PENYALUR PETIR
4.1. Petir
Petir sering terjadi pada saat musim hujan. Petir dapat terjadi setiap saat
apabila terjadi gumpalan awan di atas langit. Potensi petir terjadi pada saat langit
mulai mendung. Pada saat menjelang hujan, saat hujan dan beberapa saat setelah
hujan terjadi, keadaan udara mengandung kadar air yang lebih tinggi. Kadungan kadar
air yang tinggi ini mengakibatkan nilai isolasi udara turun. Rendahnya nilai isolasi
udara ini mengakibatkan muatan listrik yang terdapat dalam awan lebih mudah untuk
mengalir. Aliran muatan listrik ini dapat terjadi antar awan, maupun dari awan ke
bumi. Petir antar awan terjadi ketika elektron di bagian bawah awan tertarik oleh
proton yang terdapat di bagian atas awan lainnya.
Setelah terjadi petir antar awan maka awan yang tersambar petir akan
kelebihan elektron. Kelebihan elektron di awan yang telah tersambar petir
memperbesar peluang terjadinya petir dari awan ke bumni. Ketika elektron di bagian
bawah awan tertarik oleh proton yang terdapat di daratan maka terjadilah sambaran
petir dari awan ke bumi. Elektron adalah partikel subatom yang bermuatan negatif
sedangkan proton adalah partikel subatom yang bermuatan positif.
1
Gambar 4.2 Petir menyambar.
Sumber gambar: https://www.studiobelajar.com/proses-terjadinya-petir/
Muatan listrik yang terakumulasi harus dalam jumlah yang cukup besar
untuk mengionisasi udara. Muatan positif paling banyak berkumpul pada ketinggian
atau benda runcing. Ketika petir terjadi, perpindahan muatan negatif mengalir
menuju titik tertinggi/runcing. Dibagian yang tinggi/runcing ini muatan positif (proton)
telah terakumuluasi/terkumpul karena adanya tarikan petir tersebut. Koneksi antara
elektron dan proton terjadi dengan begitu cepat sehingga menyebabkan sambaran
petir.
2
Ketika awan menyalurkan muatan listrik ke tanah, muatan harus melewati
berbagai lapisan udara. Udara bukanlah konduktor yang baik untuk listrik, sehingga
sebagian energi hilang menjadi energi panas pada saat menjalar ke daratan.
Kehilangan energi ini mengakibatkan petir itu memiliki suhu dan tegangan yang
sangat tinggi serta dapat menyebabkan kematian. Sambaran petir ini mengakibatkan
meningkatnya temperatur udara di sepanjang jalurnya. Peningkatan temperatur udara
mengakibatkan isolasi undara semakin rendah. Isolasi udara yang rendah ini
menyebabkan petir dapat menyebar dengan cepat. Dari sumber
https://www.studiobelajar.com/proses-terjadinya-petir/ didapat informasi bahwa
dalam sebuah petir tunggal dapat menaikkan suhu udara di sekitarnya hingga 50.000o
Fahrenheit. Emperatur setinggi itu setara dengan 27760o Celcius.
Tidak lama setelah petir menyambar, tak lama kemudian ada suara yang
menyusul petir, namanya guntur. Suara gemuruh dari guntur tercipta ketika petir
melewati udara menyebabkan udara menjadi panas dan dingin sehingga menghasilkan
gelombang tekanan yang begitu besar. Semakin besar tekanan yang diberikan maka
semakin besar juga suara guntur yang kita dengar. Aliran lidah petir meyebabkan
guntur. Jadi yang muncul terlebih dahulu adalah petir, karena adanya perbedaan
kecepatan cahaya dan suara. Kecepatan cahaya diperkirakan sebesar 190.000
mil/detik sedangkan kecepatan suara sebesar 1000 kaki/detik. Maka dari itu, setelah
proses terjadinya petir, baru kemudian terjadi guntur.
Petir antar awan terjadi karena adanya perbedaan potensial yang tinggi
antara awan satu dengan awan lainnya, diakibatkan oleh kelebihan elektron pada salah
satu awan. Demikian pula petir antara awan dengan bumi terjadi karena perbedaan
potensial antara awan dengan bumi, karena awan memiliki elektron yang melebihi
proton, dan bumi juga memiliki proton yang berlimpah, kondisi tersebut
mengakibatkan terjadinya beda potensial antara awan dan bumi yang cukup tinggi.
Beda potensial inilah yang mengakibatkan sambaran petir dari awan ke bumi.
Sambaran petir dari awan yang memiliki kelebihan elektron pada lapisan bawah
permukaan awan akan di buang ke daratan untuk menyeimbangkan muatannya.
Sedangkan di daratan terdapat proton dalam jumlah yang banyak.
3
dalam jumlah besar dari awan. Besar arus petir dapat mencapai ribuan
amper. Satu amper adalah berpindahnya 1 coulomb elektron dalam satu
detik. Aliran arus listrik yang sangat besar ini dapat menimbulkan
kerusakan peralatan dan korban jiwa.
Gambar 4.5 Pesawat Terbang Terbakar dan Jatuh Setelah Tersambar Petir
Sumber:www.berita2bahasa.com/images/articles/2014120Lightning%20s
trikes%20light%20aircraft%20in%20Indonesia%20killing%20four%20(d
ailymail)%20b.jpg
4
Gambar 4.6 Korban Meninggal dan Tuli Akibat Sambaran Petir
Sumber:www.konfrontasi.com/content/ragam/1-meninggal-dunia-2-tuli-
saat-para-pemain-bola-di-tuban-tersambar-petir
4.3 Peraturan
Perauran Perundang-undangan yang mengatur tentang instalasi penyalur
petir adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor :
PER.02/MEN/1989 Tentang : Pengawasan Instalasi Penyalur Petir,
sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia Nomor : 31 TAHUN 2015 TENTANG Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Republik Indonesia Nomor : PER.02/MEN/Tentang : Pengawasan
Instalasi Penyalur Petir
5
Installasi ini di kelompokan menjadi bagian penghantar diatas tanah dan
penghantar di dalam tanah.
Pemasangan installasi penangkal petir tidak menambah atau mengurangi
kemungkinan suatu bangunan atau peralatan terkena sambaran petir. Pemasangan
penangkal petir bertujuan apabila terjadi sambaran petir terhadap bangunan arusnya
akan disalurkan ke tanah melalui penghantar yang dipasang dalam
installasi penyaluran sehingga bangunan dan peralatan didalamnya terlindung.
6
Penelitian tentang petir terus berkembang tentang penyebab terjadinya petir.
Para ilmuwan sepakat bahwa terjadinya petir karena ada muatan listrik di awan
berasal dari proses ionisasi. Untuk menggagalkan proses ionisasi dilakukan dengan
cara menggunakan zat berradiasi seperti Radiun 226 dan Ameresium 241. Kedua
bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang dapat menetralkan muatan
listrik awan.
Manfaat lain hamburan ion radiasi tersebut akan menambah muatan pada
ujung finial atau splitzer. Bila mana awan yang bermuatan besar tidak mampu di
netralkan zat radiasi, petir dengan kekuatan yang lemah kemudian menyambar maka
akan cenderung mengenai penangkal petir atau anti petir ini. Keberadaan penangkal
petir jenis ini telah dilarang pemakaiannya. Berdasarkan kesepakatan internasional
pelarangan ini dengan pertimbangan mengurangi zat beradiasi di masyarakat. Selain
itu anti petir atau penangkal petir ini dianggap dapat mempengaruhi kesehatan
manusia.
7
penghantar atau down conductors, jaringan pembumian grounding dan bonding untuk
menghindari side flashing.
Korosi adalah hal yang sering terjadi pada sistem penangkal petir. dengan
mutu material yang rendah banyak di dijumpai penangkal petir yang terpasang hanya
baik untuk 3-12 bulan. Setelah korosi terjadi pada semua komponen, sistem
penangkal petir tidak lagi menghantar dengan sempurna. Akibatnya jelas kerugian
material sampai bahaya kematian bagi manusia pastikan semua sistem penangkal petir
terbuat dari material tembaga murni, bukan campuran dan kwalitas pabrik yang baik.
Tombak penerima petir harus dipasang sedemikian rupa dengan memenuhi
persayaratan sebagai berikut :
(1) Penerima harus dipasang di tempat atau bagian yang diperkirakan dapat
tersambar petir dimana jika bangunan yang terdiri dari bagian-bagian
seperti bangunan yang mempunyai menara, antena, papan reklame atau
suatu blok bangunan harus dipandang sebagai suatu kesatuan.
(2) Pemasangan penerima pada atap yang mendatar harus benar-benar
menjamin bahwa seluruh luas atap yang bersangkutan termasuk dalam
daerah perlindungan.
(3) Penerima yang dipasang di atas atap yang datar sekurang-kurangnya lebih
tinggi 15 cm dari pada sekitarnya;
(4) Jumlah dan jarak antara masing-masing penerima harus diatur sedemikian
rupa, sehingga dapat menjamin bangunan itu termasuk dalam daerah
perlindungan.
(5) Daerah perlindungan bagi penerima dengan jenis Franklin dan sangkar
Faraday yang berbentuk runcing adalah suatu kerucut yang mempunyai
sudut puncak 112°; Untuk menentukan daerah perlindungan bagi
penerima yang berbentuk penghantar mendatar adalah dua bidang yang
saling memotong pada kawat itu dalam sudut 112°;
(6) Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima jenis lain seperti
misalnya radioaktif atau elektrostatik adalah sesuai dengan ketentuan
teknis dari masing-masing penerima;
Bahan dan cara penginstalasian penerima memperhatikan hal-hal seperti
diuraikan di bawah ini.
a. logam bulat panjang yang terbuat dari tembaga;
b. hiasan-hiasan pada atap, tiang-tiang, cerobong-cerobong dari logam yang
disambung baik dengan instalasi penyalur petir;
c. atap-atap dari logam yang disambung secara elektris dengan baik.
Semua bagian bangunan yang terbuat dari bukan logam yang dipasang
menjulang ke atas dengan tinggi lebih dari 1 (satu) meter dari atap harus dipasang
penerima tersendiri. Pilar beton bertulang yang dirancangkan sebagai penghantar
penurunan untuk suatu instalasi penyalur petir, pilar beton tersebut harus dipasang
menonjol di atas atap dengan mengingat ketentuan-ketentuan penerima, syarat-syarat
sambungan dan elektroda bumi.
Dalam memasang penghantar untuk menyalurkan arus petir hendaknya
diperhatikan tata cara pemasangan seperti terurai di bawah ini.
(1) Penghantar penurunan harus dipasang sepanjang bubungan (nok) dan atau
sudut-sudut bangunan ke tanah sehingga penghantar penurunan
merupakan suatu sangkar dari bangunan yang akan dilindungi;
8
(2) Penghantar penurunan harus dipasang secara sempurna dan harus
diperhitungkan pemuaian dan penyusutannya akibat perubahan suhu;
(3) Jarak antara alat-alat pemegang penghantar penurunan satu dengan yang
lainnya tidak boleh lebih dari 1,5 meter;
(4) Penghantar penurunan harus dipasang lurus ke bawah dan jika terpaksa
dapat mendatar atau melampaui penghalang;
(5) Penghantar penurunan harus dipasang dengan jarak tidak kurang 15 cm
dari atap yang dapat terbakar kecuali atap dari logam, genteng atau batu;
(6) Dilarang memasang penghantar penurunan di bawah atap dalam bangunan.
(7) Semua bubungan (nok) harus dilengkapi dengan penghantar penurunan,
dan untuk atap yang datar harus dilengkapi dengan penghantar penurunan
pada sekeliling pinggirnya, kecuali persyaratan daerah perlindungan
terpenuhi.
(8) Untuk mengamankan bangunan terhadap loncatan petir dari pohon yang
letaknya dekat bangunan dan yang diperkirakan dapat tersambar petir,
bagian bangunan yang terdekat dengan pohon tesebut harus dipasang
penghantar penurunan;
(9) Penghantar penurunan harus selalu dipasang pada bagian-bagian yang
menonjol yang diperkirakan dapat tersambar petir;
(10) Penghantar penurunan harus dipasang sedemikian rupa, sehingga
pemeriksaan dapat dilakukan dengan mudah dan tidak mudah rusak.
(11) Penghantar penurunan harus dilindungi terhadap kerusakan-kerusakan
mekanik, pengaruh cuaca, kimia (elektrolisa) dan sebagainya.
(12) Jika untuk melindungi penghantar penurunan itu dipergunakan pipa
logam, pipa tersebut pada kedua ujungnya harus disambungkan secara
sempurna baik elektris maupun mekanis kepada penghantar untuk
mengurangi tahanan induksi.
(13) Instalasi penyalur petir dari suatu bangunan paling sedikit harus
mempunyai 2 (dua) buah penghantar penurunan;
(14) Instalasi penyalur petir yang mempunyai lebih dari satu penerima, dari
penerima tersebut harus ada paling sedikit 2 (dua) buah penghantar
penurunan;
(15) Jarak antara kaki penerima dan titik pencabangan penghantar penurunan
paling besar 5 (lima) meter.
(16) Bahan penghantar penurunan yang dipasang khusus harus digunakan
kawat tembaga atau bahan yang sederajat dengan ketentuan: (a)
penampang sekurang-kurangnya 50 mm2; (b) setiap bentuk penampang
dapat dipakai dengan tebal serendah-rendahnya 2 mm.
(17) Sebagai penghantar penurunan petir dapat digunakan bagian-bagian dari
atap, pilarpilar, dinding-dinding, atau tulang-tulang baja yang mempunyai
massa logam yang baik;
(18) Khusus tulang-tulang baja dari kolom beton harus memenuhi syarat,
kecuali: (a) sudah direncanakan sebagai penghantar penurunan dengan
memperhatikan syarat-syarat sambungan yang baik dan syarat-syarat
lainnya; (b) ujung-ujung tulang baja mencapai garis permukaan air di
bawah tanah sepanjang waktu.
(19) Kolom beton yang bertulang baja yang dipakai sebagai penghantar
penurunan harus digunakan kolom beton bagian luar
(20) Penghantar penurunan dapat digunakan pipa penyalur air hujan dari
logam yang dipasang tegak dengan jumlah paling banyak separuh dari
9
jumlah penghantar penurunan yang diisyaratkan dengan sekurang-
kurangnya dua buah merupakan penghantar penurunan khusus.
(21) Jarak minimum antara penghantar penurunan yang satu dengan yang lain
diukur sebagai berikut; (a) pada bangunan yang tingginya kurang dari 25
meter maximum 20 meter; (b) pada bangunan yang tingginya antara 25-
50 meter maka jaraknya (30 - 0,4 x tinggi bangunan); (c) pada bangunan
yang tingginya lebih dari 50 meter maximum 10 meter.
(22) Pengukuran jarak dimaksud di atas dilakukan dengan menyusuri keliling
bangunan.
Untuk bangunan-bangunan yang terdiri dari bagian-bagian yang tidak sama
tingginya, tiaptiap bagian harus ditinjau secara tersendiri sesuai sesuai syarat-syarat di
atas. Bagian bangunan yang tingginya kurang dari seperempat tinggi bangunan yang
tertinggi, tingginya kurang dari 5 meter dan mempunyai luas dasar kurang dari 50 m2,
dapat dipasang penangkal petir hanya pada bangunan tertinggi.Bangunan yang
tingginya kurang dari 25 meter dan mempunyai bagian-bagian yang menonjol
kesamping harus dipasang beberapa penghantar penurunan. Bangunan yang tingginya
lebih dari 25 meter, semua bagian-bagian yang menonjol ke atas harus dilengkapi
dengan penghantar penurunan kecuali untuk menara-menara. Ruang antara bangunan-
bangunan yang menonjol kesamping yang merupakan ruangan yang sempit tidak
perlu dipasang penghantar penurunan jika penghantar penurunan yang dipasang pada
pinggir atap tidak terputus.
Untuk pemasangan instalasi penyalur petir jenis Franklin dan sangkar Faraday,
jenis-Jenis bahan untuk penghantar dan pembumian dipilih penghantar tembaga
dengan penampang minimal 50 mm2. Untuk pemasangan instalasi penyalur petir jenis
Elektrostatic dan atau jenis lainnya, jenis-jenis bahan untuk penghantar dan
pembumian dapat menggunakan bahan tembaga dengan penampang minimal 50 mm2
atau jenis lainnya sesuai dengan standard yang diakui. Dalam menentukan ukuran
penghantar hendaknya juga memperhatikan beberapa faktor yaitu ketahanan mekanis,
ketahanan terhadap pcngaruh kimia terutama korosi dan ketahanan terhadap pengaruh
lingkungan lain dalam batas standard yang diakui; Semua penghantar dan
pengebumian yang digunakan harus dibuat dan bahan yang memenuhi syarat. sesuai
dengan standard yang diakui.
Elektroda bumi harus dibuat dan dipasang sedemikian rupa sehingga tahanan
pembumian sekecil mungkin. Sebagai elektroda bumi dapat digunakan bahan-bagan
sebagai berikut:
a. tulang-tulang baja dan lantai-lantai kamar di bawah bumi dan tiang pancang yang
sesuai dengan keperluan pembumian;
b. pipa-pipa logam yang dipasang dalam bumi sccara tegak;
c. pipa-pipa atau penghantar lingkar yang dipasang dalam bumi secara mendatar;
d. pelat logam yang ditanam;
e. bahan logam lainnya dan atau bahan-bahan yang cara pemakaian menurut ke
tentuan pabrik pembuatnya.
Elektroda bumi dapat dibuat dari bahan:
a. Pipa baja yang disepuh dengan Zn (Zincum) dan ganis tengah sekurang-kurangnya
25 mm dan tebal sckurang-kurangnya 3,25 mm;
b. Batang baja yang disepuh dengan Zn dan ganis tengah sekurang-kurangnya 19 mm;
c. Pita baja yang disepuh dengan Zn yang tebalnya sekurang-kurangnya 3 mm dan
lebar sekurang-kurangnya 25 mm;
10
Untuk daerah-daerah yang sifat korosifnya lebih besar, elektroda bumi harus
di buat dari:
a. Pipa baja yang disepuh dengan Zn dan garis tengah dalam sekurang-kurangnya
50 mm dan tebal sekurang-kurangnya 3,5 mm;
b. Pipa dari tembaga atau bahan yang sederajat atau pipa yang disepuh dengan
tembaga atau bahan yang sederajat dengan ganis tengah dalam
sekurangkurangnya 16 mm dan tebal sekurang-kurangnya 3 mm;
c. Batang baja yang disepuh dengan Zn dengan garis tengah sekurang-kurang
nya 25mm;
d. Batang tembaga atau bahan yang sederajat atau batang baja yang disalut
dengan tembaga atau yang sederajat dengan garis tengah sekurang-kurangnya
16 mm;
e. Pita baja yang disepuh dengan Zn dan tebal sekurang-kurangnya 4 mm dan
lebar sekurang-kurangnya 25 mm.
Ketentuan-ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam pemasangan instalasi
penangkal petir antara lain :
(1) Masing-masing penghantar penurunan dan suatu instalasi penyalur petir yang
mempunyai beberapa penghantar penurunan harus disambungkan dengan
elektroda kelompok;
(2) Panjang suatu elektroda bumi yang dipasang tegak dalam bumi tidak boleh kurang
dari 4 meter, kecuali jika sebagian dan elektroda bumi itu sekurang-kurangnya 2
meter di bawah batas minimum permukaan air dalam bumi;
(3) Tulang-tulang besi dan lantai beton dan gudang di bawah bumi dan tiang pancang
dapat digunakan sebagai elektroda bumi yang memenuhi syarat apabila sebagian
dan tulang-tulang besi ini berada sekurang-kurangnya 1 (satu) meter di bawah
permukaan air dalam bumi;
(4) Elektroda bumi mendatar atau penghantar lingkar harus ditanam sckurang-
kurangnya 50 cm didalam tanah.
(5) Elektroda bumi dan elektroda kelompok harus dapat diukur tahanan pembumiann
secara tersendiri maupun kelompok dan pengukuran dilakukan pada musim
kemarau.
(6) Jika keadaan alam sedemikian rupa sehingga tahanan pembumian tidak dapat
tercapai secara teknis, dapat dilakukan cara sebagai berikut:
a. masing-masing pcnghantar penurunan harus disambung dengan penghantar
lingkar yang ditanam lengkap dengan beberapa elektroda tegak atau mendatar
sehingga jumlah tahanan pembumian bersama memenuhi syarat;
b. membuat suatu bahan lain (bahan kimia dan sebagainya) yang ditanam
bersama dengan elektroda schingga tahanan pembumian memenuhi syanat.
(7) Elektroda bumi yang digunakan untuk pembumian instalasi listrik tidak boleh
digunakankan untuk pembumian instalasi penyalur petir.
(8) Elektroda bumi mendatar atau penghantar lingkar dapat dibuat dari pita baja yang
disepuh Zn dengan tebal sekurang-kurangnya 3 mm dan lebar sckurang-
kurangnya 25 mm atau dan bahan yang sederajat.
(9) Untuk daerah yang sifat korosipnya lebih besar, clektroda bumi mendatar atau
penghantar lingkar harus dibuat dari:
a. Pita baja yang disepuh Zn dengan ukuran lebar sekurang-kurangnya 25 mm
dan tebal sekurang-kurangnya 4 mm atau dan bahan yang sederajat;
b. Tembaga atau bahan yang sederajat, bahan yang disepuh dengan tembaga atau
bahan yang sederajat, dengan luas penampang sekurang-kurangnya 50 mm2
11
dan bila bahan itu berbentuk pita harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya
2 mm;
c. Elektroda pelat yang terbuat dan tembaga atau bahan yang sederajat dengan
luas satu sisi pcrmukaan sekurang-kurangnya 0,5 m2 dan tebal sekurang-
kurangnya 1 mm. Jika bcrbentuk silinder maka luas dinding silinder tersebut
harus sekurangkurangnya 1 m2.
(10) Pembuatan, pemasangan, dan/atau perubahan instalasi penyalur petir harus
dilakukan pemeriksaan dan pengujian oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis
K3 Listrik dan/atau Ahli K3 bidang Listrik.
(11) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud di atas digunakan
sebagai bahan pertimbangan pembinaan dan/atau tindakan hukum oleh Pengawas
Ketenagakerjaan
12
BAB V
FIRE ALARM (DETEKSI KEBAKARAN)
Peralatan atau bangunan yang terbakar dapat lenyap dalam hitungan menit.
Sehingga perlunya deteksi kebakaran dini dalam suatu intitusi dan pemasangan
system alarm. Kunci dari aspek perlindungan kebakaran adalah untuk
mengembangkan keadaan darurat kebakaran dalam waktu yang tepat, dan untuk
mengingatkan penghuni dan organisasi darurat kebakaran dalam bangunan. Sehingga
perlunya deteksi dini kebakaran dan pemahaman tentang system alarm dalam
bangunan.
Dalam deteksi kebakaran dan system konvensional memberikan sinyal darurat.
System konvensional satu aliran sirkuit disalurkan sepanjang bangunan yang
dilindungi. Pemilihan dan penempatan detector ini tergantung pada berbagai factor
termasuk kebutuhan untuk inisiasi otomatis atau manual, lingkungan, suhu, jenis
antisipasi api dan kecepatan respon. Keuntungan dari system konvensional adalah
relatif mudah digunakan untuk bangunan yang kecil hingga menengah, tidak
membutuhkan biaya yang besar. Kerugiannya, pada bangunan yang besar
membutuhkan biaya pasang yang besar pula karena jumlah kabel yang dibutuhkan
juga banyak.
13
13) Kepmen PU No.: 11/KPTS/2000—Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran Di Perkotaan.
14) Kepmen PU No.: 10/KPTS/2000—Ketentuan teknis pengamanan terhadap
bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.
15) Permenaker No.: Per.04/Men/1980—Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
16) Permenaker No.: Per.02/MEN/1983—Instalasi Alarm Kebakaran Automatik
17) Inst. Menaker No.: Ins.11/M/BW/1997—Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan Kebakaran
15
beberapa detektor, seperti misalnya : di ruang tamu, kamar tidur, dapur
dan sebagainya.
16
Gambar 5.4 Addressable Fire Alarm Control
Sumber : https://www.bing.com/
- Komponen Sensor
18
akan diimplementasikan pada sistem full addressable, maka harus
ditambahkan input/output modular.
(a) Addressable Manual Push Bar (b) Conventional Manual Push Bar
Gambar 5.9 Manual Push Bar
- Komponen Indikator
19
(a) Alaram Bel (b) Sirine + Lampu Strobo
Gambar 5.10 Alarm Bel
Sumber : https://www.nittan.com/english/products/
Komponen indikator ini akan memberikan tanda di lokasi kebakaran
dan ruang kontrol. Indikator ini akan memberi peringatan atas kejadian
kebakaran. Pengoperasian indikator ini dilakukan oleh panel kontrol.
20
BAB VI
FIRE HYDRANT & SPRINKLER
6.1 Sejarah Sistem Hidrant
Dari situs
https://www.academia.edu/35273037/Sejarah_dan_Pengertian_Hydrant?auto=downlo
ad dijelakan sejarah hydrant adalah koneksi di atas tanah yang menyediakan akses ke
pasokan air untuk tujuan pertempuran pemadam kebakaran. Pasokan air dapat
bertekanan, seperti dalam kasus hydrant tersambung ke listrik air dikuburkan di jalan,
atau unpressurized, seperti terhubung ke kolam terdekat atau tangki air. Setiap
hydrant memiliki satu atau lebih gerai selang kebakaran mungkin terkait. Jika suplai
air bertekanan, hydrant juga akan memiliki satu atau lebih katup untuk mengatur
aliran firehouse.
Firehose merupakan salah satu alat pemadam kebakaran berupa selang yang
digunakan tim pemadam kebakaran ketika terjadi kebakaran pada sebuah bangunan
atau gedung. Selang pemadam api ini termasuk fire hydrant equipment yang penting
digunakan untuk memaksimalkan sistem fire hydrant untuk memadamkan kebakaran.
Fungsi dari Firehose untuk mendistribukan air dari hydrant pillar yang sebelumnya
distribusikan oleh hydrant pump / pompa hydrant dengan tekanan tinggi dari tandon
air / tangki air sehingga dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran.
Pada umumnya untuk semua jenis Firehose / selang pemadam api / selang
pemadam kebakaran ini diproduksi oleh produsen dengan bervarian ukuran diameter
dan panjangnya. Untuk panjangnya diproduksi oleh produsen dari 20 meter sampai 30
meter. Sedangkan untuk diameternya diproduksi beberapa diameter antara lain 1,5” ,
2,5” , dan 3”. Jadi dapat disesuaikan dengan kebutuhaan. Namun jika selang
pemadam kebakaran kurang panjang untuk menjangkau titik kebakaran bisa
menyambungkan selang pemadam kebakaran yang lain dengan menggunakan hose
coupling. Firehose diproduksi sudah terpasang dengan hose coupling (penghubung
selang) di dua ujung selang. Selang pemadam ini dapat di pasang dengan berbagai
hose coupling antara lain: machino coupling, storz coupling, dan instantaneous
coupling.
21
Nozzle pemadam kebakaran merupakan sebuah komponen atau perangkat
yang memiliki peran besar dalam upaya memadamkan api kebakaran. Pada ujung
selang petugas pemadam, dipasang nozzle yang berfungsi sebagai pengarah air
bertekanan yang berasal dari instalasi jaringan pipa, maupun yang berasal dari tangki
penampungan air di dalam mobil petugas pemadam kebakaran. Pada dasarnya,
terdapat beragam macam nozzle dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Jenis
nozzle kebakaran yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan jenis api kebakaran
yang timbul serta tingkat kebutuhan pada lokasi kebakaran. Namun, semua jenis
nozzle kebakaran tersebut umumnya memiliki kemampuan beroperasi yang sama,
yaitu dengan menggunakan sebuah katup penutup atau Shut-Off Valve yang berfungsi
sebagai pengontrol air.
22
Fire Hydrant Klas I : Merupakan fire hydrant menggunakan slang
berdiameter 2.5". Untuk kelas ini didisain penggunaannya diperuntukan
untuk tenaga pemadam kebakaran dan/atau orang-orang yang terlatih.
Hydrant Klas II : Merupakan fire hydrant menggunakan slang
berdiameter 1.5". Hydrant kelas II ini penggunaannya diperuntukan
untuk penghuni gedung. Dapat pula digunakan oleh orang-orang yang
belum terlatih.
Hydrant Klas III : Merupakan fire hydrant yang menggunakan slang
berdiameter 2.5" dan 1.5". Hydran kelas III ini dapat dipergunakan oleh
semua orang. Hal ini disesuaikan ketika bencana kebakaran terjadi.
23
difungsikan dengan cara memasang Hose dan Nozzle dan membuka Valve Pillar.
Siamese Connection disediakan dengan maksud apabila air yang tersedia dalam
ground tank habis, maka team pemadam kebakaran dapat menyuntikkan air dari
mobil ke instalasi hydrant yang ada. Suntikan ini dapat juga dilakukan karena
pompa pemadam kebakaran tidak dapat di operasikan.
2. Instalasi sprinkler
Instalasi sprinkler adalah instalasi di setiap ruangan dari setiap gedung
terdapat head sprinkler. Sprinkler-springkler ini dilengkapi Flow Switch pada pipa
induknya. Flow switch ini berfungsi sebagai detector. Bila head sprinkler pecah
(break) mengakibatkan memancarnya air melalui sprinkler. Air yang mengalir
melalui pipa akan menggerakkan flow switch untuk mengirim signal ke System
Fire Alarm untuk menyalakan alarm bell.
Sprinkler head akan bekerja (pecah) apabila terdapat konsentrasi panas
melebihi 68ºC pada daerah sprinkler head tersebut terpasang. Setelah sprinkler head
pecah secara otomatis, media air yang tertahan oleh head sprinkler akan
dipancarkan melalui penampang head sprinkler untuk pemadaman api. Dalam
Instalasi Sprinkler sebelum menuju ke mainline lantai juga biasanya terpasang
Pressure Reducing Valve. Presure reducing valve berfungsi untuk menurunkan
tekanan yang tinggi menjadi tekanan kerja, (batas maksimum kemampuan head
sprinkler menahan tekanan).
Agar dapat mengoperasikan system dengan benar maka operator sangat
dianjurkan untuk mengoperasikan pompa kebakaran secara Otomatis. Pompa electric
dalam sistem pemadam kebakaran ada 2 unit pompa jocky dan electric pump. Jockey
Pump berfungsi untuk menjaga tekanan air didalam sistim instalasi tetap stabil
sehingga air siap digunakan setiap saat. Apabila terjadi sedikit kebocoran pada pompa,
valve dan perlengkapan lainnya dalam instalasi maka tekanan air akan turun. Untuk
menaikan kembali tekanan air dalam system jockey pump akan bekerja memompakan
air ke dalam system. Penambahan air ke dalam system akan mengembalikan tekanan
air kepada tekanan yang di tentukan.
Mengingat fungsi dari jockey pump sebagai pen-stabil tekanan dalam instalasi,
maka sangat dianjurkan agar pengoperasiannya diatur secara otomatis. Fungsi dari
pompa jocky adalah mempertahankan tekanan air di dalam jaringan pipa pemadam
agar pada saat di gunakan tekanan awalnya tinggi. Jika terjadi penggunaan air karena
dalam satu bangunan terjadi kebakaran, maka pompa jocky akan memompa air untuk
pemadaman. Jika kebakaran telah teratasi dan valve di tutup maka tekanan air
kembali tinggi. Tingginya tekanan ari mengakibatkan pressure switch memerintahkan
pompa untuk berhenti.
Jika kebakaran tidak berhenti dan bertambah luas maka pressure switch hilang
tekanan. Rendahnya tekanan mengakibatkan presure switch memerintahkan electric
main pump untuk bekerja. Jika sampai dengan interval waktu tertentu masih juga
belum padam, langkah terakhir adalah diesel pump akan menyala untuk membantu
pemompaan. Diesel pump perannya sangat penting karna jika terjadi kebakaran
kemungkinan besar power listrik akan mati bisa karena konsleting atau pun sengaja di
matikan PLN. Maka diesel pump berperan penting untuk membantu memompa air
untuk memadamkan api.
24
Untuk mematikan electric pump dapat dilakukan denga 2 cara yaitu : manual
dan otomatis. Standart dari pemadam kebakaran adalah harus dimatikan dengan
manual. Bila terjadi kebakaran harus semaksimal mungkin supply air untuk
pemadaman. Apabila sudah aman dan tidak ada bibit api pompa dapat dimatikan
secara manual.
Untuk menjaga supaya setelah pompa pemadam kebakaran jalan, pompa dapat
berjalan terus menerus melayani hydrant pada pipa tekan dibuatkan pipa bypass yang
dilengkapi dengan relief valve, sehingga bila tekanan air dalam pipa mendekati 11
Kg/Cm2 relief valve akan terbuka (air dari relief valve akan dikembalikan ke pipa
hisap atau tanki bawah) dan pompa pemadam kebakaran tidak akan mati atau berhenti
bekerja. Pressure Relief Valve distel terbuka pada tekanan air 10.5 Kg/Cm2. Pressure
Tank digunakan dalam instalasi hydrant pump dimaksudkan untuk mejaga kestabilan
tekanan dari pompa hydrant, juga berfungsi untuk membuang udara yang terjebak
dalam instalasi hydrant pump.
Dalam sistim fire hydrant juga terdapat alaram gong. Alarm gong terdiri dari
Valve dengan accessories pipa kapiler dan bell yang akan berfungsi dengan bantuan
tekanan air yang mengalir dalam instalasi hydrant sprinkler. Alarm gong lazim
dipasang diruang pompa. Alarm gong dipasang pada riser (untuk type vertical). Bila
ada bagian yang terbuka dari dari system instalasi, baik hydrant (landing valve yang
dibuka) ataupun sprinkler yang pecah, mengakibatkan terjadinya aliran air dalam pipa
kapiler dari alarm tersebut. Aliran air dalam pipa kapiler menggerakan bell dengan
tenaga mekanis.
25
Gambar 6.3 Tangki Air Hydrant dan Sprinkler
Sumber : https://www.bing.com/
6.5.2 Jockey Pump
Brand Kirloskar
Power 5 - 25 HP
26
6.5.4 Diesel Pump
27
Gambar 6.7 Hydrant Box
Sumber : https://www.dreamstime.com/
28
6.5.6 Pilar Hydrant
29
hydrant pilar atau hydrant box, pipa ini biasanya berukuran2,5”; 4” dan
seterusnya sesuai dengan jumlah hydrant box/hydrant pilar.
30
Gambar 6.12 Diagram Skema Fire Hydrant
Sumber : https://kontraktorhydrant.files.wordpress.com/2016/04/instalasi-hydrant-
site-plan-pabrik-7.jpg
31
BAB VII
AIR CONDITIONING
Energi dalam sistem merupakan jumlah total semua energi molekul yang
ada di dalam sistem. Apabila sistem melakukan usaha atau sistem mendapatkan
kalor dari lingkungan, maka energi dalam sistem akan naik. Sebaliknya jika energi
dalam sistem akan berkurang jika sistem melakukan usaha terhadap lingkungan
atau sistem memberi kalor pada lingkungan.
Dengan demikian dapat kita disimpulkan bahwa perubahan energi dalam
pada sistem tertutup ialah selisih kalor yang diterima dengan usaha yang
dilakukan sistem. Berdasarkan bunyi hukum I Termodinamika, maka rumus
hukum I Termodinamika dapat dituliskan sebagai berikut ini :
Q = ∆U + W ataupun ∆U = Q – W
Di mana :
∆U = Perubahan energi dalam sistem (J)
Q = Kalor yang diterima ataupun dilepas sistem (J)
W = Usaha (J)
32
Siklus merupakan serangkaian proses yang dimulai dari suatu keadaan
awal dan berakhir pada keadaan yang sama dengan keadaan awalnya. Agardapat
melakukan usaha terus-menerus, suatu sistem harus bekerja dalam satu siklus.
Ada 2 macam siklus, yakni siklus reversibel (siklus yang dapat balik) dan
irreversibel (siklus yang tidak dapat balik).
33
6. Pada saat melalui metering divice atau expantion valve maka gas cair
bertekanan tinggi akan berkurang tekanannya. Rendahnya tekanan gas ini akan
membuat suhu penguapan gas menjadi rendah.
7. Pada saat masuk di ruang evaporator, gas menyerap panas yang ada dalam
ruangan. Penyerapan panas ini membuat gas cair menguap menjadi gas.
Selanjutnya gas masuk ke ruang kompresor. Demikian siklus pendinginan ini
berjalan secara tertutup.
Berikut penjelasan 6 komponen utama dalam mesin pendingin ruangan atau AC serta
cara kerjanya:
KOMPRESSOR
FILTER
EVAPORATOR
34
Gambar 7.5 Evaporator
Evap atau evaporator adalah saluran yang berbentuk kapiler yang berfungsi sebagai
penyalur atau penghantar dingin ke ruangan yang akan didinginkan dan kemudian
menyerap panas pada ruangan tersebut.evaporator biasa bekerja dibantu dengan fan
motor.
Baca Juga : TIPS MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN DENGAN BENAR
FAN MOTOR
EXPANSION VALVE
Expansion valve adalah katup expansi yang berfungsi sebagai penahan zat panas hasil
tekanan yang disebabkan sistem pompa oleh kompresor dan dilepaskan pelan-pelan
melalui saluran khusus dan kemudian akan menghasilkan gas yang bersuhu sangat
dingin,dan kemudian suhu dingin tersebut disalurkan ke pipa kapiler evaporator.
35
Thermostat
Thermostat berfungsi untuk mengendalikan suhu supaya tidak terlalu dingin. ketika
suhu pada ruangan telah mencapai temperatur tertentu, maka thermostat inilah yang
kemudian akan memutus aliran listrik menuju kompresor.
Dampaknya pendingin hanya akan dilakukan oleh kipas terhadap sisa Freon di sekitar
evaporator. Thermostat juga akan menghubungkan kembali aliran listrik untuk
kompresor setelah suhu di dalam ruangan kembali naik diatas batas temperature yang
telah disesuaikan pada unit thermostat.
Fan/Kipas
Kipas yang berada di balik evaporator ataupun het changer mempunyai fungsi untuk
mempercepat aliran udara menuju permukaan ke dua komponen penting dalan proses
melepas serta menyerap panas.
36
Untuk itu pada evaporator dilengkapi dengan sakelar kontrol temperatur
(TERMOSTAT) yang bekerja memutus arus pengendali pada relai bila evaporator
sudah mencapai suhu tertentu, kompresor tidak bekerja.
Motor kipas kondensor biasanya paralel dengan kopling magnet, bekerjanya juga
diatur oleh sakelar kontrol temperatur.
B. Rangkaian pada evaporator
Instalasi listrik pada evaporator biasanya terbagi atas komponen-komponen sebagai
berikut :
Motor blower dan pengatur putaran
Termostat
C. Motor blower & pengatur putaran
37
D. Termostat
38
1. Pengontrol tekanan tinggi
2. Pengontrol tekanan rendah
3. Pengontrol temperatur
39
oleh zat pendingin yang kembali kesaluran hisap (S), karena tekanan zat
pendingin kecil, maka pendingin kompresor juga akan sedikit, sementara kompresor
terus bekerja, akan menimbulkan kerusakan karena panas.
Pengontrol temperatur
Tekanan dan temperatur akan selalu berkaitan, tekanan yang tinggi pada zat pendingin
akan mengakibatkan temperaturnya akan tinggi pula, biasanya sebagai ganti
pengontrol tekanan tinggi digunakan pengontrol temperatur, yang bekerja berdasarkan
temperatur, kontak akan memutuskan listrik ke kopling magnet bila sudah mencapai
temperatur tertentu pada zat pendingin.
Rangkaian sistem kontrol :
40
Sakelar mekanis (A) dipasang pada trotel gas atau dimana saja yang memung-kinkan
sakelar ini berfungsi untuk memutuskan aliran listrik ke kopling magnet pada waktu
motor putaran idle, supaya motor tidak mati pada putaran idle saat sistem AC hidup.
Ada juga pengganti sakelar mekanis ini dipasang sebuah relai elektronika yang dapat
menghubung dan memutuskan aliran listrik ke kopling magnet berdasar-kan induksi
dari koil pengapian. Relai secara automatis akan memutus aliran listrik ke kopling
magnet pada waktu putaran idle.
41
BAB VIII
AC CENTRAL
Sistem Air Conditioner (AC) Sentral adalah suatu sistem AC dimana proses
pendingin udaranya terpusat pada satu tempat dan kemudian ditransferkan atau
alirkan ke semua ruangan yang terhubung. Sederhananya satu AC ukuran besar bisa
dipakai untuk semua ruangan yang terhubung. AC sentral ini pada umumnya terletak
di outdoor. Karena suara mesinnya sangat mengganggu telinga.
42
Gambar 8.1 Diagram AC Central
Sumber : https://i1.wp.com/cvastro.com/wp-
content/uploads/2010/09/accentralallwatersystem1.jpg
43
Tower, sistem pemipaan atau bagain distribusi, ducting atau bagian saluran udara,
system control & kelistrikan. Chiller (Unit Pendingin) merupakan pusat pendinginan
dalam sistem AC sentral.
Chiller atau Unit Pendingin merupakan mesin yang berfungsi untuk mendinginkan air
di bagian evaporator. Air dingin ini yang kemudian dialirkan ke mesin penukar kalor
(Fan Coil Unit) sebelum ditransfer ke seluruh ruangan yang terhubung dengan AC
sentral.
44
Gambar 8.3 Mesin Chiller
45
Prinsip kerja unit penanganan udara ini adalah mengambil atau menyedot
udara yang ada di dalam ruangan (return air) yang selanjutnya dicampur (mix) dengan
udara segar (fresh air) dari lingkungan berdasarkan komposisi yang dikehendaki.
Dalam artian antara udara ruangan dengan udara lingkungan dapat diatur sesuai
dengan yang diinginkan. Campuran udara ini akan masuk menuju AHU dan melewati
filter, fan sentrifugal dan terakhir cooler coil (koil pendingin). Secara diagram alurnya
seperti di bawah ini:
Apabila udara telah sampai ke bagian unit cooler coil maka selanjutnya akan
didistribusikan secara merata ke ruangan masing-masing dengan melewati unit
ducting. Dan perlu diketahui bahwa ducting ini berfungsi membagi rata udara yang
masuk ke setiap ruangan dan mengalirkan udara hingga lokasi yang jauh sekalipun.
Akan tetapi sistem ini memiliki sejumlah kelemahan. Apabila satu komponen
saja mengalami kerusakan dan AC sentral mati (off) maka setiap ruangan tidak akan
merasakan udara sejuk bahkan menimbulkan bau tak sedap. Dan jika temperatur
udara ruangan terlalu dingin atau panas maka mengaturnya harus ke bagian coil
pendingin yang terdapat pada komponen AHU.
46
1. Air Handling Unit (AHU)
Air Handling Unit (AHU) adalah mesin pengkonversi kalor dimana udara panas yang
berada di ruangan dialirkan melewati coil pendingin lalu digantikan dengan udara
dingin. Istilah lain dari Air Handling Unit (AHU) adalah unit pengana udara.
Cooling water adalah komponen AC sentral yang hanya ada untuk jenis kompresor
water cooler. Mesin ini berfungsi untuk melewati air panas yang berasal dari filamen
cooling tower yang kemudian dihembus oleh udara dengan mesin blower yang
memiliki suhu rendah.
3. Pompa Sirkulasi
a) Chilled Water Pump: adalah jensi pompa sirkulasi air dingi yang berfungsi
untuk mengalirkan air dingin yang berasal dari chiller ke koil pendingin
(AHU atau FCU).
b) Condensor Water Pump adalah jenis pompa sirkulasi yang berfungsi
mengalirkan air pendingin yang berasal dari kondensor chiller ke bagian
coolung tower.
4.Filter
5.Centrifugal Fan
Centrifugal Fan adalah komponen AC sentral yang biasan juga disebut dengan
kipas blower sentrifugal. Fungsi dari blower ini adalah mendistribusikan udara yang
melewati ducting menuju ruangan yang telah terhubung dengan AC sentral.
6.Cooler coil
Cooler coil atau koil pendingin adalah komponen Ac sentral yang berfungsi
menurunkan suhu atau temperatur udara panan menjadi dingin. Coil pendingin ini
berupa pendeteksi panas udara.
47
BAB IX
PERHITUNGAN BEBAN AC
9.1 Metode Sederhana
Dalam menghitung kebutuhan kapasitas AC dibutuhkan data seperti
tinggi ruangan, bahan plafon, ruangan di lantai dasar atau lantai atas, jumlah
jendela, jumlah orang di dalam ruangan tersebut, hingga sistem pintu dan sinar
matahari masuk atau tidak secara langsung ke dalam ruangan. Tetapi untuk hitung-
hitungan kasar, luas ruangan bisa dipakai untuk menghitungnya.
Tepat atau tidaknya kapasitas AC yang dibeli, dapat berpengaruh pada
daya yang diperlukan. Jika terlalu kecil, maka akan dibutuhkan waktu yang lebih
lama untuk mencapai suhu yang diinginkan. Jika hal ini terjadi maka kebutuhan
listriknya pun akan lebih banyak. Jika kapasitas AC terlalu besar, listrik yang
diperlukan juga besar, padahal sebagian “dibuang percuma”. Saat ini, AC lebih
dikenal dengan satuan PK.
Untuk mengkonversi kapasitas AC dari satuan PK ke dalam satuan
Kcal/Hour atau BTU/Hour diperlukan beberapa perhitungan. Kcal/Hour
merupakan kemampuan AC untuk mengkonversi panas dalam satuan Kilo
Kalori/Jam. BTUH/Hour merupakan kemampuan AC untuk mengkonversi panas
dalam satuan British Thermal Unit per jam. Ada rumus sederhana yang bisa kita
manfaatkan. Untuk menghitung kapasitas AC dapat dilakukan dengan menghitung
luas ruangan dikalikan 500, hasilnya adalah dalam satuan BTU/Hour. Perlu juga
dipertimbangkan jumlah orang yang menempati suatu ruangan. Untuk membuat
satu orang manusia di dalam ruangan merasa nyaman, juga membutuhkan energi
pendingin, diperkirakan 500 BTU/h.
Q = ( P x L ) x 500 + C x 500
Keterangan :
Q = kebutuhan kapasitas AC ( BTU/Hr)
P = Panjang Ruang (dalam meter)
L = Lebar Ruang (dalam meter)
C = Jumlah manusia (orang)
Kapasitas AC Berdasarkan daya output dapat diperkirakan sebagai
berikut :
½ PK = 5000 BTU/Hour = 500Watt
¾ PK = 7000 BTU/Hour = 700Watt
48
1 PK = 9000 BTU/Hour = 900Watt
1,5 PK = 18000 BTU/Hour = 1800Watt
2 PK = 24000 BTU/Hour = 2400Watt
Diketahui :
P = 6 meter
L = 5 meter
C = 4 orang
Ditanyakan :
J =……?
Penyelesiana :
J = P x L x 500 + C x 500
J = (6 x 4 x 500) + 4 x 500
J = 17.000 BTU/h
maka besarnya AC yang dibutuhkan adalah minimal 17.000 BTU/h,
sehingga dipilih AC dengan kapasitas sama atau diatasnya. Dipilihlah AC 1.5 PK
dengan kapasitas 18.000 BTU/h.
Sebaiknya pilih kapasitas AC sesuai spesifikasi teknis masing-masing
merk. Seperti misalnya AC Slit merk Daikin seperti tertera di bawah ini.
49
Tabel Spesifikasi Teknis AC Daikin.
Sumber : http://www.daikin.co.id/super-mini-split
Jika diperhatikan spesifikasi teknik AC Panasonic ini lebih baik, dengan kapasitas
2 PK , mampu mengkonversi panas sebesar 17.700 BTU/h dengan konsumsi daya
hanya 1450 Watt. Kemampuannya lebih kuat, konsumsi daya lebih rendah.
50
a. Kalor penerangan
b. Kalor sensibel atap
c. Kalor sensibel partisi
d. Kalor sensibel manusia
e. Kalor sensibel peralatan
f. Kalor jendela
g. Kalor sensibel dinding
h. Kalor sensibel infiltrasi
i. Kalor radiasi matahari
j. Kalor sensibel lantai
Nilai dari setiap kalor di atas, dapat diperoleh dengan melakukan beberapa
langkah perhitungan, yaitu:
Kalor Sensibel Lantai = Luas lantai (m²) × Koefisien transmisi kalor K dari
atap(kcal/m².h.˚C) × Selisih temperatur dalam dan luar ruangan (˚C).
Koefisien Kapasitas
transmisi kalor per 1
Tebal atap (mm) kalor K m²
(kcal/m²h ( kcal/m²h˚
˚C) C)
51
Kayu, asbeton
semen, langit-
Biasa 2,86 7,5
langit (12 mm
HARDTEX)
Dengan Langit-
Tebal 1,94 53,8
langit
beton
100 mm Tanpa Langit-
3,45 57,8
Adukan Semen langit
Biasa
rapat air 20 mm Dengan Langit-
Tebal 1,81 77,9
langit
beton
150 mm Tanpa Langit-
3,78 81,9
langit
Lapisan adukan Dengan Langit-
Tebal 1,58 63,4
semen 20 mm langit
beton
Beton sinder 60 120 mm Tanpa Langit-
2,46 67,4
mm langit
Biasa
Aspal rapat air Dengan Langit-
Tebal 1,13 77,9
10 mm langit
beton
150 mm Tanpa Langit-
2,34 81,9
langit
52
9.2.3. Kalor sensibel manusia
Faktor
Jumlah Kalor
Kelompok
Kondisi kerja Bangunan Total Orang
Orang yang
Dewasa
Bekerja
Bekerja di belakang
Kantor hotel 106 kcal/h 0,947
meja
Berdiri atau berjalan
Toko eceran 123 kcal/h 0,818
lambat
Bekerja di belakang
Pabrik 335 kcal/h 0,967
meja
Kalor Sensibel Jendela = Luas jendela (m²) × Koefisien transmisi kalor melalui
jendela (kcal/ m².h.˚C) × Selisih temperatur interior dan exterior (˚C).
Tabel 2.4 Koefisien transmisi kalor jendela
53
Tabel 9.5 Koefisien mission transmisi kalor dinding
Koefisien
Tebal dinding transmisi kalor K
(kcal/m².h.˚C)
Bagian
Lapisan (biasa)
utama
Atap luar menonjol ke luar
12 mm 3,08
5 mm
Adukan semen di luar 15
Beton 150 mm 2,89
mm
Adukan di luar 15 mm 200 mm 2,62
Plester 3mm 250 mm 2,05
Batu bata 210 mm 1,62
50 mm 4,75
Tanpa lapisan Beton 100 mm 4,06
200 mm 3,15
b.
c. waktu pengukuran × {1,031 + (waktu 1 jam setelah
pengukuran – waktu pengukuran)} × {0,669 + (waktu 2 jam setelah
pengukuran – waktu 1 jam setelah pengukuran)}× {0,312 – (waktu 2 jam
setelah pengukuran – waktu 3 jam setelah pengukuran)}× 0,046.
(Tergantung lama pengukuran)
d.
e.
Keterangan:
54
Tabel 9.6 Temperatur Ekivalen Radiasi Matahari
Waktu, pukul Temperatur (˚C)
5 0
6 16,1
7 26,1
8 29,1
9 25,1
10 18,4
11 9,7
12 0
c.
d.
e.
f.
g.
h. Radiasi matahari terpancar diperoleh berdasarkan grafik di bawah ini:
55
Gambar 9.1 Radiasi Matahari Terpencar
Keterangan:
A = Azimut matahari.
P = Permeabilitas atmosferik. (0,6 – 0,75).
56
δ = dekilansi matahari.
Kalor Sensibel Lantai = Luas lantai (m²) × Koefisien transmisi kalor K dari
lantai (kcal/m².h.˚C) × Selisih temperatur dalam dan luar ruangan (˚C).
57
Rumah, pintu, dan jendela sering dibuka
1,5 - 2 kali
tutup
58
9.3 Perhitungan Kapasitas AC dengan software
Penghitungan dengan menggunakan sofware yang paling murah adalah
menggunakan aplikasi berbasis web pada alamat berikut ini :
http://ac.hnetglobal.site/
59
Watermarking and Content Protection for Digital Images and Video, thesis of PhD in
University of Surrey, 2002
Mauro Barni, Franco Bartolini, Watermarking Systems Engineering, Marcel Dekker
Publishing, 2004
Saraju P. Mohanty, Digital Watermarking: A Tutorial Review , Dept. of Computer
Scieence and Engineering, University of South Florida.
Mauro Barni, F. Bartolini, V. Cappellini, A.Piva, “ A DCT-Domain System for
Robust Image Watermarking”, Signal Processing 66, pp 357-372, 1998
60