Anda di halaman 1dari 46

ANALISA PERALATAN LIGHTNING ARRESTER PADA GARDU

INDUK 150 KV JEKULO KUDUS

PROPOSAL SKRIPSI

SANDY RYAN HANDOKO

NPM 17660014

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK DAN
INFORMATIKA UNIVERSITAS PGRI
SEMARANG
2021

i
ANALISA PERALATAN LIGHTNING ARRESTER PADA
GARDU INDUK 150 KV JEKULO KUDUS

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Dan Informatika

Universitas PGRI Semarang Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program S1 Teknik Elektro

SANDY RYAN HANDOKO

NPM 17660014

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK DAN
INFORMATIKA UNIVERSITAS PGRI
SEMARANG
2021

ii
PROPOSAL SKRIPSI

ANALISA PERALATAN LIGHTNING ARRESTER PADA


GARDU INDUK 150 KV JEKULO KUDUS

Disusun dan diajukan oleh

SANDY RYAN HANDOKO

NPM 17660014

Telah disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkan untuk


disusun menjadi skripsi
Pada tanggal April 2021

Pembimbing I, Pembimbing II,

Margono, S.T., M.Eng. Imadudin Harjanto, S.T., M.Eng


NPP. 136101383 NPP. 138401393

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................4
ABSTRAK........................................................................................................................5
BAB I................................................................................................................................6
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................8
1.3 Pembatasan Masalah..........................................................................................................8
1.4 Tujuan Penelitian...............................................................................................................9
1.5 Manfaat Penelitian.............................................................................................................9
BAB II...............................................................................................................................5
2.1 Teori Dasar........................................................................................................................8
2.1.1 Gardu Induk.......................................................................................................................8
2.1.2 Fungsi Gardu Induk...........................................................................................................8
2.1.3 Klasifikasi Gardu Induk.....................................................................................................9
2.2 Peralatan Peralatan Pada Gardu Induk.............................................................................13
2.3 Bagian Bagian Arrester...................................................................................................15
2.4 Jenis Jenis Arrester..........................................................................................................15
2.5 Syarat-Syarat Arrester.....................................................................................................18
2.6 Penempatan Arrester.......................................................................................................19
2.7 Pemeliharaan Lightning Arrester.....................................................................................20
BAB III............................................................................................................................29
3.1 Metode Peneliitian Skripsi...............................................................................................29
3.2 Lokasi Penelitian.............................................................................................................29
3.3 Prosedur Penelitian..........................................................................................................30
3.4 Pengumpulan Data...........................................................................................................32
3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................................32
3.6 Teknik Analisis Data.......................................................................................................33
3.7 Jadwal rencana penelitian................................................................................................34

iv
ABSTRAK

Proses penyaluran energi listrik dari gardu induk ke konsumen sering kali
terjadi gangguan, gangguan listrik pada gardu induk disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti kurang baiknya
peralatan itu sendiri sedangkan faktor eksternal seperti human error dan juga bisa
gangguan alam seperti petir, gempa, banjir, angin dan lain -lain. Sistem proteksi
sebagai pengaman pada peralatan listrik yang terdapat pada gardu induk.
Lightning Arrester. memiliki peran penting dalam gardu induk untuk membatasi
switching dan lonjakan petir lalu lonjakan petir dialirkan ke tanah. kinerja
lightning arrester berdasarkan jarak penempatannya terhadap peralatan yang di
lindungi,diperoleh Tegangan Sistem Maksimum 165 Kv, tegangan pengenal
Lightning Arrester 132 Kv Impedansi Saluran/Penghantar 475,764 Ω, Tegangan
Tembus Isolasi Udara 1515,8 Kv, Arus Pelepasan Arrester 4,27 KA dan jarak
optimum jarak antara lightning arrester dan transformator 10,96 M.

Kata Kunci : Gardu Induk, Petir, Lightning Arrester,

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi listrik sangat diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Energi listrik


yang sampai kepelanggan atau pun konsumen diperlukan keandalan agar dalam
pendistribusian energi listrik tidak terjadi gangguan. Gangguan yang disebabkan
adanya arus lebih di sistem transmisi menimbulkan terputusnya pasokan listrik ke
beban dan menyebabkan kerugian pada sistem transmisi maupun kerugian pada
konsumen. Hubung singkat yaitu terjadinya hubungan penghantar bertegangan
atau pengahantar tidak bertegangan secara langsung dan tidak langsung melalui
media (resistor atau beban), sehingga menyebabkan aliran arus tidak normal.

Sistem proteksi mempunyai peranan penting ketika operasi sistem tenaga


listrik mengalami gangguan. Dengan adanya sistem proteksi diharapkan dapat
meminimalisir area gangguan dan sebagai pengaman peralatan listrik sehingga
memenuhi kriteria feasibilitas dan ekonomis untuk menyediakan tenaga listrik
secara handal dan berkualitas. Tetapi semua tujuan tersebut tidak akan tercapai
apabila terjadi salah operasi pada sistem proteksi. Kesalahan operasi disebabkan
oleh sistem proteksi yang bekerja tidak semestinya akibat kekeliruan setting atau
kekeliruan operasi sistem. Oleh sebab itu, perlu ketelitian dalam penyetelan dan
pengujian secara periodik serta pengoperasian sistem yang sesuai prosedur.

Dalam proses penyaluran energi listrik dari gardu induk ke konsumen sering
kali terjadi gangguan, gangguan listrik pada gardu induk disebabkan oleh dua
faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti kurang baiknya
peralatan itu sendiri sedangkan faktor eksternal seperti human error dan juga bisa
gangguan alam seperti petir, gempa, banjir, angin dan lain -lain. Maka dari itu
sistem proteksi gardu induk mempunyai peranan sangat penting sebagai
pengaman pada peralatan listrik yang terdapat pada gardu induk. Salah satu sistem
proteksi pada gardu induk adalah Lightning Arrester.

6
Lightning Arrester merupakan peralatan yang paling penting untuk
melindungi gardu induk dari teganggan tinggi, arrester memiliki peran penting
dalam gardu induk untuk membatasi switching dan lonjakan petir lalu lonjakan
petir dialirkan ke tanah. Dalam sistem tenaga listrik arrester merupakan kunci
isolasi saat surja (surge) tiba di gardu induk kemudian arrester akan melepaskan
muatan listrik dan tegangan abnormal yang akan mengenai gardu induk dan
peralatannya akan berkurang (Sintianingrum, dkk: 2016).

Penempatan arrester untuk teganggan tinggi gardu induk dapat ditentukan


dengan beberapa evaluasi dan proses merancang gardu induk, oleh karena itu
kegagalan arrester selama over voltage dapat menyebabkan gardu induk berada
dalam resiko kerusakan. Setiap sistem tenaga listrik perlu dilindungi dari lonjakan
petir, untuk mencegah kerusakan sistem tenaga listrik, dengan perancangan yang
baik dan benar sangat penting sebagai pertimbangan perlindungan sistem tenaga
listrik.

Penentuan posisi optimum arrester sangat mempengaruhi dalam melindungi


sistem tenaga listrik dan meminimalisir resiko kegagalan, sehingga
memungkinkan pemeliharaan skema perlindungan yang tepat di masing–masing
jaringan, sebagai akibatnya biaya perlidungan menjadi berkurang sesuai dengan
biaya dari unsur–unsur yang dilindungi.

Prinsip kerja arrester yaitu dalam keadaan normal arrester berlaku sebagai
isolator, dan saat timbul teganggan surja alat ini berubah menjadi konduktor yang
tahanannya relatif rendah, sehingga dapat menyalurkan kan arus yang tinggi ke
tanah. Setelah surja hilang, arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolasi.

Umumnya arrester dipasang pada setiap ujung saluran udara tegangan tiggi yang
memasuki gardu induk (Wiwin, dkk: 2018). Mengoptimalkan lokasi arrester di
jaringan distribusi dapat meningkatkan kinerja dari jaringan distirbusi tersebut
dalam melindungi peralan terhadap induksi petir.

Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka setiap pemasangan gardu induk
harus dilengkapi dengan arrester. Agar mendapatkan hasil terbaik dari arrester
diperlukan penempatan arrester yang optimum yang sangat mempengaruhi fungsi
dan kinerja arrester tersebut dalam melindungi peralatan dari teganggan lebih.

7
Salah satu cara mengatasi masalah yang terjadi akibat gangguan alam seperti petir
yang menimbulkan tegangan lebih yang akan merusak peralatan dengan
pemakaian arrester.

Arrester ini harus mampu menyalurkan arus gangguan surja petir yang terjadi
secepatnya ke tanah. Dengan demikian, pada sebuah gardu induk sangat
diperlukan perlindungan terhadap gangguan surja petir. Penempatan arrester
sedekat mungkin dengan peralatan dapat melindungi peralatan dari gangguan
tegangan lebih transien. Saat terjadi gelombang berjalan yang menimbulkan
tegangan lebih terhadap peralatan yang letaknya sedikit jauh dari arrester.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengklarifikasikan


perumusan masalah yang akan dibahas dan dikaji dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana Proteksi Lighting Aresster Sebagai Proteksi Tegangan


Lebih Pada Gardu Induk 150 Kv Jekulo Kudus?

2. Bagaimana Performa Lighting Arrester Untuk Proteksi Pada


Gardu Induk 150 Kv Jekulo Kudus ?

3. Bagimana pelaksanaan pemeliharaan peralatan Lighting Arrester


di Gardu Induk 150 Kv Jekulo Kudus?

1.3 Pembatasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini penulis hanya membahas sistem Proteksi
Lighting Arrester Pada Gardu Induk 150 Kv Jekulo Kudus.

8
1.4 Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang ada dan pembatasan masalah, maka dapat diuraikan
peneliti bahwa tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah peralatan lightning arrester yang terpasang
pada gardu induk jekulo kudus telah sesuai dengan kebutuhan sistem.?
2. Untuk mengetahui jarak optimum penempatan arrester terhadap
peralatan yang dilindungi ?
3. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeliharaan peralatan Lighting
Arrester di Gardu Induk 150 Kv Jekulo Kudus?
1.5 Manfaat Penelitian

Dengan tujuan penelitian tersebut, peneliti mengharapkan penelitian ini dapat


memberikan manfaat antara lain:
1. Untukmeningkatkan kehandalandan kualitas sistem proteksi pada Gardu
Induk.
2. Sebagai panduan untuk perusahaan di dalam melakukan koordinasi
proteksi

9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian yang dilakukan oleh Syaiful Amri, Wahyuddin.k (2018) dengan
judul penelitian “ANALISIS ARRRESTER PADA JARINGAN 20 KV DI PLN
(PERSERO) RAYON SOPPENG”. dimana dalam skripsi ini akan ditentukan
karakteristik kerja dari arrester serta jarak maksimum arrester dari peralatan dalam
hal ini adalah transformator distribusi. Metode yang digunakan dalam skripsi ini
metode Koordinasi Isolasi. Penempatan lightning arrester dapat mempengaruhi
kinerja lightning arrester tersebut dalam memproteksi trafo pada gardu distribusi
melatarbelakangi skripsi ini. Tingkat kegagalan proteksi arrester sangat
tergantung dari TID peralatan, tegangan kerja lightning arrester dan lokasi
penempatan arrester itu sendiri. Dari hasil perhitungan dan analisis data
menunjukkan bahwa pada jaringan 20 kV penyulang empat Soppeng TID
transformator sebesar 5 kA dengan 125 kV, karakteristik kerja arrester dengan
tegangan pengenal 24 kV, tegangan pelepasan 87 kV serta arus pelepasan sebesar
5 kA dengan tingkat perlindungan 95,7 kV. Hal ini sesuai dengan SPLN 7: 1978
yang menetapkan tingkat isolasi dasar transformator dan penangkal petir.
Sedangkan dari hasil perhitungan untuk jarak penempatan arrester terhadap
transformator tidak boleh melebihi 2,745 meter dimana sudah sesuai dengan
kondisi teknis di lapangan sehingga penempatan dan penyambungan arrester
masih dalam kondisi yang diperbolehkan. Akan tetapi sistem perlindungan ini
masih dapat ditingkatkan lagi keandalannya dengan cara meningkatkan tahanan
isolasi hantaran udara dan menempatkan arrester pada titik-titik sepanjang
jaringan distribusi yang berpotensi rawan terkena sambaran petir dengan jarak
penempatannya tidak lebih dari 2,745 m.
Penelitian yang dilakukan G. Riana Naiborhu(2014) dengan judul
“PENGUJIAN DALAM PENGGUNAAN DAN DIAGNOSIS ARRESTER
METAL OXIDE TANPA CELAH menjelaskan pengujian strategi dan risiko
penilaian untuk penggunaan dalam pelayanan diagnosis Arrester Metal Oxide
tanpa celah yang dipasang di gardu terisolasi. Studi kasus yang berbeda
ditampilkan untuk menunjukkan pengalaman lapangan dengan prosedur untuk
pengujian,

5
diagnosis dan penilaian risiko berdasarkan tingkat yang berbeda dari informasi
yang tersedia dari surge arrester dan sejarahnya. Penilaian risiko didasarkan pada
perbandingan dengan dilakukan pembacaan ketika arrester difungsikan, analisis
kenaikan dari waktu ke waktu dan / atau perbandingan kebocoran arus resistif
maksimum yang direkomendasikan oleh produsen arester. Disini sistem
memberikan informasi yang diperlukan tentang kondisi arrester dalam rangka
pemanfaatan masa pakai arrester dan membawa arrester keluar dari jaringan
listrik sebelum tidak berfungsi.

Penelitian yang dilakukan oleh Banu Wahyudi (2019) dengan judul


“ANALISIS EFISIENSI TURBIN UAP TERHADAP KAPASITAS LISTRIK
PEMBANGKIT” yang dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit unit kebun timur. Pada
penelitian ini mendapatkan kesimpilan bahwa Proses Turbin uap khususnya pada
pabrik kelapa sawit unit kebun timur terdiri dari siklus bahan bakar, siklus uap
dan air, serta siklus pembakaran. Efisiensi turbin uap yang dihasilkan Pada
minggu 1 = 13,63 %, minggu 2 = 13,83%, minggu 3 = 13,49%, minggu 4 =
12,87%. Daya keluar yang di alirkan turbin uap ke generator adalah sebesar 1.554
KW = 1.554.000 Watt, daya yang di alirkan ke pembangkit listrik yaitu sebesar
1.239 KW, sedangkan daya yang di alirkan per rumah masyarakat yaitu sebesar
900 Watt. Jadi daya yang di alirkan keseluruh rumah masyarakat yaitu 315.000
Watt.

Penelitian yang dilakukan oleh Tesa Mutia Anggraini1, Ari Susandy


Sanjaya, Ronggo Ahmad Wikanswasto (2018) yang berjudul “PERHITUNGAN
ASR & EFISIENSI INTERNAL STEAM TURBINE (BACK PRESSURE)”.
Pada Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kinerja yang dihasilkan turbin

6
uap yaitu dengan menghitung efisiensi internal turbin 31 PT 9 pada inlet tekanan
steam rendah. Selain itu untuk mengetahui hubungan antara ASR (Actual Steam
Rate) pada inlet tekanan steam rendah dan tinggi terhadap electrical power yang
dihasilkan. Kesimpilan pada penelitian ini bahwa pada hubungan antara
Electrical Power dengan efisiensi internal turbin dapat diketahui bahwa semakin
besar Electrical Power yang dihasilkan maka semakin besar efisiensi internal
turbin.

Penelitian yang dilakukan oleh Jamaludin, Iwan Kurniawan (2017) dengan


judul penelitian “ANALISIS PERHITUNGAN DAYA TURBIN YANG
DIHASILKAN DAN EFISIENSI TURBIN UAP PADA UNIT 1 DAN UNIT 2
DI PT. INDONESIA POWER UBOH UJP BANTEN 3 LONTAR”. Pada
penelitiannya menjelaskan Pada proses pembangkit listrik di PLTU BANTEN 3
LONTAR daya rated yang dibangkitkan (rated output) oleh turbine generator
sebesar 315MW. Hal ini berdasarkan pada desain awal yang tertera dalam manual
book. Secara aktual, daya yang dibangkitkan tidak statik pada nilai rated. Efisiensi
dari turbin akan mempengaruhi kinerja dari sistem PLTU. Semakin besar efisiensi
generatornya maka keandalan sistem juga semakin baik. Efisiensi turbin
mengalami penurunan akibat beberapa faktor seperti sering terjadinya derating
(penurunan beban) atau trip (unit shutdown), faktor lamanya pemeliharaan,
kesalahan dalam pengoperasian dan perawatan serta faktor-faktor lain. Efisiensi
turbin merupakan parameter yang menyatakan derajat keberhasilan komponen
atau sistem turbin mendekati desain atau proses ideal dengan satuan (%).
2.1 Teori Dasar

2.1.1 Gardu Induk


Gardu induk di sebut juga gardu unit pusat beban yang merupakan
gabungan dari transformer dan rangkaian switch gear yang tergabung dalam satu
kesatuan melalui sistem kontrol yang saling mendukung untuk keperluan
operasional. Pada dasarnya gardu induk bekerja mengubah tegangan yang
dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik menjadi tenaga listrik menjadi
tegangan tinggi atau tegangan transmisi dan sebaliknya mengubah tegangan
menengah atau tegangan distribusi.
Gardu Induk juga merupakan sub sistem dari sistem penyaluran
(transmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran
(transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga
listrik. Berarti, gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik.
Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai
peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem
penyaluran (transmisi) secara keseluruhan. Pengaturan daya ke gardu-gardu
induk lainnya melalui tegangan tinggi dan gardu-gardu induk distribusi melalui
feeder tegangan menengah.

2.1.2 Fungsi Gardu Induk


Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi)
tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi).
Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik. Fungsi
gardu induk secara umum :

1. Mentransformasikan daya listrik.

2. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem

tenaga listrik.

3. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui

tegangan tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah melalui

proses penurunan tegangan melalui penyulang-penyulang (feeder- feeder)

12
tegangan menengah yang ada di gardu induk.

4. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal

PLN), yang kita kenal dengan istilah SCADA.

5. Menyalurkan tenaga listrik (kVA, MVA) sesuai dengan kebutuhan pada

tegangan tertentu. Daya listrik dapat berasal dari Pembangkit atau dari

gardu induk lain.

2.1.3 Klasifikasi Gardu Induk


Gardu induk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam menurut
dari segi fungsi, segi pemasangan, dan lain-lain. Berikut adalah jenis- jenis dari
Gardu Induk :
1. Gardu Induk (Substations) Berdasarkan Dari Pemasangan Peralatan
Gardu induk (substations) berdasarkan dari pemasangan peralatan
dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu Induk Pasang Luar (Out Door Substation)
Gardu induk jenis pasangan luar terdiri dari peralatan tegangan
tinggi pasangan luar. Pasangan luar yang dimaksud adalah diluar
gedung atau bangunan. Walaupun ada beberapa peralatan yang lain
berada di dalam gedung, seperti peralatan panel kontrol, meja
penghubung (switch board) dan baterai. Gardu Induk jenis ini ini
memerlukan tanah yang begitu luas namun biaya kontruksinya lebih
murah dan pendinginannya murah.
b. Gardu Induk Pasangan Dalam (Indoor Door Substation)
Disebut Gardu induk pasangan dalam karena sebagian
besar peralatannya berada dalam suatu bangunan. Peralatan ini
sepertihalnya pada gardu induk pasangan luar. Dari transformator
utama, rangkaian switchgear dan panel kontrol serta baterai semuanya.
Jenis pasangan dalam ini dipakai untuk menjaga keselarasan dengan
daerah sekitarnya dan untuk menghindari bahaya kebakaran dan
gangguan suara.

13
c. Gardu Induk Semi-Pasangan Luar (Semi-Out Door Substation)
Sebagian peralatan tegangan tingginya terpasang di dalam gedung
dan yang lainnya dipasang diluar dengan mempertimbangkan situasi
dan kondisi lingkungan. Karena konstruksi yang berimbang antara
pasangan dalam dengan pasangan luar inilah tipe gardu induk ini
disebut juga gardu induk semi pasangan dalam.
d. Gardu Induk Pasangan Bawah Tanah (Underground Substation)
Sesuai dengan namanya, gardu induk pasangan bawah tanah hampir
semua peralatanya terpasang dalam bangunan bawah tanah. Hanya alat
pendinginan biasanya berada diatas tanah, dan peralatan-peralatan yang
tidak memungkinkan untuk ditempatkan di bangunan bawah tanah.
Gardu induk jenis ini umumnya berada dipusat kota, karena tanah yang
tidak memadai.
2. Gardu Induk (Substations) Berdasarkan Dari Tegangan
Gardu Induk (Substations) Berdasarkan Dari Tegangan dapat
diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu Induk Transmisi
Yaitu gardu induk yang mendapat daya dari saluran transmisi untuk
kemudian menyalurkannya ke daerah beban (industri, kota, dan
sebagainya). Gardu induk transmisi yang ada di PLN adalah tegangan
tinggi 150 KV dan tegangan tinggi 30 KV.
b. Gardu Induk Distribusi
Yaitu gardu induk yang menerima tenaga dari gardu induk
transmisi dengan menurunkan tegangannya melalui transformator
tenaga menjadi tegangan menengah (20 KV, 12 KV atau 6 KV) untuk
kemudian tegangan tersebut diturunkan kembali menjadi tegangan
rendah (127/220 V atau 220/380 V) sesuai dengan kebutuhan.

14
3. Gardu Induk (Substations) Berdasarkan Dari Fungsinya
Gardu induk (substations) berdasarkan dari fungsinya dapat
diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu Induk Penaik Tegangan
Merupakan gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan tegangan,
yaitu tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi tegangan
sistem. Gardu Induk ini berada di lokasi pembangkit tenaga listrik.
Karena output voltage yang dihasilkan pembangkit listrik kecil dan
harus disalurkan pada jarak yang jauh, maka dengan pertimbangan
efisiensi, tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau
tegangan tinggi.
b. Gardu Induk Penurun Tegangan
Merupakan gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan, dari tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang lebih
rendah dan menengah atau tegangan distribusi. Gardu Induk terletak
di daerah pusat-pusat beban, karena di gardu induk inilah pelanggan
(beban) dilayani.
c. Gardu Induk Pengatur Tegangan
Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit
tenaga listrik. Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi
tegangan jatuh (voltage drop) transmisi yang cukup besar. Oleh
karena diperlukan alat penaik tegangan, seperti bank capasitor,
sehingga tegangan kembali dalam keadaan normal.
d. Gardu Induk Pengatur Beban
Berfungsi untuk mengatur beban. Pada gardu induk ini terpasang
beban motor, yang pada saat tertentu menjadi pembangkit tenaga
15
listrik, motor berubah menjadi generator dan suatu saat generator
menjadi motor atau menjadi beban, dengan generator berubah menjadi
motor yang memompakan air kembali ke kolam utama.
e. Gardu Induk Distribusi
Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem
ke tegangan distribusi. Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat
beban.

4. Gardu Induk (Substations) Berdasarkan Dari Isolasi


Gardu induk (substations) berdasarkan dari isolasi yang digunakan
dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain:
a. Gardu Induk Dengan Isolasi Udara
Merupakan gardu induk yang menggunakan isolasi udara antara
bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian yang bertegangan
lainnya. Gardu Induk ini berupa gardu induk konvensional
memerlukan tempat terbuka yang cukup luas.
b. Gardu Induk Yang Menggunakan Isolasi Gas SF 6
Gardu induk yang menggunakan gas SF 6 sebagai isolasi antara
bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian lain yang
bertegangan, maupun antara bagian yang bertegangan dengan bagian
yang tidak bertegangan. Gardu induk ini disebut Gas Insulated
Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS), yang memerlukan
tempat yang sempit.

5. Gardu Induk (Substations) Berdasarkan Dari Sistem Rel/ Busbar


a. Gardu Induk Sistem Ring Busbar
Merupakan gardu induk yang busbarnya berbentuk ring. Pada
gardu induk jenis ini, semua rel (busbar) yang ada, tersambung
(terhubung) satu dengan lainnya dan membentuk ring (cincin).
b. Gardu Induk Sistem Single Busbar
Merupakan gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar.

16
Pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk yang
berada pada ujung (akhir) dari suatu sistem transmisi.
c. Gardu Induk Sistem Double Busbar
Merupakan gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar.
Gardu induk sistem double busbar sangat efektif untuk mengurangi
terjadinya pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan
perubahan sistem (manuver sistem). Jenis gardu induk ini pada
umumnya yang banyak digunakan.

d. Gardu Induk Sistem Satu Setengah (On Half) Busbar


Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Pada
umumnya gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di
pembangkit tenaga listrik atau gardu induk yang berkapasitas besar.
Dalam segi operasional, gardu induk ini sangat efektif, karena dapat
mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan perubahan sistem
(manuver sistem). Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu
diagonal yang terpasang secara deret (seri).

2.1.4 Peralatan Peralatan Pada Gardu Induk


Berikut adalah beberapa peralatan utama pada Gardu Induk :
1. Transfomator
Transformator berfungsi untuk mentransformatorkan daya listrik, dengan
merubah besarnya tegangan sedangkan frekuensinya tetap. Transformator daya
di lengkapi dengan trafo pentanahan yang berfungsi untuk mendapatkan titik
netral dari trafo daya . peralatan ini disebut neutral current transformator
(nct),perlengkapan lainnya adalah pentanahan trafo yang disebut neutral
grounding resistance (NGR).
2. Neutral Grounding Resistance (NGR)
Neutral Grounding Resistance ( NGR) Adalah komponen yang di pasang
antara titik netral trafo dengan pentanahan. Berfungsi untuk memperkecil arus
17
gangguan yang terjadi.
3. Circuit Breaker (CB)
Circuit Breaker (CB) Peralatan pemutus yang berfungsi untuk memutus
rangkain listrik dalam keadaan berbeban. Dapat di operasikan pada saat jaringan
dalam kondisi normal maupun pada saat terjadi gangguan. Karena pada saat
bekerja Circuit Breaker (CB) mengeluarkan (menyebabkan timbulnya) busur
api maka pada Circuit Breaker (CB) dilengkapi dengan pemadam busur api
berupa minyak ( OCB) ,udara (ACB),gas(GCB).
4. Disconnecting Switch (DS)
Disconnecting Switch Adalah peralatan pemisah yang berfungsi untuk
memisahkan rangkaian listrik dalam keadaan tidak berbeban . karena
Disconnecting Switch hanya dapat dioperasikan pada saat kondisi tidak
berbeban , maka yang harus dioperasikan terlebih dahulu adalah CB.

Setelah rangkaian diputus oleh CB barulah DS di operasikan dalam GI, DS


terpasang di transformator bay (TR BAY), transmission line bay (TL
Bay),Busbar, bus couple.
5. Lighting Arrester (LA)
Lighting Arrester adalah suatu alat bagi pelindung suatu sistem tenaga
listrik terhadap surja petir. Alat pelindung terhadap surja petir ini berfungsi
melindungi peralatan sistem tenaga listrik dengan cara membatasi surja
tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah.
Surge Arrester merupakan peralatan yang didesain untuk melindungi
peralatan lain dari tegangan surja (baik surja hubung maupun surja petir) dan
pengaruh follow current. Sebuah arrester harus mampu bertindak sebagai
isolator, mengalirkan beberapa miliampere arus bocor ke tanah pada tegangan
sistem dan berubah menjadi konduktor yang sangat baik, mengalirkan ribuan
ampere arus surja ke tanah, memiliki tegangan yang lebih rendah dari pada
tegangan withstand dari peralatan ketika terjadi tegangan lebih, dan
menghilangan arus susulan mengalir dari sistem melalui arrester (power follow
current) setelah surja petir atau surja hubung berhasil didisipasikan.

18
Lightning Arrester memiliki peran penting di dalam koordinasi isolasi
peralatan di gardu induk. Fungsi utama dari Lightning Arrester adalah
melakukan pembatasan nilai tegangan pada peralatan gardu induk yang
dilindunginya. Panjang lead yang menghubungkan arrester pun perlu
diperhitungkan, karena inductive voltage pada lead ini ketika terjadi surge akan
mempengaruhi nilai tegangan total paralel terhadap peralatan yang dilindungi.
Tujuan dari proteksi petir pada serandang adalah untuk mengamankan
peralatan dan instalasi dari sambaran langsung surja petir. Pada keadaan
tegangan jaringan normal, tegangan nominal pelindung berperan sebagai isolasi
atau idealnya tidak mengalirkan arus dari jaringan tanah. Tetapi jika suatu
tegangan lebih impuls tiba pada terminal alat pelindung, maka alat pelindung
segera berubah menjadi penghantar dan mengalirkan arus impuls ke tanah
sehingga amplitude tegangan lebih yang merambat menuju peralatan yang
dilindungi berkurang menjadi dibawah ketahanan tegangan impuls peralatan
yang dilindungi.

2.2 Bagian Bagian Arrester

Berikut adalah beberapa bagianbagian yang ada pada arrester :

1. Elektroda

Terdapat dua elektroda pada arrester,yaitu elektroda atas yang


dihubungkan dengan bagian yang bertegangan dan elektroda bawah
yang dihubungkan ke tanah.

2. Spark Gap

Apabila terjadi tegangan lebih oleh surja petir atau surja


hubung pada arrester yang terpasang, maka pada spark gap atau
sela percik akan terjadi busur api.

3. Tahanan Katup

Tahanan yang digunakan dalam arrester ini adalah suatu jenis

19
material yang sifat tahanannya dapat berubah bila mendapatkan
perubahan tegangan.

2.3 Jenis Jenis Arrester

1. Arrester Jenis Ekspulsi

Digunakan pada sistem tenaga listrik bertegangan hingga 33 kV.


Konstruksinya diperlihatkan pada gambar 2.1. Arrester ini mempunyai dua
sela yang terhubung seri, yaitu sela luar dan sela dalam. Sela dalam
ditempatkan di dalam tabung serat (Fiber), elektroda sela dalam yang
dibumikan dibuat berbentuk pipa. Keberadaan dua pasang elektroda ini
membuat arrester mampu memikul tegangan tinggi frekuensi daya tanpa
menimbulkan korona dan arus bocor ke tanah. Tegangan tembus sela luar
dibuat lebih rendah dari pada tegangan lompatan api isolator pendukung sela
luar.

Gambar2.1
Arrester Jenis Ekspulsi

2. Arrester Jenis Katup

Alat pengaman arrester jenis katup (valve) ini terdiri dari sebuah celah
api (spark gap) yang dihubungkan secara seri dengan tahanan non linear
atau tahanan katup (valve resistor). Dimana ujung dari celah api
dihubungkan dengan kawat fasa, sedangkan ujung dari tahanan katup
20
dihubungkan ke ground (tanah). Saat terjadi tegangan lebih maka pada celah
api akan terjadi percikan yang akan menyebabkan timbulnya bunga api
(arc). Api percikan ini timbu terus menerus walaupun tegangan lebihnya
sudah tidak ada. Untuk menghentikan percikan bunga api pada celah api
tersebut, maka resistor non linear akan memadamkan percikan bunga api
tersebut. Nilai tahanan non linear ini akan turun saat tegangan leih besar.
Tegangan lebih akan mengakibatkan penurunan secara drastic nilai tahanan
katup, sehingga tegangan jatuhnya dibatasi walaupun arusnya besar.

Gambar 2.2
Arrester Jenis Katup
Arrester katup ini dibagi menjadi empat jenis yaitu :

a. Arrester katup jenis gardu


Arrester katup jenis gardu ini adalah yang paling efisien dan

juga paling mahal. Umumnya dipakai untuk melindungi alat-alat

yang mahal pada rangkaian –rangkaian mulai dari 2400 volt

sampai 287 kV dan tinggi.

21
Gambar 2.3
Arrester katup jenis gardu

b. Arrester katup jenis saluran


Arrester katup jenis saluran ini lebih murah dari arrester

jenis gardu , arrester jenis saluran ini dipakai untuk melindungi

transformator dan pemutus daya serta dipakai pada sistem

tegangan 15 kV sampai 69 kV.

Gambar 2.4
Arrester katupjenis saluran

c. Arrester katup jenis gardu untuk mesin-mesin


Arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesin-
mesin berputar. Pemakaiannya untuk tegangan 2,4 kV sampai
15 kV.

d. Arrester katup jenis distribusi untuk mesin-mesin

Arrester jenis distribusi ini khusus melindungi mesin-


mesin berputar seperti diatas dan juga melindungi
transformator dengan pendingin udara tanpa minyak. Arrester
jenis ini dipakai pada peralatan dengan tegangan 120 volt
sampai 750 volt.
22
Gambar 2.5
Arrester katup jenis distribusi untuk mesin-mesin

2.4 Syarat-Syarat Arrester


Agar pemakaian arrester dalam koordinasi dapat memberikan hasil yang
maksimal maka harus mempergunakan azas berikut;

1. Mempunyai tegangan dasar (rated) 50 c/s pada arrester, dipilih


sedemikian rupa sehingga nilainya tidak dilampaui pada waktu dipakai,
baik dalam keadaan normal maupun hubungan singkat.
2. Arrester ini akan memberikan perlindungan bila ada selisih (margin)
yang cukup antara tingkat arrester dan peralatan, daerah perlindungan
harus mempunyai jangka (range) yang cukup untuk melindungi semua
peralatan gardu yang mempunyai BIL yang sama dengan BIL yang
harus dilindungi arrester, atau lebih tinggi dari daerah perlindungan.
3. Arrester harus dipasang sedekat mungkin kepada peralatan utama dan
tahanan tanahnya harus rendah.
4. Kapasitas termis arrester harus dapat meneruskan arus besar yang
berasal dari simpanan tenaga yang terdapat dalam saluran yang
panjang.-Jatuh tegangan maksimum dari arrester dipakai sebagai
tingkat perlindungan arrester (bukan jatuh tegangan rata-rata).
5. Sebuah harga tegangan pelepasan arus petir harus ditetapkan untuk
menentukan tingkat perlindungan arrester yang harus dikoordinasikan

23
dengan BIL.
6. Pengaruh dari sejumlah kawat (multiple-lines) dalam melindungi
gangguan petir pada gardu perlu diperhatikan pengetrapan arrester.
7. Bila ada keraguan mengenai 50 c/s dari arrester, maka sejumlah
persentase ditambahkan pada harga yang dihitung atau ditetapkan untuk
arrester. Sekarang masih dipakai tambahan 10% sebagai faktor
keamanan, untuk menanggulangi kemungkinan bila arrester bekerja
pada sebuah tegangan peralihan mungkin tertumpu pada 50 c/s:
tegangan ini harus di interupsikan oleh arrester tersebut.

2.5 Penempatan Arrester


Penempatan arrester pada gardu induk sangat penting
diperhitungkan,berdasarkan SPLN-7:1978 untuk sirkit ganda sistem tegangan 150
kV jarak antara arrester dan transformator tidak melebihi 80 meter dan untuk
sirkit tunggal adalah seperdua dari jarak tersebut. Pada dasarnya untuk
mengantisipasi terjadinya flashover , Arrester harus ditempatkan sedekat mungkin
dengan peralatan yang dilindungi dengan tujuan:

1. Untuk mengurangi peluang tegangan impuls merambat pada kawat


penghubung arrester dengan peralatan yang dilindungi.
2. Saat arrester bekerja, gelombang tegangan impuls sisa merambat pada
kawat penghantar transformator dengan arrester setelah gelombang itu
tiba pada terminal transformator, gelombang tegangan tersebut akan
dipantulkan, sehingga total tegangan terminal arrester dua kali tegangan
sisa. Peristiwa ini dapat dicegah jika arrester dapat dipasang langsung pada
terminal transformator.
3. Jika kawat penghubung arrester dengan transformator yang dilindungi
cukup panjang, maka induktansi kawat itu harus diperhitungkan.

2.6 Pemeliharaan Lightning Arrester


Kegiatan pemeliharaan yang tercantum merupakan proactive maintenance,
yakni pemeliharaan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya failure (kegagalan)
24
peralatan. Kegiatan reactive maintenance (kegiatan perbaikan pasca gangguan)
tidak termasuk. Kegiatan proactive maintenance dapat dibedakan menjadi
preventive maintenance dan predictive maintenance. Preventive maintenance
dikenal juga sebagai Time Based Maintenance (TBM). Dalam TBM, kegiatan
pemeliharaan dilaksanakan dengan interval tertentu, tanpa memperhatikan apakah
kondisi peralatan memang sudah memerlukan tindakan pemeliharaan atau tidak.
Termasuk di dalam TBM adalah:
1. Scheduled restoration
2. Scheduled discard
Predictive maintenance merupakan kegiatan pemeliharaan yang bertujuan
untuk mengetahui kondisi peralatan, termasuk juga kegiatan pemeliharaan yang
dilaksanakan berdasarkan kondisi peralatan tersebut. Termasuk di dalam
predictive maintenance adalah sebagai berikut:
1. Condition monitoring
2. Condition Based Maintenance (CBM)
3. Lifetime prediction.

Preventive maintenance pada Lightning Arrester sebagai contoh adalah


sebagai berikut: penggantian LA berdasarkan asesmen hasil ukur LCM.
Predictive maintenance pada Lightning Arrester sebagai contoh adalah sebagai
berikut:
Pengukuran arus bocor resistif LA (LCM), perubahan interval pengukuran LCM
setelah diketahui kondisi LA “Weak”, pengukuran nilai tahanan insulasi LA.
Kegiatan predictive maintenance dikelompokkan ke dalam 3 level inspeksi
berdasarkan tingkat kesulitan pelaksanaan dan jenjang diagnosa, yaitu:
1. Inspeksi Level-1 (IL-1)
Inspeksi online yang bersifat superficial, bertujuan untuk mendeteksi adanya
ketidak normalan atau anomali pada peralatan dan menginisiasi inspeksi lanjutan.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan panca indera (penglihatan,
25
pendengaran, penciuman).
2. Inspeksi Level-2 (IL-2)
Inspeksi online yang bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan (condition
assessment), dilaksanakan dalam kondisi bertegangan.
3. Inspeksi Level-3 (IL-3)
Inspeksi offline yang bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan (condition
assessment). dilaksanakan dalam kondisi tidak bertegangan.
a. Inspeksi Level-1 Lightning Arrester
1. IL-1: Inspeksi Visual
Inspeksi Visual adalah kegiatan pengamatan komponen/ bagian dari
Lightning Arrester yang dilaksanakan secara visual atau menggunakan alat
bantu binocular. Petugas mengisi form checklist berdasarkan hasil
pengamatan.
2. IL-1: Inspeksi Audio
Inspeksi Audio adalah kegiatan pengamatan komponen/ bagian dari
Lightning Arrester yang dilaksanakan menggunakan indera pendengaran
untuk mengetahui anomali peralatan. Petugas mengisi form checklist
berdasarkan hasil pendengaran. Berikut ini adalah tabel pengecekan yang
akan di gunakan dalam pelaksanaan pemelihraan inspeksi level 1 :

Sub Systems Key Inspeksi Level -1 Sasaran


Components Pemeriksaan
Symptomps Detection
Method
Active Part Stacked Metal Adanya lapisan polutan Inspeksi Kebersihan
Oxide Column pada Visual permukaan
permukaan insulator Insulator, apakah
terdapat
percikan bunga
api.
Adanya korona pada Inspeksi Mendengarkan
permukaan Insulator Audio apakah
terdapat suara
korona yang
signifikan

26
Posisi Grading Ring Inspeksi Posisi seluruh
tidak simetris Visual komponen
pada sumbu axialnya. grading Ring
Insulation Insulator Adanya lapisan polutan Inspeksi Kebersihan
Housing pada Visual permukaan
permukaan insulator. Insulator (adanya
Warna polutan,
insulator berubah lumut)
Lapisan Glaze insulator Inspeksi Kondisi
pudar warna Visual permukaan glaze
insulator (pudar/
ada bekas
flash)
Insulator retak, Insulator Inspeksi Kondisi insulator
gompal Visual housing
(retak/ patah)
Insulating Insulating feet berubah Inspeksi Kondisi insulator
Feet warna Visual dudukan
berubah warna/
bekas flash

Insulating feet retak Inspeksi Kondisi insulator


Visual dudukan
retak
Structure Metallic Adanya korona pada Inspeksi Mendengarkan
Spacers, cement joint Audio apakah
Supporting terdapat suara
rods (FRP), korona yang
Holding Plates signifikan
(menjaga Retak pada cement joint Inspeksi Kondisi cement
support rod Visual joint dekat
pada aluminum flange
posisinya), (retak),
Compression terdapat percikan
Ring, bunga api.
Housing (baik
terbuat dari
polymer
Konstruksi Pedestal bengkok Inspeksi Kondisi konstuksi
Penyangga Pedestal korosi Visual penyangga
(pedestal) LA bengkok/
korosi
Sealing Sealing Ring tidak dapat dideteksi tidak dapat tidak dapat
System (atas dan karena dideteksi dideteksi
bawah), posisinya berada di
Pressure relief bagian dalam
diapragh (atas kompartemen Lightning
dan Arrester
bawah),
Clamping ring
(untuk
menpress
pressure relief
diapraghm),
Supporting
Ring dan
Venting
Outlets

27
Adanya korona pada Inspeksi Mendengarkan
junction HV Conductor Audio apakah
terdapat suara
korona yang
signifikan.
Mur dan Baud Mur dan Baud kawat Inspeksi Kondisi mur dan
pada kawat pentanahan Visual baud kawat
pentanahan. dan insulasi kawat pentanahan
Mur dan Baud pentanahan
pada insulasi korosi
kawat
pentanahan.
Pentanahan Kawat Kawat pentanahan tidak Inspeksi Keberadaan kawat
Grounding, terpasang di tempat Visual pentanahan
Sistem
pentanahan LA Korosi pada mur dan Inspeksi Adanya korosi
baud Visual pada mur dan
baud di sistem
pentanahan
Kawat pentanahan Inspeksi Perubahan warna
berubah warna Visual pada kawat
pentanahan
Grading Grading Ring Posisi Grading Ring Inspeksi l Posisi seluruh

Ring tidak simetris Visual komponen


pada sumbu axialnya. grading ring,
terdapat
percikan bunga
api
Adanya korona pada Inspeksi Mendengarkan
permukaan koneksi Audio apakah
grading Ring terdapat suara
korona yang
signifikan.
Bentuk Grading Ring Inspeksi Bentuk seluruh
tidak sempurna Visual komponen
grading ring
Monitoring Surge Counter Kaca counter arrester Inspeksi Kondisi counter
pecah atau retak Visual arrester
pecah/ retak
Counter tidak terbaca Inspeksi Kondisi kaca
karena lapisan Visual counter,
gelas terlapis embun/ terdapat lapisan
lumut embun/
lumut
Kondisi seal dari
counter
arrester
Pengamatan Jumlah Inspeksi Jumlah kerja
Kerja Counter LA Visual counter LA

Leakage Kaca lekage current Inspeksi


Current monitoring LA Visual
Monitoring pecah atau retak
Leakage current Inspeksi
monitoring tidak Visual
terbaca karena lapisan
gelas terlapis embun

28
b. Inspeksi Level-2 Lightning Arrester
Inspeksi Level-2 di LA adalah kegiatan pengukuran arus bocor
resistif dengan kompensasi harmonisa orde ke-3 atau dikenal juga dengan
LCM serta pelaksanaan thermovisi. Pengukuran LCM bertujuan untuk
mengetahui degradasi komponen aktif (varistor) LA. Pengukuran LCM
dilaksanakan pada LA yang berada di Gardu Induk, sementara beberapa TLA
tipe gapless dilengkapi alat monitoring online arus bocor resistif dan datanya
dapat didownload secara berkala.
1. IL-2: Inspeksi dengan Thermal Image
Inspeksi dengan thermal image adalah kegiatan pengamatan
komponen/ bagian dari Lightning Arrester dengan menggunakan alat bantu
kamera thermal/ kamera thermovisi, bukan thermo gun. Tujuan dari
kegiatan ini adalah menemukan hot-spot titik panas yang mengindikasikan
adanya anomali peralatan. Berikut ini adalah tabel Batasan Nilai Arus
Bocor Resistif Maksimum dari Beragam Pabrikan

Merk Tipe Ires,max kV


(µA)
XAR/EXLIM 91 70, 150
R
XAQ/XMQ 130 150
XAP-A/XAP- 167 70, 150
ABB C/EXLIM Q
EXLIMP- 167 150, 500
A/EXLIM P-B
EXLIM P-C 331
EXLIM T 251 500

29
Bowthorpe 2VACM 91 150
Ohio Brass MPR 91 70, 150
VN 130 -
Westinghouse W1 91 -

Tabel 2.2 Batasan Nilai Arus Bocor Resistif


Maksimum dari Beragam Pabrikan

kV Ires,max
(µA)

70 100
150 150
500 250

Tabel 2.3 Batasan Nilai Arus Bocor Resistif Maksimum

2. IL-2: Prinsip Pengukuran LCM


Kondisi varistor ZnO pada LA dapat diketahui melalui analisis
arus bocor resistif dengan prinsip dasar sebagai berikut:
a. Komponen non linear ZnO, bila diberi tegangan sinusoidal akan
menghasilkan arus bocor dengan harmonisa.
b. Arus bocor memiliki beragam harmonisa, seperti harmonisa orde ke-
3, 5, dan seterusnya, namun hanya Arus bocor resistif dengan
harmonisa orde ke-3 yang paling dominan dalam menunjukkan
kondisi Varistor ZnO.

c. Adanya harmonisa dari tegangan sistem di luar LA, dapat


mempengaruhi hasil pengukuran arus bocor, khususnya harmonisa
yang berasal dari stray capacitance sistem. Harmonisa yang berasal
dari luar LA ini dapat mempengaruhi hasil ukur LCM, sehingga
kompensasi diperlukan untuk memperoleh hasil ukur yang akurat.
d. Oleh karenanya metode pengukuran dengan alat uji LCM dikenal

30
sebagai “Metode pengukuran arus bocor resistif dengan analisis
harmonisa orde ketiga dengan kompensasi terhadap pengaruh
harmonisa dan tegangan sistem”.
c. Inspeksi Level-3 Lightning Arrester
1. IL-3: Pengukuran Nilai Tahanan Insulasi
Tabel 2.4 Standard Pengukuran Nilai Tahanan Insulasi LA
Nilai Tahanan Evaluasi Rekomendasi
Isolasi
>1 GΩ Kondisi Baik -
<1 GΩ Terjadi Degradasi 1. Lakukan
Fungsi Insulasi Pembersihan Yang
Di Uji, Lalu
Lakukan
Pengukuran Ulang
2. Bila Hasil Ukur
Tetap < 1 GΩ,
Maka Lakukan
Penggantian

Pengukuran nilai tahanan insulasi bertujuan untuk mengetahui


kemampuan insulasi LA pada tegangan operasional. Pengukuran dilaksanakan
dalam kondisi tidak bertegangan (padam). Titik pengujian adalah sebagai
berikut:
a. Tahanan insulasi LA dari terminal atas hingga ground
b. Tahanan insulasi pada setiap stack LA.
c. Tahanan insulasi insulator dudukan/ post insulator

2. IL-3: Pengukuran Nilai Pentanahan


Tabel 2.5 Standard Pengukuran Nilai Tahanan Pentanahan

31
Nilai Tahanan Evaluasi Rekomendasi
Pentanahan
<1Ω Kondisi Baik -
>1Ω Terjadi Degradasi 1. Lakukan
Fungsi Pentanahan Pembersihan Kawat
La Pentanahan,
Termasuk Mur Dan
Baut Koneksi Kawat
Pentanahan
2. Lakukan Pengukuran
Ulang
3. Bila Hasil Ukur
Tetap >1 Ω, Maka
Rencanakan
Perbaikan Sistem
Pentanahan.

Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sistem


pentanahan LA. Nilai pentanahan yang tinggi menunjukkan adanya
anomali pada sistem pentanahan LA. Pengukuran pentanahan
dilaksanakan dalam kondisi tidak bertegangan.

32
3. IL-3: Pengujian Surge Counter LA
Tabel 2.6 Standard Pengujian Surge Counter LA
Hasil Pengujian Surge Evaluasi Rekomendasi
Surge Counter LA
Angka counter Kondisi baik -
bertambah setelah
diinjeksi impulse DC
dari kapasitor
Angka counter tidak Surge Counter Lakukan penggantian
bertambah setelah Rusak surge counter LA
diinjeksi impulse DC
dari kapasitor

Pengujian surge counter LA bertujuan untuk mengetahui apakah


alat tersebut mampu bekerja pada saat terjadi surja. Jika dalam kondisi
baik, counter akan bertambah bila di beri impulse tegangan DC. Impulse
tegangan DC yang digunakan dalam pengujian dihasilkan dari kapasitor
400-500 µF, 220-300 VAC. Pelaksanaan dilaksanakan dalam kondisi
tidak bertegangan.

33
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui turbin pada Gardu Induk 150Kv
Jekulo Kudus. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dinamakan metode
tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah
mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode
positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai
metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini disebut
metode kuantitatif karena data penelitian lebih fokus pada data-data numerikal
(angka) yang diolah atau dianalisis dengan menggunakan metode statistika.

3.2 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:


1. Pengambilan data awal, mencari data yang diperlukan untuk mengetahui
spesifikasi dan jenis arrester
2. Pengambilan data kedua, mencari data yang diperlukan untuk menentukan
ratting Arrester yang terpasang pada saluran penghantar

3. Tahapan ke tiga melakukan analisis data, dilakukan dengan mengetahui data


atau parameter yang ada untuk mengetahui apakah arrester sudah memenuhi
standar yang sudah di tetapkan atau tidak.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PLTM Karekan, yang terletak di Desa Karekan,
Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara. Lokasinya tidak jauh dengan
pasar Pagentan sekitar 6 Km.

34
Penelitian ini akan dilaksanakan kuarang lebih dalam jangka waktu 1—2
Minggu setelah proposal diAcc.

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah mengukur daya air dan daya turbin yang ada di PLTM
Karekan, Pagentan, Banjarnegara.
3.4.2 Sampel

Sampel ini merupakan bagian dari populasi. Dalam penelitian ini sampel yang
digunakan adalah menghitung efisiensi turbin untuk mengetahui kinerja turbin
francis pada PLTM Karekan, Pagentan, Banjarnegara dengan menggambil sampel
per perubahan debit air yang masuk setiap hari selama 1—2 minggu. Untuk
menghitung efisiensi turbin dapat dipergunakan rumas persamaan 1 sehingga
diperlukan mengetahui daya air dan daya turbin. Untuk mengetahui daya air kita
harus mengetahui masa jenis air, debit air dan kecepatan, sedangkan untuk
mengetahui daya turbin kita harus mengetahui torsi dengan menghitung gaya atau
mengukur gaya menggunakan dynamometer dan mengetahui omega.

3.5 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah menentukan ratting arrester. Karena untuk


mengetahui performa arrester yang ada pada Gardu Induk 150Kv Jekulo Kudus.

35
3.6 Desain Penelitian

Pada desain penelitian ini menggunakan desain penelitian survay, yaitu


dengan cara menentukan dan menganalisis beberapa data antara lain menentukan
tegangan system maksimum, menentukan tegangan pengenal, menentukan
tegangan impedansi saluran/penghantar, menentukan tegangan tembus isolasi
udara dan menentukan arus pelepasan/arus kerja arrester untuk mengetahui
ratting dari arrester di Gardu Induk 150Kv Jekulo Kudus. Desain penelitian ini
dilakukan berdasarkan pengukuran untuk mengetahui ratting arrester sebagai
berikut :

MULAI

PERIZINAN
PERUSAHAAN

STUDI LITERATUR, WAWANCARA, OBSERVASI, DOKUMENTASI

PENGAMBILAN DATA DI GARDU INDUK 150KV JEKULO KUDUS

ANALISA HASIL:MENGHITUNG TEGANGAN MAKSIMUM UNTUK


MMENENTUKAN RATTING ARRESTER

EVALUASI DAN KESIMPULAN

SELESAI

Gambar 2 Flowchart desain penelitian

36
3.7 Tahapan Proses Penelitian

Proses penelitian perlu dilakukan tahapan perancangan. Perancangan yang


digunakan penelitian ini adalah identivikasi variabel atau besaran yang digunakan
untuk ratting arrester dan disusun menggunakan teori dan survey data di
lapangan. Berikut tahap – tahap yang diperlukan dalam penelitian ini:

3.7.1 Tahapan Persiapan

Dalam tahapan ini dilakukan studi literatur untuk penyusunan proposal


penelitian dan jika diperlukan revisi proposal penelitian.

3.7.2 Tahapan Pelaksanaan

Mulai

Studi Pustaka Survey Lapangan

Perumusan Masalah

Pengambilan data di
Lapangan

Verifikasi Data

tidak
Data Lengkap
37
ya

A
A

Pengolahan Data
Hasil penelitian

Analisis Data

Kesimpulan dan saran

Hasil Baik tidak


Selesai
dan
Dapat
ditetapka
n
ya

Gambar 3 Flowchart tahapan pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan adalah tahapan yang dilakukan dalam penentuan ratting


arrester yang didapatkan hasil dan analisa data.
1. Pengambilan data awal, mencari data yang diperlukan untuk
mengetahui spesifikasi dan jenis arrester
2. Pengambilan data kedua, mencari data yang diperlukan untuk
menentukan ratting Arrester yang terpasang pada saluran penghantar

3. Tahapan ke tiga melakukan analisis data, dilakukan dengan


mengetahui data atau parameter yang ada untuk mengetahui apakah
arrester sudah memenuhi standar yang sudah di tetapkan atau tidak.

38
3.7.3 Tahapan Akhir

Tahap akhir adalah tahapan penyusunan atau pembuatan laporan penelitian.


Tahap penyusunan laporan penelitian dilakukan pada saat penelitian sudah
dilakukan dan data yang dibutuhkan sudah terkumpul untuk menganalisa performa
arrester pada Gardu Induk 150Kv Jekulo Kudus.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data sebagai pendukung penelitian ini yang ada di Gardu


Induk 150Kv Jekulo Kudus. Data diperoleh dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan oleh instansi terkait yaitu dengan mengirimkan proposal dan surat izin
pangambilan data. Setelah mendapatkan surat balasan kemudian dilakukan proses
pengambilan datan dan pengukuran yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Data yang dibutuhkan antara lain Data Spesifikasi Arrester yang terpasang pada
fasa R,S,T, Spesifikasi Transformator Daya, Tabel Jarak Isolasi Standard Dan
Jarak Isolasi Minimum, Tabel Maximum Impulse Sparkover Test Voltages.

3.9 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan suatu
penelitian tersebut, karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil
penelitian yang dikerjakan. Melakukan analisis data setelah semua data yang
dibutuhkan sudah terkumpul semua. Data – data yang didapatkan akan dianalisis
menggunakan persamaan yang sudah ada. Dalam menganalisis data yang
didapatkan semua perhitungan dilakukan secara manual sesuai dasar teori
perhitungan atau rumus yang ada.

39
3.10 Jadwal rencana penelitian

NO KEGIATAN BULAN
Tahap Persiapan
1 Penelitian Jan Feb Mar Apr Mei Jun
a. Penyusunan dan
Pengajuan judul v
b. Pengajuan Proposal v v
c. Perijinan penelitian v
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan data v
b. Analisis data v
Tahap Penyususnan
3 Laporan v v

40
DAFTAR PUSTAKA

Saiful Amri dan Wahyuddin.k . 2018. Analisis Arrester Pada Jaringan 20 Kv Di


PLN (PERSERO) Rayon Sopeng.
JETri, Volume 11, Nomor 2, Februari 2014, Halaman 79 - 94, ISSN 1412-0372
Arismunandar, A. 1993. Teknik Tenaga Listrik Jilid II. PT. Pradnya Paramitha.
Jakarta.
Arismunandar, A. 2000. Teknik Tenaga Listrik Jilid I. PT. Pradnya Paramitha.
Jakarta.
Hermagasantos. 1994. Teknik Tegangan Tinggi. PT. Rosda Jayaputra. Jakarta.
Team O & M. 1981. Operasi dan Memelihara Peralatan. PLN Pembangkitan
Jawa Barat dan Jakarta
Tobing, L. Bonggas. 2003. Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
T. S. Hutauruk. 1991. Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja. Erlangga. Jakarta.
Badaruddin. 2012. Studi Penempatan Arrester Di PT.PLN (Persero) Area
Bintaro. Jurnal Teknologi Elektro 3 (1) ISSN 2086-9479. 32-36.
Gultom, Togar Timoteus. 2017. Optimasi Jarak Maksimim Penempatan Lighting
Arrester Sebagai Proteksi Transformator Pada Gardu Induk. Jurnal Ilmiah
Dunia Ilmu 3 (1). 41-49.
Hidayatulloh, R., Juning tyas tutu dan Kartono. 2016. Analisa Gangguan Hubung
Singkat Pada Jaringan Sutt 150 Kv Jalur Kebasen – Balapulang – Bumiayu
Menggunakan Program Etap. Teknik Elektro Universitas Diponegoro.
Hutahuruk. 1991. Gelombang Berjalan Dan Proteksi Surja. Jakarta: Erlangga.
Kurniwan, D. 2018. Analisa Optimal Penentuan Letak Optimum Lightning Arrester
Pada Gardu Induk Wonogiri 150 Kv (Skripsi). Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Wiwin, Dkk. 2018. Evaluasi Penentuan Jarak Arrester Dan Transformator 30 Mva
dengan Metode Diagram Tangga (Lattice Diagram). Jurnal Surya Energy
2(1). 185-192.
N,Tirza. 2014. Analisa setting OCR terhadap arus gangguan pada jaringan 150 KV
di Gardu Induk Tanggul
12
13

Anda mungkin juga menyukai