Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan daerah dengan hari guruh pertahun tertinggi di
dunia menurut buku Guinness of Records yakni berkisar antara 180 – 260 hari
guruh pertahun dengan kerapatan sambaran petir ke tanah (Ng) mencapai 30
sambaran per km2 per tahun.
Petir merupakan kejadian alam dimana terjadi loncatan muatan listrik
antara awan dengan bumi. Loncatan muatan listrik tersebut diawali dengan
mengumpulnya uap air di dalam awan. Ketinggian antara permukaan atas dan
permukaan bawah pada awan dapat mencapai jarak sekitar 8 km dengan
temperatur bagian bawah sekitar 15,5 oC dan temperatur bagian atas sekitar
-51oC Akibatnya, di dalam awan tersebut akan terjadi kristal-kristal es. Karena
didalam awan terdapat angin ke segala arah, maka kristal-kristal es tersebut akan
saling bertumbukan dan bergesekan sehingga terpisahkan antara muatan positif
dan muatan negatif.
Pemisahan muatan inilah yang menjadi sebab utama terjadinya sambaran
petir. Pelepasan muatan listrik dapat terjadi di dalam awan, antara awan dengan
awan dan antara awan dengan bumi tergantung dari kemampuan udara dalam
menahan beda potensial yang terjadi.
Petir yang dikenal sekarang terjadi akibat awan dengan muatan tertentu
menginduksi muatan yang ada di bumi. Bila muatan di dalam awan bertambah
besar, maka muatan induksi makin besar sehingga beda potensial antara awan
dengan bumi makin besar. Kejadian ini diikuti sambaran pelopor yang menurun
dari awan dan diikuti dengan adanya sambaran pelopor yang naik dari bumi
mendekati sambaran pelopor yang turun. Pada saat itulah terjadi apa yang
dinamakan petir.
Sambaran petir langsung dapat menyebabkan kerusakan bangunan,
peralatan, kebakaran bahkan korban jiwa, sedangkan tegangan lebih induksi yang
disebabkan sambaran petir tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja peralatan,

1
umur pakai bahkan kerusakan peralatan. Hal ini dapat menimbulkan kerugian
yang besar, sehingga dibutuhkan usaha untuk mengurangi resiko kerusakan
akibat sambaran petir, yaitu dengan sistem proteksi petir.
Sistem proteksi petir pada bangunan meliputi sistem proteksi petir
eksternal dan internal, sistem proteksi petir eksternal berfungsi untuk mengurangi
resiko terhadap bahaya kerusakan akibat sambaran langsung pada bangunan yang
dilindungi, sedangkan sistem proteksi petir internal bertujuan untuk melindungi
instalasi peralatan di dalam bangunan terhadap tegangan lebih akibat sambaran
petir. Perancangan sistem proteksi petir dipengaruhi karakteristik bangunan yang
diproteksi dan karakteristik tahanan tanah di daerah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa saja bagian yang sering digunakan pada sistem proteksi petir internal
dan eksternal?
2 Apa saja perlindungan yang efektif terhadap serangan sambaran petir?
3 Apa saja manfaat dari arrester dan sangkar faraday pada sistem proteksi
internal?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu membahas tentang jenis-jenis
proteksi terhadap petir baik internal maupun eksternal yang umumnya banyak
digunakan manusia.
1.4 Batasan Masalah
Bersasarkan latar belakang diatas maka pembahsaan penulisan laporan
KP ini dibatasi pada dampak sambaran tidak langsung dari sambaran petir pada
bangunan, peralatan dan lain-lain.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Bagi mahasiswa
Sebagai bahan bacaan dan pedoman untuk penelitian selanjutnya tentang
sistem proteksi petir internal dan eksternal.
2 Bagi Universitas

2
Sebagai bahan referensi untuk perpustakaan universitas dan penelitian
berikutnya.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan maka sistematika yang digunakan dalam
penulisan penelitian ini dibagi dalam beberapa BAB agar pembahasan yang
diberikan mudah dipahami dan sistematis.
Bab I adalah pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan penulisan,
batasan masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II adalah tinjauan pustaka.
Bab III adalah dasar teori dan pembahasaan
Bab IV adalah penutup yang terdapat kesimpulan yang didapat dari pembahasan
penelitian ini.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Petir
Petir adalah sebuah cahaya yang terang benderang yang dihasilkan oleh
tenaga listrik alam yang terjadi diantara awan - awan atau awan ketanah. Sering
terjadi bila cuaca mendung atau badai. Petir merupakan peristiwa alam yaitu
proses pelepasan muatan listrik (electrical discharge) yang terjadi di atmosfer.
Peristiwa pelepasan muatan ini akan terjadi karena terbentuknya konsentrasi
muatan – muatan positif dan negatif didalam awan ataupun perbedaan muatan
dengan permukaan bumi.

Gambar 2.1 Petir

Ketinggian antara permukaan atas dan permukaan bumi pada awan dapat
mencapai jarak sekitar 8 km dengan temperature bagian bawah sekitar 13oC dan
temperatur bagian atas sekitar -65oC. Akibatnya, didalam awan tersebut akan
terjadi kristal-kristal es. Karena didalam awan terdapat angin ke segala arah,
maka kristal-kristal es tersebut akan saling bertumbukan dan bergesekan
sehingga terpisahkan antara muatan positif dan muatan negatif. Pemisahan
muatan inilah yang menjadi sebab utama terjadinya sambaran petir. Pelepasan
muatan listrik dapat terjadi didalam awan, antara awan dengan awan dan antara

4
awan dengan bumi tergantung dari kemampuan udara dalam menahan beda
potensial yang terjadi.. kilatan petir mengandung muatan listrik 100 juta volt,
Energi sebesar itu bisa memanaskan suhu udara hingga mencapai 40ribu derajat
Celsius. Bisa kita bayangkan,bagaimana jika petir tersebut menyambar makhluk
hidup.
2.2 Mekanisme Terjadinya Petir
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan atau pengumpulan muatan
diawan begitu banyak dan tak pasti. Tekanan atmosfer akan menentukan
dengan makin bertambahnya ketinggian suatu tempat dari permukaan
horizontal. Pergerakan udara (sering disebut angin) ini akan membawa udara
lembab ke atas, kemudian udara lembab ini mengalami kondensasi menjadi uap
air, lalu berkumpul menjadi titik-titik air yang pada akhirnya membentuk awan.
Angin kencang yang meniup awan akan membuat awan mengalami
pergeseran secara horizontal maupun vertikal. Ditambah dengan benturan antara
titik-titik air yang dalam awan tersebut dengan partikel-partikel udara, yang
dapat memungkinkan terjadinya pemisahan muatan listrik didalam awan
tersebut.Butiran air yang bermuatan positif, biasanya berada bagian atas dan
yang bermuatan negatif dibagian bawah. Dengan adanya awan yang bermuatan
maka akan timbul muatan induksi pada permukaan bumi sehingga menimbulkan
medan listrik antara bumi dengan awan.
Mengingat dimensinya, bumi dianggap rata terhadap awan sehingga
bumi dengan awan dapat dianggap sebagai dua plat sejajar membentuk
kapasitor. Jika medan listrik yang terjadi melebihi medan tembus udara, maka
akan terjadi pelepasan muatan. Terjadinya pelepasan udara inilah yang disebut
sebagai petir. Setelah adanya peluahan diudara sekitar awan bermuatan yang
medan listriknya cukup tinggi, terbentuk peluahan awal yang biasa disebut
pilot leader. Pilot leader ini menentukan arah perambatan muatan dari awan ke
udara, diikutidengan titik-titik cahaya.
Setiap sambaran petir bermula dari suatu lidah petir (leader) yang
bergerak turun dari awan bermuatan dan disebut downward leader.Downward
leader ini bergerak menuju bumi dalam bentuk langkah-langkah yang disebut

5
step leader. Pergerakan step leader ini arahnya selalu berubah-ubah sehingga
secara keseluruhan jalannya tidak ada yang patah-patah. Panjang setiap step
leader ini sekitar 50 m (dalam rentang 3-200 m), dan interval waktu antara setiap
step + 50 µs (30-125 µs). Dari waktu ke waktu, dalam perambatannya ini step
leader mengalami percabangan sehingga terbentuk lidah petir yang bercabang-
cabang.
Dan juga ada 2 teori yang mendasari terjadinya petir :
1. Proses ionisasi
Petir terjadi karena terkumpulnya awan bebas bermuatan positif dan
negative.Ion listrik dihasilkan oleh gesekan antar awan.Ionisasi ini
disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai daric air menjadi gas atau
sebalikny, bahkan padat (es) menjadi cair.Ion bebas menempati
permukaan awan dan bergerak mrngikuti angina yang berhembus, bila
awan-awan terkumpul di suatu tempat maka awan bermuatan kan
memiliki beda potensial yang cukup untuk menyambar permukaan bumi,
maka inilah yang disebut petir.
2. Gesekan antar awan
Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angina, selama proses
bergeraknya, maka mereka (awan) saling bergesekan antara satu dengan
yang lainnya. Dari proses ini terlahir electron-elektron bebas yang
memenuhi permukaan awan. Proses ini bisa digambarkan secara
sederhana pada sebuah penggaris plastic yang digosokkan pada rambut,
maka penggaris ini akan mampu menarik potongan kertas.
Pada suatu saat awan ini akan terkumpul di seuah kawasan, saat petir
memungkinkan terjadi karena electron-elektron bebas ini saling
menguatkan antara satu dengan yang lainnya, sehingga memiliki cukup
beda potensial untuk menyambar permukaan bumi.
2.3 Proteksi Petir Berdasarkan IEC(International electrotechnical
Commission) TC 81/1989
IEC merupakan konsep Lightning Protection Zone (LPZ), sistem proteksi
petir yang sempurna terdiri dari 3 bagian :

6
1. Proteksi Eksternal yaitu, instalasi dan alat-alat diluar sebuah
struktur untuk menangkap dan menghantar arus petir ke sistem
pentanahan atau berfungsi sebagai ujung tombak penangkap
muatan listrik/arus petir di tempat tertinggi Proteksi Eksternal yang
baik terdiri atas air terminal/interceptor, down conductor, dan
ekuipotensialisasi.
2. Proteksi Pentanahan, merupakan bagian terpenting dalam instalasi
sistem proteksi petir. Kesulitan pada sistem pentanahan biasanya
karena berbagai macam jenis tanah. Hal ini dapat diatasi dengan
perencanaan dan teknik penerapan yang tepat, serta
menghubungkan semua metal (ekuipotensialisasi) dengan sistem
pentanahan, sesuai dengan IEC TC 81.
3. Proteksi Internal, merupakan proteksi peralatan elektronik terhadap
efek dari arus petir.Terutama efek medan magnet dan medan listrik
pada instalasi metal atau sistem listrik.Sesuai dengan standar DIV
VDE 0185, IEC1024-1. Proteksi Internal terdiri atas pencegahan
terhadap dampak sambaranlangsung, pencegahan terhadap
dampaksambaran tidak langsung, dan ekuipotensialisasi.

BAB III

7
DASAR TEORI DAN PEMBAHASAAN

3.1 Efek Sambaran Petir


Bagian utama kilat petir yang menimbulkan kerusakan adalah sambaran
balik. Ini adalah bagian kilat, yang berupa muatan petir yang diluahkan ke bumi
atau ke tanah. Besar arus yang mengalir pada sambaran ini adalah berkisar antara
2.000 A sampai 200 kA.
1. Terhadap Manusia
Apabila aliran listrik akibat sambaran petir mengalir melalui tubuh
manusia, maka organ-organ tubuh yang dilalui oleh aliran tersebut akan
mengalami kejutan (shock). Arus tersebut dapat menyebabkan berhentinya kerja
jantung. Selain itu, efek rangsangan dan panas akibat arus petir pada organ-organ
tubuh dapat juga melumpuhkan jaringan-jaringan / otot-otot bahkan bila
energinya besar dapat menghanguskan tubuh manusia.
Perlu diketahui, yang menyebabkan kematian sambaran tidak langsung,
karena di sekitar titik / tempat yang terkena sambaran akan terdapat muatan
listrik dengan kerapatan muatan yang besar dimana muatan itu akan menyebar di
dalam tanah dengan arah radial.

Gambar 3.1 Efek sambaran Petir terhadap manusia


1. Tegangan sentuh
2. Sambaran tidak langsung
3. Sambarang langsung
4. Side Flash
5. Tegangan langkah
2. Terhadap Bangunan

8
Kerusakan tersebut dapat berupa kerusakan thermis, seperti terbakar pada
bagian yang tersambar, bisa juga berupa mekanis, seperti atap rumah, bangunan
retak dan lain-lain. Bangunan yang paling parah bila terkena sambaran petir
adalah yang bersifat kering.

3. Terhadap Jaringan dan Instalasi Listrik


Gangguan jenis ini dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu sambaran petir
mengenai kawat tanah dan sambaran petir mengenai kawat fasa. Sambaran petir
langsung mengenai kawat tanah dapat mengakibatkan terputusnya kawat tanah,
naiknya potensial kawat tanah yang diikuti oleh backflashover ke kawat fasa dan
naiknya potensial pentanahan menara transmisi yang menyebabkan bahaya
tegangan langkah.

4. Terhadap Peralatan Elektronik dan Listrik


Sambarantu petir pada suatu struktur bangunan maupun saluran transmisi
mengakibatkan kerusakan peralatan elektronik, control, computer,
telekomunikasi dan lainnya yang disebabkan oleh sambaran petir langsung dan
sambaran petir tidak langsung.

a. Kerusakan Akibat Sambaran Langsung


Kerusakan terjadi karena sambaran petir mengenai suatu struktur
bangunan dan isinya sehingga mengakibatkan kebakaran gedung,
keretakan dinding, kerusakan peralatan elektronik, control, jaringan data
dan sebagainya.

b. Kerusakan Akibat Sambaran Tidak Langsung


Kerusakan jenis ini terjadi karena petir menyambar suatu titik
lokasi misalnya suatu menara transmisi atau telekomunikasi kemudian
terjadi hantaran secara induksi melalui kabel aliran listrik, kabel
telekomuikasi atau peralatan yang bersifat konduktif sampai jarak tertentu

9
yang tanpa disadari telah merusak peralatan elektronik yang jaraknya
jauh dari lokasi sambaran semula.

3.2 Frekuensi Sambaran Petir


Jumlah rata – rata frekuensi sambaran petir langsung pertahun (Nd) dapat
dihitung dengan perkalian kepadatan kilat ke bumi pertahun (Ng) dan luas daerah
perlindungan efektif pada gedung (Ae)

Nd = Ng . Ae .10-6

Kerapatan sambaran petir ke tanah dipengaruhi oleh hari guruh rata – rata per
tahun di daerah tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh hubungan sebagai berikut :

Ng = 4 . 10-2 . T1.26

Sedangkan besar Ae dapat dihitung sebagai berikut :


Ae = ab + 6h(a+b) + 9πh2

Maka dengan ketiga persamaan diatas, nilai Nd dapat dicari denganpersamaan


berikut :
Nd= 4.10-2.T1.26 (ab+6h(a+ b) + 9πh2)

dimana :
a = Panjang atap gedung (m)
b = Lebar atap gedung (m)
h = Tinggi atap gedung (m)
Td = Hari guruh pertahun
Ng = Kerapatan sambaran petir ke tanah (sambaran/Km2/tahun )
Ae = Luas daerah yang memiliki angka sambaran petir sebesar Nd (Km2)
Area cakupan ekivalen dari bangunan gedung adalah area permukaan tanah yang
dianggap sebagai bangunan gedung yang mempunyai frekuensi sambaran petir
langsung tahunan.

10
3.3 Perlindungan Dari Sambaran Petir
Secara garis besar, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
ERICO Lightning Technologies yang telah dilakukan selama 60 tahun, ada enam
langkah untuk melindungi suatu infrastruktur dari sambaran petir yang
diistilahkan ”SIX POINT PLAN”.
Tujuan dari ”SIX POINT PLAN” ini adalah untuk menyiapkan sebuah
perlindungan yang efektif dan handal terhadap serangan sambaran petir. Keenam
langkah tersebut yaitu,

1. Menangkap Petir
Dengan cara menyediakan sistem penerimaan yang dapat dengan cepat
menmyambut
luncuran arus petir, lebih cepat dari sekelilingnya dan memproteksi secara
tepat dengan memperhitungkan besaran petir.
2. Menyalurkan Petir
Luncuran petir yang telah ditangkap dilasurkan ke tanah/arde secara
aman tanpa
mengakibatkan terjadinya loncatan listrik ke bangunan atau manusia.
3. Menampung Petir
Dengan cara membuat sistem pentanahan sebaik mungkin.
4. Proteksi Grounding
5. Proteksi Jalur Power
6. Proteksi Jalur Data
Keenam langkah yang tergabung dalam “SIX POINT PLAN” diatas
merupakan representasi dari sistem proteksi petir yang sesuai dengan standar IEC
(International Electrotechnical Commision) TC 81/1989 yang bersifat proteksi
internal maupun proteksi eksternal.
1. Sistem Proteksi Petir Eksternal
Sistem proteksi petir eksternal yang sering digunakan terdiri dari tiga
bagian yaitu Air Terminal, Down Conductor dan Earthing Systems.

11
a. Air Terminal
Air Terminal merupakan bagian dari sistem proteksi petir
eksternal yang bertujuan untuk menangkap kilatan petir.
Air Terminal harus dipasang pada titik tertinggi dari suatu bangunan atau
peralatan yang ingin dilindungi dari sambaran petir. Sebagai contohnya, jika
sistem proteksi petir diaplikasikan dalam sebuah antena. Maka Air Terminal
harus dipasang diatas bagian tertinggi dari antena tersebut, demikian juga jika
dipasang pada gedung atau rumah. Pemasangannya dipengaruhi oleh keadaan
atap gedung yang akan diamankan. Untuk bangunan dengan atap datar, yaitu
bangunan yang memiliki selisih tinggi antara bumbungan dan lisplang kurang
dari 1 meter maka sistem yang sesuai adalah sistem faraday yaitu sistem
penangkal petir keliling atap datar. Sedangkan untuk atap runcing atau selisih
antara tinggi bumbungan dan lisplang lebih dari 1 meter,maka sistem yang sesuai
adalah sistem franklin yaitu sistem penangkal petir dengan elektroda batang
(finial).Pada awalnya ruang proteksi dari suatu penangkal petir berbentuk kerucut
dengan sudut puncak kerucut berkisar antara 300 hingga 350 pemilihan sudut
proteksi ini menyatakan tingkat proteksi yang kita inginkan. Semakin kecil sudut
proteksi semakin tinggi tingkat proteksi yang diperoleh (semakin baik
proteksinya), tetapi semakin mahal biayanya.

Gambar 3.1 Ruang Proteksi Konvensional


Ruang proteksi model kedua adalah ruang proteksi menurut model elektro
geometri, yaitu berbentuk kerucut juga seperti konsep konvensional, hanya saja

12
bidang miring dari kerucut tersebut melengkung dengan jari-jari tertentu.
Besarnya jari-jari sama dengan besarnya jarak sambar dari lidah petir. Jarak
sambar (kemampuan menyambar atau menjangkau suatu benda) dari lidah petir
ini ditentukan oleh besarnya arus petir yang terjadi. Oleh karena itu, derajat
kelengkungan dari bidang miring kerucut dipengaruhi oleh besarnya arus petir
yang terjadi.

b. Down Conductor
Down Conductor adalah bagian dari sistem proteksi petir
eksternal yang menghantarkan arus yang bersumber dari kilatan petir dari
Air Terminal System ke Earthing Termination System. Down Conductor
harus dipasang vertical tegak lurus sehingga tercipta jarak terpendek
antara ujung bangunan dengan bumi.

c. Earthing Systems
Earthing Systems yaitu bagian dari sistem proteksi petir eksternal
yang berfungsi untuk mengalirkan arus dari petir ke tanah. Ujung Down
Conductor dihubungkan dengan tahanan tanah yang besarnya maksimum
bernilai 5 ohm. Untuk mendapatkan tahanan pembumian yang kecil,
diperlukan elektroda pembumian. Prinsip dasar untuk memperoleh
tahanan pembumian yang kecil adalah dengan membuat permukaan
elektroda bersentuhan dengan tanah sebesar mungkin,
Sesuai dengan rumus :
R = ῤ (L/A)
dimana :
R = tahanan pembumian [ ohm ]
ῤ = tahanan jenis tanah [ m ]
L = panjang lintasan arus pada tanah [m ]
A = luas penampang lintasan arus padan tanah [ m2 ]
Fungsi pengetanahan adalah untuk membatasi tegangan yang
timbul diantara peralatan dengan peralatan, peralatan dengan tanah dan

13
meratakan gradien tegangan yang timbul pada permukaan tanah akibat
arus kesalahan yang mengalir dalam tanah.
2. Sistem Proteksi Petir Internal
Berdasarkan pengertian dari IEC (International Electrotechnical
Commission) TC 81/1989 tentang konsep Lighting Protection Zone (LPZ),
sistem proteksi petir internal adalah proteksi peralatan elektronik terhadap efek
dari arus petir. Terutama efek medan magnet dan medan listrik pada instalasi
metal atau sistem listrik. Proteksi Internal terdiri atas pencegahan terhadap
dampak sambaran langsung, pencegahan terhadap dampak sambaran tidak
langsung, danekuipotensialisasi. Ada banyak sistem yang dapat digunakan
sebagai proteksi petir internal, namun pada tulisan ini penulis hanya akan
membahas mengenai Arrester dan sangkar faraday.
a) Arrester
Gangguan surja petir merupakan salah satu gangguan alamiah yang akan
dialami sistem tenaga listrik, dan salah satu metode untuk mengatasinya yaitu
dengan menggunakan peralatan proteksi arrester. Arrester ini bekerja dengan
mengimplementasikan resistor nonlinier yang mempunyai nilai yang besar untuk
peralatan listrik dari tegangan yang berlebihan dari petir.
Pada saat sparkover maka tegangan akan turun dan tegangan residu arus
discharge. Besarnya nilai sparkover dan tegangan residu arusnya tergantung dari
karakteristik arrester yang digunakan. Seperti dalam gambar dibawah ini, apada
saat tegangan surjanya 51 kV maka dalam waktu sepersekian detik nilai
tegangannya akan turun sesuai dengan tegangan residu dari arrester.
b) Sangkar Faraday
Sangkar faraday adalah suatu piranti yang dimanfaatkan menjaga agar
medan listrik didalam ruangan tetap nol meskipun di sekelilingnya terdapat
gelombang elektromagnetik dan arus listrik. Piranti tersebut berupa konduktor
yang dipasang sedemikian rupa sehingga ruangannya terlingkupi oleh konduktor
tersebut. Sangkar faraday ini diilhami oleh penemuan Michel Faraday, seorang
ahli fisika dan kimia berkebangsaan Inggris

14
Faraday menyatakan bahwa, “Muatan yang ada pada sangkar konduktor hanya
terkumpul pada bagian luar konduktor saja tidak berpengaruh terhadap bagian
dalam”.
Efek sangkar Faraday adalah suatu fenomena kelistrikan yang disebabkan
oleh adanya interaksi partikel subatomik yang bermuatan (seperti : proton,
elektron). Ketika ada medan listrik yang mengenai sangkar konduktor maka akan
ada gaya yang menyebabkan partikel bermuatan mengalami perpindahan tempat,
gerakan perpindahan tempat partikel bermuatan akan menghasilkan medan listrik
yang berlawanan dengan medan listrik yang mengenainya sehingga tidak ada
medan listrik yang masuk kedalam sangkar konduktor tersebut. Pada saat ini,
banyak sekali piranti-piranti yang menggunakan faraday cage untuk melindungi
peralatan didalamnya dari pengaruh arus listrik dan gelombang elektromagnet
yang tinggi, misalnya mobile phones, coaxial cables, RFID, beberapa bangunan
nasional di Amerika Serikat, mobil, pesawat, dan peralatan-peralatan
lainnya.Dengan pemanfaatan sangkar faraday ini, infrastruktur-infrastruktur
maupun peralatan- peralatan elektronik dapat terhindar daripengaruh yang
ditimbulkan oleh sambaran petir.

15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari kerja praktek ini adalah:
1) Secara umum ada empat langkah proteksi petir eksternal, yaitu
menangkap petir, menampung petir, menyalurkan petir, dan
proteksi petir, yang keempat hal itu direpresentasikan oleh air
terminal, down conductor dan earthing systems.
2) Selain berfungsi untuk melindungi dari sambaran petir secara
langsung, sistem proteksi internal juga dapat digunakan untuk
melindungi dari sambaran petir tidak langsung (lightning
electromagnetic pulse), sebagai contohnya adalah pemanfaatan
arrester dan sangkar faraday yang dapat digunakan untuk
melindungi peralatan listrik dari tegangan surja berlebih maupun
medan elektromagnetik yang timbul dari sambaran petir.

Saran
Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa jika mencari tentang sistem
proteksi petir, juga bisa mencari referensi lain agar menambah wawasan
yang lebih luas lagi

16
DAFTAR PUSTAKA

[1] Herman Halomon Sinaga, dkk.ModelArrester SiC


Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG3.4.11.
(http://www.petra.ac.id,
[2] Sepannur Bandri //SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL DAN
EKTERNAL

17

Anda mungkin juga menyukai