Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL SKRIPSI

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA JARINGAN DISTRIBUSI


TENAGA LISTRIK 20 KV DENGAN MENGGUNKAN ETAP 12.6, PT.PLN
(PERSERO) RAYON TABING

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana


Teknik Program Study Elektro – S1

Disusun oleh:
BAYU TERRA PRAYOGA TUMANGGOR
BP : 1710003421087

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS EKA SAKTI PADANG
2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv
DAFTAR TABEL........................................................................................................v
ABSTRAK...................................................................................................................vi
BAB II PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................3
1.3 Batasan Masalah......................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan..............................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik..................................................................................6
2.2 Fungsi Bagian-Bagian Sistem Tenaga Listrik.........................................................6
2.3 Level Tegangan Pada Sistem Tenaga Listrik..........................................................7
2.3.1 Tegangan Unit Pembangkit..................................................................................8
2.3.2 Tegangan Saluran Transmisi................................................................................8
2.3.3 Tegangan Saluran Distribusi................................................................................9
2.4 Sistem Kelistrikan Indonesia.........................................................................10
2.5 Bagian-Bagian Jaringan Distribusi................................................................11
2.5.1 Gardu Induk........................................................................................11
2.5.2 Jaringan Distribusi Primer..................................................................12
2.5.3 Gardu Distribusi/Trafo Distribusi......................................................16
2.5.4 Jaringan Distribusi Sekunder..............................................................17
2.6 Tegangan Jaringan Distribusi........................................................................17
2.7 Penyusutan Energi Pada Jaringan Distribusi.................................................17
2.7.1 Daya Listrik........................................................................................18
2.7.2 Segitiga Impedansi.............................................................................19

iii
2.7.3 Admitansi...........................................................................................20
.........................................................................................................................
2.7.4 Rugi-Rugi Saluran..............................................................................21
2.8 Jenis Penghantar Yang DIgunakan Pada Jaringan Distribusi.......................21
2.9 Sudi Aliran Daya...........................................................................................24
2.9.1 Metode Aliran Daya...........................................................................26
2.10 Pengenalan ETAP........................................................................................33
2.10.1 Load Flow Analysis..........................................................................35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................37
3.2 Variabel Penelitian........................................................................................37
3.3 Identifikasi Penelitian....................................................................................37
3.4 Prosedur Penelitian........................................................................................38
3.5 Metode Pengumpulan Data...........................................................................39
3.6 Pengambilan Data..........................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................40

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Listrik sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Dari sektor rumah tangga, pemerintah, fasilitas umum, industri,
hingga fasilitas sosial, semua membutuhkan listrik. Dalam dunia industri listrik
sudah menjadi kebutuhan primer sebagai energi utama untuk menjalankan semua
alat dan mesin yang ada di industri.
Disaat listrik menjadi kebutuhan pokok ditengah masyarakat saat ini, maka
tidak terlepas dari Sistem tenaga listrik yang merupakan sistem penyediaan
tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung
satu dengan yang lainnya oleh jaringan transmisi dengan pusat beban atau
jaringan distribusi. Perusahaan listrik negara (PLN) yang dalam hal ini
merupakan pemegang tunggal kebijakan pemakaian dan pemanfaatan tenaga
listrik di Indonesia bertanggung jawab penuh terhadap pemenuhan kebutuhan
listrik dari masyarakat yang berada perumahan, perkantoran maupun industri.
Dalam proses penyaluran dan pemanfaatan sistem tenaga listrik dikenal
faktor rugi-rugi atau penyusutan daya serta gangguan yang lainnya. penyusutan
ini dapat ditemui di berbagai tempat pada jaringan listrik, berdasarkan informasi
dari PT. PLN (Persero) sebagian besar penyusutan daya ini dapat terjadi pada
jaringan distribusi. Sehingga diperlukannya suatu analisis aliran daya pada suatu
jaringan distribusi tegangan menengah hingga tegangan rendah dengan tujuan
untuk mengetahui kondisi komponen-komponen sistem kelistrikan yang sangat
menunjang kualiatas aliran daya pada suatu jaringan distribusi tenaga
listrik.Aliran daya merupakan solusi untuk kondisi operasi keadaan normal dari
suatu sistem tenaga listrik yang secara umum aliran daya dilakuakan untuk
perencanaan sistem tenaga dan perencanaan operasional dan untuk operasi dan
kendali sistem, data yang diperoleh dari hasil perhitungan aliaran daya digunakan
untuk studi operasi normal, kontingensi dan penjadwalan optimum dan stabilitas.

5
Sejumlah upaya telah dilakukan untuk solusi masalah aliran daya telah
menghasilkan banyak hasil yang dilaporkan dalam sejumlah publikasi-publikasi
teknik, sebelum tahun 1929 semua perhitungan aliran daya dilakukan dengan
tangan. Pada tahun 1929, network colculators (dari westinghouse) atau network
analyzers (dari general electric) digunakan untuk melakukan penghitungan aliran
daya. Tulisan yang pertama yang menjelaskan metode digital untuk masalah
penjelasan aliran daya di publikasikan pada tahun 1954. namun demikian metode
digital yang pertama sukses dikembangkan adalah oleh ward dan hale pada tahun
1956.
Sehingga Seiring perkembangan zaman dan pertambahan penduduk di suatu
wilayah maka kebutuhan listrik akan meningkat sehingga sangat dibutuhkan
penyaluran energi listrik yang efektif dan efisien agar kedua bela pihak, PT. PLN
(Persero) maupun konsumen saling diuntungkan dalam hal pemanfatan energi
listrik. Tepatnya di PT. PLN (Persero) Rayon Tabing yang dimana terdapat
berbagai macam jenis tinggkatan penggunan energi listrik (Konsumen), sehingga
penulis melakukan penelitian “STUDI ANALISIS DAN SIMULASI ALIRAN
DAYA JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV DENGAN
MENGGUNAKAN ETAP 12.6 PT .PLN (PERSERO) RAYON TABING”.
PT.PLN (Persero) Rayon Tabing merupakan salah satu dari 12 Rayon yang
terdapat dari area padang, kantor PT. PLN (Persero) Rayon Tabing berada di Jl.
Sapek Raya, Lubuk Buaya, Koto Tangah, kota Padang, Sumatera Barat. Dimana
kantor pelayanan penyaluran dan pemanfaatan energi listrik tersebut merupakan
wilayah jaringan distribusi penyaluran kepada konsumen sehingga pentingnya
untuk menegetahui kualitas aliran daya di unit pelaksanaan teknis tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian ini antara lain :
1. Berapa besar nilai daya aktif, daya semu dan daya reaktif masing- masing
gardu yang ada di jaringan distribusi 20 kv, pada keadaan/kondisi beban
dasar dan beban puncak ?

6
2. Berapa besar nilai rugi-rugi masing-masing gardu dan jaringan pada
daerah distribusi 20 kv ketika dalam keadaan beban dasar dan beban
puncak ?
3. Bagaimana perbandingan hasil perhitungan aliran daya secara manual
dengan simulasi menggunakan ETAP 12.6 ?
4. Bagaimana kualitas aliran daya PT. PLN (Persero) Rayon Tabing ?

1.3 Batasan Masalah


Dari identifikasi rumusan masalah yang ada dan untuk memperoleh
gambaran yang jelas tentang ruang lingkup penelitian dan kedalaman
pembahasan, maka penelitian ini dibatasi dengan hasil simulasi aliran daya pada
software ETAP 12.6

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Membandingkan analisis antara perhitungan matematis dengan simulasi
perangkat lunak ETAP 12.6 tentang aliran daya di PT. PLN (Persero)
Rayon Tabing.
2. Ingin mengetahui efektifitas dan efisiensi aliran daya di jaringan
distribusi PT. PLN (Persero) Rayon Tabing.
3. Melakukan investigasi pada sistem jaringan ditribusi PT.PLN
(PERSERO) Rayon Tabing saat beroperasi, dimana dengan simulasi ini
user mampu mengetahui keadaan komponen dalam kondisi aman atau
tidak pada sistem tersebut ketika di lakukan pembebanan, dengan
parameter-parameter dan profil-profil tegangan yang ada pada saat
simulasi sedang berjalan.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Untuk menambah wawasan tentang penggunaan perangkat lunak dalam
memecahkan masalah aliran daya.

7
2. Dapat menunjukkan kualitas suatu sistem aliran daya dengan
perbandingan hasil analisis perhitungan matematis dan simulasi dengan
menggunakan ETAP 12.6.
3. Dapat menunjukan keadaan suatu sistem jaringan distribusi yang sedang
beroperasi dalam keadaaan beban dasar dan beban puncak.
4. Dengan adanya penelitian ini maka kita dapat mengetahui proses dan
tahapan penyaluran energi listrik oleh PT. PLN (Persero) Rayon Tabing
dalam proses memenuhi kebutuhan beban.

1.6. Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang, permasalahan, batasan permasalahan,
tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berisi tentang pengertian dan teori-teori penunjang yang berhubungan
dengan masalah diatas.

BAB III METODE PENELITIAN


Menjelaskan tentang metode penelitian, peralatan yang diteliti,objek
penelitian ,lokasi, serta data spesifikasi transformator dan data kelistrikan gedung.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Meliputi pengolahan data tentang hasil perhitungan pengaruh pengoperasian
beban-beban non linear dan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang terkandung
dalam proses yang diteliti.

BAB V PENUTUP

8
Berisikan tentang kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisa data
dari hasil pengamatan dan pembahasan skripsi serta saran-saran yang bersifat
membangun.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik


Secara umum, sistem diartikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri beberapa
komponen atau elemen yang dihubungkan untuk memudahkan aliran informasi,
materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, sebuah sistem
pasti terdiri dari beberapa komponen penyusun yang dihubungkan sedemikian
rupa sehingga dapat bekerja sesuai perannya masing-masing untuk mencapai
tujuan tertentu. Bila dikaitkan dengan tenaga listrik, maka yang akan mengalir
dalam sistem itu adalah tenaga listrik.
Sistem tenaga listrik adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen, antara lain unit pembangkitan, saluran transmisi, gardu induk dan
jaringan distribusi yang berhubungan sedemikian rupa dan berkerja sama untuk
melayani kebutuhan tenaga listrik bagi pelanggan sesuai kebutuhan. Secara garis
besar sistem tenaga listrik dapat digambarkan dengan skema gambar 2.1

9
Gambar 2.1 Gambar Skema Sistem Tenaga Listrik

2.2 Fungsi Komponen Sistem Tenaga Listrik


Fungsi masing-masing komponen secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Unit pembangkitan merupakan komponen sistem tenaga listrik yang
terdiri dari generator pembangkit tenaga listrik yang digerakkan oleh
turbin.Unit pembangkitan berfungsi untuk membangkitkan tenaga listrik
dengan cara mengubah energi primer yang berasal dari sumber energi
lain, misalnya air, batu bara, panas bumi atau minyak bumi menjadi
energi listrik.
2. Saluran transmisi merupakan komponen sistem tenaga listrik yang
berupa konduktor yang dibentang antara pembangkit dan gardu induk
pusat beban atau antar gardu induk. Saluran transmisi berfungsi untuk
menyalurkan daya atau energi listrik dari pusat pembangkitan ke gardu
induk pusat beban atau antar gardu induk.
3. Gardu induk merupakan komponen sistem tenaga listrik yang terdiri dari
peralatan pemutus-penghubung tenaga listrik dan trafo penurun
tegangan yang terletak antara saluran transmisi dan jaringan distribusi.
Gardu induk berfungsi untuk mengatur aliran tenaga listrik dan
menyesuaikan level tegangan sistem.
4. Jaringan distribusi merupakan komponen sistem tenaga listrik yang
terdiri dari penghantar yang dibentang mulai dari gardu induk sampai
dengan lokasi pelanggan. Jaringan distribusi berfungsi untuk
mendistribusikan energi listrik dari gardu induk pusat beban ke lokasi
konsumen/pelanggan energi listrik.

10
2.3 Level Tegangan Pada Sistem Tenaga Listrik

Gambar 2.2 Sistem Tenaga Listrik


Pada suatu sistem tenaga listrik, tegangan yang digunakan pada masing-
masing komponen dapat berbeda-beda sesuai dengan kepentingannya. Dengan
kata lain, setiap komponen pada sistem tenaga listrik bekerja dengan level
tegangan yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan agar sistem menjadi lebih
ekonomis.

2.3.1 Tegangan Unit Pembangkit


Pada sistem pembangkitan, level tegangan disesuaikan dengan spesifikasi
dan kapasitas generator pembangkit yang digunakan, biasanya berkisar antara 4,5
s/d 20 kV. Untuk pembangkit yang berkapasitas lebih besar biasanya
menggunakan level tegangan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan agar arus yang
mengalir tidak terlalu besar. Karena untuk kapasitas daya generator tertentu,
besarnya arus yang mengalir berbanding terbalik dengan tegangannya. Artinya
semakin tinggi tegangan, maka arus yang mengalir semakin kecil. Apabila arus
yang mengalir

11
pada generator semakin kecil, maka luas penampang kawat lilitan yang
dibutuhkan menjadi lebih kecil, sehingga ukuran generator dapat lebih kecil dan
dapat lebih murah. Bila arus yang mengalir lebih kecil, maka rugi daya pada
lilitan menjadi lebih kecil, sehingga lebih ekonomis.
Level tegangan pada pembangkit biasanya tidak terlalu tinggi, karena
semakin tinggi level tegangan generator, maka jumlah lilitan generator tersebut
harus semakin banyak. Dengan lilitan yang lebih banyak akan mengakibatkan
generator menjadi lebih besar dan lebih berat, sehingga menjadi kurang efisien.
Disamping itu dengan dimensi generator yang besar dan berat akan menambah
kesulitan dalam pengangkutan dan pemasangannya. Sebaliknya untuk kapasitas
generator yang lebih kecil biasanya menggunakan level tegangan keluaran yang
relatif rendah agar lebih ekonomis.
Bila unit pembangkit akan dihubungkan dengan dengan saluran transmisi
yang mempunyai level tegangan yang lebih tinggi, maka dibutuhkan peralatan
penaik tegangan yang berupa transformator penaik tegangan atau step
uptransformer.

2.3.2 Tegangan Saluran transmisi:


Sistem saluran transmisi biasanya menggunakan level tegangan yang lebih
tinggi dari pada tegangan pada unit pembangkit. Hal ini karena fungsi pokok
saluran transmisi adalah menyalurkan daya/energi listrik, sehingga yang
dipentingkan adalah sistem mampu menyalurkan daya dengan efisiensi yang
tinggi atau rugi-rugi daya kecil. Upaya yang dilakukan adalah mempertinggi level
tegangan agar arus yang mengalir pada saluran transmisi lebih kecil.Bila arus
yang mengalir pada penghantar saluran transmisi semakin kecil, maka rugi daya
yang terjadi pada jaringan akan semakin kecil, sehingga saluran transmisi
menjadi lebih efisien. Demikian juga dengan semakin kecil arus, maka turun
tegangan yang terjadi pada saluran juga lebih kecil, sehingga tegangan pada
ujung penerima tidak terlalu rendah.

Sekalipun demikian, semakin tinggi tegangan saluran transmisi


memerlukan peralatan yang mempunyai tingkat isolasi yang lebih tinggi yang

12
konsekuensinya harganya menjadi lebih mahal. Dan juga untuk kepentingan
keamanan dan keselamatan lingkungan, memerlukan tower penyangga yang lebih
tinggi. Tegangan saluran transmisi umumnya berkisar antara 70 kV s/d 1000 kV.
Saluran transmisi dengan tegangan 500 kV atau lebih akan lebih ekonomis jika
digunakan untuk menyalurkan daya yang cukup besar dan jarak pengiriman yang
cukup jauh. Sedangkan untuk jarak dekat dan daya yang tidak begitu besar
biasanya digunakan tegangan yang lebih rendah agar biaya pembangunannya
dapat lebih murah.

2.3.3 Tegangan jaringan distribusi


Jaringan distribusi biasanya menggunakan level tegangan yang lebih
rendah dari tegangan saluran transmisi. Hal ini karena daya yang didistribusikan
biasanya relatif kecil dan letak jaringan distribusi lebih banyak berada di sekitar
pemukiman pelanggan, sehingga sangat perlu mempertimbangkan faktor
keselamatan. Jaringan distribusi merupakan komponen sistem tenaga listrik yang
langsung berhubungan dengan konsumen, sehingga level tegangannya
menyesuaikan dengan kebutuhan pelanggan atau pengguna energi listrik.

Level tegangan jaringan distribusi yang sering digunakan ada dua macam,
yaitu jaringan tegangan menengah (JTM) 20 kV dan jaringan tegangan rendah
(JTR) 220 V. Dengan demikian pada jaringan distribusi diperlukan trafo
distribusi untuk menurunkan tegangan dari JTM 20 kV ke JTR 220V
sesuaitegangan pelanggan. Jaringan tegangan menengah (JTM) biasanya
digunakan untuk menghubungkan antara gardu induk ke beban yang memerlukan
daya relatif besar, seperti industri, rumah sakit, mall atau kampus yang biasanya
berlangganan tegangan menengah 20 kV. Sedangkan beban rumah tangga dengan
daya yang relatif kecil, biasanya dihubungkan dengan jaringan tegangan
rendah220 V.

2.4 Sistem Kelistrikan di Indonesia


Sistem kelistrikan di Indonesia secara keseluruhan dikelola oleh satu
perusahaan yaitu PT. PLN Persero mulai dari unit pembangkitan sampai dengan

13
jaringan distribusi ke pelanggan. Sistem kelistrikan di Indonesia menggunakan
beberapa jenis energi primer antar lain: air, batu bara, BBM, gas alam, panas
bumi dan sumber energi terbarukan. Semua jenis energi ini dikelola secara
terpadu untuk mendapatkan operasi sistem tenaga listrik yang optimal.
Untuk mendapatkan gambaran kelistrikan di Indonesia berkaitan dengan
sebaran konsumsi energi listrik di beberapa wilayah di Indonesia sepanjang tahun
2016. Dengan perbedaan konsumsi energi listrik di berbagai wilayah di
Indonesia, maka sistem tenaga listrik yang digunakan juga berbeda-beda. Sistem
tenaga listrik untuk wilayah yang kebutuhan bebannya terbesar, seperti pulau
Jawa-Bali menggunakan sistem interkoneksi yang dapat dioperasikan dari satu
pusat pengatur beban.
Dapat diamati dari data penjualan energi listrik sebagaimana terlihat pada
tabeldibawah ini :
Tabel 1 Penjelasan Penjualan Energi Tenaga Listrik Tahun 2016(TWh)

Jawa- Bali 162.872

Sumtera 32.102

Kalimantar 8.923

Sulawesi & Nusa Tenggara 11.680

Maluku & Papua 2.269

Indonesia 217.826

Dengan perbedaan konsumsi energi listrik di berbagai wilayah di Indonesia,


maka sistem tenaga listrik yang digunakan juga berbeda-beda. Sistem tenaga
listrik untuk wilayah yang kebutuhan bebannya terbesar, seperti pulau Jawa-Bali
menggunakan sistem interkoneksi yang dapat dioperasikan dari satu pusat
pengatur beban. Hal ini dilakukan dengan harapan pengoperasian pembangkit
dapat diupayakan seoptimal mungkin dan kontinuitas pelayanan dapat lebih baik,

14
karena bila ada kekurangan energi di satu wilayah dapat dibantu dari wilayah
lain.

2.5 Komponen Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Gambar 2.3 Singel Line Diagram Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik


yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti
gardu transmisi) dengan konsumen tenaga listrik. Secara umum yang termasuk ke
dalam sistem distribusi antara lain, :
1. Gardu Induk ( GI )
2. Jaringan Distribusi Primer
3. Gardu Distribusi (Transformator)
4. Jaringan Distribusi Sekunder

15
2.5.1 Gardu Induk (GI)
Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara
langsung, maka bagian pertama dari sistem distribusi tenaga listrik adalah Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik dan umumnya terletak di pingiran kota.

Gambar 2.4 Gardu Induk Distribusi


Untuk menyalurkan tenaga listrik ke pusat-pusat beban (konsumen)
dilakukan dengan jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder.Jika
sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara tak langsung, maka bagian
pertama dari sistem pendistribusian tenaga listrik adalah Gardu Induk yang
berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan transmisi dan menyalurkan tenaga
listrik melalui jaringan distribusi primer.

2.5.2 Jaringan Distribusi Primer


Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari
Gardu Induk ( GI ) ke konsumen untuk sistem pendistribusian langsung.
Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak langsung merupakan tahap berikutnya
dari jaringan transmisi dalam upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.
Jaringan distribusi primer atau jaringan distribusi tegangan menengah memiliki
tegangan sistem sebesar 20 kV. Untuk wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak
diperkenankan, mengingat pada tegangan 30 kV akan terjadi gejala-gejala korona
yang dapat mengganggu frekuensi radio, TV, telekomunikasi, dan telepon.

16
Sifat pelayanan sistem distribusi sangat luas dan kompleks, karena
konsumen yang harus dilayani mempunyai lokasi dan karakteristik yang berbeda.
Sistem distribusi harus dapat melayani konsumen yang terkonsentrasi di kota,
pinggiran kota dan konsumen di daerah terpencil. Sedangkan dari
karakteristiknya, terdapat konsumen perumahan dan konsumen dunia industri.
Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran bawah
tanah. Pemilihan konstruksi tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut: alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis, alasan ekonomis, alasan
estetika dan alasan pelayanan yaitu kontinuitas pelayanan sesuai jenis konsumen.
Pada jaringan distribusi primer terdapat 4 jenis dasar yaitu :
1.Sistem radial
2. Sistem hantaran penghubung (tie line)
3.Sistem loop
4. Sistem spindel

1. Sistem Radial
Sistem distribusi dengan pola radial seperti Gambar 2.2 adalah sistem
distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa
penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.

Gambar 2.5 Konfigurasi Sistem Radial

17
Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk konsumen.
Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen dipasang. Bisa
dalam bangunan beton atau diletakan diatas tiang. Keuntungan dari sistem ini
adalah sistem ini tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain.
Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem
lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur
utama yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut
mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain yaitu
mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini
dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada diujung saluran.
1. Sistem Hantaran Penghubung ( Tie Line )
Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar 2.3. umumnya digunakan untuk
pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan
lain-lain).

Gambar 2.6 Konfigurasi Tie Line(Hantaran Penghubung)

Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan tambahan


Automatic Change Over Switch / Automatic Transfer Switch, dan setiap
penyulang terkoneksi ke gardu pelanggan khusus tersebut sehingga bila salah
satu penyulang mengalami gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke
penyulang lain.

18
2. Sistem Loop
Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop) seperti
Gambar 2.4. dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk, sehingga
dengan demikian tingkat keandalannya relatif lebih baik.

Gambar 2.7 Konfigurasi Sistem Loop

3. Sistem Spindel
Sistem Spindel seperti pada Gambar 5. adalah suatu pola kombinasi
jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa
penyulang(feeder) yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan
tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).

19
Gambar 2.8 Konfigurasi Sistem Spindel

Pada sebuah sistem spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif
dan sebuah penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui
gardu hubung. Pola spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan
menengah (JTM) yang menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah tegangan
menengah (SKTM).
Namun pada pengoperasiannya, sistem spindel berfungsi sebagai sistem
radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang
berfungsi untuk mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen
tegangan rendah (TR) atau tegangan menengah (TM).

2.5.3 Gardu Distribusi atau Trafo Distribusi


Gardu distribusi ( Trafo distribusi ) berfungsi merubah tegangan listrik
dari jaringan distribusi primer menjadi tegangan terpakai yang digunakan untuk
konsumen dan disebut sebagai jaringan distribusi sekunder.

20
.
Gambar 2.9 Gardu distribusi jenis tiang
Kapasitas transformator yang digunakan pada transformator distribusi ini
tergantung pada jumlah beban yang akan dilayani dan luas daerah pelayanan
beban. Gardu distribusi ( trafo distribusi ) dapat berupa transformator satu fasa
dan juga berupa transformator tiga fasa.

2.5.4 Jaringan Distribusi Sekunder


Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi tegangan rendah
merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
konsumen. Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan distribusi
sekunder ini adalah 130/230 V dan 130/400 V untuk sistem lama, atau 380/220
V untuk sistem baru.Tegangan 130 V dan 220 V merupakan tegangan antara
fasa dengan netral, sedangkan tegangan 400 atau 380 V merupakan tegangan
fasa dengan fasa.

2.6 Tegangan Distribusi


Tegangan untuk jaringan distribusi dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
antara lain :
1. Tegangan Menengah (TM)

21
Tegangan menengah adalah tegangan dengan rentang 1 kV sampai dengan
30 kV. Untuk negara Indonesia menggunakan tegangan menengah sebesar 20
kV. Tegangan menengah dipakai untuk penyaluran energi listrik dari GI menuju
gardu-gardu distribusi atau langsung menuju pelanggan tegangan menengah.
2. Tegangan Rendah (TR)
Tegangan rendah adalah tegangan dengan nilai di bawah 1 kV yang
digunakan untuk penyaluran daya dari gardu distribusi menuju pelanggan
tegangan rendah. Penyalurannya dilakukan dengan menggunakan sistem tiga
fasa empat kawat yang dilengkapi netral. Indonesia sendiri menggunakan
tegangan rendah 380/220 V dimana tegangan 380 V merupakan besar tegangan
antar fasa dan tegangan 220 V merupakan tegangan fasa-netral.

2.7 Penyusutan Energi pada Jaringan Distribusi


Dalam proses transmisi dan distribusi tenaga listrik seringkali mengalami
rugi-rugi daya yang cukup besar yang diakibatkan oleh rugi-rugi pada saluran
dan juga rugi-rugi pada trafo yang digunakan. Kedua jenis rugi-rugi daya
tersebut memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas daya serta tegangan
yang dikirimkan ke sisi pelanggan. Nilai tegangan yang melebihi batas toleransi
akan menyebabkan tidak optimalnya kerja dari peralatan listrik pada sisi
konsumen. Selain itu, rugi-rugi daya yang besar akan menimbulkan kerugian
finansial di sisi pengelola energi listrik.
Daya total (kVA) yang dikirimkan dalam jaringan distribusi terdiri dari
daya aktif (kW) dan daya reaktif (kVar). Daya aktif adalah daya listrik yang
dapat diubah ke bentuk energi yang lain seperti cahaya dan lain-lain. Daya
reaktif adalah daya yang diperlukan untuk pembentukan medan magnet.

2.7.1 Daya Listrik

22
Gambar 2.10 Segitiga Daya

Dari gambar diatas dapat kita peroleh :

P  V  I  Cos  S  Cosθ
S  V  I  P  JQ
Q  V  I  Sin  S  Sinθ

(2.1)
(2.2)
(2.3)

Daya listrik pada sistem 3 fasa dapat dirumuskan sebagai berikut :


Daya aktif (P)  3 V  I cos 
Daya reaktif (Q)  3 V  I sin 
Daya semu (S)  P  jQ(kVA)
(S)  3 V  I cos   jV  I sin 
(2.4)
(2.5)
(2.6)
( 2.7)

23
P
Cos 
S
Q
Sin 
S
Q
Tan  
P
( 2.8)

( 2.9)

( 2.10)
Dimana :
P = Daya aktif (Watt)   Faktor daya

Q = Daya reaktif (VAR)


S = Daya nyata (VA)
V = Teganagan (V)
I = Arus (A)

2.7.2 Segitiga Impedansi


Impedansi adalah ukuran hambatan listrik pada sumber arus bolak-balik
(Alternating Current)

Gambar 2.11 Segitiga Impedansi


Dari gambar diatas maka dapat di bentuk persamaan :
Z  R 2   XL  XC  ( 2.11)
X L  2fL ( 2.12)

1
XC  ( 2.13)
2fC

24
R
Cosθ 
Z
X
Sinθ 
Z
X
Tanθ 
R

( 2.14)

( 2.15)

( 2.16)

Dimana :
Z = Impedansi (Ω)
R = Resistansi (Ω)
XL = Reaktansi induktif (Ω)
Xc = Reaktansi kapasitif (Ω)
L = Nilai induktor (H)
C = Nilai kapasitas kapasitor (F)
F = Frekuensi (Hz)
π = 3.14

2.7.3 Admitansi
Admitansi adalah perbandingan arus listrik efektif terhadap tegangan
efektifnya untuk isyarat (sinyal) llistrik bolak balik ( yang berbentuk sinusoida),
dan admitansi dapat di rumuskan sebagai berikut :

25
I
Y
V
1
Y
Z
Y  G  jB

(2.17)

(2.18)
(2.19)

Admitansi untuk setiap elemen impedansi didefenisikan sebagai berikut:


1. Admitansi resistor
1 1 1
YR    0
ZR R0 R

( 2.20)

2. Admitansi induktor
1 1 1 1
YL       90
ZL jω X L 90 X L

( 2.21)

3. Admitansi kapasitor
1 1 1 1
YC     90
Z C  jωω X C   90 X C

( 2.22)

Dimana :
Y = Admitansi(Mho)
ZL = Impedansi induktif (Ω)
ZR = Impedansi resistor (Ω)
ZK = Impedansi kapasitif (Ω)
G = Konduktansi (siemens)
B = Suseptansi

2.7.4 Rugi –Rugi Saluran

26
Jika suatu arus mengalir pada suatu penghantar, maka pada penghantar
tersebut akan terjadi rugi-rugi energi menjadi panas karena pada penghantar
tersebut terdapat resistansi. Rugi-rugi dengan beban terpusat pada ujung saluran
distribusi primer dirumuskan sebagai berikut:
ΔV  Ι(Rcos  Xsin )L
P  3I 2  R  L

(2.23)
(2.24)

Sedangkan jika kerugian daya telah di peroleh maka besar presentase


kerugian daya dapat dihitung dengan persamaan berikut :
p loss
%Ploss  100%
P

( 2.25)

Dimana :
I = Arus yang mengalir per fasa (Ampere)
R = Resistansi saluran per fasa (Ohm/km)
X = Reaktansi saluran per
fasa(Ohm/km)
Cos φ = Faktor daya beban
L = Panjang saluran (km)
Pemilihan jenis kabel yang akan digunakan pada jaringan distribusi
merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan dari suatu
sistem tenaga listrik karena dapat memperkecil rugi-rugi daya.

2.8 Jenis Penghantar Yang Digunakan Pada Jaringan Distribusi


Pada jaringan distribusi ada beberapa jenis penghantar yang digunakan
sebagai berikut :
1. SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah) merupakan sarana yang
menyalurkan daya listrik yang dipasang diudara dan di tempatkan diatas

27
tiang dengan cara dari kontruksi yang tertentu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, berikut konduktor yang digunakan pada SUTM :
 AAAC (All Aluminium Alloy Conductor) merupakan jenis kabel yang
terdiri dari pilinan kabel berbahan aluminium-magnesium-silicon yang
merupakan bahan logam campuran , kabel ini dirancang sebagai kabel
yang memiliki kontruksi kuat dan anti karat

Gambar 2.12 Gambar kabel AAAC

Tabel 2 :Tabel Sifat Penghantar SUTM


Jenis Penghantar Tahanan Jenis Kekuatan Tarik Berat Jenis
(Ohm-m) (Kg/m)
Tembaga 0,0175 40 8,96
Aluminium A2C 0,0297 20 2,7
Aluminium A3C 0,036 35 2,72

2.Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)

28
Kontruksi SKTM ini adalah kontruksi yang aman dan handal untuk
mendistribusikan tenaga listrik tegangan menenengah ,tetapi relatif lebih mahal
untuk penyaluran daya yang sama.Berikut spesifikasi dan jenis kabel SKTM :

Gambar 2.13 kontruksi kabel SKTM yang digunakan

Tabel 3 Jenis Dan Spesifikasi Kabel Yang Digunakan SKTM


NO Jenis Kabel SKTM

1 SPLN 43-5-1:1995- Kabel pilin bawah tanah dengan isolasi


XLPE dan selubung PE/PVC, 12/20 (24) kV
2 SPLN 43-5-2:1995- Kabel pilin udara dengan isolasi XLPE dan
selubung PVC , penggantung penghantar baja , 12/20 (24) kV
3 SPLN 43-5-3:1995- Kabel berisi tunggal bawah tanah berisolasi
XLPE dan selubung PE/PVC, tidak atau menggunakan perisai ,
memilki 3,6/6 (7,2)kV- 12-20 (24)kV
4 SPLN 43-5-4:1995- Kabel inti tiga bawah tanah dengan isolasi
XLPE dan selubung PE/PVC , tidak atau menggunkan perisai
3,6/6 (7,2)kV - 12/20 (24)kV
5 SPLN 43-5-5 :1995 Kabel inti tunggal bawah tanah dengan
isolasi XLPE dan selubung inti PE/PVC , penghantar tembaga ,
tidak atau menggunakan perisai, 3,6/6 (7,2)kV-12/20
6 SPLN 43-5-6:1995- Kabel inti tiga bawah tanah dengan isolasi

29
XLPE dan selubung inti PE/PVC , penghantar tembaga tidak
menggunakan perisai, 3,6/6 (7,2) kV- 12/20

2.9 Aliran Daya

Gambar 2.14 SLD Analisi Aliran Daya


Studi aliran daya, yang juga dikenal dengan aliran beban, merupakan
tulang punggung dari analisis dan desain suatu sistem tenaga. Studi aliran daya
dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai aliran daya atau tegangan
sistem dalam kondisi operasi tunak. Informasi ini digunakan untuk mengevaluasi
ujuk kerja sistem tenaga dan menganalisis kondisi pembangkitan maupun
pembebanan, serta informasi keadaan sistem tenaga pada kondisi normal dan
terganggu. Data dan informasi tersebut diperlukan untuk menganalisis keadaan
sekarang dari sistem guna perencanaan perluasan sistem selanjutnya yang
,akan datang. Di dalam perencanaan perluasan sistem dengan melakukan
analisis aliran daya ini juga akan dapat diketahui prosedur atau pengoperasian
terbaik setelah mempelajari efek-efek tambahan dari sistem yang akan
dilakukan dalam perencanaan nantinya, termasuk kemungkinan dalam hal
terjadinya gangguan pada sistem tenaga, misalnya lepas atau hilangnya satu
atau lebih pusat pembangkit atau saluran transmisi.
Masalah aliran daya sangat dibutuhkan untuk perencanaan, operasi dan
penjadwalan ekonomis serta transfer daya. Sebagai tambahan, analisis aliran daya

30
dibutuhkan juga pada analisis stabilitas transient. Masalah aliran daya mencakup
perhitungan aliran dan tegangan sistem pada terminal tertentu atau bus tertentu.
Representasi fasa tunggal selalu dilakukan karena system dianggap seimbang.
Masalah aliran daya mencakup perhitungan aliran dan tegangan sistem pada
terminal tertentu atau bus tertentu. Representasi fasa tunggal selalu dilakukan
karena sistem dianggap seimbang. Dalam studi aliran daya, bus-bus dibagi dalam
3 (tiga) bagian, yaitu:
1) Slack bus atau swing bus atau bus referensi, yaitu bus dengan daya yang
paling besar dimana besaran yang ditentukan berupa nilai tegangan dan sudut
fasa tegangan. Harga ini digunakan sebagai acuan dalam studi aliran daya.
Bus referensi /bus ayun selalu mempunyai generator. Dalam perhitungan
aliran daya,. Slack bus merupakan bus yang menyuplai kekurangan daya aktif
P dan daya reaktif Q pada system. Guna bus ini ditentukan dalam perhitungan
aliran daya adalah untuk memenuhi kekurangan daya (rugi-rugi dan beban)
seluruhnya, karena kerugian jaringan tidak dapat diketahui sebelum
perhitungan selesai dilakukan. Jadi bus referensi ini ialah:
 Terhubung dengan generator.
 V dan sudut fasa dari generator diketahui dan tetap.
 P dan Q dihitung.
 Mencatu rugi-rugi daya dan beban yang tidak dapat disuplai oleh
generator lain.
 Slack bus berfungsi untuk menyuplai kekurangan daya real P dan daya
reaktif Q pada sistem
2) Voltage controlled bus atau bus generator (PV Bus),yaitu parameter-
parameter P dan V dari generator diketahui dantetap. Pada bus ini
mempunyai kendala untuk daya semu (Q) yang melalui bus, bila kendala
ini di dalam perhitungan integrasinya tak dipenuhi, maka bus ini diganti
menjadi bus beban, sebaliknya bila daya memenuhi kendala akan dihitung
sebagai bus kontrol tegangan kembali. Besarnya tegangan pada bus ini
dipertahankan tetap. Jadi bus generator ini ialah:

31
 Terhubung dengan generator.
 P dan V dari generator diketahui dan tetap.
 Sudut fasa dan Q dari daya reaktif generator dihitung.
3) Load bus atau bus beban (PQ Bus),yaitu bus dengan besaran yang
ditentukan berupa daya nyata dan daya reaktif. Parameter-parameter yang
diketahui dari beban adalah P dan Q dengan V dan S selama perhitungan
aliran daya akan tetap tidak berubah. Jadi bus beban ini ialah:
 Terhubung dengan beban.
 P danQ dari beban diketahui dan tetap.
 V dan sudut fasa tegangan dihitung.
Tiap-tiap bus terdapat empat besaran, yaitu :
a. Daya aktif P
b. Daya reaktif Q
c. Nilai skalar tegangan |V|
d. Sudut fasa tegangan θ.
Pada tiap-tiap bus hanya ada dua macam besaran yang ditentukan sedangkan
kedua besaran lainnya merupakan hasil akhir dari perhitungan.
Kegunaan studi analisis aliran daya ini antara lain adalah:
 Untuk mengetahui tegangan-tegangan pada setiap simpul yang ada
dalam sistem.
 Untuk mengetahui semua peralatan apakah memenuhi batas-batas yang
ditentukan untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
 Untuk memperoleh kondisi mula pada perencanaan sistem yang baru.
 Pada hubung singkat, stabilitas, pembebanan ekonomis.

2.9.1 Metode Aliran Daya Newton Raphson


Menyusun data tentang sistem yang akan dinalisis yang meliputi data
resistansi, reaktansi dan kapasitansi antara antara saluran, data tapping
transformator, data beban terjadwal , data pembangkit, asumsi awal magnitude

32
tegangan dan sudut phasa tegangan bus. Perhitungan di mulai dengan membentuk
impedansi jaringan Z dengan rumus :
Zij  R ij  jX ij

( 2.26)

Dimana :
Z ij = Impedansi jaringan antara bus i dan bus j
Rij = Resistansi jaringan antara bus i dan bus j
X ij = Reaktansi jaringan antara bus i dan bus j
Kemudian impedansi jaringan dikonversi ke admitansi jaringan :
Yij  Yrij  JYx ij

( 2.27)

Dimana :
R ij
Yrij  2 2
R ij  X ij

(2.28)

R ij
Yrij  2 2
R ij  X ij

(2.29)

Selanjutnya matrik admitansi bus Y dibentuk dengan komponen-kompenen


yang terdiri atas admitansi jaringan, kapasitansi saluran dan perubahan tapping
transformator. Kemudian matrik admitansi bus Y yang terbentuk dalam bentuk
rectangular dirubah kedalam bentuk polar. Dimana sebelumnya matrik admitansi
bus Y tersebut di pisahkan menjadi komponen G dan matrik B. Daya yang ada
pada setiap bus di hitung dengan rumus:
jd
Pi = Daya aktif terjadwal
jd
Qi = Daya reaktif terjadwal
PGi = Daya aktif pembangkit
QGi = Daya reaktif pembangkit

PLi = Daya aktif beban

33
QLi = Daya reaktif beban

Dalam proses iterasi dicari daya terhitung dengan rumus :


N
Pi  Σ Yin Vi Vn cos θ in  δ n  δ i 
jd
(2.30)
n 1

N
jd
Q1  Σ Yin Vi Vn sin(θ in  δ n  δ i ) (2.31)
N 1

Dimana :
Pi = Daya aktif terhitung pada bus i
Qi = Daya reaktif terhitung pada bus i
Vi , θ i = Magnitude tegangan dan sudut phasa pada
bus i
Vj , θ j = Magnitude tegangan dan sudut phasa pada
bus j
Yin ,  in = Magnitude tegangan dan sudut phasa element

matrik admitansi Y
Mismatch daya dihitung dengan persamaan dibawah ini :
jd hit
ΔPi  Pi  Pi ( 2.32)

jd hit
ΔQi  Q i  Q i
( 2.33)

Dimana :
ΔP1 = Mismatch daya bus ke I
ΔQ i = Mismatch daya reaktif bus ke I

34
Setelah mismatch daya dihitung maka selanjutnya membentuk matrik

jacobian

 P2 P2 P2 P2 


 δ  V2  Vn 
δ n  V2  Vn
 2 
  H  J1   N  J2  
 Pn Pn Pn Pn 
 δ  V2  Vn 
δ n  V2  Vn
J 2 
 Q 2 
Q 2
V2
Q 2
 Vn
Q 
 δ 2 δ n  V2  Vn 
 
  M  J3   L  J4  
 Q n 
Q n
V2
Q n
 Vn
Q 
 δ 2 δ n  V2  Vn 
 

Matrik jacibian ini terdiri dari 4 submetrik yaitu submetrik H, N, M, dan L

atau debgab ekspresi yang lain J1, J2, J3 dan J4. untuk submetrik J1 atau H dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Untuk komponen off diagonal

Pi
  Vi VjYij sin  θ ij  δ j  δ i  ( 2.34)
δ j

Komponen diagonal

Pi N
 Σ Vi Vn Yin sin(θ in  δ n  δ i ) ( 2.35)
δ j n 1,n  i

hit
Untuk komponen diagonal dengan membandingkan pada persamaan Qi
diperoleh persamaan sebagai berikut:
Pi 2
 Q i  Vi Bii
δ j
( 2.36)

35
Untuk submetrik M atau J3 dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut:

Untuk komponen diagonal off diagonal

Q i
  Vi VjYij cos(θ ij  δ j  δ i ) ( 2.37)
δ j

Untuk komponen diagonal

Pi N N Pi
 Σ Vi VjYij cos(θ ij  δ j  δ i )  Σ ( 2.38)
δ i n 1, n  i n 1, n  i δ n

hit
Untuk komponen M atau J3 dengan membandingkan persamaan Pi
diperoleh persamaan sebagai berikut :
Q i 2
 Pi  Vi G ii
δ i
( 2.39)

Untuk submetrik N atau J2 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Untuk komponen off diagonal

Pi
Vj  Vj Vi Yij cos(θ ij  δ j  δ i ) ( 2.40)
 Vj

Untuk komponen diagonal

Pi Q i 2 2
Vi   2 Vi G ii  Pi  V i G ii
 Vi δ i
( 2.41)

Untuk komponen submetrik L atau J4 dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Untuk komponen off diagonal

36
Q i Pi
Vj   Vj Vi Yij sin(θ ij  δ j  δ i ) 
 Vj δ j

( 2.42)

Untuk komponen diagonal

Q i P 2 2
Vi   i  2 Vi Bii  Q  Vi Bii ( 2.43)
 Vi δ i

Dimana :
Pi Pi
dan
δ i δ j : Elemen submatrik J1 = H
( 2.44)

Q i Q i
dan ( 2.45)
δ j δ i : Elemen submatrik J3 = M

Pi Pi
Vj dan Vi ( 2.46)
 Vj  Vi : Elemen submatrik J2 = N

Q i Q i
Vj dan Vi ( 2.47)
 Vj  Vi : Elemen submatrik J3 = L

Dimana :

Vi , δ i = Magnitude tegangan dan sudut phase pada bus i

Vj , δ j
= Magnitude tegangan dan sudut phase pada bus j

Q i , Pi = Daya reaktif dan daya aktif pada bus i

Yj , θ in
= Magnitude dan sudut phase admitansi pada bus i s/d n

G ii , Bii = Konduktansi dan suseptansi bus ke i

Setelah diperolehnya harga dari masing-masing elemen pada submatrik

jacobian maka selanjutnya dibentuk matrik jacobian dengan menggabungkan

37
keempat submatrik jacobian tersebut sehingga terbentuk rumus umum untuk

menghitung aliran daya dengan metodea newton raphson :


 Δδ 
ΔP  H N   Δ V 
ΔQ   J L  
    V 
( 2.48)
 

Atau
 Δδ 
ΔP   J1 J 2   Δ V 
ΔQ  J J  
   3 4 V 
( 2.49)
 

Selanjutnya matrik jacobian yang terbentuk diinvers dengan menggunakan

metodea dekomposisi LU dan kemudian sudut phasa dan magnitude tegangan

tiap bus yang baru dicari dengan menggunkan rumus sebagai berikut :

 Δδ  1
Δ V   H N  ΔP 
   J L  ΔQ
 V 
( 2.50)

Atau

 Δδ  1
Δ V    J1 J 2  ΔP 
  J 3 J 4  ΔQ 
 V 
( 2.51)

Atau

38
1
 P P2 P2 P2 
  2   2  V2  Vn  P2 
    2  n  V2  Vn    
 
   H  J1   N  J2    
    Pn Pn Pn Pn    
   V2  Vn  
  n    2  n  V2  Vn   Pn 

 V2 V2   Q2 Q2 Q2 Q2  Q2 
   V2  Vn  
     2  n  V2  Vn    
 
    M  J3   L  J4     
   Qn Qn Qn Qn   
 Vn Vn    V2  Vn Qn 
  2  n  V2  Vn 

Hasil perkalian yang diperoleh selanjutnya dipisah-pisah menjadi bagian

Δ Vi
Vi kemudian

(k 1) (k) (k)


Δδi  δi  Δδ i (2.52)
(k 1) (k) (k) (2.53)
Vi  Vi  Δ Vi
 Δ Vi (k)  (2.54)
 Vi
(k)
1  
 V
(k)

 i 
Dimana :
Δδ i = Perubahan sudut phasa tegangan bus i
Δ Vi
= Perubahan magnitude tegangan bus i

Perbedaan nilai sudut phasa dan magnitude tegangan tiap bus antara yang

lama dan yang baru selanjutnya dimbandingkan dengan nilai ketelitian yang telah

ditentukan, jika nilai ketelitian belum tercapai maka iterasi di ulangi dari awal

sampai ketelitian terpenuhi dan konvergensi tercapai.

Daya pada slack bus selanjutnya dihitung setelah konvergensi tercapai.

Adapun rumus yang digunakan adalah

39
N
Pi  Σ Yin Vi Vn cos(θ in  δ n  δ i ) ( 2.55)
n 1

N
Qi    YinViVn sin  in   n   i  ( 2.56)
n 1

Dimana :

Pi = Daya aktif pada slack bus


Q i = Daya reaktif pada slack bus

Selain itu pula daya reaktif pada bus PV ( Bus Pemebangkit ) juga dihitung

setelah konvergensi tercapai, adapun rumus yang digunakan :


N
Qi    YinViVn sin  in   n   i 
n 1

( 2.57)

Dimana :

Q i = Daya reaktif pada bus pembangkit I

Aliran daya antara bus dihitung dengan menggunakan rumus :

Sij  Vi (V*ijY *ij  V*i Y*cij ) ( 2.58)

Atau
* *
Pij  JQ ij  Vi (Vi  Vj )Yij  Vi Vi Ycij

( 2.59)

Dimana :

Sij
= Aliran daya kompleks dari bus i ke bus j
Pij
= Aliran daya aktif dari bus i ke bus j
Q ij
= Aliran daya reaktir dari bus i ke bus j
Vi = Vektor tegangan di bus i
Vj
= Vektor tegangan di bus j

40
Vij
= Vektor tegangan antara bus i dan j
Yij
= Admitansi antara bus i dan j
Yc ij
= Admiansi line charging antara bus i dan bus j

Rugi-rugi antara bus dihitung dengan menggunakan rumus :

Sij (losses)  Sij  S ji

( 2.60)

Dimana :

Sij (losses)
= Rugi daya kompleks dari bus i ke bus j
Sij
= Daya kompleks dari bus i ke bus j
Sij
= Daya kompleks dari bus j ke bus i

2.10 Pengenalan ETAP


Dalam perancangan dan analisa sebuah sistem tenaga listrik, sebuah
software aplikasi sanagat dibutuhkan untuk merepresntasikan kondisi real
sebelum sebuah sebuah sistem direalisasikan. ETAP (Electric Transient and
Analysis Program) Powerstation 12.6 merupakan salah satu software aplikasi
yang digunakan untuk mensimulasikan sistem tenaga listrik.
ETAP mampu bekerja dalam keadaan offline untuk mensimulasikan tenaga
listrik, dan online untuk mengelola data real time. Fitur yang terdapat di
dallamnya pun bermacam-macam antara lain fitur yang digunakan untuk
menganalisa pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem
distribusi tenaga listrik.
Analisa sistem tenaga listrik yang dapat di lakukan ETAP anatara lain :
1. Analisa aliran daya
2. Analisa hubungsingkat
3. Arc falsh analysis
4. Starting motor
5. Koordinasi proteksi
6. Analisa kestabilan transien

41
Dalam menganalisa sistem tenaga listrik, suatu diagram saluran tunggal
(single line diagram) merupakan notasi yang disederhanakan untuk sebuah
sistem tenaga listrik tiga fasa. Sebagai ganti dari representasi saluran tiga fasa
yang terpisah, digunakanlah sebuah konduktor. Hal ini memudahkan dalam
pembacaan diagram maupun dalam analisa rangkaian. Elemen elektrik seperti
misalnya pemutus rangkaian, transformator, kapasitor, busbar maupun
konduktor lain dapat ditunjukkan dengan menggunakan simbol yang telah
distandardisasi untuk diagram saluran tunggal. Elemen pada diagram tidak
mewakili ukuran fisik atau lokasi dari peralatan listrik, tetapi merupakan
konvensi umum untuk mengatur diagram dengan urutan kiri-ke-kanan yang
sama, atas-ke-bawah.
ETAP memiliki 2 macam standar yang digunakan untuk melakukan
analisa kelistrikan, ANSI dan IEC. Pada dasarnya perbedaan yang terjadi di
antara kedua standar tersebut adalah frekuensi yang digunakan, yang berakibat
pada perbedaan spesifikasi peralatan yang sesuai dengan frekuensi tersebut.
Simbol elemen listrik yang digunakan dalam analisa dengan menggunakan
ETAP pun berbeda.

2.10.1 Load Flow Analysis

42
Gambar 2.15 SLD Load Flow Analysis Pada Tampilan Kerja ETAP
Percobaan load flow atau aliran daya ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik aliran daya yang berupa pengaruh dari variasi beban dan rugi-rugi
transmisi pada aliran daya dan juga mempelajari adanya tegangan jatuh di sisi
beban .
Aliran daya pada suatu sistem tenaga listrik secara garis besar adalah suatu
peristiwa daya yang mengalir berupa daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) dari suatu
sistem pembangkit (sisi pengirim) melalui suatu saluran atau jaringan transmisi
hingga sampai ke sisi beban (sisi penerima). Pada kondisi ideal, maka daya yang
diberikan oleh sisi pengirim akan sama dengan daya yang diterima beban. Namun
pada kondisi real, daya yang dikirim sisi pengirim tidak akan sama dengan yang
diterima beban. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal:
1. Impedansi di saluran transmisi.
Impedansi di saluran transmisi dapat terjadi karena berbagai hal dan sudah
mencakup resultan antara hambatan resistif, induktif dan kapasitif. Hal ini yang

43
menyebabkan rugi-rugi daya karena terkonversi atau terbuang menjadi energi lain
dalam transfer energi.

2. Tipe beban yang tersambung jalur.


Ada 3 tipe beban, yaitu resistif, induktif, dan kapasitif. Resultan antara
besaran hambatan kapasitif dan induktif akan mempengaruhi P.F. sehingga
mempengaruhi perbandingan antara besarnya daya yang ditransfer dengan yang
diterima.
Sedangkan untuk melakukan kalkulasi aliran daya, terdapat 3 metode yang
biasa digunakan:
1.Accelerated Gauss-Seidel Method
 Hanya butuh sedikit nilai masukan, tetapi lambat dalam kecepatan
perhitungan.

 P  jQ   V T  Y*  V* 
2.Newton Raphson Method
 Cepat dalam perhitungan tetapi membutuhkan banyak nilai masukan dan
parameter.
 First Order Derivative digunakan untuk mempercepat perhitungan.
 ΔP   J1 J 2   Δδ 
ΔQ J 
  3 J 4  ΔV 

3.Fast Decoupled Method


 Dua set persamaan iterasi, antara sudut tegangan, daya reaktif dengan
magnitude tegangan
 Cepat dalam perhitungan namun kurang presisi
 ΔP   J1   Δδ 
ΔQ   J  ΔV 
   4  

44
45
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara yang telah ditentukan secara


sistematik dan ilmiah untuk mengamati dan menganalisis suatu permasalahan
dimana menghasilkan suatu kesimpulan yang berguna untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan (Sigit, 2015 : 50). Adapun hal-
hal yang dibahas dalam metode penelitian adalah sebagai berikut :

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan february 2021- selesai di PT. PLN
(Persero) Rayon Tabing

3.2 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat, nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan [11]. Dalam penelitian ini, yang
menjadi variabel adalah aliran daya yang terdapat pada sistem tenaga listrik di
PT PLN (Persero) Rayon Tabing melalui perhitungan menggunakan software
ETAP Power Station 12.6.0.

3.3 Identifikasi Penelitian


Pada proses identifikasi penelitian ini maka peneliti menggunakan unsur
pendukung agar penelitian ini dapat berjalan dengan lancar, dimana berupa :
1. Hardware Laptop beserta dan software ETAP 12.6
2. Data-data yang dibutuhkan yang berasal dari di PT. PLN (Persero) Rayon
Tabing

11]( Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan : 2010 : Hal :48) 38


3.4 Prosedur Penelitian
Proseur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu yaitu pengambilan data
dilapangan, tahap pelaksaan simulasi dan tahaap analisis hasil simulasi.

Mulai

Studi Literatur

Persiapan Data:
1. Data Jumlah Gardu
2. Data Trafo Distribusi
3. Data Daya Beban

Penhitungan Aliran Daya

Simulasi Aliran Daya Dengan Metode


ETAP 12.6 Aliran
Daya

Pembahasan Dan
Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

39

[11]( Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan : 2010 : Hal :48)


3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian
Arikunto ( 2010: 265 ) menyatakan bahwa menyusun instrumen adalah pekerjaan
yang penting dalam penelitian akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih
penting. Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah[12] :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan Staf teknik PT. PLN (Persero) Rayon Tabing,
tentang cara bagaimana dapat memperoleh data yang lengkap.
2. Observasi
Observasi dilakukan langsung di lokasi penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu informasi yang diperoleh dengan cara membaca, mencatat
sistematis, yang berkaitan dengan perhitungan aliran daya yang diperoleh dari
sumber tertentu.
4. Analisis
Menganalisa perhitungan aliran daya data-data yang diperoleh dari hasil
penelitian menggunakan metode newton raphson dan melakukan simulasi aliran
daya dalam software ETAP 12.6.0.

3.6 Pengambilan Data


Sumber data merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto
2010: 172). Dalam penelitian ini, sumber datanya adalah sistem ketenagalistrikan
yang terdapat diwilayah jaringan distribusi PT. PLN (Persero) Rayon Tabing ,
antara lain :
1. Singel Line Diagram (SLD) jaringan distribusi 20 kv wilayah PT. PLN
(Persero) Rayon Tabing.
2. Data beban dan data trafo distribusi
40

[11]( Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan : 2010 : Hal :48)


3. Data Jumlah dan kapasitas masing-masing gardu.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Multa,Lesnanto ST, M.Eng. 2013. Modul Pelatihan ETAP. Yogyakarta.

[2] PT.PLN (PERSERO). 1995, buku 5 PLN, Hal : 23. SPLN 43-5(1-6):1995.

[3] Sawai, S.Y.M Wihelmina. 2008. Studi Aliran Daya. FT UI.

[4] Sugiono. 2010. Metode Penelitian, Hal : 48

[5] Stevenson, W.D, Jr,”Analisis Sistem Tenaga Listrik”,diterjemahkan oleh,


Idris, Kemal Ir, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta, 1994.

[6] Suripto, Ir. Slamet, M.Eng. 2017. Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta. ISBN
978-602-5450-20-4

[7] Suswanto, D. 2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Edisi pertama.


Universitas Negeri Padang

[8] http://repository.usu.ac.id/BAB II/Studi Aliran Daya/.

[9] http://repostory.unand.ac.id/Jurnal Ilmiah/Studi Aliran Daya Dengan Metode


Newton Raphson/.

41

[11]( Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan : 2010 : Hal :48)


42

[11]( Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan : 2010 : Hal :48)

Anda mungkin juga menyukai