PROPOSAL SKRIPSI
NPM 17660014
i
ANALISA PERALATAN LIGHTNING ARRESTER PADA
GARDU INDUK 150 KV JEKULO KUDUS
PROPOSAL SKRIPSI
NPM 17660014
ii
PROPOSAL SKRIPSI
NPM 17660014
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................4
ABSTRAK........................................................................................................................5
BAB I................................................................................................................................6
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................8
1.3 Pembatasan Masalah..........................................................................................................8
1.4 Tujuan Penelitian...............................................................................................................9
1.5 Manfaat Penelitian.............................................................................................................9
BAB II...............................................................................................................................5
2.1 Teori Dasar........................................................................................................................8
2.1.1 Gardu Induk.......................................................................................................................8
2.1.2 Fungsi Gardu Induk...........................................................................................................8
2.1.3 Klasifikasi Gardu Induk.....................................................................................................9
2.2 Peralatan Peralatan Pada Gardu Induk.............................................................................13
2.3 Bagian Bagian Arrester...................................................................................................15
2.4 Jenis Jenis Arrester..........................................................................................................15
2.5 Syarat-Syarat Arrester.....................................................................................................18
2.6 Penempatan Arrester.......................................................................................................19
2.7 Pemeliharaan Lightning Arrester.....................................................................................20
BAB III............................................................................................................................29
3.1 Metode Peneliitian Skripsi...............................................................................................29
3.2 Lokasi Penelitian.............................................................................................................29
3.3 Prosedur Penelitian..........................................................................................................30
3.4 Pengumpulan Data...........................................................................................................32
3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................................32
3.6 Teknik Analisis Data.......................................................................................................33
3.7 Jadwal rencana penelitian................................................................................................34
iv
ABSTRAK
Proses penyaluran energi listrik dari gardu induk ke konsumen sering kali
terjadi gangguan, gangguan listrik pada gardu induk disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti kurang baiknya
peralatan itu sendiri sedangkan faktor eksternal seperti human error dan juga bisa
gangguan alam seperti petir, gempa, banjir, angin dan lain -lain. Sistem proteksi
sebagai pengaman pada peralatan listrik yang terdapat pada gardu induk.
Lightning Arrester. memiliki peran penting dalam gardu induk untuk membatasi
switching dan lonjakan petir lalu lonjakan petir dialirkan ke tanah. kinerja
lightning arrester berdasarkan jarak penempatannya terhadap peralatan yang di
lindungi,diperoleh Tegangan Sistem Maksimum 165 Kv, tegangan pengenal
Lightning Arrester 132 Kv Impedansi Saluran/Penghantar 475,764 Ω, Tegangan
Tembus Isolasi Udara 1515,8 Kv, Arus Pelepasan Arrester 4,27 KA dan jarak
optimum jarak antara lightning arrester dan transformator 10,96 M.
5
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam proses penyaluran energi listrik dari gardu induk ke konsumen sering
kali terjadi gangguan, gangguan listrik pada gardu induk disebabkan oleh dua
faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti kurang baiknya
peralatan itu sendiri sedangkan faktor eksternal seperti human error dan juga bisa
gangguan alam seperti petir, gempa, banjir, angin dan lain -lain. Maka dari itu
sistem proteksi gardu induk mempunyai peranan sangat penting sebagai
pengaman pada peralatan listrik yang terdapat pada gardu induk. Salah satu sistem
proteksi pada gardu induk adalah Lightning Arrester.
6
Lightning Arrester merupakan peralatan yang paling penting untuk
melindungi gardu induk dari teganggan tinggi, arrester memiliki peran penting
dalam gardu induk untuk membatasi switching dan lonjakan petir lalu lonjakan
petir dialirkan ke tanah. Dalam sistem tenaga listrik arrester merupakan kunci
isolasi saat surja (surge) tiba di gardu induk kemudian arrester akan melepaskan
muatan listrik dan tegangan abnormal yang akan mengenai gardu induk dan
peralatannya akan berkurang (Sintianingrum, dkk: 2016).
Prinsip kerja arrester yaitu dalam keadaan normal arrester berlaku sebagai
isolator, dan saat timbul teganggan surja alat ini berubah menjadi konduktor yang
tahanannya relatif rendah, sehingga dapat menyalurkan kan arus yang tinggi ke
tanah. Setelah surja hilang, arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolasi.
Umumnya arrester dipasang pada setiap ujung saluran udara tegangan tiggi yang
memasuki gardu induk (Wiwin, dkk: 2018). Mengoptimalkan lokasi arrester di
jaringan distribusi dapat meningkatkan kinerja dari jaringan distirbusi tersebut
dalam melindungi peralan terhadap induksi petir.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka setiap pemasangan gardu induk
harus dilengkapi dengan arrester. Agar mendapatkan hasil terbaik dari arrester
diperlukan penempatan arrester yang optimum yang sangat mempengaruhi fungsi
dan kinerja arrester tersebut dalam melindungi peralatan dari teganggan lebih.
7
Salah satu cara mengatasi masalah yang terjadi akibat gangguan alam seperti petir
yang menimbulkan tegangan lebih yang akan merusak peralatan dengan
pemakaian arrester.
Arrester ini harus mampu menyalurkan arus gangguan surja petir yang terjadi
secepatnya ke tanah. Dengan demikian, pada sebuah gardu induk sangat
diperlukan perlindungan terhadap gangguan surja petir. Penempatan arrester
sedekat mungkin dengan peralatan dapat melindungi peralatan dari gangguan
tegangan lebih transien. Saat terjadi gelombang berjalan yang menimbulkan
tegangan lebih terhadap peralatan yang letaknya sedikit jauh dari arrester.
8
1.4 Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang ada dan pembatasan masalah, maka dapat diuraikan
peneliti bahwa tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah peralatan lightning arrester yang terpasang
pada gardu induk jekulo kudus telah sesuai dengan kebutuhan sistem.?
2. Untuk mengetahui jarak optimum penempatan arrester terhadap
peralatan yang dilindungi ?
3. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeliharaan peralatan Lighting
Arrester di Gardu Induk 150 Kv Jekulo Kudus?
1.5 Manfaat Penelitian
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian yang dilakukan oleh Syaiful Amri, Wahyuddin.k (2018) dengan
judul penelitian “ANALISIS ARRRESTER PADA JARINGAN 20 KV DI PLN
(PERSERO) RAYON SOPPENG”. dimana dalam skripsi ini akan ditentukan
karakteristik kerja dari arrester serta jarak maksimum arrester dari peralatan dalam
hal ini adalah transformator distribusi. Metode yang digunakan dalam skripsi ini
metode Koordinasi Isolasi. Penempatan lightning arrester dapat mempengaruhi
kinerja lightning arrester tersebut dalam memproteksi trafo pada gardu distribusi
melatarbelakangi skripsi ini. Tingkat kegagalan proteksi arrester sangat
tergantung dari TID peralatan, tegangan kerja lightning arrester dan lokasi
penempatan arrester itu sendiri. Dari hasil perhitungan dan analisis data
menunjukkan bahwa pada jaringan 20 kV penyulang empat Soppeng TID
transformator sebesar 5 kA dengan 125 kV, karakteristik kerja arrester dengan
tegangan pengenal 24 kV, tegangan pelepasan 87 kV serta arus pelepasan sebesar
5 kA dengan tingkat perlindungan 95,7 kV. Hal ini sesuai dengan SPLN 7: 1978
yang menetapkan tingkat isolasi dasar transformator dan penangkal petir.
Sedangkan dari hasil perhitungan untuk jarak penempatan arrester terhadap
transformator tidak boleh melebihi 2,745 meter dimana sudah sesuai dengan
kondisi teknis di lapangan sehingga penempatan dan penyambungan arrester
masih dalam kondisi yang diperbolehkan. Akan tetapi sistem perlindungan ini
masih dapat ditingkatkan lagi keandalannya dengan cara meningkatkan tahanan
isolasi hantaran udara dan menempatkan arrester pada titik-titik sepanjang
jaringan distribusi yang berpotensi rawan terkena sambaran petir dengan jarak
penempatannya tidak lebih dari 2,745 m.
Penelitian yang dilakukan G. Riana Naiborhu(2014) dengan judul
“PENGUJIAN DALAM PENGGUNAAN DAN DIAGNOSIS ARRESTER
METAL OXIDE TANPA CELAH menjelaskan pengujian strategi dan risiko
penilaian untuk penggunaan dalam pelayanan diagnosis Arrester Metal Oxide
tanpa celah yang dipasang di gardu terisolasi. Studi kasus yang berbeda
ditampilkan untuk menunjukkan pengalaman lapangan dengan prosedur untuk
pengujian,
5
diagnosis dan penilaian risiko berdasarkan tingkat yang berbeda dari informasi
yang tersedia dari surge arrester dan sejarahnya. Penilaian risiko didasarkan pada
perbandingan dengan dilakukan pembacaan ketika arrester difungsikan, analisis
kenaikan dari waktu ke waktu dan / atau perbandingan kebocoran arus resistif
maksimum yang direkomendasikan oleh produsen arester. Disini sistem
memberikan informasi yang diperlukan tentang kondisi arrester dalam rangka
pemanfaatan masa pakai arrester dan membawa arrester keluar dari jaringan
listrik sebelum tidak berfungsi.
6
uap yaitu dengan menghitung efisiensi internal turbin 31 PT 9 pada inlet tekanan
steam rendah. Selain itu untuk mengetahui hubungan antara ASR (Actual Steam
Rate) pada inlet tekanan steam rendah dan tinggi terhadap electrical power yang
dihasilkan. Kesimpilan pada penelitian ini bahwa pada hubungan antara
Electrical Power dengan efisiensi internal turbin dapat diketahui bahwa semakin
besar Electrical Power yang dihasilkan maka semakin besar efisiensi internal
turbin.
tenaga listrik.
12
tegangan menengah yang ada di gardu induk.
tegangan tertentu. Daya listrik dapat berasal dari Pembangkit atau dari
13
c. Gardu Induk Semi-Pasangan Luar (Semi-Out Door Substation)
Sebagian peralatan tegangan tingginya terpasang di dalam gedung
dan yang lainnya dipasang diluar dengan mempertimbangkan situasi
dan kondisi lingkungan. Karena konstruksi yang berimbang antara
pasangan dalam dengan pasangan luar inilah tipe gardu induk ini
disebut juga gardu induk semi pasangan dalam.
d. Gardu Induk Pasangan Bawah Tanah (Underground Substation)
Sesuai dengan namanya, gardu induk pasangan bawah tanah hampir
semua peralatanya terpasang dalam bangunan bawah tanah. Hanya alat
pendinginan biasanya berada diatas tanah, dan peralatan-peralatan yang
tidak memungkinkan untuk ditempatkan di bangunan bawah tanah.
Gardu induk jenis ini umumnya berada dipusat kota, karena tanah yang
tidak memadai.
2. Gardu Induk (Substations) Berdasarkan Dari Tegangan
Gardu Induk (Substations) Berdasarkan Dari Tegangan dapat
diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu Induk Transmisi
Yaitu gardu induk yang mendapat daya dari saluran transmisi untuk
kemudian menyalurkannya ke daerah beban (industri, kota, dan
sebagainya). Gardu induk transmisi yang ada di PLN adalah tegangan
tinggi 150 KV dan tegangan tinggi 30 KV.
b. Gardu Induk Distribusi
Yaitu gardu induk yang menerima tenaga dari gardu induk
transmisi dengan menurunkan tegangannya melalui transformator
tenaga menjadi tegangan menengah (20 KV, 12 KV atau 6 KV) untuk
kemudian tegangan tersebut diturunkan kembali menjadi tegangan
rendah (127/220 V atau 220/380 V) sesuai dengan kebutuhan.
14
3. Gardu Induk (Substations) Berdasarkan Dari Fungsinya
Gardu induk (substations) berdasarkan dari fungsinya dapat
diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu Induk Penaik Tegangan
Merupakan gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan tegangan,
yaitu tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi tegangan
sistem. Gardu Induk ini berada di lokasi pembangkit tenaga listrik.
Karena output voltage yang dihasilkan pembangkit listrik kecil dan
harus disalurkan pada jarak yang jauh, maka dengan pertimbangan
efisiensi, tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau
tegangan tinggi.
b. Gardu Induk Penurun Tegangan
Merupakan gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan, dari tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang lebih
rendah dan menengah atau tegangan distribusi. Gardu Induk terletak
di daerah pusat-pusat beban, karena di gardu induk inilah pelanggan
(beban) dilayani.
c. Gardu Induk Pengatur Tegangan
Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit
tenaga listrik. Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi
tegangan jatuh (voltage drop) transmisi yang cukup besar. Oleh
karena diperlukan alat penaik tegangan, seperti bank capasitor,
sehingga tegangan kembali dalam keadaan normal.
d. Gardu Induk Pengatur Beban
Berfungsi untuk mengatur beban. Pada gardu induk ini terpasang
beban motor, yang pada saat tertentu menjadi pembangkit tenaga
15
listrik, motor berubah menjadi generator dan suatu saat generator
menjadi motor atau menjadi beban, dengan generator berubah menjadi
motor yang memompakan air kembali ke kolam utama.
e. Gardu Induk Distribusi
Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem
ke tegangan distribusi. Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat
beban.
16
Pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk yang
berada pada ujung (akhir) dari suatu sistem transmisi.
c. Gardu Induk Sistem Double Busbar
Merupakan gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar.
Gardu induk sistem double busbar sangat efektif untuk mengurangi
terjadinya pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan
perubahan sistem (manuver sistem). Jenis gardu induk ini pada
umumnya yang banyak digunakan.
18
Lightning Arrester memiliki peran penting di dalam koordinasi isolasi
peralatan di gardu induk. Fungsi utama dari Lightning Arrester adalah
melakukan pembatasan nilai tegangan pada peralatan gardu induk yang
dilindunginya. Panjang lead yang menghubungkan arrester pun perlu
diperhitungkan, karena inductive voltage pada lead ini ketika terjadi surge akan
mempengaruhi nilai tegangan total paralel terhadap peralatan yang dilindungi.
Tujuan dari proteksi petir pada serandang adalah untuk mengamankan
peralatan dan instalasi dari sambaran langsung surja petir. Pada keadaan
tegangan jaringan normal, tegangan nominal pelindung berperan sebagai isolasi
atau idealnya tidak mengalirkan arus dari jaringan tanah. Tetapi jika suatu
tegangan lebih impuls tiba pada terminal alat pelindung, maka alat pelindung
segera berubah menjadi penghantar dan mengalirkan arus impuls ke tanah
sehingga amplitude tegangan lebih yang merambat menuju peralatan yang
dilindungi berkurang menjadi dibawah ketahanan tegangan impuls peralatan
yang dilindungi.
1. Elektroda
2. Spark Gap
3. Tahanan Katup
19
material yang sifat tahanannya dapat berubah bila mendapatkan
perubahan tegangan.
Gambar2.1
Arrester Jenis Ekspulsi
Alat pengaman arrester jenis katup (valve) ini terdiri dari sebuah celah
api (spark gap) yang dihubungkan secara seri dengan tahanan non linear
atau tahanan katup (valve resistor). Dimana ujung dari celah api
dihubungkan dengan kawat fasa, sedangkan ujung dari tahanan katup
20
dihubungkan ke ground (tanah). Saat terjadi tegangan lebih maka pada celah
api akan terjadi percikan yang akan menyebabkan timbulnya bunga api
(arc). Api percikan ini timbu terus menerus walaupun tegangan lebihnya
sudah tidak ada. Untuk menghentikan percikan bunga api pada celah api
tersebut, maka resistor non linear akan memadamkan percikan bunga api
tersebut. Nilai tahanan non linear ini akan turun saat tegangan leih besar.
Tegangan lebih akan mengakibatkan penurunan secara drastic nilai tahanan
katup, sehingga tegangan jatuhnya dibatasi walaupun arusnya besar.
Gambar 2.2
Arrester Jenis Katup
Arrester katup ini dibagi menjadi empat jenis yaitu :
21
Gambar 2.3
Arrester katup jenis gardu
Gambar 2.4
Arrester katupjenis saluran
23
dengan BIL.
6. Pengaruh dari sejumlah kawat (multiple-lines) dalam melindungi
gangguan petir pada gardu perlu diperhatikan pengetrapan arrester.
7. Bila ada keraguan mengenai 50 c/s dari arrester, maka sejumlah
persentase ditambahkan pada harga yang dihitung atau ditetapkan untuk
arrester. Sekarang masih dipakai tambahan 10% sebagai faktor
keamanan, untuk menanggulangi kemungkinan bila arrester bekerja
pada sebuah tegangan peralihan mungkin tertumpu pada 50 c/s:
tegangan ini harus di interupsikan oleh arrester tersebut.
26
Posisi Grading Ring Inspeksi Posisi seluruh
tidak simetris Visual komponen
pada sumbu axialnya. grading Ring
Insulation Insulator Adanya lapisan polutan Inspeksi Kebersihan
Housing pada Visual permukaan
permukaan insulator. Insulator (adanya
Warna polutan,
insulator berubah lumut)
Lapisan Glaze insulator Inspeksi Kondisi
pudar warna Visual permukaan glaze
insulator (pudar/
ada bekas
flash)
Insulator retak, Insulator Inspeksi Kondisi insulator
gompal Visual housing
(retak/ patah)
Insulating Insulating feet berubah Inspeksi Kondisi insulator
Feet warna Visual dudukan
berubah warna/
bekas flash
27
Adanya korona pada Inspeksi Mendengarkan
junction HV Conductor Audio apakah
terdapat suara
korona yang
signifikan.
Mur dan Baud Mur dan Baud kawat Inspeksi Kondisi mur dan
pada kawat pentanahan Visual baud kawat
pentanahan. dan insulasi kawat pentanahan
Mur dan Baud pentanahan
pada insulasi korosi
kawat
pentanahan.
Pentanahan Kawat Kawat pentanahan tidak Inspeksi Keberadaan kawat
Grounding, terpasang di tempat Visual pentanahan
Sistem
pentanahan LA Korosi pada mur dan Inspeksi Adanya korosi
baud Visual pada mur dan
baud di sistem
pentanahan
Kawat pentanahan Inspeksi Perubahan warna
berubah warna Visual pada kawat
pentanahan
Grading Grading Ring Posisi Grading Ring Inspeksi l Posisi seluruh
28
b. Inspeksi Level-2 Lightning Arrester
Inspeksi Level-2 di LA adalah kegiatan pengukuran arus bocor
resistif dengan kompensasi harmonisa orde ke-3 atau dikenal juga dengan
LCM serta pelaksanaan thermovisi. Pengukuran LCM bertujuan untuk
mengetahui degradasi komponen aktif (varistor) LA. Pengukuran LCM
dilaksanakan pada LA yang berada di Gardu Induk, sementara beberapa TLA
tipe gapless dilengkapi alat monitoring online arus bocor resistif dan datanya
dapat didownload secara berkala.
1. IL-2: Inspeksi dengan Thermal Image
Inspeksi dengan thermal image adalah kegiatan pengamatan
komponen/ bagian dari Lightning Arrester dengan menggunakan alat bantu
kamera thermal/ kamera thermovisi, bukan thermo gun. Tujuan dari
kegiatan ini adalah menemukan hot-spot titik panas yang mengindikasikan
adanya anomali peralatan. Berikut ini adalah tabel Batasan Nilai Arus
Bocor Resistif Maksimum dari Beragam Pabrikan
29
Bowthorpe 2VACM 91 150
Ohio Brass MPR 91 70, 150
VN 130 -
Westinghouse W1 91 -
kV Ires,max
(µA)
70 100
150 150
500 250
30
sebagai “Metode pengukuran arus bocor resistif dengan analisis
harmonisa orde ketiga dengan kompensasi terhadap pengaruh
harmonisa dan tegangan sistem”.
c. Inspeksi Level-3 Lightning Arrester
1. IL-3: Pengukuran Nilai Tahanan Insulasi
Tabel 2.4 Standard Pengukuran Nilai Tahanan Insulasi LA
Nilai Tahanan Evaluasi Rekomendasi
Isolasi
>1 GΩ Kondisi Baik -
<1 GΩ Terjadi Degradasi 1. Lakukan
Fungsi Insulasi Pembersihan Yang
Di Uji, Lalu
Lakukan
Pengukuran Ulang
2. Bila Hasil Ukur
Tetap < 1 GΩ,
Maka Lakukan
Penggantian
31
Nilai Tahanan Evaluasi Rekomendasi
Pentanahan
<1Ω Kondisi Baik -
>1Ω Terjadi Degradasi 1. Lakukan
Fungsi Pentanahan Pembersihan Kawat
La Pentanahan,
Termasuk Mur Dan
Baut Koneksi Kawat
Pentanahan
2. Lakukan Pengukuran
Ulang
3. Bila Hasil Ukur
Tetap >1 Ω, Maka
Rencanakan
Perbaikan Sistem
Pentanahan.
32
3. IL-3: Pengujian Surge Counter LA
Tabel 2.6 Standard Pengujian Surge Counter LA
Hasil Pengujian Surge Evaluasi Rekomendasi
Surge Counter LA
Angka counter Kondisi baik -
bertambah setelah
diinjeksi impulse DC
dari kapasitor
Angka counter tidak Surge Counter Lakukan penggantian
bertambah setelah Rusak surge counter LA
diinjeksi impulse DC
dari kapasitor
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui turbin pada Gardu Induk 150Kv
Jekulo Kudus. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dinamakan metode
tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah
mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode
positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai
metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini disebut
metode kuantitatif karena data penelitian lebih fokus pada data-data numerikal
(angka) yang diolah atau dianalisis dengan menggunakan metode statistika.
Penelitian ini dilakukan pada PLTM Karekan, yang terletak di Desa Karekan,
Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara. Lokasinya tidak jauh dengan
pasar Pagentan sekitar 6 Km.
34
Penelitian ini akan dilaksanakan kuarang lebih dalam jangka waktu 1—2
Minggu setelah proposal diAcc.
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah mengukur daya air dan daya turbin yang ada di PLTM
Karekan, Pagentan, Banjarnegara.
3.4.2 Sampel
Sampel ini merupakan bagian dari populasi. Dalam penelitian ini sampel yang
digunakan adalah menghitung efisiensi turbin untuk mengetahui kinerja turbin
francis pada PLTM Karekan, Pagentan, Banjarnegara dengan menggambil sampel
per perubahan debit air yang masuk setiap hari selama 1—2 minggu. Untuk
menghitung efisiensi turbin dapat dipergunakan rumas persamaan 1 sehingga
diperlukan mengetahui daya air dan daya turbin. Untuk mengetahui daya air kita
harus mengetahui masa jenis air, debit air dan kecepatan, sedangkan untuk
mengetahui daya turbin kita harus mengetahui torsi dengan menghitung gaya atau
mengukur gaya menggunakan dynamometer dan mengetahui omega.
35
3.6 Desain Penelitian
MULAI
PERIZINAN
PERUSAHAAN
SELESAI
36
3.7 Tahapan Proses Penelitian
Mulai
Perumusan Masalah
Pengambilan data di
Lapangan
Verifikasi Data
tidak
Data Lengkap
37
ya
A
A
Pengolahan Data
Hasil penelitian
Analisis Data
38
3.7.3 Tahapan Akhir
Teknik analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan suatu
penelitian tersebut, karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil
penelitian yang dikerjakan. Melakukan analisis data setelah semua data yang
dibutuhkan sudah terkumpul semua. Data – data yang didapatkan akan dianalisis
menggunakan persamaan yang sudah ada. Dalam menganalisis data yang
didapatkan semua perhitungan dilakukan secara manual sesuai dasar teori
perhitungan atau rumus yang ada.
39
3.10 Jadwal rencana penelitian
NO KEGIATAN BULAN
Tahap Persiapan
1 Penelitian Jan Feb Mar Apr Mei Jun
a. Penyusunan dan
Pengajuan judul v
b. Pengajuan Proposal v v
c. Perijinan penelitian v
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan data v
b. Analisis data v
Tahap Penyususnan
3 Laporan v v
40
DAFTAR PUSTAKA