Anda di halaman 1dari 19

PT PLN (Persero)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

V. PENGAMAN TEGANGAN SURJA

1. PENDAHULUAN
Kejadian surja hubung dan surja petir merupakan suatu hal yang mesti dihadapi dan
ditanggulangi pada suatu instalasi listrik. Surja hubung timbul karena proses
pembukaan dan penutupan PMT baik karena disengaja atau karena adanya
kejadian tidak normal pada suatu sistim tenaga.
Sedangkan surja petir karena adanya peristiwa sambaran petir yang menyambar ke
suatu benda di bumi terjadi akibat pelepasan muatan listrik dari awan petir ke bumi.
Dalam prosesnya, pelepasan muatan listrik tersebut terjadi dalam orde  Second.

Besarnya muatan listrik di awan petir, mewakili besarnya arus petir untuk
menetralisir ke bumi. (bumi berfungsi sebagai gudang penampungan muatan listrik).
Arus petir adalah arus listrik yang polaritasnya bisa positip bisa pula negatip
terhadap referensinya (bumi) dan mengalir dalam waktu singkat.
Apabila petir menyambar disuatu titik pada Jaringan (misalnya Jaringan TM 20 kV),
maka gerak dari gelombang petir itu menjalar ke segala arah menuju suatu titik lain
yang dapat menetralisir arus petir tersebut. Yaitu menuju ketitik pentanahan, dengan
perkataan lain terjadi gelombang berjalan sepanjang Jaringan.

Gambaran gelombang berjalan ini dapat di analogikan dengan terjadinya gelombang


pada tali yang direntangkan kemudian disalah satu ujungnya diayunkan sesaat,
maka akan terlihat gelombang berjalan pada tali tersebut, hanya saja gelombang
petir berjalan dalam orde waktu  Second.
Sebelum gelombang petir menemukan titik tanah untuk discharge, maka pada
konduktor jaringan atau konduktor belitan Transformator distribusi, akan terdapat
beda potensial yang gelombangnya persis sama dengan gelombang tegangan petir.
Untuk memotong gelombang impuls petir ini dipergunakan peralatan yang disebut
arrester.

Fungsi arrester sangat vital pada kondisi adanya kedua jenis surja di atas pada
sistim, karena jika arrester gagal berfungsi maka bahaya besar mengancam
pembangkit, transformator tenaga dan seluruh peralatan pendukungnya. Kebakaran
hebat bisa terjadi dengan sangat cepat dan kerugian milyaran rupiah sudah pasti
akan dialami, sehingga penting sekali peralatan ini dipelihara dan diamati kinerjanya
setiap saat.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 1


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

2. SAMBARAN PETIR

- - - - -
- - -
- AWAN - - -
-- - - - -
- --
- - -- - -
- -- - --
- -- - - --
+ - - - Muatan negatif
- - - +- + - + Muatan positif
--
-- - - ++ --
+
+
+ +
+ ++ + BUMI
Gambar 1: Terjadinya petir

Petir adalah pelepasan muatan yang terjadi antara awan, dalam awan atau antara
awan dengan tanah. dimana dalam awan terdapat muatan positif dan muatan
negatif, jika muatan ini senama bertemu maka akan terjadi tarik menarik yang dapat
menimbulkan lendakan/kilat diawan, begitu juga kalau muatan negatif dan muatan
positif dekat akan terjadi tolak menolak, juga akan terjadi ledakan/kilat.
Bumi adalah sebagai gudang muatan positif maupun negatif, jika pelepasan muatan
dari petir dekat dengan bumi, maka akan terjadi sambaran petir kebumi. Seperti
terlihat pada gambar 1 diatas.

Bila petir mengenai langsung kepenghantar SUTM, kemungkinan besar penghantar


tersebut akan putus karena gelombang petir yang menimbulkan tegangan impuls
melebihi BIL (Basic Insulation Level) dari penghantar SUTM. Kalau petir yang
mengenai SUTM bukan sambaran langsung tetapi induksi dari petir, gerak dari
gelombang petir itu menjalar ke segala arah dengan perkataan lain terjadi
gelombang berjalan sepanjang Jaringan yang menuju suatu titik lain yang dapat
menetralisir arus petir tersebut yaitu menuju ketitik pentanahan.

Kelebihan tegangan yang disebabkan petir disebabkan oleh sambaran langsung


atau sambaran tidak langsung (induksi) dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Sambaran Langsung

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 2


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Sambaran langsung yang mengenai rel dan peralatan Peralatan adalah yang
paling hebat diantara gelombang berjalan lainnya yang datang ke Peralatan.
Sambaran langsung menyebabkan tegangan lebih yang sangat tinggi yang
tidak mungkin dapat ditahan oleh isolasi yang ada (> BIL)
 Sambaran Induksi
Bila terjadi sambaran kilat ke tanah di dekat saluran maka akan terjadi
fenomena transien yang diakibatkan oleh medan elektromagnetis dari kanal
kilat. Fenomena kilat ini terjadi pada kawat penghantar. Akibat dari kejadian ini
timbul tegangan lebih dan gelombang berjalan yang merambat pada kedua
sisi kawat tempat sambaran berlangsung. Tegangan induksi dapat berubah-
ubah tergantung dari keadaannya, secara umum besar tegangan lebih akibat
sambaran induksi antara 100 – 200 kV, muka gelombangnya (Wave front)
lebih dari 10 μs dan ekor gelombang (wave tail) 50 – 100 μs, dimana
gelombang ini sebagai ancaman bagi peralatan distribusi.

Bentuk gelombang surja petir (tegangan impuls) terlihat pada gambar 2 dibawah
ini, dengan Tf (waktu muka gelombang) , Tt (waktu ekor gelombang) dan U
(tegangan puncak). Untuk sambaran langsung besarnya Tf = 1.2 μs, Tf = 50 μs
dan tegangan puncak U = mendekati 300 kV, sambaran induksi besar Tf = 10
μs ,Tt = 50 – 100 μs dan U = 100 – 200 kV

U
0.9 U

0.5 U

0.3 U

O A B

Tf

Tt

Gambar 2: Tegangan impuls petir standar(IEC Publ.60-2,1973)


Dimana :
Tf = waktu muka gelombang (OA) (μs) Tf = 1,2 μs
Tt = waktu ekor gelombang (OB) (μs) Tt = 50 μs
U = tegangan puncak (kV)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 3


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

3. KERUSAKAN AKIBAT KELEBIHAN TEGANGAN


 Tegangan tembus luar (External Flashover) merusak isolator, bagian
permukaan peralatan. Ini disebabkan oleh amplitude gelombang datang.
 Tegangan tembus dalam ( Internal Flashover ), merusak isolasi utama dari
peralatan ketanah, merusak isolasi antara bagian-bagian dalam peralatan
(isolasi antara gulungan dari trafo). Ini disebabkan oleh kecuraman gelombang
datang.
 Tegangan tembus luar dan dalam ( Internal and External Flashover) yang
mungkin terjadi akibat osilasi yang terjadi pada peralatan. Ini disebabkan oleh
kecuraman gelombang datang dengan ekor gelombang yang panjang.

4. PENANGGULANGAN KELEBIHAN TEGANGAN


Untuk memberikan perlindungan pada Peralatan terhadap kelebihan tegangan
berupa surja petir maka dipasang alat pelindung (Protective Device).
Alat pelindung terhadap kelebihan tegangan berfungsi melindungi peralatan sistem
tenaga listrik dengan cara membatasi kelebihan tegangan yang datang dan
mengalirkan ke tanah. Berhubungan dengan fungsinya itu, maka alat pelindung
harus dapat menahan tegangan sistem dalam waktu yang tak terbatas dan harus
dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan.
Alat pelindung yang baik mempunyai perbandingan perlindungan atau protective
ratio yang tinggi, yaitu perbandingan antara tegangan surja maksimum yang
diperbolehkan sewaktu pelepasan (discharge) dan tegangan sistem maksimum yang
ditahan sesudah pelepasan terjadi.

5. JENIS-JENIS ALAT PELINDUNG


5.1. SELA BATANG
Sela batang merupakan alat pelindung yang paling sederhana tetapi paling
kuat dan kokoh. Sela batang jarang digunakan pada rangkaian yang penting
karena tidak dapat memenuhi persyaratan dasar dari suatu alat pelindung
yang sebenarnya. Sela batang dapat digambarkan sebagai berikut :

Saluran

Isolator
Celah Batang

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 4


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Gambar 3 Sela batang yang dipa sang pada saluran

Sela batang digunakan untuk :


 Bushing isulator dari trafo.
 Pada isolator hantaran udara , berupa tanduk api (Arching Horn) atau
ring api.
 Pemutus daya (Circuit Breaker).
Untuk mencegah gelombang petir tembus melalui permukaan isolator,
maka tegangan tembus dari sela batang harus diset 20 % lebih
rendah dari tegangan tembus impuls ( Impuls Spark Over ) dari
isolator. Jarak antara sela dengan isolator tidak boleh kurang dari 1/3
jarak sela untuk mencegah bunga api bergerak kea rah isolator.
Berikut tabel tegangan sistem dengan jarak sela batang :

Tabel 1 Hubungan Jarak Sela Batang Dengan Tegangan Sistem


Tegangan Sistem ( kV ) Sela ( cm )
33 23
66 35
132 65
275 123

Walaupun sela batang sangat murah dan sederhana, tetapi sela ini
mempunyai batasan-batasan dalam penggunaannya, sebagai
berikut :
 Sela batang tidak berfungsi jika gelombang datang mempunyai muka
gelombang yang curam.
 Sela batang tidak bisa memotong arus ikutan (follow current). Bunga
api terjadi karena terionisasinya udara diantara elektroda batang
akibat adanya beda tegangan yang tinggi. Oleh karena itu kekuatan
isolasi pada sela udara menjadi turun. Sela yang semula dapat
menahan tegangan dari frekuensi jala-jala hingga misalnya 30 kV
maka setelah terjadinya bunga api turun menjadi lebih kurang 50 V.
Sehingga arus sistem akan ikut mengalir ketanah. Akibatnya pemutus
daya (circuit breaker) akan bekerja untuk menghilangkan gangguan.
Untuk menutup circuit breaker (CB) kembali diperlukan waktu yang
cukup untuk proses de-ionisasi diantara sela setelah matinya bunga
api.
 Sela batang dapat meleleh akibat energi panas dengan temperature
yang tinggi yang dilepas melalui bunga api. Karena tingginya muatan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 5


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

listrik (Q) dari terpaan maka pada sistem tegangan tinggi diperlukan
material-material dengan kekuatan isolasi yang tinggi.
 Karakteristik tembus dari sela batang sangat dipengaruhi oleh
keadaan alam seperti : kelembaban, temperature, tekanan dan lain-
lain.
 Sela batang juga dipengaruhi oleh polaritas terpaan.
 Namum demikian sela batang tetap digunakan sebagai pelindung
tambahan karena harganya murah. Modifikasi dari sela batang
adalah:
 Sela Sekring (Fused Gap) adalah sela batang yang dilengkapi
sekring yang terhubung seri untuk memutus arus ikutan
sehingga CB tidak ikut membuka.
 Sela Kontrol terdiri dari susunan dua buah sela untuk
mendekati karakteristik dari sela bola, yang mempunyai
karakteristik V-T yang lebih baik.

5.2. ARRESTER
Arrester adalah alat pelindung bagi peralatan sistem terhadap surja petir dan
tegangan abnormal frekuensi jala-jala. Arrester berlaku sebagai jalan pintas
(by-pass) sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh
arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan. Jalan pintas harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
aliran daya sistem. Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai
isolator dan bila timbul surja berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan arus
yang tinggi. Setelah surja hilang arrester harus dapat dengan cepat kembali
menjadi isolator, sehingga pemutus beban tidak sempat membuka.

ARRESTER ARRESTER
TRAFO TRAFO
ARRESTER

Gambar 4a : Pemasangan Gambar 4b : Pemasangan Gambar 4c : Pemasangan arrester


arrester yang arrester yang untuk outgoing feeder
salah benar
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan dari PLTD
6
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Pemasangan arrester yang dipergunakan untuk mengamankan transformator


tenaga:
 Pemasangannya seperti gambar 4a diatas adalah salah karena kalau
terjadi gelombang berjalan karena petir di penghantar SUTM, akan
mengakibatkan pantulan antara penghantar yang masuk ke transformator
tenaga dan arrester.
 Pemasangan seperti terlihat pada gambar 4 b adalah betul, kalau
terjadi gelombang berjalan dari petir di penghantar SUTM, maka ada
choping dari arrester sehingga tegangan petir menjadi kecil yang masuk
ke trafo, choping arrester dapat dilihat pada gambar 5 dibawah ini
Pemasangan arrester yang dipergunakan untuk mengamankan
transformator tenaga atau Pusat Listrik seperti terlihat pada gambar 4 c,
sebaiknya kawat tanah dari kabel di sambung dengan kawat pentanahan
dari arrester, kalau terjadi gelombang petir hasil choping dari arrester
yang masih masuk kesistem masih dibawah BIL trafo maupun generator,
dan pengaman generator terutama AVR tidak sempat bekerja.

teg petir

Gelombang petir

Chopping oleh Arrester.


dimana pada Arrester mengalir
arus petir.

Waktu (s)
Gambar 5: tegangan impuls petir di choping oleh arrester

5.2.1. JENIS ARRESTER

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 7


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

1. Non Linear Type Lightning Arrester (Arrester Tipe Tahanan Tak


Linear). Jenis Silicon Carbide ( SiC)
Arrester ini terdiri dari beberapa sela yang tersusun seri dengan piringan-
piringan tahanan, dimana tahanan ini mempunyai karakteristik sebagai
berikut: harga tahanannya turun dengan cepat pada saat arus terpa
mengalir sehingga tegangan antara terminal arrester tidak terlalu besar dan
harga tahanan naik kembali jika arus terpa sudah lewat sehingga
memotong arus ikutan pada titik nol pertamanya. Sela api (sparks gap) dan
tahanan disusun secara seri dan ditempatkan didalam rumah porselen
kedap air sehingga terlindung dari kelembaban, pengotoran dan hujan.
Distribusi tegangan yang tidak merata diantara celah sela api (sparks gap)
menimbulkan masalah. Untuk mengatasi ini dipasang kapasitor dan
tahanan non linear paralel dengan sela api.Pada daerah tegangan yang
lebih tinggi kapasitor dan tahanan linear dihubungkan dengan paralel
dengan badan celah. Bila tegangan lebih menyebabkan loncatan bunga api
pada celah-celah yang diserikan, arus akan sangat tinggi untuk
mempercepat redanya tegangan lebih.
Tegangan tertinggi yang yang akan muncul pada penangkal petir adalah
tegangan loncatan atau tegangan yang terjadi pada tahanan tak linear,
pada saat lonjakan arus mengalir. Tegangan loncatan bunga api terendah
dari penangkal disebut tegangan loncatan pulsa bunga api seratus persen
(Maximum 100% Impulse Spark Over Voltage). Tegangan yang
dibangkitkan tahanan non linear pada saat arus loncatan mengalir disebut
tegangan residu. Semakin rendah harga-harga ini semakin baik tingkat
perlindungan pada peralatan.
Arus bocor yang mengalir melalui tahanan dalam dalam keadaan operasi
normal dari sistem tidak melebihi 0,1 mA. Arus ini sudah cukup untuk
mempertahankan temperature dibagian dalam arrester lima derajat lebih
tinggi dari temperature sekeliling sehingga mencegah masuknya uap air
kebagian dalam arrester.Gambar arrester jenis ini diperlihatkan pada
gambar 7.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 8


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Saluran

Elektroda
(Terminal Arus)

Sela percik seri

Tahanan tak
linear (tahanan
Katup)

Elektroda
(Terminal
tanah)

Gambar 7. Elemen-elemen arrester jenis Silicon Carbide

2. Jenis Metal Oxide ( MOV)


Arrester jenis Metal Oxide hanya terdiri dari unit-unit tahanan tak linear
yang terhubung satu sama lainnya tanpa memakai sela percik pada
setiap unit. Untuk arrester jenis Metal Oxide material tahanan tak linear
pada dasarnya keramik yang dibentuk dari oksida seng ( ZnO) dengan
penambahan oksida lain.

Gambar 8 Elemen-elemen arrester jenis Metal Okside


Bahan ini telah banyak dipakai untuk perlindungan rangkaian-rangkaian
yang bekerja pada beberapa kV sampai dengan tegangan distribusi.
Karena derajad ketidaklinearan yang tinggi, bahan ini memungkinkan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 9


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

penyederhanaan dalam desain dan dapat memperbaiki penampilan


dalam lingkungan tertentu.

TINGKAT PENGENAL DARI ARRESTER (RATING ARRESTER)


1. Tegangan nominal atau tegangan pengenal
U A (Nominal Voltage Arrester) adalah tegangan dimana arrester masih
dapat bekerja sesuai dengan karakteristiknya. Arrester tidak dapat bekerja
pada tegangan maksimum sistem yang direncanakan, tetapi mampu
memutuskan arus ikutan dari sistem secara efektif. Tegangan pengenal dari
arrester harus lebih tinggi dari tegangan phasa sehat ketanah, jika tidak
demikian maka arrester akan melewatkan arus ikutan sistem terlalu besar
yang menyebabkan arrester rusak akibat beban lebih termis (thermal
overloading). Tegangan tertinggi sebagai berikut:
 Tegangan sistem tertinggi (system highest voltage), umumnya diambil
harga 110% dari harga tegangan nominal sistem.
 Koefisien pentanahan , didefenisikan sebagai perbandingan antara
tegangan rms phasa sehat ke tanah dalam keadaan gangguan pada
tempat dimana arrester dipasang, dengan tegangan rms phasa ke phasa
tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan. Jadi tegangan
pengenal dari arrester (arrester rating) adalah tegangan rms phasa ke
phasa x 1.10 x koefisien pentanahan.
Sistem yang ditanahkan langsung koefisien pentanahannya 0.8.Arrester
disebut arrester 80%. Sistem yang tidak ditanahkan langsung koefisien
pentanahannya 1,0 .Arrester ini disebut arrester 100%.

2. Arus Pelepasan Nominal ( Nominal Discharge Current )


Adalah arus pelepasan dengan harga puncak dan bentuk gelombang tertentu
yang digunakan untuk menentukan kelas dari arrester sesuai dengan :
o Kemampuan melewatkan arus
o Karakteristik Perlindungan
Bentuk gelombang arus pelepasan tersebut adalah :
1. Menurut standar Inggris/Eropa (IEC) 8 μs / 20 μs

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 10


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

2. Menurut standar Amerika 10 μs/ 20 μs dengan


kelas
o Kelas Arus 10 kA untuk perlindungan Peralatan besar dengan frekuensi
sambaran petir yang cukup tinggi dengan tegangan sistem diatas 70 kV.
o Kelas arus 5 kA untuk tegangan sistem dibawah 70 kV
o Kelas 2,5 kV untuk gardu-gardu kecil dengan tegangan sistem dibawah
22 kV.
o Kelas arus 1,5 kA untuk melindungi trafo-trafo kecil.

3. Tegangan Percik Impuls 100 % ( 100 % Impulse Spark Over Voltage)


Adalah tegangan gelombang impuls tertinggi yang terjadi pada terminal
arrester sebelum arrester itu bekerja. Bentuk gelombang impuls petir seperti
gambar 3.2 adalah 1,2 μs/ 50 μs. Hal ini menunjukkan bahwa jika tegangan
puncak terpa petir yang datang mempunyai harga yang lebih tinggi atau
sama dengan tegangan percik minimum dari penangkal petir maka
penangkap petir ini akan bekerja memotong terpa petir tersebut dan
mengalirkan ke tanah.

4. Tegangan Sisa (Residual Voltage dari dischargeVoltage)/ Tegangan


Kerja
Adalah tegangan yang timbul diantara terminal arrester pada saat arus
pelepasan mengalir ke tanah.Tegangan sisa dan tegangan nominal dari
suatu arrester tergantung kepada kecuraman gelombang arus yang datang
(di/dt dalam A/ μs) dan amplitudo dari arus pelepasan. Untuk menentukan
tegangan sisa ini digunakan impuls arus sebesar 8 μs/20 μs (standar IEC)
dengan harga puncak arus pelepasan 5 kA dan 10 kA.Untuk harga arus
pelepasan yang lebih tinggi maka tegangan sisa ini tidak akan naik lebih
tinggi lagi. Hal ini disebabkan karena karakteristik tahanan yang tidak linear
dari arrester.
Umumnya tegangan sisa tidak akan melebihi BIL (Basic Insulation Level =
Tingkat Isolasi Dasar = TID) dari peralatan yang dilindungi walaupun arus
pelepasan maksimum mencapai 65 kA hingga 100 kA.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 11


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

5. Arus Pelepasan Maksimum (Maximum Discharge Current )


Adalah arus terpa maksimum yang dapat mengalir melalui penangkap petir
setelah tembusnya sela seri tanpa merusak atau merubah karakteristik dari
arrester.

6. Tegangan Percikan Frekuensi Jala-jala ( Power Frequency Spark Over


Voltage)
Arrester tidak boleh bekerja pada gangguan lebih dalam (internal over
voltage) dengan amplitude yang rendah karena dapat membahayakan
sistem.
Untuk alasan ini maka ditentukan tegangan percikan frekuensi jala-jala
minimum.
o Menurut standar Inggris tegangan percikan jala-jala minimum = 1.6 x
tegangan pengenal arrester.
o Menurut Standar IEC (International Electrotechnical Commision)
tegangan percikan jala-jala minimum adalah = 1.5 x tegangan pengenal
arrester.

7. Tegangan Percikan Akibat Pensaklaran (Spark Over Voltage by


Switching Over Voltages)
Tegangan percik pada celah seri akibat terkenal gangguan tegangan lebih
oleh proses pensaklaran oleh peralatan penghubung
(switchgear).Karakteristik gelombang impuls surja hubung dinyatakan
dengan 250 / 2500 μs.

3.3 Koordinasi Isolasi


Korelasi antara kemampuan isolasi peralatan listrik dengan alat pelindung
(protective device) sehingga isolasi dari peralatan terlindung dari bahaya tegangan lebih.
Tujuan koordinasi isolasi ini adalah untuk menciptakan suatu sistem yang bagian-
bagiannya, masing-masing dan satu sama lain mempunyai ketahanan isolasi yang
sedemikian rupa sehingga dalam setiap kondisi operasi kualitas pelayanan / penyediaan
tenaga listrik dapat dicapai dengan biaya seminimum mungkin.
Koordinasi isolasi yang baik akan mampu menjamin :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 12


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

o Bahwa isolasi peralatan akan mampu menahan tegangan kerja sistem yang
normal dan tegangan tidak normal yang mungkin timbul dalam sistem.
o Bahwa isolasi peralatan akan gagal hanya jika terjadi tegangan lebih luar.
o Bahwa jika kegagalan terjadi maka hanya pada tempat-tempat yang
menimbulkan kerusakan paling minimum.

MASALAH KOORDINASI ISOLASI PADA SISTEM TENAGA MENYANGKUT HAL-HAL


SEBAGAI BERIKUT :
1. Penentuan Isolasi Hantaran
Penentuan isolasi dari hantaran harus mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya tegangan lebih petir (surja petir), tegangan lebih switching dan
tegangan lebih dengan frekuensi jala-jala. Dengan bertambahnya pengetahuan
akan fenomena petir maka dimungkinkan untuk menentukan keandalan sistem
berdasarkan parameter-parameter petir yang telah diketahui tersebut.Isolasi
hantaran udara harus cukup tinggi untuk mencegah terjadi kegagalan oleh surja
hubung dan tegangan lebih frekuensi jala-jala dengan memperhitungkan
pengaruh lingkungan/alam yang dapat menurunkan tegangan tembus dari
isolator.
Dalam praktek umumnya isolator hantaran udara masih dinaikkan harga tahanan
isolasinya dengan cara menambah beberapa piringan isolator lagi untuk
mencegah kemungkinan isolator rusak. Isolasi hantaran udara tidak
berhubungan langsung dengan tingkat isolasi peralatan didalam gardu.
Walaupun demikian sangat menentukan didalam koordinasi isolasi karena
tegangan tembus impuls pada isolator hantaran udara menentukan tegangan
impuls tertinggi yang masuk ke gardu berupa gelombang berjalan.

2. Tingkat Isolasi Dasar Peralatan Peralatan


Tingkat Isolasi Dasar (Basic Insulation Level) merupakan daya tahan terhadap
tegangan impuls standar yang masih dapat ditahan isolasi. Sebagian besar
peralatan peralatan seperti transformator, pemutus daya, saklar pemisah,
transformator arus, transformator tegangan dibuat dengan tingkat isolasi yang
sama. Kecuali transformator yang diproduksi dengan tingkat isolasi yang lebih

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 13


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

rendah dengan alasan ekonomis dan transformator umumnya dilindungi langsung


oleh arrester.
Karena letaknya yang dekat dengan transformator, maka sebagian dari peralatan
di gardu akan terletak diluar daerah lindung dari arrester. Daerah lindung
ditentukan oleh: ketahanan isolasi dari peralatan, tegangan kerja dari penangkap
petir dan jarak antara penangkap petir dengan peralatan tersebut.
Peralatan – peralatan yang terletak diluar dari daerah lindung penangkap petir
akan diberikan Tingkat Isolasi Dasar yang satu tingkat lebih tinggi.Pada umumnya
tingkat isolasi dari peralatan gardu seperti pemutus daya busbar, saklar pemisah,
trafo pengukuran mempunyai T.I.D 10 % lebih tinggi dari TID trafo.Tingkat isolasi
antara kutub-kutub pada saklar pemisah yang terbuka harus 10-15 % lebih tinggi
dari tingkat isolasi kutub tersebut ke tanah.

3. PEMILIHAN ARRESTER
Untuk penyederhanaan dalam pemilihan arrester ditentukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Penentuan besarnya tegangan lebih satu phasa ke tanah atau
tegangan lebih akibat kerja sistem yang tidak normal pada lokasi dimana
arrester dipasang. Tegangan lebih ini akibat gangguan satu phasa ke
tanah dapat menyebabkan kenaikan tegangan phasa sehat lainnya.
Besarnya tegangan ini tergantung dari karakteristik sistem dan jenis
pentanahan sistem pada waktu gangguan terjadi.
2) Perkiraan besarnya tegangan pengenal arrester pada frekuensi
jala-jala. Jika tegangan tinggi sistem dan koefisien pentanahan sudah
diketahui maka tegangan pengenal dari arrester sudah dapat dihitung
secara kasar. Tegangan pengenal tidak boleh lebih rendah dari perkalian
kedua harga diatas. Misal: Tegangan sistem 20 kV ditanahkan efektif
maka tegangan pengenal (110 % x 20 kV) x 0,8 = 17.6 kV. Tegangan
pengenal standar untuk sistem 20 kV adalah 17,6 kV.
3) Memilih besarnya arus impuls yang diperkirakan akan dilepas
melalui arrester. Untuk penangkap petir yang dipasang digardu berlaku :
2U d  U a
Ia  ................................................................(3.5)
Z

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 14


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

dimana :
I a = arus pelepasan arrester

Ud = tegangan gelombang datang/berdasarkan jumlah isolator


terpasang.
U a = tegangan sisa /tegangan residual.

Z = impedansi saluran.
4) Tegangan Pelepasan (Tegangan Kerja/Sisa Arrester)
Adalah karakteristik yang paling penting dari arrester untuk
perlindungan di Peralatan. Tegangan kerja penangkap petir ada
dibawah T.I.D peralatan yang dilindungi, maka dengan faktor keamanan
yang cukup perlindungan peralatan yang optimum dapat diperoleh.
Tegangan kerja tergantung pada arus pelepasan arrester dan
kecuraman gelombang datang. Tegangan kerja arrester akan naik
dengan naiknya arus pelepasan tetapi kenaikan ini sangat dibatasi oleh
tahanan tak linear dari arrester.

5) Faktor perlindungan
Faktor perlindungan adalah besar perbedaan tegangan antara T.I.D
dari peralatan yang dilindungi dengan tegangan kerja dari arrester.
Pada waktu menentukan tingkat perlindungan peralatan yang dilindungi
oleh penangkap petir umumnya diambil harga 10 % diatas tegangan
kerja arrester tujuannya untuk mengatasi kenaikan tegangan pada
kawat penghubung dan toleransi pabrik.
Besarnya faktor perlindungan ini umumnya lebih besar atau sama
dengan 20 % dari TID peralatan arrester yang dipasang dekat dengan
peralatan yang dilindungi.

Contoh:
Tegangan kerja arrester untuk sistem 220 kV adalah 649 kV perlindungan ini
ditambah 10 % untuk kawat penghubung, toleransi pabrik dan lain-lain sehingga
tingkat perlindungan arrester menjadi 713 kV, pilih TID peralatan sebesar 950 kV.
Faktor perlindungan = (950 – 713 ) kV = 237 kV. Faktor perlindungan ini lebih

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 15


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

besar dari 20% dari TID peralatan, sehingga arrester ini sudah memberi faktor
perlindungan yang baik.
6) Jarak Lindung Arrester
Jarak lindung dari arrester ke peralatan yang dilindungi (dalam hal ini adalah
transformator) adalah :
Ut Ua
L V
du ............................................................................(3.6)
2
dt
dimana L = Jarak antara arrester dengan peralatan yang dilindungi (m)
Ut = Tegangan ketahanan terhadap gelombang impuls dari peralatan
yang dilindungi (kV)
Ua = tegangan kerja arrester (kV)
du/dt = Kecuraman dari gelombang yang datang (kV/μs) nilai berkisar
antara 1000 kV/μs - 2000 kV/μs.
V = kecepatan propagasi geombang tegangan lebih ; 300 m/ μs untuk
saluran udara, 150 m/ μs untuk kabel.
(7) Lokasi Pemasangan Arrester
Umumnya alat-alat pelindungan harus diletakkan sedekat mungkin dengan
peralatan yang akan dilindungi, terutama pada ujung distribusi dimana terdapat gardu
atau trafo.
Karena biaya yang mahal maka tidak mungkin memasang arrester pada setiap
peralatan di gardu untuk melindungi peralatan tersebut. Hal ini tidak perlu dilakukan
karena ada faktor perlindungan dari alat pelindungan dari arrester, oleh karena itu hanya
peralatan yang penting saja yang dilengkapi dengan arrester. Transformator merupakan
peralatan yang paling mahal dan yang paling penting pada sebuah gardu. Jika trafo
rusak maka perbaikan / pergantiannya akan mahal, membutuhkan waktu yang lama,
dan juga kerugian akibat terputusnya daya cukup besar.
Selain itu trafo adalah ujung terminal dari suatu transmisi, tempat paling sering
terjadi pemantulan gelombang. Pada sistem diatas 220 kV TID dari transformator dapat
diperendah pada batas-batas yang diizinkan untuk memperkecil biaya isolasi. Karena
alasan-alasan tersebut diatas maka arrester pada peralatan umumnya dipasang pada
terminal trafo daya.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 16


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Arrester berfungsi sebagai by-pass di sekitar lokasi yang membentuk jalan dengan
mudah dilalui oleh tegangan lebih ke sistim pentanahan sehingga tidak menimbulkan
tegangan lebih yang tidak merusak peralatan isolasi listrik. By-pass ini sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu aliran frequensi 50 Hz.
Pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul gangguan
surja, alat ini berfungsi sebagai konduktor yang tahanannya relative rendah agar dapat
mengalirkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arrester dengan cepat
kembali menjadi isolasi.
Jenis-jenis Arester [F.H.Kreuger,1992]
a. Open Spark Gaps arrester
b. An Improvement arrester dihasilkan dari SiC.

3. Pemeliharaan

Besaran- besaran yang perlu dipertimbangkan dalam memelihara suatu


arrester :
 Rumah isolator ; periksa rumah isolator isolator secara visual apakah ada
keretakan.
 Tahanan pentanahan; Ukur tahanan pentanahan dari arrester apakah
masih memenuhi persyaratan.
 Pengukuran tahanan antara elektroda dengan elektroda apakah masih
memenuhi persyaratan (1 M Ohm/1 kV).

4. Pengujian

Pengujian Di lapangan
Pengujian rutin [J.J. Kelly dkk, 1981]
1. Pengujian visual; untuk mengetahui kodisi fisik eksternal arester. Tidak
diperlukan peralatan ukur atau pengujian. Yang diperiksa adalah kalau ada
perobahan secara fisik seperti keretakan porselen, keretakan bahan pengisi,
kekotoran permukaan dan tanda-tanda terjadi flashover.
2. pengukuran rugi-rugi dielektrik; ditujukan untuk mendeteksi adanya kandungan
uap, bahan asing, korosi, kerusakan resistor dan piringan dll.
3. pengukuran resistansi isolasi DC; juga bisa mengindikasikan adanya kandungan
uap, bahan asing, korosi, kerusakan resistor dan piringan dll.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 17
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

Gambar 2 memperlihatkan panas yang terjadi pada arrester dengan menggunakan


thermovision. Gambar sebelah kiri memperlihatkan arester dilihat dengan
kamera biasa dan sebelah kanan dengan mengunakan thermovision.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 18


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Arrester

LAMPIRAN C
Pengertian istilah – istilah yang berkaitan dengan kinerja Arrester :

a. Arus Nominal : Suatu standar, ketetapan atau batasan arus yang dijadikan standar
untuk bekerjanya suatu alat dalam keadaan normal. Apabila arus yang mengalir
lebih besar dari arus nominal (IN) maka arus tersebut dikatakan arus gangguan (IF).
Arus nominal ini didapatkan dari hasil pengujian peralatan misalnya : lightning
arrester.
b. Restriking voltage : Tegangan yang terjadi berulang-ulang antara elektroda atas
dengan elektroda yang menghubungkan ke tanah pada suatu arrester. Hal ini
disebabkan oleh tegangan yang gangguan yang timbul cukup besar, maka arrester
bekerja berkali-kali dikarenakan kapasitas arrester untuk mentanahkan memiliki
keterbatasan. Pada saat restriking voltage akan terjadi spark antara elektroda
berkali-kali.
c. Recovery voltage : pemulihan tegangan sehingga menemukan kondisi normal atau
stabil setelah terjadinya gangguan.. Hal ini diakibatkan oleh gangguan maka
terjadilah redaman sehingga kembali ke kondisi normal. Peredamnya berupa gas
SF6 atau oil.
d. Fault current : Arus yang melebihi dari arus nominal atau disebut arus gangguan
(IF). Fault current disebabkan timbulnya short circuit atau surja. Hal ini terdapat
pada : antar belitan dalam trafo, antara inti dengan tangki trafo, antar saluran yang
disebabkan oleh petir dll.
e. Arcing time : Waktu yang dibutuhkan oleh sebuah alat untuk melakukan short circuit
yang menyebabkan timbulnya percikan api pada saat terjadi gangguan. Hal ini
terjadi pada tanduk api, pada saat timbul gangguan maka tanduk api bekerja untuk
melakukan hubung singkat yang disalurkan ke tanah.
f. Recovery time : Waktu yang dibutuhkan oleh suatu peralatan untuk kembali dalam
kondisi normal setelah terjadi gangguan. Hal ini dijumpai pada PMT, ketika terjadi
gangguan maka PMT terbuka. Dan gangguan ditanahkan sampai tegangan kembali
normal. Waktu yang dibutuhkan untuk pulih tiap terjadi gangguan pada suatu
peralatan berbeda-beda tergantung pada besarnya gangguan tersebut. Atau waktu
yang dibutuhkan oleh arrester berubah dari media konduksi menjadi media isolasi
setelah terjadi surja.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 19

Anda mungkin juga menyukai