Anda di halaman 1dari 15

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS TEKNIK

Kampus Sekaran Gunung Pati Semarang 50299 Telp. (024) 7498749

Nama : Nur Asih

NIM : 5301415013

Jurusan/Prodi : Teknik Elektro/Pendidikan

Teknik Elektro S1

Fakultas : Teknik

1. JUDUL : ANALISIS PENGGUNAAN GYPSUM, BANTONIT DAN


ARANG SEBAGAI ZAT ADITIF UNTUK SOIL TREATMENT DALAM
SISTEM PENTANAHAN

II. Latar Belakang

Instalasi penerangan merupakan sistem yang menghubungkan satu titik ke

titik lain yang akan saling mempengaruhi jika terjadi gangguan pada sistem tanah.

(IEEE, 1982). Gangguan tersebut memiliki banyak dampak yang dapat

mengurangi kestabilan sistem tenaga listrik. Sistem pentanahan menjadi jalur

pelepasan arus gangguan ke tanah sehingga menjadi salah satu pemegang peran

penting dalam sistem proteksi. Jika dilihat dari fungsinya, sistem pembumian

dibagi atas pembumian titik netral pada sistem tenaga listrik yang berfungsi

mengamankan jaringan, peralatan elektronik dari sambaran petir serta manusia

terhadap tegangan sentuh (Sudaryanto, 2016).


Pentanahan dalam kondisi normal tidak dialiri arus listrik, tujuannya adalah

sebagai pembatas bagi peralatan yang tidak dialiri arus listrik dan bagian peralatan

dengan tanah sampai dengan harga yang aman untuk semua kondisi operasi baik

keadaan normal ataupun dengan gangguan. (Hutauruk, dkk. 1987). Faktor yang

mempengaruhi kestabilan sistem serta keamanan peralatan listrik tetap terjaga

adalah sistem pentanahan yang baik, semakin kecil nilai tahanan dari pentanahan

maka kemampuan aliran arus ketanah akan semakin besar sehingga arus gangguan

tidak akan mengalir ke peralatan elektronik dan merusak peralatan.

Sebuah bangunan supaya terhindar dari bahaya sambaran petir dibutuhkan

nilai tahanan pentanahan <5 ohm, dan untuk peralatan elektronik sebesar <3 ohm,

bahkan untuk beberapa peralatan akan membutuhkan nilai resistansi sebesar <1

ohm (PUIL 2000). Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya nilai pentanahan

adalah jenis tanah itu sendiri dan terletak pada struktur serta kandungan tanah.

Nilai resistansi pentanahan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

resistansi dari elektroda, jenis tanah, jenis elektroda pembumian, suhu,

kelembapan dan kandungan elektrolit. Faktor yang dibahas dalam penelitian ini

adalah jenis tanah dan kelembapan. Karena jenis tanah menjadi salah satu faktor

yang dapat memperbesar ataupun memperkecil tahanan tanah, ketika

merencanakan sistem pembumian sebaiknya dicari lokasi yang mempunyai

tahanan jenis tanah yang terkecil agar tercapai instalasi pembumian yang paling

ekonomis, namun kita juga harus bisa menyesuaikan dengan keadaan lingkungan

sekitar. Untuk membantu menjaga nilai tahanan yaitu dengan menjaga

kelembapan, namun ketahanan kelembapan tanah dipengaruhi juga oleh jenis


tanahnya. Oleh karena itu dibutuhkanlah bantuan yaitu zat aditif yang dapat

menyerap gas ataupun cairan dengan baik. Zat aditif yang digunakan dapat berupa

gypsum, arang, bentonit, garam maupun zeloit.

Pada penelitian ini yang digunakan sebagai injeksi untuk menurunkan

resistansi pentanahan adalah membandingkan zat aditif gypsum, arang, dan

bentonit dalam menjaga kelembapan tanah pada tanah berkerikil. Gypsum

digunakan sebagai zat aditif untuk menurunkan tahanan jenis tanah karena mampu

menyerap air dan memperbaiki struktur tanah (Martin, dkk. 2018),bentonit dipilih

karena merupakan suatu zat aditif yang mampu menyerap dan menahan air dalam

waktu yang lama (Lim, et al. 2013), sedangkan kandungan karbon aktif yang

besar dalam arang kayu dapat meningkatkan daya serap air karena bersifat

higroskopis sehingga dapat meningkatkan konduktivitas atau daya hantar listrik

dari suatu tanah (Pembayun, dkk, 2013).

Zat aditif yang digunakan juga untuk melindungi batang elektroda dari benda

keras seperti batu karena permukaan elektroda yang langsung mengenai batu dan

kerikil akan mempengaruhi besar resistansi pembumian (PUIL ayat 3.19.1.2).

selain itu juga, elektroda yang ada dipasaran terbuat dari baja / besi digalvanis

atas dilapisi tembaga akan mempengaruhi konduktivitas batang arde.

Nilai pentanahan akan didapat dari hasil pengukuran yang menggunakan

earth tester dengan menggunakan metode 3 titik, metode ini merupakan yang

paling akurat untuk pengukuran resistansi elektroda tunggal (Oktora, 2016).

Melalui penelitian ini diharapkan dapat membandingkan sistem pentanahan

dengan injeksi dan tanpa injeksi. Dengan penambahan gypsum, arang, dan
bentonit dapat memperbaiki sistem pentanahan serta dapat menjadi acuan dalam

perencanaan sistem pentanahan pada tanah yang berkerikil.

III. Identifikasi Masalah

Permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi

permasalahannya sebagai berikut:

1.Gangguan pada sistem tenaga listrik salah satu penyebabnya adalah dari

terganggunya sistem pentanahan yang diakibatkan karena besarnya resistansi

pentanahan;

2.Gangguan yang terjadi pada sistem pentanahan dapat mengurangi kestabilan

sistem tenaga listrik serta dapat membahayakan peralatan dan manusia;

3.Salah satu faktor penyebab besarnya resistansi tanah adalah tahanan jenis tanah

yang menjadi tempat pentanahan salah satunya yaitu tanah berkerikil;

4.Perubahan nilai resistansi terjadi karena perubahan kelembapan tanah.

IV. Pembatasan Masalah

Supaya penelitian dapat terfokus dan mendalam maka dari permasalahan

yang ada maka dibatasi variabelnya. Adapun batasan dari permasalahan

penelitiannya sebagai berikut:

1.Jenis tanah yang akan digunakan sebagai objek penelitian adalah tanah

berkerikil/berbatu;

2.Metoda pentanahan yang digunakan adalah menggunakan elektroda batang

(grounding rod) dan untuk pengukurannya menggunakan metode 3 titik;


3.Gypsum digunakan sebagai zat aditif untuk menurunkan tahanan jenis tanah

karena mampu menyerap air dan memperbaiki struktur tanah.

4.Bentonite digunakan sebagai zat aditif karena mampu menyerap dan

menahan air dalam waktu yang lama.

5.Arang kayu digunakan sebagai zat aditif karena kandungan karbon aktif yang

besar dalam arang dapat meningkatkan daya serap air karena bersifat

higroskopis sehingga dapat meningkatkan konduktivitas atau daya hantar

listrik dari suatu tanah.

V. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang ada, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian ini sebagai berikut:

1.Bagaimana rancang bangun sistem pentanahan elektroda pada tanah

berkerikil/berbatu dengan injeksi zat aditif berupa gypsum, bentonit dan arang?

2.Bagaimana analisis penggunaan zat aditif gypsum, bentonit dan arang terhadap

sistem pentanahan?

3.Berapa perbandingan massa soil tratment yang tepat untuk menghasilkan nilai

tahanan tanah yang lebih kecil?

VI. Tujuan

Tujuan penelitian merupakan jawaban atau sasaran yang ingin dicapai penulis

dalam sebuah penelitian. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah:
1.Merancang serta membangun sistem pentanahan elektroda pada tanah

berkerikil/berbatu dengan injeksi zat aditif berupa gypsum, bentonit dan arang.

2.Menganalisis penggunaan gypsum, bentonit dan arang dalam sistem pembumian

pada tanah berkerikil/berbatu.

3.Membandingkan hasil nilai tahanan resistansi supaya massa soil treatment yang

digunakan lebih tepat untuk mendapatkan hasil pembumian yang lebih kecil.

4.Mendapatkatkan nilai pentanahan yang baik agar bisa dioperasionalkan secara

baik dan aman untuk mekhluk hidup yang ad disekitarnya.

VII.Manfaat

Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan memberikan manfaat secara

teoretis maupun praktis.

a. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoretis adalah diharapkan mampu memperkaya teori-teori

berkaitan dengan macam-macam perlakuan yang digunakan untuk memperkecil

nilai tahanan resistansi pentanahan.

b. Manfaat Praktis

1. Universitas Negeri Semarang, yaitu memperkaya hasil-hasil penelitian

berkaitan dengan macam-macam perlakuan yang digunakan untuk

memperkecil nilai tahanan resistansi pentanahan.

2. Peneliti lain, yaitu hasil penelitian ini tentunya masih terdapat

kekurangannya. Oleh sebab itu, terbuka lebar bagi peneliti lain untuk

melakukan kajian lanjutannya di masa datang.


VIII. Studi Literatur
Penelitian ini menggali informasi dari penelitian sebelumnya yang digunakan

sebagai bahan perbandingan, baik dari segi kekurangan maupun kelebihannya.

Selain itu, penelitian ini didasarkan pada informasi dari buku-buku ilmiah yang

terkait, jurnal keteknikan maupun penelitian sebelumnya untuk mendapatkan

informasi, segi teori maupun judul yang dapat digunakan untuk membangun

landasan teori ilmiah.

1) Sheren Diusti Dwi Putri, mahasiswa Fakultas Teknik Politeknik Negeri

Padang tahun 2017, dengan judul “Rancang Bangun Sistem Pentanahan

metoda Rod menggunakan Injeksi (bentonit dan arang)”. Penelitian ini

dilakukan di tanah lempung dan tanah berkerikil. Sebagai perbandingan

pengukuran pentanahan dilakukan dengan pentanahan dengan injeksi dan

tanpa injeksi, sedangkan untuk memperkecil nilai resistansi pentanahannya

penelitian ini menggunakan bentonit dan arang dari tempurung kelapa dengan

perbandingan 2:1 serta menambah saluran air kedalam tanah untuk menjaga

kelembapan tanah. Pada penelitian ini memvariasikan kedalaman penanaman

elektroda di pentanahan tanah jenis lempung yaitu 60 cm, 90 cm, 120 cm, 150

cm dan 180 cm, sedangkan pada sistem pentanahan tanah jenis kerikil

dilakukan pada kedalaman 60 cm, 80 cm, 100 cm dan 120 cm. Dengan hasil

variasi tersebut diperoleh penurunan tahanan 5% sampai 10% pada jenis

tanah kerikil dan 20% sampai 30% pada daerah jenis tanah lempung.

2) Wiwik Purwati Widyaningsih, mahasiswa Fakultas Teknik Politeknik Negeri

Semarang tahun 2017, dengan judul “Penurunan pentanahan pembumian

dengan menggunakan campuran gypsum dan arang pada elektroda plat”. Pada
penelitian ini media tanah yang digunakan adalah tanah liat dengan kondisi

kering dan menggunakan metode 3 titik. Penelitian ini memvariasikan massa

dari soil traatmennya yaitu campuran gypsum dan arang diletakkan diatas plat

dengan perbandingan massa gypsum 1,5kg : 0,5kg massa arang, massa

gypsum 0,5kg : 1,5kg massa arang dan massa gypsum 1kg : 1kg arang, hasil

ini sebagai tolak ukur untuk menentukan komposisi yang pas atau yang sesuai

untuk mendapatkan hasil tahanan tanah yang lebih rendah atau kecil.

3) R. Pratama dan WS Saputra, mahasiswa Teknik Elektro Universitas

Pendidikan Indonesia tahun 2018 dengan judul “Analysis of additional

Bantonit and salt for improving the resistance of electrode rods”. Penelitian

ini dilakukan pada tanah ladang dengan melakukan perbandingan antara

pemberian zat aditif dengan tidak memberikan zat aditif. Pemberian bentonite

dan garam dilakukan pada kedalam 80-110 cm. Waktu pengukuran dari

penelitian ini dibagi menjadi 3 sesi yaitu siang jam 12.00, sore jam 16.00 dan

malam jam 20.00.

Dari ketiga kajian pustaka diatas, perbedaan ketiganya terhadap penelitian

skripsi ini adalah zat aditif yang digunakan pada setiap penelitian hanya

menggunakan dua atau bahkan satu zat aditif. Pada kajian pertama, peneliti

menggunakan arang dan bentonit untuk menurunkan resistansi tanah, kajian kedua

peneliti menggunakan pencampuran gypsum dan arang dan dilakukan pada sistem

pentanahan dengan elektroda pelat, sedangkan pada kajian ketiga peneliti

menggunakan bentonit dan garam sebagai zat aditif untuk soil treatmen dalam

sistem pentanahan. Adapun penelitian yang dilakukan peneliti pada skripsi ini
menggunakan pencampuran tiga buah zat aditif untuk menurunkan resistansi

pentanahan, yang terdiri dari gypsum, bentonite dan arang. Tempat penelitian

yang dilakukan peneliti pertama ditanah lempung dan berkerikil, peneliti kedua

dan ketiga ditanah ladang. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tanah

berkerikil saja karena sifatnya yang memiliki kandungan air sedikit dan kasar

yang dapat memperbesar tahanan pentanahan. Variasi yang digunakan dalam

penelitian ini berbeda dari peneliti sebelumnya, dimana peneliti membuat variasi

injeksi dengan mengubah massa gypsum dan komposisi bentonite serta arang

tetap. Setelah diketahui nilai resistansi terendah berdasarkan variasi komposisi

gypsum peneliti menggunakannya untuk dilakukan pengukuran kembali dengan

beda injeksi melalui perubahan massa bentonite. Selanjutnya, kedua hasil

pengukuran juga digunakan untuk memvariasikan injeksi melalui penambahan

massa arang. Beda injeksi yang digunakan adalah 25%, 50%, dan 75% pada tiap

lubangnya. Sedangkan pada peneliti 1 memvariasikan kedalaman dari elektroda

yang digunakan dan membandingkan pentanahan dengan injeksi dan tanpa injeksi

dimana perbandingan bentoinit dan arang 2:1, peneliti 2 memvariasikan massa

soil treatment dengan perbandingan 3:1, 1:3, 1:1, dan untuk peneliti 3

memvariasikan kedalaman dari elektroda pentanahan dan waktu pengukuran pagi,

siang dan malam.


IX. Metodologi penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode

eksperimen. Prosedur penelitian pada skripsi ini dilakukan dengan membuat 3

buah lubang pentanahan.


L1 L2 L3

Gambar 1 lubang pentanahan

Keterangan :

L1 = Lubang 1

L2 = Lubang 2

L3 = Lubang 3

1. Komposisi injeksi yang digunakan yaitu 25%, 50% dan 75% pada tiap

lubangnya. Massa gypsum pada lubang 1 akan berubah-ubah sedangkan

untuk bentonite dan arang tetap.

2. Komposisi injeksi yang digunakan yaitu 25%, 50% dan 75%pada tiap

lubangnya. Massa bentonite pada lubang 2 akan berubah-ubah sedangkan

untuk gypsum dan arang tetap.

3. Komposisi injeksi yang digunakan yaitu 25%, 50% dan 75%pada tiap

lubangnya. Massa arang pada lubang 1 akan berubah-ubah sedangkan untuk

bentonite dan gypsum tetap.


Prosedur penelitian lebih lengkap akan dijelaskan pada gambar2.

Langkah-langkah penelitian

Mulai

PembuatanDesainpenelitian

Menyiapkan alat dan bahan

Pengukuran Variasi injeksi 25%, 50% dan


75% dengan penambahan massa gypsum

Pengukuran Variasi injeksi 25%, 50% dan


75% dengan penambahan massa bentonite

Pengukuran Variasi injeksi 25%, 50% dan


75% dengan penambahan massa arang

Data hasil pengukuran

Analisa data penelitian

END

Gambar 2diagram alur penelitian


Tahapan penelitian akan dijelaskan lebih lengkap sebagai berikut:

1. Pembuatan desain penelitian

Pembuatan desain alat ini dilakukan dengan menggunakan software

photoshop.
Gambar 3 desain penelitian

2. Menyiapkan alat dan bahan

Bahan dan alat yang akan digunakan dalam penelitian disiapkan

seperti earth tester dan elektroda sebagai alat dan bahan utama sebagai

tambahan untuk memperkecil resistansi ada juga zat aditif seperti

arang, gypsum dan bentonite.

3. Pengukuran dengan variasi penambahan gypsum

Pengukran dengan penambahan gypsum maksudnya setiap akan

dilakukan perubahan injeksi mulai dari 25% ke 50% kemudian ke 75%

pada tiap lubangnya maka yang di tambah massanya hanya gypsumnya

saja, sedangkan untuk arang dan bentonite tetap.

4. Pengukuran dengan variasi penambahan bentonite

Pengukran dengan penambahan bentonite maksudnya setiap akan

dilakukan perubahan injeksi mulai dari 25% ke 50% kemudian ke 75%

pada tiap lubangnya maka yang di tambah massanya hanya

bentonitnya saja, sedangkan untuk gypsum dan bentonite tetap.

5. Pengukuran dengan variasi penambahan arang


Pengukran dengan penambahan arang maksudnya setiap akan

dilakukan perubahan injeksi mulai dari 25% ke 50% kemudian ke 75%

pada tiap lubangnya maka yang di tambah massanya hanya arangnya

saja, sedangkan untuk gypsum dan bentonite tetap.

6. Analisis data

Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui

observasi dan percobaan, ataupun dokumentasi. Kemudian dilakukan

penafisran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti

untuk mengetahui keabsahan data penelitian.Tahap penulisan laporan

meliputi: kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian

pengumpulan data sampai pemberian makna data.

Langkah-langkah pelaksaan penelitian

1. Mempersiapkan elektroda pentanahan dan alat-alat bantu pentanahan.

2. Cek tegangan baterai dengan menghidupkan Digital Earth Resistance Tester.

Jika layar tampak bersih tanpa simbol kondisi baterai lemah berarti dalam

kondisi baik. Jika layar menunjukkan simbol baterai lemah atau bahkan layar

dalam kondisi gelap berarti baterai perlu diganti.

3. Membuat rangkaian pengujian seperti gambar 3 dengan menanam elektro

utama dan elektoda bantu. Jarak antar elektroda bantu minimal 5 meter dan

maksimal 10 meter.

4. Tegangan tanah diukur dengan mengarahkan rangeswitch ke earth voltage

dan pastikan bahwa nilai indikator 10 V atau kurang. Jika earth voltage lebih
dari 10V diperkirakan akan terjadi banyak kesalahan dalam pengukuran

tahanan.

5. Mengecek penghubung atau penjepit pada elektroda utama dan bantu dengan

masing-masng range switch ke 2000 Ω dan tekanan tombol “PRESS TO

TEST” jika tahanan terlalu tinggi atau menunjukkan simbol “ . . . “ yang

berkedip-kedip maka perlu dicek penghubung atau penjepit pada elektroda

utama.

6. Melakukan pengukuran. Mensetting range switch ke posisi yang diinginkan

dan tekan tombol “PRESS TO TEST” ke posisi awal.

7. Lakukan pengujian tahanan untuk keempat lubang pentahanan yang massa

soil treatmen-nya berbeda dengan langkah 3,7,8,9.

8. Variasikan injeksi dengan mengubah massa gypsum dan komposisi bentonite

serta arang tetap. Setelah diketahui nilai resistansi terendah berdasarkan

variasi komposisi gypsum peneliti menggunakannya untuk dilakukan

pengukuran kembali dengan beda injeksi melalui perubahan massa bentonite.

Selanjutnya, kedua hasil pengukuran juga digunakan untuk memvariasikan

injeksi melalui penambahan massa arang. Beda injeksi yang digunakan

adalah 25%, 50%, dan 75% pada tiap lubangnya.

9. Setelah perhitungan dengan digital earth tester selesai, dibandingkan dengan

hasil perhitungan menggunakan rumus:

2πL. Rt
𝜌= 4𝐿
((ln 𝑎 ) − 1)
dari hasil perhitungan tahanan jenis tanah kemudian hitung nilai tahanan jenis

tanah yang berhasil direduksi, yaitu dengan rumus:

𝜌 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑖𝑛𝑗𝑒𝑘𝑠𝑖 − 𝜌 𝑖𝑛𝑗𝑒𝑘𝑠𝑖


% 𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝑥 100%
𝜌 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑖𝑛𝑗𝑒𝑘𝑠𝑖

Anda mungkin juga menyukai