi
serial pada beberapa pin digital UNO. Atmega328 juga mensupport serial
monitor yang memungkinkan data tekstual terkirim ke dan dari board
Arduino. LED RX dan komunikasi I2C (TWI) dan SPI. Software Arduino
mencakup sebuah Wire library untuk memudahkan menggunakan bus I2C,
lihat dokumentasi untuk lebih jelas. Untuk komunikasi SPI, gunakanSPI
library.
3) Programming

Arduino UNO dapat diprogram dengan software Arduino.ide. Untuk


lebih jelas, lihat referensi dan tutorial. ATmega328 pada Arduino Uno
hadir dengan sebuah bootloader yang memungkinkan kita untuk
mengupload kode baru ke ATmega328 tanpa menggunakan pemrogram
hardware eksternal. ATmega328 berkomunikasi menggunakan protokol
STK500 asli (referensi, file C header) Kita juga dapat membypass
bootloader dan program mikrokontroler melalui kepala/header ICSP (In-
Circuit Serial Programming);lihat instruksi untuk lebih jelas
Sumber kode firmware ATmega16U2 (atau 8U2 pada board revisi 1 dan
revisi 2) tersedia. ATmega16U2/8U2 diload dengan sebuah bootloader
DFU, yang dapat diaktifkan dengan:

45
a) Pada board Revisi 1: Dengan menghubungkan jumper solder pada
belakang board (dekat peta Italy) dan kemudian mereset 8U2
b) Pada board Revisi 2 atau setelahnya: Ada sebuah resistor yang menarik
garis HWB 8U2/16U2 ke ground, dengan itu dapat lebih mudah untuk
meletakkan ke dalam mode DFU. Kita dapat menggunakan software
Atmel’s FLIP (Windows) atau pemrogram DFU (Mac OS X dan Linux)
untuk meload sebuah firmware baru. Atau kita dapat menggunakan
header ISP dengan sebuah pemrogram eksternal (mengoverwrite
bootloader DFU). Lihat tutorial user-contributed ini untuk informasi
selengkapnya.
4) Spesifikasi Ardunino Uno

Tabel 2. 10 Sepsifikasi Arduino Uno

Mikrokontroler ATmega328
Tegangan pengoperasian 5V
Tegangan input yang disarankan 7-12V
Batas tegangan input 6-20V
Jumlah pin I/O digital 14 (6 di antaranya menyediakan
keluaran PWM)
Jumlah pin input analog 6
Arus DC tiap pin I/O 20 Ma
Arus DC untuk pin 3.3V 50 mA
Memori Flash 32 KB (ATmega328), sekitar 0.5
KB digunakan oleh bootloader
SRAM 2 KB (ATmega328)
EEPROM 1 KB (ATmega328)
Clock Speed 16 MHz
PWM Digital I/O pins 6
LED_Builtin 13
Length 58,6 mm
Width 53.4 mm
Weight 25 g

46
g. LCD 20 x 4 (Liquid Crystal Display)23

LCD (Liquid Crystal Display) atau display elektronik adalah salah satu
komponen elektronika yang berfungsi sebagai tampilan suatu data, baik
karakter, huruf ataupun grafik. LCD (Liquid Cristal Display) adalah salah satu
jenis display elektronik yang dibuat dengan teknologi CMOS logic yang
bekerja dengan tidak menghasilkan cahaya tetapi memantulkan cahaya yang
ada di sekelilingnya terhadap front-lit atau mentransmisikan cahaya dari back-
lit. LCD merupakan lapisan dari campuran organik antara lapisan kaca bening
dengan elektroda transparan indium oksida dalam bentuk tampilan seven-
segment dan lapisan elektroda pada kaca belakang. Ketika elektroda diaktifkan
dengan medan listrik (tegangan), molekul organik yang panjang dan silindris
menyesuaikan diri dengan elektroda dari segmen. Lapisan sandwich memiliki
polarizer cahaya vertikal depan dan polarizer cahaya horisontal belakang yang
diikuti dengan lapisan reflektor. Cahaya yang dipantulkan tidak dapat melewati
molekul-molekul yang telah menyesuaikan diri dan segmen yang diaktifkan
terlihat menjadi gelap dan membentuk karakter data yang ingin ditampilkan.

Gambar 2. 20 Bentuk Fisik LCD 20 x 4 Inc

a. Fungsi Pin LCD (Liquid Cristal Display)

Pada LCD terdiri dari pin- pin sebagai berikut:

23
Abdul Kadir, “Arduino dan Sensor “(Yogyakarta : ANDI, 2018) hlm.31

47
1) DB0 – DB7 adalah jalur data (data bus) yang berfungsi sebagai
jalur komunikasi untuk mengirimkan dan menerima data atau
instruksi dari mikrokontroler ke modul LCD.
2) RS adalah pin yang berfungsi sebagai selektor register (register
sellect) yaitu dengan memberikan logika low (0) sebagai register
perintah dan logika high (1) sebagai register data.
3) R/W adalah pin yang berfungsi untuk menentukan mode baca atau
tulis dari data yang terdapat pada DB0 – DB7 yaitu dengan
memberikan logika low (0) untuk fungsi read dan logika high (1)
untuk mode write.
4) Enable (E), berfungsi sebagai Enable Clock LCD, logika 1 setiap
kali pengiriman atau pembacaan data.
b. Struktur Dasar LCD
LCD atau Liquid Crystal Display pada dasarnya terdiri dari dua bagian
yaitu bagian backlight dan bagian liquid crystal. LCD tidak memancarkan
pencahyaan apapun, LCD hanya merefleksikan dan mentransmisikan
cahaya yang melewatinya. Oleh karena itu, LCD memerlukan backlight
untuk sumber cahayanya. Cahaya backlight tersebut pada umumnya adalah
warna putih. Sedangkan crystal liquid sendiri adalah cairan organic yang
berada diantara dua lembar kaca yang memiliki permukaan transparan
yang konduktif. Bagian-bagian LCD adalah sebagai berikut :
1) Lapisan terpolarisasi 1 (Polarizing film 1)
2) Elektroda positive
3) Lapisan kristal cair
4) Elektroda negative
5) Lapisan terpolarisasi 2 (Polarizing film 2)
6) Backlight atau cermin
c. Cara Kerja LCD
Huruf atau angka yang akan ditampilkan dikirim ke LCD dalam bentuk
kode ASCII, kode ini diterima dan diolah oleh mikrokontroler di dalam
LCD menjadi titik LCD yang yang terbaca sebagi huruf atau angka,
dengan demikian tugas mikrokontroler pemakai LCD hanyalah mengirim

48
kode-kode ASCII untuk ditampilkan. Display karakter pada lCD diatur
oleh EN, RS, dan RW. Jalur EN dinamakan enable, jalur ini digunakan
untuk memberitahukan bahwa LCD anda sedang mengirim sebuah data.
Untuk mengirimkan sebuah data ke LCD, maka melalui program EN harus
dibuat logika Low (0) dan set pada dua jalur control yang lain RS dan RW.
Ketika dua jalur yang lain tetap siap, set EN dengan logika ―1‖ dan tunggu
untuk sejumlah waktu tertentu (sesui dengan datasheet dari LCD tersebut)
dan berikutnya set EN ke logika ―0‖ lagi. Jalur RS adalah jalur regitrasi
select. Ketika RS berlogika ―0‖, data akan dianggap sebagai sebuah
perintah atau instruksi khusus (seperti clear, screen kursor,dll) ketika RS
berlogika High (1) data text yang akan ditampilkan pada LCD. Jalur RW
adalah control read/write. Ketika RW berlogika low ―0‖, maka infromasi
pada bus data akan ditulis pada layar LCD. Sedangkan pada aplikasi
umum pin RW selalu diberi logika ―0‖. Pada akhirnya, bus data terdiri
dari 4 atau 8 jalur. Pada khusus bus data bit,jalur diacukan sebagai DB0
s/d DB7.

Pada LCD 4x20 ini sama hal nya dengan LCD 2x16 hanya saja
ukuran serta jumlah kolom dan baris berbeda jumlahnya. Untuk lebih
jelas tentang fungsi masing-masing dari LCD 4x20 dapat dilihat pada
tabel II berikut ini :

Tabel 2.4 : Fungsi Pin Pada LCD 4x20


Pin No Simbol Fungsi
1 VSS Ground
2 VDD +5V
3 Vo Drive LCD
4 RS Pilihan Fungsi
5 R/S Read/Write
6 E Penerima Sinyal
7 DB0 – DB7 Data Base
8 LED (K) Power Supply LED +
9 LED (A) Power Supply -
10 NC Tidak Terkoneksi

49
LCD yang digunakan pada modul ini adalah LCD berukuran
20x4 karakter dengan tambahan chip module I2C untuk mempermudah
dalam pemograman dalam mengakses LCD. Karena, dengan digunakannya
modul I2C akan lebih memperhemat penggunaan pin arduino yang akan
digunakan.

h. I2C (Inter-Integrated Circuit)

i2c untuk arduino adalah sebuah shield LCD display 20×4 atau 16×2
denga mengubah data i2c menjadi data parallel dengan ic PCF8574. Pada
umum nya LCD ini dihubungkan ke Arduino atau atmega non Arduino
menggunakan 7 pin. Ini berarti kita sudah menghabiskan 7 pin hanya untuk
menampilkan data dengan display LCD ini. Tapi dengan LCD I2C ini, kita
hanya menggunakan dua pin aja dari arduino, ya itu menggunakan pin SDA
dan SCL.

I2C ini adalah salah satu protokol interface data, pengiriman data, ada
banyak jenis type interface data yang biasa kita dengar, seperti USART, I2C,
SPI dan lain lain. Unik nya I2C ini mampu menghubungkan banyak device
dalam satu system, bahkan bisa menghubungkan banyak arduino, dan control
lain nya.

I2C merupakan protocol komunikasi serial dimana setiap bit data


ditransfer pada jalur SDA yang disinkronisasikan dengan pulsa clock pada jalur
SCL. Jalur data tidak dapat berubah ketika jalur clock berada dalam kondisi
high. Dalam I2C, setiap alamat atau data yang ditransmisikan harus dibentuk
dalam sebuah paket dengan panjang 9 bit dimana 8 bit pertama disimpan dalam
jalur SDA oleh transmitter, dan bit ke-9 merupakan acknowledge (atau not
acknowledge) oleh receiver. I 2C juga diistilahkan sebagai Two-wire Serial
Interface (TWI), bergantung dari istilah yang digunakan oleh pabrik yang
membuat perangkat. Salah satu perangkat yang digunakan dengan komunikasi
I2C adalah LCD .

50
Gambar 2. 21 Bentuk Fisik I2C

Dalam I2C, setiap alamat atau data yang ditransmisikan harus dibentuk
dalam sebuah paket dengan panjang 9 bit dimana 8 bit pertama disimpan dalam
jalur SDA oleh transmitter, dan bit ke-9 merupakan acknowledge (atau not
acknowledge) oleh receiver.

i. Buzzer Peizoelektrik

Buzzer Listrik adalah sebuah komponen elektronika yang dapat mengubah


sinyal listrik menjadi getaran suara. Pada umumnya, Buzzer yang merupakan
sebuah perangkat audio ini sering digunakan pada rangkaian anti-maling,
Alarm pada Jam Tangan, Bel Rumah, peringatan mundur pada Truk dan
perangkat peringatan bahaya lainnya. Jenis Buzzer yang sering ditemukan dan
digunakan adalah Buzzer yang berjenis Piezoelectric, hal ini dikarenakan
Buzzer Piezoelectric memiliki berbagai kelebihan seperti lebih murah, relatif
lebih ringan dan lebih mudah dalam menggabungkannya ke Rangkaian
Elektronika lainnya. Buzzer yang termasuk dalam keluarga Transduser ini juga
sering disebut dengan Beeper.

a. Cara Kerja Alarm Peizoelektrik


Seperti namanya, Piezoelectric Buzzer adalah jenis Buzzer yang
menggunakan efek Piezoelectric untuk menghasilkan suara atau bunyinya.
Tegangan listrik yang diberikan ke bahan Piezoelectric akan menyebabkan
gerakan mekanis, gerakan tersebut kemudian diubah menjadi suara atau
bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia dengan menggunakan
diafragma dan resonator.

Jika dibandingkan dengan Speaker, Piezo Buzzer relatif lebih mudah untuk
digerakan. Sebagai contoh, Piezo Buzzer dapat digerakan hanya dengan
menggunakan output langsung dari sebuah IC TTL, hal ini sangat berbeda

51
dengan Speaker yang harus menggunakan penguat khusus untuk
menggerakan Speaker agar mendapatkan intensitas suara yang dapat
didengar oleh manusia.
Piezoelektrik Buzzer dapat bekerja dengan baik dalam menghasilkan
frekuensi di kisaran 1 – 5 kHz hingga 100 kHz untuk aplikasi Ultrasound.
Tegangan Operasional Piezoelectric Buzzer yang umum biasanya berkisar
diantara 3Volt hingga 12 Volt.

Gambar 2. 22 Struktur Piezoelektrik Buzzer

j. Push Button 24

Push button switch (saklar tombol tekan) adalah perangkat / saklar sederhana
yang berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik
dengan sistem kerja tekan unlock (tidak mengunci). Sistem kerja unlock disini
berarti saklar akan bekerja sebagai device penghubung atau pemutus aliran arus
listrik saat tombol ditekan, dan saat tombol tidak ditekan (dilepas), maka
saklar akan kembali pada kondisi normal.

Sebagai device penghubung atau pemutus, push button switch hanya


memiliki 2 kondisi, yaitu On dan Off (1 dan 0). Istilah On dan Off ini menjadi
sangat penting karena semua perangkat listrik yang memerlukan sumber energi
listrik pasti membutuhkan kondisi On dan Off.

24
Electronika, “Penegrtian Push Button” Basis onlne, diakses dari
http://blog.unnes.ac.id/antosupri/pengertian-push-button-switch-saklar-tombol-tekan/,
pada tanggal 4 juni 2019 pukul 08:40

52
Gambar 2. 23 Bentuk Fisik Push Button

Gambar 2. 24 Simbol Push Button

a) Prinsip Kerja Push button switch


Berdasarkan fungsi kerjanya yang menghubungkan dan memutuskan, push
button switch mempunyai 2 tipe kontak yaitu NC (Normally Close) dan
NO (Normally Open).
1) NO (Normally Open), merupakan kontak terminal dimana kondisi
normalnya terbuka (aliran arus listrik tidak mengalir). Dan ketika
tombol saklar ditekan, kontak yang NO ini akan menjadi menutup
(Close) dan mengalirkan atau menghubungkan arus listrik. Kontak NO
digunakan sebagai penghubung atau menyalakan sistem circuit (Push
Button ON).
2) NC (Normally Close), merupakan kontak terminal dimana kondisi
normalnya tertutup (mengalirkan arus litrik). Dan ketika tombol saklar
push button ditekan, kontak NC ini akan menjadi membuka (Open),
sehingga memutus aliran arus listrik. Kontak NC digunakan sebagai
pemutus atau mematikan sistem circuit (Push Button Off).

53
k. Baterai 9VDC25

Baterai sembilan volt , atau baterai 9 volt , adalah ukuran umum baterai
yang diperkenalkan untuk radio transistor awal. Ini memiliki bentuk prisma
persegi panjang dengan tepi bulat dan konektor jepret terpolarisasi di bagian
atas. Jenis ini biasanya digunakan pada walkie-talkie , jam dan detektor asap .
Format baterai sembilan volt umumnya tersedia dalam kimia karbon-seng
dan alkali primer, dalam disulfida besi lithium primer, dan dalam bentuk yang
dapat diisi ulang dalam nikel-kadmium, hidrida logam nikel dan ion-lithium.
Baterai merkuri-oksida dalam format ini, yang biasa digunakan, belum
diproduksi selama bertahun-tahun karena kandungan merkuri. Sebutan untuk
format ini meliputi NEDA 1604 dan IEC 6F22 (untuk seng-karbon) atau
MN1604 6LR61 (untuk basa). Ukurannya, terlepas dari kimianya, biasanya
disebut PP3 — sebutan yang awalnya diperuntukkan hanya untuk karbon-seng,
atau di beberapa negara, blok E atau E.
Baterai memiliki kedua terminal dalam konektor snap di satu ujung.
Terminal sirkular (pria) yang lebih kecil adalah positif, dan terminal
heksagonal atau oktagonal (wanita) yang lebih besar adalah kontak negatif.
Konektor pada baterai sama dengan pada perangkat beban; yang lebih kecil
terhubung ke yang lebih besar dan sebaliknya. Konektor gaya jepret yang sama
digunakan pada jenis baterai lain dalam seri Power Pack (PP). Polarisasi
baterai biasanya jelas, karena koneksi mekanis biasanya hanya mungkin dalam
satu konfigurasi.

Gambar 2. 25 Baterai 9volt

25
Wikipedia, “Nine-volt battery”, basis online, diakses dari https://en.m.wikipedia.org/wiki/Nine-
volt_battery, pada tanggal 19 Mei 2019 pukul 21:11

54
2.3.2 Rangkaian Dasar

Pada pembahasan ini menerangkan beberapa rangkaian dasar yang ada


pada modul tekanan timbangan berat bdan digital. Rangkaian tersebut terdiri
dari rangkaian load cell, rangkaian mikrokontroller, rangkaian modul
Hx711,rangkaian LCD display, rangkaian komunikasi data, dan rangkaian
Buzzer, rangkaian push butto dan rangkaian baterai. Berikut ini pemaparan
mengenai beberapa rangkaian tersebut :

a. Rangkaian Sensor Load Cell

Load Cell adalah alat electromekanik yang biasa disebut Transducer, yaitu
gaya yang bekerja berdasarkan prinsip deformasi sebuah material akibat
adanya tegangan mekanis yang bekerja, kemudian merubah gaya mekanik
menjadi sinyal listrik. Regangan ini terjadi pada lapisan kulit dari material
sehingga menungkinkan untuk diukur menggaunakan sensor regangan atau
Strain Gauge.

Load cell memiliki 4 buah kabel yang akan disambungkan ke modul


pengutat HX711, penempatan kabelnya adalah sebagai berikut :

Tabel 2. 1Koneksi Kabel Load Cell

Load Cell Penguat HX 711


Merah E+
Hitam E-
Putih A-
Hijau A+

Gambar 2. 26 Rangkaian Load Cell

55
b. Rangkaian Modul HX711

HX711 adalah modul timbangan, yang memiliki prinsip kerja mengkonversi


perubahan yang terukur dalam perubahan resistansi dan mengkonversinya ke
dalam besaran tegangan melalui rangkaian yang ada. Modul melakukan
komunikasi dengan computer/mikrokontroller melalui TTL232. Struktur yang
sederhana, mudah dalam penggunaan, hasil yang stabil dan reliable, memiliki
sensitivitas tinggi, dan mampu mengukur perubahan dengan cepat. Load Cell
pada umumnya memiliki empat kabel untuk menghubungkan HX711 ke
mikrokontroler seperti Arduino.

 Merah (VCC)
 Hitam (GND)
 Data
 Clock

Untuk menghubungkan HX711 ke Arduino, Anda hanya perlu 2 pin (Clock


dan Data). Di sisi yang berlawanan Anda dapat melihat koneksi untuk Load
cell.

Gambar 2. 27 Rangkaian HX711

c. Rangkaian Mikrokontroller Arduino Uno


Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer lengkap dalam satu serpih
(chip) yang biasanya digunakan untuk sebuah embedded system (sistem
yang dibentuk guna menjelaskan satu atau lebih dari suatu fungsi tertentu
secara realtime). Pemanfaatan mikrokontroler umumnya digunakan di bidang
kendali dan instrumentasi elektronik. Mikrokontroler lebih dari sekedar

56
sebuah mikroprosesor karena sebuah mikrokontroller terdapat ROM (Read-
Only Memory), RAM (Read- Write Memory), beberapa Port masukan
maupun keluaran dan beberapa peripherial seperti pencacah/pewaktu,
ADC (Analog to Digital Converter), DAC (Digital to Analog Converter) dan
serial komunikasi.
Arduino Uno adalah arduino board yang menggunakan
mikrokontroler ATmega328. Arduino Uno memiliki 14 pin digital (6 pin
dapat digunakan sebagai output PWM), 6 input analog, sebuah 16 MHz
osilator kristal, sebuah koneksi USB, sebuah konektor sumber tegangan,
sebuah header ICSP, dan sebuah tombol reset. Arduino Uno menggunakan
ATmega16U2 yang deprogram sebagai USB- to-serial converter untuk
komunikasi serial ke computer melalui port USB

Gambar 2. 28 Skema Rangkaian Arduino Uno

d. Rangkaian LCD Display

Display pada modul yang digunakan yaitu berbentuk LCD. LCD (Liquid
Crystal Display) adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi
sebagai tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik. LCD (Liquid
Cristal Display) adalah salah satu jenis display elektronik yang dibuat dengan

57
teknologi CMOS logic yang bekerja dengan tidak menghasilkan cahaya tetapi
memantulkan cahaya yang ada di sekelilingnya terhadap front-lit atau
mentransmisikan cahaya dari back-lit. LCD merupakan lapisan dari campuran
organik antara lapisan kaca bening dengan elektroda transparan iridium oksida
dalam bentuk tampilan seven- segment dan lapisan elektroda pada kaca
belakang. Ketika elektroda diaktifkan dengan medan listrik (tegangan),
molekul organik yang panjang dan silindris menyesuaikan diri dengan
elektroda dari segmen.

Cahaya yang dipantulkan tidak dapat melewati molekul-molekul


yang telah menyesuaikan diri dan segmen yang diaktifkan terlihat menjadi
gelap dan membentuk karakter data yang ingin ditampilkan. Berikut ini
gambar blok diagram pada LCD 4x20 :

Gambar 2. 29 Blok Diagram LCD 20x4

Gambar 2. 30 Skema Rangkaian LCD 20x4

58
e. Rangkaian Komunikasi Data I2C

Rangkaian komunikasi data pada modul ini ditambahkan dengan


menggunakan Inter Integrated Circuit (I2C) yang menghubungkan antara
Display dengan Mikrokontroller Arduino uno. Inter Integrated Circuit (I2C)
merupakan standar komunikasi serial dua arah dengan menggunakan dua buah
saluran yang didesain khusus untuk pengontrolan IC tersebut. Secara garis
besar sistem I2C itu sendiri tersusun atas dua saluran utama yaitu, saluran
SCL (serial clock) dan SDA (serial data) yang membawa informasi data
antara I2C dengan sistem pengontrolnya. Dibawah ini bentuk gambar dari i2c

Perangkat yang dihubungkan dengan I2C ini dapat difungsikan sebagai


master atau slave. Master adalah perangkat yang memulai transfer pada data
dengan membentuk sinyal stop, dan membangkitkan sinyal clock.
Sedangkan slave adalah perangkat yang telah diberikan alamat oleh
master. Dibawah ini bentuk datasheet dari i2c :

Gambar 2. 31 Data Sheet I2C

Gambar 2. 32 Skema Rangkaian I2C

59
d. Rangkaian Buzzer
Rangkaian buzzer atau biasa disebut rangkaian alarm pengingat pesan dan
tanda, tentu sudah sering anda temukan di beberapa perangkat elektronik. Di
masa era teknologi modern ini, tentu alarm sudah tersedia di beberapa
perangkat elektronik. Mulai dari handphone dan juga jam memiliki alarm
sebagai tanda peringatan tersebut. Dan tentunya rangkaian buzzer atau
rangkaian alarm ini menjadi salah satu rangkaian penunjang di beberapa
perangkat elektronik tersebut. Namun tidak jarang rangkaian ini sering berdiri
sendiri sebagai perangkat elektronik tunggal.
Pada modul timbangan berat badan digitan ini buzzer berfungsi sebagai
alarm yang mana pada saat alarm berbunyi maka nilai pengukuran telah
didapat dan langsung mengunci nilai tersebut. Berikut ini adalah rangkain
dasar dari sebuah buzeer peizoeelektrik.

Gambar 2. 33 Skema Rangkain Buzzer

e. Rangkaian Push Button


Push button switch (saklar tombol tekan) adalah perangkat / saklar
sederhana yang berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan aliran
arus listrik dengan sistem kerja tekan unlock (tidak mengunci). Sistem kerja
unlock disini berarti saklar akan bekerja sebagai device penghubung atau
pemutus aliran arus listrik saat tombol ditekan, dan saat tombol tidak ditekan
(dilepas), maka saklar akan kembali pada kondisi normal. Sebagai device
penghubung atau pemutus, push button switch hanya memiliki 2 kondisi,
yaitu On dan Off (1 dan 0). Istilah On dan Off ini menjadi sangat penting

60
karena semua perangkat listrik yang memerlukan sumber energi listrik pasti
membutuhkan kondisi On dan Off.
Karena sistem kerjanya yang unlock dan langsung berhubungan dengan
operator, push button switch menjadi device paling utama yang biasa
digunakan untuk memulai dan mengakhiri kerja mesin di industri. Secanggih
apapun sebuah mesin bisa dipastikan sistem kerjanya tidak terlepas dari
keberadaan sebuah saklar seperti push button switch atau perangkat lain yang
sejenis yang bekerja mengatur pengkondisian On dan Off.

Gambar 2. 34 Cara Kerja Push Button

f. Rangkain Baterai
Pada baterai 9 volt, terminal terletak bersebelahan satu sama lain di bagian
atas baterai. Jika Anda menghubungkan kabel antara dua terminal, maka
elektron akan mengalir dari ujung negatif ke ujung positif secepat mereka
bisa. Ini akan membuat baterai cepat habis dan juga bisa berbahaya karena
akan menciptakan percikan api, terutama pada baterai dengan daya yang lebih
besar. Agar Anda dapat memanfaatkan muatan listrik yang dihasilkan oleh
baterai dengan lebih tepat maka Anda harus menghubungkannya pada sebuah
beban.
Prinsip kerja baterai ini secara internal biasanya terletak di dalam sebuah
kotak logam plastik. Dalam kasus ini, katoda terhubung ke terminal positif
dan anoda terhubung ke terminal negatif. Komponen-komponen ini lebih
umum dikenal sebagai elektroda karena menempati sebagian besar ruang di
dalam baterai dan merupakan tempat dimana reaksi kimia terjadi. Sebuah
pemisah menjadi penghalang antara katoda dan anoda dan mencegah

61
elektroda agar tidak tersentuh sambil membiarkan muatan listrik mengalir
bebas di antara mereka. Media yang memungkinkan muatan listrik mengalir
antara katoda dan anoda dikenal sebagai elektrolit. Pada akhirnya, collector
melakukan muatan ke luar baterai melalui sebuah beban.

Gambar 2. 35 Skema baterai 9 Vdc

2.4 Tinjauan Umum

Timbangan merupakan salah satu alat ukur yang paling sering kita jumpai
didalam kehidupan sehari-hari. Namun istilah yang sering kita gunakan
bersama timbangan adalah berat. Istilah massa seharusnya digunakan
untuk hasil penimbangan. Untuk satuan massa kita menggunakan Sistem
Internasional (SI) yaitu kg. Apabila kita menggunakan istilah berat, kita
seharusnya menggunakan kg.m/s2.

Ada dua jenis timbangan badan analog atau mekanik dan digital.
Timbangan analog atau mekanik sudah sangat populer dalam kehidupan kita.
Namun seiring cepatnya laju perkembangan teknologi, secara perlahan
kerja sistem analog tersisih oleh sistem digital mesti belum dapat dikatakan
tergantikan. Begitupun yang terjadi pada timbangan badan, kini sudah
banyak diproduksi timbangan badan digital atau timbangan elektronik.
Salah satu penyebab yang mungkin terjadi adalah harga dari timbangan
elektronik yang cenderung dan penggunaannya yang lebih praktis, serta
tampilannya yang terkesan mewah.

Timbangan digital dikenal lebih akurat. Kita akan lebih mudah untuk
membaca hasil pengukuran seperti yang ditampilkan pada Liquid Crystal

62
Display (LCD). Sebagian besar timbangan digital ini bekerja menggunakan
baterai tetapi ada beberapa yang memerlukan tegangan ac.

Timbangan digital saat ini dilengkapi banyak fitur yang tidak hanya
menampilkan hasil pengukuran tapi juga mengeluarkan hasil pengukuran
dalam bentuk suara bahkan Beberapa timbangan digital diprogram untuk
menampilkan indeks masa tubuh atau bio mass indeks (BMI) dan memiliki
memori yang dapat menampilkan persentase lemak dan membandingkan hasil
pengukuran terakhir dengan pengukuran sebelumnya sehingga anda dapat
mengetahui fluktuasi berat badan pasien.

63
BAB III
PERENCANAAN

Pada bab ini penulis akan sajikan mengenai perencanaan dalam pembahasan
terhadap masalah yang dibahas dalam Karya Tulis Ilmiah, yang akan
merealisasikan pembuatan modul rancang bangun timabangan berart badan digital
berbasis arduino uno di unit hemodialisa seperti yang tercantum dalam tujuan
penulisan pada bab sebelumnya. Berikut ini penyajian dari perencanaan secara
menyeluruh yang mencakup blok diagram, sistem kerja alat, perencanaan alat,
flow chart, wiring diagram, dan perencanaan desain alat.

3.1 Perencaan Blok Diagram Alat

Untuk mempermudah memahami sistem kerja alat secara keseluruhan


maka rangkaian digambarkan menjadi blok diagram, dimana masing-masing
blok tersebut memiliki fungsi berbeda.

Gambar 3. 1 Blok Diagram Alat

64
Adapun keterangan fungsi dari masing-masing blok diagram diatas disajikan
pada pembahasan sebagai berikut :

Tabel 3. 1 Fungsi Blok Diagram

NO Nama Fungsi
1 Baterai Sebagai sumber tegangan arus untuk semua rangkaian
Load Sebagai sensor beban yang akan mengukur berat badan
2 Cell pasien
Sebagai penguat sinyal hasil pegukuran dari sensor dan
HX711
3 akan mengubah nilai tersebut kedalam bentuk digital
Arduino Sebagai pengendali rangkaian dan memproses data input
4 Uno menjadi output
Sebagai alarm ketika nilai pengukuran sudah pada nilai
Bauzzer
5 sebenarnya
6 On/Off Sebagai sakelar untuk menyalakan dan mematikan alat
Untuk menampilkan hasil dari proses arduino dan
LCD
7 pengkuran berat badan
Untuk mengembalikan atau memposisakan nilai nol
Tare
sebelum dan sesudah penimbangan berat badan
ToZero
8 dilakukan

3.2 Sistem Kerja Alat

Saat tombol on/off (Sakelar) dihidupkan maka arduino akan menghidupkan


seluruh sistem dalam mode standby. Pada display akan muncul nilai 0 (nol)
setelah tombol tare to zero di tekan. Apa bila posisi sudah nol maka pasien
dipersilahkan untuk duduk untuk melakukan pengukuran berat badan.

Ketika pasien dalam posisi duduk maka sensor load cell akan menerima
beban maka akan terjadi peregangan gaya secara elastis. Gaya yang
ditimbulkan oleh regangan ini dikonversikan kedalam sinyal elektrik oleh
strain gauge (pengukur regangan) yang terpasang pada load cell, karena hasil
yang di terima dari sensor sangatlah lemah maka modul HX 771 akan
menguatkan sinyal tersebut dan akan menerimkanya ke arduino, arduino akan
memproses data yang diterima untuk ditampilkan pada display dan akan
menunjukan sebuah nilai dari hasil penimbaangan dengan hasil satuan Kg
(kilogram). Pada saat nilai pengukuran sudah tercapai maka alarm akan
memberi saura (beep) setelah 3 detik tidak ada perubahan nilai , lalu tekan

65
tombol tare to zero atau push button untuk mengembalikan timbangan pada
posisi nol dan alat siap kembali untuk melakukai timbangan pada pasien
selanjutnya.

3.3 Perencanaan Alat

Untuk menunjang dalam pembuatan alat diperlukan persiapan rangkaian


elektronik secara lengkap. Untuk mempermudah pembacaan rangkaian.
Dibawah ini akan diuraikan satu persatu blok rangkaian dan bahan yang
digunakan.

3.3.1 Perencanaan Rangkaian Sensor Load Cell

Sensor yang digunakan adalah sensor load cell yang merupakan sebuah
sensor beban. Sensor load cell yang di gunakan memeiliki beban maximal 200
kg. Sensor load cell memiliki empat kabel yang mana dua kabel sebagai
eksitasi dan dua kabel lainnya sebagai sinyal keluaran.

Gambar 3. 2Rangkaian Sensor Load Cell

Untuk setiap perubahan yang dihasiilkan oleh sensor load cell sangat bernilai
kecil, peregangan yang terjadi pada load cell akan berubah menjadi energi

66
listrik, karena kecil nilai yang energi yang dihasilkan makan sensor load cell
membutuhkan modul penguat. Modul penguat tersebut adalah HX 711.

Tabel 3. 2 Komponen Rangkain Load Cell

No Nama Komponen Jumlah


1 Mikrokontroller Arduino Uno 1 Buah
2 Load Cell 1 Buah
3 HX711 1 Buah

3.3.2 Perencanaan Rangkaian Modul Penguat HX 711

Untuk pengautan sinyal yang dihasilkan dari sensor beban makan HX 711
merupakan salah satu modul penguat yang sesaui dengan sensor load cell.
HX711 adalah modul timbangan, yang memiliki prinsip kerja mengkonversi
perubahan yang terukur dalam perubahan resistansi dan mengkonversinya ke
dalam besaran tegangan melalui rangkaian yang ada. Selain jadi penguat sinyal
modul ini juga sebagai pengubah sinyal analog kedalam bnetuk sinyal digital

Gambar 3. 3Rangkaian HX 711

Struktur yang sederhana, mudah dalam penggunaan, hasil yang stabil dan
reliable, memiliki sensitivitas tinggi, dan mampu mengukur perubahan dengan
cepat. Dua kanal ADC (dapat digunakan untuk 2 load cell) dengan keluaran

67
TTL (serial tersinkronisasi, DT dan SCK), tegangan opersional 5 volt DC,
tegangan masukan diferensial ±40 mv pada skala penuh, akurasi data 24 bit (24-
bit adc), frekuensi pembacaan (refresh rate) 80 hz, konsumsi arus kurang dari
10 mA, ukuran: 38 x 21 mm dengan berat 20 gram.
Prinsip kerja sensor regangan ketika mendapat tekanan beban. (sumber
datasheet HX711) Ketika bagian lain yang lebih elastic mendapat tekanan,
maka pada sisi lain akan mengalami perubahan regangan yang sesuai dengan
yang dihasilkan oleh straingauge, hal ini terjadi karena ada gaya yang seakan
melawan pada sisi lainnya. Perubahan nilai resistansi yang diakibatkan oleh
perubahan gaya diubah menjadi nilai tegangan oleh rangkaian pengukuran
yang ada.
Untuk koneksi ke arduino VCC dari HX711 dihubungkan ke pin 5V
arduino, GND dari HX711 ke pin GND Arduino. DT dihubungkan ke pin D3
dan SCK dihubungkan ke pin D2.

Tabel 3. 3 Komponen Rangkaian HX711

No Nama Komponen Jumlah


1 Mikrokontroller Arduino Uno 1 Buah
2 HX711 1 Buah
3 Load Cell 1 Buah

3.3.3 Perencanaan Rangkaian Arduino Uno

Untuk pemrosesan data mengunakan Arduino Uno R3 yang akan menerima


inputan dari HX711 dan akan menampilkan output melalui LCD display.
Sementara untuk pemrogramannya menggunakan IDE (Integrated Development
Environment) yang merupakan prangkat lunak untuk mengembangkan aplikasi
mikrokontroler. Arduino yang mempunyai fungsi pengendali akan
mengendalikan seluruh sistem yang ada pada rangkaian sehingga hasil dari
proses penimbangan dapat dilahat secara digital pada oled idsplay.

68
Gambar 3. 4 Rangkaian Arduino Uno

Pada penggunaan pin-pin arduino modul ini hanya menggunakan pin input
dan output sebagai berikut :
a. PIN VCC 5V, dihubungkan dengan pin 5v
b. PIN VCC 3.3 V, dihubungkan denga pin 3.3v LED TFT
c. PIN GND, dihubungkan pada GND
d. PIN A0, dihubungkan pada pin DT HX711
e. PIN A1, dihubungkan pada pin SCK HX711
f. Pin A4, dihubungkan dengan SDA/DIN LCD 20 x 4 Display
g. Pin A5, dihubungkan dengan SCL/SCK LCD 20 x 4 Display
h. Pin 13, dihubungkan dengan positive pada buzzer
i. Pin REST, dihubangkan dengan reset push button
j. Pin 7, dihubungkan dengan Push Button
k. Socket VCC Input, Batre 9VDC
Tabel 3. 4 Komponen Rangkain Arduino Uno

No Nama Komponen Jumlah


1 Modul Arduino Uno 1 Buah
2 Kabel USB 1 Buah

69
3.3.4 Perencanaan Rancangan Push Button

Push Button terdiri dari dua tombol dengan fungsi yang berbeda.

Gambar 3. 5Rangkaian Push Button

Push Button dengan tare akan berfungsi untuk mereset nilai pengkuran pada
saat nilai timbangan berat badan sudah tercapai dan akan kembali kemenu 0.
Sementara tombol reset berfungsi untuk mereset arduino apabila terjadi error
pada saat pembacaan proses pengukuran berat badan.
Tabel 3. 5 Komponen Rangkaian Push Button

No Nama Komponen Jumlah


1 Mikrokontroller Arduino Uno 1Buah
2 Push Button 2 Buah
3 Kapasitor 2 Buah

3.3.5 Perencanaan Rangakian Buzzer Alarm

Bazzer Alarm dipakai untuk pengingat pada saat pengukuran berat badan
pada nilai tertentu dan sudah mendapatkan nilai maka, alarm akan berbunyi.
Untuk koneksi ke arduino kaki positive ke pin 13 arduino dan kaki negative ke
ground pada arduino.

70
Gambar 3.6 Rangkaian Buzzer Alarm

Tabel 3. 6 Komponen Rangkain Buzzer

No Nama Komponen Jumlah


1 Mikrokontroller Arduino Uno 1 Buah
2 Buzzer Peizoeelektrik 1 Buah

3.3.6 Perencanaan Rangkaian LCD Display

LCD adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi sebagai


tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik. LCD (Liquid Crystal
Display) adalah suatu jenis display elektronika yang dibuat dengan teknologi
CMOS logic yang bekerja dengan tidak menghasilkan cahaya tetapi
memantulkan cahaya yang ada di sekeliling terhadap frontlit atau
mentransmisikan cahaya dari back-lit. Rangkaian display pada alat ini
menggunakan LCD 20 x 4 yang befungsi untuk menampilkan hasil pengukuran
berat badan, proses tare dan lain-lain.

71
Gambar 3. 7Rangkain LCD Display

Tabel 3. 7 Komponen Rangkain LCD Display

No Nama Komponen Jumlah

1 Mikrokontroller Arduino Uno 1 Buah


2 I2C 1 Buah

3 LCD 20x4 1 Buah

3.3.7Perencanaan Rangkaian Power 9 VDC

Baterai yang digunakan baterai 9VDC dengan diameter 2.1 mm DC Jack


yang langsung disambungkan ke DC Soket 9V yang ada di arduino. Penggunaan
batre ini cukup sederhana karena kebutuhan sumber listrik pada arduino adalah
maksimal 12 VDC.

72
Gambar 3. 8 Rangkaian Power

Tabel 3. 8 Komponen Rangkain Power

No Nama Komponen Jumlah


1 Mikrokontroller Arduino Uno 1 Buah
2 Baterai 9 VDC 1 Buah
3 Sakelar On/Off 1 Buah

3.4 Flow Chart

Berikut adalah sistem kerja alat rancang bangun timbangan berat badan
digital berbasis arduino uno di unit hemodialisa yang dirancang dalam bentuk
flowchart. Untuk mengetahui sistem kerja alat pada flowchart berikut ini
adalah penjelasannya.

73
Gambar 3. 9 Flow Chart

74
Cara Kerja Flow Chart :

Pertama alat melakukan start kemudian terjadi proses inisialisasi sebagai


persiapan program dan mengalirkan tegangan pada setiap rangkaian serta
memberikan nilai awal pada rangkaian. Selanjutnya, sensor load melakakun
pengukuran untuk mengetahui nilai awal dari sensor dan hasil pengukuran
tersebut harus bernilai nol . Apabila nilai tidak sama dengan nol makan tombol
push button berfungsi untuk mereset nilai tersebut ke nilai nol. Apabila nilai
sudah pada posisi nol proses pengimbangan berat badan berlangsung jika tidak
ada perubahan nilai selama 3 detik makan akan di dapat nilai penimbangan berat
badan yang sebenarnya. apabila tidak tercapai maka berulang kepengukuran
awal hingaga nilai tercapai . Setelah tekanan tercapai penimbangan berat badan
terjadi proses output data dan akan ditampilkan pada lcd display. Untuk
melakukan penimbangan selanjutnya tekan tombol push button agar nilai
kembali ke nol.

3.5 Wiring Diagram


Diagram kawat atau wiring diagram adalah gambar kerja/gambar diagram
sederhana yang menggambarkan rangkaian pengkabelan atau pengkawatan
peralatan elektronik dengan bantuan simbol-simbol dalam bentuk yang
disederhanakan. Diagram kawat ibarat peta yang menunjukkan fungsi dari suatu
peralatan elektronik dan komponen-komponen penyusunnya yang saling
tersambung sebagai satu rangkaian elektronik dan juga menunjukkan aliran arus
pada rangkaian elektronik. Dibawah ini gambar wiring diagram dari seluruh
rangkaian pada modul :

75
Gambar 3. 10 Rangkaian Keseluruhan

76
3.6 Perencanaan Desain Alat
Untuk mempermudah dalam pembuatan modul atau alat maka penulis telah
membuat desain alat yang mana nanti akan diwujudkan dalam bentuk alat yang
sesungguhnya. Berikut ini adalah gambar desain alat yang akan dibuat

Gambar 3. 11 Desain Alat

77
BAB IV
PENDATAAN, PENGUKURAN, PENGUJIAN
DAN ANALISA DATA

Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai spesifikasi alat, uji fungsi
alat, uji keamanan, pengukuran atau pengujian dan analisa data modul timbangan
digital dengan posisi duduk. Bab ini bertujuan untuk mengetahui apakah program
dan rangkaian yang telah dibuat sudah sesuai dengan yang direncanakan.

4.1 Spesifikasi Alat

Gambar 4. 1 Modul Timbangan

78
Timbangan digital dengan posisi duduk yang penulis rancang memiliki
spesifikasi sebagai berikut :

Nama Alat : Timbangan Digital Dengan Posisi Duduk


Tegangan Input : Max 9VDC
Sumber Tegangan : Baterai 9VDC
Berat Pengukuran Max : 1 s/d 100Kg
Jenis Sensor : Load Cell ( Alluminium Alloy)
Pengontrol Rangkaian : Arduino Uno
Layar Display : LCD 20 x 4

4.1.1 Standar Prosedur Operasional Penggunaan Alat Timbangan Digital

Sebelum melakukan penimbangan pastikan timbangan di posisikan di lantai


yang permukaannya rata. Berikut adalah standar operasional penggunaan alat
timbangan digital :

a. Nyalakan timbangan dengan menekan tombol On/off


b. Tunggu tampil nilai 0 (nol) pada layar
c. Persilahkan pasien duduk untuk melakukan penimbangan berat badan
d. Pastikan pasien tidak melakukan pergerakan atau pasien pada posisi diam
e. Posisikan pasien bersandar pada sandaran dudukan timbangan
f. Tunggu sampai pengukuran berhenti dan alarm berbunyi menandakan berat
badan yang sebenarnya sudah tercapai
g. Persilahkan pasien turun dari timbangan apabila telah selesai melakukan
penimbangan berat badan
h. Tulis hasil pengukuran berat badan
i. Tekan tombol push button untuk mengambalikan nilai timbangan kembali
ke posisi 0 (nol).
j. Lakukan penimbangan pada pasien berikutnya.
k. Apabila sudah selesai penimbangan matikan timbangan dengan menekan
tombol On/Off.

79
4.2 Uji Fungsi Alat

Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui fungsi alat atau modul pencegah
serangan jantung apakah alat sudah berfungsi dengan baik atau tidak sesuai
dengan perncanaan.

Tabel 4. 1 Uji Fungsi Alat

Parameter Uji Fungsi Tindakan Keterangan


No
1 Kabel Baterai Mengkoneksikan Baterai Berfungsi
ke alat
2 Tombol On/Off Pengecekan On/Off Befungsi
3 Tombol Push Button Pengecekan Push Button Berfungsi
4 Display Menampilkan Program Berfungsi
5 Sensor Pengujian fungsi Berfungsi
Pembacaan
6 Fisik Alat Pengujian secara fisik Berfungsi

4.3 Uji Keamanan Alat


Dikarenakan alat yang dirancang oleh penulis ini merupakan alat timbangan
yang menggunakan sumber tegangan baterai 9 VDC dan bahan untuk duduk
pasien terbuat dari bahan pelastik makan apabila terjadi kebocoran arus tidak
akan berdampak bahaya terhadap pasien. Badan alat tidak terbuat dari bahan-
bahan yang mudah menghantarkan listrik. Tidak semua dadan alat terbuat dari
bahan besi namun juga menggunakan bahan plastik yang pada dasarnya bersifat
isolator. Sehingga alat akan aman ketika digunakan.

Sedangkan untuk pengamanan sumber tegangan, penulis memberikan


indikator presentasi baterai. Sehingga apabila baterai akan habis dapat dilihat
langsung pada layar. Sementara itu untuk pengamanan pada alat ketika
timbangan berat badan melebihi kapasitas makan penulis memberikan
peringatan Overload apabila hasil pengukuran berat badan melebihi kepasitas
batas pengukuran maksimal.

80
4.4 Pengkuran dan Pengujian

Untuk mengetahui secara keseluruhan sumber tegangan dan keluaran yang


ada pada alata serta untuk mengetahui fungsi alat timbangan digital ini, maka
penulis melakukan pengukuran dan pengujian.

Adapun kelengkapan perlatan pengukuran yang dilakukan oleh penulis adalah


sebagai berikut.

4.4.1 Pengukuran Kelistrikan

Digunakan saat mengukur tegangan DC pada baterai dan keluaran output


regulator pada arduino. Sepesifikasi alat yang digunakan adalah sebagai
berikut:

Gambar 4. 2 Multi Meter Digital

Merk : B-Side
Type : ZT102
Buatan : China
Tabel 4. 2 Tabel Pengukuran Tegangan

Tegangan
Hasil
No Baterai Yang
Pengukuran
Diatur
1 Baterai 9V 9V 9.3 V

2 Regulator 5V 5V 4.9 V

81
4.4.2 Pengukuran Tegangan Output Sensor Load Cell

Berikut ini adalah pengukuran hasil output dari sensor load cell dengan
memberikan beban pada modul timbanga berat badan digital.

Tabel 4. 3 Pengkuran Vout Load Cell

No Beban Tegangan Vout


1 1 Kg 5 Volt 0,29 mV
2 2 Kg 5 Volt 0.3 mV
3 4 Kg 5 Volt 0.39 mV
4 5 Kg 5 Volt 0.4 mV

4.4.3 Pengujian Modul Dengan Anak Timbangan

Untuk mengetahui kemampuan pengukuran berat badan pada alat


timbangan digital penulis menggunakan anak timbangan dengan nilai berat 1
Kg, 2 Kg, 3 Kg, 5Kg..
Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui persentase error dan
Akurasi dari modul disetiap titik ukur yang ditentukan menggunakan anak
timbangan. Pengukuran tekanan dilakukan tujuh kali di setiap titik ukurnya,
kemudian setiap masing - masing titik ukur tersebut diambil rata – ratanya.
Beikut ini adalah hasil pengujian pada timbangan duduk digital menggunakan
anak timbangan dengan berat 1Kg, 2Kg dan 3Kg, dan 5Kg seperti dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4. 4 Pengujian Dengan Anak Timbangan

Berat Titik Ukur Rata – rata Error


No
(kg) 1 2 3 4 5 6 7 (Kg) (%)
0
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
0
2 2 2 2 2 2 2 2 2
2
0
3 3 3 3 3 3 3 3 3
3
0
5 5 5 5 5 5 5 5 5
4
0
Presentasi Rata-rata Error

82
4.4.4 Pengujian Modul Dengan Pasien

Pada pembahasan ini penulisa akan menampilkan data hasil dari pengukuran
berat badan terhadap pasien mengggunkan modul timbangan digital . Pengujian
dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan tiga kategori berat badan
yaitu berat badan ringan, sedang dan berat badan besar hingga melabihi
kapasitas pegukuran. Untuk berat badan kecil dewasa yaitu 40-60 Kg, untuk
berat badan sedang dewasa 60-70Kg , sementara untuk berat badan besar yaitu
80kg hingga melabihi kapasitas timbangan diatas 100 Kg. Masing-masing
kategori berat dilakukan pengukuran sebanyak 3 (tiga) kali pengukuran.
Berikut ini adalah hasil dari pengukuran yang penulis telah laksanakan yang di
tampilkan pada tabel-tabel berikut:

Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Terhadap Pasien Berat Badan Ringan (40-60Kg)

Nama Berat Badan Pengukuran (kg) Rata – Rata Error


NO (%)
Pasien Sebenarnya 1 2 3 (kg)

1 Benny 50 49.9 49.9 49.9 49.9 0.2

2 Inke 45.3 45.3 45.3 45.3 45.3 0

3 Irfan 45.5 45.2 45.3 45.3 45.3 0.4

Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Terhadap Pasien Berat Badan Sedang (60-70Kg)

Nama Berat Badan Pengukuran (kg) Rata – Error


NO (%)
Pasien Sebenarnya 1 2 3 Rata (kg)

Purnama 75 75 75.2 75.2


1 75.1 0.1
Dameria 73 72.7 72.8 73
2 72.7 0.4
Kris P 78 78.2 78.2 78.2
3 78.2 0.2

Rata-rata 70.7 70.6 0.12

83
Tabel 4. 7 Hasil Pengujiaan Terhadap Pasien Berat Badan Besar (80Kg- Overload)

Nama Berat Badan Pengukuran (kg) Rata – Rata Error


NO
Pasien Sebenarnya (kg) (%)
1 2 3
Gatot D 90 89.9 90 89.9
1 89.9 0.1
Hilman 108 108.2 108.1 108
2 108.1 (OL) 0.1
Jumhana 82 81.8 81.9 81.8
3 81.8 0.2

Rata-rata 93.3 93.2 0.7

4.4.5 Pengujian Modul Dengan Alat Sebenarnya

Untuk mendaptakan nilai perbandingan modul yang telah dibuat, maka


penulis melakukan pengujian modul dengan alat yang sebenarnya. Berikut ini
ada hasil pengujiannya :

Tabel 4. 8 Hasil Pengukuran Modul dengan Alat Sebenarnya

No Nama Berat Alat Modul Selisih


Badan Sebenarnya
1 Mariani 50 49.1 49.1 -

2 Dina. C 47 47.4 47.2 0.2

3 Inke 45.3 45.3 45.3 -

4 Eva. N 58 58.3 58.3 -

5 Friska 59 59.3 59.4 0.1


Rata-rata 51.9 51.8 0.06

84
4.5 Analisis Data

Setelah melakukan pengukuran dan pengujian modul terhadap pasien dan


menggunkan anak timbangan, modul terhadap pasien dan pegujian dengan
membandingkan modul ke alat yang sebenarnya. Maka dilakukan analisa data
terhadap semua hasil pengujian tersebut.

4.5.1 Analisa Data Pada Sumber Tegangan

Setelah mendapatkan data dari hasil pengukuran. Data tersebut dapat


menentukan presentase error sebagai berikut:

 Baterai = x100%

= x100%
= 0.05 %

 Regulator 5V = x100%

= x100%
= 0.02 %

Dengan rumus yang sama, berlaku pula pada proses perhitungan


selanjutnya, yang telah diproleh pada tabel dari hasil pendataan diatas, dapat
diambil tingkat keakurasian pada masing-masing tegangan sebagai berikut:

 Pada pengukuran baterai memiliki persentase error 0.05 % sehingga


memiliki tingkat akurasi sebesar 99.95 %.
 Pada pengukuran regulator 5 V memiliki persentase error 0.02%
sehingga memiliki tingkat akurasi sebesar 99.98 %.

4.5.2 Analisa Data Pengukuran Tegangan Output Sensor Load Cell

Setelah melakukan pengukuran tegangan output pada sensor load cell


dengan memberikan beban 1Kg, 2 Kg, 3Kg dan 5Kg lalu dilakukan analisa
terhadap hasil pengukuran. Dengan mengambil nilai rata-rata dari hasil
pengukuran maka didapat hasil analisa sebagai berikut :

85
Nilai rata-rata : 0.94 + 0.96 + 0.92 + 0.92/4

= 0.35 mV

Nilai Eror = 5 – 0.35 x 100%


5

%Error = 0.93 %

Akurasi = 100% - 0.93 % = 99.07 %

Dari hasil analisa tersebut diatas di dapat tengangan output rata-rata yang
dihasilkan oleh sensor load cell adalah 0.35mV dan dapat disimpulkan bahwa
nilai tersebut masih pada posisi normal berdasarkan nilai output maksimal dari
sensor load cell yaitu 2mV.

4.5.3 Analisa Data Pengujian Modul Dengan Anak Timbangan

Setelah melakukan pengkuran dan pengujian pada modul menggunakan anak


timbangan pada tujuh titik ukur dan nilai timbangan 1Kg, 2Kg, 3Kg dan 5Kg,
telah didapat data dengan persentasi error yaitu 0%, seperti terdapat pada tabel
4.3.

% Error = Parameter Ukur – Nilai Ukur x 100%


Parameter Ukur

 Pengujian 1 Kg = 1-1 x 100% = 0%


1

 Pengujian 2 Kg = 2-2 x 100% = 0%


2

 Pengujian 3 Kg = 3-3 x 100% = 0%


3

 Pengujian 5 Kg = 5-5 x 100% = 0%


5
 Nilai rata-rata persentase Error = 0%

Dari data tersebut diatas, berlaku pula pada proses perhitungan selanjutnya,
yang telah diproleh pada tabel dari hasil pendataan diatas, dapat diambil tingkat

86
keakurasian pada masing-masing pengujian nilai timbangan dengan cara
mengambil nilai rata-rata. Maka diapat nilai keakurasian modul sebagai berikut:

% Keakurasian Modul Timbangan = 100 % - Nilai Error (%)

Tingkat keakurasian modul timbangan adalah :

% Keakurasian Modul Timbangan = 100 % - 0 %

= 100 %

Dengan dilakukannya pengujian pada modul menggunkana anak timbangan


maka didapat nilai keakurasian modul adalah 100%.

4.5.3 Analisa Data Pengujian Modul Pada Pasien

Untuk pengujian modul pada pasien menggunakan tiga variable berat badan
yaitu, berat badan ringan, berat badan sedang dan berat badang besar. Yang
mana masing variable tersebut telah dilakukan pengukuran seperti yang terdapat
pada tabel 4.4 sampai 4.6, dan telah didapatkan data pengujian dan pengukuran.

Agar dapat diketahui tingkat persentasi error dan keakurasian alat makan
penulis melakukan analisa data sebagai berikut:

% Error = Parameter Ukur – Nilai Ukur x 100%


Parameter Ukur
Dengan langsung mengambil nilai rata hasil pengkuran maka didapatkan nilai
error nya adalah :

 Berat badan rinngan

= Parameter Ukur – Nilai Ukur x 100%


Parameter Ukur

= 52.5 – 52.4 x 100%


52.5

= 0.1%

87
 Berat badan sedang
= Parameter Ukur – Nilai Ukur x 100%
Parameter Ukur
= 70.7 – 70.6 x 100%
70.7

= 0.1 %

 Berat badan besar


= Parameter Ukur – Nilai Ukur x 100%
Parameter Ukur
= 93.3 – 93.2 x 100%
93.3
= 0.1 %

Di dapat rata-rata error pada pengkuran tersebut adalah =

= 0.1 + 0.1 + 0.1 : 3 = 0.1 %

Dari data tersebut diatas, maka didapat nilai keakurasian modul sebagai berikut:

% Keakurasian Modul Timbangan = 100 % - 0. 1 %

= 99.9 %

4.5.4 Analisa Data Pengujian Modul Dengan Alat Sebenarnya

Penulis melakukan pengujian modul dengan alat sebenarnya guna


membandingkan tingkat akurasi modul yang telah dibuat. Dari hasil pengujian
tersebut telah didapat data seperti yang ada pada tabel 4.7. Adapun nilai keakurasi
modul adalah sebagai berikut :

% Error = Rata-rata alat sebenarnya – alat modul x 100%


Rata-rata alat sebenarnya
= 51.9 – 51.8 x 100 %
51.9
= 0.01 %

% Keakurasian Modul Timbangan = 100 % - 0.1 %

= 99.9 %

88
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pengujian hasil perancangan alat timbangan berat badan


digital di unit hemodialisa , dapat diambil beberapa kesimpulan:

1. Bahwa dengan pengukuran pasien terhadap modul (alat yang dirancang),


anak timbangan dengan modul dan timbangan sebenarnya dengan modul
(alat yang dirancang), dapat disimpulkan untuk tingkat keaukurasianya
adalah :

a. Pasien terhadap modul

% Keakurasian Modul Timbangan = 100 % - 0 %


= 100 %
b. Anak timbangan terhadap modul

% Keakurasian Modul Timbangan = 100 % - 0.1 %


= 99.9 %
c. Modul terhadap alat sebenarnya

% Keakurasian Modul Timbangan = 100 % - 0.1 %


= 99.9 %
2. Alat yang dirancang telah dapat bekerja sebagaimana fungsinya

3. Hasil pengukuran berat badan dapat di tampilkan pada layar LCD

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis memberikan berupa saran-


saran sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan alat timbangan digital
dengan posisi duduk untuk pasien sebelum dan sesudah cuci darah:

1. Menambahkan memori record untuk penyimpanan data pasien


2. Menambahkan menu input data pasien

89
3. Menambahkan menu waktu pengukuran berat badan baik jam, tanggal,
dan hari.
4. Jika memungkinkan menambahkan pengukuran berat maksimal hingga
150 atau 200 Kg.

90
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, A. (2012). Asuhan Gizi Nutritionsl Care Proscess. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Cahyaningsih, N. D. (2014). Panduan praktis perawatan gagal ginjal .


Yogyakarta: Mintra Candika.

Garrits, R. V. (t.thn.). Berat Badan IDeal. 2015:


Http://www.kerjanya.net/faq/10861-berat-badan-ideal.html.

Kadir, A. (2018). Arduino dan Sensor. Yogyakarta: ANDI.

Neptune Ners. (2019). Makalah Gagal Ginjal.


https://www.academia.edu/28437695/ makalah_gagal_ginjal,.

NS. Maryana, D. (2019). Anatomi Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Purba, G. (2017). Rancang Bangun Sistem Timbangan Otomatis Berbasis


Atmega328. Universitas Sumatra Utara.

Sunardi, R. (2016). Komunikasi Data, Cara Kerja Arduino. Makasar: ST


Manajemen dan Informatika.

Suryarinilish, Y. (2010). Hubungan penambahan berat badan antara dua waktu


dialisis dengan kualitas hidup pasien. Jakarta: Perpustakaan.

Tim Hemodialisa. (2019). DIktat Pelatihan Dialisis RSUP DR. Hasan Sadikin.
Bandung: Dikta RSUP DR. Hasan Sadikitn.

91

Anda mungkin juga menyukai