Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG

Disusun Oleh
Nama
1.
2.
3.
4.

:
NIM

Nurul Pratiwi
D411 12 276
Aisyah Fachriani Nur D411 12 289
Ni Nyoman Wirati
D411 12 290
Odilia Valentine
D411 12 296

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
Abstract

Dizaman sekarang khususnya di kota-kota besar, hampir


semua gedung di bangun secara bertingkat, dari yang tingkat satu
sampai tingkat puluhan. Semakin tinggi suatu bangunan semakin
tinggi pula resiko gangguan keamanan bangunan tersebut. Salah
satu kemungkinan gangguan

yang terjadi ialah gangguan dari

sambaran petir. Untuk mencegah resiko tersebut maka di pasanglah


proteksi pada gedung-gedung tersebut. Salah satu proteksi yang
dipasang

ialah

penangkal

petir.

Petir

terjadi

karena

akibat

perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif


(proton).

Sambaran

petir

yang

sering

terjadi

di

bumi

ialah

perpindahan muatan yang ada di awan dengan muatan yang ada di


bumi. Secara teoritis petir bisa terjadi karena proses ionisasi atau
gesekan awan.
Ada berbagai macam dampak dari sambaran petir, baik yang
langsung

maupun

tidak

langsung,

kedua-duanya

sama-sama

menimbulkan bahaya bagi gedung itu sendiri atau bagi manusia,


salah satu bahaya yang mungkin terjadi pada manusia

ialah

kematian. Maka proteksi penangkal petir sangat penting untuk


dipasang di gedung-gedung yang tinggi. Jenis-jenis penangkal petir
ada

berbagai

macam,

daintaranya

jenis

penangkal

petir

konvensional, penangkal petir dengan metode radio aktif dan


penangkal petir dengan metode elektronis. Semuanya mempunyai
fungsi yang sama yaitu mengamankan gedung dari sambarn petir.

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan gedunggedung baru cenderung bertingkat, hal
ini sebagai solusi semakin sempitnya lahan tanah yang ada. Namun
disisi lain, dengan semakin banyak berdirinya bangunan bertingkat,
beberapa permasalahan mengenai keamanan bangunan menjadi
hal penting untuk diperhatikan, karena bangunan bertingkat lebih
beresiko mengalami gangguan, baik gangguan secara mekanik
maupun gangguan alam. Salah satu dari gangguan mekanik bisa
dimungkinkan

kerobohan

bangunan, sedangkan

gedung

karena

kurang

kokoknya

gangguan alam yang sering terjadi adalah

terkenanya sambaran petir.


Secara geografis letak Indonesia yang dilalui garis katulistiwa
menyebabkan

Indonesia

beriklim

tropis,

akibatnya

Indonesia

memiliki hari guruh rata-rata per tahun yang sangat tinggi. Dengan
demikian bangunan bangunan di Indonesia memiliki resiko lebih
besar

mengalami

kerusakan

akibat

terkena

sambaran

petir.

Kerusakan yang ditimbulkan dapat membahayakan peralatan serta


manusia yang berada di dalam gedung tersebut. Petir merusak
struktur yang terbuat dari bahan, seperti batu, kayu, beton dan baja
yang dapat mengalirkan arus listrik yang tinggi dari petir sehingga
dapat

memanaskan

bahan

dan

akan

menyebabkan

potensi

kebakaran atau kerusakan berbahaya lainnya.


Untuk melindungi dan mengurangi dampak kerusakan dari
sambaran petir maka perlu dipasang sistem pengaman pada
gedung bertingkat. Sistem pengaman itu salah satunya berupa
sistem penangkal petir beserta pentanahannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Dampak dan Mekanisme Induksi Petir ?
2. Mengapa Gedung Perlu di Beri Penangkal Petir ?
3. Bagaimana Konstruksi Pemasangan Penangkal Petir Pada Gedung
?

4. Dampak diareal bangunan BTS (Base Transceiver Station)


berproteksi yang terkena sambaran petir ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dampak dan Mekanisme Induksi Petir
1. Pengertian Petir
Petir adalah salah satau fenomena kelistrikan udara di alam.
Proses terjadinya petir akibat perpindahan muatan negatif (elektron)
menuju

ke

muatan

positif

(proton).

Para

ilmuwan

menduga

lompatan bunga api listriknya sendiri terjadi, ada beberapa tahapan


yang biasanya dilalui. Pertama adalah pemampatan muatan listrik
pada awan bersangkutan. Umumnya, akan menumpuk di bagian
paling atas awan adalah listrik muatan negatif, di bagian tengah
adalah listrik bermuatan positif, sementara di bagian dasar adalah
muatan negatif yang berbaur dengan muatan positif, pada bagian
inilah petir biasa berlontaran. Petir dapat terjadi antara awan
dengan awan, dalam awan itu sendiri, antara awan dan udara,
antara awan dengan tanah (bumi). Energi yang dihasilkan oleh satu
sambaran 55 kw/hour.
Ada 2 teori yang mendasari proses terjadinya petir, diantarnya
adalah;
a. Proses Ionisasi
Sambaran Petir merupakan

peristiwa

alam

yaitu

proses

pelepasan muatan listrik (Electrical Discharge) yang terjadi di


atmosfer, hal ini disebabkan berkumpulnya ion bebas bermuatan
negatif dan positif di awan, ion listrik dihasilkan oleh gesekan antar
awan dan juga kejadian ionisasi ini disebabkan oleh perubahan
bentuk air mulai dari cair menjadi gas atau sebaliknya, bahkan
padat (es) menjadi cair. Ion bebas menempati permukaan awan dan
bergerak

mengikuti

angin

yang

berhembus,

bila

awan-awan

terkumpul di suatu tempat maka awan bermuatan ion tersebut akan

memiliki beda potensial yang cukup untuk menyambar permukaan


bumi maka inilah yang disebut petir.
b. Gesekan Antar Awan
Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angin, selama
proses bergeraknya awan ini maka saling bergesekan satu dengan
yang lainya, dari proses ini terlahir electron-electron bebas yang
memenuhi permukaan awan. Proses ini bisa di simulasikan secara
sederhana pada sebuah penggaris plastik yang digosokkan pada
rambut maka penggaris ini akan mampu menarik potongan kertas.
Pada suatu saat awan ini akan terkumpul di sebuah kawasan, saat
inilah petir dimungkinkan terjadi karena electron-elektron bebas ini
saling menguatkan satu dengan lainnya. Sehingga memiliki cukup
beda potensial untuk menyambar permukaan bumi.
2. Dampak Yang Ditimbulkan Adanya Petir
Selain petir dapat menyambar sebuah bangunan yang telah di
lengkapi anti

petir/penangkal

petir konvensional

maupun

elektrostatis, petir juga dapat menyambar melalui jaringan listrik


PLN yang kabelnya terbentang di luar dan terbuka. Pada Umumnya
jaringan listrik terbuka seperti ini masih ada dan di pergunakan di
beberapa negara termasuk Indonesia. Arus petir yang merusak
perangkat panel listrik bukan di sebabkan oleh sambaran petir yang
menyambar langsung ke bangunan yang telah di pasang penangkal
petir atau anti petir melainkan sambaran petir mengenai jaringan
listrik

PLN

sehingga arus

petir ini

masuk

ke

bangunan

mengikuti kabel listrik dan merusak panel listrik tersebut.


Jadi biasanya sambaran petir mengenai sesuatu yang jauh dari
bangunan

yang

instalasi penangkal

telah
petir

terpasang instalasi penangkal

petir baik

konvensional maupun penangkal

petir

elektrostatis, hal ini sudah biasa terjadi karena kabel distribusi PLN
memakai kabel distribusi terbuka dan letaknya tinggi, seperti yang
terpasang pada jaringan listrik tegangan tinggi di Indonesia.
Untuk penanganan agar peristiwa ini tidak terjadi maka perlu
sekali jaringan listrik pada sebuah bangunan di lengkapi dengan
perangkat Surya Arrester (Pelepas

tegangan

lebih/over

voltage).

Jenis dan merk Surge Arrester ini banyak sekali tersedia di pasaran
umum, yang jelas pemasangan arrester harus di hubungkan
dengan grounding ke bumi.
3. Mekanisme Induksi Petir
Mekanisme induksi karena secara tidak langsung
sambaran petir menyebabkan kenaikan potensial pada peralatan
elektronik, hal ini terjadi dikarenakan beberapa faktor, diantaranya
adalah:
a. Kopling Resistif
Ketika

permukaan

struktur

bangunan

terkena sambaran

petir, arus petir yang mengalir kedalam tanah membangkitkan


tegangan yang bisa mencapai ribuan volt diantara tegangan
supplay 220 V, jaringan data dan pentanahan. Hal ini menyebabkan
sebagian

arus

mengalir

pada

bagian

penghantar

luar

misalnya kabel yang terhubung dengan bangunan dan terus menuju


ke grounding.
b. Kopling Induktif
Arus petir mengalir dalam suatu penghantar akan menghasilkan
medan magnet. Medan magnet ini akan berhubungan dengan
penghantar

lainnya

sehingga

menyebabkan

terjadinya

loop

tegangan dengan nilai tegangan yang cukup tinggi.


c. Kopling Kapasitif
Saluran petir dekat sambaran petir dapat menyebabkan medan
kapasitif yang tinggi pada peralatan penghantar seperti suatu
kapasitor yang sangat besar dengan udara sebagai dielektriknya.
Melalui

cara

ini

terjadi

kenaikan

tegangan

tinggi

pada kabel meskipun struktur bangunan tidak terkena sambaran


langsung.
4. Bahaya Akibat Sambaran Petir
a. Sambaran Petir Langsung Melalui Bangunan
Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan
rumah, kantor dan gedung, tentu saja hal ini sangat membahayakan
bangunan

tersebut

beserta

seluruh

isinya

karena

dapat

menimbulkan kebakaran, kerusakan perangkat elektrik/elektronik


atau bahkan korban jiwa. Maka dari itu setiap bangunan di wajibkan
memasang instalasi penangkal petir. Cara penanganannya adalah
dengan cara memasang terminal penerima sambaran petir serta
instalasi pendukung lainnya yang sesuai dengan standart yang telah
di tentukan. Terlebih lagi jika sambaran petir langsung mengenai
manusia, maka dapat berakibat luka atau cacat bahkan dapat
menimbulkan kematian. Banyak sekali peristiwa sambaran petir
langsung yang mengenai manusia dan biasanya terjadi di areal
terbuka.
b. Sambaran Petir Melalui Jaringan Listrik
Bahaya

sambaran

ini

sering

terjadi, petir menyambar

dan

mengenai sesuatu di luar area bangunan tetapi berdampak pada


jaringan listrik di dalam bangunan tersebut, hal ini karena sistem
jaringan distribusi listrik/PLN memakai kabel udara terbuka dan
letaknya sangat tinggi, bilamana ada petir yang menyambar pada
kabel terbuka ini maka arus petir akan tersalurkan ke pemakai
langsung. Cara penanganannya adalah dengan cara memasang
perangkat arrester sebagai

pengaman

tegangan

lebih

(over

voltage). Instalasi surge arresterlistrik ini dipasang harus dilengkapi


dengan grounding system.
c. Sambaran Petir Melalui Jaringan Telekomunikasi
Bahaya sambaran petir jenis ini hampir serupa dengan yang ke-2
akan tetapi berdampak pada perangkat telekomunikasi, misalnya
telepon

dan

PABX.

arresterkhusus

Penanganannya

untuk

jaringan

dengan

PABX

yang

cara pemasangan
di

hubungkan

dengan grounding. Bila bangunan yang akan di lindungi mempunyai


jaringan internet yang koneksinya melalui jaringan telepon maka
alat ini juga dapat melindungi jaringan internet tersebut.
Pengamanan

terhadap

suatu

bangunan

atau

objek

dari

sambaran petir pada prinsipnya adalah sebagai penyedia sarana


untuk menghantarkan arus petir yang mengarah ke bangunan yang
akan kita lindungi tanpa melalui struktur bangunan yang bukan

merupakan

bagian

penangkal petir,

dari

sistem

tentunya

proteksi petir atau

harus

sesuai

instalasi

dengan

standart

pemasangan instalasinya.
Ada 2 jenis kerusakan yang di sebabkan sambaran petir,
yaitu :
1. Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya
kebakaran.
2. Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur
bangunan

retak,

rusaknya

peralatan

elektronik

bahkan

penyalur (konduktor)

menuju

menyebabkan kematian.
5. Efek Sambaran Petir
a. Efek Listrik
Ketika arus
resistansi

petir melalui kabel

elektroda

bumi instalasi

penangkal

petir,

akan

menimbulkan tegangan jatuh resistif, yang dapat dengan segera


menaikan tegangan sistem proteksi kesuatu nilai yang tinggi
dibanding dengan tegangan bumi. Arus petir ini juga menimbulkan
gradien tegangan yang tinggi disekitar elektroda bumi, yang sangat
berbahaya bagi makluk hidup. Dengan cara yang sama induktansi
sistem proteksi harus pula diperhatikan karena kecuraman muka
gelombang

pulsa petir.

pada sistem

proteksi

Dengan

petir adalah

demikian
jumlah

tegangan

aritmatik

jatuh

komponen

tegangan resistif dan induktif.

b. Efek Tegangan Tembus - Samping


Titik sambaran petir pada sistem proteksi petir bisa memiliki
tegangan yang lebih tinggi terhadap unsur logam didekatnya. Maka
dari

itu

akan

dapat

menimbulkan

resiko

tegangan

tembus

dari sistem proteksi petir yang telah terpasang menuju struktur


logam lain. Jika tegangan tembus ini terjadi maka sebagian arus
petir akan merambat melalui bagian internal struktur logam seperti

pipa besi dan kawat. Tegangan tembus ini dapat menyebabkan


resiko yang sangat berbahaya bagi isi dan kerangka struktur
bangunan yang akan dilindungi.
c. Efek Termal
Dalam kaitannya dengan sistem proteksi petir, efek termal
pelepasan muatan petir adalah terbatas pada kenaikan temperatur
konduktor

yang

dilalui

arus petir.

Walaupun

arusnya

besar,

waktunya adalah sangat singkat dan pengaruhnya pada sistem


proteksi petir biasanya diabaikan. Pada umumnya luas penampang
konduktor instalasi

penangkal

petir dipilih

terutama

umtuk

memenuhi persyaratan kualitas mekanis, yang berarti sudah cukup


besar untuk membatasi kenaikan temperatur 1 derajat celcius.
d. Efek Mekanis
Apabila arus

petir melalui kabel

penyalur pararel

(konduktor)

yang berdekatan atau pada konduktor dengan tekukan yang tajam


akan menimbulkan gaya mekanis yang cukup besar, oleh karena itu
diperlukan ikatan mekanis yang cukup kuat. Efek mekanis lain
ditimbulkan
temeratur

oleh sambaran
udara

yang

petir yang

tiba-tiba

disebabkan

mencapai

30.000

kenaikan
K

dan

menyebabkan ledakkan pemuaian udara disekitar jalur muatan


bergerak. Hal ini dikarenakan jika konduktifitas logam diganti
dengan konduktifitas busur api listrik, enegi yang timbul akan
meningkatkan sekitar ratusan kali dan energi ini dapat menimbulkan
kerusakan pada struktur bangunan yang dilindungi.
e. Efek Kebakaran Karena Sambaran Langsung
Ada dua penyebab utama kebakaran bahan yang mudah
terbakar karena sambaran petir, pertama akibat sambaran langsung
pada fasilitas tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar.
Bahan yang mudah terbakar ini mungkin terpengaruh langsung oleh
efek pemanasan sambaran atau jalur sambaran petir. Kedua efek
sekunder, penyebab utama kebakaran minyak. Terdiri dari muatan
terkurung, pulsa elektrostatis dan elektromagnetik dan arus tanah.
f. Efek Muatan Terjebak

Muatan statis ini di induksikan oleh badai awan sebagai


kebalikan dari proses pemuatan lain. Jika proses netralisasi muatan
berakhir dan jalur sambaran sudah netral kembali, muatan terjebak
akan tertinggal pada benda yang terisolir dari kontak langsung
secara listrik dengan bumi, dan pada bahan bukan konduktor seperti
bahan yang mudah terbakar. Bahan bukan konduktor tidak dapat
memindahkan muatan dalam waktu singkat ketika terdapat jalur
sambaran.
B. Mengapa Gedung Perlu Di Beri Penangkal Petir
1. Kebutuhan Bangunan Terhadap Ancaman Bahaya Petir
Suatu instalasi penangkal petir yang telah terpasang harus
dapat melindungi semua bagian dari struktur bangunan dan
arealnya termasuk manusia serta peralatan yang ada didalamnya
terhadap ancaman bahaya dan kerusakan akibat sambaran petir.
Berikut ini akan dibahas mengenai cara menentukan besarnya
kebutuhan bangunan akan proteksi petir menggunakan beberapa
standart yaitu berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penangkal
Petir,

Nasional

Fire

Protection

Association

780,

International

Electrotechnical Commision 1024-1-1.


Kebutuhan

Bangunan

Terhadap Ancaman

Bahaya

Petir Berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir. Jenis


Bangunan yang perlu diberi penangkal petir dikelompokan menjadi :
1. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara dan
cerobong pabrik.
2. Bangunan penyimpanan bahan mudah meledak atau terbakar,
misalnya pabrik amunisi, gudang bahan kimia.
3. Bangunan untuk kepentingan umum seperti gedung sekolah,
stasiun, bandara dan sebagainya.
4. Bangunan yang mempunyai fungsi khusus dan nilai estetika
misalnya museum, gedung arsip negara.
Besarnya kebutuhan suatu bangunan terhadap instalasi proteksi
petir ditentukan oleh besarnya kemungkinan kerusakan serta

bahaya yang terjadi jika bangunan tersebut tersambar petir.


Berdasarkan Peraturan umum Instalasi Penangkal Petir besarnya
kebutuhan tersebut mengacu kepada penjumlahan indeks-indeks
tertentu yang mewakili keadaan bangunan di suatu lokasi dan
dituliskan sebagai berikut;
R=
A+B+C+D+E
Dari persamaan tersebut maka akan terlihat bahwa semakin
besar nilai indeks akan semakin besar pula resiko (R) yang di
tanggung suatu bangunan sehingga semakin besar kebutuhan
bangunan tersebut akan sistem proteksi petir.
Bebarapa Indeks perkiraan bahaya petir di tunjukkan ke dalam
tabel berikut ini
Tabel 2.1 IndeksA : Bahaya Berdasarkan Jenis Bangunan
Penggunaan dan Isi
Indeks A
Bangunan biasa yang tak perlu
-10
diamankan baik bangunan maupun
isinya
Bangunan
dan
isinya
jarang
0
dipergunakan misalnya menara atau
tiang dari metal
Bangunan yang berisi peralatan
1
sehari-hari atau tempat tinggal
misalnya rumah tinggal, industri
kecil, stasiun kereta
Bangunan dan isinya cukup penting
2
misalnya menara air, toko barangbarang
berharga
dan
kantor
pemerintah
Bangunan yang isinya banyak sekali
3
orang misalnya sarana ibadah,
sekolah dan atau monumen sejarah
yang penting
Instalasi gas minyak atau bensin,
5
dan rumah sakit
Bangunan yang mudah meledak
15
dan menimbulkan bahaya yang tak
terkendali bagi sekitarnya misalnya

instalasi nuklir.
sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan
Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di Indonesia. Hal 17.
Tabel 2.2 IndeksB : Bahaya Berdasarkan Kontruksi Bangunan
Kontruksi bangunan

Indeks B

Seluruh bangunan terbuat dari


logam dan mudah menyalurkan
listrik

Bangunan dengan kontruksi beton


bertulang
atau
rangka
besi
dengan atap logam

Bangunan dengan kontruksi beton


bertulang, kerangka besi dan atap
bukan logam

Bangunan kayu
bukan logam

dengan

atap

sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan


Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di Indonesia. Hal 18.

Tabel 2.3 IndeksC : Bahaya Berdasarkan Tinggi Bangunan


Tinggi bangunan berdasarkan......

Indeks C

(m)
6

12

17

25

35

50

70

Sumber:

100

140

200

10

Direktorat

Penyelidikan

Masalah

Bangunan.

Peraturan

Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di indonesia hal.19

Tabel 2.4 indeks D : Bahaya Berdasarkan Situasi Bangunan


Situasi bangunan
Di

anah

daar

pada

Indeks D
semua

Di kaki bukit sampai % tinggi

ketinggian

bukit atau pegunungan sampai


1000 metter
Dipuncak

gunung

pegunungan

yang

lebih

atau

dari

1000 meter
Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan
Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di Indonesia. Hal 19.

Tabel 2.5 Indeks E : Bahaya Berdasarkan Hari Buruh


Hari guruh per tahun

Indeks E

16

32

64

128

256

Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan


Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di Indonesia. Hal 19.

2. Prinsip perlindungan petir


Jika kita memperhatikan bahaya yang di akibatkan sambaran
petir, maka sistem perlindungan petir harus mampu melindungi
struktur bangunan atau fisik maupun melindungi peralatan dari
sambaran langsung dengan di pasangnya penangkal petir eksternal
(Eksternal Protection) dan sambaran tidak langsung dengan di
pasangnya penangkal petir internal (Internal Protection) atau yang
sering

di

sebut surge

arrester serta

pembuatan grounding

sistem yang memadai sesuai standar yang telah di tentukan.


Sampai saat ini belum ada alat atau sistem proteksi petir yang
dapat melindungi 100 % dari bahaya sambaran petir, namun usaha
perlindungan mutlak dan wajib sangat di perlukan. Selama lebih dari
60 tahun pengembangan dan penelitian di laboratorium dan
lapangan

terus

dilakukan,

berdasarkan

usaha

tersebut

suatu

rancangan sistem proteksi petir secara terpadu telah di kembangan


oleh Flash Vectron Lightning Protection "SEVEN POINT PLAN".
Tujuan dari "SEVEN POINT PLAN" adalah menyiapkan sebuah
perlindungan

efective

dan

dapat

di

andalkan

serangan petir, "Seven Point Plan' tersebut meliputi :


a. Menangkap Petir

terhadap

Dengan cara menyediakan system penerimaan (AirTerminal Unit)


yang dapat dengan cepat menyambut sambaran arus petir, dalam
hal ini mampu untuk lebih cepat dari sekelilingnya dan memproteksi
secara tepat dengan memperhitungkan besaran petir. Terminal Petir
Flash Vectron mampu memberikan solusi sebagai alat penerima
sambaran petir karena

desainnya

dirancang

untuk

digunakan

khusus di daerah tropis.

b. Menyalurkan Arus Petir


Sambaran petir yang

telah

mengenai terminal

penangkal

petir sebagai alat penerima sambaran akan membawa arus yang


sangat tinggi, maka dari itu harus dengan cepat disalurkan ke bumi
(grounding) melalui kabel penyalur sesuai standart sehingga tidak
terjadi

loncatan

listrik

yang

dapat

membahayakan

struktur

bangunan atau membahayakan perangkat yang ada di dalam


sebuah bangunan.
c. Menampung Petir
Dengan cara membuat grounding sistem dengan resistansi atau
tahanan tanah kurang dari 5 Ohm. Hal ini agar arus petir dapat
sepenuhnya diserap oleh tanah tanpa terjadinya step potensial.
Bahkan dilapangan saat ini umumnya resistansi atau tahanan tanah
untuk instalasi penangkal petir harus dibawah 3 Ohm.
d. Proteksi Grounding Sistem
Selain memperhatikan resistansi atau tahanan tanah, material
yang

digunakan

untuk

pembuatan grounding juga

harus

diperhatikan, jangan sampai mudah korosi atau karat, terlebih lagi


jika didaerah dengan dengan laut. Untuk menghindari terjadinya

loncatan

arus petir yang

ditimbulakn

adanya

beda

potensial

tegangan maka setiap titik grounding harus dilindungi dengan cara


integrasi atau bonding system.
e. Proteksi Jalur Power Listrik
Proteksi terhadap jalur dari power muntak diperlukan untuk
mencegah terjadinya induksi yang dapat merusah peralatan listrik
dan elektronik.
f. Proteksi Jalur PABX
Melindungi

seluruh

jaringan

telepon

dan

signal

termasuk

pesawat faxsimile dan jaringan data


g. Proteksi Jalur Elektronik
Melindungi seluruh perangkat elektronik seperti CCTV, mesin dll
dengan memasang surge arrester elektronik.

C. Bagaimana Konstruksi Pemasangan Penangkal Petir Pada


Gedung
Penangkal petir adalah sebuah batang logam atau konduktor
yang dipasang di atas gedung dan pada perangkat listrik yang
terhubung ke tanah melalui kawat, untuk melindungi bangunan
pada saat terjadi petir
1. Jenis-jenis metode penangkal petir
a. Penangkal Petir Konvensional / Faraday / Frangklin
Kedua ilmuwan tersebut Faraday dan Frangklin menjelaskan
sistem yang hampir sama, yakni system penyalur arus listrik yang
menghubungkan antara bagian atas bangunan dan grounding,
sedangkan

sistem

perlindungan

yang

di

hasilkan

ujung

penerima/splitzer adalah sama pada rentang 30 - 40 derajat.


Perbedaannya

adalah

sistem

yang

di

kembangkan

Faraday

bahwa kabel penghantar berada pada sisi luar bangunan dengan

pertimbangan

bahwa kabel penghantar

juga

berfungsi

sebagai

material penerima sambaran petir, yaitu berupa sangkar elektris


atau biasa disebut dengan sangkar faraday.
b. Penangkal Petir Radio Aktif
Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir, dan
semua ilmuwan sepakat bahwa terjadinya petir karena ada muatan
listrik

di

awan

berasal

dari

proses

ionisasi,

maka

untuk

menggagalkan proses ionisasi dilakukan dengan cara menggunakan


zat berradiasi sepertiRadiun 226 dab Ameresium 241 karena kedua
bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang dapat
menetralkan muatan listrik awan. Maka manfaat lain hamburan ion
radiasi tersebut akan menambah muatan pada ujung finial/splitzer,
bila mana awan yang bermuatan besar tidak mampu di netralkan
zat radiasi kemudian menyambar maka akan cenderung mengenai
penangkal petir ini.

Keberadaan

penangkal petir jenis

ini

telah

dilarang pemakaiannya, berdasarkan kesepakatan internasional


dengan pertimbangan mengurangi zat beradiasi di masyarakat,
selain

itu

penangkal petir ini

dianggap

dapat

mempengaruhi

kesehatan manusia.
c. Penangkal Petir Elektrostatis
Prinsip
kerja
penangkal petir elektrostatis
sebagian

system

penangkal petir radio

aktif,

yaitu

mengadopsi
menambah

muatan pada ujung finial/splitzer agar petir selalu melilih ujung ini
untuk di sambar. Perbedaan dengan system radio aktif adalah
jumlah energi yang dipakai. Untuk penangkal petir radio aktif
muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan zat berradiasi
sedangkan pada penangkal petir elektrostatis energi listrik yang
dihasilkan dari listrik awan yang menginduksi permukaan bumi.
2. Cara

Pemasangan

Instalasi

Penangkal Petir/Anti Petir Flash Vectron


Penangkal petir Flash Vectron adalah terminal petir unggulan
jenis elektrostatik yang di desain khusus untuk daerah tropis
mampu memberikan solusi petir terbaik khususnya di Indonesia.
Selain sudah melewati uji laboratorium PLN dan laboratorium

tegangan

tinggi

di

lembaga

terkait,

penangkal

petir Flash

Vectron juga telah di uji langsung di lapangan yang rawan akan


sambaran petir.
Secara

garis

besar,

cara

pemasangan

instalasi

penangkal petir/anti petir Flash Vectron sebagai berikut.

Gb.1 pemasangan grounding


Pada tahap awal pengerjaan di mulai dengan mengerjakan
bagian grounding system terlebih dahulu, dengan pertimbangan
keamanan

dan

kemudahan.

Kemudian

dilakukan

pengukuran

resistansi/tahanan tanah menggunakan Earth Testermeter, apabila


hasil pengukuran tersebut menunjukan < 5 Ohm maka tahapan
kerja

berikutnya

dapat

dilakukan.

Seandainya

hasil

resistansi/tahanan tanah menunjukan > 5 Ohm maka di lakukan


pembuatan atau penambahan grounding lagi di sebelahnya dan di
pararelkan

dengan grounding pertama

agar

resistansi/tahanan

tanahnya menurun sesuai dengan standarnya < 5 Ohm.

Gb.2 memasang kabel penyalur


Setelah selesai membuat grounding, langkah berikutnya adalah
memasang kabel penyalur
titik grounding sampai

keatas

(Down
bangunan,

Conductor)

dari

tentunya

dengan

mempertimbangkan jalur kabel yang terdekat dan hindari banyak


belokan/tekukkan 90 derajat sehingga kebutuhan material dan
kualitas instalasi dapat efektif dan efisien. Kabel penyalur petir yang
biasa di gunakan antara lain BC (Bare Copper), NYY atau Coaxial.
Untuk tempat - tempat tertentu sebaiknya di beri pipa pelindung
(Conduite)

dengan

maksud

kerapihan

dan

keamanan.

Gb.3 pemasangan head terminal


Bila kabel penyalur petir telah terpasang dengan rapih, maka
tahap selanjutnya pemasangan head terminal petir Flash Vectron
tentunya harus terhubung dengan kabel penyalur tersebut sampai
ke grounding sistem.

3. Tips Untuk Menghindari Tersambar Petir :

a. Jika anda melihat sambaran petir atau mendengar gelegar


guruh segeralah menuju bangunan yang telah terlindungi
dengan penangkal petir atau mendekatlah ke mobil atau truk.
b. Pakailah sepatu dari kulit atau karet yang tidak bocor,
usahakan memakai kaos kaki yang kering, sebagai upaya
memisahkan tubuh kita dari tanah sehingga petir enggan
melalui tubuh kita.
c. Jika anda berada di luar rumah maka hindarilah berada di
areal terbuka, tempat ketinggian, berada di tempat yang
berair, di bawah pohon tinggi atau benda logam yang
menjulang tinggi.
d. Jika tempat berlindung tidak ada, sebaiknya anda jongkok tapi
hindari tangan anda menyentuh tanah dan jangan berbaring
karena akan memudahkan penyaluran tenaga petir ke tanah.
e. Jika anda berada di luar ruangan maha hindari berdiri
bergerombol dengan orang lain.
f. Jika kita berada di areal terbuka dan merasakan rambut kita
berdiri itu pertanda petir akan menyambar kita, kita harus
melakukan gerakan rukuk yaitu menekuk badan ke arah
depan (Syukur bila menghadap kiblat) dan menempatkan
kedua tangan di lutut, cara ini akan membuat kita selamat.
g. Jika kita berada di dalam ruangan hindarilah berdiri dekat
pintu, jendela dan tempat yang berair.
h. Perangkat

elektronik

seperti

televisi,

radio,

komputer

sebaiknya di matikan dan di cabut stop kontaknya, bila tidak


memungkinkan
tersebut.

menjauhlah

dari

perangkat

elektronik

i. Bagi kita menbawa HP, HT dan radio saku sebaiknya di


matikan

segera,

pisahkan

antena

dengan

body

untuk

mengurangi rangsangan petir menyambar.


j. Jika ada korban terkena petir tangani dengan hati-hati dan
jangan dibawa bersama barang yang bermuatan listrik agar
tidak terkena sambaran ulang.

D. Dampak diareal bangunan BTS (Base Transceiver Station)


berproteksi yang terkena sambaran petir ?
Warga tuding BTS penyebab petir maut
Gresik

27 Oktober 2011 - Warga menuding keberadaan based

transceiver station (BTS) Desa Tanjangawan, Kecamatan Ujung


pangkah akibat tersambar petir. Menurut Badrus Sodik, Kaur
Ekonomi dan Pembangunan Desa Tanjangawan, sejak berdiri BTS
milik operator seluler di pojok desa. Kerap kali terjadi petir dan
gemuruh yang mematikan saat musim hujan. Bahkan, sekitar
delapan bulan sebelumnya terjadi petir yang sempat membuat
televisi sebagian besar milik warga terganggu.
Berdasarkan kasus diatas ada beberapa hal yang dapat disimpilkan
dan di tarik kesimpulan bahwa petir
yang

dapat

menaikan

potensial

memiliki mekanisme induksi


(tegangan)

pada

peralatan

elektronik memalui beberapa induksi yaitu:


1. Kopling Resistif
2. Kopling Induktif
3. Kopling Kapasitif
Guna menanggulangi terjadinya induksi yang besar sebaiknya
ditinjau ulang cara instalasi proteksi penangkal petir pada BTS
dengan menankan electroda yang lebih dalam dengan tahanan
mencapai 1 Ohm,sehingga dengan cepat dapat dinetralisir dengan
tanah. Perlu adanya pembicaraan dengan pihak pengembembang
mengenai pemasangan proteksi penangkal petir pada rumah

penduduk yang berdekatan dengan lokasi berdirinya BTS, selain itu


kualitas instalasi pada rumah sebaiknya sesuai dengan standar yang
berlaku pada PUIL yaitu sistem 3 kabel dengan menggunakan
grounding

sehingga

diminimalisir.

hal-hal

yang

tidak

di

inginkan

dapat

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Gedung-gedung bertingkat sangat penting untuk di beri proteksi
penangkal petir, karena petir terjadi akibat adanya perpindahan
muatan elektron dan muatan proton, dan biasanya terjadi antara
muatan yang ada di awan dengan muatan yang ada di bumi.
Gedung-gedung yang tinggi mengandung salah satu muatan
tersebut, Oleh sebab itu bangunan yang tinggi lebih cenderung
mudah tersambar petir.
Pada dasarnya proteksi perlindungan penangkal petir dipasang
untuk melindungi struktur bangunan atau fisik maupun melindungi
peralatan pada bangunan tersbut. "SEVEN POINT PLAN" merupaka
metode perencanaan pemasangan proteksi penangkal petir. Tujuan
dari "SEVEN POINT PLAN" adalah menyiapkan sebuah perlindungan
efective dan dapat di andalkan terhadap serangan petir, "Seven
Point Plan' tersebut meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.

Menangkap Petir
Menyalurkan Arus Petir
Menampung Petir
Proteksi Grounding Sistem
Proteksi Jalur Power Listrik

6. Proteksi Jalur PABX


7. Proteksi Jalur Elektronik

Anda mungkin juga menyukai