Anda di halaman 1dari 28

PT PLN (Persero)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

ARRESTER

A. PENDAHULUAN
Kejadian surja hubung dan surja petir merupkan suatu hal yang mesti dihadapi dan
ditanggulangi pada suatu instalasi listrik. Surja hubung timbul karena proses
pembukaan dan penutupan PMT baik karena disengaja atau karena adanya kejadian
tidak normal pada suatu sistim tenaga. Sedangkan surja petir karena adanya
peristiwa sambaran petir yang mengakibatkan mengalirnya gelombang impuls pada
jaringan instalasi. Untuk memotong gelombang impuls petir ini dipergunakan
peralatan yang disebit arrester.
Fungsi arrester sangat vital pada kondisi adanya kedua jenis surja di atas pada
sistim, karena jika arester gagal berfungsi maka bahaya besar mengancam
pembangkit dan seluruh peralatan pendukungnya. Kebakaran hebat bisa terjadi
dengan sangat cepat dan kerugian milyaran rupiah sudah pasti aka dialami,
sehingga penting sekali peralatan ini dipelihara dan diamati kinerjanya setiap saat.

B. TUJUAN
1. Pemeliharaan
Menjaga agar arrester selalu dalam keadaan bersih dan aman dan semua
rangkaian dan titik sambung dalam kondisi baik
2. Pengujian
Untuk melihat kinerja arrester secara berkala apakah masih dalam rentang
operasi standar yang dikeluarkan oleh pabrik
3. Analisa
Untuk mengetahui kinerja arrester secara analitis berdasarkan data-data hasil
pengujian

C. SURJA HUBUNG
Mekanisme pokok dari terjadinya surja hubung adalah sebagai berikut :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 1


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

 Peristiwa pukulan kembali (restriking phenomena) di


dalam pemutusan arus kapasitif dari saluran transmisi tanpa beban atau
kapasitor tenaga.
 Peristiwa terpotongnya arus pembangkitan pada transformator tenaga.
 Penutupan kembali dengan cepat (high speed reclosing).
 Pemutusan arus gangguan.
 Penutupan yang tak serentak pada saklar pemutus tiga-
fasa.
Besarnya surja hubung ini, menurut hasil pengujian dilapangan dan analisa
teoritis, sangat berubah dengan keadaan rangkaian dari sistimnya, cara
pengetanahan titik netralnya, kemampuan pemutus bebannya dan
sebagainya. Besarnya surja ini dinyatakan :
3 E max
kft  ……................................………………..(1)
2 E
Dimana: kft = faktor tegangan lebih fasa ke tanah
Emax = tegangan maksimum sesudah operasi hubung
(switching)
E = tegangan sistem fasa-ke fasa sebelum operasi hubung.

Faktor ini dalam per unit ( p.u ) surja hubung.Variasi nilai faktor ini dalam praktek
cukup besar, yaitu antara 1,2 sampai 4 p.u. Daya isolasi terhadap surja hubung
(dinyatakan sebagai p.u tegangan sistem) menurun sebagai fungsi tegangan
sistem. Tegangan-lebih surja hubung lebih rendah dari daya isolasi tersebut.
Karena itu tegangan lebih harus dikurangi bila tegangan sistem dinaikkan. Untuk
tegangan sistem maksimum 145, 245, 365 dan 756 kV tegangan lebih yang
diperbolehkan adalah berturut-turut 4,5 ; 3,6; 3,0 dan 2,1 p.u. Untuk penutupan
cepat (high-speed reclosing) saluran tersebut hanya 1,8 p.u. Faktor tegangan lebih
untuk perencanaan transmisi adalah 2,8 p.u untuk sistem pembumian efektif dan
3,3 p.u untuk sistem pembumian dengan impedansi tinggi dan 4 p.u. untuk sistem
tanpa pengetanahan. Bentuk gelombang adalah sebagai berikut :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 2


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Gambar 1 Tegangan Impuls Standar Surja Hubung (IEC Publ.60-2,1973)

Dimana : Tf = waktu muka gelombang (OA) (μs) Tf = 250 μs


Tt = waktu ekor gelombang (OB) (μs) Tt = 2500 μs
U = tegangan puncak (kV).

D. SURJA PETIR
Petir terjadi karena pelepasan muatan antar awan, didalam awan dan awan
ketanah/saluran. Kelebihan tegangan yang disebabkan petir disebabkan oleh
sambaran langsung dan sambaran tidak langsung (induksi).

 Sambaran Langsung
Sambaran langsung yang mengenai rel dan peralatan Peralatan adalah yang
paling hebat diantara gelombang berjalan lainnya yang datang ke Peralatan.
Sambaran langsung menyebabkan tegangan lebih yang sangat tinggi yang
tidak mungkin dapat ditahan oleh isolasi yang ada.

 Sambaran Induksi
Bila terjadi sambaran kilat ke tanah di dekat saluran maka akan terjadi
fenomena transien yang diakibatkan oleh medan elektromagnetis dari kanal
kilat. Fenomena kilat ini terjadi pada kawat penghantar. Akibat dari kejadian
ini timbul tegangan lebih dan gelombang berjalan yang merambat pada kedua

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 3


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

sisi kawat tempat sambaran berlangsung. Tegangan induksi dapat berubah-


ubah tergantung dari keadaannya, secara umum besar tegangan lebih akibat
sambaran induksi antara 100 – 200 kV, muka gelombangnya (Wave front)
lebih dari 10μs dan ekor gelombang (wave tail) 50 – 100 μs. Karena itu
sambaran induksi tidak begitu berbahaya bagi peralatan tegangan tinggi,
meskipun ancaman bagi peralatan distribusi.

 Sambaran Dekat (Nearby Stroke)


Sambaran Dekat (Nearby Stroke) adalah gelombang berjalan yang datang ke
peralatan dari sambaran petir pada saluran transmisi pada titik yang jaraknya
hanya beberapa kilometer dari peralatan. Besar tegangan lebih akibat
sambaran dekat dibatasi oleh tegangan lompatan dari isolator saluran itu bila
rambatan sepanjang saluran melalui beberapa tiang. Tetapi peredaman dari
kecuraman (steepness) muka gelombang adalah sangat kecil, sehingga
gelombang tetap curam jika jarak rambatan pendek. Pada beberapa keadaan,
harga puncak gelombang mencapai 500 kV/ μs. Namun karena rel
peralatan tegangan tinggi besar kapasitansi statiknya mencapai beberapa ribu
atau beberapa puluh ribu pF, maka muka gelombang mengalami penurunan
yang sangat drastis.

 Sambaran Jauh
Jika perisaian dari peralatan dan saluran transmisinya cukup baik,gelombang
tegangan yang mungkin datang ke peralatan adalah sambaran petir yang
jauh.Gelombang berjalan yang jauh ini berasal dari sambaran
langsung,sambaran induksi , dan dari sambaran lompatan balik (back
flashover) dari tiang . Dalam keadaan ini gelombang berjalan dengan
kecepatan cahaya yaitu 300m / μs. Harga puncak dari surja aslinya oleh
tegangan lompatan dari isolator saluran. Selama merambat itu harga puncak
mengalami penurunan yang cukup besar oleh adanya peredaman
(attenuation) dan distorsi karena korona dan peredaman oleh efek kulit (skin
effect) pada penghantar makin pendek ekor gelombang,makin besar
peredaman itu, perubahan tegangan tergantung dari polaritas (lebih besar

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 4


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

untuk polaritas negatif),harga puncak,besarnya penghantar, adanya kawat


tanah diatasnya, bentuk gelombang dan sebagainya.Oleh Foust dan Menger

eo
dijabarkan rumus empiris sebagai berikut: e
1  Keo X

…………………………………….(2)
dimana : e = harga puncak (kV) setelah merambat X km
eo = tegangan surja asal (kV)

K = faktor attenuasi (1/(km kV)


= 10 4 untuk gelombang 20 μs, 2.10 4 untuk gelombang 5 μs

4.10 3 untuk gelombang terpotong (chopped)


eo = 200 – 300 kV/ μs

Bentuk gelombang surja petir (tegangan impuls) terlihat pada gambar (2)
dengan Tf (waktu muka gelombang) , Tt (waktu ekor gelombang) dan U
(tegangan puncak). Untuk sambaran langsung besarnya Tf = 1.2 μs, Tf = 50
μs dan tegangan puncak U = mendekati 300 kV, sambaran induksi besar Tf =
10 μs ,Tt = 50 – 100 μs dan U = 100 – 200 kV. Sedangkan sambaran dekat
mempunyai puncak U = 500 kV dan Tf dan Tt sama dengan sambaran langsung.
Sambaran dari jarak jauh mempunyai harga puncak yang tergantung dari
besarnya surja asal petir dan jarak rambatan dan Tf dan Tt sama dengan
sambaran langsung.

Gambar (.2) Tegangan impuls petir standar(IEC Publ.60-2,1973)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 5


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Dimana : Tf = waktu muka gelombang (OA) (μs) Tf = 1,2 μs


Tt = waktu ekor gelombang (OB) (μs) Tt = 50 μs
U = tegangan puncak (kV)

E. TEGANGAN LEBIH DENGAN FREKUENSI JALA-JALA


Tegangan lebih dengan frekuensi jala-jala dibagi atas:
 Penutupan / pembukaan trafo yang tidak bersamaan
 Kenaikan tegangan dari fasa sehat pada waktu gangguan satu fasa ke tanah
pada sistem.
 Tegangan yang terjadi akibat beban lepas.
 Hubungan kabel tanpa beban
Meskipun banyak macamnya, tetapi pada umumnya tegangan abnormal yang
terjadi pada sistem tenaga listrik diperkirakan tidak sebesar surja petir dan surja
hubung, sehingga perencanaan isolasi peralatan kebanyakan didasarkan pada
kedua surja ini.

F. KERUSAKAN AKIBAT KELEBIHAN TEGANGAN


 Tegangan tembus luar (External Flashover) merusak isolator, bagian
permukaan peralatan. Ini disebabkan oleh amplitude gelombang datang.
 Tegangan tembus dalam ( Internal Flashover ), merusak isolasi utama dari
peralatan ketanah, merusak isolasi antara bagian-bagian dalam peralatan (isolasi
antara gulungan dari trafo). Ini disebabkan oleh kecuraman gelombang datang.
 Tegangan tembus luar dan dalam ( Internal and External Flashover) yang
mungkin terjadi akibat osilasi yang terjadi pada peralatan. Ini disebabkan oleh
kecuraman gelombang datang dengan ekor gelombang yang panjang.

G. Penanggulangan Kelebihan Tegangan


Untuk memberikan perlindungan pada Peralatan terhadap kelebihan tegangan
berupa surja hubung dan surja petir maka dipasang alat pelindung (Protective
Device).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 6


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Alat pelindung terhadap kelebihan tegangan berfungsi melindungi peralatan sistem


tenaga listrik dengan cara membatasi kelebihan tegangan yang datang dan
mengalirkan ke tanah. Berhubungan dengan fungsinya itu, maka alat pelindung
harus dapat menahan tegangan sistem dalam waktu yang tak terbatas dan harus
dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan.

Alat pelindung yang baik mempunyai perbandingan perlindungan atau protective


ratio yang tinggi, yaitu perbandingan antara tegangan surja maksimum yang
diperbolehkan sewaktu pelepasan (discharge) dan tegangan sistem maksimum yang
ditahan sesudah pelepasan terjadi.

H. JENIS-JENIS ALAT PELINDUNG

1. SELA BATANG
Sela batang merupakan alat pelindung yang paling sederhana tetapi paling kuat dan
kokoh. Sela batang jarang digunakan pada rangkaian yang penting karena tidak
dapat memenuhi persyaratan dasar dari suatu alat pelindung yang sebenarnya. Sela
batang dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar (3) Sela batang yang dipasang pada saluran

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 7


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Sela batang digunakan pada :


 Bushing insulator dari trafo.
 Pada isolator hantaran udara , berupa tanduk api (Arching Horn) atau ring api.
 Pemutus daya (Circuit Breaker).
Untuk mencegah gelombang petir tembus melalui permukaan isolator, maka
tegangan tembus dari sela batang harus diset 20 % lebih rendah dari tegangan
tembus impuls ( Impuls Spark Over ) dari isolator. Jarak antara sela dengan
isolator tidak boleh kurang dari 1/3 jarak sela untuk mencegah bunga api
bergerak kea rah isolator. Berikut tabel tegangan sistem dengan jarak sela
batang :

Tabel 1 Hubungan Jarak Sela Batang Dengan Tegangan Sistem


Tegangan Sistem ( kV ) Sela ( cm )
33 23
66 35
132 65
275 123

Walaupun sela batang sangat murah dan sederhana, tetapi sela ini mempunyai
batasan-batasan dalam penggunaannya, sebagai berikut :
 Sela batang tidak berfungsi jika gelombang datang mempunyai muka gelombang
yang curam.
 Sela batang tidak bisa memotong arus ikutan (follow current). Bunga api terjadi
karena terionisasinya udara diantara elektroda batang akibat adanya beda
tegangan yang tinggi. Oleh karena itu kekuatan isolasi pada sela udara menjadi
turun. Sela yang semula dapat menahan tegangan dari frekuensi jala-jala hingga
misalnya 30 kV maka setelah terjadinya bunga api turun menjadi lebih kurang 50
V. Sehingga arus sistem akan ikut mengalir ketanah. Akibatnya pemutus daya
(circuit breaker) akan bekerja untuk menghilangkan gangguan. Untuk menutup
circuit breaker (CB) kembali diperlukan waktu yang cukup untuk proses de-
ionisasi diantara sela setelah matinya bunga api.
 Sela batang dapat meleleh akibat energi panas dengan temperature yang tinggi
yang dilepas melalui bunga api. Karena tingginya muatan listrik (Q) dari terpa

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 8


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

maka pada sistem tegangan tinggi diperlukan material-material dengan kekuatan


isolasi yang tinggi.
 Karakteristik tembus dari sela batang sangat dipengaruhi oleh keadaan alam
seperti : kelembaban, temperature, tekanan dan lain-lain.
 Sela batang juga dipengaruhi oleh polaritas terpaan.
 Namum demikian sela batang tetap digunakan sebagai pelindung tambahan
karena harganya murah. Modifikasi dari sela batang adalah:
 Sela Sekring (Fused Gap) adalah sela batang yang dilengkapi sekring yang
terhubung seri untuk memutus arus ikutan sehingga CB tidak ikut membuka.
 Sela Kontrol terdiri dari susunan dua buah sela untuk mendekati karakteristik
dari sela bola,yang mempunyai karakteristik V-T yang lebih baik.

2. ARRESTER
Arrester adalah alat pelindung bagi peralatan sistem terhadap surja petir, surja
hubung dan tegangan abnormal frekuensi jala-jala. Arrester berlaku sebagai
jalan pintas (by-pass) sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah
dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi
pada peralatan. Jalan pintas harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
aliran daya sistem. Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator
dan bila timbul surja berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan arus yang
tinggi. Setelah surja hilang arrester harus dapat dengan cepat kembali menjadi
isolator, sehingga pemutus beban tidak sempat membuka. Arrester terdiri dari
dua jenis yaitu jenis Ekspulasi dan jenis Tahanan Tak Linear.

JENIS ARRESTER
2.1. EXPULSION TYPE LIGHTNING ARRESTER (PROTECTOR TUBE)
Arrester ini merupakan tabung yang terdiri dari :
 Dinding tabung yang terbuat dari bahan yang mudah menghasilkan gas jika
dilalui arus (bahan fiber).
 Sela batang (external series) yang biasanya diletakkan pada isolator porselin,
untuk mencegah arus mengalir dan membakar fiber pada tegangan jala-jala
setelah gangguan diatasi.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 9


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

 Sela pemutus bunga api diletakkan didalam tabung salah satu elektroda
dihubungkan ketanah.

Gambar (4) Elemen-elemen arrester jenis ekspulsi

Setiap kawat phasa mempunyai tabung pelindung. Pada waktu tegangan terpa
melalui sela batang dan sela bunga api maka impedansi tabung akan menjadi
rendah sehingga arus terpa dan arus sistem mengalir ketanah. Tegangan
diantara saluran dengan tanah turun setelah tembus terjadi.
Bagaimanapun arus yang mengalir akan membakar fiber dan menghasilkan gas
yang bergerak cepat kearah lubang pembuangan dibagian bawah arrester.Tekanan
gas ini akan mematikan bunga api pada saat arus melalui titik nol pertamanya.
Waktu pemadaman busur api ini hanya setengah atau satu siklus sehingga RRV
(Rate of Recovering Voltage) lebih lambat dari rate of rise kekuatan dielektrik
isolasi. Beda waktu ini cukup pendek untuk dapat dibaca oleh rele pelindung
sehingga CB (Circuit Breaker) tetap bekerja (tertutup) dan pelayanan daya tidak
terganggu. Segera setelah gas ditekan keluar dan api menjadi padam sistem dapat
bekerja kembali dengan normal.

Kelemahan dan kerugian arrester type expulsi ini adalah:

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 10


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

 Terbatas pada sistem yang mempunyai besar arus sistem kurang dari 1/3 dari
besarnya arus terpa. Karena arus yang sangat besar menyebabkan fiber habis
terbakar dan arus yang terlalu kecil tidak mampu menghasilkan cukup gas
pada tabung untuk mematikan busur api.
 Karena setiap arrester bekerja, permukaan tabung akan rusak karena terbakar
maka arrester ini mempunyai batasan pada jumlah operasinya dimana arrester
ini masih dapat berfungsi dengan baik.
 Walaupun termasuk pemotong terpa yang murah karena kemampuannya
memotong arus ikutan namun sama sekali tidak cocok untuk perlindungan
peralatan-peralatan gardu yang mahal karena V-T (Tegangan – Waktu)
karakteristiknya yang buruk.

Pemakaian arrester jenis Expulsi:


 Umumnya dipakai untuk melindungi isolator transmisi. V-T karakteristik dari
arrester ini lebih datar daripada isolator sehingga dapat mudah
dikoordinasikan untuk melindungi isolator dari tembus permukaan.
 Dipakai pada tiang transmisi sebelum memasuki peralatan untuk memotong
arus terpa yang datang sehingga berfungsi mengurangi kerja dari arrester di
gardu.
 Pada trafo-trafo kecil di pedesaan dimana pemotong petir tipe tahanan tak
linear sangat mahal dan pemakaian sela batang akan memberikan
perlindungan yang cukup.
 Pada tiang transmisi tertentu yang sangat tinggi (misalnya penyeberangan
sungai) dimana kemungkinan disambar petir cukup tinggi.

Jenis-jenis arrester type expulsi:


 Jenis Transmisi digunakan pada jaringan transmisi untuk melindungi isolator
 Jenis Distribusi digunakan untuk melindungi trafo pada jaringan-jaringan
distribusi dan peralatan-peralatan distribusi.

2.2. Non Linear Type Lightning Arrester (Arrester Tipe Tahanan Tak
Linear).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 11


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

 Jenis Silicon Carbide ( SiC)


Arrester ini terdiri dari beberapa sela yang tersusun seri dengan piringan-piringan
tahanan, dimana tahanan ini mempunyai karakteristik sebagai berikut: harga
tahanannya turun dengan cepat pada saat arus terpa mengalir sehingga tegangan
antara terminal arrester tidak terlalu besar dan harga tahanan naik kembali jika
arus terpa sudah lewat sehingga memotong arus ikutan pada titik nol pertamanya.
Sela api (sparks gap) dan tahanan disusun secara seri dan ditempatkan didalam
rumah porselen kedap air sehingga terlindung dari kelembapan, pengotoran dan
hujan.
Distribusi tegangan yang tidak merata diantara celah sela api (sparks gap)
menimbulkan masalah.Untuk mengatasi ini dipasang kapasitor dan tahanan non
linear paralel dengan sela api.Pada daerah tegangan yang lebih tinggi kapasitor
dan tahanan linear dihubungkan dengan paralel dengan badan celah. Bila
tegangan lebih menyebabkan loncatan bunga api pada celah-celah yang diserikan,
arus akan sangat tinggi untuk mempercepat redanya tegangan lebih.
Tegangan tertinggi yang yang akan muncul pada penangkal petir adalah tegangan
loncatan atau tegangan yang terjadi pada tahanan tak linear pada saat lonjakan
arus mengalir. Tegangan loncatan bunga api terendah dari penangkal disebut
tegangan loncatan pulsa bunga api seratus persen (Maximum 100% Impulse Spark
Over Voltage). Tegangan yang dibangkitkan tahanan non linear pada saat arus
loncatan mengalir disebut tegangan residu. Semakin rendah harga-harga ini
semakin baik tingkat perlindungan pada peralatan.
Arus bocor yang mengalir melalui tahanan dalam dalam keadaan operasi normal
dari sistem tidak melebihi 0,1 mA. Arus ini sudah cukup untuk mempertahankan
temperature dibagian dalam arrester lima derajat lebih tinggi dari temperature
sekeliling sehingga mencegah masuknya uap air kebagian dalam arrester.Gambar
arrester jenis ini diperlihatkan pada gambar 3.5.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 12


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Gambar (3.5) Elemen-elemen arrester jenis Silicon Carbide

i. Jenis Metal Oxide ( MOV)

Gambar (3.6) Elemen-elemen arrester jenis Metal Okside

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 13


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Arrester jenis Metal Oxide hanya terdiri dari unit-unit tahanan tak linear yang
terhubung satu sama lainnya tanpa memakai sela percik pada setiap unit.
Untuk arrester jenis Metal Oxide material tahanan tak linear pada dasarnya
keramik yang dibentuk dari oksida seng ( ZnO) dengan penambahan oksida lain. Bahan
ini telah banyak dipakai untuk perlindungan rangkaian-rangkaian yang bekerja pada
beberapa kV sampai dengan tegangan transmisi. Karena derajad ketidaklinearan yang
tinggi, bahan ini memungkinkan penyederhanaan dalam desain dan dapat memperbaiki
penampilan dalam lingkungan tertentu.

ii. Tahanan Tak Linear ( Non Linear Resistor)

Piringan tahanan dibuat anorganik dengan dasar campuran Silicon Carbide (jenis
Silicon Carbide) dan Seng Oksida ( jenis Metal Okside) berbentuk lempeng bulat.
Hubungan arus dan tegangan pada lempengan tahanan non linear adalah :

U  K .I â ……………………………..(3.3)
â
R  U  K .I  K b  K .I  b
I I I
maka R  K .I  b
Jika arrester mempunyai N lempengan , maka :

R  N .K .I  b ……………………………….(3.4)
dimana :
K = 4650 ;
b = 0.72

Secara grafis, hubungan antara arus dan tahanan non linear dengan jumlah
keping yang berbeda dapat dilihat pada gambar 8. Pada arus 0,1 A, nilai resistansi
sangat besar pada setiap lempengan dengan jumlah 1,2, 4 dan 5. Untuk lempengan
dengan jumlah 5, nilai reistasni adalah sebesar 130500 ohm pada arus kapasitif 0,1 A.
Nilai resitansi terus menurun sampai mendekati 20500 ohm pada arus 1 A. Terlihat
adanya perbedaan yang sangat signifikan pada kedua kondisi tersebut. Nilai tahanan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 14


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

arester akan terus menurun seioring naik nilai arus. Untuk arus sebesar 100 kA, nilai
tahanan adalah 5,8 ohm.

Karakteristik volt-amper dari tahanan tak linear arrester type tahanan tak linear
digambarkan sebagai berikut:

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 15


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Gambar (3.8) Karakteristik Volt-Amper dari tahanan tak linear arrester


Dimana :
A = Tahanan linear (Ω) ; B = Tahanan tak linear (Ω)
Vr = Tegangan Residu (%) ; Is = Arus pelepasan (A)
Tegangan terpaan yang naik dengan cepat menyebabkan tahanan non linear
mempunyai harga tahanan yang rendah sehingga memungkinkan energi terpa dilepas
ketanah, dengan demikian terpa yang memasuki peralatan yang dilindungi sudah tidak
membahayakan peralatan sistem. Seluruh proses ini hanya memerlukan waktu sekitar
20 – 30 μs.
Walaupun penangkal petir tipe tahanan tak linear mempunyai karakteristik yang
baik, namun terdapat beberapa kekurangan sebagai berikut:
o Keandalan dari penangkap petir ini dipengaruhi oleh uap air yang masuk ke
bagian dalam penangkap petir. Masalah ini dapat diatasi dengan menutup
rapat-rapat penangkap petir tersebut.Bagian dalam dari penangkap petir ini
diisi oleh gas dan mempunyai peralatan pencegah untuk menghindari
terjadinya kelembapan.
o Ada kemungkinan jenis penangkap petir ini tidak bereaksi cepat dalam
mendeteksi gelombang datang dengan muka yang sangat curam yang menuju
ke gardu.Suatu keuntungan bahwa selama dalam perjalanannya ke gardu
gelombang tersebut mengalami peredaman.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 16


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Jenis-jenis arrester tipe tahanan tak linear adalah sebagai berikut :


o Jenis Gardu (Station Type) , jenis ini merupakan penangkap petir paling
efisien dan mahal yang umumnya digunakan untuk melindungi peralatan-
peralatan penting pada gardu-gardu besar ( sistem dengan tegangan diatas
70 kV).
o Jenis Hantaran (Line Type) , jenis ini lebih murah dan digunakan untuk
melindungi gardu dengan tegangan kerja dibawah 70 kV.
o Penangkap petir jenis gardu untuk melindungi motor/generator, digunakan
untuk sistem dengan tegangan 2,2 kV sampai 15 kV.
o Penangkap petir sekunder (Secondary Arrester) berguna untuk melindungi
peralatan-peralatan tegangan rendah dengan tegangan kerja sistem antara
120 V sampai 750 V.

3. Tingkat Pengenal Dari Arrester (Rating Arrester)

1. Tegangan nominal atau tegangan pengenal U A (Nominal Voltage


Arrester) adalah tegangan dimana arrester masih dapat bekerja sesuai dengan
karakteristiknya.Arrester tidak dapat bekerja pada tegangan maksimum sistem yang
direncanakan,tetapi mampu memutuskan arus ikutan dari sistem secara
efektif.Tegangan pengenal dari arrester harus lebih tinggi dari tegangan phasa sehat
ketanah, jika tidak demikian maka arrester akan melewatkan arus ikutan sistem terlalu
besar yang menyebabkan arrester rusak akibat beban lebih termis (thermal
overloading). Untuk mengetahui tegangan maksimum yang mungkin terjadi pada phasa
sehat ke tanah sebagai akibat gangguan phasa ke tanah perlu diketahui;
o Tegangan sistem tertinggi (system highest voltage), umumnya diambil harga
110% dari harga tegangan nominal sistem.
o Koefisien pentanahan , didefenisikan sebagai perbandingan antara tegangan
rms phasa sehat ke tanah dalam keadaan gangguan pada tempat dimana
arrester dipasang, dengan tegangan rms phasa ke phasa tertinggi dari sistem
dalam keadaan tidak ada gangguan. Jadi tegangan pengenal dari arrester
(arrester rating) adalah tegangan rms phasa ke phasa x 1.10 x koefisien
pentanahan.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 17


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Sistem yang ditanahkan langsung koefisien pentanahannya 0.8.Arrester disebut


arrester 80%. Sistem yang tidak ditanahkan langsung koefisien pentanahannya 1.0
.Arrester ini disebut arrester 100%.

2. Arus Pelepasan Nominal ( Nominal Discharge Current )


Adalah arus pelepasan dengan harga puncak dan bentuk gelombang tertentu
yang digunakan untuk menentukan kelas dari arrester sesuai dengan :
o Kemampuan melewatkan arus
o Karakteristik Perlindungan
Bentuk gelombang arus pelepasan tersebut adalah :
1. Menurut standar Inggris/Eropa (IEC) 8 μs / 20 μs
2. Menurut standar Amerika 10 μs/ 20 μs dengan kelas
o Kelas Arus 10 kA untuk perlindungan Peralatan besar dengan frekuensi
sambaran petir yang cukup tinggi dengan tegangan sistem diatas 70 kV.
o Kelas arus 5 kA untuk tegangan sistem dibawah 70 kV
o Kelas 2,5 kV untuk gardu-gardu kecil dengan tegangan sistem dibawah
22 kV.
o Kelas arus 1,5 kA untuk melindungi trafo-trafo kecil.

3. Tegangan Percik Impuls 100 % ( 100 % Impulse Spark Over


Voltage)
Adalah tegangan gelombang impuls tertinggi yang terjadi pada terminal arrester
sebelum arrester itu bekerja. Bentuk gelombang impuls petir seperti gambar 3.2 adalah
1,2 μs/ 50 μs. Hal ini menunjukkan bahwa jika tegangan puncak terpa petir yang datang
mempunyai harga yang lebih tinggi atau sama dengan tegangan percik minimum dari
penangkal petir maka penangkap petir ini akan bekerja memotong terpa petir tersebut
dan mengalirkan ke tanah.

4. Tegangan Sisa (Residual Voltage dari dischargeVoltage)/ Tegangan


Kerja

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 18


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Adalah tegangan yang timbul diantara terminal arrester pada saat arus pelepasan
mengalir ke tanah.Tegangan sisa dan tegangan nominal dari suatu arrester tergantung
kepada kecuraman gelombang arus yang datang (di/dt dalam A/ μs) dan amplituda dari
arus pelepasan. Untuk menentukan tegangan sisa ini digunakan impuls arus sebesar 8
μs/20 μs (standar IEC) dengan harga puncak arus pelepasan 5 kA dan 10 kA.Untuk
harga arus pelepasan yang lebih tinggi maka tegangan sisa ini tidak akan naik lebih
tinggi lagi. Hal ini disebabkan karena karakteristik tahanan yang tidak linear dari
arrester.
Umumnya tegangan sisa tidak akan melebihi BIL (Basic Insulation Level =
Tingkat Isolasi Dasar = TID) dari peralatan yang dilindungi walaupun arus pelepasan
maksimum mencapai 65 kA hingga 100 kA.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 19


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

5. Arus Pelepasan Maksimum (Maximum Discharge Current )


Adalah arus terpa maksimum yang dapat mengalir melalui penangkap petir
setelah tembusnya sela seri tanpa merusak atau merubah karakteristik dari arrester.

6. Tegangan Percikan Frekuensi Jala-jala ( Power Frequency Spark


Over Voltage)
Arrester tidak boleh bekerja pada gangguan lebih dalam (internal over voltage)
dengan amplitude yang rendah karena dapat membahayakan sistem.
Untuk alasan ini maka ditentukan tegangan percikan frekuensi jala-jala minimum.
o Menurut standar Inggris tegangan percikan jala-jala minimum = 1.6 x
tegangan pengenal arrester.
o Menurut Standar IEC (International Electrotechnical Commision) tegangan
percikan jala-jala minimum adalah = 1.5 x tegangan pengenal arrester.

7. Tegangan Percikan Akibat Pensaklaran (Spark Over Voltage by


Switching Over Voltages)
Tegangan percik pada celah seri akibat terkenal gangguan tegangan lebih oleh
proses pensaklaran oleh peralatan penghubung (switchgear).Karakteristik gelombang
impuls surja hubung dinyatakan dengan 250 / 2500 μs.

3.3 Koordinasi Isolasi


Korelasi antara kemampuan isolasi peralatan listrik dengan alat pelindung
(protective device) sehingga isolasi dari peralatan terlindung dari bahaya tegangan
lebih. Tujuan koordinasi isolasi ini adalah untuk menciptakan suatu sistem yang bagian-
bagiannya, masing-masing dan satu sama lain mempunyai ketahanan isolasi yang
sedemikian rupa sehingga dalam setiap kondisi operasi kualitas pelayanan / penyediaan
tenaga listrik dapat dicapai dengan biaya seminimum mungkin.
Koordinasi isolasi yang baik akan mampu menjamin :
o Bahwa isolasi peralatan akan mampu menahan tegangan kerja sistem yang
normal dan tegangan tidak normal yang mungkin timbul dalam sistem.
o Bahwa isolasi peralatan akan gagal hanya jika terjadi tegangan lebih luar.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 20


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

o Bahwa jika kegagalan terjadi maka hanya pada tempat-tempat yang


menimbulkan kerusakan paling minimum.
Masalah koordinasi isolasi pada sistem tenaga menyangkut hal-hal sebagai
berikut:
1. Penentuan Isolasi Hantaran
Penentuan isolasi dari hantaran harus mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya tegangan lebih petir (surja petir), tegangan lebih switching dan tegangan
lebih dengan frekuensi jala-jala. Dengan bertambahnya pengetahuan akan fenomena
petir maka dimungkinkan untuk menentukan keandalan sistem berdasarkan parameter-
parameter petir yang telah diketahui tersebut.Isolasi hantaran udara harus cukup tinggi
untuk mencegah terjadi kegagalan oleh surja hubung dan tegangan lebih frekuensi jala-
jala dengan memperhitungkan pengaruh lingkungan/alam yang dapat menurunkan
tegangan tembus dari isolator.
Dalam praktek umumnya isolator hantaran udara masih dinaikkan harga tahanan
isolasinya dengan cara menambah beberapa piringan isolator lagi untuk mencegah
kemungkinan isolator rusak. Isolasi hantaran udara tidak berhubungan langsung dengan
tingkat isolasi peralatan didalam gardu. Walaupun demikian sangat menentukan didalam
koordinasi isolasi karena tegangan tembus impuls pada isolator hantaran udara
menentukan tegangan impuls tertinggi yang masuk ke gardu berupa gelombang
berjalan.

2. Tingkat Isolasi Dasar Peralatan Peralatan


Tingkat Isolasi Dasar (Basic Insulation Level) merupakan daya tahan terhadap
tegangan impuls standar yang masih dapat ditahan isolasi. Sebagian besar peralatan
peralatan seperti transformator, pemutus daya, saklar pemisah, transformator arus,
transformator tegangan dibuat dengan tingkat isolasi yang sama. Kecuali transformator
yang diproduksi dengan tingkat isolasi yang lebih rendah dengan alasan ekonomis dan
transformator umumnya dilindungi langsung oleh arrester.
Karena letaknya yang dekat dengan transformator, maka sebagian dari peralatan
di gardu akan terletak diluar daerah lindung dari arrester. Daerah lindung ditentukan
oleh: ketahanan isolasi dari peralatan, tegangan kerja dari penangkap petir dan jarak
antara penangkap petir dengan peralatan tersebut.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 21


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Peralatan – peralatan yang terletak diluar dari daerah lindung penangkap petir
akan diberikan Tingkat Isolasi Dasar yang satu tingkat lebih tinggi.Pada umumnya
tingkat isolasi dari peralatan gardu seperti pemutus daya busbar, saklar pemisah, trafo
pengukuran mempunyai T.I.D 10 % lebih tinggi dari TID trafo.Tingkat isolasi antara
kutub-kutub pada saklar pemisah yang terbuka harus 10-15 % lebih tinggi dari tingkat
isolasi kutub tersebut ke tanah.

3. Pemilihan Arrester
Untuk penyederhanaan dalam pemilihan arrester ditentukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Penentuan besarnya tegangan lebih satu phasa ke tanah atau
tegangan lebih akibat kerja sistem yang tidak normal pada lokasi dimana arrester
dipasang. Tegangan lebih ini akibat gangguan satu phasa ke tanah dapat menyebabkan
kenaikan tegangan phasa sehat lainnya. Besarnya tegangan ini tergantung dari
karakteristik sistem dan jenis pentanahan sistem pada waktu gangguan terjadi.

2) Perkiraan besarnya tegangan pengenal arrester pada


frekuensi jala-jala. Jika tegangan tinggi sistem dan koefisien pentanahan sudah
diketahui maka tegangan pengenal dari arrester sudah dapat dihitung secara kasar.
Tegangan pengenal tidak boleh lebih rendah dari perkalian kedua harga diatas. Misal:
Tegangan sistem 20 kV ditanahkan efektif maka tegangan pengenal (110 % x 20 kV) x
0,8 = 17.6 kV. Tegangan pengenal standar untuk sistem 20 kV adalah 17,6 kV.

3) Memilih besarnya arus impuls yang diperkirakan akan dilepas


melalui arrester. Untuk penangkap petir yang dipasang digardu berlaku :
2U d  U a
Ia  ................................................................(3.5)
Z
dimana : I a = arus pelepasan arrester
Ud = tegangan gelombang datang/berdasarkan jumlah isolator
terpasang.
U a = tegangan sisa /tegangan residual.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 22


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Z = impedansi saluran.

4) Tegangan Pelepasan (Tegangan Kerja/Sisa Arrester)


Ini adalah karakteristik yang paling penting dari arrester untuk perlindungan di
Peralatan. Tegangan kerja penangkap petir ada dibawah T.I.D peralatan yang
dilindungi, maka dengan faktor keamanan yang cukup perlindungan peralatan yang
optimum dapat diperoleh. Tegangan kerja tergantung pada arus pelepasan arrester dan
kecuraman gelombang datang. Tegangan kerja arrester akan naik dengan naiknya arus
pelepasan tetapi kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan tak linear dari arrester.

5) Faktor perlindungan
Faktor perlindungan adalah besar perbedaan tegangan antara T.I.D dari peralatan
yang dilindungi dengan tegangan kerja dari arrester. Pada waktu menentukan tingkat
perlindungan peralatan yang dilindungi oleh penangkap petir umumnya diambil harga
10 % diatas tegangan kerja arrester tujuannya untuk mengatasi kenaikan tegangan
pada kawat penghubung dan toleransi pabrik.
Besarnya faktor perlindungan ini umumnya lebih besar atau sama dengan 20 %
dari TID peralatan arrester yang dipasang dekat dengan peralatan yang dilindungi.
Contoh:
Tegangan kerja arrester untuk sistem 220 kV adalah 649 kV perlindungan ini
ditambah 10 % untuk kawat penghubung, toleransi pabrik dan lain-lain sehingga tingkat
perlindungan arrester menjadi 713 kV, pilih TID peralatan sebesar 950 kV. Faktor
perlindungan = (950 – 713 ) kV = 237 kV. Faktor perlindungan ini lebih besar dari 20%
dari TID peralatan, sehingga arrester ini sudah memberi faktor perlindungan yang baik.

6) Jarak Lindung Arrester


Jarak lindung dari arrester ke peralatan yang dilindungi (dalam hal ini adalah
transformator) adalah :
Ut Ua
L V
du ............................................................................(3.6)
2
dt
dimana L = Jarak antara arrester dengan peralatan yang dilindungi (m)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 23


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Ut = Tegangan ketahanan terhadap gelombang impuls dari peralatan


yang dilindungi (kV)
Ua = tegangan kerja arrester (kV)
du/dt = Kecuraman dari gelombang yang datang (kV/μs) nilai berkisar
antara 1000 kV/μs - 2000 kV/μs.
V = kecepatan propagasi geombang tegangan lebih ; 300 m/ μs untuk
saluran udara, 150 m/ μs untuk kabel.

(7) Lokasi Pemasangan Arrester


Umumnya alat-alat pelindungan harus diletakkan sedekat mungkin dengan
peralatan yang akan dilindungi, terutama pada ujung transmisi dimana terdapat gardu
atau trafo.
Karena biaya yang mahal maka tidak mungkin memasang arrester pada setiap
peralatan di gardu untuk melindungi peralatan tersebut. Hal ini tidak perlu dilakukan
karena ada faktor perlindungan dari alat pelindungan dari arrester, oleh karena itu
hanya peralatan yang penting saja yang dilengkapi dengan arrester. Transformator
merupakan peralatan yang paling mahal dan yang paling penting pada sebuah gardu.
Jika trafo rusak maka perbaikan / pergantiannya akan mahal, membutuhkan waktu yang
lama, dan juga kerugian akibat terputusnya daya cukup besar.
Selain itu trafo adalah ujung terminal dari suatu transmisi, tempat paling sering
terjadi pemantulan gelombang. Pada sistem diatas 220 kV TID dari transformator dapat
diperendah pada batas-batas yang diizinkan untuk memperkecil biaya isolasi. Karena
alasan-alasan tersebut diatas maka arrester pada peralatan umumnya dipasang pada
terminal trafo daya.
Arrester berfungsi sebagai by-pass di sekitar lokasi yang membentuk jalan dengan
mudah dilalui oleh tegangan lebih ke sistim pentanahan sehingga tidak menimbulkan
tegangan lebih yang tidak merusak peralatan isolasi listrik. By-pass ini sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu aliran frequensi 50 Hz.
Pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul gangguan surja,
alat ini berfungsi sebagai konduktor yang tahanannya relative rendah agar dapat

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 24


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

mengalirkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arrester dengan cepat
kembali menjadi isolasi.
Jenis-jenis Arester [F.H.Kreuger,1992]
a. Open Spark Gaps arrester
b. An Improvement arrester dihasilkan dari SiC.

Kerusakan pada arester

I. Pemeliharaan

Besaran- besaran yang perlu dipertimbangkan dalam memelihara suatu


arrester :
 Rumah isolator ; periksa rumah isolator isolator secara visual apakah ada
keretakan.
 Tahanan pentanahan; Ukur tahanan pentanahan dari arrester apakah
masih memenuhi persyaratan.
 Pengukuran tahanan antara elektroda dengan elektroda apakah masih
memenuhi persyaratan (1 M Ohm/1 kV).

J. Pengujian

Pengujian Di lapangan
Pengujian rutin [J.J. Kelly dkk, 1981]
1. Pengujian visual; untuk mengetahui kodisi fisik eksternal arester. Tidak
diperlukan peralatan ukur atau pengujian. Yang diperiksa adalah kalau ada
perobahan secara fisik seperti keretakan porselen, keretakan bahan pengisi,
kekotoran permukaan dan tanda-tanda terjadi flashover.
2. pengukuran rugi-rugi dielektrik; ditujukan untuk mendeteksi adanya kandungan
uap, bahan asing, korosi, kerusakan resistor dan piringan dll.
3. pengukuran resistansi isolasi DC; juga bisa mengindikasikan adanya kandungan
uap, bahan asing, korosi, kerusakan resistor dan piringan dll.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 25


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Gambar 2 memperlihatkan panas yang terjadi pada arrester dengan menggunakan


thermovision. Gambar sebelah kiri memperlihatkan arester dilihat dengan
kamera biasa dan sebelah kanan dengan mengunakan thermovision.

Pengujian di laboratorium

K. Analisa
1. THE NATURE OF FAILURE IN ZnO
2. STATISTICAL EFFECTS OF NONCONDUCTING GRAINS

Daftar Pustaka
Richard S, 2003, “Lightning Arrester’s Effect on Transmission Reliability”, InfraMation
J.J. Kelly, 1981, “A Guide to Transformer Maintanance”, SD Myers, Ohio,USA
F.H.Kreuger,1992, “Industrial High Voltage; coordinating, testing, measuring“, Delf
University Press, Netherland
Zhong Zheng, 2005, “Effects of Heat Sinks in Metal-Oxide Surge Arresters on ZnO
Element Power Dissipation and Temperature Distribution”, IEEE TRANSACTIONS
ON POWER DELIVERY, VOL. 20, NO. 2
Steven Boggs, 2000, “Electro-Thermal-Mechanical Computations in ZnO Arrester
Elements”, IEEE TRANSACTIONS ON POWER DELIVERY, VOL. 15, NO. 1
D. Fulchiron, 1995, “ overvoltages and insulation coordination in MV and HV”, Cahier
Technique Merlin Gerin n° 151

Lampiran
A. Petunjuk penggunaan bahan pelatihan
B. Contoh soal dan pembahasan
C. Pengertian istilah-istilah

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 26


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

LAMPIRAN C
Pengertian istilah – istilah yang berkaitan dengan kinerja Arrester :

a. Arus Nominal : Suatu standar, ketetapan atau batasan arus yang dijadikan
standar untuk bekerjanya suatu alat dalam keadaan normal. Apabila arus
yang mengalir lebih besar dari arus nominal (I N) maka arus tersebut dikatakan
arus gangguan (IF). Arus nominal ini didapatkan dari hasil pengujian
peralatan misalnya : lightning arrester.
b. Restriking voltage : Tegangan yang terjadi berulang-ulang antara elektroda
atas dengan elektroda yang menghubungkan ke tanah pada suatu arrester.
Hal ini disebabkan oleh tegangan yang gangguan yang timbul cukup besar,
maka arrester bekerja berkali-kali dikarenakan kapasitas arrester untuk
mentanahkan memiliki keterbatasan. Pada saat restriking voltage akan terjadi
spark antara elektroda berkali-kali.
c. Recovery voltage : pemulihan tegangan sehingga menemukan kondisi
normal atau stabil setelah terjadinya gangguan.. Hal ini diakibatkan oleh
gangguan maka terjadilah redaman sehingga kembali ke kondisi normal.
Peredamnya berupa gas SF6 atau oil.
d. Fault current : Arus yang melebihi dari arus nominal atau disebut arus
gangguan (IF). Fault current disebabkan timbulnya short circuit atau surja. Hal
ini terdapat pada : antar belitan dalam trafo, antara inti dengan tangki trafo,
antar saluran yang disebabkan oleh petir dll.
e. Arcing time : Waktu yang dibutuhkan oleh sebuah alat untuk melakukan
short circuit yang menyebabkan tibulnya percikan api pada saat terjadi
gangguan. Hal ini terjadi pada atanduk api, pada saat timbul gangguan maka
tanduk api bekerja untuk melakukan hubung singkat yang disalurkan ke
tanah.
f. Recovery time : Waktu yang dibutuhkan oleh suatu peralatan untuk kembali
dalam kondisi normal setelah terjadi gangguan. Hal ini dijumpai pada PMT,
ketika terjadi gangguan maka PMT terbuka. Dan gangguan ditanahkan
sampai tegangan kembali normal. Waktu yang dibutuhkan untuk pulih tiap
terjadi gangguan pada suatu peralatan berbeda-beda tergantung pada

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 27


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

besarnya gangguan tersebut. Atau waktu yang dibutuhkan oleh arrester


berubah dari media konduksi menjadi media isolasi setelah terjadi surja.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 28

Anda mungkin juga menyukai