Anda di halaman 1dari 20

JETri, Volume 8, Nomor 2, Februari 2009, Halaman 1 - 20, ISSN 1412-0372

ANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN


LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI
TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kV

Syamsir Abduh & Angga Septian*


Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

Abstract
This paper summarizes the main results of a study aimed to figure the specific distortion and
several factors that decreased the distortion. Lightning performance were combined between
the distortion cause by shielding failure and back flashover, it using electro-geometrical and
traveling wave theory. The result shows that increasing effectivity of ground wire shielding
where the lightning is hitting phase wire which is definite by shielding angle, and preventing
back flashover with minimum tower foot resistance and increasing coupling factor between
ground wire and phase wire.

Keywords: Lighning, ground wire, shielding

1. Pendahuluan
Di zaman yang modern dengan berkembangnya teknologi yang
makin pesat, tidak dapat dielakkan bahwa kebutuhan akan tenaga listrik
sangatlah penting. Sehingga, dibutuhkan sistem keandalan tenaga listrik,
pelayanan, dan kontinuitas penyaluran tenaga listrik yang maksimal.

Pada sistem tenaga listrik, gangguan yang mungkin ditimbulkan


lebih dari 50% berasal dari petir. Sambaran petir itu sendiri terbagi dua
(Abduh, 2004: 25) Sambaran Langsung dan Sambaran Tidak Langsung
(Induksi). Keduanya memugkinkan terjadinya gangguan pada saluran
transmisi sehingga menyebabkan kontinuitas penyaluran tenaga listrik dapat
terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar
gangguan dan faktor apa saja yang dapat mengurangi besarnya gangguan
yang terjadi pada saluran transmisi akibat dari sambaran petir secara
langsung.

2. Gangguan Petir
2.1. Sambaran Langsung
Sambaran langsung adalah sambaran petir ke arah fasa konduktor
dan penunjang fasa konduktor (tiang). Apabila sambaran menuju fasa
konduktor terjadi, gelombang tegangan yang dibangkitkan oleh sambaran

* Alumni Jurusan Teknik Elektro FTI, Universitas Trisakti


JETri, Volume 8, Nomor 2, Februari 2009, Halaman 1 -20, ISSN 1412-0372

petir akan mengalir di sepanjang fasa konduktor hingga ke terminal dari


peralatan fasa konduktor atau bahkan sering menuju ke insulator antara fasa
konduktor dan lengan tiang akhir saluran (Abduh, 2004: 30).

Apabila terjadi sambaran petir terhadap tiang penyangga saluran,


gelombang tegangan yang dibangkitkan terjadi akibat adanya gelombang
tegangan balik dan kemudian berjalan sepanjang tiang, terkumpul di puncak
maupun di dasar tiang, sehingga meningkatkan tegangan yang terdapat di
lengan-lengan tiang penyangga dan kemudian mengganggu isolasi. Isolasi
ini akan menyambar balik (back flash) jika tegangan transien melebihi batas
kemampuan isolasi (Abduh, 2002: 12).

2.1.2. Penggunaan Isolasi Pentanahan Pada Sistem Tenaga Saluran


Udara
Kawat pentanahan yang sebelumnya berfungsi untuk melindungi
induksi tegangan dari sambaran petir tidak langsung sudah berubah menjadi
pelindung (prisai) fasa konduktor dari ancaman sambaran petir langsung ke
fasa konduktor.

Pada prinsipnya fungsi kabel perisai adalah untuk melindungi fasa


konduktor dari sambaran petir langsung ke fasa konduktor dan untuk
membuat kabel perisai ini dapat bekerja dengan baik adalah kabel perisai
harus dipasang pada posisi yang tepat sehingga semua sambaran petir dari
arus sambaran balik yang melebihi batasan kritis dapat menyambar kabel
perisai tanpa mengganggu fasa konduktor. Kegagalan pemerisaian akan
terjadi apabila petir menyambar fasa konduktor tanpa mengenai kabel
perisai (Abduh, 2003: 8).

2.2. Gelombang Berjalan pada Saluran Transmisi


Karakteristik gelombang serta keadaan pada titik peralihan dari
kawat transmisi.Dari sudut energi dapat dikatakan bahwa gelombang
berjalan pada kawat disebabkan oleh penyuntikan energi secara tiba-tiba
pada kawat. Energi yang merambat ini berupa arus dan tegangan.
Gelombang berjalan ini diredam oleh kerugian puncak (corona). Skin efeek
dan perusakan bentuk karena refleksi. Amplitudo gelombang berjalan
sepanjang sebuah penghantar daya ke peralatan yang dihubungkan ke
saluran udara berpengaruh pada (Hutauruk, 1989: 56):
1. Tingkat kemampuan isolator dalam menahan pulsa.
2. Tipe tiang penyangga (baja, kayu dan lain-lain)
3. Tipe pentanahan yang digunakan.

2
Syamsir Abduh & Angga Septian. Analisis Gangguan Petir Akibat Sambaran Langsung Pada

E Puncak E Puncak
1,0 1,0
0,9
Ekor Ekor

0,5 0,5

0,1
0 0
t1 t2 waktu
Kaki waktu Kaki

Gambar 1. Spesifikasi Gelombang Berjalan

Bila sebuah gelombang dengan harga puncak e berjalan sepanjang


saluran dengan lonjakan impedansi kawat tanah Z1 mencapai suatu
rangakaian dengan lonjakan impedansi surja menara Z2. Sebagian
gelombang dipantulakn dan sebagian diteruskan. Gelombang yang
diteruskan atau dipantulkan pada sambungan:

2Z 2
ej = e = ae (1)
(Z 1 + Z 2 )
Gelombang yang dipantulkan penuh adalah:

⎛ 2Z 2 ⎞
er = ⎜⎜ ⎟⎟ e = be (2)
⎝ 1
Z + Z 2 ⎠

Dimana, а: koefisien transmisi dan b koefisien refleksi

Dari hubungan diatas maka:


1. Pada ujung terbuka dari saluran, Z2 tak terhingga, dan tegangannya akan
menjadi 2e.
2. Lilitan tegangan tinggi transformator mempunyai impedansi ac saluran
dan karenanya amplitude gelombang berjalan pada lilitan untuk
mudahnya dianggap 2e.

Yang mepengaruhi tegangan-tegangan keseluruhan peralatan adalah


adanya sambungan yang banyak atau saluran-saluran (masuk/keluar) pada
bas. Dari teori gelombang berjalan, tegangan dalam hal ini:

3
JETri, Volume 8, Nomor 2, Februari 2009, Halaman 1 -20, ISSN 1412-0372

⎛ 2Z ⎞
⎜ − 1⎟
Vt = Vf ⎝
n ⎠ = 2v t (3)
⎛ Z ⎞ n
⎜ Z + − 1⎟
⎝ n ⎠

Dimana:
vt = Tegangan gelombang terkirim.
vf = Tegangan gelombang maju yang datang.
n = Jumlah rangkaian yang mempunyai impedansi sama dan lebih
dari 2.
Z = Impedansi gelombang rangkaian tunggal.

3. Gangguan Petir pada Saluran Transmisi


Gangguan petir pada saluran transmisi ialah gangguan akibat
sambaran langsung maupun sambaran tidak langsung (sambaran induksi).
Pada penelitian ini akan dibahas gangguan akibat sambaran kilat langsung
yang terdiri dari dua macam, yaitu sambaran pada kawat tanah atau menara
dan sambaran pada kawat fasa (shielding failure outage).

Pada saluran transmisi tegangan ekstra tinggi, gangguan akibat


sambaran induksi sangat kecil kemungkinannya hal ini dikarenakan
tegangan induksi besarnya antara 100-200 kV dan muka gelombangnya
lebih dari 10 µs dan karena itu diabaikan. Sebagai acuan untuk menghitung
sifat kerja saluran transmisi tegangan ekstra 500 kV antara Gandul-Depok.
Angka gangguan spesifik, Lighting Performance (LP) merupakan gangguan
antara gangguan yang disebabkan oleh Shielding Failure (NSF) dan Back
Flashover (BFO) sehingga dapat dituliskan:

LP = NSF + BFO (4)

3.1. Kegagalan Perisaian


Sebagai gambaran untuk dapat memahami tentang kegagalan perisaian
dijelaskan berikut ini.

Bila sambaran kilat mendekat pada jarak S dari saluran dan bumi,
sambaran kilat itu akan dipengaruhi oleh benda apa saja yang berada
dibawah dan melompati jarak S untuk mengadakan kontak dengan benda
itu. Jarak S disebut jarak sambaran dan inilah konsep dari teori elektro
geometris, bila Xs = 0 dinamakan perisaian efektif (Gambar 2.a. dan 2.b.).

4
Syamsir Abduh & Angga Septian. Analisis Gangguan Petir Akibat Sambaran Langsung Pada

o a

a. Perisaian tidak sempurna, Xs daerah tidak terlindung

o I(t)

b. Perisaian efektif

Gambar 2. Model Elektromagnetis Untuk Kegagalan Perisaian

Jarak sambaran adalah sebagai fungsi dari mutan, oleh karena itu
dari arus, dalam kanal dari sambaran kilat yang mendekatinya. Jarak
sambaran itu diberikan oleh Whitehead sebagai.

S = 8.I0,65 meter (5)


dimana:
S = jarak sambaran, meter
I = arus kilat, kA

5
JETri, Volume 8, Nomor 2, Februari 2009, Halaman 1 -20, ISSN 1412-0372

3.2. Lompatan Api Balik


Sambaran petir pada kawat tanah atau menara transmisi dapat
menimbulkan Back Flashover (BFO), hal ini dapat terjadi apabila isoolasi
udara mengalami kegagalan akibat kenaikan tegangan yang sangat tinggi
pada menara transmisi. Besar tegangan yang timbul pada isolator transmisi
tergantung pada puncak, kecuraman, dan waktu muka gelombang kilat atau
petir. (Hutauruk, 1989: 60) menjelaskan hubungan antara puncak arus kilat
dan seringnya terjadi sambaran seperti Tabel 1. dan hubungan antara waktu
untuk mencapai puncak dan seringnya terjadi seperti Tabel 2.

Tabel 1. Hubungan Antara Puncak Arus Kilat dan Seringnya Terjadi


Arus Puncak Kilat (kA) Seringnya Terjadi (%)

Sampai 60 90
80 8
100 1,2
160 0,5
200 atau lebih 0,3

Tabel 2. Hubungan Antara Waktu Untuk Mencapai Puncak dan Seringnya


Terjadi
Muka Gelombang Kilat (µs) Seringnya Terjadi (%)

Sampai 0,5 7
1 23
1,5 22
2,0 dan lebih 48

Arus puncak kilat yang biasanya menyebabkan flashover adalah


yang mempunyai nilai diatas 80 kA. Perhitungan waktu muka gelombang
kilat biasanya diambil sampai 2 µs, karena pada waktu itu gelombang
pantulan negatif dari menara yang berdekatan dengan menara yang
disambar kilat telah sampai kembali pada tempat kilat menyambar tadi
sehingga tegangan menara turun (Arismunandar dan Kuhara, 2004: 17).

6
Syamsir Abduh & Angga Septian. Analisis Gangguan Petir Akibat Sambaran Langsung Pada

4. Analisis Gangguan Akibat Sambaran Petir Langsung (Kasus


Transmisi 500 kV Gandul-Depok)

Diketahui data saluran transmisi (Menara Transmisi Gambar 3.):


1. Jarak kawat tanah 1 dengan kawat phasa (R) : 9,4 m
2. Jarak kawat tanah 2 dengan kawat phasa (R) : 15,37 m
3. Jarak vertikal antara kawat tanah dengan kawat phasa :9m
4. Jarak kawat tanah 2 dengan kawat bayangan 1 : 140,32 m
5. Jarak kawat phasa dengan kawat bayangan 1 : 131,1 m
6. Jarak kawat phasa dengan kawat bayangan 2 : 131,65 m
7. Ketinggian menara : 70 m
8. Tahanan kaki menara : 10 ohm
dengan sistem counterpoise
9. Panjang gawang : 500m
2 a12 1 kawat tanah
α θ a1
β
a2
htp
γ kawat fasa

b12

a2'
Bidang
referensi
ht
a1'

kawat-kawat bayangan
Y Y

Gambar 3. Cara Menentukan Besar Kawat Bayangan

a. Jarak antar kawat tanah (a12) = 9,6 m


b. Jarak vertkal antara kawat tanah dengan kawat phasa (htp) = 9 m
c. Sudut perisaian = 18o, θ = 90o + 18o = 108o
d. Tinggi menara = 70 m, ht = 2 x 70 = 140 m

Jarak antara kawat tanah 1 dengan phasa R (a1)

7
JETri, Volume 8, Nomor 2, Februari 2009, Halaman 1 -20, ISSN 1412-0372

htp
sin 72o =
a1 Sudut perisaian

9 htp a1
=
a1
= 180 - (900 + 180) = 720
a1 = 9,4 m

Jarak antara kawat tanah 2 dengan phasa R (a2)

a22 = 9,42 + 9,62 - (2 . 9,4 . 9,6 . cos 108)

= 15,37 m

Jarak kawat tanah 2 dengan kawat bayangan 1 (b12)

b122 = ht2 + a122

= 1402 + 9,62

b12 = 140,32

Menentukan beasaran sudut α , β , γ


a. Sudut α

9,42 = + 9,62 + 15,372 - (2 . 9,4 . 15,37 . cos α)

α = 35,57o

b. Sudut γ
140
cosγ =
140,32

γ = 3,870

c. Sudut β

β = 90o - (35,57o + 3,87o)

= 50,56o

8
Syamsir Abduh & Angga Septian. Analisis Gangguan Petir Akibat Sambaran Langsung Pada

Jarak kawat phasa dengan kawat bayangan 1 (a'1)

a '12 = 15,372 + 140,322 - 2 . 15,37 . 140,32 . cos 50,56

a '1 = 131,1 m

Jarak kawat phasa dengan kawat bayangan 2 ( )

a ' 22 = 1402 + 15,372 - 2 . 140 . 15,37 . cos 54,43

a ' 2 = 131,65 m

Kawat tanah
1. Jenis : GS (Galvanis Steel)
2. Jumlah : 2 buah
3. Jarak antar kawat tanah : 9,6 m
4. Diameter : 12,7 mm
5. Andongan : 16,49 m
6. Sudut pemasangan : 18 derajat
7. Ketinggian kawat tanah di atas menara : 74 m

Konduktor phasa
1. Jenis : Dove
2. Jumlah : 4 buah
3. Diameter : 23,55 mm
4. Jarak antar subkonduktor : 0,45 m
5. Jarak antar phase : 15 m
6. Andongan : 20,61 m
7. Tinggi konduktor pada menara : 40 m

Isolator
1. Jumlah : 2 x 32 buah tiap phasa
2. Panjang : 4,38 m

Lain-lain
1. Daerah lintasan : daerah datar
2. Iso Keraunik Level (IKL) : 80

9
JETri, Volume 8, Nomor 2, Februari 2009, Halaman 1 -20, ISSN 1412-0372

4.1. Perhitungan Shielding Failure (NSF)


Arus minimum yang menyambar kawat phasa:

2v 50%
Imin =

dimana:
K2
V50% = K1 +
t 0, 75

= 0,4 x 4,38 + 0,71x 4,38


6 0, 75

= 1,752 + 0,811 MV

= 2563 kV

Radius amplop korona untuk Shielding Failure:

2h V50%
R ln =
R EO

Diketahui tinggi rata-rata kawat phasa (h):

h = ht - 2/3 andongan

= 46 – 2/3 . 20,61

= 32,26 meter

Maka :
2 × 32,26 2563
R ln =
R 1500

R = 0,321 meter

Radius ekivalen kawat tunggal dari kawat berkas tnpa korona:

reki = 4 r11d12 d13d14

10
Syamsir Abduh & Angga Septian. Analisis Gangguan Petir Akibat Sambaran Langsung Pada

= 4
0,011775 × 0,45 × 0,45 × 0,45 2

= 0,1974 meter

Dapat diketahui radius korona dari konduktor berkas:

Rc = R + reki

= 0,321 + 0,1974

= 0,5184 meter

Sehingga impedansi surja kawat phasa:

2h 2h
Zø = 60 ln × ln
reki Rc

2 × 32,26 2 × 32,26
= 60 ln × ln
0,1974 0,5184

= 317,1 ohm

Jadi arus minimum yang menyambar kawat phasa:

2V50%
Imin =

2 × 2563
=
317,1

= 16,16 kA

Jarak sambaran minimum:


0 , 65
Smin = 8 x I min

= 8 x 16,160,65

= 48,82 meter

11
JETri, Volume 8, Nomor 2, Februari 2009, Halaman 1 -20, ISSN 1412-0372

Dengan sudut perlindungan = 18o, perlindungan sempurna dengan Xs = 0.


Karena Xs = 0, maka perlindungan kawat tanah terhadap kawat phasa
adalah sempurna, sehingga:

NSF = 0,00 gangguan / 100 km / tahun

4.2. Perhitungan Back Flashover (BFO)


Tegangan kritis lompatan api isolator pada t = 2 µs

0,71 × 4,38
V2 = 0,4 x 4,38 + 0 , 75
2

= 1,752 + 1,849 MV

= 3,601 MV = 3601 kV

Tegangan yang diterapkan pada isolator:

V = 1,8 x V2

= 1,8 x 3601

= 6482 kV

Radius korona kawat tanah:

2h V
R ln =
R EO

2 × 70 6482
R ln =
R 1500

R = 0,845 m

Jadi impedansi surja kawat tanah:

2h 2h
Z11 = Z22 = 60 ln × ln
r R

12
Syamsir Abduh & Angga Septian. Analisis Gangguan Petir Akibat Sambaran Langsung Pada

2 × 70 2 × 70
=60 ln × ln
0,00635 0,845

= 376,33 ohm

Impedansi surja antara kedua kawat tanah:

b12
Z12 = 60 ln
a12

140,32
= 60 ln
9,6

= 160,93 ohm

Maka impedansi surja ekivalen kawat tanah:

Z 11 + Z 12
Zg =
2

376,33 + 160,93
=
2

= 268,63 ohm

Faktor kopling (K) atau gandengan kawat tanah dengan kawat phasa:

'
a
Za1 = 60 ln 1
a1

131,1
= 60 ln
9,4

= 158,12 ohm

a2'
Za2 = 60 ln
a2

13
JETri, Volume 8, Nomor 2, Februari 2009, Halaman 1 -20, ISSN 1412-0372

131,65
= 60 ln
15,37

= 128,86 ohm

Maka:
Z a1 + Z a 2
K=
Z 11 + Z 12

158,12 + 128,86
K=
376,33 + 160,93

= 0,534

Impedansi surja menara:

⎛ 2⎛ h 2 + r 2 ⎞ ⎞
⎜ ⎜ ⎟⎟
Zt = 30 ln ⎜ ⎝ 2 ⎠⎟
⎜⎜ r ⎟⎟
⎝ ⎠

⎛ 2⎛ 70 2 + 2,5 2 ⎞ ⎞
⎜ ⎜ ⎟⎟
= 30 ln ⎜ ⎝ 2
⎠⎟
⎜⎜ 2,5 ⎟⎟
⎝ ⎠

= 276,76 ohm

Diketahui koefisien a dan pantulan b, pada puncak menara untuk


gelombang-gelombang yang dating dari dasar menara:

2Z g
a=
Z g + 2Z t

2 × 268,63
=
268,63 + (2 × 275,76)

= 0,66

14
Syamsir Abduh & Angga Septian. Analisis Gangguan Petir Akibat Sambaran Langsung Pada

B=a-1

= -0,34

Koefisien pantulan pada dasar menara untuk R = 10 ohm

R − Zt
d=
R + Zt

10 − 275,76
=
10 + 275,76

= - 0,93

Tegangan puncak menara:

Z g Zt
e= x Is
Z g + 2Z t

e = eo t

dimana:
268,63 × 275,76 I
eO = x O
268,63 + (2 × 275,76) T

IO
= 90,32 t kV
T

maka:
IO
eO = 90,32 t kV
T

Tegangan pada isolator, untuk arus puncak 100 kA dan gelombang 2 µs:

⎡ ⎡⎧ ⎛ h x1 ⎞⎫ ⎛ 2h ⎞ ⎤
Vi = eO ⎢(1 − K n )T + d ⎢⎨T − 2⎜ − ⎟⎬(b − K a )⎜ T − ⎟⎥
⎢⎣ ⎣⎩ ⎝ c c ⎠⎭ ⎝ c ⎠⎦

15
JETri, Volume 8, Nomor 2, Februari 2009, Halaman 1 -20, ISSN 1412-0372

2 ⎡ ⎛ 2h x1 ⎞ ⎛ 4h ⎞ ⎤
+ d b ⎢T − 2⎜⎜ − ⎟⎟ + (b − k a )⎜ T − ⎟ ⎥
⎣ ⎝ c c ⎠ ⎝ c ⎠⎦

⎡ ⎛ 3h x ⎞ ⎛ 6h ⎞⎤ ⎤
+ d 2b 2 ⎢T − 2⎜ − 1 ⎟ + (b − k a )⎜ T − ⎟⎥ ⎥
⎣ ⎝ c c ⎠ ⎝ c ⎠⎦ ⎦
dimana:
a = 0,66
b = - 0,34
d = - 0.93
K = 0,534
c = 300 m/µs
X1 = 9 m
b - ka = - 0,692
ht = 70 m

⎛ ht x ⎞
2 ⎜ − 1 ⎟ = 0,4067
⎝c c ⎠

⎛ 2ht x1 ⎞
2⎜ − ⎟ = 0,873
⎝ c c ⎠

⎛ 3ht x1 ⎞
2⎜ − ⎟ = 1,34
⎝ c c ⎠

Untuk T = 2 µs dan ( 1 – K ) T = 0,932

⎛ ht x ⎞
T – 2 ⎜ − 1 ⎟ = 2 – 0,4067
⎝c c ⎠

= 1,5933

⎛ 2ht x1 ⎞
T – 2⎜ − ⎟ = 2 – 0,873
⎝ c c ⎠

= 1,127

16
Syamsir Abduh & Angga Septian. Analisis Gangguan Petir Akibat Sambaran Langsung Pada

⎛ 3ht x1 ⎞
T–2 ⎜ − ⎟ = 2 – 1,34
⎝ c c ⎠

= 0,66

⎛ 2ht ⎞
T– ⎜ ⎟ = 2 – 0,467
⎝ c ⎠

= 1,533

⎛ 4ht ⎞
T– ⎜ ⎟ = 2 – 0,933
⎝ c ⎠

= 1,007

⎛ 6ht ⎞
T– ⎜ ⎟ = 2 – 1,4
⎝ c ⎠

= 0,6

Jadi

V1 = 4516 [0,932 – 0,93 (1,5933 – 1,06) – 0,932 x (-0,34 (1,127

–0,697)) - 0,933 x (-0,342 (0,66 – 0,4152))]

= 1297 kV

Untuk arus puncak yang lain dalam Tabel 1 dapat dihitung besar
tegangan pada isolator menggunakan cara yang sama seperti di atas:

Vi(60) = 772 kV

Vi(80) = 1038 kV

Vi(100) = 1297 kV

Vi(160) = 2076 kV

Vi(200) = 2595 kV

17
JETri, Volume 8, Nomor 2, Februari 2009, Halaman 1 -20, ISSN 1412-0372

Probabilitas jumlah lompatan api (PFL) terjadi bila tegangan (Vi)


lebih besar dari tegangan lompatan api kritis (V50%). Perhitungan
probabilitas gangguan kilat pada menara memakai tahanan kaki menara
dengan skala maksimum dari standar yaitu sebesar R = 10 ohm (dengan
sistem Counterpoise) terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan Probabilitas Gangguan Petir


[a]
T Io[b] Seringnya Vi V50% Probabilitas
(µs) (kA) terjadi (%)[b] (kV) (kV) gangguan (%)

0,5 60 90 2271 6982


7% 80 8 3029
100 1,2 3786
160 0,5 6058 0,5
200 0,3 7572 0,3

1,0 60 90 1296 4862


23% 80 8 1728
100 1,2 2160
160 0,5 3456 0,5
200 0,3 4320 0,3

1,5 60 90 975 4046


22% 80 8 1301
100 1,2 1601
160 0,5 2601 0,5
200 0,3 3251 0,3

2,0 60 90 778 3601


48% 80 8 1038
100 1,2 1297
160 0,5 2076 0,5
200 0,3 2595 0,3
[a]
berdasarkan Tabel 2. Dan [b] berdasarkan Tabel 1.

18
Syamsir Abduh & Angga Septian. Analisis Gangguan Petir Akibat Sambaran Langsung Pada

PFL = 2 x (0,07 x 0,003)

= 0,00042

tinggi rata-rata kawat tanah (h):

h = ht - 2/3 andongan

= 70 - 2/3 x 16,49

= 59,01 m

Jadi :
A = 0,1 (b + 4h1,09)

= 0,1 (9,6 + 4 x 59,011,09)

A = 35,03 km2 per 100 km saluran

Jumlah sambaran kilat NL:

NL = N x A

= 0,15 IKL x A

= 0,15 x 80 x 35,03

= 421 sambaran / 100 km / tahun

Jumlah gangguan kilat pada saluran transmisi

BFO = 0,6 x NL x PFL

= 0,6 x 421 x 0.00042

= 0,106 gangguan / 100 km / tahun

Maka Lightning Performance (LP) dari saluran transmisi antara Gandul –


Depok adalah:

19
JETri, Volume 8, Nomor 2, Februari 2009, Halaman 1 -20, ISSN 1412-0372

LP = NSF + BFO

= 0 + 0,106

= 0,106 gangguan / 100 km / tahun

5. Kesimpulan
1. Lightning Performance (LP) Saluran Transmisi Tegangan Extra Tinggi
500 kV Gandul-Depok hasil perhitungan adalah 0,16 gangguan/100
km/tahun.
2. Angka gangguan akibat kegagalan perisaian adalah 0 karena
mempunyai sudut perisaian sempurna dan gangguan akibat sambaran
langsung pada kawat tanah atau menara, dengan arus kilat sampai 200
kA dan tahanan kaki menara 10 Ohm adalah 0,106.

Daftar Acuan
1. Abduh Syamsir. 2004. Fenomena Petir. Jakarta: Universitas Trisakti.
2. Abduh Syamsir & Ronald D. Laksana. Pengaruh Arus Sambaran Petir
dan Tinggi Tiang pada Tegangan Puncak Tiang Transmisi. Proceedings
Seminar Nasional dan Workshop Teknik Tegangan Tinggi V-2002.
3. Abduh Syamsir. 2002. Parameter Sambaran Petir dan Efeknya
Terhadap Sistem Tenaga Listrik. Disertasi Jakarta: Universitas
Pancasila.
4. Abduh Syamsir. 2003. Proteksi Petir Terhadap Peralatan Listrik.
Jakarta: Universitas Pancasila.
5. Arismunandar Artono & Kuhara, S. 2004. Teknik Tenaga Listrik.
Jakarta: PT Pradnya Paramita.
6. Hutauruk,T.S. 1989. Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja. Bandung:
Erlangga. 1989.

20

Anda mungkin juga menyukai