Anda di halaman 1dari 15

Studi Kasus tentang Jaringan

Tegangan Rendah (JTR)


Biodata

Nama : Irfaan Hakim Diforsa


Tmpt/tgl lahir : Pontianak, 21 Oktober 2000
No. Telp : 0813 4607 2125
Pendidikan Terakhir : SMA N 2 Pontianak
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status Pekerjaan : Direktur di PT. Jage Muare Ulakan
Soal

Pada pemasangan dan pembangunan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) atau APP, ketika
terjadi sambaran petir pada system tersebut menyebabkan kenaikan tegangan dan arus yang
sangat besar di jaringan. Timbul gelombang berjalan (Travelling Wave) tegangan yang
mengakibatkan peralatan trafo distribusi dan peralatan elektronik pelanggan mengalami
kerusakan. Untuk melindungi atau mengamankan peralatan listrik, maka :

1. Tindakan apa yang dilakukan dalam meminimalisir dampak dari adanya sambaran petir.
2. Buat laporan terhadap hasil evaluasi dan analisis dalam menangani kasus ini.
Rumusan Masalah

1. Apa cara yang dilakukan dalam meminimalisir dari dampak yang dihasilkan oleh
sambaran petir ?
2. Apa saja jenis-jenis sambaran petir ?
Landasan Teori

Petir merupakan salah satu fenomena alam yang berbahaya, baik bagi makhluk hidup maupun
bagi lingkungan di sekitar daerah sambaran petir tersebut. Walaupun teknologi sudah
canggih, masih ada orang yang tewas akibat tersambar petir. Bukan hanya di luar rumah,
sambaran listrik dari langit ini bisa masuk kedalam rumah dan mengenai orang-orang serta
peralatan elektronik lainnya. Tak terhitung harta benda yang dirusak akibat sambaran petir.
Sambaran petir dapat berupa serangan petir yang mengganggu distribusi listrik tegangan
rendah dan dapat merenggut nyawa bagi yang terkena serangan langsung. Begitu besar
bahaya yang ditimbulkan akibat adanya sambaran petir ini sehingga Masyarakat perlu
waspada dan hati-hati pada saat terjadi hujan disertai petir.
Petir merupakan gejala alama yang tidak bisa kita hilangkan atau kita cegah. Kejadian petir
dapat melibatkan arus yang sangat besar dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi bahaya
yang ditimbulkan sangatlah besar. Pelepasan muatan listrik antara awan dengan tanah terjadi
karena adanya kuat medan listrik antara muatan di awan dengan muatan induksi di
permukaan tanah, semakin besar muatan yang terdapat di awan, semakin besar pula medan
listrik yang terjadi. Apabila kuat medan ini melebihi kuat medan yang tembus di udara, maka
akan terjadi fenomena petir\
Petir akan menyambar pada objek yang tinggi seperti pohon, Menara transmisi listrik, tower
pemancar (BTS), Gedung bertingkat, Gedung pencakar langit, bahkan sebuah pohon pisang
di Tengah ladang luas sekalipun akan beresiko tersambar petir.
Analisa Masalah

Pada system kelistrikan banyak sekali masalah yang sering terjadi, salah satu masalah
tersebut yaitu dampak dari sambaran petir pada jaringan tegangan rendah yang
mengakibatkan peralatan trafo dan peralatan elektronik pada pelanggan menjadi rusak atau
bermasalah, maka dari itu perlu dilakukan tindakan seperti pemasangan grounding atau
pemeliharaan pada jaringan tegangan rendah untuk mengetahui kelayakan pembumian pada
setiap peralatan yang ada di gardu trafo, tidak hanya itu pembumian pada ujung jaringan pun
harus diperhatikan kelayakannya atau jika perlu tambahan atau dilakukan pergantian.
Selain itu keamanan peralatan elektronik pelanggan untuk setiap rumah, instalasi listrik app
pada rumah juga perlu untuk dipasangkan sebuah grounding agar pada saat terjadinya arus
lebih akibat sambaran petir, arus lebih tersebut bisa terbuang ke tanah
Di situasi yang sering didapatkan seperti pada saat ini, kita sering mendapatkan kasus
masalah akibat sambaran petir, sambaran petir dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Sambaran Langsung
Sambaran Langsung adalah sambaran petir ke arah fasa konduktor dan penunjang fasa
konduktor (tiang). Tetapi, yang sering terjadi adalah sambaran petir yang langsung menuju
fasa konduktor dari system tenaga. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan (probabilitas) dari
sambaran petir menuju ke fasa konduktor lebih besar.
2. Sambaran Tidak Langsung
Sambaran petir yang terjadi di dekat system tenaga, sambaran tersebut dapat berupa sambaran
petir dari awan ke tanah ataupun sambaran petir dari awan ke awan. Biasanya sambaran petir
ini lebih berpengaruh pada saluran tegangan menengah dibandingkan dengan saluran
tegangan tinggi. Akibat adanya sambaran ini, akan timbul medan elektromagnetik yang dapat
menginduksikan tegangan pada saluran system tenaga.
Kesimpulan / Saran

Dengan pemasangan grounding pada bagian yang rawan terkena masalah atau gangguan
merupakan salah satu metode untuk meminimalisir terjadinya gangguan.
Grounding system adalah suatu perangkat instalasi yang berfungsi untuk melepaskan arus
petir kedalam bumi, salah satu kegunaannya untuk melepas muatan arus petir. Standart
kelayakan grounding atau pembumian harus bisa memiliki nilai tahan sebaran atau resistansi
maksimal 5 Ohm (jika dibawah 5 Ohm lebih baik). Material grounding dapat berupa batang
tembaga, lempeng tembaga atau kerucut tembaga, semakin luas permukaan material
grounding penangkal petir yang di tanam ke tanah maka resistansi akan semakin rendah atau
semakin baik.
Kesimpulan / Saran

Untuk mencapai nilai grounding tersebut, tidak semua areal bisa terpenuhi, karena ada
beberapa aspek yang mempengaruhinya, yaitu :
1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahan sebaran mudah didapatkan
2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahan sebaran/resistansi
karena jika tanah semakin banyak mengandung logam maka arus petir semakin mudah
menghantarkan.
3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakin mudah
menghantarkan.
4. Tekstur Tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan poros akan sulit untuk mendapatkan
tahan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan mineral akan mudah hanyut.
Kesimpulan / Saran

Grounding system atau pembumian dapat dibuat dengan 3 bentuk, diantaranya :


1. Single Grounding
2. Paralel Grounding
3. Maksimum Grounding
1. Single Grounding
Yaitu dengan menancapkan sebuah
batang logam atau pasak biasanya di
pasang tegak lurus masuk kedalam
tanah. Ada juga yang menggunakan pipa
galvanis yang didalamnya diisi dengan
kabel BC, kemudian di hubungkan
dengan kabel penyalur petir melalui bak
control.
2. Paralel Grounding
Ketika system single grounding masih mendapatkan hasil yang
kurang baik, maka perlu di tambahkan material logam arus
pelepas ke dalam tanah yang jarak antara batang logam atau
material minimal 2 Meter dan dihubungkan dengan kabel
BC/BCC. Penambahan batang logam atau material dapat juga
ditanam mendatar dengan kedalaman tertentu, bisa mengelilingi
bangunan membentuk cincin atau cakar ayam. Kedua Teknik ini
bisa diterapkan secara bersamaan dengan acuan tahan sebaran
atau resistansi kurang dari 5 Ohm setelah pengukuran dengan
Earth Tester Ground.
3. Maksimum Grounding
Maksimum Grounding yaitu dengan memasukkan
bahan grounding penangkal petir dalam bentuk
lembaran tembaga yang diikat oleh kabel BC, serta
dengan penggantian air tanah pada titik grounding.
Teknik pembuatan grounding penangkal petir seperti ini
merupakan cara yang paling baik akan tetapi
konsekuensinya membutuhkan biaya yang cukup
mahal.

Anda mungkin juga menyukai