Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Terjadinya Petir


Petir merupakan kejadian alam dimana terjadi loncatan muatan listrik
antara awan dengan bumi yang diawali dengan mengumpulkan uap air didalam
awan. Ketinggian antara permukaan atas dan permukaan bawah pada awan dapat
mencapai jarak sekitar 8 km dengan temperatur dibawah dan atas -60°F.
Akibatnya didalam awan tersebut akan teijadi kristal-kristal es. Karena didalam
awan terdapat angin ke segala arah, maka kristal-kristal es tersebut saling
bertumbukan dan bergesekan sehingga terpisahkan antara muatan positif dan
negatif.
Pemisahan muatan yang menjadi disebabkan adanya sambaran petir,
pelepasan muatan listrik dapat terjadi didalam awan, antara awan dengan awan,
dan antara awan dengan bumi tergantung dari kemampuan udara dalam menahan
beda potensial yang terjadi.
Petir yang biasa di kenal terjadi akibat awan dengan muatan tertentu
menginduksi ke bumi. Bila muatan di awan bertambah besar maka muatan
induksipun semakin besar sehingga beda potensial antara awan dengan bumi juga
semakin besar. Kejadian ini diikuti pelopor menurun dari awan dan diikuti
pelopor menaik dari bumi yang mendekati pelopor menurun.
Petir telah banyak membuat kerugian pada manusia dan kerusakan pada
peralatan sejak dulu. Semakin banyak pemakaian alat elektronik dan peralatan
tegangan rendah saat ini telah meningkatkan jumlah statistik kerusakan yang
ditimbulkan oleh pengaruh sambaran petir baik langsung maupun tidak langsung.
Indonesia memiliki hari guruh yang tinggi dengan jumlah sambaran
petimya yang banyak, sehingga kerusakan 'dan kerugian yang ditimbulkannya
lebih besar. Upaya proteksi manusia dan peralatan telah dilakukan, namun
dengan semakin luas, semakin banyak dan semakin canggih peralatan listrik dan
elektronik yang digunakan menyebabkan semakin rumitnya sistem yang
diperlukan.
Gambar 1. Awan cumulonimbus
Petir adalah suatu fenomena alam, yang pembentukannya berasal dari
terpisahnya muatan di dalam awan cumulonimbus, (yang terbentuk akibat
adanya pergerakan udara keatas akibat panas dari permukaan laut serta
adanya udara yang lembab).Umumnya muatan negatif terkumpul dibagian
bawah dan ini menyebabkan terinduksinya muatan positif di atas permukaan
tanah, sehingga membentuk medan listrik antara awan dan tanah. Jika muatan
listrik cukup besar dan kuat medan listrik di udara dilampaui, maka teijadi
pelepasan muatan berupa petir atau terjadi sambaran petir yang bergerak
dengan kecepatan cahaya dengan efek inerusak yang sangat dahsyat karena
kekuatannya.
Indonesia terletak didaerah katulistiwa yang panas dan lembab ,
mengakibatkan teijadinya hari guruh (IKL) yang sangat tinggi dibanding
daerah lainnya (100-200 hari pertahun).
Kerapatan sambaran petir di Indonesia juga sangat besar yaitu 12/km2/tahun
yang berarti pada setiap luas area 1 km2 berpotensi menerima sambaran petir
sebanyak 12 kali setiap tahunnya. Energy yang dihasilkan oleh satu sambaran
petir mencapai 55 kwhours.
Statistik menunjukan bahwa besaran arus Petir umumnya berkisar antara 30-
80KA (pemah pula terdeteksi sampai 300KA) dan untuk lengkapnya dapat
dilihat pada tabel disamping.
Gambar 2. Setatistik besaran arus petir
Semakin besar arus petir pada gilirannya menyebakan kenaikan tegangan
yang semakin besar.

Terdapat 2 teori yang mendasari proses teijadinya petir

1. Proses Ionisasi
2. Proses Gesekan antar awan
a. Proses Ionisasi:
Petir teijadi akibat terkumpulnya ion bebas'bermuatan negatif dan
positif di awan, ion listrik dihasilkan oleh gesekan antar awan dan kejadian
Ionisasi yang disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai dari cair menjadi
gas atau sebaliknya, bahkan padat (es) menjadi cair.
Ion bebas menempati permukaan awan dan bergerak mengikuti angin yang
berhembus, bila awan terkumpul di suatu tempat muatannya memiliki beda
potensial yang cukup untuk menyambar permukaan bumi yang disebut petir.
b. Gesekan Antar Awan :
Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angin, selama proses
bergeraknya awan yang saling bergesekan satu dengan yang lainya , dan
terlahir electron-electron bebas yang memenuhi permukaan awan, proses ini
dapat digambarkan secara sederhana pada sebuah penggaris plastic yang
digosokkan pada rambut maka penggaris mampu menarik potongan kertas.
Saat awan terkumpul di sebuah kawasan, petir dimungkinkan teijadi karena
electron-elektron bebas saling menguatkan satu dengan lainnya. Sehingga
memiliki cukup beda potensial untuk menyambar permukaan bumi.

2.2 Bahaya Sambaran Petir


Pemakaian penangkal petir tradisional (ekstemal) sudah sangat dikenal
sejak jaman dahulu untuk melindungi aset bangunan atau instalasi terhadap
bahaya petir, yang hanya dapat bangunan atau instalasi terhadap bahaya petir,
yang hanya dapat digunakan sebagai asset pelindung gedung terhadap be
kebakaran atau kehancuran, sedangkan induksi tegangan yan^ diakibatkan masih
belum terserap sepenuhnya oleh penangkal tersebut. Sehingga induksi ini sangat
berbahaya/ terhadap peralatan elektronika yang cukup sensitif. Dengan
perkembangan teknologi yang sangat pesat hingga kini,maka pelepasan muatan
petir dapat merusak jaringan listrik dan peralatan elektronika yang lebih sensitif.

2.3 Kerusakan yang diakibatkan oleh petir


Keadaan alam iklim tropis Indonesia pada umumnya termasuk daerah
dengan hari guruh yang tinggi setiap tahun, Karena keterbatasan data besamya
hari petir untuk setiap lokasi di Indonesia, saat ini diasumsikan bahwa lokasi-
lokasi yang tinggi di atas gunung atau menara yang menonjol ditengah- tengah
area yang bebas (sawah, ladang, dll.) mempunyai kemungkinan sambaran lebih
tinggi dari tempat di tengah- tengah kota yang dikelilingi bangunan-bangunan
tinggi lainnya. Tempat-tempat dengan tingkat sambaran tinggi (frekwensi
maupun intensitasnya) mendapat prioritas pertama untuk penanggulangan,
sedangkan tempat-tempat yang relatif kurang bahaya petimya mendapat prioritas
ke dua dengan pemasangan protektor yang lebih sederhana. Lokasi yang
mempunyai nilai bisnis tinggi (industri kimia, pemancar TV, Telkom, gedung
perkantoran dengan sistem perkantoran dan industri strategis seperti : hankam,
pelabuhan udara, dll.), memerlukan proteksi yang dilakukan seoptimal mungkin,
sedangkan lokasi dengan nilai bisnis rendah mungkin makin sederhana sistem
protektor yang akan dipasang.
Pemakaian penangkal petir tradisional (ekstemal) sudah sangat dikenal
sejak dulu untuk melindungi bangunan atau instalasi terhadap sambaran petir.
Bagaimanapun alat pelindung tradisional hanya dapat digunakan sebagai
perlindungan gedung itu sendiri terhadap bahaya kebakaran atau kehancuran,
sedangkan induksi tegangan lebih atau arus lebih yang diakibatkan masih belum
terserap sepenuhnya oleh penangkal petir tradisional sehingga bahayanya cukup
besar terhadap peralatan elektronik yang cukup sensitive.
Dengan berkembangnya teknologi yang sangat pesat, maka pelepasan
muatan petir dapat merusak jaringan listrik dan peralatan , elektronik yang lebih
sensitif. Sambaran petir pada tempat yang jauh sudah mampu merusak sistem
elektronika dan peralatannya, seperti instalasi komputer, perangkat
telekomunikasi seperti PABX, sistem kontrol, alat-alat pemancar dan instrument
serta peralatan elektronik sensitif lainnya.
Untuk mengatasi permasalah yang ada maka perlindungan harus di sesuai
dan diberi serta dan dipasang pada peralatan atau instalasi terhadap bahaya
sambaran petir langsung maupun induksinya. Salah satu penyebab semakin
tingginya kerusakan peralatan elektronika karena induksi sambaran petir sangat
sedikitnya informasinya mengenai petir dan masalah yang dapat ditimbulkan.
2.3.1 Kerusakan akibat sambaran langsung.
Kerusakan akibat sambaran langsung biasanya mudah diketahui
sebabnya, karena petir menyambar sebuah gedung dan sekaligus peralatan
listrik/elektronik yang ada didalam ikut rusak.
a. Apabila Terhadap Manusia. aliran listrik akibat sambaran petir
mengalir melalui tubuh manusia maka organ-organ tubuh yang dilalui
oleh aliran tersebut akan mengalami kejutan (shock). Arus listrik
dapat menyebabkan berhentinya kerja jantung. Selain itu efek
rangsangan panas akibat arus petir pada organ tubuh dapat juga
melumpuhkan jaringan-jaringan otot bahkan dapat menghanguskan
tubuh manusia.
Gambar 3. Kerusakan akibat sambaran petir langsung
b. Apabila Terhadap Bangunan. aliran listrik akibat sambaran petir
mengalir melalui gedung, yang mana besamya dapat . mencapai 200
kA, maka kerusakan yang teijadi adalah kerusakan thermis dan
mekanis. Bahah bangunan yang paling parah apabila terkena
sambaran petir adalah yang bersifat kering, isolasi maupun semi-
isolasi.
2.3.2 Kerusakan akibat sambaran tidak langsung.
Kerusakan akibat sambaran tidak langsung sulit diidentifikasi dengan
jelas karena petir yang menyambar pada satu titik lokasi sehingga
hantaran induksi melalui aliran listrik/kabel PLN, telekomunikasi, pipa,
PAM dan peralatan besi lainnya dapat mencapai 1 km dari tempat petir
terjadi. Sehingga tanpa disadari dengan tiba-tiba peralatan elektronika
yang mendukung aktivitas manusia terbakar tanpa sebab yang jelas.
disebabkan oleh sambaran petir baik secara langsung maupun tidak
langsung yaitu melalui radiasi, konduksi atau induksi gelombang
elektromagnetik petir. Semakin hari semakin besar jumlah kerusakan
yang di timbulkan, karena semakin banyaknya pemakaian komponen
elektronik oleh masyarakat luas dan industri. Seperti yang telah dijelaskan
di atas bahwa letak negara Indonesia berada pada daerah tropis.
Dari negara pembuat peralatan tersebut, yaitu di daerah sub-tropis,
karena jumlah sambaran petir didaerah tropis jauh lebih banyak dan lebih
rapat. Dengan demikian ancaman sambaran petir (LEMP) pada peralatan
canggih perlu diwaspadai dan upaya perlindungan terhadap instalasi,
bangunan yang berisikan peralatan elektronik seperti pada industri, bank,'
instalasi penting, militer, bahkan perorangan perlu ditingkatkan. Kerugian
juga berdampak terhadap operasional sebuah perusahaan dimana
sambaran petir dapat menimbulkan kerusakan yang cukup parah terhadap
instrument kerja perusahaan dan mengakibatkan terhentinya operasional.
Apalagi pada saat sekarang ini tidak ada satupun perusahaan yang tidak
memakai komponen yang berhubungan dengan elektronika. Sejalan
dengan pesatnya perkembangan teknologi pada dewasa ini, maka
pelepasan muatan petir dapat merusak jaringan listrik dan peralatan
elektronika yang sensitive. Sambaran petir pada tempat yang jauh +/- 1,5
km sudah dapat merusak sistem elektronika dan peralatan, seperti
instalasi komputer, telekomunikasi kantor dan instrumentasi serta
peralatan elektomik sensetif lainnya.Untuk mengatasi' hal tersebut, maka
perlindungan yang sesuai harus diterapkan pada peralatan atau instalasi
terhadap bahaya sambaran petir secara langsung maupun tidak langsung.

2.4 Perlindungan Terhadap Bahaya Petir


Manusia selalu mencoba untuk menjinakkan keganasan alam, salah
satunya adalah sambaran petir. danmetode yang pemah dikembangkan proteksi
terhadap jalur dari power mutlak diperlukan untuk mencegah induksi keperalatan
melalui jalur power ( yang umumnya bersumber dari jaringan listrik yang cukup
jauh). Memproteksi seluruh jalur data yang melalui peralatan telepohone data dan
signaling.
2.4.1 Penangkal Petir Kovensional / Faraday / Frangklin
Kedua ilmuwan diatas Faraday dan Frangklin mengetengahkan
system yang hampir sama , yakni system penyalur arus listrik yang
menghubungkan antara bagian atas bangunan dan grounding . Sedangkan
system perlindungan yang dihasilkan ujung penerima / Splitzer adalah
sama pada rentang 30 ~ 45 ‘ . Perbedaannya adalah system yang
dikembangkan oleh Faraday bahwa Kabel penghantar terletak pada sisi
luar bangur.an dengan pertimbangan bahwa kabel penghantar juga
berfungsi sebagai penerima sambaran, Berupa sangkar elektris atau biasa
disebut sangkar Faraday.
2.4.2 Penangkal Petir RadioAktif
Penelitian terus berkembang sebab teijadinya petir , yang
dihasilkan bahwa petir teijadi karena ada muatan listrik di awan melalui
proses ionisasi , maka penggagalan yang dir lakukan dengan cara
memakai Zat beradiasi . Radiun 226 dan Ameresium 241 , karena 2 bahan
ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang bisa menetralkan muatan
listrik. Sedang manfaat lain adalah hamburan ion radiasi yang menambah
muatan pada Ujung Finial / Splitzer dan bila awan yang bermuatan besar
tidak mampu menetralkan zat radiasi kemuadian menyambar maka akan
condong mengenai penangkal petir.Keberadaan penangkal petir
Radioaktif sudah dilarang pemakaiannya , berdasarkan kesepakatan
internasional dengan pertimbangan mengurangi pemakaian ' zat beradiasi
dimasyarakat.
2.4.3 Penangkal Petir Elektrostatic
Prinsip kerja penangkal petir Elektrostatik mengadopsi sebagian system
penangkal petir Radioaktif , yakni menambah muatan pada ujung firtial /
splitzer agar petir selalu memilih ujungnya untuk disambar.
Perbedaan dari sisten Radioaktif dan Elektrostatik ada pada energi yang
dipakai. Untuk Penangkal Petir Radioaktif muatan listrik dihasilkan dari
proses hamburan zat berradiasi sedangkan pada penangkal petir
elektrostatik energi listrik dihasilkan dari Listrik Awan yang menginduksi
permukaan bumi.
2.4.4 Menangkap Petir
Dengan jalan menyediakan system penerimaan (air terminal) yang dapat
dengan cepat menyambut luncuran arus petir, sehingga mampu untuk
lebih cepat dari sekelilingnya dan memproteksi secara tepat dengan
memperhitungkan besaran petir
Gambar 4. Penangkap petir
2.4.5 Menyalurkan Petir
Luncuran petir yang telah ditangkap dilasurkan ke tanah/arde secara aman
tanpa mengakibatkan terjadinya loncatan listrik (imbasan) ke bangunan
atau manusia.

Gambar 5. Kabel untuk menyaliiran petir


2.4.6 Menampung Petir
Dengan cara membuat system Pertanahan sebaik mungkin (maximum
tahanan tanah 5 ohm), agar arus petir yang turun dapat sepenuhnya
diserap oleh tanah dan menghindari terjadinya step potensial

Gambar 6. Pertanahan penampung petir


2.4.7 Proteksi Grounding
Mencegah terjadinya loncatan yang ditimbulkan adanya perbedaan
potensial tegangan antara satu system pentanahan dengan yang lainnya.

Gambar 7. Proteksi grounding


2.4.8 Cara Kerja Penangkal Petir Neoflash
Ketika awan bermuatan listrik melintas diatas sebuah bangunan yang
terpasang penangkal petir neoFlash, maka elektroda penerima pada
bagian samping penangkal petir neo/lash mengumpulkan dan menyimpan
energi listrik awan pada unit kapasitomya . Setelah energi ini cukup besar
maka dilepas dan diperbesar beda ' potensialnya pada bagian Ion
Generator.
Pelepasan muatan listrik pada unit Ion Generator ini di picu oleh
sambaran, yakni ketika lidah api menyambar permukaan bumi maka
semua muatan listrik di bagian ion generator dilepaskan keudara melalui
Central Pick Up agar menimbulkan lidah api penuntun keatas ( Streamer
leader ) untuk menyambut sambaran petir yang teijadi kemudian
menuntunya masuk kedalam satu titik sambar yang terdapat unit Neoflash
ini.
Pada unit Penangkal Petir Neoflash secara simultan bekerja
bergantian dari masing-masing unit penerima induksi , jumlahnya
tergantung dari tipe dan modelnya. Bekeijanya secara
bergantian dimana bila salah satu bagian unit melepaskan muatan ke
udara / streamer maka ada bagian yang dalam proses pengisian muatan
awan.

2.5 Instalasi Penangkal Petir Sistem Radius


Muatan listrik di atmosfir merupakan peristiwa alam yang menyebabkan
timbulnya petir. Badai yang terjadi diawan adalah merupakan kumpulan muatan
listrik yang bergantungan di atmosfir. Udara sebagai isolator akan memisahkan
muatan listrik dari awan yang lain. Selama terjadi badai diatmosfir, muatan listrik
terus menerus terbentuk yang menimbulkan petensial muatan listrik berlawanan
yang serupa ke bumi dan mengumpul dibawah permukaan awan yang
menimbulkan petir.

Gambar 8 Permukaan awan


Penangkal petir sistem radius dibuat untuk mencegah datangnya petir
langsung menuju objek yang akan diproteksi. Untuk mencegah sambaran petir,
penangkal petir sistem radius akan mencegah sambaran petir langsung ke objek
yang dituju. Untuk mencegah sambaran petir langsung menuju ke objek yang
dituju, penangkal petir sistem radius akan terus menerus mengurangi muatan
listrik yang diciptakan oleh badai disekitar areal yang akan diproteksi. Petir yang
timbul hanya terjadi luar areal yang diproteksi dan itupun akan langsung
disalurkan ke bumi.

2.6 Bahaya Utama Sambaran Petir


Gambar 9 sambaran petir mengenai setruktur bangunan
Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan , tentu saja hal
ini sangat membahayakan bangunan dan seluruh isinya karena bisa berefek
kebakaran , kerusakan perangkat elektrik / elektronik atau bahkan korban jiwa.
Penanganan adalah Pemasangan Terminal Penerima Petir serta instalasi
pendukung. Bahaya sambaran ini sering terjadi, petir menyambar diluar area
listrik/PLN memakai kabel udara terbuka dan berposisi tinggi , bilamana ada
petir yang menyambar pada kabel terbuka maka seakan-akan arus petir di
salurkan ke pemakai.
Penanganan pemberian pengaman Tegangan Lebih / Arrester. Bahaya
sambaran serupa dengan yang ke-2 tetapi berefek kepada perangkat komunikasi.
Penanganan dengan cara sama pemberian grounding karena pada setiap
perangkat elektrik yang ada di pasaran pada dasamya sudah dilengkapi anti nois /
arrester yang disalurkan melalui grounding listrik.

2.7 Beberapa produk penangkal petir


1. Penangkal Petir GENT :

Gambar 10 Penangkal petir gent


Penangkal petir GENT memiliki keistimewaan:
1. Gent tipe A, mempunyai radius perlindungan luas terhadap petir dengan
jari-jari setengah lingkaran hingga maximum 150 meter.
2. Tanpa bahan radioactive.
3. Pembumian/ grounding cukup 1 titik untuk setiap unit penangkal petir.
4. Mudah perawatannya.
5. Instalasi cepat karena hanya memasang 1 titik untuk melindungi daerah
yang luas.
6. Cocok untuk aplikasi penangkal petir dalam skala besar, seperti: areal
real estate, gedung tinggi, rumah rumah di dataran tinggi, lapangan golf,
rumah sakit, industri, air port, instalasi gas / bensin / amunisi dsb.
Beberapa tipe penangkal petir GENT
Type Panjang (cm) Berat (kg) Diameter (cm) Radius Perlindungan
(m)
A 47,75 4,8 10,16 150
B 47,65 4,75 10,16 75
C 47,50 4,72 10,16 , 35

2. Penangkal Petir THOMAS :

Gambar 11 Penangkal petir thomas


Penangkal petir THOMAS memiliki keistimewaan:
1. Thomas tipe A, mempunyai radius perlindungan luas terhadap petir
dengan jari jari setengah lingkaran hingga maximum 125 meter.
2. Tanpa bahan radioactive.
3. Pembumian/ grounding cukup 1 titik untuk setiap unit penangkal petir.
4. Mudah perawatannya.
5. Instalasi cepat karena hanya memasang 1 titik untuk melindungi daerah
yang luas.
6. Cocok untuk aplikasi penangkal petir dalam skala besar, seperti : areal
real estate, gedung tinggi, rumah rumah di dataran tinggi, lapangan golf,
rumah sakit, industri, air port, instalasi gas / bensin / amunisi dsb.
Beberapa tipe penangkal petir Thomas
Type Panjang(cm) Berat(kg) Diameter (cm) Radius Perlindungan(m)
A 42,50 3,80 10,50 125
B 42,50 3,60 10,50 60
C 42,50 3,20 10,50 25

2.8 Perangkat standar instalasi penangkal petir


Berikut merupakan jenis jenis perangkat standar pemasangan instalasi
penangkal petir untuk diatas tanah. Skema yang sama dapat diterapkan untuk
pemasangan diatas gedung / tower, dengan perbedaan pemakaian tiang
penyangga yang lebih pendek.
2.8.1 Perangkat instalasi penangkal petir diatas permukaan tanah
Material tambahan diatas permukaan tanah, antara lain:
1. Tiang pendukung kepala penangkal petir (lighting head pole).
2. Kabel NYY 70 mm2.
3. Clamp Head.

Gambar 12 Perangkat instalasi penangkal petir diatas permukaan tanah


2.8.2 Perangkat instalasi penangkal petir dibawah permukaan tanah
Material tambahan dibawah permukaan tanah, antara lain:
1. Tembaga penyambung penerus pembumian (Copper rod).
2. Penyambung antara tembaga pembumian (Washer).
3. Cable BC 70 mm2 .
4. Clamp rod.
5. Clamp 80.
6. Control box (Beton).

Gambar 13 Perangkat instalasi penangkal petir dibawah permukaan tanah


2.8.3 Alat / jasa pendukung lainnya :
1. Material of erection / material pendukung pendirian menara.
2. Transport and accomondation.
3. Cost of labor.
BAB III
PENANGGULANGAN BAHAYA PETIR DAN PROTEKSI
PETIR PADA GEDUNG BERTINGKAT

3.1 Tegangan Lebih Petir


Peralatan Petir senantiasa akan selalu mendapat tegangan lebih ( over
voltage ) yang dapat merusakan peralatan tersebut. Tegangan ini biasanya
berbentuk pulsa yang ditimbulkan oleh sambaran kilat, proses pemutusan
kesalahan oleh pemutus beban atau proses switching.
Oleh karenanya pada kesempatan ini hanya akan dibahas tegangan lebih yang
berasal dari sambaran kilat saja. Pembahasan disini meliputi :
1. Pembuatan muatan pada awan
2. Mekanisme kilat
3. Karakteristik gambaran kilat
1. Pembentukan muatan pada awan
Perbedaan tekanan udara dan temperatur menyebabkan adanya
pergerakan udara keatas. Tekanan dan suhu udara semakin keatas semakin
menurun, menyebabkan uap air yang dibawah oleh udara itu berubah menjadi
titik-titik air, kemudian berkumpul membentuk awan berwarna putih yang
disebut Cumulus Himbus
Menurut C.T.R Wilson, di atmosflr terdapat banyak ion-ion positif
dan negatif akibat penyinaran oleh sinar cosmis dan ultraviolet. Ion-ion ini
terdistribusi secara random. Sebagian ion akan bergabung dengan butir air
membentuk ion yang lebih besar. Akan bergerak dibawah pengaruh medan
normal yang ada pada atmosfir.
Kecepatan yang ditimbulkan oleh medan normal, sangat rendah sekitar
0,003 s/d 0,005 cm/sec per volt/m, intensitas medan listrik normal kira-kira
100 volt/m dipermukaan bumi mencapai 2 volt / m pada ketyinggian tertentu.
Medan listrik ini akan iriempolarisasi butir-butir air. Akibat polarisasi ini
pada bagian atas dan berkumpul muatan positif, sedangkan bagian bawah
terkumpul muatan negatif. Karena gaya grafitasi, butir air yang bergerak
kebawah, dengan kecepatan mencapai 590 cm. Sedangkan kecepatan ion
dalam medan kritis (10 kv/cm ) diudara lembab hanya mencapai 3 - 5 cm/scc.
Kecepatan ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan butir air.
Pada keadaan ini ion negatif akan tertarik oleh butir air dan menetralkan
muatan positifnya. Akibatnya butir air yang tadinya netral secara keseluruhan
dan berubah meiijadi bermuatan negatif. Sedangkan ion positif akan ditolak
oleh bagian bawah butir air dan bermuatan negatif terns bergerak kebawah
sampai kecepatannya sama dengan kecepatan ion - ion. Jadi titik air yang
tadinya terdistribusi secara random dan membentuk muatan ruang yang
netral, sekarang menjadi terpisah, yaitu bagian bawah bermuatan negatif dan
bagian atas bermuatan positif. Awan yang bermuatan akan menginduksi
permukaan bumi. Tinggi m,uatan negatif dari bumi bervariasi antara 500 s/d
10.000 meter Temperatur dalam awan bervariasi dengan tinggi rendahnya
awan. Ditempat paling tinggi temperatur dapat mencapai - 20°C dimana air
akan berbentuk kristal. Makin kebawah temperatur akan turun dan wan akan
berbentuk sebagai titik-titik air.
G.C Simpson dalam percobaan laboratoriumnya menunjukan butir air
yang jatuh kemudian dibelokan secara paksa menghasilkan butir air yang
bermuatan positif, karena muatan negatifnya diserap oleh udara yang
ditinggalkanya. Dari percobaan inilah ditunjukan bahwa diameter air
maxsimum 0,25 cm dan mempunyai kecepatan jatuh kritis sebesar 8
meter/sec. Akibat tekanan udara yang berbeda dipermukaan bumi maka
dalam awan teijadi angin.
2. Mekanisme kilat
Pengamata dengan boys camera menunjukan bahwa sambaran kilat teijadi
secara bertahap.
3. Lidah Mula (Initial leader)
Bila medan listrik yang ditimbulkan oleh muatan awan melampui medan
listrik kritis udara, maka teijadi pelepasan muatan disekitar awan itu, yang
merupakan sambaran pula. Permulaan sambaran kilat didahului oleh aliran
pengemudi (pilot streamer ) yang menentukan arah perambatan muatan dari
awan keudara. Arus discharge aliran mengebudi sangat kecil, menimbulkan
cahaya yang sangat lemah. Aliran pengemudi diikuti oleh pelepasan muatan
berikutnya yang disebut dengan stepped leader. Arah dari setiap langkah
stepped leader berubah - rubah sehingga lintasan gerak merupakan garis
patah-patah.
Kecepatan stepped leader kira-kira 50. 106 m/sec, jadi hampir sama dengan
kecepatan cahaya.
Ketika stepped leader hampir mendekati bumi maka teijadi kanal positif dari
bumi kearah stepped leader.
Kanal muatan positip akan bertemu dengan ‘Stepped leader. Titik pertemuan
disebut dengan point of strike yang teijadi pada ketinggian 20-70 meter dari
permukaan bumi.
3.2 Sambaran Ulang (return stroke )
Ketika lidah kilat mengenai bumi, suatu sambaran ulang bercahaya sangat
terang bergerak dari bumi ke awan melalui jalan yang sama dengan yang dilalui
oleh lidah kilat, saat muatan pada awan dilepas melalui lidah kilat dalam bentuk
arus yang sangat tinggi.
Arus pada setiap sambaran rata-rata 10 KA, tetapi pada keadaan tertentu
dapat mencapai 200 KA. Peristiwa pelepasan muatan sering disebut dengan petir.
Setelah sambaran, masih ada kemungkinan teijadi sambaran berikutnya, karena
disebabkan pada awan terbentuk pusat muatan baru serta konduktifitas yang
rendah antara awan dan bumi. Pada pelepasan muatan ini tidak teijadi
pencabangan seperti return stroke yang pertama. Biasanya suatu sambaran kilat
terdiri dari 4 return stroke, dan kadang sampai 10 return stroke.
3.3 Karakteristik sambaran kilat
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi sifat kerja sistim
tenaga listrik terhadap petir dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Faktor teknis, yaitu faktor yang tergantung sistem jaringan transmisi,
misalnya konfigurasi kawat transmisi tahanan kaki menara
b. faktor yang bersifat alamiah, yaitu letak saluran transmisi, besar tegangan
kilat, amplitudo arus kilat dan isokeraunic level (IKL ).
Yang termasuk dalam karakteristik sambaran kilat disini ialah tegangan kilat,
arus kilat dan isokeraunic level
3.3.1 Tegangan Sambaran Kilat
Besar dan benuk tegangan sambaran kilat perlu dipelajari,
karena erat hubungannya dengan sifat ketahanan isolator terhadap
tegangan tersebut. Karekteristik ketahanan isilator peralatan sisitim
tenaga listrik, misalnya isolator-isolator, bushing transformator,
isolator cair maupun padat, trafo atau kabel, tidak hanya tergantung
pada besar amplitudo tegangan saja, tetapi juga tegantung dari bentuk
tegangan itu atau dengan kata lain lama tegangan pulsa . Walaupun
tegangan pulsa yang ditimbulkan oleh sambaran kilat mempunyai
amplitudo yang besar tetapi lamanya hanya sesaat. Pengukuran
menunjukan bahwa lama tegangan pulsa tersebut hanya dalam orde
microseconds, Tegangan naik dari harga nol dengan cepat sekali
menuju puncaknya (1-10 Microsecond ), kemudian turun dengan lebih
perlahan, mencapai setengah harga puncak dalam waktu 20 - 150
microsecond. Sebagai ilustrasi dari bentuk gelombang.
3.3.2 Arus Sambaran kilat
Amplitudo arus kilat merupakan salah satu parameter penting
untuk menentukan berapa besar tegangan yang akan teijadi pada
puncak menara, atau tegangan.Besar arus kilat digunakan untuk
mencari besar jarak sambar yang merupakan parameter terpenting dari
model elektrogeometris.
Bentuk gelombang arus kilat sama seperti tegangan sambaran
kilat, yakni merupakan bentuk impulse.
3.4 Prinsip proteksi petir

Gambar 14 Proteksi petir pada gedung bertingkat


Memperhatikan bahaya yang diakibatkan sambaran petir di atas, maka system
proteksi petir harus mampu melindungi fisik maupun peralatan dari bahaya
sambaran langsung (external protection) dan sambaran petir tidak langsung
(internal protection) serta penyediaan grounding system yang memadai serta
terintegrasi dengan baik.
Dewasa ini belum ada satupun alat/system yang dapat melindungilOO%
dari bahaya sambaran petir. Namun usaha perlindungan mutlak diperlukan.
Untuk itu selama lebih dari 6?) tahun pengembangan dan penelitian di
laboratorium dan lapangan terus dilakukan dan berdasarkan usaha tersebut suatu
rancangan proteksi petir secara terpadu telah dikembangkan oleh ERICO
Lightning Technologies yang disebut “six point plan”
Tujuan dari “sv'x point plan” adalah menyiapkan sebuah perlindungan
yang sangat effective dan dapat diandalkan terhadap serangan petir.
1. Menangkap Petir
Dengan jalan menyediakan system penerimaan (air terminal) yang dapat
dengan cepat menyambut luncuran arus petir, dalam hal ini mampu untuk
lebih cepat dari sekelilingnya dan memproteksi secara tepat dengan
memperhitungkan besaran petir
2. Menyalurkan Petir
Luncuran petir yang telah ditangkap dilasurkan ke tanah/arde secara aman
tanpa mengakibatkan teijadinya loncatan listrik (imbasan) ke bangunan atau
manusia.
3. Menampung Petir
Dengan cara membuat system pertanahan sebaik mungkin (maximum
tahanan tanah 5 ohm), agar arus petir yang turun dapat sepenuhnya diserap
oleh tanah dan menghindari teijadinya step potensial.
4. Proteksi Grounding
Mencegah teijadinya loncatan yang ditimbulkan adanya perbedaan Potensial
tegangan antara satu system pentanahan dengan yang lainnya.
5. Proteksi Jalur Power
Proteksi terhadap jalur dari power mutlak diperlukan untuk mencegah induksi
ke peralatan melalui jalur power (yang umumnya bersumber dari jaringan
listrik yang cukup jauh).
3.5 Analisa Biaya Manfaat Sistematik Atas Proteksi Sambaran Petir
Pengadaan instalasi proteksi sambaran petir meliputi penangkal petir
ekstemal dan penangkal petir internal. Hal-hal yang berkaitan dengan sistem
proteksi, teknologi dan biaya investasi yang diperlukan ditentukan oleh tingkat
perlindungan penangkal petir yang diinginkan. Sedang tingkat perlindungan yang
diinginkan ditentukan oleh jenis, tipe dan fiingsi bangunan dan peralatan yang
akan dilindungi serta resiko yang timbul jika teijadi kegagalan perlindungannya.
Tingkat perlindungan suatu sistem proteksi sambaran petir dikelompokkan
dalam:
1. Tingkat perlindungan Biasa atau Normal, yaitu untuk bangunan- bangunan
biasa yang bila terjadi kegagalan perlindungan tidak menyebabkan bahaya
beruntun, seperti bangunan perumahan, gedung- gedung.
2. Tingkat Perlindungan Tinggi, yaitu untuk bangunan-bangunan atau instalasi
yang lain jika teijadi kegagalan perlindungan dapat berbahaya bagi
keselamatan jiwa, atau dapat menimbulkan bahaya ikutan yang lebih besar,
seperti instalasi eksplosif mudah meledak, bangunan-bangunan dengan
tingkat penggunaan tinggi dan banyak orang berada di dalamnya, instalasi
komunikasi penting dan lain- lain.
3. Tingkat Perlindungan Sangat Tinggi, yaitu untuk bangunan atau instalasi
yang jika terjadi kegagalan perlindungan dapat menyebabkan bahaya ikutan
yang tidak terkendali seperti pusat instalasi nuklir.
Biaya investasi yang diperlukan untuk ketiga tingkat perlindungan di atas
pada dasarnya terbagi dalam biaya investasr Penangkal Petir Ekstemal dan biaya
investasi Penangkal Petir Internal dan minimisasi biaya total dapat dilakukan
dengan menerapkan konsepsi bahwa penangkal petir ekstemal merupakan bagian
tak terpisahkan dari penangkal petir internal.
3.5.1 Proteksi External
Yang disebut Proteksi External adalah instalasi dan alat-alat di
luar sebuah struktur untuk menangkap dan menghantar arus petir ke
sistem pembumian atau berfungsi sebagai ujung tombak penangkap
muatan listrik/arus petir di tempat tertinggi.Proteksi External yang baik
terdiri atas:
- Air Terminal atau Interseptor.
- Down Conductor.
- Equipotensialisasi. ,
3.5.2 Proteksi Pembumian/Pentanahan
Bagian terpenting dalam instalasi sistem penangkal petir adalah
sistem pembumiannya. Kesulitan pada sistem pembumian biasanya
karena berbagai macam jenis tanah. yang dapat diatasi dengan
menghubungkan semua metal (Equipotensialisasi) dengan elektrode
tunggal kebumi.
3.5.3 Proteksi Internal
Proteksi Internal yaitu proteksi peralatan elektronik terhadap efek
dari arus petir. Terutama efek medan magnet dan medan listrik pada
instalasi metal atau si'stem listrik. Sesuai dengan standar DIV VDE 0185,
IEC 1024-1.
Proteksi Internal terdiri atas:
1. Pencegahan sambaran langsung.
2. Pencegahan sambaran tidak langsung.
3. Equipotesialisasi.
Implementasi konsepsi penangkal petir internal pada dasamya
adalah upaya menghindari terjadinya beda potensial pada semua titik
instalasi atau peralatan yang diproteksi di dalam bangunan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan merupakan integrasi dari sarana
penyama potensial, pemasangan arestor tegangan dan arus, perisaian dan
filter. Biaya investasi yang diperlukan untuk pengadaan penangkal petir
internal adalah sangat besar karena
berbagai mekanisme dapat menyebabkan terjadinya beda potensial di
dalam peralatan yang diproteksi yang dapat berupa propagasi tegangan
lebih melalui saluran telepon, antene, supply daya listrik, pentanahan dan
berbagai induksi elektromagnetik. Upaya minimisasi biaya dapat
dilakukan dengan langkah pendefmisian Zoning Area proteksi dan
terutama dengan upaya mengurangi menjadi sekecil mungkin semua arus
atau tegangan impuls petir yang menjalar ke dalam bangunan dan
instalasi. Pengalaman menunjukkan bahwa dengan upaya maksimal
dalam penyempurnaan penangkal petir eksternal dan penerapan perisaian
akan dapat memperkecil biaya penangkal petir internal. Khusus
pengadaan sistem proteksi petir untuk instalasi eksplosif, mudah
meledak, terdapat tiga utama yang harus diperhatikan sebagai berikut:
1. Aspek pengaruh luar, yang dalam hal ini adalah aspek kejadian
sambaran petir. Upaya pengamanan yang harus dilakukan adalah
mencegah terjadinya percikan busur listrik, di dekat atap bangunan, di
dalam bangunan yang dilindungi dan di sistem pentanahannya. Cara
yang dapat diterapkan adalah pembenaran susunan finial, penyaluran
arus petir dan pentanahan dan penghubungannya serta mencegah
terjadinya mekanisme "Faraday Hole".
2. Aspek operasional, yang dalam hal ini menyangkut masalah mixture
bahan-bahan gas yang sangat menentukan temperatur, tegangan dan
energi penyalaannya.
3. Aspek Kemampuan Internal, yang dalam hal ini upaya meningkatkan
kemampuan internal instalasi, misalnya tanki, yang memiliki ketahanan
lebih tinggi dan mampu mengeliminasi akibat yang terjadi jika temyata
ada kegagalan dari upaya dua aspek di atas.
3.6 Peralatan Proteksi Petir
Untuk dapat mengantisipasi perkembangan peralatan listrik dan
elektronika, maka peralatan proteksi dalam Konsep Daerah Proteksi yang
berorientasi pada EMC juga mempunyai tugas yang disesuaikan dengan
kebutuhan .Kilat merupakan peristiwa alam yaitu proses pelepasan muatan listrik
( electrical discharge ) yang terjadi di'atmosfer. Peristiwa pelepasan muatan ini
bahkan teijadi karena terbentuknya konsentrasi muatan positif dan negatif di
dalam awan ataupun perbedaan muatan dengan permukaan bumi. Kilat
sebenarnya lebih sering terjadi antara muatan satu dengan muatan lain di dalam
awan dibandingkan dengan yang teijadi antara pusat muatan di awan dengan
permukaan bumi. Kedua jenis pelepasan muatan tersebut sebenarnya sama - sama
dapat menimbulkan gangguan atau kerugian. Petir yang terjadi antara awan
dengan awan dapat mengganggu di bidang penerbangan, sedangkan petir yang
terjadi antara awan dengan permukaan bumi dapat menimbulkan kerusakan pada
gedung tinggi dan peralatannya. Instalasi penangkal petir eksternal meliputi :
1. Pengadaan susunan finial penangkal petir
2. Pengadaan sistem penyaluran arus petir
3. Pembuatan sistem pentanahan ,
1. Pengadaan Susunan Finial Penangkal Petir
Susunan finial penangkal petir dapat berupa Finial Batang Tegak;
Susunan Finial Mendatar dan Finial-fmial lain dengan memanfaatkan benda
logam yang terpasang di atas bangunan seperti atap logam, menara logam, dll.
Tingkat perlindungan yang diinginkan menentukan susunan dan jumlah finial,
dimensi dan jenis bahan finial serta konstruksinya dan semua ini secara
besaran arus petir ditentukan oleh tingginya Arus Puncak Petir (I) dan Muatan
Arus Petir (Q).
Finial batang tegak biasa digunakan untuk bangunan atap runcing,
menara telekomunikasi, dll. Satu hal yang perlu dipertimbangkan untuk
bangunan tinggi seperti menara komunikasi yaitu adanya kemungkinan
kejadian sambaran samping, yang berarti haras dapat diantisipasi bahwa petir
dapat menyambar mengenai antena-antena dari samping. Antena yang
tersambar petir akan dialiri arus petir dan yang mengalir dapat diperkirakan
besamya berdasar sudut lindung finial terpasang, sehingga dapat diperkirakan
resiko yang ditimbulkan. Finial mendatar biasa digunakan pada bangunan
atap datar dengan menggunakan penghantar yang dipasang mendatar, dengan
menggunakan atap bangunan atau atap tanki suatu kilang minyak. Konsepsi
yang diterapkan adalah konsepsi sangkar Faraday. Hal yang perlu
diperhatikan jika atap tanki yang berisi bahan mudah meledak digunakan
sebagai finial adalah ketentuan bahwa atap tanki tidak ada kemungkinan gas
buang atau gas yang keluar dan pada atap tanki tidak ada kemungkinan
ceceran bahan mudah meledak, atap tanki tidak memiliki lubang-lubang atau
hubungan pelat-pelat, atap benar-benar dapat dijamin konduksinya yang baik,
dan hal yang paling penting bahwa kenaikan temperatur pelat atap yang
tersambar petir tidak mencapai temperatur nyala dari bahan bakar isi tangki.
2. Pengadaan Sistem Penyaluran Arus Petir
Arus sambaran petir yang mengenai finial harus secara cepat dialirkan ke
tanah dengan pengadaan sistem penyaluran arus petir melalui jalan terpendek.
Dimensi atau luas penampang, jumlah dan rute penghantar ditentukan oleh
kuadrat arus impuls sesuai dengan tingkat perlindungan yang ditentukan serta
tingginya arus puncak petir. Resiko bahaya yang dapat ditimbulkan dari
penyaluran arus petir ini terutama adalah adanya induksi elektromagnetik
pada peralatan elektronik di dalam bangunan.
3. Pembuatan Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan berfungsi sebagai sarana mengalirkan arus petir yang
menyebar ke segala arah ke dalam tanah. Hal yang perlu diperhatikan dalam
perancangan sistem pentanahan adalah tidak timbulnya bahaya tegangan
langkah dan tegangan sentuh. Kriteria yang dituju dalam pembuatan sistem
pentanahan adalah bukannya rendahnya harga tahanan tanah akan tetapi dapat
dihindarinya bahaya seperti tersebut di depan. Selain itu sistem pentanahan
sangat menentukan rancangan sistem penangkal petir internal, semakin tinggi
harga tahanan pentanahan akan semakin tinggi pula tegangan pada penyama
potensial {potential equalizing bonding) sehingga upaya perlindungan
internalnya, akan lebih berat.
3.7 Instalasi Penangkal Petir
Penangkal petir : di pasang pada bangunan min. 2 lantai (paling tinggi
diantara sekitarnya, konstruksi bangunan yang' menonjol : cerobong asap, antena
TV, tiang bendera)
Instalasi terdiri dari:
a. Alat penerima logam tembaga (logam bulat panjang yang runcing ) atau
penerima kawat mendatar.
b. Kawat penyalur dari tembaga
c. Pentanahan kawat penyalur sampai dengan pada bagian tanah yang basah,
ukuran dari instalasi ditentukan berdasarkan daerah/bangunan yang
dilindungi
3.8 Strategi perlindungan bahaya petir
3.8.1 Franklin rod,
Terdiri dari komponen-komponen :
1. Alat penerima logam tembaga (logam bulat panjang runcing)
2. Kawat penyalur dari tembaga'\
3. Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah basah.
4. Sistem perlindungan dengan bentuk sudut ± 45 °.

Gambar 15 Franklin rod sudut ± 45 °


1. Batang yang runcing ( bahan copper spit) lalu dipasang paling atas
menuju batang tembaga terns elektrode
2. Batang elektroda pentanahan dibuat bak kontrol atau memudahkan
pemeriksaan dan pengetesan.
3. Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah sehingga jangkauannya
terbatas.
3.8.2 Sangkar Farady
Terdiri dari komponen:
1. Alat penerima kawat mendatar
2. Kawat dari tembaga
3. Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah yang basah.
Perlindungan bangunan pada jarak antar kawat mendatar tidak melebihi
20 m pada titik-titik yang tertentu diberi ujung vertikal Vi M. '

Gambar 16 Sangkar farady


Sistem pemasangan dibuat memanjang sehingga jangkauannya lebih luas
dari sistem Franklin yang biaya sedikit mahal, menggangu keindahan.
3.9 Penangkal petir
Penangkal petir adalah rangkaian jalur yang berfungsi sebagai jalan bagi
petir menuju ke permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang dilewatinya.
Ada 3 bagian utama pada penangkal petir:
1. Batang penangkal petir
Batang penangkal petir berupa batang tembaga yang ujungnya
runcing. karena muatan listrik mempunyai sifat mudah berkumpul dan , lepas
pada ujung logam yang runcing.
Dengan demikian dapat memperlancar proses tarik menarik dengan muatan
listrik yang ada di awan. Batang runcing dipasang pada bagian puncak suatu
bangunan.
2. Kabel konduktor
Kabel konduktor terbuat dari jalinan kawat tembaga. Dengan diameter
sekitar 1 cm hingga 2 cm . Kabel konduktor berfungsi meneruskan aliran
muatan listrik dari batang muatan listrik ke tanah. Kabel konduktor tersebut
dipasang pada dinding di bagian luar bangunan.
3. Tempat Pembumian
Tempat pembumian {grounding) berfungsi mengalirkan muatan listrik
dari kabel konduktor ke batang pembumian {ground rod) yang tertanam di
tanah. Batang pembumian terbuat dari bahan tembaga berlapis baja, dengan
diameter 1,5 cm dan panjang sekitar 1,8 - 3 m .
Cara kerjanya yaitu Saat muatan listrik negatif di bagian bawah awan
sudah tercukupi, maka muatan listrik positif di tanah akan segera tertarik.
Muatan listrik kemudian segera merambat naik melalui kabel konduktor , menuju
ke ujung batang penangkal petir. Ketika muatan listrik negatif berada cukup
dekat di atas atap, daya tarik menarik antara kedua muatan semakin kuat, muatan
positif di ujung-ujung penangkal petir tertarik ke arah muatan negatif. Pertemuan
kedua muatan menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik itu akan mengalir ke
dalam tanah, melalui kabel konduktor, dengan demikian sambaran petir tidak
mengenai bangunan. Tetapi sambaran petir dapat merambat ke dalam bangunan
melalui kawat jaringan listrik dan bahayanya dapat merusak alat-alat elektronik
di bangunan yang terhubung ke jaringan listrik itu, selain itu juga dapat
menyebabkan kebakaran atau ledakan. Untuk mencegah kerusakan akibat
jaringan listrik tersambar petir, biasanya di dalam bangunan dipasangi alat yang
disebut penstabil arus listrik (surge arrestor).
3.9.1 Pekerjaan Sistem Penangkal Petir
1. Lingkup Pekerj aan
Pekerjaan sistem penangkal petir meliputi pengurusan perizinan /
pengesahan dari badan yang berwenang, pengadaan bahan, peralatan
dan tenaga pekerja, pemasangan, pengujian dan perbaikan selama
masa pemeliharaan untuk suatu sistem penangkal petir yang lengkap.
Pekeijaan tersebut terdiri dari : - Terminal Udara (Spit Tembaga), -
Penghantar Pentanahan (Down Conductor), - Terminal dan Elektroda
Pentanahan, - Izin Instalasi dari instansi yang berwenang, - Pekeijaan
lain yang menunjang.
2. Gambar Rencana secara umum menunjukkan tata letak peralatan dan
instalasinya. Penyesuaian harus dilakukan di lapangan, karena
keadaan sebenamya dari lokasi, jarak dan ketinggian ditentukan oleh
kondisi lapangan.
3. Gambar-gambar Kerja {Shop Drawing)
4. Gambar-gambar Sesuai Pelaksanaan (As Built Drawings) Pemborong
harus membuat catatan yang cermat dari pelaksanaan dan
penyesuaian di lapangan. dan harus dituangkan dalam satu set gambar
lengkap (kalkir) sesuai pelaksanaan (/Is Built Drawing). harus
diserahkan kepada Pengawas agar segera pekerjaan terselesaikan.
5. Standart dan Perawatan Seluruh Pekerjaan harus diselenggarakan
mengikuti standart dan peraturan yang berlaku (Departemen Tenaga
Kerja) atau standart-standart Internasional yang tidak bertentangan
dengan PUIL, Depnaker atau Badan Lainnya (misalnya, British
Standard atau Australian Standard for Lighting Protection System).
Disamping itu harus ditaati pula peraturan dan hukum setempat yang
ada hubungannya dengan pekerjaan.
6. Bahan, Peralatan dan Tenaga Pelaksana suatu peralatan yang akan
dipasang harus dalam keadaan baik dan baru, sesuai dengan standart
yang dimaksud. Contoh bahan, brosur dan gambar kerja (shop
Drawing) harus diserahkan kepada Pengawas paling lambat 14 hari
sebelum pemasangan. Tenaga-tenaga pelaksana harus dipilih yang
sudah berpengalaman dan mampu menangani pekeijaan instalasi ini
secara aman, kuat dan rapi.
a. Penjelasan Teknis Teminal Udara / Air Termination
Penjelasan Teknis Teminal Udara / Air Terminationmeliyxxti
peralatan- peralatan sebagai berikut:
1. Lighting Control
Terminal Kepala penangkal petir menggunakan type konvensional.
2. Batang Peninggi Terbuat Dari Metal.
Konstruksi batang peninggi harus kuat dan diperhitungkan terhadap
hembusan angin yang kuat.
3. Penghantar Pentanahan (Down Conductor)
Terdiri dari kabel NYA 0 70 mm2 atau kawat BC 0 50 mm2
menghubungkan secara listrik dengan sempuma antara air terminal
tersebut diatas dengan sistem pentanahan.
4. Sistem Pentanahan
Sistem Pentanahan terdiri dari:
a. Terminal Pentanahan.
b. Elektroda Pentanahan, terbuat dari batang tembaga masif
dengan diameter %” disambung denganpipa GIP 0 1 Vi\
c. Tahanan / hambatan / resistansi tanah tidak boleh lebih dari 2
Ohm. Bila tahanan tersebut tidak dapat dicapai dengan satu
elektroda maka harus dibuatkan beberapa batang pentahanan
yang terpasang secara pararel sampai tahanan tanah yang
diisyaratkan terpenuhi.
b. Pemasangan
1. Cara-cara pemasangan sistem penangkalan petir harus sesuai
dengan gambar dan harus mengikuti Petunjuk Pengawas Lapangan.
2. Down Conductor disepanjang konstruksi penyanggah harus
dipasang memakai klem dengan jarak 75 cm.
3. Down Conductor diatas permukaan tanah sampai pada ketinggian 2
meter dari permukaan tanah harus dipasang didalam pipa PVC
Kelas AW.
4. Pada Elektroda pentanahan harus dibuat terminal pentanahan
dengan baut dan ring. Sambungan pada elektroda pentanahan harus
memakai junction box.
5. Elektroda pentanahan dari batang tembaga diameter 3A” dan
panjang tembaga harus dilindungi terhadap korosi dengan serbuk
arang disekitar batang tembaga. Lokasi ditentukan sesuai dengan
yang ditunjukkan pada gambar dan di tanam secara vertikal pipa
baja diameter 5” sampai sedalam 12 meter atau sampai mencapai
permukaan air tanah. Kemudian pipa dicabut kembali sehingga
meninggalkan lubang dengan diameter kurang dari 5” sedalam 12
meter. Isi lubang tersebut dengan serbuk arang padat. Terakhir,
elektroda pentanahan ditengah-tengah bumbung arang tersebut.
6. Terminal pentanahan harus terletak dalam bak kontrol khusus dan
untuk pengecekan tahanan tanah secara berkala, tahanan
pentanahan maksimum 2 Ohm.
7. Pemeriksaan dan Pengujian Sistem penangkal petir akan diperiksa
oleh pengawas untuk memastikan dipenuhinya persyaratan. Semua
bagian dari instalasi ini harus diperiksa oleh Pengawas terlebih
dahulu sebelum tertutup atau tersembunyi. Setiap bagian yang tidak
sesuai dengan persyaratan gambar harus segera diganti, tanpa
membebankan biaya tambahan pada pemberi tugas. Untuk
mengetahui baik atau tidaknya sistem penangkal petir yang
dipasang, maka harus diadakan pengetesan terhadap instalasi
maupun terhadap sistem pentanahannya, agar diperoleh suatu
jaminan. Pengetesan tahanan tanah baru bisa dilakukan setelah
tidak turun hujan selama 2 hari berturut-turut.
BAB IV
KOORDINASI

4.1 Frekuensi Sambaran Petir


4.1.1 Sambaran Petir Langsung
Jumlah rata - rata frekuensi sambaran petir langsung pertahun
(Nd) dapat dihitung dengan perkalian kepadatan kilat ke bumi pertahun
(Ng) dan luas daerah perlindungan efektif pada gedung (Ae)
Nd = Ng.Ae............................................................(2.1)
Kerapatan sambaran petir ke tanah dipengaruhi oleh hari guruh rata - rata
per tahun di daerah tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh hubungan sebagai
berikut :
Ng = 4. JO-2. T1.26........................................................(2.2)
Sedangkan besar Ae dapat dihitung sebagai berikut:
Ae = ab + 6h(a+b) + 9nh2...........................................................(2.3)
Sehingga dari substitusi persamaan (2.2) dkn (2.3) ke persamaan (2.1),
maka nilai Nd dapat dicari dengan persamaan berikut:
N4.10 2.71.26 (ab 6h(a b) 9 hi) d= - + + + p..................(2.4)
dimana:
a = Panjang atap gedung (m)
b = Lebar atap gedung (m)
h = Tinggi atap gedung (m)
T = hari guruh pertahun
Ng = Kerapatan sambaran petir ke tanah ( sambaran/Km2/tahun )
Ae = Luas daerah yang masih memiliki angka sambaran petir sebesar Nd
(Km2)
4.1.2 Sambaran Petir Tidak Langsung
Rata - rata frekuensi tahunan Nn dari kilat yang mengenai tanah
dekat gedung dapat dihitung dengan perkalian kerapatan kilat ke tanah
pertahun Ng dengan cakupan daerah di sekitar gedung yang disambar Ag
Nn = Ng. Ag............................................................................(2.5)
Daerah di sekitar sambaran petir (Ag), adalah daerah disekitar gedung
dimana suatu sambaran ke tanah menyebabkan suatu tambahan lokasi
potensial tanah yang dapat mempengaruhi gedung.
4.2 Resiko Kerusakan Akibat Sambaran Petir
Sambaran petir dapat mengakibatkan beberapa kerusakan, yaitu :
a. Kematian atau korban jiwa
b. Kerusakan mekanis.
c. Kerusakan Termal
d. Kerusakan Elektrik
4.3 Sistem Pengaman Pada Gedung
Sistem pengaman gedung dibuat untuk melindungi gedung tersebut dari
berbagai macam gangguan. Salah satu sistem pengaman gedung adalah sistem
penangkal petir beserta pembumiannya. Instalasi bangunan yang menurut letak,
bentuk, penggunaanya dianggap mudah terkena sambaran petir dan perlu
dipasang penangkal petir adalah :
a. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara, dan cerobong pabrik.
b. Bangunan - banguna tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar atau
meledak seperti pabrik amunisi, atau gudang penyimpan bahan peledak.
c. Bangunan - banguna sarana umum seperti gedurfg bertingkat pusat
perbelanjaan, instansi pemerintahan, sekolah dan sebagainya.
d. Bangunan yang berdasar fimgsi khusus perlu dilindungi seperti gedung arsip
negara.
Jenis penangkal petir juga dipengaruhi oleh keadaan atap dari gedung yang akan
diamankan. Untuk bangunan dengan atap datar, yaitu bangunan yang memiliki
selisih tinggi antara bumbungan dan lisplang kurang dari 1 meter maka sistem
yang sesuai adalah sistem faraday yaitu sistem penangkal petir keliling pada atp
datar.
Sedang untuk atap runcing atau selisih tinggi bumbungan dan lisplang lebih dari
1 meter, maka sistem yang sesuai adalah metode franklin yaitu sistem penangkal
petir dengan elektroda batang (fiial).
4.3.1 Ruang Proteksi Konvensional
Pada masa awal diketemukannya penangkal petir dan beberapa
tahun setelah itu, ruang proteksi dari suatu penangkal petir berbentuk
ruang kerucut dengan sudut puncak kerucut berkisar antara 30o hingga
35o (Gambar l.a). Pemilihan besamya sudut proteksi ini menyatakan
tingkat proteksi yang diinginkan. Semakin kecil sudut proteksi maka
semakin tinggi tingkat proteksi yang diperoleh (semakin baik), namun
semakin mahal biaya pembangunannya.

gambar 17(a) realita dalam bentuk tiga dimensi


gambar 17(b) dalam bentuk dua dimensi untuk penyederhanaan.
Untuk mempermudah perhitungan analitik, ruang proteksi tiga dimensi
analisis dapat dilakukan hanya pada separo bagian (Gambar 21.b). Semua
benda-benda yang berada di dalam ruang kerucut proteksi (atau bidang segi-
tiga proteksi) akan terhindar dari sambaran petir. Sedangkan benda-benda
yang berada di luar ruang kerucut proteksi (atau di luar bidang segi-tiga
proteksi) tidak akan terlindungi.
4.3.2 Ruang Proteksi Non Konvensional
Ruang proteksi menurut model elektro geometri hampir sama
dengan ruang proteksi berdasarkan konsep lama, yaitu berbentuk ruang
kerucut juga, hanya saja bidang miring dari kerucut tersebut melengkung
dengan jari-jari tertentu. Besar jari-jari ini sama dengan besarnya jarak
sambar dari lidah petir. Jarak sambar (kemampuan menyambar atau
menjangkau suatu benda) dari lidah petir ini ditentukan oleh besarnya
arus petir yang terjadi. Dengan demikian, derajat kelengkungan dari
bidang miring kerucut dipengaruhi oleh besarnya arus petir yang terjadi.

gambar 18. Konsep ruang proteksi


4.3.3 Bidang Sambar dan Garis Sambar
Jangkauan proteksi suatu penangkal petir dapat dijelaskan dengan
bidang sambar atau garis sambar. Bidang sambar adalah tempat
kedudukan titik-titik sambar, yaitu titik-titik dimana lidah petir telah
mencapai suatu jarak terhadap suatu benda sama dengan jarak sambar.
Bidang sambar merupakan bentuk tiga dimensi dalam kondisi nyata.
Untuk keperluan penyederhanaan analisis dapat dipergunakan bentuk dua
dimensi , yaitu garis sambar seperti ditunjukkan pada gambar 23. Titik A
dan B merupakan titik kritis, artinya semua petir dengan arus I yang
melewati titik-titik ini akan menyambar ke penangkal petir atau menujuke
tanah dengan probabilitas 50%. Untuk mengetahui apakah suatu benda
terlindungi, maka perlu dibuat garis sambar untuk arus yang sama I untuk
benda tersebut. Bila garis sambar untuk benda berada di bawah dari garis
sambar untuk penangkal petir, benda terlindungi. Sebaiknya, jika garis
sambar untuk benda berada di atas garis sambar untuk penangkal petir,
maka benda tidak terlindungi.

gambar 19 garis sambar suatu lidah petir untuk arus petir


Hubungan antara besamya arus petir dengan jarak sambar dapat
dijelaskan sebagai berikut. Bila arus petir yang teijadi bemilai kecil, artinya
mengandung jumlah muatan kecil, maka energi yang diperlukan untuk
memicu lidah petir melakukan loncatan-terakhir juga kecil, sehingga
jangkauan sambaran berjarak pendek. Jika arus petir yang teijadi bemilai
lebih besar, artinya mengandung jumlah muatan lebih banyak, maka energi
yang diperlukan untuk memicu lidah petir melakukan loncatan terakhir juga
lebih besar, sehingga jangkauan sambaran berjarak lebih jauh. Sesungguhnya
hubungan antara I dan rs sangat rumit dengan beberapa versi persamaan telah
dikemukakan oleh para ahli dan tetap terus akan berkembang lagi. Besar arus
puncak peluahan petir dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut
7=10.600,7...............................................................(2.6)
dimana:
I = Arus puncak petir (kA)
Q = Muatan lidah petir (Coulombs)
Sedang hubungan besar arus dengan jarak sambaran ditunjukkan persamaan
berikut
5=8/0,65...................................................................(2.7)
Jarak sambar S adalah jarak jari - jari yang dipakai pada ruang proteksi non
konvensional. Dan persamaan yang sering digunakan untuk menentukan jarak
sambar adalah persamaan Whitehead, karena hingga saat ini merupakan
persamaan yang banyak diakui kebenarannya.
4.3.4 Sistem Penangkal Petir Gedung Beratap Kerucut
Sistem penangkal petir untuk gedung beratap kerucut lebih cocok ,
menggunakan metode Franklin. Metode ini merupakan metode yang
paling tua. Tetapi metode ini masih cukup handal untuk melindungi
gedung dari sambaran petir. Sehingga sistem ini masih banyak digunakan
orang terutama untuk gedung yang beratap kerucut / kubah.
Elektroda batang pada metode Franklin mempunyai daerah
perlindungan yang berbentuk kerucut dengan elektroda batang sebagai
porosnya. Setengah dari sudut puncak disebut sebagai sudut
perlindungan. Biasanya diambil sudut 56o, khusus untuk gedung yang
mudah terbakar biasanya sudut perlindungan diambil dari 45o.
Diketahui:
H : 12 m
B:9m
A : 10 m
T : 200 hari guruh / ton
Ng: 12 km2/thn
Ae = ab + 6h(a+b) + 9izh2
a. Ae : ab + 6h(a + b) + 9|ih2
: 10.9 + 6. 12 ( 10+ 9) +9. 3.14. 12.2
: 90 + 72 ( 19) + 678.24
: 3756.24 km2
Ng = 4. 10-2. T1.26
b. Ng : 4 . 10-2. Tl. 26
: 4. 10-2.200.26
: 197600 km2/thn
Nd = Ng. Ae
c. Nd : Ng. Ae
: 197600.3756.24
: 742233024 f/thn
Tujuan dari “six point plan” adalah menyiapkan sebuah perlindungan yang
sangat effective dan dapat diandalkan terhadap serangan petir.
1. Menangkap Petir
Dengan jalan menyediakan system penerimaan (air terminal) yang dapat
dengan cepat menyambut luncuran arus petir, dalam hal ini mampu untuk
lebih cepat dari sekelilingnya dan memproteksi secara tepat dengan
memperhitungkan besaran petir
2. Menyalurkan Petir
Luncuran petir yang telah ditangkap dilasurkan ke tanah/arde secara
aman tanpa mengakibatkan terjadinya loncatan listrik (imbasan) ke
bangunan atau manusia.
3. Menampung Petir
Dengan cara membuat system pertanahan sebaik mungkin (maximum
tahanan tanah 5 ohm). Hal ini lebih di karenakan agar arus petir yang
turun dapat sepenuhnya diserap oleh tanah dan menghindari terjadinya
step potensial.
4. Proteksi Grounding
Mencegah terjadinya lone atan yang ditimbulkan adanya perbedaan
potensial tegangan antara satu system pentanahan dengan yang lainnya.
5. Proteksi Jalur Power
Proteksi terhadap jalur dari power mutlak diperlukan untuk mencegah
induksi ke peralatan melalui jalur power (yang umumnya bersumber dari
jaringan listrik yang cukup jauh).
6. Proteksi Jalur Data/Komunikasi
Memproteksi seluruh jalur data yang melalui peralatan telephone data dan
signaling.

Anda mungkin juga menyukai