TUGAS
Di Susun Oleh :
TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatntya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Tujuan
1.5. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENTANAHAN / PEMBUMIAN
2.1.1. Pengenalan Pentanahan/Pembumian.
2.1.2. Tegangan Gangguan.
2.1.3. Daerah Tahanan/Daerah Gradien Tegangan.
2.1.4. Tegangan Sentuh.
PENDAHULUAN
Pulau Serangan merupakan daerah wisata dekat pantai yang mempunyai potensi
petir yang sangat tinggi, sehingga memiliki kejadian sambaran petir hampir
terjadi sepanjang tahun menurut data dari Stasiun Geofisika Sanglah tahun 2014
sambaran petir yang terjadi di area Pulau Serangan mencapai 1082 sambaran ke
tanah dan 871 sambaran di awan (Stasiun Geofisika Sanglah, 2014).
Sambaran petir yang terjadi pada sistem tenaga listrik dapat diklasifikasikan
menjadi sambaran langsung dan sambaran tidak langsung, untuk mengurangi
gangguan akibat sambaran petir langsung maupun tidak langsung yang dapat
mengakibatkan sistem distribusi menjadi terganggu atau dapat mengalami
pemadaman listrik, maka diperlukan alat proteksi yang dapat mengurangi
gangguan tersebut. Salah satu alat proteksi yang digunakan untuk mengurangi
gangguan akibat sambaran petir yaitu kawat tanah.
Kawat tanah merupakan sistem pengaman pada jaringan distribusi tegangan
menengah dengan memasang kawat tanah (grounding) di atas kawat fasa,
sehingga saat terjadi sambaran petir maka petir akan mengenai kawat tanah yang
terletak tepat diatas kawat fasa dan tegangan lebih (surja) yang terjadi pada
jaringan distribusi akan langsung ditanahkan (Suryawan, 2012). Tegangan lebih
yang merambat pada kawat tanah harus cepat ditanahkan sehingga tidak
merambat ke jaringan distribusi yang dapat mengakibatkan komponen–
komponen pada sistem distribusi menjadi terganggu.
Untuk mengurangi hal tersebut maka jarak pentanahan kawat tanah antara titik
satu ke titik lainnya dibuat sependek mungkin sehingga tegangan lebih yang
merambat pada kawat tanah bisa dengan cepat ditanahkan selain itu tahanan
pentanahan yang digunakan dibuat sekecil mungkin sehingga tegangan lebih
yang terjadi pada kawat tanah dapat dikurangi dan kemungkinan terjadinya
loncatan bunga api yang mengakibatkan sistem distribusi menjadi terganggu
menjadi berkurang.
Penggunaan kawat tanah sebagai alat proteksi petir berdasarkan teori gelombang
berjalan dimana bila sambaran petir mengenai kawat tanah pada saluran maka
arus yang besar mengalir ke tanah dan sepasang gelombang berjalan merambat
pada kawat tanah. Bila gelombang berjalan yang merambat pada kawat tanah
menemui titik peralihan atau pada bagian yang ditanahkan maka sebagian
gelombang itu akan dipantulkan dan sebagian lagi akan diteruskan ke bagian lain
dari titik tersebut. Untuk dapat mengikuti jejak dari gelombang pantulan maupun
gelombang terusan yang terjadi pada kawat tanah maka digunakan diagram
tangga (lattice diagram) sehingga dapat melihat posisi dan arah gerak dari tia–
tiap gelombang datang, gelombang pantulan dan gelombang terusan yang terjadi
pada kawat tanah (Hutauruk, 1991).
Untuk meningkatkan efektivitas dari kawat tanah pada penyulang Serangan maka
seharusnya tiap gawang pada penyulang ditanahkan sehingga potensial sepanjang
kawat tanah pada penyulang Serangan adalah nol. Dengan tidak adanya standar
yang digunakan untuk jarak pentanahan kawat tanah pada sistem distribusi
tegangan menengah maka pada tugas akhir ini akan dilakukan penelitian tentang
jarak penempatan titik pentanahan kawat tanah pada penyulang Serangan
berdasarkan efektifitas dari kawat tanah untuk menyalurkan gangguan surja petir
ke tanah dan berdasarkan jumlah kemungkinan gangguan akibat sambaran petir
langsung maupun sambaran petir tidak langsung yang terjadi pada penyulang
Serangan.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu berapa jarak
efektif untuk penempatan titik pentanahan kawat tanah pada penyulang serangan?
Batasan maslah pada makalah ini adalah untuk membahas sistem pentanahan
atau grounding pada sisitem distribusi karena untuk memperdalam sistem
grounding pada sisitem distribusi.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui jarak yang efektif untuk
penempatan titik pentanahan kawat tanah pada penyulang serangan.
g. Sistem Pembumian.
Untuk memperolah tahanan elektroda pembumian yang lebih rendah,
dapat dipakai beberapa elektroda pembumian yang dihubungkan satu
sama lain (paralel) yang merupakan satu sistem pembumian.
Contoh :
Jika terjadi kegagalan isolasi pada motor itu (disebut terjadi gangguan
tanah), maka mengalirlah arus gangguan IF kebumi, sehingga timbulah
tegangan gangguan (UF). Sedangkan badan dari lampu yang tidak
dibumikan, sehingga jika terjadi kegagalan isolasi, maka badan dari lampu
itu (yang konduktif) akan bertegangan sama dengan tegangan sistem itu
ke tanah/bumi.
Jika orang itu kebetulan menyentuh badan dari motor itu pada waktu ada
gangguan, maka orang itu akan terkena ”Tegangan Sentuh” (US) yang
kurang dari tegangan gangguan.
Jadi tegangan sentuh adalah sebagian dari tegangan gangguan atau sebagai
dari tegangan elektroda pembumian yang dapat dijembatani oleh manusia.
Dalam lantai tempat orang berpijak terisolasi dari tanah, jadi tegangan
sentuh terjadi antara badan dari alat yang terganggu (lampu) dan benda
lain (kran air) yang di bumikan.
Dari tabel diatas dapat dilukiskan profil tegangan gradien. Dari profil
tegangan gradien tersebut dapat dicatat antara lain:
1.000
RE = x6,685
2 500
RE = 8,5 Ω
Daya konduktif dari tanah pada dasarnya bersifat elektrolitis, oleh karena
itu tahanan jenis tanah, selain tergantung dari jenid tanahnya juga sangat
tergantung pada banyaknya air yang dikandungnya (kebasahannya),
komposisi serta konsentrasi garam-garam yang larut didalamnya.
- Relaying.
- Grounding.
- Surge protection.
Tegangan Rendah :
t msec
b c d
a
5000
1 2 3 4 5
1000
100
10
0,5 10 1000 mA
Keterangan :
Dalam suatu system tenaga listrik yang berbahaya adalah arusnya (selama tegangan
saja yang mengenai makluk hidup tsb tidak ada masalah, selama arusnya listriknya
tidak mengalir ke tubuh, maka makluk tersebut tidak apa-apa/selamat).
~ ≤ 50 ≤ 120
5 50 120
1 75 140
0,5 90 160
50 2000
200 1000
asymtote 650
V
Arus I = Ampere.
tahanan.tubuh
b c2
c1
1.000
Aspek-aspek lain yang harus diperhatikan :
a. Sentuhan langsung.
b. Sentuhan tidak langsung.
Sentuhan langsung :
Adalah sentuhan pada badan peralatan yaitu bagian sirkit yang dalam keadaan
normalnya tidak bertegangan, tetapi bisa menjadi bertegangan bila terjadi
kegagalan isolasi.
d. Alas isolasi
Semua lantai diberi alas karet agar supaya pekerja dengan tanah
tidak berhubungan langsung.
f. Pemisahan pengamanan.
Digunakan Trafo dengan tegangan primer-skunder besarnya sama.
220 Volt
terpisah M
24 Volt
G
- TT System.
- TN System.
- I T System.
Huruf yang pertama menunjukan bagaimana systemnya.
T menunjukan diketanahkan.
a. TT System.
Huruf pertama menyatakan pembumian sistimnya (titik netral trafo
/ generator).
Sistim TT berarti :
T
N
Zekring
T
N
Pen
Zekring
T
N
PE
Zekring
T
N
Zekring PE
PE : Penghantar pengaman.
PEN
P dan P
Bila tak
terhubung
T PHB konsumen
menjadi TT
sistem N
Peralatan
Stop
kontak
A. IT Sistem.
Titik netral terisolasi/tidak dibumikan (huruf pertama I), sedangkan
badan peralatan dibumikan. Dalam PUIL 1987 sistim IT ini dikenal
dengan nama Sistim Penghantar Pengaman (HP). Titik netral trafo
atau sumber tidak dibumikan atau dibumikan melalui tahanan tinggi
(lebih dari 1000 Ω), sedangkan bagian konduktif terbuka peralatan
termasuk juga istalasi dan bangunan saling dihubungkan dan
dibumikan.
Karakteristik zekring :
t
(detik)
I
1 2 3 4 x In
In adalah arus nominal yang dapat melalui zekring
Karakteristik MCB.
t
Thermis
(over load)
Invers
Instantenous.
I
1 4 In
k = 1,25. 4In
k = 5 In.
Rl = 0,3Ω
T
N
Pen
Zekring
RE’ = 2 Ω 6 Amp
RE = .. Ω
Contoh perhitungan :
50
a. Tidak memenuhi syarat (RE> )
k.I n
RE = 10 Ω (suppose)
220
If = = 17,9 A (3 x In) zekring putus t ≈ 5 detik
2 0,3 10
RE = 25 Ω
220
If = = 8 Amp (1,3 x In) Zekring tidak putus.
2 0,3 25
ρ = 10.000 Ωcm 5m RE = 20 Ω
a = jari-jari pipa
l = panjang pipa
4l
R= (li 1) empiris.
2l a
l = 5m , ρ = 1.000 Ωcm
didapat RE = 2 Ω, l = 5m, ρ = 100.000 Ωcm
didapat RE = 200 Ω
l = 2,75m
ρ = 10.000 Ωcm
5
didapat RE = x 20 = 36 Ω.
275
If ≈ k.In
≈ 2,5 x 6 ≈ 15 Amp
Vs = 15 x 3,33 = 50 Volt.
Vs = If x RE
≤ 15 x 3,33 ≤ 50 Volt.
50
Rumus RE = menjamin tegangan sentuhnya dalam batas-batas
k.I n
yang aman, walaupun zekring tak putus.
System TT ini tidak feasible atau terlalu mahal (techmeally not
feasible).Agar supaya keadaan pada contoh no.3 aman, maka harus
dipasang Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) /Saklar Pengaman Arus
Tanah.
T
N
Pen
RE Zekring
SPAT
If : Arus
tanah.
IR
IT IS
IR + IS + IT = 0
3 trafo terjumlah
If : Arus
tanah.
Dalam system 3 kawat bila beban tidak sama antar fasa (unbalance),
maka :
IR = IS = IT = 0
SPAT 3 kawat tidak dapat dipasang untuk system 4 kawat karena akan
selalu trip akibat adanya arus IN (IN = IR = IS = IT), IN ini yang menjadi IS.
SPAT Sistem 4 Kawat :
N R S T
4 trafo terjumlah
If : Arus
tanah.
iS
iS = Arus sisa
= Arus tanah
I S ≈ If
IS = IR = IS = IT = IN
IS trip : 0,5; 1; 2; 3; 4
T
N
Pen
RE Zekring
Kumparan
Elektroda
R
RL
S
RL
RL
T
N
If Pen
Zekring
RE1
Iε
RE2
Berapa besarnya Vs ?
Bila dilihat pada gambar tersebut RL parallel dengan RE1 dan RE2 sehingga
If dapat dihitung dengan cara berikut :
RL // RE1 = RE2
Dimana : If = IN = Iε
IN : Neutral current.
Iε : Earth current.
220 220
If =
RL Rk Z loop
Zloop = RL + Rk
Jadi VS = Iε x RE2
RL
Iε = xI f
R L R E1 R E 2
Eph
If.RL
VS
(220 V)
Iε.RE2
Iε.RE1
If.Rk
dari gambar tersebut diatas dapat ditulis :
RE 2 Rk
VS = x .E Ph
R E1 R E 2 R L R k
RL
~ RL
N RE2 F
RE1
Diperoleh kira-kira :
If x RL = 110 Volt.
If x Rk = 110 Volt.
VS = 55 Volt.
Perlu diperhatikan bahwa tegangan sentuh tidak tergantung dari harga absulut RE,
tetapi tergatung dari perbandingannya.
TN System (PUIL : PNP)
T
N
PE
Zekring
Konsumen 1 Konsumen 2
MCB PLN
R
Komsumen
PHB
Zekring
N
E Ph
If = ≥ IA
Z loop
Dimana IA = k.In
Keterangan :
Rating untuk SPAT selain 0,5; 1; 2; 3 dan 4 ada lagi yang 30 mA;
20 mA.
Arus-arus 30 mA dan 20 mA merupakan arus yang sensitif sekali
dan dimaksudkan untuk sentuhan langsung ( lihat no.5 pengaman
tambahan dengan SPAT).
Yang perlu diperhatikan untuk SPAT adalah :
- Pemeliharaan (maintenance).
- periodical check (pengecekan secara periodik).
PE adalah hantaran pengaman.
PEN adalah hantaran netral yang juga berfungsi sebagai pengaman.
Approximasi :
T N
Kerugian nya:
Jika terjadi kawat netral putus (tidak perlu ada gangguan di peralatan
konsumen), maka arus beban masih mungkin mengalir melalui tanah dan
akan mengakibatkan adanya tegangan sentuh (Vs).
Bila ada konsumen lain disebelah hilir, maka akan ada arus beban yang
mengalir ke konsumen lain, tetapi arusnya lebih kecil.
Bila disisi hilir masih banyak terdapat konsumen yang merata (yang
terbagi merata per fasa), arus di netral merupakan resultannya, arusnya
akan kecil sekali (INE ≈ ∞) sehingga tegangan sentuh tidak berbahaya
(untuk jelasnya lihat di Bab VI).
R
Putus
T
N
RE1
RE2 Vs
Vs = INE x RE
IR = IS = IT = INE ≈ 0
S T S T
N G G N
R R
30
Bila 30 konsumen
10
RNE ≤ 5Ω mengapa ?
R
RE1 N
Rt
RNE
S T
N G
RNE
Rf
VNE = 50 Volt
Isolator pecah.
c z
Bila terjadi gangguan fasa ke tanah apa yang terjadi ?Maka tegangan
sentuh nol.Tetapi telah kita pelajari bahwa tidak ada ”TRUE UN
EARTH” (yang tak ada capasitasnya).Sehingga segitiga vektor tegangan
seluruhnya tergeser dari tanah, oleh karena itu perlu dipasang detector
gangguan.Ungrounded system bila terjadi gangguan fasa
ketanah.Akibatnya arus gangguan tidak nol (arusnya kecil sekali).
Oleh karena itu IT System hanya boleh dipakai pada system yang terbatas
(misal:bengkel, rumah sakit dll).Bila ada alat lain dan terjadi juga
gangguan apa yang terjadi bila seperti gambar dibawah.
50Ω 50Ω
380V
If = 3,8 A
100
Vs = 190 V.
Maka tegangan besar, zekring tidak putus, cara mengatasinya satu sama
lain harus terhubung dengan hantaran pengaman.
Pada sistim tenaga listrik pentanahan dapat dibedakan dalam dua macam
yaitu:
a. Dalam PUIL 1987 pasal 313. B.1, luas penampang penghantar antara
sumber atau trafo dan peralatan listrik, harus sedemikian, sehingga
bila terjadi hubung singkat antara fasa dan hantaran nol atau badan
peralatan, arus gangguan besarnya paling sedikit sama dengan arus
pemutus alat pengamannya yang terdekat yaitu : IA = k IN, dimana k
adalah factor yang harganya tergantung kepada karakteristik alat
pengamannya.
b. Penghantar nol setidak-tidaknya harus dibumikan di sumber,
disetiap percabangan saluran, disetiap ujung saluran dan juga setiap
pelanggan.
Tahanan pembumian total hantaran nol (RNE) harus tidak melebihi 5 ohm,
dengan alas an bila terjadi gangguan ketanah yang biasanya melalui
tahanan gangguan RG, maka penghantar netral akan mengalami kenaikan
tegangan sesuai persamaan berikut (tahanan penghantar diabaikan) :
RNE
VNE = x220Volt
RNE RG
Pada umumnya harga tahanan gangguan yang kurang dari 17 ohm jarang
terjadi, maka besar kenaikan tgangan netral adalah :
5
V NE X 220Volt 50Volt Batas tegangan sentuh yang aman menurut
5 17
PUIL atau IEC adalah 50 Volt.
PHB
Pentanahan
Rel pengaman
pengaman
Peralatan
Electrode
pembumian
Gambar 3.2
Jalan balik bagi arus netral terputus, sehingga peralatan listrik tidak bisa
hidup. Kedua terminal alat listrik akan bertegangan 220 Volt. Bahaya
lainnya tidak ada.
Jalan balik bagi arus beban adalah melalui tanah setelah melalui hantaran
pembumian elektroda pembumian pelanggan, badan peralatan yang
dibumikan akan bertegangan sebesar VB I B XRE Tegangan sentuh bila
seseorang menyentuh peralatan tersebut adalah :
RE
VS X 220V
RE RB
Maka :
2202
RB 40,33
700 500
20
VS X 220V 73Volt
20 40,33
Tegangan sebesar ini akan terasa pada semua alat yang badannya
terhubung terhu bung kenetral melalui penghantar pengaman baik yang
dihidupkan atau tidak.
RE
VS X 220V 50Volt
RE RB
50RE RB 220 RE
50 50 2202
RE RB X
170 170 VA
Atau RE x VA = 14235
Dari hubungan tersebut dapat dibuat table :
DAYA ( VA RE ( Ohm )
)
450 31,6
900 15,8
1300 11
2200 6,5
4400 3,2
Dari table ini dapat dilihat makin besar daya pelanggan, harus semakin
baik tahanan pembumiannya agar pada saat netral putus tidak terjadi
kenaikan tegangan badan peralatan.
Bila beban pelanggan tiga fasa terbagi rata pada setiap fasa arus yang
melalui penghantar netral diterminal netral PHB akan saling menetralisir,
sehingga arus netral yang keluar dari terminal PHB akan = 0 . Tetapi hal
seperti ini jarang terjadi.
Bila beban tidak seimbang kasus bahaya yang sama seperti butir b akan
terjadi. Arus netral yang diteruskan ketanah adalah :
I E = IR + IS + I T
VE = IE X RE
Jadi semakin besar arus ketidak seimbangan akan semakin besar tegangan
VE.
Bila putusnya netral ini terjadi pada pelanggan yang pentanahan netralnya
tidak ada, sedangkan netral instalasi dan penghantar pengaman tetap
dihubungkan diterminal netral PHB, maka bila bebannya tidak seimbang
badan peralatan akan menjadi bertegangan. Disamping itu sebagian
peralatan akan tersambung pada tegangan yang lebih besar dari 220 Volt.
Hal ini tentu saja dapat merusak peralatan pelanggan yang bersangkutan.
Disebelah hilir dari titik putus terdapat sejumlah pelanggan. Arus balik
yang melalui netral akan melewati tahanan pembumian ekivalen RE, yang
merupakan gabungan dari tahanan pembumian (di PHB pelanggan dan di
JTR) yang terdapat disebelah hilir titik gangguan. Bila beban ada dalam
keadaan seimbang, arus yang melalui netral ini kecil dan kondisi ini tidak
membahayakan.
Bila beban ada dalam keadaan tak seimbang bahaya yang sama seperti
kasus c akan terjadi. Hal yang sama akan berlaku juga bila kawat netral
putus ditempat lain di JTR. Pada bagian dibelakang netral yang putus
tidak akan terjadi hal yang membahakan selama beban dalam keadaan
seimbang. Bila beban tak seimbang akan terjadi kenaikan tegangan pada
badan peralatan yang tersambung ke netral melalui penghantar pengaman
sebesar :
VE = IE X RE
RE
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Maka dari itu penulis sangat berharap sekali bahwa para pembaca selalu
memberikan sebuah kritikan dan saran kepada penulis agar penulis bisa
menjadikan saran dan kritikan yang diberikan oleh para pembaca ini di jadikan
sebagai bahan evaluasi untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA