Anda di halaman 1dari 12

KAWAT TANAH

1. Latar Belakang diperlukannya Kawat Tanah


Untuk mengimbangi meningkatnya kebutuhan energi listrik, usaha atas perencanaan dan
pengembangan sistem listrik yang ada harus terus diupayakan, termasuk juga
perencanaan dan pengembangan sistem perlindungan sebagai salah satu komponen utama
sistem transmisi saluran udara. Termasuk di dalamnya dari gangguan alam yaitu petir. di
Indonesia ini merupakan daerah yang sangat sering dikunjungi petir, karena Indonesia
terletak didaerah katulistiwa yang panas dan lembab, yang mengakibatkan terjadinya
hari guruh (IKL) yang sangat tinggi dibanding daerah lainnya (100 -200 hari pertahun).
Kerapatan sambaran petir di Indonesia sangat besar yaitu 12/km2/tahun yang berarti pada
setiap luas area 1 km2 berpotensi menerima sambaran petir sebanyak 12 kali setiap
tahunnya. Dan energi yang dihasilkan oleh satu sambaran petir juga sangat besar yaitu,
mencapai 55 kwh.
Mengetahui betapa bahayanya gangguan petir terhadap sistem jaringan transmisi, maka
dilakukanlah usaha-usaha untuk menangkal petir, begitu pula yang terjadi pada saluran
transmisi yang sangat rawan terkena sambaran petir, dari hal tersebut maka dilakukan
upaya untuk menangkal petir, salah satunya dengan cara menggunakan kawat tanah.
2. Pengertian
Kawat Tanah (Earth wire/ ground wire/ kawat petir ) adalah suatu pengaman dari sistem
tenaga listrik khususnya pada sistem transmisi yaitu dengan melindungi kawat
penghantar atau kawat fasa terhadap sambaran petir. Kawat tanah ini dipasang di atas
kawat fasa dengan sudut perlindungan yang sekecil mungkin, karena dianggap petir
menyambar dari atas kawat. Oleh karena itu, kawat tanah juga disebut sebagai kawat
pelindung (shield wires). Kawat tanah dipasang sejajar dengan tiang dan terletak di atas
kawat fasa pada sistem transmisi listrik sehingga jika terjadi sambaran petir, yang
terkena adalah kawat tanah bukan kawat fasanya sehingga peralatan listrik pada sistem
transmisi tidak mengalami kerusakan. Sambaran petir yang mengenai kawat tanah akan
ditanahkan (grounding). Namun jika petir menyambar dari samping maka dapat
mengakibatkan kawat fasa tersambar dan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan.

3. Rumusan Masalah
Bagaimana prinsip kerja kawat tanah dalam menangkal petir dalam sistem

transmisi tenaga listrik ?


Bagaimana cara meningkatkan performa perlindungan dari kawat tanah ?

4. Bahan Kawat Tanah


Kawat tanah pada umumnya digunakan kawat baja (steel wires) yang telah di Galvanis
sehingga lebih murah, tetapi tidak jarang digunakan ACSR (dilapisi dengan almunium).
5. Hubungan Isokreaunic Level (Ikl) dengan Kawat Tanah Transmisi
Hantaran Udara
Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan kawat tanah
yang dilakukan untuk mendirikan transmisi hantaran udara adalah jumlah
hari guruh tahunan Isokreaunic Level (Ikl) yang terjadi pada daerah
transmisi itu akan didirikan. Pengaruh atau hubungan keduanya akan
sangat jelas pada saat menentukan perkiraan jumlah gangguan yang
terjadi pada transmisi hantaran udara tersebut. Yang mana perkiraan
jumlah gangguan berbanding lurus terhadap jumlah hari guruh tahunan
yang terjadi
Penjelasan buka di :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22097/4/Chapter%20II.pdf

6. Pemasangan Kawat Tanah


pada tower tension dipegang oleh tension clamp, sedangkan pada tower suspension
dipegang oleh suspension clamp. Pada tension clamp dipasang kawat jumper yang
menghubungkannya pada tower agar arus petir dapat dibuang ke tanah lewat tower.
Untuk keperluan perbaikan mutu pentanahan maka dari kawat jumper ini ditambahkan
kawat lagi menuju ke tanah yang kemudian dihubungkan dengan kawat pentanahan.
Salah satu penunjang kinerja dari kawat tanah adalah pentanahan tiang, yang berfungsi
untuk menyalurkan arus listrik dari kawat tanah (groundwire) akibat terjadinya sambaran

petir. Terdiri dari kawat tembaga atau kawat baja yang di klem pada pipa pentanahan dan
ditanam di dekat pondasi tower (tiang) SUTT.

7. Efektifitas Perlindungan Kawat Tanah


Efektivifitas perlidungan kawat tanah diharapkan mampu melindungi kawat fasa dengan
baik, sehingga tidakterjadi sambaran petir langsung ke kawat fasa. Keefektifan
perlindungan kawat tanah bertambah baik jika kawat tanah semakin dekat dengan kawat
fasa. Untuk memperoleh perlindungan (perisaian) yang baik, harus memenuhi
persyaratan penting sebagai berikut:
1. Supaya petir tidak menyambar langsung kawat fasa maka jarak kawat tanah di atas
kawat fasa diatur sedemikian rupa.
2. Pada tengah gawang kawat tanah harus mempunyai jarak yang cukup di atas kawat
fasa untuk mencegah terjadinya lompatan api karena tegangan pantulan negatif dari
dasar menara yang kembali ke tengah gawang.
3. Saat petir menyambar menara secara langsung, tidak terjadi flashover pada isolator.
4. Tahanan kaki menara harus cukup kecil untuk menurunkan tegangan yang dibebani
isolator agar tidak terjadi lompatan api (flashover) pada isolator.
8. Jumlah dan Posisi Kawat Tanah
Jumlah kawat tanah paling tidak ada satu buah diatas kawat fasa, namun umumnya di
setiap tower dipasang dua buah. Pemasangan yang hanya satu buah untuk dua
penghantar akan membuat sudut perlindungan menjadi besar sehingga kawat fasa
mudah tersambar petir. Sudut perlindungan kawat tanah terhadap tower yang standar
adalah 35 45o. Jarak antara groundwire dengan kawat fasa di tower adalah sebesar
jarak antar kawat fasa, namun pada daerah tengah gawang dapat mencapai 120% dari
jarak tersebut.

Gambar 2.4.2 Gambar kontruksi tiang


Sumber :
http://www.elektroindonesia.com/elektro/energi12a.html

9. Daerah Proteksi Kawat Tanah


Petir akan menyambar semua benda yang dekat dengan awan. Atau dengan kata lain
benda yang tinggi akan mempunyai peluang yang besar tersambar petir. Transmisi tenaga
listrik di

darat dianggap lebih efektif menggunakan saluran

udara dengan

mempertimbangkan faktor teknis dan ekonomisnya. Tentu saja saluran udara ini akan
menjadi sasaran sambaran petir langsung. Apalagi saluran udara yang melewati
perbukitan sehingga memiliki jarak yang lebih dekat dengan awan dan mempunyai
peluang yang lebih besar untuk disambar petir.
Selama terjadinya pelepasan petir, muatan positif awan akan menginduksi muatan negatif
pada saluran tenaga listrik. Muatan negatif tambahan ini akan mengalir dalam 2 arah
yang berlawanan sepanjang saluran. Surja ini mungkin akan merusak isolasi saluran atau
hanya terjadi pelepasan di antara saluran-saluran tersebut.
Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dan tegangan ekstra tinggi (EHV) cenderung
untuk melindungi saluran dari adanya tegangan lebih akibat surja hubung dan surja petir.
Untuk tegangan ultra tinggi (UHV), desain isolasi lebih cenderung kepada proteksi
terhadap surja hubung. Adanya tegangan lebih ini akan mengakibatkan naiknya tegangan
operasi yang tentunya dapat merusak peralatan-peralatan listrik.

Salah satu cara melindungi saluran tenaga listrik tersebut adalah dengan menggunakan
kawat tanah pada saluran. Prinsip dari pemakaian kawat tanah ini adalah bahwa kawat
tanah akan menjadi sasaran sambaran petir sehingga melindungi kawat phasa dengan
daerah/zona tertentu.
Kawat tanah yang digunakan untuk melindungi saluran tenaga listrik, diletakkan pada
ujung teratas saluran dan terbentang sejajar dengan kawat phasa. Groundwire ini dapat
ditanahkan secara langsung atau secara tidak langsung dengan menggunakan sela yang
pendek.

Dalam melindungi kawat phasa tersebut, daerah proteksi groundwire dapat digambarkan
seperti pada Gambar 1

Gambar 1 Daerah proteksi dengan menggunakan 1 buah groundwire

Dari gambar di atas, misalkan groundwire diletakkan setinggi h meter dari tanah.
Dengan menggunakan nilai-nilai yang terdapat pada gambar tersebut, titik b dapat
ditentukan sebesar 2/3 h. Sedangkan zona proteksi groundwire terletak di dalam daerah
yang diarsir. Di dalam zona tersebut, diharapkan tidak terjadi sambaran petir langsung
sehingga di daerah tersebut pula kawat phasa dibentangkan.

Apabila hx merupakan tinggi kawat phasa yang harus dilindungi, maka lebar b x dapat
ditentukan dalam 2 kondisi, yaitu :
o Untuk hx > 2/3 h , bx = 0,6 h (1 hx/h)
o Untuk hx < 2/3 h , bx = 1,2 h (1 hx/0,8h)
Dalam beberapa kasus, sebuah groundwire dirasa belum cukup untuk memproteksi
kawat phasa sepenuhnya. Untuk meningkatkan performa dalam perlindungan terhadap
sambaran petir langsung, lebih dari satu groundwire digunakan.

Bila digunakan 2 buah groundwire dengan tinggi h dari tanah dan terpisah sejauh s,
perhitungan untuk menetapkan zona proteksi petir dilakukan seperti halnya
menggunakan 1 buah groundwire. Gambar 2 menunjukkan zona perlindungan dari
penggunaan 2 buah groundwire.

Gambar 2 Zona perlindungan dari penggunaan 2 buah groundwire

Dari gambar tersebut, apabila ho menyatakan tinggi titik dari tanah di tengah-tengah 2
groundwire yang terlindungi dari sambaran petir, maka ho dapat ditentukan : ho = h - s/4
Sedangkan daerah antara 2 groundwire dibatasi oleh busur lingkaran dengan jari-jari 5/4
s dengan titik pusat terletak pada sumbu di tengah-tengah 2 groundwire.

10. Gangguan kilat pada seperempat jarak dan setengah jarak dari menara pada saluran udara
tegangan tinggi
Pada saluran udara tegangan ekstra tingi (SUTET), dan saluran tegangan ultra tinggi
(SUTUT), gangguan pada seperempat dan setengah jarak dari menara diabaikan. Hal ini
dilakukan karena jarak-jarak aman antara kawat fasa dan kawat tanah dan kawat fasa ke
kawat fasa sangat besar sehingga kekuatan impuls isolasi dari udara di tempat tersebut
cukup besar untuk mencegah terjadinya lompatan api. Tetapi pada saluran udara
tegangan tinggi (SUTT) digunakan metode AIEE yaitu dengan membandingkan
kekuatan isolasidari jarak antara kawat tanah dan kawat fasa terhadap tegangan yang
timbul karena arus kilat ditempat-tempat tersebut.
Jarak vertikal antara kawat tanah dan kawat fasa diperoleh dengan memisahkan lengkung
kawar itu memenuhi persamaan berikut :

Gambar 2.4.6 Kawat tanah dan kawat fasa dari kawat trasmisi

Maka

Dimana :
y = tinggi kawat tanah diatas tanah, (m)
y = tinggi kawat fasa diatas tanah, (m)
do = andongan maksimum kawat tanah,(m)
do= andongan maksimum kawat fasa, (m)
b = jarak vertikal antara kawat fasa dan kawat tanah, (m)
bm = jarak vertikal antara kawat tanag dan kawat fasa ditengah-tengah gawang, (m)
bq = jarak vertikal antara kawat tanah dan kawat fasa diseperempat gawang, (m)
Bila p = jarak horizontal antara kawat tanah dan kawat fasa. Maka jarak antara kawat
tanah dan kawat fasa :

11. Prinsip Kerja Kawat Tanah


Kawat tanah atau overhead groundwire (kawat petir / kawat tanah) adalah media untuk
melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang di atas kawat fasa
dengan sudut perlindungan yang sekecil mungkin, karena dianggap petir menyambar
dari atas kawat. Namun jika petir menyambar dari samping maka dapat mengakibatkan
kawat fasa tersambar dan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan. Kawat pada tower
tension dipegang oleh tension clamp, sedangkan pada tower suspension dipegang oleh
suspension clamp. Pada tension clamp dipasang kawat jumper yang menghubungkannya
pada tower agar arus petir dapat dibuang ke tanah lewat tower. Untuk keperluan
perbaikan mutu pentanahan maka dari kawat jumper ini ditambahkan kawat lagi menuju
ke tanah yang kemudian dihubungkan dengan kawat pentanahan.

Gambar 3.1 Pemasangan groundwire


Sumber :
http://www.docstoc.com/docs/43185297/kawat-tanah

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa hadirnya groundwire dimaksudkan sebagai


tempat sambaran petir langsung dan dapat melindungi kawat phasa. Zona perlindungan
groundwire dapat dinyatakan dengan parameter sudut perlindungan, yaitu sudut antara
garis vertikal groundwire dengan garis hubung antara groundwire dan kawat phasa. Jika
sudut perlindungan tersebut dinyatakan dalam a dan tinggi groundwire adalah h, maka
probabilitas sambaran petir pada groundwire (p) dapat ditentukan sebagai berikut :

log p =

-4

Dari persamaan tersebut, terlihat bahwa makin tinggi groundwire dan sudut
perlindungan yang besar, akan mengakibatkan probabilitas tersebut meningkat. Untuk
itu diperlukan pemilihan tinggi groundwire dan sudut perlindungan yang tepat untuk
mendapatkan performa perlindungan yang baik dari sambaran petir.

Gambar 3.2 Kurva ketinggian groundwire vs sudut perlindungan

Gambar 3.2.1 Kurva probabilitas kegagalan perlindungan vs sudut perlindungan

Gambar 3.2 menunjukkan kurva antara ketinggian rata-rata groundwire vs sudut


perlindungan rata-rata. Dari gambar tersebut terlihat daerah berwarna hitam merupakan
daerah kemungkinan gagal dalam perlindungan. Sedangkan gambar 3.2.1 menunjukkan
probabilitas kegagalan perlindungan dari sambaran petir ke saluran sebagai fungsi dari
ketinggian groundwire dan sudut perlindungan.
Dengan demikian, kurva pada gambar 3 menunjukkan probabilitas kegagalan dalam
perlindungan kurang dari 1 % (berdasar kurva gambar 4). Probabilitas ini berarti lebih
kecil dari satu kali kegagalan dalam setiap 100 sambaran petir pada groundwire.

Untuk meningkatkan keandalan sistem ini, diperlukan pentanahan yang baik pada setiap
menara listrik. Jika petir menyambar pada groundwire di dekat menara listrik, maka
arus petir akan terbagi menjadi dua bagian. Sebagian besar arus tersebut mengalir ke
tanah melalui pentanahan pada menara tersebut. Sedangkan sebagian kecil mengalir
melalui groundwire dan akhirnya menuju ke tanah melalui pentanahan pada menara
listrik

berikutnya.

Lain

halnya

jika

petir

menyambar

pada

tengah-

tengah groundwire antara 2 menara listrik. Gelombang petir ini akan mengalir ke
menara-menara listrik yang dekat dengan tempat sambaran tersebut.

12. Kesimpulan
Pemakaian overhead groundwire dalam saluran transmisi tenaga listrik mempunyai
harapan agar sambaran petir tidak mengenai kawat phasa. Luas zona/daerah
perlindungan groundwire tergantung dari ketinggian groundwire itu sendiri. Probabilitas
kegagalan dalam perlindungan akan naik dengan makin tingginya groundwire dan
besarnya sudut perlindungan. Untuk itu diperlukan pemilihan ketinggian serta sudut
perlindungan yang sesuai untuk mendapatkan perlindungan yang baik.
Peningkatan performa perlindungan transmisi tenaga listrik dari sambaran petir yang
paling

mudah

dilakukan

dengan

menambah

jumlah groundwire.

Kombinasi

pemakaian groundwire dengan peralatan-peralatan lainnya sangat diharapkan untuk


memperoleh performa perlindungan yang lebih tinggi di antaranya dengan pemakaian
arester yang merupakan alat pelindung modern.

Namun jika petir menyambar dari samping maka dapat mengakibatkan kawat fasa
tersambar dan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan.

Anda mungkin juga menyukai