Anda di halaman 1dari 63

MAKALAH

“GROUNDING DALAM SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK”

TUGAS

SISTEM DISTRIBUSI DAYA LISTRIK

Di Susun Oleh :

Nama : Farhan Riko Mardika


NPM : 0541 15 026

TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatntya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Tujuan
1.5. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENTANAHAN / PEMBUMIAN
2.1.1. Pengenalan Pentanahan/Pembumian.
2.1.2. Tegangan Gangguan.
2.1.3. Daerah Tahanan/Daerah Gradien Tegangan.
2.1.4. Tegangan Sentuh.

2.2. NEUTRAL – GROUNDING


2.2.1. Pentanahan/pembumian (Earthing).
2.2.2. Pengamanan Terhadap Tegangan Sentuh.

2.3. PENTANAHAN/PEMBUMIAN JTR.


2.3.1. Fungsi Pentanahan Peralatan TR.
2.3.2. Pada Sistem Jaringan Tegangan Rendah.
2.4. PERSYARATAN UMUM UNTUK PENGAMANAN DENGAN
PEMUTUSAN DARI SUPPLAY.
2.4.1. Kegagalan Isolasi.
2.4.2. Mini Circuit Breaker (MCB).

2.5.SISTEM PENTANAHAN INSTALASI


2.5.1. Sistem Pentanahan Instalasi.
2.5.2. Pentanahan Perlengkapan Lain.

2.6. SISTEM PEMBUMIAN NETRAL PENGAMAN (PNP).


2.6.1. Sistem PNP.
2.6.2. Persyaratan Umum PNP.
2.6.3. Sistem PNP untuk JTR dan Instalasi Pelanggan di PLN.
2.6.4. Bahaya Putusnya Penghantar Netral Pada Sistim PNP.

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem distribusi tenaga listrik merupakan sistem yang menyalurkan listrik ke


jaringan listrik para konsumen sehingga sistem distribusi menjadi suatu hal yang
sangat penting untuk terhindar dari gangguan yang dapat menyebabkan
sistem menjadi terganggu. Gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik dapat
berupa gangguan yang bersifat internal maupun external.Salah satu gangguan
bersifat external yang terjadi pada sistem distribusi tenaga listrik yaitu gangguan
akibat sambaran petir.

Sambaran petir pada jaringan listrik dapat mengakibatkan timbulnya tegangan


lebih transient dimana sering disebut sebagai surja yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada peralatan isolasi serta komponen–komponen dalam sistem tenaga
listrik (Rusmana, 2013). Pada daerah tertentu seperti pantai atau persawahan
memiliki potensi sambaran petir yang tinggi, salah satu daerah tersebut yaitu
pulau Serangan.

Pulau Serangan merupakan daerah wisata dekat pantai yang mempunyai potensi
petir yang sangat tinggi, sehingga memiliki kejadian sambaran petir hampir
terjadi sepanjang tahun menurut data dari Stasiun Geofisika Sanglah tahun 2014
sambaran petir yang terjadi di area Pulau Serangan mencapai 1082 sambaran ke
tanah dan 871 sambaran di awan (Stasiun Geofisika Sanglah, 2014).

Sambaran petir yang terjadi pada sistem tenaga listrik dapat diklasifikasikan
menjadi sambaran langsung dan sambaran tidak langsung, untuk mengurangi
gangguan akibat sambaran petir langsung maupun tidak langsung yang dapat
mengakibatkan sistem distribusi menjadi terganggu atau dapat mengalami
pemadaman listrik, maka diperlukan alat proteksi yang dapat mengurangi
gangguan tersebut. Salah satu alat proteksi yang digunakan untuk mengurangi
gangguan akibat sambaran petir yaitu kawat tanah.
Kawat tanah merupakan sistem pengaman pada jaringan distribusi tegangan
menengah dengan memasang kawat tanah (grounding) di atas kawat fasa,
sehingga saat terjadi sambaran petir maka petir akan mengenai kawat tanah yang
terletak tepat diatas kawat fasa dan tegangan lebih (surja) yang terjadi pada
jaringan distribusi akan langsung ditanahkan (Suryawan, 2012). Tegangan lebih
yang merambat pada kawat tanah harus cepat ditanahkan sehingga tidak
merambat ke jaringan distribusi yang dapat mengakibatkan komponen–
komponen pada sistem distribusi menjadi terganggu.

Untuk mengurangi hal tersebut maka jarak pentanahan kawat tanah antara titik
satu ke titik lainnya dibuat sependek mungkin sehingga tegangan lebih yang
merambat pada kawat tanah bisa dengan cepat ditanahkan selain itu tahanan
pentanahan yang digunakan dibuat sekecil mungkin sehingga tegangan lebih
yang terjadi pada kawat tanah dapat dikurangi dan kemungkinan terjadinya
loncatan bunga api yang mengakibatkan sistem distribusi menjadi terganggu
menjadi berkurang.

Penggunaan kawat tanah sebagai alat proteksi petir berdasarkan teori gelombang
berjalan dimana bila sambaran petir mengenai kawat tanah pada saluran maka
arus yang besar mengalir ke tanah dan sepasang gelombang berjalan merambat
pada kawat tanah. Bila gelombang berjalan yang merambat pada kawat tanah
menemui titik peralihan atau pada bagian yang ditanahkan maka sebagian
gelombang itu akan dipantulkan dan sebagian lagi akan diteruskan ke bagian lain
dari titik tersebut. Untuk dapat mengikuti jejak dari gelombang pantulan maupun
gelombang terusan yang terjadi pada kawat tanah maka digunakan diagram
tangga (lattice diagram) sehingga dapat melihat posisi dan arah gerak dari tia–
tiap gelombang datang, gelombang pantulan dan gelombang terusan yang terjadi
pada kawat tanah (Hutauruk, 1991).

Pemasangan kawat tanah pada jaringan distribusi tegangan menengah lebih


dikhususkan pada daerah yang memiliki kerapatan sambaran petir tinggi seperti
daerah pantai maupun daerah persawahan selain itu pada jaringan distribusi
tegangan menengah karena panjang gawang berkisar antara 40 sampai 80 meter
maka kawat tanah ditanahkan sekitar 3 sampai 4 gawang tetapi idealnya setiap
gawang kawat tanah harus ditanahkan sehingga potensial sepanjang kawat tanah
adalah nol (Hutauruk, 1991).
Salah satu penggunaan kawat tanah pada jaringan distribusi tegangan menengah
yaitu pada penyulang Serangan. Penyulang Serangan merupakan saluran udara
tegangan menengah 20 kV yang melayani area Serangan dan sekitarnya.
Pemasangan kawat tanah pada penyulang Serangan bertujuan untuk
mengamankan penyulang terhadap sambaran petir langsung, kawat tanah pada
penyulang Serangan dipasang sepanjang 12,45km, dimana pentanahan kawat
tanah pada penyulang Serangan yaitu sekitar 4 sampai 5 gawang.

Untuk meningkatkan efektivitas dari kawat tanah pada penyulang Serangan maka
seharusnya tiap gawang pada penyulang ditanahkan sehingga potensial sepanjang
kawat tanah pada penyulang Serangan adalah nol. Dengan tidak adanya standar
yang digunakan untuk jarak pentanahan kawat tanah pada sistem distribusi
tegangan menengah maka pada tugas akhir ini akan dilakukan penelitian tentang
jarak penempatan titik pentanahan kawat tanah pada penyulang Serangan
berdasarkan efektifitas dari kawat tanah untuk menyalurkan gangguan surja petir
ke tanah dan berdasarkan jumlah kemungkinan gangguan akibat sambaran petir
langsung maupun sambaran petir tidak langsung yang terjadi pada penyulang
Serangan.
1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu berapa jarak
efektif untuk penempatan titik pentanahan kawat tanah pada penyulang serangan?

1.3. Batasan Masalah

Batasan maslah pada makalah ini adalah untuk membahas sistem pentanahan
atau grounding pada sisitem distribusi karena untuk memperdalam sistem
grounding pada sisitem distribusi.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui jarak yang efektif untuk
penempatan titik pentanahan kawat tanah pada penyulang serangan.

1.5. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dapat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan


tentang jarak penempatan titik pentanahan kawat tanah yang efektif pada sistem
distribusi tegangan menengah serta dapat menjadi acuan untuk diterapkan pada
penyulang yang terletak di daerah yang rawan petir sehingga dapat meningkatkan
efektifitas proteksi menggunakan kawat tanah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENTANAHAN / PEMBUMIAN

2.1.1. Pengenalan Pentanahan/Pembumian.

Pada bidang ketenaga listrikan bahaya didefinisikan sebagai bahaya


terhadap kesehatan atau terhadap kehidupan atau akibat sengatan listrik
(shock), kebakaran atau luka lainnya pada manusia / pekerja pada
pembangkitan, transmisi, distribusi atau pada pemakai energi listrik
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semua peraturan-peraturan
keselamatan dari bahaya listrik dirancang untuk mencegah timbulnya
bahaya seperti itu dan salah satu faktor kunci dalam setiap usaha
pengamanan rangkaian listrik adalah : Grounding (Pentanahan /
Pembumian) .

Apabila suatu tindakan pengamanan akan dilaksanakan, terlebih dahulu


perlu ada sistim pentanahan yang dirancang dengan baik, agar sistem
pentanahan dapat bekerja efektif, perlu memenuhi syarat-syarat berikut :

 Sistem pentanahan yang dipasang dapat membuat jalur impedansi


yang rendah ke tanah untuk maksud pengamanan personil dan
peralatan serta mengurangi gangguan interferensi radio komunikasi.
 Sistem pentanahan dapat menyebarkan arus surja dan arus gangguan
yang berulang.
 Sistem pentanahan yang dipasang menggunakan bahan tahan korosi
terhadap berbagai kondisi kimiawi tanah untuk meyakinkan
kontinuitas penampilannya sepanjang umur peralatan yang
diamankan.
 Sistem pentanahan menggunakan sistem mekanik yang kuat namun
mudah dalam pemasangan.
Sebelum mengenal system pentanahan sebaiknya mengetahui istilah-
istilah pentanahan/ pembumian :
a. Elektrode Pentanahan (Earth Electrode).
Adalah penghantar/saluran yang ditanam didalam tanah dengan
kedalaman tertentu sesuai tujuan dan membuat kontak langsung
dengan tanah. Elektrode ini dapat berbentuk pipa, besi siku, besi pita,
kawat pilin, pelat baja, beton eser bahkan jaringan pipa air juga dapat
dipakai sebagai elektrode pembumian.

b. Tanah Referensi (Reference Earth).


Karena tanah mempunyai tahanan jenis (specific earth resistivity)
tertentu, misal 10.000 Ω-Cm, maka dengan mengalirnya arus
didalamnya terjadilah beda potensial/tegangan antara suatu titik
ditanah dan titik lainnya yang lebih jauh dari elektroda, ke padatan
arusnya makin berkurang, maka beda potensial/tegangan antara dua
titik dengan jarak tertentu juga makin berkurang. Sehingga dapat
dibayangkan untuk daerah yang cukup jauh dari elektrode, beda
tegangan itu praktis sudah tidak ada.

Daerah demikian disebut tanah referensi. Jadi tanah referensi


(reference earth) adalah daerah di tanah, khususnya dipermukaan,
yang sedemikian jauhnya dari elektrode pentanahan yang
bersangkutan, sehingga tidak ada beda tegangan yang berarti antara
titik dimana saja dalam daerah itu.

c. Gradien Tegangan (Potential Gradient).


Beda potensial/tegangan di tanah, khususnya dipermukaan tanah
disekitar elektrode pembumian yang terjadi akibat mengalirnya arus
dari elektroda itu ketanah disekitarnya, disebut gradien tegangan
(potential gradient).

Sebagai contoh, gradien tegangan pada tanah dipermukaan disekitar


elektroda pipa.

d. Tegangan Elektroda Pentanahan/Pembumian (Earth Electrode


Voltage)
Adalah tegangan antara elektroda tersebut dan tanah referensi, yang
timbul akibat mengalirnya arus dari elektroda itu ke tanah
disekitarnya.
e. Tegangan langkah (Step Voltage).
Adalah sebagian dari tegangan elektroda pentanahan yang dapat
dijembatani oleh orang dengan langkah sebesar kira-kira 1 meter,
atau tegangan antara dua titik di tanah yang berjarak satu langkah (±
1 meter) dalam arah radial terhadap elektroda pembumian. Jika
tegangan langkah disekitar elektroda pembumian itu terlalu besar,
sehingga membahayakan orang yang kebetulan berada diatasnya,
maka tegangan langkah itu dapat dikurangi memasang elektroda
pengontrol gradien tegangan.

f. Tahanan Elaktroda Pembumian (Earth Electrode Resistance).


Adalah tahanan dari tanah antara elektroda atau sistem pembumian
dan tanah referensi.

g. Sistem Pembumian.
Untuk memperolah tahanan elektroda pembumian yang lebih rendah,
dapat dipakai beberapa elektroda pembumian yang dihubungkan satu
sama lain (paralel) yang merupakan satu sistem pembumian.

h. Tahanan Pembumian (Earthing Resistance).


Adalah jumlah dari hasil tahanan elektroda pembumian dan tahanan
hantaran pembumian.

i. Tahanan Pembumian Total.


Adalah tahanan pembumian dari keseluruhan sistem pembumian
yang terukur di suatu titik.

Contoh :

Sebagai contoh diambil sebuah elektroda pipa dengan diameter 2a =


5 Cm, panjang L = 5 m, dan dimissalkan keadaan tanahnya homogen
dengan tahanan jenis 4.000 Ω-Cm. Pipa tersebut ditanam tegak lurus
kedalam tanah dengan ujungnya persis menyembul kepermukaan
tanah, maka untuk daerah disekitar pipa dan cukup dekat dengan
pipa, arah arusnya akan radial homogen, sehingga bidang-bidang
ekipotensial disekitarnya akan berbentuk silinder yang konsentris
dengan poros pipa.
2.1.2. Tegangan Gangguan.
Dalam suatu motor yang di suplai dari sistem 3 phasa yang netralnya
ditanahkan disumber. Badan dari motor itu dihubungkan oleh hantaran
pengaman ke elektroda pembumian.

Jika terjadi kegagalan isolasi pada motor itu (disebut terjadi gangguan
tanah), maka mengalirlah arus gangguan IF kebumi, sehingga timbulah
tegangan gangguan (UF). Sedangkan badan dari lampu yang tidak
dibumikan, sehingga jika terjadi kegagalan isolasi, maka badan dari lampu
itu (yang konduktif) akan bertegangan sama dengan tegangan sistem itu
ke tanah/bumi.

Jadi tegangan gangguan adalah tegangan antara bagian konduktif yang


tidak merupakan bagian sirkit, dan tanah referensi yang timbul karena
terjadinya gangguan.

2.1.3. Daerah Tahanan/Daerah Gradien Tegangan.

Di tempat orang berpijak pada jarak kurang dari 20 meter terhadap


elektroda pembumian, sehingga pada waktu ada gangguan (mengalir arus
gangguan IF), pada tempat kaki berpijak atu akan mengalami kenaikan
tegangan pula terhadap tanah referensi.

Daerah demikian disebut ”daerah Tahanan” atau ”Daerah Gradien


Tegangan”. Jadi daerah Tahanan atau daerah gradien Tegangan suatu
elektroda pembumian itu dan tanah referensi yang akan mengalami
kenaikan tegangan terhadap tanah referensi akibat mengalirnya arus
melalui elektroda itu ke tanah.
2.1.4. Tegangan Sentuh.

Jika orang itu kebetulan menyentuh badan dari motor itu pada waktu ada
gangguan, maka orang itu akan terkena ”Tegangan Sentuh” (US) yang
kurang dari tegangan gangguan.

Jadi tegangan sentuh adalah sebagian dari tegangan gangguan atau sebagai
dari tegangan elektroda pembumian yang dapat dijembatani oleh manusia.
Dalam lantai tempat orang berpijak terisolasi dari tanah, jadi tegangan
sentuh terjadi antara badan dari alat yang terganggu (lampu) dan benda
lain (kran air) yang di bumikan.

Jika seorang manusia bersepatu/bersandal karet sehingga kaki orang itu


terisolasi dari tanah secara baik, maka orang itu tidak akan merasakan jika
pada waktu yang bersamaan kebetulan dia menyentuh benda lain yang
dibumikan. Jika tahanan isolasi sepatu/sandal itu kira-kira sama dengan
tahanan tubuh orang, maka tegangan sentuh yang dia rasakan kira-kira
separuhnya.

Tetapi dalam masalah tindakan pengamanan, pada umumnya yang


diperhitungkan adalah keadaan yang seburuk-buruknya, ialah orang tidak
bersepatu, lantai tempat berpijak tidak terisolasi dan diluar daerah tahanan
dari elektroda pentanahan yang bersangkutan.

Dari tabel diatas dapat dilukiskan profil tegangan gradien. Dari profil
tegangan gradien tersebut dapat dicatat antara lain:

- Pada jarak kira-kira 1 meter dari pipa, tegangan terhadap tanah


referensi sudah tinggal kira-kira 50% UE.
- Pada jarak 2 meter dari pipa, tegangan tersebut tinggal 1/3 UE (66%
UE).
- Pada jarak 6 meter dari pipa, tegangan tersebut tinggal 18% UE.
Catatan tersebut diatas hanya berlaku untuk elektroda pipa tunggal.

Tahanan elektroda pembumian :


 2.000 dr  2.000
RE = 
2L 2,5 r

2L
ln
2,5

1.000
RE = x6,685
2 500

RE = 8,5 Ω

Daya konduktif dari tanah pada dasarnya bersifat elektrolitis, oleh karena
itu tahanan jenis tanah, selain tergantung dari jenid tanahnya juga sangat
tergantung pada banyaknya air yang dikandungnya (kebasahannya),
komposisi serta konsentrasi garam-garam yang larut didalamnya.

Oleh karena itu tahanan pembumian suatu elektroda berubah-ubah


tergantung pada keadaan musim.

2.2. NEUTRAL – GROUNDING

2.2.1. Pentanahan/pembumian (Earthing) :


- Sistem tenaga listrik.
- Peralatan (badan peralatan listrik).
Tujuan : Untuk mengamankan peralatan dan Manusia terhadap bahaya
kelistrikan.

Tujuan Pembumian peralatan ialah untuk mengamankan manusia


terhadap bahaya tegangan sentuh.

Tujuan pembumian sistem kelistrikan ialah untuk mengamankan sistem


tenaga kelistrikan dari mulai pembangkitan sampai dengan pembebanan
di konsumen.

Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan unit-unit pembangkit yang


mensuplai ke pusat-pusat beban melalui sarana (transmisi, distribusi)
dengan tegangan yang berbeda-beda.

Unit pembangkit dan pusat beban perlu ditanahkan/dibumikan karena


untuk menghindarkan bahaya-bahaya yang ditimbulkan dikemudian hari
baik terhadap makluk hidup maupun peralatan – peralatan yang
tersambung pada sistem tenaga listrik tersebut.
Sistem yang perlu dibumikan adalah:

- Pusat pembangkit : PLTA, PLTU, PLTG, dll.


- Gardu Induk : Gardu Induk Konvensional maupun GIS.
- Gardu distribusi (Trafo) dll.
Urutan – urutan Pembumian :

-Jaringan Tegangan Rendah (JTR).


- Jaringan Tegangan Menengah (JTM).
- Jaringan Transmisi (SUTT, SUTET dll).
- Pembangkitan (Generator) isolatet.
Proteksi :

- Relaying.
- Grounding.
- Surge protection.
Tegangan Rendah :

-380/220Volt, tujuannya untuk mengamankanmakluk


hidup (manusia/binatang) terhadap tegangan sentuh.
2.2.2. Pengamanan Terhadap Tegangan Sentuh.
Standar IEC.TC 64 (working Group/WG) telah mengeluarkan IEC report.

Effects of current passing Through a Body.

t msec
b c d
a
5000

1 2 3 4 5
1000

100

10

0,5 10 1000 mA

Keterangan :

- Zone 1 : Usually no reaction effect.


- Zone 2 : Usually no pathophysiologi cally dangerous
effect “ let go current” kira-kira 10 mA; > 10 mA otot-
otot tidak dapat digerakan.
- Zone 3 : Usually no danger of fibrillation.
- Zone 4 : fibriation possible (up to 50 % probability).
- Zone 5 : Fibriation danger (more than 50% probability).

Dalam suatu system tenaga listrik yang berbahaya adalah arusnya (selama tegangan
saja yang mengenai makluk hidup tsb tidak ada masalah, selama arusnya listriknya
tidak mengalir ke tubuh, maka makluk tersebut tidak apa-apa/selamat).

IEC (International Electric Comission); TC (Technic Comission).

IEC Publication 364 – 4 – 41


Table 41 A.

Maximum Touch Voltage Duration

Max. Prospective Touch Voltage


Disconnecting
AC rms (V) DC (V)
Time (sec)

~ ≤ 50 ≤ 120

5 50 120

1 75 140

0,5 90 160

0,2 110 175

0,1 150 200

0,05 220 250

0,03 280 310


Tahanan Tubuh

Tegangan sentuh (Volt) Ohm (Ω)


25 2500

50 2000

200 1000

asymtote 650

Asumsi untuk tegangan sentuh :

- Dari ujung tangan ke ujung tangan .


- Dari ujung tangan ke kaki.
- Berat badan ± 50 kg (laki-laki).

V
Arus I = Ampere.
tahanan.tubuh

b c2
c1

1.000
Aspek-aspek lain yang harus diperhatikan :

- probability terjadinya gangguan.


- Probability terjadinya sentuhan.
- Tecnical feasibility.
- Economic.

Cara-cara pengamanan terhadap tegangan sentuh :

a. Sentuhan langsung.
b. Sentuhan tidak langsung.

Sentuhan langsung :

Adalah sentuhan pada peralatan yang dalam keadaan normalnya bertegangan.

Sentuhan tak langsung :

Adalah sentuhan pada badan peralatan yaitu bagian sirkit yang dalam keadaan
normalnya tidak bertegangan, tetapi bisa menjadi bertegangan bila terjadi
kegagalan isolasi.

a. Pengamanan Terhadap Sentuhan Langsung.


 Pengamanan dengan isolasi (isolasi pada bagian-bagian aktif)
 Selungkup.
 Penghalang.
 Penempatan diluar jangkauan tangan.
 Pengamanan tambahan dengan ”saklar pengaman arus tanah”
(spat), ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker).
b. Pengamanan Terhadap Sentuhan Tak Langsung.
 Pengamanan dengan pemutusan otomatis dari supplai.
 Isolasi pengaman.
 Alas isolasi / karpet .
 Hubungan equipotensial (Earth Free Equipotensial Bonding).
 Pemisahan pengaman.
c. Isolasi pengaman yang mengisolir badan, sehingga orang yang bekerja
tidak menyentuh.
Misal : peralatan kerja (Bor listrik, Gergaji listrik, gerinda listrik
dll)

d. Alas isolasi
Semua lantai diberi alas karet agar supaya pekerja dengan tanah
tidak berhubungan langsung.

e. Earth Free Equipotensial Bonding.


Pada bodi peralatan langsung dihubungkan dengan tanah melalui
kabel grounding dll.

f. Pemisahan pengamanan.
Digunakan Trafo dengan tegangan primer-skunder besarnya sama.

g. Pengamanan terhadap sentuhan langsung ataupun tak langsung.


Tegangan Extra Rendah.

Misal : 48, 24, 12, dan 6 Volt dibawah 50 Volt

220 Volt

terpisah M

24 Volt
G

Dipakai pada : children toy, accumulator, pemeras susu, pemotong bulu


domba dll.
2.3. PENTANAHAN/PEMBUMIAN JTR.

2.3.1. Fungsi Pentanahan Peralatan TR


Adalah Untuk Menghindari Bahaya Tegangan Sentuh Bila Terjadi
Gangguan Atau Kegagalan Isolasi Pada Peralatan / Instalasi.

Pentanahan netral pada jaringan tegangan rendah adalah yang efektif,


dimana menurut persyaratan PLN pembumian netral harus mempunyai
tahanan pembumian dibawah 5Ω. Ketentuan ini terdapat pada standar
konstruksi, PUIL, dalam surat keputusan Direksi PLN Pentanahan
Instalasi sesuai SPLN3 : 1978 adalah sebagai berikut :

Semua JTR dan Instalasi harus menggunakan system Pembumian Netral


Pengaman (PNP). PNP adalah system pembumian dengan cara
menghubungkan badan peralatan atau instalasi dengan hantaran netral
yang dibumikan (disebut hantran Nol), begitu juga sehingga bila terjadi
kegagalan isolasi, tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu
tinggi karena pemutusan arus oleh alat pengaman arus lebih.

2.3.2. Pada Sistem Jaringan Tegangan Rendah.


Menurut IEC ada 3 macam Tegangan Rendah :

- TT System.
- TN System.
- I T System.
Huruf yang pertama menunjukan bagaimana systemnya.

Huruf yang kedua menunjukan bagaimana badan peralatan.

T  menunjukan diketanahkan.
a. TT System.
Huruf pertama menyatakan pembumian sistimnya (titik netral trafo
/ generator).

Huruf kedua menyatakan bagaimana badan peralatan/instalasi


dihubungkan oleh penghantar pengaman.

Sistim TT berarti :

- Titik netral trafo (sistim) ditanahkan (huruf T pertama).


- Badan peralatan / instalasi dihubungkan ketanah (huruf T
kedua)

Pada sistem TT di pelanggan kawat netral dan ground tidak


tersambung, sedangkan kawat ground digunakan untuk pengaman
dan disambung langsung pada box alat pengukur dan pembatas
(Okas) lihat gambar dibawah.

Sistem ini masih digunakan oleh perusahaan (PLN) dan banyak


ditemui pada konsumen listrik.

T
N

Zekring

Dalam PUIL disebut


pentanahan
pengaman (PP)
a. TN System.
Titik netral sistim diketanahkan (huruf T pertama).

Badan peralatan/instalasi dihubung kepenghantar netral (huruf


kedua N).

Menurut PUIL penghantar netral yang berfungsi juga sebagai


penghantar pengaman disebut penghantar nol (IEC menyebutnya
sebagai PEN = Protective Earth Neutral konduktor)

Pada sistem TN kawat netral dan ground digunakan untuk


pengaman maupun sebagai kawat netral, saat sekarang sudah jarang
ditemui dipelanggan karena tidak ekonomis lagi (menggunakan tiga
kawat).

Untuk sambungan sistem ini rangkaian nya dapat dilihat seperti


dibawah:

T
N
Pen
Zekring

1. Kawat netral digunakan sebagai pengaman dan sebagai nol, jadi


bekerjanya merangkap.
R

T
N
PE
Zekring

2. Kawat netral dan kawat tanah di pasang sendiri-sendiri dan


dihubungkan ke masing-masing komponennya (N dan PE)..

T
N
Zekring PE

3. Sebagian Pen mempunyai N dan PE.

PE : Penghantar pengaman.

PEN terletak di jaringan.

PE dan N dihubungkan di papan hubung bagi (PHB) konsumen,


dimana konsumen diharuskan memasang 1 (sebuah) elektroda.
T

PEN

P dan P
Bila tak
terhubung
T PHB konsumen
menjadi TT
sistem N

Peralatan
Stop
kontak

P dan P adalah alat Pembatas dan Penghubung.

APP adalah Alat Pembatas dan Pengukur.

Dalam PUIL disebut pentanahan netral pengaman (PNP) PUIL


tidak mengadakan klasifikasi sistem yang ada cara pengaman.

A. IT Sistem.
Titik netral terisolasi/tidak dibumikan (huruf pertama I), sedangkan
badan peralatan dibumikan. Dalam PUIL 1987 sistim IT ini dikenal
dengan nama Sistim Penghantar Pengaman (HP). Titik netral trafo
atau sumber tidak dibumikan atau dibumikan melalui tahanan tinggi
(lebih dari 1000 Ω), sedangkan bagian konduktif terbuka peralatan
termasuk juga istalasi dan bangunan saling dihubungkan dan
dibumikan.

Karena netralnya tidak dibumikan maka arus gangguan kebumi yang


terjadi sangat kecil, yaitu hanya terdiri dari arus kapasitansi dan arus
bocor isolasi serta arus detektor tegangan (bila digunakan).
Persyaratan pembumian ringan yaitu hanya maksimum 50 ohm dan
tegangannya juga kecil.
Karena arus gangguan kecil, pengaman arus lebih tidak akan bekerja
karena kecilnya tegangan sentuh, sistim dimungkinkan operasi terus
dalam gangguan satu fasa kebumi / badan peralatan. Pada waktu
terjadi gangguan ketanah, tegangan antara fasa yang baik dengan
tanah akan naik, untuk mengetahui adanya kenaikan tegangan ini
dapat dipasang detector (alat ukur tegangan) pada setiap fasa dengan
tanah. Bila tegangan ini tidak dapat diperbaiki, kemudian terjadi
kegagalan isolasi kedua ditempat yang lain maka akan terjadi
gangguan hubung singkat yang besar dan alat pengaman akan
bekerja.

Sistim HP ini hanya dipakai pada instalasi terbatas, misalnya dalam


pabrik dengan pembangkit sendiri atau trafo sendiri dengan
kumparan terpisah, atau sumber listrik darurat yang dapat dipindah-
pindah untuk melayani beban yang dapat dipindah –pindah.

2.4. PERSYARATAN UMUM UNTUK PENGAMANAN DENGAN


PEMUTUSAN DARI SUPPLAY.

2.4.1. Kegagalan Isolasi.


Jika terjadi kegagalan isolasi, maka pengaman harus dapat bekerja dengan
cepat memisahkan bagian yang terganggu.

Peryaratan Untuk TT system (PUIL PP, pasal 324)


50
Tahanan RE ≤
IA

Dimana : IA = Arus minimum yang dengan pasti dapat memutuskan


zekring atau alat pengaman.

Karakteristik zekring :
t

(detik)

I
1 2 3 4 x In
In adalah arus nominal yang dapat melalui zekring

Yang perlu diketahui untuk zekring:

”I minimum fusing current ” 1,7 s/d 2 In (wktunya = 2 jam.

Menurut IEC  IA = k.In

Untuk zekring yang cepat k = 2,5 s/d 3,5

Untuk zekring yang lambat k = 5.

Selain zekring  “Saklar Pengaman Arus lebih “ (SPA) MCB.


2.4.2. Mini Circuit Breaker (MCB).
MCB yang dipakai di rumah-rumah oleh PLN ditetapkan sebagai
pembatas.Arus beban akan mengalir melalui Bimetal dan akan
mengomando Trip MCB bila arus melebihi nominalnya.Bila terjadi
hubung singkat maka Elektro magnit akan mengomando Trip MCB.

Karakteristik MCB.
t
Thermis
(over load)

 Invers

Magnetic (short circuit)

 Instantenous.
I
1 4 In

margin 1,25 Itrip = k  untuk yang instantenous (sesaat).

k = 1,25. 4In

k = 5 In.

Rl = 0,3Ω
T
N
Pen
Zekring

RE’ = 2 Ω 6 Amp

RE = .. Ω
Contoh perhitungan :
50
a. Tidak memenuhi syarat (RE> )
k.I n

Tetapi zekring masih putus, bila

RE = 10 Ω (suppose)
220
If = = 17,9 A  (3 x In)  zekring putus t ≈ 5 detik
2  0,3  10

Vs = 17,9 x 10 = 179 Volt.

b. Tidak memenuhi syarat.


Zekring tidak putus.

RE = 25 Ω
220
If = = 8 Amp  (1,3 x In)  Zekring tidak putus.
2  0,3  25

Vs = 8 x 25 = 200 Volt  tegangan nya tetap karena zekring tidak


putus.

RE ditanam didalam tanah pipa 1 inc 2,75 m

ρ = 10.000 Ωcm  5m  RE = 20 Ω

a = jari-jari pipa

l = panjang pipa
 4l
R= (li  1)  empiris.
2l a

l = 5m , ρ = 1.000 Ωcm
didapat RE = 2 Ω, l = 5m, ρ = 100.000 Ωcm

didapat RE = 200 Ω

l = 2,75m

ρ = 10.000 Ωcm
5
didapat RE = x 20 = 36 Ω.
275

c. Memenuhi syarat bila RE = 3,33 Ω.


Tetapi karena tingginya tahanan gangguan.
V
If = ≈ k.In (yang menyebabkan zekring putus)
2  0,3  R f  3,33

If ≈ k.In

≈ 2,5 x 6 ≈ 15 Amp

Vs = 15 x 3,33 = 50 Volt.

d. Memenuhi syarat tetapi karena tingginya tahanan gangguan, maka :


If = k.In (zekring putus diatas 5 detik)

Vs = If x RE

≤ 15 x 3,33 ≤ 50 Volt.
50
Rumus RE = menjamin tegangan sentuhnya dalam batas-batas
k.I n
yang aman, walaupun zekring tak putus.
System TT ini tidak feasible atau terlalu mahal (techmeally not
feasible).Agar supaya keadaan pada contoh no.3 aman, maka harus
dipasang Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) /Saklar Pengaman Arus
Tanah.

T
N
Pen
RE Zekring

SPAT

Sistem SPAT (Saklar Pengaman Arus ke Tanah), 2 kawat.Bila arusnya


berlawanan, akan saling berlawanan fluks nya, sehingga tegangan
induksinya nol.Zekring harus tetap ada karena bila terjadi hubung
singkat, maka SPAT tidak trip, karena arusnya yang mengalir primer
tetap sama (lihat gambar).
IS

If : Arus
tanah.

SPAT dengan system 3 kawat :

Dalam keadaan balance is = IR = IS = IT , bila tidak ada gangguan is = 0 (nol).

IR

IT IS
IR + IS + IT = 0
3 trafo terjumlah

If : Arus
tanah.

Dalam system 3 kawat bila beban tidak sama antar fasa (unbalance),
maka :

IR = IS = IT = 0

iS = 0 (tetap nol), bila tidak ada gangguan.

SPAT 3 kawat tidak dapat dipasang untuk system 4 kawat karena akan
selalu trip akibat adanya arus IN (IN = IR = IS = IT), IN ini yang menjadi IS.
SPAT Sistem 4 Kawat :

N R S T

4 trafo terjumlah

If : Arus
tanah.

Dalam hal ini transformator yang digunakan mempunyai prinsip Current


transformer.
toroida

iS

Cara ini lebih teliti.

iS = Arus sisa

= Arus tanah

I S ≈ If

IS = IR = IS = IT = IN

Untuk rating SPAT :

IS trip : 0,5; 1; 2; 3; 4

Persyaratan pengaman dengan menggunakan SPAT:


50
RE2 ≤
I S trip

Contoh : IS trip = 1 Amp


50
RE2 = = 50 Ω.
1

Arti rumus diatas :

Bila arus gangguan sedemikian rupa, sehingga arus gangguan sebesar I S


trip, maka tegangannya dijamin tidak akan lebih dari 50 Volt (bila SPAT
tidak trip karena kecilnya arus gangguan, maka tegangan nya dijamin
tidak lebih dari 50 Volt).
SPTT (Saklar Pengaman Tegangan ke Tanah).

T
N
Pen
RE Zekring
Kumparan

Elektroda

R
RL

S
RL

RL
T
N
If Pen

Zekring
RE1

RE2
Berapa besarnya Vs ?

Bila dilihat pada gambar tersebut RL parallel dengan RE1 dan RE2 sehingga
If dapat dihitung dengan cara berikut :

RL // RE1 = RE2

Dimana : If = IN = Iε

IN : Neutral current.

Iε : Earth current.

Sehingga Rk dapat ditulis sebagai berikut :


R L ( R E1  R E 2 )
Rk =
R L  R E1  R E 2

220 220
If = 
RL  Rk Z loop

Zloop = RL + Rk

Jadi VS = Iε x RE2
RL
Iε = xI f
R L  R E1  R E 2

Eph
If.RL
VS
(220 V)
Iε.RE2

Iε.RE1
If.Rk
dari gambar tersebut diatas dapat ditulis :

RE 2 Rk
VS = x .E Ph
R E1  R E 2 R L  R k

Equivalent Circuit nya adalah :

RL

~ RL

N RE2 F
RE1

Contoh : RL : 0,3 Ω RE1 : 5 Ω RE2 : 5 Ω

Diperoleh kira-kira :

If x RL = 110 Volt.

If x Rk = 110 Volt.

VS = 55 Volt.

Perlu diperhatikan bahwa tegangan sentuh tidak tergantung dari harga absulut RE,
tetapi tergatung dari perbandingannya.
TN System (PUIL : PNP)

T
N

PE
Zekring

Konsumen 1 Konsumen 2

Harus ada elektrodenya


pentanahan

Salah satu persyaratan dalam PN sistem (PNP) sebagai berikut:

MCB PLN

R
Komsumen
PHB
Zekring
N
E Ph
If = ≥ IA
Z loop

Dimana IA = k.In

= Arus minimum yang dengan pasti dapat memutuskan


zekring dalam cepat.

Bila terjadi gangguan maka akan terjadi kenaikan tegangan.Tegangan ini


dimonitor oleh kumparan tegangan dari badan/body peralatan sampai
tanah (reference earth).

Reference earth disini bukan tanah disekitar peralatan tetapi diambil


tanah yang letaknya agak jauh, sehingga akan mengalami/terpengaruh
oleh naiknya tegangan gangguan.

Dalam hal ini perlu dipasang elektrode bantu (auxiliary


electrode).Mengapa perlu dipasang elektrode bantu?Maksudnya hanya
untuk menunjukan/menentukan titik potensial tanah (cukup 1m ditanam),
yang paling penting letaknya jauh.

Jarak yang mencukupi (minimum) 4L (L=panjang batang elektrode yang


tertanam (pada peralatan).Untuk SPTT pentanahan peralatan tidaklah
penting (bagaimana pentanahan itu).

Keterangan :

 Rating untuk SPAT selain 0,5; 1; 2; 3 dan 4 ada lagi yang 30 mA;
20 mA.
 Arus-arus 30 mA dan 20 mA merupakan arus yang sensitif sekali
dan dimaksudkan untuk sentuhan langsung ( lihat no.5 pengaman
tambahan dengan SPAT).
 Yang perlu diperhatikan untuk SPAT adalah :
- Pemeliharaan (maintenance).
- periodical check (pengecekan secara periodik).
 PE adalah hantaran pengaman.
 PEN adalah hantaran netral yang juga berfungsi sebagai pengaman.
Approximasi :

T N

Keuntungan sistem TN sistem (PNP)

a. Tegangan sentuh rendah .


b. Arus gangguan besar (Zekring putus dengan cepat).
c. Ekonomis.
d. persyaratan pentanahan bagi konsumen ringan.

Kerugian nya:

Jika terjadi kawat netral putus (tidak perlu ada gangguan di peralatan
konsumen), maka arus beban masih mungkin mengalir melalui tanah dan
akan mengakibatkan adanya tegangan sentuh (Vs).

Bila ada konsumen lain disebelah hilir, maka akan ada arus beban yang
mengalir ke konsumen lain, tetapi arusnya lebih kecil.

Bila disisi hilir masih banyak terdapat konsumen yang merata (yang
terbagi merata per fasa), arus di netral merupakan resultannya, arusnya
akan kecil sekali (INE ≈ ∞) sehingga tegangan sentuh tidak berbahaya
(untuk jelasnya lihat di Bab VI).
R

Putus

T
N

RE1

RE2 Vs

Vs = INE x RE

IR = IS = IT = INE ≈ 0

Yang berbahaya bila beban konsumen disebelah hilir tidak merata.

DALAM SISTEM TT (PUIL : PP)

RE1 Kons T Kons S Kons R N


Bila kawat netral putus tidak berbahaya.Bahaya lain (bila kawat nol
putus), dimana Vs sudah tidak ada, bisa terjadi salah satu fasa turun,
disisi lain fasanya naik.

S T S T

N G G N

R R

Tahanan pentanahan/pembumian total dari netral ( RNE).


30
Misal : ada 50 konsumen 
50

30
Bila 30 konsumen 
10

RNE ≤ 5Ω mengapa ?
R

RE1 N
Rt

RNE

Jika terjadi gangguan, maka tegangan kawat netral akan naik.

S T

N G
RNE

Rf

Antara R ketanah melalui Rf dan N  RNE


V NE R NE 50 5
  
220 R NE  R f 220 5  17

Syarat : VNE = 50 Volt

Maka pengaman trafo tidak putus.


Bila diharuskan RNE = 5 Ω, maka dapat diasumsikan Rf ≥ 17 Ω akan
menghasilkan

VNE = 50 Volt

Misalkan : kawat jatuh ketanah/bumi.

Isolator pecah.

Kawat tersentuh pohon.

Tahanan gangguan selalu = 17 Ω

- Kawat jatuh menyentuh pipa ledeng/air.


- Kawat fasa putus menyentuh sumur bor.
- Kawat fasa jatuh terkena pagar besi.
Ayat dalam PUIL Bab 3 : Didalam perjalanannya bila dijumpai obyek
pentanahan yang baik dihubungkan kawat netral, berarti menurunkan
VNE.

IT SYSTEM (PUIL : Sistem hantaran pengaman SHP).

c z

Bila terjadi gangguan fasa ke tanah apa yang terjadi ?Maka tegangan
sentuh nol.Tetapi telah kita pelajari bahwa tidak ada ”TRUE UN
EARTH” (yang tak ada capasitasnya).Sehingga segitiga vektor tegangan
seluruhnya tergeser dari tanah, oleh karena itu perlu dipasang detector
gangguan.Ungrounded system  bila terjadi gangguan fasa
ketanah.Akibatnya arus gangguan tidak nol (arusnya kecil sekali).

Vs = If. RE (If dalam orde mili ampere).

Sehingga persyaratannya menjadi ringan (batasnya 50 Volt). PUIL


memberi saran RE = 50 Ω. Bisa saja 200 Ω, 300 Ω akibatnya elektrodenya
kecil.Akibat bila electrode kecil, maka tidak akan stabil (akibat
permukaan tanah ±1m) apalagi bila tanah dalam keadaan kering.Tetapi
dengan kecilnya arus zekring tidak putus (bisa menguntungkan dan
merugikan). Menguntungkan karena alat-alat jalan terus.Merugikan
karena tidak dapat diketahui letak gangguannya (susah mencarinya).

Oleh karena itu IT System hanya boleh dipakai pada system yang terbatas
(misal:bengkel, rumah sakit dll).Bila ada alat lain dan terjadi juga
gangguan apa yang terjadi bila seperti gambar dibawah.

50Ω 50Ω

380V
If =  3,8 A
100

Vs = 190 V.
Maka tegangan besar, zekring tidak putus, cara mengatasinya satu sama
lain harus terhubung dengan hantaran pengaman.

2.5. SISTEM PENTANAHAN INSTALASI

2.5.1. Sistem Pentanahan Instalasi.

Pada sistim tenaga listrik pentanahan dapat dibedakan dalam dua macam
yaitu:

 Pentanahan Perlengkapan ( Equipment Grounding ) .


 Pentanahan Netral Sistim ( Neutral Sistim Grounding ).

Pentanahan Perlengkapan (Equipment grounding) adalah penghubungan


ke tanah dari bagian-bagian metal yang tidak bertegangan / tidak
membawa arus pada semua perlengkapan yang berhubungan dengan
sistem tenaga listrik dan hal ini mutlak diperlukan tanpa memperdulikan
apakah titik netral sistimnya ditanahkan atau tidak baik pada stationer
equipment atau portable.
Contoh Metal Equipment :

Lemari kontrol, Tangki trafo, Rangka motor, Tiang, PHB

Tujuannya mencegah timbulnya / terjadinya tegangan sentuh yang


membahayakan manusia pada saat terjadi gangguan tanah serta
memperendah impedansi hubung tanah sehingga alat-alat pengaman
dapat dengan segera memutus arus hubung tanah (gangguan)
Komponen pentanahan untuk grounding equipment
 Elektrode
 Bus ( Rel ) Pentanahan
 Penghantar Pentanahan

Pentanahan Netral Sistim ( Neutral Systim Grounding) adalah penghubungan


netral ke tanah Dilingkungan PLN pentanahan untuk sistim yang bertegangan
rendah diatur pada suatu standar SPLN no 3 tahun 1978 . Dimana pentanahan
sistim yang dimaksud dalam hal ini adalah pentanahan netral sistem dengan
sistim Pentanahan Netral Pengaman yang disingkat dengan istilah PNP yang
didefinisikan sebagai suatu sistim pentanahan dengan suatu tindakan
pengamanan dengan cara menghubungkan instalasi yang diamankan atau badan
peralatan dengan hantaran netral yang ditanahkan ( disebut hantaran Nol )
dengan begitu rupa sehingga jika terjadi kegagalan isolasi tercegahlah
bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi karena pemutusan arus oleh
alat pengaman arus lebih.

Dalam SPLN No 3 tahun 1978 disebutkan standar tersebut dimaksudkan


untuk melengkapi peraturan listrik dan syarat-syarat sambungan listrik
yang mencakup :
 Jaring tegangan rendah fasa tunggal, bertegangan 220 v dan 2 x 220
volt fasa tunggal
 Jaring Tegangan Rendah fasa tiga bertegangan 220 / 380 V
 Semua instalasi baik fasa tunggal 220 V fasa netral maupun fasa tiga
220 / 380 volt
 Dimana tahanan jenis tanah suatu daerah akan menentukan
kebijaksanaan PLN dalam rangka merancang sistim pentanahan
 Mengacu pada standar SPLN No 3 tahun 1978 ini semua JTR dan
Instalasi harus menggunakan pentanahan netral pengaman di mana :
 Titik netral sistim (titik netral kumparan tegangan rendah
transformator atau kumparan generator) di tanahkan dengan
elektroda tanah sesuai sub ayat 24,6 ketentuan ini . Hantaran
pentanahan dapat dihubungkan pada titik netral sistem di gardu
transformator, bila elektroda tanah tidak mungkin di pasang di gardu
transformator (misalnya dalam keadaan dimana pentanahan sistem
tegangan rendah harus terpisah dari pentanahan sistem tegangan
menengahnya), maka elektroda tanah dapat dipasang disetiap tiang
pertama JTR.
 Hantaran netral disemua tiang akhir JTR harus di tanahkan dengan
elektroda tanah sesuai sub ayat 24.6 ketentuan ini
 Semua PHB harus ditanahkan sesuai dengan sub ayat 24.6 ketentuan
ini.
 Interkoneksi hantaran netral dari gardu transformator yang satu
dengan yang lainnya diperkenankan. Interkoneksi ini menyebabkan
nilai tahanan keseluruhan menjadi lebih rendah.

Dalam ketentuan ini persyaratan pentanahan sistem ditentukan


sedemikian rupa tergantung pada penggunaan jenis jaringannya dan jenis
jaringan tegangan rendah di wilayah PLN dapat terbagai dalam 4 macam
hal ini ditinjau dari konstruksi sistem dan sistem pentanahan netral
sistemnya yaitu :
 Jaringan dengan pentanahan pengaman JTR dan JTM terpisah dan
tiang-tiang JTR dan JTM terpisah (disebut type A)
 Jaringan dengan pentanahan pengaman JTR dan JTM digabunghan
dimana JTM adalah Kabel tanah (disebut type B)
 Jaringan dengan pentanahan JTR dan JTM yang digabungkan
dimana JTR dan JTM tepasang pada tiang tiang yang sama (disebut
Type C)
 Jaringan diaman JTR dan JTM mempunyai Hantaran netral bersama
(type D)

Untuk jaringan dengan type A berlaku ketentuan sebagai berikut :


Tahanan pentanahan menyeluruh hantaran netral JTR yang telah
tersambung pada transformator, tiang akhir dan PHB utama besarnya
maksimum 5 ohm .
Pada keadaan khusus misalnya JTR dengan transformator berkapsitas
kecil (Maksimum 50 kVA , fasa tunggal atau 150 kVA fasa- tiga ),
Jumlah konsumen masih rendah dan tahanan jenis tanahnya tinggi
sehingga sukar didapat harga 5 ohm tahanan menyeluruh diperkenankan
maksimum 10 ohm
Untuk macam B berlaku ketentuan :
Pada keadaan pentanahan bersama dari macam B ini dilepas nilai
pentanhan JTR nya sama dengan macam A
Untuk macam C berlaku ketentuan :
Nilai tahanan pentanahan menyeluruh maksimum 0,2 ohm . ketentuan ini
hanya berlaku bagi sistim dengan arus gangguan satu fasa ketanah di JTM
tidak lebih besar dari 300 Amper Untuk sistem dengan netral JTM di
tanahkan dengan tahanan yang tinggi berlaku ketentuan macam A

Untuk macam D berlaku ketentuan :


Bagi sistem yang hantaran netral JTR dihubungkan / dijadikan satu
dengan hantarn netral JTM berlaku ketentuan bahwa :
Hantaran netral yang dimaksud mempunyai pentanahan sekurang
kurangnya 4 buah untuk setiap mile (1,609 km ) dan besar tahanan
pentanahan setiap elektrodanya adalah 25 ohm atau dengan kata lain
pentanahan menyeluruh dari hantaran netral tersebut adalah 6,25 ohm
untuk setiap milenya pentanahan ini tidak termasuk pentanahan yang
terdapat pada masing-masing PHB utama.
Pada JTR interkoneksi hantaran netral JTR dari gardu yang satu dengan
yang lain diperkenankan dan interkoneksi ini dapat menurunkan nilai
tahanan pentanahan menjadi lebih rendah.

Hantaran netral untuk SLP dan SMP


 Hantaran Netral untuk SLP
Jika Sambungan luar Pelayanan (SLP) bukan dari jenis hantaran
terlindung baik secara elektris maupun mekanis seperti hantaran
terbuka atau NYA maka penampang minimum hantaran netralnya
sama dengan penampang minimum hantaran fasanya yaitu (6 mm2
tembaga).
Jika SLP menggunakan jenis hantaran terlindung seperti NYY , maka
penampang minimum hantaran netralnya sama dengan penampang
minimum hantaran fasanya yaitu (4 mm2 tembaga).
Jika digunakan hantaran Aluminium diatur dengan ketentuan
tersendiri.
Hantaran Netral untuk saluran masuk pelayanan (SMP) terdiri dari
jenis hantaran terlindung (seperti NYA) yang terpasang pada pipa
instalasi penampang minimum hantaran netralnya adalah sama
dengan penampang minimum hantaran fasanya yaitu 4 mm2 tembaga.
Khusus untuk Listrik Pedesaan dimungkinkan SMP dengan
penampang 2,5 mm2 yaitu jika instalasinya hanya terdiri dari satu
kelompok.

2.5.2. Pentanahan Perlengkapan Lain

 Kotak Alat Pembatas dan Pengukur.


Kotak alat pembatas dan pengukur dari bahan logam harus
diperlengkapi dengan terminal pentanahan.Kotak alat pembatas /
Pengukur harus ditanahkan dengan cara menghubungkan kotak
tersebut dengan hantaran netral.
 Hantaran Hubung.
Persyaratan hantaran hubung alat pembatas / pengukur sama seperti
yang berlaku bagi saluran masuk pelayanan.
 PHB Utama.
PHB utama dari bahan logam harus dilengkapi dengan terminal atau
jalur terminal pentanahan.
Pelaksanaan penyatuan hubungan antara :
Hantaran netral, hantaran pentanahan , hantaran pengaman instalasi
dan PHB utama sendiri harus dilakukan didalam PHB Utama pada
terminal pentanahannya. Jika PHB bukan dari bahan logam maka
kerangka yang terbuat dari logam harus ditanahkan
Terminal atau jalur terminal tersebut harus dilengkapi dengan mur
baut agar hubungannya dapat dilepas waktu pemeriksaan
 Elektroda Tanah PHB Utama.
Elektroda tanah yang digunakan untuk pentanahan titik netral
transformator, tiang akhir , PHB Utama dan Tiang-tiang JTR atau
JTM lainnya harus memenuhi surat edaran No 024/PST/70 buku
normalisasi No 03-1-92 dengan panjang 2,75 meter . Kemungkinan
untuk menggunakan bahan atau ukuran yang berlainan ditentukan
oleh PLN Wilayah/ Distribusi masing-masing.Khusus bagi sistem
yang hantaran netral JTR nya dihubungkan dijadikan satu dengan
hantaran netral JTM berlaku ketentuan bahwa nilai tahanan
pentanahannya :
Tidak melebihi 3 ohm bila digunakan pipa saluran air minum sebagai
elektroda.Tidak melebihi 25 ohm bila digunakan elektroda tanah jenis
lain. Bila dengan sebuah elektroda tanah tidak dapat dicapai nilai 25
ohm, dapat menyimpang dari ketentuan ini tetapi harus digunakan
dua atatau lebih elektroda tanah dengan jarak satu sama lain tidak
kurang dari dua meter.
Hantaran pentanahan PHB utama harus dari jenis yang terlindung dari
gangguan mekanis misalnya dengan pipa atau NYY dengan
penampang minimum 6 mm2
Jika hantaran fasa saluran masuk pelayanan lebih besar dari 6 mm2
(tembaga) maka penampang hantaran pentanahan harus sama dengan
hantaran fasanya tetapi tidak perlu lebih dari 50 mm2 (tembaga) dan
nilainya harus diukur secara berkala.
 Hantaran Pengaman.
Instalasi dengan hantaran netral tidak lebih dari 10 mm2, maka
hantaran netralnya dapat dipergunakan sebagai hantaran pengaman.
Bila hantaran netralnya lebih kecil dari 10 mm2 diperlukan hantaran
penagaman tersendiri yang besarnya sama dengan penampang
netralnya.
Jika terdapat alat-alat khusus misalnya pemanas di kamar mandi
sebaiknya dilakuka pentanahan hantaran pengaman alat tersebut.
Jika instalasi dengan beberapa bangunan dimana masing-masing
bangunan mempunyai satu PHB atau lebih maka satu PHB dari
masing-masing bangunan harus ditanahkan lengkap dengan hantaran
pentanahan dan elektroda tanah.Hantaran pengaman harus dari jenis
hantaran yang terlidung dan berisolasi seperti hantaran fasanya.
 Pengamanan massa terbuka
Massa terbuka seperti tersebut dibawah ini harus disambung pada
hantaran pengaman
- Pipa instalasi dari logam.
- Langit-langit rumah dari logam.
Armatur logam yang tergantung tidak perlu ditanahkan.
Kotak kontak (Stop kontak) harus dilengkapi kontak pengaman
dengan sedemikian rupa sehingga peralatan yang tersambung pada
kotak kontak tersebut otomatis tersambung pada hantaran pengaman.
Semua logam yang terhubung baik dengan tanah dan ada dibawah
JTR terbuka antara lain jaring pipa air pagar dsb. Harus tersambung
pada hantaran netral atau hantaran pentanahan terdekat.
 Hubungan Instalasi dengan pentanahan. Peralatan pentanahan
konsumen merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari instalasi.

2.6. SISTEM PEMBUMIAN NETRAL PENGAMAN (PNP).

2.6.1. Sistem PNP.


Dalam sistim ini Bagian Konduktor Terbuka (BKT) peralatan /
perlengkapan dihubungkan dengan penghantar netral yang dibumikan
(penghantar nol) sedemikian rupa sehingga bila terjadi kegagalan isolasi
tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi karena
bekerjanya pengaman arus lebih.

Macam sistim pentanahan PNP adalah :

a. Sistim PNP dengan penghantar netral yang sekaligus berfungsi


sebagai penghantar pengaman seluruh sistim (penghantar yang lebih
besar dari 10 mm2 tembaga). Lihat gambar 1 C2.
b. Sistim PNP dengan penghantar netral dan pengaman sendiri-sendiri
diseluruh sistim (untuk penghantar yang lebih kecil dari 10 mm2
tembaga), disebut juga sistim 5 kawat. Lihat gambar 1 C 1.
c. PNP sistim dengan penghantar netral yang sekaligus berfungsi
sebagai penghantar pengaman yang disebagian sistem, sedangkan
dibagian sistem lainnya, penghantar netral dan pengaman terpisah
sendiri-sendiri. Lihat gambar 1 C 3.

2.6.2. Persyaratan Umum PNP.

a. Dalam PUIL 1987 pasal 313. B.1, luas penampang penghantar antara
sumber atau trafo dan peralatan listrik, harus sedemikian, sehingga
bila terjadi hubung singkat antara fasa dan hantaran nol atau badan
peralatan, arus gangguan besarnya paling sedikit sama dengan arus
pemutus alat pengamannya yang terdekat yaitu : IA = k IN, dimana k
adalah factor yang harganya tergantung kepada karakteristik alat
pengamannya.
b. Penghantar nol setidak-tidaknya harus dibumikan di sumber,
disetiap percabangan saluran, disetiap ujung saluran dan juga setiap
pelanggan.

Tahanan pembumian total hantaran nol (RNE) harus tidak melebihi 5 ohm,
dengan alas an bila terjadi gangguan ketanah yang biasanya melalui
tahanan gangguan RG, maka penghantar netral akan mengalami kenaikan
tegangan sesuai persamaan berikut (tahanan penghantar diabaikan) :

RNE
VNE = x220Volt
RNE  RG

Pada umumnya harga tahanan gangguan yang kurang dari 17 ohm jarang
terjadi, maka besar kenaikan tgangan netral adalah :
5
V NE  X 220Volt  50Volt Batas tegangan sentuh yang aman menurut
5  17
PUIL atau IEC adalah 50 Volt.

2.6.3. Sistem PNP untuk JTR dan Instalasi Pelanggan di PLN


Di JTR penghantar netral sekaligus berfungsi sebagai hantaran pengaman
dan dibumikan disepanjang saluran. Titik bintang trafo distribusi
dibumikan. Di instalasi pelanggan, mulai dari PHB utama penghantar
pengamannya terpisah tersendiri dari netralnya pengamannya, bila
penampangnya kurang dari 10 mm2.

Setiap pelanggan diharuskan memasang sebuah elektroda pembumian


yang melalui hantaran pembumian tersambung ke rel / terminal
pengaman ini dihubungkan dengan rel / terminal netral PHB.

Maksud pembumian ganda pada penghantar netral sepanjang JTR dan


pembumian disetiap pelanggan adalah untuk :

 Mencegah terjadinya tegangan yang terlalu tinggi pada hantaran


netral termasuk juga badan peralatan bila terjadi gangguan satu fasa
ketanah ataupun hubungan singkat fasa netral, ataupun kegagalan
isolasi peralatan.
 Mencegah terjadinya kenaikan tegangan yang terlalu tinggi akibat
terputusnya penghantar netral, pada pelanggan yang netralnya
terpisah dari sumber / gardu.
 Mencegah kenaikan tegangan kawat netral, termasuk juga badan
peralatan, dalam hal ada arus netral akibat beban yang tak seimbang.
 Untuk mencegah kenaikan tegangan yang terlalu tinggi pada kawat
netralnya, bila JTR yang ada dibawah JTM menyentuh JTM.
Dengan tersambungnya penghantar pengaman ke netral maka bila terjadi
kegagalan isolasi pada peralatan, maka arus gangguan akan lebih terjamin
cukup besarnya sehingga alat selalu bekerja / putus dengan cepat, sebab
dalam hal ini penghantar netral merupakan jalan kembali yang baik, tidak
hanya tergantung pada elektroda pembumian seperti dalam sistim PP.
Tegangan sentuh yang terjadipun relative lebih rendah dari sistim PP.

PHB

Pentanahan
Rel pengaman
pengaman

Peralatan
Electrode

pembumian
Gambar 3.2

Sistim PNP pada instalasi pelanggan.


2.6.4. Bahaya Putusnya Penghantar Netral Pada Sistim PNP.
Bila penghantar netral putus, arus beban masih mungkin mengalir melalui
tanah, akibatnya akan terjadi kenaikan tegangan pada penghantar netral.
Karena pengaman peralatan pelanggan terhu8bung kenetral, maka
kenaikan tegangan netral tersebut akan dirasakan dibadan peralatan
pelanggan. Hal ini dapat membahayakan pelanggan.

Bila pembumian netral yang seharusnya dilakukan dititik-titik tertentu (di


netral trafo distribusi, di tiang awal, tiang akhir) tidak dilakukan maka
pada saat terjadi penghantar netral putus akan terjadi kenaikan tegangan
pada fasa-fasa yang berbeban rendah dan penurunan tegangan pada fasa
yang berbeban tinggi, di jaringan yang penghantar tidak terhubung pada
sumber.

Berikut akan dilihat beberapa kasus terputusnya kawat netral dan


bahayanya :

Kasus a : Penghantar netral putus pada instalasi pelanggan yaitu


antara PHB dan peralatan listrik.

Jalan balik bagi arus netral terputus, sehingga peralatan listrik tidak bisa
hidup. Kedua terminal alat listrik akan bertegangan 220 Volt. Bahaya
lainnya tidak ada.

Kasus b : Penghantar netral sambungan pelayanan terputus pada


pelanggan satu fasa.

Jalan balik bagi arus beban adalah melalui tanah setelah melalui hantaran
pembumian elektroda pembumian pelanggan, badan peralatan yang
dibumikan akan bertegangan sebesar VB  I B XRE Tegangan sentuh bila
seseorang menyentuh peralatan tersebut adalah :

RE
VS  X 220V
RE  RB

RE adalah tahanan total dari semua peralatan yang dihidupkan.


Tegangan Vs diatas akan terasa pada semua alat yang badannya
tersambung kenetral melalui penghantar pengaman, baik yang dihidupkan
maupun tidak,

Pelanggan sedang menghidupkan peralatan yang terdiri dari atas seterika


500 watt, pemanas air 700 watt dan mempunyai Rg = 20 ohm.

Maka :

2202
RB   40,33
700  500

20
VS  X 220V  73Volt
20  40,33

Tegangan sebesar ini akan terasa pada semua alat yang badannya
terhubung terhu bung kenetral melalui penghantar pengaman baik yang
dihidupkan atau tidak.

Menurut ketentuan tegangan sentuh dibatasi sampai 50 Volt untuk waktu


yang tak terbatas.

Untuk mendapatkan harga ini RE perlu diturunkan. Hubungan besar RE


dan besar RB dapat diturunkan dari persamaan diatas :

RE
VS  X 220V  50Volt
RE  RB

50RE  RB   220 RE

50 50 2202
RE  RB  X
170 170 VA

Atau RE x VA = 14235
Dari hubungan tersebut dapat dibuat table :

DAYA ( VA RE ( Ohm )
)

450 31,6

900 15,8

1300 11

2200 6,5

4400 3,2

Hubungan antara besar daya tersambung pelanggan 1fasa dan tahanan


pembumian agar diperoleh tegangan sentuh yang aman pada saat
sambungan pelayanan putus.

Dari table ini dapat dilihat makin besar daya pelanggan, harus semakin
baik tahanan pembumiannya agar pada saat netral putus tidak terjadi
kenaikan tegangan badan peralatan.

Kasus c : Penghantar netral sambungan pelayanan terputus pada


pelanggan tiga Fasa.

Bila beban pelanggan tiga fasa terbagi rata pada setiap fasa arus yang
melalui penghantar netral diterminal netral PHB akan saling menetralisir,
sehingga arus netral yang keluar dari terminal PHB akan = 0 . Tetapi hal
seperti ini jarang terjadi.

Bila beban tidak seimbang kasus bahaya yang sama seperti butir b akan
terjadi. Arus netral yang diteruskan ketanah adalah :
I E = IR + IS + I T

Tegangan badan perlatan yang tersambung ke netral melalui penghantar


pengaman adalah :

VE = IE X RE
Jadi semakin besar arus ketidak seimbangan akan semakin besar tegangan
VE.

Bila putusnya netral ini terjadi pada pelanggan yang pentanahan netralnya
tidak ada, sedangkan netral instalasi dan penghantar pengaman tetap
dihubungkan diterminal netral PHB, maka bila bebannya tidak seimbang
badan peralatan akan menjadi bertegangan. Disamping itu sebagian
peralatan akan tersambung pada tegangan yang lebih besar dari 220 Volt.
Hal ini tentu saja dapat merusak peralatan pelanggan yang bersangkutan.

Kasus d : Penghantar metral JTR tiga fasa didekat gardu distribusi


putus.

Disebelah hilir dari titik putus terdapat sejumlah pelanggan. Arus balik
yang melalui netral akan melewati tahanan pembumian ekivalen RE, yang
merupakan gabungan dari tahanan pembumian (di PHB pelanggan dan di
JTR) yang terdapat disebelah hilir titik gangguan. Bila beban ada dalam
keadaan seimbang, arus yang melalui netral ini kecil dan kondisi ini tidak
membahayakan.

Bila beban ada dalam keadaan tak seimbang bahaya yang sama seperti
kasus c akan terjadi. Hal yang sama akan berlaku juga bila kawat netral
putus ditempat lain di JTR. Pada bagian dibelakang netral yang putus
tidak akan terjadi hal yang membahakan selama beban dalam keadaan
seimbang. Bila beban tak seimbang akan terjadi kenaikan tegangan pada
badan peralatan yang tersambung ke netral melalui penghantar pengaman
sebesar :

VE = IE X RE

Kasus e : Penghantar netral JTR tiga fasa ditiang terakhir putus.


Hal seperti pada butir d diatas akan terjadi juga bila penghantar ditiang
akhir dibumikan secara baik.

RE

Gambar : Kasus putusnya penghantar netral pada sistim PNP


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Mengingat pentingnya sistem pengetanahan dalam suatu instalasi listrik


maupun peralatan listrik, dengan tujuan agar tercapai keandalan sistem dalam
penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit sampai konsumen disamping
keselamatan peralatan terpasang dan keselamatan jiwa manusianya adalah
sebagai berikut:
• mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya untuk orang dalam
daerah tersebut.

• memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya dalam


keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau ledakan.

3.2. Saran

Walaupun penulis menginginkan kerapihan dan kesempurnaan ketika menyusun


makalah ini namun pada kenyataannya masih banyak sekalikekurangan-
kekuranganyang perlu diperbaiki ulang oleh penulis.persoalan ini dikarenaka
masih sangat sedikitnya pengetahuan penulis.

Maka dari itu penulis sangat berharap sekali bahwa para pembaca selalu
memberikan sebuah kritikan dan saran kepada penulis agar penulis bisa
menjadikan saran dan kritikan yang diberikan oleh para pembaca ini di jadikan
sebagai bahan evaluasi untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Standarisasi Nasional BSN, Persyaratan Umun


instalasi listrik 2000 (PUIL 2000)
2. Hutahuruk. TS, Ir., 1987, Pengetanahan Netral Sistem
Tenaga dan Pengetanahan Peralatan, Penerbit
Erlangga.
3. Lili Tiarli. T, Ir., 1996, Buku Acuan Kontraktor Listrik
Golongan D, Materi Distribusi, PT.PLN Kantor Pusat,
Maret
4. A.Aris Munandar, Dr, MSc. Dan Susumu Kawahara,
Dr. Teknik Tenaga Listrik II, Transmisi Distribusi,
Pradya Paramita, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai