Disusun oleh:
BAYU TERRA PRAYOGA TUMANGGOR
BP : 1710003421087
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv
DAFTAR TABEL........................................................................................................v
ABSTRAK...................................................................................................................vi
BAB II PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................3
1.3 Batasan Masalah......................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan..............................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik..................................................................................6
2.2 Fungsi Bagian-Bagian Sistem Tenaga Listrik.........................................................6
2.3 Level Tegangan Pada Sistem Tenaga Listrik..........................................................7
2.3.1 Tegangan Unit Pembangkit..................................................................................8
2.3.2 Tegangan Saluran Transmisi................................................................................8
2.3.3 Tegangan Saluran Distribusi................................................................................9
2.4 Sistem Kelistrikan Indonesia.........................................................................10
2.5 Bagian-Bagian Jaringan Distribusi................................................................11
2.5.1 Gardu Induk........................................................................................11
2.5.2 Jaringan Distribusi Primer..................................................................12
2.5.3 Gardu Distribusi/Trafo Distribusi......................................................16
2.5.4 Jaringan Distribusi Sekunder..............................................................17
2.6 Tegangan Jaringan Distribusi........................................................................17
2.7 Penyusutan Energi Pada Jaringan Distribusi.................................................17
2.7.1 Daya Listrik........................................................................................18
2.7.2 Segitiga Impedansi.............................................................................19
iii
2.7.3 Admitansi...........................................................................................20
.........................................................................................................................
2.7.4 Rugi-Rugi Saluran..............................................................................21
2.8 Jenis Penghantar Yang DIgunakan Pada Jaringan Distribusi.......................21
2.9 Sudi Aliran Daya...........................................................................................24
2.9.1 Metode Aliran Daya...........................................................................26
2.10 Pengenalan ETAP........................................................................................33
2.10.1 Load Flow Analysis..........................................................................35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................37
3.2 Variabel Penelitian........................................................................................37
3.3 Identifikasi Penelitian....................................................................................37
3.4 Prosedur Penelitian........................................................................................38
3.5 Metode Pengumpulan Data...........................................................................39
3.6 Pengambilan Data..........................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................40
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
5
Sejumlah upaya telah dilakukan untuk solusi masalah aliran daya telah
menghasilkan banyak hasil yang dilaporkan dalam sejumlah publikasi-publikasi
teknik, sebelum tahun 1929 semua perhitungan aliran daya dilakukan dengan
tangan. Pada tahun 1929, network colculators (dari westinghouse) atau network
analyzers (dari general electric) digunakan untuk melakukan penghitungan aliran
daya. Tulisan yang pertama yang menjelaskan metode digital untuk masalah
penjelasan aliran daya di publikasikan pada tahun 1954. namun demikian metode
digital yang pertama sukses dikembangkan adalah oleh ward dan hale pada tahun
1956.
Sehingga Seiring perkembangan zaman dan pertambahan penduduk di suatu
wilayah maka kebutuhan listrik akan meningkat sehingga sangat dibutuhkan
penyaluran energi listrik yang efektif dan efisien agar kedua bela pihak, PT. PLN
(Persero) maupun konsumen saling diuntungkan dalam hal pemanfatan energi
listrik. Tepatnya di PT. PLN (Persero) Rayon Tabing yang dimana terdapat
berbagai macam jenis tinggkatan penggunan energi listrik (Konsumen), sehingga
penulis melakukan penelitian “STUDI ANALISIS DAN SIMULASI ALIRAN
DAYA JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV DENGAN
MENGGUNAKAN ETAP 12.6 PT .PLN (PERSERO) RAYON TABING”.
PT.PLN (Persero) Rayon Tabing merupakan salah satu dari 12 Rayon yang
terdapat dari area padang, kantor PT. PLN (Persero) Rayon Tabing berada di Jl.
Sapek Raya, Lubuk Buaya, Koto Tangah, kota Padang, Sumatera Barat. Dimana
kantor pelayanan penyaluran dan pemanfaatan energi listrik tersebut merupakan
wilayah jaringan distribusi penyaluran kepada konsumen sehingga pentingnya
untuk menegetahui kualitas aliran daya di unit pelaksanaan teknis tersebut.
6
2. Berapa besar nilai rugi-rugi masing-masing gardu dan jaringan pada
daerah distribusi 20 kv ketika dalam keadaan beban dasar dan beban
puncak ?
3. Bagaimana perbandingan hasil perhitungan aliran daya secara manual
dengan simulasi menggunakan ETAP 12.6 ?
4. Bagaimana kualitas aliran daya PT. PLN (Persero) Rayon Tabing ?
7
2. Dapat menunjukkan kualitas suatu sistem aliran daya dengan
perbandingan hasil analisis perhitungan matematis dan simulasi dengan
menggunakan ETAP 12.6.
3. Dapat menunjukan keadaan suatu sistem jaringan distribusi yang sedang
beroperasi dalam keadaaan beban dasar dan beban puncak.
4. Dengan adanya penelitian ini maka kita dapat mengetahui proses dan
tahapan penyaluran energi listrik oleh PT. PLN (Persero) Rayon Tabing
dalam proses memenuhi kebutuhan beban.
BAB V PENUTUP
8
Berisikan tentang kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisa data
dari hasil pengamatan dan pembahasan skripsi serta saran-saran yang bersifat
membangun.
BAB II
LANDASAN TEORI
9
Gambar 2.1 Gambar Skema Sistem Tenaga Listrik
10
2.3 Level Tegangan Pada Sistem Tenaga Listrik
11
pada generator semakin kecil, maka luas penampang kawat lilitan yang
dibutuhkan menjadi lebih kecil, sehingga ukuran generator dapat lebih kecil dan
dapat lebih murah. Bila arus yang mengalir lebih kecil, maka rugi daya pada
lilitan menjadi lebih kecil, sehingga lebih ekonomis.
Level tegangan pada pembangkit biasanya tidak terlalu tinggi, karena
semakin tinggi level tegangan generator, maka jumlah lilitan generator tersebut
harus semakin banyak. Dengan lilitan yang lebih banyak akan mengakibatkan
generator menjadi lebih besar dan lebih berat, sehingga menjadi kurang efisien.
Disamping itu dengan dimensi generator yang besar dan berat akan menambah
kesulitan dalam pengangkutan dan pemasangannya. Sebaliknya untuk kapasitas
generator yang lebih kecil biasanya menggunakan level tegangan keluaran yang
relatif rendah agar lebih ekonomis.
Bila unit pembangkit akan dihubungkan dengan dengan saluran transmisi
yang mempunyai level tegangan yang lebih tinggi, maka dibutuhkan peralatan
penaik tegangan yang berupa transformator penaik tegangan atau step
uptransformer.
12
konsekuensinya harganya menjadi lebih mahal. Dan juga untuk kepentingan
keamanan dan keselamatan lingkungan, memerlukan tower penyangga yang lebih
tinggi. Tegangan saluran transmisi umumnya berkisar antara 70 kV s/d 1000 kV.
Saluran transmisi dengan tegangan 500 kV atau lebih akan lebih ekonomis jika
digunakan untuk menyalurkan daya yang cukup besar dan jarak pengiriman yang
cukup jauh. Sedangkan untuk jarak dekat dan daya yang tidak begitu besar
biasanya digunakan tegangan yang lebih rendah agar biaya pembangunannya
dapat lebih murah.
Level tegangan jaringan distribusi yang sering digunakan ada dua macam,
yaitu jaringan tegangan menengah (JTM) 20 kV dan jaringan tegangan rendah
(JTR) 220 V. Dengan demikian pada jaringan distribusi diperlukan trafo
distribusi untuk menurunkan tegangan dari JTM 20 kV ke JTR 220V
sesuaitegangan pelanggan. Jaringan tegangan menengah (JTM) biasanya
digunakan untuk menghubungkan antara gardu induk ke beban yang memerlukan
daya relatif besar, seperti industri, rumah sakit, mall atau kampus yang biasanya
berlangganan tegangan menengah 20 kV. Sedangkan beban rumah tangga dengan
daya yang relatif kecil, biasanya dihubungkan dengan jaringan tegangan
rendah220 V.
13
jaringan distribusi ke pelanggan. Sistem kelistrikan di Indonesia menggunakan
beberapa jenis energi primer antar lain: air, batu bara, BBM, gas alam, panas
bumi dan sumber energi terbarukan. Semua jenis energi ini dikelola secara
terpadu untuk mendapatkan operasi sistem tenaga listrik yang optimal.
Untuk mendapatkan gambaran kelistrikan di Indonesia berkaitan dengan
sebaran konsumsi energi listrik di beberapa wilayah di Indonesia sepanjang tahun
2016. Dengan perbedaan konsumsi energi listrik di berbagai wilayah di
Indonesia, maka sistem tenaga listrik yang digunakan juga berbeda-beda. Sistem
tenaga listrik untuk wilayah yang kebutuhan bebannya terbesar, seperti pulau
Jawa-Bali menggunakan sistem interkoneksi yang dapat dioperasikan dari satu
pusat pengatur beban.
Dapat diamati dari data penjualan energi listrik sebagaimana terlihat pada
tabeldibawah ini :
Tabel 1 Penjelasan Penjualan Energi Tenaga Listrik Tahun 2016(TWh)
Sumtera 32.102
Kalimantar 8.923
Indonesia 217.826
14
karena bila ada kekurangan energi di satu wilayah dapat dibantu dari wilayah
lain.
15
2.5.1 Gardu Induk (GI)
Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara
langsung, maka bagian pertama dari sistem distribusi tenaga listrik adalah Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik dan umumnya terletak di pingiran kota.
16
Sifat pelayanan sistem distribusi sangat luas dan kompleks, karena
konsumen yang harus dilayani mempunyai lokasi dan karakteristik yang berbeda.
Sistem distribusi harus dapat melayani konsumen yang terkonsentrasi di kota,
pinggiran kota dan konsumen di daerah terpencil. Sedangkan dari
karakteristiknya, terdapat konsumen perumahan dan konsumen dunia industri.
Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran bawah
tanah. Pemilihan konstruksi tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut: alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis, alasan ekonomis, alasan
estetika dan alasan pelayanan yaitu kontinuitas pelayanan sesuai jenis konsumen.
Pada jaringan distribusi primer terdapat 4 jenis dasar yaitu :
1.Sistem radial
2. Sistem hantaran penghubung (tie line)
3.Sistem loop
4. Sistem spindel
1. Sistem Radial
Sistem distribusi dengan pola radial seperti Gambar 2.2 adalah sistem
distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa
penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.
17
Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk konsumen.
Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen dipasang. Bisa
dalam bangunan beton atau diletakan diatas tiang. Keuntungan dari sistem ini
adalah sistem ini tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain.
Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem
lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur
utama yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut
mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain yaitu
mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini
dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada diujung saluran.
1. Sistem Hantaran Penghubung ( Tie Line )
Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar 2.3. umumnya digunakan untuk
pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan
lain-lain).
18
2. Sistem Loop
Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop) seperti
Gambar 2.4. dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk, sehingga
dengan demikian tingkat keandalannya relatif lebih baik.
3. Sistem Spindel
Sistem Spindel seperti pada Gambar 5. adalah suatu pola kombinasi
jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa
penyulang(feeder) yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan
tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).
19
Gambar 2.8 Konfigurasi Sistem Spindel
Pada sebuah sistem spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif
dan sebuah penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui
gardu hubung. Pola spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan
menengah (JTM) yang menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah tegangan
menengah (SKTM).
Namun pada pengoperasiannya, sistem spindel berfungsi sebagai sistem
radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang
berfungsi untuk mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen
tegangan rendah (TR) atau tegangan menengah (TM).
20
.
Gambar 2.9 Gardu distribusi jenis tiang
Kapasitas transformator yang digunakan pada transformator distribusi ini
tergantung pada jumlah beban yang akan dilayani dan luas daerah pelayanan
beban. Gardu distribusi ( trafo distribusi ) dapat berupa transformator satu fasa
dan juga berupa transformator tiga fasa.
21
Tegangan menengah adalah tegangan dengan rentang 1 kV sampai dengan
30 kV. Untuk negara Indonesia menggunakan tegangan menengah sebesar 20
kV. Tegangan menengah dipakai untuk penyaluran energi listrik dari GI menuju
gardu-gardu distribusi atau langsung menuju pelanggan tegangan menengah.
2. Tegangan Rendah (TR)
Tegangan rendah adalah tegangan dengan nilai di bawah 1 kV yang
digunakan untuk penyaluran daya dari gardu distribusi menuju pelanggan
tegangan rendah. Penyalurannya dilakukan dengan menggunakan sistem tiga
fasa empat kawat yang dilengkapi netral. Indonesia sendiri menggunakan
tegangan rendah 380/220 V dimana tegangan 380 V merupakan besar tegangan
antar fasa dan tegangan 220 V merupakan tegangan fasa-netral.
22
Gambar 2.10 Segitiga Daya
P V I Cos S Cosθ
S V I P JQ
Q V I Sin S Sinθ
(2.1)
(2.2)
(2.3)
23
P
Cos
S
Q
Sin
S
Q
Tan
P
( 2.8)
( 2.9)
( 2.10)
Dimana :
P = Daya aktif (Watt) Faktor daya
1
XC ( 2.13)
2fC
24
R
Cosθ
Z
X
Sinθ
Z
X
Tanθ
R
( 2.14)
( 2.15)
( 2.16)
Dimana :
Z = Impedansi (Ω)
R = Resistansi (Ω)
XL = Reaktansi induktif (Ω)
Xc = Reaktansi kapasitif (Ω)
L = Nilai induktor (H)
C = Nilai kapasitas kapasitor (F)
F = Frekuensi (Hz)
π = 3.14
2.7.3 Admitansi
Admitansi adalah perbandingan arus listrik efektif terhadap tegangan
efektifnya untuk isyarat (sinyal) llistrik bolak balik ( yang berbentuk sinusoida),
dan admitansi dapat di rumuskan sebagai berikut :
25
I
Y
V
1
Y
Z
Y G jB
(2.17)
(2.18)
(2.19)
( 2.20)
2. Admitansi induktor
1 1 1 1
YL 90
ZL jω X L 90 X L
( 2.21)
3. Admitansi kapasitor
1 1 1 1
YC 90
Z C jωω X C 90 X C
( 2.22)
Dimana :
Y = Admitansi(Mho)
ZL = Impedansi induktif (Ω)
ZR = Impedansi resistor (Ω)
ZK = Impedansi kapasitif (Ω)
G = Konduktansi (siemens)
B = Suseptansi
26
Jika suatu arus mengalir pada suatu penghantar, maka pada penghantar
tersebut akan terjadi rugi-rugi energi menjadi panas karena pada penghantar
tersebut terdapat resistansi. Rugi-rugi dengan beban terpusat pada ujung saluran
distribusi primer dirumuskan sebagai berikut:
ΔV Ι(Rcos Xsin )L
P 3I 2 R L
(2.23)
(2.24)
( 2.25)
Dimana :
I = Arus yang mengalir per fasa (Ampere)
R = Resistansi saluran per fasa (Ohm/km)
X = Reaktansi saluran per
fasa(Ohm/km)
Cos φ = Faktor daya beban
L = Panjang saluran (km)
Pemilihan jenis kabel yang akan digunakan pada jaringan distribusi
merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan dari suatu
sistem tenaga listrik karena dapat memperkecil rugi-rugi daya.
27
tiang dengan cara dari kontruksi yang tertentu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, berikut konduktor yang digunakan pada SUTM :
AAAC (All Aluminium Alloy Conductor) merupakan jenis kabel yang
terdiri dari pilinan kabel berbahan aluminium-magnesium-silicon yang
merupakan bahan logam campuran , kabel ini dirancang sebagai kabel
yang memiliki kontruksi kuat dan anti karat
28
Kontruksi SKTM ini adalah kontruksi yang aman dan handal untuk
mendistribusikan tenaga listrik tegangan menenengah ,tetapi relatif lebih mahal
untuk penyaluran daya yang sama.Berikut spesifikasi dan jenis kabel SKTM :
29
XLPE dan selubung inti PE/PVC , penghantar tembaga tidak
menggunakan perisai, 3,6/6 (7,2) kV- 12/20
30
dibutuhkan juga pada analisis stabilitas transient. Masalah aliran daya mencakup
perhitungan aliran dan tegangan sistem pada terminal tertentu atau bus tertentu.
Representasi fasa tunggal selalu dilakukan karena system dianggap seimbang.
Masalah aliran daya mencakup perhitungan aliran dan tegangan sistem pada
terminal tertentu atau bus tertentu. Representasi fasa tunggal selalu dilakukan
karena sistem dianggap seimbang. Dalam studi aliran daya, bus-bus dibagi dalam
3 (tiga) bagian, yaitu:
1) Slack bus atau swing bus atau bus referensi, yaitu bus dengan daya yang
paling besar dimana besaran yang ditentukan berupa nilai tegangan dan sudut
fasa tegangan. Harga ini digunakan sebagai acuan dalam studi aliran daya.
Bus referensi /bus ayun selalu mempunyai generator. Dalam perhitungan
aliran daya,. Slack bus merupakan bus yang menyuplai kekurangan daya aktif
P dan daya reaktif Q pada system. Guna bus ini ditentukan dalam perhitungan
aliran daya adalah untuk memenuhi kekurangan daya (rugi-rugi dan beban)
seluruhnya, karena kerugian jaringan tidak dapat diketahui sebelum
perhitungan selesai dilakukan. Jadi bus referensi ini ialah:
Terhubung dengan generator.
V dan sudut fasa dari generator diketahui dan tetap.
P dan Q dihitung.
Mencatu rugi-rugi daya dan beban yang tidak dapat disuplai oleh
generator lain.
Slack bus berfungsi untuk menyuplai kekurangan daya real P dan daya
reaktif Q pada sistem
2) Voltage controlled bus atau bus generator (PV Bus),yaitu parameter-
parameter P dan V dari generator diketahui dantetap. Pada bus ini
mempunyai kendala untuk daya semu (Q) yang melalui bus, bila kendala
ini di dalam perhitungan integrasinya tak dipenuhi, maka bus ini diganti
menjadi bus beban, sebaliknya bila daya memenuhi kendala akan dihitung
sebagai bus kontrol tegangan kembali. Besarnya tegangan pada bus ini
dipertahankan tetap. Jadi bus generator ini ialah:
31
Terhubung dengan generator.
P dan V dari generator diketahui dan tetap.
Sudut fasa dan Q dari daya reaktif generator dihitung.
3) Load bus atau bus beban (PQ Bus),yaitu bus dengan besaran yang
ditentukan berupa daya nyata dan daya reaktif. Parameter-parameter yang
diketahui dari beban adalah P dan Q dengan V dan S selama perhitungan
aliran daya akan tetap tidak berubah. Jadi bus beban ini ialah:
Terhubung dengan beban.
P danQ dari beban diketahui dan tetap.
V dan sudut fasa tegangan dihitung.
Tiap-tiap bus terdapat empat besaran, yaitu :
a. Daya aktif P
b. Daya reaktif Q
c. Nilai skalar tegangan |V|
d. Sudut fasa tegangan θ.
Pada tiap-tiap bus hanya ada dua macam besaran yang ditentukan sedangkan
kedua besaran lainnya merupakan hasil akhir dari perhitungan.
Kegunaan studi analisis aliran daya ini antara lain adalah:
Untuk mengetahui tegangan-tegangan pada setiap simpul yang ada
dalam sistem.
Untuk mengetahui semua peralatan apakah memenuhi batas-batas yang
ditentukan untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
Untuk memperoleh kondisi mula pada perencanaan sistem yang baru.
Pada hubung singkat, stabilitas, pembebanan ekonomis.
32
tegangan dan sudut phasa tegangan bus. Perhitungan di mulai dengan membentuk
impedansi jaringan Z dengan rumus :
Zij R ij jX ij
( 2.26)
Dimana :
Z ij = Impedansi jaringan antara bus i dan bus j
Rij = Resistansi jaringan antara bus i dan bus j
X ij = Reaktansi jaringan antara bus i dan bus j
Kemudian impedansi jaringan dikonversi ke admitansi jaringan :
Yij Yrij JYx ij
( 2.27)
Dimana :
R ij
Yrij 2 2
R ij X ij
(2.28)
R ij
Yrij 2 2
R ij X ij
(2.29)
33
QLi = Daya reaktif beban
N
jd
Q1 Σ Yin Vi Vn sin(θ in δ n δ i ) (2.31)
N 1
Dimana :
Pi = Daya aktif terhitung pada bus i
Qi = Daya reaktif terhitung pada bus i
Vi , θ i = Magnitude tegangan dan sudut phasa pada
bus i
Vj , θ j = Magnitude tegangan dan sudut phasa pada
bus j
Yin , in = Magnitude tegangan dan sudut phasa element
matrik admitansi Y
Mismatch daya dihitung dengan persamaan dibawah ini :
jd hit
ΔPi Pi Pi ( 2.32)
jd hit
ΔQi Q i Q i
( 2.33)
Dimana :
ΔP1 = Mismatch daya bus ke I
ΔQ i = Mismatch daya reaktif bus ke I
34
Setelah mismatch daya dihitung maka selanjutnya membentuk matrik
jacobian
atau debgab ekspresi yang lain J1, J2, J3 dan J4. untuk submetrik J1 atau H dapat
Pi
Vi VjYij sin θ ij δ j δ i ( 2.34)
δ j
Komponen diagonal
Pi N
Σ Vi Vn Yin sin(θ in δ n δ i ) ( 2.35)
δ j n 1,n i
hit
Untuk komponen diagonal dengan membandingkan pada persamaan Qi
diperoleh persamaan sebagai berikut:
Pi 2
Q i Vi Bii
δ j
( 2.36)
35
Untuk submetrik M atau J3 dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut:
Q i
Vi VjYij cos(θ ij δ j δ i ) ( 2.37)
δ j
Pi N N Pi
Σ Vi VjYij cos(θ ij δ j δ i ) Σ ( 2.38)
δ i n 1, n i n 1, n i δ n
hit
Untuk komponen M atau J3 dengan membandingkan persamaan Pi
diperoleh persamaan sebagai berikut :
Q i 2
Pi Vi G ii
δ i
( 2.39)
Pi
Vj Vj Vi Yij cos(θ ij δ j δ i ) ( 2.40)
Vj
Pi Q i 2 2
Vi 2 Vi G ii Pi V i G ii
Vi δ i
( 2.41)
berikut :
36
Q i Pi
Vj Vj Vi Yij sin(θ ij δ j δ i )
Vj δ j
( 2.42)
Q i P 2 2
Vi i 2 Vi Bii Q Vi Bii ( 2.43)
Vi δ i
Dimana :
Pi Pi
dan
δ i δ j : Elemen submatrik J1 = H
( 2.44)
Q i Q i
dan ( 2.45)
δ j δ i : Elemen submatrik J3 = M
Pi Pi
Vj dan Vi ( 2.46)
Vj Vi : Elemen submatrik J2 = N
Q i Q i
Vj dan Vi ( 2.47)
Vj Vi : Elemen submatrik J3 = L
Dimana :
Vj , δ j
= Magnitude tegangan dan sudut phase pada bus j
Yj , θ in
= Magnitude dan sudut phase admitansi pada bus i s/d n
37
keempat submatrik jacobian tersebut sehingga terbentuk rumus umum untuk
Atau
Δδ
ΔP J1 J 2 Δ V
ΔQ J J
3 4 V
( 2.49)
tiap bus yang baru dicari dengan menggunkan rumus sebagai berikut :
Δδ 1
Δ V H N ΔP
J L ΔQ
V
( 2.50)
Atau
Δδ 1
Δ V J1 J 2 ΔP
J 3 J 4 ΔQ
V
( 2.51)
Atau
38
1
P P2 P2 P2
2 2 V2 Vn P2
2 n V2 Vn
H J1 N J2
Pn Pn Pn Pn
V2 Vn
n 2 n V2 Vn Pn
V2 V2 Q2 Q2 Q2 Q2 Q2
V2 Vn
2 n V2 Vn
M J3 L J4
Qn Qn Qn Qn
Vn Vn V2 Vn Qn
2 n V2 Vn
Δ Vi
Vi kemudian
Perbedaan nilai sudut phasa dan magnitude tegangan tiap bus antara yang
lama dan yang baru selanjutnya dimbandingkan dengan nilai ketelitian yang telah
ditentukan, jika nilai ketelitian belum tercapai maka iterasi di ulangi dari awal
39
N
Pi Σ Yin Vi Vn cos(θ in δ n δ i ) ( 2.55)
n 1
N
Qi YinViVn sin in n i ( 2.56)
n 1
Dimana :
Selain itu pula daya reaktif pada bus PV ( Bus Pemebangkit ) juga dihitung
( 2.57)
Dimana :
Atau
* *
Pij JQ ij Vi (Vi Vj )Yij Vi Vi Ycij
( 2.59)
Dimana :
Sij
= Aliran daya kompleks dari bus i ke bus j
Pij
= Aliran daya aktif dari bus i ke bus j
Q ij
= Aliran daya reaktir dari bus i ke bus j
Vi = Vektor tegangan di bus i
Vj
= Vektor tegangan di bus j
40
Vij
= Vektor tegangan antara bus i dan j
Yij
= Admitansi antara bus i dan j
Yc ij
= Admiansi line charging antara bus i dan bus j
( 2.60)
Dimana :
Sij (losses)
= Rugi daya kompleks dari bus i ke bus j
Sij
= Daya kompleks dari bus i ke bus j
Sij
= Daya kompleks dari bus j ke bus i
41
Dalam menganalisa sistem tenaga listrik, suatu diagram saluran tunggal
(single line diagram) merupakan notasi yang disederhanakan untuk sebuah
sistem tenaga listrik tiga fasa. Sebagai ganti dari representasi saluran tiga fasa
yang terpisah, digunakanlah sebuah konduktor. Hal ini memudahkan dalam
pembacaan diagram maupun dalam analisa rangkaian. Elemen elektrik seperti
misalnya pemutus rangkaian, transformator, kapasitor, busbar maupun
konduktor lain dapat ditunjukkan dengan menggunakan simbol yang telah
distandardisasi untuk diagram saluran tunggal. Elemen pada diagram tidak
mewakili ukuran fisik atau lokasi dari peralatan listrik, tetapi merupakan
konvensi umum untuk mengatur diagram dengan urutan kiri-ke-kanan yang
sama, atas-ke-bawah.
ETAP memiliki 2 macam standar yang digunakan untuk melakukan
analisa kelistrikan, ANSI dan IEC. Pada dasarnya perbedaan yang terjadi di
antara kedua standar tersebut adalah frekuensi yang digunakan, yang berakibat
pada perbedaan spesifikasi peralatan yang sesuai dengan frekuensi tersebut.
Simbol elemen listrik yang digunakan dalam analisa dengan menggunakan
ETAP pun berbeda.
42
Gambar 2.15 SLD Load Flow Analysis Pada Tampilan Kerja ETAP
Percobaan load flow atau aliran daya ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik aliran daya yang berupa pengaruh dari variasi beban dan rugi-rugi
transmisi pada aliran daya dan juga mempelajari adanya tegangan jatuh di sisi
beban .
Aliran daya pada suatu sistem tenaga listrik secara garis besar adalah suatu
peristiwa daya yang mengalir berupa daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) dari suatu
sistem pembangkit (sisi pengirim) melalui suatu saluran atau jaringan transmisi
hingga sampai ke sisi beban (sisi penerima). Pada kondisi ideal, maka daya yang
diberikan oleh sisi pengirim akan sama dengan daya yang diterima beban. Namun
pada kondisi real, daya yang dikirim sisi pengirim tidak akan sama dengan yang
diterima beban. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal:
1. Impedansi di saluran transmisi.
Impedansi di saluran transmisi dapat terjadi karena berbagai hal dan sudah
mencakup resultan antara hambatan resistif, induktif dan kapasitif. Hal ini yang
43
menyebabkan rugi-rugi daya karena terkonversi atau terbuang menjadi energi lain
dalam transfer energi.
P jQ V T Y* V*
2.Newton Raphson Method
Cepat dalam perhitungan tetapi membutuhkan banyak nilai masukan dan
parameter.
First Order Derivative digunakan untuk mempercepat perhitungan.
ΔP J1 J 2 Δδ
ΔQ J
3 J 4 ΔV
44
45
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
Studi Literatur
Persiapan Data:
1. Data Jumlah Gardu
2. Data Trafo Distribusi
3. Data Daya Beban
Pembahasan Dan
Kesimpulan
Selesai
39
DAFTAR PUSTAKA
[2] PT.PLN (PERSERO). 1995, buku 5 PLN, Hal : 23. SPLN 43-5(1-6):1995.
[6] Suripto, Ir. Slamet, M.Eng. 2017. Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta. ISBN
978-602-5450-20-4
41