DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD RAMADAN DWIPUTRA NURRACHMAD
NIM: 201611266
Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada yang terhormat:
iv
v
STUDI SETTING RELE JARAK SEBAGAI PROTEKSI SALURAN
UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV PADA GIS
TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV SURALAYA LAMA – GIS
TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV SURALAYA BARU
ABSTRAK
Proses pengiriman tenaga listrik dari pembangkit kepada konsumen harus dikatakan
aman dan andal, salah satunya pada bagian transmisi tenaga listrik dimana
dibutuhkan sebuah sistem proteksi untuk mengamankan bagian transmisi tenaga
listrik. Proteksi pada transmisi tenaga listrik yang umum dipakai adalah rele jarak,
dimana rele jarak bekerja dengan membaca impedansi yang terdapat di saluran
transmisi kemudian dibandingkan dengan impedansi setting rele. Ketika rele
mendeteksi adanya gangguan, maka rele akan memberikan sinyal kepada PMT
untuk melakukan trip. Jenis proteksi yang terdapat pada rele jarak terbagi menjadi
3 yaitu proteksi Zona 1, Zona 2 dan Zona 3. Metode yang dipakai untuk melakukan
studi rele jarak ini adalah metode kuantitatif dengan melakukan perhitungan
impedansi zona 1, zona 2 dan zona 3 kemudian menghitung jarak jangkauan dan
impedansi yang dibaca rele. Selanjutnya melakukan perbandingan hasil data setting
rele dan hasil perhitungan dengan standar acuan yang dipakai. Dari hasil
perhitungan diketahui terdapat perbedaan impedansi setting dari data dengan hasil
perhitungan sebesar 0,0149 Ω untuk zona 1, 0,02246 Ω untuk zona 2, dan 0,08722
Ω untuk zona 3. Dari hasil perbandingan diketahui bahwa impedansi zona 3 dari
data setting rele melebihi standar yang diperbolehkan sehingga perlu dilakukan
resetting untuk zona 3 rele jarak.
vi
DISTANCE RELAY SETTING STUDY AS 500KV EXTRA HIGH
VOLTAGE OVERHEAD LINE PROTECTION IN EXTRA HIGH
VOLTAGE GIS 500KV SURALAYA LAMA TO EXTRA HIGH
VOLTAGE GIS 500KV SURALAYA BARU
Under the guidance of Andi Makkulau, ST, M.Ikom., MT and Aloysius Agus
Yogianto, Ir., MT
ABSTRACT
The process of sending electricity from the power plant to consumers must be safe
and reliable, one of which is in the transmission line where a protection system is
needed to secure the transmission line section. Protection for transmission line that
is commonly used is distance relay, where the distance relay works by reading the
impedance in the transmission line then compare it the relay setting impedance.
When the relay detects a fault, Relay will signal the CB to open. There are 3 type of
protection in the distance relay, namely Zone 1, Zone 2 and Zone 3. The method
used to study distance relay setting is quantitative method by calculating the
impedance of zone 1, zone 2 and zone 3 then calculating the reach distance and
impedance readings of the relay. Then, comparing the results of the relay settings
from data and calculations with the reference standard used. From the calculation it
is known that there are differences in the setting impedance from the data with the
calculation. With the differences of 0.0149 Ω for zone 1, 0.02246 Ω for zone 2, and
0.08722 Ω for zone 3. Also from comparison results it is known that the zone 3
impedance from the data setting relay exceeds the allowed standard so it needs to
be reset for zone 3 impedance of the distance relay.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. vi
viii
2.2.1 Pengertian Umum Gas Insulated Switchgear .......................................... 7
ix
4.2.2 Data Rele Spesifikasi Jarak ................................................................... 33
4.3 Perhitungan setting rele jarak GISTET 500 kV Suralaya Lama – GISTET 500
kV Suralaya Baru ............................................................................................... 34
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tersebut. Rele sendiri memiliki banyak jenis yang dimana ini tergantung lokasi dan
komponen apa yang akn diproteksi oleh rele. Contoh – contoh jenis rele adalah Over
Current Relay, Distance Relay, Bucholz Relay, Over Voltage Relay dan masih
banyak jenis lainnya. Lokasi pemasangan rele hampir terdapat pada semua
komponen dalam sistem tenaga listrik mulai dari proteksi untuk generator,
transformator, saluran transmisi, sampai saluran distribusi.
Rele – rele ini dapat ditemukan pada gardu induk baik yang memiliki tegangan
150kv (GI 150 kV) maupun gardu induk tegangan ekstra tinggi 500kV (GITET)
Penggunaan rele juga bisa dilakukan untuk gardu yang berjenis GIS atau Gas
Insulated Switchgear dimana hal utama yang membedakan disini adalah pada
switchgear untuk melakukan aktivitas switching dan tripping dilindungi oleh
kompartemen yang diisi dengan gas SF6. Dimana konstruksi switchgear seperti ini
dapat memperkecil area penggunaan lahan karena tidak dibutuhkan jarak minimum
antar switchgear, sehingga berdasarkan dari konstruksi tersebut yang dapat dilihat
perbedaannya antara GIS dan GI konvensional, dimana pada GI konvensional
membutuhkan jarak antar peralatan di switchyard.
Pada penelitian ini, akan dibahas salah satu jenis rele yang dipakai untuk
pengaman pada penghantar transmisi tenaga listrik yakni Distance Relay atau dapat
disebut juga dengan Rele Jarak. Rele Jarak ini merupakan salah satu peralatan
proteksi sistem tenaga listrik pada bagian transmisi tenaga listrik dimana rele ini
akan bekerja untuk mengamankan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
dan Saluran Kabel Tegangan Ekstra Tinggi (SKTET) dari gangguan – gangguan
hubung singkat baik gangguan fasa ke tanah atau fasa ke fasa. Pembahasan
mengenai Rele Jarak ini bertujuan untuk memngetahui bagaimana sebuah Rele
Jarak bekerja pada sebuah sistem transmisi tepatnya pada Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) pada Gas Insulated Switchgear Tegangan Ekstra
Tinggi (GISTET) 500 kV Suralaya Baru arah GISTET Suralaya Lama dan melakukan
perhitungan untuk impedansi pada zona Rele Jarak sehingga dapat mengetahui
jangkauan dari tiap – tiap zona dari Rele Jarak tersebut. GISTET Suralaya Baru
merupakan sebuah proyek PLN yang sedang berjalan dan dilaksanakan Unit
Pelaksana Proyek Jaringan Jawa Bagian Barat 3 (UPP JJBB 3) dimana GISTET
suralaya baru ini merupakan GISTET yang nantinya akan
2
terhubung dengan GISTET Suralaya Lama, PLTU Suralaya 8 milik Indonesia Power
dan PLTU Banten milik PT. Lestari Banten Energy.
3
1) Mengetahui cara melakukan perhitungan setting impedansi zona dan jarak
jangkauan zona pada rele jarak pada GISTET 500 kV Suralaya Lama –
GISTET 500 kV Suralaya Baru.
2) Mengetahui bentuk karakteristik kerja rele jarak pada GISTET 500 kV Suralaya
Lama – GISTET 500 kV Suralaya Baru.
3) Mengetahui apakah di pengturan rele jarak GISTET 500 kV Suralaya Lama –
GISTET 500 kV Suralaya Baru sudah sesuai dengan standar acuanPLN.
Dengan dibuatnya penelitian ini diharpkan berhasil untuk mencapai tujuan pada
bagian tujuan penelitian, menghasilkan skripsi yang sistematis dan bermanfaat bagi
yang membacanya. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mendapatkan
pengetahuan mengenai sistem proteksi tenaga listrik khususnya mengenai Rele
Jarak yang digunakan sebagai alat pengaman untuk sistem transmisi tenaga listrik.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada
sistem distribusi, transmisi dan generator. Dipergunakan untuk mengamankan
sistem tenaga listrik dari gangguan listrik atau gangguan beban lebih, dengan cara
memisahkan bagian sistem tenaga listrik yang terganggu, sehingga sistem yang
tidak terganggu tetap dapat bekerja. (Wahyudi, 2012)
Dikutip dari Standar PLN SPLN T5.002-2:2010 “Rele jarak adalah rele
penghantar yang prinsip kerjanya berdasarkan pengukuran impedansi penghantar.
Impedansi penghantar yang dirasakan oleh rele adalah hasil bagi tegangan dengan
arus dari sebuah sirkit. Rele ini mempunyai ketergantungan terhadap besarnya SIR
dan keterbatasan 56 sensitivitas untuk gangguan satu fasa ke tanah. Rele ini
mempunyai beberapa karakteristik seperti mho, quadrilateral, reaktans, adaptive
mho dan lain-lain. Sebagai unit proteksi rele ini dilengkapi dengan pola teleproteksi
seperti PUTT, POTT dan blocking. Jika tidak terdapat teleproteksi, maka rele ini
berupa step distance saja.” (PT. PLN (Persero), 2010)
Menurut buku Pedoman Pemeliharaan Proteksi dan Kontrol Penghantar yang
dikeluarkan oleh PT. PLN Persero pada tahun 2014 yang mengacu pada SPLN
T5.002-2:1010 dikatakan bahwa konfigurasi proteksi untuk sebuah saluran transmisi
jarak pendek digunakan proteksi utama yakni sebuah rele current differential yang
dilengkapi dengan kabel fiber optic dan dengan proteksi cadangannya yaitu rele
jarak dengan teleproteksi ditambah dengan rele directional earth fault (DEF). (PT.
PLN (Persero), 2014)
“Rele jarak bekerja dengan mengukur tegangan dan arus lalu mengukur nilai
impedansi. Perlindungan rele jarak (distance protection) dibagi menjadi beberapa
daerah perlindungan menjadi zona 1, zona 2, dan zona 3. setting rele jarak (distance
protection) sangat penting, dengan setting yang tidak sesuai dapat mengakibatkan
rele gagal berfungsi.” (Prasetyo, 2017)
5
Berikut adalah beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian yang dilakukan pada Skripsi ini:
Tabel 2.1 Penelitian serupa pada tahun sebelumnya
No. Nama & Asal Judul Metode Hasil
1 Wahyu Analisa Perubahan Setting Rele Kualitatif Pemakaian jenis kabel penghantar dapat
Prasetyo Jarak Akibat Penggantian dan menghasilkan perbedaan nilai setelan
Universitas Penghantar SUTT 150 kV Klaten – Kuantitatif impedansi zona proteksi pada rele jarak
Muhammadiyah Pedan
Surakarta
2 Aji Danang Studi Analisa Kerja Rele Jarak Kuantitatif Mendapatkan setting rele untuk saluran
Suryadipraja Pada Saluran Transmisi Gardu transmisi GI Wonosari – GI Solo Baru
Universitas Induk Wonosari - Gardu Induk
Muhammadiyah Solo Baru 150 kV
Surakarta
3 Rikki Arwenda Analisa Setting Relay Jarak Pada Kuantitatif Terdapat perbedaan dari data setting rele
Institut Saluran Udara Tegangan Tinggi jarak yang dipakai dengan data hasil
Teknologi PLN 150 kV di GI Cikupa - GI Balaraja perhitungan setting rele jarak
6
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Umum Gas Insulated Switchgear
Gas Insulated Switchgear atau GIS adalah salah satu jenis gardu induk yang
menggunakan pengaman berupa gas SF 6 (Sulfur Hexafluoride) bertekanan yang
merupakan penyekat antara bagian bertegangan dengan kompartemen. Salah satu
keuntungan dari digunakannya Gardu Induk jenis ini adalah kebutuhan lahan untuk
pembangunan gardu induk tidak sebanyak dengan GI konvensional karena jarak
antar switchgear tidak seperti pada GI konvensional.
7
Gambar 2.2 Saklar Pemisah pada GIS
8
4) Transformator Arus (Current Transformer)
Transformator Arus adalah peralatan untuk melakukan pengukuran arus
pada sistem tenaga listrik yang terdapat pada gardu. Transformator Arus
juga dapat digunakan sebagai peralatan pengukuran atau peralatan
proteksi.
9
6) Rel Daya atau Busbar
Merupakan bagian dari GIS sebagai titik pertemuan atau penghubung
dengan transformator – transformator tenaga. (Hutapea, 2013)
10
2.2.3 Sistem Proteksi Tenaga Listrik
Sistem proteksi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berfungsi
untuk meningkatkan kelangsungan pelayanan kepada konsumen, dimana
komponen dan alat – alat yang menjadi bagian dari sistem proteksi harus memiliki
kriteria seperti sensitifitas, selektifitas, kecepatan, pengamanan serta kehandalan
dalam beroperasi. Rele jarak merupakan salah satu bagian dari sistem proteksi yang
untuk mengamankan saluran transmisi karena dapat menghilangkan gangguan
dengan cepat, penyetelanya yang tidak rumit dan memiliki daerah perlindungan
yang luas, Dalam perencanaan sistem proteksi yang baik diperlukan persyaratan –
persyaratan sebagai berikut :
1) Sensitif
Suatu sistem proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau suatu bagian
tertentu dari suatu sisitem tenaga listrik, alat atau bagian sisitem yang
termasuk dalam jangkauan pengamanannya.
2) Selektif
Selektivitas dari sistem proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan
dalam mengadakan pengamanan.
3) Cepat
Makin cepat sistem proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil
kemungkinan akibat gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan
meluasnya akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.
4) Andal
Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu relay proteksi
tidak bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi relay
proteksi bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila relay
gagal bekerja dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pda peralatan
yang diamankan atau mengakibatkan bekerjanya relay lain sehingga daerah
itu mengalami pemadaman yang lebih luas.
11
5) Ekonomis
Dengan biaya yang sekecilnya – kecilnya diharapkan relay proteksi
mempunyai kemampuan pengamanan yang sebesar-besarnya.
6) Sederhana
Perangkat sistem proteksi disyaratkan mempunyai bentuk yang sederhana
dan fleksibel.
Peralatan proteksi sistem tenaga listrik harus bisa melakukan isolasi dilokasi
terjadinya gangguan pada sebuah penghantar transmisi tenaga listrik untuk
meminimalisir pemadaman dan dampak kerusakan yang menyebar area yang luas.
(Wahyudi, 2012)
12
Gambar 2.7 Skema peralatan proteksi sistem tenaga listrik
(Sumber: Koordinasi Rele Arus Lebih pada Interbus Transformator 100 MVA
dengan Sisi 150 kV / 70 kV di Gardu Induk Keramasan)
Dari skema diatas diketahui bahwa peralatan – peralatan dari sebuah sistem
tenaga listrik adalah sebagai berikut:
1) Trafo Arus atau Current Transformer (CT)
2) Trafo Tegangan atau Potential Transformer/Current Voltage Transformer
(PT/CVT)
3) Rele
4) Pemutus Tenaga atau Circuit Breaker (PMT/CB)
5) Catu daya DC
13
memisahkan jaringan tenaga listrik yang mengalami gangguan sehingga dampak
dari gangguan tidak melebar luas kejaringan lainnya.
Gambar 2.8 Pembagian Zona 1, Zona 2 dan Zona 3 pada rele jarak
14
Rele jarak mengurukur impedansi gangguan dengan cara tegangan melalui
tegangan yang dibaca oleh transformator tegangan dan arus gangguan yang terlihat
dari proses pembacaan pada transformator arus, Kemudian dengan membagi nilai
tegangan dan arus yang didapat dari transformator arus dan tegangan maka
impedansi terjadinya gangguan dapat ditentukan. Rumus yang digunakan untuk
menghitung impedansi gangguan adalah sebagai berikut:
𝑉𝐹
𝑍𝐹 = …………………………………………………………………………(2.1)
𝐼𝐹
15
Gambar 2.9 Karakteristik Rele jarak jenis impedansi
(Sumber: Karakteristik Relai Jarak (Distance Relay), Pola Proteksi dan Penyetelan
Relai Jarak )
2) Rele jarak jenis Mho
Memiliki bentuk karakteristik kerja berupa lingkaran dengan titik pusat yang
bergeser, pergeseran titik pusat ini akan memberikan sifat directional dan
mempunyai keterbatasan mengantisipasi gangguan tanah resistansi tinggi. Dan
untuk zona 3 pada jenis ini digunakan karakteristik Mho lensa geser jika penghantar
memiliki jarak yang jauh.
(Sumber: Karakteristik Relai Jarak (Distance Relay), Pola Proteksi dan Penyetelan
Relai Jarak )
16
3) Rele jarak jenis reaktansi
Rele jenis ini memiliki sifat non-directional sehingga untuk dipasang pada
sebuah saluran SUTT dibutuhkan tambahan Rele directional. Kemudian Rele jarak
jenis reaktansi memiliki jangkauan resistansi yang besar sehingga dapat digunakan
untuk mengantisipasi gangguan tanah dengan tahanan tinggi.
(Sumber: Karakteristik Relai Jarak (Distance Relay), Pola Proteksi dan Penyetelan
Relai Jarak )
17
Gambar 2.12 Karakteristik kerja rele jarak jenis Quadrilateral
(Sumber: Karakteristik Relai Jarak (Distance Relay), Pola Proteksi dan Penyetelan
Relai Jarak )
Dari gambar karakteristik rele jarak diatas dapat dijelaskan bahwa karakteristik
rele dibentuk dalam diagram R-X dengan sumbu horizontalnya menandakan
besarnya resistansi atau R dan sumbu verticalnya menandakan besar reaktansi
atau X. Nilai ZL pada gambar merupakan nilai impedansi dari saluran transmisi dan
Z1, Z2, dan Z3 menandakan daerah untuk gangguan Zona 1, Zona 2 dan Zona 3.
Kondisi normal dapat diketahui pada nilai impedansi ZL yang berada di luar dari
daerah Z1, Z2 dan Z3. Ketika nilai ZL masuk kedalam daerah Zona 1, Zona 2 atau
Zona 3, maka rele akan merasakan adanya gangguan dan akan bekerja sesuai nilai
atau posisi dari ZL yang masuk ke area Zona 1, Zona 2 atau Zona 3.
(Sumber: Karakteristik Relai Jarak (Distance Relay), Pola Proteksi dan Penyetelan
Relai Jarak )
19
2) Pola Permissive Underreach Transfer Trip (PUTT)
Merupakan pola proteksi pada rele jarak yang sudah menggunakan media
komunikasi antara rele sehingga ketika terjadi gangguan pada saluran udara rele di
gardu induk A dapat memberikan sinyal ke rele di gardu induk B sehingga untuk trip
zona 2 pada salah satu gardu induk, waktu trip yang dibutuhkan bisa lebih cepat
dari waktu tunda rele zona 2. Pada Pola ini pengiriman sinyal trip dilakukan oleh rele
jarak zona 1
20
Gambar 2.15 Pola Proteksi Permissive Overreach Transfer Trip (POTT)
4) Blocking Scheme
Pada Blocking Scheme peralatan teleproteksi akan mengirim sinyal kepada
peralatan teleproteksi pada gardu induk yang ada didepannya jika rele jarak
mendeteksi adanya gangguan pada daerah belakang gardu induk (reverse zone)
ditandai dengan pembacaan gangguan Zone 3 Reverse pada rele jarak. Pada gardu
induk yang menerima sinyal, jika distance relay mendeteksi gangguan pada daerah
depan (forward) Zona 2, maka rele akan memberikan perintah untuk melakukan
pencegahan (blocking) agar rele jarak tidak bekerja secara instan. Apabila rele tidak
memerima sinyal dari gardu lawannya tetapi mendeteksi bahwa terjadi gangguan
zona 2, maka rele jarak akan memberikan perintah trip seketika. Sehingga pola
blocking scheme ini digunakan untuk mencegah rele agar tidak bekerja ketika
secara instan ketika mendeteksi adanya gangguan dibelakang gardu (reverse zone)
dikarenakan gangguan tidak terjadi pada saluran transmisi yang diamankan
sehingga tidak perlu adanya trip seketika. (PT. PLN (Persero), 2014)
21
Gambar 2.16 Pola Proteksi Blocking Scheme
22
membedakan waktu kerja DEF utama dengan proteksi utama rele jarak (zona
1), maka waktu kerja DEF utama ditunda antara 20 milidetik – 100 milidetik.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
24
3.1.2 Tahapan Perhitungan
1) Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan pencarian teori mengenai perhitungan – perhitungan
yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan setting rele jarak.
2) Pengumpulan data
Dilakukan dengan mengumpulkan data – data yang dibutuhkan untuk
melakukan perhitungan setting rele jarak. Data yang digunakan adalah data
rele yang dipakai, CT, PT, impedansi saluran serta jenis penghantar yang
dipakai.
3) Perhitungan
Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul dilakukan perhitungan untuk
mendapat nilai setting rele hasil perhitungan yang akan dibandingkan dengan
data hasil Calculation Note dan standar IEEE C37.113.1999 untuk melihat
apakah besar impedansi dari kedua hasil tersebut sudah sesuai standar atau
belum.
25
Mulai
Ya
Menarik Kesimpulan
Selesai
26
3.2 Teknik Analisis
Analisa untuk melakukan setting rele jarak pada sistem transmisi di GISTET 500
kV Suralaya Lama arah GISTET 500 kV Suralaya Baru ini dilakukan dengan
beberapa tahap.
3.2.1 Perhitungan rasio PT dan CT
Perhitungan rasio PT dan CT dilakukan dengan membandingkan nilai rasio PT
dengan rasio CT yang digunakan pada Gardu Induk. Berikut adalah persamaan
untuk mengetahui rasio PT dan CT:
𝑃𝑇
𝑛= ………………………………….…………………………………………(3.1)
𝐶𝑇
Dimana:
n = Rasio PT/CT
PT = Rasio yang dipakai pada transformator tegangan
CT = Rasio yang dipakai pada transformator arus
3.2.2 Perhitungan Impedansi Pada Saluran
Perhitungan impedansi pada saluran transmisi dilakukan dengan
menggunakan persamaan:
𝑍1 = 0,8 𝑥 𝑍𝐿1………………………………...................................................(3.4)
Dimana:
Z1 = Impedansi Zona 1 (Ω)
ZL1 = Impedansi saluran yang diamankan (Ω)
Kemudian untuk mengetahui jarak yang dapat di jangkau oleh rele zona 1
diketahui dari persamaan berikut:
27
0,8 𝑥 𝐿1………………………………………………………………...…..…….(3.5)
Dimana:
L1 = panjang saluran yang diamankan (km)
Dengan waktu delay zona 1 yaitu t=0detik yang artinya rele pada zona 1 akan
langsung melakukan trip jika merasakan adanya gangguan pada zona 1.
2) Setting Zona 2
Daerah kerja zona 2 mencakup daerah yang tak terlindungi zona 1 sampai
kepada seksi selanjutnya, Setting impedansi zona 2 dilakukan dengan 2
perhitungan yakni menghitung Z2Max dan Z2Min dengan nilai yang terbesar tetapi tidak
melebihi nilai dari impedansi transformator daya yang diambil menjadi nilai setting
zona 2. Setting impedansi Zona 2 dilakukan dengan menggunakan persamaan:
Dimana:
ZL1 = Impedansi saluran yang diamankan (Ω)
ZL2 = Impedansi saluran berikutnya (Ω)
Dimana:
L1 = panjang saluran yang diamankan (km)
L2 = panjang saluran berikutnya (km)
28
Dengan waktu delay dari pada rele jarak zona 2 yaitu t= 0,4 detik. Zona 2
bekerja sebagai sistem backup ketika pengaman utama pada zona 1 tidak bekerja.
3) Setting Zona 3
Daerah kerja pada zona 3 yaitu sisa dari penghantar yang tidak terlindungi oleh
zona 2 sampai akhir seksi berikutnya. Setting impedansi zona 3 dilakukan dengan
2 perhitungan yakni menghitung Z3Max dan Z3Min dengan nilai yang terbesar tetapi tidak
melebihi nilai dari impedansi transformator daya (jika ada) yang diambil menjadi nilai
setting zona 3. Setting impedansi Z3Max dilakukan dengan menggunakan
persamaan:
Dimana:
ZL1 = Impedansi saluran yang diamankan (Ω)
ZL2 = Impedansi saluran berikutnya (Ω)
1,2 𝑥 𝐿1………………………………………………………………………...(3.12)
Dimana:
L1 = panjang saluran yang diamankan (km)
L2 = panjang saluran berikutnya (km)
29
Waktu delay pada zona 3 lebih lama dibandingkan dengan zona 2 dan zona 1
yaitu t=1,2 sampai 1,6 detik
𝑍𝑆𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 𝑛 × 𝑍𝑍𝑜𝑛𝑎…………………..…………………………………..…(3.14)
Dimana:
ZSekunder = Impedansi pada sisi sekunder (Ω)
n = Rasio PT/CT
ZZona = Impedansi Zona 1, Zona 2 atau Zona 3 (Ω)
30
BAB IV
4.1 Umum
Rele jarak atau Line Distance Relay merupakan salah satu jenis rele yang
dipakai untuk proteksi pengahntar transmisi antara GISTET 500 kV Suralaya Baru
– GISTET 500 kV Suralaya Lama dimana rele jarak ini digunakan sebagai proteksi
MAIN B yang artinya adalah komponen proteksi yang bekerja setelah jika proteksi
MAIN A tidak bekerja dimana proteksi MAIN A disini adalah Line Differential Relay.
Kedua rele proteksi tersebut akan mengamankan saluran transmisi SUTET 500 kV
dan SKTET 500 kV yang menghubungkan kedua GISTET tersebut.
Proteksi utama pada rele jarak akan bekerja secara instan (dibawah 100ms)
apabila mendeteksi adanya gangguan dengan impedansi yang masuk kedalam
katagori zona 1 dan Proteksi cadangannya bekerja dengan waktu tunda 400ms
untuk zona 2 dan 1600ms untuk zona 3. Proteksi penghantar transmisi 500 kV
antara GISTET 500 kV Suralaya Baru – Suralaya Lama digunakan 2 jenis kabel
penghantar yakni terdapat penghantar SUTET dan SKTET
4.2 Hasil
Rele jarak bekerja dengan cara membaca nilai impedansi yang dihasilkan dari
kalkulasi output CT dan PT pada penghantar saluran transmisi udara maupun
saluran transmisi kabel. Pada penelitian ini akan dilakukan kajian setting rele yang
ada pada GISTET 500 kV Suralaya Baru – GISTET 500 kV Suralaya Lamadengan
melakukan perhitungan impedansi saluran antara kedua GISTET yang kemudian
dilanjutkan kepada perhitungan setting impedansi zona 1, zona 2, zona 3 beserta
jarak jangkauan pada setiap zona tersebut. Selanjut akan didapatkan hasil
perhitungan impedansi zona 1, zona 2 dan zona 3 rele jarak yang kemudian akan
dilakukan perbandingan data dari Calculation Note GISTET 500 kV Suralaya Lama
– GISTET 500 kV Suralaya Baru, data hasil perhitungan dengan standar rele jarak
31
menggunakan standar IEEE Std C37.113-1999 IEEE Guide for Protective Relay
Applications to Transmission Lines.
Tabel 4.1 Data jenis penghantar yang dipakai pada saluran transmisi
GISTET 500 kV Suralaya Lama - Suralaya Baru
GISTET 500 kV
Suralaya Lama – 4 x ACSR Zebra
0,0387 + j 0,2807 1,135
GISTET 500 kV 429/55m
Suralaya Baru
32
Gambar 4.1 Penggunaan kabel untuk transmisi GISTET 500 kV Suralaya Lama -
Suralaya Baru - LBE
Sumber: Pengolahan Data
Karakteristik Quadrilateral
33
Gambar 4. 2 Rele jarak NARI PCS-931
Sumber: (www.nrec.com)
4.3 Perhitungan setting rele jarak GISTET 500 kV Suralaya Lama – GISTET
500 kV Suralaya Baru
Perhitungan setting rele jarak disesuaikan dengan data – data yang telah
didapat pada sub bab 4.2
34
4.3.1 Menghitung nilai rasio PT dan CT
Perhitungan dilakukan menggunakan persamaan (3.1) dengan data yang ada
pada tabel 4.4 untuk rasio antara bagian primer dan sekunder dari transformator
arus dan tabel 4.5 untuk rasio antara bagian primer dan sekunder dari
transforamator tegangan. Berikut adalah nilai dari rasio PT dan CT:
100/500000
𝑛= = 0,8……………………………………………………………………(4.1)
1/4000
35
𝑍𝐿2 = 0,983 𝑘𝑚 𝑥 0,013 + 𝑗 0,17 𝛺/𝑘𝑚
𝑍𝐿2 = 0,0127 + 𝑗 0,1671 𝛺
𝑍𝐿2Primer = 0,1675 < 86,627 𝛺 ......................................................................................... (4.4)
𝑍𝐿2Sekunder = 0,1675 < 86,627 𝛺 𝑥 0,8
𝑍𝐿2Sekunder = 0,134 < 86,627 𝛺 ...................................................................................... (4.5)
1) Perhitungan Zona 1
Dengan menggunakan persamaan (3.3) dan (3.4) dimana untuk proteksi
zona 1 pada rele jarak harus mencakup sejauh 80% panjang saluran yang
akan dilindungi. Berikut adalah hasil perhitungan untuk impedansi dan
jangkauan zona 1 untuk rele jarak:
36
Sumber: Pengolahan Data
Dengan waktu delay instan atau dibawah 0,1 detik. Nilai impedansi rele jarak
disini merupakan hasil perhitungan impedansi Zona 1 primer dimana hasil
setting rele yang akan dipakai adalah hasil impedansi rele pada bagian
sekunder (Z1sekunder) sehingga hasil tersebut harus dikalikan dengan rasio
Transformator Arus dan Transformator Tegangan.
2) Perhitungan Zona 2
Dengan menggunakan persamaan (3.5) dan (3.6) untuk mencari impedansi
dan persamaan (3.7) dan (3.8) untuk mencari jarak jangkauan berikut adalah
hasil perhitungan setting zona 2 untuk rele jarak:
37
Gambar 4.4 Area Proteksi Zona 2
Sumber: Pengolahan Data
Karena Z2min > Z2max, maka nilai Z2min yang dipakai sebagai setting zona
2 dengan waktu delay 0,4 detik. Nilai impedansi rele jarak disini merupakan
hasil perhitungan impedansi Zona 2 primer dimana hasil setting rele yang
akan dipakai adalah hasil impedansi rele pada bagian sekunder (Z2 sekunder)
sehingga hasil tersebut harus dikalikan dengan rasio Transformator Arus dan
Transformator Tegangan.
3) Perhitungan Zona 3
Dengan menggunakan persamaan (3.7) dan (3.8) berikut adalah hasil
perhitungan untuk impedansi dan jangkauan zona 3 untuk rele jarak:
38
𝑍3𝑚𝑎𝑥 = 1,2 𝑥 (0,3286 < 82,32 𝛺 + 0,1704 < 85,627𝛺)
𝑍3𝑚𝑎𝑥 = 0,595 < 83,426 𝛺…………………………………………………..(4.13)
Karena Z3min < Z3max, maka nilai Z3max yang dipakai sebagai setting zona
3 dengan waktu delay 1,6 detik. Nilai impedansi rele jarak disini merupakan
hasil perhitungan impedansi Zona 3 primer dimana hasil setting rele yang
akan dipakai adalah hasil impedansi rele pada bagian sekunder (Z 3sekunder)
sehingga hasil tersebut harus dikalikan dengan rasio Transformator Arus dan
Transformator Tegangan.
39
4.3.4 Menghitung impedansi yang terbaca pada rele
Perhitungan dilakukan menggunakan rumus (3.9) dengan nilai n dari hasil
perhitungan (4.1) dan Zzona mengikuti hasil dari perhitungan (4.6) untuk impedansi
zona 1, (4.8) untuk impedansi zona 2 dan (4.13) untuk impedansi zona 3.
Perhitungan ini merupakan konversi nilai impedansi zona primer menjadi impedansi
zona sekunder yang merupakan impedansi yang terbaca pada rele, dimana
pembacaan yang dilakukan oleh rele adalah hasil pembacaan pada sisi sekunder
parameter arus dan tegangan pada transformator arus dan transformator tegangan.
Berikut adalah hasil perhitungan impedansi yang terbaca pada rele untuk setiap
proteksi zona:
1) Zona 1
𝑍1𝑆𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0,8 × 0,26288 < 82,32 𝛺
𝑍1𝑆𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0,2103 𝛺………………………………………………………. (4.16)
2) Zona 2
𝑍2𝑆𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0,8 × 0,3943 < 82,32 𝛺
𝑍2𝑆𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0,3154 𝛺.……………………………………………………… (4.17)
3) Zona 3
𝑍3𝑆𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0,8 × 0,595 < 83,426 𝛺
𝑍3𝑆𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 0,476 𝛺 ………………………………………………………...(4.18)
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dibuat tabel perbandingan
hasil setting rele jarak antara hasil perhitungan dengan data setting rele dari
calculation note GISTET 500 kV Suralaya Lama – Suralaya Baru. Tabel
perbandingan tersebut adalah sebagai berikut:
40
Tabel 4.5 Perbandingan Z Sekunder Calculation Note dengan hasil perhitungan
Selisih Calculation
Data calculation Data hasil
Note dengan
Zona note perhitungan
Perhitungan
Z Sekunder Z Sekunder
Z Sekunder
Dari tabel 4.6 diketahui terdapat perbedaan nilai impedansi zona proteksi rele
jarak sebesar 0,0149 Ω untuk zona 1, 0,02246 Ω untuk zona 2 dan 0,0872 untuk
zona 3 untuk dapat memastikan apakah hasil dari perhitungan dan data calculation
note sudah sesuai dengan standar berikut adalah tabel perbandingan antara data
perhitungan dengan data calculation note. Standar yang dipakai mengacu kepada
IEEE C37.113.1999 tentang aplikasi relay proteksi pada saluran transmisi. Berikut
adalah standar rele jarak menurut IEEE C37.113.1999:
41
Tabel 4.6 Standar rele jarak menurut IEEE C37.113.1999
Zona Standar Keterangan
Besar Z1sekunder harus
berada di kisaran 80%
Zona 1 80%-90% ZL1Sekunder
sampai 90% dari nilai
ZL1Sekunder
Besar Z2sekunder harus
berada di kisaran 120%
Zona 2 120%-150% ZL1Sekunder
sampai 150% dari nilai
ZL1Sekunder
Besar Z3sekunder harus
120% (ZL1Sekunder +ZL2 berada di kisaran 120%
Zona 3
Sekunder) dari nilai ZL1Sekunder +ZL2
Sekunder
Dari tabel tersebut diketahui jika nilai dari impedansi sekunder (Z sekunder) dari
zona 1, zona 2 dan zona 3 harus masuk kedalam kriteria yang diberikan oleh standar
IEEE C37.113.1999, Dimana untuk besarnya impedansi sekunder pada zona 1 yaitu
berkisar dari 80% sampai 90% dari nilai sekunder impedansi saluran ZL1. Untuk
impedansi sekunder zona 2 nilainya harus berkisar antara 120% sampai 150% dari
nilai sekunder impedansi saluran ZL1. Untuk impedansi sekunder zona 3 nilainya
harus berkisar 120 % dari nilai sekunder impedansi saluran ZL 1 ditambah nilai
sekunder impedansi saluran ZL2. Jika nilai dari impedansi zona 1, zona 2 atau zona
3 berada diluar dari ketentuan yang diberikan ini dapat menandakan kemampuan
membaca gangguan pada rele jarak dikatakan terlalu sensitif jika lebih atau kurang
sensitif jika kurang. Jika diketahui terdapat nilai impedansi yang kurang atau lebih
darpada standar sebelumnya, maka perlu dilakukan resetting atau penyetelan ulang
pada rele jarak yang digunakan sebagai proteksi saluran transmisi tersebut. Jika
standar IEEE C37.113.1999 di berlakukan pada kasus setting rele jarak GISTET
500 kV Suralaya Lama – GISTET 500 kV Suralaya Baru, maka tabelnya akan
menjadi sebagai berikut:
42
Tabel 4.7 Tabel Standar IEEE C37.113.199 pada setting rele jarak GISTET 500
kV Suralaya Lama - GISTET 500 kV Suralaya Baru
Zona Standar
Zona 3 0,4762 Ω
Dari tabel diatas diketahui agar setting rele jarak pada GISTET 500 kV
Suralaya Lama - GISTET 500 kV Suralaya Baru dikatakan sudah sesuai dengan
standar, maka nilai sekunder impedansi zona 1 harus berada pada nilai 0,2103 Ω
sampai 0,2365 Ω, untuk nilai sekunder impedansi zona 2 berada pada kisaran
0,3154 Ω - 0,3943 Ω dan untuk nilai sekunder impedansi zona 3 harus berada
disekitar 0,4762 Ω Berikut adalah tabel perbandingan antara Impedansi Sekunder
Zona 1, Zona 2 dan Zona 3 dari data Calculation Note dengan Standar IEEE
C37.113.1999:
43
Selanjutnya adalah tabel perbandingan standar IEEE C37.113.1999 dengan
data yang didapat dari hasil perhitungan pada penelitian ini:
Sesuai
Zona 1 80%-90% ZL1 0,2103 Ω 80%
Standar
120%-150% Sesuai
Zona 2 0,31544 Ω 120%
ZL1 Standar
120% Sesuai
Zona 3 0,476 Ω 120%
(ZL1+ZL2) Standar
44
Gambar 4. 6 Karakteristik Quadrilateral rele jarak hasil perhitungan
45
Gambar 4. 7 Karakteristik Quadrilateral rele jarak hasil data calculation note
Sumber: Pengolahan Data
46
4.4 Pembahasan
Dari hasil yang didapat pada tabel 4.8 dan 4.9 diketahui bahwa data yang
diketahui dari hasil Calculation Note untuk zona 1 dan zona 2 sudah sesuai dengan
standar IEEE C37.113.1999 dengan nilai impedansi untuk zona 1 sudah mencakup
80% dari impedansi saluran ZL1 kemudian untuk zona 2 juga sudah sesuai dengan
standar acuan dengan impedansi zona 2 yang mencakup 128% dari impedansi
saluran ZL1. Untuk zona 3 perlu dilakukan resetting karena nilainya melebihi dari
batas yang sesuai dengan standar IEEE C37.113.1999. Ini dapat diketahui nilai dari
impedansi zona 3 mencapai 141% (ZL1+ZL2) dimana menurut standar IEEE untuk
zona 3 standarnya adalah 120% (ZL1+ZL2) sehingga nilai tersebut melebihi batas
yang telah ditentukan oleh standar IEEE C37.113.1999. Setelah dilakukan resetting
menggunakan hasil perhitungan diketahui bahwa untuk zona 3 dari rele jarak sudah
masuk kedalam standar IEEE C37.113.1999 dengan nilai impedansi zona 3 yang
mencakup 120% (ZL1+ZL2) sehingga dapat dikatakan kerja rele tidak akan terjadi
tumpang tindih atau Overlapping dengan rele jarak yang ada didepannya.
47
BAB V
1) Perhitungan setting rele jarak pada GISTET 500 kV Suralaya Lama dilakukan
dengan menggunakan perhitungan impedansi zona 1, zona 2 dan zona 3,
sehingga didapat nilai impedansi zona 1 sebesar 0,2103 Ω, impedansi zona 2
sebesar 0,31544 Ω, dan impedansi zona 3 sebesar 0,476 Ω dengan jarak
jangkauan zona 1 adalah 0,908 km, zona 2 1,362km, dan zona 3 adalah 2,541
km.
2) Dari hasil perhitungan impedansi zona 1, zona 2, zona 3 dapat dihasilkan
sebuah gambar karakteristik rele jarak dan diketahui bahwa jenis dari
karakteristik rele jarak yang dipakai adalah Quadrilateral dengan jangkauan
Reaktansi (X) yang jauh sehingga dikatakan rele jarak sensitif terhadap
perubahan nilai Reaktansi (X).
3) Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
diperlukan sebuah setting ulang pada impedansi zona 3 untuk rele jarak dimana
nilai dari Calculation Note menghasilkan impedansi 0,5632 Ω yang artinya nilai
tersebut mencakup sejauh 141% (ZL1+ ZL2). Nilai tersebut melebihi dari nilai
standar yang digunakan sebagai acuan yakni 120% (ZL1+ ZL2) dan setelah
dilakukan perhitungan didapat nilai 0,496 Ω, dimana nilai tersebut sudah sesuai
kedalam standar IEEE C37.113.1999.
5.2 Saran
1) Diperlukan evaluasi terhadap setting zona 3 pada rele jarak GISTET 500 kV
Suralaya Lama arah Suralaya Baru agar nilai impedansi masuk kedalam
standar IEEE C37.113.1999.
48
DAFTAR PUSTAKA
Arwenda, R. (2019). Analisa Setting Relay Jarak Pada Saluran Udara Tegangan
Tinggi 150 kV di GI Cikupa - GI Balaraja. Jakarta: Institut Teknologi - PLN.
Hutapea, R. Z. (2013). Condition Assessment Gas SF6 GIS 150 kV Glugur Medan.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
PT. PLN (Persero). (2010). SPLN T5.002-2: 2010, Pola Proteksi Saluran Transmisi
Bagian Dua: Tegangan Ekstra Tinggi 275 kV dan 500 kV. PT. PLN (Persero).
PT. PLN (Persero). (2014). Buku Pedoman Pemeliharan Proteksi dan Kontrol
Penghantar. Jakarta: PT. PLN (Persero).
PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Setting Beban Jawa - Bali. (2013).
Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa
Bali. Jakarta: PT. PLN (Persero).
Suprianto. (2015, Oktober 15). Karakteristik Rele Jarak (Distance Relay), Pola
Proteksi dan Penyetelan Rele Jarak. Retrieved from Blog Universitas Negeri
Semarang: http://blog.unnes.ac.id/antosupri/karakteristik-rele-jarak-
distance-relay-pola-proteksi-dan-penyetelan-rele-jarak/
Suryadipraja, A. D. (2018). Studi Analisa Kerja Rele Jarak Pada Saluran Transmisi
Gardu Induk Wonosari - Gardu Induk Solo Baru 150 kV. Surakarta:
Universitas Muhammadiya Surakarta.
49
Susatyo Handoko, M. A. (2017). Analisis Setting dan Koordinasi Rele Jarak Pada
GI 150 kV Krapyak - Srondol - Pandean Lamper dan Arah sebaliknya.
Transient, Vol 6, No. 14.
50
51
LAMPIRAN A DATA SETTING RELE JARAK (CALCULATION NOTE)
A1
LAMPIRAN B DATA BASIC PARAMETER DAN RASIO CT & PT GISTET 500 KV
SURALAYA LAMA – GISTET 500 KV SURALAYA BARU
B1
LAMPIRAN C DATA BASIC PARAMETER GISTET 500 KV SURALAYA BARU –
LBE
C1
LAMPIRAN D DATA IMPEDANSI PER KM UNTUK KABEL ACSR
D1
LAMPIRAN E DATA IMPEDANSI PER KM UNTUK KABEL XLPE
E1