Anda di halaman 1dari 13

0

Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................... 1
Bab 1.................................................................................................................. 2
Pendahuluan....................................................................................................... 2
Bab 2.................................................................................................................. 3
Isi........................................................................................................................ 3
1.

Gangguan Petir................................................................................................ 3

2. Gelombang Berjalan pada Saluran Transmisi.....................................................3


3. Gangguan Petir pada Saluran Transmisi............................................................5
4. Analisis Gangguan Akibat Sambaran Petir Langsung (Kasus Transmisi 500 kV
Gandul-Depok)....................................................................................................... 8
Bab 3................................................................................................................ 11
Kesimpulan....................................................................................................... 11
Daftar Pustaka..................................................................................................... 11

Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas waktu
yang diberikannya makalah yang berjudul Gangguan Kilat pada Saluran Transmisi
ini bisa selesai tepat waktu. Adapun kesalahan sedikit atau banyaknya dalam makalah
ini mohon dimaafkan. Seemoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
Terimakasih.

Medan, 16 November 2015

Fein Ory Lenin

Bab 1
Pendahuluan
Di zaman yang modern dengan berkembangnya teknologi yang makin pesat, tidak
dapat dielakkan bahwa kebutuhan akan tenaga listrik sangatlah penting. Sehingga,
dibutuhkan sistem keandalan tenaga listrik, pelayanan, dan kontinuitas penyaluran
tenaga listrik yang maksimal. Pada sistem tenaga listrik, gangguan yang mungkin
ditimbulkan lebih dari 50% berasal dari petir. Sambaran petir itu sendiri terbagi dua
(Abduh, 2004: 25) Sambaran Langsung dan Sambaran Tidak Langsung (Induksi).
Keduanya memugkinkan terjadinya gangguan pada saluran transmisi sehingga
menyebabkan kontinuitas penyaluran tenaga listrik dapat terganggu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui berapa besar gangguan dan faktor apa saja yang dapat
mengurangi besarnya gangguan yang terjadi pada saluran transmisi akibat dari
sambaran petir secara langsung.

Bab 2
Isi

1. Gangguan Petir
1.1. Sambaran Langsung
Sambaran langsung adalah sambaran petir ke arah fasa konduktor dan penunjang fasa
konduktor (tiang). Apabila sambaran menuju fasa konduktor terjadi, gelombang
tegangan yang dibangkitkan oleh sambaran petir akan mengalir di sepanjang
fasa konduktor hingga ke terminal dari peralatan fasa konduktor
atau bahkan sering menuju ke insulator antara fasa konduktor dan
lengan tiang akhir saluran. Apabila terjadi sambaran petir terhadap
tiang penyangga saluran, gelombang tegangan yang dibangkitkan
terjadi akibat adanya gelombang tegangan balik dan kemudian
berjalan sepanjang tiang, terkumpul di puncak maupun di dasar
tiang, sehingga meningkatkan tegangan yang terdapat di lenganlengan tiang penyangga dan kemudian mengganggu isolasi. Isolasi
ini akan menyambar balik (back flash) jika tegangan transien melebihi
batas kemampuan isolasi.
1.2. Penggunaan Isolasi Pentanahan Pada Sistem Tenaga Saluran Udara
Kawat pentanahan yang sebelumnya berfungsi untuk melindungi
induksi tegangan dari sambaran petir tidak langsung sudah berubah
menjadi pelindung (prisai) fasa konduktor dari ancaman sambaran
petir langsung ke fasa konduktor. Pada prinsipnya fungsi kabel
perisai adalah untuk melindungi fasa konduktor dari sambaran petir
langsung ke fasa konduktor dan untuk membuat kabel perisai ini
dapat bekerja dengan baik adalah kabel perisai harus dipasang pada
posisi yang tepat sehingga semua sambaran petir dari arus
sambaran balik yang melebihi batasan kritis dapat menyambar
kabel perisai tanpa mengganggu fasa konduktor. Kegagalan
pemerisaian akan terjadi apabila petir menyambar fasa konduktor
tanpa mengenai kabel perisai.

2. Gelombang Berjalan pada Saluran Transmisi


Karakteristik gelombang serta keadaan pada titik peralihan dari
kawat transmisi.Dari sudut energi dapat dikatakan bahwa
gelombang berjalan pada kawat disebabkan oleh penyuntikan energi

secara tiba-tiba pada kawat. Energi yang merambat ini berupa arus
dan tegangan. Gelombang berjalan ini diredam oleh kerugian
puncak (corona). Skin efeek dan perusakan bentuk karena refleksi.
Amplitudo gelombang berjalan sepanjang sebuah penghantar daya
ke peralatan yang dihubungkan ke saluran udara berpengaruh
pada :
1. Tingkat kemampuan isolator dalam menahan pulsa.
2. Tipe tiang penyangga (baja, kayu dan lain-lain)
3. Tipe pentanahan yang digunakan.

Gambar 1. Spesifikasi Gelombang Berjalan


Bila sebuah gelombang dengan harga puncak e berjalan sepanjang
saluran dengan lonjakan impedansi kawat tanah Z1 mencapai suatu
rangakaian dengan lonjakan impedansi surja menara Z2. Sebagian
gelombang dipantulakn dan sebagian diteruskan. Gelombang yang
diteruskan atau dipantulkan pada sambungan:

Gelombang yang dipantulkan penuh adalah :

Dimana, : koefisien transmisi dan b koefisien refleksi


Dari hubungan diatas maka:
1. Pada ujung terbuka dari saluran, Z2 tak terhingga, dan tegangannya akan
menjadi 2e.
2. Lilitan tegangan tinggi transformator mempunyai impedansi ac saluran

dan karenanya amplitude gelombang berjalan pada lilitan untuk


mudahnya dianggap 2e.
Yang mepengaruhi tegangan-tegangan keseluruhan peralatan adalah adanya
sambungan yang banyak atau saluran-saluran (masuk/keluar) pada bas. Dari teori
gelombang berjalan, tegangan dalam hal ini:

Dimana:
vt = Tegangan gelombang terkirim.
vf = Tegangan gelombang maju yang datang.
n = Jumlah rangkaian yang mempunyai impedansi sama dan lebih
dari 2.
Z = Impedansi gelombang rangkaian tunggal.

3. Gangguan Petir pada Saluran Transmisi


Gangguan petir pada saluran transmisi ialah gangguan akibat
sambaran langsung maupun sambaran tidak langsung (sambaran
induksi). Pada penelitian ini akan dibahas gangguan akibat
sambaran kilat langsung yang terdiri dari dua macam, yaitu
sambaran pada kawat tanah atau menara dan sambaran pada
kawat fasa (shielding failure outage). Pada saluran transmisi tegangan
ekstra tinggi, gangguan akibat sambaran induksi sangat kecil
kemungkinannya hal ini dikarenakan tegangan induksi besarnya
antara 100-200 kV dan muka gelombangnya lebih dari 10 s dan
karena itu diabaikan. Sebagai acuan untuk menghitung sifat kerja
saluran transmisi tegangan ekstra 500 kV antara Gandul-Depok.
Angka gangguan spesifik, Lighting Performance (LP) merupakan
gangguan antara gangguan yang disebabkan oleh Shielding Failure
(NSF) dan Back Flashover (BFO) sehingga dapat dituliskan:

LP = NSF +
BFO ................................................................(4)

3.1. Kegagalan Perisaian


Sebagai gambaran untuk dapat memahami tentang kegagalan perisaian dijelaskan
berikut ini. Bila sambaran kilat mendekat pada jarak S dari saluran dan bumi,
sambaran kilat itu akan dipengaruhi oleh benda apa saja yang berada dibawah dan
melompati jarak S untuk mengadakan kontak dengan benda itu. Jarak S disebut jarak

sambaran dan inilah konsep dari teori elektro geometris, bila Xs = 0 dinamakan
perisaian efektif (Gambar 2.a. dan 2.b.).

a. Perisaian tidak sempurna, Xs daerah tidak terlindung

b. Perisaian efektif
Gambar 2. Model Elektromagnetis Untuk Kegagalan Perisaian
Jarak sambaran adalah sebagai fungsi dari mutan, oleh karena itu
dari arus, dalam kanal dari sambaran kilat yang mendekatinya. Jarak
sambaran itu diberikan oleh Whitehead sebagai.

S = 8.I0,65 meter ..............................................(5)

dimana:
S = jarak sambaran, meter
I = arus kilat, kA

3.2. Lompatan Api Balik


Sambaran petir pada kawat tanah atau menara transmisi dapat
menimbulkan Back Flashover (BFO), hal ini dapat terjadi apabila
isoolasi udara mengalami kegagalan akibat kenaikan tegangan yang
sangat tinggi pada menara transmisi. Besar tegangan yang timbul
pada isolator transmisi tergantung pada puncak, kecuraman, dan
waktu muka gelombang kilat atau petir. (Hutauruk, 1989: 60)
menjelaskan hubungan antara puncak arus kilat dan seringnya
terjadi sambaran seperti Tabel 1. dan hubungan antara waktu untuk
mencapai puncak dan seringnya terjadi seperti Tabel 2.
Tabel 1. Hubungan Antara Puncak Arus Kilat dan Seringnya Terjadi

Tabel 2. Hubungan Antara Waktu Untuk Mencapai Puncak dan


Seringnya
Terjadi

Arus puncak kilat yang biasanya menyebabkan flashover adalah yang


mempunyai nilai diatas 80 kA. Perhitungan waktu muka gelombang
kilat biasanya diambil sampai 2 s, karena pada waktu itu

gelombang pantulan negatif dari menara yang berdekatan dengan


menara yang disambar kilat telah sampai kembali pada tempat kilat
menyambar tadi sehingga tegangan menara turun.

4. Analisis Gangguan Akibat Sambaran Petir Langsung (Kasus Transmisi


500 kV Gandul-Depok)
Diketahui data saluran transmisi (Menara Transmisi Gambar 3.):
1. Jarak kawat tanah 1 dengan kawat phasa (R)
:
9,4 m
2. Jarak kawat tanah 2 dengan kawat phasa (R)
:
15,37 m
3. Jarak vertikal antara kawat tanah dengan kawat phasa
:
9m
4. Jarak kawat tanah 2 dengan kawat bayangan 1
:
140,32 m
5. Jarak kawat phasa dengan kawat bayangan 1
:
131,1 m
6. Jarak kawat phasa dengan kawat bayangan 2
:
131,65 m
7. Ketinggian menara
: 70 m
8. Tahanan kaki menara dengan sistem counterpoise
:
10 ohm
9. Panjang gawang
: 500m

Gambar 3. Cara Menentukan Besar Kawat Bayangan


a. Jarak antar kawat tanah (a12) = 9,6 m
b. Jarak vertkal antara kawat tanah dengan kawat phasa (htp) = 9 m
c. Sudut perisaian = 18o, = 90o + 18o = 108o
d. Tinggi menara = 70 m, ht = 2 x 70 = 140 m
Jarak antara kawat tanah 1 dengan phasa R (a1)

Jarak antara kawat tanah 2 dengan phasa R (a2)


a22 = 9,42 + 9,62 - (2 . 9,4 . 9,6 . cos 108)
= 15,37 m
Jarak kawat tanah 2 dengan kawat bayangan 1 (b 12)

10

b122 = ht2 + a122


= 1402 + 9,62
b12 = 140,32
Menentukan beasaran sudut , ,
a. Sudut
9,42 = + 9,62 + 15,372 - (2 . 9,4 . 15,37 . cos )
= 35,57
b. Sudut
cos =

140
140,32

= 3,87
c. Sudut
= 90 - (35,57 + 3,87)
= 50,56
Jarak kawat phasa dengan kawat bayangan 1 (a'1)
a'1 = 15,372 + 140,322 - 2 . 15,37 . 140,32 . cos 50,56
1 a' = 131,1m
Jarak kawat phasa dengan kawat bayangan 2 (a2 )
a'22 = 1402 + 15,372 - 2 . 140 . 15,37 . cos 54,43
a' = 131,65 m
Kawat tanah
1. Jenis
: GS (Galvanis Steel)
2. Jumlah
: 2 buah
3. Jarak antar kawat tanah
: 9,6 m
4. Diameter
: 12,7 mm
5. Andongan
: 16,49 m
6. Sudut pemasangan
: 18 derajat
7. Ketinggian kawat tanah di atas menara
: 74 m
Konduktor phasa
1. Jenis
2. Jumlah
3. Diameter
4. Jarak antar subkonduktor
5. Jarak antar phase
6. Andongan
7. Tinggi konduktor pada menara
Isolator
1. Jumlah
2. Panjang

: Dove
: 4 buah
: 23,55 mm
: 0,45 m
: 15 m
: 20,61 m
: 40 m
: 2 x 32 buah tiap phasa
: 4,38 m

11

Lain-lain
1. Daerah lintasan
2. Iso Keraunik Level (IKL)

: 80

: daerah datar

Bab 3
Kesimpulan

1. Lightning Performance (LP) Saluran Transmisi Tegangan Extra Tinggi 500 kV


Gandul-Depok hasil perhitungan adalah 0,16 gangguan/100 km/tahun.
2. Angka gangguan akibat kegagalan perisaian adalah 0 karena mempunyai sudut
perisaian sempurna dan gangguan akibat sambaran langsung pada kawat tanah atau
menara, dengan arus kilat sampai 200 kA dan tahanan kaki menara 10 Ohm adalah
0,106.

12

Daftar Pustaka
1. 16.1-Syamsir-1-20-03.pdf
2. Abduh Syamsir. 2003. Proteksi Petir Terhadap Peralatan Listrik
Jakarta: Universitas Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai