Anda di halaman 1dari 74

UNIVERSITAS DIPONEGORO

OVERCURRENT RELAY SEBAGAI PROTEKSI ARUS LEBIH


PADA MAIN COOLING WATER PUMP DI PLTP
KAMOJANG UNIT 2

KERJA PRAKTIK
JHOHAN HARDIMAN
21060116120026

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI SARJANA
SEMARANG

MARET 2019
UNIVERSITAS DIPONEGORO

OVERCURRENT RELAY SEBAGAI PROTEKSI ARUS LEBIH


PADA MAIN COOLING WATER PUMP DI PLTP
KAMOJANG UNIT 2

KERJA PRAKTIK
JHOHAN HARDIMAN
21060116120026

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI SARJANA
SEMARANG

MARET 2019

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI
PLTP KAMOJANG

Dengan judul
“OVERCURRENT RELAY SEBAGAI PROTEKSI ARUS LEBIH PADA
MAIN COOLING WATER PUMP DI PLTP
KAMOJANG UNIT 2”

Universitas Diponegoro Semarang


02 Januari s/d 31 Januari 2019

Telah diperiksa pada tanggal :


...............................................

Mengetahui dan mengesahkan :


PT. INDONESIA POWER UPJP KAMOJANG

Pembimbing Lapangan
Kerja praktek

ii
Sahrul Umam
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI
PLTP KAMOJANG

Dengan judul
“OVERCURRENT RELAY SEBAGAI PROTEKSI ARUS LEBIH PADA
MAIN COOLING WATER PUMP DI PLTP
KAMOJANG UNIT 2”

Disusun oleh :
Jhohan Hardiman
21060116120026

Universitas Diponegoro Semarang


02 Januari s/d 31 Januari 2019

Telah diperiksa pada tanggal :


...............................................

Mengetahui :
Ketua Departemen Teknik Elektro Dosen Pembimbing

Dr. Wahyudi, ST, MT Mochammad Facta, ST., MT., Ph.D.


NIP. 196906121994031001 NIP. 197106161999031003

iii
ABSTRAK

Berkembangnya teknologi saat ini, ketersediaan energi listrik harus


terpenuhi dengan sangat baik. Karena telah kita ketahui bahwasannya hampir
semua kegiatan manusia membutuhkan energi listrik. Pada sistem tenaga listrik,
energi ini dihasilkan oleh sebuah generator yang digerakkan oleh penggerak mula
sehingga bisa menghasilkan energi listrik. Penggerak tersebut bisa berasal dari
air, uap, panas bumi dan lainnya.. Dalam siklus kerjanya pembangkit-pembangkit
tersebut memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Pada
proses produksi energi listrik tidak selamanya berjalan tanpa masalah seperti
adanya hubung singkat pada salah satu komponen contohnya motor listrik.
Masalah tersebut apabila dibiarkan dapat membuat produksi listrik terganggu dan
bahkan bisa juga membuat peraltan-peralatan di pembangkit menjadi rusak. Oleh
karena itu diperlukan system proteksi untuk melindungi peralatan-peralatan
tersebut dari masalah/gangguan yang ada. Fungsi peralatan sistem proteksi adalah
untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu
dari bagian lain yang masih dalam keadaan normal serta sekaligus mengamankan
bagian ini dari kerusakan yang dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Relai arus lebih merupakan Relai Pengaman yang bekerja karena adanya besaran
arus dan terpasang pada suatu jaringan listrik, Relai ini berfungsi untuk
mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan phasa-phasa.
Kata kunci: Proteksi, Relai, Relai arus lebih.

iv
ABSTRACT

The development of technology today, the availability of electrical energy


must be fulfilled very well. Because we already know that almost all human
activities require electrical energy. In electric power systems, this energy is
produced by a generator that is driven by the initial drive so that it can produce
electrical energy. The drive can come from water, steam, geothermal and others.
In its working cycle these plants have components that are interrelated with each
other. In the process of producing electricity it does not always run without
problems such as a short circuit in one component, for example an electric motor.
This problem if left unchecked can make electricity production disrupted and can
even make equipment in the plant damaged. Therefore a protection system is needed
to protect these equipment from existing problems / disturbances. The function of
protection system equipment is to identify disturbances and separate the disturbed
parts of the network from other parts that are still in normal condition and at the
same time secure this part of the damage that can cause greater losses. Overcurrent
relays are safety relays that work because of the current magnitude and are
installed on an electricity network, this relay serves to secure electrical equipment
due to interference with the phases.
Keywords: Protection, Relays, Overcurrent relays.

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek yang
berjudul “OVERCURRENT RELAY SEBAGAI PROTEKSI ARUS LEBIH
PADA MAIN COOLING WATER PUMP DI PLTP KAMOJANG UNIT 2”
Kerja praktek merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa
sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi di Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Hal ini dianggap penting
sebagai pengembangan pengetahuan mahasiswa, dan mempersiapkan mahasiswa
sebelum terjun ke dunia profesinya.
Selama melakukan kerja praktek di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang
penulis mendapatkan pengalaman dan tambahan ilmu pengetahuan. Sesuai dengan
tujuannya bahwa selama kerja praktek mahasiswa diharapkan dapat menerapkan dan
memahami hal-hal teknis di bidang teknologi kelistrikan.
Pelaksanaan kerja praktek ini dapat berjalan dengan baik berkat bantuan yang
telah diberikan oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya.
2. Orang tua penulis yang senantiasa menyertai di setiap situasi dan kondisi.
Terima kasih atas segala doa, semangat, pengorbanan, dan kasih sayang yang
sangat berarti sampai saat ini.
3. Bapak Dr. Wahyudi, S.T., M.T. selaku Ketua Departemen Teknik Elektro
Universitas Diponegoro Semarang.
4. Bapak Mochammad Facta, ST., MT., Ph.D. selaku dosen pembimbing kerja
praktek.
5. Bapak Sahrul Umam selaku Supervisor bidang Pemeliharaan Listrik dan
pembimbing lapangan kerja praktek yang telah memberikan arahan, bantuan
dan berkenan menerima penulis untuk melaksanan kerja praktek.

vi
6. Segenap manajemen PT. Indonesia Power UPJP Kamojang yang telah
memberikan materi, ilmu dan pelajaran yang sangat berharga.
7. Serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
Semoga laporan ini dapat bermanfaat kepada pembaca. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan laporan kerja praktek ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun yang dapat membantu untuk penyusunan yang lebih baik lagi. Semoga
isi dari laporan ini dapat memberikan manfaat yang signifikan, terutama kepada
para pembaca.
Akhir kata, semoga laporan kerja praktek ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak.

Semarang, Maret 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
ABSTACT ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.4 Tujuan Kerja Praktek ................................................................................. 2
1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 2
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 3
1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ................................................................ 3
1.6 Metodologi Pengumpulan Data ................................................................. 3
1.7 Sistematika Penulisan ................................................................................ 4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN


2.1 PT. Indonesia Power .................................................................................. 5
2.2 Logo PT Indonesia Power ......................................................................... 6
2.3 Sejarah Perusahaan PT. Indonesia Power .................................................. 7
2.4 PT. Indonesia Power UPJP Kamojang ...................................................... 8
2.5 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ............................................................. 10
2.6 Struktur Organisasi .................................................................................... 10

viii
BAB III KAJIAN PUSTAKA
3.1 Motor Induksi ............................................................................................ 11
3.1.1 Konstruksi Motor Induksi .................................................................... 12
3.1.2 Prinsip Kerja Motor Induksi................................................................. 14
3.2 Sistem Proteksi Tenaga Listrik .................................................................. 15
3.2.1 Fungsi Proteksi ..................................................................................... 16
3.2.2 Syarat Kualitas Proteksi ....................................................................... 16
3.2.3 Perangkat Sistem Proteksi .................................................................... 18
3.3 Sistem Proteksi pada Motor ...................................................................... 20

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Single Line Diagram PLTP Kamojang ...................................................... 22
4.2 Main Cooling Water Pump (MCWP) PLTP Kamojang Unit 2 ................. 24
4.3 Overcurrent Relay...................................................................................... 26
4.3.1 Prinsip Kerja Overcurrent Relay .......................................................... 26
4.3.2 Jenis Overcurrent Relay Berdasarkan Karakteristik Waktu Kerja ...... 27
4.4 Overcurrent Relay Untuk MCWP Unit 2 PLTP Kamojang .................... 30
4.5 Setting Overcurrent Relay ........................................................................ 30
4.6 MPR2000 Proteksi Motor MCWP PLTP Kamojang Unit 2 .................... 34
4.7 Simulasi Overcurrent Relay MPR2000 dengan Menggunakan Software
ETAP versi 12.6 ......................................................................................... 49

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 52
5.2 Saran ........................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 53
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo PT. Indonesia Power .......................................................... 6


Gambar 2.2 Peta Lokasi PT. Indonesia Power UPJP Kamojang .................... 8
Gambar 2.3 Struktur Organisasi ..................................................................... 10
Gambar 3.1 Motor Induksi .............................................................................. 11
Gambar 3.2 Konstruksi Motor Induksi ........................................................... 12
Gambar 3.3 Konstruksi Rotor Sangkar Motor Induksi ........................................... 12
Gambar 3.4 Komponen-Komponen pada Sistem Proteksi ............................. 18
Gambar 4.1 Single-Line-Diagram PLTP Kamojang....................................... 22
Gambar 4.2 Sistem bus 6,3 kV ....................................................................... 23
Gambar 4.3 Main Cooling Water Pump (MCWP) PLTP Kamojang ............. 25
Gambar 4.4 Prinsip Kerja dari Overcurrent Relay ......................................... 26
Gambar 4.5 Karakteristik Instantaneous OCR ............................................... 27
Gambar 4.6 Karakteristik Definite-time OCR................................................. 28
Gambar 4.7 Karakteristik Inverse-time OCR .................................................. 29
Gambar 4.8 Hasil Pengujian Relay Pengaman Motor .................................... 33
Gambar 4.9 MPR2000 .................................................................................... 34
Gambar 4.10 Indikator-Indikator MPR2000..................................................... 35
Gambar 4.11 Tombol-Tombol MPR2000......................................................... 37
Gambar 4.12 Single Line Diagram Sistem 6.3 kV dengan Menggunakan
Software ETAP versi 12.6 ........................................................... 49
Gambar 4.13 Hasil Simulasi dengan Gangguan Berada di Area MCWP ......... 50
Gambar 4.14 Sequence-of-Operation ............................................................... 50
Gambar 4.15 Setting OCR MPR2000 pada ETAP Software versi 12.6 ........... 51

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kapsitas Terpasang di UPJP Kamojang ...................................... 9


Tabel 4.1 Spesifikasi Main Cooling Water Pump (MCWP) PLTP
Kamojang Unit 2 ......................................................................... 24
Tabel 4.2 Spesifikasi Overcurrent Relay Proteksi MCWP pada PLTP
Kamojang Unit 2 ......................................................................... 30
Tabel 4.3 Standar NEC® 430.52.tentang Setting Overcurrent Relay ......... 31
Tabel 4.4 Communication Settings ............................................................. 38
Tabel 4.5 System Parameter Settings .......................................................... 38
Tabel 4.6 Voltage Settings........................................................................... 39
Tabel 4.7 Current Settings .......................................................................... 40
Tabel 4.8 Temperature Settings .................................................................. 41
Tabel 4.9 Tripping / Alarm Option ............................................................. 41
Tabel 4.10 Measured Data ............................................................................ 43
Tabel 4.11 Calculated Data .......................................................................... 43
Tabel 4.12 Logical Inputs – Contacts Status................................................. 44
Tabel 4.13 Stational Data ............................................................................. 44
Tabel 4.14 Fault Data ................................................................................... 44

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Berkembangnya teknologi saat ini, ketersediaan energi listrik harus
terpenuhi dengan sangat baik. Karena telah kita ketahui bahwasannya hampir
semua kegiatan manusia membutuhkan energi listrik.
Untuk memenuhi keandalan ketersediaan dan penyaluran energi listrik,
kebutuhan sistem proteksi yang memadai sangat mutlak diperlukan. Fungsi
peralatan sistem proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan
memisahkan
bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih dalam keadaan
normal
serta sekaligus mengamankan bagian ini dari kerusakan yang dapat
menyebabkan
kerugian yang lebih besar.
Over Current Relay (OCR) adalah relay pengaman arus lebih yang bekerja
karena adanya besaran arus dan terpasang pada peralatan listrik, Relay ini
berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan hubung
singkat. OCR digunakan sebagai pengaman utama pada jaringan distribusi,
pengaman cadangan generator, transformator daya, motor dan saluran
transmisi.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan melaksanakan kerja praktek ini beberapa permasalahan yang akan
diangkat sebagai topik bahasan antara lain:
1. Untuk mengetahui proteksi yang ada pada MCWP pada PLTP Kamojang.

1
2

2. Mempelajari cara kerja dari Overcurrent Relay dalam melakukan


pengamanan terhadap area yang mengalami gangguan pada PLTP
Kamojang.
3. Mempelajari cara menentukan arus pick-up (arus setting) dari Overcurrent
Relay guna mengatur waktu kerja OCR sesuai dengan standar yang ada.

1.3 Batasan Masalah


Ruang lingkup penyusunan laporan kerja praktek ini membahas mengenai
cara kerja dan setting dari Overcurrent Relay yang digunakan sebagai proteksi
pada Main Cooling Water Pump (MCWP) PLTP Kamojang Unit 2 secara
khusus pada jenis yang digunakan saja, yaitu Instantaneous-time. Laporan ini
juga tidak membahas secara menyeluruh mengenai proteksi dari MCWP, hanya
membahas mengenai proteksi Overcurrent Relay saja.

1.4 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan kerja praktek ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus
1.4.1 Tujuan Umum
a. Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara
dunia perguruan tinggi dan dunia kerja sebagai pengguna output-nya.
b. Menambah informasi dan pengetahuan mengenai teori yang dipelajari
selama kuliah dengan aplikasinya di lapangan.
c. Mengukur sejauh mana kemampuan analisis perbandingan secara teori
dengan kondisi nyata di lapangan.
d. Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami
aplikasi ilmunya di PT Indonesia Power UPJP Kamojang
e. Sebagai media untuk memperoleh ilmu, pengalaman berpikir kritis
dan praktis, melatih keterampilan serta bertindak dalam lingkungan di
PT Indonesia Power UPJP Kamojang yang sesuai dengan disiplin
ilmu yang di pelajari mahasiswa.
f. Mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja sesungguhnya dengan
kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan.
3

1.4.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui proteksi yang ada dalam hal melindungi motor-
motor yang memiliki peranan penting dalam siklus kerja dari PLTP
Kamojang.
b. Untuk mengetahui secara langsung relay arus lebih (Overcurrent
Relay) yang penerapannya dilakukan pada proteksi Main Cooling
Water Pump (MCWP).
c. Mengetahui cara kerja dari Overcurrent Relay dalam melakukan
pengamanan terhadap daerah yang mengalami gangguan hubung
singkat.
d. Mengetahui cara mengatur arus pick-up (arus setting) dari
Overcurrent Relay guna mengatur kondisi kerja dari relay OCR itu
sendiri.
e. Memenuhi beban Satuan Kredit Semester (SKS) yang harus ditempuh
sebagai persyaratan akademis di Jurusan Teknik Elektro UNDIP.

1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek adalah sebagai berikut:
Tempat : PT Indonesia Power UPJP Kamojang
Alamat : Jl. Komplek Perumahan PLTP Kamojang Garut 44101
Waktu : 2 Januari 2019 s/d 31 Januari 2019

1.6 Metodologi Pengumpulan Data


Dalam menulis laporan ini, metode yang diterapkan oleh penulis untuk
mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
1. Metode wawancara dan diskusi
Dengan cara memberikan pertanyaan kepada pembimbing atau petugas
yang berwenang, untuk mendapatkan data yang tidak diperoleh di lapangan.
2. Metode pengamatan langsung
Dengan cara melakukan pengamatan secara sistematis mengenai hal-hal
yang terjadi di lapangan.
4

3. Studi Literatur
Menambah wawasan / pengetahuan mengenai tema yang dikerja
praktekkan dengan menelaah literatur-literatur yang berhubungan dan
bersesuaian.

1.7 Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan laporan ini, penulis membagi kedalam beberapa bab:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan kerja praktek, pembatasan masalah,
metodelogi penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II PROFIL UMUM PT Indonesia Power UPJP Kamojang
Bab ini menjelaskan tentang profil umum PT Indonesia Power UPJP
Kamojang beserta struktur kelembagaan.
BAB III KAJIAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori dasar motor induksi secara umum,
dan pengetahuan umum mengenai gangguan-gangguan yang ada pada motor
induksi..
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan mengenai Overcurrent Relay yang digunakan di
PT Indonesia Power UPJP Kamojang Unit 2 khususnya untuk Main Cooling
Water Pump (MCWP).
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran dari penyusunan laporan ini.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 PT. Indonesia Power


PT. Indonesia Power merupakan perusahaan pembangkit tenaga listrik
yang didirikan pada 3 Oktober 1995. PT. Indonesia Power merupakan salah satu
anak perusahaan dari PT. PLN Persero yang pada mulanya bernama PT. PJB 1.
PT. Indonesia Power juga memiliki kegiatan usaha lainnnya, diantarannya:
a. Jasa operasi & pemeliharaan, persewaan pembangkit
b. Jasa konsultasi pembangkit tenaga listrik
c. Perdagangan batu bara
d. Cogeneration dan distribution
Ratusan unit pembangkit yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power dikelola
melalui 5 unit pembangkitan (UP), yaitu UP Suralaya, UP Semarang, UP Perak
Grati, UP Saguling, dan UP Mrica, 1 Unit Jasa Pemeliharaan (UJH), 6 Unit Jasa
Pembangkitan (UJP), yaitu UJP Banten 1 Suralaya, UJP Banten 2 Labuan, UJP
Banten 3 Lontar, UJP Jawa Barat 2 Pelabuhan Ratu, UJP Jawa Tengah 2
Adipala, dan UJP Pangkalan Susu, serta 3 Unit Pembangkitan dan Jasa
Pembangkitan (UPJP), yaitu UPJP Priok, UPJP Bali, dan UPJP Kamojang.
Selain itu, perusahaan memiliki 4 anak perusahaan, yaitu PT. Cogindo Daya
Bersama (CDB) yang bergerak di bidang cogeneration, PT. Artha Daya
Coalindo (ADC) yang bergerak di bidang trading dan transportasi batubara, PT.
Indo Pusaka Berau (IPB) yang mengoperasikan PLTU Lati Berau untuk
penyediaan listrik di sistem kelistrikan wilayah Berau, Kalimantan Timur, dan
PT. Indo Ridlatama Power (IRP) yang bergerak di bidang penyediaan listrik.
PT. Indonesia Power dalam proses pembangkitan listriknya
memanfaatkan berbagai sumber-sumber energi diantaranya Pembangkit Listrik

5
6

Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Pembangkit


Listrik Tenaga Gas/Gas Uap (PLTG/GU), Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (PLTP) dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan perkiraan
total kapasitas terpasang sekitar 12.463 MW.

2.2 Logo PT. Indonesia Power


Suatu perusahaan harus memiliki ciri dan identitas yang
merepresentasikan perusahaan tersebut. Begitu pun dengan PT. Indonesia
Power yang memiliki logo yang menjadi identitasnya dengan tujuan agar
konsumen dan masyarakat mudah mengenal dan mengingat perusahaan.
Gambar I.2 dibawah ini, merupakan logo dari PT. Indonesia Power.

Gambar 2.1 Logo PT. Indonesia Power


Logo PT. Indonesia Power pada Gambar I.2 diatas mewakili identitas
perusahaan. Warna merah pada kata Indonesia menunjukkan sifat kuat dan
kokoh perusahaan untuk memproduksi tenaga listrik di Indonesia. Sedangkan
warna biru pada kata Power menggambarkan sifat bijaksana dan pintar serta
menggambarkan ciri dari produk tenaga listrik yang dihasilkan yaitu:
a. Berteknologi tinggi
b. Efisien
c. Aman
d. Ramah lingkungan
7

2.3 Sejarah Perusahaan PT. Indonesia Power


Pemerintah Indonesia pada awal tahun 1990-an mempertimbangkan
deregulasi di sektor ketenagalistrikan. Hal tersebut kemudian diawali dengan
berdirinya Paiton Swasta I, dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan
Presiden No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui
pembangkit-pembangkit swasta. Langkah selanjutnya, pada akhir tahun 1993,
Menteri Pertambangan dan Energi merilis kerangka dasar kebijakan (Sasaran
dan Kebijakan Pengembangan Sub sektor ketenagalistrikan).
Untuk tahap awal, pada tahun 1994 PLN diubah statusnya dari Perum
menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3 Oktober 1995. PT. PLN
(Persero) membentuk dua anak perusahaan yang bertujuan untuk memisahkan
misi sosial dan komersial yang diemban oleh BUMN (Badan Usaha Milik
Negara) tersebut. Salah satu dari anak perusahaan tersebut adalah PT.
Pembangkit Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau lebih dikenal dengan nama PLN
PJB I. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada
bidang pembangkit tenaga listrik dan usaha-usaha terkait.
Sebagai upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam
bisnis ketenagalistrikan, pada 3 Oktober 2000 bertepatan dengan ulang
tahunnya yang kelima, Manajemen Perusahaan secara resmi mengumumkan
perubahan nama perusahaan PLN PJB I menjadi PT. Indonesia Power.
Walaupun sebagai perusahaan komersial di bidang pembangkitan baru
didirikan pada pertengahan 1990-an, Indonesia Power mewarisi berbagai asset
berupa pembangkit dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-
pembangkit tersebut memanfaatkan teknologi berbasis komputer dengan
memanfaatkan bergam energi primer seperti air, batubara, panas bumi dan
sebagainya.
Pembangkit-pembangkit yang dimiliki oleh Indonesia Power dikelola dan
dioperasikan oleh 8 (delapan) Unit Bisnis Pembangkit: Priok, Suralaya,
Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak & Grati dan Bali. Secara
keseluruhan, Indonesia Power memiliki daya sebesar 7.332 MW. Ini merupakan
daya terbesar yang dimiliki oleh sebuah perusahaan pembangkitan di Indonesia.
8

Selain 8 pembangkit yang dikelola, PT. Indonesia Power memiliki satu Unit
Bisnis Jasa Pemeliharaan yang melakukan pekerjaan pencegahan di lingkungan
PT. Indonesia Power dan di luar PT. Indonesia Power. Ke-8 pembangkit dan
satu Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan dikoordinasikan oleh kantor pusat yang
beralamatkan di Jl. Gatot Subroto Kavling 21 Jakarta.

2.4 PT. Indonesia Power UPJP Kamojang


Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terdiri dari tiga
lokasi Unit Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi yaitu Unit PLTP Kamojang,
Unit PLTP Darajat dan Unit PLTP Gunung Salak serta lokasi di daerah
perbukitan sekitar 1500 meter dari permukaan air laut dan 42 km arah tenggara
Kota Bandung.

Gambar 2.2 Peta Lokasi PT. Indonesia Power UPJP Kamojang


Unit PLTP Kamojang beralamat di Desa Laksana Kecamatan Ibun,
Kabupaten Bandung terletak di kaki Gunung Guntur gugusan Gunung Gajah.
Unit PLTP Darajat beralamat di desa pada awas Kecamatan Pasir Wangi,
Kabupaten Garut terletak di kaki Gunung Papandayan dan Unit PLTP Gunung
Salak beralamt di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor.
9

UPJP Kamojang mengoperasikan tujuh unit mesin pembangkit dengan


pembagian 3 unit di PLTP Kamojang, 1 unit di PLTP Darajat dan 3 Unit di
PLTP Gunung Salak.
Unit 1 PLTP Kamojang beroperasi pada tanggal 22 Oktober 1982 dan
diresmikasn oleh Bapak Presiden Soeharto pada tanggal 7 Februari 1983.
Kemudian unit 2 dan 3 beroperasi masing masing pada bulan Juli 1987 untuk
unit 2 dan unit 3 pada bulan Nopember 1987. Unit PLTP Darajat mulai
beroperasi pada tanggal 6 Oktober 1994 dan Unit PLTP Gunung Salak mulai
beroperasi pada tanggal 12 Maret 1994 untuk unit 1, Unit 2 beroperasi pada 12
Juni 1994 dan Unit 3 pada tanggal 16 Juni 1997. Pada awalnya PLTP Gunung
Salak mampu beroperasi pada 55 MW namun seiring dengan berjalannya
waktu, pada tahun 2005 kapasitas pembangkitannya di PLTP Gunung Salak di
upgrade menjadi 60 MW.
Tabel 2.1 Kapasitas Terpasang di UPJP Kamojang

Kapasitas
Unit Generator Manufaktur Operasi Awal
Terpasang
Kamojang 1 30 MW Mitsubishi 22 Oktober 1982
Kamojang 2 55 MW Mitsubishi 29 Agustus 1987
Kamojang 3 55 MW Mitsubishi 13 September 1987
Darajat 55 MW Mitsubishi 6 Oktober 1994
Gunung Salak 1 60 MW Ansaldo 12 Maret 1994
Gunung Salak 2 60 MW Ansaldo 12 Juni 1994
Gunung Salak 3 60 MW Ansaldo 16 Juli 1997

Lapangan panas bumi Kamojang memiliki potensi sebesar 300 MW.


Indonesia merupakan Negara dengan potensi panas bumi terbesar 27 GW
(Potensi panas bumi dunia 50 GW). Potensi ini perlu dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan energi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan
terhadap energi fosil yang semakin menipis. Unit Pembangkitan dan Jasa
Pembangkitan (UPJP) Kamojang, salah satu dari delapan Unit Pembangkitan
dan Jasa Pembangkitan dibawah PT. Indonesia Power, menggunakan panas
10

bumi sebagai energi primer. Ini merupakan unit pembangkit panas bumi
terbesar di Indonesia dengan total kapasitas terpasang 375 MW. Pada tahun
2003, unit pembangkit panas bumi Kamojang mendapat sertifikat ISO 9001-
2008 (Manajemen Mutu), ISO 14001-2004 (Manajemen Lingkungan dan
SMK3 untuk sistem manajemen K3), OHSAS, SMP, ISO 28000 dan PAS 5S.

2.5 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan


 Visi: Menjadi perusahaan energi terpercaya yang tumbuh berkelanjutan
 Misi: Menyelenggarakan bisnis Pembangkitan Tenaga Listrik dan jasa
terkait yang bersahabat dengan lingkungan
 Tujuan:
 Memberikan nilai tambah bagi pelanggan, pegawai, dan pemilik.
 Menghasilkan keuntungan yang menjamin pertumbuhan yang
berkesinambungan.
 Mencapai tingkat kinerja setara dengan perusahaan pembangkitan
tenaga listrik kelas dunia.
 Membangun budaya perusahaan yang memiliki nilai-nilai : Integritas,
Profesional, Harmoni, Pelayanan Prima, Peduli, Pembelajar, dan
Inovatif (IP-HAPPPI).

2.6 Struktur Organisasi


Struktur organisasi PLTP Kamojang berdasarkan STO Maret 2018
ditunjukan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Struktur Organisasi PLTP Kamojang


BAB III
KAJIAN PUSTAKA

3.1 Motor Induksi


Menurut I Nyoman Bagia dan I Made Parsa [6], motor induksi merupakan
motor listrik arus bolak balik (AC) yang paling luas digunakan. Penamaannya
berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi medan
magnet stator, dimana arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu,
tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif
antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magneticfield) yang
dihasilkan oleh arus stator. Motor induksi sangat banyak digunakan di dalam
kehidupan sehari-hari baik di industri maupun di rumah tangga. Motor induksi
yang umum dipakai adalah motor induksi 3 fasa dan motor induksi 1 fasa. Motor
induksi 3 fasa dioperasikan pada sistem tenaga 3 fasa dan banyak digunakan di
dalam berbagai bidang industri dengan kapasitas yang besar. Motor induksi 1
fasa dioperasikan pada sistem tenaga 1 fasa dan banyak digunakan terutama
untuk peralatan rumah tangga seperti kipas angin, lemari es, pompa air, mesin
cuci dan sebagainya. Karena motor induksi 1 fasa mempunyai daya keluaran
yang rendah. Bentuk gambaran motor induksi 3 fasa diperlihatkan pada gambar
3.1, dan contoh penerapan motor induksi ini di industri diperlihatkan pada
gambar 3.4.

Gambar 3.1 Motor Induksi

11
12

3.1.1 Konstruksi Motor Induksi


Motor induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting seperti
yang diperlihatkan pada gambar 3.2 sebagai berikut.
1. Stator : Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang
dapat menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan
rotornya.
2. Celah : Merupakan celah udara (tempat berpindahnya energi dari
startor ke rotor).
3. Rotor : Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi
magnet dari kumparan stator yang diinduksikan kepada kumparan
rotor.

Gambar 3.2 Konstruksi Motor Induksi


Bentuk konstruksi rotor sangkar motor induksi secara lebih rinci
diperlihatkan pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 Konstruksi Rotor Sangkar Motor Induksi


Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bagian-
bagian sebagai berikut.
13

1. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang.


2. Inti stator dari besi lunak atau baja silikon.
3. Alur, bahannya sama dengan inti, dimana alur ini merupakan tempat
meletakkan belitan (kumparan stator).
4. Belitan (kumparan) stator dari tembaga.
Rangka stator motor induksi ini didesain dengan maksud empat tujuan
yaitu:
1. Menutupi inti dan kumparannya.
2. Melindungi bagian-bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung
dengan manusia dan dari goresan yang disebabkan oleh gangguan
objek atau gangguan udara terbuka (cuaca luar).
3. Menyalurkan torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan oleh
karena itu stator didesain untuk tahan terhadap gaya putar dan
goncangan.
4. Berguna sebagai sarana rumahan ventilasi udara sehingga
pendinginan lebih efektif.
Berdasarkan bentuk konstruksi rotornya, maka motor induksi dapat
dibagi menjadi dua jenis seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.3,
yaitu.
1. Motor induksi dengan rotor sangkar (squirrel cage).
2. Motor induksi dengan rotor belitan (wound rotor)
Konstruksi rotor motor induksi terdiri dari bagian-bagian sebagai
berikut.
1. Inti rotor, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti
stator.
2. Alur, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti. Alur
merupakan tempat meletakkan belitan (kumparan) rotor.
3. Belitan rotor, bahannya dari tembaga.
4. Poros atau as.
14

Diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan


ruangan antara stator dan rotor. Pada celah udara ini lewat fluks induksi
stator yang memotong kumparan rotor sehingga meyebabkan rotor
berputar. Celah udara yang terdapat antara stator dan rotor diatur
sedemikian rupa sehingga didapatkan hasil kerja motor yang optimum.
Bila celah udara antara stator dan rotor terlalu besar akan mengakibatkan
efisiensi motor induksi rendah, sebaliknya bila jarak antara celah terlalu
kecil/sempit akan menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin. Bentuk
gambaran sederhana bentuk alur / slot pada motor induksi diperlihatkan
pada gambar 3.3 dan gambaran sederhana penempatan stator dan rotor
pada motor induksi diperlihatkan pada gambar 3.2.

3.1.2 Prinsip Kerja Motor Induksi


Motor induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari
kumparan stator kepada kumparan rotornya. Bila kumparan stator motor
induksi 3 fasa yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan 3 fasa,
maka kumparan stator akan menghasilkan medan magnet yang berputar.
Garis-garis gaya fluks yang diinduksikan dari kumparan stator akan
memotong kumparan rotornya sehinggat timbul EMF (GGL) atau
tegangan induksi. Karena penghantar (kumparan) rotor merupakan
rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir arus pada kumparan rotor.
Penghantar (kumparan) rotor yang dialiri arus ini berada dalam garis gaya
fluks yang berasal dari kumparan stator sehingga kumparan rotor akan
mengalami gaya Lorentz yang menimbulkan torsi yang cenderung
menggerakkan rotor sesuai dengan arah pergerakan medan induksi stator.
Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-konduktor
pada rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz,
rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan
putaran relatif antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban,
akan memperbesar kopel motor yang oleh karenanya akan memperbesar
pula arus induksi pada rotor, sehingga slip antara medan putar stator dan
15

putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi, bila beban motor
bertambah, putaran rotor cenderung menurun. Pada rangka stator terdapat
kumparan stator yang ditempatkan pada slot-slotnya yang dililitkan pada
sejumlah kutub tertentu. Jumlah kutub ini menentukan kecepatan
berputarnya medan stator yang terjadi yang diinduksikan ke rotornya.
Makin besar jumlah kutub akan mengakibatkan makin kecilnya kecepatan
putar medan stator dan sebaliknya. Kecepatan berputarnya medan putar
ini disebut kecepatan sinkron. Besarnya kecepatan sinkron ini adalah
sebagai berikut:
ωsink = 2πf (listrik, rad/dt)
= 2πf / P (mekanik, rad/dt)
atau:
Ns = 60. f / P (putaran/menit, rpm)
yang mana :
f = Frekuensi sumber AC
P = Jumlah pasang kutub
Ns dan ωsink = Kecepatan putaran sinkron medan magnet stator

3.2 Sistem Proteksi Tenaga Listrik


Sistem proteksi merupakan sistem pengamanan yang diIakukan ternadap
peralatan-peralatan listrik, yang terpasang pada sistem tenaga Iistrik tersebut.
Misalnya generator, transformator, jaringan transmisi, distribusi dan lain-lain
terhadap kondisi operasi abnormal dari sistem itu sendiri [8]. Salah satu sistem
proteksi yaitu relay proteksi. Institute of Electrical and Electronic Engineers
(IEEE) mendefinisikan relay sebagai komponen elektronik yang dirancang
untuk merespon kondisi masukan dengan cara yang ditentukan dan setelah
kondisi tertentu terpenuhi, menyebabkan operasi kontak atau perubahan
mendadak serupa dalam hubungan sirkuit pengendali listrik.
16

3.2.1 Fungsi Proteksi


Pada sistem tenaga listrik, proteksi itu diperlukan:
a. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-
peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem).
Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan
semakin sedikitlah pengaruh gangguan kepada kemungkinan
kerusakan alat.
b. Untuk cepat melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil
mungkin.
c. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang
tinggi kepada konsumen dan juga mutu listrik yang baik.
d. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh
listrik

3.2.2 Syarat Kualitas Proteksi


Pada sistem tenaga listrik, relay memegang peran yang sangat
penting, proteksi berkualitas yang baik memerlukan relay proteksi yang
baik juga. Menurut Blackburn [5] ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi oleh relay, yaitu:

1. Keandalan
Keandalan suatu sistem relay proteksi tesebut sukses dalam fungsi
adalah deteksi dan kontrol untuk jangka panjang. Karena dalam
keadaan yang normal atau sistem yang tidak pernah terganggu relay
proteksi tidak bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-
tahun, tetapi relay proteksi bila diperlukan harus dan pasti bekerja.
Sebab apabila relay gagal bekerja dapat mengakibatkan kerusakan
yang lebih parah pada peralatan yang diamankan. Untuk tetap menjaga
keandalannya, maka relay proteksi harus dilakukan pengujian secara
periodik.
17

2. Sederhana
Sistem relay pelindung harus dijaga sesederhana dan sestabil
mungkin tetapi tetap mencapai tujuan yang dimaksudkan. Setiap unit
atau komponen tambahan, yang mungkin menawarkan peningkatan
perlindungan, tetapi tidak selalu dasar untuk persyaratan
perlindungan, harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati. Setiap
tambahan menyediakan sumber masalah yang potensial dan
pemeliharaan tambahan. Masalah dalam sistem pelindung dapat
sangat mempengaruhi sistem secara umum, mungkin lebih dari
komponen sistem daya lainnya. Semua tambahan harus dievaluasi
dengan hati-hati untuk memastikan bahwa mereka benar-benar, dan
secara signifikan, berkontribusi untuk meningkatkan perlindungan
sistem.
3. Selektivitas
Selektivitas dari relay proteksi adalah suatu kualitas kecermatan
pemilihan dalam mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari
suatu sistem oleh karena terjadinya gangguan harus sekecil mungkin,
sehingga daerah yang terputus menjadi lebih kecil. Selektivitas juga
berarti relay harus mempunyai daya beda terhadap bagian yang
terganggu, sehingga mampu dengan tepat memilih bagian yang
terkena gangguan.
Untuk mendapatkan sistem pengaman yang cukup baik di dalam
sistem tenaga listrik, sistem tenaga tersebut dibagi dalam beberapa
daerah pengamanan yakni dengan pemutusan sub-sistem seminimum
mungkin. Dengan demikian bagian dari sistem lainnya yang tidak
terganggu masih beroperasi secara normal.
4. Kecepatan Operasi
Fungsi utama dari suatu sistem proteksi adalah mengisolir
gangguan dari sistem tenaga sesegera mungkin yang dapat dilakukan.
Relay proteksi harus bekerja cepat, agar:
18

a) Peralatan yang terganggu, kerusakannya belum parah.


b) Terganggunya tegangan sistem (drop tegangan yang besar,
tegangan fasa yang tak seimbang) tidak bertahan lama.
c) Batas critical clearing time sistem tenaga tidak terlampaui, supaya
sistem tidak kehilangan stabilitas.
5. Pertimbangan Ekonomi
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan sebagai persyaratan relay
proteksi adalah masalah harga atau biaya. Besar biaya proteksi
berkaitan dengan mahal dan pentingnya peralatan yang diberi
proteksi.

3.2.3 Perangkat Sistem Proteksi


Perangkat sistem proteksi terlihat seperti gambar dibawah ini:

Gambar 3.4 Komponen-Komponen pada Sistem Proteksi


19

1. Relay
Hewitson [9] menjelaskan bahwa relay adalah perangkat yang
memantau kondisi rangkaian dan memberikan instruksi untuk
membuka rangkaian pada kondisi yang bermasalah. Parameter dasar
dari sistem listrik tiga fasa adalah tegangan, arus, frekuensi dan daya.
Semua ini memiliki nilai dan urutan yang telah ditentukan sebelumnya
dalam kondisi yang normal. Pergeseran apa pun dari perilaku normal
ini bisa menjadi hasil dari kondisi gangguan baik di ujung sumber atau
di ujung beban.
2. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT)
Relay proteksi dan pemutus rangkaian digunakan dalam
kombinasi untuk mendeteksi dan mengisolasi kesalahan. Sakelar
pemutus tenaga adalah peralatan utama yang ada dalam rangkaian
listrik untuk mencegah aliran listrik dari sumber ke beban [9]. Dalam
kondisi normal circuit breaker harus bisa menyalurkan daya secara
terus menerus tanpa ada gangguan.
Dalam kondisi gangguan, pemutus harus dapat membuka dengan
instruksi dari perangkat pemantauan seperti relay. Kontak relay
digunakan dalam pembuatan dan memutus rangkaian kontrol pemutus
sirkuit, untuk mencegah pemutus tertutup atau ke trip breaker dalam
kondisi gangguan serta untuk beberapa interlock lainnya.
3. Sumber Catu Daya Relay (Baterai)
Pengoperasian perangkat pemantauan seperti relay dan
mekanisme tripping pemutus memerlukan sumber daya independen,
yang tidak berbeda dengan sumber utama yang dipantau. Maka dari
itu Baterai memiliki peran penting untuk menyuplai daya pada sebuah
sistem proteksi [9].
Keberhasilan kombinasi relay dan circuit breaker sepenuhnya
bergantung pada baterai [9]. Tanpa ini, relay dan circuit breaker tidak
akan beroperasi. Oleh karena itu perlu untuk memastikan bahwa
20

baterai dan pengisi daya secara teratur diperiksa dan dipelihara pada
tingkat efisiensi setinggi mungkin setiap saat untuk memungkinkan
pengoperasian relay yang benar pada waktu yang tepat.
4. Transformator Instrumen (CT dan VT)
Trafo tegangan dan trafo arus terus-menerus mengukur tegangan
dan arus sistem kelistrikan dan bertanggung jawab untuk memberikan
sinyal umpan balik ke relay untuk memungkinkan mereka mendeteksi
kondisi abnormal [10]. Tugas utama transformer instrumen adalah:
 Untuk mengubah arus atau tegangan dari biasanya nilai tinggi ke
nilai yang mudah ditangani untuk relay dan instrumen.
 Untuk mengisolasi relay, meteran dan instrumen dari sistem
tegangan tinggi primer.
 Untuk memberikan kemungkinan standarisasi relay dan
instrumen, dan lain-lain.

3.3 Sistem Proteksi pada Motor


Mayoritas beban pemakaian industri adalah motor listrik. Motor listrik
digunakan sebagai penggerak pompa, fan, valve dan lain sebagainya. Oleh
karena itu motor listrik harus dilindungi dari ancaman gangguan yang mungkin
terjadi pada motor tersebut.
1. Relay arus lebih
Relay arus lebih merupakan relay proteksi pada motor yang
berfungsi untuk melindungi dari gangguan hubung singkat antar fasa.
Gangguan hubung singkat dapat meyebabkan kerusakan pada belitan
motor. Relay arus lebih bersifat instan, jadi jika ada gangguan harus segera
mengisolasi motor yang dilindungi tersebut.
2. Relay overload
Overload pada motor listrik disebabkan oleh pembebanan berlebih
pada motor sehingga putaran motor semakin berat. Semakin berat beban
motor maka konsumsi arus listrik motor semakin besar, sehingga jika
21

dibiarkan dalam waktu yang lama maka arus overload menyebabkan


pemanasan pada belitan yang dapat merusak belitan tersebut.
3. Relay Unbalance
Unbalance pada motor terjadi apabila ada ketidakseimbangan arus
pada fasa sumber. Fenomena ini akan menyebabkan timbulnya arus urutan
negatif (negative sequence) yang dapat menyebabkan pemanasan pada
motor.
4. Relay hubung singkat ke tanah
Relay hubung singkat ke tanah berfungsi untuk mengamankan motor
dari gangguan arus hubung singkat antara fasa dengan tanah
5. Relay Long-start
Relay long-start current adalah relay proteksi pada motor yang
digunakan untuk mengamankan motor dari gangguan arus start yang lama.
Seperti kita ketahui ketika motor listrik pertama kali dihidupkan maka akan
mengkonsumsi arus yang lebih besar dari arus nominal. Arus start tersebut
bisa mencapai 6 kali dari arus nominalnya. Pada kondisi normal, arus start
tersebut hanya berlangsung sesaat saja dan arus kembali ke arus nominal
setelah motor berputar pada putaran nominal. Relay long-start berfungsi
mengamankan motor ketika arus start tersebut berlangsung lebih lama dari
kondisi normal agar tidak terjadi pemanasan pada belitan motor. Relay long-
start bersifat definite time (karakteristik tunda waktu)

.
BAB IV
PEMBAHASAN

3.4 Single Line Diagram PLTP Kamojang

Gambar 4.1 Single-Line-Diagram PLTP Kamojang

22
23

Gambar 4.1 merupakan Single Line Diagram keseluruhan PLTP Kamojang.


Dimana pada PLTP Kamojang memiliki 3 unit yang masing-masing
berkapasitas sebesar 55 MW, 55MW dan 35 MW. Tiap unit memiliki 3
transformator yang terhubung padanya, yaitu tranformator daya dan
transformator bantu. Transformator bantu sendiri menurunkan tegangan dari
11,3 kV menjadi 6,3 kV dan 400 V. Transformator bantu berfungsi sebagai
sumber dari alat-alat yang terdapat dalam sistem PLTP itu sendiri. Salah satu
alat yang di-supply adalah Main Cooling Water Pump (MCWP).
Namun dalam siklus kerjanya, peralatan-peralatan tersebut perlu diberikan
proteksi yang dapat melindungi alat apabila timbul gangguan yang tidak
terduga. Untuk itulah digunakan relay yang dapat menjadi proteksi alat-alat
listrik tersebut. Salah satu relay proteksi yang digunakan pada PLTP Kamojang
adalah overcurrent relay (OCR). Pada laporan ini, akan menjelaskan mengenai
OCR pada Main Cooling Water Pump (MCWP) Unit 2 dari PLTP Kamojang.
Yang mana MCWP unit 2 sendiri terhubung dengan bus 6,3 kV seperti pada
Gambar 4.2

Gambar 4.2 Sistem bus 6,3 kV


24

Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa MCWP terhubung dengan VCB 1250
A. VCB (Vacuum Circuit Breaker) sendiri adalah pemutus tenaga yang
nantinya akan terhubung dengan relay. VCB akan menghilangkan busur api bila
relay melakukan trip dikarenakan kondisi vakum pada VCB itu sendiri.

3.5 Main Cooling Water Pump (MCWP) PLTP Kamojang Unit 2


Main Cooling Water Pump (MCWP) PLTP Kamojang Unit 2 merupakan
motor induksi 3 fasa yang memiliki fungsi untuk mengalirkan uap air yang telah
terkondensasi menjadi air pada kondensor. Yang nantinya akan dialirkan
menuju ke Cooling Tower untuk mendinginkan suhu air yang masihlah tinggi
dari kondensor itu sendiri. Berikut ini merupakan spesifikasi peralatan dari
Main Cooling Water Pump (MCWP) PLTP Kamojang Unit 2 [1].
Tabel 4.1 Spesifikasi Main Cooling Water Pump (MCWP) PLTP Kamojang Unit 2

Technical Data of Electric Motor

Manufacturer Mitsubishi Electric

Output 800 kW

Rated Voltage 6,3 kV

Full Load Current 92 A

Starting Current 540 A

Starting Time 2 sec

Locked Rotor Time 15 sec

MCWP termasuk komponen yang penting pada PLTP karena apabila


MCWP tidak berjalan dengan benar. Air di kondensor akan menjadi tidak
mengalir secara optimal ke Cooling Tower bisa menyebabkan peningkatan suhu
dan tekanan pada kondensor. Hal tersebut sangatlah berbahaya karena apabila
kondensor tidak dalam keadaan vakum, uap dari turbin bisa kembali masuk ke
dalam turbin lagi, yang mana dapat mengganggu siklus kerja dari turbin dan
25

dapat juga merusak turbin ittu sendiri. Untuk itulah MCWP juga dilengkapi
proteksi-proteksi guna melindunginya apabila terjadi gangguan-ganggugan
yang tidak terduga.

Gambar 4.3 Main Cooling Water Pump (MCWP) PLTP Kamojang


Salah satu proteksi yang digunakan pada MCWP PLTP Kamojang Unit 2
adalah overcurrent relay (OCR). Dimana OCR adalah relay yang mendeteksi
adanya arus lebih yang mengalir pada konduktor dari MCWP. Arus lebih yang
terdeteksi oleh relay ini adalah arus lebih yang disebabkan oleh hubung singkat
antar konduktor MCWP. Hal tersebut bisa disebabkan oleh isolasi antar
konduktor yang telah mengalami kerusakan sehingga dapat mengakibatkan
hubung singkat yang menimbulkan arus yang sangat besar. Arus lebih haruslah
dihindari karena panas yang dihasilkan oleh arus lebih yang kontinu dapat
merusak isolasi yang ada pada MCWP. Dimana dalam arti lain adalah merusak
motor itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan penanganan cepat apabila terjadi
hubung singkat pada MCWP dan OCR (overcurrent relay) merupakan alat yang
tepat untuk melakukan hal tersebut.
26

3.6 Overcurrent Relay


4.3.1 Prinsip Kerja Overcurrent Relay

Gambar 4.4 Prinsip Kerja dari Overcurrent Relay


Relay arus lebih (OCR) menggunakan Trafo Arus (CT) sebagai alat
pembacaannya. CT akan mendeteksi arus berlebih yang disebabkan oleh
hubung singkat yang terjadi. Dengan menggunakan rasio sisi primer dan
sekunder trafo CT, didapatkan arus yang lebih kecil pada sisi sekunder
CT. Dimana arus pada sisi sekunder tersebut dihubungkan dengan relay.
Apabila arus yang melewati relay telah melebihi nilai arus setting (pick-
up) yang telah ditentukan, relay akan bekerja dengan mengubah sumber
DC yang semula rangkaian terbuka (open-circuti) menjadi rangkaian
tertutup (close-circuit). Ketika sumber DC telah menjadi rangakaian
tertutup, arus DC akan mengalir dan menghidupkan alarm atau penanda
yang ada dan juga akan mengaliri tripping coil (TC), yang mana TC
nantinya akan membuat PMT (Circuit Breaker) melakukan trip. Sehingga
aliran arus terputus dan kondisi hubung singkat yang terjadi berakhir.
27

Relay arus lebih (OCR) memproteksi instalasi listrik terhadap


gangguan antar fasa. Gangguan antar fasa tersebut adalah 3-phase fault
dan line-to-line fault. Dimana 3-phase fault adalah gangguan yang terjadi
ketika ketiga konduktor terhubung singkat dan line-to-line fault adalah
gangguan yang terjadi ketika dua konduktor terhubung singkat.

4.3.2 Jenis Overcurrent Relay Berdasarkan Karakteristik Waktu Kerja


A. Instantaneous Overcurrent Relay
Instantaneous Overcurrent Relay bekerja tanpa waktu tunda.
Relay ini akan memberikan perintah kepada CB (Pemutus Tenaga)
pada saat terjadi gangguan. Apabila besar arus gangguannya
melampaui arus penyetelannya (setting), relay akan melakukan trip
dengan jangka waktu kerja mulai pick-up sampai kerja tergolong
sangatlah singkat tanpa penundaan waktu (20 – 60 ms)..
Karena relay ini memiliki sifat tanpa perlambatan, maka
koordinasi untuk mendapatkan selektifitas didasarkan tingkat beda
arus. Dikarenakan jangkauan relay ini untuk bekerja adalah seketika
atau tanpa perlambatan waktu. Supaya lebih selektif, maka tidak
boleh menjangkau pada keadaan arus gangguan maksimum.

Gambar 4.5 Karakteristik Instantaneous OCR


28

B. Definite-time Overcurrent Relay


Definite-time Overcurrent Relay memiliki waktu kerja tidak
tergantung dari arus gangguan. Relay ini memberikan perintah kepada
CB (Pemutus Tenaga) pada saat terjadi gangguan. Apabila besar
gangguannya melampaui arus penyetelannya (setting), dan jangka
waktu relay ini mulai pick-up sampai kerja diperpanjang dengan
waktu tidak tergantung besarnya arus.
Sifat atau karakteristik dari relay definite adalah relay baru akan
bekerja bila arus yang mengalir pada relay tersebut melebihi besarnya
arus setting (Is) yang telah ditentukan. Dan lamanya selang waktu
relay bekerja untuk memberikan komando tripping adalah sesuai
dengan waktu setting (Ts) yang ditentukan. Pada relay ini waktu
kerjanya (Ttripping = Ts) adalah tetap (konstan), tidak dipengaruhi
oleh besarnya arus yang mengerjakan relay tersebut.

Gambar 4.6 Karakteristik Definite-time OCR

C. Inverse-time Overcurrent Relay


Inverse-time Overcurrent Relay memiliki waktu kerja yang
bergantung pada arus gangguannya. Relay ini akan memberikan
perintah kepada CB (Pemutus Tenaga) pada saat terjadi gangguan bila
besar gangguannya melampaui arus penyetelannya (setting) dan
29

jangka waktu relay ini mulai pick-up sampai kerja waktunya


diperpanjang berbanding terbailk dengan besarnya arus.
Sifat atau karakteristik dari relay inverse adalah relay baru akan
bekerja apabila yang mengalir pada relai tersebut melebihi besarnya
arus setting (Is) yang telah ditentukan. Dan lamanya waktu relay
bekerja untuk memberikan komando trupping adalah paling lambat
sesuai dengan waktu setting ( Ts) yang dipilih. Pada relay ini waktu
kerjanya (Ttripp) tidak sama dengan waktu setting (Ts) karena sangat
tergantung dengan besarnya arus yang mengalir pada relay tersebut.
Sehingga, semakin besar arus yang mengalir pada relay tersebut maka
semakin cepat juga waktu kerja (Ttrip) dari relay tersebut. Dan semakin
kecil arus yang mengalir pada relay tersebut maka semakin lama juga
waktu kerja (Ttrip) dari relay tersebut.

Gambar 4.7 Karakteristik Inverse-time OCR


Relay jenis ini dapat dikelompokkan lagi menjadi empat kelompok,
yaitu sebagai berikut :
o Standard Inverse
o Very Inverse
o Extremely Inverse
o Long Time Inverse
30

3.7 Overcurrent Relay Untuk MCWP Unit 2 PLTP Kamojang


Tabel 4.2 Spesifikasi Overcurrent Relay Proteksi MCWP pada PLTP Kamojang Unit 2

Technical Data of Electric Motor

Model No. TMP – 53 – D

Manufacturer MELCO

Operating Value
400 – 1600 % (Thermal Unit)
Setting Range
Operating Time
0.05 – 0.5 sec

CT Ratio 150 / 5 A

Rated Current 5A

Pada spesifikasi dari overcurrent relay [2] dapat dilihat dari area setting-
nya. Dimana pada Operating Value terdapat keterangan Thermal Unit, yang
memiliki arti nilai setting dari overcurrent relay memiliki batas 400-1600% dari
nilai thermal unit dikarenakan kedua relay tersebut yang terhubung seri. Tap
dari trafo yang digunakan oleh overcurrent relay sama dengan tap yang
digunakan oleh thermal unit, sehingga arus yang melewati OCR dan thermal
unit adalah sama oleh karena itu tap yang digunakan akan mengikuti milik
thermal unit yang memiliki arus kerja relay yang lebih kecil.

4.5 Setting Overcurrent Relay


Dalam melakukan perhitungan nilai setting dari OCR, digunakan standar
milik NEC yang mengatur tentang standar setting OCR untuk berbagai jenis
motor. Berikut ini adalah standar NEC mengenai setting overcurrent relay
berdasarkan jurnal NEC® 430.52.
31

Tabel 4.3 Standar NEC® 430.52.tentang Setting Overcurrent Relay


Percent of Full-Load Current
Non- Dual-
Inverse
Type of Motor Time- Element Instantaneous
Time
Delay (Time- Trip Breaker
Breaker
Fuse Delay) Fuse
Single-phase motors 300 175 800 250
AC polyphaser motors
other than wound-rotor
Squirrel Cage:
Other than Design
300 175 800 250
E
Design E 300 175 1100 250
Synchronous 300 175 800 250
Wound Rotor 150 150 800 150
Direct-current
150 150 250 150
(constant voltage)

Tabel 4.3 merupakan standar dalam hal menentukan setting dari relay OCR
yang ditentukan oleh NEC [11]. Pada Main Cooling Water Pump (MCWP) Unit
2 PLTP Kamojang memiliki jenis motor sangkar bajing (Squirrel Cage) dengan
desain golongan B. Tipe dari OCR yang digunakan pada MCWP sendiri adalah
Instantaneous-time, sehingga berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh
NEC, nilai setting untuk relai OCR sendiri adalah 800% dari FLC (Full-Load-
Current).
 Tap Thermal Relay
Pada proteksi MCWP PLTP Kamojang Unit 2, relay OCR dan thermal
relay terhubung seri. Sehingga OCR harus mengikuti tap dari thermal relay
karena arus kerja dari thermal relay sendiri yang lebih dekat dengan arus
rating dari MCWP (FLC).
32

5
A𝑟𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 𝐶𝑇 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝐹𝐿𝐶 = 150 𝑥 𝐹𝐿𝐶
5
= 𝑥 92 𝐴
150
= 3.1 𝐴
Dari perhitungan di atas didapatkan arus sekunder CT saat FLC adalah
3.1 A. Selanjutnya, perlu dilihat spesifikasi range setting dari thermal unit
yang mana telah ditentukan dari pabrik pembuatnya. Berikut adalah range
setting dari thermal unit [2].
1. Nilai untuk operasi
70 ~ 130 %
2. Nilai Tap untuk rating 5 A
3.5 – 4 - 4.5 – 5 – 5.5 – 6 – 6.5 A
3. Nilai Tap untuk rating 1 A
0.7 – 0.8 – 0.9 – 1.0 – 1.1 – 1.2 – 1.3 A
Pada proteksi MCWP PLTP Kamojang Unit 2 rating trafo yang
digunakan adalah 5 A. Dikarenakan arus sekunder CT saat FLC adalah 3.1
A, tap yang dipilih adalah tap yang memiliki nilai paling dekat dan berada
di atasnya. Sehingga tap yang dipilih adalah Tap 3.5 A.
 Arus primer CT berdasarkan standar OCR
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 𝐶𝑇 (𝐼𝑠𝑒𝑡 ) = 800% 𝑥 𝐹𝐿𝐶
= 800% 𝑥 92 𝐴
= 736 𝐴
Arus pada sisi primer yang sebesar 736 A ini merupakan arus dari
proteksi standar dimana OCR minimal harus bekerja ketika pada sisi primer
telah dideteksi arus sebesar 736 A. Yang mana telah sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh NEC.
33

 Arus sekunder pada CT berdasarkan nilai arus primer


5
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑆𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 (𝐼𝑠 ) = 𝑥 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 𝐶𝑇
150
5
= 𝑥 736
150
= 24.53 𝐴
Arus pada sisi sekunder CT inilah yang disebut sebagai arus setting dari
OCR, yaitu sebesar 24.53 A. Nilai arus tersebut nantinya akan dimasukkan
pada MPR2000 sebagai arus setting dari OCR.
 Persentase setting OCR
24.53
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥 100%
3.5
= 700.85%
Pada perhitungan persentase setting OCR telah memenuhi spesifikasi
dari relay OCR itu sendiri. Dimana untuk range setting-nya adalah sebesar
400 – 1300 % dari thermal unit. Setting OCR yang telah dilakukan memiliki
nilai sebesar 700% dari thermal unit sehingga setting yang dilakukan telah
sesuai dengan spesifikasi yang ada.

Gambar 4.8 Hasil Pengujian Relay Pengaman Motor


Perhitungan yang dilakukan juga telah sesuai dengan pegujian dari OCR
MCWP yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2007 [4]. Dimana setting OCR
34

sebesar 700% dari thermal unit. Waktu 0.05 s merupakan waktu yang
diperlukan bagi mekanisme relay untuk melakukan trip. Waktu tersebut
tergolong cepat dikarenakan jenis karakteristik relay yang digunakan adlah
Instantaneous-time yang mana cocok sebagai pelindung dari MCWP. Karena
MCWP merupakan beban paling akhir sehingga apabila terjadi gangguan, lebih
efektif jika kinerja relay paling cepat dikarenakan saat relay melakukan trip,
daerah yang akan diputus hanyalah daerah dari motor itu sendiri.

4.6 MPR2000 Proteksi Motor MCWP PLTP Kamojang Unit 2

Gambar 4.9 MPR2000

Motor Protective Relay (MPR) 2000 merupakan proteksi yang digunakan


pada Main Cooling Water Pump pada PLTP Kamojang Unit 2. Pada MPR2000
terdapat bermacam-macam proteksi yang telah terpasang menjadi satu alat di
dalamnya. Proteksi-proteksi yang diberikan oleh MPR2000 ini salah satunya
35

adalah overcurrent relay (OCR). Berikut ini merupakan penjelasan dari bagian-
bagian yang terdapat pada MPR 2000 berdasarkan manual book dari MPR2000
itu sendiri [3].
Pada Gambar 4.9 tidak terdapat indikator untuk overcurrent relay, hal itu
dikarenakan pada MPR2000, overcurrent relay dan thermal overload relay
terhubung seri sehingga memiliki satu indikator yang sama. Berikut ini adalah
indikator-indikator yang dimiliki oleh MPR2000.

Gambar 4.10 Indikator-Indikator MPR2000


MPR POWER ON
Merupakan indikator yang menandakan tegangan masukkan untuk
MPR2000 telah terhubung.

STOPPED
Merupakan indikator berwarna hijau yang akan menandakan apabila arus
motor kurang dari 12% FLC. Indikator ini juga akan hidup apabila motor
berhenti atau terdapatnya gangguan.
36

STARTING
Merupakan indikator yang menandakan saat motor starting dan juga akan
tetap hidup saat rata-rata arus pada motor berkisar antara 119% atau di atas
setting dari overload.

RUNNING
Merupakan indikator berwarna merah yang menandakan saat rata-rata arus
pada motor telah berkurang menjadi sekitar 110% atau di bawah setting dari
overload juga di atas 12% dari FLC.

OVERLOAD
Merupakan indikator berwarna merah yang menandakan bahwa Thermal
Overload telah mengalami trip.

EARTH FAULT
Merupakan indikator berwarna merah yang menandakan bahwa telah terjadi
gangguan antara fasa dengan tanah.

ALARM
Merupakan indikator berwarna merah yang menandakan bahwa salah satu
alarm dari MPR 2000 telah beroperasi dan akan tetap hidup samapai kondisi
yang ada telah selesai dan reset telah dilakukan

FAULT
Merupakan indikator berwarna merah yang akan hidup ketika salah satu
atau lebih dari pendeteksi gangguan MPR 2000 telah beroperasi dan
menghentikan motor. Indikator ini akan terus hidup hingga kondisi tersebut
sudah selesai dan reset telah dilakukan
37

INT. RELAY FAULT


Merupakan indikator berwarna merah yang hidup ketikan gangguan dalam
terdeteksi oleh MPR2000 dan akan tetap hidup hingga kondisi gangguan
tersebut telah selesai dan jika diperlukan reset juga perlu dilakukan.

Gambar 4.11 Tombol-Tombol MPR2000

Gambar 4.11 merupakan gambar dari tombol-tombol yang tersedia pada


MPR2000. Berikut ini adalah penjelasan dari tombol-tombol yang tersedia pada
MPR2000.

SET PAGE
Ketika tombol ini ditekan akan memungkinkan operator untuk memilih
bagian setting dari MPR 2000 dimana parameter setting sendiri dikelompokkan
menjadi beberapa grup, yaitu:
38

1. Communication Settings
Tabel 4.4 Communication Settings
Communication Settings Setting Range Default
Drive Number 1 - 320 0
Baud Rate 110,300,1200,2400,4800,9600 9600
Serial Link No. 1 – 33 33
Fast Scan Anal 1 0 - 201 0
Fast Scan Anal 2 0 – 201 1
Fast Scan Anal 3 0 - 201 2
Fast Scan Update 0-30s 0

2. System Parameter Settings


Tabel 4.5 System Parameter Settings
System Parameter
Setting Range Default
Settings
Line Voltage 100v-22kv 415v
Not
VT Primary Not Connected, 100v-22kv
Connected
Not
VT Secondary Not Connected, 95-660v
Connected
Motor FLC 1-2500A 100A
CT Primary 1-2500A 100A
E/F CT Primary 1-2500A 100A
Earth Fault Alarm 1-100% Inom 5% Inom
Earth Fault Alarm Delay 1-60 sec 10 sec
Earth Fault Trip 1-100% Inom 10% Inom
Earth Fault Delay 0-2 sec 0.5 sec
Current Inhibit Off, 400-1000% FLC Off
Start/Stop Signal Momentary, Maintained Momentary
DOLNR,Star/Delta,Reversing
Starting Method DOLNR
2 Speed,Valve Control
39

Tabel 4.5 (lanjutan)


System Parameter
Setting Range Default
Settings
Max Time in Star 1-60 sec 10 sec
Transition Time 0.05-2.0 sec 0.2 sec
Star to Delta at 75-200% FLC 150% FLC
Low Speed FLC 1-2500A 10A
Low Speed 16X 0.5-120 sec 10 sec
Alarm,Contactor A,Contactor
Designate Aux 1 Alarm
B, Run
Aux 1 Delay 0-120 sec 0
Trip, Trip Fall Safe, Contactor
Designate Aux 2 Trip
A, Contactor B
Aux 2 Delay 0-120 sec 0
Protection Only Yes Yes

3. Voltage Settings
Tabel 4.6 Voltage Settings
Voltage Settings Setting Range Default
Undervoltage Setting 50-95% 80%
Undervoltage Delay 0.2-10 Sec 5 Sec
Undervoltage Restart Yes,No No
Undervoltage Restart Delay 0.2-120 Seconds
Overvoltage Alarm 100-120% 115%
Overvoltage Trip 100-120% 120%
Overvoltage Trip Delay 1-100 Sec 1 Sec
40

4. Current Settings
Tabel 4.7 Current Settings
Current Settings Setting Range Default
Maximum Start Time 1-250 Sec 10 Sec
Number of starts 1-10 10
Start Period 1-60 Min 30 Min
Start Inhibit Time 1-60 Min 30 Min
Undercurrent Alarm 10-90% FLC 50%
Undercurrent Alarm Delay 1-60 Sec 2 Sec
Undercurrent Trip 10-90% FLC 40%
Undercurrent Trip Delay 1-60 Sec 5 Sec
Load Increase Alarm 60-150% FLC 120%
Low Set Overcurrent 100-500% FLC 120%
Low Set Overcurrent Delay 0.5-10 Sec 2.0 Sec
High Set Overcurrent 400-1200% FLC 800%
High Set Overcurrent Delay Inst-4 Sec Inst
Overload Setting 60-130% FLC 105%
Thermal Capacity Alarm 50-99% 80%
t6x Time 0.5-120 Sec 10 Sec
Hot/Cold Ratio 20-100% 50%
Cool Time Factor 1-15 5
Stall Time Factor 20-100% 50
Overload reset Method Auto,Hand Hand
Unbalance Current 5-40 15%
Current Unbalance Time Constant 20-120 Sec 30 Sec
41

5. Temperature Settings
Tabel 4.8 Temperature Settings
Temperature
Setting Range Default
Settings
RTD/Thermistor RTD/Thermistor RTD
Thermistor Type PTC,NTC
0-200 deg C or 100-240 or
Channel 1 Alarm 140 deg C
100-30,000 ohm
0-200 deg C or 100-240 or
Channel 2 Alarm 140 deg C
100-30,000 ohm
0-200 deg C or 100-240 or
Channel 3 Alarm 140 deg C
100-30,000 ohm
0-200 deg C or 100-240 or
Channel 1 Trip 150 deg C
100-30,000 ohm
0-200 deg C or 100-240 or
Channel 2 Trip 150 deg C
100-30,000 ohm
0-200 deg C or 100-240 or
Channel 3 Trip 150 deg C
100-30,000 ohm

6. Tripping / Alarm Options


Tabel 4.9 Tripping / Alarm Option
Function T A AR PR R
Maximum Start Time D E D E E
Too Many Starts D D D E E
Undercurrent Pre-Alarm D E D E E
Undercurrent Trip D D D E E
Load Increase Alarm D E D E E
Low Set Overcurrent E E D E E
High Set Overcurrent D D D E E
Thermal Pre-Alarm D E D E E
42

Tabel 4.9 (lanjutan)


Function T A AR PR R
Thermal Trip E E D E E
Unbalance Alarm D E D E E
Unbalance Trip E E D E E
Undervoltage Trip D E D E E
Overvoltage Pre-Alarm D E D E E
Overvoltage Trip E E D E E
Phase Loss E E D E E
Phase Sequence E E E E E
Temp 1 Channel Pre-Alarm D D D E E
Temp 1 Channel Trip D D D E E
Temp 2 Channel Pre-Alarm D D D E E
Temp 2 Channel Trip D D D E E
Temp 3 Channel Pre-Alarm D D D E E
Temp 3 Channel Trip D D D E E
Earth Fault Pre-Alarm D E D E E
Earth Fault Trip E E D D D
Serial Port Failure D D E E E
Internal Relay Failure D E D D D
Emergency Stop D D D E E
Control Circuit Open D D D E E
Welded Contactor D D D E E
External Fault 2 D D D E E
External Fault 3 D D D E E

Keterangan : E=Enabled A=Alarm R=Remote Reset


D=Disabled AR=Auto-Reset
T=Trip PR=Panel Reset
43

DATA PAGE
Ketika tombol ini ditekan akan memungkinkan operator untuk memilih
bagian data yang dapat diperlihatkan dari MPR2000. Yang mana data-data
tersebut dikelompokkan menjadi beberapa grup, yaitu:
1. Measured Data
Tabel 4.10 Measured Data
Measured Data
VP1,VP2,VP3 Volts
VL1,VL2,VL3 Volts
I1,I2,I3 Amps
E/F Current Amps
R1,R2,R3 Ohms
T1,T2,T3 RTD
Total Real Power Watts
Total VA Power VA
Power Factor %

2. Calculated Data
Tabel 4.11 Calculated Data
Calculated Data
Motor Load %
Thermal Capacity %
Time to Trip Min then Sec
Time to start Min then Sec
Unbalance Current %
44

3. Logical Inputs – Contacts Status


Tabel 4.12 Logical Inputs – Contacts Status
Logical Inputs
Drive Status Available/Unavailable/Running
Speed Switch Open=high speed/closed=low speed
Authorise Key Opem=locked/closed=unlocked
Emergency Stop Closed=run enable/open=stop
External Fault 2 Closed=run enable/open=stop
External Fault 3 Closed=run enable/open=stop

4. Stational Data
Tabel 4.13 Stational Data
Statistical Data
Total Run Time Hours
Total # of starts
Total # of Trips
Last ST. Period Sees
Last ST. Peak 1 Amps

5. Fault Data
Tabel 4.14 Fault Data
Fault Data
LAST TRIP Description
LAST ALARM Description
FAULT I1,I2,I3 Amps
Fault IO Amps
Fault V1,V2,V3 Volts

Ketika tombol ini ditekan akan memunculkan hanya satu dari keenam
bagian di atas pada layar LCD.
45

LINE DOWN
Dengan menekan LINE DOWN akan memungkinkan operator untuk scroll
maju atau mundur dari halaman tertentu. Tampilannya akan bergerak ke bawah
satu kali kecuali tombol tersebut ditekan sekitar setengah detik yang mana
kecepatan scroll yang dilakukan akan meningkat.

LINE BACK
Dengan menekan LINE BACK akan memungkinkan operator untuk scroll
kembali dari halaman tertentu. Tampilannya akan bergerak mundur satu kali
kecuali tombol tersebut ditekan sekitar setengah detik yang mana kecepatan
scroll yang dilakukan akan meningkat.

Dengan menekan tombol di atas akan memungkinkan operator untuk


menaikkan nilai dari parameter yang ditampilkan. Nilai tersebut akan dinaikkan
sebesar satu increment tiap kali tombol tersebut ditekan, kecuali apabila tombol
tersebut ditekan sekitar setengah detik yang mana akan mempercepat
penambahan nilai yang ada.

Dengan menekan tombol di atas akan memungkinkan operator untuk


menurunkan nilai dari parameter yang ditampilkan/ Nilai tersebut akan
diturunkan sebesar satu increment tiap kali tombol tersebut ditekan, kecuali
apabila tombol tersebut ditekan sekitar setengah detik yang mana akan
mempercepat pennurunan nilai yang ada.
46

STORE
Apabila tombol ini ditekan, tombol tersebut akan menyimpan setting
parameter setelah perubahan telah dilakukan. Setelah tombol ditekan akan
muncul pesan ‘DATA SAVED OK’ pada LCD yang ada. Apabila terdapat
perubahan yang tidak tersimpan karena suatu alasan tertentu juga akan muncul
pesan ‘WRONG PARAMETER SAVED’ pada LCD yang ada.
Jika tombol STORE ditekan tampilan akan menunjukkan parameter data,
parameter yang ditampilkan akan di atur sebagai tampilan default yang mana
MPR2000 akan selalu kembali apabila tidak ada tombol yang ditekan selama 5
menit.
Jika nilai parameter telah diubah namun tidak disimpan dan tampilan telah
diganti ke halaman lain makan nilai parameter tadi akan kembali ke nilai yang
masih tersimpan pada memori EEPROM.

RESET
Tombol ini memungkinkan operator untuk me-reset MPR2000 dari kondisi
gangguan dan alarm. Tombol ini hanya bisa ditekan apabila kondisi tertentu
talah terpenuhi. Berikut adalah kondisi yang disyaratkan oleh MPR2000.
1. Alarm / kondisi trip untuk gangguan tertentu telah mengizinkan panel
untuk melakukan reset.
2. Kondisi yang menyebabkan gangguan atau alarm yang muncul sudah
berakhir.

TEST
Dengan menekan tombol tersebut akan membuat unit menampilkan menu
Test/Maintenance. Perlu menggunakan LINE DOWN / LINE BACK untuk
memilih opsi yang ditampilkan seperti berikut ini.
1. Run Self Test
Opsi ini akan memeriksa suma hardware dan software yang akan
menampilkan pesan “SELF TEST PASSED” ketika sudah selesai. Apabila
tes yang dilakukan gagal akan muncul pesan “SELF TEST FAILED”
beserta dengan sebuah kode error. Lampu LED yang menandakan
47

kesalahan akan menyala dan apabila diaktifkan pada tripping/alarm, unit


akan melakukan trip atau menghidupkan alarm. Kode kesalahan yang
muncul perlu dicatat dan dilaporkan ke pihak P & B sebelum dikembalikan
untuk diperbaiki. Waktu minimal yang diizinkan setelah daya diberikan
sebelum melaksanakan self test adalah 20 detik.
2. Program Version
Opsi ini akan memberikan versi dari software yang digunakan pada unit
yang berjalan.
3. Store Enable Default Settings
Opsi ini akan memungkinkan operator untuk me-reset unit ke
pengaturan asli yang ditetapkan oleh pabrik. Opsi ini harus benar-benar
dipertimbangkan karena seluruh data-data yang sudah ada akan dihapus.
Menekan tombol STORE dan SET PAGE secara bersamaan juga akan
memunculkan prosedur ini.
4. Reset Statistical Data
Opsi ini akan memungkinkan operator untuk me-reset semua data
statistik dan menggantinya dengan nilai reset. Harus diperhatikan karena
dengan memilih opsi ini, seluruh data statistik yang ada akan menghilang
ketika reset dilakukan. Menekan tombol DATA PAGE dan RESET secara
bersamaan juga akan memunculkan prosedur ini.

MPR2000 Flash/Constant Messages


Pesan flash berikut ini adalah pesan yang ditampilkan pada LCD MPR2000.
1. DATA SAVED OK
Pesan flash ini akan ditampilkan setelah parameter pengaturan telah
disimpan dengan benar ke memori EEPROM.
2. UNAUTHORISED ACCES
Jika terdapat upaya penggantian atau penyimpanan parameter
pengaturan sementara otorisasi input terbuka, pesan flash ini akan
ditampilkan. Pesan ini juga akan muncul apabila terdapat upaya untuk me-
reset gangguan.
48

3. RESET THERMAL CAPACITY ???


Pesan flash ini akan ditampilkan ketika tombol reset ditekan saat
otoritas masukan telah ditutup dan tombol reset ditekan, pesan yang
ditampilkan Thermal Capacity akan di set menjadi 0.
4. THERMAL CAPACITY RESET PERFORMED
Pesan flash ini akan ditampilkan setelah operasi di atas telah selesai
dilakukan.
5. SELF TEST PASSED
Pesan flash ini akan ditampilkan jika fungsi ‘Run Self Test’ dari
Test/Maintenance telah selesai dilakukan.
6. SELF TEST FAILED ERROR CODE 32
Pesan flash ini akan ditampilkan jika terdapat error yang ditemukan
selama operasi dari fungsi ‘Run Self Test’ dari Test/Maintenance.
7. ALARM ‘XXXX’
Merupakan pesan langsung ketika telah dideteksi terdapat alarm yang
sedang beroperasi dan akan ditampilkan ketika LED dari alarm itu snediri
menyala.
8. FAULT ‘XXXX’
Merupakan pesan langsung ketika telah dideteksi terdapat gangguan
atau fault yang terjadi dan akan ditampilkan ketika LED dari fault itu sendiri
menyala.
49

4.7 Simulasi Overcurrent Relay MPR2000 dengan Menggunakan Software


ETAP versi 12.6

Gambar 4.12 Single Line Diagram Sistem 6.3 kV dengan Menggunakan Software ETAP
versi 12.6
Gambar 4.12 merupakan Single Line Diagram dari sistem 6.3 kV yang
dibuat dengan menggunakan software ETAP versi 12.6. Pada simulasi yang
dilakukan hanya akan melakukan simulasi untuk memperlihatkan kerja dari
overcurrent relay pada MPR2000. Dengan memasukkan data-data berdasarkan
spesifikasi yang didapat selama melakukan kerja praktek, didapatkan hasil
simulasi dari overcurrent relay sebagai berikut.
50

Gambar 4.13 Hasil Simulasi dengan Gangguan Berada di Area MCWP


Dapat dilihat pada Gambar 4.13, didapati bahwa Circuit Breaker atau PMT
yang dilambangkan dengan nama CB 1 melakukan tindakan dengan cara
memutus atau membuka rangkaian ketika trafo arus atau CT membaca arus
yang melewati berkisar 800% dari FLC.

Gambar 4.14 Sequence-of-Operation


Dimana dapat dilihat juga pada Gambar 4.13 dan Gambar 4.14, bahwa arus
yang mengalir dari Bus 6.3 kV adalah 5.634 kA.. Sehingga akan membuat OCR
51

pada MPR2000 bekerja, yang kemudian akan membuat CB 1 memutus


rangkaian atau melakukan trip. Berikut ini adalah setting dari overcurrent relay
MPR2000 pada software ETAP versi 12.6.

Gambar 4.15 Setting OCR MPR2000 pada ETAP Software versi 12.6
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Kerja Praktek yang telah penulis lakukan di PT Indonesia
Power UPJP Kamojang dapat diambil beberapa kesimpulan :
1. Relay arus lebih merupakan relay yang bekerja terhadap arus lebih. Relay
ini akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai setting arusnya (I
sett).
2. Relay arus lebih OCR (Overcurrent Relay) memproteksi instalasi listrik
terhadap gangguan hubung singkat.
3. Sistem proteksi arus lebih yang digunakan pada Main Cooling Water Pump
(MCWP) PLTP Kamojang Unit 2 sudah sesuai dengan standar yang telah
ada pada National Electrical Code® (NEC®).

5.2 Saran
Selain itu penulis memberikan saran atas kegiatan Kerja Praktik di PT
Indonesia Power UPJP Kamojang adalah adanya jadwal yang terencana setiap
kegiatan yang akan dilakukan selama Kerja Praktek, sehingga dapat
mengefisien waktu.

52
DAFTAR PUSTAKA

[1] Design Manual (VOL TD-02). Kamojang Geothermal Power System Unit 2
& 3.
[2] Maintenance Manual (VOL TM-31). Kamojang Geothermal Power System
Unit 2 & 3.
[3] MPR2000 Digital Motor Protective Relay Manual Book.
[4] Logsheet PT. Indonesia Power UPJP Kamojang 13 Januari 2007.
[5] J. Lewis Blackburn, Thomas J. Domin, Protective Relaying-Principles and
Applications, Third Edition. Boca Raton, Florida, USA: Taylor & Francis
Group, 2007.
[6] I Nyoman Bagia dan I Made Paras. Motor-Motor Listrik. Kupang: CV.Rasi
Terbit.
[7] Marsudi, Djiteng.1990.Operasi Sistem Tenaga Listrik.Jakarta: Balai Penerbit.
[8] Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Malang,
Indonesia: Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang, 2006.
[9] Les Hewitson, Mark Brown, dan Ben Ramesh, Practical Power System
Protection. Jordan Hill, Oxford, UK: IDC Technologies, 2004.
[10] Stanley H. Horowitz dan Arun G. Phadke, Power System Relaying, Fourth
Rdition. New York, USA: West Sussex, UK: John Wiley and Sons Ltd, 2014.
[11] NEC. 403.52. Motor Branch Circuit Protection.
[12] IEEE Std 242-2001. IEEE Recommended Practice for Protection and
Coordination of Industrial and Commercial Power Systems.

53
LAMPIRAN

Lampiran 1. Spesifikasi Main Cooling Water Pump (MCWP) PLTP


Kamojang Unit 2
Lampiran 2. Spesifikasi (2) Main Cooling Water Pump (MCWP) PLTP
Kamojang Unit 2
Lampiran 3. Relay Proteksi pada Main Cooling Water Pump (MCWP) PLTP
Kaojang Unit 2
Lampiran 4. Panduan untuk Relay TMP
Lampiran 5. Rating VCB (Vacuum Circuit Breaker)
Lampiran 6. Hasil Pengujian Relay pada 18 Januari 2017
Lampiran 7. Single Line Diagram PLTP Kamojang
Lampiran 8. Dokumentasi Kerja Praktek
BIODATA

Nama : Jhohan Hardiman

NIM : 21060116120026

TTL : Semarang, 26 Juni 1998

Departemen : Teknik Elektro, Fakultas Teknik

Konsentrasi : Teknik Tenaga Listrik

Email : jhohanhardiman@gmail.com

No. HP : 0823 3730 8807

Alamat rumah : Jl. Bantaran Barat I/26, Kelurahan Tulusrejo, Kecamatan


Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur

Alamat kos : Jl. Jomblang Sari III/4, Kelurahan Jomblang, Kecamatan


Candisari, Kota Semarang, Jawa Tengah

Riwayat Pendidikan :

2004-2010 SD Negeri Jatimulyo III Malang


2010-2013 SMP Negeri 8 Malang
2013-2016 SMA Negeri 7 Malang
2016 - Sekarang masih menempuh kuliah di Departemen Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang

Anda mungkin juga menyukai