Anda di halaman 1dari 36

Rele ini bekerja dengan membaca input berupa besaran arus kemudian membandingankan dengan

nilai setting, apabila nilai arus yang terbaca oleh rele melebihi nilai setting, maka rele akan mengirim
perintah trip (lepas) kepada Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) setelah tunda waktu
yang diterapkan pada setting.

Rele arus lebih OCR memproteksi instalasi listrik terhadap gangguan antar fasa. Sedangkan untuk
memproteki terhadap gangguan fasa tanah digunakan rele Rele Arus Gangguan tanah atau Ground
Fault Relay (GFR). Prinsip kerja GFR sama dengan OCR, yang membedakan hanyalah pda fungsi dan
elemen sensor arus. OCR biasanya memiliki 2 atau 3 sensor arus (untuk 2 atau 3 fasa) sedangkan
GFR ahnya memiliki satu sensor arus (satu fasa ).

Waktu kerja rele OCr maupun GFR tergantung nilai setting dan karakteristik waktunya (lihat posting
saya mengenai hal ini disini). Elemen tunda waktu pada rele ini pada 2, yaitu elemen low set dan
elemen high set. elemen low set bekerja ketika terjadi gangguan dengan arus hubungsingkat yang
relatif kecil, sedangkan elemen high set bkerja ketika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat
yang cukup besar.

Gambar grafik karakteristik waktu tunda rele OCR

pada gamabr diatas, elemen low set disetting dengan menggunakan karakteristik inverse. Sedangkan
elemen high set menggunakan karateristik definite. Pembantukan kurva waktu tunda rele
dimaksudkan agar ketika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat yang cukup besar (dalam
grafik di atas ketika terjadi gangguan dengan arus > 2400A) maka rele akan segera memerintahkan
Pemutus tenaga (PMT) untuk trip.

Rele OCR dan GFR dipasang sebagai alat proteksi motor, trafo, penghantar transmisi, dan penyulang.
Posting kali ini menulsi tentang OCRdan GFR sebagai proteksi trafo dan penyulang. Sebagai alat
proteksi maka penggunaa rele harus memenuhi persyaratan proteksi yaitu : cepat, selektif, serta
handal. Rele harus disetting sedemikian rupa sehingga dapat bekerja secepat mungkin dan
meminimalkan bagian dari sistem yang harus padam. Hal ini diterapkan dengan cara mengatur waktu
kerja rele agar bekerja lambat ketika terjadi arus gangguan kecil, dan bekerja semakin cepat apabila
arus gangguan semakin besar, hal ini disebut karakteristik inverse. Karakteristik inverse dibedakan
menjadi 4 seperti yang saya tulis dalam posting saya terdahulu, yaitu SI-VI-EI-LTI.
Gambar koordinasi waktu kerja rele

pada gamabr diatas, terlihat bahwa rele yang berada dipangkal berfungsi sebagai pengaman
cadangan bagi rele yang berada didepannya. semakin jauh letak gangguan dari pangkal, maka arus
gangguan akan semakin kecil, maka rele di pangkal akan bekerja lebih lama dari pada rele yang di
depannya ketika terjadi gangguan yang berada di ujung. Oleh karena itu disusun aturan penyetaln
rele OCR

kaidah setting ocr trafo dan penyulang

kaidah setting gfr trafo dan penyulang

Cara menghitung setting OCR GFR adalah sebagai berikut:

1. hitung arus hubung singkat satu fasa dan tiga fasa pada pangkal segmen dan di ujung segmen yang
diproteksi
2. tentukan waktu kerja rele ketika terjadi gangguan di ujung segmen
3. tentukan setelan arus rele berdasarkan tabel di atas
4. tentukan karakteristik waktu (SI-VI-EI-LTI)
5. hitung td berdasarkan rumus yang sesuai dengan karakteristiknya.
Contoh :
arus gangguan di pangkal : 5000A (gangguan 3 fasa)
arus gangguan di ujung : 2000A (gangguan 3 fasa)
CCC (kemampuan hantar konduktor) : 645A
Arus nominal CT (trafo arus) : 500/5A -> primer 500A, sekunder 5A
1. arus hubung singkat sudah tersedia
2. waktu kerja rele ketika terjadi gangguan di ujung kita tentukan 1 detik
3. setelan arus dipakai 1.1 x 500A = 550A (karena In CT < CCC)
4. karakteristik SI
5. menghitung td
td = [(Ihs di ujung/Iset rele)^0.02 1] / o.14
td = [(3000/550)^0.02 1]/0.04
td = 0.246
6. cek waktu kerja rele ketika terjadi gangguan di pangkal
T = 0.14 x td / [(Ihs di pangkal/Iset rele)^0.02 1]
T = 0.14 x 0.246 / [(5000/550)^0.02 -1]
T = 0.76 detik
terlihat bahwa waktu kerja rele ketika terjadi gangguan dipangkal lebih cepat daripada ketika terjadi
gangguan diujung. Apapbila waktu yang kita peroleh pada langkah 6 dirasa masih terlalu lama, maka
kita bisa mempercepat dengan cara mengaktifkan elemen high set.
Misalkan contoh diatas merupakan penyulang 20 kV dari trafo daya 30 MVA dengan impedansi Z =
12.5%
1. hitung arus nominal trafo
Ihs maks = MVAtrafo / (Vp-p x 1.732)
Ihs maks = 30MVA / (20 kV x 1.732)
Ihs maks = 0.866 kA = 866 A
2. hitung settting elemen high set
Iset high = 0.5 x (Ihs maks/Z)
Iset high = 0.5 x (866/0.125)
Iset high = 3464 A
3. tentukan setting waktu high set
t high = 0 detik
Dengan diaktifkanya elemen high set maka rele akan bekerja isntan (0 detik) ketika terjadi gangguan
di pangkal, karena arus hubung singkat gangguan dipangkal (5000A) lebih besar dari Iset high
(3464A).

Studi Praktis Tentang Koordinasi


Overcurrent Relay (OCR)
Posted on April 28, 2014
Pada kesempatan kali ini kita akan bahas bagaimana sih koordinasi
overcurrent relay (OCR) dan melakukan studi praktis tentang koordinasi OCR
ini dengan percobaan di laboratorium Transmisi dan Distribusi di Jurusan
Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM dengan menggunakan alat
Power system Simulator NE 9170. Seperti yang sudah kita ketahui OCR
digunakan untuk mendeteksi arus lebih, OCR hanya mampu mendeteksi
besar arus, bekerjanya lambat, dan konstruksinya sederhana dengan harga
relatif murah. Oleh karena itu proteksi arus lebih dengan OCR ini hanya
digunakan pada sistem yang sederhana, dimana pelepasan gangguan
dengan waktu lambat tidak mengganggu stabilitas sistem. Proteksi arus lebih
banyak digunakan pada distribusi primer, dan sebagian pengaman gangguan
tanah.

Teori Koordinasi OCR

Selektivitas proteksi arus lebih mungkin dicapai melalui time-grading, current-


grading, atau time and curren- grading.
1. Time-grading

Gambar 1. Time-grading system menggunakan definite time overcurrent


relays

Pada sistem distribusi radial yang terletak jauh dari sumber, arus gangguan
di sebelah-menyebelah sebuah bus tidak berbeda besarnya, seperti
gangguan di X dan di Y, dimana Ix Iy. Untuk keadaan seperti ini selektivitas
dicapai melalui time grading, misalnya Iy diputus dalam 0,5 detik, sedangkan
Ix dalam 1 detik. Untuk saluran yang relatif pendek, tidak terdapat perbedaan
besar arus gangguan yang cukup di kedua ujung saluran misal Ix Iy, dan Ix
IA. Dalam keadaan seperti ini tepat dipasang definite time overcurrent relay.

Apabila saluran cukup panjang sehingga terdapat perbedaan besar arus yang
cukup antara ke dua ujung saluran, maka waktu kerja rele di dekat sumber
akan lebih pendek, kalau dipasang rela arus lebih, yang karakteristiknya
inverse. Tetapi hal ini akan sukar didapat apabila impedans ke arah sumber
(ZS) jauh lebih besar dibandingkan impedans ke arah beban (ZL). Jadi
bilamana ZS >> ZL penggunaan rele inverse akan kurang bermanfaat.
Sebagai acuan, kemanfaatan rele inverse baru dicapai jika ZS < 2 ZL, atau
arus hubung singkat pada ujung dekat 1,5 kali arus hubung singkat pada
ujung jauh.
2. Current-grading

Gambar 2 Proteksi dengan OCR di primer dan sekunder trafo daya

Selektivitas overcurrent relay (OCR) berdasarkan perbedaan setting arus


tanpa disertai perbedaan waktu kerja, hanya diperbolehkan jika terdapat
perbedaan besar arus gangguan. Pada Gambar 5.2, sebuah trafo daya
mempunyai impedans yang cukup besar (12,5%) menyebabkan besar arus
gangguan di B (dalam pu) lebih kecil dari arus gangguan di A, sehingga
selektivitas kerja dapat dicapai dengan memilih setting OCR di B lebih rendah
dari setting OCR di A.

Apabila pada sebuah saluran terdapat beberapa OCR dengan instantaneous


setting, selektivitasnya hanya dimungkinkan melalui current grading, seperti
pada Gambar 3.

Gambar 3 Instantaneous OCR dipilih di G dan S2.


Arus gangguan dari S2 ke S3 lebih kecil dibandingkan arus gangguan di
saluran dari G ke S1 sehingga di S2 dan di G dapat dipilih karakteristik
instantaneous, dengan setting IS2 < IG. Ini menghasilkan kerja seketika
(tanpa tundaan waktu) dan memungkinkan dipilihnya setting TMS yang lebih
rendah untuk OCR di S1 dan OCR di G. Perhatikan bahwa setting
instantaneous tidak dapat melindungi sepenuhnya panjang S2S3 dan GS1.

3. Time and current grading

Selektivitas diantara OCR satu dengan OCR lainnya dapat dicapai bukan
hanya dengan memilih setting waktu (TMS) yang berbeda, tetapi secara
bersamaan memilih setting arus yang berbeda, kalau ini diperlukan dan
memungkinkan dilakukan dari segi rangkaian daya yang bersangkutan.

Dengan memilih karakteristk Standard Inverse (SI), Very Inverse (VI), atau
Extremly Inverse (EI), bahkan dengan hanya memilih setting arus yang
berbeda dengan setting TMS yang sama, akan diperoleh waktu kerja yang
berbeda. Pada Gambar 3 dan 4, untuk OCR di G dpilih setting arus IG dan
TMS = 0,2 untuk OCR di S1 dipilih setting arus IS1 < IG dan TMS = 0,2.
Hasilnya, pada gangguan di S1 S2, OCR di S1 bekerja lebih cepat
dibandingkan kerja OCR di G.

Gambar 4 Perbandingan Relay IDMT terhadap VI (di S2) dan relay VI


terhadap EI (di S1)

Studi Praktis

Setelah mengetahui teori dari koordinasi relay arus lebih, kita lakukan analisis
dari data percobaan berikut, diketahui sebuah sistem dengan konfigurasi
sebagai berikut :

Pada saluran transmisi dengan basis daya 2kVA, basis tegangan 220 VLL,
basis impedans 24,2 , gangguan 3 fase simetris.

Time Grading

Setting pada relay A :


Karakteristik Standard Inverse (SI)

Is = 4,5A
TMS = 0,15
Setting pada relay B :

Karakteristik Standard Inverse (SI)


Is = 4,5A
TMS = 0,1

Didapat data hasil percobaan sebagai berikut :

Dengan Time grading (0,5s)

Gangguan hubung singkat 3fase di TP18.

Arus Isc = 9,585 A


Waktu trip relay B = 0,98 detik
Waktu trip relay A = 1,57 detik (rele B overridden)

Analisis
Pada saat men-setting koordinasi relay biasanya kita melakukan setting pada
relay yang paling ujung saluran. Biasanya relay yang paling ujung
menggunakan TMS yang paling kecil yaitu TMS 0,1. Diketahui rele B yang
kita gunakan adalah karakteristiknya SI dengan Is = 4,5A dan TMS = 0,1 dan
arus gangguan pada TP18 sebesar 9,585 A. Untuk melakukan koordinasi
dengan relay A kita harus mencari TMS dari relay A dengan time grading
sebesar 5 detik. Untuk SI perhitungan waktu kerja relaynya sebagai berikut t

= .

Dapat dilihat hasil perhitungan dan hasil percobaan yang sesuai. Untuk Time-
grading ini setting arusnya sama namun memiliki perbedaan waktu kerja.

Time and Current Grading

Setting pada relay A :


Karakteristik Standard Inverse (SI)
Is = 6A
TMS = 0,1

Setting pada relay B :


Karakteristik Standard Inverse (SI)
Is = 4,5A
TMS = 0,1

Didapat data hasil percobaan sebagai berikut :

Dengan Time grading (0,5s)

Gangguan hubung singkat 3fase di TP18.

Arus Isc = 9,51 A


Waktu trip relay B = 0,95 detik
Waktu trip relay A = 1,46 detik (rele B overridden)

Analisis
Sama seperti sebelumnya, karena ini gabungan antara time grading dan
current grading, pada saat men-setting koordinasi relay biasanya kita
melakukan setting pada relay yang paling ujung saluran. Biasanya relay yang
paling ujung menggunakan TMS yang paling kecil yaitu TMS 0,1. Diketahui
rele B yang kita gunakan adalah karakteristiknya SI dengan Is = 4,5A dan
TMS = 0,1 dan arus gangguan pada TP18 sebesar 9,51 A. Untuk melakukan
koordinasi dengan relay A kita harus mencari TMS dari relay A dengan time
grading sebesar 5 detik. Untuk SI perhitungan waktu kerja relaynya sebagai

berikut t = .
Dapat dilihat hasil perhitungan dan hasil percobaan yang sesuai. Untuk Time
and Current grading ini setting arusnya berbeda dan memiliki perbedaan
waktu kerja

Current Grading

Setting pada relay A :


Karakteristik Standard Inverse (SI)
Is = 6A
TMS = 0,1
Inst = 1 x Is

Setting pada relay B :


Karakteristik Standard Inverse (SI)
Is(I>) = 4,5A
TMS = 0,1
I>> = 4,5A
TMS = 0 (Instantaneous)

Didapat data hasil percobaan sebagai berikut :

Arus Isc = 10,0 A


Waktu trip relay B = 0,07 detik
Waktu trip relay A = 0,15 detik (relay B overridden)

Analisis
Pada percobaan current grading kali ini arus Isc sebesar 10 A dan setting relay
B memiliki setting instantaneous pada arus 4,5A sehingga relay langsung
bekerja seketika. Dan untuk relay A juga sama, arus setting relay A sebesar
6A dan memiliki setting instantaneous ketika relay B gagal relay langsung
bekerja memback-up dengan seketika pula. Waktu kerja relay A dan B
teoritisnya adalah 0 detik, yang di dapat di percobaan masuk mendekati 0
detik.

Jadi kesimpulannya ada tiga macam cara untuk mengkoordinasi relay arus
lebih, time grading dengan perbadaan waktu, current grading dengan
perbedaan setting arus, time and current grading gabungan dari keduanya,
masing masing memiliki kegunaan tersendiri yang sudah dijelaskan diatas.

Referensi

Sumerti,I Nengah. 2011. Diktat Proteksi bag.5 Proteksi Feeder


Modul Praktikum Teknik Proteksi TEE 340P

II. PERSYARATAN TERPENTING DALAM PENGAMANAN


a. Kepekaan (Sensitivity)
Pada prinsipnya rele harus cukup peka sehingga dapat mendeteksi gangguan di
kawasan pengamanannya meskipun dalam kondisi yang memberikan rangsangan
yang minimum.
b. Keandalan (Reliability)
Ada 3 aspek :
1. Dependability
yaitu tingkat kepastian bekerjanya.
Pada prinsipnya pengaman harus dapat diandalkan bekerjanya (dapat mendeteksi
dan melepaskan bagian yang terganggu), tidak boleh gagal bekerja. Dengan lain
perkataan dependability-nya harus tinggi.
2. Security
Yaitu tingkat kepastian untuk tidak salah kerja.
Salah kerja adalah kerja yang semestinya tidak harus kerja, misalnya karena lokasi
gangguan di luar kawasan pengamanannya atau sama sekali tidak ada gangguan.
Salah kerja mengakibatkan pemadaman yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Jadi
pada prinsipnya pengaman tidak boleh salah kerja, dengan kata lain perkataan
security-nya harus tinggi.
3. Availability
Yaitu perbandingan antara waktu di mana pengaman dalam keadaan siap kerja
(actually in service) dan waktu total operasinya.
c. Selektifitas (Selectivity)
Pengaman harus dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu sekecil mungkin
yaitu hanya seksi yang terganggu saja yang menjadi kawasan pengamanan
utamanya. Pengamanan sedemikian disebut pengamanan yang selektif. Jadi rele
harus dapat membedakan apakah gangguan terletak di kawasan pengamanan
utamanya di mana ia harus bekerja cepat atau terletak di seksi berikutnya di mana
ia harus bekerja dengan waktu tunda atau harus tidak bekerja sama sekali.
Penyetelan OCR dan GFR mempergunakan program sederhana Excel Wahyudi SN &
Pribadi.K 3
d. Kecepatan
Untuk memperkecil kerugian/kerusakan akibat gangguan , maka bagian yang
terganggu harus dipisahkan secepat mungkin dari bagian sistem lainnya. Untuk
menciptakan selektifitas yang baik, mungkin saja suatu pengaman terpaksa diberi
waktu tunda (time delay) namun waktu tunda itu harus secepat mungkin
(seperlunya saja).
Ada kemungkinan arus gangguan 1 fasa ke tanah lebih besar daripada arus hubung
singkat 3 fasa, yaitu jika lokasinya di pusat pembangkit atau dekat dengan pusat
pembangit pada sistem dengan pentanahan langsung.
Peralatan yang terganggu dan peralatan yang dilalui arus hubung singkat dapat
menjadi rusak dengan 2 cara :
- secara thermis
- secara mekanis
Penyetelan rele Ocer current relay dan ground fault relay sangat penting didalam
keandalan sistem tenaga listrik, jika terjadi gangguan di salah satu feeder outgoing
20 kV tidak menyebabkan bekerjanya pengaman pada Incoming feeder 20 kV.
Ketelitian penyetelan rele OCR dan GFR sangat diperlukan, jika penyetelan rele
kurang baik juga dapat menyebabkan pemadaman atau bekerjanya rele di
incoming atau kadang-kadang menyebabkan bekerjanya pengaman trafo.
Penyebab ketidakwajaran tersebut adalah karena adanya kesalahan, kelemahan
atau penyimpangan lainnya, disingkat penyimpangan. Adapun bentuk
penyimpangan dan penyebabnya dapat Salah Kerja sebabnya bermacam-macam,
dapat berupa :
- salah setting (terlalu sensitif atau terlalu cepat)
- salah wiring
- kerusakan Rele/ Rele bantu
- koordinasi yang kurang tepat.
- Karakteristik Rele yang tidak cocok satu sama lain (misalnya antara definite time
dan inverse time relay)
- Trafo Arus yang terlalu jenuh. dsb
Banyak cara untuk penyetelan rele Over current relay dan ground fault relay
supaya diperoleh ketelitian penyetelan yang baik seperti mempergunakan program
Qbasic, Cobol, Pascal dls, tetapi proses perhitungan didalam program ini tidak
diketahui oleh si pemakai program misal petugas setting relay (karyawan PLN),
hanya dapat mengoperasikan saja, jika ada perubahan jaringan maka si pemakai
program tidak dapat merubahnya (harus memanggil vendor), hal ini sangat
merugikan si pemakai program disamping pembelian dari program setting rele
mahal harganya.
Jadi untuk penyetelan rele OCR dan GFR supaya penyetel rele (Bagian operasi)
dapat mengetahui proses iterasi dapat mempergunakan program excel. Program
excel adalah suatu program yang mudah diajarkan kepada para siswa yang
mengikuti kursus/pelatihan proteksi, karena program ini telah banyak beredar di
kalangan kantor dan sebagian besar telah diketahui oleh masyarakat. Dengan
memakai program excel kita dapat memperkirakan arus gangguan yang terjadi
pada titik-titik gangguan yang kita pilih, misalnya sejarak 100 %, 75%, 50 % atau
25% dari panjang saluran distribusi, kalau ingin lebih teliti kita dapat pilih titik
gangguan 10 persenan dari panjang saluran.
Serta dengan program excel kita juga dapat membuat grafik, dimana grafik ini
digunakan untuk mengetahui apakah penyetelan yang dibuat bersinggungan antara
incoming dan out going feeder, jika bersinggungan maka penyetelan rele tidak
benar, jadi dalam hal ini di pemakai dapat mengetahui dimana letak kesalahan
penyetelannya dan dapat memperbaikinya sendiri.
Penyetelan OCR dan GFR mempergunakan program sederhana Excel Wahyudi SN &
Pribadi.K 4
III. PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT
Cara menghitung arus gangguan hubung singkat dibawah ini mempergunakan
program excel, karena paket ini banyak dikenal oleh staf PLN, bisa dipergunakan
untuk menghitung koordinasi, bisa dilacak rumus yang dipergunakan.
Arus yang akan dihitung sebagai berikut:
- Gangguan Hubung singkat 3 fasa
- Gangguan Hubung singkat 2 fasa
- Gangguan Hubung singkat 1 fasa-tanah
Rumus dasar yang dipergunakan: Rumus dasar Hukum Ohm
Dimana : I = Arus Gangguan Hubung singkat dalam Amp
Z = Impedansi Sumber ke titik gangguan dalam Ohm
V = Tegangan (Volt)
Dari ketiga jenis gangguan perbedaannya ada pada:
Untuk gangguan 3 fasa : Impedansi yang digunakan adalah impedansi urutan
positif, nilai ekivalennya Z1 tegangannya adalah Efasa
Untuk gangguan 2 fasa : Impedansi yang digunakan adalah jumlah impedansi
urutan pos + urutan neg nilai ekivalen Z1 + Z2
Tegangannya adalah EFasa-Fasa.
Urutan gangguan 1 fasa ketanah : Impedansi yang digunakan adalah jumlah
impedansi
urutan pos + urutan neg + urutan Nol Nilai ekivalen Z1 + Z2 + Z2 tegangannya
adalah Efasa
Impedansi-impedansi dan tegangannya adalah data-data yang diperoleh dari
sumber (pembangkitan), Gardu induk dan jaringan distribusi, setelah itu disusun
dalam program excel, dalam hal ini perhatikan cell yang dipergunakan, karena cell
ini akan dipergunakan pada saat kita mempergunakan formula-formula dengan
mempergunakan data-data tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bentuk jaringan dibawah ini
Bentuk jaringan perlu diketahui untuk menghitung arus gangguan hubung singkat,
untuk distribusi yang dipasok dari gardu induk
Sumber Kit
Bus 150 kV
Dari sistem
150 KV P3B
Di Gardu Induk
Hitung
50% Z
Bus 20 kV
Untuk simulasi lokasi gangguan
Ambil data Impedansi MVA, kV
Trafo daya
Hitung
100 % Z
Hitung
75% Z
Hitung
25% Z
Ambil data
SC level
Hitung Z Sumber
Penyetelan OCR dan GFR mempergunakan program sederhana Excel Wahyudi SN &
Pribadi.K 5
III.1. Bagaimana cara menghitung koordinasi rele arus lebih dan ground (tanpa
Program excel)
1. Menghitung impedansi sumber.
Dimisalkan MVASC bus 150 kV = 500 MVA
Untuk menghitung impedansi sumber dapat mempergunakan formula sbb:
=
Dasar perhitungan impedansi short circuit mempergunakan basis tegangan 20 kV
adalah
MVA sisi 150 kV = MVA sisi 20 kV
kalau kV1 = 150 kV, Z1 = 45 Ohm dan kV2 = 20 kV maka
Ohm = 0,8 Ohm
2. Menghitung reaktansi trafo tenaga di GI
Kapasitas trafo 20 MVA tegangan sekunder 20 kV, Reaktansi trafo 10% (XT1), jika
diperhitungkan dalam Ohm sebagai berikut:
XT = x 0,10 ohm = 4 Ohm
Untuk reaktansi urutan Nol Trafo, perlu dilihat apakah pada gulungan trafo ada
belitan delta atau tidak, pada contoh ini tidak terdapat belitan delta , maka
reaktansi urutan Nol = berkisar antara 9 s/d 14 kali XT1 pada contoh hitungan
diambil nilai XT0 = 10 x XT1
= 10 x 4 Ohm = 40 Ohm.
3. Impedansi penyulang
Diperoleh dari data jaringan yang dipergunakan dilapangan (ohm/km) kalau
diketahui panjang jaringan maka impedansi ini dikalikan dengan panjang
jaringannya akan diperoleh Ohm,
Karena pada pemilihan titik gangguan sebesar 25 persen dari panjang jaringan
(lihat bagan satu garis diatas), maka untuk memperoleh impedansi urutan positif,
urutan negatif dan urutan Nol sebagai berikut:
a. Impedansi urutan positif dan urutan negatif, dihitung:
Untuk %
Panjang
Impedansi Z1 , Z2
25 %
0,25 x 10 km x (0,12 + j 0,23) Ohm/km = (0,3 + j 0,575) Ohm
50 %
0,50 x 10 km x (0,12 + j 0,23) Ohm/km = (0,6 + j 1,150) Ohm
75 %
0,75 x 10 km x (0,12 + j 0,23) Ohm/km = (0,9 + j 1,725) Ohm
100 %
1,00 x 10 km x (0,12 + j 0,23) Ohm/km = (1,2 + j 2,3) Ohm
b. Impedansi urutan Nol dihitung
Untuk %
Panjang
Impedansi Z1 , Z2
25 %
0,25 x 10 km x (0,18 + j 0,53) Ohm/km = (0,45 + j 1,325) Ohm
50 %
0,50 x 10 km x (0,18 + j 0,53) Ohm/km = (0,90 + j 2,650) Ohm
75 %
0,75 x 10 km x (0,18 + j 0,53) Ohm/km = (1,35 + j 3,975) Ohm
100 %
1,00 x 10 km x (0,18 + j 0,53) Ohm/km = (1,80 + j 5,300) Ohm
Penyetelan OCR dan GFR mempergunakan program sederhana Excel Wahyudi SN &
Pribadi.K 6
4. Impedansi Ekivalen
a. Z1 ekivalen dan Z2 ekivalen
Z1 eki = Z2 eki = Z1 S + Z1 T + Z1 penyulang
= j 0,8 + j 4,0 + Z1 penyulang
= j 4,8 + Z1 penyulang
Untuk %
Panjang
Impedansi Z1 , Z2
25 %
j 4,8 + (0,30 + j 0,575) Ohm = (0,3 + j 5,375) Ohm
50 %
j 4,8 + (0,60 + j 1,150) Ohm = (0,6 + j 5,950) Ohm
75 %
j 4,8 + (0,90 + j 1,725) Ohm = (0,3 + j 6,525) Ohm
100 %
j 4,8 + (1,20 + j 2,30) Ohm = (0,3 + j 7,100) Ohm
b. Z0 ekivalen
Hitungan didasarkan pada sistem pentanahan netral sistem pasokan dari GI
pentanahan 40 Ohm
Z0 eki dihitung = - mulai dari trafo yang ditanahkan
- Tahanan netral nilai 3 Rn
- Impedansi penyulang
= Z0T + 3Rn + Z0 penyulang
= j 40 + 120 + Z0 penyulang
Untuk %
Panjang
Impedansi Z0
25 %
j 40 + 120 + (0,45 + j 1,325) Ohm = ( 120,45 + j 41,325) Ohm
50 %
j 40 + 120 + (0,90 + j 2,650) Ohm = (120,90 + j 42,050) Ohm
75 %
j 40 + 120 + (1,35 + j 3,975) Ohm = (121,35 + j 43,975) Ohm
100 %
j 40 + 120 + (1,80 + j 5,300) Ohm = (121,80 + j 45,300) Ohm
5. Perhitungan arus Hubung singkat:
Karena pemilihan dari titik gangguan seperti terlihat pada bagan satu garis diatas
25 %, maka panjang jaringan diambil setiap 25 % nya, selanjutnya arus gangguan
dapat diperoleh dengan mempergunakan formula hukum ohm persamaan sub
bab 3 diatas)
Misal :
Gangguan 3 fasa pada lokasi 25% dari panjang jaringan diperoleh:
Gangguan 2 fasa pada lokasi 25% dari panjang jaringan diperoleh:
Gangguan 1 fasa ketanah pada lokasi 25% dari panjang jaringan diperoleh:
Penyetelan OCR dan GFR mempergunakan program sederhana Excel Wahyudi SN &
Pribadi.K 7
Untuk menghitung arus gangguan hubung singkat 3 fasa, 2 fasa dan 1 fasa ketanah
pada lokasi 50 %, 75 % dan 100%. Hanya impedansi penyulang yang kita ubah,
selanjutnya dihitung dengan formula seperti diatas
6. Koordinasi rele OCR dan GFR
Nilai setelan waktu rele arus lebih berdasarkan arus gangguan yang mengalir,
dibuat:
Rele paling hilir bekerja dalam waktu 0,3 detik untuk gangguan yang terjadi
didepannya.
Dalam hal ini rele di penyulang 20 kV untuk gangguan hubung singkat di depan
penyulang tersebut
a. Setelan Rele di outgoing feeder 20 kV.
Misalkan: gangguan 3 fasa terjadi di 25% panjang penyulang:
Arus gangguan 2144,9 Ampere primer
Setting relay = 105 Ampere
Waktu kerja = 0,3 detik
Rumus setelan waktu relay inverse:
tms dapat dihitung sebagai berikut:
b. Setelan Rele di incoming feeder 20 kV
Trafo tenaga kapasitas 10 MVA
Tegangan 150/20 kV
Impedansi = 10 %
CT ratio = 300 : 5
Inominal trafo =
Nilai setelan rele arus lebih sisi incoming 20 kV
Isec primer = 1,05 x Inominal
= 1,05 x 288,7 Amp = 303,1 Amp
Arus gangguan = 2144,9 Amp
Waktu kerja = (0,3 + 0,4) = 0,7 detik
Tms dapat dihitung =
III.2. Menghitung arus gangguan hubung singkat dan penyetelan rele (dengan
program excel)
Dalam perhitungan arus hubung singkat dengan mempergunakan program excel,
kita perlu mengetahui tentang formula-formula yang berada pada program excel.
Misal:
perkalian mempergunakan * = 10 * 10 = 100 pada program excel nilai 10 berada
pada kolom berapa dan baris berapa , selanjutnya tulis pada cell lain untuk
perkaliannya ,= cell A9 * cell A10
Penyetelan OCR dan GFR mempergunakan program sederhana Excel Wahyudi SN &
Pribadi.K 8
Jadi untuk menghitung arus hubung singkat maupun penyetelan rele kita perlu
memasukan data-data yang diperlukan. Bagi pemula dibutuhkan bimbingan dari
pengajar yang mengetahui program excel dan cara-cara penyetelan rele. Jadi
dalam program perlu dicoba langsung dengan mempergunakan komputer yang
mempunyai fasilitas excel. IV. Kesimpulan:
1. Penyetelan pengaman Jaringan distribusi seperti OCR dan GFR perlu ketelitian,
jika terjadi gangguan 3 fasa, 2 fasa atau 1 fasa ketanah tidak mengakibatkan salah
kerja antar rele yang terpasang di incoming feeder dan out going feeder
2. Dengan mempergunakan program excel dapat mempermudah perhitungan arus
gangguan hubung singkat dan koordinasi rele nya, serta si penyetel rele (bagian
operasi) dengan mudah dapat menghitung sendiri koordinasi rele tersebut
3. Membeli program penyetelan rele dari vendor mahal biayanya tetapi si penyetel
rele tidak dapat mengetahui proses didalam program tersebut (black board),
Program excel adalah jawaban dari kemahalan tersebut.
Buku Pustaka:
1. Alstom; Protective Relays Application Guide 1995
2. John j. Grainger, Wiiliam D. Stevenson JR; Power system Analysis 1994

ABSTRAK

Gangguan hubung singkat fasa ke tanah dan fasa-fasa merupakan salah satu permasalahanyang mungkin timbul
dalam pengoperasian transformator daya dalam sebuah Gardu Induk. Gangguan yang disebabkan oleh adanya
hubung singkat menimbulkan banyak kerugian, kerugian pada sistem transmisi kelistrikan maupun kerugian di pihak
konsumen energi listrik. Salah satu cara untuk mengatasi gangguan ini adalah dengan cara memasang peralatan
pengaman pada transformator. Relai arus lebih merupakan relai proteksi yang bekerja dengan Pemutus Tenaga
(Circuit Breaker). Gangguan hubung singkat fasa ke tanah dan fasa-fasa menimbulkan arus gangguan hubung
singkat yang besarnya melebihi seting arus pada relai arus lebih, sehingga relai arus lebih memicu Pemutus Tenaga
bekerja sesuai dengan setting waktu yang diterapkan, sehingga resiko kerusakan pada sistem kelistrikan dapat
dihindar. Kata kunci: arus, hubung singkat, relai arus lebih, setting relai, transformator.

PENDAHULUAN
Transformator merupakan peralatan yang sangat vital dalam penyaluran sistem tenaga listrik karena transformator
merupakan peralatan yang menyalurkan energi listrik langsung ke konsumen baik konsumen tegangan tinggi,
tegangan menengah
maupun tegangan rendah. Dalam sistem penyaluran tidak menutup kemungkinan terjadi gangguan terutama
gangguan yang disebabkan oleh alam.
Gangguan yang sering terjadi antara lain kawat penghantar putus, kerusakan pada pembangkit, gangguan pada
saluran transmisi akibat petir serta gangguan hubung singkat. Dengan adanya gangguan yang tidak dapat diprediksi
maka diperlukan suatu peralatan pengaman (sistem proteksi) yang tepat dan dapat diandalkan pada peralatan
sistem tenaga listrik serta pengoperasian dan pemeliharaan yang baik. Relai proteksi harus dapat mengenal kondisi
abnormal pada sistem tenaga dan melakukan langkah-langkah yang dianggap perlu untuk menjamin pemisahan
gangguan dengan kemungkinan gangguan terkecil terhadap operasi normal (PT. PLN,2005c).

Relai Pengaman

Relai pengaman adalah suatu piranti baik elektrik maupun magnetik yang dirancang untuk mendeteksi suatu kondisi
ketidaknormalan pada peralatan sistem tenaga listrik yang tidak diinginkan. Jika kondisi abnormal tersebut terjadi
maka relai pengaman secara otomatis memberikan sinyal atau perintah untuk membuka pemutus tenaga (circuit
breaker) agar bagian yang terganggu dapat dipisahkan dari sistem normal. Di samping itu relai juga berfungsi untuk
menunjukkan lokasi dan macam gangguannya sehingga memudahkan evaluasi pada saat terjadi gangguan
(Tjahjono, 2000). Pada prinsinya relai pengaman yang terpasang pada sistem tenaga listrik mempunyai tiga macam
fungsi, yaitu:

Mendeteksi, mengukur dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta memisahkan secepatnya.
Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu.
Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain, yang tidak terganggu di dalam sistem
tersebut dan dapat beroperasi normal serta mencegah meluasnya gangguan.

Relai Arus Lebih

Proteksi arus lebih adalah proteksi terhadap perubahan parameter arus yang sangat besar dan terjadi pada waktu
yang cepat, yang disebabkan oleh hubung singkat. Pada proteksi arus lebih ini, relai akan pick-up jika besar arus
melebihi nilai seting (Tjahjono, 2000). Elemen dasar dari proteksi arus lebih adalah relai arus. Proteksi arus lebih
meliputi proteksi terhadap gangguan hubung singkat yang dapat berupa gangguan hubung singkat fasa-fasa, satu
fasa ke tanah serta hubung singkat antar fasa.
Proteksi terhadap hubung singkat antar fasa dikenal sebagai proteksi arus lebih dan relai yang digunakan disebut
relai arus lebih (over current relay). Jika arus gangguan mengalir melalui tanah, gangguan ini disebut gangguan
hubung singkat ke tanah dan relai yang digunakan disebut proteksi hubung tanah (ground fault relay).
Pada proteksi transformator daya, relai arus lebih digunakan sebagai tambahan bagi relai differensial untuk
memberikan tanggapan terhadap gangguan luar. Relai arus lebih yang digunakan adalah relai arus lebih tanpa
perlambatan waktu, relai arus lebih dengan karakteristik waktu yang berbanding terbalik dengan besar arus dan relai
arus lebih dengan komponen arah. Relai arus lebih terdapat beberapa karakteristik waktu yang
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:

1. Relai arus lebih seketika (instantaneus). Relai ini memberikan perintah trip pada pemutus tenaga (PMT)
pada saat terjadi gangguan hubung singkat dan besar arus gangguannya mencapai arus settingnya (Is) dan
jangka waktu kerja relai mulai pick up sampai relai bekerja sangat singkat tanpa tunda waktu (20 ms - 60
ms).
2. Relai arus lebih waktu tertentu. Relai ini akan memberikan perintah trip pada PMT pada saat terjadi
gangguan hubung singkat dan besar arus gangguannya mencapai setting (IS) dan jangka waktu kerja relai
mulai pick up sampai relai kerja diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang
mengerjakan relai.
3. Relai arus lebih terbalik (inverse). Relai ini akan memberikan perintah trip pada PMT pada saat terjadi
gangguan bila arus gangguan mencapai nilai settingnya (IS) dan jangka waktu kerja relai mulai pick up
sampai kerja relai diperpanjang berbanding terbalik dengan besarnya arus gangguan. Pada relai ini sumbu
tegak merupakan waktu dalam detik dan sumbu datar adalah berapa kali besarnya arus gangguan yang
melewati relai terhadap arus penyetelannya (n x Iset). Penyetelan waktu ditunjukkan dengan kurva yang
sering digunakan dan disebut dengan Td (time dial) atau TMS (time multiple setting) yang dirumuskan
sebagai berikut (PT. PLN, 2005c):
Relai Arus Lebih pada Transformator Daya

Relai pengaman pada transformator dibedakan menjadi dua yaitu elektris dan mekanis. Relai-relai pengaman elektris
yaitu relai differential, relai arus lebih untuk sisi primer dan sekunder, relai arus terbatas (REF atau restricted earth
fault) untuk sisi primer dan sekunder serta relai sisi netral (SBEF atau stand by earth fault) untuk melindungi resistor
netral trafo pada saat terjadi gangguan ke tanah. Sedangkan untuk relai pengaman mekanis antara lain relai bucholz,
relai jansen dan relai suddent pressure di mana setiap relai pengaman mempunyai fungsi tersendiri.

Gangguan pada transfornator dibedakan menjadi dua yaitu gangguan internal dan eksternal. Untuk gangguan
internal dapat dikelompokkan menjadi dua jenis gangguan yaitu gangguan incipien dan gangguan elektris. Gangguan
incipien merupakan suatu gangguan yang dimulai gangguan yang kecil atau tidak berarti, namun secara lambat akan
menimbulkan kerusakan. Gangguan jenis ini akan dideteksi oleh relai pengaman mekanis seperti relai bucholz,
relai jansen dan relai sudden pressure. Sedangkan gangguan internal elektris merupakan gangguan elektris yang
dideteksi oleh relai proteksi
utama transformator yaitu relai differential dan relai hubung tanah terbatas (REF). Gangguan yang sering terjadi pada
transformator merupakan gangguan di luar daerah pengamanan transformator seperti hubung singkat satu fasa ke
tanah ataupun gangguan antar fasa. Gangguan ini mempunyai pengaruh terhadap transformator daya sehingga
transformator harus segera dikeluarkan dari sistem, bila gangguan tersebut terjadi hanya setelah waktu tertentu
untuk memberi kesempatan relai pengaman daerah yang terganggu bekerja. Untuk kondisi gangguan di luar daerah
pengamanannya misalnya gangguan hubung singkat pada di sisi 20 kV atau di penyulang 20 kV maka relai arus
lebih dengan perlambatan waktu digunakan sebagai pengamannya. Koordinasi yang baik untuk pengaman cadangan
transformator ini sangat diperlukan untuk memperoleh selektivitas yang tepat dengan daerah berikutnya yang terkait.
Berikut ini merupakan skema proteksi pada transfomator daya (PT. PLN, 2005c).

Pemutus Tenaga (PMT)

Pemutus tenaga (PMT) atau lebih dikenal dengan istilah Circuit Breaker (CB) merupakan suatu piranti saklar
mekanik yang secara otomatis akan membuka atau memutuskan rangkaian listrik apabila terjadi ketidaknormalan
pada suatu sistem tanpa adanya kerusakan. Pemutus tenaga terdiri atas kontak-kontak yang dialiri arus listrik atau
lebih dikenal dengan elektroda. Pada kondisi normal eletroda-elektroda tersebut dalam kondisi terhubung, sebaliknya
pada kondisi abnormal maka elektroda-elektroda akan terpisah dan memutuskan hubungan listrik dari satu sisi ke
sisi yang lainnya (PT. PLN, 2005a).
Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah

Pada gangguan satu fasa ke tanah misal fasa A mengalami gangguan akan menyebabkan kenaikan arus pada fasa
A dan drop tegangan di phasa A (menjadi nol) sedangkan arus pada phasa yang lain menjadi nol yang diikuti dengan
kenaikan tegangan fasa yang lain (phasa B dan Phasa C tidak sama dengan nol sedangkan arus phasa B sama
besarnya dengan phasa C yaitu nol ampere) (Tjahjono, 2000). Gangguan tidak simetris menyebabkan arus tidak
seimbang dalam sistem, sehingga dibutuhkan komponen simetris untuk perhitungannya sebagaimana uraian di atas.
Rangkaian gangguan satu fasa ke tanah:

Dari persamaan arus untuk gangguan tidak simetris maka diperoleh:

Kondisi di titik gangguan:


sehingga:

Pada gangguan satu fasa ke tanah, rangkaian urutan positif, negatif dan urutan nol terhubung seri, seperti
ditunjukkan pada rangkaian di bawah ini.

dimana:

Mengingat:

Maka diperoleh:

sehingga
Gangguan Hubung Singkat Fasa-fasa
Pada gangguan antar fasa fasa B dan fasa C mengalami gangguan akan menyebabkan kenaikan arus pada fasa B
dan C, sedangkan tegangan untuk fasa tersebut menjadi drop (menjadi nol). Diagram rangkaian untuk gangguan
antar fasa ditunjukkan dalam gambar di bawah ini (Stevenson, 1984).

Kondisi pada saat gangguan adalah sebagai berikut:

Dengan VB = VC komponen-komponen simetri tegangan adalah sebagai berikut:

Karena IB = - IC dan Ia = 0, komponenkomponen simetri arus diperoleh dari persamaan berikut ini:

Gambar 5 merupakan gambar rangkaian pengganti untuk gangguan fasa-fasa. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui besar arus hubung singkat yang mengalir apabila terjadi gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah,
dua fasa ke tanah dan gangguan fasa-fasa pada incoming 20 kV Trafo #1 150/20 kV 60 MVA di GI Cawang Lama
Jakarta.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data spesifikasi transformator daya dan setting relai arus
lebih, kemudian melakukan pengamatan dan pengambilan data Gardu Induk. Berdasarkan data-data yang ada,
dilakukan analisa dan perhitungan besar arus gangguan terhadap relai proteksi sehingga relai arus bekerja dan
mentripkan pemutus tenaga / CB (Circuit Breaker).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Spesifikasi Transformator Daya GI Cawang Lama
Gardu Induk Cawang Lama terdapat dua buah transformator daya dan dua buah transformator interbus. Tulisan ini
hanya akan membahas mengenai Transformator Daya #1 150/20 kV 60 MVA dengan merk MEIDEN type BORSL-E.
Datadata transformator adalah sebagai berikut :

Instalasi : Konventional
Jumlah fasa : 3 fasa
Frekuensi : 50 Hz
Impedansi : 12.83%
Daya pengenal : 60 MVA
Tegangan sisi tinggi : 150kV
Tegangan sisi rendah: 20 kV
Arus nominal sisi 150 kV : 231 Ampere
Arus nominal sisi 20 kV : 1650 Ampere
Vektor group : YnYn0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Spesifikasi Transformator Daya GI Cawang Lama
Gardu Induk Cawang Lama terdapat dua buah transformator daya dan dua buah transformator interbus.
Tulisan ini hanya akan membahas mengenai Transformator Daya #1 150/20 kV 60 MVA dengan merk
MEIDEN type BORSL-E. Datadata transformator adalah sebagai berikut :

Instalasi : Konventional
Jumlah fasa : 3 fasa
Frekuensi : 50 Hz
Impedansi : 12.83%
Daya pengenal : 60 MVA
Tegangan sisi tinggi : 150kV
Tegangan sisi rendah: 20 kV
Arus nominal sisi 150 kV : 231 Ampere
Arus nominal sisi 20 kV : 1650 Ampere
Vektor group : YnYn0

Setting Relai Arus Lebih Trafo #1 150/20 kV 60 MVA

Berikut ini diagram blok Trafo #1 150/20 kV 60 MVA di GI Cawang Lama beserta setting relai arus lebih
yang terpasang pada incoming 20kV Trafo #1 dan penyulang yang menjadi beban di Trafo #1 150/20 kV
6 0 MVA.

Daftar penyulang Trafo #1 150/20 kV 60 MVA GI Cawang Lama :


1. Penyulang Jangka 4. Penyulang Arjuna
2. Penyulang Pensil 5. Penyulang Oplet
3. Penyulang Bima 6. Penyulang Tractor
Tabel 1 dan 2 merupakan data relai arus lebih pada incoming serta penyulang Trafo #1 150/20
kV 60 MVA sisi 20 kV GI Cawang Lama.
Spesifikasi Pemutus Tenaga Sisi 20 kV dan Penyulang

Tabel 3 merupakan data pemutus tenaga sisi 20 kV dan penyulang Trafo #1 150/20 kV 60 MVA GI
Cawang Lama.

Perhitungan Arus Hubung Singkat

Perhitungan arus gangguan hubung singkat pada jaringan 20 kV Trafo #1 150/20 kV 60 MVA di GI
Cawang Lama dengan panjang saluran dari sisi sekunder Trafo ke sel incoming 20 kV 100 meter dan
impedansi Trafo sebesar 12,83% dengan asumsi beban 55 Mwatt.

Parameter Dasar
Nilai Impedansi

Perhitungan gangguan satu fasa ke tanah

Besar arus gangguan satu fasa ke tanah sebesar 13.390 Ampere.

Perhitungan gangguan fasa fasa


Besar arus gangguan fasa-fasa ke tanah sebesar 11.640 Ampere.

Perhitungan Setting Relai Arus Lebih

Sisi 150 kV
Arus nominal sisi 150 kV : 231 Ampere Ratio CT : 300/5 Ampere
1. Setting relai arus lebih(OCR)
Arus setting sisi primer

Dipilih 300 Ampere


Arus setting sisi sekunder :
2. Setting waktu rele OCR
Sesuai kaidah aturan yang diterapkan dilingkungan PT. PLN (persero) P3B Jawa Bali untuk waktu kerja
rele OCR sisi 150 kV sebesar 0,55 detik sehingga penerapan setting waktunya sebagai berikut:

Setting relai gangguan tanah (GFR)


Arus setting sisi primer

Dipilih 120 Ampere


Arus setting sisi sekunder :

3. Setting waktu GFR


Sisi 20 kV
Arus nominal trafo = 1650 Ampere Ratio CT : 2000/5 Ampere
1. Setting relai arus lebih(OCR)
Arus setting sisi primer

Arus setting sisi sekunder :

2. Setting waktu rele OCR

3. Setting relai gangguan tanah (GFR)


Arus setting sisi primer
Arus setting sisi sekunder :

4. Setting waktu GFR

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :


1. Besar arus gangguan satu fasa ke tanah yang terjadi pada saluran kabel 20 kV menuju incoming 20
kV sebesar 13.390 Ampere dan gangguan fasa-fasa sebesar 11.640 Ampere sehingga arus gangguan
hubung singkat fasa-fasa yang digunakan dalam perhitungan setting relai proteksi untuk memperoleh
sensitivitas dan kehandalan relai, diharapkan dengan arus gangguan terkecil relai proteksi dapat
mendeteksi gangguan tersebut.

2. Setting relai arus lebih (OCR) sisi 150 kV sebesar 300 Ampere untuk sisi primer, 5 ampere untuk sisi
sekunder dengan tap pada relai 1 dan waktu kerja relai (TMS) atau time dial sebesar 0,3. Sedangkan
untuk Ground fault relay (GFR) sebesar 120 Ampere untuk sisi primer, sisi sekunder sebesar 2 Ampere,
tap relai 0,4 dan waktu kerja relai GFR (TMS) atau time dial sebesar 0,4.

3. Setting relai arus lebih (OCR) sisi 20 kV sebesar 2000 Ampere untuk sisi primer, 5 ampere untuk sisi
sekunder dengan tap pada relai 1 dan waktu kerja relai (TMS) atau time dial sebesar 0,23. Sedangkan
untuk Ground fault relay (GFR) sisi 20 kV sebesar 400 Ampere untuk sisi primer, sisi sekunder sebesar 1
Ampere, tap relai 0,2 dan waktu kerja relai GFR (TMS) atau time dial sebesar 0,3.
4. Setting yang diterapkan menggunakan sistem bertingkat dimulai dari sisi penyulang 20 kV, incoming
20 kV trafo dan terakhir sisi 150 kV sehingga pemadaman beban pada saat terjadi gangguan dapat
diminimalisir, hanya sisi yang mengalami gangguan yang dipadamkan serta kehandalan operasi trafo
tetap terja

C
.

C
ara penyetelan Arus dan Waktu O
C
R Type M
CGG5
2
P
erhitungan Setting Relai Arus Lebih Type MCGG5
2
1
.

Sisi
150kV
Arus nominal sisi 150 kV : In = 231 Ampere
Ratio CT : 300/5 Ampere
1. Setting relai arus lebih(OCR)
Arus setting sisi primer
= 1,2 x arus nominal trafo
= 1,2 x 231
= 277,2 Ampere
Dipilih 300 Ampere
Arus setting sisi sekunder := 5 Ampere
Tap relai = 5 / In relai = 1
7

2. Setting waktu rele O


C
R
Sesuai kaidah aturan yang diterapkan di lingkungan PT. PLN (persero) P3B JawaBali untuk waktu kerja rele OCR sisi 150 kV
sebesar 0,55 detik sehingga penerapan setting waktunya sebagai berikut:
8

Anda mungkin juga menyukai