PENDAHULUAN
1
yang terbuat dari metal disekitar sambaran tersebut. Pengaruh sambaran petir itu
bisa menyebabkan terganggunya kontinuitas pelayanan daya terhadap konsumen
akibat kerusakan pada peralatan sistem tenaga listrik. Untuk mengatasi gangguan
yang mungkin terjadi salah satu komponen yang di perhatikan adalah sistem
pembumian.
Jika sistem pembumian kurang baik maka akan terjadi kenaikan tegangan
pada setiap titik pembumian. Apabila hal ini tidak ditanggulangi besar
kemungkinan akan terjadi kegagalan isolasi pada GI tersebut. Untuk itu
menentukan besar resistansi pembumian, impedansi impuls perlu dilakukan serta
pengaruhnya terhadap sistem pembumian GI. Berdasarkan uraian di atas, Penulis
tertarik melakukan penelitian dengan judul “STUDI ANALISA PENGARUH
PETIR PADA SISI G.I INDARUNG PADANG..... Tbk”
2
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mendapatkan nilai tahanan pentanahan pentanahan untuk
mengamati efek yang ditimbulkan sambaran petir pada sisi Gardu induk
Indarung padang.
2. Mengevaluasi sistem pertanahan GI Gardu Induk untuk Mengamankan
atau mengurangi tegangan lebih terutama akibat sambaran petir.
3
BAB V PENUTUP
4
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
5
a) Magnet digerakkan dalam kumparan (contoh: Dinamo Sepeda)
b) Kumparan digerakkan dalam medan magnet (contoh: Generator)
c) Kumparan dihubungkan dengan arus bolak-balik (contoh: Transformator)
d) Perubahan garis gaya magnet yang semakin rapat menyebabkan medan
magnet yang semakin besar. Sebaliknya, perubahan gaya magnet yang
semakin kurang rapat menyebabkan medan magnet yang semakin lemah.
Arus Induksi adalah arus yang terjadi akibat adanya perubahan kuat medan
magnet atau perubahan jumlah garis gaya magnet dalam kumparan atau arus
induksi adalah arus yang terjadi karena tegangan induksi.
Arus listrik induksi dihasilkan dengan memutar-mutar kumparan diantara
kutub-kutub magnet.
2.2 Petir
Peristiwa petir merupakan gejala alam yang tidak bisa dicegah oleh manusia.
Petir adalah suatu fenomena cahaya yang terang benderang yang dihasilkan oleh
tenaga listrik alam yang terjadi diantara awan-awan atau awan ketanah, sering
terjadi bila cuaca mendung atau badai, petir merupakan peristiwa alam yaitu
proses pelepasan muatan listrik ( electrical discharge ) yang terjadi di atmosfer.
Petir biasanya menyambar objek yang tertinggi pada suatu daerah.
Secara fisika petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan
sebuah kapasitor raksaa, dimana lempeng pertama adalah awan ( bisa lempeng
negative atau lempeng positif ) dan lempeng kedua adalah bumi ( dianggap
netral).
Penangkal petir adalah rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalur atau
jalan bagi petir menuju ke permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang
dilewatinya.
6
ekstra tinggi 500 kV atau tegangan tinggi 150 kV untuk mengurangi rugi-rugi
daya pada saat energi tersebut dihantarkan, dan selanjutnya kita akan membahas
peran terhadap gardu induk.
Gardu Induk adalah sub sistem dari sistem transmisi atau penyaluran tenaga
listrik. Sebagai subsistem dari sistem transmisi tenaga listrik, peranan Gardu
Induk sangat besar. Jadi, pengoperasian Gardu Induk ini tidak bisa dipisahkan
sama sekali dari sistem transmisi listrik. Gardu Induk juga bisa diibaratkan
sebagai terminal atau stasiun transmisi, di mana tegangan listrik bisa diatur
apabila tegangan turun. Masih banyak fungsi yang dimiliki oleh Gardu Induk ini,
selengkapnya bisa Anda simak ulasan di bawah ini.
Fungsi gardu induk
Gardu Induk memang memegang peranan penting dalam sistem transmisi
listrik, dari pembangkit ke konsumen.Berikut beberapa fungsi yang dimiliki oleh
Gardu Induk:
Mentransformasikan tegangan, di mana Gardu Induk bisa menaikkan
serta menurunkan tegangan.
Mengatur aliran listrik dari satu transmisi ke transmisi lain, untuk
kemudian didistribusikan kepada konsumen.
Mengukur dan mengawasi operasi sekaligus mengamankan sistem
tenaga listrik.
Mengatur pelayanan beban ke Gardu Induk lain sekaligus ke Gardu
Distribusi.
Media untuk menurunkan dan mengubah tegangan transmisi menjadi
tegangan distribusi.
Media untuk telekomunikasi.
Dari beberapa fungsi di atas, fungsi utama dari Gardu Induk adalah untuk
mentransformasikan tegangan dari pembangkitan. Hal ini karena transmisi daya
membutuhkan tenaga yang besar, sedangkan pembangkit hanya bisa
membangkitkan listrik sekitar 6-20 kV saja.
7
2.4 Gardu Induk
Gardu induk merupakan salah satu bagian dari sistem tenaga listrik yang
berpotensi mengalami gangguan yang disebabkan oleh sambaran petir, yaitu
tegangan impuls petir, tegangan impuls hubung buka, dan tegangan impuls petir
terpotong dan arus gangguan. Tegangan impuls dan arus gangguan yang
ditimbulkan dapat merusak fungsi peralatan sistem tenaga listrik, sehingga
tegangan impuls dan arus bocor yang ditimbulkan harus dialirkan ke bumi untuk
mendapatkan batas keamanan peralatan sistem tenaga listrik dan tubuh manusia
disekitar area gardu induk.
Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga
listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi),
Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik. Berarti,
gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik. Sebagai sub
sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai peranan
penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran
(transmisi) secara keseluruhan.
Gardu Induk sebagai salah satu komponen pada sistem penyaluran tenaga
listrik memegang peranan yang sangat penting karena merupakan penghubung
pelayanan tenaga listrik ke konsumen.
.4.1 Fungsi Gardu Induk
Fungsi gardu induk adalah:
Menerima dan menyalurkan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan
pada tegangan tertentu dengan aman dan dapat diandalkan
Penyaluran daya ke gardu induk lainnya dan gardu – gardu distribusi
melalui penyulang tegangan menengah.
Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).
Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70 KV).
8
Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70
KV/20 KV).
Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).
Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem
tenaga listrik.
Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui
tegangan tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah
melalui proses penurunan tegangan melalui penyulang-penyulang
(feeder- feeder) tegangan menengah yang ada di gardu induk.
Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN),
yang kita kenal dengan istilah SCADA.
Dilihat dari jenis komponen yang digunakan, secara umum antara GITET
dengan GI mempunyai banyak kesamaan. Perbedaan mendasar adalah :
9
Gardu Induk Tegangan Tinggi (GI) 150 KV dan 70 KV.
10
Adalah gardu induk yang mempunyai dua / double busbar . Sistem ini
sangat umum, hamper semua gardu induk menggunakan sistem ini karena
sangat efektif untuk mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan
perubahan.
Gambar 2.4 Sistem Busbar satu setengah atau one half busbar
11
Ligthning Arrester biasa disebut dengan Arrester dan berfungsi sebagai
pengaman instalasi (peralatan listrik pada instalasi Gardu Induk) dari
gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir (ligthning Surge)
maupun oleh surja hubung ( Switching Surge ).
4.2.4.4.4Transformator instrument atau Transformator ukur
Untuk proses pengukuran digardu induk diperlukan tranformator instrumen.
Tranformator instrument ini dibagi atas dua kelompok yaitu:
Transformator Tegangan
Transformator tegangan adalah trafo satu fasa yang menurunkan tegangan
tinggi menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter yang
berguna untuk indikator, relai dan alat sinkronisasi.
Transformator arus
Digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan amper lebih yang
mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Jika arus yang mengalir pada tegangan
rendah dan besarnya dibawah 5 amper, maka pengukuran dapat dilakukan secara
langsung sedangkan untuk arus yang mengalir besar, maka harus dilakukan
pengukuran secara tidak langsung dengan menggunakan trafo arus (sebutan untuk
trafo pengukuran arus yang besar). Disamping itu trafo arus berfungsi juga untuk
pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh dan rele proteksi.
Transformator Bantu (Auxilliary Transformator)
Trafo yang digunakan untuk membantu beroperasinya secara keseluruhan
gardu induk tersebut. Dan merupakan pasokan utama untuk alat-alat bantu seperti
motor-motor listrik 3 fasa yang digunakan pada motor pompa sirkulasi minyak
trafo beserta motor motor kipas pendingin. Yang paling penting adalah sebagai
pemasok utama sumber tenaga cadangan seperti sumber DC, dimana sumber DC
ini merupakan sumber utama jika terjadi gangguan dan sebagai pasokan tenaga
untuk proteksi sehingga proteksi tetap bekerja walaupun tidak ada pasokan arus
AC.
Transformator bantu sering disebut sebagai trafo pemakaian sendiri sebab
selain fungsi utama diatas, juga digunakan untuk penerangan, sumber untuk sistim
12
sirkulasi pada ruang baterai, sumber pengggerak mesin pendingin (Air
Conditioner) karena beberapa proteksi yang menggunakan elektronika/digital
diperlukan temperatur ruangan dengan temperatur antara 20ºC -28ºC.
Untuk mengopimalkan pembagian sumber tenaga dari transformator bantu adalah
pembagian beban yang masing-masing mempunyai proteksi sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Juga diperlukan pembagi sumber DC untuk kesetiap
fungsi dan bay yang menggunakan sumber DC sebagai penggerak utamanya.
Untuk itu disetiap gardu induk tersedia panel distribusi AC dan DC.
Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS)
Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau
instalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada
rangkaian yang tidak berbeban. Mengenai Sakelar pemisah akan dibahas pada
postingan selanjutnya.
Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB)
Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat
berbeban (pada kondisi arus beban normal atau pada saat terjadi arus gangguan).
Pada waktu menghubungkan atau memutus beban, akan terjadi tegangan recovery
yaitu suatu fenomena tegangan lebih dan busur api, oleh karena itu sakelar
pemutus dilengkapi dengan media peredam busur api tersebut, seperti media udara
dan gas SF6. Mengenai PMT atau CB ini sudah dibahas pada artikel sebelumnya.
Sakelar Pentanahan
Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi
yang berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada
konduktor pada saat akan dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu sistem.
Sakelar Pentanahan ini dibuka dan ditutup hanya apabila sistem dalam keadaan
tidak bertegangan (PMS dan PMT sudah membuka)
Kompensator
Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat
pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran
transmisi atau transformator, dengan mengatur daya reaktif atau dapat pula
dipakai untuk menurunkan rugi daya dengan memperbaiki faktor daya. Alat
13
tersebut ada yang berputar dan ada yang stationer, yang berputar adalah
kondensator sinkron dan kondensator asinkron, sedangkan yang stationer adalah
kondensator statis atau kapasitor shunt dan reaktor shunt.
Peralatan SCADA dan Telekomunikasi
Data yang diterima SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition)
interface dari berbagai masukan (sensor, alat ukur, relay, dan lain lain) baik
berupa data digital dan data analog dan dirubah dalam bentuk data frekwensi
tinggi (50 kHz sampai dengan 500 kHz) yang kemudian ditransmisikan bersama
tenaga listrik tegangan tinggi. Data frekwensi tinggi yang dikirimkan tidak
bersifat kontinyu tetapi secara paket per satuan waktu. Dengan kata lain berfungsi
sebagai sarana komunikasi suara dan komunikasi data serta tele proteksi dengan
memanfaatkan penghantarnya dan bukan tegangan yang terdapat pada penghantar
tersebut. Oleh sebab itu bila penghantar tak bertegangan maka Power Line Carrier
(PLC) akan tetap berfungsi asalkan penghantar tersebut tidak terputus. Dengan
demikian diperlukan peralatan yang berfungsi memasukkan dan mengeluarkan
sinyal informasi dari energi listrik di ujung-ujung penghantar. Materi ini akan
dibahas lebih lanjut pada artikel selanjutnya.
Rele Proteksi dan Papan Alarm (Announciator)
Rele proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan
suatu peralatan listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi
terjadinya kerusakan peralatan akibat gangguan dan membatasi daerah yang
terganggu sekecil mungkin. Kesemua manfaat tersebut akan memberikan
pelayanan penyaluran tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi.
Sedangkan papan alarm atau announciator adalah sederetan nama-nama jenis
gangguan yang dilengkapi dengan lampu dan suara sirine pada saat terjadi
gangguan, sehingga memudahkan petugas untuk mengetahui rele proteksi yang
bekerja dan jenis gangguan yang terjadi.
14
gangguan ke tanah. Itu sangat penting bahwa pembumian gardu induk memiliki
tahanan pembumian yang rendah, agar kapasitas arus terjaga dan orang terlindung
dari bahaya. Semua pagar gardu induk di konstruksi dan dipasang pembumian
grid yang bertujuan untuk menjaga masyarakat dan orang yang bekerja.
15
Gambar 2.5 Pentanahan sistem Grid-Rod (sumber IEEE Std 80,2000:168)
2 Lc K 1 × Lc
R 1=
ρ
πLc [( )
ln
a'
+
√A
−K 2
] (2.1)
ρ
R 2= ¿ (2.2)
2 π n R LR
2 Lc K 1 × LC
Rm =
ρ
πLc [( )
ln
Lr
+
√A
−K 2+1
] (2.3)
R1 R 2−Rm2
R g= (2.4)
R 1+ R 2−2 R m
Dimana :
16
a = Diameter konduktor pengentanhan grid (m)
b = Diameter konduktor pengentanhan rod (m)
K 1 dan K 2 = Koefisien yang tergantung dari perbanding panjan dan
lebar
.6.1 Tahanan Pembumian
Pembumian yang ideal harus memberikan nilai tahanan pembumian
mendekati nol atau ≤ 1 ohm untuk gardu induk bertegangan tinggi (ANSI/IEEE
Std 80 – 2000). Sebagai perkiraan pertama, sebuah nilai minimum dari tahanan
pembumian gardu induk pada tanah yang seragam (uniform) untuk lapisan
pertama (permukaan tanah) saja dapat dihitung dengan persamaan :
ρ π
R g=
4 √ A
(2.5)
Dimana :
ρ π ρ
R g=
4 √ +
A LT
(2.6)
Dimana :
1 1 1
R g=ρ
[ +
LT √ 20 A
1+ (
1+h √20/ A )] (2.7)
17
Dimana :
R1 × R2−R m 2
R g= (2.8)
R 1 × R 2−2 × Rm
2 Lc k 1 × Lc
R 1=
ρ
π Lc[( )
ln
a'
+
√A
−K 2
] (2.9)
Dimana :
k 1 , k 2 = koefisien
Untuk mencari nilai tahanan rod pembumian dapat dilihat persamaan 2.10
4 LR 2k × L R
R 2=
ρ
[( )
2 π n R LR
ln
b
−1+ 1
√A
( √ n R −1 )
2
] (2.10)
18
Dimana :
ρa 2 Lc k 1 × L c
Rm =
π Lc[( )
ln
a'
+
√A
−K 2+1
] (2.11)
19
paling yang berat yaitu pingsan atau mati.Ringan atau berat bahaya yang
timbul, tergantung dari faktor – faktor dibawah ini sebagai berikut:
20
Gambar 2.6 Tegangan Sentuh
Manusi dengan berat badan 50 dan 70 kg yang berada diantara satu objek
dapat dihitung tegangan sentuh pada persamaan 8 dan 9 dibawah ini.
0,157
Et 70=( 1000+1.5Cs . ρs ) (2.12)
√t
0,116
Et 50=( 1000+1.5Cs . ρs ) (2.13)
√t
Dimana :
Et 50 = tegangan sentuh untuk berat badan manusia 50 kg
Et 70 = tegangan sentuh untuk berat badan manusia 70 kg
Cs = faktor reduksi nilai resistivitas permukaan tanah
21
ρ
C s=1−
( ( ))
0,09 1−
ρs (2.14)
2hs +0,09
Dimana :
hs = ketebalan lapisan batu koral ( m)
ρ = tahanan jenis tanah (Ohm-m)
ρs = Tahanan jenis permukaan material lapisan batu koral (ohm-m)
Lama
Gangguan (t) Tegangan Sentuh Yang Diizinkan (Volt)
NO (detik)
1 0,1 1980
2 0,2 1400
3 0,3 1140
4 0,4 990
5 0,5 890
6 1 626
7 2 443
8 3 362
22
Untuk pembumian grid dengan model bujur sangkar maupun empat persegi
panjang (rectangular grid) menurut IEEE Std 80-2000 mempunyai batasan :
Tegangan langkah adalah yang timbul diantara dua kaki orang yang
sedang berdiri di atas tanah yang sedang dialiri oleh arus kesalahan ketanah
.manusia dengan berat badan 50 dasn 70 kg dapat dihitung trgsngsn lsngks pada
persamaan 11 dan 12 dibaawah ini.
23
0,116
E s 50=( 1000+ 6 Cs . ρs ) (2.15)
√t
0,157
E s 70=( 1000+ 6 Cs . ρs ) (2.16)
√t
Tegangan langkah maksimum diperkirakan terjadi lebih dari jarak 1 m,
mulai dan memperluas luar konduktor permeter pad sudut yang membagi dua
sudut yang paling ekstrim dari grid. Untuk kedalaman biasa dari 0,25 m<h<2,5m (
sverak[B132]), Ks adalah
1 1 1 1
Ks= ( + + [1−0.5n−2 ]
π 2× h D+h D ) (2.17)
Dimana :
Ks = faktor geometrik tegangan langkah
h = kedalaman grid (m)
suatu usaha dilakukan untuk memperluas persamaan ini untuk termasuk
penggunaan batang tanah. Jika Lc merupakan pajang konduktor grid total dan LR
merupak total panjang dari semua batang kecil tanah , maka untuk grid dengan
batang atau tanpa batang tanah.
Dimana:
ρ × K s × K i × IG
E S=
0,75 LC +0,85 LR
(2.18)
Dimana :
E S 50 = tegangan langkah untuk berat badan manusi untuk 50 kg
Tabel 3 Tegangan langkah yang di izinkan dan lama gangguan berdasarkan IEEE
Std 80-2000.
24
Tegangan Langkah yang
No
Lama Gangguan (t) (detik) Diijinkan (Volt)
0,1 7000
1
0,2 4950
2
0,3 4040
3
0,4 3500
4
0,5 3140
5
1 2216
6
2 1560
7
3 1280
8
25
.8.4 Tegangan Mesh
Tegangan mesh merupakan salah satu bentuk tegangan sentuh. Tegangan
mesh didefenisikan sebagai tegangan peralatan yang dibumikan terhadap tengah-
tengah daerah yang di bentuk konduktor kisi-kisi selama gangguan tanah.
Teganagan mesh ini menyatakan tegangan tertinggi yang mungkin timbul sebagai
tegangan sentuh yang dapat dijumpai dalam sistem pembumian GI.
ρ× K m × K i × I G
Em =
Lm
(2.18)
Dimana :
Ki = faktor koreksi tegangan mesh untuk nilai pertambahan arus
pada grid,
Km = faktor geometrik tegangan mesh ,
ρ × Km × Ki × IG
Em =
LR
(
L c + 1.55+1.22
[ √ ])
L2R + LY2
LR
(2.19)
( D+2 h )2
Km=
1
2π
ln
[ D2
( + −
h K
)
+ ii × ln
16× h ×d 8× D× d 4 × d K h
8
(
π ( 2 × N −1 ) )]
(2.20)
26
Untuk grid-grid tanpa pembumian rod-rod atau grid-grid dengan beberapa
rod-rod tidak dipasang pada sudut dituliskan pada persamaan 20
1
K ii = 2 (2.21)
( 2× n ) n
1
K h=
h (2.22)
√ 1+
ho
n=na ×n b × nc × nd (2.23)
Dimana :
2× L c
n a=
Lp
Lp
n b=
√ 4
√A
0.7× A
L × Ly
n c= x
A [ ] Lx × Ly
(2.24)
Dm
n d= 2y (2.25)
2x +¿ L
√L ¿
Dimana :
27
A = Area grid dalam (m²)
GPR = I g x R g(2.26)
Dimana :
Arus grid maksimum adalah arus terbesar yang mengalir pada rangkaian
pembumian grid saat terjadi gangguan fasa ke tanah.
Ig = Sf x I f
(2.27)
dengan
Ig
Sf =
3 x 10
IG = D f x Ig (2.28)
28
Ig = Sf x I f (2.29)
IG = Df x Sf x 3 x I 0
Dimana :
E
Io =
3 x Rf + ( R 1+ R 2+ R 0 ) + j( X 1+ X 2+ X 0)
3 E √3
3Io =
3 x Rf + ( R 1+ R 2+ R 0 ) + j( X 1+ X 2+ X 0)
Untuk ukuran kawat yang mampu menahan besarnya titik lebur sehingga
direncanakan menggunakan kawat tembaga yang solid, maka dipakai persamaan.
Akcmil = I KA x K f x √ t c (2.30)
d2
A = 3,14 x (2.31)
4
29
Dimana :
K f = Konstanta bahan
I KA = Arus gangguan
BAB III
METODE PENELITIAN
30
Pada bab ini terlebih dahulu penulis meneliti untuk mendapatkan bahan data
skripsi ini. Diawali dengan studi pustaka, melakukan observasi ke gardu induk
indarung padang, untuk mendapatkan bahan dalam penelitian skripsi ini. Penulis
juga melakukan diskusi dengan pembimbing lapangan kerja serta dengan dosen
pembimbing saat proses skripsi ini berlangsung. Adapun metode penelitian yang
digunakan penulis dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut :
Studi Pustaka
Mengkaji beberapa teori yang berhubungan langsung dalam penelitian skripsi
ini, serta mengkaji teori-teori yang mendukung dalam penyelesaian masalah
dalam penelitian skripsi ini. Adapun beberapa teori itu didapat dari sumber bacaan
seperti jurnal ilmiah, buku cetak, ebook dan beberapa penelitian terdahulu.
Observasi
Pengumpulan data untuk penelitian skripsi ini secara langsung didapat dari
tempat objek penelitian skripsi ini, dengan cara menanyakan langsung ke pegawai
setempat yang ahli dibidangnya. Data-data yang menjadi bahan penelitian ini
didapat dari gardu induk indarung padang.
Diskusi
Berdiskusi langsung dengan dosen pembimbing skripsi dan pegawai di gardu
induk indarung padang yang ahli dibidangnya serta berkompeten di bidang
proteksi dan setting relay diferensial pada trafo tenaga.
31
2. Data komponen-komponen sistem pentanahan gardu induk yang terpasang di
gardu Indarung padang.
3. Data kontruksi sistem pentanahan gardu induk Indarung padang
c. Studi Observasi
Dalam hal ini peniliti pengumpulkan data- data penelitian yang ada di
lapangan untuk mendapatkan data- data yang diperlukan dalam penelitian ini.
32
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
.4 Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara studi literatur yaitu dengan
mencari data dengan mencari referensi yang relefan dengan kasus atau
permasalahan yang ditemukan. Referensi tersebut berisikan tentang
pengambilan data penelitian yang ada di gardu induk, pengambilan data ini
sebagai referensi dan melihat secara nyata yang dilakukan oleh pihak gardu
induk saat pemeliharaan pada sisitem pentanahan gardu induk. Setelah
melakukan pengujian secara langsung pada peralatan gardu induk pada saat
pemeliharaan oleh pihak gardu induk.Penkajian langsung dapat dijadukan acuan
sebagai dasar untuk bahan analisa yang akurat.
Metode pengambilan data pada penelitian ini menggunaka beberapa teknik
33
yang mengabungkan data yang diambil pada objek penelitian untuk memperoleh
data yang tepat dan valid dalam kata lain memiliki tingkat eror yang lebih kecil.
Beberapa teknik yang dipakai dalam pengumpulan data dalam penelitian ini :
a. Metode Wawancara
Metode wawancara digunakan penulis untuk menunjang pengambilkan data
dengan melakukan beberapa pertanyaan kepada staf atau petugas di gardu induk
indarung Penulis menggunakan penelitian ini untuk memperoleh data mengenai
upaya yang dilakukan untuk mengurangi gangguan yang terjadi pada sistem
proteksitrafo yang ada di Gardu Induk.
b. Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan penulis untuk memperoleh data secara nyata tentang
bagaimana kontruksi pemasangan sistem pentanahan di Gardu Induk indarung
padang.
Dengan kedua metode tersebut peneliti mendapatkan hasil yang jelas dan
nyata terhadap kondisi serta keadaan nyata sistem pentanahan di gardu induk.
Setelah melakukan pengujian secara langsung pada peralatan gardu induk pada
saat pemeliharaan oleh pihak gardu induk. Penkajian langsung dapat dijadukan
acuan sebagai dasar untuk bahan analisa yang akurat.
34
terjadi sebenarnya yang terjadi di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
35
David Hidayat, “Analisis sistem pentanahan peralatan pada gardu induk 150 kv
mariana”, No. 3, 2020.
Harun, Nasrul. (2015). Sistem Penangkal Petir WareHouse Indarung VI PT.
Semen Padang. Jurnal Teknik Elektro ITP. Vol. 4. No. 2. Hal. 50 – 55.
Ivanky, gilang rahmad, and soewono, soetjipto, “ Evaluasi pentanahan gardu
induk plumpang terhadap tegangan langkah akibat sambaran petir”, Vol 2, 2019.
Karuna, Hangga, “Evaluasi keamanan pada Sistem Pertanahan gardu induk 150
KV jajar”, vol 2,2014.
Octaviantojaoga, Geraldy and-, Umar,S.T.,M.T, “Evaluasi keamanan pada sistem
pentanahan Gardu Induk 150 KV Manisrejo Kota Madiu”,vol 2, 2020.
Pranoto, Agus, dkk. (2018). Analisa Sistem Pertanahan Gardu Induk teling
Dengan Konstruksi Grid (Kisi-kisi). Jurnal Teknik Elektro dan Komputer. Vol. 7.
No. 3. Hal. 189- 198.
Rauf, Rosnita. (2014). Studi Pemanfaatan Listrik Untuk Menaikan Tahanan
Pentanahan Kaki Manusia Pada Area Gardu Induk PT Semen Padang. Jurnal
Teknik Elektro. Vol. 3. No. 2. Hal. 85-94.
Riyanto, Agus, dkk. (2019). Analisis Sistem Pertanahan Jaringan Gardu Induk
150 KV PT Bekasi Power Cikarang. Ejournal Kajian Teknik Elektro. Vol. 4. No.
1. Hal. 57- 70. EISSN: 2502-8464.
Syofian, Andi. (2013). Sistem Pentanahan Grid pada Gardu Induk PLTU Teluk
Sirih. Jurnal Momentum. Vol. 14. No. 1. Hal. 36-45. ISSN: 1693-752X.
36