nilai setting, apabila nilai arus yang terbaca oleh rele melebihi nilai setting, maka rele akan mengirim
perintah trip (lepas) kepada Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) setelah tunda waktu
yang diterapkan pada setting.
Rele arus lebih OCR memproteksi instalasi listrik terhadap gangguan antar fasa. Sedangkan untuk
memproteki terhadap gangguan fasa tanah digunakan rele Rele Arus Gangguan tanah atau Ground
Fault Relay (GFR). Prinsip kerja GFR sama dengan OCR, yang membedakan hanyalah pda fungsi dan
elemen sensor arus. OCR biasanya memiliki 2 atau 3 sensor arus (untuk 2 atau 3 fasa) sedangkan
GFR ahnya memiliki satu sensor arus (satu fasa ).
Waktu kerja rele OCr maupun GFR tergantung nilai setting dan karakteristik waktunya (lihat posting
saya mengenai hal ini disini). Elemen tunda waktu pada rele ini pada 2, yaitu elemen low set dan
elemen high set. elemen low set bekerja ketika terjadi gangguan dengan arus hubungsingkat yang
relatif kecil, sedangkan elemen high set bkerja ketika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat
yang cukup besar.
pada gamabr diatas, elemen low set disetting dengan menggunakan karakteristik inverse. Sedangkan
elemen high set menggunakan karateristik definite. Pembantukan kurva waktu tunda rele
dimaksudkan agar ketika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat yang cukup besar (dalam
grafik di atas ketika terjadi gangguan dengan arus > 2400A) maka rele akan segera memerintahkan
Pemutus tenaga (PMT) untuk trip.
Rele OCR dan GFR dipasang sebagai alat proteksi motor, trafo, penghantar transmisi, dan penyulang.
Posting kali ini menulsi tentang OCRdan GFR sebagai proteksi trafo dan penyulang. Sebagai alat
proteksi maka penggunaa rele harus memenuhi persyaratan proteksi yaitu : cepat, selektif, serta
handal. Rele harus disetting sedemikian rupa sehingga dapat bekerja secepat mungkin dan
meminimalkan bagian dari sistem yang harus padam. Hal ini diterapkan dengan cara mengatur waktu
kerja rele agar bekerja lambat ketika terjadi arus gangguan kecil, dan bekerja semakin cepat apabila
arus gangguan semakin besar, hal ini disebut karakteristik inverse. Karakteristik inverse dibedakan
menjadi 4 seperti yang saya tulis dalam posting saya terdahulu, yaitu SI-VI-EI-LTI.
Gambar koordinasi waktu kerja rele
pada gamabr diatas, terlihat bahwa rele yang berada dipangkal berfungsi sebagai pengaman
cadangan bagi rele yang berada didepannya. semakin jauh letak gangguan dari pangkal, maka arus
gangguan akan semakin kecil, maka rele di pangkal akan bekerja lebih lama dari pada rele yang di
depannya ketika terjadi gangguan yang berada di ujung. Oleh karena itu disusun aturan penyetaln
rele OCR
1. hitung arus hubung singkat satu fasa dan tiga fasa pada pangkal segmen dan di ujung segmen yang
diproteksi
2. tentukan waktu kerja rele ketika terjadi gangguan di ujung segmen
3. tentukan setelan arus rele berdasarkan tabel di atas
4. tentukan karakteristik waktu (SI-VI-EI-LTI)
5. hitung td berdasarkan rumus yang sesuai dengan karakteristiknya.
Contoh :
arus gangguan di pangkal : 5000A (gangguan 3 fasa)
arus gangguan di ujung : 2000A (gangguan 3 fasa)
CCC (kemampuan hantar konduktor) : 645A
Arus nominal CT (trafo arus) : 500/5A -> primer 500A, sekunder 5A
1. arus hubung singkat sudah tersedia
2. waktu kerja rele ketika terjadi gangguan di ujung kita tentukan 1 detik
3. setelan arus dipakai 1.1 x 500A = 550A (karena In CT < CCC)
4. karakteristik SI
5. menghitung td
td = [(Ihs di ujung/Iset rele)^0.02 1] / o.14
td = [(3000/550)^0.02 1]/0.04
td = 0.246
6. cek waktu kerja rele ketika terjadi gangguan di pangkal
T = 0.14 x td / [(Ihs di pangkal/Iset rele)^0.02 1]
T = 0.14 x 0.246 / [(5000/550)^0.02 -1]
T = 0.76 detik
terlihat bahwa waktu kerja rele ketika terjadi gangguan dipangkal lebih cepat daripada ketika terjadi
gangguan diujung. Apapbila waktu yang kita peroleh pada langkah 6 dirasa masih terlalu lama, maka
kita bisa mempercepat dengan cara mengaktifkan elemen high set.
Misalkan contoh diatas merupakan penyulang 20 kV dari trafo daya 30 MVA dengan impedansi Z =
12.5%
1. hitung arus nominal trafo
Ihs maks = MVAtrafo / (Vp-p x 1.732)
Ihs maks = 30MVA / (20 kV x 1.732)
Ihs maks = 0.866 kA = 866 A
2. hitung settting elemen high set
Iset high = 0.5 x (Ihs maks/Z)
Iset high = 0.5 x (866/0.125)
Iset high = 3464 A
3. tentukan setting waktu high set
t high = 0 detik
Dengan diaktifkanya elemen high set maka rele akan bekerja isntan (0 detik) ketika terjadi gangguan
di pangkal, karena arus hubung singkat gangguan dipangkal (5000A) lebih besar dari Iset high
(3464A).
Pada sistem distribusi radial yang terletak jauh dari sumber, arus gangguan
di sebelah-menyebelah sebuah bus tidak berbeda besarnya, seperti
gangguan di X dan di Y, dimana Ix Iy. Untuk keadaan seperti ini selektivitas
dicapai melalui time grading, misalnya Iy diputus dalam 0,5 detik, sedangkan
Ix dalam 1 detik. Untuk saluran yang relatif pendek, tidak terdapat perbedaan
besar arus gangguan yang cukup di kedua ujung saluran misal Ix Iy, dan Ix
IA. Dalam keadaan seperti ini tepat dipasang definite time overcurrent relay.
Apabila saluran cukup panjang sehingga terdapat perbedaan besar arus yang
cukup antara ke dua ujung saluran, maka waktu kerja rele di dekat sumber
akan lebih pendek, kalau dipasang rela arus lebih, yang karakteristiknya
inverse. Tetapi hal ini akan sukar didapat apabila impedans ke arah sumber
(ZS) jauh lebih besar dibandingkan impedans ke arah beban (ZL). Jadi
bilamana ZS >> ZL penggunaan rele inverse akan kurang bermanfaat.
Sebagai acuan, kemanfaatan rele inverse baru dicapai jika ZS < 2 ZL, atau
arus hubung singkat pada ujung dekat 1,5 kali arus hubung singkat pada
ujung jauh.
2. Current-grading
Selektivitas diantara OCR satu dengan OCR lainnya dapat dicapai bukan
hanya dengan memilih setting waktu (TMS) yang berbeda, tetapi secara
bersamaan memilih setting arus yang berbeda, kalau ini diperlukan dan
memungkinkan dilakukan dari segi rangkaian daya yang bersangkutan.
Dengan memilih karakteristk Standard Inverse (SI), Very Inverse (VI), atau
Extremly Inverse (EI), bahkan dengan hanya memilih setting arus yang
berbeda dengan setting TMS yang sama, akan diperoleh waktu kerja yang
berbeda. Pada Gambar 3 dan 4, untuk OCR di G dpilih setting arus IG dan
TMS = 0,2 untuk OCR di S1 dipilih setting arus IS1 < IG dan TMS = 0,2.
Hasilnya, pada gangguan di S1 S2, OCR di S1 bekerja lebih cepat
dibandingkan kerja OCR di G.
Studi Praktis
Setelah mengetahui teori dari koordinasi relay arus lebih, kita lakukan analisis
dari data percobaan berikut, diketahui sebuah sistem dengan konfigurasi
sebagai berikut :
Pada saluran transmisi dengan basis daya 2kVA, basis tegangan 220 VLL,
basis impedans 24,2 , gangguan 3 fase simetris.
Time Grading
Is = 4,5A
TMS = 0,15
Setting pada relay B :
Analisis
Pada saat men-setting koordinasi relay biasanya kita melakukan setting pada
relay yang paling ujung saluran. Biasanya relay yang paling ujung
menggunakan TMS yang paling kecil yaitu TMS 0,1. Diketahui rele B yang
kita gunakan adalah karakteristiknya SI dengan Is = 4,5A dan TMS = 0,1 dan
arus gangguan pada TP18 sebesar 9,585 A. Untuk melakukan koordinasi
dengan relay A kita harus mencari TMS dari relay A dengan time grading
sebesar 5 detik. Untuk SI perhitungan waktu kerja relaynya sebagai berikut t
= .
Dapat dilihat hasil perhitungan dan hasil percobaan yang sesuai. Untuk Time-
grading ini setting arusnya sama namun memiliki perbedaan waktu kerja.
Analisis
Sama seperti sebelumnya, karena ini gabungan antara time grading dan
current grading, pada saat men-setting koordinasi relay biasanya kita
melakukan setting pada relay yang paling ujung saluran. Biasanya relay yang
paling ujung menggunakan TMS yang paling kecil yaitu TMS 0,1. Diketahui
rele B yang kita gunakan adalah karakteristiknya SI dengan Is = 4,5A dan
TMS = 0,1 dan arus gangguan pada TP18 sebesar 9,51 A. Untuk melakukan
koordinasi dengan relay A kita harus mencari TMS dari relay A dengan time
grading sebesar 5 detik. Untuk SI perhitungan waktu kerja relaynya sebagai
berikut t = .
Dapat dilihat hasil perhitungan dan hasil percobaan yang sesuai. Untuk Time
and Current grading ini setting arusnya berbeda dan memiliki perbedaan
waktu kerja
Current Grading
Analisis
Pada percobaan current grading kali ini arus Isc sebesar 10 A dan setting relay
B memiliki setting instantaneous pada arus 4,5A sehingga relay langsung
bekerja seketika. Dan untuk relay A juga sama, arus setting relay A sebesar
6A dan memiliki setting instantaneous ketika relay B gagal relay langsung
bekerja memback-up dengan seketika pula. Waktu kerja relay A dan B
teoritisnya adalah 0 detik, yang di dapat di percobaan masuk mendekati 0
detik.
Jadi kesimpulannya ada tiga macam cara untuk mengkoordinasi relay arus
lebih, time grading dengan perbadaan waktu, current grading dengan
perbedaan setting arus, time and current grading gabungan dari keduanya,
masing masing memiliki kegunaan tersendiri yang sudah dijelaskan diatas.
Referensi
ABSTRAK
Gangguan hubung singkat fasa ke tanah dan fasa-fasa merupakan salah satu permasalahanyang mungkin timbul
dalam pengoperasian transformator daya dalam sebuah Gardu Induk. Gangguan yang disebabkan oleh adanya
hubung singkat menimbulkan banyak kerugian, kerugian pada sistem transmisi kelistrikan maupun kerugian di pihak
konsumen energi listrik. Salah satu cara untuk mengatasi gangguan ini adalah dengan cara memasang peralatan
pengaman pada transformator. Relai arus lebih merupakan relai proteksi yang bekerja dengan Pemutus Tenaga
(Circuit Breaker). Gangguan hubung singkat fasa ke tanah dan fasa-fasa menimbulkan arus gangguan hubung
singkat yang besarnya melebihi seting arus pada relai arus lebih, sehingga relai arus lebih memicu Pemutus Tenaga
bekerja sesuai dengan setting waktu yang diterapkan, sehingga resiko kerusakan pada sistem kelistrikan dapat
dihindar. Kata kunci: arus, hubung singkat, relai arus lebih, setting relai, transformator.
PENDAHULUAN
Transformator merupakan peralatan yang sangat vital dalam penyaluran sistem tenaga listrik karena transformator
merupakan peralatan yang menyalurkan energi listrik langsung ke konsumen baik konsumen tegangan tinggi,
tegangan menengah
maupun tegangan rendah. Dalam sistem penyaluran tidak menutup kemungkinan terjadi gangguan terutama
gangguan yang disebabkan oleh alam.
Gangguan yang sering terjadi antara lain kawat penghantar putus, kerusakan pada pembangkit, gangguan pada
saluran transmisi akibat petir serta gangguan hubung singkat. Dengan adanya gangguan yang tidak dapat diprediksi
maka diperlukan suatu peralatan pengaman (sistem proteksi) yang tepat dan dapat diandalkan pada peralatan
sistem tenaga listrik serta pengoperasian dan pemeliharaan yang baik. Relai proteksi harus dapat mengenal kondisi
abnormal pada sistem tenaga dan melakukan langkah-langkah yang dianggap perlu untuk menjamin pemisahan
gangguan dengan kemungkinan gangguan terkecil terhadap operasi normal (PT. PLN,2005c).
Relai Pengaman
Relai pengaman adalah suatu piranti baik elektrik maupun magnetik yang dirancang untuk mendeteksi suatu kondisi
ketidaknormalan pada peralatan sistem tenaga listrik yang tidak diinginkan. Jika kondisi abnormal tersebut terjadi
maka relai pengaman secara otomatis memberikan sinyal atau perintah untuk membuka pemutus tenaga (circuit
breaker) agar bagian yang terganggu dapat dipisahkan dari sistem normal. Di samping itu relai juga berfungsi untuk
menunjukkan lokasi dan macam gangguannya sehingga memudahkan evaluasi pada saat terjadi gangguan
(Tjahjono, 2000). Pada prinsinya relai pengaman yang terpasang pada sistem tenaga listrik mempunyai tiga macam
fungsi, yaitu:
Mendeteksi, mengukur dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta memisahkan secepatnya.
Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu.
Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain, yang tidak terganggu di dalam sistem
tersebut dan dapat beroperasi normal serta mencegah meluasnya gangguan.
Proteksi arus lebih adalah proteksi terhadap perubahan parameter arus yang sangat besar dan terjadi pada waktu
yang cepat, yang disebabkan oleh hubung singkat. Pada proteksi arus lebih ini, relai akan pick-up jika besar arus
melebihi nilai seting (Tjahjono, 2000). Elemen dasar dari proteksi arus lebih adalah relai arus. Proteksi arus lebih
meliputi proteksi terhadap gangguan hubung singkat yang dapat berupa gangguan hubung singkat fasa-fasa, satu
fasa ke tanah serta hubung singkat antar fasa.
Proteksi terhadap hubung singkat antar fasa dikenal sebagai proteksi arus lebih dan relai yang digunakan disebut
relai arus lebih (over current relay). Jika arus gangguan mengalir melalui tanah, gangguan ini disebut gangguan
hubung singkat ke tanah dan relai yang digunakan disebut proteksi hubung tanah (ground fault relay).
Pada proteksi transformator daya, relai arus lebih digunakan sebagai tambahan bagi relai differensial untuk
memberikan tanggapan terhadap gangguan luar. Relai arus lebih yang digunakan adalah relai arus lebih tanpa
perlambatan waktu, relai arus lebih dengan karakteristik waktu yang berbanding terbalik dengan besar arus dan relai
arus lebih dengan komponen arah. Relai arus lebih terdapat beberapa karakteristik waktu yang
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Relai arus lebih seketika (instantaneus). Relai ini memberikan perintah trip pada pemutus tenaga (PMT)
pada saat terjadi gangguan hubung singkat dan besar arus gangguannya mencapai arus settingnya (Is) dan
jangka waktu kerja relai mulai pick up sampai relai bekerja sangat singkat tanpa tunda waktu (20 ms - 60
ms).
2. Relai arus lebih waktu tertentu. Relai ini akan memberikan perintah trip pada PMT pada saat terjadi
gangguan hubung singkat dan besar arus gangguannya mencapai setting (IS) dan jangka waktu kerja relai
mulai pick up sampai relai kerja diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang
mengerjakan relai.
3. Relai arus lebih terbalik (inverse). Relai ini akan memberikan perintah trip pada PMT pada saat terjadi
gangguan bila arus gangguan mencapai nilai settingnya (IS) dan jangka waktu kerja relai mulai pick up
sampai kerja relai diperpanjang berbanding terbalik dengan besarnya arus gangguan. Pada relai ini sumbu
tegak merupakan waktu dalam detik dan sumbu datar adalah berapa kali besarnya arus gangguan yang
melewati relai terhadap arus penyetelannya (n x Iset). Penyetelan waktu ditunjukkan dengan kurva yang
sering digunakan dan disebut dengan Td (time dial) atau TMS (time multiple setting) yang dirumuskan
sebagai berikut (PT. PLN, 2005c):
Relai Arus Lebih pada Transformator Daya
Relai pengaman pada transformator dibedakan menjadi dua yaitu elektris dan mekanis. Relai-relai pengaman elektris
yaitu relai differential, relai arus lebih untuk sisi primer dan sekunder, relai arus terbatas (REF atau restricted earth
fault) untuk sisi primer dan sekunder serta relai sisi netral (SBEF atau stand by earth fault) untuk melindungi resistor
netral trafo pada saat terjadi gangguan ke tanah. Sedangkan untuk relai pengaman mekanis antara lain relai bucholz,
relai jansen dan relai suddent pressure di mana setiap relai pengaman mempunyai fungsi tersendiri.
Gangguan pada transfornator dibedakan menjadi dua yaitu gangguan internal dan eksternal. Untuk gangguan
internal dapat dikelompokkan menjadi dua jenis gangguan yaitu gangguan incipien dan gangguan elektris. Gangguan
incipien merupakan suatu gangguan yang dimulai gangguan yang kecil atau tidak berarti, namun secara lambat akan
menimbulkan kerusakan. Gangguan jenis ini akan dideteksi oleh relai pengaman mekanis seperti relai bucholz,
relai jansen dan relai sudden pressure. Sedangkan gangguan internal elektris merupakan gangguan elektris yang
dideteksi oleh relai proteksi
utama transformator yaitu relai differential dan relai hubung tanah terbatas (REF). Gangguan yang sering terjadi pada
transformator merupakan gangguan di luar daerah pengamanan transformator seperti hubung singkat satu fasa ke
tanah ataupun gangguan antar fasa. Gangguan ini mempunyai pengaruh terhadap transformator daya sehingga
transformator harus segera dikeluarkan dari sistem, bila gangguan tersebut terjadi hanya setelah waktu tertentu
untuk memberi kesempatan relai pengaman daerah yang terganggu bekerja. Untuk kondisi gangguan di luar daerah
pengamanannya misalnya gangguan hubung singkat pada di sisi 20 kV atau di penyulang 20 kV maka relai arus
lebih dengan perlambatan waktu digunakan sebagai pengamannya. Koordinasi yang baik untuk pengaman cadangan
transformator ini sangat diperlukan untuk memperoleh selektivitas yang tepat dengan daerah berikutnya yang terkait.
Berikut ini merupakan skema proteksi pada transfomator daya (PT. PLN, 2005c).
Pemutus tenaga (PMT) atau lebih dikenal dengan istilah Circuit Breaker (CB) merupakan suatu piranti saklar
mekanik yang secara otomatis akan membuka atau memutuskan rangkaian listrik apabila terjadi ketidaknormalan
pada suatu sistem tanpa adanya kerusakan. Pemutus tenaga terdiri atas kontak-kontak yang dialiri arus listrik atau
lebih dikenal dengan elektroda. Pada kondisi normal eletroda-elektroda tersebut dalam kondisi terhubung, sebaliknya
pada kondisi abnormal maka elektroda-elektroda akan terpisah dan memutuskan hubungan listrik dari satu sisi ke
sisi yang lainnya (PT. PLN, 2005a).
Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah
Pada gangguan satu fasa ke tanah misal fasa A mengalami gangguan akan menyebabkan kenaikan arus pada fasa
A dan drop tegangan di phasa A (menjadi nol) sedangkan arus pada phasa yang lain menjadi nol yang diikuti dengan
kenaikan tegangan fasa yang lain (phasa B dan Phasa C tidak sama dengan nol sedangkan arus phasa B sama
besarnya dengan phasa C yaitu nol ampere) (Tjahjono, 2000). Gangguan tidak simetris menyebabkan arus tidak
seimbang dalam sistem, sehingga dibutuhkan komponen simetris untuk perhitungannya sebagaimana uraian di atas.
Rangkaian gangguan satu fasa ke tanah:
Pada gangguan satu fasa ke tanah, rangkaian urutan positif, negatif dan urutan nol terhubung seri, seperti
ditunjukkan pada rangkaian di bawah ini.
dimana:
Mengingat:
Maka diperoleh:
sehingga
Gangguan Hubung Singkat Fasa-fasa
Pada gangguan antar fasa fasa B dan fasa C mengalami gangguan akan menyebabkan kenaikan arus pada fasa B
dan C, sedangkan tegangan untuk fasa tersebut menjadi drop (menjadi nol). Diagram rangkaian untuk gangguan
antar fasa ditunjukkan dalam gambar di bawah ini (Stevenson, 1984).
Karena IB = - IC dan Ia = 0, komponenkomponen simetri arus diperoleh dari persamaan berikut ini:
Gambar 5 merupakan gambar rangkaian pengganti untuk gangguan fasa-fasa. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui besar arus hubung singkat yang mengalir apabila terjadi gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah,
dua fasa ke tanah dan gangguan fasa-fasa pada incoming 20 kV Trafo #1 150/20 kV 60 MVA di GI Cawang Lama
Jakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data spesifikasi transformator daya dan setting relai arus
lebih, kemudian melakukan pengamatan dan pengambilan data Gardu Induk. Berdasarkan data-data yang ada,
dilakukan analisa dan perhitungan besar arus gangguan terhadap relai proteksi sehingga relai arus bekerja dan
mentripkan pemutus tenaga / CB (Circuit Breaker).
Instalasi : Konventional
Jumlah fasa : 3 fasa
Frekuensi : 50 Hz
Impedansi : 12.83%
Daya pengenal : 60 MVA
Tegangan sisi tinggi : 150kV
Tegangan sisi rendah: 20 kV
Arus nominal sisi 150 kV : 231 Ampere
Arus nominal sisi 20 kV : 1650 Ampere
Vektor group : YnYn0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Spesifikasi Transformator Daya GI Cawang Lama
Gardu Induk Cawang Lama terdapat dua buah transformator daya dan dua buah transformator interbus.
Tulisan ini hanya akan membahas mengenai Transformator Daya #1 150/20 kV 60 MVA dengan merk
MEIDEN type BORSL-E. Datadata transformator adalah sebagai berikut :
Instalasi : Konventional
Jumlah fasa : 3 fasa
Frekuensi : 50 Hz
Impedansi : 12.83%
Daya pengenal : 60 MVA
Tegangan sisi tinggi : 150kV
Tegangan sisi rendah: 20 kV
Arus nominal sisi 150 kV : 231 Ampere
Arus nominal sisi 20 kV : 1650 Ampere
Vektor group : YnYn0
Berikut ini diagram blok Trafo #1 150/20 kV 60 MVA di GI Cawang Lama beserta setting relai arus lebih
yang terpasang pada incoming 20kV Trafo #1 dan penyulang yang menjadi beban di Trafo #1 150/20 kV
6 0 MVA.
Tabel 3 merupakan data pemutus tenaga sisi 20 kV dan penyulang Trafo #1 150/20 kV 60 MVA GI
Cawang Lama.
Perhitungan arus gangguan hubung singkat pada jaringan 20 kV Trafo #1 150/20 kV 60 MVA di GI
Cawang Lama dengan panjang saluran dari sisi sekunder Trafo ke sel incoming 20 kV 100 meter dan
impedansi Trafo sebesar 12,83% dengan asumsi beban 55 Mwatt.
Parameter Dasar
Nilai Impedansi
Sisi 150 kV
Arus nominal sisi 150 kV : 231 Ampere Ratio CT : 300/5 Ampere
1. Setting relai arus lebih(OCR)
Arus setting sisi primer
KESIMPULAN
2. Setting relai arus lebih (OCR) sisi 150 kV sebesar 300 Ampere untuk sisi primer, 5 ampere untuk sisi
sekunder dengan tap pada relai 1 dan waktu kerja relai (TMS) atau time dial sebesar 0,3. Sedangkan
untuk Ground fault relay (GFR) sebesar 120 Ampere untuk sisi primer, sisi sekunder sebesar 2 Ampere,
tap relai 0,4 dan waktu kerja relai GFR (TMS) atau time dial sebesar 0,4.
3. Setting relai arus lebih (OCR) sisi 20 kV sebesar 2000 Ampere untuk sisi primer, 5 ampere untuk sisi
sekunder dengan tap pada relai 1 dan waktu kerja relai (TMS) atau time dial sebesar 0,23. Sedangkan
untuk Ground fault relay (GFR) sisi 20 kV sebesar 400 Ampere untuk sisi primer, sisi sekunder sebesar 1
Ampere, tap relai 0,2 dan waktu kerja relai GFR (TMS) atau time dial sebesar 0,3.
4. Setting yang diterapkan menggunakan sistem bertingkat dimulai dari sisi penyulang 20 kV, incoming
20 kV trafo dan terakhir sisi 150 kV sehingga pemadaman beban pada saat terjadi gangguan dapat
diminimalisir, hanya sisi yang mengalami gangguan yang dipadamkan serta kehandalan operasi trafo
tetap terja
C
.
C
ara penyetelan Arus dan Waktu O
C
R Type M
CGG5
2
P
erhitungan Setting Relai Arus Lebih Type MCGG5
2
1
.
Sisi
150kV
Arus nominal sisi 150 kV : In = 231 Ampere
Ratio CT : 300/5 Ampere
1. Setting relai arus lebih(OCR)
Arus setting sisi primer
= 1,2 x arus nominal trafo
= 1,2 x 231
= 277,2 Ampere
Dipilih 300 Ampere
Arus setting sisi sekunder := 5 Ampere
Tap relai = 5 / In relai = 1
7