1. PENDAHULUAN
Kejadian surja hubung dan surja petir merupakan suatu hal yang mesti dihadapi dan
ditanggulangi pada suatu instalasi listrik. Surja hubung timbul karena proses
pembukaan dan penutupan PMT baik karena disengaja atau karena adanya
kejadian tidak normal pada suatu sistim tenaga.
Sedangkan surja petir karena adanya peristiwa sambaran petir yang menyambar ke
suatu benda di bumi terjadi akibat pelepasan muatan listrik dari awan petir ke bumi.
Dalam prosesnya, pelepasan muatan listrik tersebut terjadi dalam orde Second.
Besarnya muatan listrik di awan petir, mewakili besarnya arus petir untuk
menetralisir ke bumi. (bumi berfungsi sebagai gudang penampungan muatan listrik).
Arus petir adalah arus listrik yang polaritasnya bisa positip bisa pula negatip
terhadap referensinya (bumi) dan mengalir dalam waktu singkat.
Apabila petir menyambar disuatu titik pada Jaringan (misalnya Jaringan TM 20 kV),
maka gerak dari gelombang petir itu menjalar ke segala arah menuju suatu titik lain
yang dapat menetralisir arus petir tersebut. Yaitu menuju ketitik pentanahan, dengan
perkataan lain terjadi gelombang berjalan sepanjang Jaringan.
Fungsi arrester sangat vital pada kondisi adanya kedua jenis surja di atas pada
sistim, karena jika arrester gagal berfungsi maka bahaya besar mengancam
pembangkit, transformator tenaga dan seluruh peralatan pendukungnya. Kebakaran
hebat bisa terjadi dengan sangat cepat dan kerugian milyaran rupiah sudah pasti
akan dialami, sehingga penting sekali peralatan ini dipelihara dan diamati kinerjanya
setiap saat.
2. SAMBARAN PETIR
- - - - -
- - -
- AWAN - - -
-- - - - -
- --
- - -- - -
- -- - --
- -- - - --
+ - - - Muatan negatif
- - - +- + - + Muatan positif
--
-- - - ++ --
+
+
+ +
+ ++ + BUMI
Gambar 1: Terjadinya petir
Petir adalah pelepasan muatan yang terjadi antara awan, dalam awan atau antara
awan dengan tanah. dimana dalam awan terdapat muatan positif dan muatan
negatif, jika muatan ini senama bertemu maka akan terjadi tarik menarik yang dapat
menimbulkan lendakan/kilat diawan, begitu juga kalau muatan negatif dan muatan
positif dekat akan terjadi tolak menolak, juga akan terjadi ledakan/kilat.
Bumi adalah sebagai gudang muatan positif maupun negatif, jika pelepasan muatan
dari petir dekat dengan bumi, maka akan terjadi sambaran petir kebumi. Seperti
terlihat pada gambar 1 diatas.
Sambaran langsung yang mengenai rel dan peralatan Peralatan adalah yang
paling hebat diantara gelombang berjalan lainnya yang datang ke Peralatan.
Sambaran langsung menyebabkan tegangan lebih yang sangat tinggi yang
tidak mungkin dapat ditahan oleh isolasi yang ada (> BIL)
Sambaran Induksi
Bila terjadi sambaran kilat ke tanah di dekat saluran maka akan terjadi
fenomena transien yang diakibatkan oleh medan elektromagnetis dari kanal
kilat. Fenomena kilat ini terjadi pada kawat penghantar. Akibat dari kejadian ini
timbul tegangan lebih dan gelombang berjalan yang merambat pada kedua
sisi kawat tempat sambaran berlangsung. Tegangan induksi dapat berubah-
ubah tergantung dari keadaannya, secara umum besar tegangan lebih akibat
sambaran induksi antara 100 – 200 kV, muka gelombangnya (Wave front)
lebih dari 10 μs dan ekor gelombang (wave tail) 50 – 100 μs, dimana
gelombang ini sebagai ancaman bagi peralatan distribusi.
Bentuk gelombang surja petir (tegangan impuls) terlihat pada gambar 2 dibawah
ini, dengan Tf (waktu muka gelombang) , Tt (waktu ekor gelombang) dan U
(tegangan puncak). Untuk sambaran langsung besarnya Tf = 1.2 μs, Tf = 50 μs
dan tegangan puncak U = mendekati 300 kV, sambaran induksi besar Tf = 10
μs ,Tt = 50 – 100 μs dan U = 100 – 200 kV
U
0.9 U
0.5 U
0.3 U
O A B
Tf
Tt
Saluran
Isolator
Celah Batang
Walaupun sela batang sangat murah dan sederhana, tetapi sela ini
mempunyai batasan-batasan dalam penggunaannya, sebagai
berikut :
Sela batang tidak berfungsi jika gelombang datang mempunyai muka
gelombang yang curam.
Sela batang tidak bisa memotong arus ikutan (follow current). Bunga
api terjadi karena terionisasinya udara diantara elektroda batang
akibat adanya beda tegangan yang tinggi. Oleh karena itu kekuatan
isolasi pada sela udara menjadi turun. Sela yang semula dapat
menahan tegangan dari frekuensi jala-jala hingga misalnya 30 kV
maka setelah terjadinya bunga api turun menjadi lebih kurang 50 V.
Sehingga arus sistem akan ikut mengalir ketanah. Akibatnya pemutus
daya (circuit breaker) akan bekerja untuk menghilangkan gangguan.
Untuk menutup circuit breaker (CB) kembali diperlukan waktu yang
cukup untuk proses de-ionisasi diantara sela setelah matinya bunga
api.
Sela batang dapat meleleh akibat energi panas dengan temperature
yang tinggi yang dilepas melalui bunga api. Karena tingginya muatan
listrik (Q) dari terpaan maka pada sistem tegangan tinggi diperlukan
material-material dengan kekuatan isolasi yang tinggi.
Karakteristik tembus dari sela batang sangat dipengaruhi oleh
keadaan alam seperti : kelembaban, temperature, tekanan dan lain-
lain.
Sela batang juga dipengaruhi oleh polaritas terpaan.
Namum demikian sela batang tetap digunakan sebagai pelindung
tambahan karena harganya murah. Modifikasi dari sela batang
adalah:
Sela Sekring (Fused Gap) adalah sela batang yang dilengkapi
sekring yang terhubung seri untuk memutus arus ikutan
sehingga CB tidak ikut membuka.
Sela Kontrol terdiri dari susunan dua buah sela untuk
mendekati karakteristik dari sela bola, yang mempunyai
karakteristik V-T yang lebih baik.
5.2. ARRESTER
Arrester adalah alat pelindung bagi peralatan sistem terhadap surja petir dan
tegangan abnormal frekuensi jala-jala. Arrester berlaku sebagai jalan pintas
(by-pass) sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh
arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan. Jalan pintas harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
aliran daya sistem. Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai
isolator dan bila timbul surja berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan arus
yang tinggi. Setelah surja hilang arrester harus dapat dengan cepat kembali
menjadi isolator, sehingga pemutus beban tidak sempat membuka.
ARRESTER ARRESTER
TRAFO TRAFO
ARRESTER
teg petir
Gelombang petir
Waktu (s)
Gambar 5: tegangan impuls petir di choping oleh arrester
Saluran
Elektroda
(Terminal Arus)
Tahanan tak
linear (tahanan
Katup)
Elektroda
(Terminal
tanah)
o Bahwa isolasi peralatan akan mampu menahan tegangan kerja sistem yang
normal dan tegangan tidak normal yang mungkin timbul dalam sistem.
o Bahwa isolasi peralatan akan gagal hanya jika terjadi tegangan lebih luar.
o Bahwa jika kegagalan terjadi maka hanya pada tempat-tempat yang
menimbulkan kerusakan paling minimum.
3. PEMILIHAN ARRESTER
Untuk penyederhanaan dalam pemilihan arrester ditentukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Penentuan besarnya tegangan lebih satu phasa ke tanah atau
tegangan lebih akibat kerja sistem yang tidak normal pada lokasi dimana
arrester dipasang. Tegangan lebih ini akibat gangguan satu phasa ke
tanah dapat menyebabkan kenaikan tegangan phasa sehat lainnya.
Besarnya tegangan ini tergantung dari karakteristik sistem dan jenis
pentanahan sistem pada waktu gangguan terjadi.
2) Perkiraan besarnya tegangan pengenal arrester pada frekuensi
jala-jala. Jika tegangan tinggi sistem dan koefisien pentanahan sudah
diketahui maka tegangan pengenal dari arrester sudah dapat dihitung
secara kasar. Tegangan pengenal tidak boleh lebih rendah dari perkalian
kedua harga diatas. Misal: Tegangan sistem 20 kV ditanahkan efektif
maka tegangan pengenal (110 % x 20 kV) x 0,8 = 17.6 kV. Tegangan
pengenal standar untuk sistem 20 kV adalah 17,6 kV.
3) Memilih besarnya arus impuls yang diperkirakan akan dilepas
melalui arrester. Untuk penangkap petir yang dipasang digardu berlaku :
2U d U a
Ia ................................................................(3.5)
Z
dimana :
I a = arus pelepasan arrester
Z = impedansi saluran.
4) Tegangan Pelepasan (Tegangan Kerja/Sisa Arrester)
Adalah karakteristik yang paling penting dari arrester untuk
perlindungan di Peralatan. Tegangan kerja penangkap petir ada
dibawah T.I.D peralatan yang dilindungi, maka dengan faktor keamanan
yang cukup perlindungan peralatan yang optimum dapat diperoleh.
Tegangan kerja tergantung pada arus pelepasan arrester dan
kecuraman gelombang datang. Tegangan kerja arrester akan naik
dengan naiknya arus pelepasan tetapi kenaikan ini sangat dibatasi oleh
tahanan tak linear dari arrester.
5) Faktor perlindungan
Faktor perlindungan adalah besar perbedaan tegangan antara T.I.D
dari peralatan yang dilindungi dengan tegangan kerja dari arrester.
Pada waktu menentukan tingkat perlindungan peralatan yang dilindungi
oleh penangkap petir umumnya diambil harga 10 % diatas tegangan
kerja arrester tujuannya untuk mengatasi kenaikan tegangan pada
kawat penghubung dan toleransi pabrik.
Besarnya faktor perlindungan ini umumnya lebih besar atau sama
dengan 20 % dari TID peralatan arrester yang dipasang dekat dengan
peralatan yang dilindungi.
Contoh:
Tegangan kerja arrester untuk sistem 220 kV adalah 649 kV perlindungan ini
ditambah 10 % untuk kawat penghubung, toleransi pabrik dan lain-lain sehingga
tingkat perlindungan arrester menjadi 713 kV, pilih TID peralatan sebesar 950 kV.
Faktor perlindungan = (950 – 713 ) kV = 237 kV. Faktor perlindungan ini lebih
besar dari 20% dari TID peralatan, sehingga arrester ini sudah memberi faktor
perlindungan yang baik.
6) Jarak Lindung Arrester
Jarak lindung dari arrester ke peralatan yang dilindungi (dalam hal ini adalah
transformator) adalah :
Ut Ua
L V
du ............................................................................(3.6)
2
dt
dimana L = Jarak antara arrester dengan peralatan yang dilindungi (m)
Ut = Tegangan ketahanan terhadap gelombang impuls dari peralatan
yang dilindungi (kV)
Ua = tegangan kerja arrester (kV)
du/dt = Kecuraman dari gelombang yang datang (kV/μs) nilai berkisar
antara 1000 kV/μs - 2000 kV/μs.
V = kecepatan propagasi geombang tegangan lebih ; 300 m/ μs untuk
saluran udara, 150 m/ μs untuk kabel.
(7) Lokasi Pemasangan Arrester
Umumnya alat-alat pelindungan harus diletakkan sedekat mungkin dengan
peralatan yang akan dilindungi, terutama pada ujung distribusi dimana terdapat gardu
atau trafo.
Karena biaya yang mahal maka tidak mungkin memasang arrester pada setiap
peralatan di gardu untuk melindungi peralatan tersebut. Hal ini tidak perlu dilakukan
karena ada faktor perlindungan dari alat pelindungan dari arrester, oleh karena itu hanya
peralatan yang penting saja yang dilengkapi dengan arrester. Transformator merupakan
peralatan yang paling mahal dan yang paling penting pada sebuah gardu. Jika trafo
rusak maka perbaikan / pergantiannya akan mahal, membutuhkan waktu yang lama,
dan juga kerugian akibat terputusnya daya cukup besar.
Selain itu trafo adalah ujung terminal dari suatu transmisi, tempat paling sering
terjadi pemantulan gelombang. Pada sistem diatas 220 kV TID dari transformator dapat
diperendah pada batas-batas yang diizinkan untuk memperkecil biaya isolasi. Karena
alasan-alasan tersebut diatas maka arrester pada peralatan umumnya dipasang pada
terminal trafo daya.
Arrester berfungsi sebagai by-pass di sekitar lokasi yang membentuk jalan dengan
mudah dilalui oleh tegangan lebih ke sistim pentanahan sehingga tidak menimbulkan
tegangan lebih yang tidak merusak peralatan isolasi listrik. By-pass ini sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu aliran frequensi 50 Hz.
Pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul gangguan
surja, alat ini berfungsi sebagai konduktor yang tahanannya relative rendah agar dapat
mengalirkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arrester dengan cepat
kembali menjadi isolasi.
Jenis-jenis Arester [F.H.Kreuger,1992]
a. Open Spark Gaps arrester
b. An Improvement arrester dihasilkan dari SiC.
3. Pemeliharaan
4. Pengujian
Pengujian Di lapangan
Pengujian rutin [J.J. Kelly dkk, 1981]
1. Pengujian visual; untuk mengetahui kodisi fisik eksternal arester. Tidak
diperlukan peralatan ukur atau pengujian. Yang diperiksa adalah kalau ada
perobahan secara fisik seperti keretakan porselen, keretakan bahan pengisi,
kekotoran permukaan dan tanda-tanda terjadi flashover.
2. pengukuran rugi-rugi dielektrik; ditujukan untuk mendeteksi adanya kandungan
uap, bahan asing, korosi, kerusakan resistor dan piringan dll.
3. pengukuran resistansi isolasi DC; juga bisa mengindikasikan adanya kandungan
uap, bahan asing, korosi, kerusakan resistor dan piringan dll.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 17
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester
LAMPIRAN C
Pengertian istilah – istilah yang berkaitan dengan kinerja Arrester :
a. Arus Nominal : Suatu standar, ketetapan atau batasan arus yang dijadikan standar
untuk bekerjanya suatu alat dalam keadaan normal. Apabila arus yang mengalir
lebih besar dari arus nominal (IN) maka arus tersebut dikatakan arus gangguan (IF).
Arus nominal ini didapatkan dari hasil pengujian peralatan misalnya : lightning
arrester.
b. Restriking voltage : Tegangan yang terjadi berulang-ulang antara elektroda atas
dengan elektroda yang menghubungkan ke tanah pada suatu arrester. Hal ini
disebabkan oleh tegangan yang gangguan yang timbul cukup besar, maka arrester
bekerja berkali-kali dikarenakan kapasitas arrester untuk mentanahkan memiliki
keterbatasan. Pada saat restriking voltage akan terjadi spark antara elektroda
berkali-kali.
c. Recovery voltage : pemulihan tegangan sehingga menemukan kondisi normal atau
stabil setelah terjadinya gangguan.. Hal ini diakibatkan oleh gangguan maka
terjadilah redaman sehingga kembali ke kondisi normal. Peredamnya berupa gas
SF6 atau oil.
d. Fault current : Arus yang melebihi dari arus nominal atau disebut arus gangguan
(IF). Fault current disebabkan timbulnya short circuit atau surja. Hal ini terdapat
pada : antar belitan dalam trafo, antara inti dengan tangki trafo, antar saluran yang
disebabkan oleh petir dll.
e. Arcing time : Waktu yang dibutuhkan oleh sebuah alat untuk melakukan short circuit
yang menyebabkan timbulnya percikan api pada saat terjadi gangguan. Hal ini
terjadi pada tanduk api, pada saat timbul gangguan maka tanduk api bekerja untuk
melakukan hubung singkat yang disalurkan ke tanah.
f. Recovery time : Waktu yang dibutuhkan oleh suatu peralatan untuk kembali dalam
kondisi normal setelah terjadi gangguan. Hal ini dijumpai pada PMT, ketika terjadi
gangguan maka PMT terbuka. Dan gangguan ditanahkan sampai tegangan kembali
normal. Waktu yang dibutuhkan untuk pulih tiap terjadi gangguan pada suatu
peralatan berbeda-beda tergantung pada besarnya gangguan tersebut. Atau waktu
yang dibutuhkan oleh arrester berubah dari media konduksi menjadi media isolasi
setelah terjadi surja.