Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“INSTALASI SITEM PENYALUR PETIR”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah


Instalasi Industri

Dosen Pengampu: Ahmad Rizal Sultan, S.T., M.T., Ph.D

Disusun Oleh :

Disusun Oleh :
Muhammad Fauzan Sudirman
2B D3 Teknik Listrik
321 16 036

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PRODI D3 TEKNIK LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TAHUN AJAR 2016/2017
Abstract
Dizaman sekarang khususnya di kota-kota besar, hampir semua gedung di
bangun secara bertingkat, dari yang tingkat satu sampai tingkat puluhan. Semakin tinggi
suatu bangunan semakin tinggi pula resiko gangguan keamanan bangunan tersebut.
Salah satu kemungkinan gangguan yang terjadi ialah gangguan dari sambaran petir.
Untuk mencegah resiko tersebut maka di pasanglah proteksi pada gedung-gedung
tersebut. Salah satu proteksi yang dipasang ialah penyalur petir. Petir terjadi karena
akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif (proton).
Sambaran petir yang sering terjadi di bumi ialah perpindahan muatan yang ada di awan
dengan muatan yang ada di bumi. Secara teoritis petir bisa terjadi karena proses ionisasi
atau gesekan awan.
Ada berbagai macam dampak dari sambaran petir, baik yang langsung maupun
tidak langsung, kedua-duanya sama-sama menimbulkan bahaya bagi gedung itu sendiri
atau bagi manusia, salah satu bahaya yang mungkin terjadi pada manusia ialah
kematian. Maka proteksi penyalur petir sangat penting untuk dipasang di gedung-
gedung yang tinggi. Jenis-jenis penyalur petir ada berbagai macam, daintaranya jenis
penyalur petir konvensional, penyalur petir dengan metode radio aktif dan penyalur
petir dengan metode elektronis. Semuanya mempunyai fungsi yang sama yaitu
mengamankan gedung dari sambarn petir.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara geografis letak Indonesia yang dilalui garis katulistiwa menyebabkan
Indonesia beriklim tropis, akibatnya Indonesia memiliki hari guruh rata-rata per tahun
yang sangat tinggi. Dengan demikian bangunan – bangunan di Indonesia memiliki
resiko lebih besar mengalami kerusakan akibat terkena sambaran petir. Petir terjadi
karena akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif (proton).
Sambaran petir yang sering terjadi di bumi ialah perpindahan muatan yang ada di awan
dengan muatan yang ada di bumi. Secara teoritis petir bisa terjadi karena proses ionisasi
atau gesekan awann.
Kerusakan yang ditimbulkan dapat membahayakan peralatan serta manusia
yang berada di dalam gedung tersebut. Petir merusak struktur yang terbuat dari bahan,
seperti batu, kayu, beton dan baja yang dapat mengalirkan arus listrik yang tinggi dari
petir sehingga dapat memanaskan bahan dan akan menyebabkan potensi kebakaran atau
kerusakan berbahaya lainnya.
Untuk melindungi dan mengurangi dampak kerusakan dari sambaran petir maka
perlu dipasang sistem pengaman pada gedung bertingkat. Sistem pengaman itu salah
satunya berupa sistem penyalur petir beserta pentanahannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Dampak dan Mekanisme Induksi Petir ?
2. Mengapa Gedung Perlu di Beri Penyalur Petir ?
3. Bagaimana Sistem Pembumian Penyalur Petir dan Cara Pemasangannya ?
4. Bagaimana Instalasi Pemasangan Penyalur Petir Pada Gedung ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dampak dan Mekanisme Induksi Petir


1. Pengertian Petir
Petir adalah salah satau fenomena kelistrikan udara di alam. Proses terjadinya petir
akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif (proton). Para
ilmuwan menduga lompatan bunga api listriknya sendiri terjadi, ada beberapa tahapan
yang biasanya dilalui. Pertama adalah pemampatan muatan listrik pada awan
bersangkutan. Umumnya, akan menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik
muatan negatif, di bagian tengah adalah listrik bermuatan positif, sementara di bagian
dasar adalah muatan negatif yang berbaur dengan muatan positif, pada bagian inilah
petir biasa berlontaran. Petir dapat terjadi antara awan dengan awan, dalam awan itu
sendiri, antara awan dan udara, antara awan dengan tanah (bumi). Energi yang
dihasilkan oleh satu sambaran 55 kw/hour.
Ada 2 teori yang mendasari proses terjadinya petir, diantarnya adalah;
a. Proses Ionisasi
Sambaran Petir merupakan peristiwa alam yaitu proses pelepasan muatan listrik
(Electrical Discharge) yang terjadi di atmosfer, hal ini disebabkan berkumpulnya ion
bebas bermuatan negatif dan positif di awan, ion listrik dihasilkan oleh gesekan antar
awan dan juga kejadian ionisasi ini disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai dari
cair menjadi gas atau sebaliknya, bahkan padat (es) menjadi cair. Ion bebas menempati
permukaan awan dan bergerak mengikuti angin yang berhembus, bila awan-awan
terkumpul di suatu tempat maka awan bermuatan ion tersebut akan memiliki beda
potensial yang cukup untuk menyambar permukaan bumi maka inilah yang disebut
petir.
b. Gesekan Antar Awan
Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angin, selama proses bergeraknya
awan ini maka saling bergesekan satu dengan yang lainya, dari proses ini terlahir
electron-electron bebas yang memenuhi permukaan awan. Proses ini bisa di
simulasikan secara sederhana pada sebuah penggaris plastik yang digosokkan pada
rambut maka penggaris ini akan mampu menarik potongan kertas. Pada suatu saat awan
ini akan terkumpul di sebuah kawasan, saat inilah petir dimungkinkan terjadi karena
electron-elektron bebas ini saling menguatkan satu dengan lainnya. Sehingga memiliki
cukup beda potensial untuk menyambar permukaan bumi.

2. Dampak Yang Ditimbulkan Adanya Petir


Selain petir dapat menyambar sebuah bangunan yang telah di lengkapi anti
petir/penyalur petir konvensional maupun elektrostatis, petir juga dapat menyambar
melalui jaringan listrik PLN yang kabelnya terbentang di luar dan terbuka. Pada
Umumnya jaringan listrik terbuka seperti ini masih ada dan di pergunakan di beberapa
negara termasuk Indonesia. Arus petir yang merusak perangkat panel listrik bukan di
sebabkan oleh sambaran petir yang menyambar langsung ke bangunan yang telah di
pasang penyalur petir atau anti petir melainkan sambaran petir mengenai jaringan
listrik PLN sehingga arus petir ini masuk ke bangunan mengikuti kabel listrik dan
merusak panel listrik tersebut.
Jadi biasanya sambaran petir mengenai sesuatu yang jauh dari bangunan yang telah
terpasang instalasi penyalur petir baik instalasi penyalur petir
konvensional maupun penyalur petir elektrostatis, hal ini sudah biasa terjadi
karena kabel distribusi PLN memakai kabel distribusi terbuka dan letaknya tinggi,
seperti yang terpasang pada jaringan listrik tegangan tinggi di Indonesia.
Untuk penanganan agar peristiwa ini tidak terjadi maka perlu sekali jaringan listrik
pada sebuah bangunan di lengkapi dengan perangkat Surya Arrester (Pelepas tegangan
lebih/over voltage). Jenis dan merk Surge Arrester ini banyak sekali tersedia di pasaran
umum, yang jelas pemasangan arrester harus di hubungkan dengan grounding ke bumi.

3. Mekanisme Induksi Petir


Mekanisme induksi karena secara tidak langsung sambaran petir menyebabkan
kenaikan potensial pada peralatan elektronik, hal ini terjadi dikarenakan beberapa
faktor, diantaranya adalah:
a. Kopling Resistif
Ketika permukaan struktur bangunan terkena sambaran petir, arus petir yang
mengalir kedalam tanah membangkitkan tegangan yang bisa mencapai ribuan volt
diantara tegangan supplay 220 V, jaringan data dan pentanahan. Hal ini menyebabkan
sebagian arus mengalir pada bagian penghantar luar misalnya kabel yang terhubung
dengan bangunan dan terus menuju ke grounding.
b. Kopling Induktif
Arus petir mengalir dalam suatu penghantar akan menghasilkan medan magnet.
Medan magnet ini akan berhubungan dengan penghantar lainnya sehingga
menyebabkan terjadinya loop tegangan dengan nilai tegangan yang cukup tinggi.
c. Kopling Kapasitif
Saluran petir dekat sambaran petir dapat menyebabkan medan kapasitif yang
tinggi pada peralatan penghantar seperti suatu kapasitor yang sangat besar dengan udara
sebagai dielektriknya. Melalui cara ini terjadi kenaikan tegangan tinggi
pada kabel meskipun struktur bangunan tidak terkena sambaran langsung.

4. Bahaya Akibat Sambaran Petir


a. Sambaran Petir Langsung Melalui Bangunan
Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan rumah, kantor dan
gedung, tentu saja hal ini sangat membahayakan bangunan tersebut beserta seluruh
isinya karena dapat menimbulkan kebakaran, kerusakan perangkat elektrik/elektronik
atau bahkan korban jiwa. Maka dari itu setiap bangunan di wajibkan
memasang instalasi penyalur petir. Cara penanganannya adalah dengan cara memasang
terminal penerima sambaran petir serta instalasi pendukung lainnya yang sesuai dengan
standart yang telah di tentukan. Terlebih lagi jika sambaran petir langsung mengenai
manusia, maka dapat berakibat luka atau cacat bahkan dapat menimbulkan kematian.
Banyak sekali peristiwa sambaran petir langsung yang mengenai manusia dan biasanya
terjadi di areal terbuka.
b. Sambaran Petir Melalui Jaringan Listrik
Bahaya sambaran ini sering terjadi, petir menyambar dan mengenai sesuatu di luar
area bangunan tetapi berdampak pada jaringan listrik di dalam bangunan tersebut, hal
ini karena sistem jaringan distribusi listrik/PLN memakai kabel udara terbuka dan
letaknya sangat tinggi, bilamana ada petir yang menyambar pada kabel terbuka ini
maka arus petir akan tersalurkan ke pemakai langsung. Cara penanganannya adalah
dengan cara memasang perangkat arrester sebagai pengaman tegangan lebih (over
voltage). Instalasi surge arresterlistrik ini dipasang harus dilengkapi dengan grounding
system.
c. Sambaran Petir Melalui Jaringan Telekomunikasi
Bahaya sambaran petir jenis ini hampir serupa dengan yang ke-2 akan tetapi
berdampak pada perangkat telekomunikasi, misalnya telepon dan PABX.
Penanganannya dengan cara pemasangan arresterkhusus untuk jaringan PABX yang di
hubungkan dengan grounding. Bila bangunan yang akan di lindungi mempunyai
jaringan internet yang koneksinya melalui jaringan telepon maka alat ini juga dapat
melindungi jaringan internet tersebut.
Pengamanan terhadap suatu bangunan atau objek dari sambaran petir pada
prinsipnya adalah sebagai penyedia sarana untuk menghantarkan arus petir yang
mengarah ke bangunan yang akan kita lindungi tanpa melalui struktur bangunan yang
bukan merupakan bagian dari sistem proteksi petir atau instalasi penyalur petir,
tentunya harus sesuai dengan standart pemasangan instalasinya.
Ada 2 jenis kerusakan yang di sebabkan sambaran petir, yaitu :
1. Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya kebakaran.
2. Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur bangunan retak,
rusaknya peralatan elektronik bahkan menyebabkan kematian.

5. Efek Sambaran Petir


a. Efek Listrik
Ketika arus petir melalui kabel penyalur (konduktor) menuju resistansi elektroda
bumi instalasi penyalur petir, akan menimbulkan tegangan jatuh resistif, yang dapat
dengan segera menaikan tegangan sistem proteksi kesuatu nilai yang tinggi dibanding
dengan tegangan bumi. Arus petir ini juga menimbulkan gradien tegangan yang tinggi
disekitar elektroda bumi, yang sangat berbahaya bagi makluk hidup. Dengan cara yang
sama induktansi sistem proteksi harus pula diperhatikan karena kecuraman muka
gelombang pulsa petir. Dengan demikian tegangan jatuh pada sistem proteksi
petir adalah jumlah aritmatik komponen tegangan resistif dan induktif
b. Efek Tegangan Tembus - Samping
Titik sambaran petir pada sistem proteksi petir bisa memiliki tegangan yang lebih
tinggi terhadap unsur logam didekatnya. Maka dari itu akan dapat menimbulkan resiko
tegangan tembus dari sistem proteksi petir yang telah terpasang menuju struktur logam
lain. Jika tegangan tembus ini terjadi maka sebagian arus petir akan merambat melalui
bagian internal struktur logam seperti pipa besi dan kawat. Tegangan tembus ini dapat
menyebabkan resiko yang sangat berbahaya bagi isi dan kerangka struktur bangunan
yang akan dilindungi
c. Efek Termal
Dalam kaitannya dengan sistem proteksi petir, efek termal pelepasan
muatan petir adalah terbatas pada kenaikan temperatur konduktor yang dilalui
arus petir. Walaupun arusnya besar, waktunya adalah sangat singkat dan pengaruhnya
pada sistem proteksi petir biasanya diabaikan. Pada umumnya luas penampang
konduktor instalasi penyalur petir dipilih terutama umtuk memenuhi persyaratan
kualitas mekanis, yang berarti sudah cukup besar untuk membatasi kenaikan temperatur
1 derajat celcius.
d. Efek Mekanis
Apabila arus petir melalui kabel penyalur pararel (konduktor) yang berdekatan
atau pada konduktor dengan tekukan yang tajam akan menimbulkan gaya mekanis yang
cukup besar, oleh karena itu diperlukan ikatan mekanis yang cukup kuat. Efek mekanis
lain ditimbulkan oleh sambaran petir yang disebabkan kenaikan temeratur udara yang
tiba-tiba mencapai 30.000 K dan menyebabkan ledakkan pemuaian udara disekitar jalur
muatan bergerak. Hal ini dikarenakan jika konduktifitas logam diganti dengan
konduktifitas busur api listrik, enegi yang timbul akan meningkatkan sekitar ratusan
kali dan energi ini dapat menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan yang
dilindungi.
e. Efek Kebakaran Karena Sambaran Langsung
Ada dua penyebab utama kebakaran bahan yang mudah terbakar karena sambaran
petir, pertama akibat sambaran langsung pada fasilitas tempat penyimpanan bahan yang
mudah terbakar. Bahan yang mudah terbakar ini mungkin terpengaruh langsung oleh
efek pemanasan sambaran atau jalur sambaran petir. Kedua efek sekunder, penyebab
utama kebakaran minyak. Terdiri dari muatan terkurung, pulsa elektrostatis dan
elektromagnetik dan arus tanah
f. Efek Muatan Terjebak
Muatan statis ini di induksikan oleh badai awan sebagai kebalikan dari proses
pemuatan lain. Jika proses netralisasi muatan berakhir dan jalur sambaran sudah netral
kembali, muatan terjebak akan tertinggal pada benda yang terisolir dari kontak langsung
secara listrik dengan bumi, dan pada bahan bukan konduktor seperti bahan yang mudah
terbakar. Bahan bukan konduktor tidak dapat memindahkan muatan dalam waktu
singkat ketika terdapat jalur sambaran.
B. Mengapa Gedung Perlu Di Beri Penyalur Petir
1. Kebutuhan Bangunan Terhadap Ancaman Bahaya Petir
Suatu instalasi penyalur petir yang telah terpasang harus dapat melindungi semua
bagian dari struktur bangunan dan arealnya termasuk manusia serta peralatan yang ada
didalamnya terhadap ancaman bahaya dan kerusakan akibat sambaran petir. Berikut ini
akan dibahas mengenai cara menentukan besarnya kebutuhan bangunan akan
proteksi petir menggunakan beberapa standart yaitu berdasarkan Peraturan Umum
Instalasi Penyalur Petir, Nasional Fire Protection Association 780, International
Electrotechnical Commision 1024-1-1.
Kebutuhan Bangunan Terhadap Ancaman Bahaya Petir Berdasarkan Peraturan
Umum Instalasi Penyalur Petir. Jenis Bangunan yang perlu diberi penyalur petir
dikelompokan menjadi :
1. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara dan cerobong pabrik.
2. Bangunan penyimpanan bahan mudah meledak atau terbakar, misalnya pabrik
amunisi, gudang bahan kimia.
3. Bangunan untuk kepentingan umum seperti gedung sekolah, stasiun, bandara
dan sebagainya.
4. Bangunan yang mempunyai fungsi khusus dan nilai estetika misalnya museum,
gedung arsip negara.
Besarnya kebutuhan suatu bangunan terhadap instalasi proteksi petir ditentukan
oleh besarnya kemungkinan kerusakan serta bahaya yang terjadi jika bangunan
tersebut tersambar petir. Berdasarkan Peraturan umum Instalasi Penyalur
Petir besarnya kebutuhan tersebut mengacu kepada penjumlahan indeks-indeks
tertentu yang mewakili keadaan bangunan di suatu lokasi dan dituliskan sebagai
berikut;
R = A+B+C+D+E

Dari persamaan tersebut maka akan terlihat bahwa semakin besar nilai indeks akan
semakin besar pula resiko (R) yang di tanggung suatu bangunan sehingga semakin besar
kebutuhan bangunan tersebut akan sistem proteksi petir.
Bebarapa Indeks perkiraan bahaya petir di tunjukkan ke dalam tabel berikut ini
Tabel 2.1 IndeksA : Bahaya Berdasarkan Jenis Bangunan
Penggunaan dan Isi Indeks A
Bangunan biasa yang tak perlu -10
diamankan baik bangunan maupun isinya
Bangunan dan isinya jarang dipergunakan 0
misalnya menara atau tiang dari metal
Bangunan yang berisi peralatan sehari- 1
hari atau tempat tinggal misalnya rumah
tinggal, industri kecil, stasiun kereta
Bangunan dan isinya cukup penting 2
misalnya menara air, toko barang-barang
berharga dan kantor pemerintah
Bangunan yang isinya banyak sekali 3
orang misalnya sarana ibadah, sekolah
dan atau monumen sejarah yang penting
Instalasi gas minyak atau bensin, dan 5
rumah sakit
Bangunan yang mudah meledak dan 15
menimbulkan bahaya yang tak terkendali
bagi sekitarnya misalnya instalasi nuklir.
sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penyalur
Petir untuk Bangunan di Indonesia. Hal 17.

Tabel 2.2 IndeksB : Bahaya Berdasarkan Kontruksi Bangunan


Kontruksi bangunan Indeks B
Seluruh bangunan terbuat dari logam dan 0
mudah menyalurkan listrik
Bangunan dengan kontruksi beton 1
bertulang atau rangka besi dengan atap
logam
Bangunan dengan kontruksi beton 2
bertulang, kerangka besi dan atap bukan
logam
Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3
sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penyalur
Petir untuk Bangunan di Indonesia. Hal 18.

Tabel 2.3 IndeksC : Bahaya Berdasarkan Tinggi Bangunan


Tinggi bangunan berdasarkan......(m) Indeks C
6 0
12 2
17 3
25 4
35 5
50 6
70 7
100 8
140 9
200 10
Sumber: Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penyalur Petir
untuk Bangunan di indonesia hal.19

Tabel 2.4 indeks D : Bahaya Berdasarkan Situasi Bangunan


Situasi bangunan Indeks D
Di anah daar pada semua ketinggian 0
Di kaki bukit sampai % tinggi bukit atau 1
pegunungan sampai 1000 metter
Dipuncak gunung atau pegunungan yang 2
lebih dari 1000 meter
Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penyalur
Petir untuk Bangunan di Indonesia. Hal 19.

Tabel 2.5 Indeks E : Bahaya Berdasarkan Hari Buruh


Hari guruh per tahun Indeks E
2 0
4 1
8 2
16 3
32 4
64 5
128 6
256 7
Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan Umum
Instalasi Penyalur Petir untuk Bangunan di Indonesia. Hal 19.

2. Prinsip perlindungan petir


Jika kita memperhatikan bahaya yang di akibatkan sambaran petir, maka sistem
perlindungan petir harus mampu melindungi struktur bangunan atau fisik maupun
melindungi peralatan dari sambaran langsung dengan di pasangnya penyalur
petir eksternal (Eksternal Protection) dan sambaran tidak langsung dengan di
pasangnya penyalur petir internal (Internal Protection) atau yang sering di sebut surge
arrester serta pembuatan grounding sistem yang memadai sesuai standar yang telah di
tentukan.
Sampai saat ini belum ada alat atau sistem proteksi petir yang dapat melindungi
100 % dari bahaya sambaran petir, namun usaha perlindungan mutlak dan wajib sangat
di perlukan. Selama lebih dari 60 tahun pengembangan dan penelitian di laboratorium
dan lapangan terus dilakukan, berdasarkan usaha tersebut suatu rancangan sistem
proteksi petir secara terpadu telah di kembangan oleh Flash Vectron Lightning
Protection "SEVEN POINT PLAN".
Tujuan dari "SEVEN POINT PLAN" adalah menyiapkan sebuah perlindungan
efective dan dapat di andalkan terhadap serangan petir, "Seven Point Plan' tersebut
meliputi :
a. Menangkap Petir
Dengan cara menyediakan system penerimaan (AirTerminal Unit) yang dapat
dengan cepat menyambut sambaran arus petir, dalam hal ini mampu untuk lebih cepat
dari sekelilingnya dan memproteksi secara tepat dengan memperhitungkan
besaran petir. Terminal Petir Flash Vectron mampu memberikan solusi sebagai alat
penerima sambaran petir karena desainnya dirancang untuk digunakan khusus di daerah
tropis.
b. Menyalurkan Arus Petir
Sambaran petir yang telah mengenai terminal penyalur petir sebagai alat penerima
sambaran akan membawa arus yang sangat tinggi, maka dari itu harus dengan cepat
disalurkan ke bumi (grounding) melalui kabel penyalur sesuai standart sehingga tidak
terjadi loncatan listrik yang dapat membahayakan struktur bangunan atau
membahayakan perangkat yang ada di dalam sebuah bangunan.
c. Menampung Petir
Dengan cara membuat grounding sistem dengan resistansi atau tahanan tanah
kurang dari 5 Ohm. Hal ini agar arus petir dapat sepenuhnya diserap oleh tanah tanpa
terjadinya step potensial. Bahkan dilapangan saat ini umumnya resistansi atau tahanan
tanah untuk instalasi penyalur petir harus dibawah 3 Ohm.
d. Proteksi Grounding Sistem
Selain memperhatikan resistansi atau tahanan tanah, material yang digunakan
untuk pembuatan grounding juga harus diperhatikan, jangan sampai mudah korosi atau
karat, terlebih lagi jika didaerah dengan dengan laut. Untuk menghindari terjadinya
loncatan arus petir yang ditimbulakn adanya beda potensial tegangan maka setiap
titik grounding harus dilindungi dengan cara integrasi atau bonding system.
e. Proteksi Jalur Power Listrik
Proteksi terhadap jalur dari power muntak diperlukan untuk mencegah terjadinya
induksi yang dapat merusah peralatan listrik dan elektronik.
f. Proteksi Jalur PABX
Melindungi seluruh jaringan telepon dan signal termasuk pesawat faxsimile dan
jaringan data
g. Proteksi Jalur Elektronik
Melindungi seluruh perangkat elektronik seperti CCTV, mesin dll dengan
memasang surge arrester elektronik.

C. Bagaimana Instalasi Pemasangan Penyalur Petir Pada Gedung


Penyalur petir adalah sebuah batang logam atau konduktor yang dipasang di atas
gedung dan pada perangkat listrik yang terhubung ke tanah melalui kawat, untuk
melindungi bangunan pada saat terjadi petir.
1. Jenis-jenis metode penyalur petir
a. Penyalur Petir Konvensional / Faraday / Frangklin
Kedua ilmuwan tersebut Faraday dan Frangklin menjelaskan sistem yang
hampir sama, yakni system penyalur arus listrik yang menghubungkan antara bagian
atas bangunan dan grounding, sedangkan sistem perlindungan yang di hasilkan ujung
penerima/splitzer adalah sama pada rentang 30 - 40 derajat. Perbedaannya adalah sistem
yang di kembangkan Faraday bahwa kabel penghantar berada pada sisi luar bangunan
dengan pertimbangan bahwa kabel penghantar juga berfungsi sebagai material
penerima sambaran petir, yaitu berupa sangkar elektris atau biasa disebut dengan
sangkar faraday.
b. Penyalur Petir Radio Aktif
Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir, dan semua ilmuwan
sepakat bahwa terjadinya petir karena ada muatan listrik di awan berasal dari proses
ionisasi, maka untuk menggagalkan proses ionisasi dilakukan dengan cara
menggunakan zat berradiasi sepertiRadiun 226 dab Ameresium 241 karena kedua
bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang dapat menetralkan muatan
listrik awan. Maka manfaat lain hamburan ion radiasi tersebut akan menambah muatan
pada ujung finial/splitzer, bila mana awan yang bermuatan besar tidak mampu di
netralkan zat radiasi kemudian menyambar maka akan cenderung mengenai
penyalur petir ini. Keberadaan penyalur petir jenis ini telah dilarang pemakaiannya,
berdasarkan kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi zat beradiasi
di masyarakat, selain itu penyalur petir ini dianggap dapat mempengaruhi kesehatan
manusia.
c. Penyalur Petir Elektrostatis
Prinsip kerja penyalur petir elektrostatis mengadopsi sebagian system
penyalur petir radio aktif, yaitu menambah muatan pada ujung finial/splitzer
agar petir selalu melilih ujung ini untuk di sambar. Perbedaan dengan system radio aktif
adalah jumlah energi yang dipakai. Untuk penyalur petir radio aktif muatan listrik
dihasilkan dari proses hamburan zat berradiasi sedangkan pada
penyalur petir elektrostatis energi listrik yang dihasilkan dari listrik awan yang
menginduksi permukaan bumi.

2. Cara Pemasangan Instalasi Penyalur Petir/Anti Petir Flash Vectron


Penyalur petir Flash Vectron adalah terminal petir unggulan jenis elektrostatik
yang di desain khusus untuk daerah tropis mampu memberikan solusi petir terbaik
khususnya di Indonesia. Selain sudah melewati uji laboratorium PLN dan laboratorium
tegangan tinggi di lembaga terkait, penyalur petir Flash Vectron juga telah di uji
langsung di lapangan yang rawan akan sambaran petir.
Secara garis besar, cara pemasangan instalasi penyalur petir/anti petir Flash
Vectron sebagai berikut.

Gb.1 pemasangan grounding


Pada tahap awal pengerjaan di mulai dengan mengerjakan bagian grounding
system terlebih dahulu, dengan pertimbangan keamanan dan kemudahan. Kemudian
dilakukan pengukuran resistansi/tahanan tanah menggunakan Earth Testermeter,
apabila hasil pengukuran tersebut menunjukan < 5 Ohm maka tahapan kerja berikutnya
dapat dilakukan. Seandainya hasil resistansi/tahanan tanah menunjukan > 5 Ohm maka
di lakukan pembuatan atau penambahan grounding lagi di sebelahnya dan di pararelkan
dengan grounding pertama agar resistansi/tahanan tanahnya menurun sesuai dengan
standarnya < 5 Ohm.

Gb.2 memasang kabel penyalur


Setelah selesai membuat grounding, langkah berikutnya adalah
memasang kabel penyalur (Down Conductor) dari titik grounding sampai keatas
bangunan, tentunya dengan mempertimbangkan jalur kabel yang terdekat dan hindari
banyak belokan/tekukkan 90 derajat sehingga kebutuhan material dan kualitas instalasi
dapat efektif dan efisien. Kabel penyalur petir yang biasa di gunakan antara lain BC
(Bare Copper), NYY atau Coaxial. Untuk tempat - tempat tertentu sebaiknya di beri
pipa pelindung (Conduite) dengan maksud kerapihan dan keamanan.

Gb.3 pemasangan head terminal


Bila kabel penyalur petir telah terpasang dengan rapih, maka tahap selanjutnya
pemasangan head terminal petir Flash Vectron tentunya harus terhubung
dengan kabel penyalur tersebut sampai ke grounding sistem.
3. Tips Untuk Menghindari Tersambar Petir :
a. Jika anda melihat sambaran petir atau mendengar gelegar guruh segeralah
menuju bangunan yang telah terlindungi dengan penyalur petir atau
mendekatlah ke mobil atau truk.
b. Pakailah sepatu dari kulit atau karet yang tidak bocor, usahakan memakai kaos
kaki yang kering, sebagai upaya memisahkan tubuh kita dari tanah
sehingga petir enggan melalui tubuh kita.
c. Jika anda berada di luar rumah maka hindarilah berada di areal terbuka, tempat
ketinggian, berada di tempat yang berair, di bawah pohon tinggi atau benda
logam yang menjulang tinggi.
d. Jika tempat berlindung tidak ada, sebaiknya anda jongkok tapi hindari tangan
anda menyentuh tanah dan jangan berbaring karena akan memudahkan
penyaluran tenaga petir ke tanah.
e. Jika anda berada di luar ruangan maha hindari berdiri bergerombol dengan
orang lain.
f. Jika kita berada di areal terbuka dan merasakan rambut kita berdiri itu
pertanda petir akan menyambar kita, kita harus melakukan gerakan rukuk yaitu
menekuk badan ke arah depan (Syukur bila menghadap kiblat) dan
menempatkan kedua tangan di lutut, cara ini akan membuat kita selamat.
g. Jika kita berada di dalam ruangan hindarilah berdiri dekat pintu, jendela dan
tempat yang berair.
h. Perangkat elektronik seperti televisi, radio, komputer sebaiknya di matikan dan
di cabut stop kontaknya, bila tidak memungkinkan menjauhlah dari perangkat
elektronik tersebut.
i. Bagi kita menbawa HP, HT dan radio saku sebaiknya di matikan segera,
pisahkan antena dengan body untuk mengurangi rangsangan petir menyambar.
j. Jika ada korban terkena petir tangani dengan hati-hati dan jangan dibawa
bersama barang yang bermuatan listrik agar tidak terkena sambaran ulang.
D. Sistem Pembumian Penyalur Petir dan Cara Pemasangannya
Sistem pembumian penyalur petir (grounding system) adalah suatu
rangkaian instalasi yang tertanam di dalam tanah dan berfungsi untuk melepaskan arus
petir ke dalam bumi atau membuang arus berlebih pada instalasi listrik. Tingkat
kehandalan sebuah grounding ada di nilai konduktivitas logam terhadap tanah yang
berhubungan secara langsung atau logam tertanam. Semakin konduktif tanah terhadap
benda logam, maka semakin baik.

Grounding diukur nilainya dengan OHM. Alat pengukurnya menggunakan


Earth Ground Tester. Nilai standar mengacu pada Persyaratan Umum Instalasi Listrik
atau PUIL 2000 (peraturan yang sesuai dan berlaku hingga saat ini) yaitu kurang dari
atau sama dengan 5 (lima) ohm. Dijelaskan bahwa nilai sebesar 5 ohm merupakan
nilai maksimal atau batas tertinggi dari hasil resistan pembumian (grounding) yang
masih bisa ditoleransi. Nilai yang berada pada range 0 ohm – 5 ohm adalah nilai aman
dari suatu instalasi pembumian / grounding. Nilai tersebut berlaku untuk seluruh sistem
dan instalasi yang terdapat pembumian (grounding) di dalamnya.

Untuk membuat instalasi pembumian (grounding) dengan nilai resistan


pembumian yang sesuai peraturan, bisa dilakukan dengan beberapa teknik. Beberapa
teknik pendekatan di antaranya yaitu : memparalel, menambah kedalaman atau
memperbesar luas penampang hataran. Dengan melakukan salah satu atau ketiga tehnik
tersebut, sehingga dapat memperoleh hasil yang diharapkan. Terdapat banyak cara
untuk mendapatkan hasil nilai resistan pembumian (grounding) yang standar, tetapi
diharapkan melakukan cara yang sesuai (legal) dan tidak mengandung unsur non legal
yang dapat merugikan untuk kedepannya. Harus diketahui dahulu bahwa pembumian
yang baik atau yang benar-benar efektif mempunyai nilai dibawah 1 Ohm, namun itu
semua bisa dicapai dengan kondisi tanah yang agak lembab. Kalau tanah ini kering atau
gersang atau bahkan berpasir, maka akan berbeda lagi nilainya. Itulah mengapa kita
sering menjumpai sistem pentanahan yang digali sangat dalam, hal itu untuk mencari
kondisi tanah yang baik dan mencari nilai grounding dibawah 1 ohm.
Aspek-aspek yang Mempengaruhi Sistem Pembumian (Grounding System)

Tabel di atas hanya dapat digunakan sebagai pedoman karena tanah memiliki
lapisan dan jarang yang sama (homogen). Maka dari itu, nilai tahanannya akan sangat
berbeda-beda. Untuk mencapai nilai tahanan sebaran tersebut, tidak semua daerah bisa
terpenuhi karena ada beberapa aspek yang mempengaruhinya, yaitu:

1. Kadar air

Bila air tanah dangkal/penghujan, maka nilai tahanan sebaran mudah


didapatkan, sebab sela-sela tanah mengandung cukup air bahkan berlebih, sehingga
konduktivitas tanah akan semakin baik.

2. Mineral/garam

Kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan sebaran/resistansi


karena semakin berlogam dan bermineral tinggi, maka tanah semakin mudah
menghantarkan listrik. Daerah pantai kebanyakan memenuhi ciri khas kandungan
mineral dan garam tinggi, sehingga tanah sekitar pantai akan jauh lebih mudah untuk
mendapatkan tahanan tanah yang rendah.
3. Derajat keasaman

Semakin asam (PH rendah atau PH<7) tanah, maka arus listrik semakin mudah
dihantarkan. Begitu pula sebaliknya, semakin basa (PH tinggi atau PH >7) tanah, maka
arus listrik sulit dihantarkan. Ciri tanah dengan PH tinggi: biasanya berwarna terang,
misalnya Bukit Kapur.

4. Tekstur tanah

Untuk daerah yang bertekstur pasir dan berpori (porous) akan sulit untuk
mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan mineral
akan mudah hanyut dan tanah mudah kering.

Jadi kondisi tanah yang bagus untuk grounding adalah : tanah liat
(persawahan/ladang), tanah rawa. Untuk mengkondisikan agar tanah selalu lembab,
bisa dengan menambahkan tanah humus, garam dan areng ke sekitar elektroda yang
ditanam.

Berbagai Bentuk Sistem Pembumian (Grounding System)

Ukuran kabel standar minimal untuk penyalur arus petir adalah 50mm, baik
BCC maupun NYY.
Sistem pembumian dapat dibuat dalam 4 bentuk, di antaranya:

1. Single Grounding Rod (Batang Grounding Tunggal)

Grounding system yang hanya terdiri atas satu buah titik penancapan batang
(rod) pelepas arus atau ground rod di dalam tanah dengan kedalaman tertentu (misalnya
6 meter). Untuk daerah yang memiliki karakteristik tanah yang konduktif,
biasanya mudah untuk didapatkan tahanan sebaran tanah di bawah 5 ohm dengan satu
buah ground rod. Untuk mendapatkan tahanan di bawah 0,5 Ohm, berarti perlu berapa
grounding rod ?
2. Paralel Grounding Rod (multiple grounding rod)

Jika sistem single grounding rod masih mendapatkan hasil kurang baik (nilai
tahanan sebaran >5 ohm), maka perlu ditambahkan ground rod ke dalam tanah yang
jarak antar batang minimal 3 meter dan dihubungkan dengan kabel BC/BCC. Semakin
jauh jarak antar ground rod, maka akan semakin bagus untuk fail over jika salah satu
ground rod tidak berfungsi. Penambahan ground rod dapat juga ditanam mendatar
dengan kedalaman tertentu, bisa mengelilingi bangunan membentuk cincin atau cakar
ayam. Kedua teknik ini bisa diterapkan secara bersamaan dengan acuan tahanan
sebaran/resistansi kurang dari 5 ohm setelah pengukuran dengan earth ground tester.

4. Multi Grounding System (maximal grounding)


Atau juga yang disebut dengan anyaman grounding (grounding mesh),
merupakan anyaman kawat tembaga (BC) yang saling terhubung satu dengan yang lain.

5. Pelat Grounding (grounding plate). Yaitu menggunakan plat tembaga yang


ditanam di dalam tanah.

Beberapa Variabel yang Memengaruhi Sistem Pembumian (Grounding System)

Ada beberapa variabel yang dapat memengaruhi performa grounding


system pada jaringan listrik. Salah satu yang menjadi acuan, yaitu NEC code (1987,
250-83-3), mensyaratkan panjang elektroda grounding system minimum 2,5 meter (8
kaki) dihubungkan dengan tanah. Ada empat variabel yang mempengaruhi
tahanan grounding system. Adapun empat variabel tersebut adalah sebagai berikut.
1. Panjang/Kedalaman Elektroda

Satu cara yang sangat efektif untuk menurunkan tahanan tanah adalah
memperdalam elektroda. Tanah tidak tetap tahanannya dan tidak dapat diprediksi.
Maka dari itu, ketika memasang elektroda, elektroda berada di bawah garis beku
(frosting line). Ini dilakukan sehingga tahanan tanah tidak akan dipengaruhi oleh
pembekuan tanah di sekitarnya. Secara umum, menggandakan panjang elektroda bisa
mengurangi tingkat tahanan 40%.
Ada kejadian-kejadian di mana secara fisik tidak mungkin dilakukan pendalaman
batang elektroda di daerah-daerah yang terdiri atas batu, granit, dan sebagainya. Dalam
keadaan demikian, metode alternatif yang dapat digunakan adalah grounding cement.

Jika tahanan pada masing-masing ground rod belum mencapai kurang dari 5
ohm, maka harus ditambah panjangnya hingga mencapai air. Anda bisa menggunakan
jasa pengeboran untuk proses ini, karena kadang butuh kedalaman 12 meter untuk
mencapai air di bawah tanah.

Harga ground rod yang terbuat dari batang tembaga full cukup mahal, sekitar
800 ribu untuk 6 meter. Untuk menghemat, Anda bisa menggunakan pipa besi galvanis
dengan panjang 6 – 18 meter (1-3 pipa), lalu dililit dengan kabel BC sepanjang minimal
60 cm. Semakin panjang lilitannya, akan semakin bagus kontaknya dengan tanah,
sehingga semakin bagus pula tahanannya.

2. Diameter Elektroda

Menambah diameter elektroda berpengaruh sangat kecil dalam menurunkan


tahanan. Misalnya, bila diameter elektroda digandakan, maka tahanan grounding
system hanya menurun sebesar 10%. Jadi mendingan memperpanjang elektroda.

3. Jumlah Elektroda

Cara lain menurunkan tahanan tanah adalah dengan menggunakan banyak


elektroda. Dalam desain ini, lebih dari satu elektroda yang dimasukkan ke dalam tanah
dan dihubungkan secara paralel untuk mendapatkan tahanan yang lebih rendah. Agar
penambahan elektroda efektif, jarak batang tambahan setidaknya harus sama dalamnya
dengan batang yang ditanam. Tanpa pengaturan jarak elektroda yang tepat, bidang
pengaruhnya akan berpotongan dan tahanan tidak akan menurun. Untuk membantu
dalam memasang batang grounding system yang akan memenuhi kebutuhan tahanan
tertentu, maka dapat menggunakan tabel tahanan grounding system di bawah ini.

4. Desain

Grounding system sederhana terdiri atas satu elektroda yang dimasukkan ke


dalam tanah. Penggunaan satu elektroda adalah hal yang umum dilakukan dalam
pembuatan grounding system dan bisa ditemukan di luar rumah atau tempat usaha
perorangan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Ada pula grounding system kompleks terdiri atas banyak batang pentanahan
yang terhubung, jaringan bertautan atau kisi-kisi, plat tanah, dan loop tanah. Sistem-
sistem ini dipasang secara khusus di substasiun pembangkit listrik, kantor pusat, dan
tempat-tempat menara seluler. Jaringan kompleks meningkatkan secara dramatis
jumlah kontak dengan tanah sekitarnya dan menurunkan tahanan tanah.
Cara Pemasangan Pembumian Penyalur Petir
Membuat grounding penangkal petir itu pekerjaan yang susah-susah gampang.
Menjadi susah jika tidak mengetahui cara membuat grounding yang benar sehingga
berfungsi dengan baik. Sebelumnya untuk mudah dipahami, grounding yaitu sebagai
media penghantar antara instrumen elektronik dengan media netral, yaitu tanah. Jadi
posisi grounding berada di tengah. Karena itu komponen dan konstruksinya harus
sesuai dan berfungsi dengan baik. Coba Anda bayangkan jika groundingnya tidak
bekerja, ini sama saja memutus rangkaian antara instrumen elektronik, dalam hal ini
penangkal petir dengan tanah sebagai media pembuangan, akan fatal sekali akibatnya!

Untuk yang paling mudah dan umum yaitu membuat grounding penangkal petir
dengan tipe pasak. Disebut seperti ini dikarenakan bentuknya seperti pasak yang
ditanam di tanah dengan posisi tegak lurus. Tipe grounding pasak cocok untuk tanah
bersedimen tanah liat dan endapan lumpur. Untuk rincian material grounding tipe pasak
ini adalah sebagai berikut :

1. Logam Pembumian, gunakan material yaitu : As Besi, As Tembaga (yang full


tembaga, jangan yang banci) atau Pipa Galvanise yang ujung bawah dililit kabel
BC sepanjang minimal 60 cm. Usahakan gunakan logam yang anti karat.
2. Kabel Penghantar, gunakan material yaitu : Kabel BC Minimal Penampang minimal
50 mm (FULL, bukan banci). Di bawah itu tidak menjamin berfungsi dengan baik.
3. Koneksi ke instrumen eletronik, gunakan material yaitu : skoen, mudah dilepas dan
diganti jika rusak. Beli bus bar dari lempeng tembaga sebagai terminal bonding.
4. Memperkecil resistan tanah, gunakan material yaitu bentonit, hanya sebagai opsi,
lebih baik tidak karena resistan tanah yang asli jauh lebih baik.
5. Pipa PVC, yang digunakan sebagai selubung (konduit) dari kabel grounding yang
ditanam dalam dinding / tembok atau untuk jalur kabel BC dari penangkal petir
(konduktor).

Selanjutnya cara membuat dan memasang grounding tipe pasak :

1. Penentuan Titik Grounding

Untuk penentuan titik grounding penangkal petir disarankan tidak terlalu jauh.
Perhatikan juga luas lokasi grounding, berhubungan dengan pekerjaan pengeboran. Hal
ini untuk lebih menghemat material kabel perhantar. Titik yang dekat lebih mudah
dijangkau dan dikenali, jangan lupa beri tanda simbol grounding.

2. Pengeboran Titik Grounding

Lakukan pengeboran titik grounding penangkal petir, dengan teknik manual


atau mesin disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Capai kedalaman pengeboran
grounding yaitu 6 meter minimal. Jika pengeboran hingga menemukan air tanah maka
sangat baik, nilai resistan grounding akan terjamin.

3. Masukkan Material Logam Pembumian

Setelah pengeboran dirasa cukup, maka logam pembumian dimasukkan ke


dalam lobang bekas pengeboran tersebut. Jika anda memilih menggunakan logam As
tembaga, maka kabel BC sudah tidak diperlukan sebagai lilitan.

Tetapi jika menggunakan pipa besi galvanise, maka harus dililit kabel BC
sepanjang minimal 60 cm, lebih panjang lebih bagus. Gunakan pipa galvanise
ukuran ¾”, dengan dililit kawat tembaga BC berdiamater 16 mm2. Panjang grounding
rod ini biasanya antara 1.5 m s/d 3 m. Semakin dalam semakin bagus.

4. Buat Terminal Sambungan

Terminal sambungan disini ialah antara logam pembumian dan instalasi


penangkal petir. Sebagai penghantar gunakan kabel BC 50mm luas penampang
minimal. Beri material skoen sebagai media koneksi antara grounding penangkal petir
dan air terminal di atas atau melewati bus bar terlebih dahulu sebagai terminal.

5. Lakukan Pengukuran

Ukur dahulu hasil media grounding yang telah dibuat. Tentukan dan pastikan
nilainya memenuhi standar di bawah 5 ohm. Jika belum, maka buat media grounding
lagi dengan jarak minimal 3 meter, kemudian di paralel.
6. Sambungkan Dengan Instalasi Penangkal Petir

Jangan lupa setelah semua pekerjaan selesai, maka sambungkan media


grounding dengan kabel penghantar penangkal petir. Untuk lebih rapi, pada terminal
sambungan bisa diberi Bak kontrol.

Media grounding bisa juga diaplikasikan untuk instalasi lain selain instalasi
penangkal petir, seperti instalasi listrik, mesin, arrester mengamankan induksi petir dan
lainnya. Pemilihan material di atas adalah spesifikasi standar minimum, dan pastinya
harga lebih terjangkau. Dengan dapat membuat grounding sendiri diharapkan
keselamatan manusia dan instrumen dapat di tingkatkan dan lebih baik.

Teknik penanaman Grounding Road

1. Lakukan penggalian tanah ukuran 30 x 30 kedalaman 50 cm


2. Pertama coba tancapkan grounding road tersebut apakah mudah atau susah
ditancapkan.
3. Jika agak susah, buatkan dulu lubang dimana grounding rod akan ditanamkan.
Misal dengan alat untuk bor air.
4. Tuangkan air kedalam lubang tersebut hingga penuh
5. Tancapkan grounding rod kedalam lubang tersebut dan tekan secara pelan pelan
hingga beberap centimeter
6. Angkat sedikit grounding rod, dan biarkan air turun kebawah
7. Tekan kembali grounding rod hingga beberapa centimeter dari kedalaman awal
8. Tuangkan kembali air kedalam lubang , lalu ulangi menekan grounding rod.
Sepanjang Anda tidak menemukan tanah yang keras atau tanah berbatu , air akan
membantu anda untuk menggeser lumpur atau pasir di dalam tancapan hingga
grounding rod tertancap sampai habis.
9. Lakukan hal tersebut secara berulang hingga grounding rod tertanam sampai habis
10. Jika anda mengalami kesulitan saat penancapan grounding road, anda bisa
menggunakan alat bantu berupa palu untuk memukul ujung atas grounding road
hingga tertancap semuanya, atau bisa juga denggan menggunakan alat bantu stang
pipa, lakukan penjepitan stang pipa ke grounding road kemudian anda berdiri di
stang pipa sambil menekan grounding road kebawah.

Penanaman Kabel Grounding

Sebelum dilakukan penanaman/ penimbunan kabel, lakukan pengukuran


tahanan grounding terlebih dahulu. Bilamana nilai yang dihasilkan belum sesuai
standard, maka akan lebih mudah untuk penambahan grounding road tambahan.
Jika nilai tahanan sudah sesuai standard lakukan penanaman kabel dengan segera.

1. Lakukan penggalian tanah dari titik dimana grounding menuju masing masing titik
grounding yang saling terhubung. Dan juga lakukan penggalian kearah terminal
grounding
2. Buat galian disepanjang jalur lintasan dengan kedalaman antara 50 -60 cm
3. Tarik kabel grounding melalui jalur kabel tersebut, kemudian tempatkan di bawah
galian. Pastikan panjang kabel sudah cukup hingga proses pengikatan dengan
grounding road tidak akan susah. Jangan biarkan kabel grounding berlebih.
4. Setelah semua sambungan telah di koneksi dengan sistim cadwell, berikan pipa
marking di tempat grounding rod tersebut. Gunakan pipa PVC 4 ‘’ dan ditutup dop
pipa.
5. Kemudian lakukan penimbunan tanah didaerah galian sampai ketinggian 20 cm.
Lalu padatkan. Kemudian beri tanda misalanya batu bata supaya dikemudian hari
jika ada penggalian di sepanjang areal penanaman kabel, maka kabel akan aman.
6. Setelah bata terpasang semua, kemudain timbun kembali hingga penuh. Lakukan
penimbunan hingga betul betul padat
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Gedung-gedung bertingkat sangat penting untuk di beri proteksi penyalur petir,
karena petir terjadi akibat adanya perpindahan muatan elektron dan muatan proton, dan
biasanya terjadi antara muatan yang ada di awan dengan muatan yang ada di bumi.
Gedung-gedung yang tinggi mengandung salah satu muatan tersebut, Oleh sebab itu
bangunan yang tinggi lebih cenderung mudah tersambar petir.
Pada dasarnya proteksi perlindungan penyalur petir dipasang untuk melindungi
struktur bangunan atau fisik maupun melindungi peralatan pada bangunan tersbut.
"SEVEN POINT PLAN" merupaka metode perencanaan pemasangan proteksi
penyalur petir. Tujuan dari "SEVEN POINT PLAN" adalah menyiapkan sebuah
perlindungan efective dan dapat di andalkan terhadap serangan petir, "Seven Point Plan'
tersebut meliputi :
1. Menangkap Petir
2. Menyalurkan Arus Petir
3. Menampung Petir
4. Proteksi Grounding Sistem
5. Proteksi Jalur Power Listrik
6. Proteksi Jalur PABX
7. Proteksi Jalur Elektronik
Daftar Pustaka
http://antipetir.asia/grounding/
https://purbakuncara.com/cara-pemasangan-instalasi-grounding-system-penangkal-petir/
https://khedanta.wordpress.com/2011/04/21/sistim-penangkal-petir-grounding-system-
untuk-bangunan-rumah/

Anda mungkin juga menyukai