Anda di halaman 1dari 33

0060-TE-20/21

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN GARAM DAN


ARANG SEBAGAI SOIL TREATMENT DALAM
MENURUNKAN NILAI RESISTANSI SISTEM
PENTANAHAN

Oleh :

ANDI KHAERUN PANDAWA SAKTI


1709075030

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2021
PROPOSAL SKRIPSI

1
ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN GARAM DAN
ARANG SEBAGAI SOIL TREATMENT DALAM
MENURUNKAN NILAI RESISTANSI SISTEM
PENTANAHAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan


pada Program Studi Strata 1 Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

Oleh :

ANDI KHAERUN PANDAWA SAKTI


1709075030

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2021

2
a. Judul Skripsi

ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN GARAM DAN ARANG SEBAGAI SOIL


TREATMENT DALAM MENURUNKAN NILAI RESISTANSI SISTEM
PENTANAHAN

b. Latar Belakang

Dalam kehidupan, Fenomena petir merupakan hal yang biasa kita saksikan karena
merupakan peristiwa alamiah pada alam. Petir merupakan proses perpindahan muatan
antara awan dengan bumi, awan dengan udara, maupun awan dengan awan itu sendiri.
Menurut Yolnasdi (2015),Petir memiliki energi yang super besar bahkan mencapai
200.000 Ampere atau dapat menyalakan 500 ribu lampu bohlam 100 watt. sehingga jika
sambaran petir tersebut mengenai sistem proteksi listrik dapat menyebabkan tanah
disekitar area tersebut menjadi bersifat konduktif. Oleh karena itu diperlukan sistem
proteksi yang cukup aman agar manusia dan lingkungan yang berada disekitarnya
menjadi lebih aman, salah satu sistem pengamanan tersebut adalah pentanahan atau
pembumian

Sistem Pentanahan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk usaha
pengamanan (perlindungan) sistem tenaga listrik yang biasa disebabkan oleh sambaran
petir, arus bocor serta tegangan lebih untuk dialirkan ke bumi sehingga manusia,
makhluk hidup lain dan lingkungannya menjadi lebih aman. Menurut PUIL (2011),
batas atas tegangan yang mampu dilalui manusia sebesar 50 V arus bolak balik dan 120
V arus searah.

Arus bocor merupakan suatu besaran yang selalu berubah – ubah bergantung kondisi
lingkungan pada saat pengukuran. Arus bocor mengakibatkan terjadinya flashover pada
permukaan material isolasi yang lama kelamaan menyebabkan kegagalan. Kegagalan
arus bocor dapat membahayakan manusia karena arus bocor dapat mengalir ke dalam
tubuh manusia. Sesuai dengan hukum ohm, bila sebuah resistansi terhubung ke bagian
tegangan aktif V maka arus akan mengalir pada tahanan tersebut sebesar I. Arus bocor
menunjukkan terjadinya gangguan ketidakseimbangan aliran arus pada bagian fasa dan
netral rangkaian. Arus bocor sering terjadi pada instalasi listrik dan juga pada peralatan
listrik.

3
Pentanahan peralatan dan instalasi merupakan penghubung bagian-bagian peralatan
listrik pada saat keadaan normal dan tidak dialiri arus listrik. Tujuan dari pentanahan
peralatan listrik adalah untuk membatasi tegangan antara bagian peralatan yang tidak
dialiri arus dan bagian tanah hingga pada saat kondisi aman pada saat terjadi gangguan.
Pada umumnya bila arus gangguan yang terjadi berkisar antara 5 ampere, busur listrik
yang timbul pada peralatan listrik yang terganggu masih dapat padam sendiri. Jika
gangguan tersebut terjadi semakin lama maka nilai tegangannya akan semakin
besar.Dengan demikian arus yang timbul bila terjadi gangguan tanah makin besar,
sehingga dibutuhkan pembumian yang baik pada peralatan listrik dengan nilai resistansi
sekecil mungkin.

Sejalan dengan Pola Ilmiah Pokok (PIP) Universitas Mulawarman yang menyatakan
bahwa PIP Universitas adalah Hutan Tropis lembab dan Lingkungannya yang memiliki
karakter pada kelembaban tanah dan curah hujannyahingga dapat menyebabkan petir
yang berbahaya bagi makhluk hidup sehingga diperlukannya penelitian tentang sistem
proteksi dari sambaran petir, kemudian Kalimantan Timur yang letak geografisnya
berada di daerah tropis yang terdiri dari musim kemarau dan penghujan serta dilewati
oleh garis khatulistiwa dimana daerah tersebut terpapar sinar matahari sepanjang
tahun,sehingga untuk menjaga kelembaban tanah yang cukup baik diperlukan perlakuan
pada tanah yaitu dengan penggunaan zat aditif pada penelitian pentanahan ini.

Sistem pentanahan merupakan suatu rangkaian yang berfungsi untuk menyalurkan arus
lebih ke bumi agar peralatan dapat terhindar dari gangguan petir. Sistem pentanahan
diharapkan memiliki nilai tahanan (Resistance) tanah yang sekecil mungkin, karena
dengan hambatan yang kecil dapat mengalirkan arus berlebih langsung ke tanah, tanah
juga merupakan tempat yang paling aman dan mudah didapatkan untuk membuang arus
berlebih karena berada disekitar kehidupan manusia. Berdasarkan PUIL (Persyaratan
Umum Instalasi Listrik) 2011 nilai resistansi pentanahan total sistem yang berlaku
adalah < 5 Ω. Adapun faktor yang cukup mempengaruhi besaran resistansi pentanahan
di suatu tempat adalah resistansi dari elektroda pentanahan dan resistansi jenis
tanahnya.

Masing-masing tanah memiliki karakteristik tahanan tanah yang berbeda dikarenakan


tanah terdiri dari beberapa lapisan dan masing-masing dari lapisan tersebut berbeda

4
struktur dan komposisinya.Tahanan jenis tanah pada tiap lapisan tanah juga berbeda –
beda, hal ini disebabkan dari jenis tanah, kedalaman serta faktor lain,Kondisi
lingkungan merupakanfaktor yang dapat berdampak pada besaran resistansi jenis tanah
seperti temperatur tanah, kelembaban tanah dan campuran kimiawi yang terkandung
didalam tanah tersebut. Tanah dimulai dari beberapa lapisan,pada permukaan
tanahmerupakan lapisan organik yang terdiri dari komposisi tanah lembut dan humus,
lapisan dibawahnya merupakan tanah liat atau tanah lempung.Kemudian selanjutnya
adalah lapisan yang didalamnya terkandung mineral dan pasir, sedangkan keempat lebih
komplek karena selain terdiri dari lapisan tanah juga sudah mendekati struktur bebatuan
padat (Sunawar, 2013). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh
tahanan tanah yang lebih kecil adalah dengan (soil treatment) yaitu berupa penambahan
zat aditif pada tanah yang akan ditancapkan batang grounding seperti Gypsum dan
Magnesium Sulfat pada penelitian yang dilakukan Yuniarti dkk. (2017), dan penelitian
Cahyo dkk. (2019) yang menggunakan garam dan arang. Oleh karena itu dalam
penelitian ini dilakukan penambahan garam (NaCl) dan arang kayu dan arang batok
sebagai zat aditif serta sebagai bahan bersifat higroskopis yang diperlukan untuk
menurunkan resistansi pada tanah dalam pengujian ini.

c. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai


berikut :
1. Bagaimana pengaruh penambahan garam (NaCl) terhadap nilai resistansi
pentanahan?
2. Bagaimana pengaruh penambahan arang kayu dan arang batok terhadap nilai
resitansi pentanahan?
3. Bagaimana pengaruh kedalaman elektroda dan perbandingan bahan zat aditif
terhadap nilai resistansi pentanahan?

d. Manfaaf Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai


berikut :

5
1. Sebagai pengetahuan praktis dan acuan alternatif pada sistem pentanahan yang nilai
resistansi tanahnya cukup besar.
2. Bagi peneliti, menerapkan ilmu yang didapatkan di perkuliahan yang nantinya
berguna didunia kerja.
3. Bagi pihak lainnya, penelitian ini dapat berguna sebagai pengembangan dan
perluasan pengetahuan dalam sistem pembumian yang biasanya sering diabaikan.

e. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan garam (NaCl) terhadap nilai resistansi


pentanahan.
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan arang kayu dan arang batok pada
resistansi pentanahan.
3. Untuk mengetahui pengaruhkedalaman elektrodadan perbandingan zat aditif
terhadap nilai resistansi pentanahan.

f. Batasan Masalah

1. Penelitian ini tidak mengukur terperatur, kelembaban, dan kandungan kimiawi yang
terkandung pada tanah disekitarnya.
2. Penelitian ini menggunakan digital earth tester sebagai alat ukur nilai tahanan.
3. Penelitian ini menggunakan elektroda berjenis elektroda batang (rod) ukuran 150
cm, diameter 1,5 cm
4. Penelitian ini hanya menggunakan bahan berupa garam, arang kayu dan arang
batok sebagai tambahan zat aditif.

g. Tinjauan Pustaka

1. Gangguan Kelistrikan

1.1 Petir

Petirmerupakan peristiwa peluahan listrik antara suatu awan bermuatan dengan bumi,
awan dengan udara, maupun awan dengan awan bermuatan lainnya / proses pelepasan
muatan listrik (electrical discharge) yang terjadi diatmosfer. Dalam peristiwa ini, jarak
antara awan ke bumi atau awan ke awan juga relatif cukup tinggi dan dapat dianggap
sebagai jarak antar elektroda (Ginting,2012).
6
Terjadinya petir karena mengingat bumi dianggap rata terhadap awan, sehingga bumi
dan awan dianggap dua plat sejajar membentuk kapasitor. Maka dari itu jika medan
listrik yang terjadi melebihi dari medan tembus udara, maka akan terjadi pelepasan
muatan. Terjadinya pelepasan muatan pada udara inilah yang disebut sebagai petir
(Lubis dkk, 2019).

Petir memiliki energi yang sangat besar tercatat mulai dari ribuan ampere sampai
200.000 ampere atau sama seperti kekuatan untuk menyalakan 500 ribu lampu bohlam
100 watt. Meskipun arus petir tersebut hanya sekejap durasinya selama 200 microdetik
akan tetapi mampu mengakibatkan kerusakan yang luar biasa. Efek sambaran langsung
dapat mengakibatkan kerusakan yang sangat luar biasa, seperti kerusakan bangunan,
kebakaran bahkan bahaya kematian bagi manusia (Yolnasdi, 2015).

1.2 Arus Bocor

Gangguan penyebab arus bocor pada suatu material konduktor dapat disebabkan oleh
adanya bagian listrik aktif yang bertegangan terhubung ketanah. Gangguan pada bagian
bertegangan yang terhubung ke tanah seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 dapat
terjadi secara langsung karena suatu konduktor menyentuh bagian sumber yang
bertegangan. Misalkan pada bagian tubuh manusia menyentuh kawat fasa listrik yang
menyentuh bagian peralatan listrik yang mengalami kegagalan isolasi sehingga objek
memperoleh tegangan. Proses ini disebut sebagai gangguan tegangan sentuh yang
mengakibatkan terjadinya arus bocor ketanah melalui objek yang menyentuh peralatan
tersebut.

7
Gambar 1. Tegangan Sentuh Pada Tubuh(Syukriyadin, 2016)

Gangguan bagian bertegangan yang dihubungkan ketanah seperti pada gambar 2 terjadi
secara tidak langsung dikarenakan objek dekat dengan bagian sumber tegangan aktif
dimana objek terinduksi secara elektromagnetis. Proses ini dikenal sebagai gangguan
tegangan langkah atau gangguan tegangan antara kaki objek yang dapat menimbulkan
arus bocor melalui kaki objek ketanah (Syukriyadin, 2016).

Gambar 2. Tegangan Langkah Pada Tubuh(Syukriyadin, 2016)

2 Tanah
Tanah terbentuk dari beberapa lapisan, mulai dari lapisan teratas yang tersusun dari
lapisan lembut dan subur sampai kelapisan yang paling bawah terdiri dari bebatuan.

8
Gambar 3. Lapisan Tanah Secara Umum(Sunawar,2013)

Gambar 3 adalah gambar lapisan tanah pada lapisan teratas hingga kurang lebih pada
kedalaman 40 meter. Lapisan tersebut dimulai dari lapisan teratas yaitu lapisan O yang
tersusun atas komposisi tanah lembut dan humus. Lapisan A merupakan lapisan kedua
yang tersusun dari tanah liat atau tanah lempung. Lapisan ketiga adalah lapisan B
dimana struktur lapisan ini terdiri atas mineral dan pasir. Lapisan C lebih komplek
karena terdiri atas struktur batuan padat (Sunawar, 2013).

2.1 Karakteristik Tanah

Tahanan pentanahan dari suatu electrode dapat dipengaruhi oleh tiga hal yaitu. Tahanan
dari elektroda batang pentanahan, tahanan kontak antara elektroda pentanahan dengan
tahanan, serta tahanan dari tanah. Tahanan elektroda pentanahan dan tahanan kontak
bergantung dari jenis elektroda pentanahannya sedangkan tahanan tanah bergantung
dari jenis tanah.

Gambar 4. Model Tanah(Sunawar, 2013)

9
Karakteristik elektroda pentanahan yang ditanam pada tanah dapat dianalisis
berdasarkan rangkaian pada Gambar 4. Berdasarkan analisis pada Gambar 4,
kebanyakan tanah memiliki karakteristik baik sebagai penghantar dari hambatan R,
mapaun sebagai dielektrik.

Tahanan jenis tanah di sekitar elektroda pentanahan dapat dipengaruhi oleh aliran arus
dari elektroda ke dalam tanah. Sifat termal dan kelembapan akan menjadi acuan jika
arus yang dialirkan menyebabkan pengeringan yang besar dan pengurangan efektifitas
tahanan jenis tanah (Sunawar, 2013).

Tahanan pentanahan adalah hambatan yang dialami oleh arus listrik ketika mengalir
menuju tanah. Arus ini mengalir menuju ke dalam tanah melalui elektroda pentanahan
yang ditancapkan ke bumi pada kedalaman tertentu. Berdasarkan PUIL 2011,
Pentanahan didefinisikan sebagai jumlah tahanan elektroda pembumian dan tahanan
penghantar pembumian. Tahanan ini terdiri dari tahanan penghantar logam dan tanah.
Tahanan terbesar adalah tahanan yang ditimbulkan oleh tanah. Pada sistem Pentanahan
jenis tanah sangat mempengaruhi karakteristik sistem tersebut, ini disebabkan karena
tidak semua jenis tanah memiliki nilai resistansi yang baik. Struktur dan kandungan
tanah mempengaruhi nilai resistansi pada tanah. Beberapa tahanan jenis tanah
diklasifikasikan berdasarkan PUIL 2011 yang dapat dilihat pada tabel 1 (Cahyo dkk,
2019).

Tabel 1 Nilai Tahanan Jenis Tanah


Nilai Resistansi (
No Jenis Tanah
Ωm )
1 Tanah Rawa 10 - 30
2 Tanah Pertanian 20 - 100
3 Pasir Basah 50 - 200
4 Tanah Berpasir 200 - 300
5 PasirKerikil Kering <1000
6 Tanah Berbatu 2000 - 3000

2.2 Pentanahan

10
Secara umum pentanahan yaitu melakukan koneksi sirkuit atau peralatan kebumi.
Sistem Pentanahan (Grounding System) adalah suatu sistem hubungan penghantar untuk
menghubungkan sistem, peralatan dan instalasi dengan bumi atau tanah sehingga dapat
mengamankan manusia dari bahaya kelistrikan, serta mengamankan peralatan-peralatan
instalasi dari bahaya tegangan ataupun arus abnormal. Sistem pembumian yang kurang
baik dapat menyebabkan arus bocor yang tidak dapat dialirkan secara maksimal kembali
ke tanah sehingga menyebabkan resiko keamanan dalam hal penggunaan peralatan
kelistrikan (Debit dkk, 2021).
3 Garam

Garam jenis NaCl dapat digunakan sebagai bahan campuran antara arang dengan air.
Garam jenis NaCl mempunyai kepadatan 0,8 – 0,9 dengan titik lebur ditingkat
temperature 801oC serta mempunyai sifat hidroskopis yang berarti sangat mudah
menyerap air. Larutan garam merupakan elektrolit yang mampu menghantarkan arus
listrik ke dalam tanah sehingga mampu meningkatkan konduktivitas atau kemampuan
daya hantar listrik ditanah. Garam juga memiliki sifat yang mampu mengikat tanah
sehingga dapat membuat komposisi tanah menjadi lebih padat sehingga baik
meningkatkan daya hantar listrik di suatu tanah (Setiawan, 2018).

Gambar 5. Garam

4 Arang Kayu

Arang adalah sisa dari proses penguraian panas pembakaran terhadap bahan yang
mengandung karbon hampir sebagian besar komponennya adalah karbon. Proses
penguraian panas pembakaran tersebut dilakukan dengan cara memanasi bahan secara

11
langsung ataupun tidak langsung di dalam timbunan, klin, serta tanur. Dalam proses
karbonasi saat menjadi arang dapat mengbuang senyawa volatil serta kelembaban
sehingga menghasilkan karbon sisa yang lebih tinggi. Secara umum pemanfaatan arang
yang terbuat dari kayu lebih memiliki keunggulan dibandingkan dengan pembakaran
biomassa mentah, selain sedikit asap dan emisi yang berlebih serta karena nilai kalor
(pembakaran) yang lebih tinggi. Di negara Indonesia, produksi arang umumnya
mempunyai kelebihan yaitu bahan baku tersedia cukup banyak serta dapat ditemukan
dalam berbagai dimensi dan berbagai jenis kayu seperti pembuangan industri, potongan
kayu yang berukuran kecil juga jenis kayu yang tidak komersial (Salim, 2016).

Arang Kayu mempunyai persentase yang lebih banyak karbon sebesar 25,04%, dan
sangat sedikit Hidrogen (H) sebesar 4,77%. Kandungan karbon aktif yang cukup besar
pada arang kayu tersebut sangat berperan sebagai zat aditif yang mampu meningkatkan
daya serap air yaitu bersifat higroskopis hingga mampu meningkatkan konduktivitas
aliran lisrik pada suatu tanah (Setiawan, 2018).

Gambar 6. Arang Kayu

5 Arang Batok Kelapa

Arang batok kelapa adalah bahan padat berpori yang diperoleh dari hasil pembakaran
bahan yang mengandung unsur karbon, sedangkan arang aktif yaitu arang yang
diaktifkan dengan cara perendaman dengan zat kimia atau dengan cara mengalirkan uap
panas kedalam bahan sehingga pori bahan menjadi lebih luas dengan luas permukaan
berkisar antara 300 sampai 2000 m2/g. Permukaan arang yang semakin luas berdampak
pada meningkatnya daya serap terhadap gas atau cairan (Debit dkk, 2021).

12
Gambar 7. Arang Batok Kelapa
6 Elektroda

Elektroda yang digunakan dalan sistem pentanahan yang disyaratkan dalam Standar
Nasional Indonesia (2000) adalah elektroda batang, elektroda pita, dan elektroda plat.
Elektroda batang merupakan batang – batang sederhana yang dapat memberikan
impendansi surja sekitar setengah nilai tahanan frekuensi rendahnya. Hal tersebut
menyebabkan jatuhnya tahanan tanah dalam gradien tegangan yang tinggi dalam
permukaan elektroda (Yuniarti dkk, 2017).

6.1 Elektroda Batang

Elektroda batang merupakan elektroda dari batang logam seperti tembaga berdiameter
minimum 5/8” atau batang logam baja galvanis berdiameter 1,5” (Yuniarti dkk, 2017).
Secara teknis elektroda batang mudah dalam pemasangannya yaitu dengan
menancapkan langsung kedalam tanah. Keunggulan elektroda ini yaitu tidak
memerlukan lahan dan maintenance-nya tergolong sederhana, sehingga sangat cocok
digunakan ditempat pemukiman padat penduduk. Gambar 8. Menunjukkan bentuk fisik
elektroda batang.

13
Gambar 8. Elektroda Batang

Menurut Siahaan dkk. (2019), Pembumian menggunakan elektroda batang yang paling
banyak digunakan karena memiliki keuntungan dibandingkan dengan menggunakan
jenis elektroda yang lain yaitu:

1. Elektroda batang memiliki harga yang terjangkau dan murah serta tidak
memerlukan biaya yang banyak.
2. Pemasangan yang mudah, cukup dipukul dengan pemukul ataupun dibuat lubang
dengan bor terlebih dahulu.
3. Mudah dipasang, cukup menghubungkan keujung elektroda dipermukaan tanah
yang keluar.
4. Jika besar tahanan tanah yang dibutuhkan kurang, maka tinggal memparalelkan
elektroda batang lainnya didekatnya.

Adapun kekurangan dari penggunaan elektroda batang (Rod) dibandingkan dengan


menggunakan elektroda lain yaitu:

1. Pada umumnya digunakan dan ditanam dalam tanah yang lembek dengan cara
dipasak dikarenakan tanah yang lembek tadi.
2. Jika tanahan tanah yang dibutuhkan kurang, maka ditanam pada kedalaman yang
dalam.

14
Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai tahanan sistem pentanahan
elektroda batang menggunakan rumus Dwight adalah sebagai berikut (Jamaaluddin,
2017):

RG =R R=
ρ
[( ) ]
2 π LR
ln
4 LR
AR
−1 ……………………………(1)

Keterangan:RG = Tahanan Pentanahan (Ω)


RR = Tahanan Pentanahan Untuk Batang Tunggal (Ω)
ρ = Tahanan Jenis Tanah (Ω.meter)
LR = Panjang Elektroda (meter)
AR = Diameter Elektroda (meter)
6.2 Elektroda Plat
Menurut Siahaan dkk. (2019), Elektroda plat biasanya terbuat dari bahan besi baja atau tembaga
yang berbentuk segi empat, ditanam secara vertikal dalam tanah. Adapun keunggulan
menggunakan elektroda plat adalah:
1 Ukuran plat elektroda 60 x 60 cm.
2 Tebal plat dari besi 6,30 mm dan tembaga 3,15 mm.
3 Dapat digunakan jika tanahanan tanah rendah sulit didapatkan menggunkan elektroda
lain.
4 Pemasangan dangkal secara horizontal pada kedalaman 0,5 – 1 meter dari permukaan
tanah.
Pembumian dengan menggunakan elektroda plat sudah jarang digunakan karena tidak
menguntungkan antara lain:
1 Harga elektroda plat cukup mahal.
2 Lebih mudah berkarat (dilapis).
3 Kurang praktis, dimana waktu pengecekan harus digali lubang terlebih dahulu atau
penggalian kembali.
4 Memerlukan lahan pemasangan yang sedikit luas.
5 Maintenance elektrodanya lebih sulit dilakukan.

15
Gambar 9. Elektroda Plat
6.3 Elektroda Pita
Elektroda pita biasa juga disebut elektroda pipa yang berbentuk lempengan plat tipis,
kecil dan panjang. Bahan yang biasa digunakan dari bahan tembaga yang berbentuk I
“X” memiliki bentuk memanjang dengan cara melingkar dan ditanam dikedalaman
sampai 1 meter dari permukaan tanah.
Untuk mendapatkan tahanan yang rendah biasa diusahakan dengan menggunakan
elektroda yang paling panjang. Elektroda jenis ini sering dipakai pada tempat yang
mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi, terutama pada jenis tanah yang
mengandung batu-batuan dimana penanaman elektroda jenis batang, pilar kurang
praktis untuk digunakan (Siahaan dkk, 2019).
Adapun keunggulan menggunakan elektroda pita dalam pentanahan adalah:
1 Elektroda berbentuk lempengan plat tipis dan kecil.
2 Untuk mendapatkan tahanan tanah yang rendah biasa diusahakan menggunakan
elektroda yang paling panjang.
3 Dapat digunakan pada tahanan jenis tanah tinggi yang mengandung batu-batuan
Penggunaan elektroda plat juga memiliki kekurangan pada penggunaannya yaitu:
1 Dipasang secara horizontal pada tanah sehingga sedikit sulit dalam
pemasangannya.
2 Memerlukan lahan pemasangan yang sedikit luas.
3 Maintenance elektrodanya lebih sulit dilakukan.
Berdasarkan keunggulan dan kekurangan dipada tiap jenis elektroda maka pada
pengujian ini digunakan elektroda jenis batang karena penggunaannya yang praktis,
mudah didapatkan, tidak memerlukan lahan yang luas, dan banyak digunakan pada
pemasangan pembumian bangunan terutama pada pemukiman penduduk.

16
Gambar 10. Elektroda Pita

7 Metode Pengukuran Tiga Titik

Metode ini menggunakan elektroda tes sebanyak dua elektroda dengan tahanan dari
elektroda dituliskan sebagai R2 dan R3 dan elektroda yang diukur dituliskan R1.
Hambatan antara masing-masing elektroda pasang yang diukur dan diberikan nama
R12, R13, dan R23, di mana r12= r1+ r2 dan seterusnya (Sunawar, 2013).

( r 12 )−( r 23 ) +(r 13)


R1 = ………………………………………(2)
2

Dengan mengukur nilai resistansi seri masing-masing elektroda pasang pentanahan dan
mensubstitusikan nilai resistansi berdasarkan persamaan 1 maka akan diperoleh nilai
R1. Jika nilai elektroda tes memiliki hambatan yang lebih tinggi daripada elektroda
yang diuji, kesalahan pengukuran akan sangat besar di akhir. Berikut adalah gambar
pengukuran tahanan jenis tanah dengan metode tiga titik (Sunawar, 2013).

17
5m 5m

Gambar 11. Metode Pengukuran 3 Titik

h. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah tahapan yang harus ditempuh dalam melaksanakan penelitian.
Oleh karena itu, penggunaan metode yang tepat diperlukan agar penelitian yang
dilaksanakan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Metode penelitian ini akan
membahas lokasi penelitian, tahapan penelitian, alat dan bahan, Teknik pengumpulan
data dan Teknik analisis data.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman, Kota


Samarinda, Kalimantan Timur.

2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian merupakan serangkaian metode yang disusun dengan sistematis.


Tahapan penelitian dirancang sebagai tahapan yang harus dilalui sebelum mencapai
kesimpulan penelitian. Tahapan penelitian yang harus dilalui sebelum mencapai hasil
penelitian yang berupa kesimpulan adalah dimulai dari studi pendahuluan, penentuan
tujuan, pengajuan nilai tahanan hingga mencapai kesimpulan.

a. Penentuan Masalah

18
Penentuan masalah merupakan tahapan awal untuk memperoleh sebuah
permasalahan. Tahapan ini biasanya dilakukan dengan cara melakukan survei secara
langsung atau mencari informasi melalui jurnal, buku, paper dan lain sebagainya.
Pada tahapan ini akan menghasilkan suatu perumusan masalah dalam penelitian.

b. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan rangkaian dari kegiatan penelitian. Pada tahapan ini,
peneliti akan mengumpulkan data-data yang terkait dengan zat-zat yang
mempengaruhi penurunan nilai reistansi pentanahan.

c. Penentuan Tujuan

Penentuan tujuan merupakan proses untuk mencari tujuan dari penelitian yang akan
dilaksanakan yang dimana tujuan tersebut berupa solusi untuk menyelesaikan
permasalahan penelitian.

d. Studi Literatur

Studi literatur merupakan tahapan kajian data yang berkaitan dengan masalah yang
terdapat pada penelitian. Literatur dan kajian yang dikumpulkan adalah berupa
jurnal, buku ataupun sumber lainnya yang dapat mendukung penelitian.

e. Pengolahan Data Hasil Pengujian

Tahapan pengolahan data hasil pengujian merupakan tahapan yang dilakukan untuk
mengolah data yang telah diperoleh dari hasil pengujian yang telah dilakukan.

f. Analisis Hasil Pengujian

Tahapan analisis hasil pengujian adalah tahapan untuk memperoleh kesimpulan dari
penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan. Tahapan penelitian ini digambarkan
dalam bentuk diagram alir sebagai berikut.

Adapun tahapan penelitian yang akan dilakukan ditampilkan pada gambar 12 berikut:

Mulai A

19
Pengolahan Data Hasil
Pengujian
Penentuan Masalah

Gambar 12. Diagram Alir Penelitian

Penjelasan diagram alir

1 Mulai
2 Sebelum memulai penelitian, langkah awal yang dilakukan adalah melakukan
studi pendahuluan dengan memperoleh informasi awal terkait penelitian ini
3 Agar penelitian berjalan terstruktur dan sesuai konsep, hal yang dilakukan
selanjutnya adalah membuat rumusan masalah yang akan diteliti pada pengujian
ini
4 Penentuan tujuan dibuat berguna untuk menjawab masalah pada penelitian ini
5 Pada pengujian yang dilakukan dilapangan, diperlukan batang elektroda yang
akan ditanam pada tanah lubang pengujian
6 Langkah selanjutnya melakukan pengujian nilai tahanan pentanahan dengan
variasi yang sudah ditentukan
7 Setelah melakukan pengujian, kemudian mengolah data hasil pengujian

20
8 Kemudian melakukan perhitungan dan analisis menggunakan data yang telah
telah diperoleh
9 Selesai

3. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang akan digunakan dalam mendukung proses pelaksanaan penelitian
ini adalah sebagai berikut:

3.1 Bahan Penelitian

Selain buku dan jurnal, bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut:

a. Garam (NaCl)sebagai penggunaan zat aditif pada penelitian


b. Arang Kayu sebagai penambahan zat aditif pada penelitian
c. Arang Batok Kelapa penambahan zat aditif pada penelitian
d. Air untuk memudahkan pembuatan lubang tanah

3.2 Alat Penelitian

a. Digital EarthResistance Tester 4105A digunakan sebagai alat untuk mengukur nilai
tahanan pentanahan
b. Batang Elektrodapentanahan sebagai elektroda utama
c. Elektroda Bantu sebagai alat bantu untuk mengukur tahanan dengan pengukuran
metode 3 titik
d. Kabel penghubung merupakan 3 buah kabel beda warna hijau (E), kuning (C),
merah (P) sebagai penghubung elektroda dengan Digital Earth Tester 4105 A
e. Bor Biopori / pipa besi sebagai alat pembuat lubang pada tanah pengujian
f. Meteran digunakan untuk mengukur jarak antar elektroda dan mengukur kedalaman
tanah
g. Timbangan, ember dan peralatan lainnya digunakan untuk mengukur penambahan
zat aditif pada penelitian

4.Pelaksanaan Penelitian

21
Dalam melakukan penelitian ini ada beberapa langkah kerja yang dilakukan
diantaranya:

4.1 Pengumpulan alat dan bahan

Sebelum melakukan pengujian dilakukan, dilakukan pengumpulan alat dan bahan yang
diperlukan untuk pengujian. Alat dan bahan tersebut yaitu yang tertera pada point 3.1
dan 3.2. Setelah alat dan bahan terkumpul maka dapat dilakukan tahapan selanjutnya

4.2 Perancangan pengujian

Sebelum pengambilan data, dilakukan perancangan pengujian yaitu dengan membuat


lubang pentanahan dan penanaman elektroda pentanahan

1 Pembuatan lubang pentanahan


Pembuatan lubang pentanahan dilakukan agar terdapat ruang untuk mengisi
garam dan arang. Pembuatan lubang dibuat pada kedalaman dan diameter yang
telah ditentukan menggunakan bor biopori.
2 Penanaman batang elektroda
Setelah lubang selesai dibuat dimasukkan satu batang elektroda pentanahan,
kemudian lubang tersebut diisi dengan zat aditif berupa garam dan arang dengan
variasi yang berbeda. Setelah pentanahan siap, dilakukan pengukuran nilai pada
tiap variasi dengan menggunakan earth tester.
4.3 Pengukuran Nilai Tahanan Pentanahan

Pengukuran nilai tahanan pada tiap lubang pentanahan dilakukan dengan menggunakan
alat Digital Earth Tester 4105Adengan metode 3 titik.

Pengukuran tahanan pentanahan dilakukan berdasarkan diagram alir sebagai berikut.

Mulai A

Hubungkan kabel hijau dari


Digital Earth Tester 4105 A ke
T
elektroda utama
Ev < 3 Volt

Hubungkan kabel kuningke


elektroda bantu 1 Y 22
Hubungkan kabel merahke Pengukuran dapat dilakukan
elektroda bantu 2

Posisikan Elektroda utama dan Arahkan selector switch pada


elektroda bantu dalam keadaan posisi 2000Ω
sejajar garis lurus

Pastikan seluruh komponen Turunkan set selector switch


dalam keadaan baik dan pada posisi 200Ω dan 20Ω
terpasang dengan baik

Mengukur tegangan tanah


menggunakan Digital Earth Nilai Pentanahan
Tester 4105 A Ditampilkan pada LCD

A Selesai

Gambar 13. Diagram Alir Penelitian

Penjelasan diagram alir

a. Hubungkan kabel penghubung berwarna hijau dari Digital Earth Tester 4105 A
pada port hijau ke elektroda utama pentanahan yang telah ditanam sebelumnya,
kabel berwarna kuning pada port kuning ke elektroda bantu 1, dan kabel berwarna
merah pada port merah ke elektroda bantu 2.
b. Elektroda utama dan elektroda bantu diposisikan sejajar garis lurus
c. Periksa keadaan komponen dalam keadaan baik dan tepasang dengan baik
d. Mengukur Tegangan tanah (Earth Voltage) pada Digital Earth Tester 4105Adengan
cara sebagai berikut:
 Set Selector Swich pada posisi V, besar tegangan Ev dibaca pada galvanometer
 Bila Ev < 3 volt, pengukuran tahanan pentanahan dapat dilakukan

23
 Bila Ev > 3 volt, pengukuran tahanan pentanahan tidak dapat dilakukan
 Jarak antar elektroda utama dan bantu memiliki jarak 5-10 m
e. ArahkanSelector swich pada posisi 2000 Ω lalu tekan tombol merah Press to
Testdan putar kekanan searah jarum jam sampai lampu indikator pengukuran
menyala. Kemudian turunkan set selector switchpada posisi 200Ω dan 20 Ω saat
nilai resistansi semakin rendah pada LCD digital earth tester4105A. Angka yang
dibaca tersebut adalah nilai tahanan pentanahan. Metode pengukuran 3 titik yang
dilakukan dapat dilihat pada gambar 14.

Gambar 14. Pengujian Lapangan dengan Metode 3 Titik

f. Teknik Pengumpulan Data.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan pengukuran dan observasi secara
langsung dilapangan. Hasil yang diperoleh dari metode ini adalah nilai hasil pengukuran
tahanan pentanahan sebelum dan sesudah dilakukan penambahan garam dan arang.
Pengambilan data dilakukan dengan digital earth tester. Adapun parameter yang
diambil sebagai data pengukuran dan observasi di lapangan adalah sebagai berikut,
rujukan pemilihan variasi kedalaman dari Jamaluddin dkk. (2015) dan variasi
perbandingan bahan dari (Cahyo dkk, 2019):

Tabel 1. Hasil Pengukuran Sebelum Penambahan Arang dan Garam Variasi Kedalaman-

24
Kedalaman Elektroda Hasil Pengukuran (Ω) Rata – Rata
No
(cm) I II III (Ω)

1 50
2 100

3 150

Tabel 2. Hasil Pengukuran Sesudah Penambahan Arang Kayu dan Garam Pada
Kedalaman 50 cm Berdasarkan Variasi Perbandingan

Perbandingan (%) Hasil Pengukuran (Ω) Rata – Rata


No
Arang Kayu Garam I II III (Ω)

1 10 90
2 20 80
3 30 70
4 40 60
5 50 50
6 60 40
7 70 30
8 80 20
9 90 10

Tabel 3. Hasil Pengukuran Sesudah Penambambahan Arang Batok dan Garam Pada
Kedalaman 50 cm Berdasarkan Variasi Perbandingan

Perbandingan (%) Hasil Pengukuran (Ω) Rata – Rata


No
Arang Batok Garam I II III (Ω)

1 10 90
2 20 80
3 30 70
4 40 60
5 50 50
6 60 40
7 70 30
8 80 20

25
9 90 10

Tabel 4. Hasil Pengukuran Sesudah Penambambahan Arang Kayu, Arang Batok dan
Garam Pada Kedalaman 50 cm Berdasarkan Variasi Perbandingan

Perbandingan (%) Hasil Pengukuran (Ω) Rata – Rata


No
Arang Kayu Arang Batok Garam I II III (Ω)

1 0 0 100
2 10 10 80
3 20 20 60
4 30 30 40
5 40 40 20
6 50 50 0

Tabel 5. Hasil Pengukuran Sesudah Penambahan Arang Kayu dan Garam Pada
Kedalaman 100 cm Berdasarkan Variasi Perbandingan

Perbandingan (%) Hasil Pengukuran (Ω) Rata – Rata


No
Arang Kayu Garam I II III (Ω)

1 10 90
2 20 80
3 30 70
4 40 60
5 50 50
6 60 40
7 70 30
8 80 20
9 90 10

Tabel 6. Hasil Pengukuran Sesudah Penambambahan Arang Batok dan Garam Pada
Kedalaman 100 cm Berdasarkan Variasi Perbandingan

Perbandingan (%) Hasil Pengukuran (Ω) Rata – Rata


No
Arang Kayu Garam I II III (Ω)

1 10 90

26
2 20 80
3 30 70
4 40 60
5 50 50
6 60 40
7 70 30
8 80 20
9 90 10

Tabel 7. Hasil Pengukuran Sesudah Penambambahan Arang Kayu, Arang Batok dan
Garam Pada Kedalaman 100 cm Berdasarkan Variasi Perbandingan

Perbandingan (%) Hasil Pengukuran (Ω) Rata – Rata


No
Arang Kayu Arang Batok Garam I II III (Ω)

1 0 0 100
2 10 10 80
3 20 20 60
4 30 30 40
5 40 40 20
6 50 50 0

Tabel 8. Hasil Pengukuran Sesudah Penambahan Arang Kayu dan Garam Pada
Kedalaman 150 cm Berdasarkan Variasi Perbandingan

Perbandingan (%) Hasil Pengukuran (Ω) Rata – Rata


No
Arang Kayu Garam I II III (Ω)

1 10 90
2 20 80
3 30 70
4 40 60
5 50 50
6 60 40
7 70 30
8 80 20

27
9 90 10

Tabel 9. Hasil Pengukuran Sesudah Penambambahan Arang Batok dan Garam Pada
Kedalaman 150 cm Berdasarkan Variasi Perbandingan

Perbandingan (%) Hasil Pengukuran (Ω) Rata – Rata


No
Arang Batok Garam I II III (Ω)

1 10 90
2 20 80
3 30 70
4 40 60
5 50 50
6 60 40
7 70 30
8 80 20
9 90 10

Tabel 10. Hasil Pengukuran Sesudah Penambambahan Arang Kayu, Arang Batok dan
Garam Pada Kedalaman 150 cm Berdasarkan Variasi Perbandingan

Perbandingan (%) Hasil Pengukuran (Ω) Rata – Rata


No
Arang Kayu Arang Batok Garam I II III (Ω)

1 0 0 100
2 10 10 80
3 20 20 60
4 30 30 40
5 40 40 20
6 50 50 0

g. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah cara untuk mengolah data yang telah diperoleh dan
kemudian dapat digunakan untuk memperoleh jawaban atau kesimpulan dari penelitian
yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai berikut:

28
Pada penelitian efektifitas penggunaan arang dan garam untuk menurunkan nilai
tahanan tanah ini, perlu untuk mengetahui volume lubang uji tersebut setelah diketahui
tinggi dan diameter lubang uji. Volume lubang dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut (Raharjo, 2009):

2
V =π r t …………………………………………..(3)

Setelah volume lubang uji diketahui kemudian menghitung banyaknya garam dan arang
yang dibutuhkan dengan rumus sebagai berikut (Rahma dkk, 2020):

M
Massa Jenis= ………………….…………………(4)
V

M =Massa Jenis × V ………………………….…….(5)

Keterangan:V = Volume (cm3)


r = Jari-jari
t = Tinggi
M = Massa Benda (kg)

Setelah dilakukan pengujian dilapangan diperoleh nilai tahanan pentanahan sebelum


dan sesudah penambahan arang dan garam. Untuk mengetahui nilai perhitungan tahanan
jenis tanah digunakan persamaan sebagai berikut (IEEE Std 80, 2000):

2 πLR
ρ= … … … … … … … … … … … … … .(6)
ln ( )
8L
d
−1

Keterangan: ρ = Tahanan Jenis Tanah (Ω-m)


L = Kedalaman Elektroda (m)
R = Tahanan Pentanahan (Ω)
d = Diameter Elektroda (m)

29
g. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal penelitian dapat ditunjukkan seperti pada tabel berikut:

Tabel 4. Jadwal Penelitian


Tahun 2021/2022
Tahapan Target Output Agustus September Oktober November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Identifikasi 1. Mempelajari
Masalah penelitian-
penelitian
terkait yang
telah ada
2. Merumus-kan
Latar
Belakang,
Rumusan
Masalah,
Batasan
Masalah,
Tujuan
Penelitian,
dan Manfaat
penelitian
Landasan Teori Mencari teori-
teori yang
berhubungan
dalam penelitian
Analisa Pengemba-ngan
Pengembangan terkait jurnal-
30
Tahun 2021/2022
Tahapan Target Output Agustus September Oktober November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
data dan teori jurnal
sebelumnya
Penyusunan
Proposal Skripsi
Draft Proposal
Seminar Menyelesai-kan
Proposal Revisi Seminar
Proposal
Pengumpulan Merancang
Data, Analisis sistem yang akan
Data dan dibuat dan
Pembahasan menganalisis
masalah yang
terjadi pada saat
tahap
perancangan.
Penyusunan Menyusun
Skripsi skripsi hasil
penelitian
Seminar Hasil
Skripsi
Proses
Perbaikan
Skripsi
Ujian Skripsi

31
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional (BSN)., 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000,
SNI 04-0225-2000.

Badan Standarisasi Nasional (BSN)., 2011, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011,
SNI 0225:2011, Jakarta.

Cahyo, R.D.N., Rahmawati, Y., dan Ariprihata., 2019, Studi Tahanan Pentanahan
Menggunakan Campuran Arang dan Garam Dalam Menurunkan Nilai Tahanan
Tanah, Jurnal Inovasi Pertahanan dan Keamanan, vol 02, no 1, pp 1-12.

Debit., Arsyad, M.I., dan Purwoharjono., 2021, Studi Pemanfaatan Arang Batok Kelapa
Untuk Perbaikan Resistansi Pentanahan Menggunakan Jenis Elektroda Plat
Berbentuk Persegi, Jurnal Skripsi, Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Ginting, J., 2012, Analisa Efek Tegangan Induksi Karena Sambaran Petir Pada Area
Operasional PT. X, Universitas Indonesia, Depok.

IEEE Std 80., 2000, IEEE Guide for Safety in AC Substation Grounding, New York,
USA.

Jamaaluddin., 2017, Petunjuk Praktis Perancangan Pentanahan Sistem Tenaga Listrik,


Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Sidoarjo.

Jamaaluddin., Anshory, I., dan Suprayitno, E.A., 2015, Penentuan Kedalaman


Elektroda Pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan
Pentanahan Yang Baik,Jurnal jTE-U, vol 1, no 1.

Lubis, Z., Aryza, S., dan Annisa, S., 2019, Metode Terbaru Perancangan Proteksi Petir
Eksternal Pada Pembangkit Listrik, Journal of Electrical Technology, vol 4, no 1,
ISSN: 2598-1099.

Raharjo, M., 2009, Geometri Ruang, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, PPPTK Matematika Yogyakarta.

32
Rahma, N., Mariyamah., Sari, S.P., Ahsanunnisa, R., dan Oktasari, A., 2020, Limbah
Ampas Tebu Bernilai Jual, ISBN 978-623-92129-4-0, CV. Insan Cendekia
Palembang.

Salim, R., 2016, Karakteristik dan Mutu Arang Kayu Jati (Tectona Grandis) dengan
Sistem Pengarangan Campuran Pada Metode Tungku Drum, Jurnal Riset
Industri Hasil Hutan, vol 8, no 2, pp 53-64.

Setiawan, D., Syakur, A., dan Nugroho, A., 2018, Analisis Pengaruh Penambahan
Garam Dan Arang Sebagai Soil Treatment Dalam Menurunkan Resistansi
Pentanahan Variasi Kedalaman Elektroda, Jurnal Transient, vol 7, no 2, ISSN:
2302-9927, 442.

Siahaan, T., dan Laia, S., 2019, Studi Pembumian Peralatan dan Sistem Instalasi Listrik
Pada Gedung Kantor BICTPT. PELINDO I (PERSERO) Belawan, Jurnal
Teknologi Energi Uda, Vol 8, no 2.

Sunawar, A., 2013, Analisis Pengaruh Temperatur dan Kadar Garam Terhadap
Hambatan Jenis Tanah, Jurnal Setrum, vol 2, no 1, ISSN: 2301-4652.

Syukriyadin., 2016, Sistem Proteksi Arus Bocor Menggunakan Earth Leakage Circuit
Breaker Berbasis Arduino, Jurnal Rekayasa Elektrika, Vol 12, No 3, pp 111-118.

Yolnasdi., 2015, Analisa Kegagalan Sistem Penangkal Petir Pada Gedung Olah Raga
Kota Bangkinang, Jurnal Sainstek, vol 3, no 2.

Yuniarti, E., Hermanto, D., dan Ahmadi, P., 2017, Penggunaan Gypsum dan
Magnesium Sulfat Sebagai Upaya Menurunkan Nilai Resistansi Pentanahan,
Jurnal Surya Energy, vol 2, no 1, pp 140-148.

33

Anda mungkin juga menyukai